KESEHATAN NO 17 / 2023 Disahkan nya Undang- Undang Kesehatan No 17 Tahun 2023 menyebabkan transformasi Sistem Kesehatan Nasional meliputi : 1. Pelayanan Primer 2. Pelayanan Rujukan 3. Ketahanan Kesehatan 4. Pendanaan 5. Sumber Daya Manusia 6. Teknologi Kesehatan Sedangkan metode Omnibus Law (Pasal 64 UU 13/2022) menyatakan : 1. memuat materi muatan baru; 2. mengubah materi muatan yang memiliki keterkaitan dan/atau kebutuhan hukum yang diatur dalam berbagai PUU; dan 3. mencabut PUU yang jenis dan hierarkinya sama,dengan menggabungkannya ke UU No 17 Th 2023 ttg Kesehatan. Kemudian pencabutan 11 UU yang meliputi : Adapun sistematika UU yang meliputi :
1. Hak dan Kewajiban
a. Hidup sehat secara fisik, jiwa dan social b. Mendapatkan infromasi dan edukasi c. Mendapatkan pelayanan Kesehatan yangaman, bermutu dan terjangkau d. Mendapatkan perawatan Kesehatan e. Memperoleh data Informasi kesehatan f. Mewujudkan, mempertahankan dan meningkatkan derajat Kesehatan masyarakat g. Menghormati hak orang lain dalam mewujudkan lingkungan yang sehat h. Menerapkan perilaku hidup sehat dan hak Kesehatan orang lain i. Mengikuti program JKN j. Mematuhi penanggulangan KLB 2. Tanggung jawab Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dalam pelayanan kesehatan a. Penyediaan akses pelayanan kesehatan primer dan pelayanan kesehatan lanjutan dengan mengoptimalkan peran pemda b. Penyediaan akses tersebut mencakup masyarakat rentan dan bersifat inclusif nondiskriminatif c. Pembangunan FKTP dan FKTL harus mempertimbangkan kebutuhan pelayanan kesehatan di daerah terpencil, perbatasan, dan kepulauan termasuk untuk kebutuhan wahana pendidikan. 3. Sumber Daya Manusia Kesehatan Pasal 1 : Sumber Daya Manusia Kesehatan adalah seseorang yang bekerja secara aktif di bidang Kesehatan, baik yang memiliki pendidikan formal Kesehatan maupun tidak, yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan dalam melakukan Upaya Kesehata Pasal 283 : Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan yang menyelenggarakan praktik perseorangan wajib memiliki identitas yang jelas termasuk nomor SIP dan STR pada tempat praktik perseorangannya. Pasal 260 dan 261 : Registrasi 1. Setiap Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan yang akan menjalankan praktik wajib memiliki STR 2. STR diterbitkan oleh Konsil atas nama Menteri setelah memenuhi persyaratan 3. Persyaratan paling sedikit : memiliki ijazah pendidikan di bidang Kesehatan dan/ atau sertifikat profesi; 4. dan memiliki sertifikat kompetensi 5. STR berlaku seumur hidup. 6. STR tidak berlaku apabila: o yang bersangkutan meninggal dunia o dinonaktilkan atau dicabut oleh Konsil atas nama Menteri; atau o dicabut berdasarkan putusan pengadilanyang telah berkekuatan hukum tetap. PENGELOLAAN SEDIAAN FARMASI ALAT KESEHATAN DAN BMHP DI PUSKESMAS Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif di wilayah kerjanya ( permenkes no 43 Tahun 2019 ttg Puskesmas ). Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah suatu tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah dan/atau masyarakat. Adapun fungsi Apoteker di Puskesmas : 1. Melaksanakan fungsi manajemen 2. Melaksanakan fungsi UKP 3. Melaksanakan fungsi UKM (upaya kesehatan masyarakat/pemerdayaan) Berdasarkan PP No. 51/2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian adapun kriteria pelayanan Kefaramsian : 1. Merupakan pelayanan langsung 2. Bertanggung jawab kepada pasien 3. Berkaitan dengan sediaan farmasi 4. Mencapai hasil yang pasti 5. Meningkatkan mutu kehidupan pasien Permenkes No. 74 Tahun 2016 dan perubahannya PMK 26 th 2020 mengenai Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas meliputi : 1. PERENCANAAN Bertujuan untuk menentukan jenis dan jumlah Sediaan Farmasi dalam rangka pemenuhan kebutuhan Puskesmas berdasarkan DOEN, FORNAS dan Formularium Puskesmas. Tahapan perencanaan : a. Pemilihan Obat b. Kompilasi Pemakaian c. Perhitungan Kebutuhan d. Proyeksi Kebutuhan e. Penyesuaian Rencana Pengadaan 2. PEMILIHAN Pemilihan adalah kegiatan untuk menetapkan jenis sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai sesuai dengan kebutuhan. Pemilihan dilakukan dalam rangka perencanaan permintaan obat ke dinas kesehatan kabupaten/kota dan pembuatan formularium puskesmas. Formularium Puskesmas berisi panduan terapi pasien terdiri dari nama obat generik yang dikelompokan dalam kelas terapi. Formularium puskesmas ditinjau kembali sekurang-kurangnya setahun sekali menyesuaikan kebutuhan obat di puskesmas. Kriteria obat yang masuk dalam Formularium Puskesmas a. Obat yang masuk dalam Formularium Puskesmas adalah obat yang tercantum dalam DOEN dan FORNAS untuk Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP). b. Berdasarkan standar pengobatan/pedoman diagnosa dan terapi. c. Mengutamakan penggunaan obat generik. d. Memiliki rasio manfaat-risiko (benefit-risk ratio) yang paling menguntungkan penderita. e. Menguntungkan dalam hal kepatuhan dan penerimaan oleh pasien. f. Memiliki rasio manfaat-biaya (benefit-cost ratio) yang tertinggi berdasarkan biaya langsung dan tidak langsung. g. Obat yang terbukti paling efektif secara ilmiah dan aman (evidence based medicines) Tahapan penyusunan formularium puskesmas a. Meminta usulan obat dari penanggungjawab pelayanan dan penanggungjawab program; b. Membuat rekapitulasi usulan obat dan mengelompokkan usulan tersebut berdasarkan kelas terapi atau standar pengobatan; c. Membahas usulan bersama Kepala Puskesmas, dokter, dokter gigi, perawat dan bidan puskesmas; d. Menyusun daftar obat yang masuk ke dalam formularium puskesmas; e. Penetapan formularium puskesmas oleh kepala puskesmas; mf. melakukan sosialisasi dan edukasi mengenai formularium puskesmas kepada seluruh tenaga kesehatan puskesmas; Tahap Menyusun dan menghitung rencana kebutuhan obat menggunakan metode yang sesuai : a. Metode Konsumsi Metode konsumsi adalah metode yang didasarkan atas analisa data konsumsi obat periode sebelumnya. b. Metode Morbiditas. Metode morbiditas adalah perhitungan kebutuhan obat berdasarkan pola penyakit Cara/teknik evaluasi perencanaa yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut : a. Analisa ABC, untuk evaluasi aspek ekonomi ABC bukan singkatan melainkan suatu penamaan yang menunjukkan peringkat/rangking dimana urutan dimulai dengan yang terbaik/terbanyak. Analisis ABC mengelompokkan item obat berdasarkan kebutuhan dananya. b. Pertimbangan/ kriteria VEN, untuk evaluasi aspek Salah satu cara untuk meningkatkan efisiensi penggunaan dana obat yang terbatas dengan mengelompokkan obat berdasarkan manfaat tiap jenis obat terhadap kesehatan. Semua jenis obat yang tercantum dalam daftar obat dikelompokkan kedalam tiga kelompok berikut: Kelompok V (Vital): Adalah kelompok obat yang mampu menyelamatkan jiwa (life saving). Contoh: obat syok anafilaksis Kelompok E (Esensial) : Adalah kelompok obat yang bekerja pada sumber penyebab penyakit dan paling dibutuhkan untuk pelayanan kesehatan. Contoh : Ͳ Obat untuk pelayanan kesehatan pokok (contoh: antidiabetes, analgesik, antikonvulsi) Ͳ Obat untuk mengatasi penyakit penyebab kematian terbesar. Kelompok N (Non Esensial): Merupakan obat penunjang yaitu obat yang kerjanya ringan dan biasa dipergunakan untuk menimbulkan kenyamanan atau untuk mengatasi keluhan ringan. Contoh: suplemen. c. medik/ terapi d. Kombinasi ABC dan VEN e. Revisi daftar obat 3. PENGADAAN Permintaan obat (program) dan APBD ke Dinas Kesehatan Farmasis melakukan pengadaan mandiri/ pembelian obat BLUD ke PBF Pengadaan mandiri bisa dilakukan dengan cara o E catalog yaitu dilakukan secara elektronik dimana penetapan harga berdasarkan hasil lelang dan negosiasi LKPP o Manual yaitu dilakukan pembelian langsung ke Distributor / PBF dengan surat pesanan langsung Alur Belanja langsung BLUD 1. Unit-unit yang ada di puskesmas Blud mengajukan kebutuhan kepada instalasi farmasi puskesmas 2. Instalasi Farmasi melakukan analisis rencana usulan pembelian sediaan farmasi,alkes dan BMHP kepada Pejabat Teknis Kegiatan(PTK) 3. Di verifikasi oleh Pejabat Keuangan 4. Diverifikasi oleh Kuasa Pengguna Anggaran (KA UPT) 5. Apoteker Koordinasi dengan Pejabat Pengadaan BARJAS untuk dilakukan pembelian sesuai kriteria 6. Apoteker membuat surat pesanan langsung kepada pemasok ditanda tangan oleh apoteker yang memiliki SIPA dan pejabat pengadaan Barjas 4. PERMINTAAN Merupakan kegiatan untuk memenuhi kebutuhan obat yang sudah direncanakan dengan mengajukan permintaan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, biasanya berupa obat dengan anggaran APBD berdasarkan formularium nasional (FORNAS), Formularium Kota/Kabupaten dan Formularium Puskesmas. Permintaan dibagi menjadi 2 yaitu : a. Permintaan rutin yaitu dilakukan sesuai dengan jadwal yang disusun oleh dinas Kesehatan kota/ kabupaten sesuai dengan kebutuhan dan kondisi masing2 puskesmas b. Permintaan khusus yaitu dilakukan diluar jadwal distribusi rutin dilakukan bila : Kebutuhan meningkat Terjadi kekosongan obat Ada kejadian luar biasa seperti pandemi covid 19 5. PENERIMAAN Penerimaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai adalah suatu kegiatan dalam menerima Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai dari Instalasi Farmasi atau hasil pengadaan Puskesmas secara mandiri sesuai dengan permintaan yang telah diajukan. Pemeriksaan fisik obat meliputi : Tablet meliputi kemasan dan label, bentuk dan fisik tablet ( warna, keutuhan tablet, basah, lengket ) Tablet salut meliputi kemasan dan label, bentuk dan fisik tablet ( warna, keutuhan tablet salut, basah, lengket ) Cairan meliputi kemasan dan label, kejernihan, homogenitas,warna , bau bentuk Salep meliputi kemasan dan label, homogenitas, warna dan konsistensi Injeksi meliputi kemasan dan label, kejernihan untuk larutan injeksi, homogenitas untuk serbuk injeksi dan warna Sirup kering meliputi kemasan dan label, warna , bau dan penggumpalan Suppositoria meliputi kemasan dan label, konsistensi dan warna 6. PENYIMPANAN Tujuan penyimpanan adalah untuk memelihara mutu sediaan farmasi, menghindari penggunaan yang tidak bertanggungjawab, menjaga ketersediaan, serta memudahkan pencarian dan pengawasan. Aspek umum yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan Persediaan obat dan BMHP puskesmas disimpan di gudang obat yang dilengkapi lemari dan rak –rak penyimpanan obat. Suhu ruang penyimpanan harus dapat menjamin kestabilan obat. Sediaan farmasi dalam jumlah besar (bulk) disimpan diatas pallet, teratur dengan memperhatikan tanda-tanda khusus. Penyimpanan sesuai alfabet atau kelas terapi dengan sistem, First Expired First Out (FEFO), high alert dan life saving (obat emergency) Sediaan psikotropik dan narkotik disimpan dalam lemari terkunci dan kuncinya dipegang oleh apoteker atau tenaga teknis kefarmasian yang dikuasakan. Sediaan farmasi dan BMHP yang mudah terbakar, disimpan di tempat khusus dan terpisah dari obat lain. Contoh : alkohol, chlor etil dan lain-lain. Tersedia lemari pendingin untuk penyimpanan obat tertentu yang disertai dengan alat pemantau dan kartu suhu yang diisi setiap harinya. Jika terjadi pemadaman listrik, dilakukan tindakan pengamanan terhadap obat yang disimpan pada suhu dingin. Sedapat mungkin, tempat penyimpanan obat termasuk dalam prioritas yang mendapatkan listrik cadangan (genset). Obat yang mendekati kadaluarsa (3 sampai 6 bulan sebelum tanggal kadaluarsa tergantung kebijakan puskesmas) diberikan penandaan khusus dan diletakkan ditempat yang mudah terlihat agar bisa digunakan terlebih dahulu sebelum tiba masa kadaluarsa. Inspeksi/pemantauan secara berkala terhadap tempat penyimpanan obat. Penandaan ED Warning : INOVASI o warna merah untuk penandaan ED kurang dari 3 bulan o warna kuning untuk penandaan ED 3 – 6 bulan o warna hijau untuk penandaan ED kurang dari 6 - 12 bulan 7. PENDISTRIBUSIAN Adalah kegiatan pengeluaran dan penyerahan sediaan farmasi dan BMHP dari puskesmas induk untuk memenuhi kebutuhan pada jaringan pelayanan puskesmas (Puskesmas pembantu, Puskesmas keliling, dan bidan desa). Langkah-langkah distribusi obat : 1. Menentukan frekuensi distribusi dengan mempertimbangkan : a. Jarak distribusi. b. Biaya distribusi yang tersedia. 2. Menentukan jumlah dan jenis obat yang akan diberikan dengan mempertimbangkan Pemakaian rata-rata perperiode untuk setiap jenis obat, Sisa stok, Pola penyakit dan jumlah kunjungan di masing masing jaringan kesehatan 3. Menyerahkan obat ke jaringan pelayanan puskesmas dengan LPLPO yg di ttd penanggung jawab jaringan pelayanan puskesmas dan pengelola obat puskesmas induk sebagai penenggung jawab pemberi obat Pendistribusian ke sub unit (ruang rawat inap, UGD, dan lain-lain) dengan cara : a. pemberian Obat sesuai resep yang diterima b. pemberian Obat per sekali minum (dispensing dosis unit) c. kombinasi, d.pendistribusian ke jaringan Puskesmas dilakukan dengan car penyerahan Obat sesuai dengan kebutuhan (floor stock). 8. PEMUSNAHAN Pemusnahan di Puskesmas tidak dilakukan sendiri melainkan dengan melakukan pengembalian ke IFK menggunakan Berita Acara Serah Terima. Tahapannya meliputi : Membuat daftar Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai yang akan dimusnahkan Menyiapkan Berita Acara Pemusnahan (harus ada harga/nilai barang) Mengkoordinasikan jadwal dan tempat pemusnahan kepada pihak terkait Melakukan pemusnahan disesuaikan dengan jenis dan bentuk sediaan serta peraturan yang berlaku. Pemusnahan dilakukan bila : Produk tidak memenuhi persyaratan mutu; Kadaluwarsa; Tidak memenuhi syarat untuk dipergunakan dalam pelayanan kesehatan atau kepentingan ilmu pengetahuan; dan/atau Dicabut izin edarnya Pemusnahan Resep Resep yang telah disimpan melebihi jangka waktu 5 (lima) tahun dapat dimusnahkan. Pemusnahan Resep dilakukan oleh apoteker atau penanggungjawab disaksikan oleh sekurang-kurangnya petugas kesehatan lain dengan cara dibakar atau cara pemusnahan lain yang dibuktikan dengan Berita Acara Pemusnahan Resep dan selanjutnya dilaporkan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota 9. PENGENDALIAN Pengendalian persediaan adalah suatu kegiatan untuk memastikan ketersediaan obat dan BMHP. Tujuan pengendalian agar tidak terjadi kelebihan dan kekosongan obat dan BMHP di jaringan pelayanan puskesmas. Pengendalian persediaan obat terdiri dari: • Pengendalian ketersediaan; • Pengendalian penggunaan; • Penanganan ketika terjadi kehilanagan, kerusakan, dan kedaluwarsa. Fungsi kartu stok oabat : • Mencatat jumlah penerimaan dan pengeluaran obat termasuk kondisi fisik, nomor batch dan tanggal kadaluwarsa obat • Satu kartu stok hanya digunakan untuk mencatat mutasi satu jenis obat dari satu sumber anggaran • Data pada kartu stok digunakan untuk menyusun laporan dan rencana kebutuhan obat periode berikutnya 10. PENCATATAN dan PELAPORAN Pencatatan merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk memonitor keluar dan masuknya obat di Puskesmas. Pencatatan dapat dilakukan dengan menggunakan bentuk digital maupun manual. Pada umumnya pemasukan dan pengeluaran obat dicatat dalam buku catatan pemasukan dan pengeluaran obat dan kartu stok. Informasi yang didapat : • Jumlah sediaan farmasi yang tersedia (sisa stok). • Jumlah sediaan farmasi yangditerima. • Jumlah sediaan farmasi yang keluar. • Jumlah sediaan farmasi yang hilang/ rusak/ kadaluwarsa. 5) Jangka waktu kekosongan sediaan farmasi Pelaporan diminta IFK • LPLPO • Laporan Penggunaan Obat Rasional • Laporan ketersediaan Obat dan Vaksin • Laporan Pelayanan Kefarmasian • Laporan Narkotika dan Psikotropika • Laporan Kegiatan Gema Cermat • Laporan Meso Dilaporkan setiap bulan sebelum tgl 5 Tujuan pencatatan dan pelaporan adalah: 1. Bukti bahwa pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai telah dilakukan; 2. Sumber data untuk melakukan pengaturan dan pengendalian; dan 3. Sumber data untuk pembuatanlaporan.
PENGELOLAAN OBAT PROGRAM
1. PERENCANAAN Perencanaan kebutuhan obat program di puskesmas di hitung dan sasaran programnya. 2. PERMINTAAN • Berdasarkan LPLPO Puskesmas → Kadis kesehatan → UPTD IFK Contoh : Tablet tambah darah untuk ibu hamil dan nifas • Berdasarkan Surat Permohonan Pengelolaan Program Puskesmas → Kabid yang membawa obat program → Permintaan disetujui → UPTD IFK Permintaan tidak disetujui → Puskesmas Contoh : Obat program HIV (RDT HIV), TB/OAT (OAT kategori I,INH, dll), Syphilis (RDT Syphylis) dll. • Berdasarkan jumlah Sasaran Program Kabid yang membawa obat program → UPTD IFK → Puskesmas Contoh : Tablet tambah darah, Vitamin A (Obat program kecacingan). 3. PENDISTRIBUSIAN • Menentukan frekuensi distribusi • Menentukan jumlah dan jenis obat yang diberikan • Melaksanakan penyerahan obat dan menerima sisa obat 4. PENCATATAN dan PELAPORAN Semua obat program yang diterima puskesmas di simpan,di catat dan dilaporkan oleh pengelola obat di puskesmas. pelaporannya melalui LPLPO. PENGELOLAAN NARKOTIKA DAN PSIKOTROPIKA SERTA PREKURSOR FARMASI 1. PENGADAAN Permintaan Narkotika dan Psikotropika Di Puskesmas hanya dapat dilakukan berdasarkan Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) atau surat permintaan khusus program yang ditandatangani oleh Apoteker penanggung Jawab Puskesmas. 2. PENCATATAN NARKOTIKA dan PSIKOTROPIKA Pencatatan paling sedikit terdiri atas : • Nama, bentuk sediaan, dan kekuatan Narkotika • Jumlah persediaan • Tanggal, no dokumen, dan sumber penerimaan • Jumlah yang diterima • Tanggal, nomordokumen, dan tujuan penyaluran/penyerahan • Jumlah yang disalurkan/diserahkan • Nomor batch dAn kadaluarsa setiap penerimaan atau penyaluran/penyerahan • Paraf dan identitas petugas yang ditunjuk. 3. PELAPORAN Pelaporan paling sedikit terdiri atas : • Nama, bentuk sediaan, dan kekuatan Narkotika • Jumlah persediaan awal dan akhir bulan • Jumlah yang diterima; dan • Jumlah yang diserahkan. ( Laporan sesuai Format yang sudah ditentukan) PENGELOLAAN VAKSIN vaksin adalah produk biologis yang mengandungkuman, komponen kum an yang telah dilem ahkan, dimatikan atau rekayasa genetika dan berguna untuk merangsang kekebelan tubuh secara aktif. Jenis-jenis vaksin yang dipakai dalam program imunisasi di Indonesia adalah : a. BCG b. Polio c. Campak d. Hepatitis B e. DPT HB f. DT g. TT h. Covid 19 Pengelolaan vaksin meliputi : 1. Perencanaan Vaksin Perencanaan vaksin dilakukan dengan cara : • Menentukan jumlah sasaran imunisasi • Menentukan target cakupan • Menghitung indeks pemakaian (IP) 2. Permintaan/pengadaan Vaksin Hanya dapat dilakukan berdasarkan laporan pemakaian dan lembar permintaan Obat ( LPLPO ) 3. Penyimpanan Vaksin Tujuan nya adalah agar mutu dari vaksin dapat dipertahankan atau tidak kehilangan potensi, aman dan terhindar dari kerusakan fisik. Sarana prasarana penyimpanan vaksin yaitu : Cool room, Freezer, Lemari es, Cool Box, Cool Pack, Vaccinecarrier, Generator. Vaksin disimpan pada 2 suhu yaitu : • Suhu + 2° sd +8° C Vaksin yang disimpan pada suhu ini yaitu, BCG, DPT HB Hbi, DT, TD, Covid 19. • Suhu -15° sd - 25° C Vaksin yang disimpan pada suhu ini adalah OPV/Polio Hal hal yang harus diperhatikan ketika pelayanan vaksin • Untuk vaksin yang belum dibuka harus segera dipakai pada pelayanan berikutnya • Vaksin yang telah dibuka harus segera di buang. 4. Pencatatan dan Pelaporan Pencatatan dan pelaporan vaksin secara tertib baik sejak diterima, disimpan, didistribusikan maupun digunakan di unit pelayanan (Stok awal, Penerimaan, Persediaan,sisa Stok. Tujuan Vaksinasi COVID-19 • Menurunkan kesakitan & kematian akibat COVID-19 • Mencapai kekebalan kelompok (herd immunity) untuk mencegah dan melindungi kesehatan masyrakat • Melindungi dan memperkuat sistem kesehatan secara menyeluruh • Menjaga produktifitas dan meminimalisasi dampak sosial dan ekonomi Kandidat Kuat Vaksin COVID-19 • Pfizer/Fosum Pharma? Biontech (mRNA) • Moderna (mRNA) • Oxford/Astrazeneca (Viral Vector) • Sinovac (Inactivated Virus) • Novavax (Protein Subunit) mRNA ▪ MessengerRNA, adalah kode sintetik Mrna serupa dengan mRNA virus → membentuk protein spike → membentuk kekebalan tubuh ▪ Teknologi terbaru, secara teori sangat aman ▪ mRNA sintetik yag dimasukkan tidak akan masuk ke nucleus sehingga tidak akan mengubah DNA manusia, setelah vaksin selesai mengkode maka akan dihancurkan oleh tubuh Viral Vector ▪ Menggunakan adenovirus yang mengandung potein spike SARC COV 2 → memicu respon imun Inactivated Virus ▪ Virus yang telah inaktif (mati), pemberian bersamaan dengan zat ajuvan aluminium hidroksida yang membantu memperkuat efek respon imun ▪ Established, tried and tested technology sudah digunakan di berbagai vaksin sebelumnya Protein Subunit ▪ mengandung protein spike virus yang bisa dikenali tubuh agar terbentuk respon imun Vaksinasi tidak diberikan apabila : • Tekanan darah ≥ 160/90 • Pernah Menderita Covid-19 • Gejala ISPA dalam 7 hari terakhir • Ada anggota keluarga serumah yang menderita Covid-19 • Riwayat alergi berat setelah vaksinasi Covid-19 • Sedang dalam terapi aktif jangka panjang terhadap penyakit kelainan darah • Penyakit Jantung • Penyakit Autoimun sistemik • Penyakit Ginjal • Penyakit Reumatik Autoimun • Penyakit saluran pencernaan kronis • Penyakit Hipertiroid atau Hipotiroid • Penyakit kanker, kelainan darah, imunokompromais, dan penerima transfusi Vaksinasi ditunda apabila : • Suhu tubuh sedang demam ≥ 37,5⁰C → ditunda sampai sembuh dan terbukti tidak menderita Covid-19 • Penderita penyakit paru (Asma, PPOK, TB) → vaksinasi ditunda sampai kondisi terkontrol dengan baik