Anda di halaman 1dari 8

ASUHAN KEPERAWATAN ASMA BRONKIAL

PROPOSAL STUDI KASUS

ELVYRA PUTRI

NIM. 18112144

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN

STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG

T.A 2020/2021
KATA PENGANTAR
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakag Masalah

Asma bronkial merupakan penyakit inflamasi (peradangan) kronik saluran

napas yang ditandai dengan adanya mengi, batuk, dan rasa sesak di dada yang

berulang dan timbul terutama pada malam atau menjelang pagi akibat

penyumbatan saluran pernapasan. Penyakit ini masih menjadi masalah

kesehatan masyarakat dihampir seluruh negara dunia, diderita oleh anak-anak

sampai dewasa dengan derajat penyakit dari ringan sampai berat, bahkan

beberapa kasus dapat menyebabkan kematian (Infodati,2015). Asma bronkial

merupakan penyakit respiratorik yang ditandai dengan oleh peradangan

saluran nafas, obstruksi jalab napas reversibe, hipersekresi lendir, dan

hipersentivitas saluran napas. Dalam proses radang jalan nafas asma di respon

berbagai sel, eosinophil, limfosit T, sel mast, neutropi dan sel dendritik

(JIF,2020). Asma bronkial menunjukan inflamasi kronik saluran napas yang

melibatkan bermacam sel inflamasi dan mediator yang saling berinteraksi

sehingga menghasilkan perubahan fisiologis dan struktur jalan napas.

Inflamasi kronik tersebut berhubungan dengan hiperresponsif jalan napas yang

merujuk pada suatu episode bberulang dari mengi,sesak napas,kaku dinding

dada,dan juga batuk (JIF,2020). Peradangan kronik yang terjadi pada kondisi

asma dikaitkan dengan obstruksi aliran udara yang meluas dan bervariasi

dalam paru-pru.
Kekambuhan asma yaitu kembalinya gejala- gejala asma bronkial

sehingga cukup parah dan mengganggu aktivitas sehari-hari dan memerlukan

rawat inap dan rawat jalan yang tidak terjadwal. Frekuensi kekambuhann asma

dapat menigkat secara berkala dan dipengaruhi oleh beberapa faktor, misalnya

asap rokok, binatang peliharaan, jenis makan, perabot rumah tangga yang

berdebu, perubahan cuaca, dan juga kondisi stres. Berat ringanna kekambuhan

asama ditentukan oleh berbagai faktor, antara lain gambaran klinik sebelum

pengobatan (gejala eksaserbasi, gejala malam hari, pemberiam onat inhalasi β-

2 agonisis dan uji faal paru)serta obat-obatan yang digunakan untuk

mengontrol asma (jenis obat,kombinasi obat dan frekuensi pemakaian obat).

Klasifikasi asma pada orang dewasa saat tanpa serangan atau diluar serangan

terdiri dari : intermitten, persisten ringan, persisten sedang, persisten berat.

Angka kejadianpenyakit asma akhir-akhir ini mengalami peningkatan dan

relatif sangat tinggi dengan banyaknya morbiditas dan mortalitas. Menurut

World Healt Organization (WHO) yang bekerja sama dengan Global Asthma

Network (GAN), 2014 memprediksi saat ini jumlah pasien asma di dunia

mencapai 334 juta orang, diperkirakan angka ini terus mengalami kenaikan

sebanyak 400 juta orang pada tahun 2025 dan terdapat 250 ribu kematian

akibat asma termasuk anak-anak. Di amarika serikat tahun 2015 dari berbagai

penelitian dilakukan dilaporkan bahwa prevelensi penyakit asma secara umum

sebanyak 5% atau 12,5 juta penderita. Bukan hanya di amerika serikat nrgara

–negara lain juga melaporkan bahwa angka kematian terus mengalami

peningkata. Prevelensi penyakit asma di australia bervariasi 7% sampai 13%

dengan angka kejadian pada laki-laki dan perempuan. Prevelensi menurut


World Healt Organization (WHO) tahun 2016 sekitar 235 juta angka kematian

lebih dari 80% dinegara–negara berkembang. Data prevelensi asama di

ameika serikat berdasarkn umum besar 7,4% pada dewasa 8,6% pada anak-

anak , berdasarkan jenis kelamin 6,3% laki-laki dan 9,6% perempuan,dan

berdasarkan ras sebesar 7,6%ras kulit putih dan 9,9% ras kulit hitam (National

Centers For Disase Control ,2016).

Penyakit asma di indonesia termasuk sepuluh besar penyebab kesakitan

dan kematian. Angka kejadian asma tertinggi dari hasil survey Riskesdas

ditahun 2013 mencapai 4,5% dengan penderita terbanyak adalah perempuan

yaitu 4,6% dan laki-laki sebanyak 4,4%. Di Indonesia tahun 2014 didapatkan

prevalensi asma tertinggi di Sulawesi Tengah (7,8%),diikuti Nusa Tenggara

Timur (7,3%), di Yogyakarta (6,9%) dan Sulawesi Selatan (6,7%). Sulawesi

Utara masuk ke urutan 18 dari 33 provinsi dengan prevelensi sebesar 4,7%.

Selanjutnya prevalensi meningkat di tahun 2015,di dapatkan penderita di Jawa

Tengah 7,5% kasus dan jumlah asma tertinggi berada di Surakarta dengan

jumlah kasus 8,0% (Kemenkes,2016).

Berdasarkan data medikal record Rumah Sakit Bhayangkara Palembang

diperoleh pasien rawat IGD pada tahun 2015 sebanyak 356 kasus asma

bronkial, selanjutnya pada tahun 2016 sebanyak 426 dan mengalami

peningkatan pada tahun 2017 sebanyak 640 dengan diagnosa asma bronkial.

Data pasien asma dari bulan januari, februari, maret tahun 2018 sebanyak 126

kasus asma bronkial (Rekam medis RS Bhayangkara Palembang, 2018).

Riskesdas nasional tahun 2013 menyatakan bahwa angka kejadian asma di

sumatera barat adalah 2,7% . dinas kesehatan provinsi sumatera barat


menyatakan bahwa pada tahun 2012 jumlah penderita asma yang ditemukan

sebesar 3,58%. Jumlah kunjungan penderita asma di seluruh rumah sakut dan

puskesmas di kota padang sekitar 12.456 kali tahun 2011. Data dari profil

kesehatan kota padang (DKK) penyakit asma termasuk kedalam daftar 10

penyebab kematian terbanyak di kota padang tahun 2013, dengan angka

kematian 11 orang perempuan dan 5 orang kaki-laki, terlihat bahwa angka

kejadian asma di indonesia khususnya di sumatera barat masi tinggi dan perlu

mendapatkann penanganan yang signifikan agar penderita asama mampu

memilikinkualitas hidup yang baik. Di sumatera barat Rumah sakit rujukan

utama dalah RSUP. Dr. M. Djamil Padang prevelensi asma yang ditemukan di

poliklinik paru pada tahun 2015 adalah 239 dari total kunjungan pasien rawat

jalan dan meningkat menjadi 514 kasus pada tahun 2016, yang berarti

mengalami penigkatan lebih dari 2 kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka maslah yang dapat di

rumuskan adalah “ bagaimana melakukan asuhan keperawatan yang

komprehensif pada klien dengan asma bronkial.....”

C. Tujuan

1. Tujuan umum

Untuk menerapkan asuhan keperawatan pada klien dengan asma bronkial

secara komprehensif
2. Tujuan khusus

a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian asuhan keperawatan

pada klien asama bronkial

b. Mahasiswa mampu menentukan diagnosa keperawatan pada

klien asma bronkial

c. Mahasiswa mampu merencanakan asuhan keperawatan pada

klien asma bronkial

d. Mahasiswa mmpu melakukan tindakan keperawatan pada klien

asma bronkial

e. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi keperawatan pada

klien asma bronkial

D. Manfaat penelitian

1. Manfaat bagi penulis

Sebagai bahan perbandingan antara teori yang didapat di akademik

dengan kasus yang ditemukan dilapangan dan swebagai pedoman

dalam melaksanakan asuhan keperawtan pada klien asma bronkial

2. Manfaat bagi pasien

Bagi pasien dan keluarga asuhan keperawatan ini dapat digunakan

sebagai ilmu pengetahuan dalam merawat pasien dengan asma

bronkial

3. Manfaat bagi rumah sakit

Sebagai bahan masukan, informasi tambhan, pedoman serta

menjadi bahan perbandingan bagi perawat ruangan dalam


memberikan asuhan keperawatan yang optimal terhadap klien asma

bronkial

4. Manfaat bagi institusi pendidikan

Hasil studi kasus ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukan

akademik untuk perkembangan pembelajran studi kasus

selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai