Anda di halaman 1dari 12

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

PENYAKIT ASMA

Pokok Bahasan

: Asma

Sub Pokok Bahasan

: Penanganan dan pencegahan asma

Sasaran

: Ny.M

Target

: Peningkatan pengetahuan tentang penanganan dan


Pencegahan Asma

Hari / Tanggal

: Kamis, 22 September 2016

Waktu

: 09.00 WIB s/d

Tempat

: Ruang Anggrek II RSUD Drajat Prawiranegara


Serang

TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan, pasien diharapkan mampu memahami
tentang penanganan dan pencegahan Asma
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan selama 1 x 20 menit diharapkan pasien
dapat mengetahui tentang penanganan dan pencegahan Asma
METODE
Ceramah dan Tanya jawab
MEDIA
-

Leaflet

ISI MATERI
Cara penanganan dan pencegahan Asma
No
1

Kegiatan
Pendahuluan :

Waktu

Respon klien
Membalas salam

a. Salam pembuka

Mendengarkan

5 menit

b. Memperkenalkan diri

Memberikan respon

c. Menjelaskan maksud dan tujuan


2 Penjelasan materi :
Menjelaskan mengenai isi materi

Mendengarkan

yaitu penanganan dan pencegahan

Memperhatikan

10 menit

Asma

Penutup :

Menanyakan hal-hal yang

a. Tanya jawab

belum jelas seputar

b. Feed back

penanganan dan

c. Menyimpulkan hasil penyuluhan

pencegahan Asma

d. Memberikan salam

Menanyakan kembali
mengenai isi materi yang
telah disampaikan oleh
penyaji

Aktif bersama dalam


menyimpulkan isi materi
penyuluhan

Membalas salam

5 menit

MATERI PENYULUHAN

A. Pengertian Asma
Asma sendiri berasal dari kata asthma. Kata ini berasal dari bahasa Yunani
yang memiliki arti sulit bernafas. Penyakit asma dikenal karena adanya gejala
sesak nafas, batuk, dan mengi yang disebabkan oleh penyempitan saluran nafas.
Atau dengan kata lain asma merupakan peradangan atau pembengkakan saluran
nafas yang reversibel sehingga menyebabkan diproduksinya cairan kental yang
berlebih (Prasetyo: 2010).
Asma merupakan penyakit inflamasi kronik saluran napas yang disebabkan
oleh reaksi hiperresponsif sel imun tubuh seperti mast sel, eosinophils, dan Tlymphocytes terhadap stimuli tertentu dan menimbulkan gejala dyspnea, whizzing,
dan batuk akibat obstruksi jalan napas yang bersifat reversibel dan terjadi secara
episodik berulang (Brunner & Suddarth: 2001).
Menurut Prasetyo (2010) Asma, bengek atau mengi adalah beberapa nama
yang biasa kita pakai kepada pasien yang menderita penyakit asma. Asma bukan
penyakit menular, tetapi faktor keturunan (genetic) sangat punya peranan besar di
sini.
Saluran pernafasan penderita asma sangat sensitif dan memberikan respon
yang sangat berlebihan jika mengalami rangsangan atau ganguan. Saluran
pernafasan tersebut bereaksi dengan cara menyempit dan menghalangi udara yang
masuk. Penyempitan atau hambatan ini bisa mengakibatkan salah satu atau
gabungan dari berbagai gejala mulai dari batuk, sesak, nafas pendek, tersengalsengal, hingga nafas yang berbunyi ngik-ngik (Hadibroto et al: 2006).

Beberapa ahli membagi asma dalam 2 golongan besar, seperti yang dianut
banyak dokter ahli pulmonologi (penyakit paru-paru) dari Inggris, yakni:
a. Asma Ekstrinsik
Asma ekstrinsik adalah bentuk asma yang paling umum, dan disebabkan
karena reaksi alergi penderitanya terhadap hal-hal tertentu (alergen), yang tidak
membawa pengaruh apa-apa terhadap mereka yang sehat.
Pada orang-orang tertentu, seperti pada penderita asma, sistem imunitas
bekerja lepas kendali dan menimbulkan reaksi alergi. Reaksi ini disebabkan oleh
alergen. Alergen bisa tampil dalam bentuk: mulai dari serbuk bunga, tanaman,
pohon, debu luar/dalam rumah, jamur, hingga zat/bahan makanan. Ketika alergen
memasuki tubuh pengidap alergi, sistem imunitasnya memproduksi antibodi
khusus yang disebut IgE. Antibodi ini mencari dan menempelkan dirinya pada selsel batang. Peristiwa ini terjadi dalam jumlah besar di paru-paru dan saluran
pernafasan lalu membangkitkan suatu reaksi. Batang-batang sel melepaskan zat
kimia yang disebut mediator. Salah satu unsur mediator ini adalah histamin.
Akibat

pelepasan

histamin

terhadap

paru-paru

adalah

reaksi

penegangan/pengerutan saluran pernafasan dan meningkatnya produksi lendir


yang dikeluarkan jaringan lapisan sebelah dalam saluran tersebut.
b. Asma Intrinsik
Asma intrinsik tidak responsif terhadap pemicu yang berasal dari alergen.
Asma jenis ini disebabkan oleh stres, infeksi, dan kondisi lingkungan seperti
cuaca, kelembaban dan suhu udara, polusi udara, dan juga oleh aktivitas olahraga
yang berlebihan.

Asma intrinsik biasanya berhubungan dengan menurunnya kondisi ketahanan


tubuh, terutama pada mereka yang memiliki riwayat kesehatan paru-paru yang
kurang baik, misalnya karena bronkitis dan radang paru-paru (pneumonia).
Penderita diabetes mellitus golongan lansia juga mudah terkena asma intrinsik.
Tujuan dari pemisahan golongan asma seperti yang disebut di atas adalah
untuk mempermudah usaha penyusunan dan pelaksanaan program pengendalian
asma yang akan dilakukan oleh dokter maupun penderita itu sendiri. Namun
dalam prakteknya, asma adalah penyakit yang kompleks, sehingga tidak selalu
dimungkinkan untuk menentukan secara tegas, golongan asma yang diderita
seseorang. Sering indikasi asma ekstrinsik dan intrinsik bersama-sama dideteksi
ada pada satu orang.

B. Penyebab Terjadinya Asma


Menurut The Lung Association of Canada, ada dua faktor yang menjadi
pencetus asma, yaitu:
1.

Pemicu (trigger) yang mengakibatkan mengencang atau menyempitnya saluran


pernafasan (bronkokonstriksi). Pemicu tidak menyebabkan peradangan. Banyak
kalangan kedokteran yang menganggap pemicu dan bronkokonstriksi adalah
gangguan pernafasan akut, yang belum berarti asma, tapi bisa menjurus menjadi
asma jenis intrinsik. Gejala-gejala bronkokonstriksi yang diakibatkan oleh pemicu
cenderung timbul seketika, berlangsung dalam waktu pendek dan relatif mudah
diatasi dalam waktu singkat. Namun saluran pernafasan akan bereaksi lebih cepat
terhadap pemicu, apabila sudah ada, atau sudah terjadi peradangan. Umumnya
pemicu yang mengakibatkan bronkokonstriksi termasuk stimulus sehari-hari

seperti: perubahan cuaca dan suhu udara, polusi udara, asap rokok, infeksi saluran
pernafasan, gangguan emosi, dan olahraga yang berlebihan.
2. Penyebab (inducer) yang mengakibatkan peradangan (inflammation) pada saluran
pernafasan.

Penyebab

asma

(inducer)

bisa

menyebabkan

peradangan

(inflammation) dan sekaligus hiperresponsivitas (respon yang berlebihan) dari


saluran pernafasan. Oleh kebanyakan kalangan kedokteran, inducer dianggap
sebagai penyebab asma sesungguhnya atau asma jenis ekstrinsik. Penyebab asma
(inducer) dengan demikian mengakibatkan gejala-gejala yang umumnya
berlangsung lebih lama (kronis), dan lebih sulit diatasi, dibanding gangguan
pernafasan yang diakibatkan oleh pemicu (trigger). Umumnya penyebab asma
(inducer) adalah alergen, yang tampil dalam bentuk: ingestan, inhalan, dan kontak
dengan kulit. Ingestan yang utama ialah makanan dan obat-obatan. Sedangkan
alergen inhalan yang utama adalah tepung sari (serbuk) bunga, tungau, serpih dan
kotoran binatang, serta jamur.

C. Klasifikasi Asma
Klasifikasi asma berdasarkan tingkat keparahan penyakit (derajat asma) yaitu:
1. Intermiten
Intermitten ialah derajat asma yang paling ringan. Pada tingkatan derajat asma
ini, serangannya biasanya berlangsung secara singkat. Dan gejala ini juga bisa
muncul di malam hari dengan intensitas sangat rendah yaitu 2x sebulan.
2. Persisten Ringan
Persisten ringan ialah derajat asma yang tergolong ringan. Pada tingkatan
derajat asma ini, gejala pada sehari-hari berlangsung lebih dari 1 kali seminggu,

tetapi kurang dari atau sama dengan 1 kali sehari dan serangannya biasanya dapat
mengganggu aktifitas tidur di malam hari.
3. Persisten Sedang
Persisten sedang ialah derajat asma yang tergolong lumayan berat. Pada
tingkatan derajat asma ini, gejala yang muncul biasanya di atas 1 x seminggu dan
hampir setiap hari. Serangannya biasanya dapat mengganggu aktifitas tidur di
malam hari.
4. Persisten Berat
Persisten berat ialah derajat asma yang paling tinggi tingkat keparahannya.
Pada tingkatan derajat asma ini, gejala yang muncul biasanya hampir setiap hari,
terus menerus, dan sering kambuh. Membutuhkan bronkodilator setiap hari dan
serangannya biasanya dapat mengganggu aktifitas tidur di malam hari.

E. Pemeriksaan penunjang
1. Lung Function Test Peak expiratory flow rate (PEFR atau FEV) berfungsi untuk
mendiagnosis asma dan tingakatannya.
2. Skin test : Berfungsi untuk mengetahui penyebab dari asma.
3. Chest X-ray : Berfungsi untuk komplikasi (pneumotoraks) atau untuk memeriksa
pulmonaty shadows denganallergic bronchipulmonary aspergilosis
4.

Histamine bronchial provocation test : Untuk mengindikasikan adanya airway


yang hiperresponsif, biasanya ditemukan pada seluruh penyakit asma, terutama
pada pasien dengan gejala utama batuk. Test ini tidak boleh dilakukan pada pasien
yang mempunyai fungsi paru yang buruk (FEV <1,5L)

5.

Blood and sputum test : Pasien dengan asma mungkin memiliki peningakatan
eosinofil di darah perifer (>9,4x10)

F. Pencegahan Kambuhnya Asma :


1. Perhatikan waktu atau kegiatan sebelum mendapat serangan, misalnya
udara, rokok, makanan/minuman, debu, kegiatan fisik, obat-obatan, infeksi
dan lain sebagainya. Buat catatan, sehingga di dapat gambaran jelas
tentang penyebabnya dan dapat dihindari
2. Cuci sarung bantal, sprei, horden lebih sering
3. Potong rumput di halaman lebih sering
4. Pilih tanaman yang tidak berbunga
5. Jauhi asap rokok
6. Hindari makanan laut
7. Jangan memelihara binatang berbulu dirumah ( anjing, kucing, burung )
8. Gunakan pakaian hangat jika cuaca dingin
9. Hindari aktifitas yang dapat membuat tubuh kelelahan
10. Selalu sediakan obat asma di rumah/ di tas
11. Jika menggunakan obat steroid hirup, setelah menghirup obat ini
dianjurkan berkumur dengan air hangat untuk menghindari efek
sampingnya berupa jamur pada kerongkongan dan pita suara
12. Jika asma terlanjur kambuh, hentikan aktifitas dan segera beristirahat
13. Obati serangan secara dini, jangan menunggu sampai sesak nafas
14. Jika setelah minum obat tidak terjadi perbaikan, harus segera berobat ke
UGD rumah sakit terdekat.

G. Penanganan Penyakit Asma :


1. Secara non farmakologik (penanganan tidak dengan obat)

Pendidikan pada penderita mengenai penyakitnya sehingga dapat menyikapi


penyakitnya dengan baik

Menghindari penyebab/pencetus serangan (allergen) dan kontrol lingkungan


hidupnya

Latihan relaksasi, kontrol terhadap emosi dan lakukan senam atau olah raga yang
bermanfaat memperkuat otot pernapasan, misalnya berenang

Fisioterapi, sehingga lendir mudah keluar

2. Secara farmakologik (penanganan menggunakan obat)

Pereda serangan/ pelonggar saluran nafas, misalnya Salbutamol, Aminofilin

Pencegah serangan berulang, misalnya Prednisone, Dexametason

Pengencer lendir, misalnya Bromhexin, Ambroxol

REFERENSI
Brunner & Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah edisi 8.
Jakarta: EGC
Dahlan, Zul. 1998. Masalah Asma di Indonesia dan Penanggulangan jelasnya..
Bandung: Subunit Pulmonologi Bagian/UPF Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas
Kedokteran Universitas Padjadjaran Rumah Sakit Hasan Sadikin.
Hadibroto, Iwan. dan Alam, Syamsir. 2006. Asma. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama.
Prasetyo, Budi. 2010. Seputar Masalah Asma : Mengenal Asma, Sebab-sebab,
Resiko-resiko, Dan Cara Mengantisipasinya. Yogyakarta: Diva Press.
Suyoko, E.M.D. 1992. Konsep Baru Penatalaksanaan Asma Bronial pada Anak.
Jakarta: Sub Bagian Alergi-Imunologi Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia Rumah Sakit Dr. Ciptomangunkusumo.
Wong, DN. 2003. Nursing Care of Infants and Children. St Louis Missauri, USA:
Mosby

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

ASMA

Disusun Oleh:
AGUS SUDIRMAN
5016041005

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN FALETEHAN
SERANG
2016/2017

Anda mungkin juga menyukai