Anda di halaman 1dari 12

SISTEM

PELAYANAN
KESEHATAN
Kelompok 3
Anggota Kelompok

Fitria Nur A 09190000078


Lutfiah N.S 09190000079
Siti Rahma 09190000080
Anggy Fidel P 09190000083
Denisa Dravioni 09190000084
Shella Amelia 09190000085
Melita Rohman 09190000086
Fitria Dwi A 09190000087
Pryna Choeriyah 09190000088
Lu'lu Nur R.R 09190000089
Indonesia telah dinyatakan sebagai salah satu negara
paling rawan bencana . Menurut International Strategy For
Disaster Reduction (ISDR), Indonesia menduduki urutan
ke-7 diantara negara-negara yang rawan bencana.
Kenyataan terus menunjukan bagaimana Indonesia tetap
rentan terhadap bencana baik yang disebabkan oleh alam
seperti gempa bumi, tsunami, gunung meletus, dan
lainnya, maupun non alam seperti banjir, penyakit menular
kebakaran hutan dan lainnya, serta bencana sosial berupa
konflik sosial di berbagai daerah (Tukino, 2013).
Menurut Machmud(2009), pada saat terjadi
bencana perlu adanya mobilisasi SDM kesehatan
yang tergabung dalam suatu Tim Penanggulangan
Krisis yang meliputi:

• Tim reaksi cepat


• Tim penilaian cepat (Tim RHA)
• Tim bantuan kesehatan sebagai koordinator
tim adalah kepala dinas kesehatan
provinsi/kabupaten/kota (mengacu surat
KEPMENKES No.066 Tahun 2006)
TIM REAKSI CEPAT
1. Tim yang diharapkan dapat segera
bergerak dalam
waktu 0-24 jam setelah ada informasi
kejadian bencana, terdiri dari:
- Dokter Umum/BSB
- Dokter Sp. Bedah
- Dokter Sp. Anestesi
- Perawat Mahir (Perawat bedah,Gadar)
- Tenaga Disaster Victims Identification (DVI)
- Apoteker/Ass Apoteker
- Sopir Ambulans
2. Surveilans Epidemiolog/Sanitarian
3. Petugas Komunikasi
TIM RHA
Tim yang bisa diberangkatkan bersamaan dengan
Tim Reaksi Cepat atau menyusul dalam waktu
kurang dari 24 jam, terdiri dari:

• Dokter Umum : 1 orang


• Epidemiologi : 1 orang
• Sanitarian : 1 orang
TIM BANTUAN KESEHATAN
Tim yang diberangkatkan berdasarkan kebutuhan setelah Tim
Reaksi Cepat dan Tim RHA kembali dengan laporan hasil
kegiatan mereka di lapangan, terdiri dari:
• Dokter Umum
• Apoteker dan Asisten Apoteker
• Perawat (D3/S1 Keperawatan)
• Perawat Mahir
• Bidan (D3 Kebidanan)
• Sanitarian (D3 Kesling/S1 Kesmas)
• Ahli Gizi (D3/D4 Kesehatan/S1 Kesmas)
• Tenaga Surveilans (D3/D4 Kesehatan/S1 Kesmas)
• Entomolog (D3/D4 Kes/S1 Kesmas/S1 Biologi)
Kebutuhan tenaga kesehatan selain yang
tercantum di atas, disesuaikan dengan jenis
bencana dan kasus yang ada, misal :

1. Gempa Bumi
2. Banjir Bandang/Tanah Longsor
3. Gunung Meletus
4. Tsunami
5. Ledakan bom/kecelakaan industri
6. Kerusuhan massal
7. Kecelakaan transportasi
8. Kebakaran hutan
Menurut Widyatun dan Fatoni (2013), Berdasarkan SK Menkes Nomor
1357/Menkes/SK/XII/2001 tentang Standar Minimal Penanggulangan
Masalah Kesehatan akibat Bencana dan Penanganan Pengungsi. Dalam
dokumen tersebut standar minimal yang harus dipenuhi meliputi berbagai
aspek salah satunya tentang Pelayanan Kesehatan, Pelayanan kesehatan
meliputi pelayanan kesehatan masyarakat, kesehatan reproduksi, dan
kesehatan jiwa. Pelayanan kesehatan masyarakat berfungsi untuk
mencegah pertambahan tingkat kematian dan jatuhnya korban akibat
penyakit pasca bencana.
• Pelayanan kesehatan masyarakat yang dilakukan sesuai dengan standar pelayanan

puskesmas. 1 (satu) Pusat kesehatan Pengungsi untuk 20.000 orang dan 1 (satu) Rumah

Sakit untuk 200.000 orang. Bagi pengungsi khususnya anak-anak, dilakukan vaksinasi

campak tanpa memandang status imunisasi sebelumnya. Adapun kegiatan vaksinasi

lainnya tetap dilakukan sesuai program untuk melindungi kelompok-kelompok rentan.

• Kegiatan pelayanan kesehatan reproduksi yang harus dilaksanakan mencakup : Keluarga

Berencana (KB), Kesehatan Ibu dan Anak, pelayanan kehamilan, persalinan, nifas dan

pasca keguguran, Deteksi dini dan penanggulangan Infeksi Menular Seksual (IMS) dan

HIV / AIDS, dan Kesehatan reproduksi remaja.

• Pelayanan kesehatan jiwa di pos kesehatan diperlukan bagi korban bencana, umumnya

dimulai pada hari ke-2 setelah kejadian bencana. Bagi korban bencana yang memerlukan

pertolongan pelayanan kesehatan jiwa dapat dilayani di pos kesehatan untuk kasus

kejiwaan ringan, sedangkan untuk kasus berat harus dirujuk ke rumah sakit terdekat yang

melayani kesehatan jiwa.


Adapun kegiatan yang dilakukan dalam bidang kesehatan jiwa di daerah
pengungsian adalah adalah :
a. Pelatihan, yang dilakukan terhadap petugas daerah yang
kemudian pelatih tersebut memberikan konseling pada tingkat
pelayanan kesehatan di puskesmas dan lokasi pengungsi.
b. Pendidikan psiko-sosial, yang diberikan melalui koran, radio,
di sekolah, kelompok masyarakat, di klinik kesehatan.
c. Pengobatan, dilakukan di puskesmas dengan menggunakan
psikotropika dan metode EMDR.
Terima Kasih!

Anda mungkin juga menyukai