1. DEFENISI : (CANTUMKAN
REFERENSINYA)
Batu Ureter adalah keadaan dimana terdapat
batu saluran kencing, batu yang terbentuk ketika
konsentrasi subtansi tertentu seperti kalium,
oksalat, kalium fosfat, dan asam urat meningkat
(Sudarth&Brunner, 1997)
Batu Ureter adalah suatu keadaan terdapatnya
batu di saluran kemih (Manjoer, 2000)
2. ETIOLOGI :
- Imobilisasi terlalu lama
- Dehidrasi
- Kerusakan efitel ginjal
- Perubahan ph urine
- Kencing Berdarah (Hematuria)
5. PATOFISIOLOGI :
Batu terbentuk ditraktus urinarius ketika
konsentrasi subtansi tertentu seperti kalsium
oksalat, kalsium fosfat dan asam urat yang
meningkat.
Batu juga terbentuk ketika terdapat defisiensi
subtansi tertentu, seperti sitrat yang secara
normal mencegah kristalisasi dalam urin.
Kondisi
lain yang memperlaju pembentukan batu
mencakup ph urin dan status cairan pasien.
Batu dapat ditemukan disetiap bagian ginjal
sampai ke kandung kemih, faktor tertentu yang
mempengaruhi pembentukan batu mencakup
infeksi, statis urin, periode imobilitas.
Batu yang terjebak di ureter menyebabkan
gelombang nyeri yang luar biasa, yang
menyebar ke paha dan genitalia. Pasien ingin
merasa berkemih namun hanya sedikit urin
yang keluar, dan biasanya mengandung darah
akibat aksi abrasiv batu (kolik uriteral)
6. PENATALAKSANAAN :
- Atasi nyeri, mandi hangat di area panggul
dapat bermanfaat
- Terapi nutrisi dan medikasi, masukan cairan
yang adekuat dan menghindari makanan
tertentu dalam diet yang merupakan bahan
utama pembentukan batu
- Lithotripsi Gelombang Kejut Ekstrakarpareal,
merupakan prosedur non invasif yang
digunakan untuk menghancurkan batu dan
kaliks ginjal.
Setelah batu tersebut pecah dan menjadi bagian
yang kecil seperti pasir, sisa batu tersebut
dikeluarkan secara spontan.
- Ureterolitotomi pembedahan pengangkatan
batu
7. KOMPLIKASI
- Hidronefrosis
- Pionefrosis
- Uremia
- Gagal Ginjal
HARI KE 2 :
2. Tanda-Tanda Vital
Nadi : 75x/i
Tekanan Darah : 120/80 mmhg
Pernafasan : 20x/i
Suhu : 36,5°c
3. Riwayat Kesehatan
Keluhan Utama : Pasien mengatakan nyeri pada
saat buang air kecil, sulit buang air kecil dan
nyeri pada perut bagian bawah , Dan merasa
lemah
Riwayat Kesehatan Sekarang : Pasien masuk
rumah sakit tanggal 25 Desember 2020, pasien
mengatakan nyeri pada saat buang air kecil,
kencing berdarah (hematuria), kencing keluar
sedikit sedikit
Riwayat Kesehatan Dahulu : Pasien
mengatakan tidak ada riwayat kesehatan dahulu
Riwayat Kesehatan Keluarga : Pasien
mengatakan tidak ada penyakit keturunan pada
keluarga
Riwayat Alergi : Pasien mengatakan tidak ada
riwayat alergi
4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum Pasien
TD : 120/80 mmhg
N : 73 x/i
RR : 20 x/i
S : 36,5°C
b. Head To Toe
1. Kepala
Bentuk kepala simetris, tidak ada luka, rambut
pasien bewarna hitam, kulit kepala pasien
bersih
2. Pemeriksaan Wajah
Mata : Konjungtiva tidak anemis, mata masih
bisa melihat dengan jelas, alis mata tebal
Hidung : Hidung simetris, hidung tidak ada
sekret
Mulut : Mulut pasien pucat dan kering
Telinga : Telinga simetris kiri dan kanan,
pendengaran baik, telinga bersih
3. Leher
Tidak ada pembesaran kelenjer getah bening
4. Dada/Thoraks
Pernafasan pasien normal tidak ada gangguan
pernafasan RR 20x/i
5. Abdomen
Tidak ada benjolan di abdomen , Nyeri di bagian
bawah perut saat buang air kecil
6. Genitalia
Nyeri pada saat buang air kecil
7. Ekstermitas
ekstermitas atas : anggota gerak lengkap tidak
ada luka dan fraktur
ekstermitas bawah : anggota gerak lengkap
tidak ada benjolan dan tidak ada fraktur
Analisa Data
1. Pre Op
Ds :
- Pasien mengatakan nyeri pada saat buang air
kecil
- Pasien mengatakan lemah dan letih
Do :
- Pasien tampak Lemah , pasien tampak
meringis
TTV
TD : 120/80 mmhg
S : 36,5°c
RR :
N : 75x/i
2. Post Op
Ds :
- Pasien mengatakan setelah operasi merasa
lesu dan kencing keluar sedikit sedikit
Do :
- Pasien tampak lesu , dan terlihat pucat
Dx Keperawatan
Pre Op : Nyeri akut berhubungan dengan agen
pencedera fisiologis (SDKI D.0077)
Post Op : Inkotinensia Urin berlebih
berhubungan dengan obstruksi jalan keluar urin
(D.0043)
Hari Ke 3
Implementasi
- lakukan pengkajian nyeri komprehensif yang
meliputi lokasi, karakteristik, onset/durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas atau beratnya
nyeri da cmn faktor pencetus
- Observasi adanya petunjuk nonverbal
mengenai ketidaknyamanan terutama pada
mereka yang tidak dapat berkomunikasi secara
efektif
- Pastikan perawatan analgesik bagi pasien
dilakukan dengan pemantauan yang ketat
- Gunakan strategi komunikasi terapeutik untuk
mengetahui pengalaman nyeri dan sampaikan
penerimaaan pasien terhadap nyeri
- Gali pengetahuan dan kepercayaan pasien
mengenai nyeri
- Pertimbangkan pengaruh budaya terhadap
respon nyeri
- Tentukan akibat dari pengalaman nyeri
terhadap kualitas hidup pasien
- Gali bersama pasien faktor-faktor yang dapat
menurunkan atau memperberat nyeri
- Evaluasi pengalaman nyeri di masa lalu yang
meliputi riwayat nyeri kronik individu atau
keluarga atau nyeri yang menyebabkan
disability, ketidakmampuan/kecacatan dengan
tepat
- Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan
lainnya, mengenai efektifitas tindakan
pengontrolan nyeri yang pernah di gunakan
sebelumnya
- Bantu keluarga dalam mencari dan
menyediakan dukungan
- Gunakan metode penilaian yang sesuai
dengan tahapan perkembangan yang
memungkinkan untuk memonitor perubahan
cetus aktual dan potensial
- Tentukan kebutuhan frekuensi untuk
melakukan pengkajian ketidaknyamanan pasien
dan mengimplementasikan rencana monitor
- Berikan informasi mengenai nyeri, seperti
penyebab nyeri berapa lama nyeri akan
dirasakan, dan antisipasi dari ketidaknyamanan
akibat prosedur
- Kendalikan faktor lingkungan yang dapat
mempengaruhi respon pasien terhadap
ketidaknyamanan
- Kurangi atau eliminasi faktor-faktor yang dapat
mencetuskan atau meningkat nyeri
- Pertimbangkan keinginan pasien untuk
berpartisipasi, kecenderungan, dukungan dari
orang terdekat terhadap metode dan
kontraindikasi ketika memilih strategi penurunan
nyeri
- Dorong pasien untuk memonitor nyeri dan
menangani nyeri nya dengan tepat
- Ajarkan penggunaan teknik non farmakologi
- Gali penggunaan metode farmakologi yang
dipakai pasien saat ini untuk menurunkan nyeri
- Ajarkan metode farmakologi untuk
menurunkan nyeri
- Dorong pasien untuk menggunakan obat
obatan penurunan nyeri yang adekuat
- Kolaborasi dengan pasien, orang terdekat dan
tim kesehatan lainnya untuk memilih dan
mengimplementasikan tindakan penurunan
nyeri noenfarmakologi, sesuai kebutuhan
- Berikan individu penurun nyeri yang optimal
dengan peresepan analgesik
- Implementasikan penggunaan pasien
terkontrol analgesik (PCA) jika sesuai
- Gunakan tindakan pengontrol nyeri sebelum
nyeri bertambah berat
- Berikan obat sebelum melakukan aktifitas
untuk meningkatkan partisipasi namun evaluasi
bahaya dari sedasi
- Pastikan pemberian analgesik dan atau
strategi nonfarmakologi sebelum dilakukan
prosedur menimbulkan nyeri
- Periksa tingkat ketidaknyamanan bersama
pasien, catat perubahan dalam catatan medis
pasien, informmasikan petugas kesehatan lain
yang merawat pasien
- Evaluasi keefektifan dari tindakan
pengontrolan nyeri yang dipakai selama
pengkajian nyeri dilakukan
- Dukung istirahat/tidur yang adekuat untuk
membantu penurunan nyeri
- Dorong pasien untuk mendiskusikan
pengalaman nyerinya sesuai kebutuhan
- Beri tahu dokter jika tindakan tidak berhasil
atau jika keluhan pasien saat ini berubah
signifikan dari pengalaman nyeri sebelumnya
- Informasikan tim kesehatan lain/anggota
kelluarga mengenai strategi nonfarmakologi
yanng sedang digunakan untuk mendorong
pendektan preventif terkait dengan manajemen
nyerii
- Gunakan pendekatan multi disiplin untuk
manajemen nyeri jikas sesuai
- Pertimbangkan untuk merujuk pasien
keluaarga dan orang terdekat pada kelompok
pendukunng dan sumber sumber lainnya sesuai
kebutuhan
- Berikan informasi yang akurat untuk
meningkatkan pengetahuan dan respon
keluarga terhadap pengalaman nyeri
- Libatkan keluarga dalam modalitas penurunan
nyeri jika memungkinkan
- Monitor kepuasan pasien terhadap manajemen
nyeri dalam interval yang spesifik
Evaluasi
S : klien mengatakan rasa nyeri dirasakan
sudah mulai berkurang
O : keadan klien sudah mulai membaik
A : Nyeri akut sudah teratasi
P : tidak ada perencanaan selanjutnya
Diagnosa Keperawatan
2. Inkontinensia Urin Berlebih berhubungan
dengan obstruksi jalan keluar urin ( SDKI
D.0043)
- Identifikasi faktor apa saja penyebab
inkotinensia pada pasien (urin output, pola
berkemih, fungsi kognitif, masalah perkemihan,
residu paska berkemih, obat obatan)
- Jaga privasi pasien saat berkemih
- Jelaskan penyebab terjadinya inkotinensia dan
rasionalisasi setiap tindakan yang dilakukan
- Monitor eliminasi urin, meliputi frekuensi,
konsistensi, bau, volume dan warna urin
- Diskusikan bersama pasien mengenai
prosedur tindakan dan target yang diharapkan
- Bantu untuk meningkatkan atau
mempertahankan harapan pasien
- Modikasi pakaian dan lingkungan untupk
mempermudah akses ke toilet
- Bantu pasien untuk memilih diapers atau
popok kain yang sesuai untuk penanganan
sementara selama terapi pengobatan sedang di
lakukan
- Sediakan popok kain yang aman dan
melindungi
- Bersihkan kulit sekitar genitalia secara teratur
- Berikan umpan balik positif jika inkotinensia
membaik
- Batasi intake cairan 2-3 jam sebelum tidur
- Berikan obat-obatan di uretik sesuai jadwal
minimal untuk mempengaruhi irama sirkandian
tubuh
- Instruksikan pasien untuk minum mineral
1500cc air perhari
- Instruksikan pasien dan keluarga untuk
mencatat pola dan jumlah urin output
- Ajarkan cara-cara mencegah konstipasi atau
BAB keras
- Batasi makanan yang mengiritasi kandung
kemih minuman bersoda, kopi, teh dan coklat
- Jika diperlukan lakukan pemeriksaan kultur
urin dan sensifitas urin
- Monitor keefektifan terapi pembedahan, obat-
obata, perawatan mandiri pasien
- Monitor kebiasaan BAB pasien
- Rujuk pasien ke spesialis urologi jika
diperlukan
Evaluasi
S : klien mengatakan kencing sudah mulai
kembali normal
O : keadaan klien sudah cukup membaik dan
tidak meringis lagi
A : Inkotinensia urin sudah teratasi
P : Tidak ada perencanaan selanjutnya
HARI PERTAMA: SENIN 25 JANUARI 2021
Geriatri adalah cabang ilmu dari gentorologi yang mempelajari tingkat kesehatan pada lanjut usia dari
berbagai aspek,diantaranya:promotif,prefentif,dan rehabilitatif yang mencakup kesehatan
jasmani,jiwa,dan sosial.pada prinsipnya geriatri mengusaha kan masa tua yang bahagia dan berguna
(Tamber,2009).
2.ETIOLOGI
obtruksi,apapun penyebabnya (seperti kateterisasi,bedah,urologi)merupakan faktor resiko utama
berkembangnya ISK.pada laki laki yang berusia lebih dari 50 tahun,hipertrofi prostat dengan obtruksi
parsial menjadi penyebab utama resiko terjadinya peningkatan ISK. faktor resiko yang sering
diperhatikan pada pria berusia lanjut meliputi gangguan kognitif,inkontinesia tinja atau urin,dan
penggunaan kateter.faktor resiko primer pemasangan kateter yang dapat menyebabkan bakteriuria
adalah:jenis kelamin perempuan,kondisi komorbitas yang signifikan,usia yang lebih tua dari 50
tahun,kurangnya anti biodik sistem.
3.ANATOMI DAN FISIOLOGI
Fisiologi
Sepsi tanpa leokositosis,cepat memburuk bila tidak segera diobati,resiko komplikasi tinggi baik akibat
penyakit/terapi,dapat asimtomatik(oto-regulasi) simtomatik:pusing,berputar,pandangan
kabur,lemah,cepat lelah,sukar konsentrasi,keluhan saluran cerna,keluhan sistem kardiovaskuler,dan
gangguan regulasi panas.
5.PATOFISIOLOGI
-faktor usia
-kondisi fisik
-psikologis
-pendarahan
-infeksi
-pengumpalan darah
-nyeri
-cacat
-cedera
HARI KE 2:
PENGKAJIAN SAMPAI DX KEPERAWATAN (SESUAI DENGAN FORMAT PENGKAJIAN KMB)
A.identitas klien
Pendidikan : SMA
Alamat : balai selasa,kampung pinang golongan darah : B
Suku Bangsa : Indonesia
NO.MR : 060799 Sumber informasi : Keluarga Pasien
pekerjaan : wiraswasta
Ruang rawat inap : zam zam
Suhu: 36,5*C
3.Riwayat kesehatan
keluhan Utama: klie menyatakan nyeri pada bagian salah satu anggota tubuhnya
Riwayat Kesehatan sekarang: klien masuk rumah sakit pada tanggal 21 januari 2021,mengtakan
nyeri pada bagian salah satu anggota tubuhnya
Riwayat kesehatan dahulu: klien mengatkan tidak ada riwayat penyakit dahulu
Riwayat kesehatan keluarga: klien mengatakan tidak ada penyakit keluarga laiinya.
RR :20x/i
S: 37*C
b.Head To Toe
1.kepala: bentuk kepala simetris,tidak ada luka,rambut bewarna putih,dan kepala bersih tidak ada
ketombe
2. Pemeriksaan wajah:
Mata:konjungtiva tidak anemis,masih bisa melihat walau agak sedikit kurang jelas,
Telinga: simetris kiri dan kanan,pendengaran agak sedikit kurang jelas dan bersih
3. Leher: tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
5. Abdomen: tidak ada masalah pada bagian abdomen,terasa nyeri ketika telat makan
6. Genetalia: sering BAK dalam celana
e.Riwayat lingkungan: klien berada pada lingkungan yang bersih dan damai
riwayat psikososial: klien kadang berbicara pakai bahasa indonesi dan terkadang bahasa
minang,berbicara jelas
ANALISA DATA
-Monitor elektrolit
- Memberikan elektrolit/carian
- Memberikan pengobatan
-Memberikan perawatan perinium
TTV:
TD: 120/80 mmhg
N:80x/menit
S: 36,8 C*
P: 20x/menit
glomerulone fritis adalah peradangan pada glomerulus.glomerulus adalah bagian ginjal yang
berfungsi untuk menyaring zat sisa dan membuang cairan serta elektrolik berlebih dari
butuh.glomerulonefritis bisa terjadi
waktu singat (akut) atau jangka panjang (kronis) kondisi ini juga bisa berkembang dengan cepat dan
menyebabkan kerusakan ginjal (rapidly progressive glomerulonephritis).
glomerulone fritis merupakan kondisikan yang bisa disebabkan oleh infeksi, penyakit autoimun, atau
akibat peradangan pada pembuluh darah. kondisi ini perlu ditangani karena bisa menyebabkan
komplikasi,seperti gagal ginjal aku gagal ginjal kronis.
2. ETIOLOGI :
secara garis besar, etiologi glomerulonefritis adalah segalah hal yang dapat mencetuskan respons
imun pada glomerulus.etiologiini dapat dibagi menjadi dua, yaitu glomerulonefritis yang diperantarai
antibodi dan yang tidak perantarai antibodi
beberapa penyakit sistemik juga dapat mencetuskan terjadinya glomerulonefritis,berikut ini
merupakan beberapa penyakit sistemik dan obat yang dapat menyebabkan glomereulonefritis
- ureter adalah bagian dan sistem urinaria yang berbentuk menyerupai saluran pipa atau
tabung.ureter berfungsi untuk mengalirkan urine dan masing - masing ginjal untuk ditampung kemih .
- mendula adalah lapisan dalam pada ginjal medula memili fungsi. mengangkut cairan masuk ke
dalam ginjal dan urine agar masuk ke luar ginjal.pervis renalis adalah bagian paling dalam pada
ginjal.
- korteks adalah bagian terluar dari Batang atau akar tumbuhan yang di batasi di bagian luar oleh
epidermis dan di bagian dalam oleh endodermis.
4. MANIFESTASI KLINIS :
gejala yang muncul pada penderita glomerulonefritis tergantung pada jenis penyakitnya,apakah akut
atau kronis.gejala yang umumnya muncul antara lain,
-mudah lelah
-frekuensi buang air kecil berkurang
5. PATOFISIOLOGI :
patofisiologis dasar dari glomerulonefritis adalah deposisi kompleksi antigen-antibodi pada membran
basal glomerular,secara kast mata ginjal akan tampak membesar hingga 50
secara histopatologi,akan terlihat infiltrasi sel polimorfonuklear dan edema pada sel ginjal,
sistemik yang mendasari. pada glomerulonefritis primer,tata laksana umurnya bersifat suportif yang
disertai
dengan terapi imunosupresif.
,
7. KOMPLIKASI
glomerulonefritis akut terkadang bisa sembuh tanpa penanganan tertentu.namun, glomerulonefritis
yang tidak ditangani dengan benar bisa bertambah parah dan memicu penyakit lain.beberapa
komplikasi yang
-sindrom nefrotik
- gagal ginjal akut
HARI KE 2 :
PENGKAJIAN SAMPAI DX KEPERAWATAN ( SESUAI DENGAN FORMAT PENGKAJIAN KMB)
1. indentitas klien
Nama : ny.b
umur : 23
pendidikan : pelajar
suku bangsa : Indonesia
pekerjaan : pelajar
penanggung jawab : keluarga
Agama : Islam
status perkawinan : belum nikah
sumber informasi :
pasien
ll. Tanda - tanda vital
Nadi :
73 x / i
suhu : 36,6 C
III . Riwayat kesehatan
a. keluhan utama :
tekanan darah tinggi atau hipertensi wajah.tangan.kaki.dan perut yang bengkak mudah lelah
c. riwayat kesehatan yang lalu / dahulu :
N : 70 x /i
R : 20 x /i
S : 36 ,6 C
TB :174 cm
BB : 65 Kg
( Keadaan umum pasien )
B. heda to toe :
1). Kepala :
Bentuk kepala simetris tidak ada luka, rambut pasien warna hitam kulit kepala pasien bersih..
konjungtiva terasa anemia,mata masih bisa melihat dengan jelas,alis mata jarang,kelopak mata
simetris seklera putih,
- hidung
simetris kiri dan kanan, pendengaran pasien baik tidak ada luka dan telinga bersih
3). leher
pasien Idak ada pembengkakan pada kelender getan bening
5). abdomen
tidak benjolan, simetris
6). genetalia
tidak terkaji karena pasien bisa Melakukan BAB dan BAK
sendiri.
7). Ekstremitas
Ekstremitas atas :
anggota gerak lengkap,tidak ada ,adanya benjolan di telepak kaki
Ekstremitas atas :
anggota gerak lengkap tidak ada fraktur
okstermitas digunakan :
sehat : pasien makan dengan poksi sedang dengan nasi,sayaur dan. lauk seperti biasanya pasien
makan sesuai dengan takaran gizi minum 7- 8 gelas perhari
- tidur istirahat
- aktivitas sehari-hari :
pasien sehari - hari bersekolah, setelah pulang kadang langsung ,pulang kadang main .
-Riwayat psikososial :
pasien berbicara dengan jelas,bahasa utamanya bahasa Indonesia dengan bahasa daerah,bahasa
Minang,pasien tinggal dirumah sendiri dengan orang tua
DATA PENUNJANG
ANALISA DATA
No :
1.
Data :
Masalah :
Etiologi :
rasa nyeri
( D.0077 )
N : 70 x / i
R : 20 x / i
S : 36,6 C
TB : 174 cm
BB : 65 kg
2.
DS :
( D.00027 )
R : 20 x / i
S : 36, 6 C
TB : 174 Cm
BB : 65 Kg
DIAGNOSA KEPERAWATAN :
- secara konsisten menunjukkan menggunakan jurnal harian untuk memonitor gejala dari Waktu ke
waktu ( skala 5 )
- secara konsisten menunjukkan menggunakan tidakan pencegahan ( skala 5 )
- secara konsisten menunjukkan menggunakan tidakan pengurangan nyeri tanpa analgetik ( skala 5 )
- secara konsisten menunjukkan menggunakan analgesik yang dikekomendasikan ( skala 5 )
- sering melaporkan perubahan terhadap gejala nyeri pada profesional kesehatan ( sakal 4 )
- secara konsisten melaporkan gejala yang tidak terkontrol pada profesional keperawatan ( skala 5 )
Definisi : pengurangan atau reduksi nyeri sampai pada tingkat kenyamanan yang dapat diterima oleh
pasien :
Aktivitas :
- pastikan perawatan analgesik bagi pasien dilakukan dengan pemantauan yang ketat
- gunakan strategi komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri dan samapaikan
penerimaan pasien terhadap nyeri
- gali pengetahuan dan kepercayaan pasien mengenai nyeri
- gali bersama pasien faktor- faktor yang dapat menurunkan atau memperberat nyeri
- Evaluasi pengalaman nyeri di masa lalu yang meliputi riwayat nyeri kronik individu atau keluarga
atau nyeri yang menyebab- kan disability/ ketidak mampuan/kecatatan,dengan tepat
- Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lainnya,mengenali efektifitas tidakan pengontrolan nyeri
yang pernah digunakan sebelumnya
- bantu keluarga dalam mencari dan menyediakan dukungan
- gunakan metode penelitian yang sesuai dengan tahapan perkembangan yang memungkinkan untuk
memonitor perubahan nyeri dan akan dapat membantu mengidentifikasi faktor pencetus aktual dan
potensial ( misalnya catatan perkembangan,catatan harian )
- terntukan kebutuhan frekuen untuk melakukan pengkajian ketidaknyaman pasien dan
mengimplementasikan recana monitor
- berikan informasi mengenal nyeri, seperti penyebab nyeri berapa lama nyeri akan dirasakan,dan
antisipasi dari ketidak nyamanan akibat prosedur
- kendalikan faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon pasien terhadap ketidaknyamanan (
misalnya.ketakutan,kelelahan,keadaan monoton dan kurang pengetahuan)
- pertimbangkan tipe dan sumber nyeri ketika dan memilih strategi penurunan nyeri
- dorong pasien untuk memonitor nyeri dan menangani nyeri nya dengan tepat
- ajarkan penggunaan teknik Non farmakologi
( seperti,biofeed,back,TENS,bypnosis,relaksasi,bimbing antisipasi,terapi musik.
-gali penggunaan metode farmakologi yang dipakai pasien saat ini untuk menurunkan nyeri
- ajarkan metode farmakologi untuk menurunkan nyeri
- berikan obat sebelum melakukan aktivitas untuk meningkatkan pertisipasi namun ( lakukan) evaluasi
( mengenal ) bahaya dari sedasi
- pastikan pemberian analgesik dan atau stategi nonfarmakologi sebelum dilakukan prosedur yang
menimbulkan nyeri
-periksa tingkat ketidaknyamanan bersama pasien,catat perubahan dalam catatan medis pasien,
informasikan pettugas kesehatan lain yang merawat pasien
- evaluasi keefektifan dari tidakan pengontrolan nyeri yang dilaku pakai selama pengkajian nyeri
dilakukan
- mulai dan modifikasi tindakan pengontrol nyeri yang di pakai selama pengkajian nyeri dilakukan
-dorong pasien untuk mendiskusikan pengalaman nyerinya sesuai kebutuhan
-beri tahu dokter jika tidakan berhasil atau jika keluhan pasien saat ini berubah signifikan dari
pengalaman nyeri sebelumnya
-informasikan tim kesehatan lain/ anggota keluarga mengenai strategi nonfarmakologi yang sedang
digunakan untuk mendorong pendekatan preventif terkait dengan manajemen nyeri
- gunakan pendekatan multi disiplin untuk manajemen nyeri jika sesuai
-pertimbagan untuk merujuk pasien, keluarga dan orang terdekat pada kelompok pandukung dan
sumber -sumber lain nya,sesuai kebutuhan
- berikan informasi yang akurat untuk meningkatkan pengetahuan dan respon keluarga terhadap
pengalaman nyeri
-libatkan keluarga dalam modalitas penurilun nyeri, jika memungkinkan
-monitor kepuasan pasien terhadap manajemen nyeri dalam interval yang spesifik
2 ). Defisien volume cairan berhubungan dengan hambatan mengakses cairan pasien
Definisi : pengumpulan dan analisa data pasien dalam pengaturan keseimbangan cairan
aktivitas :
- tentukan jumlah dan jenis inrake/asupan cairan serta kebiasaan Eliminasi
- tentukan faktor risiko- risiko yang mungkin menyebabkan ketidak seimbangan cairan
( piliura,diare,muntah)
-tentuka apakah pasien mengalami kehausan atau gejala perubah cairan ( pusing,mual )
-konsultasikan ke dokter jika pengeluaran urine terlalu berlebihan atau kurang dari 2000 dalam 24 jam
- berkan dialisis dan catat reaksi pasien
- cek grafik asupan dan pengeluaran secara berkala untuk memastikan pemberian layanan yang baik.
HARI KE 4 SAMPAI KE 6 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI :
DIANGNOSA KEPEWATAN :
1). nyeri akut b.d dengan agen pencedera fisik
Implementasi :
- observasi adanya pertujuk nonverbal mengenai ketidaknya manan terutama pada mereka yang
tidak dapat berkomunikasi
secara efektif
- Pastikan perawatan analgesik bagi pasien dilakukan dengan pemantauan yang ketat
- gunakan strategi komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri dan samapaikan
penerimaan pasien terhadap nyeri
- gali pengetahuan dan kepercayaan pasien mengenai nyeri
- pertimbangkan pengaruh budaya terhadap respon nyeri
- tentukan akibat dari pengalaman nyeri terhadap kualitas hidup pasien
( misalnya,tidur,nafsu,makan,pergetian, hubungan, performa kerja dan tanggung jawab pernan )
- gali bersama pasien faktor -faktor yang dapat menurunkan atau memperberat nyeri
- Evaluasi pengalaman nyeri dimasa lalu yang meliputi riwayat nyeri kronik individu atau keluarga
atau nyeri yang menyebab kan disability/ketidakmampuan/kecetatan,dengan tepat
- Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lainya, mengenai efektivitas tidakan pengontrolan nyeri
yang pernah digunakan sebelumnya
- tentukan kebutuhan frekuensi untuk melakukan pengkajian ketidak nyamanan pasien dan
mengimplementasikan recana monitor
- berikan informasi mengenai nyeri, seperti penyebab nyeri, betapa lama nyeri akan dirasakan, dan
antisipasi dari ketidak nyamanan akibat prosedur
- kendalikan faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon pasien terhadap ketidak nyamanan
( misalnya,suhu ruangan, pencahayaan,suara bising)
- kurangi atau eliminasi faktor -faktor yang dapat mencetuskan atau meningkatkan nyeri
( misalnya,ketakutan, kelelahan,keadan monoton dan kurang pengetahuan )
- kolaborasi dengan pasien, orang terdekat dan tim kesehatan lainnya untuk memiliki dan
mengimplementasikan tindakan penurun nyeri nonfarmakologi sesuai kebutuhan
- berikan individu penurun nyeri yang optimal dengan pesepan analgesik
- periksa tingkat ketidaknyamanan bersama pasien, catat perubahan dalam catatan medis pasien,
informasikan petugas kesehatan lain yang merawat pasien
- evaluasi keefektifan dari tindakan pengontrol nyeri yang di pakai selama pekajian nyeri dilakukan
- mulai dan modifikasi tindakan pengontrol nyeri berdasarkan respon pasien
- dukung istirahat/tidur yang adekuat untuk mendiskusikan pengalaman nyerinya sesuai kebutuhan
- beri tahu doketer jika tindakan tidak berhasil atau jika keluhan pasien saat ini berubah signifikan dari
pengalaman nyeri sebelumnya
- informasikan tim kesehatan lain/ anggota keluarga mengenai strategi nonfarmakologi yang sedang
digunakan untuk men dorong pendekatan preventf terkait dengan manajemen nyeri
- gunakan pendekatan multi disiplin untuk manajemen nyeri, jika sesuai
- pertimbangan untuk merujuk pasien,keluarga dan orang terdekat pada kelompok pendukung dan
sumber -sumber lain nya, sesuai kebutuhan
- berikan informasi yang akurat untuk meningkatkan pengetahuan dan respon keluarga terhadap
pengalaman nyeri
- libatkan keluarga dalam modalitas penurunan nyeri,jika memungkinkan
- monitor kepuasan pasien terhadap manajemen nyeri dalam interval yang spesifik.
2). volume cairan b.d dengan hambatan mengakses cairan
Implementasi :
- konsultasikan ke dokter jika pengeluaran urine terlalu berlebihan atau kurang dari 2000 dalam 24
jam
- berikan dialisis dan catat reaksi pasien
- cek grafik asuhan dan pengeluaran secara bekala untuk memastikan pemberian layanan yang baik
HARI KE 5 : JUMAT JANUARI 2021
Diabetes insipidus merupakan keadaan patologis dimana terjadi pengeluaran urine yang sangat
banyak dan encer dengan plasma dalam keadaan terkonsentrasi. (Medicine at a Glance, Patrick
Davey. 2006)
Diabetes insipidus adalah suatu penyakit yang jarang ditemukan, penyakit ini diakibatkan oleh
berbagai penyebab yang dapat mengganggu mekanisme neurohypophyseal-renal reflex sehingga
mengakibatkan kegagalan tubuh dalam mengkonversi air. Kebanyakan kasus-kasus yang pernah
ditemui merupakan kasus yang idiopatik yang dapat bermanifestasi pada berbagai tingkatan umur
dan jenis kelamin. (Khaidir Muhaj, 2009)
2. ETIOLOGI :
Berikut ini adalah beberapa penyebab terjadinya terjadinya diabetes insipidus (Batticaca,2008).
2. Diabetes insipidus nefrogenik, penyebabnya antara lain: Gagal ginjal kronik, Penyakit ginjal
polikistik, Medullary cystic diases penyakit ginjal kistik meduler yaitu gangguan gnjal autosomal
dominan ditandai dengan kista di kedua ginjal, Pielonefritis: infeksi salur kemih naik yang mencapai
panggul dari ginjal, Obstruksi ureteral
3. ANATOMI DAN FISIOLOGI "
Kelenjar endokrin atau kelenjar buntu adalah kelenjar yang mengirim hasil sekresinya langsung ke
dalam darah yang beredar dalam jaringan dan menyekresi zat kimia yang disebut hormon. Hormon
adalah zat yang dilepaskan ke dalam aliran darah dari suatu kelenjar atau organ yang mempengaruhi
kegiatan di dalam sel.
- Penggantian air yang tidak cukup bisa mengakibatkan : Hiperosmolalitas dan gangguan SSP (cepat
marah, disorientasi, koma dan hipertermia)
- Poliuria urin yang dikeluarkan mncapai 20 L
Kurangya ADH atau ginjal tidak mampu merespon ADH mengakibatkan tubula renal tidak bisa
mereaborsi air yang diperlukan.
Hilangnya banyak air melalui urin (Poliuria) merangsang rasa haus (polidipsia).
Apabila masalah ini menjadi kronis,bisa timbul perubahan pada ginjal,pelvis ginjal dan veksika
urinaria akibat volume urin terlalu banyak.(Beradero,etc 2005).
6. PENATALAKSANAAN :
Apabila pasien menunjukan tanda hipernatremia disertai dengan SSP, pasien dapat diberikan
dekstrosa dalam air atau minum air biasa kalau pasien bisa minum.
Penggantian air yang hilang dilakukan dalam 48 jam dengan hati-hati karena bisa menyebabkan
edema serebral dan kematian.(Baradero,etc 2005)
7. KOMPLIKASI
Beberapa kondisi yang menyebabkan komplikasi yaitu :
1. Ketidakseimbangan Elektrolit
Gejala yang mungkin timbul adalah : kelelahan atau kehabisan energi, sakit kepala, sakit pada bagian
otot, mudah marah, mual dan kehilangan selea makan.
2. Dehidrasi
Gejala yang mungkin timbul adalah : mulut dan bibir kering, pusing, demam, denyut jantung cepat,
tekanan darah rendah.
(Kowalak 2011)
HARI KE 2 :
PENGKAJIAN SAMPAI DX KEPERAWATAN ( SESUAI DENGAN FORMAT PENGKAJIAN KMB)
A. Identitas Pasien
Nama : Tn. T
Umur : 35 th
Pekerjaan : Swasta
Pendidikan : SMA
Agama : Islam
Status Perkawinan : Menikah
Golongan Darah : B
Sumber Informasi : Pasien
II. Tanda-tanda vital
Nadi : 73x/i
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Pernapasan : 20x/i
Suhu : 36,5'C
III. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama :
Klien mengatakan badan klien merasa letih dan lemah, klien sering merasa haus dan pegeluaran air
kemih yang berlebihan.
e. Riwayat Alergi :
N : 73x/i
R : 20X/I
S : 36,8 C
b. Head To Toe
1). Kepala :
Bentuk kepala simetris, tidak ada luka, rambut pasien berwarna hitam, kulit kepala pasien bersih.
2). Pemeriksaan Wajah :
- Mata : Konjongtiva tidak anemis, mata masih bisa melihat dengan jelas.
- Hidung : Hidung simetris, hidung tidak ada sekret.
3). Leher :
Tidak ada pembengkakan pada kelenjer getah bening.
4) Dada/Thoraks :
Pernafasan pasien normal, tidak ada ganguan pernafasan.
5). Abdomen :
Tidak ada benjolan di abdomen, nyeri saat buang air kecil.
6). Genitalia :
Genitalia bersih, adanya hemoroid.
7). Ekstremitas :
Ekstremitas atas anggota gerak lengkap tidak ada luka dan fraktur.
Ekstremitas atas anggota gerak lengkap tidak ada luka dan fraktur.
8). Kulit :
a. Eliminasi :
Pasien mengalami poliuria(sering kencing) dan mengeluh sering kencing dimalam hari(nokturia)
dengan warna urine bening hampir tidak berwarna.
Pasien BAK tiap harinya sekitaar 3-20 liter dan juga bisa sebanyak 3-4 kali per jam.
b. Nutrisi :
Nafsu makan pasien menurun yang dapat mengakibatkan penurunan berat badan hingga 20% dari
berat badan ideal.
c.Tidur/Istirahat :
Pasien dengan diabetes insipidus mengalami kencing terus menerus saat malam hari sehingga pola
tidur/istirahat pasien terganggu.
d. Aktivitas Sehari-hari :
Pasien sesak nafas saat melakukan aktivitas, pasien sering mengeluh lemah,letih saat bergerak dan
penurunan kekuatan otot.
e. Riwayat Psikososial
NO
DATA
MASALAH
ETIOLOGI
1.
DS :
DO :
- Kulit klien tampak kering.
2.
DS :
DO :
- Klien tampak sering berkemih
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Definisi : Meningkatkan keseimbangan cairan dengan pencegahan komplikasi yang dihasilkan dari
tingkat cairan tidak normal atau tidak diinginkan.
Aktivitas-aktivitas :
- Dukung pasien dan keluarga untuk membantu dalam pemberian makan dengan baik
- Batasi dengan asupan air pada kondisi pengenceran hiponatremia dengan serum Na dibawah 130
mEq perliter
- Berikan produk-produk darah (misalnya trombosit dan plasma yang baru)
2). HAMBATAN ELIMINASI URINE BERHUBUNGAN DENGAN PENYEBAB MULTIPEL
Aktivitas-aktivitas :
- Tentukan jumlah dan jenis inrake/asupan cairan serta kebiasaan eliminasi
- Konsultasikan ke dokter jika pengeluaran urine terlalu berlebihan atau kurang dari 2000 dalam 24
jam
- Berikan dialisis dan catat reaksi pasien
- Cek grafik asupan dan pengeluaran secara berkala untuk memastikan pemberian layanan yang baik
HARI KE 4 : KAMIS 28 JANUARI 2021 IMPLEMENTASI
DIAGNOSA KEPERAWATAN :
IMPLEMENTASI :
1. Defisien volume cairan b.d hambatan mengakses cairan
- Mendukung pasien dan keluargauntuk membantu dalam pemberian makan dengan baik
- Membatasi dengan supan air pada kondisioengenceran hiponatremia dengan serum Na dibawah
130 mEq perliter
- Menentukan apakah pasien mengalami kehausan atau gejala perubahan cairan (pusing,mual)
- Memonitor berat badan
NIM : 18112178
1. DEFENISI :
ulkus petikum merupakan gangguan esofagus bagian bawah, lambung, atau mukosa duodenum,
yang menyebabkan kerusakan akibat inflamasi, ulkus dapat terjadi di semua bagian GI yang
bersinggungan dengan cairan lambung, ulkus dapat ditemukan di esofagus, lambung, duodenum,
atau jejenum di gastroentereostomi. (Black&Hawks) terdapat dua jenis ulkus peptikum yaitu ulkus
peptikum primer dan sekunder, ulkus peptikum primer adalah ulkus yang trjadi akibat sekresi asam
lambung dan pepsin yang berlebihan sedangkan ulkus petikum sekunder didasarkan adanya
gangguan ketahan mukosa saluran cerna yang dapat teraji setelah mangalami gangguan penyakit
atau trauma ( Wikepedia).
didasarkan adanya gangguan ketahan mukosa saluran cerna yang dapat teraji setelah mangalami
gangguan penyakit atau trauma ( Wikwepedia)
ulkus petikum juga disebut tukak lambung atau ulkus peptikum adalah suatu luka pada lapisan
mukosa duodenum (bagian atas dari usus kecil) atau lambung. Ulkus duodenum lebih sering terjadi
daripada ulkus lambung. Yang relatif jarang adalah ulkus esofagus, yang terbentuk di kerongkongan
dan sering merupakan akibat dari paparan obat, seperti antibiotik atau anti-inflamasi tertentu, dan
penyalahgunaan alkohol. (doktersehat.com)
2. ETIOLOGI :
ulkus peptik disebabkan oleh bakteri H. pylori, H. pylori merupakan satu-satunya bakteri yang
dikonfirmasi oleh WHO sebagai karsinogen kelas 1. terjadinya ulkus peptikum pada resistensi
difensif, resistensi difensif mukosa bergantung pada integritas mukosa dan regenerasi, adanya
pembatas pelindung mukosa, kemampuan mekanisme penghalang duodenum untuk mengatur
sekresi, faktor resiko yang berhubungan dengan ulkus peptikum diantara lain merokok, mengunyah
tembakau, steroid, aspirin, kefein, alkohol dan stress, kondisi medis tertentu seperti penyakit Chron,
sindrom Ellison serta penyakit hepatitis dan biliari juga berperan.
( Black&Hawks)
3. ANATOMI DAN FISIOLOGI "
Lambung terletak di bagian kiri atas abdomen . Jika kosong berbentuk tabung J dan jika penuh
seperti buah alpukat raksasa. Kapasitas normal lambung adalah sebesar 1-2 L. lambung dibagi
menjadi lima bagian, yaitu 1. Kardiak adalah bagian lambung yang berhubungan langsung dengan
esofagus. Bagian ini berbentuk seperti tabung kecil yang sempit.2. Fundus merupakan bagian yang
berada di atas badan lambung dan berbentuk kubah. 3. badan lambung adalah bagian terbesar dan
utama dari lambung. 4. antrum adalah bagian di bawah lambung yang menampung makanan
sebelum dilepaskan ke usus halus. 5. pilorus adalah terowongan yang menghubungkan lambung
dengan usus halus.
2. sub mukosa : apisan di mana arteri dan vena dapat ditemukan untuk mendistribusikan nutrisi dan
oksigen ke sel-sel perut sekaligus untuk membawa nutrisi yang diserap, urea, dan karbon dioksida
dari sel.
3. lapisan otot : otot-otot perut yang membantu dalam pencernaan mekanis. Lapisan ini dibagi
menjadi tiga lapisan otot, yang merupakan otot melingkar, memanjang, dan diagonal.
4. peristaltik : menyebabkan makanan di perut bergejolak. Lapisan terluar adalah serosa berfungsi
sebagai lapisan pelindung lambung.
4. MANIFESTASI KLINIS :
1. nyeri akut : klien akan merasakan rasa sakit, rasa terbakar serta kram dan nyeri yang
menggerogoti, pada ulkus lambung makanan tertentu akan menyebabkan rasa nye ri muncul, klien
dengan ulkus dudenum akan merasakan nyeri pada saat lambung kosong, dan ketidaknyamanan
mumngkin mereda ketika mengkomsusi makanan atau antasida.
2. mual dan muntah : muntah dikarenakan oleh statis lambung atau obstruksi pilorik, dan klien
biasanya memuntahkan makanan yang belum dicerna. mual hebat dan muntah dapat menunjukan
adanya kerobekan esofagus.
3. pendarahan : klien dengan ulkus sering berdarah ketika ulkus mengikis pembuluh darah.
pendarahan mungkin terjadi sebagai pendarahan tersembunyi dengan aliran yang lambat. kira-kira 25
% klien dengan ulkus dapat mengalami pendarahan ( Black&Hawks)
5. PATOFISIOLOGI :
Ulkus peptikum terjadi pada mukosa gastroduodenal karena jaringan ini tidak dapat menahan kerja
asam lambung pencernaan (asam hidrochlorida dan pepsin). Erosi yang terjadi berkaitan dengan
peningkatan konsentrasi dan kerja asam peptin, atau berkenaan dengan penurunan pertahanan
normal dari mukosa. mukosa yang rusak tidak dapat mensekresi mukus yang cukup bertindak
sebagai barier terhadap asam klorida.
6. PENATALAKSANAAN :
penatalaksanaannya dengan cara : anjurkan klien melakukan perubahan gaya hidup dengan berhenti
merokok, hindari alkohol, aspirin, dan NSAID, penggunaan obat penghambat asam lambung,
penggunaan obat yang melindungi lapisan lambung dan duodenum dan melakukan pembedahan.
7. KOMPLIKASI
adanya nyeri hebat disertai dengan abdomen kaku dan gejala syok
HARI KE 2 :
PENGKAJIAN SAMPAI DX KEPERAWATAN ( SESUAI DENGAN FORMAT PENGKAJIAN KMB)
A. Identitas klien :
1. nama : Tn. A
umur : 45 th
a. Riwayat kesehatan sekarang : klien mengatakan nyeri seperti terbakar di bagian epigastrium, klien
mual dan muntah, tidak nafsu makan, stress dan badan terasa lelah
c. Riwayat kesehatan keluarga : klien tidak memiliki keluarga yang mempunyai penyakit yang sama
4. riwayat psikososial
Klien mengatakan merasa cemas yang berlebihan karna tidak dapat melakukan pekerjaan dan
ibadah seperti biasanya
5. aktivitas sehari-hari
c. Telinga : telinga simetris, ada sedikit serumen, tidak ada benjolan pada telinga
d. Hidung : tampak simetris, tidak ada benjolan pada hidung, tidak lesi.
e. Mulut : mukosa bibir lembab, tidak ada caries pada gigi, gusi berwarna merah muda,
palatum berwarna merah muda, lidah berwarna merah muda dan tidak ada lesi
f. Leher : tidak ada perbesaran pada kelenjar limfe, tidak ada perbesaran pada kelenjar tiroid
dan tidak ada nyeri tekan pada leher
g. Dada / thoraxs
Inspeksi : dada tampak simetris dan tidak ada retraksi otot dada
Perkusi : sonor
Auskultasi : tidak ada suara nafas tambahan
h. Abdomen
Perkusi : timpani
ANALISA DATA :
DS : klien mengatakan nyeri di bagian perut, klien mengatakan mual muntah, badan klien terasa letih
dan tidak bertenaga
DO : klien tampak meringis menahan nyeri, klien tampak mual dan muntah, klien tampak pucat dan
lesu.
DIAGNOSA KEPERAWATAN :
1. nyeri berhubungan dengan agen cidera biologis
Setelah dilakukan intervensi selama 1x24 jam maka ditemukan secara konsisten menunjukan
tindakan pribadi untuk mengontrol diri :
- 160510 Menggunakan jurnal harian untuk mengontrol untuk memonitor gejala dari waktu ke
waktu secara konsisten menunjukan (skala 5)
- 160513 Melaporkan perubahan terhadap gejala nyeri pada profesional kesehatan secara
konsisten menunjukan (skala 5)
- 160509 Mengenali apa yang terkait dengan gejala nyeri secara konsisten menunjukan (skala 5)
Definisi : pengurangan atau reduksi nyeri sampai pada tingkat kenyamanan yang dapat dirasakan
pasien, aktivitas-aktivitas :
- Lakukan pengkajian nyeri komprehensif yang meliputi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas, intesitas atau beratnya nyeri dan faktor pencetus.
- Pastika perawatan anlgesik yang dibrikan pada pasien di pantau secara ketat.
- Gali bersama pasien faktor yang menyebabkan berat dan meringankan nyeri pasien
- Evaluasi pengalaman nyeri dimasa lalu yang meliputi riwayat nyeri kronik individu atau
keluarga.
- Berikan informasi mengenai nyeri, seperti penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan dirasakan,
dan antisipasi dari ketidaknyamananakibat prosedur.
Setelah dilakukan intervensi selama 1x24 jam maka ditemukan secara konsisten menunjukan
tindakan personal untuk mengontrol mual, muntah, dan gejala muntah.
- 161803 Mengenali pencetus stimulus muntah secara konsisten menunjukan (skala 5).
- 161804 Menggunakan buku harian untuk memantau gejala dari waktu ke waktu secara
konsisten menunjukan (skala 5).
- 161806 Menghindari faktor-faktor penyebab bila mungkin secara konsisten menunjukan (skala
5).
- 161807 Menghindari bau yang tidak menyenangkan secara konsisten menunjukan (skala 5).
- Evaluasi dari dampak pengalaman mual dari kualitas hidup ( misalnya nafsu makan, aktivitas,
prestasi kerja, tanggung jawab kerja, dan tidur).
- Berikan informasi mengenai mual, seperti penyebab mual dan berapa lama itu akan
berlangsung.
implementasi
evaluasi
S : klien mengatakan tidak ada rasa nyeri lagi di bagian abdomen seperti tertusuk atau terbakar,klien
mengatakan badannya terasa lebih sehat dari sebelumnya.
O : klien tampak tidak meringis lagi, klien tampak bisa melakukan pekerjaan secara mandiri,klien
tampak tidak pucat lagi.
A : masalah teratasi.
S : klien mengatakan tidak merasa mual lagi dan dapat makan dengan enak.
A : masalah teratasi.
NIM : 18112178
1. DEFENISI :
ulkus petikum merupakan gangguan esofagus bagian bawah, lambung, atau mukosa duodenum,
yang menyebabkan kerusakan akibat inflamasi, ulkus dapat terjadi di semua bagian GI yang
bersinggungan dengan cairan lambung, ulkus dapat ditemukan di esofagus, lambung, duodenum,
atau jejenum di gastroentereostomi. (Black&Hawks) terdapat dua jenis ulkus peptikum yaitu ulkus
peptikum primer dan sekunder, ulkus peptikum primer adalah ulkus yang trjadi akibat sekresi asam
lambung dan pepsin yang berlebihan sedangkan ulkus petikum sekunder didasarkan adanya
gangguan ketahan mukosa saluran cerna yang dapat teraji setelah mangalami gangguan penyakit
atau trauma ( Wikepedia).
didasarkan adanya gangguan ketahan mukosa saluran cerna yang dapat teraji setelah mangalami
gangguan penyakit atau trauma ( Wikwepedia)
ulkus petikum juga disebut tukak lambung atau ulkus peptikum adalah suatu luka pada lapisan
mukosa duodenum (bagian atas dari usus kecil) atau lambung. Ulkus duodenum lebih sering terjadi
daripada ulkus lambung. Yang relatif jarang adalah ulkus esofagus, yang terbentuk di kerongkongan
dan sering merupakan akibat dari paparan obat, seperti antibiotik atau anti-inflamasi tertentu, dan
penyalahgunaan alkohol. (doktersehat.com)
2. ETIOLOGI :
ulkus peptik disebabkan oleh bakteri H. pylori, H. pylori merupakan satu-satunya bakteri yang
dikonfirmasi oleh WHO sebagai karsinogen kelas 1. terjadinya ulkus peptikum pada resistensi
difensif, resistensi difensif mukosa bergantung pada integritas mukosa dan regenerasi, adanya
pembatas pelindung mukosa, kemampuan mekanisme penghalang duodenum untuk mengatur
sekresi, faktor resiko yang berhubungan dengan ulkus peptikum diantara lain merokok, mengunyah
tembakau, steroid, aspirin, kefein, alkohol dan stress, kondisi medis tertentu seperti penyakit Chron,
sindrom Ellison serta penyakit hepatitis dan biliari juga berperan.
( Black&Hawks)
3. ANATOMI DAN FISIOLOGI "
Lambung terletak di bagian kiri atas abdomen . Jika kosong berbentuk tabung J dan jika penuh
seperti buah alpukat raksasa. Kapasitas normal lambung adalah sebesar 1-2 L. lambung dibagi
menjadi lima bagian, yaitu 1. Kardiak adalah bagian lambung yang berhubungan langsung dengan
esofagus. Bagian ini berbentuk seperti tabung kecil yang sempit.2. Fundus merupakan bagian yang
berada di atas badan lambung dan berbentuk kubah. 3. badan lambung adalah bagian terbesar dan
utama dari lambung. 4. antrum adalah bagian di bawah lambung yang menampung makanan
sebelum dilepaskan ke usus halus. 5. pilorus adalah terowongan yang menghubungkan lambung
dengan usus halus.
2. sub mukosa : apisan di mana arteri dan vena dapat ditemukan untuk mendistribusikan nutrisi dan
oksigen ke sel-sel perut sekaligus untuk membawa nutrisi yang diserap, urea, dan karbon dioksida
dari sel.
3. lapisan otot : otot-otot perut yang membantu dalam pencernaan mekanis. Lapisan ini dibagi
menjadi tiga lapisan otot, yang merupakan otot melingkar, memanjang, dan diagonal.
4. peristaltik : menyebabkan makanan di perut bergejolak. Lapisan terluar adalah serosa berfungsi
sebagai lapisan pelindung lambung.
4. MANIFESTASI KLINIS :
1. nyeri akut : klien akan merasakan rasa sakit, rasa terbakar serta kram dan nyeri yang
menggerogoti, pada ulkus lambung makanan tertentu akan menyebabkan rasa nye ri muncul, klien
dengan ulkus dudenum akan merasakan nyeri pada saat lambung kosong, dan ketidaknyamanan
mumngkin mereda ketika mengkomsusi makanan atau antasida.
2. mual dan muntah : muntah dikarenakan oleh statis lambung atau obstruksi pilorik, dan klien
biasanya memuntahkan makanan yang belum dicerna. mual hebat dan muntah dapat menunjukan
adanya kerobekan esofagus.
3. pendarahan : klien dengan ulkus sering berdarah ketika ulkus mengikis pembuluh darah.
pendarahan mungkin terjadi sebagai pendarahan tersembunyi dengan aliran yang lambat. kira-kira 25
% klien dengan ulkus dapat mengalami pendarahan ( Black&Hawks)
5. PATOFISIOLOGI :
Ulkus peptikum terjadi pada mukosa gastroduodenal karena jaringan ini tidak dapat menahan kerja
asam lambung pencernaan (asam hidrochlorida dan pepsin). Erosi yang terjadi berkaitan dengan
peningkatan konsentrasi dan kerja asam peptin, atau berkenaan dengan penurunan pertahanan
normal dari mukosa. mukosa yang rusak tidak dapat mensekresi mukus yang cukup bertindak
sebagai barier terhadap asam klorida.
6. PENATALAKSANAAN :
penatalaksanaannya dengan cara : anjurkan klien melakukan perubahan gaya hidup dengan berhenti
merokok, hindari alkohol, aspirin, dan NSAID, penggunaan obat penghambat asam lambung,
penggunaan obat yang melindungi lapisan lambung dan duodenum dan melakukan pembedahan.
7. KOMPLIKASI
adanya nyeri hebat disertai dengan abdomen kaku dan gejala syok
HARI KE 2 :
PENGKAJIAN SAMPAI DX KEPERAWATAN ( SESUAI DENGAN FORMAT PENGKAJIAN KMB)
A. Identitas klien :
1. nama : Tn. A
umur : 45 th
a. Riwayat kesehatan sekarang : klien mengatakan nyeri seperti terbakar di bagian epigastrium, klien
mual dan muntah, tidak nafsu makan, stress dan badan terasa lelah
c. Riwayat kesehatan keluarga : klien tidak memiliki keluarga yang mempunyai penyakit yang sama
4. riwayat psikososial
Klien mengatakan merasa cemas yang berlebihan karna tidak dapat melakukan pekerjaan dan
ibadah seperti biasanya
5. aktivitas sehari-hari
c. Telinga : telinga simetris, ada sedikit serumen, tidak ada benjolan pada telinga
d. Hidung : tampak simetris, tidak ada benjolan pada hidung, tidak lesi.
e. Mulut : mukosa bibir lembab, tidak ada caries pada gigi, gusi berwarna merah muda, palatum
berwarna merah muda, lidah berwarna merah muda dan tidak ada lesi
f. Leher : tidak ada perbesaran pada kelenjar limfe, tidak ada perbesaran pada kelenjar tiroid dan
tidak ada nyeri tekan pada leher
g. Dada / thoraxs
Inspeksi : dada tampak simetris dan tidak ada retraksi otot dada
Perkusi : sonor
Auskultasi : tidak ada suara nafas tambahan
h. Abdomen
Perkusi : timpani
ANALISA DATA :
DS : klien mengatakan nyeri di bagian perut, klien mengatakan mual muntah, badan klien terasa letih
dan tidak bertenaga
DO : klien tampak meringis menahan nyeri, klien tampak mual dan muntah, klien tampak pucat dan
lesu.
DIAGNOSA KEPERAWATAN :
1. nyeri berhubungan dengan agen cidera biologis
Setelah dilakukan intervensi selama 1x24 jam maka ditemukan secara konsisten menunjukan
tindakan pribadi untuk mengontrol diri :
- 160510 Menggunakan jurnal harian untuk mengontrol untuk memonitor gejala dari waktu ke
waktu secara konsisten menunjukan (skala 5)
- 160513 Melaporkan perubahan terhadap gejala nyeri pada profesional kesehatan secara
konsisten menunjukan (skala 5)
- 160509 Mengenali apa yang terkait dengan gejala nyeri secara konsisten menunjukan (skala 5)
Definisi : pengurangan atau reduksi nyeri sampai pada tingkat kenyamanan yang dapat dirasakan
pasien, aktivitas-aktivitas :
- Lakukan pengkajian nyeri komprehensif yang meliputi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas, intesitas atau beratnya nyeri dan faktor pencetus.
- Pastika perawatan anlgesik yang dibrikan pada pasien di pantau secara ketat.
- Gali bersama pasien faktor yang menyebabkan berat dan meringankan nyeri pasien
- Evaluasi pengalaman nyeri dimasa lalu yang meliputi riwayat nyeri kronik individu atau
keluarga.
- Berikan informasi mengenai nyeri, seperti penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan dirasakan,
dan antisipasi dari ketidaknyamananakibat prosedur.
Setelah dilakukan intervensi selama 1x24 jam maka ditemukan secara konsisten menunjukan
tindakan personal untuk mengontrol mual, muntah, dan gejala muntah.
- 161803 Mengenali pencetus stimulus muntah secara konsisten menunjukan (skala 5).
- 161804 Menggunakan buku harian untuk memantau gejala dari waktu ke waktu secara
konsisten menunjukan (skala 5).
- 161806 Menghindari faktor-faktor penyebab bila mungkin secara konsisten menunjukan (skala
5).
- 161807 Menghindari bau yang tidak menyenangkan secara konsisten menunjukan (skala 5).
- Evaluasi dari dampak pengalaman mual dari kualitas hidup ( misalnya nafsu makan, aktivitas,
prestasi kerja, tanggung jawab kerja, dan tidur).
- Berikan informasi mengenai mual, seperti penyebab mual dan berapa lama itu akan
berlangsung.
implementasi
evaluasi
S : klien mengatakan tidak ada rasa nyeri lagi di bagian abdomen seperti tertusuk atau terbakar,klien
mengatakan badannya terasa lebih sehat dari sebelumnya.
O : klien tampak tidak meringis lagi, klien tampak bisa melakukan pekerjaan secara mandiri,klien
tampak tidak pucat lagi.
A : masalah teratasi.
S : klien mengatakan tidak merasa mual lagi dan dapat makan dengan enak.
A : masalah teratasi.
Pumawan Junaidi (1998) Typus abdominalis adalah penyakit infeksi usus halus yang
menimbulkan gejala klinis yang disebabkan oleh kuman Salmonella Typhi A, B dan C,
menurut Moer Saifoellah (2001) Typus abdominalis adalah penyakit infeksi usus halus yang
biasanya lebih ringan dan menunjukkan manifestasi klinis yang sama atau menyebabkan
enteritis akut.
Demam Typhoid adalah sebuah penyakit infeksi pada usus yang menimbulkan gejala- gejala
sistematik yang disebabkan oleh "Salmonella Typhosa", Salmonella Paratyphi "A, B dan C.
Penularan terjadi secara fekal oral, melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi,
Sumber infeksi terutama" Carrier "ini mungkin penderita yang sedang sakit (Carrier
akut),”Carrier” menahun yang terus mengeluarkan kuman aau “Carrier” pasif yaitu mereka
yang mengeluarkan kuman melalui eksketa tetapi tak pernah sakit,penyakit ini endemic di
Indonesia (Ngastiyah,2005).
2. ETIOLOGI :
Etiologi Typus Abdominalis adalah Salmonella Typhi,salmonella paratyphi A,salmonella
paratyphi B,salmonella paratyphi C (Arif Mansjoer,2003),sedangkan menurut Rampengan
(1999),penyakit ini disebabkan oleh infeksi kuman salmonella Typhosa I Eberthella Typhosa
yang merupakan kuman negatif,motif dan tidak menghasil spora.kuman ini dapat hidup baik
sekali pada suhu tubuh manusia maupun suhu yang lebih rendah sedikit serta mati pada
suhu 70 C maupun oleh antiseptik.Sampai saat ini diketahui bahwa kuman ini hanya
menyerang manusia.Salmonella Typhosa mempunyai 3 macam antigen yaitu:
a.Antigen O= ohne Hauch = somatik antigen ( tidak menyebar)
b.Antigen H = Hauch(menyebar),terdapat pada flagella dan bersifat termolabill.
c.Antigen V1 = kapsul:merupakn kapsul yang meliputi tubuh kuman dan melindungi antigen terhadap
fagositosis
1. Mulut Merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan air pada manusia.
Mulut biasanya terletak di kepala dan umumnya merupakan bagian awal dari sistem
pencernaan lengkap yang berakhir. Mulut merupakan jalan masuk untuk sistem pencernaan.
Bagian dalam dari mulut dilapisi oleh selaput lendir. Pengecapan dirasakan oleh organ perasa
yang terdapat di permukaan lidah. Pengecapan relatif sederhana, terdiri dari manis, asam, asin
dan pahit. Penciuman dirasakan oleh Saraf Olfaktorius di hidung dan lebih rumit, terdiri dari
berbagai macam bau.
2. Lambung Merupakan organ otot berongga yang besar dan berbentuk seperti kandang
keledai. Terdiri dari 3 bagian yaitu Kardia, Fundus, Antrum. Makanan masuk ke dalam
lambung dari kerongkongan melalui otot berbentuk cincin (Sfingter), yang bisa membuka dan
menutup. Dalam keadaan normal, sfingter menghalangi masuknya kembali isi lambung ke
dalam kerongkongan. Lambung berfungsi sebagai gudang makanan, yang berkontraksi secara
ritmik untuk mencampur makanan dengan enzim-enzim. Lendir melindungi sel-sel lambung
dari kerusakan oleh asam lambung. Setiap kelainan pada lapisan lendir ini bisa menyebabkan
kerusakan yang mengarah kepada terbentuknya tukak lambung. Asam klorida menciptakan
suasana yang sangat asam, yang diperlukan oleh pepsin guna memecah protein. Keasaman
lambung yang tinggi juga berperan sebagai penghalang terhadap infeksi dengan cara
membunuh berbagai bakteri.
Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang terletak di antara
lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang mengangkut zat-zat
yang diserap ke hati melalui Vena Porta. Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi isi
usus) dan air (yang membantu melarutkan pecahanpecahan makanan yang dicerna).
Lapisan usus halus terdiri dari lapisan mukosa (sebelah dalam), lapisan otot melingkar
(Muskulus Sirkuler), lapisan otot memanjang (Muskulus Longitidinal) dan lapisan serosa
(sebelah luar) .
Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas jari (Duodenum), usus kosong
(Jejunum), dan usus penyerapan (Ileum).
Usus dua belas jari atau doudenum adalah bagian dari usus halus yang terletak setelah
lambung dan menghubungkannya ke usus kosong (Jejunum). Bagian usus dua belas jari
merupakan bagian terpendek dari usus halus, dimulai dari Bulbo Duodenale dan berakhir di
ligamentum Treitz.
Usus kosong atau Jejunum adalah bagian kedua dari usus halus, di antara usus dua belas jari
(duodenum) dan usus penyerapan (Ileum). Panjang seluruh usus halus antara 2-8 meter pada
orang dewasa, 1-2 meter adalah berupa jejunum. Jejunum dalam tubuh dengan mesenterium.
Permukaan dalam usus kosong berupa membran mukus dan terdapat jonjot usus (Vili), yang
memperluas permukaan dari usus. Secara histologis dapat dibedakan dengan usus dua belas
jari, yakni berkurangnya kelenjar Brunner. Secara hitologis pula dapat dibedakan dengan
usus penyerapan, yakni sedikitnya Sel Globet dan Plak Peyeri. Sedikit sulit untuk
membedakan usus kosong dan usus penyerapan.
Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus halus. Pada sistem pencernaan
manusia ini memiliki panjang sekitar 2-4 m dan terletak setelah Duodenum dan Jejunum
dan.dilanjutkan oleh usus buntu. Ileum memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atau sedikit basa)
dan berfungsi menyerap vitamin B 12 dan garam-garam empedu.
Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus buntu dan rektum.
Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses. Usus besar terdiri dari Kolon
asendens (kanan), Kolon transversum, Kolon desendens (kiri), Kolon sigmoid (berhubungan
dengan rektum). Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi mencerna
beberapa bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi. Bakteri di dalam usus besar juga
berfungsi membuat zat-zat penting, seperti vitamin K. Bakteri ini penting untuk fungsi
normal dari usus. Beberapa penyakit serta antibiotik bisa menyebabkan gangguan pada
bakteri-bakteri didalam usus besar. Akibatnya terjadi iritasi yang bisa menyebabkan
dikeluarkannya lendir dan air, dan terjadilah diare.
Terletak dibawah kolon sigmoid yang menghubungkan Intestinum Mayor dengan anus
terletak didalam Rongga Pelvis di depan Os Sacrum dan Os Koksigis. Anus adalah bagian
dari saluran pencernaan yang menghubungkan rectum dengan dunia luar (udara luar) terletak
di dasar Pelvis dindingnya diperkuat oleh 3 spincter, yaitu spincter ani ekstemus yang bekerja
menurut kehendak, spincter ani internus dan spincter levator ani yang bekerja tidak menurut
kehendak.
4.MANIFESTASI KLINIS :
Menurut Arif Mansjoer (2003) masa inkubasi rata-rata 2 minggu,gejala timbil tiba-tiba atau
berangsur-angsur.penderita cepat lelah,malaise,aoraksia,sakit kepala,rasa tidak enak di perut
dan nyeri seluruh badan.Demam umumnya berangsur-angsur naik selama minggu
perama,demam terutama pada sore dan malam hari (bersifat febris Remitont). pada minggu
kedua dan ketiga demam terus menerus tinggi (febris kontinou).kemudian turun secara
lisis,demam ini tidak hilang dengan pemberian Antipirektik.tidak ada menggigil dan tidak
berkeringat kadang-kadang disertai epistaksis,gangguangastrointestinal,bibir kering dan
pecah-pecah ,lidahkotor,berselaput putih danpinggirnya hiperemisis,perut agak kembung dan
mungkin nyeri tekan,limpa membesar lunak dan nyeripada peranakan,pada permulaan
penyakit umumnya terjadi diare,kemudian menjadi Obstipasi.kesadaran penderita menurun
dari ringan sampai berat,umumnya apatis(seolah-olah berkabut,Typhos = kabut)
Masa inkubasi atau masa tunas 7-14 hari,selama masa inkubasi mungkinditemukan gejala
prodromal berupa rasa tidak enak badan.Pada kasus khas terdapat demam remiten pada
minggu pertama,biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat pada sore dan malam
hari.Dalam minggu kedua,pasien terus berada dalam keadaan demam,yangturun secara
berangsur-angsur pada minggu ke tiga (Arif Mansjoer,2003)
5.PATOFISIOLOGI
Kuman salmonella thypi masuk tubuh manusia melalui mulut bersamaan dengan makanan
dan minuman yang terkontaminasi oleh kuman,sebagaian kuman dimusnahkan oleh asam
lambung sebagian lagi masuk ke usus halus dan mencapai jaringan limpoid plak peyeri di
ileum terminalis yang mengalami hipertropi.Bila terjadi komplikasi perdarahan dan perforasi
intestinal ,kuman menembus lamina propia,masuk aliran limpe dan mencapai kelenjer limpe
mesenterial dan massuk aliran darah melalui duktus torasikus. Salmonella typhi lain dapat
mencapai hati melalui sirkulasi portal dari usus.Salmonella typhi bersarang di plak
peyeri,limpa,hati,dan bagian-bagian lain system retikuloendotelial. Endotoksin salmonella
typhi berperan dalam proses inflamasi lokal pada jaringan tempat kuman tersebut
berkembangbiak.salmonella typhi dan endotoksinnya merangsang sintesis dan pelepasan zat
pirogen dan leukosit pada jaringan yang meradang,sehingga terjadi demam (Arif
Mansjoer,2003)
Pathogenesis (tata cara masuknya kuman Typhoid kedalam tubuh) pada penyakit Typhoid
dibagi atas 2 bagian (Anotoni,1998) yaitu:
a. Menembus dinding usus makan kedalam darah.Diphagosititis oleh kuman RES (Reticule
Endothelial System) dalam hepar dan lien disini kuman berkembang biak dan masuk ke
dalam darah lagi dan menimbulkan infeksi di usus.
b. Becil melalui toncil secara Lymphogen dan Haemophogen masuk kedalam hepar dan
lien,bacil mengeluarkan toxin,toxin inilah yang menimbulkan gejala klinis.
6.PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan penyakit Typhoid sampai saat ini dibagi menjadi tiga bagian (Bambang
Setiyohadi, Aru W. Sudoyo, Idrus Alwi, 2006), yaitu:
1. Istirahat dan perawatan
Tirah baring dan perawatan profesional bertujuan untuk mencegah komplikasi.Tirah baring
dengan perawatan sepenuhnya di tempat seperti makanan, minuman ,mandi, buang air kecil
dan buang air besar akan membantu dan mempercepat maca penyembuhan. Perawatan yang
perlu dijaga kebersihan tempat tidur, pakais, dan perlengkapan yang dipakai. Posisi pasien
perlu diawasi untuk mencegah dekubitin dan pneumonia ortostatik serta hygine perorangan
tetap , perlu diperhatikan dan dijaga.
Diet merupakan hal yang cukup penting dalam proses penyembuhan penyakit demam
Typhoid, karena makanan yang kurang akan menurunkan keadaan umum dan gizi penderita
akan semakin turun dan proses penyembuhan akan menjadi lama. Dimasa lampau penderita
demam Typhoid di beri bubur saring, kemudian ditingkatkan menjadi bubur dan akhirnya
diberi nasi, yang perubahan diet tersebut disesuaikan dengan tingkat kesembuhan pasien.
Pemberian bubur saring tersebut ditujukan untuk menghindari komplikasi perdarahan saluran
cerna atau perporasi usus. Hal ini disebabkan ada pendapat bahwa usus harus diistirahatkan.
Beberapa peneliti menunjukkan bahwa mempersembahkan makanan yang padat dini yaitu
nasi dengan lauk pauk rendah selulosa (menghindari sementara sayuran yang berserat) dapat
diberikan. dengan aman pada penderita demam Typhoid
3. Pemberian antibiotic
b. Tiampenikol Dosis dan kekuatan tiampenikol pada demam Tifoid hampir sama denga
klorampenikol. Akan tetapi kemungkinan terjadi anemia lebih dari perubahan klorampenikol.
Dosis 4 x 500mg diberikan sampai hari ke 5 dan ke 6 bebas demam.
c. Kotrimoksazol Dosis untuk orang dewasa 2 x 2 tablet dan diberikan selama 2 minggu.
Kemampuan obat ini untuk menurunkan demam lebih rendah dibandingkan dengan
klorampenikol, dosis yang diberikan 50-150mg / kgBB dan digunakan selama 2 minggu.
Hingga saat ini golongan sefalosporin menciptakan ketiga yang terbukti efektif untuk demam
Tifoid adalah sefalosforin, dosis yang lebih dianjurkan adalah 3-4 gram dalam dektrose 100cc
yang diberikan selama jam perinfus sekali sehari selama 3 hingga 5 hari.
7.KOMPLIKASI
Menurut (Arif mansjoer,2003),komplikasi demam Typhoid dapat dibagi dalam 2 bagian
yaitu:
a. Komplikasi intestinal
1) Perdarahan usus
2) Perforasi usus
3) Lleus paralitik
b. Komplikasi ekstraintestinal
HARI KE 2 :
Nama : Tn.A
Umur : 30 tahun
Pendidikan : S1
Suku bangsa : Indonesia
Pekerjaan : PNS
Penanggung jawab : Ny. S
Agama : Islam
Status perkawinan : Kawin
Alamat : II Ampang No 12 B
NO.MR : 008548
Ruang rawat : Multazam 5
Diagnosa medik : Typus Abdominalis
Yang mengirm/merujuk : Puskesmas
Tinggi/BB : 160 cm/ 55 kg
Golongan Darah : A
Sumber informasi : Keluarga pasien
II. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat kesehatan sekarang
Palpasi : Tidak ada teraba benjolan, dan tidak dijumpai nyeri tekan pada dada pasien.
Perkusi : Suara resonan terdengar pada paru-paru kanan dan kiri.
Auskultasi : Normal
i. Jantung
Inspeksi dan Palpasi : Bentuk dada simetris, tidak ada pembesaran dada kanan atau kiri
Perkusi : Tidak ada nyeri tekan
Auskultasi : Suara jantung terdengar normal yaitu “lub” dan “dup” (S1/S2), irama regular dan
jarak kedua bunyi adalah ± 1 detik.
j. Abdomen
Inspeksi : Bentuk abdomen simetris, tidak ada pembesaran abdomen, dan tidak ada
dijumpai kelainan.
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan didaerah sekitar perut, tidak dijumpai adanya massa
Perkusi : Timfani di kuadran kiri atas/bawah dan kuadran kanan atas/bawah tidak ada asites
Auskultasi : Peristaltic usus 10 x/i (normal 5-35 x/i)
k. Reproduksi/alat kelamin
Genitalia : Normal dan tidak ada kelainan pada genetalia
l. Ekstremitas
- Atas
Bentuk ekstremitas simetris, tidak dijumpai oedem, ekstremitas atas normal, klien dapat
menggerakkan kedua tangannya namun pada tangan kiri klien terpasang infuse Assering 20
gtt/i
- Bawah
Bentuk simetris, tidak dijumpai oedem, ekremitas bawah normal dan klien dapat
menggerakkan kedua kakinya
5.Pola aktivitas
a. Makan : Frekuensi makan klien 3x/hari dengan porsi tidak dihabiskan, jenis menu, nasi,
ikan, sayur yang disediakan Puskesmas klien tidak ada alergi pada makanan.
b. Minum : Frekuensi minum klien 6-7 gelas/hari, jenis minuman air putih klien tidak ada
pantangan atau alergi minuman.
c.Kebersihan perorangan : Klien mengatakan selama sakit belum pernah mandi, klien
mengatakan selama sakit belum pernah sikat gigi, klien hanya mengganti pakaian dan
dibantu keluarga.
d.Istrahat dan aktivitas : Klien tidur siang selama 1 jam mulai jam 13.00 s/d jam 14.00 dan
tidur malam selama 7 jam : jam 22.00 s/d jam 05.00, tidak ada gangguan pada tidur.Klien
mengatakan di bantu keluarga saat ke kamar mandi.
6. Psikososial
7. Terapi yang diberikan saat ini IVFD RL 20 Tpm ,Cholorampenicol 4x500 mg/hari,
Ranitidine inj/IV/12 jam ,Paracetamol 3x500 mg/hari
ANALISA DATA
No Data makasalah : Hipertermia Etiologi : Penyakit 1.DS:
1. DS- Klien mengatakan badannya panas
- Klien mengatakan sudah demam dua hari dan bersifat turun naik demam yang dirasakan
DO:-Keadaan umum lemah
-Kulit teraba hangat
-Kulit klien terlihat merah
-TTV:
TD : 90/70 mmHg, N:82x/menit
S: 39ºC
P: 20x/menit
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hipertermia berhubungan dengan Penyakit (00007)
2. Devisit perawatan diri: mandi berhubungan dengan kelemahan (00108)
HARI KE 3 :
MERUMUSKAN NOC DAN NIC SESUAI DENGAN FORMAT PENGKAJIAN KMB)
RENCANA KEPERAWATAN
No Diagosa Keperawatan NOC
1 . Hiperetermia b.d Penyakit Outcome1:Termoregulasi (0800)
Definisi :
Keseimbangan antara produksi pans,mendapatkan panas dan kehilangan panas
Kriteria Hasil :
- 080010 cukup terganggu berkeringat saat panas (skala 3)
- 080001 cukup terganggu peningkatan suhu kulit (skala 3)
- 080019 cukup terganggu hipertermia (skala 3)
- 080007 cukup terganggu perubahan warna kulit (skala 3)
- 080014 sedikit terganggu dehidrasi (skala 4)
2. Devisit perawatan diri:mandi b.d kelemahan Outcome 1 : perawatan Diri : Mandi( 0301)
Definisi :
Tindakan seseorang untuk membersihkan badannya sendiri secara mandiri atau tanpa alat
bantu.
Kriteria Hasi:
- 030101 sedikit terganggu masuk dan keluar dari kamar mandi(skla 4)
- 030102 sedikit terganggu mengambil alat/ bahan mandi (skala 4)
- 030103 sedikit terganggu mendapatkan air mandi (skala 4)
- 030104 sedikit erganggu menyalakan kran (skala 4)
- 030105 sedikit terganggu mengatur aliran air (skala 4)
- 030106 sekit terganggu megatur air (skala 4)
- 030108 sekidikit terganggu mandi di bak mandi (skala 4)
- 030109 sedikit terganggu mandi dengan bersiram(skala 4)
- 030113 sedikit terganggu mencuci wajah (skala 4)
- 030114 sedikit terganggu mencuci badan bagian atas (skala 4)
- 030115 sedikit terganggu mencuci badan bagian bawah (skala 4)
- 030116 sedikit terganggu membersihkan area perineum (skala 4)
HARI KE 5
EVALUASI
1) Diagnosa Keperawatan : Hipertermia berhubungan dengan penyakit
S: - Klien mengatakan badannya tidak panas lagi
- Klien mengatakan demamnya sudah menurun
O: - Keadaan umum klien sudah membaik
-Kulit pasien teraba tidak hangat lagi
-Kulit klien tidak merah lagi
-TTV:
TD : 120/80 mmHg
N: 82x/menit
S: 36,7ºC
P: 20x/menit
A: -Hipertermia sudah teratasi
P: - Tidak ada perencanaan selanjutnya
2. ETIOLOGI :
hemoroid timbul akibat kongesti vena yang
disebabkan gangguan aliran balik dari vena
hemoroidalis. bisa juga karena
konstipasi/diare, sering mengejan. faktor resiko
lainnya:
1. keturunan: dinding pembuluh darah yang
lemah dan tipis
2. pekerjaan: orang yang harus berdiri dan
duduk lama atau harus mengangkat barang
berat
3. umur: pada umur tua timbul degenerasi dari
seluruh jaringan tubuh, juga otot spingter
menjadi tipis
5. PATOFISIOLOGI :
hemoroid timbul akibat kongesti vena
yang disebabkan oleh gangguan
aliran balik dari vena hemoroidalis.
hemoroid dapat dibedakan atas
hemoroid eksterna dan interna.
hemoroid ekterna dibedakan sebagai
bentuk akut dan kronis. bentuk akut
berupa bentuk bulat kebiruan pada
pinggir anus dan sebenarnya suatu
hematoma, walaupun dsebut sebagai
hemoroid trombosis eksternal akut.
hemoroid ini berupa satu atau lebih
lipatan kulit anus yang terdiri dari
jaringan ikat dan sedikit pembuluh
darah. (Price, 2005)
6. PENATALAKSANAAN :
Terdapat berbagai tipe tindakan non operatif
untuk hemoroid. Fotokoagulasi
inframerah,diatermi bipolar, dan terapi laser
adalah teknik terbaru yang digunakan untuk
melekatkan mukosa ke otot yang
mendasarinya. Injeksi larutan sklerosan juga
efektif untuk hemoroid berukuran kecil dan
berdarah. Prosedur ini membantu mencegah
porlaps.
Hemoroidektomi kriosirugi adalah metode
untuk mengangkat hemoroid dengan cara
membekukan jaringan hemoroid selama waktu
tertentu sampai timbul nekrosis. Meskipun hal
ini relatif menimbulkan nyeri, prosedur ini tidak
digunakan secara luas karena menyebabkan
keluarnya rabas yang berbau sangat
menyengat dan luka yang ditimbulkan lama
sembuhnya.
7. KOMPLIKASI
1. Luka dengan tanda rasa sakit yang hebat
sehingga pasien takut mengejan dan takut
berak. Karena itu tinja makin keras dan makin
memperberat luka di anus.
2. Infeksi pada daerah luka dan terjadi nanah
dan fistula (saluran tak normal) dan selaput
lendir usus/anus
3. Perdarahan akibat luka, bahkan sampai
terjadi anemia.
4. Jepitan benjolan keluar dari anus dan
terjepit oleh otot lingkar dubur sehingga tidak
bisa masuk lagi. Sehingga, tonjolan menjadi
merah, makin sakit, dan besar. Dan jika tidak
cepat-cepat ditangani dapat busuk.
(dermawan, 2010)
HARI KE 2 :
analisa data
1. Pre Op
DS: pasien mengatakan nyeri pada anus,
pasien mengatakan ada benjolan di anus,
pasien mengatakan nyeri yang dirasakan di
anus terasa seperti diiris-iris
DO: tampak ada benjolan di anus pasien,
pasiien tampak meringis, pasien tampak
gelisah
2. Post Op
DS: pasien mengatakan sulit untuk duduk
setelah operasi, pasien mengatakan letih,
pasien mengatakan dalam aktivitas dibantu
keluarga
DO: pasien tampak meringis, pasien tampak
dibantu dalam beraktivitas, pasien tampak
bedrest
DX KEPERAWATAN
Pre Op: nyeri akut berhubungan dengan agen
cedera fisiologis (SDKI, D.0077)
Post Op: intoleransi aktivitas berhubngan
dengan kelemahan (SDKI, D.0056)
HARI KE-3 :
2. ETIOLOGI :
Ada beberapa penyebab terbentuknya batu ginjal yaitu
hiperkalsiuria, hiperurikosuria, hipositraturia, dan
hiperoksaluria (Sakhaee et al., 2012).
hal tersebut dapat di picu oleh berbagai macam faktor
seperti faktor keturunan, makanan dan obat - obatan.
4. MANIFESTASI KLINIS :
MANIFESTASI KLINIK
· Obstruksi
· Nyeri hebat
- Hematuria, piuria
- Kolik renal : nyeri tekan seluruh CVA, mual dan
muntah
- Gejala iritasi
- Hematuria
5. KOMPLIKASI
Terdapat beberapa komplikasi yang dapat terjadi
ketika seseorang mengidap batu ginjal. Komplikasi
tersebut adalah:
Batu ginjal kambuhan yang dapat terjadi pada
seseorang mengidap batu ginjal dan memiliki peluang
80 persen untuk kambuh.
Gagal ginjal.
Sepsis, yang dapat terjadi setelah mendapatkan
perawatan batu ginjal lalu mengalami cedera pada
ureter saat menjalani operasi untuk menghilangkan
batu ginjal.
HARI KE 2 :
1. Keluhan utama
nyeri pinggang kanan, nyeri hilang timbul dan menjalar
ke perut dan tidak dipengaruhi mobilitas fisik
4. Pemeriksaan fisik
Tanda-Tanda Vital
a. TD : 120/90 mmHg
b. HR : 102 x/mnt
c. RR : 28x/mnt
d. SUHU : 38,7 c
e. Kondisi umum= gelisah dan tampak meringis
namun nyeri nonkolik
f. ABDOMEN :
Inspeksi=flatuensi (+),Palpasi: nyeri tekan kuadaran
kanan atas (+),Perkusi: timpani pada abdomen dan
nyeri ketok cva dexter (+),Auskultasi : bising usus
menurun
5. Pemeriksaan laboratorium
a. HB : 14 gr/dl
b. Leukosit : 15.000/mm3
c. Ureum : 24mg/dl
d. Kreatinin : 2,5 mg/dl
6. Aktifitas istirahat
1. Aktivitas/IstirahatGejala :
Pekerjaan monoton (-), pekerjaan dimana pasien
terpajan padalingkungan bersuhu tinggi (-),
keterbatasan aktivitas/mobilisasi sehubungdengan
kondisi sebelumnya (contoh penyakit tak sembuh,
cedera medulaspinalis) (-)
2. SirkulasiTanda :
Peningkatan TD (-), peningkatan nadi (+), (nyeri (+),
ansietas (-),gagal ginjal (-)
3. EliminasiGejala :
Riwayat adanya ISK kronis (-), obstruksi sebelumnya
(kalkulus)(-). Penurunan haluaran urin (+), kandung
kemih penuh (-). Rasa terbakar (-),dorongan berkemih
(-), diare (-)
Tanda :
Oliguria (+), hematuria (-), piuria (-). Perubahan pola
berkemih(+)
4. Makanan/CairanGejala :
Mual/muntah (+), nyeri tekan abdomen (+). Diet tinggi
purin (-),kalsium oksalat (-), dan/atau fosfat.
Ketidakcukupan pemasukan cairan ; tidakminum air
dengan cukup (-)
Tanda :
distensi abdomen (+), penurunan/tak adanya bising
usus (+).Muntah (+)
5. Nyeri/KenyamananGejala :
Episode akut nyeri berat (+), nyeri kolik (-),. Lokasi
tergantung pada lokasi batu, contoh pada panggul
regio sudut konstovetebral; dapatmenyebar ke
punggung (-), abdomen (+), dan turun kelipatan
paha/genitalia (-). Nyeri dangkal konstan menunjukkan
kalkulus ada di pelvis atau kalkulusginjal (+). Nyeri
dapat digambarkan sebagai akut (-), hebat tidak
hilangdengan posisi atau tindakan lain (-)
Tanda :
Melindungi ; perilaku distraksi (-). Nyeri tekan pada
area ginjal pada palpasi (+)
6. KeamananGejala :
Penggunaan alkohol (-), Demam (+). Menggigil (-)
Analisa data
1.
DS : mengeluhan nyeri pinggang kanan. Nyeri hilang
timbul dan menjalar ke perut.
sering mengalami nyeri yang sama,dan nyeri hialang
setelah diberikan obat penghilang rasa nyeri
daridokter.
Nyeri dirasakan bertambah berat dan tidak
menghilang dengan obat yang biasa dimakan
DO : Kondisi umum= gelisah dan tampak meringis
namun nyeri nonkolik
Palpasi abdomen: nyeri tekan kuadaran kanan atas
(+),
Perkusi abdomen: timpani pada abdomen dan nyeri
ketok CVA dexter(+)
2.
DS :
Ny. F mengeluh air kencing keruh dan 0liguri (+) dg
jumlah sekitar 400ml/24 jam.
Ny. F mengeluh mual dan muntah sekitar 4-5 kali
sejak 1 hari yanglalu
DO :
HR= 102x/mnt
RR= 28x/mnt
DX KEPERAWATAN
1. Nyeri berhubungan dengan iskemi ditandai dengan
mengeluhan nyeri pinggang kanan. Nyeri hilang timbul
dan menjalarke perut. sering mengalami nyeri yang
sama, dan nyeri hilang setelah diberikan obat
penghilang rasa nyeri dari dokter. Nyeri dirasakan
bertambah berat dan tidak menghilang dengan obat
yang biasa dimakan.
Kondisi umum= gelisah dan tampak meringis namun
nyeri nonkolik.. Palpasi abdomen: nyeri tekan
kuadarankanan atas (+), Perkusi abdomen: timpani
pada abdomen dan nyeri ketok CVA dexter (+)
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan
obstruksi ditandai dengan mengeluh mual dan
muntah. Abdomen: inspeksi=flatuensi (+). Auskultasi :
bising usus menurun. mengeluh air kencing keruhdan
0liguri (+) dg jumlah sekitar 400ml/24 jam.
USG menunjukkan hidronefrosis dextra. BNO-PIV :
tampak bayangan radioopak Lumbal III dektra,
Terdapat hidronefrosis ren dektra grade II, RR 28 x /i
HR 102x/i suhu 38,7 C
HARI KE 3 :
1.
Diagnosa :
Nyeri berhubungandengan iskemi ditandaidengan Ny.
Fmengeluhan nyeri pinggang kanan. Nyerihilang
timbul danmenjalar ke perut. Ny. Fmengaku 4 bulan
yanglalu sering mengalaminyeri yang sama, dannyeri
hialang setelahdiberikan obat penghilang rasa
nyeridari dokter.
Nyeridirasakan bertambah berat dalam 2 hari ini dan
tdak menghilang dengan obat yang biasa di makan.
Kondisi umum = gelisah dan tampak meringis namun
nyeri non kolik Palpasi abdomen: nyeri tekan
kuadarankanan atas (+), Perkusi abdomen: timpani
pada abdomen dan nyeri ketok CVA dexter (+)
Tujuan : Setelah dilakukantindakan selama 3 x 24 jam
maka nyeri hilang,KH: pasien bebas nyeri, pasien
tampak rileks
Intervensi :
1. Catat lokasi, lamanya/intensitas nyeri(skala 1-
10) dan penyebarannya.Perhatiakn tanda non
verbal seperti: peningkatan TD dan DN,
gelisah,meringis, merintih, menggelepar
2.Jelaskan penyebab nyeri dan pentingnya
melaporkan kepada staf perawatan setiap
perubahankarakteristik nyeri yang terjadi.
3.Lakukan tindakan yang
mendukungkenyamanan (seperti
masaseringan/kompres hangat pada punggung,
lingkungan yang tenang)
4.Bantu/dorong pernapasan dalam, bimbingan
imajinasi dan aktivitasterapeutik.
5. bantu/dorong peningkatan aktivitas (ambulasi
aktif) sesuai indikasi disertai asupan cairan
sedikitnya 3-4 liter perhari dalam batas toleransi
jantung.
6. perhatikan peningkatan/menetapnya keluhan
nyeri abdomen
7. kolaborasi pemberian obat sesuai program
terapi :
- analgetik
- antispasmodic
- kortikosteroid
8. pertahankan patensi kateter urine bila di
perukan
Rasional :
1.Membantu evaluasi tempat obstruksi
dankemajuan gerakan batu. Nyeri panggul
seringmenyebar ke punggung, lipat paha,
genitaliasehubungan dengan proksimitas pleksus
saraf dan pembuluh darah yang menyuplai area
lain. Nyeritiba-tiba dan hebat dapat menimbulkan
gelisah,takut/cemas.2.
2.
Diagnosa :
Kekurangan volume cairan berhubungan dengan
obstruksi ditandai dengan mengeluh mual dan
muntah.Abdomen:inspeksi=flatuensi (+).Auskultasi :
bising usus menurun.mengeluh air kencing keruh dan
0liguri (+) dg jumlah sekitar 400ml/24 jam.
USG menunjukkan hidronefrosis dextra.BNO-PIV :
tampak bayangan radio opakLumbal III
dektra,Terdapat hidronefrosisren dektra grade II,
RR28 x /i HR 102x/i suhu38,7 C
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan selama 3 x 24
jam maka volume cairan tidak kurang KH: turgor kulit
baik,tidak mual muntah
Intervensi :
1.Awasi asupan dan haluaran
2.Catat insiden dan karakteristikmuntah, diare.
3.Tingkatkan asupan cairan 3-4liter/hari.
4.Awasi tanda vital.
5.Timbang berat badan setiap hari.
6.Kolaborasi pemeriksaan HB/Ht danelektrolit.
7.Berikan cairan infus sesuai programterapi.
8.Kolaborasi pemberian diet sesuaikeadaan klien.
9.Berikan obat sesuai program terapi(antiemetik
misalnya Proklorperasin/Campazin)
Rasional :
1.Mengevaluasi adanya stasis urine/kerusakan
ginjal.
2.Mual/muntah dan diare secara umum
berhubungan dengan kolik ginjal karena saraf
ganglion seliaka menghubungkan kedua
ginjaldengan lambung.
3.Mempertahankan keseimbangan cairan
untukhomeostasis, juga dimaksudkan sebagai
upayamembilas batu keluar.
4.Indikator hiddrasi/volume sirkulasi dan
kebutuhanintervensi.
5.Peningkatan BB yang cepat mungkin
berhubungan dengan retensi.
6.Mengkaji hidrasi dan efektiviatas intervensi.
7.Mempertahankan volume sirkulasi (bila asupan
per oral tidak cukup)
8.Makanan mudah cerna menurunkan
aktivitassaluran cerna, mengurangi iritasi dan
membantumempertahankan cairan dan
keseimbangannutrisi.
9.Antiemetik mungkin diperlukan
untukmenurunkan mual/muntah.
4. Pneumonia
4. MANIFESTASI KLINIS :
1. Gejala awal biasanya berupa nyeri kram yang terasa
seperti gelombang
3. Konstipasi absolute
5. PATOFISIOLOGI :
6. PENATALAKSANAAN :
7. KOMPLIKASI
4. Pemeriksaan Fisik
Analisa Data
1. Pre Operasi
DS: Pasien mengatakan nyeri pada abdomen, Pasien
mengatakan kram pada abdomen
DO: Abdomen pasien teraba keras, pasien tampak
meringis
2. Post Operasi
DS: Pasien mengatakan sulit melakukan aktivitas,sakit
saat bergerak
DO: Pasien tampak meringis, pasien tampak dibantu
dalam melakukan aktivitas
DX Keperawatan:
Pre Operasi : "nyeri akut berhubungan dengan agen
cedera fisiologis" (SDKI, D.0077) Konstipasi
berhubungan dengan penurunan mobilitas
gastroimtestinal (SDKI D.0049)
Post operasi : Post Op: intoleransi aktivitas berhubngan
dengan kelemahan (SDKI, D.0056)"
HARI KE 3:
MERUMUSKAN NOC DAN NIC SESUAI DENGAN DX
KEPERAWATAN:
1. DEFENISI :
(CANTUMKAN
REFERENSINYA)
Hepatitis adalah
suatu proses
peradangan citus
pada jaringan yang
dapat disebabkan
oleh infeksi virus
dan oleh reaksi
toksik terhadap
obat-obatan serta
bahan-bahan kimia .
Hepatitis virus
merupakan infeksi
sistemik oleh virus
disertai nekrosis
dan klinis,
biokimia sena
seluler yang khas.
2. ETIOLOGI :
1.Virus
Metode
transmisi : Type A
(Fekal-oral melalui
orang lain)
Type
B (parenteral
seksual, perinatal)
Type
C (Parenteral
jarang
seksual,orang ke
orang, perinatal)
Type
D (Parenteral
perinatal,
memerlukan
koinfeksi dengan
type B)
Type
E ( Fekal – oral)
Keparahan : Type
A : Tidak ikterik
dan asimtomatik
Type B
:Darah,saliva,seme
n,sekresi vagina
Type C : Terutama
melalui darah
Type D : Melalui
darah
Type E : Darah,
Feces, saliva
2.Alkohol :
Menyebabkan
alkohol hepatitis
dan selanjutnya
menjadi alkohol
sirosis.
3.Obat-obatan :
Menyebabkan
toksik untuk
hati,sehingga
sering disebut
hepatitis toksik dan
hepatitis akut.
3. ANATOMI DAN
FISIOLOGI "
Hati mempunyai
fungsi yang sangat
beraneka ragam,
sirkulasivena porta
yang menyuplai
75% dari suplai
asinus memang
perananpenting
dalam fisiologis
hati, mengalirkan
darah yang kaya
akan nutrisidari
traktus
gastrointestinal.
Bagian lain suplai
darah tersebut
masukdalam hati
lewat arteri hepatika
dan banyak
mengandung
oksigen.
Venaporta yang
terbentuk dari vena
linealis dan vena
mesenterika
superior,mengantark
an 4/5 darahnya
kehati darah ini
mempunyai
kejenuhanoksigen
hanya 70% sebab
beberapa oksigen
telah diambil oleh
limpa danusus.
Darah ini membawa
kepada hati zat
makanan yang telah
di absorbsioleh
mukosa usus halus.
Vena hepatika
mengembalikan
darah dari hati
kevena kava
inferior.
Terdapat empat
pembuluh darah
utama
yangmenjelajahi
keseluruh hati, dua
yang masuk yaitu
arteri hepatika dan
venaporta, dan dua
yang keluar yaitu
vena hepatika dan
saluran empedu.
Sinusoia
mengosongkan
isinya kedalam
venulelyang berada
pada bagian tengah
masing-masing
lobulus hepatik dan
dinamakan vena
sentralis,vena
sentralis bersatu
membentuk vena
hepatika yang
merupakan drainase
vena dari hati dan
akan mengalirkan
isinya kedalam vena
kavainferior didekat
diafragma jadi
terdapat dua sumber
yang mengalirkan
darah masuk
kedalam hati dan
hanya terdapat satu
lintasan keluar
(FKUI,2006).
4.
MANIFESTASI
KLINIS :
Manifestasi klinis
penderita Hepatitis
secara umum
menurut
Nurarif,A.H, dan
Kusuma, H (2015)
yaitu :
a. Anoreksia,
malaise, mual, dan
muntah
b.Gejala flu,
faringitis, batuk,
coryza, fotopobia,
sakit kepala dan
mialgia
c.Demam
ditemukan pada
infeksi HAV
d. Ikterus didahului
dengan
kemunculan urin
berwarna gelap
e. Pruritus
(biasanya ringan
dan sementara)
g. Splenomegali
ringan
h. Limfadenopati
5. PATOFISIOLOGI :
Pada umumnya
gejala Hepatitis
akut terbagi dalam
4 tahap yaitu :
fase inkubasi,
prodromal (pra-
ikterik), fase
ikterus, dan fase
konvalesen
(penyembuhan).
a. Fase inkubasi,
merupakan waktu
antara masuknya
virus dan
timbulnya gejala
atau ikterus. Fase
ini berbeda-beda
lamanya untuk tiap
virus
Hepatitis.
b. Fase prodomal
(pra-ikterik),
merupakan fase
diantara timbulnya
keluhan-keluhan
pertama dan
timbulnya gejala
ikterus. Keluhan
umum yang timbul
pada fase ini
biasanya malaise
umum, nyeri otot,
nyeri sendi, mudah
lelah, gejala
saluran
napas atas,
anoreksia, mual,
muntah, demam
derajat rendah,
nyeri abdomen
biasanya ringan
dan menetap
dikuadran kanan
atas atau
epigastrium.
c. Fase ikterus.
Fase ini muncul
setelah 5-10 hari,
tetapi dapat juga
muncul bersamaan
dengan munculnya
gejala. Pada
banyak kasus fase
ini tidak terdeteksi.
Setelah
timbul ikterus
jarang terjadi
perburukan gejala
prodomal, tetapi
justru akan
terjadi perbaikan
klinis yang nyata.
d. Fase konvalesen
(penyembuhan).
Diawali dengan
menghilangnya
ikterus dan keluhan
lain, tetapi
hepatomegali dan
abnormalitas
fungsi hati tetap
ada
6.
PENATALAKSANA
AN :
Penatalaksanaan
Jika seseorang telah
didiagnosis
menderita Hepatitis,
maka ia perlu
mendapatkan
perawatan.
Pengobatan harus
dipercepat supaya
virus tidak
menyebar. Jika
tindakan
penanganan lambat
membuat kerusakan
lebih besar pada hati
dan menyebabkan
kanker.
a. Penanganan dan
Pengobatan
Hepatitis A
Penderita yang
menunjukkan
gejala Hepatitis A
diharapkan untuk
tidak banyak
beraktivitas serta
segera
mengunjungi
fasilitas pelayanan
kesehatan terdekat
untuk mendapatkan
pengobatan dari
gejala yang timbul.
Dapat diberikan
pengobatan
simptomatik
seperti antipiretik
dan analgetik serta
vitamin untuk
meningkatkan daya
tahan tubuh dan
nafsu makan serta
obat-obatan yang
mengurangi rasa
mual dan muntah.
b. Penanganan dan
Pengobatan
Hepatitis B
Setelah diagnosa
ditegakkan sebagai
Hepatitis B, maka
ada beberapa cara
pengobatan
untuk Hepatitis B,
yaitu pengobatan
oral dan injeksi :
1) Pengobatan
orala
a) Lamivudine :
dari kelompok
nukleosida analog,
dikenal dengan
nama 3TC. Obat
ini digunakan bagi
dewasa maupun
anak-anak,
pemakaian obat ini
cenderung
meningkatkan
enzim hati (ALT)
untuk itu penderita
akan
mendapat monitor
berkesinambungan
dari dokter.
b) Adefovir
dipivoxil (Hepsera)
: pemberian secara
oral akan lebih
efektif, tetapi
pemberian dengan
dosis yang tinggi
akan berpengaruh
buruk terhadap
fungsi ginjal.
c) Baraclude
(Entecavir) : obat
ini diberikan pada
penderita Hepatitis
B kronik, efek
samping dari
pemakaian obat ini
adalah sakit kepala,
pusing, letih, mual
dan terjadi
peningkatan enzim
hati.
2) Pengobatan
dengan injeksi
Microsphere :
mengandung
partikel radioaktif
pemancar sinar B
yang akan
menghancurkan sel
kanker hati tanpa
merusak jaringan
sehat disekitarnya.
Injeksi Alfa
Interferon
(INTRON A,
INFERGEN,
ROFERON)
diberikan secara
subcutan dengan
skala pemberian 3
kali dalam
seminggu selama
12-16 minggu atau
lebih. Efek
samping pemberian
obat ini adalah
depresi, terutama
pada penderita
yang memiliki
riwayat depresi
sebelumnya. Efek
lainnya adalah
terasa sakit pada
otot-otot, cepat
letih dan sedikit
menimbulkan
demam yang hal
ini dapat
dihilangkan dengan
pemberian
antipiretik.
c. Penanganan dan
Pengobatan
Hepatitis C
Saat ini
pengobatan
Hepatitis C
dilakukan dengan
pemberian obat
seperti Interferon
Alfa, Pegylated
interferon alfa dan
Ribavirin.
Pengobatan pada
penderita Hepatitis
C memerlukan
waktu yang cukup
lama bahkan pada
penderita tertentu
hal ini tidak dapat
menolong, untuk
itu perlu
penanganan pada
stadium awalnya.
(Nuarif&Kusuma,
2015)
7. KOMPLIKASI
Komplikasi
Hepatitis yang
paling sering
terjadi adalah
Sirosis. Dalam
keadaan normal
(sehat), sel hati
yang mengalami
kerusakan akan
digantikan oleh
sel-sel yang baru.
Pada sirosis,
kerusakan sel hati
diganti oleh
jaringan parut.
Semakin parah
kerusakan,
semakin besar
jaringan parut yang
terbentuk dan
semakin berkurang
jumlah sel hati
yang sehat.
Pengurangan ini
akan berdampak
pada penurunan
sejumlah fungsi
hati sehingga
menimbulkan
sejumlah gangguan
pada fungsi tubuh
secara keseluruhan.
(Sari, W, dan
Indrawati, L.2008)
HARI KE 2 :
PENGKAJIAN
SAMPAI DX
KEPERAWATAN
( SESUAI DENGAN
FORMAT
PENGKAJIAN KMB)
A. PENGKAJIAN
a. Identitas
Nama : Tn.A
Umur : 21 tahun
Jenis kelamin : Laki
-laki
Suku : Jawa
Agama : Islam
Pendidikan : S1
Pekerjaan :
Wiraswasta
Penanggungjawab :
Ny. w
No. MR : 002312
Alamat : Pasuruan
Ruang rawat : Zam
zam 2
Diagnosa Medik :
Hepatitis
Yang
mengiarim/merujuk :
Puskesmas
Tinggi/BB :
156cm/45kg
Golongan : B
Sumber informasi :
Keluarga pasien
b. Riwayat
kesehatan
1) Keluhan utama :
Pasien mengatakan
mual muntah
2) Riwayat penyakit
dahulu : Pasien
mengatakan tidak
pernah menderita
penyakit apa –apa.
Operasi :Tidak
pernah melakukan
operasi
Alergi : tidak ada
alergi.Jenis alergi :
tidak ada
3) Riwayat
kesehatan sekarang
Pasien mengatakan
tanggal 9 januari
2020 rencana mau
kontrol ke IGD
RSUD Bangil
Pasuruan jam 07.00
WIB mulai ditangani
oleh petugas di IGD
jam 09.00 WIB
dan diharuskan
untuk rawat inapjam
11.00 WIB
dipindahkan ke
Bangsal Melati
dengan keluhan
utama mual, muntah,
demam, dan kulit,
mata tampak
berwana kuning.
c. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum :
Lemah, Compos
Mentis, GCS 456
Tanda –tanda vital :
• Tensi : 120/80
mmHg
• Suhu: 38,5 ◦C
( lokasi pengukuran :
axila)
• Nadi : 85 x/menit
(lokasi perhitungan :
Radialis)
• Respirasi : 20
x/menit
d) Pemeriksaan
penunjang
1. Pemeriksaan Pengambilan
Laboraturium lab tanggal Terapi 10 –
Tanggal 9 Januari 11 januari 13 januari
2020 2020 2020
e. Pemeriksaan fisik
head to toe
• Kepala : Bentuk
muskoleskeletal,
Rambut hitam
beruban tampak
bersih
• Mata : Konjungtiva
tidak anemis , sclera
ikterik , fungsi
penglihatan baik.
• Hidung : Letak
hidung simetris , tifak
terdapat polip, tidak
terdapat secret
fungsi pembau baik.
• Telinga : Liang
telinga bersih , tidak
ada penumpukan
serumen , fungsi
pendengaran baik.
• Mulut : Mukosa
bibir lembab, lidah
kotor, tidak
menggunakan gigi
palsu.
• Kulit : warna kulit
ikterik
• Leher : Tidak ada
pembesaran
kelenjara thyroid dan
vena jugularis
• Dada
1. Paru –paru :
Inspeksi : Bentuk
dada simetris , tidak
menggunakan otot
bantu nafas
Auskultasi : Bunyi
paru vesikuler
Palpasi : Tidak ada
nyeri tekan
Perkusi : Bunyi
pekak
2. Jantung :
Auskultasi : Bunyi
irama jantung regular
• Abdomen : Inspeksi
: Bentuk perut
normal,tidak ada lesi
bekas operasi
Auskultasi : Bising
usus 20 x per menit
Perkusi : Bunyi
timpani
Palpasi : Terdapat
nyeri tekan pada
sekitar daerah perut
sebelah kanan atas.
• Genetalia : Tidak
terpasang kateter,
genetalia bersih.
• Ekstermitas : Atas :
Terpasang infuse RL
20 tpm , masih
berfungsi baik .
Bawah : tidak ada
varises, masih
berfungsi baik .
f. Pengkajian pola
kesehatan
fungsionala
1. Nutrisi Skirining
nutrisi merupakan
metode untuk
mengidentifikasi
adanya gangguan
pemenuhan
kebutuhan nutrisi.
Dilakukan dengan
mengukur tinggi
badan, berat badan,
perubahan berat
badan, dan
diagnosis primer.
Dan identifikasi
adanya gejala yang
mempengaruhi
perubahan nutrisi,
misalnya : mual,
muntah, dan diare,
peningkatan edema,
asites, berat badan
menurun.
2. Sirkulasi Pada
pengkajian sirkulasi
pasien dengan
Hepatitis,
ditemukan adanya
bradikardi
(hiperbirilubin
berat) dan ikterik
pada sklera kulit
dan membran
mukosa.
3. Pola aktivitas dan
latihan
Meliputi
kemampuan ADL,
seperti makan,
minum, toileting,
mobilisasi ditempat
tidur, kemampuan
berpindah, serta
ambulasi. Pada
pasien Hepatitis
didapatkan adanya
kelemahan,
kelelahan, dan
malaise umum.
4. Nyeri dan
kenyamananPada
pengkajian nyeri
dan kenyamanan
pada pasien dengan
Hepatitis,
didapatkan nyeri
dan kram abdomen,
nyeri pada kuadran
atas, nyeri tekan
pada abdomen
karena adanya
pembesaran hati,
mialgia, atralgia,
sakit kepala, gatal
(pruritus) dan
gelisah.
5. Eliminasi Pada
pengkajian sistem
eliminasi pasien
Hepatitis,
ditemukan adanya
urine berwarna
gelap,dan feses
berwarna tanah liat.
6.
NeurosensoriDidapa
tkan adanya peka
terhadap
rangsangan,
cenderung tidur,
letargi, dan
asteriksis.
Analisa Data
1).
DS :
- Pasien megatakan
mual muntal
- Pasien mengatakan
merasakan demam
Ds :
- Kulit klien tampak
kemerahan
- Klien tampak
kelelahan
Tanda –tanda vital :
• Tensi : 120/80
mmHg
• Suhu: 38,5 ◦C
( lokasi pengukuran :
axila)
• Nadi : 85 x/menit
(lokasi perhitungan :
Radialis)
• Respirasi : 20
x/menit
Masalah : Hipertemi
Etiologi : Aktivitas
berlebihan
2)
DS :
- Pasien mengatakan
mual muntah
- Pasien mengatakan
sulit menelan
DO :
- Pasien tampak lesu
tak berdaya
- Pasien tampak
cemas ,dan ada nya
sensai muntah
Masalah : Mual
Etiologi : Asientas
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
1. Hipertermia
berhubungan
dengan aktivitas
berlebihan (00007)
2. Mual
berhubungan
dengan asientas
(00134)
HARI KE 3 :
MERUMUSKAN
NOC DAN NIC
SESUAI
DENGAN DX
KEPERAWATA
N
DIAGNOSA NOC NIC
HARI KE 4
SAMPAI KE 6
IMPLEMENTAS
I DAN
EVALUASI
HARI KE - 5 - Memasang
Evaluasi : DIAGNOS alat monitor
Hipertermi b.d A suhu inti
Aktivitas KEPERA secara
berlebihan WATAN : koninu,sesua
S : Klien HIPERTE i kebutuhan.
mengatakan RMI b.d
sudah tidak AKTIFIT - Memonitor
merasakan AS tekanan
demam BERLEBI darah,nadi,d
O : Klien tampak HAN an
lebih bergairah respirasi,ses
dan sudah uai
memulai kebutuhan.
sedikit melakukan - Memonitor
pekerjaan yang suhu dan
ringan warna kulit.
A : Maslah sudah - Memonitor
teratasi dan
P : Tidak ada laporkan
rencana adanya
selanjutnya tanda dan
gejala dari
hipotermia.
-
Meningkatk
an intake
cairan dan
nutrisi
adekuat.
-
Instruksikan
pasien
bagaimana
mencegah
keluarnya
panas dan
serangan
panas
-
Mendiskusik
an
pentingnya
termogulasi
dan
kemungkina
n efek
negatif dari
demam yang
berlebihan,s
esuai
kebutuhan
-
Menginform
asikan
mengenai
indikasi
adanya
kelelahan
akibat panas
dan
penanganan
emergensi
yang
tepat,sesuai
kebutuhan.
-
Mengunaka
n matras
pendingin,se
limut yang
mensirkulasi
kan air,
mandi air
hangat,kant
ong es atau
bantalan jel
dan
keteterisasi
pendingin
intravaskule
r untuk
menurunkan
suhu
tubuh,sesuai
kebutuhan.
-
Menesuaika
n suhu
lingkungan
untuk
kebutha
pasien
-
Memberikan
medikasi
yang tepat
untuk
mencegah
atau
mengontrol
menggigil.
HARI KE - 5 DIAGNOS - Mendorong
Evaluasi : Mual A pasien untuk
b.d Ansietas KEPERA memantau
S : Klien WATAN : pengalaman
mengatakan MUAL b.d diri terhadap
sudah tidak ANSIETA mual
merasakan mual S - Mendorong
muntah dan pasien untuk
sudah ada nafsu belajar
untuk makan strategi
O : Klien tampak mengatasi
lebih bersemangat mual sendiri
dan tidak -
merasakan cemas Mengobserva
A : Masalah si tanda –
sudah teratasi tanda
P : Tidak ada nonverbal
rencana dari
selanjutnya ketidaknyam
anan,
terutama
pada bayi,
anak – anak,
dan orang –
orang yang
tidak mampu
untuk
berkomunika
si secara
efektif,
seperti
individu
dengan
penyakit
Alzheimer
-
Mendapatka
n riwayat diet
pasien seperti
(makanan)
yang disukai
dan yang
tidak disukai
serta
preferensi
(makanan)
terkait
budaya
-
Mengidentifi
kasi factor –
factor yang
dapat
menyebabka
n atau
berkontribusi
terhadap
mual
(misalnya,
obat – obatan
dan
prosedur)
- Mengurangi
atau
hilangkan
factor –
factor yang
bersifat
personal yang
memicu atau
meningkatka
n mual
(kecemasan,
takut,
kelelahan dan
kurangnya
pengetahuan)
-
Mengindentif
ikasi strategi
yang telah
berhasil
(dilakukan)
dalam
(upaya)
mengurangi
mual
- Mendorong
pasien untuk
tidak
mentolerir
mual tapi
bersikap
asertif
dengan
penyedia
layanan
kesehatan
dalam
memperoleh
bantuan
farmakologi
dan non
farmakologi
-
Memberikan
cairan bening
dingin yang
bersih dan
makanan
yang tidak
berbau dan
tidak
berwarna,
yang sesuai