Anda di halaman 1dari 79

ASUHAN KEPERAWATAN KELURGA DENGAN TAHAP

PERKEMBANGAN “CHILD-BEARING” DI WILAYAH KERJA

PUSKESMAS KURANJI

TRI AISYA NOFIAH PUTRI

18112203

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN

STIKes MERCUBAKTIJAYA

PADANG 2021
ASUHAN KEPERAWATAN KELURGA DENGAN TAHAP

PERKEMBANGAN “CHILD-BEARING” DI WILAYAH KERJA

PUSKESMAS KURANJI

PROPOSAL

TRI AISYA NOFIAH PUTRI

18112203

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN

STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG

2021
ASUHAN KEPERAWATAN KELURGA DENGAN TAHAP

PERKEMBANGAN “CHILD-BEARING” DI WILAYAH KERJA

PUSKESMAS KURANJI

STUDI KASUS

Diajukan untuk Memenuhi Syarat untuk Menyelesaikan Program Diploma III

Keperawatan

TRI AISYA NOFIAH PUTRI

18112203

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN

STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG

2021
PERSETUJUAN PROPOSAL STUDI KASUS

Proposal Studi Kasus ini telah disetujui

Tanggal 2021

Program Studi D III Keperawatan

STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang

Ketua Prodi DIII Keperawatan Pembimbing

STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG

Ns. Nova Fridalni, S.KEP, M. Biomed Aida mintopa, SKM, M. Kes

NIDN: 1010117203 NIDN:1004077401


PENETAPAN PANITIA PENELAAH STUDI KASUS

Studi Kasus ini telah di uji dan dinilai oleh Panitia Penelaah

Pada Program D III Keperawatan

STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang

Pada tanggal 2021

1. Ns. Defrima Oka Surya, M. Kep.Sp.Kep. Kom (........................)

2. Aida Minropa, SKM, M. Kes (........................)


KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat, taufik serta hidayah-Nya, sehingga dapat menyebabkan

Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan Keluarga..... dengan

tahap perkembangan bayi baru lahir....” Ini dengan tepat waktu sebagai

persyaratan akademik dalam menyelesaikan Program Studi D3 Keperawatan di

STIKes Mercubaktijaya Padang.

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis banyak sekali menemukan

kesulitan dan hambatan, namun berkat bantuan dari pembimbing dan berbagai

pihak, akhirnya penulis dapat menyelesaikan studi kasus ini. Untuk itu dalam

kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada :

1. Ibu Aida Minropa, SKM, M. Kep selaku pembimbing yang telah

membantu penulisan dalam penyusunan studi kasus ini.

2.

Padang,

Penulis
DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM .............................................................................................

PERSETUJUAN PEMBIMBING......................................................................

PENETAPAN PANITIA PENGUJI..................................................................

KATA PENGANTAR.........................................................................................

DAFTAR ISI........................................................................................................

DAFTAR TABEL................................................................................................

DAFTAR GAMBAR...........................................................................................

DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

a. Latar Belakang...........................................................................................

b. Rumusan Masalah.....................................................................................

c. Tujuan .......................................................................................................

1. Tujuan Umum......................................................................................

2. Tujuan Khusus.....................................................................................

d. Manfaat .....................................................................................................

BAB II TUJUAN TEORITIS

A. KONSEP DASAR KELUAEGA..............................................................

1. Pengertian Keluarga............................................................................
2. Atipe Keluarga.....................................................................................

3. Perkembangan Keluarga .....................................................................

4. Struktur Keluarga................................................................................

5. Fungsi Keluarga...................................................................................

6. Tugas Perkembangan Keluarga Child-Bearing...................................

7. Ciri-Ciri Keluarga................................................................................

8. Peran Perawat Keluarga......................................................................

B. MASALAH KELUARGA

1. Masalah Keluarga pada Tahap Perkembangan Child Bearing..........

C. ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

1. Pengkajian..........................................................................................

2. Diagnosa Keperawatan.......................................................................

3. Rencana Keperawatan.........................................................................

4. Implementasi Keperawatan.................................................................

5. Evaluasi Keperawatan.........................................................................

DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Genogram 1


BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Sehat menurut WHO adalah keadaan yang sempurna dari fisik,

mental, sosial, tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan. Menurut

Goldenberg seorang ahli terapi keluarga, menekankan bahwa keluarga

yang berfungsi dengan baik mendorong individu yang ada di dalam

keluarga untuk meraih potensi dirinya. Keluarga yang sehat memberikan

kebebasan yang dibutuhkan anggota keluarga untuk mengeksplorasi dan

menjadikan jati diri, sementara pada saat yang sama memberikan

perlindungan dan keamanan yang mereka butuhkan untuk meraih potensi

dirinya (Utami,2017).

Keluarga mempunyai peranan yang sangat penting dalam upaya

peningkatan kesehatan dan pengurangan risiko penyakit dalam

masyarakat. Status sehat dan sakit para anggota keluarga lainnya. Peran

keluarga sangat penting dalam setiap aspek keperawatan kesehatan

anggota keluarganya. Maka dari itu keluarga berperan dalam menentukan

cara asuhan yang diperlukan oleh keluarga (Trismadana, 2019).


Keluarga mempunyai perkembangan yang didalamnya terdapat tugas

perkembangan . Menurut teori tahap perkembangan keluarga dibagi dalam

delapan tahap perkembangan yaitu tahap l keluarga dengan pasangan baru

(Bergaining Family), tahap ll keluarga dengan anak pertama dibawah 30

bulan (Child Bearing), tahap lll keluarga dengan anak pra sekolah (2-6

tahun), tahap lV keluarga dengan anak usia sekolah (6-13 tahun), tahap V

keluarga dengan anak usia remaja (13–20 tahun), tahap Vl keluarga

melepas anak usia dewasa muda, tagap Vll keluarga dengan orang tua

paruh baya, dan tahap Vlll keluarga dengan usia lanjut dan pensiunan

(Zakaria, 2017).

Tahap keluarga dengan kelahiran anak pertama (child bearing) adalah

tahap perkembangan keluarga yang dimulai ketika kelahiran anak pertama

sampai anak berusia 30 bulan. Tahap keluarga kelahiran anak pertama ini

merupakan masa transisi peran dari pasangan baru menjadi orang tua.

Tugas perkembangan pada keluarga kelahiran anak pertama ini adalah

adaptasi terhadap perubahan anggota keluarga yakni pada perubahan

peran, interaksi, mempertahankan hubungan perkawinan yang

memuaskan, kemampuan merawat bayi dan pemilihan kontrasepsi

(Zakaria, 2017). Kesiapan menjadi orang tua merupakan tolak ukur untuk

pertumbuhan dan perkembangan pada anak nya (Setyowati, dkk, 2017).

Masalah yang terjadi pada tahap perkembangan keluarga

childbearing ini adalah kurang pengertahuan tentang Masalah fisik,

psikologis, dan spiritual keluarga Risiko infeksi, Perubahan nutrisi,

Keletihan/ perubahan aktivitas, Peralihan peran menjadi orang tua,


Pemberian ASI eksklusif, Perawatan bayi baru lahir, Imunisasi, Konseling

keluarga berencana, Perkembangan anak, Sindrom babyblues, Perubahan

seksual, Interaksi sosial dengan keluarga maupun tetangga, Risiko

perubahan aktivitas spiritual, Kesehatan bayi.(Bakri, 2017).

Salah satu tugas terpenting perawat keluarga dalam mengkaji ketika

bekerja dengan childbearing family adalah mengkaji peran menjadi orang

tua (parental) bagaimana kedua krang tua berinteraksi dan mengasuh bayi

yang baru lahir dan bagaimana bayi berespons. Sikap orang tua mengenai

diri mereka debagai orang tua, perilaku nereka berkebaan dengan bayi, dan

karakteristik komunikasi orang tua serta stimulus bayi (Davis, 2014).

Air susu ibu (ASI) sangatlah penting untuk perkembangan, kesehatan,

dan imunisasi bayi.oleh karena itu, pemberian ASI dini merupakan

komponen penting dalam kelangsungan hidup bayi karena dapat mencegah

kematian yang disebabkan oleh sepsis, diare, pneumonia dan IMD juga

dapat membantu pertumbuhan dan perkembangan bayi. Pelaksanaan IMD

juga dapat membantu ibu untuk memproduksi ASI yang cukup untuk

dibutuhkan bayi selama hidupnya. Hasil dari penelitian Ekaristi, dkk

adanya hubungan yang bermakna antara inisiasimenyusu dini dengan

pemberian ASI ekslusif (Zentati, dkk, 2020).

Data UNICE dan WHO mengatakan bahwa tingkat cakupan IMD di

dunia adalah 42%. Proporsi ibu nifas yang melakukan IMD di Indonesia

yaitu sebesar 58%, sedangkan yang tidak melakukan IMD sebesar 41,8%,

di Sumatera barat bayi yang mendapatkan IMD adalah 51%, di kota


padang presentase bayi yang mendapatkan IMD adalah 54%. (Riskesdas,

2018)

Menurut Word Health Organization (WHO) tahun 2016 cakupan ASI

eksklusif di seluruh Dunia hanya sekitar 36%, berdasarkan Kementerian

Kesehatan Republik Indonesia mencakup pemberian ASI pada bayi dari

3.561.617 bayi yang mendapatkan ASI hanya 1.983066 bayi (55,7 %), di

Sumatera Barat pemberian ASI eksklusif sekitar 69%, sedangkan di kota

Padang cakupan ASI eksklusif sekitar 60%. (Riskesdas, 2018).

Masa bayi baru lahir adalah masa yang paling rentan terjadinya

kekurangan gizi sehingga dapat menyababkan terjadinya stunting. Data

balita stunting secara umum memiliki pola yang sama yaitu semakin

bertambah umur maka anngka terjadinya stunting juga semakin tinggi.

Hasil riskesdas menggungkapkan bahwa pemantauan survey status gizi

balita (SSGBI) pada tahun 2017 22,2% atau sekitar 150,8 juta balita

mengalami stunting, sedangkan di Indonesia angka stunting adalah 36,4%,

di sumatera barat angka stanting balita 12,6%, sedangkan dikota padang

sendiri angka stunting adalah 11,2%. (Riskesdas 2018).

Pada tahap keluarga child-bearing masalah kesehatan yang sering

muncul terkaid dengan kontrasepsi salah satunya adalah ketidak tahuan

atau kurang pengetahuan tentang alat kontrasepsi. Alat kontasepsi penting

bagi pasangan usia subur dan pasangan baru mempunyai bayi karena dapat

menetukan jarak untuk merencanakan kehamilan selanjutnya. Menurut

word health organization (WHO) penggunaan kontrasepsi telah meningkat

banyak di dunia, dari 54% menjadi 64% pada tahun 2017 ,di Indonesia
pada tahun 2017 yang menggunakan KB sebanyak 63,2% kurang

pengetahuan tentang KB dan tinggan mengunakan KB sebanyak 65%.

Jumlah peserta KB aktif 21,3% yang menggunakan IUD sebanyak 6,6%

MOP 0,1%, MOW 3,8% yang menggunakan implant sebanyak 4,4%,

suntik sebanyak 31,2%, pil 13,4%, kondom 1,7%, MAL sebanyak 0,0%,

dan trandisional 1,6% sedangkan di sumatera barat yang menggunakan

IUD 2,6%, suntikan, 2,8%, Implan 6,0%, pil 14,1%, kondom 0,8%. .

(Riskesdas,2018).

Badan Kesehatan Dunia, World Health Organization (WHO),

memperkirakan 500.000 Ibu meninggal setiap tahunnya sebagai akibat

langsung dari gangguan dan penyakit kehamilan. Angka ini muncul

mayoritas dari negaranegara berkembang. (Hapsari, 2010)

Angka kematian ibu (AKI) mencapai sekitar 600 per 100.000

kelahiran hidup. Berdasarkan survei SDKI tahun 2012, AKI di Indonesia

mencapai 359 kematian per 100.000 kelahiran hidup. Jumlah ini

meningkat dibanding data SDKI tahun 2007 yang besarnya 228 kematian,

dan masih merupakan yang tertinggi di Asia.

Berdasarkan data Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2019, angka

kelahiran pada tahun 2019 sebesar 4,7 juta jiwa

Kelurahan korong gadang adalah salah satu kelurahan di Kota

Padang , salah satunya di Puskesmas Kuranji , Pada tahun 2021 Jumlah

keluarga dalam Kelurahan Itu adalah 4.419 keluarga. Dan jumlah bayi

baru lahir 354 bayi sedangkan jumlah keluarga dengan kelahiran anak

pertama berusia 0-30 bulan berjumlah 7 keluarga. Sewaktu dilakukan


survey awal dilakukan pada tanggal 13 Maret 2021 diwawancarai 3

keluarga. 2 dari 3 keluarga mengatakan masalah yang seting terjadi di

keluarga adalah kurang kemampuan dalam meberikan perawatan pada

bayi, pengenalan dan penanganan masalah fisik pada bayi, dan 1 keluarga

menatakan masalah yang sering terjadi adalah peningkatan perselisihan

dan argumen antara suami dan istri.

Peran perawat keluarga pada perkembangan Child-Bearing pemberi

asuhan monitor perawatan postnatal dan perujukan untuk masalah-masalah

kelahiran dan penyedia imunisasi, pendidik: konselor pada nutrisi,

aktivitas postnatal, kb, menyusui, peran menjadi orang tua, tumbuh

kembang anak, pengelola: koordinator dengan layanan pediatrik,

perujukan ke layanan-layanan tenaga sosial, peneliti: empowering

keluarga child bearing.(Bakri, 2017).

Berdasarkan uraian diatas penulis jadi tertarik untuk melakukan

“Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Tahap Perkembangan Anak

Pertama/childbearing”.

B. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, dapat dirumuskan

permasalahan yaitu”Bagaimana Penerapan Asuhan Keperawatan pada

Keluarga dengan Tahap Perkembangan Keluarga Bayi Baru Lahir”.?

C. Tujuan

1. Tujuan umum
Agar mahasiswa dapat menberikan Asuhan Keperawatan

Keluarga secara efektif tentang bagaimana Perkembangan

Keluarga pada Tahap perkembangan keluarga Child-Bearing.

2. Tujuan khusus

Setelah dilakukan Asuhan Keperawatan Keluarga Penulis mampu:

a. Melakukan pengkajian Keperawatan Keluarga pada

keluarga dengan Tahap Perkembangan Bayi Baru Lahir di

Puskesmas Kuranji.

b. Merumuskan Diagnosa Keperawatan Keluarga pada

Keluarga pada tahap perlembangan Keluarga Bayi Baru

Lahir di Puskesmas Kuranji.

c. Menyusun Intervensi Keperawatan pada Keluaga dengan

Tahap perkembangan Keluarga Bayi Baru Lahir di

Puskesmas Kuranji.

d. Mampu melakukan Implementasi yang telah disusun

kepada kelurga di Puskesmas Kuranji.

e. Mampu Mengevaluasi Tindakan Keperawatan yang telah

diberikan pada keluarga di Puskesmas Kuranji.

f. Mampu Mendokukentasikan Asuhan Keperawatan

Keluarga pada Keluarga dengan tahap perkembangan Bayi

Baru Lahir di Puskesmas Kuranji.

3. Manfaat Studi Kasus

a. Bagi Peneliti
Menambah pengetahuan, pengalaman dan meningkatkan

kemampuan peneliti tentang tahap perkembangan keluarga

Bayi Baru Lahir.

b. Bagi Institusi Pendidikan

kepada Institusi Pendidikan agar dapat digunakan sebagai

referensi dan memberikan informasi tentang Keluarga pada

tahap Perkembangan Bayi Baru Lahir.

c. Bagi Keluarga Klien

kepada Keluarga mengetahui bagaimana cara merawat

anggota keluaga pada tahap perkembangan bayi baru lahir

dan mengetahui cara pencegahan dalam konteks dari segi

fisik, mental dan sosial budaya serta ekonomi dan

lingkungan.
BAB ll

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Kekuarga

1. Defenisi Keluarga

Keluarga adalah unit terkecil dari suatu masyarakat yang terdiri dari

kepala keluargadan beberapa otrang yang berkumpul dan tingga disuatu

tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Bakri,

2014).

Keluarga adalah salah satu aspek paling penting dalam dunia

kesehatan keperawatan. Proses Keeprawatan adalah kegiatqn yang

dilakukan untuk memberikan asuahan keperawatan pada individu,

keluarga, atau masyarakat baik dalam keadaan sakit maupumn dalam

kedaan sehat ( Undang Undang Keperawatan 2014). Menurut departemen

RI keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat tempat pertama dalam

belajar memahami kehidupan sosial (Zakaria 2017).

Menurut salah satu ahli yaitu Friedman mendefenisikan keluarga

sebagai suaru sistem sosial. Keluarga merupakan sebuah kelompok kecil

yang terdiri dari individu-individu yang memilimi hubungan erat satu

sama lain, saling tergantungan yang diorganisir dalam satu unit tunggal

dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Sedangkan menurut Reisner

keluarga adalah sebuah kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih
yang masing-masing memounyai hubungan kekerabatan yang terdiri dari

bapak, ibu, adik, kakak, kakek, dan nenek (Padila, 2012).

Duval berpendapat bahwa keluarga merupakan sekumpulam orang

yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi, dan kelahiran yang

bertujuan untuk meningkatkan dan mempertahankan budaya umum,

meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial daris

setiap anggota. Jadi dapat disimpulkan keluarga merupakan sebuah

kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih yang tinggal bersama

dalam satu rumah dan memiliki hubungan perkawinan atau adopsi

(Bakri,2017).

2. Tipe Keluarga

Secara umum tipe keluarga dibagi menjadi dua, yaitu:

a. Tipe Keluarga Tradisional

Tipe keluarga ini menunjukkan sifat-sifat homogen, yaitu keluarga

yang memiliki struktur tatap dan utuh. Tipe keluarga ini merupakan

yang paling umum kita temui dimana saja, terutama di negara-negara

Timur yang menjujung tinggi norma-norma. Ada beberapa ciri atau

tipe keluarga tradisional yaitu sebagai berikut:

1. Keluarga inti (nuclear family)

Keluarga ini merupakan keluarga kecil dalam satu rumah yang

terdiri dari anggota inti yaitu ayah, ibu dan anaknya yang hidup

bersama dan saling menjaga.

2. Keluarga besar (Exstended Family)


Keluarga besar ini merupakan gabungan dari beberapa

keluarga inti yang bersumbu dari satu keluarga inti. Satu keluarga

memiliki beberapa anak, lalu anak-anaknya menikah dan memiliki

anak, dan kemudian menikah dan memiliki anak lagi. Seperti

pohon bercabang, keluarga besar memiliki kehidupannya masing-

masing mengikuti rantingnya. Anggota keluarga besar misalnya

kakek, nenek, paman, tante, keponakan, saudara sepupu, cucu,

cicit, dan lain sebagainya.

3. Keluarga Dyad (Pasangan Inti)

Tipe keluarga ini biasanya terjadi pada sepasang suami istri

yang baru menikah. Mereka telah membina rumah tangga tetapi

belum dikaruniai anak atau keduanya bersepakat untuk tidak

memiliki anak lebih dulu. Akan tetapi jika dikemudian hari

memiliki anak, maka status tipe keluarga ini menjadi inti.

4. Keluarga Single Parent

Single Parent adalah kondisi seseorang tidak memiliki

pasangan lagi. Hal ini biasanya disebabkan karena perceraian atau

meninggal dunia. Akan tetapi, Single Parent mensyaratkan adanya

ana, baik kandung maupun anak angkat.

5. Keluarga Single Adult (Bujang Dewasa)

Tipe keluarga ini disebut sebagai paangan yang sedang long

Distance Relationship (LDR), yaitu pasangan yang mengambil

jarak atau berpisah sementara waktu untuk kebutuhan tertentu,

misalnya kuliah atau bekerja. Seseorang yang berada jauh dari


keluarga ini kemudian tinggal di rumah kontraka atau kos. Orang

dewasa inilah yang kemudian disebut Single Adult. Meski ia telah

memiliki pasangan disuatu tempat, namun ia terhitung Single di

tempat lain (Bakri,2017).

b. Tipe Keluarga Modern (Non Tradisional)

Keluaga modrn merupakan bagian dari perkembangan sosial di

masyarakat. Banyak faktor yang melatar belakangi kenapa muncul

keluarga modern. Salah satu faktor tersebut adalah munculnya

kebutuhan berbagibdan berkeluarga yang tidak hanya sebatas keluarga

inti. Betikut adalah beberapa tipe keluarga modern :

1. The Ummariedteenege mother

Yaitu seorang ibu yang tinggal bersama anaknya tanpa adanya

pernikahan dengan bapak sang anak. Ini disebabkan oleh hubungan

seks bebas dan pergaulan yang menyimpang.

2. Reconstituded nuclear

Yaitu sebuah keluarga yang tadinya berpisah, kemudian

kembali membentuk keluarga inti melalui perkawinan kembali.

Mereka tinggal serta hidup bersama anak-anaknya, baik anak dari

pernikahan sebelumnya, maupun hasil dari perkawinan baru.

3. The Stepparent Family

Yaitu sebuah keluarga dengan anak diadobsi oleh sepasang

suami istri, baik yang sudah memiliki anak maupun belum.

Kehidupan anak dengan orang tua tirinya inilah yang dimaksud

dengan The Stepparent Family.


4. Commune Family

Yaitu tipe keluarga yang biasanya hidup di dalam

penampungan atau memang memiliki kesepakatan bersama untuk

hidup satu atap. Hal ini bisa berlangsung dalam waktu yang

singkat, sampai dengan waktu yang lama. Mereka tidak memiliki

hubungan darah namun memutuskan hidup bersama dalam satu

rumah, satu fasilitas, dan pengalaman yang sama.

5. The Non Materital Heterosexual congibitang Family

Yaitu sebuah keluarga yang tanpa ada ikatan pernikahan,

seseorang memutuskan untuk hidup bersama dengan pasangannya.

Namun dalam waktu yang relatif singkat, seseorang itu kemudian

berganti pasangan lagi dan tetap tanpa hubungan pernikahan.

6. Gay and Lesbian Family

Yaitu sebuah keluarga yang seseorang dengan jenis kelamin

yang sama menyatukan hidup betsama sebagaimana pasangan

suami istri (Matetial Partners).

7. Cohibitung Couple

Yaitu sebuah keluarga yang terjadi misalnya dalam

perantauan, karena merasa satu negra atau satu daerah. Kemudian

dia atau lebih orang bersepakatan untuk tinggal bersama tanpa

ikatan pernikahan. Kehidupan mereka sudah seperti kehidupan

berkeluarga. Alasan untuk hidup bersama ini bisa beragam.

8. Group Marriage Family


Yaitu sebuah keluarga yang terdiri dari beberapa orang dewasa

yang menggunakan alat-alat rumah tangga bersama dan mereka

merasa sudah menikah, sehingga berbagi sesuatu termasuk seksual

dan membesarkan anaknya bersama.

9. Group Network Family

Yaitu sebuah keluarga inti yang dibatasi oleh aturan atau nilai-

nilai, hidup bersama atau berdekatan satu sama lainnya. Dan saling

menggunakan barang-barang rumah tangga bersama, pelayanan

dan tanggung jawab membesarkan anaknya.

10. Foster Family

Yaitu sebuah keluarga yang seorang anak kehilangan orang

tuanya, lalu ada sebuah keluarga yang bersedia menampungnya

dalam kurun waktu tertentu. Hal ini dilakukan hingga anak tersebut

bisa bertemu dengan orang tua kandungnya.

11. Institusional

Yaitu sebuah keluarga yang anak atau orang dewasa yang

tinggal dalam panti. Entah dengan alasan dititipkan oleh keluarga

atau memang ditemukan kemudian ditampung oleh panti atau dinas

sosial.

12. Homeless Family

Yaitu sebuah keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai

perlindungan yang permanen kerena krisi personal yang

dihubungkan dengan keadaan ekonomi dan atau problem

keaehatan mental (Bakri, 2017).


3. Tahap Perkembangan Keluarga

a. Tahap Perkembangan Keluarga Baru

Keluarga baru dimulai ketika dua individu membentuk keluarga

melalui perkawinan. Pada tahap ini pasangan baru memiliki tugas

perkembangan untuk membina hubungan intim yang memuaskan di

dalam keluarga, membuat berbagai kesepakatan untuk mencapai tujuan

bersama, termasuk dalam hal merencanakan anak, persiapan menjadi

orang tua, dan mencari pengetahuan prenatal care.

b. Tahap Perkembangan Keluarga Anak Pertama/Child-bearing (<30

bulan)

Tahap keluarga ini merupakan masa transisi pasangan suami istri

yang dimulai sejak anak pertama lahir sampai berusia kurang dari 30

bulan. Pada masa ini sering timbul konflik yang dipicu kecemburuan

pasangan akan perhatian yang lebih ditunjukan kepada anggota

keluarga baru. Adapun tugas perkembangan pada tahap ini yaitu

kesadaran akan perlunya beradaptasi dengan perubahan anggota

keluarga, mempertahankan keharmonisan pasangan suami istri,

berbagi peran dan tanggung jawab, juga mempersiapkan biaya untuk

anak.

Masalah yang terjadi pada tahap perkembangan keluarga

childbearing ini adalah , suami merasa diabaikan oleh sang istri.

Kelahiran bayi pertama memberi perubahan yang sangat besar dalam

keluarga sehingga pasangan harus beradaptasi dengan perannya untuk

memenuhi kebutuhan bayi. Pada tahap ini, ditandai oleh kelahiran


bayi, pasangan merasa diabaikan karena fokus perhatian kedua

pasangan tertuju pada bayi. Masalah kedua adalah sering terjadi

peningkatan perselisihan dan argumen antara suami dan istri serta

terjadinya interupsi dalam jadwal yang kontiniu (begitu lelah

sepanjang waktu).

Peran pertama perawat keluarga adalah mengkaji peran orang tua

bagaimana orang tua berinteraksi dan merawat bayi serta bagaimana

bayi merespon. Perawat perlu memfasilitasi hubungan orang tua dan

bayi yang positif dan hangat sehingga jalinan kasih sayang antara bayi

dan orang tua dapat tercapai (Nadirawati, 2018).

Salah satu tugas terpenting perawat keluarga dalam mengkaji

ketika bekerja dengan childbearing family adalah mengkaji peran

menjadi orang tua (parental) bagaimana kedua krang tua berinteraksi

dan mengasuh bayi yang baru lahir dan bagaimana bayi berespons.

Klausl dan rekan membujtikan membuktikan dampak kritis pada

pelekatan awal dan hubungan yang hangat, permulaan hubungan orang

tua-anak yang positif dalam hubungan dengan anak dimasa depan.

Sikap orang tua mengenai diri mereka debagai orang tua, perilaku

nereka berkebaan dengan bayi, dan karakteristik komunikasi orang tua

serta stimulus bayi (Davis, 2014).

c. Tahap perkembangan Keluarga dengan Anak Prasekolah (2-5 tahun)

Tugas perkembangan pada tahap ini adalah memenuhi kebutuhan

anggota keluarga, membantu anak bersosialisasi dengan lingkungan,


cermat membagi tanggung jawab, mempertahankan hubungan keuarga,

serta mampu membagi waktu untuk diri sendiri, pasangan, dan anak.

d. Tahap Petkembangan Keluarga dengan Anak Usia Sekolah (6_13

tahun)

Tahapan ini berlangsung sejak anak pertama menginjak sekolah

dasar sampai memasuki awal masa remaja. Tugas perkembangan pada

tahap ini adalah anak harus sudah diperhatikan minat dan bakatnya

sehingga orang tua bisa mengarahkan dengan tepat, membakali anak

dengan baik, dan memperhatikan anak akan risiko pengaruh teman

serta sekolahnya.

e. Tahap Perkebangan Keluarga dengan Anak Remaja (13-20 tahun)

Pada perkembangan tahap remaja ini orang tua perlu memberikan

kebebasan yang seimbang dan bertanggung jawab. Hal ini mengingat

bahwa remaja adalah seorang yang dewasa muda dan mulai memiliki

otonomi. Ia ingin mengatur kehidupannya sendiri tetapi masih

membutuhkan bimbingan. Oleh sebab itu, komunikasi antara orang tua

dan anak harus tetap dijaga. Selain itu, beberapa peraturan sudah mulai

diterapkan untuk memberikan batasan tertentu masih dalam wajar.

Misalnya dengan membatasi jam malam dan lain sebagainya.

f. Tahap Perkembangan Keluarga dengan Anak Dewasa (anak 1

meninggalkan rumah)

Tahapan ini dimulai sejak anak pertama meninggalkan rumah.

Dalam hal ini, orang tua harus merelakan anaknya untuk pergi jauh

dari rumah demi tujuan tertentu. Adapun tugas perkembangan pada


tahap ini, antara laim membantu dan mempersiapkan anak untuk hidup

mandiri, menjaga keharmonisan dengan pasangan, memperluas

menjadi keluarga besar.

g. Tahap Perkembangan Keluarga Usia Pertengahan

Tahap ini ditandai dengan perginya anak terakhir dari rumah dan

salah satu pasangan bersiap meninggal. Tugas perkembangan pada

tahap ini adaalah menjaga kesehatan, meningkatkan keharmonisan

dengan pasangan, anak, dan teman teman sebaya, serta mempersiapkan

masa tua.

h. Tahap Perkembangan Lanjut Usia

Masa ini adalah masa-masa akhir kehidupan manusia. Maka tugas

perkembangan dalama masa ini yaitu beradaptasi dengan perubahan

kehilangan pasangan , jawab, ataupun saudara (Padila,2012).

4. Struktur Keluarga

Salah satu pendekatan dalam keluarga adalah pendekatan struktural

fungsional. Struktur keluarga menyatakan bagaimana keluarga disusun

atau bagaimana unit-unit ditata dan saling terkait satu sama lain. Beberapa

ahli meletakkan struktur pada bentuk/tipe keluarga, namun ada juga yang

memandang struktur keluarga menggambarkan subsistem-subsistemnya

sebagai dimensi structural.(Nadirawati, 2018).

Macam-macam struktur struktur keluarga terdiri atas :

1. Patrineal
Patrineal adalah keluarga sedarah yang terdiri atas sanak

saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu

disusun disusun melalui jalur ayah.

2. Matrilineal

Matrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri atas sanak

saudara sedarah dalam beberapa generasi dimana hubungan itu

disusun melalui jalur garis ibu.

3. Matrikolar

Parrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama

keluarga sedarah istri.

4. Patrilokal

Patrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama

keluarga suami.

5. Keluarga kawinan

Adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan

keluarga dan beebrapa anak. Saudara yang menjadi bagian

keluarga karena hubungan dengan suami istri. (Harmoko,2012).

Struktur keluarga menurut Friedman :

1. Pola dan Proses Komunikasi

Komunikasi keluarga merupakan suatu proses simbolik,

transaksional untuk menciptakan dan mengungkapkan

pengertian dalam keluarga.

Kominikasi di dalam keluarga yang berfungsi adalah:

a. Karakteristik pengirim yang berfungsi


Karakteristik pengirim berfungsi Ketika

menenyampaikan pendapat. Pendapat yang disampaikan

jelas dan berkualitas, meminta feedback dan mau

menerima feedback.

b. Pengirim yang tidak berfungsi adalah :

1).Lebih menonjolkan asumsi (perkiraan tanpa

menggunakan dasar/data yang objektif).

2).Ekspresi yang tidak jelas , contohnya: marah yang tidak

diikuiti ekspresi wajah.

3).Jungmental expressions, yaitu ucapan yang

memutuskan/menyatakan sesuatu yang tidak didasari

pertimbangan yang matang.

4). Tidak mampu mengemukakan kebutuhan

5). Komunikasi yang tidak sesuai

c. Karakteristik penerimaan yang berfungsi :

1). Mendengar

2).Feedback (klasifikasi, menghubungkan danpengalaman)

3). Memvalidasi

d. Penerima yang tidak berfungsi adalah :

1). Tidak bisa mendengar dengan jelas /gagal mendengar.

2). Diskualifikasi

3). Offensive (menyerang bersifat negative)

4). Kurang mengeksplorasi (miskomunikasi)

5). Kurang memvalidasi


e. Komunikasi Fungsional

Komunikasi fungsional dipandang sebagai kunci

keberhasilan keluarga.

f. Pola Komunikasi di dalam keluarga yang tidak berfungsi

adalah :

1). Fokus pembicaraan hanya kepada seseorang tertentu

2). Semua menyetujui (total agreement) tanpa adanya

diskusi

3). Kurang empati

4). Selalu mengulang isu dan pendapat sendiri

5). Tidak mampu memfokuskan pada satu isu

6). Komunikasi tertutup

7). Bersifat negative

8). Mengembangkan gossip

2. Struktur Kekuatan

Struktur keluarga dapat diperluas dan dipersempit

bergantung pada kemampuan keluarga tersebut untuk merespon

stressor yang ada dalam keluarga.

Sifat struktur di dalam keluarga adalah sebagai berikut:

1). Struktur Egalisasi: masing-masing keluarga mempunyai hak

yang sama dalam menyampaikan pendapat (demokrasi)

2). Struktur yang hangat, menerima, dan toleransi

3). Struktur yang terbuka dan anggota yang terbuka,

mendorong kejujuran dan kebenaran (honesty dan authenticity)


4). Struktur yang kaku , suka melawan dan bergantung pada

peraturan

5).Struktur yang bebas, tidak adanya peraturan yang

memaksakan (permissiveness)

6). Struktur yang kasar , abuse (menyiksa, kejam, dan kasar)

7). Suasana emosi yang dingin (isolasi, sukar, berteman)

8). Disorganisasi keluarga (disfungsi indiviu, stress emosional)

Struktur kekuatan keluarga merupakan kemampuan

(potensial/aktual) dari individu untuk mengontrol atau

mempengaruhi atau mengubah perilaku orang lain (anggota

keluarganya). Beberapa macam struktur kekuatan keluarga:

1). Legitimate power/authority (hak untuk mengontrol) seperti

orang tua terhadap anak.

2). Referens power (seseorang yang ditiru)

3). Resource or expert power (pendapat, ahli, dan lain lain)

4). Reward power (pengaruh kekuatan karena adanya harapan

yang akan diterima)

5).Coercive power (pengaruh yang dipaksakan sesuai

keinginan)

6). Informational power (pengaruh yang dilalui melalui

persuasi

7).Affective power (pengaruh yang diberikan melalui

manipulasi dengan cinta kasih, misalnya hubungan sexual.


3. Struktur Peran

Peran menunjukkan pada beberapa set perilaku yang

bersifat homogen dalam situasi social tertentu.

Peran-peran formal dalam keluarga :

1). Peran parental dan perkawinan

2). Peran-peran dalam keluarga

3). Peran seksual perkawinan

4). Peran ikatan keluarga atau kinkeeping

5). Peran kakek/nenek

Setiap aggota keluarga mempunyai peran masing-masing yang

antara lain adalah:

1). Ayah

Ayah sebagai pemimpin keluarga mempunyai peran

sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung, pemberi rasa

aman bagi anggota keluarga, dan sebagai anggota masyarakat

atau kelompok social tertentu.

2). Ibu

Ibu sebagai pengurus rumah tangga, pengasuh dan

pendidik anak-anak, pelindung keluarga, dan sebagai pencari

nafkah tambahan keluarga, serta sebagai anggota masyarakat

atau kelompok tertentu.

3). Anak

Anak berperan sebagai pelaku psikososial sesuai dengan

perkembangan fisik, mental, social dan spiritual.


Peran-peran informal keluarga :

Peran-peran informal (peran tertutup) biasanya bersifat

implisit, tidak tampak ke permukaan dan dimainkan hanya

untuk memenuhi kebutuhan emosional atau untuk menjaga

keseimbangan keluarga.

4. Struktur Nilai/Norma

Nilai adalah system ide-ide, sikap, dan keyakinan yang

keyakinan yang mengikat anggota keluarga dalam budaya

tertentu, sedangkan norma adalah pola perilaku yang diterima

pada lingkungan social tertentu. Sistem nilai keluarga dianggap

sangat mempengaruhi nilai-nilai masyarakat. Sebuah nilai

keluarga akan membentuk pola tingkah laku dalam

menghadapi masalah yang dialami keluarga. Keyakiann dan

nilai ini akan menentukan bagaimana keluarga mengatasi

masalah Kesehatan dan stresor-steresor. (Nadirawati, 2018).

5. Fungsi Keluarga

Fungsi Keluarga adalah sebagai berikut :

1). Fungsi Biologis, yaitu fungsi, yaitu fungsi untuk meneruskan

keturunan, memelihara dan membesarkan anak, serta memenuhi

kebutuhan gizi keluarga.

2). Fungsi psikologis, yaitu memberikan kasih sayang dan rasa aman bagi

keluarga, memberikan perhatian diantara keluarga, memberikan perhatian

di antara keluarga, memberikan kedewasaan kepribadiaan anggota


keluarga, serat memberikan kedewasaan kepribadian anggota keluarga,

serta memberikan identitas pada keluarga.

3). Fungsi sosialisasi pada anak, membentuk norma-norma tingkah laku

sesuai dengan tingkat perkembangan masing-masing dan meneruskan

nilai-nilai budaya.

4). Fungsi Ekonomi, yaitu mencari sumber-sumber penghasilan untuk

memenuhi kebutuhan keluarga saat ini dan menabung untuk memenuhi

keluarga dimasa yang akan dtang. (Harmoko, 2012).

6. Tugas Perkembangan Keluarga pada perkembangan anak pertama

(Child-Bearing)

1).Membentuk keluarga muda sebagai suatu unit yang stabil

(menggabungkan bayi yang bau ke dalam keluarga).

2).Memperbaiki hubungan setelah terjadinya konflik mengenai tugas

perkembangan dan kebutuhan berbagi anggota keluarga.

3).Mempertahankan hubungan pernikahan yang memuaskan

4).Memperluas hubungan dengan keluarga denngan menambah peran

menjadi orang tua dan menjadi kakek/nenek

5). Berbagi peran dan tanggung jawab juga mempersiapkan biaya untuk

anak. (Friedman ,2014).

7. Ciri-Ciri Keluarga

Ciri-Ciri keluarga di Indonesia yaitu :

1). Terorganisasi yaitu saling berhubungan, saling ketergantungan anatara

anggota keluarga, mempunyai ikatan yang sangat erat dengan dilandasi

semangat gotong royong


2). Ada keterbatasan, diamana setiap anggota memiliki keterbatasan tetapi

mereka juga mempunyai keterbatasan dalam menjalankan fungsi dan

tugasnya masing-masing.

3). Ada perbedaan dan khususan yaitu setiap anggota keluarga mempunyai

peranan dan fungsinya masing-masing

4). Dijiwai oleh nilai kebudayaan ketimuran

4). Umumnya dipimpin oleh suami meskipun proses pemutusan dilakukan

secara musyawarah

4). Berbentuk monogram

5). Bertanggung jawab

6). Mempunyai semangat gotong royong (Padila,2012).

8. Peran Perawat Kluarga

Perawat keluarga dianggap penting karena perawat keluarga memiliki

peran yang cukup penting. Selain fungsinya di depan, perawat keluarga

memiliki peran sebagai berikut:

a. Pendidik

Peran utama perawat keluarga adalah menyalurkan informasi

berkenaan dengan kasus tertentu dan Kesehatan keluarga pada

umumnya, jika diperlukan. Untuk itu, perawat juga melakukan

aktivitas pembelajaran dalam keluarga. Hal ini dilakukan agar :

1. Keluarga dapat melakukan program asuhan Kesehatan

keluarga secara mandiri

2. Bertanggung jawab terhadap masalah Kesehatan keluarga


b. Koordinator

Karena umumnya anggota keluarga bukanlah tenaga

Kesehatan, perawat Kesehatan keluarga dapat bertindak

menjadi coordinator dalam melakukan perawatan terhadap

pasien. Koordinasi diperlukan untuk mengatur program

kegiatan atau tarapi agar terjadi tumpeng tindih dan

pengulangan, serta memudahkan jalannya perawat.

c. Pelaksana

Perawat secara langsung wajib diberikan oleh perawat

kapada pasiennya, baik Ketika berada di rumah, klinik maupun

rumah sakit. Hal ini sudah menjadi tanggung jawab perawat.

Perawat dapat mendemontrasikan kepada keluarga asuahn

keperawatan yang diberikan dengan harapan anggota keluarga

yang sehat dapat melakukan asuhan langsung kepada anggota

keluarga yang sakit

d. Pengawas Kesehatan

Perawat Kesehatan wajib melakukan home visite atau

kunjungan ke rumah secara teratur sebagai cara untuk

mengontrol pasien. Jika ada kekurangan atau hal-hal yang

dirasa perlu, maka perawat wajib menginformasikan. Selain itu,

perawat juga wajib untuk melakukan pengidentifikasian atau

melakukan pengkajian tentang Kesehatan keluarga. Sementara

bagi pihak keluarga, berhak untuk menerima segala informasi

terkait anggota keluarga yang sakit.


e. Konsultan

Jika ada pertanyaan dari keluarga pasien, maka perawat

harus bersedia menjadi narasumber atas segala pertanyaan

tersebut. Begitu pula jika keluarga meminta saran dan nasihat.

Oleh sebab itu, hubungan antara perawat dan keluarga pasien

perlu dijalin dengan baik. Perawat harus mampu bersikap

terbuka dan dapat dipercaya. Jika diperlukan, berikan nomor

pribadi yang bisa diakses oleh keluarga pasien.

f. Kolaborasi

Selain berkoordinasi dan berkolaborasi dengan keluarga

pasien, perawat harus pula memiliki kominitas atau berjejaring

dengan perawat lain atau pelayanan rumah sakit. Hal ini

dibutuhkan untuk mengantisipasi berbagai kejadian yang tidak

diharapkan. Jika membutuh untuk mengatisipasi berbagai

kejadian yang tidak diharapkan. Jiak membutuhkan suatu hal

yang mendadak, bisa segera meminta pertolongan pada pusat

layanan terdekat.

g. Fasilitator

Perawat wajib mengetahui system layanan Kesehatan

seperti system rujukan, biaya Kesehatan, dan fasilitas

Kesehatan lainnya. Pengetahuan ini sangat dibutuhkan agar

perawat dapat menjadi fasilitator yang baik. Selain itu, akan

sangat bermanfaat jika keluarga mengalami berbagai kendala.

Misalnya pasien membutuhkan rujukan, atau pendanaan di


keluarga sangat terbatas. Maka perawat dapat memberikan

solusi yang tepat.

h. Peneliti

Perawat dapat berperan sebagai pengidentifikasian atas

kasus yang ada pada keluarga. Karena setiap keluarga memiliki

karakter berbeda, maka terkadang penanganan dan dampak

panyakit tersebut berbeda. Oleh sebab itu, perawat bertindak

pula sebagai peneliti yang kemudian bisa menjadi temuan-

temuan baru untuk Kesehatan masyarakat. Hal ini perlu

dilakukan secara dini agar penyakit yang menjangkiti pasien

tidak menjadi wabah.

i. Modifikasi Lingkungan

Selain mengedukasi keluarga dengan informasi Kesehatan,

perawat harus pula dapat memodifikasi lingkungan. Perawat

bisa menyampaikan kepada keluarga dan masyarakat sekitar

jika ada beberapa bagian di lingkungan tersebut yang menjadi

penyebab datangnya penyakit. Modifikasi lingkungan, baik

lingkungan rumah maupun lingkungan masyarakat, berguna

untuk menciptakan lingkungan yang sehat. (Bakri, 2014).

B. Masalah Keluarga pada tahap perkembangan Child-Bearing

Walaupun menjadi orang tua menunjukkan tujuan yang sangat penting

bagisebagian besar pasangan, sebagian besar menentukan bahwa masa


menjadi orang tua adalah masa transisi kehidupan yang penuh stres.

Sebuah periode ketidakseimbangan tidak dapat dihindari pada saat

keluarga berpindah dari tahap ke tahap lainnya. Sering kali,

tidakseimbangan ini memerlukan begitu banyak perubahan yang dapat

menyebabkan krisis keluarga. Menyebabkan perasaan tidak memadai

menjadi orang tua dan menyebabkan gangguan dalam hubungan

pernikahan. (Friedmand,2014)

Berdasarkan tinjauanpenelitian mereka tentang orang tua baru,

merangkum stressor spesifik dalam peran menjadi orang tua yang

diidentifikasi di dalam literatur, stressor yang paling sering disebutkan

tampaknya adalah kehilangan kebebasan personal akibat tanggung jawab

menjadi orang tua, selain itu kurangnya waktu hubungan persahabatan

dalam pernikahan juga sering teridentifikasi. (Friedman, 2014).

Penyesuaian terhadap pernikahan biasanya tidak sesulit seperti

penyesuaian terhadap keadaan menjadi orang tua. Dua faktor terpenting

ikut menyebabkan kesulitan dalam mendapatkan peran menjadi orang tua.

Sebagian besar masyarakat saat ini tidak disiapkan untuk menjadi orang

tua. Menjadi orang tua adalah salah-satunya peran utama yang hanya

sedikit dipersiapkan, dan kesulitan dalam transisi peran berpengaruh buruk

pada kualitas hubungan pernikahan dan hubungan orang tua-anak.

(Friedman,2014)

Perubahan sosial yang dramatic dalam masyarakat pada orang tua

baru. Besarnya proporsi wanita yang bekerja di luar rumah memiliki

kasssrir, meningkatnya angka perceraian dan ketidakstabilan pernikahan,


sering menggunakan alat kontrasepsi dan melakukan aborsi, serta

peningkatan biaya dalam memiliki dan mengasuh anak adalah faktor yang

mempengaruhi jalur dalam melewati tahap siklus kehidupan pengasuhan

anak (Chil-bearing) perama kali. (.Friedman, 2014).

Air susu ibu (ASI) sangatlah penting untuk perkembangan, kesehatan,

dan imunisasi bayi.oleh karena itu, pemberian ASI dini merupakan

komponen penting dalam kelangsungan hidup bayi karena dapat mencegah

kematian yang disebabkan oleh sepsis, diare, pneumonia dan IMD juga

dapat membantu pertumbuhan dan perkembangan bayi. Pelaksanaan IMD

juga dapat membantu ibu untuk memproduksi ASI yang cukup untuk

dibutuhkan bayi selama hidupnya. Hasil dari penelitian Ekaristi, dkk

adanya hubungan yang bermakna antara inisiasimenyusu dini dengan

pemberian ASI ekslusif (Zentati, dkk, 2020).

Data UNICE dan WHO mengatakan bahwa tingkat cakupan IMD di

dunia adalah 42%. Proporsi ibu nifas yang melakukan IMD di Indonesia

yaitu sebesar 58%, sedangkan yang tidak melakukan IMD sebesar 41,8%,

di Sumatera barat bayi yang mendapatkan IMD adalah 51%, di kota

padang presentase bayi yang mendapatkan IMD adalah 54%. (Riskesdas,

2018)

Menurut Word Health Organization (WHO) tahun 2016 cakupan ASI

eksklusif di seluruh Dunia hanya sekitar 36%, berdasarkan Kementerian

Kesehatan Republik Indonesia mencakup pemberian ASI pada bayi dari

3.561.617 bayi yang mendapatkan ASI hanya 1.983066 bayi (55,7 %), di
Sumatera Barat pemberian ASI eksklusif sekitar 69%, sedangkan di kota

Padang cakupan ASI eksklusif sekitar 60%. (Riskesdas, 2018).

Masa bayi baru lahir adalah masa yang paling rentan terjadinya

kekurangan gizi sehingga dapat menyababkan terjadinya stunting. Data

balita stunting secara umum memiliki pola yang sama yaitu semakin

bertambah umur maka anngka terjadinya stunting juga semakin tinggi.

Hasil riskesdas menggungkapkan bahwa pemantauan survey status gizi

balita (SSGBI) pada tahun 2017 22,2% atau sekitar 150,8 juta balita

mengalami stunting, sedangkan di Indonesia angka stunting adalah 36,4%,

di sumatera barat angka stanting balita 12,6%, sedangkan dikota padang

sendiri angka stunting adalah 11,2%. (Riskesdas 2018).

Pada tahap keluarga child-bearing masalah kesehatan yang sering

muncul terkaid dengan kontrasepsi salah satunya adalah ketidak tahuan

atau kurang pengetahuan tentang alat kontrasepsi. Alat kontasepsi penting

bagi pasangan usia subur dan pasangan baru mempunyai bayi karena dapat

menetukan jarak untuk merencanakan kehamilan selanjutnya. Menurut

word health organization (WHO) penggunaan kontrasepsi telah meningkat

banyak di dunia, dari 54% menjadi 64% pada tahun 2017 ,di Indonesia

pada tahun 2017 yang menggunakan KB sebanyak 63,2% kurang

pengetahuan tentang KB dan tinggan mengunakan KB sebanyak 65%.

Jumlah peserta KB aktif 21,3% yang menggunakan IUD sebanyak 6,6%

MOP 0,1%, MOW 3,8% yang menggunakan implant sebanyak 4,4%,

suntik sebanyak 31,2%, pil 13,4%, kondom 1,7%, MAL sebanyak 0,0%,

dan trandisional 1,6% sedangkan di sumatera barat yang menggunakan


IUD 2,6%, suntikan, 2,8%, Implan 6,0%, pil 14,1%, kondom 0,8%. .

(Riskesdas,2018).

Badan Kesehatan Dunia, World Health Organization (WHO),

memperkirakan 500.000 Ibu meninggal setiap tahunnya sebagai akibat

langsung dari gangguan dan penyulit kehamilan. Angka ini muncul

mayoritas dari negaranegara berkembang. (Hapsari, 2010)

Angka kematian ibu (AKI) mencapai sekitar 600 per 100.000

kelahiran hidup. Berdasarkan survei SDKI tahun 2012, AKI di Indonesia

mencapai 359 kematian per 100.000 kelahiran hidup. Jumlah ini

meningkat dibanding data SDKI tahun 2007 yang besarnya 228 kematian,

dan masih merupakan yang tertinggi di Asia.

Berdasarkan data Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2019, angka

kelahiran pada tahun 2019 sebesar 4,7 juta jiwa

Kelurahan korong gadang adalah salah satu kelurahan di Kota

Padang , salah satunya di Puskesmas Kuranji , Pada tahun 2021 Jumlah

keluarga dalam Kelurahan Itu adalah 4.419 keluarga. Dan jumlah bayi

baru lahir 354 bayi sedangkan jumlah keluarga dengan kelahiran anak

pertama berusia 0-30 bulan berjumlah 7 keluarga. Sewaktu dilakukan

survey awal dilakukan pada tanggal 13 Maret 2021 diwawancarai 3

keluarga. 2 dari 3 keluarga mengatakan masalah yang seting terjadi di

keluarga adalah kurang kemampuan dalam meberikan perawatan pada

bayi, pengenalan dan penanganan masalah fisik pada bayi, dan 1 keluarga

menatakan masalah yang sering terjadi adalah peningkatan perselisihan

dan argumen antara suami dan istri.


C. Askep Teoritis Keluarga Tahap Perkembangan Child-Bearing

1. Pengkajian Keluarga

A. Data Umum

a. Nama Kepala Keluarga :

b. Umur :

c. Alamat :

d. Pekerjaan Kepela Keluarga :

e. Pendidikan Kepala Keluarga :

f. Komposisi Keluarga

Biasanya Komposisi keluarga terdiri dari semua anggota

keluarga, keluarga pada tahap perkembangan Child-Bearing

terdiri dari ayah, ibu dan bayi yang berusia 0-30 bulan ,

sperawat perlu mengkaji identitas dan data anggota keluarga

yang terdiri atas nama atau inisial, jenis kelamin, tanggal lahir

atau umur, hubungan dengan kepala keluarga, status imunisasi

dari masing-masing anggota keluarga.

No nama Hub L/P Usia Pddk ket


BCG DPT poli hepatitis campak

o
1.
2.

g. Genogram
Biasanya Genogram merupakan simbol-simbol yang

digunakan untuk menggambarkan susunan keluarga. Data-data

yang perlu dicantumkan dalam pembuatan genogram adalah :

: Laki-Laki

: Perempuan

: perempuan meninggal

: Laki-laki meninggal

: Menikah

: Cerai

: Tinggal serumah

: Hubungan

h. Tipe kelurga

Biasanya tipe keluarga pada tahap perkembanagan Child-

Bearing adalah tipe Keluarga inti (nuclear family), Keluarga ini

merupakan keluarga kecil dalam satu rumah yang terdiri dari

anggota inti yaitu ayah, ibu dan anak pertama yang baru lahir

berusia 0-30 bulan yang hidup bersama dan saling menjaga.

i. Suku Bangsa
Biasanya suku pada tahap perkembangan keluarga Child-

Bearing terdapat pada pada klien yang memiliki suku apa saja,

tergantung pada adat istiadat dalam budaya suku tersebut.

j. Agama

Pada tahap perkembanagn keluarga Child-Bearing,

biasanya perawat mengkaji agama yang dianut oleh keluarga

serta kepercayaan yang dapat memempengaruhi Kesehatan.

k. Status sosial ekonomi keluarga

Biasanya status sosial ekonomi keluarga pada tahap

perkembangan Child-Bearing perawat mengkaji pendapatan,,

baik dari kepala keluarga maupun anggota lainnya. Selain itu

status ekonomi keluarga ditentukan pula pula oleh kebutuhan-

kebutuhan yang dikeluarkan oleh keluarga sera berang-barang

yang dimiliki oleh keluarga, seperti kebutuhan bayi dalam

Tahap perkemabnagn ini.

Biasanya status sosial tak selalu ditentukan oleh

pendapatan meski hal tersebut sangat mempengaruhi. Biasanya

pada tahap perkembangan keluarga Child-Bearingstatus sosial

dipengaruhi kelahiran bayi pertama memberi perubahan yang

besar dalam keluarga, sehingga pasangan harus beradaptasi

dengan dengan perannya utuk memenuhi kebutuhan bayi.

l. Aktivitas rekreasi keluarga


Biasanya rekreasi keluarga pada tahap perkembangan

keluarga Child-Bearing tidak hanya dilihat kapan keluarga

pergi Bersama-sama untuk mengunjungi tempat rekreasi,

namun dengan menonton tv dan mendengarkan radio Bersama

keluarga juga merupakan aktivitas rekreasi, selain itu perlu

dikaji pula penggunaan waktu luang atau senggang keluarga.

(Nadirawati, 2018).

B. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga

a. Tahap perkembangan keluarga saat ini

Biasanya perkembangan keluarga adalah pengkajian

keluarga berdasarkan tahap kehidupan keluarga. Tahap

perkembangan keluarga ditentukan dengan anak tertua dari

keluarga ini dan mengkaji sejauh mana keluarga melaksanakan

tugas tahapan perkembanagn keluarga.

Tahap perkembanagn keluarga Child-bearing adalah tahap

ini dimulai dengan kelahiran anak pertama berlanjut sampai

anak pertama berusia 30 bulan.

b. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi

Biasanya keluarga pada tahap perkembangan keluarga

Child-Bearing perawat mengkaji bagaimana tugas

perkembangan yang belum belum terpenuhi oleh

keluarga/orang tua serta kendalanya. Seperti kendala dalam

pemenuhan kebutuhan bayi atau belum terpenuhi menjadi

oarng tua baru.


c. Riwayat keluarga keluarga inti

Biasanya riwayat keluarga inti pada tahap perkembangan

keluarga pada tahap perkembangan keluarga Child-Bearing,

perawat memgkaji bagaimana terbentuknya keluarga tahap

perkembangan Child-Bearing, pada tahap perkembangan ini

dua individu membentuk keluarga melalui perkawinan dan

memounyai anak pertama yang berusia 0-30 bulan.

d. Riwayat keluarga sebelumnya

Biasanya riwayat kesehatan keluarga sebelumnya pada

keluarga tahap perkembangan keluarga Child-Bearing,

pearawat mengkaji riwayat keluarga asal kedua orang tua

(siapa apa kehidupan keluargaa asalnya) hubungan masa silam

dan saat dengan orang tua dari kedua orang tua.

C. Pengkajian Lingkungan

a. Karakteristik rumah

Biasanya karakteristik rumah keluarga pada tahap

perkembangan keluarga Child-Bearing, perawat mengkaji

gambaran tipe tempat tinggal (rumah, apartemen, sewa kamar,

kontrak atau lainnya). Apakah keluarga memiliki sendiri atau

menyewa rumah untuk tempat tinggal. Gambaran kondisi

rumah meliputi bagian interior dan ekterior. Interior rumah

meliputi : jumlah kamar dan tipe kamar (kamar tamu, kamar

tidur), penggunaan kamar tersebut, bagaimana kondisi dan

kecukuoan perabot, penerangan, ventilasi, lantai, tangga rumah,


susunan, dan kondisi bangunan tempat tinggal. Kebersihan dan

senitasi rumah, pengaturan privasi.

b. Karakteristik tetangga dan komunitas

Biasanya karakteristik tetangga dan komunitas pada

keluarga tahap perkembangan keluarga Child-Bearing, perawat

mengkaji mengkaji tipe lingkungan tempat tinggal kominitas

kota atau desa, Keadaan tempat tinggal dan jalan raya, sanitasi

jalan dan rumah, adakah jenis jenis industri dilingkungan

rumah, karakteristik demografi di lingkungan komunitas

tersebut, kelas social dan karakteristik etnik penghinu,

Lembaga pelayanan Kesehatan dan sosial, kemudahan

Pendidikan di lingkungan komunitas, fasilitas-fasilitasrekreasi

yang dimiliki dikomunitas tersebut, transpotasi umum,

kejadiaan tingkat kejahatan dilingkungan dan komunitas

c. Mobilitas grafis keluarga

Biasanya mobilitas grafis keluarga keluarga pada keluarga

tahap perkembangan keluarga Child-Bearing, perawat

mengkaji Mobilitas geografi keluarga yang yang ditentukan,

apakah keluarga tinggal di daerah ini, atau apakah sering

mempunyai kebiasaan berpindah-pindah tempat tinggal.

d. Perkumpul keluarga dan interaksi komunitas


Biasanya perkumpulan keluarga dan interaksi komunitas

keluarga pada tahap perkembangan keluarga Child-Bearing,

petawat mengkaji waktu yang digunakan keluarga untuk

berkumpul serta perkumpulan keluarga yang ada.

e. Sistem pendukung keluarga

Biasanaya sistem pendukung keluarga pada keluarga tahap

perkembangan keluarga Child-Bearing, perawat mengkaji

jumlah anggota keluarga yang sehat, fasilitas yang dimiliki

keluarga untuk menunjang Kesehatan yang meliputi fasilitas,

fisik, psikologis. Sumber pendukung dari anggota keluarga dan

fasilitas sosial atau dukungan masyarakat setempat, Lembaga

pemerintahan, maupun swasta/LSM. Jaminan pemeliharaan

Kesehatan yang dimiliki keluarga.

D. Struktur Keluarga

a. Pola kominukasi keluarga

Biasanya pola komunikasin pada keluarga tahap

perkembangan keluarga Child-Bearing. Perawat mengkaji cara

berkominikasi antar anggota keluarga termasuk pesan yang

disampaikan, bahasayang digunakan, komunikasi secara

langsung atau tidak langsung, pesan emosional 9 positif dan

negatif), frekuensi, dan kualitas komunikasi yang berlangsung.

Adakah hal-hal yang tertutup dalam keluarga untuk

didiskusikan.

b. Struktur kekuatan keluarga


Biasanya struktur kekuatan keluarga pada tahap

perkembangan keluarga Child-Bearing, perawat mengkaji

keputusan dalam keluarga, siapa yang membuat, yang

memutuskan dalam penggunaan keuangan, pengambialn

keputusan dalam bekerja atau tempat tingga, serta siapa yang

memutuskan kegiatan dan kedisiplinan anak-anak.

c. Peran formal dan informal

1. Peran formal

Biasanya peran formal keluarga pada tahap perkembangan

keluarga Child-Bearing, perawat mengkaji pada keluarga yang

dimiliki peran keluarga yang sesuai. Biasanya bapak sebagai

pencari nafkah dan pengambil keputusan. Lalu ibu sebagai ibu

rumah tangga atau dapat membantu ayah mencari nafkah.

2. Peran informal

Biasanya peran informal keluarga pada tahap

perkembanagn keluarga Child-Bearing terjadi pada keluarga

yang kadang kedua orang orangtuanya kurang memperhatikan

pola makanan anaknya.

d. Nilai dan norma keluarga

Biasanya perawat mengkaji mengenai norma dan nilai

yang dianut oleh keluarga pada tahap perkembangan Child-

Bearing. Yang berhubungan dengan kesehatan. Bagaimana

nilai dan norma menjadi suatu keyakinan dan diinterprestasikan


dalam bentuk perilaku. Apakah perilaku ini diterima dapat

doiterima oleh masyarakat.

E. Fungsi keluarga

a. Fungsi afektif

Biasanya fungsi afektif pada Keluarga dengan Tahap

Perkembangan Child-Bearing, perawat mengkaji gambaran diri

anggota Keluarga, perasaan memiliki keluarga, dukungan

keluarga terhadap anggota keluarga lainnya, kehangatan pada

keluarga dan keluarga mengembangkan sikap saling

menghargai.

b. Fungsi sosialisasi

Biasanya fungsi sosialisasi pada keluarga tahap

perkembangan Child-Bearing, perawat mengkaji bagaimana

interaksi atau hubungan dalam keluarga dan sejauh mana

anggota keluarga belajar disiplin, norma atau budaya dan

perilaku.

c. Fungsi perawat kesehatan

Biasanya perawat mengkaji sejauh mana keluarga

menyediakan makanan, pakaian, dan perlindungan terhadap

anggota keluarga yang sakit terutama bayi yang rentan terkena

penyakit pada tahap perkembangan keluarga Child-Bearing ini.

Perawat juga mengkaji pengetahuan keluarga mengenai sehat-

sakit, kesanggupan keluarga melakukan pemenuhan tugas

perawatan keluarga yaitu:


1. Mengenal masalah kesehatan

Biasanya perawat mengkaji sejauh mana keluarga

mengenai fakta-fakta dari masalah kesehatan meliputi

pengertian, tanda, dan gejala, penyebab dan mempengaruhi

sera persepsi keluarga terhadap masalah yang terjadi pada

keluarga pada tahap perkembangan Child-Bearing.

2. Mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan yang

tepat

Biasanya perawat mengkaji sejauh mana keluarga

mengenai sifat dan luasnya masalah, apakah masalah yang

dirasakan, menyerah terhadap masalah yang dialami, takut

akan akibat dari tindakan penyakit, mempunyai sikap

negatif terhadap masalah kesehatan, dapat menjangkau

fasilitas kesehatan yang ada, kurang percaya terhadap

tenaga kesehatan dan mendapat informasi yang salah

terhadap tindakan dalam menghadapi masalah kesehatan

yang terjadi pada tahap perkembangan keluarga Child-

Bearing

3. Merawat anggota keluarga yang sakit

Biasanya perawat mengkaji sejauh mana keluarga

mengetahui keadaan penyakitnya, mengetahui tentang sifat

dan perkembangan perawatan yang dibutuhkan, menegtahui

sumber-sumber yang ada dalam kekuarga (anggota

keluarga yang bertanggung jawab, keuangan, fasilitas fisik,


psikososial), mengetahui keberadaan fasilatas yang

diperlukan untuk perawatan dan sikap keluarga tethadap

penyakit pada keluarga tahap perkembanagn Child-Bearing.

4. Memelihara lingkungan rumah yang sehat

Biasanya perawat mengkaji sejauh mana mengetahui

sumber keluarga yang dimiliki, keuntungan/manfaat

pemeliharaan lingkungan, mengetahui pentingnya hygiene

sanitasi dan kekompakan antar anggota keluarga pada tahap

perkembangan keluarga Child-Bearing.

5. Menggunakan fasilits atau pelayanan kesehatan di

masyarakat

Biasanya perawat mengkajaji apakah keluarga

mengetahui keberadaan fasilitas kesehatan, memahami

keuntungan yang diperoleh dari fasilitas kesehatan, tingkat

kepercayaan keluarga terhadap petugas kesehatan tersebut

terjangkau oleh keluarga pada tahap perkembangan

keluarga Child-Bearing ini,

d. Fungsi reproduksi

Biasanya perawat mwngkaji berapa jumlah anak,

merencanakan jumlah anggota keluarga, metode apa yang

digunakan keluarga dalam menegndalikan jumlah anggota

keluarga pada tahap perkembangan keluarga Child-Bearing.


e. Fungsi ekonomi

Biasanya perawat mengkaji sejauh mana keluarga

memenuhi kebutuhan sandang, pangan, papan, manfaatkan

sumber yang ada di masyarakat dalam upaya meningkatkan

status kesehatan anggota keluarga pada tahap perkembangan

keluarga Chil-Bearing.

F. Stres dan koping keluarga

a. Stressor jangka pendek dan stresor jangka panjang

Biasanya perawat mengkaji stressor yang dialami keluarga

pada tahap perkembangan Child-Bearing memelurkuan

penyelesaian dalam waktu kurang lebih 6 bulan dan jangka

panjang yaitu yang mmerluakn penyelesaian lebih dari 6 bulan.

b. Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi atau stressor

Biasanya perawat mengkaji sejauh mana keluaga pada

tahap perkembangan Child-Bearing berespon terhadap situasi

atau stressor.

c. Strategi koping yang digunakan

Biasanya perawat memgkaji strategi koping apa yang

digunakan keluarga padah tahap perkembanagn Child-Bearing

bila menghadapi masalah.

d. Strategi adaptasi difungsional

Biasanya perawat mengkaji mengenai adaptasi

disfungaional yang digunakan keluarga pada tahap

perlembanagn Child-Bearing bial menghadapi permasalahan.


G. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga

secara head to toe, meliputi:

a. Kepala

b. Leher

c. Telinga

d. Mata

e. Mulut

f. Hidung

g. Dada dan paru paru

h. Jantung

i. Abdomen

j. Reproduksi

k. Eliminasi

l. System integument

m. System mudkuluskleta

H. Harapan keluarga

Biasanya harapan keluarga pada tahap perkembangan keluarga

Child-Bearing, perawat mengkaji harapan keluarga seperti

menjalankan fungsi dan tanggung jawab suami-istri dalam

marawat bayi sehingga bayi tumbuh dan berkembang seperti anak

lain semestinya.
2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawan pada tahap perkembangan keluarga Child-

Bearing :

1. Menyusui tidak efektif

2. kesiapan peningkatan proses keluarga

3. Penampilan peran tidak efektif

4. Resiko gangguan pertumbuhan

5. Ketegangan peran pemberi asuhan

(SDKI, 2018)

3. Intervensi Keperawatan

Intervensi atau perencanaan merupakan proses penyusun startegi

keperawatan yang dibutuhkan untu mencegah, mengurangi, atau

mengatasi masalah kesehatan psada tahap perkembangan keluarga

Child-Bearing yang telah dirumuskan pada diagnose keperawatan

perencanaa keperawatan keluarga merupakan kumpulan tindakan yang

ditentukan oleh perawat bersama-sama sasaran yaitu keluarga untuk

dilaksnaka, sehingga masalah kesehatan dan masalah keperawatan

pada tahap perkembangan Child-Bearing yang telah dirumuskan

didiagnosa keperawatan dapat diselesaikan.

Dalam perencanaan keperawatan keluarga ada beberapa hal yang harus

dilakukan perawat keluarga yaitu :

1. menetapkan prioritas masalah keperawatan

menetapkan prioritas masalah/diagnosa keperawatan keluarga

adalah dengan menggunakan skala menyussun prioritas


No Kriteria Skor Bobot
1. Sifat masalah

Skala : Tidak/kurang sehat 3

Ancaman kesehatan 2

Keadaan sejahtera 1
2. Kemungkinan masalah

dapat diubah

Skala : Mudah 2

Sebagian 1

Tidak dapat 0
3. Potensi masalah untuk

dicegah

Skala : Tinggi 3

Cukup 2

Rendah 1
4. Menonjolkan masalah

Skala : Segera 2

Tidak perlu 1

Tidak dirasakan 0
Skoring :

a. Tentukan skore untuk setiap kriteria

b. skor dibagi dengan makna tertinggi dan kalikanlah dengan

bobot

Skor X bobot

Angka tertinggi

c. jumlahkanlah skor untuk semua kriteria


2. menetapkan tujuan keperawatan

Tujuan keperawatan harus mewakili status yang diinginkan

yang dapat dicapai atau dipertahankan melalui program

intervensi keperawatan (mandiri). Sasaran merupakan tujuan

umum yang merupakan akhir yang dituju dengan semua usaha.

Tujuan merupakan pernyataan spesifik tentang hasil yang

diharapkandari tindakan keperawatan yang terdiri dari jangka

panjang panjang dan jangka pendek.

3. menyurun reancana tindakan keperawatan

rencana tindakan keperawatan keluarga merupakan

langkah dalam menyusun alternative-alternatif dan

mengidentifikasi sumber-sumber kekuatan dari keluarga

(kemampuan perawatan mandiri, sumber pendukung/bantuan

yang bisa dimanfaatkan) yang digunakan untuk menyelesaikan

masalah dalam keluarga. Dalam setiap rencana keperawatan.

Perawat keluarga menetapkan aktivitas untuk setiap untuk

setiap setiap tujuan keperawatan. Perawat keluarga

merencanakan apa kegiatan yang akan dilakukan, kapan,

kapan, bagaimana melakukan, siapa yang melakukan, dan

berapa banayk yang akan dilakukan, (Harmoko, 2012).

No diagnosa kode SLKI/NOC Kode SIKI/NIC

keperawatan

1. Menyusui L.03029 Setelah dilakukan I.12393 TUK 1:


tidak efektif. intervensi selama ..X 24 Keluarga mampu

jam maka hasil yang mengenal masalah

diharapkan yaitu status tentang pengetahuan

menyusui membaik kettidak efektifan

dengan kriteria hasil: menyesui :

-pelekatan bayi pada Edukasi menyusui:

payudara ibu meningkat


-Pengertian jelaskan
(skala 5)
kepada orang

-kemampuan ibu tua/keluarga tengtang

memposisikan bayi pengertian Menyusui

dengan benar Tidak Efektif

meningkat (skala 5)
-jelaskan manfaat

-miksi bayi lebih dari 8 menyusui bagi ibu dan

kali/24 jam meningkat bayi

(skala 5)
-Penyebab Kegagalan

-berat badan bayi dalam proses menyusui

meningkat (skala 5)
-Tanda gejala

-tetesan/paparan ASI ketidakefektifan proses

meningkat (skala 5) menyusui

-suplay ASI dekuat - jelaskan nutrisi dan

meningkat (skala 5) aktivitas yang tepat untuk


-putting tidak lecet inu menyusui

setelah 2 minggu
-jelaskan teknik
melahirkan meningkat
menyusui yang tepat
(skala 5)
sesuai kebutuhan ibu, dan

-kepercayaan diri ibu dukung ibu

meningkat (skala 5) meningkatkan

kepercayaan diri dalam


-bayi tidur setelah
menyusui
menyusu meningkat

(skala 5) -jelaskan perawatan

payudara antepartum
-payudara ibu kosong
dengan mengompres
setelsh menyusui
dengan kapas yang telah
meningkat (skala 5)
diberikan minyak kelapa

-intake bayi meningkat


-jelaskan perawatan
(skala 5)
payudara pstpartum(mis.

-lecet pada putting Memerah ASI, pijat

menurun (skala 5) payudara, pijat oksitoksin

-kelelahan maternal TUK 2 :

menurun (skala 5)
keluarga mampu

-kecemasan maternal mengambil keputusan

menurun (skala 5) yang tepat


-bayi rewel menurun - Merawat dirumah

(skala 5)
-Membrikan obat herbal

bayi menangis setelah


-Jika ketidakefektifan
menyusui menurun
pemberian ASI
(skala 5)
berkurang di bawa ke

fasilitas kesehatan

TUK 3 :

- Memberikan perawatan

payudara

-Manajemen nutrisi

untuk meningkatkan ASI

pada ibu

-Konseling menyusui

TUK 4 :

keluarga mampu

memodifikasi lingkungan

-Memasak makanan

diluar pantangan yang

dapat meningkatkan

produksi ASI
-Manajemen lingungan :

pakai karpet, ventilasi di

buka agak siang

-Dukungan suami,

keluarga, tenaga

kesehatan dan

masyarakat memberi

motivasi

TUK 5 :

-Menggunakan fasiltas

kesehatan terdekat

-Buka pelayanan setiap

hari mulai jam 8 00.00-

14.00 WIB

-Rumah sakit.:

I.13490
2. kesiapan L.13123 Setelah dilakukan TUK 1 :

peningkatan intervensi selama ….X keluarga mampu

proses 24 jam maka hasil yang mengenal masalah

keluarga. diharapakan proses kesehatan, meningkatkan

keluarga membaik pengetahuan dan

dengan kriteria hasil: kemampuan pasien


-adaptasi keluarga untuk menjaga dan

terhadap situasi meningkatkan keeratan

meningkat (skala 5) dan keutuhan keluarga.

-kemampuan keluarga Pendidikan kesehatan

berkomunikasi secara tentang keutuhan

terbuka diantara keluarga:

anggota meningkatkan
-Pengertian
(skala 5)

-Penyebab
-kemampuan keluarga

memenuhi kebutuhan -Tanda gejala

fisik anggota keluarga


-Nutrisi dan aktivitas
meningkat (skala 5)
-Perawatan bai baru lahir
-kemampuan keluarga
-Perawatan di rumah, jika
memenuhi kebutuhan
salah satu angota
emosional anggota
keluarga ada yang sakit,
keluarga meningkat
terutama bayi yang
(skala 5)
rentan terhadap penyakit
-kemampuan keluarga
-Pemberian obat hebal,
mencari bantuan secara
jika ada salah satua
tepat meningkat (skala
anggota keluarga yang
5)
sakit terutama bayi yang
-aktivitas mendukung
keselamatan anggota rentan terhadap penyakit

keluarga meningkat
TUK 2 :
(skala 5)
keluarga mampu

-aktivitas mendukung mengambil keputusan

pertumbuhan anggota yang tepat dan

keluarga meningkat pemecahan masalah

(skala 5) -komunikasi terbuka

antar setian setiap


-ketetapan peran
anggota keluarga
keluarga pada tahap

perkembangan -Merawat dirumah jika

meningkat (skala 5) ada salah satu anggota

keluarga yang sakit


-sikap respek antara
terurutama bayi yang
anggota keluarga
rentan terhadap penyakit.
meningkat (skala 5)

-Memberikan obat herbal


-minat keluarga
jika ada salah satu
melakukan aktivitas
anggota keluarga yang
yang positif meningkat
sakit
(skala 5)

TUK 3 :
-kemampuan keluarga

pulih dari kondisi sulit -perawatan bayi pada

meningkat (skala 5) tahap perkembangan

Child-Bearing
-keseimbangan otonomi -Jika penyaki tidak

dan kebersamaan kurang di bawa ke

meningkat (skala 5) fasilitas kesehatan

-perhatian pada batasan -Memberikan pengobatan

anggota keluarga herbal untu keluarga

meningkat (skala 5) yang sakit

-hubungan dengan -Manajemen nutrisi

masyarakat meningkat
-Pengaturan aktivitas
(skala 5)

-Senam
adaptasi keluarga

terhadap perubahan -Konsling

meningkat (skala 5)
TUK 4 :

keluarga mampu

memodifikasi lingkungan

-Memasak makanan

sehat

-Manajemen lingungan :

pakai karpet, ventilasi di

buka agak siang

-anjurkan anggota

keluarga mempetahankan
keharmonisan keluarga

-Dukungan kelompok :

memberi motivasi

TUK 5 :

-rujuk untuk terapi

keluarga, jika perlu

- Menggunakan fasiltas

kesehatan terdekat

-Buka pelayanan setiap

hari mulai jam 8 00.00-

14.00 WIB

-Rumah sakit terdekat

3. Penampilan L.12119 Setelah dilakukan I.13478 TUK 1 :

peran tidak intervensi selama ….X keluarga mampu

efektif 24 jam maka hasil yang mengenal masalah

diharapkan adalah kesehatan , masalah

penampilan peran penampilan peran tidak

membaik dengan efektif

kriteria hasil :
Pendidikan pengasuhan

-vertablisasi harapan dan perawatan fisik bayi

terpenuhi meningkat dan tentang penampilan

(skala 5) peran
-verbalisasi kepuasan -Pengertian

peran meningkat skala


-jelaskan berbagai peran
5)
dan periode transisi

-verbalisasi harapan susuai perkembangan

terpenuhi meningkat
-jelaskangentang
(skala 5)
perawatan bayi

-vadaptasi peran
-jelaskan perilaku yang
meningkat (skala 5)
diutuhkan untuk

-strategi koping yanga pengembangan peran

fektif meningkat (skala menjadi orang tua baru

5)
-jelaskan strategi

-dukukgan sosial positifuntuk megelola

meningkat (skala 5) perubahan peran

-tanggung jawab peran -perilaku baru yang

meningkat (skala 5) dibutukan oleh

pasien/orang tua untuk


-verbalisasi perasaan
memenuhi peran
binggung menjalankan

peran menurun (skala -jelskan kebutuhan

5) nutrisi bayi

-konflik peran menurun -jelaskan keamanan dan

(skala 5) pencegahan cedera pada


-verbalisasi perasaan bayi

cemas menurun (skala


TUK 2 :
5)

keluarga mampu
perilaku cemas
mengambil keputusan
menurun (skala 5)afek
yang tepat
depresi menurun (skala

5) -Merawat dirumah

-Membrikan obat herbal

dan senam

-Jika penyaki tidak

kurang di bawa ke

fasilitas kesehatan

TUK 3 :

-ajarkan perilaku yang

dibutuhkan oleh

pasien/orang tua untuk

memenuhi peran

-anjurkan memegang

memeluk,, memijat,

bermain, dan menyentuh

bayi
-mengajarkan

keterampilan merawat

bayi baru lahir

-ajarkan cara merawat

dan mencegah ruam

popok

-ajarkan cara stimulasi

perkembangan bayi

-Jika penyaki tidak

kurang di bawa ke

fasilitas kesehatan

TUK 4 :

keluarga mampu

memodifikasi lingkungan

-Memasak makanan

diluar pantangn

-Manajemen lingungan :

pakai karpet, ventilasi di

buka agak siang

-Dukungan kelompok :
memberi motivasi

TUK 5 :

Menggunakan fasiltas

kesehatan

-Fasilitas kesehatan

kesehatan

-Buka pelayanan setiap

hari mulai jam 8 00.00-

14.00 WIB

-Rumah sakit.

4. Resiko L.10102 Setelah dilakukan I.14581 TUK 1 :

gangguan intervensi selama ...X keluarga mampu

pertumbuhan 24 jam maka hasil yang mengenal masalah

diharapkan adalah kesehatan

status pertumbuhan
Pendidikan kesehatan
membaik dengan
tentang manajemen
kriteria hasil :
nutrisi, :
-berat badan sesuai usia

(skala 5) -Pengertian Resiko

-panjang atau tinggi gangguan pertumbuhan

badan sesuai usia (skala


-Penyebab Resiko
5)
-lingkar dada (skala 5) gangguan pertumbuhan

-kecepatan
-Tanda gejala Resiko
pertambahan berat
gangguan pertumbuhan
badan (skala 5)

-kecepatan -status nutrisi

pertambahan panjang
-kebutuhan kalori dan
badan (skala 5)
jenis nutrien
-indeks massa tubuh
-Perawatan di rumah
(skala 5)

-aspan nutrisi (skala 5) -Pemberian obat hebal

Dll

TUK 2 :

keluarga mampu

mengambil keputusan

yang tepat

-Merawat dirumah

-Membrikan obat herbal

-monitor asupan

makanan

-Jika penyaki tidak

kurang di bawa ke

fasilitas kesehatan
TUK 3 :

-Membeikan pengobatan

herbal

-Manajemen nutrisi

-ajarkan diet yang

disarani

-Pengaturan aktivitas

-Konsling

TUK 4 :

keluarga mampu

memodifikasi lingkungan

-Memasak makanan

diluar pantangn

-Manajemen lingungan :

pakai karpet, ventilasi di

buka agak siang

-Dukungan kelompok :

memberi motivasi

TUK 5 :
Menggunakan fasiltas

kesehatan

Fasilitas kehetatan

Buka pelayanan setiap

hari mulai jam 8 00.00-

14.00 WIB

Rumah sakit

5. Ketegangan L.13121 Setelah dilakukan I.12402 TUK 1 :

peran pemberi intervensi selama ...X keluarga mampu

asuhan 24 jam maka hasil yang mengenal masalah

diharapkan peran kesehatan Ketegangan

pemberi asuhan peran pemberi asuhan

meningkat dengan
Pendidikan kesehatan
kriteria hasil :
tentang edukasi pada
-kemampuan memberi
pengasuhan :
asuhan (skala 5)

-kemampuan merawat -Pengertian

pasien (skala 5)
-kesiapan peran
-kemampuan
pengasuhan
menyelesaikan tugas
-keterbatasan pengasuh
merawat pasien (skala

5) -dampak ketergantungan
-kekhawatiran dirawat
kembali (skala 5) anak pada pengasuh

-kekhawatiran
-Penyebab
kelanjutan perawatan

(skala 5) -Nutrisi dan aktivitas

-Perawatan di rumah

Dll

TUK 2 :

keluarga mampu

mengambil keputusan

yang tepat

-Merawat dirumah

-Jika masalah

Ketegangan peran

pemberi asuhan tidak

taratasi, rujuk ke fasilitas

terapi terapi

TUK 3 :

- Merawat dirumah

-ajarkan orang tua

mengeksplorasi kekuatan

dan kelemahannya
-ajarkan orang tua untuk

memberikan dukungan

perawatan diri

-ajarkan orang tua

merawat bayi

-Manajemen nutrisi

-Konsling

TUK 4 :

keluarga mampu

memodifikasi lingkungan

-Memasak makanan yang

bernutrisi bagi ibu dan

bayi

-Manajemen lingungan :

pakai karpet, ventilasi di

buka agak siang

-Dukungan kelompok :

memberi motivasi

-dukung keterbatasan

orang tau dalam

mengasuh bayi
TUK 5

Menggunakan fasiltas

kesehatan

-fasilitas kesehatan

-Buka pelayanan setiap

hari mulai jam 8 00.00-

14.00 WIB

-Rumah sakit

(SLKI & SIKI 2018)

4. Implementasi keperawatan

Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun.

Perawat membantu pasien mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh

karena itu rencana tindakan yang spesifik ini dilaksanakan untuk

memodifikasi faktor-faktor yang memengaruhi masalah kesehatan

anggota keluarga pada tahap perkembangan Child-Bearing.

(Nadirawati, 2018).

5. Evaluasi

Evaluasi merupakan tahap integral pada proses keperawatan. Apa

yang kurang dapat ditambahkan, dan apabila mendapati kasus baru dan

mampu menyelesaikan dengan baik, maka hal itu disebut sebagai

keberhasilan atau temuan penelitian.


Evaluasi dilakukan sesuai dengan rencana tindakan yang telah

diberikan, kemudian dilakukan penilaian untuk melihat

keberhasilannya. Jika tindakan yang dilakukan belum berhasil, maka

perlu dicari cara atau metode lainnya. Semua tindakan keperawatan

tidak dapat dilakukan dalam satu kali kunjungan ke keluarga,

melainkan secara bertahap sesuai dengan waktu dan kesediaan

keluarga.(Harmoko, 2012).

Untuk melakukan evaluasi, ada baiknya disusun dengan

menggunakan SOAP secara operasional :

S : adalah berbagai persoalan yang disampaikan oleh keluarga setelah

dilakukan tindakan keperawatan. Misalnya yang tadinya dirasa sakit,

kini tidak sakit lagi.

O : adalah berbagai persoalan yang ditemukan oleh perawat setelah

dilakukan tindakan tindakan keperawatan. Misalnya berat badan naik 1

kg dalam 1 bulan.

A : adalah analisis dari hasil yang telah dicapai dengan

denganmengacu pada tujuan yang terkaid dengan diagnosis.

P : adalah perencanaan direncanakan kembali setelah mendapatkan

hasil dari respons keluarga pada tahapan evaluasi. (Bakri


Daftar Pustaka

Zakaria, A. (2017). Asuhan Keperawatan Keluarga Pendekatan Teori dan

Konsep. Purwokerto: CV IRDH.

Setyowati, Krisnatuti & Hastuty. (2017). Pengaruh Kesiapan Menjadi

Orang Tua dan Pola Asuh Psikososial Terhadap Perkembangan Sosial

Anak. Jurnal Ilmu Keluarga dan Konsumen , 95-106. Karakteristik


pengirim berfungsi Ketika menenyampaikan pendapat. Pendapat yang

disampaikan jelas dan berkualitas, meminta feedback dan mau

menerima feedback.

Indonesia (Analisis Data SDKI 2012). Jurnal Kesehatan Reproduksi, 7(2),

119-133.ssss

Anda mungkin juga menyukai