Anda di halaman 1dari 26

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA Tn. A.W DENGAN PNEUMONIA


YANG TERPASANG VENTILASI MEKANIK DI RUANG ICU
RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG

Diajukan Guna Memenuhi Tugas Akhir Pelatihan Perawat ICU Dasar

Oleh : KELOMPOK 5
ERWIN SARWONO EDI, A.Md.Kep
MARTINO BACHTIARSYAH, A.Md.Kep
NOVI INDRIANI, A.Md.Kep
RINI SUKESI, S.Kep.Ners

PELATIHAN PERAWAT ICU DASAR


INSTALASI ANESTESIOLOGI DAN RAWAT INTENSIF
RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG
2018
LEMBAR PERSETUJUAN

Karya Tulis Oleh :

NIK /NIP :

Instansi :

Judul :

Karya tulis sebagai salah satu persyaratan dalam Pelatihan Dasar ICU Perawat,
telah disetujui oleh :

Fasilitator I Fasilitator II

(Yulius Panca S, Amd.Kep,S,Psi) (Tiya Wida Respati, S.Kep.Ners)


NIP. 19760507 200701 1 009 NIP. .

Koordinator Pelatihan ICU Dasar Perawat


2018

Yulius Panca Seputra, AMd.Kep, S.Psi


NIP. 19760507 200701 1 009
LEMBAR PENGESAHAN

Nama :

Instansi :

Judul :

Kepala Pelaksana Perawatan


Instalasi Anestesiologi dan
Terapi Intensif Kepala Urusan Ruang ICU

Dyah Utaminingtyas, AMd.Kep Sudarminto,AMd.Kep


NIP. 19650723 198903 2.008 NIP. 19690809 199703 1.004

Mengetahui,
Kepala bidang pelatihan
RSUD dr. Saiful Anwar Malang

Sri Purwati, SKM, Msi


NIP. 19660802 199003 2 001
LEMBAR PERSEMBAHAN
KATA PENGANTAR
PROFIL RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG

Sebelum perang dunia ke II, RSUD Dr. Saiful Anwar (pada waktu itu
bernama Rumah Sakit Celaket), merupakan rumah sakit militer KNIL, yang pada
pendudukan Jepang diambil alih oleh Jepang dan tetap digunakan sebagai
rumah sakit militer. Pada saat perang kemerdekaan RI, Rumah Sakit Celaket
dipakai sebagai rumah sakit tentara, sementara untuk umum digunakan Rumah
Sakit Sukun yang ada dibawah Kotapraja Malang pada saat itu. Tahun 1947
(saat perang dunia ke II), karena keadaan bangunan yang lebih baik dan lebih
muda, serta untuk kepentingan strategi militer, rumah sakit Sukun diambil alih
oleh tentara pendudukan dan dijadikan rumah sakit militer, sedangkan Rumah
Sakit Celaket dijadikan rumah sakit umum.
Pada tanggal 14 September 1963, Yayasan Perguruan Tinggi Jawa
Timur/IDI membuka Sekolah Tinggi Kedokteran Malang dan memakai Rumah
Sakit Celaket sebagai tempat praktek (Program Kerjasama STKM-RS Celaket
tanggal 23 Agustus 1969). Tanggal 2 Januari 1974, dengan Surat Keputusan
Menteri pendidikan dan Kebudayaan RI NO. 001/0/1974, Sekolah Tinggi
Kedokteran Malang dijadikan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang,
dengan Rumah Sakit Celaket sebagai tempat praktek.
Pada tanggal 12 Nopember 1979, oleh Gubernur Kepala Daerah Tingkat I
Jawa Timur, Rumah Sakit Celaket diresmikan sebagai Rumah Sakit Umum
Daerah Dr. Saiful Anwar. Keputusan Menteri Kesehatan RI No.
51/Menkes/SK/III/1979 tanggal 22 Februari 1979, menetapkan RSUD Dr. Saiful
anwar sebagai rumah sakit rujukan. Pada tahun 2002 berdasarkan PERDA No.
23 Tahun 2002 RSU Saiful Anwar ditetapkan sebagai unsur penunjang
Pemerintah Provinsi setingkat dengan Badan. Pada bulan April 2007 dengan
Keputusan Menteri kesehatan RI No. 673/MENKES/SK/VI/2007 RSUD Dr. Saiful
Anwar ditetapkan sebagai Rumah Sakit kelas A. Pada tanggal 30 Desember
2008 ditetapkan sebagai Badan Layanan Umum (BLU) dengan keputusan
Gubernur Jawa Timur No. 188/439/KPTS/013/2008. Pada tanggal 20 januari
tahun 2011 RSUD Dr. Saiful Anwar ditetepkan sebagai Rumah Sakit Pendidikan
Utama Akreditasi A melalui sertifikat dari Kementerian kesehatan RI dengan
nomor sertifikat 123/MENKES/SK/I/2011.
Terakhir pada tanggal 16 Maret 2015 RSUD Dr. Saiful Anwar ditetapkan
telah terakreditasi KARS Versi 2012 dengan menerima sertifikat Lulus Tingkat
PARIPURNA yang diberikan oleh KOMISI AKREDITASI RUMAH SAKIT (KARS)
dengan NOMOR: KARS-SERT/95/III/2015 dengan masa berlaku mulai tanggal
23 Maret 2015 s/d 23 Februari 2018.
SEJARAH RSUD dr. SAIFUL ANWAR MALANG

Kota Malang, adalah sebuah kota di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Kota ini
berada di dataran tinggi yang cukup sejuk, terletak 90 km sebelah selatan Kota
Surabaya. Malang merupakan kota terbesar kedua diJawa Timur, dan dikenal
dengan julukan kota pelajar. Dikenal sebagai kota pelajar atau kota pendidikan,
karena memiliki sejumlah perguruan tinggi ternama. Situasi kota yang tenang,
penduduknya ramah, harga makanan yang relatif murah dan fasilitas pendidikan
yang memadai sangat cocok untuk belajar/menempuh pendidikan. Sedikitnya
ada lima universitas negeri yang berdiri di Malang: Universitas Brawijaya,
Universitas Negeri Malang, Universitas Islam Negeri Malang, Politeknik Negeri
Malang, Politeknik Negeri Kesehatan Malang dan puluhan PTS(Perguruan Tinggi
Swasta). Tak sedikit orang yang menyebut Malang sebagai Paris van East Java,
karena kondisi alamnya yang indah, iklimnya yang sejuk dan kotanya yang
bersih, bagaikan kota “Paris”-nya JawaTimur.

Dan tepat di jantung kota Malang, tepatnya di Jalan Jaksa Agung Suprapto No.2
Malang berdirilah RSUD Dr.Saiful Anwar (RSSA) Malang. Sebelum Perang
Dunia ke II, RSUD Dr. Saiful Anwar ( pada waktu itu bernama Rumah Sakit
Celaket), merupakan rumah sakit militer KNIL, yang pada pendudukan Jepang
diambil alih oleh Jepang dan tetap digunakan sebagai rumah sakit militer. Pada
saat perang kemerdekaan RI, Rumah Sakit Celaket dipakai sebagai rumah sakit
tentara, sementara untuk umum, digunakan Rumah Sakit Sukun yang ada
dibawah Kotapraja Malang pada saat itu. Tahun 1947 (saat clash II), karena
keadaan bangunan yang lebih baik dan lebih muda, serta untuk kepentingan
strategi militer, Rumah Sakit Sukun diambil alih oleh tentara pendudukan dan
dijadikan rumah sakit militer, sedangkan Rumah Sakit Celaket dijadikan rumah
sakit umum.

Pada tanggal 14 September 1963, Yayasan Perguruan Tinggi Jawa Timur / IDI
membuka Sekolah Tinggi Kedokteran Malang dan memakai Rumah Sakit
Celaket sebagai tempat praktek (Program Kerjasama STKM-RS Celaket tanggal
23 Agustus 1969). Tanggal 2 Januari 1974,dengan Surat Keputusan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 001/0/1974, Sekolah Tinggi Kedokteran
Malang dijadikan Fakultas Kedokteran Universitas Brawiyaja Malang, dengan
Rumah Sakit Celaket sebagai tempat praktek.

Pada tanggal 12 Nopember 1979, oleh Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa
Timur, Rumah Sakit Celaket diresmikan sebagai Rumah Sakit Umum Daerah Dr.
Saiful Anwar. Keputusan Menteri Kesehatan RI. No.51/Menkes/SK/ll/1979
tanggal 22 Pebruari 1979, menetapkan RSUD Dr.Saiful Anwar sebagai rumah
sakit rujukan. Dan pada bulan April 2007 dengan Keputusan Menteri Kesehatan
RI No.673/MENKES/SK/VI/2007 RSUD.Dr.Saiful Anwar ditetapkan sebagai
rumah sakit kelas A. Pada tanggal 30 Desember 2008 ditetapkan sebagai Badan
Layanan Umum dengan keputusan Gubernur Provinsi Jawa Timur
No.l88/439/KPTS/013/2008.
Berdasar Perda Jawa Timur No.11 tahun 2008 tanggal 21 Agustus 2008 tentang
Organisasi dan tata kerja rumah sakit Provinsi Jawa Timur status kelembagaan
RSUD Dr.Saiful Anwar ditetapkan sebagai lembaga teknis daerah setingkat
badan dengan struktur organisasi struktural terdiri dari Direktur, 4 Wakil Direktur,
7 Bidang dengan 14 Seksi dan 3 Bagian dengan 9 Sub Bagian. Sedangkan
organisasi non struktural terdiri dari 24 organisasi Staf Medis Fungsional dan 24
Instalasi. Disamping itu terdapat beberapa Komite yang membantu tugas-tugas
Direktur RSUD Dr. Saiful Anwar adalah Rumah Sakit kelas A berdasarkan Surat
Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 673/Menkes/SK/VI/2007 pada bulan April
2007. Saal ini selain sebagai wahana pendidikan kepaniteraan klinik madya
Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya, juga Program Pendidikan Dokter
Spesialis (PPDS I) Bedah, IPD, OBG, IKA, Paru, Jantung, Mata,THT, Patologi
Klinik, Emergency Medicine, Kulit Kelamin, Neurologi, Radiologi. Selain itu
berbagai institusi pendidikan baik pemerintah maupun swasta bekerja sama
dengan RSUD Dr.Saiful Anwar antara lain : Akademi Keperawatan, D3/D4, Gizi,
Akademi Kebidanan, Pendidikan Profesi Farmasi dan berbagai institusi
pendidikan lainnya.

Tanggal 20 Januari 2011 RSUD Dr. Saiful Anwar telah ditetapkan sebagai
Rumah Sakit Pendidikan Utama Akreditasi A dari Kementrian Kesehatan RI
dengan Nomor Sertifikat 123/MENKES/SK/I/2011. Dalam rangka mendukung
upaya keterlaksanaan Visi Kementrian Kesehatan, yaitu masyarakat sehat yang
mandiri dan berkeadilan serta Misi Pemerintah Provinsi Jawa Timur yang akan
Mewujudkan Makmur bersama Wong Cilik melalui APBD untuk Rakyat, maka
rencana strategis RSSA berjalan dengan landasan Visi: Menjadi Rumah Sakit
Kelas Dunia Pilihan Masyarakat. Untuk mencapai Rumah Sakit kelas dunia
pilihan masyarakat, ditempuh melalui Misi sebagai berikut:

1. Menciptakan tata kelola rumah sakit yang baik melalui penataan dan
perbaikan manajemen yang berkualitas dunia, profesional serta
akuntabel.
2. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan rumah sakit yang dapat
memenuhi kebutuhan dan keinginan masyarakat melalui pengembangan
sistem pelayanan yang terintegrasi dan komprehensif.
3. Menyelenggarakan pendidikan dan penelitian kesehatan melalui
pengembangan mutu pendidikan dan penelitian berkualitas internasional.
4. Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia melalui pemenuhan tenaga
yang terlatih dan terdidik secara professional.

Guna mewujudkan visi dan misinya, RSSA selalu memfokuskan kegiatannya


untuk menghasilkan nilai-nilai bagi penerima pelayanan, dan senantiasa
melakukan improvementterhadap sistem dan proses dalam memberikan
pelayanan. Dengan demikian, untuk memenuhi tuntutan tersebut, RSSA
menanamkan dan menjujung tinggi nilai-nilai dasar yang disingkat sebagai
RSSA, yaitu:Respect, Safety, Sinergy, dan Accountable.

RSSA telah mengembangkan pelayanan 26 spesialistik dengan sub-


spesialistiknya yang luas. Tempat pelayanan tersebut berada di Instalasi Rawat
Jalan (IRJ), Instalasi Gawat Darurat (IGD), dan Instalasi Rawat Inap (Irna).
Pelayanan gawat darurat dibuka 24 jam setiap hari dengan dilengkapi berbagai
sarana pelayanan, antara lain 75 tempat tidur periksa ruang triage, kamar untuk
pasien yang dibedakan sesuai dengan kondisi kegawat- daruratan pasien, yakni
Prioritas (Pl, Pil, dan Plll), ruang observasi, 3 kamar operasi, 3 buah ambulance
gawat darurat, radio medik, bank darah PMI, radiologi, dan depo farmasi.
Pelayanan IGD diselenggarakan oleh spesialis kedokteran emergensi (EM) vang
bertugas on site di IGD selama 24 jam, spesialis lain yang bertugas on call,
dokter peserta PPDS (program pendidikan dokter spesialis), Dokter Brigade
Siaga Bencana (BSB), dan 60 perawat. Layanan Instalasi Rawat Jalan (IRJ)
dilakukan di poliklinik pada hari kerja, yakni 5 hari dalam seminggu. Pada hari
senin sampai dengan hari kamis mulai jam 08.00-15.00 dan pada hari jumat
mulai jam 08.00-14.30, sedangkan loket pendaftaran sudah dibuka sejak jam
07.00 pagi hari. Pada awalnya terdapat 16 poliklinik rawat jalan yang selanjutnya
dengan berkembangnya berbagai disiplin ilmu yang membagi dalam divisi atau
seksi, saat ini terdapat layanan poliklinik konsultan yang melayani 2 hingga 5 kali
seminggu. Di IRJ juga melayani cek kesehatan lengkap (general check up) yang
melayani permintaan dari instansi maupun pribadi. Terima kasih atas
kepercayaan anda kepada RSUD.Dr. Saiful Anwar Malang. Semoga kami bisa
memberikan pelayanan yang terbaik, sesuai dengan motto RSSA yaitu kepuasan
dan keselamatan pasien adalah tujuan kami.
STRUKTUR ORGANISASI INSTALASI ANESTESIOLOGI DAN
RAWAT INTENSIF RSUD DR.SAIFUL ANWAR MALANG

KA. INSTALASI
ANESTESIOLOGI DAN RAWAT INTENSIF
dr. WIWI JAYA, Sp.An., KIC

KPP. INSTALASI
ANESTESIOLOGI DAN RAWAT
INTENSIF
Dyah Utaminingtyas,Amd.Kep

KAUR
R. ICU (ICU/PICU/NICU)
Sudarminto, Amd. Kep

KOORDINATOR KOORDINATOR

ICU PICU/NICU

SUNARTO AMK Ratna Susilowati,S.Kep.Ns


DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
a. LATAR BELAKANG
b. TUJUAN
BAB II : TINJAUAN TEORI

a. Definisi/ Pengertian

Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru,distal


dari bronkiolus respiratorius, dan alveoli, serta menimbulkan konsolidasi
jaringan pru dan ganguan pertukaran gas setempat. Pneumonia adalah
infeksi akut yang mengenai jaringan paru paru atau alveoli.

Pneumonia adalah radang paru-paru yang dapat disebabkan oleh


bermacam-macam, sperti bakteri, virus, jamur, dan benda-benda asing.

Pneumonia adalah penyakit inflamasi pada paru yang dicirikan


dengan adanya konsolidasi akibat eksudat yang masuk dalam area alveoli
(Axon & Fugate,1993). Mengingat adanya perubahan pathogen yang
menyebabkan pneumonia , maka dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

 Community-acquired pneumonia, dimulai sebagai penyakit pernafasan


umum dan bisa berkembang menjadi pneumoni.
 Pneumonia steptococcal, merupakan organisme penyebab umum .Tipe
pneumonia ini biasanya menimpa kalangan anak anak atau kalangan
orang tua.
 Hospital- Acquire pneumoni, dikenal sebagai pneumoni nosokomial .
Organisme seperti aeruginosapseudomonas , klebsiella , atau aureus
stapilococcus ,merupakan bakteri umum penyebab hospital – acquired
pneumonia.
 Lobar dan brochopneumonia, dikategorikan berdasarkan lokasi anatomi
infeksi. Sekarang pneumoni diklasifikasikan menurut organisme bukan
hanya menurut lokasi anatominya saja. Pneumonia viral , bakterial,
dan fungal dikategorikan berdasarkan pada agen penyebabnya . Kultur
sputum dan sensitivitas dilakukan untuk mengidentifikasi organisme
perusak.
b. Manifestasi Klinik

Pneumonia bakterial (pneumokokus) secara khas diawali dengan


awitan menggigil, demam yang timbul dengan cepat ( 39,5⁰C sampai 40⁰C ),
dan nyeri dada yang terasa ditusuk tusuk yang dicetuskan oleh bernafas da
batuk. Pasien sangat sakit dengan takipnea sangat jelas ( 2 sampi 45 kal per
menit) disertai dengan pernafasan mendengkur, pernafasan cuping hidung,
dan menggunakan otot otot aksesori pernafasan .

Pneumonia atipikal beragam dalam gejalanya, tergantung pada


organisme penyebab. Banyak pasien mengalami infeksi saluran pernafasan
atas (kongesti nasal sakit tenggorok )dan awitan gejala pneumoninya
bertahap. Gejala yang menonjol adalah sakit kepala , demam tingkt rendah,
nyeri pleuritis, mialgia, ruam, dan faringitis. Setelah beberapa
hari,sputummukoid atau atau mukopurulendikeluarkan .Nadi cepat dan
bersambungan ( bounding). Nadi biasanya meningkat sekitar 10 kali
/menitutk setiap kenaikan sati derajad celcius. Bradikardia relatif untuk suatu
demam tingkatan tertentu dapat menandakan infeksi virus , infeksi
mycoplasma, atau atau infeksi dengan spesies Legionella.

Pada banyak kasus pneumonia , pipi berarna kemerahan , warna


mata menjadi lebih terang , dan bibir serta bidang kuku sianotik . pasien
lebih menyukai untuk duduk tegak di tempat tidur dengan condong ke arah
depan, mencoban untuk menapai pertukaran gan yang adekuat tanpa
mencoba untuk batuk atau nafas dalam. Pasien banyak mengeluarkan
keringat. Sputum purulen dan bukan merupakan indikator yang dapat
dipercaya dari etiologi. Sputum berbusa bersemu darah sering dihasilkan
pada pneumonia pneumokokus , stafilokokus, klebsiella sering juga
mempunyai sputum yang kental , sputum H.Infuensa biasanya berwarna
hijau.

Tanda tanda lain terjadi pada pasien dengan kondisi lain seperti
kanker, atau pada mereka yang menjalani pengobatan dengan
imunosupresan ,yang menurunkan daya tahan terhadap infeksi dan terhadap
organisme yang sebelumnya tidak dianggap patogen serius. Pasien
demikian menunjukkan demam, krekles, dan temuan fisik yang menandakan
area solid (konsolidasi )pada lobus lobus paru, termasuk peningkatan
fremitus taktil,perkusi pekak, bunyi nafas brokovesikular atau bronkial
,egofoni ( bunyi mengembik yang terauskultasi), dan bisikan pektoriloguy (
bunyi bisikan yang truskultasi melalui dinding dada).Perubahan ini terjadi
karena bunyi ditransmisikan lebih baik melalui jaringan padat atau tebal
(konsolidasi) ketimbang melalui jaringan normal.

Pada pasien lansia atau mereka dengan PPOM, gejala gejala dapat
berkembang secar trsembunyi . Sputum purulen mungkin menjadi satu
satunya tanda pneumonia pada pasien ini. Sangat sulit untuk mendeteksi
perubahan yang halus pada kondisi mereka karena mereka telah mengalami
gangguan fungsi paru yang serius.

c. Etiologi
 Virus Synsitical respiratorik
 Virus Influensa
 Adenovirus
 Rhinovirus
 Rubeola
 Varisella
 Micoplasm (pada anak yang relatif besar )
 Pneumococcus
 Streptococcus
 Staphilococcus

d. Tanda dan gejala


o Biasanya didahului infeksi saluran pernapasan bagian atas, Suhu dapat
naik secara mendadak ( 38 – 40 ◦ C), dapat disetai kejang ( karena
demam tinggi )
o Batuk, mula – mula kering (non produkstif) sampai produktif
o Nafas : Sesak, pernapasan cepat dangkal
o Penggunaan otot bantu pernapasan, retraksi interkosta, cuping hidung
kadang – kadang terdapat nasal discharge 9 ingus)
o Suara napas : lemah, mendengkur, Rales (ronchi), wheezing
o Frekuensi napas :
 Umur 1- 5 tahun 40x/mnt atau lebih
 Umur 2 bulan – 1 tahun 50x/mnt atau lebih
 Umur < 2 bulan 60x/mnt
o Nadi cepat dan bersambung
o Nyeri dada yang ditusuk – tusuk yang dicetuskan oleh bernapas dan
batuk
o Kadang – kadang muntah dan diare, anoreksia dan perut kembung
o Mulut, hidung dan kuku biasanya cianosis
o Malaise, gelisah, cepat lelah
o Leukositosis
o Thorax photo menunjukkan infiltrat melebar

e. Patofisiologi

Pneumonia bakteri menyerang baik ventilasi maupun difusi. Suatu


reaksi inflamasi yang dilakukan oleh pneumococcus terjadi pada alveoli dan
menghasilkan eksudat yang mengganggu gerakan oksigen serta kabon
dioksida. Sel sel darah putih, kebanyakan neutrofil, juga bermigrasi ke dalam
alveoli dan memenuhi ruang yang biasanya mengandung udara. Area paru
tidak mendapat ventilasi yang cukup karena sekresi, edema mukosa, dan
brochospasme, menyebabkan oklusi parsial brochi atau alveoli dengan
mengakibatkan penurunan tahanan oksigen alveolar. Darah vena yang
melalui paru paru lewat melalui area yang kurang terventilasi dan keluar ke
sisi kiri jantung tanpa mengalami oksigenasi. Pada pokoknya, darah terpirau
dari sisi kanan ke sisi kiri jantung. Campuran darh yang teroksigenasi dan
tidak teroksigenasi ini akhirnya mengakibatkan hipoksemia arterial.

Sindrom Pneumonia Atipikal. Pneumonia yang berkaitan dengan


mikoplasma, fungus, klamidia, demam Q, penyakit Lengionnare.
Pneumocystiscarinii, dan virus termasuk ke dalam sindrom pneumonia
atipikal.

Pneumonia mikoplasma adalah penyebab pneumonia atipikal


primer yang paling umum. Mikoplasma adalah organisme kecil yang
dikelilingi oleh membran berlapis tiga tanpa dinding sel. Organisme ini
tumbuh pada media kultur khusus tetapi berbeda dari virus. Pneumonia
mekoplasma paling sering terjadi pada anak-anak yang sudah besar dan
dewasa muda.
Pneumonia memungkinkan ditularkan oleh droplet pernafasan yang
terinfeksi, melalui kontak dari individu ke individu. Pasien dapat diperiksa
terhadap antibodi mikoplasma.

Inflamasi infiltrat lebih kepada interstisial ketimbang alveolar


.Pneumonia ini menyebat ke seluruh saluran pernafasan ,termasuk
bronchiolus. Secara umum , pneumnia ini mempunyai ciri ciri
bronchopneumonia. Sakit telinga dan miningitis bulous merupakan hal yang
umum terjadi. Pneumonia atipikal dapat menimbulkan masalah masalah baik
dalam ventilasi maupun difusi seperti yang diuraikan dalam pneumonia
bakterial.

f. Pemeriksaan Penunjang

 Pemeriksaan Radiologis :
Pola radiologis dapat berupa pneumonia alveolar dengan
gambaranair bronchogram (airspace disease) misalnya oleh
sreptococcus pneumoniae,bronchopneumonia ( segmental disease)
oleh antara lain staphilococcus , virus atau mikoplasma.Distribusi infiltrat
pada segmen apikal lobus bawah atau inferior lobus atas sugestif untuk
kuman aspirasi . Tetapi pada pasien yang tidak sadar lokasi ini bisa
dimana saja. Infiltrat di lobus atas sering ditimbulkan
klebsiella,tuberkulosis atau amiloidosis. Pada lobus bawah dapat terjadi
infiltrat akibat stapylococcus atau bakteriemia.
 Pemeriksaan Laboratorium :
Leukositosis umumnya menandai adanya infeksi bakteri, leukosit
normal / rendah dapat disebabkan oleh infeksi virus /mikoplasma atau
pada infeksi yang berat sehingg tidak terjadi respon s leukosit ,orang tua
atau lemah . Leukopenia menunjukkan depresi imunitas,misalnya
neutropenia pada infeksi kuman garam negatifatau S. Aureus pada
pasen dengan keganasan dan gagguan kekebalan . Faal hati mungkin
tergangu.
 Pemeriksaan bakteriologos
Bahan berasal dari sputum , darah, aspirasi nasotracheal/
transtracheal, aspirasijarum transtorakal,torakosentesis,bronkoskopi
atau biopsi. Untuk tujuan terapi empiris dilakukan pemeriksaan apus
gram ,burrigin, quellung test dan z. Neilsen.
 Pemeriksaan khusus
Titer antibodi terhadap virus ,legionela, dan mikoplasma.Nilai
diagnostik bila titer tinggi atau ada kenaikan titen 4 kali. Aanalisis gas
darah dilakukan untuk menilai tingkat hipoksia dan kebutuhan oksigen.

g. Penatalaksanaan
Pengobatan pneumonia termasuk pemberian antibiotik yang sesuai
seperti yang ditetapkan oleh hasil pewarnaan gram. Penisilin G merupakan
antibiotik pilihan untuk infeksi oleh S.pneumoniae. Medikasi efektif lainnya
termasuk eritromisin, klindamisin, sefalosporin, generasi kedua dan ketiga,
pinisillin lainnya, dan trimetiprim-sufametoksazol( baktrim).
Pneumonia mikoplasma memberikan respon terhadap eritromisin,
tetrasiklin, dan derivattetrasiklin (doksisiklin). Pneumonia atipikal lainnya
mempunyai penyebab virus, dan dan kebanyakan tidak memberikan
responterhadap antimikrobial. Pneumocystis carinii memberikan respon
terhadap pentamidin dan trimetripim-sulfametoksazol (baktrim, TMP-SMZ).
Inhalasi lembab , hangat sagat membantu dalam menghilangkan iritasi
bronkial. Asuhan keperawatan dan pengbatan ( dengan pengecualian
terapi antimikrobial ) sama dengan yang diberikan untuk pasien yang
mengalami pneumonia akibat bakteri. Jika terjadi hipoksemia, pasien
diberikan oksigen. Analisis gas darah arteri dilakukan untuk menentukan
kebutuhan akan oksigen dan untuk mengevaluasi keefektifan terapi oksigen.
Oksigen dengan konsentrasi tinggi merupakan kontraindikasi pada pasien
dengan PPOM karena oksigen ini dapat memperburuk ventilasi alveolar
dengan menggantikan dorongan ventilasi yang masih tersisa dan mengarah
pada dekompensasi. Tindakan dukungan pernafasan seperti intubasi
endotrakeal, inspirasi oksigen konsentrasi tinggi, ventilasi mekanis, dan
tekanan ekspirasi akhir positif (PEEP) mungkin diperlukan untuk beberapa
pasien tersebut.
h. Konsep Asuhan Keperawatan
a) Pengkajian
 Aktivitas/ istirahat
Gejala : Kelemahan, kelelahan, insomnia.
Tanda : Letargi, penurunan toleransi terhadap aktifitas.
 Sirkulasi
Gejala : Riwayat adanya / GJK kronis.
Tanda : takikardi,penampilan kemerahan atau pucat.
 Integritas ego
Gejala : Banyaknya stresor, masalah finansial.
 Makanan atau cairan
Gejala : Kehilangan nafsu makan , mual, muntah,, riwayat diabetes
melitus.
Tanda : Distensi abdomen,hiperaktif bunyi usus, kulit kering dan
turgor buruk, penampilan kakeksia ( malnutrisi ).
 Neurosensori
Gejala : Sakit kepala daerah frontal ( influensa )
Tanda : Perubahan mental ( bingung , somnolen )
 Nyeri
Gejala : Sakit kepala, nyeri dada, ( pleuritik) , meningkat oleh
batuk,nyeri dada substernal (influensa), mialgia,atralgia.
Tanda : Melindungi area yang sakit ( pasien umumnya tidur pada
sisi yang sakit untuk membatasi gerakan ).
 Pernafasan
Gejala : Riwayat adanya ISK kronis ,PPOM, merokok
sigaret,takipnea, dispnea, progresif, pernafasan dangkal,
penggunaan otot aksesori,pelebaran nasal.
Tanda : Sputum ;merah muda, berkarat,atau purulen,perkusi :pekak
diatas area yang konsolidasi. Fremitus : taktil dan vokal bertahap
meningkat dengan konsolidasi , gesekan friksi pleura, bunyi nafas ;
menurun atau tak ada diaas area yang terlibat,atau nafas
bronkial,warna; pucat atau sianosis bibir/ kuku.
 Imunitas

Gejala : riwayat gangguan sistim imun, mis ;SLE,AIDS, Penggunan


steroid atau kemoterapi,institusionalisasi, ketidakmampuan umum,
demam.

Tanda : Berkeringat, menggigil,berulang, gemetar, kemerahan,


mungkin ada pada kasus rubella, atau varisella.

b) Diagnosa Keperawatan
1. Ketidak efektifan bersihan jalan nafas b/d peningkatan produksi
sekret.
2. Gangguan pertukaran gas b/d sekresi tertahan,proses penyakit,
pengsetan ventilator yang tidak tepat.
3. Ketidak efektifan pola nafas b/d kelelahan ,pengesetan ventilator
yang tidak tepat, peningkatan sekresi,obstruksi ETT.
4. Intoleransi aktifitas b/d kerusakan pertukaran gas sekunder
terhadap pneumonia.
5. Nyeri akut b/d inflamasi parenkim paru.
6. Nutrisi kurang dari kebutuhan b/d peningkatan kebutuhan
metabolik sekunder terhadap demam dan proses infeksi.
7. Resiko kekurangan volume cairan b/d kehilangan cairan
berlebihan ( demam, berkeringat banyak,(nafas
cepat/hiperventilasi , muntah).

c) Intervensi
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d peningkatan produksi sputum.

Tujuan : Pasien dapat memperlihatkan kemampuan meningkatkan


dan mempertahankan keefektifan jalan nafas

Kriteria hasil :

o Bunyi nafas bersih


o Ronchi ( - )
o Trachea tube bebas sumbatan
Intervensi :

1. Auskultasi bunyi nafas tiap 2 – 4jam atau bila diperlukan


R/ mengevaluasi kefektifan bersihan jalan nafas
2. Lakukan penghisapan bila terdengar suara ronchi
a. Jelaskan tujuan penghisapan pada pasien dan keluarga
R/ meningkatkan pengertian sehingga memudahkan
pasien dan keluarga berpartisipasi
b. Berikan oksigenasi 100% sebelum dilakukan penghisapan
R/ memberikan cadangan oksigen untuk menghindari
hipoksia
c. Minimal 4 – 5 x pernafasan, perhatikan tehnik aseptik,
gunakan sarung tangan steril, kateter penghisap steril.
R/ mencegah infeksi nosokomial
d. Masukkan kateter penghisap, lama penghisapan tidak
lebih 10 detik.\
R/ Aspirasi lma dapat menyebabkan hipoksia krn tindakan
penghisapan akan mengeluarkan sekret dan oksigen.
e. Atur tekanan penghisap tidak lebih 100 – 200 mmhg.
R/ tekanan negatif yang berlebihan dapat merusak mukosa
jalan nafas .
f. Lakukan oksigenasi lagi dengan O2 100% sebelum
melakukan penghisapan berikutnya.
R/ memberikan cadangan oksigen dalam paru.
g. Lakukan penghisapan berulang sampai suara nafas
bersih.
R/ Menjamin keefektifan jalan nafas.
h. Pertahankan suhu humidifier tetap hangat.(35 – 37,8 ⁰C).
R/ Membantu mengencerkan sekret.

2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan sekresi tertahan ,


proses penyakit, pengesetan ventilator yang tidak tepat.

Tujuan : Pasien akan memperlihatkan kemampuan perukaran gas


yang kembali normal.
Kriteria hasil :

o Hasil Analisa gas darah normal : PH ( 7,35 – 7,45 ), PO2 (80 –


100 mmhg), PCO2 (35 -45 mmhg ) dan BE ( -2 - +2 ).
o Tidak cyanosis

Intervensi :

1. Cek analisa gas darah 10 – 30 menit setelah perubahan


setting ventilator.
R/ Evaluasi keefektifan setting ventilator yang diberikan.
2. Monitor hasil analisa gas darah atau oksimetri selama periode
penyapihan
R/ Evaluasi kemampuan bernafas pasien.
3. Pertahankan jalan nafas dari sekresi
R/ Sekesi menghambat kelancaran jalan nafas.
4. Monitor tanda dan gejala hipoksia
R/ Deteksi dini adanya kelainan.
5. Kaji frekwansi, kedalaman, dan kemudahan bernafas
R/ Manifestasi distres pernafasan tergantung pada / indikasi
derajatketerlibatan paru dan status kesehatan umum.

3. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan kelelahan


,pengesetan ventilator yang tidak tepat, peningkatan sekret,
obstruksi ETT.

Tujuan : Pasien akan mempertahankan pola nafas yang efektif.

Kriteria hasil :

o Nafas sesuai dengan irama ventilator.


o Volume nafas adekuat.
o Alarm tidak berbunyi.

Intervensi :

1. Lakukan pemeriksaan ventilator tiap 1 – 2 jam


R/ Deteksi dini adanya kelainan atau gangguan fungsi
ventilator.
2. Evaluasi semua alarm tentukan penyebabnya.
R/ Bunyi alarn menunjukkan adanya gangguan fungsi
ventilator.
3. Pertahankan alat resusitasi (bag & mask ) pada posisi tempat
tidur sepanjang waktu.
R/ Mempermudah melakukan pertolongan bila sewaktu waktu
ada gangguan fungsi ventilator.
4. Monitor tubing ventilator dari terlepas, terlipat, bocor atau
tersumbat.
R/ Mencegah berkurangnya aliran udara nafas
5. Evaluasi tekanan atau kebocoran balon cuff.
R/ Mencegah berkurangnya aliran udara nafas
6. Masukkan penahan gigi ( pada pemasangan ETT) lewat oral.
R/ Mencegah tergigitnya slang ETT.
7. Amankan slang ETT dengan fiksasi yang baik.
R/ Menceah tercabutnyaatau terlepasnya slang ETT.
8. Monitor suara nafas dan pergerakan dada secara teratur.
R/ Evaluasi keefektifan pola nafas.

4. Intoleransi aktifitas b/d kerusakan pertukaran gas sekunder


terhadap pneumonia.

Tujuan : Pasien menunjukkan peningkatan toleransi terhadap


aktivitas yang dapat diukur dengan tidak adanya dyspneu dan tanda
– tanda vital dalam rentang normal

Kriteria Hasil :
o Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan
tekanan darah, nadi dan RR
o Mampu melakukan aktivitas sehari – hari ( ADL) secara mandiri

Intervensi :
1. Evaluasi respon pasien terhadap aktivitas. Catat dan laporan
dispnea peningkatan kelemahan atau kelelahan
R/ menetapkan kemampuan atau kebutuhan pasien dan
memudahkan pilihan intervensi
2. Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung selama
fase akut sesuai indikasi. Dorong penggunaan manajemen
stres dan pengalih yang tepat.
R/ enurunkan stres dan rangsangan berlebih, meningkatkan
istirahat.
3. Bantu pasien memilih posisi nyaman untuk istirahat dan atau
tidur
R/ pasien mungkin nyaman dengan kepala tinggi, tidur di kursi
atau menunduk kedepan meja atau bantal.
4. Bantu aktivitas perawatan diri yang diperlukan, Berikan
kemajuan peningkatan aktivitas selama fase penyembuhan
R/ meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan
suplai dan kebutuhan oksigen.
d) Implementasi
Implementasi dilaksanakan sesuai dengan rencana keperawatan
oleh perawat terhadap pasien
e) Evaluasi
Evaluasi dilaksanakan berdasarkan tujuan dan outcome.

Anda mungkin juga menyukai