OLEH
Puja dan puji syukur penulis haturkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa
(Tuhan Yang Maha Esa) karena atas rahmat dan karunia-Nya tulisan yang berjudul "Laporan
Pendahuluan Pada Pasien Asma” ini dapat diselesaikan tepat waktunya.
Tulisan ini disusun dalam rangka memenuhi Penugasan Praktik Laboratorium Klinik
Keperawatan dalam menempuh pendidikan Program Studi Program Sarjana,Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Wira Medika Bali pada Semester IV tahun 2021. yang diampu oleh Ns. I
Gusti Ayu Putu Satya Laksmi, S.Kep,. M.Kep.
Dalam keberhasilan penyusunan tulisan ini tentu tidak luput dari bantuan beberapa
pihak. Untuk itu, saya menyampaikan terima kasih yang setulus tulusnya kepada pihak yang
telah membantu dalam menyelesaikan tulisan ini.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari yang sempura, oleh karena itu
segala kritik dan saran perbaikan sangat diharapkan demi karya karya penulis berikutnya.
Semoga tulisan ini ada manfaatnya.
Tim Penyusun
LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN ASMA
1.2 Etiologi
1.2.1 Menurut (Wijaya & Putri, 2013) dalam bukunya dijelaskan klasifikasi asma
berdasarkan etiologi adalah sebagai berikut :
1. Asma ekstrinsik/alergi
Asma yang disebabkan oleh alergen yang diketahui sudah terdapat semenjak anak-
anak seperti alergi terhadap protein, serbuk sari bulu halus, binatang, dan debu.
2. Asma instrinsik/idopatik
Asma yang tidak ditemukan faktor pencetus yang jelas, tetapi adanya faktor-faktor
non spesifik seperti : flu, latihan fisik atau emosi sering memicu serangan asma.
Asma ini sering muncul/timbul sesudah usia 40 tahun setelah menderita infeksi
sinus/ cabang trancheobronkial.
3. Asma campuran
Asma yang terjadi/timbul karena adanya komponen ekstrinsik dan intrinsik.
Menurut (Soemantri, 2009. Edisi 2) sampai saat ini etiologi asma belum
diketahui dengan pasti, suatu hal yang menonjol pada semua penderita asma adalah
fenomena hiperaktivitas bronkus. Bronkus penderita asma sangat peka terhadap
rangsangan imunologi ataupun non-imunologi.
Oleh karena sifat inilah, maka serangan asma mudah terjasi ketika
rangsangan baik fisik, metabolik, kimia, alergen, infeksi, dan sebagainya. Penderita
asma perlu mengetahui dan sedapat mungkin menghindari rangsangan atau
pencetus yang dapat menimbulkan asma. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai
berikut :
1. Alergen utama, seperti debu rumah, spora jamur, dan tepung sari rerumputan.
2. Iritan seperti asap, bau-bauan, dan polutan.
3. Infeksi saluran nafas terutama yang disebabkan oleh virus.
4. Perubahan cuaca yang ekstrem.
5. Kegiatan jasmani yang berlebih.
6. Lingkungan kerja.
7. Obat-obatan.
8. Emosi.
9. Lain-lain, seperti refluks gastroesofagus.
1. Alergen
Alergen adalah zat-zat tertentu yang bila diisap atau dimakan dapat
menimbulkan serangan asma misalnya debu rumah, tengau debu rumah
(Dhermatophagoides pteronissynus), spora jamur kucing, bulu bianatang,
beberapa makanan laut, dan sebagainnya.
6. Polusi udara
Klien asma sangat peka terhadap udara berdebu, asap pabrik/kendaraan, asap
rokok, asap yang mengandung hasil pembakaran dan oksida fotokemikal,
serta bau yang tajam.
7 lingkungan kerja
lingkungan kerja diperkirakan merupakan faktor pencetus yang menyumbang
2-15% klien dengan asma bronkhial.
1.3 Klasifikasi
Menurut Wijaya dan Putri (2014) kasifikasi asma berdasarkan berat
penyakit, antara lain :
a. Tahap I : Intermitten
Penampilan klinik sebelum mendapat pengobatan :
1) Gejala inermitten < 1 kali dalam seminggu
2) Gejala eksaserbasi singkat (mulai beberapa jam sampai beberapa
hari)
3) Gejala serangan asma malam hari < 2 kali dalam sebulan
4) Asimptomatis dan nilai fungsi paru normal diantara periode
eksaserbasi
5) PEF atau FEV1 : ≥ 80% dari prediksi
Variabilitas < 20%
1.6 Patofisiologi
Asma akibat alergi bergantung kepada respon IgE yang dikendalikan oleh
liimfosit T dan B serta diaktifkan oleh interaksi antara antigen dengan molekul IgE
yang berkaitan dengan sel mast. Sebagian besar alergen yang mencetuskan asma
bersifat airborne dan agar dapat menginduksi keadaan sensitivitas, alergen tersebut
harus tersedia dalam jumlah banyak untuk periode waktu tertentu. Akan tetapi, sekali
sensitivitasi telah terjadi, klien akan memperlihatkan respons yang sangat baik,
sehingga kecil alergen yang mengganggu sudah dapat menghasilkan eksaserbasi
penyakit yang jelas.
Obat yang paling sering berhubungan dengan induksi episode akut asma adalah
aspirin, bahan pewarna seperti tartazin, antagonis beta- adrenergik, dan bahan sulfat.
Sindrom pernafasan sensitif-aspirin khususnya terjadi pada orang dewasa, walaupun
keadaan ini juga dapat dilihat pada masa kanak-kanak. Masalah ini biasanya berawal
dari rhinitis vasomotor perennial yang diikuti oleh rhinosinusitis hiperplastik dengan
polip nasal. Baru kemudian muncul asma progresif.
Klien yang sensitif terhadap aspirin dapat didesentisasi dengan pemberian obat
setiap hari. Setelah menjalani bentuk terapi ini, toleransi silang juga akan terbentuk
terhadap agen anti-inflamasi non-steroid lain. Mekanisme yang menyebabkan
bronkospasme karenaa penggunaan aspirin dan obat lain tidak diketahui, tetapi
mungkin berkaitan dengan pembentukan leukotrien yang diinduksi secara khusus oleh
aspirin.
Antagonis β-adrenergik biasanya menyebabkan obstruksi jalan nafas pada klien
asma, sama halnya dengan klien lain, dapat menyebabkan peningkatan reaktivitas jalan
nafas dan hal tersebut harus dihindari. Obat sulfat, seperti kalium metabisulfit, kalium
dan natrium bisulfit, natrium sulfit dan sulfat klorida, yang secara luas digunakan
dalam industri makanan dan farmasi sebagai agen sanitasi serta pengawet dapat
menimbulkan obstruksi jalan nafas akut pada klien yang sensitif. Pajanan biasnya
terjadi setelah menelan makanan atau cairan yang mengandung senyawa ini, seperti
salad, buah seger, kentang, kerang, dan anggur.
Pencetus-pencetus serangan di atas ditambah dengan pencetus lainnya dari
internal klien akan mengakibatkan timbulnya reaksi antigen dan antibodi. Reaksi
antigen-antibodi ini akan mengeluarkan substansi pereda alergi yang sebetulnya
merupakan mekanisme tubuh dalam menghadapi serangan. Zat yang dikeluarkan dapat
berupa histamin, bradikinin, dan anafilaktosin. Hasil dari reaksi tersebut adalah
timbulnya tiga gejala, yaitu berkontraksinya otot polos, peningkatan permeabilitas
kapiler, dan peningkatan sekret mukus. (Soemantri, 2009)
Kelemahan
Peningkatan kerja Hiperventilasi Kebutuhan
dan keletihan
otot pernafasan O2
Retensi O2
Asidosis Intoleransi
respiratorik aktivitas
nafsu makan Ketidakefek
ketidakseimbangan tifan pola
nutrisi kurang dari nafas
kebutuhan tubuh
1.8 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan menurut Wijaya & Putri (2014) yaitu :
Non farmakologi, tujuan dari terapi asma :
a. Menyembuhkan dan mengendalikan gejala asma
b. Mencegah kekambuhan
c. Mengupayakan fungsi paru senormal mungkin serta mempertahankannya
d. Mengupayakan aktivitas harian pada tingkat normal termasuk
melakukan exercise
e. Menghindari efek samping obat asma
f. Mencegah obstruksi jalan nafas yang
ireversibel
Farmakologi, obat anti asma :
a. Bronchodilator
Adrenalin, epedrin, terbutallin, fenotirol
b. Antikolinergin
Iptropiem bromid (atrovont)
c. Kortikosteroid
Predrison, hidrokortison, orodexon.
d. Mukolitin
BPH, OBH, bisolvon, mucapoel dan banyak minum air putih.
1.9 Komplikasi
Komplikasi yang sering terjadi pada penyakit asma meliputi:
1. Status asmatik
2. Gagal nafas (respiratory failure)
(Kowalak, Welsh, & Mayer, 2012)
3. Pneumothorax
4. Pneumomediastinum dan emfisema sub kutis
5. Atelektasis
6. Aspirasi
7. Sumbatan saluran nafas yang meluas/gagal nafas
8. Asidosis
(Wijaya & Putri, 2013)
Auskultasi : respirasi terdengar kasar dan suara mengi (wheezing) pada fase
respirasi semakin menonjol (Somantri, 2019).
2) Pemeriksaan jantung
Inspeksi : ictuscordis tidak tampak.
Palpasi : ictus cordis terdengar di ICS V mid clavicula kiri. Perkusi :
pekak.
Auskultasi : BJ 1dan BJ 2 terdengar tunggal, ada suara tambaha/tidak.
i. Pemeriksaan abdomen
Inspeksi : bentuk tidak simetris.
Auskultasi : bising usus normal (5-30x/menit).
Palpasi : tidak ada nyeri tekan.
Perkusi : tympani.
j. Pemeriksaan integumen
Inspeksi : kulit berwarna sawo matang, tidak ada lesi, tidak ada oedema.
Palpas : integritas kulit baik, tidak ada nyeri tekan.
k. Pemeriksaan anggota gerak (ekstermitas)
Inspeksi : otot simetri, tidak ada fraktur.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan.
Diagnosis keperawatan adalah fase kedua proses keperawatan. Pada fase ini,
perawat menggunakan ketrampilan berfikir kritis untuk menginterprestasikan data
pengkajian dan mengidentifikasi kekuatan serta masalah klien. Diagnosis adalah
langkah yang sangat penting dalam proses asuhan keperawatan. Semua aktivitas
sebelum fase ini ditunjukkan untuk merumuskan diagnosis keperawatan; semua
aktivitas perencanaan asuhan setelah fase ini didasarkan pada diagnosis keperawatan
(Kozier, Berman, & Snyder, 2011).
Diagnosis keperawatan yang muncul pada pasien asma menurut (Nurarif dan
Kusuma, 2015) adalah:
1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan keletihan otot pernafasan dan
deformitas dinding dada.
2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan mucus dalam jumlah
berlebihan peningkatan produksi mucus, eksudat dalam alveoli dan
bronkospasme
3. Gangguan Pertukaran gas berhubungan dengan retensi karbon dioksida.
4. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontakbilitas dan
volume sekuncup jantung.
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen (hipoksia) kelemahan.
6. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
laju metabolic, dispnea saat makan, kelemahan otot pengunyahan.
7. Ansietas berhubungan dengan keadaan penyakit yang diderita.
Rencana Perawatan
Tujuan Dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
No
1 SLKI : SIKI
Pola Napas Manajemen Jalan Napas
Setelah dilakukan asuhan 1. Monitor pola napas 1. Untuk mengetahui
keperawatan selama….x24 (frekuensi, kedalaman, keadaan pola napas
jam. Diharapkan pola napas usaha napas) pasien
pasien berkurang dengan 2. Monotor bunyi napas 2. untuk mengetahui
kriteria hasil : tambahan (mis, gurgling, bunyi napas pasien
1. Batuk Efektif mengi, wheezing, rnkhi 3. Untuk memudahkan
2. Tidak ada terdengar kering) pasien dalam bernapas
mengi, whezzing dana tau 3. Posisikan semi fowler dan memberikan
ronki kering atau fowler kenyamanan kepada
3. Tidak adanya dispnea 4. Anjurkan asupan cairan pasien
3. Tidak gelisah 2000ml/hari 4. Agar asupan cairan
4. Tidak ada Sianosis 5. Berikan Oksigen pasien terpenuhi dengan
5. Frekuensi napas membaik 6. Kolaborasi pemberian baik
6. Pola napas membaik Bronkodilator,ekspektoran, 5. untuk mengurangi
mukolitik sesak napas pasien
6. Untuk memberikan
penyembuhan kepada
pasien
1.
3 SLKI : SIKI
Pertukaran gas Pemantauan Respirasi
Setelah dilakukan asuhan 1. Monitor frekuensi, 1. Untuk mengetahui
keperawatan selama….x24 irama, kedalaman, dan frekuensi, irama,
jam. Diharapkan pertukaran upaya napas kedalaman, dan upaya
gas pasien berkurang dengan 2. Monitor kemampuan napas
kriteria hasil : batuk efektif 2. Untuk mengetahui
1. Tidak terjadi Dispnea 3. Monitor adanya kemampuan batuk
2. Tidak terdengar bunyi produksi sputum efektif pasien dan
napas tambahan 4. Atur interval memudahkan pasien
3. Tidak terjadi Sianosis pemantauan respirasi untuk mengeluarkan
4. Tidak gelisah sesuai kondisi pasien sekret
5. Warna kulit membaik 5. Jelaskan tujuan dan 3. untuk mengetahui
6. Pola napas normal prosedur pemantauan apakah sputum sudah
bisa dikeluarkan
4. untuk memantau
respirasi sesuai kondisi
pasien
5. Agar pasien mengerti
dan memahami prosedur
pemantauan
4 SLKI : SIKI
Curah Jantung Perawatan Jantung
Setelah dilakukan asuhan 1. Identifikasi tanda / 1. Untuk mengetahui
keperawatan selama….x24 gejala primer penurunan tanda tanda jantung dan
jam. Diharapkan curah curah jantung (meliputi adanya (dispnea,
jantung pasien berkurang dyspnea, kelelahan, edema, kelelahan, edema)
dengan kriteria hasil : ortopnea, paroxysmal 2. Untuk menegtahui
1. Brakikardia menurun nocturnal dyspnea, kondis tekanan darah
2. Takikardia menurun peningkatan CVP) 3. Untuk mengetahui
3. Tidak lelah lagi 2. Monitor Tekanan Darah kondisi tekanan darah
4. Tidak terjadi dispnea 3. Periksa tekanan darah dan nadi sebelum
5. Tidak adanya batuk dan prekuensi nadi diberikan pengobatan
sebelum pemberian obat 4. Untuk memudahkan
4. Posisikan pasien semi pasien dalam bernapas
fowler atau fowler dengan dan memberikan
kaki ke bawah atau posisi kenyamanan
nyaman 5. Untuk memberikan
5. Berikan terapi relaksasi kenyamanan dan
untuk mengurangi stress ketenangan pada pasien
6. Anjurkan Beraktivitas 6. Untuk menilai
fisik secara bertahap kempuan pasien sejauh
7. Kolaborasi pemberian mana bisa berktivitas
antiaritmia, jika perlu dengan baik
7. Untuk menangani
kondisi aritmia (denyut
jantung berdetak terlalu
cepat)
5 SLKI : SIKI
Toleransi Aktivitas Manajemen Energi 1. Untuk menilai
Setelah dilakukan asuhan 1. Monitor kelelahan fisik kelelahan fisik dan
keperawatan selama….x24 dan emosional emosional pasien
jam. Diharapkan toleransi 2. Monitor lokasi dan 2. Untuk mengetahui
aktivitas pasien berkurang ketidaknyamanan selama lokasi ketidaknyamanan
dengan kriteria hasil : melakukan aktivitas selama melakukan
1. Tidak ada Keluhan lelah 3. Berikan aktivitas aktivitas
2. Frekuensi nadi membaik distraksi yang 3. Untuk memberikan
3. Tidak ada Dispnea saat menenangakn ketenangan untuk pasien
aktivitas 4. Anjurkan tirah baring 4. agar pasien
4. Tekanan darah membaik 5. Anjurkan melakukan merasalebih baik dan
5. Tidak ada Sianosis aktivitas secara bertahap kondisi pasien lebih baik
6. Tidak Merasa tidak nyman 6. Kolaborasi dengan ahli 5. untuk mengkaji sejauh
setelah beraktivitas gizi tentang cara mana pasien bisa
7. Tidak merasa lemah meningkatkan asupan melakukan aktivitas
makanan 6. untuk mmeberikan
asupan yang baik untuk
pasien dan memberikan
tenaga untuk pasien agar
kondisi pasien membaik
6 SLKI : SIKI
Defisit nutrisi Manajemen Nutrisi
Setelah dilakukan asuhan 1. Identifikasi status nutrisi 1. Untuk nutrisi apa saja
keperawatan selama….x24 2. Monitor asupan nutrisi yang baik diberikan
jam. Diharapkan deficit 3. Berikan makanan tinggi untuk pasien
nutrisi pasien berkurang kalori dan tinggi protein 2. Untuk mengetahui
dengan kriteria hasil : 4. Anjurkan posisi duduk, asupan nutrisi pasien
1. Porsi makanan yang jika mampu 3. untuk memberikan
dihabiskan meningkat 5. Kolaborasi dengan ahli asupan yang baik untuk
2. Kekuatan otot mengunyah gizi untuk menentukan pasien memberikan
meningkat jumlah kalori dan jenis penyembuhan untuk
3. kekuatan otot menelan nutrient yang dibutuhkan, pasien
4. Berat badan (IMT) normal jika perlu 4. Untuk memudahkan
5. Nafsu makan meningkat pasien dalam melakukan
6. Membran mukosa lembab kegiatan makan dan
minum
5. Untuk memberikan
nutrisi yang baik pada
pasien dan mempercepat
penyembuhan pasuen
7 SLKI : SIKI
Tingkat Ansietas Reduksi Ansietas
Setelah dilakukan asuhan 1. Monitor tanda-tanda 1. Untuk mengetahui
keperawatan selama….x24 ansietas adanya tanda tanda
jam. Diharapkan tingkat 2. Temani pasien untuk ansietas
ansietas pasien berkurang mengurangi kecemasan 2. Agar pasien merasa
dengan kriteria hasil : 3. Gunakan pendekatan lebih tenang dan pasien
1. Tidak tampak gelisah yang tenang dan merasa diperhatikan oleh
2. Tidak tampak cemas meyakinkan keluarganya
3. Frekuensi pernapasan 4. Anjurkan Keluarga agar 3. agar pasien merasa
membaik tetap bersama pasien lebih dekat dengan
4. Frekuensi nadi membaik 5. Latih teknik relaksasi pasien dan memudahan
5. Tekanan darah normal 6. Kolaborasi pemberian peerawat dalam enggali
6. Tidak terlihat pucat obat antiansietas, jika perlu informasi pada pasien
7. Tidak tampak tegang 5. Memberikan
8. Tidak merasa bingung ketenangan dan
kenyamanan pada pasien
6. Untuk memberikan
penyembuhan pada
pasien
3. Dependen
Dependen implementasi adalah tindakan perawat atas dasar rujukan dari profesi
lain seperti ahli gizi, physiotherapies, psikolog, dan sebagainya dalam hal
pemberian pada klien sesuai dengan diit yang telah dibuat oleh ahli gizi, latihhan
fisik (mobilisasi fisik) sesuaidengan anjuran fisioterapi.
DAFTAR PUSTAKA
Almazini, P. 2012. Bronchial Thermoplasty Pilihan Terapi Baru untuk Asma Berat. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Abd. Wahid & Suprapto. (2013). Keperawatan Medical Medical Bedah Asuhan Keperawatan
Pada Gangguan Sistem Respirasi. Jakarta: CV. Trans Info Media
Asmadi, Khayan, Kasjono H.S. 2011. Teknologi Pengolahan Air Minum. Yogyakarta:
Gosyen Publishing
Bulechek G, dkk. (2008).Nursing Interventions Clarification (NIC) Firth Edition. Mosby :
Lowa city.
Djojodibroto, D. (2016). Respirologi (Respiratory Medecine). (J. Suyono & E. Melinda, Eds.)
(2nd ed.). Jakarta: EGC.
Kowalak, J., P., Welsh, W., & Mayer, B. (2012). Buku ajar patofisiologis (professional guide
to pathophysiology). Jakarta : EGC.
Kozier,B.,Glenora Erb, Audrey Berman dan Shirlee J.Snyder. (2011). Buku Ajar
Fundamental Keperawatan ( Alih bahasa : Esty Wahyu ningsih, Devi yulianti, yuyun
yuningsih. Dan Ana lusyana ). Jakarta :EGC
Muttaqin,Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem
Imunologi. Jakarta: Salemba Medika
Muttaqin, Arif., dan Kumala Sari. 2012. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan.
Jakarta: Salemba Medika
Mumpuni, Y & Wulandari, A. (2013). Cara Jitu Mengatasi Asma. Yogyakarta: Rapha
Publishing.
Marelli,T.M. (2008). Buku saku dokumentasi keperawatan. Jakarta : EGC
Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction.
Nursalam, 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan : Jakarta:
Salemba Medika
Padila. 2012. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta : Nuha Medika
Padila. (2015). Asuhan Keperawata Maternitas II. Yogyakarta: Nuha Medika.
Somantri, Irman. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem
Pernapasan. Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika
Wijaya, A.S dan Putri, Y.M. 2013. Keperawatan Medikal Bedah 2, Keperawatan Dewasa
Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta : Nuha Medika