Asuhan Keperawatan
Insufisiensi Aorta
NIM: 18112185
2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jantung merupakan organ yang sangat penting bagi tubuh kita karena
integrasi sistem lainnya. Jantung terdiri dari beberapa ruang yang dibatasi oleh katup
diantaranya adalah katup atrioventricular dan katup dan katup semilunar. Katup
atrioventricular (mitral dan trikuspid) terbuka dan darah mengalir dari atrium dengan
tekanan yang lebih tinggi ke dalam venrtikel yang relaksasi. Setelah pengisian
darah kembali ke dalam atrium dan kemudian kontraksi ventrikular dimulai. Selama
fase sistolik, tekanan ventrikular meningkat menyebabkan katup semilunar (aorta dan
menurun dan katup semilunar tertutup sehingga mencegah aliran balik ke dalam
ventrikel. Klien yang mengalami penyakit valvular mengalami aliran balik atau
Gangguan pada katup Gangguan pada katup yang sering selama ini adalah
insufisiensi aorta stenosis mitral. Insufisiensi aorta adalah sustu keadaan dimana
terjadi refluk (aliran balik) darah dari aorta ke dalam ventrikel kiri sewaktu relaksasi.
1
tidak bisa menutup lumen aorta dengan selama diastole dan mengakibatkan aliran
B. Rumusan masalah
C. Tujuan
D. Manfaat
2
BAB II
Tinjauan Pustaka
A. Defenisi
Insufisiensi aorta atau regurgitasi aorta adalah kelainan pada katup aorta yang
menjadi lemah ataupun membesar sehingga katup tidak dapat menutup dengan baik.
Hal ini mengakibatkan timbulnya aliran balik darah dari aorta ke ventrikel kiri.
Insufisiensi aorta adalah suatu keadaan dimana terjadi refluks (aliran balik) darah dari
Jantung merupakan salah satu organ yang terpenting dan mempunyai fungsi
vital pada tubuh. Jantung memiliki fungsi sebagai pompa darah ke seluruh tubuh.
Sebagai pemompa darah, ada syarat-syarat yang harus dipenuhi agar menjadi
pemompa yang baik yaitu pengisian darah atrium dan ventrikel optimal, kekuatan
bergamtian secara teratur serta katup-katup pada jantung berfungsi dengan baik.
Katup jantung bekerja mengatur aliran darah dengan cara membuka serta
menutup pada saat tepat ketika jantung berkonstraksi dan berelakasasi selama siklus
jantung. Organ jantung itu sendiri memiliki empat jenis katup yaitu:
3
4. Katup seminularis aorta, terletak antara ventrikel sinistra dengan aorta
Katup normal memiliki ciri yaitu aliran darah searah dan tidak terhalangi.
Katup akan membuka bila tekanan dalam ruang jantung di proksimal katup lebih
besar dari tekanan dalamruang atau pembuluh disebelah distal katup. Sebaliknya,
katup akan menutup bila tekanan distal lebih besar daripada tekanan dalam ruang di
dalam atrium lebih besar daripada tekanan dalam ventrikel serta akan menutup
jantung aorta dimana katup jantung tidak dapat menutup rapat atau tidak sempurna
sehingga darah dapat mengalir balik atau akan mengalami kebocoran sehingga
akan meningkat dan memaksa jantung untuk memompakan darah lebih banyak guna
C. Etiologi
Kelainan katup dan pangkal aorta juga bisa menimbulkan insufisiensi aorta.
Menurut Arif Mutttaqin, insufisiensi darah dari aorta ke ventrikel kiri dapat
terjadi oleh:
1. Mikroorganisme
4
katup dan permukaan endothel jantung sehingga menyebabkan rematik
pembengkakan, fibrosis, dan perforasi daun katup serta erosi pinggir daun
2. Hipertrofi Ventrikel
berkurang. Semakin lama apabila keadaan ini terus berlanjut maka akan
aorta.
penutupan atau kekakuan katup aorta sehingga penutupan katup aorta tidak
sempurna.
5. Penyakit kolagen/penuaan
5
seluruh klep-klep meningkatkan penyebab luka parut dan penebala.
Kelainan bawaan yang dibawa dari bayi sejak lahir, misalnya kelainan
katup yang tidak bisa menutup secara sempurna saat dalam kandungan,
menyebabkan aliran darah dari ventrikel kiri tidak bisa mengalir secara
sempurna.
D. Klasifikasi
Pada IA akut, yang biasanya terjadi karena perforasi akut pada katup
mendadak volume darah pada ventrikel kiri. Dengan kenaikan volume ini
6
volume akan semakin mengurangi efisiensi kontraksi ventrikel. Tekanan
pengisian pada ventrikel kiri juga akan mengalami peningkatan. Hal ini
disebabkan oleh endokarditis pada katup aorta, maka ada risiko bahwa
ini kecil.
mitral pada saat diastole (yang seharusnya katup mitral menutup pada saat
permulaan sistol).
yang terjadi pada IA akut maka ventrikel kiri akan beradaptasi dengan cara
dilatasi dan hipertrofi eccentric, yang mana hal ini akan mengkompensasi
dan penderita tidak akan lagi tampak gagal jantung yang nyata. Pada fase
7
terkompensasi ini penderita mungkin akan tidak menunjukkan gejala sama
tepat untuk IA antara lain adalah penggantian katup aorta yang dilakukan
E. Patofisiologi
Insufisiensi aorta dapat disebabkan oleh lesi peradangan yang merusak bentuk
kuncup (leaflet) katup aorta, sehingga masing-masing konsep tidak bisa menutup
lumen aorta dengan rapat selama diastole dan akibatnya menyebabkan aliran balik
Karena kebocoran katup aorta saat diastole, maka sebagian darah dalam aorta
yang biasanya bertekanan tinggi, akan mengalir ke ventrikel kiri, sehingga ventrikel
kiri harus mengatasi keduanya, yaitu mengirim darah yang secara normal diterima
dari Atrium kiri maupun darah yang kembali dari aorta. Ventrikel kiri kemudian
melebar dan hipertrofi untuk mengakomodasi peningkatan volume ini, demikian juga
akibat tenaga mendorong yang lebih dari normal untuk memompa darah
mengkompensasi melalui refleks dilatasi pembuluh darah dan Arteri perifer melemas,
sehingga tahanan perifer menurun dan tekanan diastolik turun drastic. Perubahan
hemodinamik keadaan akut dapat dibedakan dengan keadaan kronik. Kerusakan akut
8
timbul pada pasien tanpa riwayat insufisiensi sebelumnya. Ventrikel kiri tidak punya
cukup waktu untuk beradaptasi terhadap insufisiensi aorta peningkatan secara tiba-
tiba dari tekanan diastolik akhir ventrikel kiri bisa timbul dengan sedikit dilatasi
ventrikel.
9
F. WOC
Insufisiensi aorta
Volume Sekuncup
Breath Blood Brain Bladder Bowel Bone
turun
Curah
jantung
turun
Vasodilatasi
saat istirahat
Lelah dan
lema
MK: 10
intoleransi
aktivitas
G. Manifestasi Klinis
Pada penderita insufisiensi aorta kronis bisa timbul gejala gejala gagal
edema paru dan kelelahan. Pada kasus akut dapat terjadi sianosis dan sok sirkulatori
jika interval PR memanjang. Bunyi ejeksi sistolik bisa terdengar sepanjang perbatasan
sternum kiri akibat distensi tiba-tiba dari aorta. Bunyi jantung ketiga dapat terdengar
karena adanya gagal jantung atau akibat pengisian ventrikel kiri yang berlebihan saat
diastole. Pada pemeriksaan fisik juga ditemukan denyut Arteri karotis yang cepat dan
perbedaan tekanan darah yang besar bisa timbul pada keadaan hiperdinamik dengan
pulsus bisferiens. Jika insufisiensi berat, timbul efek nyata pada pulsasi Arteri perifer.
Jika gagal jantung berat, tekanan diastolik bisa normal akibat peningkatan tekanan
tekanan darah yang cepat pada saat diastole yang diakibatkan darah yang refluks pada
aorta merupakan penyebab beberapa karakteristik tanda perifer. Palpasi nadi perifer
atau water-hammer)
H. Komplikasi
dan kematian. Insufisiensi aorta kronik merupakan proses yang lebih indolen, yang
juga akhirnya menimbulkan gejala yang disertai disfungsi ventrikel dan gagal jantung.
11
I. Pemeriksaan Diagnostik
vektor rata-rata kompleks QRS. Gambaran tegangan ventrikel kiri juga ada jika
vektor ST-T rata-rata menunjukkan ke arah yang berlawanan dengan vector QRS
Interval PR memanjang.
J. Penatalaksanaan
gejala dan tanda yang berhubungan dengan proses penyakitnya dan tingkat disfungsi
masih diperdebatkan Apakah perlu atau tidak Walaupun demikian apabila fraksi
ejeksi turun sampai 50% atau lebih kecil, pada keadaan dilatasi ventrikel yang
progresif dan parah atau insufisiensi aorta dengan gejala atau terdapatnya respon
dilakukan.
12
Pembedahan yang dilakukan sebelum terjadinya perkembangan fraksi ejeksi /
dilatasi ventrikel kiri yang semakin parah diharapkan dapat mengurangi risiko
yang lebih kecil. Pembedahan juga akan lebih optimal pada kasus akut.
1) Pengkajian Keperawatan
a. Identitas pasien
b. Keluhan utama
Keluhan yang paling sering menjadi alasan pasien yaitu batuk, rasa lelah,
Klien dengan insufisiensi aorta dapat terjadi gagal jantung menyebabkan sesak
pada malam hari penderita mengalami palpitasi atau jantung berdebar yang
yang berhubungan dengan penyakit yang saat ini dirasakan oleh klien
e. Riwayat keluarga
Mengkaji penyakit yang pernah dialami oleh keluarga serta bila ada anggota
13
f. Pemeriksaan Fisik
b) Tanda-tanda Vital :
Nilai normalnya :
(2) Nadi
(3) Pernapasan
c) Head to toe
(4) Telinga : kotor atau tidak, ada serumen atau tidak, kesimetrisan
(6) Leher: apakah ada pembesaran kelenjar tiroid dan limfe, denyut arteri
(7) Dada:
14
-bunyi jantung pertama intensitasnya menurun
-Terdapat bunyi murmur yang khas dan melemah pada bunyi jantung ke 2
-Bunyi jantung S1 keras, pembukaan yang keras. Penurunan atau tak ada
(8) Abdomen :
-warna kulit abdomen normal yaitu kecoklatan lebih terang dari warna
-terdengar timpani
d) Pemeriksaan penunjang
(a) Foto thorax, terlihat venttrikel kiri membesar, atrium kiri membesar
kiri juga ada jika vektor ST-T rata-rata menunjukkan ke arah yang
15
2) Diagnosa Keperawatan
terhadap masalah kesehatan (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017). Diagnosa
metabolisme tubuh
kontraktilitas
Batasan karakteristik :
Kriteria mayor :
1) Subjektif : Lelah
meningkat/,menurun
Kriteria minor :
1) Subjektif : -
Batasan karakteristik :
Kriteria mayor :
1) Subjektf : Dipsnea
16
2) Objektif : Penggunaan otot bantu pernafasan, fase ekspirasi memanjang, pola
nafas abnormal
Kriteria minor :
1) Subjektif : Ortopnea
Penyebab : kelemahan
Batasan karakteristik :
Kriteria mayor :
Kriteria minor :
2) Objektif : Tekanan darah berubah >20% dari kondisi istirahat, gambaran EKG
iskemia,sianosis
17
3) Intervensi Keperawatan
perawat didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai tujuan
luaran yang diharapkan (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018). Diagnosa berdasarkan
SIKI adalah :
Diagnosa
Kriteria Hasil (SLKI) Intervensi (SIKI)
Keperawatan
1. Penurunan Curah Jantung (L. 02008) Perawatan Jantung (I. 02075)
Curah Setelah dilakukan tindakan - Identifikasi tanda atau gejala primer
jantung b.d keperawatan maka diharapkan curah penurunan curah jantung meliputi
perubahan jantung meningkat dengan kriteria dyspnea, kelelahan, edema, ortopnea,
preload/ hasil: paroxysmal nocturnal dyspnea,
perubahan 1. Kekuatan nadi perifer meningkat peningkatan CVP
afterload/ (skala 5) - Identifikasi tanda atau gejala sekunder
perubahan 2. Ejection fraction meningkat penurunan curah jantung meliputi
kontraktilitas (skala 5) peningkatan berat badan hepatomegali
3. Cardiac index (CI) meningkat distensi Vena jugularis palpitasi ronkhi
(skala 5) basah oliguria batuk kulit pucat
4. Left ventricular stroke work index - Monitor tekanan darah termasuk tekanan
meningkat (skala 5) darah ortostatik Jika perlu
5. stroke volume index meningkat - Monitor intake dan output cairan
(skala 5) - Monitor berat badan setiap hari pada
6. Palpitasi menurun (skala 5) waktu yang sama
7. Bradikardia menurun (skala 5) - Monitor saturasi oksigen
8. Takikardia menurun (skala 5) - Monitor keluhan nyeri dada misalnya
9. Gambaran EKG aritmia menurun intensitas lokasi radiasi durasi presipitasi
(skala 5) yang mengurangi nyeri
10. Lelah menurun (skala 5) - Monitor EKG 12 sadapan
11. Edema menurun (skala 5) - Monitor aritmia kelainan Irama dan
12. Distensi Vena jugularis menurun frekuensi
(skala 5) - Monitor nilai laboratorium jantung
18
13. Dispnea menurun (skala 5) misalnya elektrolit enzim jantung BNP
14. Oliguria menurun (skala 5) NTpro-BNP
15. Pucat atau sianosis menurun - Monitor fungsi alat pacu jantung
(skala 5) - Periksa tekanan darah dan frekuensi nadi
16. Paroxysmal nocturnal dyspnea sebelum dan sesudah aktivitas
menurun (skala 5) - Periksa tekanan darah dan frekuensi nadi
17. Ortopnea menurun (skala 5) sebelum pemberian obat misalnya beta-
18. batuk menurun (skala 5) blocker ACE inhibitor, calcium channel
19. suara jantung S3 menurun (skala blocker,digoksin
5) - Posisikan pasien semifowler atau fowler
20. suara jantung S4 menurun (skala dengan kaki ke bawah atau posisi
5) nyaman
21. Murmur jantung menurun (skala - Berikan diet jantung yang sesuai
5) misalnya batasi asupan kafein natrium
22. Berat badan menurun (skala 5) kolesterol dan makanan tinggi lemak
23. hepatomegali menurun (skala 5) - Gunakan stocking elastis untuk
24. Pulmonary vascular Resistance pneumatic intermittent sesuai indikasi
menurun (skala 5) - Fasilitasi pasien dan keluarga untuk
25. systemic vascular Resistance modifikasi gaya hidup sehat
menurun (skala 5) - Berikan terapi relaksasi untuk
26. Tekanan darah membaik skala 5 mengurangi stres Jika perlu
27. capillary refill time membaik - Beri dukungan emosional dan spiritual
skala 5 - Berikan oksigen untuk mempertahankan
28. Pulmonary Artery wedge pressure saturasi oksigen > 94%
membaik skala 5 - Anjurkan beraktivitas fisik sesuai
29. Central venous pressure membaik toleransi
skala 5 - Anjurkan beraktivitas fisik secara
bertahap
- Anjurkan berhenti merokok
- Ajarkan pasien dan keluarga mengukur
berat badan harian
- Ajarkan pasien dan keluarga mengukur
intake dan output cairan harian
19
- Kolaborasi pemberian antiaritmia Jika
perlu
- Rujuk ke program rehabilitasi jantung
2. Pola nafas Pola Napas (L. 01004) Manajemen Jalan Napas (I. 01011)
tidak efektif Setelah dilakukan tindakan - Monitor pola nafas frekuensi kedalaman
b.d hambatan keperawatan maka diharapkan pola usaha nafas
upaya nafas napas membaik dengan kriteria hasil: - Monitor bunyi nafas tambahan misalnya
1. Ventilasi semenit meningkat gurgling mengi wheezing ronkhi kering
skala 5 - Monitor sputum jumlah warna aroma
2. Kapasitas vital meningkat skala 5 - Pertahankan kepatenan jalan nafas
3. Diameter thoraks anterior dengan head tilt dan chin lift (jaw thrust
posterior meningkat skala 5 jika curiga trauma servikal)
4. Tekanan ekspirasi meningkat - Posisikan semifowler atau fowler
skala 5 - Berikan Minum hangat
5. Tekanan inspirasi meningkat - Lakukan fisioterapi dada jika perlu
skala 5 - Lakukan penghisapan lendir kurang dari
6. Dispnea menurun skala 5 15 detik
7. Penggunaan otot bantu nafas - Lakukan hiperoksigenasi sebelum
menurun skala 5 penghisapan endotrakeal
8. Pemanjangan fase ekspirasi - Keluarkan sumbatan benda padat dengan
menurun skala 5 forsep metil
9. Ortopnea menurun skala 5 - Berikan oksigen Jika perlu 11 anjurkan
10. Pernapasan pursed lip menurun asupan cairan 2000 ml/hari Jika tidak
skala 5 kontraindikasi
11. Pernapasan cuping hidung - Ajarkan teknik batuk efektif
menurun skala 5 - Kolaborasi pemberian bronkodilator
12. Frekuensi napas membaik skala 5 ekspektoran mukolitik Jika perlu
13. kedalaman nafas membaik skala 5
14. ekskursi dada membaik skala 5
3. Intoleransi Toleransi Aktivitas (L. 05047) Manajemen Energi (I. 05178)
aktifitas b.d Setelah dilakukan tindakan - Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang
kelemahan keperawatan maka diharapkan mengakibatkan kelelahan
toleransi aktivitas meningkat dengan - Monitor kelelahan fisik dan emosional
20
kriteria hasil: - Monitor pola dan jam tidur
1. Frekuensi nadi meningkat skala 5 - Monitor lokasi dan ketidaknyamanan
2. Saturasi oksigen meningkat skala selama melakukan aktivitas
5 - Sediakan lingkungan nyaman dan rendah
3. kemudahan dalam melakukan stimulus misalnya cahaya suara
aktivitas sehari-hari meningkat kunjungan
skala 5 - Lakukan latihan rentang gerak pasif dan
4. kecepatan berjalan meningkat atau aktif berikan aktivitas distraksi yang
skala 5 menenangkan
5. jarak berjalan meningkat skala 5 - Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur jika
6. kekuatan tubuh bagian atas tidak dapat berpindah atau berjalan
meningkat skala 5 - Anjurkan tirah baring
7. kekuatan tubuh bagian bawah - Anjurkan melakukan aktivitas secara
meningkat skala 5 bertahap
8. toleransi dalam menaiki tangga - Anjurkan menghubungi perawat jika
meningkat skala 5 tanda dan gejala kelelahan tidak
9. keluhan lelah Menurun skala 5 berkurang
tips saat aktivitas menurun skala - Ajarkan strategi coping untuk
5 mengurangi kelelahan
10. setelah aktivitas menurun skala 5 - Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
11. perasaan lemah menurun skala 5 meningkatkan asupan makanan
12. aritmia saat aktivitas menurun
skala 5
13. aritmia setelah aktivitas Menurun
skala 5
14. sianosis Menurun skala 5
15. warna kulit membaik skala 5
16. tekanan darah membaik skala 5
17. frekuensi napas membaik skala 5
18. EKG iskemia membaik skala 5
21
4) Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
perawat untuk membantu pasien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus
kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan. Proses
5) Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah akhir dari proses keperawatan. Evaluasi adalah
kegiatan yang disengaja dan terus menerus dengan melibatkan pasien, perawat dan
anggota tim kesehatan lainnya. Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan
pasien dalam mencapai tujuan yang disesuaikan dengan kriteria hasil pada tahap
22
LAPORAN KASUS
A.Pengkajian
1.Identitas
Nama : Tn.A
Umur : 30 tahun
Pendidikan :SMA
Suku bangsa :Indonesia
Pekerjaan : Wiraswasta
Penanggung jawab : Ny. S
Agama : Islam
Status perkawinan : Kawin
Alamat : II Ampang No 12 B
NO.MR : 008548
Ruang rawat : Multazam 5
Diagnosa medik : Insufisiensi Aorta
Tinggi/BB : 165 cm/ 50 kg
Golongan Darah :A
Sumber informasi : Keluarga dan pasien
I.Tanda-Tanda Vital
Tekanan Darah : 140/90 mmHg
Nadi : 96 X/menit
Pernafasan : 30X/menit
Suhu : 37°C
a) Riwayat kesehatan sekarang : Sesak nafas dan merasakan debaran jantung yang
bertambah kuat. Sesak napas pada malam hari, dyspnea saat beraktivitas dan mudah
letih.
b) Riwayat penyakit dahulu : Klien mengatakan pernah mengalami gagal jantung sejak
1 tahun yang lalu, sehingga klien mudah lelah atau lemah dan sesak saat bernafas
23
c) Riwayat penyakit keluarga : tidak ada keluarga pasien yang menderita penyakit
keturunan seperti jantung,asma.
III.Pemeriksaan fisik
1) Kepala dan rambut
bentuk kepala simetris,kepala bersih,tidak ada lesi,rambut berwarna hitam
2) Mata
letak mata simetris,konjungtiva tidak anemis,reflek pupil isokor
3) Hidung
Hidung simetris, bersih,tidak ada polip,tidak ada iritasi, terpasang O2 nasal kanul 5 lt
/ mnt
4) Telinga
bentuk simetris(kanan dan kiri).keadaan bersih tidak ada serumen
5) Mulut
Bibir kering, pucat,tidak ada sekret di tenggorokan,tidak terdapat karies gigi
6) Leher
inspeksi : keadaan bersih
palpasi : tidak terjadi pembesaran kelenjer tyroid dan vena jugularis,reflek menelan
baik,tidak ada pembengkakan kelenjar getah bening
7) Dada/Thorak
a) Sistem pernafasan
- Inspeksi : simetris kiri dan kanan,pergerakan dada meningkat
- Palpasi : bunyi femitus kiri dan kanan sama
- Perkusi : terdengar sonor
b) Sistem kardiovaskular
- Inspeksi: ictus cordis tidak terlihat
- Auskultasi : terdengar suara murmur jantung
- Palpasi : tidak ada nyri tekan
8) Abdomen
Inspeksi : simetris ,tidak ada pembengkakan, tidak ada lesi
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak teraba perbesaran pada limpa dan hepar
Perkusi : timpani
9) Genetalia
Bersih, terpasang kateter
24
10) Kulit
Inspeksi : warna kulit kuning langsat,tidak ada elergi dan lesi
Palpasi : tugor kulit baik ( kembali kurang dari 2 detik)
11) Ektremitas atas
Dextra
inspeksi: bentuk tangan kanan simetris,tidak terdapat kelainan
Sinistra
inspeksi: bentuk tangan kiri simetris,tidak ada kelainan
12) Ektremitas bawah :
Dextra
Inspeksi : bentuk kaki kanan simetris,tidak ada nyeri tekan,tidak ada
kelainan,tidak ada edema.
Sinistra
Inspeksi: bentuk kaki kiri simetris, tidak ada nyeri tekan dan edema
25
Analisa Data
Rencana Keperawatan
26
- capillary refill time -Monitor nilai laboratorium jantung
membaik (skala 5) misalnya elektrolit enzim jantung BNP
NTpro-BNP
-Periksa tekanan darah dan frekuensi nadi
sebelum dan sesudah aktivitas
-Periksa tekanan darah dan frekuensi nadi
sebelum pemberian obat misalnya beta-
blocker ACE inhibitor, calcium channel
blocker,digoksin
-Posisikan pasien semifowler atau fowler
dengan kaki ke bawah atau posisi nyaman
-Berikan oksigen untuk mempertahankan
saturasi oksigen > 94%
-Anjurkan beraktivitas fisik sesuai
toleransi
2 Pola nafas Setelah dilakukan Manajeme -Monitor pola
tidak intervensi keperawatan n jalan napas(frekuensi,kedalaman,usaha napas)
efektif b.d selama 3 jam,maka Pola Napas -Monitor bunyi napas tambahan
Hambatan Napas membaik,dengan ( I.01011) (mis.gurgling,mengi,wheezing,ronkhi
upaya kriteria hasil : kering)
napas -Dispnea menurun ( skala -Pertahankan kepatenan jalan napas dengn
5) head-tilt dan chin-lift(jaw-thrus jika curiga
-penggunaan otot bantu trauma servikal)
napas menurun (skala5) -Posisikan semi- fowler atau fowler
-Frekuensi Napas -Berikan minum hangat
membaik (skala 5) -Berikan oksegen,jika perlu
-Kedalaman napas -Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari,jika
membaik (skala 5) tidak kontra indikasi
Catatan Keperawatan
27
kulit pucat
-Memonitor saturasi oksigen
-Memonitor EKG 12 sadapan
-Memonitor keluhan nyeri dada misalnya
intensitas lokasi radiasi durasi presipitasi yang
mengurangi nyeri
-Memonitor nilai laboratorium jantung
misalnya elektrolit enzim jantung BNP NTpro-
BNP
-memeriksa tekanan darah dan frekuensi nadi
sebelum dan sesudah aktivitas
-memeriksa tekanan darah dan frekuensi nadi
sebelum pemberian obat misalnya beta-blocker
ACE inhibitor, calcium channel
blocker,digoksin
-memposisikan pasien semifowler atau fowler
dengan kaki ke bawah atau posisi nyaman
-memberikan oksigen untuk mempertahankan
saturasi oksigen > 94%
-menganjurkan beraktivitas fisik sesuai
toleransi
Rabu/ Pola nafas -Memonitor pola S: Pasien mengatakan
25 tidak efektif napas(frekuensi,kedalaman,usaha napas) sudah tidak sesak nafas
januar b.d -Memonitor bunyi napas tambahan lagi
i 2021 Hambatan (mis.gurgling,mengi,wheezing,ronkhi kering) O: Pasien tampak tidak
upaya napas -mempertahankan kepatenan jalan napas dengn sesak
head-tilt dan chin-lift(jaw-thrus jika curiga RR: 20x/mnt
trauma servikal) A: Pola nafas tidak
-memposisikan semi- fowler atau fowler efektif sudah teratasi
-memberikan minum hangat P: Intervensi dihentikan
-memberikan oksegen,jika perlu
-menganjurkan asupan cairan 2000 ml/hari,jika
tidak kontra indikasi
28
1. Diagnosa: Penurunan Curah Jantung b.d Perubahan Pre Load
SOP Mengukur Tekanan Darah
a. Pra Interaksi dan orientasi
1) Mahasiswa mengetahui identitas pasien melalui dokumen
2) Mahasiswa mengucapkan salam
3) Mahasiswa memastikan keamanan dan kenyamanan pasien
4) Mahasiswa menyiapkan alat:
-tensi meter raksa
-stetoskop
-buku catatan dan alat tulis
-APD sesuai kebutuhan
b. Fase interaksi/kerja:
1) Mahasiswa mencuci tangan, memasang APD sesuai kebutuhan
2) Mahasiswa mendekatkan alat alat
3) Mahasiswa menentukan dan bebaskan lokasi pengukuran tekanan darah
4) Mahasiswa memasang manset 2,5 cm di atas fossa kubiti (pada lengan) atau
dorsalis pedis (pada kaki), pipa penghubung berada tepat disebelah atas arteri
(jangan terlalu kencang dan jangan terlalu longgar)
5) Mahasiswa meletakkan tensimeter dengan posisi datar setinggi jantung pasien
6) Mahasiswa membuka kunci reservoir air raksa
7) Mahasiswa melakukan palpasi arteri brachialis
8) Mahasiswa meletakkan bagian diafragma stetoskop tepat diatasnya dengan pin
chestpiece stetoskop tertutup
9) Mahasiswa memompa balon sehingga air raksa naik sampai detak arteri tidak
terdengar lagi, lanjutkan sampai air raksa 30 mmhg diatas nilai sistolik
10) Mahasiswa membuka skrup balon perlahan lahan sambil melihat skala dan
dengarkan bunyi bunyi detak pertama (sistolik)
11) Mahasiswa membuka skrup balon sambil mendengarkan bunyi detak terakhir
(diastole)
12) Mahasiswa menurunkan air raksa sampai 0 (nol) dan kunci reservoir
13) Mahasiswa membereskan alat alat, lepaskan APD dan cuci tangan
14) Mahasiswa mendokumentasikan tindakan yang sudah dilakukan
c. Fase Terminasi
1) Mahasiswa merencanakan tindakan dan kunjungan berikutnya
29
2) Mahasiswa mengucapkan salam & terima kasih atas kerjasamanya
30
c) alasi selang dengan kasa pada karet pengikat pada telinga dan tulang pipi jika
dibutuhkan
Masker wajah
a) tempatkan masker ke arah wajah klien dan letakkan dari hidung ke bawah
b) ikatkan karet pengikat melingkar kepala klien sehingga masker terasa
nyaman
c) alas karet di belakang telinga dan di atas tulang yang menonjol
4) Tindakan pasca pemberian oksigen
a) Satu cuci tangan
b) dokumentasikan tindakan
31
Daftar Pustaka
Wahab S. Kardiologi Anak: Penyakit Jantung Kongenital Yang Tidak Sianotik. In: 3rd ed.
Aspiani, Reni Y. 2015. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Kardiovaskular:
Muttaqin, Arif. 2011. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Kardiovaskular
Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskuler Indonesia. 2016. Panduan Praktik Klinis dan
PPNI, Tim Pokja SDKI DPP. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. DPP PPNI.
Jakarta Selatan.
PPNI, Tim Pokja SIKI DPP . (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. DPP PPNI.
Jakarta Selatan.
PPNI, Tim Pokja SLKI DPP. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. DPP PPNI.
Jakarta Selatan.
32