Anda di halaman 1dari 33

Laporan Pendahuluan dan Laporann Kasus

Asuhan Keperawatan

Insufisiensi Aorta

Nama: Fitri Amalia

NIM: 18112185

PRODI D III KEPERAWATAN

STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG

2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Jantung merupakan organ yang sangat penting bagi tubuh kita karena

berfungsi mengantarkan oksigen,nutrien,dan substansi lain ke jaringan dan membuang

sisa metabolisme selular melalui pompa jantung,sistem vaskular sirkulasi dan

integrasi sistem lainnya. Jantung terdiri dari beberapa ruang yang dibatasi oleh katup

diantaranya adalah katup atrioventricular dan katup dan katup semilunar. Katup

atrioventricular (mitral dan trikuspid) terbuka dan darah mengalir dari atrium dengan

tekanan yang lebih tinggi ke dalam venrtikel yang relaksasi. Setelah pengisian

ventricular,maka akan dimulai fase sistole. Saat tekanan intraventrikular sistolik

meningkat,maka katup atrioventrikular akan menutup, sehingga mencegah aliran

darah kembali ke dalam atrium dan kemudian kontraksi ventrikular dimulai. Selama

fase sistolik, tekanan ventrikular meningkat menyebabkan katup semilunar (aorta dan

pulmonar) terbuka. Saat ventrikel mengeluarkan darah, maka tekanan intraventrikular

menurun dan katup semilunar tertutup sehingga mencegah aliran balik ke dalam

ventrikel. Klien yang mengalami penyakit valvular mengalami aliran balik atau

regurgitasi darah melalui katup yang tidak kompeten,sehingga menyebabkan suara

murmur ketika sedang melakukan auskultasi.

Gangguan pada katup Gangguan pada katup yang sering selama ini adalah

insufisiensi aorta stenosis mitral. Insufisiensi aorta adalah sustu keadaan dimana

terjadi refluk (aliran balik) darah dari aorta ke dalam ventrikel kiri sewaktu relaksasi.

Insufisiensi aorta disebabkan iastolik. Insufisiensi aorta disebabkan karena lesi

peradangan yang merusak bentuk bilah katup aorta,sehingga masing-masing bilah

1
tidak bisa menutup lumen aorta dengan selama diastole dan mengakibatkan aliran

balik darah dari aorta ke ventrikel kiri.

B. Rumusan masalah

1. Bagaimanakah konsep pada insufisiensi insufisiensi aorta?

2. Bagaimanakah asuhan keperawatan keperawatan pada insufisiensi aorta?

C. Tujuan

Mahasiswa mampu memperoleh gambaran tentang :

1. Definis dari insufisiensi aorta.

2. Etiologi dari insufisiensi aorta.

3. Patifisiologi dari insufisiensi insufisiensi aorta.

4. Manifestasi klinis pada insufisiensi aorta.

5. Pemeriksaan penunjang pada insufisiensi aorta.

6. Penatalaksanaan medis pada insufisiensi aorta.

7. Asuhan keperawatan keperawatan pada insufisiensi aorta.

D. Manfaat

1. Mahasiswa mampu memahami konsep dan asuhan keperawatan keperawatan pada

klien dengan gangguan gangguan insufisiensi insufisiensi

2. Mahasiswa mengetahui asuhan keperawatan yang benar sehingga dapat menjadi

bekal dalam persiapan praktik di rumah sakit.

2
BAB II

Tinjauan Pustaka

A. Defenisi

Insufisiensi aorta atau regurgitasi aorta adalah kelainan pada katup aorta yang

menjadi lemah ataupun membesar sehingga katup tidak dapat menutup dengan baik.

Hal ini mengakibatkan timbulnya aliran balik darah dari aorta ke ventrikel kiri.

Insufisiensi aorta adalah suatu keadaan dimana terjadi refluks (aliran balik) darah dari

aorta ke dalam ventrikel kiri sewaktu relaksasi.

B. Anatomi dan Fisiologi

Jantung merupakan salah satu organ yang terpenting dan mempunyai fungsi

vital pada tubuh. Jantung memiliki fungsi sebagai pompa darah ke seluruh tubuh.

Sebagai pemompa darah, ada syarat-syarat yang harus dipenuhi agar menjadi

pemompa yang baik yaitu pengisian darah atrium dan ventrikel optimal, kekuatan

kontraksin optimal, frekuensi jantung normal, kontraksi ventrikel dan atrium

bergamtian secara teratur serta katup-katup pada jantung berfungsi dengan baik.

Katup jantung bekerja mengatur aliran darah dengan cara membuka serta

menutup pada saat tepat ketika jantung berkonstraksi dan berelakasasi selama siklus

jantung. Organ jantung itu sendiri memiliki empat jenis katup yaitu:

1. Katup trikuspidalis, terdapat antara atrium dekstra dengan ventrikel

dekstra yang terdiri dari 3 katup.

2. Katup bikuspidalis, terdapat antara atrium sinistra dengan ventrikel sinistra

yang terdiri dari 2 katup.

3. Katup seminularis arteri pulmonalis, terletak antara ventrikel dekstra

dengan arteri pulmonalis, tempat darah mengalir ke paru-paru.

3
4. Katup seminularis aorta, terletak antara ventrikel sinistra dengan aorta

tempat darah mengalir menuju ke seluruh tubuh.

Katup normal memiliki ciri yaitu aliran darah searah dan tidak terhalangi.

Katup akan membuka bila tekanan dalam ruang jantung di proksimal katup lebih

besar dari tekanan dalamruang atau pembuluh disebelah distal katup. Sebaliknya,

katup akan menutup bila tekanan distal lebih besar daripada tekanan dalam ruang di

proksimal katub. Misalnya, katup atrioventrikularis akan membuka bila tekanan

dalam atrium lebih besar daripada tekanan dalam ventrikel serta akan menutup

apabila tekanan dalam ventrikel lebih besar daripada atrium.

Insufisiensi aorta merupakan salah satu penyakit yang menyerang katup

jantung aorta dimana katup jantung tidak dapat menutup rapat atau tidak sempurna

sehingga darah dapat mengalir balik atau akan mengalami kebocoran sehingga

mengalami regurgitasi. Disfungsi katup jantung akan menyebabkan kinerja jantung

akan meningkat dan memaksa jantung untuk memompakan darah lebih banyak guna

menggantikan jumlah darah yang mengalami regurgitasi.

C. Etiologi

Penyebab terbanyak insufisiensi aorta adalah demam reumatik dan siilis.

Kelainan katup dan pangkal aorta juga bisa menimbulkan insufisiensi aorta.

Menurut Arif Mutttaqin, insufisiensi darah dari aorta ke ventrikel kiri dapat

terjadi oleh:

1. Mikroorganisme

Mikroorganisme yang dapat menyebabkan insufisiensi aorta adalah

bakteri (streptokokus, enterokokus, pneumokokus, stapilokokus), fungi,

riketsia dan streptokokus vindans. Mikroorganisme tersebut menginvasi

4
katup dan permukaan endothel jantung sehingga menyebabkan rematik

endocarditis. Kemudian terjadi fenomena reaksi sensitivitas seperti

pembengkakan, fibrosis, dan perforasi daun katup serta erosi pinggir daun

katup. Kemudian terjadi peningkatan pembentukan modul dan jaringan

parut, penebalan progresif dan pengaratan kuncup-kuncup katup yang

menyebabkan kerusakan kuncup katup. Sehingga penutupan / kekakuan

katup aorta tidak sempurna dan terjadi insufisiensi aorta

2. Hipertrofi Ventrikel

Ada beberapa penyebab yang dapat mengarah pada hipertrofi ventrikel

yaitu bentuk ventrikel yang mengalami pembesaran sehingga dapat

menyebabkan penyakit ini. Hal tersebut mengakibatkan kemampuan otot

papilaris untuk mendekatkan daun-daun katup pada waktu katup menutup

berkurang. Semakin lama apabila keadaan ini terus berlanjut maka akan

memperlebar lubang pada katup aorta dan mempersulit penutupan katup

aorta.

3. IMA (Acute Myocardial Inarction)

Ruptur otot papilaris yang disebabkan oleh IMA mengakibatkan

penutupan atau kekakuan katup aorta sehingga penutupan katup aorta tidak

sempurna.

4. Peningkatan tekanan emodinamik pada katup aorta

Hal ini membuat peningkatan derajat perubahan bentuk pada katup

sehingga penutupan katup tidak sempurna.

5. Penyakit kolagen/penuaan

Dengan penuaan protein kolagen dari kelopak-kelopak klep

dihancurkan dan kalsium mengendap pada kelopak-kelopak. Pergolakan di

5
seluruh klep-klep meningkatkan penyebab luka parut dan penebala.

Penyakit yang progresif yang menyebabkan klasifikasi aorta tidak ada

sangkut-pautnya dengan pilihan-pilihan gaya hidup yang sehat, tidak

seperti kalsium yang dapat mengendap pada Arteri koroner untuk

menyebabkan serangan jantung

6. Penyakit Jantung Reumatik

Rheumatic fever (demam rhematik) adalah suatu kondisi yang

berakibat dari infeksi oleh kelompok streptococcal bakteri yang tidak

dirawat. Kerusakan pada kelopak-kelopak klep dari demam rematik

menyebabkan pergolakan yang meningkat di seluruh klep dan lebih

banyak kerusakan. Penyempitan dari demam rematik terjadi peleburan dari

tepi-tepi (ccommissures) dari kelopak-kelopak klep.

7. Aorta artificial congenital

Kelainan bawaan yang dibawa dari bayi sejak lahir, misalnya kelainan

katup yang tidak bisa menutup secara sempurna saat dalam kandungan,

menyebabkan aliran darah dari ventrikel kiri tidak bisa mengalir secara

sempurna.

D. Klasifikasi

1. Insufisiensi Aorta Akut

Pada IA akut, yang biasanya terjadi karena perforasi akut pada katup

aorta yang disebabkan oleh endokarditis, akan terjadi suatu peningkatan

mendadak volume darah pada ventrikel kiri. Dengan kenaikan volume ini

ventrikel kiri akan mengalami kesulitan berdasarkan kurva Frank-Starling,

volume end-diastolic akan sangat tinggi, sehingga kenaikan seterusnya

6
volume akan semakin mengurangi efisiensi kontraksi ventrikel. Tekanan

pengisian pada ventrikel kiri juga akan mengalami peningkatan. Hal ini

akan menyebabkan kenaikan tekanan pada ventrikel kiri sehingga dapat

terjadi edema pulmonal.

Insufisiensi katup aorta yang parah dianggap sebagai kedaruratan

medis. Terdapat angka mortalitas tinggi jika penderita tidak segera

menjalani tindakan pembedahan yaitu penggantian katup aorta. Jika IA

disebabkan oleh endokarditis pada katup aorta, maka ada risiko bahwa

katup pengganti yang baru akan tercemar bakteri, walaupun kemungkinan

ini kecil.

Insufisiensi aorta akut biasanya akan memberikan gambaran gagal

jantung kongestif yang kemerah-merahan, dan tidak terdapat tanda-tanda

IA kronik karena ventrikel kiri belum terjadi dilatasi dan hipertrofi

eccentric yang mengakibatkan peningkatan stroke volume, yang pada

akhirnya terdapat bounding pulses perifer. Pada auskultasi mungkin akan

terjadi diastolik murmur singkat dan sebuah S1 lembut. S1 terdengar

lembut dikarenakan peningkatan tekanan pengisian yang menutup katup

mitral pada saat diastole (yang seharusnya katup mitral menutup pada saat

permulaan sistol).

2. Insufisiensi Aorta Kronik

Jika penderita mampu bertahan dari penyimpangan hemodinamis awal

yang terjadi pada IA akut maka ventrikel kiri akan beradaptasi dengan cara

dilatasi dan hipertrofi eccentric, yang mana hal ini akan mengkompensasi

volume overload. Tekanan pengisian ventrikel kiri akan kembali normal

dan penderita tidak akan lagi tampak gagal jantung yang nyata. Pada fase

7
terkompensasi ini penderita mungkin akan tidak menunjukkan gejala sama

sekali dan dapat memiliki toleransi aktivitas fisik yang normal.

Namun pada akhirnya (biasanya setelah suatu periode latensi) ventrikel

kiri akan mengalami dekompensasi dan tekanan pengisian akan

meningkat. Sementara beberapa penderita akan mengeluh gejala gagal

jantung kongestif kepada dokter, beberapa penderita lainnya dapat

memasuki fase dekompensasi ini dengan asimtomatik. Penanganan yang

tepat untuk IA antara lain adalah penggantian katup aorta yang dilakukan

sebelum Fase dekompensasi ini

E. Patofisiologi

Insufisiensi aorta dapat disebabkan oleh lesi peradangan yang merusak bentuk

kuncup (leaflet) katup aorta, sehingga masing-masing konsep tidak bisa menutup

lumen aorta dengan rapat selama diastole dan akibatnya menyebabkan aliran balik

darah dari aorta ke ventrikel kiri.

Karena kebocoran katup aorta saat diastole, maka sebagian darah dalam aorta

yang biasanya bertekanan tinggi, akan mengalir ke ventrikel kiri, sehingga ventrikel

kiri harus mengatasi keduanya, yaitu mengirim darah yang secara normal diterima

dari Atrium kiri maupun darah yang kembali dari aorta. Ventrikel kiri kemudian

melebar dan hipertrofi untuk mengakomodasi peningkatan volume ini, demikian juga

akibat tenaga mendorong yang lebih dari normal untuk memompa darah

menyebabkan tekanan darah sistolik meningkat. Sistem kardiovaskuler berusaha

mengkompensasi melalui refleks dilatasi pembuluh darah dan Arteri perifer melemas,

sehingga tahanan perifer menurun dan tekanan diastolik turun drastic. Perubahan

hemodinamik keadaan akut dapat dibedakan dengan keadaan kronik. Kerusakan akut

8
timbul pada pasien tanpa riwayat insufisiensi sebelumnya. Ventrikel kiri tidak punya

cukup waktu untuk beradaptasi terhadap insufisiensi aorta peningkatan secara tiba-

tiba dari tekanan diastolik akhir ventrikel kiri bisa timbul dengan sedikit dilatasi

ventrikel.

9
F. WOC

Reumatik Proses Kelainan bawaan /


Fever Penuaan kongenital

Infeksi baktei Penghancur protein kolagen


streptococal
Kalsium mengendap pada kelopak katup
Kerusakan
kelopak Pergolakan katup
katup

Peleburan tepi Luka parut dan penebalan


(commissures) dari
Kelainan katup
kelopak katup

Insufisiensi aorta

Volume Sekuncup
Breath Blood Brain Bladder Bowel Bone
turun

Edema Nafsu Curah jantung


-hipertrofi Retensi urin kelemahan
paru pusing makan turun
ventrikel kiri turun
-hipertensi
Eliminasi urin
sesak -tekanan Dilatasi saat
dinding BB turun aktivitas
ventrikel naik Nyeri dada
tachipnea
Kebutuhan letih
nutrisi
MK: pola Gagal MK:
kurang
nafas tidak jantung kiri infark Gangguan
efektif aktivitas

Curah
jantung
turun
Vasodilatasi
saat istirahat

Lelah dan
lema

MK: 10
intoleransi
aktivitas
G. Manifestasi Klinis

Pada penderita insufisiensi aorta kronis bisa timbul gejala gejala gagal

jantung, termasuk dispneu waktu istirahat, ortopneu, dispneu paroksismal nokturna,

edema paru dan kelelahan. Pada kasus akut dapat terjadi sianosis dan sok sirkulatori

Pada pemeriksaan fisik bunyi jantung pertama intensitasnya menurun terutama

jika interval PR memanjang. Bunyi ejeksi sistolik bisa terdengar sepanjang perbatasan

sternum kiri akibat distensi tiba-tiba dari aorta. Bunyi jantung ketiga dapat terdengar

karena adanya gagal jantung atau akibat pengisian ventrikel kiri yang berlebihan saat

diastole. Pada pemeriksaan fisik juga ditemukan denyut Arteri karotis yang cepat dan

perbedaan tekanan darah yang besar bisa timbul pada keadaan hiperdinamik dengan

pulsus bisferiens. Jika insufisiensi berat, timbul efek nyata pada pulsasi Arteri perifer.

Jika gagal jantung berat, tekanan diastolik bisa normal akibat peningkatan tekanan

diastolik pada ventrikel kiri.

Pada regurgitasi aorta, pelebaran tekanan nadi, peningkatan dan penurunan

tekanan darah yang cepat pada saat diastole yang diakibatkan darah yang refluks pada

aorta merupakan penyebab beberapa karakteristik tanda perifer. Palpasi nadi perifer

memperlihatkan peningkatan mendadak dan kemudian penurunan tekanan (tanda nadi

atau water-hammer)

H. Komplikasi

Insufisiensi aorta dapat menyebabkan overload ventrikel kiri, disfungsi, syok,

dan kematian. Insufisiensi aorta kronik merupakan proses yang lebih indolen, yang

juga akhirnya menimbulkan gejala yang disertai disfungsi ventrikel dan gagal jantung.

11
I. Pemeriksaan Diagnostik

1. Pemeriksaan dengan ekokardiografi baik transtorakal (TTE) maupun

transesofageal (TEE) memberikan gambaran anatomi pangkal aorta dan katup

aorta, termasuk vegetasi bila ada serta fungsi ventrikel.

2. Pada EKG (electrocardiogram) terlihat gambaran hipertrofi ventrikel kiri,

amplitudo QRS meningkat, ST-T berbentuk tipe diastolic-overload , artinya

vektor rata-rata menunjukkan ST yang besar dan gelombang T paralel dengan

vektor rata-rata kompleks QRS. Gambaran tegangan ventrikel kiri juga ada jika

vektor ST-T rata-rata menunjukkan ke arah yang berlawanan dengan vector QRS

Interval PR memanjang.

3. Foto thorax dapat membantu diagnosis dengan menunjukkan hipertrofi ventrikel

kiri dan aorta yang mengalami dilatasi.

4. Kateterisasi ruang jantung membantu dalam menilai keparahan regurgitasi dan

apabila ada disfungsi ventrikel yang tertinggal.

J. Penatalaksanaan

Insufisiensi aorta dapat ditangani dengan pemberian obat maupun dengan

menjalani tindakan pembedahan, bergantung pada perjalanan waktu penyakitnya,

gejala dan tanda yang berhubungan dengan proses penyakitnya dan tingkat disfungsi

ventrikel kiri. Penanganan pembedahan yang dilakukan pada pasien asimtomatis

masih diperdebatkan Apakah perlu atau tidak Walaupun demikian apabila fraksi

ejeksi turun sampai 50% atau lebih kecil, pada keadaan dilatasi ventrikel yang

progresif dan parah atau insufisiensi aorta dengan gejala atau terdapatnya respon

abnormal pada pemeriksaan latihan atau exercise maka pembedahan dianjurkan

dilakukan.

12
Pembedahan yang dilakukan sebelum terjadinya perkembangan fraksi ejeksi /

dilatasi ventrikel kiri yang semakin parah diharapkan dapat mengurangi risiko

terjadinya kematian mendadak dan biasanya memiliki angka kematian peri-operatif

yang lebih kecil. Pembedahan juga akan lebih optimal pada kasus akut.

1. Asuhan Keperawatan Teoritis

1) Pengkajian Keperawatan

a. Identitas pasien

Nama, umur, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, alamat, pekerjaan,

suku/bangsa, agama, status perkawinan, tanggal masuk rumah sakit (MRS),

nomor register, dan diagnosa medik.

b. Keluhan utama

Keluhan yang paling sering menjadi alasan pasien yaitu batuk, rasa lelah,

sesak nafas saat beraktivitas, palpitasi Angina dan sinkop.

c. Riwayat penyakit sekarang

Klien dengan insufisiensi aorta dapat terjadi gagal jantung menyebabkan sesak

nafas sewaktu melakukan aktivitas atau sewaktu berbaring telentang, terutama

pada malam hari penderita mengalami palpitasi atau jantung berdebar yang

disebabkan oleh kontraksi yang kuat dari ventrikel yang membesar.

d. Riwayat penyakit dahulu

Mengkaji riwayat penyakit yang pernah diderita sebelumnya atau penyakit

yang berhubungan dengan penyakit yang saat ini dirasakan oleh klien

e. Riwayat keluarga

Mengkaji penyakit yang pernah dialami oleh keluarga serta bila ada anggota

keluarga yang meninggal maka penyebab kematian juga ditanyakan

13
f. Pemeriksaan Fisik

a) Keadaan Umum : Kesadaran dan keadaan emosi, kenyamanan, distress, sikap

dan tingkah laku pasien.

b) Tanda-tanda Vital :

(1) Tekanan Darah

Nilai normalnya :

Nilai rata-rata sistolik : 110-140 mmHg

Nilai rata-rata diastolik : 80-90 mmHg

(2) Nadi

Nilai normalnya : Frekuensi : 60-100x/menit (bradikardi atau takikkardi)

(3) Pernapasan

Nilai normalnya : Frekuensi : 16-20 x/menit

Pada pasien : respirasi meningkat, dipsnea pada saat istirahat / aktivitas

(4) Suhu Badan

Metabolisme menurun, suhu menurun

c) Head to toe

(1) Kepala : bentuk , kesimetrisan

(2) Mata: konjungtiva: anemis, ikterik atau tidak ?

(3) Mulut: apakah ada tanda infeksi?

(4) Telinga : kotor atau tidak, ada serumen atau tidak, kesimetrisan

(5) Muka; ekspresi, pucat

(6) Leher: apakah ada pembesaran kelenjar tiroid dan limfe, denyut arteri

karotis yang cepat

(7) Dada:

-Pergerakan pernafasan meningkat, tampak kelelahan.

14
-bunyi jantung pertama intensitasnya menurun

-Terdapat bunyi murmur yang khas dan melemah pada bunyi jantung ke 2

-bising diastolic aorta di sela iga 2 kiri, bising sistolik di apeks

-Bunyi jantung S1 keras, pembukaan yang keras. Penurunan atau tak ada

S1, bunyi robekan luas.

(8) Abdomen :

-warna kulit abdomen normal yaitu kecoklatan lebih terang dari warna

kulit lain, terlihat ada pembengkakan di perut

-peristaltik usus 20 kali

-Saat dipalpasi tidak ada nyeri tekan.

-terdengar timpani

(9) Ekstremitas: lengan-tangan:reflex, warna dan tekstur kulit, edema,

clubbing, bandingkan arteri radialis kiri dan kanan.

d) Pemeriksaan penunjang

(a) Foto thorax, terlihat venttrikel kiri membesar, atrium kiri membesar

dan dilatasi aorta.

(b) EKG, terlihat gambaran hipertrofi ventrikel kiri, amplitudo QRS

meningkat, ST-T berbentuk tipe diastolic-overload , artinya vektor

rata-rata menunjukkan ST yang besar dan gelombang T paralel

dengan vektor rata-rata kompleks QRS. Gambaran tegangan ventrikel

kiri juga ada jika vektor ST-T rata-rata menunjukkan ke arah yang

berlawanan dengan vector QRS Interval PR memanjang.

15
2) Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan penilaian klinis mengenai respon pasien

terhadap masalah kesehatan (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017). Diagnosa

berdasarkan SDKI adalah :

a. Penurunan curah jantung (D.0008)

Definisi : ketidakadekuatan jantung memompa darah untuk memenuhi kebutuhan

metabolisme tubuh

Penyebab : perubahan preload, perubahan afterload dan/atau perubahan

kontraktilitas

Batasan karakteristik :

Kriteria mayor :

1) Subjektif : Lelah

2) Objektif : Edema, distensi vena jugularis, central venous pressure (CVP)

meningkat/,menurun

Kriteria minor :

1) Subjektif : -

2) Objektif : Murmur jantung, berat badan bertambah, pulmonary artery wedge

pressure (PAWP) menurun

b. Pola nafas tidak efektif (D.0005)

Definisi : inspirasi dan/atau ekprasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat

Penyebab : hambatan upaya nafas (mis: Nyeri saat bernafas)

Batasan karakteristik :

Kriteria mayor :

1) Subjektf : Dipsnea

16
2) Objektif : Penggunaan otot bantu pernafasan, fase ekspirasi memanjang, pola

nafas abnormal

Kriteria minor :

1) Subjektif : Ortopnea

2) Objektif : Pernafasan pursed, pernafasan cuping hidung, diameter thoraks

anterior-posterior meningkat, ventilasi semenit menurun, kapasitas vital menurun,

tekanan ekpirasi dan inspirasi menurun, ekskrusi dada berubah.

c. Intoleransi aktivitas (D.0056)

Definisi : ketidakcukupan energi untuk melakukan aktivitas sehari-hari

Penyebab : kelemahan

Batasan karakteristik :

Kriteria mayor :

1) Subjektif : Mengeluh lelah

2) Objektif : Frekuensi jantung meningkat >20% dari kondisi istirahat

Kriteria minor :

1) Subjektif : Dispnea saat/setelah beraktifitas, merasa tidak nyaman setelah

beraktifitas, merasa lemah

2) Objektif : Tekanan darah berubah >20% dari kondisi istirahat, gambaran EKG

menunjukkan aritmia saat/setelah aktifitas, gambaran EKG menunjukkan

iskemia,sianosis

17
3) Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan adalah segala bentuk treatment yang dikerjakan oleh

perawat didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai tujuan

luaran yang diharapkan (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018). Diagnosa berdasarkan

SIKI adalah :

Diagnosa
Kriteria Hasil (SLKI) Intervensi (SIKI)
Keperawatan
1. Penurunan Curah Jantung (L. 02008) Perawatan Jantung (I. 02075)
Curah Setelah dilakukan tindakan - Identifikasi tanda atau gejala primer
jantung b.d keperawatan maka diharapkan curah penurunan curah jantung meliputi
perubahan jantung meningkat dengan kriteria dyspnea, kelelahan, edema, ortopnea,
preload/ hasil: paroxysmal nocturnal dyspnea,
perubahan 1. Kekuatan nadi perifer meningkat peningkatan CVP
afterload/ (skala 5) - Identifikasi tanda atau gejala sekunder
perubahan 2. Ejection fraction meningkat penurunan curah jantung meliputi
kontraktilitas (skala 5) peningkatan berat badan hepatomegali
3. Cardiac index (CI) meningkat distensi Vena jugularis palpitasi ronkhi
(skala 5) basah oliguria batuk kulit pucat
4. Left ventricular stroke work index - Monitor tekanan darah termasuk tekanan
meningkat (skala 5) darah ortostatik Jika perlu
5. stroke volume index meningkat - Monitor intake dan output cairan
(skala 5) - Monitor berat badan setiap hari pada
6. Palpitasi menurun (skala 5) waktu yang sama
7. Bradikardia menurun (skala 5) - Monitor saturasi oksigen
8. Takikardia menurun (skala 5) - Monitor keluhan nyeri dada misalnya
9. Gambaran EKG aritmia menurun intensitas lokasi radiasi durasi presipitasi
(skala 5) yang mengurangi nyeri
10. Lelah menurun (skala 5) - Monitor EKG 12 sadapan
11. Edema menurun (skala 5) - Monitor aritmia kelainan Irama dan
12. Distensi Vena jugularis menurun frekuensi
(skala 5) - Monitor nilai laboratorium jantung

18
13. Dispnea menurun (skala 5) misalnya elektrolit enzim jantung BNP
14. Oliguria menurun (skala 5) NTpro-BNP
15. Pucat atau sianosis menurun - Monitor fungsi alat pacu jantung
(skala 5) - Periksa tekanan darah dan frekuensi nadi
16. Paroxysmal nocturnal dyspnea sebelum dan sesudah aktivitas
menurun (skala 5) - Periksa tekanan darah dan frekuensi nadi
17. Ortopnea menurun (skala 5) sebelum pemberian obat misalnya beta-
18. batuk menurun (skala 5) blocker ACE inhibitor, calcium channel
19. suara jantung S3 menurun (skala blocker,digoksin
5) - Posisikan pasien semifowler atau fowler
20. suara jantung S4 menurun (skala dengan kaki ke bawah atau posisi
5) nyaman
21. Murmur jantung menurun (skala - Berikan diet jantung yang sesuai
5) misalnya batasi asupan kafein natrium
22. Berat badan menurun (skala 5) kolesterol dan makanan tinggi lemak
23. hepatomegali menurun (skala 5) - Gunakan stocking elastis untuk
24. Pulmonary vascular Resistance pneumatic intermittent sesuai indikasi
menurun (skala 5) - Fasilitasi pasien dan keluarga untuk
25. systemic vascular Resistance modifikasi gaya hidup sehat
menurun (skala 5) - Berikan terapi relaksasi untuk
26. Tekanan darah membaik skala 5 mengurangi stres Jika perlu
27. capillary refill time membaik - Beri dukungan emosional dan spiritual
skala 5 - Berikan oksigen untuk mempertahankan
28. Pulmonary Artery wedge pressure saturasi oksigen > 94%
membaik skala 5 - Anjurkan beraktivitas fisik sesuai
29. Central venous pressure membaik toleransi
skala 5 - Anjurkan beraktivitas fisik secara
bertahap
- Anjurkan berhenti merokok
- Ajarkan pasien dan keluarga mengukur
berat badan harian
- Ajarkan pasien dan keluarga mengukur
intake dan output cairan harian

19
- Kolaborasi pemberian antiaritmia Jika
perlu
- Rujuk ke program rehabilitasi jantung
2. Pola nafas Pola Napas (L. 01004) Manajemen Jalan Napas (I. 01011)
tidak efektif Setelah dilakukan tindakan - Monitor pola nafas frekuensi kedalaman
b.d hambatan keperawatan maka diharapkan pola usaha nafas
upaya nafas napas membaik dengan kriteria hasil: - Monitor bunyi nafas tambahan misalnya
1. Ventilasi semenit meningkat gurgling mengi wheezing ronkhi kering
skala 5 - Monitor sputum jumlah warna aroma
2. Kapasitas vital meningkat skala 5 - Pertahankan kepatenan jalan nafas
3. Diameter thoraks anterior dengan head tilt dan chin lift (jaw thrust
posterior meningkat skala 5 jika curiga trauma servikal)
4. Tekanan ekspirasi meningkat - Posisikan semifowler atau fowler
skala 5 - Berikan Minum hangat
5. Tekanan inspirasi meningkat - Lakukan fisioterapi dada jika perlu
skala 5 - Lakukan penghisapan lendir kurang dari
6. Dispnea menurun skala 5 15 detik
7. Penggunaan otot bantu nafas - Lakukan hiperoksigenasi sebelum
menurun skala 5 penghisapan endotrakeal
8. Pemanjangan fase ekspirasi - Keluarkan sumbatan benda padat dengan
menurun skala 5 forsep metil
9. Ortopnea menurun skala 5 - Berikan oksigen Jika perlu 11 anjurkan
10. Pernapasan pursed lip menurun asupan cairan 2000 ml/hari Jika tidak
skala 5 kontraindikasi
11. Pernapasan cuping hidung - Ajarkan teknik batuk efektif
menurun skala 5 - Kolaborasi pemberian bronkodilator
12. Frekuensi napas membaik skala 5 ekspektoran mukolitik Jika perlu
13. kedalaman nafas membaik skala 5
14. ekskursi dada membaik skala 5
3. Intoleransi Toleransi Aktivitas (L. 05047) Manajemen Energi (I. 05178)
aktifitas b.d Setelah dilakukan tindakan - Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang
kelemahan keperawatan maka diharapkan mengakibatkan kelelahan
toleransi aktivitas meningkat dengan - Monitor kelelahan fisik dan emosional

20
kriteria hasil: - Monitor pola dan jam tidur
1. Frekuensi nadi meningkat skala 5 - Monitor lokasi dan ketidaknyamanan
2. Saturasi oksigen meningkat skala selama melakukan aktivitas
5 - Sediakan lingkungan nyaman dan rendah
3. kemudahan dalam melakukan stimulus misalnya cahaya suara
aktivitas sehari-hari meningkat kunjungan
skala 5 - Lakukan latihan rentang gerak pasif dan
4. kecepatan berjalan meningkat atau aktif berikan aktivitas distraksi yang
skala 5 menenangkan
5. jarak berjalan meningkat skala 5 - Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur jika
6. kekuatan tubuh bagian atas tidak dapat berpindah atau berjalan
meningkat skala 5 - Anjurkan tirah baring
7. kekuatan tubuh bagian bawah - Anjurkan melakukan aktivitas secara
meningkat skala 5 bertahap
8. toleransi dalam menaiki tangga - Anjurkan menghubungi perawat jika
meningkat skala 5 tanda dan gejala kelelahan tidak
9. keluhan lelah Menurun skala 5 berkurang
tips saat aktivitas menurun skala - Ajarkan strategi coping untuk
5 mengurangi kelelahan
10. setelah aktivitas menurun skala 5 - Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
11. perasaan lemah menurun skala 5 meningkatkan asupan makanan
12. aritmia saat aktivitas menurun
skala 5
13. aritmia setelah aktivitas Menurun
skala 5
14. sianosis Menurun skala 5
15. warna kulit membaik skala 5
16. tekanan darah membaik skala 5
17. frekuensi napas membaik skala 5
18. EKG iskemia membaik skala 5

21
4) Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh

perawat untuk membantu pasien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus

kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan. Proses

pelaksanaan implementasi harus berpusat kepada kebutuhan pasien, faktor-faktor lain

yang mempengaruhi kebutuhan keperawatan, strategi implementasi keperawatan, dan

kegiatan komunikasi (Dinarti & Muryanti, 2017)

5) Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah akhir dari proses keperawatan. Evaluasi adalah

kegiatan yang disengaja dan terus menerus dengan melibatkan pasien, perawat dan

anggota tim kesehatan lainnya. Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan

pasien dalam mencapai tujuan yang disesuaikan dengan kriteria hasil pada tahap

perencanaan (Setiadi, 2012).

22
LAPORAN KASUS

A.Pengkajian
1.Identitas
Nama : Tn.A
Umur : 30 tahun
Pendidikan :SMA
Suku bangsa :Indonesia
Pekerjaan : Wiraswasta
Penanggung jawab : Ny. S
Agama : Islam
Status perkawinan : Kawin
Alamat : II Ampang No 12 B
NO.MR : 008548
Ruang rawat : Multazam 5
Diagnosa medik : Insufisiensi Aorta
Tinggi/BB : 165 cm/ 50 kg
Golongan Darah :A
Sumber informasi : Keluarga dan pasien

I.Tanda-Tanda Vital
Tekanan Darah : 140/90 mmHg
Nadi : 96 X/menit
Pernafasan : 30X/menit
Suhu : 37°C

II. Riwayat Kesehatan

a) Riwayat kesehatan sekarang : Sesak nafas dan merasakan debaran jantung yang
bertambah kuat. Sesak napas pada malam hari, dyspnea saat beraktivitas dan mudah
letih.
b) Riwayat penyakit dahulu : Klien mengatakan pernah mengalami gagal jantung sejak
1 tahun yang lalu, sehingga klien mudah lelah atau lemah dan sesak saat bernafas

23
c) Riwayat penyakit keluarga : tidak ada keluarga pasien yang menderita penyakit
keturunan seperti jantung,asma.

III.Pemeriksaan fisik
1) Kepala dan rambut
bentuk kepala simetris,kepala bersih,tidak ada lesi,rambut berwarna hitam
2) Mata
letak mata simetris,konjungtiva tidak anemis,reflek pupil isokor
3) Hidung
Hidung simetris, bersih,tidak ada polip,tidak ada iritasi, terpasang O2 nasal kanul 5 lt
/ mnt
4) Telinga
bentuk simetris(kanan dan kiri).keadaan bersih tidak ada serumen
5) Mulut
Bibir kering, pucat,tidak ada sekret di tenggorokan,tidak terdapat karies gigi
6) Leher
inspeksi : keadaan bersih
palpasi : tidak terjadi pembesaran kelenjer tyroid dan vena jugularis,reflek menelan
baik,tidak ada pembengkakan kelenjar getah bening
7) Dada/Thorak
a) Sistem pernafasan
- Inspeksi : simetris kiri dan kanan,pergerakan dada meningkat
- Palpasi : bunyi femitus kiri dan kanan sama
- Perkusi : terdengar sonor
b) Sistem kardiovaskular
- Inspeksi: ictus cordis tidak terlihat
- Auskultasi : terdengar suara murmur jantung
- Palpasi : tidak ada nyri tekan
8) Abdomen
Inspeksi : simetris ,tidak ada pembengkakan, tidak ada lesi
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak teraba perbesaran pada limpa dan hepar
Perkusi : timpani
9) Genetalia
Bersih, terpasang kateter

24
10) Kulit
Inspeksi : warna kulit kuning langsat,tidak ada elergi dan lesi
Palpasi : tugor kulit baik ( kembali kurang dari 2 detik)
11) Ektremitas atas
 Dextra
inspeksi: bentuk tangan kanan simetris,tidak terdapat kelainan
 Sinistra
inspeksi: bentuk tangan kiri simetris,tidak ada kelainan
12) Ektremitas bawah :
 Dextra
Inspeksi : bentuk kaki kanan simetris,tidak ada nyeri tekan,tidak ada
kelainan,tidak ada edema.
 Sinistra
Inspeksi: bentuk kaki kiri simetris, tidak ada nyeri tekan dan edema

Pola kebiasaan Sehari-hari

Pola Sehat Sakit


Eliminasi
-BAK -Warna kekuningan frekuensi -Warna kekuningan
±5 kali sehari frekuensi 5-7 x/hari ± 800
cc
-BAB -Warna kekuningan bau -warna kuning kecoklatan
khas, konsistensi padat bau khas,konsistensi lembek
lembek frekuensi 2x teratur frekuensi 1 x/hari dan tidak
teratur
Nutrisi -Makan 1 porsi habis, - makan hanya ½ atau ¼
frekuensi 3x1/hari,minum ± porsi,minum hanya ±300
2 liter/hari cc/hari

Tidur/Istirahat -waktu tidur siang ± 2 -Tidur siang tidak teratur,


jam/hari,tidur malam ±7-8 tidur malam terganggu ±4-5
jam/hari jam/hari

Aktivitas dan latihan -klien dapat beraktivitas -klien dibantu keluarga


tanpa bantuan orang lain dalam beraktivitas

25
Analisa Data

No Data Penunjang Masalah Etiologi


1 Ds: Penurunan curah Perubahan pre
- pasien mengatakan mudah lelah jantung load
- pasien mengatakan badan terasa lemah
Do:
-pasien tampak pucat
-Terdengar suara murmur jantung
- Tanda-tanda Vital :
Tekanan Darah : 140/90 mmHg
Nadi : 96 X/menit
Pernafasan : 30X/menit
Suhu : 37°C
2 Ds: Pola nafas tidak Hambatan
-pasien mengeluhkan sesak nafas dan sulit bernafas Efektif upaya napas
Do:
- pasien tampak sulit bernafas
-pergerakan dada meningkat
- Tanda-tanda Vital :
Tekanan Darah : 140/90 mmHg
Nadi : 96 X/menit
Pernafasan : 38X/menit
Suhu : 37°C

Rencana Keperawatan

NO Diagnosa SLKI SIKI Aktivitas keperawatan


Keperawat
an
1 Penurunan Setelah dilakukan Perawatan -Identifikasi tanda atau gejala primer
Curah intervensi keperawatan Jantung penurunan curah jantung meliputi dyspnea,
jantung selama 4 jam, maka curah (I. 02075) kelelahan, edema, ortopnea, paroxysmal
b.d jantung meningkat, dengan nocturnal dyspnea, peningkatan CVP
perubahan kriteria hasil: -Identifikasi tanda atau gejala sekunder
pre load - Lelah menurun (skala 5) penurunan curah jantung meliputi
- Dispnea menurun (skala peningkatan berat badan hepatomegali
5) distensi Vena jugularis palpitasi ronkhi
- Pucat atau sianosis basah oliguria batuk kulit pucat
menurun (skala 5) -Monitor saturasi oksigen
- Murmur jantung -Monitor EKG 12 sadapan
menurun (skala 5) -Monitor keluhan nyeri dada misalnya
- Tekanan darah membaik intensitas lokasi radiasi durasi presipitasi
(skala 5) yang mengurangi nyeri

26
- capillary refill time -Monitor nilai laboratorium jantung
membaik (skala 5) misalnya elektrolit enzim jantung BNP
NTpro-BNP
-Periksa tekanan darah dan frekuensi nadi
sebelum dan sesudah aktivitas
-Periksa tekanan darah dan frekuensi nadi
sebelum pemberian obat misalnya beta-
blocker ACE inhibitor, calcium channel
blocker,digoksin
-Posisikan pasien semifowler atau fowler
dengan kaki ke bawah atau posisi nyaman
-Berikan oksigen untuk mempertahankan
saturasi oksigen > 94%
-Anjurkan beraktivitas fisik sesuai
toleransi
2 Pola nafas Setelah dilakukan Manajeme -Monitor pola
tidak intervensi keperawatan n jalan napas(frekuensi,kedalaman,usaha napas)
efektif b.d selama 3 jam,maka Pola Napas -Monitor bunyi napas tambahan
Hambatan Napas membaik,dengan ( I.01011) (mis.gurgling,mengi,wheezing,ronkhi
upaya kriteria hasil : kering)
napas -Dispnea menurun ( skala -Pertahankan kepatenan jalan napas dengn
5) head-tilt dan chin-lift(jaw-thrus jika curiga
-penggunaan otot bantu trauma servikal)
napas menurun (skala5) -Posisikan semi- fowler atau fowler
-Frekuensi Napas -Berikan minum hangat
membaik (skala 5) -Berikan oksegen,jika perlu
-Kedalaman napas -Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari,jika
membaik (skala 5) tidak kontra indikasi

Catatan Keperawatan

Hari / Diagnosa Implementasi Evaluasi TTD


tangg
al
Rabu/ Penurunan -mengidentifikasi tanda atau gejala primer S: Pasien mengatakan
25 Curah penurunan curah jantung meliputi dyspnea, sudah mulai bertenaga
januar jantung b.d kelelahan, edema, ortopnea, paroxysmal O: Pasien sudah tampak
i 2021 perubahan nocturnal dyspnea, peningkatan CVP tidak pucat
pre load -mengidentifikasi tanda atau gejala sekunder A: Penurunan curah
penurunan curah jantung meliputi peningkatan jantung sudah teratasi
berat badan hepatomegali distensi Vena P: Intervensi dihentikan
jugularis palpitasi ronkhi basah oliguria batuk

27
kulit pucat
-Memonitor saturasi oksigen
-Memonitor EKG 12 sadapan
-Memonitor keluhan nyeri dada misalnya
intensitas lokasi radiasi durasi presipitasi yang
mengurangi nyeri
-Memonitor nilai laboratorium jantung
misalnya elektrolit enzim jantung BNP NTpro-
BNP
-memeriksa tekanan darah dan frekuensi nadi
sebelum dan sesudah aktivitas
-memeriksa tekanan darah dan frekuensi nadi
sebelum pemberian obat misalnya beta-blocker
ACE inhibitor, calcium channel
blocker,digoksin
-memposisikan pasien semifowler atau fowler
dengan kaki ke bawah atau posisi nyaman
-memberikan oksigen untuk mempertahankan
saturasi oksigen > 94%
-menganjurkan beraktivitas fisik sesuai
toleransi
Rabu/ Pola nafas -Memonitor pola S: Pasien mengatakan
25 tidak efektif napas(frekuensi,kedalaman,usaha napas) sudah tidak sesak nafas
januar b.d -Memonitor bunyi napas tambahan lagi
i 2021 Hambatan (mis.gurgling,mengi,wheezing,ronkhi kering) O: Pasien tampak tidak
upaya napas -mempertahankan kepatenan jalan napas dengn sesak
head-tilt dan chin-lift(jaw-thrus jika curiga RR: 20x/mnt
trauma servikal) A: Pola nafas tidak
-memposisikan semi- fowler atau fowler efektif sudah teratasi
-memberikan minum hangat P: Intervensi dihentikan
-memberikan oksegen,jika perlu
-menganjurkan asupan cairan 2000 ml/hari,jika
tidak kontra indikasi

28
1. Diagnosa: Penurunan Curah Jantung b.d Perubahan Pre Load
SOP Mengukur Tekanan Darah
a. Pra Interaksi dan orientasi
1) Mahasiswa mengetahui identitas pasien melalui dokumen
2) Mahasiswa mengucapkan salam
3) Mahasiswa memastikan keamanan dan kenyamanan pasien
4) Mahasiswa menyiapkan alat:
-tensi meter raksa
-stetoskop
-buku catatan dan alat tulis
-APD sesuai kebutuhan
b. Fase interaksi/kerja:
1) Mahasiswa mencuci tangan, memasang APD sesuai kebutuhan
2) Mahasiswa mendekatkan alat alat
3) Mahasiswa menentukan dan bebaskan lokasi pengukuran tekanan darah
4) Mahasiswa memasang manset 2,5 cm di atas fossa kubiti (pada lengan) atau
dorsalis pedis (pada kaki), pipa penghubung berada tepat disebelah atas arteri
(jangan terlalu kencang dan jangan terlalu longgar)
5) Mahasiswa meletakkan tensimeter dengan posisi datar setinggi jantung pasien
6) Mahasiswa membuka kunci reservoir air raksa
7) Mahasiswa melakukan palpasi arteri brachialis
8) Mahasiswa meletakkan bagian diafragma stetoskop tepat diatasnya dengan pin
chestpiece stetoskop tertutup
9) Mahasiswa memompa balon sehingga air raksa naik sampai detak arteri tidak
terdengar lagi, lanjutkan sampai air raksa 30 mmhg diatas nilai sistolik
10) Mahasiswa membuka skrup balon perlahan lahan sambil melihat skala dan
dengarkan bunyi bunyi detak pertama (sistolik)
11) Mahasiswa membuka skrup balon sambil mendengarkan bunyi detak terakhir
(diastole)
12) Mahasiswa menurunkan air raksa sampai 0 (nol) dan kunci reservoir
13) Mahasiswa membereskan alat alat, lepaskan APD dan cuci tangan
14) Mahasiswa mendokumentasikan tindakan yang sudah dilakukan
c. Fase Terminasi
1) Mahasiswa merencanakan tindakan dan kunjungan berikutnya
29
2) Mahasiswa mengucapkan salam & terima kasih atas kerjasamanya

2. Diagnosa: Pola Nafas Tidak Efektif b.d Hambatan Upaya Nafas


SOP Pemberian Oksigen
1) Persiapan alat pemberian oksigen
a) Kanul
-tabung oksigen dengan flow meter
-humidifier dengan cairan steril atau air matang sesuai dengan peraturan rs
-nasal kanul dan selang
-Kassa Jika perlu
b) Masker wajah
-tabung oksigen dengan flow meter
-humidifier dengan cairan steril atau air matang sesuai dengan peraturan rs
-masker wajah dengan ukuran yang sesuai
-karet pengikat
2) Tindakan sebelum pemberian oksigen
a) cuci tangan
b) kaji kebutuhan terapi oksigen
3) Tindakan saat pemberian oksigen
Siapkan client
a) atur posisi klien semifowler Jika memungkinkan
b) Jelaskan bahwa oksigen tidak berbahaya
Putar oksigen sesuai terapi dan pastikan alat dapat berfungsi
a) cek apakah Oksigen dapat mengalir lewat selang
b) perhatikan apakah ada gelembung udara pada humidifier saat oksigen
mengalir
c) rasakan oksigen keluar dari kanul
d) atur oksigen dengan Flow Meter sesuai dengan terapi
Pasang alat pemberian oksigen yang sesuai
Kanul
a) Letakkan kanul pada wajah klien dengan lubang kanul masuk ke hidung dan
karet pengikat melingkar ke kepala
b) fiksasi pada bagian wajah

30
c) alasi selang dengan kasa pada karet pengikat pada telinga dan tulang pipi jika
dibutuhkan
Masker wajah
a) tempatkan masker ke arah wajah klien dan letakkan dari hidung ke bawah
b) ikatkan karet pengikat melingkar kepala klien sehingga masker terasa
nyaman
c) alas karet di belakang telinga dan di atas tulang yang menonjol
4) Tindakan pasca pemberian oksigen
a) Satu cuci tangan
b) dokumentasikan tindakan

31
Daftar Pustaka

Wahab S. Kardiologi Anak: Penyakit Jantung Kongenital Yang Tidak Sianotik. In: 3rd ed.

Jakarta: Buku Kedokteran EGC

Aspiani, Reni Y. 2015. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Kardiovaskular:

Aplikasi NOC & NIC. Jakarta: EGC

Muttaqin, Arif. 2011. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Kardiovaskular

dan Hematologi. Jakarta: EGC.

Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskuler Indonesia. 2016. Panduan Praktik Klinis dan

Clinical Pathway Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah.Jakarta

Dinarti, & Muryanti, Y. (2017). Bahan Ajar Keperawatan: Dokumentasi Keperawatan. 1–

172. Retrieved from http://bppsdmk. kemkes.go.id/ pusdiksdmk /wpcontent /uploads

/2017/11 /praktika-dokumen keperawatan - dafis. Pdf

PPNI, Tim Pokja SDKI DPP. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. DPP PPNI.

Jakarta Selatan.

PPNI, Tim Pokja SIKI DPP . (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. DPP PPNI.

Jakarta Selatan.

PPNI, Tim Pokja SLKI DPP. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. DPP PPNI.

Jakarta Selatan.

32

Anda mungkin juga menyukai