Disusun oleh:
Ayu Sundari
2311166
Puji syukur kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah dengan judul “ Peran Warga Negara Dalam Meningkatkan Budaya Karakter” ini
dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa juga Saya mengucapkan banyak terima kasih
Kepada Kaprodi Beserta Dosen Pengampuh yang telah berkontribusi dengan memberikan
pendidikan berupa Ilmu dan pembelajaran lainnya.
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi nilai tugas dalam mata kuliah
Kewarganegaraan. Selain itu, pembuatan makalah ini juga bertujuan agar menambah
pengetahuan dan wawasan bagi para pembaca. Karena keterbatasan pengetahuan maupun
pengalaman maka Saya yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu,
Saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat berguna bagi para pembaca.
Ayu Sundari
Daftar Isi
BAB I......................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................................4
RUMUSAN MASALAH.........................................................................................................................5
TUJUAN PENULISAN...........................................................................................................................5
BAB II.....................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN........................................................................................................................................5
2.1 Definisi Budaya Dan Pendidikan Karakter....................................................................................6
2.2 Tujuan Dan Fungsi Meningkatkan Budaya Dan Pendidikan Karakter............................................8
2.3 Peran Warga Negara Yang Dapat Dilakukan Dalam Meningkatkan Budaya Dan Pendidikan
Karakter.............................................................................................................................................9
2.4 Peranan Budaya Dan Pendidikan Karakter Bagi Pembangunan Bangsa.......................................9
2.5 Nilai-Nilai Pendidikan Budaya Dan Karakter Bangsa...................................................................10
BAB III..................................................................................................................................................12
PENUTUP.............................................................................................................................................12
3.1 Kesimpulan................................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................................13
ABSTRAK
Krisis karakter pada bangsa Indonesia, mengancam nilai karakter bangsa yang
bermartabat bagi bangsa Indonesia serta kebudayaan. Indonesia membutuhkan penanganan
untuk menyelesaikan permasalahan karakter bangsa Indonesia yang telah mengalami
penurunan terutama di era globalisasi ini. Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan
salah satu mata pelajaran yang dalam tujuannya yaitu membentuk karakter bangsa. PKn
diwajibkan untuk dipelajari dimulai dari tingkat dasar, menengah sampai dengan pergururan
tinggi. Hal ini bertujuan untuk membentuk karakter bangsa Indonesia. Nilai-nilai Pancasila
dibentuk berdasarkan budaya yang dimiliki bangsa Indonesia dengan begitu, karakter yang
seharusnya melekat pada setiap bangsa Indonesia yaitu karakter yang berlandaskan nilai-nilai
Pancasila dalam kehidupan sehari-harinya. Itulah mengapa PKn dipelajari dan diterapkan
kepada peserta didik sejak sekolah dasar. Walaupun demikian, pendidikan karakter pada
peserta didik tidak akan berhasil apabila hanya bergantung pada lembaga pendidikan saja,
perlu adanya kontribusi dari lingkungan sekitarnya pula. Maka dari itu, tidak adil apabila
ketidak berhasilan dalam membentuk karakter bangsa justru disalahkan hanya pada satu
pihak saja.
Pembelajaran kita selama ini berjalan dengan verbalistik dan berorientasi semata-mata
kepada penguasaan isi dari mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan. Pengamatan
terhadap praktek pembelajaran sehari-hari menunjukkan bahwa pembelajaran difokuskan
agar siswa menguasai informasi yang terkandung dalam materi pelajaran dan kemudian
dievaluasi seberapa jauh penguasaan itu dicapai oleh siswa. Seakan-akan pembelajaran
bertujuan untuk menguasai isi dari mata pelajaran tersebut. Bagaimana keterkaitan materi ajar
dengan kehidupan sehari-hari dan bagaimana materi tersebut dapat digunakan untuk
memecahkan problema kehidupan, kurang mendapat perhatian. Pembelajaran seakan terlepas
dari kehidupan sehari-hari, oleh karena itu siswa tidak mengetahui manfaat apa yang
dipelajari, seringkali tidak tahu bagaimana menggunakan apa yang telah dipelajari dalam
kehidupan siswa. Pendidikan Kewarganegaraan diberikan kepada peserta didik supaya dapat
menjadikan mereka warga Negara yang baik. Bagaimanakah pendidikan kewarganegaraan
berperan dalam pembangunan dan pengembangan karakter dalam diri generasi muda, tentu
dapat terjawab jika kontribusi yang diberikan pendidikan kewarganegaraan berhasil
mengarahkan generasi muda saat ini untuk berpartisipasi mengusung karakter bangsa.
RUMUSAN MASALAH
Pendidikan budaya dan karakter bangsa adalah pendidikan yang mengembangkan nilai-nilai
budaya dan karakter pada diri peserta didik sehingga menjadi dasar bagi mereka dalam
berpikir, bersikap, bertindak dalam mengembangkan dirinya sebagai individu, anggota
masyarakat, dan warganegara. Nilai-nilai budaya dan karakter bangsa yang dimiliki peserta
didik tersebut menjadikan mereka sebagai warganegara Indonesia yang memiliki kekhasan
dibandingkan dengan bangsa-bangsa lain.1
Pendidikan pada dasarnya adalah suatu upaya sadar untuk mengembangkan potensi peserta
didik secara optimal. Usaha sadar tersebut tidak boleh dilepaskan dari lingkungan peserta
didik berada terutama dari lingkungan budayanya (Ki Hajar Dewantara; Pring; Oliva).
Pendidikan yang tidak dilandasi oleh prinsip tersebut akan menyebabkan mereka tercerabut
dari akar budayanya. Ketika hal ini terjadi maka mereka tidak akan mengenal budayanya
dengan baik sehingga ia menjadi orang “asing” dalam lingkungan budayanya. Selain menjadi
orang asing, yang lebih mengkhawatirkan adalah dia menjadi orang yang tidak menyukainya
budayanya.
1
Freddy Kirana Kalidjernih, “Situasionisme: Refleksi untuk Pendidikan Karakter di
Indonesia”, disampaikan dalam Seminar Aktualisasi Pendidikan Karakter yang
diselenggarakan oleh Program Studi PKn SPs UPI, 15 November 2010
Budaya yang menyebabkan peserta didik tumbuh dan berkembang adalah budaya di
lingkungan terdekat (kampung, RT, RW, desa) berkembang ke lingkungan yang lebih luas
yaitu budaya nasional bangsanya dan budaya universal yang dianut oleh ummat manusia.
Apabila peserta didik menjadi asing terhadap lingkaran-lingkaran budaya tersebut pada
gilirannya maka dia tidak mengenal dengan baik budaya bangsanya dan dirinya sebagai
anggota budaya bangsa. Dalam situasi demikian maka dia sangat rentan terhadap pengaruh
budaya luar dan bahkan cenderung untuk menerima budaya luar tanpa proses pertimbangan
(valueing). Kecenderungan itu terjadi karena dia tidak memiliki norma dan nilai budaya
2
nasional nya yang dapat digunakan sebagai dasar untuk melakukan pertimbangan (valueing)
tersebut.
Semakin kuat dasar pertimbangan yang dimilikinya semakin kuat pula kecenderungannya
untuk menjadi warganegara yang baik. Pada titik kulminasinya, norma dan nilai budaya
tersebut akan menjadi norma dan nilai budaya bangsanya. Dengan demikian maka
warganegara Indonesia akan memiliki wawasan, cara berpikir, cara bertindak dan
menyelesaikan masalah yang sesuai dengan norma dan nilai ciri ke-Indonesia-annya. Hal ini
sesuai dengan fungsi utama pendidikan yang diamanatkan dalam UU Sisdiknas yaitu
“mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa” . Oleh karena itu aturan dasar
yang mengatur pendidikan nasional (UUD 1945 dan UU Sisdiknas) sudah memberikan
landasan yang kokoh untuk mengembangkan keseluruhan potensi diri seseorang sebagai
anggota masyarakat dan bangsa.
Proses pengembangan nilai-nilai yang menjadi landasan dari karakter tersebut menghendaki
suatu proses yang berkelanjutan (never ending process), dilakukan melalui berbagai mata
pelajaran yang ada dalam kurikulum (kewarganegaraan, sejarah, geografi, ekonomi,
sosiologi, antropologi, bahasa Indonesia, IPS, IPA, matematika, agama, pendidikan jasmani
dan olahraga, seni serta ketrampilan). Dalam mengembangkan pendidikan karakter bangsa
kesadaran akan siapa dirinya dan bangsanya adalah bagian yang teramat penting. Prof Dr
Sartono Kartodirdjo secara tegas menyatakan bahwa kesadaran tersebut hanya dapat
terbangun dengan baik melalui pendidikan sejarah karena sejarah dapat memberikan
pencerahan dan penjelasan mengenai siapa dirinya dan bangsanya di masa lalu yang
menghasilkan dirinya dan bangsanya di masa kini. Selain itu dalam pendidikan karakter
bangsa harus terbangun pula kesadaran, pengetahuan, wawasan, dan nilai berkenaan dengan
lingkungan di mana dirinya dan bangsanya hidup (geografi), nilai yang hidup di masyarakat
2
Kementerian Pendidikan Nasional, Rencana Induk Pengembangan Pendidikan Karakter
Bangsa, Jakarta, 2010
(antropologi), sistem sosial yang berlaku dan sedang berkembang (sosiologi), sistem
ketatanegaraan, pemerintahan, dan politik (ketatanegaraan/ politik/ kewarganegaraan), bahasa
Indonesia dengan cara berpikirnya, kehidupan perekonomian, ilmu, teknologi, dan seni.
Artinya, perlu ada upaya terobosan terhadap kurikulum berupa pengembangan nilai-nilai
yang menjadi dasar bagi pendidikan budaya dan karakter bangsa. Dengan terobosan
kurikulum yang demikian maka nilai dan karakter yang dikembangkan pada diri peserta didik
akan sangat kokoh dan memiliki dampak nyata dalam kehidupan dirinya, masyarakat, bangsa
dan bahkan ummat manusia.
Pendidikan budaya dan karakter bangsa dilakukan melalui pendidikan nilai-nilai atau
kebajikan (virtue) yang menjadi dasar budaya dan karakter bangsa. Kebajikan yang menjadi
atribut suatu karakter pada dasarnya adalah nilai. Oleh karena itu pendidikan budaya dan
karakter bangsa pada dasarnya adalah pengembangan nilai-nilai yang berasal dari pandangan
hidup/ideology bangsa Indonesia, agama, budaya, dan nilai-nilai yang terumuskan dalam
tujuan pendidikan nasional.
1. Mengembangkan potensi afektif peserta didik sebagai manusia dan warganegara yang
memiliki nilai-nilai budaya dan karakter bangsa
2. Mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia yang mandiri, kreatif,
berwawasan kebangsaan
3. Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang aman,
jujur, penuh kreativitas dan persahabatan, serta dengan rasa kebangsaan yang tinggi dan
penuh dignity.4
3
Dasim Budimansyah, Penguatan Pendidikan Kewarganegaraan untuk Membangun Karakter
Bangsa, Bandung: Widya Aksara Press, 2010
4
Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Revitalisasi Visi dan Karakter Bangsa: Agenda Indonesia
ke Depan, Yogyakarta, 2009
2.3 Peran Warga Negara Yang Dapat Dilakukan Dalam Meningkatkan Budaya
Dan Pendidikan Karakter
5
Halili, “Gerakan Mahasiswa dan Agenda Penyelamatan Bangsa”, Makalah, Yogyakarta, (tt)
Kebijakan pendidikan karakter kemudian dilaksanakan melalui tiga strategi yaitu
stream top down, stream bottom up, dan stream revitalisasi program (Panduan
Pelaksanaan Pendidikan Karakter Kementerian Pendidikan Nasional, 2011). Strategi
pertama, stream top down dilakukan melalui intervensi kebijakan. Dalam strategi ini
pusat dalam hal ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan lebih banyak
mengambil inisiatif yang didukung secara sinergis oleh pemerintah daerah yaitu Dinas
Pendidikan Provinsi dan Kabupaten/Kota. Strategi kedua, streambottom up dengan
mengandalkan pengalaman para praktisi di lapangan. Dalam strategi ini lebih
mengandalkan inisiatif yang datang dari satuan pendidikan. Sementara pemerintah
memberikan bantuan teknis kepada sekolah-sekolah yang telah mengembangkan dan
melaksanakan pendidikan karakter sesuai dengan ciri khas di lingkungan sekolah
tersebut. Strategi ketiga yaitu revitalisasi program. Pada strategi ini dilakukan
revitalisasi kembali programprogram kegiatan pendidikan karakter di mana pada
umumnya banyak terdapat pada kegiatan ekstrakurikuler yang sudah ada dan sarat
dengan nilai-nilai karakter.6
6
Mubiar Purwasasmita, op cit, 2010
dan arti dalam komunikasi antar anggota masyarakat tersebut. Posisi budaya yang
demikian penting dalam kehidupan masyarakat mengharuskan budaya menjadi
sumber nilai-nilai dari pendidikan budaya dan karakter bangsa.
Tujuan Pendidikan Nasional adalah kualitas manusia Indonesia yang harus
dikembangkan oleh berbagai satuan pendidikan di berbagai jenjang dan jalur. Di
dalam tujuan pendidikan nasional terdapat berbagai nilai kemanusiaan yang harus
dimiliki seorang warganegara. Oleh karena itu, tujuan pendidikan nasional adalah
sumber yang paling operasional dalam pengembangan pendidikan budaya dan
karakter bangsa.
Berdasarkan keempat sumber nilai tersebut maka dihasilkan sejumlah nilai untuk pendidikan
budaya dan karakter bangsa, yaitu:
Religius : suatu sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama
yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, serta hidup rukun
dengan pemeluk agama lain.
Jujur: perilaku yang didasarkan pada kebenaran, menghindari perilaku yang salah, dan
menjadikan dirinya menjadi orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan,
tindakan, dan pekerjaan.
Toleransi: suatu tindakan dan sikap yang menghargai pendapat, sikap dan tindakan
orang lain yang berbeda dari pendapat, sikap, dan tindakan dirinya.
Disiplin: suatu tindakan tertib dan aptuh pada berbagai ketentuan dan peraturan yang
harus dilaksanakannya.
Kerja keras: suatu upaya yang diperlihatkan untuk selalu menggunakan waktu yang
tersedia untuk suatu pekerjaan dengan sebaik-baiknya sehingga pekerjaan yang
dilakukan selesai pada waktunya
Kreatif: berpikir untuk menghasilkan suatu cara atau produk baru dari apa yang telah
dimiliki
Mandiri: kemampuan melakukan pekerjaan sendiri dengan kemampuan yang telah
dimilikinya
Demokratis: sikap dan tindakan yang menilai tinggi hak dan kewajiban dirinya dan
orang lain dalam kedudukan yang sama
Rasa ingin tahu: suatu sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui apa
yang dipelajarinya secara lebih mendalam dan meluas dalam berbagai aspek terkait.
Semangat kebangsaan: suatu cara berpikir, bertindak, dan wawasan yang
menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan
kelompoknya.
· Cinta tanah air: suatu sikap yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan
penghargaan yang tinggi terhadap lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan
politik bangsanya.
· Menghargai prestasi: suatu sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk
menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui dan menghormati
keberhasilan orang lain.
Bersahabat/komunikatif: suatu tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara,
bergaul, dan bekerjasama dengan orang lain.
Cinta damai: suatu sikap dan tindakan yang selalu menyebabkan orang lain senang
dan dirinya diterima dengan baik oleh orang lain, masyarakat dan bangsa
Senang membaca: suatu kebiasaan yang selalu menyediakan waktu untuk membaca
bahan bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya.
Peduli sosial: suatu sikap dan tindakan yang selalu ingin memberikan bantuan untuk
membantu orang lain dan masyarakat dalam meringankan kesulitan yang mereka
hadapi.
Peduli lingkungan: suatu sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah
kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya
untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.7
BAB III
PENUTUP
7
Samani dan Hariyanto, 2012: 7-9 (Nilai Pendidikan budaya dan karakter bangsa)
3.1 Kesimpulan
Krisis moral terjadi pada semua golongan usia dan semua lini bangsa. Persoalan
tersebut terjadi karena belum dihayatinya nilai-nilai Pancasila, keterbatasan perangkat
kebijakan terpadu dalam mewujudkan nilai-nilai Pancasila, bergesernya nilai etika dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara, memudarnya kesadaran terhadap nilai-nilai budaya
bangsa, ancaman disintegrasi bangsa, serta melemahnya kemandirian bangsa. Salah satu
upaya pemerintah dalam mengatasi dan menghadapi hal tersebut adalah melalui kebijakan
nasional pembangunan karakter bangsa, di mana pendidikan menjadi salah satu sektor dalam
pencapaian hal tersebut. Karakter merupakan identitas yang menjadi nilai dasar dan ciri khas
setiap individu yang menjadi dasar dalam berpikir dan bertingkah laku kepada Tuhannya,
kepada diri sendiri, kepada sesamanya, dan kepada lingkungannya, yang kemudian
membedakan satu individu dengan individu lainnya yang tercermin dalam sebuah perilaku.
Setiap individu memiliki karakter yang berbeda. Sementara upaya sadar untuk menjadikan
setiap individu memiliki karakter tersebut dinamakan pendidikan karakter.Pendidikan
karakter itu sendiri timbul dari peran warga negara dalam meningkatkan budaya arakter
bangsa.
Adapun nilai-nilai Pendidikan budaya dan karater bangsa terbagi menjadi empat
yakni,Agama,Pancasila,budaya,Tujuan Pendidikan Nasional. Yang akan menghasilkan
dihasilkan sejumlah nilai untuk pendidikan budaya dan karakter bangsa,
yaitu:Religius,Jujur,Toleransi,Disiplin,KerjaKeras,Kreatif,Mandiri,Demokratis,RasaIngin
Tahu,dan lain sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Baedowi, Ahmad. 2012. Calak Edu 1 EssaiEsaai Pendidikan 2019. Jakarta:
Pustaka Alvabet.
Kusuma, Doni A. 2018. Pendidikan Karakter Strategi Mendidik Anak di Zaman
Global. Jakarta: Grasndo.
Samani, Muchlas dan Hariyanto. 2020. Konsep dan Model Pendidikan Karakter.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Zubaedi. 2019. Desain Pendidikan Karakter Konsepsi Dan Aplikasinya Dalam
Lembaga Pendidikan. Jakarta: Kencana
Dokumen
https://jurnal.dpr.go.id/index.php/aspirasi/article/view/259/200