PENDAHULUAN
1
November 2009 di Universitas Padjadjaran Bandung. Seminar diselenggarakan
berkaitan peringatan Hari Pneumonia Sedunia 2009 yang diperingati setiap tanggal 2
November. Hadir dalam acara Gubernur Jawa Barat, Ketua DPRD Provinsi Jawa
Barat, Bupati dan Walikota Bandung, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat,
Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia Cabang Jawa Barat dan peserta seminar dari
berbagai profesi seperti Dokter, Bidan, perawat Puskesmas, Kader Kesehatan, serta
Tim Penggerak PKK Jawa Barat.
Masalah yang sering muncul pada klien dengan Boncopnemonia adalah tidak
efektifnya bersihan jalan napas, resiko tonggi terhadap infeksi, klurang pengetahuan,
intolerasnsi aktivitas, tidak efektifnya pola napas. Jika broncopnemonia terlambat
didiagnosa atau terapi awal yang tidakmemadai pada broncopnemonia dapat
menimbulka empisema, rusaknya jalan napas, bronchitis. Maka diperlukan Asuhan
Kebidanan untuk mencegah komplikasi yang mungkin terjadi.
2
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah diatas maka rumusan
masalah penelitian ini adalah “Apa Pneumonia itu, klasifikasinya, apa yang
dimaksud bronchopneumonia, patofisiologinya, etiologinya, factor resikonya,
tanda, gejala, penegakan diagnose, penatalaksanaan umum, dan penatalaksanaan
kebidanan.”
1.3 Tujuan
Mengetahui Apa Pneumonia itu, klasifikasinya, apa yang dimaksud
bronchopneumonia, patofisiologinya, etiologinya, factor resikonya, tanda, gejala,
penegakan diagnose, penatalaksanaan umum, dan penatalaksanaan yang
diberikan bidan sesuai kewenangannya.
1.4 Manfaat
1. Secara Teoretis
Makalah ini diharapkan berguna untuk mengembangkan dan
menambah pengetahuan yang telah ada tentang bronchopneumoniae.
2. Secara Praktis
a. Bagi Penulis
Makalah ini dapat menambah pengalaman dan wawasan pembelajaran.
b. Bagi Masyarakat
Makalah ini diharapkan berguna sebagai pertimbangan dalam
melakukan tindakan yang tepat untuk menangani Neonatus yang
mengalami nronchopneumoniae.
c. Bagi Institusi Pendidikan Kebidanan
Hasil Study kasus ini diharapkan berguna sebagai bahan kajian dalam
pengajaran mata kuliah asuhan neonatus bayi dan balita.
3
1.5 Metode Pengumpulan Data
Dalam menyusun Study kasus ini kami mengumpulkan data dengan
beberapa metode, seperti :
1. Study Kepustakaan
Kami mengumpulkan data dari literatur-literatur kepustakaan yang
berkaitan dengan bronchopneumoniae.
2. Diskusi Kelompok Terpimpin
Diskusi ini kamil lakukan untuk saling melengkapi data yang telah ada
mengenai bronchopneumoniae .
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. Definisi
Pneumonia adalah peradangan akut parenkim paru yang biasanya berasal dari
suatu infeksi. (Sylvia A. Price.2002)
1. Pneumonia lobaris
Seluruh lobus mengalami konsolidasi,
eksudat terutama
terdapat intraalveolar, Pneumokokus dan
Klabsiella merupakan organism Gambar 2.1 Paru yang terinfeksi
penyebab yang sering infeksi ini.
2. Pneumonia lobularis (Bronkopneumonia)
Penyebaran yang berbercak, eksudat fibrinosa terutama terdapat pada
bronkiolus. Staphylococcus dan Streptococcus adalah penyebab infeksi yang
sering.
3. Pneumonia interstisialis (Bronchiolitis)
Eksudat perivaskuler dan edema di antara alveoli, disebabkan oleh infeksi
virus atau mikroplasma.
5
Bronchopneumonia adalah radang paru-paru yang mengenai satu atau
beberapa lobus paru-paru yang ditandai dengan adanya bercak-bercak Infiltrat
(Whalley and Wong, 1996).
6
Suatu infeksi akut pada paru – paru yang secara anatomi mengenai bagian
lobulus paru mulai dari parenkim paru sampai perbatasan bronkus yang dapat
disebabkan oleh bermacam – macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda
asing ditandai oleh trias (sesak nafas, pernafasan cuping hidung, sianosis sekitar
hidung / mulut). (Bachtiar Fanani.2010)
Infeksi yang terjadi pada neonatus yang mengenai satu atau beberapa lobus
paru-paru yang ditandai dengan adanya bercak-bercak infiltrat yang disebabkan oleh
bakteri,virus, jamur dan benda asing yang mengakibatkan Respiratory Distress.
(Rina.2010)
II. Patofisiologi
7
setelah beberapa hari mula- mula kering kemudian menjadi produktif. Batuk pilek
yang mungkin berat sampai terjadi insufisiensi pernapasan dimulai dengan infeksi
saluran bagian atas, penderita batuk kering, sakit kepala, nyeri otot, anoreksia dan
kesulitan menelan. Bila penyebaran kuman sudah mencapai alveolus maka
komplikasi yang terjadi adalah kolaps alveoli, fibrosis, emfisema dan atelektasis.
8
III.Etiologi
1. Bakteri
9
2. Virus
3. Aspirasi
Penyebab ini merupakan penyebab utama kematian bayi BBLR. Hal ini
disebabkan karena pada saat pemberian os dimulai, terjadi aspirasi karena
refleksmenelan dan batuk belum sempurnapneumonia aspirasi ini harus dicurigai jika
bayi BBLR tiba-tiba menunjukan gejala letargia, anoreksia, berat badan tiba-tiba
turun, dan kalau terdapat serangan apnea. Aspirasi bisa terjadi karena Makanan,
kerosen (bensin dan minyak tanah) dan cairan amnion, benda asing.
4. Pneumonia Hipostatik
Disebabkan oleh tidur terlentang terlalu lama, misalnya pada anak yang sakit
dengan kesadaran menurun, penyakit lain yang harus istirahat di tempat tidur yang
lama sehingga terjadi kongesti pada paru belakang bawah. Kuman yang tadinya
komensal berkembang biak menjadi patogen dan menimbulkan radang. Oleh karena
itu pada anak yang menderita penyakit dan memerlukan istirahat panjang seperti
tifoid harus diubah – ubah posisi tidurnya.
5. Jamur
Infeksi paru oleh jamur dan parasit biasanya merupakan penyulit paling
berbahaya pada individu dengan gangguan imun, terutama wanita dengan sindrom
immunodeficiency didapat (AIDS). Beberapa jamur penyebab bronchopneumoniae
adalah H. Capsulatum. Candida albikans, Blastomycetes dermatitis,
Koksidioidomikosis, Aspergilosis dan Aktinimikosis.
10
6. Sindrom Loeffler
Secara klinis biasa, berbagai etiologi ini sukar dibedakan. Untuk pengobatan
tepat, pengetahuan tentang penyebab pneumonia perlu sekali, sehingga pembagian
etiologis lebih rasional daripada pembagian anatomis.
Angka kejadian tertinggi ditemukan pada usia kurang dari 4 tahun dan
mengurang dengan meningkatnya umur. Pneumonia lobaris hampir selalu
disebabkan oleh pneumococcus, ditemukan pada orang dewasa dan anak besar,
sedangkan Bronkopneumonia lebih sering dijumpai pada anak kecil dan bayi.
Frekuensi relative dari agen penyebab pneumonia berbeda pada kedua sumber
ini (Tabel 2.1). penting untuk membedakan antara pneumonia yang di dapat di
masyarakat dengan yang di rumah sakit, yaitu untuk mengetahui antibiotika apa yang
sesuai untuk dijadikan terapi.
Tabel 2.1
11
Penyebab paling sering Pneumonia yang didapat dari masyarakat dan Nosokomial
Sumber Penyebab
Masyarakat Streptococcus pneumonia
Mycoplasma pneumonia
Haemophillus influinzae
Legionella pneumophilla
Chlamydia pneumonia
Anaerob oral (aspirasi)
Influenza tipe A dan B
Adenovirus
Rumah Sakit Basil usus gram negative (missal E.Coli, Klebsiella pneumonia)
Pseudomonas aeruginosa
Staphylococcus aureus
Anaerob oral
(Sylvia A. Price.2002)
Dalam keadaan :
12
Riwayat kelahiran
Persalinan lama
Persalinan dengan tindakan
Ketuban pecah dini
Air ketuban bau dan kental
Riwayat kehamilan
Infeksi TORCH
Ibu menderita eklampsi
Ibu mempunyai penyakit bawaan
V. Manifestasi Klinis
Gejala-gejala pneumonia hampir serupa untuk semua jenis pneumonia, tetapi
terutama mencolok pada pneumonia yang disebabkan oleh bakteri. Gejala-gejala
mencakup :
1. Demam dan menggigil akibat proses peradangan, suhu dapat naik mendadak
sampai 39 – 400 C.
2. Gejala umum saluran pernapasan bawah berupa batuk yang produktif dan
purulen, takipnu, ekspektorasi sputum (sputum berwarna merah karat untuk
Streptococcus pneumonia,berwarna merah muda untuk Staphylococcus
aureus,atau kehijauan dengan bau khas untuk Pseudomonas aeruginosa),
napas cuping hidung, sesak napas, air hunger,merintih, dan sianosis.
3. Anak yang lebih besar dengan pneumonia akan lebih suka berbaring pada sisi
yang sakit dengan lutut tertekuk karena nyeri dada.
4. Tanda pneumonia berupa retraksi (penarikan dinding dada bagian bawah ke
dalam saat bernapas bersama dengan peningkatan frekuensi napas), perkusi
pekak, fremitus melemah, suara napas melemah, dan ronki.
13
5. Tanda efusi pleura atau empiema berupa gerak ekskursi dada tertinggal di
daerah efusi, suara napas tubuler tepat diatas batas cairan, friction rub, nyeri
dada karena iritasi pleura (nyeri berkurang bila efusi beertambah dan berubah
menjadi nyeri tumpul), kaku kuduk/meningismus (iritasi meningen tanpa
inflamasi) bila terdapat iritasi pleura lobus atas, nyeri abdomen (kadang
terjadi, bila iritasi mengenai diafragma pada pneumonia lobus kanan bawah).
Pada neonates dan bayi kecil tanda pneumonia tidak selalu jelas. Efusi pleura
pada bayi akan menimbulkan pekak perkusi.
6. Rasa lelah akibat reaksi peradangan dan hipoksia apabila infeksinya serius.
7. Tidak ada reflex menghisap/ malas minum
8. Gelisah
9. Letargi
11. Muntah
12. Diare
14
Nilai Hb biasanya tetap normal atau sedikit menurun.
Peningkatan LED
Kultur dahak dapat positif pada 20 – 50% penderita yang tidak diobati.
Selain kultur dahak , biakan juga dapat diambil dengan cara hapusan
tenggorok (throat swab)
15. Adanya penyebaran daerah yang berbercak dengan diameter sekitar 3 sampai
4 cm yang mengelilingi dan juga melibatkan bronki.
Diagnosis
Ditegakkan berdasarkan riwayat penyakit dan pemeriksaan fisis yang sesuai
dengan gejala dan tanda yang diuraikan sebelumnya, disertai pemeriksaan
penunjang. Diagnosis etiologi dibuat berdasarkan pemeriksaan mikrobiologi
dan/atau serologi.
Karena pemeriksaan mikrobiologi tidak mudah dilakukan; dan bila dapat
dilakukan pun kuman penyebab tidak selalu dapat ditemukan, WHO mengajukan
pedoman diagnosis dari tatalaksana sederhana. Berdasarkan pedoman tersebut,
pneumonia dibedakan atas :
1. Pneumonia sangat berat : bila ada sianosis sentral dan tidak sanggup minum.
2. Pneumonia berat: bila ada retraksi, tanpa sianosis dan masih sanggup minum.
3. Pneumonia : bila tidak ada retraksi, tetapi napas cepat :
>60x/menit pada bayi <2 bulan.
>50x/menit pada anak 2 bulan-1 tahun.
>40x/menit pada anak 1-5 tahun.
4. Bukan pneumonia : hanya batuk tanpa ada gejala seperti diatas.
15
5. Bayi <2 bulan dianggap beresiko sangat tinggi karena perjalanan penyakit
lebih bervariasi, komplikasi dan kematian sering terjadi.
Diagnosa resiko yang akan terjadi :
Intoleran aktivitas yang berhubungan dengan insufisiensi oksigen untuk
aktivitas hidup sehari-hari.
Resiko terhadap perubahan membrane Mukosa oral yang berhubungan dengan
pernafasan mulut, sering meludah, dan penurunan masukan cairan sekunder
akibat malaise.
V. Penatalaksanaan Umum
16
Pengobatan umum pasien-pasien pneumonia biasanya berupa pemberian
antibiotic yang efektif terhadap organism tertentu, terapi O2 untuk menanggulangi
hipoksemia, dan pengobatan komplikasi. Seringkali komplikasi dan mortalitas
dikaitkan dengan jenis organism yang mengakibatkan infeksi.
Pneumonia pneumokokkus biasanya tidak disertai komplikasi dan jaringan yang
rusak dapat diperbaiki kembali menjadi jaringan yang normal. Komplikasi yang
paling sering adalah efusi pleura ringan. Obat pilihan untuk penyakit ini adalah
Penisilin G.
Penicilin 50000 ui/kgBB/hari ditambah dengan clorampenicol 50 -70
mg/kgBB/hari atau diberikan antibiotik dengan spektrum luas seperti ampicilin,
pengobatan ini diteruskan sampai bebas demam 4 – 5 hari.
17
BAB III
A. Pengkajian
1. Data Biografi
Ibu klien bernama Ny. I, usia 38 tahun, pendidikan terakhir SMEA, pekerjaan
ibu rumah tangga. Ayah klien bernama Tn S, usia 38 tahun, pendidikan terakhir
18
STM, pekerjaan sebagai buruh ), agama Islam, alamat kampung Rawa Sawah III Rt
04/02 Jakarta Pusat.
2. Resume
Klien bernama An. A umur 4 bulan masuk melalui UGD RSPAD Gatot
Soebroto pada tanggal 22 Februari 2008 pukul 09.30 wib. Klien datang dengan
keluhan batuk ± 2 minggu, sesak napas +, TTV N : 140 x/mnt, S : 38 ˚C, RR : 35
x/mnt, BB : 4,9 kg. Di UGD klien dilakukan tindakan pemasangan infus DS ¼ % 500
cc / 24 jam ( 200 tts /mnt ), injeksi cewfotaxin 3 x 150 mg secara IV, kalmetason 3 x
1 mg secara IV, cek AGD,kemudian di ruang perawatan anak lantai II dilakuakn
tindakan TTV N : 140 x/mnt, S : 38 ˚C, RR : 35 x/mnt, BB : 4,9 kg. Di UGD klien
dilakukan tindakan pemasangan infus DS ¼ % NS 16 tts/mnt, injeksi cewfotaxin 3 x
150 mg secara IV, kalmetason 3 x 1 mg secara IV, garamicyn 2 x 12,5 mg secara IV,
section, Nebolizer atroven 4 tts dan Nacl 0,9 %2cc 3 x sehari, O2 2 liter/mnt,
sehingga dari data diatas masalah yang muncul adalah tidak efektifnya bersihan jalan
napas, tidak efektifnya pola napas , resiko perubahan nutrisi dan resiko infeksi, semua
masalah diatas belum teratasi, hanya 1 tujuan tercapai sebagian masalah belum
teratasai yaitu tidak efektifnya bersihan jalan napas.
1). Antenatal
19
Usia kehamilan saat kelahiran 40 minggu, cara persalinan normal, ditolong
oleh dokter, keadaan bayi saat lahir tidak cacat.BBL 4900 g,panjang badan 57 cm.
Ibu mengatakan anaknya tidak ada kelainan bawaan, cacat, ikterus, kejang,
paralysis, perdarahan, trauma persalinan, penurunan berat badan.
Ibu klien mengatakan selama ini klien tidak pernah mengalami sakit.
Orang tua klien mengatakan, klien belum pernah dirawat di Rumah sakit.
e. Obat-obatan
Menurut orang tuan klien tidak ada obat – obat yang diminum sebelum sakit.
f. Tindakan
20
g. Alergi
Orang tua klien mengatakan, klien tidak ada alergi terhadap obat, makanan,
lingkungan, dan binatang.
h. Kecelakaan
I. Imunisasi
Ibu klien mengatakan sebelum sakit klien selalu di ajak bermain dengan
kakaknya 1). Ibu klien mengatakan sejak lahir klien diberi ASI, dan susu buatan,
Makanan padat/tambahan mulai diberikan pada usia 4 bulan., diberikan secara
bertahap.Jenis vitamin yang diberikan tidak ada. Orang tua klien mengatakan klien
makan dengan frekuansi 3X/hari, jenis makanan yang diberikan yaitu nasi, sayur,
lauk-pauk dan buah.. Tidak ada alergi terhadap makanan. Kebiasaan makan. Klien
tidak memiliki kebiasaan makan bersama dengan keluarga. Jumlah minum klien
dalam satu hari sebanyak 2250 cc, frekuensi minum 7-9 kali dalam sehari. Tidak ada
kebiasaan minum kopi.
Ayah klien mengatakan, klien tidur siang selama 2 jam mulai pukul 13.00
WIB sampai pukul 15.00 WIB, lama tidur malam 9 jam mulai pukul 09.00 WIB
sampai 06.00 WIB. Tidak ada kelainan waktu tidur. Kebiasaan yang membuat anak
nyaman saat tidur yaitu tidak ada.
21
Orang tua Klien mengatakan anaknya selalu di berikan mainan saat menagis.
Ibu klien mengatakan klien BAB 3X dalam seminggu, waktunya tidak tentu,
warna feses kuning, bau khas. Konsistensi lembek, tidak menggunakan laksatif, tidak
ada kebiasaan khusus pada waktu buang air besar. Klien buang air kecil 10-15 X/hari,
warna kuning jernih, tidak ada keluhan yang berhubungan dengan buang air kecil dan
klien mengompol.
Ibu klien mengatakan klien suka menghisap jempol tidak memiliki kebiasaan
menggigit jari, menggigit kuku, mempermainkan genital dan mudah marah.
Ibu klien mengatakan semenjak lahir hingga saat ini klen tinggal bersama
kedua orang tuanya. Klien diasuh oleh ibunya sendiri.
a). Genogram
Ibu klien mengatakan anggota keluarga yang lain tidak ada yang menderita
penyakit yang sama.
22
Koping keluarga terhadap anak yang sakit, ayah dan ibu klien memiliki
koping yang adaptif karena ibu klien menerima kenyataan penyakit anaknya, dalam
memecahkanmasalah dengan musyawarah.
e). Spiritual
Orang tua klien mengatakan tempat tinggalnya dekat jalan raya dan jauh dari
pabrik. Lingkungan rumah bersih , ventilis rumah cukup, jauh dari pembuangan
samaph.
Ibu klien mengatakan kurang lebi 5 hari anaknya batuk, pilek dan sesak napas
sehingga Ibu membawa anaknya berobat ke RSPAD Gatot Soebroto.
DS : Ibu klien mengatakan anaknya sejak 2 minggu yang lalu batuk, susah
mengeluarkan dahak.
23
DO : Suhu tubuh klien 37,20C, nadi 132 X/menit, pernafasan 44X/menit,, kesadaran
composmentis.
2). Nutrisi
DS : Ibu klien mengatakan anaknya minum susu lewat selang dari hidung, ada
penurunan berat badan, sebelum sakit 5 kg, tidak mual dan tidak muntah.
DO : mukosa mulut klien lembab, warna merah, tidak terdapat lesi pada bibir, tidak
ada bibir sumbing, tidak ada perdarahan pada gusi, lidah tidak kotor, kulit elastis,
klien terpasangn NGT sejak tangggal 22 Februari 2008.
3). Respirasi/Sirkulasi
DS : -
DO : Suara nafas ronkhi +, batuk, terdapat sputum, tidak ada batuk darah (hemaptu),
tidak ada ikterus, tidak ada sianosis, tidak menggunakan otot bantu napas, tidak ada
pernapasan cuping hidung, tidak terdapat edema palpebra, tidak ada palpitasi,
capilary refil 2 detik, temperatur suhu 37,20C
4). Eliminasi
Abdomen
DS :Orang tua klien mengatakan perutnya tidak kembung dan tidak mules.
DO : Abdomen klien tidak kembung, bising usus 18X/menit.
BAB
DS : orang tua klien mengatakan klien BAB 1X/hari, konsistensi lembek, warna
kuning, tidak ada diare.
DO : Warna feses kuning, tidak ada lendir, konsistensi lembek, frekuensi 1X/hari.
BAK
DS : Ibu klien mengatakan BAK tidak tentu, freukensi sering.
DO :, tidak ada irtasi pada daerah anus, tidak ada atresia ani.
24
5). Aktifitas dan Latihan
DS : Ibu klien mengatakan jika anaknya menangis diberi mainan, tidak ada kekauan
pada sendi.
DO : Reaksi terhadap rangsangan baik, reaksi kedua pupil terhadap cahaya positif,
konjungtiva ananemis, pendengaran baik, penglihatan baik.
DS : -
DS : -
DO : -
25
c. Dampak Hospitalisasi
Semenjak klien masuk rumah sakit, anak menangis dan apabila berhadapan
dengan orang yang tidak dikenalnya.
Tingkat perkembangan saat ini klien sudah bisa mengangkat kepala saat
tengkurap, berguling dari terlentang ke tengkurap.
3). Bahasa
4). Sosialisasi
7. Pemeriksaan Penunjang
Hematologi
26
Eritrosit : 3,7 (4,3-6,0 juta / ul)
8. Penatalaksanaan
Therapy:
Cefotaxime : 3 X 150 mg
Garamicin : 2 X 12,5 mg
Kalmetason : 3 X 1mg
Inhalasi Nebulezer dengan Nacl 0,9% 2cc dan barotex 3tetes 3x/hari.
27
DATA FOKUS
DS :
Ibu klien mengatakan anaknya batuk-batuk sudah 2 minggu yanhg lalu dan
tidak sembuh-sembuh.
DO :
Kesadaran Composmentis
28
TTV : N : 132 x/menit sh : 37,2 0C RR : 44x/menit.
Leukosit = 8600 / ul
ANALISIS DATA
29
mengeluarkan dahak.
Sh : 37,2 0C
RR : 44 x/menit
DS : - Tidak efektifnya Obstruksi
pola nafas bronchial
DO : Kesadaran Composmentris
30
2008
TB saat ini : 58 cm
LLA :6 cm
4 DS : - Resiko terjadinya Masuknya
infeksi mikroorganisme
DO : Klien terpasang NGT pada tanggal
sekunder
22 Februari 2008
terhadap tindakan
31
C. Perencanaan,Implementasi dan evaluasi
DS : Ibu klien mengatakan anaknya batuk-batuk ± 2 minggu yang lalu dan tidak
sembuh-sembuh.
Kriteria hasil :
N : 120-150 x/menit
Sh : 36-37 0C
32
RR : 20-28 x/menit
Perencanaan :
Implementasi:
Senin, 25 – 02 – 2008
Jam 09.00 mengukur TTV Hasil : N : 132 x/mnt, sh : 37,2 0C, RR : 44 x/mnt. Jam
09.10, memberikan terapi inhalasi nebulizer dengan NaCl 0,9 % 2 CC dan barotex 3
tetes. Hasil : klien menangis, obat masuk dan di hirup. Jam 11.30, memberikan
injeksi cefotaxime secara iv. Hasil obat diberikan klien tidak alergi. Jam 14.00
Mengobservasi keadaan klien. Hasil : klien tidur nyenyak. Jam 15.00 Mengukur
TTV, hasil : N : 130 x/mnt sh : 36 0C. Jam 16.00 Memberikan terapi inhalasi
nebulizer dengan NACl 0,9 % 2 cc dan barotex 3 tetes, hasil : klien menangis, obat
masuk dan di hirup. Jam 17.00 Mengobservasi keadaan klien, hasil : Keadaan umum
lemah, klien menangis. Jam 18.00 Memberikan injeksi cefotaxime dan kalmetason 3
x 150 mg dan 3 z 1 mg secara IV, hasil : obat di berikan klien menangis. Jam 21.00
Mengobservasi keadaan klien, hasil : klien tertidur pulas.
Selasa, 26 – 02 – 2008
33
Jam 14.00 Mengukur TTV, hasil : N : 124 x/mnt, sh : 36 0C RR : 40 x/mnt. Jam 14.30
Mengobservasi keadaan klien, hasil : klien tidur. Jam 16.10 Memberikan terapi
nebulizer NaCl 0,9 % 2 cc dan barotex 3 tetes, hasil : Nebulezer diberikan klien
menangis. Jam 17.00 Mengobservasi keadaan, hasil : klien menangis dan dipangku
oleh ibunya. Jam 18.00 Memberikan injeksi cefotaxime 3 x 150 mg dan kalmetason 3
x 1 mg secara IV, hasil : obat di berikan klien tidur. Jam 21.00 Mengukur TTV,
hasil : N : 120 x/mnt, sh : 37 0C, RR : 38 x/mnt.
Jam 21.00 Mengukur TTV, hasil : N : 132, sh : 36 0C, RR : 38 x/mnt. Jam 22.00
Mengobservasi keadaan klien, Hasil : k/u baik, klien tidur. Jam 24.00 Mengobservasi
keadaan klien, hasil : klien tidur. Jam 02.00 Memberikan injeksi cefotaxime 3 x 150
mg dan kalmetason 3 x 1 mg secara IV, hasil : obat di berikan klien menangis. Jam
05.00 Mengobservasi keadaan klien, hasil : klien tidur. Jam 06.00 Mengukur TTV,
hasil : N : 124, sh : 36 0C, RR : 40 x/mnt.
Evalusi
Rabu, 27 – 02 – 2008
- Ronkhi (+)
34
menggunakan
DS : -
DO : Kesadaran composmentris
Klien batuk ronchi (+), sesak (+) anak tampak sulit mengeluarkan sputum.
Tidak terdapat pernapasan cuping hidung hidung dan tidak menggunakan otot-otot
bantu pernapasan.
pola napas
efektif.
Kriteria hasil :
Pernapasan teratur.
Tidak ada pernapasan cuping hidung dan tidak menggunakan otot bantu
pernapasan.
Perencanaan :
1. Ukur TTV terutama RR setiap 2 jam; suara nafas teratur atau tidak teratur,
penggunaan otot bantu pernapsan.
35
2. Tinggikan posisi kepala diatas tempat tidur.
3. Lakukan fisioterapi dada.
4. Kaji bentuk dan kedalaman pernapasan.
5. Berikan oksigen sesuai program.
Implementasi:
Senin, 25 – 02 – 2008
Jam 09.00 mengukur TTV Hasil : N : 132 x/mnt, sh : 37,2 0C, RR : 44 x/mnt. Jam
09.10, memberikan terapi inhalasi nebulizer dengan NaCl 0,9 % 2 CC dan barotex 3
tetes. Hasil : klien menangis, obat masuk dan di hirup. Jam 11.30, memberikan
injeksi cefotaxime secara iv. Hasil obat diberikan klien tidak alergi. Jam 14.00
Mengobservasi keadaan klien. Hasil : klien tidur nyenyak. Jam 15.00 Mengukur
TTV, hasil : N : 130 x/mnt sh : 36 0C. Jam 16.00 Memberikan terapi inhalasi
nebulizer dengan NACl 0,9 % 2 cc dan barotex 3 tetes, hasil : klien menangis, obat
masuk dan di hirup. Jam 17.00 Mengobservasi keadaan klien, hasil : Keadaan umum
lemah, klien menangis. Jam 18.00 Memberikan injeksi cefotaxime dan kalmetason 3
x 150 mg dan 3 z 1 mg secara IV, hasil : obat di berikan klien menangis. Jam 21.00
Mengobservasi keadaan klien, hasil : klien tertidur pulas.
Selasa, 26 – 02 – 2008
Jam 14.00 Mengukur TTV, hasil : N : 124 x/mnt, sh : 36 0C RR : 40 x/mnt. Jam 14.30
Mengobservasi keadaan klien, hasil : klien tidur. Jam 16.10 Memberikan terapi
nebulizer NaCl 0,9 % 2 cc dan barotex 3 tetes, hasil : Nebulezer diberikan klien
menangis. Jam 17.00 Mengobservasi keadaan, hasil : klien menangis dan dipangku
oleh ibunya. Jam 18.00 Memberikan injeksi cefotaxime 3 x 150 mg dan kalmetason 3
x 1 mg secara IV, hasil : obat di berikan klien tidur. Jam 21.00 Mengukur TTV,
hasil : N : 120 x/mnt, sh : 37 0C, RR : 38 x/mnt.
36
Rabu, 27 – 02- 2008
Jam 21.00 Mengukur TTV, hasil : N : 132, sh : 36 0C, RR : 38 x/mnt. Jam 22.00
Mengobservasi keadaan klien, Hasil : k/u baik, klien tidur. Jam 24.00 Mengobservasi
keadaan klien, hasil : klien tidur. Jam 02.00 Memberikan injeksi cefotaxime 3 x 150
mg dan kalmetason 3 x 1 mg secara IV, hasil : obat di berikan klien menangis. Jam
05.00 Mengobservasi keadaan klien, hasil : klien tidur. Jam 06.00 Mengukur TTV,
hasil : N : 124, sh : 36 0C, RR : 40 x/mnt.
Evalusi
S : -
bantu pernapasan.
program.
37
klien Minum ASI/PASI 8 x 10 cc/NGT.
LLA=6cm
Kriteria hasil :
Perencanaan :
Imlementasi:
Senin, 25 – 02 – 2008
Jam 09.00 mengukur TTV Hasil : N : 132 x/mnt, sh : 37,2 0C, RR : 44 x/mnt. Jam
09.10, memberikan injeksi cefotaxime secara iv. Hasil obat diberikan klien tidak
38
alergi. Jam 14.00 Mengobservasi keadaan klien. Hasil : klien tidur nyenyak. Jam
15.00 Mengukur TTV, hasil : N : 130 x/mnt sh : 36 0C.Jam 16.00 Memberikan
minum susu 10 cc/NGT, hasil : klien diberi susu 10 cc/NGT. Jam 17.00
Mengobservasi keadaan klien, hasil : Keadaan umum lemah, klien menangis. Jam
18.00 Memberikan injeksi cefotaxime dan kalmetason 3 x 150 mg dan 3 z 1 mg
secara IV, hasil : obat di berikan klien menangis. Jam 19.00 Memberikan minum susu
10 cc/NGT, hasil : klien diberi susu 10 cc/NGT. Jam 21.00 Mengobservasi keadaan
klien, hasil : klien tertidur pulas.
Selasa, 26 – 02 – 2008
Jam 14.00 Mengukur TTV, hasil : N : 124 x/mnt, sh : 36 0C RR : 40 x/mnt. Jam 14.30
Mengobservasi keadaan klien, hasil : klien tidur. Jam 16.00 Memberikan minum susu
10 cc/NGT, hasil : klien diberi susu 10 cc/NGTJam 17.00 Mengobservasi keadaan,
hasil : klien menangis dan dipangku oleh ibunya. Jam 18.00 Memberikan injeksi
cefotaxime 3 x 150 mg dan kalmetason 3 x 1 mg secara IV, hasil : obat di berikan
klien tidur. Jam 19.00 Memberikan minum susu 100 cc/NGT, hasil : susu diberikan
100 cc/NGT. Jam 21.00 Mengukur TTV, hasil : N : 120 x/mnt, sh : 37 0C, RR : 38
x/mnt.
Jam 21.00 Mengukur TTV, hasil : N : 132, sh : 36 0C, RR : 38 x/mnt. Jam 22.00
Mengobservasi keadaan klien, Hasil : k/u baik, klien tidur. Jam 22.10 Memberikan
minum susu 100 cc/NGT, hasil : susu diberikan 100 cc/NGT. Jam 24.00
Mengobservasi keadaan klien, hasil : klien tidur. Jam 01.00 Memberikan minum susu
100 cc/NGT, hasil : susu diberikan 100 cc/NGT. Jam 02.00 Memberikan injeksi
cefotaxime 3 x 150 mg dan kalmetason 3 x 1 mg secara IV, hasil : obat di berikan
39
klien menangis. Jam 04.00 Memberikan minum susu 100 cc/NGT, hasil : susu
diberikan 100 cc/NGT. Jam 05.00 Mengobservasi keadaan klien, hasil : klien tidur.
Jam 06.00 Mengukur TTV, hasil : N : 124, sh : 36 0C, RR : 40 x/mnt. Jam 07.00
Memberikan minum susu 100 cc/NGT, hasil : susu diberikan 100 cc/NGT klien
menangis.
Evaluasi:
DS : -
40
bengkak, panas dan sakit.
Kriteria hasil :
Tidak ada tanda-tanda infeksi seperti merah, bengkak, panas dan sakit.
TTV normal = sh : 36-37 0C.
Perencanaan :
Imlementasi:
Senin, 25 – 02 – 2008
Jam 09.00 mengukur TTV Hasil : N : 132 x/mnt, sh : 37,2 0C, RR : 44 x/mnt. Jam
09.10, , memberikan injeksi cefotaxime secara iv. Hasil obat diberikan klien tidak
alergi. Jam 14.00 Mengobservasi keadaan klien. Hasil : klien tidur nyenyak. Jam
15.00 Mengukur TTV, hasil : N : 130 x/mnt sh : 36 0C.Jam 16.00Mengkaji tanda-
tanda infeksi hasil:tidak terdapat tanda-tanda infeksi seperti merah bengkak sakit dan
panas. Jam 17.00 Mengobservasi keadaan klien, hasil : Keadaan umum lemah, klien
menangis. Jam 18.00 Memberikan injeksi cefotaxime dan kalmetason 3 x 150 mg dan
3 x1 mg secara IV, hasil : obat di berikan klien menangis. Jam 21.00 Mengobservasi
keadaan klien, hasil : klien tertidur pulas.
Selasa, 26 – 02 – 2008
41
Jam 14.00 Mengkaji tanda-tanda infeksi hasil:tidak terdapat tanda-tanda infeksi
seperti merah,bengkak,panas dan sakit.Jam 14.30 Mengukur TTV, hasil : N : 124
x/mnt, sh : 36 0C RR : 40 x/mnt. Jam 15.00 Mengobservasi keadaan klien, hasil :
klien tidur. Jam 17.00 Mengobservasi keadaan, hasil : klien menangis dan dipangku
oleh ibunya. Jam 18.00 Memberikan injeksi cefotaxime 3 x 150 mg dan kalmetason 3
x 1 mg secara IV, hasil : obat di berikan klien tidur Jam 21.00 Mengukur TTV, hasil :
N : 120 x/mnt, sh : 37 0C, RR : 38 x/mnt.
Jam 21.00 Mengukur TTV, hasil : N : 132, sh : 36 0C, RR : 38 x/mnt. Jam 22.00
Mengobservasi keadaan klien, Hasil : k/u baik, klien tidur.. Jam 24.00 Mengobservasi
keadaan klien, hasil : klien tidur. Jam 02.00 Memberikan injeksi cefotaxime 3 x 150
mg dan kalmetason 3 x 1 mg secara IV, hasil : obat di berikan klien menangis.. Jam
05.00 Mengobservasi keadaan klien, hasil : klien tidur. Jam 06.00 Mengukur TTV,
hasil : N : 124, sh : 36 0C, RR : 40 x/mnt. Jam 07.00 Mengkaji tanda-tanda infeksi
hasil:tidak terdapat tanda-tanda infeksi seperti merah,bengkak dan panas.
Evaluasi:
S :-
42
43