Anda di halaman 1dari 3

Penanganan Definitif Bencana Gempa & Tsunami

Pada suatu krisis kesehatan yang diakibatkan bencana alam, ada beberapa kebijakan yang
telah ditetapkan oleh DepKes untuk menangani hal tersebut, secara umum antara lain
Kebijakan Penanganan Krisis Kesehatan dalam Bencana
1. Setiap korban akibat bencana perlu mendapatkan pelayanan kesehatan sesegera mungkin
secara maksimal dan manusiawi.
2. Prioritas awal selama masa tanggap darurat adalah penanganan gawat darurat medik
terhadap korban luka dan identifikasi korban mati disarana kesehatan.
3. Prioritas berikutnya adalah kegiatan kesehatan untuk mengurangi risiko munculnya bencana
lanjutan, di wilayah yang terkena bencana dan lokasi pengungsian.
4. Koordinasi pelaksanaan penanganan krisis kesehatan akibat bencana dilakukan secara
berjenjang mulai dari tingkat Kabupaten/Kota, Provinsi dan Pusat.
5. Pelaksanaan penanganan krisis kesehatan dilakukan oleh Pemerintah dan dapat dibantu dari
berbagai pihak, termasuk bantuan negara sahabat, lembaga donor, LSM nasional atau
internasional, dan masyarakat.
6. Bantuan kesehatan dari dalam maupun luar negeri, perlu mengikuti standar dan prosedur
yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan.
7. Pengaturan distribusi bantuan bahan, obat, dan perbekalan kesehatan serta SDM kesehatan
dilaksanakan secara berjenjang.
8. Dalam hal kejadian bencana yang mengakibatkan tidak berjalannya fungsi pelayanan
kesehatan setempat, kendali operasional diambil alih secara berjenjang ke tingkat yang lebih
tinggi.
9. Penyampaian informasi yang berkaitan dengan penanggulangan kesehatan pada bencana
dikeluar-kan oleh Dinas Kesehatan setempat selaku anggota Satkorlak/Satlak
10.Perlu dilakukan monitoring dan evaluasi berkala yang perlu diikuti oleh semua pihak yang
terlibat dalam pelaksanaan penanggulangan kesehatan, sekaligus menginformasikan kegiatan
masing-masing.
Logistik Spesifik
Penyakit yang sering ditemui pada bencana Gempa & Tsunami :
Luka Memar, Luka sayatan, ISPA, Gastritis, Malaria, Asma, Penyakit mata, Penyakit kulit.
Obat-obatan dan alat kesehatan yang dibutuhkan :
Kantong mayat, Stretcher/tandu, spalk, kasa, elastic perban, kasa elastis, alkohol 70%,
Pov.Iodine 10%, H2O2 Sol, Ethyl Chlorida Spray, Jarum Jahit, CatGut Chromic, Tabung
Oksigen, Artesunat, Amodiakuin, Primakuin

SDM
Pada saat terjadi bencana perlu adanya mobilisasi SDM kesehatan yang tergabung dalam
suatu Tim Penanggulangan Krisis yang meliputi:
1. Tim Reaksi Cepat
Tim yang diharapkan dapat segera bergerak dalam waktu 0–24 jam setelah ada informasi
kejadian bencana, terdiri dari: 1. Pelayanan Medik a. Dokter Umum/BSB : 1 org b. Dokter
Sp. Bedah : 1 org c. Dokter Sp. Anestesi : 1 org d. Perawat Mahir (Perawat bedah, gadar) : 2
org e. Tenaga Disaster Victims Identification (DVI) : 1 org f. Apoteker/Ass. Apoteker : 1 org
g. Sopir Ambulans : 1 org 2. Surveilans Epidemiolog/Sanitarian : 1 org 3. Petugas
Komunikasi : 1 org
2. Tim Penilaian Cepat (Tim RHA)
Tim yang bisa diberangkatkan bersamaan dengan Tim Reaksi Cepat atau menyusul dalam
waktu kurang dari 24 jam, terdiri dari: 1. Dokter Umum : 1 org 2. Epidemiolog : 1 org 3.
Sanitarian : 1 org
3. Tim Bantuan Kesehatan Sebagai koordinator Tim adalah Kepala Dinas Kesehatan
Provinsi/Kabupaten/Kota
Tim yang diberangkatkan berdasarkan kebutuhan setelah Tim Reaksi Cepat dan Tim RHA
kembali dengan laporan hasil kegiatan mereka di lapangan, terdiri dari: 1. Dokter Umum 2.
Apoteker dan Asisten Apoteker 3. Perawat (D3/ S1 Keperawatan) 4. Perawat Mahir 5. Bidan
(D3 Kebidanan) 6. Sanitarian (D3 kesling/ S1 Kesmas) 7. Ahli Gizi (D3/ D4 Kesehatan/ S1
Kesmas) 8. Tenaga Surveilans (D3/ D4 Kes/ S1 Kesmas) 9. Entomolog (D3/ D4 Kes/ S1
Kesmas/ S1 Biologi)
(mengacu Surat Kepmenkes Nomor 066 tahun 2006).
sedangkan kebutuhan jumlah minimal SDM Kesehatan untuk penanganan korban bencana
berdasarkan:
1. Untuk jumlah penduduk/pengungsi antara 10.000 – 20.000 orang:  Dokter umum : 4 org
 Perawat : 10 – 20 org  Bidan : 8 – 16 org  Apoteker : 2 org  Asisten apoteker : 4 org
 Pranata laboratorium : 2 org  Epidemiologi : 2 org  Entomolog : 2 org  Sanitarian : 4
– 8 org  Ahli gizi : 2 – 4 org
2. Untuk jumlah penduduk/pengungsi 5000 orang dibutuhkan:  Bagi pelayanan kesehatan
24 jam dibutuhkan: dokter 2 orang, perawat 6 orang, bidan 2, sanitarian 1orang, gizi 1 orang,
asisten apoteker 2 orang dan administrasi 1 orang.  Bagi pelayanan kesehatan 8 jam
dibutuhkan: dokter 1 orang, perawat 2 orang, bidan 1 orang, sanitarian 1 orang dan gizi 1
orang.
3. Berdasarkan fasilitas rujukan/Rumah sakit, dapat dilihat dalam rumus pada Gambar 6.
Kebutuhan dokter umum = (∑ pasien/40) – ∑ dr umum di tempat
Kebutuhan dokter spesialis Bedah = [(∑ pasien dr bedah/5) / 5] - ∑ dr bedah di tempat
Kebutuhan dokter spesialis anestesi = [(∑ pasien dr bedah/15) / 5] - ∑ dr anestesi di tempat
Tim kesehatan spesifik tambahan yang dibutuhkan pada Gempa & Tsunam i (Spesifik
selain SDM dasar EMT, RHA, dan Tim Bantuan Kesehatan)
1. Dokter Spesialis : Bedah Umum, Orthopedi, Bedah Plastik, Anaestesi, Anak, Penyakit
Dalam, Pulmonologi, Kesehatan Jiwa, DVI, Forensik, Dental Forensik
Jumlah : Sesuai kebutuhan/ rekomendasi tim RHA
2. D3 Perawat Mahir : Anaestesi dan perawat mahir gawat darurat (emergency nursing)
dasar dan lanjutan serta perawat mahir jiwa, OK/ICU
Jumlah : Sesuai kebutuhan/ rekomendasi tim RHA
3. Radiografer Rontgent
Jumlah : Sesuai kebutuhan/ rekomendasi tim RHA

Anda mungkin juga menyukai