Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH KEPERAWATAN KRITIS

ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA (HAP dan VAP)

Disusun Oleh kelompok 4:

1. Eva Cica Susanti 21118069


2. Febiola 21118070
3. Kiki Meilinda Sari 21118077
4. Noviana 21118086
5. Rani L Hakim 21118092
6. Sulissia 21118098
7. Lisa Fitriani 21118108

Dosen Pembimbing : Imardiani, S.Kep.,Ns.,M.Kep

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


INSTITUT ILMU KESEHATAN & TEKNOLOGI
MUHAMMADIYAH PALEMBANG
TAHUN AKADEMIK 2021/2022

KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji syukur kehadirat Allah SWT Penulis ucapkan, karena telah memberi
nikmat kesehatan, kekuatan, pikiran yang jernih dan keterbukaan hati sehingga
penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah Keperawatan Kritis yang
berjudul “Asuhan Keperawatan Pneumonia (HAP dan VAP)”. Tanpa nikmat
yang diberikan oleh-Nya sekiranya penulis tidak akan mampu untuk
menyelesaikan makalah ini. Shalawat Serta salam selalu tercurahkan kepada-Nya
junjungan Nabi Muhamad SAW, semoga atas izin Allah SWT penulis dan teman-
teman seperjuangan mendaptkan syafaatnya nanti. Aamiin Ya Rabbal Alamin

Selama proses penyusunan makalah ini penulis banyak mendapat bantuan


dan bimbingan dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan rasa terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada
rekan-rekan kelompok 4 yang telah banyak meluangkan waktu, pikiran dan
tenaganya dalam proses penulisan makalah ini. Selanjutnya walaupun penulis
telah berusaha menyusun laporan studi kasus ini sebaik mungkin, namun apabila
terdapat kesalahan dan kekurangan, penulis mengharapkan kritik serta saran yang
membangun. Akhirnya kepada Nya jualah kita berserah diri, semoga memberi
manfaat untuk kita semua.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Penulis ,

Palembang, 12 Oktober 2021


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru,
distal dari bronkiolus teminalis yang mencangkup bronkiolus respiratorius,
dan alveoli, serta menimbulkan gangguan pertukaran gas setempat
(Sudoyo, 2009). Pneumonia diklasifikasikan menjadi 4 yaitu pneumonia
komunitas (community-acquired pneumonia), Health Associated (HCAP),
pneumonia nosokomial (Hospital acquired-pneumonia), Ventilator
associated (VAP) (Dipiro et al.,2011).
Pneumonia merupakan penyakit menular penyebab rawat inap dan
kematian terbanyak diantara orang dewasa di Amerika Serikat dengan
biaya medis melebihi $10 milliar pada tahun 2011, dan di negara tersebut
pneumonia komunitas yang merupakan penyebab infeksi utama rawat inap
pada orang dewasa (W.H Jain dkk, 2015). Pneumonia merupakan suatu
penyakit yang sekitar 5 kali lebih sering menyerang di negara berkembang
dibandingkan di negara maju. Insiden Community Acquired-pneumonia
(CAP) sekitar 4-5 juta per kasus, dan sekitar 25% memerlukan rawat inap
(M.phil Sonia Akhter, 2014).
Insiden CAP pada tahun 2012 yang dirawat di rumah sakit jauh
lebih tinggi pada pasien usia lanjut. Di Amerika Serikat usia ≥65 tahun,
angka kejadian adalah 18,3% dari 1000 pasien adalah yang berusia 65-69
tahun dan terus meningkat 5 kali lipat menjadi 48,5% dari 1000 pasien
(Simonetti Antonella F, 2014).
Kematian rata-rata untuk pasien di rawat di rumah sakit yang
disebabkan oleh (CAP) adalah 14% (Menon Resmi U.dkk, 2013). Jutaan
orang didunia setiap tahunnya yang terinfeksi oleh CAP memiliki tingkat
kematian yang tinggi sehingga sangat penting untuk mendeteksi resiko
tinggi yang rentan terhadap terjadinya komplikasi dan kematian (Yayan
Josef, 2014).
Sejak tahun 2007 sampai 2012 angka cakupan penemuan
pneumonia balita tidak mengalami perkembangan berarti yaitu 23-27,71%
selama kurun waktu terebut cakupan penemuan pneumonia tidak pernah
mencapai target nasional, termasuk target tahun 2012 yang sebesar 80%
(Kemenkes RI, 2010).
Pneumonia dapat disebabkan oleh berbagai macam
mikroorganisme, yaitu bakteri, virus, jamur, dan protozoa. Bakteri
penyebab pneumonia komunitas pada pasien rawat jalan meliputi
S.pneumoniae, M.pneumoniae, H.influenza, C.pneumoniae, M.catarrhalis,
gram negatif bacilli, sedangkan pada pasien rawat inap yang tidak dirawat
di ICU meliputi S.pneumoniae, H.influenza, M.penumoniae,
C.pneumoniae, Legionella sp. dan pada pasien yang rawat di ICU meliputi
S.pneumoniae, S.aureus, Legionella sp, gram negatif bacilli, H.influenza.
Pneumonia nosokomial bakteri penyebabnya meliputi pada pasien
yang tidak ada faktor resiko Multidrug Resistant (MDR) yaitu disebabkan
oleh S.pneumoniae, H.influenza, MSSA enteric Gram negatif bacilli,
sedangkan pada pasien yang beresiko adanya faktor MDR yaitu
disebabkan oleh P.aeruginosa, K.pneumoniae (ESBL), Acinobacter p.
Pengobatan pneumonia terdiri atas antibiotik dan pengobatan
suportif, sebagian besar dengan CAP ringan sampai sedang dirawat di
pusat kesehatan masyarakat dengan terapi antimikroba empiris. Pasien
dengan penyakit yang lebih serius atau yang sudah lanjut usia atau ada
penyakit penyerta dirawat dirumah sakit, dan terapi antimikroba dimulai
secara empiris pula , dengan demikan penting bahwa pilihan terapi
antimikroba memastikan cakupan yang tepat dari yang berpotensi
resisten(Grau S dkk, 2014).
Menurut hasil penelitian Streptococcus pneumoniae ditemukan
peka terhadap ceftriaxone sebesar 80% setelah amoxicilin klavulanat dan
ampisilin selain itu juga bakteri gram negatif lain lebih sensitif terhadap
morepenem dan ceftriaxone (M.Phil Sonia Akhter dkk,2014). Hal ini ini
membuktikan bahwa ceftriaxone mempunyai kepekaan yang cukup tinggi
dalam mengatasi bakteri penyebab penumonia, oleh karena itu antibiotik
ceftriaxone akan dilakukan penelitian di Rumah Sakit Umum Karsa
Husada Batu, bagaimana keefektifan antibiotik tersebut berdasarkan pola
penggunaan dan dosis yang diberikan serta lama pemberian dalam rangka
peningkatan pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit Umum Karsa Husada
Batu.
1.2. Rumusan Masalah
Bagaimanakah Asuhan Keperawatan pada pasien dewasa penderita
penyakit pneumonia?

1.3. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum
Untuk melakukan asuhan keperawatan pada penderita penyakit
pneumonia yang mengalami gangguan ketidakefektifan bersihan jalan
nafas
2. Tujuan Khusus
a. Mengkaji masalah kesehatan pada penderita penyakit pneumonia
b. Menganalisis masalah keperawatan pada penderita penyakit
pneumoni
c. Merencanakan tindakan keperawatan pada penderita penyakit
pneumoni
d. Melakukan tindakan keperawatan pada penderita penyakit
pneumonia
e. Melakukan evaluasi keperawatan pada penderita penyakit
pneumonia
1.4. Manfaat penulisan
a. Penelitian ini dapat memberikan tambahan informasi tentang
pneumonia komunitas dan pemilihan antibiotika yang tepat untuk
terapi pneumonia komunitas.
b. Penelitian ini dapat memberikan informasi tentang penyebab
terjadinya pneumonia komunitas, sehingga dapat dilakukan
pencegahan.
c. Hasil dari penelitian diharapkan dapat menjadi bahan informasi bagi
penelitian selanjutnya.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Definisi
Pneumonia merupakan suatu peradangan parenchym paru-paru,
mulai dari bagian alveoli sampai bronhus, bronchiolus, yang dapat
menular, dan ditandai dengan adanya konsolidasi, sehingga
mengganggu pertukaran oksigen dan carbon dioksida di paru-paru.
Konsolidasi adalah proses patologis, dimana alveoli terisi dengan
campuran eksudat inflamatori, bakteri dan sel darah putih. Secara klinis
Pneumonia diklasifikasi sebagai Pneumonia Lobaris,
Bronchopneumonia, dan Atypical Pneumonia. Tapi ini tidak berkorelasi
sepenuhnya dengan penyebab bakteriologis, dan perbedaan disetiap
kasus sering kurang jelas (Walker R & Whittlesea C, 2012).
Pengklasifikasian yang lebih praktis untuk Pneumoia adalah menurut
sifat aquisisinya, seperti yang sering digunakan yaitu Community-
assosiated Pneumonia (CAP), Hospital-associated Pneumonia (HAP)
atau Health care-associated Pneumonia (HCAP) dan Ventilator-
associated Pneumonia (VAP).
Faktor resiko terjadinya pneumonia secara umum adalah status
gizi, umur, jenis kelamin, berat badan lahir, pemberian ASI, status
imunisasi, ventilasi ruangan, merokok, dan riwayat penyakit saluran
nafas.

2.2. Anatomi dan Fisiologi


Patogenesis Dalam proses patogenesis terjadinya pneumonia, paru-paru
memiliki mekanisme pertahanan yang kompleks dan bertahap. Mekanisme
pertahanan paru-paru yang diketahui sampai sekarang ini, adalah :

1. Mekanisme perbersihan di saluran nafas, yaitu re-epitelialisasi saluran nafas,


flora normal, faktor humoral lokal immunoglobulin G (IgG) dan
immunoglobulin A (IgA), sistem transport mukosilier, refleks bersin, batuk
dan aliran lendir.
2. Mekanisme pembersihan dibagian penggantian udara pernafasan, yaitu
surfactan, immunitas humoral lokal IgG, makrofag alveolar dan mediator
inflamasi.
3. Mekanisme pembersihan di saluran udara subglotik, yaitu mekanisme
anatomik, mekanik, humoral dan seluler. Mekanisme ini merupakan
pertahanan utama dari benda asing di orofarings, seperti adanya penutupan
dan reflek batuk.

Cara mikroba menyerang saluran pernafasan paling banyak adalah melalui


aspirasi sekret orofaringeal. Aspirasi terjadi sering pada saat tidur, terutama
pada lansia, dan penderita dengan tingkat kesadaran yang menurun. Beberapa
patogen menyerang melalui inhalasi dalam bentuk droplet, misalnya
Streptococcus pneumonia. Pada kasus yang jarang, pneumonia dapat terjadi
karena penyebaran infeksi melalui hematogen, misalnya Endocarditis
trikuspid, atau melalui penyebaran infeksi yang meluas dari infeksi pleura
atau infeksi rongga mediastinum.
HAP, VAP, HCAP mungkin terjadi melalui mikroaspirasi (adalah faktor
paling penting) dari sejumlah besar mikroba pada sekresi orofaring, atau
kontaminasi peralatan terapi pernafasan, juga pertahanan host yang lemah
(akibat imunodefesiensi, terlibatnya mikroba yang virulent), yang secara
primer dilewatkan pada saluran pernafasan bagian bawah. Selain itu juga
dapat dimulai dengan perubahan didalam flora normal saluran nafas bagian
atas. Kolonisasi pada faring dan mungkin pada lambung dengan bakteri
adalah tahap paling penting dalam patogenesis pneumonia nosokomial.
Kolonisasi pada faring meningkat oleh karena: faktor eksogen
(instrumentasi jalan nafas bagian atas dengan nasogastrik dan endotracheal
tube, kontaminasi oleh tangan yang kotor pada peralatan, aerosol yang
terkontaminasi, dan pengobatan dengan antibiotika broadspectrum,
peningkatan timbulnya mikroba resisten obat) dan faktor endogen dari pasien
(malnutrisi, umur lanjut, penurunan kesadaran, gangguan menelan, dan
penyakit paru dan sistemik yang mendasari). Dalam 48 jam masuk rumah
sakit, 75% dari pasien di rumah sakit yang sakit serius, akan mendapat
kolonisasi mikroba pada jalan nafas bagian atas mereka, yang berasal dari
lingkungan di rumah sakit.
Mekanisme pertahanan seluler dan mekanik yang lemah pada paru-paru
dari penderita di rumah sakit meningkatkan resiko infeksi sesudah terjadi
aspirasi. Intubasi tracheal meningkatkan resio infeksi saluran nafas bagian
bawah oleh obstruksi mekanik dari trachea, kegagalan dari pembersihan
mukosiliary, trauma sistem eskalator mukosiliary dan adanya gangguan
dengan batuk. Perlekatan bakteria (misal Pseudomonas) pada epitelium
trachea dan biofilm yang melapisi tube endotracheal membuat pembersihan
mikroba dari jalan nafas bagian bawah menjadi sulit.

2.3. Etiology
Mikroorganisme yang banyak pada Pneumonia nosokomial (HAP,
VAP, HCAP) adalah :
1. Streptococcus pneumonia, sering resisten obat pada HCAP
2. Staphylococcus aureus, baik metisilin sensitif (MSSA) atau
metisilin resisten (MRSA)
3. Gram negatif batang yang tidak memproduksi Extended Spectrum
Beta-lactamase (ESBL)
4. Gram negatif batang penghasil ESBL, termasuk Enterobacter sp.,
Escherichi coli, Klebsiella pneumonia Pseudomonas aeruginosa,
danAcinetobacter spesies (Maxine AP et al, 2013; Justin LR et al,
2010).
Mikroba yang paling bertanggung jawab untuk HAP adalah
Streptococcus pneumonia, Staphylococcus aureus (MSSA dan
MRSA), Pseudomonas aeruginosa, Gram negatif batang yang tidak
memproduksi ESBL dan yang memproduksi ESBL (Enterobacter sp.,
Escherichi coli, Klebsiella pneumonia). Mikroorganime yg
bertanggung jawab pada VAP adalah Acinetobacter sp. dan
Strenotrophomonas maltophilia. Adapun penyebab HCAP umumnya
Streptococcus pneumonia dan Haemophylus Influenzae yang mungkin
resisten obat, atau adanya mikroba yang mirip penyebab HAP.
Mikroba anaerobik (bacteroides, streptococcus anaerobic,
fusobacterium) mungkin dapat juga menyebabkan pneumonia pada
pasien di rumah sakit, dan jika diisolasi merupakan bagian dari flora
polimikroba. Mycobacterium, Jamur, Chlamydiae, Virus, Rickettsiae,
dan Protozoa tidak umum menyebabkan pneumonia nosokomial.

2.4. Manifestasi klinik


Manifestasi klinik dari pneumonia adalah demam, menggigil,
berkeringat, batuk (produktif, atau non produktif, atau produksi sputum
yang berlendir dan purulent), sakit dada karena pleuritis dan sesak.
Sering berbaring pada posisi yang sakit dengan lutut bertekuk karena
nyeri dada. Pada pemeriksaan fisik didapati adanya retraksi dinding
dada bagian bawah saat bernafas, tachypneu, meningkat dan
menurunnya taktil fremitus, perkusi redup sampai pekak akibat terjadi
konsolidasi atau cairan pada pleura, ronchi, suara nafas brochial, dan
peural friction rub.
Di ruang Intensive Care Unit, infeksi nosokomial khususnya
pneumonia nosokomial lebih sering terjadi dan merupakan infeksi yang
serius, dibandingkan dengan di bangsal rawat inap biasa. Peningkatan
insiden HAP adalah karena penderita pada ICU sering membutuhkan
ventilator mekanik, dan penderita dengan ventilator mekanik sebanyak
6-21 kali lebih mungkin berkembang menjadi HAP dari pada penderita
dengan non ventilator mekanik.
2.5. Patofisiologi
Patogen yang sampai ke trakea berasal dari aspirasi bahan yang ada
di orofaring, kebocoran melalui mulut saluran endotrakeal, inhalasi dan
sumber patogen yang mengalami kolonisasi di pipa endotrakeal. Faktor
risiko pada inang dan terapi yaitu pemberian antibiotik, penyakit
penyerta yang berat, dan tindakan invansif pada saluran nafas.3 Faktor
resiko kritis adalah ventilasi mekanik >48jam, lama perawatan di ICU.
Faktor predisposisi lain seperti pada pasien dengan imunodefisien
menyebabkan tidak adanya pertahanan terhadap kuman patogen
akibatnya terjadi kolonisasi di paru dan menyebabkan infeksi.
Proses infeksi dimana patogen tersebut masuk ke saluran nafas
bagian bawah setelah dapat melewati mekanisme pertahanan inang
berupa daya tahan mekanik ( epitel,cilia, dan mukosa), pertahanan
humoral (antibodi dan komplemen) dan seluler (leukosit, makrofag,
limfosit dan sitokinin).Kemudian infeksi menyebabkan peradangan
membran paru ( bagian dari sawar-udara alveoli) sehingga cairan
plasma dan sel darah merah dari kapiler masuk. Hal ini menyebabkan
rasio ventilasi perfusi menurun, saturasi oksigen menurun.Pada
pemeriksaan dapat diketahui bahwa paru-paru akan dipenuhi sel radang
dan cairan , dimana sebenarnya merupakan reaksi tubuh untuk
membunuh patogen, akan tetapi dengan adanya dahak dan fungsi paru
menurun akan mengakibatkan kesulitan bernafas12, dapat terjadi
sianosis, asidosis respiratorik dan kematian.

2.6. Pemeriksaan Penunjang


Radiologi Pemeriksaan menggunakan foto thoraks (PA/lateral)
merupakan pemeriksaan penunjang utama (gold standard) untuk
menegakkan diagnosis pneumonia. Gambaran radiologis dapat berupa
infiltrat sampai konsoludasi dengan air bronchogram, penyebaran
bronkogenik dan intertisial serta gambaran kavitas.
1. Laboratorium Peningkatan jumlah leukosit berkisar antara 10.000 -
40.000 /ul, Leukosit polimorfonuklear dengan banyak bentuk.
Meskipun dapat pula ditemukanleukopenia. Hitung jenis menunjukkan
shift to the left, dan LED meningkat.
2. Mikrobiologi Pemeriksaan mikrobiologi diantaranya biakan
sputum dan kultur darah untuk mengetahui adanya S. pneumonia
dengan pemeriksaan koagulasi antigen polisakarida pneumokokkus.
3. Analisa Gas Darah Ditemukan hipoksemia sedang atau berat. Pada
beberapa kasus, tekanan parsial karbondioksida (PCO2) menurun dan
pada stadium lanjut menunjukkan asidosis respiratorik.

2.7. Penatalaksanaan
Pada prinsipnya penatalaksaan utama pneumonia adalah
memberikan antibiotik tertentu terhadap kuman tertentu infeksi
pneumonia. Pemberian antibitotik bertujuan untuk memberikan terapi
kausal terhadap kuman penyebab infeksi, akan tetapi sebelum
antibiotika definitif diberikan antibiotik empiris dan terapi suportif
perlu diberikan untuk menjaga kondisi pasien.
Terapi antibiotika empiris menggambarkan tebakan terbaik
berdasarkan pada klasifikasi pneumonia dan kemungkinan organisme,
karena hasil mikrobiologis umumnya tidak tersedia selama 12-72 jam.
Maka dari itu membedakan jenis pneumonia (CAP atau HAP) dan
tingkat keparahan berdasarkan kondisi klinis pasien dan faktor
predisposisi sangatlah penting, karena akan menentukan pilihan
antibiotika empirik yang akan diberikan kepada pasien.
Tindakan suportif meliputi oksigen untuk mempertahankan PaO2 >
8 kPa (SaO2 > 92%) dan resusitasi cairan intravena untuk memastikan
stabilitas hemodinamik. Bantuan ventilasi: ventilasi non invasif
(misalnya tekanan jalan napas positif kontinu (continous positive
airway pressure), atau ventilasi mekanis mungkin diperlukan pada
gagal napas. Bila demam atau nyeri pleuritik dapat diberikan antipiretik
analgesik serta dapat diberika mukolitik atau ekspektoran untuk
mengurangi dahak.
2.8. Klasifikasi Pneumonia
Terdapat beberapa klasifikasi Pneumonia berdasarkan letak terjadi dan
cara didapatnya :
1. Community-acquired Pneumonia (CAP), adalah Pneumonia pada
masyarakat, yang terjadi melalui inhalasi atau aspirasi mikroba
patogen ke paru-paru (lobus paru). Penyebabnya 85% disebabkan
oleh Streptococcus pneumonia, Haemophylus influenzae, dan
Moraxella catarrhalis.
2. Hospital-acquired Pneumonia (HAP) atau Health care-associated
Pneumonia (HCAP), adalah pneumonia yang muncul setelah 48 jam
dirawat di rumah sakit atau fasilitas perawatan kesehatan lainnya,
dengan tanpa pemberian intubasi tracheal. Pneumonia terjadi karena
ketidakseimbangan pertahanan host dan kemampuan kolonisasi
bakteri sehingga menginvasi saluran pernafasan bagian bawah.
3. Ventilator-acquired Pneumonia (VAP), adalah pneumonia yang
berhubungan dengan ventilator. Pneumonia terjadi setelah 48-72
jam atau lebih setelah intubasi trachea. Ventilator mekanik adalah
alat yang dimasukkan melalui mulut dan hidung atau lubang
didepan leher dan masuk ke dalam paru.
a. Hospital-Acquired Pneumonia (HAP)
Hospital-acquired pneumonia (HAP) adalah suatu
Pneumonia yang terjadi 48 jam atau lebih setelah pasien masuk
rumah sakit, dan tidak dalam masa inkubasi atau diluar suatu
infeksi yang ada saat masuk rumah sakit. HAP merupakan
penyebab paling umum kedua dari infeksi diantara pasien di
Rumah Sakit, dan sebagai penyebab utama kematian karena
infeksi (mortalitas-rate sekitar 30-70%), dan diperkirakan 27-
50% berhubungan langsung dengan pneumonia. HAP
memperpanjang tinggal di Rumah Sakit 7-9 hari dan
dihubungkan dengan biaya perawatan yang lebih tinggi.
Faktor resiko umum untuk berkembangnya HAP adalah
umur lebih tua dari 70 tahun, co-morbiditas yang serius,
malnutrisi, penurunan kesadaran, berlama lama tinggal di rumah
sakit, dan penyakit obstruksi paru yang khronis. HAP adalah
infeksi yang paling umum terjadi pada pasien yang
membutuhkan perawatan pada Intensive Care Unit dan hampir
25% dari infeksi nosokomial di Intensive care unit, dengan
insiden rate 6-52%.
b. Health Care-Associated Pneumonia (HCAP)
Health Care-associated pneumonia (HCAP) adalah
Pneumonia yang terjadi pada anggota masyarakat (yang tidak
dirawat di rumah sakit), yang secara ekstensif kontak dengan
perawatan kesehatan, sehingga merubah resiko mereka terhadap
mikroba yang virulent dan resisten dengan obat. Anggota
masyarakat yang kontak secara ekstensip dengan sistem
perawatan kesehatan (health Care) akan membawa flora yang
jauh lebih mirip dengan pasien di Rumah Sakit dari pada
anggota masyarakat yang sehat, sehingga pneumonia pada
penderita ini dikenal sebagai Health Care-associated pneumonia
(HCAP).
c. Ventilator-Associated Pneumonia (VAP)
Ventilator-associated pneumonia (VAP) adalah suatu
Pneumonia yang terjadi lebih dari 48 jam sesudah pemakaian
endotracheal intubasi. Kondisi ini dapat terjadi karena
pemakaian ventilasi mekanik atau endotracheal tube, yang akan
melewati pertahanan saluran nafas bagiaa atas, membiarkan atau
mendorong sekresi orofaring, selain mencegah batuk yang
efektif, dan ini merupakan suatu titik lemah untuk suatu infeksi.

2.9. Komplikasi
1. Pneumonia ekstrapulmoner, pneumonia pneumokokus dengan
bakteriemi.
2. Pneumonia ekstrapulmoner non infeksius gagal ginjal, gagal
jantung, emboli paru dan infark miokard akut.
3. ARDS ( Acute Respiratory Distress Syndrom)
4. Komplikasi lanjut berupa pneumonia nosokomial
5. Sepsis
6. Gagal pernafasan, syok, gagal multiorgan
7. Penjalaran infeksi (abses otak, endokarditis)
8. Abses paru
9. Efusi pleura
ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA

A. Pengkajian
1. Identitas pasien
Biodata pasien
a. Nama : An.H
b. Jenis kelamin : Laki-Laki
c. Umur : 5 Tahun
d. Tempat, tanggal lahir : Bangka Belitung, 29 Agustus 2016
e. Pendidikan : Belum sekolah
f. Pekerjaan Ayah : PNS
g. Pekerjaan Ibu : SPG
h. Nama Ayah/Ibu : Tn.S/Ny.M
i. Agama : Islam
j. Alamat rumah : Jalan Tanjung Ratu No.3 Bangka Belitung
k. Suku/bangsa : Melayu/Indonesia
2. Riwayat Kesehatan :
a. Riwayat kesehatan sekarang:
1. Keluhan utama
Klien mengalami sesak nafas sejak dua hari yang lalu, batuk
berdahak, dan demam.
2. Riwayat keluhan utama
Sejak dua hari yang lalu klien mengalami sesak nafas, batuk
berdahak dan pilek oleh keluarga klien di bawa kerumah sakit
siloam. Pada saat pengkajian ibu mengatakan takut dengan
kondisi anaknya yang mengeluh batuk berdahak di sertai sesak
nafas dan demam.
3. Riwayat kesehatan masa lalu
Tidak ada
4. Riwayat kesehatan keluarga
Ibu klien mengatakan didalam keluarga klien tidak pernah
mengalami keluhan yang sama dengan yang klien rasakan
keluarga klien tidak punya riwayat penyakit keturunan atau
penyakit menular.
B. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum
a. Tingkat kesadaran : Conposmentis
b. Postur tubuh : Ideal
c. Kondisi : Lemah dan letih
2. Tanda-Tanda Vital
a. Tekanan Darah : 90/70 mmHg
b. Denyut Nadi : 104x/menit
c. Suhu : 39 ⁰C
d. Pernafasan : 46x/menit
3. Kepala
a. Kebersihan Rambut : Bersih
b. Warna Rambut : Hitam
c. Benjolan : Tidak ada
d. Tekstur Rambut : Halus
4. Muka
a. Penglihatan : Normal
b. Kelopak mata : Normal
c. Sklera : Tidak Ikterus
d. Pupil : Isokor
e. Konjungtiva : Merah muda
f. Peradangan : Tidak ada
5. Hidung
a. Struktur : Simetris
b. Fungsi penciuman : Normal
c. Keluhan : Hidung tersumbat
6. Telingga
a. Struktur : Simetris
b. Keluhan : Tidak ada
7. Mulut
a. Gigi : Belum lengkap
b. Gusi : Merah
c. Lidah : Bersih
d. Bibir : Merah kering
8. Tenggorokan
a. Warna Mukosa : Merah muda
b. Nyeri Tekan : Tidak ada
c. Nyeri Telan : Tidak ada
9. Leher
a. Kelenjar Thyroid : Tidak membesar
b. Kelenjar Limfe : Tidak membesar
10. Torakx dan pernafasan
a. Bentuk Dada : Simetris
b. Benjolan : Tidak ada
c. Pernafasan
 Pola Nafas : Cepat dan dangkal
 Frekuensi Nafas : 46x/menit
 Kualitas Nafas : Sesak
 Batuk : Ya
 Sputum : Ya
 Ronki : Ya
11. Abdomen
a. Bentuk Perut : Simetris
b. Nyeri Tekan : Tidak ada
c. Kondisi Perut : Lembek
d. Bising Usus : Normal
12. Tes diagnostic
a. Hasil laboratorium meliputi
 Hb : 12,8 g/dl(10-14g/dL)
 Lekosit : 14.900 ul(4-11rb/ul)
 Hematokrit :36,2%(37-48%)
 Eritrosit : 4.900.000 ul(4,5-5,6jt/ul)
 Trombosit : 250.000ul(150-350rb/ul)

Kasus:
Seorang anak dibawa ke RS Siloam dengan keluhan sesak nafas sejak dua hari
yang lalu, batuk berdahak, dan demam. Pada saat pengkajian ibu mengatakan
takut dengan kondisi anaknya yang mengeluh batuk berdahak di sertai sesak nafas
dan demam. Ibu klien mengatakan didalam keluarga klien tidak pernah
mengalami keluhan yang sama dengan yang klien rasakan keluarga klien tidak
punya riwayat penyakit keturunan atau penyakit menular. Setelah dilakukan
pemeriksaan fisik didapatkan data: N: 104x/menit, RR:46x/menit, suhu 39⁰C,
pasien terlihat sesak nafas.

C. Analisa Data
a. Data subjektif
1. Ibu klien mengatakan anaknya sesak
2. Ibu klien mengatakan anaknya batuk di sertai dahak
3. Ibu klien mengatakan takut dengan kondisi anaknya
4. Ibu klien mengatakan tidak mengetahui cara penanganan penyakit
klien
b. Data Objektif
1. Klien terlihat pucat
2. Ronki (+)
3. Nadi 104x/menit
4. Suhu 39⁰C
5. Pernafasan 46x/menit
6. Klien terlihat lemah
7. Klien terlihat gelisah
8. Klien terlihat sesak nafas, pernafasan cuping hidung dan dangkal
9. Ibu klien terlihat gelisah dan cemas

No Data Penyebab Masalah


1 DS: Penumpukan Ketidakefektifan
Ibu klien mengatakan sekret bersihan jalan nafas
bahwa anaknya batuk
disertai dahak

DO:
- Klien terlihat sesak
nafas
- Ada secret
- Nadi 104x/menitt
- Pernafasan
46x/menit
- Ronki (+)

2 DS: Gangguan Ketidakefektifan


Ibu klien mengatakan pertukaran gas pertukaran gas
bahwa anaknya sesak di alveoli

DO:
- Klien terlihat sesak
nafas
- Klien terlihat gelisah
- Klien terlihat pucat
dan sianosis
- Nadi 104x/menit
- Pernafasan
46x/menit
3 DS: Proses Hipertermi
Ibu klien mengatakan inflamasi
anaknya demam alveoli

DO:
- Suhu 39⁰C
- Nadi 104x/menit
- Kulit teraba hangat
4 DS: Kurangnya Kecemasan
Ibu klien mengatakan takut pengetahuan
dengan kondisi anaknya orang tua
tentang
DO: perawatan
- Ibu klien terlihat anak
gelisah dan cemas
- Ibu klien sering
bertanya tentang
penyakit anaknya
D. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan
penumpukan secret
2. Ketidakefektifan pertukaran gas berhubungan dengan pertukaran gas
di alveoli
3. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi alveoli
4. Kecemasan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan orang tua
tentang perawatan anak
E. Intervensi Kperawatan

No Diagnosa NOC NIC


Keperawatan
1 Ketidakefektifan Setelah dilakukan 1. Pantau TTV
bersihan jalan nafas tindakan (suhu, RR,
berhubungan dengan keperawatan selama TD)
penumpukan sekret 3x24 jam, bersihan 2. Pantau status
jalan nafas efektif pernafasan:
dengan criteria irama,
hasil: frekuensi,
- RR 20- suara, dan
30x/menit retraksi dada
- Bunyi nafas 3. Atur posisi
vesikuler yang nyaman
- Tidak ada semi fowler
secret 4. Lakukan
- Irama nafas suction
teratur sesuai
- Jalan nafas indikasi
paten 5. Kolaborasi
- Sekresi yang dengan
efektif dokter
- Ronki (+) pemberian
inhalasi
ventolin 1
respule/8 jam
2 Ketidakefektifan Setelah dilakukan 1. Pantau TTV
pertukaran gas tindakan (suhu, RR,
berhubungan dengan keperawatan selama TD)
gangguan pertukaran 3x24 jam pertukaran 2. Kaji
gas di alveoli gas efektif dengan frekuensi
criteria hasil: atau
- RR 20- kedalaman
30x/menit dan
- Sianosis kemudahan
tidak ada bernafas
- Nafas 3. Observasi
normal warna kulit,
- Sesak tidak membrane
ada mukosa dan
- Gelisah tidak kuku
ada 4. Tinggikan
- Hipoksia kepala dan
tidak ada dorong untuk
sering
mengubah
posisi
5. Kolaborasi
dengan
dokter
pemberian
oksigen 2
1pm nasal
prongs
3 Hipertermi Setelah dilakukan 1. Pantau TTV
berhubungan dengan tindakan (suhu dan
proses inflamasi keperawatan selama TD)
alveoli 3x24 jam tidak 2. Motivasi
terjadi demam anak dan
dengan criteria keluarga
hasil: untuk
- Tidak meningkatka
demam n asupan
- Suhu cairan per
36,5⁰C- oral
37,5⁰C 3. Anjurkan
- Kulit tidak orang tua
teraba melakukan
hangat kompres
hangat
4. Anjurkan ibu
untuk
menggantika
n pakaian
yang mudah
menyerap
keringat dari
bahan katun
5. Kolaborasi
pemberian
paracetamol
4x5ml
6. Kolaborasi
pemberian
injeksi
amikasin
150mg/8jam
7. Kolaborasi
pemberian
cairan infuse
RL 24
tetes/menit
4 Kecemasan Setelah dilakukan 1. Kaji tingkat
berhubungan dengan tindakan kecemasan
kurangnya keperawatan selama 2. Lakukan
pengetahuan orang 3x24 jam pendekatan
tua tentang kecemasan dengan
perawatan anak berkurang sampai tenang dan
dengan hilang meyakinkan
dengan criteria 3. Gunakan
hasil: media untuk
- Orang tua menjelaskan
tenang mengenai
- Gelisah tidak penyakit
ada klien
- Tidak cemas 4. Jelaskan
tentang
perawatan
yang
diberikan
kepada klien
dan prosedur
pengobatan

F. Implementasi Keperawatan

Tanggal/Jam No Tindakan Paraf


Dx
06-10-2021 1 1. Memantau TTV (suhu, TD,
09.00 WIB RR)
2. Memantau status pernafasan:
irama, frekuensi, suara dan
retrasi dada
3. Mengatur posisi yang nyaman
semifowler
4. Melakukan suction sesuai
indikasi
5. Berkolaborasi dengan dokter
pemberian inhalasi ventolin 1
respule/8jam
06-10-2021 2 1. Memantau TTV (suhu, TD,
10.00 WIB RR)
2. Mengkaji frekuensi atau
kedalaman kemudahan
bernafas
3. Mengobservasi warna kulit,
membrane mukosa dan kuku
4. Meninggikan kepala dan
dorong untuk sering
mengubah posisi
5. Berkolaborasi dengan dokter
pemberian oksigen 2 1pm
nasal prongs
06-10-2021 3 1. Memantau TTV (suhu dan
11.00 WIB TD)
2. Memotivasi anak dan
keluarga untuk meningkatkan
asupan cairan per oral
3. Menganjurkan orang tua
melakukan kompres hangat
4. Menganjurkan ibu untuk
menggantikan pakaian yang
mudah menyerap keringat
dari bahan katun
5. Berkolaborasi pemberian
paracetamol sirup 4x5ml
6. Berkolaborasi pemberian
injeksi amikasin 150mg/8 jam
7. Berkolaborasi pemberian
cairan infus RL 24 tetes/menit
06-10-2021 4 1. Mengkaji tingkat kecemasan
12.00 WIB 2. Melakukan pendekatan
dengan tenang dan
meyakinkan
3. Menggunakan media untuk
menjelaskan mengenai
penyakit klien
4. Menjelaskan tentang
perawatan yang diberikan
kepada klien dan prosedur
pengobatan

Tanggal/Jam No Dx Tindakan Paraf


07-10-2021 1 1. Memantau TTV (suhu, TD, RR)
09.00 WIB 2. Memantau status pernafasan:
irama, frekuensi, suara dan
retrasi dada
3. Mengatur posisi yang nyaman
semifowler
4. Melakukan suction sesuai
indikasi
5. Berkolaborasi dengan dokter
pemberian inhalasi ventolin 1
respule/8jam
07-10-2021 2 1. Memantau TTV (suhu, TD, RR)
10.00 WIB 2. Mengkaji frekuensi atau
kedalaman kemudahan bernafas
3. Mengobservasi warna kulit,
membrane mukosa dan kuku
4. Meninggikan kepala dan dorong
untuk sering mengubah posisi
5. Berkolaborasi dengan dokter
pemberian oksigen 2 1pm nasal
prongs
07-10-2021 3 1. Memantau TTV (suhu dan TD)
11.00 WIB 2. Memotivasi anak dan keluarga
untuk meningkatkan asupan
cairan per oral
3. Menganjurkan orang tua
melakukan kompres hangat
4. Menganjurkan ibu untuk
menggantikan pakaian yang
mudah menyerap keringat dari
bahan katun
5. Berkolaborasi pemberian
paracetamol sirup 4x5ml
6. Berkolaborasi pemberian injeksi
amikasin 150mg/8 jam
7. Berkolaborasi pemberian cairan
infus RL 24 tetes/menit
07-10-2021 4 1. Mengkaji tingkat kecemasan
12.00 WIB 2. Melakukan pendekatan dengan
tenang dan meyakinkan
3. Menggunakan media untuk
menjelaskan mengenai penyakit
klien
4. Menjelaskan tentang perawatan
yang diberikan kepada klien dan
prosedur pengobatan

Tanggal/Jam No Dx Tindakan Paraf


08-10-2021 1 1. Memantau TTV (suhu, TD, RR)
09.00 WIB 2. Memantau status pernafasan:
irama, frekuensi, suara dan
retrasi dada
3. Mengatur posisi yang nyaman
semifowler
4. Melakukan suction sesuai
indikasi
5. Berkolaborasi dengan dokter
pemberian inhalasi ventolin 1
respule/8jam
08-10-2021 2 1. Memantau TTV (suhu, TD, RR)
10.00 WIB 2. Mengkaji frekuensi atau
kedalaman kemudahan bernafas
3. Mengobservasi warna kulit,
membrane mukosa dan kuku
4. Meninggikan kepala dan dorong
untuk sering mengubah posisi
5. Berkolaborasi dengan dokter
pemberian oksigen 2 1pm nasal
prongs
08-10-2021 3 1. Memantau TTV (suhu dan TD)
11.00 WIB 2. Memotivasi anak dan keluarga
untuk meningkatkan asupan
cairan per oral
3. Menganjurkan orang tua
melakukan kompres hangat
4. Menganjurkan ibu untuk
menggantikan pakaian yang
mudah menyerap keringat dari
bahan katun
5. Berkolaborasi pemberian
paracetamol sirup 4x5ml
6. Berkolaborasi pemberian injeksi
amikasin 150mg/8 jam
7. Berkolaborasi pemberian cairan
infus RL 24 tetes/menit
08-10-2021 4 1. Mengkaji tingkat kecemasan
12.00 WIB 2. Melakukan pendekatan dengan
tenang dan meyakinkan
3. Menggunakan media untuk
menjelaskan mengenai penyakit
klien
4. Menjelaskan tentang perawatan
yang diberikan kepada klien dan
prosedur pengobatan

G. Evaluasi Keperawatan
No Tanggal/Jam Evaluasi Keperawatan Paraf
1 06-10-2021 S: Ibu klien mengatakan anaknya
10.00 WIB masih batuk disertai dahak

O:
- Klien terlihat sesak nafas
- Ada secret
- Ronki (+)
TTV:
Nadi: 104x/menit
Suhu: 39⁰C
RR: 46x/menit

A: Masalah belum teratasi

P: Intervensi dilanjutkan
2 06-10-2021 S: Ibu klien mengatakan anaknya
11.00 WIB masih sesak
O:
- Klien terlihat sesak nafas
- Klien terlihat gelisah
- Klien terlihat pucat dan
sianosis
TTV:
Nadi: 104x/menit
Suhu: 39⁰C
RR: 46x/menit

A: Masalah belum teratasi

P: Intervensi dilanjutkan
3 06-10-2021 S: Ibu klien mengatakan anaknya
12.00 WIB masih demam

O:
- Kulit teraba hangat
- TTV:
Nadi: 104x/menit
Suhu: 39⁰C
RR: 46x/menit

A: Masalah belum teratasi

P: Intervensi dilanjutkan

4 06-10-2021 S: Ibu klien mengatakan masih takut


13.00 WIB dengan kondisi anaknya
O:
- Ibu klien terlihat gelisah dan
cemas
- Sering bertanya soal penyakit
anaknya
-
A: Masalah belum teratasi

P: Intervensi dilanjutkan

No Tanggal/Jam Evaluasi Keperawatan Paraf


1 07-10-2021 S: Ibu klien mengatakan anaknya
10.00 WIB masih batuk dan dahaknya mulai
berkurang

O:
- Klien terlihat sesak nafas
- Sekret berkurang
- Ronki (+)
TTV:
Nadi: 104x/menit
Suhu: 39⁰C
RR: 46x/menit

A: Masalah teratasi sebagian

P: Intervensi dilanjutkan
2 07-10-2021 S: Ibu klien mengatakan sesak
11.00 WIB anaknya sudah berkurang

O:
- Klien terlihat sesak nafas
berkurang
- Klien terlihat gelisah
berkurang
- Klien terlihat terlihat pucat
TTV:
Nadi: 96x/menit
Suhu: 38⁰C
RR: 40x/menit

A: Masalah teratasi sebagian

P: Intervensi dilanjutkan
3 07-10-2021 S: Ibu klien mengatakan anaknya
12.00 WIB masih demam
O:
- Kulit teraba hangat
- TTV:
Nadi: 96x/menit
Suhu: 38⁰C

A: Masalah belum teratasi

P: Intervensi dilanjutkan

4 07-10-2021 S: Ibu klien mengatakan sudah


13.00 WIB paham dengan kondisi anaknya

O:
- Ibu klien terlihat tenang dan
tidak cemas

A: Masalah teratasi

P: Intervensi dihentikan

No Tanggal/Jam Evaluasi Keperawatan Paraf


1 08-10-2021 S: Ibu klien mengatakan anaknya
10.00 WIB sudah tidak batuk

O:
- Klien terlihat tidak sesak
nafas
- Tidak ada secret
- Ronki (-)
TTV:
Nadi: 85x/menit
Suhu: 37⁰C
RR: 30x/menit

A: Masalah teratasi

P: Intervensi dihentikan
2 08-10-2021 S: Ibu klien mengatakan anaknya
11.00 WIB sudah tidak sesak

O:
- Klien terlihat tidak sesak
nafas
- Klien tidak terlihat gelisah
- Klien idak terlihat pucat
TTV:
Nadi: 85x/menit
Suhu: 37⁰C
RR: 30x/menit

A: Masalah teratasi

P: Intervensi dihentikan
3 08-10-2021 S: Ibu klien mengatakan anaknya
12.00 WIB sudah tidak demam demam

O:
- Kulit teraba tidak hangat
- TTV:
Nadi: 85x/menit
Suhu: 37⁰C

A: Masalah teratasi

P: Intervensi dihentikan
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Pneumonia adalah suatu peradangan parenkim paru distal dari bronkiolus
terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli serta
menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas
setempat. Pneumonia dibedakan menjadi dua berdasarkan tempat
didapatkannya kuman, yaitu pneumonia komuniti dan pneumonia
nosokomial. Pneumonia dapat disebabkan oleh berbagai mikroorganisme
seperti bakteri, virus, jamur, dan protozoa. Pneumonia sendiri menurut
Riskesdas 2013, menduduki urutan ke-9 dari 10 penyebab kematian utama
di Indonesia, yaitu sebesar 2,1%.
Diagnosis pneumonia kominiti didasarkan kepada riwayat penyakit yang
lengkap, pemeriksaan fisik yang teliti dan pemeriksaan penunjang.
Diagnosis pasti pneumonia komunitas ditegakkan jika pada foto toraks
terdapat infiltrat baru atau infiltrat progresif ditambah dengan 2 atau lebih
gejala. Pada prinsipnya penatalaksaan utama pneumonia adalah
memberikan antibiotik tertentu terhadap kuman tertentu infeksi
pneumonia. Pemberian antibitotik bertujuan untuk memberikan terapi
kausal terhadap kuman penyebab infeksi, akan tetapi sebelum antibiotika
definitif diberikan antibiotik empiris dan terapi suportif perlu diberikan
untuk menjaga kondisi pasien.

3.2. Saran
Berdasarka dari kesimpulan diatas maka penulis dapat memberikan saran
sebagai berikut:
1. Rumah Sakit
a. Selalu bekerja sama dengan tim kesehatan atau pihak terkait
lainnya guna memberikan mutu pelayanan kesehatan yang
berkualitas sesuai dengan standar pelayanan kesehatan.
b. Melengkapi sarana dan prasarana yang dibtuhkan untuk menunjang
pelayanan kesehatan, khususnya pada klien dengan pneumonia.
2. Institusi Pendidikan
Menambah literature atau referensi tentang asuhan keperawatan pada
klien pneumonia.
3. Studi Kasus Selanjutnya
a. Meningkatkan kemampuan dan pemahaman tentang masalah
peneumonia dan dapat menerapkan dalam asuhan keperawatan.
b. Memberikan asuhan keperawatan pada pneumonia secara
komprehensif.
DAFTAR PUSTAKA

Wunderink RG, Watever GW. 2014. Community-acquired pneumonia.


N Engl J Med.2014;370:543-51.
Damayanti K, Ryusuke O. Pneumonia. I Journal. 2017
Dahlan Z. 2009. Pneumonia, dalam Sudoyo AW, dkk (editor). Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Edisi V. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu
Penyakit Dalam Universitas Indonesia.
Warganegara E, Pneumonia Nosokomial (Hospital-acquired, Ventilator
associated, dan Health Care-associated Penumonia). JK Unila. Vol.1
No.3 diakses pada 12 Oktober 2021.

Anda mungkin juga menyukai