Anda di halaman 1dari 5

Definisi distribusi

• Distribusi dari bahasa inggris distribution yang berarti penyaluran. Sedangkan kata
dasarnya to distribute, berdasarkan Kamus Inggris Indonesia John M, Echols dan Hassan
Shadilly dalam Damsar (2009 : 93) bermakna membagikan, menyalurkan, menyebarkan,
mendistribusikan, dan mengageni.
• Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, distribusi dimaksudkan adalah pembagian
pengiriman barang-barang kepada orang banyak atau ke beberapa tempat.
• Distribusi ( Penyebaran ) masalah kesehatan adalah menunjuk kepada pengelompokan
masalah kesehatan menurut suatu keadaan tertentu (Irwan, 2017). Keadaan tertentu yang
dimaksudkan dalam epidemiologi adalah :
a. Faktor Orang (Person)
Faktor orang atau person adalah karakteristik dari individu yang mempengaruhi
keterpaparan atau kepekaan mereka terhadap penyakit. Orang yang
karakteristiaknya mudah terpapar atau peka terhadap penyakit akan mudah terkena
sakit. Karakteristik orang bisa berupa faktor genetik, umur, jenis kelamin,pekerjaan,
kebiasaan dan status sosial ekonomi. Seorang individu yang mempunyai faktor
genetik pembawa penyakit akan mudah terpapar faktor genetic tersebut dan peka
untuk sakit. Perbedaan berdasarkan umur, terdapat kemungkinan dalam mendapat
keterpaparan berdasarkan perjalanan hidup. Demikian pula dengan karakteristik
lain yang akan membedakan dalam kemungkinan mendapat keterpaparan.
siapakah yang menjadi sasaran penyebaran penyakit itu atau orang yang terkena
penyakit.
b. Faktor Tempat (place)
Faktor tempat berkaitan dengan karakteristik geografis. Informasi ini dapat batas
alamiah seperti sungai, gunung,atau bisa dengan batas administrasi dan histori.
Perbedaan distribusi menurut tempat ini memberikan petunjuk pola perbedaan
penyakit yang dapat menjadi pegangan dalam mencari faktor-faktor lain yang
belum diketahui. di mana penyebaran atau terjadinya penyakit.
c. Faktor Waktu (Time)
Waktu kejadian penyakit dapat dinyatakan dalam jam, hari, bulan, atau tahun.
Informasi ini bisa dijadikan pedoman tentang kejadian yang timbul dalam
masyarakat. kapan penyebaran atau terjadinya penyakit tersebut

Distribusi pada obat


Distribusi adalah suatu rangkaian kegiatan dalam rangka pengeluaran dan pengiriman obat,
teijamin keabsahan, tepat jenis dan jumlah secara merata dan teratur untuk memenuhi kebutuhan
unit-unit pelayanan kesehatan.
Distribusi obat dilakukan agar persediaan jenis dan jumlah yang cukup sekaligus menghindari
kekosongan dan menumpuknya persediaan serta mempertahankan tingkat persediaan obat.
Tujuan distribusi
1. Terlaksananya pengiriman obat secara merata dan teratur sehingga dapat diperoleh pada saat
dibutuhkan.
2. Terjaminnya mutu obat dan perbekalan kesehatan pada saat pendistribusian
3. Terjaminnya kecukupan dan terpeliharanya penggunaan obat di unit pelayanan kesehatan.
4. Terlaksananya pemerataan kecukupan obat sesuai kebutuhan pelayanan dan program
kesehatan
5. Lihat persyaratan (GDP/WHO)

Ciri ditribusi obat yang baik

1. Mutu obat terjamin


2. Optimalisasi pengaturan ruangan (efisiensi penggunaan ruangan )
3. Obat yg diperlukan selalu tersedia
4. Penggunaan transportasi efisien
5. Menghindari penipuan & pencurian
6. Meminimalkan kerusakan & kadaluarsa

Kegiatan Distribusi
Kegiatan distribusi obat di Kabupaten/ Kota terdiri dari :
1. Kegiatan distribusi rutin yang mencakup distribusi untuk kebutuhan pelayanan umum di
unit pelayanan kesehatan
2. Kegiatan distribusi khusus yang mencakup distribusi obat untuk :
a. Program kesehatan b. Kejadian Luar Biasa (KLB) c. Bencana (alam dan sosial)

1. Kegiatan Distribusi Rutin


Perencanaan Distribusi Instalasi Farmasi Kabupaten/ Kota merencanakan dan melaksanakan
pendistribuslan obat ke unit pelayanan kesehatan dl wilayah kerjanya serta sesuai kebutuhan.
Untuk itu dllakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
a. Perumusan stok optimum Perumusan stok optimum persedlaan dllakukan dengan
memperhltungkan siklus distribusi rata-rata pemakalan, waktu tunggu serta ketentuan
mengenal stok pengaman. Rencana distribusi obat ke setlap unit pelayanan kesehatan
termasuk rencana tingkat persedlaan, didasarkan kepada besarnya stok optimum setlap
jenis obat dl setlap unit pelayanan kesehatan.
b. Penetapan frekwensi pengiriman obat ke unit pelayanan Frekuensi pengiriman obat ke
unit pelayanan ditetapkan dengan memperhatikan : 1) Anggaran yang tersedia 2) Jarak
dan kondisi geografis dari IFK ke UPK 3) Fasilitas gudang UPK 4) Sarana yang ada di
IFK
c. Penyusunan peta lokasi, jalur dan jumlah pengiriman
Agar alokasi biaya pengiriman dapat dipergunakan secara efektif dan efisien maka IFK
perlu membuat peta lokasi dari unit-unit pelayanan kesehatan di wilayah keijanya. Hal ini
sangat diperlukan terutama untuk pelaksanaan distribusi aktif dari IFK. Jarak (km) antara
IFK dengan setiap unit pelayanan kesehatan dicantumkan pada peta lokasi.

2. Kegiatan Distribusi Khusus


Kegiatan distribusi khusus di Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota dilakukan sebagai
berikut;
a. Instalasi Farmasi Kabupaten/ Kota dan pengelola program Kabupaten/ Kota,
bekerjasama untuk mendistribusikan masing-masing obat program yang diterima dari
propinsi, kabupaten/ kota.
b. Distribusi obat program ke Puskesmas dilakukan oleh IFK atas permintaan
penanggung jawab program, misalnya pelaksanaan program penanggulangan penyakit
tertentu seperti Malaria, Frambusia dan penyakit kelamin, bilamana obatnya diminta
langsung oleh petugas program kepada IFK Kabupaten/ Kota tanpa melalui Puskesmas,
maka petugas yang bersangkutan harus membuat permintaan dan laporan pemakaian obat
yang diketahui oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
c. Obat program yang diberikan langsung oleh petugas program kepada penderlta di
lokasi sasaran, diperoleh/diminta dari Puskesmas yang membawahi lokasi sasaran.
Setelah selesai pelaksanaan pemberian obat, bilamana ada sisa obat harus dikembalikan
ke Puskesmas yang bersangkutan. Khusus untuk Program Diare diusahakan ada sejumlah
persediaan obat di Posyandu yang penyediaannya diatur oleh Puskesmas.
d. Untuk KLB dan bencana alam, distribusi dapat dilakukan melalui permintaan maupun
tanpa permintaan oleh Puskesmas. Apabila diperlukan, Puskesmas yang wllayah kerjanya
terkena KLB/Bencana dapat meminta bantuan obat kepada Puskesmas terdekat.

Tata Cara Pendistribusian Obat


1. IFK Kabupaten/ Kota melaksanakan distribusi obat ke Puskesmas dan di wilayah
kerjanya sesuai kebutuhan masing-masing Unit Pelayanan Kesehatan.
2. Puskesmas Induk mendistribusikan kebutuhan obat untuk Puskesmas Pembantu,
Puskesmas Keliling dan Unit-unit Pelayanan Kesehatan lainnya yang ada di wilayah
binaannya.
3. Distribusi obat-obatan dapat pula dilaksanakan langsung dari IFK ke Puskesmas
Pembantu sesuai dengan situasi dan kondisi wilayah atas persetujuan Kepala Puskesmas
yang membawahinya.
Pedoman teknis cara distribusi obat dan jenis jenis distribusi pelayanan kesehatan ke
pasien
Cara Distribusi Obat yang Baik, yang selanjutnya disingkat CDOB, adalah cara distribusi /
penyaluran obat dan / atau bahan obat yang bertujuan memastikan mutu sepanjang jalur
distribusi /penyaluran sesuai persyaratan dan tujuan penggunaannya

Pedagang Besar Farmasi, yang selanjutnya disingkat PBF, adalah perusahaan berbentuk badan
hukum yang memiliki izin untuk pengadaan, penyimpanan, penyaluran obat dan / atau bahan
obat dalam jumlah besar sesuai ketentuan peraturan perundang – undangan.

PBF Cabang adalah cabang PBF yang telah memiliki pengakuan untuk melakukan pengadaan,
penyimpanan, penyaluran obat dan / atau bahan obat dalam jumlah besar sesuai ketentuan
peraturan perundang- undangan.

Pengaturan CDOB dalam peraturan ini, meliputi:


a) Obat (termasuk juga obat donasi, obat uji klinis)
b) Bahan Obat (termasuk juga baku pembanding )
c) Pelanggaran terhadap ketentuan Pedoman Teknis CDOB dapat dikenai sanksi
administratif sebagai berikut:
1. Peringatan tertulis
2. Penghentian sementara kegiatan dan
3. Pencabutan Sertifikat CDOB.
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Desy, 2003. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Surabaya: Amelia


Departemen Kesehatan RI, Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Dit. Bina Farmasi Komunitas dan
Klinik, Modul TOT Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas, 2008
Departemen Kesehatan, Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Dit. Bina Farmasi Komunitas dan
Klinik, Pedoman Pelayanan Informasi Obat di Rumah Sakit, 2006
Departemen Kesehatan, Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Dit. Bina Farmasi Komunitas dan
Klinik, Pedoman Konseling Pelayanan Kefarmasian di Sarana Kesehatan, 2007
Departemen Kesehatan, Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Dit. Bina Farmasi Komunitas dan
Klinik, Pedoman Pelayanan Kefarmasian di Rumah {Home Pharmacy Care), 2007
Irwan, D. (2017). Epidemiologi Penyakit Menular (1st ed.). Yogyakarta: CV. ABSOLUTE
MEDIA.
John M. Echols dan Hassan Shadily. 2000. Kamus Inggris Indonesia An EnglishIndonesia
Dictionary. Jakarta : PT. Gramedia.

Anda mungkin juga menyukai