Anda di halaman 1dari 16

RESUME PEMBEKALAN PKPA PSPPA STFI BANDUNG

DINAS KESEHATAN DAN IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG


KESEHATAN NO 17 / 2023
Disahkan nya Undang- Undang Kesehatan No 17 Tahun 2023 menyebabkan
transformasi Sistem Kesehatan Nasional meliputi :
1. Pelayanan Primer
2. Pelayanan Rujukan
3. Ketahanan Kesehatan
4. Pendanaan
5. Sumber Daya Manusia
6. Teknologi Kesehatan
Sedangkan metode Omnibus Law (Pasal 64 UU 13/2022) menyatakan :
1. memuat materi muatan baru;
2. mengubah materi muatan yang memiliki keterkaitan dan/atau kebutuhan hukum yang
diatur dalam berbagai PUU; dan
3. mencabut PUU yang jenis dan hierarkinya sama,dengan menggabungkannya ke UU
No 17 Th 2023 ttg Kesehatan.
Kemudian pencabutan 11 UU yang meliputi :
Adapun sistematika UU yang meliputi :

1. Hak dan Kewajiban


a. Hidup sehat secara fisik, jiwa dan social
b. Mendapatkan infromasi dan edukasi
c. Mendapatkan pelayanan Kesehatan yangaman, bermutu dan terjangkau
d. Mendapatkan perawatan Kesehatan
e. Memperoleh data Informasi kesehatan
f. Mewujudkan, mempertahankan dan meningkatkan derajat Kesehatan
masyarakat
g. Menghormati hak orang lain dalam mewujudkan lingkungan yang sehat
h. Menerapkan perilaku hidup sehat dan hak Kesehatan orang lain
i. Mengikuti program JKN
j. Mematuhi penanggulangan KLB
2. Tanggung jawab Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dalam pelayanan
kesehatan
a. Penyediaan akses pelayanan kesehatan primer dan pelayanan kesehatan
lanjutan dengan mengoptimalkan peran pemda
b. Penyediaan akses tersebut mencakup masyarakat rentan dan bersifat inclusif
nondiskriminatif
c. Pembangunan FKTP dan FKTL harus mempertimbangkan kebutuhan
pelayanan kesehatan di daerah terpencil, perbatasan, dan kepulauan termasuk
untuk kebutuhan wahana pendidikan.
3. Sumber Daya Manusia Kesehatan
Pasal 1 :
Sumber Daya Manusia Kesehatan adalah seseorang yang bekerja secara aktif
di bidang Kesehatan, baik yang memiliki pendidikan formal Kesehatan maupun
tidak, yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan dalam melakukan Upaya
Kesehata
Pasal 283 :
Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan yang menyelenggarakan praktik
perseorangan wajib memiliki identitas yang jelas termasuk nomor SIP dan STR
pada tempat praktik perseorangannya.
Pasal 260 dan 261 : Registrasi
1. Setiap Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan yang akan menjalankan praktik
wajib memiliki STR
2. STR diterbitkan oleh Konsil atas nama Menteri setelah memenuhi persyaratan
3. Persyaratan paling sedikit : memiliki ijazah pendidikan di bidang Kesehatan
dan/ atau sertifikat profesi;
4. dan memiliki sertifikat kompetensi
5. STR berlaku seumur hidup.
6. STR tidak berlaku apabila:
o yang bersangkutan meninggal dunia
o dinonaktilkan atau dicabut oleh Konsil atas nama Menteri; atau
o dicabut berdasarkan putusan pengadilanyang telah berkekuatan hukum
tetap.
PENGELOLAAN SEDIAAN FARMASI ALAT KESEHATAN
DAN BMHP DI PUSKESMAS
Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat
pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif di wilayah kerjanya (
permenkes no 43 Tahun 2019 ttg Puskesmas ). Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah
suatu tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik
promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah,
pemerintah daerah dan/atau masyarakat.
Adapun fungsi Apoteker di Puskesmas :
1. Melaksanakan fungsi manajemen
2. Melaksanakan fungsi UKP
3. Melaksanakan fungsi UKM (upaya kesehatan masyarakat/pemerdayaan)
Berdasarkan PP No. 51/2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian adapun kriteria
pelayanan Kefaramsian :
1. Merupakan pelayanan langsung
2. Bertanggung jawab kepada pasien
3. Berkaitan dengan sediaan farmasi
4. Mencapai hasil yang pasti
5. Meningkatkan mutu kehidupan pasien
Permenkes No. 74 Tahun 2016 dan perubahannya PMK 26 th 2020 mengenai
Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas meliputi :
1. PERENCANAAN
Bertujuan untuk menentukan jenis dan jumlah Sediaan Farmasi dalam rangka
pemenuhan kebutuhan Puskesmas berdasarkan DOEN, FORNAS dan
Formularium Puskesmas. Tahapan perencanaan :
a. Pemilihan Obat
b. Kompilasi Pemakaian
c. Perhitungan Kebutuhan
d. Proyeksi Kebutuhan
e. Penyesuaian Rencana Pengadaan
2. PEMILIHAN
Pemilihan adalah kegiatan untuk menetapkan jenis sediaan farmasi dan bahan
medis habis pakai sesuai dengan kebutuhan. Pemilihan dilakukan dalam rangka
perencanaan permintaan obat ke dinas kesehatan kabupaten/kota dan pembuatan
formularium puskesmas.
Formularium Puskesmas berisi panduan terapi pasien terdiri dari nama obat
generik yang dikelompokan dalam kelas terapi. Formularium puskesmas ditinjau
kembali sekurang-kurangnya setahun sekali menyesuaikan kebutuhan obat di
puskesmas.
Kriteria obat yang masuk dalam Formularium Puskesmas
a. Obat yang masuk dalam Formularium Puskesmas adalah obat yang tercantum
dalam DOEN dan FORNAS untuk Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
(FKTP).
b. Berdasarkan standar pengobatan/pedoman diagnosa dan terapi.
c. Mengutamakan penggunaan obat generik.
d. Memiliki rasio manfaat-risiko (benefit-risk ratio) yang paling menguntungkan
penderita.
e. Menguntungkan dalam hal kepatuhan dan penerimaan oleh pasien.
f. Memiliki rasio manfaat-biaya (benefit-cost ratio) yang tertinggi berdasarkan
biaya langsung dan tidak langsung.
g. Obat yang terbukti paling efektif secara ilmiah dan aman (evidence based
medicines)
Tahapan penyusunan formularium puskesmas
a. Meminta usulan obat dari penanggungjawab pelayanan dan penanggungjawab
program;
b. Membuat rekapitulasi usulan obat dan mengelompokkan usulan tersebut
berdasarkan kelas terapi atau standar pengobatan;
c. Membahas usulan bersama Kepala Puskesmas, dokter, dokter gigi, perawat
dan bidan puskesmas;
d. Menyusun daftar obat yang masuk ke dalam formularium puskesmas;
e. Penetapan formularium puskesmas oleh kepala puskesmas; mf. melakukan
sosialisasi dan edukasi mengenai formularium puskesmas kepada seluruh
tenaga kesehatan puskesmas;
Tahap Menyusun dan menghitung rencana kebutuhan obat menggunakan
metode yang sesuai :
a. Metode Konsumsi
Metode konsumsi adalah metode yang didasarkan atas analisa data konsumsi
obat periode sebelumnya.
b. Metode Morbiditas.
Metode morbiditas adalah perhitungan kebutuhan obat berdasarkan pola
penyakit
Cara/teknik evaluasi perencanaa yang dapat dilakukan adalah sebagai
berikut :
a. Analisa ABC, untuk evaluasi aspek ekonomi
ABC bukan singkatan melainkan suatu penamaan yang menunjukkan
peringkat/rangking dimana urutan dimulai dengan yang terbaik/terbanyak.
Analisis ABC mengelompokkan item obat berdasarkan kebutuhan dananya.
b. Pertimbangan/ kriteria VEN, untuk evaluasi aspek
Salah satu cara untuk meningkatkan efisiensi penggunaan dana obat yang
terbatas dengan mengelompokkan obat berdasarkan manfaat tiap jenis obat
terhadap kesehatan. Semua jenis obat yang tercantum dalam daftar obat
dikelompokkan kedalam tiga kelompok berikut:
 Kelompok V (Vital):
Adalah kelompok obat yang mampu menyelamatkan jiwa (life saving).
Contoh: obat syok anafilaksis
 Kelompok E (Esensial) :
Adalah kelompok obat yang bekerja pada sumber penyebab penyakit dan
paling dibutuhkan untuk pelayanan kesehatan. Contoh : Ͳ Obat untuk
pelayanan kesehatan pokok (contoh: antidiabetes, analgesik, antikonvulsi)
Ͳ Obat untuk mengatasi penyakit penyebab kematian terbesar.
 Kelompok N (Non Esensial):
Merupakan obat penunjang yaitu obat yang kerjanya ringan dan biasa
dipergunakan untuk menimbulkan kenyamanan atau untuk mengatasi
keluhan ringan. Contoh: suplemen.
c. medik/ terapi
d. Kombinasi ABC dan VEN
e. Revisi daftar obat
3. PENGADAAN
 Permintaan obat (program) dan APBD ke Dinas Kesehatan
 Farmasis melakukan pengadaan mandiri/ pembelian obat BLUD ke PBF
Pengadaan mandiri bisa dilakukan dengan cara
o E catalog yaitu dilakukan secara elektronik dimana penetapan harga
berdasarkan hasil lelang dan negosiasi LKPP
o Manual yaitu dilakukan pembelian langsung ke Distributor / PBF
dengan surat pesanan langsung
Alur Belanja langsung BLUD
1. Unit-unit yang ada di puskesmas Blud mengajukan kebutuhan kepada
instalasi farmasi puskesmas
2. Instalasi Farmasi melakukan analisis rencana usulan pembelian sediaan
farmasi,alkes dan BMHP kepada Pejabat Teknis Kegiatan(PTK)
3. Di verifikasi oleh Pejabat Keuangan
4. Diverifikasi oleh Kuasa Pengguna Anggaran (KA UPT)
5. Apoteker Koordinasi dengan Pejabat Pengadaan BARJAS untuk dilakukan
pembelian sesuai kriteria
6. Apoteker membuat surat pesanan langsung kepada pemasok ditanda
tangan oleh apoteker yang memiliki SIPA dan pejabat pengadaan Barjas
4. PERMINTAAN
Merupakan kegiatan untuk memenuhi kebutuhan obat yang sudah
direncanakan dengan mengajukan permintaan kepada Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota, biasanya berupa obat dengan anggaran APBD berdasarkan
formularium nasional (FORNAS), Formularium Kota/Kabupaten dan
Formularium Puskesmas. Permintaan dibagi menjadi 2 yaitu :
a. Permintaan rutin yaitu dilakukan sesuai dengan jadwal yang disusun oleh
dinas Kesehatan kota/ kabupaten sesuai dengan kebutuhan dan kondisi
masing2 puskesmas
b. Permintaan khusus yaitu dilakukan diluar jadwal distribusi rutin dilakukan
bila :
 Kebutuhan meningkat
 Terjadi kekosongan obat
 Ada kejadian luar biasa seperti pandemi covid 19
5. PENERIMAAN
Penerimaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai adalah suatu
kegiatan dalam menerima Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai dari
Instalasi Farmasi atau hasil pengadaan Puskesmas secara mandiri sesuai dengan
permintaan yang telah diajukan. Pemeriksaan fisik obat meliputi :
 Tablet meliputi kemasan dan label, bentuk dan fisik tablet ( warna,
keutuhan tablet, basah, lengket )
 Tablet salut meliputi kemasan dan label, bentuk dan fisik tablet ( warna,
keutuhan tablet salut, basah, lengket )
 Cairan meliputi kemasan dan label, kejernihan, homogenitas,warna , bau
bentuk
 Salep meliputi kemasan dan label, homogenitas, warna dan konsistensi
 Injeksi meliputi kemasan dan label, kejernihan untuk larutan injeksi,
homogenitas untuk serbuk injeksi dan warna
 Sirup kering meliputi kemasan dan label, warna , bau dan penggumpalan
 Suppositoria meliputi kemasan dan label, konsistensi dan warna
6. PENYIMPANAN
Tujuan penyimpanan adalah untuk memelihara mutu sediaan farmasi,
menghindari penggunaan yang tidak bertanggungjawab, menjaga ketersediaan,
serta memudahkan pencarian dan pengawasan.
Aspek umum yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan
 Persediaan obat dan BMHP puskesmas disimpan di gudang obat yang
dilengkapi lemari dan rak –rak penyimpanan obat.
 Suhu ruang penyimpanan harus dapat menjamin kestabilan obat.
 Sediaan farmasi dalam jumlah besar (bulk) disimpan diatas pallet, teratur
dengan memperhatikan tanda-tanda khusus.
 Penyimpanan sesuai alfabet atau kelas terapi dengan sistem, First Expired
First Out (FEFO), high alert dan life saving (obat emergency)
 Sediaan psikotropik dan narkotik disimpan dalam lemari terkunci dan
kuncinya dipegang oleh apoteker atau tenaga teknis kefarmasian yang
dikuasakan.
 Sediaan farmasi dan BMHP yang mudah terbakar, disimpan di tempat
khusus dan terpisah dari obat lain. Contoh : alkohol, chlor etil dan lain-lain.
 Tersedia lemari pendingin untuk penyimpanan obat tertentu yang disertai
dengan alat pemantau dan kartu suhu yang diisi setiap harinya.
 Jika terjadi pemadaman listrik, dilakukan tindakan pengamanan terhadap
obat yang disimpan pada suhu dingin. Sedapat mungkin, tempat
penyimpanan obat termasuk dalam prioritas yang mendapatkan listrik
cadangan (genset).
 Obat yang mendekati kadaluarsa (3 sampai 6 bulan sebelum tanggal
kadaluarsa tergantung kebijakan puskesmas) diberikan penandaan khusus
dan diletakkan ditempat yang mudah terlihat agar bisa digunakan terlebih
dahulu sebelum tiba masa kadaluarsa.
 Inspeksi/pemantauan secara berkala terhadap tempat penyimpanan obat.
Penandaan ED Warning : INOVASI
o warna merah untuk penandaan ED kurang dari 3 bulan
o warna kuning untuk penandaan ED 3 – 6 bulan
o warna hijau untuk penandaan ED kurang dari 6 - 12 bulan
7. PENDISTRIBUSIAN
Adalah kegiatan pengeluaran dan penyerahan sediaan farmasi dan BMHP
dari puskesmas induk untuk memenuhi kebutuhan pada jaringan pelayanan
puskesmas (Puskesmas pembantu, Puskesmas keliling, dan bidan desa).
Langkah-langkah distribusi obat :
1. Menentukan frekuensi distribusi dengan mempertimbangkan :
a. Jarak distribusi.
b. Biaya distribusi yang tersedia.
2. Menentukan jumlah dan jenis obat yang akan diberikan dengan
mempertimbangkan Pemakaian rata-rata perperiode untuk setiap jenis
obat, Sisa stok, Pola penyakit dan jumlah kunjungan di masing masing
jaringan kesehatan
3. Menyerahkan obat ke jaringan pelayanan puskesmas dengan LPLPO yg
di ttd penanggung jawab jaringan pelayanan puskesmas dan pengelola
obat puskesmas induk sebagai penenggung jawab pemberi obat
Pendistribusian ke sub unit (ruang rawat inap, UGD, dan lain-lain) dengan
cara :
a. pemberian Obat sesuai resep yang diterima
b. pemberian Obat per sekali minum (dispensing dosis unit)
c. kombinasi,
d.pendistribusian ke jaringan Puskesmas dilakukan dengan car penyerahan
Obat sesuai dengan kebutuhan (floor stock).
8. PEMUSNAHAN
Pemusnahan di Puskesmas tidak dilakukan sendiri melainkan dengan
melakukan pengembalian ke IFK menggunakan Berita Acara Serah Terima.
Tahapannya meliputi :
 Membuat daftar Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai yang
akan dimusnahkan
 Menyiapkan Berita Acara Pemusnahan (harus ada harga/nilai barang)
 Mengkoordinasikan jadwal dan tempat pemusnahan kepada pihak
terkait
 Melakukan pemusnahan disesuaikan dengan jenis dan bentuk sediaan
serta peraturan yang berlaku.
Pemusnahan dilakukan bila :
 Produk tidak memenuhi persyaratan mutu;
 Kadaluwarsa;
 Tidak memenuhi syarat untuk dipergunakan dalam pelayanan
kesehatan atau kepentingan ilmu pengetahuan; dan/atau
 Dicabut izin edarnya
Pemusnahan Resep
 Resep yang telah disimpan melebihi jangka waktu 5 (lima) tahun dapat
dimusnahkan.
 Pemusnahan Resep dilakukan oleh apoteker atau penanggungjawab
disaksikan oleh sekurang-kurangnya petugas kesehatan lain dengan
cara dibakar atau cara pemusnahan lain yang dibuktikan dengan
 Berita Acara Pemusnahan Resep dan selanjutnya dilaporkan kepada
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
9. PENGENDALIAN
Pengendalian persediaan adalah suatu kegiatan untuk memastikan
ketersediaan obat dan BMHP. Tujuan pengendalian agar tidak terjadi
kelebihan dan kekosongan obat dan BMHP di jaringan pelayanan puskesmas.
Pengendalian persediaan obat terdiri dari:
• Pengendalian ketersediaan;
• Pengendalian penggunaan;
• Penanganan ketika terjadi kehilanagan, kerusakan, dan kedaluwarsa.
Fungsi kartu stok oabat :
• Mencatat jumlah penerimaan dan pengeluaran obat termasuk kondisi
fisik, nomor batch dan tanggal kadaluwarsa obat
• Satu kartu stok hanya digunakan untuk mencatat mutasi satu jenis obat
dari satu sumber anggaran
• Data pada kartu stok digunakan untuk menyusun laporan dan rencana
kebutuhan obat periode berikutnya
10. PENCATATAN dan PELAPORAN
Pencatatan merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk memonitor
keluar dan masuknya obat di Puskesmas. Pencatatan dapat dilakukan dengan
menggunakan bentuk digital maupun manual. Pada umumnya pemasukan dan
pengeluaran obat dicatat dalam buku catatan pemasukan dan pengeluaran obat
dan kartu stok. Informasi yang didapat :
• Jumlah sediaan farmasi yang tersedia (sisa stok).
• Jumlah sediaan farmasi yangditerima.
• Jumlah sediaan farmasi yang keluar.
• Jumlah sediaan farmasi yang hilang/ rusak/ kadaluwarsa. 5) Jangka waktu
kekosongan sediaan farmasi
Pelaporan diminta IFK
• LPLPO
• Laporan Penggunaan Obat Rasional
• Laporan ketersediaan Obat dan Vaksin
• Laporan Pelayanan Kefarmasian
• Laporan Narkotika dan Psikotropika
• Laporan Kegiatan Gema Cermat
• Laporan Meso
Dilaporkan setiap bulan sebelum tgl 5
Tujuan pencatatan dan pelaporan adalah:
1. Bukti bahwa pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
telah dilakukan;
2. Sumber data untuk melakukan pengaturan dan pengendalian; dan
3. Sumber data untuk pembuatanlaporan.

PENGELOLAAN OBAT PROGRAM


1. PERENCANAAN
Perencanaan kebutuhan obat program di puskesmas di hitung dan sasaran
programnya.
2. PERMINTAAN
• Berdasarkan LPLPO
Puskesmas → Kadis kesehatan → UPTD IFK
Contoh : Tablet tambah darah untuk ibu hamil dan nifas
• Berdasarkan Surat Permohonan Pengelolaan Program
Puskesmas → Kabid yang membawa obat program → Permintaan
disetujui → UPTD IFK
Permintaan tidak disetujui → Puskesmas
Contoh : Obat program HIV (RDT HIV), TB/OAT (OAT kategori
I,INH, dll), Syphilis (RDT Syphylis) dll.
• Berdasarkan jumlah Sasaran Program
Kabid yang membawa obat program → UPTD IFK → Puskesmas
Contoh : Tablet tambah darah, Vitamin A (Obat program kecacingan).
3. PENDISTRIBUSIAN
• Menentukan frekuensi distribusi
• Menentukan jumlah dan jenis obat yang diberikan
• Melaksanakan penyerahan obat dan menerima sisa obat
4. PENCATATAN dan PELAPORAN
Semua obat program yang diterima puskesmas di simpan,di catat dan
dilaporkan oleh pengelola obat di puskesmas. pelaporannya melalui LPLPO.
PENGELOLAAN NARKOTIKA DAN PSIKOTROPIKA
SERTA PREKURSOR FARMASI
1. PENGADAAN
Permintaan Narkotika dan Psikotropika Di Puskesmas hanya dapat dilakukan
berdasarkan Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) atau
surat permintaan khusus program yang ditandatangani oleh Apoteker
penanggung Jawab Puskesmas.
2. PENCATATAN NARKOTIKA dan PSIKOTROPIKA
Pencatatan paling sedikit terdiri atas :
• Nama, bentuk sediaan, dan kekuatan Narkotika
• Jumlah persediaan
• Tanggal, no dokumen, dan sumber penerimaan
• Jumlah yang diterima
• Tanggal, nomordokumen, dan tujuan penyaluran/penyerahan
• Jumlah yang disalurkan/diserahkan
• Nomor batch dAn kadaluarsa setiap penerimaan atau
penyaluran/penyerahan
• Paraf dan identitas petugas yang ditunjuk.
3. PELAPORAN
Pelaporan paling sedikit terdiri atas :
• Nama, bentuk sediaan, dan kekuatan Narkotika
• Jumlah persediaan awal dan akhir bulan
• Jumlah yang diterima; dan
• Jumlah yang diserahkan.
( Laporan sesuai Format yang sudah ditentukan)
PENGELOLAAN VAKSIN
vaksin adalah produk biologis yang mengandungkuman, komponen kum an yang
telah dilem ahkan, dimatikan atau rekayasa genetika dan berguna untuk merangsang
kekebelan tubuh secara aktif. Jenis-jenis vaksin yang dipakai dalam program imunisasi di
Indonesia adalah :
a. BCG
b. Polio
c. Campak
d. Hepatitis B
e. DPT HB
f. DT
g. TT
h. Covid 19
Pengelolaan vaksin meliputi :
1. Perencanaan Vaksin
Perencanaan vaksin dilakukan dengan cara :
• Menentukan jumlah sasaran imunisasi
• Menentukan target cakupan
• Menghitung indeks pemakaian (IP)
2. Permintaan/pengadaan Vaksin
Hanya dapat dilakukan berdasarkan laporan pemakaian dan lembar permintaan Obat
( LPLPO )
3. Penyimpanan Vaksin
Tujuan nya adalah agar mutu dari vaksin dapat dipertahankan atau tidak
kehilangan potensi, aman dan terhindar dari kerusakan fisik. Sarana prasarana
penyimpanan vaksin yaitu : Cool room, Freezer, Lemari es, Cool Box, Cool Pack,
Vaccinecarrier, Generator. Vaksin disimpan pada 2 suhu yaitu :
• Suhu + 2° sd +8° C
Vaksin yang disimpan pada suhu ini yaitu, BCG, DPT HB Hbi, DT, TD, Covid
19.
• Suhu -15° sd - 25° C
Vaksin yang disimpan pada suhu ini adalah OPV/Polio
Hal hal yang harus diperhatikan ketika pelayanan vaksin
• Untuk vaksin yang belum dibuka harus segera dipakai pada pelayanan
berikutnya
• Vaksin yang telah dibuka harus segera di buang.
4. Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan dan pelaporan vaksin secara tertib baik sejak diterima, disimpan,
didistribusikan maupun digunakan di unit pelayanan (Stok awal, Penerimaan,
Persediaan,sisa Stok.
Tujuan Vaksinasi COVID-19
• Menurunkan kesakitan & kematian akibat COVID-19
• Mencapai kekebalan kelompok (herd immunity) untuk mencegah dan
melindungi kesehatan masyrakat
• Melindungi dan memperkuat sistem kesehatan secara menyeluruh
• Menjaga produktifitas dan meminimalisasi dampak sosial dan ekonomi
Kandidat Kuat Vaksin COVID-19
• Pfizer/Fosum Pharma? Biontech (mRNA)
• Moderna (mRNA)
• Oxford/Astrazeneca (Viral Vector)
• Sinovac (Inactivated Virus)
• Novavax (Protein Subunit)
mRNA
▪ MessengerRNA, adalah kode sintetik Mrna serupa dengan mRNA virus →
membentuk protein spike → membentuk kekebalan tubuh
▪ Teknologi terbaru, secara teori sangat aman
▪ mRNA sintetik yag dimasukkan tidak akan masuk ke nucleus sehingga tidak akan
mengubah DNA manusia, setelah vaksin selesai mengkode maka akan
dihancurkan oleh tubuh
Viral Vector
▪ Menggunakan adenovirus yang mengandung potein spike SARC COV 2 →
memicu respon imun
Inactivated Virus
▪ Virus yang telah inaktif (mati), pemberian bersamaan dengan zat ajuvan
aluminium hidroksida yang membantu memperkuat efek respon imun
▪ Established, tried and tested technology sudah digunakan di berbagai vaksin
sebelumnya
Protein Subunit
▪ mengandung protein spike virus yang bisa dikenali tubuh agar terbentuk respon
imun
Vaksinasi tidak diberikan apabila :
• Tekanan darah ≥ 160/90
• Pernah Menderita Covid-19
• Gejala ISPA dalam 7 hari terakhir
• Ada anggota keluarga serumah yang menderita Covid-19
• Riwayat alergi berat setelah vaksinasi Covid-19
• Sedang dalam terapi aktif jangka panjang terhadap penyakit kelainan darah
• Penyakit Jantung
• Penyakit Autoimun sistemik
• Penyakit Ginjal
• Penyakit Reumatik Autoimun
• Penyakit saluran pencernaan kronis
• Penyakit Hipertiroid atau Hipotiroid
• Penyakit kanker, kelainan darah, imunokompromais, dan penerima
transfusi
Vaksinasi ditunda apabila :
• Suhu tubuh sedang demam ≥ 37,5⁰C → ditunda sampai sembuh dan
terbukti tidak menderita Covid-19
• Penderita penyakit paru (Asma, PPOK, TB) → vaksinasi ditunda sampai
kondisi terkontrol dengan baik

Anda mungkin juga menyukai