Oleh : KELOMPOK 5
ERWIN SARWONO EDI, A.Md.Kep
MARTINO BACHTIARSYAH, A.Md.Kep
NOVI INDRIANI, A.Md.Kep
RINI SUKESI, S.Kep.Ners
NIK /NIP :
Instansi :
Judul :
Karya tulis sebagai salah satu persyaratan dalam Pelatihan Dasar ICU Perawat,
telah disetujui oleh :
Fasilitator I Fasilitator II
Nama :
Instansi :
Judul :
Mengetahui,
Kepala bidang pelatihan
RSUD dr. Saiful Anwar Malang
Sebelum perang dunia ke II, RSUD Dr. Saiful Anwar (pada waktu itu
bernama Rumah Sakit Celaket), merupakan rumah sakit militer KNIL, yang pada
pendudukan Jepang diambil alih oleh Jepang dan tetap digunakan sebagai
rumah sakit militer. Pada saat perang kemerdekaan RI, Rumah Sakit Celaket
dipakai sebagai rumah sakit tentara, sementara untuk umum digunakan Rumah
Sakit Sukun yang ada dibawah Kotapraja Malang pada saat itu. Tahun 1947
(saat perang dunia ke II), karena keadaan bangunan yang lebih baik dan lebih
muda, serta untuk kepentingan strategi militer, rumah sakit Sukun diambil alih
oleh tentara pendudukan dan dijadikan rumah sakit militer, sedangkan Rumah
Sakit Celaket dijadikan rumah sakit umum.
Pada tanggal 14 September 1963, Yayasan Perguruan Tinggi Jawa
Timur/IDI membuka Sekolah Tinggi Kedokteran Malang dan memakai Rumah
Sakit Celaket sebagai tempat praktek (Program Kerjasama STKM-RS Celaket
tanggal 23 Agustus 1969). Tanggal 2 Januari 1974, dengan Surat Keputusan
Menteri pendidikan dan Kebudayaan RI NO. 001/0/1974, Sekolah Tinggi
Kedokteran Malang dijadikan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang,
dengan Rumah Sakit Celaket sebagai tempat praktek.
Pada tanggal 12 Nopember 1979, oleh Gubernur Kepala Daerah Tingkat I
Jawa Timur, Rumah Sakit Celaket diresmikan sebagai Rumah Sakit Umum
Daerah Dr. Saiful Anwar. Keputusan Menteri Kesehatan RI No.
51/Menkes/SK/III/1979 tanggal 22 Februari 1979, menetapkan RSUD Dr. Saiful
anwar sebagai rumah sakit rujukan. Pada tahun 2002 berdasarkan PERDA No.
23 Tahun 2002 RSU Saiful Anwar ditetapkan sebagai unsur penunjang
Pemerintah Provinsi setingkat dengan Badan. Pada bulan April 2007 dengan
Keputusan Menteri kesehatan RI No. 673/MENKES/SK/VI/2007 RSUD Dr. Saiful
Anwar ditetapkan sebagai Rumah Sakit kelas A. Pada tanggal 30 Desember
2008 ditetapkan sebagai Badan Layanan Umum (BLU) dengan keputusan
Gubernur Jawa Timur No. 188/439/KPTS/013/2008. Pada tanggal 20 januari
tahun 2011 RSUD Dr. Saiful Anwar ditetepkan sebagai Rumah Sakit Pendidikan
Utama Akreditasi A melalui sertifikat dari Kementerian kesehatan RI dengan
nomor sertifikat 123/MENKES/SK/I/2011.
Terakhir pada tanggal 16 Maret 2015 RSUD Dr. Saiful Anwar ditetapkan
telah terakreditasi KARS Versi 2012 dengan menerima sertifikat Lulus Tingkat
PARIPURNA yang diberikan oleh KOMISI AKREDITASI RUMAH SAKIT (KARS)
dengan NOMOR: KARS-SERT/95/III/2015 dengan masa berlaku mulai tanggal
23 Maret 2015 s/d 23 Februari 2018.
SEJARAH RSUD dr. SAIFUL ANWAR MALANG
Kota Malang, adalah sebuah kota di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Kota ini
berada di dataran tinggi yang cukup sejuk, terletak 90 km sebelah selatan Kota
Surabaya. Malang merupakan kota terbesar kedua diJawa Timur, dan dikenal
dengan julukan kota pelajar. Dikenal sebagai kota pelajar atau kota pendidikan,
karena memiliki sejumlah perguruan tinggi ternama. Situasi kota yang tenang,
penduduknya ramah, harga makanan yang relatif murah dan fasilitas pendidikan
yang memadai sangat cocok untuk belajar/menempuh pendidikan. Sedikitnya
ada lima universitas negeri yang berdiri di Malang: Universitas Brawijaya,
Universitas Negeri Malang, Universitas Islam Negeri Malang, Politeknik Negeri
Malang, Politeknik Negeri Kesehatan Malang dan puluhan PTS(Perguruan Tinggi
Swasta). Tak sedikit orang yang menyebut Malang sebagai Paris van East Java,
karena kondisi alamnya yang indah, iklimnya yang sejuk dan kotanya yang
bersih, bagaikan kota “Paris”-nya JawaTimur.
Dan tepat di jantung kota Malang, tepatnya di Jalan Jaksa Agung Suprapto No.2
Malang berdirilah RSUD Dr.Saiful Anwar (RSSA) Malang. Sebelum Perang
Dunia ke II, RSUD Dr. Saiful Anwar ( pada waktu itu bernama Rumah Sakit
Celaket), merupakan rumah sakit militer KNIL, yang pada pendudukan Jepang
diambil alih oleh Jepang dan tetap digunakan sebagai rumah sakit militer. Pada
saat perang kemerdekaan RI, Rumah Sakit Celaket dipakai sebagai rumah sakit
tentara, sementara untuk umum, digunakan Rumah Sakit Sukun yang ada
dibawah Kotapraja Malang pada saat itu. Tahun 1947 (saat clash II), karena
keadaan bangunan yang lebih baik dan lebih muda, serta untuk kepentingan
strategi militer, Rumah Sakit Sukun diambil alih oleh tentara pendudukan dan
dijadikan rumah sakit militer, sedangkan Rumah Sakit Celaket dijadikan rumah
sakit umum.
Pada tanggal 14 September 1963, Yayasan Perguruan Tinggi Jawa Timur / IDI
membuka Sekolah Tinggi Kedokteran Malang dan memakai Rumah Sakit
Celaket sebagai tempat praktek (Program Kerjasama STKM-RS Celaket tanggal
23 Agustus 1969). Tanggal 2 Januari 1974,dengan Surat Keputusan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 001/0/1974, Sekolah Tinggi Kedokteran
Malang dijadikan Fakultas Kedokteran Universitas Brawiyaja Malang, dengan
Rumah Sakit Celaket sebagai tempat praktek.
Pada tanggal 12 Nopember 1979, oleh Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa
Timur, Rumah Sakit Celaket diresmikan sebagai Rumah Sakit Umum Daerah Dr.
Saiful Anwar. Keputusan Menteri Kesehatan RI. No.51/Menkes/SK/ll/1979
tanggal 22 Pebruari 1979, menetapkan RSUD Dr.Saiful Anwar sebagai rumah
sakit rujukan. Dan pada bulan April 2007 dengan Keputusan Menteri Kesehatan
RI No.673/MENKES/SK/VI/2007 RSUD.Dr.Saiful Anwar ditetapkan sebagai
rumah sakit kelas A. Pada tanggal 30 Desember 2008 ditetapkan sebagai Badan
Layanan Umum dengan keputusan Gubernur Provinsi Jawa Timur
No.l88/439/KPTS/013/2008.
Berdasar Perda Jawa Timur No.11 tahun 2008 tanggal 21 Agustus 2008 tentang
Organisasi dan tata kerja rumah sakit Provinsi Jawa Timur status kelembagaan
RSUD Dr.Saiful Anwar ditetapkan sebagai lembaga teknis daerah setingkat
badan dengan struktur organisasi struktural terdiri dari Direktur, 4 Wakil Direktur,
7 Bidang dengan 14 Seksi dan 3 Bagian dengan 9 Sub Bagian. Sedangkan
organisasi non struktural terdiri dari 24 organisasi Staf Medis Fungsional dan 24
Instalasi. Disamping itu terdapat beberapa Komite yang membantu tugas-tugas
Direktur RSUD Dr. Saiful Anwar adalah Rumah Sakit kelas A berdasarkan Surat
Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 673/Menkes/SK/VI/2007 pada bulan April
2007. Saal ini selain sebagai wahana pendidikan kepaniteraan klinik madya
Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya, juga Program Pendidikan Dokter
Spesialis (PPDS I) Bedah, IPD, OBG, IKA, Paru, Jantung, Mata,THT, Patologi
Klinik, Emergency Medicine, Kulit Kelamin, Neurologi, Radiologi. Selain itu
berbagai institusi pendidikan baik pemerintah maupun swasta bekerja sama
dengan RSUD Dr.Saiful Anwar antara lain : Akademi Keperawatan, D3/D4, Gizi,
Akademi Kebidanan, Pendidikan Profesi Farmasi dan berbagai institusi
pendidikan lainnya.
Tanggal 20 Januari 2011 RSUD Dr. Saiful Anwar telah ditetapkan sebagai
Rumah Sakit Pendidikan Utama Akreditasi A dari Kementrian Kesehatan RI
dengan Nomor Sertifikat 123/MENKES/SK/I/2011. Dalam rangka mendukung
upaya keterlaksanaan Visi Kementrian Kesehatan, yaitu masyarakat sehat yang
mandiri dan berkeadilan serta Misi Pemerintah Provinsi Jawa Timur yang akan
Mewujudkan Makmur bersama Wong Cilik melalui APBD untuk Rakyat, maka
rencana strategis RSSA berjalan dengan landasan Visi: Menjadi Rumah Sakit
Kelas Dunia Pilihan Masyarakat. Untuk mencapai Rumah Sakit kelas dunia
pilihan masyarakat, ditempuh melalui Misi sebagai berikut:
1. Menciptakan tata kelola rumah sakit yang baik melalui penataan dan
perbaikan manajemen yang berkualitas dunia, profesional serta
akuntabel.
2. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan rumah sakit yang dapat
memenuhi kebutuhan dan keinginan masyarakat melalui pengembangan
sistem pelayanan yang terintegrasi dan komprehensif.
3. Menyelenggarakan pendidikan dan penelitian kesehatan melalui
pengembangan mutu pendidikan dan penelitian berkualitas internasional.
4. Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia melalui pemenuhan tenaga
yang terlatih dan terdidik secara professional.
KA. INSTALASI
ANESTESIOLOGI DAN RAWAT INTENSIF
dr. WIWI JAYA, Sp.An., KIC
KPP. INSTALASI
ANESTESIOLOGI DAN RAWAT
INTENSIF
Dyah Utaminingtyas,Amd.Kep
KAUR
R. ICU (ICU/PICU/NICU)
Sudarminto, Amd. Kep
KOORDINATOR KOORDINATOR
ICU PICU/NICU
a. Definisi/ Pengertian
Tanda tanda lain terjadi pada pasien dengan kondisi lain seperti
kanker, atau pada mereka yang menjalani pengobatan dengan
imunosupresan ,yang menurunkan daya tahan terhadap infeksi dan terhadap
organisme yang sebelumnya tidak dianggap patogen serius. Pasien
demikian menunjukkan demam, krekles, dan temuan fisik yang menandakan
area solid (konsolidasi )pada lobus lobus paru, termasuk peningkatan
fremitus taktil,perkusi pekak, bunyi nafas brokovesikular atau bronkial
,egofoni ( bunyi mengembik yang terauskultasi), dan bisikan pektoriloguy (
bunyi bisikan yang truskultasi melalui dinding dada).Perubahan ini terjadi
karena bunyi ditransmisikan lebih baik melalui jaringan padat atau tebal
(konsolidasi) ketimbang melalui jaringan normal.
Pada pasien lansia atau mereka dengan PPOM, gejala gejala dapat
berkembang secar trsembunyi . Sputum purulen mungkin menjadi satu
satunya tanda pneumonia pada pasien ini. Sangat sulit untuk mendeteksi
perubahan yang halus pada kondisi mereka karena mereka telah mengalami
gangguan fungsi paru yang serius.
c. Etiologi
Virus Synsitical respiratorik
Virus Influensa
Adenovirus
Rhinovirus
Rubeola
Varisella
Micoplasm (pada anak yang relatif besar )
Pneumococcus
Streptococcus
Staphilococcus
e. Patofisiologi
f. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Radiologis :
Pola radiologis dapat berupa pneumonia alveolar dengan
gambaranair bronchogram (airspace disease) misalnya oleh
sreptococcus pneumoniae,bronchopneumonia ( segmental disease)
oleh antara lain staphilococcus , virus atau mikoplasma.Distribusi infiltrat
pada segmen apikal lobus bawah atau inferior lobus atas sugestif untuk
kuman aspirasi . Tetapi pada pasien yang tidak sadar lokasi ini bisa
dimana saja. Infiltrat di lobus atas sering ditimbulkan
klebsiella,tuberkulosis atau amiloidosis. Pada lobus bawah dapat terjadi
infiltrat akibat stapylococcus atau bakteriemia.
Pemeriksaan Laboratorium :
Leukositosis umumnya menandai adanya infeksi bakteri, leukosit
normal / rendah dapat disebabkan oleh infeksi virus /mikoplasma atau
pada infeksi yang berat sehingg tidak terjadi respon s leukosit ,orang tua
atau lemah . Leukopenia menunjukkan depresi imunitas,misalnya
neutropenia pada infeksi kuman garam negatifatau S. Aureus pada
pasen dengan keganasan dan gagguan kekebalan . Faal hati mungkin
tergangu.
Pemeriksaan bakteriologos
Bahan berasal dari sputum , darah, aspirasi nasotracheal/
transtracheal, aspirasijarum transtorakal,torakosentesis,bronkoskopi
atau biopsi. Untuk tujuan terapi empiris dilakukan pemeriksaan apus
gram ,burrigin, quellung test dan z. Neilsen.
Pemeriksaan khusus
Titer antibodi terhadap virus ,legionela, dan mikoplasma.Nilai
diagnostik bila titer tinggi atau ada kenaikan titen 4 kali. Aanalisis gas
darah dilakukan untuk menilai tingkat hipoksia dan kebutuhan oksigen.
g. Penatalaksanaan
Pengobatan pneumonia termasuk pemberian antibiotik yang sesuai
seperti yang ditetapkan oleh hasil pewarnaan gram. Penisilin G merupakan
antibiotik pilihan untuk infeksi oleh S.pneumoniae. Medikasi efektif lainnya
termasuk eritromisin, klindamisin, sefalosporin, generasi kedua dan ketiga,
pinisillin lainnya, dan trimetiprim-sufametoksazol( baktrim).
Pneumonia mikoplasma memberikan respon terhadap eritromisin,
tetrasiklin, dan derivattetrasiklin (doksisiklin). Pneumonia atipikal lainnya
mempunyai penyebab virus, dan dan kebanyakan tidak memberikan
responterhadap antimikrobial. Pneumocystis carinii memberikan respon
terhadap pentamidin dan trimetripim-sulfametoksazol (baktrim, TMP-SMZ).
Inhalasi lembab , hangat sagat membantu dalam menghilangkan iritasi
bronkial. Asuhan keperawatan dan pengbatan ( dengan pengecualian
terapi antimikrobial ) sama dengan yang diberikan untuk pasien yang
mengalami pneumonia akibat bakteri. Jika terjadi hipoksemia, pasien
diberikan oksigen. Analisis gas darah arteri dilakukan untuk menentukan
kebutuhan akan oksigen dan untuk mengevaluasi keefektifan terapi oksigen.
Oksigen dengan konsentrasi tinggi merupakan kontraindikasi pada pasien
dengan PPOM karena oksigen ini dapat memperburuk ventilasi alveolar
dengan menggantikan dorongan ventilasi yang masih tersisa dan mengarah
pada dekompensasi. Tindakan dukungan pernafasan seperti intubasi
endotrakeal, inspirasi oksigen konsentrasi tinggi, ventilasi mekanis, dan
tekanan ekspirasi akhir positif (PEEP) mungkin diperlukan untuk beberapa
pasien tersebut.
h. Konsep Asuhan Keperawatan
a) Pengkajian
Aktivitas/ istirahat
Gejala : Kelemahan, kelelahan, insomnia.
Tanda : Letargi, penurunan toleransi terhadap aktifitas.
Sirkulasi
Gejala : Riwayat adanya / GJK kronis.
Tanda : takikardi,penampilan kemerahan atau pucat.
Integritas ego
Gejala : Banyaknya stresor, masalah finansial.
Makanan atau cairan
Gejala : Kehilangan nafsu makan , mual, muntah,, riwayat diabetes
melitus.
Tanda : Distensi abdomen,hiperaktif bunyi usus, kulit kering dan
turgor buruk, penampilan kakeksia ( malnutrisi ).
Neurosensori
Gejala : Sakit kepala daerah frontal ( influensa )
Tanda : Perubahan mental ( bingung , somnolen )
Nyeri
Gejala : Sakit kepala, nyeri dada, ( pleuritik) , meningkat oleh
batuk,nyeri dada substernal (influensa), mialgia,atralgia.
Tanda : Melindungi area yang sakit ( pasien umumnya tidur pada
sisi yang sakit untuk membatasi gerakan ).
Pernafasan
Gejala : Riwayat adanya ISK kronis ,PPOM, merokok
sigaret,takipnea, dispnea, progresif, pernafasan dangkal,
penggunaan otot aksesori,pelebaran nasal.
Tanda : Sputum ;merah muda, berkarat,atau purulen,perkusi :pekak
diatas area yang konsolidasi. Fremitus : taktil dan vokal bertahap
meningkat dengan konsolidasi , gesekan friksi pleura, bunyi nafas ;
menurun atau tak ada diaas area yang terlibat,atau nafas
bronkial,warna; pucat atau sianosis bibir/ kuku.
Imunitas
b) Diagnosa Keperawatan
1. Ketidak efektifan bersihan jalan nafas b/d peningkatan produksi
sekret.
2. Gangguan pertukaran gas b/d sekresi tertahan,proses penyakit,
pengsetan ventilator yang tidak tepat.
3. Ketidak efektifan pola nafas b/d kelelahan ,pengesetan ventilator
yang tidak tepat, peningkatan sekresi,obstruksi ETT.
4. Intoleransi aktifitas b/d kerusakan pertukaran gas sekunder
terhadap pneumonia.
5. Nyeri akut b/d inflamasi parenkim paru.
6. Nutrisi kurang dari kebutuhan b/d peningkatan kebutuhan
metabolik sekunder terhadap demam dan proses infeksi.
7. Resiko kekurangan volume cairan b/d kehilangan cairan
berlebihan ( demam, berkeringat banyak,(nafas
cepat/hiperventilasi , muntah).
c) Intervensi
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d peningkatan produksi sputum.
Kriteria hasil :
Intervensi :
Kriteria hasil :
Intervensi :
Kriteria Hasil :
o Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan
tekanan darah, nadi dan RR
o Mampu melakukan aktivitas sehari – hari ( ADL) secara mandiri
Intervensi :
1. Evaluasi respon pasien terhadap aktivitas. Catat dan laporan
dispnea peningkatan kelemahan atau kelelahan
R/ menetapkan kemampuan atau kebutuhan pasien dan
memudahkan pilihan intervensi
2. Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung selama
fase akut sesuai indikasi. Dorong penggunaan manajemen
stres dan pengalih yang tepat.
R/ enurunkan stres dan rangsangan berlebih, meningkatkan
istirahat.
3. Bantu pasien memilih posisi nyaman untuk istirahat dan atau
tidur
R/ pasien mungkin nyaman dengan kepala tinggi, tidur di kursi
atau menunduk kedepan meja atau bantal.
4. Bantu aktivitas perawatan diri yang diperlukan, Berikan
kemajuan peningkatan aktivitas selama fase penyembuhan
R/ meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan
suplai dan kebutuhan oksigen.
d) Implementasi
Implementasi dilaksanakan sesuai dengan rencana keperawatan
oleh perawat terhadap pasien
e) Evaluasi
Evaluasi dilaksanakan berdasarkan tujuan dan outcome.