DISUSUN OLEH:
Dosen pembimbing
Suratun, S.Kep.,Ns.M.Kep
Tujuan:
1. Mengoptimalkan pelayanan yang efektif dan efisien sesuai standar
mutu.
2. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang teijangkau yang
menjangkau seluruh lapisan masyarakat.
C. Sejarah
1. Sejarah Berdirinya
Pada awal berdiri di tahun 1986 sampai dengan 1994
dahulunya merupakan gedung Poliklinik/Puskesmas Panca Usaha,
kemudian diresmikan menjadi RSUD Palembang BARI tanggal 19
Juni 1995 dengan SK Depkes Nomor 1326/Menkes/SK/XI/1997 lalu
ditetapkan menjadi Rumah Sakit Umum Daerah kelas C pada
tanggal 10 November 1997. Berdasarkan Kepmenkes RI Nomor :
HK.00.06.2.2.4646 , RSUD Palembang BARI memperoleh status
Akreditasi penuh tingkat dasar pada tanggal 7 November 2003
kemudian di tahun berikutnya 2004 dibuat Master Plan oleh
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.
Pembangunan gedung dimulai dimulai pada tahun 2005 yakni
Gedung Bedah Central dan dilanjutkan lagi pada tahun berikutnya
(2006) pembangunan Gedung Bank Darah. Pada tahun 2007
dilanjutkan dengan pembangunan : Gedung Administrasi, Gedung
Pendaftaran, Gedung Rekam Medik, Gedung Farmasi, Gedung
Laboratorium, Gedung Radiologi, Gedung Perawatan VIP, dan
Cafetaria. Pada5februari 2008, berdasarkan Kepmenkes RI Nomor :
YM.01.10/III/334/08 RSUD Palembang BARI memperoleh status
Akreditasi penuh tingkat lanjut . Serta Ditetapkan sebagai BLUD-
SKPD RSUD Palembang BARI berdasarkan Keputusan Walikota
Palembang No. 915.b tahun 2007 penetapan RSUD Palembang Bari
sebagai SKPD Palembang yang menerapkan Pola Pengelolaan
Keuangan BLUD (PPK-BLUD) secara penuh. Adapun
pembangunan yang dilaksanakan pada tahun 2008 meliputi Gedung
Poliklinik (3 lantai), Gedung Instalasi Gawat Darurat, Gedung
Instalai Gizi (Dapur), Gedung Loundry, Gedung VVIP, Gedung
CSSD, Gedung ICU, Gedung Genset dan IPAL.
Pada tahun 2009 RSUD Palembang BARI di tetapkan sebagai
Rumah Sakit Tipe B berdasarkan Kepmenkes RI Nomor :
241/MENKES/SK/IV/2009 tentang peningkatan Kelas Rumah Sakit
Umum Daerah Palembang BARI milik pemerintah kota palembang
provinsi sumatera selatan tanggal 2 april 2009. Adapun
pembangunan gedung yang berlangsung di tahun 2009 meliputi :
Gedung Kebidanan, Gedung Neonatus, Gedung Rehabilitasi Medik
serta Gedung Hemodialisa. Selanjutnya pembangunan gedung yang
berlangsung di tahun 2010-2011 meliputi: Perawatan Kelas I, II, III,
Kamar Jenazah, Gedung ICCU, Gedung PICU, Workshop dan
Musholah.
1). Pada tahun 1985 sampai dengan tahun 1994 Rumah Sakit
Umum Daerah Palembang BARI merupakan geduang
Poliklinik atau Puskesmas Panca Usaha.
2). Pada tanggal 19 Juni 1995 di resmikan menjadi Rumah Sakit
Umum Daerah Palembang BARI. Maka dengan SK Depkes
Nomor 1326/Menkes/SK/XI/1997, tanggal 10 November 1997
di tetapkan menjadi Rumah Sakit Umum kelas C.
3). Kepmenkes RI Nomor: HK.00.06.2.2.4646 tentang pemberian
statu akreditas penuh tingkat dasar kepada Rumah Sakit Umum
Daerah Palembang BARI, tanggal 07 November 2003.
4). 4.Kepmenkes RI Nomor: YM.01.10/III/334/08 tentang
pemberian status akreditasi penuh tingkat lanjut kepada Rumah
Sakit Umum Daerah Palembang BARI, tanggal 05 Februari
2008.
5). Kepmenkes RI Nomro: 24l/MENKES/SK/IV/2009 tentang
peningkatan kelas Rumah Sakit Umum Daerah Palembang
BARI menjadi kelas B, tanggal 02 April 2009.
6). Ditetapkan sebagai BLUD-SKPD Rumah Sakit Umum Daerah
palembang BARI berdasarkan keputusan wali kota Palembang
No. 915 B tahun 2008 tentang penetapan RSUD Palembang
BARI sebagai SKPD Palembang yang menerapkan pola
pengelolaan keuangan BLUD (PPK-BLUD) secara penuh.
7). KARS-SERT/363/1/2012 tentang status akreditas lulus tingkat
lengkap kepada Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI,
tanggal 25 Januari 2012.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
serta karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan kasus dengan
judul Asuhan Keperawatan Pasien Ny.N Dengan Tuberkulosis Di Ruang NON
IINFEKSI PDL RSUD Palembang Bari Tahun 2022 tepat pada waktunya.
Penyusunan laporan kasus ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi
dalam menjalankan praktik klinik Profesi Ners di RSUD Palembang Bari tahun
2022.
1. Dr. Hj. Makiani, S.H., MM., MARS sebagai Direktur Rumah Sakit Umum
Daerah Palembang BARI.
2. Bapak Heri Shatriadi CP, M.Kes sebagai Rektor Institut Ilmu Kesehatan
dan Teknologi Muhammadiyah Palembang.
3. Bapak Yudiansyah, SKM.,M.Kes sebagai Dekan Fakultas Kesehatan
Muhammadiyah Palembang.
4. Dr. Amalia,M.Kes sebagai Wakil Direktur pelayanan Rumah Sakit Umum
Daerah Palembang BARI.
5. Dr. Alfarobi,M.Kes sebagai wakil direktur Umum Rumah Sakit Umum
Daerah Palembang BARI.
6. Bembi Farizal,S.ST.Pi.,MM sebagai kepala bagian pendidikan dan pelatihan
(Diklat) Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI.
7. Ibu. Hj. Masrianah, S.Kep., Ners., M.Kes selaku Ka Bag Keperawatan
Rumah Sakit Umum Palembang Bari
8. Bety Maryanti,SKM.,M.Kes sebagai kepala sub bagian kerjasama dan
pendidikan Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI.
9. Bapak Ismardi, S.Kep.,Ns sebagai coordinator CI Keperawatan Rumah
Sakit Umum Daerah Palembang Bari
10. Ibu Apriani, S.ST.,M.Kes sebagai kepala ruangan penyakit dalam infeksi
Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI
11. Ibu Verawati, S.Kep.,Ns sebagai pembimbing klinik ruangan penyakit
dalam infeksi Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI
12. Ibu Suratun S.Kep.,Ns.,M.Kep Pembimbing Akademik Institusi Kesehatan
Dan Teknologi Muhammadiyah Palembang
13. Seluruh karyawan dan karyawati Rumah Sakit Umum Daerah Palembang
BARI.
14. Seluruh dosen dan staff Institusi Kesehatan Dan Teknologi Muhammadiyah
Palembang
Kami menyadari laporan kasus ini masih banyak kekurangan, dengan
demikian saran dan kritik yang sangat membantu kami harapkan dan kami
terima dengan senang hati. Kami berharap semoga laporan kasus ini bermanfaat
bagi pembaca pada umumnya dan tenaga kesehatan lain pada khususnya.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.............................................................................
HALAMAN PERSETUJUAN..............................................................
PROFIL RSUD PALEMBANG BARI................................................
KATA PENGHANTAR........................................................................
DAFTAR ISI..........................................................................................
BAB I PENDAHULUAN......................................................................
1.1 Latar Belakang..........................................................................
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................
1.3 Tujuan Umum...........................................................................
1.4 Tujuan Khusus..........................................................................
1.5 Waktu dan Tempat Pelaksanaan.............................................
TINJAUAN TEORI
2.1.4 Patofisiologi
Penyebaran kuman Microbacterium tuberculosis bisa masuk
melalui tiga tempat yaitu saluran pernafasan, saluran perncernaan dan
adanya luka yang terbuka pada kulit. Infeksi kuman ini sering terjadi
melalui udara (airbone) yang cara penularannya dengan droplet yang
mengandung kuman dari orang yang terinfeksi sebelumnya
(Sylvia.A.Price.1995.hal754).
Penularan tuberculosis paru terjadi karena penderita TBC
membuang ludah dan dahaknya sembarangan dengan cara dibatukkan
atau dibersinkan keluar. Dalam dahak dan ludah ada basil TBC-Nya,
sehingga basil ini mengering lalu diterbangkan angin kemana-mana.
Kuman terbawa angin dan jatuh ketanah maupun lantai rumah yang
kemudian terhirup oleh manusia melalui paru-paru dan bersarang serta
berkembangbiak di paru-paru (dr.Hendrawan.N.1996,hal 1-2).
Pada permulaan penyebaran akan terjadi beberapa kemungkinan
yang bisa muncul yaitu penyebaran limfohematogen yang dapat
menyebar melewati getah bening atau pembuluh darah. Kejadian ini dapat
meloloskan kuman dari kelenjar getah bening dan menuju aliran darah
dalam jumlah kecil yang dapat menyebabkan lesi pada organ tubuh yag
lain. Basil tuberculosis yang bisa mencapai permukaan alveolus biasanya
di intalasi sebagai suatu unit yang terdiri dari 1-3 basil. Dengan adanya
basil yang mencapai ruang alveolus, ini terjadi dibawah lobus atas paru-
paru atau dibagian atas lobus bawah, maka hal ini bisa membangkitkan
reaksi peradangan. Berkembangnya leukosit pada hari pertama ini
digantikan oleh makrofag. Pada alveoli yang terserang mengalami
konsolidasi dan menimbulkan tanda dan gejala pneumonia akut. Basil ini
juga dapat menyebar melalui getah bening menuju kelenjar getah bening
yang ragional, sehingga makrofag yang mengadaka infiltrasi akan
menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu membentuk sel tuberkel
epitelloid yang dikelilingi oleh limfosit, proses tersebut membutuhkan
waktu 10-20 hari. Bila terjadi lesi premier paru yang biasanya disebut
focus ghon dan bergabungnya serangan kelenjar getah bening regional
dan lesi primer dinamakan kompleks ghon. Kompleks ghon yang
mengalami pencampuran ini juga dapat diketahui pada orang sehat yang
kebatulan menjalani pemeriksaan radiogram rutin. Beberapa respon lain
yang terjadi pada daerah nekrosis adalah pencairan, dimana bahan cair
dilepaskan kedalam bronkus dan menimbulkan kavitas. Pada proses ini
akan dapat terulang Kembali dibagian selain paru-paru ataupun basil
dapat terbawa sampai ke laring, telinga tengah atau usus (Sylvia.A
Price:1995;754)
2.1.5 Pathway
2.1.6 Klasifikasi
2.1.8 Komplikasi
Menurut Wahid & Imam (2013), dampak masalah yang sering terjadi
pada TB paru adalah:
b. Tahap Lanjutan
1) Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit,
namun dalam jangka waktu yang lebih lama
2) Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persisten
sehingga mencegah terjadinya kekambuhan
Harian 3xseminggu
b. Pemeriksaan Radiologi :
Pada tahap dini tampak gambaran bercak-bercak seperti awan
dengan batas tidak jelas.
Pada kavitas bayangan berupa cincin.
Pada klasifikasi tampak bayangan bercak-bercak padat dengan
densitas tinggi.
c. Bronchografi : merupakan pemeriksaan khusus untuk melihat
kerusakan bronchus atau kekurangan paru karena TB.
d. Laboratorium :
Darah : leukosit meninggi, LED meningkat.
Sputum : Pada kultur ditemukan BTA
e. Test Tuberkulin : Mantoux test ( indurasi lebuh dari 10-15 mm )
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
A. Pengkajian
Berdasarkan klarifikasi Doenges dkk. (2000) Riwayat keperawatan
yang perlu dikaji adalah :
a. Aktivitas/istirahat
Gejala :
1) Kelelahan umum dan kelemahan
2) Dispnea saat kerja maupun istirahat
3) Kesulitan tidur pada malam haria tau demam pada malam hari,
mengigil dan atau berkeringat.
4) Mimpi buruk
Tanda :
1) Takikardia, takipnea/dispnea pada saat kerja
2) Kelelahan otot, nyeri, sesak (tahap lanjut)
b. Sirkulasi
Gejala :
Palpitasi
Tanda :
1) Trikardi, disritmia
2) Adanya S3 dan S4, bunyi gallop (gagal jantung akibat effusi)
3) Nadi apical (PMI) berpindah oleh adanya penyimpangan
mediastinal.
4) Tanda Homman (bunyi rendah denyut jantung akibat adanya
udara dalam mediastinum)
5) TD : Hipertensi/hipotensi
6) Distensi vena jugularis
c. Integritas ego
Gejala :
Gejala-gejala stress yang berhubungan lamanya perjalanan
penyakit, masalah keunagan, perasaan tidak berdaya/putus asa,
menurunnya prodiktivitas.
Tanda:
1) Menyangkal (khususnya pada tahap dini)
2) Ansietas, ketakutan, gelisah, iritabel
3) Perhatian menurun, perubahan mental (tahap lanjut)
f. Pernapasan
Gejala :
1) Batuk (produktif atau tidak produktif)
2) Napas pendek
3) Riwayat terpajam tuberculosis dengan individu terinfeksi
Tanda :
1) Peningkatan frekuensi pernapasan
2) Peningkatan kerja napas, penggunaan otot aksesori pernapasan
pada dada, leher retraksi intercostal, ekspirasi abdominal kuat
3) Pengembangan dada tidak simetris
4) Perkusi pekak dan penurunan fremitus, pada pneumothorax
perkusi hiperresonan di atas area yang terlibat.
5) Bunyi napas menurun/tidak ada secara bilateral atau unilateral
6) Bunyi napas tubeler atau pectoral di atas lesi
7) Crackles diatas aspek paru selama inspirasi cepat setelah batuk
pendek (creackles posttussive)
8) Karakteristik sputum hijau purulent, mucoid kuning atau bercak
darah
9) Deviasi trakeal
g. Keamanan
Gejala :
Kondisi penurunan imunitas secara umum memudahkan infeksi
sekunder
Tanda :
Demam ringan atau demam akut
h. Interaksi social
Gejala :
1) Perasaan terisolasi/penolakan karena penyakit menular
2) Perubahan aktivitas sehari-hari karena perubahan kapasitas fisik
untuk melaksanakan peran
i. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala :
1) Riwayat keluarga TB
2) Ketidakmampuan umum/status kesehatan buruk
3) Gagal untuk membaik/kambuhnya TB
4) Tidak berpartisipasi dalam terapi.
B. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas
b. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh
c. Nyeri Akut
C. Rencana Asuhan Keperawatan
2 Pola Nafas tidak Pola Nafas Manajemen Jalan Nafas 1. untuk mengetahui
efektif bd hambatan Setelah diberikan tindakan Observasi kepatenan jalan nafas
upaya nafas keperawatan selama 3x24 jam 1. Mengidentifikasi dan mengelolah 2. Untuk mengetahui
diharapkan pola nafas teratasi, dengan kepatenan jalan nafas adanya bunyi nafas
kriteria : 2. Monitor pola nafas tambahan
1. Dispnea (menurun) 3. Monitor bunyi nafas tambahan
3. untuk membantu
2. Penggunaan otot bantu nafas 4. Monitor saturasi oksigen
pernafasan
(menurun) Terapeutik
4. untuk mengetahui
3. Frekuensi nafas (menurun) 5. Berikan oksigen
frekuensi kedalaman dan
Kolaborasi
6. Kolaborasi pemberian
usaha nafas
Intervensi
No Standar Diagnosa Keperawatan Standar Luaran Keperawatan Indonesia Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia (SDKI) (SLKI) Indonesia (SIKI)
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif Bersihan Jalan Nafas Manajemen Jalan Nafas
b.d sekresi yang tertahan Setelah diberikan asuhan keperawatan Observasi :
DS: 2x24 jam, diharapkan bersihan jalan 1. Monitor pola nafas (frekuensi,
pasien mengeluh sesak sejak 3hari nafas meningkat dengan kriteria hasil : kedalaman, usaha nafas)
yang lalu, pasien mengalami batuk 1. Batuk efektif (meningkat) 2. Monitor sputum ( jumlah, warna,
berdahak dan sulit mengeluarkan 2. Produksi sputum (menurun) aroma)
dahak 3. Dyspnea cukup (membaik) Terapeutik :
2. Pola nafas tidak efektif b.d Pola Nafas Manajemen Jalan Nafas
hambatan upaya nafas nyeri saat Setelah dilakukan tindakan keperawatan Observasi :
bernafas, kelemahan otot 2x24 jam diharapkan pola nafas pasien 1. Monitor pola nafas (frekuensi,
pernafasan dapat teratasi dengan kriteria hasil : kedalaman, usaha nafas)
DS: 1. Ventilasi semenit (meningkat) 2. Monitor sputum ( jumlah, warna,
- Pasien tampak lemah 6. Pernapasan cuping hidung (menurun) (jaw thrust jika curiga trauma
- Pasien tampak sesak 8. Kedalaman nafas (membaik) 5. Posisikan semi fowler atau fowler
N:78x/m
Edukasi :
1. Anjurkan asupan cairan 2000
ml/hari, jika tidak
terkontraindikasi
2. Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran,
moukolitik, jika perlu.
Jam
1. 30/09/2022 - Memonitor pola nafas (frekuensi, kedalaman, S: Pasien mengatakan sesak sudah mulai
10.30 WIB usaha nafas) berkurang, batuk sudah bisa, mengeluarkan dahak
- Memonitor sputum ( jumlah, warna, aroma) sudah bisa
- Mempertahahankan kepatenan jalan nafas O: Pasien tampak nyaman, sesak nafas sudah
dengan head-tilt chin lift (jaw thrust jika curiga berkurang, batuk efektif meningkat, produksi
trauma servikal) sputum tidak ada, batuk masih ada. Dispnea
- Memposisikan semi fowler atau fowler menurun, ronchi berkurang
- Memberikan minum hangat
TD: 130/90mmhg
- Melakukan penghisapan lendir kurang dari 15
detik RR: 23x/m
P: Intervensi dihentikan
2. 30/09/2022 - Memonitor pola nafas (frekuensi, kedalaman, S: pasien mengatakan masih sesak saat melakukan
P: Lanjutkan Intervensi
3.1 PENGKAJIAN
I. Identitas Klien
D. Riwayat Keluarga
Keluarga pasien menjelaskan bahwa tidak ada keluarga yang
mempunyai penyakit TB Paru
Genogram :
Keterangan :
: Laki-laki : Meninggal
: Perempuan
2. Nutrisi
Data Subjektif :
- Pasien mengatakan nafsu makan berkurang
- Keluarga pasien mengatakan makan 3x/hari akan tetapi hanya
dengan porsi yang sangat sedikit
Data Objektif :
- Mukosa kering
- Tampak lesu
- CRT < 2 detik
- BB sebelum sakit : 70 BB sakit : 58 kg
Masalah keperawatan : Defisit Nutrisi
3. Eliminasi
Data Subjektif :
- Pasien mengatakan memiliki kebiasaan buang air besar 1 hari
sekali, dan kebiasaan buang air kecil 5-8 kali sehari
Data Objektif :
4. Aktivitas/Istirahat
Data subjektif :
- Pasien mengatakan tidur cukup 6-7 jam/hari, mulai tidur pukul
22.00 – 05.00 WIB dan pasien juga mengatakan tidur siang + - 1
jam dengan waktu yang tidak pasti.
- Keluarga pasien mengatakan pasien masih bisa beraktiivitas secara
mandiri selama dirumah sakit
Data Objektif :
- Kekuatan Otot :
5555 5555
5555 5555
5. Persepsi/Kognitif
Data Subjektif :
- Pasien mengatakan bahwa sakitnya karena pola makannya tidak
baik
Data Objektif :
- Pasien tampak menerima kondisinya
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
6. Persepsi Diri
Data subjektif :
- Pasien mengatakan ingin cepat sembuh dan bisa melakukan
aktivitas kembali
- Pasien berdoa agar cepat sembuh dan dapat melakukan aktivitas
kembali. Pasien berharap keluarganya selalu mendukung dalam
proses penyembuhan.
- Pasien juga mengatakan ia berharap keluarganya selalu
mendukung dalam proses kesembuhannya
Data Objektif :
- Pasien tampak gelisah dengan dirinya sendiri
- Pasien dan keluarga tampak berdoa
Masalah keperawatanya : tidak ada masalah keperawatan
7. Peran Hubungan
Data Subjektif :
- Pasien mengatakan hubungannya dengan keluarga baik dan tidak
ada masalah ataupun perselisihan
Data Objektif :
- Pasien tampak berinteraksi dengan baik pada keluarga.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
8. Seksualitas
Data Subjektif :
- Tidak Dikaji
Data Objektif :
- Tidak dikaji
Masalah keperawatan : Tidak dikaji
9. Toleransi/Koping Stress
Data Subjektif :
Data Objektif :
- Pasien dan keluarga pasien tampak sedang berdoa
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
11. Keselamatan/Perlindungan
Data Subjektif :
- Pasien mengatakan merasa aman selama dirumah sakit
Data Objektif :
- pasien tampak terlihat tidak tertekan dan terlihat merasa dilindungi
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
12. Kenyamanan
Data Subjektif :
- pasien mengatakan tidur 6-7 sehari
Data Objektif:
Data Objektif :
- Inspeksi : -
- Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan
- Perkusi : -
- Auskultasi : -
5. Sistem Pencernaan
Data Subjektif :
- Pasien mengatakan mengalami penurunan nafsu makan
Data Objektif:
- Inspeksi: abdomen simetris
- Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada abdomen
- Perkusi : Tympani
- Auskultasi : Bising usus 18 x/menit
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
6. Sistem Muskuloskeletal
Data Subjektif :
- Pasien mengatakan tidak ada keluhan
Data Objektif :
- Inspeksi : Tidak terdapat edema di ekstremitas bawah dan atas
- Palpasi : CRT < 2 detik
Kekuatan Otot
5555 5555
5555 5555
7. Sistem integumen :
Data subjektif :
- Pasien mengatakan tidak ada keluhan
Data objektif :
- Inspeksi : Tidak terdapat ada luka
- Palpasi : Tidak terdapat ada luka, turgor kulit elastis
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
8. Sistem endokrin
Data subjektif : pasien mengatakan tidak ada keluhan
Data Objektif : tudak ada keluhan
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
9. Sistem penginderaan
a. Penglihatan
Data subjektif :
- Pasien mengatakan tidak ada keluhan
Data Objektif :
- Inspeksi : Simetris, sklera ikterik
- Palpasi : konjungtiva anemis
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
b. Pendengaran
Data Subjektif :
- Pasien mengatakan suara terdengar jelas
Data Objektif
- Inspeksi : telinga pasien tampak bersih
- Palpasi : simetris kiri dan kanan, tidak ada benjolan
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
c. Penghidung :
Data Subjektif :
- Pasien mengatakan bisa mencium bau dan membedakan bau
Data Objektif :
Inspeksi : hidung simestris
Palpasi : tidak ada benjolah dan nyeri tekan
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
10. Pengkajian Psikososial
VI. Terapi
PEMBAHASAN
Manifestasi klinis yang ditemukan pada pasien Ny. N diantaranya adalah klien
mengatakan sesak, badan lemas serta tidak ada nafsu makan yang terjadi sejak
3hari yang lalu. Terdapat batuk, dan adanya suara tambahan ronchi. Pada
tinjaun teori pasien dengan Dispnea secara teoritis manifestasi klinis yang
dapat ditemukan yaitu pusing, sesak saat beraktivitas maupun saat beristirahat,
kelelahan. Palpitasi yang timbul bersamaan dengan gejala lainnya (sesak
nafas, nyeri, kelelahan atau pingsan) kemungkinan merupakan akibat dari
irama jantung yang abnormal atau penyakit jantung yang serius. Rasa sesak
saat beraktivitas maupun saat istirahat, kelelahan merupakan gejala utama
pada pasien Tuberkulosis Sesak nafas terjadi bilamana pertukaran oksigen
terhadap karbondioksida dalam paru-paru tidak dapat memelihara laju
komsumsi oksigen dan pembentukan karbon dioksida dalam sel-sel tubuh.
Gejala lain yang ditemukan adalah pasien mengeluh tidak ada nafsu makan
serta bab hany 2hari sekali. Pada tinjauan teori secara teoritis dispnea dapat
menimbulkan gejala-gejala berupa Penurunan berat badan, bunyi berderak di
paru-paru.
B. Diagnosa Keperawatan
Setelah data terkumpul dan dikelompokkan menjadi data fokus sesuai dengan
keluhan dann kondisi pasien, kemudian penulis merumuskan diagnosa
keperawatan sesuai dengan masalah yang ada pada pasien. Diagnosa
keperawatan sesuai dengan masalah yang ada pada pasien.
Diagnosa keperawatan adalah proses menganalisis subjektif dan objektif yang
telah diperoleh pada tahap pengkajian untuk menegakkan diagnosa
keperawatan (Deswani, 2009). Diagnosa keperawatan melibatkan proses
berfikir kompleks tentang data yang dikumpulkan dari pasien, keluarga,
rekam medis dan pemberi pelayanan kesehayan yang lain.
Berdasarkan hasil pengkajian pada tahap diagnosa keperawatan yang muncul
tidak jauh berbeda dengan yang ada pada tinjauan teori, hanya ada beberapa
diagnosa yang ditambahkan dari kasus yang terajdi. Penulis hanya
merumuskan diagnosa sesuai dengan keluhan dan kondisi pasien berdasarkan
dengan pengkajian yang sudah dilakukan. Diagnosa yang muncul pada kasus
pasien Ny. N yang sesuai dengan tinjauan teori ialah sebagai berikut:
1. Bersihan jalan nafas berhubungan sekret yang tertahan. Diagnosa ini muncul
karena pasien mengeluh batuk dengan sputum tertahan, berdasarkan hasil
pemeriksaan didapati suara nafas ronchi. Dari hasil pemeriksaan penunjang
radiologi didapati hasil lab leukosit yaitu 6,6ribu/ul. Bersihan jalan nafas
merupakan manifestasi dari gangguan kebetuhan oksigenasi. Pada proses
infeksi dapat menyebabkan peningkatan sekret, kemudian menghambat jalan
nafas akan menyebabkan gangguan sistem pernafasan. Akhirnya oksigen tidak
terpenuhi didalam tubuh secara optimal dan terjadi penurunan difusi sehingga
mengakibatkan kebutuhan oksigen menjadi terganggu.
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan hambatan upaya nafas nyeri saat
bernafas. Diagnosa ini muncul karena ventilasi atau pertukaran udara inspirasi
dan atau ekspirasi tidak adekuat dan saat pengakajian RR pasien 32x/m.
Sehingga pertukaran oksigen dan karbon dioksida tidak terpenuhi dengan
adekuat.
Diagnosa keperawatan nyang tidak terdapat di tinjauan teoritis, tetapi muncul
pada kasus adalah:
1. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan menelan makanan.
Diagnosa ini muncul karena klien tidak mampu mengahabiskan makanannya
serta BAB pasien hanya 2hari dalam sekali.
Faktor pendukung yang penulis temukan saat merumuskan masalah
keperawatan dan adanya data-data yang lengkap memudahkan penulis dalam
merumuskan masalah keperawatan dan karena adanya bimbingan dari
pembimbing yang sangat mendukung terkumpulnya data yang nantinya
memudahkan penulis untuk mengangkat diagnosa keperawatan.
C. Perencanaan Keperawatan
Setelah diagnosa keperawatan muncul, penulis membuat prioritas masalah.
Prioritas masalah mengacu pada hierarki: “Maslow” serta yang mengancam
kehidupan pasien. Lalu membuat intervensi atau perencanaan keperawatan,
adalah suatu proses didalam pemecehana masalah yang merupakan keputusan
awal tentang sesuai apa yang akan dilakukan, bagaimana dilakukan, kapan
dilakukan, siapa yang melakukan dari semua tindakan keperawatan
(Dermawan, 2012). Rencana ini merupakan sarana komunikasi yang utama
dan memelihara continuitis asuhan keperawatan klien bagi seluruh anggota
tim. Sesuai dengan pernyataan tersebut diketahui bahwa dalam membuat
perencanaan perlu mempertimbangkan tujuan, kriteria hasill yang
diperkirakan atau diharapkan dalam intervensi keperawatan (Setiadi, 2012).
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas dengan dilakukan tindakan keperawatan
pada Ny. N selama 2x24jam yang bertujuan agar bersihan jalan nafas kembali
efektif. Dan perencanaan yang dilakukan adalah tindakan mandiri berupa
mengauskultasi suara nafas, mengobservasi tanda-tanda vital, memonitor
status respirasi: jenis, frekuensi, suara nafas bertujuan untuk mengetahui
keberadaan kongesti pulmonal atau penumpukan sekresi, mengidentifikasikan
kebutuhan untuk melakukan intervensi lebih lanjut, dengan pantau tanda-
tanda vital dapat mengetahui takikardi dan perubahan tekanan darah dapat
terjadi karena nyeri, ansietas, hipoksemia, dan hormone stress yang
bersirkulasi. Tindakan memonitor status repirasi bertujuan untuk mengetahui
keadaan perkembangan pasien sebelumnya dan saat ini, sehingga jika terdapat
gejala yang abnormal dapat segera diberi tindak lanjut. Dengan memberikan
posisi kepala dielevasikan dengan tempat tidur kurang lebih 45 derajat dan
mempertahankan curah jantung, sehingga sesak nafas berkurang yang pada
akhirnya akan mengoptimalkan kualitas tidur. Tujuan diberikan terapi
antibiotic adalah untuk mengatasi dan mencegah infeksi bakteri.
2. Pola nafas tidak efektif dengan dilakukan tindakan keperawatan pada Ny. N
selama 2x24jam yang bertujuan agar pola nafas pasien dapat teratasi. Dan
perencanaan yang dilakukan adalah dengan memonitor pola nafas (frekuensi,
kedalaman, usaha nafas) yang bertujuan untuk mengetahui keberadaan
kongesti pulmonal atau penumpukan sekresi, memonitor sputum ( jumlah,
warna, aroma) yang bertujuan untuk mengetahui penumpukan sputum,
mepertahahankan kepatenan jalan nafas dengan head-tilt chin lift (jaw thrust
jika curiga trauma servikal) yang betujuan untuk mempermudah ekspirasi dan
inspirasi pernafasan, memposisikan semi fowler atau fowler bertujuan untuk
melancarakan sistem ekspirasi dan inspirasi, memberikan minum hangat
betujuan untuk meringankan gejala sakit yangdiderita, memberikan oksigen
bertujuan untuk membantu yang mengalami kadar oksigen rendah.
3. Defisit nutrisi dengan dilakukan tindakan keperawatan pada Ny. N selama
2x24jam yang bertujuan kebutuhan nutrisi terpenuhi. Dan perencanaan yang
dilakukan adalah mengidentifikasi status nutrisi betujuan untuk mengetahui
pola nutrisi sehari-hari, mengidentifikasi makanan yang disukai untuk asupan
nutrisi dapat terpenuhi, memonitor asupan makanan bertujuan untuk
mengetahui jumlah asupan yang dikonsumsi, memonitor berat badan
bertujuan untuk mengetahui apakah ada perubahan berat badan yang dialami,
memberikan makanan tinggi serat bertujuan untuk mencegah konstipasi,
memberikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein untuk pemenuhan
nutrisi yang tercukupi, memberikan suplemen makanan bertujuan untuk
mengatasi dari asupan yang dikonsumsi.
D. Pelaksanaan Keperawatan
Setelaj rencana keperawatan dibuat kemudian implementasi sesuai dengan
intervensi yang dibuat. Implementasi merupakan suatu pelaksanaan rencana
tindakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kegiatan dalam
implementasi dapat meliputi pengumpulan data berkelanjutan, mengobservasi
respon klien selama dan sesudah tindakan, dan menilai data-data yang baru
(Dermawan, 2012).
Pada tahap pelaksanaan penulis bekerja sama dengan tim perawatan di
ruangan untuk melaksanakan tindakan keperawatan yang mengacu pada
rencana tindakan sampai dengan hari ke 2. Tindakan keperawatan yang telah
dilakukan pada pasien Ny. N adalah mengkaji keluhan pasien, pemeriksaan
fisik pada pasien, memonitr tanda-tanda vita, dan mengkaji tingkat
pengetahuan pasien, memberikan obat sesuai dengan program. Selain itu,
penulis juga melakukan penyuluhan kesehatan tentang sesak nafas yang
mencakup pengertian, penyebab, tanda dan gejala, pencegahan dan perawatan
pasien dengan sesak nafas dirumah.
Pada pelaksanaan medis pasien mendapatkan terapi obat, Rl sering gtt 5x/m,
furosemid 2x1mg, candesartan 1x8mg,insulin 1, omeprazole 2x4mg, sucralfat
3x1, mazalbumin 1x1mg, MEF 2x1mg, kidmin 1fls. Pelaksanaan farmakologi
yang sangat penting baagi penderita sesak nafas. RL sebagai pengganti cairan
eksternal yang hilang/ mengatasui dehidrasi isotonic, furosemid bermanfaat
untuk membantu membuang kelebihaan daram, air dalam urine, candesartan
membantu menurunkan tekanan daraah, insulin membantu mengybah glukosa
menjadi energy, omeprazole membanttu menurunkan asam lambung, sucralfat
membantu mengatasi tukak lambung, mazalbumin sebagai pemenuhan nutrisi,
MEF membantu menurunkan rasa nyeri ringan, kidmin sebagai memenuhi
pada kasus gagaal ginjal.
Dari seluruh pelaksanaan keperawatan yang dilakukan dan pelaksanaannya
sesuai dengan rencana tinakan keperawatan yang sudah penulis buat. Namun
ada satu tindakan yang tidak dilakukan yaitu kolaborasi bersama dengan
dokter dalam pemberian nutrisi jika tidak diatasi dengan makanan berserat.
Pada tindakan ini, pasien tidak dilakukan karena masih bisa diatasi dengan
makanan yang tinggi serat. Utnutk pelaksanaan edukasi pendukung dalam
meningkatkan pasien pada saat dirumah. Pada pasien sesak nafas bisa
berulang bisa terjadi, sehingga edukasi senanntiasa dilakukan untuk
meminimalkan atau mencegah terjadinya serangan berulang. Edukasi bisa
diberikan dengan berbagai dengan edukasi berdiskusi langsung dari perawat
dan bisa dilakukan dengan pemberian leafleat.
Dalam pelaksanaan kegiatan faktir-faktor yang mendukug dan menghambat
dalam mengimplementasikan tindakan yang akan dilakukan. Faktor
pendukung seperti pasien dan keluarga dapat bekerja sama dengan perawat
dalam mengatasi masalah yang dihadapi, sehingga perawat dapat melakukan
intervensi dengan baik. Serta tersedianya alat-alat kesehatan yang
memudahkan dalam melakukan tindakan keperawatan.
E. Evaluasi Keperawatan
Tahap penilian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan
terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan,
dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan melibatkan klien, keluarga
dan tenanga kesehatan lainnya. Tujuan evaluasi adalah untuk meluhat
kemampuan klien dalam mencapai tujuan yang disesuaikan dengan kriteria
hasil pada tahap perencaan (Setiadi, 2012). Metode yang digunakan adalah
dengan SOAP (Subjektif, Objektif, Analisis, Planning). Utnuk dapat
mengetahui apakah masalah teratasi, teratasi sebagian, belum teratasi atau
timbul masalah baru. Evaluasi proses dan evaluasi akhir yang penulis lakukan
selama 2hari.
Adapun evaluasi keperawatan dengan masalah dari Ny. N selama dilakukan
asuhan keperawatan, sebagai berikut:
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan secret yang
tertahan. Evaluasi yang dapat didapatkan adalah pasien mengatakan batuk
berkurang, masih terdengar suara ronchi berkuang, frekuensi nafas 23x/m.
Planning pada diagnose ini dihentikan.
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya nafas nyeri
saat bernafas. Evaluasi yang didapatkan adalah pasien mengatakan masih
terasa sesak dan masing terpasang kanul. Planning pada diagnosa ini
dilanjutkan intervensi monitor pola nafas (frekuensi, kedalaman, usaha
nafas), monitor sputum (jumlah, warna, aroma), pertahahankan kepatenan
jalan nafas dengan head-tilt chin lift (jaw thrust jika curiga trauma
servikal), posisikan semi fowler atau fowler, berikan minum hangat,
berikan oksigen.
3. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan menelan makanan.
Evaluasi yang didapatkan adalah pasien mengatakan sudah bisa
menghabiskan satu piring penuh dan sudah BAB normal yaitu 1x sehari.
Planning pada diagnosa ini intervensi dihentikan.
BAB V
5.1 Kesimpulan
Diagnosa yang muncul pada Ny. N yaitu berupa diagnosa bersihan jalan
napas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang tertahan. Diagnosa yang
kedua yaitu berupa pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya
napas. Diagnosa yang ketiga deficit nutrisi yang berhubungan dengan
ketidakmampuan mencerna makanan. Intervensi keperawatan pada Ny. N yang
ditetapkan oleh penulis dimana sesuai pada standar intervensi keperawatan
Indonesia yaitu berupa pemasangan oksigen sebagai intervensi fokus utama.
Evaluasi keperawatan pada Ny. N pada diagnosa pertama diddapatkan bahwa
masalah teratasi sebagian dan tetap malanjutkan intervensi. Pada diagnosa kedua
didapatkan bahwa masalah teratasi sebagian, kriteria tercapai sebagian sebagai
dan tetap melanjutkan intervensi. Kriteria hasil tercapai dengan mempertahankan
intevensi.
5.2 Saran
5.2.1 Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan pihak akademik dapat menyediakan riset-riset dan menambah
referensi agar dapat menambah wawasan mahasiswa mengenai asuhan
keperawatan khususnya pada penyakit Gangguan sisiem pernafasan:
Tuberculosis Paru dan mengaplikasikannya dengan baik dan benar pada
saat praktek dilapangan.
5.2.2 Bagi Rumah Sakit
Bagi RSUD Palembang Bari khususnya di ruang TB Paru diharapkan
petugas kesehatan agar dapat meningkatkan peran sertanya di Rumah Sakit
dalam memberikan informasi berupa penyuluhan terkait masalah penyakit
gangguan sistem pernafasan: Tuberculosis Paru sehingga klien dan
keluaraga dapat mengerti dan mau bekerjasama untuk mengambil
keputusan dalam mengatasi masalah dan mau mengikuti proses pengobatan
untuk meningkatkan derajat kesehatan yang lebih baik.
5.2.3 Bagi Mahasiswa
Diharapkan dapat meningkatkan lagi proses asuhan keperawatan baik
secara teoritis maupun secara klinis agar pada saat menerapkan atau dalam
melaksanakan asuhan keperawatan dapat berjalan secara optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Darliana, Devi. 2011. Manajemen Pasien Tuberculosis Paru. Jurnal PSIK-FK
Unsyiah. Vol 2, No 1, ISSN: 2087-2879, Hal 27.
Febrian, M A. (2015) . Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian TB Paru
Anak Di Wilayah Puskesmas Garuda Kota Bandung: Jurnal Ilmu
Keperawatan . Volume III. (2). Hal. 64-78.
Friedman, M. 2010. Buku Ajar Keperawatan keluarga : Riset, Teori, dan Praktek.
Edisi ke-5. Jakarta: EGC.
Kemenkes RI. 2014. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2014. Jakarta:
Kementerian Kesehatan RI
Nursalam.(2011). Proses dan dokumentasi keperawatan, konsep dan praktek. Jakarta :
Salemba Medika.
Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction.
Potter, P.A., Perry, A.G., Stockert, P.A., Hall, A.M. (2013). Fundamentals of nursing.
8th ed.St. Louis, Missouri: Elsevier Mosby
Potter & Perry (2009). Buku ajar fundamental keperawatan. Jakarta : Erlangga
Padila. 2013. Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Yogyakarta: Nuha Medika.
SIKI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Edisi 1 Cetakan 2. Jakarta:
DPP PPNI
SDKI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Edisi 1 Cetakan 3. Jakarta :
DPP PPNI
Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth, edisi 8. Jakarta : EGC.
Somantri, Irman. 2012. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem
Pernafasan. Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.
Wilkinson dkk. 2010. Buku saku diagnosis keperawatan: NANDA NIC NOC. Jakarta
EGC.
Wahid, Abdul. Suprapto, Imam. (2013). Keperawatan Medikal Bedah : Asuhan
Keperawatan Pada Gangguan Sistem Respirasi. Jakarta: CV. Trans Info
Media.