Anda di halaman 1dari 27

indonesiannursing.

com

indonesiannursing.com

Search

PRIMARY MENUSKIP TO CONTENT

ENGLISH

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN TUBERKULOSIS/TBC

DECEMBER 19, 2009 FERRY EFENDI LEAVE A COMMENT

B. Asuhan Keperawatan

Dalam memberikan asuhan keperawatan digunakan metode proses keperawatan yang dalam
pelaksanaannya dibagi menjadi 4 tahap yaitu : Pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. (H.
Lismidar, 1990, IX)

1. Pengkajian

Pengkajian adalah komponen kunci dan pondasi proses keperawatan, pengkajian terbagi dalam tiga
tahap yaitu, pengumpulan data, analisa data dan diagnosa keperawatan. (H. Lismidar, 1990. Hal 1)

a. Pengumpulan data

Dalam pengumpulan data ada urutan – urutan kegiatan yang dilakukan yaitu :

1). Identitas klien

Nama, umur, kuman TBC menyerang semua umur, jenis kelamin, tempat tinggal (alamat), pekerjaan,
pendidikan dan status ekonomi menengah kebawah dan satitasi kesehatan yang kurang ditunjang
dengan padatnya penduduk dan pernah punya riwayat kontak dengan penderita TB patu yang lain. (dr.
Hendrawan Nodesul, 1996. Hal 1)

2). Riwayat penyakit sekarang

Meliputi keluhan atau gangguan yang sehubungan dengan penyakit yang di rasakan saat ini. Dengan
adanya sesak napas, batuk, nyeri dada, keringat malam, nafsu makan menurun dan suhu badan
meningkat mendorong penderita untuk mencari pengonbatan.

3). Riwayat penyakit dahulu

Keadaan atau penyakit – penyakit yang pernah diderita oleh penderita yang mungkin sehubungan
dengan tuberkulosis paru antara lain ISPA efusi pleura serta tuberkulosis paru yang kembali aktif.

4). Riwayat penyakit keluarga


Mencari diantara anggota keluarga pada tuberkulosis paru yang menderita penyakit tersebut sehingga
sehingga diteruskan penularannya.

5). Riwayat psikososial

Pada penderita yang status ekonominya menengah ke bawah dan sanitasi kesehatan yang kurang
ditunjang dengan padatnya penduduk dan pernah punya riwayat kontak dengan penderita tuberkulosis
paru yang lain (dr. Hendrawan Nodesul, 1996).

6). Pola fungsi kesehatan

a). Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat

Pada klien dengan TB paru biasanya tinggal didaerah yang berdesak – desakan, kurang cahaya matahari,
kurang ventilasi udara dan tinggal dirumah yang sumpek. (dr. Hendrawan Nodesul, 1996)

b). Pola nutrisi dan metabolik

Pada klien dengan TB paru biasanya mengeluh anoreksia, nafsu makan menurun. (Marilyn. E. Doenges,
1999)

c). Pola eliminasi

Klien TB paru tidak mengalami perubahan atau kesulitan dalam miksi maupun defekasi

d). Pola aktivitas dan latihan

Dengan adanya batuk, sesak napas dan nyeri dada akan menganggu aktivitas. (Marilyn. E. Doegoes,
1999)

e). Pola tidur dan istirahat

Dengan adanya sesak napas dan nyeri dada pada penderita TB paru mengakibatkan terganggunya
kenyamanan tidur dan istirahat. (Marilyn. E. Doenges, 1999)

f). Pola hubungan dan peran

Klien dengan TB paru akan mengalami perasaan asolasi karena penyakit menular. (Marilyn. E. Doenges,
1999)

g). Pola sensori dan kognitif

Daya panca indera (penciuman, perabaan, rasa, penglihatan, dan pendengaran) tidak ada gangguan.

h). Pola persepsi dan konsep diri

Karena nyeri dan sesak napas biasanya akan meningkatkan emosi dan rasa kawatir klien tentang
penyakitnya. (Marilyn. E. Doenges, 1999)
i). Pola reproduksi dan seksual

Pada penderita TB paru pada pola reproduksi dan seksual akan berubah karena kelemahan dan nyeri
dada.

j). Pola penanggulangan stress

Dengan adanya proses pengobatan yang lama maka akan mengakibatkan stress pada penderita yang bisa
mengkibatkan penolakan terhadap pengobatan. (dr. Hendrawan Nodesul, 1996. Hal 23)

k). Pola tata nilai dan kepercayaan

Karena sesak napas, nyeri dada dan batuk menyebabkan terganggunya aktifitas ibadah klien.

7). Pemeriksaan fisik

Berdasarkan sistem – sistem tubuh

a). Sistem integumen

Pada kulit terjadi sianosis, dingin dan lembab, tugor kulit menurun

b). Sistem pernapasan

Pada sistem pernapasan pada saat pemeriksaan fisik dijumpai

inspeksi : adanya tanda – tanda penarikan paru, diafragma, pergerakan napas yang tertinggal, suara
napas melemah. (Purnawan Junadi DKK, th 1982, hal 213)

Palpasi : Fremitus suara meningkat. (Hood Alsogaff, 1995. Hal 80)

Perkusi : Suara ketok redup. (Soeparman, DR. Dr. 1998. Hal 718)

Auskultasi : Suara napas brokial dengan atau tanpa ronki basah, kasar dan yang nyaring. (Purnawan. J.
dkk, 1982, DR. Dr. Soeparman, 1998. Hal 718)

c). Sistem pengindraan

Pada klien TB paru untuk pengindraan tidak ada kelainan

d). Sistem kordiovaskuler

Adanya takipnea, takikardia, sianosis, bunyi P2 syang mengeras. (DR.Dr. Soeparman, 1998. Hal 718)

e). Sistem gastrointestinal

Adanya nafsu makan menurun, anoreksia, berat badan turun. (DR.Dr. Soeparman, 1998. Hal 718)

f). Sistem muskuloskeletal


Adanya keterbatasan aktivitas akibat kelemahan, kurang tidur dan keadaan sehari – hari yang kurang
meyenangkan. (Hood Al Sagaff, 1995. Hal 87)

g). Sistem neurologis

Kesadaran penderita yaitu komposments dengan GCS : 456

h). Sistem genetalia

Biasanya klien tidak mengalami kelainan pada genitalia

8). Pemeriksaan penunjang

a). Pemeriksaan Radiologi

Tuberkulosis paru mempunyai gambaran patologis, manifestasi dini berupa suatu koplek kelenjar getah
bening parenkim dan lesi resi TB biasanya terdapat di apeks dan segmen posterior lobus atas paru – paru
atau pada segmen superior lobus bawah. (Dr. dr. Soeparman. 1998). Hal 719)

b). Pemeriksaan laboratorium

(1). Darah

Adanya kurang darah, ada sel – sel darah putting yang meningkatkan serta laju endap darah meningkat
terjadi pada proses aktif. (Head Al Sagaff. 1995. Hal 91)

(2). Sputum

Ditemukan adanya Basil tahan Asam (BTA) pada sputum yang terdapat pada penderita tuberkulosis paru
yang biasanya diambil pada pagi hari. (DR. Dr. Soeparman dkk, 1998. Hal 719, Barbara. T. long. Long. Hal
447, th 1996)

(3). Test Tuberkulosis

Test tuberkulosis memberikan bukti apakah orang yang dites telah mengalami infeksi atau belum. Tes
menggunakan dua jenis bahan yang diberikan yaitu : Old tuberkulosis (OT) dan Purifled Protein
Derivative (PPD) yang diberikan dengan sebuah jarum pendek (1/2 inci) no 24 – 26, dengan cara mecubit
daerah lengan atas dalam 0,1 yang mempunyai kekuatan dosis 0,0001 mg/dosis atau 5 tuberkulosis unit
(5 TU). Reaksi dianggap bermakna jika diameter 10 mm atau lebih reaksi antara 5 – 9 mm dianggap
meragukan dan harus di ulang lagi. Hasil akan diketahui selama 48 – 72 jam tuberkulosis disuntikkan.
(DR. Dr. Soeparman, 1998, hal 721, Sylvia. A. price, 1995, hal 755, Barbara. C. long, 1996, hal 446)

b. Analisa data

Data yang telah dikumpulkan kemudian dianalisa untuk menentukan masalah klien. Masalah klien yang
timbul yaitu, sesak napas, batuk, nyeri dada, nafsu makan menurun, aktivitas, lemas, potensial,
penularan, gangguan tidur, gangguan harga diri.
c. Diagnosa keperawatn

Tahap akhir dari perkajian adalah merumuskan Diagnosa keperawatan. Diagnosa keperawatan
merupakan suatu pernyataan yang jelas tentang masalah kesehatan klien yang dapat diatas dengan
tindakan keperawatan (H. Lismidar, 1990, 12)

Dari analisa data diatas yang ada dapat dirumuskan diagnosa keperawatan pada klien dengan
tuberkulosis paru komplikasi haemaptoe sebagai berikut :

1). Ketidakefektifan pola pernapasan sehubungan dengan sekresi mukopurulen dan kurangnya
upaya batuk (Marilyn E. Doenges, 1999)

2). Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh yang sehubungan dengan keletihan, anorerksia
atau dispnea. (Marilyn. E. Doenges, 1999)

3). Potensial terhadap transmisi infeksi yang sehubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang
resiko potongan. (Marilyn. E. Doenges, 1999)

4). Kurang pengetahuan yang sehubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit dan
penatalaksanaan perawatan dirumah.

5). Ketidakefektifan bersihan jalan napas yang berhubugan dengan sekret kental, kelemahan dan
upaya untuk batuk. (Marilyn. E. Doenges, 1999)

6). Potensial terjadinya kerusakan pertukaran gas sehubungan dengan penurunan permukaan
efektif proses dan kerusakan membran alveolar – kapiler. (Marilyn. E. Doenges, 1999)

7). Ganggguan pemenuhan kebutuhan tidur sehubungan daerah sesak napas dan nyeri dada.
(lynda, J. Carpenito, 1998)

2. Perencaaan

Setelah mengumpulkan data, mengelompokan dan menentukan Diagnosa keperawatan, maka tahap
selanjutnya adalah menyusun perencaan. Dalam tahap perencanaan ini meliputi 3 menentukan prioritas
Diagnosa keperawatan, menentukan tujuan merencanakan tindakan keperawatan.

Dan Diagnosa keperawatan diatas dapat disusun rencana keperawatan sebagai berikut :

a. Diagnosa keperawatan pertama : ketidakefektifan pola pernapasan yang sehubungan dengan


sekresi mukopurulen dan kurangnya upaya batuk.

1. Tujuan : pola nafas efektif

2. Kriteria hasil :

– klien mempertahankan pola pernafasan yang efektif

– frekwensi irama dan kedalaman pernafasan normal (RR 16 – 20 kali/menit)


– dipsnea berkurang

3. Rencana tindakan

a). Kaji kualitas dan kedalaman pernapasan, penggunaan otot aksesori pernapasan : catat setiap
peruhan

b). Kaji kualitas spotum : warna, bau, knsistensi

c). Auskultasi bunyi napas setiap 4 jam

d). Baringan klien untuk mengoptimalkan pernapasan : posisi semi fowler tinggi.

e). Bantu dan ajakan klien berbalik posisi, batuk dan napas dalam setiap 2 jam sampai 4 jam.

f). Kolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian obat – obatan

4. Rasional

a). Mengetahui penurunan bunyi napas karena adanya sekret

b). Mengetahui perubahan yang terjadi untuk memudahkan pengobatan selanjutnya.

c). Mengetahui sendiri mungkin perubahan pada bunyi napas

d). Membantu mengembangkan secara maksimal

e). Batuk dan napas dalam yang tetap dapat mendorong sekret laluar

f). Mencegah kekeringan mukosa membran, mengurangi kekentalan sekret dan memperbesar
ukuran lumen trakeobroncial

b. Diagnosa keperawatan kedua : perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh yang
sehubungan dengan anoreksia, keletihan atau dispnea.

1). Tujuan : terjadi peningkatan nafsu makan, berat badan yang stabil dan bebas tanda malnutrisi

2). Kriteria hasil

– Klien dapat mempertahankan status malnutrisi yang adekuat

– Berat badan stabil dalam batas yang normal

3). Rencana tindakan

a). Mencatat status nutrisi klien, turgor kulit, berat badan, integritas mukosa oral, riwayat mual /
muntah atau diare.

b). Pastikan pola diet biasa klien yang disukai atau tidak
c). Mengkaji masukan dan pengeluaran dan berat badan secara periodik

d). Berikan perawatan mulut sebelum dan sesudah tindakan pernafasan

e). Dorong makan sedikit dan sering dengan makanan tinggi protein dan karbohidrat.

f). Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menetukan komposisi diet.

4). Rasional

a). Berguna dalam mendefenisikan derajat / wasnya masalah dan pilihan indervensi yang tepat.

b). Membantu dalam mengidentifukasi kebutuhan / kekuatan khusus. Pertimbangan keinginan


individu dapat memperbaiki masakan diet.

c). Berguna dalam mengukur keepektifan nutrisi dan dukungan cairan

d). Menurunkan rasa tidak enak karena sisa sputun atau obat untuk pengobatan respirasi yang
merangsang pusat muntah.

e). Memaksimalkan masukan nutrisi tanpa kelemahan yang tak perlu / legaster.

f). Memberikan bantuan dalam perencanaan diet dengan nutrisi adekuat untuk kebutuhan
metabolik dan diet.

c. Diagnosa keperawatan ketiga : potensial terhadap tranmisi infeksi yang sehubungan dengan
kurangnya pengtahuan tentang resiko patogen.

1). Tujuan : klien mengalami penurunan potensi untuk menularkan penyakit seperti yang
ditunjukkan oleh kegagalan kontak klien untuk mengubah tes kulit positif.

2). Kriteria hasil :

klien mengalami penurunan potensi menularkan penyakit yang ditunjukkan oleh kegagalan kontak klien.

3). Rencana tindakan.

a). Identifikasi orang lain yang berisiko. Contah anggota rumah, sahabat.

b). Anjurkan klien untuk batuk / bersin dan mengeluarkan pada tisu dan hindari meludah serta
tehnik mencuci tangan yang tepat.

c). Kaji tindakan. Kontrol infeksi sementara, contoh masker atau isolasi pernafasan.

d). Identifikasi faktor resiko individu terhadap pengatifan berulang tuberkulasis.

e). Tekankan pentingnya tidak menghentikan terapi obat.

f). Kolaborasi dan melaporkan ke tim dokter dan Depertemen Kesehatan lokal.
4). Rasional

a). Orang yang terpajan ini perlu program terapi obat intuk mencegah penyebaran infeksi

b). Perilaku yang diperlukan untuk mencegah penyebaran infeksi

c). Dapat membantu menurunkan rasa terisolasi klien dengan membuang stigma sosial sehubungan
dengan penyakit menular

d). Pengetahuan tentang faktor ini membantu klien untuk mengubah pola hidup dan menghindari
insiden eksaserbasi

e). Periode singkat berakhir 2 sampai 3 hari setelah kemoterapi awal, tetapi pada adanya rongga
atau penyakit luas, sedang resiko penyebaran infeksi dapat berlanjut sampai 3 bulan

f). Membantu mengidentifikasi lembaga yang dapat dihubungi untuk menurunkan penyebaran
infeksi

d. Diagnosa keperawatan keempat : kurangnya pengetahuan yang berhungan dengan kuranganya


impormasi tentang proses penyakit dan penatalaksanaan perawatan di rumah.

1). Tujuan : klien mengetahui pengetahuan imformasi tentang penyakitnya

2). Kriteria hasil :

Klien memperlihatkan peningkatan tingkah pengetahuan mengenai perawatan diri.

3) Rencana tindakan

a) Kaji kemampuan klien untuk belajar mengetahui masalah, kelemahan, lingkungan, media yang
terbaik bagi klien.

b) Identifikasi gejala yang harus dilaporkan keperawatan, contoh hemoptisis, nyeri dada, demam,
kesulitan bernafas.

c) Jelaskan dosis obat, frekuensi pemberian, kerja yang diharapkan dan alasan pengobatan
lama,kaji potensial interaksi dengan obat lain.

d) Kaji potensial efek samping pengobatan dan pemecahan masalah.

e) Dorong klien atau orang terdekat untuk menyatakan takut atau masalah, jawab pertanyaan
secara nyata.

f) Berikan intruksi dan imformasi tertulis khusus pada klien untuk rujukan contoh jadwal obat.

g) Evaluasi kerja pada pengecoran logam / tambang gunung, semburan pasir.

4) Rasional
a) Belajar tergantung pada emosi dan kesiapan fisik dan ditingkatkan pada tahapan individu.

b) Dapat menunjukkan kemajuan atau pengaktifan ulang penyakit atau efek obat yang memerlukan
evaluasi lanjut.

c) Meningkatkan kerjasama dalam program pengobatan dan mencegah penghentian obat sesuai
perbaikan kondisi klien.

d) Mencegah dan menurunkan ketidaknyamanan sehubungan dengan terapi dan meningkatkan


kerjasama dalam program.

e) Memberikan kesempatan untuk memperbaiki kesalahan konsepsi / peningkatan ansietas.

f) Informasi tertulis menurunkan hambatan klien untuk mengingat sejumlah besar informasi.
Pengulangan penguatkan belajar.

g) Terpajan pada debu silikon berlebihan dapat meningkatkan resiko silikosis, yang dapat secara
nagatif mempengaruhi fungsi pernafasan.

e. Diagnosa keperawatan kelima : ketidakefektifan jalan nafas yang sehubungan dengan sekret kental,
kelemahan dan upaya untuk batuk.

1) Tujuan : jalan nafas efektif

2) Kriteria hasil :

– klien dapat mengeluarkan sekret tanpa bantuan

– klien dapat mempertahankan jalan nafas

– pernafasan klien normal (16 – 20 kali per menit)

3) Rencana tindakan :

a) Kaji fungsi pernafasan seperti, bunyi nafas, kecepatan, irama, dan kedalaman penggunaan otot
aksesori

b) Catat kemampuan untuk mengeluarkan mukosa / batuk efektif.

c) Berikan klien posisi semi atau fowler tinggi, bantu klien untuk batuk dan latihan untuk nafas
dalam.

d) Bersihkan sekret dari mulut dan trakea.

e) Pertahanan masukan cairan seditnya 2500 ml / hari, kecuali ada kontraindikasi.

f) Lembabkan udara respirasi.

g) Berikan obat-obatan sesuai indikasi : agen mukolitik, bronkodilator , dan kortikosteroid.


4) Rasional.

a) Penurunan bunyi nafas dapat menunjukan atelektasis, ronkhi, mengi menunjukkan akumulasi
sekret / ketidakmampuan untuk membersihkan jalan nafas yang dapat menimbulkan penggunaan otot
aksesori pernafasan dan peningkatan kerja penafasan.

b) Pengeluaran sulit jika sekret sangat tebal sputum berdarah kental diakbatkan oleh kerusakan
paru atau luka brongkial dan dapat memerlukan evaluasi lanjut.

c) Posisi membatu memaksimalkan ekspansi paru dan men urunkan upaya pernapasan. Ventilasi
maksimal meningkatkan gerakan sekret kedalam jalan napas bebas untuk dilakukan.

d) Mencegah obstruksi /aspirasi penghisapan dapat diperlukan bila klien tak mampu mengeluaran
sekret.

e) Pemasukan tinggi cairan membantu untuk mengecerkan sekret membuatnya mudah dilakukan.

f) Mencegah pengeringan mambran mukosa, membantu pengenceran sekret.

g) Menurunkan kekentalan dan perlengketan paru, meningkatkan ukuran kemen percabangan


trakeobronkial berguna padu adanya keterlibatan luas dengan hipoksemia.

f. Diagnosa keperawatan keenam : potensial terjadinya kerusakan pertukaran gas sehubungan dengan
penurunan permukaan efektif paru dan kerusakan membran alveolar – kapiler.

1) Tujuan : Pertukaran gas berlangsung normal

2) Kreteria hasil :

– Melaporkan tak adanya / penurunan dispnea

– Klien menunjukan tidak ada gejala distres pernapasan

– Menunjukan perbaikan ventilasi dan oksigen jaringan adekuat dengan GDA dalam rentang
normal

3) Rencana tindakan

a) Kaji dispnea, takipnea, menurunya bunyi napas, peningkatan upaya pernapasan terbatasnya
ekspansi dinding dada

b) Evaluasi perubahan pada tingkat kesadaran, catat sionosis perubahan warna kulit, termasuk
membran mukosa

c) Tujukkan / dorong bernapas bibir selama ekshalasi

d) Tngkatkan tirah bang / batasi aktivitas dan bantu aktivitas perawatan diri sesuai keperluan
e) Awasi segi GDA / nadi oksimetri

f) Berikan oksigen tambahan yang sesuai

4) Rasional

a) TB paru menyebabkan efek luas dari bagian kecil bronko pneumonia sampai inflamasidifus luas.
Efek pernapasan dapat dari ringan sampai dispnea berat sampai distress pernapasan

b) Akumulasi sekret . pengaruh jalan napas dapat menganggu oksigenasi organ vital dan jarigan

c) Membuat, sehingga tahanan melawan udara luar, untuk mencegah kolaps membantu
menyebabkan udara melalui paru dan menghilangkan atau menurtunkan napas pendek

d) Menurunkan konsumsi oksigen selama periode menurunan pernapasan dapat menurunkan


beratnya gejala

e) Penurunan kandungan oksigen (PaO2) dan atau saturasi atau peningkatan PaCO2 menunjukan
kebutuhan untuk intervensi / perubahan program terapi

f) Alat dalam memperbaiki hipoksemia yang dapat terjadi sekunder terhadap penurunan ventilasi
atau menurunya permukaan alveolar paru.

g. Diagnosa keperawatn ketujuh : Gangguan pemenuhan tidur dan istirahat sehubungan dengan sesak
napas dan nyeri dada.

1) Tujuan : kebutuhan tidur terpenuhi

2) Kriteria hasil :

– memahami faktor yang menyebabkan gangguan tidur

– Dapat menangani penyebab tidur yang tidak adekuat

– Tanda – tanda kurang tidur dan istirahat tidak ada

3) Rencana tindakan

a) kaji kebiasaan tidur penderita sebelum sakit dan saat sakit

b) Observasi efek abot – obatan yang dapat di derita klien

c) Mengawasi aktivitas kebiasaan penderita

d) Anjurkan klien untuk relaksasi pada waktu akan tidur.

e) Ciptakan suasana dan lingkungan yang nyaman

4) Rasional
a) Untuk mengetahui sejauh mana gangguan tidur penderita

b) Gangguan psikis dapat terjadi bila dapat menggunakan kartifosteroid temasuk perubahan mood
dan uisomnia

c) Untuk mengetahui apa penyebab gangguan tidur penderita

d) Memudahkan klien untuk bisa tidur

e) Lingkungan dan siasana yang nyaman akan mempermudah penderita untuk tidur.

3. Pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan ini, fase pelaksanaan terdiri dari berbagai kegiatan yaitu :

1. Intervensi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan konsulidasi

2. Keterampilan interpersonal, intelektual, tehnical, dilakukan dengan cermat dan efisien pada situasi
yang tepat

3. Keamanan fisik dan psikologia dilindungi

4. Dokumentasi intervensi dan respon klien

( Budi Anna keliat, SKP, th 1994, hal 13)

4. Evaluasi

Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan. Semua tahap proses keperawatan
(Diagnosa, tujuan untervensi) harus di evaluasi, dengan melibatkan klien, perawatan dan anggota tim
kesehatan lainnya dan bertujuan untuk menilai apakah tujuan dalam perencanaan keperawatan tercapai
atau tidak untuk melakukan perkajian ulang jika tindakan belum hasil.

Ada tiga alternatif yang dipakai perawat dalam menilai suatu tindakan berhasil atau tidak dan sejauh
mana tujuan yang telah ditetapkan itu tercapai dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan rencana yang
ditentukan, adapu alternatif tersebut adalah :

1. Tujuan tercapai

2. Tujuan tercapai sebagian

3. Tujuan tidak tercapai

(Budi Anna Keliat, SKP, th 1994, hal 69

Post navigation
PREVIOUS POST

Medical Surgical Nursing Bullet VI (Belajar KMB itu mudah)

NEXT POST

AGEISM—FACTS AND MYTHS OF AGING

LEAVE A REPLY

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Comment

Name *

Email *

Website

POST COMMENT

NURSING CONFERENCE AROUND THE GLOBE

Free nursing e-books


Pilih Bahasa▼

ID171796US46013SG2103IN1723RU1520TL1467FR1426CN996HK705EU556GB511ZA479TW471MY404J
P318KR294NL279AU270VN253CA154Newest:LUYou:IDToday:171Month:1008Total:306011Supercounter
s.com

FOLLOW ME

Follow me on Academia.edu

SEARCH DOAJ

Directory of Open Access Journals

Search the DOAJ

SEARCH

CATEGORIES

askep

Bahasa Indonesia

Berita Keperawatan

ELEARNING

English

Indonesian Nurses Vacancies

Scholarship

Workshop Scopus

BEKERJA SEBAGAI PERAWAT DI KUWAIT

Video Player
00:00

07:06

ARCHIVES

December 2019

November 2019

October 2019

September 2019

August 2019

July 2019

June 2019

May 2019

April 2019

January 2019

December 2018

November 2018

October 2018

September 2018

August 2018

July 2018

June 2018

May 2018
April 2018

March 2018

February 2018

January 2018

December 2017

November 2017

October 2017

September 2017

August 2017

July 2017

February 2017

January 2017

December 2016

November 2016

September 2016

June 2016

May 2016

April 2016

March 2016

February 2016

January 2016

December 2015

November 2015

October 2015

September 2015
August 2015

July 2015

June 2015

May 2015

April 2015

March 2015

February 2015

January 2015

December 2014

November 2014

October 2014

September 2014

August 2014

July 2014

June 2014

May 2014

April 2014

March 2014

February 2014

January 2014

December 2013

November 2013

October 2013

September 2013

August 2013
July 2013

June 2013

May 2013

April 2013

March 2013

February 2013

January 2013

December 2012

November 2012

October 2012

September 2012

August 2012

July 2012

June 2012

May 2012

April 2012

March 2012

February 2012

January 2012

December 2011

November 2011

October 2011

September 2011

July 2011

June 2011
May 2011

April 2011

March 2011

February 2011

January 2011

December 2010

November 2010

October 2010

September 2010

August 2010

July 2010

June 2010

May 2010

April 2010

March 2010

February 2010

January 2010

December 2009

November 2009

October 2009

September 2009

August 2009

June 2009

March 2009

February 2009
January 2009

November 2008

October 2008

September 2008

August 2008

July 2008

May 2008

April 2008

March 2008

February 2008

January 2008

RECENT POSTS

WORKSHOP ANALISIS DATA SEKUNDER SDKI 2020

Protected: ELEARNING SCREENING DAN LATIHAN

STUDI MIGRASI PERAWAT INDONESIA KE LUAR NEGERI

Protected: puskesmas dan program pelayanan kesehatan primer di masyarakat

Protected: E-LEARNING SURVEY, INTERVIEW, FGD, DAN COMMUNITY MEETING

Protected: ASSESSMENT: COMMUNITY MEETING 2019

Protected: asuhan keperawatan keluarga dengan dewasa: SETTING KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

CATEGORIES

askep

Bahasa Indonesia

Berita Keperawatan
ELEARNING

English

Indonesian Nurses Vacancies

Scholarship

Workshop Scopus

Search for:

Search …

ferryefendi

RECENT COMMENTS

Widiyas Ulfia Rachma on Protected: puskesmas dan program pelayanan kesehatan primer di masyarakat

131911123027 Ahmad Syah Jihan on Protected: puskesmas dan program pelayanan kesehatan primer di
masyarakat

Erlyn klau on Protected: puskesmas dan program pelayanan kesehatan primer di masyarakat

SISILIA MARGARETHA on Protected: puskesmas dan program pelayanan kesehatan primer di masyarakat

Arsyad Setiawan on Protected: puskesmas dan program pelayanan kesehatan primer di masyarakat

ARCHIVES

December 2019

November 2019

October 2019

September 2019

August 2019

July 2019

June 2019

May 2019
April 2019

January 2019

December 2018

November 2018

October 2018

September 2018

August 2018

July 2018

June 2018

May 2018

April 2018

March 2018

February 2018

January 2018

December 2017

November 2017

October 2017

September 2017

August 2017

July 2017

February 2017

January 2017

December 2016

November 2016

September 2016
June 2016

May 2016

April 2016

March 2016

February 2016

January 2016

December 2015

November 2015

October 2015

September 2015

August 2015

July 2015

June 2015

May 2015

April 2015

March 2015

February 2015

January 2015

December 2014

November 2014

October 2014

September 2014

August 2014

July 2014

June 2014
May 2014

April 2014

March 2014

February 2014

January 2014

December 2013

November 2013

October 2013

September 2013

August 2013

July 2013

June 2013

May 2013

April 2013

March 2013

February 2013

January 2013

December 2012

November 2012

October 2012

September 2012

August 2012

July 2012

June 2012

May 2012
April 2012

March 2012

February 2012

January 2012

December 2011

November 2011

October 2011

September 2011

July 2011

June 2011

May 2011

April 2011

March 2011

February 2011

January 2011

December 2010

November 2010

October 2010

September 2010

August 2010

July 2010

June 2010

May 2010

April 2010

March 2010
February 2010

January 2010

December 2009

November 2009

October 2009

September 2009

August 2009

June 2009

March 2009

February 2009

January 2009

November 2008

October 2008

September 2008

August 2008

July 2008

May 2008

April 2008

March 2008

February 2008

January 2008

Search for:

Search …

TAGS
Anna Kurniati askep asuhan keperawatan beasiswa keperawatan bidan DBD EPA nurse fellowship ferry
efendi gagal ginjal ijepa IJEPA. Indonesia Japan Economic Partnership Agreement IJEPA nurse ilmu
keperawatan Indonesia HRH Indonesian nurse Indonesian nurses Jurnal keperawatan jurnal terindeks
scopus jurnal terindek thomson reuters kangoshi keperawatan keperawatan Indonesia keperawatan
kesehatan komunitas klien konferen keperawatan lowongan kerja perawat lowongan perawat nurse
Nurses nurse vacancy Nursing nursing conference nursing grant nursing Indonesia nursing workforce
perawat perawat Indonesia perawat jepang perawat ke jepang return migration RUU Keperawatan sdm
kesehatan tenaga kesehatan UU keperawatan

BLOGROLL

Indonesian Nurses National Association

International Council of Nurses

Kumpulan Asuhan keperawatan

Kumpulan E-Book Keperawatan

Observatori SDMK Indonesia

registered nurse

Tips Trik Terindeks Scopus

Creative Commons License

This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.

Proudly powered by WordPress

StatCounter - Free Web Tracker and Counter

Anda mungkin juga menyukai