STASE KGD
1. Pengertian
asma. Asma merupakan gangguan radang kronik pada saluran napas. Saluran
napas yang mengalami radang kronik bersifat peka terhadap rangsangan tertentu,
sehingga apabila terangsang oleh factor risiko tertentu, jalan napas menjadi
dan meningkatnya proses radang. Dari proses radang tersebut dapat timbul gejala
sesak nafas dan mengi (Almazini, 2012). Sedangkan menurut Wahid dan Suprapto
(2013) Asma adalah suatu penyakit dimana saluran nafas mengalami penyempitan
Penyempitan ini bersifat sementara serta menimbulkan gejala sesak nafas dan
mengi.
2. Etiologi
Menurut Wijaya & Putri (2014) etiologi asma dapat dibagi atas :
Asma yang tidak ditemukan faktor pencetus yang jelas, tetapi adanya
emosi sering memicu serangan asma. Asma ini sering muncul sesudah
c. Asma campuran
3. Klasifikasi
Menurut Wijaya dan Putri (2014) kasifikasi asma berdasarkan berat penyakit,
antara lain :
a. Tahap I : Intermitten
hari)
eksaserbasi
Variabilitas 20-30%
1) Gejala harian
hari)
1) Gejala terus-menerus
4. Faktor Risiko
yaitu:
a. Genetik
Diturunkannya bakat alergi dari keluarga dekat, akibat adanya bakat alergi ini
penderita sangat mudah terkena asma apabila dia terpapar dengan faktor
pencetus.
Adapun faktor pencetus dari asma adalah:
a. Alergen
Merupakan suatu bahan penyebab alergi. Dimana ini dibagi menjadi tiga,
yaitu:
sebagainya.
b. Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa yang dingin sering mempengaruhi asma, perubahan
c. Lingkungan kerja
asma. Misalnya orang yang bekerja di pabrik kayu, polisi lalu lintas, penyapu
jalanan.
d. Olahraga
Sebagian besar penderita asma akan mendapatkan serangan asma bila sedang
asma
e. Stres
Gangguan emosi dapat menjadi pencetus terjadinya serangan asma, selain itu
juga dapat memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala
asma harus segera diobati penderita asma yang mengalami stres harus diberi
5. Manifestasi Klinik
Manifestasi klinis yang dapat ditemui pada pasien asma menurut Halim
a. Stadium Dini
2) Ronchi basah halus pada serangan kedua atau ketiga, sifatnya hilang
timbul
2) Wheezing
1) Batuk, ronchi
7) Sianosis
Rongen paru
oleh satu atau lebih dari konstraksi otot-otot yang mengelilingi bronkhi, yang
atau penghisap bronkhi dengan mukus yang kental. Selain itu, otot-otot bronkhial
dan kelenjar mukosa membesar, sputum yang kental, banyak dihasilkan dan
Mekanisme yang pasti dari perubahan ini belum diketahui, tetapi ada yang paling
serta anafilaksis dari substansi yang bereaksi lambat (SRS-A). Pelepasan mediator
ini dalam jaringan paru mempengaruhi otot polos dan kelenjar jalan nafas,
Sistem saraf otonom mempengaruhi paru. Tonus otot bronkial diatur oleh
impuls saraf vagal melalui sistem parasimpatis, Asma idiopatik atau nonalergik,
ketika ujung saraf pada jalan nafas dirangsang oleh faktor seperti infeksi, latihan,
di atas. Individu dengan asma dapat mempunyai toleransi rendah terhadap respon
parasimpatis.
Selain itu, reseptor α- dan β- adrenergik dari sistem saraf simpatis terletak
adrenergik terjadi pada individu dengan asma. Akibatnya asmatik rentan terhadap
peningkatan pelepasan mediator kimiawi dan konstriksi otot polos (Wijaya dan
Putri, 2014).
7. Pathway
Peningkatan kerja
Status Asmatikus
pernafasan
Peningkatan kebutuhan
oksigen
Retensi CO2
Asidosis respiratorik
8. Pemeriksaan penunjang
yaitu : a Spirometri
c Pemeriksaan sputum
d Pemeriksaan cosinofit
kulit
oksigenasi.
9. Komplikasi
a. Pneumothorak
c. Atelektasis
d. Aspirasi
nafas Asidosis
10. Penatalaksanaan
b. Mencegah kekambuhan
melakukan exercise
a. Bronchodilator
b. Antikolinergin
c. Kortikosteroid
d. Mukolitin
1. Pengertian Kecemasan
mengatasi suatu masalah atau tidak adanya rasa aman. Perasaan yang tidak
2. Tingkat kecemasan
Menurut Ratih (2012) semua orang pasti mengalami kecemasan pada derajat
a Kecemasan Ringan
Tanda dan gejala antara lain: persepsi dan perhatian meningkat, waspada,
ditandai dengan gelisah, sulit tidur, hipersensitif terhadap suara, tanda vital
b Kecemasan Sedang
terarah. Respon fisiologi : sering nafas pendek, nadi dan tekanan darah
naik, mulut kering, gelisah, konstipasi. Sedangkan respon kognitif yaitu
c Kecemasan Berat
cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik, serta
tidak dapat berfikir tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk
masalah, serta tidak dapat belajar secara efektif. Pada tingkatan ini
d Panik
1. Pengkajian Keluarga
keluarga yaitu :
genogram, dll
anggota keluarga
nonformal
4) Nilai atau norma keluarga : nilai dan norma serta kebiasaan
kesanggupan keluarga)
g. Pemeriksaan fisik
Menurut Wijaya dan Putri (2014) pengkajian yang digunakan pada pasien
6) Ativitas / istirahat
duduk tinggi.
pola hidup
biasanya memanjang
h. Harapan keluarga
Diagnosa keperawatan yang dapat muncul pada pasien asma menurut SDKI
yang sakit
3. Rencanaan Keperawatan
4. Implementasi Keperawatan
Pelaksanaan keperawatan adalah pemberian asuhan keperawatan yang
5. Evaluasi Keperawatan
Menurut Dion dan Betan (2013) evaluasi keperawatan adalah tahap akhir
antara hasil akhir yang teramati dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada
keluarga dalam mencapai tujuan. Evaluasi terbagi atas dua jenis, yaitu:
a Evaluasi Formatif
formatif ini meliputi empat komponen yang dikenal dengan istilah SOAP,
Planning (perencanaan).
b Evaluasi Sumatif
diberikan. Metode yang dapat digunakan pada evaluasi jenis ini adalah
pelayanan.
1. Pengertian
kelompok otot dan membedakan sensasi tegang dan rileks, seseorang bisa
menghilangkan kontraksi otot dan mengalami rasa rileks (Soewondo, 2009 dalam
fisiknya. Relaksasi otot progresif hingga saat ini menjadi salah satu metode
relaksasi tanpa mengeluarkan biaya, tidak ada efek samping, dan mudah
diterapkan.
2. Waktu pelaksanaan
Waktu yang diperlukan untuk melakukan relaksasi otot progresif sehingga dapat
menimbulkan efek yang maksimal adalah sebanyak 1-2 kali dalam sehari dengan
sekali tindakan selama 15 menit dan dilakukan kurang lebih selama satu sampai
dua minggu. Untuk selanjutnya pada tahap follow up diperlukan waktu sekitar 2
Menurut Herodes (2010), Alim (2010), dan Potter (2005) dalam Setyoadi dan
Menurut Setyoadi dan Kushariyadi (2011) bahwa indikasi dari terapi relaksasi
Menurut Setyoadi dan Kushariyadi (2011) tahap sebelum melakukan teknik ini
yaitu: tahap persiapan, kemudian tahap prosedur teknik relaksasi otot progresif.
Seperti yang telah terlampir dalam Standar Operasional Prosedur dapat dilihat
Triase
Pengkajian Primer
Airway Terdapat sekret di jalan nafas pasien, Suara nafas tambahan: whezing0
Eksposure -
Pengkajian Sekunder
Leher Bentuk normal, tidak ditemukan pembesaran kelenjar tiroid, nadi karotis teraba,
tidak ada benjolan, memar maupun nyeri
Thorak Paru-paru
Inspeksi : bentuk simetris pengembangan paru simetri, tidak ada retraksi otot
bantu nafas Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan
Perkusi : Suara paru pekak
Auskultasi : Bunyi nafas ronchi
Suara nafas tambahan whezeeng.
Jantung
Inspeksi : Tidak tampak adanya pembesaran jantung
Palpasi : iktus kordis teraba
Perkusi : Suara jantung pekak
Auslultasi : S1 S2 tunggal reguler
Ekstremitas
Status sirkulasi : CRT<2 dtk
Keadaan injury : Tidak ditemukan adanya nyeri ekstremitas
Integumen
ANALISA DATA
DATA Etiologi MASALAH
RENCANA KEPERAWATAN
Rencana Perawatan
Hari/ No
Tujuan dan Kriteria
Tgl Dx Intervensi
Hasil
Jumat Setelah dilakukan asuhan
15/04/2022 keperawatan selama 1 jam ✓ Posisikan semi-fowler atau
maka bersihan jalan nafas fowler
meningkat dengan kriteria ✓ Berikan minun hangat
hasil Berikan terapi nebulizer
1
✓ Produksi sputum menurun ventoline 1 ampul
✓ Ronkhi menurun
✓ Dispnea menurun
✓ Gelisah menurun
IMPLEMENTASI
TANGGAL IMPLEMENTASI RESPON
DAN JAM
12:10
12: 10 Ds : pasien mengatakan sesak nya
Monitor efektifitas terapi oksigen menurun
Do : aliran oksigen ade kuat pasien
tampak gelisah dan sesak
SpO2 : 97% Oksigen nasal canul +
menjadi 82lpm
12:20 Ds : pasien mengatakan merasa
- Melakukan assessment pada pasien sesak, dan batuk sejak 2 hari yang
- Melakukan pemeriksaan tandatanda vital lalu
EVALUASI
TANGGAL EVALUASI dan CATATAN PERKEMBANGAN
DAN JAM
15/04/2022
S: Pasien mengatakan sesaknya sudah mulai hilang dan pasien mengatakan batuknya
masih mengeluarkan dahak
O:
• Pasien tampak nyaman
• Pasien tampak koperatif dalam mengikuti fisioterapi dada yang diberikan
• TD : 120/80
• Nadi:90x/mnt
• RR: 24x/mnt
• S: 36,2ºC
• SPO2 :98%
• Keadaan umum pasien baik, Tingkat Kesadaran Composmentis, GCS:14 E4V5M6.
A: Bersihan jalan napas tidak efektif teratasi sebagian
P:
• Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari,jika tidak kontraindikasi ‘
• Ajarkan teknik batuk
.