Anda di halaman 1dari 75

LAPORAN SEMINAR

“ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN NY. N DENGAN


TUBERKULOSIS DI RUANG NON INFEKSI RSUD PALEMBANG
BARI TAHUN 2022”

DISUSUN OLEH:

1. Andi Saputra (22222007)


2. Agung Kurniawan (22222003)
3. Anom Budi Widjaya (22222010)
4. Duwi Marda Lenny (22222023)
5. Meireza (22222043)
6. Indah Budiarti (22222032)
7. Yolanda Dwi Nita (22222079)
8. Yuti Sartika (22222081)
9. Yulita Purnama Sari (22222080)
Pembimbing Lahan: 1. Apriyani, S.ST.,M.Kes
2. Verawati, S.Kep., Ns
Pembimbing Akademik: Suratun, S.Kep Ns., M.Kep
INSTITUSI ILMU KESEHATAN DAN TEKNOLOGI
MUHAMMADIYAHPALEMBANG
FAKULTAS ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU
KEPERAWATAN PENDIDIKAN PROFESI NERS
2022

i
ii
HALAMAN PERSETUJUAN
Judul: ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN NY. N DENGAN
TUBERKULOSIS DI RUANG NON INFEKSI RSUD PALEMBANG
BARI TAHUN 2022
Palembang……………………….. 2022
Menyetujui:

Pembimbing Klinik (CI) Pembimbing Klinik (CI)

Apriyani, S.ST., M.Kep Verawati, S.Kep., Ns

Dosen pembimbing Dosen pembimbing

Suratun, S.Kep.,Ns.M.Kep Sutrisno,S.Kep.,Ns.M.Kep

Kepala Bagian Pendidikan dan Pelatihan


Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI

Bembi Farizal, S.SST,Pi,MM


NIP : 198707012010011001

i
PROFIL RSUD PALEMBANG BARI
A. Visi, Misi, dan Motto
Visi:
Menjadi Rumah Sakit unggul, Amanah dan Terpercaya di Indonesia.
Misi:
1. Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan yg berorientasi pada
keselamatan dan ketepatan sesuai standar mutu yang berdasarkan
pada etika dan profesionalisme yang menjangkau seluruh lapisan
masyarakat.
2. Meningkatkan mutu manejement sumber daya kesehatan.
3. Menjadikan RSUD Palembang BARI sebagai Rumah Sakit
pendidikan dan pelatihan di Indonesia.
Motto:
Kesembuhan dan Kepuasan pelanggan adalah kebahagiaan kami.
Tujuan:
1. Mengoptimalkan pelayanan yang efektif dan efisien sesuai
standarmutu.
2. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang teijangkau yang
menjangkau seluruh lapisan masyarakat.
B. Sejarah
1. Sejarah Berdirinya
Pada awal berdiri di tahun 1986 sampai dengan 1994
dahulunya merupakan gedung Poliklinik/Puskesmas Panca Usaha,
kemudian diresmikan menjadi RSUD Palembang BARI tanggal19
Juni 1995 dengan SK Depkes Nomor 1326/Menkes/SK/XI/1997 lalu
ditetapkan menjadi Rumah Sakit Umum Daerah kelas C pada
tanggal 10 November 1997. Berdasarkan Kepmenkes RI Nomor :

ii
HK.00.06.2.2.4646 , RSUD Palembang BARI memperoleh status
Akreditasi penuh tingkat dasar pada tanggal 7 November 2003
kemudian di tahun berikutnya 2004 dibuat Master Plan oleh
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.Pembangunan
gedung dimulai dimulai pada tahun 2005 yakni Gedung Bedah
Central dan dilanjutkan lagi pada tahun berikutnya (2006)
pembangunan Gedung Bank Darah. Pada tahun 2007 dilanjutkan
dengan pembangunan : Gedung Administrasi, Gedung Pendaftaran,
Gedung Rekam Medik, Gedung Farmasi, Gedung Laboratorium,
Gedung Radiologi, Gedung Perawatan VIP, dan Cafetaria.
Pada5februari 2008, berdasarkan Kepmenkes RI Nomor :
YM.01.10/III/334/08 RSUD Palembang BARI memperoleh status
Akreditasi penuh tingkat lanjut . Serta Ditetapkan sebagai BLUD-
SKPD RSUD Palembang BARI berdasarkan Keputusan Walikota
Palembang No. 915.b tahun 2007 penetapan RSUD Palembang Bari
sebagai SKPD Palembang yang menerapkan Pola Pengelolaan
Keuangan BLUD(PPK-BLUD) secara penuh. Adapun pembangunan
yang dilaksanakan pada tahun 2008 meliputi Gedung Poliklinik (3
lantai), Gedung Instalasi Gawat Darurat, Gedung Instalai Gizi
(Dapur), GedungLoundry, Gedung VVIP, Gedung CSSD, Gedung
ICU, Gedung Genset dan IPAL.
Pada tahun 2009 RSUD Palembang BARI di tetapkan sebagai
Rumah Sakit Tipe B berdasarkan Kepmenkes RI Nomor :
241/MENKES/SK/IV/2009 tentang peningkatan Kelas Rumah Sakit
Umum Daerah Palembang BARI milik pemerintah kota palembang
provinsi sumatera selatan tanggal 2 april 2009. Adapun
pembangunan gedung yang berlangsung di tahun 2009 meliputi :
Gedung Kebidanan, Gedung Neonatus, Gedung Rehabilitasi Medik
serta Gedung Hemodialisa. Selanjutnya pembangunan gedung yang
berlangsung di tahun 2010-2011 meliputi: Perawatan Kelas I, II, III,

iii
Kamar Jenazah, Gedung ICCU, Gedung PICU, Workshop dan
Musholah.
1). Pada tahun 1985 sampai dengan tahun 1994 Rumah SakitUmum
Daerah Palembang BARI merupakan geduangPoliklinik atau
Puskesmas Panca Usaha.
2).Pada tanggal 19 Juni 1995 di resmikan menjadi Rumah Sakit
Umum Daerah Palembang BARI. Maka dengan SK
DepkesNomor 1326/Menkes/SK/XI/1997, tanggal 10
November1997 di tetapkan menjadi Rumah Sakit Umum kelas
C.
3).Kepmenkes RI Nomor: HK.00.06.2.2.4646 tentangpemberian
statu akreditas penuh tingkat dasar kepadaRumah Sakit Umum
Daerah Palembang BARI, tanggal 07 November 2003.
4).4.Kepmenkes RI Nomor: YM.01.10/III/334/08 tentang
pemberian status akreditasi penuh tingkat lanjut kepada Rumah
Sakit Umum Daerah Palembang BARI, tanggal 05 Februari
2008.
5). Kepmenkes RI Nomro: 24l/MENKES/SK/IV/2009 tentang
peningkatan kelas Rumah Sakit Umum Daerah Palembang
BARI menjadi kelas B, tanggal 02 April 2009.
6).Ditetapkan sebagai BLUD-SKPD Rumah Sakit Umum Daerah
palembang BARI berdasarkan keputusan wali kota Palembang
No. 915 B tahun 2008 tentang penetapan RSUD Palembang
BARI sebagai SKPD Palembang yang menerapkan pola
pengelolaan keuangan BLUD (PPK-BLUD) secara penuh.
7).KARS-SERT/363/1/2012 tentang status akreditas lulus tingkat
lengkap kepada Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI,
tanggal 25 Januari 2012.

iv
2. Sejarah Pemegang Jabatan Direktur
a. Tahun 1985 s.d 1995: dr. Jane Lidya Titahelu sebagai Kepala
Poliklinik atau Puskesmas Panca Usaha.
b. Tanggal 1 Juli 1995 s.d 2000: dr. Eddy Zarkary Monasir, SpOG
sebagai Direktur RSUD Palembang BARI.
c. Bulan Juli 2000 s.d November 2000: Pelaksana Tugas dr. H.
Dahlan Abbas, SpB.
d. Bulan Desember 2000 sampai dengan Februari 2001: Pelaksana
Tugas dr. M. Faisal Soleh, SpPD.
e. Tanggal 14 November 2000 s.d Februari 2012: dr. Hj. Indah
Puspita, H. A, MARS sebagai Direktur RSUD Palembang
BARI.
f. Bulan Februari tahun 2012 s.d sekarang: dr. Hj. Makiani,
S.H.,M.M.,MARS sebagai Direktur RSUD Palembang BARI.
3. Fasilitas dan Pelayanan
a. Fasilitas
1) Instalasi Rawat Darurat (IRD) 24 Jam
2) Farmasi atau Apotek 24 Jam
3) Rawat Jalan atau Poliklinik Spesialis
4) Bedah Sentral
5) Central Sterilized Suplay Separtemen (C S SD)
6) Unit Rawan Intensif (PICU, NICU & CICU)
7) Rehabilitation Medik
8) Radiologi 24 jam
9) Laboratorium Klinik 24 Jam
10) Patologi Anatomi
11) Bank Darah
12) Hemodialisa
13) Medical Check Up
14) ECG dan EEG

v
15) USG 4 Dimensi
16) Endoskopi
17) Kamar Jenazah
18) Ct Scan 64 Slides
b. Pelayanan
Pelayanan Rawat Jalan (Spesialis)
1) Poliklinik Spesialis Penyakit dalam
2) Poliklinik Spesialis Bedah
3) Poliklinik Spesialis Kebidanan dan Penyakit Kandungan
4) Poliklinik Spesialis Anak
5) Poliklinik Spesialis Mata
6) Poliklinik Spesialis THT
7) Poliklinik Spesialis Syaraf
8) Poliklinik Spesialis Kulit dan kelamin
9) Poliklinik Spesialis Jiwa
10) Poliklinik Jantung
11) Poliklinik Gigi
12) Poliklinik Psikologi
13) Poliklinik Terpadu
14) Poliklinik Akupuntur
15) Poliklinik Rehabilitasi Medik
c. Pelayanan Rawat Inap
1) Rawat Inap VIP dan VVIP
2) Rawat Inap Kelas I, II, dan III
3) Rawat Inap Penyakit Dalam Perempuan
4) Rawat Inap Penyakit Dalam Laki-Laki
5) Perawatan Anak
6) Perawatan B edan
7) Perawatan ICU
8) Perawatan Kebidanan

vi
9) Perawatan Neonatus/Nicu/PICU
d. Instalasi Gawat Darurat
1) Dokter j aga 24 j am
2) Ambulans 24 Jam
e. Pelayanan Penunjang
1) Instalasi Laboratorium Klinik
2) Instalasi Radiologi
3) Instalasi Farmasi
4) Instalasi Bedah Sentral
5) Instalasi Gizi
6) Bank Darah
7) Instalasi Pemulasan Jenazah
8) Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit
9) Instalasi Laundry
10) Central Sterilized Suplay Departement (CS SD)
11) Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit (IPSRS)
12) Kasir
13) Hemodialisa
f. Fasilitas kendaraan operasional
1) Ambulance 118
2) Ambulance bangsal
3) Ambulance siaga
4) Ambulance trauma center
5) Mobil jenazah

vii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
serta karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan kasus dengan
judul Asuhan Keperawatan Pasien Ny.N Dengan Tuberkulosis Di Ruang NON
IINFEKSI PDL RSUD Palembang Bari Tahun 2022 tepat pada waktunya.

Penyusunan laporan kasus ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi
dalam menjalankan praktik klinik Profesi Ners di RSUD Palembang Bari tahun
2022.

Dalam penyusunan laporan ini penulis banyak mendapatkan bantuan,


bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini
perkenankan kami menyampaikan terima kasih kepada:

1. Dr. Hj. Makiani, S.H., MM., MARS sebagai Direktur Rumah Sakit Umum
Daerah Palembang BARI.
2. Bapak Heri Shatriadi CP, M.Kes sebagai Rektor Institut Ilmu Kesehatan
dan Teknologi Muhammadiyah Palembang.
3. Bapak Yudiansyah, SKM.,M.Kes sebagai Dekan Fakultas Kesehatan
Muhammadiyah Palembang.
4. Dr. Amalia,M.Kes sebagai Wakil Direktur pelayanan Rumah Sakit Umum
Daerah Palembang BARI.
5. Dr. Alfarobi,M.Kes sebagai wakil direktur Umum Rumah Sakit Umum
Daerah Palembang BARI.
6. Bembi Farizal,S.ST.Pi.,MM sebagai kepala bagian pendidikan dan pelatihan
(Diklat) Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI.
7. Ibu. Hj. Masrianah, S.Kep., Ners., M.Kes selaku Ka Bag Keperawatan
Rumah Sakit Umum Palembang Bari
8. Bety Maryanti,SKM.,M.Kes sebagai kepala sub bagian kerjasama dan
pendidikan Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI.
9. Bapak Ismardi, S.Kep.,Ns sebagai coordinator CI Keperawatan Rumah

viii
Sakit Umum Daerah Palembang Bari
10. Ibu Apriani, S.ST.,M.Kes sebagai kepala ruangan penyakit dalam infeksi
Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI
11. Ibu Verawati, S.Kep.,Ns sebagai pembimbing klinik ruangan penyakit
dalam infeksi Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI
12. Ibu Suratun S.Kep.,Ns.,M.Kep Pembimbing Akademik Institusi Kesehatan
Dan Teknologi Muhammadiyah Palembang
13. Seluruh karyawan dan karyawati Rumah Sakit Umum Daerah Palembang
BARI.
14. Seluruh dosen dan staffInstitusi Kesehatan Dan Teknologi Muhammadiyah
Palembang
Kami menyadari laporan kasus ini masih banyak kekurangan, dengan
demikian saran dan kritik yang sangat membantu kami harapkan dan kami
terima dengan senang hati. Kami berharap semoga laporan kasus ini bermanfaat
bagi pembaca pada umumnya dan tenaga kesehatan lain pada khususnya.

Palembang, Oktober 2022

Penulis

ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN...........................................................ii
PROFIL RSUD PALEMBANG BARI.............................................iii
KATA PENGHANTAR.....................................................................iv
DAFTAR ISI........................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN....................................................................1
1.1 Latar Belakang........................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................2
1.3 Tujuan Umum.........................................................................3
1.4 Tujuan Khusus........................................................................3
1.5 Waktu dan Tempat Pelaksanaan...........................................3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................4


2.1 Konsep Dasar Tuberkulosis..................................................4
2.1.1 Definisi Tuberkulosi............................................................4
2.1.2 Etiologi.................................................................................4
2.1.3 Faktor Predisposisi..............................................................5
2.1.4 Patofisiologi..........................................................................5
2.1.5 Pathway................................................................................7
2.1.6 Klasifikasi.............................................................................8
2.1.7 Tanda Gejala.......................................................................9
2.1.8 Komplikasi...........................................................................9
2.1.9 Penatalaksanaan................................................................10
2.1.10 Pemeriksaan Penunjang.................................................11
BAB III TINJAUAN KHUSUS........................................................21
BAB IV PEMBAHASAN..................................................................46
BAB V KESIMPULAN.....................................................................53

x
Daftar Tilik Pemberian Oksigen......................................................55
DAFTAR PUSTAKA........................................................................56
Lampiran

xi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh
kuman dari kelompok Mycobacterium yaitu Mycobacterium tuberculosis.
Sumber penularan adalah pasien TB BTA positif melalui percik renik dahak
yang dikeluarkannya (Kemenkes RI, 2014). Tuberkulosis (TB) adalah infeksi
bakteri yang dapat menyerang hampir semua bagian tubuh, tetapi paling sering
menyerang paru-paru, kondisi ini disebut ‘tuberkulosis paru-paru’ (Queensland
Health, 2017).
Tuberkulosis paru (TB paru) merupakan penyakit menular yang disebabkan
oleh kuman tuberkulosis (Mycobacterium tuberculosa). Penyakit ini masih
menjadi masalah kesehatan global. Diperkirakan sepertiga dari populasi dunia
sudah tertular TB paru, dimana sebagian besar penderita TB paru adalah usia
produktif (15-50 tahun). Tahun 2013 terdapat 9 juta kasus baru dan 1,5 juta
kematian akibat penyakit TB paru (WHO, 2014). TB Paru merupakan penyakit
dengan morbiditas tinggi dan sangat mudah menyebar di udara melalui sputum
(air ludah) yang dibuang sembarangan di jalan oleh penderita TB Paru. Oleh
sebab itu TB Paru harus ditangani dengan segera dan hati-hati apabila
ditemukan kasus tersebut di suatu wilayah (Kemenkes RI, 2015).
TB diperkirakan sudah ada di dunia sejak 5000 tahun sebelum Masehi,
namun kemajuan dalam penemuan dan pengendalian penyakit TB baru terjadi
dalam dua abad terakhir (KemenKes RI, 2016).
Menurut WHO tuberkulosis merupakan penyakit yang menjadi perhatian
global. Dengan berbagai upaya pengendalian yang dilakukan, insiden dan
kematian akibat tuberkulosis telah menurun, namun tuberkulosis diperkirakan
masih menyerang 9,6 juta orang dan menyebabkan 1,2 juta kematian pada
tahun 2014. India, Indonesia dan China merupakan negara dengan penderita

1
tuberkulosis terbanyak yaitu berturut-turut 23%, 10%, dan 10% dari seluruh
penderita di dunia (WHO, 2015).
Lingkungan sosial ekonomi, kualitas rumah kedekatan kontak dengan
penjamu BTA+ sangat mempengaruhi penyebaran bakteri ini pada manusia.
Kondisi lingkungan rumah seperti ada tidaknya sinar ultraviolet, ventilasi yang
baik, kelembaba, suhu rumah, dan kepadatan hunian rumah menjadi salah satu
faktor yang berperan dalam penyebaran kuman tuberkulosis (Najmah, 2015).
Setiap tahun selalu muncul kasus TB-MDR baru yang dilaporkan. Tahun
2008 ada sekitar 440.000 kasus TB-MDR, sedangkan sejumlah 650.000 kasus
TB-MDR pada tahun 2010, kejadian TB-MDR ini kemudian disebut 27 high
burden MBR-TB countries oleh WHO Global Report. Berdasarkan data WHO
tahun 2016 angka kejadian TB-MDR pada tahun 2015 adalah 30% yang
cenderung naik dari tahun 2014 yaitu 22%.
Jumlah pasien dengan diagnosis TB paru yang ada di kota Palembang pada
tahun 2017 adalah sebanyak 1383 pasien dan 20 diantaranya adalah TB-MDR.
Proporsi TB-MDR ini sebanyak 1,4%. EstimasiTB-MDR ini sebesar 1425 per
100.000 penduduk . Berdasarkan tabel 2 terlihat bahwa, penderita TB banyak
ditemukan pada jenis kelamin laki-laki (62,2%), usia paling banyak berada di
kategori usia 36—55 tahun (38,8%) dan paling sedikit adalah kategori usia >66
tahun (6,9%).Pada tabel 3, terlihat bahwa proporsi jenis kelamin laki-laki dan
perempuan yang mengalami TB-MDR hampir sama dengan persentase masing-
masing 55,0% dan 45,0%. Sedangkan berdasarkan kategori umur 36-55 tahun
merupakan kelompok usia paling banyak menderita TB maupun TB-MDR
dengan persentase masing-masing 38,5% dan 60,0%.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang diuraikan di atas, maka dapat


disimpulkan dirumuskan masalah sebagai berikut : “Bagaimana gambaran
laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan pada pasien dengan
tuberkulosis?”

2
1.3 Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran laporan pendahuluan dan asuhan
keperawatan pada pasien dengan tuberkulosis

1.4 Tujuan Khusus


a. Mengidentifikasi laporan pendahuluan mulai dari definisi tuberkulosis,
etiologi, manifestasi klinis, anatomi fisiologi, patofisiologi,
pemeriksaan penunjang, serta penatalaksanaan
b. Mengidentifikasi asuhan keperawatan mulai dari pengkajian
keperawatan, diagnosa keperawatan, rencana asuhan keperawatan,
implementasi keperawatan, dan evaluasi keperawatan

1.5 Waktu & Tempat Pelaksanaan


a. Waktu pelaksanaan
Waktu pelaksanaan dilakukan pada saat dinas bagi mahasiswa Profesi
Ners IKesT Muhammadiyah Palembang di RSUD Palembang Bari,
berlangsung selama tiga minggu mulai dari tanggal 26 Oktober 2022.
b. Tempat Pelaksanaan
Tempat pelaksanaan dilakukan bagi mahasiswa Profesi Ners IKesT
Muhammadiyah Palembang di ruang Non Infeksi PDL RSUD
Palembang BARI.

3
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Tuberkulosis


2.1.1 Definisi
Tuberkulosis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh
Mycobakterium Tuberculosa yang merupakan bakteri batang tahan asam,
dapat merupakan organisme patogen atau saprofit. Tuberkulosis adalah
penyakit infeksius, yang terutama menyerang parenkim paru (Bruner dan
Suddart. 2002 : 584).
Tuberkulosis adalah contoh lain infeksi saluran nafas bawah.
Penyakit ini disebabkan oleh mikrooganisme Mycobacterium
tuberculosis.Tuberkulosis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh
mycobakterium tuberkulosa gejala yang sangat bervariasi (FKUI
2001;472).
2.1.2 Etiologi
Menurut Smeltzer & Bare (2016), Penyakit TB paru disebabkan
oleh kuman Mycobacterium tuberculosis yang bisa menularkan dengan
cara penderita penyakit TB Paru mengeluarkan organisme, individu
yang rentan menghirup droplet dan bisa terinfeksi.
Ketika pasien TB Pari bantuk, bersin atau berbicara maka secara
tidak langsung bisa tertular dorplet dan jatuh ke tanah, lantai atau tempat
lainnya. Akibat terkena sinar matahari atau suhu panas, droplet dapat
menguap dan terbang keudara. Jika bakteri itu terhirup oleh orang sehat
maka orang itu berpotensi TB Paru (Muttaqin Arif, 2012).

4
2.1.3 Factor Predisposisi (Pencetus)
1. Klien dengan ketergantungan alcohol dan bahan kimia lain yang
menimbulkan penurunan status kesehatan.
2. Bayi dan anak yang berumur di bawah 5 tahun.
3. Klien dengan penurunan imunitas : HIV positif, terapi steroid dan
kemoterpai kanker.
2.1.4 Patofisiologi
Penyebaran kuman Microbacterium tuberculosis bisa masuk
melalui tiga tempat yaitu saluran pernafasan, saluran perncernaan dan
adanya luka yang terbuka pada kulit. Infeksi kuman ini sering terjadi
melalui udara (airbone) yang cara penularannya dengan droplet yang
mengandung kuman dari orang yang terinfeksi sebelumnya
(Sylvia.A.Price.1995.hal754).
Penularan tuberculosis paru terjadi karena penderita TBC
membuang ludah dan dahaknya sembarangan dengan cara dibatukkan
atau dibersinkan keluar. Dalam dahak dan ludah ada basil TBC-Nya,
sehingga basil ini mengering lalu diterbangkan angin kemana-mana.
Kuman terbawa angin dan jatuh ketanah maupun lantai rumah yang
kemudian terhirup oleh manusia melalui paru-paru dan bersarang serta
berkembangbiak di paru-paru (dr.Hendrawan.N.1996,hal 1-2).
Pada permulaan penyebaran akan terjadi beberapa kemungkinan
yang bisa muncul yaitu penyebaran limfohematogen yang dapat
menyebar melewati getah bening atau pembuluh darah. Kejadian ini dapat
meloloskan kuman dari kelenjar getah bening dan menuju aliran darah
dalam jumlah kecil yang dapat menyebabkan lesi pada organ tubuh yag
lain. Basil tuberculosis yang bisa mencapai permukaan alveolus biasanya
di intalasi sebagai suatu unit yang terdiri dari 1-3 basil. Dengan adanya
basil yang mencapai ruang alveolus, ini terjadi dibawah lobus atas paru-
paru atau dibagian atas lobus bawah, maka hal ini bisa membangkitkan
reaksi peradangan. Berkembangnya leukosit pada hari pertama ini

5
digantikan oleh makrofag. Pada alveoli yang terserang mengalami
konsolidasi dan menimbulkan tanda dan gejala pneumonia akut. Basil ini
juga dapat menyebar melalui getah bening menuju kelenjar getah bening
yang ragional, sehingga makrofag yang mengadaka infiltrasi akan
menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu membentuk sel tuberkel
epitelloid yang dikelilingi oleh limfosit, proses tersebut membutuhkan
waktu 10-20 hari. Bila terjadi lesi premier paru yang biasanya disebut
focus ghon dan bergabungnya serangan kelenjar getah bening regional
dan lesi primer dinamakan kompleks ghon. Kompleks ghon yang
mengalami pencampuran ini juga dapat diketahui pada orang sehat yang
kebatulan menjalani pemeriksaan radiogram rutin. Beberapa respon lain
yang terjadi pada daerah nekrosis adalah pencairan, dimana bahan cair
dilepaskan kedalam bronkus dan menimbulkan kavitas. Pada proses ini
akan dapat terulang Kembali dibagian selain paru-paru ataupun basil
dapat terbawa sampai ke laring, telinga tengah atau usus (Sylvia.A
Price:1995;754)

6
2.1.5 Pathway

7
2.1.6 Klasifikasi

Manfaat dan tujuan menentukan klasifikasi dan tipe adalah untuk


menentukan paduan pengobatan yang sesuai, registrasi kasus secara
benar, menentukan prioritas pengobatan TB BTA positif, dan analisis
kohort hasil pengobatan. Klasifikasi penyakit TB paru dan tipe pasien
digolongkan menjadi :
1) Klasifikasi berdasarkan organ tubuh yang terkena
a. Tuberkulosis Paru
Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan
(parenkim) paru. tidak termasuk pleura (selaput paru) dan kelenjar
pada hilus.
b. Tuberkulosis Ekstra Paru
Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru,
misalnya pleura, selaput otak, selaput jantung (pericardium),
kelenjar lymfe, tulang, persendian, kulit, usus, ginjal, saluran
kencing, alat kelamin, dan lain-lain.

2) Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan dahak mikroskopis pada TB


Paru
a. Tuberkulosis paru BTA positif
1) Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya
BTA positif.
2) 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto toraks
dada menunjukkan gambaran tuberkulosis.
3) 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan biakan
kuman TB positif.
4) 1 atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah 3
spesimen dahak SPS pada pemeriksaan sebelumnya hasilnya

8
BTA negatif dan tidak ada perbaikan setelah pemberian
antibiotika non OAT.
b. Tuberkulosis paru BTA negative
Kriteria diagnostik TB paru BTA negatif harus meliputi:
1) Paling tidak 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negatif.
2) Foto toraks abnormal menunjukkan gambaran tuberkulosis.
3) Tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT.
4) Ditentukan atau dipertimbangkan oleh dokter untuk diberi
pengobatan.
2.1.7 Tanda dan Gejala
1. Batuk lama lebih dari 3 minggu
2. Demam
3. Berat badan menurun
4. Keringat malam hari
5. Mudah Lelah
6. Nafsu makan menghilang
7. Nyeri dada
8. Batuk darah
2.1.8 Komplikasi

Menurut Wahid&Imam (2013), dampak masalah yang sering terjadi pada


TB paru adalah:

1. Hemomtisis berat (perdarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat


mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau
tersumbatnya jalan nafas.
2. Kolaps dari lobus akibat retraksi bronchial.
3. Bronki ektasis (peleburan bronkus setempat) dan fibrosis
(pembentukan jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif)
pada paru.

9
4. Pneumothorak (adanya udara dalam rongga pleura) spontan: kolaps
spontan karena kerusakan jaringan paru.
5. Penyebaran infeksi keorgan lain seperti otak, tulang, persendian,
ginjal, dan sebagainya.
2.1.9 Penatalaksanaan Medis

Pengobatan TB bertujuan untuk menyembuhkan pasien,


mencegah kematian, mencegah kekambuhan, memutuskan rantai
penularan dan mencegah terjadinya resistensi kuman terhadap
OAT.Penatalaksanaan TB meliputi penemuan pasien dan pengobatan
yang dikelola dengan menggunakan strategi DOTS. Pengobatan
tuberkulosis dilakukan dengan prinsip - prinsip sebagai berikut:
1. OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat,
dalam jumlah cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori
pengobatan. Jangan gunakan OAT tunggal (monoterapi).
2. Menjamin kepatuhan pasien menelan obat, dilakukan pengawasan
langsung (DOTS) oleh seorang Pengawas Minum Obat (PMO).
Directly Observed Treatment Shortcourse (DOTS) adalah nama
untuk suatu strategi yang dilaksanakan di pelayanan kesehatan
dasar di dunia untuk mendeteksi dan menyembuhkan pasien TB
(Mansjoer&Arief,2007). Strategi ini terdiri dari lima komponen,
yaitu:
a. Dukungan para pimpinan wilayah di setiap jenjang sehingga
program ini menjadi salah satu prioritas dan pendanaan pun akan
tersedia.
b. Mikroskop sebagai komponen utama untuk mendiagnosa TB
melalui pemeriksaan sputum langsung pasien tersangka dengan
penemuan secara pasif.
c. Pengawas Minum Obat (PMO) yaitu orang yang dikenal dan
dipercaya baik oleh pasien maupun petugas kesehatan yang akan

10
ikut mengawasi pasien minum seluruh obatnya sehingga dapat
dipastikan bahwa pasien betul minum obatnya dan diharapkan
sembuh pada akhir masa pengobatannya.
d. Pencatatan dan pelaporan dengan baik dan benar sebagai bagian
dari sistem survailans penyakit ini sehingga pemantauan pasien
dapat berjalan.
e. Paduan obat TB jangka pendek yang benar, termasuk dosis dan
jangka waktu yang tepat, sangat penting untuk keberhasilan
pengobatan. Termasuk terjaminnya kelangsungan persedian
paduan obat ini.
3. Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap intensif dan
lanjutan.
a. Tahap awal (intensif)
1) Pada tahap intensif (awal) pasien mendapat obat setiap hari
dan perlu diawasi secara langsung untuk mencegah terjadinya
resistensi obat.
2) Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat,
biasanya pasien menular menjadi tidak menular dalam kurun
waktu 2 minggu.
3)Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA negatif
(konversi) dalam 2 bulan.
b. Tahap Lanjutan
1) Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit,
namun dalam jangka waktu yang lebih lama
2) Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persisten
sehingga mencegah terjadinya kekambuhan
4. Paduan OAT yang digunakan di Indonesia
a. Paduan OAT yang digunakan oleh Program Nasional
Pengendalian
Tuberkulosis di Indonesia:

11
Kategori 1 : 2(HRZE)/4(HR)3.
Kategori 2 : 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3.
Disamping kedua kategori ini, disediakan paduan obat sisipan
(HRZE)
Kategori Anak: 2HRZ/4HR
Obat yang digunakan dalam tatalaksana pasien TB resistan obat
di
Indonesia terdiri dari OAT lini ke-2 yaitu Kanamycin,
Capreomisin, Levofloksasin, Ethionamide, sikloserin dan PAS,
serta OAT lini-1, yaitu pirazinamid and etambutol.
b. Paduan OAT kategori-1 dan kategori-2 disediakan dalam bentuk
paket berupa obat kombinasi dosis tetap (OAT-KDT). Tablet
OAT KDT ini terdiri dari kombinasi 2 atau 4 jenis obat dalam
satu tablet. Dosisnya disesuaikan dengan berat badan pasien.
Paduan ini dikemas dalam satu paket untuk satu pasien.
c. Paket Kombipak adalah paket obat lepas yang terdiri dari
Isoniasid, Rifampisin, Pirazinamid dan Etambutol yang dikemas
dalam bentuk blister. Paduan OAT ini disediakan program untuk
digunakan dalam pengobatan pasien yang mengalami efek
samping OAT KDT (Depkes RI, 2011).

12
5. Jenis, sifat dan dosis OBAT
Dosis yang direkomendasika

No Jenis OBAT Sifat (mg/kg)

Harian 3xseminggu

1. Rifampicin (R) Bakteriosid 10(8-12) 10(8-12)

2. Isoniazid (H) Bakteriosid 5(4-6) 10(8-12)

3. Pyrazinamide (Z) Bakteriosid 25(20-30) 35(30-40)

4. Ethambutol (E) Bakteriostatik 15(15-20) 30(20-35)

2.1.10 Pemeriksaan Penunjang


a. Pemeriksaan Fisik :
 Rontagen thorax KP aktif (28 September 2022)
 Pemeriksaan Radiologi (28 September 2022)
 EKG (29 September 2022)
b. Laboratorium :
 Darah (29 September 2022)
 Sputum (29 September 2022)

13
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

A. Pengkajian
Berdasarkan klarifikasi Doenges dkk. (2000) Riwayat keperawatan
yang perlu dikaji adalah :
a. Aktivitas/istirahat
Gejala :
1) Kelelahan umum dan kelemahan
2) Dispnea saat kerja maupun istirahat
3) Kesulitan tidur pada malam haria tau demam pada malam hari,
mengigil dan atau berkeringat.
4) Mimpi buruk
Tanda :
1) Takikardia, takipnea/dispnea pada saat kerja
2) Kelelahan otot, nyeri, sesak (tahap lanjut)
b. Sirkulasi
Gejala :
 Palpitasi
Tanda :
1) Trikardi, disritmia
2) Adanya S3 dan S4, bunyi gallop (gagal jantung akibat effusi)
3) Nadi apical (PMI) berpindah oleh adanya penyimpangan
mediastinal.
4) Tanda Homman (bunyi rendah denyut jantung akibat adanya
udara dalam mediastinum)
5) TD : Hipertensi/hipotensi
6) Distensi vena jugularis

c. Integritas ego

14
Gejala :
 Gejala-gejala stress yang berhubungan lamanya perjalanan
penyakit, masalah keunagan, perasaan tidak berdaya/putus asa,
menurunnya prodiktivitas.
Tanda:
1) Menyangkal (khususnya pada tahap dini)
2) Ansietas, ketakutan, gelisah, iritabel
3) Perhatian menurun, perubahan mental (tahap lanjut)
d. Makanan dan cairan
Gejala :
1) Kehilangan napsu makan
2) Penurunan berat badan
Tanda :
1) Tugor kulit buruk, kering, berisik
2) Kehilangan massa otot, kehilangan lemak subkutan
e. Nyeri dan Kenyamanan
Gejala :
1) Nyeri dada meningkat karena pernapasan, batuk berulang
2) Nyeri tajam/membusuk diperberat oleh napas dalam, mungkin
menyebar ke bahu, leher atau abdomen.
Tanda :
 Berhati-hati pada area yang sakit, perilaku distraksi, gelisah.
f. Pernapasan
Gejala :
1) Batuk (produktif atau tidak produktif)
2) Napas pendek
3) Riwayat terpajam tuberculosis dengan individu terinfeksi
Tanda :
1) Peningkatan frekuensi pernapasan

15
2) Peningkatan kerja napas, penggunaan otot aksesori pernapasan
pada dada, leher retraksi intercostal, ekspirasi abdominal kuat
3) Pengembangan dada tidak simetris
4) Perkusi pekak dan penurunan fremitus, pada pneumothorax
perkusi hiperresonan di atas area yang terlibat.
5) Bunyi napas menurun/tidak ada secara bilateral atau unilateral
6) Bunyi napas tubeler atau pectoral di atas lesi
7) Crackles diatas aspek paru selama inspirasi cepat setelah batuk
pendek (creackles posttussive)
8) Karakteristik sputum hijau purulent, mucoid kuning atau bercak
darah
9) Deviasi trakeal
g. Keamanan
Gejala :
 Kondisi penurunan imunitas secara umum memudahkan infeksi
sekunder
Tanda :
 Demam ringan atau demam akut
h. Interaksi social
Gejala :
1) Perasaan terisolasi/penolakan karena penyakit menular
2) Perubahan aktivitas sehari-hari karena perubahan kapasitas fisik
untuk melaksanakan peran
i. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala :
1) Riwayat keluarga TB
2) Ketidakmampuan umum/status kesehatan buruk
3) Gagal untuk membaik/kambuhnya TB
4) Tidak berpartisipasi dalam terapi.

16
B. Diagnosa Keperawatan
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan produksi
mukus banyak
b. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hipoventilasi atau
hiperventilasi
c. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan
perfusi ventilasi

17
d. Analisis Data

Data focus Analisa masalah Masalah


DS : DS: Factor penyebab Bersihan Jalan Nafas tidak Efektif
pasien mengeluh sesak sejak 3hari
yang lalu, pasien mengalami batuk Spasme jalan napas
berdahak dan sulit mengeluarkan
dahak Hipersekresi jalan napas

DO:
Sekresi yang tertahan
- Pasien tampak batuk dan sulit
mngeluarkan dahak Bersihan Jalan Nafas tidak Efektif
- Pasien tampak sesak pada
pernfasan
TD: 140/100mmhg
RR: 32x/m
T: 36,70C
N:115x/m
- Sputum (+)

18
- Ronchi (+)

DS: Factor penyebab Pola nafas tidak efektif

Pasien mengatakan nafas masih sesak


Depresi pusat pernapasan
saat melakukan aktivitas sedang
DO:
Hambatan upaya napas
- Pasien tampak lemah
- Pasien terpasang kanul
Penurunan energi
- Pasien tampak sesak
pada pernfasan
Pola nafas tidak efektif
TD: 140/100mmhg
RR: 32x/m
T: 36,70C
N:78x/m

DS: Factor penyebab Defisit mutrsi

Pasien mengatakan nafas masih sesak


Ketidakmampuan menelan makanan
saat melakukan aktivitas sedang
DO:

19
- Pasien tampak lemah Peningkatan kebutuhan metabolism
- Pasien terpasang kanul
- Pasien tampak sesak Factor psikologis (mis. Stress,
pada pernfasan keengganan untuk makan)
TD: 140/100mmhg
RR: 32x/m Defisit mutrsi

T: 36,70C
N:78x/m

e. Rencana Asuhan Keperawatan

No. SDKI SLKI SIKI RASIONAL


1 Bersihan Jalan Nafas Bersihan Jalan Nafas Latihan Batuk efektif 1. Untuk mengetahui
tidak efektif bd Setelah diberikan tindakan Observasi kemampuan batuk klien
sekresi yang tertahan keperawatan selama 3x24 jam 1. Identifikasi kemampuan batuk 2. untuk mengetahui tanda
diharapkan bersihan jalan nafas 2. Monitor tanda gejala saluran
gejala tb
teratasi, dengan kriteria : nafas
3. untuk mempermudah
1. Dispnea (menurun) Terapeutik
jalan nafas
2. Produksi sputum (menurun) 3. Atur posisi posisi semi fouler atau

20
3. Frekuensi nafas (membaik) fowler 4. untuk melatih klien
4. Pola nafas (membaik) Edukasi: dalam mengatur nafas
4. Anjurkan teknik nafas dalam 5. untuk mengeluarkan
Kolaborasi
sputum/ dahak dijalan
5. Kolaborasi pemberian
nafas
ekspektoran, jika perlu

2 Pola Nafas tidak Pola Nafas Manajemen Jalan Nafas 1. untuk mengetahui
efektif bd hambatan Setelah diberikan tindakan Observasi kepatenan jalan nafas
upaya nafas keperawatan selama 3x24 jam 1. Mengidentifikasi dan mengelolah 2. Untuk mengetahui
diharapkan pola nafas teratasi, dengan kepatenan jalan nafas
adanya bunyi nafas
kriteria : 2. Monitor pola nafas
tambahan
1. Dispnea (menurun) 3. Monitor bunyi nafas tambahan
3. untuk membantu
2. Penggunaan otot bantu nafas 4. Monitor saturasi oksigen
pernafasan
(menurun) Terapeutik
3. Frekuensi nafas (menurun) 5. Berikan oksigen
4. untuk mengetahui

Kolaborasi frekuensi kedalaman dan


6. Kolaborasi pemberian usaha nafas
broncodilator 5. untuk mengencerkan

21
sputum

3 Defisit nutrisi bd Status Nutrisi Manajemen Nutrisi 1. untuk mengetahui


ketidakmampuan Setelah diberikan tindakan Observasi nutrisi klien
mencerna makanan keperawatan selama 3x24 jam 5555. 2. untuk mengetahui
diharapkan kebutuhan nutrisi menjadi Identifikasi peningkatan berat badan
seimbang, dengan kriteria :
klien
1. Porsi makanan yang 2. Monitor berat badan
3. untuk meningkatkan
dihabiskan (meningkat) Terapeutik
nafsu makan klien
2. Kekuatan oto pengunyah 3. Lakukan oral heigyn sebelum
(meningkat)
4. untuk memenuhi
makan, jika perlu
3. Kekuatan otot menelan 4. Sajikan makanan secara menarik kebutuhan nutrisi klien
(meningkat) dan suhu yang sesuai
4. Perasaan cepat kenyang 5. Berikan makanan tinggi kalori
(menurun) dan tinggi protein
5. Berat badan (IMT) (membaik) Edukasi
6. Nafsu makan (membaik) 6. Anjurkan posisi duduk, jika
mampu
Kolaborasi
7. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk

22
menentukan jumlah kalori dan
jenis nutrient yang dibutuhkan,
jika perlu

23
24
BAB III
TINJAUAN KASUS
LAPORAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIENNy. N DENGAN TUBERCULOSIS DI RUANG NON INFEKSIRSUD
PALEMBANG
Asuhan Keperawatan
Nama pasien: Ny. N Diagnosa Medis : TB Paru
Jenis Kelamin: Perempuan Hari Tanggal: Jumat/30 September 2022
Ruang/kamar : PDL/K4 No.4 Shift : Pagi

Intervensi

No Standar Diagnosa Keperawatan Standar Luaran Keperawatan Indonesia Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia (SDKI) (SLKI) Indonesia (SIKI)

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif Bersihan Jalan Nafas Manajemen Jalan Nafas
b.d sekresi yang tertahan Setelah diberikan asuhan keperawatan Observasi :
DS: 2x24 jam, diharapkan bersihan jalan nafas 1. Monitor pola nafas (frekuensi,
pasien mengeluh sesak sejak 3hari meningkat dengan kriteria hasil : kedalaman, usaha nafas)
yang lalu, pasien mengalami batuk 2. Monitor sputum ( jumlah, warna,

21
berdahak dan sulit mengeluarkan 1. Batuk efektif (meningkat) aroma)
dahak 2. Produksi sputum (menurun) Terapeutik :

DO: 3. Dyspnea cukup (membaik) 1. Pertahahankan kepatenan jalan


4. Gelisah (menurun) nafas dengan head-tilt chin lift (jaw
- Pasien tampak batuk dan sulit
5. Frekuensi nafas (membaik) thrust jika curiga trauma servikal)
mngeluarkan dahak
6. Pola nafas (membaik) 2. Posisikan semi fowler atau fowler
- Pasien tampak sesak pada
3. Berikan minum hangat
pernfasan
4. Lakukan penghisapan lendir
TD: 140/100mmhg
kurang dari 15 detik
RR: 32x/m
5. Berikan oksigen, jika perlu
T: 36,70C
Edukasi :
N:115x/m
1. Anjurkan asupan cairan 2000
- Sputum (+)
ml/hari, jika tidak terkontraindikasi
- Ronchi (+)
2. Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian bronkodilator,
ekspektoran, moukolitik, jika perlu.

2. Pola nafas tidak efektif b.d Pola Nafas Manajemen Jalan Nafas

22
hambatan upaya nafas nyeri saat Setelah dilakukan tindakan keperawatan Observasi :
bernafas, kelemahan otot 2x24 jam diharapkan pola nafas pasien 1. Monitor pola nafas (frekuensi,
pernafasan dapat teratasi dengan kriteria hasil : kedalaman, usaha nafas)

DS: 1. Ventilasi semenit (meningkat) 2. Monitor sputum ( jumlah, warna,


2. Kapasitas vital (meningkat) aroma)
Pasien mengatakan nafas masih
3. Tekanan ekspirasi (meningkat) 3. Terapeutik :
sesak saat melakukan aktivitas
4. Tekanan inspirasi (meningkat) 4. Pertahahankan kepatenan jalan
sedang
5. Dyspnea (menurun) nafas dengan head-tilt chin lift (jaw
DO:
6. Pernapasan cuping hidung (menurun) thrust jika curiga trauma servikal)
- Pasien tampak lemah
7. Frekuensi nafas (membaik) 5. Posisikan semi fowler atau fowler
- Pasien terpasang kanul
8. Kedalaman nafas (membaik) 6. Berikan minum hangat
- Pasien tampak sesak
7. Lakukan penghisapan lendir
pada pernfasan
kurang dari 15 detik
TD: 140/100mmhg
8. Berikan oksigen, jika perlu
RR: 32x/m
T: 36,70C
Edukasi :
N:78x/m
1. Anjurkan asupan cairan 2000
ml/hari, jika tidak terkontraindikasi

23
2. Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran,
moukolitik, jika perlu.
3. Defisit nutrisi berhubungan dengan Status Nutrisi Manajemen Nutrisi
ketidakmampuan menelan Setelah dilakukan asuhan keperawatan Observasi :
makanan 2x24 jam diharapkan kebutuhan nutrisi 1. Identifikasi status nutrisi
DS : terpenuhi dengan kriteria hasil : 2. Identifikasi makanan yang disukai
1. Pasien mengatakan cepat 1. Porsi makanan yang dihabiskan 3. Identifikasi alergi dan intoleransi
kenyang setelah makan meningkat makanan
2. Pasien mengatakan kram/nyeri 2. Kekuatan otot pengunyah meningkat 4. Identifikasi kebutuhan kalori dan
abdomen 3. Kekuatan otot menelan meningkat jenis nutrient
3. Pasien mengatakan nafsu 4. Perasaan cepat kenyang menurun 5. Monitor asupan makanan
makan menurun semenjak sakit 5. Nyeri abdomen menurun 6. Monitor berat badan
4. Pasien mengatakan makan tidak 6. Berat badan massa tubuh (IMT) Terapeutik :
pernah habis membaik 1. Lakukan oral hygine sebelum
DO: 7. Frekuensi makan membaik makan, jika perlu

24
- Berat badan pasien 8. Nafsu makan membaik 2. Sajikan makanan secara menarik
Menurun 9. Membran mukosa membaik dan suhu yang sesuai
- Porsi makan pasien hanya3-4 3. Berikan makanan tinggi serat untuk
sendok mencegah konstipasi
- Pasien tampak lemas 4. Berikan makanan tinggi kalori dan
- Membran mukosa pucat tinggi protein
TD: 140/100mmhg 5. Berikan suplemen makanan, bila
RR: 32x/m perlu
T: 36,70C Edukasi :
N:78x/m 1. Anjurkan posisi duduk, jika
mampu
2. Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian medikasi
sebelum makan (mis. Pereda nyeri)
jika perlu
2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan

25
nutrient yang dibutuhkan, jika
perlu

26
Implementasi dan Evaluasi

No Tanggal/ Implementasi Evaluasi

Jam

1. 30/09/2022 - Memonitor pola nafas (frekuensi, kedalaman, S: Pasien mengatakan sesak sudah mulai berkurang,

10.30 WIB usaha nafas) batuk sudah bisa, mengeluarkan dahak sudah bisa
- Memonitor sputum ( jumlah, warna, aroma) O: Pasien tampak nyaman, sesak nafas sudah
- Mempertahahankan kepatenan jalan nafas dengan berkurang, batuk efektif meningkat, produksi
head-tilt chin lift (jaw thrust jika curiga trauma sputum tidak ada, batuk masih ada. Dispnea
servikal) menurun, ronchi berkurang
- Memposisikan semi fowler atau fowler
TD: 130/90mmhg
- Memberikan minum hangat
- Melakukan penghisapan lendir kurang dari 15 RR: 23x/m

detik T: 36,50C
- Memberikan oksigen, jika perlu N:100x/m
- Menganjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika
SPO2: 97%
tidak terkontraindikasi
A: Bersihan jalan nafas teratasi
- Mengajarkan teknik batuk efektif

27
P: Intervensi dihentikan

2. 30/09/2022 - Memonitor pola nafas (frekuensi, kedalaman, S: pasien mengatakan masih sesak saat melakukan

10.30 WIB usaha nafas) aktivitas sedang


- Memonitor sputum ( jumlah, warna, aroma) O: Pasien tampak lemah, pasien terpasang kanul,
- Mempertahahankan kepatenan jalan nafas dengan pasien tampak sesak
head-tilt chin lift (jaw thrust jika curiga trauma
TD: 130/90mmhg
servikal)
- Memposisikan semi fowler atau fowler RR: 23x/m

- Memberikan minum hangat T: 36,50C


- Melakukan penghisapan lendir kurang dari 15 N:100x/m
detik
SPO2: 97%
- Memberikan oksigen
A: Pola nafas belum teratasi

P: Lanjutkan Intervensi

3. 30/09/2022 - Mengidentifikasi status nutrisi S: pasien mengatakan sudah bisa menghabiskan


- Mengidentifikasi makanan yang disukai

28
10.45 - Mengidentifikasi alergi dan intoleransi makanan makanan satu piring penuh
- Memenuhi kebutuhan kalori dan jenis nutrient O: Pasien sudah bisa duduk seperti biasa dan sudah
- Memonitor asupan makanan tampak sedikit kuat
- Memonitor berat badan
TD: 130/90mmhg
- Melakukan oral hygine sebelum makan, jika perlu
- Menyajikan makanan secara menarik dan suhu RR: 23x/m

yang sesuai T: 36,50C


- Memberikan makanan tinggi serat untuk N:100x/m
mencegah konstipasi
SPO2: 97%
- Memberikan makanan tinggi kalori dan tinggi
A: Masalah teratasi
protein
- Memberikan suplemen makanan P: Intervensi dihentikan
- Menganjurkan posisi duduk, jika mampu

29
3.1 PENGKAJIAN

I. IdentitasKlien

Inisial Klien : Ny. N No RM : 628640


Usia : 53 Tahun Tgl. Masuk : 28-09-2022
Jenis : P Tgl. Pengkajian : 30-09-2022
Kelamin
Alamat : Dusun I Rt Sumber : Keluarga dan
02 Rw 01 informasi pasien
Keluarga
Terdekat
No telepon : 08xxxxxx Keluarga : Orang tua
terdekat
Status : Menikah Alamat & No : Dusun I Rt 02 Rw
telp 01

Agama : Islam No.telepon : 08xxxxxx


Suku : Komering
Pekerjaan : IRT
Lama bekerja : -

II. RiwayatKesehatan
A. Status Kesehatan SaatIni
1. Keluhan utama : Sesak Nafas
2. Faktor Predisposisi : Tb Paru
3. Faktor Presipitasi : Pasien bergerak dan beraktivitas
B. Riwayat Kesehatan Saat Ini
Data Subjektif :
- Pasien mengatakan sesak nafas sejak 3hari yang lalu, sesak saat
beraktivitas sedang

30
- Pasien mengatakan batuk berdahak dan sulit mengeluarkan
dahak
Data Objektif :
- Pasien terlihat lemas
- Pasien tampak gelisah
- Kesadaran Compos Mentis
- TTV :
TD: 140/100
P : 115 x/menit
RR : 32 x/menit
T : 36,70C
BB sebelum sakit 70BB saat sakit 58 kg, TB : 143 cm

Masalah keperawatan : pola napas, bersihan jalan napas

C. Riwayat KesehatanTerdahulu
1. Penyakit yang pernah dialami: pasien mengatakan tidak memiliki
penyakit lainnya
a. Kecelakaan : -
b. Operasi (jenis dan waktu): Ada (jenis katarak dan 1x)
c. Penyakit (kronis dan akut) : -
d. Terakhir masuk RS : 1 tahun yang lalu
2. Alergi (obat, makanan, plester,dsb)
Pasien mengatakan tidak ada alergi terhadap obat, makanan, dan
lain-lain.
3. Kebiasaan : Pasien mengatakan tidak memiliki kebiasaan merokok,
minum kopi dan minum alkohol.
Jenis Frekuensi Jumlah Lamanya
a. Merokok : - - -
b. Kopi : - - -

31
c. Alkohol : - - -

4. Obat-obatan yang digunakan : pasien mengatakan tidak


mengkonsumsi obat-obatan
Jenis Lamanya Dosis
Captropil 1 tahun 1x25mg
- - -
- - -

D. RiwayatKeluarga
Keluarga pasien menjelaskan bahwa tidakada keluarga yang
mempunyai penyakit TB Paru
Genogram :

Keterangan :

: Pasien : Tinggal Serumah

: Laki-laki : Meninggal

: Perempuan

32
E. Catatan Penanganan Kasus (Dimulai saat pasien di
rawat di ruang rawat sampai pengambilan
kasuskelolaan)
pasien datang ke rumah sakit pada tanggal 28
September 2022 dengan keluhan sesak nafas yang dialami
3hari yang lalu dan nyeri pada tenggorokan. Setelah dikaji
TD: 140 mmHg N: 115x/m RR: 32x/m S: 36,7 0C BB
sebelum sakit 70Kg BB saat ini 58 kg dengan GCS 15: E4
V5 M6 BSS : 251 mg/dl. Pasien mempunyai riwayat
hipertensi. Pasien dengan dignosa TB dan hipertensi
diberikan IVFD RL Gtt 20x/m, ceftriaxone 2x1100mg,
Tranexamat Acid 2x1 500mg, vipalbumin 2x1500mg ,
oksigen NMR 10-15X/m.
III. Pengkajian Keperawatan (12 DomainNANDA)
1. PeningkatanKesehatan
Data Subjektif :

- Pasien dan keluarga pasien mengatakan sebelumnya sudah berobat


di klinik terdekat
Data Objektif :
- Keluarga pasien tampak tenang menghadapi kondisi pasien dan
bersedia mengikuti prosedur tindakan keperawatan yang akan
diberikan
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keberawatan

33
2. Nutrisi
Data Subjektif :
- Pasien mengatakan nafsu makan berkurang
- Keluarga pasien mengatakan makan 3x/hari akan tetapi hanya
dengan porsi yang sangat sedikit
Data Objektif :
- Mukosa kering
- Tampak lesu
- CRT < 2 detik
- BB sebelum sakit : 70 BB sakit : 58 kg
Masalah keperawatan : Defisit Nutrisi
3. Eliminasi
Data Subjektif :
- Pasien mengatakan memiliki kebiasaan buang air besar 1 hari
sekali, dan kebiasaan buang air kecil 5-8 kali sehari
Data Objektif :

- Tampak tidak menggunakan kateter


Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

4. Aktivitas/Istirahat
Data subjektif :
- Pasien mengatakan tidur cukup6-7 jam/hari, mulai tidur pukul
22.00 – 05.00 WIB dan pasien juga mengatakan tidur siang + - 1
jam dengan waktu yang tidak pasti.
- Keluarga pasien mengatakan pasien masih bisa beraktiivitas secara
mandiri selama dirumah sakit
Data Objektif :

- Skala Aktivitas : (0: mandiri)

34
Kemampuan Perawatan diri 0 1 2 3 4
Makan/minum √
Mandi √
Toileting √
Berpakaian √
Mobilitas ditempat tidur √
Berpindah √
Ambulasi / ROM √
Keterangan :

0 : Mandiri 3 : Dibantu orang lain dan alat

1 : Alat Bantu 4 : Ketergantungan Total

2 : Dibantu orang lain

- Kekuatan Otot :

5555 5555

5555 5555

Masalah Kperawatan : tidak ada masalah keperawatan


5. Persepsi/Kognitif
Data Subjektif :
- Pasien mengatakan bahwa sakitnya karena pola makannya tidak
baik
Data Objektif :
- Pasien tampak menerima kondisinya
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
6. PersepsiDiri

35
Data subjektif :
- Pasien mengatakan ingin cepat sembuh dan bisa melakukan
aktivitas kembali
- Pasien berdoa agar cepat sembuh dan dapat melakukan aktivitas
kembali. Pasien berharap keluarganya selalu mendukung dalam
proses penyembuhan.
- Pasien juga mengatakan ia berharap keluarganya selalu
mendukung dalam proses kesembuhannya
Data Objektif :
- Pasien tampak gelisah dengan dirinya sendiri
- Pasien dan keluarga tampak berdoa
Masalah keperawatanya : tidak ada masalah keperawatan
7. PeranHubungan
Data Subjektif :
- Pasien mengatakan hubungannya dengan keluarga baik dan tidak
ada masalah ataupun perselisihan
Data Objektif :
- Pasien tampak berinteraksi dengan baik pada keluarga.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

8. Seksualitas
Data Subjektif :
- Pasien mengatakan masih melakukan hubungan seksualitas dengan
suaminya
Data Objektif :
- Pasien tampak tenang menyampaikannya
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

9. Toleransi/KopingStress
Data Subjektif :

36
- Pasien mengatakan ingin cepat sembuh
- Pasien mengatakan tidak akan makan sembarangan lagi
Data Objektif :
- Pasien tampak menerima kondisinya sekarang
Masalah keperawatan :tidak ada masalah keperawatan
10. Prinsip Hidup
Data Subjektif :
- Budaya : Pasien mengatakan budaya yang diikuti pasien yaitu
budaya masyarakat Sumatera Selatan
- Spritual / Religius : Pasien mengatakan berusaha melaksanakan
sholat 5 waktu, pasien merasa penyakitnya saat ini merupakan
ujian dan bentuk kasih sayang Allah terhadapnya.
- Psikologis : Pasien mengatakan berharap segera sembuh
- Sosial : Pasien mengatakan sering mengikuti kegiatan di
lingkungan tempat tinggalnya.
Data Objektif :
- Pasien dan keluarga pasien tampak sedang berdoa
Masalah keperawatan :Tidak ada masalah keperawatan
11. Keselamatan/Perlindungan
Data Subjektif :
- Pasien mengatakan merasa aman selama dirumah sakit
Data Objektif :
- pasien tampak terlihat tidak tertekan dan terlihat merasa dilindungi
Masalah keperawatan :Tidak ada masalah keperawatan
12. Kenyamanan
Data Subjektif :
- pasien mengatakan tidur 6-7 sehari
Data Objektif:

37
- Pasien terlihat lemas
- Pasien tampak gelisah
- Pasien tampak pucat

- Kesadaran Compos Mentis

Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

IV. Pengkajian Review of System dan PemeriksaanFisik


1. Sistem Respirasi
Data Subjektif :
- Pasien mengatakan sesak nafas
Data Objektif :
- Inspeksi : dada simetris
- Palpasi : Tidak ada masa pada dada
- Perkusi : redup/tympani
- Auskultasi : Ronchi
- Sputum
- RR : 32 x/menit
Masalah keperawatan :bersihan jalan nafas, pola napas tidak efektif
2. SistemKardiovaskuler
Data Subjektif :
- Pasien mengatakan tidak ada riwayat nyeri dada
Data Objektif :
- Inspeksi : dada terlihat simetris
- Palpasi : tidak ada massa
- Perkusi : Dullness (Redup)
- Auskultasi : Suara jantung S1 dan S2, tidak ada bunyi tambahan
Masalah keperawatan:tidak ada masalah keperawatan
3. Sistem Persarafan

38
Data Subjektif :
- Pasien mengatakan tidak ada keluhan
Data Objektif :
- Memori : Panjang
- Perhatian : dapat mengulang
- Bahasa : Baik ( dengan komunikasi verbal bahasa daerah)
- Kognisi : Baik
- Orientasi : Baik
Masalah keperawatan :tidak ada masalah keperawatan
4. SistemPerkemihan
Data Subjektif :
- Pasien mengatakan memiliki kebiasaan buang air besar 1 kali
sehari, dan kebiasaan buang air kecil 5-8kali sehari

Data Objektif :

- Inspeksi : bentuk simetri, dan tidak tampak masa.


- Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan
- Perkusi : pekak
- Auskultasi : normal tidak terdapat bunyi

Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

5. Sistem Pencernaan

DataSubjektif :
- Pasien mengatakan mengalami penurunan nafsumakan
DataObjektif :
- Inspeksi: abdomen simetris
- Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada abdomen
- Perkusi : Tympani
- Auskultasi : Bising usus 18 x/menit

39
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

6. Sistem Muskuloskeletal
DataSubjektif :
- Pasien mengatakan tidak ada keluhan
DataObjektif :
- Inspeksi : Tidak terdapat edema di ekstremitas bawah dan atas
- Palpasi : CRT < 2 detik
Kekuatan Otot

5555 5555

5555 5555

Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

7. Sistem integumen :
Data subjektif :
- Pasien mengatakan tidak ada keluhan

Data objektif :
- Inspeksi : Tidak terdapatada luka
- Palpasi : Tidak terdapat ada luka, turgor kulit elastis
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
8. Sistem endokrin
Data subjektif : pasien mengatakan tidak ada keluhan
Data Objektif : tudak ada keluhan
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

9. Sistem penginderaan

a. Penglihatan

40
Datasubjektif :
- Pasien mengatakan tidak ada keluhan
Data Objektif :
- Inspeksi : Simetris, sklera ikterik
- Palpasi : konjungtiva anemis
Masalah Keperawatan :Tidak ada masalah keperawatan

b. Pendengaran
Data Subjektif :
- Pasien mengatakan suara terdengar jelas
Data Objektif
- Inspeksi : telinga pasien tampak bersih
- Palpasi : simetris kiri dan kanan, tidak ada benjolan
Masalah Keperawatan :tidak ada masalah keperawatan

c. Penghidung :
Data Subjektif :
- Pasien mengatakan bisa mencium bau dan membedakan bau
Data Objektif :
Inspeksi : hidung simestris
Palpasi : tidak ada benjolah dan nyeri tekan
Masalah Keperawatan :tidak ada masalah keperawatan

10. Pengkajian Psikososial

a. Persepsi klien terhadap penyakitnya :

Pasien berharap agar cepat sembuh dan dapat melakukan aktivitas.


Pasien mengatakan keluarganya selalu mendukung dalam proses
penyembuhan.

Tampak hubungan pasien dengan keluarga baik.

41
Tampak keluarga mendukung pasien sepenuh hati.

Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan


b. Reaksi saat interaksi

√ Kooperatif Tidak Kooperatif


Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
c. Status emosional

√ Tenang Cemas Menarik Diri

Marah Tidak Sabar

Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

V. PemeriksanPenunjang (Laboratorium, Radiologi, Ekgdll):

1. pemeriksaan fisik
 Rontgen Thorax (28 September 2022)
 EKG (29 September 2022)
2. Laboratorium
- Darah: leukosit meninggi, LED (28September 2022)
- Sputum: Pada kultur ditemukan BTA (28September 2022)

VI. Terapi

No Nama Dosis Cara Golongan Indikasi

42
Terapi Pemberian Obat
1 Ringer Gtt IV Obat Keras Untuk penderita
Laktat 20x/m dehidrasi yang
mengalami
gangguan
elektrolit dalam
tubuh
2 Ceftriaxone 100mg IV Abtibiotik Mncegah dan
mengobati
infeksi bakteri
3 Tranexamat 500mg IV Antifibri- Mengurangi atau
Acid nolitik menghentikan
perdarahan pada
kondisi seperti
menorrhagia,
pendarahan
pascaoperasi,
mimisan, atau
cedera. Mencegah
perdarahan pada
pasien dengan
hemofilia dan
menangani
hereditary
angiodema
4 VipAlbumin 2x1 PO Vitamin/ Meningkatkan
suplemen daya tahan
makan tubuh, kadar

43
albumin dan
hemoglobin,
mempercepat
penyembuhan
luka pasca
operasi,
menghilangkan
edema,
mempercepat
proses
penyembuhan
penyakit,
nutrisi
tambahan
untuk lansia,
ibu hami, anak

44
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada pembahasan ini penulis membandingkan antara tinjauan teoritis dan


laporan kasus tentang asuhan keperawatan gangguan pernafasan pada pasien
Ny. N dengan kasus Tuberkulosisyang dilaksanakan selama 6hari mulai
tanggal 27 September-02 Oktober 2022 diruang PDL non infeksi RSUD
Palembang Bari. Pembahasan berikut ini akan diuraikan pelaksanaan asuhan
keperawatan pada Ny.N dengan Tuberkulosissesuai fase dalam proses asuhan
keperawatan yaitu meliputi pengkajian, pengangkatan diagnosa keperawatan,
perencanaan tindakan keperawatan, pelaksanaan tindakan keperawatan, serta
evaluasi.
A. Pengkajian

Pengkajian merupakan proses keperawatan dengan mengumpulkan data-data


dari pasien yang akurat sehingga akan diketahui masalah yang ada pada
pasien. Tahap pengkajian keperawatan meliputi pengumpulan data,validasi
data, dan identifikasi pola masalah (Hidayat, 2009). Pada tahap pengkajian
penulis mengacu pada format yang sudah di sediakan dan tidak jauh berbeda
dengan format yang ada di tinjuan teoritis. Dalam pengumpulan data, penulit
melakukan penghgkajian penulis mendapatkan dari hasil wawancara,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, status kesehatan pasien, catatan
keperawatan, catatan medis serta bekerja sama dengan perawat ruangan dan
tim kesehatan lain untuk mendukung dalam pengkajian.

Dari hasil pengkajian yang diperoleh penyebab pasien menderita penyakit


Tuberkulosis adalah dari riwayat hipertensi, dibuktikan dengan TD: 147/100
mmHg. Pasien mengeluh sesak nafas sudah 3hari yang lalu, pasien mengeluh
sesak saat melakukan aktivitas sedang, badan juga akhir-akhir ini gampang

45
capek, padahal aktivitas dirumah tidak banyak dibuktikan dengan RR: 32x/m
dan pasien mengatakan tidak ada selera makan, saat makan pasien hanya
menghabiskan 3-4 sendok makan saja serta BAB hanya 2hari sekali serta
mengalami penurunan berat badan setelah sakit.

Manifestasi klinis yang ditemukan pada pasien Ny. N diantaranya adalah klien
mengatakan sesak, badan lemas serta tidak ada nafsu makan yang terjadi sejak
3hari yang lalu. Terdapat batuk, dan adanya suara tambahan ronchi. Pada
tinjaun teori pasien dengan Dispnea secara teoritis manifestasi klinis yang
dapat ditemukan yaitu pusing, sesak saat beraktivitas maupun saat beristirahat,
kelelahan. Palpitasi yang timbul bersamaan dengan gejala lainnya (sesak
nafas, nyeri, kelelahan atau pingsan) kemungkinan merupakan akibat dari
irama jantung yang abnormal atau penyakit jantung yang serius. Rasa sesak
saat beraktivitas maupun saat istirahat, kelelahan merupakan gejala utama
pada pasien TuberkulosisSesak nafas terjadi bilamana pertukaran oksigen
terhadap karbondioksida dalam paru-paru tidak dapat memelihara laju
komsumsi oksigen dan pembentukan karbon dioksida dalam sel-sel tubuh.

Gejala lain yang ditemukan adalah pasien mengeluh tidak ada nafsu makan
serta bab hany 2hari sekali. Pada tinjauan teori secara teoritis dispnea dapat
menimbulkan gejala-gejala berupa Penurunan berat badan, bunyi berderak di
paru-paru.

Hasil pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang didapatkan data objektif:


klien tampak lelah, kesadaran composmentis BB: 65Kg, konjungtiva anemis,
pergerakan dada simetris, suara nafas ronchi,turgor kulit elastis. TD:
147/100mmHg, N: 78x/m, RR: 32x/m, S: 36,70C, GCS: 15 E:4 V:5 M: 6,
respon alert, pupil isokor. Pemeriksaan Laboraturium GDS: 227 mg/Dl,
Hemoglobin: 9,7 g/Dl, Eritrosit: 3,34 juta/Dl, Urem: 90mg/Dl, Creatinine:
3,15mg/Dl, Natrium: 138 mmol/L, Kalium: 4,31 mmol/L.

46
Adapun faktor pendukung yang penulis temukan dalam melakukan pengkajian
yaitu tersedianya alat-alat pemeriksaan fisik yang memadai, adanya status
pasien yang lengkap yang memudahkan penulis untuk mengumpulkan data,
terjalinnya kerja sama anatar perawat ruangan, serta tim kesehatan lain seperti
dokter, farmasi, petugas laboraturium, serta tim ahli gizi. Selain itu, terjadinya
format pengkajian yang lengkap dan sistematis, sehingga data yang terkumpul
dapat dikelompokkann dengan baik. Pada tahap pengkajian penulis tidak
menemukan hambatan yang berarti dikarenakan pasien dan keluarga cukup
kooperatif.

B. Diagnosa Keperawatan
Setelah data terkumpul dan dikelompokkan menjadi data fokus sesuai dengan
keluhan dann kondisi pasien, kemudian penulis merumuskan diagnosa
keperawatan sesuai dengan masalah yang ada pada pasien. Diagnosa
keperawatan sesuai dengan masalah yang ada pada pasien.
Diagnosa keperawatan adalah proses menganalisis subjektif dan objektif yang
telah diperoleh pada tahap pengkajian untuk menegakkan diagnosa
keperawatan (Deswani, 2009). Diagnosa keperawatan melibatkan proses
berfikir kompleks tentang data yang dikumpulkan dari pasien, keluarga,
rekam medis dan pemberi pelayanan kesehayan yang lain.
Berdasarkan hasil pengkajian pada tahap diagnosa keperawatan yang muncul
tidak jauh berbeda dengan yang ada pada tinjauan teori, hanya ada beberapa
diagnosa yang ditambahkan dari kasus yang terajdi. Penulis hanya
merumuskan diagnosa sesuai dengan keluhan dan kondisi pasien berdasarkan
dengan pengkajian yang sudah dilakukan. Diagnosa yang muncul pada kasus
pasien Ny. N yang sesuai dengan tinjauan teori ialah sebagai berikut:
1. Bersihan jalan nafas berhubungan sekret yang tertahan. Diagnosa ini
muncul karena pasien mengeluh batuk dengan sputum tertahan,
berdasarkan hasil pemeriksaan didapati suara nafas ronchi. Dari hasil

47
pemeriksaan penunjang radiologi didapati hasil lab leukosit yaitu
6,6ribu/ul. Bersihan jalan nafas merupakan manifestasi dari gangguan
kebetuhan oksigenasi. Pada proses infeksi dapat menyebabkan
peningkatan sekret, kemudian menghambat jalan nafas akan
menyebabkan gangguan sistem pernafasan. Akhirnya oksigen tidak
terpenuhi didalam tubuh secara optimal dan terjadi penurunan difusi
sehingga mengakibatkan kebutuhan oksigen menjadi terganggu.
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan hambatan upaya nafas nyeri saat
bernafas. Diagnosa ini muncul karena ventilasi atau pertukaran udara
inspirasi dan atau ekspirasi tidak adekuat dansaat pengakajian RR pasien
32x/m. Sehingga pertukaran oksigen dan karbon dioksida tidak terpenuhi
dengan adekuat.
Diagnosa keperawatan nyang tidak terdapat di tinjauan teoritis, tetapi
muncul pada kasus adalah:
1. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan menelan makanan.
Diagnosa ini muncul karena klien tidak mampu mengahabiskan
makanannya serta BAB pasien hanya 2hari dalam sekali.
Faktor pendukung yang penulis temukan saat merumuskan masalah
keperawatan dan adanya data-data yang lengkap memudahkan penulis
dalam merumuskan masalah keperawatan dan karena adanya bimbingan
dari pembimbing yang sangat mendukung terkumpulnya data yang
nantinya memudahkan penulis untuk mengangkat diagnosa keperawatan.

C. Perencanaan Keperawatan
Setelah diagnosa keperawatan muncul, penulis membuat prioritas masalah.
Prioritas masalah mengacu pada hierarki: “Maslow” serta yang mengancam
kehidupan pasien. Lalu membuat intervensi atau perencanaan keperawatan,
adalah suatu proses didalam pemecehana masalah yang merupakan keputusan

48
awal tentang sesuai apa yang akan dilakukan, bagaimana dilakukan, kapan
dilakukan, siapa yang melakukan dari semua tindakan keperawatan
(Dermawan, 2012). Rencana ini merupakan sarana komunikasi yang utama
dan memelihara continuitis asuhan keperawatan klien bagi seluruh anggota
tim. Sesuai dengan pernyataan tersebut diketahui bahwa dalam membuat
perencanaan perlu mempertimbangkan tujuan, kriteria hasill yang
diperkirakan atau diharapkan dalam intervensi keperawatan (Setiadi, 2012).
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas dengan dilakukan tindakan
keperawatan pada Ny. N selama 2x24jam yang bertujuan agar bersihan
jalan nafas kembali efektif. Dan perencanaan yang dilakukan adalah
tindakan mandiri berupa mengauskultasi suara nafas, mengobservasi
tanda-tanda vital, memonitor status respirasi: jenis, frekuensi, suara nafas
bertujuan untuk mengetahui keberadaan kongesti pulmonal atau
penumpukan sekresi, mengidentifikasikan kebutuhan untuk melakukan
intervensi lebih lanjut, dengan pantau tanda-tanda vital dapat mengetahui
takikardi dan perubahan tekanan darah dapat terjadi karena nyeri,
ansietas, hipoksemia, dan hormone stress yang bersirkulasi. Tindakan
memonitor status repirasi bertujuan untuk mengetahui keadaan
perkembangan pasien sebelumnya dan saat ini, sehingga jika terdapat
gejala yang abnormal dapat segera diberi tindak lanjut. Dengan
memberikan posisi kepala dielevasikan dengan tempat tidur kurang lebih
45 derajat dan mempertahankan curah jantung, sehingga sesak nafas
berkurang yang pada akhirnya akan mengoptimalkan kualitas tidur.
Tujuan diberikan terapi antibiotic adalah untuk mengatasi dan mencegah
infeksi bakteri.
2. Pola nafas tidak efektif dengan dilakukan tindakan keperawatan pada Ny.
N selama 2x24jam yang bertujuan agar pola nafas pasien dapat teratasi.
Dan perencanaan yang dilakukan adalah dengan memonitor pola nafas
(frekuensi, kedalaman, usaha nafas) yang bertujuan untuk mengetahui

49
keberadaan kongesti pulmonal atau penumpukan sekresi, memonitor
sputum ( jumlah, warna, aroma) yang bertujuan untuk mengetahui
penumpukan sputum, mepertahahankan kepatenan jalan nafas dengan
head-tilt chin lift (jaw thrust jika curiga trauma servikal) yang betujuan
untuk mempermudah ekspirasi dan inspirasi pernafasan, memposisikan
semi fowler atau fowler bertujuan untuk melancarakan sistem ekspirasi
dan inspirasi, memberikan minum hangat betujuan untuk meringankan
gejala sakit yangdiderita, memberikan oksigen bertujuan untuk
membantu yang mengalami kadar oksigen rendah.
3. Defisit nutrisi dengan dilakukan tindakan keperawatan pada Ny. N
selama 2x24jam yang bertujuan kebutuhan nutrisi terpenuhi. Dan
perencanaan yang dilakukan adalah mengidentifikasi status nutrisi
betujuan untuk mengetahui pola nutrisi sehari-hari, mengidentifikasi
makanan yang disukai untuk asupan nutrisi dapat terpenuhi, memonitor
asupan makanan bertujuan untuk mengetahui jumlah asupan yang
dikonsumsi, memonitor berat badan bertujuan untuk mengetahui apakah
ada perubahan berat badan yang dialami, memberikan makanan tinggi
serat bertujuan untuk mencegah konstipasi, memberikan makanan tinggi
kalori dan tinggi protein untuk pemenuhan nutrisi yang tercukupi,
memberikan suplemen makanan bertujuan untuk mengatasi dari asupan
yang dikonsumsi.
D. Pelaksanaan Keperawatan
Setelaj rencana keperawatan dibuat kemudian implementasi sesuai dengan
intervensi yang dibuat. Implementasi merupakan suatu pelaksanaan rencana
tindakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kegiatan dalam
implementasi dapat meliputi pengumpulan data berkelanjutan, mengobservasi
respon klien selama dan sesudah tindakan, dan menilai data-data yang baru
(Dermawan, 2012).

50
Pada tahap pelaksanaan penulis bekerja sama dengan tim perawatan di
ruangan untuk melaksanakan tindakan keperawatan yang mengacu pada
rencana tindakan sampai dengan hari ke 2. Tindakan keperawatan yang telah
dilakukan pada pasien Ny. N adalah mengkaji keluhan pasien, pemeriksaan
fisik pada pasien, memonitr tanda-tanda vita, dan mengkaji tingkat
pengetahuan pasien, memberikan obat sesuai dengan program. Selain itu,
penulis juga melakukan penyuluhan kesehatan tentang sesak nafas yang
mencakup pengertian, penyebab, tanda dan gejala, pencegahan dan perawatan
pasien dengan sesak nafas dirumah.
Pada pelaksanaan medis pasien mendapatkan terapi obat, Rl sering gtt 5x/m,
furosemid 2x1mg, candesartan 1x8mg,insulin 1, omeprazole 2x4mg, sucralfat
3x1, mazalbumin 1x1mg, MEF 2x1mg, kidmin 1fls. Pelaksanaan farmakologi
yang sangat penting baagi penderita sesak nafas. RL sebagai pengganti cairan
eksternal yang hilang/ mengatasui dehidrasi isotonic, furosemid bermanfaat
untuk membantu membuang kelebihaan daram, air dalam urine, candesartan
membantu menurunkan tekanan daraah, insulin membantu mengybah glukosa
menjadi energy, omeprazole membanttu menurunkan asam lambung, sucralfat
membantu mengatasi tukak lambung, mazalbumin sebagai pemenuhan nutrisi,
MEF membantu menurunkan rasa nyeri ringan, kidmin sebagai memenuhi
pada kasus gagaal ginjal.
Dari seluruh pelaksanaan keperawatan yang dilakukan dan pelaksanaannya
sesuai dengan rencana tinakan keperawatan yang sudah penulis buat. Namun
ada satu tindakan yang tidak dilakukan yaitu kolaborasi bersama dengan
dokter dalam pemberian nutrisi jika tidak diatasi dengan makanan berserat.
Pada tindakan ini, pasien tidak dilakukan karena masih bisa diatasi dengan
makanan yang tinggi serat. Utnutk pelaksanaan edukasi pendukung dalam
meningkatkan pasien pada saat dirumah. Pada pasien sesak nafas bisa
berulang bisa terjadi, sehingga edukasi senanntiasa dilakukan untuk
meminimalkan atau mencegah terjadinya serangan berulang. Edukasi bisa

51
diberikan dengan berbagai dengan edukasi berdiskusi langsung dari perawat
dan bisa dilakukan dengan pemberian leafleat.
Dalam pelaksanaan kegiatan faktir-faktor yang mendukug dan menghambat
dalam mengimplementasikan tindakan yang akan dilakukan. Faktor
pendukung seperti pasien dan keluarga dapat bekerja sama dengan perawat
dalam mengatasi masalah yang dihadapi, sehingga perawat dapat melakukan
intervensi dengan baik. Serta tersedianya alat-alat kesehatan yang
memudahkan dalam melakukan tindakan keperawatan.
E. Evaluasi Keperawatan
Tahap penilian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan
terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan,
dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan melibatkan klien, keluarga
dan tenanga kesehatan lainnya. Tujuan evaluasi adalah untuk meluhat
kemampuan klien dalam mencapai tujuan yang disesuaikan dengan kriteria
hasil pada tahap perencaan (Setiadi, 2012). Metode yang digunakan adalah
dengan SOAP (Subjektif, Objektif, Analisis, Planning). Utnuk dapat
mengetahui apakah masalah teratasi, teratasi sebagian, belum teratasi atau
timbul masalah baru. Evaluasi proses dan evaluasi akhir yang penulis lakukan
selama 2hari.
Adapun evaluasi keperawatan dengan masalah dari Ny. N selama dilakukan
asuhan keperawatan, sebagai berikut:
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan secret yang
tertahan. Evaluasi yang dapat didapatkan adalah pasien mengatakan batuk
berkurang, masih terdengar suara ronchi berkuang, frekuensi nafas 23x/m.
Planning pada diagnose ini dihentikan.
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya nafas nyeri
saat bernafas. Evaluasi yang didapatkan adalah pasien mengatakan masih
terasa sesak dan masing terpasang kanul. Planning pada diagnosa ini
dilanjutkan intervensi monitor pola nafas (frekuensi, kedalaman, usaha

52
nafas), monitor sputum (jumlah, warna, aroma), pertahahankan kepatenan
jalan nafas dengan head-tilt chin lift (jaw thrust jika curiga trauma
servikal), posisikan semi fowler atau fowler, berikan minum hangat,
berikan oksigen.
3. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan menelan makanan.
Evaluasi yang didapatkan adalah pasien mengatakan sudah bisa
menghabiskan satu piring penuh dan sudah BAB normal yaitu 1x sehari.
Planning pada diagnosa ini intervensi dihentikan.

53
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Diagnosa yang muncul pada Ny. N yaitu berupa diagnosa bersihan jalan
napas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang tertahan. Diagnosa yang
kedua yaitu berupa pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya
napas. Diagnosa yang ketiga deficit nutrisi yang berhubungan dengan
ketidakmampuan mencerna makanan. Intervensi keperawatan pada Ny. N yang
ditetapkan oleh penulis dimana sesuai pada standar intervensi keperawatan
Indonesia yaitu berupa pemasangan oksigen sebagai intervensi fokus utama.
Evaluasi keperawatan pada Ny. N pada diagnosa pertama diddapatkan bahwa
masalah teratasi sebagian dan tetap malanjutkan intervensi. Pada diagnosa kedua
didapatkan bahwa masalah teratasi sebagian, kriteria tercapai sebagian sebagai
dan tetap melanjutkan intervensi. Kriteria hasil tercapai dengan mempertahankan
intevensi.
B. Saran
1. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan pihak akademik dapat menyediakan riset-riset dan menambah
referensi agar dapat menambah wawasan mahasiswa mengenai asuhan
keperawatan khususnya pada penyakit Gangguan sisiem pernafasan:
Tuberculosis Paru dan mengaplikasikannya dengan baik dan benar pada saat
praktek dilapangan.
2. Bagi Rumah Sakit
Bagi RSUD Palembang Barikhususnya di ruang TB Paru diharapkan petugas
kesehatan agar dapat meningkatkan peran sertanyadi Rumah Sakit dalam
memberikan informasi berupa penyuluhan terkait masalah penyakitgangguan

54
sistem pernafasan: Tuberculosis Paru sehingga klien dan keluaraga dapat
mengerti dan mau bekerjasama untuk mengambil keputusan dalam
mengatasi masalah dan mau mengikuti prosespengobatan untuk
meningkatkan derajat kesehatan yang lebih baik.
3. Bagi Mahasiswa
Diharapkan dapat meningkatkanlagi proses asuhan keperawatan baik secara
teoritis maupun secara klinis agar pada saat menerapkan atau dalam
melaksanakan asuhan keperawatan dapat berjalan secara optimal.

55
DAFTAR PUSTAKA

Darliana, Devi. 2011. Manajemen Pasien Tuberculosis Paru. Jurnal PSIK-FK


Unsyiah. Vol 2, No 1, ISSN: 2087-2879, Hal 27.

Febrian, M A. (2015) . Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian TB Paru


Anak Di Wilayah Puskesmas Garuda Kota Bandung: Jurnal Ilmu
Keperawatan . Volume III. (2). Hal. 64-78.

FKUI. 2001. Diagnosa Keperawatan. Jakarta : Fakultas Kedokteran Indonesia

Friedman, M. 2010. Buku Ajar Keperawatan keluarga : Riset, Teori, dan Praktek.
Edisi ke-5. Jakarta: EGC.

Kemenkes RI. 2011. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2011. Jakarta:


Kementerian Kesehatan RI

Kemenkes RI. 2014. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2014. Jakarta:


Kementerian Kesehatan RI

Nursalam.(2011). Proses dan dokumentasi keperawatan, konsep dan praktek. Jakarta :


Salemba Medika.

Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction.

56
Mansjoer, Arif, dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran : Edisi ketiga jilid pertama.
Jakarta : Erlangga

Mutaqien, Arif. 2012. Buku Ajar Asuhan Keperawatan dengan Klien Dengan
Gangguan Sistem Kardiovaskuler. Jakarta : Mediacom

Padila. 2013. Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Yogyakarta: Nuha Medika.

Potter, P.A., Perry, A.G., Stockert, P.A., Hall, A.M. (2013). Fundamentals of nursing.
8th ed.St. Louis, Missouri: Elsevier Mosby

Potter & Perry (2009). Buku ajar fundamental keperawatan. Jakarta : Erlangga

Prince A. Silvia. 1995. Pathofisiologis. Edisi 4. Jakarta : EGC

Prince A. Silvia. 1995. Pathofisiologis. Edisi 7. Jakarta : EGC

SIKI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Edisi 1 Cetakan 2. Jakarta:


DPP PPNI

SDKI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Edisi 1 Cetakan 3. Jakarta :


DPP PPNI

Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth, edisi 8. Jakarta : EGC.

Somantri, Irman. 2012. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem
Pernafasan. Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.

57
Wilkinson dkk. 2010. Buku saku diagnosis keperawatan: NANDA NIC NOC. Jakarta
EGC.

Wahid, Abdul. Suprapto, Imam. (2013). Keperawatan Medikal Bedah : Asuhan


Keperawatan Pada Gangguan Sistem Respirasi. Jakarta: CV. Trans Info
Media.

58

Anda mungkin juga menyukai