Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Asma adalah penyakit paru-paru obstruktif yang mempengaruhi> 230 juta orang di
seluruh dunia dan penyebab signifikan morbiditas pada pasien dari segala usia. Ini adalah
penyakit heterogen dengan patofisiologi dan fenotipe yang kompleks. Diagnosis ditegakkan
dengan anamnesis menyeluruh dan pemeriksaan fisik, dan kondisi ini ditandai dengan
obstruksi aliran udara yang bervariasi dan responsif terhadap jalan napas. Memahami
tingkat keparahan penyakit adalah penting, dan pengobatan ditujukan untuk mengendalikan
gejala dan pencegahan eksaserbasi di masa depan. Pengobatan farmakologis dengan beta-
agonis untuk asma intermiten dan kortikosteroid inhalasi dan kombinasi kortikosteroid
inhalasi dan agonis beta-2 long-acting untuk asma persisten direkomendasikan. Perawatan
tambahan dan alternatif dengan pengubah leukotrien, antikolinergik, biologik, dan
termoplasti bronkial juga tersedia. Namun, memahami fenotipe, endotipe, dan komorbiditas
penyakit individu diperlukan untuk pengobatan asma, dengan konsultasi yang tepat dengan
spesialis asma diperlukan bagi mereka yang menderita asma parah.
Gejala asma dapat tidak spesifik dan bervariasi, membuat diagnosis sulit. Pasien sering
datang dengan mengi, sesak napas, dan batuk yang terjadi lebih sering pada malam hari dan
dini hari.Gejala sering bersifat episodik dan dapat disebabkan oleh berbagai pemicu, seperti
iritasi, alergen spesifik, dan olahraga. Mengi dan dyspnoea nokturnal memiliki korelasi kuat
dengan diagnosis asma (risiko relatif: masing-masing 26% dan 29%), dan mengi adalah satu-
satunya gejala yang paling sensitif dan umum untuk diagnosis asma.Gejala pernapasan yang
bervariasi dari waktu ke waktu dan dalam intensitas, yang lebih buruk di malam hari atau di
pagi hari, dan yang memiliki pemicu spesifik dikaitkan dengan kemungkinan diagnosis asma
yang lebih tinggi. Di sisi lain, kehadiran produksi dahak kronis, nyeri dada, dan batuk
terisolasi tanpa gejala pernapasan lainnya mengurangi kemungkinan asma.7Pengambilan
riwayat secara rinci adalah langkah penting dalam diagnosis asma dan bukti pembatasan
aliran udara variabel yang dikonfirmasi oleh dokter diperlukan untuk mengkonfirmasi
keberadaan penyakit.

1
1.2.RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud penyakit asma ?
2. Bagaimana penyebab asma ?
3. Bagaimana tindakan asma?
4. Bagaimana Penggolongan obat asma ?
5. Bagaimana pengobatan asma ?

1.3.TUJUAN PENULISAN
1. Apa yang dimaksud penyakit asma ?
2. Bagaimana penyebab asma ?
3. Bagaimana tindakan asma?
4. Bagaimana Penggolongan obat asma ?
5. Bagaimana pengobatan asma

2
BAB II
PEMBAHASAN

1.1. DEFENISI ASMA

Asma atau bengek adalah penyakit alergi yang bercirikan peradangan steril kronis yang
disertai serangan sesak nafas akut secara berkala,mudah sengal – sengal dan batuk ( dengan
bunyi khas ).Ciri lain adalah hipersekresi dahak yang biasanya lebih parah pada malam hari
dan meningkatnya ambang rangsangan ( Hiperreaktivitas ) bronki terhadap rangsangan
alergis maupun non alergi.

Asma adalah penyakit pada saluran pernapasan bawah yang mempengaruhi pria
dan wanita dari segala usia. Hal ini didiagnosis secara klinis, tetapi tidak ada tes standar
emas tunggal tersedia; ada heterogenitas yang signifikan untuk patofisiologi asma dan
presentasi klinis, dan overdiagnosis klinis dapat terjadi, terutama pada mereka tanpa
konfirmasi spirometri. 3 Oleh karena itu, sejarah pada mereka tanpa konfirmasi spirometri.
3 Oleh karena itu, sejarah pada mereka tanpa konfirmasi spirometri. Oleh karena itu,
sejarah menyeluruh dan pemeriksaan fisik bersama dengan spirometri penting untuk
diagnosis asma.

Status asmatikus adalah serangan asma hebat pada mana penciutan bronki
menjadi lebih kuat ,yang bertahan abnormal lama ( sampai lebih dari 24 jam ). Ciri - ciri
lainnya adalah takikardia dan tak bisa berbicara lancer ( tersendat – tersendat ) akibat nafas
sengal- sengal.

Asma alergis pada umumnya sudah mulai sejak masa kanak – kanak dan di
dahulu oleh gejala lain ,khususnya eksim.Faktor genetic dan resam ( konstitusi ) tubuh
memegang peranan penting pada terjadinya jenias asma ini . Eksim ini umumnya membaik
setelah anak – anak mencapai usia remaja,tetapi sering kali kambuh kembali pada usia 20 –
40 tahun ,karena peradangan dari saluran nafas tetap bertahan walaupun tanpa gejala.

3
1.2. GEJALA ASMA
Gejala-gejala asma dapat spesifik dan bervariasi, membuat diagnosis sulit. Pasien
sering hadir dengan mengi, sesak napas, dan batuk yang lebih sering terjadi selama
malam dan pagi. Gejala sering episodik dan dapat disebabkan oleh berbagai pemicu,
seperti iritasi, alergen tertentu, dan olahraga. Mengi dan dispnea nokturnal memiliki
korelasi yang kuat dengan diagnosis asma (risiko relatif: 26% dan 29%, masing-
masing), dan mengi adalah gejala yang paling sensitif dan umum untuk diagnosis
asma. gejala pernapasan yang bervariasi dari waktu ke waktu dan intensitas, yang
lebih buruk pada malam hari atau di pagi hari, dan yang memiliki pemicu tertentu
terkait dengan kemungkinan yang lebih tinggi dari diagnosis asma.
Di sisi lain, kehadiran produksi kronis sputum, nyeri dada, dan batuk terisolasi
tanpa gejala pernapasan lain mengurangi kemungkinan asma. Rinci sejarah taking
merupakan langkah penting dalam diagnosis asma dan bukti keterbatasan aliran udara
variabel dikonfirmasi oleh dokter diperlukan untuk mengkonfirmasi kehadiran
penyakit

1.3. PENYEBAB ASMA

Serangan asma disebabkan peradanagn steril kronis dari saluran nafas dengan
mastosi ( mast cell ) dan granulosit eosinofil sebagai pemeran penting.Pada orang –
orang yang peka terjadi obstruksi saluran nafas yang difus dan reversible.Selain itu
juga terdapat hiperreaktivitas bronki terhadap berbagai stimuli spesifik yang dapat
memicu serangan.Stimulasi terkenal adalah zat – zat alergan terutama partikel –
partikel tinja dan tungau,polen,spora jamur (Aspaergillus fumigatu ) .Zat – zat
perangsang ( antara lain asap dan SO2 dari polusi kendaraan ,asap rokok ,uap ,debu
),hawa dingin ( kering ) ,emosi,kelelahan ,dan infeksi virus ( seperti rhinovirus,virus
parainfluensa),juga obat – obat tertentu (asetosal,penghalang β,AINS )

Ada beberapa hal yang merupakan factor presdiposisi timbulnya serangan asma :

a. Faktor presdiposisi

4
Berupa genetik dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum
diketahui bagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan penyakit alergi.
Karena adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah terkena penyakit asma jika
terpapar dengan factor pencetus. Selain itu hipersensitivitas saluran pernapasan juga
bisa diturunkan.
b. Factor prespitasi
1) Allergen
Dimana allergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
 Inhalan yaitu yang masuk melalui saluran pernapasan misalnya debu, bulu
binatang, serbuk bunga, spora, spora jamur,bakteri dan polusi
 Ingestan yaituyang masuk melalui mulut miosalnya makanan dan obat-
obatan
 Kontaktan yaitu yang masuk melalui kontak dengan kulit misalnya
perhiasan, logam, dan jam tangan

2) Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi
asma. Atsmosfer yang mendadak dingin merupakan factor pemicu terjadinya
serangan asma , seperti musim hujan, musim kemarau dan musim bunga. Hal ini
berhubungan dengan arah angina serbuk bunga dan debu.
3) Stress
Stress atau gangguan emosi menjadi pencetus serangan asama, selain itu juga bisa
memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejalal asma yang
timbul harus segera diobati penderita asma yang alami stress perlu diberi nasehat
untuk menyelesaikan masalah pribadinya. Karena jika stressnya belum diatasi
maka gejala asma belum bisa diobati.
4) Lingkungan kerja
Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan asma. Hal ini
berkaitan dengan dimana ia bekerja. Misalnya orang yang bekerja di laboratorium
hewan, industry tekstil, pabrik asbes atau polisi lalu lintas
5) Olah raga aktivitas yang berat

5
Sebagian besar penderita asma akan mendapatserangan asma jika
melakukan aktivitas jasmani atau olahraga yang berat. Lari cepat paling mudah
menimbulkan serangan asma.

1.4. TINDAKAN UMUM


2. Mencegahnya timbulnya reaksi antigen-antibody dan serangan asma, misalnya dengan
menjaga kebersihan ( sanitasi ) seperti menyingkirkan semua rangsangan luar terutama
binatang – binatang peliharaan ,rumah harus dibersihkan setiap hari khususnya
kasur,sprei,dan selimut.Begitu juga factor aspesifik seperti perubahan suhu,dingin,asap
dan kabut yang dihindari.
1. Berhenti merokok ,karena asap rokok dapat menimbulkan bronkokonstriksi dan
memperburuk asma.
2. Fisioterapi,menepuk – menepuk bagian dada guna mempermudah pengeluaran
sputum,latihan pernapasan dan relaksasi.
3. Mencegah infeksi primer,dengan vaksinasi influenza.
4. Pemberian antibiotika pada pasien dan bronchitis dengan infeksi bakteri.umumnya
diberikan Amiksisilin dan terapi pencegahan.

1.5 PENGGOLONGAN OBAT – OBAT ASMA

Berdasarkan mekanisme kerjanya ,kerja obat – obatan asma dapat dibagi dalam beberapa
golongan yaitu

1) Antialergika
Antialergika adalah zat – zat yang berkerja menstabilkan mastosit,hingga tidak
pecah dan melepaskan histamine.Obat ini sangat berguna untuk mencegah serangan
asma dan rhinitis alergis (hay fever).Termasuk kelompok ini adalah kromoglikat, β2
adrenergik dan antihistamin seperti ketotifen dan oksatomida juga memiliki efek ini.
2) Bronkodilator

6
Mekanisme kerja obat ini adalah merangsang system adrenergic sehingga
memberikan efek bronkodilatasi .termasuk didalamnya adalah :
a) Adrenergika
Khususnya β2 simpatomimetika (β2-mimetik).zat ini bekerja selektif terhadap
reseptor β2 (bronkospasmolisa) dan tidak bekerja terhadap reseptor β2
(stimulasi jantung),kelompok β2-mimetic seperti salbutamol,fenoterol,
terbutalin,riniterol,prokaterol,dan tretoquinol.sedangkan yang bekerja
terhadap reseptor β2 dan βt adalah afedrin ,isoprenalin dan adrenalin.
b) Beta-2 Agonis
Beta-2 agonis adalah bronkodilator yang memainkan peran penting dalam
mengontrol asma dan pengobatan eksaserbasi akut. Mereka mengikat reseptor
adrenergik beta-2 pada sel-sel otot polos bronkus, menyebabkan relaksasi otot
polos dan bronkodilatasi
SABA sering digunakan untuk mengobati intermiten ringan asma
dan akut eksaserbasi tetapi tidak harus dianggap sebagai obat pengendali;
peningkatan penggunaan SABA telah dikaitkan dengan kontrol asma lebih
buruk dan ICS kadang-kadang dapat ditambahkan ke pengobatan mereka
dengan intermiten asma ringan sampai penggunaan batas SABA. ringan
sampai penggunaan batas SABA.

SABA yang paling efektif dalam mengobati bronkokonstriksi akut


dan memiliki onset cepat tindakan dari 1-5 menit, dengan efek puncak pada 2
jam dan durasi median dari aksi 3 jam. SABA termasuk albuterol,
levalbuterol, terbutaline, metaproterenol, dan pirbuterol. LABA termasuk
salmeterol dan formoterol dan dapat memiliki efek saluran pernafasan
berlangsung > 12 jam.

Para peneliti menemukan bahwa ada lebih banyak pernapasan dan


kematian terkait asma dan mengancam nyawa pengalaman dalam mereka
yang dirawat dengan LABA daripada mereka plasebo penerima. Keamanan
dan manfaat dari kombinasi LABA / ICS, bagaimanapun, telah ditunjukkan
dalam beberapa studi. menunjukkan bahwa penggunaan kombinasi LABA /

7
ICS dikaitkan dengan rendahnya risiko eksaserbasi asma dan fungsi paru-
paru membaik dibandingkan dengan ICS saja. Oleh karena itu, penggunaan
LABA-ICS kombinasi inhaler aman dan potensi terapi langkah-up untuk
pasien asma.

c) Antikolinergika
Dalam otot polos terhadap keseimbangan antara system adrenergic dan
kolinergik.Bila reseptor β2 sistem adrenergic terhambat,maka system
kolinergik menjadu dominan ,sehingga terjadi penciutan
bronki.Antikolinergika bekerja memblokir reseptor saraf kolinergik pada otot
polos bronki sehingga aktivitas saraf adrenergic menjadi dominan,dengan efek
bronkodilatasi.kelompok ini seperti oksifenonim,tiazinamium dan
ipatropin.efeek samping antikolinergika adalah takikardia,pengentalan
dahak,mulut kering,obstipasi ,sukar kencing,gangguan akomodasi.efek
samping dapat diperkecil dengan pemberian inhalasi.
d) Derivat Xantin
Mempunyai daya bronkodilatasi berdasarkan penghambatan enzim
fosfodiesterase.Selain itu, teofilin juga mencegah pengingkatan hiperaktivitas
,sehingga dapat bekerja sebagai profilaksis.kombinasi dengan efedrin praktis
tidak membesar bronkodilatasi,sedangkan efek takikardia dapat
diperkuat.Oleh karena itu,kombinasi tersebu dapat dianjurkan.Termasuk
dalam derivat xantim adalah teofilin,aminofilin,dan kolinteofinilat.
Example :
 Teofilin
Indikasi : asma bronkial , bronchitis asmatic kononis, emfisema
Mekanisme kerja : spasmolitik otot polos khususnya pada otot
bronchi, stimulasi jantung, stimulasi SSP dan pernapasan serta
diuretic. Berdasarkan efek stimulasi jantung, obat juga digunakan
pada sesak napas karena kelainan jantung (asma kardial)
Kontra indikasi : penderita tuka lambung yang aktif dan mempunyai
riwayat penyakit kejang

8
Efek samping : penggunaan pada dosis tinggi dpat menyebabkan
mual, muntah, nyeri epigastrik, diare, sakit kepala, insomnia, kejang
otot, palpitasi, takikardia, hipotensi, dan aritmia.
Interaksi obat : sinergisme toksik dengan efedrin, kadar dalam serum
meningkat dengan adanya simetidin, alupurinol,kadar dalam serum
menurun dengan adanya fenitoin , kontasepsi oral dan rifampisin
Sediaan : tablet, elixir, dan injeksi

3) Antihistaminika
Obat ini memblokir reseptor histamine sehingga mencegah bronkokonstriksi.banyak
antihistamin memiliki daya antikolinergika dan sedative.antihistaminika antara lain
a. ketotifen,
b. tiazinamium
c. dan deptropin.

4) Kortikosteroida
Kortikosteroid merupakan bagian integral dari manajemen eksaserbasi asma akut
dan kontrol penyakit kronis karena sebagian besar pasien asma memiliki fenotip
inflamasi.
ICS merupakan bagian penting dari manajemen asma persisten, terutama untuk
pasien dengan fenotip eosinophilic. Obat-obatan menurunkan napas
hyperresponsiveness dan respon inflamasi terhadap alergen oleh downregulating
eosinofil dan aktivasi sel mast. Contoh ICS yang tersedia saat ini meliputi
a) beklometason,
b) triamcinolone,
c) flunisolide,
d) ciclesonide,
e) budesonide,
f) fluticasone,
g) dan mometason.

9
kortikosteroid sistemik sangat penting dalam pengobatan asma yang tidak
terkontrol dan eksaserbasi asma akut. penggunaan jangka pendek kortikosteroid
sistemik dapat menjadi alat yang efektif dalam mengurangi peradangan sistemik dan
bronchial penyempitan. Namun, jangka panjang penggunaan kortikosteroid sistemik
tidak disarankan karena hubungan mereka dengan berbagai efek samping jangka
panjang, termasuk berat badan, gastritis, osteoporosis, hipertensi, supresi adrenal, dan
psikosis. Tidak ada standar durasi direkomendasikan atau dosis kortikosteroid untuk
pengobatan eksaserbasi akut asma. atau dosis kortikosteroid untuk pengobatan
eksaserbasi akut asma. Pasien yang tidak dapat disapih dari kortikosteroid sistemik
untuk mempertahankan kontrol penyakit harus dinilai untuk pengobatan dengan obat
biologis dan kondisi komorbiditas dan dirujuk ke spesialis asma.
Daya bronkodilatasinya dengan mempertinggi kepekaan reseptor β2 sehingga
dapat melawan efek mediator seperti gatal dan radang.Penggunaan terutama pada
serangan asma akibat infeksi virus atau bakteri.Penggunaan jangka panjang lama
hendaknya dihindar berhubung efek sampingnya yaitu osteoporosis,borokm
lambung,hipertensi dan diabetes.efek samping dapat dikurangi dengan pemberian
inhalsi.
contoh kortikosteroida antara lain :
a) hidrokortison ,
b) prednisone,
c) deksametason,
d) betametason.
Kortikosteroida ( hidrokortison, prednisone, dexametason,triamnisolon)
Indikasi : obat ini hanya diberikan pada asam yang parah dan tidak dapat
dikendalikan dengan obat- obat asma laninnya. Pada status armathicus diberikan per
i.v dalam dosis tinggi
Kontraindikasi : -
Efek samping : pada penggunaan yang lama dapat berakibat osteoporosis ,
moonface, hipertrikosis, impotensi, dan menekan fungsi ginjal. Pemakaian inhalasi
efektivitasnya diperbesar dan penekanan terhadap anak ginjal diperingan

10
Interaksi obat : efeknya memperkuat adrenergika dan teofilin serta mengurangi
sekresi dahak
Dosis : pemberian dosis besar maksimum 2-3 minggu per oral 25 mg- 40 mg sesudah
makan pagi, setiap hari dikurangi 5 mg
untuk dosis pemeliharaan 5 mg – 10 mg prednisone setiap 48 jam atau
betamethasone ½ mg setiap hari.
5) Ekspektoransia
Efeknya mencairkan dahak,sehingga mempermudah dahak untuk dikeluarkan
.pada seranngan akut obat ini berguna terutama bila lender sangat kental dan sukar
dikeluarkan.Mekanisme kerja obat ini adalah merangsang mukosa lambung dan
sekresi saluran napas sehingga menurunkan viskositas lender.Mekanisme kerja dari
asetilsistein adalah kerjanya terhadap mukosa protein dengan melepaskan ikatan
disulfide sehingga viskositas lender berkurang.Contoh obat – obatan ekspektoransia
adalah KI,NH4,Cl,bromhekssin ,asetilsistein.

6) Kromolin natrium dan nedokromil natrium


Mempunyai efek yang menguntungkan yang diyakini merupakan hasil stabilitas
membrane mastosit.Obat – obat ini hanya efektif jika dihirup dan tersedia sebagai
inhalasi dosis terukur ,kromolin juga tersedia dalam larutan nebulizer.

7) Modifikator leukotriene
a) Zafirlukast dan montelukast merupakan antagonis reseptor leukotriene yang
mengurangi inflamasi jalur udara.
b) Zileuton merupakan inhibitor leukotriene sintesis .Penggunaannya terbatas
karena frekuensi pemakaian yang tinggi dan berpotensi untuk meningkatkan
enzim hepatic.

8) Kombinasi terapi pengontrol


Kombinasi kortosteroid hirup dan agonis β2 hirup kerja lama tahap 3 asma
persisten advair merupakan sediaan kombinasi (flutikason+salmeterol) yang
mengobati inflamasi dan bronkokontriksi asma persisten sedang hingga parah.

11
9) Omalizumab
Omalizumab merupakan antibody anti IgE yang digunakan untuk pengobatan asma
yang tidak dapat di tangani dengan baik oleh kortikosteroid hirup dosis tinggi .Obat
ini hanya diindikasika untuk pasien atopic bergantungan korikosteroid yang
memerlukan korikosteroid oral atau mengkonsumsinya korikosteroid dosis tinggi
dengan berlanjutnya gejala dan kadar IgE tinggi.
Omalizumab adalah biologis pertama yang disetujui untuk asma dan bekerja
dengan mengikat IgE dan down regulating aktivasi peradangan saluran napas. dalam
klinis uji coba, omalizumab telah terbukti mengurangi tingkat eksaserbasi asma
secara keseluruhan sebesar 25% dan eksaserbasi berat sebesar 50%, serta
meningkatkan kualitas asma hidup pada mereka dengan asma sedang sampai berat
yang tidak terkontrol dengan sensitivitas aeroallergen abadi.
agen biologis yang lebih baru menargetkan IL-5 jalur juga tersedia. IL-5
merupakan sitokin utama yang bertanggung jawab untuk pertumbuhan, diferensiasi,
dan kelangsungan hidup eosinofil, yang memainkan peran besar dalam peradangan
saluran napas
10) Metotreksat
Metotreksat dalam dosis rendah (15 mg/minggu) telah digunakan untuk mengurangi
dosis korikosteroid sistemik pada pasien dengan asma parah akut bergantung steroid.
11) Antimuscarinics
Penggunaan antimuscarinics untuk mengurangi bronkokonstriksi dan dyspnoea
tanggal kembali ratusan tahun. Sistem parasimpatis, yang dikendalikan oleh
asetilkolin dan aktivasi reseptor muscarinic, memberikan kontribusi untuk saluran
udara penyempitan otot polos dan sekresi lendir.
Antimuscarinics digunakan untuk mengganggu vagally dimediasi aktivasi
reseptor muskarinik ini, yang mengarah ke berikutnya bronkodilatasi. Saat ini tersedia
shortacting muskarinik antagonis (SAMA) termasuk ipratropium dan long-acting
antagonis muskarinik (LAMA) memasukkan tiotropium, aclidinium, umeclidinium,
dan glycopyrronium. Kedua SAMA dan LAMA dapat digunakan untuk mengobati
parah, eksaserbasi asma yang tidak terkontrol dan sebagai add-on terapi pemeliharaan

12
untuk terapi LABA / ICS. 59 Peters et al. 60 diteliti efektivitas penambahan
tiotropium untuk beklometason dibandingkan dengan menambahkan salmeterol untuk
beklometason atau penggandaan dari dosis beklometason di 210 pasien asma.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan tiotropium memiliki perbaikan
besar dalam PEFR, hari kontrol asma, FEV 1, dan gejala sehari-hari dibandingkan
dengan penggandaan ICS atau penambahan salmeterol.

1.6. PENGOBATAN ASMA


Tujuan pengobatan asma kontrol gejala dan pencegahan eksaserbasi masa
depan. pendidikan pasien dan rencana tindakan asma tertulis dapat meningkatkan
kesadaran memburuk gejala, akan datang eksaserbasi, dan kebutuhan untuk titrasi
terapi untuk kontrol gejala yang lebih baik. Manajemen diri dan pendekatan
perawatan bersama juga telah ditunjukkan untuk meningkatkan hasil asma.
Di tambahan, pendidikan tentang layak teknik inhaler, kepatuhan pengobatan, dan
menghindari alergen dan iritan sangat penting untuk semua pasien asma.
Pendekatan bertahap untuk pengobatan farmakologis dianjurkan. Pilihan awal
pengobatan ditentukan oleh klasifikasi keparahan asma tersebut oleh NAEPP
(intermiten, ringan, sedang, dan berat gigih).
Sebuah terapi langkah-up atau step down dianjurkan gigih tergantung pada
kontrol gejala berdasarkan pedoman GINA. Saat tergantung pada kontrol gejala
berdasarkan pedoman GINA. Saat ini, direkomendasikan bahwa semua pasien
dengan asma memiliki inhaler SABA untuk terapi penyelamatan. Pada mereka
dengan asma persisten, penambahan dosis rendah ICS dalam dosis titrating
direkomendasikan. Bagi mereka dengan asma persisten sedang sampai berat, long-
acting beta-2 agonis (LABA) atau inhibitor leukotriene sering ditambahkan ke
rejimen ICS. Pilih penggunaan agen biologis dapat dipertimbangkan untuk pasien
dengan lebih parah, bentuk sulit-untuk-kontrol asma.

13
1. Terapi serangan akut
Pada keadaan ini pemberian obat bronchospasmolitik untuk melepaskan kejang
bronchi.Sebagai obat pilihan ialah salbutamol atau terbutalin,sebaliknya secara
inhalasi
( efek 3-5 menit ).Kemudian dibantu dengan aminophilin dalam bentuk suppositoria.
Obat pilihan lain adalah efedrin dan isoprenain,dapat diberikan sebagai tablet,hanya
saja efeknnya baru kelihatan setelah kurang lebih 1 jam.Inhalasi dapat diulang
setelah 15 menit sebelum memberikan efek.Bila yang kedua ini juga belum
memberika efek,perlu diberikan suntikan i.v. aminophilin atau
salbutamol,hidrokortison atau prednisone. Sebagai tindakan akhir dengan adrenalin
i.v dengan diulang 2 kali dalam 1 jam.
2. Status asmathicus
Pada keadaan ini efek bronchodilator hanya ringan dan lambat.ini disebabkan
oleh blockade reseptor beta karena adanya infeksi dalam saluran napas.Pengobatan
dengan suntikam i.v salbutamol atau aminophillin dan hidrokotison dosis tinggi
( 200 – 400 mg per jam sampai maksimum 4 gram sehari ).
3. Terapi pencegahan
Dilakukan dengan pemberian bronchodilator misalnya salbutamol,ipratropium atau
teofilin ,bila karena alergi perlu ditambahkan ketotifen.

BAB III

14
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
 Asma atau bengek adalah penyakit alergi yang bercirikan peradangan steril kronis
yang disertai serangan sesak nafas akut secara berkala,mudah sengal – sengal dan
batuk ( dengan bunyi khas ).Ciri lain adalah hipersekresi dahak yang biasanya lebih
parah pada malam hari dan meningkatnya ambang rangsangan ( Hiperreaktivitas )
bronki terhadap rangsangan alergis maupun non alergi
 Serangan asma disebabkan peradanagn steril kronis dari saluran nafas dengan
mastosi ( mast cell ) dan granulosit eosinofil sebagai pemeran penting.Pada
orang – orang yang peka terjadi obstruksi saluran nafas yang difus dan reversible
 Ada beberapa hal yang merupakan factor presdiposisi timbulnya serangan asma :
Faktor presdiposisi dan Factor prespitasi

3.2 SARAN
Kami menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna .
kedepannya penulis akan lebih focus dan detail dalam menjelaskan tentang
makalah diatas dengan sumber – sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat
dipertanggung jawabkan

15

Anda mungkin juga menyukai