e-ISSN 2615-6571
Jurnal
Kesehatan
Saelmakers
PERDANA
Volume.3, No.1
Februari,2020
Alamat redaksi:
UNIVERSITAS KATOLIK FAKULTAS ILMU KESEHATAN
MUSI CHARITAS
(Prodi. Ilmu Keperawatan dan Ners)
jln. Kol. H. Burlian lrg. Suka Senang No
Veritas Et Scientia Nobis Lumen 204 Km 7 Palembang 30152 Telp.
(0711)412806 Sumatera Selatan-indonesia
Terbit dua kali dalam setahun pada bulan Februari dan bulan Agustus Jurnal ini
berisikan tulisan ilmiah yang dihasilkan melalui penelitian bidang kesehatan
Jurnal Manajer
Ns. Srimiyati, S.Kep., M.Kep
Editor in chief
Ns. Lilik Pranata, S.Kep.,M.Kes
Language Editor
Ns. Bangun Dwi Hardika, S.Kep., M.K.M
Editorial Board
1 Ns. Dheni Koerniawan, M.Kep
2 Ns. Aprida Manurung, M.Kep
3 Ns. Sri Indaryati, S.Kep.M.Kep
4 Ns. Maria Tarisia Rini, M.Kep.
5 Ns. Ketut Suryani, M.Kep.
6 Ns. Novita Anggraini, S.Kep., M.Kes.
7 Ns. Novita Elisabeth Daeli, M.Kep.
8 Anjelina Puspita Sari, M.Keb.
9 Theresia anita, SST., M.Tr.Keb
10 Maria NurAeni, S.KM., M.Kes
11 Masayu Azizah, S.Apt., M.Kes
12 Willy Astriana, Amd.Keb., SKM., M.Kes
13 Ns. M.K. Fitriani Fruitasari, S.Kep., M.Kep.
14 Ns. Aniska Indah Fari, M.kep
15 Ns. Amalia,S.Kep., M.Kes.,M.Kep
16 Ns. Miming Oxyandi, S.Kep.,M.Kes., M.Kep
17 Ns. Veronica Anggreni Damanik, S.Kep., M.Kes
18 Ns. Evi Royani, S.Kep., M.Kes
19 Ns. Asih Fatriansari, S.Kep., M.Kep
ii
UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapakan terima kasih, kami haturkan kepada Mitra Bestari telah berkenan
menyempatkan waktu dan kemampuannya dalam bidang penelitian untuk
mereview artikel penelitian di Jurnal Kesehatan Saelmaker Perdana (JKSP). Kami
haturkan terima kasih Kepada yang terhormat :
Alamat redaksi :
Prodi. Ilmu Keperawatan dan Ners Lantai 3 Gedung Theresia, Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Katolik Musi Charitas. Jln. Kol. H. Burlian lrg. Suka Senang No 204 Km 7
Palembang 30152 Telp. (0711) 412806 Sumatera Selatan-
Indonesia,email:jksp@ukmc.ac.id (http://ojs.ukmc.ac.id/index.php/JOH)
iii
e-ISSN: 2615 - 6571
http://ojs.ukmc.ac.id/index.php/JOH
DAFTAR ISI
5. Pengetahuan Dan Sikap Ibu Yang Mempunyai Anak Balita Tentang Penyakit
Campak.
Reni Rohaniah, Nenden Nur Asriyani Maryam, Sukmawati (Fakultas
Keperawatan Universitas Padjadaran). Halaman 37-41
DOI : 10.32524/jksp.v3i1.640
iv
6. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kelengkapan Pemeriksaan Ibu
Hamil (Antenatal Care) Di Puskesmas Kota Ende. (Analisis Rekam Medis)
Fransiska Dominika Riberu, Adeline Lebuan (Stik Sint Carolus). Halaman
42-48
DOI : 10.32524/jksp.v3i1.641
12. Status Perkembangan Dan Identitas Diri Remaja Di SMP Negeri 49 Kramat
Jati Jakarta Timur.
Harizza Pertiwi, Zakiyah, Aan Sutandi (Fakultas Keperawatan Dan
Kebidanan, Universitas Binawan). Halaman 97-103
DOI : 10.32524/jksp.v3i1.649
v
13. Pengaruh Relaksasi Otot Progresif Dan Imajinasi Terbimbing Terhadap Mual
Muntah Pada Pasien Kanker Payudara.
Rizki Dwi Putri, Karolin Adhisty, Antarini Idriansari (Ilmu Keperawatan
Fakultas Kedokteran, Universitas Sriwijaya). Halaman 104-114
DOI : 10.32524/jksp.v3i1.650
15. Model Stringer ― Look Think Act ―Terhadap Kemandirian Perempuan Korban
Trafficking Di Bogor.
Titi Nurhayati ,Yohana Wulan Rosaria , Dedes Fitria (Politeknik Kesehatan
Kementerian Kesehatan Bandung, Program Studi Kebidanan Bogor). Halaman
121-132
DOI : 10.32524/jksp.v3i1.653
16. Pengetahuan, Sikap Dan Pendidikan Ibu Dengan Kejadian Ispa Pada Balita Di
Wilayah Kerja Puskesmas 7 Ulu Kota Palembang.
Arly Febrianti (Akper Kesdam II / Sriwijaya). Halaman 133-139
DOI : 10.32524/jksp.v3i1.655
17. Pengaruh Teknik Pernapasan Buteyko Terhadap Fungsi Paru Pada Pasien
Asma Bronchial.
Marlin Sutrisna, Mariza Arfianti (Prodi S1 Keperawatan, Fakultas Ilmu
Kesehatan, Universitas Dehasen Bengkulu). Halaman 140-150
DOI : 10.32524/jksp.v3i1.656
19. Pengaruh Kipas Stimulasi Perkembangan Anak Pada Ibu Dengan Pola Asuh
Terhadap Perkembangan Balita Di Kota Bogor.
Dedes Fitria, Yohana Wulan Rosaria (Politeknik Kesehatan Kementerian
Kesehatan Bandung, Program Studi Kebidanan Bogor). Halaman 160-169
DOI : 10.32524/jksp.v3i1.658
vi
20. Hubungan Pengetahuan Ibu Dan Motivasi Ibu Terhadap Kunjungan Posyandu
Di Puskesmas Bengkulu.
SelviaNovita Sari , Charles Ananda (Program Studi Ilmu Keperawatan,
Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Bengkulu). Halaman
170
DOI : 10.32524/jksp.v3i1.659
vii
PANDUAN PENULISAN ARTIKEL
viii
PENGIRIM NASKAH/AUTHOR
1. Naskah 6-10 halaman selain referensi A4, batas: atas 4 cm, batas
kiri 4 cm, batas kanan 3, batas bawah 3, spasi 1, besar font 11, program
komputer Microsoft Word, softcopy artikel dikirim via email disertai
(Surat Pengantar Peneliti, Biodata peneliti, dan Surat Bebas
Plagiat Yang Ditandatangani Penulis Bermaterai 6000 dalam
bentuk Pdf) dan setelah artikel terkirim akan review dan dikembalikan
jika ada perbaikan artikel.
2. Penelitian mengunakan hewan coba atau perlakukan khusus harap
melampirkan surat lulus uji etik dari dinas terkait.
3. Naskah dikirim kepada: Redaksi Jurnal Kesehatan Saelmakers
Perdana melalaui email jksp@ukmc.ac.id.
4. Alamat redaksi : Program Studi Ilmu Keperawatan dan Ners Lantai 3 Gedung
Theresia Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Katolik Musi Charitas, Jln. Kol.
H. Burlian lrg. Suka Senang No 204 Km 7 Palembang 30152 Telp. (0711)
412806 , Sumatera Selatan, Indonesia.
5. Naskah yang sudah dikirim ke redaksi tidak dapat ditarik lagi kecuali ada
permintaan tertulis.
6. Naskah tidak sedang dalam proses penerbitan di tempat lain.
7. Identitas pengirim artikel: nama lengkap, alamat email, No HP peneliti.
ix
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
ABSTRAK
Kanker merupakan sel-sel yang tumbuh tidak terkendali dan termasuk penyakit kronis yang dapat
menimbulkan masalah fisiologis dan psikologis sehingga mempengaruhi kualitas tidur dan kualitas
hidup. Tujuan penelitian untuk mengetahui efektifitas yoga pranayama dan aromaterapi terhadap
peningkatan kualitas tidur dan kualitas hidup pasien kanker. Jenis penelitian quasy
eksperimen,desain non equivalent control group pretest-posttest, sample sebanyak 126 pasien
kanker diambil secara purposif sampling. Kualitas tidur dievaluasi dengan kuesioner Pittsburgh
Sleep Quality Index (PSQI) dan kualitas hidup dengan Quality of Life Questionnaire QLQ C30.
Hasil Uji paired sample t- test: ada perbedaan kualitas tidur dan kualitas hidup sebelum dengan
sesudah intervensi yoga pranayama dan aromaterapi (p: 0,000; < 0,05); pada uji one way
ANOVA pada tiga kelompok didapatkan ada perbedaan signifikan antara tiga kelompok dan
terdapat perbedaan antara kelompok intervensi dengan kelompok kontrol (p: 0,00;p<0,05).
Disimpulkan yoga pranayama dan aromaterapi berpengaruh terhadap peningkatan kualitas tidur
dan kualitas hidup pasien kanker. Disarankan pasien kanker agar melakukan latihan yoga
pranayama dan aromaterapi sebagai terapi pelengkap dalam meningkatkan kualitas tidur dan
kualitas hidup.
Kata kunci: aromaterapi; kanker; kualitas hidup; kualitas tidur; yoga pranayama
ABSTRACT
Cancer is cells that grow uncontrollably and include chronic diseases that cause physiological and
psychological problems. The purpose of this research were determine of an effectiveness of yoga
pranayama and aromatherapy to improve sleep quality and quality of life for cancer patients. The
type of this study is an experimental with non equivalent control group pretest-posttest design, with
126 samples with purposive sample. Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) used to evaluated sleep
quality and Quality of Life Questionnaire (QLQ C30) to evaluatde quality if life. The result of this
research using sample paired t-test there was a difference in sleep quality and quality of life before
and after intervention yoga and aromatherapy (p 0.00;<0,05); by using one way ANOVA, there
was different between three group and different improvement between intervention and control
group (p<0,05 It‟s concluded that yoga and aromatherapy effective improve sleep quality and
quality of life to cancer patients and the more effective in aromatherapy. The cancer patients are
suggested to take yoga and aromatherapy as a complementary therapy to improve sleep quality and
quality of life.
1 | Ni Nyoman Indah Purnamasari, Ni Luh Widani: Efektifitas Yoga Pranayama dan Aromaterapi
Terhadap Peningkatan Kualitas Tidur dan Kualitas Hidup Pasien Kanker
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
PENDAHULUAN
Kanker merupakan sekelompok berkurangnya fungsi kognitif atau
penyakit yang menyebabkan sel-sel di hilangnya proses intelektual dan
dalam tubuh berubah dan tumbuh tidak berpengaruh terjadinya gangguan
terkendali. Kanker terjadi sebagai akibat fungsional, serta kecacatan. Hal tersebut
mutasi atau perubahan abnormal dapat mempengaruhi pola, kualitas dan
sehingga pertumbuhan dan proses kuantitas tidur pasien kanker sehingga
pembelahan sel lebih cepat serta terjadinya gangguan tidur (Hananta,
menyebar ke seluruh tubuh (American Benita, Barus, & Halim, 2014; Lichwala,
Cencer Society(ACS), 2016; Daniel & 2014) Studi penelitian yang dilakukan
Nicoll, 2012; Kemenkes RI, 2016). oleh Hananta et al., tahun 2014 pada
Menurut RISKESDAS (2013), kanker pasien kanker payudara didapatkan
merupakan penyakit tidak menular yang pasien stadium III mengalami gangguan
dalam beberapa dekade ini berkembang. tidur terbesar yaitu 75.7%, dan pasien
Berdasarkan ACS (2017) pada tahun yang menderita lebih dari 9 tahun
2016 terdapat 15.5 juta penduduk mengalami gangguan tidur terbesar
Amerika menderita kanker dan di tahun (100%). Kualitas tidur yang buruk
2017 terdapat sekitar 1.688.780 pasien dapat menyebabkan kualitas hidup
kanker baru serta sekitar 600.290 pasien menurun (Wismeijer, Vingerhoets, &
kanker meninggal dunia di tahun 2017. Vries, 2017).
Di USA kanker merupakan penyebab Kualitas hidup (QOL) adalah
kematian kedua setelah penyakit jantung keseluruhan penilaian terhadap
dan menyumbang 1 dari 4 kematian kesejahteraan total yang mencakup
disebabkan kanker. Lima kanker kesejahteraan fisik, psikologis dan sosial.
terbanyak yang diderita adalah kanker (Rabbie & Meadows, 2013). Aspek –
paru, hati, kolon, perut, dan payudara aspek yang mempengaruhi kualitas
(ACS, 2017; WHO, 2014, 2017). hidup pada pasien kanker dapat berupa
Kanker di Indonesia menduduki aspek fisik seperti gejala fisik, respon
peringkat ke-3 dari 10 besar penyakit terhadap perawatan dan pengobatan,
tidak menular dengan prevelensi citra tubuh dan morbilitas; fungsi
tertinggi terjadi pada perempuan psikologis dan sosial seperti hubungan
dibandingkan dengan laki-laki. Pada interpersonal, kebahagiaan, spiritualitas,
perempuan yaitu kanker serviks dan masalah keuangan, persepsi diri terhadap
kanker payudara dengan prevalensi kualitas hidup, perasaan positif dan
sebesar 0,8%0 dan 0,5%0. Prevalensi negative, harga diri, dan kesejahteraan
kanker di Provinsi Bali menduduki sosial; dan aspek lingkungan mengenai
peringkat ke-3 setelah DI Jogjakarta dan kebebasan, keamanan dan keselamatan
Jawa Tengah yaitu sebesar 2%0. fisik. Kualitas hidup dipengaruhi oleh
Berdasarkan studi pendahuluan pada beberapa faktor yaitu jenis kelamin,
Rumah Sakit Umum Daerah Mangusada pendidikan, budaya dan usia penyakit (
Bali dan mendapatkan data jumlah Wismeijer et al., 2017). Gambaran
pasien kanker yang mengalami kualitas hidup pasien kanker,
peningkatan sebesar 8.5% di tahun 2016 berdasarkan penelitian yang dilakukan
yaitu, 2713 pasien di tahun 2016 menjadi oleh Nuridah,Saleh Ariyani,Kaelan,
2964 pasien kanker di tahun 2017. 2019 terhadap 50 pasien kanker korektal
(Dinkes Bali, 2016; Kemenkes RI, di RS Kota Makasar didapatkan
2016). mayoritas dengan kualitas hidup kurang
Berdasarkan studi penelitian dari baik sebesar 54%.
Nasif (2015) mengatakan bahwa dampak Berdasarkan studi penelitian
dari penyakit kronis mempengaruhi tehnik yoga dapat digunakan sebagai
status emosional yang dihubungkan terapi pelengkap dalam membantu
dengan perubahan aktifitas sehari-hari meningkatkan kualitas tidur. Terapi lain
atau kehilangan peran; depresi pada yang dapat digunakan adalah
akhir kehidupan (kematian) dikaitkan aromaterapi, di mana pemberian
dengan morbiditas, termasuk aromaterapi dinilai dapat membantu
2 | Ni Nyoman Indah Purnamasari, Ni Luh Widani: Efektifitas Yoga Pranayama dan Aromaterapi
Terhadap Peningkatan Kualitas Tidur dan Kualitas Hidup Pasien Kanker
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan kualitas tidur dan kualitas hidup. Setelah
metode kuntitatif desain quasi dilakukan penilaian kualitas tidur dan
eksperimen pretest – postrest. Desain kualitas hidup, kelompok intervensi
nonequivalent control group pretest – diberikan terapi yoga pranayama
postrest adalah desain penelitian yang dilakukan 1 kali sehari dalam waktu 18 –
memberikan perlakuan pada dua atau 20 menit dan aromatherapi 1 kali sehari
lebih kelompok (Polit & Back, 2012). dalam waktu 30 menit sebelum tidur
Populasi dalam penelitian ini adalah selama 4 minggu. Setelah itu dilakukan
keseluruhan pasien kanker yang dirawat kembali penilaian kualitas tidur dan
inap maupun rawat jalan di RSUD kualitas hidup. Sedangkan kelompok
Mangusada sebanyak 175 responden. kontrol diberikan edukasi tentang cara
Penelitian dilakukan pada Bulan Juli meningkatkan kualitas tidur dan
2018, dengan menggunakan metode penilaian kembali setelah 4 minggu
Non-Probalility Sampling dengan teknik kemudian. Jumlah pasien kanker yang
Purposive sampling. Responden yang mendapatkan perawatan sedikit dan
memenuhi kriteria yang telah ditetapkan lamanya pasien menjalani perawatan
oleh peneliti, yaitu (1) Bersedia menjadi yang singkat sehingga beberapa
responden dan menandatangani informed responden dilakukan intervensi yoga
concent (2) tingkat kesadaran compos pranayama dan aromaterapi di rumah.
mentis dan kooperatif (3) menjalani Alat pengumpulan data yaitu
terapi konservatif. (4) mengalami kuesioner kualitas tidur dan kuesioner
gangguan tidur kurang lebih selama 1 kualitas hidup. Kuesioner kualitas tidur
bulan terakhir (5) dapat menyelesaikan yang digunakan diadopsi dari kuesioner
intervensi secara penuh (6) komunikatif baku yaitu Pittsbrugh Sleep Quality
(7) tidak merasa mual dan pusing saat Index (PSQI) tidur yang memiliki
pemberian aromaterapi pada kelompok konsistensi internal dan koefisien
aromaterapi. Sample dalam penelitian ini reliabilitas (Cronbach Alpha) sebesar
adalah sebanyak 126, responden tersebut 0,83. Dimana. Skala ukur yang
terbagi atas 50 responden untuk digunakan adalah Ratio dimana nila 0:
kelompok intervensi yoga pranayama, 51 baik dan maksimal 21: sangat buruk.
responden untuk kelompok intervensi Penilaian kualitas hidup, diadaptasi dari
aromaterapi dan 25 responden untuk kuesioner QLQ-C30 (Quality of Live
kelompok kontrol. Questionnaire) dengan versi bahasa
Rancangan penelitian dengan Indonesia setelah mendapat ijin dari
menggunakan pretest dan posttest European Organisation for Research
desaign untuk mengetahui pengaruh and Treatment of Cancer (EORTC) yang
latihan yoga pranayama dan aromaterapi terdiri dari 30 pertanyaan. Kuesioner
terhadap peningkatan kualitas tidur dan QLQ C30 versi Bahasa Indonesia tidak
kualitas hidup pada kelompok intervensi dilakukan uji validitas dan reliabilitas
dan kelompok kontrol. Sebelum karena kuesioner QLQ C30 sudah baku
intervensi kelompok intervensi dan dan tidak diperkenankan untuk merubah
kelompok kontrol dilakukan penilaian atau mengganti isi kuesioner yang sudah
3 | Ni Nyoman Indah Purnamasari, Ni Luh Widani: Efektifitas Yoga Pranayama dan Aromaterapi
Terhadap Peningkatan Kualitas Tidur dan Kualitas Hidup Pasien Kanker
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
ada. Skala ukur yang digunakan adalah dengan analisis paired sample t-test dan
ratio dimana nilai 0: buruk dan uji one way ANOVA. Uji beda
maksimal 21: sangat baik berpasangan dilakukan dengan
Hasil pretest dan post-test diolah menggunakan uji beda paired sample t-
untuk mengetahui intervensi latihan test untuk menganalisis ada tidaknya
yoga pranayama dan aromaterapi dapat perbedaan mean pada dua sample bebas
memberikan pengaruh terhadap yang berpasangan. Uji ini dilakukan
peningkatan kualitas tidur dan kualitas untuk menilai adanya perbedaan atau
tidur pasien kanker. Analisis univariat perubahan kualitas tidur dan kualitas
digunakan untuk mengetahui distribusi hidup sebelum dan sesudah pada
karakteristik responden kanker, kualitas kelompok kontrol dan kelompok
tidur dan kualitas hidup serta presentase intervensi. Selanjutnya dilakukan uji one
yang diperoleh pada masing-masing way ANOVA yang dilakukan untuk
kelompok. Setelah data karakteristik mengetahui adanya perbedaan antara
responden kanker, kualitas tidur dan lebih dari dua kelompok independen
kualitas hidup diperoleh maka dilakukan sehingga dapat diketahui kelompok yang
analisis uji bivariate dengan menunjukan mempunyai pengaruh
menggunakan uji beda berpasangan intervensi yang diberikan.
HASIL
Analisis Univariat
Gambaran karakteristik responden yang kualitas hidup di RSUD Mangunsada
ditampilkan dalam penelitian ini meliputi tahun 2018. Data karakteristik responden
umur, jenis kelamin, stadium kanker, dapat dilihat pada pemaparan berikut ini.
terapi konservatif, kualitas tidur dan
Tabel 1 Distribusi Karakteristik Responden Meliputi Usia, Jenis Kelamin, Stadium Kanker
variabel Yoga Aroma terapi Kontrol Total
n % n % n % n %
Usia
18- 35 15 30 13 25,5 3 12 31 24,6
tahun 11 22 12 23,5 4 16 27 21,4
36-45 tahun 18 36 14 27,5 7 28 39 31
46-55 tahun 6 12 12 23,5 11 44 29 23
≥ 56 tahun 50 100 51 100 25 100 126 100
Total
4 | Ni Nyoman Indah Purnamasari, Ni Luh Widani: Efektifitas Yoga Pranayama dan Aromaterapi
Terhadap Peningkatan Kualitas Tidur dan Kualitas Hidup Pasien Kanker
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
Table 2. Distribusi Rata-Rata Kualitas Tidur Sebelum dan Sesudah intervensi pada
berdasarkan kelompok
Analisis Bivariate
Hasil Uji Beda Berpasangan (paired sample t-test ): Kualitas Hidup pada Kelompok Yoga
Pranayama dan Aromaterapi.
Tabel 4 Analisis Perbedaan Rata-Rata Kualitas Tidur dan Kualitas Hidup Sebelum
dengan Sesudah Intervensi pada Kelompok Yoga Pranayama dan Aromaterapi
5 | Ni Nyoman Indah Purnamasari, Ni Luh Widani: Efektifitas Yoga Pranayama dan Aromaterapi
Terhadap Peningkatan Kualitas Tidur dan Kualitas Hidup Pasien Kanker
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
Kualitas Hidup
Yoga Pranayama Sebelum 23,37 50 5,846 0,000
Sesudah 58,92 50 8,091
Aromaterapi Sebelum 19,16 51 6,020 0,000
Sesudah 60,25 51 7,813
Tabel 5 Perbedaan Kualitas Tidur dan Kualitas Hidup Antara Kelompok Yoga Pranayama
dan Aromaterapi dengan Kelompok Kontrol dan Antara Kelompok Yoga Pranayama
dengan Kelompok Aromaterapi
Kualitas Tidur Kualitas Hidup
Mean p value Mean p value
Yoga Pranayama 8,50 0,00 58,92 0,00
Kontrol 16,52 24,60
Aromaterapi 8,96 0,00 60,25 0,00
Kontrol 16,52 24,60
Yoga Pranayama 8,50 0,190 58,92 0,785
Aromaterapi 8,96 60,25
6 | Ni Nyoman Indah Purnamasari, Ni Luh Widani: Efektifitas Yoga Pranayama dan Aromaterapi
Terhadap Peningkatan Kualitas Tidur dan Kualitas Hidup Pasien Kanker
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
bahwa prevalensi kanker pada laki-laki 69 pasien kanker didapatkan data bahwa
lebih tinggi pada usia 15-55 tahun dan stadium 2 juga merupakan urutan kedua
pada perempuan terjadi pada rentang berjumlah 11 responden atau 17,2%
usia 35-50 tahun. Pada penelitiannya setelah stadium 3 berjumlah 15
responden kanker yang terbanyak pada responden atau 20,3%.
usia rata-rata adalah 47,71 tahun dengan Pasien kanker mengalami
usia minimal 12 tahun dan usia gangguan tidur dapat dikaitkan dengan
maksimal 82 tahun serta usia terbanyak gejala seperti depresi, kelelahan dan
adalah 42 tahun (SD 12,84). nyeri. Penelitian ini ditunjang penelitian
Di Indonesia prevalensi kanker yang dilakukan oleh George, Elias, &
tertinggi terjadi pada perempuan, hal ini Shafiei (2015), yang mengatakan bahwa
disebabkan karena pengaruh hormon, insomnia pada pasien kanker ada
penggunaan kontrasepsi oral, menopause dikaitkannya dengan kemoterapi, nyeri
dan riwayat keluarga yang mempengauhi dan depresi. penelitian serupa juga
meningkatkan kejadian kanker selain itu dilakukan oleh Hananta et al., (2014),
tingginya prevalensi kanker di Indonesia yang mengatakan bahwa gangguan tidur
adalah kanker servik dan kanker berhubungan dengan depresi dan nyeri.
payudara sebesar 0,8% dan 0,5% Berdasarkan penelitian yang dilakukan
(Dinkes Bali, 2016; Kemenkes RI, 2016; oleh Dhruva et al., (2012) menunjukan
Riskesdas, 2013). Pada penelitian yang adanya perbedaan antara sebelum dan
dilakukan oleh Handayani & Udani, sesudah intervensi. Sebelum intervensi
(2016) di RSUDAM Provinsi Lampung nilai gangguan tidur yang terjadi 70,5
pada 68 pasien kanker yang menjalani dan setelah intervensi menjadi 60,0.
kemoterapi terdapat 85,3% responden Pada penelitian Karadag et al., (2016)
pada perempuan dan 14,7% pada laki- menunjukan hal yang serupa dimana
laki. Penelitian yang dilakukan pada sebelum intervensi nilai kualitas
menunjukkan hal serupa dimana angka tidur 8,68 dan sesudah intervensi 7,60.
kejadian kanker lebih tinggi pada Pada penelitian ini adanya peningkatan
perempuan dari pada laki-laki. Pada kualitas tidur kemungkinan karena
penelitian ini angka tersebut disebabkan dengan intervensi yoga maupun arma
karena majoritas responden penelitian ini terapi memberikan kenyamanan dan
menderita kanker payudara (mamae), ketenangan sehingga responden dapat
sehingga angka kejadian kanker pada mencapai tidur yang berkualitas.
perempuan lebih tinggi dari pada laki- George, Elias & Shafiei (2015)
laki. dalam hasil penelitiannya mengenai
Penyakit kanker khususnya di kualitas tidur pada pasien kanker
Indonesia penderita seringkali ditemukan merupakan komponen penting dalam
dengan kondisi stadium lanjut sehingga kualitas hidup. Hal serupa diungkapkan
sulit ditangani. Perkembangan dan oleh Miaskowski et al., (2012) dalam
metode pendeteksian dini (skrining test) penelitiannya bahwa pasien kanker yang
dapat membantu mendeteksi kanker menjalani kemoterapi mempunyai
secara dini sehingga medapatkan keluhan seperti gangguan tidur, stress,
perawatan dan pegobatan yang tepat kecemasan, dan gangguan kualitas hidup
(KemenkesRI, 2016; Sudoyo, 2017). yang dikarenakan bayak faktor seperti
Penelitian yang dilakukan oleh Hananta pengobatan kanker. Kualitas hidup
et al., (2014) pada 73 pasien kanker berdasarkan penelitian yang dilakukan
payudara di RS Darmais, dimana oleh Dhruva et al., (2012) menunjukan
stadium 2 merupakan urutan ke dua yang bahwa kualitas hidup sebelum intervensi
mendominasi respondennya setelah 43,8 dan sesudah intervensi menjadi
stadium 3 yang berjumlah 37 responden 56,3. Penelitian serupa yang dilakukan
atau 50,7%, dan stadium 2 yang oleh Ovayolu, Sevig, Ovayolu, & Sevinç
berjumlah 19 responden atau 26%. (2014) menunjukan bahwa kualitas
Penelitian lain yang dilakukan oleh hidup pasien kanker payudara sebelum
Tranggono & Umbas, (2008) di Klinik dilakukan intervensi 18,1 dan sesudah
Khusus Urologi RSCM dan RSKD pada intervensi menjadi 25,4. Berdasarkan
7 | Ni Nyoman Indah Purnamasari, Ni Luh Widani: Efektifitas Yoga Pranayama dan Aromaterapi
Terhadap Peningkatan Kualitas Tidur dan Kualitas Hidup Pasien Kanker
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
9 | Ni Nyoman Indah Purnamasari, Ni Luh Widani: Efektifitas Yoga Pranayama dan Aromaterapi
Terhadap Peningkatan Kualitas Tidur dan Kualitas Hidup Pasien Kanker
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
10 | Ni Nyoman Indah Purnamasari, Ni Luh Widani: Efektifitas Yoga Pranayama dan Aromaterapi
Terhadap Peningkatan Kualitas Tidur dan Kualitas Hidup Pasien Kanker
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
ABSTRAK
Dewasa ini sejumlah penyakit menunjukkan adanya indikasi untuk dilakukan pembedahan.
Setelah pembedahan, pasien akan mengalami kondisi yang lemah dan akan sulit melakukan
aktivitas karena prosedur pembedahan dan luka operasi yang membutuhkan waktu dalam proses
penyembuhan. Data pembedahan umum pada tahun 2018 sebanyak 445 pasien dengan lama rawat
3 – 5 hari. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan oleh pasien pasca operasi adalah
mobilisasi dini. Mobilisasi dini termasuk faktor yang dapat mempengaruhi proses penyembuhan
luka operasi. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui efektivitas mobilisasi dini terhadap
penyembuhan luka. Desain penelitian ini adalah quasi eksperimen dengan rancangan post test only
control group. Populasi adalah seluruh pasien post operasi di RSUD Depati Hamzah Kota
Pangkalpinang. Tekhnik pengambilan sampel menggunakan non random sampling yaitu secara
accidental sampling, dengan jumlah 12 responden kelompok intervensi dan 12 responden
kelompok kontrol. Uji yang digunakan adalah uji T beda dua mean dependent. Hasil penelitian
adalah ada perbedaan yang signifikan antara penyembuhan luka yang dilakukan mobilisasi dini
dan penyembuhan yang tidak dilakukan mobilisasi dini dengan nilai p:0,002. Saran dari penelitian
ini adalah supaya suatu rumah sakit bisa menerapkan mobilisasi dini setelah 6 jam pasca operasi,
sehingga waktu penyembuhan luka akan lebih cepat.
ABSTRACT
Today a number of diseases indicate an indication for surgery. After surgery, the patient will
experience a weak condition and it will be difficult to carry out activities due to surgical
procedures and surgical wounds that require time in the healing process. Data on general surgery
in 2018 were 445 patients with a stay of 3-5 days Nursing interventions that can be performed by
postoperative patients are early mobilization. Early mobilization includes factors that can affect
the surgical wound healing process. The purpose of this study was to determine the effectiveness
of early mobilization on post operative wound healing. The design of this study was quasi-
experimental with a post-test only control group design. The population was all postoperative
patients at the Depati Hamzah Regional Hospital in Pangkalpinang City. The sampling technique
uses non random sampling by accidental sampling, with 12 respondents in the intervention group
and 12 respondents in the control group. The test used is the T test of two different dependent
means. The results of the study were that there was a significant difference between wound
healing performed early mobilization and healing which was not carried out early mobilization
with a p value: 0.002. The suggestion from this research is that a hospital can implement early
mobilization after 6 hours postoperatively, so that the wound healing time will be faster.
11 | Kgs. Muhammad Faizal, Mulya: Efektivitas Mobilisasi Dini Terhadap Penyembuhan Luka
Post Operasi
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
12 | Kgs. Muhammad Faizal, Mulya: Efektivitas Mobilisasi Dini Terhadap Penyembuhan Luka
Post Operasi
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
13 | Kgs. Muhammad Faizal, Mulya: Efektivitas Mobilisasi Dini Terhadap Penyembuhan Luka
Post Operasi
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
14 | Kgs. Muhammad Faizal, Mulya: Efektivitas Mobilisasi Dini Terhadap Penyembuhan Luka
Post Operasi
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
No Jenis Jumlah %
Tidak
Kelamin Dilakuk an
Redness Dilakukan
1 Laki-laki 9 75 Mobilisasi
Mobilisasi
2 Perempuan 3 25
Jumlah 12 100 n % n %
Tidak ada 10 83,3 3 25
0,25 cm pada 2 16,7 8 66,7
Pada tabel 2 menunjukkan, responden
kedua sisi
yang dilakukan mobilisasi dini lebih insisi
banyak pada jenis kelamin laki-laki sekitar 0,5 cm 0 0 1 8,3
yaitu 9 responden (75%) dibandingkan pada kedua
dengan jenis kelamin yang perempuan. sisi insisi
Jumlah 12 100 12 100
15 | Kgs. Muhammad Faizal, Mulya: Efektivitas Mobilisasi Dini Terhadap Penyembuhan Luka
Post Operasi
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
16 | Kgs. Muhammad Faizal, Mulya: Efektivitas Mobilisasi Dini Terhadap Penyembuhan Luka
Post Operasi
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
17 | Kgs. Muhammad Faizal, Mulya: Efektivitas Mobilisasi Dini Terhadap Penyembuhan Luka
Post Operasi
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
18 | Kgs. Muhammad Faizal, Mulya: Efektivitas Mobilisasi Dini Terhadap Penyembuhan Luka
Post Operasi
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
19 | Kgs. Muhammad Faizal, Mulya: Efektivitas Mobilisasi Dini Terhadap Penyembuhan Luka
Post Operasi
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
Abstract
Hemodialysis is the process of removing metabolic waste from other toxic substances through a semipermeable
membrane as a separator between blood and dialysate fluid which is deliberately made in a dializer. Management of
hemodialysis, can cause pain in the fistula puncture area, it can cause anxiety in patients. Furthermore, the length of
the hemodialysis process, the threat of death, changes in self-concept, dependence on others, difficulties in
maintaining work, financially, changing roles and changing social interactions can also be a cause of the emergence
of psychological effects namely anxiety in hemodialysis patients. This study aims to determine the effect of
relaxation combination therapy on the anxiety level of hemodialysis patients. This research is a quantitative quasi
experimental study using a pretest-posttest control group design. This research was conducted at Palembang Pusri
Hospital on 40 patients based on purposive sampling technique. The results showed there was a significant influence
between anxiety levels on the administration of relaxation combination therapy interventions by showing that the
anxiety level of the intervention group was dominated by mild anxiety at posttest, and in the control group
dominated by moderate anxiety at posttest. Data analysis using the mann-whitney test showed that there were
significant differences between the anxiety levels of hemodialysis patients before and after relaxation combination
therapy with p value = 0.013. This study proves that combined relaxation therapy has a significant effect in reducing
anxiety levels in patients with CKD undergoing hemodialysis and can be used as nursing interventions.
Keywords: combined of relaxation, anxiety, CKD, hemodialysis
20 |Rama Ariwijaya, Eka Yulia Fitri. Y, Karolin Adhisty: Pengaruh Terapi Kombinasi Relaksasi
terhadap Tingkat Kecemasan Pasien Hemodialisa
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
menit sesuai dengan titik terapi dan Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat
teknik perangsangannya Titik yang diketahui bahwa responden paling
nantinya akan digunakan adalah titik banyak berada pada rentang umur 45-54
relaksasi dan penenangan di titik pada sebanyak 18 responden atau sebesar 45%
tabel 2.1 nomor 2 (dahi), 5 (saraf), 20 sedangkan paling sedikit berada pada
(serabut saraf lambung), 21 (kelenjar rentang 65 tahun keatas sebanyak 5
adrenal), 22 (ginjal), Lakukan responden atau sebesar 5%. Hal ini
pengukuran suhu setiap 5 menit, jika mendukung dengan penelitian yang
suhu turun ganti baskom yang sudah dilakukan oleh Anastasia, Bayhakki. &
berisi air hangat bersuhu 39°C (ukur Nauli, 2015 yang menunjukkan bahwa
dengan termometer), Setelah 15 menit PGK sebagian besar diderita oleh
angkat kaki dan keringkan dengan responden dengan rentang umur 41-64
handuk, sementara itu terapis mencuci tahun..
tangan secara higienis dan merapikan Dwiawan dalam Anastasia, Bayhakki,
semua peralatan. Setelah sesi pertama & Nauli (2015) mengatakan bahwa
diadakan, dilanjutkan dengan kegiatan penderita umur 41-60 tahun memiliki
post test untuk kelompok intervensi.dan kesadaran akan kesehatan semakin sedikit,
kelompok kontrol hal ini dikarenakan terlalu sibuknya individu
akan kegiatan yang dilakukannya setiap hari
dan pola-pola hidup yang biasa dilakukan
HASIL DAN PEMBAHASAN akan berubah atau menjadi tidak teratur serta
akan menimbulkan berbagai penyakit
Tabel 4.1 Karakterisrik Responden diantaranya gagal ginjal. Menurut Kaplan &
Karakteristik Freku Persentas Sadock dalam Salmawati (2010)
Responden ensi e (%) menyatakan bahwa gangguan kecemasan
(n) dapat terjadi pada semua usia tetapi lebih
Umur sering pada usia dewasa (45-65 tahun).
45-54 18 45
55-64 17 42.5
>65 5 12.5 Jenis Kelamin
Hasil penelitian ini menunjukkan
Jenis Kelamin bahwa responden paling banyak adalah
Laki-laki 22 55 laki sebanyak 22 responden atau sebesar
Perempuan 18 45 55% sedangkan paling sedikit adalah
perempuan sebanyak 18 responden atau
Pendidikan
sebesar 45%. Penelitian ini mendukung
Tidak sekolah 12 30
SD 10 25 oleh Mayuda, Chasani, & Saktini (2017)
SMP 6 15 yang mengatakan bahwa frekuensi
SMA 4 10 penderita PGK terbanyak adalah laki-
Perguruan Tinggi 8 20 laki. Penelitian ini juga mendukung
penelitian Marsinta, Hasneli, & Dewi
Lama menjalani (2013) yang mengatakan bahwa
hemodialisa frekuensi penderita PGK terbanyak
1-3 bulan 19 47.5
4-6 bulan 14 35 adalah laki-laki. Hal ini berhubungan
>6 bulan 7 17.5 dengan meningkatnya risiko terhadap
kejadian hipertensi, diabetes, merokok,
Umur paparan zat toksik, alkohol dan gaya
hidup yang kurang diperhatikan pada
23 |Rama Ariwijaya, Eka Yulia Fitri. Y, Karolin Adhisty: Pengaruh Terapi Kombinasi Relaksasi
terhadap Tingkat Kecemasan Pasien Hemodialisa
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
Tabel 4.2 Perbedaan tingkat kecemasan penderita PGK sesudah pada kelompok
intervensi dan kelompok kontrol
Kecemasan
Total Mean P
Kelompok Tidak ada Ringan Sedang
Rank Value
n % n % n % n %
24 |Rama Ariwijaya, Eka Yulia Fitri. Y, Karolin Adhisty: Pengaruh Terapi Kombinasi Relaksasi
terhadap Tingkat Kecemasan Pasien Hemodialisa
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
25 |Rama Ariwijaya, Eka Yulia Fitri. Y, Karolin Adhisty: Pengaruh Terapi Kombinasi Relaksasi
terhadap Tingkat Kecemasan Pasien Hemodialisa
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
kecemasan ringan bila jumlah atau skor meningkat. Respon perilaku dan emosi
penilaian kecemasan berada berada di pada kecemasan sedang biasanya dapat
angka 14-20. Kecemasan yang di alami ditunjukan seperti perasaan keprihatinan,
oleh dewasa biasanya disebabkan oleh ketegangan, sedih, mencela diri sendiri
kerapuhan sistem saraf onotomik yang atau orang lain Manurung, 2016). Terapi
berperan dalam perkembangan kombinasi relasksasi merupakan metode
kecemasan setelah suatu stressor yang penggunaan air untuk mengobati atau
berat, gangguan stress sering terjadi pada meringankan kondisi yang menyakitkan
dewasa terutama jenis stress paska dan merupakan metode terapi dengan
traumatik karena pada dewasa akan pendekatan lowtech yang mengandalkan
mudah terbentuk cacat fisik (Navianti, respon-respon tubuh terhadap air
2011). Kecemasan yang di alami dewasa (Damayanti, 2014).
memiliki gejala-gejala yang sama Pemberian terapi pada kelompok
dengan gejala-gejala yang di alami oleh intervensi yang ditanyakan oleh peneliti,
setiap orang, hanya saja objek yang tidak semua pasien bersedia untuk
menyebabkan kecemasan itu yang menjadi responden karena beberapa
berbeda dan dewasa sering mengalami alasan. Diantaranya adalah tidak mau
kecemasan dengan masalah-masalah direfleksi dan pasien tidak ingin
yang ringan (Kushariyadi, 2011). menunda hemodialisis dikarenakan jarak
Beberapa perubahan akibat tehnik rumah yang jauh serta memiliki kegiatan
relaksasi adalah menurunkan tekanan lain setelah hemodialisis. Hasil dari
darah, menurunkan frekuensi jantung, penelitian ini menunjukkan bahwa
mengurangi disritmia jantung, penyebab kecemasan pada penderita
mengurangi kebutuhan oksigen dan PGK yang menjalani hemodialisis
konsumsi oksigen, mengurangi berbeda-beda. Penyebab kecemasan
ketegangan otot, menurunkan laju yang paing banyak dirasakan oleh
metabolik, meningkatkan gelombang penderita PGK yang menjalani
alfa otak yang terjadi ketika klien sadar, hemodialisis adalah penyakit yang
tidak memfokuskan perhatian dan rileks, diderita. Alasan lain yang dirasakan
meningkatkan kebugaran, meningkatkan adalah takut akan komplikasi dan
konsentrasi dan memperbaiki penyakit semakin parah serta komplikasi
kemampuan untuk mengatasi stresor yang mungkin terjadi. Hal ini sejalan
(Karen 2008). dengan Nutt & Ballenger; dalam Luana,
kecemasan sedang memungkinkan Panggabean, Lengkong, & Christine
individu untuk berfokus pada hal yang (2012) yang menyatakan bahwa
penting dan mengesampingkan yang penyebab gangguan cemas dapat
lain. Respon kognitif pada kecemasan dikarenakan oleh berbagai macam sebab
sedang yaitu mempersempit lapang diantaranya adalah penyakit fisik.
persepsi individu. Dengan demikian, Beberapa responden mengatakan
individu mengalami kesulitan bahwa dirinya merasa takut akan jarum
memusatkan perhatian yang selektif saat akan dilakukan hemodialisis,
namun dapat berfokus pada lebih banyak pertanyaan “Kapan bisa berhenti cuci
area jika diarahkan untuk melakukannya. darah?”, ketakutan akan mesin
Respon fisiologis yang dapat di tunjukan hemodialisis yang error, masalah
seperti jantung berdetak lebih keras, keluarga. Masalah keuangan juga
nafas lebih cepat dan tekanan darah dirasakan oleh responden meskipun
26 |Rama Ariwijaya, Eka Yulia Fitri. Y, Karolin Adhisty: Pengaruh Terapi Kombinasi Relaksasi
terhadap Tingkat Kecemasan Pasien Hemodialisa
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
sudah ditanggung BPJS dan asuransi kecemasan salah satunya pikiran yang
perusahaan. Hal ini mendukung oleh tidak rasional. Kegagalan ketastropik,
penelitian Hagita, Bayhakki, dan yaitu adanya asumsi dari individu bahwa
Woferst, pada tahun (2015) yang sesuatu yang buruk akan terjadi pada
mengatakan bahwa beberapa partisipan dirinya. Individu mengalami kecemasan
merasa takut karena tidak mengetahui serta perasaan ketidakmampuan dan
proses pengobatan dan takut ditusuk oleh ketidaksanggupan dalam mengatasi
jarum lalu hampir keseluruhan partisipan permasalahannya. Lalu kesempurnaan,
juga mengatakan bahwa dirinya individu mengharapkan kepada dirinya
membutuhkan dukungan berupa untuk berperilaku sempurna dan
diperhatikan, dukungan keluarga serta tidakmemiliki cacat. Individu
dukungan lingkungan kerja atau teman. menjadikan ukuran kesempurnaan
Partsipan mengatakan bahwa biaya sebagai sebuah target dan sumber yang
diluar hemodialisis seperti biaya dapat memberikan inspirasi (Annisa &
transportasi, makan selama hemodialisis Ifdil, 2016). Terapi kombinasi relaksasi
dan biaya obat yang tidak ditanggung yang digunakan yaitu hidroterapi dan
BPJS membuat kebutuhan keuangan refleksi kaki. Terapi relaksasi ini di
bertambah, hal ini diperparah dengan kombinasikan karena dapat
kondisi tidak dapat bekerja karena menghasilkan kombinasi relaksasi otot
kondisi fisik. Kelompok intervensi pada kaki antara hidroterapi dan refleksi kaki
penelitian ini diberikan terapi kombinasi sehingga dapat meningkatkan
relaksasi dan penjelasan tentang manfaat keberhasilan dalam menurunkan
terapi kombinasi relaksasi sebelum kecemasan.
dilakukan pemberian terapi kombinasi Terapi kombinasi ini salah satunya
relaksasi. Pemberian terapi kombinasi refleksi kaki dapat menyebabkan otot
relaksasi diberikan saat dilakukan berelaksasi dan pembuluh darah melebar
hemodialisis. Terapi kombinasi relaksasi sehingga darah yang membawa oksigen
merupakan salah satu terapi akan cepat mencapai jaringan (Chaitow,
komplementer yang dapat digunakan 2016).
untuk mengatasi kecemasan. Terapi Terapi kombinasi refleksi secara
kombinasi relaksasi memiliki efek fisiologis dapat menimbulkan efek rileks
menenangkan atau rileks untuk beberapa yang melibatkan saraf parasimpatis
gangguan misalnya mengurangi dalam sistem saraf pusat. Fungsi salah
kecemasan, ketegangan dan insomnia. satu saraf parasimpatis adalah
Terapi komplementer dan alternatif menurunkan produksi hormone adrenalis
mempunyai hubungan dengan nilai atau efinefrin (hormone stres) dan
praktek keperawatan, hal tersebut meningkatkan sekresi hormone
dimasukkan dalam kepercayaan holistik nonadrenalin atau nonepinefrin
manusia yaitu keperawatan secara (hormone rileks) sehingga terjadi
menyeluruh bio, psiko, sosial, spiritual, penurunan kecemasan serta ketegangan
dan kultural yang tidak dipandang pada sehingga menjadi lebih rileks
keadaan fisik tetapijugamemperhatikan (Dumitrascu & Lazarescu, 2012). Hal
aspek lain yang bertujuan untuk ini sesuai dengan teori yakni Pijat secara
penekanan dalam penyembuhan luas diakui sebagai tindakan yang
(Adiyati, 2010). memberikan relaksasi yang dalam
Faktor yang dapat menimbulkan dikarenakan sistem saraf simpatis yang
27 |Rama Ariwijaya, Eka Yulia Fitri. Y, Karolin Adhisty: Pengaruh Terapi Kombinasi Relaksasi
terhadap Tingkat Kecemasan Pasien Hemodialisa
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
30 |Rama Ariwijaya, Eka Yulia Fitri. Y, Karolin Adhisty: Pengaruh Terapi Kombinasi Relaksasi
terhadap Tingkat Kecemasan Pasien Hemodialisa
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
31 |Rama Ariwijaya, Eka Yulia Fitri. Y, Karolin Adhisty: Pengaruh Terapi Kombinasi Relaksasi
terhadap Tingkat Kecemasan Pasien Hemodialisa
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
ABSTRAK
Meningkatnya kasus morbiditas pada lansia telah menyebabkan masalah status kesehatan bagi klien, terutama
lansia. Promotif upaya melalui Ballance program pelatihan Senam excerises serta menjadi sangat penting bagi
klien untuk meningkatkan status kesehatan mereka. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang
keefektifan Senam Ballance Excerise pada keseimbangan kesehatan tubuh pada lansia. Desain penelitian yang
digunakan adalah eksperimen semu dengan pretest-posttest design, sampel strategi menggunakan random
sampling dengan jumlah sampel 40 untuk uji statistic yang digunakan adalah T tes . menemukan ada perbedaan
rata-rata sebelum dan sesudah memberikan Ballance excercise dengan nilai p 0,000, tidak ada hubungan antara
jenis kelamin dengan program pelatihan dengan nilai p 0,351, tidak ada hubungan antara bekerja dengan
program pelatihan dengan nilai p 0,262, ada hubungan antara pekerjaan pendidikan dan program pelatihan
dengan nilai p 0,010, tidak ada hubungan antara berat badan dengan program latihan dengan nilai p 0,735, dan
ada hubungan antara usia dengan program latihan dengan nilai p 0,006 . Hasilnya dapat digunakan sebagai dasar
bagi pembuat kebijakan dan manajer layanan kesehatan dalam konteks menerapkan terapi komplementer untuk
meningkatkan pemberdayaan masyarakat dan dapat direplikasi dalam berbagai pengaturan perawatan kesehatan,
terutama pada lansia.
ABSTRACT
Increased morbidity cases in the elderly have caused health status problems for clients, especially the
elderly. Promotive efforts through the Ballance excercise training program excerises as well as being very
important for clients to improve their health status. This study aims to obtain a picture of the effectiveness
of Ballance Excerise on the Ballance of the body's health in the elderly. The research design used was quasi
experiment with pretest-posttest design, sampling strategy using random sampling with a sample size of 40 for
the statistical test used was the T test . found there are differences in the average before and after giving Ballance
Excise with p value 0,000, there is no relationship between sex with the training program with a p value of
0.351, there is no relationship between work with the training program with a p value of 0.262, there is a
relationship between educational work and the training program with a p value of 0.010, there was no
relationship between body weight with an exercise program with a p value of 0.735, and there was a relationship
between age with an exercise program with a p value of 0.006. The results can be used as a basis for policy
makers and health service managers in the context of implementing complementary therapies to increase
community empowerment and can be replicated in various health care settings, especially in the elderly.
32 | Ridwan Ikop1, Sulaiman2,Sri Martini 3: Pemberian Program Latihan Ballance Exercise terhadap
Keseimbangan Klien Lansia Di Kelurahan 23 Ilir Palembang
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
33 | Ridwan Ikop1, Sulaiman2,Sri Martini 3: Pemberian Program Latihan Ballance Exercise terhadap
Keseimbangan Klien Lansia Di Kelurahan 23 Ilir Palembang
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
34 | Ridwan Ikop1, Sulaiman2,Sri Martini 3: Pemberian Program Latihan Ballance Exercise terhadap
Keseimbangan Klien Lansia Di Kelurahan 23 Ilir Palembang
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
35 | Ridwan Ikop1, Sulaiman2,Sri Martini 3: Pemberian Program Latihan Ballance Exercise terhadap
Keseimbangan Klien Lansia Di Kelurahan 23 Ilir Palembang
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
36 | Ridwan Ikop1, Sulaiman2,Sri Martini 3: Pemberian Program Latihan Ballance Exercise terhadap
Keseimbangan Klien Lansia Di Kelurahan 23 Ilir Palembang
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
ABSTRAK
Di Kabupaten Garut tahun 2016 telah terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) campak sebanyak 323
kasus dengan 1 orang meninggal dan tertinggi di Puskesmas Kersamenak sebanyak 48 kasus.
Salah satu upaya untuk mencegah terjadinya penyakit campak adalah dengan pemberian imunisasi.
Cakupan imunisasi dapat dipengaruhi oleh pengetahuan dan sikap ibu tentang imunisasi campak.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap ibu yang mempunyai
balita tentang penyakit campak di Puskesmas Kersamenak Kabupaten Garut. Rancangan penelitian
menggunakan deskriptif kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini ibu yang mempunyai balita di
Wilayah Kerja Puskesmas Kersamenak sebanyak 231 ibu. Teknik pengambilan sampel Purposive
Sampling, jumlah sampel sebanyak 146 ibu yang mempunyai balita. Instrument yang digunakan
dibuat sendiri dengan uji valid r table ≥ 0,514 dan uji reliabel cronbach alpa 0,944. Analisis data
yang digunakan yaitu univariat. Hasil penelitian menunjukan sebagian besar ibu berpengetahuan
cukup sebanyak 100 orang (68,5%) dan hampir setengahnya sikap ibu Favourable sebanyak 74
orang (50,7%). Disimpulkan dari penelitian ini pengetahuan ibu cukup karena ibu memahami
tentang pengertian penyakit campak, cara penularan penyakit campak, tanda gejala penyakit
campak, komplikasi penyakt campak, pencegahan penyakit campak, serta perawatan penyakit
campak Sikap ibu Favourable karena sikap kognitif, afektif dan konatif sebagian besar ibu sangat
setuju dengan kebersihan lingkungan, tanda gejala penyakit campak dan informasi manfaat
imunisasi campak. Diharapkan Puskesmas dapat memberikan penyuluhan lebih intensif pada
masyarakat tentang penyakit campak.
ABSTRACT
In Garut regency in 2016 has occurred 323 cases of measles extraordinary events (KLB) with 32
people died and the highest number of death is in Kersamenak Community Helath Center as many
as 48 cases. An effort to prevent measles is by giving immunizations. The scope of immunization
can be influenced by the knowledge and attitudes of mothers about measles immunization. The
purpose of this study was to determine the description of knowledge and attitudes of mothers who
have toddlers about measles in the Kersamenak Community Health Center in Garut Regency. The
study design used quantitative descriptive. The population in this study was mothers who had
children under five in the working area of Kersamenak Community Health Center as many as 231
mothers. The sample was taken by purposive sampling technique, the number of samples as many
as 146 mothers who have toddlers. The instrument used was made by researcher with a valid test r
table ≥ 0.514 and a reliable Cronsbach alpha test 0.944. Analysis of the data was univariate. The
results showed that most of mothers has good knowledge as many as 100 people (68.5%) and
almost half of th mothers have favorable attitude as many as 74 people (50.7%). It can be
concluded from this research that the mother's knowledge is sufficient because they understands
the meaning of measles, how to be infected by measles, signs of measles, complications of measles,
prevention of measles, and care for measles. Attitude of the mothers was favorable due to the
cognitive, affective and conative attitude of most mothers strongly agree with environmental
hygiene, measles symptoms and information on the benefits of measles immunization. It is expected
that the Community Health Center can provide more intensive information to the public about
measles.
Keywords : Measles, Mother, Knowledge, Attitude
37 | Reni Rohaniah, Nenden Nur Asriyani Maryam, Sukmawati : Pengetahuan dan sikap ibu yang
memepunyai anak balita tentang penyakit campak
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
38 | Reni Rohaniah, Nenden Nur Asriyani Maryam, Sukmawati : Pengetahuan dan sikap ibu yang
memepunyai anak balita tentang penyakit campak
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
38 | Reni Rohaniah, Nenden Nur Asriyani Maryam, Sukmawati : Pengetahuan dan sikap ibu yang
memepunyai anak balita tentang penyakit campak
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
Karakteristik f Persentase %
Umur Ibu
< 20 tahun 1 0,7
20-35 tahun 111 76,0
> 35 tahun 34 23,3
Umur balita
Batita 1- ≤ 3 tahun 110 75,3
Prasekolah > 3-5 tahun 36 24,7
Pendidikan
SD 61 41,8
SLTP 68 46,6
SLTA 17 11,6
Pekerjaan
IRT 145 99,3
Wiraswasta 1 0,7
Tabel 2
Distribusi frekuensi Pengetahuan Responden Tentang Penyakit Campak
(N=146)
Pengetahuan f %
Baik 30 20,5%
Cukup 100 68,5%
Kurang 16 11%
Total 146 100%
39 | Reni Rohaniah, Nenden Nur Asriyani Maryam, Sukmawati : Pengetahuan dan sikap ibu yang
memepunyai anak balita tentang penyakit campak
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
Table 2 diketahui sebagian besar pengetahuan ibu tentang penyakit campak cukup
sebanyak 100 orang (68,5%).
Tabel 3
Pengetahuan Ibu responden Tentang Penyakit Campak
Berdasarkan Item Pertanyaan
Pengetahuan Ibu Jawaban Pertanyaaan
Benar Salah
f % f %
Pengertian penyakit campak terdiri
dari pertanyaan:
Penyakit campak adalah penyakit 115 78,8 31 21,2
infeksi yang disebabkan oleh virus.
38 | Reni Rohaniah, Nenden Nur Asriyani Maryam, Sukmawati : Pengetahuan dan sikap ibu yang
memepunyai anak balita tentang penyakit campak
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
39 | Reni Rohaniah, Nenden Nur Asriyani Maryam, Sukmawati : Pengetahuan dan sikap ibu yang
memepunyai anak balita tentang penyakit campak
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
Tabel 4
Distribusi frekuensi Sikap Responden Tentang Penyakit Campak
(N=146)
Sikap Ibu f %
Favourable 74 (%)
Unfavourable 72 50,7
Total 146 49,3
100%
Tabel 5
Sikap Ibu Yang Mempunyai Balita Tentang
Penyakit Campak Berdasarkan Item Pertanyaan
Sikap Ibu Jawaban Pertanyaan
Sangat Setuju Ragu- Tidak Sangat
Setuju Ragu Setuju Tidak
Setuju
f % f % f % f % f %
Sikap Kognitif Ibu
tentang penyakit campak
Lingkungan yang padat 20 13,7 36 24,7 62 42,5 24 16,4 4 2,7
merupakan faktor penyebab
terjadinya penyakit
campak.
38 | Reni Rohaniah, Nenden Nur Asriyani Maryam, Sukmawati : Pengetahuan dan sikap ibu yang
memepunyai anak balita tentang penyakit campak
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
39 | Reni Rohaniah, Nenden Nur Asriyani Maryam, Sukmawati : Pengetahuan dan sikap ibu yang
memepunyai anak balita tentang penyakit campak
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
yang paling tertinggi adalah kontak dan tidak setuju jika dilakukan imunisasi
langsung atau melalui droplet dengan pada anaknya, karena pernah terjadi
anak yang terinfeksi virus campak pada beberapa anak yang sudah
karena virus campak dapat hidup diberikan imunisasi mengalami efek
didalam droplet saluran nafas selama seperti kelumpuhan, sehingga sebagian
beberapa jam. ada ibu tidak mau melakukan imunisasi
Menurut (Dewi Astuti, apapun untuk anaknya. Hal ini sesuai
2017)penyakit campak disebabkan dengan penelitian. Wahyuni (2016)
kurangnya pengetahuan ibu, karena bahwa kelompok ibu yang tidak
kebanyakan ibu balita tidak mengetahui melakukan imunisasi beranggapan
tanda dan gejala awal campak seperti bahwa penyakit itu tidak serius dan
demam, batuk dan pilek. Ibu belum merasakan manfaat imunisasi,
menganggapnya sakit demam biasa, jika anaknya memiliki sistem kekebalan
sebagian besar balita terkena penyakit tubuh yang kuat, mereka merasa tidak
campak disebabkan karena tertular dari khawatir karena masih percaya dengan
teman bermainnya. Menurut (Kemenkes keyakinan bahwa penyakit itu
RI, 2018) penyakit campak tidak dapat diberikan oleh tuhan dan akan sembuh
diobati, pengobatan yang diberikan dengan sendirinya.
kepada penderita hanya bersifat Penelitian Giarsawan et al.,
supportif, tetapi penyakit ini bisa (2014) meskipun telah mendapat
dicegah dengan memberikan imunisasi imunisasi campak pada usia 9 bulan,
MR. Hasil penelitian yang dilakukan namun masih ada titer antibody campak
oleh (Haryonugroho, 2008) selain yang negative. Hal tersebut
dibatasi anaknya bermain, biasanya ibu kemungkinan disebabkan oleh beberapa
juga akan meberikan obat ketika sudah faktor diantaranya daya guna vaksin
memeriksakan anaknya ke dokter. Obat- yang belum maksimal, starin vaksin
obatan yang diberikan bukan untuk yang digunkan, faktor kematangan
mengobati penyakit campak, melainkan sistem imun tubuh, faktor genetik yang
berfungsi untuk menurunkan resiko atau membuat respon imun terbatas, masih
gejala- gejala yang ditimbulkan dari terdapat antibody maternal pada saat
penyakit campak. imunisasi sehingga antigen vaksin akan
Selain variabel pengetahuan diikat oleh antibody yang terdapat
ada variabel sikap tentang penyakit didalam tubuh anak sehingga respon
campak yaitu sebagian besar ibu imun tidak terbentuk dengan baik.
memiliki sikap favourable. Hal ini
sesuai penelitian oleh Wahyuni S.
(2013) salah satu faktor terjadinya Kesimpulan Dan Saran
penyakit campak yaitu faktor pemudah Sebagian besar pengetahuan
yang didalamnya termasuk sikap Ibu. responden tentang penyakit campak
Kurangnya sikap ibu tentang penyakit dalam kategori cukup dan sebagian kecil
campak akan menjadi faktor terbesar pengetahuan responden dalam ketegori
yang menyebabkan mudahnya bayi kurang. Sikap ibu tentang penyakit
terkena penyakit campak atau penyakit campak sebagian besar dalam kategori
lainnya. Berdasarkan hasil penelitian Favourable. Diharapkan ibu lebih
Gondowardojo dan Ida (2014) bahwa proaktif mencari informasi tentang
sikap ibu yang baik disebabkan karena campak agar pengetahuan meningkat
seorang ibu dapat memahami dan dan sikap menjadi positif sehingga dapat
memiliki motivasi dari pihak pelayanan melakukan pencegahan secara efektif.
kesehatan tentang upaya pencegahan Ucapan Terima Kasih
penyakit campak, sedangkan sikap ibu Penulis mengucapkan terima
yang kurang disebabkan Berdasarkan kasih kepada Fakultas Keperawatan atas
penelitian yang dilakukan peneliti sikap dukungan moral dan material serta
ibu banyak setuju jika dilakukan Dinas Kesehatan Kabupaten Garut yang
imunisasi campak tetapi kenyataan telah mengizinkan penulis untuk
masih ada ibu yang merasa ragu- ragu
39 | Reni Rohaniah, Nenden Nur Asriyani Maryam, Sukmawati : Pengetahuan dan sikap ibu yang
memepunyai anak balita tentang penyakit campak
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
ABSTRAK
Menurut Permenkes No. 97 Tahun 2014 tentang Pelayanan Kesehatan Masa Hamil, pemeriksaan
kesehatan selama masa kehamilan dilakukan sekurang-kurangnya empat kali, yaitu satukali pada
trimester pertama, satu kali pada trimester kedua, dan dua kali pada trimester ketiga. Tujuan
penelitian ini adalah menilai hubungan antara karakteristik ibu dan kelengkapan pemeriksaan
kehamilan (antenatal care) di Puskesmas Kota Ende. Masalah yang ada karena dikarenakan masih
kurangnya kesadaran ibu hamil dalam melakukan pemeriksaan kehamilannya, kurangnya
konseling maupun penyuluhan dari petugas kesehatan mengenai pentingnya melakukan
pemeriksaan kehamilan. Penelitian ini menggunakan desain potong lintang (cross sectional)
menggunakan data rekam medis ibu yang melakukan kunjungan antenatal care di Puskesmas Kota
Ende bulan Januari - Desember 2017. Sampel pada penelitian ini adalah 103 rekam medis yang
diambil sampel total sampling. Kesimpulan penelitian menunjukkan persentase terbesar ibu hamil
berusia 20-35 tahun, berpendidikan lanjutan (SLTA ke atas), tidak bekerja, kehamilan anak kedua
atau lebih, dan yang melakukan pemeriksaan kehamilan (ANC) secara lengkap 70,9%.Tidak ada
hubungan antara usia (p = 0,061), pendidikan (p = 0,733), pekerjaan (p = 0,818),paritas (p =
0,426), dan kelengkapan pemeriksaan kehamilan.
Kata Kunci: usia, pendidikan, pekerjaan, paritas, kelengkapan pemeriksaan kehamilan (antenatal
care).
ABSTRACT
Pregnancy examinations are carried out at least 4 (four) times during the pregnancy period which
is carried out 1 (one) time in the first trimester, 1 (One) time in the second trimester, and 2 (Two)
times in the third trimester. The purpose of this study was to find out what factors were related to
the completeness of antenatal care at the Ende City Health Center. This study uses cross sectional
quantitative design with retrospective approach which means using secondary data taken from
maternal medical record data that conducted antenatal care visits at Ende City Health Center
from January to December 2017. The samples in this study were 103 maternal medical records
giving birth who had a pregnancy check up at the Ende City Health Center. The sampling
technique is total sampling. The results of this study indicate that there is no relationship between
age (p = 0.061), education (p = 0.733), occupation (p = 0.818), parity (p = 0.426) with complete
antenatal care (antenatal care). It was concluded that there was no significant relationship
between age, education, employment and parity with the completeness of antenatal care. With the
results of these studies, the researcher suggests that the next researcher can add other variables
and use quantitative and qualitative research methods.
42 | Fransiska Dominika Riberu, Adeline Lebuan : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kelengkapan
Pemeriksaan Ibu Hamil (Antenatal Care) Di Puskesmas Kota Ende. (Analisis Rekam Medis Tahun 2017)
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
PENDAHULUAN menunjukkan bahwa hanya setengah
dari semua ibu hamil yang menerima
Tingginya angka kematian ibu
jumlah perawatan sesuai yang
menjadi perhatian organisasi-organisai
disarankan. Di daerah dengan AKI
kesehatan di dunia. Menurut hasil Survei
tertinggi seperti sub-Sahara Afrika dan
Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI)
Asia Selatan, persentasi ibu hamil yang
tahun 2012, AKI nasional sebesar
melakukan empat kali kunjungan
359/100.000 kelahiran hidup Salah satu
antenatal hanya sekitar 52% di sub-
usaha untuk menurunkan angka
Sahara Afrika dan 46% di Asia Selatan.
kematian ibu adalah dengan melakukan
Riskesdas(2013) pada tahun 2012
pemeriksaan kehamilan secara lengkap
menyatakan bahwa secara nasional di
(antenatal care). . Hasil SDKI tahun
Indonesia persentasi ibu hamil yang
2012 ini masih sangat jauh dari target
melakukan kunjungan K1 adalah 95,7%
pencapaian MDGs (Millenium
sedangkan pada tahun 2013 turun
Development Goals) pada tahun 2015
menjadi 95,4%. Total ibu hamil yang
yaitu sebesar 102/100.000 kelahiran
melakukan empat kali kunjungan (K4)
hidup. Sekarang ini juga telah ditetapkan
juga mengalami penurunan. Ibu hamil
target SDGs (Suistainable Development
yang melakukan K4 pada tahun 2012
Goals) pada tahun 2030, yaitu sebesar
adalah 87,8% dan pada tahun 2013 turun
70/100.000 kelahiran hidup. RPJMN
menjadi 83,5%. Beberapa provinsi di
(2015) menargetkan pada tahun 2019
Indoneisa yang memiliki cakupan
AKI 346 per 100.000 kelahiran hidup.
pelayanan ibu hamil K4 relatif rendah
Tahun 2015 menurun menjadi 306 per
yakni Papua 31,90%, Papua Barat
100.000 kelahiran hidup. WHO (2016)
50,09%, dan Nusa Tenggara Timur
mendefinisikan antenatal care (ANC)
61,78% (Kemenkes, 2013).
sebagai pelayanan kesehatan yang
Laporan Profil Kesehatan
menyediakan fungsi perawatan
Kabupaten/Kota se-Provinsi NTT pada
kesehatan yang penting bagi ibu hamil.
tahun 2016 cakupan kunjungan
Permenkes No.97 (2014) menjelaskan
pelayanan K1 dan K4 di Kabupaten
bahwa pelayanan ANC pada ibu hamil
Ende menurun menjadi K1 95,6% dan
minimal 4 kali yang sering dikenal
K4 59,1%. Cakupan K4 ini masih belum
dengan istilah K1-K4. Pada trimester
mencapai target RPJMD (Rencana
pertama, ibu hamil disarankan
Pembangunan Jangka Menengah
melakukan kunjungan minimal 1 kali,
Daerah) Kabupaten Ende tahun 2016
sementara untuk trimester kedua juga
yaitu 96,58%. Hasil presentasi
minimal 1 kali kunjungan dan pada
menunjukkan bahwa kesadaran ibu
trimester ketiga2 kali kunjungan.
hamil untuk memeriksakan
Indikator tersebut dapat digunakan
kehamilannya secara teratur masih
untuk memperlihatkan akses pelayanan
sangat kurang, selain itu juga masih
kesehatan terhadap ibu hamil dan
kurangnya kunjungan rumah bagi yang
kelengkapan pemeriksaan
drop out, pendataan ibu hamil, belum
kehamilannya.
efektifnya penggunaan kantong
Berdasarkan data dari UNICEF persalinan di puskesmas, disamping itu
(2016) disebutkan bahwa seara global juga belum semua praktik dokter dan
86% ibu hamil di seluruh dunia bidan swasta menyampaikan pencatatan
melakukan pemeriksaan ANC dengan dan pelaporan hasil pelayanan kesehatan
petugas kesehatan hanya satu kali khususnya pelayanan kesehatan ibu
selama masa kehamilan. Ibu hamil yang hamil (Dinkes NTT, 2016). Kemenskes
patuh dalam melakukan ANC sebanyak RI (2017) menemukan bahwa di NTT
empat kali kunjungan hanya tiga dari jumlah ibu hamil 148.534 orang dan ibu
lima orang (62%). Tetapi UNICEF hamil yang melakukan K4 sebanyak
mencatat bahwa perkiraan secara global 76.434 (51,46%).
43 | Fransiska Dominika Riberu, Adeline Lebuan : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kelengkapan
Pemeriksaan Ibu Hamil (Antenatal Care) Di Puskesmas Kota Ende. (Analisis Rekam Medis Tahun 2017)
Puskesmas Kota Ende terletak di menilai faktor-faktor yang berhubungan
Jalan Kokos Raya Nomor 1 Kelurahan dengan kelengkapan pemeriksaan ibu
Mautapaga Kecamatan Ende Timur hamil (ANC) di Puskesmas Kota Ende.
Kabupaten Ende dengan wilayah kerja
mencakup kelurahan mautapaga,
kelurahan kelimutu dan kelurahan METODE
potulando. Data Puskesmas Kota Ende Penelitian ini menggunakan
menunjukkan ibu hamil yang melakukan disain kuantitaif potong lintang (cross
kunjungan ANC pada tahun 2015 K1 sectional)yangdilakukan di Puskesmas
(100%), K4 (88,1%), pada tahun 2016 Kota Ende pada bulan Janurai 2019.
kunjungan ibu hamil K1 (94,9%) K4 Sampel penelitian ini diambil dengan
(85,6%), dan pada tahun 2017 menggunakan teknik total
kunjungan ibu hamil K1 (100,9%) K4 samplingseluruh rekam medik ibu hamil
(88,7%). Belum tercapainya target yang melakukan kunjungan ANC di
kunjungan K4 di Puskesmas Kota Ende Puskesmas Kota Endebulan Januari
dikarenakan masih kurangnya kesadaran sampai dengan Desember tahun 2017
ibu hamil dalam melakukan sebanyak 103 orang. Pengumpulan data
pemeriksaan kehamilannya, kurangnya pada penelitian ini menggunakan rekam
konseling maupun penyuluhan dari medis dan diolah menggunakan SPSS.
petugas kesehatan mengenai pentingnya Analisis data kategorik dilakukan
melakukan pemeriksaan menggunakan uji Chi Square.( Supardi,
kehamilan.Tujuan penelitian ini adalah S dan Rustika, 2013).
HASIL PENELITIAN
Tabel 1
Distribusi Frekuensi Karakteristik Ibu Hamil di Puskesmas Kota Ende
(Analisis Rekam Medis 2017)
44 | Fransiska Dominika Riberu, Adeline Lebuan : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kelengkapan
Pemeriksaan Ibu Hamil (Antenatal Care) Di Puskesmas Kota Ende. (Analisis Rekam Medis Tahun 2017)
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
Tabel 2
Hubungan antara karakteristik ibu dan pemeriksaanKehamilan di Puskesmas Kota
Ende (Analisis Rekam Medis 2017)
45 | Fransiska Dominika Riberu, Adeline Lebuan : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kelengkapan
Pemeriksaan Ibu Hamil (Antenatal Care) Di Puskesmas Kota Ende. (Analisis Rekam Medis Tahun 2017)
menyebabkan terjadinya komplikasi Hubungan pekerjaan dengan
selama kehamilan. kelengkapan pemeriksaan kehamilan
Berdasarkan tabel 5.2
Hubungan pendidikan dengan menunjukkan ibu hamil bekerja yang
kelengkapan pemeriksaan kehamilan melakukan pemeriksaan lengkap 72,1%
Berdasarkan tabel dan ibu tidak bekerja yang melakukan
5.2menunjukkan ibu hamil pemeriksaan kehamilan secara lengkap
berpendidikan dasar (SD sederajat 70,0%, uji statistic Chi-Square
sampai SLTP) yang melakukan didapatkan hasil p value 0,818 (>0,05)
pemeriksaan lengkap 66,7% dan ibu berarti tidak ada hubungan antara
yang berpendidikan lanjutan (SLTA ke pekerjaan dan kelengkapan pemeriksaan
atas) yang melakukan pemeriksaan kehamilan di Puskesmas Kota Ende.
kehamilan secara lengkap 71,4%, uji Hasil ini sejalan dengan penelitian
statistic Chi-Square didapatkan hasil p yang dilakukan oleh Susanto J et al
value 0,733 (>0,05) berarti tidak ada (2016) yang dilakukan kepada 93 orang
hubungan antara pendidikan dan menunjukkan bahwa faktor status
kelengkapan pemeriksaan kehamilan di pekerjaan tidak memengaruhi
Puskesmas Kota Ende. kelengkapan pemeriksaan kehamilan(p
Hasil ini sejalan dengan penelitian = 0,500).Dengan adanya status
yang dilakukan oleh Yuly Yulyani pekerjaan atau memiliki kesibukan lain
(2017) yang dilakukan terhadap 30 menjadi sebagai ibu rumah tangga bisa
orang ibu hamil trimester 3 memperoleh membuat ibu hamil mengalami lelah dan
hasil faktor pendidikan tidak berpengaruh terhadap kandungan dan
mempengaruhi kunjungan K4 (p = minimnya waktu untuk memeriksakan
0,155). Peneliti berpendapat bahwa kehamilannya kepada petugas
pendidikan tinggi yang dimiliki oleh kesehatan.
seorang ibu memang merupakan faktor Asumsi peneliti pemeriksaan
penting yang melatarbelakangi dan kehamilan merupakan tanggung jawab
memotivasi ibu hamil dalam melakukan ibu terhadap kesehatan dirinya sendiri
pemeriksaan kehamilan secara teratur. dan bayinya. Secara kuantitas dan
Walaupun demikian, tidak berarti bahwa kualitas ibu yang tidak bekerja memiliki
ibu hamil dengan status pendidikan waktu dan kesempatan yang banyak
rendah melakukan pemeriksaan untuk merawat janinnya dengan
kehamilan (K4) tidak sesuai standar. memeriksakan kehamilannya secara
Hasil ini berbanding terbalik dengan lengkap, sedangkan ibu yang bekerja
penelitian yang dilakukan oleh dapat mengajukan permohonan ijin
Syukrianti Syahda (2014) yang untuk pemeriksaan kehamilan,
mengatakan bahwa pendidikan memanfaatkan teknologi yang ada untuk
berhubungan dengan kunjungan ANC menjalin komunikasi yang baik dengan
nilai p-value 0,003. petugas kesehatan agar ibu yang bekerja
Asumsi peneliti semakin tinggi dapat memastikan ke petugas kesehatan
tingkat pendidikan ibu maka wawasan jadwal kunjungan sampai dengan
atau cara berpikir ibu semakin mudah konsultasi terkait kehamilannya.
untuk menerima informasi dan lebih
terbuka dalam menerima masukan serta Hubungan paritas dengan
informasi tersebut yang akan dinyatakan kelengkapan pemeriksaan kehamilan
dengan sikap positif diwujudkan lewat Berdasarkan Tabel 5.2 menunjukkan ibu
perilaku memeriksaan kehamilannya hamil primigravida (persalinan anak pertama)
secara lengkap. yang melakukan pemeriksaan lengkap 75,0%
dan ibu multigravida (persalinan anak kedua
atau lebih) yang melakukan pemeiksaan
kehamilan lengkap 67,8%, uji statistic Chi-
Square didapatkan hasil p value 0,426
46 | Fransiska Dominika Riberu, Adeline Lebuan : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kelengkapan
Pemeriksaan Ibu Hamil (Antenatal Care) Di Puskesmas Kota Ende. (Analisis Rekam Medis Tahun 2017)
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
(>0,05) berarti tidak ada hubungan memperoleh informasi dari petugas
antara paritas dengan kelengkapan tentang pentingnya melakukan
pemeriksaan kehamilan di Puskesmas kunjungan ANC secara lengkap.
Kota Ende.
Hasil ini sejalan dengan penelitian
Kesimpulan Dan Saran
yang dilakukan oleh Tarigan Dwi (2017)
yang dilakukan kepada 64 orang ibu Diharapkan agar petugas kesehatan
hamil menunjukkan bahwa faktor paritas di puskesmas kota Ende untuk
tidak memengaruhi kelengkapan meningkatkan pelayanan dan
pemeriksaan kehamilan (p = memberikan dukungan serta pendidikan
0,497).Hasil ini berbanding terbalik kesehatan bagi ibu hamil agar
dengan penelitian yang dilakukan oleh melakukan pemeriksaan kehamilan
Rabi‟atul Adwiyah Su‟ong (2013) yang secara lengkap untuk mencegah
menunjukkan ada hubungan antara terjadinya komplikasi masa kehamilan
paritas dengan kunjungan antenatal care, sehingga membantu menekan AKI
dimana p-value 0,006. (Angka Kematian Ibu) di NTT. Bagi
Asumsi peneliti ANC minimal dilakukan peneliti selanjutnya diharapkan untuk
untuk mengurangi Angka Kematian Ibu (AKI). menambahkan variabel-variabel seperti
Ibu hamil bertanggung jawab atas kesehatan dukungan petugas kesehatan dengan
dirinya dan kesehatan janinnya. Dari data diatas kelengkapan pemeriksaan kehamilan
lebih banyak ibu multigravida yang melakukan (ANC).
pemeriksaan kehamilan secara lengkap hal ini
dikarenakan ibu multigravida yang memiliki
Ucapan Terima Kasih
resiko pada kehamilan sebelumnya merasa perlu
untuk memeriksakan kehamilan pada kehamilan Kepada Tuhan Yang Maha Esa telah
berikutnya agar tidak terjadi tanda bahaya saat memberikan rahmatnya untuk menyelesaikan
kehamilan, serta adanya dukungan petugas penulisan artikel ini. Untuk dosen pembimbing
kesehatan dalam memberikan edukasi dan yang senantiasa meluangkan waktu untuk
informasi terkait pentingnya melakukan bimbingan serta keluarga yang selalu memberi
pemeriksaan kehamilan. dukungan materi dan moril.
Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian Daftar Pustaka
terhadap 103 rekam medis ibu yang Choironissa R et al. (2017). Analisis
melahirkan di Puskesmas Ende, diambil
Faktor yang berhubungan dengan
kesimpulan bahwa persentase terbesar
ibu hamil berusia tidak beresiko (20-35 Pemeriksaan K4 Pada Ibu Hamil
tahun), pendidikan lanjutan (SLTA ke
di Puskesmas Bakung Provinsi
atas), tidak bekerja, hamil anak kedua
atau lebih, dan melakukan pemeriksaan Lampung.
kehamilan secara lengkap 70,9%. Tidak
Dinkes NTT. (2016).
ada hubungan antara usia (p = 0,061),
pendidikan (p = 0,733), pekerjaan (p = ProfilKesehatanProvinsi Nusa
0,818), paritas (p = 0,426), dan
Tenggara TimurTahun 2016.
kelengkapan pemeriksaan kehamilan.
Dari hasil penelitian terlihat bahwa Nusa Tenggara Timur
usia tidak beresiko, pendidikan lanjutan,
:DinasKesehatan NTT.
dan ibu tidak bekerja seharusnya ibu
memiliki waktu yang cukup dalam SU'ONG, R. A. A. (2014). Faktor-faktor
melakukan kunjungan ANC, akan tetapi
Yang Berhubungan dengan
karena kurang kesadaran ibu dalam
melakukan kunjungan kehamilan (ANC) Kunjungan Antenatal Care di
menjadi hambatan ibu dalam
47 | Fransiska Dominika Riberu, Adeline Lebuan : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kelengkapan
Pemeriksaan Ibu Hamil (Antenatal Care) Di Puskesmas Kota Ende. (Analisis Rekam Medis Tahun 2017)
Puskesmas Mongolato Kecamatan Supardi, S danRustika. (2013). Buku
Telaga Kabupaten Gorontalo Ajar Metodologi Riset
(Doctoral dissertation, Universitas Keperawatan.Jakarta : CV. Trans
Negeri Gorontalo). Info Media.
Hajizadehet al. (2016). Factors Susanto J et al. (2016). Faktor-Faktor
Influencing the Use of Prenatal yang
Care : A Systemic Review. berhubungandenganPemeriksaanA
Journal of Midwifery and ntenatal Care (ANC)Kunjungan 1
Reproductive Health, 4(1), 544- – Kunjungan 4 (K1-K4)
557. padaIbuHamil di RSUD Kota
KementrianKesehatanRepublik Kendari.
Indonesia. (2013). Profil TariganDwi. (2018). Faktor
Kesehatan Indonesia 2012. Kelengkapan Kunjungan
Jakarta: Pusat Data danInformasi. Antenatal Care di Puskesmas Sei
KementrianKesehatanRepublik Kepayang Kabupaten Asahan
Indonesia. (2017). Tahun 2017. Mahakam Midwifery
ProfilKesehatan Indonesia 2016. Journal (MMJ),2(2), 105-121.
Jakarta: Pusat Data danInformasi. Tasliah et al. (2017). Faktor-Faktor yang
Mantang Iet al. (2016). Faktor-Faktor berhubungandenganKunjunganAn
yang tenatal Care (ANC)
berhubungandenganKunjunganAn padaIbuHamil di Wilayah
tenatal padaIbuHamil di Wilayah KerjaPuskesmasCandilamaKota
KerjaPuskesmasMotoboi Kecil Semarang.
Kota Mobagu. UNICEF. (2016). Maternal Health.
Notoatmodjo, S. (2014). Yulyani Linda. (2017). Faktor-Faktor
IlmuPerilakuKesehatan. Jakarta: yang berhubungan dengan
RinekaCipta. Kunjungan K4 pada Ibu Hamil di
Padila. 2014. Buku Ajar Puskesmas Danurejan I Kota
KeperawatanMaternitas. Yogyakarta.
Yogyakarta: NuhaMedika. WHO. (2016). WHORecommendations
Permenkes No.97 tahun 2014 Tentang on Antenatal Care for a positive
Pelayanan Kesehatan Masa pregnancy experience.
Hamil.
48 | Fransiska Dominika Riberu, Adeline Lebuan : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kelengkapan
Pemeriksaan Ibu Hamil (Antenatal Care) Di Puskesmas Kota Ende. (Analisis Rekam Medis Tahun 2017)
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
Elizabeth Ari Setyarini (1), Ferdinan Sihombing (2), Veronika Ayu Sandriani (3)
123
Prodi Sarjana Keperawatan, STIKes Santo Borromeus Bandung.
elizabeth.rini@yahoo.com
ABSTRAK
Pada lansia timbul keluhan sulit tidur pada waktu malam hari, dimana episode tidur cenderung
memendek, dan hampir tidak memiliki waktu tidur yang dalam. Jika hal ini terus berlanjut dapat
beresiko mengalami gangguan dalam kualitas tidur lansia. Fenomena yang terjadi pada lansia
ditemukan 4 dari 5 lansia mengeluh tidak dapat tidur nyenyak di malam hari , pada siang hari
sering menguap, tidak konsentrasi dan konjungtiva bawah tampak kehitaman. Tujuan penelitian ini
untuk mengetahui pengaruh jalan santai terhadap kualitas tidur lansia. Penelitian ini menggunakan
metode kuantitatif, desain quasi eksperimen dengan pendekatan pre and post without control.
Sampel penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling, 10 responden. Instrumen untuk
menilai kualitas tidur: menggunakan PSQI (Pitsburgh Sleep Quality Index). Hasil penelitian
univariat diperoleh data pre test bahwa 100% lansia memiliki kualitas tidur buruk dan hasil post
tes diperoleh data 90% kualitas tidur lansia buruk dan 10% kualitas tidur baik. Pada paired sampel
T-Test diperoleh p value 0,000 < α (0,05 berarti ada pengaruh jalan santai terhadap kualitas tidur
lansia. Saran dalam penelitian adalah membuat jadwal kegiatan jalan kaki seminggu 3x di
lingkungan panti untuk dapat meningkatkan kualitas tidur lansia.
Kata Kunci : Lansia, Kualitas tidur, Jalan santai.
Absctract
In the elderly complaints arising from difficulty sleeping at night, where sleep episodes tend to be
short, and almost do not have a deep sleep. If this continues, there is a risk of disturbance in the
quality of sleep in the elderly The phenomenon that occurs in the elderly is found 4 out of 5 elderly
complained of not being able to sleep well at night, during the day often evaporates, no
concentration and the lower conjunctiva looks black. The purpose of this study was to determine
the effect of a relaxing walk on the quality of sleep in the elderly. This research uses quantitative
methods, quasi-experimental design with a pre and post without control approach. The sample of
this study used a purposive sampling technique, 10 respondents. Instrument for assessing sleep
quality: using PSQI. Univariate research results obtained pre-test data that 100% of elderly have
poor sleep quality and post-test results obtained 90% of poor elderly sleep quality and 10% of
good sleep quality. Paired T-Test samples obtained p value 0,000 <α (0.05 means that there is an
influence of walking to the quality of sleep in the elderly. Suggestion in this research is to schedule
a 3-week walk in the orphanage environment to improve the quality of sleep in the elderly.
49 | Elizabeth Ari Setyarini , Ferdinan Sihombing, Veronika Ayu Sandriani : Pengaruh Olahraga Jalan
Santai Terhadap Kualitas Tidur Lansia Di Panti Werdha Bandung
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
FAKTOR-AKTIVITAS- http://repository.upi.edu/3403/
FISIK-PADA-LANSIA-pdf. 5/S_IKOR_0901362_Chapter3.
pdf
Maryam Siti dkk, 2012.Mengenal Riyanto, Agus, 2011. Metodologi
Usia dan Lansia dan Penelitian Kesehatan.
Perawatannya. Jakarta : Yogyakarta: Nuha Medika
Salemba Medika. Saryono & Widianti, A,T. 2012.
Notoatmodjo, Soekidjo, 2015. Catatan Kuliah Kebutuhan
Metodologi Penelitian Dasar Manusia. Ctakan 2.
Kesehatan. Rinerka Cipta Yogyakarta: Nuha Medika.
Nugroho, W. 2008. Keperawatan Setiadi. 2013. Konsep dan Praktek
Gerontik & Geriatrik Edisi 3. Penulisan Riset Keperawatan,
Jakarta. EGC Ed 2. Yogyakarta, Graha Ilmu
Nugroho, Dwi, Saputro. 2015. Silvanasari, I. A. 2012. Faktor-Faktor
Pengaruh jalan santai terhadap yang Berhubungan dengan
tekanan darah pada lansia. Kualitas Tidur yang Buruk
http://eprints.ums.ac.id/39652/ Pada Lansia.
1/NASKAH%20PUBLIKASI. http://repository.unej.ac.id/bitst
pdf ream/handle/123456789/3229/I
Potter, Patricia A. 2006. Buku Ajar rwina%20Angelia%20Silvanas
Fundamental Keperawatan: ari.pdf?sequence=1
konsep proses dan praktik, Ed Sugiyono. 2014. Metode Penelitian
1. Vol 2, Jakarta:EGC Kuantitatif Kualitatif dan
Rachmah. 2015. Aktivitas Fisik Pada R&D. Bandung :Alfabeta
Lanjut Usia. Yudi Abdul. 2014.Pengaruh
http://staff.uny.ac.id/sites/defau akupresur terhadap kualitas
lt/files/132256204/Aktivitas%2 tidur lansia di balai
0Fisik%20Lansia.pdf perlindungan sosial Tresna
Randy, S, Y, 2013. Perbandingan Werdha
Antara Lansia Yang http://repository.unpad.ac.id/19
Melakukan Olahraga Jalan 565/1/Pengaruh-Akupresur-
Kaki Dengan Tenis Terhadap Terhadap-Kualitas-Tidur-
Kebugaran Jasmani (Health Lansia.pdf
Related Physical Fitness)
57 | Elizabeth Ari Setyarini , Ferdinan Sihombing, Veronika Ayu Sandriani : Pengaruh Olahraga Jalan
Santai Terhadap Kualitas Tidur Lansia Di Panti Werdha Bandung
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
1
I Dewa Agung Gde Fanji Pradiptha, 2Nyoman Putri Sriadi,3 I Dewa Ayu Marokta Utami
Dewi, 4Ni Putu Maya Kartini Putri
1234
STIKES Bina Usada Bali,
Email: fanjipradiptha20@gmail.com
ABSTRAK
Semakin besar jumlah pegawai yang bekerja pada suatu perusahaan akan meningkatkan kemungkinan
timbulnya suatu permasalahan, penanganan permasalahan tersebut tergantung pada kesadaran
manajemen akan pentingnya sumber daya manusia dalam suatu organisasi. Sumber daya manusia
merupakan sumber daya utama pada suatu perusahaan, sehingga diperlukan suatu perencanaan dan
pengembangan karir. Jenjang karir perawat yang baik dapat berpengaruh pada peningkatan kepuasan
kerja perawat. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan jenjang karir perawat terhadap
kepuasan kerja perawat pelaksana di Ruang Rawat Inap RSUD Wangaya. Penelitian ini menggunakan
rancangan penelitian korelasional dengan pendekatan cross sectional. Sampel yang digunakan
sebanyak 125 perawat pelaksana. Teknik analisa data yang digunakan adalah analisis univariat untuk
menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik variabel penelitian dan analisis bivariat yang
digunakan pada penelitian ini adalah uji chi square untuk menganalisis hubungan jenjang karir
perawat dengan kepuasan kerja perawat pelaksana. Hasil uji statistik diperoleh nilai p= 0.001, hal ini
menunjukkan bahwa ada hubungan jenjang karir dengan kepuasan kerja perawat pelaksana di Ruang
Rawat Inap RSUD Wangaya. Penting bagi institusi rumah sakit untuk memberikan kesempatan
kepada perawat pelaksana untuk meningkatkan jenjang karir, salah satunya melalui pendidikan
lanjutan, sehingga kepuasan kerja perawat dapat meningkat.
The greater the number of employees who work at a company will increase the problem possibility,
the handling of these problems depends on management's awareness of the importance of human
resources in an organization. Human resources are the main resources in a company need a career
planning and development. A good nurse career path enables to influence the improvement of work
nurses satisfaction. This study aimed at analyzing the correlation between nurses' career paths to the
job satisfaction of implementer nurses in the Ward of Wangaya Hospital. This research used
correlation design research with cross sectional approach. The total sampling of the research were
125 implementer nurses. The data analysis technique used was univariate analysis to explain or
describe the characteristics of the research variables and the bivariate analysis used in this study is
the chi square test to analyze the correlation between nurses' career paths to the job satisfaction of
implementer nurses in the Ward of Wangaya Hospital. The statistical test results obtained p value =
0.001, this indicates that there was a correlation between career paths and job satisfaction of
implementer nurses in the Ward of Wangaya Hospital. It is important for hospital to provide
opportunities for implementer nurses to improve their career paths, one of which is through further
education, so that nurse job satisfaction can increase.
59 | I Dewa Agung Gde Fanji Pradiptha, Nyoman Putri Sriadi, I Dewa Ayu Marokta Utami Dewi, Ni Putu Maya Kartini Putri :
The Correlation Between Nurses' Career Paths To The Job Satisfaction Of Implementer Nurses In The Ward Of Wangaya
Hospital.
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
61 | I Dewa Agung Gde Fanji Pradiptha, Nyoman Putri Sriadi, I Dewa Ayu Marokta Utami Dewi, Ni Putu Maya Kartini
Putri : The Correlation Between Nurses' Career Paths To The Job Satisfaction Of Implementer Nurses In The Ward Of
Wangaya Hospital.
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
Hasil
Karakteristik responden pada Tabel 2. Diskripsi Variabel
penelitian ini terdiri dari usia, jenis Penelitian Perawat
kelamin, pendidikan terakhir, masa Pelaksana di Ruang
kerja, status kepegawaian dan Rawat Inap RSUD
jenjang karir perawat. Tabel Wangaya
distribusi frekuensi karakteristik
responden dapat dilihat pada tabel Jumlah
No Variabel Penelitian
berikut ini. n %
1 Jenjang 1. Rendah 81 64,8
Karir 2. Tinggi 44 35,2
Tabel 1. Karakteristik Responden Total 125 100
Perawat Pelaksana di 2 Kepuasan 1. Tidak Puas 61 48,8
Ruang Rawat Inap RSUD Kerja 2. Puas 64 51,2
Wangaya Total 125 100
62 | I Dewa Agung Gde Fanji Pradiptha, Nyoman Putri Sriadi, I Dewa Ayu Marokta Utami Dewi, Ni Putu Maya Kartini
Putri : The Correlation Between Nurses' Career Paths To The Job Satisfaction Of Implementer Nurses In The Ward Of
Wangaya Hospital.
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
63 | I Dewa Agung Gde Fanji Pradiptha, Nyoman Putri Sriadi, I Dewa Ayu Marokta Utami Dewi, Ni Putu Maya Kartini
Putri : The Correlation Between Nurses' Career Paths To The Job Satisfaction Of Implementer Nurses In The Ward Of
Wangaya Hospital.
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
III Keperawatan dan Ners harus hal ini menunjukkan bahwa ada
mempunyai sertifikat PK II. Perawat hubungan jenjang karir dengan
PK-IV adalah lulusan Ners dengan kepuasan kerja perawat pelaksana di
pengalaman bekerja ≥ 13 tahun atau Ruang Rawat Inap RSUD Wangaya.
Ners Spesialis I yang memiliki Hal ini sesuai dengan penelitian yang
pengalaman bekerja ≥ 2 tahun. dilakukan oleh Pradiptha et, al
Perawat Klinis IV harus mempunyai (2018) dengan judul “The
sertifikat PK III. Perawat yang Development Of Implementer
berada pada PK-V adalah Ners Nurses’ Career On Job Satisfaction
Spesialis I yang memiliki And Turnover Intention”. Penelitian
pengalaman bekerja selama ≥ 4 ini menunjukkan bahwa
tahun dan memiliki sertifikat PK IV pengembangan karir berhubungan
atau Ners Spesialis II (Konsultan) kuat dan berpola positif dengan
yang memiliki pengalaman bekerja 0 kepuasan kerja, yang berarti semakin
tahun. Semakin tinggi tahapan yang baik pengembangan karir perawat
dicapai, maka semakin berkembang maka kepuasan kerja perawat akan
pula karir keperawatannya. Hal ini meningkat.
berdampak pada kepuasan kerjanya Penelitian lain juga dilakukan
semakin tinggi. Pada penelitian ini oleh Shujaat, et al (2013) dengan
perawat pelaksana berada pada judul “Impact of Career
jenjang karir PK I sampai dengan PK Development on Employee
IV. Perawat pelaksana pada PK I dan Satisfaction in Private Banking
PK II dikelompokan dalam jenjang Sector Karachi”. Penelitian ini
karir rendah, dan perawat pelaksana menunjukkkan bahwa ada hubungan
pada PK III dan PK IV dikelompok positif antara pengembangan karir
dalam jenjang karir tinggi. dan kepuasan kerja karyawan di
Kepuasan kerja adalah sektor perbankan. Penelitian lain
perasaan individual yang tidak sama yang sejalan dengan penelitian ini
antara satu orang dengan lainnya juga dilakukan oleh Cedaryana
yang dipengaruhi oleh standar nilai (2015) dengan judul “Influence of
pada dirinya. Suatu pekerjaan yang Work Discipline, Career
dinilai lebih tinggi dari keinginan Development and Job Satisfaction on
seseorang, maka kepuasan pada Employee Performance Directorate
pekerjaan tersebut akan makin tinggi. General Research and Development
Kepuasan kerja merupakan of Ministry Research, Technology
gambaran perasaan seseorang dalam and Higher Education”. Hasil
bekerja (Rivai, 2015). Pada penelitian ini menunjukkan terdapat
penelitian ini kepuasan kerja pada hubungan positif antara
perawat pelaksana dikatagorikan pengembangan karir dengan
menjadi puas dan tidak puas. kepuasan kerja.
Penelitian ini menganalisis
hubungan jenjang karir dengan Kesimpulan dan Saran
kepuasan kerja perawat pelaksana di Berdasarkan hasil penelitian,
Ruang Rawat Inap RSUD Wangaya. maka dapat ditarik kesimpulan
Hasil analisis Chi Square bahwa perawat pelaksana sebagian
menunjukkan bahwa nilai p= 0.001, besar masih berada pada jenjang
64 | I Dewa Agung Gde Fanji Pradiptha, Nyoman Putri Sriadi, I Dewa Ayu Marokta Utami Dewi, Ni Putu Maya Kartini
Putri : The Correlation Between Nurses' Career Paths To The Job Satisfaction Of Implementer Nurses In The Ward Of
Wangaya Hospital.
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
65 | I Dewa Agung Gde Fanji Pradiptha, Nyoman Putri Sriadi, I Dewa Ayu Marokta Utami Dewi, Ni Putu Maya Kartini
Putri : The Correlation Between Nurses' Career Paths To The Job Satisfaction Of Implementer Nurses In The Ward Of
Wangaya Hospital.
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
66 | I Dewa Agung Gde Fanji Pradiptha, Nyoman Putri Sriadi, I Dewa Ayu Marokta Utami Dewi, Ni Putu Maya Kartini
Putri : The Correlation Between Nurses' Career Paths To The Job Satisfaction Of Implementer Nurses In The Ward Of
Wangaya Hospital.
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
67 | I Dewa Agung Gde Fanji Pradiptha, Nyoman Putri Sriadi, I Dewa Ayu Marokta Utami Dewi, Ni Putu Maya Kartini
Putri : The Correlation Between Nurses' Career Paths To The Job Satisfaction Of Implementer Nurses In The Ward Of
Wangaya Hospital.
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
2
Wulan Puspa Gary1, Yoanita Hijriyati , Zakiyah 3
123Fakultas Keperawatan Dan Kebidanan, Universitas Binawan.
email: wulanpuspagary1@gmail.com
ABSTRAK
Angka kejadian kecemasan di Indonesia dalam menghadapi persalinan sebanyak 107 juta orang ibu
hamil ( 28,7%) dari 373 juta orang ibu hamil yang mengalami kecemasan menghadapi persalinan.
Populasi ibu hamil di pulau Jawa pada tahun 2012 terdapat 67.976 ibu hamil, sedangkan yang
mengalami kecemasan pada saat akan menghadapi persalinan yaitu 35.587 orang (52,3 %) (BPS,
2013 ). Paritas ibu hamil dan pekerjaan menjadi faktor penyebab munculnya tingkat kecemasan pada
ibu hamil primigravida (Handayani, 2015). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
Bagaimanakah hubungan karakteristik terhadap tingkat kecemasan ibu hamil menjelang persalinan
spontan di Puskesmas Kecamatan Makasar Jakarta Timur. Penelitian ini menggunakan desain
deskriptif korelasi dengan metode survey Cross Sectional. Analisa data meng gunakan uji Spearman
Rank, penelitian ini dilakukan pada 41 responden. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan
karakteristik usia, status paritas, pekerjaan dengan tingkat kecemasan ibu hamil menjelang
persalinan spontan, dan tidak terdapat hubungan tingkat pendidikan dengan tingkat kecemasan ibu
hamil menjelang persalinan spontan. Nilai korelasi usia (r = 0.758), dengan p-value sebesar 0.000
(<0,05), status paritas nilai korelasi (r = 0.394) dengan nilai p-value sebesar 0.011 (<0,05), tingkat
pendidikan nilai korelasi (r = 0.986) dengan nilai p-value sebesar 0.003 (<0,05), Pekerjaan dengan
nilai korelasi (r = -0.309) dengan nilai p-value sebesar 0.049 (<0,05). Saran: ibu hamil dapat
memanfaatkan kunjungan ke pelayanan kesehatan secara teratur untuk dapat mengurangi tingkat
kecemasan menjelang persalinan.
Kata kunci: karakteristik, tingkat kecemasan, ibu hamil
ABSTRACT
The incidence of anxiety in Indonesia in the face of childbirth as many as 107 million pregnant
women (28.7%) of 373 million pregnant women who experience anxiety about childbirth. The
population of pregnant women on the island of Java in 2012 was 67,976 pregnant women, while
those who experienced anxiety at the time of going into labor were 35,587 people (52.3%) (BPS,
2013). Parity of pregnant and work mothers is a factor causing the emergence of anxiety levels in
primigravida pregnant women (Handayani, 2015). This study aims to determine how the
relationship of characteristics to the level of anxiety of pregnant women before spontaneous labor in
the District Health Center Makasar, East Jakarta. This study uses a descriptive correlation design
with the Cross Sectional survey method. Data analysis using the Spearman Rank test, this study was
conducted on 41 respondents. The results showed a relationship between the characteristics of age,
parity status, occupation with anxiety levels of pregnant women, and there was no relationship
between the level of education and anxiety levels of pregnant women. The age correlation value (r =
0.758), with a p-value of 0,000 (<0.05), parity status of the correlation value (r = 0.394) with a p-
value of 0.011 (<0.05), education level of correlation value ( r = 0.986) with a p-value of 0.003
(<0.05), Work with a correlation value (r = -0.309) with a p-value of 0.049 (<0.05). Suggestion:
pregnant women can take advantage of regular health service visits to reduce anxiety levels before
delivery.
Keywords: characteristics, anxiety level, pregnant women
68 | Wulan Puspa Gary, Yoanita Hijriyati , Zakiyah: Hubungan Karakteristik Terhadap Ting6kat
Kecemasan Ibu Hamil Menjelang Persalinan Spontan Di Puskesmas Kecamatan Makasar Jakarta
Timur
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
70 | Wulan Puspa Gary, Yoanita Hijriyati , Zakiyah: Hubungan Karakteristik Terhadap Ting7kat
Kecemasan Ibu Hamil Menjelang Persalinan Spontan Di Puskesmas Kecamatan Makasar Jakarta
Timur
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
72 | Wulan Puspa Gary, Yoanita Hijriyati , Zakiyah: Hubungan Karakteristik Terhadap Ting7kat
Kecemasan Ibu Hamil Menjelang Persalinan Spontan Di Puskesmas Kecamatan Makasar Jakarta
Timur
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
tersebut tidak terjadi pada semua <0,05 hal ini dapat disimpulkan bahwa
orang, kecemasan bisa muncul pada terdapat hubungan antara karakteristik
siapa saja dan dimana saja termasuk usia dengan tingkat kecemasan dengan
ibu hamil, hampir semua ibu hamil nilai r = -0,309 yang artinya adanya
pasti pernah mengalami rasa cemas, hubungan dengan korelasi lemah/rendah.
baik pada ibu hamil yang memiliki Hasil penelitian ini sejalan dengan
pendidikan rendah maupun ibu hamil Wanda, 2014, hasil uji hipotesis
dengan pendidikan yang tinggi. Jika menggunakan uji Chi-Square pada
dibandingkan dengan pendidikan, tingkat kepercayaan 95% (α 0,05),
pengetahuan jauh lebih berpengaruh menunjukkan ada hubungan pekerjaan
terhadap kecemasan dibandingkan dengan kecemasan ibu hamil di wilayah
dengan pendidikan. Seseorang kerja Puskesmas Tuminting, dimana
dengan pendidikan yang tinggi belum nilai ρ= 0,007, lebih kecil dari α = 0,05.
tentu memiliki pengetahuan yang Pekerjaan ibu berkaitan dengan aktivitas
tinggi, begitupun sebaliknya yang di lakukan ibu hamil. Aktivitas
(Kusumawati, 2012). yang berat membuat resiko keguguran
Hasil penelitian yang dilakukan di dan kelahiran prematur lebih tinggi
Puskesmas Kecamatan Makasar karena kurang asupan oksigen pada
Jakarta Timur ditemukan bahwa ibu plasenta dan mungkin terjadi kontraksi
hamil dengan mayoritas kategori dini. Aktivitas atau latihan ringan yang
Pendidikan menengah dilakukan ibu hamil akan membantu
(SMU/SMA/SMK) karena didalam mempertahankan kehamilan. Ibu hamil
pendidikan terdapat proses yang melakukan aktifitas ringan terbukti
pengembangan pengetahuan, menurunkan risiko bayi lahir prematur.
wawasan, kompetensi yang Pengalaman dan informasi yang dimiliki
mempengaruhi terbentuknya pola seseorang akan menambah informasi
pikir seseorang. Dibandingkan pada yang bersifat informal. Hal tersebut
kategori Pendidikan tinggi (D3/S1) dapat diperoleh ketika seseorang
karena pendidikan yang tinggi melakukan interaksi pada saat seseorang
seseorang dapat memiliki bekerja maupun saat melakukan
pengetahuan yang sangat tinggi pula. interaksi social (Kusumawati, 2012).
Pada kategori Pendidikan Rendah Hasil penelitian yang ditemukan di
(SD/SMP) karena yang Puskesmas Kecamatan Makasar Jakarta
berpendidikan rendah lebih banyak Timur bahwa ibu hamil dengan
bersifat pasrah, menyerah pada pekerjaan IRT lebih banyak yang
keadaan tanpa ada dorongan untuk mengalami kecemasan. Ibu yang
memperbaiki nasibnya. memiliki pekerjaan memungkinkan ibu
mendapatkan informasi dan pengalaman
Hubungan Karakteristik Pekerjaan tentang kehamilan dari orang lain karena
Ibu Hamil dengan Tingkat ibu yang memiliki pekerjaan akan lebih
Kecemasan sering untuk bertemu dengan orang lain
Pada tabel 4 Berdasarkan hasil selain itu ibu yang memiliki pekerjaan
analisis bivariate peneliti dengan akan mendapatkan pengaruh dalam
hubungan karakteristik pekerjaan ibu menentukan stressor sehingga ibu dapat
hamil dengan tingkat kecemasan di mengendalikan rasa cemas dengan lebih
Puskesmas Kecamatan Makasar baik. Sebagaimana disebutkan dalam
Jakarta Timur diketahui bahwa penelitian bahwa pekerjaan berpengaruh
berdasarkan hasil uji hipotesis dengan dalam stressor seseorang yang memiliki
menggunakan Spearman Rank (rho), aktivitas diluar rumah sehingga
dimana nilai p-value sebesar 0,049
74 | Wulan Puspa Gary, Yoanita Hijriyati , Zakiyah: Hubungan Karakteristik Terhadap Ting7kat
Kecemasan Ibu Hamil Menjelang Persalinan Spontan Di Puskesmas Kecamatan Makasar Jakarta
Timur
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
76 | Wulan Puspa Gary, Yoanita Hijriyati , Zakiyah: Hubungan Karakteristik Terhadap Ting7kat
Kecemasan Ibu Hamil Menjelang Persalinan Spontan Di Puskesmas Kecamatan Makasar Jakarta
Timur
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
Jurnal Kesehatan Saelmakers Perdana
ISSN 2615-6571 (Online), ISSN 2615-6563 ((Print)
Tersedia online di http://ojs.ukmc.ac.id/index.php/JOH
ABSTRAK
Angka prevalensi hipertensi akan terus meningkat secara global dan diprediksi pada tahun
2025 terjadi peningkatan yang tinggi yaitu sekitar 1,15 milyar kasus hipertensi di seluruh
dunia. Hipertensi yang tidak mendapatkan penanganan yang baik akan menyebabkan
komplikasi dan kematian. Penderita hipertensi membutuhkan dukungan keluarga untuk
melakukan diet hipertensi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan dukungan
keluarga terhadap kepatuhan diet hipertensi pada penderita hipertensi di Kelurahan Tapos
Depok. Metode penelitian ini menggunakan desain penelitian Cross sectional. Penelitian ini
dilakukan di Kelurahan Tapos Depok dengan jumlah sampel sebanyak 93 responden.
Pengambilan sampel pada penelitian ini dengan metode cluster sampling dan teknik Simple
Random Sampling. Analisa data menggunakan uji Chi-Square. Hasil penelitian diperoleh nilai
p=0,001 yang berarti ada hubungan dukungan keluarga terhadap kepatuhan diet hipertensi
pada penderita hipertensi di Kelurahan Tapos Depok. Didapatkan nilai OR=5,704, artinya
responden yang mendapatkan dukungan keluarga dengan baik akan lebih mudah mematuhi diet
hipertensinya, dibandingkan dengan responden yang tidak mendapatkan dukungan keluarga.
ABSTRACT
The prevalence of hypertension will continue to increase globally and it is predicted that by
2025 there will be a high increase of around 1.15 billion cases of hypertension worldwide.
Hypertension that does not get good treatment will cause complications and death. Patient
with hypertension need family support is needed for a hypertensive diet. This study aims to
determine the relationship of family support for adherence to the hypertension diet in
hypertensive patients in Tapos Depok Village. This research method uses a cross-sectional
research design. This research was conducted in Tapos Depok Village with a total sample of
93 respondents. Sampling in this study using cluster sampling method and Simple Random
Sampling technique. Data analysis using the Chi-Square test. The results obtained values
p=0.001, which means there is a relationship between family support for compliance with
hypertension diet in hypertensive patients in Tapos Depok Village. Obtained values OR=5,704
which means respondents who received good family support will more easily comply with their
hypertension diet, compared with respondents who did not family support.
77 | Rosa Amelia, Indah Kurniawati : Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap Kepatuhan Diet
Hipertensi Pada Penderita Hipertensi Di Kelurahan Tapos Depok
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
78 | Rosa Amelia, Indah Kurniawati : Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap Kepatuhan Diet
Hipertensi Pada Penderita Hipertensi Di Kelurahan Tapos Depok
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
79 | Rosa Amelia, Indah Kurniawati : Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap Kepatuhan Diet
Hipertensi Pada Penderita Hipertensi Di Kelurahan Tapos Depok
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
80 | Rosa Amelia, Indah Kurniawati : Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap Kepatuhan Diet
Hipertensi Pada Penderita Hipertensi Di Kelurahan Tapos Depok
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
81 | Rosa Amelia, Indah Kurniawati : Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap Kepatuhan Diet
Hipertensi Pada Penderita Hipertensi Di Kelurahan Tapos Depok
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
mudah mengalami stres dalam pekerjaan berpendidikan tinggi akan lebih mudah
yang berat untuk dapat memenuhi dalam menerima informasi, dibandingkan
kebutuhan hidup keluarga. seseorang yang berpendidikan rendah.
Perkembangan zaman juga membuat
Menurut Singalingging (2011), rata-rata seseorang menyadari pentingnya tingkat
perempuan akan mengalami peningkatan pendidikan, bahwa semakin tinggi
resiko tekanan darah (hipertensi) setelah pendidikan maka semakin luas
menopause yaitu usia diatas 45 tahun. pengetahuan yang didapat dan cara
Perempuan yang belum menopause berpikirnya pun berbeda. Tingkat
dilindungi oleh hormone estrogen yang pendidikan secara tidak langsung
berperan meningkatkan kadarHigh mempengaruhi tekanan darah karena
Density Lipoprotein (HDL). Kadar tingkat pendidikan berpengaruh terhadap
kolesterol HDL rendah dan tingginya gaya hidup seseorang yaitu seperti
kolesterol LDL mempengaruhi terjadinya kebiasaan merokok, kebiasaan
proses aterosklerosis (Angraini dkk, mengkonsumsi alkohol, asupan makanan,
2009). dan aktivitas fisik (Anggara & Prayitno,
2013).
Hasil penelitian didapatkan mayoritas
responden berpendidikan SD sebanyak 50 Hasil penelitian didapatkan mayoritas
responden (53,8%). Hal ini tidak sejalan responden yang bekerja sebagai IRT
dengan penelitian Nita (2018) didapatkan sebanyak 30 responden (32,3%). Hal ini
hasil bahwa mayoritas responden sejalan dengan penelitian Prihartono
merupakan tamatan SMA sebanyak 57 (2019) tentang hubungan dukungan
orang (70,4%). Semakin tinggi keluarga dengan pemenuhan kepatuhan
pendidikan seseorang semakin mudah diet hipertensi bahwa hampir setengahnya
pula mereka menerima informasi, dan 16 responden bekerja sebagai IRT
pada akhirnya makin banyak pula (42,1%). Pada penelitian ini jenis
pengetahuan yang dimilikinya. pekerjaan sebagai IRT menjadi mayoritas
Sebaliknya jika seseorang tingkat dikarenakan saat pengambilan sampel
pendidikannya rendah, akan menghambat jumlah responden perempuan lebih
perkembangan sikap seseorang terhadap banyak yaitu 58 responden dan laki-laki
penerimaan, dan nilai-nilai yang baru sebanyak 35 responden. Perempuan yang
diperkenalkan. Menurut peneliti tidak bekerja atau hanya sebagai ibu
pendidikan yang rendah berkaitan dengan rumah tangga berisiko lebih tinggi
kurangnya pengetahuan dan kesadaran menderita hipertensi dibandingkan dengan
terkait melaksanakan kepatuhan diet perempuan yang bekerja (Anggara &
hipertensi. Pengetahuan dan kesadaran Prayitno, 2013). Hal ini kemungkinan
yang rendah pada penderita hipertensi disebabkan oleh stres yang muncul karena
berisiko membuat kondisi hipertensi tidak banyak yang dipikirkan misalnya masalah
terkontrol dengan baik. Sedangkan, ekonomi, kurangnya istirahat, terlalu
seseorang yang berpendidikan tinggi banyak pekerjaan dirumah, dan kurang
biasanya akan menjaga pola makan, rutin rekreasi. Hal tersebut membuat ibu rumah
olahraga, melakukan konseling gizi terkait tangga menjadi fokus hanya memikirkan
diet hipertensi, dan kontrol kesehatan di pekerjaan rumah, aktivitas lainnya seperti
pelayanan kesehatan. olahraga tidak dilakukan karena sudah
terlalu capek mengurus pekerjaan
Menurut teori Khoirin (2018) dirumah sehingga pelaksanaan diet
menjelaskan bahwa seseorang yang
82 | Rosa Amelia, Indah Kurniawati : Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap Kepatuhan Diet
Hipertensi Pada Penderita Hipertensi Di Kelurahan Tapos Depok
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
83 | Rosa Amelia, Indah Kurniawati : Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap Kepatuhan Diet
Hipertensi Pada Penderita Hipertensi Di Kelurahan Tapos Depok
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
dan menasehati responden jika tidak Menurut peneliti keluarga yang mampu
mematuhi aturan diet hipertensi. memahami kesehatan anggota
keluarganya akan lebih menjaga dan
Keluarga merupakan support system atau memperhatikan keadaan responden.
berfungsi sebagai sistem yang mendukung Sehingga responden merasa percaya dan
bagi anggotanya dan anggota keluarga patuh dalam melaksanakan aturan-aturan
memandang bahwa orang yang bersifat selama masa perawatan dari mulai
mendukung, selalu siap memberikan mematuhi kepatuhan diet, olahraga, dan
pertolongan dan bantuan jika melakukan pola hidup sehat. Responden
diperlukan.fungsi keluarga dalam merasa seluruh keluarganya peduli dan
pemeliharaan dan perawatan adalah ikut serta dalam merawatnya untuk
mempertahankan keadaan kesehatan mencapai kesembuhan. Rekomendasi
anggota keluarga agar tetap memiliki yang dapat diberikan untuk masalah
produktivitas tinggi (Pranata, 2018). Pada penelitian adalah menjelaskan kepada
penelitian ini keluarga berperan penting keluarga bahwa dukungan keluarga sangat
dalam memberikan dukungan berupa berpengaruh terhadap penatalaksanaan
dukungan informasional, dukungan atau perawatan hipertensi oleh keluarga
penilaian/penghargaan, dukungan dirumah.
instrumental, dan dukungan emosional.
Tabel 4 Distribusi Kepatuhan Diet Hipertensi Pada Penderita Hipertensi Di Kelurahan Tapos
Depok (N=93)
Kepatuhan Frekuensi Persentase
Diet
Hipertensi
Patuh 64 68,8%
Tidak 29 31,2%
patuh
Total 93 100%
84 | Rosa Amelia, Indah Kurniawati : Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap Kepatuhan Diet
Hipertensi Pada Penderita Hipertensi Di Kelurahan Tapos Depok
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
Tabel 5 Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap Kepatuhan Diet Hipertensi Pada Penderita
Hipertensi Di Keluharan Tapos Depok (N=93)
85 | Rosa Amelia, Indah Kurniawati : Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap Kepatuhan Diet
Hipertensi Pada Penderita Hipertensi Di Kelurahan Tapos Depok
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
0,001, karena ≤ nilai α (0,05) maka tidak dapat diubah seperti ras, usia,
dapat disimpulkan bahwa ada riwayat keluarga, dan jenis kelamin.
hubungan yang signifikan antara Hipertensi dapat diatasi dengan
hubungan dukungan keluarga terhadap beberapa cara, salah satunya adalah
kepatuhan diet pada pasien hipertensi diet. Diet adalah salah satu cara untuk
di Kelurahan Tapos Depok. Dalam mengatasi hipertensi tanpa efek
penelitian ini menggunakan metode samping yang serius, karena metode
Cross Sectional maka di dapatkan nilai pengendaliannya yang alami. Hanya
OR=5,704, artinya responden yang saja banyak orang yang menganggap
mendapatkan dukungan keluarga diet hipertensi sebagai sesuatu yang
berpeluang 5,704 kali untuk merepotkan dan tidak menyenangkan.
melaksanakan kepatuhan diet Banyak daftar makanan kesukaan bisa
hipertensi dibandingkan responden masuk daftar makanan yang harus
yang tidak mendapatkan dukungan dihindari, misalnya garam penyedap,
keluarga. popcorn asin, keju, dan keripik
kentang (Utami, 2009).
Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian Tarigan (2018) tentang Kepatuhan adalah adalah tingkat
pengaruh pengetahuan, sikap dan perilaku pasien yang setuju terhadap
dukungan keluarga terhadap diet instruksi atau petunjuk yang diberikan
hipertensi di Desa Hulu Kecamatan dalam bentuk terapi apapun yang
Pancur Baru bahwa didapatkan hasil ditentukan, baik itu diet, latihan,
uji statistik chi-square dengan nilai p- pengobatan atau pertemuan dengan
value 0,001 yang artinya ada hubungan dokter (Stanley & Mickey, 2002,
yang signifikan antara dukungan dalam Setianingsih, 2017). Kepatuhan
keluarga dengan kepatuhan diet adalah istilah yang dipakai untuk
hipertensi pada penderita hipertensi. menjelaskan ketaatan atau pasrah pada
tujuan yang telah ditentukan (Susan,
Menurut Budi (2009) membagi dua 2009). Menurut Khoirin (2018),
kelompok faktor resiko pemicu menjelaskan bahwa faktor-faktor yang
timbulnya hipertensi yaitu faktor berhubungan dengan kepatuhan diet
resiko yang dapat diubah dan faktor pada pasien hipertensi yaitu usia,
resiko yang tidak dapat diubah. Yang pendidikan, pengetahuan, dan
termasuk faktor resiko yang dapat dukungan keluarga.
diubah seperti obesitas, kurang gerak,
merokok, konsumsi kopi/alkohol, dan Menurut teori Friedman (2010)
stres. Sedangkan, faktor resiko yang dukungan keluarga adalah sikap,
86 | Rosa Amelia, Indah Kurniawati : Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap Kepatuhan Diet
Hipertensi Pada Penderita Hipertensi Di Kelurahan Tapos Depok
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
87 | Rosa Amelia, Indah Kurniawati : Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap Kepatuhan Diet
Hipertensi Pada Penderita Hipertensi Di Kelurahan Tapos Depok
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
88 | Rosa Amelia, Indah Kurniawati : Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap Kepatuhan Diet
Hipertensi Pada Penderita Hipertensi Di Kelurahan Tapos Depok
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
89 | Rosa Amelia, Indah Kurniawati : Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap Kepatuhan Diet
Hipertensi Pada Penderita Hipertensi Di Kelurahan Tapos Depok
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
90 | Rosa Amelia, Indah Kurniawati : Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap Kepatuhan Diet
Hipertensi Pada Penderita Hipertensi Di Kelurahan Tapos Depok
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
Jurnal Kesehatan Saelmakers Perdana
ISSN 2615-6571 (Online), ISSN 2615-6563 ((Print)
Tersedia online di http://ojs.ukmc.ac.id/index.php/JOH
I Made Dwie Pradnya Susila1, I Made Adi Wahyu Udaksana2, Nur A’ini3
123
Program Studi S1 Keperawatan, STIKES Bina Usada Bali
Email: dwiepradnya@gmail.com
ABSTRAK
Latar belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang sangat rawan terjadi bencana alam,
letaknya secara geografis berada di antara dua benua dan pertemuan lempeng api. Kabupaten
Badung merupakan pintu utama masuknya para wisatawan ke Bali sehingga perpindahan
penduduk di Kabupaten Badung menjadi sangat tinggi. Kabupaten Badung tercatat sebagai
penyumbang bencana tertinggi di Provinsi Bali maka diperlukan kesiapsiagaan bencana untuk
mengurangi korban dan kerugian material. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
hubungan persepsi dengan kesiapsiagaan bencana pada tenaga kesehatan ambulans desa. Metode
Survey cross sectional dilakukan pada 49 tenaga kesehatan ambulans desa yang dipilih secara total
sampling di wilayah kerja Kecamatan Petang dan Abiansemal. Pengumpulan data dilakukan pada
bulan Mei 2019 dengan menggunakan kuesioner. Analisis data dilakukan secara univariat, bivariat
dengan chi square dan multivariat dengan regresi logistik biner. Hasil Hasil penelitian
menunjukkan bahwa hanya 42,9% tenaga kesehatan yang memiliki tingkat kesiapsiagaan bencana
tinggi. Persepsi manfaat berhubungan dengan kesiapsiagaan bencana (AOR=16,1; 95%CI: 1,83-
141,35). Kesimpulan Persepsi manfaat berhubungan dengan kesiapsiagaan bencana.
ABSTRACT
91 | I Made Dwie Pradnya Susila, I Made Adi Wahyu Udaksana, Nur A’ini : Persepsi Manfaat
Berhubungan Dengan Kesiapsiagaan Bencana Pada Tenaga Kesehatan
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
PENDAHULUAN memiliki peran yang penting sebagai
Indonesia merupakan salah satu jalur arteri untuk evakuasi korban
negara yang sangat rawan terjadi bencana yang terjadi di Kecamatan
bencana alam, letaknya secara Petang menuju Rumah Sakit Umum
geografis berada di antara dua benua Mangusada. Situasi ini menuntut
dan pertemuan lempeng api. Tahun tenaga kesehatan untuk selalu siap
2016 tercatat 2.334 terjadi bencana siaga menghadapi bencana.
yang didominasi oleh bencana Kesiapsiagaan terhadap bencana
hidrometeorologi yang diantaranya penting dimiliki oleh setiap individu.
adalah puting beliung, banjir, dan Sesuai yang tercantum dalam UU
longsor. Kejadian tersebut dikatakan Nomor 24 Tahun 2007 tentang
meningkat 38% dari tahun 2015 Penanggulangan Bencana (2007),
(Badan Nasional Penanggulangan bahwa setiap orang berkewajiban
Bencana, 2016). Pada tahun 2017 melakukan kegiatan penanggulangan
dilaporkan terdapat penurunan bencana. Apalagi tenaga kesehatan
kejadian bencana menjadi 2163 yang merupakan orang-orang yang
kejadian bencana (Badan Nasional memiliki pengetahuan dan
Penanggulangan Bencana, 2017), kemampuan hendaknya selalu siap
sedangkan tahun 2018 kembali siaga untuk bisa memberikan
meningkat menjadi 2572 kejadian pertolongan pertama pada kondisi
bencana (Badan Nasional bencana hingga ke kondisi
Penanggulangan Bencana, 2018). pemulihan pasca bencana.
Kabupaten Badung merupakan Penelitian tentang kesiapsiagaan
pintu utama masuknya para bencana sudah pernah dilakukan di
wisatawan ke Bali sehingga beberapa negara. Penelitian yang
perpindahan penduduk di Kabupaten dilakukan di Kanada dengan
Badung menjadi sangat tinggi. Jadi mengambil perawat sebagai subjek
apa bila bencana terjadi, penelitian, dilaporkan bahwa perawat
kemungkinan jumlah korban akan kurang percaya diri, menganggap
tinggi. Apalagi Kabupaten Badung dirinya dan institusinya kurang
tercatat sebagai penyumbang berpengalaman dalam kondisi
bencana tertinggi di Provinsi Bali, bencana (O‟Sullivan et al., 2008).
yaitu sejumlah 7 kejadian pada tahun Hasil penelitian yang serupa juga
2016 yang didominasi oleh bencana diperoleh pada penelitian yang
tanah longsor. Pada tahun 2017 memperoleh sampel sebanyak 620
tercatat 6 kejadian bencana di orang di Texas, yaitu perawat merasa
Kabupaten Badung (Badan Nasional tidak siap jika dihadapkan dalam
Penanggulangan Bencana, 2017). situasi bencana (Baack and Alfred,
Kondisi yang terparah akibat 2013). Selain itu, penelitian yang
tanah longsor ini adalah terputusnya dilakukan di Arab Saudi juga
akses jalan utama penghubung Desa menyatakan tingkat pengetahuan dan
Plaga ke pusat kota yang terjadi di praktik perawat masih di bawah rata-
Banjar Semanik, tentunya hal ini rata sehingga kesiapsiagaaan
sangat berdampak buruk bagi bencana perawat masih rendah
perekonomian penduduk Desa Plaga (Ibrahim, 2014).
yang lebih banyak berprofesi sebagai Persepsi dipahami sebagai
petani, tidak mampu sebuah proses menerima,
mendistribusikan hasil buminya menyeleksi, mengorganisasikan,
(Surya, 2016). Pada kondisi bencana, mengartikan, menguji, dan
Wilayah Kecamatan Abiansemal memberikan reaksi kepada suatu
91 | I Made Dwie Pradnya Susila, I Made Adi Wahyu Udaksana, Nur A’ini : Persepsi Manfaat
Berhubungan Dengan Kesiapsiagaan Bencana Pada Tenaga Kesehatan
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
objek, peristiwa atau permasalahan kegawatdaruratan dan bencana
(Linda, 2009). Baack & Alfred (Bappeda Kabupaten Badung, 2018).
(2013) mengemukakan bahwa
regulasi diri (persepsi) menjadi salah Metode Penelitian
satu faktor yang mempengaruhi Penelitian ini merupakan studi rekam
kesiapsiagaan bencana. Slepski medis dengan analitik observasional,
(2005) mengatakan bahwa persepsi rancangan cross sectional. Peneliti
menjadi asal-muasal pemahaman tidak melakukan tindakan intervensi
responden terhadap kesiapsiagan apapun maupun perlakuan khusus
bencana. pada subjek penelitian dan hanya
Kabupaten Badung telah terbatas pada mengumpulkan data
memiliki 68 ambulans desa yang menggunakan kuesioner. Populasi
dioperasikan di setiap desa/kelurahan target penelitian ini adalah seluruh
di Kabupaten Badung. Setiap tenaga kesehatan ambulans desa.
ambulans desa terdapat petugas Populasi pada penelitian ini adalah
kesehatan dengan klasifikasi, 2 bidan seluruh tenaga kesehatan ambulans
dan 2 perawat. Sayangnya para desa di Kecamatan Petang dan
petugas kesehatan ambulans desa Abiansemal sejumlah 49 tenaga
belum dibekali dengan keahlian yang kesehatan dengan teknik
mumpuni di bidang pengambilan sampel yang digunakan
kegawatdaruratan dan bencana. Apa adalah total sampling. Uji statistik
lagi dalam Rencana Kerja bivariat pada penelitian ini
Pemerintah Daerah (RPKD) menggunakan uji Chi Square.
Kabupaten Badung tidak tercantum Analisis multivariat yang dilakukan
pengembangan sumber daya manusia pada penelitian ini adalah dengan
ambulans desa tentang menggunakan regresi logistik biner.
HASIL
Tabel 2 Distribusi Frekuensi Persepsi Tenaga Kesehatan Ambulans Desa
Variabel (n=49) n (%)
Persepsi Kerentanan
Mean ± SD 15,14 ± 1,486
Median ± IQR 15 ± 14-16
Min 12
Max 18
Kurang 28 (57,1)
Baik 21 (42,9)
Persepsi Keseriusan
Mean ± SD 17,51 ± 1,938
Median ± IQR 17 ± 16-18,5
Min 14
Max 24
Kurang 27 (55,1)
Baik 22 (44,9)
Persepsi Manfaat
Mean ± SD 16,06 ± 2,115
Median ± IQR 15 ± 15-17
Min 134
Max 20
Kurang 33 (67,3)
Baik 16 (32,7)
Persepsi Hambatan
Mean ± SD 15,47 ± 1,324
Median ± IQR 15 ± 15-16
92 | I Made Dwie Pradnya Susila, I Made Adi Wahyu Udaksana, Nur A’ini : Persepsi Manfaat
Berhubungan Dengan Kesiapsiagaan Bencana Pada Tenaga Kesehatan
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
Min 12
Max 19
Kurang 23 (53,1)
Baik 26 (46,9)
Self Efficacy
Mean ± SD 18,57 ± 1,837
Median ± IQR 18 ± 18-19,5
Min 14
Max 24
Kurang 31 (63,3)
Baik 18 (36,7)
Tabel 4 Hasil Uji Analisa Bivariat Hubungan Persepsi dengan Kesiapsiagaan Bencana Tenaga
Kesehatan Ambulans Desa
Kesiapsiagaan bencana
Variabel OR Nilai p
Sedang Tinggi
Persepsi Kerentanan 9,167 0,001
Kurang 22 (78,6%) 6 (21,4%)
Baik 6 (28,6%) 15 (71,4%)
Persepsi Keseriusan 3,431 0,037
Kurang 19 (70,4%) 8 (29,6%)
Baik 9 (40,9%) 13 (59,1%)
Persepsi Manfaat 26,000 <0,001
Kurang 26 (78,8%) 7 (21,2%)
Baik 4 (12,5%) 12 (87,5%)
Persepsi Hambatan 4,222 0,017
Kurang 19 (73,1%) 7 (26,9%)
Baik 9 (39,1%) 14 (60,9%)
Self Efficacy 4,489 0,012
Kurang 22 (71,0%) 9 (29,0%)
Baik 6 (33,3%) 12 (66,7%)
92 | I Made Dwie Pradnya Susila, I Made Adi Wahyu Udaksana, Nur A’ini : Persepsi Manfaat
Berhubungan Dengan Kesiapsiagaan Bencana Pada Tenaga Kesehatan
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
Tabel 5 Hasil Uji Analisa Multivariat Hubungan Persepsi dengan Kesiapsiagaan Bencana Tenaga
Kesehatan Ambulans Desa
Variabel AOR 95% CI Nilai p R2
Persepsi Manfaat 0,518
Kurang 1 (Ref)
Baik 16,102 1, 834-141,352 0,012
92 | I Made Dwie Pradnya Susila, I Made Adi Wahyu Udaksana, Nur A’ini : Persepsi Manfaat
Berhubungan Dengan Kesiapsiagaan Bencana Pada Tenaga Kesehatan
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
PPGD (76,2%), BHD (75%), ACLS dalam pengetahuan maupun sikap
(64%) merupakan pelatihan yang kesiapsiagaan bencana dengan nilai
penting untuk diikuti untuk p<0,05.
meningkatkan kesiapsiagaan bencana Penelitian yang dilakukan
dan kemampuan dalam oleh Pesiridis et al. (2015), dikatakan
menanggulangi situasi gawat darurat bahwa program pelatihan yang
bencana. Smith, Gilcreast and Pierce diberikan layak dan efektif dalam
(2008) mengemukakan bahwa meningkatkan pengetahuan
pelatihan darurat (BHD, ACLS) responden dan kesiapsiagan terhadap
perlu dilakukan lebih banyak dan bencana dengan nilai p<0,001.
jika memungkinkan lebih banyak Pendapat yang sejalan juga
waktu untuk praktik keterampilan disampaikan oleh Duong (2009),
langsung walaupun bagi yang sudah kesiapsiagaan perawat darurat dan
pernah mengikuti pelatihan agar kepercayaan diri untuk bertindak
mampu memperbaharui keilmuan dalam suatu peristiwa bencana dapat
yang dimiliki. secara langsung dipengaruhi oleh
Hasil penelitian dari Chiu, kombinasi pengalaman, pendidikan
Polivka and Stanley (2012), dan pelatihan bencana sebelumnya.
disampaikan bahwa pelatihan Bistaraki, Waddington and Galanis
penanganan bencana ditemukan (2011) pun menyatakan bahwa
secara signifikan meningkatkan pelatihan bencana memberikan
kepercayaan responden dalam manfaat besar bagi para peserta, serta
kemampuan mereka untuk menunjukkan bahwa intervensi
melakukan kompetensi dalam pendidikan dan pelatihan bencana itu
penanganan bencana dengan nilai bermanfaat. Kobayashi et al. (2003)
p<0,001. Selain itu, hasil penelitian menyebutkan bahwa pelatihan
dari Yin et al. (2011), menyebutkan bencana dan darurat diberikan
bahwa pelatihan yang diberikan dengan keterampilan khusus dan
dapat meningkatkan kompetensi unik, namun perlu dilakukan secara
dalam kesiapsiagaan bencana efisien untuk menanggapi keadaan
terutama pada komunikasi dan triage darurat atau bencana.
dengan nilai p<0,05. Akan tetapi hasil penelitian
Pada hasil penelitian Sangkala dari Williams, Nocera and Casteel
and Gerdtz (2018), sekitar sepertiga (2008) mengungkapkan belum
dari peserta menganggap latihan cukupnya referensi yang tersedia
bencana yang sering dilakukan untuk menentukan apakah intervensi
merupakan metode pembelajaran pelatihan untuk penyedia layanan
terbaik untuk mencapai kesehatan efektif dalam
kesiapsiagaan bencana yang efektif. meningkatkan pengetahuan dan
Pelatihan bencana berkelanjutan keterampilan dalam penanggulangan
yang memadukan kebutuhan- bencana. Kondisi tersebut diprediksi
kebutuhan pembelajaran khusus para menjadi salah satu faktor tidak
responden masih diperlukan untuk ditemukannya hubungan usia, jenis
mencapai kesiapsiagaan dan kelamin, tingkat pendidikan, lama
pengelolaan bencana yang efektif. kerja, kepesertaan dalam pelatihan
Selain itu penelitian yang dilakukan kegawatdaruratan dan bencana,
di New York oleh Qureshi et al. pengalaman bencana sebelumnya,
(2004) dipaparkan bahwa program serta pengalaman di tempat
pelatihan yang diberikan pengungsian dengan kesiapsiagaan
menghasilkan perubahan positif, baik bencana.
92 | I Made Dwie Pradnya Susila, I Made Adi Wahyu Udaksana, Nur A’ini : Persepsi Manfaat
Berhubungan Dengan Kesiapsiagaan Bencana Pada Tenaga Kesehatan
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
Selain dengan memberikan bahwa pengalaman di tempat
pelatihan kegawatdaruratan dan pengungsian memiliki hubungan
bencana, sebaiknya petugas dengan kesiapsiagaan bencana
kesehatan diberikan juga simulasi dengan nilai p=0,024.
penanganan bencana di wilayah kerja Pada penelitian ini, persepsi
masing-masing agar mampu berhubungan dengan kesiapsiagaan
meningkatkan kesiapsiagaan bencana. Nilai p masing-masing
bencana. Seperti yang disampaikan persepsi yaitu: persepsi kerentanan
oleh Cowan and Cloutier (1988), p=0,001; persepsi keseriusan
melalui simulasi bencana, responden p=0,037; persepsi manfaat p<0,001;
mampu memperbaiki keterampilan persepsi hambatan p=0,017; dan self
medis, gaya kepemimpinan, secara efficacy p=0,012. Selain itu, pada
substansial meningkatkan penilaian hasil uji multivariat, hanya persepsi
klinis, dan menangani kompleksitas manfaat yang memiliki hubungan
masalah yang terkait sebagai petugas dengan kesiapsiagaan bencana
kesehatan. dengan nilai AOR 16,102 (95%
Pengalaman bencana CI:4,203-13,476). Hasil tersebut
sebelumnya disebutkan berhubungan bermakna bahwa responden yang
secara signifikan dengan memiliki persepsi manfaat baik
kesiapsiagaan bencana pada memiliki kemampuan kesiapsiagaan
penelitian yang dilakukan oleh 16 kali lebih tinggi dibandingkan
Wahidah (2016) di Kabupaten responden yang memiliki persepsi
Jember dengan nilai signifikansi manfaat kurang.
p<0,001. Pengalaman bencana Hasil penelitian di atas
sebelumnya merupakan pengalaman didukung juga penelitian yang
yang diperoleh dengan melakukan dilakukan di Amerika oleh Sattler,
triage di tempat terjadinya bencana. Kaiser and Hittner (2000) ditemukan
Baack and Alfred (2013) juga bahwa persepsi kerentanan memiliki
mengemukakan hal yang serupa, hubungan siginifikan dengan
pengalaman bencana sebelumnya kesiapsiagaan bencana yang
mempengaruhi kompetensi yang memiliki nilai p<0,01 pada
dirasakan responden dalam responden yang mengalami Badai
kesiapsiagaan bencana. Pengalaman Emily dan nilai p<0,05 pada
bencana sebelumnya secara responden yang mengalami Badai
signifikan berkorelasi dengan Fran. Miceli, Sotgiu and Settanni
kesiapsiagaan bencana, yang (2008) menambahkan bahwa dengan
memberikan beberapa dukungan adanya persepsi kerentanan mampu
untuk keefektifannya dalam menjauhkan individu dari situasi
mengevaluasi keseluruhan bencana. Dalam literatur persepsi
kompetensi responden yang risiko, tingkat pengetahuan dan
dirasakan dalam kesiapsiagaan sering terpaparnya dengan biasanya
bencana dan pengaruh pengalaman dikaitkan dengan persepsi risiko
situasional pada kompetensi secara yang lebih rendah (Slovic, 1987).
keseluruhan. Hasil penelitian dari Hasil penelitian Adame and
Wahidah (2016), dikatakan bahwa Miller (2015) yang dilakukan di
pengalaman di tempat pengungsian Amerika menemukan bahwa self
berhubungan dengan kesiapsiagaan efficacy merupakan variabel yang
bencana dengan nilai signifikansi sangat terkait dengan kesiapsiagaan
p<0,001. Hasil penelitian dari Baack bencana. Self efficacy juga mampu
and Alfred (2013) menambahkan mengubah perilaku seseorang dalam
93 | I Made Dwie Pradnya Susila, I Made Adi Wahyu Udaksana, Nur A’ini : Persepsi Manfaat
Berhubungan Dengan Kesiapsiagaan Bencana Pada Tenaga Kesehatan
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
menghadapi bencana (Mulilis and Puskesmas Petang dan Abiansemal,
Lippa, 1990). Penelitian yang responden dan semua pihak yang
dilakukan pada 243 perawat di Israel telah membantu dalam penelitian ini.
mengungkapkan bahwa self efficacy
mampu mempengaruhi Referensi
kesiapsiagaan perawat (Melnikov et Adame, B.J., Miller, C.H., 2015. Vested
al., 2014). Al Khalaileh, Bond and interest, disaster preparedness, and
Alasad (2012) menyebutkan bahwa strategic campaign message
self efficacy memiliki andil dalam design. Health communication 30,
perubahan kesiapsiagaan bencana. 271–281.
Baack and Alfred (2013) pun Al Khalaileh, M.A., Bond, E., Alasad,
mengungkapkan hal yang serupa, J.A., 2012. Jordanian nurses‟
persepsi yang dirasakan perawat perceptions of their preparedness
merupakan poin pertama yang for disaster management.
penting dalam menilai kemampuan International emergency nursing
perawat pedesaan untuk bereaksi 20, 14–23.
terhadap bencana. Pada penelitian
yang dilakukan oleh O‟Sullivan et al. Baack, S., Alfred, D., 2013. Nurses‟
(2008) juga didapatkan hubungan preparedness and perceived
persepsi kesiapsiagaan bencana competence in managing disasters.
dengan kesiapsiagaan bencana Journal of Nursing Scholarship 45,
281–287.
dengan nilai p<0,0001. Pendapat
https://doi.org/10.1111/jnu.12029
yang sama juga disampaikan oleh
Slepski (2005), persepsi Badan Nasional Penanggulangan
kesiapsiagaan bencana menjadi asal- Bencana, 2018. Data Informasi
muasal pemahaman responden Bencana Indonesia [WWW
terhadap kesiapsiagan bencana. Hasil Document]. URL
penelitian dari Susila, Januraga and https://bnpb.cloud/dibi/laporan5
Utami (2019) pun menyatakan
bahwa persepsi kesiapsiagaan Badan Nasional Penanggulangan
bencana memiliki korelasi dengan Bencana, 2017. Data Informasi
kesiapsiagaan bencana. Bencana Indonesia [WWW
Document]. URL
http://dibi.bnpb.go.id/dibi/
94 | I Made Dwie Pradnya Susila, I Made Adi Wahyu Udaksana, Nur A’ini : Persepsi Manfaat
Berhubungan Dengan Kesiapsiagaan Bencana Pada Tenaga Kesehatan
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
levels for nursing staff toward the Muro, J.H.M., 2011. The role,
clinical management system in preparedness and management of
Hong Kong. CIN: Computers, nurses during disasters.
Informatics, Nursing 27, 57–65. International Scientific Research
Journal 3, 269–294.
Chiu, M., Polivka, B.J., Stanley, S.A.R.,
2012. Evaluation of a Melnikov, S., Itzhaki, M., Kagan, I.,
Disaster‐Surge Training for Public 2014. Israeli nurses‟ intention to
Health Nurses. Public Health report for work in an emergency or
Nursing 29, 136–142. disaster. Journal of Nursing
Scholarship 46, 134–142.
Cowan, M.L., Cloutier, M.G., 1988.
Medical simulation for disaster Miceli, R., Sotgiu, I., Settanni, M., 2008.
casualty management training. The Disaster preparedness and
Journal of trauma 28, S178-82. perception of flood risk: A study in
an alpine valley in Italy. Journal of
Duong, K., 2009. Disaster education and environmental psychology 28,
training of emergency nurses in 164–173.
South Australia. Australasian https://doi.org/10.1016/j.jenvp.200
Emergency Nursing Journal 12, 7.10.006
86–92.
Mulilis, J., Lippa, R., 1990. Behavioral
Fung, O.W.M., Loke, A.Y., Lai, C.K.Y., change in earthquake preparedness
2008. Disaster preparedness among due to negative threat appeals: A
Hong Kong nurses. Journal of test of protection motivation
advanced nursing 62, 698–703. theory. Journal of Applied Social
https://doi.org/10.1111/j.1365- Psychology 20, 619–638.
2648.2008.04655.x https://doi.org/10.1111/j.1559-
1816.1990.tb00429.x
Husna, C., Hatthakit, U., Chaowalit, A.,
2011. Emergency training, O‟Sullivan, T.L., Dow, D., Turner,
education and perceived clinical M.C., Lemyre, L., Corneil, W.,
skills for tsunami care among Krewski, D., Phillips, K.P.,
nurses in Banda Aceh, Indonesia. Amaratunga, C.A., 2008. Disaster
Nurse Media Journal of Nursing 1, and emergency management:
75–86. Canadian nurses‟ perceptions of
preparedness on hospital front
Ibrahim, F.A.A., 2014. Nurses lines. Prehospital and Disaster
Knowledge, Attitudes, Practices, Medicine 23, S11–S18.
and Familiarity Regarding Disaster
and Emergency Preparedness– Ogedegbe, C., Nyirenda, T., DelMoro,
Saudi Arabia. American Journal of G., Yamin, E., Feldman, J., 2012.
Nursing Science 3, 18–25. Health care workers and disaster
preparedness: barriers to and
Kobayashi, L., Shapiro, M.J., Suner, S., facilitators of willingness to
Williams, K.A., 2003. Disaster respond. International Journal of
medicine: the potential role of high Emergency Medicine 5, 29.
fidelity medical simulation for https://doi.org/10.1186/1865-1380-
mass casualty incident training. 5-29
Rhode Island Medical Journal 86,
196. Pesiridis, T., Sourtzi, P., Galanis, P.,
Kalokairinou, A., 2015.
Magnaye, B., Muñoz, M.S.L.M., Development, implementation and
Muñoz, M.A.F., Muñoz, R.G. V, evaluation of a disaster training
95 | I Made Dwie Pradnya Susila, I Made Adi Wahyu Udaksana, Nur A’ini : Persepsi Manfaat
Berhubungan Dengan Kesiapsiagaan Bencana Pada Tenaga Kesehatan
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
programme for nurses: A Tinjau Bencana Longsor Di Plaga -
Switching Replications ANTARA News Bali [WWW
randomized controlled trial. Nurse Document]. URL
education in practice 15, 63–67. https://bali.antaranews.com/berita/
100221/wabup-badung-tinjau-
Qureshi, K.A., Gershon, R.R.M., bencana-longsor-di-plaga
Merrill, J.A., Calero-Breckheimer,
A., Murrman, M., Gebbie, K.M., Susila, I.M.D.P., Januraga, P.P., Utami,
Moskin, L.C., May, L., Morse, N.W.A., 2019. Perception of
S.S., Sherman, M., 2004. disaster preparedness and
Effectiveness of an emergency participation in training are
preparedness training program for associated with disaster
public health nurses in New York preparedness among health
City. Family & Community Health workers. Public Health and
27, 242–249. Preventive Medicine Archive 7.
https://doi.org/10.15562/phpma.v7i
Republik Indonesia, 2007. Undang- 1.186
undang Nomor 24 Tahun 2007
tentang Penanggulangan Bencana. Wahidah, D.A., Rondhianto, Hakam,
Jakarta. M., 2016. Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Kesiapsiagaan
Sangkala, M.S., Gerdtz, M.F., 2018. Perawat dalam Menghadapi
Disaster preparedness and learning Bencana Banjir di Kecamatan
needs among community health Gumukmas Kabupaten Jember.
nurse coordinators in South Jurnal Pustaka Kesehatan 4, 568–
Sulawesi Indonesia. Australasian 574.
Emergency Care 21, 23–30.
Williams, J., Nocera, M., Casteel, C.,
Sattler, D.N., Kaiser, C.F., Hittner, J.B., 2008. The effectiveness of disaster
2000. Disaster Preparedness: training for health care workers: a
Relationships Among Prior systematic review. Annals of
Experience, Personal emergency medicine 52, 211–222.
Characteristics, and Distress 1.
Journal of Applied Social Yin, H., He, H., Arbon, P., Zhu, J.,
Psychology 30, 1396–1420. 2011. A survey of the practice of
https://doi.org/10.1111/j.1559- nurses‟ skills in Wenchuan
1816.2000.tb02527.x earthquake disaster sites:
implications for disaster training.
Slepski, L.A., 2005. Emergency Journal of advanced nursing 67,
preparedness: Concept 2231–2238.
development for nursing practice.
Nursing Clinics 40, 419–430.
96 | I Made Dwie Pradnya Susila, I Made Adi Wahyu Udaksana, Nur A’ini : Persepsi Manfaat
Berhubungan Dengan Kesiapsiagaan Bencana Pada Tenaga Kesehatan
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
ABSTRAK
Masa remaja merupakan masa perubahan aspek biologis, psikologis, dan 97eknik dari masa kanak-
kanak menuju kedewasaan. Di masa ini, perubahan tersebut dapat berpengaruh terhadap proses
perkembangan dan identitas diri. Proses ini dimulai pada masa remaja awal yang merupakan usia
sekolah menengah pertama. Jika status perkembangan dan identitas diri remaja kurang baik, maka
remaja cenderung akan mudah untuk terpapar perilaku 97eknik97e seperti penyalahgunaan
narkoba dan seks bebas. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui status perkembangan dan
identitas diri remaja di SMP Negeri 49 Jakarta Timur. Metode yang digunakan adalah deskriptif
kuantitatif untuk mendeskripsikan atau memberikan gambaran terhadap objek yang diteliti. Jumlah
responden yang didapatkan adalah 21 remaja melalui perhitungan dengan menggunakan 97eknik
purposive sampling. Hasil yang didapatkan adalah sebagian besar responden telah mencapai
perkembangan yang optimal (85,7%) dan lebih dari setengah responden mempunyai identitas diri
yang aktif (57,1%). Dari hasil tersebut, dapat diketahui bahwa belum semua responden mencapai
perkembangan yang optimal, dan masih banyak yang identitas dirinya kurang aktif. Hal ini adalah
sesuatu yang wajar karena perkembangan dan identitas diri masih berproses sepanjang masa
remaja hingga usia 18 tahun. Dari hasil penelitian ini pun dapat disimpulkan bahwa optimalisasi
pencapaian perkembangan dan identitas diri remaja masih diperlukan, untuk itu, upaya promosi
kesehatan remaja diharapkan dapat dilakukan baik di sekolah maupun di tatanan masyarakat.
ABSTRACT
Adolescence is a period of change in biological, psychological, and social aspects from childhood to
adulthood. At this range of time, these changes can affect the development process and identity
formation. This process may start at the early stage of adolescence which is in the age of junior high
school. If adolescent developmental and identity status are not robust, adolescents tend to be easily
exposed to negative behavior such as drug abuse and free sex. The purpose of this study was to
determine the status of development and identity of adolescents in SMP Negeri 49 East Jakarta. The
method used was descriptive quantitative to describe or to give illustration of the object being
studied. Number of respondents was 21 adolescence which attained by calculation using purposive
sampling technique. The results obtained are that most respondents have achieved optimal
development (85,7%) and more than half of respondents have active identity (57,1%). From these
results, it can be seen that not all respondents have achieved optimal development, and there are
still many whose identities are less active. This is a natural phenomenon since the development and
identity are still in process throughout adolescence until the age of eighteen. Furthermore, it can be
concluded that the optimization of development achievement and adolescent self-identity is still
needed, for this reason, efforts to promote adolescent health can be carried out both in schools and
in the community setting.
Keywords: adolescent; development; identity
97 | Harizza Pertiwi, Zakiyah, Aan Sutandi : Status Perkembangan Dan Identitas Diri Remaja Di
SMP Negeri 49 Kramat Jati Jakarta Timur
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
Tabel 2
Metode Penelitian
Identitas Diri Responden di SMP 49
Penelitian ini menggunakan
Kramat Jati Jakarta Timur
metode deskriptif kuantitatif dengan
menggunakan teknik purposive Identitas Diri Jumlah (%)
sampling pada 21 siswa/siswi SMP 49
Kramat Jati Jakarta Timur. Data Agak Pasif 1 4,8
penelitian didapat dengan
Cukup Aktif 8 38,1
menggunakan instrumen berupa
kuesioner perkembangan remaja yang Aktif 12 57,1
berisi 10 aspek perkembangan dan
kuesioner identitas diri menurut Total 21 100
Serafini, Maitland, dan Adam (2006)
yang telah dimodifikasi oleh Bahari
(2010). Siswa/siswi sebelumnya Berdasarkan Tabel 2 dapat
dijelaskan mengenai prosedur diketahui bahwa dari 21 responden di
penelitian dan bila bersedia untuk SMP 49 Jakarta Timur sebanyak 1
menjadi responden, maka siswa/siswi responden (4,8) memiliki identitas diri
tersebut menandatangani lembar yang agak pasif, sebanyak 8 responden
informed consent. (38,1) memiliki identitas diri yang
cukup aktif, dan sebanyak 12
Hasil Dan Pembahasan responden (57,1%) memiliki identitas
Hasil analisa terhadap kemampuan diri yang aktif.
perkembangan diri remaja di SMP 49 Perkembangan remaja dalam
Kramat Jati Jakarta Timur dapat penelitian ini diukur dari sepuluh
dilihat pada Tabel 1 sebagai berikut : aspek perkembangan, yaitu
perkembangan biologis/fisik,
psikoseksual, moral, spiritual,
Tabel 1 psikososial, kreativitas, emosi, bakat
khusus, bahasa, dan kognitif. Hasil
99 | Harizza Pertiwi, Zakiyah, Aan Sutandi : Status Perkembangan Dan Identitas Diri Remaja Di SMP
Negeri 49 Kramat Jati Jakarta Timur
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
analisis data menyatakan bahwa dari Menurut Dewi (2012), seberapa jauh
sepuluh aspek perkembangan tersebut, perubahan pada masa remaja akan
sebanyak 18 (85,7%) dari responden mempengaruhi perilaku sebagian
telah mencapai perkembangan yang besar tergantung pada kemampuan dan
optimal. Hal ini berarti sebagian besar kemauan remaja untuk
remaja mampu untuk tumbuh dan mengungkapkan keprihatinan dan
berkembang sesuai dengan usianya. kecemasannya kepada orang lain
Perkembangan fisik yang dijalani sehingga dengan begitu ia dapat
oleh remaja perlu diimbangi oleh memperoleh pandangan baru yang
perkembangan aspek lainnya. lebih baik.
Normalnya, semua aspek Remaja merupakan masa peralihan
perkembangan berjalan secara dari masa kanak-kanak ke masa
beriringan (Batubara, 2010). Jika dewasa. Remaja dimulai dari awal
hanya perkembangan fisik saja yang pubertas sampai tercapainya
optimal dan aspek perkembangan lain kematangan mulai dari usia 12 atau 13
terabaikan, maka perkembangan tahun dan berakhir pada usia akhir
remaja akan timpang dan mudah belasan tahun atau awal dua puluhan
terpengaruh oleh efek hormonal tahun (Papalia, et al., 2009). Tugas
biologis sehingga kurang bisa perkembangan remaja yaitu mencapai
membentengi diri dengan akal dan identitas diri versus bingung peran.
emosi yang matang (Jannah, 2016). Tugas perkembangan remaja bertujuan
Dalam penelitiannya, Maryatun untuk pencapaian identitas diri agar
(2013) mengatakan bahwa kelak remaja menjadi individu dewasa
perkembangan diri siswa dapat yang memiliki sense of self yang
meningkat dikarenakan remaja telah sesuai dan dapat berperan di
diberikan dan dilatih untuk lingkungan masyarakat (Papalia, et al.,
menyelesaikan persoalan kasus 2009). Di dalam penelitian ini,
seputar permasalahan yang dihadapi sebanyak 12 (57,1%) responden
remaja, terbiasa berinteraksi, memiliki identitas diri yang aktif.
berdiskusi serta bekerja sama dengan Angkanya tidak jauh berbeda dengan
semua anggota kelompok baik yang jumlah responden yang dikategorikan
sejenis maupun lawan jenis. Selain itu, cukup aktif dan agak pasif. Hal ini
remaja juga mampu beradaptasi adalah suatu hal yang wajar karena
dengan lingkungan baru, mampu responden tersebut masih berproses
memberikan perhatian, bantuan pada dalam membentuk identitas diri
teman lain, mampu mengendalikan mereka pada masa remaja ini.
diri, dan tidak meminta secara paksa Identitas adalah integrasi dari
terhadap pemenuhan kebutuhannya. tuntutan internal dan eksternal dalam
Namun, perkembangan diri remaja memahami diri sendiri dan akan
dapat dipengaruhi oleh beberapa menjadi apa. Identitas adalah realisasi
faktor. dari konsistensi pribadi. Seseorang
Berdasarkan Triningtyas (2017), dengan rasa identitas yang jelas
faktor-faktor yang mempengaruhi mengalami kesatuan kepribadian dan
perkembangan remaja antara lain menganggap dirinya sebagai orang
adalah pengaruh keluarga, gizi, yang unik. Perasaan akan identitas diri
gangguan emosional, status social memberikan arah dan tujuan hidup
ekonomi, kesehatan, maupun (Stuart, 2016), di mana
pengaruh bentuk tubuh individu. pembentukannya membutuhkan proses
Selain itu, pengaruh lingkungan juga panjang dan kompleks,
mempengaruhi perkembangan remaja.
100 | Harizza Pertiwi, Zakiyah, Aan Sutandi : Status Perkembangan Dan Identitas Diri Remaja Di
SMP Negeri 49 Kramat Jati Jakarta Timur
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
kesinambungan kehidupan masa lalu, lainnya untuk membentuk dan
sekarang, dan yang akan datang. mengelola suatu program pengayaan
Identitas membuat suatu gambaran yang dapat membantu siswa remaja
mengenai seseorang, melalui; untuk mencapai perkembangan yang
penampilan fisik, ciri ras, warna kulit, optimal maupun identitas diri yang
bahasa yang digunakan, penilaian diri, aktif.
dan faktor persepsi yang lain, yang
semuanya digunakan dalam Ucapan Terima Kasih
mengkonstruksi identitas budaya Peneliti mengucapkan terima
(Ayun, 2015). Remaja yang identitas kasih kepada semua pihak yang telah
dirinya telah terbentuk secara aktif memberi dukungan dan kontribusi
akan memudahkan remaja untuk terhadap penelitian ini, diantaranya:
mencapai konsep diri yang positif. Hal KEMENRISTEKDIKTI yang telah
ini sangat penting sebagai bekal mendukung dan mendanai penelitian
remaja untuk menghadapi masa ini; Rektor, dekan, dan ketua program
dewasa. studi Keperawatan Universitas
Lokasi penelitian ini adalah sebuah Binawan; Ketua LPPM Universitas
SMP Negeri unggulan (favorit) di kota Binawan; Kepala sekolah, guru, dan
Jakarta Timur. Asumsi peneliti, hal staf SMP Negeri 49 Jakarta Timur;
tersebut sedikit banyak mempengaruhi dan siswa-siswi SMP Negeri 49 yang
karakter siswa yang masuk ke dalam telah bersedia menjadi responden.
lingkungan sekolah. Untuk memasuki
sekolah negeri favorit, siswa harus Referensi
berusaha untuk memperoleh prestasi Unayah, N., Sabarisman, M. (2015).
Fenomena Kenakalan Remaja dan
akademik yang baik, sehingga sedikit
Kriminalitas. Sosio Informa, Vol
banyak telah membentuk karakter 1(2), Mei-Agustus.
siswa yang berorientasi pada masa
depan (Jayanti dan Suharningsih, Republika. (2018). Angka Bunuh Diri di
2014). Orientasi pada masa depan ini Anak Muda Meningkat.
yang dapat membantu remaja untuk https://www.republika.co.id/berit
mencapai perkembangan yang optimal a/gaya-hidup/info-
dan identitas diri yang aktif. sehat/18/10/16/pgoqeo328-
angka-bunuh-diri-di-anak-muda-
Kesimpulan Dan Saran meningkat. Diakses tanggal 20
Perkembangan remaja di ibukota Desember 2019.
Jakarta sudah cukup optimal. Identitas
Batubara, R.L. (2010). Adolescent
diri remaja pun sudah cukup aktif.
Development (Perkembangan
Remaja masih tetap memerlukan Remaja). Sari Pediatri, Vol. 12,
bimbingan dan arahan dari No. 1, Juni 2010
lingkungan, terutama orang tua dan
guru dalam membentuk identitas Burnett, S., Blakemore, S.J. (2009). The
dirinya. Untuk meningkatkan status development of adolescent social
perkembangan dan identitas diri cognition. Values, Empathy, and
remaja perlu dilakukan intervensi Fairness across Social Barriers:
promotif, seperti Terapi Kelompok Ann. N.Y. Acad. Sci. 1167: 51–56.
Terapeutik (TKT) remaja dan Soetjiningsih. (2010). Tumbuh Kembang
pendidikan kesehatan yang dilakukan Remaja dan Permasalahannya.
secara rutin di sekolah. Jakarta : Segung Seto.
Hasil penelitian ini dapat
digunakan sebagai landasan bagi Timler, A., McIntyre, F., Rose, E., Hands,
sekolah maupun institusi pendidikan B. (2019). Exploring the influence
101 | Harizza Pertiwi, Zakiyah, Aan Sutandi : Status Perkembangan Dan Identitas Diri Remaja Di
SMP Negeri 49 Kramat Jati Jakarta Timur
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
of self-perceptions on the Susanti, I., & Handoyo, P. (2015).
relationship between motor Perilaku Menyimpang di Kalangan
competence and identity in Remaja Pada Masyarakat
adolescents. PLoS ONE Karangmojo Plandaan Jombang.
14(11):e0224653 Jurnal Paradigma. Vol. 03, Nomor
02.
Harter, S. (2012). Construction of the
Self: Developmental and World Health Organization. (2018).
Sociocultural Foundations (2nd http://www.who.int/en/news-
Edition). NewYork; London: room/fact-
Guilford Press sheets/detail/adolescents-health-
risks-and-solutions diakses tanggal
Schwartz, S.J., Luyckx, K., Vignoles, 20 Maret 2019.
V.L. (2011). Handbook of Identity
Theory and Research. Springer Bappeda. (2017). Gambaran Umum
Science and Business Media. Kondisi Daerah.
https://bappeda.jakarta.go.id/uploa
Goth, K., Foelsch, P., Schluter-Muller, S., ds/document/2018-05-
Birkholzer, M., Jung, E., Pick, O., 28/63/63 Bab_2_RPJMD_DKI_2
et al. (2012). Assessment of 022.pdf, diakses tgl 19 Maret 2019
identity developmentand identity
diffusion in adolescence— Serafini, T. E., Maitland, S. B., & Adams,
Theoretical basis and G. R. (2006). The Functions of
psychometric properties of the self- Identity Scale: Revisions,
report questionnaire AIDA. Child validation and model testing.
and Adolescent Psychiatry and Poster presented at the Biennial
Mental Health 6(1):27 Meeting of the Society for
Research on Adolescence, San
Ayun, P.Q. (2015). Fenomena remaja Francisco, California.
menggunakan media social dalam
membentuk identitas. Jurnal Jannah, M. (2016). Remaja dan Tugas-
Channel, Vol. 3, No. 2, Oktober Tugas Perkembangannya dalam
2015, hal. 1-16 Islam. Jurnal Psikoislamedia
Volume 1, Nomor 1, April 2016.
Bahari. (2010). Pengaruh Terapi
Kelompok Terapeutik Terhadap Maryatun. (2013). Hubungan Antara Pola
Perkembangan Identitas Remaja di Asuh Orang Tua Dengan Perilaku
Kota Malang. Tesis. FIK-UI. Seksual Pranikah Pada Remaja Di
SMK Batik 1 Surakarta. GASTER
Serafini, T.E., & Adam, G.R. (2002). Vol.10 No.2 Agustus 2013.
Functions of Identity: Scale
Construction and Validation. Triningtyas, D., Muhayati, S. (2017).
Identity: An International Journal Konseling Pranikah: Sebuah
of Theory and Research, 2(4), p. Upaya Meredukasi Budaya
363-391. Pernikahan Dini Di Kecamatan
Pulung Kabupaten Ponorogo. JKI
IDAI. (2009). Overview Adolescent (Jurnal Konseling Indonesia), 3(1),
Health Problems and Services. 28-32
http://www.idai.or.id/remaja/artike
l.asp?q=200994155149 diakses Dewi, H.E. (2012). Memahami
tanggal 20 Maret 2019. perkembangan fisik remaja.
Yogyakarta: Gosyen Publishing.
Sumara, D., Humaedi, S., Santoso, MB.
(2017). Kenakalan Remaja dan Papalia, D.E., Feldman, R.D., Olds, S.W.
Penanganannya. Jurnal Penelitian (2009). Human Development.
dan PPM, 4(2), 346-353. McGraw-Hill.
102 | Harizza Pertiwi, Zakiyah, Aan Sutandi : Status Perkembangan Dan Identitas Diri Remaja Di
SMP Negeri 49 Kramat Jati Jakarta Timur
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
Jayanti, R.P.D., Suharningsih. (2014). dengan SMP Islam Brawijaya
Perbandingan Tingkat Mojokerto. Jurnal Pendidikan
Kedisiplinan Siswa Terhadap Tata Kewarganegaraan Vol 2, No 2 .
Tertib Sekolah di SMPN 1 Puri
103 | Harizza Pertiwi, Zakiyah, Aan Sutandi : Status Perkembangan Dan Identitas Diri Remaja Di
SMP Negeri 49 Kramat Jati Jakarta Timur
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
The Effect of Progressive Muscle Relaxation and Guided Imagery on Nausea and
Vomiting in Breast Cancer Patients
Abstrak
Mual muntah menimbulkan beberapa efek samping yang dapat terjadi pada pasien pasca kemoterapi.
Relaksasi otot progresif dan imajinasi terbimbing merupakan tindakan nonfarmakologi yang dapat
mengurangi efek samping pasca kemoterapi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
relaksasi otot progresif dan imajinasi terbimbing terhadap mual muntah pada pasien kanker payudara di
RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik Purposive
Sampling dengan kriteria inklusi: Pasien perempuan yang mengalami kanker payudara, PPS pasien
kanker payudara ≥ 60%, Pasien yang mengalami mual atau muntah akibat kemoterapi baik itu Akut,
Delayed, Anticipatory, Breakthrough, dan Refractory. Penelitian ini menggunakan rancangan metode Pre-
Eksperimental dengan One Group Pretest-Posttest Design dan analisis data menggunakan uji alternative
Wilcoxon. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa ada pengaruh relaksasi otot progresif dan imajinasi
terbimbing terhadap skor mual muntah dengan p-value 0,000 yang menandakan bahwa pasien terlihat
rileks dan dapat mengatasi mual muntahnya. Penelitian ini dapat diterapkan dengan menggunakan Standar
Operasional Prosedur (SOP) yang sesuai yaitu 2 seri dalam satu hari selama 30 menit sebagai terapi
nonfarmakologis dalam mengatasi mual muntah pada pasien kanker payudara.
Kata kunci: kanker payudara, mual, muntah, relaksasi otot progresif dan imajinasi terbimbing.
Abstract
Nausea and vomiting cause some side effects which can occur in patients after chemotherapy.
Progressive muscle relaxation and guided imagery are non-pharmacological actions which can reduce
side effects after chemotherapy. The aim of this study was to determine the effect of progressive muscle
relaxation and guided imagery on nausea and vomiting in breast cancer patients at Dr. Mohammad
Hoesin Hospital Palembang. The sample was taken by Purposive Sampling technique with inclusion
criteria: Female patients who have breast cancer, PPS breast cancer patients ≥ 60%, Patients who
experience nausea or vomiting due to chemotherapy either Acute, Delayed, Anticipatory, Breakthrough,
or Refractory. This study used a Pre-Experimental method design with One Group Pretest-Posttest
Design, and an alternative Wilcoxon test was used for data analysis. The results of this study indicated
that there was an influence of progressive muscle relaxation and guided imagery on the score of nausea
and vomiting with a p-value about 0,000, indicating that the patients were seen relaxed and could
overcome the nausea and vomiting. This research can be applied by using the appropriate Standard
Operation Procedure (SOP) which is 2 series in a day for 30 minutes as a non-pharmacological therapy
in dealing with nausea and vomiting in breast cancer patients.
Keywords: Breast cancer, nausea, vomiting, progressive muscle relaxation and guided imagery.
104 | Rizki Dwi Putri, Karolin Adhisty, Antarini Idriansari : Pengaruh Relaksasi Otot Progresif Dan
Imajinasi Terbimbing Terhadap Mual Muntah Pada Pasien Kanker Payudara
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
105 | Rizki Dwi Putri, Karolin Adhisty, Antarini Idriansari : Pengaruh Relaksasi Otot Progresif Dan
Imajinasi Terbimbing Terhadap Mual Muntah Pada Pasien Kanker Payudara
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
106 | Rizki Dwi Putri, Karolin Adhisty, Antarini Idriansari : Pengaruh Relaksasi Otot Progresif Dan
Imajinasi Terbimbing Terhadap Mual Muntah Pada Pasien Kanker Payudara
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
HASIL
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia
Usia N %
25-30 2 9,1
31-35 3 13,6
36-40 8 36,4
41-45 9 40,9
Jumlah 22 100%
Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui bahwa responden paling banyak berada pada
rentang umur 41 – 45 tahun sebanyak 9 responden atau sebesar 40,9% .
Jumlah 22 0
Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui bahwa responden paling banyak berada pada
pendidikan SD sebanyak 10 responden atau sebesar 45,5%.
107 | Rizki Dwi Putri, Karolin Adhisty, Antarini Idriansari : Pengaruh Relaksasi Otot Progresif Dan
Imajinasi Terbimbing Terhadap Mual Muntah Pada Pasien Kanker Payudara
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
Tabel 4. Distribusi Rata-rata Skor Mual Muntah Sebelum dan Setelah diberikan
Terapi Relaksasi Otot Progresif Dan Imajinasi Terbimbing
Variabel n SD
Skor mual muntah pretest 22 3,031
Berdasarkan mual muntah sebelum dan sesudah diberikan terapi relaksasi otot
progresif dan imajinasi terbimbing dapat diketahui bahwa nilai mean skor mual muntah
sebelum diberikan intervensi 12,95 dan sesudah diberikan intervensi menurun menjadi
4,86. Nilai standar deviasi lebih kecil dari nilai mean pada skor mual muntah sebelum
dan sesudah intervensi yang menandakan data semakin mendekati nilai mean.
Tabel 5. Perbedaan Skor Mual Muntah pada Pasien Kanker Payudara Sebelum
dan Sesudah Diberikan Relaksasi Otot Progresif Dan Imajinasi Terbimbing
Variabel n Median 95%CI P value
(maks-min) Lower upper
Skor mual 22 14,00 (16-6) 11,61 14,30
muntah pretest
0,000
Skor mual 22 5,00 (8-0) 3,75 progresif5,d9a8n imajinasi terbimbing. Hasil
muntah pretest uji statistik yang didapatkan menunjukan
bahwa hasil signifikan p value adalah
0,000 dari nilai p<0,05. Maka dengan
Berdasarkan tabel 5 Perbedaan rata- nilai p value 0,000 lebih kecil dari
rata skor mual muntah pada pasien p<0,05 menunjukkan bahwa adanya
kanker sebelum dan sesudah dilakukan perbedaan skor mual muntah sebelum
intervensi relaksasi otot progresif dan dan sesudah diberikan terapi relaksasi
imajinasi terbimbing di atas, dapat otot progresif dan imajinasi terbimbing
disimpulkan bahwa terjadi penurunan pada pasien kanker payudara.
nilai rata-rata skor mual muntah setelah
dilakukan intervensi relaksasi otot
Usia
PEMBAHASAN
a. Karakteristik responden Berdasarkan usia responden, 9
berdasarkan responden (40,9%) berada pada rentang
usia 41-45 tahun. Hasil penelitian ini
sesuai dengan penelitian yang dilakukan
oleh Marice dan Aprilda (2014) bahwa
responden yang menderita kanker
108 | Rizki Dwi Putri, Karolin Adhisty, Antarini Idriansari : Pengaruh Relaksasi Otot Progresif Dan
Imajinasi Terbimbing Terhadap Mual Muntah Pada Pasien Kanker Payudara
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
109 | Rizki Dwi Putri, Karolin Adhisty, Antarini Idriansari : Pengaruh Relaksasi Otot Progresif Dan
Imajinasi Terbimbing Terhadap Mual Muntah Pada Pasien Kanker Payudara
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
110 | Rizki Dwi Putri, Karolin Adhisty, Antarini Idriansari : Pengaruh Relaksasi Otot Progresif Dan
Imajinasi Terbimbing Terhadap Mual Muntah Pada Pasien Kanker Payudara
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
111 | Rizki Dwi Putri, Karolin Adhisty, Antarini Idriansari : Pengaruh Relaksasi Otot Progresif Dan
Imajinasi Terbimbing Terhadap Mual Muntah Pada Pasien Kanker Payudara
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
112 | Rizki Dwi Putri, Karolin Adhisty, Antarini Idriansari : Pengaruh Relaksasi Otot Progresif Dan
Imajinasi Terbimbing Terhadap Mual Muntah Pada Pasien Kanker Payudara
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
Bhana, V.M., (2016). Implementation Of Karch, A., RN, MS. (2011). Focus on
Bonny Method Of Guided Imagery And nursing pharmacology. Philadelphia:
Music (Bmgim) To Complement Care Lippincott Williams & Wilkins.
Provided In Selected Cancer Interim Homes
Kemenkes RI. (2016). UU Nomor 36 Tahun
In Gauteng Province. University of Pretoria.
2009 Tentang Kesehatan. Jakarta.
Burns, D.S., (2001). The Effect of the
Bonny Method of Guided Imagery and Kristiyawati dan Supriyadi. (2014).
Music on the Mood and Life Quality of Pengaruh Aromaterapi Lemon Dan
Relaksasi Otot Progresif Terhadap
Cancer Patients.pp.51–65.
Penurunan Intensitas Mual Muntah Setelah
Dede Nasrullah, Wibowo AN. (2016). Kemoterapi Pada Pasien Kanker Payudara
Efektifitas Terapi Muscong (Musik Di Rumah Sakit Telogorejo
Keroncong) Untuk Menurunkan Intensitas Semarang.Jurnal Ilmu Keperawatan dan
Nyeri Pada Pasien Arthitis Rhemathoid Kebidanan. Vol. II No.I, hlm. 24-33.
(Studi Kasus Panti Werdha Surabaya
Timur). Jurnal Keperawatan Laella, K. dan Fajri, L. Karakteristik Pasien
Muhammadiyah. 2016: p. 115-121. Kanker Payudara Dan Penanganannya Di
Rsud Arifin Achmad Pekanbaru Periode
Desen, W. (2008). Buku ajar onkologi klinis. Januari 2010–Desember 2012.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI
LeMone, P., & Burke, K. (2008). Medical
Grunberg, S.M. (2004). Chemotherapy surgical nursing: critical thinking in client
induced nausea vomiting : Prevention, care (4th ed). New Jersey: Pearson Prentice
detection and treatment-how are we doing? Hall.
The Journal of Supportive Oncology, 2(1),
Marice Sihombing dan Aprildah Nur
1-12.
Sapardin Faktor Risiko Tumor Payudara
Haryati, Sitorus R. (2015). Pengaruh Pada Perempuan Umur 25-65 Tahun Di
Latihan Progressive Muscle Relaxation Lima Kelurahan Kecamatan Bogor Tengah
Terhadap Status Fungsional Dalam Konteks 2014.
Asuhan Keperawatan Pasien Kanker dengan
Maryam Saeedi (2010). Pengaruh Relaksasi
Kemoterapi di RS Dr.Wahidin Sudirohusodo
Otot Progresif Pada Kualitas Tidur Pasien
Makakassar
Yang Menjalani Hemodialisis.
Hesketh, P.J. (2008) Chemotherapy-induced
Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan
nausea and vomiting. N Engl J Med 2008;
Dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta.
358:2482-2494.
Jakarta.
Karagozoglu, S., Tekyasar, F., & Yilmaz, F.
Peoples, A. R., Roscoe, J. A., Block, R. C.,
A. (2012). Effects of Music Therapy and
Heckler, C. E., Ryan, J. L., Mustian, K. M.,
Guided Visual Imagery on Chemotherapy-
Dozier, A. M. (2016). Nausea and disturbed
Induced Anxiety and Nausea-Vomiting.
sleep as predictors of cancer-related fatigue
Journal of Clinical Nursing, 22,
in breast cancer patients: a multicenter
113 | Rizki Dwi Putri, Karolin Adhisty, Antarini Idriansari : Pengaruh Relaksasi Otot Progresif Dan
Imajinasi Terbimbing Terhadap Mual Muntah Pada Pasien Kanker Payudara
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
NCORP study. Supportive Care in Cancer. cancer patients : A Review. Psychology and
https://doi.org/10.1007/s00520-016-3520-8 Health, 37–41.
Potter., dan Perry. (2009). Fundamental Widiawaty, N. 2012. Hubungan Tingkat
Keperawatan Buku 1 Ed. 7. Jakarta: Pendidikan Formal dan Tingkat
Salemba Medika. PengetahuanWanita Tentang Kanker
Payudara dengan Kejadian Kanker.
Ramdhani, N., & Putra, A. A. 2008.
Pengembangan Multi Media Relaksasi. World Health Organization (WHO). 2018.
Laporan Penelitian. Yogyakarta: Fakultas Cancer: Breas
Psikologi UGM.
Rhodes, V.A., Daniel, R.W. (2007). Nausea,
vomiting, and retching: complex problems
in palliative care.CA Cancer J Clin
2001;51;232-248.
Rinda, I. Mugi, H dan Wulandari. Pengaruh
Aromaterapi Peppermintterhadap Penurunan
Mual Muntah Akutpada Pasien Yang
Menjalani Kemoterapidi Smc Rs Telogorejo
2015.
Smeltzer, S. C. (2008). Buku Ajar
Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan
Suddarth (Ed.8, Vol. 1,2),. Jakarta: EGC.
Snyder, M. & Lindquist, R., (2006).
Complementary / Alternative Therapies in
Nursing 5th ed., New York: Springer
Publishing Company.
Syarif, H., & Putra, A. (2014). Pengaruh
Progressive Muscle Relaxation Terhadap
Penurunan Kecemasan Pada Pasien Kanker
Yang Menjalani Kemoterapi; A Randomized
Clinical Trial. Idea Nursing Journal, V(3),
1–8.
Utami, S. (2016). Efektifitas Latihan
Progressive Muscle Relaxation (Pmr)
Terhadap Mual Muntah Kemoterapi Pasien
Kanker Ovarium.
Watson, M., & Marvell, C. (2014).
Anticipatory nausea and vomiting among
114 | Rizki Dwi Putri, Karolin Adhisty, Antarini Idriansari : Pengaruh Relaksasi Otot Progresif Dan
Imajinasi Terbimbing Terhadap Mual Muntah Pada Pasien Kanker Payudara
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
Jurnal Kesehatan Saelmakers Perdana
ISSN 2615-6571 (Online), ISSN 2615-6563 ((Print)
Tersedia online di http://ojs.ukmc.ac.id/index.php/JOH
ABSTRAK
Masa remaja merupakan peralihan antara masa anak-anak dan dewasa, dimana terjadi perubahan
dan perkembangan, termasuk perkembangan organ reproduksi. Masalah kesehatan reproduksi
yang mungkin dialami oleh remaja antara lain kehamilan tidak diinginkan, penyakit menular
seksual, serta masalah keterbatasan akses informasi. Pengenalan sistem reproduksi untuk remaja
merupakan tanggung jawab orang tua, beperapa orang tua menganggap pengetahuan tentang
kesehatan reproduksi cukup diberikan pengetahuan lewat sekolah saja karena pengetahuan nya
minim. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran pengetahuan orang tua tentang
kesehatan reproduksi remaja retardasi mental di SLB C Wiyata Dharma 2 Sleman. Penelitian ini
merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan rancangan cross sectional. Penelitian dilakukan
pada bulan Juni 2019. Populasi dalam penelitian adalah orang tua remaja retadasi mental ringan
atau sedang di SLB C Wiyata Dharma 2 Sleman sebanyak 43 responden. Sampel berjumlah 43
orang tua, diambil dengan teknik total sampling. Alat pengumpulan data adalah kuesioner. Data
kemudian dianalisis menggunakan distribusi frekuensi dan tabulasi silang.
Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar responden memiliki pengetahuan yang baik
sebanyak (74,4%). Dimana responden yang memiliki pengetahuan baik sebagian besar berusia 36-
45 tahun (35%), dengan pendidikan SMA/SMK (48,9%), pekerjaan swasta (30,2%) dan mendapat
informasi tentang kesehatan reproduksi (72,1%), informasi paling banyak didapatkan dari internet
(40%). Pengetahuan Orang Tua tentang Kesehatan Reproduksi Remaja di SLB C Wiyata Dharma
2 Sleman dalam kategori baik
Kata Kunci: pengetahuan, orangtua, kesehatan reproduksi, retardasi mental
ABSTRACT
Adolescence is a transition between childhood and adulthood, where changes and development
occur, including the development of reproductive organs. Reproductive health problems that may
be experienced by adolescents include unwanted pregnancy, sexually transmitted diseases, and the
problem of limited access to information. The introduction of the reproductive system for
adolescents is the responsibility of parents, so parents must have sufficient knowledge about
adolescent reproductive health.The purpose of this study was to determine the description of
parents' knowledge about adolescent reproductive health mental retardation in SLB C Wiyata
Dharma 2 Sleman.This research is a quantitative descriptive study with cross sectional design.
The study was conducted in June 2019. The population in this study were adolescent parents of
mild or moderate mental retadation in SLB C Wiyata Dharma 2 Sleman as many as 43
respondents. The sample consisted of 43 parents, taken with a total sampling technique. Data
collection tool is a questionnaire. Data were then analyzed using frequency distribution and cross
tabulation.The results showed that the majority of respondents had good knowledge as much as
(74.4%). Where respondent who have goog knowledge are mostly aged 36-45 years (35%), with
education background high school / vocational (48.9%), work privately (30.2%) and get
information about reproductive health (72.1%), most information obtained from the internet
(40%).Parents' Knowledge of Adolescent Reproductive Health in SLB C Wiyata Dharma 2 Sleman
in the good category.
Keywords: knowledge, parent, reproductive health, mental retardation.
115 | Nur Handayani, Dwi Yati : Gambaran Pengetahuan Orang Tua Tentang Kesehatan
Reproduksi Remaja Retardasi Mental Di SLB C Wiyata Dharma 2 Sleman
Pendahuluan retardasi mental yaitu SLB Wiyata Dharma
2 Sleman.
Masa remaja merupakan periode persiapan Remaja retardasi mental juga
menuju masa dewasa yang akan melewati mengalami perkembangan seksual dan
beberapa tahapan perkembangan penting perubahan yang dialami oleh remaja normal
dalam kehidupan (Papalia dkk, 2009). Pada lainnya (Soetjningsih, 2013). Remaja
masa remaja terjadi perubahan dan retardasi mental dapat menyukai lawan
perkembangan fisik secara cepat, termasuk jenis dan mengungkapkan rasa cinta. Rasa
perkembangan organ reproduksi. Fungsi cinta tersebut mereka lakukan dengan
reproduksi pada remaja dapat ditunjang memegang tangan, memeluk, mencium
dengan menjaga kesehatan reproduksi bahkan sampai meluapkan hasrat dengan
(Lestari, 2013). Kesehatan reproduksi melakukan masturbasi ditempat umum.
merupakan keadaan kesejahteraan fisik, Perilaku tersebut muncul akibat terbatasnya
mental dan sosial yang utuh, bukan hanya informasi dan pemahaman mereka tentang
tidak adanya penyakit atau kelemahan kesehatan reproduksi dan perilaku seksual
dalam segala hal yang menyangkut sistem (Ariani, 2017). Faktor yang mempengaruhi
reproduksi dan fungsi serta prosesnya.3 kurangnya pengetahuan remaja retardasi
Masalah kesehatan reproduksi yang mental tentang kesehatan reproduksi yaitu
mungkin dialami oleh remaja antara lain karena minimnya informasi yang
kehamilan tidak diinginkan, penyakit didapatkan dari orang tua dan guru, orang
menular seksual, kekerasan seksual, serta tua mempunyai peran dalam memberikan
masalah keterbatasan akses informasi dan sosialisasi mengenai informasi seks dan
pelayanan kesehatan (BKKBN, 2013). kesehatan reproduksi (Wilson, 2010).
Keterbatasan akses informasi bagi remaja Studi pendahuluan yang dilakukan
mengenai kesehatan reproduksi dapat di SLB C Wiyata Dharma 2 Sleman pada
disebabkan karena orang tua yang tidak tanggal 15 Maret 2019 bahwa orang tua
memberikan penjelasan mengenai masalah hanya satu kali diberikan penyuluhan
kesehatan reproduksi kepada anaknya tentang kesehatan kesehatan reproduksi
(BKKBN, 2013). Orang tua perlu melalui penelitian. Saat dilakukan
membekali diri dengan pengetahuan wawancara pada 3 orang tua menyebutkan
mengenai hal-hal yang berhubungan bahwa pengetahuan orang tua tentang
dengan perkembangan seksualitas remaja. kesehatan reproduksi remaja penting,
Pemberian informasi tentang reproduksi namun orang tua menganggap bahwa
sehat sangat dibutuhkan oleh remaja tidak pengetahuannya minim sehingga sungkan
terkecuali dengan remaja retardasi mental untuk memberikan pengetahuan tentang
(UNICEF, 2013). Retardasi Mental kesehatan reproduksi remaja ke anaknya
menurut American Association on Mental karena takut salah.
Retardation (AAMR) merupakan keadaan Berdasarkan latar belakang diatas, maka
dimana fungsi intelektual umum dibawah peneliti tertarik untuk meneliti “Gambaran
normal (Soetjningsih, 2013). Pengetahuan Orang Tua tentang Kesehatan
Berdasarkan data dari Dinas Sosial Provinsi Reproduksi Remaja Retardasi Mental di
DIY tahun 2015, terdapat 7403 anak SLB C Wiyata Dharma 2 Sleman”.
dengan kasus retardasi mental. Kasus Penelitian bertujuan untuk mengetahui
retardasi mental dimasing-masing wilayah bagaimana pengetahuan dari orang tua
provinsi DIY antara lain: Kota Yogyakarta tentang kesehatan reproduksi remaja
441 orang (5,95%), Kabupaten Kulonprogo retardasi mental dilihat dari usia orang tua,
1224 orang (16,53%), Kabupaten Gunung pendidikan, pekerjaan dan paparan
Kidul 1873 orang (24,81%), Kabupaten informasi yang didapatkan.
Bantul 1656 orang (22,36%), dan
Kabupaten Sleman 2245 orang (30,32%).7 Metode Penelitian
Jumlah SLB yang terdapat di Kabupaten Penelitian ini merupakan penelitian
Sleman yaitu 29 SLB. Dari 29 SLB yang deskriptif kuantitatif. Dengan rancangan
tercatat, terdapat 1 SLB yang hanya menggunakan pendekatan cross sectional.10
menampung khusus tunagrahita atau Penelitian dilakukan di SLB C Wiyata
Dharma 2 Sleman. Pengambilan data
116 | Nur Handayani, Dwi Yati : Gambaran Pengetahuan Orang Tua Tentang Kesehatan Reproduksi
Remaja Retardasi Mental Di SLB C Wiyata Dharma 2 Sleman
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
dilakukan pada tanggal 20 Juni 2019
dengan teknik total sampling total sebanyak Karakteristik Frekuensi Presentase
43 orang tua remaja retardasi mental ringan (n) (%)
dan sedang yang berusia 11-20 tahun. Usia
26-35 tahun 1 2,3
Variabel yang digunakan dalam
36-45 tahun 21 48,9
penelitian ini adalah variabel tunggal yaitu 46-55 tahun 18 41,9
pengetahuan orang tua tentang kesehatan 56-65 tahun 3 6,9
reproduksi remaja retardasi mental. Alat
pengumpulan data yang digunakan adalah Pendidikan
Tidak sekolah 1 2,3
lembar data karateristik demografi untuk
SD 7 16,3
mengetahui identitas dari responden SMP 5 11,6
penelitian dan kuesioner pengetahuan orang SMA/SMK 24 55,9
tua tentang kesehatan reproduksi remaja D3/S1 6 13,9
retardasi mental. Uji validitas dilaksanakan Pekerjaan
di SLB Bhakti Siwi dengan memberikan Tidak bekerja 2 4,7
kuesioner pada 25 responden. Teknik uji Buruh 12 27,9
validitas menggunakan rumus Person Swasta 17 39,6
Product Moment. Kuesioner dari 28 item PNS 2 4,7
pertanyaan telah diujikan oleh peneliti Lain-lain 10 23,1
terhadap 25 responden dan didapatkan hasil Paparan
dari 28 pertanyaan terdapat 15 item informasi
Ya
pertanyaan yang valid dan 13 item 40 90,7
Tidak 3 9,3
pertanyaan yang tidak valid. Uji reliabilitas
Total 43 100%
juga dilakukan di SLB Bhakti Siwi,
berdasarkan hasil uji reliabilitas didapatkan
bahwa untuk kuesioner pengetahuan orang Berdasarkan tabel 2, menyatakan
tua setelah dilakukan uji reabilitas bernilai r pengetahuan orang tua tentang kesehatan
Alpha = 0,901 artinya kuesioner reproduksi remaja sebagian besar dalam
pengetahuan orang tua dinyatakan sangat kategori baik, yaitu sebanyak 32 responden
reliabel. Data yang sudah terkumpul (74,4%), sedangkan orang tua yang
kemudian dilakukan editing, coding, memiliki pengetahuan kurang sebanyak 3
tabulating, entry, clearing. Analisis data responden (7%).
yang digunakan yaitu analisis univariate.
Tabel 2
Hasil Dan Pembahasan Gambaran Pengetahuan Orang Tua Tentang
Karakteristik Responden Kesehatan Reproduksi Remaja di SLB C
Berdasarkan tabel 1 menunjukan Wiyata Dharma II Sleman (n=43)
Pengetahuan Frekuensi Presentase
bahwa sebagian besar responden berusia
(n) (%)
antara 36-45 tahun yaitu sebanyak 21 Baik 32 74,4
responden (48,9%). Latar belakang Cukup 8 18,6
pendidikan responden SMA/SMK yaitu
Kurang 3 7
berjumlah 24 responden (55,9%). Sebagian
Jumlah 43 100
besar responden bekerja swasta yaitu
sebanyak 17 orang (39,6%). Sebagian Pengetahuan orang tua tentang kesehatan
responden telah mendapatkan informasi reproduksi yang dapat mempengaruhi sikap
tentang kesehatan reproduksi remaja yaitu orang tua dalam memberikan pendidikan
sebesar 40 responden (90,7%). kesehatan tentang reproduksi kepada anak
remajanya. Penelitian ini sejalan dengan
penelitian Indarwati (2013), bahwa ada
hubungan antara peran orang tua dengan
pengetahuan remaja tentang kesehatan
reproduksi (Indarwati, 2013).
Berdasarkan tabel 3, bahwa pernyataan
mengenai pengertian retardasi mental
Tabel 1 Karakteristik Responden (n=43)
adalah individu yang mengalami kecatatan
117 | Nur Handayani, Dwi Yati : Gambaran Pengetahuan Orang Tua Tentang Kesehatan Reproduksi
Remaja Retardasi Mental Di SLB C Wiyata Dharma 2 Sleman
perkembangan sebelum usia 18 tahun, Berdasarkan tabel 4 dapat dilihat
hanya 65,1% responden yang menjawab bahwa responden berusia 36-45 yaitu
benar. Penelitian Hafid, (2011) menyatakan sebanyak (34,9%) mempunyai pengetahuan
bahwa minimnya pengetahuan orang tua tentang kesehatan reproduksi dalam
mengenai retardasi mental berdampak pada kategori baik, sedangkan terdapat 2
kurangnya pengetahuan dalam mengatasi responden (4,6%) berusia antara 46-55
kendala yang akan muncul dalam aktivitas yang memiliki pengetahuan kurang.
keseharian anak dengan retardasi mental Tabel 4
(Hafid, 2011). Tabulasi Silang antara Usia Orang Tua
Tabel 3 dengan Pengetahuan Orang Tua tentang
Distribusi frekuensi jawaban setiap item Kesehatan Reproduksi Remaja Retardasi
pertanyaan Pengetahuan Kesehatan Tentang Mental (n=43)
Reproduksi Remaja Retardasi Mental (n=43) Pengetahuan Kesehatan Reproduksi
Usia Baik Cukup Kurang Total
No Pertanyaan Benar Salah
n (%) n (%) n (%) n (%)
% %
1. Pengertian retardasi mental 93 7,0 26-35 1 - - 1
adalah keadaan yang (2,3) (2,3)
ditandai dengan penurunan 36-45 15 5 1 21
kecerdasan (35) (11,6) (2,3) (48,9)
2. Pengertian retardasi mental 65,1 34,9 46-55 14 2 2 18
adalah individu yang (32,7) (4,6) (4,6) (41,9)
mengalami kecatatan 56-65 2 1 - 3
perkembangan sebelum (4,6) (2,3) (6,9)
usia 18 tahun Total 32 8 3 43
3. Retardasi mental 95,3 4,7 (100)
mengalami
keterbelakangan
Penelitian ini menyebutkan bahwa
kecerdasan, kesulitan
sebagian besar responden yang memiliki
belajar dan beradaptasi
4. Penyebab retardasi mental 74,4 25,6 pengetahuan baik adalah responden
5. Pengertian kesehatan 76,7 23,3 berusia antara 36-45 tahun, dapat
reproduksi disimpulkan dari penelitian ini bahwa usia
6. Pentingnya kesehatan 79,1 20,9 berpengaruh terhadap pengetahuan yang
reproduksi sejak dini dimiliki seseorang. Penelitian ini sejalan
7. Peran orang tua untuk 90,7 9,3 dengan penelitian Refierman, (2016)
mengajarkan tentang bahwa orang tua yang berusia 30-49 tahun
kesehatan reproduksi, sebanyak 98 (79%) memiliki pengetahuan
organ reproduksi dan pengalaman yang banyak
8. Tanda dari pubertas pada 95,3 4,7 dibandingkan dengan usia muda
remaja putrid
(Refierman, 2016).
9. Saat kehamilan, apakah 74,4 25,6
menstruasi tetap Berdasarkan tabel 5 didapatkan hasil
berlangsung bahwa responden yang berpendidikan
10. Organ reproduksi pada 86,0 14,0 SMA/SMK memiliki pengetahuan yang
wanita baik, yaitu sebesar 48,9%. Hasil penelitian
11. Cara menjaga kesehatan 100 - menunjukan pendidikan dapat
reproduksi perempuan mempengaruhi pengetahuan seseorang.
12. Tanda dari pubertas pada 100 -
remaja laki-laki
13. Fungsi alat reproduksi 90,7 9,3
laki-laki
14. HIV/AIDS merupakan 81,4 18,6
penyakit menular seksual
15. Informasi tentang 86 14,0
HIV/AIDS
118 | Nur Handayani, Dwi Yati : Gambaran Pengetahuan Orang Tua Tentang Kesehatan Reproduksi
Remaja Retardasi Mental Di SLB C Wiyata Dharma 2 Sleman
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
Tabel 5. (23,3) (23,3)
Tabulasi Silang antara Pendidikan Orang Tua
dengan Pengetahuan Orang Tua tentang Total 32 8 3 43 (100)
Kesehatan Reproduksi Remaja Retardasi
Mental (n=43)
Pada penelitian ini, sebagian besar
Pengetahuan Kesehatan Reproduksi responden bekerja swasta, pengetahuan
Pendidikan Baik Cuku Kurang Total dapat dipengaruhi oleh faktor lain seperti
n (%) p n (%) n (%) pendidikan, sumber informasi. Pekerjaan
n (%) dapat mempengaruhi tingkat
Tidak - - 1 1 pengetahuan seseorang dimana
sekolah (2,3) (2,3)
SD - 5 2 (4,6) 7 lingkungan tempat kerja dapat
(11,6) (16,3) mempengaruhi seseorang dalam
SMP 5 - - 5 memperoleh pengetahuan secara
(11,6) (11,6) langsung maupun tidak langsung
SMA/SMK 21 3 - 24 (Budiman, 2013).
(48,9) (7,0) (55,9) Berdasarkan tabel 7 didapatkan
D3/S1 6 - - 6 bahwa sebagian responden mendapatkan
(13,9) (13,9)
Total 32 8 3 43 informasi tentang kesehatan reproduksi
(100) sebesar 32 responden (72,1%) yang
mempunyai pengetahuan baik.
Sejalan dengan Penelitian Solehati,
(2017), bahwa pendidikan orang tua Tabel 7.
Tabulasi Silang antara Sumber Informasi
berhubungan dengan sikap remaja tentang
yang didapatkan Orang Tua dengan
kesehatan reproduksi, dimana semakin Pengetahuan Orang Tua (n=43)
tinggi pendidikan seseorang, maka semakin
memadai pengetahuannya sehingga dapat Pengetahuan Kesehatan Reproduksi
memberikan informasi kepada anak
remajanya (Solehati, 2017). Paparan Baik Cukup Kurang Total
Berdasarkan tabel 6 didapatkan Informasi n (%) n (%) n (%) n (%)
hasil bahwa responden yang bekerja swasta Ya 32 8 - 40
memiliki pengetahuan yang baik tentang (74,4) (18,6) (93)
kesehatan reproduksi yaitu sebanyak Tidak - - 3 3
30,2%. Pekerjaan seseorang juga (7,0) (7,0)
merupakan faktor yang dapat Total 32 8 3 43
mempengaruhi pengetahuan seseorang. (100)
119 | Nur Handayani, Dwi Yati : Gambaran Pengetahuan Orang Tua Tentang Kesehatan Reproduksi
Remaja Retardasi Mental Di SLB C Wiyata Dharma 2 Sleman
BKKBN. (2013). Survey Demografi dan
Kesimpulan Dan Saran Kesehatan Indonesia 2012, Kesehatan
Kesimpulan Reproduksi Remaja. BKKBN, Kementrian
Sebagian besar responden memiliki Kesehatan.
pengetahuan yang baik yaitu sebesar 32
UNICEF. (2013). Children With
responden 74,4%, dan pengetahuan kurang
Disabilities.
sebanyak 3 responden 17%. Sebagian besar
www.unicef.org/topicz/children-disabilties.
responden yang berusia 36-45 tahun
Soetjningsih, G.R. (2013). Tumbuh
memiliki pengetahuan tentang kesehatan
Kembang Anak. Ed.2. Jakarta: EGC.
reproduksi dalam kategori baik yaitu
sebesar 35%. Sebagian besar responden Dinas Sosial Daerah Istimewa Yogyakarta.
berpendidikan SMA/SMK memiliki (2015).
pengetahuan tentang kesehatan reproduksi
dalam kategori baik yaitu sebesar 48,9%. Ariani, S. (2017). Pemahaman Kesehatan
Sebagian besar responden yang bekerja Reproduksi Remaja Tunagrahita di SLB-
swasta memiliki pengetahuan tentang C Wuri Handayani Kota Cimahi.
kesehatan reproduksi dalam kategori baik Skripsi: Universitas Pendidikan
yaitu sebesar 30,2%. Sebagian besar Indonesia
responden yang mendapat informasi www.repository.upi.edu/33515.
tentang kesehatan reproduksi memiliki Wilson, E et al. (2010). Parent‟s
pengetahuan tentang kesehatan reproduksi Perspective on Talking to Preteenage
dalam kategori baik yaitu sebesar 72,1%. Children About Sex. Perspektive on Sexual
Pada penelitian ini, informasi tentang and Reproductive Health, 42(1): 56-63.
kesehatan reproduksi paling banyak Nursalam. (2013). Konsep dan Penerapan
didapatkan dari orang tua yaitu dari internet Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.
sebesar 40%. Jakarta: Rineka Cipta.
120 | Nur Handayani, Dwi Yati : Gambaran Pengetahuan Orang Tua Tentang Kesehatan Reproduksi
Remaja Retardasi Mental Di SLB C Wiyata Dharma 2 Sleman
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
Jurnal Kesehatan Saelmakers Perdana
ISSN 2615-6571 (Online), ISSN 2615-6563 ((Print)
Tersedia online di http://ojs.ukmc.ac.id/index.php/JOH
ABSTRAK
Komunitas Jandri adalah kelompok yang terbentuk sekitar tahun 2004 terdiri dari para
perempuan tanpa suami (janda cerai atau mandiri karena tidak menikah tetapi memiliki
tanggungan keluarga,anak kandung maupun anak asuh ), bertujuan untuk menjalin silaturahmi
diantara anggota untuk bertukar pikiran saling support , tujuan lain adalah mandiri secara fisik
maupun ekonomi . Kelompok ini beranggotakan 30 orang berlatar belakang pernah mengalami
eksploitasi seksual (dilacurkan,diperdagangkan oleh orang lain maupun orang yang terdekat).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan Model Stringer Look Think Act terhadap
kemandirian perempuan korban Trafficking di Bogor. Rancangan penelitian menggunakan desain
penelitian Action research dengan sequential explanatory mixed methods. Pengumpulan data dan
analisis data kuantitatif pada tahap pertama, kemudian diikuti dengan pengumpulan data kualitatif
pada tahap kedua untuk memperkuat hasil penelitian kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan
penerapan model look bisa digunakan untuk mengetahui karakteristik responden. Penerapan model
think bisa digunakan menganalisa kebutuhan dari responden. Penerapan model act bisa digunakan
untuk mengimplementasikan model yang dianggap sesuai dengan kebutuhan responden.
Disarankan institusi yang berhubungan dalam penanganan perempuan korban trafficking
menggunakan pendekatan model Stringer Look Think Act dalam melakukan pendekatan dengan
perempuan korban trafficking sebagai upaya untuk menggali permasalahan, dan mencegah
terjadinya penularan Infeksi Menular seksual dan HIV/AIDS dengan cara melakukan konseling
dan tes sukarela
Kata Kunci: Model Stringer , Kemandirian, Perempuan korban trafficking
ABSTRACT
Jandri Community is a group formed around 2004 consisting of women without husbands
(divorced or independent widows because they are not married but have family responsibilities,
biological children or foster children), aiming to establish friendship among members to exchange
ideas for mutual support, other goals are physically and economically independent. This group
consists of 30 people from backgrounds who have experienced sexual exploitation (prostituted,
trafficked by others and those closest to them). This study aims to determine the application of the
Stringer Look Think Act Model to the independence of women victims of Trafficking in Bogor. The
study design uses the Action research design with sequential explanatory mixed methods. Data
collection and analysis of quantitative data in the first stage, then followed by qualitative data
collection in the second stage to strengthen the results of quantitative research. The results showed
that the application of the look model could be used to determine the characteristics of
respondents. The application of the thought model can be used to analyze the needs of
respondents. The application of the act model can be used to implement a model that is deemed
appropriate to the needs of the respondents. It is recommended that institutions dealing with the
handling of women victims of trafficking use the Stringer Look Think Act model approach to
approach women trafficking victims to explore problems and prevent the transmission of sexually
transmitted infections and HIV / AIDS using voluntary counselling and testing
Keywords: Stringer Model, Independence, Women victims of trafficking
121 | Titi Nurhayati ,Yohana Wulan Rosaria , Dedes Fitria : Model Stringer “ Look Think Act
“Terhadap Kemandirian Perempuan Korban Trafficking Di Bogor
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
Pendd. Lanjutan
16
6
6
2
22
8
1.000 0.645
post test terhadap kesiapan belajar. Hal
ini dapat dilihat dari adanya perbedaan
22 8 30
Milik Sendiri
21
1
8
0
29
1
1.000 0.737
maksud kemandirian untuk
22 8 30 perempuan, tapi setelah mengisi
Jumlah Anak
Responden
≤ 2 anak 17 6 23 1.000 0.623
kuesioner pertanyaan tentang
>2 anak 5 2 7
kemandirian, saya jadi memahami
Sikap Tidak
22
4
8
0
30
4 0.550 0.267
maksud dan tujuan mengapa
Responden Mendukung
perempuan harus mandiri terutama
Mendukung 18 8 26
dalam memilih tujuan hidup menjadi
22 8 30
lebih baik‖ (Informan 1)
Kemandirian Tidak 4 0 4 0.550 0.267
Responden Melakukan
22
8
8
20
30
perempuan yang mandiri‖
(Informan 2)
Gambar 1. Hasil Pre dan Post test dan pilihan
untuk mandiri terlihat dari diagram sebagai ―saya jadi merasa selama ini nggak ada
berikut: kepikiran ya jalannya itu padahal tidak
35 30 30 susah ya bu kalau mau mulai‖
30 26
25 21 22 20 22
(Informan 4)
20 ―saya pengen dari dulu untuk punya
15
8 10 10 12 8 8 keterampilan bu biar saya bias berbuat
10 5 4
5 13 0 sesuatu untuk keluarga agar saya ngga
0 kejalan lagi‖ (Informan 5)
Kurang Baik Kurang Baik
Baik Baik
Dari proses yang sudah dilakukan dapat
Pre-Test Post-Test digambarkan sebagai berikut:
memilih tidak jumlah 1. Tahapan Look dan Think
Pada tahapan ini dilakukan berbagai
persiapan, Untuk melaksanakan tahap
Pada variabel pre-test r = 0,048 look dan think dilakukan berbagai
tidak memiliki korelasi kuat persiapan yang diperlukan, meliputi
dengan kemandirian dan p = 0,048 persiapan secara administrasi maupun
terdapat korelasi yang bermakna persiapan lapangan untuk lokasi
antara 2 variabel yang diuji dan penelitian. Secara administrasi
pada variabel post-test r = 0,029 meliputi persiapan mengenai
tidak memiliki korelasi kuat rancangan serta tahapan
dengan kemandirian dan p = penelitian,perijinan serta kontak awal
0,022 terdapat korelasi yang dengan berbagai pihak yang akan
bermakna antara 2 variabel yang terlibat dalam penelitian.Untuk
diuji. Hal ini menunjukkan bahwa persiapan lokasi, dilakukan beberapa
pengetahuan pada saat pre test dan kegiatan meliputi assesment awal
128 | Titi Nurhayati ,Yohana Wulan Rosaria , Dedes Fitria : Model Stringer “ Look Think Act
“Terhadap Kemandirian Perempuan Korban Trafficking Di Bogor
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
untuk memetakan kondisi Kegiatan berjalan dengan baik karena
subjek penelitian serta ada dukungan dan semangat para
stakeholder yang akan terlibat. peserta, meskipun pada awal kegiatan
Dalam tahapan ini juga peserta tidak biasa untuk duduk dan
dilakukan analisis kebutuhan harus teratur mengikuti jadwal yang
potensi dan sistem sumber yang sudah disepakati. Tetapi peserta bisa
tersedia di lokasi penelitian. interupsi karena ada keinginan untuk
Melalui kegiatan ini diperoleh break istirahat, tetapi setelah ada
data tentang profil perempuan kegiatan pencairan dan keterampilan
sebagai kelompok informan mereka sangat antusias.
yang menjadi subjek penelitian,
serta dilakukan diskusi Monitoring dan evaluasi terhadap
mengenai masalah, kebutuhan pelaksanaan konsep model efekrif
dan rencana aksi yang akan diterapkan sebagai salah satu upaya
dilakukan. Untuk memastikan pemberdayaan , menunjukkan beberapa
kondisi sasaran penelitian, juga hal, diantaranya :
dilakukan home visit untuk 1. Meningkatnya pengetahuan tentang
trianggulasi dengan kondisi kesehatan resproduksi dan resiko
lapangan.Pada identifikasi awal tertular infeksi menular seksual serta
melalui observasi adanya
HIV-AIDS ,motivasi untuk berubah
sumber daya yang dapat
dikembangkan, karena mereka dan bagaimana mengelola keuangan
selama ini ada keinginan untuk 2. Menambah keterampilan tentang
mendapat pelatihan atau pembuatan kerajinan dari limbah
pendidikan kertas dan plastic serta cemilan sehat
Pada identifikasi awal melalui yang pada akhirnya dapat menambah
observasi diperoleh informasi penghasilan
adanya sumberdaya local yang
3. Tersedianya lapangan kerja baru bagi
bisa dimanfaatkan. Salah satu
diantaranya adalah pengolahan para peserta apabila dilakukan
limbah kertas dan plastic untuk pendampingan yang terus menerus
kegiatan ekonomi produktif. dan dukungan dari pihak terkait
Dalam diskusi awal, rencana dalam hal ini adalah dinas sosial
aksi menghasilkan beberapa akademisi serta para relawan dan
kesepakatan tentang kegiatan stake holder
bagi kelompok perempuan,
dengan mempertimbangkan Proses kegiatan dan hasil yang diperoleh
potensi dan kebutuhan. dapat digambarkan sebagai berikut :
Kegiatan sebelumnya belum
optimal dan rutin sehingga
Monitoring dan evaluasi
dirasakan hasilnya belum
optimal, peserta berkeinginan
untuk mendapat pelatihan dan
peningkatan pengetahuan • USIA>35
• PENDIDIKAN
tentang resiko yang mungkin RENDAH
• PEKERJAAN THINK • EDUKASI TTG
ACT
Act adalah bimbingan sosial ,
pemberian materi edukasi LOOK
tentang infeksi menular seksual
HIV AIDS, resiko penyakit dan
keganasan untuk kesehatan
reproduksi perempuan,Motivasi Peningkatan pengetahuan 36,7%
Melakukan perubahan pekerjaan 3
dan dinamika kelompok, Motivasi meningkat
bagaimana mengatur keuangan
yang diberikan oleh nara
sumber dari tim rehabilitasi
sosial. Dan kegiatan
keterampilan pemanfaatan
limbah kertas dan plastik.
129 | Titi Nurhayati ,Yohana Wulan Rosaria , Dedes Fitria : Model Stringer “ Look Think Act
“Terhadap Kemandirian Perempuan Korban Trafficking Di Bogor
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
132 | Titi Nurhayati ,Yohana Wulan Rosaria , Dedes Fitria : Model Stringer “ Look Think Act
“Terhadap Kemandirian Perempuan Korban Trafficking Di Bogor
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
Arly Febrianti
Akper Kesdam II / Sriwijaya
arlyfebrianti@gmail.com
ABSTRAK
ISPA adalah penyakit saluran pernapasan atas dengan perhatian khusus pada radang paru
(Pneumonia) dan bukan penyakit telinga dan tenggorokan. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk
mengetahui hubungan pengetahuan, sikap dan pendidikan ibu dengan kejadian ISPA pada balita
di Puskesmas 7 Ulu Kota Palembang. Jenis penelitian yang dilakukan adalah kuantitatif dengan
menggunakan metode survei analitik melalui pendekatan cross sectional. Populasi seluruh ibu
yang berkunjung dengan membawa anak ISPA dan sampel penelitian ini sebanyak 30 responden.
Dari hasil analisis bivariat, ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu dengan
kejadian ISPA pada balita (p value 0,013), ada hubungan yang signifikan antara sikap ibu
dengan kejadian ISPA pada balita (p value 0,002), ada hubungan yang signifikan antara
pendidikan ibu dengan kejadian ISPA pada balita (p value 0,004). Diharapkan bagi ibu, dapat
aktif untuk mengikuti setiap penyuluhan yang diberikan oleh petugas kesehatan serta
menanyakan tentang materi yang belum dimengerti dengan harapan dapat mengubah perilaku
yang tidak sehat. Seperti menjauhi anak dari pemaparan langsung dari penderita ISPA, selalu
menjaga kebersihan rumah.
Kata kunci : Pengetahuan, Sikap, ISPA.
ABSTRACT
ISPA is the upper respiratory tract disease with particular attention to lung inflammation
(pneumonia) and not the ear and throat diseases.
The purpose of this study is to determine the relationship of knowledge, attitudes and maternal
education with incidence of respiratory infection in infants in the region of Palembang City
Health Center 7 Ulu 2019. This type of quantitative research is conducted using survey methods
of analytic cross sectional approach. The number of samples of this study of 30 respondents.
From the results of bivariate analysis, no significant association between maternal knowledge of
the incidence of ARI in infants (p value 0.013), no significant relationship between maternal
attitude to the incidence of ARI in infants (p value 0.002), no significant association between the
incidence of maternal education ARI in infants (p value 0.004).
Expected for the mother, may be active to follow any counseling provided by health workers as
well as asking about the material that has not been understood in the hope of changing unhealthy
behaviors. As a child away from direct exposure of patients with ARI, always keeping the house
clean.
Keywords : Knowledge, Attitudes, Education and Gen ISPA
133 | Arly Febrianti : Pengetahuan, Sikap Dan Pendidikan Ibu Dengan Kejadian Ispa Pada Balita
Di Wilayah Kerja Puskesmas 7 Ulu Kota Palembang
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
134 | Arly Febrianti : Pengetahuan, Sikap Dan Pendidikan Ibu Dengan Kejadian Ispa Pada Balita
Di Wilayah Kerja Puskesmas 7 Ulu Kota Palembang
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
dari 53 yang berpengetahuan kurang, independen dengan variabel dependen.
didapat sebanyak 30 responden (56,6%) (Nursalam, 2008;68)
anaknya mengalami kejadian ISPA. Hasil Variabel independen terdiri atas
uji chi square menunjukkan ada hubungan pengetahuan, sikap dan pendidikan ibu.
yang signifikan antara pengetahuan dengan Sedangkan variabel dependen adalah
kejadian ISPA pada balita (p = 0,013). kejadian ISPA pada balita.
Sedangkan pada variabel sikap didapat Menurut Nursalam (2008;101),
bahwa dari 79 responden yang bersikap populasi adalah setiap subjek yang
negatif didapat sebanyak 53 responden memenuhi kriteria yang telah ditetapkan.
(67,1%) anaknya mengalami kejadian Yaitu semua ibu yang membawa anaknya
ISPA. Hasil uji chi square menunjukkan yang berusia 1 – 5 tahun di wilayah kerja
ada hubungan yang signifikan antara sikap Puskesmas 7 Ulu Kota pada bulan
dengan kejadian ISPA pada balita (p = Desember Tahun 2019- Januari 2020.
0,001). Sampel adalah anggota dari populasi
Notoatmodjo (2010;106) ada 3 (tiga) yang dianggap mewakili seluruh populasi.
faktor yang membentuk perilaku, yaitu : 1) Pengambilan sampel dilakukan dengan
Faktor-faktor predisposisi (predisposing metode sampel non probality sampling
factors), yang terwujud dalam dengan metode accidental sampling
pengetahuan, sikap, kepercayaan, dimana seluruh populasi diambil sebagai
keyakinan, nilai-nilai, pendidikan dan lain sampel penelitian. Sampel dalam
sebagainya. 2) Faktor-faktor penelitian ini adalah semua responden
pendukung (enabling factors), yang yang datang ke Puskesmas 7 Ulu Kota
terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia Palembang dari bulan Desember 2019-
atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas Januari 2020 selama 2 minggu sebanyak
atau sarana-sarana kesehatan, misalnya 30 responden. Adapun kriteria inklusi
puskesmas, obat-obatan, alat-alat sampel dalam penelitian ini adalah :
kontrasepsi, jamban dan sebagainya. 3) 1. Ibu yang membawa anaknya bero bat
Faktor-faktor pendorong (reinforcing dengan usia 1 – 5 tahun ke Puskesmas 7
factors) yang terwujud dalam sikap dan Ulu Kota Palembang
prilaku petugas kesehatan. 2. Ibu yang mampu berkomunikasi,
Berdasarkan uraian tersebut di atas maka membaca dan menulis
penulis tertarik untuk melakukan 3. Ibu yang bersedia menjadi responden
penelitian tentang hubungan pengetahuan, Sumber data Penelitian ini adalah
sikap dan pendidikan ibu dengan kejadian Rekam Medik Puskesmas dan Observasi
ISPA pada balita di wilayah kerja Langsung Pada Ibu yang berkunjung
Puskesmas 7 Ulu Kota Palembang Tahun dengan membawa Balita yang menderita
2019. ISPA. Pengumpulan data dilakukan
sendiri oleh peneliti dengan wawancara
Tujuan Penelitian dan menggunakan kuesioner kepada ibu.
Tujuan dari penelitian ini adalah Bentuk kuesioner yang diajukan adalah
diketahuinya hubungan pengetahuan, sikap berupa pertanyaan terstruktur secara
dan pendidikan ibu dengan kejadian ISPA multiple choice.
pada balita di wilayah kerja Puskesmas 7 Analisa data Bivariat pada penelitian
Ulu Kota Palembang Tahun 2019. ini untuk mengetahui hubungan antara dua
variabel yaitu variabel dependen (kejadian
Metode Penelitian ISPA) dengan variabel independen
Jenis penelitian yang dilakukan oleh (pengetahuan, sikap dan pendidikan)
peneliti adalah kuantitatif dengan dengan menggunakan rumus Chi-square
menggunakan metode survei analitik dengan tingkat kemaknaan 95% (α = 0,05)
melalui pendekatan cross sectional yaitu : (Hastono, 2007)
penelitian yang mempelajari dinamika
hubungan. Dimana seluruh datanya
dikumpulkan sekaligus dalam waktu yang
bersamaan dengan menggunakan variabel
135 | Arly Febrianti : Pengetahuan, Sikap Dan Pendidikan Ibu Dengan Kejadian Ispa Pada Balita Di
Wilayah Kerja Puskesmas 7 Ulu Kota Palembang
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
kejadian ISPA pada balita. Karena ibu kejadian ISPA pada balita di wilayah kerja
tidak mengetahui pencegahan atau Puskesmas 7 Ulu Kota Palembang Tahun
pengobatan pada balita yang terserang 2019. Ibu yang memiliki sikap negatif
ISPA, seperti ibu tidak mengenai tanda dan tentang penyakit ISPA berarti tidak
gejala ISPA, serta penyebab dari penyakit mendukung praktek ibu dalam
ISPA tersebut, sehingga menyebabkan penanggulangan perawatan penyakit ISPA
kejadian ISPA pada balita terus berulang pada balita, sehingga dapat menyebabkan
kejadian ISPA secara terus menerus
Hubungan antara Sikap dengan Kejadian ISPA dialami oleh balita. Tetapi jika ibu
Anak Balita (1-5 tahun) memiliki sikap yang positif dalam
Dari hasil analisis univariat, mayoritas ibu penatalaksanaan ISPA maupun
memiliki sikap positif yaitu sebanyak 16 pencegahan ISPA, maka angka kesakitan
responden (53,3%) dari 30 responden. pada balita dapat diminimalkan, karena ibu
Sedangkan hasil bivariat, dari 16 ibu yang selalu berusaha untuk menjaga lingkungan
memiliki sikap positif, didapat 5 balita tetap bersih..
(31,2%) yang mengalami ISPA lebih kecil
jika dibandingkan dengan ibu yang Hubungan Pendidikan Ibu dengan
bersikap negatif yaitu sebanyak 13 balita Kejadian ISPA Pada Anak Balita
(92,9%) yang mengalami ISPA. Dari hasil analisis univariat, mayoritas ibu
Hasil uji Chi Square didapatkan p berpendidikan rendah yaitu sebanyak 16
value 0,002 < (0,05) menunjukkan responden (53,3%) dari 30 responden.
bahwa ada hubungan yang signifikan Sedangkan dari hasil bivariat, dari 14 ibu
antara sikap ibu dengan kejadian ISPA yang berpendidikan tinggi, didapat 4 balita
pada balita di wilayah kerja Puskesmas 7 (28,6%) yang mengalami ISPA lebih kecil
Ulu Kota Palembang Tahun 2019. jika dibandingkan dengan ibu yang
Menurut Ajzen (2005), berpendidikan rendah yaitu sebanyak 14
mengemukakan bahwa sikap terhadap balita (87,5%) yang mengalami ISPA.
perilaku ini ditentukan oleh keyakinan Hasil uji Chi Square didapatkan p value
yang diperoleh mengenai konsekuensi dari 0,004 < (0,05) menunjukkan bahwa ada
suatu perilaku atau disebut juga behavioral hubungan yang signifikan antara
believe. Believe berkaitan dengan pendidikan ibu dengan kejadian ISPA pada
penilaian-penilaian subjektif seseorang balita di wilayah kerja Puskesmas 7 Ulu
terhadap dunia sekitarnya, pemahaman Kota Palembang Tahun 2019.
mengenai diri dan juga lingkungannya. Pendidikan adalah suatu proses
Sedangkan menurut Notoatmodjo perubahan pada diri manusia yang ada
(2007), sikap adalah juga respon tertutup hubungannya dengan tercapainya tujuan
seseorang terhadap stimulus atau objek kesehatan perseorangan dan masyarakat
tertentu, yang sudah melibatkan faktor (Esi, 2010).
pendapat dan emosi yang bersangkutan Sedangkan menurut Ahmadi (2003),
(senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, pendidikan sangat berpengaruh dalam diri
baik-tidak baik, dan sebagainya). seseorang mengambil sikap, semakin
Hasil penelitian ini sejalan dengan tinggi pendidikan semakin matang dalam
penelitian yang dilakukan oleh Dodi bertindak.
(2008) di Puskesmas Purwantoro I, didapat Hasil penelitian ini sejalan dengan
bahwa dari 79 responden yang bersikap penelitian yang dilakukan oleh Dodi
negatif didapat sebanyak 53 responden (2008) di Puskesmas Purwantoro I, bahwa
(67,1%) anaknya mengalami kejadian dari 42 responden yang termasuk
ISPA. Hasil uji chi square menunjukkan pendidikan rendah (SD, SMP) sebanyak 25
ada hubungan yang signifikan antara sikap responden (59,5%) anaknya mengalami
dengan kejadian ISPA pada balita (p = kejadian ISPA. Hasil uji chi square
0,001). menunjukkan ada hubungan yang
Setelah membandingkan antara hasil signifikan antara pendidikan dengan
penelitian dan teori yang ada, maka kejadian ISPA pada balita (p = 0,014).
peneliti berpendapat bahwa ada hubungan Setelah membandingkan antara hasil
yang signifikan antara sikap ibu dengan penelitian dan teori yang ada, peneliti
138 | Arly Febrianti : Pengetahuan, Sikap Dan Pendidikan Ibu Dengan Kejadian Ispa Pada Balita Di
Wilayah Kerja Puskesmas 7 Ulu Kota Palembang
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
berpendapat bahwa ada hubungan yang Esi, Susanti, 2010. Faktor-faktor yang
signifikan antara pendidikan ibu dengan Berhubungan dengan Resiko
kejadian ISPA pada balita di wilayah kerja Terjadinya ISPA Pada Balita di
Puskesmas 7 Ulu Kota Palembang Tahun Puskesmas 4 Ulu Palembang Tahun
2019. Pendidikan ibu yang rendah 2010..Jurnal
mempunyai peranan penting dalam Hastono, Sutanto Priyo, 2007. Analisis
kaitannya dengan kejadian ISPA pada Data Kesehatan. Jakarta. FKM.
balita, karena ibu mengalami kesulitan Universitas Indonesia.
dalam menerima informasi yang diberikan Hidayat, A.A. Alimul, 2009 Metode
mengenai penyakit ISPA yang diderita Penelitian Keperawatan dan Tehnik
oleh balita. Pendidikan yang tinggi dapat Analisa Data. Salemba. Jakarta.
mempermudah seseorang dalam menerima Irfan, 2017. Hubungan Faktor Lingkungan
sesuatu yang baru, semakin tinggi dan Prilaku Dengan Kejadian
pendidikan seseorang semakin matang ISPA.Unhalu Kendari.
dalam bertindak. Kompas, 2017. ISPA salah satu
penyebab kematian bayi. Http : //
Kesimpulan kompas.co.id. Diakses 10 Januari
Berdasarkan hasil penelitian maka 2019.
dapat disimpulkan sebagai berikut :
Ada hubungan yang signifikan Muchlis, 2008 Hubungan Pengetahuan,
antara pengetahuan ibu dengan kejadian Sikap dan Tindakan Ibu dengan
ISPA pada balita di wilayah kerja Kejadian ISPA Pada Balita Di IRNA
Puskesmas 7 Ulu Kota Palembang Tahun ANAK RSMH Palembang Tahun
2019 (p value 0,013). 2008. Jurnal
Ada hubungan yang signifikan
antara sikap ibu dengan kejadian ISPA Mulyono, 2009. Kajian Infeksi Saluran
pada balita di wilayah kerja Puskesmas 7 Pernapasan Akut (ISPA) pada Balita.
Ulu Kota Palembang Tahun 2019 (p value Universitas Sumatera Utara.
0,002).
Ada hubungan yang signifikan Nursalam, 2008 Konsep dan Penerapan
antara pendidikan ibu dengan kejadian Metodologi Penelitian Ilmu
ISPA pada balita di wilayah kerja Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis,
Puskesmas 7 Ulu Kota Palembang Tahun dan Instrumen Penelitian. Jakarta.
2019 (p value 0,004).. Salemba Medika
139 | Arly Febrianti : Pengetahuan, Sikap Dan Pendidikan Ibu Dengan Kejadian Ispa Pada Balita Di
Wilayah Kerja Puskesmas 7 Ulu Kota Palembang
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
Jurnal Kesehatan Saelmakers Perdana
ISSN 2615-6571 (Online), ISSN 2615-6563 ((Print)
Tersedia online di http://ojs.ukmc.ac.id/index.php/JOH
ABSTRAK
Asma bronchial merupakan penyakit yang tidak dapat disembuhkan, tetapi dapat dikendalikan atau
dicegah kekambuhannya agar tidak terjadi penurunan fungsi lebih lanjut. Pengobatan asma membutuhkan
waktu lama dan dapat menyebabkan efek samping seperti penekanan pertumbuhan , peningkatan enzim hati,
sakit kepala, mual dan osteoporosis. Oleh karena itu dibutuhkan terapi teknik pernapasan buteyko sebagai
terapi adjuvant. Teknik pernapasan buteyko memiliki kelebihan mudah dilakukan, aman dan tidak memiliki
efek samping, serta tidak memerlukan biaya. Disisi lain, latihan pernapasan buteyko ini dapat memperbaiki
fungsi paru.. Penelitian quasi eksperimental ini dengan menggunakan pendekatan pretest and post test one
group design, artinya hanya dilakukan pada satu group intervensi dan tidak ada kelompok kontrol. Sampel
dalam penelitian ini berjumlah 14 pasien asma yang dipilih dari Poliklinik Paru RSUP Dr. Hasan Sadikin
Bandung dengan consecutive sampling. Latihan teknik pernapasan buteyko dilakukan 15-60 dalam satu hari,
dengan frekuensi latihan minimal dua kali dalam satu minggu selama 4 minggu. Pemeriksaan fungsi paru
dilakukan dengan menggunakan spirometri (nilai FEV 1) pada pretest minggu pertama dan post test minggu
ke empat. Data yang terkumpul dianalisis secara deskriptif dan inferensial dengan skala signifikansi p<0,05.
Uji paired t-test menunjukkan perbedaan signifikan(p=0,00) dengan nilai FEV 1 lebih tinggi setelah diberikan
teknik pernapasan buteyko (69,57%±6,836) daripada nilai FEV1 sebelum diberikan teknik pernapasan
buteyko (37,43%±6,513). Disimpulkan bahwa ada pengaruh positif teknik pernapasan buteyko terhadap
fungsi paru. Dengan demikian, penting menjadikan hasil penelitian ini sebagai bahan telaah bagi petugas
kesehatan di Rumah Sakit dalam upaya meningkatkan fungsi paru pada pasien asthma.
Kata Kunci : Asma Bronchial, Buteyko, Fungsi Paru
ABSTRACT
Bronchial asthma is an incurable disease but can be controlled or prevented from recurring. Long asthma
treatment can have side effects such as growth suppression, increased liver enzymes, headaches, nausea and
osteoporosis. Therefore it is necessary to use Buteyko breathing technique as an adjuvant therapy. Buteyko
breathing technique has the advantage of being easy to do, safe and has no side effects, and requires no cost.
On the other hand, buteyko breathing exercises can improve lung function. This study aims to determine the
effect of Buteyko breathing technique on lung function.This quasi-experimental study uses a one group design
pretest and post test approach, meaning that it is only conducted in one intervention group and there is no
control group. The sample in this study amounted to 14 asthma patients selected from the Pulmonary
Polyclinic Of Dr. Hasan Sadikin Bandung Hospital with consecutive sampling. Buteyko breathing technique
exercises are done 15-60 in one day, with a minimum frequency of exercise twice a week for 4 weeks.
Examination of pulmonary function was carried out using spirometry (FEV1 value) at the first week pretest
and the fourth week post test. The collected data were analyzed descriptively and inferentially with a
significance scale of p <0.05.Paired t-test showed a significantly higher difference (p = 0.00) in the FEV1
value after administration of the buteyko breathing technique (69.57% ± 6.836) than the FEV1 value before
the administration of the buteyko breathing technique (37.43% ± 6,513).It was concluded that there is a
positive effect of the Beyko breathing technique on lung function. Thus, it is important to make the results of
this study as a study material for health workers in hospitals in an effort to improve lung function.
Keywords: Asthma Bronchiale, Buteyko, Lung Function
140 | Marlin Sutrisna, Mariza Arfianti : Pengaruh Teknik Pernapasan Buteyko Terhadap Fungsi
Paru Pada Pasien Asma Bronchial
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
PENDAHULUAN terjadinya komplikasi lainnya pada
Asma bronchial merupakan pasien asma. Oleh karena itu
penyakit yang tidak dapat diperlukan penanganan asma
disembuhkan tetapi dapat menjadi masalah yang menarik
dikendalikan atau dicegah (Crocker, et al, 2011).
kekambuhannya (United States Asma dapat mempengaruhi
Environmental Protection Agency, baik fisik maupun psikologis pasien
2004). Diperkirakan sebanyak 334 (Li et al., 2005). Asma dapat
juta orang mengalami asma dari menyebabkan gangguan kecemasan
segala usia di seluruh dunia (Global ataupun depresi pada pasien.
Asthma Network, 2014). Prevalensi Kecemasan tersebut disebabkan oleh
asma bronchiale di seluruh dunia konsumsi kortikosteroid dan
adalah sebesar 8-10% pada orang meningkatnya jumlah hari rawat inap
dewasa dan dalam 10 tahun terakhir di rumah sakit (Kullowatz, Kanniess,
ini meningkat sebesar 50%. Setiap Dahme, Magnussen, & Ritz, 2007).
tahun mortalitas asma bronchiale Selain memberikan dampak fisik,
meningkat di seluruh dunia dari psikologis, ataupun fungsional,
0,8% per 100.000 pada tahun 2011, Asma juga dapat mempengaruhi
menjadi 1,2% per 100.000 pada kualitas hidup penderitanya bahkan
tahun 2012 dan meningkat lagi dapat meningkatkan angka
menjadi 2,1% per 100.000 pada morbiditas (To et al., 2013).
tahun 2013. Selain itu WHO juga Penurunan kualitas hidup pasien
memperkirakan 100-150 juta asma dipengaruhi oleh kecemasan
penduduk di dunia saat ini terkena dan depresi (Kullowatz et al., 2007).
penyakit asma dan diperkirakan Penyakit asma termasuk
akan terus bertambah 180.000 setiap penyakit yang berdampak besar pada
tahun (WHO, 2013). Sedangkan di aspek ekonomi, karena pasien
Indonesia, penyakit asma menempati dengan asma membutuhkan biaya
angka tertinggi untuk kategori yang cukup besar untuk biaya medis
penyakit yang tidak menular sebesar langsung seperti rawat inap dan obat-
4,5% dan penyakit ini lebih banyak obatan dan biaya medis tak langsung
dialami oleh perempuan (Riskesdas, seperti waktu bekerja yang hilang
2013). dan kematian dini (Masoli et al,
Penderita asma bronchial 2004). Peningkatan pengeluaran
dapat mengalami kekambuhan biaya pengobatan yang dikarenakan
karena disebabkan oleh beberapa oleh kontrol penyakit yang lebih
antigen seperti lingkungan rumah ketat. Asma juga menyebabkan
yang kotor, banyak debu, banyak menyebabkan kehilangan hari kerja
kecoa, dan hewan peliharaan lainnya. akibat mengalami kekambuhan asma
Keadaan stress, jenis kelamin (Dal Negro et al, 2007).
terutama perempuan yang Penatalaksanaan asma yang
mengalami menstruasi, jenis utama -untuk mencapai dan
makanan, dan riwayat mempertahankan kontrol penyakit
hipersensitivitas dapat menyebabkan asma dengan pendekatan manajemen
keadaan atau kekambuhan asma asma yang baik seperti kerjasama
bronchial. Pasien asma bronchial antara pemberi pelayanan kesehatan
harus mengontrol kesehatannya dengan pasien, mampu
secara optimal, karena asma dapat memanajemen diri, dan menetapkan
menyebabkan gangguan aktivitas tujuan dalam pengobatan (Bateman
sehari-sehari, kerusakan paru, dan et al., 2008). Penanganan asma dapat
141 | Marlin Sutrisna, Mariza Arfianti : Pengaruh Teknik Pernapasan Buteyko Terhadap Fungsi
Paru Pada Pasien Asma Bronchial
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
dilakukan dengan penatalaksanaan finansial atau pengeluaran biaya
yang lengkap, tidak hanya dengan yang cukup mahal. Penggunaan obat-
terapi farmakologi tetapi dengan obatan asma seperti bronkodilator
terapi non farmakologi untuk yang terlalu sering (ketergantungan)
mengontrol gejala asma (Wong, dapat menjadi kontraproduktif dan
2003). berkontribusi untuk meningkatan
Terapi farmakologi dengan tingkat kematian (Thomas, 2004).
obat-obatan memiliki masalah Untuk mencegah efek
mengenai biaya yang mahal samping dari pengobatan asma
dikeluarkan selama pengobatan. Ada bronkial maka diperlukan
beberapa bukti bahwa pembaharuan dalam terapi asma
terlalu sering menggunakan obat bronkial yaitu melalui pemberian
asma seperti bronkodilator terapi pendamping (terapi adjuvant).
dapat menjadi kontraproduktif dan Tujuan dari terapi adjuvant adalah
dapat berkontribusi untuk meningkatkan gaya hidup
untuk tingkat kematian meningkat yang normal, menghindari serangan
(Thomas, 2004). Selain dengan biaya asma, dan mengembalikan fungsi
yang mahal pada pengobatan asma paru yang optimal (Bruurs, Van Der
bronchial yang mengkonsumsi obat- Giessen, & Moed, 2013). Terapi non
obatan dalam jangka panjang tetapi farmakologi diberikan pada pasien
juga memiliki efek samping jika asma bronkial adalah teknik
pasien tidak melakukan pengontrolan pernapasan buteyko. Menurut
penyakit kepada tim pelayanan Cooper et al., (2003) teknik
kesehatan, tidak benar dalam pernapasan buteyko merupakan suatu
penggunaan obat, maka dapat teknik olah napas yang
mengakibatkan berbagai macam dikembangkan khusus untuk pasien
komplikasi seperti osteoporosis, asma bronkial disegala usia, baik
anemia, takikardi, aritmia, dan anak-anak maupun orang dewasa.
insomnia. Oleh karena itu, pada Kelebihan dari teknik
pasien asma bronchial yang belum pernapasan buteyko adalah dapat
mengalami komplikasi diharapkan menurunkan frekuensi serangan
untuk dapat mengontrol asma dengan asma bronkial (meningkatkan kontrol
terapi non farmakologis sehingga asma), dan mencegah tingkat
pasien tidak mengalami kekambuhan keparahan asma serta menurunkan
asma (Abram et al, 2006). penggunaan dosis kortikorsteroid
Kelemahan dari penggunaan inhalasi juga memperbaiki PEFR.
terapi farmakologi jangka panjang Selain kelebihan tersebut, teknik
tanpa kontrol ke pelayanan kesehatan pernapasan buteyko dapat
yakni memiliki efek samping yang menghilangkan atau mengurangi
merugikan pasien. Penggunaan anti- batuk, hidung tersumbat, sesak
leukotrien ataupun kortikosteroid napas, wheezing, dan memperbaiki
inhalasi beresiko memberikan efek kualitas hidup. Penggunaan latihan
samping seperti penekanan pernapasan pernapasan buteyko ini
pertumbuhan pada anak-anak, tidak memiliki efek samping apapun
peningkatan enzim hati, sakit kepala, (Hassan, Riad, & Ahmed, 2012).
mual, supresi adrenal, osteopenia, Penelitian yang dilakukan oleh Prem,
bahkan kematian (Ducharme & Sahoo, & Adhikari, (2013) bahwa
Chauhan, 2014). Selain itu dampak pada kelompok yang diberikan
dari penggunaan obatan-obatan teknik pernapasan buteyko
jangka panjang memberikan masalah menunjukan adanya peningkatan
142 | Marlin Sutrisna, Mariza Arfianti : Pengaruh Teknik Pernapasan Buteyko Terhadap Fungsi
Paru Pada Pasien Asma Bronchial
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
kualitas hidup yang diukur dengan 4 pernapasan buteyko. Selanjutnya
sub domain yaitu gejala, aktivitas, pada minggu ke IV, pasien dilakukan
emosi, lingkungan dan mampu pemeriksaan spirometri (post test)
melakukan kontrol terhadap serangan untuk mengetahui nilai FEV1. Data
asma. Hasil penelitian Cowie, yang terkumpul dianalisis secara
Conley, Underwood, & Reader, deskriptif dan inferensial dengan
(2008), terapi teknik pernapasan skala signifikansi p<0,05.
buteyko dapat meningkatkan kontrol
asma bronkial dan mengurangi HASIL PENELITIAN
penggunaan terapi kortikosteroid
inhalasi. Pada penelitian tersebut, Tabel 1. Gambaran Jenis Kelamin
tidak ada efek samping yang Pada Pasien Asma Bronchial di Poli
dilaporkan dalam kelompok yang Paru RSUP Dr. Hasan Sadikin
diberikan intervensi teknik Bandung (n=14)
pernapasan buteyko.
Berdasarkan latar belakang Jenis Frekuensi Presentasi
diatas, penting untuk dilakukan Kelamin (%)
penelitian tentang pengaruh teknik Laki-laki 4 28.6%
pernapasan buteyko terhadap fungsi
paru pada pasien asma bronkial. Perempu 10 71,4%
an
METODE PENELITIAN Jumlah 14 100
Penelitian quasi
eksperimental ini menggunakan Berdasarkan tabel diatas bahwa
pendekatan pretest and post test one sebagian besar responden berjenis
group design. Penelitian ini hanya kelamin perempuan (71,4%).
menggunakan 1 kelompok, yaitu
kelompok intervensi. Jumlah sampel Tabel 2. Gambaran Usia Pada Pasien
dalam penelitian ini berjumlah 14 Asma Bronkial di Poli Paru RSUP
pasien asma yang dipilih dari Poli Dr. Hasan Sadikin Bandung (n=14)
Paru RSUP Dr. Hasan Sadikin
Bandung dengan consecutive Usia Mean SD
sampling. Latihan teknik pernapasan
buteyko dilakukan 15-60apa 19-65 th 44 14,242
satuannya dalam satu hari, dengan
Berdasarkan tabel diatas bahwa usia
frekuensi latihan minimal dua kali
responden yang diteliti dalam
dalam satu minggu selama 4 minggu.
penelitian ini adalah 19 tahun sampai
Kemudian dilakukan pemeriksaan
65 tahun, dengan rata-rata usia
fungsi paru dengan menggunakan
adalah 44 tahun.
spirometri. Fungsi paru yang diukur
dengan nilai FEV1. Nama alat yang Tabel 3. Nilai pretest fungsi paru
digunakan adalah peak flow meter. (FEV1) Pada minggu pertama dan
Pengukuran pre test dimulai dari nilai post test diberikan teknik
screening awal pasien asma pada pernapasan buteyko pada minggu ke
minggu pertama bertemu dengan empat.
pasien. Kemudian latihan teknik
pernapasan buteyko dilakukan Fungsi Mean SD Mix-
dirumah, minimal dua kali dalam Paru Max
seminggu. Klien diberikan buku
catatan harian melakukan teknik
143 | Marlin Sutrisna, Mariza Arfianti : Pengaruh Teknik Pernapasan Buteyko Terhadap Fungsi
Paru Pada Pasien Asma Bronchial
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
FEV1 37,43 6,513 27-49 terdapat perbedaan yang signifikan
(Pre) antara nilai FEV1 sebelum dan
FEV1 69,57 6,836 55-78 sesudah diberikan teknik pernapasan
(Post) buteyko. Hal ini memberikan makna
ada pengaruh latihan teknik
Nilai rerata FEV1 sebelum pernapasan buteyko terhadap fungsi
diberikan teknik pernapasan paru yang di ukur dengan
buteyko 37,43% dan nilai rerata menggunakan spirometri.
FEV1 setelah diberikan teknik Pada pasien asma bronkial
pernapasan buteyko mengalami dapat terjadinya hipoksemia,
peningkatan menjadi 69,57%. sehingga memicu terjadinya
inflamasi dan hipersekresi mucus
Tabel 4. Perbedaan Fungsi Paru yang kental serta edema mukosa
Sebelum dan Sesudah Diberikan menyebabkan penebalan dari
Teknik Pernapasan Buteyko membran alveolus (Price, 2006).
Penebalan membrane alveolis
mempengaruhi difusi gas di alveolus
Fungsi Mean SD P terutama pada kecepatan difusi yang
Paru menuju kepiler darah. Karena
Pre 37,43 6,513 0,000 kecepatan berkurang maka
(FEV1) konsentrasi oksigen yang menuju di
Post 69,57 6,836 paru-paru mengalami penurunan
(FEV1) (Guyton, 2007). Pada pasien asma
juga terjadi penurunan tekanan
Berdasarkan perhitungan transmural yang disebabkan oleh
hasil uji paired t test diatas tampak penurunan ventilasi paru. Penurunan
nilai pretest FEV1-Post tes FEV1 tekanan transmural mengakibatkan
memiliki nilai p<0,05, artinya terjadi gradient tekanan transmural
peningkatan fungsi paru secara mengecil (Perry & Potter, 2006).
signifikan dengan perbedaan nilai Pada saat inspirasi, gradient tekanan
FEV1 setelah diberikan teknik transmural yang dibentuk semakin
pernapasan buteyko lebih tinggi kecil, maka semakin kecil juga
daripada sebelum diberikan teknik compliance paru. Untuk
pernapasan buteyko. Hal ini meningkatkan compliance paru,
memberikan makna ada pengaruh maka gradient tekanan transmural
latihan teknik pernapasan buteyko harus semakin besar untuk dapat
terhadap fungsi paru yang di ukur mengembalikan pengembangan paru
dengan menggunakan spirometri. dan fungsi yang normal (Sherwood,
2001).
Maka pada keadaan demikian
PEMBAHASAN demikian dibutuhkan
Berdasarkan perhitungan penatalaksanaan farmakologi dan
hasil uji paired t test yang disajikan nonfarmakologi. Terapi farmakologi
pada tabel 4.3 tampak rerata nilai diberikan obat-obat bronkodilator
FEV1 sebelum diberikan teknik dan kortikosteroid untuk
pernapasan buteyko 37,43±6,513 dan menyembuhkan inflamasi, dan
rerata nilai FEV1 setelah diberikan dilatasi bronkus, selain itu dapat
teknik pernapasan buteyko diberikan terapi penunjang lainnya
meningkat menjadi 69,57±6,836 (Somantri, 2009).
dengan nilai p value <0,05, artinya
144 | Marlin Sutrisna, Mariza Arfianti : Pengaruh Teknik Pernapasan Buteyko Terhadap Fungsi
Paru Pada Pasien Asma Bronchial
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
Terapi pendamping selama 4 minggu. Hal ini di dukung
farmakologi dapat diberikan yaitu oleh penelitian Thomas ( 2004)
dengan terapi olah napas yang bahwa dengan melakukan latihan
mengembalikan fungsi paru salah teknik pernapasan buteyko secara
satunya adalah teknik pernapasan rutin minimal 60 menit dalam 1 hari
buteyko, karena teknik pernapasan dan akan memberikan hasil yang
buteyko dikembangkan khusus untuk baik setelah 5 jam maka dapat
penyakit asma bronkial yang membantu mengurangi kesulitan
mengembalikan fungsi pernapasan bernapas pada penderita asma.
dengan normal, dimana teknik Setelah melakukan teknik buteyko
pernapasan buteyko ini dapat dapat menahan karbondioksida agar
menurunkan frekuensi pernapasan tidak hilang secara progresif akibat
sehingga mengembalikan konsentrasi hiperventilasi. Karena
oksigen di dalam tubuh (Bruton, karbondioksida dapat mendilatasi
2005). Teknik pernapasan buteyko pembuluh darah dan otot, maka jika
adalah metode yang dipakai di Rusia di dalam darah terjadi keseimbangan
yang ditemukan oleh Konstantin kadar karbondioksida akan
Buteyko, yang merupakan metode mengurangi terjadinya
olah napas untuk pasien asma. bronkospasme pada penderita asma.
Mekanisme motede buteyko cukup Selain itu, teknik pernapasan buteyko
sederhana dilakukan. Metode ini dapat mengatur pola napas saat
fokus memperbaiki frekuensi terjadi serangan asma bronkial
pernafasan, memperkuat penafasan sehingga frekuensi pernapasan
diafragma, sehingga karbondioksida menjadi normal. Latihan pernapasan
normal dan oksigen di dalam tubuh buteyko secara rutin dapat
menjadi normal (NZMA, 2004). menurunkan tahanan terhadap aliran
Untuk memenuhi kebutuhan udara disaluran pernapasan sehingga
oksigen di dalam tubuh, dapat menormalkan pola pernafasan
meningkatkan saturasi oksigen, dan mengurangi sesak napas (Freitas
mengatur pola pernapasan, serta et al, 2013).
menyeimbangkan kadar Teknik pernapasan buteyko
karbondioksida dalam tubuh, maka merupakan teknik yang
dapat dilakukan dengan teknik menggabungkan pernapasan melalui
pernapasan buteyko. Karena teknik hidung, diafragma, dan control
pernapasan buteyko dapat pause. Teknik bernapas melalui
menurunkan ventilasi alveolar hidung dapat menghangatkan,
terhadap hiperventilasi. Akibat dari memfiltrasi, dan melembabkan udara
bronkospasme dan kekurangan yang masuk. Pernapasan hidung
oksigen maka pasien asma dapat meningkatkan kadar oksida
melakukan usaha mengembangkan nitrat (Villareal et al, 2014).
tingkat kedalaman pernapasan jauh Pernapasan hidung lebih baik
melebihi seharusnya sehingga terjadi daripada pernapasan mulut. Alergen
hiperventilasi. Dengan latihan yang menyebabkan bronkospasme
pernapasan buteyko maka oksigenasi sehingga pasien mengalami sesak
yang baik akan menurunkan kejadian napas. Respon alami pasien dengan
hipoksia, hiperventilasi dan apnea keadaan sesak napas yaitu mencoba
saat tidur pada penderita asma (Gina, bernapas lebih dalam melalui mulut,
2005). sehingga menghirup lebih banyak
Pada penelitian ini teknik alergen dan memicu bronkospasme
pernapasan buteyko dilakukan lebih lanjut (Bruton & Lewith,
145 | Marlin Sutrisna, Mariza Arfianti : Pengaruh Teknik Pernapasan Buteyko Terhadap Fungsi
Paru Pada Pasien Asma Bronchial
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
2005). Mekanisme biokimia teknik baik, sehingga fungsi paru kembali
pernapasan buteyko adalah normal.
mengeluarkan oksida nitrat (NO). Hasil penelitian ini didukung
Respon fisiologis dari teknik oleh Solomen dan Aaron (2016),
pernapasan buteyko adalah latihan pernapasan buteyko dapat
terjadinya bronkodilasi, vasodilatasi, meningkatkan volume paru,
permeabilitas jaringan, sistem imun, pertugaran gas, mengontrol sesak
transportasi oksigen, respon insulin, napas, dan membantu membersihkan
memori dan mood. Teknik sekresi. Menurut Cooper et al (2003),
pernapasan buteyko mengaktifkan teknik pernapasan buteyko
oksida nitrat yang dihasilkan dari merupakan suatu teknik olah napas
sinus paranasal (Courtney, 2008). yang dikembangkan khusus untuk
Pada saat melakukan latihan pasien asma bronkial. Pada pasien
pernapasan buteyko, bagian toraks asma bronkial terjadi hiperventilasi
dan diafragma mengubah tekanan karena sebagai kompensasi tubuh
dalam toraks untuk menghasilkan agar tubuh tidak kehilangan kadar
gerakan udara. Pada saat inspirasi karbondioksida yang akan
(menarik napas), diafragma mendatar berdampak pada gangguan pH dan
dan tulang rusuk terangkat. berkurangnya kadar oksigen dalam
Kontraksi diafragma dan otot jaringan. Dengan diberikan teknik
interkostal eksterna menarik rusuk ke pernapasan buteyko dapat
atas dan ke depan sehingga meningkatkan jumlah oksigen dalam
memperluas diameter transversal dan tubuh, sehingga fungsi paru kembali
anteroposterior. Dengan terjadinya normal.
peningkatan volume dada dan paru, Teknik pernapasan buteyko
tekanan alveolar menurun dan udara merupakan suatu teknik kontrol
tertarik ke paru. Toraks yang napas dan latihan menahan nafas
bertambah luas membuat tekanan untuk mengobati berbagai masalah
intrapleural menjadi negatif yang kesehatan yang berhubungan
akan memperluas paru (Black & pernapasan terutama dengan masalah
Hawks, 2014). hiperventilasi dan karbon dioksida
Pergerakan toraks dan rendah (Courtney, 2007).
diafragma mengubah tekanan dalam Sebelum dilakukan
toraks untuk menghasilkan gerakan penelitian, terlebih dahulu dilakukan
udara. Gerakan udara tersebut screening untuk melihat fungsi paru
tergantung pada perbedaan tekanan dengan menggunakan spirometri.
antara atmosfer dan udara paru, Semua responden (n=14) mengalami
dengan aliran udara dari daerah penurunan nilai FEV1. Dimana nilai
tekanan tinggi ke daerah tekanan rerata FEV1 sebelum diberikan
rendah. Pada waktu inspirasi teknik pernapasan buteyko 37,43%.
(menarik napas), kubah diafragma Hasil penelitian lain yang juga
mendatar dan sangkar rusuk mendukung penelitian ini adalah
terangkat. Seiring dengan terjadinya Cibella et al (2002), yang
peningkatan volume dada dan paru, menyatakan bahwa penurunan FEV1
tekanan alveolar menurun sehingga dipengaruhi oleh lamanya pasien
udara tertarik ke paru (Black & mengalami penyakit, dan
Hawks, 2014). Maka dengan variabilitas FEV1. FEV1 adalah
demikian, pernapasan menjadi lebih volume udara yang dikeluarkan
baik menghasilkan oksigenasi yang dalam satu detik pertama ekspirasi
dan inspirasi maksimal. Setelah
146 | Marlin Sutrisna, Mariza Arfianti : Pengaruh Teknik Pernapasan Buteyko Terhadap Fungsi
Paru Pada Pasien Asma Bronchial
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
dilakukan tes spirometri pada pasien minggu ke empat, dibuktikan dengan
asma bronkial, didapatkan nilai tes data objektif hasil pemeriksaan
fungsi paru kurang baik (menurun). spirometri nilai FEV1.
Nilai FEV1 menurun pada pasien Diharapkan kepada
asma bronkial juga dipengaruhi oleh pelayanan kesehatan untuk
usia yang semakin bertambah tua, menjadikan hasil penelitian ini
baik pada pasien laki-laki maupun sebagai evidence base dalam praktik
perempuan. Pada penelitian ini, keperawatan. Diharapkan pada
rerata usia responden berjumlah 44 penelitian selanjutnya untuk
tahun. Usia responden dari 19 tahun melakukan latihan pernapasan
sampai 65 tahun. Namun kekurangan buteyko pada pasien asma dengan
dalam penelitian ini tidak mengkaji waktu yang lebih lama agar
lamanya mengalami penyakit asma. perbaikan fungsi paru kembali
Pada penelitian ini, setelah normal.
diberikan latihan teknik pernapasan
buteyko selama 4 minggu, rerata Ucapan Terimakasih
nilai FEV1 mengalami peningkatan Ucapan terimakasih kepada
dari rerata 37,43% menjadi pembimbing Ibu Dr. Emmy H
69,57%. Secara statistic mengalami Pranggono, dr.,SpPD.,KP dan Bapak
perbaikan fungsi paru. Secara Ns. Titis Kurniawan, S.Kep, MNS
objektif juga mengalami perbaikan serta Pihak Rumah Sakit Hasan
dari serangan asma. Namun nilai Sadikin Bandung yang telah
FEV1 69,57 masih kurang dari memberikan ilmunya kepada peneliti
80%. Berdasarkan penelitian yang sehingga peneliti mampu
dilakukan oleh Prasanna et al menyelesaikan penelitian ini dengan
(2015) bahwa perbaikan fungsi lancar. Selain itu ucapan kepada
paru terjadi setelah 2 bulan orang tua, beasiswa unggulan
diberikan teknik pernapasan (Kemendikbud) dan Beasiswa Tesis
buteyko. Sedangkan pada LPDP (Kementerian Keuangan) yang
penelitian ini hanya dilakukan 4 telah membuat penelitian ini berjalan
minggu, namun nilai FEV1 lancar.
mengalami peningkatan daripada
sebelum diberikan latihan Referensi
pernapasan buteyko. Lama Abrams, Anne Collins., Sandra Smith
penelitian ini adalah 4 minggu, Penington., Carol Barnett
karena berdasarkan dari telaah Lammon. 2006. Clinical Drug
jurnal pada penelitian sebelumnya Therapy: Rationales For Nursing
Practice, 8th Edition. Publisher
bahwa secara subjektif asma
Lippincott Williams & Wilkins.
mengalami penurunan serangan Bateman, E. D., Hurd, S. S., Barnes, P.
asma dan penurunan penggunaan J., Bousquet, J., Drazen, J. M.,
obat-obatan asma, sehingga perlu Fitzgeralde, M., … Zar, H. J.
dibukktikan dengan pemeriksaan (2008). Global Strategy For
objektif yaitu dengan melihat nilai Asthma Management And
spirometri (Nilai FEV1). Prevention: GINA Executive
Summary. European Respiratory
KESIMPULAN DAN SARAN Journal, 31(1), 143–178.
Kesimpulan dalam penelitian Https://Doi.Org/10.1183/09031936
ini adalah teknik pernapasan buteyko .00138707
memberikan pengaruh yang positif Black, J.M & Hawks, .H (2014).
terhadap perbaikan fungsi paru pada Keperawatan Medikal Bedah.
Manajemen Klinis Untuk Hasil
147 | Marlin Sutrisna, Mariza Arfianti : Pengaruh Teknik Pernapasan Buteyko Terhadap Fungsi
Paru Pada Pasien Asma Bronchial
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
Yang Diharapkan. Elsevier : Asthma. Respiratory Medicine,
Singapura. 102(5), 726–732.
Bruton, A., & Lewith, G. T. (2005). The Https://Doi.Org/10.1016/J.Rmed.2
Buteyko Breathing Technique For 007.12.012
Asthma: A Review. Crocker, Et Al. 2011. Effectiveness Of
Complementary Therapies In Home-Based, Multi-Trigger,
Medicine, 13(1), 41–46. Multicomponent Interventions
Https://Doi.Org/10.1016/J.Ctim.20 With An Environmental Focus
05.01.003 For Reducing Asthma Morbidity
Bruurs, M. L. J., Van Der Giessen, L. J., A Community Guide Systematic
& Moed, H. (2013). The Review. Prev Med
Effectiveness Of Physiotherapy In 2011;41(2s1):S5–S32) Published
Patients With Asthma: A By Elsevier Inc. On Behalf Of
Systematic Review Of The American Journal Of Preventive
Literature. Respiratory Medicine, Medicine.
107(4), 483–494. Dal Negro, R. W., Micheletto, C.,
Https://Doi.Org/10.1016/J.Rmed.2 Tosatto, R., Dionisi, M., Turco, P.,
012.12.017 & Donner, C. F. (2007). Costs Of
Chauhan, B. F., & Ducharme, F. M. Asthma In Italy: Results Of The
(2012). Anti-Leukotriene Agents SIRIO (Social Impact Of
Compared To Inhaled Respiratory Integrated Outcomes)
Corticosteroids In The Study. Respiratory Medicine,
Management Of Recurrent And/Or 101(12), 2511–2519.
Chronic Asthma In Adults And Https://Doi.Org/10.1016/J.Rmed.2
Children. The Cochrane Database 007.07.011
Of Systematic Reviews, 5, Ducharme, F., & Chauhan, B. (2014).
CD002314. Anti-Leukotriene Agents
Https://Doi.Org/10.1002/14651858 Compared To Inhaled
.CD002314.Pub3 Corticosteroids In The
Cibella, F., Cuttitta, G., Bellia, V., Management Of Recurrent And /
Bucchieri, S., D‟Anna, S., Or Chronic Asthma In Adults And
Guerrera, D., & Bonsignore, G. Children ( Review ). Cochrane
(2002). Lung Function Decline In Database Of Systematic Reviews,
Bronchial Asthma. Chest, 122, (4).
1944–1948. Https://Doi.Org/10.1002/14651858
Cooper, S., Oborne, J., Newton, S., .CD002314.Pub3.Anti-Leukotriene
Harrison, V., Coon, J. T., Lewis, Freitas DA, Holloway EA, Bruno SS,
S., & Tattersfield, A. (2003). T Chaves GSS, Fregonezi GAF,
1999, 674–680. Mendonça KMPP.2013.
Courtney, R. (2007). Strengths , Breathing Exercises For Adults
Weaknesses , And Possibilities Of With Asthma. Cochrane Database
The Buteyko Breathing Method. Of Systematic Review, Issue 10.
Biofeedback, 36(2), 59–63. Art. No.: CD001277. DOI:
Retrieved From 10.1002/14651858.CD001277.Pu
Http://Www.Resourcenter.Net/Ima b3 : 1-54.
ges/AAPB/Files/Biofeedback/2008 Global Asthma Network. (2014). The
/Biof_Summer_Buteyko_Breathin Global Asthma Report 2014
g.Pdf (Vol.5). Http ://Doi.Org/ISBN :
Cowie, R. L., Conley, D. P., 978-0-473-29125-9978-0-473-
Underwood, M. F., & Reader, P. 29126-6 (ELECTRONIC).
G. (2008). A Randomised Global Initiative For Asthma (GINA).
Controlled Trial Of The Buteyko (2005). Global Strategy For
Technique As An Adjunct To Asthma Management And
Conventional Management Of Prevention, Diakses Pada
148 | Marlin Sutrisna, Mariza Arfianti : Pengaruh Teknik Pernapasan Buteyko Terhadap Fungsi
Paru Pada Pasien Asma Bronchial
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
Tanggal 20 Desember 2015 Dari Patients. International Journal Of
Http://Www.Ginasthma.Com/Gui Medicine & Public Health, 5(1),
delineitem.Asp?Intid=1170. 77–81.
Guyton, 2007. Fisiologi Manusia Dan Https://Doi.Org/10.4103/2230-
Mekanisme Penyakit. Jakarta: 8598.151267
EGC. Prem, V., Sahoo, R. C., & Adhikari, P.
Hassan, Z. M., Riad, N. M., & Ahmed, (2013). Comparison Of The
F. H. (2012). Effect Of Buteyko Effects Of Buteyko And
Breathing Technique On Patients Pranayama Breathing Techniques
With Bronchial Asthma. Egyptian On Quality Of Life In Patients
Journal Of Chest Diseases And With Asthma - A Randomized
Tuberculosis, 61(4), 235–241. Controlled Trial. Clin Rehabil,
Https://Doi.Org/10.1016/J.Ejcdt.20 27(2), 133–141.
12.08.006 Https://Doi.Org/10.1177/02692155
Kullowatz, A., Kanniess, F., Dahme, B., 12450521
Magnussen, H., & Ritz, T. (2007). Price, S. A. 2006. Patofisiologi. Konsep
Association Of Depression And Klinis Proses-Proses Penyakit.
Anxiety With Health Care Use EGC : Jakarta
And Quality Of Life In Asthma Riskesdas (2013). Riset Kesehatan
Patients. Respiratory Medicine, Dasar. Badan Penelitian Dan
101(3), 638–644. Pengembangan Kesehatan
Https://Doi.Org/10.1016/J.Rmed.2 Kementerian Kesehatan RI 2013.
006.06.002 Https://Doi.Org/10.1007/S13398-
Li, J. T., Oppenheimer, J., Bernstein, I. 014-0173-7.2.
L., Nicklas, R. A., Khan, D. A., Sherwood, L. (2001). Fisiologi Manusia
Blessing-Moore, J., … Wallace, D. Dari Sel Ke Sistem. EGC : Jakarta.
V. (2005). Attaining Optimal Solomen, S., & Aaron, P. (2016).
Asthma Control: A Practice Breathing Techniques-A Review -
Parameter. Journal Of Allergy And 25 Different Types Breathing
Clinical Immunology, 116(5), 1–9. Techniques- A Review, 1(October
Masoli, M., Fabian, D., Holt, S., & 2015).
Beasley, R. (2004). The Global Somantri, I. 2009. Asuhan Keperawatan
Burden Of Asthma: Executive Pada Pasien Dengan
Summary Of The GINA Gangguan Sistem Pernapasan,
Dissemination Committee Report. Jakarta : Salemba Medika.
Allergy: European Journal Of Terhadap Arus Puncak
Allergy And Clinical Immunology, Ekspirasi Pada Pasien Dengan
59(5), 469–478. Asma Bronkial. Fakultas
Https://Doi.Org/10.1111/J.1398- Keperawatan Universitas
9995.2004.00526. Airlangga.
NZMA. 2004. Physiology, Thomas, S. (2004). Buteyko: A Useful
Pseudoscience, And Buteyko. Tool In The Management Of
NZMJ 10 September 2004, Vol 117 Asthma? International Journal Of
No 1201 Page 1 Of 3 URL: Therapy And Rehabilitation,
Http://Www.Nzma.Org.Nz/Journal/ 11(10), 476–479.
117-1201/1062/. Parameter. Mis Https://Doi.Org/10.12968/Ijtr.2004
5.0 Dtd _ Ymai5412_Proof _ 7 .11.10.17190
October 2005. Article In Press To, T., Stanojevic, S., Feldman, R.,
Perry & Potter. 2006. Fundamental Of Moineddin, R., Atenafu, E. G.,
Nursing. Jakarta : EGC. Guan, J., & Gershon, A. S. (2013).
Prasanna, K. B., Sowmiya, K. R., & Is Asthma A Vanishing Disease? A
Dhileeban, C. M. (2015). Effect Study To Forecast The Burden Of
Of Buteyko Breathing Exercise In Asthma In 2022. BMC Public
Newly Diagnosed Asthmatic Health, 13(1), 254.
149 | Marlin Sutrisna, Mariza Arfianti : Pengaruh Teknik Pernapasan Buteyko Terhadap Fungsi
Paru Pada Pasien Asma Bronchial
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
Https://Doi.Org/10.1186/1471-
2458-13-254
United States Environmental Protection
Agency. 2004. Asthma Prevalence,
Diakses Pada Tanggal 15
Desember 2015 Dari
Http://Www.Asthmacare.Us/Asthm
aprevalence.Html
Villareal, G. M. C., Villazor, B. P. U.,
Villegas, A. M., Visaya, S. N.,
Vista, M. E., Tan, C. B., & G, C.
E. (2014). Health And Medicine
Effect Of Buteyko Method On
Asthma Control And Quality Of
Life Of Filipino Adults With
Bronchial Asthma, 2(1), 44–60.
World Health Organization (WHO).
2013. Asthma.
Http://Www.Who.Imt/Topics/A
sthma/En/, Diakses 28 Februari
2018
Wong, D.N. (2003). Nursing Care Of
Infants And Children, St Louis
Missouri : Mosby.
150 | Marlin Sutrisna, Mariza Arfianti : Pengaruh Teknik Pernapasan Buteyko Terhadap Fungsi
Paru Pada Pasien Asma Bronchial
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
Jurnal Kesehatan Saelmakers Perdana
ISSN 2615-6571 (Online), ISSN 2615-6563 ((Print)
Tersedia online di http://ojs.ukmc.ac.id/index.php/JOH
123
Program Studi Ners, STIKes Santa Elisabeth Medan
Email: felicbaroes@gmail.com
ABSTRAK
Mahasiswa tingkat pertama akan menghadapi berbagai tantangan di perguruan tinggi tempat dia belajar.
Tantangan tersebut disebabkan karena perubahan lingkungan tempat tinggal, perbedaan cara belajar, serta
penyesuaian diri dengan teman dengan latar belakang dan suku yang berbeda-beda. Jika mahasiswa tidak
mampu menerima realita ini, maka akan berdampak kepada kemampuannya beradaptasi dan bertanggung
jawab untuk menyelesaikan perkuliahannya. Konseling realita dengan menggunakan teknik WDEP dapat
membantu seseorang untuk memiliki perilaku yang efektif. Teknik WDEP mengacu kepada empat kelompok
strategi yaitu Want, Doing, Evaluation, dan Plan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh
konseling realita teknik WDEP terhadap adaptation dan responsibility mahasiswa. Dari 33 orang mahasiswa
Kebidanan tingkat 1 di STIKes Santa Elisabeth Medan, dilakukan simple random sampling dan didapatkan 10
orang responden penelitian. Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pre
eksperimental one group pre post test design. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa
kuesioner yang terdiri dari 13 pernyataan untuk adaptasi dan 13 pernyataan untuk responsibility. Konseling
realita dilakukan sebanyak empat kali pertemuan, dengan durasi 45 menit setiap pertemuan. Analisa data
dilakukan dengan uji Fisher Exact dengan hasil p value = 0,000 (p<0,05) yang menunjukkan adanya pengaruh
yang bermakna konseling realita teknik WDEP terhadap adaptation dan responsibility mahasiswa Kebidanan
tingkat 1 di STIKes Santa Elisabeth Medan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi
institusi pendidikan untuk memberikan konseling realita teknik WDEP kepada mahasiswa tingkat pertama.
Kata Kunci: konseling realita, teknik WDEP, adaptasi, responsibiliti
ABSTRACT
The first year student will face various challenges in the college where he studies. The challenge is due to
changes in the environment, different ways of learning, and adjustments to friends with different backgrounds
and ethnicities. If students are unable to accept this reality, it will have an impact on their ability to adapt
and take responsibility for completing their lectures. Reality counseling using WDEP techniques can help a
person to have effective behavior. The WDEP technique refers to four strategy groups namely Want, Doing,
Evaluation, and Plan. The purpose of this study was to analyze the effect of WDEP technique reality
counseling on student adaptation and responsibility. From 33 midwifery level 1 students at STIKes Santa
Elisabeth Medan, a simple random sampling was conducted and 10 study respondents were obtained. The
research design used in this study was pre experimental one group pre post test design. The instrument used
in this study was a questionnaire consisting of 13 statements for adaptation and 13 statements for
responsibility. Reality counseling is conducted four times, with a duration of 45 minutes for each meeting.
Data analysis was performed with the Fisher Exact test with the results of p value = 0,000 (p <0.05) which
showed a significant effect on the reality of WDEP technique counseling on adaptation and responsibility of
midwifery level 1 students at STIKes Santa Elisabeth Medan. The results of this study are expected to be input
for educational institutions to provide WDEP technical reality counseling to first-degree students.
151 | Mestiana Br Karo, Murni Sari Dewi Simanullang, Mariska Regina : Pengaruh Konseling
Realita Terhadap Adaptation Dan Responsibility Mahasiswa Stikes Santa Elisabeth Medan
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
152 | Mestiana Br Karo, Murni Sari Dewi Simanullang, Mariska Regina : Pengaruh Konseling
Realita Terhadap Adaptation Dan Responsibility Mahasiswa Stikes Santa Elisabeth Medan
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
153 | Mestiana Br Karo, Murni Sari Dewi Simanullang, Mariska Regina : Pengaruh Konseling
Realita Terhadap Adaptation Dan Responsibility Mahasiswa Stikes Santa Elisabeth Medan
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
154 | Mestiana Br Karo, Murni Sari Dewi Simanullang, Mariska Regina : Pengaruh Konseling
Realita Terhadap Adaptation Dan Responsibility Mahasiswa Stikes Santa Elisabeth Medan
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
Tabel 2
Pengaruh Konseling Realita Teknik WDEP terhadap Adaptation dan
Responsibility Mahasiswa (n=10)
p
Baik Sedang Buruk Total
value
f % f % f % f %
Adaptation
Pre test 0 0 10 100 0 0 10 100 0,000
Post test 9 90 1 10 0 0 10 100
Responsibility
Pre test 0 0 10 100 0 0 10 100 0,000
Post test 9 90 1 10 0 0 10 100
155 | Mestiana Br Karo, Murni Sari Dewi Simanullang, Mariska Regina : Pengaruh Konseling
Realita Terhadap Adaptation Dan Responsibility Mahasiswa Stikes Santa Elisabeth Medan
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
156 | Mestiana Br Karo, Murni Sari Dewi Simanullang, Mariska Regina : Pengaruh Konseling
Realita Terhadap Adaptation Dan Responsibility Mahasiswa Stikes Santa Elisabeth Medan
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
157 | Mestiana Br Karo, Murni Sari Dewi Simanullang, Mariska Regina : Pengaruh Konseling
Realita Terhadap Adaptation Dan Responsibility Mahasiswa Stikes Santa Elisabeth Medan
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
158 | Mestiana Br Karo, Murni Sari Dewi Simanullang, Mariska Regina : Pengaruh Konseling
Realita Terhadap Adaptation Dan Responsibility Mahasiswa Stikes Santa Elisabeth Medan
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
159 | Mestiana Br Karo, Murni Sari Dewi Simanullang, Mariska Regina : Pengaruh Konseling
Realita Terhadap Adaptation Dan Responsibility Mahasiswa Stikes Santa Elisabeth Medan
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
Jurnal Kesehatan Saelmakers Perdana
ISSN 2615-6571 (Online), ISSN 2615-6563 ((Print)
Tersedia online di http://ojs.ukmc.ac.id/index.php/JOH
1
Dedes Fitria, 2Yohana Wulan Rosaria
12
Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Bandung, Program Studi Kebidanan Bogor
Email : dedesfitria@yahoo.com
ABSTRAK
Latar Belakang : Pola asuh ibu merupakan faktor yang sangat erat kaitannya dengan pertumbuhan dan
perkembangan anak berusia di bawah lima tahun..Pendidikan kesehatan yang disampaikan dapat
menggunakan beragam media diantaranya dengan kipas stimulasi perkembangan anak yang mempunyai
bentuk yang sederhana dan paduan warna menarik, dapat ditempel sehingga dapat dibaca oleh banyak orang.
Penelitian membuktikan bahwa melalui media bantu berupa kipas stimulasi perkembangan anak berpengaruh
dalam meningkatkan ketrampilan ibu menstimulasi perkembangan anak. (Fuadah Ashri, 2017) Dari hasil
studi pendahuluan, di 2 PAUD wilayah Bogor Barat terdapat 10% balita dengan perkembangan meragukan,
dan 5% balita dengan penyimpangan perkembangan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
kipas stimulasi perkembangan anak pada ibu dengan pola asuh terhadap perkembangan balita dikota bogor.
Desain penelitian ini menggunakan survei dengan desain pre and post test design without control group yang
mana variabel independen dan dependen diukur secara bersamaan. Dalam penelitian ini teknik pengambilan
sampel yang digunakan adalah simple random sampling. Variabel diukur dengan kuesioner . Analisis data
menggunakan uji chi square.. Hasil: penelitian menunjukkan ada hubungan antara penggunaan kipas stimulasi
perkembangan pada ibu dengan pola asuh authotarian, permisif dan authoritative terhadap pemantauan
pertumbuhan dan perkembangan anak dengan nilai pvalue >000,5. Penggunaan kipas stimulasi sebaiknya
diterapkan disekolah PAUD/TK yang dilakukan oleh Guru dengan pemberian penyuluhan sebelumnya.
ABSTRACT
Mother's parenting is a factor that is very closely related to the growth and development of children under
five years of age. Health education delivered can use a variety of media including with a child development
stimulation fan that has a simple shape and attractive color combination, can be attached so that it can be
read by many people. Research shows that through aids in the form of a fan stimulation of child development
influences in improving the skills of mothers to stimulate child development. (Ashri et al. 2017) From the
results of a preliminary study, in 2 PAUD in West Bogor, there were 10% of children under five with doubtful
development, and 5% of children under five with developmental deviations. This study aims to determine the
effect of fan stimulation of child development in mothers with parenting to the development of toddlers in the
city of Bogor. The design of this study used a survey with a pre and post test design without control group
design in which the independent and dependent variables were measured simultaneously. In this study the
sampling technique used was simple random sampling. . Variables are measured by questionnaire. Data
analysis using chi square test. The results showed there was a relationship between the use of fan
developmental stimulation in the mother with authotarian, permissive and authoritative parenting to monitor
the growth and development of children with a pvalue> 000.5. Suggestions. The use of stimulation fans
should be applied in PAUD / TK schools which are done by the teacher by giving counseling beforehand.
Keywords: fan, parenting, toddler
160 | Dedes Fitria, Yohana Wulan Rosaria : Pengaruh Kipas Stimulasi Perkembangan Anak Pada
Ibu Dengan Pola Asuh Terhadap Perkembangan Balita Di Kota Bogor
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
Analisis Bivariat
a. Pengaruh Kipas Stimulasi Perkembangan Pada Ibu dengan Pola
Asuh dengan perkembangan balita
169 | Dedes Fitria, Yohana Wulan Rosaria : Pengaruh Kipas Stimulasi Perkembangan Anak Pada
Ibu Dengan Pola Asuh Terhadap Perkembangan Balita Di Kota Bogor
JKSP Volume 3 Nomor 1, 18 Februari 2020
Jurnal Kesehatan Saelmakers Perdana
ISSN 2615-6571 (Online), ISSN 2615-6563 (Print)
Tersedia online di http://ojs.ukmc.ac.id/index.php/JOH
ABSTRAK
Posyandu didirikan agar dapat memberikan pelayanan kesehatan khususnya dalam upaya
pencegahan penyakit, pelayanan keluarga berencana, dan dapat membantu menurunkan angka
kematian ibu dan angka kematian bayi.Puskesmas Muara Maras merupakan salah satu puskesmas
yang berada di Kabupaten Seluma. Berdasarkan survey awal pada 7 orang ibu balita yang
diwawancarai secara acak tentang peran dan fungsi Posyandu, didapatkan 5 orang yang tidak
mengetahui program kerja dan informasi program kegiatan posyandu dalam pelayanan kesehatan
dan jenis pelayanan kesehatan yang dapat diberikan oleh posyandu Tujuan dari penelitian ini untuk
mengetahui hubungan pengetahuan ibu dan motivasi ibu terhadap kunjungan posyandu di Wilayah
Kerja Puskesmas Muara Maras Kecamatan Semidang Alas Maras Kabupaten Seluma Provinsi
Bengkulu Penelitian ini dilakukan di posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Muara Maras
Kecamatan Semidang Alas Maras Kabupaten Seluma Provinsi Bengkulu. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh ibu balita yang berkunjung ke posyandu yang berjumlah102 orang
dengan teknik pengambilan sampel proporsional random sampling berjumlah 50 orang responden.
Teknik pengumpulan menggunakan kuesioner dan check list untuk variabel independen dan
menggunakan registrasi kunjungan untuk variabel dependen. Hasil menunjukan terdapat 66%
responden dengan pengetahuan rendah dan diperoleh p value = 0,004 < 0,05 yang artinya
menunjukkan bahwa ada hubungan pengetahuan ibu terhadap kunjungan posyandu sedangkan
54% responden dengan motivasi rendah serta 60% responden serta tingkat kunjungan rendah
dengan p value = 0,01 < 0,05 yang menunjukkan bahwa ada hubungan motivasi ibu terhadap
kunjungan posyandu.
Kata kunci : Pengetahuan, Motivasi dan Tingkat Kunjungan
ABSTRACT
IHC was established in order to provide health services, especially in disease prevention, family
planning services, and can help reduce maternal mortality and infant mortality. Muara Marashealt
center is one of the health centers located in Seluma. Based on the initial survey in 7 mothers were
interviewed at random on the role and functions of Posyandu, found 5 people who do not know the
program of work and program information Posyandu activities in the health service and the type of
health care that can be provided by posyandu The purpose of this study was to determine the
relationship of mother's mother's knowledge and motivation to visit Posyandu in Muara Maras
health centerDistrict of Semidang Alas Maras Seluma Bengkulu. The results show there are 66%
of respondents with low knowledge and obtained p value = 0.004 <0.05 which means that there is
a relationship between mother's knowledge and posyandu visits while 54% of respondents with
low motivation and 60% of respondents and low visit rate with p value = 0 , 01 <0.05 which shows
that there is a relationship between maternal motivation and posyandu visits
Keywords: Awareness, Motivation and Traffic
170 | SelviaNovita Sari , Charles Ananda : Hubungan Pengetahuan Ibu Dan Motivasi Ibu Terhadap
Kunjungan Posyandu Di Wilayah Kerja Puskesmas Muara Maras Kecamatan Semidang
Alas Maras Kabupaten Seluma Provinsi Bengkulu
JKSP Volume 3 Nomor 1, 18 Februari 2020
PENDAHULUAN Berdasarkan data register yang ada di
Posyandu merupakan salah satu Puskesmas Muara Maras yang
tempat untuk pelayanan bagi didapatkan dari 5 posyandu binaan
masyarakat untuk mengetahui dan dari bulan Desember sampai dengan
memeriksa kesehatan terutama ibu bulan Mei terdapat 256 ibu yang
hamil dan balita. Keaktifan seorang mempunyai KMS. Namun hanya 102
ibu pada setiap kegiatan posyandu yang rutin melakukan kunjungan
akan berdampak pada kasus gizi atau datang ke posyandu di wilayah
seorang anak, (wahyuni sherly, kerja Puskesmas Muara Maras
2019) pengetahuan merupakan Kabupaten Seluma. Berdasarkan
keaktifan karena pengetahuan survey awal yang dilakukan peneliti
tentang posyandu agar berpengaruh pada 7 orang ibu balita yang
dalam kegiatan-kegiatan yang diwawancarai secara acak tentang
menunjang setiap penyelenggaraan peran dan fungsi Posyandu,
posyandu sehingga dapat terlaksana didapatkan 5 orang yang tidak
dengan baik (Olvin, 2019).. Faktor mengetahui program kerja dan
pengetahuan masyarakat yang baik informasi program kegiatan
mempunyai pengaruh yang besar posyandu dalam pelayanan kesehatan
terhadap peningkatan status dan jenis pelayanan kesehatan yang
kesehatan seseorang, sedangkan dapat diberikan oleh posyandu.
pengetahuan masyarakat yang buruk
dapat menyebabkan kegagalan dalam Metode penelitian
peningkatan status kesehatannya Rancangan penelitian yang
(Notoatmodjo, 2010). Motivasi digunakan dalam penelitian ini
seseorang sebaiknya didasari dengan adalah metode Deskriptif Analitik
ilmu pengetahuan, dimana dengan pendekatan Cross
pengetahuan yang kurang akan Sectional,yang dilakukan untuk
berpengaruh terhadap motivasi mengetahui adanya hubungan
seseorang. Apabila penerimaan atau variable independent dan variable
dorongan berasal dari dalam diri dependentdiukur sekaligus dalam
seseorang maka motivasi akan waktu yang bersamaan (Notoatmodjo
bersifat langgeng. Sebaliknya 2010). Adapun variable
motivasi yang tidak didasari oleh independentnya pengetahuan dan
pengetahuan kesadaran maka tidak motivasi ibu serta variable
akan berlangsung lama dependentnya kunjungan ibu ke
(Notoatmodjo, 2010). Puskesmas posyandu. Populasi adalah
Muara Maras dalah salah satu keseluruhan dari objek yang diteliti
Puskesmas yang terletak di (Arikunto, 2010). Populasi dalam
Kabupaten Seluma yang memiliki 5 penelitian ini adalah ibu balita yang
posyandu binaan yaitu Posyandu memiliki KMS dan yang berkunjung
Padang Bakung, Posyandu Muara ke posyandu berjumlah 102 orang di
Maras, Posyandu Serian Bandung, wilayah kerja Puskesmas Muara
Posyandu Talang Alai dan Posyandu Maras Kabupaten Seluma Provinsi
Rimbo Besar. Dari Profil Dinas Bengkulu. Sampel adalah sebagian
Kesehatan Kabupaten Seluma, dari objek yang dianggap mewakili
Puskesmas Muara Maras merupakan seluruh populasi. Pengambilan
Puskesmas yang terbanyak sampel dilakukan dengan
mempunyai posyandu binaan. menggunakan tekhnik Proporsional
171 | SelviaNovita Sari , Charles Ananda : Hubungan Pengetahuan Ibu Dan Motivasi Ibu Terhadap
Kunjungan Posyandu Di Wilayah Kerja Puskesmas Muara Maras Kecamatan Semidang
Alas Maras Kabupaten Seluma Provinsi Bengkulu
Random Sampling yaitu teknik diambil secara random yang
pengambilan sampel di mana disesuaikan dengan proporsi populasi
populasi dikelompokan dalam ( Notoadmodjo, 2010).
kelompok tertentu, kemudian
HASIL PENELITIAN
Tabel 1 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Tentang Kunjungan Posyandu
Rendah 33
Tinggi
17 34
1
50
Rendah 27 54
Tinggi 23 46
Total 50 100
172 | SelviaNovita Sari , Charles Ananda : Hubungan Pengetahuan Ibu Dan Motivasi Ibu
Terhadap Kunjungan Posyandu Di Wilayah Kerja Puskesmas Muara Maras Kecamatan
Semidang Alas Maras Kabupaten Seluma Provinsi Bengkulu
Berdasarkan tabel 3 diatas dari 50 kunjungannya tinggi dan 30 (60%)
responden menunjukkan bahwa 20 responden dengan tingkat kunjungan
(40%) responden dengan tingkat rendah.
175 | SelviaNovita Sari , Charles Ananda : Hubungan Pengetahuan Ibu Dan Motivasi Ibu
Terhadap Kunjungan Posyandu Di Wilayah Kerja Puskesmas Muara Maras Kecamatan
Semidang Alas Maras Kabupaten Seluma Provinsi Bengkulu
ilmunya kepada peneliti sehingga
peneliti mampu menyelesaikan Prasetyawati. 2011. Ilmu Kesehatan
penelitian ini dengan lancar, selain itu
ucapan terimakasih buat orang tua, Masyarakat. Yogyakarta
suami dan anak-anak yang selalu :NuhaMedika
menjadi motivasi bagi peneliti Purwanto, M. 2007. Psikologi
Pendidikan Remaja. Bandung
: Remaja Rosdakarya.
Referensi
Evan. 2013. Hubungan Tingkat
Pengetahuan Ibu Balita Sudarwan. 2006. Motivasi
Dengan Motivasi Kunjungan Kepemimpinan. Jakarta
Posyandu di Wilayah Kerja :Rineka Cipta.
Puskesmas Sukamerindu
Kota Walgianto. 2008. Dalam. Nisa. 2014.
Bengkulu.Skripsi.Bengkulu Skripsi. Bengkulu
:Stikes Bhakti Husada. :StikesDehasen
Notoadmodjo.2010. Promosi
Kesehatan dan Ilmu
Prilaku.Jakarta :Rineka
Cipta.
176 | SelviaNovita Sari , Charles Ananda : Hubungan Pengetahuan Ibu Dan Motivasi Ibu
Terhadap Kunjungan Posyandu Di Wilayah Kerja Puskesmas Muara Maras Kecamatan
Semidang Alas Maras Kabupaten Seluma Provinsi Bengkulu
KAMPUS BURLIAN KAMPUS BANGAU
INFORMASI
www.ukmc.ac.id