DISUSUN OLEH :
Nama : WA SARIDA
NIM : P07120317065
Tingkat : IIIB
KEMENTRIAN KESEHATAN RI
Prinsip dasar dari pengelolaan obat dan perbekalan kesehatan pada situasi
bencana adalah harus cepat, tepat dan sesuai kebutuhan. Oleh karena itu,
dengan banyaknya institusi kesehatan yang terlibat perlu dilakukan koordinasi
dan pembagian wewenang dan tanggung jawab. Prinsip utama yang harus
dipenuhi dalam proses pemberian bantuan obat dan perbekalan kesehatan
mengacu lepada “Guidelines for Drug Donations”, yaitu:
a. Prinsip pertama: obat sumbangan harus memberikan keuntungan yang
sebesar-besarnya bagi negara penerima, sehingga bantuan harus didasarkan
pada kebutuhan, sehingga kalau ada obat yang tidak diinginkan, maka kita
dapat menolaknya.
b. Prinsip kedua: obat sumbangan harus mengacu kepada keperluan dan
sesuai dengan otoritas penerima dan harus mendukung kebijakan
pemerintah dibidang kesehatan dan sesuai dengan persyaratan administrasi
yang berlaku.
c. Prinsip ketiga: tidak boleh terjadi standar ganda penetapan kualitas jika
kualitas salah satu item obat tidak diterima di negara donor, sebaiknya hal ini
juga diberlakukan di negara penerima.
d. Prinsip keempat: adalah harus ada komunikasi yang efektif antara negara
donor dan negara penerima, sumbangan harus berdasarkan permohonan
dan sebaiknya tidak dikirimkan tanpa adanya pemberitahuan.
Koordinasi obat dan perbekalan kesehatan yang berasal dari pihak donor harus
dikoordinasikan oleh:
a. Pihak Dinas Kesehatan Provinsi berkoordinasi dengan kantor kesehatan
pelabuhan setempat bila obat dan perbekalan kesehatan langsung diterima
oleh Provinsi.
b. Pihak Departemen Kesehatan (Ditjen Binfar dan Alkes) bila obat dan
Perbekalan Kesehatan di terima di tingkat Nasional.
c. Bila obat dan perbekalan kesehatan diterima oleh BPBD atau BNPB, maka
BPBD atau BNPB memberikan informasi bantuan ke Dinas Kesehatan
Provinsi di tingkat Provinsi atau Departemen Kesehatan di tingkat Nasional.
c. Tindakan Keselamatan
Tindakan penyelamatan diterapkan untuk memberi perlindungan kepada
korban, tim penolong dan masyarakat yang terekspos dari segala risiko yang
mungkin terjadi dan dari risiko potensial yang diperki-rakan dapat terjadi
(perluasan bencana, kemacetan lalu lintas, material berbahaya, dan lain-lain).
Langkah-langkah penyelamatan yang dilakukan, antara lain:
1) Aksi langsung yang dilakukan untuk mengurangi risiko seperti dengan
memadamkan kebakaran, isolasi material berbahaya, penggunaan
pakaian pelindung, dan evakuasi masyarakat yang terpapar oleh
bencana.
2) Aksi pencegahan yang mencakup penetapan area larangan berupa:
a) Daerah pusat bencana—terbatas hanya untuk tim penolong
profesional yang dilengkapi dengan peralatan memadai.
b) Area sekunder—hanya diperuntukkan bagi petugas yang ditugaskan
untuk operasi penyelamatan korban, perawatan, komando dan
kontrol, komunikasi, keamanan/keselamatan, pos komando, pos
medis lanjutan, pusat evakuasi dan tempat parkir bagi kendaraan
yang dipergunakan untuk evakuasi dan keperluan teknis.
c) Area tersier—media massa diijinkan untuk berada di area ini, area
juga berfungsi sebagai “penahan” untuk mencegah masyarakat
memasuki daerah berbahaya. Luas dan bentuk area larangan ini
bergantung pada jenis bencana yang terjadi (gas beracun, material
berbahaya, kebakaran, kemungkinan terjadinya ledakan), arah angin
dan topografi.
d. Tenaga Pelaksana
Langkah penyelamatan akan diterapkan oleh Tim Rescue dengan bantuan
dari Dinas Pemadam Kebakaran dan unitunit khusus (seperti ahli bahan
peledak, ahli material berbahaya, dan lain-lain) dalam menghadapi masalah
khusus. Area larangan ditetapkan oleh Dinas Pemadam Kebakaran dan jika
diperlukan dapat dilaku-kan koordinasi dengan petugas khusus seperti kepala
bandar udara, kepala keamanan di pabrik bahan kimia, dan lain-lain.
e. Langkah Pengamanan
Langkah pengamanan diterapkan dengan tujuan untuk mencegah campur
tangan pihak luar dengan tim penolong dalam melakukan upaya
penyelamatan korban. Akses ke setiap area penyelamatan dibatasi dengan
melakukan kontrol lalu lintas dan keramaian. Langkah penyelamatan ini
memengaruhi penyelamatan dengan cara:
1) Melindungi tim penolong dari campur tangan pihak luar.
2) Mencegah terjadinya kemacetan dalam alur evakuasi korban dan
mobilisasi sumber daya.
3) Melindungi masyarakat dari kemungkinan risiko terpapar oleh kecelakaan
yang terjadi.
Faktor keamanan ini dilaksanakan oleh Kepolisian, unit khusus (Angkatan
Bersenjata), petugas keamanan sipil, petugas keamanan bandar udara,
petugas keamanan Rumah Sakit, dan lain-lain.