Anda di halaman 1dari 3

Referat Kepaniteraan RSUD KOJA

Departemen Kesehatan Anak

Hari : Jumat

Tanggal : 20 Desember 2019

Topik : Asma Bronkial

Pembimbing : dr. Afaf Susilawati, Sp.A

Ringkasan :

1. GINA (Global Initiative For Asthma) mendefinisikan asma sebagai penyakit heterogen,
yang biasanya memiliki karakteristik berupa gangguan inflamasi kronis saluran nafas. Hal
ini ditandai dengan adanya gejala saluran nafas berupa episode mengi berulang, sesak
nafas, rasa dada tertekan, dan batuk. Gejala tersebut biasanya berhubungan dengan
penyempitan jalan napas yang luas namun bervariasi, yang paling tidak sebagian bersifat
reversibel baik secara spontan maupun dengan pengobatan. Inflamasi tersebut juga
berhubungan dengan hiperreaktivitas jalan nafas terhadap berbagai rangsangan.
2. Berbagai faktor dapat mempengaruhi terjadinya serangan asma, kejadian asma, berat
ringannya penyakit, serta kematian akibat penyakit asma. Beberapa faktor tersebut sudah
disepakati oleh para ahli, sedangkan sebagian lain masih dalam penelitian. Faktor-faktor
tersebut antara lain adalah jenis kelamin, usia, sosio-ekonomi, allergen, infeksi, atopi,
lingkungan.
3. Berdasarkan laporan National Center for Health Statistics (NCHS), prevalensi serangan
asma pada anak usia 0-17 tahun adalah 57 per 1000 anak (jumlah anak 4,2 juta) dan pada
dewasa > 18 tahun adalah 38 per 1000 (jumlah dewasa 7,8 juta).
4. Penegakan diagnosis asma pada anak mengikuti alur diagnosis klasik yaitu yaitu melalui
anamnesis, pemeriksaan fisis, dan pemeriksaan penunjang. Anamnesis memegang
peranan sangat penting mengingat diagnosis asma pada anak sebagian besar ditegakan
secara klinis.
5. Jika diagnosis kerja asma sudah dapat ditegakan, selanjutnya diberi tatalaksana umum
yaitu penghindaran pencetus, pereda, dan tata laksana penyakit penyulit. Tahap
selanjutnya adalah diagnosis klasifikasi kekerapan, diagnosis ini dibuat dalam waktu 6
minggu, atau dapat kurang dari 6 minggu bila informasi klinis sudah kuat. Setelah
klasifikasi asma berdasarkan kekerapan gejala sudah ditentukan, akan ditentukan derajat
kendali asma. Sebelum derajat kendali asma dibuat, pasien harus diberikan jenjang
pengendalian asma terlebih dahulu selama 6 minggu
6. Tujuan tata laksana asma adalah untuk mencapai dan mempertahankan kendali asma serta
menjamin tercapainya tumbuh kembang anak secara optimal. Obat asma dapat dibagi
menjadi dua kelompok besar, yaitu obat pereda (reliever) dan obat pengendali
(controller). Ada yang menyebut obat pereda sebagai obat pelega atau obat serangan.
Obat ini digunakan untuk meredakan serangan atau gejala asma bila sedang timbul. Bila
serangan sudah teratasi dan gejala tidak ada lagi, maka pemakaian obat ini dihentikan.
Kelompok kedua adalah obat pengendali, yang digunakan untuk mencegah serangan
asma. Obat ini untuk mengatasi masalah dasar asma yaitu inflamasi respiratori kronik,
sehingga tidak timbul serangan atau gejala asma
7. Tatalaksana pertama dapat dilakukan pasien/orang tua di rumah jika tidak ada keadaan
risiko tinggi. Dengan memberikan inhalasi agonis β2 kerja pendek, via nebulizer atau
dengan MDI dengan spacer.
8. Penghindaran pencetus asma merupakan bagian dari tata laksana non-medikamentosa
pada asma anak selain tata laksana KIE, baik pada pasien maupun keluarganya.
9. Serangan asma adalah episode peningkatan yang progresif (perburukan) dari gejala-gejala
batuk, sesak napas, wheezing, rasa dada tertekan, atau berbagai kombinasi dari gejala-
gejala tersebut. Derajat serangan asma bermacam-macam, mulai dari serangan ringan
sedang hingga serangan yang disertai ancaman henti napas. Tujuan tata laksana serangan
asma antara lain adalah mengatasi penyempitan saluran respiratori secepat mungkin,
mengurangi hipoksemia, mengembalikan fungsi paru ke keadaan normal secepatnya,
mengevaluasi dan memperbarui tata laksana jangka panjang untuk mencegah
kekambuhan
FOTO:

Anda mungkin juga menyukai