Anda di halaman 1dari 198

p-ISSN 2615-6563

e-ISSN 2615-6571

Jurnal
Kesehatan
Saelmakers
PERDANA

Volume.3, No.1
Februari,2020

Alamat redaksi:
UNIVERSITAS KATOLIK FAKULTAS ILMU KESEHATAN

MUSI CHARITAS
(Prodi. Ilmu Keperawatan dan Ners)
jln. Kol. H. Burlian lrg. Suka Senang No
Veritas Et Scientia Nobis Lumen 204 Km 7 Palembang 30152 Telp.
(0711)412806 Sumatera Selatan-indonesia
Terbit dua kali dalam setahun pada bulan Februari dan bulan Agustus Jurnal ini
berisikan tulisan ilmiah yang dihasilkan melalui penelitian bidang kesehatan

Jurnal Manajer
Ns. Srimiyati, S.Kep., M.Kep

Editor in chief
Ns. Lilik Pranata, S.Kep.,M.Kes

Language Editor
Ns. Bangun Dwi Hardika, S.Kep., M.K.M

Editorial Board
1 Ns. Dheni Koerniawan, M.Kep
2 Ns. Aprida Manurung, M.Kep
3 Ns. Sri Indaryati, S.Kep.M.Kep
4 Ns. Maria Tarisia Rini, M.Kep.
5 Ns. Ketut Suryani, M.Kep.
6 Ns. Novita Anggraini, S.Kep., M.Kes.
7 Ns. Novita Elisabeth Daeli, M.Kep.
8 Anjelina Puspita Sari, M.Keb.
9 Theresia anita, SST., M.Tr.Keb
10 Maria NurAeni, S.KM., M.Kes
11 Masayu Azizah, S.Apt., M.Kes
12 Willy Astriana, Amd.Keb., SKM., M.Kes
13 Ns. M.K. Fitriani Fruitasari, S.Kep., M.Kep.
14 Ns. Aniska Indah Fari, M.kep
15 Ns. Amalia,S.Kep., M.Kes.,M.Kep
16 Ns. Miming Oxyandi, S.Kep.,M.Kes., M.Kep
17 Ns. Veronica Anggreni Damanik, S.Kep., M.Kes
18 Ns. Evi Royani, S.Kep., M.Kes
19 Ns. Asih Fatriansari, S.Kep., M.Kep

ii
UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapakan terima kasih, kami haturkan kepada Mitra Bestari telah berkenan
menyempatkan waktu dan kemampuannya dalam bidang penelitian untuk
mereview artikel penelitian di Jurnal Kesehatan Saelmaker Perdana (JKSP). Kami
haturkan terima kasih Kepada yang terhormat :

REVIEWER /MITRA BESTARI


1 Prof. Dr. Budi Anna Keliat, S.Kp., M.App.Sc
2 Prof. Dra. EllyNurachmah, M.App.Sc., DNSc
3 Dr. Novy Helena Catharina Daulima, S.Kep., M.Sc.
4 Sri Hartini, S.Kep., Ns., M.Kes., Ph.D
5 Ida Maryati, S.Kp., M.Kep., Sp. Mat., Ph.D
6 Dr. K.M.Agus Riyanto, S.KM.,M.Kes
7 Dr. Aan Sutadi, S.Kep., Ns., MN
8 Dr.Yani Sofiani, M.Kep.,Sp.KMB
9 Dr. Rico Januar Sitorus, S.KM., M.Kes.
10 Dr. Ian Kurniawan, ST., M.Eng.
11 Dr. Rostika Flora, S.Kep., M.Kes., AIF
12 Ns. Yulius Tiranda , S.Kep., M.Kep., P.hD
13 Dr. Sonlimar Mangunsong, Apt.M.Kes
14 Dr. Ira Kusumawaty.,S.Kp.,M.Kep
15 Dr. Muhammad Hadi, S.KM.,M.Kep
16 Reinaldy Octavianus Yan Dimpudus, S.Tr.Kep., M.si
17 Ns. Maria lousiana Suwarno, S.Kep.,M.Biomed
18 Ns. Ira Erwina, M.Kep, Sp.Kep.J
19 Arifarahmi, M.Keb
20 Maria Tuntun, M.Biomed
21 Merita,S.Gz., M.Si

Alamat redaksi :
Prodi. Ilmu Keperawatan dan Ners Lantai 3 Gedung Theresia, Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Katolik Musi Charitas. Jln. Kol. H. Burlian lrg. Suka Senang No 204 Km 7
Palembang 30152 Telp. (0711) 412806 Sumatera Selatan-
Indonesia,email:jksp@ukmc.ac.id (http://ojs.ukmc.ac.id/index.php/JOH)

iii
e-ISSN: 2615 - 6571

p-ISSN: 2615 - 6563

http://ojs.ukmc.ac.id/index.php/JOH

DAFTAR ISI

1. Efektifitas Yoga Pranayama Dan Aromaterapi Terhadap Peningkatan Kualitas


Tidur Dan Kualitas Hidup Pasien Kanker Ni Nyoman Indah Purnamasari,
Ni Luh Widani (STIK Sint Carolus Jakarta), Halaman 1-10
DOI : 10.32524/jksp.v3i1.635

2. Efektivitas Mobilisasi Dini Terhadap Penyembuhan Luka Post Operasi.


Kgs. Muhammad Faizal, Mulya (Program Studi Profesi Ners Stikes Citra
Delima Bangka Belitung). Halaman 11-19
DOI : 10.32524/jksp.v3i1.636

3. Pengaruh Terapi Kombinasi Relaksasi Terhadap Tingkat Kecemasan Pasien


Hemodialisa.
Rama Ariwijaya, Eka Yulia Fitri. Y, Karolin Adhisty (Ilmu Keperawatan
Fakultas Kedokteran, Universitas Sriwijaya). Halaman 20-31
DOI : 10.32524/jksp.v3i1.637

4. Pemberian Program Latihan Ballance Exercise Terhadap Keseimbangan


Klien Lansia Di Kelurahan 23 Ilir Palembang..
Ridwan Ikop , Sulaiman, Sri Martini (Poltekkes Kemenkes Palembang).
Halaman 32-36
DOI : 10.32524/jksp.v3i1.639

5. Pengetahuan Dan Sikap Ibu Yang Mempunyai Anak Balita Tentang Penyakit
Campak.
Reni Rohaniah, Nenden Nur Asriyani Maryam, Sukmawati (Fakultas
Keperawatan Universitas Padjadaran). Halaman 37-41
DOI : 10.32524/jksp.v3i1.640

iv
6. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kelengkapan Pemeriksaan Ibu
Hamil (Antenatal Care) Di Puskesmas Kota Ende. (Analisis Rekam Medis)
Fransiska Dominika Riberu, Adeline Lebuan (Stik Sint Carolus). Halaman
42-48
DOI : 10.32524/jksp.v3i1.641

7. Pengaruh Olahraga Jalan Santai Terhadap Kualitas Tidur Lansia Di Panti


Werdha Bandung.
Elizabeth Ari Setyarini , Ferdinan Sihombing, Veronika Ayu Sandriani
(Prodi Sarjana Keperawatan, STIKes Santo Borromeus Bandung.). Halaman
49-58
DOI : 10.32524/jksp.v3i1.642

8. The Correlation Between Nurses' Career Paths To The Job Satisfaction Of


Implementer Nurses In The Ward Of Wangaya Hospital. I Dewa Agung Gde
Fanji Pradiptha, Nyoman Putri Sriadi, I Dewa Ayu Marokta Utami Dewi,
Ni Putu Maya Kartini Putri (STIKES Bina Usada Bali). Halaman 59-67
DOI : 10.32524/jksp.v3i1.643

9. Hubungan Karakteristik Terhadap Tingkat Kecemasan Ibu Hamil Menjelang


Persalinan Spontan Di Puskesmas Kecamatan Makasar Jakarta Timur.
Wulan Puspa Gary, Yoanita Hijriyati , Zakiyah (Fakultas Keperawatan
Dan Kebidanan, Universitas Binawan.). Halaman 68-76
DOI : 10.32524/jksp.v3i1.646

10. Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap Kepatuhan Diet Hipertensi Pada


Penderita Hipertensi Di Kelurahan Tapos Depok.
Rosa Amelia, Indah Kurniawati (Stikes Jayakarta PKP). Halaman 77-90
DOI : 10.32524/jksp.v3i1.647

11. Hubungan Persepsi Dengan Kesiapsiagaan Bencana Pada Tenaga Kesehatan.


I Made Dwie Pradnya Susila, I Made Adi Wahyu Udaksana, Nur A’ini
(STIKES Bina Usada Bali dan BRSU Tabanan). Halaman 91-96
DOI : 10.32524/jksp.v3i1.652

12. Status Perkembangan Dan Identitas Diri Remaja Di SMP Negeri 49 Kramat
Jati Jakarta Timur.
Harizza Pertiwi, Zakiyah, Aan Sutandi (Fakultas Keperawatan Dan
Kebidanan, Universitas Binawan). Halaman 97-103
DOI : 10.32524/jksp.v3i1.649

v
13. Pengaruh Relaksasi Otot Progresif Dan Imajinasi Terbimbing Terhadap Mual
Muntah Pada Pasien Kanker Payudara.
Rizki Dwi Putri, Karolin Adhisty, Antarini Idriansari (Ilmu Keperawatan
Fakultas Kedokteran, Universitas Sriwijaya). Halaman 104-114
DOI : 10.32524/jksp.v3i1.650

14. Gambaran Pengetahuan Orang Tua Tentang Kesehatan Reproduksi Remaja


Retardasi Mental Di SLB C Wiyata Dharma 2 Sleman.
Nur Handayani, Dwi Yati (Fakultas Kesehatan, Universitas Jenderal Achmad
Yani Yoyakarta). Halaman 115-120
DOI : 10.32524/jksp.v3i1.651

15. Model Stringer ― Look Think Act ―Terhadap Kemandirian Perempuan Korban
Trafficking Di Bogor.
Titi Nurhayati ,Yohana Wulan Rosaria , Dedes Fitria (Politeknik Kesehatan
Kementerian Kesehatan Bandung, Program Studi Kebidanan Bogor). Halaman
121-132
DOI : 10.32524/jksp.v3i1.653

16. Pengetahuan, Sikap Dan Pendidikan Ibu Dengan Kejadian Ispa Pada Balita Di
Wilayah Kerja Puskesmas 7 Ulu Kota Palembang.
Arly Febrianti (Akper Kesdam II / Sriwijaya). Halaman 133-139
DOI : 10.32524/jksp.v3i1.655

17. Pengaruh Teknik Pernapasan Buteyko Terhadap Fungsi Paru Pada Pasien
Asma Bronchial.
Marlin Sutrisna, Mariza Arfianti (Prodi S1 Keperawatan, Fakultas Ilmu
Kesehatan, Universitas Dehasen Bengkulu). Halaman 140-150
DOI : 10.32524/jksp.v3i1.656

18. Pengaruh Konseling Realita Terhadap Adaptation Dan Responsibility


Mahasiswa Stikes Santa Elisabeth Medan.
Mestiana Br Karo, Murni Sari Dewi Simanullang, Mariska Regina
(Program Studi Ners, Stikes Santa Elisabeth Medan). Halaman 151-159
DOI : 10.32524/jksp.v3i1.657

19. Pengaruh Kipas Stimulasi Perkembangan Anak Pada Ibu Dengan Pola Asuh
Terhadap Perkembangan Balita Di Kota Bogor.
Dedes Fitria, Yohana Wulan Rosaria (Politeknik Kesehatan Kementerian
Kesehatan Bandung, Program Studi Kebidanan Bogor). Halaman 160-169
DOI : 10.32524/jksp.v3i1.658

vi
20. Hubungan Pengetahuan Ibu Dan Motivasi Ibu Terhadap Kunjungan Posyandu
Di Puskesmas Bengkulu.
SelviaNovita Sari , Charles Ananda (Program Studi Ilmu Keperawatan,
Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Bengkulu). Halaman
170
DOI : 10.32524/jksp.v3i1.659

vii
PANDUAN PENULISAN ARTIKEL

A. Jurnal ini memuat naskah di bidang Ilmu Kesehatan.


B. Naskah yang diajukan berupa artikel penelitian.
C. Komponen jurnal publikasi:
1. Judul Maksimal 15 karakter menggunakan huruf kapital.
2. Judul dalam bahasa Indonesia di tulis dengan Time New Roman
12 pt.
3. Judul dalam bahasa Inggris ditulis dengan Arial 11 pt.
4. Identitas penulis ditulis di bawah judul memuat nama, alamat
korespondensi, dan email
5. Abstrak ditulis dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris
minimal 200 kata dan maksimal 250 kata dalam satu alinea,
mencakup masalah, tujuan, metode, hasil, pada point ini tanpa di
bolt atau italic. disertai dengan 3-5 kata kunci.
6. Pendahuluan tanpa sub judul, berisi latar belakang, tinjauan pustaka
secara singkat dan relevan serta tujuan penelitian.
7. Metode penelitian meliputi desain, populasi, besar sampel,tehnik
sampling, sumber data,instrumen pengumpul data, dan prosedur
analisis data. Tanpa sub judul
8. Hasil adalah temuan penelitian yang disajikan tanpa pendapat.
9. Tabel diketik 1 spasi dan diberi nomor urut sesuai dengan
penampilan dalam teks. Jumlah maksima l6 tabel dan atau gambar
dengan judul singkat. Tanpa sub judul
10. Pembahasan menguraikan secara tepat,argumentatif hasil
penelitian dengan teori dan temuan terdahulu yang relevan. Ditulis
secara sistematis dan mengalir. Tanpa sub judul
11. Kesimpulan dan saran menjawab masalah penelitian tidak
melampaui kapasitas temuan. Kesimpulan berbentuk narasi, logis,
dan tepat guna. Saran mengacu pada tujuan. Tanpa sub judul
12. Ucapan terima kasih, di berikan kepada orang atau instasi yang berjasa
dalam proses penelitian
13. Referensi (harvard), urut sesuai dengan pemunculan dalam
keseluruhan teks, dibatasi 25 rujukan dan diutamakan rujukan jurnal
terkini. Penyusunan menggunakan software Mendeley

viii
PENGIRIM NASKAH/AUTHOR

1. Naskah 6-10 halaman selain referensi A4, batas: atas 4 cm, batas
kiri 4 cm, batas kanan 3, batas bawah 3, spasi 1, besar font 11, program
komputer Microsoft Word, softcopy artikel dikirim via email disertai
(Surat Pengantar Peneliti, Biodata peneliti, dan Surat Bebas
Plagiat Yang Ditandatangani Penulis Bermaterai 6000 dalam
bentuk Pdf) dan setelah artikel terkirim akan review dan dikembalikan
jika ada perbaikan artikel.
2. Penelitian mengunakan hewan coba atau perlakukan khusus harap
melampirkan surat lulus uji etik dari dinas terkait.
3. Naskah dikirim kepada: Redaksi Jurnal Kesehatan Saelmakers
Perdana melalaui email jksp@ukmc.ac.id.
4. Alamat redaksi : Program Studi Ilmu Keperawatan dan Ners Lantai 3 Gedung
Theresia Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Katolik Musi Charitas, Jln. Kol.
H. Burlian lrg. Suka Senang No 204 Km 7 Palembang 30152 Telp. (0711)
412806 , Sumatera Selatan, Indonesia.
5. Naskah yang sudah dikirim ke redaksi tidak dapat ditarik lagi kecuali ada
permintaan tertulis.
6. Naskah tidak sedang dalam proses penerbitan di tempat lain.
7. Identitas pengirim artikel: nama lengkap, alamat email, No HP peneliti.

ix
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020

Jurnal Kesehatan Saelmakers Perdana


ISSN 2615-6571 (online), ISSN 2615-6563 (Print)
Tersedia online di http://ojs.ukmc.ac.id/index.php/JOH

EFEKTIFITAS YOGA PRANAYAMA DAN AROMATERAPI


TERHADAP PENINGKATAN KUALITAS TIDUR DAN KUALITAS
HIDUP PASIEN KANKER

Effectiveness of Yoga Pranayama and Aromatherapy on Sleep Quality


and Qualty of Life in Cancer Patients

Ni Nyoman Indah Purnamasari1, Ni Luh Widani2


1,2
Program Studi Keperawatan STIK Sint Carolus Jakarta
E-mail: widani24@gmail.com

Submisi: 3 Oktober 2019; Penerimaan: 3 Februari 2020; Publikasi : 14 Februari 2020

ABSTRAK

Kanker merupakan sel-sel yang tumbuh tidak terkendali dan termasuk penyakit kronis yang dapat
menimbulkan masalah fisiologis dan psikologis sehingga mempengaruhi kualitas tidur dan kualitas
hidup. Tujuan penelitian untuk mengetahui efektifitas yoga pranayama dan aromaterapi terhadap
peningkatan kualitas tidur dan kualitas hidup pasien kanker. Jenis penelitian quasy
eksperimen,desain non equivalent control group pretest-posttest, sample sebanyak 126 pasien
kanker diambil secara purposif sampling. Kualitas tidur dievaluasi dengan kuesioner Pittsburgh
Sleep Quality Index (PSQI) dan kualitas hidup dengan Quality of Life Questionnaire QLQ C30.
Hasil Uji paired sample t- test: ada perbedaan kualitas tidur dan kualitas hidup sebelum dengan
sesudah intervensi yoga pranayama dan aromaterapi (p: 0,000; < 0,05); pada uji one way
ANOVA pada tiga kelompok didapatkan ada perbedaan signifikan antara tiga kelompok dan
terdapat perbedaan antara kelompok intervensi dengan kelompok kontrol (p: 0,00;p<0,05).
Disimpulkan yoga pranayama dan aromaterapi berpengaruh terhadap peningkatan kualitas tidur
dan kualitas hidup pasien kanker. Disarankan pasien kanker agar melakukan latihan yoga
pranayama dan aromaterapi sebagai terapi pelengkap dalam meningkatkan kualitas tidur dan
kualitas hidup.

Kata kunci: aromaterapi; kanker; kualitas hidup; kualitas tidur; yoga pranayama

ABSTRACT

Cancer is cells that grow uncontrollably and include chronic diseases that cause physiological and
psychological problems. The purpose of this research were determine of an effectiveness of yoga
pranayama and aromatherapy to improve sleep quality and quality of life for cancer patients. The
type of this study is an experimental with non equivalent control group pretest-posttest design, with
126 samples with purposive sample. Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) used to evaluated sleep
quality and Quality of Life Questionnaire (QLQ C30) to evaluatde quality if life. The result of this
research using sample paired t-test there was a difference in sleep quality and quality of life before
and after intervention yoga and aromatherapy (p 0.00;<0,05); by using one way ANOVA, there
was different between three group and different improvement between intervention and control
group (p<0,05 It‟s concluded that yoga and aromatherapy effective improve sleep quality and
quality of life to cancer patients and the more effective in aromatherapy. The cancer patients are
suggested to take yoga and aromatherapy as a complementary therapy to improve sleep quality and
quality of life.

Keywords: aromatherapy, cancer, quality of life, sleep quality, yoga

1 | Ni Nyoman Indah Purnamasari, Ni Luh Widani: Efektifitas Yoga Pranayama dan Aromaterapi
Terhadap Peningkatan Kualitas Tidur dan Kualitas Hidup Pasien Kanker
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020

PENDAHULUAN
Kanker merupakan sekelompok berkurangnya fungsi kognitif atau
penyakit yang menyebabkan sel-sel di hilangnya proses intelektual dan
dalam tubuh berubah dan tumbuh tidak berpengaruh terjadinya gangguan
terkendali. Kanker terjadi sebagai akibat fungsional, serta kecacatan. Hal tersebut
mutasi atau perubahan abnormal dapat mempengaruhi pola, kualitas dan
sehingga pertumbuhan dan proses kuantitas tidur pasien kanker sehingga
pembelahan sel lebih cepat serta terjadinya gangguan tidur (Hananta,
menyebar ke seluruh tubuh (American Benita, Barus, & Halim, 2014; Lichwala,
Cencer Society(ACS), 2016; Daniel & 2014) Studi penelitian yang dilakukan
Nicoll, 2012; Kemenkes RI, 2016). oleh Hananta et al., tahun 2014 pada
Menurut RISKESDAS (2013), kanker pasien kanker payudara didapatkan
merupakan penyakit tidak menular yang pasien stadium III mengalami gangguan
dalam beberapa dekade ini berkembang. tidur terbesar yaitu 75.7%, dan pasien
Berdasarkan ACS (2017) pada tahun yang menderita lebih dari 9 tahun
2016 terdapat 15.5 juta penduduk mengalami gangguan tidur terbesar
Amerika menderita kanker dan di tahun (100%). Kualitas tidur yang buruk
2017 terdapat sekitar 1.688.780 pasien dapat menyebabkan kualitas hidup
kanker baru serta sekitar 600.290 pasien menurun (Wismeijer, Vingerhoets, &
kanker meninggal dunia di tahun 2017. Vries, 2017).
Di USA kanker merupakan penyebab Kualitas hidup (QOL) adalah
kematian kedua setelah penyakit jantung keseluruhan penilaian terhadap
dan menyumbang 1 dari 4 kematian kesejahteraan total yang mencakup
disebabkan kanker. Lima kanker kesejahteraan fisik, psikologis dan sosial.
terbanyak yang diderita adalah kanker (Rabbie & Meadows, 2013). Aspek –
paru, hati, kolon, perut, dan payudara aspek yang mempengaruhi kualitas
(ACS, 2017; WHO, 2014, 2017). hidup pada pasien kanker dapat berupa
Kanker di Indonesia menduduki aspek fisik seperti gejala fisik, respon
peringkat ke-3 dari 10 besar penyakit terhadap perawatan dan pengobatan,
tidak menular dengan prevelensi citra tubuh dan morbilitas; fungsi
tertinggi terjadi pada perempuan psikologis dan sosial seperti hubungan
dibandingkan dengan laki-laki. Pada interpersonal, kebahagiaan, spiritualitas,
perempuan yaitu kanker serviks dan masalah keuangan, persepsi diri terhadap
kanker payudara dengan prevalensi kualitas hidup, perasaan positif dan
sebesar 0,8%0 dan 0,5%0. Prevalensi negative, harga diri, dan kesejahteraan
kanker di Provinsi Bali menduduki sosial; dan aspek lingkungan mengenai
peringkat ke-3 setelah DI Jogjakarta dan kebebasan, keamanan dan keselamatan
Jawa Tengah yaitu sebesar 2%0. fisik. Kualitas hidup dipengaruhi oleh
Berdasarkan studi pendahuluan pada beberapa faktor yaitu jenis kelamin,
Rumah Sakit Umum Daerah Mangusada pendidikan, budaya dan usia penyakit (
Bali dan mendapatkan data jumlah Wismeijer et al., 2017). Gambaran
pasien kanker yang mengalami kualitas hidup pasien kanker,
peningkatan sebesar 8.5% di tahun 2016 berdasarkan penelitian yang dilakukan
yaitu, 2713 pasien di tahun 2016 menjadi oleh Nuridah,Saleh Ariyani,Kaelan,
2964 pasien kanker di tahun 2017. 2019 terhadap 50 pasien kanker korektal
(Dinkes Bali, 2016; Kemenkes RI, di RS Kota Makasar didapatkan
2016). mayoritas dengan kualitas hidup kurang
Berdasarkan studi penelitian dari baik sebesar 54%.
Nasif (2015) mengatakan bahwa dampak Berdasarkan studi penelitian
dari penyakit kronis mempengaruhi tehnik yoga dapat digunakan sebagai
status emosional yang dihubungkan terapi pelengkap dalam membantu
dengan perubahan aktifitas sehari-hari meningkatkan kualitas tidur. Terapi lain
atau kehilangan peran; depresi pada yang dapat digunakan adalah
akhir kehidupan (kematian) dikaitkan aromaterapi, di mana pemberian
dengan morbiditas, termasuk aromaterapi dinilai dapat membantu
2 | Ni Nyoman Indah Purnamasari, Ni Luh Widani: Efektifitas Yoga Pranayama dan Aromaterapi
Terhadap Peningkatan Kualitas Tidur dan Kualitas Hidup Pasien Kanker
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020

klien meningkatkan kualitas tidur. depresi, mengurangi stress, peningkatan


Aromaterapi merupakan salah satu energi, meningkatkan kualitas tidur,
alternative dan pelengkap dalam meningkatkan memori jangka pendek,
pengobatan dan pencegahan penyakit pencegahan rambut rontok dan
dengan menggunakan minyak esensial pengurangan gatal yang ekstrim
(Shah et al., 2011). Manfaat dari (Karadag et al., 2016). Berdasarkan hal
aromaterapi dapat memberikan tersebut, penting penelitian ini dilakukan
relaksasi, efek sedative dan kualitas otot untuk mengetahui efektifitas yoga dan
(relaksasi otot) sehingga aromaterapi aromaterapi dalam meningkatkan
memberikan pengaruh dalam kualitas tidur dan kualitas hidup pada
pengurangan rasa sakit, cemas, anti pasien kanker di RSUD Mangusada Bali.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan kualitas tidur dan kualitas hidup. Setelah
metode kuntitatif desain quasi dilakukan penilaian kualitas tidur dan
eksperimen pretest – postrest. Desain kualitas hidup, kelompok intervensi
nonequivalent control group pretest – diberikan terapi yoga pranayama
postrest adalah desain penelitian yang dilakukan 1 kali sehari dalam waktu 18 –
memberikan perlakuan pada dua atau 20 menit dan aromatherapi 1 kali sehari
lebih kelompok (Polit & Back, 2012). dalam waktu 30 menit sebelum tidur
Populasi dalam penelitian ini adalah selama 4 minggu. Setelah itu dilakukan
keseluruhan pasien kanker yang dirawat kembali penilaian kualitas tidur dan
inap maupun rawat jalan di RSUD kualitas hidup. Sedangkan kelompok
Mangusada sebanyak 175 responden. kontrol diberikan edukasi tentang cara
Penelitian dilakukan pada Bulan Juli meningkatkan kualitas tidur dan
2018, dengan menggunakan metode penilaian kembali setelah 4 minggu
Non-Probalility Sampling dengan teknik kemudian. Jumlah pasien kanker yang
Purposive sampling. Responden yang mendapatkan perawatan sedikit dan
memenuhi kriteria yang telah ditetapkan lamanya pasien menjalani perawatan
oleh peneliti, yaitu (1) Bersedia menjadi yang singkat sehingga beberapa
responden dan menandatangani informed responden dilakukan intervensi yoga
concent (2) tingkat kesadaran compos pranayama dan aromaterapi di rumah.
mentis dan kooperatif (3) menjalani Alat pengumpulan data yaitu
terapi konservatif. (4) mengalami kuesioner kualitas tidur dan kuesioner
gangguan tidur kurang lebih selama 1 kualitas hidup. Kuesioner kualitas tidur
bulan terakhir (5) dapat menyelesaikan yang digunakan diadopsi dari kuesioner
intervensi secara penuh (6) komunikatif baku yaitu Pittsbrugh Sleep Quality
(7) tidak merasa mual dan pusing saat Index (PSQI) tidur yang memiliki
pemberian aromaterapi pada kelompok konsistensi internal dan koefisien
aromaterapi. Sample dalam penelitian ini reliabilitas (Cronbach Alpha) sebesar
adalah sebanyak 126, responden tersebut 0,83. Dimana. Skala ukur yang
terbagi atas 50 responden untuk digunakan adalah Ratio dimana nila 0:
kelompok intervensi yoga pranayama, 51 baik dan maksimal 21: sangat buruk.
responden untuk kelompok intervensi Penilaian kualitas hidup, diadaptasi dari
aromaterapi dan 25 responden untuk kuesioner QLQ-C30 (Quality of Live
kelompok kontrol. Questionnaire) dengan versi bahasa
Rancangan penelitian dengan Indonesia setelah mendapat ijin dari
menggunakan pretest dan posttest European Organisation for Research
desaign untuk mengetahui pengaruh and Treatment of Cancer (EORTC) yang
latihan yoga pranayama dan aromaterapi terdiri dari 30 pertanyaan. Kuesioner
terhadap peningkatan kualitas tidur dan QLQ C30 versi Bahasa Indonesia tidak
kualitas hidup pada kelompok intervensi dilakukan uji validitas dan reliabilitas
dan kelompok kontrol. Sebelum karena kuesioner QLQ C30 sudah baku
intervensi kelompok intervensi dan dan tidak diperkenankan untuk merubah
kelompok kontrol dilakukan penilaian atau mengganti isi kuesioner yang sudah
3 | Ni Nyoman Indah Purnamasari, Ni Luh Widani: Efektifitas Yoga Pranayama dan Aromaterapi
Terhadap Peningkatan Kualitas Tidur dan Kualitas Hidup Pasien Kanker
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020

ada. Skala ukur yang digunakan adalah dengan analisis paired sample t-test dan
ratio dimana nilai 0: buruk dan uji one way ANOVA. Uji beda
maksimal 21: sangat baik berpasangan dilakukan dengan
Hasil pretest dan post-test diolah menggunakan uji beda paired sample t-
untuk mengetahui intervensi latihan test untuk menganalisis ada tidaknya
yoga pranayama dan aromaterapi dapat perbedaan mean pada dua sample bebas
memberikan pengaruh terhadap yang berpasangan. Uji ini dilakukan
peningkatan kualitas tidur dan kualitas untuk menilai adanya perbedaan atau
tidur pasien kanker. Analisis univariat perubahan kualitas tidur dan kualitas
digunakan untuk mengetahui distribusi hidup sebelum dan sesudah pada
karakteristik responden kanker, kualitas kelompok kontrol dan kelompok
tidur dan kualitas hidup serta presentase intervensi. Selanjutnya dilakukan uji one
yang diperoleh pada masing-masing way ANOVA yang dilakukan untuk
kelompok. Setelah data karakteristik mengetahui adanya perbedaan antara
responden kanker, kualitas tidur dan lebih dari dua kelompok independen
kualitas hidup diperoleh maka dilakukan sehingga dapat diketahui kelompok yang
analisis uji bivariate dengan menunjukan mempunyai pengaruh
menggunakan uji beda berpasangan intervensi yang diberikan.

HASIL
Analisis Univariat
Gambaran karakteristik responden yang kualitas hidup di RSUD Mangunsada
ditampilkan dalam penelitian ini meliputi tahun 2018. Data karakteristik responden
umur, jenis kelamin, stadium kanker, dapat dilihat pada pemaparan berikut ini.
terapi konservatif, kualitas tidur dan

Tabel 1 Distribusi Karakteristik Responden Meliputi Usia, Jenis Kelamin, Stadium Kanker
variabel Yoga Aroma terapi Kontrol Total
n % n % n % n %
Usia
18- 35 15 30 13 25,5 3 12 31 24,6
tahun 11 22 12 23,5 4 16 27 21,4
36-45 tahun 18 36 14 27,5 7 28 39 31
46-55 tahun 6 12 12 23,5 11 44 29 23
≥ 56 tahun 50 100 51 100 25 100 126 100
Total

Laki-laki 13 10,3 24 19 13 10,3 50 39,7


Perempuan 37 9,4 27 21,4 12 9,5 76 60,3
Total 50 39,7 51 40,5 25 19,8 126 100

Stadium 1 0 0.0 3 2.4 0 0,0 3 2.4


Stadium 2 25 19.8 30 23.8 4 3,2 59 46.8
Stadium 3 20 15.9 17 13.5 12 9,5 49 38.9
Stadium 4 5 4.0 1 0.8 9 7,1 15 11.9
Total 50 39.7 15 40.5 25 19,8 126 100

Berdasarkan table diatas, 31%), berjenis kelamin perempuan


memperlihatkan bahwa mayoritas usia 60,3% dan berada pada stadium 2
responden kanker adalah 46-55 tahun ( (46,8%).

4 | Ni Nyoman Indah Purnamasari, Ni Luh Widani: Efektifitas Yoga Pranayama dan Aromaterapi
Terhadap Peningkatan Kualitas Tidur dan Kualitas Hidup Pasien Kanker
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020

Table 2. Distribusi Rata-Rata Kualitas Tidur Sebelum dan Sesudah intervensi pada
berdasarkan kelompok

Sebelum Intervensi Sesudah Intervensi


Std Std
Mini Maksi Mini Maksi
n Mean Devia Mean Devia
mum mum mum mum
tion tion
Yoga 50 16,90 1,50 14,00 20,00 8,50 1,73 5,00 12,00
Pranayama
Aroma 51 17,45 1,56 14,00 20 8,96 1,48 6,00 13,00
terapi
Kontrol 25 17,00 1,08 15,00 19,00 16,52 1,58 14,00 20,00

Tabel 2 menunjukkan sebelum peningkatan ditandai dengan penurunan


intervensi, rata-rata kualitas tidur ke tiga rata-rata nilai menjadi cukup baik
kelompok adalah buruk, terburuk pada dengan kualitas terbaik pada kelompok
kelompok aromaterapi dengan rata-rata yoga, sedangkan pada kelompok kontrol
nilai 17,45. Setelah intervensi kualitas kualitas tidur tetap buruk.
tidur kelompok intervensi terjadi

Table 3 Distribusi Rata-Rata Kualitas Hidup Sebelum dan Sesudah Intervensi


Berdasarkan Kelompok

Sebelum Intervensi Sesudah Intervensi


Std Std
Mini Maksi Mini Maksi
n Mean Devia Mean Devia
mum mum mum mum
tion tion
Yoga 50 23,37 5,84 9,05 41,65 58,92 8,09 45,91 77,17
Pranayama
Aroma 51 19,16 6,02 5,97 38,35 60,25 7,81 42,72 77,83
terapi
Kontrol 25 25,22 6,88 11,42 41,65 24,60 6,83 11,42 41,65

Berdasarkan table diatas, menunjukan kelompok intervensi dengan adanya


kualitas hidup ketiga kelompok sebelum peningkatan rata-rata, terbesar pada
itnervensi dengan kualtias hidup yang kelompok aroma terapi, namun pada
buruk, dan kualitas terburuk pada kelompok kontrol terjadi penurunan
kelompok aroma terapi dengan rata-rata kualitas hidup dari pada sebelum
terendah yaitu 19,16. Setelah intervensi intervensi.
terjadi peningkatan kualitas hidup pada

Analisis Bivariate
Hasil Uji Beda Berpasangan (paired sample t-test ): Kualitas Hidup pada Kelompok Yoga
Pranayama dan Aromaterapi.

Tabel 4 Analisis Perbedaan Rata-Rata Kualitas Tidur dan Kualitas Hidup Sebelum
dengan Sesudah Intervensi pada Kelompok Yoga Pranayama dan Aromaterapi

Kualitas Tidur Mean n Std. Deviation p value


Yoga Pranayama Sebelum 16,90 50 1,50 0,00
Sesudah 8,50 50 1,73
Aromaterapi Sebelum 1,24 51 0,039 0,00
Sesudah 0,94 51 0,071

5 | Ni Nyoman Indah Purnamasari, Ni Luh Widani: Efektifitas Yoga Pranayama dan Aromaterapi
Terhadap Peningkatan Kualitas Tidur dan Kualitas Hidup Pasien Kanker
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020

Kualitas Hidup
Yoga Pranayama Sebelum 23,37 50 5,846 0,000
Sesudah 58,92 50 8,091
Aromaterapi Sebelum 19,16 51 6,020 0,000
Sesudah 60,25 51 7,813

Tabel 4 menunjukkan Secara p=0,00 (p<0,05), sehingga dapat


statistik ada perbedaan yang signifikan disimpulkan bahwa yoga pranayama dan
kualitas tidur dan kualitas hidup sebelum aromaterapi berpengaruh terhadap
dengan sesudah intervensi yoga peningkatan kualitas tidur dan kualtias
pranayama dan aromaterapi, dengan hidup pada pasien kanker.

Tabel 5 Perbedaan Kualitas Tidur dan Kualitas Hidup Antara Kelompok Yoga Pranayama
dan Aromaterapi dengan Kelompok Kontrol dan Antara Kelompok Yoga Pranayama
dengan Kelompok Aromaterapi
Kualitas Tidur Kualitas Hidup
Mean p value Mean p value
Yoga Pranayama 8,50 0,00 58,92 0,00
Kontrol 16,52 24,60
Aromaterapi 8,96 0,00 60,25 0,00
Kontrol 16,52 24,60
Yoga Pranayama 8,50 0,190 58,92 0,785
Aromaterapi 8,96 60,25

Tabel 5 menunjukkan secara (KemenkesRI, 2015a, 2016). Hal ini


statistik ada perbedaan yang signifikan dikaitkan dengan perilaku tertentu yang
kualitas tidur dan kualitas hidup antar dapat meningkatkan resiko terjadinya
kelompok yoga dengan kontrol, antara kanker seperti merokok, makanan tidak
kelompok aroma terapi dengan kontrol sehat atau aktifitas fisik yang tidak aktif,
dengan p = 0,00 (p<0,05). Namun secara selain itu seseorang meremehkan resiko
statistik tidak ada perbedaan yang yang terjadi dan juga dapat disebabkan
sifnifikan kualitas tidur dan kualitas perbedaan paparan, riwayat keluarga dan
hidup antara kelompok yoga dengan atau kerentangan genetik (ACS 2017).
kelompok aroma terapi dengan p=0,785 Melihat hasil penelitian yang didapat
(p>0,05) sehingga disimpulkan bahwa dengan distribusi usia pada pasien lebih
yoga pranayama dan aromaterapi banyak pada kelompok umur 46-55
berpengaruh terhadap peningkatan tahun hal ini sejalan dengan data yang
kualitas tidur dan kualitas hidup pasien dikeluarkan oleh KemenkesRI, (2015b)
kanker, namun antara yoga dan yang menyatakan kelompok usia pasien
aromaterapi tidak ada yang lebih kuat kanker 45-54 merupakan prevalensi
dalam mempengaruhi kualitas tidur dan yang cukup tinggi. Penelitian yang
kualitas hidup. dilakukan oleh Tranggono & Umbas,
(2008) di Klinik Khusus Urologi Rumah
Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM)
PEMBAHASAN dan Rumah Sakit Kanker Darmais
Setiap orang dapat beresiko (RSKD) pada 69 pasien kanker
menderita kanker pada setiap bagian menyatakan usia responden yang
tubuhnya dan semua tingkat usia pada mengalami kanker antara 40-50 tahun
semua kelompok ekonomi, sehingga sebanyak 18 atau 26,1%. Penelitian
pertumbuhan kanker tidak dipengaruhi serupa yang dilakukan oleh Handayani
oleh umur. Di Indonesia 50% penderita & Udani, (2016) pada 68 pasien kanker
kanker berusia kurang dari 50 tahun, yang menjalani kemoterapi di RSUDAM
dimana berada pada usia produktif Provinsi Lampung menggungkapkan

6 | Ni Nyoman Indah Purnamasari, Ni Luh Widani: Efektifitas Yoga Pranayama dan Aromaterapi
Terhadap Peningkatan Kualitas Tidur dan Kualitas Hidup Pasien Kanker
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020

bahwa prevalensi kanker pada laki-laki 69 pasien kanker didapatkan data bahwa
lebih tinggi pada usia 15-55 tahun dan stadium 2 juga merupakan urutan kedua
pada perempuan terjadi pada rentang berjumlah 11 responden atau 17,2%
usia 35-50 tahun. Pada penelitiannya setelah stadium 3 berjumlah 15
responden kanker yang terbanyak pada responden atau 20,3%.
usia rata-rata adalah 47,71 tahun dengan Pasien kanker mengalami
usia minimal 12 tahun dan usia gangguan tidur dapat dikaitkan dengan
maksimal 82 tahun serta usia terbanyak gejala seperti depresi, kelelahan dan
adalah 42 tahun (SD 12,84). nyeri. Penelitian ini ditunjang penelitian
Di Indonesia prevalensi kanker yang dilakukan oleh George, Elias, &
tertinggi terjadi pada perempuan, hal ini Shafiei (2015), yang mengatakan bahwa
disebabkan karena pengaruh hormon, insomnia pada pasien kanker ada
penggunaan kontrasepsi oral, menopause dikaitkannya dengan kemoterapi, nyeri
dan riwayat keluarga yang mempengauhi dan depresi. penelitian serupa juga
meningkatkan kejadian kanker selain itu dilakukan oleh Hananta et al., (2014),
tingginya prevalensi kanker di Indonesia yang mengatakan bahwa gangguan tidur
adalah kanker servik dan kanker berhubungan dengan depresi dan nyeri.
payudara sebesar 0,8% dan 0,5% Berdasarkan penelitian yang dilakukan
(Dinkes Bali, 2016; Kemenkes RI, 2016; oleh Dhruva et al., (2012) menunjukan
Riskesdas, 2013). Pada penelitian yang adanya perbedaan antara sebelum dan
dilakukan oleh Handayani & Udani, sesudah intervensi. Sebelum intervensi
(2016) di RSUDAM Provinsi Lampung nilai gangguan tidur yang terjadi 70,5
pada 68 pasien kanker yang menjalani dan setelah intervensi menjadi 60,0.
kemoterapi terdapat 85,3% responden Pada penelitian Karadag et al., (2016)
pada perempuan dan 14,7% pada laki- menunjukan hal yang serupa dimana
laki. Penelitian yang dilakukan pada sebelum intervensi nilai kualitas
menunjukkan hal serupa dimana angka tidur 8,68 dan sesudah intervensi 7,60.
kejadian kanker lebih tinggi pada Pada penelitian ini adanya peningkatan
perempuan dari pada laki-laki. Pada kualitas tidur kemungkinan karena
penelitian ini angka tersebut disebabkan dengan intervensi yoga maupun arma
karena majoritas responden penelitian ini terapi memberikan kenyamanan dan
menderita kanker payudara (mamae), ketenangan sehingga responden dapat
sehingga angka kejadian kanker pada mencapai tidur yang berkualitas.
perempuan lebih tinggi dari pada laki- George, Elias & Shafiei (2015)
laki. dalam hasil penelitiannya mengenai
Penyakit kanker khususnya di kualitas tidur pada pasien kanker
Indonesia penderita seringkali ditemukan merupakan komponen penting dalam
dengan kondisi stadium lanjut sehingga kualitas hidup. Hal serupa diungkapkan
sulit ditangani. Perkembangan dan oleh Miaskowski et al., (2012) dalam
metode pendeteksian dini (skrining test) penelitiannya bahwa pasien kanker yang
dapat membantu mendeteksi kanker menjalani kemoterapi mempunyai
secara dini sehingga medapatkan keluhan seperti gangguan tidur, stress,
perawatan dan pegobatan yang tepat kecemasan, dan gangguan kualitas hidup
(KemenkesRI, 2016; Sudoyo, 2017). yang dikarenakan bayak faktor seperti
Penelitian yang dilakukan oleh Hananta pengobatan kanker. Kualitas hidup
et al., (2014) pada 73 pasien kanker berdasarkan penelitian yang dilakukan
payudara di RS Darmais, dimana oleh Dhruva et al., (2012) menunjukan
stadium 2 merupakan urutan ke dua yang bahwa kualitas hidup sebelum intervensi
mendominasi respondennya setelah 43,8 dan sesudah intervensi menjadi
stadium 3 yang berjumlah 37 responden 56,3. Penelitian serupa yang dilakukan
atau 50,7%, dan stadium 2 yang oleh Ovayolu, Sevig, Ovayolu, & Sevinç
berjumlah 19 responden atau 26%. (2014) menunjukan bahwa kualitas
Penelitian lain yang dilakukan oleh hidup pasien kanker payudara sebelum
Tranggono & Umbas, (2008) di Klinik dilakukan intervensi 18,1 dan sesudah
Khusus Urologi RSCM dan RSKD pada intervensi menjadi 25,4. Berdasarkan
7 | Ni Nyoman Indah Purnamasari, Ni Luh Widani: Efektifitas Yoga Pranayama dan Aromaterapi
Terhadap Peningkatan Kualitas Tidur dan Kualitas Hidup Pasien Kanker
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020

kedua penelitian tersebut menunjukan didapat, peneliti menyimpulkan bahwa


bahwa kualitas hidup pasien kanker yoga pranayama layak dilakukan pasien
dapat ditingkatkan dengan yoga kanker yang mendapatkan kemoterapi
pranayama dan aromaterapi. dan dapat memperbaiki gangguan tidur.
Latihan yoga pranayama Penelitian tentang aromaterapi yang
merupakan latihan pernafasan yang dilakukan oleh Karadag et al., (2016)
teratur dengan pengendalian dan mendapatkan hasil yang signifikan
penyelarasan pikiran dan pernafasan. dengan p value < 0,005 pada penilaian
Latihan ini dapat membantu tehnik kualitas tidur, penelitian ini dilakukan
inspirasi dan ekspirasi sehingga dapat pada 60 responden CAD yang dirawat di
mempelancar sistem pernafasan dan ICU dan memiliki kualitas tidur rendah,
memberikan cukup oksigen ke dalam sehingga peneliti dapat menyimpulkan
peredaran darah. Tercukupnya atau bahwa pemberian aromaterapi dapat
terpenuhinya oksigen dalam peredaran meningkatkan kualitas tidur pada pasien
darah dapat memperlancar suplai atau CAD yang dirawat di ICU dan
pengiriman oksigen ke dalam jaringan pemberian aromaterapi dapat
terutama pada sistem saraf pusat dan diaplikasikan sebagai tindakan mandiri
otak. Terpenuhinya kebutuhan oksigen keperawatan khususnya dalam merawat
dalam sistem saraf pusat dan otak dapat pasien jantung di ICU.
menimbulkan relaksasi pada tubuh dan
pikiran sehingga pasien dapat
beristirahat dan tidur dengan baik (Hill, KESIMPULAN DAN SARAN
2015). Aromaterapi digunakan untuk Masalah utama yang dapat
mengurangi stress, pengaturan suasana ditemukan pada pasien kanker adalah
hati, peningkatan tidur, meningkatkan masalah psikologis dan fisiologis.
kekebalan tubuh, meningkatkan energy, Masalah psikologis dan fisiologis dapat
mengurangi rasa sakit dan mempercepat berdampak pada menurunnya kualitas
penyembuham luka. Hal ini dikarenakan tidur dan dapat mengakibatkan kualitas
oleh efek aromaterapi yang dihirup hidup yang menurun. Dimana kualitas
merangsang sistem saraf pusat yang hidup yang baik dapat ditunjang oleh
mempengaruhi aktivitas gelombang otak kualitas tidur yang cukup dan pada
dan sistem saraf otonom sehingga pasien kanker pemenuhan kebutuhan
menurunkan aktifitas otak dan tidur merupakan hal yang sangat penting
meningkatkan konsentrasi serta dan diperlukan untuk proses perbaikan
kenyamanan dan meningkatkan rasa sel dan sistem metabolisme tubuh.
kantuk atau dapat tidur dengan nyaman Penggunaan terapi medik untuk
(Takeda, Watanuki, & Koyama, 2017). mengatasi masalah tersebut dapat
Hasil penelitian ini sesuai dengan yang menyebabkan ketergantungan dan biaya
dilakukan oleh Chakrabarty et al., (2015) tinggi. Intervensi non farmakologi yang
pada pasien kanker yang menjalani murah dan mudah dapat diterapkan
terapi radiasi dan diberikan latihan yoga untuk mengatasi masalah tidur pasien
pranayama menunjukan hasil yang kanker. Penelitian ini membandingkan
signifikan dimana p = 0,001, sehingga dua intervensi dalam mengatasi masalah
dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan tidur pasien kanker, dan terbukti yoga
yoga pranayama dapat dilaksanakan pranayama dan aromaterapi secara
sebagai terapi suportif pada pasien statistik mempunyai pengaruh yang
kanker yang menjalani terapi radiasi signifikan terhadap peningkatan kualitas
untuk membantu mengurangi kelelahan tidur dan kualitas hidup pasien kanker.
fisik, fungsional, afektif dan kognitif. Latihan yoga pranayama dan
Demikian juga penelitian yang pemberian aromaterapi secara statistik
dilakukan oleh Dhruva et al., (2012) terbukti berpengaruh terhadap
pada 16 responden terhadap gangguan peningkatan kualitas tidur dan kualitas
tidur menunjukan hasil yang signifikan hidup pada pasien kanker sehingga
dimana p value (p=0,04) < 0,05. institusi rumah sakit diharapkan dapat
Berdasarkan hasil penelitian yang memproses kebijakan terkait hasil
8 | Ni Nyoman Indah Purnamasari, Ni Luh Widani: Efektifitas Yoga Pranayama dan Aromaterapi
Terhadap Peningkatan Kualitas Tidur dan Kualitas Hidup Pasien Kanker
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020

penelitian sebagai tindakan mandiri Nursing (2nd ed.). USA: Delmar


keperawatan dan membuat standar Cengage Learning.
prosedur operasional (SPO) mengenai Dhruva, A., Miaskowski, C., Abrams,
latihan yoga pranayama dan pemberian D., Cooper, B., Goodman, S., &
aromaterapi sebagai intervensi pada Hecht, F. M. (2012). Yoga
pasien kanker. Kepada perawat juga Breathing for Cancer
perlu dilakukan program pelatihan agar Chemotherapy – Associated
mampu untuk melaksanakan intervensi Symptoms and Quality of Life :
mandiri keperawatan dan dapat Results of a Pilot Randomized
berkerjasama dengan tim multidisiplin Controlled Trial. The Journal of
untuk menangani pasien kanker yang Alternative and Complementary
dapat berdampak pada penurunan Medicine, 18(5), 473– 479.
kualitas tidur dan kualitas hidup. Pihak DinkesBali, Dinas Kesehatan Provinsi
manajemen juga diharapkan dapat Bali. (2016). Profil Kesehatan
memberikan kelengkapan fasilitas Provinsi Bali Tahun 2015. Bali:
prasarana untuk kemudahan dalam Dinas Kesehatan Proinsi Bali.
pemberian pelayanan pada pasien George, M., Elias, A., & Shafiei, M.
kanker. (2015). Insomnia in Cancer -
Perkembangan kajian ilmiah berupa Associations and Implications, 16,
penelitian lanjut untuk mengembangkan 6711–6714
dan memperdalam penelitian ini, seperti Hananta, L., Benita, S., Barus, J., &
penelitian yang melibatkan faktor-faktor Halim, F. (2014). Gangguan Tidur
yang belum dikendalikan dalam pada Pasien Kanker Payudara di
penelitian ini, misalnya pendidikan, jenis Rumah Sakit Dharmais Jakarta.
kanker, medikasi obat, dan faktor Damianus Journal of Medicine,
lainnya atau mengevaluasi kualitas tidur 13(2), 84–94.
dan kualitas hidup setiap minggu. Pada Handayani, R. S., & Udani, G. (2016).
penelitian lebih lanjut juga dapat Kualitas tidur dan distress pada
dilakukan pada pasien kanker dengan pasien kanker yang menjalani
waktu evaluasi dilakukan perminggu, kemoterapi. Jurnal Keperawatan,
tehnik latihan yoga pranayama yang XII(1), 66–72.
berbeda dan metode atau cara pemberian Hill, J. (2015). Yoga & Breast Cancer
aromaterapi yang berbeda seperti (2nd ed.). Philadelphia: Living
massage (pijat aromaterapi) Beyond Breast Cancer.
Karadag, E., Samancioglu, S., Ozden,
D., & Bakir, E. (2016). Effects of
Referensi Aromatherapy on Sleep Quality
ACS, American Cencer Society. (2016). and Anxiety of Patients. Nursing in
Breast Cancer. Atlanta: American Critical Care, 22(2), 105–112.
Cencer Society. KemenkesRI, Kementrian Kesehatan RI.
ACS, American Cencer Society. (2017). (2015a). Buletin Jendela Data dan
Cancer Facts & Figures 2017. Informasi Kesehatan. Jakarta:
USA: American Cencer Society. Kementrian Kesehatan RI.
Chakrabarty, J., Vidyasagar, M., Kemenkes RI, Kementrian Kesehatan
Fernandes, D., Joisa, G., Varghese, RI. (2015b). Info Datin: Stop
P., & Mayya, S. (2015). Kanker.Jakarta: Pusat Data Dan
Effectiveness of pranayama on Informasi.
cancer-related fatigue in breast KemenkesRI, Kementrian Kesehatan RI.
cancer patients undergoing (2016). InfoDatin.pdf. Jakarta:
radiation therapy. International Kementrian Kesehatan RI.
Journal of Yoga, 8, 47–53.
Daniel, R., & Nicoll, L. (2012).
Conteporary Medical-Surgical

9 | Ni Nyoman Indah Purnamasari, Ni Luh Widani: Efektifitas Yoga Pranayama dan Aromaterapi
Terhadap Peningkatan Kualitas Tidur dan Kualitas Hidup Pasien Kanker
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020

Lichwala, R. (2014). Fostering Hope in Kluwer Health.


the Patient With Cancer. Clinical Rabbie, R., & Meadows, H. (2013).
Journal of Oncology Nursing, 18(3), Quality of Life in Cancer Clinical
267–269. Trials: A Practical Guide For
Miaskowski, C., Abrams, D., Cooper, B., Research Staff Contents. United
Goodman, S., & Hecht, F. M. Kingdom: Cancer Research UK.
(2012). Yoga Breathing for Cancer Riskesdas. (2013). Riset Kesehatan
Chemotherapy–Associated Dasar. Jakarta.
Symptoms and Quality of Life: Shah, Y. R., Sen, D. J., Patel, R. N., Patel,
Results of a Pilot Randomized J. S., Patel, A. D., & Prajapati, P. M.
Controlled Trial, 18(5), 473– 479. (2011). Aromatherapy : The Doctor
Nasif, J. (2015). The Emotional Impact of Of Natural Harmony Of Body &
Chronic Illness. Journal of Mind. International Journal of Drug
Psychology and Clinical Psychiatry, Development & Research, 3(1),
3(2005), 177–180. 286–294.
NCI, National Cancer Institute. (2016). Sudoyo, A. W. (2017). HARPA: Harapan
Sleep Disorders (PPDQ)-Health Terpadu. Jakarta: Yayasan Kanker
Professional Version. Retrieved Indonesia.
from https://www.cancer.gov/about- Takeda, A., Watanuki, E., & Koyama, S.
cancer/treatment/side-effects/sleep- (2017). Effects of Inhalation
disorders-hp-pdq#link/_10 Aromatherapy on Symptoms of
NSF, National Sleep Foundation. (2017). Sleep Disturbance in the Elderly
What is Good Quality Sleep. with Dementia. Evidence-Based
Retrieved January 9, 2018, from Complementary and Alternative
https://sleepfoundation.org/press- Medicine, 2017, 1–7.
release/what-good- quality-sleep Tranggono, U., & Umbas, R. (2008).
Nuridah,Saleh Ariyani,Kaelan Cahyoni Karakteristik dan Terapi Penderita
(2019) Depresi Berhubungan dengan Keganasan Penis di RS Cipto
Kualitas Hidup Penderita Kanker Mangunkusumo dan RS Kanker
Kolorektal di RS Kota Makasar. JKI. Dharmais. Indonesian Journal of
UI Cancer, 2, 45–50.
Ovayolu, Ö., Sevig, Ü., Ovayolu, N., & WHO, World Health Organization.
Sevinç, A. (2014). The effect of (2017). Cancer. Retrieved
aromatherapy and massage September 20, 2017, from
administered in different ways to http://www.who.int/mediacentre/fact
women with breast cancer on their sheets/fs297/en/
symptoms and quality of life. Wismeijer, A. A. J., Vingerhoets, A. J. J.
International Journal of Nursing ., & Vries, J. De. (2017). Quality of
Practice, 20, 408–417. Life-Related Concepts: Theoretical
Polit, D. F., & Back, C. T. (2012). and Practice Issues. In Handbook of
Nursing Research: Generating and Disease Burdens and Quality of Life
Assessing Evidance For Nursing (Vol. 6, pp. 1754–1766). New York:
Practice. Philadelphia: Wolters Springer

10 | Ni Nyoman Indah Purnamasari, Ni Luh Widani: Efektifitas Yoga Pranayama dan Aromaterapi
Terhadap Peningkatan Kualitas Tidur dan Kualitas Hidup Pasien Kanker
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020

Jurnal Kesehatan Saelmakers Perdana


ISSN 2615-6571 (Online), ISSN 2615-6563 (Print)
Tersedia online di http://ojs.ukmc.ac.id/index.php/JOH

EFEKTIVITAS MOBILISASI DINI TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA


POST OPERASI
EFFECTIVENESS OF EARLY MOBILIZATION ON HEALING OF POST
OPERATING WOES

Kgs. Muhammad Faizal1, Mulya2


12
Program Studi Profesi Ners STIKES Citra Delima Bangka Belitung
email: faizalcd14@gmail.com

Submisi: 21 Januari 2020 ; Penerimaan: 3 Februari 2020; Publikasi : 14 Februari 2020

ABSTRAK
Dewasa ini sejumlah penyakit menunjukkan adanya indikasi untuk dilakukan pembedahan.
Setelah pembedahan, pasien akan mengalami kondisi yang lemah dan akan sulit melakukan
aktivitas karena prosedur pembedahan dan luka operasi yang membutuhkan waktu dalam proses
penyembuhan. Data pembedahan umum pada tahun 2018 sebanyak 445 pasien dengan lama rawat
3 – 5 hari. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan oleh pasien pasca operasi adalah
mobilisasi dini. Mobilisasi dini termasuk faktor yang dapat mempengaruhi proses penyembuhan
luka operasi. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui efektivitas mobilisasi dini terhadap
penyembuhan luka. Desain penelitian ini adalah quasi eksperimen dengan rancangan post test only
control group. Populasi adalah seluruh pasien post operasi di RSUD Depati Hamzah Kota
Pangkalpinang. Tekhnik pengambilan sampel menggunakan non random sampling yaitu secara
accidental sampling, dengan jumlah 12 responden kelompok intervensi dan 12 responden
kelompok kontrol. Uji yang digunakan adalah uji T beda dua mean dependent. Hasil penelitian
adalah ada perbedaan yang signifikan antara penyembuhan luka yang dilakukan mobilisasi dini
dan penyembuhan yang tidak dilakukan mobilisasi dini dengan nilai p:0,002. Saran dari penelitian
ini adalah supaya suatu rumah sakit bisa menerapkan mobilisasi dini setelah 6 jam pasca operasi,
sehingga waktu penyembuhan luka akan lebih cepat.

Kata Kunci : Mobilisasi Dini, Penyembuhan Luka, Operasi

ABSTRACT
Today a number of diseases indicate an indication for surgery. After surgery, the patient will
experience a weak condition and it will be difficult to carry out activities due to surgical
procedures and surgical wounds that require time in the healing process. Data on general surgery
in 2018 were 445 patients with a stay of 3-5 days Nursing interventions that can be performed by
postoperative patients are early mobilization. Early mobilization includes factors that can affect
the surgical wound healing process. The purpose of this study was to determine the effectiveness
of early mobilization on post operative wound healing. The design of this study was quasi-
experimental with a post-test only control group design. The population was all postoperative
patients at the Depati Hamzah Regional Hospital in Pangkalpinang City. The sampling technique
uses non random sampling by accidental sampling, with 12 respondents in the intervention group
and 12 respondents in the control group. The test used is the T test of two different dependent
means. The results of the study were that there was a significant difference between wound
healing performed early mobilization and healing which was not carried out early mobilization
with a p value: 0.002. The suggestion from this research is that a hospital can implement early
mobilization after 6 hours postoperatively, so that the wound healing time will be faster.

Keywords: Early Mobilization, Wound Healing, Operation

11 | Kgs. Muhammad Faizal, Mulya: Efektivitas Mobilisasi Dini Terhadap Penyembuhan Luka
Post Operasi
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020

PENDAHULUAN dengan persentase 12,8% yang di


perkirakan 32% merupakan bedah
Operasi atau pembedahan tidak laparatomi (Kusumayanti, 2014).
lain adalah penanganan medis yang Berdasarkan data yang di
dilakukan secara invasive untuk dapatkan di RSUD Depati Hamzah kota
mendiagnosa atau mengobati penyakit, pangkalpinang pada tahun 2015 terdapat
injuri, hingga deformitas tubuh 534 pasien bedah umum, sedangkan
(Nainggolan, 2013). Tindakan bedah pada tahun 2016 terdapat 620 pasien
berujung pada pencederaan jaringan dan bedah umum yang menjalankan operasi,
berdampak langsung pada perubahan Pada tahun 2017 terdapat 574 pasien
fisiologi tubuh, (Kiik, 2013). bedah umum, sedangkan berdasarkan
Pembedahan dilakukan untuk data kamar operasi RSUD pada tahun
mendiagnosa atau mengobati suatu 2018 terdapat 445 pasien operasi bedah
penyakit, cedera atau cacat, serta umum diantaranya yang menjalankan
mengobati kondisi yang sulit atau tidak operasi bedah berdasarkan golongan
mungkin disembuhkan hanya dengan penyakit tercatat operasi Herniatomi
obat-obatan sederhana (Potter dan Perry, sebanyak 40 kasus, operasi eksisi 110
2006). Pada umumnya dilakukan kasus, operasi appendiktomi sebanyak
dengan membuat sayatan pada bagian 70 kasus, operasi cimino sebanyak 48
tubuh yang akan ditangani, lalu kasus, operasi debridement sebanyak 51
dilakukan tindakan perbaikan dan kasus, operasi laparatomi 38 kasus, dan
diakhiri dengan penutupan dan 89 kasus operasi penyakit lainnya,
penjahitan luka (Syamsuhidajat, 2010). (Rekam Medik RSUD, 2019).
World Health Organization Sejalan dengan perkembangan
(WHO) mengungkapkan bahwa jumlah teknologi yang semakin maju, tak
pasien yang menjalani pembedahan dari terkecuali pada perkembangan di bidang
tahun ke tahun mengalami peningkatan kesehatan khususnya pada prosedur
yang sangat signifikan. Tercatat pada tindakan pembedahan yang juga
tahun 2011 terdapat 140 juta pasien mengalami kemajuan pesat. Dewasa ini
diseluruh rumah sakit didunia, sejumlah penyakit menunjukan adanya
sedangkan pada tahun 2012 mengalami indikasi untuk dilakukan pembedahan
peningkatan sebesar 148 juta jiwa (Siswati, 2011).Setelah dilakukan
(Sartika, 2013 dalam Hartoyo, 2015). pembedahan, pasien akan mengalami
Data WHO menunjukkan bahwa selama kondisi yang lemah dan akan sulit
lebih dari satu abad, perawatan bedah melakukan aktivitas, hal ini disebabkan
telah menjadi komponen penting dari oleh prosedur pembedahan dan luka
perawatan kesehatan diseluruh dunia. operasiproses pembedahan yang
Diperkirakan setiap tahun ada 230 juta dilakukan tentukan akan meninggalkan
tindakan bedah dilakukan diseluruh bekas luka dan membutuhkan waktu
dunia (Hasri, 2012 dalam Kusumayanti dalam proses penyembuhan.
dkk, 2013). Penyembuhan luka merupakan
Menurut Departemen Kesehatan salah satu proses fisiologis dari sel dan
Republik Indonesia (Depkes RI) pada jaringan yang melakukan regenerasi atau
tahun 2009. Tindakan pembedahan kembali ke struktur normal melalui
menempati urutan yang ke-11 dari 50 pertumbuhan sel. Penyembuhan luka
penyakit di rumah sakit seindonesia bersifat primer terjadi pada luka pasca

12 | Kgs. Muhammad Faizal, Mulya: Efektivitas Mobilisasi Dini Terhadap Penyembuhan Luka
Post Operasi
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020

operasi, penyembuhan luka akan menjaga atau mengembalikan fungsi


berjalan cepat apabila tidak terdapat tubuh otonom dan volunter selama
benda asing atau infeksi pada luka. pengobatan dan pemulihan dari penyakit
Didalam penyembuhan ini kulit akan atau cidera(Nurjanah, 2013).
merapat dan saling berdekatan sehingga Mobilisasi dini termasuk faktor
mempunyai resiko infeksi yang rendah. yang dapat mempengaruhi proses
Sebaliknya pada penyembuhan luka penyembuhan luka pasca operasi.
sekunder penyembuhan luka akan lama Mobilisasi dini merupakan gerakan yang
hal ini disebabkan karena adanya benda segera dilakukan pasca operasi. Hal ini
asing atau infeksi didalam luka.Infeksi dilakukan dengan tujuan untuk
biasanya terjadi 3 sampai 6 hari setelah mengembalikan otot-otot perut agar
pembedahan dan dapat menyebabkan tidak kaku dan mengurangi rasa sakit
kehilangan fungsi jaringan secara sehingga dapat mempercepat proses
permanen (Potter & Perry, 2010). penyembuhan luka. Pada pasien pasca
Hasil penelitian Nainggolan dan operasi, mobilisasi secara bertahap
Simanjuntak (2013), dimana dinyatakan sangat berguna untuk membantu
bahwa faktor yang mempengaruhi jalannya penyembuhan pasien. Secara
proses penyembuhan luka operasi psikologis mobilisasi akan memberikan
apendiktomi adalah kurangnya asupan kepercayaan pada pasien bahwa dia
nutrisi dan kurangnya mobilisasi dini. mulai merasa sembuh (Brunner &
Menurut Rusjiyanto (2009), pasien Suddart, 2013).
bedah yang menjalani rawat inap Menurut penelitian yang
dirumah sakit sangat rentan mengalami dilakukan Nainggolan (2013), yang
malnutrisi, sehingga dapat berjudul “ hubungan mobilisasi dini
menyebabkan hambatan pada waktu dengan lamanya penyembuhan luka
penyembuhan luka, oleh karena itu operasi apendiktomi di dapatkan hasil ρ
pemberian nutrisi yang tepat pada pasien value = 0,008 yang dapat disimpulkan
rawat inap dirumah sakit akan bahwa ada hubungan antara mobilisasi
meningkatkan kesembuhan, dini dengan penyembuhan luka. Hasil
menurunkan komplikasi dan pada penelitian yang dilakukan oleh
akhirnya menurunkan biaya rumah sakit. Anggraini dan Widaryati (2013) bahwa
Peran perawat dalam pemberian asuhan ada “pengaruh mobilisasi dini terhadap
keperawatan tersebut adalah memenuhi keberhasilan penyembuhan luka pada
kebutuhan dasar klien dengan pasien pasca operasi di RS PKU
menggunakan proses keperawatan. Muhammadiyah Yogyakarta”dengan
Tindakan tersebut bertujuan menetapkan nilai pvalue : 0,000. Penelitian yang
diagnosis keperawatan agar bisa dilakukan Anas (2013) tentang
direncanakan dan dilaksanakan sesuai “Pengaruh Tindakan Mobilisasi
diagnosis yang telah ditetapkan, terhadap Penyembuhan Luka Post
kemudian dapat dievaluasi tingkat Operasi Usus Buntu (Appendicittis) di
perkembangannya (Hasegawa, 2014). RSI Faisal Makassar 2013 didapatkan
Intervensi keperawatan yang hasil ρ value : 0,018 yang dapat
dapat dilakukan pada pasien pasca disimpulkan bahwa ada pengaruh yang
operasi adalah mobilisasi dini atau terapi signifikan dari tindakan mobilisasi
latihan ambulasi. Mobilisasi dini adalah terhadap penyembuhan luka post operasi
peningkatan dan bantuan berjalan untuk usus buntu di RS Islam Faisal Makassar.

13 | Kgs. Muhammad Faizal, Mulya: Efektivitas Mobilisasi Dini Terhadap Penyembuhan Luka
Post Operasi
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020

Survey awal yang dilakukan Peneitian ini menggunakan uji T test


peneliti pada tanggal 18 Maret 2019 di beda dua mean dependent. Penelitian
Ruang Bedah Melati RSUD Depati dilakukan pada 9 Mei sampai dengan 8
Hamzah juga melakukan wawancara Juli 2019.
dengan perawat diruangan tersebut, hasil Penelitian ini terdiri dari dua
wawancara perawat ruangan kelompok yaitu kelompok intervensi dan
mengatakan bahwa klien post operasi kelompok kontrol. Kelompok intervensi
bedah umum yang mempunyai rentang yang diberikan mobilisasi dini, dan
perawatan yang lama dikarenakan tidak kelompok kontrol yang tidak diberikan
melakukan mobilisasi, ada 1 kasus yang mobilisasi dini. Pada kelompok
pulang tiga hari setelah operasi dan 1 intervensi diberikan mobilisasi dini, dan
kasus yang pulang pada hari ke empat setelah itu akan dilakukan post-test.
belas setelah operasi, perawat ruang Kemudian membandingkan dua kelompok
melati juga mengatakan rata-rata pasien antara kelompok intervensi dan kelompok
pulang biasanya pada hari ke-3 sampai kontrol.
hari ke-5 setelah operasi. Berdasarkan Populasi dalam penelitian ini
data yang didapatkan di ruangan melati, adalah seluruh pasien post operasi bedah
peneliti mendapatkan informasi dari 10 umum sebanyak 445 orang di ruang
pasien yang baru mengalami operasi rawat inap RSUD Depati Hamzah Kota
bedah, 7 pasien mengatakan bahwa Pangkalpinang tahun 2019.
mereka sangat takut untuk melakukan Sampel yang didapatkan yaitu
mobilisasi pasca operasi. Hal ini sebanyak 12 responden. Dimana 12
desebabkan karena pasien merasa sangat responden pada kelompok intervensi dan
kesakitan saat bergerak pasca efek 12 responden pada kelompok control
anastesi operasi tersebut hilang. total menjadi 24 orang. Tekhnik
Disamping itu, Pasien juga pengambilan sampel non random
mengungkapkan kekhawatiran jahitan sampling yaitu secara Accidental
luka bekas operasi akan meregang atau sampling.
terbuka jika mereka melakukan
mobilisasi pasca operasi. Tujuan HASIL PENELITIAN
penelitian adalah untuk mengetahui 1. Analisa Univariat
efektivitas mobilisasi dini terhadap Analisa ini digunakan untuk
penyembuhan luka operasi. menjelaskan atau mendeskriptifkan
karakteristik variabel yang diteliti
METODE seperti tingkat penyembuhan luka pada
Desain yang digunakan dalam pasien post operasi sebelum dilakukan
penelitian ini adalah quasi eksperimen mobilisasi dini, tingkat penyembuhan
yaitu rancangan yang berupaya untuk luka pada pasien post operasi sesudah
mengungkapkan hubungan sebab akibat dilakukan mobilisasi dini dan tingkat
dengan cara melibatkan kelompok penyembuhan luka pada pasien post
kontrol disamping kelompok operasi sesudah dilakukan mobilisasi
eksperimen (Nursalam, 2010) dengan dini.
rancangan post test onlycontrol group.

14 | Kgs. Muhammad Faizal, Mulya: Efektivitas Mobilisasi Dini Terhadap Penyembuhan Luka
Post Operasi
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020

Tabel 1 Distribusi Frekuensi Responden Tabel 3 Distribusi Frekuensi Responden


Berdasarkan Umur Yang Dilakukan Berdasarkan Penyembuhan Luka di
Mobilisasi di RSUD Depati Hamzah RSUD Depati Hamzah Pangkalpinang
Pangkalpinang
No Umur Jumlah %
Tidak
responden Penyembuhan Dilakukan
Dilakukan
1 29 1 8,3 Luka Mobilisasi
Mobilisasi
2 31 1 8,3
3 32 1 8,3 n % n %
4 35 2 16,7 Baik 10 83,3 3 25
5 37 1 8,3 Kurang Baik 2 16,7 6 50
6 38 1 8,3 Buruk 0 0 3 25
7 43 1 8,3 Jumlah 12 100 12 100
8 45 1 8,3
9 48 1 8,3 Pada tabel 3 menunjukkan bahwa,
10 50 1 8,3 responden yang dilakukan mobilisasi
11 53 1 8,3 dini berdasarkan penyembuhan
Jumlah 12 100 luka lebih banyak pada
penyembuhan luka baik yaitu 10
Pada tabel 1 menunjukkan bahwa, responden (83,3%) dibandingkan
responden yang dilakukan mobilisasi yang buruk, sedangkan responden
dini lebih banyak pada umur 35 tahun yang tidak dilakukan mobilisasi dini
yaitu 2 responden (16,7%) dibandingkan berdasarkan penyembuhan luka lebih
dengan umur yang lain. banyak pada penyembuhan luka
kurang baik yaitu 6 responden (50%)
Tabel 2 Distribusi Frekuensi dibandingkan yang baik dan buruk.
Responden Berdasarkan Jenis
Kelamin Yang Dilakukan Mobilisasi Tabel 4 Distribusi Frekuensi Responden
di RSUD Depati Hamzah Berdasarkan Redness di RSUD Depati
Pangkalpinang Hamzah Pangkalpinang

No Jenis Jumlah %
Tidak
Kelamin Dilakuk an
Redness Dilakukan
1 Laki-laki 9 75 Mobilisasi
Mobilisasi
2 Perempuan 3 25
Jumlah 12 100 n % n %
Tidak ada 10 83,3 3 25
0,25 cm pada 2 16,7 8 66,7
Pada tabel 2 menunjukkan, responden
kedua sisi
yang dilakukan mobilisasi dini lebih insisi
banyak pada jenis kelamin laki-laki sekitar 0,5 cm 0 0 1 8,3
yaitu 9 responden (75%) dibandingkan pada kedua
dengan jenis kelamin yang perempuan. sisi insisi
Jumlah 12 100 12 100

15 | Kgs. Muhammad Faizal, Mulya: Efektivitas Mobilisasi Dini Terhadap Penyembuhan Luka
Post Operasi
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020

Pada tabel 4 menunjukkan bahwa, Tabel 6 Distribusi Frekuensi Responden


responden yang dilakukan mobilisasi Berdasarkan Echymosis di RSUD Depati
dini tidak ada redness lebih banyak yaitu Hamzah Pangkalpinang
10 responden (83,3%) dibandingkan Tidak
Dilakukan
yang terdapat redness, sedangkan Echymosis
Mobilisasi
Dilakukan
responden yang tidak dilakukan Mobilisasi
mobilisasi dini yang terdapat redness n % n %
0,25 cm pada kedua sisi insisi lebih Tidak ada 10 83,3 5 41,7
banyak yaitu 8 responden (66,7%)
dibandingkan tidak ada redness dan Kurang dari
terdapat redness sekitar 0,5 cm pada 0,25 cm pada
kedua sisi atau 2 16,7 6 50
kedua sisi insisi.
0,25cm pada
satu sisi
Tabel 5 Distribusi Frekuensi Responden
Jumlah 12 100 12 100
Berdasarkan Edema di RSUD Depati
Hamzah Pangkalpinang Pada tabel 6 menunjukkan bahwa,
Tidak
Dilakukan responden yang dilakukan mobilisasi
Edema Dilakukan
Mobilisasi dini tidak ada echymosis lebih banyak
Mobilisasi
n % n % yaitu 10 responden (83,3%)
Tidak ada 10 83,3 5 41,7 dibandingkan yang terdapat echymosis,
sedangkan responden yang tidak
Pada luka dilakukan mobilisasi dini tidak ada
operasi, echymosis lebih banyak yaitu 7
2 16,7 6 50
kurang dari 1 responden (58,3%) dibandingkan
cm dari insisi terdapat echymosis.
Pada luka
operasi, 1-2 Tabel 7 Distribusi Frekuensi Responden
0 0 1 8,3
cm dari Berdasarkan Discharge di RSUD Depati
insisi Hamzah Pangkalpinang
Jumlah 12 100 12 100
Tidak
Pada tabel 5 menunjukkan bahwa, Dilakukan
Discharge Dilakukan
Mobilisasi
responden yang dilakukan mobilisasi Mobilisasi
dini tidak ada edema lebih banyak yaitu n % n %
10 responden (83,3%) dibandingkan Tidak 12 100 7 58,3
yang terdapat edema, sedangkan ada
responden yang tidak dilakukan Serum 0 0 2 16,7
mobilisasi dini yang terdapat edema Serosanguinos 0 0 2 16,7
pada luka operasi, kurang dari 1 cm dari Berdarah, 0 0 1 8,3
insisi lebih banyak yaitu 6 responden purulent
(50%) dibandingkan tidak ada edema Jumlah 12 100 12 100
dan terdapat edema Pada luka operasi, 1-
2 cm dari insisi. Pada table 7 menunjukan bahwa,
responden yang dilakukan mobilisasi
dini tidak ada discharge lebih banyak
yaitu 12 responden (100%)
dibandingkan yang terdapat discharge,
sedangkan responden yang tidak
dilakukan mobilisasi dini yang tidak ada

16 | Kgs. Muhammad Faizal, Mulya: Efektivitas Mobilisasi Dini Terhadap Penyembuhan Luka
Post Operasi
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020

discharge lebih banyak yaitu 7 Pada tabel 9 menunjukan bahwa rata -


responden (58,3%) dibandingkan yang rata REEDA yang dilakukan mobilisasi
terdapat discharge. dini sedang sedangkan rata-rata REEDA
yang tidak dilakukan mobilisasi dini
Tabel 8 Distribusi Frekuensi Responden
yaitu 2,00 dengan standar deviasi 0,739.
Berdasarkan Approximate di RSUD
Depati Hamzah Pangkalpinang Hasil uji statistik diperoleh nilai ρ 0,002
lebih kecil dari 0,05 maka Ha diterima
Tidak dan Ho ditolak maka disimpulkan ada
Dilakukan
Approximate Dilakukan perbedaan yang signifikan antara
Mobilisasi
Mobilisasi penyembuhan luka yang dilakukan
n % n %
mobilisasi dini dan penyembuhan luka
Tertutup 12 100 7 58,3 yang tidak dilakukan mobilisasi dini.
Jarak kulit 3 0 0 2 16,7
mm atau kurang
PEMBAHASAN
Terdapat jarak
antara kulit dan 0 0 2 16,7
lemak subkutan Mobilisasi dini termasuk
Terdapat jarak faktor yang dapat mempengaruhi
antara kulit,
lemak subkutan 0 0 1 8,3 proses penyembuhan luka pasca
dan fasia operasi. Mobilisasi dini merupakan
Jumlah 12 100 12 100 gerakan yang segera dilakukan pasca
operasi. Hal ini dilakukan dengan
Pada tabel 13 menunjukkan bahwa,
responden yang dilakukan mobilisasi tujuan untuk mengembalikan otot-
approximate yang tertutup lebih banyak otot perut agar tidak kaku dan
yaitu 12 responden (100%) mengurangi rasa sakit sehingga dapat
dibandingkan yang approximate yang
mempercepat proses penyembuhan
terbuka, sedangkan responden yang
tidak dilakukan mobilisasi dini dengan luka. Pada pasien pasca operasi,
approximate tertutup lebih banyak yaitu mobilisasi secara bertahap sangat
7 responden (58,3%) dibandingkan berguna untuk membantu jalannya
approximate yang terbuka.
penyembuhan pasien. Kriteria
Tabel 9 Distribusi Efektivitas Mobilisasi penyembuhan luka operasi yang
Terhadap penyembuhan Luka Operasi digunakan adalah REEDA scale
(Redness, Edema, Echymosis,
Variabel Mean SD SE pvalue Discharge, Approximation)
Mobilisasi 1,1 0,38 0,11 0,002 (Molazem, dkk., 2014).
7 9 2
Yang Hasil uji statistik diperoleh
dilakukan nilai p (0,002) maka dapat
mobilisasi disimpulkan ada perbedaan yang
dini signifikan antara REEDA yang
REEDA 2,0 0,73 0,73
yang tidak 0 9 9 dilakukan mobilisasi dini dan
dilakukan REEDA yang tidak dilakukan
mobilisasi mobilisasi dini.
dini Penelitian ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan

17 | Kgs. Muhammad Faizal, Mulya: Efektivitas Mobilisasi Dini Terhadap Penyembuhan Luka
Post Operasi
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020

Nainggolan (2013) yang berjudul darahnya akan lancar, penyembuhan


“hubungan mobilisasi dini dengan luka akan terlihat hasilnya lebih baik
lamanya penyembuhan luka apabila pasien dapat melakukan
operasi apendiktomi didapatkan hasil tahap-tahap dalam mobilisasi dini
ρ value : 0,008 yang disimpulkan sesuai dengan prosedur.
bahwa ada hubungan antara Kebanyakan dari pasien masih
mobilisasi dini dengan penyembuhan mempunyai kekhawatiran kalau
luka. Penelitian yang dilakukan oleh tubuh digerakkan pada posisi tertentu
Anggraini dan Widaryati (2013) pasca operasi akan mempengaruhi
bahwa ada pengaruh mobilisasi dini luka operasi yang baru saja selesai
terhadap keberhasilan penyembuhan dikerjakan. Padahal tidak
luka pada pasien pasca operasi di RS sepenuhnya masalah ini perlu di
PKU Muhammadiyah Yogyakarta khawatirkan, bahkan hampir semua
dengan nilaip value : 0,000. jenis operasi justru membutuhkan
Penelitian yang dilakukan Anas mobilisasi atau pergerakan sedini
(2013) tentang “Pengaruh Tindakan mungkin. Mobilisasi sudah dapat
Mobilisasi terhadap Penyembuhan dilakukan 6 jam setelah pembedahan,
Luka Post Operasi Usus Buntu dilakukan setelah pasien sadar atau
(Appendicittis) di RSI Faisal anggota gerak tubuh sudah dapat
Makassar 2013 bahwa ada pengaruh digerakkan kembali setelah
yang signifikan dari tindakan dilakukan pembiusan regional.
mobilisasi terhadap penyembuhan Untuk operasi di daerah perut, jika
luka post operasi usus buntu di RS tidak ada perangkat yang menyertai
Islam Faisal Makassar dengan nilai p pasca operasi, pasien di anjurkan
value : 0,018. untuk secepatnya melakukan
Mobilisasi dini termasuk mobilisasi.
faktor yang dapat mempengaruhi
proses penyembuhan luka pasca KESIMPULAN
operasi. Mobilisasi dini menjadi hal Setelah dilakukan penelitian
penting untuk dilakukan karena hal mengenai Efektivitas Mobilisasi Dini
tersebut dapat memperlancar Terhadap Penyembuhan Luka Post
peredaran darah, mencegah Operasi Diruangan Rawat Inap
komplikasi pasca operasi dan Rumah Sakit Umum Daerah Depati
terjadinya infeksi pada bekas luka Hamzah Kota Pangkalpinang Tahun
sayatan sehingga dapat mempercepat 2019 maka dapat disimpulkan bahwa
membantu proses penyembuhan : responden yang diberikan latihan
luka. Dengan bergerak otot-otot mobilisasi dini, penyembuhan
perut dan panggul akan kembali lukanya baik sebanyak 10 orang
normal sehingga otot perut akan (83,3%), penyembuhan lukanya
menjadi kuat kembali. Pasien yang kurang baik yaitu 2 orang (16,7%),
mampu melakukan mobilisasi dini responden yang tidak diberikan
secara aktif maka peredaran latihan mobilisasi dini, penyembuhan

18 | Kgs. Muhammad Faizal, Mulya: Efektivitas Mobilisasi Dini Terhadap Penyembuhan Luka
Post Operasi
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020

lukanya baik yaitu 3 orang (25%), Edisi 8 volume 2, Jakarta EGC


untuk penyembuhan luka kurang Clark, E. Diane, Lowman, D. John,
Griffin, L. Russell, Mattehws, M.
baik 6 orang (50%), dan Helen, Reiff, A. Donald, 2013,
penyembuhan luka buruk sebanyak 3 Effectiveness of an Early
orang (25%). Maka ada perbedaan Mobilization Protocol in a Trauma
yang signifikan antara penyembuhan and Burns Intesive Care Unit.
Critical Illness, 93, 186-196
luka yang dilakukan mobilisasi dini Effendy, 2009, „Ilmu
dan penyembuhan luka yang tidak Keperawatan.Teori dan Praktek’.
dilakukan mobilisasi dini dengan Bandung: PT Remaja
nilai ρ < 0,05 yaitu ρ 0.002. Hasegawa, 2014, Strategies for
Decreasing Patient Anxiety in The
Perioperative Setting. AORN
SARAN Journal Vol 92 No. 4
Bagi perawat ruangan agar dapat Hidayat, A, A 2012, „Pengantar
menerapkan mobilisasi dini pada Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi
pasien pasca operasi secara teratur Konsep Keperawatan Buku 1’.
setelah 6 jam pasca operasi, Jakarta: Salemba Medika
sehingga waktu penyembuhan luka Kiik, 2013, A preoperative education
akan lebih baik. Salah satu yang intervention to reduce anxiety and
dapat dilakukan adalah dengan improve recovery among Chinese
cardiac patients: A randomized
memberikan penyuluhan, karena controlled trial. International
penyuluhan memiliki pengaruh yang Journal of Nursing Studies,
cukup besar terhadap perubahan 49(2), 129–137.
perilaku menjadi meningkat lebih Https://doi.org/10.1016/j.ijnurstu.
baik. Sehingga akan terjadi 2019.03.20
peningkatan pelaksanaan mobilisasi Kozier,B.,Glenora Erb, Audrey
dini oleh responden. Berman dan Shirlee J, Snyder 2010,
„Buku Ajar Fundamental
UCAPAN TERIMA KASIH Keperawatan’. Jakarta :EGC
Terima kepada Direktur Rumah Sakit Kusumayanti, dkk, 2015, Faktor-
Umum Daerah Depati Hamzah faktor yang berpengaruh terhadap
Pangkalpinang yang telah memberi izin lamanya perawatan pada pasien
dalam melaksanakan penelitian, kepada pasca operasi laparatomi di instalasi
mahasiswa yang telah mengumpulkan rawat inap BRSU Tabanan.
data dan keluarga yang selalu support Program studi ilmu keperawatan
fakultas kedokteran universitas
DAFTAR PUSTAKA udayana
Lunney 2016, „Frail elderly patients'
Arief, Mansjoer 2010, „Kapita Selekta experiences of information on
Kedokteran’ Edisi 4, Jakarta: medication. A qualitative study’.
Media. Aesculapius BMC Geriatrics 12:46
Arisanty, I. P 2013, „Manajemen Nainggolan, S. E., Asrizal, 2013,
Perawatan Luka’ :Konsep Dasar, Edukasi KemampuanPasien dalam
Jakarta : EGC Penyembuhan Luka Post Operasi.
Baradero, M, dkk 2009, „Prinsip dan Widya Medika. Jakarta.
Praktek Keperawatan Perry & Potter 2010, „Fundamental Of
Perioperatif’. Jakarta: EGC Nursing edisi 7’. Jakarta : Salemba
Brunner, & Suddarth 2013, „Buku Ajar medika.
Keperawatan Medikal Bedah’.

19 | Kgs. Muhammad Faizal, Mulya: Efektivitas Mobilisasi Dini Terhadap Penyembuhan Luka
Post Operasi
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020

Jurnal Kesehatan Saelmakers Perdana


ISSN 2615-6571 (Online), ISSN 2615-6563 (Print)
Tersedia online di http://ojs.ukmc.ac.id/index.php/JOH

PENGARUH TERAPI KOMBINASI RELAKSASI TERHADAP TINGKAT


KECEMASAN PASIEN HEMODIALISA
The Effect of Relaxation Combined Therapy for Anxiety Level in Hemodialysis
Patiens
Rama Ariwijaya1), Eka Yulia Fitri. Y2), Karolin Adhisty3)
1,2,3
Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran, Universitas Sriwijaya
Email: ramaraw48@gmail.com
Submisi: 24 Januari; Penerimaan: 3 Februari 2020; Publikasi : 14 Februari 2020
Abstrak
Hemodialisa adalah proses pembuangan zat-zat sisa metabolisme zat toksik lainnya melalui membran
semipermeabel sebagai pemisah antara darah dan cairan dialisat yang sengaja dibuat dalam dializer.
Penatalaksanaan hemodialisa, dapat menyebabkan nyeri di daerah penusukan fistula, hal tersebut dapat
mengakibatkan munculnya kecemasan pada pasien. Selanjutnya lamanya proses hemodialisa, ancaman
kematian, perubahan konsep diri, ketergantungan pada orang lain, kesulitan dalam mempertahankan
pekerjaan, finansial, perubahan peran serta perubahan interaksi sosial juga dapat menjadi penyebab
munculnya dampak psikologis yaitu kecemasan pada pasien hemodialisa. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh terapi kombinasi relaksasi terhadap tingkat kecemasan pasien hemodialisa.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif quasi experimental dengan menggunakan rancangan
pretest-posttest control group. Penelitian ini dilakukan di RS Pusri Palembang pada 40 pasien berdasarkan
teknik purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh yang signifikan antara tingkat
kecemasan terhadap pemberian intervensi terapi kombinasi relaksasi dengan menunjukkan bahwa tingkat
kecemasan kelompok intervensi didominasi oleh kecemasan ringan pada posttest, dan pada kelompok
kontrol didominasi dengan kecemasan sedang pada posttest. Analisis data menggunakan uji mann-
whitney menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antara tingkat kecemasan pasien hemodialisa
sebelum dan setelah terapi kombinasi relaksasi dengan p value=0,013. Penelitian ini membuktikan bahwa
terapi kombinasi relaksasi berpengaruh signifikan dalam menurunkan terhadap tingkat kecemasan
penderita PGK yang menjalani hemodialisis dan dapat digunakan sebagai intervensi keperawatan.
Kata kunci: kombinasi relaksasi, kecemasan, PGK, hemodialisa

Abstract
Hemodialysis is the process of removing metabolic waste from other toxic substances through a semipermeable
membrane as a separator between blood and dialysate fluid which is deliberately made in a dializer. Management of
hemodialysis, can cause pain in the fistula puncture area, it can cause anxiety in patients. Furthermore, the length of
the hemodialysis process, the threat of death, changes in self-concept, dependence on others, difficulties in
maintaining work, financially, changing roles and changing social interactions can also be a cause of the emergence
of psychological effects namely anxiety in hemodialysis patients. This study aims to determine the effect of
relaxation combination therapy on the anxiety level of hemodialysis patients. This research is a quantitative quasi
experimental study using a pretest-posttest control group design. This research was conducted at Palembang Pusri
Hospital on 40 patients based on purposive sampling technique. The results showed there was a significant influence
between anxiety levels on the administration of relaxation combination therapy interventions by showing that the
anxiety level of the intervention group was dominated by mild anxiety at posttest, and in the control group
dominated by moderate anxiety at posttest. Data analysis using the mann-whitney test showed that there were
significant differences between the anxiety levels of hemodialysis patients before and after relaxation combination
therapy with p value = 0.013. This study proves that combined relaxation therapy has a significant effect in reducing
anxiety levels in patients with CKD undergoing hemodialysis and can be used as nursing interventions.
Keywords: combined of relaxation, anxiety, CKD, hemodialysis

20 |Rama Ariwijaya, Eka Yulia Fitri. Y, Karolin Adhisty: Pengaruh Terapi Kombinasi Relaksasi
terhadap Tingkat Kecemasan Pasien Hemodialisa
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020

PENDAHULUAN umur 75> (5.18). Prevalensi pada laki-


laki (4,17) lebih tinggi dari perempuan
Penyakit Ginjal Kronik (PGK) (3,52) (Riskesdas, 2018). Jumlah pasien
merupakan suatu penyakit pada sistem baru penyakit ginjal kronik di Provinsi
endokrin yang disebabkan penurunan Sumatera Selatan 1287 orang, dan
fungsi ginjal yang bersifat progresif dan jumlah pasien PGK di Provinsi Sumatera
irreversible sehingga tubuh gagal untuk Selatan berjumlah 715 orang,
mempertahankan metabolisme serta dikarenakan masih tingginya prevalensi
keseimbangan cairan dan elektrolit penyakit ginjal kronik maka penanganan
(Rahayu, 2018). medis yang tepat adalah hemodialisa
Jumlah penderita PGK cenderung (Pahrul, 2018).
meningkat dari tahun ke tahun. World Penatalaksanaan terapi penyakit
Health Organization WHO) ginjal kronik tersebut adalah hemodialisa
menerangkan bahwa data pertumbuhan (Sopha, 2016) terapi hemodialisa akan
jumlah penderita PGK di dunia pada merubah ritme kehidupan seseorang,
tahun 2013 meningkat sebesar 50% dari baik bagi pasien maupun keluarganya.
tahun sebelumnya dan di Amerika angka Perubahan yang terjadi meliputi pola
kejadian penyakit ginjal kronik makan, pola minum, pola tidur, terapi
meningkat sebesar 50% pada tahun 2014 obat-obatnya, dan aktivitas
dan setiap tahun 200.000 orang Amerika kehidupannya yang terjadi dirumah serta
menjalani hemodialisa (Bayhakki, 2017). di masyarakat, hal ini menjadi suatu
Pusat Data & Informasi Perhimpunan perhatian khusus, karena penyakit PGK
Rumah Sakit Seluruh Indonesia akan menimbulkan berbagai macam
mengatakan jumlah pasien penyakit gangguan lainnya.
ginjal teminal di Indonesia sekitar 50 Tekanan psikologis yang terjadi
orang per satu juta penduduk (Data & pada pasien yang menjalani hemodialisa
Informasi Perhimpunan Rumah Sakit berupa : kecemasan, insomnia, sulit
Seluruh Indonesia; dalam, Sopha, 2016). berkonsentrasi, tidak nafsu makan,
PGK di Indonesia pada pasien usia lima merasa putus asa berlebihan, dan
belas tahun keatas di Indonesia yang hilangnya semangat hidup (Sheila,
didata berdasarkan jumlah kasus yang 2008). Kecemasan yang dialami pasien
didiagnosis dokter adalah sebesar 0,2% PGK yang menjalani hemodialisaa dapat
(Pahrul, 2018). Prevalensi disebabkan oleh berbagai stressor,
penyakit ginjal kronik meningkat seiring diantaranya: pengalaman nyeri pada
bertambahnya usia, didapatkan daerah penusukan fistula saat memulai
meningkat tajam pada kelompok 25-44 hemodialisa, ketergantungan pada orang
tahun (0,3%), diikuti umur 45-54 tahun lain, lamanya proses hemodialisa
(0,4%), umur 55-74 tahun (0,5%), dan kesulitan dalam mempertahankan
tertinggi pada kelompok umur ≥ 75 pekerjaan, finansial, ancaman kematian
tahun (0,6%). Prevalensi pada laki-laki perubahan konsep diri, perubahan peran
(0,3%) lebih tinggi dari perempuan serta perubahan interaksi sosial
(0,2%) (Riskesdas, 2013). Pada tahun (Finnegan, Jennifer & Veronica, 2013;
2018 prevalensi ginjal kronik umur 15- De Sousa, 2008; Wang & Chen, 2009;
24 (1,33), diikuti umur 25-34 (2,28), Santoso. 2005; Smeltzer & Bare, 2002).
umur 35-44 (3,31), umur 45-54 (5,64), Penatalaksanaan kecemasan ada dua
umur 55-65 (7,21), umur 66-74 (6,23), cara yaitu secara farmakologis dan
21 |Rama Ariwijaya, Eka Yulia Fitri. Y, Karolin Adhisty: Pengaruh Terapi Kombinasi Relaksasi
terhadap Tingkat Kecemasan Pasien Hemodialisa
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020

nonfarmakalogis. Obat farmakoterapi menunjukkan perlu untuk dilakukan


dapat mengobati gangguan psikologis penelitian mengenai “Pengaruh terapi
seperti stress, kecemasan dan depresi, kombinasi relaksasi Terhadap Tingkat
tetapi tetap ada efek samping dari Kecemasan Pasien Hemodialisa”.
penggunaan obat tersebut (Pertiwi,
2019). Terapi kombinasi relaksasi dapat METODE
digunakan untuk berbagai penyakit,
seperti pemulihan vitalitas tubuh, Desain yang digunakan dalam penelitian
relaksasi, dan meredakan nyeri pada ini adalah Quasi Experimental dengan
osteoarthritis (nyeri sendi) (Akmal, teknik pretest-posttest control group.
2010; dikutip, Damarsanti, 2018). Terapi Penelitian ini dilakukan untuk
kombinasi relaksasi memiliki efek mengetahui perbedaan tingkat
relaksasi bagi tubuh, sehingga mampu kecemasan pada pasien PGK yang
merangsang pengeluaran hormon menjalani hemodialisa sebelum dan
endorphin dalam tubuh dan menekan sesudah diberikan intervensi terapi
hormon adrenalin (Sumanto, 2008). kombinasi relaksasi. Relaksasi dilakukan
Salah satu terapi kombinasi relaksasi pada kelompok intervensi dan kontrol.
yang digunakan yaitu rendam kaki Sampel penelitian ini pasien hemodialisa
menggunakan air hangat ini dapat yang mengalami penyakit ginjal kronik
mengurangi kecemasan ringan sampai di Rumah Sakit Pusri Palembang dengan
sedang (Darmasanti, 2018). kriteria inklusi; pasien penderita
Merendam kaki dalam air hangat penyakit ginjal kronik yang sedang
dapat memperlancar sirkulasi darah di menjalani hemodialisa rawat jalan dan
bagian kaki, aliran darah yang lancar bersedia untuk menjadi responden,
akan membuat lebih banyak suplai pasien mengalami cemas ringan atau
oksigen kedalam jaringan tubuh dan juga sedang selama proses dilakukan
dapat mempengaruhi hormon serotonin hemodialisa, Usia pasien >45 tahun,
yang mengatur timbulnya perasaan Pasien dengan tingkat kesadaran
nyaman, hal ini akan menimbulkan efek composmentis. Data yang dikumpulkan
rileks bagi tubuh (Pertiwi, 2019). Terapi adalah data demografis dan pengukuran
kombinasi relaksasi dapat memberikan tingkat kecemasan yang dilakukan
efek relaksasi bagi tubuh. Agar dapat dengan menggunakan lembar kuisioner
menurunkan kecemasan pada pasien HARS. Peneliti melakukan tes kuesioner
kedua terapi di kolaborasikan menjadi diikuti dengan melakukan pengambilan
terapi kombinasi relaksasi yang akan data (pre test) pada kelompok intervensi
merangsang serta dapat menyegarkan dan kelompok kontrol. Pelaksanaan
bagian kaki sehingga dapat memulihkan intervensi terapi kombinasi relaksasi ini
kembali sistem keseimbangan dan dilakukan dalam 1 pertemuan untuk
membantu relaksasi. Teknik pemijatan di setiap responden. Terapi ini di berikan
titik tertentu dapat menghilangkan dengan merendamkan kaki sampai
sumbatan dalam darah, serta energi pergelangan kaki ke dalam baskom yang
dalam tubuh akan kembali lancar, salah berisi air hangat selama 15 menit,
satu teknik pemijatan tersebut yaitu lakukan teknik mengusap ringan pada
terapi refleksi (Gunawan, 2011) kaki sebagai pembukaan untuk
Berdasarkan data dan fenomena merangsang pembuluh darah selama 5
yang terjadi, maka kondisi ini menit, Lakukan pemijatan selama 10
22 |Rama Ariwijaya, Eka Yulia Fitri. Y, Karolin Adhisty: Pengaruh Terapi Kombinasi Relaksasi
terhadap Tingkat Kecemasan Pasien Hemodialisa
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020

menit sesuai dengan titik terapi dan Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat
teknik perangsangannya Titik yang diketahui bahwa responden paling
nantinya akan digunakan adalah titik banyak berada pada rentang umur 45-54
relaksasi dan penenangan di titik pada sebanyak 18 responden atau sebesar 45%
tabel 2.1 nomor 2 (dahi), 5 (saraf), 20 sedangkan paling sedikit berada pada
(serabut saraf lambung), 21 (kelenjar rentang 65 tahun keatas sebanyak 5
adrenal), 22 (ginjal), Lakukan responden atau sebesar 5%. Hal ini
pengukuran suhu setiap 5 menit, jika mendukung dengan penelitian yang
suhu turun ganti baskom yang sudah dilakukan oleh Anastasia, Bayhakki. &
berisi air hangat bersuhu 39°C (ukur Nauli, 2015 yang menunjukkan bahwa
dengan termometer), Setelah 15 menit PGK sebagian besar diderita oleh
angkat kaki dan keringkan dengan responden dengan rentang umur 41-64
handuk, sementara itu terapis mencuci tahun..
tangan secara higienis dan merapikan Dwiawan dalam Anastasia, Bayhakki,
semua peralatan. Setelah sesi pertama & Nauli (2015) mengatakan bahwa
diadakan, dilanjutkan dengan kegiatan penderita umur 41-60 tahun memiliki
post test untuk kelompok intervensi.dan kesadaran akan kesehatan semakin sedikit,
kelompok kontrol hal ini dikarenakan terlalu sibuknya individu
akan kegiatan yang dilakukannya setiap hari
dan pola-pola hidup yang biasa dilakukan
HASIL DAN PEMBAHASAN akan berubah atau menjadi tidak teratur serta
akan menimbulkan berbagai penyakit
Tabel 4.1 Karakterisrik Responden diantaranya gagal ginjal. Menurut Kaplan &
Karakteristik Freku Persentas Sadock dalam Salmawati (2010)
Responden ensi e (%) menyatakan bahwa gangguan kecemasan
(n) dapat terjadi pada semua usia tetapi lebih
Umur sering pada usia dewasa (45-65 tahun).
45-54 18 45
55-64 17 42.5
>65 5 12.5 Jenis Kelamin
Hasil penelitian ini menunjukkan
Jenis Kelamin bahwa responden paling banyak adalah
Laki-laki 22 55 laki sebanyak 22 responden atau sebesar
Perempuan 18 45 55% sedangkan paling sedikit adalah
perempuan sebanyak 18 responden atau
Pendidikan
sebesar 45%. Penelitian ini mendukung
Tidak sekolah 12 30
SD 10 25 oleh Mayuda, Chasani, & Saktini (2017)
SMP 6 15 yang mengatakan bahwa frekuensi
SMA 4 10 penderita PGK terbanyak adalah laki-
Perguruan Tinggi 8 20 laki. Penelitian ini juga mendukung
penelitian Marsinta, Hasneli, & Dewi
Lama menjalani (2013) yang mengatakan bahwa
hemodialisa frekuensi penderita PGK terbanyak
1-3 bulan 19 47.5
4-6 bulan 14 35 adalah laki-laki. Hal ini berhubungan
>6 bulan 7 17.5 dengan meningkatnya risiko terhadap
kejadian hipertensi, diabetes, merokok,
Umur paparan zat toksik, alkohol dan gaya
hidup yang kurang diperhatikan pada
23 |Rama Ariwijaya, Eka Yulia Fitri. Y, Karolin Adhisty: Pengaruh Terapi Kombinasi Relaksasi
terhadap Tingkat Kecemasan Pasien Hemodialisa
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020

laki-laki. dengan tingkat pengetahuan yang


laki-laki lebih berisiko menderita rendah, disebabkan karena kurangnya
PGK dibandingkan perempuan karena informasi yang diperoleh oleh individu
perempuan memiliki hormon estrogen (Stuart, 2007).
yang menghambat pembentukan sitokin
untuk menghambat osteoklas agar tidak Lama Hemodialisa
berlebihan menyerap tulang, sehingga Hasil dari penelitian ini menunjukkan
kadar kalsium seimbang. Kalsium bahwa, berdasarkan lama hemodialisa
memiliki peran dalam pencegahan dapat diketahui bahwa responden paling
penyerapan oksalat yang dapat banyak yaitu dengan lama hemodialisis
membentuk batu ginjal. Dimana batu 1-3 bulan sebanyak 19 responden atau
ginjal sebagai salah satu penyebab sebesar 47.5% sedangkan paling sedikit
terjadinya PGK Mayuda, Chasani, & dengan lama hemodialisis lebih dari >6
Saktini, 2017) bulan sebanyak 7 responden atau
sebesar 17.5%. . Hasil penelitian
Pendidikan Mayuda, Chasani, & Saktini (2017) yang
Penelitian menunjukkan bahwa menunjukkan bahwa responden paling
pendidikan responden paling banyak banyak yaitu dengan lama hemodialisis
adalah tidak/belum pernah sekolah kurang dari 1-3 bulan.
sebanyak 12 responden atau sebesar
30% sedangkan paling sedikit adalah Individu dengan hemodialisis jangka
SMA sebanyak 4 responden atau pendek sering merasa khawatir akan
sebesar 10%. Menurut Notoatmodjo kondisi sakitnya yang tidak dapat
tingkat pengetahuan seseorang dapat di diramalkan dan menimbulkan gangguan
pengaruhi oleh beberapa faktor salah dalam kehidupannya. Mereka biasanya
satunya pendidikan, status pendidikan menghadapi masalah finansial, kesulitan
mempengaruhi kesempatan memperoleh dalam mempertahankan pekerjaan,
informasi mengenai penanggulangan dorongan seksual yang menghilang serta
penyakitnya. Soewandi dalam impotensi, depresi akibat sakit yang
Salmawati (2010) menyatakan faktor kronis dan ketakutan terhadap kematian
pengetahuan yang rendah (Coccossis dalam, Rosdiana, 2014).
mengakibatkan seseorang mudah Pasien yang menjalani hemodialisis
mengalami stres. Ketidaktahuan dalam jangka panjang sering mengalami
terhadap suatu hal (pengetahuan kurang) peningkatan defisit fisik dan sosial, serta
dianggap sebagai tekanan yang dapat mengalami penurunan kualitas hidup
mengakibatkan krisis dan dapat sejalan dengan penurunan kesehatan
menimbulkan kecemasan. Stres dan mental (Rosdiana, Yetty, & Sabri,
kecemasan dapat terjadi pada individu 2014).

Tabel 4.2 Perbedaan tingkat kecemasan penderita PGK sesudah pada kelompok
intervensi dan kelompok kontrol
Kecemasan
Total Mean P
Kelompok Tidak ada Ringan Sedang
Rank Value
n % n % n % n %

24 |Rama Ariwijaya, Eka Yulia Fitri. Y, Karolin Adhisty: Pengaruh Terapi Kombinasi Relaksasi
terhadap Tingkat Kecemasan Pasien Hemodialisa
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020

Intervensi 2 10 14 70 4 20 20 100 15.93


Kontrol 0 0 9 45 11 55 20 100 25.08 0.013
Total 2 10 23 115 15 75 40 200 41.01

Berdasarkan tabel 4.2 dari hasil (2008) menggambarkan ansietas sebagai


dengan menggunakan mann-whitney test perasaan takut yang tidak jelas dan tidak
didapatkan bahwa posttest pada didukung oleh situasi. Ketika mengalami
kelompok intervensi responden paling ansietas, individu mungkin memiliki
banyak mengalami tingkat kecemasan firasat akan ditimpa petaka padahal ia
ringan sebesar 70% dan posttest pada tidak mengerti mengapa emosi yang
kelompok kontrol responden paling mengacam tersebut terjadi. Ansietas
banyak mengalami kecemasan sedang merupakan alat peringatan internal yang
sebesar 20% kontrol dengan p value = memberikan tanda bahaya bagi individu.
0,013 lebih kecil dari nilai α (0,05). Hal Ansietas adalah perasaan takut yang
tersebut menunjukkan bahwa terdapat tidak jelas dan tidak didukung oleh
perbedaan tingkat kecemasan yang situasi. Ansietas atau kecemasan adalah
signifikan penderita PGK yang respons emosi tanpa objek yang spesifik
menjalani hemodialisis antara posttest yang secara subjektif dialami dan
pada kelompok intervensi dan pada dikomunikasikan secara interpersonal.
kelompok control Kecemasan ringan dapat disebabkan
Hasil mann-whitney test dengan oleh ketegangan dalam kehidupan
membandingkan tingkat kecemasan sehari-hari, hal tersebut menyebabkan
sesudah pada kelompok intervensi dan seseorang menjadi waspada dan lapang
kelompok kontrol menunjukkan bahwa persepsinya meluas dan menajamkan
terdapat perbedaan yang signifikan indra. Dapat memotivasi individu untuk
antara tingkat kecemasan pnderita PGK belajar dan mampu memecahkan
yang menjalani hemodialisis sesudah masalah secara efektif, menghasilkan
pada kedua kelompok. Adanya pertumbuhan dan kreativitas. Respon
perbedaan tingkat kecemasan pada fisiologis yang dapat di tunjukan seperti
sesudah dapat dilihat dari persentase sesekali napas pendek, tekanan darah
tingkat kecemasan sedang pada meningkat, gejala ringan pada lambung,
kelompok intervensi dengan persentase muka berkerut dan bibir bergetar.
20% sedangkan pada kelompok kontrol Respon kognitif yang biasa terjadi pada
dengan persentase 55%. Lalu tingkat kecemasan ringan yaitu, lapang persepsi
kecemasan ringan pada saat sesudah meluas, mampu menerima rangsangan
dengan persentase 75% sedangkan pada yang kompleks, konsentrasi pada
kelompok kontrol dengan persentase masalah dan dapat menjelaskan masalah
45%. Kemudian untuk tingkat secara efektif. Respon perilaku dan
kecemasan intervensi tidak ada pada saat emosi pada kecemasan ringan biasanya
sesudah dengan persentase 10% tidak dapat duduk tenang, tremor halus
sedangkan pada kelompok kontrol tidak pada tangan dan suara kadang-kadang
ada. meninggi. Dalam pengukuran HARS
Comer (1992, dalam Videbeck, seorang dikatakan mengalami

25 |Rama Ariwijaya, Eka Yulia Fitri. Y, Karolin Adhisty: Pengaruh Terapi Kombinasi Relaksasi
terhadap Tingkat Kecemasan Pasien Hemodialisa
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020

kecemasan ringan bila jumlah atau skor meningkat. Respon perilaku dan emosi
penilaian kecemasan berada berada di pada kecemasan sedang biasanya dapat
angka 14-20. Kecemasan yang di alami ditunjukan seperti perasaan keprihatinan,
oleh dewasa biasanya disebabkan oleh ketegangan, sedih, mencela diri sendiri
kerapuhan sistem saraf onotomik yang atau orang lain Manurung, 2016). Terapi
berperan dalam perkembangan kombinasi relasksasi merupakan metode
kecemasan setelah suatu stressor yang penggunaan air untuk mengobati atau
berat, gangguan stress sering terjadi pada meringankan kondisi yang menyakitkan
dewasa terutama jenis stress paska dan merupakan metode terapi dengan
traumatik karena pada dewasa akan pendekatan lowtech yang mengandalkan
mudah terbentuk cacat fisik (Navianti, respon-respon tubuh terhadap air
2011). Kecemasan yang di alami dewasa (Damayanti, 2014).
memiliki gejala-gejala yang sama Pemberian terapi pada kelompok
dengan gejala-gejala yang di alami oleh intervensi yang ditanyakan oleh peneliti,
setiap orang, hanya saja objek yang tidak semua pasien bersedia untuk
menyebabkan kecemasan itu yang menjadi responden karena beberapa
berbeda dan dewasa sering mengalami alasan. Diantaranya adalah tidak mau
kecemasan dengan masalah-masalah direfleksi dan pasien tidak ingin
yang ringan (Kushariyadi, 2011). menunda hemodialisis dikarenakan jarak
Beberapa perubahan akibat tehnik rumah yang jauh serta memiliki kegiatan
relaksasi adalah menurunkan tekanan lain setelah hemodialisis. Hasil dari
darah, menurunkan frekuensi jantung, penelitian ini menunjukkan bahwa
mengurangi disritmia jantung, penyebab kecemasan pada penderita
mengurangi kebutuhan oksigen dan PGK yang menjalani hemodialisis
konsumsi oksigen, mengurangi berbeda-beda. Penyebab kecemasan
ketegangan otot, menurunkan laju yang paing banyak dirasakan oleh
metabolik, meningkatkan gelombang penderita PGK yang menjalani
alfa otak yang terjadi ketika klien sadar, hemodialisis adalah penyakit yang
tidak memfokuskan perhatian dan rileks, diderita. Alasan lain yang dirasakan
meningkatkan kebugaran, meningkatkan adalah takut akan komplikasi dan
konsentrasi dan memperbaiki penyakit semakin parah serta komplikasi
kemampuan untuk mengatasi stresor yang mungkin terjadi. Hal ini sejalan
(Karen 2008). dengan Nutt & Ballenger; dalam Luana,
kecemasan sedang memungkinkan Panggabean, Lengkong, & Christine
individu untuk berfokus pada hal yang (2012) yang menyatakan bahwa
penting dan mengesampingkan yang penyebab gangguan cemas dapat
lain. Respon kognitif pada kecemasan dikarenakan oleh berbagai macam sebab
sedang yaitu mempersempit lapang diantaranya adalah penyakit fisik.
persepsi individu. Dengan demikian, Beberapa responden mengatakan
individu mengalami kesulitan bahwa dirinya merasa takut akan jarum
memusatkan perhatian yang selektif saat akan dilakukan hemodialisis,
namun dapat berfokus pada lebih banyak pertanyaan “Kapan bisa berhenti cuci
area jika diarahkan untuk melakukannya. darah?”, ketakutan akan mesin
Respon fisiologis yang dapat di tunjukan hemodialisis yang error, masalah
seperti jantung berdetak lebih keras, keluarga. Masalah keuangan juga
nafas lebih cepat dan tekanan darah dirasakan oleh responden meskipun
26 |Rama Ariwijaya, Eka Yulia Fitri. Y, Karolin Adhisty: Pengaruh Terapi Kombinasi Relaksasi
terhadap Tingkat Kecemasan Pasien Hemodialisa
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020

sudah ditanggung BPJS dan asuransi kecemasan salah satunya pikiran yang
perusahaan. Hal ini mendukung oleh tidak rasional. Kegagalan ketastropik,
penelitian Hagita, Bayhakki, dan yaitu adanya asumsi dari individu bahwa
Woferst, pada tahun (2015) yang sesuatu yang buruk akan terjadi pada
mengatakan bahwa beberapa partisipan dirinya. Individu mengalami kecemasan
merasa takut karena tidak mengetahui serta perasaan ketidakmampuan dan
proses pengobatan dan takut ditusuk oleh ketidaksanggupan dalam mengatasi
jarum lalu hampir keseluruhan partisipan permasalahannya. Lalu kesempurnaan,
juga mengatakan bahwa dirinya individu mengharapkan kepada dirinya
membutuhkan dukungan berupa untuk berperilaku sempurna dan
diperhatikan, dukungan keluarga serta tidakmemiliki cacat. Individu
dukungan lingkungan kerja atau teman. menjadikan ukuran kesempurnaan
Partsipan mengatakan bahwa biaya sebagai sebuah target dan sumber yang
diluar hemodialisis seperti biaya dapat memberikan inspirasi (Annisa &
transportasi, makan selama hemodialisis Ifdil, 2016). Terapi kombinasi relaksasi
dan biaya obat yang tidak ditanggung yang digunakan yaitu hidroterapi dan
BPJS membuat kebutuhan keuangan refleksi kaki. Terapi relaksasi ini di
bertambah, hal ini diperparah dengan kombinasikan karena dapat
kondisi tidak dapat bekerja karena menghasilkan kombinasi relaksasi otot
kondisi fisik. Kelompok intervensi pada kaki antara hidroterapi dan refleksi kaki
penelitian ini diberikan terapi kombinasi sehingga dapat meningkatkan
relaksasi dan penjelasan tentang manfaat keberhasilan dalam menurunkan
terapi kombinasi relaksasi sebelum kecemasan.
dilakukan pemberian terapi kombinasi Terapi kombinasi ini salah satunya
relaksasi. Pemberian terapi kombinasi refleksi kaki dapat menyebabkan otot
relaksasi diberikan saat dilakukan berelaksasi dan pembuluh darah melebar
hemodialisis. Terapi kombinasi relaksasi sehingga darah yang membawa oksigen
merupakan salah satu terapi akan cepat mencapai jaringan (Chaitow,
komplementer yang dapat digunakan 2016).
untuk mengatasi kecemasan. Terapi Terapi kombinasi refleksi secara
kombinasi relaksasi memiliki efek fisiologis dapat menimbulkan efek rileks
menenangkan atau rileks untuk beberapa yang melibatkan saraf parasimpatis
gangguan misalnya mengurangi dalam sistem saraf pusat. Fungsi salah
kecemasan, ketegangan dan insomnia. satu saraf parasimpatis adalah
Terapi komplementer dan alternatif menurunkan produksi hormone adrenalis
mempunyai hubungan dengan nilai atau efinefrin (hormone stres) dan
praktek keperawatan, hal tersebut meningkatkan sekresi hormone
dimasukkan dalam kepercayaan holistik nonadrenalin atau nonepinefrin
manusia yaitu keperawatan secara (hormone rileks) sehingga terjadi
menyeluruh bio, psiko, sosial, spiritual, penurunan kecemasan serta ketegangan
dan kultural yang tidak dipandang pada sehingga menjadi lebih rileks
keadaan fisik tetapijugamemperhatikan (Dumitrascu & Lazarescu, 2012). Hal
aspek lain yang bertujuan untuk ini sesuai dengan teori yakni Pijat secara
penekanan dalam penyembuhan luas diakui sebagai tindakan yang
(Adiyati, 2010). memberikan relaksasi yang dalam
Faktor yang dapat menimbulkan dikarenakan sistem saraf simpatis yang
27 |Rama Ariwijaya, Eka Yulia Fitri. Y, Karolin Adhisty: Pengaruh Terapi Kombinasi Relaksasi
terhadap Tingkat Kecemasan Pasien Hemodialisa
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020

mengalami penurunan aktivitas sehingga bekerja sehingga tidak dapat memenuhi


mengakibatkan penurunan tekanan darah kebutuhan hidupnya dan keluarga. Hal
serta pijat merupakan suatu bentuk ini sejalan dengan penelitian yang
latihan pasif yang mampu meningkatkan dilakukan bahwa peningkatan
sirkulasi darah pada tubuh (Safitri, kecemasan yang terjadi pada responden
2009). Salah satu cara terbaik untuk disebabkan karena kekhawatiran akan
menurunkan tekanan darah adalah penyakit yang diderita, takut akan
dengan terapi pijat. Sejumlah studi telah ditusuk jarum, komplikasi, masalah
menunjukkan bahwa terapi pijat yang keluarga, dan penyebab lainnya
dilakukan secara teratur bisa (Soehardjono, dalam Caninsti, 2007).
menurunkan tekanan darah sistolik dan Pada kelompok kontrol terjadi
diastolik, menurunkan kadar hormon perubahan kecemasan yang tidak terlalu
stress cortisol, menurunkan sumber signifikan. Hal ini sejalan dengan
depresi dan kecemasan, sehingga penelitian Anastasia, Bayhakki, dan
tekanan darah akan terus turun dan Nauli (2015) yang menyatakan bahwa
fungsi tubuh semakin membaik. Hal ini terjadi peningkatan kecemasan pada
sejalan dengan Penelitian Zunaidi (2014) kelompok kontrol yang diberikan
didapatkan hasil bahwa refleksi mampu intervensi. Peningkatan tingkat
menurunkan tekanan darah sistol sebesar kecemasan yang terjadi pada kelompok
13,8 mmHg dan diastol 13,3 mmHg. kontrol bisa dikarenakan berbagai
Setelah dilakukan terapi kombinasi macam hal. Penyebab kecemasan pada
relaksasi didapatkan beberapa orang masing-masing responden berbeda-beda.
responden mengatakan badan lebih Diantaranya dengan waktu hemodialisis
ringan dan sakit kepala berkurang. yang semakin lama yaitu takut akan
Pendapat ini mendukung oleh terjadi hal yang buruk saat dilakukan
Wijayakusuma (2006) yang menyatakan hemodialisis.
bahwa terapi kombinasi relaksasi dapat Pemberian terapi refleksi kaki ini
memberikan rangsangan relaksasi yang pada sesi sore memiliki pengaruh yang
mampu memperlancar aliran darah dan tinggi dibandingkan sesi pagi untuk
cairan tubuh pada bagian-bagian dalam terapi refleksi telapak kaki terhadap
tubuh yang berhubungan dengan titik perubahan pada tekanan darah dan
syaraf kaki yang dipijat. Sirkulasi darah relaksasi. Dimana untuk penelitian ini
yang lancar akan memberikan efek terapi refeleksi kaki itu diberikan tidak
relaksasi sehingga tubuh mengalami di waktu yang lebih efektif seperti di
kondisi yang seimbang siang hari (Arianto, dan Prastiwi, 2018).
PGK dapat digolongkan sebagai Berdasarkan standar operasional
stressor, yaitu peristiwa yang prosedur pada penelitian ini, peneliti
menimbulkan stres pada seseorang. juga melakukan komunikasi terapeutik
Penderita PGK menilai sakitnya dan kepada responden. Perbedaan hasil
terapi yang dirasakan adalah kematian sesudah pada kedua kelompok penelitian
dan kehilangan kemampuan untuk dapat disebabkan oleh penerapan
melakukan aktivitas seperti yang selama komunikasi terapeutik pada kelompok
ini dilakukan. Hidup bergantung pada kontrol dan intervensi. Menurut
mesin dialisis membuat individu pendapat peneliti penurunan tingkat
memandang lemah kondisi tubuhnya dan kecemasan dikarenakan pemberian terapi
berpikir bahwa ia tidak mampu lagi pada kelompok intervensi
28 |Rama Ariwijaya, Eka Yulia Fitri. Y, Karolin Adhisty: Pengaruh Terapi Kombinasi Relaksasi
terhadap Tingkat Kecemasan Pasien Hemodialisa
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020

menggabungkan dua terapi relaksasi dengan p value sebesar 0,013


yang dilakukan secara bersamaan di (p<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa
bandingkan dengan kolompok kontrol ada pengaruh terapi kombinasi
yang hanya diberikan satu terapi relaksasi terhadap tingkat kecemasan
relaksasi saja. pada penderita PGK yang menjalani
hemodialisa
Keterbatasan Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini, peneliti SARAN
memiliki keterbatasan yang membuat 1. Bagi Institusi Pendidikan
hasil penelitian ini memiliki kekurangan Diharapkan hasil penelitian ini dapat
dan memerlukan penelitian yang lebih digunakan sebagai sumber informasi
baik lagi yaitu peneliti tidak mengukur mengenai pengaruh Terapi
kadar hormon kecemasan sebelum dan Kombinasi Refleksi dalam
setelah diberikan terapi kombinasi mengatasi kecemasan pada
relaksasi dan peneliti tidak mengkaji penderita PGK yang menjalani
aspek psikososial secara mendalam. hemodialisis.
Untuk terapi refleksi peneliti tidak dapat 2. Bagi Bidang Keperawatan RS Pusri
melakukan terapi di waktu yang paling Diharapkan terapi dari hasil
efektif seperti disore atau di pagi hari. penelitian ini dapat diterapkan oleh
perawat dalam melakukan intervensi
keperawatan pada penderita PGK
yang menjalani hemodialisis sebagai
SIMPULAN salah satu alternatif terapi penurun
Berdasarkan tujuan khusus peneliti kecemasan.
tentang pengaruh terapi kombinasi 3. Bagi Peneliti Selanjutnya
relaksasi terhadap tingkat kecemasan Diharapkan bagi peneliti selanjutnya
pada penderita PGK yang menjalani untuk meneliti tentang hormon
hemodialisis dapat disimpulkan sebagai kecemasan, kadar hormon
berikut: kecemasan di dalam darah, dan
1. Ada perbedaan yang signifikan mengkaji aspek psikososial yang
antara tingkat kecemasan penderita lebih mendalam. hasil penelitian ini
PGK yang menjalani hemodialisis juga dapat dijadikan referensi
sebelum dan sesudah pada kelompok penelitian selanjutnya sehingga
intervensi dengan p value sebesar dapat menghasilkan penelitian yang
0,007 (p<0,05) lebih variatif dan aplikatif untuk
2. Tidak ada perbedaan yang signifikan menurunkan kecemasan pada
antara tingkat kecemasan penderita penderita PGK yang menjalani
PGK yang menjalani hemodialisis hemodialisis.
sebelum dan sesudah pada kelompok
kontrol dengan p value sebesar 0,317 REFERENSI
(p>0,05) Adiyati, Sri. (2010). Pengaruh Aromaterapi
3. Ada perbedaan yang signifikan antara Terhadap Insomnia Pada Lansia di Pstw
tingkat kecemasan penderita PGK Unit Budi Luhur Kasongan Bantul
yang menjalani hemodialisis sebelum Yogyakarta. Retrieved from
dan sesudah pada kelompok Anastasia, S., Bayhakki, & Nauli, F.
intervensi dan kelompok kontrol (2015). Pengaruh Aromaterapi
29 |Rama Ariwijaya, Eka Yulia Fitri. Y, Karolin Adhisty: Pengaruh Terapi Kombinasi Relaksasi
terhadap Tingkat Kecemasan Pasien Hemodialisa
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020

Inhalasi Lavender terhadap Kushariyadi, (2011). Asuhan Keperawatan


Kecemasan Pasien Gagal Ginjal Pada Klien lanjut Usia, Salemba Medika,
Kronik yang Menjalani Hemodialisis. Jakarta.
Journal of Medicine (JOM) Vol.2 LeMone, P & Burke, Karen. (2008).
No.2, 1511- 1512. MedicalSurgical Nursing,
CriticalThinking in Client Care. Edisi
Annis, Dona Fitri, & Ifdil. (2016). Konsep
4.Prentice Hall Health: New Jersey
Kecemasan (Anxiety) Pada Lanjut Usia
(Lansia). Luana, N.A., Penggabean, S., Lengkong
Arianto, Agus, Prastiwi, Swito & J.V.M., & Christine, I. (2012).
Sutriningsih,Ani. (2018). Pengaruh Kecemasan pada Penderita Penyakit
Terapi Pijat Refleksi Telapak Kaki Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani
Terhadap Perubahan Tekanan Darah Hemodialisis di RS Universitas
Pada Penderita Hipertensi. Nursing Kristen Indonesia. Media Medika
News. 03: 584-594 Indonesia, 46(3). Diakses
Bayhakki., & Yesi, H. (2017). Hubungan Pada:10/09/2019.
Lama Menjalani Hemodialisis dengan Manurung Nixson (2016). Terapi
Inter-Dialytic Weight Gain (IDWG) pada Reminiscence. Jakarta: CV Trans Info
Pasien Hemodialisis. Diakses pada: Media.
Diakses Pada:06/09/2019. Marsinta, Refianti; Hasneli, Yesi; & Dewi,
Caninsti, R. (2007). Gambaran Ari Pristiana. (2013). Hubungan Tingkat
kecemasan dan Depresi pada Pengetahuan Tentang Diet Diabetes
Penderita Gagal Ginjal Kronik yang Melitus Dengan Komplikasi Gagal Ginjal
Menjalani Terapi Hemodialisa. Kronik. Jurnal Online Mahasiswa.
Indonesian Journal of Indigenous Mayuda, Aidillah; Chasani, Shofa; &
Psychology. Diakses pada: Saktini, Fanti. (2017). Hubungan
27/05/2019. Antara Lama Hemodialisis Dengan
Chaitow, L. (2016). HYDROTHERAPY: Kualitas Hidup Pasien Penyakit
Wather therapy for health and beauty. Ginjal Kronik (Studi Di RSUP
Australia: Pavilion book. Dr.Kariadi Semarang). Jurnal
Darmasanti, P., Anggraini, R., & Kedokteran Diponegoro.
Setianingsih. (2018). Pengaruh rendam Navianti, E. ( 2011). Hubungan
kaki dengan air hangat terhadap tingkat Dukungan Perawat dengan tingkat
kecemasan pada ibu hamil trimester III di kecemasan orang tua Di ruang rawat
Puskesmas Pegandon Kendal. Nurscope: anak RSAB Harapan kita Jakarta.
Jurnal Keperawatan dan Pemikiran Tesis Magister Keperawatan pada
Ilmiah, 4 (1), 1-10. Diakses
FIK UI Depok: tidak diterbitkan.
Pada:10/09/2019.
Nuyridayanti, A. (2017). Pengaruh rendam
Dumitraşcu, M., Munteanu, C. and
air garam terhadap penurunan tingkat
Lazarescu, H. (2012). Hidrotherapy‟,
nyeri pada penderita gout di desa
BalneoResearch Journal, 3, pp. 23–27.
Toyoresmi kecamatan Gampengrejo
Hagita, D., Bayhakki, dan Woferst, R.
Kabupaten Kediri. Jurnal Kesehatan,
(2015). Fenomenologi Kualitas Hidup
1(2), 116-121. Diakses Pada:14/09/2019
Pasien Gagal Ginjal Kronik yang
Pahrul, D., Andamsari, R, (2018). Lamanya
Menjalani Hemodialisis di RSUD Arifin
Hemodialisa dengan Kepatuhan
Achmad Pekanbaru. Jurnal Online
Pembatasan Asupan Cairan dan Nutrisi
Mahasiswa (Jom) Bidang Ilmu
pada Pasien Gagal Ginjal Kronik di RSI
Keperawatan. 2 (2). 1032-1040
Siti Khadijah Palembang tahun 2018.

30 |Rama Ariwijaya, Eka Yulia Fitri. Y, Karolin Adhisty: Pengaruh Terapi Kombinasi Relaksasi
terhadap Tingkat Kecemasan Pasien Hemodialisa
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020

Volume 9, Desember 2018, Nomor 2. Makassar. Skripsi. Sarjana


Diakses Pada:14/09/2019. Keperawatan Pada Fakultas Ilmu
Pertiwi, N., Nurhayati, Y., Sari, F, (2019). Kesehatan UIN Alauddin Makassar.
Pengaruh Terapi Rendam Kaki dengan Diakses Pada:17/09/2019.
Air Hangat Terhadap Tingkat Kecemasan Sheila, L. (2008). Buku Ajar keperawatan
pada Lansia di Panti Wredha Dharma Jiwa Edisi 1. Jakarta : EGC
Bhakti Surakarta. Diakses Smeltzer, S., & Bare, B. (2002). Buku Ajar
Pada:14/09/2019. Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Putra, R. (2011). Tips Sehat dengan Pola Suddarth. Jakarta: EGC.
Tidur Tepat dan Cerdas. Yogyakarta: Sopha, R. F., & Wardani, Y. I. (2016).
Buku Biru, 2011. Stress dan Tingkat Kecemasan Saat
Rahayu, D. A., Hidayati, T. N., & Imam, T. ditetapkan perlu Hemodialisis
A. (2018). The Effect of Murottal berhubungan dengan Karakteristik
Therapy in Decreasing Depression of Pasien. Jurnal Keperawatan Indonesia, Vol.
Patients Undergoing Hemodialysis.
18, No. 1. Diakses Pada:17/09/2019. Stuart,
Media Keperawatan Indonesia, 1(2), 7-
G. W. (2007). Buku Saku
11. Diakses Pada:14/09/2019.
Rosdiana, Ida; Krisna Yetty; & Luknis Keperawatan Jiwa . Edisi 5. Jakarta.
Sabri. (2014). Kecemasan Dan Lamanya EGC.
Waktu Menjalani Hemodialisis Videbeck, S.L. (2008). Psychiatric
Berhubungan Dengan Kejadian Mental Health Nursing. Philadelphia.
Insomnia Pada Pasien Gagal Lippincott
Safitri, Putri. 2009. Efektivitas Massage Wijayakusuma, H. 2006. Terapi Pijat
Kaki dengan Minyak Essensial Lavender Refleksi Kaki. Cetakan 2. Jakarta:
terhadap Penurunan Tekanan Darah. Pustaka Bunda.
Medan: PSIK Fkep USU. Zunaidi, Susi Nurhayati, Tut Wuri Prihatin.
Salmawati. (2010). Faktor-Faktor yang (2014). pengaruh massage kaki terhadap
Mempengaruhi Tingkat Kecemasan tekanan darah pada penderita hipertensi
pada Pasien Hemodialisis Di Rumah di klinik sehat hasta therapetika Tugurejo
Sakit Dr. Wahidin Sudirohusodo Semarang

31 |Rama Ariwijaya, Eka Yulia Fitri. Y, Karolin Adhisty: Pengaruh Terapi Kombinasi Relaksasi
terhadap Tingkat Kecemasan Pasien Hemodialisa
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020

Jurnal Kesehatan Saelmakers Perdana


ISSN 2615-6571 (Online), ISSN 2615-6563 (Print)
Tersedia online di http://ojs.ukmc.ac.id/index.php/JOH

PEMBERIAN PROGRAM LATIHAN BALLANCE EXERCISE


TERHADAP KESEIMBANGAN KLIEN LANSIA DI KELURAHAN 23
ILIR PALEMBANG

Ballance Excercise Program Providing Training For The Ballance Of Elderly


Clients In Kelurahan 23 Ilir Palembang

Ridwan Ikop1, Sulaiman2,Sri Martini 3


1,2,3
Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Palembang Indonesia
E-mail: iwaninderalaya30@gmail.com

Submisi: 16 Januari; Penerimaan: 3 Februari 2020; Publikasi : 14 Februari 2020

ABSTRAK

Meningkatnya kasus morbiditas pada lansia telah menyebabkan masalah status kesehatan bagi klien, terutama
lansia. Promotif upaya melalui Ballance program pelatihan Senam excerises serta menjadi sangat penting bagi
klien untuk meningkatkan status kesehatan mereka. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang
keefektifan Senam Ballance Excerise pada keseimbangan kesehatan tubuh pada lansia. Desain penelitian yang
digunakan adalah eksperimen semu dengan pretest-posttest design, sampel strategi menggunakan random
sampling dengan jumlah sampel 40 untuk uji statistic yang digunakan adalah T tes . menemukan ada perbedaan
rata-rata sebelum dan sesudah memberikan Ballance excercise dengan nilai p 0,000, tidak ada hubungan antara
jenis kelamin dengan program pelatihan dengan nilai p 0,351, tidak ada hubungan antara bekerja dengan
program pelatihan dengan nilai p 0,262, ada hubungan antara pekerjaan pendidikan dan program pelatihan
dengan nilai p 0,010, tidak ada hubungan antara berat badan dengan program latihan dengan nilai p 0,735, dan
ada hubungan antara usia dengan program latihan dengan nilai p 0,006 . Hasilnya dapat digunakan sebagai dasar
bagi pembuat kebijakan dan manajer layanan kesehatan dalam konteks menerapkan terapi komplementer untuk
meningkatkan pemberdayaan masyarakat dan dapat direplikasi dalam berbagai pengaturan perawatan kesehatan,
terutama pada lansia.

Kata kunci : Ballanace, excercise , Lansia

ABSTRACT

Increased morbidity cases in the elderly have caused health status problems for clients, especially the
elderly. Promotive efforts through the Ballance excercise training program excerises as well as being very
important for clients to improve their health status. This study aims to obtain a picture of the effectiveness
of Ballance Excerise on the Ballance of the body's health in the elderly. The research design used was quasi
experiment with pretest-posttest design, sampling strategy using random sampling with a sample size of 40 for
the statistical test used was the T test . found there are differences in the average before and after giving Ballance
Excise with p value 0,000, there is no relationship between sex with the training program with a p value of
0.351, there is no relationship between work with the training program with a p value of 0.262, there is a
relationship between educational work and the training program with a p value of 0.010, there was no
relationship between body weight with an exercise program with a p value of 0.735, and there was a relationship
between age with an exercise program with a p value of 0.006. The results can be used as a basis for policy
makers and health service managers in the context of implementing complementary therapies to increase
community empowerment and can be replicated in various health care settings, especially in the elderly.

Keywords— Ballanace, excercise, Elderly

32 | Ridwan Ikop1, Sulaiman2,Sri Martini 3: Pemberian Program Latihan Ballance Exercise terhadap
Keseimbangan Klien Lansia Di Kelurahan 23 Ilir Palembang
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020

didalam menun jang kesehatan


PENDAHULUAN penderita terutama lansia.
Hal tersebut didukung oleh
Kesehatan adalah salah satu penelitian Iin Rohayani dkk 2017 di
kebutuhan pokok manusia yang Posyandu Lansia Wiralestari XI
sifatnya mutlak dan merupakan salah Wirobrajan Jogjakarta mendapatkan
satu factor yang sangat menentukan hasil yang berbeda antara kelompok
akan kualitas sumberdaya manusia. yang mendapat perlakuan
Derajat kesehatan dipengaruhi oleh dibandingkan dengan kelompok yang
banyak factor dan diantaranya salah tidak dilakukan senam Ballance
satu kemunduran atau perubahan exercise. Demikian juga hasil
fisik yang terjadi pada sistem penelitan Itoh Masitoh 2013 di
muskuloskeletal yaitu berkurangnya Posyandu Abadi Sembilan Gonilan
massa otot, kekakuan jaringan Sukoharjo Surakarta mendapatkan
penghubung, dan osteoporosis. Hal hasil bahwa ada pengaruh Ballance
ini dapat menyebabkan penurunan excersie terhadap keseimbangan
kekuatan otot terutama otot postural pada lansia
ekstremitas bawah, ketahanan fisik, Berdasarkan data yang
dan koordinasi serta terbatasnya diperoleh dari Badan Pusat Statistik
ruang gerak lansia. Prop Sumsel tahun 2018, jumlah
Kelemahan otot ekstemitas angka lansia pada tahun 2016
bawah dapat menyebabkan gangguan sebanyak 1.161.043 jiwa, pada tahun
keseimbangan tubuh sehingga 2017 jumlah lansia sebanyak
mengakibatkan kelambanan 1.830324 jiwa dan pada tahun 2018
bergerak, langkah pendek-pendek, jumlah lansia terdata sebanyak
kaki tidak dapat menapak dengan 1.888.361 jiwa. sedangkan di
kuat dan terlambat mengantisipasi Kecamatan Bukit kecil Palembang
bila terpeleset atau tersandung diapatkan angka Lansia pada tahun
,kondisi ini akan menimbulkan risiko 2017-2018 didapat Laki laki
terjadinya jatuh. sebanyak 24.502 jiwa dan
Berdasarkan masalah pada perempuan sebanyak 24.372 jiwa
lansia tentang proses kemunduran total 48.874 jiwa.
pada muskoskletal tentang Dengan banyaknya lansia
keseimbangan tubuh yang menderita disuatu tempat atau daerah,
kelemahan, hal tersebut dapat memungkinkan makin banyaknya
ditingkatkan dengan melakukan dan kompleknya kejadian atau angka
latihan keseimbangan fisik secara kesakitan menurut berbagai jenis
teratur untuk meningkatkan kekuatan penyakit. yang beraimbas dengan
otot ekstremitas bawah, daya tahan makin meningkatnya biaya untuk
dan kelenturan sendi sehingga secara pengobatan baik yang ditanggung
tidak langsung dapat mencegah pribadi maupun oleh asuransi
terjadinya jatuh. Penelitian ini kesehatan.
bertujuan untuk mengetahui Salah satu upaya menghindari
pengaruh latihan keseimbangan fisik penyakit pada lansia, adalah dengan
terhadap keseimbangan tubuh lansia melakukan promosi Kesehatan, ini
di wilayah PKM 23 ilir Palembang, bertujuan membentuk pola kesehatan
Diharapkan melalui kegiatan masyarakat terutama Lansia untuk
pelatihan senam ballance excisise, berperilaku hidup bersih dan sehat.
serta senam metode gerakan shalat Ballance excericise, merupakan salah
satu kegiatan yang dapat dilakukan

33 | Ridwan Ikop1, Sulaiman2,Sri Martini 3: Pemberian Program Latihan Ballance Exercise terhadap
Keseimbangan Klien Lansia Di Kelurahan 23 Ilir Palembang
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020

Lansia dalam menjaga keseimbangan Tabel I. Karakteristik usia dan BB


tubuh sehingga lansia dapat hidup responden.
normal serta dapat meningkatkan Karakteristik Mean Med Min-Max SD
derajat kesehatannya sehingga bisa Usia (thn) 57.72 54 49-80 8.759
terbebas dari ketergantuingan Berat Badan 56.18 55.5 37-83 11.37
maupun kecacatan akibat kecelakaan (kg)
atau injury terhadap tubuh lansia
dalam kehidupan sehari hari. Berdasarkan usia responden didapat
57.72 tahun dan berat badan rata rata
.
56.18 kg.
METODE PENELITIAN
Tabel 2. Karakteristik Jenis kelamin,
Penelitian ini merupakan
perkerjaan dan Pendidikan responden.
praeksperimental dengan pendekatan
Karakteristik Jumlah Persentase
one-grup pretest-postest design.
Intervensi yang diberikan berupa latihan Jeniskelamin
fisik (senam) selama 20 menit. Besar Pria 5 12.5
wanita 35 87.5
sampel penelitian ini adalah 40 orang
Pekerjaan
ibu ibu lansia,yang diambil dengan
simpe random sampling, dengan kriteria Bekerja 8 20
inklusi adalah respoden dengan usia Tdk Bekerja 32 80
>50tahun,kooperatif, tidak mengalami Pendidikan
gangguan komunikasi dan pendengaran, Rendah 30 75
tidak mengalami kecacatan fisik Tinggi 10 25
extremitas bawah, bersedia menjadi
respoden dan telah menandatangani Berdasarkan data didapat responden
informed consent. Instrument mayoritas wanita. Dan lebih banyak
penelitian dengan melakukan yang tidak bekerja atau ibu rumah
pengukuran tanda – tanda vital, berat tangga, serta berpendidikan rendah
badan dan tekanan darah, melakukan (Tidak tamat Sekolah, SD dan SMP)
instrument fungsi keseimbangan
terhadap responden yang dilakukan Tabel 3. Rerata Keseimbangan Lansia
sebelum dan sesudah aktivitas fisik Mean Median Min-Max SD
(senam).
Analisis menggunakan mengukur Pre-test 47,75 49,50 21-55 6,336
dengan Skala Keseimbangan Berg Post-test 54,20 55 42-56 2,514
(Berg Ballance Scale (BBS)).
Uji homogenitas data dengan uji Berdasarkan rata-rata
Uji bivariat dilakukan untuk melihat keseimbangan lansia pada tabel diatas
hubungan antara karakteristik (usia, dapat diketahui bahwa keseimbagan
jenis kelamin, status perkawinan, lansia sebelum diberi Ballance Exercise
pendidikan, pekerjaan) menggunakan sebesar 47,75 sedangkan setelah diberi
independent t-test yaitu metode yang Ballance Exercise rata-rata nilai
digunakan untuk menguji kesamaan keseimbangan lansia menjadi 54,20.
rata-rata dari populasi yang bersifat Pengaruh pemberian Ballance
independen. Exercise terhadap keseimbangan lansia
dapat diketahui berdasarkan tabel
HASIL DAN PEMBAHASAN berikut:
Sebelum dilakukan analisis data
untuk mengetahui terdapat nilai rata-rata
keseimbangan lansia pre-post test
pemberian Ballance Exercise dapat
dilihat pada tabel berikut:

34 | Ridwan Ikop1, Sulaiman2,Sri Martini 3: Pemberian Program Latihan Ballance Exercise terhadap
Keseimbangan Klien Lansia Di Kelurahan 23 Ilir Palembang
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020

Tabel 4.Ballance Excercise terhadap keseimbangan pada lansia sebelum


Keseimbangan Lansia dan seseudah dilakukan senam
balance exercise dengan rata rata
CI P
Mean 6,550 dg perbedaan -7,891 sampai
value dengan -5,009 dan p value 0,000
Lowwer Upper
Pre- lebih kecil dari alpha 0,05.
post 6,450 -7,891 5,009 0,000 Kemudian dapat disarankan
test makukan latihan fisik yang benar,
Berdasarkan hasil uji paired t-test teratur, berbeban individual, dan
yang dilakukan untuk melihat pengaruh menyenangkan dapat memperbaiki dan
Ballance Exercise terhadap menghambat penurunan fungsi organ
keseimbangan lansia dapat diketahui tubuh, menyehatkan tubuh serta
dari tabel diatas bahwa ada perbedaan meningkatkan daya tahan tubuh
rata-rata selum dan sesudah pemberian terhadap keseimbangan tubuh selama 20
Ballance Exercise sebesar 6,450 dengan menit sehingga dapat melakukan
perbedaan -7,891 sampai -5,009 dan aktivitas sehari hari.
didapatkan p value 0,000 atau < 0,05
yang berarti ada pengaruh pemberian UCAPAN TERIMAKASIH
Ballance 1. Direktur Poltekkes Kemenkes
Penelitian ini merupakan penelitian Palembang.
yang bertujuan untuk melihat latihan 2. Ketua Jurusan Keperawatan
Ballance Exercise terhadap Poltekkes Kemnkes Palembang.
keseimbangan tubuh Lansia. Hal ini 3. Lurah 23 Ilir Palembang dan semua
sesuai dengan penelitian yang dilakukan yang terlibat dalam penelitian ini.
oleh Maryam (2019) yang menyatakan
bahwa ada peningkatan kesimbangan DAFTAR PUSTAKA
tubuh setelah dan sebelum dilakukan
Asikin, M., Nasir, M., Podding, I
latihan keseimbangan fisik yang
dibuktikan dengan adanya peningkatan Takko., dkk. (2016).
rata-rata nilai keseimbangan. Keperawatan Medikal Bedah:
Hasil uji pengaruh Ballance Sistem Moskuloskeletal. Jakarta:
Exercise pada kelompok pre-post test Erlangga
didapatkan p value 0,000 yang berarti Badan Pusat Statiustik Prop Sumsel
ada pengaruh pemberian Ballance 2018.
Exercise terhadap keseimbangan klien Carpenito, 2000. Buku Saku
lansia. Hal ini sesuai dengan penelitian Diagnosa Keperawatan
yang dilakukan oleh Murtiyani dan (terjemahan). Edisi 8. Jakarta:
Suidah (2019) dimana didapatkan rata- EGC
rata (mean) skor BBS sebelum
Friedman, M.2010.Buku Ajar
intervensi sebesar 27,11 dengan standar
deviasi 7,028. Setelah dilakukan Keperawatan Keluarga: Riset,
intervensi didapatkan rata-rata (mean) Teori, dan Praktek. Edisi ke-5.
skor BBS setelah diberikan intervensi Jakarta: Sagung seto
Ballance Exercise sebear 27,61 dan hasil Harmoko.2012.Asuhan Keperawatan
uji wilcoxon didapatkan nilai signifikasi Keluarga.Yogyakarta: Pustaka
0,039. Dimana nilai signifikasi ini Pelajar
berarti ada pengaruh pemberian Helmi, Noor Zairin.2013.Trigger
intervensi Ballance Exercise terhadap Finger. Buku Ajar Gangguan
kesimbangan tubuh. Muskuloskeletal. Jakarta:
Penerbit Selemba Medika.
KESIMPULAN DAN SARAN Istianah, Umi.2012. Asuhan
Setelah dilakukan pemberian Keperawatan Klien Dengan
Ballance exercise.maka didapat Gangguan Sistem
adanya perubahan yang signifikan

35 | Ridwan Ikop1, Sulaiman2,Sri Martini 3: Pemberian Program Latihan Ballance Exercise terhadap
Keseimbangan Klien Lansia Di Kelurahan 23 Ilir Palembang
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020

Muskuloskeletal. Yogyakarta: Moskuloskeletal. Jakarta :


Penerbit Pustaka Baru Press. Selemba Medika
Iin Rohayani, 2017 Perbedaan Maimurahman, H., & Fitria, C.N.
Pengaruh Ballance exercise dan 212. Keefektifan range of motion
senam lansia terhadap (ROM) terhadap kekakuan otot
peningkatan keseimbangan ekstremitas. Akper PKU
Lansia di Posyandu Lansia Muhammadiyah Surakarta,
Wiralestari XI Wirobrajan Surakarta.
Jogjakarta. Muhlisin, A.2012.Keperawatan
Itoh Masitoh,2013. Pengaruh Keluarga.Yogyakarta: Gosyen
Ballance exercise terhadap Publishing
keseimbangan Postural pada Mubarak, Indrawati&Susanto, 2015.
Lansia di Posyandu Abadi Buku Ajar Keperawatan Dasar,
Sembilan Gonilan Sukoharjo Buku 2.Jakarta: Selemba
Surakarta. Medika
Jhonson L. dan Leny Nurarif .A.H. dan Kusuma.
R.2010.Keperawatan Keluarga: H.(2015). APLIKASI Asuhan
plus Contoh Askep Keluarga. Keperawatan Berdasarkan
Cetakan I. Yogyakarta: Nuha Diagnosa Medis & NANDA
Medika. NIC-NOC. Jogjakarta:
Kozier, B., ERB. G., Berman, A., & MediAction.
Snyder, S.(2010). Buku Ajar Padila. (2012). Buku Ajar:
Fundamental Keperawatan Keperawatan Keluarga.
konsep, Proses & Praktik Edisi Yogyakarta: Nuha Medika
7 Volume 2. Jakarta: ECG Potter P. A., Perry A. G. 2006. Buku
Lukman dan Ningsih, N. (2013). Ajar Fundamental
Asuhan Keperawatan pada Keperawatan: Konsep, Proses,
Klien dengan Gangguan Sistem Praktik. Penerbit Buku
Kedokeran EGC, Jakarta.

36 | Ridwan Ikop1, Sulaiman2,Sri Martini 3: Pemberian Program Latihan Ballance Exercise terhadap
Keseimbangan Klien Lansia Di Kelurahan 23 Ilir Palembang
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020

Jurnal Kesehatan Saelmakers Perdana


ISSN 2615-6571 (Online), ISSN 2615-6563 (Print)
Tersedia online di http://ojs.ukmc.ac.id/index.php/JOH

PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU YANG MEMPUNYAI ANAK BALITA


TENTANG PENYAKIT CAMPAK
KNOWLEDGE AND ATTITUDES OF MOTHERS WHO HAVE CHILDREN
UNDER 5 YEARS OLD MEASLES
Reni Rohaniah¹), Nenden Nur Asriyani Maryam²), Sukmawati³)
123
Fakultas Keperawatan Universitas Padjadaran, renirohaniah02@gmail.com
Submisi: 30 Januari ; Penerimaan: 10 Februari 2020; Publikasi : 14 Februari 2020

ABSTRAK
Di Kabupaten Garut tahun 2016 telah terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) campak sebanyak 323
kasus dengan 1 orang meninggal dan tertinggi di Puskesmas Kersamenak sebanyak 48 kasus.
Salah satu upaya untuk mencegah terjadinya penyakit campak adalah dengan pemberian imunisasi.
Cakupan imunisasi dapat dipengaruhi oleh pengetahuan dan sikap ibu tentang imunisasi campak.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap ibu yang mempunyai
balita tentang penyakit campak di Puskesmas Kersamenak Kabupaten Garut. Rancangan penelitian
menggunakan deskriptif kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini ibu yang mempunyai balita di
Wilayah Kerja Puskesmas Kersamenak sebanyak 231 ibu. Teknik pengambilan sampel Purposive
Sampling, jumlah sampel sebanyak 146 ibu yang mempunyai balita. Instrument yang digunakan
dibuat sendiri dengan uji valid r table ≥ 0,514 dan uji reliabel cronbach alpa 0,944. Analisis data
yang digunakan yaitu univariat. Hasil penelitian menunjukan sebagian besar ibu berpengetahuan
cukup sebanyak 100 orang (68,5%) dan hampir setengahnya sikap ibu Favourable sebanyak 74
orang (50,7%). Disimpulkan dari penelitian ini pengetahuan ibu cukup karena ibu memahami
tentang pengertian penyakit campak, cara penularan penyakit campak, tanda gejala penyakit
campak, komplikasi penyakt campak, pencegahan penyakit campak, serta perawatan penyakit
campak Sikap ibu Favourable karena sikap kognitif, afektif dan konatif sebagian besar ibu sangat
setuju dengan kebersihan lingkungan, tanda gejala penyakit campak dan informasi manfaat
imunisasi campak. Diharapkan Puskesmas dapat memberikan penyuluhan lebih intensif pada
masyarakat tentang penyakit campak.

Kata kunci : Campak, Ibu, Pengetahuan, Sikap

ABSTRACT
In Garut regency in 2016 has occurred 323 cases of measles extraordinary events (KLB) with 32
people died and the highest number of death is in Kersamenak Community Helath Center as many
as 48 cases. An effort to prevent measles is by giving immunizations. The scope of immunization
can be influenced by the knowledge and attitudes of mothers about measles immunization. The
purpose of this study was to determine the description of knowledge and attitudes of mothers who
have toddlers about measles in the Kersamenak Community Health Center in Garut Regency. The
study design used quantitative descriptive. The population in this study was mothers who had
children under five in the working area of Kersamenak Community Health Center as many as 231
mothers. The sample was taken by purposive sampling technique, the number of samples as many
as 146 mothers who have toddlers. The instrument used was made by researcher with a valid test r
table ≥ 0.514 and a reliable Cronsbach alpha test 0.944. Analysis of the data was univariate. The
results showed that most of mothers has good knowledge as many as 100 people (68.5%) and
almost half of th mothers have favorable attitude as many as 74 people (50.7%). It can be
concluded from this research that the mother's knowledge is sufficient because they understands
the meaning of measles, how to be infected by measles, signs of measles, complications of measles,
prevention of measles, and care for measles. Attitude of the mothers was favorable due to the
cognitive, affective and conative attitude of most mothers strongly agree with environmental
hygiene, measles symptoms and information on the benefits of measles immunization. It is expected
that the Community Health Center can provide more intensive information to the public about
measles.
Keywords : Measles, Mother, Knowledge, Attitude

37 | Reni Rohaniah, Nenden Nur Asriyani Maryam, Sukmawati : Pengetahuan dan sikap ibu yang
memepunyai anak balita tentang penyakit campak
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020

PENDAHULUAN kasus dan 1 orang meninggal (Dinas


Campak merupakan penyakit Kesehatan Provinsi Jawa Barat,
menular yang banyak ditemukan 2017). Berdasarkan laporan
didunia termasuk di Negara surveinlans aktif Rumah Sakit di
Indonesia dan dianggap sebagai Kabupaten Garut tahun 2016 telah
permasalahan kesehatan bagi ditemukan kasus KLB campak
masyarakat yang harus diselesaikan. sebanyak 323 kasus dan 1 orang
Menurut World Health Organization meninggal dengan usia terbanyak 1-4
(WHO) tahun 2015 Indonesia tahun (45 orang) yang tersebar di
termasuk 10 negara dengan jumlah beberapa Puskesmas dan tertinggi di
kasus campak terbanyak didunia dan Puskesmas Kersamenak sebanyak 48
dalam waktu 5 tahun terakhir dari kasus. Adanya penemuan kasus ini,
tahun 2014 sampai 2018 jumlah menunjukan masih banyak populasi
kasus campak positif sebanyak 8.964 yang beresiko terinfeksi virus
kasus (Iqbal, 2019). Hasil laporan campak, walaupun hasil cakupan
kegiatan surveilans di Indonesia imunisasi campak telah melebihi
menyatakan bahwa setiap tahunnya target (90%) tetapi belum menjamin
lebih dari11.000 anak terkena adanya kekebalan kelompok (Herd
penyakit campak, hasil pemeriksaan Immunity) terhadap kasus campak
laboratorium sekitar 12– 39% anak (Dinas Kesehatan Kabupaten Garut,
dinyatakan positif campak. Dari 2017).
tahun 2010 sampai 2015 didapatkan Salah satu cara penanganan
23.164 anak terkena penyakit cepat dan tepat serta untuk mencegah
campak dimana 70% terjadi pada terjadinya penyakit campak adalah
anak usia < 15 tahun, diperkirakan pemberian ASI/nutrisi yang adekuat,
jumlah kasus ini termasuk rendah pemberian imunisasi campak (IDAI,
dibandingkan angka yang sebenarnya 2013). Pemberian imunisasi campak
dilapangan, karena terdapat kasus pada bayi usia 9 bulan–11 bulan serta
yang masih belum dilaporkan oleh menjaga kebersihan lingkungan
pihak pelayanan kesehatan terutama (Depkes, 2010) dalam (Supriatin,
pelayanan kesehatan swasta (Halim, 2015). Untuk mengeliminai penyakit
2016). campak, pemerintah melakukan
Di Jawa Barat, kasus campak program pencegahan berupa
mengalami peningkatan dari 4.135 imunisasi MR yang bermanfaat
pada tahun 2015 menjadi 5.089 untuk memberikan kekebalan bagi
kasus pada tahun 2016 dengan Case masyarakat terhadap ancaman
Fatality Rate (CFR) 1 orang penularan virus campak (Kemenkes
meninggal (0,02%). Angka Insiden RI, 2018). Menurut (Sitompul et al.,
Rate terjadi di 26 kabupaten/kota 2017) upaya pencegahan penyakit
dengan jumlah mencapai campak dipengaruhi oleh
10,74/100.000, angka kejadian pengetahuan dan sikap ibu, semakin
tertinggi pada Kota Cirebon dengan tinggi pengetahuan dan sikap ibu
jumlah 61,84/100.000 penduduk dan tentang penyakit campak semakin
angka terendah di Kabupaten tinggi perilaku ibu untuk
Sumedang dengan jumlah memberikan imunisasi campak pada
0,18/100.000 penduduk, sedangkan anaknya. Sejalan dengan teori
di Kabupaten Garut berjumlah (Notoatmodjo, 2015). faktor yang
12,57/100.000 penduduk dengan 323 mempengaruhi perilaku kesehatan

38 | Reni Rohaniah, Nenden Nur Asriyani Maryam, Sukmawati : Pengetahuan dan sikap ibu yang
memepunyai anak balita tentang penyakit campak
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020

diantaranya pengetahuan dan sikap. Kajian Literatur


Menurut (Arianto et al., 2018) ibu Campak (Measles) merupakan
yang berpengetahuan kurang baik penyakit infeksi virus yang dapat
beresiko 5,7 kali lebih besar terkena menular secara langsung, dengan
penyakit campak dibandingkan ditandai gejala awal yaitu demam,
dengan ibu yang berpengetahuan batuk, pilek, dan kemerahan pada
baik. Penelitian Giarsawan et al. mata (konjungtivitis), kemudian
(2014) menunjukan pengetahuan ibu diikuti dengan bercak kemerahan
sangat berpengaruh terhadap pada kulit. Penyakit ini disebabkan
kejadian campak dimana ibu oleh virus Paramyxovirus genus
berpengetahuan kurang baik dapat Morbilivirus (Widoyono, 2011).
menimbulkan resiko terkena Penyakit campak merupakan
penyakit campak 10,200 kali lebih penyakit infeksi virus yang dapat
banyak dibandingkan dengan ibu menular secara lansung melalui
yang berpengetahuan baik. Adapun droplet dari penderita ke orang yang
hasil penelitian yang dilakukan oleh sehat, penularan yan sangat cepat
(Gondowardojo dan Ida, 2014) sikap terjadi ketika penderita batuk atau
ibu yang baik dapat memahami dan bersin maka air liur atau lendir bisa
memiliki motivasi dari pihak membuat virus terbang di udara
pelayanan kesehatan untuk dengan beberapa jam dan menghidap
pencegahan penyakit campak, keorang lain. sesuai dalam (Halim,
sedangkan sikap ibu yang kurang 2016).
disebabkan karena kurangnya Penyakit campak memiliki
pemahaman tentang pentingnya beberapa gejala yang begitu khas
informasi penyakit campak. yaitu panas meningkat, batuk
Menurut (Azwar, 2013) Sikap (coryza) yang terjadi sulit dibedakan
ibu merupakan suatu bentuk evaluasi dengan common cold yang berat,
dan reaksi perasaan ibu tehadap conjungtivitis ditandai dengan mata
objek atau yang dapat mendukung merah pada konjungtiva disertai
dan memihak perasaan tidak dengan peradangan keluhan rasa
mendukung pada objek tersebut. silau terhadap cahaya, pilek (cough)
sikap ibu ini berasal dari faktor akibat peradangan pada epitel saluran
pengalaman pribadi, orang lain yang nafas, munculnya bintik putih kecil
dianggap penting, budaya, media di mulut bagian dalam (koplik), ruam
massa, lembaga, faktor emosional makulopapular diseluruh tubuh
dan faktor internal, aktivitas ibu (Halim, 2016). Komplikasi sering
sehari-hari, sehingga akan terjadi pada anak usia < 5 tahun dan
membentuk sikap individu sebagi penderita dewasa > 20 tahun
respon evaluative yaitu bentuk reaksi diantaranya diare hebat, peradangan
yang dinyatakan sebagai sikap yang pada telinga dan infeksi saluran
timbulnya didasari oleh proses nafas (pneumonia) (Liwu et al.,
evaluasi seorang ibu yang memberi 2016). Pencegahan penyakit campak
kesimpulan terhadap stimulus dalam dapat dilakukan dengan pemberian
bentuk nilai buruk atau positif dan ASI/ gizi yang adekuat, immunisasi
negatif. Tujuan dalam penelitian ini campak dan menjaga kesehatan
untuk mendapatkan gambaran lingkungan (IDAI, 2013)(IDAI ,
pengetahuan dan sikap ibu yang 2013).
mempunyai anak balita tentang
penyakit campak Metode Penelitian
Desain penelitian

38 | Reni Rohaniah, Nenden Nur Asriyani Maryam, Sukmawati : Pengetahuan dan sikap ibu yang
memepunyai anak balita tentang penyakit campak
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020

menggunakan deskriptif kuantitatif. pelatihan untuk menyamakan


Populasi dalam penelitian ini adalah persepsi. Instrument penelitian
ibu yang mempunyai Balita di berupa kuesioner yang dibuat oleh
wilayah kerja Puskesmas peneliti dengan uji validitas r tabel ≥
Kersamenak dengan besar samplel 0,514 dan uji reliabel cronsbach alpa
sebanyak 146 ibu. Sampel dipilih 0,944. Analisis data yang digunakan
berdasarkan tekhnik purposive yaitu univariat. Hasil penelitian
sampling. Jenis data dalam penelitian disajikan dalam bentuk tabel
ini adalah data primer, tekhnik distribusi frekuensi dan penelitian ini
pengumpulan data menggunakan mendapatkan persetujuan dari
angket yang dibantu oleh 5 orang Komite Etik Penelitian Universitas
enumerator yaitu kader kesehatan Padjadjaran dengan nomor
yang sebelumnya dilakukan 826/UN6.KEP/EC/2019.

Hasil Dan Pembahasan


Tabel 1
Distribusi Frekuensi Responden (N=146)

Karakteristik f Persentase %
Umur Ibu
< 20 tahun 1 0,7
20-35 tahun 111 76,0
> 35 tahun 34 23,3
Umur balita
Batita 1- ≤ 3 tahun 110 75,3
Prasekolah > 3-5 tahun 36 24,7
Pendidikan
SD 61 41,8
SLTP 68 46,6
SLTA 17 11,6
Pekerjaan
IRT 145 99,3
Wiraswasta 1 0,7

Tabel 1 menunjukan hampir seluruhnya responden berumur 20-35 tahun 111


orang (76,0%), mempunyai anak balita berumur 1- ≤3 tahun 110 orang (75,3%),
hampir setengahnya ibu berpendidikan SLTP 68 orang (46,6%) dan sebagian
besar bekerja sebagai IRT 145 orang (99,3%).

Tabel 2
Distribusi frekuensi Pengetahuan Responden Tentang Penyakit Campak
(N=146)

Pengetahuan f %
Baik 30 20,5%
Cukup 100 68,5%
Kurang 16 11%
Total 146 100%

39 | Reni Rohaniah, Nenden Nur Asriyani Maryam, Sukmawati : Pengetahuan dan sikap ibu yang
memepunyai anak balita tentang penyakit campak
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020

Table 2 diketahui sebagian besar pengetahuan ibu tentang penyakit campak cukup
sebanyak 100 orang (68,5%).

Tabel 3
Pengetahuan Ibu responden Tentang Penyakit Campak
Berdasarkan Item Pertanyaan
Pengetahuan Ibu Jawaban Pertanyaaan
Benar Salah
f % f %
Pengertian penyakit campak terdiri
dari pertanyaan:
Penyakit campak adalah penyakit 115 78,8 31 21,2
infeksi yang disebabkan oleh virus.

Penyakit campak adalah penyakit 118 80,8 28 19,2


yang mudah menular.

Penyakit campak merupakan penyakit 121 82,9 25 17,1


bintik bintik merah pada kulit anak
dengan ditandai dengan demam.

Cara penularan penyakit campak


terdiri dari pertanyaan :
Penyakit campak dapat menular 115 78,8 31 21,2
secara langsung melalui udara.

Sasaran penyakit campak yang paling 134 91,8 12 8,2


mudah tertular adalah bayi dan anak-
anak.

Penyakit campak dapat menular 70 47,9 76 52,1


dengan cara bersentuhan dengan
orang sakit campak.

Tanda dan gejala penyakit campak


yang terdiri dari :
Tanda munculnya penyakit campak 121 82,9 25 17,1
adalah bintik-bintik merah pada kulit.

Mata merah merupakan tanda 74 50,7 72 49,3


munculnya dari penyakit campak.

Batuk dan sakit tengorokan 56 38,4 90 61,6


merupakan tanda awal terkena
penyakit campak.

Komplikasi penyakit campak yang


terdiri dari :
Penyakit campak dapat 113 77,4 33 22,6
mengakibatkan kecacatan pada anak.

Penyakit campak dapat 74 50,7 72 49,3


mengakibatkan diare hebat.

38 | Reni Rohaniah, Nenden Nur Asriyani Maryam, Sukmawati : Pengetahuan dan sikap ibu yang
memepunyai anak balita tentang penyakit campak
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020

Pengetahuan Ibu Jawaban Pertanyaaan


Benar Salah
f % f %

Infeksi saluran pernafasan merupakan 94 64,4 52 24,6


penyebab dari penyakit campak.

Jika penyakit campak tidak dapat 127 87,0 19 13,0


ditangani dengan baik dapat
menimbulkan munculnya berbagai
penyakit.

Pengobatan penyakit campak yang


terdiri dari :
Penyakit campak bisa sembuh dengan 60 41,1 86 58,9
cara di cebor.

Penyakit campak bisa diobati dengan 68 46,6 78 53,4


pemberian obat penurun panas.

Pencegahan penyakit campak yang


terdiri dari :
Penyakit campak dapat dicegah 137 93,8 9 6,2
dengan pemberian imunisasi campak
pada usia 9 bulan.
Pemberian vit A juga dapat mencegah 109 74,7 37 25,3
terjadinya penyakit campak.

Minum banyak air putih untuk selain 124 84,9 22 15,1


mencegah kekurangan cairan juga
dapat mengurangi rasa tidak nyaman
ditenggorokan.

Perawatan penyakit campak yang


terdiri dari :
Perawatan pada penyakit campak 104 71,2 42 28,8
dengan cara menaburkan bedak pada
kulit anak keseluruh tubuh.

Apakah memberikan kompres dingin 57 39,0 89 61,0


jika terjadi demam pada anak
merupakan perawatan pada penyakit
campak.
Dari table 3 dapat diketahui campak sebanyak 127 orang
bahwa pengetahuan ibu sebagian (87,0%). Sebagian besar menjawab
besar menjawab benar pada item salah sebanyak 78 orang (53,4%).
petanyaan tentang pengertian Sebagian besar ibu menjawab benar
penyakit campak sebanyak 121 orang pada item pertanyaan tentang
(82,9%), cara penularan penyakit pencegahan penyakit campak
campak sebanyak 134 orang sebanyak 137 orang (93,8%) dan
(91,8%), tanda dan gejala penyakit perawatan penyakit campak
campak sebanyak 121 orang sebanyak 104 orang (71,2%).
(82,9%), komplikasi penyakit

39 | Reni Rohaniah, Nenden Nur Asriyani Maryam, Sukmawati : Pengetahuan dan sikap ibu yang
memepunyai anak balita tentang penyakit campak
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020

Tabel 4
Distribusi frekuensi Sikap Responden Tentang Penyakit Campak
(N=146)
Sikap Ibu f %
Favourable 74 (%)
Unfavourable 72 50,7
Total 146 49,3
100%

Tabel 4 menunjukan sebagian besar responden bersikap Favourable sebanyak 74


orang (50,7%)

Tabel 5
Sikap Ibu Yang Mempunyai Balita Tentang
Penyakit Campak Berdasarkan Item Pertanyaan
Sikap Ibu Jawaban Pertanyaan
Sangat Setuju Ragu- Tidak Sangat
Setuju Ragu Setuju Tidak
Setuju
f % f % f % f % f %
Sikap Kognitif Ibu
tentang penyakit campak
Lingkungan yang padat 20 13,7 36 24,7 62 42,5 24 16,4 4 2,7
merupakan faktor penyebab
terjadinya penyakit
campak.

Penyakit campak dapat 17 11,6 38 26,0 54 37,0 32 21,9 5 3,4


mengakibatkan diare yang
terus menerus.

Menjaga kebersihan 70 47,9 58 39,7 12 8,2 5 3,4 1 0,7


lingkungan dapat
memberikan kenyamanan
dan terhindar dari penyakit
campak
Memberikan makanan 59 40,4 67 45,9 7 4,8 8 5,5 5 3,4
bergizi yang baik dapat
mencegah terjadinya
penyakit campak.

Sikap Afektif Ibu tentang


penyakit campak
Tidak memberikan 9 6,2 46 31,5 54 37,0 29 19,9 8 5,5
imunisasi campak pada
anak.

Tidak memeriksakan anak 25 17,1 49 33,6 33 26,6 33 26,6 6 4,1


jika muncul bintik bintik

38 | Reni Rohaniah, Nenden Nur Asriyani Maryam, Sukmawati : Pengetahuan dan sikap ibu yang
memepunyai anak balita tentang penyakit campak
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020

Sikap Ibu Jawaban Pertanyaan


Sangat Setuju Ragu- Tidak Sangat
Setuju Ragu Setuju Tidak
Setuju
f % f % f % f % f %
merah dan gatal

Sakit campak tidak perlu 28 19,2 48 32,9 38 26,0 24 16,4 8 5,5


diobati karena dapat
sembuh dengan sendirinya.

Batuk dan sakit 30 20,5 64 43,8 31 21,2 12 8,2 9 6,2


tenggorokan tidak perlu
dilakukan tindakan khusus
karena dapat sembuh
dengan sendirinya.

Sikap Konatif Ibu tentang


penyakit campak
Memeriksakan anak ke 45 30,8 83 56,6 13 8,9 5 3,4 0 0
pelayanan kesehatan
terdekat jika terjadi demam

Tidak memberikan vit A 11 7,5 69 47,3 40 27,4 21 14,4 5 3,4


pada anak

Ikut serta dalam pemberian 17 11,6 45 30,8 34 23,3 31 21,2 19 13,0


imunisasi campak

Membawa anak ke 40 27,4 89 61,0 10 6,8 4 2,7 3 2,1


pelayanan kesehatan
terdekat, jika terjadi
komplikasi berat setelah
diberikan imunisasi
campak.

Tidak memberikan vit A 17 11,6 68 46,6 41 28,1 14 9,6 6 4,1


pada anak karena tidak
dapat meningkatkan daya
tahan tubuh dan tidak dapat
mencegah terjadinya
penyakit campak.

Mencari informasi tentang 38 26,0 95 65,1 12 8,2 1 0,7 0 0


manfaat imunisasi campak
dan efek sampingnnya, agar
lebih berhati-hati.

Mendukung program 65 44,5 73 50,0 7 4,8 1 0,7 0 0


pelayanan kesehatan
tentang “ Upaya
Pencegahan Penyakit
Campak ”

39 | Reni Rohaniah, Nenden Nur Asriyani Maryam, Sukmawati : Pengetahuan dan sikap ibu yang
memepunyai anak balita tentang penyakit campak
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020

Tabel 4 menunjukan hampir campak bahwa penyakit campak terjadi


setengahnya sikap kognitif ibu tentang sekali seumur hidup, sehingga ada
penyakit campak menjawab sangat anggapan lebih baik terkena penyakit
setuju pada item pertanyaan tentang campak pada saat anak-anak supaya
menjaga kebersihan lingkungan tidak parah selain itu pengobatan yang
sebanyak 70 orang (47,9%). Sikap dilakukan oleh ibu agar anaknya sembuh
afektif ibu tentang penyakit campak dengan memberikan air kelapa muda
hampir setengahnya 64 orang (43,8%) supaya bintik bintik merahnya cepat
menjawab setuju pada item pertanyaan keluar dengan asumsi bila bintik merah
tentang tanda gejala penyakit campak belum keluar akan membahayakan,
dan sebagian kecil ibu menjawab sangat selain itu anak tidak dibolehkan mandi.
tidak setuju pada item pertanyaan Penelitian ini didukung dengan
tentang pemeriksaan anak sakit 6 orang penelitian Anton et al (2014) bahwa
(4,1%). Sikap konatif ibu sebagian besar pengetahuan ibu tentang penyakit
95 orang (65,1%) menjawab setuju pada campak kurang, disebabkan kurangnya
item pertanyaan tentang informasi informasi tentang penyakit campak, hal
manfaat imunisasi campak dan sebagian ini dapat dilihat dari pernyataan dan
kecil responden menjawab sangat tidak pandangan ibu yang berbeda mengenai
setuju pada item pertanyaan tentang penyakit campak. Ibu setuju jika
komplikasi sebanyak 3 orang (2,1%). anaknya di imunisasi tetapi kenyataan
PEMBAHASAN dilapangan menunjukan bahwa masih
Diketahui sebagian besar banyak ibu yang tidak mengetahui
pengetahuan ibu tentang penyakit tentang penyakit campak, imunisas
campak dalam kategori cukup dengan campak, manfaat imunisasi campak.
umur ibu rata rata dalam kategori usia Oleh karena itu berbekal pengetahuan
produktif yaitu 25-35 tahun, kelompok tersebut seorang ibu akan menentukan
usia ini masih memungkinkan mereka sikap ibu akan mengimunisasikan
untuk mampu menangkap informasi anaknya atau tidak. Hasil penelitian ini
yang diberikan dan bisa mengingatnya sesuai dengan teori Lawrence Green
kembali tentang penyakit campak. Hal pada Faktor Predisposisi, pengetahuan
ini sesuai dengan hasil penelitian dan sikap merupakan peran kunci dalam
(Batubara & Oktaviani, 2018) bahwa menentukan perilakuseseorang. Melihat
faktor utama yang berkaitan dengan hasil penelitian diatas sebagian besar
pengetahuan ibu tentang penyakit responden berpengetahuan cukup dan
campak yaitu usia ibu. Sedangkan hasil menjawab benar pada item pertanyaan
penelitian Mantang et al (2013) tentang pencegahan penyakit campak,
menyebutkan pengetahuan ibu tentang kecuali ada sebagian reponden
penyakit campak sebagian besar dalam menjawab salah pada item pernyataan
kategori cukup hal ini disebabkan tentang cara penularan penyakit campak,
kurangnya informasi tentang penyakit tanda dan gejala, pengobatan, dan
campak baik di Puskesmas atau perawatan penyakit campak. Hal ini
Posyandu. Semakin tinggi pengetahuan sesuai dengan penelitian Astuti D.
ibu maka semakin tinggi pula (2017) bahwa ketidak tahuan ibu
kemampuan ibu dalam menyerap mengenai penyakit campak, cara
berbagai informasi tentang penyakit penularan penyakit campak sehingga
campak. pada saat ada anak yang sudah terkena
Hasil penelitian (Arianto et al., campak bermain bebas dengan teman
2018) pengetahuan ibu tentang penyakit sebayanya di luar lingkungan, ibu tidak
campak berhubungan dengan kejadian membatasi anaknya bermain di luar,
penyakit campak hal ini disebabkan sehingga jika ada anak yang sehat
kurangnya pemahaman ibu tentang bermain dan berinteraksi dengan anak
penyakit campak. Penyakit campak yang sakit campak, anak tersebut
dianggap hal yang biasa terjadi pada beresiko tertular virus campak. Hal ini
anak-anak dengan gejala demam, selain sesuai dengan penelitian (Setyaningrum,
itu pemahaman ibu tentang penyakit 2013) bahwa penularan virus campak
38 | Reni Rohaniah, Nenden Nur Asriyani Maryam, Sukmawati : Pengetahuan dan sikap ibu yang
memepunyai anak balita tentang penyakit campak
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020

yang paling tertinggi adalah kontak dan tidak setuju jika dilakukan imunisasi
langsung atau melalui droplet dengan pada anaknya, karena pernah terjadi
anak yang terinfeksi virus campak pada beberapa anak yang sudah
karena virus campak dapat hidup diberikan imunisasi mengalami efek
didalam droplet saluran nafas selama seperti kelumpuhan, sehingga sebagian
beberapa jam. ada ibu tidak mau melakukan imunisasi
Menurut (Dewi Astuti, apapun untuk anaknya. Hal ini sesuai
2017)penyakit campak disebabkan dengan penelitian. Wahyuni (2016)
kurangnya pengetahuan ibu, karena bahwa kelompok ibu yang tidak
kebanyakan ibu balita tidak mengetahui melakukan imunisasi beranggapan
tanda dan gejala awal campak seperti bahwa penyakit itu tidak serius dan
demam, batuk dan pilek. Ibu belum merasakan manfaat imunisasi,
menganggapnya sakit demam biasa, jika anaknya memiliki sistem kekebalan
sebagian besar balita terkena penyakit tubuh yang kuat, mereka merasa tidak
campak disebabkan karena tertular dari khawatir karena masih percaya dengan
teman bermainnya. Menurut (Kemenkes keyakinan bahwa penyakit itu
RI, 2018) penyakit campak tidak dapat diberikan oleh tuhan dan akan sembuh
diobati, pengobatan yang diberikan dengan sendirinya.
kepada penderita hanya bersifat Penelitian Giarsawan et al.,
supportif, tetapi penyakit ini bisa (2014) meskipun telah mendapat
dicegah dengan memberikan imunisasi imunisasi campak pada usia 9 bulan,
MR. Hasil penelitian yang dilakukan namun masih ada titer antibody campak
oleh (Haryonugroho, 2008) selain yang negative. Hal tersebut
dibatasi anaknya bermain, biasanya ibu kemungkinan disebabkan oleh beberapa
juga akan meberikan obat ketika sudah faktor diantaranya daya guna vaksin
memeriksakan anaknya ke dokter. Obat- yang belum maksimal, starin vaksin
obatan yang diberikan bukan untuk yang digunkan, faktor kematangan
mengobati penyakit campak, melainkan sistem imun tubuh, faktor genetik yang
berfungsi untuk menurunkan resiko atau membuat respon imun terbatas, masih
gejala- gejala yang ditimbulkan dari terdapat antibody maternal pada saat
penyakit campak. imunisasi sehingga antigen vaksin akan
Selain variabel pengetahuan diikat oleh antibody yang terdapat
ada variabel sikap tentang penyakit didalam tubuh anak sehingga respon
campak yaitu sebagian besar ibu imun tidak terbentuk dengan baik.
memiliki sikap favourable. Hal ini
sesuai penelitian oleh Wahyuni S.
(2013) salah satu faktor terjadinya Kesimpulan Dan Saran
penyakit campak yaitu faktor pemudah Sebagian besar pengetahuan
yang didalamnya termasuk sikap Ibu. responden tentang penyakit campak
Kurangnya sikap ibu tentang penyakit dalam kategori cukup dan sebagian kecil
campak akan menjadi faktor terbesar pengetahuan responden dalam ketegori
yang menyebabkan mudahnya bayi kurang. Sikap ibu tentang penyakit
terkena penyakit campak atau penyakit campak sebagian besar dalam kategori
lainnya. Berdasarkan hasil penelitian Favourable. Diharapkan ibu lebih
Gondowardojo dan Ida (2014) bahwa proaktif mencari informasi tentang
sikap ibu yang baik disebabkan karena campak agar pengetahuan meningkat
seorang ibu dapat memahami dan dan sikap menjadi positif sehingga dapat
memiliki motivasi dari pihak pelayanan melakukan pencegahan secara efektif.
kesehatan tentang upaya pencegahan Ucapan Terima Kasih
penyakit campak, sedangkan sikap ibu Penulis mengucapkan terima
yang kurang disebabkan Berdasarkan kasih kepada Fakultas Keperawatan atas
penelitian yang dilakukan peneliti sikap dukungan moral dan material serta
ibu banyak setuju jika dilakukan Dinas Kesehatan Kabupaten Garut yang
imunisasi campak tetapi kenyataan telah mengizinkan penulis untuk
masih ada ibu yang merasa ragu- ragu
39 | Reni Rohaniah, Nenden Nur Asriyani Maryam, Sukmawati : Pengetahuan dan sikap ibu yang
memepunyai anak balita tentang penyakit campak
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020

melakukan Penelitian di Wilayah TAHUN 2012. Jornal Kesehatan


Kabupaten Garut. Lingkungan, 4(2), 140–145.
REFERENSI http://www.poltekkes-
Anton, A., Fitriangga, A., & Pengestu, denpasar.ac.id/files/JURNAL
D. (2014). Gambaran Pengetahuan, KESEHATAN
Sikap dan Perilaku Ibu Tentang LINGKUNGAN/V4N2/Nyoman
Pemberian Imunisasi Dasar Giarsawan%B9, I Wayan Suarta
Lengkap Pada Bayi Di Wilayah Asmara%B2, Anysiah Elly
Kerja Puskesmas Selalong Yulianti%B3.pdf
Kecamatan Sekadau Hilir Gondowardojo dan Ida. (2014). Tingkat
Kabupaten Sekadau. Naskah Pengetahuan, Sikap, Dan Perilaku
Publikasi, 1–18. Ibu Mengenai Pemberian
Arianto, M., Setiawati, M., Adi, M. S., Imunisasi Dasar Pada Bayi Di
Hadisaputro, S., & Budhi, K. Wilayah Kerja Puskesmas
(2018). Beberapa Faktor Risiko Bebandem Tahun 2014. Tingkat
Kejadian Campak Pada Balita di Pengetahuan, Sikap, Dan Perilaku
Kabupaten Sarolangun. Jurnal Ibu Mengenai Pemberian
Epidemiologi Kesehatan Imunisasi Dasar Pada Bayi Di
Komunitas, 3(1), 41. Wilayah Kerja Puskesmas
https://doi.org/10.14710/jekk.v3i1. Bebandem Tahun 2014, 1–12.
3127 https://ojs.unud.ac.id/index.php/eu
Azwar, S. (2013). Sikap Manusia: Teori m/article/view/13058%0Ahttps://oj
dan Pengukurannya. In Sikap s.unud.ac.id
Manusia: Teori dan Halim, R. G. (2016). 31-56-1-Sm.
Pengukurannya (p. 5). Campak Pada Anak, 43(3), 186–
https://doi.org/10.1038/cddis.2011. 189.
1 Haryonugroho. (2008). Perilaku Orang
Batubara, A. R., & Oktaviani, W. Tua Terhadap.
(2018). Faktor Risiko yang IDAI. (2013). Imunisasi Penting Untuk
Memengaruhi Kejadian Campak di Mencegah Penyakit Berbahaya.
Wilayah Kerja Puskesmas Kuta Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Makmur Kabupaten Aceh Utara. http://www.idai.or.id/artikel/klinik/
JOURNAL OF HEALTHCARE imunisasi/imunisasi-penting-untuk-
TECHNOLOGY AND MEDICINE, mencegah-penyakit-berbahaya
4(2), 225. Iqbal. (2019). Hubungan Pengetahuan
https://doi.org/10.33143/jhtm.v4i2. dan Sikap Ibu dengan Kejadian
212 Suspek Campak pada Balita.
Dewi Astuti, S. H. (2017). Hubungan Jurnal Kesehatan Masyaakat, 3(2),
Pengetahuan Dan Status Imunisasi 147–155.
Dengan Tingkat Kejadian Campak Kemenkes RI. (2018). Status campak
Di Wilayah Puskesmas Kayen dan rubella saat ini di indonesia.
Kabupaten Pati. Prosiding Hefa, 1, World Health Organization, 2013–
126–133. 2014.
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat. https://doi.org/10.1126/science.121
(2017). Profil Kesehatan di Jawa 8377
Barat Tahun 2016. In Dinas Liwu, T. S., Rampengan, N. H., &
Kesehatan Jawa Barat. Tatura, S. N. N. (2016).
Giarsawan1, N., Wayan, I., Asmara2, S., HUBUNGAN STATUS GIZI
& Yulianti3, A. E. (2014). DENGAN BERAT RINGANNYA
FAKTOR FAKTOR YANG CAMPAK PADA ANAK. E-
MEMPENGARUHI KEJADIAN CliniC, 4(1).
CAMPAK DI WILAYAH https://doi.org/10.35790/ecl.4.1.20
PUSKESMAS TEJAKULA I 16.10961
KECAMATAN TEJAKULA Mantang, I., Rantung, M., & Lumy, F.
KABUPATEN BULELENG (2013). Hubungan Pengetahuan
40 | Reni Rohaniah, Nenden Nur Asriyani Maryam, Sukmawati : Pengetahuan dan sikap ibu yang
memepunyai anak balita tentang penyakit campak
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020

Ibu Dengan Pemberian Imunisasi


Campak Pada Bayi Di Puskesmas
Bilalang Kota Kotamobagu. Jurnal
Ilmiah Bidan, 1(1), 60–66.
https://scholar.google.co.id/citation
s?user=ZUt6qOMAAAAJ&hl=id#
d=gs_md_cita-
d&u=%2Fcitations%3Fview_op%
3Dview_citation%26hl%3Did%26
user%3DZUt6qOMAAAAJ%26cit
ation_for_view%3DZUt6qOMAA
AAJ%3Au-
x6o8ySG0sC%26tzom%3D-420
Notoatmodjo, S. 2014. I. P. K. J. R. C.
(2015). Ilmu Perilaku Kesehatan.
Jakarta: Rineka Cipta. In Biomass
Chem Eng (Vol. 49, Issues 23–6).
Ns. Sri Wahyuni, M.Kep., S. K. M.
(2013). Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Perilaku Deteksi
Dini Kanker Serviks Di Kecamatan
Ngampel Kabupaten Kendal Jawa
Tengah. Jurnal Keperawatan
Maternitas, 1(1), 55–60.
http://jurnal.unimus.ac.id/index.ph
p/JKMat/article/view/933/985
Setyaningrum. (2013). Faktor – Faktor
Yang Berhubungan Dengan
Kejadian Penyakit Campak Di
Wilayah Kerja Puskesmas
Kecamatan.
Sitompul, S. E., Tambunan, R., &
Simanjuntak, H. C. (2017). Tingkat
Pengetahuan Ibu Tentang Penyakit
Campak Dan Pentingnya
Imunisasi Campak di Posyandu
HKBP II Desa Huta Rakyat
Kecamatan Sidikalang Tahun
2017. 35–38.
Supriatin, E. (2015). Hubungan
Pengetahuan dan Dukungan
Keluarga dengan Ketepatan Waktu
Pemberian Imunisasi Campak di
Pasir Kaliki Bandung. Jurnal Ilmu
Keperawatan, 3(1), 1–10.
https://doi.org/10.31311/.V3I1.147
Widoyono, dr M. (2011). Penyakit
Tropis Epidemiologi, Penularan,
Pencegahan Dan
Pemberantasannya. In Penyakit
Tropis Epidemiologi, Penularan,
Pencegahan Dan
Pemberantasannya (pp. 13–21).
https://doi.org/10.1016/j.tim.2016.
02.003
41 | Reni Rohaniah, Nenden Nur Asriyani Maryam, Sukmawati : Pengetahuan dan sikap ibu yang
memepunyai anak balita tentang penyakit campak
Jurnal Kesehatan Saelmakers PERDANA
ISSN 2615-6571 (Online), ISSN 2615-6563 (Print)
Tersedia online di http://ojs.ukmc.ac.id/index.php/JOH

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELENGKAPAN


PEMERIKSAAN IBU HAMIL (ANTENATAL CARE) DI PUSKESMAS
KOTA ENDE (Analisis Rekam Medis Tahun 2017)

FACTORS RELATED TO THE COMPLETENESS OF ANTENATAL CARE AT


THE COMMUNITY HEALTH CENTER IN ENDE CITY
(MEDICAL RECORD ANALYSIS IN 2017)

Fransiska Dominika Riberu¹, Adeline Lebuan1


¹2 STIK Sint Carolus
fannydominika@yahoo.com

Submisi: 3 Oktober 2019; Penerimaan: 10 Januari 2020; Publikasi : 14 Februari 2020

ABSTRAK
Menurut Permenkes No. 97 Tahun 2014 tentang Pelayanan Kesehatan Masa Hamil, pemeriksaan
kesehatan selama masa kehamilan dilakukan sekurang-kurangnya empat kali, yaitu satukali pada
trimester pertama, satu kali pada trimester kedua, dan dua kali pada trimester ketiga. Tujuan
penelitian ini adalah menilai hubungan antara karakteristik ibu dan kelengkapan pemeriksaan
kehamilan (antenatal care) di Puskesmas Kota Ende. Masalah yang ada karena dikarenakan masih
kurangnya kesadaran ibu hamil dalam melakukan pemeriksaan kehamilannya, kurangnya
konseling maupun penyuluhan dari petugas kesehatan mengenai pentingnya melakukan
pemeriksaan kehamilan. Penelitian ini menggunakan desain potong lintang (cross sectional)
menggunakan data rekam medis ibu yang melakukan kunjungan antenatal care di Puskesmas Kota
Ende bulan Januari - Desember 2017. Sampel pada penelitian ini adalah 103 rekam medis yang
diambil sampel total sampling. Kesimpulan penelitian menunjukkan persentase terbesar ibu hamil
berusia 20-35 tahun, berpendidikan lanjutan (SLTA ke atas), tidak bekerja, kehamilan anak kedua
atau lebih, dan yang melakukan pemeriksaan kehamilan (ANC) secara lengkap 70,9%.Tidak ada
hubungan antara usia (p = 0,061), pendidikan (p = 0,733), pekerjaan (p = 0,818),paritas (p =
0,426), dan kelengkapan pemeriksaan kehamilan.

Kata Kunci: usia, pendidikan, pekerjaan, paritas, kelengkapan pemeriksaan kehamilan (antenatal
care).

ABSTRACT
Pregnancy examinations are carried out at least 4 (four) times during the pregnancy period which
is carried out 1 (one) time in the first trimester, 1 (One) time in the second trimester, and 2 (Two)
times in the third trimester. The purpose of this study was to find out what factors were related to
the completeness of antenatal care at the Ende City Health Center. This study uses cross sectional
quantitative design with retrospective approach which means using secondary data taken from
maternal medical record data that conducted antenatal care visits at Ende City Health Center
from January to December 2017. The samples in this study were 103 maternal medical records
giving birth who had a pregnancy check up at the Ende City Health Center. The sampling
technique is total sampling. The results of this study indicate that there is no relationship between
age (p = 0.061), education (p = 0.733), occupation (p = 0.818), parity (p = 0.426) with complete
antenatal care (antenatal care). It was concluded that there was no significant relationship
between age, education, employment and parity with the completeness of antenatal care. With the
results of these studies, the researcher suggests that the next researcher can add other variables
and use quantitative and qualitative research methods.

Keywords: age, education, work, parity and completeness of examination


pregnancy (antenatal care).

42 | Fransiska Dominika Riberu, Adeline Lebuan : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kelengkapan
Pemeriksaan Ibu Hamil (Antenatal Care) Di Puskesmas Kota Ende. (Analisis Rekam Medis Tahun 2017)
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
PENDAHULUAN menunjukkan bahwa hanya setengah
dari semua ibu hamil yang menerima
Tingginya angka kematian ibu
jumlah perawatan sesuai yang
menjadi perhatian organisasi-organisai
disarankan. Di daerah dengan AKI
kesehatan di dunia. Menurut hasil Survei
tertinggi seperti sub-Sahara Afrika dan
Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI)
Asia Selatan, persentasi ibu hamil yang
tahun 2012, AKI nasional sebesar
melakukan empat kali kunjungan
359/100.000 kelahiran hidup Salah satu
antenatal hanya sekitar 52% di sub-
usaha untuk menurunkan angka
Sahara Afrika dan 46% di Asia Selatan.
kematian ibu adalah dengan melakukan
Riskesdas(2013) pada tahun 2012
pemeriksaan kehamilan secara lengkap
menyatakan bahwa secara nasional di
(antenatal care). . Hasil SDKI tahun
Indonesia persentasi ibu hamil yang
2012 ini masih sangat jauh dari target
melakukan kunjungan K1 adalah 95,7%
pencapaian MDGs (Millenium
sedangkan pada tahun 2013 turun
Development Goals) pada tahun 2015
menjadi 95,4%. Total ibu hamil yang
yaitu sebesar 102/100.000 kelahiran
melakukan empat kali kunjungan (K4)
hidup. Sekarang ini juga telah ditetapkan
juga mengalami penurunan. Ibu hamil
target SDGs (Suistainable Development
yang melakukan K4 pada tahun 2012
Goals) pada tahun 2030, yaitu sebesar
adalah 87,8% dan pada tahun 2013 turun
70/100.000 kelahiran hidup. RPJMN
menjadi 83,5%. Beberapa provinsi di
(2015) menargetkan pada tahun 2019
Indoneisa yang memiliki cakupan
AKI 346 per 100.000 kelahiran hidup.
pelayanan ibu hamil K4 relatif rendah
Tahun 2015 menurun menjadi 306 per
yakni Papua 31,90%, Papua Barat
100.000 kelahiran hidup. WHO (2016)
50,09%, dan Nusa Tenggara Timur
mendefinisikan antenatal care (ANC)
61,78% (Kemenkes, 2013).
sebagai pelayanan kesehatan yang
Laporan Profil Kesehatan
menyediakan fungsi perawatan
Kabupaten/Kota se-Provinsi NTT pada
kesehatan yang penting bagi ibu hamil.
tahun 2016 cakupan kunjungan
Permenkes No.97 (2014) menjelaskan
pelayanan K1 dan K4 di Kabupaten
bahwa pelayanan ANC pada ibu hamil
Ende menurun menjadi K1 95,6% dan
minimal 4 kali yang sering dikenal
K4 59,1%. Cakupan K4 ini masih belum
dengan istilah K1-K4. Pada trimester
mencapai target RPJMD (Rencana
pertama, ibu hamil disarankan
Pembangunan Jangka Menengah
melakukan kunjungan minimal 1 kali,
Daerah) Kabupaten Ende tahun 2016
sementara untuk trimester kedua juga
yaitu 96,58%. Hasil presentasi
minimal 1 kali kunjungan dan pada
menunjukkan bahwa kesadaran ibu
trimester ketiga2 kali kunjungan.
hamil untuk memeriksakan
Indikator tersebut dapat digunakan
kehamilannya secara teratur masih
untuk memperlihatkan akses pelayanan
sangat kurang, selain itu juga masih
kesehatan terhadap ibu hamil dan
kurangnya kunjungan rumah bagi yang
kelengkapan pemeriksaan
drop out, pendataan ibu hamil, belum
kehamilannya.
efektifnya penggunaan kantong
Berdasarkan data dari UNICEF persalinan di puskesmas, disamping itu
(2016) disebutkan bahwa seara global juga belum semua praktik dokter dan
86% ibu hamil di seluruh dunia bidan swasta menyampaikan pencatatan
melakukan pemeriksaan ANC dengan dan pelaporan hasil pelayanan kesehatan
petugas kesehatan hanya satu kali khususnya pelayanan kesehatan ibu
selama masa kehamilan. Ibu hamil yang hamil (Dinkes NTT, 2016). Kemenskes
patuh dalam melakukan ANC sebanyak RI (2017) menemukan bahwa di NTT
empat kali kunjungan hanya tiga dari jumlah ibu hamil 148.534 orang dan ibu
lima orang (62%). Tetapi UNICEF hamil yang melakukan K4 sebanyak
mencatat bahwa perkiraan secara global 76.434 (51,46%).

43 | Fransiska Dominika Riberu, Adeline Lebuan : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kelengkapan
Pemeriksaan Ibu Hamil (Antenatal Care) Di Puskesmas Kota Ende. (Analisis Rekam Medis Tahun 2017)
Puskesmas Kota Ende terletak di menilai faktor-faktor yang berhubungan
Jalan Kokos Raya Nomor 1 Kelurahan dengan kelengkapan pemeriksaan ibu
Mautapaga Kecamatan Ende Timur hamil (ANC) di Puskesmas Kota Ende.
Kabupaten Ende dengan wilayah kerja
mencakup kelurahan mautapaga,
kelurahan kelimutu dan kelurahan METODE
potulando. Data Puskesmas Kota Ende Penelitian ini menggunakan
menunjukkan ibu hamil yang melakukan disain kuantitaif potong lintang (cross
kunjungan ANC pada tahun 2015 K1 sectional)yangdilakukan di Puskesmas
(100%), K4 (88,1%), pada tahun 2016 Kota Ende pada bulan Janurai 2019.
kunjungan ibu hamil K1 (94,9%) K4 Sampel penelitian ini diambil dengan
(85,6%), dan pada tahun 2017 menggunakan teknik total
kunjungan ibu hamil K1 (100,9%) K4 samplingseluruh rekam medik ibu hamil
(88,7%). Belum tercapainya target yang melakukan kunjungan ANC di
kunjungan K4 di Puskesmas Kota Ende Puskesmas Kota Endebulan Januari
dikarenakan masih kurangnya kesadaran sampai dengan Desember tahun 2017
ibu hamil dalam melakukan sebanyak 103 orang. Pengumpulan data
pemeriksaan kehamilannya, kurangnya pada penelitian ini menggunakan rekam
konseling maupun penyuluhan dari medis dan diolah menggunakan SPSS.
petugas kesehatan mengenai pentingnya Analisis data kategorik dilakukan
melakukan pemeriksaan menggunakan uji Chi Square.( Supardi,
kehamilan.Tujuan penelitian ini adalah S dan Rustika, 2013).

HASIL PENELITIAN

Tabel 1
Distribusi Frekuensi Karakteristik Ibu Hamil di Puskesmas Kota Ende
(Analisis Rekam Medis 2017)

Karakteristik ibu hamil Jumlah %


Usia
Usia tidak berisiko (20-35 tahun) 75 72,8
Usia berisiko (< 20 tahun atau > 35 tahun) 28 27,2
Pendidikan
Pendidikan dasar SD sederajat dan SLTP 12 11,7
Pendidikan lanjutan SMA 91 88,3
Pekerjaan
Bekerja 43 41,7
Tidak bekerja 60 58,3
Paritas
Primigravida yaitu pertama kali hamil 44 42,7
Multigravida yaitu hamil kedua atau lebih 59 57,3
Pemeriksaan ibu hamil
Lengkap 73 70,9
Tidak lengkap 30 29,1

Berdasarkan Tabel 1 diketahui lanjutan (88,3%), tidak bekerja


bahwa dari 103 ibu hamil, persentase (58,3%), paritas multigravida
terbesar (72,8%) berusia tidak (57,3%) dan melakukan pemeriksaan
beresiko (20 – 35 tahun), pendidikan kehamilan secara lengkap (70,9%).

44 | Fransiska Dominika Riberu, Adeline Lebuan : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kelengkapan
Pemeriksaan Ibu Hamil (Antenatal Care) Di Puskesmas Kota Ende. (Analisis Rekam Medis Tahun 2017)
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020

Tabel 2
Hubungan antara karakteristik ibu dan pemeriksaanKehamilan di Puskesmas Kota
Ende (Analisis Rekam Medis 2017)

Pemeriksaan Kehamilan Total p.


Lengkap Tidak lengkap Value
n % n % N %
Usia
Usia beresiko 16 57,1 12 42,9 28 100 0,061
Usia tidak beresiko 57 76,0 18 24,0 75 100
Pendidikan
Pendidikan dasar 8 66,7 4 33,3 12 100 0,733
Pendidikan lanjutan 65 71,4 26 28,6 91 100
Pekerjaan
Bekerja 31 72,1 12 27,9 43 100 0,818
Tidak bekerja 42 70,0 18 30,0 60 100
Paritas
Primigravida 33 75,0 11 25,0 44 100 0,426
Multigravida 40 67,8 19 32,2 59 100

Berdasarkan hasil uji statistik ibu (p=0,818), dan paritas (p=0,426).


pada tabel 2, diperoleh nilai p-value Usia ibu, pendidikan, pekerjaan dan
pada variabel usia ibu (p=0,061), paritas tidak berhubungan dengan
pendidikan ibu (p=0,733), pekerjaan kelengkapan pemeriksaan kehamilan
.
Hubungan usia dengan kelengkapan menunjukkan ada hubungan antara
usiadengan kunjungan antenatal care,
pemeriksaan kehamilan
dimana p-value 0,005.
Berdasarkan tabel 5.2 peneliti Asumsi peneliti berdasarkan data
menemukan bahwa ibu hamil usia di atas ibu hamil dengan usia tidak
beresiko (<20 tahun atau >35 tahun) beresiko memiliki kesiapan dan
yang melakukan pemeriksaan lengkap kematangan secara psikologis, fisiologis,
57,1% dan ibu yang usia tidak berisiko intelektual yang artinya ibu siap dalam
(20-35 tahun) yang melakukan menghadapi peran sebagai ibu,
pemeriksaan kehamilan 76,0%, uji kematangan sistem reproduksi dan cara
statistic Chi-Square didapatkan hasil p berpikir yang lebih baik dalam
value 0,061 (>0,05) berarti tidak ada menerima dan mencari informasi terkait
hubungan antara usia dengan dengan pentingnya pemeriksaan
kelengkapan pemeriksaan kehamilan di kehamilan sehingga ibu secara sadar
Puskesmas Kota Ende. akan melakukan pemeriksaan secara
Hasil ini sejalan dengan penelitian lengkap. Tidak menutup kemungkinan
yang dilakukan oleh Tasliah et al (2017) bahwa ibu usia beresiko juga melakukan
terhadap 48 responden sampai dengan pemeriksaan secara lengkap, hal ini
trimester 3 kunjungan menunjukan dikarenakan dengan semakin
bahwa faktor usia tidak mempengaruhi berkembangnya teknologi yang ada ibu
kelengkapan pemeriksaan ibu hamil (p = dapat mengakses informasi terkait
0,328). Hasil ini berbanding terbalik dengan pentingnya pemeriksaan
dengan penelitian yang dilakukan oleh kehamilan secara lengkap agar tidak
Rabi‟atul Adwiyah Su‟ong (2013) yang

45 | Fransiska Dominika Riberu, Adeline Lebuan : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kelengkapan
Pemeriksaan Ibu Hamil (Antenatal Care) Di Puskesmas Kota Ende. (Analisis Rekam Medis Tahun 2017)
menyebabkan terjadinya komplikasi Hubungan pekerjaan dengan
selama kehamilan. kelengkapan pemeriksaan kehamilan
Berdasarkan tabel 5.2
Hubungan pendidikan dengan menunjukkan ibu hamil bekerja yang
kelengkapan pemeriksaan kehamilan melakukan pemeriksaan lengkap 72,1%
Berdasarkan tabel dan ibu tidak bekerja yang melakukan
5.2menunjukkan ibu hamil pemeriksaan kehamilan secara lengkap
berpendidikan dasar (SD sederajat 70,0%, uji statistic Chi-Square
sampai SLTP) yang melakukan didapatkan hasil p value 0,818 (>0,05)
pemeriksaan lengkap 66,7% dan ibu berarti tidak ada hubungan antara
yang berpendidikan lanjutan (SLTA ke pekerjaan dan kelengkapan pemeriksaan
atas) yang melakukan pemeriksaan kehamilan di Puskesmas Kota Ende.
kehamilan secara lengkap 71,4%, uji Hasil ini sejalan dengan penelitian
statistic Chi-Square didapatkan hasil p yang dilakukan oleh Susanto J et al
value 0,733 (>0,05) berarti tidak ada (2016) yang dilakukan kepada 93 orang
hubungan antara pendidikan dan menunjukkan bahwa faktor status
kelengkapan pemeriksaan kehamilan di pekerjaan tidak memengaruhi
Puskesmas Kota Ende. kelengkapan pemeriksaan kehamilan(p
Hasil ini sejalan dengan penelitian = 0,500).Dengan adanya status
yang dilakukan oleh Yuly Yulyani pekerjaan atau memiliki kesibukan lain
(2017) yang dilakukan terhadap 30 menjadi sebagai ibu rumah tangga bisa
orang ibu hamil trimester 3 memperoleh membuat ibu hamil mengalami lelah dan
hasil faktor pendidikan tidak berpengaruh terhadap kandungan dan
mempengaruhi kunjungan K4 (p = minimnya waktu untuk memeriksakan
0,155). Peneliti berpendapat bahwa kehamilannya kepada petugas
pendidikan tinggi yang dimiliki oleh kesehatan.
seorang ibu memang merupakan faktor Asumsi peneliti pemeriksaan
penting yang melatarbelakangi dan kehamilan merupakan tanggung jawab
memotivasi ibu hamil dalam melakukan ibu terhadap kesehatan dirinya sendiri
pemeriksaan kehamilan secara teratur. dan bayinya. Secara kuantitas dan
Walaupun demikian, tidak berarti bahwa kualitas ibu yang tidak bekerja memiliki
ibu hamil dengan status pendidikan waktu dan kesempatan yang banyak
rendah melakukan pemeriksaan untuk merawat janinnya dengan
kehamilan (K4) tidak sesuai standar. memeriksakan kehamilannya secara
Hasil ini berbanding terbalik dengan lengkap, sedangkan ibu yang bekerja
penelitian yang dilakukan oleh dapat mengajukan permohonan ijin
Syukrianti Syahda (2014) yang untuk pemeriksaan kehamilan,
mengatakan bahwa pendidikan memanfaatkan teknologi yang ada untuk
berhubungan dengan kunjungan ANC menjalin komunikasi yang baik dengan
nilai p-value 0,003. petugas kesehatan agar ibu yang bekerja
Asumsi peneliti semakin tinggi dapat memastikan ke petugas kesehatan
tingkat pendidikan ibu maka wawasan jadwal kunjungan sampai dengan
atau cara berpikir ibu semakin mudah konsultasi terkait kehamilannya.
untuk menerima informasi dan lebih
terbuka dalam menerima masukan serta Hubungan paritas dengan
informasi tersebut yang akan dinyatakan kelengkapan pemeriksaan kehamilan
dengan sikap positif diwujudkan lewat Berdasarkan Tabel 5.2 menunjukkan ibu
perilaku memeriksaan kehamilannya hamil primigravida (persalinan anak pertama)
secara lengkap. yang melakukan pemeriksaan lengkap 75,0%
dan ibu multigravida (persalinan anak kedua
atau lebih) yang melakukan pemeiksaan
kehamilan lengkap 67,8%, uji statistic Chi-
Square didapatkan hasil p value 0,426

46 | Fransiska Dominika Riberu, Adeline Lebuan : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kelengkapan
Pemeriksaan Ibu Hamil (Antenatal Care) Di Puskesmas Kota Ende. (Analisis Rekam Medis Tahun 2017)
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
(>0,05) berarti tidak ada hubungan memperoleh informasi dari petugas
antara paritas dengan kelengkapan tentang pentingnya melakukan
pemeriksaan kehamilan di Puskesmas kunjungan ANC secara lengkap.
Kota Ende.
Hasil ini sejalan dengan penelitian
Kesimpulan Dan Saran
yang dilakukan oleh Tarigan Dwi (2017)
yang dilakukan kepada 64 orang ibu Diharapkan agar petugas kesehatan
hamil menunjukkan bahwa faktor paritas di puskesmas kota Ende untuk
tidak memengaruhi kelengkapan meningkatkan pelayanan dan
pemeriksaan kehamilan (p = memberikan dukungan serta pendidikan
0,497).Hasil ini berbanding terbalik kesehatan bagi ibu hamil agar
dengan penelitian yang dilakukan oleh melakukan pemeriksaan kehamilan
Rabi‟atul Adwiyah Su‟ong (2013) yang secara lengkap untuk mencegah
menunjukkan ada hubungan antara terjadinya komplikasi masa kehamilan
paritas dengan kunjungan antenatal care, sehingga membantu menekan AKI
dimana p-value 0,006. (Angka Kematian Ibu) di NTT. Bagi
Asumsi peneliti ANC minimal dilakukan peneliti selanjutnya diharapkan untuk
untuk mengurangi Angka Kematian Ibu (AKI). menambahkan variabel-variabel seperti
Ibu hamil bertanggung jawab atas kesehatan dukungan petugas kesehatan dengan
dirinya dan kesehatan janinnya. Dari data diatas kelengkapan pemeriksaan kehamilan
lebih banyak ibu multigravida yang melakukan (ANC).
pemeriksaan kehamilan secara lengkap hal ini
dikarenakan ibu multigravida yang memiliki
Ucapan Terima Kasih
resiko pada kehamilan sebelumnya merasa perlu
untuk memeriksakan kehamilan pada kehamilan Kepada Tuhan Yang Maha Esa telah
berikutnya agar tidak terjadi tanda bahaya saat memberikan rahmatnya untuk menyelesaikan
kehamilan, serta adanya dukungan petugas penulisan artikel ini. Untuk dosen pembimbing
kesehatan dalam memberikan edukasi dan yang senantiasa meluangkan waktu untuk
informasi terkait pentingnya melakukan bimbingan serta keluarga yang selalu memberi
pemeriksaan kehamilan. dukungan materi dan moril.

Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian Daftar Pustaka
terhadap 103 rekam medis ibu yang Choironissa R et al. (2017). Analisis
melahirkan di Puskesmas Ende, diambil
Faktor yang berhubungan dengan
kesimpulan bahwa persentase terbesar
ibu hamil berusia tidak beresiko (20-35 Pemeriksaan K4 Pada Ibu Hamil
tahun), pendidikan lanjutan (SLTA ke
di Puskesmas Bakung Provinsi
atas), tidak bekerja, hamil anak kedua
atau lebih, dan melakukan pemeriksaan Lampung.
kehamilan secara lengkap 70,9%. Tidak
Dinkes NTT. (2016).
ada hubungan antara usia (p = 0,061),
pendidikan (p = 0,733), pekerjaan (p = ProfilKesehatanProvinsi Nusa
0,818), paritas (p = 0,426), dan
Tenggara TimurTahun 2016.
kelengkapan pemeriksaan kehamilan.
Dari hasil penelitian terlihat bahwa Nusa Tenggara Timur
usia tidak beresiko, pendidikan lanjutan,
:DinasKesehatan NTT.
dan ibu tidak bekerja seharusnya ibu
memiliki waktu yang cukup dalam SU'ONG, R. A. A. (2014). Faktor-faktor
melakukan kunjungan ANC, akan tetapi
Yang Berhubungan dengan
karena kurang kesadaran ibu dalam
melakukan kunjungan kehamilan (ANC) Kunjungan Antenatal Care di
menjadi hambatan ibu dalam

47 | Fransiska Dominika Riberu, Adeline Lebuan : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kelengkapan
Pemeriksaan Ibu Hamil (Antenatal Care) Di Puskesmas Kota Ende. (Analisis Rekam Medis Tahun 2017)
Puskesmas Mongolato Kecamatan Supardi, S danRustika. (2013). Buku
Telaga Kabupaten Gorontalo Ajar Metodologi Riset
(Doctoral dissertation, Universitas Keperawatan.Jakarta : CV. Trans
Negeri Gorontalo). Info Media.
Hajizadehet al. (2016). Factors Susanto J et al. (2016). Faktor-Faktor
Influencing the Use of Prenatal yang
Care : A Systemic Review. berhubungandenganPemeriksaanA
Journal of Midwifery and ntenatal Care (ANC)Kunjungan 1
Reproductive Health, 4(1), 544- – Kunjungan 4 (K1-K4)
557. padaIbuHamil di RSUD Kota
KementrianKesehatanRepublik Kendari.
Indonesia. (2013). Profil TariganDwi. (2018). Faktor
Kesehatan Indonesia 2012. Kelengkapan Kunjungan
Jakarta: Pusat Data danInformasi. Antenatal Care di Puskesmas Sei
KementrianKesehatanRepublik Kepayang Kabupaten Asahan
Indonesia. (2017). Tahun 2017. Mahakam Midwifery
ProfilKesehatan Indonesia 2016. Journal (MMJ),2(2), 105-121.
Jakarta: Pusat Data danInformasi. Tasliah et al. (2017). Faktor-Faktor yang
Mantang Iet al. (2016). Faktor-Faktor berhubungandenganKunjunganAn
yang tenatal Care (ANC)
berhubungandenganKunjunganAn padaIbuHamil di Wilayah
tenatal padaIbuHamil di Wilayah KerjaPuskesmasCandilamaKota
KerjaPuskesmasMotoboi Kecil Semarang.
Kota Mobagu. UNICEF. (2016). Maternal Health.
Notoatmodjo, S. (2014). Yulyani Linda. (2017). Faktor-Faktor
IlmuPerilakuKesehatan. Jakarta: yang berhubungan dengan
RinekaCipta. Kunjungan K4 pada Ibu Hamil di
Padila. 2014. Buku Ajar Puskesmas Danurejan I Kota
KeperawatanMaternitas. Yogyakarta.
Yogyakarta: NuhaMedika. WHO. (2016). WHORecommendations
Permenkes No.97 tahun 2014 Tentang on Antenatal Care for a positive
Pelayanan Kesehatan Masa pregnancy experience.
Hamil.

48 | Fransiska Dominika Riberu, Adeline Lebuan : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kelengkapan
Pemeriksaan Ibu Hamil (Antenatal Care) Di Puskesmas Kota Ende. (Analisis Rekam Medis Tahun 2017)
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020

Jurnal Kesehatan Saelmakers Perdana


ISSN 2615-6571 Online), ISSN 2615-6563 ((Print)
Tersedia online di http://ojs.ukmc.ac.id/index.php/JOH

PENGARUH OLAHRAGA JALAN SANTAI TERHADAP KUALITAS


TIDUR LANSIA DI PANTI WERDHA BANDUNG

EFFECT OF EXERCISE RELAXING WALKING TOWARDS QUALITY OF


SLEEP IN THE ELDERLY IN THE BANDUNG NURSING HOME

Elizabeth Ari Setyarini (1), Ferdinan Sihombing (2), Veronika Ayu Sandriani (3)
123
Prodi Sarjana Keperawatan, STIKes Santo Borromeus Bandung.
elizabeth.rini@yahoo.com

Submisi: 14 Januari 2020 ; Penerimaan: 30 Januari 2020; Publikasi : 14 Februari 2020

ABSTRAK
Pada lansia timbul keluhan sulit tidur pada waktu malam hari, dimana episode tidur cenderung
memendek, dan hampir tidak memiliki waktu tidur yang dalam. Jika hal ini terus berlanjut dapat
beresiko mengalami gangguan dalam kualitas tidur lansia. Fenomena yang terjadi pada lansia
ditemukan 4 dari 5 lansia mengeluh tidak dapat tidur nyenyak di malam hari , pada siang hari
sering menguap, tidak konsentrasi dan konjungtiva bawah tampak kehitaman. Tujuan penelitian ini
untuk mengetahui pengaruh jalan santai terhadap kualitas tidur lansia. Penelitian ini menggunakan
metode kuantitatif, desain quasi eksperimen dengan pendekatan pre and post without control.
Sampel penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling, 10 responden. Instrumen untuk
menilai kualitas tidur: menggunakan PSQI (Pitsburgh Sleep Quality Index). Hasil penelitian
univariat diperoleh data pre test bahwa 100% lansia memiliki kualitas tidur buruk dan hasil post
tes diperoleh data 90% kualitas tidur lansia buruk dan 10% kualitas tidur baik. Pada paired sampel
T-Test diperoleh p value 0,000 < α (0,05 berarti ada pengaruh jalan santai terhadap kualitas tidur
lansia. Saran dalam penelitian adalah membuat jadwal kegiatan jalan kaki seminggu 3x di
lingkungan panti untuk dapat meningkatkan kualitas tidur lansia.
Kata Kunci : Lansia, Kualitas tidur, Jalan santai.

Absctract
In the elderly complaints arising from difficulty sleeping at night, where sleep episodes tend to be
short, and almost do not have a deep sleep. If this continues, there is a risk of disturbance in the
quality of sleep in the elderly The phenomenon that occurs in the elderly is found 4 out of 5 elderly
complained of not being able to sleep well at night, during the day often evaporates, no
concentration and the lower conjunctiva looks black. The purpose of this study was to determine
the effect of a relaxing walk on the quality of sleep in the elderly. This research uses quantitative
methods, quasi-experimental design with a pre and post without control approach. The sample of
this study used a purposive sampling technique, 10 respondents. Instrument for assessing sleep
quality: using PSQI. Univariate research results obtained pre-test data that 100% of elderly have
poor sleep quality and post-test results obtained 90% of poor elderly sleep quality and 10% of
good sleep quality. Paired T-Test samples obtained p value 0,000 <α (0.05 means that there is an
influence of walking to the quality of sleep in the elderly. Suggestion in this research is to schedule
a 3-week walk in the orphanage environment to improve the quality of sleep in the elderly.

Keywords: Elderly, Quality of sleep, Relaxing Walking.

49 | Elizabeth Ari Setyarini , Ferdinan Sihombing, Veronika Ayu Sandriani : Pengaruh Olahraga Jalan
Santai Terhadap Kualitas Tidur Lansia Di Panti Werdha Bandung
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020

Pendahuluan dalam, terbangun lebih sering pada


Latar belakang malam hari dan membutuhkan
Lansia dikatakan sebagai tahap banyak waktu untuk tidur (Potter &
akhir dari perkembangan manusia. Perry, 2005). Penelitian Linda Waite
Peraturan Pemerintah Republik (2014) didapatkan hasil bahwa para
Indonesia Nomor 43 tahun 2004, lansia mengalami gangguan tidur
lanjut usia adalah seseorang yang dengan hasil bahwa 13% lansia
telah mencapai usia 60 tahun keatas menyatakan jarang mendapat tidur
(Kemenkes R.I, 2017). nyenyak dan merasa segar pada pagi
Jumlah penduduk lansia di seluruh hari, 12% sulit untuk jatuh tertidur,
dunia diperkirakan lebih dari 629 30% lansia mengatakan bahwa
juta jiwa (satu dari 10 orang berusia mereka sering terbangun tengah
lebih dari 60 tahun), dan pada tahun malam, 13% menyatakan bahwa
2025, lanjut usia akan mencapai 1,2 mereka terbangun pada dini hari dan
milyar. Pada tahun 2014, jumlah tidak dapat kembali jatuh tertidur.
penduduk lanjut usia di Indonesia Masalah kualitas tidur pada
menjadi 18,781 juta jiwa dan lansia ditandai dengan episode tidur
diperkirakan pada tahun 2025, cenderung memendek, terdapat
jumlahnya akan mancapai 36 juta penurunan yang progresif dan hampir
jiwa. Data Dinas Kesehatan Jawa tidak memiliki waktu tidur yang
Barat tahun 2013 menunjukkan dalam. Beberapa hal yang dapat
jumlah lansia di Provinsi Jawa Barat menyebabkan lansia mengalami
sebanyak 3.280.461 jiwa. gangguan tidur dalam stres
Menurut data yang diperoleh situasional seperti masalah keluarga,
dari National Sleep Foundation 2015 penyakit atau kehilangan orang yang
sekitar 67% dari 1.508 lansia di dicintai. Situasi stres ini dapat
Amerika usia 65 tahun ke atas menyebabkan kesulitan kronik untuk
melaporkan adanya gangguan mendapatkan tidur yang cukup.
kualitas tidur, sebanyak 7,3 % lansia Dapat pula disebabkan oleh
mengeluhkan gangguan memulai dan kekuatiran dan kecemasan yang
mempertahankan tidur. Di Indonesia terjadi untuk mendapat tidur yang
gangguan tidur menyerang sekitar adekuat. Gangguan tidur yang terjadi
50% lansia berusia > 65 tahun, yang ini akan berpengaruh pada kualitas
mengalami kesulitan untuk memulai tidur yang didapat.
tidur dan mempertahankan tidur. Lansia paling sulit untuk tidur dan
Seiring dengan kemunduran fungsi paling mudah untuk terbangun dari
organ tubuh, lansia sering mengalami tidur dan menghabiskan waktu pada
masalah dengan kualitas tidur. tahap mengantuk dan sangat sedikit
Dengan bertambahnya usia, kualitas waktu dalam mimpi. (Miller, dan
tidur pada kebanyakan lansia Carpenito, 2000) dalam
cenderung berubah, episode tidur Lilikma‟rifatul, 2011).
dengan pergerakan mata yang cepat Oleh karena itu perlunya aktivitas
atau disebut REM (Rapid eye fisik yang dapat dilakukan pada pagi
Movement) cenderung memendek. atau siang hari yang dapat
Terdapat penurunan progresif pada meningkatkan kualitas dan kuantitas
tahap tidur dengan pergerakan mata tidur pada lansia. Aktifitas fisik itu
yang tidak cepat atau tahap NREM dapat berupa berjalan kaki, berkebun,
(Non Rapid eye Movement) 3 dan mencuci pakaian, mengepel lantai,
Tahap NREM 4, atau tidur yang
49 | Elizabeth Ari Setyarini , Ferdinan Sihombing, Veronika Ayu Sandriani : Pengaruh Olahraga Jalan
Santai Terhadap Kualitas Tidur Lansia Di Panti Werdha Bandung
senam dan lain-lain (Proverawati, sehingga dapat beraktivitas dengan
2012). baikdur yang cukup dapat
Berjalan kaki dengan cara berjalan mengurangi stres ,tidur dapat
santai merupakan olah raga jalan mengurangi resiko depresi, tidur
kaki yang lambat. Walaupun dapat meningkatkan memori,
kelihatannya sangat ringan, akan meningkatkan kecerdasaan (Siregar,
tetapi hal ini termasuk olahraga 2011).
karena menggunakan otot-otot tubuh Individu mengalami irama siklus
secara terus-menerus. (Arkan dkk., sebagai bagian dari kehidupan
2015). Manfaat dari jalan santai mereka setiap hari. Irama yang
tersebut terutama berdampak pada paling dikenal adalah irama diurnal
fisiologis langsung adalah mengatur atau irama sirkadian, yang
kadar gula darah, merangsang merupakan siklus 24 jam yaitu siang
adrenalin dan nonadrenalin dan dan malam (Potter & Perry,2005).
meningkatkan kualitas dan kuatitas Irama sirkadian mempengaruhi pola
tidur (Marryam, 2012) fungsi biologis utama dan fungsi
Berdasarkan latar belakang diatas, perilaku. Fluktuasi dan perkiraan
peneliti tertarik untuk melakukan suhu tubuh, denyut jantung, tekanan
penelitian dengan tujuan mengetahui darah, sekresi hormon, kemampuan
pengaruh olahraga jalan santai sensorik, dan suasana hati tergantung
terhadap kualitas tidur lansia di pada pemeliharaan siklus sirkadian
pantiwerdha di Bandung. 24 jam. Irama sirkadian dipengaruhi
oleh cahaya dan suhu, selain faktor
eksternal seperti aktivitas sosial dan
Tinjauan Pustaka rutinitas pekerjaan. Tahap yang
normal melibatkan dua fase yaitu
Menua bukanlah suatu penyakit, pergerakan mata yang tidak cepat
tetapi merupakan proses yang (tidur nonrapideye movement,
berangsur-angsur mengakibatkan NREM) dan pergerakan mata yang
perubahan kumulatif, merupakan cepat (tidur rapid eye movement,
proses menurunnya daya tahan tubuh REM ) yang terbagi menjadi
dalam menghadapi rangsangan dari beberapa tahapan (Potter & Perry,
dalam dan luar tubuh yang berakhir 2005).
dengan kematian. (Artinawati,2017). Jumlah tidur total tidak berubah
Tidur adalah proses fisiologis yang sesuai pertambahan usia, akan tetapi
bersiklus dan bergantian dengan kualitas tidur menjadi berubah pada
periode yang lebih lama dari kebanyakan lanjut usia. Episode tidur
keterjagaan (Potter & Perry, 2005). REM cenderumg memendek,
Tidur ditandai dengan aktivitas fisik terdapat penurunan yang progresif
yang minimal, perubahan proses pada tahap tidur REM 3 dan 4,
fisiologis tubuh, dan penurunan beberapa lanjut usia hampir tidak
respon terhadap rangsangan eksternal memiliki tahap 4 yang dalam (Potter
(Kozier, 2008). Manfaat tidur adalah dan Perry,2006).
meregenerasi sel-sel tubuh yang Usia merupakan salah satu
rusak menjadi sel-sel yang baru, faktor penentu lamanya tidur yang
mengistirahatkan tubuh yang letih dibutuhkan seseorang. Semakin tua
akibat aktivitas seharian, usia, maka semakin sedikit pula lama
meningkatkan kekebalan tubuh dari tidur yang dibutuhkan. Pada lansia
serangan penyakit, menambah pola tidur sekitar 6 jam sehari, 20-
konsentrasi dan kemampuan fisik 25% tidur REM, tidur tahap IV nyata
50 Elizabeth Ari Setyarini , Ferdinan Sihombing, Veronika Ayu Sandriani : Pengaruh Olahraga Jalan Santai
Terhadap Kualitas Tidur Lansia Di Panti Werdha Bandung
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020

berkurang kadang-kadang tidak ada. komponen skor memiliki rentang


Mungkin mengalami insomnia dan nilai 0-3. Ketujuh komponen di
sering terbangun sewaktu tidur jumlahkan sehingga terdapat skor 0-
malam hari (Asmadi, 2008). 21, dimana skor lebih dari 5
Beberapa lansia mengalami menandakan kualitas tidur yang
penurunan kualitas tidur yang dipicu buruk (Buysses, 1988 dalam
oleh gangguan dengan gejala sering Silvanasari, 2012).
terjaga pada malam hari, sering kali Aktivitas fisik ialah gerakan
terbangun pada dini hari, dan sulit fisik yang dilakukan oleh otot tubuh
untuk tertidur. (Davidson & Kring, dan sistem penunjangnya. Aktivitas
2006). Episode tidur REM cenderung fisik adalah setiap gerakan tubuh
meningkat, adanya penurunan yang dihasilkan oleh otot rangka
progresif dalam tahap III dan IV yang memerlukan pengeluaran
NREM, beberapa lansia hampir tidak energi. Beraktifitas fisik yang baik
memiliki tidur nyeyak. Seorang dan teratur akan membantu keadaan
lansia terbangun lebih sering pada tubuh tetap terjaga dengan baik, baik
malam hari dan memerlukan banyak itu aktivitas yang bersifat aerobik
waktu agar dapat tidur kembali. maupun aktvitas yang anaerobik.
Kecenderungan untuk tidur siang Banyak sekali aktivitas yang bersifat
dampaknya semakin terjaga di aerobik yang dianjurkan untuk
malam hari (Potter & Perry, 2010). diberikan kelompok lansia, agar
Kualitas tidur seseorang dikatakan keadaan kebugaran dan kesegaran
baik apabila tidak menunjukan tanda- jasmani tubuh pada lansia tetap
tanda kekurangan tidur atau tidak terjaga dan terkendali yaitu misalnya
mengalami masalah dalam tidurnya. dengan jalan kaki, jogging,
Tanda-tanda kekurangan tidur dapat melompat, bersepeda baik yang
dibagi menjadi tanda fisik dan tanda stasioner maupun yang jalan, serta
psikologis. Tanda fisik berupa senam lansia. Olahraga yang
ekspresi wajah (area gelap di sekitar dianjurkan bagi mereka yang berusia
mata, bengkak di kelopak mata, diatas 50 tahun adalah jalan kaki dan
konjungtiva kemerahan dan mata berenang. Bermanfaat atau tidaknya
terlihat cekung, kantuk yang program olahraga yang dilakukan
berlebihan, tidak mampu oleh lansia juga tergantung dari
berkonsentrasi, tanda keletihan program yang dijalankan. Sebaiknya
seperti pengelihatan kabur. program latihan yang dijalankan
Sedangkan tanda psikologisnya harus memenuhi konsep FITT
menarik diri, apatis, dan respon (Frequensi, Intensity, Time, Type).
menurun, mudah tersinggung dan (Sriwahyuniati, 2008 dalam Laelasari
gelisah (Hidayat, 2006). dkk, 2015). Jalan kaki merupakan
Kualitas tidur dapat di ukur aktifitas fisik yang sangat sederhana
menggunakan Pittsburg Sleep dan dapat dilakukan oleh semua
Quality Index (PSQI). Alat ini golongan. Jalan kaki juga merupakan
merupakan alat untuk menilai olahraga rekreasi yang dapat
kualitas tidur alat ini terdiri dari 18 meningkatkan kebugaran karena
poin pertanyaan yang berada di bersifat olahraga aerobik (Hasibuan,
dalam 7 komponen nilai. 18 2010 dalam Dini 2105).Jalan santai
pertanyaan itu mengkaji secara luas merupakan olah raga jalan kaki yang
faktor yang berhubungan dengan lambat. Walaupun kelihatannya
tidur seperti durasi tidur, laterasi sangat ringan, akan tetapi hal ini
tidur dan masalah tidur. Setiap termasuk olahraga karena
51 | Elizabeth Ari Setyarini , Ferdinan Sihombing, Veronika Ayu Sandriani : Pengaruh Olahraga Jalan
Santai Terhadap Kualitas Tidur Lansia Di Panti Werdha Bandung
menggunakan otot-otot tubuh secara Keterangan:
terus-menerus. (Arkan dkk., 2015). O1 = nilai pengukuran awal (pretest)
Manfaat dari jalan kaki tersebut sebelum dilakuakn perlakuan
terutama berdampak pada fisiologis X= perlakuan (treatment)
langsung adalah mengatur kadar gula O2= nilai pengukuran akhir (
darah, merangsang adrenalin dan posttest) setelah dilakukan perlakuan
nonadrenalin dan meningkatkan
kualitas dan kuantitas tidur, Variabel Independen dalam
sedangkan dampak jangka penelitian ini adalah jalan santai dan
panjangnya untuk meningkatkan Variabel Dependen dalam penelitian
daya tahan aerobik atau ini adalah kualitas tidur lansia di
kardiovaskuler, kekuatan otot Panti Werdha Bandung. Jumlah
rangka, kelenturan, keseimbangan populasi 22 lansia dengan sampel 10
dan koordinasi gerak sehingga dapat lansia yang sesuai dengan kriteria
mencegah terjadinya jatuh, inklusi yaitu lansia yang berusia > 60
kelincahan gerakan. tahun, lansia yang tidak mengalami
Manfaat psikologis berdampak keterbatasan gerak dan kooperatif
langsung pada memberi perasaan selama penelitian berlangsung. Teknik
santai, mengurangi ketegangan dan sampel yang dipakai menggunakan
kecemasan, meningkatkan perasaan Purposive Sampling, yaitu suatu
senang, dampak jangka panjang metode pemilihan sampel yang
berdampak pada kesegaran jasmani, dilakukan dengan maksud dan tujuan
kesehatan jiwa, fungsi kognitif, yang ditentukan oleh peneliti
penampilan dan fungsi motorik, (Dharma, 2011).
keterampilan (Marryam, 2012).
Hipotesa penelitian ini : H1=Ada
Teknik jalan santai tersebut
pengaruh jalan santai terhadap
dilakukan dengan dianjurkan untuk
kualitas tidur lansia di Panti Werdha
memperhatikan beberapa hal yaitu
Bandung. Proses pengumpulan data
frekuensi, intensitas, dan time atau
dengan memberikan kuesioner
waktu yang meliputi formulasi
Pittsburgh Sleep Quality Index
frekuensi melakukan latihan selama
(PSQI). Tehnik analisa data univariat
waktu tertentu, intensitas latihan
menggunakan distribusi frekuensi
yang dilakukan, dan waktu atau
dan analisa bivariat menggunakan T
kuantitas pelaksanaan olahraga
Test. Pengujian statistik dengan uji t-
perhari (Sugiono, 2010 dalam Dini,
test (paired samples) dengan taraf
2015).
kemaknaan 95% (alpa 0,05), dimana
uji beda yang dilakukan pada rata-
Metode Penelitian
rata dari kelompok sampel yang
Metode yang digunakan dalam sama (Notoatmodjo, 2015).
penelitian ini adalah kuantitatif.
Desain penelitian ini adalah Hasil Penelitian
rancangan quasi eksperimental yaitu A. Karakteristik Responden
Tabel 1.1
pre and post without control.
Distribusi frekuensi responden
berdasarkan jenis kelamin
O1 x O 2 lansia di Panti Werdha Bandung
(n = 10 orang)
Skema 1.1 Rancangan penelitian Jenis kelamin n %
(Sugiyono, 2012) Perempuan 6 60
Laki-laki 4 40
52 Elizabeth Ari Setyarini , Ferdinan Sihombing, Veronika Ayu Sandriani : Pengaruh Olahraga Jalan Santai
Terhadap Kualitas Tidur Lansia Di Panti Werdha Bandung
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020

Total 10 100 (90%) memiliki kualitas tidur


Berdasarkan tabel 1.1 didapatkan buruk.
bahwa lebih dari setengah (60% )
responden berjenis kelamin C. Analisa Bivariat
perempuan
Tabel 1.5
Tabel 1.2. Hasil Uji T-Test sampel
Distribusi frekuensi responden berpasangan sebelum dan
berdasarkan kelompok usia sesudah dilakukan jalan
di Panti Werdha Bandung santai pada lansia di Panti

Kelompok umur n % Rerata ± s.d Perbedaan P


WHO,2008 N Rerata ± s.d
Usia Lanjut 60-74 6 60
(elderly) 4 40 Kualitas 0,000
tidur 10 42 ± 0.09
Usia Lanjut Tua sebelum 11.6 ±2.54
75-90 (old) perlakuan
Total 10 100 Kualitas
Berdasarkan tabel 1.2 didapatkan tidur 10
7.4± 2.45
sesudah
data karakteristik kelompok umur perlakuan
menurut WHO bahwa lebih dari Werdha Bandung
setengahnya (60%) termasuk dalam
kelompok umur usia lanjut (elderly) Tabel 1.5 menunjukkan hasil
pengujian secara statistik didapatkan
B. Analisa Univariat perbedan rerata = 42 ± 0.09 dan P-
Tabel 1.3. value = 0,000 dibandingkan dengan
Distribusi frekuensi kualitas nilai alpha ( 0,05 maka P-value ≤
tidur lansiadi Panti Werdha hal ini dapat disimpulkan bahwa
sebelum dilakukan jalan santai Ha diterima sehingga didapatkan
Februari 2017(pre test) kesimpulan ada pengaruh antara
Kualitas tidur n % jalan santai dengan perubahan
Baik 0 0 kualitas tidur pada lansia di Panti
Buruk 10 100 Werdha Bandung.
Total 10 100
Pada tabel 1.3 dapat dilihat Pembahasan
bahwa keseluruhan responden
1. Kualitas tidur pada lansia sebelum
(100% ) memiliki kualitas tidur
dilakukan jalan santai di Panti
buruk
Werdha Bandung.
Tabel 1.4
Berdasarkan data hasil
Distribusi frekuensi kualitas
penelitian kualitas tidur lansia
tidur lansia di Panti Werdha
sebelum dilakukan jalan santai
Bandung setelah dilakukan jalan
yang dilihat pada tabel 1.5
santai Februari 2017 (post test)
diketahui seluruh responden,yaitu
Kualitas tidur n % 10 orang (100%) memiliki kualitas
Baik 1 10 tidur yang buruk yang ditandai
Buruk 9 90
dengan kesulitan untuk memulai
Total 10 100 tidur, terbangun tengah malam dan
Pada tabel 1.4 dapat dilihat terbangun karena harus ke kamar
bahwa sebagian besar responden mandi. Lansia yang mempunyai
kualitas tidur buruk karena
53 | Elizabeth Ari Setyarini , Ferdinan Sihombing, Veronika Ayu Sandriani : Pengaruh Olahraga Jalan
Santai Terhadap Kualitas Tidur Lansia Di Panti Werdha Bandung
dipengaruhi oleh gangguan ringan, akan tetapi hal ini termasuk
psikososial, fisik. olahraga karena menggunakan otot-
Berdasarkan tabel 1.1 bahwa otot tubuh secara terus-menerus.
60% responden berjenis kelamin (Arkan dkk., 2015). Setelah
perempuan dan 40% berjenis pemberian terapi responden
kelamin laki-laki. Sebagian besar mengatakan tidur lebih nyenyak
responden yang mengalami kualitas dan bungun pada malam hari
tidur buruk adalah perempuan di berkurang. Berdasarkan observasi
bandingkan laki-laki dan peneliti selama dilakukan jalan
perempuan memiliki kualitas tidur santai lansia antusias dan
buruk yang lebih tinggi. Hal di atas bersemangat dalam menjalani terapi
menunjukkan bahwa jenis kelamin selama 3 minggu. Terapi jalan
mempengaruhi kualitas tidur santai yang diberikan kepada lansia
seseorang. Wanita memiliki di Panti Werdha Bandung
kualitas tidur yang buruk memberikan pengaruh terhadap
disebabkan karena terjadi peningkatan kualitas tidur para
penurunan pada hormon lansia.
progesteron dan estrogen yang Peningkatan kualitas tidur yang
mempunyai reseptor di dialami responden disebabkan oleh
hipotalamus, sehingga memiliki karena jalan kaki tersebut terutama
andil pada irama sirkadian dan pola berdampak pada fisiologi langsung
tidur secara langsung. Kondisi dimana dapat meningkat kualitas
psikologis, meningkatnya dan kuantitas tidur, sedangkan
kecemasan, gelisah dan emosi dampak jangka panjangnya untuk
sering tidak terkontrol pada wanita meningkatkan daya tahan aerobik
akibat penurunan hormon estrogen atau kardiovaskuler, kekuatan otot
yang bisa menyebabkan gangguan rangka, kelenturan, keseimbangan
tidur. dan koordinasi gerak sehingga
dapat mencegah terjadinya jatuh,
2. Kualitas tidur pada lansia setelah kelincahan gerakan (Marryam,
dilakukan jalan santai di panti 2012). Penelitian ini sejalan dengan
werdha Bandung. penelitian (Hidayah, 2015). Yang
Berdasarkan hasil pengukuran berjudul “ Efektifitas Olahraga
sesudah dilakukan jalan santai Jalan Kaki terhadap Penurunan
sesuai dengan prosedur yaitu Depresi pada Lansia di Panti
dilakukan jalan santai dengan Werdha” menunjukan adanya
durasi 30-60 menit dengan batasan pengaruh olah raga jalan kaki
jarak yang sudah ditentukan dan mempunyai efektifitas terhadap
kegiatan dilaksanakan pada sore penurunan depresi pada lansia di
hari selama 3x dalam seminggu. Panti Werdha Lawang.
Kualitas tidur diukur dengan
instrumen yang sama, yaitu PSQI 3. Pengaruh jalan santai terhadap
dan diperoleh hasil yang yang kualitas tidur lansia di Pondok
menunjukkan peningkatan kualitas Lansia Tulus Kasih Bandung
tidur yang bermakna antara Hasil penelitian pada tabel
sebelum dan sesudah dilakukan 1.5 menunjukkan bahwa jumlah
jalan santai. responden 10 lansia, skor pretest
Jalan santai adalah merupakan olah rerata ± s.d 11.6 ± 2.54 dan skor
raga jalan kaki yang lambat. 7.4± 2.45. Hasil P-value= 0,000
Walaupun kelihatannya sangat maka dapat disimpulkan bahwa ada
54 Elizabeth Ari Setyarini , Ferdinan Sihombing, Veronika Ayu Sandriani : Pengaruh Olahraga Jalan Santai
Terhadap Kualitas Tidur Lansia Di Panti Werdha Bandung
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020

pengaruh jalan santai terhadap Keterbatasan Penelitian


kualitas tidur lansia di Panti Dalam penelitian ini keterbatasan
Werdha Bandung. Olahraga jalan penelitian
santai merupakan olah raga jalan
kaki yang lambat. Walaupun
kelihatannya sangat ringan, akan Simpulan Dan Saran
tetapi hal ini termasuk olahraga A. Simpulan
karena menggunakan otot-otot 1. Karakteristik responden
tubuh secara terus-menerus. (Arkan didapatkan bahwa lebih dari
dkk., 2015). Manfaat dari jalan setengah (60% ) responden
santai tersebut terutama berdampak berjenis kelamin perempuan
pada fisiologis langsung adalah dan lebih dari setengahnya
mengatur kadar gula darah, (60%) termasuk dalam
merangsang adrenalin dan kelompok umur usia lanjut
nonadrenalin dan meningkatkan (elderly).
kualitas dan kuatitas tidur 2. Hasil kualitas tidur pada pre tes
(Marryam, 2012). didapatkan seluruhnya (100%)
Di dukung oleh penelitian (Arkan mengalami kualitas tidur buruk
dkk,2015).”pengaruh olah raga dan hasil post tes kualitas tidur
jalan santai terhadap kadar glukosa pada lansia di Panti Werdha
darah pada pasien diabetes” Bandung setelah dilakukan
menyatakan bahwa menunjukan jalan santai (10%) mengalami
bahwa olahraga jalan kaki memiliki kualitas tidur baik dan 90%
pengaruh yang bermakna terhadap kualitas tidur buruk.
penurunan kadar glukosa darah. 3. Ada pengaruh jalan santai
Olah raga jalan santai juga terhadap peningkatan kualitas
merupakan olahraga rekreasi yang tidur lansia di Panti Werdha
dapat meningkatkan kebugaran Bandung dimana nilai p=
karena bersifat olahraga aerobik 0,000
bila dilakukan terus menerus
minimal 30 menit, olahraga sedang B. Saran
seperti berjalan kaki akan membuat 1. Bagi lansia
tubuh melepaskan hormon endorfin Memberikan motivasi pada
(hormon bahagia) ke dalam aliran lansia untuk rajin melakukan
darah, sehingga mengurangi stres jalan santai minimal 3x
dan kecemasan. Manfaat dari jalan seminggu di sekitar komplek
kaki tersebut terutama berdampak Panti Werdha dan membentuk
pada fisiologis langsung adalah grup lansia peserta jalan santai
mengatur kadar gula darah, yang dikoordinir oleh salah
merangsang adrenalin dan seorang lansia dengan
nonadrenalin dan meningkatkan pendampingan dari petugas
kualitas dan kuantitas tidur, panti.
sedangkan dampak jangka 2. Bagi Panti Werdha Bandung
panjangnya untuk meningkatkan Menyarankan untuk membuat
daya tahan aerobik atau jadwal kegiatan jalan kaki
kardiovaskuler, kekuatan otot seminggu 3x seminggu di
rangka, kelenturan, keseimbangan lingkungan sekitar panti.
dan koordinasi gerak sehingga 3. Bagi peneliti selanjutnya
dapat mencegah terjadinya jatuh, Disarankan untuk peneliti
kelincahan gerakan. selanjutnya melakukan
55 | Elizabeth Ari Setyarini , Ferdinan Sihombing, Veronika Ayu Sandriani : Pengaruh Olahraga Jalan
Santai Terhadap Kualitas Tidur Lansia Di Panti Werdha Bandung
penelitian tentang faktor-faktor Fefi, P. N. 2014. Pengaruh terapi
yang mempengaruhi kualitas musik keroncong dan aroma
tidur lansia. terapi lavender (lavandula
agustivolia) terhadap
Daftar Pustaka peningkatan kualitas tidur
lansia.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur http://digilib.stikeskusumahusa
Penelitian Suatu Pendekatan da.ac.id/files/disk1/12/01-gdl-
Praktik Jakarta: Rineka Cipta fefiputrin-567-1-skripsi-
Arkan, Adi, Widiya, dkk. 2015. %29.pdf
Pengaruh olahraga jalan santai Hidayah, Nurul. 2015. Efektifitas
terhadap kadar glukosa darah Olahraga Jalan Kaki terhadap
pada pasien diabetes melitus. Penurunan Depresi pada Lan-
http://eprints.ums.ac.id/39408/ sia di Panti Werdha.
9/Naskah%20Publikasi.pdf http://mpsi.umm.ac.id/files/fil
Artinawati, Sri. 2014. Asuhan e/226-
Keperawatan Gerontik. 232%20Nurul%20Hidayah.p
Penerbit in media. Bogor df.
Asmadi. 2008. Teknik Prosedural Irwina. 2012. Faktor- faktor yang
Keperawatan Konsep dan berhubungan dengan kualitas
Aplikasi Kebutuhan tidur yang buruk pada lansia
Dasar Klien. Jakarta: Salemba di Desa Wonojati Kabupaten
Medika. Jember
Budiarto, E. 2008. Biostatistika http://repository.unej.ac.id/bit
untuk Kedokteran dan stream/handle/123456789/32
Kesehatan Masyarakat. Jakarta 29/Irwina%20Angelia%20Sil
: EGC vanasari.pdf?sequence
Buysse, D. J., et al. The Pittsburgh Khomarun dkk. 2013. Pengaruh
Sleep Quality Indeks (PSQI): A aktivitas fisik jalan pagi
New Instrument fof terhadap penurunan tekanan
Psychiatric Practise and darah pada lansia dengan
Research. Pittsburgh: Elsevier hipertensi stadium I.
Scientific Publishers Ireland http:/jurnal.poltekekes-
Ltd. solo.ac.id
Dharma, Kelana, Kusuma. 2011. Khusnul Khasanah. 2012. .Kualitas
Metodologi Penelitian Tidur Lansia Balai Rehabilitasi
Keperawatan. Jakarta : Trans Sosial ―MANDIRI‖ Semarang
Info Media. http://ejournals1.undip.ac.id/in
Dini, D ,F. 2015. Pengaruh dex.php/jnursing
therapeutic exercise walking Kimio, Sugaya, dkk. 2007. Effects of
terhadap klien dengan penyakit walking exercise on nocturia in the
paru obstruksi kronik. elderly
https://repository.unej.ac.id/han https://www.jstage.jst.go.jp/arti
dle/123456789/65768 cle/biomedres/28/2/28_2_101/
Evi Karota. 2003.Kualitas tidur dan _pdf
faktor-faktor gangguan tidur Laelasari dkk, 2015. Faktor-faktor
klien lanjut usia yang berhubungan dengan
http://www.jki.ui.ac.id/index. aktivitas fisik lansia
php/jki/article/view/159/pdf_ https://www.scribd.com/doc/28
94 0038087/JURNAL-FAKTOR-
56 Elizabeth Ari Setyarini , Ferdinan Sihombing, Veronika Ayu Sandriani : Pengaruh Olahraga Jalan Santai
Terhadap Kualitas Tidur Lansia Di Panti Werdha Bandung
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020

FAKTOR-AKTIVITAS- http://repository.upi.edu/3403/
FISIK-PADA-LANSIA-pdf. 5/S_IKOR_0901362_Chapter3.
pdf
Maryam Siti dkk, 2012.Mengenal Riyanto, Agus, 2011. Metodologi
Usia dan Lansia dan Penelitian Kesehatan.
Perawatannya. Jakarta : Yogyakarta: Nuha Medika
Salemba Medika. Saryono & Widianti, A,T. 2012.
Notoatmodjo, Soekidjo, 2015. Catatan Kuliah Kebutuhan
Metodologi Penelitian Dasar Manusia. Ctakan 2.
Kesehatan. Rinerka Cipta Yogyakarta: Nuha Medika.
Nugroho, W. 2008. Keperawatan Setiadi. 2013. Konsep dan Praktek
Gerontik & Geriatrik Edisi 3. Penulisan Riset Keperawatan,
Jakarta. EGC Ed 2. Yogyakarta, Graha Ilmu
Nugroho, Dwi, Saputro. 2015. Silvanasari, I. A. 2012. Faktor-Faktor
Pengaruh jalan santai terhadap yang Berhubungan dengan
tekanan darah pada lansia. Kualitas Tidur yang Buruk
http://eprints.ums.ac.id/39652/ Pada Lansia.
1/NASKAH%20PUBLIKASI. http://repository.unej.ac.id/bitst
pdf ream/handle/123456789/3229/I
Potter, Patricia A. 2006. Buku Ajar rwina%20Angelia%20Silvanas
Fundamental Keperawatan: ari.pdf?sequence=1
konsep proses dan praktik, Ed Sugiyono. 2014. Metode Penelitian
1. Vol 2, Jakarta:EGC Kuantitatif Kualitatif dan
Rachmah. 2015. Aktivitas Fisik Pada R&D. Bandung :Alfabeta
Lanjut Usia. Yudi Abdul. 2014.Pengaruh
http://staff.uny.ac.id/sites/defau akupresur terhadap kualitas
lt/files/132256204/Aktivitas%2 tidur lansia di balai
0Fisik%20Lansia.pdf perlindungan sosial Tresna
Randy, S, Y, 2013. Perbandingan Werdha
Antara Lansia Yang http://repository.unpad.ac.id/19
Melakukan Olahraga Jalan 565/1/Pengaruh-Akupresur-
Kaki Dengan Tenis Terhadap Terhadap-Kualitas-Tidur-
Kebugaran Jasmani (Health Lansia.pdf
Related Physical Fitness)

57 | Elizabeth Ari Setyarini , Ferdinan Sihombing, Veronika Ayu Sandriani : Pengaruh Olahraga Jalan
Santai Terhadap Kualitas Tidur Lansia Di Panti Werdha Bandung
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020

Jurnal Kesehatan Saelmakers Perdana


ISSN 2615-6571 (Online), ISSN 2615-6563 ((Print)
Tersedia online di http://ojs.ukmc.ac.id/index.php/JOH

THE CORRELATION BETWEEN NURSES' CAREER PATHS TO THE JOB


SATISFACTION OF IMPLEMENTER NURSES IN THE WARD OF
WANGAYA HOSPITAL

1
I Dewa Agung Gde Fanji Pradiptha, 2Nyoman Putri Sriadi,3 I Dewa Ayu Marokta Utami
Dewi, 4Ni Putu Maya Kartini Putri
1234
STIKES Bina Usada Bali,
Email: fanjipradiptha20@gmail.com

Submisi: 17 Januari 2020 ; Penerimaan: 3 Februari 2020; Publikasi : 14 Februari 2020

ABSTRAK

Semakin besar jumlah pegawai yang bekerja pada suatu perusahaan akan meningkatkan kemungkinan
timbulnya suatu permasalahan, penanganan permasalahan tersebut tergantung pada kesadaran
manajemen akan pentingnya sumber daya manusia dalam suatu organisasi. Sumber daya manusia
merupakan sumber daya utama pada suatu perusahaan, sehingga diperlukan suatu perencanaan dan
pengembangan karir. Jenjang karir perawat yang baik dapat berpengaruh pada peningkatan kepuasan
kerja perawat. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan jenjang karir perawat terhadap
kepuasan kerja perawat pelaksana di Ruang Rawat Inap RSUD Wangaya. Penelitian ini menggunakan
rancangan penelitian korelasional dengan pendekatan cross sectional. Sampel yang digunakan
sebanyak 125 perawat pelaksana. Teknik analisa data yang digunakan adalah analisis univariat untuk
menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik variabel penelitian dan analisis bivariat yang
digunakan pada penelitian ini adalah uji chi square untuk menganalisis hubungan jenjang karir
perawat dengan kepuasan kerja perawat pelaksana. Hasil uji statistik diperoleh nilai p= 0.001, hal ini
menunjukkan bahwa ada hubungan jenjang karir dengan kepuasan kerja perawat pelaksana di Ruang
Rawat Inap RSUD Wangaya. Penting bagi institusi rumah sakit untuk memberikan kesempatan
kepada perawat pelaksana untuk meningkatkan jenjang karir, salah satunya melalui pendidikan
lanjutan, sehingga kepuasan kerja perawat dapat meningkat.

Kata Kunci: Jenjang Karir, Kepuasan Kerja, Perawat Pelaksana


ABSTRACT

The greater the number of employees who work at a company will increase the problem possibility,
the handling of these problems depends on management's awareness of the importance of human
resources in an organization. Human resources are the main resources in a company need a career
planning and development. A good nurse career path enables to influence the improvement of work
nurses satisfaction. This study aimed at analyzing the correlation between nurses' career paths to the
job satisfaction of implementer nurses in the Ward of Wangaya Hospital. This research used
correlation design research with cross sectional approach. The total sampling of the research were
125 implementer nurses. The data analysis technique used was univariate analysis to explain or
describe the characteristics of the research variables and the bivariate analysis used in this study is
the chi square test to analyze the correlation between nurses' career paths to the job satisfaction of
implementer nurses in the Ward of Wangaya Hospital. The statistical test results obtained p value =
0.001, this indicates that there was a correlation between career paths and job satisfaction of
implementer nurses in the Ward of Wangaya Hospital. It is important for hospital to provide
opportunities for implementer nurses to improve their career paths, one of which is through further
education, so that nurse job satisfaction can increase.

Keywords: Career Path, Job Satisfaction, Implementer Nurses

59 | I Dewa Agung Gde Fanji Pradiptha, Nyoman Putri Sriadi, I Dewa Ayu Marokta Utami Dewi, Ni Putu Maya Kartini Putri :
The Correlation Between Nurses' Career Paths To The Job Satisfaction Of Implementer Nurses In The Ward Of Wangaya
Hospital.
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020

Pendahuluan Pengembangan karir sumber daya


Indonesia telah memasuki era manusia dalam organisasi rumah
baru, yaitu era reformasi disegala sakit dapat dilakukan melalui
bidang termasuk yang terjadi pengembangan karir perawat.
dibidang kesehatan yang ditandai Pengembangan karir pada
dengan perubahan-perubahan yang saat ini berfokus pada peningkatan
cepat. Perubahan ini menuntut posisi/jabatan baik yang bersifat
keperawatan sebagai profesi untuk struktural maupun fungsional (job
meningkatkan kemampuan career), sedangkan pengembangan
intelektual, kemampuan karir profesional (profesional career)
interpersonal, dan moral (Nursalam, lebih menekankan pada
2012). Menurut rekapitulasi Badan pengembangan jenjang karir
Pengembangan dan Pemberdayaan profesional yang bersifat individual
Sumber Daya Manusia Kesehatan (Depkes RI, 2017). Jenjang karir
(BPPSDMK) per Desember 2016, merupakan tahapan vertikal yang
didapatkan data dari 15.263 unit harus ditempuh melalui pendidikan
layanan kesehatan seluruh Indonesia formal yang berjenjang, pendidikan
mendayagunakan sumber daya informal yang sesuai/relevan maupun
manusia sebanyak 1.000.780 orang, pengalaman praktik klinis yang
sebanyak 601.228 orang diantaranya diakui untuk meningkatkan
adalah tenaga kesehatan dan jumlah kompetensi yang dimiliki. Dalam
tenaga perawat adalah yang terbesar insitusi rumah sakit, jenjang karir
yaitu mencapai angka 49% (296.876 merupakan tahapan dalam
orang) (Depkes, 2017). Menurut peningkatan peran perawat
Hamali (2016), manajemen sumber profesional. Menurut Depkes (2017),
daya manusia merupakan suatu terdapat 5 jenjang karir perawat,
kegiatan dalam mengelola dan yaitu: 1) Perawat Klinis (PK) I, 2)
mendayagunakan sumber daya Perawat Klinis (PK) II, 3) Perawat
didalam diri pegawai yang Klinis (PK) III, 4) Perawat Klinis
dikembangkan secara maksimal (PK) IV, dan 5) Perawat Klinis (PK)
untuk pengembangan kemampuan V. Tujuan dilakukannya
individu pegawai dalam rangka pengembangan karir perawat adalah
mencapai visi dan misi suatu meningkatkan kepuasan individu
organisasi. perawat terhadap bidang kerja
Sumber daya manusia profesi yang ditekuninya (Depkes RI,
sebagai sumber daya utama pada 2017).
perusahaan, sehingga diperlukan Kepuasan kerja adalah
suatu perencanaan dan perasaan yang bersifat individual
pengembangan karir. Organisasi antara satu orang dengan lainnya dan
yang tidak memiliki pengembangan dipengaruhi oleh standar nilai yang
karir yang jelas pada pegawai dapat berlaku pada dirinya. Suatu
berakibat pada penurunan efektivitas pekerjaan yang dinilai lebih tinggi
secara keseluruhan. Selain itu, dari keinginan seseorang, maka
pengembangan karir yang tidak jelas kepuasan pada pekerjaan tersebut
dapat berpengaruh pada proses akan makin tinggi. Kepuasan kerja
staffing, terutama dengan merupakan gambaran perasaan
meningkatnya dan ketidakpuasan seseorang dalam bekerja (Rivai,
pegawai (Kaswan, 2017). 2015). Kepuasan kerja perawat dan
60 | I Dewa Agung Gde Fanji Pradiptha, Nyoman Putri Sriadi, I Dewa Ayu Marokta Utami Dewi, Ni Putu Maya Kartini Putri :
The Correlation Between Nurses' Career Paths To The Job Satisfaction Of Implementer Nurses In The Ward Of Wangaya
Hospital.
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020

mempertahankan perawat yang yang diperoleh, sedangkan 6 orang


produktif dan memiliki kompetensi perawat merasa kurang puas dengan
yang unik agar tetap berada di dalam pekerjaan yang dilakukan. Dilihat
organisasi dalam jangka waktu yang dari segi promosi sebanyak 8 orang
panjang tentunya menjadi aspek mengatakan bahwa untuk promosi
yang penting dilakukan oleh suatu masih berdasarkan senioritas, belum
organisasi. Strategi dan program berdasarkan pencapaian kinerja
yang dapat dilakukan organisasi masing-masing.
adalah dengan memberikan peluang Berdasarkan data diatas,
pengembangan karier (Kaswan, maka peneliti tertarik untuk
2017). Pentingnya pengembangan menganalisis hubungan jenjang karir
karir didukung oleh penelitian yang perawat terhadap kepuasan kerja
dilakukan oleh oleh Adekola (2011), perawat pelaksana di Ruang Rawat
dengan judul “Career Planning And Inap RSUD Wangaya.
Career Management As Correlates
For Career Development And Job Metode Penelitian
Satisfaction A Case Study Of Penelitian ini merupakan
Nigerian Bank Employees”. Hasil jenis penelitian korelasional dengan
penelitian ini menunjukkan adanya pendekatan penelitian yang
hubungan yang signifikan antara digunakan adalah cross sectional.
perencanaan karir dan manajemen Populasi pada penelitian ini adalah
karir terhadap pengembangan karir seluruh perawat pelaksana di Ruang
dan kepuasan kerja. Rawat Inap RSUD Wangaya yaitu
Data Bidang Kepegawaian sebanyak 183 perawat. Penelitian ini
RSUD Wangaya (2019) menyatakan menggunakan jenis pengambilan
bahwa dari 396 tenaga perawatan, sampel probability sampling dengan
sebanyak 309 (78%) orang teknik stratified random sampling.
tenaganya adalah perawat dan Besar sampel yang digunakan adalah
didapatkan data bahwa 183 (59,2%) 125 perawat pelaksana yang
perawat terdistribusi di Ruang Rawat didistribusikan pada 12 ruangan
Inap, 102 (55,7%) perawat rawat inap. Penelitian ini dilakukan
berpendidikan D-III Keperawatan dan Ruang Rawat Inap RSUD Wangaya
110 (60,1%) perawat memiliki status pada bulan April sampai Juli 2019
kepegawaian non PNS. Data dari dengan menggunakan kuesioner
Komite Keperawatan, didapatkan sebagai instrumen pengumpulan
hasil bahwa RSUD Wangaya mulai data. Analisa data menggunakan
menerapkan sistem jenjang karir analisis univariat dan analisis
pada tahun 2017 dan sebanyak 76 bivariat. Analisis bivariat yang
(41,5%) perawat masih berada pada digunakan pada penelitian ini adalah
jenjang PK-I. Berdasarkan hasil uji chi square. Uji chi square
wawancara awal yang dilakukan dilakukan untuk menganalisis
pada 10 orang perawat pelaksana hubungan dua variabel penelitian
pada tanggal 7 Maret 2019, diketahui (Hastono, 2016).
bahwa kepuasan kerja perawat masih
kurang, sebanyak 8 orang merasa
kurang puas dengan penghasilan

61 | I Dewa Agung Gde Fanji Pradiptha, Nyoman Putri Sriadi, I Dewa Ayu Marokta Utami Dewi, Ni Putu Maya Kartini
Putri : The Correlation Between Nurses' Career Paths To The Job Satisfaction Of Implementer Nurses In The Ward Of
Wangaya Hospital.
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020

Hasil
Karakteristik responden pada Tabel 2. Diskripsi Variabel
penelitian ini terdiri dari usia, jenis Penelitian Perawat
kelamin, pendidikan terakhir, masa Pelaksana di Ruang
kerja, status kepegawaian dan Rawat Inap RSUD
jenjang karir perawat. Tabel Wangaya
distribusi frekuensi karakteristik
responden dapat dilihat pada tabel Jumlah
No Variabel Penelitian
berikut ini. n %
1 Jenjang 1. Rendah 81 64,8
Karir 2. Tinggi 44 35,2
Tabel 1. Karakteristik Responden Total 125 100
Perawat Pelaksana di 2 Kepuasan 1. Tidak Puas 61 48,8
Ruang Rawat Inap RSUD Kerja 2. Puas 64 51,2
Wangaya Total 125 100

Tabel 1 menunjukkan bahwa usia Hasil analisis jenjang karir


responden yang paling banyak pada tabel di atas dapat disimpulkan
berada pada rentang usia > 30 tahun bahwa perawat pelaksana sebagian
yaitu 60%. Sebagian besar responden besar masih berada pada jenjang
memiliki pendidikan terakhir D-III karir yang masih rendah yaitu 64,8%,
keperawatan sebanyak 49,6%. dan mayoritas perawat pelaksana
Mayoritas responden memiliki masa puas dengan pekerjaannya sebesar
kerja < 10 tahun yaitu sebanyak 51,2%.
54,4%. Status kepegawaian paling No Karakteristik Responden
Jumlah
banyak adalah PNS sebesar 44%, n %
1 Umur 1. 20 – 30 tahun 50 40
dan 32,8% berada pada jenjang karir 2. > 30 tahun 75 60
PK I. Total 125 100
Jenjang karir perawat 2 Pendidika 1. Diploma Tiga 62 49,6
n Terakhir Keperawatan
pelaksana terdiri dari PK I sampai 2. Sarjana 14 11,2
Keperawatan
dengan PK V. Namun, pada
3. Ners 49 39,2
penelitian ini perawat pelaksana Total 125 100
berada pada jenjang karir PK I 3 Masa 1. <10 tahun 68 54,4
sampai dengan PK IV. Perawat Kerja 2. 10-20 tahun 52 41,6
3. >20 tahun 5 4
pelaksana pada PK I dan PK II Total 125 100
dikelompokan dalam jenjang karir 4 Status 1. Kontrak APBD 30 24
Kepegawa 2. Kontrak BLUD 27 21,6
rendah, dan perawat pelaksana pada ian Non Prof.
PK III dan PK IV dikelompok dalam 3. Kontrak BLUD 13 10,4
Prof.
jenjang karir tinggi, sedangkan 4. PNS 55 44
kepuasan kerja dikatagorikan Total 125 100
5 Jenjang 1. PK I 41 32,8
menjadi puas dan tidak puas. Karir 2. PK II 40 32
3. PK III 35 28
4. PK IV 9 7,2
Hasil analisis jenjang karir Total 125 100
dan kepuasan kerja perawat
pelaksana di Ruang Rawat Inap
RSUD Wangaya disajikan pada tabel
distribusi frekuensi berikut:

62 | I Dewa Agung Gde Fanji Pradiptha, Nyoman Putri Sriadi, I Dewa Ayu Marokta Utami Dewi, Ni Putu Maya Kartini
Putri : The Correlation Between Nurses' Career Paths To The Job Satisfaction Of Implementer Nurses In The Ward Of
Wangaya Hospital.
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020

Hasil Analisis Hubungan ditempuh melalui pendidikan formal


Jenjang Karir dengan Kepuasan berjenjang, pendidikan informal
Kerja dapat dijabarkan sebagai yang relevan maupun pengalaman
berikut: praktik klinis yang diakui dalam
Tabel 3. Tabulasi Silang Jenjang rangka peningkatan kompetensi.
Karir dengan Kepuasan Menurut Depkes (2017), tujuan
Kerja Perawat pengembangan jenjang karir
Pelaksana di Ruang profesional perawat adalah untuk
Rawat Inap RSUD meningkatkan kepuasan individu
Wangaya perawat terhadap bidang kerja
profesi yang ditekuninya.
Total Kepuasan Pengembangan karir apabila
Jenjang Tidak Puas Total P mengadaptasi jenjang karir
Karir Puas Value
n % n % n % berdasarkan ketentuan Depkes
Rendah 49 60,5 32 39,5 81 100
Tinggi 12 27,3 32 72,7 44 100
0,001 (2017) yaitu adanya pembagian
61 48,8 64 51,2 125 100 perawat sesuai dengan jenjang
karirnya masing-masing yaitu
Pada hasil analisis di atas Perawat Klinis (PK), Perawat
menunjukkan hubungan jenjang karir Manajer (PM), Perawat Pendidik
dengan kepuasan kerja perawat (PP) dan Perawat Peneliti/Riset (PR).
pelaksana diperoleh bahwa sebanyak Perawat Klinis (PK) adalah jenjang
32 (72,7%) perawat pelaksana yang karir yang digunakan oleh perawat
memiliki jenjang karir tinggi puas yang berada di pelayanan kesehatan
dengan pekerjaannya, sedangkan mulai dari PK-I sampai dengan PK-
perawat pelaksana yang memiliki V. Perawat PK-I dimulai dengan
jenjang karir rendah 32 (39,5%) puas latar belakang pendidikan D-III
dengan pekerjaannya. Hasil uji Keperawatan dengan pengalaman
statistik diperoleh nilai p= 0.001, hal kerja ≥ 1 tahun atau latar belakang
ini menunjukkan bahwa ada pendidikan Ners dengan pengalaman
hubungan jenjang karir dengan kerja ≥ 1 tahun. Perawat Klinis I
kepuasan kerja perawat pelaksana di harus mempunyai sertifikat pra
Ruang Rawat Inap RSUD Wangaya. klinis. Perawat PK-II memiliki latar
Hasil analisis juga menunjukkan belakang pendidikan D-III
bahwa nilai OR=4,083 yang berarti Keperawatan dengan pengalaman
perawat pelaksana yang memiliki kerja ≥ 4 tahun atau latar belakang
jenjang karir tinggi mempunyai pendidikan Ners dengan pengalaman
peluang 4,08 kali lebih besar untuk kerja ≥ 3 tahun. Perawat Klinis II
puas dengan pekerjaannya. harus mempunyai sertifikat PK I.
Perawat PK-III yaitu lulusan
Pembahasan D-III Keperawatan dengan
Jenjang karir adalah jabatan pengalaman kerja ≥ 10 tahun atau
pada suatu pekerjaan yang berperan latar belakang pendidikan Ners
dalam upaya pembentukan karir dengan pengalaman bekerja ≥ 7
pegawai (Sinambela, 2017). Menurut tahun atau Ners Spesialis I yang
Depkes (2017), jenjang karir adalah memiliki pengalaman bekerja 0
jalur mobilitas vertikal yang tahun. Perawat klinis III lulusan D-

63 | I Dewa Agung Gde Fanji Pradiptha, Nyoman Putri Sriadi, I Dewa Ayu Marokta Utami Dewi, Ni Putu Maya Kartini
Putri : The Correlation Between Nurses' Career Paths To The Job Satisfaction Of Implementer Nurses In The Ward Of
Wangaya Hospital.
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020

III Keperawatan dan Ners harus hal ini menunjukkan bahwa ada
mempunyai sertifikat PK II. Perawat hubungan jenjang karir dengan
PK-IV adalah lulusan Ners dengan kepuasan kerja perawat pelaksana di
pengalaman bekerja ≥ 13 tahun atau Ruang Rawat Inap RSUD Wangaya.
Ners Spesialis I yang memiliki Hal ini sesuai dengan penelitian yang
pengalaman bekerja ≥ 2 tahun. dilakukan oleh Pradiptha et, al
Perawat Klinis IV harus mempunyai (2018) dengan judul “The
sertifikat PK III. Perawat yang Development Of Implementer
berada pada PK-V adalah Ners Nurses’ Career On Job Satisfaction
Spesialis I yang memiliki And Turnover Intention”. Penelitian
pengalaman bekerja selama ≥ 4 ini menunjukkan bahwa
tahun dan memiliki sertifikat PK IV pengembangan karir berhubungan
atau Ners Spesialis II (Konsultan) kuat dan berpola positif dengan
yang memiliki pengalaman bekerja 0 kepuasan kerja, yang berarti semakin
tahun. Semakin tinggi tahapan yang baik pengembangan karir perawat
dicapai, maka semakin berkembang maka kepuasan kerja perawat akan
pula karir keperawatannya. Hal ini meningkat.
berdampak pada kepuasan kerjanya Penelitian lain juga dilakukan
semakin tinggi. Pada penelitian ini oleh Shujaat, et al (2013) dengan
perawat pelaksana berada pada judul “Impact of Career
jenjang karir PK I sampai dengan PK Development on Employee
IV. Perawat pelaksana pada PK I dan Satisfaction in Private Banking
PK II dikelompokan dalam jenjang Sector Karachi”. Penelitian ini
karir rendah, dan perawat pelaksana menunjukkkan bahwa ada hubungan
pada PK III dan PK IV dikelompok positif antara pengembangan karir
dalam jenjang karir tinggi. dan kepuasan kerja karyawan di
Kepuasan kerja adalah sektor perbankan. Penelitian lain
perasaan individual yang tidak sama yang sejalan dengan penelitian ini
antara satu orang dengan lainnya juga dilakukan oleh Cedaryana
yang dipengaruhi oleh standar nilai (2015) dengan judul “Influence of
pada dirinya. Suatu pekerjaan yang Work Discipline, Career
dinilai lebih tinggi dari keinginan Development and Job Satisfaction on
seseorang, maka kepuasan pada Employee Performance Directorate
pekerjaan tersebut akan makin tinggi. General Research and Development
Kepuasan kerja merupakan of Ministry Research, Technology
gambaran perasaan seseorang dalam and Higher Education”. Hasil
bekerja (Rivai, 2015). Pada penelitian ini menunjukkan terdapat
penelitian ini kepuasan kerja pada hubungan positif antara
perawat pelaksana dikatagorikan pengembangan karir dengan
menjadi puas dan tidak puas. kepuasan kerja.
Penelitian ini menganalisis
hubungan jenjang karir dengan Kesimpulan dan Saran
kepuasan kerja perawat pelaksana di Berdasarkan hasil penelitian,
Ruang Rawat Inap RSUD Wangaya. maka dapat ditarik kesimpulan
Hasil analisis Chi Square bahwa perawat pelaksana sebagian
menunjukkan bahwa nilai p= 0.001, besar masih berada pada jenjang

64 | I Dewa Agung Gde Fanji Pradiptha, Nyoman Putri Sriadi, I Dewa Ayu Marokta Utami Dewi, Ni Putu Maya Kartini
Putri : The Correlation Between Nurses' Career Paths To The Job Satisfaction Of Implementer Nurses In The Ward Of
Wangaya Hospital.
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020

karir yang masih rendah yaitu 64,8%, pembelajaran manajemen


mayoritas perawat pelaksana puas keperawatan.
dengan pekerjaannya sebesar 51,2% ,
dan jenjang karir yang baik dapat 3. Bagi Penelti Selanjutnya
berpengaruh terhadap peningkatan Penelitian selanjutnya sebaiknya
kepuasan kerja perawat pelaksana. mengkaji lebih dalam varibel
Adapun saran bagi rumah sakit terkait jenjang karir dan
adalah penelitian ini apat menjadi kepuasan kerja perawat
referensi bagi pembuatan kebijakan pelaksana
di RSUD Wangaya untuk
meningkatkan kepuasan kerja Daftar Pustaka
perawat pelaksana dengan Adekola. 2011. Career Planning And
memberikan kesempatan pada Career Management As
perawat untuk mengembangkan karir Correlates For Career
melalui pendidikan lanjutan, Development And Job
sedangkan bagi institusi pendidikan Satisfaction A Case Study
dapat menerapkan dan Of Nigerian Bank
mensosialisasikan ilmu manajemen Employees. Australian
keperawatan khususnya pada Journal of Business and
hubungan jenjang karir terhadap Management Research, Vol
kepuasan kerja perawat pelaksana 1, No 2.
sehingga dapat memberikan Akmal Umar. 2015. The Effect of
pengetahuan dan strategi dalam Motivation and Career
pengembangan model pembelajaran Development Against
manajemen keperawatan. Employees‟ Performance
Adapun saran dari penelitian ini and Job Satisfaction of the
adalah sebagai berikut : Governor Office South
1. Bagi Rumah Sakit Sulawesi Province,
Dapat menjadi saran bagi Indonesia. International
pembuatan kebijakan di RSUD Journal of Management
Wangaya untuk meningkatkan Sciences,Vol 5, No 9, 628-
kepuasan kerja perawat 638.
pelaksana dengan memberikan Cedaryana. 2015. Influence of Work
kesempatan pada perawat untuk Discipline, Career
mengembangkan karir melalui Development and Job
pendidikan lanjutan. Satisfaction on Employee
2. Bagi Institusi Pendidikan Performance Directorate
Menerapkan dan General Research and
mensosialisasikan ilmu Development of Ministry
manajemen keperawatan Research, Technology and
khususnya pada hubungan Higher Education.
jenjang karir terhadap kepuasan International Journal of
kerja perawat pelaksana sehingga Scientific Research and
dapat memberikan pengetahuan Management, Vol 6, No
dan strategi dalam 02, 87-96.
pengembangan model

65 | I Dewa Agung Gde Fanji Pradiptha, Nyoman Putri Sriadi, I Dewa Ayu Marokta Utami Dewi, Ni Putu Maya Kartini
Putri : The Correlation Between Nurses' Career Paths To The Job Satisfaction Of Implementer Nurses In The Ward Of
Wangaya Hospital.
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020

Cigdem Kaya and Belgin Ceylan. Menyeleksi,


2014. An Empirical Study Mengembangkan, dan
on the Role of Career Mempertahankan Pagawai
Development Programs in terbaik untuk Menciptakan
Organizations and Keunggulan Organisasi.
Organizational Bandung: Alfabeta.
Commitment on Job Marquis, BL & Huston. 2010.
Satisfaction of Employees. Kepemimpinan Dan
American Journal of Manajemen Keperawatan:
Business and Management, Teori & Aplikasi. Edisi 4.
Vol. 3, No. 3, 2014, 178- Jakarta: EGC.
191. Notoatmodjo, Soekidjo. 2014.
Depkes RI. 2017. Infodatin: Pusat Metodologi Penelitian
Data dan Informasi Kesehatan. Jakarta: Rineka
Kementerian Kesehatan RI. Cipta.
Available at: Nursalam. 2012. Manajemen
http://www.depkes.go.id/re Keperawatan: Aplikasi
sources/download/pusdatin/ Dalam Praktik
infodatin/infodatin%20pera Keperawatan Propesional.
wat%202017.pdf. Accesed: Jakarta: Salemba Medika.
February 13, 2019. Nursalam. 2017. Metodologi
Depkes RI. 2017. Peraturan Menteri Penelitian Ilmu
Kesehatan Republik Keperawatan: Pendekatan
Indonesia Nomor 40 Tahun Praktis. Edisi 4. Jakarta:
2017 Tentang Salemba Medika.
Pengembangan Jenjang Pradiptha et, al. 2018. “The
Karir Profesional Perawat Development Of
Klinis. Available at: Implementer Nurses‟
http://hukor.kemkes.go.id/ Career On Job Satisfaction
uploads/produk_hukum/P And Turnover Intention.
MK_No._40_ttg_Pengemb IMPACT: International
angan_Jenjang_Karir_Prof Journal of Research in
esional_Perawat_Klinis_.p Applied, Natural and Social
df Accesed: February 2, Sciences (IMPACT:
2019. IJRANSS), Vol. 6, Issue 9,
Hamali, Arif Yusuf. 2016. 9-22.
Pemahaman Manajemen Rivai Zainal, Veithzal. 2015.
Sumber Daya Manusia. Manajemen Sumber Daya
Yogyakarta: CAPS. Manusia untuk
Hastono, S.P. 2016. Analisa Data Perusahaan: Dari Teori ke
Kesehatan. Depok: Praktik. Edisi 3. Cet. 7.
Fakultas Kesehatan Jakarta: Rajawali Pers.
Masyarakat, Universitas Robbins, Stephen P. & Judge,
Indonesia. Timothy A. 2017. Perilaku
Kaswan. 2017. Effective Staffing: Organisasi. Edisi 16.
Strategi Merekrut, Jakarta: Salemba Empat.

66 | I Dewa Agung Gde Fanji Pradiptha, Nyoman Putri Sriadi, I Dewa Ayu Marokta Utami Dewi, Ni Putu Maya Kartini
Putri : The Correlation Between Nurses' Career Paths To The Job Satisfaction Of Implementer Nurses In The Ward Of
Wangaya Hospital.
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020

Sastroasmoro, Sudigdo. 2014. Development on Employee


Dasar-Dasar Metodologi Satisfaction in Private
Penelitian Klinis. Edisi 5. Banking Sector Karachi.
Jakarta: Sagung Seto Journal of Management
and Social Sciences, Vol. 9,
Sinambela, Lijan Poltak. 2017. No. 2, 01-08.
Manajemen Sumber Daya Sunyoto, Danang dan Setiawan, Ari.
Manusia. Jakarta: Bumi 2013. Buku Ajar: Statistik
Aksara. Kesehatan. Yogyakarta:
Shujaat, et al (2013) dengan judul Nuha Medika.
“Impact of Career

67 | I Dewa Agung Gde Fanji Pradiptha, Nyoman Putri Sriadi, I Dewa Ayu Marokta Utami Dewi, Ni Putu Maya Kartini
Putri : The Correlation Between Nurses' Career Paths To The Job Satisfaction Of Implementer Nurses In The Ward Of
Wangaya Hospital.
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020

Jurnal Kesehatan Saelmakers Perdana


ISSN 2615-6571 (Online), ISSN 2615-6563 (Print)
Tersedia online di http://ojs.ukmc.ac.id/index.php/JOH

HUBUNGAN KARAKTERISTIK TERHADAP TINGKAT KECEMASAN


IBU HAMIL MENJELANG PERSALINAN SPONTAN DI PUSKESMAS
KECAMATAN MAKASAR JAKARTA TIMUR

Relationship between Characteristics towards Anxiety Levels of Pregnant Women


Ahead of Spontaneous Delivery at the Puskesmas District of Makasar,
East Jakarta

2
Wulan Puspa Gary1, Yoanita Hijriyati , Zakiyah 3
123Fakultas Keperawatan Dan Kebidanan, Universitas Binawan.
email: wulanpuspagary1@gmail.com

Submisi: 24 Januari 2020 ; Penerimaan: 3 Februari 2020; Publikasi : 14 Februari 2020

ABSTRAK
Angka kejadian kecemasan di Indonesia dalam menghadapi persalinan sebanyak 107 juta orang ibu
hamil ( 28,7%) dari 373 juta orang ibu hamil yang mengalami kecemasan menghadapi persalinan.
Populasi ibu hamil di pulau Jawa pada tahun 2012 terdapat 67.976 ibu hamil, sedangkan yang
mengalami kecemasan pada saat akan menghadapi persalinan yaitu 35.587 orang (52,3 %) (BPS,
2013 ). Paritas ibu hamil dan pekerjaan menjadi faktor penyebab munculnya tingkat kecemasan pada
ibu hamil primigravida (Handayani, 2015). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
Bagaimanakah hubungan karakteristik terhadap tingkat kecemasan ibu hamil menjelang persalinan
spontan di Puskesmas Kecamatan Makasar Jakarta Timur. Penelitian ini menggunakan desain
deskriptif korelasi dengan metode survey Cross Sectional. Analisa data meng gunakan uji Spearman
Rank, penelitian ini dilakukan pada 41 responden. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan
karakteristik usia, status paritas, pekerjaan dengan tingkat kecemasan ibu hamil menjelang
persalinan spontan, dan tidak terdapat hubungan tingkat pendidikan dengan tingkat kecemasan ibu
hamil menjelang persalinan spontan. Nilai korelasi usia (r = 0.758), dengan p-value sebesar 0.000
(<0,05), status paritas nilai korelasi (r = 0.394) dengan nilai p-value sebesar 0.011 (<0,05), tingkat
pendidikan nilai korelasi (r = 0.986) dengan nilai p-value sebesar 0.003 (<0,05), Pekerjaan dengan
nilai korelasi (r = -0.309) dengan nilai p-value sebesar 0.049 (<0,05). Saran: ibu hamil dapat
memanfaatkan kunjungan ke pelayanan kesehatan secara teratur untuk dapat mengurangi tingkat
kecemasan menjelang persalinan.
Kata kunci: karakteristik, tingkat kecemasan, ibu hamil
ABSTRACT
The incidence of anxiety in Indonesia in the face of childbirth as many as 107 million pregnant
women (28.7%) of 373 million pregnant women who experience anxiety about childbirth. The
population of pregnant women on the island of Java in 2012 was 67,976 pregnant women, while
those who experienced anxiety at the time of going into labor were 35,587 people (52.3%) (BPS,
2013). Parity of pregnant and work mothers is a factor causing the emergence of anxiety levels in
primigravida pregnant women (Handayani, 2015). This study aims to determine how the
relationship of characteristics to the level of anxiety of pregnant women before spontaneous labor in
the District Health Center Makasar, East Jakarta. This study uses a descriptive correlation design
with the Cross Sectional survey method. Data analysis using the Spearman Rank test, this study was
conducted on 41 respondents. The results showed a relationship between the characteristics of age,
parity status, occupation with anxiety levels of pregnant women, and there was no relationship
between the level of education and anxiety levels of pregnant women. The age correlation value (r =
0.758), with a p-value of 0,000 (<0.05), parity status of the correlation value (r = 0.394) with a p-
value of 0.011 (<0.05), education level of correlation value ( r = 0.986) with a p-value of 0.003
(<0.05), Work with a correlation value (r = -0.309) with a p-value of 0.049 (<0.05). Suggestion:
pregnant women can take advantage of regular health service visits to reduce anxiety levels before
delivery.
Keywords: characteristics, anxiety level, pregnant women
68 | Wulan Puspa Gary, Yoanita Hijriyati , Zakiyah: Hubungan Karakteristik Terhadap Ting6kat
Kecemasan Ibu Hamil Menjelang Persalinan Spontan Di Puskesmas Kecamatan Makasar Jakarta
Timur
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020

PENDAHULUAN 64 responden diperoleh 10.9%


Gangguan cemas merupakan salah mengalami kecemasan ringan, 70,3%,
satu gangguan psikiatrik yang paling kecemasan sedang, dan 18,8%
sering dijumpai. Menurut laporan The kecemasan berat (Handayani, 2015).
National Comorbidity Study, satu dari Banyak calon ibu yang menghadapi
empat orang memenuhi kriteria proses persalinan dengan perasaan takut
diagnosis untuk setidaknya satu dan cemas (Maramis, 2010).
gangguan kecemasan. Gangguan
cemas juga lebih banyak terjadi pada Usia, paritas ibu hamil, tingkat
wanita (30,5%) daripada pria pendidikan, dan pekerjaan menjadi
(19,2%). (Sadock, 2015). faktor penyebab munculnya tingkat
Angka kejadian kecemasan di kecemasan pada ibu hamil primigravida
Indonesia dalam menghadapi (Handayani, 2015). Usia ibu akan
persalinan sebanyak 107 juta orang berpengaruh terhadap kehamilan. Usia
ibu hamil ( 28,7%) dari 373 juta aman seorang ibu hamil diantara 20
orang ibu hamil yang mengalami tahun sampai dengan 35 tahun.
kecemasan menghadapi persalinan. Sedangkan tingkat pendidikan juga akan
Populasi ibu hamil di pulau Jawa berpengaruh pada respon ibu dalam
pada tahun 2012 terdapat 67.976 ibu menghadapi sesuatu yang datang dari
hamil, sedangkan yang mengalami dalam diri ibu maupun dari luar atau
kecemasan pada saat akan lingkungan (Heriani, 2016). Semakin tua
menghadapi persalinan yaitu 35.587 usia kehamilan, maka perhatian dan
orang (52,3 %) (BPS, 2013 ). pikiran ibu hamil mulai tertuju pada
Kecemasan pada ibu hamil dapat sesuatu yang dianggap klimaks,
timbul khususnya pada trimester sehingga kegelisahan dan ketakutan
ketiga kehamilan hingga saat yang dialami ibu hamil akan semakin
persalinan, dimasa pada periode ini intensif saat menjelang persalinan
ibu hamil merasa cemas terhadap (Aprianawati, 2010).
berbagai hal seperti normal atau tidak Pada tanggal 29 Maret 2019, Di
normal bayinya lahir, nyeri yang akan Puskesmas Kecamatan Makasar, Jakarta
dirasakan, dan sebagainya. (Usman, Timur, peneliti melakukan wawancara
2016). kepada 15 orang ibu hamil dengan
Penelitian yang dilakukan pada ibu berbagai karakteristik usia, paritas,
primigravida 22,5% mengalami pendidikan dan pekerjaan. Pada
cemas ringan, 30% mengalami cemas wawancara tersebut didapatkan
sedang, 27,5% cemas berat, dan 20% sebanyak 10 dari 15 orang ibu hamil
mengalami cemas sangat berat mengatakan cemas dalam menghadapi
(Sarifah, 2016). Sedangkan penelitian proses persalinan nantinya, dengan
yang dilakukan di Banyumas, Jawa tingkat kecemasan yang berbeda-beda.
Tengah didapatkan hasil sebanyak Berdasarkan hal tersebut, peneliti
42,8% ibu hamil mengalami tertarik untuk mengetahui hubungan
kecemasan menjelang persalinan karakteristik ibu hamil terhadap tingkat
(Wibowo, 2012). Kecemasan kecemasan menjelang persalinan
menghadapi persalinan dirasakan spontan di Puskesmas Kecamatan
seluruh ibu hamil khususnya Makasar, Jakarta timur.
primigravida, dari penelitian yang
dilakukan mengenai factor-faktor METODE PENELITIAN
yang berhubungan dengan tingkat Jenis penelitian menggunakan desain
kecemasan menjelang persalinan, dari deskriptif korelasi dengan metode
69 | Wulan Puspa Gary, Yoanita Hijriyati , Zakiyah: Hubungan Karakteristik Terhadap Ting6kat
Kecemasan Ibu Hamil Menjelang Persalinan Spontan Di Puskesmas Kecamatan Makasar Jakarta
Timur
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020

survey Cross Sectional. Analisis data kecemasan normal sebanyak 32


menggunakan distribusi frekuensi responden (78,0%), sedangkan usia
untuk menggambarkan setiap variable beresiko (<20 - >35 tahun) dengan
dan menggunakan uji Spearman Rank tingkat kecemasan ringan hingga sedang
(Rho) melihat hubungan antara sebanyak 6 responden (14,6%).
variable independent dan variable Berdasarkan hasil uji statistic dengan
dependent. Penelitian ini menggunakan uji Spearman Rank (rho),
dilaksanakan di Puskesmas diperoleh nilai signifikan atau p-value =
Kecamatan Makasar Jakarta Timur. 0,000 (p <0,05) sehingga dapat
Penelitian ini dilakukan dengan 41 disimpulkan bahwa terdapat hubungan
responden. Sampel pada penelitian ini bermakna antara karakteristik usia ibu
adalah ibu hamil trimester III dengan hamil dengan tingkat kecemasan dengan
indikasi persalinan normal yang nilai coefficient correlation = 0,758 yang
disebutkan dari buku KIA tanpa artinya adanya hubungan dengan
penyakit penyerta. Pengambilan korelasi tinggi/kuat.
sampel dilakukan dengan metode non
probability sampling melalui Tabel 2. Hubungan Karakteristik (Paritas)
purposive sampling. Instrumen pada Dengan Tingkat Kecemasan Ibu Hamil
penelitian ini adalah dengan Menjelang Persalinan Normal Di Puskesmas
Kecamatan Makasar Jakarta Timur
menggunakan kuesioner untuk
pengambilan data karakteristik ibu
hamil (usia, status paritas,
pendidikan, pekerjaan) dan juga
menggunakan Zung Self-Rating
Anxiety Scale untuk mengukur tingkat
kecemasan ibu hamil. Variable
independen dalam penelitian ini
adalah: karakteristik ibu hamil (usia,
status paritas, pendidikan, pekerjaan),
sedangkan variable dependent nya Berdasarkan tabel 2 menunjukan bahwa
adalah tingkat kecemasan ibu hamil mayoritas ibu hamil Primigravida yang
menjelang persalinan. memiliki tingkat kecemasan normal
sebanyak 16 responden (39,0%),
Hasil Dan Pembahasan sedangkan ibu hamil multigravida
Tabel 1. Hubungan Karakteristik (Usia) dengan tingkat kecemasan normal
Dengan Tingkat Kecemasan Ibu Hamil sebanyak 17 responden (41,5%).
Menjelang Persalinan Normal Di Berdasarkan hasil uji statistic dengan
Puskesmas Kecamatan Makasar Jakarta
menggunakan uji Spearman Rank (rho),
Timur
diperoleh nilai signifikan atau p-value =
0,011 (p <0,05) sehingga dapat
disimpulkan bahwa terdapat hubungan
bermakna antara karakteristik paritas ibu
hamil dengan tingkat kecemasan dengan
nilai coefficient correlation = 0,394 yang
artinya terdapat hubungan dengan
korelasi lemah/rendah.
Berdasarkan tabel 1 menunjukan
bahwa mayoritas ibu hamil tidak
beresiko (20-35 tahun) tingkat

70 | Wulan Puspa Gary, Yoanita Hijriyati , Zakiyah: Hubungan Karakteristik Terhadap Ting7kat
Kecemasan Ibu Hamil Menjelang Persalinan Spontan Di Puskesmas Kecamatan Makasar Jakarta
Timur
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020

Tabel 3. Hubungan Karakteristik


(Pendidikan) Dengan Tingkat Kecemasan
Ibu Hamil Menjelang Persalinan Normal
Di Puskesmas Kecamatan Makasar
Jakarta Timur

Berdasarkan tabel 4 menunjukan bahwa


mayoritas ibu hamil dengan pekerjaan
sebagai pedagang memiliki tingkat
kecemasan normal sebanyak 4
Berdasarkan tabel 3 menunjukan responden (9,8%), ibu hamil dengan
bahwa mayoritas ibu hamil dengan pekerjaan buruh/tani dengan tingkat
tidak bersekolah memiliki tingkat kecemasan normal sebanyak 3
kecemasan normal sebanyak 1 responden (7,3%), ibu hamil PNS
responden (2,4%), ibu hamil dengan dengan tingkat kecemasan normal
pendidikan dasar dengan tingkat sebanyak 4 responden (9,8%), dan ibu
kecemasan normal sebanyak 10 hamil dengan pekerjaan wiraswasta
responden (41,5%), ibu hamil dengan memiliki tingkat kecemasan normal
pendidikan menengah dengan tingkat sebanyak 5 responden (12,2%), dan ibu
kecemasan normal sebanyak 15 hamil IRT dengan tingkat kecemasan
responden (36,6%), dan ibu hamil normal sebanyak 17 responden (41,5%).
dengan pendidikan atas dengan Berdasarkan hasil uji statistic dengan
tingkat kecemasan normal sebanyak 7 menggunakan uji Spearman Rank (rho),
responden (17,1%). Berdasarkan hasil diperoleh nilai signifikan atau p-value =
uji statistic dengan menggunakan uji 0,049 (p <0,05) sehingga dapat
Spearman Rank (rho), diperoleh nilai disimpulkan bahwa terdapat hubungan
signifikan atau p-value = 0,003 (p bermakna antara karakteristik paritas ibu
<0,05) sehingga dapat disimpulkan hamil dengan tingkat kecemasan dengan
bahwa terdapat hubungan bermakna nilai coefficient correlation = -309
antara karakteristik paritas ibu hamil adanya hubungan dengan korelasi
dengan tingkat kecemasan dengan lemah/rendah.
nilai coefficient correlation = 0,986
yang artinya tidak ada hubungan Pembahasan
dengan korelasi sangat tinggi/kuat. Hubungan Karakteristik Usia Ibu
Hamil dengan Tingkat Kecemasan
Tabel 4. Hubungan Karakteristik Pada Tabel 1 berdasarkan hasil analisis
(Pekerjaan) Dengan Tingkat Kecemasan bivariate peneliti dengan hubungan
Ibu Hamil Menjelang Persalinan Normal karakteristik usia ibu hamil dengan
Di Puskesmas Kecamatan Makasar
Jakarta Timur
tingkat kecemasan di Puskesmas
Kecamatan Makasar Jakarta Timur
diketahui bahwa berdasarkan hasil uji
hipotesis dengan menggunakan
Spearman Rank (rho), dimana nilai p-
value sebesar 0,000 <0,05 hal ini dapat
disimpulkan bahwa terdapat hubungan
71 | Wulan Puspa Gary, Yoanita Hijriyati , Zakiyah: Hubungan Karakteristik Terhadap Ting7kat
Kecemasan Ibu Hamil Menjelang Persalinan Spontan Di Puskesmas Kecamatan Makasar Jakarta
Timur
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020

antara karakteristik usia dengan memberi perlindungan, mental pun siap


tingkat kecemasan dengan nilai r = untuk merawat dan menjaga
0,758 yang artinya menunjukkan kehamilannya secara hati-hati. (Astria,
adanya hubungan dengan korelasi 2009).
tinggi/kuat.
Hasil uji statistik Chi-Square yang Hubungan Karakteristik Status
dilakukan oleh Heriani (2016) Paritas Ibu Hamil dengan Tingkat
diperoleh nilai p-value 0,002 dapat Kecemasan
disimpulkan ada hubungan yang Pada Tabel 2 berdasarkan hasil analisis
bermakna antara usia dengan tingkat bivariate peneliti dengan hubungan
kecemasan dalam menghadapi masa karakteristik status paritas ibu hamil
menjelang persalinan karena p value dengan tingkat kecemasan di Puskesmas
< 0,05. Hasil penelitian ini sesuai Kecamatan Makasar Jakarta Timur
dengan penelitian yang dilakukan diketahui bahwa berdasarkan hasil uji
oleh Zamriati (2013), hasil uji hipotesis dengan menggunakan
statistik chi square di peroleh p Spearman Rank (rho), dimana nilai p-
value= 0,022. menunjukkan bahwa value sebesar 0,011 <0,05 hal ini dapat
usia mempunyai hubungan yang disimpulkan bahwa terdapat hubungan
bermakna dengan tingkat kecemasan antara karakteristik usia dengan tingkat
dalam menghadapi masa menjelang kecemasan dengan nilai r = 0,394 yang
persalinan. artinya menunjukkan adanya hubungan
Hasil penelitian yang ditemukan di dengan korelasi lemah/rendah.
Puskesmas Kecamatan Makasar Penelitian ini juga sejalan dengan
Jakarta Timur bahwa ibu hamil penelitan Heriani, 2016, pada penelitian
dengan usia tidak beresiko (20-35 ini variabel Paritas dikategorikan
tahun) lebih banyak yang mengalami menjadi 2 variabel yaitu primigravida
kecemasan. dan multigravida, didapat proporsi
responden yang primigravida yang
Kecemasan pada kehamilan dapat mengalami kecemasan sebesar 72,2% (8
dihubungkan dengan usia ibu yang responden), lebih besar dari proporsi ibu
memberi dampak terhadap perasaan hamil dengan multigravida yang cemas
takut dan cemas yaitu dibawah usia sebesar 47,1% (16 responden). Hasil uji
<20 tahun karena kondisi fisik belum statistik Chi-Square menunjukkan bahwa
100% siap serta diatas >35 tahun ada hubungan yang bermakna antara
berisiko lebih tinggi mengalami paritas ibu dengan tingkat kecemasan
penyulit obstetrik serta mordibilitas dalam menghadapi masa menjelang
dan mortalitas perinatal. Untuk usia persalinan dengan p value 0,008.
yang aman menjalani kehamilan dan Dikatakan ada hubungan karena nilai p
persalinan adalah >20 tahun dan <35 value 0,05.
tahun di rentang usia ini kondisi fisik Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil
wanita dalam keadaan prima, rahim penelitian yang dilakukan oleh Zamriati,
sudah mampu memberi perlindungan, 2013, bahwa paritas ibu (p value =
mental pun siap untuk merawat dan 0,000) mempunyai hubungan bermakna
menjaga kehamilannya secara hati- dengan tingkat kecemasan dalam
hati. Untuk usia yang aman menjalani menghadapi masa menjelang persalinan.
kehamilan dan persalinan adalah >20 Juga sesuai dengan pendapat yang
tahun dan <35 tahun di rentang usia dikemukakan oleh Susanti, 2006, dalam
ini kondisi fisik wanita dalam penelitian Pasaribu, 2014, bahwa
keadaan prima, rahim sudah mampu kecemasan dapat terjadi karena

72 | Wulan Puspa Gary, Yoanita Hijriyati , Zakiyah: Hubungan Karakteristik Terhadap Ting7kat
Kecemasan Ibu Hamil Menjelang Persalinan Spontan Di Puskesmas Kecamatan Makasar Jakarta
Timur
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020

kehamilan pertama bagi seorang melahirkan mempunyai resiko bagi


wanita merupakan salah satu periode kesehatannya dan bayinya karena pada
krisis dalam kehidupannya. ibu timbul kerusakan-kerusakan
Pengalaman baru ini memberikan pembuluh darah dinding uterus yang
perasaan yang bercampur baur antara mempengaruhi sirkulasi nutrisi kejanin,
bahagia dan penuh harapan dengan dimana jumlah nutrisi akan berkurang
kekhawatiran tentang apa yang akan sehingga dapat menyebabkan gangguan
dialaminya semasa kehamilan dimana pertumbuhan dan perkembangan janin
terdapat kombinasi perasaan cemas yang kelak akan lahir dengan BBLR.
tentang apa yang akan terjadi pada
saat melahirkan. Adapun Salah satu Hubungan Karakteristik Tingkat
kecemasan para ibu menghadapi Pendidikan Ibu Hamil dengan
persalinan adalah ketakutan terhadap Tingkat Kecemasan
rasa nyeri, apalagi bagi calon ibu Pada Tabel 3 Berdasarkan hasil analisis
yang belum pernah melahirkan bivariate peneliti dengan hubungan
sebelumnya. untuk persalinan karakteristik tingkat pendidikan ibu
pertama, timbulnya kecemasan ini hamil dengan tingkat kecemasan di
sangat wajar karena segala Puskesmas Kecamatan Makasar Jakarta
sesuatunya adalah pengalaman baru. Timur diketahui bahwa berdasarkan
Hasil penelitian ini juga sejalan hasil uji hipotesis dengan menggunakan
dengan penelitian Harhoruw, 2016, Spearman Rank (rho), dimana nilai p-
terlihat bahwa hasil uji chi square value sebesar 0,003 <0,05 hal ini dapat
menghasilkan nilai signifikan (p) disimpulkan bahwa terdapat hubungan
sebesar 0,349. Nilai p-value lebih antara karakteristik usia dengan tingkat
kecil dari 0,05 mengidentifikasi kecemasan dengan nilai r = 0,986 yang
bahwa ada hubungan yang signifikan artinya menunjukkan tidak adanya
antara kedua variabel. Hasil hubungan dengan korelasi sangat
penelitian menunjukan bahwa hasil tinggi/kuat.
uji korelasi chi square menghasilkan Hal tersebut tidak didukung oleh
nilai signifikan (p) sebesar 0,009. penelitian yang dilakukan Wanda, 2014,
Nilai p lebih kecil dari 0,05 terhadap 60 ibu hamil trimester III,
mengidentifikasi bahwa ada didapatkan hasil ρ= 0,000 lebih besar
hubungan yang signifikan antara dari α = 0,05 yang berarti ada hubungan
paritas dengan tingkat kecemasan ibu yang bermakna antara tingkat
dalam menghadapi persalinan pada pendidikan dengan kecemasan ibu hamil
ibu hamil trimester III di puskesmas di wilayah kerja Puskesmas Tuminting.
jetis kota yogyakarta. Hal ini Pendidikan belum sepenuhnya bisa
ditunjukkan oleh nilai p- value= dikatakan sebagai salah satu hal yang
0,009. dapat mempengaruhi tingkat kecemasan
Hasil penelitian yang ditemukan di ibu hamil. Teori mengatakan bahwa
Puskesmas Kecamatan Makasar tingkat pendidikan bisa mempengaruhi
Jakarta Timur bahwa ibu hamil seseorang dalam berpikir dan bertindak,
dengan status paritas multigravida orang dengan pendidikan yang tinggi
banyak yang mengalami kecemasan. akan lebih mudah berpikir rasional
Menurut Manuaba, 2010, Paritas sehingga lebih mudah memecahkan
dapat mempengaruhi kecemasan masalah dan mengetahui bagaimana cara
dimana paritas merupakan faktor mekanisme koping yang positif. Dengan
yang bisa dikaitkan dengan aspek kata lain, seseorang dengan pendidikan
psikologis. Ibu yang terlalu sering yang tinggi tidak akan mengalami
kecemasan. Namun kenyataannya, hal
73 | Wulan Puspa Gary, Yoanita Hijriyati , Zakiyah: Hubungan Karakteristik Terhadap Ting7kat
Kecemasan Ibu Hamil Menjelang Persalinan Spontan Di Puskesmas Kecamatan Makasar Jakarta
Timur
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020

tersebut tidak terjadi pada semua <0,05 hal ini dapat disimpulkan bahwa
orang, kecemasan bisa muncul pada terdapat hubungan antara karakteristik
siapa saja dan dimana saja termasuk usia dengan tingkat kecemasan dengan
ibu hamil, hampir semua ibu hamil nilai r = -0,309 yang artinya adanya
pasti pernah mengalami rasa cemas, hubungan dengan korelasi lemah/rendah.
baik pada ibu hamil yang memiliki Hasil penelitian ini sejalan dengan
pendidikan rendah maupun ibu hamil Wanda, 2014, hasil uji hipotesis
dengan pendidikan yang tinggi. Jika menggunakan uji Chi-Square pada
dibandingkan dengan pendidikan, tingkat kepercayaan 95% (α 0,05),
pengetahuan jauh lebih berpengaruh menunjukkan ada hubungan pekerjaan
terhadap kecemasan dibandingkan dengan kecemasan ibu hamil di wilayah
dengan pendidikan. Seseorang kerja Puskesmas Tuminting, dimana
dengan pendidikan yang tinggi belum nilai ρ= 0,007, lebih kecil dari α = 0,05.
tentu memiliki pengetahuan yang Pekerjaan ibu berkaitan dengan aktivitas
tinggi, begitupun sebaliknya yang di lakukan ibu hamil. Aktivitas
(Kusumawati, 2012). yang berat membuat resiko keguguran
Hasil penelitian yang dilakukan di dan kelahiran prematur lebih tinggi
Puskesmas Kecamatan Makasar karena kurang asupan oksigen pada
Jakarta Timur ditemukan bahwa ibu plasenta dan mungkin terjadi kontraksi
hamil dengan mayoritas kategori dini. Aktivitas atau latihan ringan yang
Pendidikan menengah dilakukan ibu hamil akan membantu
(SMU/SMA/SMK) karena didalam mempertahankan kehamilan. Ibu hamil
pendidikan terdapat proses yang melakukan aktifitas ringan terbukti
pengembangan pengetahuan, menurunkan risiko bayi lahir prematur.
wawasan, kompetensi yang Pengalaman dan informasi yang dimiliki
mempengaruhi terbentuknya pola seseorang akan menambah informasi
pikir seseorang. Dibandingkan pada yang bersifat informal. Hal tersebut
kategori Pendidikan tinggi (D3/S1) dapat diperoleh ketika seseorang
karena pendidikan yang tinggi melakukan interaksi pada saat seseorang
seseorang dapat memiliki bekerja maupun saat melakukan
pengetahuan yang sangat tinggi pula. interaksi social (Kusumawati, 2012).
Pada kategori Pendidikan Rendah Hasil penelitian yang ditemukan di
(SD/SMP) karena yang Puskesmas Kecamatan Makasar Jakarta
berpendidikan rendah lebih banyak Timur bahwa ibu hamil dengan
bersifat pasrah, menyerah pada pekerjaan IRT lebih banyak yang
keadaan tanpa ada dorongan untuk mengalami kecemasan. Ibu yang
memperbaiki nasibnya. memiliki pekerjaan memungkinkan ibu
mendapatkan informasi dan pengalaman
Hubungan Karakteristik Pekerjaan tentang kehamilan dari orang lain karena
Ibu Hamil dengan Tingkat ibu yang memiliki pekerjaan akan lebih
Kecemasan sering untuk bertemu dengan orang lain
Pada tabel 4 Berdasarkan hasil selain itu ibu yang memiliki pekerjaan
analisis bivariate peneliti dengan akan mendapatkan pengaruh dalam
hubungan karakteristik pekerjaan ibu menentukan stressor sehingga ibu dapat
hamil dengan tingkat kecemasan di mengendalikan rasa cemas dengan lebih
Puskesmas Kecamatan Makasar baik. Sebagaimana disebutkan dalam
Jakarta Timur diketahui bahwa penelitian bahwa pekerjaan berpengaruh
berdasarkan hasil uji hipotesis dengan dalam stressor seseorang yang memiliki
menggunakan Spearman Rank (rho), aktivitas diluar rumah sehingga
dimana nilai p-value sebesar 0,049
74 | Wulan Puspa Gary, Yoanita Hijriyati , Zakiyah: Hubungan Karakteristik Terhadap Ting7kat
Kecemasan Ibu Hamil Menjelang Persalinan Spontan Di Puskesmas Kecamatan Makasar Jakarta
Timur
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020

mendapat pengaruh yang banyak dari Dengan menyediakan sumber baca


teman dan berbagai informasi serta mengenai tingkat kecemasan ibu hamil
pengalaman dari orang lain dapat sehingga para mahasiswa mendapatkan
mengubah cara pandang seseorang pembelajaran terbaru mengenai cara
dalam menerima dan mengatasi mengatasi tingkat kecemasan pada ibu
stressor (Kusumawati, 2012). hamil menjelang persalinan.
Perlunya untuk melakukan
Kesimpulan Dan Saran edukasi mengenai masalah kecemasan
Hasil Analisa menggunakan Uji pada ibu hamil primigravida saat
Spearman Rank dengan p-value = melakukan pemeriksaan Antenatal Care
0,000 (<0,05) terdapat hubungan usia (ANC).
dengan tingkat kecemasan ibu hamil Perlu adanya peneliti selanjutnya
menjelang persalinan, dengan adanya terutama berkaitan dengan tingkat
nilai r = 0,758 yang artinya kecemasan ibu hamil menjelang
menunjukkan adanya hubungan persalinan. Selain itu perlu juga adanya
dengan korelasi tinggi/kuat. penelitian yang lebih mendalam
Hasil Analisa menggunakan Uji mengenai cara menurunkan kecemasan
Spearman Rank dengan p-value = ibu hamil menjelang persalinan.
0,011 (<0,05) terdapat hubungan
status paritas dengan tingkat Referensi
kecemasan ibu hamil menjelang Aprianawati & Sulistyorini, 2010,
persalinan, dengan adanya nilai r = Hubungan Antara Dukungan Keluarga
0,394 yang artinya menunjukkan Dengan Kecemasan Ibu Hamil
adanya hubungan dengan korelasi Menghadapi Kelahiran Anak Pertama
lemah/rendah. Pada Masa Triwulan Ketiga, Jurnal
Hasil Analisa menggunakan Uji Psikologi , Vol. 6, No. 4.
Spearman Rank dengan p-value =
0,003 (<0,05) terdapat tidak ada Astria, Y 2009, Hubungan
hubungan pendidikan dengan tingkat Karakteristik Ibu Hamil Trimester III
kecemasan ibu hamil menjelang Dengan Kecemasan Dalam
persalinan, dengan adanya nilai r = Menghadapi Persalinan Di Poliklinik
0,986 yang artinya menunjukkan Kebidanan Dan Kandungan RSUP
tidak adanya hubungan dengan Fatmawati Tahun 2009, Jakarta: UIN
korelasi sangat tinggi/kuat. Syarif Hidayatullah Jakarta.
Hasil Analisa menggunakan Uji
Spearman Rank dengan p-value = BPS, BKKBN & Kemenkes, RI 2013,
0,049 (<0,05) terdapat hubungan Survey Demografi dan Kesehatan
pekerjaan dengan tingkat kecemasan Indonesia 2012.
ibu hamil menjelang persalinan,
dengan adanya nilai r = -0,309 yang Handayani, R 2015, Faktor-Faktor yang
artinya menunjukkan adanya Berhubungan dengan Tingkat
hubungan dengan korelasi Kecemasan Menjelang Persalinan pada
lemah/rendah. Ibu Primigravida Trimester III di
Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Buaya
Saran Padang Tahun 2012, Ners Jurnal
Diharapkan ibu hamil dapat Keperawatan, Vol. 11, No. 1, ISSN:
memanfaatkan pelayanan kesehatan 1907-686X.
untuk dapat mengurangi kecemasan
menjelang persalinan, agar pada saat
persalinan ibu menjadi lebih tenang.
75 | Wulan Puspa Gary, Yoanita Hijriyati , Zakiyah: Hubungan Karakteristik Terhadap Ting7kat
Kecemasan Ibu Hamil Menjelang Persalinan Spontan Di Puskesmas Kecamatan Makasar Jakarta
Timur
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020

Heriani, 2016, Kecemasan Dalam Usman, FR, Kundre, RM & Onibala, F


Menjelang Persalinan Ditinjau Dari 2016, Perbedaan Tingkat Kecemasan
Paritas, Usia dan Tingkat Ibu Hamil Menghadapi Persalinan
Pendidikan. Jurnal kesehatan Aisyah, Dengan Kepatuhan Antenatal Care
Vol.1, No. 2, hh. 1-7. (ANC) Di Puskesmas Bahu Kota
Manado, Ejournal Keperawatan, Vol. 4,
Horhoruw, CP 2016, Hubungan No. 1, hh 1-7.
Paritas dengan Tingkat Kecemasan
Ibu dalam Menghadapi Persalinan
pada Ibu Hamil Trimester III di
Puskesmas Jetis Kota Yogyakarta, Wanda, AK, Bidjuni, H & Kallo, V,
Jurnal Kebidanan, Universitas 2014,
Aisyiyah Yogyakarta. Hubungan Karakteristik Ibu Hamil
Trimester Iii Dengan Tingkat
Kusumawati, F & Hartono, Y 2012, Kecemasan Dalam Menghadapi
Buku Ajar Keperawatan Jiwa, Persalinan Di Poli Kia Puskesmas
Salemba Medika, Jakarta. Tuminting, Program Studi Ilmu
Keperawatan Fakultas Kedokteran
Manuaba, 2010, Ilmu Kebidanan Universitas Sam Ratulangi, Manado.
penyakit kandungan dan KB, EGC,
Jakarta. Wibowo, TA, Hakimi, M & Isworo, A
2012, Hubungan Antara Kecemasan
Maramis, WF 2010, Catatan Ilmu dengan Kejadian Preeklampsia di
Kedokteran Jiwa, Ed 2, Airlangga Kabupaten Banyumas Jawa Tengah.
University Press, Surabaya. Berita Kedokteran Masyarakat, Vol. 28,
No. 1.
Pasaribu, 2014, Hubungan Paritas
dan Usia Dengan Tingkat Kecemasan Zamriati, 2013, Faktor-Faktor Yang
Ibu Hamil Trimester III Dalam Berhubungan Dengan Kecemasan Ibu
Menghadapi Persalinan Di Hamil Menjelang Persalinan Di Poli
Puskesmas Sipea-Pea Kecamatan KIA PKM Tuminting, Universitas
Sorkam Barat, STIKES Nauli Samratulangi, Manado
Husada, Sibolga.

Sadock, BJ, Sadock, VA, & Ruiz, P


2015, Kaplan Sadock’s Synopsis of
Psychiatry: Behavioral Sciences/
Clinical Psychiatry, Ed 11, Wolters
Kluwer Health, New York-USA.

Sarifah, S 2016, Hubungan


Kecerdasan Emosi dengan
Kecemasan Ibu Hamil Pertama
Trimester ke III dalam Menghadapi
Persalinan di Samarinda. eJournal
Psikologi, Vol. 4, No. 4, 2016, ISSN:
2477-2674.

76 | Wulan Puspa Gary, Yoanita Hijriyati , Zakiyah: Hubungan Karakteristik Terhadap Ting7kat
Kecemasan Ibu Hamil Menjelang Persalinan Spontan Di Puskesmas Kecamatan Makasar Jakarta
Timur
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
Jurnal Kesehatan Saelmakers Perdana
ISSN 2615-6571 (Online), ISSN 2615-6563 ((Print)
Tersedia online di http://ojs.ukmc.ac.id/index.php/JOH

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP KEPATUHAN


DIET HIPERTENSI PADA PENDERITA HIPERTENSI DI
KELURAHAN TAPOS DEPOK

RELATIONSHIP OF FAMILY SUPPORT TO HIPERTENSITY DIET


COMPLIANCE IN HYPERTENSION PATIENTS AT KELURAHAN TAPOS
DEPOK

Rosa Amelia1), Indah Kurniawati2)


Stikes Jayakarta PKP
Email : Indahkurniawati1184@gmail.com

Submisi: 10 Januari 2020 ; Penerimaan: 3 Februari 2020; Publikasi : 14 Februari 2020

ABSTRAK
Angka prevalensi hipertensi akan terus meningkat secara global dan diprediksi pada tahun
2025 terjadi peningkatan yang tinggi yaitu sekitar 1,15 milyar kasus hipertensi di seluruh
dunia. Hipertensi yang tidak mendapatkan penanganan yang baik akan menyebabkan
komplikasi dan kematian. Penderita hipertensi membutuhkan dukungan keluarga untuk
melakukan diet hipertensi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan dukungan
keluarga terhadap kepatuhan diet hipertensi pada penderita hipertensi di Kelurahan Tapos
Depok. Metode penelitian ini menggunakan desain penelitian Cross sectional. Penelitian ini
dilakukan di Kelurahan Tapos Depok dengan jumlah sampel sebanyak 93 responden.
Pengambilan sampel pada penelitian ini dengan metode cluster sampling dan teknik Simple
Random Sampling. Analisa data menggunakan uji Chi-Square. Hasil penelitian diperoleh nilai
p=0,001 yang berarti ada hubungan dukungan keluarga terhadap kepatuhan diet hipertensi
pada penderita hipertensi di Kelurahan Tapos Depok. Didapatkan nilai OR=5,704, artinya
responden yang mendapatkan dukungan keluarga dengan baik akan lebih mudah mematuhi diet
hipertensinya, dibandingkan dengan responden yang tidak mendapatkan dukungan keluarga.

Kata kunci: Kepatuhan diet, dukungan keluarga, hipertensi

ABSTRACT
The prevalence of hypertension will continue to increase globally and it is predicted that by
2025 there will be a high increase of around 1.15 billion cases of hypertension worldwide.
Hypertension that does not get good treatment will cause complications and death. Patient
with hypertension need family support is needed for a hypertensive diet. This study aims to
determine the relationship of family support for adherence to the hypertension diet in
hypertensive patients in Tapos Depok Village. This research method uses a cross-sectional
research design. This research was conducted in Tapos Depok Village with a total sample of
93 respondents. Sampling in this study using cluster sampling method and Simple Random
Sampling technique. Data analysis using the Chi-Square test. The results obtained values
p=0.001, which means there is a relationship between family support for compliance with
hypertension diet in hypertensive patients in Tapos Depok Village. Obtained values OR=5,704
which means respondents who received good family support will more easily comply with their
hypertension diet, compared with respondents who did not family support.

Keywords: Adherence with hypertension diet, family support, hypertension

77 | Rosa Amelia, Indah Kurniawati : Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap Kepatuhan Diet
Hipertensi Pada Penderita Hipertensi Di Kelurahan Tapos Depok
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020

1. PENDAHULUAN Penderita hipertensi di Jawa Barat pada


Terjadinya transisi epidemiologi yang tahun 2018sebesar 34,1 % sedangkan
paralel dengan transisi demografi dan tahun 2013 sebesar 29,4%. Kenaikan
transisi teknologi di Indonesia dewasa ini prevalensi hipertensi setiap tahunnya
telah mengakibatkan perubahan pola berhubungan dengan pola hidup antara
penyakit dari penyakit infeksi ke penyakit lain merokok, konsumsi minuman
tidak menular (PTM) meliputi penyakit beralkohol, serta aktivitas fisik
degeneratif dan man made diseases yang (Kementerian Riset Kesehatan Dasar,
merupakan faktor utama masalah 2018). Sedangkan, data yang di dapat dari
morbiditas dan mortalitas. Terjadinya Dinas Kesehatan Kota depok tahun
transisi epidemiologi ini disebabkan (2016). Bahwa hasil pengukuran tekanan
terjadinya perubahan sosial ekonomi, darah pasien di usia ≥ 18 tahun pada tahun
lingkungan dan perubahan struktur 2016 pasien yang terlaporkan dengan
penduduk, saat masyarakat telah penyakit hipertensi sebesar 34.244 kasus
mengadopsi gaya hidup tidak sehat, dari 759.710 pasien yang dilakukan
misalnya merokok, kurang aktivitas fisik, pengukuran tekanan darah.
makanan tinggi lemak dan kalori, serta
konsumsi alkohol yang diduga merupakan Upaya penurunan komplikasi hipertensi
faktor risiko PTM (Rahajeng,2009). salah satunya adalah melakukan
Salah satu PTM yang menjadi masalah kepatuhan diet hipertensi. Menurut
kesehatan yang sangat serius saat ini Setianingsih (2017) Kepatuhan memiliki
adalah hipertensi yang disebut sebagai the beberapa faktor yang mempengaruhi
silent killer. Prevalensi kejadian saat ini kepatuhan pasien yaitu kepatuhan dalam
hipertensi masih tinggi. Peningkatan melaksanakan program diet terkait
angka kejadian prevalensi hipertensi pemahaman tentang instruksi, tingkat
semakin bertambah hampir 972 juta pendidikan dan pengetahuan, kesakitan
penduduk di dunia, tahun 2000 terdapat dalam pengobatan , keyakinan, sikap dan
639 juta kasus, pada tahun 2025 kepribadian pasien, serta dukungan
diperkirakan terjadi peningkatan yang keluarga. Dari ke lima faktor tersebut,
tinggi yaitu sekitar 1,15 milyar kasus dukungan keluarga merupakan salah satu
hipertensi (WHO, 2013). Data Global faktor yang tidak dapat diabaikan begitu
StatusReport on Noncommunicable saja, karena dukungan keluarga
Disease 2012 dari WHO, menyebutkan merupakan salah satu faktor yang
40% negara ekonomi berkembang memiliki kontribusi yang cukup berarti
memiliki penderita hipertensi, sedangkan dan sebagai faktor penguat yang
negara maju hanya 35%. Kawasan Asia mempengaruhi kepatuhan pasien.
Tenggara, terdapat 36% orang dewasa
yang menderita hipertensi dan telah Dukungan keluarga sangatlah penting
membunuh 1,5 juta orang setiap tahunnya karena keluarga merupakan unit terkecil
(Kozier, 2011). dalam masyarakat dan sebagai penerima
asuhan keperawatan. Dukungan keluarga
Prevalensi hipertensi di Indonesia yang di merupakan bentuk pemberian dukungan
dapat berdasarkan hasil pengukuran terhadap anggota keluarga lain yang
penduduk umur ≥18 sebesar 44,1 % pada mengalami permasalahan, yaitu dukungan
tahun 2018 dan ditahun 2013 didapatkan pemeliharaan, emosional untuk mencapai
prevalensi kesejahteraan anggota keluarga dan
memenuhi kebutuhan psikososial.
hipertensi berdasarkan hasil pengukuran Dukungan keluarga inti (ayah, ibu, dan
penduduk umur ≥ 18 sebesar 25,8 %. anak) juga sangat diperlukan pada
Prevalensi hipertensi naik dari 25,8 % penderita hipertensi dalam upaya
tahun 2013 menjadi 44,1% di tahun 2018.

78 | Rosa Amelia, Indah Kurniawati : Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap Kepatuhan Diet
Hipertensi Pada Penderita Hipertensi Di Kelurahan Tapos Depok
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020

meningkatkan kepatuhan diet pada diet hipertensinya yaitu sebesar 17


penderita hipertensi (Pranata, 2018). responden (21%). Nilai p-value adalah
0,002 (p<0,05), yang berarti bahwa ada
Berdasarkan penelitian menurut Dewi hubungan dukungan keluarga terhadap
(2018) mengenai hubungan dukungan kepatuhan diet pasien hipertensi di
keluarga dengan kepatuhan berobat pada Puskesmas Payung Sekaki Pekanbaru
pasien penderita hipertensi di Puskesmas Tahun 2017.
Dau Kabupaten Malang didapatkan hasil
baik dengan p value = 0,011 < α (0,05), Dukungan dari keluarga sangat
artinya bahwa jika semakin baik tingkat dibutuhkan dalam melakukan perawatan
dukungan keluarga, maka akan semakin hipertensi dirumah karena untuk
patuh pasien penderita hipertensi untuk menambah rasa percaya diri dan motivasi
berobat. Hasil penelitian menurut untuk menghadapi masalah dalam
Wulandhani (2018) tentang hubungan melaksanakan kepatuhan diet hipertensi.
dukungan keluarga dengan motivasi Peran keluarga harus dilibatkan dalam
lansia hipertensi dalam memeriksakan mengatur menu makanan, karena sangat
tekanan darahnya menunjukkan ada dianjurkan untuk pasien hipertensi dalam
hubungan yang signifikan dengan p value menghindari dan membatasi makanan
= 0,000 < (α=0,05) yang artinya ada yang dapat meningkatkan kadar kolesterol
hubungan antara dukungan keluarga darah serta meningkatkan tekanan darah
dengan motivasi lansia hipertensi dalam (Nita, 2018). Disamping itu, kepatuhan
memeriksakan tekanan darahnya. Dalam diet hipertensi ditujukan untuk
penelitian ini keluarga responden menurunkan faktor resiko lain seperti
memberikan dukungan kepada responden berat badan yang berlebih, tingginya
yang paling dominan adalah dukungan kadar lemak kolesterol dan tekanan darah
instrumental dari pada dukungan tinggi. Pasien hipertensi yang tidak
informasional. mendapatkan dukungan keluarga dapat
menjadikan sulitnya pasien untuk selalu
Penelitian menurut Sari (2018) mengenai menjaga dalam perawatan hipertensi
hubungan motivasi diri terhadap secara baik.
kepatuhan melaksanakan diet pada
penderita hipertensi didapatkan hasil Berdasarkan studi pendahuluan yang
analisis diperoleh nilai OR = 4,179, dilakukan peneliti pada bulan januari-juni
artinya pasien memiliki motivasi tinggi 2019 bahwa penderita hipertensi di
berpeluang 4,179 kali untuk mematuhi Puskesmas Kecamatan Tapos pada tahun
diet dibandingkan dengan pasien yang 2017 sebesar 3.534 kasus, tahun 2018
mempunyai motivasi rendah. Sedangkan, sebesar 3.832 kasus, dan pada 5 bulan
penelitian menurut Nita (2018) mengenai terakhir tahun 2019 sebesar 856 kasus.
hubungan dukungan keluarga dengan Sedangkan, menurut survey yang
kepatuhan diet pasien hipertensi di dilakukan oleh peneliti bahwa dari 528
Puskesmas Payung Sekaki Pekanbaru warga di Kelurahan Tapos Depok yang
tahun 2017, Dari 49 responden yang terkena hipertensi sebesar 190 pasien
mendapatkan dukungan dari keluarga (35,9%). Peneliti melakukan wawancara
mayoritas patuh terhadap diet dengan 5 keluarga pasien bahwa keluarga
hipertensinya yaitu sebesar 39 responden tidak mengetahui tentang diet hipertensi.
(48,1%), dan dari 32 responden yang Keluarga tidak melarang apa saja yang
tidak mendapatkan dukungan dari ingin dimakan oleh pasien. Sedangkan
keluarga mayoritas tidak patuh terhadap data yang di dapatkan melalui wawancara

79 | Rosa Amelia, Indah Kurniawati : Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap Kepatuhan Diet
Hipertensi Pada Penderita Hipertensi Di Kelurahan Tapos Depok
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020

dengan 10 pasien bahwa pasien didapatkan hasil jumlah sampel sebanyak


mengatakan setiap hari selalu makan 93 pasien.
makanan yang disajikan oleh keluarga,
sehari pasien makan dua sampai tiga kali. 3. METODE PENELITIAN
Untuk pola makan dirumah pasien belum Metode penelitian ini menggunakan
mematuhi tatalaksana diet yang crosss sectional pengambilan sampel pada
dianjurkan oleh perawat. Pasien penelitian ini menggunakan Cluster
mengatakan tidak mengetahui apa itu diet Sampling dengan pembagian responden
hipertensi. Pasien sehari-hari sebanyak 25 pasien tinggal di rw 17, 26
mengkonsumsi makan makanan yang asin pasien tinggal di rw 12, 24 pasien yang
dan masih menggunakan penyedap rasa tinggal di rw 07, dan 18 pasien yang
dalam memasak. Dari kebiasaan makan tinggal di rw 13.. Analisa data pada
makanan yang asin ini akan berdampak penelitian ini menggunakan Uji Chi-
buruk terhadap pasien hipertensi dan Square karena variabel yang diukur
dapat menimbulkan kerurasakan pada adalah kategorik. Alat yang digunakan
ginjal (gagal ginjal), jantung (penyakit pada penelitian ini adalah kuesioner.
jantung koroner), otak (menyebabkan
stroke), dan kematian. 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
a. Karakteristik responden berdasarkan usia
Terkait dengan masalah yang dipaparkan
tersebut, peneliti berpendapat bahwa Tabel 1 Distribusi Karakteristik
Kurangnya dukungan keluarga dalam Responden Berdasarkan Usia Pada
melaksanakan perawatan hipertensi Penderita Hipertensi Di Kelurahan Tapos
dirumah serta pengetahuan keluarga dan Depok (N=93)
pasien dalam kepatuhan diet hipertensi
akan menyebabkan berbagai komplikasi Mean Med SD Min Max
yang muncul. Berdasarkan latar belakang Usia 46,11 45 7,672 65
30
yang telah dipaparkan diatas maka
peneliti akan membahas permasalah
tentang “hubungan dukungan keluarga Berdasarkan Tabel 1 didapatkan hasil usia
terhadap kepatuhan diet hipertensi pada responden di Kelurahan Tapos Depok
penderita hipertensi di Kelurahan Tapos bahwa rata-rata usia responden adalah
Depok” 46,11 tahun, standar deviasi 7,672 tahun
dengan umur terendah 30 tahun dan
2. PELAKSANAAN tertinggi 65 tahun.
a. Lokasi dan Waktu Penelitian Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian Nita (2018) tentang hubungan
Lokasi penelitian ini sudah di lakukan
dukungan keluarga dengan kepatuhan diet
di Kelurahan Tapos Depok. pasien hipertensi di Puskesmas Payung
Pengumpulan data dan penelitian ini Sekaki Pekan Baru bahwa responden
sudah di laksanakan pada tanggal 28 paling banyak berusia 40-50 tahun
Februari sampai dengan 5 Juli 2019. sebanyak 64 responden (79,1%). Hal ini
b. Populasi dan Sampel Penelitian dikarenakan penambahan usia dapat
Populasi dalam penelitian ini penderita meningkatkan resiko terkena hipertensi
hipertensi di Kelurahan Tapos Depok karena biasanya tekanan darah meningkat
dengan jumlah populasi sebanyak 190 dan fungsi tubuh sudah mulai menurun,
pasien. Berdasarkan perhitungan besar aktivitas mulai menurun, banyak yang
sampel yang diketahui jumlah populasi, dipikirkan dan emosionalnya tinggi

80 | Rosa Amelia, Indah Kurniawati : Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap Kepatuhan Diet
Hipertensi Pada Penderita Hipertensi Di Kelurahan Tapos Depok
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020

sehingga tekanan darah naik. Maka dari Pekerjaan


itu perlu pengontrolan tekanan darah Buruh 26 28,0%
untuk menskrining adanya hipertensi guna IRT 30 32,3%
untuk mencegah atau antisipasi supaya PNS 9 9,7%
Wiraswasta 20 21,5%
tekanan darah terkontrol. Menurut peneliti
Pensiun 8 8,6%
hipertensi yang terjadi pada usia dewasa Total 93 100%
awal dan akhir dapat terjadi karena
munculnya berbagai faktor resiko yaitu
Tabel 2 hasil responden yang berjenis
obesitas, kurang gerak, kebiasaan
kelamin perempuan sebanyak 58
merokok, minum alkohol, pemakaian
responden (37,6%) dan laki-laki sebanyak
garam, dan stres.
35 responden (37,6%). Sedangkan,
responden yang berpendidikan SD
Hasil penelitian Sulistiyowati (2009),
sebanyak 50 responden (53,8%), tidak
penyakit hipertensi paling dominan pada sekolah sebanyak 14 responden (15,1%),
kelompok umur 31-55 tahun. Hal ini
SMP dan SMA sebanyak 11 responden
dikarenakan seiring bertambahnya usia, (11,8%), Perguruan tinggi sebanyak 7
tekanan darah akan cenderung meningkat.
responden (7,5%). Demikian pula,
Penyakit hipertensi umumnya didapatkan hasil responden yang bekerja
berkembang pada usia dewasa awal atau sebagai IRT sebanyak 30 responden
dewasa akhir. Pada penelitian ini
(32,3%),buruh sebanyak 26 responden
responden yang berusia 30 tahun
(28,0%), wiraswasta sebanyak 20
mengalami hipertensi karena mempunyai
responden (21,5%),PNS sebanyak 9
riwayat hipertensi dari keluarga dan responden (9,7%) dan hanya 8 responden
didukung pula dengan faktor resiko yang
(8,6%) yang sudah pensiun.
muncul serta kurangnya informasi
mengenai penyakit hipertensi yang
Hasil penelitian didapatkan bahwa
dideritanya.
responden yang berjenis kelamin
perempuan sebanyak 58 responden
Tabel 2 Distribusi
(37,6%) dan laki-laki sebanyak 35
KarakteristikResponden Berdasarkan
responden (37,6%). Hal ini sejalan dengan
Jenis Kelamin, Pendidikan, dan
penelitian Nita (2019) yang berjudul
PekerjaanPada Penderita Hipertensi Di
hubungan dukungan keluarga dengan
Kelurahan Tapos Depok (N=93)
kepatuhan diet hipertensi di Puskesmas
Payung Sekaki Pekan Baru didapatkan
Karakteristik Frekuensi Persentase
Responden hasil responden yang berjenis kelamin
Jenis perempuan sebanyak 48 responden
Kelamin (59,3%), sedangkan laki-laki sebanyak 33
Laki-laki 35 37,6% responden (40,7%). Menurut peneliti
Perempuan 58 62,4% perempuan lebih berisiko terkena
Total 93 100% hipertensi karena kebiasaan memasak
Pendidikan sehari-hari masih menggunakan penyedap
Tidak sekolah 14 15,1% rasa, setelah memasak biasanya mencicipi
SD 50 53,8% masakan, tidak pantang makan-makanan
11,8%
SMP 11
11,8%
yang berlemak dan berminyak, dan tidak
SMA 11 7,5% pernah mendapatkan informasi diet
Perguruan 7 hipertensi. Sedangkan, laki-laki juga
tinggi
Total 93 100% berisiko terkena hipertensi karena
kebiasaan merokok, minum kopi, dan

81 | Rosa Amelia, Indah Kurniawati : Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap Kepatuhan Diet
Hipertensi Pada Penderita Hipertensi Di Kelurahan Tapos Depok
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020

mudah mengalami stres dalam pekerjaan berpendidikan tinggi akan lebih mudah
yang berat untuk dapat memenuhi dalam menerima informasi, dibandingkan
kebutuhan hidup keluarga. seseorang yang berpendidikan rendah.
Perkembangan zaman juga membuat
Menurut Singalingging (2011), rata-rata seseorang menyadari pentingnya tingkat
perempuan akan mengalami peningkatan pendidikan, bahwa semakin tinggi
resiko tekanan darah (hipertensi) setelah pendidikan maka semakin luas
menopause yaitu usia diatas 45 tahun. pengetahuan yang didapat dan cara
Perempuan yang belum menopause berpikirnya pun berbeda. Tingkat
dilindungi oleh hormone estrogen yang pendidikan secara tidak langsung
berperan meningkatkan kadarHigh mempengaruhi tekanan darah karena
Density Lipoprotein (HDL). Kadar tingkat pendidikan berpengaruh terhadap
kolesterol HDL rendah dan tingginya gaya hidup seseorang yaitu seperti
kolesterol LDL mempengaruhi terjadinya kebiasaan merokok, kebiasaan
proses aterosklerosis (Angraini dkk, mengkonsumsi alkohol, asupan makanan,
2009). dan aktivitas fisik (Anggara & Prayitno,
2013).
Hasil penelitian didapatkan mayoritas
responden berpendidikan SD sebanyak 50 Hasil penelitian didapatkan mayoritas
responden (53,8%). Hal ini tidak sejalan responden yang bekerja sebagai IRT
dengan penelitian Nita (2018) didapatkan sebanyak 30 responden (32,3%). Hal ini
hasil bahwa mayoritas responden sejalan dengan penelitian Prihartono
merupakan tamatan SMA sebanyak 57 (2019) tentang hubungan dukungan
orang (70,4%). Semakin tinggi keluarga dengan pemenuhan kepatuhan
pendidikan seseorang semakin mudah diet hipertensi bahwa hampir setengahnya
pula mereka menerima informasi, dan 16 responden bekerja sebagai IRT
pada akhirnya makin banyak pula (42,1%). Pada penelitian ini jenis
pengetahuan yang dimilikinya. pekerjaan sebagai IRT menjadi mayoritas
Sebaliknya jika seseorang tingkat dikarenakan saat pengambilan sampel
pendidikannya rendah, akan menghambat jumlah responden perempuan lebih
perkembangan sikap seseorang terhadap banyak yaitu 58 responden dan laki-laki
penerimaan, dan nilai-nilai yang baru sebanyak 35 responden. Perempuan yang
diperkenalkan. Menurut peneliti tidak bekerja atau hanya sebagai ibu
pendidikan yang rendah berkaitan dengan rumah tangga berisiko lebih tinggi
kurangnya pengetahuan dan kesadaran menderita hipertensi dibandingkan dengan
terkait melaksanakan kepatuhan diet perempuan yang bekerja (Anggara &
hipertensi. Pengetahuan dan kesadaran Prayitno, 2013). Hal ini kemungkinan
yang rendah pada penderita hipertensi disebabkan oleh stres yang muncul karena
berisiko membuat kondisi hipertensi tidak banyak yang dipikirkan misalnya masalah
terkontrol dengan baik. Sedangkan, ekonomi, kurangnya istirahat, terlalu
seseorang yang berpendidikan tinggi banyak pekerjaan dirumah, dan kurang
biasanya akan menjaga pola makan, rutin rekreasi. Hal tersebut membuat ibu rumah
olahraga, melakukan konseling gizi terkait tangga menjadi fokus hanya memikirkan
diet hipertensi, dan kontrol kesehatan di pekerjaan rumah, aktivitas lainnya seperti
pelayanan kesehatan. olahraga tidak dilakukan karena sudah
terlalu capek mengurus pekerjaan
Menurut teori Khoirin (2018) dirumah sehingga pelaksanaan diet
menjelaskan bahwa seseorang yang

82 | Rosa Amelia, Indah Kurniawati : Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap Kepatuhan Diet
Hipertensi Pada Penderita Hipertensi Di Kelurahan Tapos Depok
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020

hipertensi tidak berjalan dengan pasien hipertensi di Puskesmas Payung


semestinya. Sekaki Pekan Baru.

Tabel 3 Distribusi Dukungan Keluarga Dukungan keluarga yang diberikan


Pada Penderita Hipertensi Di Kelurahan berupa dukungan informasional,
Tapos Depok (N=93) dukungan penilaian atau penghargaan,
dukungan instrumental, dan dukungan
Dukungan Frekuensi Persentase emosional. Paling banyak keluarga
Keluarga memberikan dukungan informasional
Ada 70 75,3%
sebanyak (37,6%) dan dukungan
Tidak ada 23 24,7%
Total 93 100% instrumental sebanyak (29%), dimana
Bentuk keluarga memberikan informasi mengenai
Dukungan makanan dan minuman yang harus
Keluarga : dihindari, mengantar ke pelayanan
Dukungan 35 37,6% kesehatan, membiyai pengobatan, dan
informasional memfasilitasi kebutuhan responden.
Dukungan 20 21,5%
penilaian/peng Dalam penelitian ini keluarga
hargaan memberikan dukungan dengan baik
Dukungan 27 29% sehingga responden patuh melaksanakan
instrumental diet hipertensinya.
Dukungan 11 11,8
emosional
Total 93 100% Menurut teori Pranata (2018) Dukungan
Tabel 3 hasil analisis didapatkan bahwa keluarga merupakan sikap atau tindakan
dari 93 responden yang mendapatkan dalam menentukan cara asuhan yang
dukungan keluarga sebanyak 70 diperlukan oleh anggota keluarga yang
responden (75,3%), sedangkan yang tidak sakit. Bentuk dukungan keluarga antara
mendapatkan dukungan keluarga lain berupa dukungan informasional,
sebanyak 23 responden (24,7%). bahwa keluarga memberikan dukungan
Responden yang mendapatkan bentuk informasional tentang pemberian saran,
dukungan informasional sebanyak sugesti, informasi yang dapat digunakan
(37,6%), dukungan instrumental sebanyak mengungkapkan suatu masalah. Dalam
(29%), dukungan penilaian/penghargaan penelitian ini dukungan informasional
sebanyak (21,5%), dan dukungan yang diberikan yaitu keluarga
emosional sebanyak (11,8%). memberikan informasi mengenai
makanan dan minuman yang harus
Hasil penelitian didapatkan bahwa dari 93 dihindari. Dukungan penilaian atau
responden mayoritas yang mendapatkan penghargaan, yaitu keluarga selalu
dukungan keluarga sebanyak 70 memperhatikan kesehatan responden
responden (75,3%). Hal ini sejalan dengan sehingga responden merasakan
penelitian Nita (2018) diketahui bahwa kepedulian dari keluarga dan
dari 81 responden mayoritas mendapatkan mendapatkan kasih sayang dari keluarga.
dukungan dari keluarga sebanyak 49 Dukungan instrumental, yaitu keluarga
responden (60,5%) diperoleh nilai p-value mengantar ke pelayanan kesehatan,
0,002 (p<0,05) dengan nilai OR 4,420 membiyai pengobatan, dan memfasilitasi
yang menyatakan bahwa terdapat kebutuhan responden. Dukungan
hubungan yang signifikan antara emosional, yaitu keluarga menciptakan
dukungan keluarga dengan kepatuhan diet lingkungan yang nyaman didalam rumah

83 | Rosa Amelia, Indah Kurniawati : Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap Kepatuhan Diet
Hipertensi Pada Penderita Hipertensi Di Kelurahan Tapos Depok
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020

dan menasehati responden jika tidak Menurut peneliti keluarga yang mampu
mematuhi aturan diet hipertensi. memahami kesehatan anggota
keluarganya akan lebih menjaga dan
Keluarga merupakan support system atau memperhatikan keadaan responden.
berfungsi sebagai sistem yang mendukung Sehingga responden merasa percaya dan
bagi anggotanya dan anggota keluarga patuh dalam melaksanakan aturan-aturan
memandang bahwa orang yang bersifat selama masa perawatan dari mulai
mendukung, selalu siap memberikan mematuhi kepatuhan diet, olahraga, dan
pertolongan dan bantuan jika melakukan pola hidup sehat. Responden
diperlukan.fungsi keluarga dalam merasa seluruh keluarganya peduli dan
pemeliharaan dan perawatan adalah ikut serta dalam merawatnya untuk
mempertahankan keadaan kesehatan mencapai kesembuhan. Rekomendasi
anggota keluarga agar tetap memiliki yang dapat diberikan untuk masalah
produktivitas tinggi (Pranata, 2018). Pada penelitian adalah menjelaskan kepada
penelitian ini keluarga berperan penting keluarga bahwa dukungan keluarga sangat
dalam memberikan dukungan berupa berpengaruh terhadap penatalaksanaan
dukungan informasional, dukungan atau perawatan hipertensi oleh keluarga
penilaian/penghargaan, dukungan dirumah.
instrumental, dan dukungan emosional.

Tabel 4 Distribusi Kepatuhan Diet Hipertensi Pada Penderita Hipertensi Di Kelurahan Tapos
Depok (N=93)
Kepatuhan Frekuensi Persentase
Diet
Hipertensi
Patuh 64 68,8%
Tidak 29 31,2%
patuh
Total 93 100%

Tabel 4 didapatkan hasil dari 93 penderita hipertensi. hasil analisis


responden yang patuh terhadap diet diperoleh nilai OR 4,179 yang artinya
hipertensinya sebanyak 64 responden memiliki motivasi tinggi berpeluang
(68,8%) dan sebanyak 29 responden 4,179 kali memenuhi diet dibandingkan
(31,2%) yang tidak patuh terhadap diet dengan responden yang mempunyai
hipertensinya. motivasi rendah. Dalam penelitian ini,
beberapa responden mengatakan patuh
Hasil penelitian didapatkan bahwa dari 93 melaksanakan diet hipertensi dikarenakan
responden mayoritas yang patuh terhadap adanya dukungan dari keluarga.
diet hipertensinya sebanyak 64 responden Dukungan keluarga yang paling banyak
(68,8%). Hal ini sejalan dengan penelitian diberikan berupa dukungan informasional
Nita (2018) bahwa dari 73 responden dan instrumental terbukti dalam
mayoritas responden yang patuh pertanyaan terkait informasi makanan apa
melaksanakan diet hipertensinya sebanyak saja yang harus dihindari, responden
47 responden (64,4%) diperoleh nilai menjawab dengan benar, artinya keluarga
pvalue 0,016 terdapat hubungan yang memberikan dukungan dalam bentuk
signifikan antara movitasi diri terhadap informasi. Selain itu, pertanyaan terkait
kepatuhan melaksanakan diet pada keluarga selalu mendampingi kepelayanan

84 | Rosa Amelia, Indah Kurniawati : Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap Kepatuhan Diet
Hipertensi Pada Penderita Hipertensi Di Kelurahan Tapos Depok
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020

kesehatan, membantu biaya pengobatan berminyak, kacang-kacangan, dan


dan kebutuhan jika responden membatasi penggunaan garam dapur.
membutuhkan sesuatu jawaban dari Akan tetapi, sebagian responden masih
responden juga benar, artinya keluarga malas berolahraga dikarenakan tidak ada
memberikan dukungan dalam bentuk yang menemani dan responden malas
makanan, uang, waktu, serta komunikasi untuk melakukannya, masih
yang baik kepada responden.Beberapa menambahkan penyedap rasa saat
responden juga mengatakan bahwa memasak karena kebiasaan harus makan
mereka mendapatkan pengetahuan dari menggunakan garam/fetcin sehingga
penyuluhan kesehatan dan konseling gizi belom bisa mengurangi penggunaannya.
yang di dapatkan di Puskesmas Rekomendasi yang bisa dilakukan untuk
Kecamatan Tapos Depok. meningkatkan kepatuhan diet adalah
memberikan motivasi kepada keluarga
Macam-macam kepatuhan diet hipertensi untuk meluangkan waktu kepada
antara lain menurunkan berat badan, diet responden dalam menemani olahraga dan
Dietary Approaches to Stop Hypertension memperhatikan responden dalam
(DASH), diet ini dianjurkan untuk penggunaan garam atau penyedap rasa
pencegahan dan manajemen hipertensi sesuai takaran yang benar, serta
dengan prinsip banyak mengkonsumsi memberikan pendidikan kesehatan terkait
buah dan sayuran, susu rendah lemak dan diet DASH (Dietary Approaches to Stop
hasil olahnya serta kacang-kacangan, diet Hypertension).
ini mengandung tinggi kalium, fosfor dan
protein sehingga perlu dipertimbangkan Kepatuhan diet hipertensi dipengaruhi
untuk pasien dengan penurunan fungsi oleh beberapa faktor salah satunya
ginjal, membatasi konsumsi garam, dukungan keluarga. Dalam penelitian ini
membatasi atau menghindari konsumsi keluarga memberikan dukungan yang
kopi dan alkohol, dan edukasi atau baik sehingga responden mampu
konseling diet (Couch and Debra, 2008) melaksanakan diet hipertensi karena
dalam Kresnawan (2011). keluarga selalu memperhatikan dan
memantau dalam perawatan hipertensi
Dalam penelitian ini responden rata-rata terutama dalam kebutuhan makanan dan
mematuhi kepatuhan diet terbukti dalam minuman, penggunaan garam, membatasi
menjawab pertanyaan peneliti bahwa alkohol dan kopi, dan konseling diet yang
responden banyak konsumsi buah dan dilakukan responden di Puskesmas
sayur, membatasi makanan berlemak dan Kecamatan Tapos.

Tabel 5 Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap Kepatuhan Diet Hipertensi Pada Penderita
Hipertensi Di Keluharan Tapos Depok (N=93)

Dukungan keluarga Kepatuhan Diet Hipertensi


Patuh Tidak Patuh Total
Nilai OR
F % F % F %
Ada 55 78,6 15 21,4 70 100

Tidak ada 9 39,1 14 60,9 23 100 5,704


Total 64 68,8 29 31,2 93 100

85 | Rosa Amelia, Indah Kurniawati : Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap Kepatuhan Diet
Hipertensi Pada Penderita Hipertensi Di Kelurahan Tapos Depok
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020

Tabel 5 didapatkan hasil penelitian dengan tidak patuh melaksanakan diet


bahwa responden yang mendapatkan hipertensi sebanyak 14 responden
dukungan keluarga dengan patuh (60,9%), dan responden yang tidak
melaksanakan diet hipertensi sebanyak mendapatkan dukungan keluarga tetapi
55 responden (78,6%), dan responden patuh melaksanakan diet hipertensi
yang mendapatkan dukungan keluarga sebanyak 9 responden (39,1%).
tetapi tidak patuh melaksanakan diet
hipertensi sebanyak 15 responden Berdasarkan analisis menggunakan uji
(21,4%). Sedangkan, responden yang statistikchi-square diperoleh nilai p-
tidak mendapatkan dukungan keluarga value

0,001, karena ≤ nilai α (0,05) maka tidak dapat diubah seperti ras, usia,
dapat disimpulkan bahwa ada riwayat keluarga, dan jenis kelamin.
hubungan yang signifikan antara Hipertensi dapat diatasi dengan
hubungan dukungan keluarga terhadap beberapa cara, salah satunya adalah
kepatuhan diet pada pasien hipertensi diet. Diet adalah salah satu cara untuk
di Kelurahan Tapos Depok. Dalam mengatasi hipertensi tanpa efek
penelitian ini menggunakan metode samping yang serius, karena metode
Cross Sectional maka di dapatkan nilai pengendaliannya yang alami. Hanya
OR=5,704, artinya responden yang saja banyak orang yang menganggap
mendapatkan dukungan keluarga diet hipertensi sebagai sesuatu yang
berpeluang 5,704 kali untuk merepotkan dan tidak menyenangkan.
melaksanakan kepatuhan diet Banyak daftar makanan kesukaan bisa
hipertensi dibandingkan responden masuk daftar makanan yang harus
yang tidak mendapatkan dukungan dihindari, misalnya garam penyedap,
keluarga. popcorn asin, keju, dan keripik
kentang (Utami, 2009).
Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian Tarigan (2018) tentang Kepatuhan adalah adalah tingkat
pengaruh pengetahuan, sikap dan perilaku pasien yang setuju terhadap
dukungan keluarga terhadap diet instruksi atau petunjuk yang diberikan
hipertensi di Desa Hulu Kecamatan dalam bentuk terapi apapun yang
Pancur Baru bahwa didapatkan hasil ditentukan, baik itu diet, latihan,
uji statistik chi-square dengan nilai p- pengobatan atau pertemuan dengan
value 0,001 yang artinya ada hubungan dokter (Stanley & Mickey, 2002,
yang signifikan antara dukungan dalam Setianingsih, 2017). Kepatuhan
keluarga dengan kepatuhan diet adalah istilah yang dipakai untuk
hipertensi pada penderita hipertensi. menjelaskan ketaatan atau pasrah pada
tujuan yang telah ditentukan (Susan,
Menurut Budi (2009) membagi dua 2009). Menurut Khoirin (2018),
kelompok faktor resiko pemicu menjelaskan bahwa faktor-faktor yang
timbulnya hipertensi yaitu faktor berhubungan dengan kepatuhan diet
resiko yang dapat diubah dan faktor pada pasien hipertensi yaitu usia,
resiko yang tidak dapat diubah. Yang pendidikan, pengetahuan, dan
termasuk faktor resiko yang dapat dukungan keluarga.
diubah seperti obesitas, kurang gerak,
merokok, konsumsi kopi/alkohol, dan Menurut teori Friedman (2010)
stres. Sedangkan, faktor resiko yang dukungan keluarga adalah sikap,

86 | Rosa Amelia, Indah Kurniawati : Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap Kepatuhan Diet
Hipertensi Pada Penderita Hipertensi Di Kelurahan Tapos Depok
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020

tindakan dan penerimaan keluarga hipertensi yaitu sebanyak


terhadap penderita yang sakit. (31,2%).
Dukungan keluarga merupakan sikap 4. Ada hubungan yang signifikan
atau tindakan dalam menentukan cara antara dukungan keluarga
asuhan yang diperlukan oleh anggota terhadap kepatuhan diet
keluarga yang sakit. Peran penting hipertensi pada penderita
dalam keluarga adalah menjaga hipertensi di Kelurahan Tapos
kesehatan keluarga, apabila dalam Depok dengan nila P-value 0,001.
keluarga tersebut salah satu anggota 5. Nilai OR=5,704 yang artinya
keluarganya ada yang sedang “responden yang mendapatkan
mengalami masalah kesehatan maka dukungan keluarga berpeluang
sistem keluarga akan terpengaruhi 5,704 kali untuk mematuhi
(Pranata, 2018). Menurut peneliti kepatuhan diet dipertensi
dukungan keluarga sangat penting dibandingkan responden yang
diberikan kepada responden yang tidak mendapatkan dukungan
mengalami hipertensi, karena setiap keluarga”.
sikap atau tindakan keluarga dapat
mempengaruhi perilaku responden. 6. SARAN
Jika keluarga memberikan dukungan Penelitian yang dilakukan oleh peneliti
yang baik maka kepatuhan responden selain memberikan suatu kesimpulan
dalam melaksanakan diet hipertensi juga memberikan saran pada berbagai
semakin tinggi. Sebaliknya, jika pihak untuk menangani hipertensi.
keluarga tidak memberikan dukungan saran-saran tersebut antara lain sebagai
keluarga maka kepatuhan responden berikut:
dalam melaksakan diet hipertensi 1. Bagi keluarga
semakin rendah. Diharapkan kepada keluarga untuk
memberikan dukungan serta
5. KESIMPULAN mengantar ke pelayanan kesehatan
a. Berdasarkan penelitian yang telah misalnya puskesmas untuk tetap
dilakukan didapatkan kesimpulan mengontrol tekanan darah setiap
sebagai berikut: bulannya dan memperhatikan
1. Penderita hipertensi rata-rata penderita hipertensi dalam
berusia 46 tahun, berjenis penggunaan penyedap rasa saat
kelamin perempuan, memasak.
berpendidikan SD, dan bekerja 2. Bagi Kader Kesehatan
sebagai IRT. Diharapkan kader posyandu dapat
2. Lebih banyak responden yang memberikan penyuluhan kesehatan
mendapatkan dukungan keluarga tidak hanya pada pasien hipertensi,
yaitu sebanyak (75,3%), akan tetapi juga pada keluarga
dibandingkan yang tidak pasien hipertensi.
mendapatkan dukungan keluarga 3. Bagi Institusi Pendidikan
yaitu sebanyak (24,7%). Hasil penelitian yang telah
3. Lebih banyak responden yang dilakukan dapat digunakan sebagai
patuh melaksanakan diet bahan kajian dalam proses belajar
hipertensi yaitu sebanyak mengajar mahasiswa, dan referensi
(68,8%), dibandingkan yang tidak kepustakaan.
patuh melaksanakan diet 4. Bagi peneliti selanjutnya

87 | Rosa Amelia, Indah Kurniawati : Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap Kepatuhan Diet
Hipertensi Pada Penderita Hipertensi Di Kelurahan Tapos Depok
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020

Diharapkan peneliti selanjutnya Dewi, A., Wiyono, J., & Candrawati,


mampu mengadakan penelitian E. (2018). Hubungan
lebih lanjut dengan metode yang Dukungan Keluarga Dengan
berbeda, pada penelitian Kepatuhan Berobat Pada
selanjutnya variabel ditambahkan Pasien Penderita Hipertensi
mengenai motivasi diri sehingga Di Puskesmas Dau Kabupaten
bisa mengetahui motivasi diri Malang. Diakses di
mempengaruhi kepatuhan diet https://publikasi.unitri.ac.id/in
hipertensi atau tidak. dex.php/fikes/article/download
/819/633
Dinkes Depok. (2016). Dinas
REFERENSI Kesehatan Kota Depok Tahun
Agrina, dkk. (2011). Kepatuhan 2016.
Lansia Penderita Hipertensi http://dinkes.depok.go.id/wp-
dalam Pemenuhan Diet content/uploads/PROFIL-
Hipertensi. Diakses di TAHUN-2016.pdf. Diakses
https://sorot.ejournal.unri.ac.id pada tanggal 25 oktober 2018.
/index.php/JS/issue/view/255 Friedman, Marilyn, M., Bowden, V.
Pada tanggal 28 Juni 2019. R., & Jones, E. G. (2010).
Ali, Z. (2009). Pengantar Buku Ajar Keperawatan
Keperawatan Keluarga. Keluarga : Riset, Teori dan
Jakarta: EGC. Praktek. Alih bahasa: Achir
Anggara, F. H., & Prayitno, N. (2013). Yani S. Hamid, dkk. Jakarta:
Faktor-Faktor Yang EGC
Berhubungan Dengan Indra. (2013). Pengertian umur dan
Tekanan Darah Di Puskesmas kategori umur menurut depkes.
Telaga Murni, Cikarang Barat Diakses
Tahun 2012. Diakses di https://www.scribd.com/doc/1
http://ejournal.unida.gontor.ac. 62685921/usia-menurut-
id/index.php/JIHOH depkes. Pada tanggal 1 mei
Ardiansyah, M. (2012). Medikal 2019.
Bedah. Yogyakarta: Diva Khoirin., & Rosita, M. (2018). Faktor-
Press. faktor Yang Berhubungan
Black, J. M., & Hawks, J. H. (2014). Dengan Kepatuhan Diet Pada
Keperawatan Medikal Bedah: Pasien Hipertensi Di
Manajemen Klinis untuk Hasil Puskesmas Pakjo Palembang
yang Diharapkan, Edisi 8- Tahun 2018. Diakses di
Buku 2. Alih Bahasa : Joko http://jurnal.stikes-aisyiyah-
Mulyanto, dkk. Singapura: palembang.ac.id/index.php/Ke
Elsevier. p/article/view/152
Brunner, & Suddarth. (2013). Kozier, B., Shirlee, A., J. (2011). Buku
Keperawatan Medikal-Bedah Ajar Fundamental
Edisi 8. Alih Bahasa : Agung Keperawatan Konsep Proses
Waluyo, dkk. Jakarta: EGC dan Praktik edisi VII Volume
Budi, U. (2009). Menu Sehat Penakluk 1. Alih Bahasa : Pamilih Eko
Hipertensi. Jakarta Selatan: Karyuni, dkk. Jakarta: EGC.
Media Pustaka.

88 | Rosa Amelia, Indah Kurniawati : Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap Kepatuhan Diet
Hipertensi Pada Penderita Hipertensi Di Kelurahan Tapos Depok
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020

Kresnawan, T. (2011). Asupan Gizi Setianingsih, D. R. (2017). Hubungan


Pada Hipertensi. RSUPN Dr. Dukungan Keluarga Dengan
Cipto Mangunkusumo Jakarta. Kepatuhan Diet Pada Lansia.
Majid, A. (2015). Asuhan Program Studi Ilmu
Keperawatan Pada Pasien keperawatan. STIKes Insan
Dengan Gangguan Sistem Cendekia Media Jombang.
Kardiovaskular. Yogyakarta: Singalingging, G. (2011).
PT. Pustaka Baru. Karakteristik Penderita
Nita, Y., & Oktavia, D. (2018). Hipertensi Di Rumah Sakit
Hubungan Dukungan Umum Herna. Medan:
Keluarga Dengan Kepatuhan Universitas Sumatra Utara.
Diet Pasien Hipertensi Di Sujarweni, W. (2014). Metodelogi
Puskesmas Payung Sekaki Penelitian Keperawatan.
Pekanbaru Tahun 2017. Yogyakarta: Gava Media.
STIKes Payung Negeri Sulistiyowati. (2009). Faktor-faktor
Pekanbaru. Diakses di yang Berhubungan Dengan
http://journals.umkt.ac.id/inde Kejadian Hipertensi di
x.php/jik/article/view/103 Kampung Botton Kelurahan
Notoadmodjo, S. (2012). Metodologi Magelang Kecamatan
Penelitian Kesehatan. Jakarta: Magelang Tengah Kota
Rineka Cipta. Magelang. Skripsi. Fakultas
Nurarif, A., & Kusuma, H. (2015). Keperawatan. UNNE.
Aplikasi Asuhan Keperawatan Sukardi. (2011). Metodelogi Penelitian
Berdasarkan Diagnosa Medis Pendidikan Kompetensi dan
& Nanda Nic-Noc. Jakarta: Praktiknya. Jakarta: PT. Bumi
Media Action Publishing. Aksara.
Pranata, J (2018). Aku Perawat Susan. (2009). Pengertian Kepatuhan.
Komunitas. Yogyakarta: Gava Http:/kim.ung.ac.id/index.php.
Media. Diakes Pada Tanggal 27
Prihartono, W., Andarmoyo, S., Isroin, januari 2019.
L. (2019). Hubungan Suryanti. (2018). Badan Penelitian dan
Dukungan Keluarga Dengan Pengembangan Kesehatan
Kepatuhan Pemenuhan Diet Kementerian RI Tahun 2018.
Pada Penderita Hipertensi. http://www.depkes.go.id/resou
Fakultas Ilmu Kesehatan. rces/download/infoterkini/mat
Universitas Muhammadiyah eri_rakorpop_2018/Hasil%20
Ponorogo. Riskesdas%202018.pdf.
Rahajeng, E., & Tuminah, S. (2009). Diakses Pada Tanggal 21
Prevalensi Hipertensi dan November 2018.
Determinannya di Indonesia. Tarigan, A., Lubis., & Syarifah.
Departemen Kesehatan RI. (2018). Pengaruh
Sari, D., Safri., & Utami, G. (2018). Pengetahuan, Sikap Dan
Hubungan Motivasi Diri Dukungan Keluarga Terhadap
Terhadap Kepatuhan Diet Hipertensi Di Desa Hulu
Melaksanakan Diet Pada Kecamatan Pancur Batu. Ilmu
Penderita Hipertensi. Fakultas Kesehatan Masyarakat.
Keperawatan. Universitas Universitas Sumatera Utara.
Riau.

89 | Rosa Amelia, Indah Kurniawati : Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap Kepatuhan Diet
Hipertensi Pada Penderita Hipertensi Di Kelurahan Tapos Depok
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020

Wijaya, S. A. (2013). Keperawatan World Health Organization. (2013).


Medikal Bedah 1 World Health Day 2013 :
(Keperawatan Dewasa). Measure your blood pressure,
Yogyakarta: Nuha Medika. reduce risk
Williams, & Wilkins. (2011). Kapita .http://www.who.int/mediacent
Selekta Penyakit dengan re/news/release/2013/world_he
Implikasi Keperawatan Edisi alt_day_20130403/en/.
2. Jakarta: EGC. Diakses Pada Tanggal 12
World Health Organization. (2012). Desember 2018.
Global Burden of stroke.
World health organization. Wulandhani, S., Nurchayati, S., &
Http://.who.int/cardiovaskular Lestari, W. (2018). Hubungan
_disease/en/cvd_atlas_15_bur Dukungan Keluarga Dengan
den_stroke.pdf. Diakses Pada Motivasi Lansi Hipertensi
Tanggal 18 Desember 2018. Dalam Memeriksakan
Word Health Organization. (2013). Tekanan Darahnya.
World Health Day 2013 : Universitas Riau.
Measure you blood pressure,
reduce risk. http

90 | Rosa Amelia, Indah Kurniawati : Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap Kepatuhan Diet
Hipertensi Pada Penderita Hipertensi Di Kelurahan Tapos Depok
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
Jurnal Kesehatan Saelmakers Perdana
ISSN 2615-6571 (Online), ISSN 2615-6563 ((Print)
Tersedia online di http://ojs.ukmc.ac.id/index.php/JOH

HUBUNGAN PERSEPSI DENGAN KESIAPSIAGAAN BENCANA PADA


TENAGA KESEHATAN

RELATHIONSHIPS OF PERCEPTION AND DISASTER PREPAREDNESS


AMONG HEALTH WORKER

I Made Dwie Pradnya Susila1, I Made Adi Wahyu Udaksana2, Nur A’ini3
123
Program Studi S1 Keperawatan, STIKES Bina Usada Bali
Email: dwiepradnya@gmail.com

Submisi: 25 Januari 2020 ; Penerimaan: 3 Februari 2020; Publikasi : 14 Februari 2020

ABSTRAK

Latar belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang sangat rawan terjadi bencana alam,
letaknya secara geografis berada di antara dua benua dan pertemuan lempeng api. Kabupaten
Badung merupakan pintu utama masuknya para wisatawan ke Bali sehingga perpindahan
penduduk di Kabupaten Badung menjadi sangat tinggi. Kabupaten Badung tercatat sebagai
penyumbang bencana tertinggi di Provinsi Bali maka diperlukan kesiapsiagaan bencana untuk
mengurangi korban dan kerugian material. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
hubungan persepsi dengan kesiapsiagaan bencana pada tenaga kesehatan ambulans desa. Metode
Survey cross sectional dilakukan pada 49 tenaga kesehatan ambulans desa yang dipilih secara total
sampling di wilayah kerja Kecamatan Petang dan Abiansemal. Pengumpulan data dilakukan pada
bulan Mei 2019 dengan menggunakan kuesioner. Analisis data dilakukan secara univariat, bivariat
dengan chi square dan multivariat dengan regresi logistik biner. Hasil Hasil penelitian
menunjukkan bahwa hanya 42,9% tenaga kesehatan yang memiliki tingkat kesiapsiagaan bencana
tinggi. Persepsi manfaat berhubungan dengan kesiapsiagaan bencana (AOR=16,1; 95%CI: 1,83-
141,35). Kesimpulan Persepsi manfaat berhubungan dengan kesiapsiagaan bencana.

Kata kunci: persepsi manfaat, kesiapsiagaan bencana, tenaga kesehatan

ABSTRACT

Background Indonesia is a country which is frequently to natural disasters, geographically located


between two continents and the plate of fire. Badung Regency is the main entrance of tourists to
Bali so that the population movement in Badung Regency is very high. Badung Regency is
recorded as the highest contributor to disasters in Bali Province so disaster preparedness is
needed to reduce casualties and material losses. Objectives This study aims to determine the
relationship of perception with disaster preparedness in village ambulance health workers.
Method Cross sectional survey was conducted on 49 village ambulance health workers who were
selected in total sampling in the working area of Petang and Abiansemal Districts. Data collection
was conducted in May 2019 using a questionnaire. Data analysis was performed univariate,
bivariate with chi square and multivariate with binary logistic regression. Results The results
showed that only 42.9% of health workers had high levels of disaster preparedness. Perceived
benefits related to disaster preparedness (AOR = 16.1; 95% CI: 1.83-141.35). Conclusion The
perception of benefits is related to disaster preparedness.

Keywords: perception of benefits, disaster preparedness, health workers

91 | I Made Dwie Pradnya Susila, I Made Adi Wahyu Udaksana, Nur A’ini : Persepsi Manfaat
Berhubungan Dengan Kesiapsiagaan Bencana Pada Tenaga Kesehatan
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
PENDAHULUAN memiliki peran yang penting sebagai
Indonesia merupakan salah satu jalur arteri untuk evakuasi korban
negara yang sangat rawan terjadi bencana yang terjadi di Kecamatan
bencana alam, letaknya secara Petang menuju Rumah Sakit Umum
geografis berada di antara dua benua Mangusada. Situasi ini menuntut
dan pertemuan lempeng api. Tahun tenaga kesehatan untuk selalu siap
2016 tercatat 2.334 terjadi bencana siaga menghadapi bencana.
yang didominasi oleh bencana Kesiapsiagaan terhadap bencana
hidrometeorologi yang diantaranya penting dimiliki oleh setiap individu.
adalah puting beliung, banjir, dan Sesuai yang tercantum dalam UU
longsor. Kejadian tersebut dikatakan Nomor 24 Tahun 2007 tentang
meningkat 38% dari tahun 2015 Penanggulangan Bencana (2007),
(Badan Nasional Penanggulangan bahwa setiap orang berkewajiban
Bencana, 2016). Pada tahun 2017 melakukan kegiatan penanggulangan
dilaporkan terdapat penurunan bencana. Apalagi tenaga kesehatan
kejadian bencana menjadi 2163 yang merupakan orang-orang yang
kejadian bencana (Badan Nasional memiliki pengetahuan dan
Penanggulangan Bencana, 2017), kemampuan hendaknya selalu siap
sedangkan tahun 2018 kembali siaga untuk bisa memberikan
meningkat menjadi 2572 kejadian pertolongan pertama pada kondisi
bencana (Badan Nasional bencana hingga ke kondisi
Penanggulangan Bencana, 2018). pemulihan pasca bencana.
Kabupaten Badung merupakan Penelitian tentang kesiapsiagaan
pintu utama masuknya para bencana sudah pernah dilakukan di
wisatawan ke Bali sehingga beberapa negara. Penelitian yang
perpindahan penduduk di Kabupaten dilakukan di Kanada dengan
Badung menjadi sangat tinggi. Jadi mengambil perawat sebagai subjek
apa bila bencana terjadi, penelitian, dilaporkan bahwa perawat
kemungkinan jumlah korban akan kurang percaya diri, menganggap
tinggi. Apalagi Kabupaten Badung dirinya dan institusinya kurang
tercatat sebagai penyumbang berpengalaman dalam kondisi
bencana tertinggi di Provinsi Bali, bencana (O‟Sullivan et al., 2008).
yaitu sejumlah 7 kejadian pada tahun Hasil penelitian yang serupa juga
2016 yang didominasi oleh bencana diperoleh pada penelitian yang
tanah longsor. Pada tahun 2017 memperoleh sampel sebanyak 620
tercatat 6 kejadian bencana di orang di Texas, yaitu perawat merasa
Kabupaten Badung (Badan Nasional tidak siap jika dihadapkan dalam
Penanggulangan Bencana, 2017). situasi bencana (Baack and Alfred,
Kondisi yang terparah akibat 2013). Selain itu, penelitian yang
tanah longsor ini adalah terputusnya dilakukan di Arab Saudi juga
akses jalan utama penghubung Desa menyatakan tingkat pengetahuan dan
Plaga ke pusat kota yang terjadi di praktik perawat masih di bawah rata-
Banjar Semanik, tentunya hal ini rata sehingga kesiapsiagaaan
sangat berdampak buruk bagi bencana perawat masih rendah
perekonomian penduduk Desa Plaga (Ibrahim, 2014).
yang lebih banyak berprofesi sebagai Persepsi dipahami sebagai
petani, tidak mampu sebuah proses menerima,
mendistribusikan hasil buminya menyeleksi, mengorganisasikan,
(Surya, 2016). Pada kondisi bencana, mengartikan, menguji, dan
Wilayah Kecamatan Abiansemal memberikan reaksi kepada suatu

91 | I Made Dwie Pradnya Susila, I Made Adi Wahyu Udaksana, Nur A’ini : Persepsi Manfaat
Berhubungan Dengan Kesiapsiagaan Bencana Pada Tenaga Kesehatan
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
objek, peristiwa atau permasalahan kegawatdaruratan dan bencana
(Linda, 2009). Baack & Alfred (Bappeda Kabupaten Badung, 2018).
(2013) mengemukakan bahwa
regulasi diri (persepsi) menjadi salah Metode Penelitian
satu faktor yang mempengaruhi Penelitian ini merupakan studi rekam
kesiapsiagaan bencana. Slepski medis dengan analitik observasional,
(2005) mengatakan bahwa persepsi rancangan cross sectional. Peneliti
menjadi asal-muasal pemahaman tidak melakukan tindakan intervensi
responden terhadap kesiapsiagan apapun maupun perlakuan khusus
bencana. pada subjek penelitian dan hanya
Kabupaten Badung telah terbatas pada mengumpulkan data
memiliki 68 ambulans desa yang menggunakan kuesioner. Populasi
dioperasikan di setiap desa/kelurahan target penelitian ini adalah seluruh
di Kabupaten Badung. Setiap tenaga kesehatan ambulans desa.
ambulans desa terdapat petugas Populasi pada penelitian ini adalah
kesehatan dengan klasifikasi, 2 bidan seluruh tenaga kesehatan ambulans
dan 2 perawat. Sayangnya para desa di Kecamatan Petang dan
petugas kesehatan ambulans desa Abiansemal sejumlah 49 tenaga
belum dibekali dengan keahlian yang kesehatan dengan teknik
mumpuni di bidang pengambilan sampel yang digunakan
kegawatdaruratan dan bencana. Apa adalah total sampling. Uji statistik
lagi dalam Rencana Kerja bivariat pada penelitian ini
Pemerintah Daerah (RPKD) menggunakan uji Chi Square.
Kabupaten Badung tidak tercantum Analisis multivariat yang dilakukan
pengembangan sumber daya manusia pada penelitian ini adalah dengan
ambulans desa tentang menggunakan regresi logistik biner.

HASIL
Tabel 2 Distribusi Frekuensi Persepsi Tenaga Kesehatan Ambulans Desa
Variabel (n=49) n (%)
Persepsi Kerentanan
Mean ± SD 15,14 ± 1,486
Median ± IQR 15 ± 14-16
Min 12
Max 18
Kurang 28 (57,1)
Baik 21 (42,9)
Persepsi Keseriusan
Mean ± SD 17,51 ± 1,938
Median ± IQR 17 ± 16-18,5
Min 14
Max 24
Kurang 27 (55,1)
Baik 22 (44,9)
Persepsi Manfaat
Mean ± SD 16,06 ± 2,115
Median ± IQR 15 ± 15-17
Min 134
Max 20
Kurang 33 (67,3)
Baik 16 (32,7)
Persepsi Hambatan
Mean ± SD 15,47 ± 1,324
Median ± IQR 15 ± 15-16

92 | I Made Dwie Pradnya Susila, I Made Adi Wahyu Udaksana, Nur A’ini : Persepsi Manfaat
Berhubungan Dengan Kesiapsiagaan Bencana Pada Tenaga Kesehatan
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
Min 12
Max 19
Kurang 23 (53,1)
Baik 26 (46,9)
Self Efficacy
Mean ± SD 18,57 ± 1,837
Median ± IQR 18 ± 18-19,5
Min 14
Max 24
Kurang 31 (63,3)
Baik 18 (36,7)

Tabel 2 menunjukkan bahwa terdapat 31 responden (63,3%) yang


memiliki self efficacy kurang serta 33 responden (67,3%) yang memiliki persepsi
manfaat baik.

Tabel 3 Distribusi Frekuensi Kesiapsiagaan Bencana Tenaga Kesehatan Ambulans Desa


Variabel (n=49) n (%)
Kesiapsiagaan Bencana
Mean ± SD 76,63 ± 8,769
Median ± IQR 74 ± 72-79
Min 63
Max 112
Sedang 28 (57,1)
Tinggi 21 (42,9)

Tabel 3 menunjukkan bahwa terdapat 28 responden (57,1%) memiliki


kesiapsiagaan sedang.

Tabel 4 Hasil Uji Analisa Bivariat Hubungan Persepsi dengan Kesiapsiagaan Bencana Tenaga
Kesehatan Ambulans Desa
Kesiapsiagaan bencana
Variabel OR Nilai p
Sedang Tinggi
Persepsi Kerentanan 9,167 0,001
Kurang 22 (78,6%) 6 (21,4%)
Baik 6 (28,6%) 15 (71,4%)
Persepsi Keseriusan 3,431 0,037
Kurang 19 (70,4%) 8 (29,6%)
Baik 9 (40,9%) 13 (59,1%)
Persepsi Manfaat 26,000 <0,001
Kurang 26 (78,8%) 7 (21,2%)
Baik 4 (12,5%) 12 (87,5%)
Persepsi Hambatan 4,222 0,017
Kurang 19 (73,1%) 7 (26,9%)
Baik 9 (39,1%) 14 (60,9%)
Self Efficacy 4,489 0,012
Kurang 22 (71,0%) 9 (29,0%)
Baik 6 (33,3%) 12 (66,7%)

Pada tabel 4 menunjukkan persepsi hambatan, dan self efficacy


bahwa persepsi kerentanan, persepsi berhubungan dengan kesiapsiagaan
keseriusan, persepsi manfaat, bencana.

92 | I Made Dwie Pradnya Susila, I Made Adi Wahyu Udaksana, Nur A’ini : Persepsi Manfaat
Berhubungan Dengan Kesiapsiagaan Bencana Pada Tenaga Kesehatan
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
Tabel 5 Hasil Uji Analisa Multivariat Hubungan Persepsi dengan Kesiapsiagaan Bencana Tenaga
Kesehatan Ambulans Desa
Variabel AOR 95% CI Nilai p R2
Persepsi Manfaat 0,518
Kurang 1 (Ref)
Baik 16,102 1, 834-141,352 0,012

Pada tabel 5 menunjukkan penelitian cross sectional


bahwa secara independen variabel memperoleh hasil bahwa usia (OR
persepsi manfaat (95% CI: 1,834- 1.49; 95 % CI: 1.27-1.65) memiliki
141,352) berhubungan secara dampak pada kinerja perawat,
signifikan dengan kesiapsiagaan terlebih pada situasi bencana
bencana pada tenaga kesehatan (Ogedegbe et al., 2012).
ambulans desa. Kemampuan variabel Ogedegbe et al. (2012)
bebas yang diteliti pada penelitian ini mengungkapkan dalam
dalam menjelaskan varians dari penelitiannya, bahwa jenis kelamin
variabel terikatnya adalah sebesar (p<0,001) dan lama kerja (OR 1.16;
51,8%, yang berarti terdapat 49,2% 95 % CI: 0.95-1.43) memiliki
varians variabel terikat dijelaskan hubungan dengan tindakan
oleh faktor lain yang tidak diteliti penyelematan pada saat terjadi
pada penelitian ini. bencana. Husna, Hatthakit and
Chaowalit (2011) mengatakan
PEMBAHASAN tingkat pendidikan mungkin
Peningkatan kesiapsiagaan memainkan peran penting. Penelitian
bencana yang dialami bisa lain menemukan bahwa perawat
dipengaruhi oleh perubahan yang pendidikannya tingkat diploma
psikologis seiring bertambahnya usia menunjukkan tingkat pengetahuan
yang cenderung menumbuhkan dan keterampilan yang lebih rendah
kesabaran dan ketelatenan dalam daripada sarjana, magister atau
menghadapi situasi bencana. Miceli, doktor (Chan, 2009).
Sotgiu and Settanni (2008), Wahidah (2016)
menyatakan bahwa tingkat mengungkapkan lama kerja
kesiapsiagaan bencana dapat berubah berhubungan dengan kesiapsiagaan
yang bisa disebabkan oleh beberapa bencana dengan nilai signifikansi
faktor pribadi dan psikologis. p=0,001 yang diklasifikasikan
Hasil penelitian oleh menjadi 6-10 tahun (50%) dan >10
Wahidah (2016), dikatakan bahwa tahun (50%). Magnaye et al. (2011)
usia berhubungan dengan menegaskan bahwa panjang lama
kesiapsiagaan bencana dengan nilai kerja dan pelatihan mempengaruhi
signifikansi p=0,005. Penelitian yang variasi dalam hal perolehan
dilakukan di Amerika oleh Sattler, pengetahuan, peningkatan
Kaiser and Hittner (2000) ditemukan keterampilan dan kompetensi
bahwa usia memiliki hubungan kegawatdaruratan.
siginifikan dengan kesiapsiagaan Pada penelitian Fung, Loke and
bencana yang memiliki nilai p<0,001 Lai (2008) diketahui seluruh
pada responden yang mengalami responden sepakat bahwa harus
Badai Emily dan nilai p<0,0001 pada harus diadakan pelatihan
responden yang mengalami Badai kegawatdaruratan bencana untuk
Fran. Penelitian yang dilakukan di menghadapi situasi bencana.
New Jersey Utara dengan rancangan Responden menganggap pelatihan

92 | I Made Dwie Pradnya Susila, I Made Adi Wahyu Udaksana, Nur A’ini : Persepsi Manfaat
Berhubungan Dengan Kesiapsiagaan Bencana Pada Tenaga Kesehatan
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
PPGD (76,2%), BHD (75%), ACLS dalam pengetahuan maupun sikap
(64%) merupakan pelatihan yang kesiapsiagaan bencana dengan nilai
penting untuk diikuti untuk p<0,05.
meningkatkan kesiapsiagaan bencana Penelitian yang dilakukan
dan kemampuan dalam oleh Pesiridis et al. (2015), dikatakan
menanggulangi situasi gawat darurat bahwa program pelatihan yang
bencana. Smith, Gilcreast and Pierce diberikan layak dan efektif dalam
(2008) mengemukakan bahwa meningkatkan pengetahuan
pelatihan darurat (BHD, ACLS) responden dan kesiapsiagan terhadap
perlu dilakukan lebih banyak dan bencana dengan nilai p<0,001.
jika memungkinkan lebih banyak Pendapat yang sejalan juga
waktu untuk praktik keterampilan disampaikan oleh Duong (2009),
langsung walaupun bagi yang sudah kesiapsiagaan perawat darurat dan
pernah mengikuti pelatihan agar kepercayaan diri untuk bertindak
mampu memperbaharui keilmuan dalam suatu peristiwa bencana dapat
yang dimiliki. secara langsung dipengaruhi oleh
Hasil penelitian dari Chiu, kombinasi pengalaman, pendidikan
Polivka and Stanley (2012), dan pelatihan bencana sebelumnya.
disampaikan bahwa pelatihan Bistaraki, Waddington and Galanis
penanganan bencana ditemukan (2011) pun menyatakan bahwa
secara signifikan meningkatkan pelatihan bencana memberikan
kepercayaan responden dalam manfaat besar bagi para peserta, serta
kemampuan mereka untuk menunjukkan bahwa intervensi
melakukan kompetensi dalam pendidikan dan pelatihan bencana itu
penanganan bencana dengan nilai bermanfaat. Kobayashi et al. (2003)
p<0,001. Selain itu, hasil penelitian menyebutkan bahwa pelatihan
dari Yin et al. (2011), menyebutkan bencana dan darurat diberikan
bahwa pelatihan yang diberikan dengan keterampilan khusus dan
dapat meningkatkan kompetensi unik, namun perlu dilakukan secara
dalam kesiapsiagaan bencana efisien untuk menanggapi keadaan
terutama pada komunikasi dan triage darurat atau bencana.
dengan nilai p<0,05. Akan tetapi hasil penelitian
Pada hasil penelitian Sangkala dari Williams, Nocera and Casteel
and Gerdtz (2018), sekitar sepertiga (2008) mengungkapkan belum
dari peserta menganggap latihan cukupnya referensi yang tersedia
bencana yang sering dilakukan untuk menentukan apakah intervensi
merupakan metode pembelajaran pelatihan untuk penyedia layanan
terbaik untuk mencapai kesehatan efektif dalam
kesiapsiagaan bencana yang efektif. meningkatkan pengetahuan dan
Pelatihan bencana berkelanjutan keterampilan dalam penanggulangan
yang memadukan kebutuhan- bencana. Kondisi tersebut diprediksi
kebutuhan pembelajaran khusus para menjadi salah satu faktor tidak
responden masih diperlukan untuk ditemukannya hubungan usia, jenis
mencapai kesiapsiagaan dan kelamin, tingkat pendidikan, lama
pengelolaan bencana yang efektif. kerja, kepesertaan dalam pelatihan
Selain itu penelitian yang dilakukan kegawatdaruratan dan bencana,
di New York oleh Qureshi et al. pengalaman bencana sebelumnya,
(2004) dipaparkan bahwa program serta pengalaman di tempat
pelatihan yang diberikan pengungsian dengan kesiapsiagaan
menghasilkan perubahan positif, baik bencana.

92 | I Made Dwie Pradnya Susila, I Made Adi Wahyu Udaksana, Nur A’ini : Persepsi Manfaat
Berhubungan Dengan Kesiapsiagaan Bencana Pada Tenaga Kesehatan
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
Selain dengan memberikan bahwa pengalaman di tempat
pelatihan kegawatdaruratan dan pengungsian memiliki hubungan
bencana, sebaiknya petugas dengan kesiapsiagaan bencana
kesehatan diberikan juga simulasi dengan nilai p=0,024.
penanganan bencana di wilayah kerja Pada penelitian ini, persepsi
masing-masing agar mampu berhubungan dengan kesiapsiagaan
meningkatkan kesiapsiagaan bencana. Nilai p masing-masing
bencana. Seperti yang disampaikan persepsi yaitu: persepsi kerentanan
oleh Cowan and Cloutier (1988), p=0,001; persepsi keseriusan
melalui simulasi bencana, responden p=0,037; persepsi manfaat p<0,001;
mampu memperbaiki keterampilan persepsi hambatan p=0,017; dan self
medis, gaya kepemimpinan, secara efficacy p=0,012. Selain itu, pada
substansial meningkatkan penilaian hasil uji multivariat, hanya persepsi
klinis, dan menangani kompleksitas manfaat yang memiliki hubungan
masalah yang terkait sebagai petugas dengan kesiapsiagaan bencana
kesehatan. dengan nilai AOR 16,102 (95%
Pengalaman bencana CI:4,203-13,476). Hasil tersebut
sebelumnya disebutkan berhubungan bermakna bahwa responden yang
secara signifikan dengan memiliki persepsi manfaat baik
kesiapsiagaan bencana pada memiliki kemampuan kesiapsiagaan
penelitian yang dilakukan oleh 16 kali lebih tinggi dibandingkan
Wahidah (2016) di Kabupaten responden yang memiliki persepsi
Jember dengan nilai signifikansi manfaat kurang.
p<0,001. Pengalaman bencana Hasil penelitian di atas
sebelumnya merupakan pengalaman didukung juga penelitian yang
yang diperoleh dengan melakukan dilakukan di Amerika oleh Sattler,
triage di tempat terjadinya bencana. Kaiser and Hittner (2000) ditemukan
Baack and Alfred (2013) juga bahwa persepsi kerentanan memiliki
mengemukakan hal yang serupa, hubungan siginifikan dengan
pengalaman bencana sebelumnya kesiapsiagaan bencana yang
mempengaruhi kompetensi yang memiliki nilai p<0,01 pada
dirasakan responden dalam responden yang mengalami Badai
kesiapsiagaan bencana. Pengalaman Emily dan nilai p<0,05 pada
bencana sebelumnya secara responden yang mengalami Badai
signifikan berkorelasi dengan Fran. Miceli, Sotgiu and Settanni
kesiapsiagaan bencana, yang (2008) menambahkan bahwa dengan
memberikan beberapa dukungan adanya persepsi kerentanan mampu
untuk keefektifannya dalam menjauhkan individu dari situasi
mengevaluasi keseluruhan bencana. Dalam literatur persepsi
kompetensi responden yang risiko, tingkat pengetahuan dan
dirasakan dalam kesiapsiagaan sering terpaparnya dengan biasanya
bencana dan pengaruh pengalaman dikaitkan dengan persepsi risiko
situasional pada kompetensi secara yang lebih rendah (Slovic, 1987).
keseluruhan. Hasil penelitian dari Hasil penelitian Adame and
Wahidah (2016), dikatakan bahwa Miller (2015) yang dilakukan di
pengalaman di tempat pengungsian Amerika menemukan bahwa self
berhubungan dengan kesiapsiagaan efficacy merupakan variabel yang
bencana dengan nilai signifikansi sangat terkait dengan kesiapsiagaan
p<0,001. Hasil penelitian dari Baack bencana. Self efficacy juga mampu
and Alfred (2013) menambahkan mengubah perilaku seseorang dalam

93 | I Made Dwie Pradnya Susila, I Made Adi Wahyu Udaksana, Nur A’ini : Persepsi Manfaat
Berhubungan Dengan Kesiapsiagaan Bencana Pada Tenaga Kesehatan
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
menghadapi bencana (Mulilis and Puskesmas Petang dan Abiansemal,
Lippa, 1990). Penelitian yang responden dan semua pihak yang
dilakukan pada 243 perawat di Israel telah membantu dalam penelitian ini.
mengungkapkan bahwa self efficacy
mampu mempengaruhi Referensi
kesiapsiagaan perawat (Melnikov et Adame, B.J., Miller, C.H., 2015. Vested
al., 2014). Al Khalaileh, Bond and interest, disaster preparedness, and
Alasad (2012) menyebutkan bahwa strategic campaign message
self efficacy memiliki andil dalam design. Health communication 30,
perubahan kesiapsiagaan bencana. 271–281.
Baack and Alfred (2013) pun Al Khalaileh, M.A., Bond, E., Alasad,
mengungkapkan hal yang serupa, J.A., 2012. Jordanian nurses‟
persepsi yang dirasakan perawat perceptions of their preparedness
merupakan poin pertama yang for disaster management.
penting dalam menilai kemampuan International emergency nursing
perawat pedesaan untuk bereaksi 20, 14–23.
terhadap bencana. Pada penelitian
yang dilakukan oleh O‟Sullivan et al. Baack, S., Alfred, D., 2013. Nurses‟
(2008) juga didapatkan hubungan preparedness and perceived
persepsi kesiapsiagaan bencana competence in managing disasters.
dengan kesiapsiagaan bencana Journal of Nursing Scholarship 45,
281–287.
dengan nilai p<0,0001. Pendapat
https://doi.org/10.1111/jnu.12029
yang sama juga disampaikan oleh
Slepski (2005), persepsi Badan Nasional Penanggulangan
kesiapsiagaan bencana menjadi asal- Bencana, 2018. Data Informasi
muasal pemahaman responden Bencana Indonesia [WWW
terhadap kesiapsiagan bencana. Hasil Document]. URL
penelitian dari Susila, Januraga and https://bnpb.cloud/dibi/laporan5
Utami (2019) pun menyatakan
bahwa persepsi kesiapsiagaan Badan Nasional Penanggulangan
bencana memiliki korelasi dengan Bencana, 2017. Data Informasi
kesiapsiagaan bencana. Bencana Indonesia [WWW
Document]. URL
http://dibi.bnpb.go.id/dibi/

Badan Nasional Penanggulangan


Simpulan dan Saran Bencana, 2016. Capaian Kinerja
Persepsi manfaat memiliki 2016. Jakarta.
hubungan yang signifikan dengan
kesiapsiagaan bencana pada tenaga Bappeda Kabupaten Badung, 2018.
kesehatan ambulans desa. Metode Rencana Kerja Pemerintah Daerah
kualitatif sangat disarankan untuk Kabupaten Badung.
peneliti berikutnya agar mampu
mendapatkan informasi lebih dalam Bistaraki, A., Waddington, K., Galanis,
P., 2011. The effectiveness of a
terkait persepsi dan kesiapsiagaan disaster training programme for
bencana. healthcare workers in Greece.
International nursing review 58,
Ucapan Terima Kasih 341–346.
Peneliti mengucapkan terima kasih
kepada STIKES Bina Usada Bali, Chan, M.F., 2009. Factors affecting
Dinas Kesehatan Badung, Kepala knowledge, attitudes, and skills

94 | I Made Dwie Pradnya Susila, I Made Adi Wahyu Udaksana, Nur A’ini : Persepsi Manfaat
Berhubungan Dengan Kesiapsiagaan Bencana Pada Tenaga Kesehatan
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
levels for nursing staff toward the Muro, J.H.M., 2011. The role,
clinical management system in preparedness and management of
Hong Kong. CIN: Computers, nurses during disasters.
Informatics, Nursing 27, 57–65. International Scientific Research
Journal 3, 269–294.
Chiu, M., Polivka, B.J., Stanley, S.A.R.,
2012. Evaluation of a Melnikov, S., Itzhaki, M., Kagan, I.,
Disaster‐Surge Training for Public 2014. Israeli nurses‟ intention to
Health Nurses. Public Health report for work in an emergency or
Nursing 29, 136–142. disaster. Journal of Nursing
Scholarship 46, 134–142.
Cowan, M.L., Cloutier, M.G., 1988.
Medical simulation for disaster Miceli, R., Sotgiu, I., Settanni, M., 2008.
casualty management training. The Disaster preparedness and
Journal of trauma 28, S178-82. perception of flood risk: A study in
an alpine valley in Italy. Journal of
Duong, K., 2009. Disaster education and environmental psychology 28,
training of emergency nurses in 164–173.
South Australia. Australasian https://doi.org/10.1016/j.jenvp.200
Emergency Nursing Journal 12, 7.10.006
86–92.
Mulilis, J., Lippa, R., 1990. Behavioral
Fung, O.W.M., Loke, A.Y., Lai, C.K.Y., change in earthquake preparedness
2008. Disaster preparedness among due to negative threat appeals: A
Hong Kong nurses. Journal of test of protection motivation
advanced nursing 62, 698–703. theory. Journal of Applied Social
https://doi.org/10.1111/j.1365- Psychology 20, 619–638.
2648.2008.04655.x https://doi.org/10.1111/j.1559-
1816.1990.tb00429.x
Husna, C., Hatthakit, U., Chaowalit, A.,
2011. Emergency training, O‟Sullivan, T.L., Dow, D., Turner,
education and perceived clinical M.C., Lemyre, L., Corneil, W.,
skills for tsunami care among Krewski, D., Phillips, K.P.,
nurses in Banda Aceh, Indonesia. Amaratunga, C.A., 2008. Disaster
Nurse Media Journal of Nursing 1, and emergency management:
75–86. Canadian nurses‟ perceptions of
preparedness on hospital front
Ibrahim, F.A.A., 2014. Nurses lines. Prehospital and Disaster
Knowledge, Attitudes, Practices, Medicine 23, S11–S18.
and Familiarity Regarding Disaster
and Emergency Preparedness– Ogedegbe, C., Nyirenda, T., DelMoro,
Saudi Arabia. American Journal of G., Yamin, E., Feldman, J., 2012.
Nursing Science 3, 18–25. Health care workers and disaster
preparedness: barriers to and
Kobayashi, L., Shapiro, M.J., Suner, S., facilitators of willingness to
Williams, K.A., 2003. Disaster respond. International Journal of
medicine: the potential role of high Emergency Medicine 5, 29.
fidelity medical simulation for https://doi.org/10.1186/1865-1380-
mass casualty incident training. 5-29
Rhode Island Medical Journal 86,
196. Pesiridis, T., Sourtzi, P., Galanis, P.,
Kalokairinou, A., 2015.
Magnaye, B., Muñoz, M.S.L.M., Development, implementation and
Muñoz, M.A.F., Muñoz, R.G. V, evaluation of a disaster training

95 | I Made Dwie Pradnya Susila, I Made Adi Wahyu Udaksana, Nur A’ini : Persepsi Manfaat
Berhubungan Dengan Kesiapsiagaan Bencana Pada Tenaga Kesehatan
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
programme for nurses: A Tinjau Bencana Longsor Di Plaga -
Switching Replications ANTARA News Bali [WWW
randomized controlled trial. Nurse Document]. URL
education in practice 15, 63–67. https://bali.antaranews.com/berita/
100221/wabup-badung-tinjau-
Qureshi, K.A., Gershon, R.R.M., bencana-longsor-di-plaga
Merrill, J.A., Calero-Breckheimer,
A., Murrman, M., Gebbie, K.M., Susila, I.M.D.P., Januraga, P.P., Utami,
Moskin, L.C., May, L., Morse, N.W.A., 2019. Perception of
S.S., Sherman, M., 2004. disaster preparedness and
Effectiveness of an emergency participation in training are
preparedness training program for associated with disaster
public health nurses in New York preparedness among health
City. Family & Community Health workers. Public Health and
27, 242–249. Preventive Medicine Archive 7.
https://doi.org/10.15562/phpma.v7i
Republik Indonesia, 2007. Undang- 1.186
undang Nomor 24 Tahun 2007
tentang Penanggulangan Bencana. Wahidah, D.A., Rondhianto, Hakam,
Jakarta. M., 2016. Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Kesiapsiagaan
Sangkala, M.S., Gerdtz, M.F., 2018. Perawat dalam Menghadapi
Disaster preparedness and learning Bencana Banjir di Kecamatan
needs among community health Gumukmas Kabupaten Jember.
nurse coordinators in South Jurnal Pustaka Kesehatan 4, 568–
Sulawesi Indonesia. Australasian 574.
Emergency Care 21, 23–30.
Williams, J., Nocera, M., Casteel, C.,
Sattler, D.N., Kaiser, C.F., Hittner, J.B., 2008. The effectiveness of disaster
2000. Disaster Preparedness: training for health care workers: a
Relationships Among Prior systematic review. Annals of
Experience, Personal emergency medicine 52, 211–222.
Characteristics, and Distress 1.
Journal of Applied Social Yin, H., He, H., Arbon, P., Zhu, J.,
Psychology 30, 1396–1420. 2011. A survey of the practice of
https://doi.org/10.1111/j.1559- nurses‟ skills in Wenchuan
1816.2000.tb02527.x earthquake disaster sites:
implications for disaster training.
Slepski, L.A., 2005. Emergency Journal of advanced nursing 67,
preparedness: Concept 2231–2238.
development for nursing practice.
Nursing Clinics 40, 419–430.

Slovic, P., 1987. Perception of risk.


Science 236, 280–285.

Smith, K.K., Gilcreast, D., Pierce, K.,


2008. Evaluation of staff‟s
retention of ACLS and BLS skills.
Resuscitation 78, 59–65.
https://doi.org/10.1016/j.resuscitati
on.2008.02.007

Surya, I.M., 2016. Wabup Badung

96 | I Made Dwie Pradnya Susila, I Made Adi Wahyu Udaksana, Nur A’ini : Persepsi Manfaat
Berhubungan Dengan Kesiapsiagaan Bencana Pada Tenaga Kesehatan
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020

Jurnal Kesehatan Saelmakers Perdana


ISSN 2615-6571 (Online), ISSN 2615-6563 ((Print)
Tersedia online di http://ojs.ukmc.ac.id/index.php/JOH

STATUS PERKEMBANGAN DAN IDENTITAS DIRI REMAJA DI SMP


NEGERI 49 KRAMAT JATI JAKARTA TIMUR

ADOLESCENT DEVELOPMENT AND IDENTITY STATUS IN SMP NEGERI 49


KRAMAT JATI EAST JAKARTA

Harizza Pertiwi1, Zakiyah2, Aan Sutandi3


123
Fakultas Keperawatan dan Kebidanan, Universitas Binawan
e-mail: harizza@binawan.ac.id

Submisi: 23 Januari 2020 ; Penerimaan: 3 Februari 2020; Publikasi : 14 Februari 2020

ABSTRAK

Masa remaja merupakan masa perubahan aspek biologis, psikologis, dan 97eknik dari masa kanak-
kanak menuju kedewasaan. Di masa ini, perubahan tersebut dapat berpengaruh terhadap proses
perkembangan dan identitas diri. Proses ini dimulai pada masa remaja awal yang merupakan usia
sekolah menengah pertama. Jika status perkembangan dan identitas diri remaja kurang baik, maka
remaja cenderung akan mudah untuk terpapar perilaku 97eknik97e seperti penyalahgunaan
narkoba dan seks bebas. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui status perkembangan dan
identitas diri remaja di SMP Negeri 49 Jakarta Timur. Metode yang digunakan adalah deskriptif
kuantitatif untuk mendeskripsikan atau memberikan gambaran terhadap objek yang diteliti. Jumlah
responden yang didapatkan adalah 21 remaja melalui perhitungan dengan menggunakan 97eknik
purposive sampling. Hasil yang didapatkan adalah sebagian besar responden telah mencapai
perkembangan yang optimal (85,7%) dan lebih dari setengah responden mempunyai identitas diri
yang aktif (57,1%). Dari hasil tersebut, dapat diketahui bahwa belum semua responden mencapai
perkembangan yang optimal, dan masih banyak yang identitas dirinya kurang aktif. Hal ini adalah
sesuatu yang wajar karena perkembangan dan identitas diri masih berproses sepanjang masa
remaja hingga usia 18 tahun. Dari hasil penelitian ini pun dapat disimpulkan bahwa optimalisasi
pencapaian perkembangan dan identitas diri remaja masih diperlukan, untuk itu, upaya promosi
kesehatan remaja diharapkan dapat dilakukan baik di sekolah maupun di tatanan masyarakat.

Kata kunci: remaja; perkembangan; identitas diri

ABSTRACT

Adolescence is a period of change in biological, psychological, and social aspects from childhood to
adulthood. At this range of time, these changes can affect the development process and identity
formation. This process may start at the early stage of adolescence which is in the age of junior high
school. If adolescent developmental and identity status are not robust, adolescents tend to be easily
exposed to negative behavior such as drug abuse and free sex. The purpose of this study was to
determine the status of development and identity of adolescents in SMP Negeri 49 East Jakarta. The
method used was descriptive quantitative to describe or to give illustration of the object being
studied. Number of respondents was 21 adolescence which attained by calculation using purposive
sampling technique. The results obtained are that most respondents have achieved optimal
development (85,7%) and more than half of respondents have active identity (57,1%). From these
results, it can be seen that not all respondents have achieved optimal development, and there are
still many whose identities are less active. This is a natural phenomenon since the development and
identity are still in process throughout adolescence until the age of eighteen. Furthermore, it can be
concluded that the optimization of development achievement and adolescent self-identity is still
needed, for this reason, efforts to promote adolescent health can be carried out both in schools and
in the community setting.
Keywords: adolescent; development; identity
97 | Harizza Pertiwi, Zakiyah, Aan Sutandi : Status Perkembangan Dan Identitas Diri Remaja Di
SMP Negeri 49 Kramat Jati Jakarta Timur
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020

Pendahuluan Identitas personal melihat bahwa


Dalam beberapa tahun ini, di individu adalah sebuah makhluk yang
Indonesia sering sekali terjadi tindak unik, memiliki budaya, hidup di dalam
kriminalitas yang dilakukan oleh sebuah group, dan identitas sosial
remaja, diantaranya mencuri, tawuran, mengacu pada pengetahuan dalam
merundung, memperkosa, bahkan anggota kelompok budaya dan
hingga membunuh orang lain (Unayah berkomunikasi dengan budaya yang
dan Sabarisman, 2015). Di sisi lain, lain. Karakteristik individu yang
angka kematian akibat bunuh diri pada dipengaruhi oleh kolektivistik dalam
remaja semakin meningkat. Bahkan, komunikasi individu (Ayun, 2015).
bunuh diri menjadi penyebab kematian Rifany (2009) dalam Bahari
ketiga di dunia pada remaja antara 10 (2010) menyebutkan perkembangan
sampai 24 tahun (Republika, 2018). identitas diri memberikan dasar bagi
Dengan demikian, dapat kita pahami masa dewasa dan aspek sentral bagi
bahwa terdapat suatu hal negatif pada kepribadian sehat, yang merefleksikan
remaja yang dapat menyebabkan kesadaran diri, dan sistem keyakinan
fenomena seperti ini terjadi. pribadi. Remaja yang identitas dirinya
Masa remaja merupakan masa telah tercapai mempunyai
perubahan aspek biologis, psikologis, kesungguhan yang tinggi, pencapaian
dan social dari masa kanak-kanak akademik yang lebih tinggi, dan
menuju kedewasaan (Batubara, 2010). cenderung menggunakan mekanisme
Masa remaja diawali dengan pertahanan diri yang sehat dan adaptif
perubahan kadar hormon yang (Serafini & Adam, 2002). Sebaliknya
signifikan sehingga mempengaruhi apabila proses pencapaian identitas
penampilan fisik. Pada masa ini pula diri ini mengalami hambatan, maka
otak, perilaku dan kemampuan social dapat menimbulkan kebingungan
sedang berkembang pesat yang dapat identitas, mereka juga dapat
mempengaruhi kemampuan untuk mengalami berbagai permasalahan
membuat keputusan (Burnett dan seperti adanya perasaan kosong, sikap
Blakemore, 2009). menentang dan menantang orangtua,
Perkembangan remaja memiliki pertentangan dalam dirinya, gelisah
tugas utama untuk mencapai ukuran tentang hal-hal yang diinginkan tetapi
kebebasan atau kemandirian dari tidak sanggup memenuhi semuanya
orangtua, dan membentuk identitas (Gunarsa, 1989 dalam IDAI, 2009).
untuk tercapainya integrasi diri dan Pencapaian identitas diri yang
kematangan pribadi (Soetjiningsih, rendah bisa menghasilkan kenakalan
2010). Perkembangan identitas yang dan penyimpangan perilaku pada
sangat signifikan terjadi pada masa remaja. Sumara (2017) menyebutkan
remaja (Timler et al., 2019). bahwa krisis identitas merupakan
Identitas diartikan sebagai salah satu penyebab remaja
spectrum yang luas mengenai „siapa menyalahgunakan narkoba dan
saya‟ yang perkembangannya mengikuti geng motor. Jenis
dipengaruhi oleh aspek psikososial penyimpangan perilaku lainnya pada
seperti keyakinan personal, kesadaran remaja antara lain seks bebas,
diri, dan evaluasi diri (Harter, 2012; prostitusi, minuman keras, dan
Schwartz et al., 2011) dan juga aspek perjudian (Susanti dan Handoyo,
peran social seperti keluarga dan 2015). Selain itu, penyalahgunaan zat
budaya yang berasal dari luar diri dan konsumsi alkohol lebih tinggi
(Schwartz et al., 2011; Goth, 2012). ditemukan pada remaja yang rendah
98 | Harizza Pertiwi, Zakiyah, Aan Sutandi : Status Perkembangan Dan Identitas Diri Remaja Di
SMP Negeri 49 Kramat Jati Jakarta Timur
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
status identitasnya (diffusion dan Perkembangan Remaja Di SMP 49
moratorium) (Serafini dan Adam, Kramat Jati Jakarta Timur
2002), dan menurut WHO (2018) Perkembangan
diantara isu utama tentang masalah Jumlah (%)
Remaja
kesehatan utama pada remaja adalah
kehamilan dan persalinan dini, alkohol Cukup Optimal 3 14,3
dan obat-obatan, serta merokok.
Optimal 18 85,7
Sebagai ibukota negara, Jakarta
mempunyai berbagai tantangan. Total 21 100
Angka kemiskinan, pengangguran,
dan kriminalitas yang meningkat
hanyalah sebagian permasalahan yang Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat
harus diselesaikan (Bappeda DKI bahwa terdapat 3 responden (14,3%)
Jakarta, 2017). Jika remaja masih memiliki perkembangan yang cukup
kesulitan dalam membentuk identitas optimal dan sebanyak 18 responden
dirinya, remaja akan mudah untuk (85,7%) memiliki perkembangan yang
terbawa pengaruh buruk lingkungan optimal.
sekitar. Untuk itu, penelitian ini Hasil analisa terhadap identitas diri
dilakukan agar diketahuinya responden di SMP 49 Kramat Jati
perkembangan dan identitas diri Jakarta Timur dapat dilihat pada Tabel
remaja di Jakarta. 2 sebagai berikut :

Tabel 2
Metode Penelitian
Identitas Diri Responden di SMP 49
Penelitian ini menggunakan
Kramat Jati Jakarta Timur
metode deskriptif kuantitatif dengan
menggunakan teknik purposive Identitas Diri Jumlah (%)
sampling pada 21 siswa/siswi SMP 49
Kramat Jati Jakarta Timur. Data Agak Pasif 1 4,8
penelitian didapat dengan
Cukup Aktif 8 38,1
menggunakan instrumen berupa
kuesioner perkembangan remaja yang Aktif 12 57,1
berisi 10 aspek perkembangan dan
kuesioner identitas diri menurut Total 21 100
Serafini, Maitland, dan Adam (2006)
yang telah dimodifikasi oleh Bahari
(2010). Siswa/siswi sebelumnya Berdasarkan Tabel 2 dapat
dijelaskan mengenai prosedur diketahui bahwa dari 21 responden di
penelitian dan bila bersedia untuk SMP 49 Jakarta Timur sebanyak 1
menjadi responden, maka siswa/siswi responden (4,8) memiliki identitas diri
tersebut menandatangani lembar yang agak pasif, sebanyak 8 responden
informed consent. (38,1) memiliki identitas diri yang
cukup aktif, dan sebanyak 12
Hasil Dan Pembahasan responden (57,1%) memiliki identitas
Hasil analisa terhadap kemampuan diri yang aktif.
perkembangan diri remaja di SMP 49 Perkembangan remaja dalam
Kramat Jati Jakarta Timur dapat penelitian ini diukur dari sepuluh
dilihat pada Tabel 1 sebagai berikut : aspek perkembangan, yaitu
perkembangan biologis/fisik,
psikoseksual, moral, spiritual,
Tabel 1 psikososial, kreativitas, emosi, bakat
khusus, bahasa, dan kognitif. Hasil
99 | Harizza Pertiwi, Zakiyah, Aan Sutandi : Status Perkembangan Dan Identitas Diri Remaja Di SMP
Negeri 49 Kramat Jati Jakarta Timur
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
analisis data menyatakan bahwa dari Menurut Dewi (2012), seberapa jauh
sepuluh aspek perkembangan tersebut, perubahan pada masa remaja akan
sebanyak 18 (85,7%) dari responden mempengaruhi perilaku sebagian
telah mencapai perkembangan yang besar tergantung pada kemampuan dan
optimal. Hal ini berarti sebagian besar kemauan remaja untuk
remaja mampu untuk tumbuh dan mengungkapkan keprihatinan dan
berkembang sesuai dengan usianya. kecemasannya kepada orang lain
Perkembangan fisik yang dijalani sehingga dengan begitu ia dapat
oleh remaja perlu diimbangi oleh memperoleh pandangan baru yang
perkembangan aspek lainnya. lebih baik.
Normalnya, semua aspek Remaja merupakan masa peralihan
perkembangan berjalan secara dari masa kanak-kanak ke masa
beriringan (Batubara, 2010). Jika dewasa. Remaja dimulai dari awal
hanya perkembangan fisik saja yang pubertas sampai tercapainya
optimal dan aspek perkembangan lain kematangan mulai dari usia 12 atau 13
terabaikan, maka perkembangan tahun dan berakhir pada usia akhir
remaja akan timpang dan mudah belasan tahun atau awal dua puluhan
terpengaruh oleh efek hormonal tahun (Papalia, et al., 2009). Tugas
biologis sehingga kurang bisa perkembangan remaja yaitu mencapai
membentengi diri dengan akal dan identitas diri versus bingung peran.
emosi yang matang (Jannah, 2016). Tugas perkembangan remaja bertujuan
Dalam penelitiannya, Maryatun untuk pencapaian identitas diri agar
(2013) mengatakan bahwa kelak remaja menjadi individu dewasa
perkembangan diri siswa dapat yang memiliki sense of self yang
meningkat dikarenakan remaja telah sesuai dan dapat berperan di
diberikan dan dilatih untuk lingkungan masyarakat (Papalia, et al.,
menyelesaikan persoalan kasus 2009). Di dalam penelitian ini,
seputar permasalahan yang dihadapi sebanyak 12 (57,1%) responden
remaja, terbiasa berinteraksi, memiliki identitas diri yang aktif.
berdiskusi serta bekerja sama dengan Angkanya tidak jauh berbeda dengan
semua anggota kelompok baik yang jumlah responden yang dikategorikan
sejenis maupun lawan jenis. Selain itu, cukup aktif dan agak pasif. Hal ini
remaja juga mampu beradaptasi adalah suatu hal yang wajar karena
dengan lingkungan baru, mampu responden tersebut masih berproses
memberikan perhatian, bantuan pada dalam membentuk identitas diri
teman lain, mampu mengendalikan mereka pada masa remaja ini.
diri, dan tidak meminta secara paksa Identitas adalah integrasi dari
terhadap pemenuhan kebutuhannya. tuntutan internal dan eksternal dalam
Namun, perkembangan diri remaja memahami diri sendiri dan akan
dapat dipengaruhi oleh beberapa menjadi apa. Identitas adalah realisasi
faktor. dari konsistensi pribadi. Seseorang
Berdasarkan Triningtyas (2017), dengan rasa identitas yang jelas
faktor-faktor yang mempengaruhi mengalami kesatuan kepribadian dan
perkembangan remaja antara lain menganggap dirinya sebagai orang
adalah pengaruh keluarga, gizi, yang unik. Perasaan akan identitas diri
gangguan emosional, status social memberikan arah dan tujuan hidup
ekonomi, kesehatan, maupun (Stuart, 2016), di mana
pengaruh bentuk tubuh individu. pembentukannya membutuhkan proses
Selain itu, pengaruh lingkungan juga panjang dan kompleks,
mempengaruhi perkembangan remaja.

100 | Harizza Pertiwi, Zakiyah, Aan Sutandi : Status Perkembangan Dan Identitas Diri Remaja Di
SMP Negeri 49 Kramat Jati Jakarta Timur
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
kesinambungan kehidupan masa lalu, lainnya untuk membentuk dan
sekarang, dan yang akan datang. mengelola suatu program pengayaan
Identitas membuat suatu gambaran yang dapat membantu siswa remaja
mengenai seseorang, melalui; untuk mencapai perkembangan yang
penampilan fisik, ciri ras, warna kulit, optimal maupun identitas diri yang
bahasa yang digunakan, penilaian diri, aktif.
dan faktor persepsi yang lain, yang
semuanya digunakan dalam Ucapan Terima Kasih
mengkonstruksi identitas budaya Peneliti mengucapkan terima
(Ayun, 2015). Remaja yang identitas kasih kepada semua pihak yang telah
dirinya telah terbentuk secara aktif memberi dukungan dan kontribusi
akan memudahkan remaja untuk terhadap penelitian ini, diantaranya:
mencapai konsep diri yang positif. Hal KEMENRISTEKDIKTI yang telah
ini sangat penting sebagai bekal mendukung dan mendanai penelitian
remaja untuk menghadapi masa ini; Rektor, dekan, dan ketua program
dewasa. studi Keperawatan Universitas
Lokasi penelitian ini adalah sebuah Binawan; Ketua LPPM Universitas
SMP Negeri unggulan (favorit) di kota Binawan; Kepala sekolah, guru, dan
Jakarta Timur. Asumsi peneliti, hal staf SMP Negeri 49 Jakarta Timur;
tersebut sedikit banyak mempengaruhi dan siswa-siswi SMP Negeri 49 yang
karakter siswa yang masuk ke dalam telah bersedia menjadi responden.
lingkungan sekolah. Untuk memasuki
sekolah negeri favorit, siswa harus Referensi
berusaha untuk memperoleh prestasi Unayah, N., Sabarisman, M. (2015).
Fenomena Kenakalan Remaja dan
akademik yang baik, sehingga sedikit
Kriminalitas. Sosio Informa, Vol
banyak telah membentuk karakter 1(2), Mei-Agustus.
siswa yang berorientasi pada masa
depan (Jayanti dan Suharningsih, Republika. (2018). Angka Bunuh Diri di
2014). Orientasi pada masa depan ini Anak Muda Meningkat.
yang dapat membantu remaja untuk https://www.republika.co.id/berit
mencapai perkembangan yang optimal a/gaya-hidup/info-
dan identitas diri yang aktif. sehat/18/10/16/pgoqeo328-
angka-bunuh-diri-di-anak-muda-
Kesimpulan Dan Saran meningkat. Diakses tanggal 20
Perkembangan remaja di ibukota Desember 2019.
Jakarta sudah cukup optimal. Identitas
Batubara, R.L. (2010). Adolescent
diri remaja pun sudah cukup aktif.
Development (Perkembangan
Remaja masih tetap memerlukan Remaja). Sari Pediatri, Vol. 12,
bimbingan dan arahan dari No. 1, Juni 2010
lingkungan, terutama orang tua dan
guru dalam membentuk identitas Burnett, S., Blakemore, S.J. (2009). The
dirinya. Untuk meningkatkan status development of adolescent social
perkembangan dan identitas diri cognition. Values, Empathy, and
remaja perlu dilakukan intervensi Fairness across Social Barriers:
promotif, seperti Terapi Kelompok Ann. N.Y. Acad. Sci. 1167: 51–56.
Terapeutik (TKT) remaja dan Soetjiningsih. (2010). Tumbuh Kembang
pendidikan kesehatan yang dilakukan Remaja dan Permasalahannya.
secara rutin di sekolah. Jakarta : Segung Seto.
Hasil penelitian ini dapat
digunakan sebagai landasan bagi Timler, A., McIntyre, F., Rose, E., Hands,
sekolah maupun institusi pendidikan B. (2019). Exploring the influence

101 | Harizza Pertiwi, Zakiyah, Aan Sutandi : Status Perkembangan Dan Identitas Diri Remaja Di
SMP Negeri 49 Kramat Jati Jakarta Timur
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
of self-perceptions on the Susanti, I., & Handoyo, P. (2015).
relationship between motor Perilaku Menyimpang di Kalangan
competence and identity in Remaja Pada Masyarakat
adolescents. PLoS ONE Karangmojo Plandaan Jombang.
14(11):e0224653 Jurnal Paradigma. Vol. 03, Nomor
02.
Harter, S. (2012). Construction of the
Self: Developmental and World Health Organization. (2018).
Sociocultural Foundations (2nd http://www.who.int/en/news-
Edition). NewYork; London: room/fact-
Guilford Press sheets/detail/adolescents-health-
risks-and-solutions diakses tanggal
Schwartz, S.J., Luyckx, K., Vignoles, 20 Maret 2019.
V.L. (2011). Handbook of Identity
Theory and Research. Springer Bappeda. (2017). Gambaran Umum
Science and Business Media. Kondisi Daerah.
https://bappeda.jakarta.go.id/uploa
Goth, K., Foelsch, P., Schluter-Muller, S., ds/document/2018-05-
Birkholzer, M., Jung, E., Pick, O., 28/63/63 Bab_2_RPJMD_DKI_2
et al. (2012). Assessment of 022.pdf, diakses tgl 19 Maret 2019
identity developmentand identity
diffusion in adolescence— Serafini, T. E., Maitland, S. B., & Adams,
Theoretical basis and G. R. (2006). The Functions of
psychometric properties of the self- Identity Scale: Revisions,
report questionnaire AIDA. Child validation and model testing.
and Adolescent Psychiatry and Poster presented at the Biennial
Mental Health 6(1):27 Meeting of the Society for
Research on Adolescence, San
Ayun, P.Q. (2015). Fenomena remaja Francisco, California.
menggunakan media social dalam
membentuk identitas. Jurnal Jannah, M. (2016). Remaja dan Tugas-
Channel, Vol. 3, No. 2, Oktober Tugas Perkembangannya dalam
2015, hal. 1-16 Islam. Jurnal Psikoislamedia
Volume 1, Nomor 1, April 2016.
Bahari. (2010). Pengaruh Terapi
Kelompok Terapeutik Terhadap Maryatun. (2013). Hubungan Antara Pola
Perkembangan Identitas Remaja di Asuh Orang Tua Dengan Perilaku
Kota Malang. Tesis. FIK-UI. Seksual Pranikah Pada Remaja Di
SMK Batik 1 Surakarta. GASTER
Serafini, T.E., & Adam, G.R. (2002). Vol.10 No.2 Agustus 2013.
Functions of Identity: Scale
Construction and Validation. Triningtyas, D., Muhayati, S. (2017).
Identity: An International Journal Konseling Pranikah: Sebuah
of Theory and Research, 2(4), p. Upaya Meredukasi Budaya
363-391. Pernikahan Dini Di Kecamatan
Pulung Kabupaten Ponorogo. JKI
IDAI. (2009). Overview Adolescent (Jurnal Konseling Indonesia), 3(1),
Health Problems and Services. 28-32
http://www.idai.or.id/remaja/artike
l.asp?q=200994155149 diakses Dewi, H.E. (2012). Memahami
tanggal 20 Maret 2019. perkembangan fisik remaja.
Yogyakarta: Gosyen Publishing.
Sumara, D., Humaedi, S., Santoso, MB.
(2017). Kenakalan Remaja dan Papalia, D.E., Feldman, R.D., Olds, S.W.
Penanganannya. Jurnal Penelitian (2009). Human Development.
dan PPM, 4(2), 346-353. McGraw-Hill.

102 | Harizza Pertiwi, Zakiyah, Aan Sutandi : Status Perkembangan Dan Identitas Diri Remaja Di
SMP Negeri 49 Kramat Jati Jakarta Timur
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
Jayanti, R.P.D., Suharningsih. (2014). dengan SMP Islam Brawijaya
Perbandingan Tingkat Mojokerto. Jurnal Pendidikan
Kedisiplinan Siswa Terhadap Tata Kewarganegaraan Vol 2, No 2 .
Tertib Sekolah di SMPN 1 Puri

103 | Harizza Pertiwi, Zakiyah, Aan Sutandi : Status Perkembangan Dan Identitas Diri Remaja Di
SMP Negeri 49 Kramat Jati Jakarta Timur
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020

Jurnal Kesehatan Saelmakers Perdana


ISSN 2615-6571 (Online), ISSN 2615-6563 ((Print)
Tersedia online di http://ojs.ukmc.ac.id/index.php/JOH

PENGARUH RELAKSASI OTOT PROGRESIF DAN IMAJINASI


TERBIMBING TERHADAP MUAL MUNTAH PADA PASIEN KANKER
PAYUDARA

The Effect of Progressive Muscle Relaxation and Guided Imagery on Nausea and
Vomiting in Breast Cancer Patients

Rizki Dwi Putri1), Karolin Adhisty2), Antarini Idriansari3)


123
Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran, Universitas Sriwijaya
Email: rizkiendot@gmail.com

Submisi: 27 Januari 2020 ; Penerimaan: 3 Februari 2020; Publikasi : 14 Februari 2020

Abstrak
Mual muntah menimbulkan beberapa efek samping yang dapat terjadi pada pasien pasca kemoterapi.
Relaksasi otot progresif dan imajinasi terbimbing merupakan tindakan nonfarmakologi yang dapat
mengurangi efek samping pasca kemoterapi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
relaksasi otot progresif dan imajinasi terbimbing terhadap mual muntah pada pasien kanker payudara di
RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik Purposive
Sampling dengan kriteria inklusi: Pasien perempuan yang mengalami kanker payudara, PPS pasien
kanker payudara ≥ 60%, Pasien yang mengalami mual atau muntah akibat kemoterapi baik itu Akut,
Delayed, Anticipatory, Breakthrough, dan Refractory. Penelitian ini menggunakan rancangan metode Pre-
Eksperimental dengan One Group Pretest-Posttest Design dan analisis data menggunakan uji alternative
Wilcoxon. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa ada pengaruh relaksasi otot progresif dan imajinasi
terbimbing terhadap skor mual muntah dengan p-value 0,000 yang menandakan bahwa pasien terlihat
rileks dan dapat mengatasi mual muntahnya. Penelitian ini dapat diterapkan dengan menggunakan Standar
Operasional Prosedur (SOP) yang sesuai yaitu 2 seri dalam satu hari selama 30 menit sebagai terapi
nonfarmakologis dalam mengatasi mual muntah pada pasien kanker payudara.

Kata kunci: kanker payudara, mual, muntah, relaksasi otot progresif dan imajinasi terbimbing.
Abstract
Nausea and vomiting cause some side effects which can occur in patients after chemotherapy.
Progressive muscle relaxation and guided imagery are non-pharmacological actions which can reduce
side effects after chemotherapy. The aim of this study was to determine the effect of progressive muscle
relaxation and guided imagery on nausea and vomiting in breast cancer patients at Dr. Mohammad
Hoesin Hospital Palembang. The sample was taken by Purposive Sampling technique with inclusion
criteria: Female patients who have breast cancer, PPS breast cancer patients ≥ 60%, Patients who
experience nausea or vomiting due to chemotherapy either Acute, Delayed, Anticipatory, Breakthrough,
or Refractory. This study used a Pre-Experimental method design with One Group Pretest-Posttest
Design, and an alternative Wilcoxon test was used for data analysis. The results of this study indicated
that there was an influence of progressive muscle relaxation and guided imagery on the score of nausea
and vomiting with a p-value about 0,000, indicating that the patients were seen relaxed and could
overcome the nausea and vomiting. This research can be applied by using the appropriate Standard
Operation Procedure (SOP) which is 2 series in a day for 30 minutes as a non-pharmacological therapy
in dealing with nausea and vomiting in breast cancer patients.

Keywords: Breast cancer, nausea, vomiting, progressive muscle relaxation and guided imagery.

104 | Rizki Dwi Putri, Karolin Adhisty, Antarini Idriansari : Pengaruh Relaksasi Otot Progresif Dan
Imajinasi Terbimbing Terhadap Mual Muntah Pada Pasien Kanker Payudara
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020

PENDAHULUAN pengobatan kemoterapi pada pasien


Kanker merupakan ancaman serius kanker payudara. Lebih dari setengah
kesehatan masyarakat karena insiden dan dari wanita yang menjalani kemoterapi
angka kematiannya terus meningkat telah dilaporkan mengalami mual
(Kemenkes RI, 2016). Menurut WHO muntah post kemoterapi meskipun telah
(2018) bahwa kasus kanker yang paling menggunakan obat antiemetik (Peoples
banyak terjadi di Indonesia adalah et al., 2016).
kanker payudara yaitu sebanyak 58.256 Pasien yang mendapatkan
kasus atau 16,7% dari total 348.809 kemoterapi sebagai bagian dari
kasus kanker. Berdasarkan data pengobatannya mengalami permasalahan
prevalensi yang terus meningkat setiap seperti mual muntah, tidak nafsu makan,
tahunnya maka dibutuhkan penanganan kelelahan, intoleransi aktivitas dan
medis pada pasien kanker salah satunya stress. Hal yang menjadi masalah
adalah kemoterapi. Kemoterapi terbesar dari pasien adalah mual muntah
merupakan terapi yang paling umum hal ini dirasakan oleh pasien setelah
diterima pasien di rumah sakit terutama kemoterapi yang membuat rasa tidak
pada penyakit kanker yang bersifat nyaman pada bagian gastrointestinal
sistemik dan kanker yang mengalami sehingga membuat pasien mengalami
metastasis klinis maupun subklinis mual muntah. Peneliti sebelumnya
(Syarif & Putra, 2014). menemukan bahwa dari 27% pasien
Kemoterapi dilakukan dengan yang menghentikan pengobatan sebelum
menggunakan obat sitotoksik yang akan waktunya, sebanyak 71% disebabkan
merusak DNA atau bertindak sebagai mual dan muntah sebagai alasan utama
inhibitor umum pada pembelahan sel. yang belum optimal teratasi (Watson &
Kemoterapi dapat menimbulkan efek Marvell, 2014). Berdasarkan fenomena
samping seperti mual dan muntah. Efek diatas hal yang sangat memperburuk
samping kemoterapi dengan mual dan keadaan pasien adalah mual muntah.
muntah adalah yang paling sering Mual muntah yang dirasakan pasien
terjadi dan salah satu yang paling sulit sangat mempengaruhi keadaan dan
untuk diatasi. Wanita dengan kanker kondisi pasien, dari pengalaman buruk
payudara sering menderita mengalami efek kemoterapi yang dirasakan pasien
mual muntah post kemoterapi dan sebelumnya membuat pasien menjadi
mengakibatkan kelelahan karena agen mengundurkan jadwal kemoterapi.
kemoterapi untuk kanker payudara Melihat dampak tersebut sehingga
mengabungkan berbagai agen menjadi hal yang penting untuk
emetogenik, seperti siklofosfamid, memanagemen mual muntah akibat
doxorubicin, epirubicin, paclitaxel, kemoterapi baik itu secara farmakologis
docetaxel, fluouracil, dan methotrexate maupun secara non farmakologis.
(Peoples et al., 2016). Mual muntah Terapi farmakologis untuk
akibat kemoterapi Chemotherapy- mengurangi mual muntah pasien kanker
induced nausea and vomiting (CINV) payudara yang menjalani kemoterapi
merupakan salah satu efek samping dari dapat diberikan dengan antiemetik

105 | Rizki Dwi Putri, Karolin Adhisty, Antarini Idriansari : Pengaruh Relaksasi Otot Progresif Dan
Imajinasi Terbimbing Terhadap Mual Muntah Pada Pasien Kanker Payudara
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020

seperti Dexamethasone, kanker meningkatkan kemampuan dalam


Metoclopramide, Proklorperazin dan penanganan masalah yang ada melalui
Ondansentron (Karch, 2011). mekanisme koping yang sesuai. Menurut
Penanganan mual muntah akibat Yunitasari (2016) koping yang adaptif
kemoterapi yang ada di Indonesia lebih pada penderita kanker dapat dicapai
berfokus pada terapi farmakologi dengan meminimalkan dan bahkan
sedangkan dengan terapi non menghilangkan stressor penyebabnya.
farmakologi masih belum dilakukan Mekanisme koping yang baik pada
dengan maksimal (Ratih, dkk 2018). penderita kanker yang menjalani
Terapi non farmakologi untuk kemoterapi akan meningkatkan
mengurangi mual muntah dapat resiliensinya dalam menjalani
dilakukan dengan pemberian terapi kemoterapi. Berdasarkan uraian diatas
komplementer salah satunya dengan peneliti tertarik untuk mengetahui
teknik relaksasi. apakah terdapat pengaruh Relaksasi Otot
Relaksasi Otot Progresif dan Progresif dan Imajinasi Terbimbing
Imajinasi Terbimbing akan terhadap mual muntah pada pasien
meningkatkan kondisi rileks dan kanker payudara.
kenyamanan pada pasien kanker.
Kondisi rileks mendorong penderita
METODE dilakukan menggunakan kuisoner
Penelitian ini merupakan rancangan Rhodes INVR. Peneliti melakukan
metode Pre eksperimental dengan One pengisian kuesioner diikuti dengan
Group Pretest-Posttest Design. melakukan pengambilan data (pre test)
Penelitian ini dilakukan untuk pada kelompok intervensi. Pelaksanaan
mengetahui perbedaan skor mual muntah relaksasi otot progresif dan imajinasi
pada pasien kanker payudara sebelum terbimbing ini dilakukan dalam 2 seri
dan sesudah diberikan intervensi dalam satu hari untuk setiap responden.
relaksasi otot progresif dan imajinasi Setelah seri pertama diadakan
terbimbing. Sampel penelitian ini dilanjutkan dengan seri kedua setelah itu
berjumlah 22 pasien kanker payudara baru dilanjutkan dengan kegiatan
yang mendapatkan kemoterapi di RSUP. pengisian kuisoner diikuti dengan
Dr. Mohammad Hoesin Palembang melakukan pengambilan data (post test)
dengan kriteria inklusi: Pasien untuk kelompok intervensi.
perempuan yang mengalami kanker Uji komparasi penelitian melakukan uji
payudara, PPS pasien kanker payudara ≥ normalitas data dengan menggunakan
60%, Pasien yang mengalami mual atau Shapiro Wilk karena jumlah 50. Uji
muntah akibat kemoterapi baik itu Akut, statistik yang digunakan adalah uji
Delayed, Anticipatory, Breakthrough, alternatif Wilcoxon karena data tidak
dan Refractory. Data yang dikumpulkan berdistribusi normal.
adalah data karakteristik responden dan
pengukuran skor mual muntah yang

106 | Rizki Dwi Putri, Karolin Adhisty, Antarini Idriansari : Pengaruh Relaksasi Otot Progresif Dan
Imajinasi Terbimbing Terhadap Mual Muntah Pada Pasien Kanker Payudara
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020

HASIL
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia
Usia N %

25-30 2 9,1

31-35 3 13,6

36-40 8 36,4

41-45 9 40,9

Jumlah 22 100%

Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui bahwa responden paling banyak berada pada
rentang umur 41 – 45 tahun sebanyak 9 responden atau sebesar 40,9% .

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan


pendidikan n %
tidak sekolah 2 9,1
SD 10 45,5
SMP 5 22,7
SMA 5 22,7
Perguruan tinggi 0 0

Jumlah 22 0
Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui bahwa responden paling banyak berada pada
pendidikan SD sebanyak 10 responden atau sebesar 45,5%.

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Stadium Kanker


Stadium kanker n %
Stadium I 0 0
Stadium II 3 13,6
Stadium III 19 86,4
Stadium IV 0 0
Jumlah 22 100%
Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui bahwa responden paling banyak berada pada
stadium III sebanyak 19 responden atau sebesar 86,4%.

107 | Rizki Dwi Putri, Karolin Adhisty, Antarini Idriansari : Pengaruh Relaksasi Otot Progresif Dan
Imajinasi Terbimbing Terhadap Mual Muntah Pada Pasien Kanker Payudara
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020

Tabel 4. Distribusi Rata-rata Skor Mual Muntah Sebelum dan Setelah diberikan
Terapi Relaksasi Otot Progresif Dan Imajinasi Terbimbing
Variabel n SD
Skor mual muntah pretest 22 3,031

Skor mual muntah posttest 22 2,513

Berdasarkan mual muntah sebelum dan sesudah diberikan terapi relaksasi otot
progresif dan imajinasi terbimbing dapat diketahui bahwa nilai mean skor mual muntah
sebelum diberikan intervensi 12,95 dan sesudah diberikan intervensi menurun menjadi
4,86. Nilai standar deviasi lebih kecil dari nilai mean pada skor mual muntah sebelum
dan sesudah intervensi yang menandakan data semakin mendekati nilai mean.

Tabel 5. Perbedaan Skor Mual Muntah pada Pasien Kanker Payudara Sebelum
dan Sesudah Diberikan Relaksasi Otot Progresif Dan Imajinasi Terbimbing
Variabel n Median 95%CI P value
(maks-min) Lower upper
Skor mual 22 14,00 (16-6) 11,61 14,30
muntah pretest

0,000
Skor mual 22 5,00 (8-0) 3,75 progresif5,d9a8n imajinasi terbimbing. Hasil
muntah pretest uji statistik yang didapatkan menunjukan
bahwa hasil signifikan p value adalah
0,000 dari nilai p<0,05. Maka dengan
Berdasarkan tabel 5 Perbedaan rata- nilai p value 0,000 lebih kecil dari
rata skor mual muntah pada pasien p<0,05 menunjukkan bahwa adanya
kanker sebelum dan sesudah dilakukan perbedaan skor mual muntah sebelum
intervensi relaksasi otot progresif dan dan sesudah diberikan terapi relaksasi
imajinasi terbimbing di atas, dapat otot progresif dan imajinasi terbimbing
disimpulkan bahwa terjadi penurunan pada pasien kanker payudara.
nilai rata-rata skor mual muntah setelah
dilakukan intervensi relaksasi otot
Usia
PEMBAHASAN
a. Karakteristik responden Berdasarkan usia responden, 9
berdasarkan responden (40,9%) berada pada rentang
usia 41-45 tahun. Hasil penelitian ini
sesuai dengan penelitian yang dilakukan
oleh Marice dan Aprilda (2014) bahwa
responden yang menderita kanker

108 | Rizki Dwi Putri, Karolin Adhisty, Antarini Idriansari : Pengaruh Relaksasi Otot Progresif Dan
Imajinasi Terbimbing Terhadap Mual Muntah Pada Pasien Kanker Payudara
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020

payudara berumur di bawah 40 tahun dari proses terbentuknya kanker yang


persentasenya lebih rendah (31,1%) memakan waktu sangat lama,
dibadingkan dengan yang berumur 40 diperkirakan sekitar 20 tahun sampai
tahun atau lebih (68,9%). Hal ini dapat timbul gejala. Berdasarkan hal tersebut
terjadi karena sehubungan daya tahan peneliti berasumsi bertambahnya usia
dan hormon yang diproduksi oleh tubuh selalu diikuti dengan penurunan status
mengalami penurunan, semakin imun dan ketidakseimbangan hormon
bertambahnya usia maka semakin terjadi yang menyebabkan salah satu penyebab
penurunan biologis maupun psikologis kanker payudara.
(Abelma, 2013). Selain itu, dapat dilihat

Pendidikan khususnya pengetahuan di bidang


kesehatan. Menurut asumsi peneliti
Berdasarkan karakteristik responden semakin tinggi tingkat pendidikan
berdasarkan pendidikan dapat diketahui formal maka semakin mudah menyerap
bahwa pendidikan terakhir responden informasi termasuk juga informasi
paling banyak Sekolah Dasar (SD) kesehatan dan semakin tinggi pula
sebanyak 10 responden (45,5%). Hal ini kesadaran untuk berperilaku hidup sehat.
menunjukkan adanya kecenderungan
bahwa semakin tinggi tingkat Stadium kanker
pendidikannya semakin baik tingkat
pengetahuannya. Hasil penelitian ini Berdasarkan karakteristik responden
didukung oleh penelitian Widiawati N, berdasarkan stadium kanker dapat
(2012) Hubungan tingkat pendidikan diketahui bahwa responden paling
formal dan tingkat pengetahuan wanita banyak berada pada stadium III
tentang kanker payudara dengan sebanyak 19 responden (86,4%) dan
kejadian kanker payudara di borokulon stadium II sebanyak 2 responden
banyuurip purworejo, dengan hasil (13,6%). Hasil penelitian ini sejalan
menunjukkan bahwa terdapat hubungan dengan penelitian Laella & Fajri (2012)
yang positif antara tingkat pendidikan pasien kanker payudara paling banyak
formal dengan tingkat pengetahuan berada pada stadium lanjut lokal yaitu
wanita tentang kanker payudara. sebanyak 47 kasus (53,7%). Hasil yang
Semakin tinggi tingkat pendidikan maka sama juga didapatkan Indrati, Setyawan
semakin tinggi tingkat pengetahuannya. dan Handjojo pada tahun 2010 di Rumah
Adanya hubungan antara tingkat Sakit Kardiadi Semarang dimana
pendidikan dengan tingkat pengetahuan stadium lanjut lokal merupakan stadium
wanita mengenai kanker payudara. Hasil paling banyak ditemukan (58,7%).
ini sesuai dengan teori yang ditulis oleh Menurut Indrawati, Setyawan dan
Notoadmojo (2003) yaitu semakin tinggi Handojo proporsi terbanyak pada
tingkat pendidikan seseorang maka ia stadium III menunjukan bahwa
akan mudah menerima hal-hal baru dan kesadaran responden untuk melakukan
mudah menyesuaikan dengan hal yang pengobatan pada gejala awal atau pada
baru tersebut. Tingkat pendidikan stadium dini masih sangat rendah. Hasil
mempengaruhi perilaku dan Penelitian yang dilakukan oleh Rinda,
menghasilkan banyak perubahan, Mugi dan Wulandari pada tahun 2015,

109 | Rizki Dwi Putri, Karolin Adhisty, Antarini Idriansari : Pengaruh Relaksasi Otot Progresif Dan
Imajinasi Terbimbing Terhadap Mual Muntah Pada Pasien Kanker Payudara
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020

menunjukkan bahwa stadium kanker perbedaan yang signifikan antara rata-


yang paling banyak adalah stadium III rata mual muntah pasien yang menjalani
berjumlah 7 orang (46,7%). Kurangnya kemoterapi sesudah diberikan latihan
pengetahuan dan kesadaran masyarakat relaksasi otot progresif pada kelompok
akan gaya hidup sehat untuk mengurangi eksperimen.
risiko kanker serta melakukan deteksi
dini kanker menjadi masalah utama Hal tersebut didukung oleh teori
dalam penanggulangan kanker di Snyder (2006) menyatakan bahwa terapi
masyarakat. Peneliti berasumsi bahwa relaksasi otot progresif merupakan
kebanyakan responden tidak mengetehui komponen dari terapi komplementer
gejala kanker payudara, cara mendeteksi yang digunakan untuk menurunkan
kanker payudara secara dini, pencarian tingkat kecemasan, mual muntah serta
pengobatan serta cara pencegahannya. memberikan kenyamanan. Relaksasi otot
progresif sering menjadi bagian dari
b. Perbedaan Rata-rata Skor Mual imajinasi terbimbing. Penelitian oleh
Muntah pada Pasien Kanker Haryati & Sitorus (2015) juga
Payudara Sebelum dan Sesudah menunjukkan bahwa pasien kanker yang
Diberikan Relaksasi Otot Progresif menjalani kemoterapi yang diberikan
Dan Imajinasi Terbimbing latihan PMR (Progressive Muscle
Hasil penelitian ini menunjukan Relaxation) memperlihatkan adanya
bahwa ada perbedaan rata-rata skor mual peningkatan rata-rata status fungsional.
muntah pada pasien kanker payudara Efektifitas PMR dapat mengurangi mual,
sebelum dan sesudah dilakukan muntah, dan ansietas akibat kemoterapi
intervensi relaksasi otot progresif dan pada pasien kanker.
imajinasi terbimbing dengan Skor mual
muntah pasien menunjukan nilai yang Sistem saraf otonom ini terdiri dari
bermakna dengan hasil 0,000 (p value < dua subsistem yaitu sistem saraf simpatis
0,05). Hasil penelitian menunjukan dan sistem saraf parasimpatis yang
bahwa pasien kanker yang menjalani kerjanya saling berlawanan. Sistem saraf
kemoterapi yang diberikan relaksasi otot simpatis lebih banyak aktif ketika tubuh
progresif dan imajinasi terbimbing membutuhkan energi. Misalnya pada
sebanyak 2 seri dalam satu hari masing- saat terkejut, takut, cemas, atau berada
masing seri selama 30 menit dalam keadaan tegang, dimana kondisi
memperlihatkan adanya perbedaan ini dapat terjadi pada saat mual muntah.
terhadap mual muntah. Hasil penelitian Pada kondisi seperti ini, sistem syaraf
tersebut sejalan dengan penelitian Utami akan memacu aliran darah ke otot-otot
(2016), yang mengatakan bahwa rata- skeletal, meningkatkan detak jantung
rata mual muntah pasien kemoterapi dan kadar gula. Sebaliknya, system saraf
sesudah diberikan intervensi latihan parasimpatis mengontrol aktivitas yang
Progressive Muscle Relaxation (PMR) berlangsung selama penenangan tubuh,
pada kelompok eksperimen mengalami misalnya penurunan denyut jantung
penurunan dengan hasil p value 0,000 < setelah fase ketegangan dan menaikkan
0,05, Sehingga dapat disimpulkan ada aliran darah ke sistem gastrointestinal

110 | Rizki Dwi Putri, Karolin Adhisty, Antarini Idriansari : Pengaruh Relaksasi Otot Progresif Dan
Imajinasi Terbimbing Terhadap Mual Muntah Pada Pasien Kanker Payudara
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020

(Carlson, 1994 dalam Ramdhani & klien membayangkan hal-hal yang


Putra, 2008). nyaman dan menenangkan. Manfaat dari
imajinasi terbimbing yaitu menimbulkan
Relaksasi Otot Progresif dapat respon psikofisiologis yang kuat seperti
mempengaruhi pada penurunan pada perubahan dalam fungsi imun (Potter &
syaraf vagal abdominal oleh aktivasi Perry, 2009).
parasimpatis dapat menghambat
rangsangan syaraf arefen untuk Relaksasi yang bersumber dari diri
memberikan sinyal pada batang otak sendiri berupa kalimat pendek maupun
bagian belakang untuk terjadinya mual pikiran yang bisa membuat pikiran
muntah (Hasket, 2008). Dalam hal ini tentram (Maryam, 2010). Pada saat
pasien mual muntah mengalami relaksasi tubuh akan berada dalam
ketegangan pada otot-otot perut akibat kondisi rileks, sehingga dapat memicu
adanya kontraksi yang kuat pada sekresi dari hormon endorphin (Panjalu,
lambung akibat efek samping dari obat 2014). Hormon endorfin adalah zat
kemoterapi. Relaksasi efektif kimia seperi morfin yang diproduksi
menurunkan ketegangan pada otot, dan sendiri oleh tubuh. Hormon ini
mengurangi tekanan gejala pada individu diproduksi oleh sistem saraf pusat dan
yang mengalami berbagai situasi. kelenjar hipofisis. Endorfin memiliki
Dengan relaksasi akan mengurangi efek mengurangi rasa sakit dan memicu
kontraksi kuat pada otot-otot perut perasaan senang, tenang, atau bahagia,
karena mual muntah misalnya endorpin juga dapat berfungsi sebagai
komplikasi dari pengobatan medis antiemetik yang menghambat impuls
(Potter & Perry, 2010). mual muntah di pusat muntah dan CTZ
(Stern, Koch, & Andrews, 2011). Bhana
Dalam penelitian ini setelah (2016) mengemukakan bahwa imajinasi
diberikan relaksasi otot progresif terbimbing memiliki efek fisik,
responden juga diberikan imajinasi psikologis, sosial dan spiritual yang
terbimbing yang membuat responden dapat meningkatkan dukungan pada
mengimajinasikan diri dengan perawatan pasien kanker. Imajinasi
memikirkan hal yang menyenangkan terbimbing mampu mengatasi mood,
yang telah dibuktikan bahwa terdapat gangguan tidur, kecemasan, masalah
pengaruh yang signifikan terhadap mual kesehatan dan masalah fisik lainnya pada
muntah. Hal tersebut didukung dengan individu yang mengalami pemutusan
teori Smeltzer & Bare (2002), Imajinasi hubungan kerja (Beck, 2012). imajinasi
terbimbing menggunakan imajinasi terbimbing menurunkan mood dan
seseorang dalam suatu yang dirancang meningkatkan kualitas hidup pasien
secara khusus untuk mencapai efek kanker (Burns 2001). Penelitian
positif tertentu. Imajinasi terbimbing Karagozoglu et al. (2012) diketahui
mempunyai elemen yang secara umum music therapy dan guided visual imagery
sama dengan relaksasi, yaitu sama-sama memiliki efek yang positif dalam
membawa klien kearah relaksasi. mengurangi kecemasan, mual dan
Imajinasi terbimbing menekankan bahwa muntah pada pasien kemoterapi.

111 | Rizki Dwi Putri, Karolin Adhisty, Antarini Idriansari : Pengaruh Relaksasi Otot Progresif Dan
Imajinasi Terbimbing Terhadap Mual Muntah Pada Pasien Kanker Payudara
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020

Relaksasi Otot Progresif dan Kesimpulan Dan Saran


Imajinasi Terbimbing adalah jenis terapi Kesimpulan dari penelitian ini adanya
kognitif yang merupakan kombinasi pengaruh relaksasi otot progresif dan
terapi saling mendukung serta imajinasi terbimbing terhadap mual
melibatkan aspek mind-body dan spirit. muntah pada pasien kanker payudara
Mind-body dan spirit terapi merupakan dengan ditandai penurunan skor mual
intervensi yang menggunakan berbagai muntah serta pasien terlihat lebih rileks
teknik untuk memudahkan kemampuan dan dapat mengatasi keluhan mual
pikiran untuk mempengaruhi gejala fisik muntahnya. Relaksasi otot progresif dan
dan fungsi tubuh (Snyder & Lindquist imajinasi terbimbing dapat diterapkan
2006). Kombinasi Relaksasi Otot dengan menggunakan Standar
Progresif dan Imajinasi Terbimbing akan Operasional Prosedur (SOP) yang sesuai
meningkatkan kondisi rileks dan yaitu 2 seri dalam satu hari selama 30
kenyamanan pada pasien kanker. menit sebagai terapi nonfarmakologis
Kondisi rileks mendorong penderita dalam mengatasi mual muntah pada
kanker meningkatkan kemampuan dalam pasien kanker payudara.
penanganan masalah yang ada melalui
mekanisme koping yang sesuai. Menurut Ucapan Terima Kasih
Yunitasari (2016) koping yang adaptif Terima kasih kepada Program Studi Ilmu
pada penderita kanker dapat dicapai Keperawatan Fakultas Kedokteran
dengan meminimalkan dan bahkan Universitas Sriwijaya telah mendukung
menghilangkan stressor penyebabnya. sepenuhnya dalam penelitian ini.
Mekanisme koping yang baik pada
penderita kanker yang menjalani Referensi
kemoterapi akan meningkatkan Abelma. (2013). Usia lanjut lebih rentan
resiliensinya dalam menjalani terhadap resiko kanker payudara.
kemoterapi. Terapi relaksasi yaitu suatu http://artikelkesehatanwanita.com/usia-
metode terapi melalui prosedur relaksasi lanjut-lebih-rentan terhadap-resiko-kanker-
otot dan pikiran agar pasien secara sadar payudara. html diperoleh tanggal 20
mengendalikan aktivitas faal dan psikis, Desember 2019.
memperbaiki kondisi disfungsi faal
American Cancer Society. (2016). Guided
psikis sehingga berhasil menstabilkan
visual imagery on chemotherapy-induced
emosi dan mengatasi gejala penyakitnya
anxiety and nausea vomiting. Journal of
terutama keluhan mual muntah setelah
Clinical Nursing, 22, pp.39–50. 10, Issue 2.
kemoterapi. Hal ini sesuai dengan teori
yang menyatakan bahwa relaksasi otot Baradero et al. (2007). Klien Kanker: Seri
progresif dan imajinasi terbimbing Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC
merupakan imajinasi penyembuh yang
efektif dalam mengurangi nyeri, Beck, J.S. (2012). Cognitive Behavior
kecemasan, mempercepat penyembuhan Theraphy: Basic and Beyond (Second
serta membantu tubuh mengurangi Edition). New York: The Guilford Press.
berbagai macam penyakit (Dede, 2016).

112 | Rizki Dwi Putri, Karolin Adhisty, Antarini Idriansari : Pengaruh Relaksasi Otot Progresif Dan
Imajinasi Terbimbing Terhadap Mual Muntah Pada Pasien Kanker Payudara
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020

Bhana, V.M., (2016). Implementation Of Karch, A., RN, MS. (2011). Focus on
Bonny Method Of Guided Imagery And nursing pharmacology. Philadelphia:
Music (Bmgim) To Complement Care Lippincott Williams & Wilkins.
Provided In Selected Cancer Interim Homes
Kemenkes RI. (2016). UU Nomor 36 Tahun
In Gauteng Province. University of Pretoria.
2009 Tentang Kesehatan. Jakarta.
Burns, D.S., (2001). The Effect of the
Bonny Method of Guided Imagery and Kristiyawati dan Supriyadi. (2014).
Music on the Mood and Life Quality of Pengaruh Aromaterapi Lemon Dan
Relaksasi Otot Progresif Terhadap
Cancer Patients.pp.51–65.
Penurunan Intensitas Mual Muntah Setelah
Dede Nasrullah, Wibowo AN. (2016). Kemoterapi Pada Pasien Kanker Payudara
Efektifitas Terapi Muscong (Musik Di Rumah Sakit Telogorejo
Keroncong) Untuk Menurunkan Intensitas Semarang.Jurnal Ilmu Keperawatan dan
Nyeri Pada Pasien Arthitis Rhemathoid Kebidanan. Vol. II No.I, hlm. 24-33.
(Studi Kasus Panti Werdha Surabaya
Timur). Jurnal Keperawatan Laella, K. dan Fajri, L. Karakteristik Pasien
Muhammadiyah. 2016: p. 115-121. Kanker Payudara Dan Penanganannya Di
Rsud Arifin Achmad Pekanbaru Periode
Desen, W. (2008). Buku ajar onkologi klinis. Januari 2010–Desember 2012.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI
LeMone, P., & Burke, K. (2008). Medical
Grunberg, S.M. (2004). Chemotherapy surgical nursing: critical thinking in client
induced nausea vomiting : Prevention, care (4th ed). New Jersey: Pearson Prentice
detection and treatment-how are we doing? Hall.
The Journal of Supportive Oncology, 2(1),
Marice Sihombing dan Aprildah Nur
1-12.
Sapardin Faktor Risiko Tumor Payudara
Haryati, Sitorus R. (2015). Pengaruh Pada Perempuan Umur 25-65 Tahun Di
Latihan Progressive Muscle Relaxation Lima Kelurahan Kecamatan Bogor Tengah
Terhadap Status Fungsional Dalam Konteks 2014.
Asuhan Keperawatan Pasien Kanker dengan
Maryam Saeedi (2010). Pengaruh Relaksasi
Kemoterapi di RS Dr.Wahidin Sudirohusodo
Otot Progresif Pada Kualitas Tidur Pasien
Makakassar
Yang Menjalani Hemodialisis.
Hesketh, P.J. (2008) Chemotherapy-induced
Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan
nausea and vomiting. N Engl J Med 2008;
Dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta.
358:2482-2494.
Jakarta.
Karagozoglu, S., Tekyasar, F., & Yilmaz, F.
Peoples, A. R., Roscoe, J. A., Block, R. C.,
A. (2012). Effects of Music Therapy and
Heckler, C. E., Ryan, J. L., Mustian, K. M.,
Guided Visual Imagery on Chemotherapy-
Dozier, A. M. (2016). Nausea and disturbed
Induced Anxiety and Nausea-Vomiting.
sleep as predictors of cancer-related fatigue
Journal of Clinical Nursing, 22,
in breast cancer patients: a multicenter

113 | Rizki Dwi Putri, Karolin Adhisty, Antarini Idriansari : Pengaruh Relaksasi Otot Progresif Dan
Imajinasi Terbimbing Terhadap Mual Muntah Pada Pasien Kanker Payudara
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020

NCORP study. Supportive Care in Cancer. cancer patients : A Review. Psychology and
https://doi.org/10.1007/s00520-016-3520-8 Health, 37–41.
Potter., dan Perry. (2009). Fundamental Widiawaty, N. 2012. Hubungan Tingkat
Keperawatan Buku 1 Ed. 7. Jakarta: Pendidikan Formal dan Tingkat
Salemba Medika. PengetahuanWanita Tentang Kanker
Payudara dengan Kejadian Kanker.
Ramdhani, N., & Putra, A. A. 2008.
Pengembangan Multi Media Relaksasi. World Health Organization (WHO). 2018.
Laporan Penelitian. Yogyakarta: Fakultas Cancer: Breas
Psikologi UGM.
Rhodes, V.A., Daniel, R.W. (2007). Nausea,
vomiting, and retching: complex problems
in palliative care.CA Cancer J Clin
2001;51;232-248.
Rinda, I. Mugi, H dan Wulandari. Pengaruh
Aromaterapi Peppermintterhadap Penurunan
Mual Muntah Akutpada Pasien Yang
Menjalani Kemoterapidi Smc Rs Telogorejo
2015.
Smeltzer, S. C. (2008). Buku Ajar
Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan
Suddarth (Ed.8, Vol. 1,2),. Jakarta: EGC.
Snyder, M. & Lindquist, R., (2006).
Complementary / Alternative Therapies in
Nursing 5th ed., New York: Springer
Publishing Company.
Syarif, H., & Putra, A. (2014). Pengaruh
Progressive Muscle Relaxation Terhadap
Penurunan Kecemasan Pada Pasien Kanker
Yang Menjalani Kemoterapi; A Randomized
Clinical Trial. Idea Nursing Journal, V(3),
1–8.
Utami, S. (2016). Efektifitas Latihan
Progressive Muscle Relaxation (Pmr)
Terhadap Mual Muntah Kemoterapi Pasien
Kanker Ovarium.
Watson, M., & Marvell, C. (2014).
Anticipatory nausea and vomiting among

114 | Rizki Dwi Putri, Karolin Adhisty, Antarini Idriansari : Pengaruh Relaksasi Otot Progresif Dan
Imajinasi Terbimbing Terhadap Mual Muntah Pada Pasien Kanker Payudara
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
Jurnal Kesehatan Saelmakers Perdana
ISSN 2615-6571 (Online), ISSN 2615-6563 ((Print)
Tersedia online di http://ojs.ukmc.ac.id/index.php/JOH

GAMBARAN PENGETAHUAN ORANG TUA TENTANG KESEHATAN


REPRODUKSI REMAJA RETARDASI MENTAL

OVERVIEW OF PARENT’S KNOWLEDGE ABOUT REPRODUCTIVE HEALTH


OF ADOLESCENT MENTAL RETARDATION

Nur Handayani1, Dwi Yati2


12
Fakultas Kesehatan, Universitas Jenderal Achmad Yani Yoyakarta
Email: nurhandayanni020@gmail.com1

Submisi: 18 Januari 2020 ; Penerimaan: 3 Februari 2020; Publikasi : 14 Februari 2020

ABSTRAK
Masa remaja merupakan peralihan antara masa anak-anak dan dewasa, dimana terjadi perubahan
dan perkembangan, termasuk perkembangan organ reproduksi. Masalah kesehatan reproduksi
yang mungkin dialami oleh remaja antara lain kehamilan tidak diinginkan, penyakit menular
seksual, serta masalah keterbatasan akses informasi. Pengenalan sistem reproduksi untuk remaja
merupakan tanggung jawab orang tua, beperapa orang tua menganggap pengetahuan tentang
kesehatan reproduksi cukup diberikan pengetahuan lewat sekolah saja karena pengetahuan nya
minim. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran pengetahuan orang tua tentang
kesehatan reproduksi remaja retardasi mental di SLB C Wiyata Dharma 2 Sleman. Penelitian ini
merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan rancangan cross sectional. Penelitian dilakukan
pada bulan Juni 2019. Populasi dalam penelitian adalah orang tua remaja retadasi mental ringan
atau sedang di SLB C Wiyata Dharma 2 Sleman sebanyak 43 responden. Sampel berjumlah 43
orang tua, diambil dengan teknik total sampling. Alat pengumpulan data adalah kuesioner. Data
kemudian dianalisis menggunakan distribusi frekuensi dan tabulasi silang.
Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar responden memiliki pengetahuan yang baik
sebanyak (74,4%). Dimana responden yang memiliki pengetahuan baik sebagian besar berusia 36-
45 tahun (35%), dengan pendidikan SMA/SMK (48,9%), pekerjaan swasta (30,2%) dan mendapat
informasi tentang kesehatan reproduksi (72,1%), informasi paling banyak didapatkan dari internet
(40%). Pengetahuan Orang Tua tentang Kesehatan Reproduksi Remaja di SLB C Wiyata Dharma
2 Sleman dalam kategori baik
Kata Kunci: pengetahuan, orangtua, kesehatan reproduksi, retardasi mental

ABSTRACT
Adolescence is a transition between childhood and adulthood, where changes and development
occur, including the development of reproductive organs. Reproductive health problems that may
be experienced by adolescents include unwanted pregnancy, sexually transmitted diseases, and the
problem of limited access to information. The introduction of the reproductive system for
adolescents is the responsibility of parents, so parents must have sufficient knowledge about
adolescent reproductive health.The purpose of this study was to determine the description of
parents' knowledge about adolescent reproductive health mental retardation in SLB C Wiyata
Dharma 2 Sleman.This research is a quantitative descriptive study with cross sectional design.
The study was conducted in June 2019. The population in this study were adolescent parents of
mild or moderate mental retadation in SLB C Wiyata Dharma 2 Sleman as many as 43
respondents. The sample consisted of 43 parents, taken with a total sampling technique. Data
collection tool is a questionnaire. Data were then analyzed using frequency distribution and cross
tabulation.The results showed that the majority of respondents had good knowledge as much as
(74.4%). Where respondent who have goog knowledge are mostly aged 36-45 years (35%), with
education background high school / vocational (48.9%), work privately (30.2%) and get
information about reproductive health (72.1%), most information obtained from the internet
(40%).Parents' Knowledge of Adolescent Reproductive Health in SLB C Wiyata Dharma 2 Sleman
in the good category.
Keywords: knowledge, parent, reproductive health, mental retardation.

115 | Nur Handayani, Dwi Yati : Gambaran Pengetahuan Orang Tua Tentang Kesehatan
Reproduksi Remaja Retardasi Mental Di SLB C Wiyata Dharma 2 Sleman
Pendahuluan retardasi mental yaitu SLB Wiyata Dharma
2 Sleman.
Masa remaja merupakan periode persiapan Remaja retardasi mental juga
menuju masa dewasa yang akan melewati mengalami perkembangan seksual dan
beberapa tahapan perkembangan penting perubahan yang dialami oleh remaja normal
dalam kehidupan (Papalia dkk, 2009). Pada lainnya (Soetjningsih, 2013). Remaja
masa remaja terjadi perubahan dan retardasi mental dapat menyukai lawan
perkembangan fisik secara cepat, termasuk jenis dan mengungkapkan rasa cinta. Rasa
perkembangan organ reproduksi. Fungsi cinta tersebut mereka lakukan dengan
reproduksi pada remaja dapat ditunjang memegang tangan, memeluk, mencium
dengan menjaga kesehatan reproduksi bahkan sampai meluapkan hasrat dengan
(Lestari, 2013). Kesehatan reproduksi melakukan masturbasi ditempat umum.
merupakan keadaan kesejahteraan fisik, Perilaku tersebut muncul akibat terbatasnya
mental dan sosial yang utuh, bukan hanya informasi dan pemahaman mereka tentang
tidak adanya penyakit atau kelemahan kesehatan reproduksi dan perilaku seksual
dalam segala hal yang menyangkut sistem (Ariani, 2017). Faktor yang mempengaruhi
reproduksi dan fungsi serta prosesnya.3 kurangnya pengetahuan remaja retardasi
Masalah kesehatan reproduksi yang mental tentang kesehatan reproduksi yaitu
mungkin dialami oleh remaja antara lain karena minimnya informasi yang
kehamilan tidak diinginkan, penyakit didapatkan dari orang tua dan guru, orang
menular seksual, kekerasan seksual, serta tua mempunyai peran dalam memberikan
masalah keterbatasan akses informasi dan sosialisasi mengenai informasi seks dan
pelayanan kesehatan (BKKBN, 2013). kesehatan reproduksi (Wilson, 2010).
Keterbatasan akses informasi bagi remaja Studi pendahuluan yang dilakukan
mengenai kesehatan reproduksi dapat di SLB C Wiyata Dharma 2 Sleman pada
disebabkan karena orang tua yang tidak tanggal 15 Maret 2019 bahwa orang tua
memberikan penjelasan mengenai masalah hanya satu kali diberikan penyuluhan
kesehatan reproduksi kepada anaknya tentang kesehatan kesehatan reproduksi
(BKKBN, 2013). Orang tua perlu melalui penelitian. Saat dilakukan
membekali diri dengan pengetahuan wawancara pada 3 orang tua menyebutkan
mengenai hal-hal yang berhubungan bahwa pengetahuan orang tua tentang
dengan perkembangan seksualitas remaja. kesehatan reproduksi remaja penting,
Pemberian informasi tentang reproduksi namun orang tua menganggap bahwa
sehat sangat dibutuhkan oleh remaja tidak pengetahuannya minim sehingga sungkan
terkecuali dengan remaja retardasi mental untuk memberikan pengetahuan tentang
(UNICEF, 2013). Retardasi Mental kesehatan reproduksi remaja ke anaknya
menurut American Association on Mental karena takut salah.
Retardation (AAMR) merupakan keadaan Berdasarkan latar belakang diatas, maka
dimana fungsi intelektual umum dibawah peneliti tertarik untuk meneliti “Gambaran
normal (Soetjningsih, 2013). Pengetahuan Orang Tua tentang Kesehatan
Berdasarkan data dari Dinas Sosial Provinsi Reproduksi Remaja Retardasi Mental di
DIY tahun 2015, terdapat 7403 anak SLB C Wiyata Dharma 2 Sleman”.
dengan kasus retardasi mental. Kasus Penelitian bertujuan untuk mengetahui
retardasi mental dimasing-masing wilayah bagaimana pengetahuan dari orang tua
provinsi DIY antara lain: Kota Yogyakarta tentang kesehatan reproduksi remaja
441 orang (5,95%), Kabupaten Kulonprogo retardasi mental dilihat dari usia orang tua,
1224 orang (16,53%), Kabupaten Gunung pendidikan, pekerjaan dan paparan
Kidul 1873 orang (24,81%), Kabupaten informasi yang didapatkan.
Bantul 1656 orang (22,36%), dan
Kabupaten Sleman 2245 orang (30,32%).7 Metode Penelitian
Jumlah SLB yang terdapat di Kabupaten Penelitian ini merupakan penelitian
Sleman yaitu 29 SLB. Dari 29 SLB yang deskriptif kuantitatif. Dengan rancangan
tercatat, terdapat 1 SLB yang hanya menggunakan pendekatan cross sectional.10
menampung khusus tunagrahita atau Penelitian dilakukan di SLB C Wiyata
Dharma 2 Sleman. Pengambilan data
116 | Nur Handayani, Dwi Yati : Gambaran Pengetahuan Orang Tua Tentang Kesehatan Reproduksi
Remaja Retardasi Mental Di SLB C Wiyata Dharma 2 Sleman
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
dilakukan pada tanggal 20 Juni 2019
dengan teknik total sampling total sebanyak Karakteristik Frekuensi Presentase
43 orang tua remaja retardasi mental ringan (n) (%)
dan sedang yang berusia 11-20 tahun. Usia
26-35 tahun 1 2,3
Variabel yang digunakan dalam
36-45 tahun 21 48,9
penelitian ini adalah variabel tunggal yaitu 46-55 tahun 18 41,9
pengetahuan orang tua tentang kesehatan 56-65 tahun 3 6,9
reproduksi remaja retardasi mental. Alat
pengumpulan data yang digunakan adalah Pendidikan
Tidak sekolah 1 2,3
lembar data karateristik demografi untuk
SD 7 16,3
mengetahui identitas dari responden SMP 5 11,6
penelitian dan kuesioner pengetahuan orang SMA/SMK 24 55,9
tua tentang kesehatan reproduksi remaja D3/S1 6 13,9
retardasi mental. Uji validitas dilaksanakan Pekerjaan
di SLB Bhakti Siwi dengan memberikan Tidak bekerja 2 4,7
kuesioner pada 25 responden. Teknik uji Buruh 12 27,9
validitas menggunakan rumus Person Swasta 17 39,6
Product Moment. Kuesioner dari 28 item PNS 2 4,7
pertanyaan telah diujikan oleh peneliti Lain-lain 10 23,1
terhadap 25 responden dan didapatkan hasil Paparan
dari 28 pertanyaan terdapat 15 item informasi
Ya
pertanyaan yang valid dan 13 item 40 90,7
Tidak 3 9,3
pertanyaan yang tidak valid. Uji reliabilitas
Total 43 100%
juga dilakukan di SLB Bhakti Siwi,
berdasarkan hasil uji reliabilitas didapatkan
bahwa untuk kuesioner pengetahuan orang Berdasarkan tabel 2, menyatakan
tua setelah dilakukan uji reabilitas bernilai r pengetahuan orang tua tentang kesehatan
Alpha = 0,901 artinya kuesioner reproduksi remaja sebagian besar dalam
pengetahuan orang tua dinyatakan sangat kategori baik, yaitu sebanyak 32 responden
reliabel. Data yang sudah terkumpul (74,4%), sedangkan orang tua yang
kemudian dilakukan editing, coding, memiliki pengetahuan kurang sebanyak 3
tabulating, entry, clearing. Analisis data responden (7%).
yang digunakan yaitu analisis univariate.
Tabel 2
Hasil Dan Pembahasan Gambaran Pengetahuan Orang Tua Tentang
Karakteristik Responden Kesehatan Reproduksi Remaja di SLB C
Berdasarkan tabel 1 menunjukan Wiyata Dharma II Sleman (n=43)
Pengetahuan Frekuensi Presentase
bahwa sebagian besar responden berusia
(n) (%)
antara 36-45 tahun yaitu sebanyak 21 Baik 32 74,4
responden (48,9%). Latar belakang Cukup 8 18,6
pendidikan responden SMA/SMK yaitu
Kurang 3 7
berjumlah 24 responden (55,9%). Sebagian
Jumlah 43 100
besar responden bekerja swasta yaitu
sebanyak 17 orang (39,6%). Sebagian Pengetahuan orang tua tentang kesehatan
responden telah mendapatkan informasi reproduksi yang dapat mempengaruhi sikap
tentang kesehatan reproduksi remaja yaitu orang tua dalam memberikan pendidikan
sebesar 40 responden (90,7%). kesehatan tentang reproduksi kepada anak
remajanya. Penelitian ini sejalan dengan
penelitian Indarwati (2013), bahwa ada
hubungan antara peran orang tua dengan
pengetahuan remaja tentang kesehatan
reproduksi (Indarwati, 2013).
Berdasarkan tabel 3, bahwa pernyataan
mengenai pengertian retardasi mental
Tabel 1 Karakteristik Responden (n=43)
adalah individu yang mengalami kecatatan

117 | Nur Handayani, Dwi Yati : Gambaran Pengetahuan Orang Tua Tentang Kesehatan Reproduksi
Remaja Retardasi Mental Di SLB C Wiyata Dharma 2 Sleman
perkembangan sebelum usia 18 tahun, Berdasarkan tabel 4 dapat dilihat
hanya 65,1% responden yang menjawab bahwa responden berusia 36-45 yaitu
benar. Penelitian Hafid, (2011) menyatakan sebanyak (34,9%) mempunyai pengetahuan
bahwa minimnya pengetahuan orang tua tentang kesehatan reproduksi dalam
mengenai retardasi mental berdampak pada kategori baik, sedangkan terdapat 2
kurangnya pengetahuan dalam mengatasi responden (4,6%) berusia antara 46-55
kendala yang akan muncul dalam aktivitas yang memiliki pengetahuan kurang.
keseharian anak dengan retardasi mental Tabel 4
(Hafid, 2011). Tabulasi Silang antara Usia Orang Tua
Tabel 3 dengan Pengetahuan Orang Tua tentang
Distribusi frekuensi jawaban setiap item Kesehatan Reproduksi Remaja Retardasi
pertanyaan Pengetahuan Kesehatan Tentang Mental (n=43)
Reproduksi Remaja Retardasi Mental (n=43) Pengetahuan Kesehatan Reproduksi
Usia Baik Cukup Kurang Total
No Pertanyaan Benar Salah
n (%) n (%) n (%) n (%)
% %
1. Pengertian retardasi mental 93 7,0 26-35 1 - - 1
adalah keadaan yang (2,3) (2,3)
ditandai dengan penurunan 36-45 15 5 1 21
kecerdasan (35) (11,6) (2,3) (48,9)
2. Pengertian retardasi mental 65,1 34,9 46-55 14 2 2 18
adalah individu yang (32,7) (4,6) (4,6) (41,9)
mengalami kecatatan 56-65 2 1 - 3
perkembangan sebelum (4,6) (2,3) (6,9)
usia 18 tahun Total 32 8 3 43
3. Retardasi mental 95,3 4,7 (100)
mengalami
keterbelakangan
Penelitian ini menyebutkan bahwa
kecerdasan, kesulitan
sebagian besar responden yang memiliki
belajar dan beradaptasi
4. Penyebab retardasi mental 74,4 25,6 pengetahuan baik adalah responden
5. Pengertian kesehatan 76,7 23,3 berusia antara 36-45 tahun, dapat
reproduksi disimpulkan dari penelitian ini bahwa usia
6. Pentingnya kesehatan 79,1 20,9 berpengaruh terhadap pengetahuan yang
reproduksi sejak dini dimiliki seseorang. Penelitian ini sejalan
7. Peran orang tua untuk 90,7 9,3 dengan penelitian Refierman, (2016)
mengajarkan tentang bahwa orang tua yang berusia 30-49 tahun
kesehatan reproduksi, sebanyak 98 (79%) memiliki pengetahuan
organ reproduksi dan pengalaman yang banyak
8. Tanda dari pubertas pada 95,3 4,7 dibandingkan dengan usia muda
remaja putrid
(Refierman, 2016).
9. Saat kehamilan, apakah 74,4 25,6
menstruasi tetap Berdasarkan tabel 5 didapatkan hasil
berlangsung bahwa responden yang berpendidikan
10. Organ reproduksi pada 86,0 14,0 SMA/SMK memiliki pengetahuan yang
wanita baik, yaitu sebesar 48,9%. Hasil penelitian
11. Cara menjaga kesehatan 100 - menunjukan pendidikan dapat
reproduksi perempuan mempengaruhi pengetahuan seseorang.
12. Tanda dari pubertas pada 100 -
remaja laki-laki
13. Fungsi alat reproduksi 90,7 9,3
laki-laki
14. HIV/AIDS merupakan 81,4 18,6
penyakit menular seksual
15. Informasi tentang 86 14,0
HIV/AIDS

118 | Nur Handayani, Dwi Yati : Gambaran Pengetahuan Orang Tua Tentang Kesehatan Reproduksi
Remaja Retardasi Mental Di SLB C Wiyata Dharma 2 Sleman
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
Tabel 5. (23,3) (23,3)
Tabulasi Silang antara Pendidikan Orang Tua
dengan Pengetahuan Orang Tua tentang Total 32 8 3 43 (100)
Kesehatan Reproduksi Remaja Retardasi
Mental (n=43)
Pada penelitian ini, sebagian besar
Pengetahuan Kesehatan Reproduksi responden bekerja swasta, pengetahuan
Pendidikan Baik Cuku Kurang Total dapat dipengaruhi oleh faktor lain seperti
n (%) p n (%) n (%) pendidikan, sumber informasi. Pekerjaan
n (%) dapat mempengaruhi tingkat
Tidak - - 1 1 pengetahuan seseorang dimana
sekolah (2,3) (2,3)
SD - 5 2 (4,6) 7 lingkungan tempat kerja dapat
(11,6) (16,3) mempengaruhi seseorang dalam
SMP 5 - - 5 memperoleh pengetahuan secara
(11,6) (11,6) langsung maupun tidak langsung
SMA/SMK 21 3 - 24 (Budiman, 2013).
(48,9) (7,0) (55,9) Berdasarkan tabel 7 didapatkan
D3/S1 6 - - 6 bahwa sebagian responden mendapatkan
(13,9) (13,9)
Total 32 8 3 43 informasi tentang kesehatan reproduksi
(100) sebesar 32 responden (72,1%) yang
mempunyai pengetahuan baik.
Sejalan dengan Penelitian Solehati,
(2017), bahwa pendidikan orang tua Tabel 7.
Tabulasi Silang antara Sumber Informasi
berhubungan dengan sikap remaja tentang
yang didapatkan Orang Tua dengan
kesehatan reproduksi, dimana semakin Pengetahuan Orang Tua (n=43)
tinggi pendidikan seseorang, maka semakin
memadai pengetahuannya sehingga dapat Pengetahuan Kesehatan Reproduksi
memberikan informasi kepada anak
remajanya (Solehati, 2017). Paparan Baik Cukup Kurang Total
Berdasarkan tabel 6 didapatkan Informasi n (%) n (%) n (%) n (%)
hasil bahwa responden yang bekerja swasta Ya 32 8 - 40
memiliki pengetahuan yang baik tentang (74,4) (18,6) (93)
kesehatan reproduksi yaitu sebanyak Tidak - - 3 3
30,2%. Pekerjaan seseorang juga (7,0) (7,0)
merupakan faktor yang dapat Total 32 8 3 43
mempengaruhi pengetahuan seseorang. (100)

Tabel 6. Pada penelitian ini, informasi


Tabulasi Silang antara Pekerjaan Orang Tua tentang kesehatan reproduksi paling
dengan Pengetahuan Orang Tua (n=43) banyak didapatkan dari orang tua yaitu
dari internet sebesar 40%, Sejalan dengan
Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Penelitian Hakim (2016) bahwa sebagian
Pekerjaan Baik Cukup Kurang Total besar reponden mendapatkan informasi
n (%) n (%) n (%) n (%) tentang kesehatan reproduksi melalui
internet sebanyak 32,78%.15 Internet
Tidak 2 - - 2 merupakan salah satu media informasi
bekerja (4,6) (4,6) yang mudah diakses dimanapun dan
Buruh 5 4 3 12 kapanpun, internet memudahkan
(11,6) (9,3) (7,0) (27,9) seseorang dalam mencari sumber data
Swasta 13 4 - 17 atau informasi yang dibutuhkan.
(30,2) (9,3) (39,5) Penelitian Refierman, (2016)
PNS 2 - - 2 menyebutkan bahwa pengetahuan ibu
(4,6) (4,6) yang baik didukung oleh salah satu faktor
Lain-lain 10 - - 10 yaitu sumber informasi.

119 | Nur Handayani, Dwi Yati : Gambaran Pengetahuan Orang Tua Tentang Kesehatan Reproduksi
Remaja Retardasi Mental Di SLB C Wiyata Dharma 2 Sleman
BKKBN. (2013). Survey Demografi dan
Kesimpulan Dan Saran Kesehatan Indonesia 2012, Kesehatan
Kesimpulan Reproduksi Remaja. BKKBN, Kementrian
Sebagian besar responden memiliki Kesehatan.
pengetahuan yang baik yaitu sebesar 32
UNICEF. (2013). Children With
responden 74,4%, dan pengetahuan kurang
Disabilities.
sebanyak 3 responden 17%. Sebagian besar
www.unicef.org/topicz/children-disabilties.
responden yang berusia 36-45 tahun
Soetjningsih, G.R. (2013). Tumbuh
memiliki pengetahuan tentang kesehatan
Kembang Anak. Ed.2. Jakarta: EGC.
reproduksi dalam kategori baik yaitu
sebesar 35%. Sebagian besar responden Dinas Sosial Daerah Istimewa Yogyakarta.
berpendidikan SMA/SMK memiliki (2015).
pengetahuan tentang kesehatan reproduksi
dalam kategori baik yaitu sebesar 48,9%. Ariani, S. (2017). Pemahaman Kesehatan
Sebagian besar responden yang bekerja Reproduksi Remaja Tunagrahita di SLB-
swasta memiliki pengetahuan tentang C Wuri Handayani Kota Cimahi.
kesehatan reproduksi dalam kategori baik Skripsi: Universitas Pendidikan
yaitu sebesar 30,2%. Sebagian besar Indonesia
responden yang mendapat informasi www.repository.upi.edu/33515.
tentang kesehatan reproduksi memiliki Wilson, E et al. (2010). Parent‟s
pengetahuan tentang kesehatan reproduksi Perspective on Talking to Preteenage
dalam kategori baik yaitu sebesar 72,1%. Children About Sex. Perspektive on Sexual
Pada penelitian ini, informasi tentang and Reproductive Health, 42(1): 56-63.
kesehatan reproduksi paling banyak Nursalam. (2013). Konsep dan Penerapan
didapatkan dari orang tua yaitu dari internet Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.
sebesar 40%. Jakarta: Rineka Cipta.

Saran Indarwati, S. (2013). Peran Orang Tua dan


Perlu adanya program yang bertujuan untuk Pengetahuan Remaja tentang Pubertas di
meningkatkan pengetahuan tentang Salah Satu SMP Negeri Boyolali. Gaster,
retardasi mental dan pengetahuan tentang Vol 10 Nomor 1, Februari 2013
kesehatan reproduksi remaja retardasi Hafid, I. (2011). Pengasuhan Orangtua
mental dam tenaga kesehatan dapat Pada Anak Retardasi Mental Ringan.
membantu pihak sekolah dalam Naskah Publikasi, Yogyakarta: Universitas
pengelolaan program rutin pendidikan Ahmad Dahlan
kesehatan reproduksi dan seksual.
Ucapan Terimakasih Refierman., Rahayu, Sri., Anggraini,A.
Kami ucapkan terimakasih kepada (2016). Hubungan Antara Pengetahuan Ibu
responden serta semua pihak yang telah dengan Sikap terhadap Pendidikan Seks
membantu dalam proses pengambilan data bagi Remaja di Rawa Pasung, Bekasi Barat.
sehingga penelitian ini dapat terselesaikan. Biosfer : Jurnal Pendidikan Biologi,
Volume 9 No 2, 6-13
REFERENSI
Papalia D., Olds., Feldman R. (2009). Solehati, T., Kosasih, C., Rahmat, A.
Human Develompement. Jakarta: Salemba (2018). Hubungan Sosiodemografi Orang
Humanika Tua dengan Sikap Remaja Tentang
Kesehatan Reproduksi Remaja. Jurnal
Lestari, T., Ulfiana, E., Suparmi. (2013). Kesehatan Poltekes Ternate, Volume 1
Buku Ajar Kesehatan Reproduksi. Jakarta: Nomor 1.
EGC. Hakim, A. (2016). Pengaruh Informasi
Widyastuti, Y. Rahmawati, A., Media Massa Terhadap Pengetahuan
Purnamaningrum, Y. (2009). Kesehatan Kesehatan Reproduksi Pada Siswa SMA.
Reproduksi. Yogyakarta: Penerbit Psycho IDEA.
Fitramaya

120 | Nur Handayani, Dwi Yati : Gambaran Pengetahuan Orang Tua Tentang Kesehatan Reproduksi
Remaja Retardasi Mental Di SLB C Wiyata Dharma 2 Sleman
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
Jurnal Kesehatan Saelmakers Perdana
ISSN 2615-6571 (Online), ISSN 2615-6563 ((Print)
Tersedia online di http://ojs.ukmc.ac.id/index.php/JOH

MODEL STRINGER “ LOOK THINK ACT “TERHADAP KEMANDIRIAN


PEREMPUAN KORBAN TRAFFICKING DI BOGOR

STRINGER MODEL "LOOK, THINK ,ACT" ON INDEPENDENCE OF WOMEN


TRAFFICKING VICTIMS AT BOGOR
)
Titi Nurhayati1) Yohana Wulan Rosaria2) Dedes Fitria3
1,2,3)
Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Bandung, Program Studi Kebidanan Bogor
Email : nd_niel@yahoo.com

Submisi: 1Februari 2020 ; Penerimaan: 10 Februari 2020; Publikasi : 14 Februari 2020

ABSTRAK

Komunitas Jandri adalah kelompok yang terbentuk sekitar tahun 2004 terdiri dari para
perempuan tanpa suami (janda cerai atau mandiri karena tidak menikah tetapi memiliki
tanggungan keluarga,anak kandung maupun anak asuh ), bertujuan untuk menjalin silaturahmi
diantara anggota untuk bertukar pikiran saling support , tujuan lain adalah mandiri secara fisik
maupun ekonomi . Kelompok ini beranggotakan 30 orang berlatar belakang pernah mengalami
eksploitasi seksual (dilacurkan,diperdagangkan oleh orang lain maupun orang yang terdekat).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan Model Stringer Look Think Act terhadap
kemandirian perempuan korban Trafficking di Bogor. Rancangan penelitian menggunakan desain
penelitian Action research dengan sequential explanatory mixed methods. Pengumpulan data dan
analisis data kuantitatif pada tahap pertama, kemudian diikuti dengan pengumpulan data kualitatif
pada tahap kedua untuk memperkuat hasil penelitian kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan
penerapan model look bisa digunakan untuk mengetahui karakteristik responden. Penerapan model
think bisa digunakan menganalisa kebutuhan dari responden. Penerapan model act bisa digunakan
untuk mengimplementasikan model yang dianggap sesuai dengan kebutuhan responden.
Disarankan institusi yang berhubungan dalam penanganan perempuan korban trafficking
menggunakan pendekatan model Stringer Look Think Act dalam melakukan pendekatan dengan
perempuan korban trafficking sebagai upaya untuk menggali permasalahan, dan mencegah
terjadinya penularan Infeksi Menular seksual dan HIV/AIDS dengan cara melakukan konseling
dan tes sukarela
Kata Kunci: Model Stringer , Kemandirian, Perempuan korban trafficking

ABSTRACT
Jandri Community is a group formed around 2004 consisting of women without husbands
(divorced or independent widows because they are not married but have family responsibilities,
biological children or foster children), aiming to establish friendship among members to exchange
ideas for mutual support, other goals are physically and economically independent. This group
consists of 30 people from backgrounds who have experienced sexual exploitation (prostituted,
trafficked by others and those closest to them). This study aims to determine the application of the
Stringer Look Think Act Model to the independence of women victims of Trafficking in Bogor. The
study design uses the Action research design with sequential explanatory mixed methods. Data
collection and analysis of quantitative data in the first stage, then followed by qualitative data
collection in the second stage to strengthen the results of quantitative research. The results showed
that the application of the look model could be used to determine the characteristics of
respondents. The application of the thought model can be used to analyze the needs of
respondents. The application of the act model can be used to implement a model that is deemed
appropriate to the needs of the respondents. It is recommended that institutions dealing with the
handling of women victims of trafficking use the Stringer Look Think Act model approach to
approach women trafficking victims to explore problems and prevent the transmission of sexually
transmitted infections and HIV / AIDS using voluntary counselling and testing
Keywords: Stringer Model, Independence, Women victims of trafficking

121 | Titi Nurhayati ,Yohana Wulan Rosaria , Dedes Fitria : Model Stringer “ Look Think Act
“Terhadap Kemandirian Perempuan Korban Trafficking Di Bogor
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020

PENDAHULUAN Penelitian tindakan dapat digunakan


secara efektif dalam kajian maupun aksi
Kepala Dinas Sosial pemberdayaan masyarakat mengingat
Ketenagakerjaan danTransmigrasi karakteristiknya yang mementingkan
(Kadinsosnakertrans) Kabupaten partisipasi warga masyarakat secara aktif
Bogor memperoleh data pada sehingga dihasilkan formula yang sesuai
tahun 2016 terdapat 100 orang dengan kondisi masyarakat dalam
yang menjadi korban trafficking. melakukan upaya pemberdayaan
(Kadinsosnakertrans, 2016). Studi masyarakat. (Darwis, 2016)
pendahuluan yang dilakukan oleh Sedangkan perempuan yang
peneliti terhadap salah satu dikategorikan oleh Kementerian Sosial
perempuan korban trafficking (Ny. sebagai wanita rawan sosial ekonomi
M) di kota Bogor, mengatakan (WRSE), yaitu wanita dewasa berusia
bahwa kondisi perekonomian 18-59 tahun belum menikah atau janda
keluarga yang sangat sulit dan tidak mempunyai penghasilan cukup
sehingga dirinya dijual paksa oleh untuk dapat memenuhi kebutuhan pokok
suaminya sendiri untuk mencukupi sehari-hari. Ciri-ciri/kriteria dari wanita
kebutuhan hidup keluarga. Hal rawan sosial ekonomi adalah wanita
inilah yang menyebabkan dirinya sebagai sumber utama mencari
terjebak dalam perdagangan nafkah/tulang punggung keluarga, janda,
manusia selama kurang lebih 10 dan berpenghasilan rendah.
tahun. Setelah berhasil melarikan Pemberdayaan perempuan sebagai
diri dari suaminya, maka klien proses terus menerus untuk
yang menjadi sasaran penelitian meningkatkan kemampuan dan
berusaha untuk memulai hidup kemandirian perempuan miskin dalam
baru tanpa berbekal keterampilan. pengentasan kemiskinan. Perempuan
Saat ini klien telah bergabung dapat diberdayakan melalui pelatihan
dengan teman-teman yang kewirausahaan yang memberikan
memiliki kisah yang sama dengan pengetahuan, sikap, keterampilan yang
dirinya, sehingga mereka memiliki mampu menjadikan mereka mandiri dan
komunitas yang dinamakan dapat meningkatkan kualitas hidupnya.
“Jandri” (Janda Mandiri) yang (Karwati, 2017)
sudah berdiri sejak tahun 2016 Berdasarkan data dan informasi yang
dengan beranggotakan 30 orang. diperoleh serta hasil penelitian
Triangulasi data dengan Kabid sebelumnya maka peneliti tertarik untuk
Rehabilitasi Sosial Kota Bogor melihat perlu adanya pemberdayaan
bahwa mereka melakukan terhadap perempuan korban trafficking
intervensi terhadap para sehingga mereka bisa mandiri, mau dan
perempuan yang terjaring dan mampu baik secara finansial untuk
terindikasi dalam human bertahan hidup dan melangsungkan
trafficking berdasarkan kasus yang kehidupannya secara layak dan
ada bekerjasama dengan satpol PP meninggalkan gaya hidupnya yang
kemudian setelah dilakukan beresiko tertular dan menularkan
pendataan yang terjaring dalam penyakit HIV/AIDS kepada pasangan
razia seperti Pekerja Seks seksualnya. Sehingga peneliti tertarik
Komersial (PSK), langsung untuk melakukan penelitian “Penerapan
diserahkan ke dinas kesehatan kota Model Stringer‖ Look Think Act‖
Bogor untuk dilakukan rehabilitasi. Terhadap Kemandirian Perempuan
Seringkali terjadi kasus terjaring Korban Trafficking di Bogor”.
saat razia adalah orang yang sama
dalam beberapa kali dan sudah
Metode Penelitian
pernah masuk panti rehabilitasi.
Penelitian ini menggunakan metode
Hasil dari implementasi model
mix methode. Data kuantitatif dilakukan
action research adalah
uji Chi Squre (untuk mengetahui
peningkatan kapasitas perempuan
karakteristik, pengetahuan dan
di bidang sosial ekonomi yang
kemandirian para responden) dan data
meliputi pelaksanaan perannya
kualitatif diperoleh melalui triangulasi
perempuan sebagai pengasuh,
data dengan focus group discussion
pendidik anak dan pencari nafkah.
(FGD) bersama komunitas jandri dan
(Astuti, 2017)
122 | Titi Nurhayati ,Yohana Wulan Rosaria , Dedes Fitria : Model Stringer “ Look Think Act
“Terhadap Kemandirian Perempuan Korban Trafficking Di Bogor
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
dinas sosial, dengan wawancara beranggotakan 30 orang yang aktif
dengan menggunakan alat bantu berlatar belakang mengalami eksploitasi
panduan pertanyaan untuk indepth seksual (dilacurkan, diperdagangkan
interview yang bersifat terbuka, oleh orang lain maupun orang yang
catatan lapangan, dan alat perekam terdekat) Anggota yang tergabung dalam
(untuk mengetahui masalah dan kelompok ini adalah para perempuan
harapan dari para responden). yang memiliki kedekatan secara
Sampel yang digunakan adalah emosional karena sama sama kelompok
total sampling semua jumlah yang termasuk rawan sosial (mantan
anggota Jandri yang pekerja seks, mucikari ). Dari hasil
beranggotakan 30 orang. Untuk outreach / penjangkauan dilakukan
data kualitatif berjumlah 6 orang. screening pemeriksaan sebagian besar
mengalami IMS (infeksi Menular
Hasil Dan Pembahasan seksual) dan beberapa diantaranya HIV
Bidang Rehabilitasi Sosial positif . tindak lanjut dari pemeriksaan
dipimpin oleh seorang Kepala tersebut belum dilakukan karena harus
Seksi yang mempunyai tugas dilakukan tindakan pemeriksaan lanjutan
pokok melaksanakan sebagian yaitu pemeriksaan CD4 ( merupakan sel
fungsi bidang Rehabilitasi Sosial limfosit yang memiliki tanda
di bidang rehabilitasi penyandang permukaan, sel ini merupakan sel T
disabilitas, kesejahteraan anak, Helper (sel T Penolong), untuk
lanjut usia, perdagangan orang dan menentukan status imun, mungkin untuk
korban tindak kekerasan. memulai pengobatan ARV, monitoring
Untuk melaksanakan tugas pokok, obat, bahkan melihat status oportunistik.
Seksi Rehabilitasi Penyandang Semakin turun (rendah) hitung CD4
Disabilitas, Kesejahteraan Anak, maka statusnimun turun dan mudah
Lanjut Usia, Perdagangan Orang terinfeksi, bahkan ini terkait dengan
dan Korban Tindak Kekerasan jumlah copy virus yang dihasilkan serta
mempunyai fungsi: infeksi oportunistik lebih rentan.
1) penyiapan bahan perumusan Semakin rendah hingga titik terendah
kebijakan dan bimbingan (mungkin 10-20 sel CD4) maka akan
teknis rehabilitasi penyandang menuju AIDS. seseorang yang terkena
disabilitas, kesejahteraan anak, human immunodeficiency virus
lanjut usia, perdagangan orang memiliki resiko tinggi terkena infeksi
dan korban tindak kekerasan; tertentu dan kanker. Jika jumlah CD4
2) penyiapan bahan atau sel-T turun hingga kurang dari
penyelenggaraan kegiatan 200, mereka dianggap mengidap
rehabilitasi penyandang AIDS. Kedaan ini harus dilanjutkan
disabilitas, kesejahteraan anak, pemantauan untuk mencegah
lanjut usia, perdagangan orang penyebaran infeksi lebih banyak dan
dan korban tindak kekerasan; terjadinya infeksi oportunistik.
3) Melaksanaan monitoring, Kebanyakan dari anggota ini setelah di
evaluasi dan pelaporan kegiatan diagnosa dan mengetahui hasilnya
rehabilitasi penyandang cenderung untuk mengobati dirinya
disabilitas, kesejahteraan anak, sendiri dan tidak merubah perilaku
lanjut usia, perdagangan orang seksual beresiko.
dan korban tindak kekerasan.
Informan 1 adalah seorang
Komunitas Jandri (kelompok
perempuan berusia 40 tahun, dengan
Janda Mandiri) adalah kelompok
banyak kegiatan dan pendampingan dan
yang terbentuk sekitar tahun 2004
bimbingan rehabilitasi sosial sering
terdiri dari para perempuan tanpa
mengikuti kegiatan dalam berbagai
suami (janda cerai atau mandiri
kegiatan sosial seperti sebagai pengurus
karena tidak menikah tetapi
Organisasi Perubahan Sosial Indonesia
memiliki tanggungan
(OPSI), Trainer of trainer Modul
keluarga,anak kandung maupun
Paralegal untuk komunitas, bimbingan
anak asuh ), bertujuan untuk
sosial dan keterampilan bagi tuna sosial,
menjalin silaturahmi diantara
melakukan bimbingan di rehabilitasi
anggota untuk bertukar pikiran
sosial memberikan layanan pada sasaran
saling support , tujuan lain adalah
PMKS (Penyandang Masalah
mandiri secara fisik maupun
Kesejahteraan Sosial) yang menjadi
ekonomi . Kelompok ini
binaan rehabilitasi sosial dan terakhir
123 | Titi Nurhayati ,Yohana Wulan Rosaria , Dedes Fitria : Model Stringer “ Look Think Act
“Terhadap Kemandirian Perempuan Korban Trafficking Di Bogor
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020

sebagai motor penggerak untuk dianggap sebagai “wanita penghibur”.


komunitas yang tergabung dalam Tergabung dalam komunitas Jandri
Jandri. Masa lalunya sebagai karena merasa perlu berkumpul untuk
mantan mucikari yang memiliki teman berbagi agar ia tidak merasa
anak asuh beberapa perempuan sendiri, dan berusaha untuk mandiri
pekerja seks yang sering mangkal secara ekonomi. Pekerjaannya sebagai
di jalanan wilayah Bogor. pemandu lagu di Café juga sekaligus
Tergabung dalam penjangkauan mendampingi tamu yang datang .
(Outreach) sasarannya PMKS menurutnya pekerjaan ini sangat
antara lain Pekerja seks, anak beresiko untuk mendapat perlakuan yang
jalanan (anjal) dengan berbagai tidak baik dari pengunjung tetapi hal ini
kegiatan tersebut menambah tetap dijalani karena merasa tidak ada
kemampuannya dalam jalan lain untuk mendapatkan
pendampingan dan memberikan penghasilan. Masa lalu yang tidak
motivasi terhadap para menyenangkan karena di perlakukan
penyandang masalah kesejahteraan tidak baik oleh suaminya, yaitu
sosial. Menjadi penggerak di mengalami kekerasan secara fisik,
komunitas Jandri merasa senang maupun secara mental. diperlakukan
karena seperti mengurus anak kasar diharuskan bekerja sebagai wanita
sendiri dan terjalin kedekatan penghibur untuk membiayai keluarga,
Bersama anak asuhnya sudah sedangkan suami bekerja tidak menentu
terjalin secara perlahan dari bahkan terakhir jarang pulang dan
masalah pribadi sampai masalah meninggalkan keluarga dengan tidak
rumah tangganya menjadi bahan memberi nafkah untuk keluarga.
obrolannya. Kehidupan rumah Informan 3 adalah seorang wanita yang
tangganya mengalami perceraian masih muda diantara rekannya yang lain
karena ingin melepaskan diri dari berusia 20 tahun, tergabung dalam
kekerasan karena di lacurkan / komunitas Jandri karena bertemu dengan
diperjual belikan oleh suaminya. informan 1 saat berada di jalanan,
Memiliki anak 2 yang sudah kemudian mengikuti rehabilitasi sosial
berumah tangga cucu 2 orang . bersama temannya yang lain. Dirinya
dalam keluarganya, sekarang mengalami tindakan eksploitasi seksual
sudah memiliki “suami” yang karena tertipu dijanjikan untuk
sebelumnya adalah anak asuhnya dipekerjakan di luar negeri.ternyata
sendiri berusia kurang lebih 25 hanya dijadikan pekerja seksual di
tahun. Tinggal di rumah kontrakan wilayah Bogor. Kehidupan berikutnya
dan selalu berpindah ketika karena adalah hidup bersama dengan seorang
ada warga sekitar yang mengetahui pria yang melakukan eksploitasi dirinya
masa lalu nya sebagai wanita secara seksual. Hal ini berlangsung
pekerja seks dan rumahnya sering 2 tahun sampai akhirnya dapat
digunakan untuk tempat melepaskan diri dari pria tersebut.
berkumpul komunitas jandri. Trauma kehidupannya menjadikan ia
Karena upaya dan kegiatannnya lebih suka mengurung diri dan tertutup
yang sering berpartisipasi dalam dari pergaulan sosial sampai akhiurnya
penjangkauan pada kelompok bertemu dengan komunitas ini. Memiliki
PMKS, maka ia dijadikan sebagai motivasi untuk berubah dari
perantara untuk penjangkauan kehidupannya dan ingin mandiri secara
yang dilakukan oleh dinas sosial ekonomi maupun mental.
bekerjasama dengan dinas Informan 4 adalah seorang
kesehatan / di wilayah kerja perempuan single parent berusia 50
Puskesmas yang terkait. memiliki anak 4 orang yang sudah
Informan 2 adalah seorang ibu dewasa 2 diantaranya sudah menikah
rumah tangga berusia 27 tahun, dan mempunya anak 2, sampai saat ini
single parent dari 5 orang anak. masih sebagai wanita pekerja seks
Bekerja sehari hari sebagai disekitar kota bogor karena menurut L
pemandu lagu disebuah Café di pekerjaan ini yang mudah mendapat
kota Bogor. Pekerjaannya sebagai uang lebih cepat untuk menghidupi
wanita yang bekerja di malam hari keluarganya. Aktifitasnya dilakukan
membuat tetangga dan teman sesuai dengan permintaan kliennya bisa
temannya menjauh karena di siang hari maupun malam hari,
124 | Titi Nurhayati ,Yohana Wulan Rosaria , Dedes Fitria : Model Stringer “ Look Think Act
“Terhadap Kemandirian Perempuan Korban Trafficking Di Bogor
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
pekerjaannya itu memiliki resiko Pekerjaannya sebagai Moci masih
untuk kesehatan khususnya dilakukan .pernah dilakukan screening
kesehatan reproduksi mengalamai hasil test IMs positif dan HIV positif.
Infeksi menular seksual bahkan
HIV. Informan 4 sudah dilakukan Tabel 1. Gambaran karakteristik responden
screening HIV dan hasilnya
Variabel Kategori Frekuensi Persen
positif. (N=30) (%)
Informan 5 adalah seorang Usia 20-35 tahun 11 36,7
>35 tahun 19 63,3
perempuan berusia 25 tahun 30 100
pernah menikah 2 kali dan Pendidikan Pendd. dasar 22 73,3
Pendd. lanjutan 8 26,7
mengalami kegagalan karena 30 100
mengalami kekerasan secara fisik Pekerjaan Tidak Bekerja 18 60
maupun seksual dari suaminya Bekerja 12 40
30 100
terdahulu. Kegagalan berumah Penghasilan <Rp.1.000.00- 19 63,3
tangga membuatnya merasa tidak ≥Rp.1.000.000, 11 36,7
30 100
tertarik untuk berumah tangga. Status Single Parent 23 76,7
Untuk menutupi kebutuhannya ia Marital ≠single parent 7 23,3
30 100
bekerja sebagai pekerja di café Status ≠Milik Sendiri 29 96,7
sebagai pendamping tamu Rumah Milik Sendiri 1 3,3
(pramusaji) dan sekaligus 30 100
melayani para tamu sesuai arahan Jumlah ≤ 2 anak 23 76,7
Anak >2 anak 7 23,3
koordinatornya. Pekerjaan malam 30 100
Sikap ≠Mendukung 4 13,3
yang beresiko untuk kesehatan Mendukung 26 86,7
reproduksinya karena juga akrab 30 100
dengan rokok dan minuman Think ≠Merencanakan 4 13,3
Merencanakan 26 86,7
beralkohol, sudah pernah di 30 100
screening HIV, tetapi hasil tidak Act ≠Melakukan 4 13,3
Melakukan 26 86,7
diketahuinya, pekerjaannya masih 30 100
dilakukan sampai sekarang, mulai Pre-Test Kurang Baik 26 86,7
Baik 4 13,3
jam 20.00 WIB sampai menjelang 30 100
pagi sekitar jam 02.00 WIB. Pagi Post-Test Kurang Baik 10 33,3
hari adalah waktu istirahat dirumah Baik 20 66,7
30 100
kontrakannya sampai jam siang Kemandirian Tidak Memilih 22 73,3
sekitar jam 14.00 WIB, sehingga Memilih 8 26,7
30 100
dapat mengikuti kegiatan
komunitasnya jika dilakukan sore
Karakteristik responden adalah
hari.
1. Pekerjaan Responden
Mengikuti komunitas Jandri
Sebagian besar responden (60%)
karena merasa perlu agar ia
memiliki pekerjaan, yang dimaksud
memiliki teman berbagi dan dapat
pekerjaan disini adalah pekerjaan
membantu solusi untuk mengatasi
yang beresiko yaitu sebagai pekerja
keadaan ekonomi yang selalu
seks,dan sebagai Moci (sebagai
dihadapinya.
Mucikari yang membawahi beberapa
Informan 6 adalah seorang
perempuan sebagai PSK).
perempuan berusia 45 tahun
Dari wawancara mendalam
berperan sebagai mamih (sebutan
didapatkan bahwa sebagian besar
mereka adalah ―moci‖ bagi
masih bekerja pekerja seks, dan
beberapa peserta yang tergabung
sebagai pekerja pendamping tamu di
dalam komunitas jandri. Aktifitas
Karaoke atau Club malam. Dari
sehari hari adalah melakukan
ungkapan mereka menyadari bahwa
monitor kelompoknya untuk
pekerjaannya beresiko dan kalau ada
mendapat klien dan kegiatan lain.
pekerjaan yang lain tentu akan
Pada saat anak asuhnya mendapat
dijalani asal menghasilkan uang
klien ia bertugas untuk menjaga
“ saya kerjaan mah apa saja bu asal
keselamatan dan keamanan dari
menghasilkan uang karena saya
mereka saat di pesan oleh para
harus biayai anak anak yang masih
pelanggan .Bergabung dalam
sekolah‖ (Informan 2 )
kelompok jandri sebagai ajang
Sedangkan responden yang lain
komunikasi diantara mereka yang
bekerja bantu jadi SPG kosmetik
sudah terjalin sejak 2004 dengan
,tetapi memiliki pasangan /pelanggan
beberapa orang anggota.
125 | Titi Nurhayati ,Yohana Wulan Rosaria , Dedes Fitria : Model Stringer “ Look Think Act
“Terhadap Kemandirian Perempuan Korban Trafficking Di Bogor
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020

yang menetap melayani saat sendiri. Mereka tinggal secara


akhir pekan sampai hari berpindah pindah karena beberapa
senin,sebagai mana diantara mereka mendapat penolakan
diungkapkan : dari masyarakat setelah mengetahui
―saya kalau ada yang manggil status dan pekerjaan responden.
saja bu ….kebetulan saya dapat Hal ini sebagaimana diungkapkan
bayarannya tamu saya tetap dia oleh beberapa informan, keadaan ini
dating seminggu sekali ―(I 4) sangat menyulitkan dirinya dan
beberapa keluarga karena harus selalu
2. Status marital responden berpindah pindah rumah.
Sebagian besar responden “rumah harus berpindah pindah bu
(76,7%) adalah single parent sama juga dengan tempat kita tinggal
sedangkan lainnya adalah untuk ngumpul dengan teman teman
berstatus memiliki pasangan nanti kalau masyarakat tau pasti
yang tinggal bersama dan besoknya suruh pindah kita‖
sebagian besar responden (Informan 3)
(76,7%) mempunyai anak
kurang dari 2 orang sehingga ―rumah masih ngontrak bu ….kan
memiliki tanggungan untuk ibu tau sendiri rumah kecil juga
membiayai hidup dan mahal sekarang mah … saya kan
pendidikan anaknya. nggk sendiri ada anak-anak―
Dari hasil wawancara (nforman 4)
mendalam status marital
diungkapkan bahwa dari Menurut pendamping di Resos hal ini
informan mengungkapkan pada termasuk salah satu kesulitan
umumnya adalah status sendiri mendata keberadaan mereka
sebagai orang tua tunggal yang mengingat tempat yang berpindah
harus menanggung anaknya pindah, sehingga data juga tidak
“saya sudah beberapa kali selalu sama. Bantuan sosial yang
menikah bu …makanya ini diberikan salah satunya adalah
jadinya yang buat saya punya program perlindungan sosial,
pekerjaan dijalan‖ (Informan 2 program yang diberikan untuk wanita
) rawan sosial ekonomi dengan
pendekatan pemberdayaan serta
―saya sendiri bu harus bimbingan kewirausahaan.
membersarkan anak pernah 4. Sikap terhadap kemandirian
mau nikah tapi mana ada orang Sebagian besar responden (86,7%)
yang mu kalau saya sudah tua mempunyai sikap mendukung untuk
dan punya anak banyak‖ memiliki kemandirian, yang
(Informan 4 ) dimaksud kemandirian adalah suatu
hal yang penting bagiui individu agar
Sedangkan beberapa informan dapat bertanggung jawab terhadap
mengungkapkan: ―saya diri sendiri dengan melakukan
memang punya pasangan yang sesuatu serta mengambil keputusan
tetap bu..(dengan malu malu) berdasarkan diri sendiri sehingga
tapi saya tidak menikah yah tidak bergantung kepada orang lain.
sama sama suka saja sudah Kemandirian bisa berarti
lama, mau nikah juga susah kan kesanggupan untuk berdiri sendiri
dia punya keluarga‖(Informan dengan berani dengan bertanggung
1
) jawab atas segala perilaku dalam
melaksanakan kewajiban untuk
―saya punya sih.. pasangan memenuhi kebutuhan diri sendiri.
sudah 2 tahun tapi belum Sebagian besar responden
menikah .doain ya bu …‖ (86,7%) mempunyai rencana untuk
(Informan 5) memiliki kemandirian, hal ini terlihat
dari keinginan responden untuk tidak
tergantungkepada orang lain
3. Status Kepemilikan Rumah meskipun dengan cara yang tidak
Sebagian besar responden baik. Sebagian besar responden
(96,7%) belum memiliki rumah (86,7%) melakukan usaha untuk
126 | Titi Nurhayati ,Yohana Wulan Rosaria , Dedes Fitria : Model Stringer “ Look Think Act
“Terhadap Kemandirian Perempuan Korban Trafficking Di Bogor
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
memiliki kemandirian. menganggap kegiatan ini bermanfaat
Sikap positif ini merupakan dan sebaiknya dilakukan terus
modal besar untuk berubah dari menerus.
perilaku beresiko dengan suatu Karwati, 2017 dalam penelitiannya
perubahan perilaku dalam menyatakan bahwa pemberdayaan
pemnafaatan waktu luang yang perempuan akan berpengaruh
lebih positif antara lain dengan terhadap keadaan sosial ekonomi dan
motivasi untuk mencoba suatu partisipasi perempuan terhadap
keterampilan yang tadinya pelaksanaan kegiatan pelatihan,
dirasa sulit. dengan keadaan sosial ekonomi yang
Beberapa informan sebelum rendah masyarakat cenderung
kegiatan mengungkapkan bersikap pasif dan menunggu. Hal ini
“ wah sepertinya untuk kegiatan disebabkan karena wawasan mereka
ini saya mah nggk bisa deh…‖ yang terbatas, perlu adanya
(Informan 3) pembelajaran bagi perempuan, untuk
― saya mau coba bu siapa tau meningkatkan pengetahuan
saya bisa ya ….biar saya juga keterampilan dan sikap dalam
jangan di jalan terus…cape bu menjalankan dan memanfaatkan
dan resikonya itu…‖ (Informan potensi sumber daya alam yang ada
4) dilingkungan setempat.
Malik, 2017 dalam penelitiannya
―Sebelumnya saya nggk pernah menyatakan bahwa pengembangan
kepikiran bu untuk usaha kewirausahaan berbasis potensi lokal
…karena saya tidak bisa apa- melalui pemberdayaan masyarakat
apa,tapi ternyata banyak teman melalui beberapa tahapan, yaitu
seperti saya ya‖ pelatihan, produksi dan pemasaran.
(Informan 5) 5. Pengetahuan Pre dan Post Test
Pengetahuan responden sebagian
―Tadinya saya tidak pernah besar responden (86,7%) memiliki
ada rencana tapi dengan hasil pre-test kurang baik, khususnya
kegiatan ini saya jadi punya tentang kemandirian untuk tidak
temen untuk sama sama bergantung kepada orang lain dengan
belajar,tadinya saya malu bu― cara yang benar upaya pencegahan
(Informan 6) terhadap resiko tertular dan
menularkan penyakit terhadap
Dari berbagai ungkapan di atas pasangan seksualnya. dan
dilakukan triangulasi kepada pengetahuan kesehatan reproduksi
para pendamping di rehabilitasi kurang sehingga tidak memiliki.
sosial mendapat keterangan Sebagian besar responden (66,7%)
bahwa kondisi mereka sulit memiliki hasil post-test baik.
untuk mendapat keterangan Sebagian besar responden (73,3%)
yang jelas karena sebenarnya tidak memilih untuk bisa hidup
mereka cenderung tertutup tidak mandiri dengan cara yang baik.
ingin diketahui identitasnya Hal ini menunjukkan bahwa
dengan jelas dan wujud dari pengetahuan merupakan domain yang
kehawatiran akan adanya sangat penting untuk terbentuknya
stigma di masyarakat, tetapi tindakan seseorang. Dengan kata lain
mereka sebenarnya memiliki pengetahuan mempunyai pengaruh
keinginan untuk berubah dan sebagai motivasi awal bagi seseorang
dibutuhkan dukungan yang dalam berperilaku
terus menerus. Sedangkan dari
petugas juga mengungkapkan
dengan nada pesimis bahwa
segala upaya sudah dilakukan
tapi hasilnya tidak selalu
optimal sesuai target, meskipun
hal ini tetap harus diakui ada
perubahan walaupun sedikit.
Dari semangatnya peserta
mengikuti kegiatan para
pendamping jadi optimis dan
127 | Titi Nurhayati ,Yohana Wulan Rosaria , Dedes Fitria : Model Stringer “ Look Think Act
“Terhadap Kemandirian Perempuan Korban Trafficking Di Bogor
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020

Tabel 2. Hasil Bivariat Kemandirian post test berhubungan dengan penerapan


Keterangan Kategori Tidak
Memilih
(n)
Memilih
(n)
Total r p
model stringer look think act terhadap
kemandirian perempuan korban
Usia
Responden
20-35 tahun 8 3 11 1.000 0.637
trafficking di Bogor. Hal ini sesuai
>35 tahun 14 5 19
dengan penelitian Salim, 2016 bahwa
22 8 30 ada pengaruh pemberian pre test dan
Pendidikan
Responden
Pendd. Dasar

Pendd. Lanjutan
16

6
6

2
22

8
1.000 0.645
post test terhadap kesiapan belajar. Hal
ini dapat dilihat dari adanya perbedaan
22 8 30

Pekerjaan Tidak Bekerja 12 6 18 0.419 0.282


rata-rata kesiapan belajar siswa yang
Responden
Bekerja 10 2 12 pembelajarannya.
22 8 30
Hal ini juga yang memperkuat
Penghasilan
Responden
<Rp.1.000.000,- 14 5 19 1.000 0.637 responden untuk lebih siap menerima
≥Rp.1.000.000,- 8 3 11
materi sebagai upaya untuk
22 8 30
kemandirian perempuan korban
Status Marital
Responden
Single Parent 16 7 23 0.638 0.377 trafficking.
Punya pasangan 6 1 7

22 8 30 ―Awalnya saya tidak memahami


Status Rumah ≠Milik Sendiri

Milik Sendiri
21

1
8

0
29

1
1.000 0.737
maksud kemandirian untuk
22 8 30 perempuan, tapi setelah mengisi
Jumlah Anak
Responden
≤ 2 anak 17 6 23 1.000 0.623
kuesioner pertanyaan tentang
>2 anak 5 2 7
kemandirian, saya jadi memahami
Sikap Tidak
22

4
8

0
30

4 0.550 0.267
maksud dan tujuan mengapa
Responden Mendukung
perempuan harus mandiri terutama
Mendukung 18 8 26
dalam memilih tujuan hidup menjadi
22 8 30
lebih baik‖ (Informan 1)
Kemandirian Tidak 4 0 4 0.550 0.267
Responden Melakukan

Melakukan 18 8 26 ―Secara pribadi, jadi lebih siap untuk


22 8 30 memilih yang terbaik dalam hidup
Pre-Test Kurang Baik
Baik
21
1
5
3
26
4
0.048 0.048
saya setelah saya banyak
22 8 30
mendapatkan informasi tentang
Post-Test Kurang Baik 10 0 10 0.029 0.022 banyak hal sekaitan dengan
Baik 12

22
8

8
20

30
perempuan yang mandiri‖
(Informan 2)
Gambar 1. Hasil Pre dan Post test dan pilihan
untuk mandiri terlihat dari diagram sebagai ―saya jadi merasa selama ini nggak ada
berikut: kepikiran ya jalannya itu padahal tidak
35 30 30 susah ya bu kalau mau mulai‖
30 26
25 21 22 20 22
(Informan 4)
20 ―saya pengen dari dulu untuk punya
15
8 10 10 12 8 8 keterampilan bu biar saya bias berbuat
10 5 4
5 13 0 sesuatu untuk keluarga agar saya ngga
0 kejalan lagi‖ (Informan 5)
Kurang Baik Kurang Baik
Baik Baik
Dari proses yang sudah dilakukan dapat
Pre-Test Post-Test digambarkan sebagai berikut:
memilih tidak jumlah 1. Tahapan Look dan Think
Pada tahapan ini dilakukan berbagai
persiapan, Untuk melaksanakan tahap
Pada variabel pre-test r = 0,048 look dan think dilakukan berbagai
tidak memiliki korelasi kuat persiapan yang diperlukan, meliputi
dengan kemandirian dan p = 0,048 persiapan secara administrasi maupun
terdapat korelasi yang bermakna persiapan lapangan untuk lokasi
antara 2 variabel yang diuji dan penelitian. Secara administrasi
pada variabel post-test r = 0,029 meliputi persiapan mengenai
tidak memiliki korelasi kuat rancangan serta tahapan
dengan kemandirian dan p = penelitian,perijinan serta kontak awal
0,022 terdapat korelasi yang dengan berbagai pihak yang akan
bermakna antara 2 variabel yang terlibat dalam penelitian.Untuk
diuji. Hal ini menunjukkan bahwa persiapan lokasi, dilakukan beberapa
pengetahuan pada saat pre test dan kegiatan meliputi assesment awal
128 | Titi Nurhayati ,Yohana Wulan Rosaria , Dedes Fitria : Model Stringer “ Look Think Act
“Terhadap Kemandirian Perempuan Korban Trafficking Di Bogor
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
untuk memetakan kondisi Kegiatan berjalan dengan baik karena
subjek penelitian serta ada dukungan dan semangat para
stakeholder yang akan terlibat. peserta, meskipun pada awal kegiatan
Dalam tahapan ini juga peserta tidak biasa untuk duduk dan
dilakukan analisis kebutuhan harus teratur mengikuti jadwal yang
potensi dan sistem sumber yang sudah disepakati. Tetapi peserta bisa
tersedia di lokasi penelitian. interupsi karena ada keinginan untuk
Melalui kegiatan ini diperoleh break istirahat, tetapi setelah ada
data tentang profil perempuan kegiatan pencairan dan keterampilan
sebagai kelompok informan mereka sangat antusias.
yang menjadi subjek penelitian,
serta dilakukan diskusi Monitoring dan evaluasi terhadap
mengenai masalah, kebutuhan pelaksanaan konsep model efekrif
dan rencana aksi yang akan diterapkan sebagai salah satu upaya
dilakukan. Untuk memastikan pemberdayaan , menunjukkan beberapa
kondisi sasaran penelitian, juga hal, diantaranya :
dilakukan home visit untuk 1. Meningkatnya pengetahuan tentang
trianggulasi dengan kondisi kesehatan resproduksi dan resiko
lapangan.Pada identifikasi awal tertular infeksi menular seksual serta
melalui observasi adanya
HIV-AIDS ,motivasi untuk berubah
sumber daya yang dapat
dikembangkan, karena mereka dan bagaimana mengelola keuangan
selama ini ada keinginan untuk 2. Menambah keterampilan tentang
mendapat pelatihan atau pembuatan kerajinan dari limbah
pendidikan kertas dan plastic serta cemilan sehat
Pada identifikasi awal melalui yang pada akhirnya dapat menambah
observasi diperoleh informasi penghasilan
adanya sumberdaya local yang
3. Tersedianya lapangan kerja baru bagi
bisa dimanfaatkan. Salah satu
diantaranya adalah pengolahan para peserta apabila dilakukan
limbah kertas dan plastic untuk pendampingan yang terus menerus
kegiatan ekonomi produktif. dan dukungan dari pihak terkait
Dalam diskusi awal, rencana dalam hal ini adalah dinas sosial
aksi menghasilkan beberapa akademisi serta para relawan dan
kesepakatan tentang kegiatan stake holder
bagi kelompok perempuan,
dengan mempertimbangkan Proses kegiatan dan hasil yang diperoleh
potensi dan kebutuhan. dapat digambarkan sebagai berikut :
Kegiatan sebelumnya belum
optimal dan rutin sehingga
Monitoring dan evaluasi
dirasakan hasilnya belum
optimal, peserta berkeinginan
untuk mendapat pelatihan dan
peningkatan pengetahuan • USIA>35
• PENDIDIKAN
tentang resiko yang mungkin RENDAH
• PEKERJAAN THINK • EDUKASI TTG

timbul pada mereka • PENGHASILAN


RENDAH
• SINGLE PARENT
IMS-HIV AIDS
• PEMBERIAN
MOTIVASI

2. Tahapan Act • TIDAK MEMILIKI


RUMAH
• TANGGUNGAN
• SIKAP BAIK
TERHADAP
PERUBAHAN
• BIMBINGAN
KETERAMPILAN

Beberapa kegiatan dalam tahap (ANAK >2 • INGIN MANDIRI


SECARA EKONOMI

ACT
Act adalah bimbingan sosial ,
pemberian materi edukasi LOOK
tentang infeksi menular seksual
HIV AIDS, resiko penyakit dan
keganasan untuk kesehatan
reproduksi perempuan,Motivasi Peningkatan pengetahuan 36,7%
Melakukan perubahan pekerjaan 3
dan dinamika kelompok, Motivasi meningkat
bagaimana mengatur keuangan
yang diberikan oleh nara
sumber dari tim rehabilitasi
sosial. Dan kegiatan
keterampilan pemanfaatan
limbah kertas dan plastik.
129 | Titi Nurhayati ,Yohana Wulan Rosaria , Dedes Fitria : Model Stringer “ Look Think Act
“Terhadap Kemandirian Perempuan Korban Trafficking Di Bogor
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020

Kesimpulan Dan Saran responden.


1. Perlu adanya variabel baru 4. Penerapan model think bisa
dalam menerapkan Model digunakan terhadap kemandirian
Stringer Look Think Act perempuan korban Trafficking di
terhadap kemandirian Bogor untuk menganalisa kebutuhan
perempuan korban Trafficking dari responden
di Bogor sehingga lebih tergali 5. Penerapan model act bisa digunakan
kebutuhan yang diperlukan terhadap kemandirian perempuan
seperti konseling. korban Trafficking di Bogor untuk
2. Karakteristik perempuan korban mengimplementasikan model yang
trafficking di Bogor sebagian dianggap sesuai dengan kebutuhan
besar usia responden lebih dari responden.
35 tahun, pendidikan terakhir 6. Faktor pendukung dalam penerapan
adalah pendidikan dasar 9 Model Stringer Look Think Act
tahun, memiliki pekerjaan yang terhadap kemandirian perempuan
beresiko yaitu sebagai pekerja korban Trafficking di Bogor adalah
seks, dan sebagai Moci bisa mendapatkan responden dari
(sebagai Mucikari yang komunitas jandri dan bisa diajak
membawahi beberapa bekerjasama dan responden mau turut
perempuan sebagai PSK), aktif ambil bagian untuk menjadikan
single parent, mempunyai anak dirinya mandiri dalam mengambil
kurang dari 2 orang, belum dan memilih keputusan.
memiliki rumah 7. Faktor penghambat dalam penerapan
sendiri. tinggal secara Model Stringer Look Think Act
berpindah -pindah karena terhadap kemandirian perempuan
beberapa diantara mereka korban Trafficking di Bogor adalah
mendapat penolakan dari masih kurang kooperatifnya dari
masyarakat setelah mengetahui pihak-pihak yang terkait khususnya
status dan pekerjaan responden, dari Dinas Sosial itu sendiri.
mempunyai sikap mendukung
untuk bertanggung jawab Dinas Kesehatan Kota Bogor
terhadap diri sendiri dengan Sebaiknya Dinas Kesehatan
melakukan sesuatu serta menggunakan pendekatan model
mengambil keputusan Stringer Look Think Act dalam
berdasarkan diri sendiri melakukan pendekatan dengan
sehingga tidak bergantung perempuan korban trafficking sebagai
kepada orang lain, pengetahuan upaya untuk menggali permasalahan,
responden sebagian besar dan mencegah terjadinya penularan
responden (86,7%) memiliki Infeksi Menular seksual dan HIV/AIDS
hasil pre-test kurang baik, dengan cara melakukan konseling dan
khususnya tentang kemandirian tes sukarela
untuk tidak bergantung kepada Dinas Sosial Kota Bogor
orang lain dengan cara yang Sebaiknya Dinas Kesehatan melakukan
benar upaya pencegahan tugas pokok dan fungsinya. Serta
terhadap resiko tertular dan mendukung dan melaksanakan dengan
menularkan penyakit terhadap sebaik-baiknya apa yang sudah menjadi
pasangan seksualnya. dan program kerjanya. Sehingga masalah
pengetahuan kesehatan perempuan korban trafficking yang
reproduksi kurang sehingga berpotensi menjadi wanita rawan sosial
tidak memiliki. Sebagian besar segera tertangani dengan memberikan
responden (66,7%) memiliki pelatihan-pelatihan yang dibutuhkan.
hasil post-test baik. Sebagian Perempuan Korban Trafficking
besar responden (73,3%) tidak Sebaiknya perempuan korban trafficking
memilih untuk bisa hidup lebih memilih jalan yang baik dan positif
mandiri dengan cara yang baik. bagi perjalanan hidupnya. Dengan
3. Penerapan model look bisa berbekal keahlian dan keterampilan yang
digunakan terhadap dimiliki diharapkan tidak lagi menjadi
kemandirian perempuan korban PSK untuk mencari uang yang paling
Trafficking di Bogor untuk mudah dan dapat menyebabkan
mengetahui karakteristik perempuan korban trafficking tertular
130 | Titi Nurhayati ,Yohana Wulan Rosaria , Dedes Fitria : Model Stringer “ Look Think Act
“Terhadap Kemandirian Perempuan Korban Trafficking Di Bogor
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
dan menularkan HIV Sumberdaya Lokal Melalui
Peneliti Pendekatan Sosial
Sebaiknya dilakukan penelitian Enterpreneurship (Studi Kasus Di
lanjutan untuk mencari model yang Daerah Tertinggal, Kabupaten
paling tepat dalam Pasaman, Sumatera Barat).
memberdayakan perempuan- Sosiokonsepsia Vol. 17, No. 03
perempuan korban trafficking 2012
menjadi wanita yang mandiri dan Rudi Saprudin Darwis, 2016.
lepas dari masalah-masalah rawan Membangun Desain dan Model
sosial. Action Research Dalam Studi Dan
Aksi Pemberdayaan Masyarakat.
Ucapan Terima Kasih Jurnal KOMUNIKA, Vol. 10, No.
1, Januari - Juni 2016
Terima kasih kami ucapkan Eti Nurhayati, 2011. Bimbingan
kepada semua pihak yang telah Konseling dan Psikoterapi Inovatif,
memberikan dukungan dalam Pustaka Belajar, Yogyakarta.
penyusunan laporan penelitian ini. Lilis Karwati, 2017. Pemberdayaan
Besar harapan kami kegiatan Perempuan Melalui Pelatihan
penelitian ini dapat dilaksanakan Kewirausahaan Berbasis Potensi
dan dapat berkelanjutan demi Alam Setempat. Jurnal Ilmiah VISI
terwujudnya peningkatan derajat PGTK PAUD dan DIKMAS - Vol.
kesehatan ibu dan anak Indonesia 12, No. 1, Juni 2017
Abdul Malik, 2017. Pengembangan
Referensi
Kewirausahaan Berbasis Potensi
Sistiarani, C., Gamelia, E. &
Lokal melalui Pemberdayaan
Purnama, D.U., 2014.
Masyarakat.
Function of Utilization
Journal of Nonformal Education
Maternal Child Health Book
and Community Empowerment Volume
to Maternal Knowledge.
Juni 2017
Jurnal Kesehatan Masyarakat
Yaumi, M. & Damopolil, M. (2014).
Nasional , 8(8), pp.353–358.
Lathiefah Widuri Retyaningtyas, Action Research: Teori, Model, &
2018. Peran Jejaring Aplikasi. Jakarta: Penerbit Kencana.
Feminis Asia Pacific Forum McNiff, Jean &Whitehead, Jack. (2002).
on Women, Law, and Action Research: Principles and
Development (APWLD) Practice. London : Routledge
dalam Merepresentasikan Falmer.
Hak Asasi Perempuan. Stringer, Ernest T. (1996). Action
Jurnal Hubungan Internasional Research: A Handbook for
Tahun XI, No.1, Januari - Juni Practitioners. Los Angeles : Sage
2018 Publication, Inc.
UN Women, 2017. ―Facts and Adi, Isbandi R. (2013). Intervensi
Figures: Ending Violence Komunitas dan Pengembangan
Against Women‖ [online]. in Masyarakat: Sebagai Upaya
http://www.unwomen.org/en/ Pemberdayaan Masyarakat. Jakarta
what-wedo/ending-violence- : Rajawali Pres Coghlan
against-women/facts-and David & Brannick, Teresa. (2005).
figures . Doing Action Research in Your
Siti Maizuk Habibah, 2016. “Peran Own Organization, 2nd edition.
Perempuan Korban Human London : Sage Publication Ltd.
Trafficking dalam Koshy, Valsa. (2005). Action Research
Meminimalisir Praktik for Improving Practice: A Practical
Human Trafficking di Guide. London : Sage Publication
Indonesia dengan Ltd.
Mengedepankan Siti Maizuk Habibah, 2016. “Peran
Humanitarian Principles”. Perempuan Korban Human
Lentera, Jurnal Studi Trafficking dalam Meminimalisir
Perempuan. Vol. 12. No. 1, Praktik Human Trafficking di
Juni 2016 Indonesia dengan mengedepankan
Mulia Astuti, 2012. Pemberdayaan Humanitarian Principles”. Lentera,
Perempuan Miskin Berbasis Jurnal Studi Perempuan. Vol. 12.
Pemanfaatan No. 1, Juni 2016
131 | Titi Nurhayati ,Yohana Wulan Rosaria , Dedes Fitria : Model Stringer “ Look Think Act
“Terhadap Kemandirian Perempuan Korban Trafficking Di Bogor
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020

East Java, Year 2013. Buletin


Penelitian Sistem Kesehatan,
18(2), pp.141–150.
Sistiarani, C., Gamelia, E. &
Purnama, D.U., 2014.
Function of Utilization
Maternal Child Health Book
to Maternal Knowledge.
Jurnal Kesehatan Masyarakat
Nasional , 8(8), pp.353–358.

132 | Titi Nurhayati ,Yohana Wulan Rosaria , Dedes Fitria : Model Stringer “ Look Think Act
“Terhadap Kemandirian Perempuan Korban Trafficking Di Bogor
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020

Jurnal Kesehatan Saelmakers Perdana


ISSN 2615-6571 (Online), ISSN 2615-6563 ((Print)
Tersedia online di http://ojs.ukmc.ac.id/index.php/JOH

PENGETAHUAN, SIKAP DAN PENDIDIKAN IBU DENGAN


KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI PUSKESMAS 7 ULU KOTA
PALEMBANG

KNOWLEDGE, ATTITUDE AND EDUCATION IN MOTHER WITH TODDLER


IN GENESIS HEALTH CENTER 7 ULU PALEMBANG

Arly Febrianti
Akper Kesdam II / Sriwijaya
arlyfebrianti@gmail.com

Submisi: 3 Februari 2020 ; Penerimaan: 10 Februari 2020; Publikasi : 14 Februari 2020

ABSTRAK
ISPA adalah penyakit saluran pernapasan atas dengan perhatian khusus pada radang paru
(Pneumonia) dan bukan penyakit telinga dan tenggorokan. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk
mengetahui hubungan pengetahuan, sikap dan pendidikan ibu dengan kejadian ISPA pada balita
di Puskesmas 7 Ulu Kota Palembang. Jenis penelitian yang dilakukan adalah kuantitatif dengan
menggunakan metode survei analitik melalui pendekatan cross sectional. Populasi seluruh ibu
yang berkunjung dengan membawa anak ISPA dan sampel penelitian ini sebanyak 30 responden.
Dari hasil analisis bivariat, ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu dengan
kejadian ISPA pada balita (p value 0,013), ada hubungan yang signifikan antara sikap ibu
dengan kejadian ISPA pada balita (p value 0,002), ada hubungan yang signifikan antara
pendidikan ibu dengan kejadian ISPA pada balita (p value 0,004). Diharapkan bagi ibu, dapat
aktif untuk mengikuti setiap penyuluhan yang diberikan oleh petugas kesehatan serta
menanyakan tentang materi yang belum dimengerti dengan harapan dapat mengubah perilaku
yang tidak sehat. Seperti menjauhi anak dari pemaparan langsung dari penderita ISPA, selalu
menjaga kebersihan rumah.
Kata kunci : Pengetahuan, Sikap, ISPA.
ABSTRACT
ISPA is the upper respiratory tract disease with particular attention to lung inflammation
(pneumonia) and not the ear and throat diseases.
The purpose of this study is to determine the relationship of knowledge, attitudes and maternal
education with incidence of respiratory infection in infants in the region of Palembang City
Health Center 7 Ulu 2019. This type of quantitative research is conducted using survey methods
of analytic cross sectional approach. The number of samples of this study of 30 respondents.
From the results of bivariate analysis, no significant association between maternal knowledge of
the incidence of ARI in infants (p value 0.013), no significant relationship between maternal
attitude to the incidence of ARI in infants (p value 0.002), no significant association between the
incidence of maternal education ARI in infants (p value 0.004).
Expected for the mother, may be active to follow any counseling provided by health workers as
well as asking about the material that has not been understood in the hope of changing unhealthy
behaviors. As a child away from direct exposure of patients with ARI, always keeping the house
clean.
Keywords : Knowledge, Attitudes, Education and Gen ISPA

133 | Arly Febrianti : Pengetahuan, Sikap Dan Pendidikan Ibu Dengan Kejadian Ispa Pada Balita
Di Wilayah Kerja Puskesmas 7 Ulu Kota Palembang
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020

PENDAHULUAN penyakit ini dapat dengan mudah menular


World Health Organization (WHO) seperti misalnya kontak langsung dengan
Tahun 2016 memperkirakan insidens penderita, sehingga bila tidak segera
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) di ditangani akan menimbulkan angka
negara berkembang dengan angka kesakitan dan kematian yang tinggi pada
kematian balita di atas 40 per 1000 balita (Sugiarto, 2014;21)
kelahiran hidup adalah 15%-20% pertahun Kematian pada penderita ISPA
pada golongan usia balita. Menurut WHO terjadi jika penyakit telah mencapai derajat
tahun 2016  13 juta anak balita di dunia ISPA berat, paling sering kematian terjadi
meninggal setiap tahun dan sebagian besar karena infeksi telah mencapai paru-paru
kematian tersebut terdapat di Negara atau pneumonia. Sebagian besar keadaan
berkembang, dimana pneumonia merupakan ini terjadi karena penyakit ISPA ringan
salah satu penyebab utama kematian dengan yang diabaikan. Jika penyakitnya telah
membunuh  4 juta anak balita setiap tahun menjalar ke paru-paru dan anak tidak
(Asrun, 2016;21). mendapat pengobatan serta perawatan
Menurut data Dinas Kesehatan Kota yang tepat, anak tersebut bisa meninggal.
Palembang, masih tingginya angka Balita (Adnan, 2011;34).
yang menderita ISPA pada tahun 2017. Terjadinya ISPA dipengaruhi atau
(Dinas Kesehatan Kota Palembang 2017). disebabkan oleh berbagai macam faktor
Di Indonesia, ISPA selalu menempati seperti virus, keadaan daya tahan tubuh,
urutan pertama penyebab kematian pada umur, jenis kelamin, status gizi, imunisasi,
kelompok bayi dan balita. Selain itu ISPA dan keadaan lingkungan (pencemaran
juga sering berada pada daftar 10 penyakit lingkungan seperti asap karena kebakaran
terbanyak di rumah sakit, survei mortalitas hutan, polusi udara, ditambah dengan
yang dilakukan oleh Subdit ISPA tahun perubahan iklim terutama suhu,
2005 menempatkan ISPA/Pneumonia kelembaban, curah hujan) merupakan
sebagai penyebab kematian bayi terbesar ancaman kesehatan bagi masyarakat
di Indonesia dengan persentase 22,30% terutama penyakit ISPA. Hal ini tidak
dari seluruh kematian balita (Mahmud, hanya disebabkan oleh faktor-faktor
2006;25) tersebut diatas tetapi juga dipengaruhi oleh
ISPA adalah proses infeksi akut perilaku ibu seperti pengetahuan, sikap dan
berlangsung selama 14 hari, yang dan tingkat pendidikan ibu. (Mulyono,
disebabkan oleh mikroorganisme dan 2009;19).
menyerang salah satu bagian, dan atau Dengan diketahuinya faktor-faktor
lebih dari saluran napas, mulai dari hidung yang bisa menyebabkan penyakit ISPA,
(saluran atas) hingga alveoli (saluran maka diharapkan penyakit ISPA
bawah), termasuk jaringan adneksanya, penanganannya dapat diprioritaskan.
seperti sinus, rongga telinga tengah dan Disamping itu penyuluhan kepada ibu-ibu
pleura (Adnan, 2011;7). tentang penyakit ISPA perlu ditingkatkan
Gejala awal yang timbul biasanya dan dilaksanakan secara
berupa batuk pilek, yang kemudian diikuti berkesinambungan, serta penatalaksanaan
dengan napas cepat dan napas sesak. Pada dan pemberantasan kasus ISPA yang sudah
tingkat yang lebih berat terjadi kesukaran dilaksanakan saat ini, diharapkan dapat
bernapas, tidak dapat minum, kejang, lebih ditingkatkan lagi. (Irfan, 2007;14).
kesadaran menurun dan meninggal bila Menurut hasil penelitian yang
tidak segera diobati. Usia Balita adalah dilakukan oleh Dodi (2008) di Puskesmas
kelompok yang paling rentan dengan Purwantoro I, bahwa dari 42 responden
infeksi saluran pernapasan. Kenyataannya yang termasuk pendidikan rendah (SD,
bahwa angka morbiditas dan mortalitas SMP) sebanyak 25 responden (59,5%)
akibat ISPA, masih tinggi pada balita di anaknya mengalami kejadian ISPA. Hasil
negara berkembang (Adnan, 2011;8). uji chi square menunjukkan ada hubungan
Penyakit ISPA utamanya pada balita yang signifikan antara pendidikan dengan
merupakan salah satu penyakit yang kejadian ISPA pada balita (p = 0,014).
termasuk dalam prioritas masalah karena Pada variabel pengetahuan didapat bahwa

134 | Arly Febrianti : Pengetahuan, Sikap Dan Pendidikan Ibu Dengan Kejadian Ispa Pada Balita
Di Wilayah Kerja Puskesmas 7 Ulu Kota Palembang
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
dari 53 yang berpengetahuan kurang, independen dengan variabel dependen.
didapat sebanyak 30 responden (56,6%) (Nursalam, 2008;68)
anaknya mengalami kejadian ISPA. Hasil Variabel independen terdiri atas
uji chi square menunjukkan ada hubungan pengetahuan, sikap dan pendidikan ibu.
yang signifikan antara pengetahuan dengan Sedangkan variabel dependen adalah
kejadian ISPA pada balita (p = 0,013). kejadian ISPA pada balita.
Sedangkan pada variabel sikap didapat Menurut Nursalam (2008;101),
bahwa dari 79 responden yang bersikap populasi adalah setiap subjek yang
negatif didapat sebanyak 53 responden memenuhi kriteria yang telah ditetapkan.
(67,1%) anaknya mengalami kejadian Yaitu semua ibu yang membawa anaknya
ISPA. Hasil uji chi square menunjukkan yang berusia 1 – 5 tahun di wilayah kerja
ada hubungan yang signifikan antara sikap Puskesmas 7 Ulu Kota pada bulan
dengan kejadian ISPA pada balita (p = Desember Tahun 2019- Januari 2020.
0,001). Sampel adalah anggota dari populasi
Notoatmodjo (2010;106) ada 3 (tiga) yang dianggap mewakili seluruh populasi.
faktor yang membentuk perilaku, yaitu : 1) Pengambilan sampel dilakukan dengan
Faktor-faktor predisposisi (predisposing metode sampel non probality sampling
factors), yang terwujud dalam dengan metode accidental sampling
pengetahuan, sikap, kepercayaan, dimana seluruh populasi diambil sebagai
keyakinan, nilai-nilai, pendidikan dan lain sampel penelitian. Sampel dalam
sebagainya. 2) Faktor-faktor penelitian ini adalah semua responden
pendukung (enabling factors), yang yang datang ke Puskesmas 7 Ulu Kota
terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia Palembang dari bulan Desember 2019-
atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas Januari 2020 selama 2 minggu sebanyak
atau sarana-sarana kesehatan, misalnya 30 responden. Adapun kriteria inklusi
puskesmas, obat-obatan, alat-alat sampel dalam penelitian ini adalah :
kontrasepsi, jamban dan sebagainya. 3) 1. Ibu yang membawa anaknya bero bat
Faktor-faktor pendorong (reinforcing dengan usia 1 – 5 tahun ke Puskesmas 7
factors) yang terwujud dalam sikap dan Ulu Kota Palembang
prilaku petugas kesehatan. 2. Ibu yang mampu berkomunikasi,
Berdasarkan uraian tersebut di atas maka membaca dan menulis
penulis tertarik untuk melakukan 3. Ibu yang bersedia menjadi responden
penelitian tentang hubungan pengetahuan, Sumber data Penelitian ini adalah
sikap dan pendidikan ibu dengan kejadian Rekam Medik Puskesmas dan Observasi
ISPA pada balita di wilayah kerja Langsung Pada Ibu yang berkunjung
Puskesmas 7 Ulu Kota Palembang Tahun dengan membawa Balita yang menderita
2019. ISPA. Pengumpulan data dilakukan
sendiri oleh peneliti dengan wawancara
Tujuan Penelitian dan menggunakan kuesioner kepada ibu.
Tujuan dari penelitian ini adalah Bentuk kuesioner yang diajukan adalah
diketahuinya hubungan pengetahuan, sikap berupa pertanyaan terstruktur secara
dan pendidikan ibu dengan kejadian ISPA multiple choice.
pada balita di wilayah kerja Puskesmas 7 Analisa data Bivariat pada penelitian
Ulu Kota Palembang Tahun 2019. ini untuk mengetahui hubungan antara dua
variabel yaitu variabel dependen (kejadian
Metode Penelitian ISPA) dengan variabel independen
Jenis penelitian yang dilakukan oleh (pengetahuan, sikap dan pendidikan)
peneliti adalah kuantitatif dengan dengan menggunakan rumus Chi-square
menggunakan metode survei analitik dengan tingkat kemaknaan 95% (α = 0,05)
melalui pendekatan cross sectional yaitu : (Hastono, 2007)
penelitian yang mempelajari dinamika
hubungan. Dimana seluruh datanya
dikumpulkan sekaligus dalam waktu yang
bersamaan dengan menggunakan variabel

135 | Arly Febrianti : Pengetahuan, Sikap Dan Pendidikan Ibu Dengan Kejadian Ispa Pada Balita Di
Wilayah Kerja Puskesmas 7 Ulu Kota Palembang
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020

HASIL PENELITIAN Tabel 3


Univariat Distribusi Frekuensi Pendidikan di Puskesmas 7
Analisa ini dilakukan untuk Ulu Kota Palembang Tahun 2019
Pendidikan Jumlah Persen (%)
mengetahui distribusi frekuensi dan Tinggi 14 46,7
persentase dari variabel independen. Rendah 16 53.3
a. Pendidikan Jumlah 30 100,0
Berdasarkan hasil penelitian dan
pengolahan data yang telah dilakukan, Berdasarkan table 3 di atas,
maka pada variabel pengetahuan mayoritas ibu berpendidikan rendah yaitu
dikategorikan menjadi 2 (dua) yaitu baik sebanyak 16 responden (53,3%) dari 30
dan kurang baik seperti pada tabel di responden.
bawah ini
Tabel 1 d. Kejadian ISPA Pada Balita
Distribusi Frekuensi Pengetahuan Berdasarkan hasil penelitian dan
di Puskesmas 7 Ulu Kota Palembang
pengolahan data yang telah dilakukan.
Tahun 2019
Pengetahuan Jumlah Persen Maka pada variabel kejadian ISPA pada
(%) balita dikategorikan menjadi 2 (dua) yaitu
Baik 13 43.3 Tidak ISPA dan ISPA seperti pada tabel di
Kurang Baik 17 56.7 bawah ini
Jumlah 50 100,0
Tabel 4
Berdasarkan table 1 di atas, Distribusi Frekuensi Kejadian ISPA Pada Balita
mayoritas ibu berpengetahuan kurang baik di Puskesmas 7 Ulu Kota Palembang Tahun 2019
yaitu sebanyak 17 responden (56,7%) dari Kejadian ISPA Pada
Jumlah Persen (%)
30 responden. Balita
Tidaka ISPA 12 40,0
b. Tingkat Sikap ISPA 18 60.0
Berdasarkan hasil penelitian dan Jumlah 30 100,0
pengolahan data yang telah dilakukan,
didapatkan nilai mean sebesar 22,30. Maka Berdasarkan tabel 4 di atas, mayoritas
pada variabel sikap dikategorikan menjadi balita mengalami kejadian ISPA yaitu
2 (dua) yaitu positif dan negatif seperti sebanyak 18 responden (60%) dari 30
pada tabel di bawah ini. responden.
Bivariat
Tabel 2 Analisis ini dilakukan untuk
Distribusi Frekuensi Menurut Sikap Ibu di
Puskesmas 7 Ulu Kota Palembang Tahun 2019 mengetahui hubungan antara variabel
Sikap Jumlah Persen (%) independen (pengetahuan, sikap dan
Positif 16 53.3 pendidikan) dengan variabel dependen
Negatif 14 46.7 (kejadian ISPA pada Balita). Hasil analisis
Jumlah 30 100,0
dilakukan dengan tabulasi silang dilakukan
Berdasarkan table 2 di atas, pengujian dengan uji Chi Square dengan
mayoritas ibu memiliki sikap positif yaitu tingkat kemaknaan α = 0,05
sebanyak 16 responden (53,3%) dari 30
responden. a. Hubungan Pengetahuan Ibu dengan
Kejadian ISPA Pada Balita
c. Pendidikan
Berdasarkan hasil penelitian dan Tabel 4 : Hubungan Pegetahuan Ibu dengan
Kejadian ISPA Anak Balita (1-5 Tahun) di
pengolahan data yang telah dilakukan.
Puskesmas 7 Ulu Kota Palembang Tahun 2019
Maka pada variabel pendidikan Kejadian ISPA Pada Balita
dikategorikan menjadi 2 (dua) yaitu tinggi Pengeta Total Vaule
(P)
huan Ibu Tidak ISPA
dan rendah seperti pada tabel di bawah ini ISPA
Baik 9 68,2% 4 30,8% 13 100%
Kurang 3 17,6% 14 82,4% 17 100% 0,013
Baik
Jumlah 12 % 18 % 30 100%
Berdasarkan tabel 5 di atas, dari 13 ibu
yang berpengetahuan baik, didapat 4 balita
(30,8%) yang mengalami ISPA lebih kecil
136 | Arly Febrianti : Pengetahuan, Sikap Dan Pendidikan Ibu Dengan Kejadian Ispa Pada Balita Di
Wilayah Kerja Puskesmas 7 Ulu Kota Palembang
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
jika dibandingkan dengan ibu yang menunjukkan bahwa ada hubungan yang
berpengetahuan kurang baik yaitu signifikan antara pendidikan ibu dengan
sebanyak 14 balita (82,4%) yang kejadian ISPA pada balita di wilayah kerja
mengalami ISPA. Puskesmas 7 Ulu Kota Palembang Tahun
Berdasarkan hasil uji Chi Square 2019.
didapatkan p value 0,013 <  (0,05)
menunjukkan bahwa ada hubungan yang Pembahasan
signifikan antara pengetahuan ibu dengan Hubungan antara Pengetahuan Ibu dengan
kejadian ISPA pada balita di wilayah kerja kejadian ISPA Anak Balita (1-5 tahun)
Puskesmas 7 Ulu Kota Palembang Tahun Dari hasil analisis univariat,
2019 mayoritas ibu berpengetahuan kurang baik
b. Hubungan Sikap dengan Kejadian ISPA yaitu sebanyak 17 responden (56,7%) dari
Pada Anak Balita (1-5 tahun) 30 responden. Sedangkan hasil bivariat,
Tabel 6 dari 17 ibu yang berpengetahuan kurang
Hubungan Sikap Ibu dengan kejaidan Anak Balita baik didapat sebanyak 14 balita (82,4%)
(1-5 Tahun) di Puskesmas 7 Ulu Kota Palembang yang mengalami ISPA lebih besar jika
Tahun 2019
Kejadian ISPA Pada
dibandingkan dengan ibu yang
Sikap balita Total Value berpengetahuan baik sebanyak 4 balita
Tidak ISPA ISPA (30,8%) yang mengalami ISPA.
Positif 11 68,8% 5 31,2% 16 100%
Negatif 1 7,1% 13 92,9% 14 100% 0,002 Hasil uji Chi Square didapatkan p
Jumlah 12 % 18 % 30 100% value 0,013 <  (0,05) menunjukkan
bahwa ada hubungan yang signifikan
Berdasarkan table 6 di atas, dari 16 ibu
antara pengetahuan ibu dengan kejadian
yang memiliki sikap positif, didapat 5
ISPA pada balita di wilayah kerja
balita (31,2%) yang mengalami ISPA lebih
Puskesmas 7 Ulu Kota Palembang Tahun
kecil jika dibandingkan dengan ibu yang
2019.
bersikap negatif yaitu sebanyak 13 balita
Menurut Notoatmodjo (2010),
(92,9%) yang mengalami ISPA.
bahwa pengetahuan adalah hasil „tahu‟,
Berdasarkan hasil uji Chi Square
dan ini terjadi setelah orang melakukan
didapatkan p value 0,002 <  (0,05) peindraan terhadap suatu obek tertentu.
menunjukkan bahwa ada hubungan yang Pengindraan terjadi melalui panca indra
signifikan antara sikap ibu dengan kejadian manusia, yakni : Indra penglihatan,
ISPA pada balita di wilayah kerja pendengaran, penciuman, rasa, dan raba.
Puskesmas 7 Ulu Kota Palembang Tahun Sebagian besar pengetahuan manusia
2019. diperoleh melalui mata dan telingga.
Hasil penelitian ini sejalan dengan
c. Hubungan Pendidikan dengan Kejadian
ISPA Pada Anak Balita (1-5 tahun)
penelitian yang dilakukan oleh Dodi
(2008) di Puskesmas Purwantoro I, didapat
Tabel 7 bahwa dari 53 yang berpengetahuan
Hubungan Pendidikan Ibu dengan kejaidan Anak kurang, didapat sebanyak 30 responden
Balita (1-5 Tahun) di Puskesmas 7 Ulu Kota
Palembang Tahun 2019
(56,6%) anaknya mengalami kejadian
Kejadian ISPA Pada ISPA. Hasil uji chi square menunjukkan
Pendidikan balita Total Value ada hubungan yang signifikan antara
Tidak ISPA ISPA
Tinggi 10 71,4% 4 28,6% 14 100%
pengetahuan dengan kejadian ISPA pada
Rendah 2 12,5% 14 87,5% 16 100% 0,004 balita (p = 0,013).
Jumlah 12 % 18 % 30 100% Setelah membandingkan hasil
Berdasarkan table 7 di atas, dari 14 ibu penelitian dan teori yang ada, maka
yang berpendidikan tinggi, didapat 4 balita peneliti berpendapat bahwa ada hubungan
(28,6%) yang mengalami ISPA lebih kecil yang signifikan antara pengetahuan ibu
jika dibandingkan dengan ibu yang dengan kejadian ISPA pada balita di
berpendidikan rendah yaitu sebanyak 14 wilayah kerja Puskesmas 7 Ulu Kota
balita (87,5%) yang mengalami ISPA. Palembang Tahun 2019. Ini dikarenakan
Berdasarkan hasil uji Chi Square ibu masih memiliki pengetahuan yang
kurang mengenai penyakit. Pengetahuan
didapatkan p value 0,004 <  (0,05)
ibu yang kurang dapat mempengaruhi
137 | Arly Febrianti : Pengetahuan, Sikap Dan Pendidikan Ibu Dengan Kejadian Ispa Pada Balita Di
Wilayah Kerja Puskesmas 7 Ulu Kota Palembang
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020

kejadian ISPA pada balita. Karena ibu kejadian ISPA pada balita di wilayah kerja
tidak mengetahui pencegahan atau Puskesmas 7 Ulu Kota Palembang Tahun
pengobatan pada balita yang terserang 2019. Ibu yang memiliki sikap negatif
ISPA, seperti ibu tidak mengenai tanda dan tentang penyakit ISPA berarti tidak
gejala ISPA, serta penyebab dari penyakit mendukung praktek ibu dalam
ISPA tersebut, sehingga menyebabkan penanggulangan perawatan penyakit ISPA
kejadian ISPA pada balita terus berulang pada balita, sehingga dapat menyebabkan
kejadian ISPA secara terus menerus
Hubungan antara Sikap dengan Kejadian ISPA dialami oleh balita. Tetapi jika ibu
Anak Balita (1-5 tahun) memiliki sikap yang positif dalam
Dari hasil analisis univariat, mayoritas ibu penatalaksanaan ISPA maupun
memiliki sikap positif yaitu sebanyak 16 pencegahan ISPA, maka angka kesakitan
responden (53,3%) dari 30 responden. pada balita dapat diminimalkan, karena ibu
Sedangkan hasil bivariat, dari 16 ibu yang selalu berusaha untuk menjaga lingkungan
memiliki sikap positif, didapat 5 balita tetap bersih..
(31,2%) yang mengalami ISPA lebih kecil
jika dibandingkan dengan ibu yang Hubungan Pendidikan Ibu dengan
bersikap negatif yaitu sebanyak 13 balita Kejadian ISPA Pada Anak Balita
(92,9%) yang mengalami ISPA. Dari hasil analisis univariat, mayoritas ibu
Hasil uji Chi Square didapatkan p berpendidikan rendah yaitu sebanyak 16
value 0,002 <  (0,05) menunjukkan responden (53,3%) dari 30 responden.
bahwa ada hubungan yang signifikan Sedangkan dari hasil bivariat, dari 14 ibu
antara sikap ibu dengan kejadian ISPA yang berpendidikan tinggi, didapat 4 balita
pada balita di wilayah kerja Puskesmas 7 (28,6%) yang mengalami ISPA lebih kecil
Ulu Kota Palembang Tahun 2019. jika dibandingkan dengan ibu yang
Menurut Ajzen (2005), berpendidikan rendah yaitu sebanyak 14
mengemukakan bahwa sikap terhadap balita (87,5%) yang mengalami ISPA.
perilaku ini ditentukan oleh keyakinan Hasil uji Chi Square didapatkan p value
yang diperoleh mengenai konsekuensi dari 0,004 <  (0,05) menunjukkan bahwa ada
suatu perilaku atau disebut juga behavioral hubungan yang signifikan antara
believe. Believe berkaitan dengan pendidikan ibu dengan kejadian ISPA pada
penilaian-penilaian subjektif seseorang balita di wilayah kerja Puskesmas 7 Ulu
terhadap dunia sekitarnya, pemahaman Kota Palembang Tahun 2019.
mengenai diri dan juga lingkungannya. Pendidikan adalah suatu proses
Sedangkan menurut Notoatmodjo perubahan pada diri manusia yang ada
(2007), sikap adalah juga respon tertutup hubungannya dengan tercapainya tujuan
seseorang terhadap stimulus atau objek kesehatan perseorangan dan masyarakat
tertentu, yang sudah melibatkan faktor (Esi, 2010).
pendapat dan emosi yang bersangkutan Sedangkan menurut Ahmadi (2003),
(senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, pendidikan sangat berpengaruh dalam diri
baik-tidak baik, dan sebagainya). seseorang mengambil sikap, semakin
Hasil penelitian ini sejalan dengan tinggi pendidikan semakin matang dalam
penelitian yang dilakukan oleh Dodi bertindak.
(2008) di Puskesmas Purwantoro I, didapat Hasil penelitian ini sejalan dengan
bahwa dari 79 responden yang bersikap penelitian yang dilakukan oleh Dodi
negatif didapat sebanyak 53 responden (2008) di Puskesmas Purwantoro I, bahwa
(67,1%) anaknya mengalami kejadian dari 42 responden yang termasuk
ISPA. Hasil uji chi square menunjukkan pendidikan rendah (SD, SMP) sebanyak 25
ada hubungan yang signifikan antara sikap responden (59,5%) anaknya mengalami
dengan kejadian ISPA pada balita (p = kejadian ISPA. Hasil uji chi square
0,001). menunjukkan ada hubungan yang
Setelah membandingkan antara hasil signifikan antara pendidikan dengan
penelitian dan teori yang ada, maka kejadian ISPA pada balita (p = 0,014).
peneliti berpendapat bahwa ada hubungan Setelah membandingkan antara hasil
yang signifikan antara sikap ibu dengan penelitian dan teori yang ada, peneliti

138 | Arly Febrianti : Pengetahuan, Sikap Dan Pendidikan Ibu Dengan Kejadian Ispa Pada Balita Di
Wilayah Kerja Puskesmas 7 Ulu Kota Palembang
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
berpendapat bahwa ada hubungan yang Esi, Susanti, 2010. Faktor-faktor yang
signifikan antara pendidikan ibu dengan Berhubungan dengan Resiko
kejadian ISPA pada balita di wilayah kerja Terjadinya ISPA Pada Balita di
Puskesmas 7 Ulu Kota Palembang Tahun Puskesmas 4 Ulu Palembang Tahun
2019. Pendidikan ibu yang rendah 2010..Jurnal
mempunyai peranan penting dalam Hastono, Sutanto Priyo, 2007. Analisis
kaitannya dengan kejadian ISPA pada Data Kesehatan. Jakarta. FKM.
balita, karena ibu mengalami kesulitan Universitas Indonesia.
dalam menerima informasi yang diberikan Hidayat, A.A. Alimul, 2009 Metode
mengenai penyakit ISPA yang diderita Penelitian Keperawatan dan Tehnik
oleh balita. Pendidikan yang tinggi dapat Analisa Data. Salemba. Jakarta.
mempermudah seseorang dalam menerima Irfan, 2017. Hubungan Faktor Lingkungan
sesuatu yang baru, semakin tinggi dan Prilaku Dengan Kejadian
pendidikan seseorang semakin matang ISPA.Unhalu Kendari.
dalam bertindak. Kompas, 2017. ISPA salah satu
penyebab kematian bayi. Http : //
Kesimpulan kompas.co.id. Diakses 10 Januari
Berdasarkan hasil penelitian maka 2019.
dapat disimpulkan sebagai berikut :
Ada hubungan yang signifikan Muchlis, 2008 Hubungan Pengetahuan,
antara pengetahuan ibu dengan kejadian Sikap dan Tindakan Ibu dengan
ISPA pada balita di wilayah kerja Kejadian ISPA Pada Balita Di IRNA
Puskesmas 7 Ulu Kota Palembang Tahun ANAK RSMH Palembang Tahun
2019 (p value 0,013). 2008. Jurnal
Ada hubungan yang signifikan
antara sikap ibu dengan kejadian ISPA Mulyono, 2009. Kajian Infeksi Saluran
pada balita di wilayah kerja Puskesmas 7 Pernapasan Akut (ISPA) pada Balita.
Ulu Kota Palembang Tahun 2019 (p value Universitas Sumatera Utara.
0,002).
Ada hubungan yang signifikan Nursalam, 2008 Konsep dan Penerapan
antara pendidikan ibu dengan kejadian Metodologi Penelitian Ilmu
ISPA pada balita di wilayah kerja Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis,
Puskesmas 7 Ulu Kota Palembang Tahun dan Instrumen Penelitian. Jakarta.
2019 (p value 0,004).. Salemba Medika

Referensi Sugiarto, 2014. Hubungan Antara Faktor


Adnan, 2011. Faktor resiko kejadian ISPA Pengetahuan Sikap Dan Praktik Ibu
pada Balita di Wilayah Kerja Dengan Kejadian Infeksi Saluran
Puskesmas Sampara Kabupaten Pernafasan Akut (ISPA) pada Balita
Konawe. Jurnal. Di Desa Tratebang Kecamtan
Ahmadi, 2003Psikologi Umum. Jakarta : Wonokerto Kabupaten Pekalongan.
PT. Rineka Cipta. Jurnal

Asrun, 2006 Faktor Risiko Kejadian Widoyono, 2011 Penyakit Tropis.


Pneumonia Pada Balita di Kabupaten Epidemiologi, Penularan,
Magelang. Tesis , UGM. Yogyakarta Pencegahan dan Pemberantasannya.
Edisi Kedua. Penerbit : Erlangga.
Dodi, 2008 Hubungan Antara Pendidikan, Jakarta.
Pengetahuan Dan Sikap Orang Tua
Dengan Upaya Pencegahan
Kekambuhan Ispa Pada Anak Di
Wilayah Kerja Puskesmas
Purwantoro I. Jurnal

139 | Arly Febrianti : Pengetahuan, Sikap Dan Pendidikan Ibu Dengan Kejadian Ispa Pada Balita Di
Wilayah Kerja Puskesmas 7 Ulu Kota Palembang
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
Jurnal Kesehatan Saelmakers Perdana
ISSN 2615-6571 (Online), ISSN 2615-6563 ((Print)
Tersedia online di http://ojs.ukmc.ac.id/index.php/JOH

PENGARUH TEKNIK PERNAPASAN BUTEYKO TERHADAP FUNGSI


PARU PADA PASIEN ASMA BRONCHIAL

EFFECT OF BUTEYKO BREATHING TECHNIQUE ON LUNG FUNCTION IN


BRONCHIAL ASTHMA PATIENTS

Marlin Sutrisna1, Mariza Arfianti2


12.
Prodi S1 Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Dehasen Bengkulu
Email korespondensi : marlinsutrisna@yahoo.co.id

Submisi: 30 Januari 2020 ; Penerimaan: 14 Februari 2020; Publikasi : 15 Februari 2020

ABSTRAK
Asma bronchial merupakan penyakit yang tidak dapat disembuhkan, tetapi dapat dikendalikan atau
dicegah kekambuhannya agar tidak terjadi penurunan fungsi lebih lanjut. Pengobatan asma membutuhkan
waktu lama dan dapat menyebabkan efek samping seperti penekanan pertumbuhan , peningkatan enzim hati,
sakit kepala, mual dan osteoporosis. Oleh karena itu dibutuhkan terapi teknik pernapasan buteyko sebagai
terapi adjuvant. Teknik pernapasan buteyko memiliki kelebihan mudah dilakukan, aman dan tidak memiliki
efek samping, serta tidak memerlukan biaya. Disisi lain, latihan pernapasan buteyko ini dapat memperbaiki
fungsi paru.. Penelitian quasi eksperimental ini dengan menggunakan pendekatan pretest and post test one
group design, artinya hanya dilakukan pada satu group intervensi dan tidak ada kelompok kontrol. Sampel
dalam penelitian ini berjumlah 14 pasien asma yang dipilih dari Poliklinik Paru RSUP Dr. Hasan Sadikin
Bandung dengan consecutive sampling. Latihan teknik pernapasan buteyko dilakukan 15-60 dalam satu hari,
dengan frekuensi latihan minimal dua kali dalam satu minggu selama 4 minggu. Pemeriksaan fungsi paru
dilakukan dengan menggunakan spirometri (nilai FEV 1) pada pretest minggu pertama dan post test minggu
ke empat. Data yang terkumpul dianalisis secara deskriptif dan inferensial dengan skala signifikansi p<0,05.
Uji paired t-test menunjukkan perbedaan signifikan(p=0,00) dengan nilai FEV 1 lebih tinggi setelah diberikan
teknik pernapasan buteyko (69,57%±6,836) daripada nilai FEV1 sebelum diberikan teknik pernapasan
buteyko (37,43%±6,513). Disimpulkan bahwa ada pengaruh positif teknik pernapasan buteyko terhadap
fungsi paru. Dengan demikian, penting menjadikan hasil penelitian ini sebagai bahan telaah bagi petugas
kesehatan di Rumah Sakit dalam upaya meningkatkan fungsi paru pada pasien asthma.
Kata Kunci : Asma Bronchial, Buteyko, Fungsi Paru

ABSTRACT
Bronchial asthma is an incurable disease but can be controlled or prevented from recurring. Long asthma
treatment can have side effects such as growth suppression, increased liver enzymes, headaches, nausea and
osteoporosis. Therefore it is necessary to use Buteyko breathing technique as an adjuvant therapy. Buteyko
breathing technique has the advantage of being easy to do, safe and has no side effects, and requires no cost.
On the other hand, buteyko breathing exercises can improve lung function. This study aims to determine the
effect of Buteyko breathing technique on lung function.This quasi-experimental study uses a one group design
pretest and post test approach, meaning that it is only conducted in one intervention group and there is no
control group. The sample in this study amounted to 14 asthma patients selected from the Pulmonary
Polyclinic Of Dr. Hasan Sadikin Bandung Hospital with consecutive sampling. Buteyko breathing technique
exercises are done 15-60 in one day, with a minimum frequency of exercise twice a week for 4 weeks.
Examination of pulmonary function was carried out using spirometry (FEV1 value) at the first week pretest
and the fourth week post test. The collected data were analyzed descriptively and inferentially with a
significance scale of p <0.05.Paired t-test showed a significantly higher difference (p = 0.00) in the FEV1
value after administration of the buteyko breathing technique (69.57% ± 6.836) than the FEV1 value before
the administration of the buteyko breathing technique (37.43% ± 6,513).It was concluded that there is a
positive effect of the Beyko breathing technique on lung function. Thus, it is important to make the results of
this study as a study material for health workers in hospitals in an effort to improve lung function.
Keywords: Asthma Bronchiale, Buteyko, Lung Function

140 | Marlin Sutrisna, Mariza Arfianti : Pengaruh Teknik Pernapasan Buteyko Terhadap Fungsi
Paru Pada Pasien Asma Bronchial
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
PENDAHULUAN terjadinya komplikasi lainnya pada
Asma bronchial merupakan pasien asma. Oleh karena itu
penyakit yang tidak dapat diperlukan penanganan asma
disembuhkan tetapi dapat menjadi masalah yang menarik
dikendalikan atau dicegah (Crocker, et al, 2011).
kekambuhannya (United States Asma dapat mempengaruhi
Environmental Protection Agency, baik fisik maupun psikologis pasien
2004). Diperkirakan sebanyak 334 (Li et al., 2005). Asma dapat
juta orang mengalami asma dari menyebabkan gangguan kecemasan
segala usia di seluruh dunia (Global ataupun depresi pada pasien.
Asthma Network, 2014). Prevalensi Kecemasan tersebut disebabkan oleh
asma bronchiale di seluruh dunia konsumsi kortikosteroid dan
adalah sebesar 8-10% pada orang meningkatnya jumlah hari rawat inap
dewasa dan dalam 10 tahun terakhir di rumah sakit (Kullowatz, Kanniess,
ini meningkat sebesar 50%. Setiap Dahme, Magnussen, & Ritz, 2007).
tahun mortalitas asma bronchiale Selain memberikan dampak fisik,
meningkat di seluruh dunia dari psikologis, ataupun fungsional,
0,8% per 100.000 pada tahun 2011, Asma juga dapat mempengaruhi
menjadi 1,2% per 100.000 pada kualitas hidup penderitanya bahkan
tahun 2012 dan meningkat lagi dapat meningkatkan angka
menjadi 2,1% per 100.000 pada morbiditas (To et al., 2013).
tahun 2013. Selain itu WHO juga Penurunan kualitas hidup pasien
memperkirakan 100-150 juta asma dipengaruhi oleh kecemasan
penduduk di dunia saat ini terkena dan depresi (Kullowatz et al., 2007).
penyakit asma dan diperkirakan Penyakit asma termasuk
akan terus bertambah 180.000 setiap penyakit yang berdampak besar pada
tahun (WHO, 2013). Sedangkan di aspek ekonomi, karena pasien
Indonesia, penyakit asma menempati dengan asma membutuhkan biaya
angka tertinggi untuk kategori yang cukup besar untuk biaya medis
penyakit yang tidak menular sebesar langsung seperti rawat inap dan obat-
4,5% dan penyakit ini lebih banyak obatan dan biaya medis tak langsung
dialami oleh perempuan (Riskesdas, seperti waktu bekerja yang hilang
2013). dan kematian dini (Masoli et al,
Penderita asma bronchial 2004). Peningkatan pengeluaran
dapat mengalami kekambuhan biaya pengobatan yang dikarenakan
karena disebabkan oleh beberapa oleh kontrol penyakit yang lebih
antigen seperti lingkungan rumah ketat. Asma juga menyebabkan
yang kotor, banyak debu, banyak menyebabkan kehilangan hari kerja
kecoa, dan hewan peliharaan lainnya. akibat mengalami kekambuhan asma
Keadaan stress, jenis kelamin (Dal Negro et al, 2007).
terutama perempuan yang Penatalaksanaan asma yang
mengalami menstruasi, jenis utama -untuk mencapai dan
makanan, dan riwayat mempertahankan kontrol penyakit
hipersensitivitas dapat menyebabkan asma dengan pendekatan manajemen
keadaan atau kekambuhan asma asma yang baik seperti kerjasama
bronchial. Pasien asma bronchial antara pemberi pelayanan kesehatan
harus mengontrol kesehatannya dengan pasien, mampu
secara optimal, karena asma dapat memanajemen diri, dan menetapkan
menyebabkan gangguan aktivitas tujuan dalam pengobatan (Bateman
sehari-sehari, kerusakan paru, dan et al., 2008). Penanganan asma dapat

141 | Marlin Sutrisna, Mariza Arfianti : Pengaruh Teknik Pernapasan Buteyko Terhadap Fungsi
Paru Pada Pasien Asma Bronchial
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
dilakukan dengan penatalaksanaan finansial atau pengeluaran biaya
yang lengkap, tidak hanya dengan yang cukup mahal. Penggunaan obat-
terapi farmakologi tetapi dengan obatan asma seperti bronkodilator
terapi non farmakologi untuk yang terlalu sering (ketergantungan)
mengontrol gejala asma (Wong, dapat menjadi kontraproduktif dan
2003). berkontribusi untuk meningkatan
Terapi farmakologi dengan tingkat kematian (Thomas, 2004).
obat-obatan memiliki masalah Untuk mencegah efek
mengenai biaya yang mahal samping dari pengobatan asma
dikeluarkan selama pengobatan. Ada bronkial maka diperlukan
beberapa bukti bahwa pembaharuan dalam terapi asma
terlalu sering menggunakan obat bronkial yaitu melalui pemberian
asma seperti bronkodilator terapi pendamping (terapi adjuvant).
dapat menjadi kontraproduktif dan Tujuan dari terapi adjuvant adalah
dapat berkontribusi untuk meningkatkan gaya hidup
untuk tingkat kematian meningkat yang normal, menghindari serangan
(Thomas, 2004). Selain dengan biaya asma, dan mengembalikan fungsi
yang mahal pada pengobatan asma paru yang optimal (Bruurs, Van Der
bronchial yang mengkonsumsi obat- Giessen, & Moed, 2013). Terapi non
obatan dalam jangka panjang tetapi farmakologi diberikan pada pasien
juga memiliki efek samping jika asma bronkial adalah teknik
pasien tidak melakukan pengontrolan pernapasan buteyko. Menurut
penyakit kepada tim pelayanan Cooper et al., (2003) teknik
kesehatan, tidak benar dalam pernapasan buteyko merupakan suatu
penggunaan obat, maka dapat teknik olah napas yang
mengakibatkan berbagai macam dikembangkan khusus untuk pasien
komplikasi seperti osteoporosis, asma bronkial disegala usia, baik
anemia, takikardi, aritmia, dan anak-anak maupun orang dewasa.
insomnia. Oleh karena itu, pada Kelebihan dari teknik
pasien asma bronchial yang belum pernapasan buteyko adalah dapat
mengalami komplikasi diharapkan menurunkan frekuensi serangan
untuk dapat mengontrol asma dengan asma bronkial (meningkatkan kontrol
terapi non farmakologis sehingga asma), dan mencegah tingkat
pasien tidak mengalami kekambuhan keparahan asma serta menurunkan
asma (Abram et al, 2006). penggunaan dosis kortikorsteroid
Kelemahan dari penggunaan inhalasi juga memperbaiki PEFR.
terapi farmakologi jangka panjang Selain kelebihan tersebut, teknik
tanpa kontrol ke pelayanan kesehatan pernapasan buteyko dapat
yakni memiliki efek samping yang menghilangkan atau mengurangi
merugikan pasien. Penggunaan anti- batuk, hidung tersumbat, sesak
leukotrien ataupun kortikosteroid napas, wheezing, dan memperbaiki
inhalasi beresiko memberikan efek kualitas hidup. Penggunaan latihan
samping seperti penekanan pernapasan pernapasan buteyko ini
pertumbuhan pada anak-anak, tidak memiliki efek samping apapun
peningkatan enzim hati, sakit kepala, (Hassan, Riad, & Ahmed, 2012).
mual, supresi adrenal, osteopenia, Penelitian yang dilakukan oleh Prem,
bahkan kematian (Ducharme & Sahoo, & Adhikari, (2013) bahwa
Chauhan, 2014). Selain itu dampak pada kelompok yang diberikan
dari penggunaan obatan-obatan teknik pernapasan buteyko
jangka panjang memberikan masalah menunjukan adanya peningkatan

142 | Marlin Sutrisna, Mariza Arfianti : Pengaruh Teknik Pernapasan Buteyko Terhadap Fungsi
Paru Pada Pasien Asma Bronchial
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
kualitas hidup yang diukur dengan 4 pernapasan buteyko. Selanjutnya
sub domain yaitu gejala, aktivitas, pada minggu ke IV, pasien dilakukan
emosi, lingkungan dan mampu pemeriksaan spirometri (post test)
melakukan kontrol terhadap serangan untuk mengetahui nilai FEV1. Data
asma. Hasil penelitian Cowie, yang terkumpul dianalisis secara
Conley, Underwood, & Reader, deskriptif dan inferensial dengan
(2008), terapi teknik pernapasan skala signifikansi p<0,05.
buteyko dapat meningkatkan kontrol
asma bronkial dan mengurangi HASIL PENELITIAN
penggunaan terapi kortikosteroid
inhalasi. Pada penelitian tersebut, Tabel 1. Gambaran Jenis Kelamin
tidak ada efek samping yang Pada Pasien Asma Bronchial di Poli
dilaporkan dalam kelompok yang Paru RSUP Dr. Hasan Sadikin
diberikan intervensi teknik Bandung (n=14)
pernapasan buteyko.
Berdasarkan latar belakang Jenis Frekuensi Presentasi
diatas, penting untuk dilakukan Kelamin (%)
penelitian tentang pengaruh teknik Laki-laki 4 28.6%
pernapasan buteyko terhadap fungsi
paru pada pasien asma bronkial. Perempu 10 71,4%
an
METODE PENELITIAN Jumlah 14 100
Penelitian quasi
eksperimental ini menggunakan Berdasarkan tabel diatas bahwa
pendekatan pretest and post test one sebagian besar responden berjenis
group design. Penelitian ini hanya kelamin perempuan (71,4%).
menggunakan 1 kelompok, yaitu
kelompok intervensi. Jumlah sampel Tabel 2. Gambaran Usia Pada Pasien
dalam penelitian ini berjumlah 14 Asma Bronkial di Poli Paru RSUP
pasien asma yang dipilih dari Poli Dr. Hasan Sadikin Bandung (n=14)
Paru RSUP Dr. Hasan Sadikin
Bandung dengan consecutive Usia Mean SD
sampling. Latihan teknik pernapasan
buteyko dilakukan 15-60apa 19-65 th 44 14,242
satuannya dalam satu hari, dengan
Berdasarkan tabel diatas bahwa usia
frekuensi latihan minimal dua kali
responden yang diteliti dalam
dalam satu minggu selama 4 minggu.
penelitian ini adalah 19 tahun sampai
Kemudian dilakukan pemeriksaan
65 tahun, dengan rata-rata usia
fungsi paru dengan menggunakan
adalah 44 tahun.
spirometri. Fungsi paru yang diukur
dengan nilai FEV1. Nama alat yang Tabel 3. Nilai pretest fungsi paru
digunakan adalah peak flow meter. (FEV1) Pada minggu pertama dan
Pengukuran pre test dimulai dari nilai post test diberikan teknik
screening awal pasien asma pada pernapasan buteyko pada minggu ke
minggu pertama bertemu dengan empat.
pasien. Kemudian latihan teknik
pernapasan buteyko dilakukan Fungsi Mean SD Mix-
dirumah, minimal dua kali dalam Paru Max
seminggu. Klien diberikan buku
catatan harian melakukan teknik

143 | Marlin Sutrisna, Mariza Arfianti : Pengaruh Teknik Pernapasan Buteyko Terhadap Fungsi
Paru Pada Pasien Asma Bronchial
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
FEV1 37,43 6,513 27-49 terdapat perbedaan yang signifikan
(Pre) antara nilai FEV1 sebelum dan
FEV1 69,57 6,836 55-78 sesudah diberikan teknik pernapasan
(Post) buteyko. Hal ini memberikan makna
ada pengaruh latihan teknik
Nilai rerata FEV1 sebelum pernapasan buteyko terhadap fungsi
diberikan teknik pernapasan paru yang di ukur dengan
buteyko 37,43% dan nilai rerata menggunakan spirometri.
FEV1 setelah diberikan teknik Pada pasien asma bronkial
pernapasan buteyko mengalami dapat terjadinya hipoksemia,
peningkatan menjadi 69,57%. sehingga memicu terjadinya
inflamasi dan hipersekresi mucus
Tabel 4. Perbedaan Fungsi Paru yang kental serta edema mukosa
Sebelum dan Sesudah Diberikan menyebabkan penebalan dari
Teknik Pernapasan Buteyko membran alveolus (Price, 2006).
Penebalan membrane alveolis
mempengaruhi difusi gas di alveolus
Fungsi Mean SD P terutama pada kecepatan difusi yang
Paru menuju kepiler darah. Karena
Pre 37,43 6,513 0,000 kecepatan berkurang maka
(FEV1) konsentrasi oksigen yang menuju di
Post 69,57 6,836 paru-paru mengalami penurunan
(FEV1) (Guyton, 2007). Pada pasien asma
juga terjadi penurunan tekanan
Berdasarkan perhitungan transmural yang disebabkan oleh
hasil uji paired t test diatas tampak penurunan ventilasi paru. Penurunan
nilai pretest FEV1-Post tes FEV1 tekanan transmural mengakibatkan
memiliki nilai p<0,05, artinya terjadi gradient tekanan transmural
peningkatan fungsi paru secara mengecil (Perry & Potter, 2006).
signifikan dengan perbedaan nilai Pada saat inspirasi, gradient tekanan
FEV1 setelah diberikan teknik transmural yang dibentuk semakin
pernapasan buteyko lebih tinggi kecil, maka semakin kecil juga
daripada sebelum diberikan teknik compliance paru. Untuk
pernapasan buteyko. Hal ini meningkatkan compliance paru,
memberikan makna ada pengaruh maka gradient tekanan transmural
latihan teknik pernapasan buteyko harus semakin besar untuk dapat
terhadap fungsi paru yang di ukur mengembalikan pengembangan paru
dengan menggunakan spirometri. dan fungsi yang normal (Sherwood,
2001).
Maka pada keadaan demikian
PEMBAHASAN demikian dibutuhkan
Berdasarkan perhitungan penatalaksanaan farmakologi dan
hasil uji paired t test yang disajikan nonfarmakologi. Terapi farmakologi
pada tabel 4.3 tampak rerata nilai diberikan obat-obat bronkodilator
FEV1 sebelum diberikan teknik dan kortikosteroid untuk
pernapasan buteyko 37,43±6,513 dan menyembuhkan inflamasi, dan
rerata nilai FEV1 setelah diberikan dilatasi bronkus, selain itu dapat
teknik pernapasan buteyko diberikan terapi penunjang lainnya
meningkat menjadi 69,57±6,836 (Somantri, 2009).
dengan nilai p value <0,05, artinya

144 | Marlin Sutrisna, Mariza Arfianti : Pengaruh Teknik Pernapasan Buteyko Terhadap Fungsi
Paru Pada Pasien Asma Bronchial
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
Terapi pendamping selama 4 minggu. Hal ini di dukung
farmakologi dapat diberikan yaitu oleh penelitian Thomas ( 2004)
dengan terapi olah napas yang bahwa dengan melakukan latihan
mengembalikan fungsi paru salah teknik pernapasan buteyko secara
satunya adalah teknik pernapasan rutin minimal 60 menit dalam 1 hari
buteyko, karena teknik pernapasan dan akan memberikan hasil yang
buteyko dikembangkan khusus untuk baik setelah 5 jam maka dapat
penyakit asma bronkial yang membantu mengurangi kesulitan
mengembalikan fungsi pernapasan bernapas pada penderita asma.
dengan normal, dimana teknik Setelah melakukan teknik buteyko
pernapasan buteyko ini dapat dapat menahan karbondioksida agar
menurunkan frekuensi pernapasan tidak hilang secara progresif akibat
sehingga mengembalikan konsentrasi hiperventilasi. Karena
oksigen di dalam tubuh (Bruton, karbondioksida dapat mendilatasi
2005). Teknik pernapasan buteyko pembuluh darah dan otot, maka jika
adalah metode yang dipakai di Rusia di dalam darah terjadi keseimbangan
yang ditemukan oleh Konstantin kadar karbondioksida akan
Buteyko, yang merupakan metode mengurangi terjadinya
olah napas untuk pasien asma. bronkospasme pada penderita asma.
Mekanisme motede buteyko cukup Selain itu, teknik pernapasan buteyko
sederhana dilakukan. Metode ini dapat mengatur pola napas saat
fokus memperbaiki frekuensi terjadi serangan asma bronkial
pernafasan, memperkuat penafasan sehingga frekuensi pernapasan
diafragma, sehingga karbondioksida menjadi normal. Latihan pernapasan
normal dan oksigen di dalam tubuh buteyko secara rutin dapat
menjadi normal (NZMA, 2004). menurunkan tahanan terhadap aliran
Untuk memenuhi kebutuhan udara disaluran pernapasan sehingga
oksigen di dalam tubuh, dapat menormalkan pola pernafasan
meningkatkan saturasi oksigen, dan mengurangi sesak napas (Freitas
mengatur pola pernapasan, serta et al, 2013).
menyeimbangkan kadar Teknik pernapasan buteyko
karbondioksida dalam tubuh, maka merupakan teknik yang
dapat dilakukan dengan teknik menggabungkan pernapasan melalui
pernapasan buteyko. Karena teknik hidung, diafragma, dan control
pernapasan buteyko dapat pause. Teknik bernapas melalui
menurunkan ventilasi alveolar hidung dapat menghangatkan,
terhadap hiperventilasi. Akibat dari memfiltrasi, dan melembabkan udara
bronkospasme dan kekurangan yang masuk. Pernapasan hidung
oksigen maka pasien asma dapat meningkatkan kadar oksida
melakukan usaha mengembangkan nitrat (Villareal et al, 2014).
tingkat kedalaman pernapasan jauh Pernapasan hidung lebih baik
melebihi seharusnya sehingga terjadi daripada pernapasan mulut. Alergen
hiperventilasi. Dengan latihan yang menyebabkan bronkospasme
pernapasan buteyko maka oksigenasi sehingga pasien mengalami sesak
yang baik akan menurunkan kejadian napas. Respon alami pasien dengan
hipoksia, hiperventilasi dan apnea keadaan sesak napas yaitu mencoba
saat tidur pada penderita asma (Gina, bernapas lebih dalam melalui mulut,
2005). sehingga menghirup lebih banyak
Pada penelitian ini teknik alergen dan memicu bronkospasme
pernapasan buteyko dilakukan lebih lanjut (Bruton & Lewith,

145 | Marlin Sutrisna, Mariza Arfianti : Pengaruh Teknik Pernapasan Buteyko Terhadap Fungsi
Paru Pada Pasien Asma Bronchial
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
2005). Mekanisme biokimia teknik baik, sehingga fungsi paru kembali
pernapasan buteyko adalah normal.
mengeluarkan oksida nitrat (NO). Hasil penelitian ini didukung
Respon fisiologis dari teknik oleh Solomen dan Aaron (2016),
pernapasan buteyko adalah latihan pernapasan buteyko dapat
terjadinya bronkodilasi, vasodilatasi, meningkatkan volume paru,
permeabilitas jaringan, sistem imun, pertugaran gas, mengontrol sesak
transportasi oksigen, respon insulin, napas, dan membantu membersihkan
memori dan mood. Teknik sekresi. Menurut Cooper et al (2003),
pernapasan buteyko mengaktifkan teknik pernapasan buteyko
oksida nitrat yang dihasilkan dari merupakan suatu teknik olah napas
sinus paranasal (Courtney, 2008). yang dikembangkan khusus untuk
Pada saat melakukan latihan pasien asma bronkial. Pada pasien
pernapasan buteyko, bagian toraks asma bronkial terjadi hiperventilasi
dan diafragma mengubah tekanan karena sebagai kompensasi tubuh
dalam toraks untuk menghasilkan agar tubuh tidak kehilangan kadar
gerakan udara. Pada saat inspirasi karbondioksida yang akan
(menarik napas), diafragma mendatar berdampak pada gangguan pH dan
dan tulang rusuk terangkat. berkurangnya kadar oksigen dalam
Kontraksi diafragma dan otot jaringan. Dengan diberikan teknik
interkostal eksterna menarik rusuk ke pernapasan buteyko dapat
atas dan ke depan sehingga meningkatkan jumlah oksigen dalam
memperluas diameter transversal dan tubuh, sehingga fungsi paru kembali
anteroposterior. Dengan terjadinya normal.
peningkatan volume dada dan paru, Teknik pernapasan buteyko
tekanan alveolar menurun dan udara merupakan suatu teknik kontrol
tertarik ke paru. Toraks yang napas dan latihan menahan nafas
bertambah luas membuat tekanan untuk mengobati berbagai masalah
intrapleural menjadi negatif yang kesehatan yang berhubungan
akan memperluas paru (Black & pernapasan terutama dengan masalah
Hawks, 2014). hiperventilasi dan karbon dioksida
Pergerakan toraks dan rendah (Courtney, 2007).
diafragma mengubah tekanan dalam Sebelum dilakukan
toraks untuk menghasilkan gerakan penelitian, terlebih dahulu dilakukan
udara. Gerakan udara tersebut screening untuk melihat fungsi paru
tergantung pada perbedaan tekanan dengan menggunakan spirometri.
antara atmosfer dan udara paru, Semua responden (n=14) mengalami
dengan aliran udara dari daerah penurunan nilai FEV1. Dimana nilai
tekanan tinggi ke daerah tekanan rerata FEV1 sebelum diberikan
rendah. Pada waktu inspirasi teknik pernapasan buteyko 37,43%.
(menarik napas), kubah diafragma Hasil penelitian lain yang juga
mendatar dan sangkar rusuk mendukung penelitian ini adalah
terangkat. Seiring dengan terjadinya Cibella et al (2002), yang
peningkatan volume dada dan paru, menyatakan bahwa penurunan FEV1
tekanan alveolar menurun sehingga dipengaruhi oleh lamanya pasien
udara tertarik ke paru (Black & mengalami penyakit, dan
Hawks, 2014). Maka dengan variabilitas FEV1. FEV1 adalah
demikian, pernapasan menjadi lebih volume udara yang dikeluarkan
baik menghasilkan oksigenasi yang dalam satu detik pertama ekspirasi
dan inspirasi maksimal. Setelah

146 | Marlin Sutrisna, Mariza Arfianti : Pengaruh Teknik Pernapasan Buteyko Terhadap Fungsi
Paru Pada Pasien Asma Bronchial
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
dilakukan tes spirometri pada pasien minggu ke empat, dibuktikan dengan
asma bronkial, didapatkan nilai tes data objektif hasil pemeriksaan
fungsi paru kurang baik (menurun). spirometri nilai FEV1.
Nilai FEV1 menurun pada pasien Diharapkan kepada
asma bronkial juga dipengaruhi oleh pelayanan kesehatan untuk
usia yang semakin bertambah tua, menjadikan hasil penelitian ini
baik pada pasien laki-laki maupun sebagai evidence base dalam praktik
perempuan. Pada penelitian ini, keperawatan. Diharapkan pada
rerata usia responden berjumlah 44 penelitian selanjutnya untuk
tahun. Usia responden dari 19 tahun melakukan latihan pernapasan
sampai 65 tahun. Namun kekurangan buteyko pada pasien asma dengan
dalam penelitian ini tidak mengkaji waktu yang lebih lama agar
lamanya mengalami penyakit asma. perbaikan fungsi paru kembali
Pada penelitian ini, setelah normal.
diberikan latihan teknik pernapasan
buteyko selama 4 minggu, rerata Ucapan Terimakasih
nilai FEV1 mengalami peningkatan Ucapan terimakasih kepada
dari rerata 37,43% menjadi pembimbing Ibu Dr. Emmy H
69,57%. Secara statistic mengalami Pranggono, dr.,SpPD.,KP dan Bapak
perbaikan fungsi paru. Secara Ns. Titis Kurniawan, S.Kep, MNS
objektif juga mengalami perbaikan serta Pihak Rumah Sakit Hasan
dari serangan asma. Namun nilai Sadikin Bandung yang telah
FEV1 69,57 masih kurang dari memberikan ilmunya kepada peneliti
80%. Berdasarkan penelitian yang sehingga peneliti mampu
dilakukan oleh Prasanna et al menyelesaikan penelitian ini dengan
(2015) bahwa perbaikan fungsi lancar. Selain itu ucapan kepada
paru terjadi setelah 2 bulan orang tua, beasiswa unggulan
diberikan teknik pernapasan (Kemendikbud) dan Beasiswa Tesis
buteyko. Sedangkan pada LPDP (Kementerian Keuangan) yang
penelitian ini hanya dilakukan 4 telah membuat penelitian ini berjalan
minggu, namun nilai FEV1 lancar.
mengalami peningkatan daripada
sebelum diberikan latihan Referensi
pernapasan buteyko. Lama Abrams, Anne Collins., Sandra Smith
penelitian ini adalah 4 minggu, Penington., Carol Barnett
karena berdasarkan dari telaah Lammon. 2006. Clinical Drug
jurnal pada penelitian sebelumnya Therapy: Rationales For Nursing
Practice, 8th Edition. Publisher
bahwa secara subjektif asma
Lippincott Williams & Wilkins.
mengalami penurunan serangan Bateman, E. D., Hurd, S. S., Barnes, P.
asma dan penurunan penggunaan J., Bousquet, J., Drazen, J. M.,
obat-obatan asma, sehingga perlu Fitzgeralde, M., … Zar, H. J.
dibukktikan dengan pemeriksaan (2008). Global Strategy For
objektif yaitu dengan melihat nilai Asthma Management And
spirometri (Nilai FEV1). Prevention: GINA Executive
Summary. European Respiratory
KESIMPULAN DAN SARAN Journal, 31(1), 143–178.
Kesimpulan dalam penelitian Https://Doi.Org/10.1183/09031936
ini adalah teknik pernapasan buteyko .00138707
memberikan pengaruh yang positif Black, J.M & Hawks, .H (2014).
terhadap perbaikan fungsi paru pada Keperawatan Medikal Bedah.
Manajemen Klinis Untuk Hasil

147 | Marlin Sutrisna, Mariza Arfianti : Pengaruh Teknik Pernapasan Buteyko Terhadap Fungsi
Paru Pada Pasien Asma Bronchial
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
Yang Diharapkan. Elsevier : Asthma. Respiratory Medicine,
Singapura. 102(5), 726–732.
Bruton, A., & Lewith, G. T. (2005). The Https://Doi.Org/10.1016/J.Rmed.2
Buteyko Breathing Technique For 007.12.012
Asthma: A Review. Crocker, Et Al. 2011. Effectiveness Of
Complementary Therapies In Home-Based, Multi-Trigger,
Medicine, 13(1), 41–46. Multicomponent Interventions
Https://Doi.Org/10.1016/J.Ctim.20 With An Environmental Focus
05.01.003 For Reducing Asthma Morbidity
Bruurs, M. L. J., Van Der Giessen, L. J., A Community Guide Systematic
& Moed, H. (2013). The Review. Prev Med
Effectiveness Of Physiotherapy In 2011;41(2s1):S5–S32) Published
Patients With Asthma: A By Elsevier Inc. On Behalf Of
Systematic Review Of The American Journal Of Preventive
Literature. Respiratory Medicine, Medicine.
107(4), 483–494. Dal Negro, R. W., Micheletto, C.,
Https://Doi.Org/10.1016/J.Rmed.2 Tosatto, R., Dionisi, M., Turco, P.,
012.12.017 & Donner, C. F. (2007). Costs Of
Chauhan, B. F., & Ducharme, F. M. Asthma In Italy: Results Of The
(2012). Anti-Leukotriene Agents SIRIO (Social Impact Of
Compared To Inhaled Respiratory Integrated Outcomes)
Corticosteroids In The Study. Respiratory Medicine,
Management Of Recurrent And/Or 101(12), 2511–2519.
Chronic Asthma In Adults And Https://Doi.Org/10.1016/J.Rmed.2
Children. The Cochrane Database 007.07.011
Of Systematic Reviews, 5, Ducharme, F., & Chauhan, B. (2014).
CD002314. Anti-Leukotriene Agents
Https://Doi.Org/10.1002/14651858 Compared To Inhaled
.CD002314.Pub3 Corticosteroids In The
Cibella, F., Cuttitta, G., Bellia, V., Management Of Recurrent And /
Bucchieri, S., D‟Anna, S., Or Chronic Asthma In Adults And
Guerrera, D., & Bonsignore, G. Children ( Review ). Cochrane
(2002). Lung Function Decline In Database Of Systematic Reviews,
Bronchial Asthma. Chest, 122, (4).
1944–1948. Https://Doi.Org/10.1002/14651858
Cooper, S., Oborne, J., Newton, S., .CD002314.Pub3.Anti-Leukotriene
Harrison, V., Coon, J. T., Lewis, Freitas DA, Holloway EA, Bruno SS,
S., & Tattersfield, A. (2003). T Chaves GSS, Fregonezi GAF,
1999, 674–680. Mendonça KMPP.2013.
Courtney, R. (2007). Strengths , Breathing Exercises For Adults
Weaknesses , And Possibilities Of With Asthma. Cochrane Database
The Buteyko Breathing Method. Of Systematic Review, Issue 10.
Biofeedback, 36(2), 59–63. Art. No.: CD001277. DOI:
Retrieved From 10.1002/14651858.CD001277.Pu
Http://Www.Resourcenter.Net/Ima b3 : 1-54.
ges/AAPB/Files/Biofeedback/2008 Global Asthma Network. (2014). The
/Biof_Summer_Buteyko_Breathin Global Asthma Report 2014
g.Pdf (Vol.5). Http ://Doi.Org/ISBN :
Cowie, R. L., Conley, D. P., 978-0-473-29125-9978-0-473-
Underwood, M. F., & Reader, P. 29126-6 (ELECTRONIC).
G. (2008). A Randomised Global Initiative For Asthma (GINA).
Controlled Trial Of The Buteyko (2005). Global Strategy For
Technique As An Adjunct To Asthma Management And
Conventional Management Of Prevention, Diakses Pada

148 | Marlin Sutrisna, Mariza Arfianti : Pengaruh Teknik Pernapasan Buteyko Terhadap Fungsi
Paru Pada Pasien Asma Bronchial
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
Tanggal 20 Desember 2015 Dari Patients. International Journal Of
Http://Www.Ginasthma.Com/Gui Medicine & Public Health, 5(1),
delineitem.Asp?Intid=1170. 77–81.
Guyton, 2007. Fisiologi Manusia Dan Https://Doi.Org/10.4103/2230-
Mekanisme Penyakit. Jakarta: 8598.151267
EGC. Prem, V., Sahoo, R. C., & Adhikari, P.
Hassan, Z. M., Riad, N. M., & Ahmed, (2013). Comparison Of The
F. H. (2012). Effect Of Buteyko Effects Of Buteyko And
Breathing Technique On Patients Pranayama Breathing Techniques
With Bronchial Asthma. Egyptian On Quality Of Life In Patients
Journal Of Chest Diseases And With Asthma - A Randomized
Tuberculosis, 61(4), 235–241. Controlled Trial. Clin Rehabil,
Https://Doi.Org/10.1016/J.Ejcdt.20 27(2), 133–141.
12.08.006 Https://Doi.Org/10.1177/02692155
Kullowatz, A., Kanniess, F., Dahme, B., 12450521
Magnussen, H., & Ritz, T. (2007). Price, S. A. 2006. Patofisiologi. Konsep
Association Of Depression And Klinis Proses-Proses Penyakit.
Anxiety With Health Care Use EGC : Jakarta
And Quality Of Life In Asthma Riskesdas (2013). Riset Kesehatan
Patients. Respiratory Medicine, Dasar. Badan Penelitian Dan
101(3), 638–644. Pengembangan Kesehatan
Https://Doi.Org/10.1016/J.Rmed.2 Kementerian Kesehatan RI 2013.
006.06.002 Https://Doi.Org/10.1007/S13398-
Li, J. T., Oppenheimer, J., Bernstein, I. 014-0173-7.2.
L., Nicklas, R. A., Khan, D. A., Sherwood, L. (2001). Fisiologi Manusia
Blessing-Moore, J., … Wallace, D. Dari Sel Ke Sistem. EGC : Jakarta.
V. (2005). Attaining Optimal Solomen, S., & Aaron, P. (2016).
Asthma Control: A Practice Breathing Techniques-A Review -
Parameter. Journal Of Allergy And 25 Different Types Breathing
Clinical Immunology, 116(5), 1–9. Techniques- A Review, 1(October
Masoli, M., Fabian, D., Holt, S., & 2015).
Beasley, R. (2004). The Global Somantri, I. 2009. Asuhan Keperawatan
Burden Of Asthma: Executive Pada Pasien Dengan
Summary Of The GINA Gangguan Sistem Pernapasan,
Dissemination Committee Report. Jakarta : Salemba Medika.
Allergy: European Journal Of Terhadap Arus Puncak
Allergy And Clinical Immunology, Ekspirasi Pada Pasien Dengan
59(5), 469–478. Asma Bronkial. Fakultas
Https://Doi.Org/10.1111/J.1398- Keperawatan Universitas
9995.2004.00526. Airlangga.
NZMA. 2004. Physiology, Thomas, S. (2004). Buteyko: A Useful
Pseudoscience, And Buteyko. Tool In The Management Of
NZMJ 10 September 2004, Vol 117 Asthma? International Journal Of
No 1201 Page 1 Of 3 URL: Therapy And Rehabilitation,
Http://Www.Nzma.Org.Nz/Journal/ 11(10), 476–479.
117-1201/1062/. Parameter. Mis Https://Doi.Org/10.12968/Ijtr.2004
5.0 Dtd _ Ymai5412_Proof _ 7 .11.10.17190
October 2005. Article In Press To, T., Stanojevic, S., Feldman, R.,
Perry & Potter. 2006. Fundamental Of Moineddin, R., Atenafu, E. G.,
Nursing. Jakarta : EGC. Guan, J., & Gershon, A. S. (2013).
Prasanna, K. B., Sowmiya, K. R., & Is Asthma A Vanishing Disease? A
Dhileeban, C. M. (2015). Effect Study To Forecast The Burden Of
Of Buteyko Breathing Exercise In Asthma In 2022. BMC Public
Newly Diagnosed Asthmatic Health, 13(1), 254.

149 | Marlin Sutrisna, Mariza Arfianti : Pengaruh Teknik Pernapasan Buteyko Terhadap Fungsi
Paru Pada Pasien Asma Bronchial
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
Https://Doi.Org/10.1186/1471-
2458-13-254
United States Environmental Protection
Agency. 2004. Asthma Prevalence,
Diakses Pada Tanggal 15
Desember 2015 Dari
Http://Www.Asthmacare.Us/Asthm
aprevalence.Html
Villareal, G. M. C., Villazor, B. P. U.,
Villegas, A. M., Visaya, S. N.,
Vista, M. E., Tan, C. B., & G, C.
E. (2014). Health And Medicine
Effect Of Buteyko Method On
Asthma Control And Quality Of
Life Of Filipino Adults With
Bronchial Asthma, 2(1), 44–60.
World Health Organization (WHO).
2013. Asthma.
Http://Www.Who.Imt/Topics/A
sthma/En/, Diakses 28 Februari
2018
Wong, D.N. (2003). Nursing Care Of
Infants And Children, St Louis
Missouri : Mosby.

150 | Marlin Sutrisna, Mariza Arfianti : Pengaruh Teknik Pernapasan Buteyko Terhadap Fungsi
Paru Pada Pasien Asma Bronchial
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
Jurnal Kesehatan Saelmakers Perdana
ISSN 2615-6571 (Online), ISSN 2615-6563 ((Print)
Tersedia online di http://ojs.ukmc.ac.id/index.php/JOH

PENGARUH KONSELING REALITA TERHADAP ADAPTATION DAN


RESPONSIBILITY MAHASISWA STIKes SANTA ELISABETH MEDAN

EFFECT OF COUNSELING REALITY TO ADAPTATION AND


RESPONSIBILITY STUDENTS OF STIKes SANTA ELISABETH MEDAN

Mestiana Br Karo1), Murni Sari Dewi Simanullang2), Mariska Regina3)

123
Program Studi Ners, STIKes Santa Elisabeth Medan
Email: felicbaroes@gmail.com

Submisi: 4 Februari 2020 ; Penerimaan: 15 Februari 2020; Publikasi : 15 Februari 2020

ABSTRAK

Mahasiswa tingkat pertama akan menghadapi berbagai tantangan di perguruan tinggi tempat dia belajar.
Tantangan tersebut disebabkan karena perubahan lingkungan tempat tinggal, perbedaan cara belajar, serta
penyesuaian diri dengan teman dengan latar belakang dan suku yang berbeda-beda. Jika mahasiswa tidak
mampu menerima realita ini, maka akan berdampak kepada kemampuannya beradaptasi dan bertanggung
jawab untuk menyelesaikan perkuliahannya. Konseling realita dengan menggunakan teknik WDEP dapat
membantu seseorang untuk memiliki perilaku yang efektif. Teknik WDEP mengacu kepada empat kelompok
strategi yaitu Want, Doing, Evaluation, dan Plan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh
konseling realita teknik WDEP terhadap adaptation dan responsibility mahasiswa. Dari 33 orang mahasiswa
Kebidanan tingkat 1 di STIKes Santa Elisabeth Medan, dilakukan simple random sampling dan didapatkan 10
orang responden penelitian. Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pre
eksperimental one group pre post test design. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa
kuesioner yang terdiri dari 13 pernyataan untuk adaptasi dan 13 pernyataan untuk responsibility. Konseling
realita dilakukan sebanyak empat kali pertemuan, dengan durasi 45 menit setiap pertemuan. Analisa data
dilakukan dengan uji Fisher Exact dengan hasil p value = 0,000 (p<0,05) yang menunjukkan adanya pengaruh
yang bermakna konseling realita teknik WDEP terhadap adaptation dan responsibility mahasiswa Kebidanan
tingkat 1 di STIKes Santa Elisabeth Medan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi
institusi pendidikan untuk memberikan konseling realita teknik WDEP kepada mahasiswa tingkat pertama.
Kata Kunci: konseling realita, teknik WDEP, adaptasi, responsibiliti

ABSTRACT

The first year student will face various challenges in the college where he studies. The challenge is due to
changes in the environment, different ways of learning, and adjustments to friends with different backgrounds
and ethnicities. If students are unable to accept this reality, it will have an impact on their ability to adapt
and take responsibility for completing their lectures. Reality counseling using WDEP techniques can help a
person to have effective behavior. The WDEP technique refers to four strategy groups namely Want, Doing,
Evaluation, and Plan. The purpose of this study was to analyze the effect of WDEP technique reality
counseling on student adaptation and responsibility. From 33 midwifery level 1 students at STIKes Santa
Elisabeth Medan, a simple random sampling was conducted and 10 study respondents were obtained. The
research design used in this study was pre experimental one group pre post test design. The instrument used
in this study was a questionnaire consisting of 13 statements for adaptation and 13 statements for
responsibility. Reality counseling is conducted four times, with a duration of 45 minutes for each meeting.
Data analysis was performed with the Fisher Exact test with the results of p value = 0,000 (p <0.05) which
showed a significant effect on the reality of WDEP technique counseling on adaptation and responsibility of
midwifery level 1 students at STIKes Santa Elisabeth Medan. The results of this study are expected to be input
for educational institutions to provide WDEP technical reality counseling to first-degree students.

Keywords: counseling reality, WDEP technique, adaptation, responsibility

151 | Mestiana Br Karo, Murni Sari Dewi Simanullang, Mariska Regina : Pengaruh Konseling
Realita Terhadap Adaptation Dan Responsibility Mahasiswa Stikes Santa Elisabeth Medan
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020

PENDAHULUAN responsibility inilah yang paling


Pendidikan merupakan salah satu enggan diterima oleh siswa. Mereka
faktor pendukung proses lebih suka jika guru meringkas
keberhasilan pembangunan suatu ceramah, memecahkan masalah,
Negara, dengan sistem pendidikan menyediakan slide PowerPoint, dan
yang baik dapat mendorong suatu memberikan penghargaan atas usaha
Negara menjadi Negara yang maju. (Weimer, 2017).
Pendidikan telah dilaksanakan Penelitian Vazques (2014) yang
semenjak adanya manusia, pada dilakukan di Universitas Spanyol
hakekatnya pendidikan merupakan menunjukkan bahwa tingkat
serangkaian peristiwa yang kompleks responsibility masih rendah yakni
yang melibatkan komponen antara 44%. Romi, dkk (2014) menyatakan
lain tujuan, peserta didik, pendidik, bahwa mahasiswa Tiongkok memiliki
isi atau bahan, cara atau metode, dan responsibility individual sebesar
situasi atau lingkungan (Puspita, 60,92%, dan responsibility bersama
2014). sebesar 82,70% yang lebih baik
Adaptation adalah proses dimensi daripada Israel dan Australia yang
fisiologis dan psikososial berubah masih digolongkan rendah.
dalam berespon terhadap stress. Oleh Berdasarkan survey awal melalui
karena banyaknya stressor tidak kuesioner berisi 3 pernyataan positif
dapat dihindari, promosi kesehatan untuk adaptation dan 3 pernyataan
sering difokuskan pada adaptasi positif untuk responsibility dengan
individu, keluarga, atau komunitas 29 sampel yang mengikutsertakan
terhadap stress (Mubarak, dkk, seluruh mahasiswa D3 Keperawatan
2015). Adaptation merupakan proses tingkat I, didapatkan bahwa rata- rata
yang melibatkan respon- respon responsibility mahasiswa menjawab
mental dan tingkah laku yang ya sebanyak 12,3 (42,5%) dan yang
menyebabkan individu berusaha menjawab tidak sebanyak 16,6
menanggulangi kebutuhan- (57,46%). Hasil adaptation
kebutuhan, tegangan-tegangan, didapatkan rata- rata yang menjawab
frustasi-frustasi, dan konflik-konflik ya sebanyak 12 (41,4%) dan yang
batin serta menyelaraskan tuntutan- menjawab tidak sebanyak 17
tuntutan batin ini dengan tuntutan- (58,6%). Dan dari hasil observasi,
tuntutan yang dikenakan kepadanya sebelumnya mereka berjumlah 31
oleh dunia dimana ia hidup orang namun sekarang 29 orang.
(Handono, 2015). Beberapa masalah yang
Responsibility adalah sesuatu diungkapkan dari beberapa mahasiwa
yang harus dilakukan sebagai bagian D3 kebidanan tingkat I dalam
dari pekerjaan, peran, atau kewajiban beradaptasi yaitu karena berpindah
hukum (English oxford living tempat yang dulunya bersama orang
Dictionaries). Mahasiswa harus tua sekarang harus belajar mandiri,
memiliki responsibility untuk semua perbedaan cara belajar, pergaulan
tugas yang berhubungan dengan dimana harus beradaptasi dengan
pembelajaran yang mempercepat karakter yang berbeda, harus terbiasa
pembelajaran dan mengembangkan dengan teman- teman yang berasal
keterampilan belajar. Dan dari latar belakang yang berbeda dan

152 | Mestiana Br Karo, Murni Sari Dewi Simanullang, Mariska Regina : Pengaruh Konseling
Realita Terhadap Adaptation Dan Responsibility Mahasiswa Stikes Santa Elisabeth Medan
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020

perbedaan suku yang harus mereka membangun karakter mahasiswa yang


terima. bertanggung jawab dilakukan
Kekurangmampuan dalam pendekatan pembelajaran Problem
melakukan penyesuaian diri dengan Based Learning (PBL). Dan ada
situasi dan tuntutan yang ada dapat pengaruh positif penggunaan
menimbulkan tekanan- tekanan bagi konseling kelompok realita teknik
remaja yang bersangkutan. Manusia WDEP dalam peningkatan perilaku
yang baik adalah manusia yang bertanggung jawab (Puspita, 2014).
mampu keluar dari setiap Terapi realita adalah serangkaian
permasalahan hidupnya. Manusia teknik, metode, dan instrumen yang
yang mampu menyesuaikan diri dan bertujuan membantu orang untuk
menerima dengan realitas yang ada, beralih dari perilaku yang tidak
dan memiliki identitas adalah efektif menuju perilaku yang efektif,
manusia yang dapat berkembang dari pilihan destruktif hingga pilihan
dengan baik dan sehat (Novalina, yang konstruktif dan yang lebih
2017). penting, dari gaya hidup yang tidak
Windaniati (2015) mengatasi memuaskan ke yang memuaskan.
kekurangmampuan dalam adaptation Dalam metode pengobatan ini,
dengan menggunakan teknik menghadapi kenyataan, menerima
cognitive restructuring. Bimbingan tanggung jawab (responsibility)
kelompok juga merupakan salah satu memahami kebutuhan mendasar,
upaya untuk mengatasi adaptasi yang penilaian moral tentang apakah
kurang. Selain itu self efficacy dan perilaku itu baik atau tidak,
dukungan sosial juga mampu berkonsentrasi di sini dan sekarang,
meningkatkan adaptation (Afidah, pengendalian internal dan akibatnya
2017). Konseling realita memiliki mencapai identitas kesuksesan yang
pengaruh yang besar untuk secara langsung terkait dengan harga
meningkatkan penyesuaian diri diri. dan kepercayaan diri berada di
terlihat dari nilai effect size sebesar bawah tekanan (Farnoodian, 2016).
0,840 (Novalina, 2017). Bariyyah (2018) menyarankan
Penerapan metode sosiodrama untuk melakukan penelitian lanjutan
dalam pembelajaran pendidikan serupa dengan menggunakan teknik
kewarganegaraan untuk membentuk konseling realita untuk meningkatkan
sikap responsibility (Elviana, 2017) responsibility. Satriawan (2014)
Pemberian layanan penguasaan menyarankan untuk melakukan
konten meliputi aspek konten (fakta, pelaksanaan konseling realita secara
data, konsep, proses, hukum dan continue dan terprogram untuk
aturan, nilai, dan aspek yang meningkatkan adaptation.
menyangkut persepsi, afeksi, sikap, Penelitian ini bertujuan untuk
dan tindakan) dapat meningkatkan menganalisis pengaruh konseling
tanggung jawab belajar seorang realita teknik WDEP terhadap
individu (Aisyah, 2014). adaptation dan responsibility
Pemberian pendidikan karakter mahasiswa D3 kebidanan tingkat I di
dapat meningkatkan tanggung jawab STIKes Santa Elisabeth Medan.
pelajar (Rochmah, 2016). Lidyasari
(2016) mengatakan bahwa untuk

153 | Mestiana Br Karo, Murni Sari Dewi Simanullang, Mariska Regina : Pengaruh Konseling
Realita Terhadap Adaptation Dan Responsibility Mahasiswa Stikes Santa Elisabeth Medan
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020

Metode Penelitian HASIL


Rancangan penelitian yang Hasil analisa univariat menunjukkan
digunakan peneliti adalah pre bahwa usia responden berada di usia
eksperimental one group pre post 18 tahun dan 19 tahun, mayoritas
design dengan memberikan lembar beragama Kristen Protestan (70%),
pretest kemudian memberikan dan suku Batak Toba (70%).
konseling realita teknik WDEP lalu Adaptation dan responsibility
melakukan posttest (Polit, 2012; responden sebelum diberikan
Creswell, 2009). Pada penelitian ini konseling berada pada kategori
peneliti memberikan konseling realita sedang, dan setelah diberikan
teknik WDEP sebanyak empat kali konseling realita teknik WDEP maka
pertemuan, setiap sesi pertemuan adaptation dan responsibility
diberikan waktu selama ±45 menit. responden mengalami peningkatan
Populasi dalam penelitian ini menjadi kategori baik (90%). Hasil
adalah seluruh mahasiswa tingkat 1 analisa univariat ini dapat diringkas
program studi D3 Kebidanan di dalam tabel 1 berikut ini.
STIKes Santa Elisabeth Medan yang
berjumlah 33 orang. Teknik sampling Tabel 1
menggunakan simple random Distribusi Responden Berdasarkan
sampling dan didapatkan 10 Usia, Agama, Suku, serta Adaptation
responden penelitian. Pengumpulan dan Responsibility Mahasiswa
data dibagi menjadi tiga tahap yaitu (n=10)
tahap pre test, intervensi, dan post
test. Pada tahap pre test, peneliti Karakteristik f %
memberikan lembar informed consent Usia
18 tahun 5 50
kepada calon responden sebagai 19 tahun 5 50
bentuk persetujuan menjadi Agama
responden. Setelah itu peneliti Katolik 3 30
membagikan kuesioner adaptation Protestan 7 70
sebanyak 13 pernyataan dan Suku
Toba 7 70
kuesioner responsibility sebanyak 13 Karo 1 10
pernyataan kepada responden. Pada Nias 2 20
tahap intervensi, peneliti memberikan Pre test Adaptation
intervensi konseling realita teknik Baik 0 0
WDEP sebanyak 4 kali pertemuan, Sedang 10 100
Buruk 0 0
dengan masing-masing pertemuan Pre test Responsibility
selama 45 menit. Pada tahap post test, Baik 0 0
peneliti kembali memberikan Sedang 10 100
kuesioner adaptation dan Buruk 0 0
responsibility yang sama kepada Post test Adaptation
Baik 9 90
responden setelah dua minggu. Sedang 1 10
Analisa data dilakukan dengan Buruk 0 0
menggunakan uji Fisher Exact. Post test Responsibility
Baik 9 90
Sedang 1 10
Buruk 0 0

154 | Mestiana Br Karo, Murni Sari Dewi Simanullang, Mariska Regina : Pengaruh Konseling
Realita Terhadap Adaptation Dan Responsibility Mahasiswa Stikes Santa Elisabeth Medan
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020

Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa konseling realita teknik WDEP


memiliki pengaruh yang bermakna terhadap adaptation dan responsibility (p
value = 0,000). Hasil analisa univariat ini dapat diringkas dalam tabel 2 berikut in

Tabel 2
Pengaruh Konseling Realita Teknik WDEP terhadap Adaptation dan
Responsibility Mahasiswa (n=10)
p
Baik Sedang Buruk Total
value
f % f % f % f %
Adaptation
Pre test 0 0 10 100 0 0 10 100 0,000
Post test 9 90 1 10 0 0 10 100
Responsibility
Pre test 0 0 10 100 0 0 10 100 0,000
Post test 9 90 1 10 0 0 10 100

PEMBAHASAN Hal ini dipengaruhi oleh waktu


Dari tabel 1 diketahui bahwa penelitian dilakukan dibawah 3 bulan
sebelum diberikan intervensi setelah memasuki perguruan tinggi
konseling realita teknik WDEP, yang memiliki asrama. Clincui,
100% responden memiliki (2013) menyatakan bahwa tahun
adaptation kategori sedang. Peneliti pertama tampaknya menjadi yang
berpendapat hal ini memang tidak paling penting untuk adatation
mudah bagi mahasiswa untuk perguruan tinggi karena banyaknya
menyesuaikan diri dengan tempat kemungkinan kesulitan adaptation
kuliah yang memiliki asrama. yang dapat dihasilkannya.
Dibutuhkan waktu untuk peralihan Demikian juga dengan
dari lingkungan keluarga ke responsibility, sebelum diberikan
lingkungan perkuliahan yang intervensi konseling realita teknik
berasrama akan menimbulkan WDEP, 100% responden memiliki
perubahan yang signifikan bagi responsibility kategori sedang.
mahasiswa yang masih masuk dalam Mahasiswa terbiasa hidup dengan
tahap remaja. Namun responden kontrol orangtua, namun di
sudah berusaha sehingga setelah 6 perguruan tinggi yang rmayoritas
bulan masuk dalam perkuliahan dan mahasiswa merupakan anak
tinggal di asrama mahasiswa masuk perantauan dituntut untuk mandiri
dalam kategori sedang. dan mengerjakan apa yang harus
Data di atas sejalan dengan dikerjakan terlebih dahulu sesuai
penelitian Novalina (2017) yang dengan kontrol pribadinya yang
mendapatkan keseluruhan responden artinya bertanggungjawab
didapatkan tingkat adaptation (responsibility) atas dirinya sendiri.
mahasiswa dalam kategori rendah. Biasanya mahasiswa yang

155 | Mestiana Br Karo, Murni Sari Dewi Simanullang, Mariska Regina : Pengaruh Konseling
Realita Terhadap Adaptation Dan Responsibility Mahasiswa Stikes Santa Elisabeth Medan
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020

adaptationnya rendah memiliki memiliki kemampuan beradaptasi


kecenderungan untuk melakukan yang berbeda- beda merupakan
aktivitas yang lebih menyenangkan transisi antara bergantungnya
daripada belajar yang membuat individu dengan orangtua namun
responsibility sebagai mahasiswa sekarang dituntut untuk mandiri dan
terbengkalai. memiliki responsibility yang baik
Pernyataan diatas didukung oleh terhadap dirinya sendiri.
penelitian Hutapea (2014) yang Dari tabel 1 juga diketahui
menyatakan bahwa setiap individu bahwa setelah diberikan konseling
realita teknik WDEP sebanyak 4x45 proses belajar mereka sampai
menit, mayoritas responden memiliki keinginan mereka tercapai. Karena
adaptation yang baik (90%). Peneliti apabila kita tidak konsisten terhadap
berasumsi bahwa adaptation responsibility nya proses belajar
meningkat karena mahasiswa tidak akan berjalan dengan baik.
memiliki keinginan untuk berubah, Hasil penelitian diatas didukung
mengendalikan diri, dan dukungan oleh penelitian Afidah (2017)
dari orangtua ataupun teman dalam menyatakan bahwa kemampuan
usahanya untuk mencapai tujuannya adaptation cenderung terkait dengan
secara bertanggungjawab dan bisa keyakinan diri sendiri dan dukungan
membuka diri terhadap sesama dan sosial mahasiswa untuk mengerjakan
lingkungan yang baru. tugas-tugas (responsibility) yang
Shamionov (2014) menyatakan berorientasi pada hasil yang
bahwa yang mempengaruhi diharapkan. Dari hasil analisis,
adaptation mahasiswa adalah kondisi diperoleh hasil dengan uji fisher’s
lingkungan baru di pendidikan exact test diperoleh p value= 0,000
universitas, sistem hubungan ke (p<0,05). Hasil tersebut
masyarakat universitas, jaminan menunjukkan bahwa ada pengaruh
sosial, hubungan dengan teman yang bermakna pada pemberian
sebaya, profesor, dan administrasi, konseling realita teknik WDEP
organisasi kegiatan pendidikan. terhadap adaptation mahasiswa D3
Demikian juga dengan kebidanan tingkat I STIKes Santa
responsibility, setelah diberikan Elisabeth Medan Tahun 2019.
intervensi konseling realita teknik Peneliti berpendapat hal ini
WDEP sebanyak 4x45 menit, dapat terjadi karena konseling realita
mayoritas responden memiliki teknik WDEP membantu responden
responsibility yang baik (90%). untuk mengingat kembali tujuan
Peneliti berasumsi pada dasarnya mereka lewat proses konseling
setiap orang ingin mencapai tersebut. Responden diajak untuk
kesuksesan dalam hal studi dan karir mampu berfikir dan bertindak secara
pekerjaan kedepannya sehingga sadar sehingga mampu memilih
mereka harus menyadari perilaku keputusannya sendiri untuk dapat
yang baik harus dilakukan selama berkembang dengan lebih mantap,
masa pendidikan untuk mencapai mampu mengatur diri sendiri yang
harapan mereka sendiri. Sehingga tentunya tidak bergantung kepada
dalam pencapaian tujuan mereka orang lain dan dapat menyesuaikan
harus bertanggung jawab dalam

156 | Mestiana Br Karo, Murni Sari Dewi Simanullang, Mariska Regina : Pengaruh Konseling
Realita Terhadap Adaptation Dan Responsibility Mahasiswa Stikes Santa Elisabeth Medan
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020

diri (adaptation) dengan dalam hubungan pencapaian


lingkungannya. kebutuhan dasar secara realistis dan
Corey (2013) menyatakan bahwa bertanggung jawab (responsibility).
konseling realita teknik WDEP ini
membawa individu termotivasi untuk Kesimpulan Dan Saran
berubah ketika perilaku mereka saat Hasil penelitian menunjukkan bahwa
ini tidak mendapatkan apa yang konseling realita teknik WDEP
mereka inginkan dan membawa agar memiliki pengaruh yang bermakna
mereka percaya bahwa mereka dapat terhadap adaptation dan
memilih perilaku lain yang akan responsibility mahasiswa. Hasil
membuat mereka lebih dekat dengan penelitian ini diharapkan dapat
apa yang mereka inginkan. menjadi masukan atau saran bagi
Berdasarkan hasil analisis institusi pendidikan untuk
bivariat yang telah dilakukan, memberikan konseling realita teknik
diperoleh hasil dengan uji fisher’s WDEP kepada mahasiswa tingkat
exact test dengan p value= 0,000 (p< pertama.
0,05). Hasil tersebut menunjukkan
bahwa ada pengaruh yang bermakna Ucapan Terima Kasih
pada post konseling realita teknik Penelitian ini dapat terselesaikan atas
WDEP terhadap responsibility dukungan yang didapatkan dari
mahasiswa D3 kebidanan tingkat I banyak pihak.Peneliti menyampaikan
STIKes Santa Elisabeth Medan terima kasih kepada STIKes Santa
Tahun 2019. Elisabeth Medan dan kepada
Tingkat responsibility responden mahasiswa Kebidanan tingkat 1 atas
dalam penelitian ini meningkat kesediaan dan keikutsertaannya
karena peneliti berasumsi dalam penelitian ini.
sebelumnya responden sudah mulai
membuka diri dan mencoba lebih Referensi
untuk beradaptasi, lewat konseling Duriyani, P. P. (2014). Penerapan
realita teknik WDEP yang diberikan Konseling Kelompok Realita
Teknik WDEP Untuk
kepada responden lebih mengingat
Meningkatkan Perilaku
kembali responsibility responden Bertanggung Jawab Dalam
dalam mewujudkan tujuan mereka. Mematuhi Tata Tertib Sekolah
Hal ini didukung oleh penelitian Pada Siswa Kelas VIII-A SMP
Puspita (2014) menyatakan bahwa Negeri 1 Wonoayu-Sidoarjo. Jurnal
kesadaran diri mempengaruhi BK UNESA, 4(3)
responsibility yang dijalankan
individu dalam proses akademik. Weimer, M. (2017). Getting students to
Konsistensi dalam menjalankan take responsibility for learning.
responsibility sebagai mahasiswa (online)https://www.facultyfocus.co
akan mencapai keberhasilan dalam m/articles/teaching-professor-
/getting-students-take-responsibility-
proses belajar. Dalam konseling
learning/, diakses 27 November
realita yang bisa individu kendalikan 2018
untuk mencapai kebutuhan dasar
adalah dirinya sendiri. Ini berarti Mubarak, W. I., Nurul, C., & Joko, S.
bahwa individu sangat menentukan (2015). Standar Asuhan

157 | Mestiana Br Karo, Murni Sari Dewi Simanullang, Mariska Regina : Pengaruh Konseling
Realita Terhadap Adaptation Dan Responsibility Mahasiswa Stikes Santa Elisabeth Medan
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020

Keperawatan dan Prosedur Tetap Elviana, P. S. O., & Murdiono, M.


dalam Praktik Keperawatan. (2017). Pengaruh metode
Jakarta: Salemba Medika sosiodrama terhadap hasil belajar
dan sikap tangung jawab dalam
Handono, O. T., & Bashori, K. (2013). pembelajaran PKn. Jurnal Civics,
Hubungan antara Penyesuaian Diri Media Kajian Kewarganegaraan,
dan Dukungan Sosial terhadap 14(1)
Stres Lingkungan pada Santri Baru.
Empathy, Jurnal Fakultas Aisyah, A., Nusantoro, E., & Kurniawan,
Psikologi, 1(2) K. (2014). Meningkatkan tanggung
jawab belajar melalui layanan
Vazquez, J. L., L Aza, C., & Lanero, A. penguasaan konten. Indonesian
(2015). Students‟ experiences of Journal of Guidance and
university social responsibility and Counseling: Theory and
perceptions of satisfaction and Application, 3(3)
quality of service. Ekonomski
vjesnik: Review of Contemporary Rochmah, E. Y. (2016).
Entrepreneurship, Business, and Mengembangkan Karakter
Economic Issues, 28(S), 25-39 Tanggung Jawab Pada Pembelajar
(Perspektif Psikologi Barat Dan
Romi, S., Lewis, R., & Katz, Y. J. Psikologi Islam). AL-MURABBI:
(2014). Student responsibility and Jurnal Studi Kependidikan dan
classroom discipline in Australia, Keislaman, 3(1), 36-54
China, and Israel. Compare: A
Journal of Comparative and Lydiasari, A. T. (2016). Membangun
International Education, 39(4), karakter mahasiswa yang
439-453 bertanggungjawab melalui Problem
Based Learning (PBL). Prosiding
Novalina, S. D. (2017). Efektivitas Seminar Nasional
Konseling Realitas untuk
Meningkatkan Penyesuaian Diri. Farnoodian, P. (2016). The effectiveness
Analitika, Jurnal Magister of group reality therapy on mental
Psikologi UMA, 7(2), 99-104 health and self-esteem of students.
International Journal Of Medical
Windaniati, W. (2015). Meningkatkan Research & Health Sciences, 5(9),
Kemampuan Penyesuaian Diri 18-24
Siswa Melalui Teknik Cognitive
Restructuring Pada Kelas X TKR 1 Bariyyah, K., Hastini, R. P., & Sari, E.
SMK Negeri 7 Semarang Tahun K. W. (2018). Konseling Realita
2012/2013. Jurnal Penelitian untuk Meningkatkan Tanggung
Pendidikan, 32(1) Jawab Belajar Siswa. Konselor,
7(1)
Afidah, M. (2017). Pengaruh self
efficacy dan dukungan sosial Polit. D. F., & Beck, C. T. (2012).
terhadap penyesuaian diri siswa baru Nursing research: Generating and
SMA NU 1 Model di Pondok assessing evidence for nursing
Pesantren Tanwirul Qulub practice 7 ed. China: the poin
Sungelebak Karanggeneng
Lamongan {tesis} Creswell, J. (2009). Research design
Qualitative, Quantitative and mixed

158 | Mestiana Br Karo, Murni Sari Dewi Simanullang, Mariska Regina : Pengaruh Konseling
Realita Terhadap Adaptation Dan Responsibility Mahasiswa Stikes Santa Elisabeth Medan
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020

methods Approaches third edition.


American: Sage

Clinciu, A. I. (2013). Adaptation and


stress for the first year university
students. Procedia-Social and
Behavioral Sciences, 78, 718-722

Hutapea, B. (2014). Stres kehidupan,


religiusitas, dan penyesuaian diri
warga Indonesia sebagai mahasiswa
internasional. Makara Hubs-Asia,
18(1), 25-40

Shamionov, R. M., Grigoryeva, M. V., &


Grogoryev, A. V. (2014). Influence
of beliefs and motivation on social-
psychological adaptation among
university students. Procedia-Social
and Behavioral Sciences 112, 323-
332

Corey, Gerald. (2013). Theory And


Practice Of Counseling And
Psychotherapy Ninth Edition.
Canada: Nelson Education

Anwar, S. S. (2014). Tanggung Jawab


Pendidikan Dalam Perspektif
Psikologi Agama. Psympathic:
Jurnal Ilmiah Psikologi, 1(1), 11-
21

Ghufron, M. N., & Risnawita, R. S.


(2016). Teori- Teori Psikologi.
Jogjakarta: Ar- Ruzz Media

Grove, S. (2014). Understanding


nursing research building an
evidence based practice 6th Edition.
China: Elsevier

Gunarsa, S. D. (2012). Konseling dan


Psikoterapi. Jakarta: BPK Gunung
Mulia

159 | Mestiana Br Karo, Murni Sari Dewi Simanullang, Mariska Regina : Pengaruh Konseling
Realita Terhadap Adaptation Dan Responsibility Mahasiswa Stikes Santa Elisabeth Medan
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
Jurnal Kesehatan Saelmakers Perdana
ISSN 2615-6571 (Online), ISSN 2615-6563 ((Print)
Tersedia online di http://ojs.ukmc.ac.id/index.php/JOH

PENGARUH KIPAS STIMULASI PERKEMBANGAN ANAK PADA IBU


DENGAN POLA ASUH TERHADAP PERKEMBANGAN BALITA DI
KOTA BOGOR

THE EFFECT OF CHILDREN'S DEVELOPMENT STIMULATION FAN


IN MOTHER WITH PARENTING PATTERN
DEVELOPMENT OF TODDLERS IN THE CITY OF BOGOR

1
Dedes Fitria, 2Yohana Wulan Rosaria
12
Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Bandung, Program Studi Kebidanan Bogor
Email : dedesfitria@yahoo.com

Submisi: 1 Februari 2020 ; Penerimaan:14 Februari 2020; Publikasi : 15 Februari 2020

ABSTRAK

Latar Belakang : Pola asuh ibu merupakan faktor yang sangat erat kaitannya dengan pertumbuhan dan
perkembangan anak berusia di bawah lima tahun..Pendidikan kesehatan yang disampaikan dapat
menggunakan beragam media diantaranya dengan kipas stimulasi perkembangan anak yang mempunyai
bentuk yang sederhana dan paduan warna menarik, dapat ditempel sehingga dapat dibaca oleh banyak orang.
Penelitian membuktikan bahwa melalui media bantu berupa kipas stimulasi perkembangan anak berpengaruh
dalam meningkatkan ketrampilan ibu menstimulasi perkembangan anak. (Fuadah Ashri, 2017) Dari hasil
studi pendahuluan, di 2 PAUD wilayah Bogor Barat terdapat 10% balita dengan perkembangan meragukan,
dan 5% balita dengan penyimpangan perkembangan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
kipas stimulasi perkembangan anak pada ibu dengan pola asuh terhadap perkembangan balita dikota bogor.
Desain penelitian ini menggunakan survei dengan desain pre and post test design without control group yang
mana variabel independen dan dependen diukur secara bersamaan. Dalam penelitian ini teknik pengambilan
sampel yang digunakan adalah simple random sampling. Variabel diukur dengan kuesioner . Analisis data
menggunakan uji chi square.. Hasil: penelitian menunjukkan ada hubungan antara penggunaan kipas stimulasi
perkembangan pada ibu dengan pola asuh authotarian, permisif dan authoritative terhadap pemantauan
pertumbuhan dan perkembangan anak dengan nilai pvalue >000,5. Penggunaan kipas stimulasi sebaiknya
diterapkan disekolah PAUD/TK yang dilakukan oleh Guru dengan pemberian penyuluhan sebelumnya.

Kata Kunci: kipas, pola asuh , balita

ABSTRACT
Mother's parenting is a factor that is very closely related to the growth and development of children under
five years of age. Health education delivered can use a variety of media including with a child development
stimulation fan that has a simple shape and attractive color combination, can be attached so that it can be
read by many people. Research shows that through aids in the form of a fan stimulation of child development
influences in improving the skills of mothers to stimulate child development. (Ashri et al. 2017) From the
results of a preliminary study, in 2 PAUD in West Bogor, there were 10% of children under five with doubtful
development, and 5% of children under five with developmental deviations. This study aims to determine the
effect of fan stimulation of child development in mothers with parenting to the development of toddlers in the
city of Bogor. The design of this study used a survey with a pre and post test design without control group
design in which the independent and dependent variables were measured simultaneously. In this study the
sampling technique used was simple random sampling. . Variables are measured by questionnaire. Data
analysis using chi square test. The results showed there was a relationship between the use of fan
developmental stimulation in the mother with authotarian, permissive and authoritative parenting to monitor
the growth and development of children with a pvalue> 000.5. Suggestions. The use of stimulation fans
should be applied in PAUD / TK schools which are done by the teacher by giving counseling beforehand.
Keywords: fan, parenting, toddler

160 | Dedes Fitria, Yohana Wulan Rosaria : Pengaruh Kipas Stimulasi Perkembangan Anak Pada
Ibu Dengan Pola Asuh Terhadap Perkembangan Balita Di Kota Bogor
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020

perkembangan anak berpengaruh dalam


PENDAHULUAN meningkatkan ketrampilan ibu
Pola asuh ibu merupakan menstimulasi perkembangan
faktor yang sangat erat kaitannya anak.(Ambarwati et al., 2014). Kipas
dengan pertumbuhan dan stimulasi perkembangan anak mempunyai
perkembangan anak berusia di bentuk yang sederhana dan paduan warna
bawah lima tahun. Ada 3 pola menarik, dapat ditempel sehingga dapat
asuh diantaranya pola asuh dibaca oleh banyak orang.
authotarian cenderung melakukan Melalui media kipas stimulasi
pemaksaan kepada anak, pola perkembangan diharapkan pesan yang
asuh permisif membuat anak disampaikan menjadi mudah diingat dan
diperbolehkan untuk berbuat apa dipahami, sehingga dapat diterapkan
saja sedangkan pola asuh dalam menstimulasi perkembangan balita.
authoritative memperhatikan Dari hasil studi pendahuluan, di 2 Taman
kebutuhan anak dengan Kanak-Kanak (TK) wilayah Bogor Barat
mempertimbangkan faktor terdapat 10% balita dengan
kepentingan dan kebutuhan atau perkembangan meragukan, dan 5% balita
lebih tepatnya demokratis dengan penyimpangan perkembangan
.Pengasuh mempunyai peran Berdasarkan latar belakang di
penting dalam perkembangan atas, maka penulis ingin mengetahui
awal. Pengasuh yang tidak Pengaruh kipas stimulasi perkembangan
sensitif terhadap perubahan- anak pada ibu dengan pola asuh terhadap
perubahan perkembangan akan perkembangan balita dikota Bogor .
menghambat perkembangan anak
Metode Penelitian
. Untuk itu perlu ditingkatkan
Penelitian ini merupakan penelitian
pengetahuan orang tua yang
kuasi eksperimen, dengan menggunakan
dilakukan dengan pendidikan
pendekatan pre and post test design
kesehatan.(Syam, 2013)
without control group yaitu suatu
Pendidikan kesehatan
pengukuran variabel yang dilakukan
yang disampaikan dapat
sebelum dan sesudah dilakukan
menggunakan beragam media.
intervensi (Sugiyono, 2010). Dalam
Media yang digunakan harus
rancangan ini intervensi yang diberikan
tepat dan disesuaikan dengan
berupa edukasi dan pengukuran
kondisi sasaran, karena
perkembangan dengan kipas stimulasi
penggunaan media dapat
perkembangan. umlah sampel sebanyak
mempengaruhi daya serap dan
40 orang. Teknik pengambilan sampel
retensi materi yang disampaikan.
dengan menggunakan simple random
Media yang tepat dapat
sampling yaitu mengambil setiap sampel
meningkatkan retensi (daya serap
secara acak dengan menggunakan
dan daya ingat) seseorang
gulungan kertas dan menarik kertas
terhadap pesan kesehatan.Salah
tersebut sebanyak jumlah yang sudah
satu media yang sudah
ditetapkan dengan kriteria inklusi dan
dipergunakan adalah kipas
eksklusi (Dahlan, 2011). Kriteria inklusi:
stimulasi perkembangan anak
Ibu yang memiliki balita bersekolah TK
(Notoadmojo, 2012).
di wilayah gang Kelor. Kriteria eksklusi:
Penelitian membuktikan
Ibu yang memiliki balita sakit yang
bahwa melalui media bantu
dapat mengganggu kegiatan (asma,sakit
berupa kipas stimulasi
161 | Dedes Fitria, Yohana Wulan Rosaria : Pengaruh Kipas Stimulasi Perkembangan Anak Pada
Ibu Dengan Pola Asuh Terhadap Perkembangan Balita Di Kota Bogor
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020

jantung ,dll). Analisis data stimulasi perkembangan pada ibu


dilakukan secara univariat untuk dengan pola asuh authorian, pemisif dan
melihat karakteristik responden authoritative terhadap perkembangan
dan uji chi square untuk melihat balita.
hubungan atau korelasi.kipas

Hasil Dan Pembahasan


Pengambilan data penelitian dilakukan pada bulan Agustus 2019 di TK Al Ithisam
dan TK Al-Hidayah Kota Bogor. Dengan jumlah kedua kelompok intervensi
masing-masing 40 orang murid TK.
1. Analisis Univariat
a. Distribusi Karakteristik Respnden
Tabel 1 Karakteristik Responden
Variabel Kategori Frekuensi Persentase
Jenis Kelamin Pria 21 52.5
Perempuan 19 47.5
40 100
Umur anak Batita 8 20
Balita 32 80
40 100
Perubahan BB Bb turun 11 27.5
BB naik 29 72.5
40 100
Perubahan TB TB Tetap 7 17.5
TB Bertambah 33 82.5
40 100
Perkembangan Lambat 23 57.5
Normal 17 42.5
40 100
Pola Asuh Authorism 24 60
Permissif 4 10
Authorian 12 30
40 100
Pendidikan ayah Pendidikan Dasar 6 15
Pendidikan Lanjut 34 85
40 100
Pendidikan Ibu Pendidikan Dasar 21 52.5
Pendidikan Lanjut 19 47,5
40 100
Pekerjaan Ayah Tidak bekerja 2 5
Bekerja 38 95
40 100
Pekerjaan Ibu Tidak Bekerja 23 42.5
Bekerja 17 42.5
40 100

Dari Tabel 1 dapat diketahui, laki, balita (80%), mengalami


bahwa pada karakteristik jenis kenaikan berat badan ( 57,5%),
kelamin sebagian besar (52,5%) laki- memiliki pola asuh authorism (60%),
162 | Dedes Fitria, Yohana Wulan Rosaria : Pengaruh Kipas Stimulasi Perkembangan Anak Pada
Ibu Dengan Pola Asuh Terhadap Perkembangan Balita Di Kota Bogor
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020

pendidikan orang tua,ayah adalah (60%). Ayah responden bekerja


lulus pendidikan lanjut (85%) dan (95%) dan sebagian besar ibu
pendidikan ibu pendidikan dasar reponden tidak bekerja (57,7%).

b. Hubungan karakteristik responden terhadap perkembangan balita


Tabel 2 Hubungan Karakteristik terhadap Perkembangan Balita
Variabel La No T ŕ ρ
mbat rmal otal
Jenis Kelamin Pria 9 12 2 0 0
1 .000 .808
Perempuan 10 9 1
9
19 21 4
0
Umur anak Batita 2 6 8 0 0
.105 .282
Balita 17 15 3
2
19 21 4
0
Pola Asuh Authorism 16 4 2 0 .000 0
.824
0
Permissif 1 3 4
Authorian 2 14 1
6
19 21 4
0
Pendidikan Pendidikan Dasar 3 3 6 0 0
ayah .000 .129
Pendidikan Lanjut 16 18 3
4
19 21 4
0
Pendidikan Ibu Pendidikan Dasar 11 5 1 0 0
6 .000 .000
Pendidikan Lanjut 8 16 2
4
19 21 4
0
Pekerjaan Ayah Tidak bekerja 1 1 2 0 0
.000 .074
Bekerja 18 20 3
8
19 21 4
0
Pekerjaan Ibu Tidak Bekerja 8 9 1 0 .000 0
.000
7
Bekerja 11 12 2
3
19 21 4
0
Pendapatan (-) pendapatan 1 1 2 0 0
Ayah .000 .074
Memiliki pendapatan 18 20 3
8
19 21 4
0
Pendapatan ibu (-) pendapatan 9 1 0 0
7
6 .000 .258
Memiliki pendapatan 12 12 2
4
19 21 4
0
*Koefisien Lamda
Pada karakteristik jenis kelamin, tidak memiliki hubungan yang bermakna
umur anak, Pendidikan ayah,pekerjaan dengan hasil nilai p <0.005
ayah, pendapatan ayah, pendapatan ibu Sedangkan pola asuh responden
163 | Dedes Fitria, Yohana Wulan Rosaria : Pengaruh Kipas Stimulasi Perkembangan Anak Pada
Ibu Dengan Pola Asuh Terhadap Perkembangan Balita Di Kota Bogor
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020

memiliki hubungan yang bermakna dan p= 0,000. Pada karakteristik


antara dua variable yang diuji dengan pekerjaan ibu responden memiliki
nilai r=0,824 dan p= 0,000. Karakteristik hubungan yang bermakna antara dua
Pendidikan ibu responden memiliki variable yang diuji dengan nilai r=0,000
hubungan yang bermakna antara dua dan p=0,000.
variable yang diuji dengan nilai r=0,000

Analisis Bivariat
a. Pengaruh Kipas Stimulasi Perkembangan Pada Ibu dengan Pola
Asuh dengan perkembangan balita

Tabel 3 Hubungan kipas stimulasi perkembangan terhadap perkembangan


balita
Kipas stiulasi dengan pola Perkembangan Perkembangan Total
asuh terhadap perkembangan lambat Normal
Kipas stimulasi Authorism 22 (91,7%) 2 (83%) 24 (100%)
Kipas stimulasi Permisif 1 (25%) 3 (75%) 4 (100%)
Kipas stimulasi Authotarian 0 12 (100%) 12 (100 %)
Total 23 (57,5%) 17 (42,5%) 40 (100%)

Dari Tabel 3 diketahui pada dimana 1 orang (25%) mengalami


kipas stimulasi pada kelompok perkembangan lambat dan kelompok
authorism 22 orang (91,7 %) kipas stimulasi authotarian tidak ada
mengalami perkembangan lambat, ang mengalami perkembangan
diikuti pada kelompok permisif lambat.
Hasil uji Chi Square dapat dilihat pada Tabel 4 berikut ini:
Tabel 4 Analisis Pengaruh kipas stimulasi perkembangan pada ibu dengan
pola asuh terhadap Perkembangan balita
Kipas stiulasi dengan Perke Perke Ch
pola asuh mbangan mbangan otal i Square
o terhadap lamba Norm
perkembangan t al
Kipas stimulasi Authorism 22 2
4
Kipas stimulasi Permisif 1 3 0,000

Kipas stimulasi Authotarian 0 12


2
Total 23 17
0
*Uji Chi Square berjenis kelamin laki-laki, pada
Dari Tabel 4 diketahui hasil uji Chi karakteristik umur anak, sebagian besar
Square memiliki nilai p< 0.005, sehingga adalah anak balita (80%), pada
terdapat pengaruh kipas stimulasi karakteristik perubahan berat badan,
perkembangan pada ibu dengan pola responden sebagian besar mengalami
asuh terhadap perkembangan balita. kenaikan berat badan ( 57,5%).
Karakteristik responden berdasarkan pola
PEMBAHASAN asuh, sebagian besar responden memiliki
Karakteristik Responden pola asuh authorism (60%), pada
Dari Tabel 1 dapat diketahui, bahwa karakteritik pendidikan orang tua,
pada karakteristik jenis kelamin pendidikan ayah responden sebagian
sebagian besar responden (52,5%) adalah besar adalah lulus pendidikan lanjut
164 | Dedes Fitria, Yohana Wulan Rosaria : Pengaruh Kipas Stimulasi Perkembangan Anak Pada
Ibu Dengan Pola Asuh Terhadap Perkembangan Balita Di Kota Bogor
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020

(85%) dan pendidikan ibu responden 3) Pendidikan Makin tinggi


sebagian besar lulus Pendidikan dasar pendidikan maka ia akan mudah
(60%). Pada karakteristik pekerjaan menerima hal-hal baru dan mudah
orangtua responden, sebagian besar ayah menyesuaikan dengan hal baru tersebut.
responden bekerja (95%) dan sebagian 4) Pengalaman Berkaitan
besar ibu reponden tidak bekerja (57,7%) dengan umur dan pendidikan individu,
Dari tabel 2 Ketrampilan bahwa pendidikan yang tinggi maka
stimulasi perkembangan dengan pengalaman akan luas, sedangkan
menggunakan kipas stimulasi semakin tua umur seseorang maka
perkembangan tidak berhubungan pengalaman akan makin
dengan umur responden, karena rentang banyak.(Notoadmojo, 2012)
umur responden masih sama, yaitu masih Hasil penelitian menunjukan ibu
dalam tahap dewasa. Dari Tabel 2 yang memberikan stimulasi dini secara
Pendidikan dan pekerjaan ayah juga optimal dapat mempengaruhi
tidak memiliki hubungan dengan perkembangan kemampuan motorik anak
ketrampilan responden melakukan secara signifikan.(Kholifah et al., 2014)
stimulasi perkembangan anak dengan Untuk itu diperlukan upaya kesehatan
menggunakan kipas stimulasi. Tetapi dalam untuk meningkatkan keterampilan
lain halnya dengan pendidikandan ibu-ibu yang mempunyai bayi dan balita
pekerjaan ibu , hal ini dimungkinkan agar dapat memberikan stimulasi sesuai
terjadi karena kurangnya sumber dengan tahapan usia balita. Salah satu
infomasi lain mengenai cara upaya tersebut adalah dengan
menstimulasi perkembangan anak memberikan pendidikan kesehatan
dikarenakan ibu yang berpendidikan tentang pentingnya stimulasi bagi
rendah yang tidak terpapar dengan era perkembangan anak. Sehingga dapat
digital. Hal ini terjadi karena menurut tercapai perkembangan balita yang
Notoatmodjo yang mempengaruhi optimal(Nahar et al., 2012).
pengetahuan adalah pendidikan. Menurut Tjandrani, tingkat
Sementara pendidikan ibu sebagian besar Pendidikan akan mempengaruhi
adalah Pendidikan dasar dan pekerjaan pengetahuan ibu tentang pemberian
ibu sebagian besar adalah tidak bekerja stimulasi yang kemudian akan
atau ibu rumah tangga pada umumnya . mempengaruhi perilaku ibu alam
Terdapat beberapa faktor-faktor pemberian stimulasi pada anak, cara
yang mempengaruhi pengetahuan, yaitu: mendidik dan cara mengasuh anak serta
1) Sosial ekonomi bagaimana memecahkan masalah.
Lingkungan sosial akan mendukung Pendapatan ayah dan pendapatan
tingginya pengetahuan seseorang, dan ibu juga tidak memiliki pengaruh dan
ekonomi dikaitkan dengan pendidikan, hubungan terhadap ketrampilan
dimana ekonomi baik tingkat pendidikan menstimulasi perkembangan dengan
akan tinggi sehingga tingkat pengetahuan menggunakan kipas stimulasi
akan tinggi juga. perkembangan balita. Orang tua
2) Kultur (budaya, agama) khususnya ibu adalah tempat untuk
Budaya sangat berpengaruh terhadap memperoleh kasih saying, perhatian dan
tingkat pengetahuan seseorang, karena perawatan selayaknya dapat menerapkan
informasi baru akan disaring kira-kira pola asuh yang tepat, terampil sebagai
sesuai tidak dengan budaya yang ada dan pengaruh dan pendidik. Keberhasilan
agama yang dianut. Pendidikan seorang anak biasanya
dihubungkan dengan perkembangan
165 | Dedes Fitria, Yohana Wulan Rosaria : Pengaruh Kipas Stimulasi Perkembangan Anak Pada
Ibu Dengan Pola Asuh Terhadap Perkembangan Balita Di Kota Bogor
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020

pribadi orangtuanya khususnya ibu dan memberikan kebebasan kepada anak


baik tidaknya hubungan komunikasi dan untuk berbuat apa saja. Hal ini
role model (contoh konkrit) dalam mengakibatkan anak-anak menjadi
keluarga (Kairupan, Tara., 2009a). leluasa, tidak terkontrol dan cendrung
2. Pengaruh kipas moody terhadap sesuatu. Dari 40
stimulasi perkembangan anak responden, sebanyak 4 orang responden
terhadap ibu dengan pola asuh memiliki pola asuh permisif lalu dinilai
terhadap perkembangan Balita dengan kipas stimulasi perkembangan,
Dari Tabel 3 diketahui pada sebanyak 1 orang (25%) responden
kelompok kipas stimulasi authorian, 22 mengalami perkembangan lambat dan 2
orang (91,7 %) mengalami orang tidak mengalami perkembangan
perkembangan lambat, diikuti pada lambat. Pola asuh ini dapat menyebabkan
kelompok permisif dimana 1 orang anak agresif, tidak patuh pada orangtua,
(25%) mengalami perkembangan lambat sok kuasa, kurang mampu mengontrol
dan kelompok kipas stimulasi diri.
authotarian tidak ada yang mengalami Pola Asuh Authotarian dimana
perkembangan lambat. orangtua sangat memerhatikan kebutuhan
Pola asuh authotarian anak dan mencukupinya dengan
menggunakan pendekatan yang pertimbangan faktor kepentingan dan
memaksakan kehendak orang tua kepada kebutuhan. Pola asuh ini dapat
anak. Anak harus menurut kepada orang mengakibatkan anak aman diri,
tua. Keinginan orang tua harus dituruti, mempunyai kontrol diri, mempunyai
anak tidak boleh mengeluarkan kepercayaan diri yang kuat, dapat
pendapat. Pola asuh ini dapat berinteraksi dengan teman sebayanya
mengakibatkan anak menjadi penakut, dengan baik, mampu menghadapi stres,
pencemas, menarik diri dari pengaulan, mempunyai minat terhadap hal-hal yang
kurang adaptif, kurang tajam, kurang baru, kooperatif dengan orang dewasa,
tujuan, curiga kepada orang lain dan penurut, patuh dan berorientasi pada
mudah stress. Hal ini sejalan dengan prestasi. Dari 40 responden, sebanyak 12
hasil penelitian bahwa diperoleh yaitu orang responden memiliki pola asuh
dari 40 responden, 24 orang responden. Authotarian lalu dinilai dengan kipas
memiliki pola asuh authotarian dinilai stimulasi perkembangan, seluruh
dengan kipas perkembangan, sebanyak, responden sejumlah 12 orang (100%)
22 orang (91,7%) mengalami tidak mengalami perkembangan lambat.
perkembangan yang lambat, dan 2 orang Hal ini menunjukkan bahwa responnden
(8,3%) tidak mengalaminya. yang memiliki pola asuh authotarian
Tugas perkembangan anak usia sangan baik dalam perkembangannnya ,
balita adalah melakukan interaksi dengan dia mampu melakukan tugas
teman sebayanya, kemampuan motori perkembangnannya dengan baik dan
kasar berupa melempar dan motorik benar.
halus 1. Analisis Pengaruh Kipas
Pola asuh permisif dimana stimulasi perkembangan anak
orangtua serba memperbolehkan anak terhadap ibu dengan pola asuh
berbuat apa saja. Orangtua memiliki terhadap perkembangan Balita
kehangatan dan menerima apa adanya. Dari Tabel 4 diketahui terdapat
Kehangatan cenderung memanjakan, pengaruh yang kuat antara kipas stimulasi
ingin dituruti keinginannya sedangkan perkembangan pada ibu dengan pola asuh
menerima apa adanya senderung terhadap perkembangan balita dengan
166 | Dedes Fitria, Yohana Wulan Rosaria : Pengaruh Kipas Stimulasi Perkembangan Anak Pada
Ibu Dengan Pola Asuh Terhadap Perkembangan Balita Di Kota Bogor
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020

nilai p = 0,000 (p<0.05). menyatakan bahwa orang hanya mampu


Menurut Wood (1926, dalam mengingat 30%. Fliyer yang akan
Suliha, dkk, 2002) bahwa pendidikan digunakan berisi mengenai cara
kesehatan sebagai sekumpulan menstimulasi perkembangan balita
pengalaman yang mendukung kebiasaan, dengan mengadaptasi stimulasi
sikap, pengetahuan yang berhubungan perkembangan yang ada dalam buku KIA.
dengan kesehatan individu, masyarakat Pada penelitian ini telahdibuat
dan ras. Setiawati dan Dermawan (2008) media flyer dengan bentuk yang menarik
mengemukakan bahwa pendidikan perhatian yaitu lingkaran, tidak
kesehatan merupakan serangkaian upaya membosankan untuk dibaca (dapat
yang ditujukan untuk mempengaruhi diputar), disertai gambar agar lebih
orang lain, mulai dari individu, mudah dipahami, dan terbuat dari kertas
kelompok, keluarga dan masyarakat agar yang tebal kedap air. Dengan demikian,
terlaksananya perilaku hidup sehat. diharapkan responden tertarik untuk
Tujuan pendidikan kesehatan membaca dan mempraktikannya.
adalah membantu individu, keluarga dan Adapun bentuk flyer Kipas
masyarakat mencapai status kesehatan Stimulasi Perkembangan berbahan kertas
yang optimal dengan keinginan dan pvc tebal, yang terdiri dari 2 lingkaran
inisiatif mereka sendiri (Ambarwati et dengan ukuran yang berbeda. Lingkaran
al., 2014). Perubahan perilaku kesehatan atas berdiameter sekitar 20 cm berisi
setelah dilakukan pendidikan kesehatan keterangan usia dan capaian
dapat membantu mencegah terjadinya perkembangan yang harus dicapai.
penyakit dan ketidakmampuan atau Sedangkan lingkaran bagian bawah
cacat. Tujuan utama dari pendidikan berdiameter lebih besar sekitar 30 cm
kesehatan adalah untuk merubah perilaku berisi keterangan tentang cara
kesehatan dan untuk meningkatkan menstimulasi balita.
status kesehatan. Dengan demikian kipas stimulasi
Metode pendidikan individual perkembangan pada ibu dengan pola asuh
pada pendidikan kesehatan digunakan oauthorian, permisif dan authoritative
untuk membina perilaku individu yang memiliki pengaruh terhadap
mulai tertarik pada perubahan perilaku perkembangan anak balita, terutama pada
sebagai proses inovasi. Metode perkembangan balita dengan ibu yang
pendidikan idividual yang bisa memiliki pola asuh authorian akan
digunakan adalah bimbingan dan mengalami perkembangan yang lambat,
penyuluhan, konsultasi pribadi, serta selanjutnya pola asuh permisif juga akan
wawancara(Septiari, 2012). mengalami perkembangan yang
Flyer adalah selembaran kertas lambat.(Syam, 2013) Berdasarkan hasil
yang berisi tulisan dengan kalimat- analisis, hanya pola asuh authoritative
kalimat yang singkat, padat, mudah yang sangat baik terhadap perkembangan
dimengerti dan gambar-gambar yang balita setelah diukur dengan kipas
sederhana. digunakan untuk memberikan stimulasi perkembangan. Maka pola asuh
keterangan singkat tentan suatu masalah. aouthoritative sangat baik diterapkan
(Kairupan, Tara., 2009) Kelebihan flyer untuk membantu perkembangan anak
adalah menarik indera dan menarik yang optimal, karena pola asuh ini
minat karena merupakan menggugah memberikan kebebasan yang demokratis
indera penglihatan. Lembaga riset dan dan terkontrol tanpa disertai kekerasan ,
penerbitan komputer, yaitu Computer dipenuhi dengan kasih saying tanpa
Technology Research (CTR), pembiaran, disini anak akan merasa
167 | Dedes Fitria, Yohana Wulan Rosaria : Pengaruh Kipas Stimulasi Perkembangan Anak Pada
Ibu Dengan Pola Asuh Terhadap Perkembangan Balita Di Kota Bogor
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020

terlindung, mendapat kasih sayang , Agar menggunakan kipas stimulasi


diperhatikan dan mampu mandiri perkembangan sebagai media dalam
sehingga dapat melakukan seluruh tugas membantu perkembangan balita disekolah
perkembangan diusianya(John W. sebagai deteksi dini dalam mengetahui
Santrock, 2011). keterlambatan perkembangan murid-
Orang tua berusaha tetap murid disekolahnya, bagi tenaga
responsif terhadap anak dan mau kesehatan
mendengarkan setiap pertanyaan si buah Kipas stimulasi perkembangan
hati. Harapan besar pada anak sebanding balita dapat digunakan sebagai media
dengan kehangatan dan dukungan yang menarik dan sederhana lainnya dalam
diberikan. Alih-alih menghukum, orang memberikan deteksi perkembangan anak
tua akan memaafkan dan tetap dan dalam memberikan Pendidikan
memberikan dukungan saat anak kesehatan pada ibu yang memiliki balita
mengalami kegagalan. Demokratis
menjadi pola asuh yang tegas tanpa Ucapan Terima Kasih
harus membatasi anak Baumrind Terima kasih kami ucapkan kepada
mencatat, kebanyakan orang tua dengan semua pihak yang telah memberikan
pola asuh ini berharap agar anak dapat dukungan dalam penyusunan laporan
bersikap tegas di kemudian hari, penelitian ini. Besar harapan kami
memiliki tanggung jawab sosial, dan kegiatan penelitian ini dapat dilaksanakan
mandiri. Kombinasi antara harapan dan dan dapat berkelanjutan demi
dukungan ini membantu anak terwujudnya peningkatan derajat
mengembangkan keterampilan seperti kesehatan anak Indonesia
kemandirian. Gaya pengasuhan ini, Referensi
dapat mencetak pribadi yang bahagia Ambarwati, A., Umaroh, A. K.,
serta gigih mencapai sukses di masa Kurniawati, F., Kuswandari, T. D., &
depan.(Kania N., 2010) Bagian ini Darojah, S. (2014). Media Leaflet,
menyajikan hasil penelitian. Hasil Video dan Pengetahuan Siswa SD
penelitian dapat dilengkapi dengan tabel, Tentang Bahaya Merokok (Studi
grafik (gambar), dan/atau bagan. Pada Siswa Sdn 78 Sabrang Lor
Mojosongo Surakarta). Jurnal
Kesimpulan Dan Saran Kesehatan Masyarakat, 10(1), 7–13.
Terdapat pengaruh kipas stimulasi Dahlan, M. . (2011). Statistik untuk
perkembangan anak pada ibu dengan Kedokteran dan Kesehatan, Seri
pola asuh authotarian terhadap Evidence Based Medicine (1st ed.).
perkembangan balita dikota Bogor Salemba Medika.
dengan nilai p value= 0,000 , Terdapat Fuadah Ashri. (2017). Efektivitas flyer
pengaruh kipas stimulasi perkembangan stimulasi terhadap ketrampilan ibu
anak pada ibu dengan pola asuh permisif dalam menstimulasi perkembangan
terhadap perkembangan balita dikota balita. Journal Unnes, 10(1), 7–13.
Bogor dengan nilai p value= 0,000, John W. Santrock. (2011). Masa
Terdapat pengaruh kipas stimulasi perkembangan anak. Kota Salemba
perkembangan anak pada ibu dengan Humanika.
pola asuh authoritative Kairupan, Tara., dkk. (2009a). Media
terhadapperkembangan balita dikota promosi kesehatan. Salemba Medika.
Bogor dengan nilai p value= 0,000
Saran
168 | Dedes Fitria, Yohana Wulan Rosaria : Pengaruh Kipas Stimulasi Perkembangan Anak Pada
Ibu Dengan Pola Asuh Terhadap Perkembangan Balita Di Kota Bogor
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020

Kairupan, Tara., dkk. (2009b). Metode


dan Media Promosi Kesehatan. 1–
11.
Kania N. (2010). Upaya peningkatan
kualitas tumbuh kembang anak.
Pustaka Unpad, 1(1), 2–7.
http://pustaka.unpad.ac.id/wpconte
nt/uploads/2010/02/upaya_peningk
atan_tumbuh_kembang_anak.pdf

Kholifah, S., Fadillah, N., As‟ari,


H., & Hidayat, T. (2014).
Perkembangan Motorik Kasar Bayi
Melalui Stimulasi Ibu di Kelurahan
Kemayoran Surabaya. Jurnal
Sumber Daya Manusia Kesehatan,
1(1), 106–122.
Nahar, B., Hossain, M. I., Hamadani, J.
D., Ahmed, T., Grantham-
Mcgregor, S., & Persson, L. A.
(2012). Effects of psychosocial
stimulation on improving home
environment and child-rearing
practices: Results from a
community-based trial among
severely malnourished children in
Bangladesh. BMC Public Health,
12(1).https://doi.org/10.1186/1471-
2458-12-622
Notoadmojo. (2012). Pendidikan dan
perilaku Kesehatan. Rineka Cipta.
Septiari, B. B. (2012). Mencetak
balita cerdas dan pola asuh orang
tua (N. Medika (ed.)). Nuha
Medika.
Sugiyono. (2010). Statistika Untuk
Penelitian. Alfabeta.
Syam, S. (2013). Hubungan Pola
Asuh Orang Terhadap Kejadian
Temper Tantrum Anak Usia
Toddler Di Paud Dewi Kunti
Surabaya. Jurnal Promkes, 1(2),
164169.http://journal.unair.ac.id/do
wnload-fullpapers
jupromkes7483a304abfull.pdf

169 | Dedes Fitria, Yohana Wulan Rosaria : Pengaruh Kipas Stimulasi Perkembangan Anak Pada
Ibu Dengan Pola Asuh Terhadap Perkembangan Balita Di Kota Bogor
JKSP Volume 3 Nomor 1, 18 Februari 2020
Jurnal Kesehatan Saelmakers Perdana
ISSN 2615-6571 (Online), ISSN 2615-6563 (Print)
Tersedia online di http://ojs.ukmc.ac.id/index.php/JOH

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DAN MOTIVASI IBU TERHADAP


KUNJUNGAN POSYANDU DI PUSKESMAS BENGKULU

RELATIONSHIP OF MOTHER KNOWLEDGE AND MOTHER MOTIVATION OF


POSYANDU VISIT IN BENGKULU HEALTH CENTER

SelviaNovita Sari 1, Charles Ananda 2,


12
Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Bengkulu
Email : selvianovitasari0@gmail.com

Submisi: 31 Januari; Penerimaan: 15 Februari 2020; Publikasi : 18 Februari 2020

ABSTRAK
Posyandu didirikan agar dapat memberikan pelayanan kesehatan khususnya dalam upaya
pencegahan penyakit, pelayanan keluarga berencana, dan dapat membantu menurunkan angka
kematian ibu dan angka kematian bayi.Puskesmas Muara Maras merupakan salah satu puskesmas
yang berada di Kabupaten Seluma. Berdasarkan survey awal pada 7 orang ibu balita yang
diwawancarai secara acak tentang peran dan fungsi Posyandu, didapatkan 5 orang yang tidak
mengetahui program kerja dan informasi program kegiatan posyandu dalam pelayanan kesehatan
dan jenis pelayanan kesehatan yang dapat diberikan oleh posyandu Tujuan dari penelitian ini untuk
mengetahui hubungan pengetahuan ibu dan motivasi ibu terhadap kunjungan posyandu di Wilayah
Kerja Puskesmas Muara Maras Kecamatan Semidang Alas Maras Kabupaten Seluma Provinsi
Bengkulu Penelitian ini dilakukan di posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Muara Maras
Kecamatan Semidang Alas Maras Kabupaten Seluma Provinsi Bengkulu. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh ibu balita yang berkunjung ke posyandu yang berjumlah102 orang
dengan teknik pengambilan sampel proporsional random sampling berjumlah 50 orang responden.
Teknik pengumpulan menggunakan kuesioner dan check list untuk variabel independen dan
menggunakan registrasi kunjungan untuk variabel dependen. Hasil menunjukan terdapat 66%
responden dengan pengetahuan rendah dan diperoleh p value = 0,004 < 0,05 yang artinya
menunjukkan bahwa ada hubungan pengetahuan ibu terhadap kunjungan posyandu sedangkan
54% responden dengan motivasi rendah serta 60% responden serta tingkat kunjungan rendah
dengan p value = 0,01 < 0,05 yang menunjukkan bahwa ada hubungan motivasi ibu terhadap
kunjungan posyandu.
Kata kunci : Pengetahuan, Motivasi dan Tingkat Kunjungan

ABSTRACT
IHC was established in order to provide health services, especially in disease prevention, family
planning services, and can help reduce maternal mortality and infant mortality. Muara Marashealt
center is one of the health centers located in Seluma. Based on the initial survey in 7 mothers were
interviewed at random on the role and functions of Posyandu, found 5 people who do not know the
program of work and program information Posyandu activities in the health service and the type of
health care that can be provided by posyandu The purpose of this study was to determine the
relationship of mother's mother's knowledge and motivation to visit Posyandu in Muara Maras
health centerDistrict of Semidang Alas Maras Seluma Bengkulu. The results show there are 66%
of respondents with low knowledge and obtained p value = 0.004 <0.05 which means that there is
a relationship between mother's knowledge and posyandu visits while 54% of respondents with
low motivation and 60% of respondents and low visit rate with p value = 0 , 01 <0.05 which shows
that there is a relationship between maternal motivation and posyandu visits
Keywords: Awareness, Motivation and Traffic

170 | SelviaNovita Sari , Charles Ananda : Hubungan Pengetahuan Ibu Dan Motivasi Ibu Terhadap
Kunjungan Posyandu Di Wilayah Kerja Puskesmas Muara Maras Kecamatan Semidang
Alas Maras Kabupaten Seluma Provinsi Bengkulu
JKSP Volume 3 Nomor 1, 18 Februari 2020
PENDAHULUAN Berdasarkan data register yang ada di
Posyandu merupakan salah satu Puskesmas Muara Maras yang
tempat untuk pelayanan bagi didapatkan dari 5 posyandu binaan
masyarakat untuk mengetahui dan dari bulan Desember sampai dengan
memeriksa kesehatan terutama ibu bulan Mei terdapat 256 ibu yang
hamil dan balita. Keaktifan seorang mempunyai KMS. Namun hanya 102
ibu pada setiap kegiatan posyandu yang rutin melakukan kunjungan
akan berdampak pada kasus gizi atau datang ke posyandu di wilayah
seorang anak, (wahyuni sherly, kerja Puskesmas Muara Maras
2019) pengetahuan merupakan Kabupaten Seluma. Berdasarkan
keaktifan karena pengetahuan survey awal yang dilakukan peneliti
tentang posyandu agar berpengaruh pada 7 orang ibu balita yang
dalam kegiatan-kegiatan yang diwawancarai secara acak tentang
menunjang setiap penyelenggaraan peran dan fungsi Posyandu,
posyandu sehingga dapat terlaksana didapatkan 5 orang yang tidak
dengan baik (Olvin, 2019).. Faktor mengetahui program kerja dan
pengetahuan masyarakat yang baik informasi program kegiatan
mempunyai pengaruh yang besar posyandu dalam pelayanan kesehatan
terhadap peningkatan status dan jenis pelayanan kesehatan yang
kesehatan seseorang, sedangkan dapat diberikan oleh posyandu.
pengetahuan masyarakat yang buruk
dapat menyebabkan kegagalan dalam Metode penelitian
peningkatan status kesehatannya Rancangan penelitian yang
(Notoatmodjo, 2010). Motivasi digunakan dalam penelitian ini
seseorang sebaiknya didasari dengan adalah metode Deskriptif Analitik
ilmu pengetahuan, dimana dengan pendekatan Cross
pengetahuan yang kurang akan Sectional,yang dilakukan untuk
berpengaruh terhadap motivasi mengetahui adanya hubungan
seseorang. Apabila penerimaan atau variable independent dan variable
dorongan berasal dari dalam diri dependentdiukur sekaligus dalam
seseorang maka motivasi akan waktu yang bersamaan (Notoatmodjo
bersifat langgeng. Sebaliknya 2010). Adapun variable
motivasi yang tidak didasari oleh independentnya pengetahuan dan
pengetahuan kesadaran maka tidak motivasi ibu serta variable
akan berlangsung lama dependentnya kunjungan ibu ke
(Notoatmodjo, 2010). Puskesmas posyandu. Populasi adalah
Muara Maras dalah salah satu keseluruhan dari objek yang diteliti
Puskesmas yang terletak di (Arikunto, 2010). Populasi dalam
Kabupaten Seluma yang memiliki 5 penelitian ini adalah ibu balita yang
posyandu binaan yaitu Posyandu memiliki KMS dan yang berkunjung
Padang Bakung, Posyandu Muara ke posyandu berjumlah 102 orang di
Maras, Posyandu Serian Bandung, wilayah kerja Puskesmas Muara
Posyandu Talang Alai dan Posyandu Maras Kabupaten Seluma Provinsi
Rimbo Besar. Dari Profil Dinas Bengkulu. Sampel adalah sebagian
Kesehatan Kabupaten Seluma, dari objek yang dianggap mewakili
Puskesmas Muara Maras merupakan seluruh populasi. Pengambilan
Puskesmas yang terbanyak sampel dilakukan dengan
mempunyai posyandu binaan. menggunakan tekhnik Proporsional
171 | SelviaNovita Sari , Charles Ananda : Hubungan Pengetahuan Ibu Dan Motivasi Ibu Terhadap
Kunjungan Posyandu Di Wilayah Kerja Puskesmas Muara Maras Kecamatan Semidang
Alas Maras Kabupaten Seluma Provinsi Bengkulu
Random Sampling yaitu teknik diambil secara random yang
pengambilan sampel di mana disesuaikan dengan proporsi populasi
populasi dikelompokan dalam ( Notoadmodjo, 2010).
kelompok tertentu, kemudian

HASIL PENELITIAN
Tabel 1 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Tentang Kunjungan Posyandu

Ppengetahuan Ibu Frekuensi Persentase (%)

Rendah 33

Tinggi
17 34
1
50

Berdasarkan tabel 1 di atas dari 50 kunjungan posyandu dan 17 (34%)


responden menunjukkan bahwa 33 responden dengan pengetahuan
(66%) responden dengan tinggi terhadap kunjungan posyandu.
pengetahuan rendah terhadap

Tabel 2 Distribusi Frekuensi Motivasi Ibu Tentang Kunjungan Posyandu

Motivasi Ibu Frekuensi Persentase (%)

Rendah 27 54
Tinggi 23 46
Total 50 100

Berdasarkan tabel 2 diatas dari 50 dan 23 (46%) responden dengan


responden menunjukkan bahwa 27 motivasi tinggi terhadap kunjungan
(54%) responden dengan motivasi posyandu.
rendah terhadap kunjungan posyandu

Tabel 3 Distribusi Frekuensi Tingkat Kunjungan Ibu Balita

No Kunjungan Ibu Frekuensi Persentase (%)


1 Tinggi 20 40
2 Rendah 30 60
Total 50 100

172 | SelviaNovita Sari , Charles Ananda : Hubungan Pengetahuan Ibu Dan Motivasi Ibu
Terhadap Kunjungan Posyandu Di Wilayah Kerja Puskesmas Muara Maras Kecamatan
Semidang Alas Maras Kabupaten Seluma Provinsi Bengkulu
Berdasarkan tabel 3 diatas dari 50 kunjungannya tinggi dan 30 (60%)
responden menunjukkan bahwa 20 responden dengan tingkat kunjungan
(40%) responden dengan tingkat rendah.

Tabel 4 Hubungan Pengetahuan Ibu Terhadap Kunjungan Posyandu

Kunjungan Ibu Posyandu


Jumlah
Pengetahuan p
Tinggi Rendah
F % f % f %
Rendah 8 16 25 50 33 66
Tinggi 12 24 5 10 17 34 0,004
Jumlah 20 40 30 60 50 100

Berdasarkan tabel di atas dapat posyandu rendah. Berdasarkan dari


dilihat dari 33 (66%) responden uji analisis Chi-Square yang
dengan pengetahuan rendah terdapat menggunakan table 2x2 sehingga
8 (16%) responden dengan untuk nilai p value dapat dilihat di
kunjungan posyandu tinggi dan 25 Continuity correction diperoleh p
(50 %) responden dengan kunjungan value = 0,004 < 0,05 yang
posyandu rendah. Sedangkan 17 menunjukkan bahwa ada hubungan
(34%) responden dengan pengetahuan ibu terhadap kunjungan
pengetahuan tinggi terdapat 12 posyandu di Wilayah Kerja
(24%) responden dengan kunjungan Puskesmas Muara Maras Kecamatan
posyandu tinggi dan 5 (10%) Semidang Alas Maras Kabupaten
responden dengan kunjungan Seluma Provinsi Bengkulu

Tabel 5 : Hubungan Motivasi Ibu Terhadap Kunjungan Posyandu

Kunjungan Ibu Posyandu Jumlah


Motivasi Ibu P
Tinggi Rendah
F % f % F %
Rendah 6 12 21 42 27 54
Tinggi 14 28 9 18 23 46 0,01
Jumlah 20 40 30 60 50 100

Berdasarkan tabel di atas dapat posyandu tinggi 9 (18%) responden


dilihat dari 27 (54%) responden dengan kunjungan posyandu rendah
dengan motivasi rendah terdapat 6 Berdasarkan dari uji analisis Chi-
(12%) responden dengan kunjungan Square yang menggunakan table 2x2
posyandu tinggi 21 (42 %) responden sehingga untuk nilai p value dapat
dengan kunjungan posyandu rendah. dilihat di Continuity correction
Sedangkan 23 (46%) responden diperoleh p value = 0,01 < 0,05 yang
dengan motivasi tinggi terdapat 14 menunjukkan bahwa ada hubungan
(28%) responden dengan kunjungan motivasi ibu terhadap kunjungan
173 | SelviaNovita Sari , Charles Ananda : Hubungan Pengetahuan Ibu Dan Motivasi Ibu
Terhadap Kunjungan Posyandu Di Wilayah Kerja Puskesmas Muara Maras Kecamatan
Semidang Alas Maras Kabupaten Seluma Provinsi Bengkulu
posyandu di Wilayah Kerja Semidang Alas Maras Kabupaten
Puskesmas Muara Maras Kecamatan Seluma Provinsi Bengkulu .

Pembahasan yang lain diikuti dengan motivasi


Berdasarkan hasil penelitian responden yang rendah sehingga
sebagian besar 33 (66%) responden kunjungan ke posyandu pun ikut
dengan pengetahuan rendah. Hal ini rendah. Berdasarkan tabel 4 dapat
dikarenakan responden kurang dilihat dari dari 33 (66%) responden
mendapatkan informasi tentang dengan pengetahuan rendah terdapat
posyandu, baik pada saat kunjungan 8 (16%) responden dengan
posyandu maupun dari media-media kunjungan posyandu tinggi dan 25
lain seperti televisi, radio ataupun (50 %) responden dengan kunjungan
media sosial yang lainnya. Adapun posyandu rendah. Sedangkan 17
faktor-faktor lain yang menyebabkan (34%) responden dengan
rendahnya pengetahuan responden pengetahuan tinggi terdapat 12
yaitu faktor lingkungan, pengalaman, (24%) responden dengan kunjungan
pekerjaan dan tingkat pendidikan posyandu tinggi dan 5 (10%)
responden yang sebagian besar responden dengan kunjungan
hanya tamatan SLTP dan SMA serta posyandu rendah.
mayoritas pekerjaannya adalah Dari 33 (66%) responden
bertani. Berdasarkan hasil penelitian dengan pengetahuan rendah terdapat
sebagian besar 27 (54%) responden 8 (16%) responden dengan
dengan motivasi rendah.Hal ini kunjungan posyandu tinggi. Hal ini
dikarenakan kurangnya kesadaran disebabkan karena responden
atau dorongan yang timbul dari menyadari manfaat, fungsi serta
dalam diri responden sehingga peran posyandu. Responden
responden kurang memanfaatkan mendapatkan informasi mengenai
pelayanan kesehatan yang ada di posyandu dari saudaranya yang
posyandu. Berdasarkan penelitian bekerja sebagai kader posyandu dan
bahwa sebagian besar 30 (60%) juga dari kesadaran diri sendiri yaitu
responden dengan tingkat berupa pengalaman bahwa posyandu
kunjungannya rendah.Hal ini sangat di butuhkan untuk membantu
disebabkan oleh beberapa faktor, perkembangan dan menjaga
seperti pendidikan responden yang kesehatan balitanya. Dari 33 (66%)
masih rendah membuat pemahaman responden dengan pengetahuan
mengenai fungsi dan kegunaan rendah terdapat 25 (50 %) responden
posyandu juga rendah dan juga dengan kunjungan posyandu rendah.
kurangnya motivasi pada responden Hal ini dikarenakan responden
itu sendiri. Selain karena faktor kurang mendapatkan informasi
pendidikan yang rendah ditambah tentang posyandu, baik pada saat
lagi tidak ada nya faktor pendukung kunjungan posyandu maupun dari
seperti informasi lain mengenai media-media lain seperti televisi,
fungsi dan kegunaan posyandu radio ataupun media sosial yang
sehingga pengetahuan responden lainnya. Adapun faktor-faktor lain
yang didapatkan juga rendah. yang menyebabkan rendahnya
Rendahnya pengetahuan seseorang pengetahuan seseorang adalah faktor
tanpa adanya pendukung informasi lingkungan, pengalaman, pekerjaan
174 | SelviaNovita Sari , Charles Ananda : Hubungan Pengetahuan Ibu Dan Motivasi Ibu
Terhadap Kunjungan Posyandu Di Wilayah Kerja Puskesmas Muara Maras Kecamatan
Semidang Alas Maras Kabupaten Seluma Provinsi Bengkulu
dan tingkat pendidikan ibu-ibu balita dikarenakan responden menganggap
di wilayah kerja Puskesmas Muara jika imunisasi sudah cukup maka
Maras yaitu sebagian besar hanya balita tidak perlu lagi dibawa
tamatan SLTP dan SMA serta berkunjung ke posyandu walaupun
mayoritas pekerjaannya bertani. dukungan atau dorongan berupa
Berdasarkan tabel 5 dapat motivasi ekstrinsik ada dari keluarga
dilihat dari dari 27 (54%) responden dan suaminya. Sedangkan motivasi
dengan motivasi rendah terdapat 6 yang tinggi diikuti dengan kunjungan
(12%) responden dengan kunjungan ke posyandu yang tinggi di
posyandu tinggi 21 (42 %) responden karenakan adanya rasa kebutuhan
dengan kunjungan posyandu rendah. atau keinginan dari dalam diri
Sedangkan 23 (46%) responden responden untuk memantau
dengan motivasi tinggi terdapat 14 pertumbuhan tumbuh kembang
(28%) responden dengan kunjungan balitanya.Ditambah lagi adanya
posyandu tinggi 9 (18%) responden dorongan atau dukungan dari pihak
dengan kunjungan posyandu rendah keluarga.Dukungan keluarga dan
Dari 27 (54%) responden dengan juga pengalaman yang dirasakan
motivasi rendah terdapat 6 (12%) oleh responden sehingga kunjungan
responden dengan kunjungan ke posyandu pun menjadi tinggi
posyandu tinggi 21 (42 %) responden walau imunisasi balitanya sudah
dengan kunjungan posyandu lengkap atau tercukupi.
rendah.Rendahnya motivasi
responden yang di ikuti dengan Kesimpulan
rendahnya kinjungan posyandu Kesimpulan dalam penelitian ini
dikarenakan tidak adanya motivasi adalah bahwa ada hubungan antara
atau dorongan baik itu motivasi pengetahuan terhadap kunjungan
instrinsik maupun esktrinsiksehingga posyandu dan ada hubungan antara
responden hanya datang ke posyandu motivasi terhadap kunjungan.
untuk pada saat PMT saja dan juga Dibuktikan dengan data objektif
tidak mengetahui fungsi serta peran bahwa ketika pengetahuan seseorang
dari posyandu.Sedangkan responden tinggi maka tingkat kunjungan
dengan motivasi rendah namun posyandu akan tinggi, ketika
kunjungan posyandu tinggi.Hal ini motivasi seseorang tinggi maka
dikarenakan adanya berupa tingkat kunjungan seseorang akan
pengalaman yang terjadi terhadap tinggi begitupun sebaliknya.
balitanya walaupun tidak adanya Diharapkan kepada pihak
dukungan atau motivasi dari luar puskesmas dan masyarakat agar
seperti tidak adanya dukungan dari lebih meningkatkan kunjungan ibu
keluarga. balita keposyandu shingga dapat
Sedangkan 23 (46%) meningkatkan pengetahuan dan
responden dengan motivasi tinggi memperoleh informasi tentang
terdapat 14 (28%) responden dengan kesehatan.
kunjungan posyandu tinggi 9 (18%)
responden dengan kunjungan Ucapan Terimakasih
posyandu rendah Tingginya Ucapan terimakasih kepada pembimbing
motivasi responden namun dan rekan penelitian serta pihak
kunjungan posyandunya rendah ini puskesmas yang banyak memberikan

175 | SelviaNovita Sari , Charles Ananda : Hubungan Pengetahuan Ibu Dan Motivasi Ibu
Terhadap Kunjungan Posyandu Di Wilayah Kerja Puskesmas Muara Maras Kecamatan
Semidang Alas Maras Kabupaten Seluma Provinsi Bengkulu
ilmunya kepada peneliti sehingga
peneliti mampu menyelesaikan Prasetyawati. 2011. Ilmu Kesehatan
penelitian ini dengan lancar, selain itu
ucapan terimakasih buat orang tua, Masyarakat. Yogyakarta
suami dan anak-anak yang selalu :NuhaMedika
menjadi motivasi bagi peneliti Purwanto, M. 2007. Psikologi
Pendidikan Remaja. Bandung
: Remaja Rosdakarya.
Referensi
Evan. 2013. Hubungan Tingkat
Pengetahuan Ibu Balita Sudarwan. 2006. Motivasi
Dengan Motivasi Kunjungan Kepemimpinan. Jakarta
Posyandu di Wilayah Kerja :Rineka Cipta.
Puskesmas Sukamerindu
Kota Walgianto. 2008. Dalam. Nisa. 2014.
Bengkulu.Skripsi.Bengkulu Skripsi. Bengkulu
:Stikes Bhakti Husada. :StikesDehasen

Iqbal Mubarak. 2009. Yunidar. 2012. Faktor-faktor yang


TeoryPosyandu : Ilmu Berhubungan dengan Tingkat
Kesehatan Masyarakat. Kunjungan Ibu ke Posyandu
Jakarta :SalembaMediaka. Sinar Keluarga Gampong
IeMeuleeKecfamatanSukajay
Nasrul. 2010. Organisasi Dan a Kota Sabang Tahun 2012.
Manajemen Pelayanan
Kesehatan Serta
Kebidanan.Jakarta
:SalembaMedika.

Notoadmodjo. 2010. Konsep


Perilaku Kesehatan Dalam
Pengantar Pendidikan
Kesehatan.Dalam : Evan.
2013. Skripsi. Bengkulu

Notoadmodjo. 2010. Metedologi


Penelitian. Jakarta :Rineka
Cipta.

Notoadmodjo.2010. Promosi
Kesehatan dan Ilmu
Prilaku.Jakarta :Rineka
Cipta.
176 | SelviaNovita Sari , Charles Ananda : Hubungan Pengetahuan Ibu Dan Motivasi Ibu
Terhadap Kunjungan Posyandu Di Wilayah Kerja Puskesmas Muara Maras Kecamatan
Semidang Alas Maras Kabupaten Seluma Provinsi Bengkulu
KAMPUS BURLIAN KAMPUS BANGAU
INFORMASI

Jl.Kolonel Haji Jl. Bangau


Burlian, Lrg. Suka No.60 Ilir Timur
Senang KM.7 II, Palembang
Palembang 30152 30113
Telp. 0711-412806, Telp. 0711-321801
Fax. 0711-415780

www.ukmc.ac.id

Anda mungkin juga menyukai