Untuk pmk 75/2014 ini sudah ada updatenya ke pmk 43/2019 tapi karena terbitnya akhir tahun jadi
harus mempelajari keduanya. Perbedaan dua pmk ini sudah pernah kk share rasanya
Sebelum menjalani operasi, pasien perlu diberikan informasi terkait dengan masa pemulihan setelah
operasi baik di RS maupun di rumah. Hal-hal yang perlu dijelaskan kepada pasien yaitu:
1. Makanan: makan dalam porsi kecil karena efek anestesi dan obat penahan rasa sakit menyebabkan
perlambatan pengosongan lambung
2. Peristaltik / pergerakan usus: konstipasi dapat terjadi karena penurunan motilitas usus karena efek
anestesi, mobilitas yang kurang, obat penahan rasa sakit, dll
3. Aktivitas seksual: kegiatan seksual aktif belum dapat dilakukan selama hingga luka masih meradang
dan lembab kira-kira 2-4 minggu. Jika operasi dilakukan pada organ reproduksi, konsultasikan dengan
DSOG
4. Perawatan luka: Diskusi seputar luka termasuk tanda dan gejala infeksi dan kapan harus dilaporkan
6. Nyeri: menginformasikan terkait obat analgesic, mendiskusikan aktivitas klien, bagaimana cara
mengurangi atau menghindari aktivitas yang menyebabkan nyeri
8. Aktivitas: Jelaskan bahwa klien akan mudah lelah, sehingga aktivitas yang dianjurkan adalah dalam
periode pendek diselingi istirahat
Tinjauan opsi:
Opsi “Menganjurkan klien untuk mengkonsumsi banyak buah pasca operasi agar tidak terjadi
konstipasi” tidak tepat karena konstipasi pada pasien post operasi biasanya terjadi karena penurunan
motilitas usus sehingga seharusnya porsi makanan yang masuk ke dalam tubuh juga tidak banyak.
Mengkonsumsi makanan serat dianjurkan jika motilitas usus telah kembali normal.
(Sumber: Berman et al., 2015. Kozier & Erbs’ Fundamentals of Nursing. New Jersey: Pearson Education)
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 128 Tahun 2004, Puskesmas adalah Unit pelaksana
teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan
kesehatan di suatu wilayah kerja.
Upaya kesehatan wajib yang harus diselenggarakan oleh setiap puskesmas yang ada di wilayah
Indonesia adalah :
6) Upaya Pengobatan
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 128 Tahun 2004, Indikator Kecamatan Sehat yang
ingin dicapai mencakup 4 indikator utama yakni :
1) Lingkungan sehat
2) Perilaku sehat
Rumusan visi untuk masing-masing puskesmas harus mengacu pada visi pembangunan kesehatan
puskesmas di atas yakni terwujudnya Kecamatan Sehat, yang harus sesuai dengan situasi dan kondisi
masyarakat serta wilayah kecamatan setempat.
Pelayanan kesehatan bagi Peserta dilaksanakan secara berjenjang sesuai kebutuhan medis dan
Pasal 55 Pelayanan kesehatan bagi Peserta dilaksanakan secara berjenjang sesuai kebutuhan medis dan
kompetensi Fasilitas Kesehatan dimulai dari FKTP Peserta terdaftar, kecuali dalam keadaan
kegawatdaruratan medis.
Opsi B, Pasal 56 ; Fasilitas Kesehatan wajib menjamin Peserta mendapatkan obat, alat kesehatan, dan
bahan medis habis pakai yang dibutuhkan sesuai dengan indikasi
medis.
Opsi D, Pasal 58 ; Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan Fasilitas Kesehatan bertanggung jawab
atas ketersediaan
obat, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai dalam penyelenggaraan program Jaminan Kesehatan
sesuai dengan kewenangannya.
Opsi E, Pasal 59 ; Pelayanan obat, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai untuk Peserta Jaminan
Kesehatan pada Fasilitas Kesehatan berpedoman pada daftar obat,
alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang ditetapkan oleh Menteri.
Penerma Bantuan Iuran Jarninan Kesehatan yang selanjutnya disebut PBI Jaminan Kesehatan adalah
fakir miskin dan orang tidak mampu sebagai Peserta program Jaminan Kesehatan.
Opsi A, NPBI (Non Penerima Bantuan Iuran) yang terdiri atas :
PPU dan anggota keluarganya, PPU adalah setiap orang yang bekerja pada Pemberi
PBPU dan anggota keluarganya, PBPU adalah setiap orang yang bekerja atau berusaha atas risiko
sendiri.
setiap orang yang bukan termasuk kelompok PPU, PBPU, PBI Jaminan Kesehatan, dan penduduk yang
didaftarkan oleh Pemerintah Daerah.
Pelayanan Program Rujuk Balik adalah Pelayanan Kesehatan yang diberikan kepada penderita penyakit
kronis dengan kondisi stabil dan masih memerlukan pengobatan atau asuhan keperawatan jangka
panjang yang dilaksanakan di Faskes Tingkat Pertama atas rekomendasi/rujukan dari Dokter
Spesialis/Sub Spesialis yang merawat.
1. Bagi peserta
kesehatan
dan rehabilitatif
diperlukan
b. Meningkatkan kompetensi penanganan medik berbasis kajian ilmiah terkini (evidence based)
penyakit
Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat
dan upaya kesehatan perseorangan tingkat
pertama.
a. paradigma sehat;
b. pertanggungjawaban wilayah;
c. kemandirian masyarakat;
d. pemerataan;
Menjangkau pelayanan kesehatan bermutu merupakan salah satu dari tujuan pembangunan kesehatan
yang diselenggarakan oleh Puskesmas. Tujuan lainnya adalah buntuk mewujudkan masyarakat yang:
b. dokter gigi;
c. perawat;
d. bidan;
i. tenaga kefarmasian.
Tenaga radiographer tidak termasuk dalam jenis tenaga kesehatan yang wajib ada di puskesmas
Ayat (1)
a. tidak terakreditasi;
b. terakreditasi dasar;
c. terakreditasi madya;
e. terakreditasi paripurna.
Ayat (2)
a. tidak terakreditasi;
b. terakreditasi dasar;
d. terakreditasi paripurna.
Ayat (3)
Penetapan status Akreditasi tempat praktik mandiri dokter dan tempat praktik mandiri dokter gigi terdiri
atas:
b. terakreditasi.
Maka berdasarkan ilustrasi ,yang tidak termasuk dalam status akreditasi Puskesmas adlah terakreditasi
pratama. "
: No soal 30
Puskesmas kawasan perkotaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 huruf a merupakan Puskesmas
yang wilayah kerjanya meliputi kawasan yang memenuhi paling sedikit 3 (tiga) dari 4 (empat) kriteria
kawasan perkotaan sebagai berikut:
a. aktivitas lebih dari 50% (lima puluh persen) penduduknya pada sektor non agraris, terutama industri,
perdagangan dan jasa;
b. memiliki fasilitas perkotaan antara lain sekolah radius 2,5 km, pasar radius 2 km, memiliki rumah sakit
radius kurang dari 5 km, bioskop, atau hotel;
c. lebih dari 90% (sembilan puluh persen) rumah tangga memiliki listrik; dan/atau
d. terdapat akses jalan raya dan transportasi menuju fasilitas perkotaan sebagaimana dimaksud pada
huruf b.
Puskesmas kawasan pedesaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 huruf b merupakan Puskesmas
yang wilayah kerjanya meliputi kawasan yang memenuhi paling sedikit 3 (tiga) dari 4 (empat) kriteria
kawasan pedesaan sebagai berikut:
a. aktivitas lebih dari 50% (lima puluh persen) penduduk pada sektor agraris;
b. memiliki fasilitas antara lain sekolah radius lebih dari 2,5 km, pasar dan perkotaan radius lebih dari 2
km, rumah sakit radius lebih dari 5 km, tidak memiliki fasilitas berupa bioskop atau hotel;
c. rumah tangga dengan listrik kurang dari 90% (Sembilan puluh persen; dan
d. terdapat akses jalan dan transportasi menuju fasilitas sebagaimana dimaksud pada huruf b.
Puskesmas kawasan terpencil dan sangat terpencil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 huruf c
merupakan Puskesmas yang wilayah kerjanya meliputi kawasan dengan karakteristik sebagai berikut:
a. berada di wilayah yang sulit dijangkau atau rawan bencana, pulau kecil, gugus pulau, atau pesisir;
b. akses transportasi umum rutin 1 kali dalam 1 minggu, jarak tempuh pulang pergi dari ibukota
kabupaten memerlukan waktu lebih dari 6 jam, dan transportasi yang ada sewaktu-waktu dapat
terhalang iklim atau cuaca; dan
c. kesulitan pemenuhan bahan pokok dan kondisi keamanan yang tidak stabil. "
berdasarkan kriteria, maka puskesmas pada kasus masuk dalam kategori puskesmas area perkotaan
Menurut PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2014 Pasal 39
ayat 1 Kepala dinas kesehatan daerah kabupaten/kota harus melaporkan Puskesmas yang tidak lagi
menjalankan tugas dan fungsinya sebagai Puskesmas kepada Kementerian Kesehatan dengan
melampirkan surat keputusan penghapusan Puskesmas.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014 Pasal 44 ayat 1 Kepala
Puskesmas diangkat dan diberhentikan oleh bupati/wali kota.
16/08/2020 15.12 - +62 823-8998-0884: Jadi, FKTP (Puskesmas, Klinik Pratama, Praktik Dokter) itu ada
akreditasinya, sama seperti RS.
Setelah lulus akreditasi, tiap faskes ini ada sebutan pencapaiannya. Untuk puskesmas dan klinik
pratama, pencapaian tertinggi itu paripurna.
Penilaiannya punya instrumen sendiri dan penetapan status akreditasi itu berdasarkan pencapaian FKTP
terhadap standar akreditasi.
16/08/2020 15.17 - +62 823-8998-0884: Akhir tahun 2019 kemarin telah terbit Permenkes baru tentang
Puskesmas, yaitu Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2019 Tentang Pusat
Kesehatan Masyarakat. Dengan diundangkannya permenkes ini maka Permenkes nomor 75 Tahun 2014
tentang Puskesmas tidak berlaku lagi.
Terdapat beberapa perbedaan antara Permenkes 75 Tahun 2014 dengan Permenkes 43 Tahun 2019.
Beberapa poin perbedaan antara lain:
*Kredensial*
Pada Permenkes 75 tidak terdapat klausul yang mengatur tentang Kredensial, sedangakan Permenkes
43 Tahun 2019 secara spesifik mengatur hal berikut (pasal 20), bahwa
Tenaga Kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan harus memiliki kewenangan klinis.
Pada Permenkes lama terdpat 3 kategori. Sedangakan Permenkes baru terdapat 4 kategori, dengan
penambahan pada pemisahan pada Puskesmas kawasan terpencil dan sangat terpencil, dan ditetapkan
oleh Bupati / Walikota.
Pada Permenkes lama tidak terdapat kategori ini. Sedangkan Permenkes baru, diatur untuk Puskesmas
kawasan Pedesaan, Terpencil dan Sangat Terpencil.
Pada Permenkes lama diatur bahwa akreditasi dilakukan 3 tahun sekali, oleh Lembaga Independen
penyelenggara Akreditasi yang ditetapkan Menteri atau oleh Komisi Akreditasi FKTP untuk sementara
Sedangkan pada Permenkes baru diatur, akreditasi dialakukan 3 tahun sekali, dengan pelaksanaan
sesuai peraturan perundang-undangan.
1. Pendidikan paling rendah sarjana dan memiliki kompetensi manajemen kesehatan masyarakat
1. Berstatus ASN
2. Pendidikan paling rendah S-1 atau D-4 ( Puskesmas kawasan terpencil dan sangat terpencil minimal D-
3)
3. Pernah menduduki jabatan fungsional Nakes jenjang ahli pertama minimal 2 tahun
Untuk dapat diangkat sebagai kepala Puskesmas harus memenuhi persyaratan, kecuali.. -
b. Memiliki pendidikan bidang kesehatan paling rendah sarjana S-1 (strata satu) atau D-4 (diploma
empat)
c. Pernah paling rendah menduduki jabatan fungsional tenaga kesehatan jenjang ahli pertama
paling sedikit 2 (dua) tahun
*Jawaban Benar* E
Untuk dapat diangkat sebagai kepala Puskesmas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi
persyaratan:
b. memiliki pendidikan bidang kesehatan paling rendah sarjana S-1 (strata satu) atau D-4 (diploma
empat);
c. pernah paling rendah menduduki jabatan fungsional tenaga kesehatan jenjang ahli pertama paling
sedikit 2 (dua) tahun;
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 46 Tahun 2015, Akreditasi Puskesmas
dan Klinik Pratama dilakukan setiap 3 (tiga) tahun.
Upaya kesehatan pengembangan puskesmas adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan permasalahan
kesehatan yang ditemukan di masyarakat serta yang disesuaikan dengan kemampuan puskesmas.
Upaya kesehatan pengembangan dipilih dari daftar upaya kesehatan pokok puskesmas yang telah ada,
yakni :
Pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menjadi tanggung jawab puskesmas meliputi :
Pelayanan kesehatan perorangan adalah pelayanan yang bersifat pribadi (private goods) dengan tujuan
utama menyembuhkan penyakit dan pemulihan kesehatan 7 perorangan, tanpa mengabaikan
pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit. *Pelayanan perorangan tersebut adalah rawat jalan
dan untuk puskesmas tertentu ditambah dengan rawat inap.*
Pelayanan kesehatan masyarakat adalah pelayanan yang bersifat publik (public goods) dengan tujuan
utama memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit tanpa mengabaikan
penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan. Pelayanan kesehatan masyarakat tersebut antara
lain promosi kesehatan, pemberantasan penyakit, penyehatan lingkungan, perbaikan gizi, peningkatan
kesehatan keluarga, keluarga berencana, kesehatan jiwa serta berbagai program kesehatan masyarakat
lainnya.
Formularium kesehatan adalah Daftar obat yang disusun oleh komite nasional yang ditetapkan oleh
Menteri kesehatan didasarkan pada bukti ilmiah mutakhir berkhasiat, aman, dan dengan harga
terjangkau yang disediakan sebagai acuan penggunaan obat.
Berdasarkan PerPres No. 25 tahun 2020 tentang tata kelola BPJS pasal 2 yaitu Tata Kelola yang Baik
berpedoman pada prinsip :
Opsi A. Keterbukaan, yaitu keterbukaan dalam proses pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam
pengungkapan dan penyediaan informasi yang relevan mengenai BPJS, yang mudah diakses oleh
pemangku kepentingan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Opsi B. akuntabilitas, yaitu kejelasan fungsi dan pelaksanaan pertanggungjawaban Organ BPJS sehingga
kinerja BPJS, dapat berjalan secara transparan, wajar, efektif, dan efisien.
*Opsi C (Tepat) responsibilitas, yaitu kesesuaian pengelolaan BPJS dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan*
Opsi D. prediktabilitas, yaitu konsistensi dan perlakuan yang sama dalam penerapan peraturan dan
kebijakan melalui pemberitahuan sebelumnya kepada peserta dan pemangku kepentingan.
Opsi E. dinamis, yaitu kemampuan dan iktikad baik BPJS untuk berinovasi dan berubah secara positif
untuk memenuhi mandatnya menyelenggarakan Jaminan Sosial dan merespon perubahan kebutuhan
peserta.
Bukan Pekerja (BP) adalah setiap orang yang bukan termasuk masyarakat yang didaftarkan dan iurannya
dibayar oleh Pemerintah Pusat/ Daerah, PPU serta PBPU, yang terdiri dari : BP Penyelenggara Negara
dan BP Non Penyelenggara Negara.
1) BP Penyelenggara Negara terdiri dari Penerima Pensiun (PP), Pejabat Negara, PP PNS Pusat/ Daerah,
PP TNI, PP POLRI, Veteran dan Perintis Kemerdekaan
*2) BP Non Penyelenggara Negara terdiri dari investor, Pemberi Kerja dan BP lain yang mampu
membayar iuran.*
opsi A, Penerima bantuan Iuran Jaminan Kesehatan (PBI-JK), merupakan program jaminan kesehatan
fakir-miskin dan orang tidak mampu yang dibayar oleh pemerintah pusat melalui APBN dan Pemerintah
daerah melalui APBD.
Opsi B dan C; Pekerja Penerima Upah (PPU) adalah setiap orang yang bekerja pada pemberi kerja
dengan menerima gaji atau upah, yang terdiri dari PPU Penyelenggara Negara dan PPU Non
Penyelenggara Negara.
1) PPU Penyelenggara Negara terdiri dari Pejabat Negara, Pegawai Negeri Sipil (PNS) Pusat/ Daerah, PNS
yang dipekerjakan di BUMN/BUMD, TNI/PNS TNI, POLRI/PNS POLRI, DPRD dan Pegawai Pemerintah Non
Pegawai Negeri (PPNPN)
2) PPU Non Penyelenggara Negara terdiri dari Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha Milik
Daerah (BUMD) dan Swasta.
Opsi E, Pekerja Bukan Penerima Upah (PBPU) adalah setiap orang yang bekerja atau berusaha atas
resiko sendiri, yang terdiri dari : Notarias/Pengacara/LSM. Dokter/Bidan Praktek Swasta, Pedagang/
Penyedia Jassa, Petani/peternak, Nelayan, Supir, Ojek, Montir, dan Pekerja lain yang mampu membayar
iuran.