Anda di halaman 1dari 3

TUGAS INDIVIDU I

“KONSEP KEBIJAKAN BIDANG KESEHATAN”

Dsen MK : Irhamdi Achmad, S.Kep.,Ns.,M.Kep

Disusun oleh :

Nama : Wa Sarida

NIM : P07120317064

Tingkat : IIIB

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PPSDM KESEHATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALUKU

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN MASOHI

(2018)
Konsep kebijakan bidang kesehatan

A. Dasar-dasar kebijakan kesehatan


1. Definisi kebijakan kesehatan
Kebujakan kesehatan adalah tujuan dan sasaran, sebagai instrumen, proses dan
gaya dari suatu keputusan oleh pengambil keputusan, termasuk implementasi
serta penilaian (Lee, Buse & Fustukian, 2002).

2. Komponen kebijakan kesehatan


Para ahli kebijakan kesehatan membagi kebijakan ke dalam 4 komponen, yaitu
konten, proses, konteks, dan aktor (Frenk J, 1993; Buse, Walt and Gilson, 1994;
May & Walt, 2005)
a. Konten
Konten kebijakan berhubungan dengan teknik dan isntitusi. Konten kebijakan
memiliki empat tingkat dalam pengoperasiannya, yaitu:
1) Sistemik atau menyeluruh dimana dasar dari tujuan dan prinsip-prinsip
diputuskan.
2) Programik adalah prioritas-prioritas yang berupa perangkat untuk
mengintervensi dan dapat dijabarkan kedalam petunjuk pelaksanaan
untuk pelayanan kesehatan.
3) Organisasi dimana difokuskan kepada struktur dan institusi yang
bertanggung jawab terhadap implementasi kebijakan.
4) Instrumen yang memfokuskan untuk mendapatkan informasi demi
meningkatkan fungsi dari sistem kesehatan.
b. Proses
Proses kebijakan adalah suatu agenda yang teratur melalui suatu proses
rancang dan implementasi. Ada perbedaan model yang digunakan oleh
analisis, kebijakan antara lain:
1) Model perspektif (rational model) yaitu semua asumsi yang
memformulasikan kebijakan yang masuk akal berdasarkan informasi yang
benar.
2) Model incrementalist (prioritas pilihan) yaitu membuat kebijakan secara
pelan dan bernegosiasi dengan kelompo-kelompok yang berminat untuk
menyeleksi kebijakan yang diprioritaskan.
3) Model retional (mixedscanning model) dimana penentu kebijakan
mengambil langkah mereview secara menyeluruh dan membuat suatu
negosiasi dengan kelompok-kelompok yang memprioritaskan model
kebijaka.
4) Model puncuated equilibria yaitu kebijakan difokuskan kepada isu yang
menjadi pokok perhatian utama dari penentu kebijakan.
c. Konteks
Konteks kebijakan adalah limgkungan atau setting dimana kebijakan itu
dibuat dan diimplementasikan (Kitson, Ahmed, Harvey, Seers, Thomson,
1996). Faktor-faktor yang berada di dalamnya antara lain politik, sosial,
ekonomi dan kultur dimana hal-hal tersebut sangat berpengaruh terhadap
formulasi dari proses kebijakan (Walt, 1994).
d. Aktor
Aktor adalah mereka yang berada pada pusat kerangka kebijakan kesehatan.
Aktor-aktor ini biasanya memengaruhi proses pada tingkat pusat, provinsi
dan kabupaten/kota. Hubungan dari aktor dan peranannya (kekuasaanya)
sebagai pengambil keputusan adalah sangat tergantung kepada kompromi
politik, daripada dengan hal-hal dalam debat-debat kebijakan yang masuk di
akal (Buse, Walt and Gilson, 1994).

3. Proses kebijakan kesehatan


Proses kebijakan adalah cara darikebijakan itu diinisiasi, dikembangkan atau
formulasikan, dinegosiasi, dikomunikasikan, diimplementasi dan dievaluasi
(suteliffe & Court, 2006). Ada dua langkah dalam memformulasikan proses
kebijakan, yaitu tentukan pilihan dari kebijakan dan pilihlah yang diutamakan.
Pada kedua tahap ini pembuat kebijakan idealnya harus memahami situasi yang
spesifik dan membandingkan pilihan-pilihan secara rinci, sehingga dapat
membuat keputusan untuk dapat diimplementasikan (Sutton, 1996).
Proses pengembangan kebijakan menurut Brehaut dan Juswishin adalah
mengumpulkan, memproses dan mendesiminasikan informasi yang
berhuubungan dengan kebijakan yang akan dikembangkan, mempromosikan
pilihan-pilihan untuk langkah yang akan diambil, mengimplementasi pada
pengambil keputusan, memberikan sangsi bagi yang tidk bisa menaati, dan
mengevaluasi pencapaian (Brehaut & Juzwishin, 2005).
Pendekatan yang sering digunakan untuk mengerti suatu proses kebijakan
adalah “Stages Heuristic” yaitu memilah proses kebijakan tersebut kedalam
suatu rangkaian tindakan dengan menggunakan teori dan model serta tidak
mewakili apa yang terjadi pada keadaan yang sebenarnya. Langkah-langkah
yang pertama, identifikasi masalah dan pengenalan akan hal-hal yang baru
masuk termasuk besar persoalan-persoalannya. Kedua, formulasi kebijakan
yang mengekplorasi siapa-siapa saja yang terlibat dalam perumusan kebijakan,
bagaimana kebijakan itu disepakati dan bagaimana akan dikomunikasikan.
Ketiga, implementasi kebijakan. Keempat, evaluasi kebijakan dimana
diidentifikasi apa saja yang terjadi termasuk hal-hal yang muncul dan tidak
diharapkan dari suatu kebijakan (Pullard & Court, 2005)

Anda mungkin juga menyukai