OLEH
KELOMPOK 2
TINGKAT II REGULAR A
JURUSAN FARMASI
POLTEKKES KEMENKES KUPANG
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa pula kami
mengucapkan terimakasih kepada teman-teman yang sudah merelakan waktunya
untuk menyusun dan memeberikan pendapatnya dalam menyelesaikan makalah
ini.
Dan harapan kami, semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan
bagi pembaca,untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah
isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin
masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. TUJUAN
A. TAHAP KESIAPSIAGAAN
Pada tahap kesiapsiagaan pengelolaan berjalan secara normal, tetapi
dilakukan persiapan untuk mengantisipasi bila terjadi bencana. Perencanaan
kebutuhan obat terkait bencana dalam tahap kesiapsiagaan perlu memperhatikan :
1. Pengelolaan Obat
a. Perencanaan kebutuhan
Obat yang dibutuhkan pada tahap tanggap darurat, berdasarkan
Rapid Health Assesment yang meliputi :
1. Ketersediaan obat
2. Sumber daya manusia
3. Kondisi gudang penyimpanan
4. Fasilitas dan infrastruktur
5. Pendanaan
Tabel 1. Jenis penyakit, obat dan perbekalan kesehatan pada tahap tanggap
darurat berdasarkan jenis bencana
3. Penyiapan Obat Berdasarkan Tingkat Pelayanan Kesehatan
Pada masa tanggap darurat jenis obat yang disiapkan disesuaikan dengan
tingkat kompetensi petugas yang ada. Secara umum WHO dalam buku New
Emrgency Health Kits membuat klasifikasi penyediaan obat dan perbekalan
kesehatan sebagai berikut :
Tabel 2. Contoh Obat untuk Pos Kesehatan dan Pustu dengan tenaga
medis dan paramedis
C. TAHAP REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI
a. Inventarisasi
Inventarisasi dilakukan segera setelah tahap tanggap darurat
dinyatakan berakhir. Mekanisme inventarisasi dilakukan dengan cara
sebagai berikut :
1. Setiap sarana pelayanan kesehatan di kab/kota melakukan inventarisasi
obat dan perbekalan kesehatan dan melaporkan kedinas kesehatan
kab/kota.
2. Dinas kesehatan kab/kota menunjuk instalasi farmasi kab/kota untuk
melaksanakan rekapitulasi hasil inventarisasi obat dan perbekalan
kesehatan.
3. Hasil rekapitulasi obat dan perbekalan kesehatan dilaporkan ke dinas
kesehatan propinsi.
4. Dinas kesehatan propinsi menindaklanjuti hasil rekapitulasi tersebut
dengan cara memfasilitasi apabila perlu dilakukan relokasi atau
pemusnahan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
D. EVALUASI
Langkah-langkah :
A. Kesimpulan
Prinsip dasar dari pelayanan obat pada situasi bencana adalah cepat, tepat,
dan sesuai kebutuhan. Oleh karena itu, dengan banyaknya institusi kesehatan yang
terlibat perlu dilakukan koordinasi dan pembagian tanggung jawab. Hal itu
diperlukan agar tidak terjadi simpang siur penanggung jawab pada setiap tahapan
situasi bencana. Pada tahap persiapan tidak semua institusi kesehatan langsung
terlibat dalam pengelolaan obat dan perbekalan kesehatan karena pada tahap itu
yang diperlukan adalah adanya rencana penyiapan pengalokasian obat dan
perbekalan kesehatan, sedangkan pada tahap kejadian bencana semua institusi
harus langsung terlibat.