Seorang pasien (55 tahun) dibawa ke puskesmas dengan nyeri dada skala 5. Pasien mengeluh nyeri dada
6 bulan terakhir dan sering terjadi ketika beraktivitas. Perawat mengajak pasien bercerita hobi pasien
yang senang jalan-jalan baik dalam maupun keluar negeri. Jenis tindakan yang sedang dilakukan
oleh perawat adalah …
a. Hipnoterapi
b. Imajinasi
c. Distraksi
d. Relaksasi
e. Stimulasi kutaneus
*Jawaban Benar* c
DS : nyeri dada skala 5, pasien mengeluh 6 bulan terakhir ini mengalami nyeri dada, terjadi ketika
beraktifitas. Diagnosa keperawatan pada kasus diatas adalah Nyeri Akut. Tindakan yang dilakukan
perawat adalah Distraksi.
Distraksi adalah suatu teknik mengalihkan perhatian klien ke hal yang lain sehingga dapat menurunkan
intensitas nyeri, bahkan meningkatkan toleransi terhadap nyeri.
Option Hipnoterapi (Tidak Tepat), karena hipnoterapi adalah jenis terapi mental, pikiran dan emosi serta
perilaku yang dilakukan dalam keadaan hipnotis.
Option Imajinasi (Tidak Tepat), karena imajinasi adalah daya pikir untuk membayangkan (dalam angan-
angan) atau menciptakan gambar (lukisan, karangan, dan sebagainya) kejadian berdasarkan kenyataan
atau pengalaman seseorang secara umum.
Option Relaksasi (Tidak Tepat) karena relaksasi adalah suatu kegiatan positif yang dapat memberikan
rasa nyaman dan puas dengan cara menyalurkan kelebihan energi atau ketegangan psikis melalui suatu
kegiatan yang menyenangkan.
Option Stimulasi Kutaneus (Tidak Tepat), karena stimulasi kutaneus (Slow Stroke Back Massage) adalah
stimulasi kulit yang dilakukan untuk menghilangkan nyeri, bekerja dengan mendorong pelepasan
endorfin, sehingga memblok transmisi stimulus nyeri."
: No soal 2
Seorang pasien (50 tahun) dirawat di RS dengan Bronkitis kronis. Pasien sesak napas dengan frekuensi
28 x/menit, batuk berdahak dan sulit dikeluarkan. Pasien mengeluh dada nyeri saat batuk, rhonki (+/+),
pH 7,36, PCO2 40 mmHg, Saturasi oksigen 97 %.
b. Nyeri akut
c. Gangguan pertukaran gas
*Jawaban Benar* e
Bronchitis kronis didefinisikan sebagai Kelainan saluran napas yang ditandai oleh batuk kronik berdahak
minimal 3 bulan dalam setahun, sekurang-kurangnya dua tahun berturut - turut, tidak disebabkan
penyakit lainnya. Pada bronkitis kronik terdapat pembesaran kelenjar mukosa bronkus, metaplasia sel
goblet, inflamasi, hipertrofi otot polos pernapasan serta distorsi akibat fibrosis. Pada kasus ini pasien
akan mengalami gejala batuk berdahak dan sesak napas akibat produksi mucus/secret yang berlebihan.
Data fokus; pasien sesak napas dengan frekuensi 28 x/menit, batuk berdahak dan sulit dikeluarkan,
pasien mengeluh dada nyeri saat batuk, rhonki (+/+), pH 7,36 (normal), PCO2 40 mmHg (normal),
Saturasi oksigen 97 % (dalam batas normal).
Berdasarkan data fokus di atas, diagnosis keperawatan yang tepat pada kasus adalah *Bersihan jalan
napas tidak efektif* yang didefinisikan sebagai Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau
obstruksi jalan napas untuk mempertahankan jalan napas tetap paten, dengan data mayor; Batuk tidak
efektif, tidak mampu batuk, adanya bunyi napas tambahan (rhonki, mengi dan weezing).
Opsi Pola napas tidak efektif (tidak tepat), pada kasus tidak terdapat data yang menunjukkan adanya
masalah gangguan pada pola napas; sesak napas yang disertai adanya penggunaan ototbantu napas.
Opsi Nyeri akut (tidak tepat), karena data nyeri pada kasus tidak dijelaskan secara spesifik. Nyeri yang
dirasakan pasien pada kasus bisa disebabkan karena teknik batuk yang tidak efektif sehingga
menyebabkan adanya tekanan pada dada yang berlebihan.
Opsi Gangguan pertukaran gas (tidak tepat), karena pada kasus tidak menunjukkan adanya masalah
pada pertukaran gas, yang biasanya ditunjukkan dengan data mayor; pH dan PCO2 abnormal.
Sedangkan pada kasus nilai analsia gas darah arteri dalam batas normal.
Opsi Gangguan ventilasi spontan (tidak tepat), karena pada kasus tidak terjadi gangguan pada ventilasi
spontan pasien, yang ditunjukkan dengan data; saturasi oksigen menurun, peningkatan penggunaan
otot bantu napas, penurunan kesadaran.
No soal 3
Seorang pasien (40 tahun) dirawat di RS dengan indikasi post ekstirpasi korpus kornea 5 jam yang lalu.
Klien mengeluh nyeri di mata kirinya dengan skala VAS 6, penglihatan klien tidak jelas karena tertutup
verban. Aktivitas dan kebutuhan klien dibantu oleh keluarga dan perawat. Masalah keperawatan
yang tepat adalah …
a. Nyeri akut
b. Resiko cedera
c. Resiko jatuh
d. Gangguan rasa nyaman
*Jawaban Benar* a
Data fokus diangkatkannya masalah keperawatan *Nyeri Akut* pada kasus, diantaranya : klien
mengeluh nyeri di bagian mata kirinya dengan skala VAS 6. Data fokus:
Berdasarkan data fokus, diagnosis keperawatan yang pasien alami adalah nyeri akut b.d ekstirpasi
korpus kornea d.d keluhan nyeri dengan skala 6.
Pada saat ini, keluhan nyeri pada pasien merupakan skala sedang yang biasanya mengganggu
kenyamanan dan aktivitas pasien. Pada level ini, pasien dapat diberi terapi farmakologis didukung
dengan non farmakologis yang adekuat
Opsi Resiko cedera tidak tepat. pasien memang mengalami gangguan penglihatan pasca operasi, namun
saat ini ada masalah aktual yang perlu diintervensi yaitu nyeri.
Risiko cedera dapat menjadi MK pendamping Opsi risiko jatuh tidak tepat pasien memang mengalami
No soal 3 Seorang pasien (40 tahun) dirawat di RS dengan indikasi post ekstirpasi korpus kornea 5
jam yang lalu. Klien mengeluh nyeri di mata kirinya dengan skala VAS 6, penglihatan klien tidak jelas
karena tertutup verban. Aktivitas dan kebutuhan klien dibantu oleh keluarga dan perawat.
Masalah keperawatan yang tepat adalah … a. Nyeri akut b. Resiko cedera
c. Resiko jatuh d. Gangguan rasa nyaman e. Gangguan persepsi sensori;
penglihatan *Jawaban Benar* a "Data fokus diangkatkannya masalah keperawatan
"Nyeri Akut" pada kasus, diantaranya : klien mengeluh nyeri di bagian mata kirinya dengan skala VAS 6.
Data fous: - pasien mengeluh nyeri di mata kirinya dengan skala VAS 6, - penglihatan klien tidak jelas
karena tertutup verban. - Aktivitas dan kebutuhan klien dibantu oleh keluarga dan perawat.
Berdasarkan data fokus, diagnosis keperawatan yang pasien alami adalah nyeri akut b.d ekstirpasi
korpus kornea d.d keluhan nyeri dengan skala 6. Pada saat ini, keluhan nyeri pada pasien merupakan
skala sedang yang biasanya mengganggu kenyamanan dan aktivitas pasien. Pada level ini, pasien dapat
diberi terapi farmakologis didukung dengan non farmakologis yang adekuat Tinjauan opsi lain:
Opsi Resiko cedera tidak tepat. pasien memang mengalami gangguan penglihatan pasca operasi, namun
saat ini ada masalah aktual yang perlu diintervensi yaitu nyeri. Risiko cedera dapat menjadi MK
pendamping
Opsi risiko jatuh tidak tepat pasien memang mengalami gangguan penglihatan pasca operasi, namun
saat ini ada masalah aktual yang perlu diintervensi yaitu nyeri. Risiko cedera dapat menjadi MK
pendamping
Opsi Gangguan rasa nyaman tidak tepat karena nyeri yang dirasakan berasal dari cedera jaringan akibat
proses pembedahan, sehingga MK nyeri akut lebih tepat.
Opsi Gangguan persepsi sensori; penglihatan tidak tepat karena tidak ada data yang berkaitan dengan
perubahan persepsi terhadap stimulus. "
: No soal 7
Seorang pasien (22 tahun) dirawat di HCU dan mengalami penurunan kesadaran. Perawat melakukan
pemasangan OPA untuk menjaga patensi jalan napas. Setelah 8 jam, pasien tampak gelisah dan terbatuk
beberapa kali sehingga posisi OPA tidak pada tempatnya. Intervensi keperawatan yang tepat
adalah …
*Jawaban Benar* c
OPA (Orofaringeal airways / guedel) merupakan alat yang digunakan untuk menjaga patensi jalan napas
yang dapat terhambat oleh sekresi liur atau lidah yang jatuh. Pemakaian OPA diindikasikan terhadap
pasien dengan penurunan kesadaran (dibawah pengaruh anestesi, cedera kepala, dll) karena pada
dasarnya, OPA dapat merangsang reflex muntah (gag reflex). *Jika pasien sudah mulai batuk atau
tampak seperti akan muntah, maka OPA harus segera disingkirkan atau dilepaskan dari pasien untuk
menghindari terjadinya muntah dan aspirasi*. Batuk dan reflex muntah yang terjadi pada pasien
menandakan bahwa terjadi peningkatan kesadaran pada klien sehinga kontraindikasi pemakaian OPA
telah berlaku, karena *OPA hanya boleh digunakan pada pasien dengan penurunan kesadaran*
(Fundamental of Nursing, 2015)"
: No soal 8
Seorang pasien (56 tahun) mengalami konstipasi 4 hari post stroke iskemik. Perawat akan melakukan
enema untuk mengevakuasi feses. Saat ini, perawat membuka klem dan mengalirkan cairan lewat rectal
tube untuk mengeluarkan udara lalu klem ditutup. Apakah tujuan mengeluarkan udara lewat rectal
tube ?
Tinjauan kasus:Perawat sedang membuka klem sehingga cairan keluar kemudian klem ditutup kembali.
Tujuan dari tindakan ini adalah untuk memastikan tidak ada udara lagi pada kanul / rectal tube dan
salurannya. Jika terdapat udara pada aliran enema, maka dapat menyebabkan distensi abdomen selama
proses mengalirkan cairan ke dalam kolon. distensi abdomen yang terjadi cenderung tidak berbahaya,
namun dapat menimbulkan ketidaknyamanan pada pasien (Fundamental of Nursing, 2015).
Jawaban tepat: e. Mencegah distensi abdomen akibat masuknya udara ke dalam kolon
1. Pasang sampiran.
4. Menanggalkan pakaian bawah pasien dan melepaskan sprei kecil laluselimut dipasang.
8. Mengisi irigator dengan air hangat/Nacl 1000 cc klisma tinggi dan 500 cc
klisma rendah.
14. Mengeluarkan kanule bila cairan irigator habis (atau bila pasien merasa
BAB.
16. Membantu pasien untuk BAB dengan menggunakan pispot atau ke kamar
mandi.
17. Membersihkan daerah anus.
*Sesak napas dibarengi dengan penggunaan otot bantu napas dan Pola Napas Abnormal* : Pola Napas
Tidak Efektif
: Hipnoterapi : pasiennya di hipnosis, kemudian diberi sugesti2 positif. Biasanya arus dilakukan oleh org
yang tersertifikasi untuk hipnoterapi
Imajinasi : efektif pada anak2. Misal diajak cerita tentang zaman kerajaan, diajak membayangkan jadi
tuan putri dsb
Relaksasi : contoh kegiatannya dengan mengajarkan tarik nafas dalam, atau melakukan aktivitas yang
disukai seperti yoga, atau masase
Seorang pasien (60 tahun) dirawat karena CHF dengan edema anasarka hari rawatan kedua. Pasien
mengeluh belum BAB sejak seminggu lalu. Pasien kesulitan BAB dan merasa pusing ketika mencoba
mengejan. Teraba distensi abdomen dan bising usus hipoaktif.
Pembahasan
DS:
DO:
Masalah keperawatan: konstipasi. Konstipasi adalah penurunan defekasi normal yang disertai dengan
pengeluaran feses yang sulit dan tidak tuntas, serta feses kering dan banyak (SDKI, 2016)
Namun, konstipasi bisa menjadi masalah pada penderita penyakit kardiovaskuler. Konstipasi pada
pasien dengan gangguan kardiovaskuler dapat terjadi karena hal-hal berikut (CFA, 2010):
- obat-obatan
Intervensi yang dibutuhkan: Manajemen Konstipasi dengan tindakan yang tepat dan sesuai dengan
kondisi pasien dengan kardiovaskuler. Tindakan yang tepat adalah: d. kolaborasi Pemberian laksatif
yang sesuai dengan kondisi pasien. Pasien telah 1 minggu tidak BAB sehingga tindakan pencegahan
seperti mengatur aktivitas fisik atau mengkonsumsi makanan berserat sudah tidak efektif. Pemberian
laksatif juga meminimalkan pasien melakukan valsava maneuver. Tindakan kolaborasi diperlukan karena
pasien dengan gangguan kardiovaskuler dikontraindikasikan dengan beberapa jenis laksatif. Pemberian
laksatif harus sesuai advis dokter dan dimonitoring dengan ketat oleh perawat.
- meningkatkan asupan cairan oral: tidak tepat karena pasien mengalami edema anasarka, sehingga
asupan cairan harus dibatasi.
- memberikan diet tinggi serat: tidak tepat karena diet tinggi serat diberikan sebagai pencegahan
konstipasi atau jika tidak belum BAB dalam jangka waktu yang tidak lama dan pasien masih
memungkinkan untuk sedikit mengejan
- mengevakuasi feses dengan enema: tidak tepat karena Pemberian enema pada pasien dengan
gangguan kardiovakuler harus dihindari untuk menghindari valsava maneuver / mengejan
- Mengajarkan teknik valsava manuver untuk memudahkan BAB: tidak tepat karena teknik valsava
maneuver dikontraindikasikan terhadap pasien dengan gangguan kardiovaskuler karena dapat
menyebabkan penurunan tekanan darah dan detak jantung serta pelebaran arteri yang signifikan yang
dihasilkan dari kom
Seorang pasien (35 tahun) penderita Tuberkulosis paru aktif mengalami batuk produktif dengan sputum
berwarna hijau kekuningan. Kemampuan batuk efektif baik. BB pasien saat dirawat adalah 38 kg dengan
TB 168 cm. Pasien sering memuntahkan kembali makanan 30 menit setelah makan.
A. Resiko infeksi
B. Defisit nutrisi
C. Hipovolemia
E. Resiko pendarahan
pembahasan
Tuberkulosis paru adalah infeksi paru yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis.
DO:
- Batuk (+)
- Muntah setelah 30 menit makan -> bulimia sering terjadi pada pasien dengan TB
- Opsi A (resiko infeksi): tidak tepat dx medis menyatakan sudah terjadi infeksi
- Opsi C (Hipovolemia): tidak tepat walau ada muntah tetapi status hemodinamik belum terpengaruh
- Opsi D (Bersihan jalan napas tidak efektif): tidak tepat karena pasien mampu batuk efektif
- Opsi D (Resiko pendarahan): tidak tepat karena tidak ada data terkait.
Dari manfaat berikut ini, yang bukan merupakan fungsi mobilisasi dini pasca operasi adalah ...
A. Meningkatkan sirkulasi
pembahasan
Fungsi akhir anestesi dipengaruhi oleh farmakokinetik anestesi yang digunakan pada pembedahan.
Soal 6
Seorang pasien (XMR 172 mg/dl dan kreatinin 7,9 mg/dl. Saat perawat menginformasikan rencana
tindakan ini, pasien dengan kesadaran penuh menolak untuk menjalani prosedur dialysis.
pembahasan
Dalam etik keperawatan, pasien memiliki hak Autonomi atau hak untuk mengambil keputuasn terkait
tindakan perawatan yang akan dilakukan. Hak autonomi terdiri dari hak untuk menyetujui tindakan
maupun hak untuk menolak tindakan (Fundamental of Nursing , 2015)
Pada kasus terjadinya penolakan tindakan, hal yang dapat dilakukan oleh perawat adalah sebagai
berikut:
- Menjelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan kepada pasien termasuk pengaruh yang akan
terjadi bila prosedur dilakukan dan bila prosedur tidak dilakukan
- Melaporkan keputusan penolakan pasien kepada tim perawatan (bila perlu kepada komite etik)
Seorang pasien (42 tahun) dirawat setelah sebelumnya mengalami salmonellosis. Pasien mengeluh nyeri
dada seperti ditusuk-tusuk dan bertambah berat dan sesak napas jika berbaring. Tekanan darah 120/80
mmHg, frekuensi nadi 80x/menit, suhu 39,5 C, auskultasi dada: pericardial friction rub (+), leukosit
12.000 mm 3 .
E. Memberikan antibiotik
pembahasan
DS:
- Pasien merasa sesak napas jika berbaring -> dyspnea dan orthopnea mungkin diakibatkan oleh
kesulitan bernapas akibat nyeri pleuritic
DO:
- Auskultasi: pericardial friction rub -> mengindikasikan adanya pericarditis yang menyebabkan nyeri
tajam pada dada
Masalah keperawatan: Nyeri akut b.d inflamasi pericardium d.d nyeri menusuk pada dada, nyeri
referral ke punggung, skala nyeri 7
Berdasarkan karakteristik pada kasus, pasien mungkin mengalami inflamasi pericardium karena hasil
auskultasi menggambarkan adanya pericardial friction rub (khas penanda pericarditis). Nyeri yang
dirasakan bersifat tajam dan pleuritik (yang bertambah saat inspirasi dan ekspirasi, atau batuk) akibat
peradangan pada pericardium.
Tindakan keperawatan yang sesuai dengan masalah keperawatan pada kasus adalah melakukan
positioning. Posisi yang mengurangi rasa nyeri secara non-farmakologi atau keperawatan mandiri pada
pericarditis adalah dengan memberikan posisi yang tepat yaitu memberi posisi anatomis pada jantung
melalui posisi high fowler condong ke depan atau dikenal degan posisi orthopneic(Lilly, 2007; Nurselabs,
2018).
- Opsi mengajarkan teknik napas dalam: tidak tepat karena teknik dalam akan memperberat nyeri dada.
Nyeri dada pada pericarditis meningkat karena inspirasi maupun ekspirasi
- Opsi memberikan kompres hangat: kurang tepat. pasien memang menderita hipertermi, namun
keluhan here and now mengindikasikan nyeri perlu diintervensi terlebih dahulu agar memudahkan
intervensi berikutnya. Setelah mengatasi nyeri, maka disusul dengan mengintervensi hipertermi
- Opsi Memberikan terapi NSAID: tepat, tetapi merupakan tindakan kolaborasi keperawatan. NSAID
digunakan untuk mengatasi nyeri secara farmakologik
- Opsi Memberikan antibiotic: tepat, tetapi merupakan tindakan kolaborasi untuk mengatasi dan
merupakan kewenangan dokter karena pada kasus, penyebab pericarditis belum dapat dipastikan (ada
keterangan post salmonellosis, tetapi belum dipastikan sebagai etiologi pericarditis)
16/08/2020 19.12 - +62 896-4922-1499: Kalau UU kesehatannya sendiri kan yang UU 36 tahun 2009
mbak
Perawat melakukan winshield survey pada sebuah desa yang sedang mengalami kekurangan air bersih
akibat musim kemarau, sehingga masayarakat banyak menggunakan air sungai untuk mandi, mencuci,
BAB dan minum. Perawat juga menemukan wabah penyakit kulit dan diare.
pembahasan
Berdasarkan kasus, maka pilihan yang tepat adalah C “Advokasi pejabat setempat dalam pengelolaan air
bersih”, Karena desa tersebut sedang mengalami kekurangan air yang disebabkan oleh musim kemarau.
Dengan adanya air bersih, masyarakat akan mampu mempertahankan kesehatannya.
Opsi A, kurang tepat karena tidak ada data yang menjelaskan bahwa desa tersebut tidak memiliki
“Jamban”
Opsi B, kurang tepat karena tidak ada data yang menjelaskan bahwa lingkungan desa kotor.
Opsi D, tidak tepat karena pendidikan kesehatan diberikan jika masayarakat tidak menjalankan PHBS
Opsi E, kurang tepat karena yang diperlukan masayarakat adalah pengelolaan air bersih yang disebabkan
karena musim kemarau sehingga mengalami kekurangan air. Pembinaan PHBS dilakukan jika
masayarakat belum mampu menjalankan PHBS
Perawat melakukan kunjungan rumah sebuah keluarga. Keluarga memanfaatkan sungai untuk BAB,
BAK, mencuci piring dan mandi. Keluarga mengatakan sudah terbiasa dan selama ini tidak pernah
mengalami penyakit berat.
Pembahasan
data focus :
Tindakan yang tepat berdasarkan kasus diatas adalah melakukan pendekatan dan memberikan penkes
tentang penerapan PHBS. Karena masalah timbul karena kurangnya pengetahuan keluarga mengenai
PHBS. Berikut sepuluh indicator PHBS keluarga :
Perawat puskesmas melakukan survey ke sebuah SD. Berdasarkan laporan guru, 2 orang anak tidak
masuk sekolah karena diare. Saat dilakukan survey, 45% siswa membeli jajajan di luar lingkungan
sekolah dan 85% siswa tidak mencuci tangan sebelum makan. Perawat akan memberikan penyuluhan
tentang PHBS di sekolah.
pembahasan
Pembahasan :
a. Evaluasi formatif
Evaluasi yang dilaksanakan pada waktu pelaksanaan program/ kegiatan. Tujuannya untuk memperbaiki
pelaksanaan program. Contoh : jumlah peserta,prosedur pelaksanaan,waktu pelaksanaan, dan
ketersediaan fasilitas untuk mendukung kegiatan
b. Evaluasi sumatif
Evaluasi yang dilaksanakan setelah pelaksanaan program/kegiatan. Tujuannya untuk menilai hasil
pelaksanaan kegiatan. Contoh <b>evaluasi hasil dari penyuluhan seperti peningkatan pengetahuan dan
perubahan perilaku ke yang lebih sehat.</b>
Hasil observasi lapangan suatu wilayah; sampah berserakan di pinggir jalan dan sebagian besar
masyarakat memiliki kebiasaan membuang sampah rumah tangga ke sungai. Petugas Puskesmas telah
memberikan penyuluhan PHBS, namun tidak ada perubahan perilaku. Oleh karena itu pemerintah
mengeluarkan PERDA terkait pengelolaan sampah dan denda bagi yang membuang sampah
sembarangan.
A. Perawat Komunitas
B. Kader Kesehatan
C. Pemerintah Daerah
D. Masyarakat
E. Tokoh Mayarakat
pembahasan
Pembahasan:
kata kunci: pemerintah mengeluarkan PERDA terkait pengelolaan sampah dan memberlakukan denda
bagi yang membuang sampah sembarangan. Pemerintah daerah merupakan salah satu sasaran tersier
pembinaan PHBS. Sasaran tersier PHBS adalah <b>mereka yang berada dalam posisi pengambilan
keputusan formal sehingga dapat memberikan dukungan baik berupa kebijakan/pengaturan</b> dan
atau sumber daya dalam proses pembinaan PHBS terhadap sasaran primer.
Opsi A,B,E ( tidak tepat) karena termasuk sasaran sekunder, sasaran sekunder adalah mereka yang
memiliki pengaruh terhadap sasaran primer dalam pengambilan keputusannya untuk mempraktekan
PHBS. Termasuk disini adalah para pemuka masyarakat atau tokoh masyarakat yang menjadi panutan
sasaran primer.
Opsi D (tidak tepat )karena termasuk sasaran primer, sasaran primer adalah mereka (individu,
kelompok, dan masyarakat) sasaran langsung yang diharapkan untuk melakukan PHBS.
A. Meningkatnya persentase kabupaten dan kota yang memiliki kebijakan Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat (PHBS)
D. Jumlah kecamatan yang memiliki minimal 1 Puskesmas yang terakreditasi sebanyak 5.600.
Jawaban : Meningkatnya persentase kabupaten dan kota yang memiliki kebijakan Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat (PHBS)
pembahasan
3. Meningkatnya persentase kabupaten dan kota yang memiliki kebijakan Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat (PHBS)
Opsi jawaban B kurang tepat karena merupakan salah satu poin dari sasaran strategis untuk
meningkatkan pengendalian penyakit
Opsi jawaban C kurang tepat karena merupakan salah satu poin dari sasaran pokok RPJMN 2015-2019
Opsi jawaban D kurang tepat karena merupakan salah satu poin dari sasaran strategis untuk
meningkatkan akses dan mutu fasilitas pelayanan kesehatan
Opsi pada jawaban E juga kurang tepat karena meruakan salah satu poin dari strategi pembangunan
kesehatan 2005-2025
Berdasarkan pembahasan diatas, opsi “antenatal care” tidak tepat, karena bukan merupakan kegiatan
cek kesehatan rutin pada GERMAS.
Etika batuk atau bersin merupakan salah satu langkah pencegahan penularan TBC yang perlu dipahami
oleh masyarakat.
Berikut ini etika batuk dan bersin yang tidak tepat adalah ...
Pembahasan
Etika batuk atau bersin yang benar menurut Kementerian Kesehatan adalah sebagai berikut:
1) Gunakan Masker
5) Cucilah tangan dengan menggunakan sabun dan air mengalir setelah batuk dan bersin