Anda di halaman 1dari 24

KELOMPOK 4

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN BRONKITIS


1. Endah Yuniatri (215139074)
2. Dewi Retno R (215139076)
3. Nur Aisyah (215139073)
PREVALENSI
Menurut Umara, Annisaa Fitrah, dkk (2021) prevalensi global bronkitis kronis
diperkirakan sebesar 6,4%. Berdasarkan beberapa hasil penelitian mengenai gambaran
prevalesi batuk dan produksi sputum dalam studi berbasis populasi. Bronkitis kronis
terjadi pada sekitar 3,4 hingga 22,0% orang dewasa

Di Indonesia diperkirakan terdapat 4,8 juta pasien bronkitis dengan prevalensi 5,6%.
Angka tersebut bisa terus naik seiring banyaknya jumlah perokok karena 90% pasien
bronkitis adalah perokok/mantan perokok. (Kementrian Kesehatan RI, 2013).
DEFINISI

Menurut Alifariki, La Ode (2019)


bronkitis adalah peradangan pada saluran
bronkial, menyebabkan pembengkakan
yang berlebihan dan produksi sputum.

Pada bronkitis kronik peradangan bronkus


tetap berlanjut selama beberapa waktu dan
terjadi obstruksi atau hambatan pada
aliran udara yang normal didalam bronkus
(Nurarif, Amin Huda & Kusuma, Hardhi,
2015)
KLASIFIKASI
 BRONKITIS AKUT  BRONKITIS KRONIK
 Waktu dua hingga tiga  Waktu lama (tiga bulan
minggu saja dalam setahun hingga dua
 Sembuh total tanpa masalah tahun berturut-turut)
lain  Berlanjut selama beberapa
 Disebabkan oleh infeksi virus waktu
atau bakteri  Disebabkan oleh infeksi virus

atau bakteri
ETIOLOGI
Menurut Umara, Annisaa Fitrah. dkk
(2021) penyebab dari bronkitis kronis
adalah:
a. Merokok

b. Paparan inhalasi partikel yang


berbahaya.
c. Refluks gastroesofageal

d. Infeksi bakteri/virus.

e. Riwayat penyakit pernapasan.

f. Orang yang memiliki latar belakang

penyakit pernapasan
PATOFISIOLOGI
KOMPLIKASI
 Pneumonia  Sinusitis
 Pleuritis  Kor pulmonal kronik
 Abses metastasis diotak  Kegagalan pernafasan
 Haemaptoe  Amiloidosis
PENATALAKSANAAN
1. FARMAKOLOGI 2. NON FARMAKOLOGI
 Bronkodilator  Berhenti merokok
 Glukokortikoid  Menghindari lingkungan
 Kortikosteroid inhalasi berasap
 Terapi antibiotic  Rehabilitasi paru

 Inhibitor fosfodiesterase-4  Perbaikan nutrisi

 Vaksin  Aktivitas fisik


 Terapi Oksigen
 Transplantasi paru
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Menurut Nurarif, Amin Huda dan Kusuma, 6. Pemeriksaan fisik :
Hardhi (2015), pengumpulan data melalui Pernafasan: inspeksi, palpasi,
wawancara, observasi, pemeriksaan fisik, perkusi, auskultasi.
pengumpulan data dapat juga diperoleh dari
Cardiovaskuler
klien, keluarga tenaga kesehatan, catatan
medis, medical record, dan literatur. Persyarafan
A. Pengumpulan Data Perkemihan
1. Identifikasi pasien Pencernaan
2. Keluhan utama Muskuloskletal
3. Riwayat pasien Penginderaan
4. Riwayat kesehatan terdahulu Endokrin
5. Riwayat kesehatan keluarga
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan :
 Bersihan jalan nafas tidak efektif ( D.0001 )

Spasme jalan nafas


Sekresi yang tertahan
Respon alergi
 Pola nafas tidak efektif ( D.0005 )

Depresi pusat pernafasan


Deforitas dinding dada
Kecemasan
 Defisit nutrisi ( D.0019 )

Ketidak mampuan menelan


Peningkatan metabolism
Faktor psikologis
Lanjutan …..
 Gangguan pola tidur Kurang privasi.
(D.0055 )
Hambatan lingkungan
( mis:kelembaban
lingkungan sekitar, suhu
lingkungan , pencahayaan,
kebisingan ,bau tidak sedap ).
Tidak familiar dengan
tempat tidur.
PERENCANAAN KEPERAWATAN
 Bersihan jalan nafas tidak efektif ( D. 0001 )
Kriteria hasil : batuk efektif menurun
Pola nafas membaik
Sianosis membaik
 Pola nafas Tidak Efektif ( D. 0005 )
Kriteria hasil : pernapasan cuping hidung menurun
Dispnea menurun
Kedalaman napas dada membaik
 Defisit nutrisi ( D. 0019)
Kriteria hasil : porsi makan yang dihabiskan meningkat
kekuatan otot menelan meningkat
nafsu makan membaik
Lanjutan…..
 Gangguan pola tidur
( D.0055 )
Kriteria hasil :
 keluhan sulit tidur

menurun
 keluhan sering tidak puas

tidur menurun
 Keluhan istirahat tidak

cukup menurun
PELAKSANAAN KEPERAWATAN EVALUASI KEPERAWATAN

Menurut Bararah dan Jauhar (2013), Menurut Bararah dan Jauhar (2013),
Pelaksanaan dilaksanakan sesuai dengan evaluasi keperawatan merupakan tahap
rencana setelah dilakukan validasi, di terakhir dari proses keperawatan dengan
samping itu juga dibutuhkan keterampilan membandingkan hasil yang telah dicapai,
interpersonal, intelektual, tehnik yang pelaksanaan keperawatan dengan tujuan
dilakukan dengan cermat dan efisien yang di harapkan dalam perencanaan.
dengan situasi yang tepat dan selalu
memperhatikan keamanan fisik dan
psikologis pasien.
KASUS
Pasien Tn. M, berusia 60 tahun datang memeriksakan diri ke rumah sakit dengan keluhan demam sejak 2
hari, sesak napas, batuk lama (kronik) dalam 2 tahun ke belakang. Pasien mengeluh bahwa nafasnya dirasa
semakin pendek, dan banyak dahak yang berwarna kekuningan saat batuk. Pasien memiliki riwayat
merokok sejak usia 20 tahun. Pada pemeriksaan fisik yang dilakukan, ditemukan bahwa pasien terlihat
kurus, nafsu makan berkurang, mual, muntah 2 kali dan mengalami distres pernapasan tingkat sedang yang
terlihat setelah pasien berjalan dari ruang tunggu ke ruang pemeriksaan. Pasien bernapas dengan
menggunakan pursed-lip breathing.
Hasil pemeriksaan dada didapatkan bentuk dada pasien seperti tong (barrel chest) dengan aliran udara yang
buruk pada kedua sisinya. Auskultasi terdengar suara wheezing (mengi) moderat. Pemeriksaan penit dan
jantung masih dalam batas normal, TTV: Tekanan darah 130/80 mmHg, Nadi: 90x/menit, Suhu: 38,5 °C,
Respirasi: 23x/menit, Saturasi O2: 97 % dengan nasal kanul 4 Lpm, konjungtiva anemis. Pasien di diagnosa
mengalami bronkitis kronis.
NO Data ANALISA DATA
Masalah Etiologi

1. DS: bersihan jalan napas tidak Sekresi yang tertahan


• Pasien mengatakan batuk berdahak efektif
• Pasien mengatakan batuk lama (kronik) dalam
2 tahun ke belakang.
•  
DO:
• Keadaan umum lemah,
• Kesadaran compos mentis
• GCS 15 (E4V5M6)
• Tanda-tanda vital: tekanan darah: 130/80
mmHg, frekuensi nadi: 90 x/menit, frekuensi
napas: 23x/menit, Suhu: 38.5 ºC, Saturasi O2
97 % dengan nasal kanul 4 Lpm
• Pasien batuk berdahak berwarna kekuningan.
Pasien memiliki riwayat merokok sejak usia 20
tahun.
• Auskultasi terdengar suara wheezing (mengi)
moderat.
ANALISA DATA
NO Data Masalah Etiologi
2. DS: pola napas tidak efektif hambatan upaya napas
• Pasien mengatakan sesak napas. (kelemahan otot
  pernapasan)
DO:
• Keadaan umum lemah
• Kesadaran compos mentis
• GCS 15 (E4V5M6)
• Tanda-tanda vital: tekanan darah: 130/80 mmHg,
frekuensi nadi: 90 x/menit, frekuensi napas:
23x/menit, Suhu: 38.5 ºC, Saturasi O2 97 % dengan
nasal kanul 4 Lpm
• Pasien memiliki riwayat merokok sejak usia 20 tahun.
• Pasien mengalami distres pernapasan tingkat sedang
yang terlihat setelah pasien berjalan dari ruang tunggu
ke ruang pemeriksaan.
• Pasien bernapas dengan menggunakan pursed-lip
breathing.
• Hasil pemeriksaan dada didapatkan bentuk dada
pasien seperti tong (barrel chest) dengan aliran udara
yang buruk pada kedua sisinya.
• Auskultasi terdengar suara wheezing (mengi)
moderat.
NO Data ANALISA DATA
Masalah Etiologi

3. DS: Defisit nutrisi Anoreksia, mual/muntah


• Pasien mengatakan mual dan muntah 2 kali
berisi cairan berwarna putih
• Pasien mengatakan lemas
• Pasien mengatakan tidak nafsu makan, setiap
makan habis 3-4 sendok.

DO:
• Keadaan umum lemah
• Kesadaran compos mentis
• GCS 15 (E4V5M6)
• Konjungtiva anemis
• Pasien muntah 2x sebanyak 100 ml
• Berat badan sebelum sakit 60 kg, berat badan
saat ini 25 kg, tinggi badan 170 cm, berat badan
ideal 63kg, indeks masa tubuh 17.99 (kurus).
ANALISA DATA

NO Data Masalah Etiologi

4. DS: Hipertermia Proses penyakit peradangan


Pasien mengatakan badannya panas
Pasien mengatakan lemas
 
DO:
Tubuh teraba hangat
Suhu tubuh 38.5 ºC,
Hasil laboratorium tanggal 19 Oktober 2021
pemeriksaan darah: leukosit 11.000 u/l
DIAGNOSA KEPERAWATAN

a. Bersihan jalan napas tidak efektif : sekresi yang tertahan.


b. Pola napas tidak efektif : hambatan upaya napas (kelemahan otot pernapasan).
c. Defisit nutrisi : anoreksia, mual/muntah.
d. Hipertermia : proses penyakit peradangan.
Perencanaan, Pelaksanaan & Evaluasi Keperawatan

a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang tertahan.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan masalah Ketidakefektifan bersihan
jalan napas teratasi.
Kriteria Hasil : Keadaan umum baik, kesadaran compos mentis, GCS 14-15 (E 4V5M6), tanda-
tanda vital normal (tekanan darah: 110-120/70-80 mmHg, frekuensi nadi: 60-100 x/menit, suhu: 36.5-
37.5 ºC, frekuensi napas: 16-20 x/menit), indeks masa tubuh normal (20-25), saturasi O2 normal (96-
100%), pasien tidak batuk berdahak, suara napas vesikuler.

Rencana Tindakan:
1) Kaji keadaan umum, ukur tanda-tanda vital setiap 8 jam
2) Ajarkan batuk efektif
3) Anjurkan banyak minum air hangat 2000 cc/hari.
4) Lakukan terapi fisioterafi dada
5) Bersihkan sekresi dari dalam mulut dan trakea, suction jika memungkinkan.
6) Berikan obat sesuai program NAC 2x200mg oral
Perencanaan, Pelaksanaan & Evaluasi Keperawatan

Pelaksanaan Keperawatan:
Tanggal 21 oktober 2021
Pukul 09.15 WIB mengukur tanda-tanda vital, hasil: tekanan darah 120/70 mmHg, frekuensi nadi: 86x/menit, suhu:
36.8 °C, frekuensi napas: 22x/menit, saturasi O2 97% dengan nasal kanul 2 Lpm. Pukul 11.00 WIB melakukan
fisioterafi dada, hasil: sputum keluar berwarna putih dan kental. Mengakaji jenis pernapasan, hasil: auskultasi
terdengar suara vesikuler. Pukul 12.20 WIB memberikan obat sesuai program NAC 2x200mg oral.

Evaluasi Keperawatan:
Tanggal 21 Oktober 2021 Pukul 14.00 WIB
Subjektif: Pasien mengatakan batuk berdahak berkurang
Objektif : Keadaan umum baik, kesadaran compos mentis, GCS 15 (E 4V5M6), tanda-tanda vital, hasil: tekanan
darah 120/70 mmHg, frekuensi nadi: 86x/menit, suhu: 36.8 °C, frekuensi napas: 22x/menit,
saturasi O2 97% dengan nasal kanul 2 Lpm, tampak pasien batuk berdahak sesekali berwarna putih
dan masih kental, auskultasi terdengar suara vesikuler
Analisa : Tujuan belum tercapai, masalah ketidakefektifan bersihan jalan napas belum teratasi.
Perencanaan : Rencana tindakan keperawatan dilanjutkan
Kaji keadaan umum, ukur tanda-tanda vital setiap 8 jam, anjurkan banyak minum air hangat
2000 cc/hari, lakukan terapi fisioterafi dada, kaji jenis pernapasan, berikan obat sesuai program
NAC 2x200mg oral.
DAFTAR PUSTAKA
 
Alifariki, La Ode. (2019). Faktor resiko kejadian bronkitis di puskesmas mekar kota Kendari. Jurnal Ilmu
Kesehatan, 8(1), 1433-2303.
 
Bararah, T. & Jauhar, M. (2013). Asuhan keperawatan panduan lengkap menjadi perawat tradisional. Jilid 1.
Jakarta: Perstasi Pustaka Raya.
Kemenkes RI. (2013). Riset kesehatan dasar; RISKESDAS. Jakarta: Balitbang Kemenkes RI
Manurung, N. (2016). Aplikasi Asuhan Keperawatan Sistem Respiratory. Jilid1. Jakarta: Trans Info Media.

Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia ,Persatuan Perawat Nasional Indonesia (2018)

Standar Intervensi Keperawatan Indonesia , Persatuan Perawat Nasional Indonesia ( 2018 )

Standar Luaran Keperawatan Indonesia , Persatuan Perawat Nasional Indonesia ( 2019 )


 
Suryo, (2020). Ilmu penyakit paru. Jakarta : CV. Trans Info Media.
Caroline Bunket Rosadah & Mary T. Kawalski, Buku Ajar Keperawatan daasar
 
Umara, Annisaa Fitrah, dkk. (2021). Keperawatan Medikal Bedah Sistem Respirasi. Yayasan Kita Menulis.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai