Anda di halaman 1dari 6

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan industri yang sangat pesat, baik di negara maju maupun

negara berkembang, dan banyaknya jumlah kendaraan bermotor yang

menyebabkan peningkatan polusi udara menjadi masalah utama di seluruh dunia

termasuk di Indonesia . Dalam bidang kesehatan polusi udara merupakan masalah

utama dalam infeksi saluran pernafasan. Semakin banyak polusi udara semakin

banyak pula virus, bakteri dan jamur yang dapat berkembang. Akibatnya banyak

penyakit infeksi saluran pernafasan yang timbul akibat polusi udara. Penyakit

infeksi saluran pernafasan yaitu seperti batuk, pilek, faringtis, bronkitis, asma,

pneumonia, PPOK, dan lain-lain. Pneumonia adalah salah satu infeksi saluran

pernafasan yang disebabkan oleh bakteri, jamur dan virus.

Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) (2013) menunjukkan bahwa

insiden dan prevalensi kejadian pneumonia di Indonesia adalah 1,8% dan 4,5%

dari 82.666 balita. Prevalensi penyakit pneumonia terus meningkat setiap tahun

yaitu pada tahun 2007 sebesar 2,1% dan pada tahun 2013 meningkat menjadi

2,7%. Hal tersebut menunjukkan bahwa angka cakupan penemuan pneumonia

balita tidak mengalami perkembangan, berkisar antara 20-30% hingga tahun

2014. Beberapa tahun terakhir, cakupan penemuan pneumonia tidak pernah

mencapai target nasional, termasuk target tahun 2014 sebesar 80%. Angka

kematian akibat pneumonia balita sebesar 0,08%, lebih rendah dibandingkan

1
2

dengan tahun 2013 yang sebesar 1,19%. Pada kelompok bayi, angka kematian

lebih tinggi yaitu sebesar 0,11% dibandingkan pada kelompok umur 1-4 tahun

yang sebesar 0,06%.

Menurut Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes RI) (2013) pneumonia

tertinggi jika dilihat berdasarkan usia penderita yaitu meningkat pada kelompok

usia 1-4 tahun (balita), kemudian pada umur 45-54 tahun dan terus meningkat

pada usia selanjutnya.

Pneumonia secara umum adalah peradangan parenkim paru yang

disebabkan oleh mikroorganisme seperti bakteri, virus , jamur dan parasit namun

pneumonia juga dapat disebabkan oleh bahan kimia ataupun paparan fisik seperti

suhu atau radiasi (Djojodibroto, 2015).

Pneumonia adalah adanya inflamasi, pembengkakan atau peradangan pada

jaringan parenkim paru yang biasanya dikaitkan dengan pengisian alveoli dengan

cairan. Pneumonia dapat diklasifikasikan menurut agen penyebab ataupun area

paru yang terkena pneumonia. Berdasarkan agen penyebab, pneumonia dibagi

menjadi tempat yaitu pneumonia tipikal (klasik) atau Community Acquired

Pneumonia (CAP), pneumonia atipikal (nosokomial), pneumonia aspirasi, dan

pneumonia immunocompromised. Berdasarkan area paru yang terkena dibagi

menjadi dua yaitu pneumonia lobaris dan bronchopneumonia (Wahid dan Imam,

2013).

Peneumonia merupakan salah satu penyakit infeksi saluran pernafasan

akut (ISPA) yang menyebabkan kematian terbanyak pada anak usia kurang dari

lima tahun (balita) baik di negara berkembang maupun negara maju. Pneumonia
3

adalah infeksi pada kantung kecil paru-paru (alveoli) yang di penuhi nanah dan

cairan sehingga mengganggu pernapasan dan terasa sakit saat bernapas.karena

asupan oksigen yang berkurang (Patria, 2016).

Menurut Wahid dan Imam (2013), terdapat faktor yang meningkatkan

risiko terkena pneumonia dan adapula faktor yang meningkatkan risiko kematian

akibat pneumonia. Faktor yang meningkatkan risiko terkena pneumonia

diantaranya adalah infeksi saluran pernapasan atas, umur dibawah 2 bulan, usia

lanjut, malnutrisi, berat bayi lahir rendah, imunisasi tidak lengkap, tidak

mendapatkan ASI eksklusif dan polusi udara.

Selain itu faktor risiko pneumonia dapat terjadi karena usia lanjut,

alkoholisme, rokok, kekurangan nutrisi, penyakit kronis yang menahun,

mekanisme pertahanan paru, kolonisasi bakteri di saluran napas, dan pembersihan

saluran napas.

Pneumonia disebabkan oleh berbagai macam bakteri, virus dan

mikroplasma (bentuk pemeliharaan antara bakteri dan virus). Bakteri yang umum

adalah streptococcus pneumonia, staphylococcus aureus, klebsiella sp,

pseudomonas sp, virus misal virus influenza (Misnadiarly, 2008).

Fisioterapi sebagai salah satu pelaksana layanan kesehatan ikut berperan

dan bertanggung jawab dalam peningkatan derajat kesehatan, terutama yang

berkaitan dengan mengembangkan, memelihara gerak dan fungsi. Peran

fisioterapi pada penyakit paru pneumonia adalah untuk melancarkan jalan napas,

mengurangi sesak napas, membantu membersihkan mukus, mencegah

penumpukan mukus. Maka penatalaksanaan fisioterapi yang dapat diberikan pada


4

pneumonia yaitu postural drainage, nebulizer, infrared, mobilisasi sangkar toraks,

huffing exercise, breathing exercise berupa deep breathing exercise,

diaphragmatic breathing exercise dan segmental breathing exercise.

Dalam karya tulis ini, penulis memilih penggunaan modalitas nebulizer,

deep breathing exercise, batuk efektif dan mobilisasi sangkar toraks pada kasus

pneumonia. Nebulizer adalah alat yang dapat mengubah obat yang berbentuk

larutan menjadi aerosol (uap) secara terus menerus dengan tenaga yang berasal

dari udara yang didapatkan, nebulizer bertujuan untuk mengurangi sesak nafas

dan untuk melancarkan dahak (Jamaludin et al, 2014). Deep breathing exercise

bertujuan untuk membantu mengembangkan lingkar dada dan melatih otot

pernafasan sehingga dapat meningkatkan volume dan kapasitas vital (Priyanto,

2011). Batuk efektif adalah latihan yang digunakan untuk membersihkan sekresi

pada jalan nafas (Nugroho & Kristiani, 2011). Mobilisasi sangkar toraks dapat

diberikan kepada seorang yang mengalami keterbatasan pada gerakan dada dan

bertujuan untuk meningkatkan kapasitas volume paru (Kisner, 2007).

Dari berbagai uraian diatas maka dalam penulisan proposal Karya Tulis

Ilmiah (KTI), penulis akan merencanakan studi kasus dengan judul

penatalaksanaan fisioterapi pada kasus pneumonia.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas penulis mengajukan rumusan

masalah yaitu: “Bagaimana penatalaksanaan fisioterapi pada kasus pneumonia?


5

C. Tujuan Penulisan

Tujuan dari pembuatan karya tulis ilmiah ini adalah untuk mengetahui

penatalaksanaan fisioterapi pada kasus pneumonia.

D. Manfaat Penulisan

Penulisan karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat memberikan manfaat

bagi semua pihak. Manfaat yang dapat diambil antar lain:

1. Bagi penulis

Dapat menambah pengetahuan dan memperdalam pemahaman sehingga

dapat dijadikan motivasi untuk lebih tahu tentang penatalaksanaan fisioterapi pada

kasus pneumonia.

2. Bagi institusi

Dapat mengembangkan ilmu fisioterapi dan perkembangan praktik

fisioterapi terutama pada kasus pneumonia.

3. Bagi fisioterapi

Menambah informasi dan wawasan tentang kondisi dan penatalaksanaan

fisioterapi pada kasus pneumonia dan memberikan edukasi kepada masyarakat.


6

4. Bagi Masyarakat

Mendapatkan informasi dan wawasan tentang penanganan pneumonia

serta menyebarluaskan informasi kepada pembaca ataupun masyarakat luas

tentang penanganan pneumonia.

Anda mungkin juga menyukai