Anda di halaman 1dari 255

VOLUME 1, NOMOR 2, OKTOBER TAHUN 2016 ISSN 2527-3612

JK Unila
Jurnal Kedokteran Universitas Lampung
Edisi Khusus PEPKI VIII

Diterbitkan oleh:
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG
DAN
IKATAN DOKTER INDONESIA WILAYAH LAMPUNG
2016
JK Unila
JURNAL KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG
Edisi Khusus Pertemuan & Ekspo Pendidikan Kedokteran Indonesia (PEPKI VIII)
ISSN 2527-3612
VOLUME 1, NOMOR 2, OKTOBER TAHUN 2016
Terbit 2 kali dalam 1 tahun pada bulan Juni dan Desember. Dalam 1 volume ada 2 nomor. Berisi tulisan yang diangkat
dari hasil penelitian, studikasus,dantinjauanpustakadi bidang kedokteran dan kesehatan.

SUSUNAN REDAKSI
Pelindung
Dr. dr. Muhartono, S.Ked., M.Kes., Sp.PA
Penasehat
Dr. dr. Asep Sukohar,S.Ked., M. Kes

Penggung Jawab
dr. Fitria Saftarina, S.Ked., M. Sc
dr. Betta Kurniawan, S.Ked., M. Kes

Pemimpin Redaksi
dr. Anggraeni Janar Wulan, S.Ked., M. Sc

Sekretaris Redaksi
dr. Khairun Nisa Berawi, S.Ked., M. Kes., AIFO

Anggota Redaksi
dr. Oktadoni, S.Ked., M.MedEd
dr. Rika Lisiswanti, S.Ked., M. MedEd
dr. AgustyasTjiptaningrum, S.Ked., Sp. PK
dr. Tri Umiana Soleha, S.Ked., M. Kes
dr. Rekha Nova Iyos, S.Ked.
Sofyan Musyabiq Wijaya, S.Gz.,M.Gizi
Soraya Rahmanisa, S. Si., M. Si

Sekretariat
Makmun Murod, S.E
Sudarto
Andries Hidayad, S. Pd
Suseno

Home Page
jurnal.fk.unila.ac.id

Email
jkunila@gmail.com

Alamat Dewan Penyunting dan Tata Usaha: Unit Jurnal Fakultas Kedokteran Universitas Lampung, Gedung Fakultas
Kedokteran Universitas Lampung Jalan Prof. Soemantri Brojonegoro No.1, Bandarlampung, Indonesia

JURNAL KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG (JK Unila) diterbitkan sejak Juni 2016 oleh Fakultas Kedokteran Universitas
Lampung. Penyunting menerima artikel yang belum diterbitkan oleh media lain. Format artikel tercantum pada halaman depan
(PedomanBagiPenulis). Naskah yang masuk dievaluasi dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya.
Mengutip ringkasan dan pernyataan atau mencetak ulang gambar atau tabel dari jurnal ini harus mendapatkan izin langsung dari
penulis. Produksi ulang dalam bentuk kumpulan cetakan ulang atau untuk kepentingan periklanan atau promosi atau publikasi
ulang dalam bentuk apapun harus seizin salah satu penulis dan mendapat lisensi dari penerbit

Dicetak di Bandar Lampung. Isi diluar tanggung jawab Percetakan


JK Unila
JURNAL KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG
ISSN 2527-3612

VOLUME 1, NOMOR 2, OKTOBER TAHUN 2016

DAFTAR ISI

ARTIKEL PENELITIAN
Pengaruh Komorbid Terhadap Terjadinya Bakterimia MDR Gram Negatif pada Pasien Rawat
Inap
Ade Yonata .................................................................................................................................... 211-214
Korelasi Aktifitas Fisik dan Jumlah Gigi Berfungsi dengan Kadar Gula Darah Sewaktu pada
Pasien Poliklinik Universitas Lampung
Dian Isti Angraini, Sofyan Musabiq Wijaya.................................................................................... 215-219
Gambaran Pengetahuan Lansia Terhadap Pencegahan dan Pengobatan Hipertensi di
Puskesmas Cipayung Kota Depok 2015
Eliza Techa Fattima, Riyan Wahyudo, Gigih Setiawan, Chicy Widya Morfi ................................... 220-225
Kecemasan Wanita Premenopause dalam Menghadapi Masa Menopause, Sebuah Studi
Crossectional
Juminten Saimin, Cici Hudfaizah, Indria Hafizah ........................................................................... 226-230
Penurunan Kadar Kolesterol Total darah Sebagai Resiko Dislipidemia pada Lansia yang
Mengikuti Senam Jantung Sehat
Khairun Nisa Berawi ...................................................................................................................... 231-234
Hubungan Antara IPK Program Sarjana Kedokteran dengan Nilai UKMPPD Mahasiswa FKUY
Miranti Pusparini, Aditarahma Imaningdyah, Sri Hastuti, Zwasta Pribadi, Dea Dewi Miranti ...... 235-242
Pengaruh Pemberian Ekstrak Lidah Buaya Konsentrasi 25%, 50%, 75% dan 100% Terhadap
Jumlah Makrofag pada Radang Mukosa Mulut Tikus Putih Jantan Galur Spraque Dawley
Novita Carolia, Asep Sukohar ........................................................................................................ 243-247
Perubahan Kekuatan Otot Dasar Panggul pada Wanita Primipara Pascapersalinan Pervaginam
dan Seksio Sesaria
Ratna Dewi Puspita Sari ................................................................................................................ 248-257
Korelasi Nilai Multiple Choice Questions (MCQ) dengan Nilai Ujian Lisan, Esai dan Diskusi
Problem-Based Learning (PBL) Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
Rika Lisiswati, Merry Indah Sari, Dwita Oktaria, Asep Sukohar..................................................... 258-263
Analisis Self Directed Learning Readiness terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa Semester 2
Tahun Ajaran 2015/2016 Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Bengkulu
Riry Ambarsarie, Noor Diah erlinawati, Dessy Triana ................................................................... 264-268
Efek Timoquinon terhadap Apoptosis pada Sel Kanker Serviks
Susianti .......................................................................................................................................... 269-273
Studi Kualitatif Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Karier pada Mahasiswa
Kedokteran dan Dokter Internship di Bandar Lampung
Idzni Mardhiyah, Oktadoni Saputra, TA Larasati, Rika Lisiswanti.................................................. 274-284
Analisis Self Directed Learning Readiness terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa Semester 2
Tahun Ajaran 2015/2016 Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Bengkulu
Riry Ambarsarie, Noor Diah Erlinawati, Dessy Triana ................................................................... 285-289
Distribusi Pasien PRB pada Peserta BPJS di Klinik SWA Yogyakarta Tahun 2015-2016
Gita Diah Prasasti, Ummatul Khoiriyah ......................................................................................... 290-297
Korelasi Tingkat Kepuasan Mahasiswa Program Studi Profesi Dokter (PSPD) dan Nilai Ujian
Kompetensi Mahasiswa Program Profesi Dokter (UKMPPD)
Nur Melani S, Hanifa Affiani, Sari Puspa D, Kurnia Wahyudi, Achadiyani, Susi S, Dany H ............ 298-302
Peran Prior Knowledge Terhadap Kemampuan Kognitif Mahasiswa Kedokteran dalam Tutorial
Utami Sulistyo N, Umatul Khoiriyah .............................................................................................. 303-308
Efek Pemberian Ekstra Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb) terhadap Daya Hambat
Pertumbuhan Staphylococcus aureus dan Eschericia coli secara in vitro
Alexander Dicky, Ety Apriliana .................................................................................................... 309-313
Predictive Validity Ujian Saringan Masuk Fakultas Kedokteran terhadap Indeks Prestasi
Kumulatif (IPK) Tahap Sarjana
Sylvia MS, Iis Inayati, Irwanto Ikhlas, Fransiska AP, Muslish M ...................................... 314-319
Validasi Kuesioner Evaluasi Progress Test pada Mahasiswa Tahap Sarjana Kedokteran
Universitas Islam Indonesia
Yenny Dyah Cahyaningrum, Utami Mulyaningrum, Pravitasari .................................................... 320-324
Implementasi Kompetensi Sistem Reproduksi dalam Standar Kompetensi Dokter Indonesia
(SKDI) 2012 pada Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) 2011 FK UII
Dewi Retno, Yeny Dyah Cahyaningrum......................................................................................... 325-332
Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) Tahap Sarjana dan Hasil Multidiciplinary Examination (MDE)
sebagai Prediktor Kelulusan CBT UKMPPD pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas
Padjajaran Periode 2015-2016
Yuni Susanti P, Susi Susanah, Achadiyani, Dany Hilmanto ............................................................ 333-337
Hubungan Senam Lansia Terhadap Kualitas Hidup Lansia yang Menderita Hipertensi di Klinik
HC UMMI Kedaton Bandar Lampung
Fitria Saftarina, Fairuz Rabbaniyah................................................................................................ 338-343
Perbedaan Kemampuan Memori Kerja Paska Paparan Gelombang Elektromagnetik Akut dan
Kronis pada Tikus Putih (Rattus norvegicus) Galur Spraque dawley
Anggraeni Janar Wulan, Rekha Nova I, Anisa Nuraisa Djausal, Prianggara Rostu P...................... 344-348
Kejadian dan Distribusi Kelainan Kongenital pada Bayi Baru Lahir di RS dr. Moehammad
Hoesni Palembang Periode Januari-November 2015
Ziske Maritsa, Siti Rahma Anissya Kinanti..................................................................... 349-352

TINJAUAN PUSTAKA
Pemanfaatan Statistik Spasial dalam Mempelajari Faktor Resiko Tuberkulosis Paru sebagai
Upaya Penurunan Insidensi Tuberkulosis Paru
Dyah Wulan Sumekar Rengganis Wardani.................................................................................... 353-357
Peran Majelis Kehormatan Etik Kedokteran Indonesia (MKEK) Dalam Pencegahan Dan
Penyelesaian Malpraktek Kedokteran
Asep Sukohar, Novita Carolia ........................................................................................................ 358-363
Ergonomi Sebagai Upaya Pencegahan Musculoskletal Disorder pada Pekerja
Diana Mayasari, Fitria Saftarina .................................................................................................... 364-374
Mikrobiologi Saluran Cerna: Tinajuan dari Aspek Pemilihan Asupan Makanan
Ardesy Melizah Kurniati ................................................................................................................ 375-380
Diagnosis Molekuler Virus dengue
Enny Nugraheni, Ike Sulistyowati.................................................................................................. 381-388
Filariasis: Pencegahan Terkait Faktor Risiko
Anindita, Hanna Mutiara............................................................................................................... 389-395
Pembelajaran di Fakultas Kedokteran: Pengenalan Bagi Mahasiswa Baru
Merry Indah Sari, Rika Lisiswati, Dwita Oktaria ............................................................................ 396-400
Efek Ekstrak Daun Salam pada Kadar Glukosa Darah
Nita Parisa ..................................................................................................................................... 401-405
Bimbingan dan Dukungan Mahasiswa, Sebuah Ilustrasi Kasus Mahasiswa Fakultas Kedokteran
yang Terancam Putus Studi Beserta Solusi dan Hasil Bimbingan
Oktafany........................................................................................................................................ 406-410
Umpan Balik pada Mini-CEX
Sulistiawati .................................................................................................................................... 411-415
Degenerasi Kognitif pada Stress Kronik
Eka Febri Zulissetiana, Puji Rizki Suryani ....................................................................................... 416-422
Aktivitas Musa paradisiaca dalam Terapi Diare Akut pada Anak
TA Larasati, WA Hardita, IK Dewi .................................................................................................. 423-427
Granuloma Piogenik pada Ginggiva
Rizki Hanriko.................................................................................................................................. 428-431
Pitiriasis Versikolor Ditinjau dari Aspek Klinis dan Mikrobiologis
Tri Umiana Soleha................................................................................................................................ 432-435
Terapi Paliatif bagi Penderita Kanker Ginekologi
Syifa Alkaf ............................................................................................................................................. 436-443
Potensi Vaksin Hemagglutinin Stem Berbasis HA-Ferritin Nanopartikel Sebagai Inovasi Vaksin
Influenza Universal
Yulia Cahya Khasanah, Dara Marissa WP, Fadel Muhammad .................................................................. 444-450

LAPORAN KASUS
Wanita, G2p0a1 Hamil 36 Minggu Belum Inpartu dengan PEB+Partial HELLP Syndrome dan
Solutio Plasenta, Janin Tunggal Mati, Presentasi Kepala
Rodiani, Stefhani Giska Luvika .................................................................................................................. 451-457
PEDOMAN BAGI PENULIS
...

Jurnal Kedokteran Universitas Lampung (JK Unila) Laporan Kasus


merupakan jurnal publikasi ilmiah yang terbit setiap Artikel mengenai kasus dalam bidang ilmu
enam bulan dengan menggunakan sistem peer kedokteran dan kesehatan yang perlu
review untuk seleksi artikel. Jurnal Kedokteran disebarluaskan. Format laporan kasus terdiri atas
Universitas Lampung (JK Unila) dapat menerima judul, abstrak (Indonesia dan Inggris), pendahuluan,
artikel penelitian asli yang relevan dengan bidang kasus, pembahasan, simpulan, dan daftar pustaka.
kedokteran dan kesehatan, meta–analisis, laporan
kasus, penyegar ilmu kedokteran, editorial, dan surat Tinjauan Pustaka
kepada dewan redaksi dengan ketentuan sebagai Artikel yang mengulas berbagai hal mutakhir. Format
berikut: terdiri atas judul, abstrak (Indonesia dan Inggris),
pendahuluan, isi, ringkasan, simpulan, dan daftar
Artikel Penelitian pustaka.
Artikel penelitian asli dalam ilmu kedokteran dasar,
terapan, dan kesehatan. Format artikel penelitian Editorial
terdiri atas judul, abstrak (Indonesia dan Inggris), Membahas berbagai masalah ilmu kedokteran dan
pendahuluan, metode, hasil, pembahasan, simpulan, kesehatan yang menjadi topik di kalangan
dan daftar pustaka. kedokteran dan kesehatan.

Meta–analisis Surat Kepada Redaksi


Merupakan kaji ulang artikel-artikel (review) Sarana komunikasi pembaca dengan redaksi dan
mengenai masalah ilmu kedokteran dan kesehatan pembaca lain yang dapat berisi komentar,
mutakhir dengan topik yang sama. Format meta– sanggahan, atau opini mengenai isi artikel JK Unila
analisis terdiri atas judul, abstrak (Indonesia dan sebelumnya atau untuk selanjutnya.
Inggris), pendahuluan, metode, hasil, pembahasan,
simpulan, dan daftar pustaka.

PETUNJUK UMUM
...

Untuk menghindari duplikasi, Jurnal Kedokteran Universitas Lampung (JK Unila) tidak menerima artikel yang
sudah dipublikasikan atau sedang diajukan kepada majalah lain, dengan menandatangani surat pernyataan.
Penulis harus memastikan bahwa semua penulis pembantu telah menyetujui. Bila diketahui artikel telah dimuat
pada jurnal lain, maka pada Jurnal Kedokteran Universitas Lampung (JK Unila) edisi selanjutnya artikel akan
dianulir.

Semua artikel akan dibahas oleh para pakar dalam bidang keilmuan yang sesuai (peer review) dan dewan
redaksi. Artikel yang perlu perbaikan dikembalikan kepada penulis. Artikel penelitian harus memperoleh
persetujuan komite etik atau mempertimbangkan aspek etika penelitian yang dapat dipertanggungjawabkan.

Penulis Artikel satu paragraf. Pilih 3-5 buah kata kunci yang dapat
Artikel diketik 1 spasi pada kertas A4, dengan jarak membantu penyusunan indeks dan urutannya
dari tepi kiri 3 cm serta atas, kanan, dan bawah 2 cm. berdasarkan abjad.
Jumlah halaman maksimal 10 lembar, jenis huruf
Calibri ukuran 11. Setiap halaman diberi nomor Tabel
secara berurutan dimulai dari halaman judul sampai Tabel disusun sistematis pada naskah. Setiap tabel
halaman terakhir. harus diberi judul singkat di bagian atas, rata tengah
cetak tebal, jenis huruf Calibri ukuran 10. Isi tabel
Halaman judul ditulis dengan jenis huruf Calibri ukuran 10 spasi 1.
Halaman judul berisi judul artikel dalam bahasa Tempatkan penjelasan dan singkatan pada
Indonesia dan Inggris font 14 Calibri dengan kapital keterangan di bawah tabel dengan jenis huruf Calibri
setiap awal kata. Nama penulis ditulis lengkap tanpa ukuran 8.
gelar dan berurutan, serta lembaga afiliasi penulis
dengan jenis huruf Calibri ukuran 12. Judul artikel Foto/Gambar
singkat dan jelas. Foto dan gambar disusun pada naskah. Foto orang
disajikan sedemikian rupa sehingga tidak dapat
Abstrak dan Kata Kunci dikenali. Gambar yang pernah dipublikasikan harus
Abstrak untuk setiap artikel ditulis dalam bahasa diberi acuan menurut Vancouver. Foto/gambar harus
Indonesia dan Inggris dengan jenis huruf Calibri diberi nomor urut sesuai dengan pemunculan dalam
ukuran 9. Bentuk abstrak tidak terstruktur dengan teks, judul ditulis singkat di bagian bawah, rata
jumlah maksimal 250 kata, ditulis ringkas dan jelas tengah cetak tebal, jenis huruf Calibri ukuran 10.
sesuai dengan format introduction, methods, results
and discussion (IMRAD) dalam bentuk narasi dalam
Metode Statistik Buku dan Monograf Lain Penulis Perorangan
Jelaskan metode statistik yang digunakan secara Mason J. Concepts in dental public health.
rinci pada bagian metode. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2005.

Ucapan Terima Kasih Editor (Penyuting) sebagai Penulis Perorangan


Bila diperlukan ucapan terima kasih dapat diberikan Ireland R, editor. Clinical textbook of dental hygiene
kepada kontributor penelitian tanpa menuliskan gelar. and therapy. Oxford: Blackwell Munksgaard; 2006.

Daftar Pustaka
Buku Penulis/Editor Lebih dari 6
Rujukan ditulis sesuai aturan penulisan yang
dikeluarkan oleh Tim Jurnal Kedokteran Universitas Fauci AS, Braunwald E, Kasper DL, Hauser SL,
Lampung (JK Unila). Jumlah rujukan minimal 7. Longo DL, Jameson JL, et al., editor. Harrison’s
Rujukan dari jurnal dianjurkan dari terbitan 15 tahun principles of internal medicine. Edisi ke-17. New York:
terakhir. Rujukan dari jurnal dianjurkan sebanyak McGraw Hill; 2008.
80%, sisanya berasal dari buku ajar, monograf,
prosiding, skripsi, tesis, dan disertasi. Organisasi sebagai Penulis
Canadian Dental Hygienists Association. Dental
...
hygiene: definition and scope. Ottawa: Canadian
Contoh cara menuliskan rujukan: Dental Hygienists Association; 1995.

Artikel Jurnal Cetak Bab dalam Buku


Haas AN, de Castro GD, Moreno T, Susin C, Alexander RG. Considerations in creating a beautiful
Albandar JM, Oppermann RV, et al. Azithromycin as smile. Dalam: Romano R, editor. The art of the smile.
a adjunctive treatment of aggressive periodontitis: London: Quintessence Publishing; 2005. hlm. 187-
12-months randomized clinical trial. J Clin 210.
Periodontol. 2008; 35(8):696-704.
Prosiding/Konferensi
Artikel Jurnal Online Nicolai T. Homeopathy. Proceedings of the
Tasdemir T, Yesilyurt C, Ceyhanli KT, Celik D, Er K. Workshop Alternative Medicines; 2011 Nov 30;
Evaluation of apical filling after root canal filling by 2 Brussels. Belgium: ENVI; 2011
different techniques. J Can Dent Assoc [internet].
Makalah dalam Konferensi
2009 [diakses tanggal 14 Juni 2009]; 75(3):1-5. Trilly P, Lu K, Mu X. Predicting modality from text
Tersedia dari: quiries for medical image retrieval. Dalam: Cao Y,
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/19356318 Kalpathy-Cramer J, Unay D, editors. MMAR’11:
proceeding of the 2011 international ACM workshop
Artikel Website Dengan Pengarang on medical multimedia analysis and retrieval; 2011
Fehrenbach MJ. Dental hygiene education [internet]. Nov 28-Des 01; Arizona, USA. New York: ACM. hlm.
USA: Fehrenbach and Associates; 2000 [diperbarui 7-12
tanggal 2 Mei 2009; diakses tanggal 15 Juni 2009].
Tersedia dari: http://www.dhed.net/main.html Disertasi
Suprapto. Penjatuhan pidana mati terhadap pelaku
Artikel Website Tanpa Pengarang tindak pidana narkotika dan psikotropika di Indonesia
ADHA, oral health associations urge for regular oral dalam perspektif hak asasi manusia berdasarkan
UUD 1945 [disertasi]. Bandung: Universitas
cancer exams [internet]. Chicago: American Dental
Padjadjaran; 2011.
Hygienists’ Association; 2015 [disitasi tanggal 17
April 2015]. Tersedia dari: Cara Pengiriman Artikel
http://www.adha.org/resources- Penulis mengirim artikel disertai surat pengantar
docs/ADHA_Oral_Cancer_Press_Release_4-13- yang ditujukan kepada penanggung jawab redaksi
15.pdf dengan alamat:

Volume dengan Suplemen


Van Sporonsen FJ, Huijbregts SC, Bosch AM, Leuzzi
V. Cognitive, neurophysiological, neurogical and
JK Unila
psychosocial outcomes in early-treated PKU-patients: JURNAL KEDOKTERAN
a start toward standardizer outcome measurement UNIVERSITAS LAMPUNG
across development. Mol Genet Metab. 2011;
104(Suppl 1):S45-51. Redaksi Jurnal Kedokteran Universitas Lampung
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
Edisi dengan Suplemen Jalan Prof. Soemantri Brojonegoro No. 1,
Dietz CA, Nyberg CR. Genital, oral, and anal human Bandar Lampung, Indonesia. 35145.
papillomavirus infection in men who have sex with Telp/Fax (0721) 7691197
men. J Am Osteopath Assoc. 2011; 111(3 Suppl Home Page: jurnal.fk.unila.ac.id
2):S19-25. Email: jkunila@gmail.com
Ade Yonata | Pengaruh Komorbid terhadap Terjadinya Bakterimia Gram Negatif Pada Pasien Rawat Inap

Pengaruh Komorbid terhadap Terjadinya Bakterimia MDR Gram Negatif pada


Pasien Rawat Inap

Ade Yonata
Bagian Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung

Abstrak
Bakterimia MDR Gram negatif dapat meningkatkan angka kematian, morbiditas pasien, lama perawatan dan biaya
perawatan rumah sakit. Komorbid merupakan penyakit tambahan baik fisik maupun psikis selain dari kondisi utama pasien,
yang meperburuk kondisi pasien. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh komorbid terhadap terjadinya bakterimia
MDR Gram negatif pada pasien rawat inap. Faktor risiko komorbid diidentifikasi menggunakan studi kasus kontrol. Data
dikumpulkan dari catatan rekam medis pasien rawat inap yang memiliki kultur darah positif tumbuh bakteri patogen
Gram negatif. Kelompok kasus adalah subjek dengan bakterimia MDR Gram negatif, kelompok kontrol adalah subjek
dengan bakterimia non-MDR Gram negatif. Analisis bivariat dilakukan pada variabel bebas yaitu diabetes mellitus, AIDS,
gagal jantung, stroke, gagal ginjal, dan keganasan. Berdasarkan hasil analisis bivariat tidak didapatkan variabel komorbid
yang berbeda secara statistik antara kelompok MDR dan non MDR, dimana didapatkan variabel diabetes dengan p:0.837,
AIDS dengan p:1.00, gagal jantung p:0.499, stroke p:0.172, gagal ginjal p:0.393, dan keganasan dengan p:0.979. Simpulan:
faktor komorbid AIDS, diabetes, gagal jantung, gagal ginjal, stroke, dan keganasan tidak terbukti secara statistik sebagai
faktor risiko terjadinya bakterimia MDR Gram negatif pada pasien rawat inap.
Kata kunci: bakterimia, gram negatif, komorbid, MDR

The Effect of Comorbidity on MDR Gram Negative Bacteremia among


Hospitalized Patient
Abstract
MDR Gram-negative bacteremia increases mortality, patient morbidity, length of treatment and hospitalization costs.
Comorbid is additional disease or condition besides main disease, which can make patien’s conditon worse. This research
aims to identify effect of comorbidity on MDR Gram-negative bacteremia among hospitalized patients. Risk factors were
identified by a case-control study. Data was collected from inpatients medical record that had positive blood cultures of
Gram negative bacterial pathogens. The case group was subjects who had MDR Gram-negative bacteremia, and the control
group was subjects who had non-MDR Gram negative bacteremia. Bivariate analysis was performed on several independent
variables, which were diabetes mellitus, AIDS, heart failure, stroke, renal failure, and malignancy. Based on bivariat
analysis, we did not find any comorbid variables showed differences between MDR group and non-MDR group statistically,
where diabetes showed p:0.837, AIDS with p:1.00, heart failure p:0.499, stroke p:0.172, renal failure p:0.393, and
malignancy with p:0.979. Conclusion: comorbid factors of diabetes, AIDS, heart failure, stroke, renal failure and malignancy
were not proved statistically as risk factors of MDR Gram Negative bacteremia among hospitalized patients

Keywords: bacteremia, comorbid, Gram negative, MDR

Korespondensi: dr. Ade Yonata, M.MolBiol, SpPD, alamat Jl. Soemantri Brodjonegoro No. 1, e-mail
ade.yonata@fk.unila.ac.id

Pendahuluan kesehatan dan telah banyak dikaitkan dengan


Dalam dekade terakhir terjadi kondisi resistensi antibiotik. Resistensi
peningkatan infeksi bakteri Gram negatif yang mikrobial Gram negatif Gram negatif
merupakan masalah serius dalam medis. merupakan patogen penting yang sering
Infeksi bakteri pada aliran darah (bakterimia) terlibat dalam healthcare-associated infections
adalah kondisi medis yang serius dengan (HAI), terutama pada pasien sakit kritis atau
konsekuensi mengancam jiwa dan immunocompromised.1, 3, 4
memperberat biaya perawatan kesehatan Pada penelitian di rumah sakit di Texas
melalui peningkatan kondisi akut penyakit dan AS didapatkan prevalensi Multidrug-Resistant
lama tinggal di rumah sakit.1, 2 (MDR) P. aeruginosa sebanyak 13% dari semua
Beberapa bakteri Gram negatif seperti isolat P. aeruginosa dan MDR P. aeruginosa
Pseudomonas aeruginosa, Acinetobacter merupakan faktor signifikan pada mortalitas 30
baumanii, Klebsiella pneumoniae, dan Proteus hari pada penelitiannya. Angka kematian kasar
mirabilis merupakan bakteri patogen yaitu sebesar 38%, dan kematian terkait unit
nosokomial yang penting dalam perawatan perawatan intensif (ICU) adalah hampir 50%.5

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 | 211


Ade Yonata | Pengaruh Komorbid terhadap Terjadinya Bakterimia Gram Negatif Pada Pasien Rawat Inap

Penelitian mengenai Gram negatif di Variabel perancu yaitu umur dan jenis kelamin.
Indonesia masih belum banyak. Di Rumah Sakit Variabel tergantung penelitian ini adalah
Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta data dari kejadian bakterimia MDR Gram negatif. Data
profil bakteri dan kepekaan antibiotik RSCM deskriptif disajikan dalam bentuk tabel, jumlah
tahun 2012 isolat P. aeruginosa dari kultur dan persentase. Analisis bivariat dilakukan
darah menempati peringkat ke lima.6 dengan uji chisquare atau uji Fisher. Semua
Hingga saat ini belum ada data mengenai variabel yang mempunyai nilai p<0,25 pada
bakterimia MDR Gram negatif pada pasien analisis bivariat dimasukkan ke dalam analisis
rawat inap di Indonesia. Komorbid merupakan multivariat dengan regresi logistik.
penyakit tambahan baik fisik maupun psikis
selain dari kondisi utama pasien, yang dapat Hasil
meperburuk kondisi pasien. Penelitian ini Selama kurun waktu 1 Janunari 2008
dilakukan untuk mengetahui pengaruh sampai 31 Desember 2013 dari penelusuran
komorbid terhadap terjadinya bakterimia MDR database kultur darah laboratorium patologi
Gram negatif pada pasien rawat inap. Klinik di RS pendidikan di Jakarta pada pasien
rawat inap dewasa didapatkan 834 sampel,
Metode namun dari jumlah tersebut total didapatkan
Pada penelitian ini digunakan studi kasus 131 sampel.
kontrol. Penelitian dilakukan dengan Pada penelitian ini dari 131 pasien
menggunakan data sekunder (rekam medis) bakterimia Gram negatif didapatkan 42 (32.1%)
pasien dengan bakterimia Gram negatif di RS pasien MDR Gram negatif dan 89 (67.9%)
pendidikan di Jakarta Tahun 2008-2013. pasien non MDR Gram negatif. Bakteri
Kriteria Inklusi pada penelitian ini adalah Acinetobacter baumanii menyumbang sebagai
semua pasien dewasa (> 18 tahun) dengan bakteri terbanyak penyebab bakterimia MDR
hasil kultur darah positif bakteri Gram negatif: Gram negatif pada pasien rawat inap yaitu
Pseudomonas species, Acinetobacter species, sebanyak 19 sampel (45.2%) dari semua
Klebsiella species, Enterobacter species , dan sampel MDR. Usia <65 tahun lebih
Proteus species dengan kelompok kasus adalah mendominasi populasi bakterimia Gram
semua penderita dengan bakterimia MDR negatif.
Gram negatif yang dirawat di seluruh ruang
rawat inap, sementara kelompok kontrol Tabel 1. Analisa bivariat komorbid sebagai faktor
adalah penderita dengan bakterimia Gram risiko Bakterimia MDR Gram negatif
negatif non-MDR. Kriteria Eksklusi pada Variable MDR Non Crude P
n: 42 MDR OR
penelitian ini adalah data pasien tanpa hasil (%) n:89 (IK:
kultur lengkap dan data pasien tidak tercantum (%) 95%)
nomor rekam medik. Teknik pengambilan Usia
sampel untuk kasus dengan menggunakan >65 5 22 0.412 0.091
<65 (11.9%) (24.7%) (0.144
metode consecutive sampling dari tahun
37 67 -1.177)
yang datanya paling aktual yaitu tahun 2013 (88.1%) (75.3%)
dimulai dari bulan Desember retrospektif ke Jenis Kelamin
belakang. Sementara untuk teknik Laki-laki 21 43 0.935 0.857
pengambilan sampel kontrol seharusnya Perempuan (50%) (48.3%) (0.449-
21 46 1.97)
dilakukan random sampling. Namun karena (50%) (51.7%)
keterbatasan jumlah sampel yang diperoleh
maka semua sampel kontrol yang ada semua Diabetes
diambil tanpa dilakukan random sampling. Ya 12 27 0.919 0.837
Variabel bebas pada penelitian ini adalah Tidak (28.6%) (30.3%) (0.410-
30 62 2.060)
jenis diabetes mellitus, AIDS, gagal ginjal, (71.4%) (69.7%)
stroke, gagal gagal jantung dan keganasan. AIDS
Variabel gagal ginjal diambil semua gangguan Ya 0 (0%) 2 0.674 1.000
ginjal dengan GFR <60 mL/min/1.73 m2 baik Tidak 42 (2.2%) (0.598- *
(100%) 87 0.760)
akut maupun kronik. Variabel keganasan terdiri (97.8%)
tumor padat dan keganasan hematologi. Gagal Jantung
Ya 6 17 0.706 0.499

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 | 212


Ade Yonata | Pengaruh Komorbid terhadap Terjadinya Bakterimia Gram Negatif Pada Pasien Rawat Inap

Tidak (14.3%) (19.1%) (0.256- dengan gagal ginjal (p:0.125) dan pasien
36 72 1.944) dengan gagal jantung (p:0.663). Pada penelitan
(85.7%) (80.9%)
Stroke MDR di Thailand juga didapatkan hasil yang
Ya 3 14 0.412 0.172 tidak bermakna pada pasien dengan gagal
Tidak (7.1%) (15.7%) (0.112- ginjal (p:0.42) dan gangguan ginjal (p:0.04).7
39 75 1.521) Pada referensi kami tidak ditemukan
(92.9%) (84.3%)
penelitian yang membahas AIDS sebagai faktor
Gangguan
Ginjal 8 23 0.675 0.393 risiko MDR Gram negatif. Penelitian Tam VH et
Ya (19.0%) (25.8%) (0.273- al (2010)5 meneliti faktor imunosupresi, kondisi
Tidak 34 66 1.668) yang myerupai komorbid AIDS dimana terjadi
(81.0%) (74.2%) gangguan imunitas dan juga tidak menemukan
Keganasan
Ya 15 32 0.990 0.979 faktor imunosupresi sebagai faktor risiko MDR
Tidak (35.7%) (36%) (0.460- P. Aeruginosa (p:1.000).
27 57 2.127) Pada penelitian kami mendapatkan data
(64.3%) (64%) variabel keganasan pada kelompok MDR
sebanyak 15 (35.7%) pasien dan sebanyak 32
Penderita AIDS yang mengalami (36%) pasien pada kelompok non MDR. Pada
bakterimia MDR Gram negatif hanya sedikit variabel keganasan kami juga tidak
ditemukan pada sampel penelitian kami. Hanya mendapatkan perbedaan signifikan antara
2 orang yang mengalami bakterimia Gram kedua kelompok (p: 0.979). Penelitian faktor
negatif dan tidak ada yang mengalami risiko MDR Gram negatif secara spesies
bakterimia MDR. Dari 42 pasien dengan keseluruhan yang menilai variabel keganasan
bakterimia MDR Gram negatif hanya sedikit hanya dilakukan oleh Michalopoulos et al
ditemukan penderita dengan komorbid gagal (2011) dimana didapatkan 8 (19%) pasien pada
jantung, penyakit stroke dan gangguan ginjal kelompok MDR dan 6 (14%) pasien pada non
yaitu masing-masing 6 pasien (14.3%), 3 pasien MDR, juga tidak berbeda signifikan antara
(7.1%) dan 8 pasien(19%). kedua kelompok (p:0.77). Penelitian Morata L
Pada penelitian ini didapatkan data et al (2012)9 pada bakterimia MDR P.
variabel keganasan cukup banyak pada pasien aeruginosa yang menilai variabel keganasan
dengan bakterimia Gram negatif baik pada darah (p:0.89) dan tumor padat (p:0.36) juga
kelompok MDR sebanyak 15 (35.7%) pasien mendapatkan tidak ada perbedaan bermakna
maupun pada kelompok non MDR yaitu 32 antara kedua kelompok. Demikian halnya juga
pasien (36%), meskipun tidak ditemukan pada penelitian Annuatsiri S et al (2011)7 pada
perbedaan bermakna antara kedua kelomppk bakterimia MDR A. baumanii di Thailand yaitu
MDR dan non MDR (p:0.979). Pada penelitian 15 pasien (60%) keganasan pada kelompok
ini tidak ditemukan kelompok komorbid yang MDR dan 8 pasien (33.3%) pada kelompok non
bermakna secara statistika sebagai faktor risiko MDR (p: 0.06). Hasil tidak bermaknanya
terjadinya bakterimia MDR Gram negatif. variabel keganasan sebagai faktor risiko MDR
Gram negatif dapat karena pada pasien
Pembahasan keganasan dilakukan prosedur pencegahan
Dari referensi kami belum ada penelitian nosokomial yang lebih ketat, dan beberapa
mengenai faktor risko komorbid pada bahkan mendapatkan perawatan isolasi
bakterimia MDR Gram negatif secara terutama bila mendapat kemoterapi.10
keseluruhan. Semua penelitian lain melakukan Dari semua referensi kami hanya
penelitian secara spesifik pada satu jenis penelitian Michalopoulos A et al (2011)8 yang
organisme bakteri Gram negatif. Penelitian mendapatkan hasil faktor komorbid diabetes
kami tidak menemukan gagal jantung dan mellitus sebagai faktor risiko terjadinya MDR
gagal ginjal sebagai komorbid yang berperan Gram negatif. Michalopoulos A et al (2011)8
signifikan pada terjadinya bakterimia MDR mendapatkan sebanyak 13 pasien (dari 42
Gram negatif. kasus) dan 3 pasien (dari 42 kontrol) pada
Tam VH et al (2010) pada penelitiannya kelompok non MDR (p:001). Sementara semua
terhadap pasien dengan bakterimia MDR P. penelitian lain tidak berhasil mendapatkan
Aeruginosa juga tidak menemukan perbedaan diabetes sebagai faktor risiko MDR, demikian
bermakna pada kelompok MDR pada pasien

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 | 213


Ade Yonata | Pengaruh Komorbid terhadap Terjadinya Bakterimia Gram Negatif Pada Pasien Rawat Inap

halnya dengan penelitian kami. Hal ini juga Gregorakos L, et al. Epidemiologic, clinical
dapat dikarenakan bias penelitian retrospektif. characteristics, and risk factors for adverse
outcome in multiresistant gram-negative
Simpulan primary bacteremia of critically ill patients. Am
Faktor komorbid AIDS, diabetes, gagal J Infect Control. 2011 Jun;39(5):396-400.
jantung, gagal ginjal, stroke, dan keganasan 9. Morata L, Cobos-Trigueros N, Martinez
tidak terbukti secara statistik sebagai faktor JA, Soriano A, Almela M, Marco F, et al.
risko terjadinya bakterimia MDR Gram negatif Influence of multidrug resistance and
pada pasien rawat inap. Perlu dilakukan appropriate empirical therapy on the 30-day
penelitian secara kohort dengan sampel yang mortality rate of Pseudomonas aeruginosa
lebih besar dimasa depan. bacteremia. Antimicrob Agents Chemother.
2012 Sep;56(9):4833-7.
Daftar Pustaka 10. Aloush V, Navon-Venezia S, Seigman-
1. O'Fallon E, Kandel R, Schreiber R, Igra Y, Cabili S, Carmeli Y. Multidrug-resistant
D'Agata EM. Acquisition of multidrug-resistant Pseudomonas aeruginosa: risk factors and
gram-negative bacteria: incidence and risk clinical impact. Antimicrob Agents Chemother.
factors within a long-term care population. 2006 Jan;50(1):43-8.
Infect Control Hosp Epidemiol. 2010
Nov;31(11):1148-53.
2. Tumbarello M, Repetto E, Trecarichi
EM, Bernardini C, De Pascale G, Parisini A, et al.
Multidrug-resistant Pseudomonas aeruginosa
bloodstream infections: risk factors and
mortality. Epidemiol Infect. 2011
Nov;139(11):1740-9.
3. Chatzinikolaou I, Abi-Said D, Bodey GP,
Rolston KV, Tarrand JJ, Samonis G. Recent
experience with Pseudomonas aeruginosa
bacteremia in patients with cancer:
Retrospective analysis of 245 episodes. Arch
Intern Med. 2000 Feb 28;160(4):501-9.
4. Gootz TD, Marra A. Acinetobacter
baumannii: an emerging multidrug-resistant
threat. Expert Rev Anti Infect Ther. 2008
Jun;6(3):309-25.
5. Tam VH, Rogers CA, Chang KT, Weston
JS, Caeiro JP, Garey KW. Impact of multidrug-
resistant Pseudomonas aeruginosa bacteremia
on patient outcomes. Antimicrob Agents
Chemother. 2010 Sep;54(9):3717-22.
6. Loho T, Astrawinata D, Mantiri G.
Bacterial and antibiotic susceptibility profile at
Cipto Mangunkusumo general Hospital. 2012.
Jakarta FKUI/RSCM, Department of Clinical
Pathology.
7. Anunnatsiri S, Tonsawan P. Risk factors
and clinical outcomes of multidrug-resistant
Acinetobacter baumannii bacteremia at a
university hospital in Thailand. Southeast Asian
J Trop Med Public Health. 2011 May;42(3):693-
703.
8. Michalopoulos A, Falagas ME, Karatza
DC, Alexandropoulou P, Papadakis E,

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 | 214


Dian Isti Agraini | Korelasi Aktifitas Fisik dan Jumlah Gigi Berfungsi dengan Kadar Gula Darah Sewaktu

Korelasi Aktifitas Fisik dan Jumlah Gigi Berfungsi dengan Kadar Gula Darah
Sewaktu pada Pasien Poliklinik Universitas Lampung

Dian Isti Angraini1, Sofyan Musyabiq Wijaya1


1
Bagian Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

Abstrak
Faktor risiko penyakit degeneratif di antaranya hipertensi, diabetes melitus, dan kanker sangat berkaitan dengan pola hidup
yang dijalani seseorang. Asupan makan inadekuat, aktifitas fisik yang kurang, stres emosial, dan status gizi berlebih
merupakan contoh faktor risiko penyakit degeneratif. Asupan makan inadekuat juga bisa dipengaruhi dengan adanya
gangguan pengunyahan akibat masalah gigi mulut. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui korelasi aktifitas fisik dan jumlah
gigi berfungsi dengan kadar gula darah sewaktu. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan
pendekatan cross sectional pada 89 orang pasien yang datang ke poliklinik Unila pada bulan Juni sampai Oktober 2015,
berusia lebih dari 18 tahun dan tidak menderita penyakit infeksi kronis serta keganasan. Sampel diambil secara consecutive
sampling. Aktifitas fisik didapatkan dengan hasil kuesioner 24 h recall of physical activity. Jumlah gigi berfungsi dinilai
dengan pemeriksaan gigi dan mulut menggunakan indeks DMF-T. Kadar glukosa darah sewaktu didapatkan dari hasil
pemeriksaan laboratorium. Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden rata-rata subyek penelitian memiliki aktifitas
fisik ringan (1,62), jumlah gigi berfungsi baik (29,2) dan kadar glukosa darah sewaktu dalam batas normal (163,3 mg/dl).
Terdapat korelasi negatif yang bermakna antara aktifitas fisik dengan kadar glukosa darah sewaktu (r=-0,28; p<0,05) dan
korelasi yang tidak bermakna antara jumlah gigi berfungsi dengan kadar glukosa darah sewaktu (r=0,058; p>0,05).
Simpulan: aktifitas fisik berkorelasi negatif dengan kadar glukosa darah sewaktu dan jumlah gigi berfungsi tidak berkorelasi.

Kata kunci: aktifitas fisik, jumlah gigi berfungsi, kadar glukosa darah sewaktu, pasien poliklinik Unila.

Correlation Between Fruit and Vegetable Consumption and Nutritional Status


with Total Cholesterol Value in Lampung University Clinic Patients

Abstract
Risk factors for degenerative diseases including hypertension, diabetes mellitus and cancer is associated with a life style.
Inadequate food intake, lack of physical activity, stress emosial, and excessive nutrient status are examples of risk factors
for degenerative diseases. Inadequate food intake can also be affected by the disruption chewing mouth due to dental
problems. The purpose of this study to determine the correlation of physical activity and the amount of teethwith blood
sugar levels. This research is an analytic observational study with cross sectional approach on 89 patients who came to the
clinic Unila June to October 2015, more than 18 years old and do not suffer from chronic infectious diseases and
malignancies. Samples were taken by consecutive sampling. Physical activity obtained with the results of the questionnaire
24 h recall of physical activity. Number of teeth assessed by examination of the teeth and mouth using DMF-T index. Blood
glucose levels as obtained from the results of laboratory tests. The results showed that respondent had mild physical
activity (1.62), the number of teeth were normal (29.2) and blood glucose levels within normal limits (163.3 mg / dl). There
is a significant negative correlation between physical activity and blood glucose levels (r = -0.28; p <0.05) and no significant
correlation between the number of teeth with blood glucose levels (r = 0.058; p> 0, 05). Conclusion: physical activity has a
negative correlation with blood glucose levels and number of teeth have no correlation.

Keywords: blood glucose levels, clinic Unila, number of teeth, physical activity.

Korespondensi: dr. Dian Isti Angraini, M.P.H., Fakultas Kedokteran Universitas Lampung, 081279061921, riditie@gmail.com

Pendahuluan salah dan banyak mengkonsumsi makanan yang


Penyakit degeneratif merupakan penyakit berisiko buruk bagi kesehatan, aktifitas fisik
kronik menahun yang banyak mempengaruhi yang kurang, stres emosial, dan status gizi
kualitas hidup dan produktifitas seseorang. berlebih merupakan contoh faktor risiko
Penyakit degeneratif termasuk di antaranya penyakit degeneratif.2
penyakit kardiovaskuler (jantung dan pembuluh Prevalensi diabetes melitus di Indonesia
darah) seperti hipertensi, diabetes melitus dan berdasarkan data Riskesdas tahun 2013 sebesar
kanker.1 Faktor risiko penyakit degeneratif 2,1 %, dan semakin meningkat dengan
sangat berkaitan dengan pola hidup yang bertambah usia. Secara keseluruhan, lebih dari
dijalani seseorang. Pola kebiasaan makan yang sepertiga penduduk (36,6%) mengalami

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 | 215


Dian Isti Agraini | Korelasi Aktifitas Fisik dan Jumlah Gigi Berfungsi dengan Kadar Gula Darah Sewaktu

keadaan GDP terganggu,dan laki-laki lebih pasien poliklinik Universitas Lampung yang
banyak mengalami keadaan tersebut berusia lebih dari 18 tahun, tidak menderita
dibandingkan perempuan dengan perbedaan penyakit infeksi kronis dan keganasan serta
sekitar 6 persen.3 bersedia menjadi sampel penelitian. Variabel
Faktor risiko diabetes melitus yang dapat bebas dalam penelitian ini adalah aktifitas fisik
dimodifikasi yaitu berat badan berlebih, serta jumlah gigi yang berfungsi dan variabel
obesitas sentral/ general, kurangnya aktifitas tergantung yaitu kadar gula darah sewaktu.
fisik, hipertensi, dislipidemia, diet tidak sehat/ Aktifitas fisik dinilai dengan
tidak seimbang, riwayat tolerasi glukosa menggunakan kuesioner 24 h recall of physical
terganggu (TGT) atau gula darah puasa activity yang sudah dilakukan uji validitas dan
terganggu (GDP terganggu) dan merokok. Maka reliabitas. Jumlah gigi yang berfungsi diperoleh
dari itu hal terpenting dari pengendalian melalui pemeriksaan gigi dan mulut
diabetes melitusadalah mengendalikan faktor menggunakan indeks DMF-T (decay-missing-
risiko.4 filling teeth) untuk mengetahui jumlah gigi yang
Pengaruh aktivitas fisik atau olahraga masih dapat berfungsi dengan baik termasuk
secara langsung berhubungan dengan fungsi pengunyahan. Kadar gula darah sewaktu
peningkatan kecepatan pemulihan glukosa otot didapat dari hasil pemeriksaan menggunakan
(seberapa banyak otot mengambil glukosa dari sampel darah dan diukur di laboratorium.
aliran darah). Saat berolahraga, otot Pengumpulan data aktifitas fisik
menggunakanglukosa yang tersimpan dalam dilakukan oleh 1 orang enumerator dan jumlah
otot dan jika glukosa berkurang, otot gigi dan mulut dilakukan oleh 1 orang
mengisikekosongan dengan mengambil glukosa enumerator dokter yang telah diberikan
dari darah. Ini akan mengakibatkan pengarahan dan pelatihan sebelumnya. Data
menurunnya glukosa darah sehingga tersebut selanjutnya diuji secara univariat dan
memperbesar pengendalian glukosa darah.5 bivariat. Analisis bivariat dengan menggunakan
Perilaku makan/ diet tidak sehat bisa uji korelasi rank spearman. Penelitian ini telah
dipicu karena adanya gangguan pengunyahan. melalui uji kelayakan etik yang dibuktikan
Perubahan fungsi pengunyahan karena dengan surat ethical clearance no
kehilangan gigi, akan mendorong orang untuk 749/UN26/8/DT/2015.
merubah asupan makanannya sebagai
kompensasi kesulitan mengkonsumsi makanan Hasil
tersebut. Individu tanpa gigi (edentulous) Analisis Univariat
mengalami kesulitan mengunyah dibandingkan Tabel 1. Karakteristik Subyek Penelitian
individu yang memiliki gigi, karena itu mereka Karakteristik Mean ± SD Min Maks
melakukan perubahan dalam diet yaitu
pemilihan variasi makanan. Individu akan Aktifitas fisik 1,62±0,13 1,5 2,2
memilih makanan yang lunak dan mudah Jumlah gigi berfungsi 29,8±2,5 16 32
Kadar glukosa darah 163,3±76,1 91 492
dikunyah, di antaranya adalah makanan siap saji
sewaktu
dengan rasa yang enak, tinggi kalori dan tinggi
lemak tetapi rendah kandungan zat gizi Tabel 1. menunjukkan bahwa rata-rata
aktifitas fisik yang dilakukan responden
lainnya.6
sebesar 1,62 dengan standar deviasi 0,13. Nilai
Metode minimum aktifitas fisik adalah 1,5 dan nilai
Jenis penelitian ini adalah penelitian maksimum adalah 2,2. Jumlah gigi berfungsi
observasional dengan rancangan cross sectional subyek penelitian rata-rata 29,8 dengan
pada pasien yang datang ke poliklinik standar deviasi 2,5. Nilai minimum jumlah gigi
Universitas Lampung pada bulan Juni sampai berfungsi adalah 16 dan nilai maksimum 32.
dengan Oktober 2015. Jumlah sampel adalah 89 Kadar glukosa darah sewaktu subyek
orang, yang diperoleh dengan rumus besar penelitian rata-rata 163,3 mg/dl dengan
sampel untuk variabel kontinyu. Pengambilan standar deviasi 76,1 mg/dl. Nilai minimum
sampel dilakukan dengan metode consecutive kadar kolesterol total adalah 91 mg/dl dan
sampling yang memenuhi kriteria inklusi dan nilai maksimum adalah 492 mg/dl.
eksklusi. Kriteria inklusi yang digunakan adalah Sebelum dilakukan analisis bivariat,
dilakukan uji normalitas pada data numerik.

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 | 216


Dian Isti Agraini | Korelasi Aktifitas Fisik dan Jumlah Gigi Berfungsi dengan Kadar Gula Darah Sewaktu

Uji normalitas data dilakukan pada variabel Tabel 3. menunjukkan bahwa jumlah
bebas yaitu aktifitas fisik dan jumlah gigi gigi berfungsi berkorelasi positif dengan kadar
berfungsi serta variabel terikat yaitu kadar glukosa darah sewaktu yang tidak terbukti
gula darah sewaktu. Uji normalitas dilakukan bermakna secara statistik, dan kekuatan
untuk melihat apakah data penelitian berasal korelasinya adalah sangat lemah (r=0,058;
dari populasi yang sebarannya normal. Uji p=0,55). Jumlah gigi berfungsi berkorelasi
normalitas yang dilakukan adalah dengan positif dengan kadar glukosa darah sewaktu
ujiKolmogorov Smirnov. Hasil uji Kolmogorov artinya bahwa semakin banyak jumlah gigi
Smirnov disajikan pada pada Tabel 2. berfungsi maka kadar glukosa darah akan
semakin tinggi. Jumlah gigi berfungsi
Tabel 2. Hasil uji normalitas data dengan uji berkontribusi terhadap kadar glukosa darah
Kolmogorov Smirnov sebesar 2,5%.
Variabel Penelitian Nilai p
Aktifitas Fisik < 0,01 Pembahasan
Jumlah Gigi Berfungsi < 0,01 Aktifitas fisik subyek penelitian memiliki
Kadar Glukosa Darah Sewaktu < 0,01 rata-rata 1,62 yang menunjukkan bahwa rata-
rata aktifitas fisik termasuk kategori ringan.
Ket = * p = < 0,05 Berdasarkan data Riskesdas 2013, proporsi
aktivitas fisik tergolong kurang aktif secara
Berdasarkan uji normalitas data dengan umum adalah 26,1 persen, kriteria 'kurang aktif'
Kolmogorov Smirnov test didapatkan bahwa adalah individu yang tidakmelakukan aktivitas
variabel aktifitas fisik, jumlah gigi berfungsi fisik sedang ataupun berat. Perilaku sedentari
dan kadar glukosa darah sewaktu adalah perilaku santai antara lain duduk,
menunjukkan bahwa nilai pro<z lebih kecil berbaring, dan lain sebagainya dalamsehari-hari
dari alpha (p<0,05)artinya aktifitas fisik, baik di tempat kerja (kerja di depan komputer,
jumlah gigi berfungsi dan kadar glukosa darah membaca, dll), di rumah (nonton TV,main
sewaktu tidak terdistribusi normal, sehingga game, dll), di perjalanan /transportasi (bis,
uji bivariat menggunakan uji korelasi rank kereta, motor), tetapi tidak termasuk waktu
spearman. tidur.Perilaku sedentari warga Amerika diukur
dengan menggunakan cut off points <3 jam, 3-
Analisis Bivariat 5,9jam, ≥6jam, menunjukkan bahwa
pengurangan aktivitas sedentari sampai dengan
Tabel 3. Korelasi Aktifitas Fisik dan Jumlah Gigi <3 jam perhari dapat meningkatkan umur
Berfungsi Dengan Kadar Glukosa Darah Sewaktu
harapan hidup sebesar 2 tahun. Perilaku
Kadar Glukosa Darah
Variabel
Sewaktu
sedentari merupakan perilaku berisiko terhadap
Independen 2 salah satu terjadinya penyakitpenyumbatan
r p value R
Aktifitas Fisik -0,28 0,008* 7,84 pembuluh darah, penyakit jantung dan bahkan
Jumlah Gigi 0,058 0,558 2,5 mempengaruhi umur harapan hidup.3
Berfungsi Olahraga atau aktivitas fisik bermanfaat
Ket : * = signifikan secara fisiologis, psikologis maupun sosial.
Secara fisiologis, olahraga dapat meningkatkan
Tabel 3. menunjukkan bahwa aktifitas kapasitas aerobik, kekuatan, fleksibilitas, dan
fisik berkorelasi negatif dengan kadar glukosa keseimbangan.7 Pengurangan aktivitas fisik
darah sewaktu yang bermakna secara statistik, menjadi salah satu faktor risiko disfungsi
dan kekuatan korelasinya adalah lemah (r=- mitokondria. Dengan pengurangan jaringan
0,28; p < 0,01). Aktifitas fisik berkorelasi mitokondria untuk memproduksi ATP
negatif dengan kadar glukosa darah sewaktu memberikan sinyal ke pusat hipotalamus untuk
artinya bahwa semakin tinggi aktifitas fisik mengurangi kegiatan fisik secara spontan.8
responden maka nilai glukosa darah sewaktu Berdasarkan bukti epidemiologi yang
akan semakin rendah. Aktifitas fisik menunjukkan bahwa aktifitas fisik sangat
berkontribusi terhadap kadar glukosa darah bermanfaat untuk kesehatan seperti latihan
sewaktu sebesar 7,84%. fisik yang teratur berkaitan dengan angka
mortalitas, kematian karena penyakit

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 | 217


Dian Isti Agraini | Korelasi Aktifitas Fisik dan Jumlah Gigi Berfungsi dengan Kadar Gula Darah Sewaktu

kardiovaskuler, timbulnya diabetes tipe 2, supaya penderita DM tidak berada pada kondisi
hipertensi dan penyakit kanker yang lebih hipoglikemia.14
rendah.9 Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Hasil analisis bivariat menunjukkan jumlah gigi berfungsi subyek penelitian miliki
bahwa aktifitas fisik berkorelasi negatif dengan nilai rata-rata 29,8 yang menunjukkan bahwa
kadar glukosa darah sewaktu, semakin ringan secara rata-rata subyek penelitian memiliki 30
aktifitas fisik seseorang maka kadar glukosa buah gigi berfungsi untuk proses
darah akan semakin meningkat. Hasil penelitian pengunyahan. Gigi merupakan unsur penting
Rahmawati dkk pada penderita DM tipe 2 di untuk pencapaian derajat kesehatan dan gizi
poliklinik rumah sakit menyatakan bahwa ada yang baik. Penelitian di dalam maupun di luar
hubungan antara aktifitas fisik dengan kadar negeri menunjukkan banyak lansia yang telah
glukosa darah, dengan nilai OR = 7,15; yang kehilangan sebagian besar gigi mereka.
artinya penderita DM tipe 2 yang memiliki Sebagian tidak menggantinya dengan gigi
intensitas aktifitas fisik yang kurang palsu dan sebagian yang memakai gigi palsu
kemungkinan 7,15 kali lebih besar mempunyai dan keadaannya tak nyaman hingga justru
risiko kadarglukosa darah tidak terkontrol.10 mengganggu saat makan dan mengunyah.15
Penelitian serupa yang dilakukan oleh Status kesehatan gigi dan mulut yang
Paramitha pada pasien DM tipe 2 di RSUD diharapkan dapat dicapai oleh masyarakat
Karanganyar menyatakan bahwa terdapat adalah untuk dapat mempertahankan
korelasi negatif antara aktifitas fisik dengan sejumlah gigi berfungsi baik. Secara teknis
kadar glukosa darah puasa (r=-0,433, p=0,001), status kesehatan gigi dan mulut pada tingkat
semakin berataktifitas yang dilakukan, maka ini ditetapkan diukur dengan adanya minimal
semakin rendah kadar glukosa darah 20 gigi berfungsi baik.15 Berarti fungsi
puasanya.11 pengunyahan masih ada meskipun sedikit
Penyerapan glukosa oleh jaringan tubuh berkurang atau cukup, fungsi estetis dan
pada saat istirahat membutuhkan insulin, bicara dianggap baik.17
sedangkan pada otot yang aktif tidak disertai Hasil analisis bivariat menunjukkan
kenaikan kadar insulin walaupun kebutuhan bahwa jumlah gigi berfungsi tidak berkorelasi
glukosa meningkat. Hal ini dikarenakan pada dengan kadar glukosa darah sewaktu. Hal ini
waktu seseorang beraktivitas fisik, terjadi bisa disebabkan karena secara rerata subyek
peningkatan kepekaan reseptor insulin di otot penelitian masih memiliki jumlah gigi
yang aktif. Saat seseorang melakukan aktivitas berfungsi sebanyak 30 buah, yang berarti
fisik, akan terjadi kontraksi otot yang pada bahwa fungsi pengunyahan masih cukup baik
akhirnya akan mempermudah glukosa masuk ke meskipun mungkin ada sedikit gangguan atau
dalam sel. Hal tersebut berarti saat seseorang pengurangan fungsi pengunyahan. Fungsi
beraktivitas fisik, akan menurunkan resistensi pengunyahan yang masih baik memungkinkan
insulin dan padaakhirnya akan menurunkan seseorang untuk mengonsumsi makanan
kadar gula darah.12 bervariasi dan makanan yang mengandung
Walaupun secara statistik hasil penelitian serat.
ini menyatakan bahwa aktifitas fisik berkorelasi Seseorang yang kehilangan gigi dan
negatif dengan kadar glukosa darah sewaktu, memakai gigi palsu, gangguan pengunyahan
tetapi kekuatan hubungan yang didapatkan berhubungan dengan gangguan
sangat lemah. Hal ini disebabkan karena rerata gastrointestinal dan malnutrisi. Hilangnya gigi
aktifitas fisik subyek penelitian tergolong menyebabkan kesulitan mengunyah makanan
ringan. Menurut Henriksen kadar glukosa darah yang menyebabkan seseorang terpaksa
dipengaruhi oleh intensitas aktifitas fisik. memilih makanan yang mudah dikunyah
Intensitas aktifitas fisik yang sedang sampai tetapi rendah nilai nutrisinya. Ia berubah pada
berat baru dapat menurunkan kadar glukosa satu diet lunak atau cair yang kebanyakan
darah. Sedangkan intensitas fisik ringan tidak mengandung karbohidrat dan menolak
menurunkan kadar glukosa darah.13 Tetapi makanan seperti daging, sayuran mentah dan
menurut Ilyas, dalam menyarankan aktifitas buah-buahan segar yang banyak mengandung
fisik kepada penderita DM, sangat penting protein dan mineral yang dibutuhkan oleh
memperhatikan intensitas, durasi dan waktunya tubuh.18

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 | 218


Dian Isti Agraini | Korelasi Aktifitas Fisik dan Jumlah Gigi Berfungsi dengan Kadar Gula Darah Sewaktu

Solo : Fakultas Kedokteran Universitas


Simpulan Muhammadiyah Surakarta.
Secara rata-rata responden memiliki 12. Ilyas EI. Olahraga bagi Diabetesi dalam:
aktifitas fisik ringan, memiliki jumlah gigi Soegondo, S., Soewondo, P.,Subekti, I.,
berfungsi normal, dan memiliki kadar glukosa Editor. Penatalaksanaan Diabetes Melitus
darah dalam batas normal. Terdapat korelasi Terpadu bagi doktermaupun edukator
negatif antara aktifitas fisik dengan kadar diabetes. 2011. Jakarta: Fakultas
glukosa darah sewaktu dan tidak terdapat Kedokteran UniversitasIndonesia
korelasi antara jumlah gigi berfungsi dengan 13. Henriksen EJ. Exercise Effect Of Molecule
kadar glukosa darah sewaktu. Insulin Signalling And Action Invited Review
: Effect Of Acute Exercise And Axercuse
Daftar Pustaka Training On Insulin Resistance. J Appl
Physiology. 2002; 93 : 788-96.
1. Brunner D And Suddarth L. Buku Ajar 14. Ilyas EI. Olahraga Bagi Diabetisi. Dalam:
Keperawatan Medical dan Bedah: Penatalaksanaan Diabetes Mellitus
Terjemahan. 2002. Edisi 8 volume 1. Terpadu. Jakarta: Pusat Diabetes dan Lipid
Jakarta: EGC. RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. 2009.
2. Depkes RI. Panduan Praktis: Surveillans, Jakarta :FKUI.
Epidemiologi Edisi 1. 2003. Jakarta : Dirjen 15. Fatimah-Muis S & Puruhita N. Gizi Pada
Pemberantasan Penyakit Tidak Menular Lansia. Dalam: Martono, H. &Pranaka, K.
3. Kemenkes R.I. Hasil Riset Kesehatan Dasar ed. Buku Ajar Boedhi-Darmojo: Geriatri
(RISKESDAS) 2013. 2013. Jakarta: (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). 2010.
Kementerian Kesehatan Republik Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Indonesia. 16. Effendi I. Pengembangan Kebijaksanaan
4. Kemenkes RI. Infodatin Pusat Data dan Program Kesehatan Gigi Usia Lanjut. 1990.
Informasi Kementerian Kesehatan RI. 2014. Denpasar: Simposium Geriatric Dentistry.
Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik Dikutip dalam: Tjahjanti, M.T.E. Hubungan
Indonesia. Antara Kesehatan Gigi dan Mulut dan
5. Barnes DE. Program Olahraga Diabetes. Upaya Rehabilitasi Prostodonsia Pada
2011. Yogyakarta: Citra Aji Parama. LanjutUsia. Tesis. 1999. Universitas Gadjah
6. Hutton B, Feine J dan Morais J. Is There an Mada.
Association Between Edentulism and 17. Depkes RI. Profil Kesehatan Gigi danMulut
Nutritional State?.J Can Dent Assoc. 2002. di Indonesia Pada Pelita V. 1994. Jakarta:
68(3): 182-7. Depkes. Dikutip dalam: Tjahjanti, M.T.E.
7. Waaler N. It’s Never Too Late: Physical Hubungan Antara Kesehatan Gigi dan
Activity and Elderly People. 2007. Mulut dan Upaya Rehabilitasi Prostodonsia
Norwegia: Norwegian Knowledge Centre Pada Lanjut Usia. Tesis. 1999. Universitas
for the Health Services. Gadjah Mada.
8. Nair, K.&Sreekumaran. Aging Muscle. Am J 18. Tjahjanti MTE. Hubungan Antara
Clin Nutr. 2005; 85:965 – 93. Kesehatan Gigi dan Mulut dan Upaya
9. Gibney MJ. Gizi Kesehatan Masyarakat. Rehabilitasi Prostodonsia Pada Lanjut Usia
2008. Jakarta : EGC. [Tesis]. 1999. Universitas Gadjah Mada.
10. Rahmawati, Syam A, & Hidayanti, H. Pola
Makan dan Aktifitas Fisik Dengan Kadar
Glukosa Darah Penderita Diabetes Melitus
Tipe 2 Rawat Jalan Di RSUP Dr. Wahidin
Sudirohusodo Makassar. Media Gizi
Masyarakat Indonesia.2011. 1(1) : 52-8.
11. Paramitha GM. Hubungan Aktivitas Fisik
Dengan Kadar Gula Darah Pada Pasien
Diabetes Melitus Tipe 2 Di Rumah Sakit
Umum Daerah Karang Anyar. Skripsi. 2014.

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 | 219


Eliza Techa dkk | Gambaran Pengetahuan Lansia terhadap Pencegahan dan Pengobatan Hipertensi

Gambaran Pengetahuan Lansia terhadap Pencegahan dan Pengobatan


Hipertensi di Puskesmas Cipayung Kota Depok 2015

Eliza Techa Fattima, Riyan Wahyudo, Gigih Setiawan, Chicy Widya Morfi
Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung

Abstrak
Hipertensi adalah penyakit yang paling sering dialami lansia. Sebanyak 967 kasus pada periode Juni-Agustus 2015 di
Puskesmas Cipayung Kota Depok, dimana rentang usia yang paling banyak menderita hipertensi merupakan usia 55-59
tahun. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran pengetahuan lansia terhadap pencegahan dan pengobatan
hipertensi di Puskesmas Cipayung Kota Depok. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif menggunakan
survey cross sectional. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah gambaran pengetahuan lansia terhadap
pencegahan dan pengobatan hipertensi di Puskesmas Cipayung Kota Depok periode 15-19 September 2015 dengan jumlah
sampel 105 responden. Penelitian ini menggunakan kuesioner yang terdiri dari 3 pertanyaan mengenai penyakit hipertensi,
6 pertanyaan mengenai pencegahan hipertensi, dan 6 pertanyaan mengenai pengobatan hipertensi. Berdasarkan hasil
penelitian mengenai pencegahan hipertensi, 38,1% responden berpengetahuan baik, 45,7% berpengetahuan cukup, dan
16,2% berpengetahuan kurang. Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengobatan penyakit hipertensi, 21,97% responden
berpengetahuan baik, 31,4% berpengetahuan cukup, dan 46,7 % responden memiliki pengetahuan yang kurang. Simpulan
dari penelitian ini adalah hipertensi merupakan salah satu dari sepuluh penyakit terbanyak di UPT Pusksesmas Cipayung
Kota Depok. Bedasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, tingkat pengetahuan pasien lansia terhadap pencegahan dan
pengobatan hipertensi di UPT Puskemas Cipayung Kota Depok masih kurang baik terutama dalam pengetahuan mengenai
prinsip pengobatan hipertensi.

Kata kunci: Depok, Hipertensi, Lansia, Pengetahuan

Knowledge Overview of the Elderly Prevention and Treatment of


Hypertension at Cipayung Primary Health Care Depok City in 2015

Eliza Techa Fattima, Riyan Wahyudo, Gigih Setiawan, Chicy Widya Morfi
Medical Faculty, Lampung University

Abstract
Hypertension is a disease that most often experienced by the elderly. A total of 967 cases in the period from June to August
2015 at Cipayung Primary Health Care (PHC) Depok City, where the age range most hypertensive is 55-59 years. This
research conducted to determine the image of elderly knowledge to the prevention and treatment of hypertension in
Puskesmas Cipayung Depok. This research used descriptive research using cross sectional survey. The data collected in this
research is the image of the elderly knowledge to the prevention and treatment of hypertension in Cipayung PHC Depok
City period 15 to 19 September 2015 with 105 respondents as a sample. This research used a questionnaire consisting of
three questions about hypertension, six questions concerning the prevention of hypertension, and 6 questions about the
treatment of hypertension. Based on the results of research on the prevention of hypertension, 38.1% of respondents good
knowledge, 45.7% are knowledgeable enough, and 16.2% less knowledgeable. Based on the results of research on the
treatment of hypertension, 21.97% of respondents good knowledge, 31.4% are knowledgeable enough, and 46.7% of
respondents have less knowledge. Conclusions from this research is hypertension is one of the top ten diseases at Cipayung
PHC Depok. Based on the results of research that has been done, the level of knowledge of elderly patients on the
prevention and treatment of hypertension at Cipayung PHC Depok City is not good enough, especially in the knowledge of
the principles of treatment of hypertension.

Keywords: Depok, Elderly, Hypertension, Knowledge

Korespondensi: dr. Eliza Techa Fattima, Jl. Soemantri Brodjonegoro No.1, HP 085324719365, email elizatecha@yahoo.co.id

Pendahuluan kecamatan. Untuk menjangkau wilayah


Puskesmas merupakan Unit Pelaksana kerjanya puskesmas diperkuat dengan
Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang puskesmas pembantu, puskesmas keliling dan
bertanggung jawab menyelenggarakan untuk daerah yang jauh dari sarana pelayanan
pembangunan kesehatan di wilayah rujukan, puskesmas dilengkapi dengan fasilitas
kerjanya.Puskesmas merupakan pelayanan rawat inap. Puskesmas bertanggung jawab
kesehatan dengan wilayah kerja tingkat menyelenggarakan upaya kesehatan per

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 | 220


Eliza Techa dkk | Gambaran Pengetahuan Lansia terhadap Pencegahan dan Pengobatan Hipertensi

orangan dan upaya kesehatan masyarakat, pengukuran pada umur ≥ 18 tahun menurut
yang ditinjau dari Sistem Kesehatan Nasional Riskesdas Tahun 2013 adalah sebesar 25,8%,
merupakan pelayanan kesehatan tingkat dengan tertinggi di Bangka Belitung (30,9%)
pertama.1 dimana Jawa Barat menduduki peringkat
Salah satu program utama di puskesmas ketiga dengan persentase 29,4%.3
adalah pengobatan, yang meliputi berbagai Berdasarkan data laporan bulanan
jenjang usia, termasuk salah satunya adalah penyakit (LB1) Puskesmas Cipayung dari
masyarakat yang sudah lanjut usia.Lanjut usia periode Juni-Agustus 2015 didapatkan total
atau yang biasa kita kenal dengan Lansia, kasus sebanyak 967 kasus selama 3 bulan
merupakan istilah tahap akhir dari proses terakhir, dimana rentang usia yang paling
penuaan. Dalam mendefinisikan batasan banyak menderita hipertensi merupakan usia
penduduk lanjut usia menurut Badan 55-59 tahun. Hipertensi juga merupakan
Koordinasi Keluarga Berencana Nasional ada penyakit ke-3 yang tertinggi angka
tiga aspek yang perlu dipertimbangkan yaitu kejadiannya setelah penyakit dispepsia dan
aspek ekonomi, aspek sosial dan aspek ISPA.6
biologis. Secara ekonomi, penduduk lanjut Prioritas masalah ditentukan melalui
usia lebih dipandang sebagai beban dari scoring, yaitu dengan memberikan nilai untuk
pada sebagai sumber daya. Banyak orang kriteria tertentu dan masalah yang menjadi
beranggapan bahwa kehidupan masa tua prioritas pertama adalah masalah yang
tidak lagi memberikan banyak manfaat, memiliki bobot paling besar. Salah satu teknik
bahkan ada yang sampai beranggapan scoring adalah PAHO. Penentuan prioritas
bahwa kehidupan masa tua, seringkali masalah kesehatan yang terjadi di Puskesmas
dipersepsikan secara negatif sebagai beban Cipayung dilakukan dengan menggunakan
keluarga dan masyarakat. Secara biologis teknik skoring PAHO. Teknik PAHO memiliki 4
penduduk lanjut usia adalah penduduk indikator, yaitu : (1) besarnya masalah
yang mengalami proses penuaan secara (Magnitude), (2) derajat keparahan (Severity),
terus menerus, yang ditandai dengan (3) ketersediaan teknologi (Vulerability), dan
menurunnya daya tahan fisik yaitu semakin (4) kepedulian masyarakat dan pejabat
rentannya terhadap serangan penyakit yang (Community/Political Concern). Prioritas
dapat menyebabkan kematian. Hal ini masalah telah dilakukan dengan meminta
disebabkan terjadinya perubahan dalam pendapat 8-10 orang untuk memberikan skor
struktur dan fungsi sel, jaringan, serta antara 1-10 untuk masing-masing kriteria yang
sistem organ.2 ada.
Salah satu penyakit yang paling sering
dialami oleh lansia adalah hipertensi. Tabel 1. Penentuan Prioritas Masalah Kesehatan
Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah di UPT Puskesmas Cipayung Kota Depok
persisten dengan nilai sistolik sama dengan No Prioritas M S V C TOTAL
atau lebih dari 140 mmHg dan/atau tekanan Penyakit
darah diastolik sama dengan atau lebih dari 90 1 Hipertensi 9 9 8 6 3888
primer
mmHg,3World Health Organization (WHO),
2 Diare dan 6.5 8.5 6 7 2320.5
2008, menyatakan hipertensi sebagai masalah gastroenteritis
kesehatan umum di seluruh dunia. Hal ini (A09)
disebabkan tingginya angka kejadian 3 Infeksi 8.5 6.7 5 8 2278
hipertensi yang kian hari semakin Pernafasan
mengkhawatirkan.4 Pada tahun 2000, Saluran Akut
hipertensi memiliki prevalensi sebesar 26,4% (ISPA) (J069)
dari populasi orang dewasa di seluruh dunia. 4 Tuberculosis 8 8 7 7 3136
Prevalensi ini terdiri dari 26,6% pada populasi 5 Sindroma 7.5 6.9 5 5 1293.5
pria, dan 26,1% pada populasi wanita. Jumlah Dispepsia (K30)
penderita hipertensi dewasa diperkirakan 6 Dengue Fever 7 8 7 7,5 2940
akan terus meningkat, dengan peningkatan
sebesar 60% pada tahun 2025.5Prevalensi 7 Gangguan 5 5 7 7 1225
hipertensi di Indonesia yang didapat melalui pada kulit (L98)

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 | 221


Eliza Techa dkk | Gambaran Pengetahuan Lansia terhadap Pencegahan dan Pengobatan Hipertensi

8 Diabetes 6,5 8 7 6 2148 datang dan memenuhi kriteria pemilihan


Mellitus Tipe 2 sesuai dengan jangka waktu yang
(E11) ditentukan.8,9
9 Arthritis (M13) 5.5 6 7 5 1155
Hasil dan Pembahasan
Dari hasil metode PAHO di atas Pada bab ini akan digambarkan hasil
didapatkan bahwa masalah kesehatan analisis kuesioner yang telah dibagikan pada
hipertensi menempati posisi pertama dalam tanggal 15 – 19 September 2015di Poli Umum
skala prioritas masalah dan masalah UPT Puskemas Cipayung Kota Depok. Jumlah
tuberkulosis menempati posisi kedua. Antara sampel yang berhasil dikumpulkan adalah 105
alasan lain memilih hipertensi adalah menurut sampel.
laporan bulanan penyakit (LB1) Puskesmas Distribusi responden berdasarkan data
Cipayung dari bulan Juni sampai Agustus 2015 demografi dan faktor risiko hipertensi
didapatkan ada 967 kasus hipertensi primer ditampilkan pada tabel berikut ini:
dan prevalensinya cukup tinggi berbanding
dengan penyakit lain.6Penyakit hipertensi Tabel 2 Distribusi responden berdasarkan data
dapat dicegah dan apabila penderita tidak demografi
ditangani dengan baik maka dapat Karakteristik Frekuensi Persentase
menyebabkan komplikasi yang serius. responden (n = 105) (%)
Jenis kelamin
Metode Laki-laki 19 18,1
Perempuan 86 81,9
Penelitian ini menggunakan metode
Umur
penelitian deskriptif. Peneliti mengumpulkan 46 – 55 54 51,4
data primer dengan menggunakan survey 56 – 65 31 29,5
cross sectional. Kelebihan dari desain cross ≥ 66 20 19,0
sectional adalah mudah dilaksanakan, Pendidikan terakhir
sederhana, ekonomis dalam hal waktu dan Tidak bersekolah 8 7,6
hasilnya dapat diperoleh dengan cepat. Desain SD/sederajat 51 48,6
cross sectional adalah desain penelitian SMP/sederajat 18 17,1
dimana variabel-variabel yang termasuk faktor SMA/sederajat 24 22,9
risiko dan variabel-variabel yang termasuk Perguruan tinggi 4 3,8
Status Pernikahan
efek diobservasi sekaligus pada waktu yang
Belum Menikah 4 3,8
sama dan hanya satu waktu.5,7 Data yang Sudah Menikah 82 78,1
dikumpulkan dalam penelitian ini adalah Duda/ Janda 19 18,1
gambaran pengetahuan lansia terhadap Pekerjaan
pencegahan dan pengobatan hipertensi di Ibu Rumah Tangga 78 74,3
Puskesmas Cipayung Kota Depok periode 15- Wiraswasta 7 6,7
19 September 2015. Survei terhadap Petani 3 2,9
responden akan dilakukan dengan terlebih Guru 2 1,9
dahulu meminta kesediaan responden Karyawan 2 1,9
(informed consent) secara verbal untuk PNS 2 1,9
Buruh 2 1,9
mengisi kuesioner Data yang diperoleh dari
Penjahit 1 0,9
responden akan dijaga kerahasiannya dan Pensiun 4 3,8
hanya untuk kepentingan survei.Teknik Tidak bekerja 4 3,8
pengumpulan data yang digunakan penulis Alamat (Kelurahan)
dalam penelitian ini didapatkan sumber data Cipayung 58 55,2
dari wawancara dengan menggunakan alat Cipayung Jaya 19 18,1
kuesioner yang telah disiapkan. Kuesioner Bojong Pondok Terong 17 16,2
berisi daftar pertanyaan yang dibuat dalam Luar Wilayah Cipayung 11 10,5
bentuk sederhana dengan metode pertanyaan
tertutup yang diberikan kepada responden. Kebiasaan Merokok
Ya 21 20
Pengambilan sampel dilakukan dengan
Tidak 84 80
metode pengambilan total sampling, yaitu Riwayat Hipertensi
teknik yang mengambil semua subyek yang

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 | 222


Eliza Techa dkk | Gambaran Pengetahuan Lansia terhadap Pencegahan dan Pengobatan Hipertensi

Ya 97 92,4 Baik 40 38,1


Tidak 8 7,8 Cukup 48 45,7
Riwayat Keluarga Kurang 17 16,2
Hipertensi
Ya 46 43,8 Pengetahuan tentang
Tidak 59 56,2 pengobatan hipertensi
Baik 23 21,9
Dari 105 sampel yang didapat selama Cukup 33 31,4
lima hari di UPT Puskesmas Cipayung, Kurang 49 46,7
didapatkan 81,9% responden perempuan dan
18,1% responden laki-laki dengan kelompok Dari data yang didapatkan dari
usia terbanyak adalah di rentang usia 46 – 55 kuesioner, sebagian besar responden sudah
tahun yaitu 51,4%. Tingkat pendidikan mengetahui apa itu gejala hipertensi dan nilai
terbanyak dari responden adalah SD/ tekanan darah normal manusia namun masih
sederajat yaitu 48,6%. Sebanyak 78,1% belum paham mengenai definisi
responden sudah menikah. Sebagian besar hipertensi.Sebagian besar 46.67% responden
dari responden memiliki pekerjaan ibu rumah menjawab hipertensi adalah keadaan stress
tangga 74,3%. Dari tiga kelurahan wilayah tinggi, banyak berfikir, sedangkan yang
kerja UPT Puskesmas Cipayung, sebagian menjawab benar atau penyakit hipertensi
besar responden berasal dari kelurahan adalah penyakit kenaikan tekanan darah
Cipayung, yaitu 55,2%. hanya 21%. Pasien lansia UPT Puskesmas
Faktor risiko hipertensi yang dinilai pada Cipayung Kota Depok sudah mengetahui
penelitian ini adalah kebiasaan merokok dan berapa nilai tekanan darah
faktor keturunan. Hanya 20% dari total normal,69,50%responden menjawab benar
responden yang memiliki kebiasaan merokok. yaitu tekanan darah normal pada manusia
Dari hasil analisis kuesioner didapatkan adalah kurang dari 130/80 mmHg, namun
92,4%% responden memiliki riwayat harus ada penyamaan persepsi lagi tentang
hipertensi namun hanya 43,8% yang memiliki pengetahuan nilai tekanan darah normal
riwayat keluarga hipertensi, hal tersebut manusia. Sebagian besar atau 67,60%
kemungkinan disebabkan karena keluarga responden menjawab gejala hipertensi adalah
tidak memeriksakan diri ke dokter. sakit kepala dan rasa berat di tengkuk.
Pengetahuan yang dianalisis dalam penelitian Meskipun hipertensi biasanya tanpa gejala
ini adalah tentang pencegahan dan (asimtomatik) namun gejala yang paling sering
pengobatan hipertensi. Pengetahuan tentang dirasakan penderita hipertensi terutama di
definisi hipertensi, tekanan darah normal dan UPT Puskesmas Cipayung Kota Depok adalah
gejala hipertensi juga peneliti nilai sebagai sakit kepala dan rasa berat di tengkuk.
gambaran awal pengetahuan responden Dari data yang didapatkan dari
mengenai pencegahan dan pengobatan kuesioner mengenai pencegahan hipertensi,
hipertensi. 47,61% responden menjawab bahwa
hipertensi adalah penyakit yang dapat
Tabel 3 Tingkat pengetahuan responden dicegah. Meskipun jumlahnya cukup banyak
mengenai pencegahan dan pengobatan hipertensi yang mengetahui hal tersebut, namun
Karakteristik responden Frekuensi Persentase sebagian besar masih belum mengetahui jika
(n = 105) (%) penyakit hipertensi adalah penyakit yang
Mengerti definisi 22 20,9 dapat dicegah. Secara umum pasien lansia
tekanan darah UPT Puskesmas Cipayung Kota Depok sudah
mengetahui bahwa merokok merupakan salah
Mengetahui tekanan 73 69,5
satu factor risiko hipertensi.Sebagian besar
darah normal
58.09% responden menjawab benar bahwa
Mengetahui gejala 71 67,6 pencegahan penyakit tekanan darah tinggi
hipertensi adalah dengan tidak merokok atau
menghentikan kebiasaan merokok. Sebagian
Pengetahuan tentang besar 69.50% responden menjawab tidak tahu
pencegahan hipertensi jika berolahraga secara teratur dapat

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 | 223


Eliza Techa dkk | Gambaran Pengetahuan Lansia terhadap Pencegahan dan Pengobatan Hipertensi

mencegah hipertensi. Secara umum pasien tinggi untuk sebagian pasien harus dikonsumsi
lansia UPT Puskesmas Cipayung Kota Depok seumur hidup di bawah pengawasan dokter,
mengetahui bahwa konsumsi garam penderita harus rutin melakukan pemeriksaan
merupakan salah satu faktor risiko hipertensi, tekanan darahnya. Secara umum pasien lansia
90,50% responden menjawab mengurangi UPT Puskesmas Cipayung Kota Depok belum
konsumsi garam dapat mencegah penyakit mengetahui prinsip pengobatan hipertensi
darah tinggi. Secara umum pasien lansia UPT secara menyeluruh, yaitu mengkonsumsi
Puskesmas Cipayung Kota Depok mengetahui obat-obatan disertai dengan pola hidup sehat,
bahwa makanan berlemak juga merupakan 55,20% responden betul.
faktor risiko terjadinya hipertensi, 66.70% Dari pertanyaan mengenai
responden menjawab benar yaitu mengurangi pencegahan penyakit hipertensi, 38,1%
konsumsi makanan berlemak dapat mencegah responden berpengetahuan baik, 45,7%
penyakit tekanan darah tinggi. Sebagian berpengetahuan cukup, dan 16,2%
responden 50,50% menjawab benar yaitu berpengetahuan kurang. Berdasarkan
minuman berkefin seperti kopi meningkatkan pertanyaan mengenai pengobatan penyakit
risiko tekanan darah tinggi. Namun jumlah hipertensi, 21,97% responden
resonden yang menjawab salah atau tidak berpengetahuan baik, 31,4% berpengetahuan
tahu terbilang masih banyak, sehingga perlu cukup, dan 46,7 % responden memiliki
ditingkatkan pengetahuan tentang hubungan pengetahuan yang kurang.
antara minuman berkafein seperti rokok
dengan hipertensi. Simpulan
Dari data yang didapatkan dari Hipertensi merupakan salah satu dari
kuesioner mengenai pengobatan hipertensi, sepuluh penyakit terbanyak di UPT
seluruh responden menjawab bahwa orang Pusksesmas Cipayung Kota Depok.
yang mengalami hipertensi perlu diobati, Berdasarkan hasil penelitian mengenai
83,30% responden menjawab benar yaitu pencegahan hipertensi, 38,1% responden
salah satu bentuk pengobatan tekanan darah berpengetahuan baik, 45,7% berpengetahuan
tinggi adalah obat-obatan antihipertensi. cukup, dan 16,2% berpengetahuan kurang.
Secara umum pasien lansia UPT Puskesmas Berdasarkan hasil penelitian mengenai
Cipayung Kota Depok sudah mengetahui cara pengobatan penyakit hipertensi, 21,97%
konsumsi obat penurun tekanan darah, responden berpengetahuan baik, 31,4%
81,90% responden menjawab benar bahwa berpengetahuan cukup, dan 46,7 % responden
obat untuk tekanan darah tinggi harus memiliki pengetahuan yang kurang.
diminum secara teratur setiap hari. Secara Bedasarkan hasil penelitian yang telah
umum pasien lansia UPT Puskesmas Cipayung dilakukan, tingkat pengetahuan pasien lansia
Kota Depok belum mengetahui bahwa obat- terhadap pencegahan dan pengobatan
obatan tekanan darah tinggi sebenarnya tidak hipertensi di UPT Puskemas Cipayung Kota
merusak ginjal, bahkan jika tidak dikonsumsi Depok masih kurang baik terutama dalam
oleh pasien hipertensi justru ginjal pasien pengetahuan mengenai prinsip pengobatan
kemungkinan dapat rusak karena komplikasi hipertensi.
hipertensi,23,80% yang menjawab benar
bahwa obat-obatan tekanan darah tinggi tidak Daftar Pustaka
merusak organ seperti ginjal, 30,50% 1. Departemen Kesehatan. Keputusan
responden menjawab tidak tahu dan 45.70% Menteri Kesehatan Republik Indonesia
responden menjawab obat-obatan tekanan No.857 Tentang Penilaian Kinerja SDM
darah tinggi dapat merusak organ seperti
Kesehatan. Jakarta: Depkes; 2009.
ginjal. Secara umum pasien lansia UPT
Puskesmas Cipayung Kota Depok belum 2. Badan Kependudukan dan Keluarga
mengetahui lama pengobatan darah tinggi, Berencana Nasional. Menuju Lansia
57,10% responden menjawab salah, 8,60% Paripurna. [disitasi 12 September 2015].
menjawab tidak tahu dan hanya 34,30% yang Tersedia di:
menjawab betul mengenai obat darah tinggi http://www.bkkbn.go.id/ViewArtikel.aspx
harus dikonsumsi setiap hari. Obat-obat darah ?ArtikelID=123

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 | 224


Eliza Techa dkk | Gambaran Pengetahuan Lansia terhadap Pencegahan dan Pengobatan Hipertensi

3. Kaplan N. Systemic Hypertension :


Therapy. Dalam: Braunwald's Heart
Disease.Edisi ke-9. Pennsylvania: Elsevier
Saunders; 2012.
4. World Health Organization. A global brief
on hypertension 2013. Geneva: WHO;
2014.
5. Notoatmodjo S. Kesehatan Masyarakat
Ilmu dan Seni. Jakarta: Rieka Cipta; 2007.
6. Puskesmas Cipayung. Laporan Bulanan
Penyakit Juni- Agustus 2015. Depok :
Puskesmas Cipayung; 2015
7. Gordis, L. Epidemiology3 ed.
Pennsylvania: Elsevier Saunders;2004.
8. Swarjana, I.K. Metodologi Penelitian
Kesehatan: Tuntunan Praktis Pembuatan
Proposal Penelitian. Yogyakarta; 2012.
9. Sopiyudin, D. Besar Sampel dan Cara
Pengambilan Sampel dalam Penelitian
Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta:
Salemba Medika; 2013.

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 | 225


Juminten Saimin dkk| Kecemasan Wanita Premenopause dalam Menghadapi Masa Menopasue

Kecemasan Wanita Premenopause dalam Menghadapi Masa


Menopause,Sebuah Studi Crossectional
Juminten Saimin1, Cici Hudfaizah2, Indria Hafizah3
1
Bagian Obstetri dan Ginekologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Halu Oleo, Kendari
2
PSPD, Fakultas Kedokteran, Universitas Halu Oleo, Kendari
3
Bagian Biomedik, Fakultas Kedokteran, Universitas Halu Oleo, Kendari

Abstrak
Jumlah dan proporsi penduduk wanita yang memasuki usia menopause terus mengalami peningkatan yang signifikan.Ada
banyak kekhawatiran yang menyelubungi pikiran wanita ketika memasuki masamenopause. Masalah psikis yang paling
sering dialami adalah rasa cemas. Kecemasan tersebut berupa perasaaan menjadi tua, tidak menarik lagi, mudah
tersinggung, khawatir keinginan seksual menurun, merasa tidak berguna dan tidak menghasilkan sesuatu. Penelitian ini
merupakan penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional yang dilakukan pada 205 wanita premenopause
berusia 40-50 tahun di Kota Kendari.Pengambilan sampel dilakukan secarasimple random sampling.Teknik pengumpulan
data menggunakan kuisioner dan mengacu pada Taylor Manifest Anxiety Scale (T-MAS). Data dianalisis menggunakan uji
Chi-square dengan nilai kemaknaan p = 0,05. Hasil penelitian didapatkan bahwa112 responden (54,6%)mengalami
kecemasan. Usia terbanyak yangmengalami kecemasan adalah usia 40-45 tahun sebanyak 69 responden (33,7%), namun
tidak terdapat hubungan antara usia dengan kecemasan (p = 0,606).Kecemasan terbanyak didapatkan pada pendidikan
rendah yaitu107 responden (52,2%) dan terdapat hubungan antara tingkat pendidikandengan kecemasan (p =
0,000).Kelompok tidak bekerja terbanyak mengalami kecemasan yaitu69 responden (33,7%) dan terdapat hubungan antara
pekerjaan dengan kecemasan (p = 0,001). Kelompok yang tinggal dengan pasangan terbanyak mengalami kecemasan yaitu
60 responden (35,1%), namun tidak terdapat hubungan antara status tinggal dengan kecemasan (p = 0,941).Kecemasan
terbanyak pada kelompok dengan aktivitas fisik berat yaitu96 responden (46,8%) dan terdapat hubungan antara aktivitas
fisik dengan kecemasan (p = 0,000).Kelompok dengan berat badan lebihterbanyak mengalami kecemasan yaitu 67
responden (32,7%), tetapi tidak terdapat hubungan antara indeks massa tubuhdengan kecemasan (p = 0,396). Simpulan :
Terdapat hubungan antara tingkat pendidikan, pekerjaan, dan aktivitas fisik dengan kecemasan pada wanita premenopause.

Kata kunci : aktivitas fisik, kecemasan, pekerjaan, tingkat pendidikan, wanita premenopause,

Anxiety of Premenopausal Women in Facing Menopausal Period,


A Cross Sectional Study
Abstract
The population and proportion of menopausal women was increasing significantly. There were many concerns that
influence a premenopausal woman's mind ofmenopause. The most of psychological problems was anxiety. The form of
anxiety was feelings of being old, no longer of interest, irritability, decreased sexual desire, useless and did not
productive.The aim of this study to analyze the factors associated with anxiety in the premenopausal women. This research
was descriptive analytic with cross sectional approach conducted in 205 premenopausal women that aged 40-50 years in
the city of Kendari.Samples were taken by simple random sampling. The technique of collecting data using questionnaires
and the Taylor Manifest Anxiety Scale (T-MAS). Data were analyzed using Chi-square test with a significance value of p =
0.05. The results showed that 112 respondents (54.6%) had anxiety. Its most experienced anxiety was women aged 40-45
years old(33.7%), which was low of education level (52.2%). Anxiety that most experience was in the group of not working
(33.7%), lived with a partner (35.1%), in a group with heavy physical activity (46.8%)and the group with obesity (32.7%).
There was a significant correlation between the level of education, occupation and physical activity with anxiety.
Conclusion: There was a correlation between the level of education, occupation, and physical activity with anxiety in
premenopausal women.

Key words : anxiety, level of education, occupation, physical activity, premenopausal women
Korespondensi : dr Juminten SpOG(K), alamat , hp : e-mail :

Pendahuluan menopause di Asia pada tahun 2025


Jumlah dan proporsi penduduk wanita diperkirakan akan melonjak dari 107 juta
yang memasuki usia menopause terus menjadi 373 juta jiwa.1
mengalami peningkatan yang signifikan.World Proyeksi penduduk Indonesia oleh
Health Organization (WHO) memperkirakan Badan Pusat Statistik (BPS), pada tahun 2025
setiap tahun terjadi peningkatan jumlah akan ada 60 juta wanita yang mengalami
wanita yang mengalami menopause di seluruh menopause.2Berdasarkan data BPS di Kendari
dunia. Menurut WHO, 2010, jumlah wanita pada tahun 2013 terdapat 155.527

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 | 226


Juminten Saimin dkk| Kecemasan Wanita Premenopause dalam Menghadapi Masa Menopasue

pendudukwanita dan yang berusia di atas 50 mendapatkan bahwa terdapat hubungan


tahun adalah 13.776 orang.3 antara tingkat pengetahuan dan kecemasan
Menopause merupakan periode ibu dalam mengahadapi menopause, yaitu
menstruasi spontan yang terakhir pada semakin kurang tingkat pengetahuan maka
seorang wanita dan merupakan diagnosis yang semakin meningkat kecemasan ibu dalam
ditegakkan secara retrospektif setelah menghadapi menopause.
amenore selama 12 bulan. Menopause terjadi Tujuan penelitian ini untuk menganalisis
rata-rata pada usia 51 tahun.4,5Menopause faktor-faktor yang berhubungan dengan
adalah periode berhentinya menstruasi secara kecemasanwanitapremenopause dalam
permanen akibat berkurang atau hilangnya menghadapi masa menopause.
aktivitas ovarium.Kadar estradiol serum pada
perempuan premenopause berkisar 40–400 Metode
pg/ml, turun sampai kurang dari 20 pg/ml Penelitian ini merupakan penelitian
pada postmenopause.Hilangnya fungsi deskriptif analitik dengan pendekatan cross
ovarium menyebabkan perubahan pada sectional yang dilakukan pada wanita
hampir semua organ tubuh.6 premenopause di Kota Kendari mulai Januari –
Menopause merupakan suatu Maret 2013.Populasi sampel adalah wanita
fenomena reproduksi yang universal.Sejumlah premenopause yang berusia antara 40-50
gejala fisik dan psikologis dapat ditemukan tahun.Sampel adalah wanita premenopause
oleh karena perubahan hormonal yang terjadi yang memenuhi kriteria inklusi dan bersedia
saat menopause. Gejala-gejala yang dapat untuk ikut serta dalam penelitian dengan
ditemukan pada wanita menopause meliputi menandatangani persetujuan.
gejala psikis, somato vegetatif, dan urogenital. Pengambilan sampel dilakukan secara
Gejala-gejala dapat berupa gangguan daya simple random sampling dengan besar sampel
ingat, kurangnya konsentrasi, kecemasan, sebanyak 205.Teknik pengumpulan data
depresi, insomnia, badan terasa panas, menggunakan kuisioner dan mengacu pada
berkeringat, nyeri sendi,gangguan libido, Taylor Manifest Anxiety Scale (T-MAS).Data
vagina kering, inkontinensia urin, dan lain-lain. dianalisis menggunakan uji Chi-square dengan
Gejala-gejala tersebut dapat menimbulkan nilai kemaknaan p = 0,05.
gangguan terhadap kualitas hidup wanita
menopause.7,8 Hasil Penelitian
Walaupun menopause merupakan Alat ukur yang digunakan pada
proses alami yang dialami setiap wanita, penelitian ini berupa kuesioner yang mengacu
namun bagi sebagian wanita masa menopause pada Taylor Manifest Anxiety Scale (T-MAS),
merupakan saat yang paling menyedihkan yang berisi aspek fisik, psikis, sosial dan
dalam hidupnya.Ada banyak kekhawatiran seksual dalam perkawinan dengan skala
yang menyelubungi pikiran wanita ketika pengukuran ordinal. Kategori cemas bila
memasuki masamenopause.Masalah psikis jawaban ≥ 40% atau jika responden merasakan
yang sering dialami adalah rasa cemas.Cemas gejala sebanyak lebih dari atau sama dengan 8
karena perasaaan menjadi tua, tidak menarik pernyataan.
lagi, mudah tersinggung, khawatir keinginan Penelitian ini juga menyertakan
seksual menurun, merasa tidak berguna dan karakteristik responden yang ikut dalam
tidak menghasilkan sesuatu.9 penelitian ini. Karakteristik sampel meliputi
Kecemasan adalah suatu keadaan usia, tingkat pendidikan, pekerjaan, status
emosional yang tidak menyenangkan yang tinggal, aktivitas fisik dan IMT.
ditandai oleh rasa ketakutan serta gejala fisik Tabel 1 : Hubungan usia dengan kecemasan
yang menegangkan serta tidak wanita premenopause dalam menghadapi masa
diinginkan.10Beberapa penelitian menopause
Kecemasan
menunjukkan bahwa 75% wanita menopause
Cemas Tidak Jumlah
merasakan menopause sebagai masalahatau Usia Cemas P- Value
gangguan, sedangkan 25% lainnya tidak Frek. Frek. Frek.
mempermasalahkannya.11 Dalam (%) (%) (%)
12 40-45 69 54 123
penelitiannya Damayanti (2012) juga 0,606
tahun 33,7% 26,3% 60,0%

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 | 227


Juminten Saimin dkk| Kecemasan Wanita Premenopause dalam Menghadapi Masa Menopasue

46-50 43 39 82 terbanyak mengalami kecemasan adalah


tahun 21,0% 19,0% 40,0% kelompok tidak bekerja 69 responden (33,7%).
Total 112 93 205
(54,6%) (45,4%) (100,00%)
Hasil uji Chi square menunjukkan terdapat
hubungan yang bermakna antara pekerjaan
Dari tabel 1 terlihat bahwa kelompok dengan kecemasan (p = 0,000).
usia terbanyak yang mengalami kecemasan
Tabel 4 : Hubungan status tinggal dengan
adalah 40-45 tahun, 69 responden (33,7%).
kecemasan wanita premenopause dalam
Namun hasil uji Chi square menunjukkan tidak menghadapi masa menopause
terdapat hubungan antara usia dengan
kecemasan (p = 0,606). Kecemasan
Cemas Tidak Jumlah
Status
Tabel 2 :Hubungan tingkat pendidikan dengan Cemas P- Value
Tinggal
kecemasan wanita premenopause dalam Frek. Frek. Frek.
menghadapi masa menopause (%) (%) (%)
Dgn 60 43 103
Kecemasan Pasanga 35,1% 25,1% 60,2%
Cemas Tidak Jumlah n
Tingkat 0,941
Cemas P- Value Dgn
Pendidikan
Frek. Frek. Frek. Kelurga 40 28 68
(%) (%) (%) Besar 23,4% 16,4% 39,8%
Tinggi 5 37 42 Total 112 93 205
2,4% 18,0% 20,5% 54,6% 45,4% 100,%
0,000
Rendah 107 56 163
52,2% 27,3% 79,5%
Total 112 93 205
Tabel 4 menggambarkan hubungan
54,6% 45,4% 100 % antara status tinggal dengan kecemasan
wanita premenopause dalam menghadapi
Tabel 2 menilai hubungan antara tingkat masa menopause. Tampak bahwa kelompok
pendidikan dengan kecemasan wanita yang terbanyak mengalami kecemasan adalah
premenopause dalam menghadapi masa kelompok yang tinggal dengan pasangan yaitu
menopause. Tampak bahwa kecemasan 60 responden (35,1%). Namun dari hasil uji Chi
terbanyak pada kelompok tingkat pendidikan square menunjukkan tidak terdapat hubungan
rendah yaitu 107 responden (52,2%). Hasil uji antara status tinggal dengan kecemasan (p =
Chi square menunjukkan terdapat hubungan 0,941).
yang bermakna antara tingkat pendidikan
dengan kecemasan (p = 0,000). Tabel 5 : Hubungan aktivitas fisik dan indeks
massa tubuh (IMT)dengan kecemasan wanita
premenopause dalam menghadapi masa
Tabel 3 : Hubungan pekerjaan dengan kecemasan
menopause
wanita premenopause dalam menghadapi masa
menopause
Kecemasan
Kecemasan Cemas Tidak Jumlah
Aktivitas
Jumlah Cemas P- Value
Cemas Tidak Fisik
P- Frek. Frek. Frek.
Pekerjaan Cemas
Value (%) (%) (%)
Frek. Frek. Frek.
(%) (%) (%) Aktivitas
Ringan 16 40 56
Bekerja 43 58 101
7,8% 19,5% 27,3% 0,000
21,0% 28,3% 49,3%
0,001 Berat 96 53 149
Tidak Bekerja 69 35 104
46,8% 25,9% 72,7%
33,7% 17,1% 50,7%
IMT
Total 112 93 205
BB 45 32 77
54,6% 45,4% 100 %
Normal 22,0% 15,6% 37,6% 0,396
BB lebih 67 61 128
Tabel 3 menilai hubungan antara 32,7% 29,8% 62,4%
pekerjaan dengan kecemasan wanita Total 112 93 205
premenopause dalam menghadapi masa 54,6% 45,4% 100%
menopause. Tampak bahwa kelompok yang

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 | 228


Juminten Saimin dkk| Kecemasan Wanita Premenopause dalam Menghadapi Masa Menopasue

sebagai ibu rumah tangga saja tingkat


Tabel 5 menunjukkan gambaran pengetahuan yang dimiliki cenderung tidak
hubungan antara aktivitas fisik dan indeks banyak perubahan.Hal ini sejalan dengan
massa tubuh dengan kecemasan wanita penelitian yang dilakukan oleh Ningtyas (2011)
premenopause dalam menghadapi masa bahwa ibu rumah tangga belum mengetahui
menopause. Tampak bahwa kelompok yang banyak mengenai menopause.15Sebagian
terbanyak mengalami kecemasan adalah besar responden hanya mengetahui definisi
kelompok dengan aktivitas fisik berat yaitu 96 menopause tetapi tidak mengetahui faktor
responden (46,8%). Hasil uji statistik yang mempengaruhi menopause.Wanita yang
menunjukkan terdapat hubungan antara bekerja umumnya mempunyai cara berfikir
aktivitas fisik dengan kecemasan (p = yang tidak sempit, merasa lebih aman dan
0,000).Penilaian terhadap IMT menunjukkan mempunyai kepercayaan terhadap diri sendiri
bahwa kelompokyang terbanyak mengalami dan kemampuannya.
kecemasanadalah dengan berat badan lebih Dukungan suami sangat mempengaruhi
yaitu 67 responden (32,7%). Namun hasil uji wanita dalam menghadapi masa
statistik menunjukkan tidak terdapat menopause.Pada penelitian ini didapatkan
hubungan antara indeks massa tubuh dengan bahwa kelompok yang terbanyak mengalami
kecemasan (p = 0,396). kecemasan adalah kelompok yang tinggal
dengan pasangan,namun tidak terdapat
Pembahasan hubungan antara status tinggal dengan
Pada penelitian ini kelompok usia kecemasan. Suami yang tidak menuntut istri
terbanyak yang mengalami kecemasan adalah dalam penampilan fisik dan selalu
40-45.Sebagian besar wanita mulai mengalami mendampingi dalam segala situasi sangat
gejala menopause pada usia sekitar 40 - 50 membantu ibu untuk menghadapi
tahun.Pada periode ini sering timbul menopause.Wanita merasa tertekan karena
kecemasan akibat perubahan yangterjadi pada kehilangan seluruh perannya sebagai wanita
tubuh.Pada umumnya wanita mengalami dan harus menghadapi masa tuanya.Wanita
gejala kurang dari 5 tahun dan sekitar 25% yang mengalami depresi sering merasa sedih,
lebih dari 5 tahun.13 karena kehilangan kemampuan untuk
Penelitian ini mendapatkan bahwa bereproduksi, sedih karena kehilangan
kecemasan terbanyak pada kelompok tingkat kesempatan untuk memiliki anak, sedih karena
pendidikan rendah.Semakin tinggi tingkat kehilangan daya tarik.9
pendidikanakan mudah menerima Kesehatan individu merupakan faktor
informasi.Menurut Notoatmodjo, predisposisi kecemasan.Pada penelitian ini
pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini didapatkan bahwa kelompok yang terbanyak
terjadi setelah orang melakukan penginderaan mengalami kecemasan adalah kelompok
terhadap suatu objek tertentu.Banyak faktor dengan aktivitas fisik berat.Kecemasan dapat
yang mempengaruhi pengetahuan, antara lain disertai dengan gangguan fisik yang
umur, pendidikan dan pengalaman.Makin menurunkan kemampuan individu untuk
tinggi tingkat pendidikan seseorang, makin mengatasi stressor.16
mudah menerima informasi sehingga makin Penilaian terhadap IMT pada penelitian
banyak pula pengetahuan yang dimiliki. ini menunjukkan bahwa kelompok dengan
Sebaliknya pendidikan yang kurang akan berat badan lebih yang terbanyak mengalami
menghambat perkembangan seseorang kecemasan, walaupun tidak terdapat
terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan, hubungan antara indeks massa tubuh dengan
sehingga responden tidak mengetahui kecemasan. Otak mengandung reseptor
informasi lebih banyak khususnya tentang khusus untuk benzodiazepine, obat-obatan
menopause.14 yang meningkatkan neuroregulator inhibisi
Kelompok yang terbanyak mengalami asam gamma-aminobutirat (GABA), yang
kecemasan adalah kelompok tidak berperan penting dalam mekanisme biologis
bekerja.Aktivitas wanita sehari-hari dapat yang berhubungan dengan kecemasan.16Ketika
mempengaruhi kualitas hidup yang kadar estrogen dan progesteron menurun,
dimiliki.Seorang wanita yang berperan hanya kelenjar hipothalamus dan kelenjar pituitari

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 | 229


Juminten Saimin dkk| Kecemasan Wanita Premenopause dalam Menghadapi Masa Menopasue

berusaha untuk mengoreksi keadaan ini Buku Kedokteran EGC; 2009.


dengan menaikkan produksi Folicle 8. Heinemann, L. International versions of
Stimulating Hormone (FSH) dan Luteineizing the Menopause Rating Scale (MRS).
Hormone (LH) untuk menstimulasi BioMed Central; 2003; hal. 1-4.
ovariummelakukan fungsi normalnya. Jika 9. Hawari D. Manajemen stress, cemas dan
ovarium tidak mampu bereaksidengan depresi. Jakarta : Balai Penerbit Fakultas
membuat matang folikel dalam setiap siklus, Kedokteran Universitas Indonesia; 2008.
kadar FSH danLH yang tinggi ini akan 10. Davies, Teifion., Craig, TKJ. ABC
mengganggu operasi normal dari sistem kesehatan mental. Jakarta : Penerbit
tubuhlainnya termasuk metabolisme, kimiawi Buku Kedokteran EGC; 2009.
otak, dan keadaan tulang. 11. Aprilia, N.I., Puspitasari, N. Faktor yang
Mempengaruhi Tingkat Kecemasan
Simpulan Wanita Perimenopause.The Indonesian
Terdapat hubungan antara tingkat Journal of Public Health; Surabaya :
pendidikan, pekerjaan, dan aktivitas fisik Universitas Airlangga. 2007;Vol.4.
dengan kecemasan pada wanita 12. Damayanti F. Hubungan tingkat
premenopause. Tidak terdapat hubungan pengetahuan dan upaya penanganan ibu
antara usia, status tinggal dan IMT dengan dengan kecemasan dalam menghadapi
kecemasan pada wanita premenopause dalam menopause di kelurahan Genuksari
menghadapi masa menopause. kecamatan Genuk kota Semarang.Jurnal
dinamika kebidanan.2012; Vol 2 (1).
13. Rostiana, Triana. Kecemasan pada wanita
Daftar Pustaka yang menghadapi menopause. Skripsi :
1. Terjadi Pergeseran Umur Menopause; Fakultas Psikologi Universitas
Depkes RI, 2005 (Disitasi : 30 November Gunadarma; 2009.
2014). Tersedia dari : 14. Notoatmodjo, S. Ilmu Kesehatan
http://www.depkes.go.id?index.php.oion Mayarakat. Jakarta : Rineka Cipta; 2007.
=article&task. 15. Ningtyas A., Wuryanto A., Yuanita H.
2. BKKBN. 2006. Menopause Datang Rasa Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Usia
Senang Tertendang. (disitasi : 25 45-55 Tahun mengenai Menopause di
November2006. Tersedia dari Desa Karang Kepoh II Salatiga. Skripsi :
:http://www.bkkbn.go.id Universitas Panti Wilasa. 2011.
3. Badan Pusat Statistik. 2013. Jumlah 16. Andrews G. Buku Ajar Kesehatan
Penduduk Menurut Umur, Jenis Kelamin, Reproduksi Wanita.Edisi 2.Jakarta :
Provinsi, Kabupaten/Kota.(Disitasi : 30 Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2010.
November 2014). Tersedia dari
:http://www.badan-pusat-statistik.go.id
4. Sastrawinata S.Wanita dalam berbagai
masa kehidupan. Dalam : Wiknjosastro H,
editor. Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo;
2007. Hal. 125-131.
5. Glasier A., Gebbie A. Keluarga berencana
dan kesehatan reproduksi. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2006.
6. Sturdee DW, Panay N, International
Menopause Society Writing Group
Recommendations for the management
of postmenopausal vaginal
atrophy. Climacteric. 2010;13(6):509–
522.
7. Morgan G., HamiltonC. Obstetri dan
Ginekologi. Edisi 2. Jakarta : Penerbit

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 | 230


Khairun Nisa Berawi | Penurunan Kadar Kolesterol Total Darah sebagai Resiko Dislipidemi pada Lansia yang Mengikuti
Senam Jantung Sehat

Penurunan Kadar Kolesterol Total Darah sebagai Resiko Dislipidemia pada


Lansia yang Mengikuti Senam Jantung Sehat

Khairun Nisa Berawi


Bagian Fisiologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung

Abstrak
Dislipidemia adalah salah satu faktor resiko utama terjadinya penyakit jantung koroner, yang menjadi penyebab kematian
utama di dunia. Dislipidemia ditandai dengan peningkatan total serum kolesterol, LDL-C dan peningkatan kadar HDL-C.
kolesterol total biasanya paling berhubungan dengan insiden dislipidemia. Gangguan koletserol ini semakin meningkat
dengan bertambahnya usia dan diatas 60 tahun yang masuk golongan lanjut usia kasusnya semakin banyak. Tingginya
kolesterol plasma merupakan salah satu faktor resiko terbesar yang berhubungan dengan penyakit kardiovaskuler. Latihan
aerobik intensitas sedang seperti pada senam jantung sehat mampu menurunkan kadar kolesterol total pada lansia
sehingga membantu mengurangi resiko terjadinya dislipidemia yang berkontribusi menjadi penyakit kardiovaskuler.
Latihan ini meningkatkan aktifitas lipoprotein lipase yang membantu katabolisme trigliserida dalam partikel lemak darah.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh senam jantung sehat terhadap kolesterol total pada lansia di Panti
Lansia Tresna Werdha Bhakti Yuswa, Natar, Lampung Selatan. Perlakuan senam jantung sehat diberikan selama 2 bulan
berturut dengan frekuensi 2-3 kali seminggu durasi persesi 30 menit. Penelitian menggunakan metode eksperimental pre
dan post-test design dengan subjek 30 orang lansia. Nilai rerata kolesetrol total sebelum senam 193,23 mg/dl dan sesudah
senam 189,43 mg/dl. Nilai rerata kolesterol total sebelum senam 31,535 mg/dl dan sesudah senam 30,177 mg/dl. Hasil uji t
untuk kadar kolesterol total didapatkan p-value = 0,007 (α≤0,05). Simpulan : pemberian senam jantung sehat pada lansia
dapat menurunkan resiko dislipidemia dengan menurunkan kadar kolesterol total darah.

Kata kunci: kolesterol total, lansia, senam jantung sehat

Lowering Total Cholesterol Blood Levels as Risk of Dyslipidemia in Elderly


Who Follow The Healthy Heart Gymnastics

Abstract
Dyslipidemia is a major risk factor for coronary heart disease, which is the main cause of death in the world. Dyslipidemia is
characterized by elevated serum total cholesterol, LDL-C and HDL-C levels. total cholesterol usually most associated with
the incidence of dyslipidemia. This koletserol disorders increases with age and over 60 years who fall into the category of
older cases more. The high plasma cholesterol is one of the biggest risk factors associated with cardiovascular disease.
Moderate intensity aerobic exercise such as gymnastics healthy heart can lower total cholesterol levels in the elderly so as
to help reduce the risk of dyslipidemia contributes into cardiovascular disease. This exercise increases the activity of
lipoprotein lipase that helps catabolism of triglycerides in the blood of fat particles. This study aims to determine the effect
of a healthy heart gymnastics against total cholesterol in the elderly in Nursing Home Elderly Bhakti Tresna Yuswa, Natar,
South Lampung. Treatment gymnastics healthy heart given for 2 consecutive months with a frequency of 2-3 times a week
persesi duration of 30 minutes. Research using experimental methods of pre and post-test design with 30 elderly subjects.
Kolesterol mean value of the total before the gymnastics 193.23 mg/dl and after gymnastics 189.43 mg/dl. The average
value of total cholesterol before gymnastics 31.535 mg/dl and after gymnastics 30.177 mg/dl. The results of the t test for
total cholesterol was obtained p-value = 0.007 (α≤0,05). Conclusion : giving heart-healthy exercise in the elderly can reduce
the risk of dyslipidaemia by lowering total blood cholesterol levels.

Keywords: gymnastics healthy heart, the elderly, total cholesterol

Korespondensi : dr. Khairun Nisa Berawi, M.Kes., AIFO, email nisaberawi0226@gmail.com, Jalan Imam Bonjol no. 163,
Bandar Lampung, 081379020029

Pendahuluan Amerika Serikat data dari National Health and


Dislipidemia adalah gangguan Nutrition Examination Survey (NHANES)
metabolisme lipoprotein. Dislipidemia dapat (1996-2006) juga menunjukkan, prevalensi
terjadi akibat peningkatan kadar kolesterol dislipidemia meningkat sesuai dengan status
total, LDL-C, trigliserida dan penurunan HDL- berat badan 2. Tingginya kolesterol plasma
C. Dislipidemia menjadi salah satu factor merupakan salah satu faktor resiko terbesar
resiko utama penyakit kardiovaskuler1. Di yang berkontribusi pada prevalensi dan

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 | 231


Khairun Nisa Berawi | Penurunan Kadar Kolesterol Total Darah sebagai Resiko Dislipidemi pada Lansia yang Mengikuti
Senam Jantung Sehat

2
beratnya penyakit kardiovaskuler . PJK semakin besar 2, 11. Semakin tua usia
Berdasarkan data The World Health seseorang, kemungkinan terjadinya penyakit
Organization (WHO) pada tahun 2002, jantung koroner akan semakin besar. Hal ini
sebanyak 16,7 juta orang meninggal disebabkan karena kemampuan tubuh untuk
disebabkan penyakit kardiovaskuler, jumlah mengatur absorpsi, sintesis dan ekskresi
ini meningkat menjadi sekitar 17,3 juta orang lemak mulai berkurang 7, 11.
pada tahun 2008, dan angka ini diperkirakan Peneliti ingin mengetahui efektifitas
akan terus meningkat mencapai 23,3 juta senam jantung sehat pada lansia dalam upaya
pada tahun 2030 2. Di Indonesia, 30% managemen pengendalian kadar kolesterol
kematian yang ada disebabkan penyakit total darah yang memicu penyakit
kardiovaskuler (NCD Country Profiles, 2011). kardiovaskuler.
Semakin tinggi serum kolesterol, semakin
besar plak aterosklerosis yang terbentuk 2. Metode
Hasil penelitian menemukan bahwa, dengan Penelitian ini merupakan penelitian
menurunkan total kolesterol sebanyak 10% eksperimental dengan metode pre and post
dapat menurunkan risiko PJK sebanyak 15% design. Penelitian dilakukan selama dua
dan penurunan risiko kematian sebanyak 11% bulan. Selama dua bulan para responden
1
. Usaha pencegahan PJK akan berhasil lansia yang sudah memenuhi criteria inklusi
dengan baik jika diimbangi dengan sebanyak 30 orang melakukan senam jantung
berolahraga. Olahraga biasanya menurunkan sehat, dua kali dalam setiap minggunya
konsentrasi trigliserid plasma. Sebagai dengan durasi 20-30 menit (9). Sebelum
konsekuensinya, terjadi penurunan kadar melakukan senam jantung sehat pertama kali
VLDL (very low density lipoprotein) dan kadar dan setelah melakukan senam jantung sehat
kolesterol HDL (high density lipoprotein) terakhir para lansia diambil darahnya untuk
cenderung meningkat 3. Saat ini sudah banyak mengetahui kadar kolesetrol total darah.
dikembangkan olahraga yang dikhususkan Penelitian dilakukan di Panti Sosial Tresna
untuk memperbaiki dan meningkatkan kerja Werdha Bhakti Yuswa’ Natar Lampung Selatan
jantung, salah satunya adalah adanya senam dan Laboratorium Klinik dan Radiologi Duta
jantung sehat 4. Senam jantung sehat Medika.
merupakan salah satu bentuk latihan Analisis data bivariat untuk mengetahui
intensitas sedang yang dapat menurunkan peningkatan kadar kolesetrol total darah
kadar kolesterol dan LDL darah. Hal ini sebelum dan sesudah melakukan olahraga
disebabkan lemak sebagai cadangan energi senam jantung sehat secara rutin selama 2
dalam bentuk trigliserida, pada saat bulan. Kemudian diuji secara statistik dengan
berolahraga akan dipecah oleh enzim uji t berpasangan 10.
lipoprotein lipase untuk memperoleh energi.
Semakin sering berolahraga semakin banyak Hasil
lemak yang dibakar, sehingga kadar kolesterol Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data
total dan LDL darah akan semakin berkurang umur responden sebagai berikut :
6
. Kadar LDL yang menurun dan kadar HDL
darah akan semakin meningkat dikarenakan Distribusi Frekuensi
adanya aktifitas enzim lipoprotein lipase Responden Berdasarkan
(LPLA) yang meningkat pada jaringan lemak Umur di Panti Sosial…
dan otot. Aktifitas enzim LPLA ini terlibat
60-74
dalam proses degradasi trigliserida, dan Tahun
menyediakan material untuk penyediaan
pembuatan HDL yang diketahui akan menjadi Gambar 1. Distribusi frekuensi umur.
metabolit aktif beberapa setelah latihan 6, 7, 8.
PJK memiliki faktor resiko yang tidak Berdasarkan diagram diatas, maka
dapat diubah seperti usia, yang mana semakin diketahui bahwa sebanyak 25 orang
bertambah usia (di atas 60 tahun) maka risiko responden (83,3%) berumur 60-74 tahun atau

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 | 232


Khairun Nisa Berawi | Penurunan Kadar Kolesterol Total Darah sebagai Resiko Dislipidemi pada Lansia yang Mengikuti
Senam Jantung Sehat

berdasarkan batasan usia lanjut menurut


WHO berada pada tingkat lanjut usia (elderly), N Mean SD P-
sedangkan selebihnya berumur 75-90 tahun value
yaitu sebanyak 5 orang (16,7%) berada pada Pre 30 193,23 31,532
0,007
tingkat lanjut usia tua (old). Post 30 189,43 30,177
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh
data responden sebagai berikut : Hasil uji rata-rata terhadap penurunan
kadar kolesterol total darah di Panti Sosial
Distribusi Frekuensi Tresna Werdha Bhakti Yuswa’ Natar Lampung
Responden Berdasarkan Selatan sebelum diberikan berolahraga =
Jenis Kelamin di Panti 193,23 mg/dl dan rata-rata setelah olahraga =
Sosial Tresna Werdha 189,43 mg/dl dengan standar deviasi sebelum
Bhakti Yuswa' Natar…
0
= 31,532 dan sesudah = 30,177.
0 43,3% Laki-Laki
Pembahasan
Perempua
n
Berdasarkan hasil uji rata-rata terhadap
56,7% penurunan kadar kolesterol total darah di
Gambar 2. Distribusi frekuensi Jenis Kelamin Panti Sosial Tresna Werdha Bhakti Yuswa’
Natar Lampung Selatan sebelum diberikan
Berdasarkan diagram diatas, maka berolahraga = 193,23 mg/dl dan rata-rata
diketahui bahwa sebanyak 13 orang setelah olahraga = 189,43 mg/dl dengan
responden (43,3%) berjenis kelamin laki-laki, standar deviasi sebelum = 31,532 dan sesudah
sedangkan selebihnya berjenis kelamin = 30,177 Hasil uji statistik dengan uji t di
perempuan yaitu sebanyak 17 orang (56,7%). dapatkan p-value = 0,007 (α ≤ 0,05), yang
Kadar Kolesterol total sebelum senam jantung berarti bahwa ada pengaruh yang signifikan
sehat yaitu: antara senam jantung sehat terhadap
penurunan kadar kolesterol total darah pada
Tabel 1. Kadar Kolesterol total darah lansia lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Bhakti
sebelum dan sesudah senam jantung sehat Yuswa’ Natar Lampung Selatan. Hal ini
membuktikan bahwa ada pengaruh dari
Berdasarkan tabel di atas, diketahui pemberian senam jantung sehat yang
bahwa rata-rata kadar kolesterol total dilakukan secara teratur dalam memperbaiki
profil lipid darah khususnya nilai kolesterol
N Mean SD Min-Max
total.
Pre 30 193,23 31,532 145-245
Salah satu cara preventif untuk
menjaga agar sistem fisiologis tubuh tidak
Post 30 189,43 30,177 142-239 cepat menurun dilakukan olahraga fisik
seperti olahraga senam jantung sehat secara
responden sebelum dan sesudah melakukan teratur, dapat menurunkan kadar kolesterol,
senam jantung sehat adalah 193,23 mg/dl dan meningkatkan kadar HDL, menurunkan kadar
sesudah senam sebesar 189,43 mg/dl dengan trigliserid, mengurangi jumlah sel lemak dan
standar deviasi sebelum = 31,532 dan sesudah mengurangi risiko untuk terjadinya
30,177. Kemudian didapatkan nilai minimum- aterosklerosis 2, 5, 9, 11.
maksimum sebelum = 145-245 mg/dl dan Penatalaksanaan lansia untuk hidup
sesudah = 142-239 mg/dl. sehat antara lain adalah dengan melakukan
senam jantung sehat. Rangkaian gerak senam
Hasil analisis bivariat engan uji t-
jantung sehat sebagai bagian dari olahraga
berpasangan didapatkan:
jantung sehat, disusun dengan selalu
mengutamakan kemampuan jantung, gerakan
Tabel 2. Uji t-berpasangan kadar kolesterol total
otot besar dan kelenturan sendi, serta upaya
darah lansia sebelum dan sesudah senam jantung
sehat memasukkan oksigen sebanyak mungkin.
Pelaksanaan senam jantung sehat yang

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 | 233


Khairun Nisa Berawi | Penurunan Kadar Kolesterol Total Darah sebagai Resiko Dislipidemi pada Lansia yang Mengikuti
Senam Jantung Sehat

dilakukan secara teratur membantu 10. Sastroasmoro S, Sofyan Ismael. 2008.


mengoptimalkan fungsi system kardiovaskular Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Edisi
pada lansia 5, 7, 8, 11. ketiga. Sagung Seto, Jakarta.

Simpulan 11. Depkes RI. 2000. Buku Pedoman Bagi


Senam jantung sehat yang diberikan LKMD Dalam Promosi Posyandu Lansia.
dengan intensitas, frekuensi dan durasi yang Jakarta.
teratur dapat menurunkan kadar kolesterol
total yang memicu dislipidemia pada lansia.

Daftar Pustaka

1. Basak RC, Chatterjee M, Sarma PSA.


An overview on management of diabetic
dyslipidemia. J Diabetes Endocrinol.
2013;4(3):27–36.
2. Kelishadi R, editor. Dyslipidemia -
From Prevention To Treatment. Janeza Trdine
9, 51000 Rijeka, Croatia; 2012. 1-126, 279-320
p.
3. Schaefer EJ. High Density
Lipoproteins, Dyslipidemia, and Coronary
Heart Disease. Ernst J S, editor. Springer.
London: Springer; 2010. 1-201 p.
4. WHO. Obesity: preventing and
managing the global epidemic]. World Health
Organization technical report series. 2000. 1-
253 p.
5. Murbawani EA, Ss D, Subagyo HW.
Perbedaan Profil Lipid Pada Peserta Senam
Jantung Sehat. Univ Stuttgart. 2006;(1):26–33.
6. Grandjean PW, Crouse SF, Rohack JJ.
Influence of cholesterol on blood lipid and
lipoprotein enzym responses to aerobic
exercise. J Appl Physiol 2000;89:472-480
7. Shephard R. Aging, Physical Activity,
and Health. Champaign (IL): Human Kinetics;
1997.
8. Thompson P, Buchner D, Pina I.
Exercise and physical activity in the
prevention and treatment of atherosclerotic
cardiovascular disease: a statement from the
Council on Clinical Cardiology and the Council
on Nutrition, Physical Activity, and
Metabolism. Circulation. 2003;107(24):3109-
16.
9. Mc.Ardle WD, Katch FL and Katch VL.
Essentials of Exercise Physiology 3rd ad.2006.
Baltimore, Philadelphia: Lippincott Williams
nd Wilkings.

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 | 234


Miranti Pusparini dkk | Hubungan antara IPK Program Sarjana Kedokteran dengan Kelulusan UKMPPD Mahasiswa FKUY

Hubungan antara IPK Program Sarjana Kedokteran dengan Nilai UKMPPD


Mahasiswa FKUY

Miranti Pusparini, Aditarahma Imaningdyah, Sri Hastuti Andayani, Zwasta Pribadi


Mahardhika, Dea Dwi Miranti
Fakultas Kedokteran, Universitas YARSI

Abstrak
Hasil akhir dari proses pembelajaran seorang mahasiswa dinyatakan dengan IP (Indeks Prestasi) yang merupakan ukuran
kemampuan mahasiswa. Penilaian dalam pencapaian kompetensi dilakukan dengan uji tulis dengan MCQ dan OSCE. Pada
Tahun 2013 lahir Undang-undang No. 20 Tahun 2013 tentang Pendidikan Kedokteran menyatakan bahwa Uji Kompetensi
Mahasiswa Program Profesi Dokter (UKMPPD) dilaksanakan secara nasional sebelum mengangkat sumpah sebagai dokter.
Data dari Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi bahwa masih ada sekitar 21 % mahasiswa yang belum lulus dari
sekitar 15.000 yang mengikuti UKMPPD. Penelitian ini menggunakan metode penelitian korelasi untuk mengetahui
hubungan dan tingkat hubungan antar variabel, serta ada tidaknya dan kuat lemahnya hubungan variabel yang terkait
dalam suatu objek atau subjek yang diteliti. Batas populasi target yang digunakan pada penelitian ini adalah mahasiswa FK
Universitas YARSI yang mengikuti Ujian Kompetensi Mahasiswa Program Profesi Dokter periode Januari 2014 – Agustus
2015. Tingkat kelulusan CBT adalah 325 orang atau sebesar 60% dari total 539 orang, sedangkan OSCE, sebanyak 498 orang
atau 92% dari 539 dinyatakan lulus. Nilai Sig. dari variable IPK Program Sarjana Kedokteran adalah sebesar 0.000 yang
mengartikan bahwa adanya korelasi yang signifikan antara IPK Program Sarjana Kedokteran Dengan Nilai UKMPPD CBT.
Nilai Sig. dari variabel IPK Program Sarjana Kedokteran adalah sebesar 0.000 yang mengartikan bahwa adanya korelasi yang
signifikan antara IPK Program Sarjana Kedokteran Dengan Nilai UKMPPD OSCE. Simpulan: Hasil dari penelitian ini
membuktikan bahwa nilai IPK Program Sarjana Kedokteran masil relevan dikatakan sebagai indicator learning outcome
ataupun sebagai predictor untuk menentukan hasil ujian kognitif.

Kata kunci:, CBT, IPK, OSCE, uji kompetensi

Relationship Between GPA Bachelor of Medicine Program with the Value of


Competency Test for Medical Student Profession Program of Medical Faculty
YARSI University
Abstract
he end result of the learning process of the students expressed with GPA, which is a measure of the ability of students.
Assessment on competency conducted by MCQ written test and OSCE. In 2013 Regulation No. 20/2013 on Medical
Education state that Competency Test for Medical Student Profession Program (UKMPPD) implemented nationally before
graduated as a doctor. Data from the Ministry of Research Technology and Higher Education that there are still around 21%
of students who have not passed from the 15,000. This study uses correlation study to determine the relationship and the
level of relationship between variables, as well as the presence or absence of strong and weak ties related variables in an
object or subject under study. Limit of the target population used in this study were YARSI students attendees UKMPPD on
January 2014 - August 2015.CBT passing rate is 325 students or 60% of the total 539, while the OSCE, 498 or 92% of 539
passed. Valu e Sig. of variable Bachelor of Medicine Program GPA is 0.000 which means that a significant correlation
between GPA of Bachelor of Medicine Program with CBT value. Value Sig. of variable Bachelor of Medicine Program GPA is
0.000 which means that a significant correlation between GPA of Bachelor of Medicine Program with OSCE value. The
results of this study prove that the GPA of Bachelor of Medicine program still relies relevant corelation as a learning
outcome indicator or as a predictor to determine the cognitive test results.

Keywords: Assessment of Competency, CBT, GPA, OSCE

Korespondensi: Dr. Miranti Pusparini, MPd (Ked), Jl. Letjen Soeprapto No.2, Cempaka Putih, Jakarta Pusat, 10510, HP
0817798177, miranti.pusparini@yarsi.ac.id

Pendahuluan disusun oleh KKI (Konsil Kedokteran


Standar Kompetensi Dokter Indonesia Indonesia). SKDI telah digunakan sebagai
(SKDI) merupakan suatu standar minimal acuan dalam pengembangan kurikulum
kelulusan pendidikan dokter yang telah berbasis kompetensi (KBK) dan juga sebagai

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 | 235


Miranti Pusparini dkk | Hubungan antara IPK Program Sarjana Kedokteran dengan Kelulusan UKMPPD Mahasiswa FKUY

acuan dalam pengembangan uji kompetensi kemampuan mahasiswa yang dapat dihitung
dokter yang bersifat nasional.1 Penilaian berdasarkan jumlah blok yang diambil pada
dalam pencapaian kompetensi tersebut semester tersebut. Bobot nilai yang
dilakukan dengan uji tulis dengan MCQ didapatkan pada satu blok terdiri atas
(Multiple Choice Qouestion) dan OSCE beberapa persentase dari nilai: nilai diskusi
(Objective Structured Clinical Examination). kelompok / tutorial, nilai ujian blok, nilai ujian
Sejak tahun 2007, sebagaimana praktikum, dan nilai tugas mandiri. Persentase
diamanatkan oleh UU No. 29 Tahun 2004 untuk nilai akhir blok dapat berbeda tiap blok
tentang Praktik Kedokteran, Komite Bersama nya tergantung materi yang dipelajari. Nilai
(Komite Dokter Indonesia, Asosiasi Institusi akhir blok dinyatakan dalam huruf:10
Pendidikan Kedokteran Indonesia, Prediket kelulusan untuk program
Perhimpunan Dokter Keluarga Indonesia, dan sarjana dan program diploma ditentukan
sejumlah perangkat lainnya) menyepakati dengan nilai IPK, yaitu : IPK 2,00 – 2,75
bentuk uji kompetensi dalam rangka mendapat prediket memuaskan, 2,76 – 3,50
sertifikasi dokter lulusan baru Fakultas mendapat prediket ‘sangat memuaskan’, dan
Kedokteran (FK) / Program Studi Pendidikan IPK 3,51 – 4,00 mendapat prediket ‘dengan
Dokter (PSPD) yaitu Uji Kompetensi Dokter pujian’.
Indonesia (UKDI)2, atau yang sekarang dikenal Berdasarkan pembahasan di atas,
dengan nama Uji Kompetensi Mahasiswa sudah seharusnya seorang alumnus FK/PSPD
Program Profesi Dokter (UKMPPD). Pada mempunyai kompetensi untuk menyelesaikan
Tahun 2013 lahir Undang-undang No. 20 UKDI/UKMPPD dengan baik. Akan tetapi
Tahun 2013 tentang Pendidikan Kedokteran sebagaimana yang diberitakan oleh Menteri
menyatakan bahwa Uji Kompetensi Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi bahwa
Mahasiswa Program Profesi Dokter masih ada sekitar 21 % mahasiswa yang
dilaksanakan secara nasional sebelum belum lulus dari sekitar 15.000 yang
mengangkat sumpah sebagai dokter. mengikuti UKMPPD.4 Hal ini menimbulkan
Mahasiswa yang lulus uji kompetensi yang pertanyaan, apakah IPK Program Sarjana
dimaksud memperoleh ijazah/sertifikat Kedokteran seorang mahasiswa dapat
profesi yang dikeluarkan oleh Perguruan menjamin kompetensi seseorang untuk lulus
Tinggi dan sertifikat kompetensi yang UKMPPD? Dengan demikian penelitian ini
dikeluarkan oleh Organisasi Profesi yaitu dimaksudkan untuk mengkaji hubungan IPK
Kolegium Dokter Indonesia (KDI)/Kolegium Program Sarjana Kedokteran dengan nilai
Dokter Primer Indonesia (KDPI). UKMPPD.
Kurikulum Fakultas Kedokteran
Universitas YARSI dirancang untuk dapat Metode
diselesaikan dalam 10 semester yang terdiri Penelitian ini menggunakan metode
dari 7 semester program sarjana kedokteran penelitian korelasi untuk mengetahui
(146 sks) dan 3 semester program profesi hubungan dan tingkat hubungan antar
dokter. Metode pembelajaran yang digunakan variabel, serta ada tidaknya dan kuat
adalah dengan menggunakan sistem blok. lemahnya hubungan variabel yang terkait
Selama 7 semester pelaksanaan program dalam suatu objek atau subjek yang diteliti.
sarjana kedokteran terbagi menjadi 23 blok Penelitian ini dilakukan dengan
atau 146 sks. Satu semester dapat terdiri atas rancangan cohort.15 Penggunaan pendekatan
3 sampai 4 blok, dengan 3 atau 6 minggu cohort pada penelitian ini karena penelitian
untuk tiap blok. Proses belajar dilaksanakan dilakukan pada populasi yang spesifik dengan
dalam bentuk perkuliahan, praktikum, diskusi jangka waktu tertentu dan menggunakan
kelompok / tutorial, dan skills lab sampel yang selektif.
(keterampilan klinik).10 Batas populasi target yang digunakan
Hasil akhir dari proses pembelajaran pada penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas
seorang mahasiswa dinyatakan dengan IP Kedokteran Universitas YARSI yang mengikuti
(Indeks Prestasi) yang merupakan ukuran Ujian Mompetensi Mahasiswa Program

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 | 236


Miranti Pusparini dkk | Hubungan antara IPK Program Sarjana Kedokteran dengan Kelulusan UKMPPD Mahasiswa FKUY

Profesi Dokter periode Januari 2014 – Agustus Berdasarkan hasil output descriptive
2015. statistic pada grafik 1, dapat disimpulkan
Sampel dalam penelitian ini adalah bahwa nilai IPK Program Sarjana Kedokteran
yang memenuhi kriteria inklusi : mahasiswa sebesar 43% tersebar merata pada range 2,60
FK YARSI yang mengikuti UKMPPD Periode - 3,00, pada range 2,10 – 2,50 sebesar 30%,
Agustus 2013 – Agustus 2015, Mahasiswa FK pada range 3,10 – 3,50 sebesar 23%,
YARSI yang mengikuti kurikulum Horizontal sedangkan pada pada range 3,60 – 4,00
tahun 2002 – 2007 dan Kurikulum Berbasis sebesar 4%.
Kompetensi tahun 2007 – 2009, dan data
tersedia. Kriteria Eksklusi : kandidat UKMPPD
yang tidak mengikuti kurikulum Horizontal
dan KBK, dan data tidak tersedia
Teknik pengambilan sampel dalam
penelitian ini adalah whole sampling. Teknik
ini digunakan karena sampel yang akan
diambil adalah seluruh mahasiswa yang
memenuhi kriteria inklusi dan kriteria
eksklusi.
Jenis data yang digunakan adalah data Grafik 1. Diagram Pie IPK Program Sarjana
sekunder yang berisi Indeks Prestasi Kumulatif Kedokteran
Program Sarjana Kedokteran dan nilai Ujian
Kompetensi Mahasiswa Program Profesi Berikut hasil mengenai analisis
Dokter diperoleh dari bagian akademik FK deskriptif nilai UKMPPD yang terbagi manjadi
YARSI. dua kriteria penilaian yaitu berdasarkan CBT
Data akan di analisis dengan program dan OSCE.
SPSS for windows 22. Kemudian data yang
ada akan dilakukan editing, koding, tabulasi, Deskirptif data nilai CBT
lalu diinput. Pengujian hipotesis dilakukan
dengan uji korelasi Pearson.16 Uji ini Tabel 1. Descriptive Statistic nilai UKMPPD CBT
digunakan karena untuk melihat hubungan Statistics
dari kedua variable yang ada. CBT
Valid 539
N
Hasil Missing 0
Untuk mengetahui detail data secara Mean 65,1383
Std. Deviation 8,98895
umum pada setiap variabel, akan dipaparkan
Minimum 38,00
descriptive statistic dari masing – masing Maximum 86,00
variabel. Berikut adalah hasil analisis
deskriptif nilai IPK Program Sarjana Dari hasil output descriptive statistic
Kedokteran. SPSS di atas didapatkan nilai rata-rata CBT
Dari hasil output descriptive statistic yaitu 65,138. Nilai ini dapat mewakili semua
SPSS di atas dapat disimpulkan bahwa data pada variable nilai UKMPPD CBT. nilai
banyaknya data adalah 539 untuk variabel IPK UKMPPD CBT memiliki simpangan baku
Program Sarjana Kedokteran dan tidak ada sebesar 8,988. nilai UKMPPD CBT tertinggi
data yang hilang. Nilai rata-rata IPK Program yaitu 86,00 dan nilai terendahnya yaitu 38,00.
Sarjana Kedokteran yaitu 2,85. Nilai ini dapat
38-50 51-62 63-74 75-86
mewakili semua data pada variable IPK
7%
Program Sarjana Kedokteran. Nilai IPK 17%
22%
Program Sarjana Kedokteran memiliki
simpangan baku sebesar 0,369. Nilai IPK 54%

Program Sarjana Kedokteran tertinggi yaitu


3,85 dan nilai terendahnya yaitu 2,10. Grafik 2 Diagram Pie nilai CBT

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 | 237


Miranti Pusparini dkk | Hubungan antara IPK Program Sarjana Kedokteran dengan Kelulusan UKMPPD Mahasiswa FKUY

Jika dilihat dari grafik 2 dapat


47-59 60-70 71-81 82-94
disimpulkan bahwa nilai CBT sebesar 54%
tersebar merata pada range 63 - 74, pada
5%
range 38 - 50 sebesar 7%, pada range 51 – 62
17%
sebesar 22%, sedangkan pada pada range 75 26%
– 86 sebesar 17%.
52%

Deskirptif data nilai OSCE

Tabel 2. Descriptive Statistic Nilai UKMPPD OSCE Grafik 3. Diagram Pie nilai OSCE
Statistics
OSCE Dari hasil pada tabel 3, dapat diketahui
Valid 539 informasi bahwa, jumlah mahasiswa yang
N
Missing 0 lulus CBT adalah 325 orang atau sebesar 60%
Mean 74,2755
dari total 539 orang, sedangkan sisanya 214
Std. Deviation 8,37412
Minimum 47,73
orang dinyatakan tidak lulus test CBT.
Maximum 93,21 Sedangkan berdasarkan OSCE, sebanyak 498
orang atau 92% dari 539 dinyatakan lulus
Nilai rata-rata OSCE yaitu 74,27. Nilai ini sisanya 41 orang atau 8% dinyatakan tidak
dapat mewakili semua data pada variable nilai lulus.
UKMPPD OSCE. nilai UKMPPD OSCE memiliki Uji korelasi digunakan untuk
simpangan baku sebesar 8,37. Nilai UKMPPD mengetahui hubungan tunggal antara variable
OSCE tertinggi yaitu 93,21 dan nilai yaitu IPK Program Sarjana Kedokteran dengan
terendahnya yaitu 47,73. Nilai UKMPPD. Pada penelitian ini akan
Jika dilihat dari grafik 3, dapat digunakan uji Pearon Correlation.
disimpulkan bahwa nilai OSCE sebesar 52%
tersebar merata pada range 71 - 81, pada Dengan kriteria pengujian :
range 47 - 59 sebesar 5%, pada range 60 – 70 Terima jika Sig. < 0.05
sebesar 26%, sedangkan pada pada range 82 -
94 sebesar 17%. Tolak jika Sig. > 0.05

Tabel 3. Tabulasi Silang Nilai IPK dengan Nilai UKMPPD

Tabel 4. Korelasi Antara Variabel IPK Program Pada tabel 4, dapat dilihat pada bagian
Sarjana Kedokteran dengan Nilai UKMPPD CBT Pearson Correlation. Nilai Sig. dari variable IPK
Correlations IPK CBT Program Sarjana Kedokteran adalah sebesar
**
Pearson Correlation 1 ,625 0.000 yang mengartikan bahwa adanya
IPK Sig. (2-tailed) ,000 korelasi yang signifikan antara IPK Program
N 539 539
** Sarjana Kedokteran Dengan Nilai UKMPPD
Pearson Correlation ,625 1
CBT Sig. (2-tai ,000
CBT. Tingkat keeratan hubngan adalah kuat
N 539 539 ditandai dengat nilai Pearson Correlation
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 | 238


Miranti Pusparini dkk | Hubungan antara IPK Program Sarjana Kedokteran dengan Kelulusan UKMPPD Mahasiswa FKUY

0,625. Dengan besar koefisien determinasi analisa maupun pelaporan hasil. Hasil yang
adalah 0,625 × 100% = 39 %. diperoleh akan lebih cepat dan mudah.3
Sesuai dengan tujuan dilaksanakannya
Tabel 5. Korelasi Antara Variabel IPK Program Sarjana Ujian Kompetensi, ujian akan menitikberatkan
Kedokteran dengan Nilai UKMPPD OSCE pada prinsip – prinsip ilmu kedokteran dasar
Correlations IPK OSCE
** dan klinik yang sangat penting di dalam
Pearson Correlation 1 ,608
IPK Sig. (2-tailed) ,000 ptaktik klinik di masyarakat maupun di dalam
N 539 539 pendidikan kedokteran tahap pascasarjana,
**
Pearson Correlation ,608 1 dengan mengutamakan prinsip – prinsip dasar
OSCE Sig. (2-tailed) ,000 mekanisme timbulnya penyakit, ”Clinical
N 539 539
Reasoning”, serta ”Critical Thinking” dalam
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
kerangka pemecahan masalah atau problem
Pada tabel di atas dapat dilihat pada solving. Keseluruhan soal yang dikembangkan
bagian Pearson Correlation. Nilai Sig. dari harus bersifat terintegrasi dan menguji secara
variabel IPK Program Sarjana Kedokteran utuh kompetensi yang dibutuhkan seorang
adalah sebesar 0.000 yang mengartikan dokter dalam menghadapi berbagai
bahwa adanya korelasi yang signifikan antara permasalahan kesehatan dan klinis yang akan
IPK Program Sarjana Kedokteran Dengan Nilai dihadapinya.
UKMPPD OSCE.Tingkat keeratan hubungan MCQs terdiri dari atau skenario / kasus
adalah kuat ditandai dengat nilai Pearson klinik yang diikuti dengan pertanyaan dengan
Correlation 0,608. Dengan besar koefisien 5 pilihan jawaban dan hanya 1 pilihan
jawaban yang paling benar. MCQs dengan CBT
determinasi adalah 0,608 × 100% = 36,9
terdiri dari 200 butir soal dengan lama waktu
%.
pelaksanaan 200 menit. Penentuan kelulusan
Uji kompetensi dngan menggunakan metode
Pembahasan
Angoff. Penentuan nilai batas lulus dilakukan
Uji kompetensi harus dilakukan dengan
setahun sekali pada periode ujian Februari.
memenuhi beberapa prisip agar kredibilitas
Nilai batas lulus yang dihasilkan diterapkan
uji kompetensi tersebut dapat
untuk keempat periode ujian pada tahun
dipertanggungjawabkan, prinsip yang harus
tersebut. Sebagai upaya perbaikan mutu
dipenuhi adalah validitas, reliabilitas,
lulusan, apabila nilai batas lulus yang
transparansi, komparabilitas, fairness,
dihasilkan lebih rendah dari nilai batas lulus
akseptabilitas, mampu laksana, dan dampak
tahun sebelumnya, maka yang dipakai adalah
terhadap pendidikan.3
nilai batas lulus tahun sebelumnya.3
MCQs (Multiple Choice Question)
OSCE (Objective Structured Clinical
adalah metode uji yang paling banyak
Examination) adalah suatu metode penilaian
digunakan dalam menguji pemahaman
kemampuan atau kompetensi peserta didik
tentang suatu konsep ilmu (knows atau knows
dalam melakukan keterampilan klinik secara
how). MCQs yang dikembangkan disusun
obyektif dan terstruktur dalam bentuk
dengan menggunakan konsep key features,
putaran stasiun dengan waktu tertentu.
yaitu yang memfokuskan pertanyaan pada
Objektif karena semua mahasiswa diuji
pemahaman konsep – konsep yang vital bagi
dengan ujian yang sama. Terstruktur karena
keberhasilan penangan suatu masalah
penilaian setiap stasiun terstruktur yang
kesehatan. Untuk menguji level knows dan
menguji keterampilan klinik tertentu, yaitu
knows how MCQs memiliki validitas yang baik
anamnesis (history taking), penjelasan
serta dengan jumlah sampling yang cukup
(explanation), pemeriksaan klinik (clinical
banyak dan juga memiliki reabilitas yang baik.
examination), dan prosedur (procedur).
Metode MCQs dengan CBT (Computer Based
Clinical examination adalah penilaian
Test) memberikan tampilan yang lebih baik
kemampuan atau performa klinik yang bukan
sehingga gambara atau pencitraan pasien
hanya pengetahuan dimana peserta harus
dapat lebih baik ditampilkan. CBT juga
mendemonstrasikan.3
memberikan kemudahan dalam hal scoring,

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 | 239


Miranti Pusparini dkk | Hubungan antara IPK Program Sarjana Kedokteran dengan Kelulusan UKMPPD Mahasiswa FKUY

Intrumen penilaian menurut komponen kedokteran dibangun sekitar pencapaian


(rubrik) dan global rating. Komponen (rubrik) penilaian mahasiswa. Penilaian menjadi
merupakan penilaian terhadap masing – kekuatan pendorong bagi mahasiswa untuk
masing kompetensi sesuai yang direncanakan belajar.
dengan menggunakan skala penilaian 0 – 3. Masyarakat berhak untuk mengetahui bahwa
Global rating merupakan impresi penguji dokter yang lulus dari sekolah kedokteran
setelah melihat kemampuan kandidat secara memang kompeten dan dapat mempraktekan
keseluruhan apakah kandidat mampu menjadi kemampuan profesi mereka dengan cara yang
dokter dengan kemampuan yang ada. terampil dan penuh belas kasih.
Penetapan nilai batas lulus menggunakan Fakultas kedokteran harus
metode Borderline Regression Method (BRM) menggunakan berbagai teknik penilaian yang
dan dilakukan pada setiap stasiun soal.3 sesuai untuk menguji hasil kurikulum
Berdasarkan hasil penelitian, pendidikan kedokteran, dan menentukan
didapatkan kesesuaian dengan hasil hipotesis skema penilaian yang paling tepat, valid,
yang ada, yaitu adanya hubungan antara reliabel, dan juga memiliki proses untuk
Indeks Prestasi Kumulatif Program Sarjana menetapkan standar dan membuat keputusan
Kedokteran dengan Nilai Uji Kompetensi tentang kinerja mahasiswa. Instrumen
Mahasiswa Program Profesi Dokter. Pada penilaian dapat digambarkan sesuai dengan
analisa hubungan anatara IPK Program kriteria yang ditentukan tertentu yang
Sarjana Kedokteran dengan Nilai UKMPPD berdasarkan bukti dan diakui oleh para
CBT didapatkan Sig. dari variabel sebesar profesional di lapangan. Kriteria instrumen
0,000 yang mengartikan bahwa adanya penilaian adalah: (1) validitas, (2) keandalan,
korelasi yang signifikan, dengan tingkat (3) dampak pada pelajar dan program
keeratan hubungan adalah korelasi kuat pendidikan, dan (4) kepraktisan termasuk
dengan nilai r = 0,625. Sedangkan pada biaya. Validitas instrumen penilaian adalah
analisa hubungan antara IPK Program Sarjana sejauh mana instrumen mengukur apa yang
Kedokteran dengan Nilai UKMPPD OSCE seharusnya untuk diukur. Reliabilitas adalah
didapatkan Sig. dari variabel adalah sebesar konsistensi, generalisasi atau reproduktifitas
0,000 yang mengartikan bahwa adanya suatu instrumen penilaian.
korelasi yang signifikan, dengan tingkat Ujian tertulis, khususnya MCQ, memiliki
keeratan hubungan adalah korelasi kuat reliabilitas yang tinggi. Penggunaan penilaian
dengan nilai r = 0,608. tertulis, terutama MCQ, memiliki dampak
Pada penelitian ini yaitu melihat yang signifikan pada bagaimana siswa belajar
hubungan antara IPK Program Sarjana dan apa yang mereka pelajari. OSCE pada
Kedokteran dengan nilai UKMPPD, dilakukan dasarnya merupakan penilaian klinis atau
dengan menggunakan uji korelasi pearson praktis di mana aspek kompetensi klinis
yang diambil data secara whole sampling. digunakan untuk menentukan keterampilan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa peserta klinis siswa dan kemampuan yang terkait
yang paling banyak lulus untuk UKMPPD CBT dengan kompetensi mereka untuk praktek
berada pada rentang IPK 2,60 – 3,00 yaitu 153 kedokteran. Dari hasil penelitian ini, pada
peserta dari jumlah 231 peserta pada rentang tabel 9 dapat terlihat mahasiswa dengan IPK
tersebut. Sedangkan untuk UKMPPD OSCE antara 3,60 – 4,00 memiliki angka kelulusan
peserta yang paling banyak lulus berada pada 100% untuk UKMPPD CBT maupun OSCE,
rentang IPK 2,60 – 3,00 sebanyak 218 peserta sedangkan mahassiwa dengan IPK antara 2,01
dengan jumlah peserta yang sama. – 2,50 memiliki angka kelulusan UKMPPD CBT
Penilaian memainkan peran utama 26%, dan OSCE sebanyak 83%. Hal ini
dalam proses pendidikan kedokteran, dalam menunjukan bahwa nilai IPK memang
kehidupan mahasiswa kedokteran, dan di berkorelasi dengan nilai CBT, karena memang
masyarakat dengan mensertifikasi dokter menguji kognitif, namun untuk kelulusan
yang kompeten yang mampu meberikan OSCE terlihat tingkat kelulusan yang tidak
pelayanan kesehatan. Dasar pendidikan sejalan dengan IPK, untuk mahasiswa dengan

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 | 240


Miranti Pusparini dkk | Hubungan antara IPK Program Sarjana Kedokteran dengan Kelulusan UKMPPD Mahasiswa FKUY

IPK 2,01 – 2,50. Hal ini mungkin disebabkan Simpulan


karena pada OSCE porsi kognitif tidak terlalu Hasil dari penelitian ini membuktikan
tinggi dalam pengujiannya. bahwa nilai IPK Program Sarjana Kedokteran
Hal ini sejalan dengan penelitian Sandra masil relevan dikatakan sebagai indicator
E Carr (2014) yang menunjukan bahwa ada learning outcome ataupun sebagai predictor
korelasi yang signifikan antara kinerja sebagai untuk menentukan hasil ujian kognitif.
Junior Doctor (gabungan skor keseluruhan) Pemahaman tentang teori
dan IPK, penilaian Kedaruratan Medis, dan pembelajaran orang dewasa diperlukan untuk
Ujian Tertulis di Tahun 6. Korelasi ini tetap mengembangkan dan memilih sistem evaluasi
bertahan dalam penilaian manajemen klinis dan instrumen yang dapat mengukur
dan keterampilan komunikasi yang kompetensi dan hasil yang diharapkan. Apa
menunjukkan bahwa kinerja mahasiswa untuk diukur, bagaimana, kapan, oleh siapa,
kepaniteraan di semua area yang dinilai merupakan pertanyaan kunci penting dan
terkait dengan langkah-langkah ini kinerja jawaban mereka tidak selalu mudah. Penilaian
akademik sarjana. Selain itu, korelasi yang ini harus dikaitkan dengan hasil belajar yang
nyata antara kedua skor keseluruhan spesifik, dan mahasiswa harus diberikan
penilaian kepaniteraan klinis yang diperoleh umpan balik apa pun yang akan membantu
pada subskala Manajemen Klinis dari mereka mengembangkan atau
penilaian kepaniteraan klinis dengan kedua mengkonsolidasikan pengetahuan,
skor Tahun 4 dan Tahun 5 OSCE. Ada korelasi keterampilan atau sikap
yang signifikan antara penilaian tertulis di
Tahun 6 dan kinerja di tempat kerja yang Daftar Pustaka
diukur dengan penilaian manajemen klinis 1. Ahmadi A dan Supriyono, W. Psikologi
dan skor Gabungan keseluruhan pada Belajar. Jakrata: PT. Rineka Cipta; 2004
penilaian kepaniteraan klinik.22 2. Cohen LL, Manion, dan K. Morrison.
Menurut Amadi dan Supiyono, faktor – Research Methods in Education. Edisi
faktor yang mempengaruhi prestasi akademik keenam. New York; 2007.
antara lain faktor internal dan faktor 3. Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi.
eksternal. Faktor internal terdiri dari : faktor Kurikulum FK YARSI [internet]. 2013
jasmaniah (fisiologi), yang termasuk faktor ini http://fk.yarsi.ac.id/kurikulum/. Diakses :
misalnya penglihatan, pendengaran, struktur tanggal 7 Februari 2016.
tubuh; faktor psikologis, terdiri atas faktor 4. Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi.
intelektif yang meliputi faktor potensial yaitu Panduan Mahasiswa Blok Panca Indera.
kecerdasan dan bakat serta faktor kecakapan Cetakan Ketujuh. Jakarta. 2016.
nyata yaitu prestasi yang telah dimiliki, dan 5. Gay, L. R., and P. Airasian. Educational
juga faktor non-intelektif, yaitu unsur – unsur Research Competencies for Analysis and
kepribadia tertentu seperti sikap, kebiasaan, Application. Edisi keenam. New Jersey;
minat, kebutuhan, motivasi, emosi, 2000.
penyesuaian diri, aktor kematangan fisik 6. Ikatan Dokter Indonesia. Uji Kompetensi
maupun psikis, dan faktor lingkungan spiritual Dokter Indonesia.
atau keamanan. Faktor eksternal terdiri dari 3 http://www.idionline.org/2007/08/uji-
faktor yaitu: faktor soscial yang terdiri dari kompetensi-dokter-indonesia/. 2007
lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, Diakses : tanggal 1 Februari 2016.
lingkungan masyarakat, dan ingkungan 7. Kementrian Riset Teknologi dan
kelompok; faktor budaya seperti adat istiadat, Pendidikan Tinggi Direktorat Jenderal
ilmu pengetahuan, teknologi, kesenian; serta Pembelajaran dan Kemahasiswaan
faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah, (MENRISTEKDIKTI). Siaran Pers
fasilitas belajar, iklim. Dari penelitian ini dapat “Implementasi UKMPPD sebagai Langkah
terlihat bahwa faktor psikologis berupa faktor Konkrit Penjaminan Mutu Pendidikan
intelektif memang mempengaruhi prestasi Kedokteran”. MENRISTEKDIKTI. Jakarta.
akademik.14 2015.

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 | 241


Miranti Pusparini dkk | Hubungan antara IPK Program Sarjana Kedokteran dengan Kelulusan UKMPPD Mahasiswa FKUY

8. Konsil Kedokteran Indonesia (KKI). 18. Undang – Undang Republik Indonesia


Standar Kompetensi Dokter Indonesia. Nomor 20 Tahun 2003 Sistem Pendidikan
KKI. Jakarta; 2012. Nasional, 8 Juli 2003, Lembaga Negara
9. Konsil Kedokteran Indonesia (KKI). Republik Indonesia, Jakarta; 2003
Standar Pendidikan Profesi Dokter 19. Shumway JM, Harden RM. AMEE Guide
Indonesia. KKI. Jakarta; 2012. No. 25: The Assessment of Learning
10. Miller, M. D., and E. George. The Outcomes for The Competent and
Assessment of Clinical Reflective Physician. Medical Teacher,
Skills/Competence/Performance. Invited Vol. 25, No. 6, 2003, pp. 569–584
Reviews. Vol. 65, 1990, No 9: 63 – 67. 20. Taylor DCM, Hamdy H. Adult learning
11. Nur Cahyani, N., Marchira, C. R., P., theories: Implications for learning and
Sumarn. Hubungan Persepsi Mahasiswa teaching in medical education: AMEE
terhadap Tutorial dengan Prestasi Belajar Guide No. 83. Medical Teacher, Vol. 35,
Blok 16 “Endocrine and Metabolism” di 2013, e1561–e1572
Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah 21. Scicluna, Grimm MC, O’Sullivan AJ, Harris
Mada. Jurnal Pendidikam Kedokteran P, Pilloto L, Jones PD, et al. Clinical
dan Profesi Kesehatan Indonesia; 2008 Capabilities of Graduates of an
Vol. 3, No. 3: 115 – 122. Outcomesbased Integrated Medical
12. Panitia Nasional Uji Kompetensi Program. BMC Medical Education 2012,
Mahasiswa Program Profesi Dokter 12:23
(PNUKMPPD). Panduan Uji Kompetensi 22. Carr SE, Celenza A, Puddley IB, and Lake
Mahasiswa Program Profesi Dokter F. Relationships between academic
(UKMPPD). PNUKMPPD. Jakarta; 2015. performance of medical students and
13. Panitia Nasional Uji Kompetensi their workplace performance as junior
Mahasiswa Program Profesi Dokter. doctors. BMC Medical Education 2014,
Prosedur Pelaksanaan Uji Kompetensi 14:157
dan Surat Tanda Registrasi Bagi Dokter
2015`
http://fk.ub.ac.id/profesi/prosedur-
pengurusan-uji-kompetensi-dan-surat-
tanda-registrasi-bagi-dokter/. Diakses :
tanggal 9 Februari 2016
14. Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan
Tinggi Republik Indonesia. Peraturan
Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan
Tinggi Republik Indonesia Nomor 18
Tahun 2015. Tata Cara Pelaksanaan Uji
Kompetensi Mahasiswa Program Profesi
Dokter atau Dokter Gigi. Jakarta; 2015
15. Rukmini, Elisabeth. Evaluation of Pilot
PBL Implementation at The Faculty of
Medicine Atma Jaya Catholic University.
Jurnal Pendidikan Kedokteran dan Profesi
Kesehatan Indonesia; 2006 Vol.1, No. 3:
69 – 76.
16. Sukardi. Metodologi Penelitian
Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya.
Cetakan pertama. Yogyakarta; 2003.
17. Suryabrata, S. Psikologi Pendidikan.
Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada; 2006.

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 | 242


Novita Carolia | Pengaruh Pemberian Ekstrak Lidah Buaya terhadap Jumlah Makrofag pada Radang Mukosa Mulut Tikus
Putih Jantan Galur Sprague Dawley

Pengaruh Pemberian Ekstrak Lidah Buaya Konsentrasi 25%,50%, 75%, dan


100% terhadap Jumlah Makrofag pada Radang Mukosa Mulut Tikus Putih
Jantan Galur Sprague Dawley

Novita Carolia, Asep Sukohar


Bagian Farmakologi Dan Farmasi, Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung

Abstrak
Daun lidah buaya dapat bertindak sebagai anti-inflamasi dengan menghambat integrin tertentu. Tanaman ini mengandung
berbagai macam unsur dan zat yang dipercaya berfungsi sebagai agen antiinflamasi, antara lain asam salisilat, vitamin,
polisakarida dan asam lemak. Disamping itu terdapat pula indometasin yang dapat mengurangi edema, menghambat
enzim siklooksigenase dan menghambat motilitas dari leukosit polymorpho nuclear (PMN) yang bila jumlahnya berlebihan
dapat merusak jaringan. Rancangan penelitian ini adalah penelitian eksperimental. Penelitian ini menggunakan 30 ekor
tikus putih jantan galur Sprague Dawley yang dibagi menjadi 5 kelompok yang terdiri dari 1 kelompok kontrol negatif
(diolesi aqudest) dan 4 kelompok perlakuan ( diolesi ekstrak lidah buaya masing-masing 25%, 50%, 75%, dan 100%). Rerata
jumlah makrofag kelompok kontrol (aquadest), kelompok 1, Kelompok 2, kelompok 3, dan kelompok 4 berturut turut
sebanyak 16,15 , 15,95 , 14,88, 14,8, dan 14,2. Simpulan: terdapat perbedaan bermakna jumlah rerata makrofag antar
kelompok (p= 0,014). Konsentrasi ekstrak lidah buaya yang paling efektif sebagai antiinflamasi pada radang mukosa mulut
adalah 100%.

Kata kunci: lidah buaya, makrofag, stomatitis

Effect of Aloe Vera Extract Concentrations of 25%, 50%, 75%, and 100% to
Total Macrophages on Oral Mucosal Inflammation Male Rats Sprague-Dawley
Strain

Abstract
Aloe vera leaves can act as an anti-inflammatory by inhibiting a particular integrin. These plants
contain a variety of elements and substances that are believed to function as anti-inflammatory
agents, such as salicylic acid, vitamins, polysaccharides and fatty acids. Besides that, there are also
indomethacin can reduce edema, inhibit the cyclooxygenase enzyme and inhibit the motility of poly
morpho nuclear leukocytes (PMN), which when it in excessive amounts can caused tissue damage.
The study design is experimental research. This study used 30 rats male Sprague Dawley were
divided into 5 groups consisting of 1 negative control group (smeared aqudest) and 4 treatment
groups (smeared aloe extract respectively 25%, 50%, 75%, and 100 %). The average number of
macrophages control group (distilled water), group 1, group 2, group 3 and group 4 in a row as much
as 16.15, 15.95, 14.88, 14.8, and 14.2. Conclusions: There are significant differences in the mean
number of macrophages between groups (p = 0.014). The concentration of aloe vera extract is most
effective as an anti-inflammatory of the oral mucosa inflammation is 100%.

keywords: aloe vera, macrophages, stomatitis

Korespondensi : dr.Novita Carolia, M.Sc. Bagian Farmakologi dan Farmasi FK UNILA. email:
novitacarolia@rocketmail.com. HP: 085228819680

Pendahuluan mempunyai tanda penyakit lainnya. Lesi


Radang mukosa mulut diperkenalkan ulsernya dapat tunggal atau jamak. 1,-3 Radang
pertama kali oleh Hippocrates. Radang mukosa mulut/ stomatitis, merupakan sejenis
mukosa mulut merupakan suatu kelainan penyakit radang mukosa mulut yang sangat
yang ditandai dengan ulser rekaren, terbatas lazim dijumpai dan diderita oleh sekitar 10-
pada mukosa mulut dari penderita yang tidak 25% dari seluruh jumlah penduduk yang ada,

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 | 243


Novita Carolia | Pengaruh Pemberian Ekstrak Lidah Buaya terhadap Jumlah Makrofag pada Radang Mukosa Mulut Tikus
Putih Jantan Galur Sprague Dawley

tetapi kebanyakan dari kasus penyakit ini sebelum maupun selama penelitian
tergolong ringan dan dialami dengan sedikit berlangsung. Lima kelompok terdiri dari
keluhan.Radang mukosa mulut ditandai kelompok kontrol, kelompok perlakuan I,
dengan ulser yang berulang, sakit dan tanpa kelompok perlakuan II, kelompok perlakuan
adanya tanda penyakit penyerta lain. III, dan kelompok perlakuan IV.
Sebagian besar radang mukosa mulut terjadi Kelompok kontrol dan semua kelompok
pada mukosa bukal dan labial, lesi ulsernya perlakuan diolesi hidrogen peroksida 30%
mulai sumbuh dalam waktu 7-14 hari.4 pada bagian mukosa labial mulut dengan
Radang mukosa mulut dapat dibedakan dari menggunakan microbrush sebanyak 2x5 menit
lesi lain didalam rongga mulut berdasarkan dalam satu hari yang diberikan selama 6 hari
gambaran klinis yaitu ulser yang berbentuk berturut – turut dengan tujuan untuk induksi
bulat atau oval, bersifat kambuhan, dapat radang di mukosa mulut tikus. Selanjutnya
sembuh dengan sendirinya tanpa disertai selama 3 hari berturut-turut tikus-tikus
gejala lainnya1. Pengobatan penderita radang tersebut diberi perlakuan. Pemberian bahan
mukosa mulut bersifat simptomatis yang obat dilakukan mulai pada hari ketujuh
bertujuan mengurangi inflamasi, menekan dengan mengolesi sebanyak 3 x 5 menit
rasa sakit di daerah lesi dan mempercepat berturut-turut menggunakan cotton buds.
penyembuhan.5 Kelompok kontrol hanya diolesi dengan
Daun lidah buaya mengandung vitamin, akuades, kelompok perlakuan I diolesi ekstrak
enzim, protein, karbohidrat, mineral (kalsium, daun lidah buaya 25%, kelompok perlakuan II
natrium, magnesium, seng, besi) dan asam diolesi ekstrak daun lidah buaya 50%,
amino. Selain itu berbagai agen anti inflamasi, kelompok perlakuan III diolesi ekstrak daun
di antaranya adalah asam salisilat, lidah buaya 75%, dan kelompok perlakuan IV
indometasin, manosa-6-fosfat, B sitosterol, diolesi ekstrak daun lidah buaya konsentrasi
juga komponen lignin, saponin dan 100%.
anthaquinone yang terdiri atas aloin, Pada hari kesepuluh semua hewan
barbaloin, anhtranol, anthracene, aloetic acid, percobaan dekapitasi dengan anastesi
aloe emodin merupakan bahan dasar obat menggunakan chloroform. Kemudian dibuat
yang bersifat sebagai antibiotik dan spesimen mukosa labial rahang bawah,
penghilang rasa sakit.6,7,8 Bob Bowden dan selanjutnya jaringan difiksasi dengan
Wayne Smith (2000) dalam penelitiannya formaldehid 10% dan dibuat sediaan
menunjukkan bahwa daun lidah buaya mikroskopik. Untuk semua spesimen,
bertindak sebagai anti-inflamasi dengan pemotongan dengan mikrotom dilakukan
menghambat integrin tertentu .9 dengan ketebalan 5 mikron, diambil untuk
Tujuan penelitian ini adalah untuk diwarnai dengan Harris Hematoxcylin Eosin.
mengetahui pengaruh pemberian ekstrak Perbandingan antar kelompok dilakukan
lidah buaya konsentrasi 25%,50%, 75%, dan dengan pemeriksaan mikroskopik dengan
100% terhadap jumlah makrofag pada radang pembesaran 400x dan masing-masing sediaan
mukosa mulut tikus putih jantan galur dinilai dengan menghitung jumlah sel radang
sprague dawley. makrofag pada lima lapang pandang pada
setiap sediaan mikroskopis.
Metode Setelah diperoleh data jumlah
Penelitian ini adalah penelitian makrofag dilakukan analisis hasil. Uji statistik
eksperimental dengan menggunakan tikus dengan dengan menggunakan One Way
putih galur Sprague Dawley sebanyak 30 ekor ANOVA (jika data terdistribusi normal) dengan
yang dibagi menjadi 5 kelompok masing- uji alternatif Kruskal Wallis (jika data tidak
masing terdiri dari 6 ekor. Kriteria inklusi terdistribusi normal). Untuk mengetahui beda
penelitian ini adalah tikus putih jantan galur nyata terkecil dilanjutkan dengan melakukan
Sprague Dawley yang berusia 3 bulan, berat uji Post Hoc (jika nilai p yang didapat dari uji
180-200 gram, dan kesehatan umum baik. One Way ANOVA <0,05).
Sedangkan kriteria eksklusi adalah mati

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 | 244


Novita Carolia | Pengaruh Pemberian Ekstrak Lidah Buaya terhadap Jumlah Makrofag pada Radang Mukosa Mulut Tikus
Putih Jantan Galur Sprague Dawley

Hasil Uji lanjutan dengan uji Least Significant


Analisis efek perlakuan diuji Difference–test (LSD) di atas mendapatkan
berdasarkan rerata jumlah makrofag antar hasil: (1) Terjadi perbedaan bermakna antara
kelompok sesudah diberikan perlakuan rerata jumlah makrofag pada kelompok
berupa ekstrak daun lidah buaya . Hasil kontrol dengan kelompok konsentrasi 100%,
analisis kemaknaan dengan uji One Way 75%, dan 50%, kelompok konsentrasi 100%
Anova disajikan pada Tabel 1. dengan kelompok konsentrasi 50%, dan 25%,
serta kelompok konsentrasi 75% dengan
Tabel 1. Perbedaan Rerata Jumlah Makrofag kelompok konsentrasi 25%. (2) Tidak terjadi
Antar Kelompok Sesudah Diberikan Ekstrak Daun perbedaan bermakna antara rerata jumlah
Lidah Buaya makrofag pada kelompok kontrol dengan
Kelompok N Rerata P kelompok konsentrasi 25%, kelompok
Subjek Makrofag
konsentrasi 100% dengan kelompok
Kontrol 4* 16,15
konsentrasi 75%, kelompok konsentrasi 75%
100% 4* 14,2 dengan kelompok konsentrasi 50%, serta
kelompok konsentrasi 50% dengan kelompok
75% 5 14,8 ,014 konsentrasi 25%.
Berdasarkan hasil penelitian di atas,
50% 5 14,88
didapatkan bahwa terjadinya penurunan
25% 4* 15,95 bermakna jumlah makrofag pada radang
mukosa mulut tikus putih jantan pada
Ket: * adalah jumlah tikus pada kelompok dimana terpadat 1 kelompok perlakuan yang diberi ekstrak daun
tikus yang mati pada saat penelitian.
lidah buaya.Ini disebabkan karena daun lidah
Analisis kemaknaan dengan uji One buaya (aloe vera) mengandung vitamin,
Way Anova menunjukkan bahwa nilai p = enzim, protein, karbohidrat, mineral (kalsium,
0,014. Hal ini berarti bahwa rerata jumlah natrium, magnesium, seng, besi) dan asam
Makrofag pada keempat kelompok sesudah amino, yang sebagian besar dapat berperan
diberikan perlakuan berbeda secara dalam mengobati radang. Selain itu berbagai
bermakna (p<0,05). agen anti inflamasi, di antaranya adalah asam
Untuk mengetahui kelompok yang salisilat, indometasin, manosa-6-fosfat, B
berbeda dengan kelompok kontrol perlu sitosterol, juga komponen lignin,saponin dan
dilakuan uji lanjut dengan Least Significant anthaquinone yang terdiri atas aloin,
Difference – test (LSD). Hasil uji disajikan pada barbaloin, anhtranol, anthracene,aloetic acid,
Tabel 2. aloe emodin merupakan bahan dasar obat
yang bersifat sebagai antibiotik dan
Tabel 2. Beda Nyata Terkecil Jumlah Makrofag penghilang rasa sakit. Tanaman ini juga
Sesudah Diberikan Ekstrak Daun lidah buaya kayaakan kandungan zat-zat seperti vitamin,
antar Dua Kelompok polisakarida dan komponen lain yang sangat
Kelompok Beda P bermanfaat bagi kesehatan, juga berkhasiat
Rerata sebagai anti inflamasi, menstimulasi
Kontrol dan 1,9500 ,003 kekebalan tubuh dan membantu proses
100% regenerasi sel .8
Kontrol dan 75% 1,3500 ,023 Lidah buaya juga memiliki kandungan
Kontrol dan 50% 1,2700 ,031 asam amino dan enzim yang masing-masing
Kontrol dan 25% ,2000 ,730
berfungsi untuk membantu perkembangan
100% dan 75% -,6000 ,283
100% dan 50% -,6800 ,226
sel-sel baru dengan kecepatan luarbiasa dan
100% dan 25% -1,7500 ,007 menghilangkan sel-sel yang telah mati dari
75% dan 50% -,0800 ,877 epidermis. Lidah buaya mmengandung
75% dan 25% -1,1500 ,049 senyawa nutrisi yang dapat dimanfaatkan
50% dan 25% -1,0700 ,065 untuk pengobatan dan penyembuhan (terapi)
berbagai penyakit. Salah satu referensi

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 | 245


Novita Carolia | Pengaruh Pemberian Ekstrak Lidah Buaya terhadap Jumlah Makrofag pada Radang Mukosa Mulut Tikus
Putih Jantan Galur Sprague Dawley

menyebutkan bahwa lidah buaya pemberian ekstrak daun lidah buaya (aloe
mengandung hormon pertumbuhan (human vera) dengan konsentrasi 100% lebih efektif
growth hormone) dan antipenuaan (anti- menurunkan jumlah makrofag daripada
aging). Efek positif meningkatkan sistem konsentrasi 75%, 50%, dan 25% pada radang
kekebalan tubuh dalam menurunkan radang. mukosa mulut tikus putih jantan.
Lidah buaya memiliki sistem penghambat
yang menghalangi rasa sakit serta sistem Daftar Pustaka
stimulasi yang meningkatkan penyembuhan 1. Greenberg, M.S. Ulcerative, vesicular and
luka. Pengujian laboratorium independen Bulloys Lesions. Dalam Lynch MA,
tentang lidah buaya menunjukkan aktivitas Brigman VJ, Greenberg MS. Burket Oral
lidah buaya dalam modulasi antibodi dan
Medicine. Diagnosis and Treatment, eight
kekebalan seluler .10
Lidah buaya tidak mempunyai edition. Sydney: Lippincott Williams &
mekanisme tunggal sebagai anti Wilkins.2003. hlm.163-208.
inflamasi.Lidah buaya mengandung berbagai 2. Price, S.A. Wilson, L.M. Patofisiologi
macam unsur dan zat yang dipercaya dapat Konsep Klinis Proses-proses Penyakit.
bertindak sebagai agen antiinflamasi, antara Edisi 6. Alih Bahasa Brahm U Pendit dkk.
lain asam salisilat, vitamin, polisakarida dan Jakarta: EGC. 2005.Hal 57-71.
asam lemak. Disamping itu terdapat pula
3. Ship, J.A, Chaves, E.M, Doerr, P.A.
indometasin yang dapat mengurangi edema,
menghambat enzim siklooksigenase dan Henson, B.S. and Sarmadi, M. Reccurent
menghambat motilitas dari leukosit poly Aphthous Stomatitis. Departement of
morpho nuklear (PMN) yangbila jumlahnya Oral Medicine, Pathology, Oncology,
berlebihan dapat merusak jaringan .8 University of Michigan, School of
Lidah buaya juga mengurangi oksigen Dentistry, Ann Arbor, Michigan
radikal bebas yang dihasilkan oleh PMN’s. USA.2000.
Vitamin C dalam lidah buaya menghambat
4. Gandolfo, Scully C, Carrozzo. Oral
peradangan, mengambil radikaloksigen untuk
memblokir proses inflamasi. Penelitian Medicine. Unione Tipografico- Editrice
menunjukkan bahwa lidah buaya membantu Torinse.Churcill Livingstone.Elsivier.2006:
dalam penyerapan vitamin C dan menambah 44-56.
aktivitas biologisnya.Vitamin E,yang dikenal 5. Scully, C. Clinical Practise.Aphthous
sebagai anti oksidan, juga merupakan Ulceration. N Engl J Med. 2006.355(2):
komponen lidah buaya. Efek-efekbiologis dari
165-72.
karya orkestra aloe vera, bekerjasama dengan
konduktor (polisakarida) menghasilkan efek 6. Cawson, RA. dan Odell, EW. Disease Of
terapi yang berharga. Lidah buaya dapat the Oral Mucosa: Non-infective
melarutkan senyawa larut air serta zat larut stomatitis, Oral Patologi and Oral
lipid. Selain itu dapat melalui membran sel Medicine. New york: Churchill
stratumkorneum untuk membantu berbagai Livingstone. 2002.192-195.
bahan dalam menembus kulit. Aktivitas
biologis lidah buaya dapat bertambah, bahkan 7. Yuliani, S. Winarti, C. Marwati, T.
bersinergi dengan banyak agen dalam
Manfaat Lidah Buaya dalam Perawatan
meningkatkan efek terapi .11
Kesehatan dan Kecantikan, Prosiding
Simpulan Simposium Penelitian Bahan Obat Alami
Pemberian ekstrak daun lidah buaya ( VIII.Jakarta. 1994. Hal 258 – 268.
aloe vera) yang dibuat dengan konsentrasi 8. Sudiono, J. Kurniadi, B. Hendrawan, A.
persen (%) cukup efektif sebagai anti inflamasi Djimantoro,B. Ilmu Patologi. Editor Janti
dalam proses penyembuhan peradangan pada 9. Sudiono, Lilian Yuwono-Jakarta: EGC.
mukosa bibir tikus putih. Selain itu juga
2003.Hal 81-96.

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 | 246


Novita Carolia | Pengaruh Pemberian Ekstrak Lidah Buaya terhadap Jumlah Makrofag pada Radang Mukosa Mulut Tikus
Putih Jantan Galur Sprague Dawley

10. Santoso,H.B. Ragam dan Khasiat


Tanaman Obat. Cet.1.-Jakarta: Agro
Media Pustaka. 2008. Hal 71-78.
11. 7. Jatnika, A. dan Saptoningsih. Meraup
Laba dari Lidah Buaya. Jakarta: Agro
Media Pustaka. 2009.Hal 1-26.
12. Widurini, M. Pengaruh Daun Lidah Buaya
Terhadap Peradangan Jaringan Mukosa
Rongga Mulut. Jakarta:Jurnal Kedokteran
Gigi Universitas Indonesia.2003.edisi 10:
473-477.

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 | 247


Ratna Dewi Puspita Sari ǀ Perubahan Kekuatan Otot Dasar Panggul pada Wanita Primipara Pascapersalinaan Pervaginam
dan Seksio Sesaria

Perubahan Kekuatan Otot Dasar Panggul pada Wanita Primipara


Pascapersalinan Pervaginam dan Seksio Sesaria

Ratna Dewi Puspita Sari


Bagian Obstetri dan Ginekologi, Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

Abstrak
Kehamilan dan persalinan merupakan proses yang sangat esensial pada wanita dalam kehidupan. Wanita akan mengalami
berbagai perubahan fisiologis, hormonal, maupun morfologi selama proses kehamilannya seiring dengan perkembangan
janin hingga proses persalinan yang juga dapat berkembang menjadi berbagai gejala hingga kondisi patologis. Otot dasar
panggul pada wanita merupakan organ penting penyokong fungsi organ-organ vital. Fungi utama otot dasar panggul adalah
penyokong, sfingterik, dan fungsi seksual. Sebagian besar disfungsi dihubungkan dengan kerusakan akibat proses
persalinan, terutama yang pertama.Penelitian ini menggunakan desain penelitian potong lintang dan pengukuran berulang
prospektif. Penelitian ini dilakukan di kamar bersalin dan poliklinik terpadu Departemen Obstetri dan Ginekologi Rumah
Sakit dr. Mohammad. Hoesin Palembang. Waktu penelitian dilaksanakan selama 1 tahun, yaitu 1 April 2011 sampai 31
Maret 2012. Kekuatan otot dasar panggul secara bermakna dipengaruhi oleh masing-masing faktor, namun kombinasi usia,
indeks massa tubuh, usia gestasi, dan berat bayi lahir bersama-sama dapat mempengaruhi kekuatan ODP. Pada kelompok
pervaginam, rerata perineometri sebelum persalinan adalah 9,152±0,8149 cm H 2O, setelah persalinan 8,130±0,9301 cm
H2O, dan 3 bulan pascasalin 10,181±0,9154 cmH2O. Rerata kekuatan otot dasar panggul pada kelompok seksio sesarea
sebelum operasi 9,768±0,7355 cm H2O, setelah operasi 9,775±0,7150 cm H2O, dan 3 bulan pascaoperasi 10,580±0,7307 cm
H2O. Dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa terdapat perubahan kekuatan otot dasar panggul yang bermakna
pada persalinan pervaginam, baik secara spontan, ekstraksi vakum, maupun forseps, namun penurunan perineometri
mengalami perbaikan setelah 3 bulan. Tidak terdapat perubahan kekuatan otot dasar panggul yang bermakna pada
kelompok seksio sesarea.

Kata Kunci : otot dasar panggul, Perineometri

Pelvic Floor Muscles Change in Primigravidae after


Vaginal Deliveries and Cesarean Section
Abstract
Pregnancy and labor become the essential process in women’s life. There are so many fisiology, hormonal and morphology
change during pregnancy until labor, it can become pathological condition. Pelvic floor muscles in women is an important
organ that supportthe function of vital organs.The main function is to support the pelvic floor muscles, sphincters, and
sexual function. Most of dysfunction associated with damage caused by the birth process. This study used a cross-sectional
design. The research was carried out in the delivery room and an integrated polyclinic Department of Obstetrics and
Gynecology Hospital dr. Mohammad Hoesin Palembang, from 1 April 2011 to 31 March 2012. Pelvic floor muscle strength
was significantly influenced by each factor, but a combination of age, body mass index, gestational age and birth weight
together can affect the strength of the ODP. In the vaginal group, the mean perineometri before delivery was 9.152 ±
0.8149 cm H2O, after delivery 8.130 ± 0.9301 cm H2O, and 3 months of postnatal 10.181 ± 0.9154 cmH2O. Average
strength of the pelvic floor muscles in the cesarean section group before surgery 9.768 ± 0.7355 cm H2O, after surgery
9.775 ± 0.7150 cm H2O, and 3 months postoperatively 10.580 ± 0.7307 cm H2O. The research concluded that there is a
change in the strength of the pelvic floor muscles are significant in vaginal deliveries, either spontaneously, vacuum
extraction, and forceps, but the decline perineometri improved after 3 months. There is no significant change in pelvic
floor muscle strength in cesarean section group.

Keywords: pelvic floor muscles, perineometri.

Korespondensi: dr. Ratna Dewi Puspita Sari, SpOG | Jl. Soemantri Brojonegoro No. 1 Bandar Lampung| HP 081367155786e-
mail ratnadps@gmail.com

Pendahuluan kehamilannya seiring dengan perkembangan


Kehamilan dan persalinan merupakan janin hingga proses persalinan yang juga
proses yang sangat esensial pada wanita dapat berkembang menjadi berbagai gejala
dalam kehidupan. Wanita akan mengalami hingga kondisi patologis. Gejala maupun
berbagai perubahan fisiologis, hormonal, gangguan tersebut biasanya ringan dan
maupun morfologi selama proses seiring berakhirnya kehamilan akan

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 | 248


Ratna Dewi Puspita Sari ǀ Perubahan Kekuatan Otot Dasar Panggul pada Wanita Primipara Pascapersalinaan Pervaginam
dan Seksio Sesaria

menghilang, namun juga dapat menetap lebih Di Indonesia, Bajuadji menyatakan


lama setelah persalinan bahkan menimbulkan kejadian inkontinensia urin pada wanita
keadaan patologis pada wanita.1 postpartum sebanyak 34,1% pada 6 minggu
Perubahan yang terjadi akibat pertama, dan pada 3 bulan postpartum
kehamilan pada sistem penyokong dasar menurun menjadi 27,75%. Sedangkan,
panggul dan traktus urinarius meliputi hampir menurut cara persalinannya, wanita yang
dari seluruh komponennya.Suatu tahap akhir melahirkan pervaginam berisiko lebih tinggi
kehamilan dengan proses yang melibatkan mendapat inkontinensia urin dibandingkan
perubahan neurologis, kontraksi otot, dan persalinan perabdominam (33,33% : 17,20%,
pengaruhnya terhadap organ-organ saluran P<05).13 Penelitian yang dilakukan di Rumah
kemih tersebut dengan hubungannya dengan Sakit dr. Mohammad Hoesin
pengeluaran bayi melalui jalan lahir dan Palembang/Fakultas Kedokteran Universitas
komplikasi kehamilan itu sendiri mampu Sriwijaya sebelumnya tidak melihat
memberikan perubahan yang bersifat perubahan kekuatan otot dasar panggul yang
sementara hingga kerusakan yang dipengaruhi kedua cara persalinan. Pada
menimbulkan sekuel.1-3 penelitian sebelumnya didapatkan
Persalinan pervaginam dapat membuat kesimpulan wanita primipara yang mengalami
perubahan neurologis pada dasar panggul, seksio sesarea setelah 3 bulan observasi serta
sehingga memperburuk efek daya hantar 96,9% wanita memiliki kekuatan otot dasar
(konduksi) nervus pudendus, kekuatan panggul yang normal.14 Sedangkan, pada
kontraksi otot vagina dan penutupan uretra.3,4 wanita primipara yang mengalami persalinan
Perubahan akibat kehamilan, proses pervaginam pada penelitian lain menunjukkan
persalinan yang melibatkan kala I dan 25,8% wanita mengalami inkontinensia urin
lamanya kala II, lewatnya bayi dengan dan 13,6% inkontinensia alvi.15 Pada
diameter kepala serta berat bayi tertentu penelitian yang lain wanita multigravida,
yang melalui jalan lahir, kontraksi dan trauma inkontinensia urin dan alvi tidak terjadi pada
pada otot dasar panggul merupakan faktor- 66 sampel yang diteliti.16
faktor yang mampu memberikan kondisi Penelitian oleh Lubis di Medan
patologis pada wanita yang melahirkan menemukan bahwa kekuatan otot dasar
pervaginam.5,6 panggul postpartum pervaginam lebih rendah
Otot dasar panggul pada wanita dibandingkan pascaseksio dengan rerata
merupakan organ penting penyokong fungsi 4,69±0,912 mmHg dan 9,41±0,969 mmHg
organ-organ vital yang berhubungan (tanpa kontraksi dan dengan kontraksi) pada
dengannya, yaitu organ saluran kemih, pervaginam, dan 7,01±0,880 mmHg dan
reproduksi dan organ pencernaan bagian 11,09±0,941 mmHg pada pascaseksio
akhir (pelepasan). Fungi utama otot dasar sesarea.17
panggul adalah penyokong, sfingterik, dan Penelitian-penelitian di Palembang
fungsi seksual. Kekuatan otot ini dapat mengenai kejadian inkontinensia urin
dipengaruhi oleh usia, hormon, proses postpartum dengan membedakan paritas dan
kehamilan dan persalinan, kelainan cara persalinan telah dilakukan beberapa kali
neurologis, malformasi kongenital, infeksi, secara tersendiri, namun perbandingan
obesitas, dan penyakit kronik lainnya. perubahan kekuatan otot dasar panggul pada
Disfungsi otot dasar panggul dapat primipara belum ada di Palembang, sehingga
menimbulkan berbagai gejala yang penelitian ini perlu dilakukan.
mengganggu kualitas hidup, seperti
inkontinensia urin, inkontinensia alvi, prolaps Metode Penelitian
organ panggul, nyeri panggul kronik dan Penelitian ini menggunakan desain
disfungsi seksual. Sebagian besar disfungsi ini penelitian potong lintang dan pengukuran
dihubungkan dengan kerusakan akibat proses berulang prospektif. Penelitian ini dilakukan di
persalinan, terutama yang pertama.1-3 kamar bersalin dan poliklinik terpadu
Departemen Obstetri dan Ginekologi Rumah

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 | 249


Ratna Dewi Puspita Sari ǀ Perubahan Kekuatan Otot Dasar Panggul pada Wanita Primipara Pascapersalinaan Pervaginam
dan Seksio Sesaria

Sakit dr. Mohammad. Hoesin Palembang. bersama-sama dapat mempengaruhi


Waktu penelitian dilaksanakan selama 1 kekuatan ODP.
tahun, yaitu 1 April 2011 sampai 31 Maret Abnormalitas kekuatan ODP ini secara
2012. Populasi penelitian adalah ibu hamil statistik berhubungan dengan cara persalinan
primigravida usia kehamilan aterm. Sampel pervaginam dan tindakan episiotomi. Faktor
penelitian adalah ibu hamil primigravida usia, IMT, usia gestasi, dan berat bayi lahir
dalam usia kehamilan aterm yang masing-masing tidak secara bermakna
direncanakan persalinan pervaginam dan menyebabkan penurunan, namun pada
yang direncanakan seksio sesarea elektif atau analisis regresi multivariat kesemua faktor
emergensi (sebelum masuk fase aktif) di bersama-sama dapat menyebabkan
Departemen Obstetri dan Ginekologi Rumah penurunan kekuatan ODP.
Sakit dr. Mohammad Hoesin/Fakultas Pada kelompok pervaginam, rerata
Kedokteran Universitas Sriwijaya, pada 1 April perineometri sebelum persalinan adalah
2011 sampai 31 Maret 2012. 9,152±0,8149 cm H2O, setelah persalinan
Perkiraan besar sampel adalah 66 untuk 8,130±0,9301 cm H2O, dan 3 bulan pascasalin
masing-masing kelompok. Untuk mengatasi 10,181±0,9154 cmH2O. Rerata kekuatan otot
dropout penelitian, mana ditetapkan sampel dasar panggul pada kelompok seksio sesarea
menjadi 73 orang untuk masing-masing sebelum operasi 9,768±0,7355 cm H2O,
kelompok. setelah operasi 9,775±0,7150 cm H2O, dan 3
Sampel penelitian didapat dengan cara bulan pascaoperasi 10,580±0,7307 cm H2O.
consecutive sampling yang ditentukan
berdasarkan urutan kedatangan pasien Tabel 1. Distribusi Subjek berdasarkan Indikasi
datang saat akan bersalin. Dilakukan Seksio Sesarea
pendataan awal dan pengukuran Kelompok
perioneonmeter saat akan melahirkan atau Indikasi Seksio Sesarea
akan diterminasi. Selanjutnya dilakukan n %
pengukuran lagi setelah melahirkan (24 jam Malpresentasi 13 18,8
Oligohidramnion/KPSW 26 37,7
pascasalin pervaginam dan 24-48 jam setelah
Disproporsi Kepala Panggul 11 15,9
operasi). Untuk pengukuran selanjutnya (IMT, Perdarahan Antepartum 10 14,5
perineometri) dan pengisian kuisioner, pasien Gawat Janin 7 10,1
diminta datang dengan sebelumnya dihubungi Lain-lain 2 2,9
melalui media surat, telekomunikasi Total 69 100
(telepon), serta kunjungan ke rumah setelah 3
bulan postpartum. Sampel dinyatakan Pengukuran otot dasar panggul
dropout apabila kehilangan kontak atau dilakukan pada tiga pengukuran; sebelum
menolak melanjutkan penelitian. persalinan, setelah persalinan, dan 3 bulan
Tabulasi data dilakukan sesuai dengan pascasalin dengan uji t-berpasangan (IK
tujuan penelitian dan diolah dengan 95%).Rerata kekuatan otot dasar panggung
menggunakan program pengolahan data seperti tertera pada tabel 2.
statistik (SPSS versi 16.0). Analisis data
menggunakan akan dilakukan sesuai jenis dan Tabel 2. Rerata Kekuatan Otot Dasar Panggul
penyebaran data, serta menggunakan uji Perineometri (cm H2O)
Levene’s,Chi Square atau Pearson’s Chi Persalinan Seksio P
Square, regresi liner multivariat dan regresi Pervaginam Sesarea
logistik multinomial. Sebelum 9,152±0,81 9,768±0,735 0,202
Persalinan 49 5
Hasil Setelah 8,130±0,93 9,775±0,715 0,026
Kekuatan otot dasar panggul secara Persalinan 01 0
3 Bulan 10,181±0,9 10,580±0,73 0,125
bermakna dipengaruhi oleh masing-masing
Pascasalin 154 07
faktor, namun kombinasi usia, indeks massa
Pembahasan
tubuh, usia gestasi, dan berat bayi lahir

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 | 250


Ratna Dewi Puspita Sari ǀ Perubahan Kekuatan Otot Dasar Panggul pada Wanita Primipara Pascapersalinaan Pervaginam
dan Seksio Sesaria

Subjek penelitian adalah ibu hamil Sebagian besar subjek pada kelompok
primigravida (perektrutan) dengan usia pervaginam memiliki IMT overweight (50,7%),
kehamilan aterm dengan presentasi kepala sedangkan pada kelompok seksio sesarea,
yang melahirkan secara pervaginam baik sebagian besar subjek memiliki IMT normal
secara spontan ataupun operatif pervaginam (52,2%). Rerata IMT pada kelompok
dan persalinan perabdominam dengan jumlah pervaginam adalah 25,133 dan seksio sesarea
masing-masing 73 orang (total 146 orang) 24,972.
yang bersedia ikut dalam penelitian dan Karakteristik kehamilan dan persalinan
mengisi lembar persetujuan penelitian. Dari sebagai berikut: Sebagian besar wanita pada
kelompok persalinan pervaginam terdapat 4 kelompok pervaginam dan seksio sesarea
orang yang dinyatakan drop out karena tidak melahirkan pada usia gestasi 39-40 minggu
menghadiri pertemuan pascasalin 3 bulan. (53,6% dan 47,8%). Rerata usia kehamilan
Sehingga, sampel dari kedua kelompok pada kedua kelompok adalah 39,45 dan 39,26
masing-masing 69 orang. minggu.
Distribusi subjek berdasarkan berat bayi
Karakteristik Umum Subjek lahir terbanyak pada kelompok pervaginam
dan seksio sesarea adalah pada berat kurang
Dari kelompok wanita dengan dari 3000 gram yaitu 58,0% dan 50,7%. Rerata
persalinan pervaginam, subjek terbanyak berat bayi lahir pada kelompok pervaginam
pada usia 20-29 tahun (66,7%), serupa dengan adalah 2991,30 gram dan seksio sesarea
kelompok seksio sesarea (75,4%). Rerata usia 3003,62 gram.
pada kelompok pervaginam adalah 24,25
tahun dengan rentang 16-39 tahun, Karakteristik Kehamilan dan Persalinan
sedangkan kelompok seksio rerata usia
adalah 25,77 tahun dengan rentang usia 18- Menurut cara persalinan dari kelompok
37 tahun. pervaginam sebagian besar melahirkan secara
Menurut tingkat pendidikan, mayoritas spontan (68,1%) dan dilakukan episiotomi
subjek memiliki tingkat pendidikan tamat saat persalinan (84,1%). Ekstraksi vakum
SMA pada kedua kelompok pervaginam dan dilakukan pada 18,8% subjek dan forseps
SC yaitu 62,3% dan 84,1%. Sebaliknya, tingkat 13,0% subjek. Indikasi persalinan operatif
diploma/sarjana masing-masing hanya pervaginam adalah kala II lama.
terdapat pada 2,9% subjek pada kedua grup. Pada kelompok seksio sesarea, indikasi
Mayoritas subjek dari kedua kelompok tindakan sebagian besar adalah
adalah ibu rumah tangga, yaitu 63,8% dan oligohidramnion (37,7%). Terdapat dua subjek
52,2% dari kelompok pervaginam dan seksio dengan indikasi lain yaitu infertil primer 3 dan
sesarea. Sedangkan pada pekerjaan suami, 5 tahun. Semua tindakan seksio dilakukan
pada kelompok pervaginam yang terbanyak sebelum memasuki fase aktif persalinan.
adalah buruh (37,7%) dan paling sedikit Distribusinya dapat dilihat pada tabel 1.
bekerja sebagai tani (4,3%). Pada kelompok
seksio sesarea, mayoritas pekerjaan suami Karakteristik Kekuatan Otot Dasar Panggul
responden adalah wiraswasta (31,9%) dan Subjek
paling sedikit tidak memiliki pekerjaan tetap
(4,3%). Pengukuran kekuatan otot dasar
Dari penghasilan per bulan, mayoritas panggul dilakukan sebanyak 3 kali, yaitu saat
dari kedua kelompok memiliki penghasilan fase persalinan (saat masuk rumah sakit),
lebih dari Rp. 1.000.000,- (pervaginam 56,5% pascasalin baik pervaginam maupun seksio
dan seksio sesarea 56,9%). Sebesar 14,5% sesarea 24 jam, dan 3 bulan pascasalin. Hasil
subjek dari kelompok pervaginam dan 10,1% pengukuran dianggap abnormal jika kurang
dari seksio sesarea yang tidak memiliki dari 8 cm H2O.
penghasilan tetap. Kekuatan Otot Dasar Panggul Sebelum
Persalinan. Rerata kekuatan otot dasar

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 | 251


Ratna Dewi Puspita Sari ǀ Perubahan Kekuatan Otot Dasar Panggul pada Wanita Primipara Pascapersalinaan Pervaginam
dan Seksio Sesaria

panggul pada saat belum bersalin pada Dari analisis statistik dengan uji t-
kelompok pervaginam 9,152±0,8149 cm H2O independen juga didapatkan perbandingan
dan kelompok seksio sesarea 9,768±0,7355 rerata perineometri kelompok persalinan
cm H2O. Pada kelompok pervaginam, terdapat pervaginam dan seksio sesarea. Terdapat
2 subjek (2,9%) yang memiliki kekuatan ODP perbedaan bermakna pada pengukuran
yang abnormal, Tidak terdapat subjek dengan setelah persalinan (P=0,026). Hal ini
abnormalitas perineometri pada kelompok menunjukkan kedua cara persalinan
seksio. menghasilkan perubahan yang berbeda dari
Kekuatan Otot Dasar Panggul Setelah kedua rute persalinan. Namun, pada
Persalinan. Rerata kekuatan ODP pascasalin persalinan pervaginam, cara persalinan yang
pervaginam adalah 8,130±0,9301 cm H2O dan paling bermakna belum dapat ditentukan,
pada pascaseksio 9,775±0,7150 cm H2O. mengingat distribusi sampel yang berbeda
Sebanyak 46,4% subjek dari kelompok dari persalinan spontan, vakum, maupun
pervaginam memiliki kekuatan ODP kurang forseps. Penurunan kekuatan ODP setelah
dari 8 cmH2O atau abnormal. persalinan pervaginam mengalami perbaikan
Kekuatan Otot Dasar Panggul 3 bulan lagi saat pengukuran 3 bulan pascasalin. Hal
Pascasalin. Setelah persalinan 3 bulan, ini sesuai dengan berbagai penelitian yang
kelompok pervaginam memiliki rerata menunjukkan efek dari persalinan terhadap
kekuatan ODP 10,181±0,9154 cmH2O, dan otot panggul akan mengalami regenerasi
kelompok seksio 10,580±0,7307 cm H2O. secara progresif.
Semua subjek dari kelompok pervaginam dan Kehamilan memberikan kecenderungan
seksio memiliki kekuatan ODP yang normal terjadinya kelemahan otot dasar panggul
(≥8 cmH2O). hingga inkontinensia urin. Keluhan dapat
terjadi selama kehamilan (53% atau lebih) dan
Analisis Perubahan Kekuatan Otot Dasar sebagian besar gejala akan menghilang
Panggul setelah persalinan (hanya 9% yang mengeluh
gejalanya menetap setelah persalinan),
Karakteristik subjek dari kedua sehingga sering dianggap sebagai self limiting
kelompok dianalisis untuk keseragaman disesase. Penurunan kekuatan otot dasar
distribusi subjeknya dengan menggunakan panggul segera setelah persalinan pervaginam
Levene’s test. Dari analisis statistik untuk dipengaruhi oleh lamanya proses persalinan
homogenisitas sebaran sampel dari kedua yang mengakibatkan desakan dan kontraksi
kelompok pervaginam dan seksio sesarea otot-otot dasar panggul serta mobilitas dan
dengan independent t-test, pada usia tahanan organ penyokong panggul. 10-12
didapatkan Levene’s test p=0,559 dengan
interpretasi kedua kelompok homogen. Pada Analisis Hubungan Tindakan Episiotomi pada
sebaran subjek menurut indeks massa tubuh, Persalinan Pervaginam dan Kekuatan Otot
kedua kelompok memiliki variasi yang Dasar Panggul
homogen (P=0,935).
Kedua kelompok memiliki sebaran usia Pada pengukuran saat masuk, terdapat
gestasi yang homogen pada saat persalinan 2 subjek dengan kekuatan ODP kurang dari 8
(P=0,784). Sedangkan pada berat bayi lahir, cm H2O yang kemudian dilakukan episiotomi.
didapatkan hasil yang berbeda bermakna Sebagian besar subjek (56 orang) yang
(P=0,038). Hal ini menunjukkan sebaran yang mendapat tindakan episiotomi memiliki
tidak homogen. kekuatan ODP yang normal sebelum
persalinan. Setelah bersalin, kelompok wanita
Analisis Hubungan Kekuatan Otot Dasar yang melahirkan pervaginam dan mendapat
Panggul Persalinan Pervaginam dan Seksio episiotomi sebagian besar memiliki kekuatan
Sesarea ODP yang abnormal saat pengukuran (32
orang). Secara statistik, terdapat hubungan

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 | 252


Ratna Dewi Puspita Sari ǀ Perubahan Kekuatan Otot Dasar Panggul pada Wanita Primipara Pascapersalinaan Pervaginam
dan Seksio Sesaria

antara tindakan episiotomi dengan kekuatan cm H2O, dan 9,667±0,7906 cm H2O. Pada
otot dasar panggul (P=0,000). subjek yang diterminasi perabdominam,
Pada pengukuran 3 bulan pascasalin, rerata perineometri pada saat sebelum,
tidak terdapat hubungan yang bermakna setelah, dan 3 bulan pascaseksio
antara tindakan episiotomi dengan kekuatan 9,768±0,7355 cm H2O, 11,080±10,7634 cm
otot dasar panggul. Perubahan rerata H2O, dan 10,580±0,7307 cm H2O.
perineometri pada wanita yang mendapat Penurunan kekuatan otot dasar panggul
episiotomi sebelum, sesudah, dan pascasalin segera setelah persalinan pervaginam
3 bulan adalah 9,034±0,8049 cm H2O, dipengaruhi oleh lamanya proses persalinan
7,897±0,7823 cm H2O, dan 10,172±0,9345 cm yang mengakibatkan desakan dan kontraksi
H2O. otot-otot dasar panggul serta mobilitas dan
tahanan organ penyokong panggul. Metode
Analisis Hubungan Cara Persalinan persalinan dengan spontan maupun
Pervaginam dan Kekuatan Otot Dasar Panggul penggunaan instrumen seperti vakum dan
forseps juga memberikan kontribusi terhadap
Pada kelompok pervaginam, cara desakan atau diskontinuitas organ-organ
persalinan dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu penyokong panggul yang memberikan hasil
spontan, ekstraksi vakum, dan ekstraksi penurunan kekuatan otot dasar panggul.
forseps. Pada pengukuran kekuatan ODP Penggunaan forseps dengan peningkatan
pertama, terdapat dua subjek dengan risiko inkontinensia pada penelitian oleh
kekuatan ODP yang abnormal yang kemudian Wilson dan Farrel dianggap tidak
melahirkan secara spontan dan ekstraksi berhubungan, begitu juga ekstraksi vakum.
10,37
forseps. Sebagian besar subjek melahirkan
secara spontan dan memiliki kekuatan ODP 4. Analisis Hubungan Usia dan Kekuatan Otot
yang normal, Dasar Panggul
Pada kelompok wanita yang bersalin
pervaginam, sebanyak 32 orang memiliki Pada pengukuran sebelum persalinan,
abnormalitas pada saat pengukuran terdapat 2 orang (4,3%) pada kelompok
perineometri setelah persalinan, baik secara pervaginam pada usia 20-29 tahun yang
spontan (14 orang), ekstraksi vakum (10 memiliki kekuatan otot dasar panggul
orang) dan ekstraksi forseps (8 orang). abnormal (<8 cm H2O). Sebagian besar subjek
Sebanyak 33 orang wanita yang bersalin berusia 20-29 tahun memiliki memiliki otot
secara spontan memiliki kekuatan ODP >8 cm dasar panggul dengan kekuatan di atas 8 cm
H2O. Pada pengukuran 3 bulan pascasalin, H2O (44 orang). Pada kelompok seksio
tidak dijumpai wanita dengan hasil sesarea, tidak terdapat subjek dengan
perineometri yang abnormal. Sebagian besar kekuatan ODP abnormal. Tidak didapatkan
wanita (47 subjek) yang mengalami persalinan hubungan antara usia dan kekuatan ODP
spontan memiliki kekuatan ODP yang normal. sebelum persalinan (P=0,920).
Rerata perineometri sebelum Setelah persalinan, pada kelompok
persalinan adalah 9,436±0,7705 cm H2O, yang pervaginam sebesar 52,2% subjek dengan usia
kemudian menjadi 8,447±0,9512 cm H2O 20-29 tahun memiliki kekuatan ODP yang
setelah persalinan secara spontan, dan abnormal. Sedangkan pada usia < 20 tahun
menjadi 10,383±0,8921 cm H2O pada saat 3 dan 30-40 tahun terdapat masing-masing 4
bulan pascasalin. Pada wanita yang bersalin orang yang memiliki abnormalitas ODP. Pada
dengan ekstraksi vakum, rerata perineometri kelompok seksio sesarea, tidak terdapat
adalah 8,769±0,5250 cm H2O, 7,500±0,3536 subjek dengan kekuatan ODP yang abnormal.
cm H2O, dan 9,808±0,8789 cm H2O pada 3 Pengukuran saat 3 bulan menunjukkan tidak
pengukuran. Pada persalinan dengan ekstraksi terdapatnya abnormalitas pada kekuatan ODP
forseps, nilai perineometri berturut-turut dari semua kelompok usia pada kelompok
sebelum, sesudah, dan pascasalin 3 bulan pervaginam, sebagaimana pada kelompok
adalah 8,222±0,3632 cm H2O, 7,389±0,3333 pascaseksio sesarea.

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 | 253


Ratna Dewi Puspita Sari ǀ Perubahan Kekuatan Otot Dasar Panggul pada Wanita Primipara Pascapersalinaan Pervaginam
dan Seksio Sesaria

Terdapat 2 subjek pada kelompok


5. Analisis menurut Indeks Massa Tubuh dan pervaginam yang sebelum persalinan memiliki
Kekuatan Otot Dasar Panggul kekuatan ODP abnormal, dari berat bayi lahir
kurang dari 3000 gram dan 3001-3500 gram.
Pada pengukuran sebelum persalinan, Sebaran subjek terbanyak adalah dengan
terdapat dua subjek dengan kekuatan ODP luaran bayi kurang dari 3000 gram dengan
yang abnormal dengan IMT normal dan kekuatan ODP normal. Sebanyak 35 subjek
overweight. Pada kelompok seksio sesarea, wanita dengan berat bayi lahir kurang dari
tidak terdapat subjek dengan kekuatan ODP 3000 gram memiliki kekuatan ODP >8 cm H2O.
abnormal dari semua grup IMT. Subjek Tidak terdapat hubungan bermakna, baik dari
terbanyak yaitu 34 orang dengan IMT kelompok pervaginam dan seksio sesarea
overweight dan 36 orang dengan IMT normal (P=0,549) antara berat bayi dan kekuatan otot
didapatkan pada kelompok pervaginam dan dasar panggul sebelum seksio.
seksio sesarea. Menurut analisis, tidak Pengukuran setelah persalinan
terdapat hubungan indeks massa tubuh menunjukkan. pada kelompok pervaginam,
dengan kekuatan otot dasar panggul terdapat 32 subjek dengan kekuatan ODP
(p=0,072). yang abnormal dengan luaran bayi kurang
Pada pengukuran kedua, sebanyak 14 dari 3000 gram (15 orang), 3001-3500 gram
orang dan 16 orang wanita dengan IMT yang (15 orang), dan di atas 3500 gram (2 orang).
normal dan overweight memiliki kekuatan Sebagian besar wanita dengan luaran bayi
otot dasar panggul yang abnormal pada saat <3000 gram (25 orang) memiliki nilai
pengukuran setelah persalinan pada perineometri yang normal. Secara statistik
kelompok pervaginam. Sedangkan pada tidak terdapat hubungan berat bayi lahir
kelompok seksio sesarea, tidak terdapat setelah operasi dan saat 3 bulan pascaoperasi
subjek dengan abnormalitas kekuatan ototnya (P=0,971, P=0,905).
pascasalin. Pada kelompok pervaginam, Pada kelompok pascaseksio sesarea,
subjek terbanyak (19 orang) memiliki tidak terdapat subjek dengan kekuatan ODP
kekuatan ODP yang normal pada kisaran IMT abnormal pada saat pengukuran setelah
overweight. Sedangkan pada kelompok seksio persalinan. 35 subjek pada luaran berat bayi
36 subjek dengan IMT normal memiliki lahir kurang dari 3000 gram memiliki
kekuatan ODP yang normal. Tidak terdapat kekuatan ODP normal. Setelah 3 bulan
hubungan yang bermakna antara indeks operasi, pada pengukuran pada kelompok
massa tubuh dan perineometri setelah pervaginam dan seksio sesarea, berat bayi
persalinan pada analisis statistik (P=0,215). lahir terbanyak adalah pada berat kurang dari
Pada pengukuran pascasalin 3 bulan 3000 gram (40 dan 35 subjek) memiliki
sebagian besar subjek yang melahirkan kekuatan otot dasar panggul > 8 cm H2O. Pada
pervaginam (35 orang) dengan IMT kedua kelompok tidak terdapat hasil
overweight memiliki kekuatan ODP >8 cm pengukuran otot dasar panggul yang
H2O. Tidak terdapat subjek dengan kekuatan abnormal
ODP yang abnormal pada saat pengukuran
pada kedua kelompok. Pada kelompok seksio 7. Analisis Hubungan Usia Gestasi dan
sesarea, subjek terbanyak (36 orang) dengan Kekuatan Otot Dasar Panggul
IMT normal memiliki kekuatan ODP yang
normal. Tidak terdapat hubungan yang Sebagian besar wanita pada kelompok
bermakna secara statistik antara IMT dengan pervaginam (35 orang) melahirkan pada usia
kekuatan otot dasar panggul pada kedua rute 39-40 minggu memiliki kekuatan ODP dalam
persalinan pada 3 bulan pascasalin (P=0,638). batas normal. Hanya 2 wanita yang
melahirkan pada usia gestasi 39-40 minggu
6. Analisis Berat Bayi Lahir dan Kekuatan Otot memiliki nilai perineometri yang abnormal.
Dasar Panggul Pada kelompok seksio sesarea, tidak terdapat
wanita dengan kekuatan ODP abnormal dan

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 | 254


Ratna Dewi Puspita Sari ǀ Perubahan Kekuatan Otot Dasar Panggul pada Wanita Primipara Pascapersalinaan Pervaginam
dan Seksio Sesaria

subjek terbanyak (33 orang) tanpa di atas bersama-sama mempengaruhi


abnormalitas perineometri dioperasi sesar perineometri (P=0,002). Pada analisis
pada usia kehamilan 39-40 minggu. Pada perineometri setelah persalinan didapatkan
analisis korelasi tidak terdapat hubungan yang faktor berat bayi saat lahir sangat
bermakna antara usia gestasi dan kekuatan berhubungan (P=0,021) dengan kekuatan
otot dasar panggul pada kelompok ODP.
pervaginam maupun seksio sesarea (P=0,906). Pada penelitian ini setelah dianalisis
Pada pengukuran setelah persalinan, bersamaan, berbagai faktor peripartum (usia,
terdapat 32 subjek yang memiliki kekuatan IMT, usia gestasi, berat bayi) tidak
abnormal berasal dari usia gestasi 37-38 mempengaruhi penurunan kekuatan otot
minggu (8 subjek), 39-40 minggu (15 subjek), dasar panggul yang mungkin disebabkan
dan 41-42 minggu (9 subjek) pada kelompok sedikitnya sampel dengan kekuatan ODP yang
pervaginam. Mayoritas subjek (33 orang) abnormal, sehingga hubungan secara
bersalin pada usia gestasi 39-40 minggu. Tidak signifikan tidak didapatkan. Metode
terdapat subjek dari kedua kelompok metode persalinan dengan spontan maupun
persalinan yang mengalami abnormalitas penggunaan instrumen seperti vakum dan
kekuatan otot dasar panggul pada saat forseps juga memberikan kontribusi terhadap
pengukuran setelah 3 bulan pascasalin. Subjek desakan atau diskontinuitas organ-organ
terbanyak pada kelompok pervaginam (37 penyokong panggul yang memberikan hasil
orang) dan seksio sesarea (33 orang) pada penurunan kekuatan otot dasar panggul.
kelompok seksio bersalin pada usia 39-40 Episiotomi, adanya diskontinuitas seperti
minggu memiliki kekuatan > 8 cm H2O. tingkatan ruptur perineum serta rekonstruksi
yang adekuat menentukan terjadinya
8. Analisis Regresi Logistik dan Linear perubahan kekuatan otot dasar panggul serta
Multinomial stabilitas organ pelvis yang dapat
Dari berbagai faktor maternal, meningkatkan risiko terjadinya inkontinensia
kehamilan, dan luaran bayi di atas, dilakukan urin maupun alvi.10-12, 32-35
analisis regresi logistik multivariat terhadap
keabnormalitasan otot dasar panggul. Simpulan
Faktor-faktor peripartum seperti usia, Terdapat perubahan kekuatan otot
indeks massa tubuh, berat bayi lahir, usia dasar panggul yang bermakna pada persalinan
gestasi tidak secara bermakna menyebabkan pervaginam, baik secara spontan, ekstraksi
abnormalitas perineometri pascapersalinan. vakum, maupun forseps, namun penurunan
Sedangkan jenis persalinan dan tindakan perineometri mengalami perbaikan setelah 3
episiotomi secara signifikan menyebabkan bulan. Tidak terdapat perubahan kekuatan
abnormalitas (spontan OR 12,571, 95% IK otot dasar panggul yang bermakna pada
1,415-111,677, P 0,023, dan tindakan kelompok seksio sesarea.
episiotomi OR 0,999, P 0,000). Pada
persalinan perabdominam, tidak terdapat Daftar Pustaka
abnormalitas kekuatan ODP. 1. Goldberg RP, Lobel RW, Sand PK. The
Pada analisis dengan multinomial urinary tract in pregnancy. In: Bent AE,
regresi linear terhadap nilai kekuatan otot Osteogard DR, Cundiff GW, Swift SE,
dasar panggul. Pada hubungan kekuatan ODP
Osteogard’s urogynecology and pelvic
sebelum persalinan, didapatkan koefisien
korelasi (r) terhadap usia (-0,006), indeks floor dysfunction 5th ed. Philadelphia:
massa tubuh (-0,249), usia gestasi (-0,090), Lippincott Williams & Wilkins. 2003: 225-
dan berat bayi lahir (0,282) (r2 = 0,118) 42.
dengan adanya hubungan yang sangat nyata 2. Goldberg RP, Kwon C, Gandhi S, Atkuru
pada korelasi perineometri dengan indeks LV, Sorensun M, Sand PK. Urinary
massa tubuh dan berat bayi (P 0,002;P 0, incontinence among mother of multiple:
021). Pada ANOVA didapatkan semua faktor
the protective effect of caesarean

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 | 255


Ratna Dewi Puspita Sari ǀ Perubahan Kekuatan Otot Dasar Panggul pada Wanita Primipara Pascapersalinaan Pervaginam
dan Seksio Sesaria

delivery. Am J Obstet Gynecol. 2003; 188: 10. Lubis DL, Roeshadi RH, Tala MR.
1447-53. Kekuatan otot dasar panggul pada wanita
3. Sampselle CM, Miller JM, Mims BL, pascasalin normal dan pascaseksio
Delancey JOL, Ashton-Miller JA, sesarea dengan perineometer. Medan:
Anthonakos JL. The effect of pelvic Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas
muscle exercise on transient Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
incontinence during pregnancy and after 2009. Tesis
birth. Am J Obstet Gynecol. 2003; 102: 11. Wiknjosastro H. Beberapa aspek urologi
1299-305. pada wanita. Dalam: Prawirohardjo S,
4. Eftekhar T, Hajibaratali B, Ramezanzadeh, Wiknjosastro H, Sumapraja S, Saifudin
Shariat M. Postpartum evaluation of AB. Ilmu Kandungan Edisi ke-3. Jakarta:
stress urinary incontinence among Yayasan Bina Pustaka Sarwono
primipras. Int J Gynecol Obstet. 2006; Prawirohardjo. 2010: 380-99.
94:114-8. 12. Roger RM. Anatomy of pelvic support. In:
5. Chin HY, Chen MC, Liu YH, Wang KH. Bent AE, Osteogard DR, Cundiff GW,
Postpartum urinary incontinence: a Swift SE.. Osteogard’s urogynecology and
comparison of vaginal delivery, elective, pelvic floor dysfunction 5th ed.
and emergent cesarean section. Int J Philadelphia: Lippincott Williams &
Urogynecol. 2006; 17: 631-5. Wilkins. 2003: 19-33.
6. Bajuadji HS, Junizaf, Bachtiar A. Stres 13. Delancey JOL. Anatomy of female
inkontinensia urin pascasalin. Jakarta: bladder and urethra. In: Bent AE,
Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Osteogard DR, Cundiff GW, Swift SE.
Kedokteran Universitas Indonesia. 2004; Osteogard’s urogynecology and pelvic
71.Tesis floor dysfunction 5th ed. Philadelphia:
7. Oriputra D, Fauzi A, Ansyori HM. Lippincott Williams & Wilkins. 2003: 3-18.
Theodorus. Status kekuatan otot dasar 14. Delancey JOL, Ashton-Miller JA.
panggul dan kejadian inkontinensia pada Pathophysiology of adult urinary
primigravida pascaseksio sesarea. incontinence. Am J Gastro. 2004: 126.
Palembang: Bagian Obstetri dan 15. Dietz HP. Jarvis SK, Vancaillie T. A
Ginekologi Fakultas Kedokteran comparison of three different techniques
Universitas Sriwijaya. 2009. Tesis for the assessment of pelvic floor muscle
8. Andrianto, Fauzi A, Marwansyah FM, strength. Int Urogynecol J Pelvic Floor
Bahar E. Status perineum postpartum Dysfunct. 2003; 14: 288-90.
sebagai prediktor kelemahan otot dasar 16. Murray S, Chaote A. Research in pelvic
panggul pada primipara. Palembang: floor muscle strength in postpartum and
Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas nulliparous women. Available from:
Kedokteran Universitas Sriwijaya. 2006. http://www/ibismedical.com/notekege.h
Tesis tml. Accessed on April 1, 2012.
9. Putra HK, Fauzi A, Rusydi SD, Azhar MB. 17. Cunningham FG, et al. Cesarean delivery
Status inkontinensia pada multigravida and postpartum hystetectomy. In:
pascasalin pervaginam. Palembang: William’s Obstetrics. 23rd ed. New York:
Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas McGraw Hill. 2007: 537-63.
Kedokteran Universitas Sriwijaya. 2010. 18. Rortveit D, Daltveit AK. Hannestad YS,
Tesis Hunskaar S. Vaginal delivery parameters
and urinary incontinence: the Norwegian

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 | 256


Ratna Dewi Puspita Sari ǀ Perubahan Kekuatan Otot Dasar Panggul pada Wanita Primipara Pascapersalinaan Pervaginam
dan Seksio Sesaria

EPINCONT study. Am J Obstet Gynecol.


2003; 189: 1268-73.
19. Fritel X, Schaal JP, Fanconnier A. Bertrand
V, Levet C, Pigne A. Pelvic floor disorders
4 years after first delivery: a
retrospective cohort survey. Acta Obstet
Gynecol Scand. 2004; 83(10):941-5.
20. Burgio KL, Locher JL, Zyczynski H, Richter
HE, Redden DT, Wright KC. Urinary
incontinence in the 12 month period.
Obstet Gynecol. 2003; 102(6): 1291-8.

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 | 257


Rika Lisiswanti dkk ǀ Korelasi Nilai MCQ dengan Nilai Ujian Lisan, Esai dan Diskusi PBL

Korelasi Nilai Multiple Choice Questions (MCQ) dengan Nilai Ujian Lisan, Esai
dan Diskusi Problem-Based Learning (PBL)
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

Rika Lisiswanti1, Merry Indah Sari1, Dwita Oktaria1, Asep Sukohar2


1
Bagian Pendidikan Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2
Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

Abstrak
Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Lampung menerapkan berbagai komponen penilaian untuk
menentukan kelulusan mahasiswa dalam sutau blok. Komponen penilaian yang menjadi nilai akhir blok adalah nilai ujian
Multiple Choice Questions (MCQ), ujian lisan, ujian esai, praktikum dan nilai diskusi Problem-based Learning (PBL). Semua
komponen tersebut merupakan penilaian terhadap kognitif mahasiswa. Hasil dari penilaian kognitif baik yang dinilai
dengan MCQ, uian lisan, praktikum dan diskusi PBL hampir sama. Penelitian ini bertujuan untuk melihat korelasi hasil ujian
MCQ, ujian lisan, ujian esai, praktikum dan diskusi PBL. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan
cross sectional. Populasi penelitian adalah seluruh mahasiswa angkatan 2014 yaitu semester empat sebanyak 232 orang
mahasiswa. Sampel yang didapat adalah 230 mahasiswa yang memenuhi kriteria inklusi. Data penelitian ini merupakan
data sekunder yaitu nilai Blok Hematoimunologi, Blok Obstetri Ginekologi dan Perinatologi serta Blok Genitourinaria. Nilai
setiap blok terdiri dari ujian MCQ, ujian lisan, ujian esai, praktikum dan diskusi PBL. Semua data merupakan data numerik
dan analisis dengan uji Spearman karena sebaran data tidak normal. Hasilnya didapatkan korelasi antara nilai MCQ dengan
ujian lisan adalah 0.678 dengan sig. 0.000 (kuat). Korelasi nilai MCQ dengan nilai esai 0.765 dengan sig. 0.000 (kuat).
Korelasi nilai MCQ dengan nilai praktikum 0.850 dengan sig.0.000 (kuat). Korelasi nilai diskusi PBL 0.441 dengan sig.0.000
(kuat). Simpulan :terdapat korelasi yang kuat antara nilai MCQ dengan nilia ujian lisan, ujian esai dan ujian praktikum.
Sedangkan nilai diskusi PBL korelasi sedang.

Keyword: diskusi problem-based learning (PBL), multiple choice questions (MCQ), ujian lisan, ujian esai, ujian praktikum

The Correlation of Multiple Choice Question (MCQ) with Oral Examination,


Essay Examination, Practical Examination and Assessment Problem-Based
Learning (PBL) in Medical Faculty of Lampung University

Abstract
Medical Faculty of Lampung University implement various components of the assessment to determine achievement in
every block. Judgment final value of the block is the value of exam Multiple Choice Questions (MCQ), oral exam, essay
exams, practical or lab and problem-based learning. The results of cognitive appraisal well assessed with MCQ, oral
examination, practical and discussion of problem-based learning (PBL) is almost the same. In this study aims to investigated
the correlation of MCQ exam, an oral exam, essay exams, lab and PBL discussion of student batch of 2014. This research
was a quantitative research with cross sectional approach. The study population were all student class of 2014 in four
semesters as many as 232 students. Samples were 230 students who met the inclusion criteria. This data were secondary
from Hematoimunologi, Obstetrics Gynecology and Perinatology and genitourinary. The value of each block consisting of
MCQ, oral exam, essay exams, lab and discussion PBL. The distribution of data for all grades was not normal. The test used
by the Spearman test. The result showed the correlation between the value of MCQ by an oral examination was 0.678 with
sig. 0000 (strong). Correlation values with MCQ and essay was 0.765 by sig. 0000 (strong). The Correlation of MCQ with
practical value of 0.850 with sig.0.000 (strong). The correlation values MCQ and PBL discussions was 0.441 sig.0.000
(strong). There was strong correlation between MCQ and oral exam, essay and lab exam. While the value of the correlation
PBL was moderate.

Keyword: essay exams, discussion of problem-based learning (PBL), multiple choice questions (MCQ), oral exam, practical
exams

Koresponden: dr. Rika Lisiswanti, MMedEd., Fakultas Kedokteran Universitas Lampung. Email: rika_lisiswanti@yahoo.com.
Hp: 081388514165

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 | 258


Rika Lisiswanti dkk ǀ Korelasi Nilai MCQ dengan Nilai Ujian Lisan, Esai dan Diskusi PBL

Pendahuluan Menurut Shumway & Harden bahwa metode


Asessment atau sistem penilaian merupakan penilaian ujian tulis adalah ujian esai, ujian
hal sangat pendting dalam pendidikan, untuk esai jawaban singkat, multiple choice
kehidupan mahasiswa dan merupakan questions (MCQ). Diantara semua metode
sertifikat pencapaian kompetensi di penialaian tersebut MCQ merupakan
masyarakat. Assessment atau sistem penilaian penilaian yang paling objektif dengan tiep 5
diharapkan dapat menjadi motivasi bagi item pilihan ganda. Metode penilaian MCQ
mahasiswa untuk belajar. Masyarakat selalu dianjurkan untuk high taske examination.
beranggapan bahwa mahasiswa yang sudah Sistem penilaian MCQ dengan skenario dan
lulus kedokteran merupakan dokter yang masalah pasien sangat dianjurkan. Ujian tulis
kompeten. Sudah menjadi kewajiban bagi tidak hanya menggunakan alat tulis dan kertas
setiap institusi pendidikan kedokteran untuk tetapi dapat menggunakan teknologi seperti
menjamin tercapainya kompetensi dan komputer.3
menjadi tanggungjawab untuk menjaga Ujian tulis lainnya adalah ujian esai. ujian ini
kepercayaan dari sistem penilaian pendidikan tidak reliabel dan konten yang dinilai tidak
kedokteran. Assessment merupakan dasar luas. Ujian lisan sebaiknya tidak digunakan
dan standar tolak ukur bagi kepercayaan sebagai penilaian sumatif dalam pendidikan
masyarakat. Untuk itulah setiap institusi kedokteran. Hal ini dikarenakan reliabilitasnya
pendidikan mencari metode penilaian yang yang kurang sehingga kurang dipercaya
valid dan reliabel.1 sebagai penilaian. Tetapi ujian ini dapat
Berbagai macam metode penilaian, Miller ditingkat reliabilitasnya dengan cara membuat
membagi sistem penilaian menjadi empat rubrik atau skema penilaian, waktu yang
tingkatan yaitu tingkatan pertama untuk cukup dan melibatkan banyak penilai.4
menilai “Know”, timgkatan yang kedua untuk Dalam memilih metode penilaian sebaiknya
menilai “Know how”, tingkatan yang ketigam memenuhi prinsip validitas, reliabilitas,
“Show how” dan tingkatan yang kekempat pengaruh terhadap pemeblajaran,
dalah “does”.2 Tingkatan yang pertama untuk ttransparan, bisa diterapkan dan biaya yang
menilai know atau tahu dapat merupa efektif. Metode penilaian yang valid adalah
metode ujian MCQ, esai, ujian lisan. Tingkatan metode penilaian yang benar-benar dapat
yang kedua yaitu know how atau tahu menilai kompetensi yang ingin diujikan.
bagaimana dapat berupa ujian MCQ, esai, Sedangkan reliabilitas adalah suatu metode
ujian lisan dan clinic context based test. penailaian yang konsisten dimanapun dan
Tingkatan yang ketiga adalah show how atau kapanpun. Metode penilaian yang paling
menunjukan bagaimana dapat berupa OSCE, reliabel adalah MCQ yaitu 0,9, sedangkan
perfomace test dan simulation based test. metode ujian esai jawaban pendek 0.8, ujian
Tingkatan yang keempat adalah does atau lisan 0,5 dan OSCE 0.8 .4
menunjukan yaitu performance based Fakultas kedokteran Universitas Lampung (FK
assessment dan sebagainya.2 Metode Unila) berusaha untuk memilih metode
penilaian untuk mengetahui kemampuan penilaian yang memenuhi prinsip suatu
kognitif mahasiswa dengan ujian lisan, pemilihan metode assessment yaitu valid,
multiple choice questions (MCQ), jawaban relaibel, mempunyai dampak terhadap
pendek terstruktur (structure answer pembelajaran, biaya yang efektif. Setiap blok
question) serta ujian esai. Metode penilaian FK Unila memilih metode penilaian untuk
untuk menilai kognitif diantaranya Objective setiap blok adalah metode MCQ yaitu 40-50%,
Structure Clical Examination (OSCE), ujian esai (10-15%), ujian lisan dan ujian
Objectively Structure Performance Evaluation praktikum (10-15%) dan terdapat penilain
(OSPE), Task Oriented Assessment of Clical terhadap prose yaitu penilaian diskusi
Skill (TOACS), dan practical examination. Serta problem based learning (PBL) yaitu 10%.
untuk penilaian afektif dengan wawancara Sedangkan ujian keterampilan tersendiri yaitu
dan Direct Observation of Comunication skill OSCE setiap semester.
and behaviour.3

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 | 259


Rika Lisiswanti dkk ǀ Korelasi Nilai MCQ dengan Nilai Ujian Lisan, Esai dan Diskusi PBL

Berdasarkan paparan di atas disebutkan dengan ujian praktikum serta nilai MCQ
bahwa ujian MCQ merupakan ujian yang dengan nilai diskusi PBL.
paling objektif dan reliablitas, maka peneliti
ingin melihat korelasi nilai antara berbagai Hasil
macam penilaian yang diterapkan di FK Unila, Dari 233 mahasiswa didapatkan memnuhi
sejauh mana hubungan atau korelasi nilai kriteria sebanyak 230 orang. Setelah data
lainnya dengan nilai MCQ. dikumpulkan data diolah dan didapatkan hasil
seperti di bawah ini.
Metode Penelitian
Metode penelitian ini merupakan penelitian Tabel 1. Nilai rata-rata MCQ blok
survei dengan pendekatan cross sectional. hematoimunologi, blok Obstetri dan Perinatologi
Data yang diambil merupakan data sekunder. serta blok genitourianria
Pupulasi dan sampel penelitian ini adalah
mahasiswa angkatan 2014 semester 4 yang Nilai HI Obsper GU
mengambil blok Hematoimunologi, blok Maksimum 81 70 68
Minimum 24 10 18
Obstetri dan Ginekologi dan blok
Rata-rata 56 45.13 42.16
Genitourinaria sebanyak 233 orang Standar dev 11 10 10
mahasiswa. Semua poluasi adalah sampel.
Data yang diambil adalah data nilai MCQ, nilai Dari tabel 1 dapat dilihat rata-rata nilai MCQ
esai, nilai praktikum, nilai ujian lisan dan nilai blok hematoimunologi adalah 56, rata-rata
diskusi problem-based learning. nilai MCQ blok genitourinaria 45.13 dan rata-
Nilai MCQ didapatkan dari data rata nilai MCQ blok genitourinaria adalah
sekunder yaitu nilai ujian akhir blok yang 42.16. Nilai rata-rata terendah dari tiga blok
berbentuk pilihan ganda dengan adalah blok genitourinaria. Sedangkan rata-
menggunakan program Computer-Based test rata yang tertinggi adalah blok
(CBT). Ujian akhir blok dilaksanakan setiap hematoimunologi. Untuk nilai maksimum
akhir blok. Sedangkan ujian praktikum adalah yang tertinggi adalah blok hematoimunologi.
ujian dilaksanakan setiap akhir blok yaitu ujian
praktikum masing-masing praktikum setiap Tabel 2. Nilai rata-rata ujian esai blok
mata kuliah. Ujian lisan adalah ujian yang hematoimunologi, blok obstetri dan Perinatologi
dilaksanakan setiap akhir semester untuk serta blok genitourianria
semua blok, mahasiswa diberikan suatu kasus
dan mahasiswa diberikan pertanyaan sesuai Nilai HI Obsper GU
dengan rubrik penilaian. Ujian lisan di disini Maksimum 100 100 100
adalah Student Oral Case Examination (SOCA). Minimum 10 2.94 20
Masing-masing blok disediakan tiga skenario Rata-rata 72.80 64.07 65.65
dan mahasiswa memilih skenario yang Standar
18.47 23.09 14
diambil. Kemudian penguji akan memberikan deviasi
pertanyaan dan dinilai. Nilai diskusi PBL
merupkan nilai proses pada saat diskusi dan Pada tabel 2 dapat dilihat rata-rata nilai ujian
lembar kerja mandiri mahasiswa. Penilaian esai blok hematoimunologi adalah 72.80.
diskusi PBL ini dengan menggunakan Rata-rata nilai ujian esai blok obsper 64.07
instrumen penilaian diskusi PBL yang terdiri serta rata-rata nilai esai blok GU 65.65.
dari tugas dan diskusi.
Tabel 3. Nilai rata-rata ujian lisan blok
Semua data tersebut adalah data
hematoimunologi, blok obstetri dan Perinatologi
numerik. Uji yang digunakan adalah uji
serta blok genitourianria
statistik korelasi spearman karena distribusi Nilai HI Obsper GU
data tidak normal dilakukan uji untuk melihat Maksimum 100 100 96.43
korelasi antara nilai MCQ dengan nilai esai, Minimum 5.88 20 3.50
MCQ dengan nilai ujian lisan, nilai MCQ Rata-rata 69.34 59.06 54.84
Standar
20 14 19.37
deviasi

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 | 260


Rika Lisiswanti dkk ǀ Korelasi Nilai MCQ dengan Nilai Ujian Lisan, Esai dan Diskusi PBL

Pada tabel 3 dapat dilihat nilai rata-rata ujian assessment dan ujian MCQ. Pada penelitian
lisan (SOCA) blok hematoimunologi adalah kali ini peneliti melihat korelasi ujian MCQ
69.34. Rata-rata nilai blok obsper adalah atau pencapai nilai MCQ dengan ujian lisan,
59.06 sedangkan rata-rata nilai blok esai, praktikum dan nilai PBL.5
genitourinaria adalah 54.84. Korelasi ujian MCQ dengan ujian lainnya yang
didapatkan oleh Jain, et al (2005)
Tabel 4. Nilai rata-rata ujian praktikum blok mendapatkan korelasi ujian MCQ ddengan
hematoimunologi, blok obstetri dan Perinatologi ujian lainnya didapatkan tinggi atau kuat.
serta blok genitourianria Penelitian ini menganjurkan bahwa ujian MCQ
dapat menunjukan performan mahasiswa
Nilai HI Obsper GU
lebih baik dengan ujian MCQ dan esai.6
Maksimum 90.00 93.35 84.67
Assessment atau penilaian adalah
Minimum 12.40 0.00 39.67
Rata-rata 57.37 46.27 68.63
mengumpulkan dan interpretasi infomasi
Standar yang digunakan untuk mahasiswa, orang tua,
15.10 21.64 7.61 tentang perkembangan dalam memperoleh
deviasi
pengetahuan, keterampilan dan sikap serta
Tabel 5. Nilai rata-rata PBL blok prilaku yang sudah dipelajari dan untuk
hematoimunologi, blok obstetri dan Perinatologi informasi dalam pengambilan kebijakan yaitu
serta blok genitourianria untuk diagnostik, penempatan, promosi,
kelulusan, perencanaan kurikulum,
Nilai HI Obsper GU pengembangan kebijakan dan lain
Maksimum 79.53 79.67 82.60 sebagainya. Dalam sistem penilaian
Minimum 55.06 66.00 69.80 dibutuhkan tim yang merencanakan,
Rata-rata 73.58 74.05 78.28
mengembangkan dan melaksanakan sistem
Standar
deviasi
3.00 5.57 2.13 penilaian. Metode assessment merupakan
berbagai strategi dan teknik yang digunakan
untuk mendapatkan informasi pencapaian
Sedang hasil analisis bivariat yaitu korelasi
mahasiswa seperti observasi, ujian lisan,
nilai antara nilai MCQ dan ujian esai 0.765
dengan signifikansi 0.000 < 0.05. Korelasi paper-based, interview, self-assessment, peer
antara nilai MCQ dan nilai ujian lisan (SOCA) assessment, writent test, performance test,
0.678 dengan signifikansi 0.000 <0.05. portfolio, project and product assessment dan
Korelasi nilai praktikum adalah 0.850 dengan lain sebagainya.7
signifikansi 0.000 < 0.05. Sedangkan untuk Assessment yang baik merupakan
korelasi nilai MCQ dan nilai PBL 0.441 dengan tantangan dalam pendidikan kedokteran.
signifikansi 0.000 < 0.05. Korelasi yang paling Setiap metode mempunyai kelebihan dan
kekurangan. Metode assessment dibagi dua
kuat dari semua ujian tersebut adalah korelasi
macam yaitu formatif dan sumatif. Formatif
nilai MCQ dan nilai praktikum. Sedangkan
sebagai refleksi untuk memperbaiki perfoma
korelasi terendah adalah nilai MCQ dengan
nilai PBL. serta sumatif untuk melihat pencapaian
mahasiswa dalam hal kognitif dan
Pembahasan keterampilan. Sesuai dengan teori yang
Hasil penelitian dapat kita bandingkan dengan diusulkan Miller bahwa penilaian kategori
penelitian Adeniyi, et al (2013) tentang ujian tahu dan tahu bagaimana diukur secara
fisiologi yang duji dengan berbagai metode kognitif. Kategori performa “menunjukan
serta melihat korelasi antara ujian tersebut. bagaimana:” serta melakukan (does) menilai
Penelitian ini mendapatkan bahwa korelasi keterampilan dan perilaku.8
continuous assessment dengan nilai total
performan 0.801, kemudian essai dengan
total performan 0.755, ujian mdq 0.667 serta
ujian lisan 0.277. Penelitian ini menganjurkan
untuk menggunakan metode continuous

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 | 261


Rika Lisiswanti dkk ǀ Korelasi Nilai MCQ dengan Nilai Ujian Lisan, Esai dan Diskusi PBL

diberikan soal ujian sebanyak 10 soal yaitu


menilai pengetahuan mahasiswa. Korelasi
ujian MCQ dan esai didapatkan korelasi yang
kuat. Tetapi esai juga mempunyai reliabilitas
yang rendah antara penguji, materi yang
diujikan sedikit atau sempit dan tidak dapat
diuji tingkat kesulitannya.6,9
Ujian praktikum adalah ujian yang
dilaksanakan oleh bidang ilmu masing-masing.
Ujian praktikum dapat berupa ujian praktek
9 konvensional atau ujian Objective Structure
Gambar 1. Piramida Miller
Practical Examination (OSPE).9 Ujian
praktikum di FK Unila masih menggunakan
Penilaian metode MCQ, ujian lisan,
ujian praktek konvensional yaitu mahasiswa
ujian praktikum, ujian esai dan diskusi PBL
ujian setiap bidang ilmu di akhir setiap blok.
merupakan metode penilaian yang menilai
OSPE merupakan sistem penilaian terbaru
kognitif mahasiswa.8 Metode penilaian ini
untuk melihat pencapaian mahasiswa. Ujian
sama-sama menilai pengetahuan yang
OSPE menggunakan rubrik penialian tetapi
didapat mahasiswa. Jika dilihat teori Miller,
ujian praktikum konvensional lebih baik untuk
hal ini merupakan memvbariasikan strategi
menilai aspek know dan know how tetapi
penilaian terhadap penilaian akhir dalam
tidak dapat menilai sikap dan perilaku.11
melihat pencapaian mahasiswa. Pada
Penilaian dalam PBL yang dapat mendorong
penelitian ini dapat dilihat bahwa sistem
mahasiswa untuk belajar adalah metode
penilaian tersebut mempunyai korelasi kuat
penilaian yang menilai tujuan pembelajaran
dalam berbagai metode penilaian.
dan proses. Metode penilaian PBL menurut
Ujian dengan metode MCQ yang
Mcdonald dan Savin-Baden adalah menilai
dilaksanakan di FK Unila menggunakan
konteks praktis, proses berdasarkan
komputer. Mahasiswa mendapatkan soal
profesionalisme, refleksi, self-asessment,
ujian MCQ 120-150 setiap blok. Ujian MCQ
belajar mandiri dan kesesuain dengan tujuan
merupakan ujian andalan di pendidikan
pembelajaran.12 Nilai PBL di FK Unila
kedokteran efisien, materi yang dapat diujikan
merupakan nilai proses selama diskusi PBL
luas mudah untuk dilaksanakan dan mudah
dan laporan belajar mandiri. Penilaian proses
dalam mempuat grading serta mempunyai
yaitu penilaian kognitif, kedalaman,
validitas dan reliabilitas yang tinggi.8
kesesuaian dengan tujuan pembelajaran,
Ujian lisan atau oral examination merupaka
komunikasi, kerjasama. Penilaian self-directed
metode assessment untuk menguji
learning dengan menilai lembar kerja mandiri
pengetahuan mahasiswa baik tingkat tahu,
yaitu keseusian tujuan pembelajaran,
memahami, penerapan atau analisis. FK Unila
sistematika, kedalaman, sumber yang
menyebutnya juga dengan ujian SOCA.
digunakan.
Kekurangan ujian lisan yaitu personaliti, gaya
serta level pengalaman penguji berbeda.
Simpulan
Validitas dan realiabilitas ujian juga masih
Untuk menilai pencapaian mahasiswa
rendah. Serta ujian lisan juga mempunyai
diperlukan berbagai macam metode
dampak stres terhadap mahasiswa.9,10 Ujian
penilaian. Ujian MCQ merupakan ujian yang
lisan di FK Unila dialaksanakan setiap
paling objektif untuk menilai pengetahuan
semester, mahasiswa diberikan pilihan
mahasiswa. Korelasi yang paling kuat dari
skenario sebanyak tiga skenario tiap blok.
semua ujian blok adalah ujian praktikum dan
Penguji menggunakan rubrik yang sudah
terendah adalah nilai PBL.
dibuat oleh pembuat soal ujian dan direview
oleh dosen yang ahli dibidang ilmu tersebut.
Ujian esai yang dilaksanakan di FK Unila yaitu
ujian pada pertengahan blok. Mahasiswa

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 | 262


Rika Lisiswanti dkk ǀ Korelasi Nilai MCQ dengan Nilai Ujian Lisan, Esai dan Diskusi PBL

Daftar Pustaka students. Indian Journal of Basic and applied


medical research. 2016: 5(1);784-90.
Shumway JM, Harden RM. AMEE Guide Barret T & Moore S. New approach problem-
No.25: The assessment of learning outcomes based learning; revitalisisng your practice in
for the competent and reflective physician. higher education. 2011. Routledge.Taylor &
Medical Teacher;25(6);569-84. Francis Group. 171-86.
Wass V, Van der Vleuten C, Shatzer J, Jones R.
Assessment of clical competence. Medical
Education Quartet.The Lancet. 2001;357;945-
49.
Khan JS, Biggs JS, Tabasum S, Iqbal M.
Assessment in medical education in Pakistan:
evaluating evaluation.Biomedica.28;88-94
General Medical Council. Assessment in
undergraduate medical student. Advice
supplementary to tomorrow’s
doctors.2011;1-23.
Adeniyi OS, Ogli SA, Ojabo CO, Musa DI. The
impac of various assessment parameters on
medical student performance in first
professional examination in
physiology.Nigerian Medical
Journal.2013.45(5);302-25.
Jain S, Alkhawajah A, Larbi E, Al Ghambdi M,
Al Mustofa Z. Scientific Journal of king Faisal
University (Basic and apllied sicence). 2005;
6(1); 163-77.
Bacon A, Betts M, Broker G, Dassa C, Dodds D,
Dunn T and etc. Principles for fair student
assessemt practices for education in canada.
1992.1-23.
Reinert A. Assessment in medical education: A
primar on metodology. 2006. 25-34.
Amin Z, Seng CY, Eng KH. Practical Guide to
medical student assessment.National
University of Singapore.World
Scientific.Sinapore.2006; 1-88.
Haque M, Yusuf R, Abu Bakar SM, Salam A.
Assessment in under graduate medical
education; Bangladesh
perspective.BJMS.2013.12(4);357-63.
Saifali I, Ahsan M, Mallick AZ. A study on
objective structured practical examination
(OSPE) as a tool for assessment of medical

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 | 263


Riry A dkk| Analisis Self Directed Learning Readiness Terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa

Analisis Self Directed Learning Readiness terhadap Prestasi


BelajarMahasiswa Semester 2 Tahun Ajaran 2015/2016 Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Bengkulu
Riry Ambarsarie1, Noor Diah Erlinawati2, Dessy Triana3
1
Departemen Fisiologi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Bengkulu
2
Departemen Gizi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Bengkulu
3
Departemen Parasit Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Bengkulu

Abstrak
Saat ini terjadi perubahan paradigma pendidikan kedokteran di Indonesia, yaitu dari teacher centered learning (TCL)
menjadi ke arah student centered learning (SCL). Perubahan ini tidak hanya membawa dampak terhadap metode dan
aktivitas belajar tetapi juga pada hasil belajar. self-directed learning readiness (SDLR) merupakan kesiapan atau kesediaan
seseorang untuk belajar mandiri, yang terdiri dari komponen sikap, kemampuan dan karakteristik personal. Mahasiswa
tahun pertama mengalami banyak masalah dalam proses adaptasi belajar pada lingkungan belajar yang bersifat SCL seperti
Problem Based Learning (PBL), terutama mahasiswa yang berasal dari sekolah menengah atas yang tidak menerapkan
belajar. Hal ini yang melatarbelakangi peneliti untuk melakukan analisis mengenai kesiapan self-directed learning
mahasiswa semester 2 tahun ajaran 2015/2016 Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Bengkulu (FKIK UNIB)
terhadap prestasi belajarnya. Penelitian ini dilakukan secara deskriptif-kualitatif dengan metode cross sectional. Penelitian
ini dilakukan di kampus FKIK UNIB pada minggu ke-4 bulan Februari sampai minggu ke-2 bulan Maret 2016 dengan sampel
seluruh mahasiswa tingkat I tahun ajaran 2015/2016 yang memenuhi kriteria inklusi. Hasil penelitian pada 54 sampel
menunjukkan bahwa prestasi belajar pada mahasiswa FKIK UNIB tidak dipengaruhi oleh kesiapan atau kesediaan seseorang
untuk belajar mandiri (self-directed learning readiness). Simpulan : prestasi belajar tidak hanya dipengaruhi oleh kesiapan
belajar mandiri saja, tetapi juga dipengaruhi oleh beberapa hal lain seperti faktor fisik ataupun faktor psikologis
(intelegensi, bakat, minat, motivasi dan kesehatan mental itu sendiri).
Kata kunci : belajar, prestasi, self-directed learning

Analysis of Self Directed Learning Readiness on First Year Student Learning


Achievement in Academic Year 2015/2016 at Faculty of Medicine and Health
Sciences, University of Bengkulu
Abstract
There is a paradigm shift of medical education, especially in Indonesia, that are alteration from teacher centered learning
(TCL) became towards student centered learning (SCL). These changes not only have an impact on the methods and
activities of learning but also on learning outcomes. Self-directed learning readiness (SDLR) is a person's readiness or
willingness to learn independently, consisting of components of attitudes, abilities and personal characteristics. First-year
students have experienced many problems in the process of adapting learning to the SCL learning environment like
Problem Based Learning (PBL), mainly felt by students from the high school who did not apply the learning. This is the
background why researchers conducting an analysis of self-directed learning readiness of students of the 2nd half of the
academic year 2015/2016 at the Faculty of Medicine and Health Sciences, University of Bengkulu (UNIB FKIK) through their
academic achievement.This research is a descriptive qualitative with cross sectional method. The research was conducted
on campus FKIK UNIB, at the 4th week of February until the 2nd week of March 2016, with samples from first year students
of the school year 2015/2016 that suitable with inclusion criteria. The results of the study on 54 samples showed that
student of FKIK UNIB achievement are not only influenced by a person's readiness or willingness to learn self (self-directed
learning readiness). The learning achievement is not only influenced by self-learning readiness, but also influenced by
several other things such as physical factors or psychological factors (intelligence, aptitude, interest, motivation and mental
health itself).

Keywords : achievement, learning, self-directed learning,

Korespondensi: dr. Riry Ambarsarie, Alamat Jl. WR Supratman Kandang Limun Bengkulu, HP 081379023960, e-mail :
riryambarsary@gmail.coml

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 | 264


Riry A dkk| Analisis Self Directed Learning Readiness Terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa

Pendahuluan Problem Based Learning (PBL), terutama


Kemampuan belajar mandiri mahasiswa yang berasal dari sekolah
merupakan salah satu karakteristik yang menengah atas yang tidak menerapkan
dibutuhkan dalam pembelajaran orang belajar mandiri6. Mahasiswa tahun pertama
dewasa. Teori-teori yang mendukung tentang yang tidak memiliki kesiapan untuk belajar
pembelajaran orang dewasa, dapat mandiri dapat mengalami kecemasan, frustasi
diklasifikasikan dalam lima hal yaitu dan kegagalan meraih prestasi yang
instrumental learning, self-directed learning, diharapkan. Apabila dikaitkan dengan hukum
eksperiential learning, perspective law of readiness dari Thorndike dapat diambil
transformation dan situated cognition 1. Self- pengertian bahwa bila seseorang mahasiswa
directed learning adalah peningkatan dihadapkan dengan stimulus berupa
pengetahuan, keahlian, prestasi dan lingkungan belajar yang menuntut
pengembangan diri individu yang diawali kemandirian dan keaktifan, maka dibutuhkan
dengan inisiatif sendiri2. Proses dalam self kesiapan mahasiswa tersebut utnuk
directed learning ini dilakukan dengan merespon stimulus tersebut sehingga
menyadari kebutuhan sendiri dalam belajar, nantinya proses belajar menjadi lancar dan
mengatur tujuan pribadi, membuat keputusan dapat meraih prestasi belajar yang
atas sumber dan strategi belajar dan menilai memuaskan7.
hasil dari apa yang telah dilakukan3. Salah satu alat ukur yang digunakan
Kemampuan belajar mandiri sangat untuk mengukur kesiapan belajar mandiri
penting dalam pendidikan kedokteran untuk individu adalah Self-Directed Learning
memberi bekal lulusan menjadi dokter yang Readiness Scale (SDLRS)8. SDLRS ini dirancang
belajar seumur hidup. Kemampuan belajar untuk mengukur sejauh mana seseorang
mandiri ini dapat diartikan sebagai otonomi menilai dirinya memiliki keterampilan dan
dalam mengontrol proses pembelajaran yang sikap-sikap yang sering dikaitkan dengan
dijalani sehingga nantinya diharapkan lebih kemandirian dalam belajar9. Oleh karena itu
efektif dan fokus dengan kemampuan belajar pemahaman SDLR sebagai faktor internal
mandiri ini 4. dapat digunakan sebagai prediktor untuk
Saat ini terjadi perubahan paradigma memperkirakan keberhasilan mahasiswa
pendidikan kedokteran di Indonesia, yaitu dari meraih prestasi belajar yang memuaskan
teacher centered learning (TCL) menjadi ke dalam lingkungan belajar yang menuntut
arah student centered learning (SCL). kemandirian dan keaktifan mahasiswa dalam
Perubahan ini tidak hanya membawa dampak belajar.
terhadap metode dan aktivitas belajar tetapi Berdasarkan latar belakang diatas,
juga pada hasil belajar. Faktor-faktor yang peneliti ingin melakukan analisis mengenai
mempengaruhi prestasi belajar sangat banyak kesiapan self-directed learning mahasiswa
dan komplek. Secara umum faktor yang semester 2 tahun ajaran 2015/2016 Fakultas
mempengaruhi prestasi beajar mahasiswa Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas
dikelompokkan menjadi 2 yaitu faktor yang Bengkulu (FKIK UNIB) terhadap prestasi
berasal dari dalam diri individu (internal) dan belajarnya.
faktor yang berasal dari luar individu
(eksternal). Metode
Wiley menyatakan bahwa self-directed Penelitian ini dilakukan secara
learning readiness (SDLR) merupakan deskriptif-kualitatif dengan metode cross
kesiapan atau kesediaan seseorang untuk sectional. Penelitian ini dilakukan di kampus
belajar mandiri, yang terdiri dari komponen Fakultas Kedokteran Universitas Bengkulu
sikap, kemampuan dan karakteristik pada minggu ke-4 bulan Februari sampai
5
personal . Yoshioka mengemukakan bahwa minggu ke-2 bulan Maret 2016. Sampel pada
mahasiswa tahun pertama mengalami banyak penelitian ini adalah seluruh mahasiswa
masalah dalam proses adaptasi belajar pada tingkat I tahun ajaran 2015/2016 yang
lingkungan belajar yang bersifat SCL seperti memenuhi kriteria inklusi. Pada penelitian ini

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 | 265


Riry A dkk| Analisis Self Directed Learning Readiness Terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa

menggunakan beberapa instrumen, seperti Responden penelitian dilihat dari


kuesioner SDLR, lembar informed consent, distribusi frekuensi berdasarkan rerata
dan alat tulis. Dalam penelitian ini, pencapaian hasil belajar pada Modul Sel dan
pengambilan data primer akan dilakukan Molekuler dapat dilihat pada tabel 3.
dengan memberikan kuesioner kepada
responden. Kuesioner akan dijelaskan secara Tabel 3. Rerata Pencapaian Hasil Belajar Modul
menyeluruh hingga dimengerti dan dapat diisi Sel dan Molekuler
secara benar oleh responden. Data sekunder Variabel Rata-rata Frekuensi
diperoleh dari bagian akademik Fakultas Nilai Total 68,76 (31,8 –
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Nilai ≥ 70 (baik) 77,86) 20
Nilai 60-70 73,45 ± 2,23 27
Bengkulu berupa jumlah mahasiswa dan nilai
(moderat) 66,34 ± 2,96 7
akhir pada modul yang baru saja dijalani, yaitu Nilai<60 56,88 (31,80 –
Sel dan Molekuler. (kurang) 58,82)

Hasil Hasil uji statistik dengan menggunakan


Penilaian SDLR dapat memberikan uji Kruskall-Wallis diperoleh nilai p = 0,422,
informasi mengenai gambaran kelemahan dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa
dan juga kesiapan belajar mandiri yang telah tidak terdapat hubungan yang signifikan
dimiliki responden penelitian dalam menjalani antara rata-rata skor SDLR dengan rata-rata
proses belajar. Secara teori dapat kita pencapaian prestasi belajar responden,
simpulkan bahwa semakin tinggi skor SLDR dimana nilai p < 0,05 tidak terpenuhi.
seorang individu makin pencapaian prestasi
belajarnya pun semakin baik. Tabel 1 Tabel 4. Sebaran Data Skor Manajemen Diri, Skor
menunjukkan distribusi frekuensi responden Keinginan Belajar, Skor Pengendalian Diri dan
berdasarkan tingkat SDLR. Skor Self Directed Learning Scale (SDLR)
berdasarkan Pencapaian Hasil Belajar Modul Sel
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden dan Molekuler
Berdasarkan Tingkat Skor SDLR Pencapai Skor Skor Skor Skor
Tingkat SDLR Jumlah Persentase (%) an Hasil Manaje Keingin Peng SDLR
Belajar men Diri an endal
Modul Belajar ian
Tinggi ( > 150) 24 44,44 Sel dan Diri
Molekul
Rendah (≤ 150) 30 55,56
er
Total 54 100 Nilai ≥ 70 46,45 ± 47,35 ± 58,3 152,1
(baik) 4,17 4,89 ±5,38 ±
Nilai 60- 47,00 ± 46,44 ± 56,29 12,03
Komponen skor SDLR terdiri dari 70 5,07 4,01 ± 149,7
manajemen diri, keinginan untuk belajar dan (moderat 47,00 46,00 5,49 4±
) (20-49) (16-51) 54,00 12,26
kontrol diri. Distribusi frekuensi responden
Nilai<60 0,695 0,820 (23- 149
penelitian berdasarkan rerata skor masing-
(kurang) 58) (59-
masing komponen SDLR dapat dilihat pada p
*
0,144 152)
tabel 2. 0,422

Tabel 2. Rerata Skor Manajemen Diri, Skor


Keinginan Belajar, Skor Pengendalian Diri dan Pembahasan
Skor Self Directed Learning Scale Responden penelitian dilihat dari
distribusi frekuensi berdasarkan usia terdiri
Variabel Nilai Rata-rata
dari umur 17 tahun sebanyak 13 orang
SkorManajemenDiri 46,5 (20 – 58)
SkorKeinginanBelajar 46 (16 – 57) (24,07%), umur 18 tahun sebanyak 31 orang
SkorPengendalianDiri 56,5 (23 – 69) (57,42%) dan yang berumur 19 tahun
Skor SDLR 150 (59 – 178) sebanyak 10 orang (18,52%). Berdasarkan

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 | 266


Riry A dkk| Analisis Self Directed Learning Readiness Terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa

tempat tinggal terdiri dari asrama sebanyak 3 masing komponennya terhadap pencapaian
orang (5,56%), rumah kost sebanyak 33 orang prestasi belajar responden. Dari tabel
(61,11%), rumah sendiri sebanyak 18 orang tersebut, secara statistik terlihat tidak ada
(33,3%) dan tidak ada responden yang tinggal satu komponen pun yang memiliki nilai p <
di rumah kontrakan. 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada
Berdasarkan asal sekolah, distribusi hubungan yang siginifikan antara skor SLDR
frekuensi responden penelitian terdiri dari dengan pencapaian prestasi belajar.
SMA sebanyak 48 orang (88,89%), Hasil penelitian pada 54 sampel
madrasah/aliyah sebanyak 4 orang (7,41%) menunjukkan bahwa prestasi belajar pada
dan pesantren sebanyak 2 orang (3,7%). mahasiswa FKIK UNIB tidak dipengaruhi oleh
Distribusi frekuensi responden penelitian kesiapan atau kesediaan seseorang untuk
berdasarkan jalur masuk saat kuliah terdiri belajar mandiri (self-directed learning
dari mandiri sebanyak 10 orang (18,52%), readiness). Prestasi belajar tidak hanya
PMDK sebanyak 17 orang (31,48%), SMPTN dipengaruhi oleh kesiapan belajar mandiri
sebanyak 25 orang (46,3%) dan beasiswa saja, tetapi juga dipengaruhi oleh beberapa
sebanyak 2 orang (3,7%). hal lain seperti faktor fisik ataupun faktor
Responden penelitian dilihat dari psikologis (intelegensi, bakat, minat, motivasi
distribusi frekuensi berdasarkan tipe belajar dan kesehatan mental itu sendiri). Dalam hal
terdiri dari belajar mandiri sebanyak 10 orang ini, prestasi belajar pada mahsiswa FKIK UNIB
(18,52%), diskusi kelompok sebanyak 2 orang dipengaruhi oleh beberapa hal lain diluar
(3,7%), belajar mandiri dan diskusi kelompok tingkat self-directed learning readiness dan
sebanyak 42 orang. Berdasarkan sumber membutuhkan observasi serta penelitian lebih
bacaan yang digunakan untuk belajar, lanjut.
distribusi frekuensi responden penelitian
terdiri dari textbook sebanyak 16 orang Simpulan
(29,63%), internet sebanyak 4 orang (7,41%), Prestasi belajar pada mahasiswa FKIK
textbook disertai internet, jurnal, artikel UNIB tidak dipengaruhi atau tidak memiliki
sebanyak 34 orang (62,96%). hubungan dengan kesiapan atau kesediaan
Responden penelitian dilihat dari seseorang untuk belajar mandiri (self-directed
distribusi frekuensi berdasarkan waktu learning readiness).
membaca dalam 1 hari terdiri dari waktu < 1
jam sebanyak 4 orang (7,41%), waktu 1 jam Daftar Pustaka
sebanyak 6 oarng (11,11%), waktu 2 jam 1. Abela, J. (2009). Adult Learning Theories
sebanyak 12 orang (22,22%) dan waktu > 2 and Medical Education: a Review. Malta
jam sebanyak 32 orang (59,26%). Distribusi Medical Journal. Vol. 21. Issue 01. pp 11-
frekuensi responden penelitian berdasarkan
18.
tingkat skor SDLR terdiri dari skor > 150
(tinggi) sebanyak 24 orang (44,44%) dan skor 2. Grave D, Dolmans, Wolfhagen I, Vluten C,
≤ 150 (rendah) sebanyak 30 orang (55,56%). Problem Based Learning :future
Penilaian SDLR dapat memberikan educational practice and research.
informasi mengenai gambaran kelemahan Medical Education. 2007; 39 : 732-41
dan juga kesiapan belajar mandiri yang telah 3. Knowles, M. S. Self DirectedLearning : A
dimiliki responden penelitian dalam menjalani Guide for Learners and Teachers.
proses belajar. Hasil dari proses belajar
Chicago: Follett Publishing Company.
mengajar itulah yang kita sebut dengan
prestasi belajar. Dengan begitu dapat kita 2005
disimpulkan bahwa semakin tinggi skor SLDR 4. Thornton, K. (2009). Sharing Reflections:
seorang individu akan memiliki kesiapan yang Enhancing Learners’ Experiences of Self-
lebih baik dan pencapaian prestasi belajarnya directed Learning. In A. M. Stoke (Ed.),
pun semakin baik10. Tabel 4 menunjukkan JALT2009 Conference Proceedings.
hubungan antara skor SDLR dan masing- Tokyo: JALT

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 | 267


Riry A dkk| Analisis Self Directed Learning Readiness Terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa

5. Fisher, G. 2007. Conceptual frameworks


and innovative computational
Environments in support of self-directed
and lifelong learning. Nurse Education
Today, 16 (4) 375-376.
6. Yoshioka T, Suganuma T, Tang AC,
Matsushita S, Manno S, Kozu T,
Facilitation of problem Finding Among
First Year Medical School Students
Undergoing problem based learning.
Teach Learn Med. 2005 ; 17(2) : 136-41
7. Dalyono. Psikologi Pendidikan. Jakarta :
Rineka Cipta. 2007
8. Abraham, R.R., Vinod P., Kamath M.G.,
Asha K. and Ramnarayan K. (2007)
Learning approaches of undergraduate
medical students to physiology in a non-
PBL and partially PBL-oriented
curriculum. Advanced Physiology
Education, 32: 35-37
9. Guglielmino, LM . 2004. Development of
self-directed learning readiness scale
(SDLRS). International Journal of Self-
Directed Learning, 1(1) 214
10. Darmayanti, T. Self Directed Learning
Readiness Scale : Adaptasi Instrumen
Peneltian Belajar Mandiri. Jurnal
Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh.
2002. 126-136

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 | 268


Susianti | Efek Timoquinon terhadap Apoptosis pada Sel Kanker Serviks

Efek Timoquinon terhadap Apoptosis pada Sel Kanker Serviks

Susianti
Bagian Histologi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

Abstrak
Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengatasi kanker diantaranya melalui pembedahan, radioterapi, dan kemoterapi.
Tanaman obat sudah banyak diteliti memiliki efek antikanker. Timoquinon yang merupakan komponen mayor dari jinten
hitam diketahui memiliki efek kemoterapi dan kemoprevensi. Dalam penelitian ini timoquinon diujikan pada sel HeLa yang
merupakan cell line kanker serviks untuk melihat adanya efek apoptosis yang ditimbulkan. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini ada 2 tahapan, yaitu uji sitoktoksik menggunakan MTT assay dan Uji apoptosis menggunakan metode
Annexin V. Pada uji sitotoksik menggunakan MTT assay didapatkan IC50 sebesar 30 µg/mL. Selanjutnya dilakukan uji
apoptosis menggunakan Annexin V. Sel HeLa dimasukkan ke dalam mikrokultur, lalu diinkubasi selama 24 jam. Kemudian
media diganti dan diberi bahan uji sesuai dengan kelompok uji yaitu K (dosis timoquinon 0), P1 ( 1/2xIC50),P2 (IC50) dan P3
(2xIC50). Mikrokultur diinkubasi kembali selama 24 jam. Media kultur masing-masing sumuran dibuang dan dicuci dengan
1000 μL PBS, lalu ditambahkan 200 μL tripsin- EDTA 0,25% lalu diinkubasi pada 37ºC selama 5 menit. Masing-masing
sumuran dimasukkan 1000 μL media kultur (RPMI) lalu diresuspensi dan diberikan reagen Annexin V-PI, kemudian sel siap
untuk diinjek pada alat flowsitometer. Data persentase sel yang mengalami apoptosis masing-masing adalah K=2,835%,
P1=2,95%, P2=3,06%, P3= 75,56, lalu diuji menggunakan uji statistik One Way Anova dan diperoleh nilai p=0,00.
Dari data yang diperoleh dalm penelitian ini dapat diimpulkan bahwa timoquinon dapat menginduksi apoptosis pada sel
kanker serviks.

Kata kunci: , apoptosis, flowsitometri, HeLa, kanker serviks, timoquinon

Thymoquinone Effect to Apoptosis on Cervical Cancer Cell


Abstract
There are many way to against cancer such as operation, radioterapy, and chemotherapy. Many kind of medicinal plant
have been investigated has anticancer effect. Thymoquinone a major component of black seed have been known has
chemotherapy and chemoprevention effect. In this research, thymoquinone had been tested on HeLa cell that is cervical
cancer cell line to show apoptosis effect becaused of thymoquinone. The methode will be divided in two step. The first
step is cytotoxicity test using MTT assay, and apoptosis test using Annexin V. The IC50 as a result of cytotoxic test is 30
µg/mL. After that, the research continued with apoptosis test using Annexin V. HeLa cell administered into microculture
plate, and incubated. Culture medium was exchanged with new one and administered by testing agent based on testing
group consist of K (dose of thymoquinone 0), P1 ( 1/2xIC50),P2 (IC50) and P3 (2xIC50). The microculture reincubated.
Culture medium in every well was eliminated and washed by 1000 μL PBS, added by 200 μL tripsin- EDTA 0,25%, and then
incubated at 37ºC in 5 minutes. Every well was administered by 1000 μL culture medium (RPMI), resuspensed and then
administered by Annexin V-PI reagent. The cell had been already to inject into flowcytometer. The percent data of
apoptotic cell for each group is K=2,835%, P1=2,95%, P2=3,06%, P3= 75,56, and then analyzed by One Way Anova
statistical test with p value=0,00.
From the data in this research can be concluded that thymoquinone can induce apoptosis in cervical cancer.

Keywords: apoptosis, cervical cancer, flowcytometry, HeLa, thymoquinone

Korespondensi: dr. Susianti, M.Sc, Fakultas Kedokteran Universitas Lampung Jl. Prof.Dr. Soemantri Brojonegoro No.1
Bandar Lampung, HP 08127899978, e-mail susiantiglb@yahoo.com.

Pendahuluan di Indonesia tahun 2013 sebesar 1,4‰ atau


Penyakit kanker merupakan salah satu diperkirakan sekitar 347.792 orang. Penyakit
penyebab kematian utama di seluruh dunia. kanker serviks dan payudara merupakan
Pada tahun 2012, sekitar 8,2 juta kematian penyakit kanker dengan prevalensi tertinggi di
disebabkan oleh kanker. Diperkirakan kasus Indonesia pada tahun 2013, yaitu kanker
kanker tahunan akan meningkat dari 14 juta serviks sebesar 0,8‰ dan kanker payudara
pada 2012 menjadi 22 juta dalam dua dekade sebesar 0,5‰.1
berikutnya. Secara nasional prevalensi Tingginya angka kejadian kanker pada
penyakit kanker pada penduduk semua umur umumnya dan kanker serviks khususnya

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 | 269


Susianti | Efek Timoquinon terhadap Apoptosis pada Sel Kanker Serviks

memerlukan suatu usaha yang efektif untuk didapatkan dosis timoquinon yang dapat
menangani masalah tersebut. Berbagai upaya membunuh 50% sel HeLa yang disebut dosis
telah dilakukan untuk mengatasi kanker IC50 sebesar 30 µg/mL. Selanjutnya dilakukan
diantaranya melalui pembedahan, uji apoptosis menggunakan Annexin V. Dosis
2
radioterapi, dan kemoterapi. Penggunaan timoquinon yang digunakan pada uji ini
obat dari bahan alam cukup luas adalah berdasarkan dosis IC50 yang
dimasyarakat. Selain dianggap tidak memiliki didapatkan dari uji siotoksik sebelumnya,
efek samping yang merugikan, dari aspek dimana dosis IC50 adalah 30 µg/mL.
ekonomi obat herbal dianggap cukup murah Sel HeLa dimasukkan ke dalam
dibandingkan dengan obat modern.3 Dengan mikrokultur. Masing-masing sumuran diisi
kemampuan mengeliminasi baik sel-sel dengan sel sebanyak 3x104sel/sumuran dalam
prekanker maupun kanker, maka apoptosis media sebanyak 500 μl (FBS 0,5%).
tidak hanya potensial dalam kemoterapi Mikrokultur diinkubasi dalam inkubator
tetapi juga dalam kemoprevensi.4 selama 24 jam. Kemudian media pada
Timoquinon yang merupakan mikrokultur dibuang dengan cara dipipet. Lalu
komponen mayor dari jinten hitam diketahui diganti dengan media (FBS 10%) dan diberi
memiliki efek kemoterapi dan kemoprevensi. bahan uji sesuai dengan kelompok uji.
Dengan menggunakan flowsitometri Kelompok uji dibagi menjadi 4 kelompok,
dibuktikan bahwa timoquinon dapat yaitu K (dosis timoquinon 0), P1 (
mengurangi fosforilasi STAT3, serta 1/2xIC50),P2(IC50) dan P3 (2xIC50). Masing-
menurunkan ekspresi Bcl-2 dan Bcl-XL pada masing dosis terdapat 2 pengulangan.
human multiple myeloma Cells (MM cells).5 Mikrokultur diinkubasi kembali selama 24 jam
Timoquinon dapat menghambat angiogenesis dalam inkubator.
dengan cara menekan AKT dan ERK.6 Sebelum dilakukan perlakuan terhadap
Timoquinon menghambat proliferasi, sampel, dilakukan pembuatan reagen
menginduksi apoptosis pada human multiple flowsitometri terlebih dahulu. Pembuatan
myeloma cells melalui STAT3 pathway.7 reagen flowsitometri untuk analisis apoptosis
Timoquinon meningkatkan ekspresi PTEN dan yang digunakan 1 sampel dilakukan dengan
menginduksi apoptosis pada breast cancer mengambil buffer sebanyak 100 μL,
cells (MCF-7) yang resisten terhadap propidium iodida (PI) sebanyak 2 μL dan
doksorubisin serta dengan cara meningkatkan Annexin-V sebanyak 2 μL lalu dicampur. Satu
P53, P21 dan bax serta menurunkan Bcl-2.8 sumuran membutuhkan 650 μL buffer, 12 μL
Dalam penelitian ini timoquinon PI, dan 12 μL Annexin-V. Eppendorf dibungkus
diujikan pada sel HeLa yang merupakan cell dengan aluminium foil, karena reagen tidak
line kanker serviks untuk melihat adanya efek tahan terhadap cahaya. Pembuatan reagen ini
apoptosis yang ditimbulkan. dilakukan dengan sarung tangan karena
senyawa karsinogen.9
Metode Setelah pembuatan reagen
Untuk mengetahui efek timoquinon flowsitometri, tahap berikutnya adalah
terhadap apoptosis pada sel kanker serviks di persiapan sampel. Satu konikel disiapkan
dalam penelitian ini digunakan sel kanker untuk satu jenis perlakuan serta diberi
serviks berupa cell line HeLa yang ada di penanda pada masing-masing konikel. Media
Laboratorium Parasitologi FK UGM. diambil dari sumuran dengan mikropipet 1 mL
Sedangkan timoquinon yang digunakan dan dipindahkan ke konikel. Masing-masing
adalah timoquinon sintetis yang dibeli di sumuran dimasukkan 1000 μL PBS untuk
Sigma Aldrich Singapore. mencuci sel dan membersihkan serum yang
Metode yang digunakan dalam berasal dari media, karena serum tersebut
penelitian ini ada 2 tahapan, yaitu uji dapat menghambat kerja tripsin. Kemudian
sitoktoksik menggunakan MTT assay dan Uji PBS diambil dengan mikropipet lalu
apoptosis menggunakan metode Annexin V. dipindahkan ke dalam konikel. Pada masing-
Pada uji sitotoksik menggunakan MTT assay masing sumuran ditambahkan 200 μL tripsin-

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 | 270


Susianti | Efek Timoquinon terhadap Apoptosis pada Sel Kanker Serviks

EDTA 0,25% agar sel terlepas satu per satu File: S HeLa 2.005

lalu diinkubasi pada 37ºC selama 5 menit. Gate: No Gate


Total Events: 20000
Masing-masing sumuran dimasukkan 1000 μL Quad % Gated % Tota

media kultur (RPMI) dengan mikropipet lalu UL


UR
4.67 4.6
60.00 60.0
diresuspensi. Sel diamati dengan mikroskop LL 18.87 18.8
LR 16.46 16.4
hingga terlihat sel terlepas satu per satu.
Media kultur yang berada di sumuran
dipindahkan ke dalam konikel lalu konikel B.
disentrifus pada 600 rpm selama 5 menit. Gambar 1. Hasil flowsitometri
Media dibuang dengan cara dituang lalu A. Berdasarkan sumbu X dan Y File: S HeLa 2.005

dicuci masing-masingpellet dengan 500 μL B. Persebaran sel berdasarkan kuadran Gate: No Gate
Total Events: 20000
PBS dingin dengan cara diresuspensi agar Region % Gated % To
pellet yang mengendap dibawah menjadi larut Data persebaran sel (Gambar 1A) R1 19.07 19.
R2 15.90 15.
dalam PBS. Pellet tersebut dipindahkan ke menghubungkan diameter sel pada sumbu X R3 59.94 59.

dalam eppendorf dan disentrifus pada 2000 ataubagian FSC R1(forward-angle light scatter) R4 5.30 5.

rpm selama 3 menit dan sel siap untuk diuji dan konformasi struktur sel pada sumbu Y
dengan flowsitometer. Media pada tabung atau bagan SSC (side-single light scatter).
eppendorf dibuang, lalu dimasukkan 100 μL Persebaran sel apoptosis pada FSC akan
reagen Annexin V-PI ke dalam tabung menurun dan pada SSC akan menaik,
eppendorf dan buffer sebanyak 350 μL. Agar sedangkan persebaran sel nekrosis pada FSC
bercampur maka divorteks, kemudian akan menaik dan SSC akan menurun. Dari
diinkubasi pada suhu ruang dan tempat gelap data persebaran sel tersebut agar
selama 10 menit. Suspensi sel tersebut memudahkan analisis, maka warna-warna
dipindahkan ke flowcyto-tube. Suspensi sel yang terbentuk dipisahkan dengan metode
siap untuk diinjek pada alat flowsitometrer. cell quest (Gambar 1B). Data diperoleh 4
Pengamatan induksi apoptosis dilakukan macam warna, yakni hijau menunjukkan sel
untuk mengetahui penyebab kematian sel hidup, kuning menunjukkan apoptosis awal,
baik apoptosis maupun nekrosis. merah muda menunjukkan apoptosis akhir,
Metode flowsitometri mampu dan merah menunjukkan nekrosis. Warna
membedakan sel hidup, apoptosis awal, tersebut bisa terbentuk disebabkan oleh sel
apoptosis akhir dan nekrosis, karena reagen yang memancarkan epi-fluoresensi oleh
Annexin V dan PI bekerja secara selektif ikatan AnnexinV atau PI lalu ditangkap oleh
mengikat sel yang utuh maupun tidak utuh.9 sinar UV. Panjang gelombang warna hijau
Data persentase sel yang mengalami pada 488 nm –
apoptosis akan diuji menggunakan uji statistik 525 nm, absorbansi maksimal berada
One Way Anova. pada 490 nm. Pada apoptosis awal
akanberfluoresensi kuning dengan intensitas
Hasil yang lemah pada panjang gelombang 536 nm
Hasil uji induksi apoptosis flowsitometri –617 nm. Sel yang mengalami nekrosis atau
diperoleh hasil pada Gambar 1. apoptosis akhir akan berfluoresensi merah
pada panjang gelombang 650 nm – 700 nm.9
A. Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa pada
kelompok P3 dengan dosis timoquinon 2xIC50
atau 60µg/mL persentase sel yang mengalami
kematian secara apoptosis adalah paling
tinggi, yaitu 75,56%. Sedangkan pada
kelompok kontrol yang tidak menggunakan
timoquinon sel yang mengalami apoptosis
hanya 2,835%. Demikian juga sel yang
mengalami nekrosis juga semakin meningkat.
File: S HeLa 2.005
Gate: No Gate
Total Events: 20000
Namun persentase nekrosis tersebut jauh
Quad % Gated % Total lebih kecil dibandingkan dengan apoptosis.
UL 4.67 4.67
UR 60.00 60.00
LL
LR
18.87
16.46
18.87
16.46
JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 | 271
Susianti | Efek Timoquinon terhadap Apoptosis pada Sel Kanker Serviks

Dari Uji Statistik One Way Anova terhadap terhadap doksorubisin8 serta head and neck
persentase apoptosis antar kelompok uji squamous cell carcinoma (HNSCC)13 dan Acute
diperoleh nilai p=0,00 atau kurang dari 0,05. Lymphoblastic Leukaemia.14 Dengan demikian
Hal ini menunjukkan bahwa hasilnya dalam penelitian ini dapat dibuktikan bahwa
bermakna. Sedangkan Uji Post Hoc LSD timoquinon memiliki apoptosis pada sel
menunjukkan perbedaan yang paling kuat kanker serviks khususnya sel HeLa. Mengenai
adalah antara kelompok P3 dengan semua bagaimana mekanisme terjadinya apoptosis
kelompok yang lain. pada kanker serviks perlu dilakukan penelitian
lebih lanjut.
Tabel 1. Persentase sel HeLa hidup, apoptosis
dan nekrosis setelah pemberian timoquinon Simpulan
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan
bahwa timoquinon dapat membunuhh sel
kanker serviks dengan cara menginduksi
apoptosis.

Daftar Pustaka
1. Pusat Data dan Informasi Kementerian
Kesehatan RI, Situasi Penyakit Kanker,
2015.
2. Thurston DE. Chemistry and
Pharmacology of Anticancer Drugs.
Pembahasan
Dari data yang diperoleh dapat dilihat NewYork: CRC Press, Taylor and Francis
bahwa semakin meningkatnya dosis Group; 2007.
timoquinon semakin meningkat pula sel yang 3. Dwiprahasto I. Pertimbangan Ilmiah
mengalami kematian baik melalui mekanisme Penggunaan Herbal Medicine dalam
apoptosis maupun nekrosis. Hal ini Praktek. Makalah dalam Seminar Aplikasi
menunjukkan bawa timoquinon memiliki efek
Herbal dalam Praktek Kedokteran.
sitotoksik terhadap sel HeLa yang merupakan
sel kanker serviks. Efek antikanker timoquinon Yogyakarta: FK UGM; Tanggal 11 Januari
ini sudah banyak dibuktikan di dalam 2009.
penelitian sebelumnya. Timoquinon diketahui 4. Sun S, Hail JN, Lotan R. Apoptosis as a
dapat menghambat proliferasi dan viabilitas novel target for cancerchemoprevention.
kanker prostat10,11, human multiple myeloma J Nat Cancer Inst. 2004; 96 (9): 662-272.
Cells (MM cells)5,7, sel kanker payudara (MCF- 5. Badr G, Mohany M, Abu-Tarboush F.
7)8, kanker kolon dan kanker paru.11,12
Thymoquinone decreases F-actin
Mekanisme sitotoksik yang ditunjukkan
dari penelitian ini paling dominan adalah polymerization and the proliferation of
melalui apoptosis. Meskipun dari data yang human multiple myeloma cells by
didapatkan menunjukkan adanya nekrosis, suppressing STAT3 phosphorylation and
namun tidak terlalu signifikan jika Bcl2/Bcl-XL expression. Lipids in Health
dibandingkan dengan persentase sel yang and Diseas. 2011; 10:236.
mengalami apoptosis. Pada penelitian-
6. Yi T, Cho SG, Yi Z, Pang X, Rodriguez M,
penelitian sebelumnya memang sudah
Wang Y, et al. Thymoquinone inhibits
dibuktikan adanya efek apoptosis timoquinon
ini pada berbagai jenis kanker, namun bukan tumor angiogenesis and tumor growth
pada kanker serviks. Timoquinon telah through suppressing AKT and ERK
dibuktikan dapat menginduksi apoptosis pada signaling pathways. Mol Cancer Ther.
human multiple myeloma cells7, pada sel 2008; 7(7): 1789-96.
kanker payudara (MCF-7) yang resisten

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 | 272


Susianti | Efek Timoquinon terhadap Apoptosis pada Sel Kanker Serviks

7. Li F, Rajendran P, Sethi G. Thymoquinone BY, et al. Thymoquinone Induces


inhibits proliferation, induces apoptosis Mitochondria-Mediated Apoptosis in
and chemosensitizes human multiple Acute Lymphoblastic Leukaemia in Vitro.
myeloma cells through suppression of Molecules. 2013; 18: 11219-40.
signal transducer and activator of
transcription 3 activation pathwaybph. Br
J Pharmacol.2010; 161: 541–54.
8. Arafa EA, Zhu Q, Shah ZI, WaniG, Barakat
BM, Racoma I, et al. Thymoquinone up-
regulates PTEN expression and induces
apoptosis in doxorubicin-resistant human
breast cancer cells. Mutat Res.
2011;706(1-2): 28–35.
9. Azizah Mn. Penentuan Potensi Induksi
Apoptosis Tilirosida dari Ekstrak Daun Jati
Belanda (Guazuma Ulmifolia Lamk.)
terhadap Sel T47d dengan Metode Flow
Cytometry [Skripsi]. Surakarta: Fakultas
Farmasi Universitas Muhammadiyah
Surakarta; 2015.
10. Kaseb AO, Chinnakannu K, Chen D,
Sivanandam A, Tejwani S, Menon M, et
al. Androgen Receptor and E2F-1
Targeted ThymoquinoneTherapy for
Hormone-Refractory Prostate Cancer.
Cancer Res 2007;67:7782-8.
11. Woo CC, Kumar AP, Sethi G, Tan KH.
Thymoquinone: potential cure for
inflammatory disorders and cancer.
BiochemPharmacol. 2012;83: 443-51.
12. Ulasli SS, Celik S, Gunay E, Ozdemir M,
Hazman O, Ozyurek A, et al. Anticancer
Effects of Thymoquinone, Caffeic Acid
Phenethyl Ester and Resveratrol on A549
Non-small Cell Lung Cancer Cells Exposed
to Benzo(a)pyrene. Asian Pac J Cancer
Prev 2013; 14,: 6159-64.
13. Chu SC, Hsieh YS, Yu CC, Lai YY, Chen PN.
Thymoquinone Induces Cell Death in
Human Squamous Carcinoma Cells via
Caspase Activation-Dependent Apoptosis
and LC3-II Activation-Dependent
Autophagy. Plos One. 2014: 9(7): 1-12.
14. Salim LZA, Mohan S, Othman R,
Abdelwahab SI, Kamalidehghan B, Sheikh

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 | 273


Idzni Mardhiyah, dkk | Studi Kualitatif Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Karier pada Mahasiswa Kedokteran dan
Dokter Internship di Bandar Lampung

Studi Kualitatif Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Karier pada


Mahasiswa Kedokteran dan Dokter Internship di Bandar Lampung

Idzni Mardhiyah1, Oktadoni Saputra2, TA Larasati3, Rika Lisiswanti2


1
Mahasiswa Profesi FK Unila, 2Bagian Pendidikan Kedokteran FK Unila, 3Bagian Ilmu
Kedokteran Komunitas FK Unila

Abstrak
Pemilihan karier merupakan hal penting dan krusial bagi seorang dokter. Pemilihan karier menjadi hal yang sangat
menentukan masa depan seorang dokter ketika terjun di masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk megetahui faktor-
faktor yang mempengaruhi pemilihan karier mahasiswa kedokteran tahun pertama, ketiga dan dokter internship Fakultas
Kedokteran Universitas Lampung (FK Unila) di Bandar Lampung. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain
penelitian kualitatif. Studi pendahuluan dilakukan dengan melakukan survei gambaran pilihan karier pada mahasiswa
kedokteran tahun pertama dan ketiga FK Unila. Dari gambaran pilihan karir yang didapatkan, dilakukan wawancara
mendalam pada mahasiswa tahun pertama (n=4), tahun ketiga (n=6) dan dokter internship (n=8). Data kemudian
ditranskripsi, dikoding, dan dianalisis konten untuk mendapatkan tema-tema yang muncul. Gambaran pilihan karier
mahasiswa masih didominasi oleh dokter fungsional khususnya dokter spesialis baik pada mahasiswa tahun pertama (67%;
85 dari 127 responden) maupun pada mahasiswa tahun ke tiga (54%; 70 dari 130 responden). Faktor yang mempengaruhi
pemilihan karier terdiri dari faktor pendorong dan faktor penghambat. Terdapat delapan kategori utama faktor-faktor yang
mempengaruhi pemilihan karier yaitu; karakteristik pribadi, karakteristik profesi, kondisi lapangan pekerjaan, peran
keluarga, kehiduoan pribadi, tuntutan pendidikan lanjut, fase preklinik, dan fase rotasi klinik. Dari kedelapan kategori
tersebut, kategori fase preklinik tidak didapatkan sebagai kategori pada faktor penghambat tetapi terdapat dua kategori
lainnya yaitu beban kerja dan keterbatasan informasi. Simpulan. Pemilihan karier mahasiswa kedokteran dan dokter
internship bervariasi sesuai dengan tahapan pendidikan yang dilalui.Semakin tinggi tahapan pendidikan yang dilalui,
semakin kompleks hal-hal yang dipertimbangkan dalam pemilihan kariernya. [JK Unila. 2016; x(x):xx-xx]

Kata Kunci: dokter internship, mahasiswa kedokteran, pemilihan karier

Factors Influencing Career Preference On Medical Students


And Internship Doctors In Bandar Lampung : A Qualitative Study
Abstract
Factors influencing doctors’ career preference is important because it gives insight about what doctors want from their
profession. It also can improve doctors’ work satisfaction and further, it can improve doctors’ quality of services. The
purpose of this study is to investigate factors influencing career preference of medical students and internship doctors in
Bandar Lampung. This is a qualitative study using in-depth interview conducted to first- (n=4), third-year medical students
(n=6) and internship doctors (n=8). Prior to the interview, survey regarding career preference was conducted on first-
(n=127) and third-year medical students (n=130) in Faculty of Medicine University of Lampung. Recordings of the interviews
were transcribed and analyzed using content analysis. The result of the survey showed that career preference in medical
students was dominated by functional doctor, with specialist doctor as the most chosen career preference in both first-
(67%) and third-year medical students (54%). Eight factors influencing career preference emerged from the interview were
profession characteristics, personal characteristics, work-field conditions, family roles, personal life, advanced educational
demand, pre-clinic phase, and clinical clerkship phase. Medical students and internship doctors were influenced by varied
factors as career preference. It was related to educational background and educational phase they had passed. Summary. It
is important for medical school to facilitate their students with information and insight about career preference while giving
motivational guidance as it is not only useful for career selecting process, but also for the outcome of medical students
learning process.

Keywords: career preference, internship doctors, medical students

Korespondensi: dr. Oktadoni Saputra, MMedEd ‫ ׀‬Jl. Pramuka Perum Bumi Puspa Kencana III Blok P No.6 Rajabasa, Bandar
Lampung ‫ ׀‬No. HP 081328543360 ‫ ׀‬e-mail : oktadoni.saputra@fk.unila.ac.id

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 | 274


Idzni Mardhiyah, dkk | Studi Kualitatif Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Karier pada Mahasiswa Kedokteran
dan Dokter Internship di Bandar Lampung

Pendahuluan termasuk penyakit, pekerjaan, dan kehidupan


Dokter merupakan sebuah profesi yang sosial.10
memiliki pilihan karier yang luas.1 Karier Dilihat dari segi pekerjaan yang
seorang dokter dapat dibedakan menjadi dua, dilakukan, dibandingkan dengan populasi
yaitu bidang klinis (dokter layanan primer pekerja pada umumnya, banyak dokter yang
atau spesialis) dan non-klinis (kedokteran mengalami burnout atau sindrom kelelahan
dasar, kedokteran komunitas, administrasi baik secara fisik maupun mental yang
kesehatan, penelitian, industri farmasi dan disebabkan keterlibatan jangka panjang dalam
lainnya). Sebagian kecil dokter menempuh situasi penuh tuntutan emosional dan beban
karier di luar bidang kedokteran (non medis), kerja yang berat.11 Kesejahteraan dokter
seperti wirausaha, politikus, artis, penulis, dan (well-being of physician), yang dilihat dari
lainnya. Sementara dibanyak negara kepuasan, komitmen, dan keterlibatan dokter
penelitian tentang pemilihan karier telah dalam pekerjaannya, merupakan hal yang
banyak dilakukan,2,3 di Indonesia penelitian penting, tidak hanya bagi dokter secara
mengenai hal-hal yang mempengaruhi pribadi, tetapi juga bagi kemampuannya
pemilihan karier seorang dokter masih untuk memberikan pelayanan yang
12
terbatas. Penelitian di Indonesia mengenai berkualitas kepada pasien. Hal ini dibuktikan
pemilihan karier dengan metode cross- dalam sebuah penelitian yang menyebutkan
sectional yang dilakukan oleh Syakurah et al4 bahwa dokter yang mengalami sindrom
menyimpulkan bahwa status sosial-ekonomi kelelahan memberikan pelayanan yang
dan latar belakang orang tua, ditambah kurang adekuat kepada pasien dan derajat
dengan motivasi pribadi sejak dini merupakan kesejahteraan dokter yang rendah dapat
determinan yang penting diperhatikan dalam mengarah kepada performa sistem pelayanan
pemilihan karier oleh mahasiswa kedokteran kesehatan yang kurang optimal. Oleh karena
tahun pertama, akan tetapi dalam itu, kesejahteraan dokter merupakan hal yang
penelitiannya Syakurah et al. menyebutkan penting untuk diperhatikan sehingga
bahwa variabel yang diteliti dalam penelitian kepuasan dokter terhadap pekerjaannya
tersebut masih kurang luas. dapat meningkat dan membuat pelayanan
Penelitian di beberapa negara yang dilakukan dokter menjadi lebih
menunjukan bahwa faktor-faktor yang optimal.13
mempengaruhi pemilihan karier seorang Proses pemilihan karier seorang dokter
dokter sangat beragam, berkisar dari dilakukan dari sejak tahun pertama memasuki
karakteristik individu5,6, keuntungan yang fakultas kedokteran sampai setelah
didapat dan daya pikat spesialisasi tertentu,7 mahasiswa menyelesaikan rotasi kliniknya.14
sampai faktor yang berhubungan dengan Faktor-faktor yang mempengaruhi pilihan
kurikulum sekolah kedokteran, seperti karier seorang dokter merupakan hal yang
pengalaman yang telah didapat dari penting, karena hal tersebut dapat
spesialisasi yang dipilih.8 Belakangan ini, memberikan pandangan baru mengenai hal-
penelitian menunjukkan bahwa kualitas hidup hal yang diinginkan seorang dokter terhadap
telah menjadi determinan utama yang profesinya sehingga dapat meningkatkan
membuat dokter memilih bidang spesialistik kepuasan kerja yang lebih jauh dapat
tertentu.4,9 meningkatkan kualitas pelayanannya
Kualitas hidup ditentukan dari terhadap pasien. Dengan mengetahui hal
pengalaman-pengalaman sebelumnya, kondisi tersebut dan membandingkannya dengan
mental, kepribadian, dan harapan terhadap kondisi profesi kedokteran saat ini,
suatu subjek. Walaupun definisi bakunya pertimbangan dapat dibuat untuk
belum ditentukan, kualitas hidup merupakan meningkatkan insentif karier tertentu yang
evaluasi dari lingkungan hidup dan kepuasan dianggap belum mencukupi kebutuhan dalam
seseorang di dalam lingkungannya. Kualitas pelayanan kesehatan.
hidup mengukur perasaan atau mengevaluasi Oleh karena itu, tujuan dari penelitian
aktivitas umum dalam hidup seseorang, ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 | 275


Idzni Mardhiyah, dkk | Studi Kualitatif Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Karier pada Mahasiswa Kedokteran
dan Dokter Internship di Bandar Lampung

yang mempengaruhi pemilihan karier Wawancara mendalam dilakukan hingga data


mahasiswa kedokteran tahun pertama dan yang didapatkan jenuh. Dalam melaksanakan
tahun ketiga serta dokter internsip di Bandar wawancara mendalam, peneliti melakukan
Lampung. pencatatan dan perekaman menggunakan
voice recorder. Rekaman wawancara tersebut
Metode dibuat transkripsi verbatim untuk dinalisis dan
Penelitian ini berlangsung dari bulan pada akhirnya menghasilkan tema-tema
Oktober 2015 sampai dengan Januari 2016 terkait judul peneliti. Analisis data yang
dan telah mendapatkan Persetujuan Etik No. dilakukan menggunakan analisis konten.15
35/UN26/8/DT/2016 dari Fakultas
Kedokteran Universitas Lampung (FK Unila). Hasil
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif Dari survei tentang pilihan karier
yang didahului dengan survey untuk melihat mahasiswa kedokteran yang telah dilakukan,
gambaran pilihan karier mahasiswa sebagai didapatkan respond rate sebesar 67% (127
acuan awal untuk menggali faktor yang mahasiswa mengisi survei dari total 189
mempengaruhi pilihan karier mahasiswa. mahasiswa) untuk mahasiswa tahun pertama
Survey kuantitatif ini digunakan untuk dan 72,6% (130 mahasiswa mengisi survei dari
memfasilitasi penelitian kualitatif. Penelitian total 179 mahasiswa) untuk mahasiswa tahun
ini terbagi menjadi dua tahap, yaitu tahap ketiga.
pengambilan gambaran awal pemilihan karier
mahasiswa Fakultas Kedokteran dan tahap Tabel 1. Distribusi prioritas pilihan karier
penelitian menggunakan metode wawancara mahasiswa kedokteran tahun pertama.
mendalam. Pada tahap pengambilan
gambaran awal pemilihan karier mahasiswa, Pilihan Karier Urutan Pilihan Karier
teknik pengumpulan data dilakukan 1 2 3
menggunakan kuesioner dengan jawaban Fungsional 109 75 42
Dokter umum (86%) (59%) (33%)
terbuka (open-ended questions) yang
Dokter spesialis 19 (15%) 28 (22%) 24 (19%)
dibagikan kepada seluruh mahasiswa tahun
Dokter militer 85 (67%) 42 (33%) 18 (14%)
pertama dan tahun ketiga FK Unila. Pada Dokter polisi 2 (2%) 3 (2%) -
tahap ini, mahasiswa tahun pertama dan 3 (2%) 2 (2%) -
ketiga diminta menuliskan dan mengurutkan Akademisi 5 (4%) 14 20
prioritas pilihan kariernya (pilihan pertama, Dosen 3 (2%) (11%) (16%)
kedua, dan ketiga). Setelah kuesioner Peneliti 2 (2%) 13 (10%) 17 (14%)
dikumpulkan, data yang didapatkan akan 1 (1%) 3 (2%)
dianalisis dengan analisis univariat untuk Struktural 4 (3%) 6 (5%) 7 (6%)
melihat distribusi pilihan karier mahasiswa Lain-lain 9 (7%) 23 21
kedokteran yang akan dikelompokan menjadi Karier medis 4 (3%) (18%) (16%)
Karier non- 5 (4%) 7 (5%) 4 (3%)
lima kelompok besar, yaitu kelompok karier
medis 16 (13%) 17 (13%)
dokter fungsional, dokter struktural, dokter
Tidak mengisi - 9 (7%) 37
akademisi, karier dokter medis lainnya, dan (29%)
karier non-medis. Total 127 127 127
Tahap selanjutnya dengan melakukan responden (100%) (100%) (100%)
wawancara mendalam pada mahasiswa FK
Unila tahun pertama dan tahun ketiga serta Tabel 1 menunjukkan distribusi pilihan
dokter internship yang ada di Bandar karier mahasiswa kedokteran tahun pertama.
Lampung. Pemilihan subjek dalam tahap Berdasarkan hasil survei, dokter fungsional
penelitian ini dilakukan dengan purposive menempati proporsi terbanyak pada pilihan
sampling yaitu dengan pertimbangan tertentu karier mahasiswa kedokteran tahun pertama,
yang dibuat peneliti.14 Wawancara mendalam baik pada pilihan pertama (86%), pilihan
yang dilakukan menggunakan pedoman kedua (75%), maupun pilihan ketiga (33%).
wawancara dengan open-ended question. Diantara kelompok dokter fungsional, dokter

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 | 276


Idzni Mardhiyah, dkk | Studi Kualitatif Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Karier pada Mahasiswa Kedokteran
dan Dokter Internship di Bandar Lampung

spesialis paling banyak diminati oleh Spesialis* 29 (34%) 7 (17%) 3 (17%)


mahasiswa kedokteran tahun pertama dalam Total 85 42 18
pilihan pertama (67%) dan pilihan kedua responden (100%) (100%) (100%)
(33%). Di antara mahasiswa kedokteran tahun Keterangan: *tidak menuliskan jenis
pertama yang menuliskan dokter spesialis spesialisasinya
sebagai pilihan kariernya, spesialis anak
merupakan jenis spesialisasi yang paling Pada mahasiswa kedokteran tahun
banyak diminati oleh mahasiswa kedokteran ketiga, presentase kelompok karier yang
tahun pertama (Tabel 2). terbesar ditempati oleh dokter fungsional
Kelompok pilihan karier lain-lain pada pilihan pertama (87%) dan kedua (39%),
merupakan kelompok pilihan karier setelah sedangkan pada pilihan ketiga, kelompok
dokter fungsional yang paling banyak dipilih karier yang paling banyak dipilih adalah
oleh mahasiswa kedokteran tahun pertama. kelompok karier lain-lain (34%). Pada pilihan
Kelompok pilihan karier ini terdiri dari karier ketiga, kelompok karier fungsional
medis lain, seperti dokter pengusaha (dokter- menempati urutan kedua dengan presentase
preneur) dan dokter politisi dan karier non- 24% (Tabel 3).
medis lain. Karier non-medis lain disebutkan Kelompok karier lain-lain pada
oleh responden dalam survei sebagai designer mahasiswa kedokteran tahun ketiga terdiri
interior, ibu rumah tangga, pengusaha, chef, dari karier medis lain dan karier non-medis
eksekutif muda, enterpreneur, musisi, wanita lain. Karier medis lain disebutkan responden
karier, entertainer, dan bidang pariwisata. sebagai dokter-preneur, sedangkan karier
non-medis lain disebutkan responden sebagai
Tabel 2. Distribusi prioritas jenis spesialisasi yang fotografer, ibu rumah tangga, pembalap,
dipilih oleh mahasiswa kedokteran tahun pengusaha, penulis, penyanyi, petani,
pertama programmer, ustadz, designer, detektif,
eksekutif muda, dan artis.
Jenis Urutan Pilihan Karier Tabel 3. Distribusi pilihan karier mahasiswa
spesialisasi 1 2 3 kedokteran tahun ketiga.
Pilihan Karier Urutan Pilihan Karier
Sp.Akupuntur - 1 (2%) -
Sp.Anak 17 (20%) 10 (24%) 6 (33%) 1 2 3
Sp.Anastesi 3 (4%) - 1 (6%) Fungsional 112 50 31
Dokter umum (87%) (39%) (24%)
Sp.Bedah 6 (7%) - 1 (6%)
Dokter spesialis 41 (32%) 18 (14%) 16 (12%)
Sp.Bedah 1 (1%) 1 (2%) -
Dokter militer 70 (54%) 31 (24%) 14 (11%)
Jantung
Dokter polisi 1 (1%) - 1 (1%)
Sp.Bedah 3 (4%) - -
- 1 (1%) -
Saraf
Akademisi 4 (3%) 14 10 (8%)
Sp.Forensik 2 (2%) 4 (10%) 1 (6%)
Dosen 4 (3%) (11%) 9 (7%)
Sp.Gizi Klinik - 1 (2%) 1 (6%) Peneliti - 14 (11%) 1 (1%)
Sp.Jantung 2 (2%) 1 (2%) - -
Sp.Kesehatan - 2 (5%) - Struktural 3 (2%) 8 (6%) 6 (4%)
Jiwa Lain-lain 11 (8%) 50 44
Sp.Kulit 3 (4%) 4 (10%) - Karier medis - (38%) (34%)
Kelamin Karier non- 11 (8%) 1 (1%) 1 (1%)
Sp.Mata 1 (1%) - 1 (6%) medis 49 (37%) 43 (33%)
Sp.Obgyn 10 (12%) 5 (12%) 2 (11%) Tidak mengisi - 8 (6%) 39
Sp.Paru - 1 (2%) - (30%)
Sp.Patologi 1 (1%) - - Total 130 130 130
Anatomi responden (100%) (100%) (100%)
Sp.Penyakit 6 (7%) 5 (12%) 1 (6%)
Dalam
Sp.Radiologi - - 1 (6%)
Sp.Rehab 1 (1%) - -
Medik

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 | 277


Idzni Mardhiyah, dkk | Studi Kualitatif Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Karier pada Mahasiswa Kedokteran
dan Dokter Internship di Bandar Lampung

Tabel 4. Distribusi prioritas jenis spesialisasi yang tahun pertama, dokter spesialis menempati
dipilih oleh mahasiswa kedokteran tahun presentase terbanyak pada pilihan pertama
pertama. (54%) dan kedua (24%). Di antara mahasiswa
Urutan Pilihan Karier kedokteran tahun ketiga yang menuliskan
Jenis spesialisasi
1 2 3 dokter spesialis sebagai pilihan kariernya,
Sp.Anak 14 (20%) 4 (13%) 1 (7%) kebanyakan tidak menuliskan jenis
Sp.Anastesi 1 (1%) 1 (3%) - spesialisasinya secara spesifik. Spesialis anak
Sp.Bedah 3 (4%) - 2 (14%) paling banyak diminati responden pada
Sp.Bedah pilihan pertama (20%), sedangkan pada
1 (1%) - -
Jantung pilihan kedua spesialis obgyn paling banyak
Sp.Bedah Plastik - 1 (3%) - diminati oleh responden (23%), dan spesialis
Sp.Forensik 1 (1%) - - penyakit dalam paling banyak diminati
Sp.Jantung 2 (3%) 2 (6%) - sebagai pilihan ketiga (21%) (Tabel 4).
Sp.Kesehatan
2 (3%) 3 (10%) 1 (7%)
Jiwa
Pada tahap penelitian selanjutnya,
Sp.Kulit Kelamin 1 (1%) 1 (3%) -
Sp.Obgyn 6 (9%) 7 (23%) 2 (14%)
didapatkan partisipan sebanyak 18 orang
Sp.Orthopedi 1 (1%) 1 (3%) -
dengan komposisi 8 orang dokter internsip, 4
Sp.Penyakit orang mahasiswa tahun pertama, dan 6 orang
4 (6%) 1 (3%) 3 (21%) mahasiswa tahun ketiga FK Unila. Ditemukan
Dalam
Sp.Radiologi 2 (3%) 1 (3%) - delapan kategori faktor-faktor yang
Sp.Rehab Medik - 1 (3%) - mempengaruhi pemilihan karier, yaitu
Sp.Saraf - 1 (3%) - karakteristik pribadi, karakteristik profesi,
Spesialis* 32 (46%) 7 (23%) 5 (36%) kondisi lapangan pekerjaan, peran keluarga,
Total responden 70 (100%) 31(100%) 14 (100%) kehidupan pribadi, tuntutan pendidikan
Keterangan: *tidak menuliskan jenis lanjutan, fase preklinik, dan fase rotasi klinik.
spesialisasinya Contoh kutipan dari kategori yang
teridentifikasi dapat dilihat pada Tabel 5.
Di dalam kelompok karier fungsional,
seperti halnya pada mahasiswa kedokteran

Tabel 5. Kutipan wawancara faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan karier partisipan


Kategori Subkategori Kutipan Wawancara
Karakteristik Gaya bekerja “Terus, kayanya tuh kalo kakak sendiri ya, maksudnya kaya tipe-tipe
pribadi orang yang, seneng lho terpacu adrenalin. Gitu, jadi kalo kebidanan itu
diagnosanya tiap menit juga bisa ganti. … Kakak tuh ngga bisa diem,
emang ngga bisa diem. Terus juga, ngga suka kayanya tuh segala
sesuatu yang… di balik meja.” (T2I1)
Harapan terhadap “Jadi aku yakin banget ngga seratus persen mahasiswa kedokteran itu
profesi pure pengen jadi dokter. …Jadi mahasiswa-mahasiswa yang
bermasalah ini, mereka itu sebenernya kurang untuk diarah. Cuma
masalah dia itu ngga ada dosen yang peka untuk melihat mereka. Atau
malah, malah semakin menyudutkan mereka. Seharusnya kan itu kaya
kita angkat, kita ambil, terus kaya kita share dan duduk berdua kaya
gini, tanya kenapa dia kaya gitu. Karena bener-bener dokter itu long-
life learner. Supaya ngga terjadi lagi yang malpraktek lah, kaya yang
dokter ngga tau apa-apa.”(T1K1)
Kepribadian “Gua orangnya introvert. Jadinya… gua tipe orang yang suka
komunikasinya interpersonal ngga suka gua yang komunitas. Makanya
gua ngambilnya yang kaya gitu.” (T2I3)
Pengalaman "Karena kan mmm dulu itu sering nganterin kakak terus ke dokter
pribadi kandungan gitu. Iya jadi tertarik kayanya enak jadi dokter kandungan
gitu, daripada spesialis yang lain." (T2P2)
Kemampuan “Karena… apa ya, karena lebih karena saya lebih paham itu sih.” (T1I5 )
pribadi

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 | 278


Idzni Mardhiyah, dkk | Studi Kualitatif Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Karier pada Mahasiswa Kedokteran
dan Dokter Internship di Bandar Lampung

Minat pribadi “Kalo anak sama bedah anak itu tadi ya karena suka anak-anak.”(T2I4)
Kepuasan diri “Kayanya enak ngajar gitu. Kalo kita ngajarin sesuatu dan orang ngerti
kaya ada perasaan seneng gitu.” (T2K6)
Pandangan diri "...kalo di obgyn itu selain emang dari awal pengennya obgyn, bagiku
terhadap karier kayanya keren gitu kak. Keren." (T2P4 )
Kedudukan dalam “Eeeh sebenernya kalo saya sendiri orangnya lebih kaya,
keluarga mengedepankan keluarga. Jadi tuh saya anak pertama dan orang tua
posisinya udah tua. Nah lebih berpikir ke arah realistis sih…”(T2K2)
Karakteristik Aktivitas profesi “Karena banyak tindakan. Kalo penyakit dalam kan ngga ada tindakan
profesi – ada sih paling cuma kaya endoskopi, gitu doang ya. Apa sih kaya
WSD gitu doang ya. Kalo obgyn tuh kayanya seru aja tindakan.” (T2I2)
Peralatan yang “Yang jelas, walaupun di minor mungkin yang tetep ada tindakan,
digunakan yang tetep megang pisau.” (T2I8)
Kompetensi profesi “Kalo sebagai ini, banyak dokter-dokter yang lain yang sebelum
melakukan tindakan – contohnya dokter bedah, sebelum melakukan
bedah di bagian organ dalam harus konsul dulu ke penyakit dalam.”
(T2K4)
Keilmuan profesi “Simpel ya jadi pelajarannya itu simpel gak ribet ya, gak terlalu banyak
teori…” (T2I6)
Jangkauan karier “Mmm apa ya kak, banyak akses untuk mengeksplorasi diri. Misalnya
ada beasiswa untuk ini, ambil. Ada workshop tentang ini, ambil. Terus
ada, apasih namanya, pertemuan dengan ini itu. Jadi, kalo untuk
berkembang ya kak ya, kalo menurut aku, research, research itu yang
bisa berkembang dengan pesat.” (T2K1)
Sasaran profesi “Karena pengen jadi dosen itu jadi, jadi seorang dokter itu ngga cuman
kerjanya sama pasien aja gitu kan kak. Kita juga harus mmm apa ya
ada interaksi gitu, interaksi sama yang lain.”(T2K3)
Jam kerja “Sedangkan kan kalo dosen itu kita kaya ada napasnya gitu, ada
polanya ada ritmenya. Kaya yaa ditentukan jamnya jam segini jam
segini.” (T2K1)
Peluang praktik "Kaya kalo dokter anak kan eee obgynkan cuma di obgyn-nya, kalo
mandiri dokter anak kan bisa dia buka praktek sendiri…" (T2P4)
Hubungan dokter- "...aku lebih nyaman kalo yang ngga terlalu banyak ketemu orang."
pasien (T2P1)
Kondisi Dibutuhkan “Kalo kelebihannya ya… kita enaknya satu masih dibutuhin, peluang
lapangan masyarakat masih banyak, di banyak rumah sakit juga masih banyak yang kosong
pekerjaan anastesi itu.” (T2I8)
Kuantitas dokter “Obgyn juga di lampung cewe masi dikit.” (T2I2)
Prospek finansial “…dua banyak uangnya. Jujur aja ya jujur aja. Karena kita juga harus
liat prospek ke depannya, uang juga kita gak boleh… penting juga ya.”
(T2I6)
Stabilitas karier “Jadi walaupun kita sekolah, tetep ada masukan uang. Terus nanti kalo
udah selesai sekolah, balik laginya juga enak. Karena udah ada rumah
sakitnya yang tempat kita balik.” (T2I2)
Kontak dokter- “Kalo saya pribadi lebih karena suka dan kedua, penyakitnya seumur
pasien jangka hidup. Kan kalo saraf misalnya stroke, dia seumur hidup kena stroke.
panjang Dan seumur hidup itu dia harus ke saraf. Jantung pun sama. Hipertensi
seumur hidup. Jadi lebih kesana.” (T2I5)
Peran Mengarahkan "Ya dari ibu sih, ibu kaya ngarahin ke yang obgyn tadi karena kan
keluarga pilihan punya kakak juga, bidan." (T2P1
Mendukung pilihan "Yaa dalam hal menyemangati biar eee ayo belajarnya yang bener
nanti katanya mau jadi obgyn jadi biar kesampean gitu." (T2P3)
Membebaskan “Nyokap gua malah nyuruh gua kesmas, dulu sih milihnya dokter, terus
pilihan kan dia mikir gua aduh kasian banget capek, terserah kamu milih apa.”
(T2I3)
Kehidupan Keseimbangan “…yang pasti harus ada waktu untuk keluarga.” (T2I7)

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 | 279


Idzni Mardhiyah, dkk | Studi Kualitatif Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Karier pada Mahasiswa Kedokteran
dan Dokter Internship di Bandar Lampung

pribadi waktu kerja


dengan waktu
luang
Tuntutan Biaya pendidikan “Alasannya karena jadi dokter militer atau TNI dia bisa spesialis
pendidikan gratis…” (T2I5)
lanjutan
Fase Materi “Jadi waktu tiap kali blok eee repro, gatau rasanya tuh lebih seneng
preklinik pembelajaran aja, lebih unik, lebih menarik.” (T2I1)
Metode “Dari… emang pengennya obgyn dari dulu juga. Kuliah ternyata obgyn
pembelajaran menarik.”(T2I2)
Ketersediaan “Terus pas di FK kan eee diliat juga kan, pernah di, eee apa ya, akade…
informasi pilihan akade, apa sih. Akademisi atau klinis gitu kan. Pernah, antara aku yang
karier baca atau kaya gitu.” (T2K3)
Tokoh panutan “…karena ngeliat dosen sini, terus ngajarnya enak, jadi ‘ah ntar gue
pengen jadi dosen ah’ kaya gitu.”(T2K3)
Fase rotasi Lingkungan stase “Mungkin karena orang-orang di kebidanan itu menyenangkan, waktu
klinik kakak koas ya. Jadi, udah menimbulkan ini aja, apa ya, kenangan yang
enak. Jadi pengen juga, kaya gitu.” (T2I1)
Teman kelompok “Karena kalo kita udah ngga seneng di bagian itu, yaa ngga akan
seneng gitu, maksudnya, bagiannya tuh ngga akan terlihat menarik.
Tapi kalo kitanya udah seneng di bagian itu, seneng itu kan macem-
macem sih. Salah satunya, faktor temen.” (T2I1)
Penilaian akademik “Terus pas, terus pas… apa nilainya juga not bad lah.” (T2I2)
yang didapat
Gambaran tentang “Nah kalo waktu koas, kita udah mulai tuh ngeliat. Ooo ternyata
pekerjaan dokter obgyn kerjanya kaya gini, dokter anastesi kerjanya kaya gini.”
(T2I8)

A. Karakteristik Pribadi faktor yang mempengaruhi pemilihan karier


Karakteristik pribadi merupakan faktor yang disebutkan oleh partisipan. Faktor ini
yang berasal dari dalam atau melekat pada terdiri dari karier yang dibutuhkan
diri partisipan yang mempengaruhi pemilihan masyarakat, kuantitas dokter, prospek
kariernya. Karakteristik pribadi terdiri dari finansial, stabilitas karier, dan kontak dokter-
gaya bekerja, harapan terhadap profesi, pasien jangka panjang.
kepribadian diri, pengalaman pribadi,
kemampuan diri, minat pribadi, kepuasan diri, D. Peran Keluarga
pandangan diri terhadap karier, dan Peran keluarga dalam pemilihan karier
kedudukan dalam keluarga. juga ditemukan dalam alasan partisipan
memilih pilihan karier tertentu. Peran
B. Karakteristik Profesi keluarga yang disebutkan dapat berupa
Karakteristik profesi merupakan faktor mengarahkan pilihan, mendukung pilihan, dan
yang berasal dari sifat yang dimiliki oleh suatu membebaskan pilihan.
profesi yang membuat partisipan memilih
karier tersebut. Faktor ini terdiri dari aktivitas E. Kehidupan Pribadi
profesi, peralatan yang digunakan, Kehidupan pribadi yang menjadi faktor yang
kompetensi profesi, keilmuan profesi, mempengaruhi pemilihan karier dalam hal ini
jangkauan karier, sasaran profesi, jam kerja, berkaitan dengan keseimbangan antara kerja
peluang praktik mandiri, dan hubungan dan kehidupan pribadi. Hal ini disebutkan oleh
dokter-pasien dari profesi tersebut. partisipan sebagai waktu yang seimbang
antara pekerjaan dan waktu untuk keluarga
C. Kondisi Lapangan Pekerjaan atau waktu luang.
Kondisi lapangan pekerjaan yang
dimiliki oleh suatu pilihan karier juga menjadi F. Tuntutan Pendidikan Lanjutan

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 | 280


Idzni Mardhiyah, dkk | Studi Kualitatif Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Karier pada Mahasiswa Kedokteran
dan Dokter Internship di Bandar Lampung

Tuntutan pendidikan lanjutan dilakukan Ferdian dkk18 yang menyebutkan


merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi bahwa bidang kerja yang banyak diminati oleh
oleh seseorang dalam melanjutkan mahasiswa fakultas kedokteran adalah klinisi
pendidikannya untuk mencapai pilihan karier dan sedikit sekali yang memilih non-klinisi. Di
tertentu.Biaya sekolah merupakan tuntutan antara kelompok karier fungsional, dokter
pendidikan lanjutan yang diungkapkan oleh spesialis masih menjadi pilihan karier yang
partisipan sebagai hal yang mempengaruhi paling diminati oleh mahasiswa kedokteran.
pemilihan kariernya. Adanya kesenjangan kesejahteraan dan
gengsi antara dokter umum dengan dokter
G. Fase Preklinik spesialis disebutkan oleh Syakurah et al.4
Fase preklinik merupakan tahap menjadi penyebab dokter spesialis masih
pendidikan pertama yang ditempuh oleh menjadi pilihan karier utama bagi mahasiswa
mahasiswa dalam mencapai gelar dokter. kedokteran.
Fase preklinik turut mempengaruhi pemilihan Hal menarik yang ditemukan dalam
karier partisipan dalam hal materi penelitian ini adalah cukup tingginya minat
pembelajaran, metode pembelajaran, mahasiswa kedokteran tahun pertama dan
informasi yang didapat, dan tokoh panutan tahun ketiga terhadap kelompok karier lain-
yang ada saat fase preklinik. lain) yang disebutkan oleh responden sebagai
dokter pengusaha atau dokter-preneur, ibu
H. Fase Rotasi Klinik rumah tangga, artis, dan bahkan karier lain
Rotasi klinik merupakantahap yang sangat jauh dari karier kesehatan seperti
pendidikan setelah fase preklinik yang dilalui musisi, chef, petani, detektif, dan pembalap.
mahasiswa kedokteran di rumah sakit. Hal ini mungkin dapat dilihat sebagai
Lingkungan stase, teman sekelompok, keinginan mahasiswa kedokteran untuk
penilaian akademik yang didapat, dan menekuni hobi dan keinginan pribadinya serta
gambaran tentang pekerjaan yang lebih jelas mengembangkan potensi dirinya dalam
merupakan hal-hal yang disebutkan partisipan bidang yang disenanginya disamping
mempengaruhi pemilihan kariernya. menjalankan karier sebagai seorang dokter.
Hal ini dapat juga dilihat sebagai minat
Pembahasan mahasiswa kedokteran untuk fokus pada
Karier adalah rangkaian posisi yang bidang kesehatan yang dipertanyakan.
berkaitan dengan kerja yang ditempati Ditemukannya karakteristik pribadi
seseorang sepanjang hidupnya. Orang-orang sebagai faktor pendorong yang memengaruhi
mengejar karier untuk memenuhi kebutuhan pemilihan karier dokter internsip dan
individualnya secara mendalam16. Pengertian mahasiswa sesuai dengan pendapat Gary
karier meliputi elemen-elemen obyektif dan Dessler mengenai perencanaan karier.
subyektif. Elemen obyektif berkenaan dengan Menurut Dessler, dalam merencanakan karier
kebijakan-kebijakan pekerjaan atau posisi seseorang harus sadar akan karakteristik
jabatan yang ditentukan organisasi, personalnya seperti keterampilan, minat,
sedangkan elemen subyektif menunjuk pada pengetahuan dan motivasi, serta mengetahui
kemampuan seseorang dalam mengelola informasi tentang peluang dan pilihan.19
karier dengan mengubah lingkungan obyektif Karakteristik pribadi yang ditemukan dalam
(misalnya dengan mengubah pekerjaan atau penelitian ini erat kaitannya dengan motivasi
jabatan) atau memodifikasi persepsi subyektif yang dimiliki oleh partisipan. Ryan dan Deci
tentang suatu situasi (misalnya dengan menyebutkan bahwa terdapat dua tipe
mengubah harapan).17 motivasi yang penting dalam menentukan
Berdasarkan hasil survey, kelompok hasil kehidupan atau pekerjaan seseorang.
karier fungsional merupakan kelompok karier Motivasi tersebut adalah motivasi otonom
yang paling banyak diminati oleh mahasiswa dan motivasi terkontrol (autonomous and
kedokteran tahun pertama dan ketiga. Hasil controlled motivation). Motivasi otonom
survey ini sesuai dengan penelitian yang melibatkan bertindak dengan kemauan dan

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 | 281


Idzni Mardhiyah, dkk | Studi Kualitatif Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Karier pada Mahasiswa Kedokteran
dan Dokter Internship di Bandar Lampung

pilihan diri sendiri secara penuh, sedangkan dan alternatif lain yang dapat dipilih oleh
motivasi terkontrol melibatkan bertindak mahasiswa kedokteran. Oleh karenanya,
dengan pengalaman tentang tekanan dan faktor informasi menjadi penting dalam
permintaan akan suatu hasil tertentu yang proses penentuan keputusan. Salah satu cara
datangnya dari tekanan dari luar diri sendiri. mahasiswa kedokteran mendapatkan
Lebih spesifik disebutkan bahwa setiap informasi tersebut adalah melalui
manusia membutuhkan rasa kompetensi, memaparkan mahasiswa terhadap lingkungan
otonomi, dan keterkaitan dengan orang lain klinis dan pertemuan dengan dokter-dokter
(competence, autonomous, and related to dari berbagai spesialisasi pada masa
others). Lingkungan sosial yang memfasilitasi pendidikannya.
kepuasan dari ketiga kebutuhan dasar Fase rotasi klinik ditemukan dalam
psikologi manusia tersebut akan mendukung penelitian ini mempengaruhi sebagian besar
keaktifan yang melekat pada seseorang, pilihan karier dokter internsip. Mereka
mempromosikan motivasi yang lebih optimal, berpendapat bahwa lingkungan belajar yang
dan menghasilkan hasil yang secara lebih nyata dan pengetahuan tentang realita
psikologis, perkembangan, dan perilaku yang profesi yang lebih banyak mempengaruhi
paling positif.20 pilihan karier mereka. Situasi nyata yang
Karakteristik profesi dan kepribadian dialami oleh informan, berupa berhadapan
diri dapat bersama-sama mempengaruhi langsung dengan pasien dan turut melakukan
pemilihan karier seseorang. Teori tipologi tindakan tertentu kepada pasien juga
Holland mencoba memprediksi kesuksesan ditemukan berpengaruh terhadap pemilihan
karier dari seberapa cocok ketertarikan dan karier dokter internsip pada penelitian ini. Hal
kepribadian seseorang dengan karakteristik ini sejalan dengan pendapat Borges22
pekerjaannya.19 Akan tetapi, teori tipologi menyatakan bahwa rotasi klinik (clinical
Holland ini sebaiknya tidak digunakan untuk clerkship) melibatkan aktivitas eksplorasi yang
mencocokan diri seseorang ke spesialisasi berhubungan dengan pilihan spesialisasi
atau pilihan karier tertentu, melainkan medis seperti pendidikan sarjana, tetapi
digunakan untuk menggali seberapa baik menyediakan kesempatan yang lebih dalam
kepribadian seseorang dapat diekspresikan dan lebih panjang untuk menjalani dan
dalam pilihan karier yang berbeda.21 mengembangkan minat spesialisasi tertentu
Pada awalnya, para konselor dengan cara-cara tertentu sehingga
pendidikan percaya bahwa untuk mendeteksi mahasiswa kedokteran dapat membangun
minat seseorang terhadap kejuruan tertentu, dan menginternalisasi pengalaman
perlu dilakukan penilaian terhadap minat eksplorasinya tersebut.
siswa itu sendiri. Akan tetapi, Kitson dalam Terdapat variasi yang didapatkan dari
Borges22 percaya bahwa minat tersebut tidak jawaban-jawaban mahasiswa kedokteran dan
dapat dinilai atau dideteksi jika tidak terdapat dokter internsip mengenai faktor-faktor yang
minat di dalam diri seseorang, dan ia mempengaruhi pemilihan karier. Mahasiswa
merekomendasikan pergeseran dari kedokteran tahun pertama memilih kariernya
mendeteksi minat seseorang menjadi lebih berdasarkan kepribadian, saran orang
menciptakan minat itu sendiri. Rekomendasi tua, dan gambaran mengenai dokter yang
Kitson ini dibuktikan dalam penelitian terbatas, sedangkan mahasiswa kedokteran
Williams23 yang menyebutkan bahwa tahun ketiga mulai mempertimbangkan
instruktur dapat memfasilitasi minat kehidupan pribadi dan lamanya pendidikan
mahasiswa terhadap suatu bidang yang lanjutan dalam pemilihan kariernya di
diajarkannya. samping paparan klinis dalam pendidikan
Informasi yang didapatkan mahasiswa prekliniknya yang lebih banyak dari
pada tahap preklinik turut mendorongnya mahasiswa kedokteran tahun pertama.
memilih pilihan karier tertentu. Borges22 Dokter internsip disisi lain
menjelaskan bahwa dalam dunia kedokteran, mempertimbangkan juga prospek finansial,
terdapat lebih dari 100 spesialisasi, pilihan, biaya pendidikan lanjutan, dan beban kerja

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 | 282


Idzni Mardhiyah, dkk | Studi Kualitatif Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Karier pada Mahasiswa Kedokteran
dan Dokter Internship di Bandar Lampung

dalam pemilihan kariernya di samping Eighty-Hour Work Week on Student Interest


paparan klinis yang didapatnya saat in a Surgical Career. J Surg Res. 2011;
pendidikan preklinik dan rotasi klinik. 171(2):422–6.
6. Stagg P, Greenhill J, Worley PS. A new
Simpulan model to understand the career choice and
Terdapat banyak faktor yang dapat practice location decisions of medical
mempengaruhi pemilihan karier mahasiswa graduates. Rural Remote Health. 2009;
kedokteran dan dokter internsip.Dalam 9(4):1245.
menentukan pilihan kariernya, mahasiswa 7. Resneck JS, Jack S. The influence of
kedokteran dan dokter internsip perlu controllable lifestyle on medical student
merefleksikan dirinya terkait motivasi bekerja, specialty choice: a dermatologist’s
ketertarikan, kekuatan dan kelemahan, serta perspective. Am Med Assoc J Ethics. 2006;
mengumpulkan informasi sebanyak- 8(8):529–32.
banyaknya sehingga dapat melakukan 8. Van Der Horst K, Siegrist M, Orlow P, Giger
pemilihan karier dengan tepat sesuai dengan M. Residents’ reasons for specialty choice:
informasi dan refleksi tersebut. Sedangkan Influence of gender, time, patient and career.
peran fakultas kedokteran dalam proses Med Educ. 2010; 44(6):595–602.
pemilihan karier mahasiswanya adalah 9. Liang Y, Wang H, Tao X. Quality of life of
memfasilitasi mahasiswa dengan proses young clinical doctors in public hospitals in
pembelajaran yang dapat memunculkan China’s developed cities as measured by the
motivasi mahasiswa serta dapat Nottingham Health Profile (NHP). Int J Equity
meningkatkan peran dosen pengajar dalam Health. 2015; 14:85.
memfasilitasi minat mahasiswa kedokteran, 10. Zis P, Anagnostopoulos F, Sykioti P.
sehingga hal ini akan berdampak baik tidak Burnout in medical residents: a study based
hanya bagi hasil akademik mahasiswa, tetapi on the job demands-resources model. The
juga bagi proses pemilihan karier yang dilalui Scientific World Journal. Volume 2014 (2014),
oleh mahasiswa. Article ID 673279, 10 pages [online journal]
diakses dari
Daftar Pustaka http://dx.doi.org/10.1155/2014/673279.
1. Goldacre MJ, Goldacre R, Lambert TW. 11. Renée A. Scheepers, Benjamin C. M.
Doctors who considered but did not pursue Boerebach, Onyebuchi A. Arah, Maas Jan
specific clinical specialties as careers : Heineman, and Kiki M. J. M. H. Lombarts.
questionnaire surveys. J R Soc Med. 2012; A Systematic Review of the Impact of
105(4):166–76. Physicians’ Occupational Well-Being on the
2. Takeda Y, Morio K, Snell L, Otaki J, Quality of Patient Care. Int J Behav Med.
Takahashi M, Kai I. Characteristic profiles 2015; 22(6):683–98.
among students and junior doctors with 12. Van den Hombergh P, Künzi B, Elwyn G,
specific career preferences. BMC Med Educ. van Doremalen J, Akkermans R, Grol R, et al.
201313(1):125. High workload and job stress are associated
3. Alers M, Verdonk P, Bor H, Hamberg K, with lower practice performance in general
Lagro-Janssen A. Gendered career practice: an observational study in 239
considerations consolidate from the start of general practices in the Netherlands. BMC
medical education. Int J Med Educ. 2014; Health Serv Res . 2009; 9:118.
5:178–84. 13. Goldacre MJ, Laxton L, Lambert TW.
4. Syakurah RA, Sari DA, Riansyah D, Yolanda Medical graduates’ early career choices of
P. Determinan Pilihan Karir Mahasiswa specialty and their eventual specialty
Fakultas Kedokteran sebagai Spesialis di destinations : UK prospective cohort studies.
Indonesia. J Pendidik Kedokt Indones. 2014; BMJ. 2010; 341(c3199):1–9.
3(2):132–6. 14. Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif,
5. Zarebczan B, Rajamanickam V, Lewis B, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta; 2011.
Leverson G, Sippel RS. The Impact of the

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 | 283


Idzni Mardhiyah, dkk | Studi Kualitatif Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Karier pada Mahasiswa Kedokteran
dan Dokter Internship di Bandar Lampung

15. Emzir. Metodologi Penelitian Pendidikan:


Kuantitatif dan Kualitatif. Jakarta: PT
Rajagrafindo Persada; 2008.
16. Mathis RL, Jackson JH. Human Resource
Management. Jakarta: Salemba Empat; 2006.
17. Irianto Y. Strategis Pengembangan
Sumber Daya Manusia. Surabaya: Insan
Cendekia; 2001.
18. Ferdian D, Gondodiputro S, Dewi S.
Gambaran Rencana Masa Depan Pemilihan
Bidang Profesi Mahasiswa Fakultas
Kedokteran Unibersitas Padjadjaran Angkatan
2007. JSK. 2015; 1(1):35–42.
19. Dessler G. Manajemen Sumber Daya
Manusia Jilid 2. Edisi ke-7. Iskandarsyah T,
editor. Jakarta: Prenhallindo; 1997.
20. Ryan R, Deci E. Facilitating Optimal
Motivation and Psychological Well- Being
Across Life’s Domains. Can Psychol. 2008;
49(1):14–23.
21. Borges N, Savickas M, Jones B. Holland’s
Theory Applied to Medical Specialty Choice. J
Career Assess. 2004; 12(2):188–206.
22. Borges NJ. Behavioral Exploration of
Career and Specialty Choice in Medical
Students. Career Dev Q. 2007; 55(4):351–8.
23. Williams GC, Saizow R, Ross L, Deci EL.
Motivation underlying career choice for
internal medicine and surgery. Soc Sci Med.
1997; 45(11):1705–13.

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 | 284


Riry Ambarsarie dkk| Analisis Self Directed Learning Readiness Terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa

Analisis Self Directed Learning Readiness terhadap Prestasi


BelajarMahasiswa Semester 2 Tahun Ajaran 2015/2016 Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Bengkulu
Riry Ambarsarie1, Noor Diah Erlinawati2, Dessy Triana3
1
Departemen Fisiologi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Bengkulu
2
Departemen Gizi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Bengkulu
3
Departemen Parasit Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Bengkulu

Abstrak
Saat ini terjadi perubahan paradigma pendidikan kedokteran di Indonesia, yaitu dari teacher centered learning (TCL)
menjadi ke arah student centered learning (SCL). Perubahan ini tidak hanya membawa dampak terhadap metode dan
aktivitas belajar tetapi juga pada hasil belajar. self-directed learning readiness (SDLR) merupakan kesiapan atau kesediaan
seseorang untuk belajar mandiri, yang terdiri dari komponen sikap, kemampuan dan karakteristik personal. Mahasiswa
tahun pertama mengalami banyak masalah dalam proses adaptasi belajar pada lingkungan belajar yang bersifat SCL seperti
Problem Based Learning (PBL), terutama mahasiswa yang berasal dari sekolah menengah atas yang tidak menerapkan
belajar. Hal ini yang melatarbelakangi peneliti untuk melakukan analisis mengenai kesiapan self-directed learning
mahasiswa semester 2 tahun ajaran 2015/2016 Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Bengkulu (FKIK UNIB)
terhadap prestasi belajarnya. Penelitian ini dilakukan secara deskriptif-kualitatif dengan metode cross sectional. Penelitian
ini dilakukan di kampus FKIK UNIB pada minggu ke-4 bulan Februari sampai minggu ke-2 bulan Maret 2016 dengan sampel
seluruh mahasiswa tingkat I tahun ajaran 2015/2016 yang memenuhi kriteria inklusi. Hasil penelitian pada 54 sampel
menunjukkan bahwa prestasi belajar pada mahasiswa FKIK UNIB tidak dipengaruhi oleh kesiapan atau kesediaan seseorang
untuk belajar mandiri (self-directed learning readiness). Kesimpulan dari penelitian ini didapatkan bahwa prestasi belajar
tidak hanya dipengaruhi oleh kesiapan belajar mandiri saja, tetapi juga dipengaruhi oleh beberapa hal lain seperti faktor
fisik ataupun faktor psikologis (intelegensi, bakat, minat, motivasi dan kesehatan mental itu sendiri).
Kata kunci : belajar, prestasi, self-directed learning

Analysis of Self Directed Learning Readiness on First Year Student Learning


Achievement in Academic Year 2015/2016 at Faculty of Medicine and Health
Sciences, University of Bengkulu

Abstract
There is a paradigm shift of medical education, especially in Indonesia, that are alteration from teacher centered learning
(TCL) became towards student centered learning (SCL). These changes not only have an impact on the methods and
activities of learning but also on learning outcomes. Self-directed learning readiness (SDLR) is a person's readiness or
willingness to learn independently, consisting of components of attitudes, abilities and personal characteristics. First-year
students have experienced many problems in the process of adapting learning to the SCL learning environment like
Problem Based Learning (PBL), mainly felt by students from the high school who did not apply the learning. This is the
background why researchers conducting an analysis of self-directed learning readiness of students of the 2nd half of the
academic year 2015/2016 at the Faculty of Medicine and Health Sciences, University of Bengkulu (UNIB FKIK) through their
academic achievement. This research is a descriptive qualitative with cross sectional method. The research was conducted
on campus FKIK UNIB, at the 4th week of February until the 2nd week of March 2016, with samples from first year students
of the school year 2015/2016 that suitable with inclusion criteria. The results of the study on 54 samples showed that
student of FKIK UNIB achievement are not only influenced by a person's readiness or willingness to learn self (self-directed
learning readiness). The learning achievement is not only influenced by self-learning readiness, but also influenced by
several other things such as physical factors or psychological factors (intelligence, aptitude, interest, motivation and mental
health itself).

Keywords : achievement, learning, self-directed learning,

Korespondensi: dr. Riry Ambarsarie, Alamat Jl. WR Supratman Kandang Limun Bengkulu, HP 081379023960, e-mail :
riryambarsary@gmail.coml

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 | 285


Riry Ambarsarie dkk| Analisis Self Directed Learning Readiness Terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa

Pendahuluan Problem Based Learning (PBL), terutama


Kemampuan belajar mandiri mahasiswa yang berasal dari sekolah
merupakan salah satu karakteristik yang menengah atas yang tidak menerapkan
dibutuhkan dalam pembelajaran orang belajar mandiri6. Mahasiswa tahun pertama
dewasa. Teori-teori yang mendukung tentang yang tidak memiliki kesiapan untuk belajar
pembelajaran orang dewasa, dapat mandiri dapat mengalami kecemasan, frustasi
diklasifikasikan dalam lima hal yaitu dan kegagalan meraih prestasi yang
instrumental learning, self-directed learning, diharapkan. Apabila dikaitkan dengan hukum
eksperiential learning, perspective law of readiness dari Thorndike dapat diambil
transformation dan situated cognition 1. Self- pengertian bahwa bila seseorang mahasiswa
directed learning adalah peningkatan dihadapkan dengan stimulus berupa
pengetahuan, keahlian, prestasi dan lingkungan belajar yang menuntut
pengembangan diri individu yang diawali kemandirian dan keaktifan, maka dibutuhkan
dengan inisiatif sendiri2. Proses dalam self kesiapan mahasiswa tersebut utnuk
directed learning ini dilakukan dengan merespon stimulus tersebut sehingga
menyadari kebutuhan sendiri dalam belajar, nantinya proses belajar menjadi lancar dan
mengatur tujuan pribadi, membuat keputusan dapat meraih prestasi belajar yang
atas sumber dan strategi belajar dan menilai memuaskan7.
hasil dari apa yang telah dilakukan3. Salah satu alat ukur yang digunakan
Kemampuan belajar mandiri sangat untuk mengukur kesiapan belajar mandiri
penting dalam pendidikan kedokteran untuk individu adalah Self-Directed Learning
memberi bekal lulusan menjadi dokter yang Readiness Scale (SDLRS)8. SDLRS ini dirancang
belajar seumur hidup. Kemampuan belajar untuk mengukur sejauh mana seseorang
mandiri ini dapat diartikan sebagai otonomi menilai dirinya memiliki keterampilan dan
dalam mengontrol proses pembelajaran yang sikap-sikap yang sering dikaitkan dengan
dijalani sehingga nantinya diharapkan lebih kemandirian dalam belajar9. Oleh karena itu
efektif dan fokus dengan kemampuan belajar pemahaman SDLR sebagai faktor internal
mandiri ini 4. dapat digunakan sebagai prediktor untuk
Saat ini terjadi perubahan paradigma memperkirakan keberhasilan mahasiswa
pendidikan kedokteran di Indonesia, yaitu dari meraih prestasi belajar yang memuaskan
teacher centered learning (TCL) menjadi ke dalam lingkungan belajar yang menuntut
arah student centered learning (SCL). kemandirian dan keaktifan mahasiswa dalam
Perubahan ini tidak hanya membawa dampak belajar.
terhadap metode dan aktivitas belajar tetapi Berdasarkan latar belakang diatas,
juga pada hasil belajar. Faktor-faktor yang peneliti ingin melakukan analisis mengenai
mempengaruhi prestasi belajar sangat banyak kesiapan self-directed learning mahasiswa
dan komplek. Secara umum faktor yang semester 2 tahun ajaran 2015/2016 Fakultas
mempengaruhi prestasi beajar mahasiswa Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas
dikelompokkan menjadi 2 yaitu faktor yang Bengkulu (FKIK UNIB) terhadap prestasi
berasal dari dalam diri individu (internal) dan belajarnya.
faktor yang berasal dari luar individu
(eksternal). Metode
Wiley menyatakan bahwa self-directed Penelitian ini dilakukan secara
learning readiness (SDLR) merupakan deskriptif-kualitatif dengan metode cross
kesiapan atau kesediaan seseorang untuk sectional. Penelitian ini dilakukan di kampus
belajar mandiri, yang terdiri dari komponen Fakultas Kedokteran Universitas Bengkulu
sikap, kemampuan dan karakteristik pada minggu ke-4 bulan Februari sampai
5
personal . Yoshioka mengemukakan bahwa minggu ke-2 bulan Maret 2016. Sampel pada
mahasiswa tahun pertama mengalami banyak penelitian ini adalah seluruh mahasiswa
masalah dalam proses adaptasi belajar pada tingkat I tahun ajaran 2015/2016 yang
lingkungan belajar yang bersifat SCL seperti memenuhi kriteria inklusi. Pada penelitian ini

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 | 286


Riry Ambarsarie dkk| Analisis Self Directed Learning Readiness Terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa

menggunakan beberapa instrumen, seperti Responden penelitian dilihat dari


kuesioner SDLR, lembar informed consent, distribusi frekuensi berdasarkan rerata
dan alat tulis. Dalam penelitian ini, pencapaian hasil belajar pada Modul Sel dan
pengambilan data primer akan dilakukan Molekuler dapat dilihat pada tabel 3.
dengan memberikan kuesioner kepada
responden. Kuesioner akan dijelaskan secara
Tabel 3. Rerata Pencapaian Hasil Belajar Modul
menyeluruh hingga dimengerti dan dapat diisi
secara benar oleh responden. Data sekunder Sel dan Molekuler
diperoleh dari bagian akademik Fakultas Variabel Rata-rata Frekuensi
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Nilai Total 68,76 (31,8 – 77,86)
Bengkulu berupa jumlah mahasiswa dan nilai Nilai ≥ 70 (baik) 73,45 ± 2,23 20

akhir pada modul yang baru saja dijalani, yaitu Nilai 60-70 (moderat) 66,34 ± 2,96 27

Sel dan Molekuler. Nilai<60 (kurang) 56,88 (31,80 – 58,82) 7

Hasil
Penilaian SDLR dapat memberikan Hasil uji statistik dengan menggunakan
informasi mengenai gambaran kelemahan uji Kruskall-Wallis diperoleh nilai p = 0,422,
dan juga kesiapan belajar mandiri yang telah dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa
dimiliki responden penelitian dalam menjalani tidak terdapat hubungan yang signifikan
proses belajar. Secara teori dapat kita antara rata-rata skor SDLR dengan rata-rata
simpulkan bahwa semakin tinggi skor SLDR pencapaian prestasi belajar responden,
seorang individu makin pencapaian prestasi dimana nilai p < 0,05 tidak terpenuhi.
belajarnya pun semakin baik. Tabel 1
Tabel 4. Sebaran Data Skor Manajemen Diri, Skor
menunjukkan distribusi frekuensi responden Keinginan Belajar, Skor Pengendalian Diri dan
berdasarkan tingkat SDLR. Skor Self Directed Learning Scale (SDLR)
berdasarkan Pencapaian Hasil Belajar Modul Sel
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden
dan Molekuler
Berdasarkan Tingkat Skor SDLR Pencapaian Skor Skor Skor Skor
Hasil Belajar Manajeme Keinginan Pengendalia SDLR
Tingkat SDLR Jumlah Persentase (%) Modul Sel n Diri Belajar n Diri
dan
Molekuler

Tinggi ( > 150) 24 44,44 Nilai ≥ 70 46,45 ± 47,35 ± 58,3 ±5,38 152,1 ±

Rendah (≤ 150) 30 55,56 (baik) 4,17 4,89 56,29 ± 5,49 12,03


Nilai 60-70 47,00 ± 46,44 ± 54,00 (23-58) 149,74 ±
Total 54 100
(moderat) 5,07 4,01 0,144 12,26
Komponen skor SDLR terdiri dari Nilai<60 47,00 (20- 46,00 (16- 149 (59-
manajemen diri, keinginan untuk belajar dan (kurang) 49) 51) 152)
kontrol diri. Distribusi frekuensi responden p
*
0,695 0,820 0,422
penelitian berdasarkan rerata skor masing-
masing komponen SDLR dapat dilihat pada Pembahasan
tabel 2. Responden penelitian dilihat dari
distribusi frekuensi berdasarkan usia terdiri
Tabel 2. Rerata Skor Manajemen Diri, Skor
dari umur 17 tahun sebanyak 13 orang
Keinginan Belajar, Skor Pengendalian Diri dan
(24,07%), umur 18 tahun sebanyak 31 orang
Skor Self Directed Learning Scale
(57,42%) dan yang berumur 19 tahun
Variabel Nilai Rata-rata sebanyak 10 orang (18,52%). Berdasarkan
Skor Manajemen Diri 46,5 (20 – 58) tempat tinggal terdiri dari asrama sebanyak 3
orang (5,56%), rumah kost sebanyak 33 orang
Skor Keinginan Belajar 46 (16 – 57)
(61,11%), rumah sendiri sebanyak 18 orang
Skor Pengendalian Diri 56,5 (23 – 69) (33,3%) dan tidak ada responden yang tinggal
Skor SDLR 150 (59 – 178) di rumah kontrakan.

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 | 287


Riry Ambarsarie dkk| Analisis Self Directed Learning Readiness Terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa

Berdasarkan asal sekolah, distribusi hubungan yang siginifikan antara skor SLDR
frekuensi responden penelitian terdiri dari dengan pencapaian prestasi belajar.
SMA sebanyak 48 orang (88,89%), Hasil penelitian pada 54 sampel
madrasah/aliyah sebanyak 4 orang (7,41%) menunjukkan bahwa prestasi belajar pada
dan pesantren sebanyak 2 orang (3,7%). mahasiswa FKIK UNIB tidak dipengaruhi oleh
Distribusi frekuensi responden penelitian kesiapan atau kesediaan seseorang untuk
berdasarkan jalur masuk saat kuliah terdiri belajar mandiri (self-directed learning
dari mandiri sebanyak 10 orang (18,52%), readiness). Prestasi belajar tidak hanya
PMDK sebanyak 17 orang (31,48%), SMPTN dipengaruhi oleh kesiapan belajar mandiri
sebanyak 25 orang (46,3%) dan beasiswa saja, tetapi juga dipengaruhi oleh beberapa
sebanyak 2 orang (3,7%). hal lain seperti faktor fisik ataupun faktor
Responden penelitian dilihat dari psikologis (intelegensi, bakat, minat, motivasi
distribusi frekuensi berdasarkan tipe belajar dan kesehatan mental itu sendiri). Dalam hal
terdiri dari belajar mandiri sebanyak 10 orang ini, prestasi belajar pada mahsiswa FKIK UNIB
(18,52%), diskusi kelompok sebanyak 2 orang dipengaruhi oleh beberapa hal lain diluar
(3,7%), belajar mandiri dan diskusi kelompok tingkat self-directed learning readiness dan
sebanyak 42 orang. Berdasarkan sumber membutuhkan observasi serta penelitian lebih
bacaan yang digunakan untuk belajar, lanjut.
distribusi frekuensi responden penelitian
terdiri dari textbook sebanyak 16 orang Simpulan
(29,63%), internet sebanyak 4 orang (7,41%), Prestasi belajar pada mahasiswa FKIK
textbook disertai internet, jurnal, artikel UNIB tidak dipengaruhi atau tidak memiliki
sebanyak 34 orang (62,96%). hubungan dengan kesiapan atau kesediaan
Responden penelitian dilihat dari seseorang untuk belajar mandiri (self-directed
distribusi frekuensi berdasarkan waktu learning readiness).
membaca dalam 1 hari terdiri dari waktu < 1
jam sebanyak 4 orang (7,41%), waktu 1 jam DaftarPustaka
sebanyak 6 oarng (11,11%), waktu 2 jam
sebanyak 12 orang (22,22%) dan waktu > 2 1. Abela J. Adult Learning Theories and
jam sebanyak 32 orang (59,26%). Distribusi Medical Education: a Review. Malta
frekuensi responden penelitian berdasarkan Medical Journal. 2009. 21(1):11-8.
tingkat skor SDLR terdiri dari skor > 150
2. Grave D, Dolmans, Wolfhagen I, Vluten C,
(tinggi) sebanyak 24 orang (44,44%) dan skor
≤ 150 (rendah) sebanyak 30 orang (55,56%). Problem Based Learning :future
Penilaian SDLR dapat memberikan educational practice and research.
informasi mengenai gambaran kelemahan Medical Education. 2007. 39 : 732-41.
dan juga kesiapan belajar mandiri yang telah 3. Knowles MS. Self DirectedLearning : A
dimiliki responden penelitian dalam menjalani Guide for Learners and Teachers.
proses belajar. Hasil dari proses belajar Chicago: Follett Publishing Company.
mengajar itulah yang kita sebut dengan
2005.
prestasi belajar. Dengan begitu dapat kita
disimpulkan bahwa semakin tinggi skor SLDR 4. Thornton K. (2009). Sharing Reflections:
seorang individu akan memiliki kesiapan yang Enhancing Learners’ Experiences of Self-
lebih baik dan pencapaian prestasi belajarnya directed Learning. In A. M. Stoke (Ed.),
pun semakin baik10. Tabel 4 menunjukkan JALT2009 Conference Proceedings.
hubungan antara skor SDLR dan masing- Tokyo: JALT
masing komponennya terhadap pencapaian 5. Fisher G. Conceptual frameworks and
prestasi belajar responden. Dari tabel
innovative computational Environments
tersebut, secara statistik terlihat tidak ada
satu komponen pun yang memiliki nilai p < in support of self-directed and lifelong
0,05. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 | 288


Riry Ambarsarie dkk| Analisis Self Directed Learning Readiness Terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa

learning. Nurse Education Today. 2007.


16(4): 375-6.
6. Yoshioka T, Suganuma T, Tang AC,
Matsushita S, Manno S, Kozu T,
Facilitation of problem Finding Among
First Year Medical School Students
Undergoing problem based learning.
Teach Learn Med. 2005 ; 17(2) : 136-41.
7. Dalyono. Psikologi Pendidikan. Jakarta :
Rineka Cipta. 2007
8. Abraham RR, Vinod P, Kamath MG, Asha
K, Ramnarayan K. Learning approaches of
undergraduate medical students to
physiology in a non-PBL and partially PBL-
oriented curriculum. Advanced
Physiology Education. 2007. 32: 35-37
9. Guglielmino LM . 2004. Development of
self-directed learning readiness scale
(SDLRS). International Journal of Self-
Directed Learning. 2004. 1(1): 214.
10. Darmayanti T. Self Directed Learning
Readiness Scale : Adaptasi Instrumen
Peneltian Belajar Mandiri. Jurnal
Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh.
2002. 126-36.

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 | 289


Gita Diah Prasasti, Ummatul Khoiriyah| Distribusi Pasien PRB pada Peserta BPJS di Klinik SWA Yogyakarta

Distribusi Pasien PRB pada Peserta BPJS di Klinik SWA Yogyakarta


Tahun 2015-2016

Gita Diah Prasasti, Ummatul Khoiriyah


Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia

Abstrak
Penyakit kronis merupakan penyakit yang paling banyak menyebabkan kematian di dunia, termasuk di Indonesia. BPJS kesehatan
sebagai fasilitator jaminan kesehatan nasional mengupayakan program rujuk balik guna memudahkan akses pelayanan kesehatan bagi
penderita penyakit kronis sehingga diharapkan mampu menekan angka kematian akibat penyakit tersebut.Penelitian ini bertujuan
untuk memaparkan distribusi pasien Program Rujuk Balik (PRB)pada peserta BPJS di Klinik Pratama SWA Yogyakarta tahun 2015-
2016.Metode penelitian adalah deskriptif. Penelitian dilakukan pada September 2016 dengan mengambil data rekam medis peserta
program rujuk balik (PRB) BPJS di Klinik SWA Yogyakarta pada bulan Agustus 2015-Juli 2016. Data yang diperoleh berupa jumlah total
peserta BPJS, jumlah pasien yang dirujuk dan pasien yang termasuk dalam program rujuk balik untuk 9 penyakit kronis yang ditentukan
oleh BPJS.Data yang diperoleh kemudian ditampilkan dalam grafik dan dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan pasien
PRB paling banyak dari kelompok lansia (49.65%) dan jenis kelamin terbanyak adalah laki-laki(55.42%). Jenis penyakit kronis yang paling
banyak diderita pasien PRB adalah hipertensi (40.03%). Ada 42.27% dari total pasien yang dirujuk masuk dalam PRB, dengan penyakit
PRB terbanyak adalah hipertensi (75.89%) dan terendah epilepsi (23.53%). Diperlukan peningkatan peran aktif dari berbagai pihak
terutama pemberi pelayanan kesehatan primer dalam peningkatan upaya promotif dan preventif. Pelayanan kesehatan yang
komprehensif dan terintegrasi menjadi kunci suksesnya pengelolaan penyakit kronis. Simpulan: Angka rujukan untuk penyakit kronis
masih cukup tinggi dan hanya hipertensi yang capaian keberhasilan pengelolaan sesuai indikator Prolanis

Kata kunci: Penyakit kronis, Sistem Rujukan

Distribution PRB Patient of BPJS member of Klinik SWA Yogyakarta


in 2015-2016

Abstract
Chronic diseases are causing the most mortality worldwide, including in Indonesia. BPJS Kesehatan, as national health
assurancefascilitator, provide a Program Rujuk Balik (PRB) in order to ease access to health facility for patients with chronic
disease,hence it is hoped to reduce the mortality caused by the disease. The study aims to determine the distribution of patients with
chronic diseases in the Program Rujuk Balik (PRB) of Klinik Pratama SWA Yogyakarta in 2015-2016. This study is a descriptive study. Data
was gathered from medical records of patients who used BPJS in Klinik SWA Yogyakarta in August 2015 until July 2016. Data alanysis
was done based on the amount of all member of BPJS, patient who was referred and PRB patients for every types of chronic diseases.
The data presented on the table and analysed by descriptive.This study found that the most PRB patient is the geriatric group (49.65%)
and male patients (55.42%) exceed female patients. Hypertension (40.03%) was the most common chronic disease. About
42.27%referred patents is being PRB patient, most of them is hypertension patient (75.89%) and the least is epileptic patient (23.53%).
Active participation required, especially from primary health care provider in improvement of promotive and prefentive care.
Comprehensive health care and integrated system are successful key in management of chronic diseases. Conclusion: referral rate for
chronic disease is still high. Hypertention have reached the goal of Prolanis’ indicator.

Keywords: Chronic Disease, Refferal System

Korespondensi: dr. Gita Diah Prasasti, alamat Perum Panggungan Baru 29 Yogyakarta, HP. 085292334422, email:
prasasti_gita@ymail.com

Pendahuluan disebabkan oleh penyakit kronis. Data WHO


Penyakit kronis ,merupakan penyakit yang paling menunjukkan angka kematian di Indonesia sebesar
banyak menyebabkan kematian di dunia. Dari 56 680 per 100.000 papulasi. Angka ini cukup tinggi
juta kematian di dunia pada 2012, 38 juta bila dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 | 290


Gita Diah Prasasti, Ummatul Khoiriyah| Distribusi Pasien PRB pada Peserta BPJS di Klinik SWA Yogyakarta

seperti Singapura (265 per 100.000) dan Malaysia pelayanan kesehatan bagi peserta BPJS diharapkan
(563 per 100.000).12Penyakit kardiovaskuler selalu mampu mempermudah akses pelayanan kepada
masuk dalam 10 besar penyakit terbanyak di penderita penyakit kronis dan membuat
layanan kesehatan di Indonesia dan menjadi penanganan serta pengelolaan penyakit menjadi
penyebab kematian terbanyak, diikuti oleh kanker, lebih efektif.Jenis penyakit yang masuk dalam
penyakit pernapasan kronik dan diabetes mellitus.5 program rujuk balik ini ada 9, yaitu hipertensi,
Penanganan penyakit kronis sering kali jantung, asma, diabetes mellitus, PPOK, epilepsi,
memerlukan biasa yang besar. Padahal 80% faktor stroke, skizofrenia, dan SLE.Tujuan dari penelitian
resiko penyakit kronis dapat dicegah dan ini untuk memaparkan distribusi pasien Program
dikendalikan. Faktor resiko tersebut antara lain Rujuk Balik pada peserta BPJS di Klinik Pratama
merokok, konsumsi alkohol, diet tidak sehat, SWA Yogyakarta tahun 2015-2016.
kegemukan/obesitas, kurangnya aktifitas fisik,
serta peningkatan tekanan darah, kadar glukosa Metode Penelitian
darah dan peningkatan kolesterol.12,13 Sehingga Metode penelitian ini adalah deskriptif.
penanganan yang komprehensif dan terintegrasi Penelitian dilakukan pada September 2016 dengan
dibawah pemerintahan masing-masing negara mengambil data rekam medis peserta program
berperan penting untuk mengatasi masalah ini. rujuk balik (PRB) BPJS di Klinik SWA Yogyakarta.
Di Indonesia, pemerintah berusaha Data yang digunakan adalah data pada bulan
memberikan kepastian perlindungan dan Agustus 2015-Juli 2016.Data yang diperoleh berupa
kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat melalui jumlah total peserta BPJS, jumlah pasien yang
Sistem Jaminan Sosial Nasional(SJSN), dengan dirujuk dan pasien yang termasuk dalam program
menetapkan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial rujuk balik untuk 9 penyakit kronis yang sesuai
(BPJS) sebagai fasilitator berdasarkan Undang- dengan cakupan BPJS. Data yang diperoleh
Undang No. 24 tahun 2011.Mengacu pada SE kemudian ditampilkan dalam tabeldan dianalisis
Menkes 32 tahun 2014 tentang pelaksanaan secara deskriptif.
pelayanan kesehatan bagi peserta BPJS kesehatan
pada faslitas pelayanan kesehatan tingkat pertama Hasil
dan fasilitas kesehatan tingkat lanjutan dalam Rata-rata jumlah peserta BPJS di klinik SWA
penyelenggaraan program jaminan kesehatan dan Yogyakarta pada periode Agustus 2015-Juli2016
SE Direktur Pelayanan No.47 tahun 2014 tentang adalah 12.012 orang.Dari jumlah tersebut,
program pelayanan rujuk balik bagi peserta sebanyak 572 peserta menderita penyakit kronis
jaminan kesehatan nasional, BPJS kesehatan dan masuk dalam program rujuk balik (responden
mencanangkan program rujuk balik bagi penderita penelitian).Karakteristik responden dapat dilihat
penyakit kronis. Program rujuk balik sebagai salah pada tabel 1.
satu program unggulan dalam meningkatkan

Tabel 1. Karakteristik Pasien PRB BPJS kesehatan di Klinik SWA pada Agustus 2015-Juli 2016
No. Karakteristik Keterangan Jumlah %
1. Usia <18 tahun 50 8.74

18-59 tahun 238 41.61

≥60 tahun 284 49.65


2. Jenis kelamin laki-laki 317 55.42
Wanita 255 44.58

3. Penyakit Hipertensi 229 40.03


DM 77 13.46
penyakit Jantung 65 11.36
PPOK 17 2.98

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 | 291


Gita Diah Prasasti, Ummatul Khoiriyah| Distribusi Pasien PRB pada Peserta BPJS di Klinik SWA Yogyakarta

Asma 133 23.25


Epilepsi 8 1.4
Skizofrenia 5 0.88
Stroke 38 6.64
SLE 0 0
Total 572 100

Tabel 2. Distribusi PRB berdasarkan variasi usia


penyakit kronis anak dan remaja Dewasadan prelansia lansia≥60 tahun
<18 tahun 18-59
n % N % n %
HT 0 0 131 43.81 168 56.19
DM 0 0 43 55.84 34 44.16
Penyakit jantung 0 0 27 41.54 38 58.46
PPOK 0 0 2 11.76 15 88.24
Asma 44 33.08 78 58,65 11 8.27
Epilepsi 5 62.5 3 37.5 0 0
Skizofrenia 0 0 5 100 0 0
SLE 0 0 0 0 0 0
Stroke 1 2.63 19 50 18 47.37
Total 50 238 284

Dari tabel 2. Dapat disimpulkan bahwa PRB banyak diderita oleh pasien lansia.penyakit DM (
untuk penyakit Asma paling banyak diderita oleh 55.84%). Ada pasien PRB dari kelompok usia anak
kelompok usia anak dan remaja (33.08%) serta dan remaja untuk penyakit stroke (2.63%). Pasien
kelompok usia dewasa dan pre lansia PRB penyakit skizofrenia semuanya berasal dari
(56.65%).Sedangkan penyakit jantung(58.46%), kelompok usia dewasa dan pre lansia, serta tidak
hipertensi (56.19%), dan PPOK (88.24%) paling ada lansia yang menderita skizofrenia dan epilepsi.

Tabel 3. Distribusi PRB berdasarkan jenis kelamin


No. Penyakit kronis Jenis kelamin
Laki-laki Wanita
N % n %
1 HT 149 49.83 150 50.17
2 DM 27 35.07 50 64.93
3 Penyakit Jantung 40 61.54 25 38.46
4 PPOK 15 88.24 2 11.76
5 Asma 56 42.11 77 57.89
6 Epilepsi 4 50 4 50
7 Skizofrenia 3 60 2 40
8 Stroke 23 60.53 15 39.47
9 SLE 0 0 0 0
Total 317 255
JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 | 292
Gita Diah Prasasti, Ummatul Khoiriyah| Distribusi Pasien PRB pada Peserta BPJS di Klinik SWA Yogyakarta

Tabel 3 menunjukkan bahwa pasien PRB jenis kelamin wanita terbanyak daripada laki-
yang perbandingan laki-laki nya lebih besar laki berasal dari kelompok penyakit DM
daripada wanita ada pada penyakit PPOK (64.93%) diikuti dengan Asma.
(61.54%) diikuti penyakit jantung, stroke dan
skizofrenia. Sedangkan pasien PRB dengan

Tabel 4.Distribusi rujukan dan PRB untuk 9 penyakit kronis


penyakit kronis prevalensi Rujukan PRB Tidak dirujuk
balik
n perbandingan n % n %
dengan
prevalensi (%)
Hipertensi 1005 394 39.20 229 75.89 165 24.11
DM 563 326 57.90 77 23.62 249 76.38
Penyakit jantung 190 138 72.63 65 47.10 73 52.90
PPOK 25 19 76 17 89.47 2 10.53
Asma 227 161 70.93 133 82.61 28 17.39
Epilepsi 42 34 80.95 8 23.53 26 76.47
Skizofrenia 13 13 100 5 38.46 8 61.54
SLE 0 0 0 0 0 0 0
Stroke 136 125 91.91 38 30.4 87 69.4
Total 2201 1210 54.98 572 42.27 638 52.73

Dari tabel 4 dapat dilihat bahwa Dari tabel 1.dapat dilihat bahwa
sebanyak 1210 (54.98%) kasus dari total 2201 penderita penyakit kronis terbanyak berada
kasus penyakit kronis yang masuk dalam pada kelompok usia lansia (44.58%), dan
cakupan PRB dirujuk dari fasilitas pelayanan paling rendah pada kelompok usia anak dan
kesehatan primer ke fasilitas layanan remaja (8.74%). Namun, kelompok usia
kesehatan lanjutan. Semua pasien skizofren dewasa dan pre lansia, jumlah penderita
dirujuk ke fasilitas kesehatan lanjut, Sebagian penyakit kronis juga cukup tinggi. Sedangkan
besar pasien PPOK (89.47%), Asma (82.61%) menurut jenis kelamin, pasien PRB laki-laki
dan Hipertensi (75.89%)yang dirujuk (55.42%) sedikit lebih tinggi daripada
dikembalikan lagi ke fasilitas kesehatan primer wanita.Berdasarkan jenis penyakitnya, pasien
(PRB) setelah mendapatkan penanganan PRB paling banyak menderita penyakit
lanjutan. Sedangkan sebagian besar penyakit hipertensi (40.03%) dan paling sedikit epilepsi
DM (76.38%), penyakit jantung (52.90%), (1.4%). Tidak ada pasien PRB yang menderita
epilepsi (76.47%), skizofrenia dan stroke SLE.
(69.4%) tetap dikelola di fasilitas kesehatan Penyakit kronis disebut juga
lanjut. noncommunicable diseases (NCDs),memiliki
durasi penyakit yang lama dan secara umum
Pembahasan progresifitasnya lambat sehingga
Karakteristik responden dibagi dalam 3 meningkatnya prevalensi penyakit kronis
kriteria yaitu usia, jenis kelamin dan jenis terjadi seiring dengan bertambahnya usia.12,15
penyakit kronis yang diderita. Kategori usia Hasil ini tidak berbeda dengan penelitian di
dapat dibagi menjadi anak-anak, remaja, Ugandaoleh Murphy GA tahun 2013 yang
dewasa, pra lansia dan lansia.5 Masing-masing menunjukkan hasil kejadian penyakit kronis
kategori tersebut dibagi lagi dalam sub meningkat seiring dengan pertambahan usia
kategori yang lebih detail. Namun ,pada baik pada laki-laki maupun wanita. Walaupun
penelitian ini penulis hanya mengelompokkan jika ditinjau dari jenis penyakit kronis yang
secara garis besar menjadi 3 kategori yaitu diderita serta faktor resiko yang dimiliki,maka
usia <19 tahun untuk anak dan remaja, usia akan ada perbedan prevalensi antara laki-laki
20-59 tahun untuk dewasa dan pre-lansia, dan wanita.Pada penelitian yang dilakukan di
usia ≥ 60 tahun untuk lansia. Surakarta menunjukkan hasil peserta BPJS
JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 | 293
Gita Diah Prasasti, Ummatul Khoiriyah| Distribusi Pasien PRB pada Peserta BPJS di Klinik SWA Yogyakarta

paling banyak dari kelompok usia>60 tahun cerebral palsy sehingga kemungkinan rujukan
(22.7%) jenis kelamin terbanyak adalah laki- masuk sebagai kelompok penyakit tersebut.
laki (70.1%). Kejadian penyakit kronis yang Tingginya kejadian penyakit kronis
meningkat seiring usia dan kepesertaan BPJS pada usia lansia dan dewasa-pre lansia sesuai
yang dominan dari kelompok lansia dan jenis dengan latar belakang dicanangkannya
kelamin laki-laki dapat berkontribusi pada program PRB oleh BPJS kesehatan. Adapun
tingginya angka peserta PRB dari kelompok program ini dilatarbelakangi oleh beberapa
usia dan jenis kelamin tersebut. Penyakit yang faktor antara lain:
paling banyak dirujuk adalah penyakit kronis 1. adanya peningkatan kelompok peserta
dengan komplikasi, dengan kategori penyakit usia lanjut sehingga dimungkinkan terjadinya
terbanyak adalah CVD.Hipertensi dan penyakit peningkatan resiko terhadap penyakit kronis,
kardiovaskuler lainnya memilki angka 2. pengobatan penyakit kronis dilakukan
kesakitan dan kematian yang paling tinggi di oleh semua umur dan dalam jangka waktu
Indonesia dibandingkan dengan penyakit lama sehingga menyebabkan peningkatan
kronis lainnya.5,10 Sehingga angka rujukan biaya pelayanan kesehatan
untuk penyakit ini lebih tinggi dibandingkan 3. panjangnya antrian dan waktu tunggu di
dengan rujukan dari penyakit lain. rumah sakit.
Kejadian Asma paling tinggi pada Program unggulan BPJS ini diharapkan
kelompok usia 15-44 tahun (5.7%).1 Namun mampu meningkatkan aksesibilitas
hasil berbeda pada penelitian di Nepal yang masyarakat.3
menunjukkan prevalensi asma lebih tinggi Jika ditinjau dari jenis kelamin
pada anak-anak daripada usia dewasa dan penderita, hasil yang ditunjukkan table 3
lansia. Profil penyakit di Indonesia juga sesuai dengan data Riskesdasmenunjukkan
menunjukkan bahwa penyakit cardiovascular penyakit paru kronis dan penyakit
menjadi penyebab kematian terbanyak cardiovascular paling banyak diderita oleh
terutama pada lansia (37%).14 Sehingga laki-laki, sedangkan untuk penyakit DM lebih
rujukan untuk kasus ini juga lebih tinggi banyak pada wanita.Hal ini terkait dengan
dibandingkan dengan penyakit kronis lainnya. faktor resiko yang dimiliki.Kebiasaan merokok
Penelitian di Canada menunjukkan lebih banyak dilakukan oleh laki-laki sehingga
episode pertama skizofrenia sering muncul resiko untuk penyakit cardiovascular dan
pada usia muda (20-30 tahun), sehingga angka penyakit paru kronis lebih tinggi.Sedngakan
rujukan kasus pada kelompok usia tersebut wanita lebih beresiko obesitas sehingga angka
tinggi.6 kejadian penderita DM lebih banyak pada
Pada kelompok usia anak dan remaja wanita.9
terdapat 1 kasus stroke (2.63%), walaupun Pasien penyakit kronis yang tidak dapat
kejadiannya jauh lebih rendah dibandingkan ditangani secara komprehensif di layanan
pada kelompok usia dewasa dan lansia. kesehatan primer akan dirujuk ke fasilitas
Penelitian di Canada oleh The Heart and pelayanan kesehatan lanjutan. Setelah
Stroke Foundation of Canada membuktikan mendapat penanganan, pasien akan terbagi
bahwa 6 dari 100.000 anak-anak mengalami dalam 2 kategori yaitu pasien PRB dan non
stroke, dan sepertiganya terjadi pada bayi PRB (tabel 4). Tiga perempat penderita
baru lahir. Pada kasus stroke anak, biasanya Hipertensi (75.89%) yang dirujuk dikembalikan
gejala dan tandanya tidak terlalu jelas. Gejala ke layanan kesehatan primer sebagai pasien
muncul dapat berupa kejang-kejang dan henti PRB setelah kondisinya stabil. Angka ini sesuai
napas sehingga dapat diduga sebagai penyakit dengan tujuan PROLANIS yaitu mendorong
lain. Selain itu pemeriksaan otak pada anak pasien penyandang penyakit kronis mencapai
tidak selalu dilakukan sehingga kejadian stroke kualitas hidup optimal dengan indikator 75%
pada anak secara statistik angka kejadiannya peserta terdaftar yang berkunjung ke fasilitas
rendah.Padahal dimungkinkan frekuensinya kesehatan tingkat pertama memiliki hasil
lebih besar dari yang pernah diteliti.Dari “baik” sesuai panduan klinis terkait sehingga
publikasi yang dilakukan oleh Annals of dapat mencegah timbulnya komplikasi
Neurology menyebutkan bahwa stroke pada penyakit. Program Pengelolaan Penyakit
bayi dan anak sering kali menimbulkan Kronis (PROLANIS) adalah sistem pelayanan
masalah jangka panjang seperti epilepsi dan kesehatan dan pendekatan proaktif yang
JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 | 294
Gita Diah Prasasti, Ummatul Khoiriyah| Distribusi Pasien PRB pada Peserta BPJS di Klinik SWA Yogyakarta

dilaksanakan secara terintegrasi yang banyak faktor antara lain masih rendahnya
melibatkan peserta, fasilitas kesehatan dan skrining riwayat kesehatan dan skrining
BPJS dalam rangka pemeliharaan kesehatan preventif sekunder serta hasil skrining belum
bagi peserta BPJS yang menderita penyakit ditindaklanjuti fasilitas kesehatan tingkat
kronis mencapai kualitas hidup optimal pertama.3
dengan biaya kesehatan yang efektif dan Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil
efisien.3 Namun saat ini kategori penyakit pengolahan data luaran aplikasi Lupis BPJS
kronis yang masuk dalam pengelolaan prolanis dari januari-agustus 2015 jumlah peserta yang
baru hipertensi dan DM saja, belum mencakup telah melaksanakan skrinning primer
9 penyakit yang ada di PRB. kesehatan hanya 12.74% dari target, dan
Pasien hipertensi dan DM yang sudah untuk penyakit DM hanya 0,03% saja.
stabil sesuai prosedur akan dikembalikan ke Rendahnya skrining sebagai early diagnosis
layanan kesehatan primer sebagai pasien PRB menyebabkan pasien terdiagnosis DM dalam
dan diikutkan dalam Prolanis. Pada Prolanis, sebagian sudah dalam kondisi lanjut atau
pasien hipertensi dan DM dilayanan dengan komplikasi seperti kaki diabetes/ulkus,
kesehatan primer tidak hanya retinopati maupun komplikasi lainnya.Hal ini
mendapatkanpengobatan saja tetapi juga dapat menyebabkan pasien tidak dapat
ditekankan pada promotif dan preventif. dikelola di layanan kesehatan primer dan
Sehingga angka rujuk balik ada hipertensi harus dirujuk ke layanan kesehatan lanjut.
cukup besar. Berdasarkan Buku Panduan Namun keparahan penyakit yang diderita
Pelaksanaan Prolanis sesuai dengan Peraturan menyebabkan hanya sejumlah kecil pasien yng
No. 12 tahun 2013 tentang jaminan dapat dirujuk balik ke PPK 1,
kesehatan, pasien hipertensi akan diberi sisanyamendapatkan tatalaksana lanjutan
edukasi/konsultasi medis,pementauan oleh spesialis/subspesialis.Dalam 4 pilar
kesehatan, aktifitas klub, home penatalaksanaan DM, 3 pilar utamanya
visite,reminder, dan mentoring Faskes primes merupakan upaya promotif dan kuratif,
oleh Faskes lanjutan. Aplikasi kegiatan selain seperti edukasi, nutrisi dan aktifitas.Hasil
pengobatan penyakit dapat berupa senam penelitian ini menunjukkan rendahnya PRB
prolanis, edukasi gizi dan lain-lain. Sehingga pada pederita DM yng dimungkinkan masih
diharapkan setelah pasien hipertensi stabil rendahnya skrining yang telah dilakukan
dan dikembalikan ke fasilitas kesehatan ataupun tindak lanjut hasil skrining yang
primer, pasien dapat mengelola faktor resiko belum maksimal.
dan menurunkan terjadinya komplikasi Untuk penyakit Jantung hasil penelitian
penyakit, yang pada akhirnya dapat menekan ini juga sesuai dengan hasil pengolaan data
pembiayaan kesehatan serta angka rujukan. Lupis BPJS tahun 2015 bahwa skrining
Walaupun pada penelitian yang dilakukan oleh terhadap pasien yang beresiko penyakit
Novita tahun 2015 menunjukkan bahwa baru jantung masih rendah yaitu 0.14%.Sehingga
4 dari 7 kegiatan dalam prolanis yang pasien yang dirujuk sebagian besar
dilaksanakan oleh puskesmas sebagai pemberi memerlukan perawatan intensif hingga
pelayanan kesehatan 1 (PPK 1). Di klinik SWA, penanganan invasive.Data ini juga didukung
7 kegiatan sudah dilakukan dengan baik dan dengan adanya peningkatan pembiayaan
rutin sehingga indikator penderita yang di untuk penyakit jantung yang dirawat di rumah
rujuk balik bisa tercapai lebih dari 75%. sakit.Rendahnya rujuk balik juga terjadi pada
Prevalensi nasional penyakit diabetes penyakit stroke. Jika ditinjau lebih lanjut,
mellitus adalah 1.5 %, meningkat 0.4% faktor resiko penyakit cardiovascular ini
daripada riset yang dilakukan tahun 2007. sebagian dapat dimodifikasi, termasuk faktor
Pada penelitian ini, pasien yang dirujuk balik resiko hipertensi. Namun, tingginya angka PRB
tidak mencapai seperempat dari total pasien pada penderita hipertensi di klinik SWA yang
penyakit DM yang dirujuk. Artinya lebih dari telah mencapai indikator keberhasilan
tiga perempat pasien yang dirujuk dalam Prolanis, maka dapat dimungkinkan
kondisi cukup berat/tidak stabil sehingga tidak rendahnya PRB cardiovascular yang lain
dapat dilakukan penanganan di layanan karena masih kurangnya skrining terhadap
kesehatan primer.Rendahnya angka rujuk pasien terhadap komplikasi/progresifitas
balik penyakit DM dapat disebabkan oleh penyakit.
JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 | 295
Gita Diah Prasasti, Ummatul Khoiriyah| Distribusi Pasien PRB pada Peserta BPJS di Klinik SWA Yogyakarta

Epilepsi dan skizofrenia juga memiliki tinggi dan hanya hipertensi yang capaian
prevalensi yang tidak terlalu besar keberhasilan pengelolaan sesuai indikator
dibandingkan dengan penyakit kronis lain. Prolanis. Diperlukan upaya yang lebih
Padahal jika merujuk pada data Riskesdas maksimal guna menekan angka rujukan dan
2013, prevalensi penyakit skizofrenia dan meningkatkan kemampuan kelola PRB, salah
gangguan jiwa lainnya sebesar 1.7 per mil satunya dengan melaksanakan secara optimal
dengan prevalensi terbanyak di Yogyakarta tindakan promotif preventif untuk masing-
(2.7 per mil). Insidensi skizofrenia sendiri masing penyakit kronis.
sekitar 0.01% setiap tahunnya.Meskipun saat
ini pemerintah melalui BPJS telah Acknowledgement
memasukkan skizofren dalam cakupan Peneliti mengucapkan terima kasih
penyakit kronis PRB, namun persentase kepada Pimpinan Fakultas Kedokteran Islam
rujukan masih rendah dibandingkan penyakit Indonesia yang telah memberikan bantuan
lain. Kurangnya dukungan keluarga, adanya dana bagi penelitian ini. ucapan terima kasih
stigma sosial negatif dan mitos di masyarakat pula bagi Direktur dan staf administrasi Klinik
dapat berkontribusi pada minimnya angka SWA Yogyakarta atas bantuannya sehingga
rujukan penyakit skizofrenia. Sebanyak 80% penelitian ini dapat terlaksana.
penderita skizofrenia di Indonesia tidak
diobati dan tidak tertangani dengan optimal.
Daftar Pustaka
Semua pasien skizofrenia dan sebagian
besar pasien epilepsi dirujuk ke pelayanan 1. Badan Penelitian dan Pengembangan
kesehatan lanjutan, namun hanya sebagian Kesehatan Kementrian Kesehatan RI.
kecil saja yang dikembalikan sebagai PRB, Riset Kesehatan Dasar. 2013.Diakses
masing-masing 38.46% dan 23.53%. jika dilihat pada 15 September 2016 dari
dari faktor resiko penyakit, sebagian http://litbang.depkes.go.id
merupakan faktor resiko yang tidak dapat 2. BPJS Kesehatan. Panduan Praktis Gate
dimodifikasi, Selain itu kompetensi untuk Keeper Concept Faskes BPJS Kesehatan.
penanganan kasus tersebut ada di level 3B Jakarta: Humas BPJS. 2014.
dan 3A sehingga tidak dapat di tata laksana 3. BPJS Kesehatan. Panduan Praktis
secara tuntas di layanan kesehatan primer. Program Rujuk Balik bagi Peserta
Penelitian yang dilakukan di America BPJS.Jakarta: Humas BPJS. 2014.
pada tahun 2007-2009 menunjukkan 4. BPJS Kesehatan. Mekanisme Program
prevalensi SLE sebesar 178 per 100.000 jiwa Rujuk Balik Pada Penyakit Kronis Bagi
dengan insidensi 2.7 per 100.000 jiwa.Yayasan Peserta Jaminan Kesehatan Nasional.
Lupus Indonesia menyebutkan jumlah 2014. Diakses pada September 2016 dari
penderita SLE meningkat yaitu 6950 pada http://binfar.depkes.go.id/v2/wp-
tahun 2004 dan menjadi 8018 pada 2007. content/uploads/2014/05/paparan-BPJS
Peningkatan ini disebabkan kurangnya tenaga 5. Ditjen Bina Upaya Kesehatan. Profil
medis yang mampu menangani penyakit SLE Kesehatan Indonesia.Jakarta: Kemetrian
serta tidak adanya pemahaman dan Kesehatan. 2010.
perkembangan pada penyakit ini.10 Hasil 6. Division of Mental Health and
berbeda didapatkan pada penelitian ini Prevention of Substance Abuse.
dimana tidak ada pasien yang terdiagnosis dan Schizophrenia and Public Health.
dirujuk pada kelompok penyakit SLE. Hal ini Geneva:WHO. 2010
dapat disebabkan underdiagnosis karena 7. European Society of Cardiology.
gejala dan tanda yang muncul sering kali tidak European Guidelines on Cardiovascular
spesifik. Disease Prevention in Clinical Practice.
2016.
Kesimpulan 8. Konsil Kedokteran Indonesia. Standar
Penyakit kronis paling banyak diderita Kompetensi Dokter Indonesia edisi
oleh usia lanjut, dengan kategori penyakit kedua. Jakarta: Konsil Kedokteran
yang paling banya diderita adalah dari Indonesia. 2012.
kelompok penyakit cardiovascular. Angka
rujukan untuk penyakit kronis masih cukup
JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 | 296
Gita Diah Prasasti, Ummatul Khoiriyah| Distribusi Pasien PRB pada Peserta BPJS di Klinik SWA Yogyakarta

9. PERKENI. Konsesus Pengelolaanan


Pencegahan Diabetes Melitus tipe 2 di
Indonesia. 2006.
10. Sudoyo, A. W., et al. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid II edisi VI. Jakarta:
Interna Publishing. 2014.
11. Taylor, R. Measuring Healthy Days,
Population Asseeement of Health-
Related Quality of Life. CDC. 2000
12. WHO. Non Communicable Diseases.
2013.Diakses 15 September 2016 dari
http://www.who.int/mediacentre/factsh
eet/fs355/en
13. WHO. 10 Facts on Non Communicable
Diseases. 2013. Diakses 15 September
2016 dari
http://www.who.int/features/factfile/no
ncommunicable_diseases/en
14. Yenny, Herwana. Prevalensi Penyakit
Kronis dan Kualitas pada Lanjut Usia di
Jakarta Selatan. Jakarta: Universa
Medicina . 2006

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 | 297


Nur Melani Sari dkk | Korelasi Tingkat Kepuasan Mahasiswa Program Studi Profesi Dokter (PSPD) Dan Nilai Ujian
Kompetensi Mahasiswa Program Profesi Dokter (UKMPPD)

Korelasi Tingkat Kepuasan Mahasiswa Program Studi Profesi Dokter (PSPD)


dan Nilai Ujian Kompetensi Mahasiswa Program Profesi Dokter (UKMPPD)

Nur Melani Sari1, Hanifa Affiani2, Sari Puspa Dewi3, Kurnia Wahyudi3, Achadiyani4, Susi
Susanah1, Dany Hilmanto1
1
Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran
2
Program Studi Sarjana Kedokteran Universitas Padjadjaran
3
Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran
4
Departemen Anatomi, Fisiologi dan Biologi Sel, Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran

Abstrak
Proses penjaminan mutu kualitas sistem pembelajaran merupakan hal strategis yang diimplementasikan institusi
pendidikan. Pengukuran tingkat kepuasan mahasiswa adalah salah satu metode evaluasi kualitas pelayanan pendidikan,
sedangkan hasil UKMPPD adalah aspek lain evaluasi untuk menilai luaran. Kedua metode tersebut bermanfaat sebagai alat
ukur bagi insitusi pendidikan untuk menentukan kekuatan dan mengidentifikasi area yang memerlukan perbaikan.Tujuan
penelitian untuk mengetahui korelasi antara tingkat kepuasan mahasiswa PSPD dengan nilai OSCE dan CBT UKMPPD.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan desain potong lintang. Subjek penelitian adalah mahasiswa
PSPD angkatan 2015–2016 yang telah menyelesaikan seluruh rotasi klinik. Jumlah sampel penelitian 97 orang, ditentukan
melalui teknik sampling acak. Kuesioner terdiri dari 31 pertanyaan disusun menggunakan adaptasi Servqual dengan
menentukan kesenjangan (gap) antara harapan dan persepsi menggunakan skala Likert1–5. Penilaian dilakukan terhadap 5
domain yaitu keandalan, jaminan, bukti fisik, empati, dan daya tanggap. Pengambilan data kuesioner dilakukan 1 bulan
sebelum dilakukan UKMPPD. Metode korelasi Spearman digunakan untuk mengolah data penelitian. Hasil penelitian
didapatkan nilai rerata UKMPPD CBT dan OSCE masing-masing adalah 81,6+ 3,4 SD dan 77,76+4.5 SD, sedangkan tingkat
kepuasan mahasiswa PSPD rata-rata rendah pada seluruh domain dengan aspek keandalan (tangibles) yang memiliki tingkat
kepuasan paling rendah. Analisis korelasi antara tingkat kepuasan rata-rata dan ujian akhir UKMPPD CBT atau OSCE
UKMPPD didapatkan korelasi negatif masing-masing rs= -0,11 95% CI (-0.31-0.09) p = 0,26; rs = -0,06 95% CI (-0.28-0.15) p =
0,52). Analisa lanjutan tiap domain menunjukkan korelasi negatif yang tidak signifikan. Tingkat kepuasan mahasiswa PSPD
tidak berkorelasi dengan hasil UKMPPD. Tingkat kepuasan mahasiswa harus turut menjadi perhatian dari fakultas melalui
inovasi program pendidikan kedokteran yang transformatif

Kata kunci: Program Studi Profesi Dokter, servqual, tingkat kepuasan mahasiswa,UKMPPD [JK Unila. 2016; x(x):xx-xx]

The Correlation between Student Satisfaction and National Medical


Competence Examination (UKMPPD) Score
Abstract
Continuous assessments of the quality learning system are mandatory. The measurement of student satisfaction is one of
the component evaluations of learning system, whereas the final exam result is the other aspect of outcome assessment.
Both can be useful for faculty to help them determined their strengths and identified areas for improvement. The aim of
this study to investigate the correlation between students’ satisfaction and study performance through UKMPPD score. This
was a descriptive analytic study with cross sectional design. All the students met the inclusion criteria were enrolled to the
study (n: 97) through simple random sampling. Inclusion criteria were clerkship program student batch 2015-2016 who
completed all the clinical rotation, the exclusion was the uncompleted questionnaire item. The questionnaire consists of 31
questions to which student were asked to respond five point Likert scale on 5 domains (reliability, assurance, tangibles,
empathy, and responsiveness). Each domain classified as expectation and reality section. The questionnaire was taken 1
month before UKMPPD was held. Competency test was referred to Competency Exam Student Doctor Profession Program
(UKMPPD) consisted of CBT and OSCE score. The correlation between gap score and score of CBT/OSCE analyzed by
Spearman methods. The study found that the learning process in clerkship program did not meet the expectations of
students in all five dimensions of service quality. The correlation analysis between the gap score and final exam(CBT or
OSCE) were observe that there were low negative correlation rs= -0.11 95%CI (-0.31–0.09)p=0.26; rs= -0.06 95%CI (-0.28–
0.15) p=0.52) respectively. The satisfaction level was not correlated with the national competency exam result. This
discrepancy results should also be a major concern from the faculty to innovate transforming program

Key words: clerkship program, competency exam, satisfaction level, servqual questionnaire

Korespondensi : dr. Nur Melani Sari, Sp.A, MKes ‫׀‬Gedung Fakultas Kedokteran Unpad, Jalan Eijkman no 38 Bandung ‫ ׀‬Hp :
08122078824 ‫ ׀‬E-mail : nur.melani. sari@unpad.ac.id

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 | 298


Nur Melani Sari dkk | Korelasi Tingkat Kepuasan Mahasiswa Program Studi Profesi Dokter (PSPD) Dan Nilai Ujian
Kompetensi Mahasiswa Program Profesi Dokter (UKMPPD)

Pendahuluan memuaskan jika memiliki kualitas yang baik.


Pembelajaran adalah proses interaksi Kepuasan mahasiswa terhadap pembelajaran
peserta didik dengan pendidik dan sumber dapat diukur dari lima dimensi kualitas dimana
belajar pada suatu lingkungan belajar. secara keseluruhan kelima dimensi kualitas ini
Pembelajaran merupakan suatu sistem yang berpengaruh secara signifikan terhadap
terdiri dari beberapa unsur, yaitu masukan, kepuasan.7 Perguruan tinggi dan universitas
proses, dan hasil sehingga terdapat tiga jenis melakukan survei kepuasan mahasiswa dengan
evaluasi dalam pembelajaran, yaitu evaluasi asumsi bahwa mahasiswa yang puas
masukan, evaluasi proses, dan evaluasi hasil cenderung tampil lebih baik, namun penelitian
pembelajaran. Dalam praktik pembelajaran untuk melihat aspek ini sangat terbatas serta
secara umum, pelaksanaan evaluasi hasilnya masih saling kontroversi, sedangkan
pembelajaran ditekankan pada evaluasi proses hubungan dengan aspek pendidikan lainnya
belajar dan evaluasi hasil belajar karena kedua masih diperdebatkan.7,8 Penelitian sebelumnya
jenis evaluasi tersebut dapat digunakan untuk telah berusaha menghubungkan kepuasan
mengetahui kekuatan dan kelemahan dengan prestasi akademik seperti nilai indeks
pelaksanaan dan hasil pembelajaran sehingga prestasi kumulatif (IPK), sedangkan penelitian
dapat dijadikan sebagai bahan dan dasar yang menghubungkan dengan exit exam belum
memperbaiki kualitas proses pembelajaran ada yang melakukan.10 Tujuan penelitian ini
dalam khazanah penjaminan mutu.1 untuk mengetahui korelasi kualitas pelayanan
Pendidikan tinggi tanpa disadari telah pendidikan program studi profesi dokter dalam
bergeser menjadi bisnis global dan institusi 5 dimensi terhadap nilai OSCE dan CBT
pendidikan harus terus mengeksplorasi UKMPPD
peningkatan kualitas pelayanan pada
mahasiswa.2 Tantangan menghadapi Metode
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada tahun Penelitian ini merupakan penelitian
2015 telah menuntut institusi pendidikan pontong lintang dilakukan bulan Juli 2016 di
meningkatkan kualitas pelayanan pada peserta Program Studi Profesi Dokter Fakultas
didik, karena hal tersebut merupakan salah Kedokteran Universitas Padjadjaran. Inklusi
satu atribut kompetitif institusi selain aspek penelitian adalah mahasiswa angkatan 2015-
inovasi dan hasil penelitian.3 Oleh karena itu, 2016 dan telah melewati seluruh rotasi
penilaian kualitas pelayanan pendidikan tinggi Departemen, sedangkan eksklusi penelitian
dapat memberikan kontribusi penting dan adalah mahasiswa yang tidak lengkap mengisi
masukan yang akan berguna untuk manajemen kuesioner. Jumlah sampel penelitian adalah 97
dan staf untuk terus meningkatkan kualitas orang. Studi kuesioner terdiri dari 2 bagian
pendidikan. Walaupun tidak seperti industri yaitu: karakteristik demografi mahasiswa
jasa, pendidikan tinggi memerhatikan tingkat seperti usia, jenis kelamin, warga negara, dan
kepuasan mahasiwa karena dampak potensial IPK rata-rata program profesi. Bagian Kedua,
terhadap motivasi, retensi, upaya perekrutan, kuesioner adopsi SERVQUAL digunakan untuk
dan proses pengadaaan dana.4 Kualitas layanan menilai harapan dan persepsi kualitas yang
pendidikan yang menekankan pada aspek terdiri dari 31 pertanyaan yang mewakili 5
kepuasan mahasiwa adalah bidang baru yang dimensi kualitas tangibles (8 item), kehandalan
menyedot perhatian di negara berkembang (13 item), responsiveness (3 item), jaminan (3
termasuk Indonesia, hanya penelitian pada item) dan empati (4item). Skala SERVQUAL
institusi pendidikan kedokteran sangat diterjemahkan ke bahasa Indonesia dan telah
terbatas.5,6 dilakukan uji validasi dan reabilitas kuesioner
Penilaian kepuasan pelayanan dengan pada 30 subjek. Pengukuran validitas
metode SERVQUAL merupakan metode yang menggunakan rumus teknik korelasi product
dapat menggambar ekspektasi (harapan) dan momen, yaitu hasil perhitungan didapatkan
persepsi mahasiswa terhadap pelayanan di nilai r hitung kuesioner penelitian > r tabel.
institusi pendidikan (realitas). Kepuasan adalah Sedangkan untuk perhitungan uji reliabilitas
perasaan senang atau kecewa seseorang yang menggunakan rumus perhitungan alpha
timbul karena membandingkan antara hasil cronbach dimana dari hasil perhitungan
dengan harapan. Sesuatu dianggap

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 | 299


Nur Melani Sari dkk | Korelasi Tingkat Kepuasan Mahasiswa Program Studi Profesi Dokter (PSPD) Dan Nilai Ujian
Kompetensi Mahasiswa Program Profesi Dokter (UKMPPD)

didapatkan nilai alpha kuesioner penelitian > antara dimensi pelayanan total dengan nilai
0,7 ujian UKMPPD, maupun analisis berdasarkan
domain kualitas pelayanan (tabel 3).
Hasil
Pada tabel di bawah ini (tabel 1) Pembahasan
diperlihatkan bahwa penelitian di dominasi Hasil penelitian menunjukkan bahwa
oleh subjek penelitian perempuan, warga harapan mahasiswa melebihi persepsi
negara Indonesia. Performa akademik terhadap realitas yang ada. Lima dimensi
mahasiswa negara Indonesia lebih baik kualitas pelayanan (reliability, responsiveness,
dibandingkan warga negara asing. assurance, empathy dan tangibles) memiliki
kesenjangan. Kesenjangan tertinggi terkait
Tabel 1. Karakteristik Umum Mahasiswa dimensi tangibles sedangkan kesenjangan
Variabel N % mean terendah terlihat pada aspek responsiveness.
Jenis Laki-laki 20 20,6% Hal tersebut sesuai dengan fenoma penilaian
Kelamin Perempu 77 79,4% kualitas pelayan pendidikan tinggi di negara
an berkembang lainnya di wilayah Asia dan Eropa
Warga WNI 71 73,2%
seperti Iran, Pakistan, Thailand, Bangladesh,
Negara WNA 26 26,8%
dan Bosnia, walaupun terdapat dimensi gap
IPK profesi WNI 3,54
dokter WNA 3,42
yang berbeda dari tiap penelitian.2,3,10,13
OSCE WNI 78,87 Temuan dari penelitian ini memiliki
UKMPPD WNA 74,73 beberapa implikasi manajerial sebagai
CBT WNI 82,72 referensi peningkatan kualitas pelayanan
UKMPPD WNA 76,93 melalui perencanaan dan alokasi sumber daya
di tingkat fakultas Universitas Padjadjaran.
Tabel 2. Rata-rata kesenjangan kualitas antara Walapun kesenjangan kualitas negatif di
ekspektasi dan persepsi seluruh dimensi, namun perlu untuk
Dimensi Pelayanan Gap Kualitas memfokuskan sumber daya pada domain
Tangibles -1,34 prioritas dengan tingkat kesenjangan yang
Reliability -0.99 paling besar yaitu pada aspek tangibles. Hal
Responsiveness -0.75 positif yang didapatkan dari penelitian ini
Assurance -0.91 adalah kesenjangan kualitas yang diperoleh
Emphaty -0.87 tidak sebesar dengan penelitian di negara
berkembang lainnya.2,3,10,13,15. Hal yang
Hasil penelitian menunjukkan menyebabkan perbedaan persepsi mahasiswa
kesenjangan kualitas tertinggi terjadi pada terhadap kualitas pelayanan pendidikan di tiap
dimensi tangibles dan terendah pada dimensi institusi dan negara antara lain: latar belakang
rensponsiveness (tabel 2). Analisis korelasi mahasiswa dan asal perguruan tinggi swasta
menggunakan metode Spearman menunjukkan atau negeri.
tidak terdapat hubungan yang bermakna
Tabel 3 Korelasi Tingkat Kepuasan Mahasiswa dan Nilai Ujian UKMPPD (OSCE dan CBT)
Dimensi Pelayanan Nilai UKMPPD
CBT OSCE
Dimensi Pelayanan Total rs= -0,11 95% CI (-0.31-0.09) rs = -0,06 95% CI (-0.27-0.14)
p = 0,26 p = 0,53
Tangibles rs= -0,14 95% CI (-0.32–0.06) rs = -0,12 95% CI (-0.32-0.06)
p = 0,18 p = 0,22
Reliability rs= -0,07 95% CI (-0.27–0.10) rs= -0,06 95% CI (-0,29.32-0.15)
p = 0,43 p = 0,55
Responsive-ness rs= -0,08 95% CI (-0.27–0.10) rs= -0,02 95% CI (-0,19.32-0.22)
p = -0,67 p = 0,8
Assurance rs-0,05 95% CI(-0.24–0.15) rs= -0,09 95% CI(-0.29-0,10)
p=0,57 p = 0,35
Emphaty rs-0,02 95% CI(-0.22–0.18) rs= -0.05 95% CI(-0.25 –0.16)
p=0,82 p= 0.5878

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 | 300


Nur Melani Sari dkk | Korelasi Tingkat Kepuasan Mahasiswa Program Studi Profesi Dokter (PSPD) Dan Nilai Ujian
Kompetensi Mahasiswa Program Profesi Dokter (UKMPPD)

Hal yang dapat dilakukan untuk internal yang tidak dinilai pada penelitian ini
perbaikan pada dimensi tangible adalah meliputi faktor dari dalam diri individu yang
meningkatkan sarana dan prasarana dapat memengaruhi pembelajaran. Faktor
pembelajaran yaitu; perbaikan fasilitas internal meliputi faktor fisiologis dan faktor
ruangan belajar dan akses mendapatkan psikologis. Faktor fisiologis adalah faktor yang
literatur yang terbaru.2 Upaya-upaya ini dapat berhubungan dengan kondisi fisik individu,
melibatkan kerjasama stakeholder fakultas sedangkan faktor psikologis adalah keadaan
kedokteran Universitas Padjadjaran.15 Secara psikologis seseorang seperti kecerdasan atau
umum perbaikan yang dapat dilakukan intelegensi, motivasi, minat, sikap, dan bakat.
fakultas diantaranya adalah meningkatkan Tingkat kepuasan ini lebih menilai faktor
daya tarik visual fasilitas fisik, material dan eksternal dan faktor pendekatan belajar.12
memodernisasi peralatan. Juga administrator Penelitian Mashirosyan dkk di Armenia
harus memperkenalkan jam kerja yang melaporkan bahwa kepuasan terhadap
fleksibel. Kedua, untuk mengatasi dimensi pelayanan pendidikan mempengaruhi prestasi
responsiveness; institusi perlu memberikan akademik (indeks prestasi kumulatif).
layanan yang cepat, menunjukkan kemauan Kepuasan akan meningkatkan performa
untuk membantu, dan menanggapi akademik dan luaran.10 Penelitian ini
pertanyaan mahasiswa. Ketiga, mengenai menemukan hasil yang berbeda dengan
jaminan staf universitas dapat meningkatkan penelitian tersebut karena yang menjadi
kualitas pelayanan lebih dari yang dirasakan indikator prestasi akademik adalah hasil
oleh mahasiswa serta memiliki pengetahuan UKMPPD. Masih rendahnya tingkat kelulusan
yang cukup untuk menjawab pertanyaan UKMPPD nasional 2014-2015 CBT 70%
mahasiswa, dan memastikan bahwa mereka sedangkan OSCE 90%, serta lulusnya UKMPPD
(staf) sopan dan ramah setiap saat untuk sebagai persyarat berpraktik sebagai dokter
mahasiswa. Selain itu, perilaku staf harus menyebabkan dorongan motivasi mahasiswa
menanamkan kepercayaan di kalangan untuk lulus UKMPPD menjadi lebih besar
mahasiswa. Keempat, empati dapat diperkuat terlepas dari tingkat kepuasan mereka
terutama dengan memahami kebutuhan terhadap pelayanan pendidikan.16 Motivasi
khusus siswa dan melihat keluar untuk tersebut bukan hanya dimiliki oleh mahasiswa
kepentingan terbaik mereka di dalam dan di namun institusi juga berperan aktif dalam
luar kelas. Akhirnya, untuk perguruan tinggi persiapan mahasiswa menghadapi UKMPPD.
kehandalan harus berusaha bahwa untuk Keterbatasan penelitian ini adalah
memastikan bahwa mereka menyampaikan penelitian hanya dilakukan pada salah satu
informasi yang benar dan akurat, dan tepat tahap pendidikan dokter, sehingga penelitian
waktu; juga mereka perlu berkomunikasi lebih lanjut perlu dilakukan untuk
dengan jelas ketika layanan akan dilakukan. meningkatkan validitas dengan subjek
Oleh karena itu, lembaga pendidikan tinggi mahasiswa sarjana kedokteran. Penelitian
dapat meningkatkan layanan mereka dalam menggunakan kuesioner selalu terdapat bias
dimensi yang jelas terkait SERVQUAL sesuai pada variabel walaupun secara statistik telah
dengan harapan dan persepsi dari mahasiswa. dikontrol, sehingga untuk menentukan tingkat
Hasil penelitian ini melaporkan tidak kepuasan selain menggunakan kuesioner yang
terdapat korelasi bermakna antara kepuasan teruji diperlukan penilaian melalui wawancara
mahasiswa dengan nilai UKMPPD, hal tersebut (In depth interview) untuk melengkapi
dapat disebabkan jumlah sampel yang lebih penilaian aspek faktor internal.
sedikit dan homogen dibandingkan penelitian
sebelumnya, tidak melibatkan institusi lainnya Simpulan
berkaitan dengan perbedaan ujian saringan Tingkat kepuasan mahasiswa PSPD tidak
masuk dan sumber dana pendidikan. Hasil berkorelasi dengan hasil UKMPPD. Tingkat
UKMPPD adalah multifaktorial, penelitian ini kepuasan mahasiswa harus turut menjadi
menunjukkan bahwa terdapat faktor-faktor perhatian dari fakultas melalui inovasi
lain yang mempengaruhi nilai UKMPPD. program pendidikan kedokteran yang
Proses saringan masuk yang ketat dan faktor transformatif

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 | 301


Nur Melani Sari dkk | Korelasi Tingkat Kepuasan Mahasiswa Program Studi Profesi Dokter (PSPD) Dan Nilai Ujian
Kompetensi Mahasiswa Program Profesi Dokter (UKMPPD)

Daftar Pustaka facilities affect exam results?


1. Undang-Undang Republik Indonesia Facilities.2015;33
Nomor 20 Tahun 2003 Sistem Pendidikan 12. Putrayasa IB. Landasan Pembelajaran. Ed.
Nasional. 8 Juli 2003. Lembaran Negara 1. Bali: Undiksha Press; 2013. Hal. 29-36.
Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 13. Hameed A, Amjad S. Student’s
4301. Jakarta. Satisfaction in higher learning
2. Abu Hasan, H. F., Ilias, A., Abd Rahman, institutions.IJMS; 2011:1:63-77.
R., & Abd Razak, M. Z. (2008). Service 14. Mukhopadhyay DK. Students’ perception
quality and student satisfaction: A case of quality of medical education in a
study at private higher education medical college in west Bengal, India.
institutions. International Business Indian J Public Health.2016;60:4-10
Research. 2008: 1(3), 163–175 15. Legčević, J. (2009). Quality gap of
3. Yousapronpaiboon K. SERVQUAL: educational services in viewpoints of
Measuring higher education service students. Ekonoska Misao Praksa DBK.
quality in Thailand. Procedia - Social and GOD, 18 (2), 279-298.
Behavioral Sciences.2014: 116:1088–109 16. Kemristekdikti.UKMPPD Sebagai
4. Oja, M. Student Satisfaction and Student Penjaminan Mutu Pendidikan
Performance. JARCC.2011: 11,50–56 Kedokteran 2015 Tersedia
5. Aghamolaei T, Zare S. Quality gap of dari:http://ristekdikti.go.id/open-
educational services in viewpoints of 243/.diunduh tanggal 1 Oktober 2016
students in Hormozgan University of
medical sciences. BMC Medical
Education. 2008;8:34.
6. Đonlagić S, Fazlić S. Quality assessment in
higher education using the SERVQUAL
mode.Management.2015; 39–45.
7. Parasurman A, Zeithmal VA. SERVQUAL: A
multiple-Item scale for measuring
consumer perceptions of
servicesquality.Journal of
Retailing.1988;64(1):12–20.
8. Roszkowski MC, Ricci R. Measurement of
Importance in a student satisfaction
questionnaire: comparison of the direct
and indirect methods for establishing
attribute importance. Journal of College
Student Retention: Research, Theory &
Practice.2004;6: 251-271.
9. Schreiner, L. A. Linking student
satisfaction and retention. Research
study:Azusa Pacific University. 2009.
Tersedia dari:
https://www.ruffalonl.com/documents/s
hared/Papers_and_Research/2009/Linkin
gStudentSatis0809.diunduh tanggal 1
Oktober 2016
10. Martirosyan NM, Saxon, D. P., Wanjohi,
R. Student satisfaction and academic
performance in Armenian higher
education.AIJCR. 2014;4(2):1–5.
11. Arnt O. Hopland Ole Henning Nyhus.
Does student satisfaction with school

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 | 302


Utami dan Umatul | Peran Prior Knowledge terhadap Kemampuan Kognitif Mahasiswa Kedokteran dalam Tutorial

Peran Prior Knowledge terhadap Kemampuan Kognitif Mahasiswa


Kedokteran dalam Tutorial

Utami Sulistyo Ningsih, Umatul Khoiriyah


Fakultas Kedokteran, Universitas Islam Indonesia

Abstrak
Dalam metode pembelajaran Problem Based Learning (PBL), diterapkan sistem tutorial yang menggunakan skenario sebagai
trigger. Melalui skenario tersebut mahasiswa dapat membangun suatu bangunan ilmu pengetahuan baru untuk
memperkuat ilmu pengetahuan yang sudah ada sebelumnya. Di setiap akhir skenario pada diskusi tutorial akan di
laksanakan minikuis, sebagai bentuk evaluasi untuk menilai hasil belajar mahasiswa. Melalui minikuis ini kemampuan
kognitif mahasiswa dapat dinilai. Prior knowledge merupakan faktor utama yang akan mempengaruhi pengalaman belajar,
sehingga prior knowledge dapat berperan terhadap kemampuan kognitif mahasiswa dalam bentuk minikuis. Penelitian ini
dilakukan dengan menggunakan metode analisis dengan pendekatan cross sectional. Kemampuan kognitif mahasiswa dapat
diketahui berdasarkan nilai minikuis. Data diperoleh melalui nilai minikuis mahasiswa, yaitu minikuis skenario 3 Blok 2.5
(Trauma and Injury) dan minikuis skenario 5 Blok 3.5 (Adulthood Problem II ). Jumlah sampel sebanyak 117. Data dianalisis
menggunakan uji korelasi Spearman rank, yang terlebih dahulu di uji dengan uji Kolmogorov smirnov untuk mengetahui
distribusi data tersebut. Melalui hasil uji korelasi Spearman rank diperoleh koefisien korelasi (r = 0,101) menunjukkan
kekuatan korelasi lemah. Sedangkan nilai Sig 0,277 (p > 0.05) yang artinya tidak terdapat korelasi yang signifikan antara
variabel yang dihubungkan, yaitu nilai minikuis skenario 3 Blok 2.5 dengan nilai minikuis skenario 5 Blok 3.5. Ini
menunjukkan bahwa prior knowledge belum sepenuhnya berperan terhadap kemampuan kognitif mahasiswa dalam
tutorial. Hal ini mungkin berkaitan dengan aktivasi prior knowledge, skenario yang di sajikan dan peran tutor sebagai
fasilitator.

Kata kunci : nilai minikuis, prior knowledge, tutorial PBL

Prior Knowledge Roles in Relation to Medical Student’s Cognitive Ability in


Tutorial
Abstract
In the Problem Based Learning (PBL) method, scenario as a trigger tutorial system is applied. Through the scenario, the
students are expected to build a new building of science to strengthen the already existed science. In each of the end of the
scenarios, in the tutorial discussion, a mini quiz will be held. As a form of evaluation to determine the results of students
learning outcome. Through the mini quiz, the students cognitive ability may be determined. Prior knowledge is a main
factor that can affect learning experience. So that, prior knowledge may play a role in the students cognitive ability in the
form of mini quiz. This research is conducted by using analytic method with cross sectional approach. The ability of the
students may be determined based on the results of the mini quiz. The data acquired by scores of the mini quiz that
achieved by the students. i.e. scenario 3 block 2.5 mini quiz (Trauma and injury) and scenario 5 block 3.5 mini quiz
(Adulthood problem II). Amount of samples are 117. The data is analyzed by using Spearman Rank correlation, which is
tested previously with Kolmogorov Smirnov to determine the data distribution. By using the Spearman Rank correlation
test, correlation coefficient that acquired is (r = 0,101). The results show a weak correlation. Meanwhile the point Sig 0,277
(p > 0, 05) which means there are no significant correlation between the related variables, i.e. mini quiz score of scenario 3
block 2.5 with scores of mini quiz scenario 5 block 3.5. It shows that prior knowledge has not fully contributed in the
students cognitive ability in the tutorial. This might be related to prior knowledge activation, scenarios used and the role of
tutor as facilitator.

Keywords: mini quiz scores, prior knowledge, PBL tutorial

Korespondensi : dr. Utami Sulistyo Ningsih, Jln. Bantul km10 no 06, rt 06, Melikan Lor,Bantul-Yogyakarta, 08977777742,
uututami567@gmail.com

Pendahuluan Fakultas Kedokteran Universitas Islam


Problem Based Learning (PBL) pertama Indonesia merupakan salah satu perguruan
kali diimplementasikan oleh McMaster tinggi di Indonesia yang menggunakan metode
University Medical School pada tahun 1969 pembelajaran PBL. Menurut Duch (1995), PBL
sebagai sebuah cara belajar baru yang radikal merupakan suatu metode pendidikan yang
dan inovatif dalam pendidikan dokter 1. mendorong mahasiswa untuk mengenal cara
JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 | 303
Utami dan Umatul | Peran Prior Knowledge terhadap Kemampuan Kognitif Mahasiswa Kedokteran dalam Tutorial

belajar dan bekerjasama dalam kelompok Pembelajaran dengan metode PBL


untuk mencari penyelesaian masalah di dunia memberikan aneka keuntungan, diantaranya
nyata. Masalah yang didesain dalam PBL adalah kemampuan retensi dan recall
memberi tantangan pada siswa untuk lebih pengetahuan lebih besar; mengembangkan
mengembangkan keterampilan berpikir kritis keterampilan interdisipliner, yaitu
dan mampu menyelesaikan masalah secara mengintegrasikan pengetahuan dengan lebih
efektif 2 . baik 6.
Salah satu metode belajar PBL adalah Berdasarkan uraian diatas, peneliti
dengan kegiatan tutorial. Tutorial merupakan merasa perlu untuk melakukan penelitian yang
diskusi kelompok kecil dan seorang tutor berkaitan dengan prior knowledge mahasiswa
sebagai fasilitator. Aktivitas kelompok kecil kedokteran dalam tutorial. Dalam hal ini, nilai
merupakan salah satu jenis metode pendidikan minikuis sebagai tolok ukur untuk menilai
untuk meningkatkan pembelajaran mahasiswa kognitif mahasiswa sehingga prior knowledge
sehingga akan berpengaruh pada prestasi 3. dapat berperan terhadap kemampuan kognitif
Dalam diskusi tutorial, kesamaan tujuan belajar mahasiswa dalam bentuk minikuis.
dapat tercermin dari penetapan learning Skenario 3 pada Blok 2.5 (Tauma and
objective . Terdapat beberapa skenario Injury) dan skenario 5 pada Blok 3.5 (Adulthood
sebagai trigger dalam diskusi tutorial, Problem II) merupakan pembahasan kasus
tergantung dari lamanya proses pembelajaran yang saling berkaitan. Topik pada skenario 3
di setiap blok. Skenario kasus semestinya dapat Blok 2.5 adalah mengenai visceral injury,
menciptakan suatu konflik pengetahuan di pembahasan meliputi penyakit Gastritis, GERD,
antara mahasiswa. Melalui skenario tersebut, dan Hepatitis 7. Sedangkan pada skenario 5
mahasiswa dapat membangun suatu ilmu Blok 3.5 pembahasan meliputi penyakit pada
pengetahuan baru untuk memperkuat ilmu sistem Gastrohepatobilier8. Maka pembahasan
pengetahuan yang sudah ada sebelumnya4 . Di skenario 3 Blok 2.5 menjadi prior knowledge
setiap akhir skenario pada diskusi tutorial akan mahasiswa dalam tutorial skenario 5 Blok 3.5.
di laksanakan minikuis, sebagai bentuk evaluasi Dengan demikian, diharapkan nilai minikuis
untuk menilai hasil belajar mahasiswa. Melalui antara kedua Blok tersebut memiliki korelasi
minikuis ini kemampuan kognitif mahasiswa sebagai bentuk peran prior knowledge dalam
dapat dinilai. Minikuis terdiri dari soal-soal tutorial.
dalam bentuk pilihan ganda. Soal minikuis
tersebut mengacu pada ranah proses berpikir Metode
(domain cognitive), yaitu recalling dan Jenis penelitian ini adalah analitik
reasoning. dengan pendekatan cross sectional.
Dalam pelaksanaan PBL didasarkan oleh Kemampuan kognitif mahasiswa dapat
pembelajaran konstruktif, yaitu suatu teori diketahui berdasarkan nilai minikuis. Untuk
belajar yang menjelaskan bahwa mahasiswa mengetahui korelasi nilai minikuis skenario 3
harus membangun pengetahuannya sendiri. Blok 2.5 dengan nilai minikuis skenario 5 Blok
Tingkat pelaksanaan pembelajaran konstruktif 3.5, data di analisis dengan uji korelasi
di tentukan salah satunya oleh aktivasi prior Spearman. Sebelumnya telah dilakukan uji
knowledge. Aktivasi prior knowledge berkaitan Kolmogorov smirnov untuk menentukan
dengan proses pengaitan antara ilmu distribusinya. Populasi dalam penelitian ini
pengetahuan yang baru didapat dengan adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran
pengetahuan yang sudah ada 5. Prior Universitas Islam Indonesia (FK UII) yang
knowledge merupakan faktor utama yang akan mengikuti blok 2.5 dan 3.5. Adapun yang
mempengaruhi pengalaman belajar bagi termasuk kriteria inklusi antara lain:
peserta didik. Prior knowledge mempunyai mahasiswa FK UII angkatan 2013 dan
implikasi yang sangat kuat dalam interaksi mahasiswa yang mengikuti remedial atau
dengan tugas-tugas dan pembelajaran. Hal ini perbaikan pada blok tersebut. Sedangkan
sangat sesuai dengan proses pembelajaran untuk kriteria eksklusi adalah mahasiswa yang
dalam PBL. tidak mengikuti minikuis. Jumlah sampel pada
penelitian ini sebanyak 117.

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 | 304


Utami dan Umatul | Peran Prior Knowledge terhadap Kemampuan Kognitif Mahasiswa Kedokteran dalam Tutorial

Penelitian ini dilakukan pada bulan Variable dalam penelitian ini terdiri dari:
September 2016. Data diperoleh berdasarkan variabel bebas (nilai minikuis skenario 3 Blok
nilai minikuis skenario 3 Blok 2.5 dan nilai 2.5); variabel terikat (nilai minikuis skenario 5
minikuis skenario 5 Blok 3.5. Blok3.5)

Hasil dan Pembahasan distribusi data. Dan dari hasil uji tersebut
Dari data yang diperoleh, dilakukan uji menunjukkan distribusi data tidak normal
Kolmogorov smirnov untuk mengetahui (Asymp. Sig < 0.05).

Tabel 1. Distribusi sampel berdasarkan nilai minikuis skenario 3 Blok 2.5

Nilai minikuis Frekuensi Persentase (%)


70 6 5.1
80 7 6.0
90 44 37.6
100 60 51.3
Total 117 100

Dari tabel diatas memperlihatkan nilai minikuis mahasiswa (37.6%), dan sebanyak 60
terendah adalah 70 sebanyak 6 mahasiswa mahasiswa (51.3%) mendapat nilai tertinggi,
(5.1%), yang mendapat nilai 80 sebanyak 7 yaitu100.
mahasiswa (6.0%); nilai 90 sebanyak 44

Tabel 2. Distribusi sampel berdasarkan nilai minikuis skenario 5 Blok 3.5

Nilai minikuis Frekuensi Persentase (%)


30 2 1.7
40 6 5.1
50 13 11.1
60 11 9.4
70 31 26.5
80 29 24.8
90 16 13.7
100 9 7.7
Total 117 100

Distribusi data berdasarkan variabel nilai 90; dan 9 orang mahasiswa (7.7%)
minikuis skenario 5 Blok 3.5 didapatkan nilai mendapatkan nilai tertinggi, yaitu 100.
terendah yaitu 30, sebanyak 2 mahasiswa Untuk mengetahui peran prior
(1.7%); 6 mahasiswa (5.1%) mendaptkan nilai knowledge terhadap kemampuan kognitif
40; 13 orang mahasiswa (11.1%) mendapatkan mahasiswa dalam tutorial, maka akan
nilai 50; 11 orang mahasiswa (9.4%) dikorelasikan nilai minikuis skenario 3 Blok 2.5
mendapatkan nilai 60; 31 orang mahasiswa dengan nilai minikuis skenario 5 Blok3.5
(26.5%) mendapatkan nilai 70; 29 orang melalui uji statistik menggunakan uji korelasi
mahasiswa (24.8%) mendapatkan nilai 80; 16 Spearman rank.
orang mahasiswa (13.7%) mendapatkan nilai

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 | 305


Utami dan Umatul | Peran Prior Knowledge terhadap Kemampuan Kognitif Mahasiswa Kedokteran dalam Tutorial

Tabel 3. Rata-rata nilai minikuis skenario 3 Blok 2.5 dan rata-rata nilai minikuis skenario 5 Blok 3.5

Variabel Mean
Minikuis skenario 3 Blok 2.5 93.50

Minikuis skenario 5 Blok 3.5 72.14

Dari tabel diatas, rata-rata nilai minikuis Rata-rata nilai minikuis skenario 3 Blok 2.5
skenario 3 Blok 2.5 adalah 93.50 dan rata-rata lebih tinggi di banding rata-rata nilai minikuis
nilai minikuis skenario 5 Blok 3.5 adalah 72.14. skenario 5 Blok 3.5.

Tabel 4. Korelasi nilai minikuis Blok 2.5 dengan Blok 3.5

minikuis 2.5 minikuis 3.5


Spearman’s rho Minikuis 2.5 koef korelasi 1.000 .101
Sig (2-tailed) .277
N 117 117

Minikuis 3.5 koef korelasi .101 1.000


Sig (2-tailed) .277
N 117 177

Dari uji statistik yang telah dilakukan, prior knowledge dalam tutorial dapat
diperoleh nilai Sig 0,277 (p > 0.05) yang artinya diwujudkan dengan mengingat kembali materi
tidak terdapat korelasi yang signifikan antara yang sudah pernah dipelajari 4.
variabel yang dihubungkan, yaitu nilai minikuis Menurut Harsono10, ada beberapa cara
skenario 3 Blok 2.5 dengan nilai minikuis untuk mengaktifkan prior knowledge, antara
skenario 5 Blok 3.5. Nilai koefisien korelasi (r) lain:
adalah 0.101, artinya kekuatan korelasi lemah. 1. Brain storming, merupakan teknik yang
Dari hasil uji statistik tersebut familiar. Peserta didik, yaitu mahasiswa
menunjukkan bahwa prior knowledge diberi suatu topik dan ajak mereka untuk
mahasiswa belum sepenuhnya berperan
mengeluarkan pendapatnya tentang topik
terhadap kemampuan kognitif dalam tutorial.
Nilai minikuis sebagai acuan untuk menilai tersebut. Diperlukan waktu tertentu bagi
kemampuan kognitif mahasiswa. Skenario 3 mereka untuk berpikir, berproses, dan
Blok 2.5 idealnya menjadi prior knowledge mengingat kembali. Apabila tanggapan
mahasiswa dalam tutorial skenario 5 Blok 3.5. peserta didik mulai slow down maka proses
Hal ini mungkin berkaitan dengan ini harus di hentikan.
aktivasi prior knowledge yang lemah pada 2. Know, Want, Learn (KWL). Membuat 3
mahasiswa dalam tutorial. Aktivasi prior
kolom dalam satu lembar. Kolom kiri
knowledge berkaitan dengan proses pengaitan
antara ilmu pengetahuan yang baru didapat (K=know) adalah tempat bagi mahasiswa
dengan pengetahuan yang sudah ada. Prior menulis apa saja yang telah mereka ketahui
knowledge merupakan suatu pondasi dari ilmu tentang topik. Kolom tengah (W=want)
pengetahuan yang dimiliki mahasiswa. Dengan adalah tempat bagi mahasiswa untuk
adanya pondasi yang kuat, maka bangunan menulis gagasan yang ingin
ilmu pengetahuan pada mahasiswa akan diketahui/pelajari sehubungan dengan
menjadi kuat. Ketika suatu ilmu pengetahuan
topik. Fasilitator boleh merangsang dengan
baru ditambahkan di antara prior knowledge
yang kuat itu, maka pengetahuan baru akan mengajukan pertanyaan ringan yang
mudah untuk digunakan kembali 9. Aktivasi relevan dengan topik. Kolom kanan
JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 | 306
Utami dan Umatul | Peran Prior Knowledge terhadap Kemampuan Kognitif Mahasiswa Kedokteran dalam Tutorial

(L=learn) adalah tempat bagi mahasiswa Prior knowledge mempunyai implikasi


untuk menulis rencana aktivitas belajar yang sangat kuat dalam interaksi dengan tugas-
mereka sesuai dengan topik yang dipelajari. tugas dan pembelajaran. Yang perlu
Pada akhir sesi maka mereka diminta untuk diperhatikan dalam kaitannya dengan prior
membuat refleksi tentang apa saja yang knowledge dan PBL adalah adanya lingkungan
telah mereka peroleh dalam konteks yang kondusif, termasuk kemampuan tutor
knowledge dan skills. KWL chart dapat dalam mengendalikan tutorial. Lingkungan
dirinci sebagai what I know, what I want to belajar, dalam konteks prior knowledge, harus
know, dan what I learn. memberikan suasana yang mendukung
3. Cognitive mapping: sangat penting dalam keingintahuan, semangat meneliti atau
tahap definisi masalah, pengembangan mencari sesuatu yang baru, yang bermakna
gagasan, dan pemilihan proses rancangan dan menantang. Menciptakan kesempatan
belajar. Dalam konteks cognitive mapping, yang menantang untuk recalling prior
mahasiswa membangun pengetahuan knowledge merupakan upaya yang esensial.
melalui penafsiran pengalaman perceptual, Dengan cara tersebut maka fasilitator
yaitu prior knowledge, kompetensi, control mendorong mahasiswa untuk mengubah pola
kognitif, gaya kognitif, gaya belajar dan pikir, dari mengingat informasi yang pernah
sebagainya. dimiliki menjadi proses belajar yang penuh
Dalam pelaksaan PBL, mahasiswa makna dan mulai menghubungkan berbagai
mencari dan menggali pengetahuan baru jenis kejadian/peristiwa dan bukan lagi
melalui tutorial dibawah bimbingan tutor mengingat pengalaman yang ada secara
sebagai fasilitator. Kunci utama tutorial adalah
terpisah-pisah 10.
prior knowledge yang dimiliki mahasiswa.
Skenario sebagai trigger dalam PBL dibuat
sedemikian rupa untuk mengarahkan Simpulan
mahasiswa untuk mencapai tujuan belajar. Tidak terdapat korelasi yang signifikan
Tutor juga mempunyai peran yang penting. antara variabel yang dihubungkan, yaitu nilai
Salah satu peran pokok tutor/fasilitator adalah minikuis skenario 3 Blok 2.5 dengan nilai
mengaktifkan prior knowledge sesuai dengan minikuis skenario 5 Blok 3.5 . Ini menunjukkan
misi yang terkandung dalam skenario dan bahwa prior knowledge belum sepenuhnya
sekaligus sesuai dengan tujuan belajar. berperan terhadap kemampuan kognitif
mahasiswa dalam tutorial.
Saran
1. Diharapkan dapat dilakukan penelitian  peran tutor agar dapat mengaktifkan
sejenis dengan subjek penelitian yang prior knowledge dan mengendalikan
berbeda angkatan sehingga didapatkan data tutorial
perbandingan dari hasil penelitian ini.  skenario dibuat sedemikian rupa agar
2. Dapat dilakukan penelitian mengenai mahasiswa dapat membangun suatu
faktor-faktor yang mempengaruhi peran ilmu pengetahuan baru untuk
prior knowledge terhadap kemampuan memperkuat ilmu pengetahuan yang
kognitif mahasiswa FK UII dalam tutorial. sudah ada sebelumnya.
3. Hasil yang di peroleh dari penelitian ini
dapat di gunakan sebagai bahan evaluasi
pada pelaksanaan PBL di Fakultas
Kedokteran Universitas Islam Indonesia,
antara lain:

 aktivasi prior knowledge mahasiswa agar


lebih di tingkatkan

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 | 307


Utami dan Umatul | Peran Prior Knowledge terhadap Kemampuan Kognitif Mahasiswa Kedokteran dalam Tutorial

Daftar Pustaka 7. Tim Blok 2.5 (KBK 2011). Buku Panduan


1. Gwee M. Problem Based Learning: A Blok 2.5. Semester IV. 2015. FK UII
strategic learning system design for the Yogyakarta
education of healthcare professionals in 8. Tim Blok 3.5 (KBK 2011). Buku Panduan
the 21st century. Medical Education Unit Blok 3.5. Semester VI. 2016. FK UII
and Department of Pharmacology, Yogyakarta.
National University of Singapore. The 9. Charlin B, Mann K, Hansen P. The many
Kaohsiung Journal of Medical Science faces of problem based learning a
[internet]. 2009 [diakses tanggal 10 framework for understanding and
September 2016]; 25:231-239. Tersedia comparison. Medical teacher [internet].
dari: 1998 [diakses tanggal 1 September
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/1 2016]; 20(4):323-330. Tersedia dari:
9502143 http://www.academia.edu/12781216
2. UII team. Problem Based Learning. 2007 10. Harsono. Peran Prior Knowledge dalam
[diakses tanggal 25 Agustus 2016]. Problem Based Learning. Pusat
Tersedia dari: Pengembangan Pendidikan Universitas
http://unisys.uii.ac.id/cetak.asp?u=710& Gadjah Mada. Tersedia dari:
b=l&v=1&j=l&id=8&owner=710 http://cmld.ugm.ac.id/content/27/files/
3. Harsono, Dwiyanto D. Pembelajaran PERAN_PRIOR_KNOWLEDGE_DALAM_PR
Berpusat Mahasiswa. Pusat OBLEM_BASED_LEARNING.pdf
Pengembangan Pendidikan Universitas
Gadjah Mada Yogyakarta [internet].
2005 [diakses tanggal 23 September
2016]. Tersedia dari:
http://ppp.ugm.ac.id/p3/wp-
content/uploads/pembelajaranberpusat
mahasiswa.pdf&ved
4. Dibyasakti BA, Rahayu GR, Suhoyo Y.
Tingkat Pelaksanaan Problem-Based
Learning di Fakultas Kedokteran
Universitas Gadjah Mada Berdasarkan
Pembelajaran Konstruktif, Mandiri,
Kolaboratif, dan Kontekstual. Jurnal
Pendidikan Kedokteran Indonesia
[internet]. 2013 [diakses tanggal 20
September 2016]; 2(1):44-61. Tersedia
dari:
http://www.researchgate.net/publication
/268978591
5. Dolman D, De Grave W, Wolfhagen IH,
Van der Vleuten. Problem-Based
Learning: future challenges for
educational practice and research.
Medical Education [internet]. 2005
[diakses tanggal 20 September 2016];
39:732-741 Tersedia dari:
http://www.ceesvandervleuten.com
6. Halonen D. Problem Based Learning: A
case study. University Manitoba.
Learning.ppt. [internet]. 2015 [diakses
tanggal 23 September 2016]. Tersedia
dari http://www.docfoc.com/problem-
based-learning-a-case-study-presented-
by-deana-halonen-phd
JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 | 308
Alexander Dicky, Ety Apriliana | Efek Pemberian Ekstrak Temulawak (Curcuma Xanthorrhiza Roxb) terhadap Daya Hambat
Pertumbuhan Staphylococcus Aureus dan Escherichia Coli secara In Vitro

Efek Pemberian Ekstrak Temulawak (Curcuma Xanthorrhiza


Roxb) terhadap Daya Hambat Pertumbuhan Staphylococcus
Aureus dan Escherichia Coli secara In Vitro

Alexander Dicky1, Ety Apriliana2


Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung1
Bagian Mikrobiologi Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2

Abstrak
Prevalensi penyakit infeksi di Indonesia masih tergolong tinggi dan menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Salah satu
penyebab penyakit infeksi adalah bakteri. Antibiotik adalah terapi yang digunakan untuk melawan bakteri. Ekstrak etanol
temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb) memiliki berbagai manfaat, salah satunya sebagai antimikroba karena kandungan
kurkumin dan minyak atsiri dalam temulawak dapat menghambat dan membunuh pertumbuhan bakteri. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui efek pemberian ekstrak etanol temulawak terhadap daya hambat pertumbuhan
Staphylococcus aureus dan Escherichia coli secara in vitro. Dengan menggunakan metode kirby bauer disk diffusion,
ekstrak etanol temulawak dengan konsentrasi 10%, 15%, 20%, 25%, 30%, 40%, 80%, 100%, kontrol negatif (akuades steril)
dan kontrol positif (kloramfenikol) ditanam dalam Muller Hinton Agar berisi bakteri, diinkubasi dan diukur zona
hambat yang terbentuk. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa ekstrak etanol temulawak (Curcuma xanthorrhiza
Roxb) memiliki daya hambat terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli pada semua konsentrasi uji.

Kata kunci: antibakteri, Curcuma, daya hambat, Escherichia coli, Staphylococcus aureus

Effect Of Extract Temulawak (Curcuma Xanthorrhiza Roxb) On Growth


Inhibition Of Staphylococcus Aureus and Escherichia Coli In Vitro
Abstract
The prevalence of infectious diseases in Indonesia is still relatively high and become a health problem in Indonesia. One of
the cause is a bacterial infectious disease. Antibiotic therapy is used to fight bacteria. Ethanol extract of ginger (Curcuma
xanthorrhiza Roxb) has many benefits, one of them as an antimicrobial. This is because the content of curcumin and
essential oil in ginger can inhibit and kill bacterial growth. The aim of this study is to compare the effects of ethanol extract
of ginger based on the inhibition of the growth of Staphylococcus aureus and Escherichia coli in vitro.By using the method
of Kirby bauer disk diffusion, ethanol extract of ginger with a concentration at 10%, 15%, 20%, 25%, 30%, 40%, 80%, 100%,
negative control (sterile distilled water) and positive control (chloramphenicol) planted in Muller Hinton Agar which
contains bacteria, incubated and measured inhibition zone is formed. Based on the survey results revealed that there are
diameter of inhibitory zone between Staphylococcus aureus and Escherichia coli at all concentration.

Keyword: antibacterial,Curcuma,Escherichia coli, inhibitory test, Staphylococcus aureus

Korespondensi : Ety Apriliana, alamat: Jl,Panglima Polem 22 Bandar Lampung, HP 08127248928, email:
ety.apriliana@fk.unila.ac.id

Pendahuluan bakteri gram positif dan bakteri gram negatif.


Tingkat prevalensi penyakit infeksi di Bakteri ini dapat golongkan berdasarkan hasil
Indonesia masih tergolong tinggi dan menjadi dari pewarnaan gram. Dari pewarnaan gram
suatu masalah kesehatan di Indonesia.1 ini pula dapat terlihat bagaimana bentuk dari
Penyakit infeksi ini dapat terjadi dan bakteri, seperti berbentuk bulat, batang,
berkembang di bagian tubuh mana saja. ataupun spiral. Contoh bakteri gram positif
Sebagai contoh penyakit infeksi terjadi di kulit yang berbentuk bulat adalah Staphylococcus
(jerawat, bisul, impetigo, dan sebagainya) aureus, sedangkan contoh bakteri gram
yang sebagian besar dapat menghasilkan negatif yang berbentuk batang adalah
nanah serta dapat berlanjut menjadi penyakit Escherichia coli.2
saluran pencernaan (diare) yang kerap kali Terapi yang dapat digunakan dan sesuai
mengganggu masyarakat.2 untuk mengatasi infeksi bakteri adalah dengan
Hal ini tidak terlepas dari peran bakteri menggunakan antibiotik. Pemakaian dan
patogen yang menyerang manusia. Bakteri distribusi obat-obatan khususnya antibiotik di
sendiri dapat digolongkan menjadi 2, yaitu Indonesia tergolong tinggi. Hal ini terlihat dari

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 | 309


Alexander Dicky, Ety Apriliana | Efek Pemberian Ekstrak Temulawak (Curcuma Xanthorrhiza Roxb) terhadap Daya Hambat
Pertumbuhan Staphylococcus Aureus dan Escherichia Coli secara In Vitro

praktik penjualan obat-obatan secara bebas di steril dengan tingkat konsentrasi 10%, 15%,
warung-warung kecil, ketidaktahuan 20%, 25%, 30%, 40%, 80% dan 100%.
masyarakat mengenai cara pemakaian obat
yang rasional, dan dampak yang dapat terjadi Bakteri Uji
dari pemakaian obat tergolong tinggi. Bakteri uji yang digunakan adalah
Fenomena ini dapat menyebabkan terjadinya bakteri bakteri gram positif dan bakteri gram
restensi bakteri terhadap antibiotik tertentu negatif yaitu Staphylococcus aureus dan
akan semakin tinggi.3 Escherichia coli. Bakteri uji didapatkan dari
Temulawak (Curcuma xanthorrhiza UPTD Balai Laboratorium Kesehatan Bandar
Roxb) merupakan tanaman herbal yang Lampung.
banyak ditemukan di Indonesia. Temulawak Identifikasi ulang bakteri uji dilakukan
memiliki kandungan yang dapat berguna dengan pewarnaan Gram dan uji biokimiawi
sebagai antibiotik atau antifungal alami.1 utuk bakteri Gram positif (uji katalase,
Secara kualitatif, temulawak mengandung air, koagulase) dan bakteri Gram negatif (uji TSIA,
minyak atsiri, pati, serat, abu (terlarut dan tak Sitrat, SIM, fermentasi gula-gula).
terlarut dalam asam), alkohol dan kurkumin.
Sedangkan secara fitokimia, temulawak Uji Daya Hambat Antibakteri
mengandung alkaloid, flavonoid, fenolik, Uji daya hambat ekstrak temulawak
saponin, triterpennoid, dan glikosida. (Curcuma xanthorrhiza Roxb) terhadap
Kandungan alkaloid, flavonoid, fenolik, pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus
triterpennoid dan glikosida lebih dominan di dan Escherichia coli dengan Metode Difusi
banding tannin, saponin dan steroid alkaloid Kirby Bauer. Bakteri uji Staphylococcus aureus
yang bersifat racun bagi manusia.4 Menurut dan Escherichia coli dibuat suspensi sehingga
penelitian, temulawak memiliki efek didapatkan kekeruhan yang disesuaikan
antimikrobial terhadap beberapa dengan standar kekeruhan McFarland 0,5
mikroorganisme, khususnya terhadap bakteri untuk mendapatkan bakteri sebanyak 108
Bacillus subtilis, Escherichia coli, dan cfu/mL.
Staphylococcus aureus. Selain itu, temulawak Pada lempeng Muller Hinton Agar
juga dapat memberikan efek pada jamur (MHA), diusapkan biakan bakteri
sehingga dapat berguna sebagai antifungal, Staphylococcus aureus dan Escherichia coli
contoh jamur yang dapat terpengaruh dengan menggunakan lidi kapas steril pada
terhadap temulawak adalah Saccharomyces cawan petri yang berbeda. Diletakan cakram
cerevisiae, Aspergillus niger, dan Penicillium kertas yang telah direndam selama ± 15 menit
notatum.5 Berdasarkan latar belakang diatas dengan ekstrak temulawak dengan
maka perlu untuk dilakukan penelitian konsentrasi 100%, 80%, 40%, 30%, 25%, 20%,
terhadap temulawak untuk menguji khasiat 15% dan 10% pada kedua kultur bakteri
dari ekstrak temulawak terhadap daya hambat tersebut. Sebagai kontrol positif, digunakan
bakteri gram positif (Staphylococcus aureus) kertas cakram yang direndam dalam antibiotik
dan bakteri gram negatif (Escherichia coli). kloramfenikol selama ± 15 menit. Sebagai
kontrol negatif, digunakan kertas cakram yang
Metode direndam dalam akuades steril selama ± 15
Bahan Uji menit. Inkubasi dilakukan pada suhu 37◦C
Penelitian ini menggunakan temulawak selama 24 jam, kemudian diukur zona hambat
(Curcuma xanthorrhiza Roxb) yang siap panen yang terbentuk disekitar cakram kertas.
(kurang lebih berusia 10-12 bulan).
Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb) ini Hasil
nantinya akan dibersihkan dan dikeringkan Hasil uji daya hambat ekstrak
selama 3-5 hari. Proses ekstraksi dilakukan di temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb)
Laboratorium FMIPA Kimia Universitas terhadap kedua bakteri uji, yaitu
Lampung. Ekstraksi dilakukan menggunakan Staphylococcus aureus dan Escherichia coli
etanol, ekstrak temulawak pekat yang dapat dilihat pada Tabel 1. Hasil penelitian
terbentuk (kadar konsentrasi 100%) akan menunjukan bahwa ekstrak temulawak
diencerkan dengan menggunakan akuades (Curcuma xanthorrhiza Roxb) dapat

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 | 310


Alexander Dicky, Ety Apriliana | Efek Pemberian Ekstrak Temulawak (Curcuma Xanthorrhiza Roxb) terhadap Daya Hambat
Pertumbuhan Staphylococcus Aureus dan Escherichia Coli secara In Vitro

menghambat pertumbuhan bakteri tingkatan konsentrasi yang berbeda pada


Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. media agar Muller Hinton Agar (MHA) bakteri
Penghambatan pertumbuhan kedua bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli.
ini terlihat dari adanya daerah yang bening/
tidak terdapat bakteri disekitar kertas cakram
yang berisi ekstrak temulawak dengan

Tabel 1. Diameter Zona Hambat Ekstrak Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb) Terhadap bakteri
Staphylococcus aureus dan Escherichia coli
Diameter Zona Hambat (mm)

Kadar Kadar Kadar Kadar Kadar Kadar Kadar Kadar Kontrol Kontrol
Bakteri Uji
10% 15% 20% 25% 30% 40% 80% 100% Negatif Positif

Staphylococcus
8 9 15 15.5 16 16,2 16,5 17 0 35
aureus

Escherichia coli 10 11,5 11,8 12,5 13,2 14 15,5 17 0 24

Pembahasan atsiri. Minyak atsiri memiliki kemampuan


Untuk dapat menghambat untuk melisiskan membran sel bakteri dan
pertumbuhan bakteri, bahan uji harus masuk kurkumin memiliki kemampuan untuk
terlebih dahulu ke dalam sel dengan cara menghambat proliferasi dari sel bakteri.6
menembus dinding sel bakteri. Staphylococcus Untuk mendapatkan kedua zat aktif ini,
aureus tergolong ke dalam bakteri gram maka perlu dilakukan proses ekstraksi. Salah
positif dan Escherichia coli tergolong ke dalam satu proses ekstraksi yang dapat dilakukan
bakteri gram negatif. Bakteri gram positif adalah dengan menggunakan metode
memiliki struktur dinding sel yang berbeda maserasi. Prinsip ekstraksi dengan metode
dengan bakteri gram negatif. Bakteri gram maserasi adalah ekstraksi zat aktif yang
positif memiliki lapisan peptidoglikan yang dilakukan dengan cara merendam serbuk
tebal dan lapisan lipopolisakarida yang tipis, dalam pelarut yang sesuai selama beberapa
sedangkan bakteri gram negatif memiliki hari pada temperature kamar yang terlindung
lapisan lipopolisakarida yang tebal (lapisan dari cahaya. Pelarut akan masuk ke dalam sel
terluar) dan peptidoglikan yang tipis (lapisan tanaman melewati dinding sel. Isi sel akan
bagian dalam). Lapisan peptidoglikan tahan larut karena adanya perbedaan konsentrasi
terhadap alkohol sehingga bakteri gram positif antara larutan di dalam dengan di luar sel.
mampu mempertahankan kristal violet. Hal ini Larutan yang konsentrasinya tinggi akan
memberikan warna ungu pada bakteri gram terdesak keluar dan diganti oleh pelarut
positif. Lapisan lipopolisakarida tidak tahan dengan konsentrasi rendah (proses difusi).
terhadap alkohol, sehingga pada saat Peristiwa tersebut akan berulang sampai
dilakukan pencucian dengan alkohol (pada terjadi keseimbangan antara larutan di dalam
pewarnaan gram), lapisan lipopolisakarida sel dan larutan di luar sel.7
yang telah dicat dengan kristal violet akan Zat yang umumnya digunakan sebagai
luntur, dan hanya mempertahankan tinta pelarut dalam proses ekstraksi dengan
safranin yang diberikan setelah pencucian metode maserasi ini adalah air, etanol
dengan alkohol. Hal ini memberikan warna ataupun senyawa eter, namun yang banyak
merah muda pada bakteri gram negatif.2 digunakan para peneliti adalah etanol. Etanol
Temulawak (Curcuma xanthorrhiza merupakan senyawa yang bersifat semi polar
Roxb) mengandung berbagai macam yang digunakan sebagai pelarut karena
senyawa/ zat aktif yang berpotensi baik bagi bersifat netral, kapang dan kuman sulit
kesehatan. Namun zat aktif dalam temulawak tumbuh dalam etanol, tidak beracun,
yang mampu berfungsi sebagai antibakteri absorbsinya baik, dan etanol dapat bercampur
adalah kurkumin (kurkuminoid) dan minyak dengan air dalam segala perbandingan. Etanol

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 | 311


Alexander Dicky, Ety Apriliana | Efek Pemberian Ekstrak Temulawak (Curcuma Xanthorrhiza Roxb) terhadap Daya Hambat
Pertumbuhan Staphylococcus Aureus dan Escherichia Coli secara In Vitro

juga selektif dalam menghasilkan jumlah pertumbuhan mikroba uji dengan metode
senyawa aktif yang optimal, serta panas yang kirby bauer disk diffusion. Rata rata diameter
diperlukan untuk pemekatan lebih sedikit.8 zona hambat mikroba ekstrak segar rimpang
Kurkumin dan minyak atsiri merupakan enam jenis Curcuma ini terhadap Candida
zat aktif yang terkandung di dalam temulawak albicans berkisar antara 9-13 mm,
yang bersifat non polar.6 Kurkumin tidak dapat Staphylococcus aureus berkisar 8-15 mm dan
larut dalam air dan hanya dapat larut di dalam Escherichia coli berkisar 9-31 mm.1,9
etanol.7 Oleh karena itu di dalam penelitian
ini, digunakan etanol sebagai pelarut dalam Kesimpulan
proses ekstraksi dengan metode maserasi Ekstrak etanol temulawak (Curcuma
(perendaman) untuk dapat mendapatkan zat xanthorrhiza Roxb) memiliki daya hambat
aktif kurkumin dan minyak atsiri yang terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan
terkandung di dalam temulawak. Dalam Escherichia coli pada semua konsentrasi uji
penelitian ini juga digunakan air (akuades 10%, 15%, 20%, 25%, 30%, 40%, 80% dan
steril) yang berfungsi sebagai pengencer. Hal 100%.
ini dimaksudkan untuk dapat mendapatkan
konsentrasi ekstrak sesuai yang diinginkan dan Daftar Pustaka
air dapat larut di dalam etanol serta tidak 1. Adila, R., Nurmiati, Agustien, A. 2013. Uji
merusak zat aktif.1 Antimikroba Curcuma spp. Terhadap
Etanol dapat melarutkan zat aktif dalam Pertumbuhan Candida albicans,
temulawak (kurkumin/kurkuminoid dan Staphylococcus aureus dan Escherichia
minyak atsiri) dengan baik namun etanol tidak coli. Jurnal Biologi Universitas Andalas,
mampu melarutkan lemak dengan baik.7 Hal 2(1), 1–7.
ini memberikan dampak yang berbeda 2. Jawetz, Melnick, Adelberg. 2012.
terhadap pertumbuhan bakteri Jawetz, Melnick, and Adelbergs
Staphylococcus aureus dengan Escherichia coli MedicalMicrobiology 25th ed. Jakarta
setelah diberikan ekstrak temulawak dengan 3. Rahayu, E.U., 2011. Antibiotika,
pelarut etanol dalam kertas cakram. resistensi, dan rasionalitas terapi. El-
Staphylococcus aureus yang tergolong sebagai Hayah, 1(4), 191–198.
bakteri gram positif, tidak memiliki lapisan 4. Tetan-el, D. 2014. Diameter Zona Hambat
lipopolisakarida yang tebal, sehingga zat aktif dan Efektifitas Temulawak (Curcuma
yang terlarut di dalam etanol dapat bekerja xanthorriza Roxb) terhadap Jumlah Koloni
secara optimal dalam menghambat Streptococcus mutans di Dalam Mulut
pertumbuhan Staphylococcus aureus. [skripsi]. Universitas Hasanuddin.
Escherichia coli merupakan bakteri gram 5. un, S.-H., Kim, S., Rong, K. 2014.
negatif yang memiliki lapisan lipopolisakarida Curcumin Reverse Methicillin Resistance
yang tebal dan lapisan peptidoglikan tipis di in Staphylococcus aureus. Molecules, 19,
bawah lapisan lipopolisakarida. Lapisan tebal pp.18283–18295. Available at:
lipopolisakarida ini menghambat ekstrak http://www.mdpi.com/ 1420-
etanol temulawak dalam menghambat 3049/19/11/18283/.
pertumbuhan bakteri Escherichia coli sehingga 6. Sari, D.L.A. 2010. Pengaruh Pemberian
ekstrak etanol temulawak tidak bekerja secara Ekstrak Rimpang Kunyit (Curcuma
optimal. domestica Val) Terhadap Pertumbuhan
Pada penelitian sebelumnya uji Escherichia coli Secara In Vitro [skripsi].
antimikroba ekstrak segar rimpang enam jenis Universitas Islam Sultan Agung.
Curcuma, yaitu Curcuma xanthorriza Roxb 7. Mujahid, R., Pkd, A., Nita, S. 2008.
(Temulawak) Curcuma domestica (Kunyit) Maserasi Sebagai Alternatif Ekstraksi
Curcuma mangga (Temu mangga) Curcuma Pada Penetapan Kadar Kurkuminoid
heyneana (Temu giring) Curcuma zedoaria Simplisia Temulawak (Curcuma
(Temu putih) Curcuma aeruginosa (Temu xanthorriza Roxb), 18–23. Diakses pada:
hitam), terhadap C. albicans, S. aureus dan E. http://publikasiilmiah.unwahas.
coli, menunjukkan bahwa semua ekstrak ac.id/index.php/ilmuFarmasidanklinik/
Curcuma tersebut mampu menghambat article/view/374/479.

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 | 312


Alexander Dicky, Ety Apriliana | Efek Pemberian Ekstrak Temulawak (Curcuma Xanthorrhiza Roxb) terhadap Daya Hambat
Pertumbuhan Staphylococcus Aureus dan Escherichia Coli secara In Vitro

8. Departemen Kesehatan Republik


Indonesia. 2000. Parameter Standar
Umum Ekstrak Tumbuhan Obat.
Direktorat Jendral Pengawas Obat dan
Makanan. Jakarta.
9. Dermawaty, D. E. 2015. Potential Extract
Curcuma (Curcuma xanthorrizal Roxb) As
Antibacterial. Majority, 4, 5–11

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 | 313


Sylvia MS; Iis Inayati; Irwanto Ikhlas; Fransiska AP; Muslish M | Predictive Validity Ujian Saringan Masuk Fakultas
Kedokteran terhadap IPK tahap sarjana

Predictive Validity Ujian Saringan Masuk Fakultas Kedokteran


Terhadap Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) Tahap Sarjana

Sylvia MS1; Iis Inayati2; Irwanto Ikhlas3; Fransiska AP4; Muslish M5


Departemen Pendidikan Kedokteran1; Depertemen Biokimia2; Departemen Ilmu Kedokteran Jiwa3;
Departemen Anatomi4; Departemen Prostodontia5

Abstrak
Dewasa ini, dengan meningkatnya peminat di Fakultas Kedokteran, Ujian Saringan Masuk (USM )menjadi lebih
bersifat kompetitif. Karenanya, kebutuhan akan metode USM yang valid, dalam hal ini mampu memprediksi kemampuan
akademik mahasiswa dalam menjalankan pendidikan, merupakan hal yang penting untuk diketahui. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui kemampuan prediksi (predictive validity) pada metode USM Program Studi Dokter yakni ujian
akademik, psikometri, psikotest serta Program Studi Dokter Gigi yakni ujian akademik, psikometri dan aptitude test.
Penelitian dilakukan pada data mahasiswa angkatan 2013, 2014 dan 2015 yakni sebanyak 591 data yang terdiri
dari 484 PSPD dan 107 PSPDG. Analisis Predictive validity dilakukan uji regresi logistik multinomial. Hasil uji regresi logistik
multinomial dilakukan secara bertahap yakni Uji simultan USM PSPD dan PSPDG terhadap IPK yaitu terdapat metode yang
memiliki pengaruh signifikan (p<0.05); Uji Parsial USM PSPD : kemampuan akademik Sig 0.4 (p<0.05); Psikometri Sig
0.03(p<0.05); dan Psikotest Sig 0.00 (p<0.05). Uji Parsial USM PSPDG: kemampuan akademik Sig 0.012 (p<0.05); Psikometri
Sig 0.296 (p<0.05); Aptitude test Sig 0.181(p<0.05). Interpretasi nilai Exp (B) memperlihatkan hasil yang sesuai dengan uji
sebelumnya. Simpulan : SM Psikometri dan Psikotest pada Prodi Pendidikan Dokter memiliki kemampuan prediksi yang
baik. Pada Prodi Pendidikan Dokter Gigi USM kemampuan akademik memiliki kemampuan prediksi yang baik dibandingkan
psikometri dan aptitude test.
Kata kunci: IPK, predictive validity, ujian saringan masuk

Predictive validity of admission test in medical student’s undergraduateGPA


Abstract
Nowadays,the medical school’s admission test become more competitive. Hence, we need an ideal admission test’s method
that can predict students' academic ability towards educational process that can be measured by the GPA. The purpose of
this study was to determine the predictive validity in our admission test, such as academic exam, psychometric,
psychological test as the admission test of Medical Program and academic exam, psychometric and aptitude tests as
admission test of Dentistry Program. The study was conducted on 591 data of students in batch 2013, 2014 and 2015 that
consist of 484 students in Medical Program and 107 students in Dentistry Program. Predictive validity analysis conducted
by multinomial logistic regression. The results showed that in simultaneous test, at least one of the admission test method
has a significant effect in GPA (p<0.05). In partial test, we found that in Medical Program, academic exam has Sig 0.4 (p
<0.05); Psychometric Sig 0:03 (p <0.05); and Psikotest Sig 0.00 (p <0.05). In Dentistry, academic exam has Sig 0.012 (P
<0.05); Psychometric Sig 0.296 (P <0.05); Aptitude test Sig 0181 (p <0.05). Interpretation of the value of Exp (B) showed that
the results was accordance with the previous test. So, we can concluded that the Psychometric and Psychological method
on Medical Program has good predictive validity. While inDentistry, the academic exam has better predictive validity
compared to psychometric and aptitude tests.
Keywords: admission test , GPA, predictive validity

Korespondensi: dr Sylvia Mustika Sari, M.Med.Ed, Alamat : Jl. Sarimanah No. 75 Bandung 40151,hp ; 0817626284/ .e-mail :
dr.vievoy@gmail.com

Pendahuluan mahasiswa yang memiliki kapabilitas baik


Meningkatnya peminat Fakultas untuk memasuki Fakultas Kedokteran. Hal ini
Kedokteran (FK) menjadi salah satu dasar tentunya dapat menurunkan kualitas Fakultas
untuk meningkatkan kualitas input mahasiswa tersebut untuk mendidik seorang dokter.
yang dapat terwujud melalui mekanisme ujian Dengan adanya kemungkinan munculnya
saringan masuk yang ideal. Simpson et al permasalahan tersebut, maka sejak tahun
(2014)1 mengungkapkan bahwa ujian saringan 2006, Konsil Kedokteran Indonesia (KKI)
masuk secara tradisional, yakni nilai akademik mengemukakan perlunya metode psikotest
telah menemui berbagai permasalahan, dan psikometri untuk menjadi bahan
diantaranya kemungkinan terjadi pertimbangan dalam menentukan mahasiswa
ketidakadilan terutama dari calon mahasiswa yang masuk ke Fakultas Kedokteran.2
dengan golongan sosial ekonomi yang lebih Studi mengenai kemampuan metode
tinggi sehingga menurunkan kemungkinan ujian saringan masuk untuk dapat

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 | 314


Sylvia MS; Iis Inayati; Irwanto Ikhlas; Fransiska AP; Muslish M | Predictive Validity Ujian Saringan Masuk Fakultas
Kedokteran terhadap IPK tahap sarjana

memprediksi kemampuan mahasiswa dalam adalah psikometri dan aptitude test. Indeks
menempuh pembelajaran dalam program prestasi akademik (IPK) merupakan salah satu
studi khususnya kesehatan telah banyak kriteria yang diprediksi atau dipengaruhi oleh
dilakukan di dunia. Kemampuan prediksi atau beberapa metode ujian saringan masuk
predictive validity termasuk dalam criterion (akademik, psikotest, psikometri atau aptitude
related validity dapat diukur dengan analisis test). Kemampuan prediksi yang baik dari
pengaruh satu atau lebih metode ujian ujian saringan masuk memiliki makna bahwa
terdadap sebuah kriteria. 3,4 upaya pemilihan mahasiswa yang dilakukan
Cleland et al (2012)5 menyebutkan sebuah institusi telah baik atau valid. Dengan
bahwa predictive validity dalam ujian saringan metode ujian saringan masuk yang valid, maka
masuk dapat dicapai dengan menghubungkan tentunya institusi dapat melakukan pemilihan
“predictor” yakni metode ujian saringan mahasiswa yang memiliki kualitas baik.4
masuk, dengan “criterion” misalnya kinerja Berdasarkan uraian di atas, maka kami
pada saat proses pendidikan. Tingginya tertarik untuk melakukan penelitian tentang
predictive validity mengindikasikan metode kemampuan prediksi (predictive validity) ujian
ujian saringan masuk memberikan prediksi saringan masuk Program Studi Pendidikan
yang akurat terhadap kemampuan pesertanya Dokter dan Dokter Gigi di Fakultas
di kemudian hari.Hal ini juga dilakukan oleh Kedokteran Unjani terhadap IPK tahap
Simpson et al (2014)1 dalam menentukan sarjana.
kemampuan prediksi metode ujian dengan
menentukan metode ujian tersebut sebagai Metode
variable prediktor dan menghubungkannya Populasi pada penelitian ini adalah
dengan performance outcome atau criterion seluruh data USM Fakultas Kedokteran serta
yakni nilai mahasiswa dalam fase-fase data IPK mahasiswa angkatan 2013, 2014 dan
pendidikan. Simpson menggunakan analisis 2015. Jumlah data yang memenuhi kriteria
korelasi Pearson dan regresi multiple. inklusi adalah sebanyak 591 data yang terdiri
Violato dan Donnon (2005)6 juga dari 484 data Program Studi Pendidikan
melakukan studi dalam memprediksi Dokter, dan 107 data Program Studi
keterampilan klinis mahasiswa melalui ujian Pendidikan Dokter Gigi.
saringan masuk di Amerika dengan melakukan Analisis predictive validity metode USM
analisis regresi multiple. Selain itu, Julian ER yakni tes kemampuan akademik, Psikometri
(2005)3 melakukan pengujian validitas ujian dan Psikotest / Aptitude test terhadap IPK
saringan masuk melalui studi cohort dengan mahasiswa dilakukan dengan analisis regresi
data ujian saringan masuk dan prestasi logistik multinomial. Uji tersebut memiliki
mahasiswa sampai United States Medical tahapan yakni uji signifikasi model, parsial,
Licensing Examination (USMLE) dari 14 interpretasi nilai exp. (B).8
institusi kedokteran di Amerika dengan Analisis ini digunakan setelah
menggunakan analisis regresi. melakukan kategorisasi dari seluruh variabel.
Selanjutnya, penelitian McManus et al Pada penelitian ini, kategori yang digunakan
(2013)7 mempelajari secara mendalam dalam setiap variabelnya lebih dari dua serta
mengenai tingkatan spesifik dari predictive terdapat tiga variabel independen. Analisis
validity berbagai metode ujian saringan masuk data dilakukan dengan menggunakan
mahasiswa kedokteran dengan metode meta- perangkat lunak statistika pada derajat
regresi. kepercayaan 95% dengan nilai p ≤ 0,05.
Fakultas Kedokteran Unjani memiliki
dua program studi, yakni Pendidikan Dokter Hasil
dan Pendidikan Dokter Gigi. Sejak tahun 2007, Tahap pertama uji regresi logistik
Program Studi Pendidikan Dokter mulai adalah uji simultan atau signifikansi untuk
menambahkan metode ujian saringan masuk melihat adanya minimal satu metode USM
sesuai dengan standar KKI, yakni psikotest dan yang memiliki pengaruh signifikan secara
psikometri. Selanjutnya, pada tahun 2009, statistik terhadap IPK.
Program Studi Pendidikan Dokter Gigi mulai
melaksanakan ujian saringan masuk dan
metode yang digunakan selain akademik
JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 | 315
Sylvia MS; Iis Inayati; Irwanto Ikhlas; Fransiska AP; Muslish M | Predictive Validity Ujian Saringan Masuk Fakultas
Kedokteran terhadap IPK tahap sarjana

IPK, dilakukan analisis model (kategori)


dengan interpretasi nilai Exp (B) pada kategori
Tabel 1. Uji Signifikansi Model USM terhadap IPK IPK kurang.
Prodi Goodness Likelihood Ratio Test
of Fit Tabel 3. Interpretasi Nilai Exp. (B) pada IPK
Nagelkerke Chi- Sig. kategori kurang PSPD
R-Square Square Kategori Sig. Exp.(B)
PSPD 0.355 58.301 0.00* IPK Kemampuan
PSPDG 0.112 40.992 0.017* kurang Akademik
*) Sig (p<0.05) Kurang .511 1.840
Cukup .192 .351
Berdasarkan hasil tersebut, dapat
diartikan bahwa terdapat minimal satu Baik .684 .735
metode USM yang memiliki pengaruh atau Sangat Baik . .
kemampuan prediksi yang baik terhadap IPK Psikometri
Tidak 1.000 5.909
tahap sarjana pada kedua Program Studi.
Rekomendasi
Tahap kedua, dilakukan uji parsial untuk
Kurang .021*) 10.227
dapat mengetahui pengaruh dari masing- Cukup .065 5.799
masing metode USM terhadap IPK. Baik . .
Psikotest
Tabel 2. Uji Parsial Metode USM terhadap IPK Kurang .037*) 11.658
Metode Likelihood Ratio Test
Cukup .087 2.523
Chi- Df Sig.
Baik . .
Square *) Sig (p<0.05)
PSPD
Kemampuan 9.130 9 0.425
Berdasarkan tabel 3, dapat disimpulkan
Akademik
Psikometri 17.668 9 0.039*)
bahwa IPK dengan kategori kurang dapat
Psikotest 34.960 6 0.000*) diprediksi dengan nilai USM akademik yang
PSPDG juga kurang sebesar 1.84 kali. Hasil ini telah
Kemampuan merepresentasikan hasil uji sebelumnya, yakni
21.196 9 .012*) pengaruh yang tidak signifikan antara metode
Akademik
Psikometri 7.280 6 .296 ujian kemampuan akademik dengan IPK.
Aptitude test 12.618 9 .181
*) Sig (p<0.05) Tabel 4. Interpretasi nilai Exp. (B) pada IPK
kategori kurang PSPDG
Berdasarkan tabel 2, pada Prodi Kategori Sig. Exp.(B)
Pendidikan Dokter (PSPD), Psikometri dan IPK Kemampuan
Psikotest memiliki pengaruh yang signifikan kurang Akademik
(p<0.05), sedangkan ujian kemampuan akademik Kurang .020*) 11.070
tidak memiliki pengaruh yang signifikan
Cukup .996 2.215
terhadap IPK mahasiswa (p>0.05). Hal ini dapat
diartikan kemampuan prediksi psikotest dan Baik . .
psikometri terhadap IPK mahasiswa PSPD lebih Sangat Baik . .
kuat dibandingkan dengan nilai USM Psikometri
kemampuan akademik. Berbeda dengan PSPD, Kurang 1.000 1.169
pada Prodi Dokter Gigi (PSPDG), nilai Cukup .993 3.358
Baik . .
kemampuan akademik memiliki pengaruh
Aptitude test
signifikan, sedangkan psikometri dan aptitude
Kurang 1.000 .690
test tidak memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap IPK mahasiswa PSPDG. Cukup .997 1.762
Tahap ketiga dalam analisis regresi Baik .995 1.877
*) Sig (p<0.05)
logistic multinomial adalah dengan
menganalisis p pengaruh dari berbagai
Sesuai dengan hasil analisis di tabel 4,
kategori pada metode USM (kemampuan
IPK dengan kategori kurang di Prodi
akademik, psikometri dan psikotest) terhadap
Pendidikan Dokter Gigi dapat diprediksi
JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 | 316
Sylvia MS; Iis Inayati; Irwanto Ikhlas; Fransiska AP; Muslish M | Predictive Validity Ujian Saringan Masuk Fakultas
Kedokteran terhadap IPK tahap sarjana

dengan nilai USM kemampuan akademik yang sebagainya.10 Hal tersebut menjadi dasar
juga kurang sebesar 11.07 kali. Hasil tersebut untuk menjelaskan adanya kemampuan
sesuai dengan uji sebelumnya yakni pengaruh prediksi yang kuat metode psikotest pada IPK
yang signifikan pada USM kemampuan mahasiswa. Dalam pendidikan dokter,
akademik terhadap IPK mahasiswa PSPDG. terutama tahap sarjana kedokteran, sebagian
besar kegiatan pembelajaran membutuhkan
Pembahasan kemampuan intelektual secara kognitif dalam
Hasil yang diperoleh dalam penelitian pencapaian kompetensinya.
ini mengindikasikan adanya mengaruh yang Metode psikometri yang digunakan
signifikan antara metode USM dengan IPK pada ujian saringan masuk Prodi Pendidikan
tahap sarjana pada kedua Program Studi. Hal Dokter FK Unjani adalah MMPI. MMPI
tersebut sesuai dengan penelitian Cleland et al merupakan rangkaian uji psikiatri untuk
yang juga menyimpulkan predictive validity mendeteksi adanya kecenderungan dalam
USM dengan kinerja saat proses pendidikan.5 gangguan kepribadian dan gangguan
Hasil uji parsial yang didukung oleh nilai emosional atau afeksi hingga psikotik yang
Exp (B) yang menguji kemampuan prediksi tidak secara langsung berkaitan dengan
masing-masing metode menemukan intelegensi seseorang. Adapun kecenderungan
perbedaan antara kedua Prodi. Pada Prodi yang dapat dideteksi dengan MMPI adalah
Pendidikan Dokter, metode psikotest dan gangguan psikotik,gangguan kepribadian anti/
psikometri memiliki kemampuan prediksi yang dis-sosial (psikopat), gangguan neurotik
baik dibandingkan dengan nilai kemampuan derajat berat, gangguan mental organik, dan
akademik. Hal ini juga diungkapkan oleh retardasi mental.11
Simpson et al (2014)1 yakni ujian kemampuan Dalam pendidikan kedokteran, tuntutan
akademik atau yang disebut sebagai ujian pencapaian kompetensi yang cukup kompleks
saringan masuk tradisional, dinilai kurang mengantarkan situasi akademik yang
mampu memprediksi kemampuan mahasiswa mengharuskan mahasiswa untuk dapat
dalam proses pendidikan.1 Sesuai dengan teori beradaptasi dalam jadwal yang padat, tekanan
dasar sistem penilaian, yang menyebutkan emosional dan permasalahan afeksi lainnya.
bahwa tidak ada satupun metode penilaian Kemampuan mahasiswa dalam proses
yang paling ideal dalam memprediksi suatu adaptasi dan pengembangan diri menjadi
keberhasilan di kemudian hari.9 Oleh karena aspek penting yang harus dimiliki oleh
itu, dibutuhkan beberapa metode penilaian mahasiswa kedokteran, sesuai yang tertuang
untuk dapat menentukan kemampuan dalam SKDI yakni kompetensi mawas diri dan
seseorang. Terkait hasil penelitian ini, adanya pengembangan diri.2Hal ini dapat
variasi metode ujian saringan masuk yang menjelaskan kemampuan prediksi tes MMPI
telah dilakukan oleh Fakultas Kedokteran tersebut dengan IPK mahasiswa.
Unjani merupakan langkah yang cukup baik Hasil yang berbeda terlihat pada Prodi
karena terbukti memiliki kemampuan prediksi Pendidikan Dokter Gigi yakni metode USM
yang berbeda sehingga dapat saling kemampuan akademik memiliki kekuatan
melengkapi. prediksi yang lebih baik terhadap IPK tahap
Jenis psikotest yang digunakan pada sarjana. Hal ini kurang sesuai dengan Cleland
ujian saringan masuk Prodi Pendidikan Dokter et al yang mengungkapkan bahwa traditional
FK Unjani adalah Intelligence Structure Test admission test memiliki kemampuan prediksi
(IST) dan Tes Intelegensi Kolektif Indonesia yang kurang jika dibandingkan metode
(TIKI). Kedua jenis psikotest tersebut memiliki lainnya.5Perbedaan hasil dengan Prodi PSPD
dominasi dalam menguji kemampuan pada kemampuan prediksi USM kemampuan
intelegensi atau IQ calon mahasiswa. IST akademik dapat terjadi karena perbedaan
merupakan salah satu tes psikologi yang proses pembelajaran serta suasana akademik
menggali dan mengukur aspek intelegensi antara kedua Prodi tersebut. Huges et al
seseorang. Beberapa hal yang terdapat dalam (2002)12, bahwa kemampuan prediksi USM
interpretasi IST adalah penekanan berpikir terhadap performace mahasiswa dipengaruhi
konkrit, menentukan pendapat, kecerdasan oleh struktur kurikulumnya. 12
berbahasa, kemampuan berpikir logis, Terkait dengan kemampuan prediksi
berhitung, menghafal, daya ruang dan aptitude test, Simpson et al (2014)1 meneliti
JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 | 317
Sylvia MS; Iis Inayati; Irwanto Ikhlas; Fransiska AP; Muslish M | Predictive Validity Ujian Saringan Masuk Fakultas
Kedokteran terhadap IPK tahap sarjana

ujian saringan masuk mahasiswa kedokteran Daftar Pustaka


di Australia dengan membandingkan 1. Simpson LP, Scicluna AH, Jones DP, Cole
predictive validity pada USM berbasis AMD, Sullivan JOA, Harris GP, et al. .
pengetahuan (knowledge-based admission Predictive validity of a new integrated
test) dengan USM berbasis keterampilan selection process for medical school
(skills-based admission test), dengan hasil admission. BMC Medical Education
USM berbasis keterampilan memiliki (Internet). 2013. (Diakses tanggal 8
kemampuan prediksi yang lebih rendah dari Oktober 2016). Tersedia dari:
pada USM berbasis pengetahuan.13 Penelitian http://www.biomedcentral.com/1472-
Simpson et al (2014)1 dapat menjelaskan 6920/14/86
bahwa aptitude test PSPDG FK Unjani yang 2. Konsil Kedokteran Indonesia. Standar
berbasis keterampilan, memiliki kemampuan Pendidikan Profesi Dokter; 2012.
prediksi yang rendah terhadap IPK mahasiswa. 3. Julian ER. Validity of the Medical College
Hal ini dimungkinkan karena komposisi IPK Admission Test for Predicting Medical
sebagian besar mencerminkan kemampuan School Performance. Academic Medicine
kognitif, bukan psikomotor. (Internet). 2005. Diakses tanggal 6
Metode ujian psikometri memiliki Oktober 2016). Tersedia
kemampuan prediksi yang berbeda antara dari:http://citeseerx.ist.psu.edu/viewdoc
kedua Prodi. Pada beberapa penelitian /download?doi=10.1.1.453.6500&rep=re
tentang kemampuan prediksi USM, seperti p1&type=pdf.
yang dilakukan oleh Simpson et al (2014)1, 4. Cohen RJ & Swerdklik ME. Psychological
Violato et al (2005)5 dan McManus et al Testing and Assessment: An Introduction
(2013)7, telah mempertimbangkan berbagai to Tests and Measurement; 2005.
faktor yang dapat memengaruhi hasil, seperti 5. Cleland J, Dowell J, McLachlan J,
gender, latar belakang budaya, termasuk Nicholson S; Patterson F. Research
proses pembelajaran yang diprediksi. Dalam Report. Identifying best practice in
penelitian ini perbedaan proses pembelajaran selection of medical student (literature
dimungkinkan mendasari perbedaan review and interview review). [Internet]
kemampuan prediksi dari metode USM 2012. [diakses tanggal 6 Oktober 2016].
tersebut. Tersedia dari: http://www.gmc-
Secara statistik, distribusi jumlah data uk.org/Identifying_best_practice_in_the_
PSPD 4.5 kali lebih banyak dibandingkan selection_of_medical_students.pdf
dengan data PSPDG. Hal ini juga dapat 6. Violato C; Donnon T. Predicting Clinical
menjadi dasar pertimbangan dalam Performance: Does the Medical College
perbedaan hasil tersebut. Admission Test Predict Clinical Reasoning
Skills? A Longitudinal Study Employing
Simpulan the Medical Council of Canada Clinical
Metode Psikometri dan Psikotest Reasoning Examination. Academic
memiliki predictive validity yang baik terhadap Medicine Journal. 2005; 80:100-6.
IPK tahap sarjanadibandingkan dengan tes 7. McManus IC, Dewberry C, Nicholson S,
kemampuan akademik di Prodi Pendidikan Dowell JS; Woolf K; Potts HW.Construct-
Dokter. Namun, pada Prodi Pendidikan Dokter level predictive validity of educational
Gigi, nilai tes kemampuan akademik memiliki attainment and intellectual aptitude tests
predictive validity yang baik dibandingkan in medical student selection: meta-
psikometri dan aptitude test. regression of six UK longitudinal studies.
Penelitian selanjutnya diharapkan dapat BMC Medicine 2013, 11:243.
mengembangkan analisis faktor yang memiliki 8. Multinomial Logistic Regression with
pengaruh lebih kuat dalam menentukan IPK SPSS. [Internet] [disitasi tanggal 9
berdasarkan aspek penilaian yang lebih Oktober 2016]. Tersedia dari:
spesifik pada psikometri dan psikotest. http://core.ecu.edu/psyc/wuenschk/MV/
multReg/Logistic-Multinomial.pdf.
Ucapan terimakasih 9. Linn & Gronlund. Measurement and
Terimakasih kepada LPPM Unjani yang Assessment in Teaching. 8th Ed. 2000.
telah mendanai penelitian ini.
JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 | 318
Sylvia MS; Iis Inayati; Irwanto Ikhlas; Fransiska AP; Muslish M | Predictive Validity Ujian Saringan Masuk Fakultas
Kedokteran terhadap IPK tahap sarjana

10. Educational Testing Service. Graduate


Record Examinations. Psychology Test
Practice Book. [Internet]. [Diakses tanggal
10 Oktober 2016]. Tersedia
dari:www.ets.org/gre
11. Multiphasic Personality Inventory–
Adolescent. Dalam: Weiner IB, Craighead
E, editor. The Corsini Encyclopedia of
Psychology John Wiley & Sons, Inc..
[Internet] 2009 [disitasi tanggal 10
Oktober 2016]. Tersedia dari:
http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.10
02/9780470479216.corpsy0573/full.
12. Hughes P. Can we improve on how we
select medical student. Journal of The
Royal Society of Medicine. 2002; 95:18-
22.
13. Dewberry C. Aptitude Testing and Legal
Profession.[Internet].[Diakses tanggal 10
Oktober 2016]. Tersedia dari:
https://research.legalservicesboard.org.
uk

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 | 319


Yeny Dyah Cahyaningrum dkk | Validasi Kuesioner Evaluasi Progress Test pada Mahasiswa Tahap Sarjana Kedokteran
Universitas Islam Indonesia

Validasi Kuesioner Evaluasi Progress Test pada Mahasiswa


Tahap Sarjana Kedokteran Universitas Islam Indonesia

Yeny Dyah Cahyaningrum1, Utami Mulyaningrum1, Pravitasari2


1
Medical Education Unit, Fakultas Kedokteran, Universitas Islam Indonesia
2
Tim Pelaksana Progress Test Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia

Abstrak
Pendidikan dokter berbasis kompetensi memiliki target tercapainya kompetensi dalam implementasinya. Untuk menilai hal
ini dibutuhkan penilaian yang komprehensif di setiap tahun terhadap implementasi kurikulum dan capaian kompetensi
mahasiswa. Hal inilah yang menjadikan latar belakang dilaksanakannya progress test (PT) di Fakultas Kedoketan Universitas
Isam Indonesia (FK UII) selama 5 tahun terakhir. Pada tahun 2015, dilakukan evaluasi PT di akhir pelaksanaannya untuk
melihat persepsi mahasiswa terhadap PT, persiapan mahasiswa dalam melakukan PT, dan kemampuan PT dalam menilai
kemampuan kognitif mahasiswa.
Penelitian ini melakukan validitas kuesioner dengan melakukan face validity, construct validity, dan reliabilitas pada
kuesioner yang dilakukan. Kuesioner diberikan kepada 630 mahasiswa dalam 4 angkatan dalam pendidikan tahap sarjana
kedokteran. Kuesioner yang lengkap terisi sejumlah 485 kuesioner. Face validity ini dilakukan dengan mengundang 10
mahasiswa dengan beberapa perwakilan angkatan mahasiswa. Construct validity dilakukan dengan menggunakan analisis
product moment, dan reliabilitas dilakukan dengan menggunakan cronbach alpha.
Hasil penelitian ini menunjukkan face validity menyatakan 100% item kuesioner valid dan sesuai dengan kelompok item
yang direncanakan. Semua item (30 item) dalam kuesioner evaluasi PT memenuhi kriteria reliabilitas (cronbach alpha
>0.7). Uji known group validity pada jenis kelamin tidak ada perbedaan signifikan (p>0,05). Hasil analisis construct validity,
52% item kuesioner valid. Terkait dengan pengetahuan mahassiwa terhadap PT (37,5% valid), terkait dengan persiapan PT,
item yang valid sebanyak 60%, terkait dengan kemampuan PT dalam menilai pengetahuan mahasiswa sebanyak 58,33 %.
Kuesioner evaluasi PT dapat digunakan untuk mengevaluasi beberapa hal dalam PT.

Kata kunci: kemampuan kognitif, progress test, reliabilitas, validasi

Validity of Progress Test Evaluation Questionaire for Undergraduate Medical


Students
Abstract
In the implementation of competence-based curriculum, there would be attainment of competence target. To evaluate this,
a yearly comperhensive evaluation is needed in order to assess the implementation of curriculum as well as student's
competence ability. This reason has initiate the existence of Progress Test programme in the last 5 years at FK UII. In 2015,
the evaluation of PT was held to find out student's perception of PT, their preparation before PT, and the effectiveness of PT
in term of evaluating student's cognitive ability.
The validity of questionaire in this study was done using face validity, construct validity, and reliability. Questionaire was
given to 630 students of 4 different classes in every pre-clinical level of education. The number of completed questionaire is
485 questionaires. Face validity was done by inviting 10 students of different classes. Construct validity was done using
product moment analysis, and reliability was done using cronbach alpha.
Face validity result showed that 100% questionaire items were valid and in accordance with the predetermined items. All 30
items of the questionaire were within the criteria of reliability (cronbach alpha > 0,7). Known group validity test on gener
showed no statistically significant difference (p>0,05). Construct validity analysis 52% of questionairre items were valid. In
relation with students knowledge of PT 37,5% were valid, in relation with PT preparation 60% were valid, and in relation
with the effectiveness of PT to assess students ability 58,33% were valid.
PT evaluation questionaire were able to evaluate various things of PT.

Keywords: progress test, cognitive ability, reliability, validity

Korespondensi : dr. Yeny Dyah Cahyaningrum; Alamat : Jl. Kaliurang Km. 14.4, Besi ,Sleman,Yogyakarta; hp -, email : -

Pendahuluan Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI) 2012.


Implementasi kurikulum pendidikan Implementasi ini membawa konsekuensi
dokter mengacu pada KKNI (Kerangka dijadikannya SKDI sebagai salah satu rujukan
Kualifikasi Nasional Indonesia) dan Standar dalam sebagian (80%) dari keseluruhan
JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 | 320
Yeny Dyah Cahyaningrum dkk | Validasi Kuesioner Evaluasi Progress Test pada Mahasiswa Tahap Sarjana Kedokteran
Universitas Islam Indonesia

(100%) susunan kurikulum pendidikan dokter. Adanya PT diharapkan dapat memberikan


SKDI berisi tentang kompetensi dan stimulus bagi mahasiswa meningkatkan depth
kemampuan minimal yang harus dimiliki learning daripada surface learning. Hal ini
seorang dokter. Standar Pendidikan Profesi disebabkan karena retensi pembelajaran yang
dan Standar Kompetensi Dokter merupakan dilakukan dalam depth learning lebih kuat
penguatan dan pengembangan sesuai dengan daripada surface learning.5
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi PT berisi materi yang ada pada tahap
kedokteran serta sebagai upaya menjawab sarjana kedokteran. Blue print assessment
kebutuhan masyarakat terhadap penjaminan memuat materi/soal yang sejalan dengan
mutu pendidikan kedokteran sebagai bagian implementasi kurikulum berbasis kompetensi
terawal dari tercapainya patient safety dalam (KBK) FK UII tahun 2011. Setelah PT, dilakukan
penyelenggaraan praktik kedokteran. 1 evaluasi terhadap manfaat PT. Evaluasi
Implementasi kurikulum dalam hal dilakukan dengan memberikan kuesioner
pembelajarannya, membutuhkan penilaian tentang pelaksanaan PT. Berdasarkan latar
yang relevan dan tepat dengan materi yang belakang tersebut maka dilakukan penelitian
diajarkan. Proses penilaian akan sangat terhadap persepsi mahasiswa terhadap
menentukan pendekatan cara belajar yang pelaksanaan PT selama ini. Penelitian ini
akan dilakukan mahasiswa. Karena bertujuan untuk melakukan validasi terhadap
kompetensi dalam SKDI terdiri dari beberapa kuesioner yang diberikan kepada mahasiswa
area kompetensi yang komprehensif, maka mengetahui persepsi mahasiswa terhadap
penilaian yang diselenggarakanpun selayaknya implementasi PT. Hasil penelitian ini
komprehensif. Hal ini ditujukan agar diharapkan dapat memberikan informasi
mahasiswa mendapatkan feedback yang tepat tentang validitas dan reliabilitas kuesioner
terkait pembelajaran yang telah dilakukannya. dalam menilai aspek yang direncanakan.
Progress Test (PT) beberapa kali telah
direkomendasikan sebagai penilaian yang Metode
feasible dan efektif untuk menilai kemampuan Penelitian ini merupakan penelitian
mahasiswa dalam proses pembelajarannya.2 observasional analitik dengan pendekatan
Dengan harapan adanya penilaian yang cross sectional. Dalam penelitian ini akan
komprehensif dan berkala itulah, maka dilakukan analisis terhadap kuesioner evaluasi
Fakultas Kedokteran Universitas Islam PT yang diberikan kepada mahassiswa tahap
Indonesia (FK UII) menyelenggarakan PT sejak sarjana kedokteran. Kuesioner diberikan
tahun 2011. PT ini bertujuan untuk kepada seluruh mahasiswa setelah PT
mengevaluasi pencapaian kemampuan ilmu dilakukan. Kuesioner dibangun dalam 3 aspek
kedokteran biomedis dan ilmu kedokteran yaitu overview tentang PT, PT, dan
klinis dalam pendidikan tahap sarjana kemampuan PT dalam menilai kemampuan
kedokteran. Selain itu PT akan merefleksikan kognitif mahasiswa.
pelaksanaan kurikulum dan assessment yang Kuesioner diberikan kepada 630
telah berlangsung sebelumnya.3 mahasiswa dalam 4 angkatan dalam
FK UII menyelenggarakan PT di setiap pendidikan tahap sarjana kedokteran. Mereka
akhir tahun untuk mengevaluasi pencapaian adalah mahasiswa yang berada di tahun
kompetensi dalam pembelajaran. PT ini telah pertama, tahun ke dua, tahun ke tiga, dan
diselenggarakan sebanyak 5 kali sejak tahun tahun ke empat dalam tahap sarjana
2011 dan diikuti oleh seluruh mahasiswa di kedokteran.
tahap sarjana kedokteran. Hasil PT Validitas kuesioner dalam penelitian ini
menunjukkan adanya perbedaan rerata nilai dilakukan dengan melakukan face validity,
antar angkatan yang mengikuti PT.4 Angkatan construct validity,known group validity, dan
yang lebih dahulu mengikuti pembelajaran reliabilitas kuesioner. Kuesioner yang lengkap
memiliki rerata nilai yang lebih tinggi daripada terisi sejumlah 485 kuesioner. Face validity ini
angkatan sesudahnya. Keberadaan PT di FK UII dilakukan dengan berdiskusi pada 10
ini diharapkan dapat meningkatkan dan mahasiswa perwakilan tiap angkatan
mengevaluasi pola pembelajaran mahasiswa. mahasiswa. Dalam face validity peneliti

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 | 321


Yeny Dyah Cahyaningrum dkk | Validasi Kuesioner Evaluasi Progress Test pada Mahasiswa Tahap Sarjana Kedokteran
Universitas Islam Indonesia

meminta mahasiswa untuk melihat kejelasan


item kuesioner yang akan diberikan. Construct Hasil
validity dilakukan dengan menggunakan Face validity menyatakan 100% item
analisis product moment, dan reliabilitas kuesioner valid dan sesuai dengan kelompok
dilakukan dengan menggunakan cronbach item yang direncanakan. Tiga puluh item
alpha. kuesioner evaluasi PT memenuhi kriteria
reliabilitas (cronbach alpha >0.7). Hal ini
dapat dilihat /terlampir pada table di bawah
ini:

Tabel 1. Reliabiltas dan correlated item kuesioner


Item kuesioner Corellated item Cronbach alpha
Item 1 .298 .708
Item 2 .108 .721
Item 3 -.081 .733
Item 4 .215 .714
Item 5 .120 .720
Item 6 .170 .716
Item 7 .336 .705
Item 8 .332 .707
Item 9 .251 .711
Item 10 .317 .707
Item 11 .129 .720
Item 12 .187 .715
Item 13 .273 .709
Item 14 .229 .712
Item 15 .282 .709
Item 16 .295 .707
Item 17 .050 .724
Item 18 .308 .708
Item 19 .234 .712
Item 20 .471 .700
Item 21 .358 .704
Item 22 .407 .701
Item 23 .147 .717
Item 24 .352 .704
Item 25 .154 .718
Item 26 .195 .715
Item 27 .119 .721
Item 28 .407 .701
Item 29 .390 .702
Item 30 .401 .702
Sumber: data statistic

Kuesioner ini diberikan pada 155 orang


mahasiswa laki-laki dan 303 mahasiswa
JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 | 322
Yeny Dyah Cahyaningrum dkk | Validasi Kuesioner Evaluasi Progress Test pada Mahasiswa Tahap Sarjana Kedokteran
Universitas Islam Indonesia

perempuan. Uji known group validity pada dijawab dengan skala likert 1-5. Dalam
jenis kelamin tidak ada perbedaan signifikan korelasi antar item, item ini tidak cukup valid
p: 0,695 (p>0,05). dalam aspek construct validity. Hal ini
Hasil analisis construct validity 52% item dikarenakan kepemahaman mahasiswa
kuesioner valid. Prosentase ini dinilai analisis tentang PT belum baik. Progress Test
Product Moment yang dilakukan. Korelasi digunakan untuk mengevaluasi accessible
antar item yang >2,5 dinyatakan valid. knowledge, dalam hal ini mahasiswa tidak
Kuesioner terbagi dalam 3 aspek, yaitu perlu melakukan persiapan terlebih dahulu.6
overview PT secara umum (Item kuesioner no Menurut Cahyaningrum (2016—inpress)7
1-8), Persiapan PT (Item kuesioner No. 9-18), persepsi mahasiswa terhadap PT
dan kemampuan PT dalam menilai kognitif menunjukkan bahwa menurut 67,7%
mahasiswa (Item kuesioner No. 19-30). mahasiswa, PT dapat disiapkan dalam 6 jam.
Kuesioner yang menguji pengetahuan Hal ini mendukung bahwa terdapat persepsi
mahasiswa terhadap PT 37,5% valid. Item mahasiswa yang sebaiknya dievaluasi.
yang valid adalah No 1, 7, dan 8. Item Reliabilitas item yang cukup tinggi (cronbach
kuesioner yang menguji persepsi mahasiswa alpha 0,721 dan 0,733) juga terdapat pada
tentang persiapan PT yang valid sebanyak item 2 dan 3 dengan correlated item yang
60%. Item yang valid adalah No 9, 10, 13, 15, rendah (r:0,108 dan -0,081). Hal ini
16, 18. Terkait dengan kemampuan PT dalam dikarenakan mahasiswa belum merasakan
menilai pengetahuan mahasiswa sebanyak manfaat adanya PT. Lamanya waktu yang
58,33 %. Item yang valid terdapat pada No 20, digunakan untuk mengerjakan PT belum
21, 22, 24, 28, 29, 30. sepenuhnya dirasakan oleh mahasiswa.
Mahasiswa merasakan bahwa PT bukan
Pembahasan merupakan test yang fair (33,1%) dan 58,8%
Validasi kuesioner evaluasi PT ini mahasiswa merasa waktunya terbuang ketika
merupakan hal yang relatif baru dalam dunia mengerjakan PT.8
pendidikan kedokteran Indonesia. Hal ini Item-item yang valid dalam evaluasi PT
dikarenakan implementasi PT yang belum untuk mengetahui persepsi mahasiswa dalam
dilakukan oleh seluruh institusi Fakultas PT terlihat dalam item no 9 “Saya
Kedokteran Indonesia. Validasi kuesioner mengerjakan PT dengan sungguh-sungguh
evaluasi PT ini dimaksudkan agar dalam untuk materi yang sudah saya pelajari” dan no
pelaksanaan PT terdapat alat yang valid dalam 10 “saya merasa persiapan PT penting” sejalan
melihat kembali hal-hal yang diselenggarakan dengan persepsi mahasiswa bahwa PT akan
dan terkait dengan penyelenggaraan PT. Hal mendorong mahasiswa untuk mempelajari
ini dikarenakan PT adalah salah satu cara kembali materi di blok”. Hal ini sesuai dengan
untuk memberikan feedback personal kepada penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh
mahasiswa tentang hal-hal yang sudah Wade, et al (2012)5 bahwa pengalaman ini
didapatkannya dalam kurikulum.6 Selain itu PT akan membuat mahasiswa ingin belajar
juga dapat digunakan sebagai masukan dengan pendekatan deep approach sehingga
terhadap institusi tentang keberhasilan mahasiswa akan mempunyai motivasi intrinsik
implementasi kurikulum. PT akan dapat dalam proses pembelajaran mereka.
memberikan masukan tidak pada murni
ketercapaian tujuan belajar dalam blok, Kesimpulan
proses pengajaran yang diberikan pakar, PT Kuesioner evaluasi PT dapat digunakan
akan memberikan masukan terhadap product untuk mengevaluasi beberapa hal dalam
atau hasil akhir dari seluruh proses yang telah pelaksanaan PT, termasuk dalam hal ini
berjalan sinergi .7 persepsi mahasiswa terkait dengan
Item kuesioner dengan reliabilitas baik kemampuan PT dalam menilai kemampuan
terdapat pada kuesioner no 17 (0.724). kognitif mahasiswa.
Kuesioner ini menanyakan tentang persiapan
mahasiswa dalam menghadapi PT, “Enam jam Ucapan Terimakasih
cukup bagi saya untuk menyiapkan PT”

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 | 323


Yeny Dyah Cahyaningrum dkk | Validasi Kuesioner Evaluasi Progress Test pada Mahasiswa Tahap Sarjana Kedokteran
Universitas Islam Indonesia

Ucapan terimakasih kami haturkan


kepada Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Indonesia dan seluruh
jajarannya yang telah memberikan
kesempatan sehingga terselesaikannya
penelitian ini. Terimakasih juga kami haturkan
kepada Kaprodi Pendidikan Dokter dan Ketua
MEU Fakultas Kedokteran Universitas Islam
Indonesia dan jajarannya yang telah
mendorong untuk terselesaikannya penelitian
ini, sebagai sebuah tindak lanjut dari program
penilaian yang komprehensif di Fakultas
Kedokteran Universitas Islam Indonesia.

Daftar Pustaka
1. Konsil Kedokteran Indonesia. 2012. Standard
Kompetensi Dokter Indonesia; Jakarta
2. Aarts, R., Steidel, K., Manuel, B.A. and
Driessen, E.W., Progress testing in resource-
poor countries: A case from Mozambique.
Medical teacher, 32(6); 2010. pp.461-463.
3. Wrigley, W.,Vleuten, CPMVD.,Freeman, A.,
Muijtjens, A., 2012, A systemic Framework for
the Progress Test: Strength, Constraints, and
issue : AMEE GUIDE No.71. Medical Teacher,
34:683-697
4. Cahyaningrum YD, Progress Test Profile in
Assessing Students Performance, Proceeding
of 8th International Medical Education
Conference, Malaysia
5. Wade, L., Harrison, C., Hollands, J., Mattick, K.,
Rickets, C., Wass, V, 2012. Students
Perceptions of The Progress Test in Two
Settings and The Implications for test
Deployment. Adv Health Sci Educ, 17:573-583
6. Schwartz P., A Most Unusual Examination:
Progress Testing at the University of Otago
Medical School. GPPG,
www.akoaotearoa.ac.nz/gppg-ebook
7. Cahyaningrum, YD., Saputra AF.,
Mulyaningrum, U., 2016. Persepsi Mahasiswa
Kedokteran Dalam Pelaksanaan PT. in press
8. Chen, Y., Henning, M., Yielder, J., Jones, R.,
Wearn, A. and Weller, J., 2015. Progress
testing in the medical curriculum: students’
approaches to learning and perceived stress.
BMC medical education, 15(1), p.147.

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 | 324


Dwi Retno dan Yenny Dyah C | Implementasi Kompetensi Sistem Reproduksi dalam SKDI 2012 pada KBK 2011 FK UII

Implementasi Kompetensi Sistem Reproduksi dalam Standard Kompetensi


Dokter Indonesia (SKDI) 2012 pada Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)
2011 FK UII

Dewi Retno, Yeny Dyah Cahyaningrum


Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia

Abstrak
KBK 2011 FK UII merupakan kurikulum yang disusun dengan pendekatan spiral model kurikulum, yang berasal dari
kompetensi SKDI dan masukan pakar departemen terkait. Pada penelitian ini dilakukan evaluasi terhadap rancangan
spiralitas kompetensi yang terimplementasi dalam KBK 2011 FK UII. Penelitian ini bersifat deskriptif yang bertujuan
meninjau ketercakupan daftar penyakit dan ketrampilan klinis yang harus dikuasai dokter umum sesuai dengan SKDI 2012
dalam KBK 2011. Data diambil dari implementasi kurikulum terkait kompetensi sistem reproduksi KBK 2011 dibandingkan
dengan daftar penyakit dan ketrampilan klinis pada SKDI 2012. Daftar penyakit sesuai SKDI 2012 yang sudah tercakup pada
kurikulum KBK 2011 sebesar 99,94%, dan sebesar 0,06% materi yang belum tercakup. Ketrampilan klinis sesuai SKDI 2012
dengan tingkat kemampuan 4 sebesar 75,68% didapat melalui ketrampilan medik, dan 24,32% melalui kuliah dan tutorial.
Sebagian besar (99,94%) kompetensi sistem reproduksi dalam SKDI 2012 sudah tercakup di dalam KBK 2011. Beberapa
materi yang belum tercakup terutama level kompetensi 3 dan 4 diharapkan dapat ditambahkan dalam pembelajaran.
Keyword: spiral kurikulum, kompetensi, reproduksi

Competence Implementation of Reproductive System in Indonesia Physician


Competency Standards in 2012 on Competency-Based Curriculum 2011 FK UII
Abstract
Competence-Based Curriculum year 2011 Faculty of Medicine Universitas Islam Indonesia (KBK 2011 FK UII) is a curriculum
that was constructed with a spiral model approach, which originated from Indonesia Medical Doctor Competence Standard
(SKDI) along with recommendations from expert of relevant department. This research would evaluate the implementation
of spirality competence concept of KBK 2011 FK UII. This research is a descriptive study which aims to assess the coverage
of disease and medical skills that need to be mastered by general practitioner based on SKDI 2012 according to KBK 2011.
Data was taken from curriculum’s implementation related to the reproductive system and then compared with the list of
diseases and medical skills in SKDI 2012.List of disease based on SKDI 2012 that has been covered is 99% and 1% has not
been covered. Clinical skills based on SKDI 2012 have been covered as much as 85,55% through skills lab, and 62,66% were
given through medic activity.Most competence related to reproductive system in SKDI 2012 has been covered in KBK 2011.
A few subjects that have not been included, especially those with level 3 and 4 of competence, is hoped to be included in
the learning process.

Keywords :competence, reproduction, spiral curriculum

Korespondensi :Dewi Retno Wulandari Zain, dr. Blok T Lanud Adi Sucipto Yogyakarta. 08179150610.
Dewiretno3@gmail.com

Pendahuluan stakeholder (orang tua mahasiswa, pihak


Fakultas Kedokteran Universitas Islam rumah sakit, dan dinas kesehatan).
Indonesia (FK UII) adalah salah satu fakultas Saat ini FK UII menggunakan KBK 2011
kedokteran swasta terbaik di Indonesia. yang merupakan hasil evaluasi dan
Kurikulum program studi pendidikan dokter penyempurnaan dari KBK 2005. Pada KBK
fakultas kedokteran islam Indonesia disusun 2011, struktur kurikulum dibagi atas 2 tahapan
berpedoman pada visi-misi UII dan visi-misi FK yaitu tahap pendidikan sarjana kedokteran
UII serta memperhatikan tujuan program dan tahap pendidikan klinik. Tahap pendidikan
studi. Konsep dari visi dan misi ini sejalan sarjana kedokteran terdiri atas 24 blok yang
dengan konsep Kurikulum Berbasis terbagi atas 4 fase yaitu fase I (Introduksi dan
Kompetensi (KBK) yang menjadi kebijakan dari ilmu biomedis), fase II (Patologi penyakit), fase
kurikulum pendidikan dokter dari Konsil 3 (Pengelolaan Masalah Kesehatan), dan fase
Kedokteran Indonesia serta masukan dari 4 (Komprehensif) yang ditempuh pada
semester I-VII. Sedangkan tahap pendidikan
JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 | 325
Dwi Retno dan Yenny Dyah C | Implementasi Kompetensi Sistem Reproduksi dalam SKDI 2012 pada KBK 2011 FK UII

klinik terdiri pada semester VIII-XI terdiri dari


13 stase/rotasi klinik ditempuh selama 2 Metode
tahun. Penelitian ini bersifat deskriptif yang
KBK 2011 FK UII merupakan kurikulum bertujuan meninjau ketercakupan daftar
yang disusun dengan pendekatan spiral penyakit dan ketrampilan klinis yang harus
model kurikulum, yang berasal dari dikuasai dokter umum sesuai dengan SKDI
kompetensi Standar Kompetensi Dokter 2012 dalam KBK 2011 FK UII.
Indonesia (SKDI) dan masukan pakar Pada penelitian ini diambil daftar
departemen terkait. Rancangan awal makro penyakit sIstem reproduksi yang tercantum
dan meso kurikulum, menjabarkan konsep pada SKDI 2012, sesuai dengan tingkat
“spiralitas” pada semua kompetensi SKDI 2012 kompetensi untuk dokter umum. Kemudian
dalam semua blok. SKDI merupakan standar dibandingkan dengan KBK 2011 FK UII dengan
minimal kompetensi lulusan dan bukan melihat ketercakupan penyakIt dan
merupakan standar kewenangan DLP. SKDI keterampilan klinis yang telah diberikan
telah digunakan sebagai acuan untuk kepada mahasiswa. Data diambil dari
pengembangan KBK.SKDI dilengkapi dengan implementasi kurikulum terkait kompetensi
daftar pokok bahasan, daftar masalah, daftar sistem reproduksi KBK 2011 dibandingkan
penyakit, dan daftar keterampilan klinis.Fungsi dengan daftar penyakit dan keterampilan
utama keempat daftar tersebut sebagai acuan klinis pada SKDI 2012.
bagi institusi pendidikan kedokteran
dalammengembangkan kurikulum Hasil
institusional. Pada SKDI 2012 sistem reproduksi
KBK 2011 yang sudah berjalan selama 5 mencakup 101 daftar penyakit yang harus
tahun belakangan ini diterapkan pada seluruh dikuasai oleh dokter umum, 11 (10,89%)
blok yang berjalan di FK UII. Sampai saat ini penyakit dengan level kompetensi 1
belum pernah dilakukan evaluasi dari KBK (mengenali dan menjelaskan), 41 (40,59%)
2011 yang sudah berjalan. Tujuan penyakit dengan level kompetensi
dilakukannya penelitian ini untuk evaluasi dan 2(mendiagnosis dan merujuk), 35 (34,65%)
memberi masukan kepada fakultas penyakit dengan level kompetensi 3
kedokteran FK UII terkait KBK 2011 . Untuk (mendiagnosis, melakukan penatalaksanaan
memulai hal tersebut, maka kami mengambil awal, dan merujuk) terdiri atas level
salah satu blok dalam tahap pendidikan kompetensi 3A (bukan gawat darurat)
sarjana kedokteran di FK UII yaitu blok 3.1 sebanyak 16 (45,71%) penyakit dan level
Kehamilan dan Masalah Reproduksi untuk kompetensi 3B (gawat darurat) sebanyak 19
dievaluasi terkait ketercakupan materi (54,29%) penyakit, 19 (18,81%) penyakit
penyakit maupun keterampilan medis. dengan level kompetensi 4 (mendiagnosis,
Blok 3.1 Kehamilan dan Masalah melakukan penatalaksanaan secara mandiri
Reproduksi terdapat pada tahun ke-3, fase ke- dan tuntas).
3 blok ke-1 (3.1) di semester V. Lama proses Berdasarkan data kurikulum sistem
pembelajaran dalam blok ini adalah 8 minggu reproduksi KBK 2011 FK UII dibandingkan
(7 minggu efektif dan 1 minggu ujian), dengan dengan daftar penyakit yang terdapat pada
bobot 6,5 SKS. Pembelajaran pada blok ini SKDI 2012, sebanyak 57,43% penyakit
terdiri dari 7 modul, yaitu modul kehamilan, didapatkan dari kuliah pakar terdiri atas
modul persalinan, modul postpartum dan 18,97% penyakit dengan level kompetensi 1,
puerperium, modul gangguan menstruasi dan 56,90% penyakit dengan level kompetensi 2,
neoplasma, modul infeksi, modul infertilitas, 10,34% penyakit dengan level kompetensi 3A,
dan modul kontrasepsi. Blok ini juga disusun dan 13,97% penyakit dengan level kompetensi
dengan pendekatan spiralitas dengan blok- 3B. Daftar penyakit dengan level 3B (distosia
blok lain seperti blok endokrin dan masalah dan partus lama) sebesar 1,98% didapatkan
reproduksi, blok tumbuh kembang, blok melalui kuliah pakar dan juga diskusi tutorial.
kehamilan dan masalah reproduksi, dan blok Sebanyak 40,59% daftar penyakit didapatkan
ilmu kesehatan anak. melalui diskusi tutorial, terdiri atas 20,51%

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 | 326


Dwi Retno dan Yenny Dyah C | Implementasi Kompetensi Sistem Reproduksi dalam SKDI 2012 pada KBK 2011 FK UII

penyakit masing – masing dengan level 10. Vasa previa 2 Diskusi


kompetensi 2 dan 3A, 23,08% penyakit tutorial
dengan level kompetensi 3B, dan 35,90%
penyakit dengan level kompetensi 4.Adapun 11. Abruptio placenta 2 Diskusi
sebaranpenyakit level kompetensi 1, 2, 3A, 3B tutorial
12. Inkompeten servix 2 Kuliah pakar
dan 4 SKDI 2012 dan metode
13. Polihidramnion 2 Diskusi
pembelajarannya di FK UII menurut KBK 2011
tutorial
secara berurutan dapat dilihat pada tabel 1-5. 14. Kelainan letak 2 Kuliah pakar
janin setelah 36
Tabel 1. Daftar penyakit level kompetensi 1 SKDI minggu
2012 dan metode pembelajarannya di FK UII 15. Kehamilan ganda 2 Kuliah pakar
menurut KBK 2011 16. Kelainan janin 2 Kuliah pakar
Kompe Metode 17. Diproporsi kepala 2 Kuliah pakar
Daftar penyakit
tensi pembelajaran panggul
1. Hyperplasia 1 Kuliah pakar 18. Intra uterin fetal 2 Kuliah pakar
endometrium death
2. Polikistik ovarium 1 Kuliah pakar 19. Ruptur uteri 2 Kuliah pakar
3. Karsinoma 1 Kuliah pakar 20. Malpresentasi 2 Kuliah pakar
endomerium 21. Tromboemboli 2 Kuliah pakar
4. Karsinoma 1 Kuliah pakar 22. Inkontinensia 2 Kuliah pakar
ovarium urine
5. Koriokarsinoma 1 Kuliah pakar 23. Inkontinensia 2 Kuliah pakar
adenomiosis, feses
mioma 24. Thrombosis vena 2 Kuliah pakar
6. Tumor filoides 1 Kuliah pakar dalam
7. Penyakit paget 1 Kuliah pakar 25. Tromboplebitis 2 Kuliah pakar
8. Malformasi 1 Kuliah pakar 26. Fistula (vesiko- 2 Kuliah pakar
congenital vagina, uretero-
9. Kistokel 1 Kuliah pakar vagina,
10.Rectokel 1 Kuliah pakar rectovagina)
11.Malformasi 1 Kuliah pakar 27. Hematokolpos 2
congenital uterus 28. Endometriosis 2 Kuliah pakar
29. menopause, 2 Kuliah pakar
Tabel 2. Daftar penyakit level kompetensi 2 SKDI perimenapause
2012 dan metode pembelajarannya di FK UII syndrome
menurut KBK 2011 30. kehamilan ektopik 2 Diskusi
Metode tutorial
Kompet
Daftar penyakit pembelajara 31. karsinoma servix 2 Kuliah pakar
ensi
n 32. teratoma ovarium/ 2 Kuliah pakar
1. Toxoplasmosis 2 Kuliah pakar kista dermoid
2. Infeksi Virus 2 Diskusi 33. kista ovarium 2 Kuliah pakar
Herpes tipe 2 tutorial 34. malpresentasi 2 Kuliah pakar
3. Inkompatibilitas 2 Diskusi 35. inflamasi, abses 2 Kuliah pakar
darah tutorial 36. fibrokista 2 Kuliah pakar
4. Mola hidatidosa 2 Kuliah pakar 37. fibroadenoma 2 Kuliah pakar
5. Hipertensi pada 2 Kuliah pakar mammae
kehamilan 38. karsinoma 2 Kuliah pakar
6. Diabetes 2 Kuliah pakar payudara
gestasional 39. ginekomastia 2 Kuliah pakar
7. Kehamilan Post 2 Kuliah pakar 40. gangguan ereksi 2 Kuliah pakar
term 41. gangguan Ejakulasi 2 Kuliah pakar
8. Insufisiensi 2 Diskusi
plasenta tutorial
9. Plasenta previa 2 Diskusi
tutorial

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 | 327


Dwi Retno dan Yenny Dyah C | Implementasi Kompetensi Sistem Reproduksi dalam SKDI 2012 pada KBK 2011 FK UII

8. Distosia 3B Diskusi tutorial


dan Kuliah pakar
9. Partus lama 3B Diskusi tutorial
dan Kuliah pakar
Tabel 3. Daftar penyakit level kompetensi 3A SKDI
10. Prolaps tali pusat 3B Diskusi tutorial
2012 dan metode pembelajarannya di FK UII
11. Hipoksia janin 3B Kuliah pakar
menurut KBK 2011
12. Rupture servix 3B Kuliah pakar
Metode
Kompe 13. Rupture 3B Diskusi tutorial
Daftar penyakit pembelajara
tensi perineum tingkat
n
3-4
1. sifilis 3A Diskusitutori
al 14. Retensi plasenta 3B Diskusi tutorial
2. Kondiloma 3A Diskusi 15. Inversion uterus 3B Kuliah pakar
akuminata tutorial 16. Perdarahan post 3B Diskusi tutorial
3. Servisitis 3A Diskusi partum
tutorial 17. Endometritis 3B Diskusi tutorial
4. Penyakit radang 3A Diskusi 18. subinvolusi 3B Kuliah pakar
panggul tutorial uterus
5. Infeksi intra-uteri: 3A Kuliah pakar 19. torsi dan rupture 3B Kuliah pakar
korioamnionitis kista
6. Janin tumbuh 3A Kuliah pakar
lambat Tabel 5. Daftar penyakit level kompetensi 4 SKDI
7. Persalinan preterm 3A Diskusi 2012 dan metode pembelajarannya di FK UII
tutorial menurut KBK 2011
8. Bayi post matur 3A Kuliah pakar Kompe Metode
Daftar penyakit
9. Ketuban pecah dini 3A Kuliah pakar tensi pembelajaran
10. Kista dan abses 3A Diskusi 1. sindrom duh 4A Diskusi tutorial
kelenjar bartolini tutorial (discharge) genital
11. Corpus alienum 3A Diskusi (gonore dan non
vagina tutorial gonore
12. Kista gardner 3A Kuliah pakar 2. infeksi saluran 4A Diskusi tutorial
13. Kista nabotian 3A Kuliah pakar kemih bagian bawah
14. Polip cervix 3A Diskusi 3. vulvitis 4A Diskusi tutorial
tutorial 4. vaginitis 4A Diskusi tutorial
15. Prolaps uterus, 3A Kuliah pakar 5. vaginosis bakterialis 4A Diskusi tutorial
sistokel, rektokel 6. salpingitis 4A Diskusi tutorial
16. Infertilitas 3A Kuliah pakar 7. kehamilan normal 4A Diskusi tutorial
8. aborsi spontan 4A Diskusi tutorial
komplit
Tabel 4. Daftar penyakit level kompetensi 3B SKDI
2012 dan metode pembelajarannya di FK UII 9. anemia defisiensi 4A Diskusi tutorial
menurut KBK 2011 besi pada kehamilan
Kompe Metode 10. rupture perineum 4A Diskusi tutorial
Daftar penyakit tingkat 1-2
-tensi pembelajaran
1. Abses tubo- 3B Diskusi tutorial 11. abses folikel rambut 4A Diskusi tutorial
ovarium atau kelenjar
sebacea
2. Infeksi pada 3B Kuliah pakar
kehamilan: 12. mastitis 4A Diskusi tutorial
TORCH, hepatitis 13. cracked nipple 4A Diskusi tutorial
B, malaria 14. inverted nipple 4A Diskusi tutorial
3. Aborsi 3B Diskusi tutorial
mengancam Daftar keterampilan klinis yang
4. Aborsi spontan 3B Diskusi tutorial tercantum pada SKDI 2012 terdapat 83
inkomplit macam ketrampilan yang harus dikuasai oleh
5. Hiperemesis 3B Diskusi tutorial dokter umum, terdiri atas 4 (4,82%)
gravidarum keterampilan dengan level kompetensi 1
6. Preeklamsia 3B Kuliah pakar (knows: mengetahui dan menjelaskan), 13
7. Eklampsia 3B Kuliah pakar
JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 | 328
Dwi Retno dan Yenny Dyah C | Implementasi Kompetensi Sistem Reproduksi dalam SKDI 2012 pada KBK 2011 FK UII

(15,66%) ketrampilan dengan level


kompetensi 2 (knows how: pernah melihat
atau pernah didemonstrasikan), 14 (16,87%)
keterampilan dengan level kompetensi 3
(shows: pernah melakukan atau pernah Tabel 7. Keterampilan Klinis level kompetensi 2
menerapkan di bawah supervisi), dan 51 SKDI 2012 dan metode pembelajarannya di FK UII
(61,45%) keterampilan dengan level menurut KBK 2011
kompetensi 4A (Does: mampu melakukan Metode
secara mandiri). Keterampilan Kompe Pembelajaran
Keterampilan klinis yang tercakup pada Klinis tensi 1. 2. 3.1 3.2
kurikulum system reproduksi KBK 2011 FK UII 5 4
dibandingkan dengan daftar keterampilan 1. laparaskopi 2 Kuli
klinis yang terdapat pada SKDI 2012, sebanyak diagnostic ah
2. insersi 2
85,55 % materi keterampilan klinis sesuai
pessarium
dengan SKDI 2012 sudah tercakup dalam
3. laparaskopi- 2 Kuli
kurikulum KBK 2011 FK UII, dimana 15,66% terapeutik ah
diantaranya didapatkan dari berbagai blok. 4. incise abses 2
Sebanyak 1,2% materi keterampilan klinis lainnya
masing-masing didapatkan dari kegiatan 5. laparaskopi, 2 Kuli
medik/diskusi tutorial dan medik/kuliah pakar, sterilisasi ah
4,82% materi keterampilan klinis didapatkan 6. amniosentesi 2 Kuli
dari diskusi tutorial, 30,12% melalui kuliah s ah
pakar, dan 62,66% melalui kegiatan medik. 7. 329horionic 2
Materi keterampilan medis yang belum villus
tercakup di dalam kurikulim KBK 2011 FK UII sampling
sebayak 14,45% terdiri dari 16,67% materi 8. insersi 2
kateter untuk
keterampilan klinis masing-masing dengan
tekanan intra
level kompetensi 1 dan 3, 41,67% dengan level uterus
kompetensi 2, dan 25% dengan level 9. anestesi 2 Kuli
kompetensi 4A. Adapun sebaran keterampilan pudendal ah
klinis level kompetensi 1, 2, 3 dan 4A SKDI 10. anestesi 2 Kuli
2012 dan metode pembelajarannya di FK UII epidural ah
menurut KBK 2011 secara berurutan dapat 11. menjahir luka 2 Kuli
dilihat pada tabel 6-9. episiotomy ah
derajat 4
12. pengambilan 2
darah fetus
13. operasi 2 Kuli
Tabel 6. Keterampilan Klinis level kompetensi 1
Caesar ah
SKDI 2012 dan metode pembelajarannya di FK UII
menurut KBK 2011
Metode
Keterampilan Kompet Pembelajaran Tabel 8. Keterampilan Klinis level kompetensi 3
Klinis ensi 1. 2. 3.1 3. SKDI 2012 dan metode pembelajarannya di FK UII
5 4 2 menurut KBK 2011
1. histerosalphin 1 Kuli Kom Metode Pembelajaran
Keterampilan
gografi (HSG) ah pete 3.
Klinis 1.5 2.4 3.1
2. peniupan 1 nsi 2
tuba falopii 1. pemeriksaan 3 Me Me Me
3. inseminasi 1 rectal: palpasi dik dik dik
arifisial kantong
4. kolposkopi 1 Kuli douglas,
ah uterus,
adnexa
2. pemeriksaan 3 Me Me Me
JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 | 329
Dwi Retno dan Yenny Dyah C | Implementasi Kompetensi Sistem Reproduksi dalam SKDI 2012 pada KBK 2011 FK UII

combined dik dik dik 3. Palpasi 4A Me


recto-vagina penis, testis, dik
ductus
3. pemeriksaan 3 Kuli spermatic
kehamlan ah epididymis
USG 4. Transilumina 4A Me Me
perabdominal si skrotum dik dik
4. kuretase 3 Kuli 5. Pemeriksaan 4A Me Me
ah fisik umum dik dik
5. uji pasca 3 termasuk
koitus, pemeriksaan
perolehan payudara
bahan uji, (inspeksi dan
penyiapan palpasi)
dan penilaian 6. Inspeksi dan 4A Me Me Me
slide palpasi dik dik dik
6. elektro or 3 genitalia
cryoagulatio eksterna
cervix 7. Pemeriksan 4A Me Me Me
7. insersi dan 3 Me speculum: dik dik dik
ekstraksi dik inspeksi
implant vagina dan
8. CTG: 3 Kuli serviks
melakukan& ah 8. Pemeriksaan 4A Me Me Me
menginterpre bimanual: dik dik dik
tasikan palpasi
9. Menjahit luka 3 Kuli vagina,
episiotomy ah serviks,
serta laserasi korpus uteri,
derajat 3 ovarium
10. Induksi 3 Kuli 9. Melakukan 4A Me
kimiawi ah swab vagina dik
persalinan 10. Duh 4A Me
11. Menolong 3 Kuli (discharge) dik
persalinan ah genital: bau,
dengan pH,
presentasi pemeriksaan
bokong dengan
12. Pengambilan 3 Kuli pewarnaan
plasenta ah gram, salim
secara dan KOH
manual 11. Melakukan 4A Me Me
13. Ektraksi 3 Kuli Pap’s smear dik dik
vakum ah 12. Pemeriksaan 4A Me
rendah IVA dik
14. Pertolongan 3 Kuli 13. Pemeriksaan 4A Kuli
distosia bahu ah semen ah
14. Kurva 4A Kuli
Tabel 9. Keterampilan Klinis level kompetensi 4A temperature ah
SKDI 2012 dan metode pembelajarannya di FK UII basal,
menurut KBK 2011 intruksi,
Keterampilan Komp Spiralitas penilaian
Klinis etensi 1.5 2.4 3.1 3.2 hasil
1. Inspeksi 4A Me 15. Pemeriksaan 4A Kuli
penis dik mucus ah
2. Inspeksi 4A Me serviks, tes
skrotum dik fern
JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 | 330
Dwi Retno dan Yenny Dyah C | Implementasi Kompetensi Sistem Reproduksi dalam SKDI 2012 pada KBK 2011 FK UII

16. Melatih 4A Me Kuli (penilaian


pemeriksaan dik ah serviks,
payudara dilatasi,
sendiri membrane,
17. Insisi abses 4A presentasi
bartholini janin dan
18. Konseling 4A Me penurunan)
kontrasepsi dik 34. Menolong 4A Me
19. insersi dan 4A Me persalinan dik
ekstraksi IUD dik fisiologis
20. Kontrapsi 4A Me sesuai
injeksi dik asuhan
21. Penanganan 4A Me persalinan
komplikasi dik normal
KB (IUD, pil, (APN)
suntik, 35. Pemecahan 4A Me
implant) membrane dik
22. Identifksi 4A Me ketuban
kehamilan dik sesaat
resiko tinggi sebelum
23. Konseling 4A Me melahirkan
prakonsepsi dik 36. Anestesi 4A Me
24. Pelayanan 4A Me lokal di dik
perawatan dik perineum
antenatal 37. Episiotomy 4A Me
25. Inspeksi 4A Me dik
abdomen dik 38. Resusitasi 4A Me Me
wanita hamil bayi baru dik dik
26. Palpasi: 4A Me lahir
tinggi fudus, dik 39. Menilai skor 4A Me Me
maneuver apgar dik dik
Leopold, 40. Pemeriksaan 4A Me Kul
penilaian fisik bayi dik iah
posisi dari baru lahir
luar 41. Postpartum: 4A Me
27. Megukur 4A Me pemeriksaan dik
denyut dik tinggi
jantung janin fundus,
28. Pemeriksaan 4A Me plasenta:
dalam pada dik lepas/tersisa
kehamilan 42. Memperkira 4A Me
muda kan/menguk dik
29. Pemeriksaan 4A Me ur
pelvimetri dik kehilangan
klinis darah
30. Tes 4A Tut sesudah
kehamilan oria melahirkan
l 43. Menjahit 4A Kuli
31. Permintaan 4A Me luka ah
pemeriksaan dik episiotomy
USG obsgyn serta laserasi
32. Pemeriksaan 4A Kuli derajat 1 dan
USG Obsgyn ah 2
(screening 44. Inisiasi 4A Tut
obstetric) menyusu oria
33. Pemeriksaan 4A Me dini l
obstetric dik 45. Kompresi 4A Tut
JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 | 331
Dwi Retno dan Yenny Dyah C | Implementasi Kompetensi Sistem Reproduksi dalam SKDI 2012 pada KBK 2011 FK UII

bimanual oria dimasukkan dalam proses pembelajaran


(eksterna, l selanjutnya.
interna,
aorta)
46. Menilai 4A Tut
lochia oria
l
Daftar Pustaka
47. Palpasi posisi 4A Me
fundus dik 1. Konsil Kedokteran Indonesia, Standar
48. Payudara: 4A Me Tut Kompetensi Dokter Indonesia. Jakarta:
inspeksi, dik oria Konsil Kedokteran Indoesia (KKI); 2012
manajemen l 2. Yasser S, Michael R, Aziz S. 2006.
laktasi Undergraduate allergy teaching in a UK
49. Mengajarkan 4A Me medical school: mapping and assessment
hygiene dik of an undergraduate curriculum. [online
50. Konseling 4A Me article] Available from http://intl.
kontrasepsi dik elsevierhealth.com/journals/pcrj/
atau KB psca
3. Harden RM. 2007. Learning outcomes as
salin
a tool to assess progression.
51. Perawatan 4A
luka
International Virtual Medical School
episiotomy (IVIMEDS), Dundee.UK
52. Perawatan 4A 4. Sabzwari SR, Bhanji S, Zuberi RW. 2011.
luka operasi Integration of Geriatrics into a Spiral
Caesar Undergraduate Medical Curricullum in
Pakistan: Evaluation and Feedback of
Pembahasan Third-Year Medical Students. Available
Dari data di atas didapatkan bahwa from http://www.educationforhealth.net
sebagian besar daftar masalah penyakit pada 5. Jason R.frank, dkk. 2010. Competency-
system reproduksi sudah tercakup dalam KBK based medical education: theory to
2011 FK UII, dan hanya sebagian kecil daftar practice. Available from
penyakit yang belum tercakup dalam informahealthcare.com by University of
kurikulum ini. Sedangkan untuk keterampilan Ottawa on 04/17/11
klinis pada system reproduksi sebagian besar 6. Roger Y Wong and J Mark Roberts. 2007.
keterampilan dengan level kompetensi 4A Real time curriculum map for internal
sudah tercakup di dalam KBK 2011 FK UII dan medicine residency. Available from
hanya sebagian kecil materi dengan level http://www.biomedcentral.com/I472-
kompetensi 3 dan 4A yang masih belum 6920/7/42
tercakup dalam kurikulum ini. 9. Tim Blok Kehamilan dan Masalah
Reproduksi. Panduan Blok Kehamilan dan
Simpulan Masalah Reproduksi. Yogyakarta:
Berdasarkan hal tersebut, maka dapat ditarik Fakultas Kedokteran Universitas Islam
kesimpulan bahwa KBK 2011 FK UII yang Indonesia; 2016
disusun dengan pendekatan spiral model
kurikulum, yang berasal dari kompetensi SKDI
dan pakar dari departemen terkait sudah
cukup baik dalam mengampu materi yang
terkait dengan system reproduksi. Untuk
kedepannya, diharapkan materi yang
berkaitan dengan daftar penyakit maupun
keterampilan klinis yang belum tercakup
dalam KBK 2011 FK UII ini, terutama dengan
level kompetensi 3 dan 4 diharapkan dapat

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 | 332


Yuni Susanti Pratiwi dkk | IPK Tahap Sarjana dan Hasil MDE sebagai Prediktor Kelulusan CBT UKMPPD

Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) Tahap Sarjana dan Hasil Multidisciplinary


Examination (MDE) sebagai Prediktor Kelulusan CBT UKMPPD pada
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Periode 2015-2016

Yuni Susanti Pratiwi1, Susi Susanah2, Achadiyani1, Dany Hilmanto2


1
Departemen Anatomi, Fisiologi dan Biologi Sel, 2Departemen Ilmu Kesehatan Anak
Universitas Padjadjaran, Bandung, Indonesia

Abstrak
Uji Kompetensi Mahasiswa Program Profesi Dokter (UKMPPD) adalah uji kompetensi yang bersifat high-stake exam di
tataran nasional sebagai salah satu upaya penjaminan mutu pendidikan tinggi bidang kesehatan sesuai dengan amanah UU
No.12/2012. Kompetensi akan dicapai mahasiswa setelah melalui proses pembelajaran terstruktur berbasis kompetensi.
Kurikulum, proses pembelajaran dan evaluasi pembelajaran yang sesuai dan berbasis kompetensi sejak tahap sarjana akan
menjadi alur yang jelas untuk kelulusan mahasiswa pada UKMPPD. Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk menganalisis
apakah IPK tahap Sarjana dan skor MDE dapat menjadi prediktor kelulusan UKMPPD. Penelitian ini menggunakan
rancangan deskriptif analitik dengan populasi adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran yang
mengikuti UKMPPD periode Februari 2015 sampai dengan Agustus 2016 sebanyak 524 peserta. Analisis data menggunakan
analisis uji korelasi (Pearson Correlation).Hasil penelitian diperoleh korelasi antara antara nilai IPK tahap Sarjana dengan
skor CBT UKMPPD begitu juga dengan rata-rata skor MDE tahap Sarjana dengan skor CBT UKMPPD.Simpulan.Hal ini
menunjukkan bahwa proses pembelajaran dan metode evaluasi pembelajaran berkaitan erat dengan kelulusan mahasiswa
pada UKMPPD sebagai refleksi kompetensi mahasiswa. Hasil ini menunjukkan bahwa IPK dan rata-rata nilai MDE tahap
sarjana dapat menjadi prediktor skor kelulusan CBT UKMPPD. Hal ini juga menunjukkan bahwa kelulusan mahasiswa pada
UKMPPD merupakan suatu proses berkelanjutan dari tahap sarjana dan profesi. Penelitian selanjutnya pada aspek OSCE
UKMPPD sebaiknya dilakukan untuk melengkapi analisis selanjutnya terkait hal ini.

Kata kunci:IPK, MDE, Skor CBT, UKMPPD

Grade Point Average (GPA) and Multidisciplinary Examination (MDE) Results


as Predictor of CBT UKMPPD in Undergraduate Medical Students of
Universitas Padjadjaran Batch 2015-2016
Abstract
Uji Kompetensi Mahasiswa Program Profesi Dokter (UKMPPD) is a competency-based test that is high-stakes exam at
national level as one of the higher education quality assurance efforts of the health sector in accordance with the mandate
of Law No.12 / 2012. Competence will be achieved after the student through a structured learning mostly using
competence-based curriculum. Appropriate curriculum, learning process and evaluation since undergraduate phase will be
a clear pathway to student’s successfulness in UKMPPD. This study was conducted to analyze whether the GPA and score
MDE at Bachelor phasecan be a predictor of UKMPPD score. This study used a descriptive analytic design with a population
is Padjadjaran University Faculty of Medicine students who follow UKMPPD period February 2015 until August 2016 as
many as 524 participants. The data then analyzed using correlation test (Pearson Correlation). The results obtained by the
correlation between the GPA Bachelor phase with a score of CBT UKMPPD as well as the average score MDE Bachelor phase
with a score CBT UKMPPD. This suggests that the process of learning and evaluation methods learning is closely related
with the graduation on UKMPPD as a reflection of student competency. It also shows that the graduation on UKMPPD is a
continuous process of graduate and professional stage. Subsequent research on aspects UKMPPD OSCE should be done to
complete further analysis in this regard.

Keywords:GPA, MDE, CBT Score, UKMPPD

Korespondensi: dr. Yuni Susanti Pratiwi,MKes‫ ׀‬Kampus Jatinangor Unpad, Jalan Raya Jatinangor Sumedang Km 21‫׀‬Hp
:081214280080‫ ׀‬email : yuni.susanti.pratiwi@unpad.ac.id

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 | 333


Yuni Susanti Pratiwi dkk | IPK Tahap Sarjana dan Hasil MDE sebagai Prediktor Kelulusan CBT UKMPPD

Pendahuluan Metode
Kelulusan mahasiswa pada Uji Penelitian ini dilakukan dengan desain
Kompetensi Mahasiswa Program Profesi deskriptif analitik pada 524 mahasiswa
Dokter (UKMPPD) merupakan salah satu Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran
indikator jaminan mutu ketercapaian (FK Unpad) yang mengikuti CBT UKMPPD pada
kompetensi akhir mahasiswa.UKMPPD periode Februari 2014 sampai dengan Agustus
dilakukan dengan menggunakan dua metode 2016. Pengambilan data dilakukan dengan
yaitu dengan menggunakan metode CBT total sampling. Data yang dikumpulkan
(Computer-Based Test) dan OSCE (Objective meliputi data Indeks Prestasi Kumulatif (IPK)
Structured Clinical Examination).Kedua mahasiswa selama tahap sarjana berdasarkan
metode ujian ini digunakan untuk data yudisium 1 (sebelum remedial), data
mengevaluasi kompetensi mahasiswa rata-rata skor Multidisciplinary
berdasarkan Standar Kompetensi Dokter Examination(MDE) mahasiswa di tahap
Indonesia. sarjana berdasarkan data sebelum remedial
Metode CBT diimplementasikan dan data skor CBT UKMPPD ketika mahasiswa
menggantikan metode ujian tulis Paper- mengikuti ujian ini pertama kali (1st attempt/
Based.Jenis pertanyaan pada metode CBT firsttaker).Data tersebut diolah untuk melihat
menggunakan jenis pertanyaan pilihan ganda korelasi antara ketiga hal tersebut. Level
(MCQ) berbasis kasus. Untuk menguji level signifikansi diambil pada p<0.05.
knows dan knows how, MCQ memiliki validitas
yang baik dan reliabilitas yang tinggi jika Hasil
dilakukan dengan sampling soal yang cukup Penelitian ini dilakukan dengan
banyak.1 CBT disusun untuk mengevaluasi menggunakan data sekunder, pengumpulan
kompetensi mahasiswa pada aspek aplikasi data dilakukan selama bulan September
biomedis, pengetahuan prosedural, 2016.Seluruh 524 subjek memenuhi kriteria
komunikasi efektif, manajemen masalah inklusi dan eksklusi, terdiri dari 313
kesehatan primer dan penelusuran kritisi mahasiswa perempuan dan 211 mahasiswa
informasi baik di lingkup individu, keluarga laki-laki.Sebanyak 63 mahasiswa dari kelas
maupun masyarakat. Kompetensi ini akan internasional yang mengikuti UKMPPD juga
dimiliki oleh mahasiswa jika dua tahap diikutsertakan pada penelitian ini.Rerata IPK
pendidikan yaitu pada tahap sarjana dan tahap sarjana 524 mahasiswa pada yudisium 1
tahap pendidikan profesi dokter dapat ini adalah 3.30 (+0.28).Rerata nilai MDE pada
menunjang kesinambungan tahap pencapaian 524 mahasiswa adalah 64.20(+6.87),
kompetensi mahasiswa. Walaupun sifat Sementara rerata skor CBT UKMPPD pada
pertanyaan ujian UKMPPD bersifat sangat kesempatan pertama (first attempt) adalah
klinis, namun prinsip ilmu biomedis dasar yang 77.65 (+7.8). Analisis korelasi dengan
baik akan menunjang kemampuan klinik menggunakan Pearson ditunjukkan pada tabel
mahasiswa. Oleh karena itu proses dan di bawah ini
evaluasi pembelajaran di tahap sarjana yang
sebagian besar berisi substansi biomedik Tabel 1.Korelasi Pearson antara MDE, IPK tahap
dasar seharusnya dapat menjadi prediktor Sarjana dan skor CBT UKMPPD
kuat kelulusan mahasiswa pada UKMPPD. Standar
Mean
Penerapan metode pembelajaran ilmu Deviasi
biomedis dasar yang berjalan paralel dengan IPK Tahap Sarjana 3.30 0.28
MDE 64.20 6.87
ilmu klinis dalam bentuk metode Problem-
Skor CBT UKMPPD 77.65 7.8
Based Learning (PBL) memperkuat
r IPK tahap Sarjana-Skor 0.6972 (p<0.001)
rasionalisasi bahwa hasil pembelajaran di CBT UKMPPD
tahapan sarjana seharusnya berkorelasi kuat r MDE-Skor CBT UKMPPD 0.6297 (p<0.001)
dengan skor UKMPPD.

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 | 334


Yuni Susanti Pratiwi dkk | IPK Tahap Sarjana dan Hasil MDE sebagai Prediktor Kelulusan CBT UKMPPD

Hasil ini menunjukkan bahwa IPK pembelajaran.Dalam kurikulum PBL ini


tahap sarjana berkorelasi cukup kuat (r : mahasiswa dipaparkan dengan metode
0.6972) dengan skor CBT UKMPPD. Hal ini tutorial, laboratory activity, mini lecture dan
dapat memberikan makna bahwa clinical skills laboratory. Metode evaluasi
keberhasilan akademik mahasiswa di tahap pembelajaran meliputi ujian tulis (MDE)
Sarjana yang digambarkan dengan IPK sebanyak 200 soal dengan metode CBT, ujian
berkorelasi kuat dengan keberhasilan praktik dengan metode OSCE dan ujian lisan
UKMPPD di akhir tahap Profesi. Di sisi lain, dengan ujian SOCA. Data nilai yang didapat
MDE yang menitikberatkan pada evaluasi mahasiswa pada ketiga metode evaluasi ini
aspek pengetahuan ilmu dasar juga kemudian ditambahkan dengan hasil penilaian
berkorelasi cukup kuat (r : 0.6297) dengan kegiatan komunitas di lapangan dan penulisan
skor CBT UKMPPD. artikel ilmiah (minor thesis) diolah menjadi
data IPK tahap Sarjana di akhir semester 7
Pembahasan sebelum mahasiswa memasuki tahap profesi
Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) Tahap dokter (ko-as).
Sarjana dan hasil ujian MDE menunjukkan Untuk mencapai IPK yang baik maka
korelasi positif dengan skor CBT UKMPPD. Hal mahasiswa harus berhasil melalui keseluruhan
ini sejalan dengan yang ditemukan oleh metode evaluasi tersebut dengan baik.Pada
beberapa penelitian sebelumnya yang tahap sarjana, komposisi muatan
dilakukan di Amerika Serikat dimana Grade pembelajaran dan soal evaluasi pada aspek
Point Average (GPA) ketika tahap biomedik dasar sekitar 70-80%, sementara
undergraduatedan MCAT score (nilai ujian muatan klinik adalah sekitar 30-70%.
rotasi di tahap profesi) berkorelasi positif dan Walaupun pada kasus tutorial digunakan
dapat dijadikan prediktor pada skor United kasus klinik sebagai trigger case, namun
States Medical Licensing Examination sebagian besar tujuan pembelajaran adalah
(USMLE). 2,3,4Beberapa penelitian terdahulu komponen ilmu biomedik dasar dengan
yang menganalisis kekuatan prediktif komposisi rata-rata 70-80%. Pemahaman ilmu
terhadap keberhasilan mahasiswa pada high- biomedik dasar juga diperkuat dengan metode
staxe exam seperti ujian kompetensi nasional. laboratory activity dan mini lecture.Penerapan
Beberapa faktor yang sudah diketahui dapat metode PBL ini diharapkan dapat memberikan
menjadi prediktor adalah kemampuan pemahaman yang lebih kuat pada aspek
akademik kognitif, kemampuan mahasiswa biomedik dasar karena berjalan paralel
sebelum memasuki tahap perkuliahan, gaya dengan aplikasi langsung pada aspek
belajar, pencapaian akademik di tahap sarjana klinik.Kemampuan mahasiswa
dan pemahaman ilmu biomedik dasar.2,4,5 mengidentifikasi dan menganalisis ilmu
Kulatunga-Moruzi dan Norman6 juga biomedik dasar yang terkait dengan aplikasi
mendapatkan hasil analisis yang serupa klinis inilah yang menjadi fokus utama selain
dimana terdapat korelasi signifikan antara kemampuan mahasiswa dalam melakukan life-
LMCC tahap 1 dengan IPK program sarjana long learning.Penyusunan kurikulum dan
kedokteran dan mengatakan bahwa pada tujuan pembelajaran di tahap Sarjana
penelitiannya IPK adalah prediktor terbaik berpedoman pada Standar Kompetensi Dokter
untuk menentukan hasil ujian kognitif.Hasil Indonesia. Pedoman ini digunakan untuk
penelitian serupa juga ditemukan oleh menentukan trigger case dan mengidentifikasi
Selvandega7 di FK Undip pada tahun 2011, dan prinsip dasar biomedis yang harus dipahami
Puspitasari8 di FK Unila pada tahun 2015. oleh mahasiswa sebagai kompetensi dasar
Kurikulum yang diterapkan oleh mereka pada future career sebagai dokter.
Program Studi Sarjana Kedokteran FK Unpad Penyusunan kurikulum yang berpedoman
adalah kurikulum SPICES (Student-Centred, pada SKDI dan metode PBL yang digunakan
Problem-based, Integrated, Community- pada kurikulum bertujuan memberikan dasar
oriented, Early Clinical Exposures, Systematic) kompetensi.
dengan menggunakan Problem-Based
Learning (PBL) sebagai karakteristik metode

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 | 335


Yuni Susanti Pratiwi dkk | IPK Tahap Sarjana dan Hasil MDE sebagai Prediktor Kelulusan CBT UKMPPD

Item development pada Prodi Sarjana tahap pendidikan klinik yang direfleksikan
Kedokteran FK Unpad dilakukan dengan cukup pada skor CBT UKMPPD.Penelitian lebih lanjut
rutin dengan menggunakan model pilihan dapat juga dilakukan pada domain kompetensi
ganda berbasis kasus yang juga digunakan psikomotor OSCE.Hasil ini dapat dijadikan
pada metoda ujian UKMPPD.Pemahaman ilmu umpan balik lebih lanjut mengenai pentingnya
biomedis dasar diuji berdasarkan soal ujian kontinuitas substansi, metode pembelajaran
yang menggunakan setting situasi klinik.Hasil dan metode evaluasi pembelajaran
MDE yang baik menggambarkan pemahaman pendidikan biomedis dasar di tahap Sarjana
mahasiswa pada aspek biomedik yang terkait dengan di tahap pendidikan Profesi.
kontekstual dengan setting klinik. Proses item
development dan review di FK Unpad Daftar Pustaka
mengacu kepada aspek praktik baik proses 1. Williams PC, Epps AC,McCammon S. The
yang sama yang diterapkan di UKMPPD dan strategic impact of a changing curriculum
AIPKI wilayah. FK Unpad juga mendorong para and learning environment on medical
dosen untuk berpartisipasi aktif untuk students academic performance. J Natl
mengirimkan soal yang nantinya akan Med Assoc. 2011; 103(9-10):802-10
digunakan di AIPKI wilayah. Faktor penulisan 2. Ferguson E, James D, Madeley L. Factors
jenis soal yang sejenis dengan CBT UKMPPD, associated with success in medical school:
proses item development dan review yang systematic review of the literature.
mengacu pada praktik baik penyusunan buku BMJ.2002;324(7343):952-7
soal ujian nasional dan model soal yang 3. Ogunyemi, Taylor-Harris. Factors that
menggunakan pilihan ganda berbasis kasus correlate with the U.S. Medical Licensure
diduga menjadi faktor yang berpengaruh pada Examination Step-2 Scores in a Diverse
korelasi signifikan MDE dengan skor CBT Medical Student Population, Journal of the
UKMPPD. National Medical Association. September
Penelitian lanjutan mengenai faktor lain 2005; 97(9):1260-3
yang dapat menjadi prediktor keberhasilan 4. Basco Jr WT, Way DP, Gilbertt GE, Hudson
mahasiswa pada uji kompetensi nasional A. Undergraduate institusional MCAT
seperti proses pembelajaran di rotasi ko-as, scores as predictors of USMLE step 1
hasil OSCE dan rubrik penilaian proses masih performance, Acad Med. 2002; 77(10
perlu dilakukan. Begitu pula dengan aspek- Suppl):S13-6
aspek lain seperti faktor demografi, jenis 5. Armstrong A, Dahl C, Haffner W. Predictors
kelamin dan lain-lain bisa dilakukan dengan of performance on the National Board of
lebih menyeluruh. Walaupun korelasi positif Medical Examiners Obstetrics and
antara IPK tahap sarjana dan MDE juga dapat Gynecology subject examination. Obstrect
dijadikan umpan balik terhadap prodi bahwa Gynecol. 1998; 91:1021-2
proses pembelajaran dan metode evaluasi 6. Elam CL, Johnson MM. NBME part I versus
yang dijalankan di tahap sarjana sudah sesuai USMLE Step 1 : predicting scores based on
dengan luaran akhir dari mahasiswa, namun preadmission and medical school
kesesuaian ini masih dapat ditingkatkan performances. Acad Med. 2014; 69(2):155
sehingga menjadi prediktor kuat. 7. Selvandega, Priharsanti, Kristina.
Hubungan antara Indeks Prestasi Kumulatif
Simpulan dengan nilai UKDI pada Program
IPK tahap Sarjana dan MDE berkorelasi Pendidikan Dokter: Studi Kasus di FK
positif dengan skor CBT UKMPPD memberikan Undip. [Artikel Karya Tulis Ilmiah] Program
gambaran bahwa kemampuan akademik Pendidikan Sarjana Kedokteran Fakultas
aspek kognitif pada ilmu biomedik dasar Kedokteran Universitas Diponegoro. 2011.
berkorelasi dengan keberhasilan mahasiswa di Diakses dari
http://Eprints.undip.ac.id/37248/1/Salvand
ega.pdf

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 | 336


Yuni Susanti Pratiwi dkk | IPK Tahap Sarjana dan Hasil MDE sebagai Prediktor Kelulusan CBT UKMPPD

8. Puspitasari. Korelasi Indeks Prestasi


Kumulatif Mahasiswa terhadap Hasil
Kelulusan Uji Kompetensi Mahasiswa
Program Profesi Dokter Periode November
2014-Mei 2015 FK Unila. [Skripsi] Fakultas
Kedokteran Universitas Lampung. Diakses
dari : Digital Library Unila.

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 | 337


Fitria Saftarina dan Fairuz Rabbaniyah | Hubungan Senam Lansia Terhadap Kualitas Hidup Lansia

Hubungan Senam Lansia Terhadap Kualitas Hidup Lansia yang Menderita


Hipertensi di Klinik HC UMMI Kedaton Bandar Lampung
Fitria Saftarina1, Fairuz Rabbaniyah2
1
Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas, Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

Abstrak
Kualitas hidup individu yang menderita hipertensi lebih buruk dibandingkan dengan individu yang memiliki tekanan darah
normal. Hal tersebut dipengaruhi oleh tekanan darah dan tingkat kesadaran seseorang tersebut. Peningkatan kualitas hidup
secara mental yang diperoleh melalui aktivitas fisik ialah mengurangi stres, meningkatkan rasa antusias dan rasa percaya
diri, serta mengurangi kecemasan dan depresi seseorang terkait dengan penyakit yang dialaminya. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui hubungan senam lansia dengan kualitas hidup lansia yang menderita hipertensi di Klinik HC UMMI
Kedaton Bandar Lampung. Penelitian ini dilakukan selama bulan November 2015 di Klinik HC UMMI Kedaton Bandar
Lampung. Desain penelitian ini adalah penelitian observasional dengan metode yang digunakan adalah cross sectional
dengan sampel menggunakan sampel total dan di dapatkan 58 orang responden penelitian. Penelitian ini menggunakan
analisis korelasi chi square. Hasil penelitian ini menunjukkan sebagian besar lansia yang mendertita hipertensi memiliki
kualitas hidup yang sangat baik, lalu sebagian besar lansia di klinik HC UMMI Kedaton melakukan senam lansia, dan sebagian
besar lansia yang menderita hipertensi adalah lansia yang berjenis kelamin perempuan serta terdapat hubungan yang
signifikan (p=0,000) antara senam lansia terhadap kualitas hidup lansia yang menderita hipertensi.

Kata kunci: hipertensi, kualitas hidup, lansia, senam lansia

Correlation Between Elderly Gymnastic With Quality of Life The Elderly Who
Suffering Hypertension in Clinic HC UMMI Kedaton Bandar Lampung
Abstract
Quality of life of individuals suffering from hypertension worse compared to individuals who have normal blood pressure. It
is influenced by blood pressure and the person's level of consciousness. Improved quality of life mentally obtained through
physical activity is to reduce stress, increase enthusiasm and confidence, and reduce anxiety and depression associated with
the disease a person is going through. This study aims to determine the relationship gymnastics elderly quality of life of
elderly who suffer from hypertension in clinic HC UMMI Kedaton Bandar Lampung. This research was conducted during the
month of November 2015 at the Clinic of HC UMMI Kedaton Bandar Lampung. This study was an observational study with
the method used is cross sectional sample using the total sample and get 58 respondents. This study uses correlation
analysis chi square. The results showed the majority of the elderly who suffer from hypertension have a quality of life that is
very good, and most of the elderly in clinical HC UMMI Kedaton doing gymnastics elderly, and most of the elderly who suffer
from hypertension are elderly people who are female, and there is a significant relationship (p = 0.000) among the elderly
exercise on quality of life of elderly who suffer from hypertension.

Keywords: elderly, elderly gymnastic, hypertension, quality of life

Korespondensi: dr. Ftria Saftarina, M. Sc | Fakultas Kedokteran Universitas Lampung, Jl. Prof. Soemantri Brojonegoro No. 1
| HP 085788515128 | e-mail: fitria205@gmail.com

Pendahuluan
Sampai saat ini hipertensi tetap menjadi dengan angka angka kejadian hipertensi
masalah dikarenakan beberapa hal, antara lain terbesar yaitu 31,3%. Sedangkan angka
meningkatnya prevalensi hipertensi, masih kejadian di Bandar Lampung sebesar 20%.2
banyaknya pasien hipertensi yang belum Terdapat hubungan antara usia, obesitas,
mendapatkan pengobatan ataupun yang sudah konsumsi garam, dan konsumsi makanan
sudah diobati tetapi tekanan darahnya belum berlemak dengan kejadian hipertensi.
mencapai target yang diinginkan, serta adanya Sedangkan tidak terdapat hubungan antara
penyakit penyerta dan komplikasi yang dapat jenis kelamin, kebiasaan merokok, kebiasaan
meningkatkan morbiditas dan mortalitas.1 konsumsi alkohol, dan kebiasaan konsumsi
Berdasarkan Riskesdas Provinsi Lampung tahun kafein dengan kejadian hipertensi.3
2013, prevalensi hipertensi meningkat
menjadi 24,7%. Tanggamus menjadi kabupaten

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 |338


Fitria Saftarina dan Fairuz Rabbaniyah | Hubungan Senam Lansia Terhadap Kualitas Hidup Lansia

Tekanan darah sistolik meningkat sesuai sectional, yaitu suatu penelitian untuk
dengan peningkatan usia, sedangkan tekanan mempelajari dinamika korelasi antara faktor-
darah diastolik meningkat seiring dengan faktor resiko dengan efek, dengan cara
tekanan darah sistolik sampai sekitar usia 55 pendekatan, observasi atau pengumpulan data
tahun, yang kemudian menurun yang sekaligus pada satu waktu. Artinya tiap subjek
diakibatkan terjadinya proses kekakuan arteri penelitian hanya diobservasi sekali saja dan
akibat aterosklerosis. Sekitar usia 60 tahun dua pengukuran dilakukan terhadap status karakter
pertiga pasien dengan hipertensi mempunyai atau variabel subjek pada saat pemeriksaan.10
hipertensi sistolik terisolasi, sedangkan usia Sampel yang digunakan pada penelitian
diatas 75 tahun tiga perempat dari seluruh ini adalah teknik total sampling. Pada penelitian
paien mempunyai hipertensi sistolik.4 ini didapatkan 58 lansia yang dijadikan sebagai
Kualitas hidup individu yang menderita responden penelitian. kriteria inklusi dalam
hipertensi lebih buruk dibandingkan dengan penelitian ini adalah wanita dan pria berusia
individu yang memiliki tekanan darah normal. ≥60 tahun, lansia yang memiliki riwayat
Hal tersebut dipengaruhi oleh tekanan darah hipertensi dan kriteria ekslusi dalam penelitian
dan tingkat kesadaran seseorang tersebut. ini adalah lansia dengan keadaan
Kualitas hidup pada penderita hipertensi lebih kegawatdaruratan.
rendah dalam delapan domain dari kuisioner Alat yang digunakan dalam penelitian ini
SF-36, diantaranya adalah fungsi fisik, fungsi adalah kuisioner kualitas hidup SF-36.
fungsional, peran fisik, emosional, nyeri tubuh,
kesehatan umum, vitalitas, dan kesehatan Sampel

mental.5 Hipertensi berhubungan dengan


Informed Consent
rendahnya kualitas hidup, terutama dalam
domain fungsi fisik. Penurunan kualitas hidup
Responden
berimplikasi terhadap pengobatan dan
pencegahan komplikasi yang dapat Menanyakan riwayat hipertensi
menimbulkan kualitas hidup lebih parah.6
Fungsi sistem tubuh lansia yang mengalami Pengisian data pribadi
hipertensi dapat berdampak buruk terhadap
kualitas hidup lansia, baik dalam skala ringan, Pengisian kuesioner kualitas
sedang, maupun berat. Hipertensi dapat hidup
mempengaruhi kualitas hidup lansia. Kualitas Pencatatan hasil dan analisa data
hidup berhubungan dengan kesehatan, suatu
kepuasan atau kebahagiaan individu sepanjang Gambar 1. Diagram alir penelitian
dalam kehidupannya mempengaruhi mereka
atau dipengaruhi oleh kesehatan.7 Hasil
Peningkatan kualitas hidup secara Responden dalam penelitian di tentukan
mental yang diperoleh melalui aktivitas fisik berdasarkan teknik total sampel. Pada
ialah mengurangi stres, meningkatkan rasa penelitian ini didapatkan 58 responden selama
antusias dan rasa percaya diri, serta bulan Novenber.
mengurangi kecemasan dan depresi seseorang Distribusi usia responden penelitian ini
terkait dengan penyakit yang dialaminya.8 terdapat pada tabel 1 sebagai berikut:
Senam yang dilakukan oleh lansia telah
menunjukkan terjadi peningkatan skor kualitas Tabel 1. Distribusi usia lansia
hidup rata-rata, sehingga menunjukkan adanya Usia n Persentase
pengaruh signifikan senam bugar lansia 60-64 23 40%
terhadap kualitas hidup penderita hipertensi.9 65-69 25 42%
70-74 8 14%
Metode 75-79 2 4%
Penelitian ini dilakukan selama bulan
Jumlah 58 100%
November 2015 di Klinik HC UMMI Kedaton
Bandar Lampung. Penelitian ini adalah
penelitian observasional dengan metode cross

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 |339


Fitria Saftarina dan Fairuz Rabbaniyah | Hubungan Senam Lansia Terhadap Kualitas Hidup Lansia

Distribusi kejadian hipertensi Tabel 5. Analisis hubungan senam lansia


berdasarkan jenis kelamin terlihat pada tabel 2 dengan kualitas hidup lansia
sebagai berikut:
Kualitas Hidup
Sena Sangat
Tabel 2. Distribusi kejadian hipertensi Baik Jumlah p
m Baik
berdasarkan jenis kelamin
n % n %
Jenis Kelamin N Persentase
Tidak
Laki-Laki 14 24% 2 10
Sena 0 0% 24
Perempuan 44 76% 4 0%
m
Jumlah 58 100% Sena
<
m 10
Distribusi frekuensi lansia yang 0 0% 32 32 0,00
Tidak 0%
melakukan senam lansia pada satubulan 1
Rutin
terakhir terlihat pada tabel 3 sebagai berikut: Sena
10
m 0 0% 2 2
Tabel 3. Distribusi frekuensi senam lansia 0%
Rutin
Usia n Persentase
60-64 23 40% Berdasarkan tabel diatas dapat
65-69 25 42% disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara
70-74 8 14% senam lansia terhadap kualitas hidup lansia
75-79 2 4% yang menderita hipertensi.
Jumlah 58 100%
Pembahasan
Distribusi kualitas hidup lansia pada Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan
responden penelitian terlihat pada tabel 4 bahwa usia responden pada penelitian ini yaitu
sebagai berikut: 60 tahun sampai 78 tahun. Untuk melihat
distribusi usia responden dalam penelitian ini,
Tabel 4. Distribusi kualitas hidup lansia peneliti mengelompokkan usia responden
Usia n Persentase menjadi 4 kelompok dari seluruh total
60-64 23 40% responden yang berjumlah 58 orang, yaitu
65-69 25 42% kelompok usia 60-64 tahun sebanyak 23 orang
70-74 8 14% (40%), kelompok usia 65-69 tahun sebanyak 25
75-79 2 4% orang (42%), kelompok usia 70-74 tahun
Jumlah 58 100% sebanyak 8 orang (14%) dan kelompok usia 75-
79 tahun sebanyak 2 orang (4%).
Di Indonesia pada tahun 1999, proporsi
Penelitian ini bertujuan untuk melihat
penduduk berusia 60-64 tahun besarnya 2,9 %,
hubungan senam lansia dengan kualitas hidup
kelompok berusia 65-69 tahun sebesar 2,3%,
lansia yang menderita hipertensi. Penelitian ini
kelompok berusia 70-74 tahun 1,4% dan
menggunakan metode Chi Square dengan hasil
penduduk dengan usia 75 tahun atau lebih
yang terlihat pada tabel 5 sebagai berikut:
1,4%.11 Pada tahun 2012 Indonesia mengalami
penurunan jumlah penduduk lansia, pada tahun
2009 penduduk lansia sebanyak 8,37% dari
seluruh penduduk Indonesia, sedangkan pada
tahun 2012 jumlah penduduk lansia mengalami
penurunan menjadi 7,56%.

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 |340


Fitria Saftarina dan Fairuz Rabbaniyah | Hubungan Senam Lansia Terhadap Kualitas Hidup Lansia

Penduduk lansia merupakan salah satu tercapainya lansia yang sehat fisik, mental, dan
indikator keberhasilan pencapaian sosial.15 Berdasarkan penelitian yang telah
pembangunan manusia secara global dan dilakukan dapat diketahui bahwa dari 58
nasional, keadaan ini berkaitan dengan adanya responden sebanyak 24 orang (41%) tidak
perbaikan kualitas kesehatan dan kondisi sosial melakukan senam sama sekali dalam satu bulan
masyarakat yang meningkat.12 terakhir. Sedangkan sebanyak 32 orang (55%)
Berdasarkan penelitian yang telah melakukan senam secara tidak rutin dalam satu
dilakukan dapat diketahui bahwa dari 58 bulan terakhir dan sebanyak 2 orang (4%)
responden laki-laki dan perempuan yang melakukan senam secara rutin.
memiliki riwayat hipertensi terbanyak adalah Kualitas hidup lansia adalah tingkat
perempuan yaitu sebanyak 44 orang atau kesejahteraan dan kepuasan dengan peristiwa
sekitar 76%, sedangkan penderita hipertensi atau kondisi yang dialami lansia, yang
pada laki-laki sebanyak 14 orang atau 24%. dipengaruhi penyakit atau pengobatan. Kualitas
Prevalensi hipertensi berdasarkan jenis kelamin hidup lansia bisa didapatkan dari kesejahteraan
pada tahun 2007 dan tahun 2013 menunjukkan hidup lansia, emosi, fisik, pekerjaan, kognitif
perempuan memiliki angka prevalensi yang dan kehidupan sosial.16 Kualitas hidup lansia
lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki.13 meliputi: (1) Ranah fisik: yang meliputi
Menurut hasil Riskesdas tahun 2013, penyakit kenyamanan, energi, kelelahan dan istirahat (2)
hipertensi lebih banyak diderita oleh pempuan Psikososial: yang mencakup perasaan positif
yaitu sebesar 28,8%, sedangkan laki-laki dan negatif, harga diri, citra tubuh dan
sebanyak 22,8%.2 penampilan diri (3) Tingkat independensi: yang
Senam lansia merupakan salah satu meliputi aktifitas fisik, ketergantungan obat dan
upaya untuk meningkatkan kesegaran jasmani kapasitas kerja (4) Hubungan sosial: yang
kelompok lansia yang jumlahnya semakin meliputi: hubungan pribadi, dukungan sosial,
bertambah, sehingga perlu diberdayakan dan aktivitas seksualitas (5) Lingkungan: lansia
dilaksanakan secara benar, teratur, dan rutin. berkesempatan mendapatkan informasi. (6)
Senam lansia dapat membantu kekuatan Spiritual.17
pompa jantung agar bertambah, sehingga Peneurunan kualitas hidup dialami oleh
aliran darah bisa kembali lancar, dikarenakan beberapa orang dikarenakan faktor kesehatan
pada usia lanjut kekuatan mesin pompa fisik, salah satunya adalah penyakit yang dimiliki
jantung berkurang, dan berbagai pembuluh oleh orang tersebut dalam hal ini lansia.
darah penting khusus di jantung dan otak Hipertensi adalah salah satu penyebab
mengalami kekakuan.14 penurunan kualitas hidup pada lansia. Penyakit
Senam lansia merupakan rangkaian kardiovaskular akibat hipertensi dapat
gerakan yang dirancang khusus bagi lanjut usia. menyebabkan masalah pada kualitas hidup
Gerakan-gerakan yang dilakukan pada senam lanjut usia, sehingga kualitas hidup para lanjut
lansia tidak bersifat high impact tetapi low usia akan terganggu dan angka harapan hidup
impact yang merupakan rangkaian gerakan lansia juga akan menurun.18 Kualitas hidup
kegiatan sehari-hari dengan dipadukan musik individu yang menderita hipertensi lebih buruk
yang lembut dan tidak menghentak-hentak dibandingkan dengan individu yang memiliki
yang menimbulkan suasana santai. Gerakana tekanan darah normal. Hal tersebut dipengaruhi
otot yang dipilih adalah gerakan yang tidak oleh tekanan darah dan tingkat kesadaran
terlalu menimbulkan beban dan setiap gerakan seseorang tersebut .5Berdasarkan penelitian
dibatasi delapan sampai enam belas kali yang telah dilakukan dan hasil yang sudah di
hitungan serta cukup baik bila dilakukan secara olah dalam program SPSS diketahui bahwa
teratur dua sampai tiga kali seminggu. Senam lansia yang tidak melakukan senam yaitu
lansia dibuat khusus untuk membantu lansia sebanyak 24 orang (41%) memiliki kualitas
agar dapat mencapai usia lanjut yang sehat, hidup baik dengan skor antara 60-90, lalu lansia
berguna, bahagia, dan sejahtera. yang melakukan senam lansia tidak rutin dalam
Program senam lansia diarahkan pada satu bulan terakhir sebanyak 32 orang (53%)
pembentukan lansia yang sehat dinamis, yaitu serta lansia yang melakukan senam lansia
mempunyai kemampuan gerak, mampu secara rutin sebanyak 2 orang (4%) memiliki
mendukung segala kegiatan, dan kreativitas kualitas hidup yang sangat baik dengan skor
bagi peningkatan kesejahteraan hidup lansia. lebih dari 90. Uji statistik yang digunakan pada
Senam lansia tidak hanya sekedar menjaga penelitian ini adalah dengan menggunakan
kesehatan pada lansia, tetapi tetapi metode Chi Square didapatkan hasil p-value < α

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 |341


Fitria Saftarina dan Fairuz Rabbaniyah | Hubungan Senam Lansia Terhadap Kualitas Hidup Lansia

(α= 0,05), Hal tersebut dapat diartikan bahwa tercapainya lansia yang sehat fisik, mental, dan
senam lansia memiliki hubungan dengan sosial. Senam lansia merupakan salah satu
kualitas hidup lansia yang menderita hipertensi faktor yang mempengaruhi kualitas hidup pada
di Klinik HC UMMI Kedaton Bandar Lampung. lansia yang menderita hipertensi. Hal tersebut
Hasil tabulasi ini menunjukkan bahwa sesuai dengan hasil penelitian sebanyak 24
lansia yang tidak melakukan senam memiliki orang (41%) memiliki kualitas hidup baik
kualitas hidup yang baik, sedangkan lansia yang dengan skor antara 60-90, lalu lansia yang
melakukan senam lansia memiliki kualitas melakukan senam lansia tidak rutin dalam satu
hidup yang sangat baik. Senam lansia menjadi bulan terakhir sebanyak 32 orang (53%) serta
salah satu aktivitas fisik yang dapat dilakukan lansia yang melakukan senam lansia secara
untuk mengurangi peningkatan tekanan darah rutin sebanyak 2 orang (4%) memiliki kualitas
dan memperbaiki kualitas hidup yang terjadi hidup yang sangat baik dengan skor lebih dari
pada penderita hipertensi.19 Penyakit 90.
kardiovaskular akibat hipertensi dapat
menyebabkan masalah pada kualitas hidup Simpulan
lanjut usia, sehingga kualitas hidup para lanjut Terdapat hubungan antara senam lansia
usia akan terganggu dan angka harapan hidup dengan kualitas hidup lansia yang menderita
lansia juga akan menurun. Lanjut usia dapat hipertensi.
dinyatakan memiliki tingkat kualitas hidup yang
baik, bila suatu kondisi yang menyatakan Kesimpulan
tingkat kepuasan secara batin, fisik, sosial, Terapi paliatif pada penderita keganasan
serta kenyamanan dan kebahagiaan ginekologi dapat diberi bersamaan ataupun
hidupnya.18 Kualitas hidup pada penderita setelah terapi definitif. Terapi paliatif ditujukan
hipertensi lebih rendah dalam delapan domain untuk mengurangi gejala penyakit dan
dari kuisioner SF-36, diantaranya adalah fungsi memperbaiki kualitas hidup pasien. Pada pasien
fisik, fungsi fungsional, peran fisik, emosional, stadium terminal, intervensi medis yang
nyeri tubuh, kesehatan umum, vitalitas, dan berlebihan dan sia-sia sebaiknya dihindari untuk
kesehatan mental. Hipertensi berhubungan kenyamanan pasien.
dengan rendahnya kualitas hidup, terutama
dalam domain fungsi fisik.6 Daftar Pustaka
Peningkatan kualitas hidup secara 1. Yogiantoro, M. Buku Ajar Ilmu Penyakit
mental yang diperoleh melalui aktivitas fisik Dalam. 5th ed. A. W. Sudoyo et al., eds.
adalah penurunan tingkat stres, meningkatkan Jakarta: Interna Publishing.
rasa antusias dan rasa percaya diri, serta 2. Kementerian Kesehatan, RI. 2009.
penurunan kecemasan dan depresi seseorang Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar
terkait dengan penyakit yang dialaminya.8 (Rikesdas) Provinsi Lampung Tahun 2007,
Peningkatan aktivitas fisik yang teratur dalam Lampung: Dinas Kesehatan Provinsi
hal ini olahraga menunjukkan penurunan pada Lampung.
dua mood yaitu kecemasan dan depresi.20 3. Syahrini, E.N., Susanto, H.S. & Udiyono, A.
Olahraga tertentu dapat menghasilkan 2012. Faktor-Faktor Risiko Hipertensi
substansi yang meningktkan mood pada pasien Primer di Puskesmas Tlogosari Kulon Kota
dengan mayor depresi dalam waktu singkat.21 Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat.
1(2): 1–11.
Ringkasan 4. Suhardjono, 2009. Hipertensi Pada Lanjut
Senam lansia merupakan salah satu Usia. Pada A. W. Sudoyo et al., eds. Buku
upaya untuk meningkatkan kesegaran jasmani Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Interna
kelompok lansia. Senam lansia dibuat khusus Publishing. hal. 899–903.
untuk membantu lansia agar dapat mencapai 5. Trevisol, D.J. et al., 2011. Health-related
usia lanjut yang sehat, berguna, bahagia, dan quality of life and hypertension: a
sejahtera. Program senam lansia diarahkan systematic review and meta-analysis of
pada pembentukan lansia yang sehat dinamis, observational studies. Journal of
yaitu mempunyai kemampuan gerak, mampu Hypertension. [jurnal online] [diakses 19
mendukung segala kegiatan, dan kreativitas September 2015].Tersedia dari:
bagi peningkatan kesejahteraan hidup lansia. http://journals.lww.com/jhypertension/Ab
Senam lansia tidak hanya sekedar menjaga stract/2011/02000/Health_related_quality
kesehatan pada lansia, tetapi tetapi _of_life_and_hypertension__a.1.aspx.2011
:1.
JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 |342
Fitria Saftarina dan Fairuz Rabbaniyah | Hubungan Senam Lansia Terhadap Kualitas Hidup Lansia

6. Soni, R.K. et al. 2010. Health-Related 15. Tegawati, L.M., Karini, S.M. & Widya, R.
Quality of Life in Hypertension, Chronic 2009. Pengaruh Senam Lansia Terhadap
Kidney Disease, and Coexistent Chronic Penurunan Tingkat Depresi Pada Orang
Health Conditions. Journal of Advances in Lanjut Usia. Jurnal Psikologi. 1(2): 36–45.
Chronic Kidney Disease. 17(4): 17–26. 16. Fogari, R. & A, Z. 2004. Effect of
7. Suardana, W.I., Saraswati, N.L.G.I. & antihypertensive agents on quality of life in
Wiratni, M. 2010. Dukungan Keluarga dan the elderly. Nationa Center for
Kualitas Hidup Lansia Hipertensi. Biotechnology Information. [diakses 27
Denpasar, Bali. Oktober 2015]. Tersedia dari:
8. Taylor, C.B., Sallis, J.F. & Needle, R. 1985. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/150
The relation of physical activity and 84140.
exercise to mental health. Journal of 17. Pangkahila, J.A. 2013. Pengturan Pola
Public health reports. 100(2): 195–202. Hidup dan Aktivitas Fisik Meningkatkan
9. Setiawan, G.W., Wungouw, H.I.S. & Umur Harapan Hidup. Jurnal Olahraga dan
Pangemanan, D.H.C. 2013. Pengaruh Fitnes. 1(1): 1–7.
Senam Bugar Lanjut Usia (Lansia) 18. Degl’Innocenti, a et al. 2004. Health-
Terhadap Kualitas Hidup Penderita related quality of life during treatment of
Hipertensi. Jurnal e-Biomedik (eBm). 1(2): elderly patients with hypertension: results
760–764. from the Study on COgnition and Prognosis
10. Notoatmodjo, S., 2010. Metodologi in the Elderly (SCOPE). Journal of human
Penelitian Kesehatan, Jakarta: Rineka hypertension. 18(1): 239–245.
Cipta. 19. Chobanian, A. V. et al. 2003. Seventh report
11. Kementerian Kesehatan, RI. 2001. Profil of the Joint National Committee on
Kesehatan Masyarakat Edisi Tahun 2001. Prevention, Detection, Evaluation, and
Jakarta: Direktorat Jendral Bina Kesehatan Treatment of High Blood Pressure. New
Masyarakat Departemen Kesehatan RI. York: U.S Department of Health and
12. Kementerian Kesehatan, RI. 2014. Human Services. hal: 1206-1252.
Gambaran Kesehatan Lanjut Usia Di 20. CH, Folkin.1976. Effect of Physical Training
Indonesia, Jakarta: Kementerian on Mood. Journal of Clinical Psichology
Kesehatan Republik Indonesia. NCBI. 32(2): 385–388.
13. Kementerian Kesehatan, RI. 2013. 21. Dimeo, F. et al. 2001. Benefit from Aerobic
Hipertensi. pada Infodatin (Pusat Data dan Exercise Inpatient with Major Depression:
Informasi Kementerian Kesehatan RI). A Pilot Study. British Journal of Sport
Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Medicine. 35(1): 114–117.
Indonesia. hal. 1–8.
14. Isesreni & Minropa, A. 2011. Pengaruh
Senam Lansia Terhadap Penurunan
Tekanan Darah Pada Lansia Hipertensi di
RW II, RW XIV, dan RW XXI Kelurahan
Surau Gadang Wilayah Kerja Puskesmas
Nanggalo Padang Tahun 2011 [Tesis].
Padang: Stikes Mercubaktijaya.

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 |343


Anggraeni Janar Wulan dkk. | Perbedaan Kemampuan Memori Kerja Paska Paparan Gelombang Elektromagnetik Akut dan Kronis

Perbedaan Kemampuan Memori Kerja Paska Paparan Gelombang Elektromagnetik Akut


dan Kronis pada Tikus Putih Putih (Rattus norvegicus) Galur Sprague dawley

Anggraeni Janar Wulan1, Rekha Nova Iyos1, Anisa Nuraisa Djausal2, Prianggara Rostu Prayoga2
1
Bagian Anatomi, Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung
2.Mahasiswa Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung

Abstrak
Stres adalah keadaan ketidakseimbangan yang akan mengganggu homeostasis. Stres akan memengaruhi sistem organ pada tubuh, salah
satunya sistem saraf. Handphone merupakan salah satu pemicu timbulnya stres. Paparan gelombang elektromagnetik terbukti akan merusak
hippocampus sebagai pusat memori. Lama paparan terhadap gelombang elektromagnetik berpengaruh terhadap kemampuan memori kerja.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan nilai memori kerja paska paparan gelombang elektromagnetik akut dan kronik pada
tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur Sprague dawley. Sampel yang digunakan adalah 18 ekor tikus putih (Rattus norvegicus) galur
Sprague dawley, berusia 2-3 minggu. Sampel dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu kelompok kontrol (K), kelompok perlakuan 1 (P1) dipaparkan
dengan gelombang EM handphone selama 7 hari dan P2 dipaparkan selama 21 hari. Durasi pemaparan selama 3jam/hari. Memori kerja diukur
dengan menggunakan radial arm maze. Hasil pengukuran rerata memori kerja adalah sebagai berikut K1: 1.83 ± 0,7%, K2: P1: 1,33 ± 1,0%, P2:
1.33 ± 0,5%. Dari hasil analisa Kruskal Wallis didapatkan nilai p=0,55 (p>0,05). Simpulan, tidak terdapat perbedaan memori kerja paska
paparan gelombang elektromagnetik pada tikus Putih (Rattus Novegicus) galur Sprague dawley.

Kata kunci: gelombang EM, memori kerja

The Differences of Working Memory After Acute and Cronic Electromagnetic Wave
Exposure on Mice (Rattus Norwegicus) Sprague dawley
Abstract
Stress is a state of imbalance that would disturb homeostasis. Stress affects the body's organ systems, one of which is the nervous system.
Mobile phone is one of the triggers of stress. Exposure to electromagnetic waves proved to be damaging the hippocampus as memory center.
Prolonged exposure to electromagnetic waves affect the ability of working memory. This study aims to determine the difference of working
memory after exposure to electromagnetic waves acute and chronic rat (Rattus norvegicus) male Sprague Dawley. The samples used were 18
rats (Rattus norvegicus) Sprague Dawley, aged 2-3 weeks. The samples were divided into 3 groups: control group (K), the treatment group 1
(P1) exposed to EM wave the phone for 7 days and P2 exposed for 21 days. The duration of exposure for 3 hours / day. Working memory was
measured by using a radial arm maze. The results of measurements of the average working memory is as follows K1: 1.83 ± 0.7%, K2: P1: 1.33
± 1.0%, Q2: 1:33 ± 0.5%. From the analysis of Kruskal Wallis p value = 0.55 (p> 0.05). In conclusion, there are no differences in working
memory after exposure to electromagnetic waves at the White rats (Rattus Novegicus) Sprague Dawley

Keywords: electromagnetic waves, mobile phones, working memory.

Korespondensi: dr Anggraeni Janar Wulan, M.Sc, Alamat Fakultas Kedokteran Universitas Lampung, hp 08122517435, email
ajwulan@gmail.com

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 |344


Anggraeni Janar Wulan dkk. | Perbedaan Kemampuan Memori Kerja Paska Paparan Gelombang Elektromagnetik Akut dan
Kronis

Pendahuluan gelombang EM terhadap tikus selama 3 hari


Stres adalah keadaan yang tidak mengakibatkan perubahan memori kerja
menunjukkan adanya ketidakseimbangan sedangkan paparan kronik selama 17 hari
yang akan mengganggu homeostasis dalam mampu menurunkan kemampuan memori
tubuh. Stres ditandai dengan adanya spasial.7
perubahan biokimia, fisiologi, kognitif, dan Paparan terhadap gelombang EM
perilaku. Faktor-faktor yang memacu kronik yang lebih panjang durasinya yaitu
terjadinya stres disebut stressor, baik stressor selama 31 hari dengan durasi 90 menit
yang berasal dari faktor intrinsik maupun perhari tidak menyebabkan penurunan
ekstrinsik.1-3 memori kerja.7 Penelitian lain oleh Daniels et
Stres akan memengaruhi hampir al (2009)10 menunjukkan bahwa paparan
seluruh sistem organ dalam tubuh. Sistem gelombang EM selama 40 hari pada tikus
organ yang terganggu tersebut antara lain dengan usia 22 hari tidak menyebabkan
sistem endokrin, sistem saraf, sistem penurunan kemampuan memori spasial.
kardiovaskular, respirasi, gastrointestinal, dan kerja.7,10
imunitas. Pasien dengan post traumatic stress Oleh karena bervariasinya hasil
disorder telah dibuktikan mengalami penelitian mengenai pengaruh lamanya
perubahan struktur dan fungsi dari beberapa paparan gelombang EM terhadap memori,
daerah di otak seperti lobus amygdala, cortex maka penulis melakukan penelitian dengan
prefrontal bagian medial, dan juga tujuan mengetahui perbedaan kemampuan
hippocampus.4 memori kerja paska paparan gelombang EM
Salah satu pemacu timbulnya stres yang akut (7 hari) dan kronik (21 hari) pada tikus
mudah ditemukan saat ini adalah handphone. putih (Rattus norvegicus) jantan galur
Sebuah data statistika menunjukkan bahwa Sprague dawley.
pada tahun 2013, sekitar 68% dari penduduk
Indonesia memiliki sebuah handphone, dan Metode
sekitar 23% menggunakan smartphone. Di Desain penelitian yang digunakan
Indonesia disebutkan bahwa masyarakat dalam penelitian ini adalah penelitian
menggunakan ponsel pintar selama 189 menit eksperimental. Metode yang digunakan
per hari atau lebih dari 3 jam. Menurut adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan
sebuah survei lembaga Nielsen berjudul pendekatan Post Test Only Control Group
"Nielsen on Device Meter" pada akhir 2013, Design.11 Kegiatan penelitian ini dilaksanakan
disebutkan bahwa selama 62 menit per hari pada bulan Oktober-November 2014.
penduduk Indonesia menggunakan ponselnya Perlakuan dan pengujian nilai memori kerja
untuk berkomunikasi, seperti telepon, kirim dilaksanakan di Animal House Fakultas
pesan teks, dan e-mail. Diperkirakan pada Kedokteran Universitas Lampung.
tahun 2018 pengguna smartphone di Sampel yang digunakan adalah tikus putih
Indonesia akan mencapai 100 juta orang atau (Rattus norvegicus) galur Sprague dawley
menempati urutan ke-4 terbanyak di dunia yang berumur antara 2-4 bulan. Besar sampel
setelah Cina, India, dan Amerika. 5,6 ditentukan dengan menggunakan rumus
Paparan gelombang elektromagnetik Frederer: t(n-1)≥15 dan didapatkan besar
terbukti akan merusak hippocampus sebagai sampel perkelompok adalah 6 ekor. Total
pusat memori. Kerusakan pada hippocampus sampel berjumlah 18 ekor. Sampel yang telah
tersebut dapat berupa kerusakan struktur memenuhi kriteria inklusi dibagi menjadi 3
seperti atrofi sel piramidal pada daerah Cornu kelompok dengan teknik simple random
Ammonic (CA) 1 dan CA3 hippocampus serta sampling. Sampel dikelompokkan menjadi
kerusakan berupa stres oksidatif.7-9 kelompok kontrol, kelompok perlakuan P1
Lama paparan terhadap gelombang dan P2. Kelompok kontrol tidak dipaparkan
elektromagnetik berpengaruh terhadap dengan gelombang EM Kelompok P1
kemampuan memori kerja, memori spasial, diberikan paparan gelombang EM Hp selama
bahkan perilaku. Paparan akut terhadap 7 hari dan P2 diberikan paparan gelombang

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 |345


Anggraeni Janar Wulan dkk. | Perbedaan Kemampuan Memori Kerja Paska Paparan Gelombang Elektromagnetik Akut dan
Kronis

EM Hp selama 21 hari. Durasi pemaparan Uji statistik tidak dilanjutkan dengan uji
adalah 3 jam perhari. Post hoc LSD karena didapatkan nilai p>0,05
Jenis handphone yang digunakan pada uji Kruskal Wallis.
sebagai sumber gelombang EM adalah
handphone berteknologi Global System for Hasil
Mobile Communication (GSM). Handphone Hasil pengukuran memori kerja dengan
yang digunakan memiliki nilai Specific radial arm maze pada tikus putih (Rattus
Absorption Rate (SAR) 1,56 W/kg. Handphone norvegicus) galur Sprague dawley yang
ditempatkan ditengah-tengah kandang yang dipaparkan dengan gelombang EM akut dan
telah didesain khusus dengan dilengkapi kronik dinyatakan dalam satuan
tempat menaruh handphone. Handphone persentase(%) dan disajikan dalam bentuk
diletakkan dalam posisi hidup. Kemudian rerata ± SD.
dengan menggunakan handphone lain Hasil pengukuran memori kerja
dilakukan panggilan telepon sehingga akan disajikan dalam tabel 1.
dihasilkan gelombang EM.
Selama pemaparan, tikus dimasukkan Tabel 1. Hasil Nilai Rerata Uji Memori Kerja
ke dalam kandang yang dilengkapi tempat Paska paparan terhadap gelombang EM
khusus pemaparan, tanpa fiksasi gerakan dan pada periode akut dan kronik
diberikan paparan sesuai dengan kelompok
perlakuan. Nilai memori kerja
Kelompok
Pengukuran variabel memori kerja (%±SD)
dilaksanakan pada hari ke-7 dan hari ke-21.
1.83 ± 0,7
Metode pengukuran memori kerja yang Kontrol
digunakan adalah dengan radial arm maze. H21
Sebelum pengukuran, tikus diaklimatisasi 1.33 ± 1.0
P1
dengan cara menempatkan hewan coba di
tengah-tengah maze 8 lengan dimana pada P2 1.33 ± 0,5
ujung lengan telah dilengkapi dengan pelet.
Pintu tiap gerbang tertutup selama 30 detik Dari tabel 1 terlihat bahwa nilai rerata
agar tikus dapat beradaptasi terlebih dahulu. memori kerja pada kelompok perlakuan yang
Setelah itu, pintu dibuka dan tikus dibiarkan dipaparkan dengan gelombang EM baik P1
bergerak bebas ke segala arah agar dapat dan P2 lebih rendah dibandingkan kelompok
memakan semua pelet atau mencapai waktu kontrol (K). Nilai memori kerja pada kelompok
maksimal 10 menit. 12 P1 yang dipaparkan dengan gelombang EM
Hasil penghitungan nilai memori kerja secara akut relatif sama dibandingkan dengan
dilakukan dengan cara menilai presentase kelompok paparan gelombang EM secara
nilai keberhasilan tikus memasuki lengan kronik.
yang mempunyai bait tanpa kembali ke Dari data memori kerja yang ada
lengan tersebut. Dikatakan salah apabila tikus kemudian dilakukan uji normalitas, kesamaan
memasuki lengan maze yang bait (pellet) nya variansi dan perbandingan rerata dengan One
sudah dimakan sebelumnya. Way Anova dan didapatkan hasil sebagai
Analisis data yang dilakukan pada berikut
penelitian ini meliputi uji normalitas data
menggunakan uji Shapiro-wilk, uji kesamaan Tabel 2. Hasil Uji Normalitas Saphiro- Wilk
variansi data dan uji perbandingan rerata Variabel Kelompok Nilai p
untuk 3 kelompok tidak berpasangan dengan K 0,000
metode One Way ANOVA. Uji statistik Memori Kerja P1 0,473*
dilakukan pada derajat kepercayaan 95% P2 0,001
dengan α=0,05. Hasil uji dinyatakan bermakna Kruskall Wallis P=0,477
apabila p<0,05.11 *p> 0,05: data terdistribusi normal

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 |346


Anggraeni Janar Wulan dkk. | Perbedaan Kemampuan Memori Kerja Paska Paparan Gelombang Elektromagnetik Akut dan
Kronis

Dari tabel 2 terlihat bahwa nilai p dB ditunjukkan bahwa pada hari ke-1 hingga
pada kelompok K dan P2 memiliki nilai p<0,05 hari ke-7 belum terjadi peningkatan hormon
sedangkan kelompok P1 memiliki nilai p>0,05. stres berupa kortisol. Hormon ini akan
Oleh karena data tidak terdistribusi normal meningkat secara bermakna pada hari ke-14
maka dilanjutkan dengan uji non parametrik dan kembali akan menuurn pada hari ke-21.15
Kruskal- Wallis. Oleh karena hasil nilai p = Jadi tidak adanya perubahan memori
0,477 (p>0,05) maka tidak dilanjutkan dengan kerja pada penelitian ini dimungkinkan karena
uji Post Hoc LSD. rendahnya kadar hormon stres pada hari ke-7
dan ke-21.
Pembahasan Walaupun demikian, dari hasil
Penelitian ini menunjukkan bahwa penelitian terlihat bahwa memori kerja relatif
paparan gelombang EM akut selama 7 hari menurun pada kelompok perlakuan baik pada
dan kronik selama 21 hari dengan durasi 3 jam P1 dan P2. Penurunan kemampuan kerja
pada tikus putih (Rattus norwegicus) galur memori dapat disebabkan oleh kerusakan
Sprague dawley tidak mengubah kemampuan struktural hippocampus sebagai pusat
memori kerja. Dikatakan tidak berubah karena memori. Kerusakan tersebut berupa atrofi sel
tidak terdapat perbedaan yang bermakna dan nukleus pada sel piramidal, kematian sel
dalam kelompok. atau apoptosis, kongesti sel, dan tanda
Hal ini sesuai dengan beberapa perdarahan pada daerah CA1 dan CA3
penelitian sebelumnya yang membuktikan hippocampus. 7,8,16,17.
bahwa paparan gelombang EM periode akut
dengan rentang 3 hingga 14 hari dengan Simpulan
durasi 90 menit, 1 jam, dan 3 jam tidak Tidak terdapat perbedaan nilai
menyebabkan perubahan pada memori memori kerja paska paparan gelombang EM
spasial maupun memori kerja baik berupa handphone akut dan kronik pada tikus putih
peningkatan maupun penurunan pada (Rattus norvegicus) jantan galur Sprague
variabel tersebut.8,10,13 dawley.
Tidak terjadinya penurunan memori
kerja pada paparan gelombang EM selama Daftar Pustaka
periode kronik 21 hari sejalan dengan 1. Chrousus GP. Stress and disorders of the
penelitian Hao (2010)14 yang menunjukkan stress system. Nature Reviews.
bahwa paparan gelombang EM pada minggu EndoCrinology. 2009;5: 374-81.
1-3 belum menyebabkan perubahan. 2. Sadock BJ, Kaplan HI, dan Sadock VA.
Penelitian ini berbeda dengan Nzouni 2007. Psychological Factors Affecting
(2010)8 yang menunjukkan bahwa paparan Physical Conditions. Kaplan & Sadock's
gelombang EM pada hari ke-17 sudah synopsis of psychiatry: behavioral
memacu terjadi penurunan nilai memori. Hal sciences/clinical psychiatry. (10th ed., p.
ini menunjukkan bahwa terdapat respon 814). Philadelphia: Wolter
individu yang besar terhadap pajanan Kluwer/Lippincott Williams & Wilkins.
gelombang EM dan stres kronik memacu 3. Taylor SE. Mechanisms linking early life
terjadinya proses adaptasi. stress to adult health outcomes. PNAS.
Beberapa mekanisme yang 2010; 107(19): 8507-12.
dimungkinkan menyebabkan tidak terjadinya 4. Shin LM, Rauch SL, Pitman RK. Amygdala,
perubahan memori kerja akibat paparan Medial prefrontal cortex,and hippocampal
gelombang EM baik periode akut dan kronik function in PTSD. Ann.N.Y.Acad.Sci.1999;
pada penelitian ini antara lain periode 1071:67-79.
paparan, kadar hormon kortisol, dan respon 5. Kompas. 2014. Orang Indonesia Pakai
individual.13-15 Smartphone 3 Jam Per Hari. Kompas
Pada paparan stres akibat stres [diakses pada tanggal 28 April 2015].
mekanik yang bersumber dari bunyi (white Tersedia dari: http://tekno.kompas.com
noise stress atau WNS ) dengan intensitas 100 (Kompas, 2014:

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 |347


Anggraeni Janar Wulan dkk. | Perbedaan Kemampuan Memori Kerja Paska Paparan Gelombang Elektromagnetik Akut dan
Kronis

6. Kominfo. Indonesia Raksasa Teknologi 12. Wiyono N, Aswin S, Harijadi. Hubungan


Digital Asia [internet]. Diakses pada antara tebal lamina pyramidalis CA1
tanggal 4 Oktober 2016]. Tersedia dari hippocampus dengan memori kerja pada
https://www.kominfo.go.id/content/detai tikus (Rattus norvegicus) pascastres
l/6095/indonesia-raksasa-teknologi- kronik. JAI. 2007; 01: 104 - 11.
digital-asia/0/sorotan_media. 13. Wulan AJ, Iyos RN, Aditya M. Perbedaan
7. Narayanan SN, Kumar RS, Potu BK, Nayak Nilai Memori Kerja pada Tikus Putih
S, Bhat PG, Mailankot M. Effect of radio- (Rattus Norwegicus) Galur Sprague
frequency electromagnetic radiations (RF- dawley Pasca Paparan Gelombang
EMR) on passive avoidance behaviour and Elektromagnetik dari Handphone Selama
hippocampal morphology in Wistar 14 Hari. Juke Unila.2015;5(9):13-7.
rats. Upsala J Med Sci. 2010; 115(2):91-6.
8. Ntzouni, M.P., A. Stamatakis, F. 14. Hao D, Yang L, Chen S, Tong J, Tian Y, Su B
Stylianopoulou, dan L.H. Margaritis. 2011. et al. Effects of long-term electromagnetic
Short-term memory in mice is affected by field exposure on spatial learning and
mobile phone radiation. Pathophysiology memory in rats. Neurol Sci. 2013;
18: 193–9. 34(2):157-64.
9. Kerman, M., & Senol, N. (2012). Oxidative 15. Uygur EE, Arslan M. Effects of chronic
stress in hippocampus induced by 900 stress on cognitive functions and anxiety
MHz electromagnetic field emitting related behaviors in rats. Acta
mobile phone: Protection by melatonin. Physiologica Hungarica.2010; 97 (3): 297–
JBR, 23(1), 147-51. 306.
10. Daniels WMU, Pitout IL, Afullo TJO, 16. Faridi K, Khan AA. Effects of
Mabandla MV. The effect of radiofrequency electromagnetic
electromagnetic radiation in the mobile radiations (RF-EMR) on sector CA3 of
phone range on the behaviour of the hippocampus in albino rats- A light and
rat.Metab Brain Dis. Metab Brain Dis. electron-microscopic study. Current
2009; 10.1007/s11011-009-916. Neurobiology. 2013; 4(1&2):13-8.
11. Dahlan MS. 2009. Statistik untuk 17. Teimouri F, Khaki AA, Roushangar L. Effect
Kedokteran dan Kesehatan: deskriptif, of electromagnetic fields (EMF) on
bivariat, dan multivariat, dilengkapi apoptotic cells in hippocampus
aplikasi dengan menggunakan SPPS. mitochondria of rat by tunel method.
Jakarta: Salemba Medika; 2009. World Scie J.2013; 1(8):1-5.

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 |348


Ziske dan Siti | Kejadian dan Distribusi Kelainan Kongenital Pada Bayi Baru Lahir di RS. Dr. Moehammad Hoesin Palembang

Kejadian dan Distribusi Kelainan Kongenital Pada Bayi Baru Lahir di RS dr.
Moehammad Hoesin Palembang Periode Januari-November 2015
Ziske Maritska1, Siti Rahma Anissya Kinanti2
1
Departemen Biologi Kedokteran, Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya
2
Program Studi Pendidikan Dokter Umum, FK Universitas Sriwijaya
Abstrak
Kelainan kongenital merupakan suatu kelainan struktur maupun kelainan fungsi yang timbul akibat gangguan pada periode
intrauterine. Penegakkan diagnosa kelainan kongenital dapat dilakukan baik sebelum lahir, saat lahir, ataupun setelahnya.
Angka kejadian kelainan kongenital bervariasi di setiap negara, di Indonesia angka kejadian kelainan kongenital mencapai 5
dari 1000 kelahiran (5%). Kelainan kongenital dapat terjadi pada semua sistem tubuh. Berbagai studi mengindikasikan
bahwa sistem kardio-toraks, sistem saraf pusat dan kelainan kromosom merupakan jenis kelainan kongenital yang banyak
dijumpai di seluruh dunia. Penelitian ini merupakan studi observasional deskriptif yang bertujuan untuk mengidentifikasi
angka kejadian kelainan kongenital pada bayi baru lahir di RSMH Palembang periode Januari-November 2015 serta untuk
mengidentifikasi jenis kelainan kongenital yang paling banyak dijumpai di RSMH Palembang. Seluruh bayi yang lahir dan
dirawat serta dinyatakan menderita kelainan kongenital oleh dokter spesialis anak yang berkompeten di RSMH Palembang
pada periode penelitian dijadikan sampel. Dari hasil penelitian didapatkan sebanyak 108 bayi yang terdiagnosa dengan
berbagai jenis kelainan kongenital pada periode Januari-November 2015 di RSMH Palembang. Adapun jenis kelainan
kongenital yang dijumpai pada 108 sampel penelitian meliputi kelainan pada sistem susunan saraf pusat, sistem kardio-
toraks, sistem gastro-intestinal, sistem kranio-fasial, sistem muskuloskeletal dan juga kelainan kromosom. Kasus-kasus
kelainan kongenital pada sistem gastro-intestinal merupakan jenis kelainan kongenital yang paling banyak dijumpai di
RSMH Palembang (50%), diikuti oleh kasus-kasus kelainan kongenital pada sistem kardio-toraks (29,63%). Simpulan :
kejadian kelainan kongenital di RSMH Palembang paling banyak mengenai sistem gastro-intestinal.

Kata kunci: bayi baru lahir, distribusi, kejadian, kelainan kongenital

The Incidence of Congenital Anomalies in Newborn Baby in Dr. Moehammad


Hoesin Hospital Palembang: A Hospital Based Study
Abstract
Congenital anomalies are both a structural and functional abnormalities that can be identified before, during, or after birth.
It is believed to be caused by disturbances during pregnancy. The incidence of congenital anomalies varied in different
countries, whereas the incidence of congenital anomalies in Indonesia is around 5 in 1000 births (5%). Congenital anomalies
can happen in various body systems, without any exception. Previous studies suggested the cardio-thorax system, central
nervous system and chromosomal abnormalities as the most commonly found congenital anomalies worldwide. This is an
observational descriptive study that wished to investigate the incidence of congenital anomalies in newborn babies in Dr.
Moehammad Hoesin Hospital Palembang during January-November 2015. This study also wished to identify body systems
affected by congenital anomalies. All live newborns during research period that were diagnosed with congenital anomalies
by a competent pediatrician were included in this study. As many as 108 live newborns in Dr. Moehammad Hoesin Hospital
were diagnosed with various type of congenital anomalies during January to November 2015. Cardio-thorax system, central
nervous system, gastro-intestinal system, cranio-facial system, musculoskeletal system and chromosomal abnormalities
were the body systems affected by congenital anomalies in the samples. The most commonly identified system were the
gastro-intestinal system (50%) followed by cardio-thorax system (29.63%). It can be concluded that the majority of live
newborns with congenital anomalies in dr Moehammad Hoesin Palembang have their gastro-intestinal system affected.

Keywords: congenital anomalies, incidence, newborn baby

Corresponding author: dr. Ziske Maritska, Msi.Med, Alamat Departemen Biologi Kedokteran, Fakultas Kedokteran
Universitas Sriwijaya, HP. +62 812 24 801100 , email: ziske_kamil@yahoo.com

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 349


Ziske dan Siti dkk. | Kejadian dan Distribusi Kelainan Kongenital pada Bayi Baru Lahir di RS. Dr. Moehammad Hoesni

Pendahuluan
Kelainan kongenital merupakan suatu menyebabkan kecacatan seumur hidup, yang
kelainan baik struktural maupun fungsional berdampak pada kehidupan individu,
yang timbul pada masa gestasi.1,2,3,4 Kelainan keluarga, pelayanan kesehatan, dan
kongenital sendiri dapat diketahui sejak saat kehidupan sosial.
dalam kandungan, saat lahir, maupun setelah Penelitian ini bertujuan untuk
lahir.1,2,3,4 Kelainan kongenital merupakan mengetahui kejadian kelainan kongenital di RS
salah satu kontributor terbesar terhadap dr. Moehammad Hoesin Palembang serta
tingkat kematian dan kesakitan baik pada usia mengidentifikasi sistem tubuh yang paling
neonatus, bayi, dan anak-anak. Sekitar banyak terkena kelainan kongenital. Manfaat
276.000 bayi diperkirakan meninggal pada penelitian ini adalah memberikan informasi
usia 4 minggu setiap tahunnya di seluruh sekaligus referensi mengenai seberapa
dunia karena menderita kelainan congenital.1 banyak kasus kelainan kongenital ditemukan
Dari hasil studi yang dilakukan oleh di RS rujukan utama wilayah Sumatera Bagian
Christianson pada tahun 2006 diketahui Selatan, yaitu RS dr. Moehammad Hoesin
sebanyak 3,3 juta anak dibawah usia 5 tahun Palembang.
meninggal setiap tahunnya akibat kelainan
kongenital dan sekitar 3,2 juta anak Metode
mengalami disabilitas akibat kelainan Studi ini merupakan penelitian
kongenital.5 observasional deskriptif dengan pendekatan
Di Indonesia sendiri angka kejadian potong lintang. Penelitian ini menggunakan
kelainan kongenital diperkirakan mencapai data sekunder dari rekam medis bayi baru
7.000 jiwa pada tahun 2006.5 Survey yang lahir di RS dr. Moehammad Hoesin
dilakukan oleh World Health Organization Palembang. Semua bayi baru lahir yang
(WHO) pada tahun 2010 menunjukkanangka dinyatakan menderita kelainan kongenital
kejadian kelainan kongenital pada bayi adalah oleh dokter spesialis anak yang kompeten di
sebesar 5 dari 1000 kelahiran (5%).6,7 Tingkat RS dr. Moehammad Hoesin Palembang
mortalitas bayi akibat kelainan kongenital selama periode Januari-November 2015
adalah sebesar 10,5% seperti tergambar pada diikutsertakan dalam studi ini sebagai sampel
gambar 1 dibawah ini. penelitian. Data mengenai jenis dan sistem
mana yang terkena diperoleh dari rekam
medis masing-masing pasien. Begitu pula
dengan data mengenai jenis kelamin dan usia
orang tua (dalam hal ini usia ibu pasien saat
hamil), juga diperoleh dari rekam medis
pasien.

Hasil
Dari hasil penelusuran rekam medis di
departemen anak didapatkan total 108 bayi
baru lahir dan dirawat di RS dr. Moehammad
Gambar 1. Penyebab kematian neonatus di Hoesin Palembang yang didiagnosa menderita
Indonesia. Kelainan kongenital merupakan kelainan kongenital.
salah satu penyebab kematian neonatus di Pada tabel 1 dapat dilihat berbagai
Indonesia, yaitu sebesar 10,5%.6,7 karakteristik bayi dengan kelainan congenital,
meliputi usia ibu pasien, jenis kelamin dan
Kelainan kongenital terjadi setiap sistem tubuh yang terkena atau jenis kelainan
tahunnya dan jenis kelainan kongenital yang kongenitalnya.
banyak terjadi adalah kelainan jantung Mayoritas ibu pasien mengandung
bawaan, defek pada tabung saraf, dan Down pada usia 20-35 tahun (n=58 kasus ; 53,7%),
Syndrome.1,8 Kelainan kongenital diikuti kelompok usia resiko tinggi yaitu diatas

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 350


Ziske dan Siti dkk. | Kejadian dan Distribusi Kelainan Kongenital pada Bayi Baru Lahir di RS. Dr. Moehammad Hoesni

35 tahun sebagai kelompok usia ibu terbanyak 108 kasus. Angka ini cukup tinggi jika
kedua (n=33 ; 30,6%). dibandingkan dengan hasil studi oleh Mariska
Dari jenis kelamin dapat dilihat bahwa di RSUD Pringardi Medan pada tahun 2007-
sebagian besar bayi yang mengalami kelainan 2011.9 Mariska menemukan 102 bayi dengan
congenital berjenis kelamin laki-laki (n=64 ; kelainan kongenital dalam kurun waktu empat
59,3%). Sisanya berjenis kelamin perempuan tahun. Savitri dan Wewengkang di Makassar
(n=44 ; 40,7%). juga melakukan studi angka kejadian kelainan
Sementara itu jika dilihat dari sistem kongenital selama empat tahun (2004-2007)
tubuh yang terkena, sistem yang paling di RS dr. Wahidin Sudirohusodo menemukan
banyak terkena adalah sistem gastro- 28 kasus (0,89%) kelainan congenital dari
intestinal, yaitu sebanyak 54 kasus (50%) 3.141.10
seperti terlihat pada table 1 berikut. Dari 108 pasien, separuh diantaranya
diketahui mengalami berbagai kelainan di
Tabel 1. Karakteristik Bayi Baru Lahir Dengan sistem gastro-intestinalnya. Berbagai diagnosa
Kelainan Kongenital yang dijumpai pada sistem gastro-intestinal di
Persentase studi ini antara lain adalah atresia ani,
Variabel Jumlah (n)
(%) hisprung, omfalokel, gastroskisis, dan atresia
duodenum.
Usia Ibu WHO pada tahun 2015 menyatakan
<20 tahun 17 15,7 bahwa sistem tubuh yang paling banyak
20-35 tahun 58 53,7 menderita kelainan jantung bawaan, defek
>35 tahun 33 30,6 pada tabung saraf, dan Down Syndrome.
Dalam studi ini, sistem kardio-thoraks
Jenis Kelamin menempati urutan kedua terbanyak dijumpai
Bayi setelah sistem gsatro-intestinal (n=32 ;
64 59,3 29,63%). Pasien-pasien dengan kelainan
Laki-laki
44 40,7 kongenital pada sistem kardio-thoraks
Perempuan
memiliki diagnosa yang bervariasi, seperti
Atrial Septal Defect (ASD), Ventricle Septal
Sistem tubuh Defect (VSD), Patent Ductus Arteriosus (PDA),
yang terkena Transposition of Great Aorta (TGA) dan
Sistem Susunan 12 11,11 Tetralogy of Fallot (TOF).
Saraf Pusat Untuk kasus sindroma, hanya
Sistem Kardio- 32 29,63 ditemukan dua kasus (1,85%) sindroma pada
thoraks penelitian ini, yaitu Sindrom Edward dan
Sistem Gastro- 54 50 Sindroma Down.
Intestinal Sisanya mengenai sistem tubuh yang lain,
Sistem Kranio- 6 5,56 yaitu sistem susunan saraf pusat, sistem
fasial kranio-fasialis, dan sistem muskuloskeletal,
Sistem Muskulo- 2 1,85 masing-masing dengan jumlah dan diagnosa
skeletal yang juga bervariasi.
SIndroma 2 1,85
Simpulan
Kejadian kelainan kongenital di RS dr.
Moehammad Hoesin Palembang cukup
Pembahasan banyak dengan sistem gastro-intestinal
Kejadian kelainan kongenital di RS dr. sebagai sistem tubuh yang paling banyak
Moehammad Hoesin sebagai RS tipe A terkena kelainan kongenital.
rujukan untuk wilayah Sumatera bagian
Selatan selama periode penelitian yaitu bulan
Januari s.d November 2015 adalah sebesar

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 351


Ziske dan Siti dkk. | Kejadian dan Distribusi Kelainan Kongenital pada Bayi Baru Lahir di RS. Dr. Moehammad Hoesni

Daftar Pustaka
1. Anonim, World Health Organization 6. Anonim, World Health Organization,
2015; Congenital Anomalies, WHO. 2015 2010. Child Health Epidemiology
Tersedia di Reference Group (CHERG). WHO,
http://www.who.int/mediacentre/factsh Geneva. 2010
eets/fs370/en/ 7. Anonim, World Health Organization,
2. Anonim, World Health Organization 2010. Birth Defects. Tersedia di
2013. Birth Defects in South-East Asia A http://apps.who.int/gb/ebwha/pdf_files/
Public Health Challenge: Situation WHA63/A63_10-en.pdf
Analysis. World Health Organization 8. Burton, Barbara K. Spina Bifida:
Regional Office for South-East Asia. New Congenital Malformation Evidence-Based
Delhi, India. 2013. Evaluation and Management. McGraw-
3. Kumar, P. Congenital Malformations: Hill. 2008.
Evidence-Based Evaluation and 9. Yunice, Stella M, Sarumpaet, Sori M,
Management. McGraw-Hill. 2008. Jemadi. Karakteristik Ibu yang Melahirkan
4. Pen-Hua Su. Congenital Anomalies: Bayi dengan Kelainan Kongenital di RSUD
Current Knowledge and Future Dr. Pringardi Medan Tahun 2007-2011.
Prospects.Pediatrics and Neonatology Ed. Fakultas Kesehatan Masyarakat,
54, Taiwan. 2013. Sumatera Utara. 2011.
5. Christianson A, Howson CP, Modell B. 10. Savitri, I., Wewengkang, M. Analisis
March of Dimes: Global Report on Birth Faktor Risiko Kelainan Kongenital Bayi
Defects “The Hidden Toll of Dying and Baru Lahir di RS dr. Wahidin
Disabled Children.White Plains, New Sudirohusodo Periode 2004-2007. FK
York. 2006 UNHAS Makassar. Tersedia di
http://med.UNHAS.ac.id/obgin/index

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 352


Dyah Wulan SR | Pemanfaatan Statistik Spasial dalam Mempelajari Faktor Resiko Tuberkulosis

Pemanfaatan Statistik Spasial dalam Mempelajari Faktor Risiko Tuberkulosis


Paru sebagai Upaya Penurunan Insidensi Tuberkulosis Paru
Dyah Wulan Sumekar Renggis Wardani
Bagian Ilmu Kedokteran Komunitas dan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran,
Universitas Lampung
Abstrak
Insiden kasus tuberkulosis paru (TB) tidak mengalami penurunan yang signifikan. Oleh karena itu, pengendalian TB selain
melalui metode yang telah dilaksanakan selama ini, juga akan lebih menekankan pada determinan sosial, karena
determinan sosial secara langsung maupun melalui faktor risiko TB berpengaruh terhadap TB. Determinan sosial dan faktor
risiko TB merupakan variabel yang bersifat in situ, sehingga penggunaan statistik spasial dalam mempelajari determinan
sosial dan TB sangat bermanfaat. Dengan statistik spasial memungkinkan untuk dilakukannya visualisasi (mempelajari
distribusi penyakit menurut area geografis), eksplorasi (mengetahui adanya clustering atau hotspot area yaitu area dengan
jumlah kasus penyakit yang lebih banyak dibanding area lainnya), pemodelan (menjelaskan prediksi pola spasial) serta
autokorelasi spasial (mempelajari karakteristik penyakit kaitannya dengan penyakit yang dipelajari). Pemanfaatan statistik
spasial dalam TB telah dilakukan melalui identifikasi clustering TB di beberapa daerah serta mempelajari hubungan spasial
faktor risiko dan kejadian TB. Informasi clustering TB menunjukkan dimana populasi yang berisiko berada, sedangkan
informasi hubungan spasial faktor risiko dan kejadian TB menunjukkan variabel yang harus diintervensi. Informasi tersebut
sangat bermanfaat dalam penanggulangan TB, khususnya dalam menurunkan insiden TB. Sebagai simpulan, berdasarkan
manfaatnya untuk menurunkan insidensi TB paru, penggunaan statistik spasial dalam mempelajari faktor risiko TB paru
sangat dianjurkan.

Kata kunci: faktor risiko, insidensi, statistik spasial, tuberkulosis

Application of Spatial Statistics in Studying Tuberculosis’ Risk Factors as


an Attempt of Reducing Tuberculosis’ Incidence
Abstract
Incidence cases of tuberculosis (TB) did not decline significantly. Therefore, TB control beside through the methods that
have been implemented, will also be more emphasis on social determinants, since social determinants directly or through
TB risk factors influence TB incidence. Social determinants and TB risk factors are in site variables, therefore, the use of
spatial statistics in studying social determinants and TB are very useful. Using spatial statistics makes it possible to do the
visualization (studying the distribution of diseases by geographic area), exploration (identifying of any clustering or hotspot
areas those are areas with number of disease cases more than other areas), modeling (explaining predictive spatial
patterns) and spatial autocorrelation (study disease characteristics related to the disease being studied). Utilization of
spatial statistics in TB have been conducted through clustering identification of TB in some areas and to study the spatial
relationships of risk factors and the incidence of TB. TB clustering information showed where the risk population is, while
the information about spatial relationships of risk factors and the incidence of TB showed the variables that should be
intervened. Such information is very useful in TB control, especially in reducing incidence of TB. In conclusion, based on its
benefit to reduce TB incidence, spatial statistics application in studying risk factor of TB should be recommended.

Keywords: incidence, risk factor, spasial statistic, tuberculosis

Korespondensi: Dr. Dyah Wulan Sumekar Rengganis Wardani, SKM., M.Kes | Jln. S. Brojonegoro No. 1 Bandar Lampung |
HP. 08122516128, e-mail: dwwardani@yahoo.com

Pendahuluan
bahwa secara global terdapat sekitar 8,6 juta
Insidensi Tuberkulosis (TB) tidak insiden kasus TB, setara dengan 122 kasus per
mengalami penurunan yang signifikan, 100.000 populasi.1,2
walaupun upaya penanggulangan TB oleh Untuk mempercepat penurunan insiden
World Health Organization (WHO) telah TB, pengendalian TB oleh WHO, selain melalui
dilakukan sejak tahun 1947. Pada tahun 2013, metode yang telah dilaksanakan selama ini,
diperkirakan terdapat 9 juta (8,6 – 9,4 juta) juga akan lebih menekankan pada isu
insiden kasus TB, setara dengan 126 kasus per determinan sosial.3 Hal tersebut didasari pada
100.000 populasi. Angka tersebut meningkat pentingnya kebijakan dan intervensi determinan
dibanding tahun 2012 yang menunjukkan
sosial untuk mendukung pengendalian TB.4–8

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 |353


Dyah Wulan SR | Pemanfaatan Statistik Spasial dalam Mempelajari Faktor Resiko Tuberkulosis

Determinan sosial secara langsung atau (kelurahan, kecamatan dan lain-lain). Data
melalui faktor risiko TB berhubungan dengan atribut merujuk pada sifat/ karakteristik yang
kejadian TB. Dengan adanya perbedaan in situ, yang mencakup abiotik (semua unsur
determinan sosial, sekelompok orang akan fisik lahan yang ada: tanah, geologi, air, iklim),
mempunyai faktor risiko TB yang lebih baik atau biotik (floran dan fauna) serta culture (sosial
lebih buruk dibanding kelompok lain. Hal ekonomi). Data geospasial yang sudah diolah
tersebut akan membuat sekelompok orang disebut informasi geospasial, yang dapat
menjadi lebih rentan atau lebih kebal terhadap digunakan sebagai alat bantu dalam
TB.7,9 Faktor risiko TB yang dimaksud mencakup: perumusan kebijakan, pengambilan keputusan,
akses ke pelayanan kesehatan, keamanan dan/atau pelaksanaan kegiatan yang
pangan, kondisi rumah serta perilaku mengenai berhubungan dengan ruang kebumian.
HIV, merokok, malnutrisi, Diabetes Mellitus Informasi geospasial terdiri dari informasi
(DM) dan alkohol.7 Sedangkan determinan geospasial dasar dan informasi geospasial
sosial mencakup: pendidikan, pekerjaan, tematik. Informasi geospasial dasar (IGD)
pendapatan, kelas sosial, ras/ etnik dan mencakup jaring kontrol geodesi dan peta
gender.10–12 dasar. Informasi geospasial tematik (IGT)
Determinan sosial TB adalah salah satu adalah informasi geospasial yang
unsur budaya yang merupakan karakteristik menggambarkan satu atau lebih tema tertentu
dengan sifat in situ, seperti halnya iklim, yang dibuat mengacu pada IGD. Informasi
geografi dan faktor epidemiologi TB,13,14 geospasial dasar hanya diselenggarakan oleh
sehingga penggunaan analisis berbasis pemerintah, sedangkan IGT dapat
geospasial dalam mempelajari determinan diselenggarakan oleh instansi pemerintah,
sosial, faktor risiko dan kejadian TB sangat pemerintah daerah dan atau setiap orang.13 Di
bermanfaat.15 Analisis berbasis geospasial atau bidang kesehatan, khususnya epidemiologi, IGT
analisis spasial merupakan analisis sangat bermanfaat dalam mendeskripsikan
epidemiologi yang bermanfaat dalam penyebaran penyakit menular yang berkaitan
memahami transmisi TB di masyarakat.16 dengan konsep orang, tempat dan waktu.17
Analisis spasial juga sangat bermanfaat untuk Untuk mengolah data geospasial menjadi IGT
mendeteksi area dengan risiko TB tinggi, diperlukan analisis spasial, yang membutuhkan
sehingga dapat mengindikasikan tindakan yang alat pendukung berupa Geographical
terbaik untuk pencegahan dan pengendalian Information System (GIS) dan statistik spasial.
TB.15 Dengan pemahaman transmisi TB di
Statistik Spasial
masyarakat serta diperolehnya pencegahan
Analisis spasial adalah inferensi visual
dan pengendalian TB, diharapkan insiden TB
terhadap peta yang merupakan gabungan dari
dapat menurun. Berdasarkan uraian tersebut,
data spasial dan data atribut. Data spasial
artikel ini bertujuan untuk menjelaskan
merujuk pada suatu lokasi atau posisi di
penerapan statistik spasial dalam mempelajari
permukaan bumi. Sedangkan data atribut
faktor risiko TB, yang pada akhirnya dapat
merujuk pada variabel kualitatif seperti nama
digunakan untuk menurunkan insidensi TB
serta atribut numerik seperti jumlah populasi,
paru.
pendapatan dan lainnya.18,19
Dalam epidemiologi, analisis spasial
ISI
bukan hanya inferensi visual, tetapi juga
Pengertian Geospasial mencakup statistik spasial, yang bertujuan
Geospasial atau ruang kebumian adalah untuk 1) mengevaluasi terjadinya perbedaan
aspek keruangan yang menunjukkan lokasi, kejadian menurut area geografi; 2)
letak, dan posisi suatu objek atau kejadian yang memisahkan antara data yang fitting dan yang
berada di bawah, pada, atau di atas permukaan tidak fitting dengan model; 3) mengidentifikasi
bumi yang dinyatakan dalam sistem koordinat clustering penyakit; serta 4) mengukur
tertentu. Data geospasial terdiri dari data signifikansi paparan potensial. Dengan statistik
spasial dan data atribut. Data spasial merujuk
spasial dapat mengkuantifikasi ketidakpastian
pada suatu lokasi atau posisi di permukaan
estimasi, prediksi dan pemetaan serta
bumi, yang berupa koordinat, raster atau
menyediakan dasar inferensi statistik dengan
batasan administrasi wilayah
data spasial.

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 |354


Dyah Wulan SR | Pemanfaatan Statistik Spasial dalam Mempelajari Faktor Resiko Tuberkulosis

Beberapa metode statistik spasial yang sering


digunakan adalah adaptasi dari metode statistik
diadaptasikan dengan konsep spasial
nonspasial seperti regresi.19
neighbourhood relationship dan spatially
Penggabungan inferensi visual dan
correlated error.
statistik spasial memungkinkan untuk
Auktokorelasi spasial adalah teknik untuk
dilakukannya visualisasi, eksplorasi, pemodelan
mengidentifikasi apakah suatu kejadian
dan autokorelasi spasial. Keempat metode
penyakit di permukaan bumi (yang berupa titik
tersebut sangat bermanfaat dalam mempelajari
atau area) berkesesuaian atau tidak
distribusi penyakit dan faktor risiko suatu
berkesesuaian dengan unit area sekitarnya.
penyakit.20
Autokorelasi spasial penting dalam
Visualisasi merupakan metode analisis
epidemiologi penyakit karena pada statistik
spasial yang paling banyak digunakan. Metode
diasumsikan bahwa kejadian saling bebas satu
ini menghasilkan peta yang menggambarkan
sama lain. Di sisi lain, apabila kejadian penyakit
pola spasial, yang bermanfaat untuk analisis
diambil dari area atau titik yang berdekatan
spasial lebih lanjut dan untuk
dan hasil analisis stattistik menunjukkan tidak
mengkomunikasikan hasil analisis. Pada metode
terdapat perbedaan kejadian pada area-area
ini hanya menguji dimensi spasial data. Dalam
tersebut, maka statistik tidak dapat
epidemiologi, metode visualisasi dimanfaatkan 18
mengidentfikasi adanya autokorelasi spasial.
untuk mempelajari distribusi penyakit menurut
Autokorelasi spasial terdiri dari analisis
area geografi.20
univariat dan analisis bivariat. Analisis univariat
Eksplorasi merupakan metode analisis
bertujuan untuk mengetahui apakah suatu
spasial yang menggabungkan visualisasi data
karakteristik penyakit di suatu area tidak
spasial dan penggunaan metode statistik untuk
berbeda atau berbeda dengan area sekitarnya.
menguji apakah pola yang diamati tersebar
Sedangkan analisis bivariat bertujuan untuk
secara random atau membentuk suatu cluster.
mengetahui apakah suatu karakteristik
Pada metode ini sudah dilakukan analisis pola
penyakit di suatu area berhubungan dengan
penyakit.20 Pada metode eksplorasi, data karakteristik lain di area tersebut dan
berbasis titik merepresentasikan lokasi penyakit sekitarnya. Analisis bivariat pada autokorelasi
atau pasien. Dasar dari analisis spasial ini spasial dapat menghasilkan model kausal
adalah: individu yang dekat atau terpapar oleh
penyakit.18
orang yang terinfeksi atau lingkungan yang
tercemar akan lebih rentan terkena suatu
Pemanfaatan Analisis Spasial dalam
penyakit. Analisis dari pola titik tersebut akan
Mempelajari Faktor Risiko TB Paru
menunjukkan distribusi kejadian penyakit pada
lokasi tertentu, sehingga bisa diketahui adanya Beberapa peneliti telah memanfaatkan
clustering dan kemungkinan hot spot area yaitu spasial statistik untuk mempelajari hubungan
area dengan jumlah kasus terbanyak dibanding spasial antara indikator determinan sosial atau
20,21 indikator faktor risiko TB dan kejadian TB.
area lainnya. Hasil analisis eksplorasi sangat
Penelitian di suatu distrik di Cape Town, Afrika,
bermanfaat dalam epidemiologi. Identifikasi
menunjukkan ada hubungan spasial antara
adanya clustering membantu dalam
kepadatan penduduk, tidak mempunyai
mengetahui secara dini adanya wabah penyakit
pekerjaan dan jumlah bar dengan kejadian
menular. Selain itu, studi lanjut akan dapat
TB.16 Penelitian di Hong Kong menunjukkan
menjelaskan faktor yang menyebabkan
bahwa kepadatan penduduk, usia dan tidak
terjadinya clustering tersebut.21
mempunyai pekerjaan berhubungan dengan
Pemodelan merupakan analisis spasial
kejadian TB.22 Penelitian yang juga dilakukan di
yang menjelaskan hubungan kausa-efek dengan
Hong Kong menunjukkan bahwa ada hubungan
menggunakan data spasial dan atribut. Metode
sosial ekonomi dengan kejadian TB.23
ini digunakan untuk menjelaskan atau
20 Sedangkan penelitian di Beijing menunjukkan
memprediksi pola spasial. Dalam pemodelan ada perbedaan kejadian TB pada penduduk
spasial, metode regresi (baik regresi linier, migran dan non migran di Beijing, yang
poisson maupun logistik) merupakan metode disebabkan oleh perbedaan kondisi sosial
statistik yang paling banyak digunakan, yang

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 |355


Dyah Wulan SR | Pemanfaatan Statistik Spasial dalam Mempelajari Faktor Resiko Tuberkulosis

ekonomi, kondisi lingkungan dan akses ke determinan sosial dan faktor risiko terhadap TB
pelayanan kesehatan antara penduduk migran sangat bermanfaat. Metode statistik spasial
dan non migran.24 yang digunakan dapat berupa visualisasi,
Beberapa penelitian yang memanfaatkan eksplorasi, pemodelan dan autokorelasi spasial.
statistik spasial untuk mengetahui cluster TB Pemanfaatan statistik spasial telah dilakukan
juga telah dilakukan. Penelitian yang dilakukan dalam mengidentifikasi clustering TB di
di Distrik Almora, India, menunjukkan bahwa beberapa daerah serta mempelajari hubungan
penderita TB di distrik tersebut membentuk tiga spasial determinan sosial dan faktor risiko
cluster.25 Penelitian yang dilakukan di Beijing terhadap TB. Informasi clustering TB
menunjukkan bahwa penderita TB membentuk menunjukkan dimana populasi berisiko berada
dua cluster dengan prevalens rate yang hampir sedangkan informasi hubungan determinan
sama.24 Penelitian yang dilakukan di Hermosillo, sosial faktor risiko TB terhadap kejadian TB
Meksiko, mendapatkan bahwa penderita TB menunjukkan variabel yang perlu diintervensi.
berkelompok di Hermosillo bagian utara, Informasi tersebut sangat bermanfaat dalam
selatan dan timur, yang mempunyai determinan penanggulangan TB, khususnya dalam
sosial rendah.15 Penelitian di Fukuoka, Jepang, menurunkan insiden TB.
menunjukkan bahwa penderita TB
mengelompok di daerah tambang batubara SIMPULAN
yang sebagian besar penduduknya adalah Statistik spasial melalui metode
migran dengan determinan sosial rendah.26 visualisasi, eksplorasi, pemodelan dan
Penelitian di Antananarivo, Portugal, autokorelasi sangat bermanfaat dalam
mendapatkan bahwa penderita TB penanggulangan TB. Melalui metode tersebut
mengelompok pada distrik dari enam distrik dapat diperoleh clustering TB yang
yang ada di kota tersebut.14 Penelitian di Bandar menunjukkan dimana populasi yang berisiko
Lampung, Indonesia, juga menunjukkan bahwa berada. Melalui metode tersebut juga diketahui
penderita TB membentuk cluster di daerah hubungan spasial variabel determinan sosial
dengan kepadatan penduduk tinggi dan di dan faktor risiko TB terhadap TB. Informasi
daerah dengan persentase penduduk miskin tersebut sangat bermanfaat dalam menurunkan
yang tinggi.27 insiden TB.
Pengetahuan mengenai cluster TB pada
penelitian-penelitian di atas dapat membantu DAFTAR PUSTAKA
menunjukkan dimana populasi yang berisiko 1. WHO. Global Tuberculosis Report 2013.
berada. Sedangkan pengetahuan mengenai Geneva; 2013.
variabel yang berhubungan dengan TB 2. WHO. Global Tuberculosis Report 2012.
menunjukkan variabel yang perlu diintervensi. Geneva; 2012.
Informasi yang diperoleh dari pemanfaatan 3. Raviglione. Tuberculosis Prevention, Care
statistik spasial dalam mempelajari determinan and Control, 2010-2015: Framing Global
sosial, faktor risiko dan kejadian TB tersebut and WHO Strategic Priorities. In Report of
sangat bermanfaat dalam penanggulangan TB, The Ninth Meeting 9-11 November 2009.
terutama dalam menurunkan insiden TB. World Health. Geneva; 2009.
4. Lönnroth K, Holtz TH, Cobelens F, Chua J,
RINGKASAN Leth F Van, Tupasi T, et al. Inclusion of
Insidensi TB tidak mengalami penurunan Information on Risk Factors, Socio-
yang signifikan walaupun upaya Economic Status and Health Seeking in A
penanggulangan telah dilakukan. Oleh karena Tuberculosis Prevalence Survey. Int. J.
itu, penanggulangan TB akan lebih menekankan Tuberc. Lung Dis. 2009;13(2):171–6.
pada determinan sosial karena determinan 5. Lönnroth K, Jaramillo E, Williams BG, Dye
sosial secara langsung maupun melalui faktor C, Raviglione M. Drivers of Tuberculosis
risiko TB berpengaruh terhadap kejadian TB. Epidemics: The Role of Risk Factors and
Determinan sosial dan fakto risiko TB Social Determinants. Soc. Sci. Med.
merupakan variabel in situ sehingga 2009;68:2240–6.
penggunaan statistik spasial dalam mempelajari

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 |356


Dyah Wulan SR | Pemanfaatan Statistik Spasial dalam Mempelajari Faktor Resiko Tuberkulosis

6. Lönnroth K, Castro KG, Chakaya JM, 16. Munch Z, Van Lill SWP, Booysen CN,
Chauhan LS, Floyd K, Glaziou P, et al. Zietsman HL, Enarson D a, Beyers N.
Tuberculosis Control and Elimination 2010 Tuberculosis Transmission Patterns in A
– 50: Cure, Care, and Social Development. High-Incidence Area: A Spatial Analysis. Int.
Lancet. 2010;375(9728):1814–29. J. Tuberc. Lung Dis. 2003;7(3):271–7.
7. Lönnroth K. Risk Factors and Social 17. Maheswaran R, Craglia M. Introduction
Determinants of TB. The Union NAR and Overview. GIS Public Heal. Pract. USA:
Meeting 24 Feb 2011 [Internet]. 2011. CRC Press LLC; 2004. p. 134.
Tersedia dari: 18. Lai PC, So FM, Chan K. Spatial
http://www.bc.lung.ca/association_and_s Epidemiological Approach in Disease
ervices/documents/KnutUnionNARTBriskf Mapping and Analysis. New York, NY: CRC
actorsanddeterminantsFeb2011.pdf Press LLC; 2009.
8. Rasanathan K, Sivasankara Kurup A, 19. Waller L, Gotway C. Applied Spatial
Jaramillo E, Lönnroth K. The Social Statistics for Public Health Data. New
Determinants of Health: Key to Global Jersey, US: John Wiley & Sons Inc.; 2004.
Tuberculosis Control. Int. J. Tuberc. Lung 20. Pfeiffer D, Robinson T, Stevenson M,
Dis. 2011;15(6):S30–6. Stevens K, Rogers D, Clements A. Spatial
9. CSDH. Closing the Gap in A Generation: Analysis in epidemiology. New York: Oxford
Health Equity through Action on the Social University Press Inc.; 2008.
Determinants of Health. Geneva: WHO; 21. Sabel CE, Löytönen S. Clustering of Disease:
2008. p. 256. Disease Mapping and Spatial Analysis. GIS
10. CSDH. A Conceptual Framework for Action Public Heal. Pract. USA: CRC Press LLC;
on the Social Determinants of Health. 2004. p. 142.
Geneva; 2007. p. 77. 22. Chan-yeung M, Yeh AGO, Tam CM, Kam
11. Solar O, Irwin A. A Conceptual Framework KM, Leung CC, Yew WW, et al. Socio-
for Action on the Social Determinants of Demographic and Geographic Indicators
Health. Social Determinants of Health and Distribution of Tuberculosis in Hong
Discussion Paper 2 (Policy and Practice). Kong: A Spatial Analysis. Int. J. Tuberc. Lung
Geneva; 2010. p. 79. Dis.. 2005;9(12):1320–6.
12. Galobardes B, Shaw M, Lawlor D, Smith G, 23. Pang PT-T, Leung CC, Lee SS.
Lynch J. Indicators of Socioeconomic Neighbourhood Risk Factors for
Position. Methods Soc. Epidemiol. San Tuberculosis in Hong Kong. Int. J. Tuberc.
Fransisco, USA: A Wiley Imprint; 2006. p. Lung Dis. 2010;14(5):585–92.
98. 24. Jia Z-W, Jia X-W, Liu Y-X, Dye C, Chen F,
13. Pemerintah Republik Indonesia. Undang- Chen C-S, et al. Spatial Analysis of
Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tuberculosis Cases in Migrants and
Tahun 2011 tentang Informasi Geospasial Permanent Residents, Beijing, 2000–2006.
[Internet]. 2011. Tersedia dari: Emerg. Infect. Dis.. 2008;14(9):1413–9.
http://www.bakosurtanal.go.id. 25. Tiwari N, Kandpal V, Tewari A, Rao KRM,
14. Randremanana RV, Sabatier P, Tolia V. Investigation of Tuberculosis
Rakotomanana F, Randriamanantena A, Clusters in Dehradun City of India. Asian
Richard V. Spatial Clustering of Pulmonary Pac. J. Trop. Med. 2010;3(6):486–90.
Tuberculosis and Impact of the Care 26. Onozuka D, Hagihara A. Geographic
Factors in Antananarivo City. Trop. Med. Prediction of Tuberculosis Clusters in
Int. Heal. 2009 ;14(4):429–37. Fukuoka, Japan, Using the Space-Time Scan
15. Alvarez-Hernández G, Lara-Valencia F, Statistic. BMC Infect. Dis. 2007;7(26):1-10.
Reyes-Castro P a, Rascón-Pacheco R a. An 27. Wardani D, Lazuardi L, Mahendradhata Y,
Analysis of Spatial and Socio-Economic Kusnanto H. Clustered Tuberculosis
Determinants of Tuberculosis in Incidence in Bandar Lampung, Indonesia.
Hermosillo, Mexico, 2000-2006. Int. J. WHO South-East Asia J. Public Heal.
Tuberc. Lung Dis. 2010;14(6):708–13. 2014;3(2):76-83.

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 |357


Asep Sukohar dan Novita Carolia | Peran Majelis Kehormatan Etik Kedokteran Indonesia (MKEK)

Peran Majelis Kehormatan Etik Kedokteran Indonesia(MKEK)Dalam


Pencegahan dan Penyelesaian Malpraktek Kedokteran

Asep Sukohar, Novita Carolia


Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung
Abstrak
Dokter dalam menjalankan profesinya harus menjunjung tinggi profesionalisme yangmencakup knowledge, skill dan
behaviour yang harus diimplementasikan pada saat menjalankan tugasnya. Profesionalisme mencegah dokter dari masalah
etik, disiplin dan hukum yang timbul akibat pekerjaan tersebut. Majelis Kehormatan Etik Kedokteran(MKEK) menyidangkan
pelanggaran etika dan dapat menyidangkan pelanggaran disiplin profesi dokter di wilayah yang belum terdapat Majelis
Kehormatan Disiplin Indonesia (MKDI). Proses persidangan etik dan disiplin profesi dilakukan terpisah dari proses
persidangan gugatan perdata atau tuntutan pidana oleh karena domain dan jurisdiksinya berbeda. Dokter terdugapelanggar
standar profesi (kasus kelalaian medik) dapat diperiksa oleh MKEK, dapat pula diperiksa di pengadilan tanpa adanya
keharusan saling berhubungan di antara keduanya. Dokter yang telah divonis melanggar etika oleh MKEK belum tentu
dinyatakan bersalah oleh pengadilan, demikian pula sebaliknya.Persidangan MKEK bersifat inkuisitorial khas profesi, yaitu
Majelis (ketua dan anggota) bersikap aktif melakukan pemeriksaan, tanpa adanya badan atau perorangan sebagai penuntut.
Persidangan MKEK secara formil berbeda dengan persidangan hukum acara pidana ataupun perdata, namun demikian tetap
berupaya melakukan pembuktian mendekati ketentuan-ketentuan pembuktian yang lazim.Putusan MKEK tidak ditujukan
untuk kepentingan peradilan, oleh karenanya tidak dapat dipergunakan sebagai bukti di pengadilan, kecuali atas perintah
pengadilan dalam bentuk permintaan keterangan ahli. Sekali lagi, hakim pengadilan tidak terikat untuk sepaham dengan
putusan MKEK.Eksekusi Putusan MKEK Wilayah dilaksanakan oleh Pengurus IDI Wilayah dan/atau Pengurus Cabang
Perhimpunan Profesi yang bersangkutan. Khusus untuk Surat Ijin Praktek (SIP), eksekusinya diserahkan kepada Dinas
Kesehatan setempat. Apabila eksekusi telah dijalankan maka dokter teradu menerima keterangan telah menjalankan
putusan.

Kata kunci: MKEK, pencegahan dan penyelesaian malpraktek

The Role of Indonesian Honorary Council of Medical Ethics (MKEK)


In The Prevention and Settlement of Medical Malpractice
Abstract
Doctors in their profession must uphold professionalism. Professionalism covers knowledge, skill and behavior and must be
implemented in our duties. Professionalism prevents the doctor from violation of ethics, discipline and law caused by the
work. The Honory Council of Medical Ethics (MKEK) may conducts the trial on the dicipline of profession doctor at the area
without the Honory Council of Medical Dicipline (MKDI). The process of ethics trial and professional discipline must be
conducted separately from trial of a civil suit or criminal charges because of the differences of domain and jurisdiction. The
ethics and discipline trialare conducted by MKEK, meanwhile trial of a civil and criminal verdict are conducted by the general
courts. Doctors suspected offenders standards of the profession (medical negligence cases) can be checked by MKEK, can
also be examined in court-without the necessity interconnected between them. The doctor who has decided violation of
ethics by MKEK may be not found guilty by the court, and vice versa. The Honory Council of Medical Ethics proceedings are
inquisitorial typical profession, The Council (chairman and members) are active in the examination, without any entity or
individual as a claimant. The trial of MKEK formally does not use the verification system as is usual in the event of criminal
or civil law, however, still seek to approach the rules of evidence proving that common. The verdict of MKEK is not
intended for the justice, therefore, cannot be used as evidence in court, unless the court orders in the form of expert
inquiry. Once again, the trial judge is not bound to agree with the decision of MKEK. The Decision of execution of MKEK
region implemented by IDI Regional Board and/or executive Branch of the Association of Professionals concerned.
Specifically for Practice Permit, the execution is submitted to the local health department. When it has been executed, the
reported doctor is given the letter that he/she has done in the execution.

Key words: MKEK, prevention and settlement of medical malpractice

Korespondensi: Dr.dr. Asep Sukohar, M.Kes | Bukit Kencana 3, Blok K-I, No:1, Antasari | HP. 0811724890 | e-mail:
asepsukohar@gmail.com

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 |358


Asep Sukohar dan Novita Carolia | Peran Majelis Kehormatan Etik Kedokteran Indonesia (MKEK)

Pendahuluan
Ilmu kedokteran adalah ilmu empiris dan Undang-undang Praktik Kedokteran
bukan ilmu eksakta, dalam arti bahwa dalam diharapkan menjadi wahana yang dapat
membuat suatu kesimpulan deduktif ataupun membawa kita ke arah persyaratan profesi
induktif, ilmu kedokteran membutuhkan dokter di atas, sepanjang penerapannya
pengalaman-pengalaman yang disusun dengan dilakukan dengan benar. Standar pendidikan
menggunakan metode pengumpulan dan ditetapkan guna mencapai standar kompetensi,
pengolahan data secara ilmiah (evidence based). kemudian dilakukan registrasi secara nasional
Metode ini mengakibatkan pengambilan suatu dan pemberian lisensi bagi mereka yang akan
kesimpulan selalu memiliki peluang terjadinya berpraktek. Konsil harus berani dan tegas dalam
bias dan peluang adanya “fakta” yang belum melaksanakan peraturan, sehingga akuntabilitas
diketahui karena belum adanya pengalaman.1 profesi kedokteran benar-benar dapat
Konsekuensi logisnya adalah bahwa tingkat ditegakkan. Standar perilaku harus ditetapkan
kepastian dalam ilmu kedokteran disusun dalam sebagai suatu aturan yang lebih konkrit dan
bentuk probabilitas, bukan kepastian dapat ditegakkan daripada sekedar kode etik.
sebagaimana di dalam ilmu matematis. Kalangan Demikian pula standar pelayanan harus
hukum menganggap adanya “reasonable medical diterbitkan untuk mengatur hal-hal pokok
certainty” yang diartikan sebagai kepastian yang dalam praktek, sedangkan ketentuan rinci agar
“cukup meyakinkan”, sebagaimana juga di bidang diatur dalam pedoman-pedoman.
hukum dikenal sebagai “beyond reasonable Keseluruhannya akan memberikan rambu-
doubt”. rambu bagi praktek kedokteran, menjadi aturan
Mengingat sifat keilmuan tersebut di atas disiplin profesi kedokteran, yang harus
maka muncullah doktrin hubungan dokter-pasien diterapkan, dipantau dan ditegakkan oleh
yang bersifat kontrak berdasar upaya Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran
(inspanningsverbintennis) dan bukannya kontrak Indonesia (MKDKI).2
berdasar hasil. Keberhasilan suatu tindakan Ketentuan yang mendukung good clinical
medik tidak hanya bergantung kepada governance di sarana kesehatan harus dibuat
kompetensi dokter dan stafnya, melainkan juga dan ditegakkan. Dalam hal ini peran sarana
bergantung kepada ketersediaan peralatan dan kesehatan (manajemen rumah sakit) sangat
waktu, keadaan penyakitnya, faktor-faktor diperlukan. Sarana kesehatan harus mampu
lingkungan, kepatuhan pasien, serta faktor mencegah praktek kedokteran tanpa
konstitutif pasien itu sendiri. Perlu diingat bahwa kewenangan atau di luar kewenangan, mampu
tidak semua faktor tersebut dapat dikendalikan “memaksa” para profesional bekerja sesuai
oleh dokter dan stafnya. dengan standar profesinya, serta mampu
Dengan mengingat fakta di atas, maka memberikan “suasana” dan budaya yang
wajarlah apabila praktek kedokteran hanya boleh kondusif bagi suburnya praktek kedokteran
dilaksanakan oleh orang-orang dengan yang berdasarkan bukti (evidence based
kompetensi yang memadai dan memiliki medicine).
kewenangan untuk itu. Kompetensi diperoleh Dalam hal seorang dokter diduga
dari pendidikan dan pelatihan, sedangkan melakukan pelanggaran etika kedokteran
kewenangan diperoleh dalam bentuk ijin praktek (tanpa melanggar norma hukum), maka ia akan
dari instansi yang berwenang untuk itu. Selain itu dipanggil dan disidang oleh Majelis Kehormatan
dalam menjalankan prakteknya, para dokter Etik Kedokteran (MKEK) IDI untuk dimintai
diberi rambu-rambu etika dan standar profesi. pertanggung-jawaban (etik dan disiplin
profesi)nya. Persidangan MKEK bertujuan untuk
Isi mempertahankan kuntabilitas, profesionalisme
Kode Etik Profesi dan Peran MKEK dan keluhuran profesi. Saat ini MKEK menjadi
Pasal 12 ayat (1) UU No 18 tahun 2002 satu-satunya majelis profesi yang
tentang Ilmu Pengetahuan dan Tekhnologi menyidangkan kasus dugaan pelanggaran etik
(IPTEK) menyatakan bahwa “Untuk menjamin dan/atau disiplin profesi di kalangan
tanggung jawab dan akuntabilitas kedokteran. Di kemudian hari MKDKI, lembaga
profesionalisme, maka organisasi profesi wajib yang dimandatkan untuk didirikan oleh UU No
menentukan standar, persyaratan dan sertifikasi 29/2004, akan menjadi majelis yang
keahlian, serta kode etik profesi”. menyidangkan dugaan pelanggaran disiplin
profesi kedokteran.3
JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 |359
Asep Sukohar dan Novita Carolia | Peran Majelis Kehormatan Etik Kedokteran Indonesia (MKEK)

Proses persidangan disiplin profesi dilakukan oleh tidak mengharuskannya. Di Australia, saksi
MKEK IDI, sedangkan gugatan perdata dan tidak perlu disumpah pada informal hearing,
tuntutan pidana dilaksanakan di lembaga tetapi harus disumpah pada formal hearing
pengadilan di lingkungan peradilan umum. Dokter (jenis persidangan yang lebih tinggi daripada
tersangka pelaku pelanggaran standar profesi yang informal).4 Sedangkan bukti berupa
(kasus kelalaian medik) dapat diperiksa oleh dokumen umumnya di"sah"kan dengan
MKEK, dapat pula diperiksa di pengadilan tanpa tandatangan dan/atau stempel institusi
adanya keharusan saling berhubungan di antara terkait, dan pada bukti keterangan diakhiri
keduanya. Seseorang yang telah diputus dengan pernyataan kebenaran keterangan
melanggar etik oleh MKEK belum tentu dan tandatangan.
dinyatakan bersalah oleh pengadilan, demikian Dalam persidangan majelis etik dan
pula sebaliknya. disiplin, putusan diambil berdasarkan bukti-
Persidangan MKEK bersifat inkuisitorial bukti yang dianggap cukup kuat. Memang
khas profesi, yaitu Majelis (ketua dan anggota) bukti-bukti tersebut tidak harus memiliki
bersikap aktif melakukan pemeriksaan, tanpa standard of proof seperti pada hukum acara
adanya badan atau perorangan sebagai pidana, yaitu setinggi beyond reasonable
penuntut. Persidangan MKEK secara formiel tidak doubt, namun juga tidak serendah pada hukum
menggunakan sistem pembuktian sebagaimana acara perdata, yaitu preponderance of
lazimnya di dalam hukum acara pidana ataupun evidence. Pada beyond reasonable doubt
perdata, namun demikian tetap berupaya tingkat kepastiannya dianggap melebihi 90%,
melakukan pembuktian mendekati ketentuan- sedangkan pada preponderance of evidence
ketentuan pembuktian yang lazim. dianggap cukup bila telah 51% ke atas.4 Banyak
ahli menyatakan bahwa tingkat kepastian pada
Dalam melakukan pemeriksaannya, Majelis
perkara etik dan disiplin bergantung kepada
berwenang memperoleh :
sifat masalah yang diajukan. Semakin serius
1. Keterangan, baik lisan maupun tertulis,
dugaan pelanggaran yang dilakukan semakin
langsung dari pihak-pihak terkait (pengadu,
tinggi tingkat kepastian yang dibutuhkan.
teradu, pihak lain yang terkait) dan peer-
Perkara yang dapat diputuskan di majelis
group / para ahli di bidangnya yang ini sangat bervariasi jenisnya. Di MKEK IDI
dibutuhkan Wilayah DKI Jakarta diputus perkara-perkara
2. Dokumen yang terkait, seperti bukti pelanggaran etik dan pelanggaran disiplin
kompetensi dalam bentuk berbagai ijasah/ profesi, yang disusun dalam beberapa tingkat
brevet dan pengalaman, bukti keanggotaan berdasarkan derajat pelanggarannya. Di
profesi, bukti kewenangan berupa Surat Ijin Australia digunakan berbagai istilah seperti
Praktek Tenaga Medis, Perijinan rumah unacceptable conduct, unsatisfactory
sakit tempat kejadian, bukti hubungan professional conduct, unprofessional conduct
dokter dengan rumah sakit, hospital by dan professional misconduct. Namun demikian
laws, SOP dan SPM setempat, rekam tidak ada penjelasan yang mantap tentang
medis, dan surat-surat lain yang berkaitan istilah-istilah tersebut, meskipun umumnya
dengan kasusnya. memasukkan dua istilah terakhir sebagai
pelanggaran yang serius hingga dapat dikenai
Majelis etik ataupun disiplin umumnya sanksi skorsing ataupun pencabutan ijin
tidak memiliki syarat-syarat bukti seketat pada praktik.3
hukum pidana ataupun perdata. Bar's Putusan MKEK tidak ditujukan untuk
Disciplinary Tribunal Regulation, misalnya, kepentingan peradilan, oleh karenanya tidak
membolehkan adanya bukti yang bersifat dapat dipergunakan sebagai bukti di
hearsay dan bukti tentang perilaku teradu di pengadilan, kecuali atas perintah pengadilan
masa lampau. Cara pemberian keterangan juga dalam bentuk permintaan keterangan ahli.
ada yang mengharuskan didahului dengan Salah seorang anggota MKEK dapat
pengangkatan sumpah, tetapi ada pula yang memberikan kesaksian ahli di pemeriksaan
penyidik, kejaksaan ataupun di persidangan,

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 |360


Asep Sukohar dan Novita Carolia | Peran Majelis Kehormatan Etik Kedokteran Indonesia (MKEK)

menjelaskan tentang jalannya persidangan dan Dilihat dari segi hukum, bahwa
putusan MKEK. Sekali lagi, hakim pengadilan malpraktek sebagaimana didefinisikan
tidak terikat untuk sepaham dengan putusan sebagaimana di atas bukanlah suatu rumusan
MKEK.5 hukum yang diatur dalam undang-undang,
Eksekusi Putusan MKEK Wilayah melainkan suatu kumpulan dari berbagai
dilaksanakan oleh Pengurus IDI Wilayah dan/atau perilaku menyimpang yang dapat terjadi karena
Pengurus Cabang Perhimpunan Profesi yang suatu tindakan yang disengaja (intentional)
bersangkutan. Khusus untuk SIP, eksekusinya seperti pada misconduct tertentu, tindakan
diserahkan kepada Dinas Kesehatan setempat. kelalaian (negligence), ataupun suatu kekurang-
Apabila eksekusi telah dijalankan maka dokter mahiran/ketidak-kompetenan yang tidak
teradu menerima keterangan telah menjalankan beralasan.
putusan. Professional misconduct yang sebagian
diantaranya merupakan kesengajaan dapat
Dokter dan Malpraktek dilakukan dalam bentuk pelanggaran ketentuan
Karena ketidaktahuan masyarakat pada etik, ketentuan disiplin profesi, hukum
umumnya tumbuh miskonsepsi yang administratif, serta hukum pidana dan perdata.
menganggap bahwa setiap kegagalan praktek Sebagai contoh di bidang medik adalah
medis (misalnya, hasil buruk atau tidak melakukan kesengajaan yang merugikan
diharapkan selama dirawat di rumah sakit) klien/pasien, fraud, "penahanan" pasien,
sebagai akibat malpraktek medis atau akibat pelanggaran wajib simpan rahasia, aborsi ilegal,
kelalaian medis. Padahal perlu diingat bahwa euthanasia, penyerangan seksual,
suatu hasil yang tidak diharapkan di bidang misrepresentasi, keterangan palsu,
kedokteran sebenarnya dapat diakibatkan oleh menggunakan iptekdok yang belum teruji /
beberapa kemungkinan, yaitu : diterima, berpraktek tanpa SIP dan berpraktek
1. Hasil dari suatu perjalanan penyakitnya di luar kompetensinya.
sendiri, tidak berhubungan dengan Kelalaian adalah salah satu bentuk dari
tindakan medis yang dilakukan dokter. malpraktek, sekaligus merupakan bentuk
2. Hasil dari suatu risiko yang acceptable malpraktek yang paling sering terjadi. Pada
sebagaimana diuraikan di atas. dasarnya kelalaian terjadi apabila seseorang
3. Hasil dari suatu kelalaian (culpa). dengan tidak sengaja, melakukan sesuatu
4. Hasil dari suatu kesengajaan (dolus). (komisi) yang seharusnya tidak dilakukan atau
tidak melakukan sesuatu (omisi) yang
Black's Law Dictionary mendefinisikan seharusnya dilakukan oleh orang lain yang
malpraktek sebagai "professional misconduct or memiliki kualifikasi yang sama pada suatu
unreasonable lack of skill" atau "failure of one keadaan dan situasi yang sama. Perlu diingat
rendering professional services to exercise that bahwa pada umumnya kelalaian yang dilakukan
degree of skill and learning commonly applied orang-per-orang bukanlah merupakan
under all the circumstances in the community by perbuatan yang dapat dihukum, kecuali apabila
the average prudent reputable member of the dilakukan oleh orang yang seharusnya
profession with the result of injury, loss or (berdasarkan sifat profesinya) bertindak hati-
damage to the recipient of those services or to hati, dan telah mengakibatkan kerugian atau
those entitled to rely upon them".6 cedera bagi orang lain.7
Malpraktek bukan hanya terjadi pada Kelalaian dapat terjadi dalam 3 bentuk,
profesional medis, melainkan juga terjadi pada yaitu malfeasance, misfeasance dan
semua profesional, termasuk profesional di nonfeasance. Malfeasance berarti melakukan
bidang hukum, perbankan, konstruksi, akuntansi tindakan yang melanggar hukum atau membuat
dan bidang lainnya. Kita pernah mendengar kisah kebijakan/keputusan atau rencana yang tidak
malpraktek profesi non medis seperti "mafia tepat/layak (unlawful atau improper), misalnya
peradilan", praktek kekerasan di kepolisian, melakukan tindakan medis tanpa indikasi yang
runtuhnya jembatan yang sedang/baru dibangun, memadai (pilihan tindakan medis tersebut
laporan akuntan publik yang "palsu", musibah sudah improper).
BLBI di dunia perbankan, dan lain-lain.

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 |361


Asep Sukohar dan Novita Carolia | Peran Majelis Kehormatan Etik Kedokteran Indonesia (MKEK)

Misfeasance berarti melakukan pilihan 4. Direct causal relationship atau


keputusan atau tindakan medis yang tepat tetapi hubungan sebab akibat yang nyata.
melaksanakannya dengan tidak tepat (improper Dalam hal ini harus terdapat hubungan
performance), yaitu misalnya melakukan
sebab-akibat antara penyimpangan
tindakan medis dengan menyalahi prosedur.
Nonfeasance adalah tidak melakukan tindakan kewajiban dengan kerugian yang
medis yang merupakan kewajiban baginya. Sekali setidaknya merupakan “proximate
lagi, bentuk kelalaian seperti di atas juga dapat cause”.
terjadi di bidang profesi lain selain profesi medis.
Pengertian istilah kelalaian medik tersirat Implikasi dari tindak malpraktek adalah
dari pengertian malpraktek medis menurut bahwa tindakan tersebut melanggar salah satu
World Medical Association (1992), yaitu: atau beberapa norma yang dianutnya, yaitu
"medical malpractice involves the physician's
norma-norma etik, disiplin profesi, hukum
failure to conform to the standard of care for
treatment of the patient’s condition, or lack of pidana atau hukum perdata. Masing-masing
skill, or negligence in providing care to the pelanggaran norma tersebut haruslah diperiksa,
patient, which is the direct cause of an injury to dibuktikan dan kemudian dihukum sesuai
the patient."7 dengan domainnya.
WMA mengingatkan pula bahwa tidak
semua kegagalan medis adalah akibat malpraktek Bagaimana Menyikapi Tuduhan Malpraktek?
medis. Suatu peristiwa buruk yang tidak dapat Tanpa mempersoalkan apakah benar saat
diduga sebelumnya (unforeseeable) yang terjadi ini banyak terjadi malpraktek di Indonesia,
saat dilakukan tindakan medis yang sesuai maka cara menyikapi isu malpraktek haruslah
standar tetapi mengakibatkan cedera pada bersifat komprehensif dan prospektif.
pasien tidak termasuk ke dalam pengertian Komprehensif berarti menanganinya secara
malpraktek atau kelalaian medik. "An injury menyeluruh, baik yang bersifat promotif,
occurring in the course of medical treatment preventif, kuratif dan rehabilitatif. Prospektif
which could not be foreseen and was not the berarti menangani isu malpraktek dengan
result of the lack of skill or knowledge on the part paradigma baru menuju masa depan, yaitu
of the treating physician is untoward result, for paradigma keselamatan pasien (patient safety)
which the physician should not bear any liability". dengan cara mengendalikan risiko (risk
Dengan demikian suatu akibat buruk yang management).
unforeseeable dipandang dari iptekdok pada saat Promotif dilakukan dengan
dan dalam situasi dan fasilitas yang tersedia tidak menyosialisasikan berbagai isu pengetahuan,
dapat dipertanggung-jawabkan kepada dokter. peraturan perundang-undangan, prosedur dan
Suatu perbuatan atau sikap tenaga medis lain-lain. Promosi dilakukan tidak hanya kepada
dianggap lalai apabila memenuhi empat unsur di masyarakat profesi medis, melainkan juga
bawah ini, yaitu8 kepada masyarakat luas. Tujuan promosi adalah
1. Duty atau kewajiban tenaga medis untuk meningkatkan pemahaman, kewaspadaan dan
melakukan sesuatu tindakan atau untuk kemampuan menemukan peristiwa atau sikap
tidak melakukan sesuatu tindakan tertentu tindak yang potensial mengakibatkan cedera
terhadap pasien tertentu pada situasi dan atau kerugian, dan kemudian membuat
kondisi yang tertentu. perencanaan dan tindakan korektif yang tepat
sehingga tidak sampai terjadi cedera atau
2. Dereliction of the duty atau penyimpangan
kerugian.
kewajiban tersebut.
Preventif berarti menyelenggarakan
3. Damage atau kerugian, yaitu segala berbagai upaya untuk mencegah terjadinya
sesuatu yang dirasakan oleh pasien risiko yang tidak perlu. Dalam tahap ini
sebagai kerugian akibat dari layanan pelaksanaan etika kedokteran dan standar
kesehatan / kedokteran yang diberikan profesi pada tingkat individu profesional medis
oleh pemberi layanan. dan pelaksanaan good clinical governance dan
risk management pada tingkat rumah sakit
dapat dijadikan sasaran utamanya.

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 |362


Asep Sukohar dan Novita Carolia | Peran Majelis Kehormatan Etik Kedokteran Indonesia (MKEK)

Kuratif dan rehabilitatif berarti memulai Dokter yang telah divonis melanggar etika oleh
dengan mendiagnosis penyebab terjadinya MKEK belum tentu dinyatakan bersalah oleh
kelalaian medis, melakukan tindakan pengadilan, demikian pula sebaliknya.
pengobatannya dan mengawasi pelaksanaan Persidangan MKEK bersifat inkuisitorial khas
tindakan tersebut hingga betul-betul membawa profesi, yaitu Majelis (ketua dan anggota)
hasil yang diharapkan. Dalam hal ini tindakan bersikap aktif melakukan pemeriksaan, tanpa
diagnosis untuk mengetahui penyebab terjadinya adanya badan atau perorangan sebagai
kelalaian medis dan bagaimana kekerapannya penuntut. Persidangan MKEK secara formil
merupakan langkah pertama yang harus berbeda dengan persidangan hukum acara
dilakukan. pidana ataupun perdata, namun demikian tetap
Bagi mereka yang terbukti melakukan berupaya melakukan pembuktian mendekati
malpraktek ataupun kelalaian medis haruslah ketentuan-ketentuan pembuktian yang
memperoleh tindakan korektif yang sesuai lazim.Putusan MKEK tidak ditujukan untuk
dengan domainnya dan peraturan perundang- kepentingan peradilan, oleh karenanya tidak
undangan yang diacunya. Dalam makalah ini dapat dipergunakan sebagai bukti di
selanjutnya hanya akan dibahas pengaturan dan pengadilan, kecuali atas perintah pengadilan
penanganan dugaan kelalaian medis dari sisi etik dalam bentuk permintaan keterangan ahli.
dan disiplin profesi kedokteran saja, sesuai Pendapat hakim pengadilan tidak terikat untuk
dengan permintaan panitia. sepaham dengan putusan MKEK.
Dalam dua sampai tiga dekade terakhir
dunia pelayanan kedokteran telah mulai Simpulan
menggunakan paradigma patient safety dalam Majelis Kehormatan Etik Kedokteran
upaya meningkatkan mutu pelayanan medis dan Indonesia berperan dalam pencegahan
menekan risiko yang dihadapi pasien. Paradigma Malpraktek melalui fungsi pengawasan dan
ini diberlakukan pada tingkat individu pemberi penerapan etika dalam menjalankan pelayanan
layanan, rumah sakit dan bahkan di tingkat kedokteran. Dalam kaitan dengan penyelesaian
wilayah atau nasional. Indonesia sebagai bagian Malpraktek, MKEK dapat memberikan pendapat
dari dunia, dalam hal ini Perhimpunan Rumah etik dan pembuktian pelanggaran etika dan
Sakit Indonesia (PERSI), mulai mencanangkan disiplin kedokteran sebagai sumber utama
gerakan nasional patient safety. Gerakan ini pelanggran hukum.
mengutamakan kepada pembudayaan good
clinical governance dan risk management. Daftar Pustaka
1. Undang-undang Republik Indonesia
Ringkasan nomor 18. Sistem Nasional Penelitian,
Dokter dalam menjalankan profesinya Pengembangan, dan Penerapan Ilmu
harus menjunjung tinggi profesionalisme yang Pengetahuan dan Teknologi. 2002
mencakup knowledge, skill dan behaviour yang 2. Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia
harus diimplementasikan pada saat menjalankan No 24 th 2014.
tugasnya. Majelis Kehormatan Etik 3. Undang-undang nomor 29 tahun 2004.
Kedokteran(MKEK) menyidangkan pelanggaran Praktek Kedokteran
etika dan dapat menyidangkan pelanggaran 4. Dix A, Errington M, Nicholson K, Powe R.
disiplin profesi dokter di wilayah yang belum Law for the medical profession in
terdapat Majelis Kehormatan Disiplin Indonesia Australia. Second ed. Australia:
(MKDI). Proses persidangan etik dan disiplin Butterworth-Heinemann. 1996
profesi dilakukan terpisah dari proses 5. KODEKI 2012.
persidangan gugatan perdata atau tuntutan 6. Black HM. Black’s Law Dictionary, 6Th Ed:
pidana oleh karena domain dan jurisdiksinya West Publishing CO. USA. 1990.
berbeda. Dokter terduga pelanggar standar 7. World Medical Association Statement on
profesi (kasus kelalaian medik) dapat diperiksa Medical Malpractice. 2005.
oleh MKEK, dapat pula diperiksa di pengadilan http://www.wma.net/en/30publications
tanpa adanya keharusan saling berhubungan di 8. Heryanto B. Malpraktek dokter dalam
antara keduanya. persfektif hukum. Jurnal Dinamika
Hukum. 2010; 10(2):183-191.

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 |363


Diana Mayasari dan Fitria Saftarina | Ergonomi Sebagai Upaya Pencegahan Musculoskletal Disorders

Ergonomi Sebagai Upaya Pencegahan Musculoskeletal Disorders


Pada Pekerja

Diana Mayasari, Fitria Saftarina


Bagian Ilmu Kedokteran Komunitas dan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran,
Universitas Lampung
Abstrak
Pada tahun 2003, World Health Organization (WHO) melaporkan Musculoskeletal Disorder’s (MSDs) adalah penyakit akibat
kerja yang paling banyak terjadi dan diperkirakan mencapai 60% dari semua penyakit akibat kerja. Begitu juga di Indonesia
Departemen Kesehatan RI tahun 2005 melaporkan terdapat 40,5% pekerja mempunyai gangguan kesehatan yang
berhubungan dengan pekerjaan diantaranya yang tertinggi adalah gangguan muskuloskeletal sebanyak 16%.
Musculoskeletal Disorder’s dapat disebabkan oleh kontribusi berbagai faktor risiko antara lain faktor individu, faktor
pekerjaan atau biomekanik dan faktor psikososial. Faktor pekerjaan yang berhubungan dengan gangguan muskuloskeletal
dapat berasal dari pajanan ergonomi berupa postur janggal, gerakan statis dan berulang. Ergonomi adalah ilmu yang
mempelajari perilaku manusia dalam kaitannya dengan pekerjaan mereka. Ergonomi merancang suatu sistem di mana letak
lokasi kerja, metode kerja, peralatan, mesin-mesin, dan lingkungan kerja sesuai dengan keterbatasan fisik dan sifat-sifat
pekerja. Prinsip utama dalam ergonomi adalah menyerasikan pekerjaan dengan pekerja atau “fitting the job to the worker”.
Occupational Safety and Health Administration (OSHA) merekomendasikan suatu tindakan ergonomik untuk mengatasi
keluhan muskuloskeletal melalui dua cara, yaitu rekayasa teknik pada desain stasiun dan alat kerja, dan rekayasa
manajemen pada organisasi kerja. Dengan adanya aplikasi ergonomi dalam pekerjaan, diharapkan angka cedera dan
kesakitan dalam melakukan pekerjaan dapat dikurangi, produktivitas dan keselamatan kerja meningkat yang pada akhirnya
akan meningkatkan kesejahteraan fisik, mental dan sosial pekerja.

Kata kunci: ergonomi, musculoskeletal disorder’s, penyakit akibat kerja

Ergonomi as the Prevention of Musculoskeletal Disorder’s


Abstract
At the year 2003 World Health Organization (WHO) reported Musculoskeletal Disorder’s (MSDs) as the highest occupational
related disease and approximated that abaout 60% of all occupational related disease are MSDs.In Indonesia, The Ministry
of Health at the year 2005 had reported that 40,5% of all workers had health problems related with their job and 16% of
the health problems are MSDs. Some risk factors of Musculoskeletal Disorder’s are individual factors, work related factors
or biomechanical and psychosocial factors. One of work related factors on MSDs is ergonomi which may occur as an
awkward posture, static posture, and repetitive movement. Ergonomi is a science of human behaviour in the accordance of
their job. Ergonomi makes the design of work station, working methode, tools, engine, and work place environment to meet
the human physical limitation. The main principle of ergonomi is “fitting the job to the worker”. Occupational Safety and
Health Administration (OSHA) recommends two ergonomic itervention to solve the musculoskeletal disorders in workes.
The first recommendation is by technical intervention on the design of work station and working tools; and the second is by
management intervention on work organization. By implementing ergonomi at work, we aim to reduce work related disease
and injury, increase productivity and safety of workers at work and at the end is to increase physical, mental and social
wellbeing of all workers.

Keywords: Ergonomi, musculoskeletal disorders, work related disease

Korespondensi: dr. Diana Mayasari, M.K.K | Jl Soemantri Brojonegoro no. 1 Bandar Lampung | HP. 081278883316 e-mail:
dianamayasari.dr@gmail.com

Pada tahun 2003, WHO melaporkan


Pendahuluan Musculoskeletal Disorder’s (MSDs) adalah
International Labour Organization (ILO) pada penyakit akibat kerja yang paling banyak terjadi
tahun 2013 menyatakan bahwa setiap 15 detik dan diperkirakan mencapai 60% dari semua
terdapat 1 orang pekerja di dunia meninggal penyakit akibat kerja. Sedangkan di Indonesia
akibat kecelakan kerja dan 160 pekerja pada tahun 2013, angka prevalensi gangguan
mengalami sakit akibat pekerjaan. Di tahun muskuloskeletal berdasarkan gejala yang ada
sebelumnya (2012) tercatat angka kematian yaitu sebesar 24,7%.2 Menurut Departemen
akibat kecelakaan dan penyakit akibat kerja
sebanyak 2 juta kasus setiap tahun. 1

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 |364


Diana Mayasari dan Fitria Saftarina | Ergonomi Sebagai Upaya Pencegahan
Musculoskletal Disorders

Kesehatan RI tahun 2005, terdapat 40,5% kerja. Ergonomi dianggap tidak penting bahkan
pekerja di Indonesia mempunyai gangguan masih dianggap sebagai pemborosan
kesehatan yang berhubungan dengan keuangan. Berdasarkan hal tersebut, perlu
pekerjaan diantaranya adalah gangguan dikembangkan dan ditingkatkan upaya promosi
muskuloskeletal sebanyak 16%, gangguan dan preventif dalam rangka menekan serendah
kardiovaskular 6%, kulit 1,3% dan gangguan mungkin risiko penyakit yang timbul akibat
THT.3,4 pekerjaan atau lingkungan kerja misalnya salah
Musculoskeletal disorders (MSDs) satunya yakni membenahi dari sektor
merupakan suatu gangguan pada sistem ergonomi untuk meningkatkan produktivitas
muskuloskeletal yang mengakibatkan gejala kerja.
seperti nyeri akibat kerusakan pada nervus,
dan pembuluh darah pada berbagai lokasi Isi
tubuh seperti leher, bahu, pergelangan tangan, Ergonomi
pinggul, lutut, dan tumit.5 WHO menyatakan Definisi
bahwa gangguan muskuloskeletal disebabkan Ergonomi merupakan istilah dari bahasa
oleh kontribusi dari berbagai faktor risiko yang Yunani yaitu ergo (kerja) dan nomos (hukum)
juga dapat memperberat gangguan ini.6 Faktor yang dapat diartikan sebagai hukum atau ilmu
risiko tersebut antara lain faktor individu, tentang pekerjaan.11 Menurut Pusat Kesehatan
faktor pekerjaan atau biomekanik dan faktor Kerja Kementerian Kesehatan Republik
psikososial.5 Indonesia, ergonomi adalah ilmu yang
Faktor pekerjaan yang berhubungan mempelajari perilaku manusia dalam kaitannya
dengan gangguan muskuloskeletal dapat dengan pekerjaan mereka. Lebih lanjut,
berasal dari pajanan ergonomi berupa postur Ergonomics Association mendefinisikan
janggal, gerakan statis dan berulang; juga ergonomi sebagai suatu bidang ilmu yang
dapat berupa pajanan fisik seperti suhu dan mempelajari interaksi manusia dengan elemen-
getaran.6,7 Faktor psikososial berupa gerakan elemen dalam sistem, sehingga akan dihasilkan
kerja yang monoton, sedikit interaksisosial, berbagai teori dan metode guna
lingkungan kerja yang terisolasi, tuntutan mengoptimalkan kinerja dan performa sistem
performa kerja yang tinggi, kurangnya kontrol secara keseluruhan.12
kerja, dan rendahnya hubungan pengawas Ergonomi merancang suatu sistem di
dengan pegawai berhubungan dengan mana letak lokasi kerja metode kerja,
timbulnya keluhan musculoskeletal pada peralatan, mesin-mesin, dan lingkungan kerja
pekerja.8 Sedangkan faktor individu yang sesuai dengan keterbatasan fisik dan sifat-sifat
berhubungan dengan gangguan pekerja. Semakin sesuai, semakin tinggi tingkat
muskuloskeletal berupa sosiodemografis (jenis keamanan dan efisiensi kerjanya.13 Prinsip
kelamin dan umur) dan karakterisitik personal utama dalam ergonomi adalah menyerasikan
seperti antropometri, kelas sosial, tingkat pekerjaan dengan pekerja atau “fitting the job
pendidikan, status merokok, konsumsi alkohol, to the worker”. Ergonomi menyediakan desain
kebiasaan olah raga dan masa kerja.9 stasiun kerja, peralatan, dan perlengkapan
Beberapa sektor pekerjaan yang berisiko yang nyaman dan efisien untuk disesuaikan
tinggi terkena gangguan muskuloskeletal dengan kebutuhan pekerja. Pada akhirnya
seperti fasilitas kesehatan, transportasi, akan tercipta lingkungan kerja yang sehat,
pertambangan, pengolahan makanan, dan karena desain yang efektif dapat
pekerjaan konstruksi.10 Sangat disayangkan mengendalikan atau menghilangkan potensi
pada era globalisasi ini masih banyak bahaya. Cara bekerja juga diatur sedemikan
perusahaan baik sektor formal maupun rupa agar tidak terjadi ketegangan otot,
informal yang belum menempatkan ergonomi kelelahan yang berlebih sehingga
sebagai prioritas dalam merancang lingkungan menyebabkan gangguan kesehatan.14

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 |365


Diana Mayasari dan Fitria Saftarina | Ergonomi Sebagai Upaya Pencegahan Musculoskletal Disorders

respon motorik. Topik yang terkait pada


ergonomi kognitif yaitu beban kerja,
pengambilan keputusan, keterampilan,
stress dan pelatihan.
3. Ergonomi organisasi: berfokus pada
optimasi sistem sosioteknikal sistem
seperti struktur organisasi, kebijakan dan
proses. Topik yang terkait hal tersebut
antara lain komunikasi, manajemen
Gambar 1. Bidang ilmu interdisipliner dalam SDM, pengaturan shift kerja, kerja sama
11
ergonomi
tim, produksi dan manajemen kualitas.11
Tujuan Ergonomi
Musculoskeletal Disorders (MSDs) dalam
Menurut Suma’mur tujuan utama
Pekerjaan
ergonomi ada dua, yaitu:14
Muskuloskeletal Disorders (MSDs) yang
1. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi
berhubungan dengan pekerjaan merupakan
pekerjaan dan aktivitas-aktivitas lain,
gangguan pada sistem muskuloskeletal yang
termasuk meningkatkan kenyamanan
disebabkan atau diperberat oleh interaksi
penggunaan untuk mengurangi
dalam lingkungan kerja.16, 17 Komponen yang
kelelahan (penyebab kesalahan) dan
terlibat dalam keluhan tersebut adalah otot,
meningkatkan produktivitas.
tendon, kerangka, tulang rawan, sistem
2. Meningkatkan nilai-nilai kualitatif yang pembuluh darah, ligamen dan saraf.18 MSDs
dapat diamati dan dirasakan namun sulit dapat terjadi pada pekerja pada berbagai sektor
diukur, seperti keamanan, mudah
pekerjaan. Beberapa sektor dengan angka
diterima oleh pemakai, kepuasan kerja
kejadian MSDs tertinggi per 100.000 pekerja
dan kualitas hidup.
yaitu sektor pekerja kesehatan dan sosial,
sektor transportasi dan komunikasi, dan pekerja
Ruang Lingkup Ergonomi
konstruksi.11
Federation of European Ergonomics
Societies (FEES) mengkategorikan ergonomi Klasifikasi Musculoskeletal Disorders (MSDs)
dalam tiga kelompok. Pengkategorian tersebut Muskuloskeletal Disorders (MSDs)
dimaksudkan untuk digunakan sebagai diklasifikasikan menjadi beberapa stadium
panduan dalam menilai faktor risiko dan menurut Oliveira dan Browne.
dampaknya pada pekerja di lingkugan a. Menurut Oliveira
pekerjaan. Kategori tersebut antara lain:15 1. Stadium I : Lelah, tidak nyaman, nyeri
1. Ergonomi fisik: berfokus pada anatomi terlokalisasi yang memburuk saat
manusia, antropometri, fisiologi dan bekerja dan membaik saat istirahat.
karakteristik biomekanik yang terkait 2. Stadium II : Nyeri persisten dan lebih
pada aktivitas fisik. Masalah yang terkait intens, diikuti dengan parestesia dan
pada fokus ini adalah postur kerja, perasaan terbakar. Memburuk saat
material handling, gerakan repetitif, bekerja dan aktivitas sehari-hari.
Musculoskeletal disorders akibat 3. Stadium III : Nyeri persisten dan berat
pekerjaan, desain tempat kerja, diikuti penurunan kekuatan otot dan
keselamatan dan kesehatan. kontrol pergerakan, edema dan
2. Ergonomi kognitif: terfokus pada proses parestesia.
pikir manusia seperti persepsi, memori, 4. Stadium IV : Nyeri kuat dan berlangsung
dan terus menerus.19

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 |366


Diana Mayasari dan Fitria Saftarina | Ergonomi Sebagai Upaya Pencegahan Musculoskletal Disorders

b. Menurut Browne 2. Force/beban


1. Stadium I : Nyeri saat bekerja, berhenti Pada pekerjaan mengangkat atau
saat malam hari tanpa gangguan tidur. mengangkut, efisiensi kerja dan
2. Stadium II : Nyeri selama bekerja, pencegahan terhadap masalah tulang
menetap sampai malam menyebabkan belakang harus mendapat perhatian
gangguan tidur. cukup. Pemindahan material secara
3. Stadium III : Nyeri bahkan saat manual apabila tidak dilakukan secara
beristirahat dengan gangguan tidur.19 ergonomis dapat menimbulkan
pembebanan pada tulang punggung.
Faktor risiko MSDs
3. Frekuensi
Hernandez dan Peterson (2013)
Frekuensi merupakan banyaknya
mengelompokkan faktor risiko dari MSDs ke
gerakan yang dilakukan dala satu
dalam tiga kelompok besar yaitu faktor
periode waktu. Jika aktivitas pekerjaan
biomekanik, faktor psikososial, dan faktor
dilakukan secara berulang, maka
individu.20
disebut sebagai gerakan repetitif.
a. Faktor biomekanik
Keluhan muskuloskeletal terjadi karena
1. Postur tubuh saat bekerja
otot menerima tekanan akibat kerja
Berdasarkan posisi tubuh, postur tubuh
terus menerus tanpa ada kesempatan
saat bekerja dalam ergonomi terdiri
untuk berelaksasi.21
atas:
4. Durasi
- Posisi netral adalah postur tubuh
Durasi adalah lamanya waktu pajanan
dimana setiap anggota tubuh terhadap faktor risiko. Asumsinya
berada pada posisi yang sesuai bahwa semakin lama durasi paparan
dengan anatomi tubuh, sehingga semakin besar risiko cedera yang
tidak terjadi kontraksi otot yang terjadi.23
berlebihan serta pergeseran atau Durasi diklasifikasikan menjadi :
penekanan pada bagian tubuh.
a. Durasi singkat : < 1 jam/ hari
- Posisi janggal adalah postur
b. Durasi sedang :<1-2 jam/hari
dimana posisi tubuh menyimpang
c. Durasi lama : > 2 jam/hari
secara signifikan dari posisi netral
5. Paparan Pada Getaran
saat melakukan aktivitas yang
Getaran akan menyebabkan
disebabkan oleh keterabatasan bertambahnya kotraksi otot. Hal ini
tubuh dalam menghadapi beban akan menyebabkan tidak lancarnya
dalam waktu lama.21 aliran darah, meningkatnya
Berdasarkan pergerakan, postur kerja penimbunan asam laktat dan akhirnya
dapat dibedakan menjadi: timbul nyeri otot.23
- Postur statis adalah postur dimana b. Faktor Individu
sebagian besar tubuh tidak aktif 1. Usia
atau hanya sedikit terjadi Usia mempengaruhi kemungkinan
pergerakan. Postur statis dalam seseorang untuk mengalami MSDs. Otot
waktu lama dapat menyebabkan memiliki kekuatan maksimal pada saat
kontraksi otot terus menerus dan mencapai usia 20-29 tahun, lalu setelah
tekanan pada anggota tubuh.21 usia mencapai 60 tahun kekuatan otot
- Postur Dinamis adalah postur yang akan menurun hingga 20%. Berdasarkan
terjadi dimana sebagian besar faktor terebut dan dikombinasikan dengan
anggota tubuh bergerak. Bila sikap yang tidak ergonomis akan
pergerakan tubuh wajar, hal ini menyebabkan terjadinya MSDs.23
dapat membantu mencegah 2. Jenis kelamin
masalah yang ditimbulkan postur Pada semua kelompok pekerjaan,
statis, namun bila terjadi angka prevalensi masalah muskuloskeletal
pergerakan berlebihan, hal ini lebih besar pada perempuan dibandingkan
dapat menyebabkan masalah pada laki-laki. Dominasi tertinggi pada
kesehatan.22

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 |367


Diana Mayasari dan Fitria Saftarina | Ergonomi Sebagai Upaya Pencegahan Musculoskletal Disorders

wanita ditemukan untuk pinggul dan c. Faktor Psikososial


pergelangan tangan. Hal tersebut Faktor-faktor psikososial merupakan
dipengaruhi oleh faktor fisiologis kekuatan
otot pada perempuan yang berkisar 2/3 interaksi yang terjadi diantara lingkungan
kekuatan otot dari pria.24 kerja, pekerjaan, kondisi organisasi,
3. Indeks Massa Tubuh (IMT) kapasitas serta pemenuhan pekerja,
Pada individu yang overweight budaya, dan pertimbangan pribadi dengan
ataupun obesitas ditemukan terdapat pekerjaan yang berlebih, melalui persepsi
kerusakan pada sistem muskuloskeletal dan pengalaman serta berpengaruh pada
yang yang bermanifestasi sebagai nyeri kesehatan, kinerja, dan kepuasan kerja.29
dan discomfort. Hal ini dinyatakan dalam Faktor-faktor tersebut dijelaskan oleh
penelitian Alley dan Chang (2007)18 bahwa Johansson & Rubenowitz pada tahun 1996
terdapat peningkatan kerusakan diantaranya;
fungsional dan disabilitas pada populasi a. Pengaruh dan kontrol pekerjaan
obesitas. Keluhan tersebut dapat b. Iklim terhadap supervisor (pengawas)
menghalangi dan mengganggu aktivitas c. Rangsangan dari pekerjaan itu sendiri
fisik. Keluhan MSDs yang umum terjadi d. Hubungan dengan rekan kerja
pada individu yang obesitas seperti nyeri e. Beban kerja secara psikologis
leher, tendinitis rotator cuff, osteoatritis
pada lutut, nyeri kaki, dan cedera tendon Gangguan Muskuloskeletal Pada Berbagai
Achilles. Bagian Tubuh
Keluhan muskuloskeletal yang terjadi a. Gangguan pada tangan
disebabkan oleh pengaruh ukuran 1. Tendonitis: adalah peradangan pada
antropometri terkait pada keseimbangan tendon, umumnya digambarkan
dari struktur rangka dalam menerima sebagai nyeri lokal pada titik inflamasi
beban baik berat tubuh maupun beban dan kesulitan untuk menggerakan
dari pekerjaan.25 persendian yang terkena. Tendonitis
4. Kebiasaan merokok dapat terjadi sebagai akibat dari
Kebiasaan merokok menjadi faktor trauma atau penggunaan berlebih
risiko MSDs, karena nikotin pada rokok pada pergelangan tangan, siku (tennis
dapat menyebabkan berkurangnya aliran elbow), dan sendi bahu.11
darah ke jaringan. Selain itu, merokok 2. Tenosinovitis: adalah cedera pada
dapat pula menyebabkan berkurangnya selubung synovial yang diinduksi
kandungan mineral pada tulang sehingga pergerakan repetitif. Salah satu contoh
menyebabkan nyeri akibat terjadinya tersering dari tenosiovitis adalah
keretakan atau kerusakan pada tulang. sindrom DeQuervain yang
5. Kebiasaan Olahraga digambarkan sebagai inflamasi kronik
Tingkat kesegaran jasmani yang pada otot dan tendon pergelangan
rendah akan meningkatkan risiko tangan bagian lateral (ibu jari). Gejala
terjadinya keluhan otot.27 yang timbul termasuk nyeri, edema,
6. Masa Kerja baal, kesemutan dan sulit
11
c. Masa kerja merupakan faktor risiko yang menggerakan ibu jari.
dapat meningkatkan risiko terjadinya 3. Carpal Tunnel Syndrome (CTS). CTS
MSDs, terutama untuk jenis pekerjaan yang terjadi ketika terjadi kompresi nervus
menggunakan kekuatan kerja yang tinggi. medianus pada terowongan karpal.
Selain itu, semakin lama waktu bekerja Faktor yang menyebabkan terjadinya
atau semakin lama seseorang terpapar CTS diantaranya tekanan pada tangan
faktor risiko maka semakin besar pula dalam jangka waktu yang lama,
risiko untuk mengalami keluhan pergerakan repetitif, pemakaian sarung
musculoskeletal disorders. 28 tangan yang tidak pas, paparan tangan

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 |368


Diana Mayasari dan Fitria Saftarina | Ergonomi Sebagai Upaya Pencegahan Musculoskletal Disorders

pada suhu dingin dalam waktu yang lutut meradang yang akhirnya
lama. Gejala yang timbul biasanya menyebabkan sakit (tendinitis). 29

seperti kesemutan, perasaan terbakar, d. Gangguan muskuloskeletal pada kaki atau


dan baal pada tangan dan jari tumit.
khususnya jari telunjuk dan jari Ankle strains / sprains. Ankle strains terjadi
tengah.29 akibat tertariknya tendon dari otot.
4. Trigger finger atau juga dikenal sebagai Sedangkan sprain diakibatkan terjadi
tenosinovitis stenosing adalah peregegangan atau robeknya ligament pada
terjadinya hentakan tiba-tiba, triggering sistem muskuloskeletal. Gejala yang
dan terkuncinya jari pada posisi fleksi mungkin timbul seperti nyeri, bengkak,
atau ekstensi.30 merah, dan kesulitan untuk menggerakan
b. Gangguan pada leher dan bahu persendian.29
1. Bursitis: peradangan (pembengkakan)
atau iritasi yang terjadi pada jaringan Aplikasi Ergonomi dalam Tindakan
ikat yang berada pada sekitar Pengendalian Risiko MSDs
persendian. Penyakit ini akibat posisi Occupational Safety and Health
bahu yang janggal seperti mengangkat Administration (OSHA) merekomendasikan
bahu di atas kepala dan bekerja dalam suatu tindakan ergonomik untuk mengatasi
waktu yang lama.29 keluhan muskuloskeletal melalui dua cara, yaitu
2. Tension Neck Syndrome: gejala ini rekayasa teknik pada desain stasiun dan alat
terjadi pada leher yang mengalami kerja, dan rekayasa manajemen pada kriteria
ketegangan pada otot-ototnya dan organisasi kerja.
disebabkan postur leher menengadah a. Rekayasa teknik
ke atas dalam waktu yang lama. Beberapa alternatif yang dapat dilakukan
Sindroma ini mengakibatkan kekakuan antara lain:
pada otot leher, kejang otot, dan rasa 1. Eliminasi, dengan cara menghilangkan
sakit yang menyebar ke bagian leher.29 sumber bahaya yang ada, namun cara
3. Thoracic Outlet Syndrome: adalah ini jarang dapat dilakukan mengingat
terjadinya kompresi pada pleksus tuntutan dan kondisi pekerjaan yang
brachialis, arteri dan vena subclavialis mengharuskan menggunakan peralatan
pada ekstremitas atas. Gejala yang kerja yang ada.
timbul antara lain, nyeri pada bahu atau 2. Subtitusi, dengan cara mengganti
lengan, baal dan kesemutan pada jari.11 alat/bahan lama dengan yang baru dan
c. Gangguan pada punggung dan lutut aman, menyempurnakan proses
1. Low Back Pain: kondisi patologis yang produksi dan menyempurnakan
mempengaruhi tulang, tendon, syaraf, prosedur penggunaan peralatan.
ligamen, intervertebral disc dari lumbar 3. Partisi, yaitu melakukan pemisahan
spine (tulang belakang). Cidera pada antara sumber risiko dengan pekerja.
punggung dikarenakan otot-otot tulang 4. Ventilasi, yaitu menambah ventilasi
belakang mengalami peregangan jika untuk mengurangi risiko, seperti suhu
postur punggung sering membungkuk. udara yang terlalu panas.
Diskus mengalami tekanan yang kuat b. Rekayasa Manajemen
dan menekan juga bagian dari tulang Tindakan yang dapat dilakukan dalam
belakang termasuk syaraf.11 rekayasa manajemen antara lain:
2. Pada lutut 1. Pendidikan dan pelatihan, hal ini
Penyakit muskuloskeletal yang terdapat dilakukan agar pekerja dapat lebih
di bagian lutut berkaitan dengan memahami alat dan lingkungan kerja,
tekanan pada cairan di antara tulang sehingga dapat melakukan upaya
dan tendon. Tekanan yang berlangsung pencegahan terhadap risiko.
terus menerus akan mengakibatkan 2. Pengaturan waktu kerja dan istirahat
cairan tersebut (bursa) tertekan, yang seimbang, untuk mencegah
membengkak, kaku, dan meradang atau paparan berlebihan terhadapt faktor
biasa disebut bursitis. Tekanan dari luar risiko.
ini juga menyebabkan tendon pada 3. Pengawasan yang intensif.25

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 |369


Diana Mayasari dan Fitria Saftarina | Ergonomi Sebagai Upaya Pencegahan Musculoskletal Disorders

Dengan adanya aplikasi ergonomi dalam c. Karakteristik kursi secara spesifik ditentukan
pekerjaan, diharapkan tujuan-tujuan ergonomi oleh jenis tugas, sebuah kursi dengan
akan tercapai, antara lain sebagai berikut:31 sandaran lengan dapat dipilih jika dipandang
1. Angka cedera dan kesakitan dalam tidak mengahambat kegiatan. Sandaran
melakukan pekerjaan tidak ada/dapat lengan pada kursi berfungsi untuk
dikurangi; mendukung berat lengan dan berguna ketika
2. Biaya terhadap penanganan kecelakaan atau bangkit dari kursi. Sandaran lengan harus
kesakitan menjadi berkurang; pendek untuk memungkinkan dekat ke meja.
3. Kunjungan untuk berobat bisa berkurang; d. Ketinggian bekerja bergantung pada tugas
4. Tingkat absentisme/ketidakhadiran bisa
berkurang; Tipe Tugas Ketinggian Kerja
5. Produktivitas/kualitas dan keselamatan kerja Penggunaan mata: sering;
10-30 cm di bawah
penggunaan tangan/lengan:
meningkat; ketinggian mata
jarang
6. Pekerja merasa nyaman dalam berkerja;
Penggunaan mata: sering;
7. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan 0-15 cm di atas tinggi
penggunaan tangan/lengan:
mental; siku
sering
8. Meningkatkan kesejahteraan sosial; Pernggunaan mata: jarang;
9. Menciptakan keseimbangan rasional antara 0-30 cm di bawah tinggi
penggunaan tangan/lengan:
siku
aspek teknis, ekonomis, antropologis, dan sering
budaya dari setiap sistem kerja.
e. Gunakan sandaran kaki jika tinggi pekerjaan
Aplikasi Ergonomi tetap. Jika ketinggian kerja tidak dapat
1. Kerja Duduk disesuaikan oleh pengguna, seperti pada
Ditinjau dari aspek kesehatan, bekerja mesin, permukaan kerja yang relative tinggi
dengan posisi duduk yang memerlukan waktu harus dipilih sesuai dengan tinggi pengguna.
lama dapat menimbulkan otot perut semakin Ketinggian kursi kemudian harus disesuaikan
elastis, tulang belakang melengkung, otot dengan permukaan kerja.. ketinggian kaki
bagian mata terkonsentrasi sehingga cepat juga harus disesuaikan dengan menggunakan
merasa lelah. Kejadian tersebut jika tidak pijakan kaki yang cocok.
diimbangi dengan tempat duduk yang f. Hindari jangkauan berlebihan, benda kerja,
memberikan keleluasaan gerak atau alih alat, dan kontrol yang digunakan secara
pandang yang memadai tidak menutup teratur harus ditempatkan di depan atau di
kemungkinan terjadi gangguan bagian dekat tubuh. Jangkauan yang ditoleransi
punggung belakang, leher, dan mata. Berikut ini dalam pekerjaan duduk maupun berdiri
hal-hal yang harus diperhatikan dalam maksimal 50 cm.
melaksanakan pekerjaan dengan duduk:32 g. Pilih permukaan kerja miring untuk
a. Duduk bergantian dengan berdiri dan membaca, sebuah permukaan kerja miring
berjalan, duduk dalam waktu yang relatif membawa pekerjaan ke mata bukan
lama harus dihindari karena akan sebaliknya. Dalam tugas yang tidak
berpengaruh pada kesehatan. memerlukan pekerjaan manual, seperti
b. Ketinggian kursi dan sandaran kursi harus membaca, membungkukkan kepala dan
disesuaikan, ketinggian kursi harus dipilih batang leher ke depan dapat dikurangi
sedemikian rupa sehingga ketika duduk, dengan menggunakan kemiringan
bagian belakang lutut tidak sempit. Sandaran o
permukaan kerja minimal 45 untuk melihat.
harus memberikan kenyamanan terutama Untuk tugas yang menggunakan mata dan
untuk punggung bagian bawah (untuk orang tangan, kemiringan permukaan kerja sekitar
dewasa di Inggris, rentang pengaturan 15o.
minimal harus 10 cm antara ketinggian 20 h. Berikan ruang kaki yang memadai, ruang kaki
dan 30 cm). bagian bawah sandaran harus yang cukup harus disediakan di bawah
diberi bentuk cembung untuk menjaga permukaan tempat kerja. Lebar sekitar 60
lekukan punggung bawah. Selain itu, kursi cm, kedalaman minimal 40 cm dan bagian
juga harus dapat berputar untuk mengurangi lutut sekitar 100 cm. Hal ini digunakan untuk
kebutuhan memutar tubuh. meregangkan kaki sesekali duduk untuk

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 |370


Diana Mayasari dan Fitria Saftarina | Ergonomi Sebagai Upaya Pencegahan Musculoskletal Disorders

waktu yang lama. Untuk memiliki ruang yang berat. Alat genggam yang masih bisa
cukup antara bawah permukaan kerja dan ditoleransi beratnya adalah sekitar 2 kg.
bagian atas kaki, ketebalan permukaan kerja i. Perawatan alat. Alat kerja harus dijaga
tidak boleh lebih dari 3 cm. kualitasnya agar tidak membutuhkan
kekuatan yang besar dalam penggunaannya.
2. Kerja Berdiri j. Bentuk genggaman. Bentuk dan lokasi
Postur tubuh dalam pekerjaan berdiri genggaman di troli, mesin, dan sebagainya
merupakan suatu totalitas perilaku kesiagaan harus mempertimbangkan posisi tangan dan
dalam menjaga keseimbangan fisik dan mental. lengan. Jika seluruh tangan digunakan untuk
Kecenderungan lainnya adalah memerlukan mengerahkan kekuatan, handgrip harus
tenaga yang lebih besar dibandingkan dengan memiliki diameter sekitar 3 cm dan panjang
posisi duduk mengingat kaki sebagai tumpuan sekitar 10 cm. pegangannya harus agak
tubuh. berikut ini hal-hal yang harus cembung untuk meningkatkan kontak
diperhatikan dalam posisi kerja berdiri:32 permukaan dengan tangan.
a. Berdiri bergantian dengan duduk dan k. Hindari melaksanakan tugas di atas bahu.
berjalan. Tugas yang harus dilakukan dalam Tangan dan siku harus berada jauh di bawah
waktu lama dengan posisi berdiri harus bahu ketika melaksanakan tugas. Jika
diselingi dengan tugas yang dapat dilakukan pekerjaan di atas permukaan bahu tidak
dengan duduk dan berjalan. dapat dihindari, durasi kerja harus terbatas
b. Ketinggian meja kerja harus disesuaikan. dengan diselingi oleh istirahat teratur.
Ketinggian meja kerja harus disesuaikan l. Hindari bekerja dengan tangan di belakang
dengan jenis pekerjaan. Ketinggian meja tubuh. Posisi tangan dan lengan di belakang
maksimal untuk pria adalah 110 cm dan tubuh menimbulkan gangguan, misalnya
wanita adalah 105 cm, sedangkan ketinggian nyeri pada bagian lengan atas dan
meja minimal untuk pria adalah 90 cm dan dikhawatirkan terjadi disposisi sendi
untuk wanita adalah 85 cm. (terkilir).
c. Menyediakan cukup ruang untuk kaki. Antara
bagian tengah meja harus lebih lebar 5 cm 3. Manual material handling (MMH)
dengan tumpuan meja. Antara sandaran Manual material handling adalah
meja dan jarak lantai minimal 75 cm. aktivitas penanganan material yang meliputi
d. Hindari jangkauan berlebihan. benda kerja, kegiatan mengangkat, menurunkan,
alat, dan kontrol yang digunakan secara mendorong, menarik, dan membawa beban
teratur harus ditempatkan di depan atau di yang dilakukan tanpa bantuan alat.33
dekat tubuh. Jangkauan yang ditoleransi Occupational Safety and Health Administration
dalam pekerjaan duduk maupun berdiri (OSHA) mengklasifikasikan kegiatan manual
maksimal 50 cm. material handling menjadi lima yaitu:34
e. Pilih permukaan kerja yang miring untuk a. Mengangkat/Menurunkan (Lifting/Lowering)
membaca tugas. Mengangkat adalah kegiatan memindahkan
f. Postur tangan dan lengan. Bekerja untuk barang ke tempat yang lebih tinggi yang masih
jangka waktu yang lama dengan tangan dan dapat dijangkau oleh tangan.Kegiatan lainnya
lengan dalam sikap tubuh yang buruk dapat adalah menurunkan barang.
menyebabkan keluhan spesifik dari
pergelangan tangan, siku, dan bahu. Masalah
ini timbul terutama dari manual handling
alat.
g. Pilih model alat yang tepat. Sebuah alat
tertentu sering tersedia dalam berbagai
model. Pilih model yang paling cocok untuk
tugas dan postur tubuh agar tidak terjadi Gambar 1. Mengangkat/Menurunkan34
permasalahan di persendian.
h. Bila menggunakan alat genggam,
pergelangan tangan harus dijaga selurus
mungkin. Alat genggam tidak boleh terlalu

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 |371


Diana Mayasari dan Fitria Saftarina | Ergonomi Sebagai Upaya Pencegahan Musculoskletal Disorders

b. Mendorong/Menarik (Push/Pull) Untuk mencegah masalah kesehatan


Kegiatan mendorong adalah kegiatan maupun cidera akibat manual material
menekan berlawanan arah tubuh dengan usaha handling, beberapa pemindahan material
yang bertujuan untuk memindahkan secara teknis dapat dilakukan dengan cara
obyek.Kegiatan menarik kebalikan dengan itu. sebagai berikut :
a. Memindahkan beban yang berat
dari mesin ke mesin yang telah
dirancang dengan menggunakan
roller (ban berjalan).
b. Menggunakan meja yang dapat
digerakkan naik-turun untuk
Gambar 2.Mendorong/Menarik 34 menjaga agar bagian permukaan
c. Memutar (Twisting) dari meja kerja dapat langsung
Kegiatan memutar merupakan kegiatan dipakai untuk memasukkan
MMH yang merupakan gerakan memutar tubuh lembaran logam ataupun benda
bagian atas ke satu atau dua sisi, sementara kerja lainnya kedalam mesin.
tubuh bagian bawah berada dalam posisi tetap. c. Menempatkan benda kerja yang
Kegiatan memutar ini dapat dilakukan dalam besar pada permukaan yang lebih
keadaan tubuh yang diam. tinggi dan menurunkan dengan
bantuan gaya grafitasi.
d. Menggunakan peralatan yang
mengangkat, misalnya, pada ujung
belakang truk untuk memudahkan
pengangkatan material, dengan
demikian tidak diperlukan lagi alat
Gambar 3. Memutar34 angkat (crane).
d. Membawa (Carrying) e. Merancang Overhead Monorail dan
Kegiatan membawa merupakan kegiatan Hoist diutamakan yang
memegang atau mengambil barang dan menggunakan power (tenaga) baik
memindahkannya. Berat benda menjadi berat untuk gerakan vertikal maupun
total pekerja. horisontal.
f. Mendesain kotak (tempat benda
kerja) dengan disertai handle yang
ergonomis sehingga mudah pada
waktu mengangkat.
g. Mengatur peletakan fasilitas
sehingga semakin memudahkan
Gambar 4. Membawa 34 metodologi angkat benda pada
e. Menahan (Holding) ketinggian permukaan pinggang.
Memegang obyek saat tubuh berada
Ada beberapa cara mengangkat
dalam posisi diam (statis).
beban yang benar, yaitu :22
1. Memegang dan mengangkat beban
a. Dengan posisi tubuh setegak
mungkin
b. Dengan posisi punggung lurus
c. Dengan posisi lutut cenderung
kuat
Gambar 5. Menahan34 2. Taruhlah beban sedekat mungkin
dengan tubuh anda.

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 |372


Diana Mayasari dan Fitria Saftarina | Ergonomi Sebagai Upaya Pencegahan Musculoskletal Disorders

3. Memegang beban dengan cara Jakarta; 2013.


yang aman (pada handle) sehingga 2. Balitbang Kemenkes RI. Riset Kesehatan
anda dapat melakukan Dasar: Riskesdas. Balitbang Kemenkes RI.
pemindahan dengan sekuat Jakarta; 2013.
mungkin. 3. Tana L, Delima dan Tuminah S. Hubungan
4. Perlu didesain alat bantu agar Lama Kerja dan Posisi Kerja dengan Keluhan
mengurangi aktifitas membungkuk Otot Rangka Leher dan Ekstremitas Atas
untuk mengambil dan pada Pekerja Garmen Perempuan di Jakarta
memindahkan barang. Utara. Bul Penel Kesehatan. 2009; 37(10):
12–22.
Ringkasan 4. Wijaya AT, Darwita R dan Bahar A. The
Musculoskeletal Disorder’s (MSDs) adalah Relation between Risk Factors and
penyakit akibat kerja yang paling banyak terjadi Musculoskeletal Impairment in Dental
di dunia dan juga di Indonesia. Faktor pekerjaan Students : a Preliminary Study. JDI. 2011;
yang berhubungan dengan gangguan 18(2): 33–7.
muskuloskeletal dapat berasal dari pajanan 5. Cho K, Cho HY and Han GS. Risk factors
ergonomi. Ergonomi adalah ilmu yang associated with musculoskeletal symptoms
mempelajari perilaku manusia dalam kaitannya in Korean dental practitioners. JPTS. 2016;
dengan pekerjaan mereka. 28(1): 56–62.
Prinsip utama dalam ergonomi adalah 6. Batham C, Yasobant S. A risk assessment
menyerasikan pekerjaan dengan pekerja atau study on work-related musculoskeletal
“fitting the job to the worker”. Ergonomi disorders among dentists in Bhopal, India.
menyediakan desain stasiun kerja, peralatan, Indian J Dent Res. 2016; 27(3): 236–41.
dan perlengkapan yang nyaman dan efisien 7. Padmanathan V, Joseph L, Omar B, dan
untuk disesuaikan dengan kebutuhan pekerja. Nawawi R. Prevalence Of Musculoskeletal
Pada akhirnya akan tercipta lingkungan kerja Disorders And Related Occupational
yang sehat, karena desain yang efektif dapat Causative Factors Among Electricity
mengendalikan atau menghilangkan potensi Linemen : A Narrative Review. IJOMEH.
bahaya. Cara bekerja juga diatur sedemikan 2016;29(5):725–34.
rupa agar tidak terjadi ketegangan otot, 8. Amin NA. et al. Relationship between
kelelahan yang berlebih sehingga menyebabkan psychosocial risk factors and work-related
gangguan kesehatan. musculoskeletal disorders among public
hospital nurses in Malaysia. Annals of
Simpulan Occupational and Environmental Medicine.
Aplikasi ergonomi dalam dunia kerja 2014;26(1): 1–9.
merupakan hal yang sangat penting namun 9. Oha K, Animagi L, Paasuke M, Coggon D,
masih perlu didorong implementasinya oleh Merisalu E. Individual and work-related risk
berbagai pihak. Dampak positif yang dapat factors for musculoskeletal pain: a cross-
diperoleh dengan penerapan prinsip ergonomi sectional study among Estonian computer
bukan hanya kenyamanan dan keamanan yang users. BMC musculoskeletal disorders.
dirasakan pekerja, namun juga menurunnya 2014;15(1): 181. Tersedia dari:
penyakit akibat kerja dan risiko kecelakaan kerja http://www.biomedcentral.com/1471-
bahkan lebih penting lagi adalah meningkatnya 2474/15/181.
produktivitas kerja. 10. Lalit. The Prevalence of Musculoskeletal
Disorders Among Bus Drivers in Tricity.
DaftarPustaka
IJPHY. 2015; 2(5): 850–854.
1. ILO. Keberlanjutan melalui Perusahaan yang 11. McCauley-Bush P. Ergonomics:
Kompetitif dan Bertanggung Jawab (SCORE). Foundational Principles, Aplications, and
Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Technologies. CRC Press. New York; 2012.
Kerjasama dan Usaha yang Sukses. ILO. 12. Sulianta F. IT Ergonomics Edisi 1. PT Elex
Media Komputindo. Jakarta; 2010.

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 |373


Diana Mayasari dan Fitria Saftarina | Ergonomi Sebagai Upaya Pencegahan Musculoskletal Disorders

13. Rijanto BB. Pedoman Pencegahan 23. Tarwaka. Ergonomi Industri. Harapan
Kecelakaan di Industri. Edisi 1. Mitra Press. Surakarta; 2010.
Wacana Media. Jakarta; 2011. 24. Wijnhovn AH, Henrika CW, Picavet HS.
14. Suma’mur PK. Higiene Perusahaan dan Prevalence of Musculoskeletal Disorders is
Kesehatan Kerja (HIPERKES). Sagung Seto. Systematically Higher in Women than in
Jakarta; 2009. Men. Clinical Journal of Pain. 2006; 22(8):
15. Federation of European Ergonomics 717-24.
Societies. European Month of Ergonomics: 25. Tarwaka. Ergonomi untuk Keselamatan,
Know Your Ergonomics. [internet]. 2009. Kesehatan Kerja dan Produktivitas. UNIBA
Tersedia Dari: http://www.ergonomics- PRESS. Surakarta; 2004.
fees.eu/node/71 [Diakses tanggal Januari 26. Kantana T, 2010. Faktor-faktor yang
1, 2016]. mempengaruhi keluhan low back pain pada
16. Schneider E dan Irastorza X. Work-related kegiatan mengemudi tim ekspedisi PT.
musculoskeletal disorders in the EU-Facts Enseval Putera Megatrading Jakarta Tahun
and figures, European Agency for Safety 2010. UIN Syarif Hidayatullah. Jakarta;
and health at work; 2010. Available at: 2010.
https://osha.europa.eu. 27. Guo HR, Chang YC, Yeh WY, Chen CW, Guo
17. Silverstein B dan Evanoff B. YL. Prevalence of musculoskeletal disorders
Musculoskeletal Disorders. Dalam B. S. among workers in Taiwan: a nationwide
Levy B, Wegman D, Baron S, Sokas R. study. J Occup Health. 2004; 46(1): 26-36
Editor. Occupational and Environmental 28. Rahardjo W. Peran Faktor-faktor
Health: Recognizing and Preventing Psikososial dan Keselamata Kerja pada
Disease and Injury. USA. Lippincott Jenis Pekerjaan yang Bersifat ISO-STRAIN.
Williams & Wilkins; 2006.hal 448–516. Seminar Nasional PESAT. Jakarta; 2005.
18. O’Malley G. Musculoskeletal Disorders in 29. Stack T, Ostrom LT, Wilhelmsen CA.
Obesity. Dalam F. Wilson, J. Gormley, dan J. Occupational Ergonomics: A Practical
Hussey, eds. Excercise Therapy ini the Approach Edisi 1. John Wiley dan Sons.
Management of Musculoskeletal Disorders. New Jersey; 2016.
Blackwell Publishing. UK; 2011. hal. 231– 30. Bengston KA dan Silver J. Trigger Finger.
240. Dalam W. R. Frontera, J. K. Silver, dan T. D.
19. de Carvalho MVD, Soriano EP, Caldas Jr AF, R. Jr, eds. Essensials of Physical Medicine
Campello RIC, Miranda HF, Cavalcanti FID. and Rehabilitation. Saunders. Philadelpia;
Work-related musculoskeletal disorders 2015. hlm. 180–183.
among Brazilian dental students. J Dent 31. Napitupulu N. Gambaran Penerapan
Educ; 2009: 73(5), hlm.624–30. Tersedia Ergonomi. [internet]. 2009. Tersedia dari:
dari:
(http://www.digilib.ui.ac.id/file?file=digital
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/194
33537. /126790-S-5669-Gambaran%20penerapan-
20. Gatchel RJ, Kishino ND, dan Strizak AM. Literatur.pdf), diakses 28 Maret 2015.
Occupational Musculoskeletal Pain and 32. Kuswana, Wowo S. Ergonomi dan
Disability Disorders. Dalam R. J. Gatchel Kesehatan Keselamatan Kerja. PT Remaja
dan I. Z. Schultz, eds. Handbook of Rosdakarya. Bandung; 2014.
Musculoskeletal Pain and Disability 33. Marasabessy RS. Penentuan Maximum
Disorders in the Workplace. London; 2014. Acceptable Weihght Limit (Mawl)
21. Bridger RS. Intrduction to Ergonomics. Edisi DenganMenggunakanPendekatanFisiologi
3. CRC Press. London; 2008. Universitas Darussalam Ambon. Ambon;
22. Corlett EN. The Occupational Ergonomics 2012.
Handbook. Edisi 2. CRC Press. London; 34. OSHA (Occupational Safety and Health
2006. Administration). Ergonomic Guidelines for
Manual Material Handling. Department of
Industrial Relations. California; 2007.

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 |374


Ardesy Melizah Kurniati | Mikrobiota Saluran Cerna: Tinjauan dari Aspek Pemilihan Asupan Makanan

Mikrobiota Saluran Cerna: Tinjauan dari Aspek Pemilihan Asupan Makanan

Ardesy Melizah Kurniati


Bagian Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya
Abstrak
Mikrobiota adalah kumpulan mikroorganisme yang hidup pada tubuh inang. Sebagian besar mikrobiota adalah bakteri dan
saluran cerna merupakan lokasi koloni terbanyak. Sepanjang usia manusia, populasi mikrobiota saluran cerna dapat terus
mengalami perubahan. Komposisi mikrobiota juga bervariasi antar individu. Faktor-faktor yang memengaruhi perubahan
tersebut di antaranya kolonisasi maternal, asupan, pajanan lingkungan, dan terapi antimikroba. Komposisi mikrobiota yang
tidak seimbang dapat memengaruhi kondisi kesehatan. Ketidakseimbangan rasio mikrobiota, berupa penurunan keragaman
bakteri protektif dan peningkatan jumlah bakteri patogen dapat menimbulkan berbagai penyakit saluran cerna, di antaranya
inflammatory bowel disease (IBD), irritable bowel syndrome, hingga kanker kolorektal. Sebagian besar mikrobiota saluran
cerna terutama mendapatkan makanannya dari asupan oligosakarida. Asupan prebiotik, yaitu oligosakarida tidak tercerna
yang bersumber dari buah-buahan dan sayuran tinggi serat membuat kolonisasi mikrobiota makin beragam. Mikrobiota
saluran cerna bertugas mengolah karbohidrat tak tercerna dari asupan, hingga berperan pada proses sintesis dan
metabolisme zat-zat gizi. Sepanjang manusia hidup, interaksi antara nutrisi dan mikrobiota terus terjadi. Jenis asupan
makanan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi sejak awal kehidupan, transisi menuju makanan padat, hingga jenis asupan
pada anak dan dewasa merupakan sesuatu yang dapat dipilih. Pemilihan asupan nutrisi dengan komposisi yang tepat dan
seimbang diharapkan dapat memelihara komposisi mikrobiota saluran cerna yang bersifat protektif agar seterusnya
menghasilkan interaksi yang menguntungkan.

Kata Kunci: asupan, mikrobiota saluran cerna, nutrisi

The Gut Microbiota: A Review of Diet Preferences


Abstract
The term microbiota refers to the collection of microorganisms that colonized the host body space. The majority of human
microbiota is bacteria and they can be found mostly in the gastrointestinal tract. Gut microbiota populations continue to
evolve throughout the life. The composition of the microbiota also varies between individuals. Factors that influence those
changes including maternal colonization, dietary intake, environmental exposure, and antimicrobial therapy. Unbalanced
microbiota composition can affect health conditions. Microbiota imbalance ratio, a decline protective bacterial species and
an increasing number of pathogens can cause gastrointestinal diseases, including inflammatory bowel disease (IBD), irritable
bowel syndrome, and colorectal cancer. The gut microbiota largely derives their nutrients mainly from oligosaccharides.
The intake of prebiotics, the indigestible oligosaccharides derived from fruits and vegetables which high in fiber makes
microbiota colonization more diverse. Meanwhile, the gut microbiota is tasked to process the indigestible carbohydrates
from the diet and to contribute in the synthesis and metabolism of nutrients. Throughout the human life, the interaction
between nutrition and microbiota keeps going. Feeding method to meet the nutritional needs in early life, the transition to
solid food, and also dietary intake of children and adults are things that can be selected. Proper and balanced nutrient
intake is expected to maintain the composition of the protective gut microbiota and result in beneficial interaction.

Keywords: dietary intake, gut microbiota, nutrition

Korespondensi: dr. Ardesy Melizah Kurniati, M.Gizi | Jl Dr. Moh. Ali Komplek RSMH Palembang | HP 081273610467 | e-mail
ardesy.gizi@fk.unsri.ac.id

Pendahuluan
Mikrobiota didefinisikan sebagai perannya untuk kesehatan manusia dibanding
kumpulan mikroorganisme yang hidup pada jenis lain. Kolonisasi mikrobiota terbanyak
tubuh inang (host), dapat terdiri dari bakteri, berlokasi di saluran cerna, dengan jumlah dan
archae, virus, dan organisme eukariota sel satu komposisi yang bervariasi.1
lainnya. Kolonisasi bakteri terdapat pada Sepanjang usia manusia, populasi
seluruh permukaan tubuh yang memiliki mikrobiota dapat terus mengalami perubahan.
kontak dengan dunia luar, yaitu kulit, saluran Faktor-faktor yang diduga memengaruhi variasi
urin, saluran cerna, dan saluran napas. ini adalah kolonisasi maternal, asupan, pajanan
Tinjauan ini menekankan pada bakteri, salah lingkungan, dan terapi antimikroba.1 Gangguan
satu jenis mikrobiota yang telah sering diteliti keseimbangan mikrobiota pada saluran cerna
berhubungan dengan berbagai penyakit,

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 |375


Ardesy Melizah Kurniati | Mikrobiota Saluran Cerna: Tinjauan dari Aspek Pemilihan Asupan Makanan

di antaranya inflammatory bowel disease (IBD), terjadi sepanjang manusia hidup, begitupun
irritable bowel syndrome (IBS), penyakit halnya dengan populasi mikrobiota saluran
metabolik (obesitas dan diabetes) dan alergi.2 cerna. Sebaliknya, variasi mikrobiota pada
Asupan makanan untuk memenuhi komposisi dan jumlah tertentu akan
kebutuhan nutrisi adalah sesuatu hal yang memberikan efek pada pengolahan zat yang
dapat dipilih dan dikontrol. Kegiatan memilih terkandung dalam asupan, terutama
makanan ini merupakan hal yang akan terus sesampainya dalam kolon.

Gambar 1. Distribusi mikrobiota A. Jumlah dan variasi mikrobiota sepanjang saluran cerna B. Variasi
1
mikrobiota secara longitudinal (telah dimodifikasi)

Isi
Saluran cerna individu dapat dinyatakan pemberian. Kandungan human milk
sehat jika mengandung mikrobiota dengan oligosaccharides (HMOs) bifidogenik dalam ASI
jumlah cukup untuk memberikan manfaat digunakan sebagai sumber karbon bagi B.
kesehatan, misalnya memproteksi dari bakteri longum (B.infantis), Bifidobacterium bifidum,
patogen, berperan pada metabolisme inang dan B. Breve dan tidak dapat dihidrolisis oleh B.
dan zat gizi, serta modulasi sistem imun.2 Adolescentis.4,5
Bayi dengan ASI eksklusif memiliki
Pemeriksaan mikrobiota saluran cerna
populasi mikrobiota yang cenderung stabil dan
dilakukan pada sampel feses, dengan metode
seragam. Populasi ini akan berubah dengan
bacterial gene sequencing, meliputi analisis
adanya suplementasi formula, bergeser menuju
metagenomik DNA yang mengkode 16s rRNA
pola populasi bayi yang hanya diberikan susu
dan analisis bioinformatika.2,3 Jumlah dan
formula yang tampak memiliki lebih banyak
distribusi mikrobiota bervariasi dalam saluran
ragam mikrobiota.5,6 Bakteri dari phylum
cerna (Gambar 1). Kolon merupakan tempat
Firmicutes lebih banyak terdapat pada feses
koloni mikrobiota terbanyak, meliputi 70% dari
bayi yang mengonsumsi susu formula
jumlah mikrobiota seluruh tubuh. Saluran cerna
dibanding ASI, kecuali untuk Lactobacillus.
diduga mengandung sebanyak 35.000 jenis
Sedangkan feses bayi ASI lebih banyak
bakteri.1
Pemilihan pemberian ASI atau susu mengandung bakteri dari phyla Bacteroidetes
formula sebagai nutrisi awal kehidupan dapat dan Proteobacteria, kecuali untuk
memengaruhi profil mikrobiota saluran cerna Enterobacter. Jenis bakteri dari phylum
bayi melalui penyediaan substrat yang Actinobacteria, di antaranya Bifidobacterium
mendukung proliferasi dan fungsinya, dan spp, B. breve dan B. bifidum lebih banyak
melalui jalur kontaminasi bakteri dari media terdeteksi pada feses bayi yang mengonsumsi
penyimpanan, cara penyajian, dan media ASI, sedangkan B. longum lebih banyak
terdeteksi pada bayi yang mengonsumsi susu
formula.4,6

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 |376


Ardesy Melizah Kurniati | Mikrobiota Saluran Cerna: Tinjauan dari Aspek Pemilihan Asupan Makanan

Kandungan mikrobiota dalam ASI dan Clostridium spp. dan Bacterioides spp. Pada
didominasi phyla Proteobacteria dan periode usia 18–36 bulan, mikrobiota masih
Firmicutes (juga terdapat Actinobacteria dan dalam proses perkembangan menuju pola
Bacteroidetes dalam jumlah kecil). Jenis bakteri saluran cerna dewasa.8
terbanyak adalah Staphylococcus, Pemberian ASI sebagai nutrisi utama bayi
Enterobacteriaceae, Pseudomonas, Strepto- dapat melindungi bayi baru lahir dari kejadian
coccus dan Lactobacillus, yang variasinya tidak diare dan necrotizing enterocolitis, serta
berbeda bermakna menurut usia gestasi, kejadian alergi, penyakit autoimun, diabetes
model persalinan, dan jenis kelamin bayi. Hal tipe satu dan dermatitis atopi pada masa
ini dapat diartikan bahwa bayi yang dilahirkan kanak-kanak. Pemberian ASI juga berdampak
melalui proses sectio secarea dapat pada kesehatan usia selanjutnya, di antaranya
memperoleh Lactobacillus yang berlimpah mengurangi risiko IBD, penyakit kardiovaskuler
melalui pemberian ASI.7 dan diabetes tipe dua.5
Penelitian profil mikrobiota saluran Pemeriksaan metagenomic sequencing
cerna pada tiga tahun pertama kehidupan (MetaHIT) pada sampel feses individu dewasa
menunjukkan adanya perubahan populasi
menunjukkan 99,1 % mikrobiota adalah
mikrobiota saluran cerna secara bermakna,
bakteri, 0,1% di antaranya adalah eukariota dan
diduga terkait penghentian ASI dan dimulainya
virus, sedangkan sisanya adalah archae.
pengenalan makanan pendamping. Perubahan
Sebanyak 57 jenis bakteri ditemukan pada
terutama terjadi pada usia 9–18 bulan,
mikrobiota saluran cerna yang awalnya >90% sampel.3 Secara umum, saluran cerna
didominasi oleh Lactobacilus, Bifidobacterium, orang dewasa sehat didominasi oleh bakteri
dan Enterobacteriaceae digantikan oleh phyla Firmicutes dan Bacteroidetes.2,3,9

Tabel 1. Keterlibatan mikroba dengan penyakit/ gangguan kesehatan


Mikrobiota yang terlibat
Penyakit/ Gangguan
Jumlah meningkat Jumlah menurun
IBS rasio Firmicutes : Bacteroidetes Bifidobacterium
Ruminococcus Faecalibacterium
Dorea Bacteroides
Clostridium
Gammaproteobacteria (IBS anak)
Haemophilus infuenzae(IBS anak)

IBD Jumlah bakteri di mukosa (CD) Keragaman bakteri


(meliputi Gammaproteobacteria Firmicutes
crohn disease (CD) dan Enterobacteraceae Bacteroidetes
ulceratif colitis (UC) Escherichia coli Lachnospiraceae
Clostridium spp. Clostridium leptum dan grup Coccoides
(Faecalibacterium prausnitzii)
Roseburia
Phascolarctobacterium

Colorectal cancer (CRC) Fusobacterium spp.


E.coli (polyketide synthase +)

Obesitas rasio Firmicutes: Bacteroidetes * Keragaman bakteri


Actinobacteria Grup C. lectum
Bacteroides* (Ruminococcus flavefaciens)
Prevotellaceae Bifidobacterium
Methanobrevibacter

Diabetes tipe 2 Bakteri patogen oportunistik (Clostridium Organisme yang memproduksi butyrate
spp., E. coli, Eggerthella lenta) Roseburia spp.,Faecalibacterium spp.,
Akkermansia muciniphilia Eubacterium spp.)
Bacteroides spp. Firmicutes

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 |377


Ardesy Melizah Kurniati | Mikrobiota Saluran Cerna: Tinjauan dari Aspek Pemilihan Asupan Makanan

Pada usia lanjut, terjadi perubahan Penduduk di Indonesia yang berusia ≥10 tahun
fisiologis pada saluran cerna berupa inflamasi memiliki kecenderungan proporsi kurang
derajat ringan terkait usia. Individu berusia >65 makan sayur dan buah di atas 90% dengan
tahun pada umumnya akan mengalami proporsi kekerapan mengonsumsi pangan
gangguan keseimbangan mikrobiota, dengan berisiko (tinggi lemak dan kolesterol) mencapai
dominasi phylum Bacteroidetes.9 Gangguan 40,7%.12 Profil mikrobiota pada orang dewasa
keseimbangan mikrobiota saluran cerna dapat di Indonesia belum banyak diteliti,
menyebabkan berbagai penyakit, kecenderungan pemilihan asupan pada tipe
mekanismenya meliputi adhesi bakteri patogen western tentu akan memengaruhi koloni
pada dinding sel usus, pembentukan lesi mikrobiota saluran cerna, meskipun mungkin
mukosa usus, dan inflamasi usus yang terdapat variasi geografis yang turut
menyebabkan penurunan keragaman bakteri
berperan.13
protektif dan peningkatan jumlah bakteri
Keseimbangan komposisi asupan tetap
patogen (Tabel 1).9
perlu diperhatikan karena kemampuan
Sebagian besar mikrobiota saluran cerna
mendapatkan makanannya dari asupan fermentasi kolon dalam sehari hanya terbatas
karbohidrat inang, terutama berupa untuk 20–25 g karbohidrat tak tercerna. Efek
oligosakarida yang tidak lagi dapat dicerna samping asupan karbohidrat dan serat berlebih
(misalnya galaktooligosakarida dan inulin), meliputi peningkatkan produksi gas, distensi
yang juga disebut prebiotik. Prebiotik abdomen, kembung, nyeri, peningkatan
mendukung pertumbuhan bakteri yang kekerapan flatus, dan menurunkan pH kolon.
menguntungkan sehingga berpotensi Diare dapat terjadi bila mengonsumsi sejumlah
meningkatkan kesehatan saluran cerna.10 besar karbohidrat tak tercerna dalam sekali
Prebiotik ini akan difermentasi secara selektif waktu. Anjuran konsumsi serat untuk orang
oleh bakteri usus (seperti Bacteroides, dewasa adalah sebesar 24–38 g per hari yang
Roseburia, Bifidobacterium, Fecalibacterium, berasal dari buah-buahan, sayur-sayuran,
Enterobacteria) untuk mensintesis asam lemak seeds, grains dan legumes.10
rantai pendek (short chain fatty acid/SCFA) Individu dengan diet tipe western yang
yang menjadi sumber energi.2,9,10,11 memproduksi feses dengan berat 100 g perhari
Selain prebiotik, terdapat makanan yang diperkirakan membutuhkan asupan 30 g
mengandung flora atau bakteri hidup dan karbohidrat untuk mendukung pertumbuhan
dinyatakan bermanfaat bagi saluran cerna yang populasi bakteri di kolon. Separuh dari
disebut probiotik, contohnya yoghurt dan susu karbohidrat tersebut berupa pati yang tidak
formula yang diperkaya dengan bakteri asam dapat dicerna/serat pangan, 10–12 g di
laktat. Meskipun demikian, probiotik oral antaranya berasal dari pati, dan sebagian kecil
dianggap belum menyediakan jumlah bakteri berasal dari oligosakarida yang tidak diserap
yang cukup untuk mempengaruhi populasi serta mukopolisakarida usus. Sebanyak 5–15 %
dalam kolon.9,10 pati yang dikonsumsi akan sampai ke kolon,
Pemilihan jenis makanan mempengaruhi dan jumlah karbohidrat yang memasuki kolon
komposisi, jumlah dan keragaman mikobiota dapat meningkat hingga 100 g/ hari jika terjadi
saluran cerna. Mikrobiota makin beragam perubahan pola makan berupa peningkatan
dengan pilihan asupan tinggi serat dari buah- asupan serat pangan, karbohidrat lain yang
buahan dan sayuran. Bakteri Ruminococcus secara parsial atau total tidak tercerna, pati
bromii, Roseburia, dan Eubacterium rectale dari resisten, atau makanan dengan indeks glikemik
phylum Firmicutes banyak terkandung pada rendah yang lambat tercerna.11
individu dengan tipe asupan ini.2 Anak-anak Mikrobiota saluran cerna turut
Eropa dengan tipe diet western yang tinggi membantu pengolahan zat gizi dari asupan
protein hewani, gula, pati dan rendah serat, yang dikonsumsi inang. Pada metabolisme
memiliki kandungan Bacteroides yang tinggi karbohidrat, Bacteroides thetaiotaomicron
pada saluran cernanya. Sedangkan anak berperan untuk ekspresi enzim glycosyl
pedesaan di Afrika yang lebih banyak transferases, glycoside hydrolases,
mengonsumsi makanan sumber nabati polysaccharide lyases. Bakteri ini juga berperan
memiliki kandungan Prevotella yang tinggi.2 pada metabolism lipid dengan cara membantu

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 |378


Ardesy Melizah Kurniati | Mikrobiota Saluran Cerna: Tinjauan dari Aspek Pemilihan Asupan Makanan

efisiensi hidrolisis lipid melalui peningkatan Daftar Pustaka


ekspresi colipase yang dibutuhkan oleh lipase 1. Sekirov I, Russell SL, Antunes LC, Finlay BB.
pankreas untuk mencerna lipid. Metabolisme Gut microbiota in health and disease.
protein dilakukan secara efisien menggunakan Physiol Rev [internet]. 2010 [diakses
microbial proteinases dan peptidases yang tanggal 22 September 2016]; 90: 859-904.
berperan bersama human proteinases.Dinding Tersedia dari:
sel bakteri mengandung transporter- https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/2
transporter asam amino yang memfasilitasi 0664075
masuknya asam amino ke bakteri dari dalam 2. Jandhyala SM, Talukdar R, Subramanyam
lumen usus. Konversi L-Histidine menjadi C, Vuyyuru H, Sasikala M, Reddy DN. Role
histamine dibantu oleh enzim bakteri histamine of the normal gut microbiota. World J
decarboxylase yang dikode gen hdcA bakteri. Gastroenterol [internet]. 2015 [diakses
Konversi glutamate menjadi gamma amino tanggal 22 September 2016]; 21(29): 8787-
butyric acid (GABA) dibantu oleh enzim 803. Tersedia dari:
glutamate decarboxylases yang dikode gen https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/article
gadB bakteri. Selain itu, mikrobiota saluran s/PMC4528021
cerna juga berperan pada sintesis vitamin K 3. Qin J, Li R, Raes J, Arumugam M, Burgdorf
dan beberapa komponen vitamin B, serta KS, Manichanh C, et.al. A human gut
membantu pemecahan polyphenols dari microbial gene catalogue established by
asupan untuk menjadi senyawa aktif dalam metagenomic sequencing. Nature
tubuh.2,10 [internet] 2010 [diakses tanggal 22
September 2016]; 464: 59-65. Tersedia
Ringkasan dari:
Mikrobiota merupakan kumpulan http://www.nature.com/nature/journal/v
mikroorganisme yang bermanfaat bagi 464/n7285/full/nature08821.html
manusia, salah satunya bertempat pada saluran 4. Karav S, Le-Parc A, Bell JMLNM, Frese SA,
cerna. Sebagian besar mikrobiota Kirmiz N, Block DE, et. al. Oligosaccharides
berjenisbakteri. Faktor yang memengaruhi released from milk glycropteins are
keseimbangan mikrobiota salah satunya adalah selective growth substrates for infant-
kesalahan dalam memilih asupan makanan. associated bifidobacteria. Appl Environ
Keseimbangan komposisi mikrobiota harus Microbiol [internet]. 2016 [diakses tanggal
dipelihara agar dapat terus memberikan 22 September 2016]; 82 (12): 3622-30.
manfaat bagi kesehatan saluran cerna. Tersedia dari:
Berbagai penyakit dapat timbul akibat https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/27
perubahan populasi mikrobiota, dan risiko 084007
penyakit di masa yang akan datang 5. Guaraldi F, Salvatori G. Effect of breast and
berhubungan dengan pemilihan asupan formula feeding on gut microbiota shaping
makanan pada awal kehidupan.Asupan newborns. Front Cell Infect Microbiol. 2012
prebiotik sesuai anjuran diharapkan dapat [diakses tanggal 22 September 2016]; 2; 1-
menjaga koloni mikrobiota agar dapat 4. Tersedia dari:
melakukan fungsinya dengan baik, salah https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/article
satunya dalam pengolahan zat-zat gizi. s/PMC3472256
6. Praveen P, Jordan F, Priami C, Morine MJ.
Simpulan The role of breast-feeding in infant
Sepanjang manusia hidup, interaksi immune system: a system perspective on
antara nutrisi dan mikrobiota terus terjadi. the intestinal microbiome. Microbiome
Asupan nutrisi yang tepat dan seimbang [internet]. 2015 [diakses tanggal 22
diharapkan dapat menjaga komposisi September 2016]; 3 (41): 1-12. Tersedia
mikrobiota saluran cerna agar seterusnya dari:
menghasilkan interaksi yang menguntungkan. https://microbiomejournal.biomedcentral.
com/articles/10.1186/s40168-015-0104-7

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 |379


Ardesy Melizah Kurniati | Mikrobiota Saluran Cerna: Tinjauan dari Aspek Pemilihan Asupan Makanan

7. Urbaniak C, Angelini M, Gloor GB, Reid G. dari:


Human milk microbiota profiles in relation https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/article
to birthing method, gestation and infant s/PMC3667473
gender. Microbiome [internet]. 2016 10. Beyer PL. Digestion, absorption, transport
[diakses tanggal 22 September 2016]; 4(1); and excretion of nutrients. Dalam: Mahan
1-9. Tersedia dari: KL, Escott-Stump S, editor. Krauses’s food
https://microbiomejournal.biomedcentral. and nutrition therapy. Missouri: Saunders;
com/articles/10.1186/s40168-015-0145-y 2012. hlm. 2-20.
8. Bergström A, Skov TH, Bahl MI, Roager 11. Mathers J, Wolever TMS. Digestion and
HM, Christensen LB, Ejlerskov KT, et.al. metabolism of carbohydrates. Dalam:
Establishment of intestinal microbiota Gibney MJ, Lanham-New SA, Cassidy A,
during early life: a longitudinal, explorative Vorster HH, editor. Introduction to Human
study of a large cohort of Danish infants. nutrition; 2009. hlm. 74-85.
Appl Environ Microbiol [internet]. 2014 12. Badan Penelitian dan Pengembangan
[diakses tanggal 22 September 2016]; 80: Kementerian Kesehatan RI. Riset
2889-900. Tersedia dari: kesehatan dasar. Jakarta: Kemenkes RI
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/24 ;2013
584251 13. Flint HJ, Scott KP, Louis P, Duncan SH. The
9. Guinane CM, Cotter PD. Role of the gut role of the gut microbiota in nutrition and
microbiota in health and chronic health. Nat Rev Gastroenterol Hepatol
gastrointestinal disease: understanding a [internet]. 2012 [diakses tanggal 22
hidden metabolic organ. The Adv September 2016]; 9(10): 577-89. Tersedia
Gastroenterol. 2013 [diakses tanggal 22 dari:
September 2016]; 6(4): 295-308. Tersedia https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/2
2945443.

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 |380


Enny Nugraheni dan Ike Sulistyowati | Diagnosis Molekuler Virus Dengue

Diagnosis Molekuler Virus Dengue


Enny Nugraheni1, Ike Sulistyowati2
1.
Bagian Mikrobiologi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Bengkulu
2.
Bagian Anatomi Fakultas Kedokteran dan Imu Kesehatan Universitas Bengkulu
Abstrak
Demam Dengue merupakan penyakit yang ditransmisikan oleh nyamuk yang meningkat secara dramatis dari tahun ke tahun
selama beberapa dekade terakhir. Infeksi yang disebabkan oleh demam dengue dapat berupa infeksi primer dan sekunder.
Infeksi sekunder dapat menyebabkan kejadian berbahaya yaitu Demam Berdarah Dengue atau Demam Shock Sindrom.
Dengue adalah virus RNA positif genome sebanyak 11 kilobase terdiri dari prekursor 300 asam amino yang memproses
kotranslasi dan posttranslasi oleh virus dan protease host. Protein terdiri dari protein struktural dan non struktural. Teori
imunopatogenesis virus tidak diketahui secara lengkap. Manifestasi klinis terjadi akibat reaksi tubuh terhadap virus sehingga
akan muncul gejala sistemik seperti demam, nyeri sendi, otot, lemas dan gejala lain. Terdapat 2 teori yang menyebabkan
DBD dan Sindrom Shock Dengue yang belum diketahui secara pasti. Diperkirakan karena adanya antibodi yang heterolog
dari serotipe yang berbeda namun tidak dapat dinetralisasi sehingga dapat menimbulkan Infeksi dengue yang berat.
Diagnostik molekular virus dengue diperlukan karena diagnostik ini dapat menentukan jenis serotipe virus sehingga dapat
mencegah komplikasi yang lebih berat. Tehnik yang sedang dikembangkan adalah RT-PCR dan Realtime RT-PCR kedua
tehnik ini dapat mendiagnosis dengan cepat, pada stadium infeksi dini dengan mengetahui jenis serotipe pada virus dengue.
Sehingga penatalaksanaan dapat dilakukan sedini mungkin sesuai dengan serotipe yang menginfeksi. Pemilihan
pemeriksaan dengan diagnosis molekular virus dengue pada fase awal untuk mencegah kematian pada pasien, namun
pemeriksaan tetap harus merujuk untuk apa pemeriksaan tersebut dilakukan dengan memperhatikan kelebihan dan
kekurangannya.

Kata kunci: dengue, diagnosis molekular, RT-PCR.

Molecular Diagnosis Dengue Virus

Abstract
Dengue Fever is a mosquito-borne disease. The incidence of Dengue Fever has been increased dramatically over recent
decades. Dengue Fever can be either primary or secondary infection. Secondary infection can cause a fatal condition namely
Dengue Hemorrhagic Fever or Dengue Shock Syndrome. Dengue is a positive-strand RNA virus. It has11kb genome, consists
of 300 amino acid precursor which will undergo co- and post-translational processing by host and viral protease. Its protein
consists of structural and non-structural viral proteins. Immunopathology of dengue viral infection has not been completely
understood. Clinical manifestation caused by the body's reaction due to viral infection including systemic symptoms such as
fever, joint pain, muscle weakness, etc. There are two theories that possibly related to Dengue Hemorrhagic Fever and
Dengue Shock Syndrome. It has been alleged that heterologue antibodies from different serotype can not be neutralized
and subsequently lead to severe dengue infection. Molecular diagnostic of dengue virus is required because it can
determine the serotype of virus in order to prevent more severe complications. Nowadays, RT-PCR and Realtime RT-PCR
technique has being developed. These two modalities can determine serotype of dengue virus, make an appropriate earlier
management of infection according to its serotype. Initial molecular diagnostic of dengue virus can be used to prevent
death. Still it should be known for what purpose the examination is conducted, regarding its advantages and disadvantages.

Keywords: dengue,molecular diagnostic, RT-PCR

Korespondensi: dr. Enny Nugraheni, M. Biomed. | Jln. WR Supratman Kelurahan Kandang Limun Kecamatan Muara
Bangkahulu Kota Bengkulu | HP. 08153807621 | e-mail: ennynugraheni@gmail.com

Pendahuluan
Dengue merupakan suatu penyakit yang beberapa dekade terakhir, lebih dari 2,5 milyar
ditransmisikan oleh nyamuk yang hidup jiwa atau lebih dari 40 % dari populasi dunia
didaerah tropis dan subtropis. Pada beberapa yang mempunyai resiko terserang demam
tahun terakhir penyebarannya meningkat pada dengue.1 Dari data yang diperoleh, Asia
daerah perkotaan yang telah menjadi Tenggara adalah wilayah yang memiliki jumlah
perhatian masalah kesehatan di dunia tertinggi baik dari yang ringan sampai dengan
internasional.1 Insiden terjadinya Demam yang berat.2 Virus Dengue pertama kali di
Dengue dan Demam Berdarah Dengue isolasi oleh Hotta dkk selama perang dunia
meningkat secara dramatis didunia selama kedua yang berhasil mengisolasi virus type 1

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 |381


Enny Nugraheni dan Ike Sulistyowati | Diagnosis Molekuler Virus Dengue

dan 2. Kemudian pada saat terjadi wabah menginfeksi dan antibodi yang potensial untuk
dengue di Manila ditemukan kembali DEN 3 terjadinya reaksi silang dengan flavivirus.4
dan DEN 4 oleh hammon dkk.3 Dari keempat Karakteristik serotipe virus tersebut
tipe serotipe tersebut secara epidemiologi perlu diketahui secara dini karena kita dapat
sama namun terdapat perbedaan secara mengetahui apakah seroipe virus dengue yang
genetik dan antigen antara yang satu dan yang menginfeksi tersebut apakah termasuk varians
lain. Keempat serotipe tersebut dapat yang mempunyai faktor resiko terjadinya
diklasifikasikan berdasarkan perbedaan Demam Berdarah Dengue dan Sindrom Syok
genotipe berdasarkan variasi pada sekuens Dengue. Dengan menggunakan metode real
nukleotidanya.4 Di Indonesia terdapat keempat time dapat mengetahui serotipe dengue dan
serotipe tersebut berdasarkan penelitian dapat mengetahui perubahan epidemiologi
Prastyowati dkk yang paling banyak di Jawa dari infeksi yang terjadi.5
barat adalah serotipe 3.5
Virus dengue dapat menyebabkan dua ISI
tipe infeksi yaitu primer dan sekunder. Infeksi Struktur dan genome virus dengue
primer terjadi jika demam akut yang dikenal Virus dengue adalah virus RNA strain
sebagai demam dengue (dengue fever) yang positif yang memiliki genom 11 kilobase.
akan hilang setelah kira-kira tujuh hari setelah Genome virus dengue terdiri dari large open
terbentuk respon immun komplek. Infeksi reading frame encodes sebuah prekursor
sekunder lebih berat dan menyebabkan polyprotein yang kira-kira terdiri 300 asam
demam berdarah dengue (DBD) atau sindrom amino yang memproses kotranslasi dan
syok dengue (DSS).6 posttranlasi oleh virus dan protease host.
Demam berdarah dengue ataupun
Sindrom Syok Dengue dapat berbahaya bagi
penderita.7 Sampai saat ini belum ditemukan
vaksin yang mungkin untuk menimbulkan
kekebalan untuk 4 serotype dengue sekaligus,
karena itu perkembangan vaksin dan diagnostik
yang cepat dan tepat sangat dibutuhkan untuk
mencegah kematian yang disebabkan virus 6
Dengue. Gambar 1. Struktur virus dengue
Pada umumnya diagnosis penyakit
dengue sulit ditegakkan pada beberapa hari Virus dengue adalah virus RNA strain
pertama sakit karena gejala yang muncul tidak positif yang memiliki genom 11 kilobase.
spesifik dan sulit dibedakan dengan penyakit Genome virus dengue terdiri dari large open
lainnya.8 reading frame encodes sebuah prekursor
Saat ini telah dikembangkan metode polyprotein yang kira-kira terdiri 300 asam
diagnostik yang lebih kompleks yaitu tehnik amino yang memproses kotranslasi dan
molekular dan metode serologi yang digunakan posttranlasi oleh virus dan protease host.
pada sebagian besar laboratorium dengan
mendeteksi adanya virus dengue. Setelah
terjadinya onset penyakit, virus dapat dideteksi
selama minggu pertama pada serum, plasma,
sirkulasi sel darah merah, dan oragan lainnya.
Selama fase awal tehnik yang umum dilakukan
untuk melakukan diagnosis adanya infeksi
virus dengue dengan cara isolasi virus, deteksi
asam nukleat virus, dan deteksi antigen viral.
Pemeriksaan antibodi anti-Virus dengue adalah
yang paling sering dilakukan selama 7 hari
pertama. Kekurangan dari pemeriksaan
serologi adalah ketidakmampuan untuk
membedakan serotipe virus dengue yang Gambar 2. Skema diagram genom virus
8
dengue dan lipoprotein

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 |382


Enny Nugraheni dan Ike Sulistyowati | Diagnosis Molekuler Virus Dengue

Protein Virus Dengue


Virus dengue memiliki 3 protein RNA virus negatif pada pemeriksaan RT PCR.1
struktural yaitu : Protein Kapsid (C), Protein Protein NS2A merupakan protein small
terkait membran (M), dan Protein Amplop (E). hidrofobik yang terikat membran.11 Protein ini
Setiap protein memiliki struktur tersendiri yang paling berperan pada proses replikasi
dalam membentuk virus.1 virus RNA dan perakitan virus. Mutasi dari
Protein kapsid (C ) merupakan protein NS2A akan mengakibatkan terganggunya
dasar yang sangat responsif terhadap relikasi virus RNA.1 Protein NS2B bekerja
penempelan nukleokapsid yang terus sebagai kofaktor pada NS2B-NS3 serine
berinteraksi dengan RNA tetapi hanya sedikit protease. Penelitian yang dilakukan oleh Falgou
yang mengetahui tentang protein C. Struktur dkk menyebutkan bahwa terdapat 40 asam
ptotein C memperlihatkan suatu struktur dimer amino segmen pada NS2B essensial untuk
yang mempunyai beban tertinggi dan aktivitas protease.1
mempunyai distribusi yang asimetris di residu Protein NS3 Protein NS3 dari DEN-2
dasar diatas protein permukaan. Protein terkait adalah protein nonstruktural kedua terbesar
membran (M) merupakan protein yang yang mempunyai serine protease pada N-
berhubungan dengan membran yang terminus dan NTPase helicase RNA Triphosphat
merupakan membran glikoprotein yang (RTP-ase) pada C terminus-end. NS3 juga
merupakan bagian dari nukleokapsid dan berperan pada replikasi RNA dan membantu
membantu protein amplop untuk mencapai regulasi proses menjadi poli protein.1 Protein
bentuk mature virion virus. Protein M dapat NS4A mempunyai rantai C-terminus end yang
digunakan untuk membedakan respon antibodi sangat hidrofilik dan akan memberikan sinyal
terhadap antivirus. Protein Amplop (E) untuk translokasi NS4B ke retikulum
merupakan protein yang terdapat endoplasma.1 Protein NS4A akan membentuk
dipermukaan virus dan tentu saja yang struktur membran yang merupakan tempat
menenetukan penempelan virus pada sel host terbentuknya kompleks replikasi virus yang
sepanjang reseptor sel seperti heparin sulfate akan menyatu/terlokalisasi dengan dsRNA dan
DC-SIGN. Ini merupakan protein penting untuk protein E.11 NS4A berperan pada replikasi virus,
virus masuk ke dalam host. Protein ini pengaturan membran dan regulasinya.1
mempunyai 3 domain, domain I (domain Protein NS4B Protein NS4B berinteraksi
struktural), domain II (dimmers) dan domain III dengan NS3 untuk regulasi replikasi RNA.1
(domain ikatan). Domain dimmer berhubungan NS4B juga akan bergabung dengan dsRNA dan
dengan domain struktural dan domain ikatan. Protein E untuk membentuk RNA komplek
Perubahan konformasi ini menginduksi adanya replikasi.16 Protein pada NS4A dapat
fusi antara virus dan membran sel host.1 menginduksi terjadinya autofagi pada sel epitel
Genom virus dengue mengkode tujuh dan melindungi dari kematian selama infeksi.17
virus nonstruktural diantaranya NS1, NS2a, Protein NS5 merupakan protein yang
NS2b, NS3, NS4a, NS4b dan NS5. Protein mengkode RNA Guanyl transferase,
nonstruktural tersebut berperan pada replikasi ametiltransferase (MTase) dan RNA dependent
virus dan fungsi lainnya. Protein NS1 RNA polimerase (RdRp).11 MTase terletak pada
merupakan suatu glikoprotein yang diskresikan domain N-terminus end dan polymerase
sebagai komplek hexameric soluble selama terletak pada C-terminus end. NS5 berperan
terjadi kasus natural infeksi. Berdasarkan pada proses replikasi RNA yang terletak pada
beberapa kejadian memperlihatkan bahwa peran RNA dependent RNA polimerase.yang
sekret yang dikeluarkan oleh NS1 merupakan juga terlibat secara denovo inisiasi dari sintesis
penanda yang baik untuk proses imun dan RNA.1
pengaturan selama infeksi.9 NS1 diekspresikan
pada permukaan sel yang terinfeksi dan Immunopatogenesis Virus Dengue
merupakan target respon antibodi pada virus Patogenesis dan patofisiologi infeksi
dengue.10 NS1 antigen akan terdeteksi pada demam berdarah dengue tidak diketahui
hari pertama infeksi sampai dengan hari ke-9 secara lengkap. Terdapat beberapa teori baru
infeksi dan akan tetap terdeteksi walaupun yang menjelaskan secara observasi klinis dan
studi seroepidemiologi. Beberapa yang lebih
baru lebih fokus pada respon immun seluler
virus dengue dan berdasarkan serotipe virus.

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 |383


Enny Nugraheni dan Ike Sulistyowati | Diagnosis Molekuler Virus Dengue

Manifestasi klinis demam berdarah dan TNF alfa dan juga “Platelet Activating Factor”
dengue terjadi akibat reaksi tubuh terhadap (PAF) yang selanjutnya akan menyebabkan
virus. Pada saat terjadi viremia, virus akan kebocoran dinding pembuluh darah,
berkembang didalam peredaran darah dan merembesnya cairan plasma ke jaringan tubuh
akan ditangkap oleh sel makrofage. Peran sel yang disebabkan kerusakan endotel pembuluh
makrofage adalah sebagai APC (Antigen darah yang mekanismenya belum jelas dimana
Presenting Cell) kepada limfosit. Limfosit (T- hal tersebut akan mengakibatkan syok.18
helper) akan teraktifasi dan menarik Respon antibodi terhadap infeksi
makrofage lain untuk mengfagosit lebih tergantung pada status immun host. Ketika infeksi
banyak virus. Disamping itu juga, akan dengue menyerang seseorang yang tidak pernah
mengaktifasi sel T-sitotoksik (T-cytotoxic cell) terinfeksi sebelumnya oleh flavivirus atau oleh
yang akan melisis makrofage dan vaksin dari flavivirus, pada pasien akan terbentuk
mengaktifkan sel B (B-cell limfocyte) untuk antibodi primer yang merupakan antibodi spesifik
memproduksi dan melepas antibodi. Ada 3 yang meningkat secara lambat. Antibodi IgM
jenis antibodi yang telah dikenal yaitu : adalah isotipe imunoglobulin yang pertama kali
antibodi netralisasi, antibodi hemaglutinasi, muncul. Antibodi tersebut ditemukan pada 50 %
antibodi fiksasi komplemen, sehingga pasien pada hari 3-5 setelah onset penyakit.2,7
menyebabkan terlepasnya berbagai Meningkat menjadi 80 % pada hari ke-5 dan 99 %
mediator yang merangsang terjadinya gejala pada hari ke 10. Gambar.4 Level IgM Akan
sistemik seperti demam, nyeri sendi, otot, mencapai puncaknya pada 2 minggu setelah
malaise dan gejala lain.18 onset gejala penyakit dan kemudian secara umum
Terdapat dua teori yang menjelaskan tidak terdeteksi setelah 2-3 bulan. Serum anti-
terjadinya DBD dan SSD yaitu hipotesis dengue IgG secara umum terdeteksi pada titer
infeksi sekunder dan hipotesis antibodi rendah pada akhir minggu pertama penyakit,
dependent enhancement (ADE). Teori infeksi meningkat perlahan setelahnya, sehingga serum
sekunder menyebutkan apabila seseorang IgG akan tetap terdeteksi setelah beberapa bulan
mendapatkan infeksi dari salah satu virus dan mungkin selama hidup.2
akan terjadi proses kekebalan terhadap
infeksi dari jenis tersebut untuk jangka waktu
yang lama. Seseorang yang pernah
mendapat infeksi primer virus dengue akan
mempunyai antibodi yang menetralisasi virus
yang sama (homologous). Namun jika terjadi
infeksi sekunder dari jenis virus yang
berbeda (heterolog) maka terjadi infeksi
yang berat. Karena pada infeksi selanjutnya
antibodi heterologous yang telah terbentuk Gambar 3. Time line infeksi primer dan sekunder virus
pada infeksi primer akan membentuk dengue dan metode diagnostik yang dapat
Antigen antibodi kompleks dengan infeksi digunakan
2

virus dengue dengan serotipe berbeda


namun tidak dapat dinetralisasi bahkan Selama infeksi sekunder titer antibodi
membentuk kompleks yang infeksius. Karena meningkat cepat dan bereaksi terhadap semua
adanya non neutralizing antibodi maka jenis flavivirus. Isotipe Immunogobulin yang
partikel kompleks antigen antibodi (Virus paling dominan adalah IgG yang titernya
dengue-IgG) akan berikatan dengan reseptor terdeteksi paling tinggi meskipun pada fase akut
Fc gama pada sel makrofag yang lain, oleh dan dapat bertahan sampai dengan 10 bulan
karena antibodi yang ada tidak dapat kemudian. Stadium konvalesen level IgM jauh
mengaktivasi sel virus sehingga dengan lebih rendah pada infeksi sekunder dari pada level
mudah akan masuk ke sel-sel makrofage IgM pada infeksi sekunder bahkan pada beberapa
yang lain oleh karena antibodi yang ada tidak kasus tidak terlihat. Untuk mengetahui apakah
merupakan infeksi primer atau sekunder,
dapat meninaktivasi virus. Kemudian
perbandingan antara IgM dan IgG harus diketahui
makrofage akan menmproduksi IL-1, IL-6,

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 |384


Enny Nugraheni dan Ike Sulistyowati | Diagnosis Molekuler Virus Dengue

dan secara umum menggunakan tes inhibisi a. RT-PCR (Reverse Transkriptase-Polymerase


hemaglutinasi (haemagglutination-inhibition Chain Reaction)
test).2 Pemeriksaan ini mulai dikembangkan
tahun 1990-an. Pemeriksaan ini lebih sensitif
Diagnostik Molekular Virus Dengue daripada isolasi virus yang membutuhkan
Diagnostik sangat penting untuk banyak waktu. Pemeriksaan ini memiliki tiga
pencegahan, penanganan dan kontrol langkah dasar yaitu : ekstraksi asam nukleat,
terhadap adanya bahaya dan sebagai data purifikasi dan amplifikasi asam nukelat.
epidemiologi yang akurat.19 Diagnosis Kemudian dilakukan deteksi dan karakterisasi
laboratorium virus dengue dapat dilakukan produk amplifikasi.2
pada bagian virus, antigen virus, sekuen Banyak laboratorium yang menggunakan
genom dan atau antibodi. Pemeriksaan IgM pemeriksaan dengan nested RT-PCR dengan
dengan ELISA, isolasi virus pada sel nyamuk menggunakan primer dengan target pada
dan nyamuk hisup, pemeriksaan antibodi protein C atau protein M pada genom yang
monoklonal spesifik dengue, dan merupakan inisial reverse tranrcription dan
pemeriksaan RNA virus dengan amplifikasi tahap amplifikasi yang kemudian diikuti
asam nukleat.1 Diagnostik yang ideal adalah pemisahan serotipe virus yang spesifik.2
pemeriksaan yang seawal mungkin dan cepat Pemeriksaan ini tergantung pada target
genome yang digunakan oleh primer, sehingga
untuk mengetahui kelainan pada sistem
produk amplifikasinya terdeteksi dengan baik.
tubuh, mudah digunakan, dan perfomance
Produk amplifikasi tersebut dapat dideteksi
yang mudah diterapkan.2
dengan nested PCR, blot hybridization dengan
Satu dari empat serotipe virus
probe. Restriksi pada site spesifik PCR,
memberikan respon terhadap infeksi
sekuens analisis dan lain-lain.2
sebagian pada serotipe virus dan dapat
RT-PCR terbagi atas one step and two
diukur dengan pengukuran konvensional
step RT-PCR. One step lebih menguntungkan
termasuk netralisasi reduksi dilution-plaque,
karena lebih cepat, simpel, dan resiko
komplemen fiksasi dan Hemagglutition
kontaminasinya rendah dari pada two step RT-
Inhibition (HI). Pengukuran dilakukan pada
PCR.4
antibodi yang terbentuk dari serotipe
Tahap RT PCR terdiri dari :
tertentu. Namun dalam pengukurannya
1. Manajemen sampel : Sampel dapat
spesific diagnosis tidak mungkin karena
diperoleh dari hasil isolasi virus ataupun
adanya reaksi silang yang ekstensif antar
dari serum pasien akut. Virus yang akan
antibodi flavivirus terutama antar virus
langsung diperiksa disimpan pada suhu -
dengue.19
4oC atau -8oC untuk pemeriksaan kurang
Pada beberapa tahun terakhir
dari 24 jam. Namun jika lebih dari 24 jam
pemeriksaan molekular berbasis genomic
dilakukan penyimpanan sampel -70oC.
virus RNA dengan menggunakan Reverse
2. Ekstraksi RNA : RNA dipisahkan dari dari
Transcription PCR (RT PCR), modifikasi RT-
sampel serum atau isolasi virus dengan
PCR, real time PCR dan metode amplifikasi
menggunakan suatu kit yang mempunyai
isothermal yang telah berperan penting
carrier dan dapat mengikat RNA sehingga
untuk menegakkan diagnosis virus dengue
hasil ekstraksi RNA tersebut dapat
selama stadium akut. Dibandingkan dengan
digunakan. Ekstraksi RNA yang telah
metode isolasi virus dan metode serologi,
direhidrasi dapat disimpan pada suhu -
tehnik molekular lebih cepat, lebih sensitif
70oC.
dan spesifik dan dapat membedakan
3. RT-PCR : Pemeriksaan ini diawali dengan
bermacam-macam serotipe virus dengue dan
mengubah RNA membentuk cDNA
dapat memberikan data epidemiology pada
dengan enzim reverse transkriptase.
distribusi serotipe virus.4
Terdapat beberapa jenis enzim reverse
Berikut merupakan macam-macam
transkriptase yang diketahui. Setelah
metode diagnostik yang paling terbaru
terbentuk cDNA dilakukan PCR dengan
berdasarkan beberapa studi:

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 |385


Enny Nugraheni dan Ike Sulistyowati | Diagnosis Molekuler Virus Dengue

langkah denaturasi, annealing primer Banyak real-time RT-PCR yang telah


dan elongasi. Dari RNA menjadi dikembangkan diantaranya TaqMan atau
cDNA dilakukan pada suhu 50oC teknologi SYBR Green. TaqMan real-time RT-
selama 30 menit. Sedangkan PCR lebih spesifik pada sekuen spesifik
denaturasi pada suhu 94oC selama terhibridisasi dari probe. Namun, primer dan
15 menit dilanjutkan dengan probe dilaporkan tidak dapat mendeteksi
anneling pada suhu 58oC 1 menit dan semua jenis strain virus dimana sensitivitas
elongasi 58oC selama 1 menit. primer dan probe tergantung pada homology
4. Deteksi dan karakterisasi : Untuk dengan target sekuen gen yang akan
mengetahui hasil amplifikasi dianalisis. Sedangkan SYBR green real-time RT-
dilakukan elektroforesis pada gel PCR mempunyai keuntungan yang lebih simpel
agarose 2% dengan menggunakan pada desain primer dan menggunakan
ethidium bromida dan diperiksa di protokol RT-PCR yang umum dan secara
UV transluminator untuk teoritis kurang spesifik.2
dibandingkan dengan marker.20 Pengukuran ini dapat dilakukan pada fase
akut.4 Sehingga dapat mengetahui patogenesis
b. Real Time RT-PCR viremia oleh infeksi dengue. Metode real time
Real Time RT-PCR merupakan satu RT-PCR yang dilakukan baru-baru ini dengan
langkah pemeriksaan yang menggunakan menggunakan probe fluorosen mempunyai
sistem kuantitatif RNA virus dengan lebih banyak keuntungan dapat mengukur
menggunakan primer pasangannya dan secara kuantitatif, kontaminasi yang rendah,
probe yang spesifik pada setiap serotipe lebih sensitif, lebih spesifik dan mudah
dengue virus. Dengan menggunakan standarisasinya.21 Yang lebih penting lagi
probe fuorosense mampu mendeteksi bahwa pemeriksaan ini untuk surveilan
produksi pada saat tersebut produk PCR populasi vektor demam berdarah dan
langsung saat tersebut pada mesin khusus mendeteksi virus dengue pada nyamuk.19
PCR tanpa membutuhkan elektroforesis. Sehingga saat ini real-time RT-PCR merupakan
Pada pemeriksaan ini terjadi akumulasi gold standar menggantikan RT-PCR yang
terus menerus dari cahaya fluorosense konvensional.
dari satu atau lebih reaksi pada PCR Baik PCR konvensional atau Real time RT-
selama siklusnya yang kemudian PCR lebih banyak digunakan yang one step,
dikonversikan menjadi nilai numerik pada karena pada sekali pemeriksaan dapat
setiap sampel.21 digunakan untuk mendeteksi 4 jenis serotipe
virus dengue. Selain itu metode ini lebih
Teknik pemeriksaan ini diawali
spesifik dan tidak terjadi reaksi silang antara
dengan membuat cDNA (complementary
sesama flavivirus ataupun dengan alfaviridae.4
DNA) oleh reverse transkriptase.21 Reverse
transkriptase) tersebut akan berfungsi Perbandingan dengan pemeriksaan Lainnya
untuk merubah RNA menjadi DNA Pemeriksaan Serologi Virus
meskipun tanpa primer yang spesifik yang Pemeriksaan ini ditujukan untuk deteksi
mempunyai banyak fungsi termasuk antibodi spesifik terhadap virus dengue. Dapat
untuk membentuk cDNA dan sebagai RT- dilakukan sampai hari ketujuh gejala muncul.4
PCR.22 Terdapat dua jenis enzim Reverse Kelebihan dari pemeriksaan ini adalah waktu
transkriptase yang tersedia yaitu AMV dan untuk penyimpaan sampel lebih fleksibel
MMLV. AMV adalah protein dimer yang daripada isolasi virus atau deteksi RNA karena
didapatkan dari avian myeoblastosis respon antibodi dapat diukur dengan
virus. Sedangkan MMLV didapatkan dari membandingkan sampel yang diperoleh pada
Moloney murine Leukemia Virus dan fase akut dengan sampel yang diperoleh pada
merupakan protein monomer. Kedua beberapa minggu atau bulan sebelumnya. Hasil
enzim tersebut mempunyai aktivitas test dapat diketahui 1 jam setelah pemeriksaan.2
RNAase H yang mampu mendegradasi
RNA pada saat terjadi hibrid RNA-DNA.21

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 |386


Enny Nugraheni dan Ike Sulistyowati | Diagnosis Molekuler Virus Dengue

Kelemahan dari pemeriksaan ini Ringkasan


adalah tidak spesifik karena tidak mampu Pemilihan metode deteksi virus dengue
untuk membedakan serotipe virus dengue sangat diperlukan untuk melakukan deteksi dini
dan tidak dapat mengetahui terjadinya reaksi pasien dengan infeksi denue. Pemeriksan yang
silang antibodi dengan flavivirus yang lain.2,4 awal dan cepat akan mencegah komplikasi lanjut
Selain itu pemeriksaan ini cukup mahal dan infeksi dengue.
kurang akurat.2
Kesimpulan
Isolasi Virus Pemeriksaan virus dengue sangat
Virus harus dikumpulkan secepatnya diperlukan untuk mendeteksi virus dengue pada
setelah terjadi infeksi selama periode viremia fase awal untuk mencegah terjadinya kematian
(sebelum 5 hari). Dapat diperoleh dari pada pasien. Selain itu juga dapat bermanfaat
serum, plasma, atau sel mononuklear dalam untuk mengetahui penyebaran dan epidemiologi
darah atau juga dari jaringan hasil otopsi. daerah tertentu. Pemilihan pemeriksaan pada
Kultur sel adalah yang paling sering untuk infeksi virus dengue harus memperhatikan
isolasi virus dengue. Sel nyamuk line C6/36 kepentingan test dilakukan, apakah untuk
merupakan host yang rutin dipilih untuk kepentingan diagnosis klinik, survey epidemiologi,
isolasi virus dengue.2 Keuntungan dari pengembangan vaksin serta dengan
pemeriksaan ini adalah dapat dilakukan pada mempertimbangkan fasilitas laboratorium dan
fase akut, dan spesifik untuk mengetahui sumber daya manusia yang tersedia, biaya serta
serotip tertentu.2 sampel yang ada.
Kelemahannya adalah harus dilakukan Metode diagnostik dengan sensitivitas dan
di laboratorium standar khusus RNA (BSL- spesifisitas yang tinggi membutuhkan teknologi
2/BSL-3) dan SDM yang handal. Sampel tinggi yang lebih komplek dan tehnik pembacaan
darah harus dijaga pada suhu dingin dan yang baik, meskipun metodenya cepat namun
beku untuk menjaga kestabilannya selama harus juga diperhatikan spesifisitas dan
dibawa dari pasien ke laboratorium. sensitifitas pada tingkat kesulitan pengerjaannya.
Pemeriksaan ini butuh waktu yang lebih Metode Isolasi virus dan Deteksi asam nukleat
lama, 1-2 minggu.2 merupakan pemeriksaan yang intensif, akurat
dan mahal namun lebih spesifik dibandingkan
dengan deteksi antibodi dengan metode serologi.

Daftar Pustaka
1. Idrees S, Ashfaq UA. A Brief Review on
Dengue Molecular Virology, Diagnosis,
Treatment and Prevalence in Pakistan.
Genetic Vaccine and Therapy. 2012. 10:1-6.
2. WHO. Dengue Guidelines For Diagnosis,
Gambar 4. Perbandingan metode diagnostik Treatment, Prevention and Control. WHO.
berdasarkan kemudahan dan kepercayaan2. 2009.
3. Stephen JT, Daniel S, David WV. Dengue
Pada beberapa tahun terakhir tehnik Epidemiology : Virus Epidemiology, Ecology,
molekular dengan mendeteksi genom viral and Emergence. Advanced In Virus Research.
RNA dengan RT-PCR, metode modikasi RT- 2003.
PCR, real time RT-PCR dan amplifikasi 4. Cristina D, Pranav P, Sonja L. Molecular
isotermal yang memberikan peran penting Diagnosis of Flavivirruses. Future Virology.
pada diagnosis virus pada stadium akut. 2011; 6(9):1059-74.
Dengan digabungkan dengan metode isolasi 5. Prasetyowati, Roy N. DHF Case Dominated
virus RNA dan serologi dengan tehnik by DEN-3 Serotipe in the west Java Province.
molekular yang cepat, sangat spesifik dan Health Science Indonesia. 2012; 3 (1): 23-27.
sensitive akan memberikan data yang 6. Guzman MG, Kouri G. Dengue: Update.
berguna untuk data epidemiologi dan Lancet Infect Dis. 2002; 2: 33-42.
distribusi serotipe virus.4

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 |387


Enny Nugraheni dan Ike Sulistyowati | Diagnosis Molekuler Virus Dengue

7. WHO. Dengue Haemorrhagiec Fever: 14. Jacobs Michael G, Robinson Peter J, Bletchyl
Diagnosis, Treatment, Prevention and Cheryl. Mackenzie JM, PR Young. Dengue
Control. 2nd ed. WHO. Geneva; 1997. Virus Nonstruktural Protein 1 is Expressed in
8. Suwandono A, Nurhayati, Parwati I. Glycosyl-phosphatidylinositol-linked form
Perbandingan Nilai Diagnostik that is capable of sigal transduction. Faseb
Trombosit, Leukosit, Antigen NS1 dan Journal. Volume 14. 2000.
Antibodi IgM Antidengue. J. Indon Med 15. Morrison Juliet, Aguirre Sebastian,
Assoc. 2011; 61(8): 326-332. Fernandez S Ana. Innate Immunity Evasion
9. Domingo C, palacios G, Niedrig by Dengue Virus. 2012; 4.397-413.
Cabrerizo M, Jabado O, Reyes N, Lipkin 16. McLean JE, Wudzinska A, Datan E, Quaglino
WI et al. A New Tool For Diagnosis and D, Zakeri Z. Flavivirus NS4A-induced
Molecular Sueveillance of Dengue autophagy protects cells against death and
Infections in Clinical Sample. Dengue enhanced virus replication. J Bio Chem.
Bulletin. 2004; 28. 2011; 286 (25): 22147-59.
10. Hottz Eugenio, Tolley Neal D, 17. Utami, B Sri. The Use antibody for Dengue
Zimmerman Guy A. Weyrich Andrew S. Haemorrhagic Fever Diagnosis. Jurnal Ekologi
Bozza Fernando A. Haematology : Kesehatan. Desember 2008. 7 (3). 795-802.
Platelets in dengue infection. Summer 18. Lanciotti Robert S, Calisher Charles H, Gubler
2011; 8 (1-2) p e33–e38. Duane J. Rapid Detection and Typing of
11. Munoz Jordan JL, Sanchez-Burgos GG, Dengue Viruses from Clinical Samples by
Laurent-Rolle M, Garcia-Sastre A. Using Reverse Transcriptase-Polymerase
Inhibition of Interferon Signalling by Chain Reaction. Journal of Clinical
dengue Virus. PNAS. November 2003; Microbiology, 1992. P545-551.
100 (24). 19. Dorak M Tevnik. Real-Time PCR. Taylor
12. Perera Rushika,Kuhn Richard C. Francis Group. UK : 2006
Structure Proteomic of Dengue Virus. 20. Gurukumar KR, Priyadarshini D, Patil JA.
NIH Public Acces. Agustus 2008; 11 (4). Metodology : Development real time PCR for
369-77. detection dan quantitation of Dengue Virus.
13. DA Muller, MJ Landsberg, C Bletchly, L Virology Jurnal. 2009. p6-10.
Waddington, B Hankamer, et al. 21. Shu Pei-Yun, Huang Jyh-Hsiung. Current
Structure of the Dengue Virus Advances in Dengue Diagnosis. American
Glycoprotein nonstructural protein 1 by Society for Microbiology. 2004; 11(4): 642-
electron microscopy and single-particle 50.
analysis. J Gen Virol. 2012; 93(4) : 771-9 22. Carter J, Saunders V. Virology Principle and
applications. Wiley : 2007.

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 |388


Anindita dan Hanna Mutiara | Filariasis: Pencegahan Terkait Faktor Risiko

Filariasis : Pencegahan Terkait Faktor Risiko

Anindita1, Hanna Mutiara2


1
Mahasiswa, Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung
2
Bagian Parasitologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung

Abstrak
Filariasis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh cacing Filaria sp. yang menyerang saluran dan kelenjar getah
bening. Gejala klinis terdiri dari gejala akut (limfadenitis, limfangitis, adenolimfangitis, demam, sakit kepala, serta abses) dan
gejala kronik (limfedema, lymph scrotum, kiluri, dan hidrokel). Penyakit ini diperkirakan dapat menyerang 1.1 milyar
penduduk, terutama di daerah tropis seperti Indonesia, dan beberapa daerah subtropis. Di Indonesia, filariasis paling sering
disebabkan oleh tiga spesies, yaitu Wuchereria Bancrofti, Brugia Malayi, dan Brugia Timori. Jumlah kasus yang dilaporkan
meningkat dari 6.571 kasus pada tahun 2002 menjadi 14.932 kasus pada tahun 2014. Penularan filariasis terjadi apabila ada
lima unsur utama sebagai sumber penular yaitu reservoir (manusia dan hewan), parasit (cacing), vektor (nyamuk), host
(manusia yang rentan), dan lingkungan (fisik, biologik, ekonomi dan social budaya). Faktor risiko yang memicu filariasis
antara lain adalah manusia (umur, jenis kelamin, imunitas, ras), nyamuk (perilaku, frekuensi menggigit, siklus gonotrofik),
lingkungan (fisik, biologi, ekonomi dan sosial budaya), dan agen (cacing filaria). Simpulan: Pencegahan filariasis secara umum
dapat dilakukan dengan cara edukasi (penyuluhan), identifikasi vektor (waktu dan tempat menggigit), pengendalian vektor
(perubahan konstruksi lingkungan), serta pengobatan yang dapat dilakukan secara masal maupun individu.

Kata kunci: faktor resiko, filariasis, pencegahan

Filariasis : Prevention Related To Risk Factor


Abstract
Filariasis is a contagious disease caused by Filaria sp. worm that attack channels and lymph nodes. Clinical symptoms consist
of acute symptoms (lymphadenitis, lymphangitis, adenolimfangitis, fever, headache, and abscesses) and chronic symptoms
(lymphedema, lymph scrotum, kiluri, and hydrocele). Estimated that 1.1 billion people are at risk for infection, especially in
tropical areas and some subtropical area. In Indonesia, filariasis most frequently caused by three species; Wuchereria
Bancrofti, Brugia Malayi, and Brugia Timori. The number of reported cases increased from 6.571 cases in 2002 to 14.932
cases in 2014.Filariasis contagion occurs if there are five main elements as the source of contagion such as a reservoir
(human and animal), parasite (worm), vector (mosquito), host (human who are vulnerable), and environment (physical,
biological, economic and social-cultural). The risk factors that triggered filariasis are human (age, sex, immunity, race),
mosquito (behavior, bite frequency, gonotrofik cycle), environment (physical, biological, economic and social-cultural), and
agent (filarial worm). Conclution: The prevention of filariasis in general can be done by educating (counseling), vector
identification (time and bite place), vector control (change of environmental construction), and treatments that can carry out
en masse or individually.

Keywords: filariasis, prevention, risk factors

Korespondensi: Anindita | Jl. Imam Bonjol Gg. Batu Kalam No. 45 Kemiling Bandar Lampung | HP. 081273884264 |
e-mail: fairuz.quzwain@yahoo.com

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 |389


Anindita dan Hanna Mutiara | Filariasis: Pencegahan Terkait Faktor Risiko

Pendahuluan
Filariasis adalah penyakit menular yang sumber penular (manusia dan hewan sebagai
disebabkan oleh cacing Filaria sp. yang dapat reservoir), parasit (cacing), vektor (nyamuk),
menyerang kelenjar dan saluran getah bening. manusia yang rentan (host), lingkungan (fisik,
Penyakit ini dapat merusak limfe, menimbulkan biologik, ekonomi dan sosial budaya).6
pembengkakan pada tangan, kaki, glandula Terdapat berbagai faktor risiko yang
mammae, dan scrotum, menimbulkan dapat memicu timbulnya kejadian filariasis.
kecacatan serta stigma negatif bagi penderita Faktor tersebut yaitu faktor manusia dan
dan keluarganya. Penyakit ini berdampak pada nyamuk, lingkungan dan agen. Untuk
penurunan produktivitas kerja, menambah mengurangi tingkat kejadian filariasis
beban keluarga dan menimbulkan kerugian diperlukan adanya upaya pencegahannya yakni
ekonomi bagi negara yang tidak sedikit.1 dengan meningkatkan pengetahuan
Penyakit ini diperkirakan dapat masyarakat tentang filariasis melalui kegiatan
menyerang 1.1 milyar penduduk, terutama di penyuluhan yang sederhana dan dapat
daerah tropis seperti Indonesia, dan beberapa diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari
daerah subtropis. Filariasis tersebar luas hampir seperti menghindari kontak dengan vektor
di seluruh provinsi di Indonesia. Berdasarkan penyakit filariasis yaitu nyamuk.7
data jumlah kasus klinis filariasis yang
dilaporkan dari tahun ke tahun menunjukkan Isi
adanya peningkatan.2 Dalam 12 tahun terakhir Filariasis adalah penyakit menular yang
dari tahun 2002 jumlah kasus yang dilaporkan disebabkan oleh cacing Filaria sp. dan
sebanyak 6.571 kasus, meningkat pada tahun ditularkan oleh nyamuk Mansonia sp.,
2014 sebanyak 14.932 kasus. Tiga provinsi Anopheles sp., Culex sp., dan Armigeres sp.
dengan kasus terbanyak berturut-turut adalah Cacing Filaria sp. hidup dan menetap di saluran
Nusa Tenggara Timur sebanyak 3.175 orang, dan kelenjar getah bening yang dapat
Nangroe Aceh Darussalam sebanyak 2.375 timbulkan manifestasi klinik akut berupa
orang dan Papua Barat sebanyak 1.765 orang. Di demam berulang, peradangan saluran dan
Indonesia penyakit tersebut lebih banyak saluran kelenjar getah bening. Pada stadium
ditemukan di pedesaan.3 lanjut filariasis dapat menimbulkan manifestasi
Filariasis disebabkan oleh cacing Filaria berupa pembesaran kaki, lengan, payudara
sp. pada manusia, yaitu Wuchereria bancrofti, dan alat kelamin.8
Brugia malayi, Brugia timori, Loa loa, Filaria sp. memiliki siklus hidup sehingga
Onchocerca volvulus, Acanthocheilonema dapat menginfeksi manusia dan menimbulkan
perstants, Mansonella azzardi. Yang terpenting gejala. Siklus tersebut dimulai dari dalam
ada tiga spesies, yaitu: W.bancrofti, B.malayi, tubuh nyamuk sampai menimbulkan penyakit
dan B.timori.4 Tipe B.malayi yang dapat hidup filariasis adalah sebagai berikut: di dalam
pada hewan merupakan sumber infeksi utama tubuh nyamuk betina, mikrofilaria yang ikut
bagi manusia.5 terhisap waktu menghisap darah akan
Manusia yang mengandung parasit dapat melakukan penetrasi pada dinding lambung
menjadi sumber infeksi bagi orang lain yang dan berkembang di dalam thorax hingga
rentan. Biasanya pendatang baru ke daerah menjadi larva infektif yang akan berpindah ke
endemis lebih rentan terkena infeksi filariasis proboscis. Larva infektif (L3) akan masuk
melalui lubang bekas tusukan nyamuk di kulit
dan mengalami gejala klinis lebih berat
dan selanjutnya akan bergerak mengikuti
dibandingkan penduduk asli. Pada umumnya
saluran limfa. Sebelum menjadi cacing
laki-laki lebih sering terkena infeksi
dewasa, larva infektif tersebut akan
dibandingkan perempuan karena lebih banyak
mengalami perubahan bentuk sebanyak dua
kesempatan untuk mendapat paparan infeksi kali. Larva L3 (masa inkubasi ekstrinsik dari
(exposure). Wanita umumnya mengalami gejala parasit) Brugia malayi memerlukan waktu 3,5
klinis lebih ringan dibandingkan laki-laki karena bulan untuk menjadi cacing dewasa.6
pekerjaan fisik yang lebih ringan.5 Penularan Gejala klinis filariasis terdiri dari gejala
filariasis dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu klinis akut dan kronis. Gejala akut berupa

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 |390


Anindita dan Hanna Mutiara | Filariasis: Pencegahan Terkait Faktor Risiko

limfadenitis, limfangitis, adenolimfangitis yang


dapat diserti demam, sakit kepala, rasa lemah 4) Ras
serta dapat pula menjadi abses. Abses dapat Penduduk pendatang pada daerah
pecah yang selanjutnya dapat menimbulkan endemis filariasis memiliki risiko terinfeksi
parut, terutama di daerah ketiak dan lipat filariasis lebih besar dibanding penduduk
paha.9 asli. Penduduk pendatang dari daerah non
Gejala kronik berupa limfedema, lymph endemis ke daerah endemis, biasanya
scrotum, kiluri, dan hidrokel. Limfedema adalah menunjukan gejala klinis yang lebih berat
pembengkakan yang disebabkan oleh gangguan walaupun pada pemeriksaan darah jari
pengaliran getah bening kembali ke dalam mikrofilia yang terdeteksi hanya sedikit.
darah. Lymph scrotum adalah pelebaran saluran
limfe superfisial pada kulit scrotum. Ditemukan b. Nyamuk
juga vesikel dengan ukuran bervariasi pada kulit, Nyamuk termasuk serangga yang
yang dapat pecah dan membasahi pakaian.10 melangsungkan siklus kehidupan di air. Siklus
Kiluria adalah kebocoran yang terjadi akibat hidup nyamuk akan terputus apabila tidak
pecahnya saluran limfe dan pembuluh darah di terdapat air. Sekali bertelur nyamuk dewasa
ginjal (pelvis renalis).9 Hidrokel adalah dapat menghasilkan ± 100-300 butir, dengan
pembengkakan yang terjadi pada skrotum ukuran sekitar 0,5 mm. Setelah 1-2 hari telur
karena terkumpulnya cairan limfe di dalam akan menetas jadi jentik, 8-10 hari menjadi
tunica vaginalis testis.10 kepompong (pupa), dan 1-2 hari menjadi
Gejala klinis tersebut dapat timbul karna nyamuk dewasa. Nyamuk jantan akan terbang
dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor disekitar perindukkannya dan makan cairan
resiko kejadian filariasis adalah sebagai tumbuhan yang ada disekitarnya. Makanan
berikut:10 nyamuk betina yaitu darah, yang dibutuhkan
1. Faktor Manusia dan Nyamuk (Host) untuk pertumbuhan telurnya.11 Beberapa aspek
a. Manusia penting dari nyamuk adalah:
1) Umur 1). Perilaku nyamuk
Filariasis dapat menyerang semua a). Tempat hinggap atau beristirahat
kelompok umur. Pada dasarnya setiap Perilaku nyamuk berdasarkan tempat
orang memiliki risiko yang sama untuk hinggap atau istirahatnya dapat
tertular apabila mendapat tusukan nyamuk diklasifikasikan menjadi eksofilik dan
infektif (mengandung larva stadium 3) endofilik. Perilaku nyamuk yang lebih
ribuan kali. suka hinggap atau beristirahat di luar
2) Jenis Kelamin rumah disebut eksofilik, sedangkan
Laki-laki maupun perempuan dapat perilaku nyamuk yang lebih suka hinggap
terserang penyakit filariasis, tetapi laki-laki atau beristirahat di dalam rumah disebut
memiliki Insidensi lebih tinggi daripada endofilik.
perempuan karena pada umumnya laki-laki b). Tempat menggigit
lebih sering terpapar dengan vektor karena
Perilaku nyamuk berdasarkan tempat
pekerjaannya.
menggigitnya dapat diklasifikasikan
3) Imunitas
menjadi eksofagik dan endofagik.
Orang yang pernah terinfeksi filariasis
Perilaku nyamuk yang lebih suka
sebelumnya tidak terbentuk imunitas menggigit di luar rumah disebut
dalam tubuhnya terhadap filaria, demikian eksofagik, sedangkan perilaku nyamuk
pula yang tinggal di daerah endemis yang lebih suka menggigit di dalam
biasanya tidak mempunyai imunitas alami rumah disebut endofagik.
terhadap penyakit filariasis. Pada daerah c). Obyek yang digigit
endemis, tidak semua orang yang terinfeksi Perilaku nyamuk berdasarkan obyek
filariasis menunjukkan gejala klinis. yang digigit dapat diklasifikasikan
Seseorang yang terinfeksi filariasis tetapi
menjadi antropofilik, zoofilik, dan
belum menunjukkan gejala klinis biasanya indiscriminate biters. Perilaku nyamuk
telah mengalami perubahan patologis yang lebih suka menggigit manusia
dalam tubuhnya. disebut antropofilik, sedangkan perilaku

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 |391


Anindita dan Hanna Mutiara | Filariasis: Pencegahan Terkait Faktor Risiko

nyamuk yang lebih suka menggigit kelembaban yang tinggi nyamuk


hewan disebut zoofilik, dan perilaku menjadi lebih aktif dan lebih sering
nyamuk tanpa kesukaan tertentu menggigit, sehingga akan
terhadap hospes disebut Indiscriminate meningkatkan risiko penularan.10
biters/indiscriminate feeders.10 3). Angin
2). Frekuensi menggigit manusia Salah satu faktor yang menentukan
Frekuensi nyamuk menghisap darah jumlah kontak antara manusia dan
tergantung jenis spesiesnya dan nyamuk adalah kecepatan angin.
dipengaruhi oleh suhu dan kelembaban. Kecepatan angin pada saat matahari
Untuk iklim tropis biasanya siklus ini terbit dan terbenam menentukan
berlangsung selama sekitar 48-96 jam.10 waktu terbang nyamuk ke dalam atau
3). Siklus gonotrofik keluar rumah. Arah angin juga dapat
Siklus gonotrofik yaitu waktu yang mempengaruhi jarak terbang nyamuk
diperlukan untuk proses pematangan telur. (flight range). Jarak terbang nyamuk
Waktu ini juga merupakan interval Anopheles biasanya tidak lebih dari 2-
menggigit nyamuk.10 3 km dari tempat perindukannya. Bila
2. Lingkungan (Environment) ada angin yang kuat nyamuk
Lingkungan sangat mempengaruhi Anopheles bisa terbawa sampai 30
distribusi kasus filariasis dan mata rantai km.10
penularannya. W.Bancrofti tipe perkotaan 4). Hujan
(urban) memiliki daerah endemis di daerah- Hujan dapat mempengaruhi proses
daerah perkotaan yang kumuh, padat penduduk perkembangan larva nyamuk menjadi
dan banyak genangan air kotor sebagai habitat bentuk dewasa. Jenis hujan, jumlah
dari vektor yaitu nyamuk C. Quinquefasciatus. hari hujan, derasnya hujan, jenis
Daerah endemis W.Bancrofti tipe pedesaan vektor dan jenis tempat
(rural) memiliki kondisi lingkungan yang secara perkembangbiakan (Breeding place)
umum sama dengan daerah endemis B.Malayi menentukan besar atau kecilnya
yaitu di daerah sungai, hutan, rawa-rawa, pengaruh. 10
sepanjang sungai atau badan air lain yang 5). Tempat perkembangbiakan nyamuk
ditumbuhi tanaman air.11 Pada dasarnya, Nyamuk dapat berkembang biak
lingkungan hidup manusia terbagi menjadi dua pada genangan air, baik air tawar
yaitu, lingkungan hidup internal dan eksternal. maupun air payau, tergantung dari
Lingkungan hidup internal merupakan suatu jenis nyamuknya.10
keadaan yang dinamis dan seimbang, sedangkan 6). Keadaan dinding
lingkungan hidup eksternal merupakan Keadaan dinding rumah
lingkungan di luar tubuh manusia yang terdiri berhubungan dengan kegiatan
atas beberapa komponen, antara lain:12 penyemprotan rumah (indoor
a.Lingkungan Fisik residual spraying) karena insektisida
Yang termasuk lingkungan fisik antara lain yang disemprotkan ke dinding akan
kondisi geografik dan keadaan musim. terserap oleh dinding rumah
Lingkungan fisik bersifat abiotik atau benda sehingga saat nyamuk hinggap di
mati seperti suhu, kelembaban, angin, hujan, dinding rumah, nyamuk tersebut
tempat berkembangbiak nyamuk, kondisi akan mati akibat kontak dengan
rumah, dll. insektisida. Dinding rumah yang
1). Suhu udara terbuat dari kayu memiliki risiko lebih
Suhu udara berpengaruh terhadap besar untuk masuknya nyamuk.10
pertumbuhan, masa hidup serta 7).Pemasangan kawat kasa
keberadaan nyamuk.10 Pemasangan kawat kasa pada
2). Kelembaban udara ventilasi dapat memperkecil risiko
Kelembaban udara dapat berpengaruh kontak antara nyamuk yang berada di
terhadap masa hidup, pertumbuhan, luar rumah dengan penghuni rumah,
dan keberadaan nyamuk. Kelembaban dimana nyamuk sulit untuk masuk ke
yang rendah akan memperpendek dalam rumah.10
umur nyamuk sedangkan pada

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 |392


Anindita dan Hanna Mutiara | Filariasis: Pencegahan Terkait Faktor Risiko

b. Lingkungan Biologi
Faktor lingkungan biologis yang mempunyai 3. Agent
peran penting dalam proses terjadinya Filariasis di Indonesia disebabkan oleh
penyakit selain bakteri dan virus patogen tiga spesies cacing filarial, yaitu: W.Bancrofti,
adalah perilaku manusia, bahkan dapat B.Malayi, B.Timori. Cacing filarial baik limfatik
dikatakan penyakit kebanyakan timbul akibat maupun non limfatik, mempunyai ciri khas
perilaku manusia. Maka dapat dikatakan yang sama sebagai berikut: dalam
bahwa orang yang tinggal di rumah yang reproduksinya cacing filarial tidak
memiliki tumbuhan air mempunyai risiko mengeluarkan telur tetapi mengeluarkan
untuk terjadinya penularan penyakit mikrofilaria (larva cacing), dan ditularkan oleh
13
filariasis. Arthropoda (nyamuk). Daerah endemis filariasis
c. Lingkungan Sosial, Ekonomi, dan Budaya pada umumnya terdapat di daerah dataran
Lingkungan sosial, ekonomi dan budaya rendah, terutama di pedesaan, pantai,
adalah lingkungan yang timbul sebagai akibat pedalaman, persawahan, rawa-rawa dan
adanya interaksi antar manusia, termasuk hutan.10
perilaku, adat istiadat, budaya, kebiasaan dan Penatalaksanaan untuk pasien filariasis terbagi
tradisi penduduk. Faktor yang perlu untuk menjadi dua yaitu perawatan umum dan
diperhatikan adalah kebiasaan bekerja di pengobatan spesifik. Perawatan umum
kebun pada malam hari atau kebiasaan keluar meliputi istirahat yang cukup, antibiotik bila
pada malam hari, atau pola tidur karena terjadi infeksi sekunder dan abses serta
berkaitan dengan intensitas kontak vektor pengikatan didaerah pembendungan untuk
(bila vektornya menggigit pada malam hari).13 mengurangi edema. Pengobatan spesifik
1. Kebiasaan keluar rumah meliputi pengobatan untuk infeksi dan
Kebiasaan berada di luar rumah sampai pengobatan untuk penyakitnya. Untuk
larut malam dapat berpengaruh apabila pengobatan infeksi dilakukan dengan tujuan
vektor bersifat eksofilik dan eksofagik menurunkan angka mikrofilaremia pada
yang akan memudahkan vektor komunitas dengan pemberian
berkontak dengan manusia.13 Dietilcarbamazine (DEC) 6mg/KgBB/hari selama
2. Pemakaian kelambu 12 hari.15
Kelambu sangat efektif dan berguna Pencegahan filariasis berdasarkan faktor
untuk mencegah kontak antara vektor risiko dapat dilakukan dengan cara sebagai
dengan manusia.13 berikut: 10
3. Obat anti nyamuk a. Memberikan penyuluhan di daerah
Penggunaan obat nyamuk semprot, endemis mengenai cara penularan dan
obat nyamuk bakar, mengoles kulit cara pengendalian vektor nyamuk.10
dengan obat anti nyamuk, atau dengan b. Mengidentifikasi vektor dengan
cara memberantas nyamuk diketahui mendeteksi adanya larva infektif dalam
efektif untuk mencegah kontak antara nyamuk dengan menggunakan umpan
vektor dengan manusia.14 manusia; mengidentifikasi tempat dan
4. Pekerjaan waktu menggigit nyamuk serta tempat
Pekerjaan yang dilakukan pada jam-jam perkembangbiakannya secara tepat.
nyamuk mencari darah dapat berisiko Tindakan pencegahan yang dapat
untuk terkena filariasis, diketahui dilakukan apabila penularan terjadi
bahwa pekerjaan pada malam hari ada oleh nyamuk yang menggigit pada
hubungan dengan kejadian filariasis.14 malam hari di dalam rumah adalah
5. Pendidikan dengan penyemprotan menggunakan
Tingkat pendidikan sebenarnya tidak pestisida residual, memasang kawat
berpengaruh langsung terhadap kejadian kasa, tidur dengan menggunakan
filariasis tetapi umumnya berpengaruh kelambu (lebih baik jika sudah dicelup
terhadap jenis pekerjaan dan perilaku dengan insektisida piretroid), memakai
kesehatan seseorang.14 obat gosok anti nyamuk (repellents)

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 |393


Anindita dan Hanna Mutiara | Filariasis: Pencegahan Terkait Faktor Risiko

dan membersihkan tempat dan vektor. Faktor lingkungan sangat


perkembangbiakan nyamuk seperti mempengaruhi distribusi kasus filariasis dan
kakus yang terbuka, ban-ban bekas, mata rantai penularannya, karena masing-
batok kelapa dan membunuh larva masing vektor memiliki habitat yang berbeda-
dengan larvasida apabila penularan beda. Faktor agen, filariasis di Indonesia
terjadi oleh nyamuk yang menggigit disebabkan oleh tiga spesies cacing filarial,
pada malam hari di dalam rumah. Jika yaitu W.Bancrofti, B.Malayi, B.Timori.
ditemukan Mansonia sp. sebagai vektor pengobatan spesifik penyakit filariasis dengan
pada suatu daerah, tindakan yang pemberian Dietilcarbamazine (DEC)
dilakukan adalah dengan 6mg/KgBB/hari selama 12 hari. Pencegahan
membersihkan kolam-kolam dari filariasis dapat dilakukan dengan
tumbuhan air yang menjadi sumber meningkatkan pengetahuan masyarakat
oksigen bagi larva tersebut.10 tentang filariasis melalui kegiatan penyuluhan
c. Pengendalian vektor jangka panjang yang sederhana dan dapat diaplikasikan dalam
mungkin memerlukan perubahan kehidupan sehari-hari seperti menghindari
konstruksi rumah dan termasuk kontak dengan vektor penyakit filariasis yaitu
pemasangan kawat kasa serta nyamuk, diantaranya menggunakan kelambu,
pengendalian lingkungan untuk menutup ventilasi rumah dengan kawat kasa,
memusnahkan tempat dan menggunakan anti nyamuk.
perkembangbiakan nyamuk.10
d. Melakukan pengobatan dengan Simpulan
menggunakan diethilcarbamazine Faktor–faktor risiko terjadinya penyakit
citrate.10 filariasis adalah faktor manusia, nyamuk,
e. Pencegahan massal melalui kontrol lingkungan dan agen. Upaya pencegahannya
vektor (nyamuk) dapat dilakukan, dengan memberikan penyuluhan, melakukan
namun hal ini terbukti tidak efektif penyemprotan, menggunakan pestisida
mengingat masa hidup parasit yang residual, memasang kawat kasa, tidur dengan
panjang sekitar 4-8 tahun. Baru-baru ini menggunakan kelambu memakai obat gosok
diberikan pengobatan dosis tunggal, anti nyamuk (repellents) dan membersihkan
satu kali per tahun, dengan dua regimen tempat perkembangbiakan nyamuk seperti
obat yaitu Albendazol 400 mg dan kakus yang terbuka, ban-ban bekas, batok
Ivermectin 200mg/kgBB.16 kelapa dan membunuh larva dengan larvasida.
f. Pencegahan individu dengan
mengurangi kontak dengan nyamuk Daftar Pustaka
melalui penggunaan kelambu, obat oles 1. Depkes RI. Pedoman Program Eliminasi
anti nyamuk, serta insektisida.16 Filariasis Di Indonesia. Jakarta: Direktorat
Jenderal PP & PL; 2008.
Ringkasan 2. Depkes RI. Filariasis di Indonesia. Buletin
Filariasis adalah penyakit menular kronis Jendela Epidemiologi Volume 1. Jakarta:
yang disebabkan oleh cacing Filaria sp. yang Direktorat Jenderal PP & PL; 2010.
dapat menyerang saluran dan kelenjar getah 3. Kemenkes RI. Menuju Eliminasi Filariasis
bening. Gejala klinis filariasis terdiri dari gejala 2020. Jakarta: Pusat Data dan Informasi
akut dan kronis. Gejala akut berupa limfadenitis, Kementrian Kesehatan RI; 2015.
limfangitis, adenolimfangitis yang dapat disertai 4. Restila R. Perbedaan Faktor Risiko
demam, sakit kepala, rasa lemah serta dapat Kejadian Filariasis di Wilayah Kerja
pula menjadi abses. Gejala kronik berupa Puskesmas Andalas dan Puskesmas
limfedema, lymph scrotum, kiluri, dan hidrokel. Padang Pasir Kota Padang Tahun 2011.
Banyak faktor risiko yang mampu memicu Padang[SKRIPSI]: PSIKM FK Unand; 2011.
timbulnya kejadian filariasis. Faktor tersebut 5. Tim Editor Fakultas Kedokteran UI.
yaitu faktor manusia dan nyamuk, lingkungan Parasitologi Kedokteran Edisi Keempat
serta agen. Faktor manusia sebagai host dalam Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2009.
hal ini dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, 6. Depkes RI. Pedoman Pengendalian
imunitas, dan ras. Faktor nyamuk dipengaruhi Filariasis. Jakarta: Direktorat Jenderal PP
oleh pengetahuan mengenai kepadatan nyamuk & PL; 2005.

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 |394


Anindita dan Hanna Mutiara | Filariasis: Pencegahan Terkait Faktor Risiko

7. Syuhada Y, Nurjazuli, & Nur EW. Studi 12. Chandra B. Pengantar Kesehatan
Kondisi Lingkungan Rumah dan Perilaku Lingkungan. Jakarta: Penerbit Buku
Masyarakat Sebagai Faktor Risiko Kejadian Kedokteran EGC; 2007.
Filariasis di Kecamatan Buaran dan Tirto 13. Notoatmodjo S. Kesehatan Masyarakat
Kabupaten Pekalongan Vol. II, No 1. Jawa Ilmu dan Seni. Jakarta: Rhineka Cipta;
Tengah: JKLI; 2012. 2007.
8. Chin J. Pemberantasan Penyakit Menular. 14. Maharani A, Febrianto B. Studi Faktor
Editor: dr. I. Nyoman Kandun, CV. Risiko Filariasis di Desa Samborejo,
Infomedika, Edisi 17 Cetakan II. Jakarta: CV. Kecamatan Tirto Kabupaten Pekalongan.
Infomedika; 2006. Jawa tengah: Rinbinkes; 2006.
9. Depkes RI. Epidemiologi Filariasis. Jakarta: 15. Depkes RI. Pedoman Pengobatan Massal
Ditjen PP & PL; 2006. Filariasis. Jakarta: Departemen Kesehatan
10. Depkes RI. Pedoman Penatalaksanaan RI; 2006.
Kasus Klinis Filariasis. Jakarta: Ditjen PP & 16. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I,
PL; 2006. Simadibrata M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu
11. Depkes RI. Ekologi dan Aspek Vektor. Penyakit Dalam jilid 1 edisi VI. Jakarta:
Jakarta: Direktorat Jenderal PP & PL; 2007. Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam
FKUI; 2014.

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 |395


Nita Parisa | Efek Ekstrak Daun Salam pada Kadar Glukosa Darah

Pembelajaran Di Fakultas Kedokteran : Pengenalan Bagi Mahasiswa Baru


Merry Indah Sari, Rika Lisiswanti, Dwita Oktaria
Bagian Pendidikan Kedokteran, Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung
Abstrak
Metode pembelajaran di fakultas kedokteran terus mengalami perkembangan sejalan dengan perkembangan ilmu
kedokteran. Ilmu kedokteran dan praktek kedokteran mengalami banayak peruahan dan kemajuan yang bertujuan untuk
mencapai kesejahteraan umat manusia. Perkembangan praktek kedokteran memicu perubahan pada pendidikan
kedokteran. Perkembangan dalam pendidikan kedokteran membuat proses belajar mengajar sesuai dengan kebutuhan
mahasiswa, dosen, dan masyarakat. Pendidikankedokteran di Indonesia menggunakan pendekatan SPICES. Mahasiswa
baru merupakan peserta didik baru di pendidikan tinggi yang akan menjalani proses belajar mengajar yang baru pula.
Belajar adalah sebuah proses menuju perubahan watak dan kemampuan yang dapat direfleksikan dalam sebuah perilaku.
Prinsip pembelajaran harus melibatkan adanya stimulus dan respon yang diperkuat dengan adanya pengulangan dan
reinforcement. Berbagai teori pembelajaran menjelaskan bagaimana seseorang belajar dan faktor yang mempengaruhinya.
Pemilahan informasi dalam belajar dapat dipengaruhi oleh suasana belajar. Fakto internal seperti motivasi dan faktor
eksternal seperti lingkungan sekitar akan saling memperkuat proses belajar. Pendekatan problem based learning dan
student centered learning yang saat ini digunakan membutuhkan mahasiswa yang aktif. Mahasiswa perlu mengenal gaya
belajar masing masing dan memiliki keinginan menjadi seorang yang self directed learning. Metode pembelajaran yang
digunakan dapat dilakukan dalam kelompok kecil dan besar. Simpulan: Masing masing metode pembelajaran
membutuhkan suatu keterampilan untuk memberikan hasil yang efektif. Banyaknya faktor yang melandasi dan
mempengaruhi proses pembelajaran di fakultas kedokteran perlu diketahui oleh mahasiswa baru kedokteran untuk
menunjang kesuksesan mengikuti proses belajar mengajar di Fakultas Kedokteran.

Kata kunci: belajar, mahasiswa kedokteran, pendidikan kedokteran

Learning in Medical Education : Introduction for New Medical Students


Abstract
Learning methods in medical school continues to develop along with the development of medical science. Medical science
and practice of medicine experienced many changes and progress that aims to achieve the welfare of mankind. The
development of medical practice triggered changes in medical education. Developments in medical education aim to make
teaching and learning process in accordance with the needs of students, faculty, and community. Medical education in
Indonesia using SPICES approach. New medical students are new students in higher education who will undergo the new
process of learning. Learning is a process leading to changes in the nature and capabilities that can be reflected in a
behavior. The principle of learning should involve the stimulus and response, reinforced by the repetition and
reinforcement. Various learning theory explain how people learn and factors that influence it. Sorting information in
learning can be influenced by the learning environment. Internal factor such as motivation and external factors such as the
environment will mutually reinforce the learning process. Problem-based learning and student centered learning that is
currently used requires an active student. Students need to know their learning style and have a desire to be a self-directed
learning. The learning method used can be carried out in small and large groups. Conclusion: Each learning method
requires a skill to deliver so it bring effective results. New medical students should be aware of many factors that underlie
and affect the learning process in schools of medicine to support the success of following the teaching and learning process
in the Faculty of Medicine.

Keywords: learning, medical education, medical students

Korespondensi: dr Merry Indah Sari, M.Med.Ed. | Fakultas Kedokteran Universitas Lampung | HP. 081279274798
e-mail: merryindahsari@yahoo.com

Pendahuluan
Kedokteran adalah ilmu yang terus
manusia.1 Praktek kedokteran saat ini telah
berkembang dari waktu ke waktu. Begitupun
mengalami banyak perubahan dan kemajuan.
metode pembelajaran dalam pendidikan
Hal ini juga telah membuat perubahan pada
kedokteran. Pendidikan kedokteran
dunia pendidikan kedokteran. Pendidikan
merupakan suatu hal yang komplek, interaksi
kedokteran terus mengalami perkembangan
dari seni dan ilmu dalam pengajaran.
untuk membuat proses belajar mengajar bagi
Kedokteran pada umumnya mempunyai tujuan
profesi kesehatan sesuai dengan kebutuhan
utama adalah mencapai kesejahteraan umat
mahasiswa, dosen dan masyarakat.2 Konsil

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 |396


Nita Parisa | Efek Ekstrak Daun Salam pada Kadar Glukosa Darah

Kedokteran Indonesia telah mengenalkan lebih lama bila mahasiswa mampu


kurikulum berbasis kompetensi dengan menghubungkan dan mengintegrasikan konsep
pendekatan SPICES (student centered, problem dengan pengetahuannnya terdahulu. Teori
based, integrated, community based, kontruktivisme meminta seseorang untuk
3
elective,systematic). Mahasiswa baru adalah mengkontruksikan pengetahuan. Jadi
peserta didik yang baru memulai memasuki pengetahuan bukan sesuatu yang ditransfer
pendidikan tinggi. Pengenalan terhadap oleh seorang dosen tapi bagaimana seseorang
metode pembelajaran baru merupakan bekal mengkontruksinya melalui interaksi mereka
memulai pendidikan di jenjang yang lebih dengan objek, pengalaman dan lingkungan.
tinggi. Dalam belajar kita memilah suatu
informasi yang akan dibuang atau disimpan.
Isi Hal ini akan bergantung pada suasana belajar
Belajar dan mengajar adalah sebuah yang berada di luar dan di dalam diri
proses yang tidak pernah berhenti. Gagne mahasiswa. Faktor internal berasal dari ingatan
menyatakan belajar adalah sebuah proses yang ada dan juga niat dari mahasiswa. Rasa
menuju perubahan watak dan kemampuan tanggung jawab pada lingkungan dapat
yang dapat direfleksikan dalam sebuah merupakan motivasi yang kuat.4 Motivasi
perilaku. Seseorang dikatakan telah belajar bila intrinsik menyebabkan seseorang mencari
ia telah mengetahui sesuatu yang tidak aktivitas untuk kepentingan dan
diketahuinya dan mampu menunjukkannya kesenangannya. Motivasi ini dipengaruhi oleh
serta mampu melakukan sesuatu yang dulu kebutuhan akan autonomy, kompetensi dan
tidak bisa dilakukannya.4 hubungan dengan orang lain. Sedangkan
Prinsip dalam belajar adalah harus motivasi ekstrinsic menyebakan seseorang
adanya hubungan antara stimulus yang mencari aktivitas agar dia mendapat
diberikan dengan respon yang diinginkan. penghargaan atau tidak mengalami
Stimulus harus diberikan secara simultan. Agar kekalahan.6 Tanpa faktor internal termasuk
belajar dapat meningkat dan retensi menjadi keinginan untuk belajar maka faktor eksternal
baik maka pengulangan menjadi prinsip tidak akan berarti dan mahasiswa tidak akan
berikutnya yang harus dilakukan. Dan belajar.5 Dosen yang memfasilitasi belajar
pembelajaran semakin diperkuat dengan mahasiswa, bila mahasiswa mengalami
adanya reinforcement. 5 masalah maka tidak boleh langsung memberi
Banyak teori yang dikemukakan tentang jawaban karena akan mengenyampingkan
bagaimana seseorang belajar. Teori autonomy mereka dan menghilangkan
behaviorisme menyatakan bahwa belajar lebih motivasi internal.4
pada peran lingkungan dalam merangsang dan Problem based learning (PBL)
membentuk perilaku. Jadi stimulus dari merupakan pendekatan atau kurikulumbaru
lingkungan akan membentuk perilaku yang diterapkan pada dunia pendidikan
seseorang. Pada prinsip ini reinforcement kedokteran. Hal ini terjadi karena adanya
sangat penting karena terbentuknya perilaku faktor faktor yang menyebabkan perlunya
sangat tergantung apakah perilaku itu akan inovasi pada pendidikan. Antara lain
diberi hukuman atau hadiah. Prinsip ini masih kebutuhan untuk menujukkan perubahan di
terlihat pada pembelajaran keterampilan masyarakat, ledakan informasi dalam dunia
klinik. Teori kognitif lebih memfokuskan pada kedokteran dan disiplin yang sesuai,
bagaimana pengetahuan itu diproses dan kebutuhan akan professional kesehatan yang
disimpan dalam ingatan. Belajar adalah kompeten tidak hanya pada patofisologi atau
bagaimana seseorang mengorganisir suatu penegakan diagnosa namun juga keterampilan
pengalaman atau pengetahuan untuk non kognitif, dan juga perubahan pada
meningkatkan maknanya kemudian disimpan hubungan antar profesi yang memerlukan
dalam memori.1 Pengetahuan akan disimpan kerjasama.7

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 |397


Nita Parisa | Efek Ekstrak Daun Salam pada Kadar Glukosa Darah

Saat ini masih banyak yang bagaimana cara belajar maka mahasiswa
mempertanyakan keuntungan dari PBL dimana dapat meningkatkan kesadaran tentang
hasil mahasiswa di bidang pengetahuan dan aktivitas belajar apa yang sesuai dengan
keterampilan tidak jauh berbeda dengan gayanya. Dengan begitu seseorang akan dapat
kurikulum konvensional. Namun PBL memilih aktivitas yang lebih efektif,
merupakan pendekatan pembelajaran yang mengidentifikasi kelemahannya sehingga
lebih memotivasi, menyenangkan dan
dapat diperbaiki dan mengetahui
menantang.8 Hasil sistematik review yang
kelebihannya sehingga dapat ditingkatkan
dilakukan Koh menunjukkan bahwa
lagi.
penggunaan PBL selama pendidikan memberi
efek positif pada kompetensi terutama aspek Saat ini pembelajaran lebih kepada
kognitif dan komunikasi. pemahaman yang lebih mendalam bagi
Problem based learning adalah seorang mahasiswa. Bukan masalah jumlah
pendekatan pembelajaran aktif yang berpusat pengetahuan yang didapatkan tetapi tentang
pada mahasiswa. Suatu permasalahan akan bagaimana cara pengetahuan itu didapat dan
menstimulasi ketertarikan dan pemikiran kritis bisa digunakan untuk mengatasi berbagai
dari mahasiswa sehingga menimbulkan masalah yang di temui oleh mahasiswa.
pembelajaran yang aktif. Mahasiswa belajar Pembelajaran lebih ditujukan pada deep
dalam suatu grup kecil yang terdiri dari 8-10 learning. Mahasiswa diharapkan untuk lebih
mahasiswa. Pembelajaran dalam kelompok aktif dalam belajar dan istilah self directed
kecil ini dapat berupa pembelajaran skill atau learning sangat mengemuka saat ini. Konsep
tutorial. Dalam pembelajaran PBL mahasiswa ini memiliki kelebihan dan kekurangan.
belajar dalam kelompok sehingga dinamika Mahasiwa diminta untuk memiliki tanggung
dalam suatu kelompok sangan diperlukan. jawab dalam belajar namun ada kemungkinan
Suatu kelompok yang efektif akan memberi untuk lebih egois tanpa disadari.1
suatu lingkungan yang aman dan mendukung Student centered learning adalah suatu
untuk diskusi dan membagi pengetahuan konsep dimana pusat suatu proses belajar
sambil mengemukaan ide baru dan adalah mahasiswa. Konsep ini telah membuat
kemungkinannya.2 berbagai perubahan pada setiap aspek dari
Pembelajaran yang efektif adalah tujuan pengajaran. Teacher centered learning
suatu proses belajar mengajar. Tiap mahasiswa dianggap lebih pada transfer ilmu antara
memiliki cara belajar masing masing yang dosen kepada mahasiswa dimana saat ini hal
belum tentu sesuai dengan gaya mengajar yang dirasa lebih penting adalah bukan
seorang dosen. Memahami macam macam mengenai informasi faktual yang disimpan
gaya belajar mahasiswa dapat membantu oleh mahasiswa tetapi bagaimana mereka
untuk mencapai suatu pembelajaran yang menganalisis informasi tersebut. Sehingga
efektif. Terdapat banyak jenis gaya belajar deep learning dapat dicapai.10
yang telah dikemukan oleh beberapa ahli. Ciri dari student centerd learning adalah
Kolbs melihat belajar adalah proses dimana 1. Mahasiswa diminta aktif dan memacu
concrete experienceakan diikuti oleh reflection diri sendiri untuk belajar
and observation dan akan menggiring ke 2. Refleksi
formulasi abstract concepts and generalization. 3. Motivasi belajar dari diri sendiri
Dan hasilnya akan dicoba pada suatu situasi 4. Belajar dapat secara individual,
yang baru melalui active experimentation.9 bersama dan saling berkolaborasi
Namun tidak semua orang akan efektif 5. Dosen hanya bertindak sebagai
pada tiap tahap tersebut sehingga Kolb fasilitator
6. Kegiatan belajar harus melibatkan
mengidentifikasi 4 tipe utama yaitu converger,
guru dan mahasiswa
diverger, assimilator dan accommodator.
7. Mahasiswa menentukan tujan belajar,
Honey Mumford kemudian membuat
cara mencapainya dan proses
modifikasi dari Learning Style Inventory oleh penilaiannya
Kolb untuk membuat seseorang memahami 8. Keterampilan dalam belajar akan
caranya belajar. Karena dengan mengetahui meningkatkan proses belajar itu
sendiri

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 |398


Nita Parisa | Efek Ekstrak Daun Salam pada Kadar Glukosa Darah

interaksi antar peserta. Karena pembelajaran


Konsep pembelajaran seperti ini
dalam kelompok kecil akan efektif bila terjadi
memerlukan guru dan mahasiswa yang
suasana yang kondusif dalam kelompok baik
dewasa. Dewasa lebih ditekankan pada
antar anggota kelompok maupun dengan
kematangan psikologi dan intelektual daripada
fasilitator.
usia. Ciri dari pembelajaran orang dewasa
Metode pembelajaran lain di fakultas
adalah self directed learning, refleksi kritis,
kedokteran adalah kuliah. Kuliah merupakan
belajar dari pengalaman dan belajar
salah satu cara penyampaian ilmu
bagaimana cara ia belajar.
pengetahuan kepada mahasiswa. Dulu kuliah
Pembelajaran dalam kelompok kecil
merupakan cara yang paling umum untuk
bermanfaat dalam mencapai deep learning
penyampaian ilmu pengetahuan. Namun saat
dimana pada proses dalam suatu kelompok
ini dengan berkembangnya metode
kecil terjadi munculnya pertanyaan, diskusi pembelajaran terutama dengan pemahaman
dan interaksi. Pembelajaran dalam kelompok kontruktivisme dan perlunya self directed
kecil akan mencapai suatu keberhasilan bila learning pada mahasiswa, maka kuliah
fasilitator melakukan persiapan secara mengalami pengurangan frekuensi dalam
maksimal.1 proses pembelajaran. Perkuliahan dianggap
Kelompok adalah sejumlah orang yang hanya merupakan komunikasi satu arah dari
saling bergantung, mempunyai tujuan yang dosen dan kuliah biasanya membutuhkan
sama dan saling bergantung. Kriteria dari waktu lama. Lamanya perkuliahan dan tidak
kelompok kecil (small group) tidak sama bervariasi aktivitas pembelajaran selama
namun jumlah orang yang berada dalam suatu perkuliahan membuat berkurangnya
kelompok memang mempengaruhi kualitas konsentrasi mahaiswa. Sedangkan
dan kuantitas interaksi antar anggota. kompleksitas materi pada ilmu kedokteran
Kelompok kecil dianggap ideal berjumlah 6 membutuhkan konsentrasi yang penuh.
sampai 8 dan maksimal 10 orang.1 Kuliah apabila dipersiapkan dengan
Dalam fasilitasi kelompok kecil agar sebaik baiknya dapat memberikan keuntungan
efektif maka seorang dosen harus mempunyai dimana dosen dapat memberi perspektif yang
keterampilan untuk bertanya11. Biasanya dosen berbeda tentang sebuah subjek dan juga
menggunakan pertanyaan terbuka yang memperbarui pengetahuan yang berkaitan
mempunyai cari menstimulasi proses berfikir, tentang hasil penelitian. Seorang dosen juga
memperdalam pengertian tentang konsep dapat menggunakan kuliah untuk memancing
serta mampu membuat kelompok lebih pemikiran, pengertian yang lebih mendalam
berkembang 7 dan juga memancing pemikiran klinis. Sehingga
Mahasiswa sangat menghargai feedback kuliah dapat memberi manfaat yang maksimal
dan feedback yang valid berdasarkan bila disampaikan dengan efektif.2
observasi12 Para mahasiswa lebih menyukai
feedback yang diberikan oleh peer. Ringkasan
Keterampilan memberi feedback yang Pendidikan kedokteran terus mengalami
membangun seharusnya diajarkan kepada perubahan sejalan dengan kemajuan ilmu
mahasiswa sejak awal memasuki kedokteran. Proses belajar mengajar di
13
pembelajaran. fakultas kedokteran pun mengalami
Pembelajaran dalam kelompok kecil perubahan sesuai dengan kebutuhan
memerlukan suatu dinamika kelompok. mahasiswa, dosen, dan komunitas. Belajar
Pemebelajaran dalam kelompok kecil ini mengajar merupakan sebuah proses dengan
ditandai dengan adanya partisipasi dan tujuan adanya perubahan perilaku pada
peserta didik.

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 |399


Nita Parisa | Efek Ekstrak Daun Salam pada Kadar Glukosa Darah

Teori pembelajaran banyak menjelaskan 4. Dent JA, Harden RM. A practical guide for
mengenai proses belajar. Diperlukan adanya medical teachers. Edisi ke-3. Philadelphia:
stimulus, respon, pengulangan dan penguatan Churchill Livingstone Elsevier; 2009.
untuk mendapatkan hasil belajar yang 5. Nitko AJ. Educational assessment of
maksimal. Kontruksivisme menyatakan bahwa student. Edisike-2. Ohio : Prentice Hall Inc;
peserta didik harus mengkontruksikan 1996 .
pengetahuannya, tidak hanya menerima. 6. Epstein RM. Assessment in student
Beberapa faktor yang harus diketahui adalah education. The New England Journal of
motivasi serta mengenal gaya belajar. Medicine.2007; 356:387-96.
Pendekatan pembelajaran dengan 7. Uzoigwe GO. Corruption in education and
problem based learning meminta mahasiswa assessment system: the WAEC Experience
menjadi seseorang yang termotivasi untuk in Nigeria [internet]. New Jersey:
belajar mandiri (self directed learning). Dosen International Association for Educational
yang mengajar juga harus mengingat bahwa Assesment;2013 [disitasi tanggal 10
pembelajaran saat ini harus berpusat pada September 2016]. Tersedia dari:
mahasiswa (student centered learning). http://www.iaea.info/documents/paper_1
Metode pembelajaran di kelas kecil maupun 162d1b538.pdf
besar memerlukan keterampilan dari dosen 8. Greaney V, Kallaghan T. The integrity of
mahasiswa untuk memberikan hasil yang public examination in developing
efektif. countries. in : Assessment: Probems,
Development and Statistical Issues.
Kesimpulan England: Jhon Wiley and Sons Ltd ; 1996.
Kemajuan dalam bidang kedokteran 9. Miller MD, Linn RL, Gronlund NE.
menyebabkan perubahan dalam pendidikan Measurement and assessment in teaching.
kedokteran. Perubahan pendekatan Edisi ke-10. New Jersey: Pearson Education
menggunakan problem based learning, student Inc; 2009.
centered learning dan mahasiswa yang 10. Shumway JM, Harden RM. AMEE guide no
memiliki kemampuan self directed learning 25 : the assessment of learning outcome
akan mempengaruhi pencapaian keberhasilan
for the competence and reflective
belajar di fakultas kedokteran. Faktor-faktor
physician. Medical Teacher. 2003;
lain yang mempengaruhi suatu proses belajar
mengajar di fakultas kedokteran juga harus 25(6):569-84.
mejadi perhatian bagi mahasiswa dan dosen 11. Amin Z, Seng CY, Eng KH. Practical guide to
untuk mencapai tujuan pembelajaran yang medical student assessment. Singapore:
diinginkan. World Scientific Publishing; 2006.
12. Khan MZ, aljarallah BM. Evaluation of MEQ
Daftar Pustaka and MCQ as a tool for assesing the
1. DornanT, Mann K, Scherpbier A, Spencer J. cognitive skills of undergraduate medical
Medical education theory and practice. students. International Journal of Health
Ontario: Churchill Livingstone Elsevier; Science. 2011; 5(1):45-50.
2011. 13. Schuwith LWT, Verheggen MM, Van der
2. Cohen RJ, Swerdlik ME. Psychological Vleuten CPM, Boshuizen HPA, Dinant GJ.
testing and assessment. Edisi ke-6. New Do short cases elicit different thinking
York: Mc Graw Hill Companies; 2005. processes than factual knowledge question
3. Konsil Kedokteran Indonesia. Standar do? Medical Education. 2001; 35:348-56.
kompetensi dokter indonesia. Jakarta ;
2012.

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 |400


Nita Parisa | Efek Ekstrak Daun Salam pada Kadar Glukosa Darah

Efek Ekstrak Daun Salam pada Kadar Glukosa Darah

Nita Parisa
Bagian Farmakologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Sriwijaya
Abstrak
Diabetes mellitus (DM) didefinisikan sebagai suatu penyakit metabolisme kronis yang multi etiologi ditandai dengan
peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia) (glukosa puasa ≥ 126 mg/dl atau glukosa sewaktu ≥ 200 mg/dl) yang
disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, protein dan lipid sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin. Penelitian
epidemiologi menunjukkan kecenderungan peningkatan angka insidensi dan prevalensi DM tipe 2 di berbagai penjuru
dunia. Penyakit ini juga masih menjadi salah satu penyebab kematian terbesar di Indonesia, bahkan juga di dunia. Insidensi
tingginya angka kematian akibat penyakit ini kebanyakan disebabkan oleh komplikasi multi organ. Selain itu, penyakit ini
tidak bisa sembuh sehingga membutuhkan terapi seumur hidup. Oleh karena itu, sangat diperlukan suatu obat yang tepat
sasaran, minimal efek samping dan terjangkau, salah satunya adalah dengan obat-obatan herbal. Salah satu tanaman herbal
yang dianggap memiliki potensi sebagai antihiperglikemia adalah daun salam (Syzygium polyanthum). Daun salam
merupakan tanaman yang umum dan mudah dijumpai di Indonesia. Tulisan ini bertujuan untuk melihat potensi efek ekstrak
daun salam terhadap kadar glukosa dalam darah. Beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa
kandungan utama senyawa flavonoid dalam ekstrak daun salam dapat menurunkan kadar glukosa darah secara signifikan.
Senyawa glikosida flavonoid yang terdapat pada daun salam berfungsi sebagai penangkap radikal hidroksil sehingga dapat
mencegah aksi diabetogenik. Dengan demikian, daun salam sangat berpotensi untuk dikembangkan lebih lanjut menjadi
obat herbal untuk mencegah dan mengobati kondisi hiperglikemia.

Kata kunci: flavonoid, hiperglisemia, daun salam, glukosa, obat herbal, diabetes mellitus

The Effect of Bay Leaves on Blood Glucose Levels

Abstract
Diabetes mellitus (DM) is defined as a metabolic disease chronic that has multi etiology characterized by elevated blood
glucose levels (hyperglycemia) (fasting glucose ≥ 126 mg/dl or glucose as ≥ 200 mg/dl) were accompanied by impaired
metabolism of carbohydrates, proteins and lipids as a result of insufficiency of insulin function. Epidemiological studies have
shown an increasing trend of the incidence and prevalence of type 2 diabetes in different parts of the world. The disease is
also considered to be one of the biggest causes of death in Indonesia, even in the world. The high incidence of mortality
from the disease most commonly caused by multiorgan complications. In addition, the disease can not be cured so requires
lifelong therapy. Therefore, it is necessary to find a new drug that is effective, affordable and minimal side effects, one of
which is with herbal medicines. One of the herbs that are considered to have potential as antihyperglycemia is bay leaf
(Syzygium polyanthum). Bay leaf is a plant that is common and easy to find in Indonesia. This paper aims to look at the
potential effects of the Bay Leaf extract in glucose levels in the blood. Several studies have shown that the main content of
flavonoid compounds in extracts of bay leaf can lower blood glucose levels significantly. Flavonoid glycosides compounds
contained in bay leaves serves as catcher of hydroxyl radicals, which can prevent the diabetogenic action. Thus, bay leaf has
the potential to be further developed into herbal medicine for preventing and treating conditions of hyperglycemia.

Keywords: bay leaf, diabetes mellitus, flavonoid, glucose, herbal medicine, hyperglycemia

Korespondensi: dr. Nita Parisa | Jln. Dr. Mohd. Ali Komp. RSMH Palembang 30126 | HP. 0711-352342| e-mail:
nitaparisa@unsri.ac.id

Pendahuluan penelitian epidemiologi menunjukkan bahwa


Diabetes masih menjadi masalah global. angka insidensi dan prevalensi DM tipe 2 di
Penyakit ini merupakan salah satu penyebab berbagai penjuru dunia akan cenderung
kematian terbanyak ketiga setelah penyakit meningkat. World Health Organization (WHO)
kanker dan kardiovakular pada penduduk telah memprediksi akan terdapat peningkatan
dengan rentang usia 30-70 tahun.1 Diabetes jumlah penderita DM yang cukup besar pada
Melitus (DM) terdiri dari 2 tipe yaitu DM tipe 1 tahun-tahun mendatang, bahkan Indonesia kini
dan DM tipe 2 yang mana DM tipe 2 ini adalah telah menduduki ranking keempat dengan
tipe yang paling sering ditemukan yaitu 90-95% jumlah penderita DM terbanyak setelah
dari semua kasus diabetes yang ada.2 Berbagai Amerika Serikat, China dan India bahkan

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 |401


Nita Parisa | Efek Ekstrak Daun Salam pada Kadar Glukosa Darah

dipredikasikan kenaikan prevalensinya dari 8,4 2. Diabetes Mellitus tipe 2


juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta Resistensi insulin yang menyebabkan
pada tahun 2030.3 Menurut laporan hasil Riset gangguan sekresi insulin yang progresif
Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 terjadi 3. Diabetes tipe spesifik lain
peningkatan prevalensi DM dari 1,1% pada Misalnya : gangguan genetik pada fungsi sel
tahun 2007 menjadi 2,1% pada tahun 2013 untuk β, gangguan genetik pada kerja insulin,
4
usia diatas 15 tahun. penyakit eksokrin pankreas (seperti cystic
Prevalensi DM yang cenderung kian fibrosis), dan yang dipicu oleh obat atau
meningkat ini membuat banyak peneliti tertarik bahan kimia (seperti dalam pengobatan
untuk mengembangkan obat anti DM. Obat HIV/AIDS atau setelah transplantasi organ).
Hipoglikemik Oral (OHO) merupakan 4. Gestational Diabetes Mellitus
pengobatan lini utama untuk DM tipe 2. Obat- Gangguan toleransi glukosa yang terjadi
obatan hipoglikemik oral ini pun sudah banyak pada trimester kedua atau ketiga kehamilan
yang efektif menurunkan kadar gula darah yang dengan penyebab yang tidak jelas.
tinggi namun komplikasi yang ditimbulkan oleh Penegakan diagnosis Diabetes Mellitus
DM itu sendiri masih belum bisa dicegah biasanya berdasarkan kriteria kadar glukosa
dengan baik sehingga masih diperlukan upaya plasma baik GDP atau gula darah 2 jam setelah
untuk mencari obat baru dengan kemampuan toleransi tes glukosa oral 75 g (OGTT). Selain 2
anti diabetes fisiologis yang tepat sasaran, kriteria dia atas ada juga kriteria A1c yang
aman dan mudah terjangkau/ekonomis. WHO merupakan gambaran dari kontrol gula darah
(1980) juga merekomendasikan melakukan dalam 8-12 minggu terakhir.12 Kriteria Diagnosis
analisis tumbuhan dengan efek hipoglikemia, DM yaitu:11
sehingga dapat ditemui bahan yang memiliki 1. A1c ≥ 6,5%
mekanisme kerja sebagai antidiabetik yang 2. Gula Darah Puasa ≥ 126 mg/dL, puasa
mendekati proses fisiologis tubuh.5 didefinisikan tidak ada intake kalori dalam
Daun salam (Syzygium polyanthum) 8 jam sebelum pemeriksaan
merupakan salah satu tanaman yang secara luas 3. OGTT ≥ 200 mg/dL, tes dilakukan dengan
digunakan sebagai salah satu bumbu masakan penambahan 75 g glukosa anhydrous yang
dan secara tradisional digunakan dalam dilarutkan dalam air
tatalaksana diabetes di Indonesia.6 Analisis 4. BSS ≥ 200 mg/dL
fitokimia menunjukkan bahwa di dalam daun Jika nilai pemeriksaan di atas normal
salam terdapat kandungan minyak esensial, namun tanpa gejala hiperglikemia yang jelas,
tanin, flavonoid dan terpenoid. Flavonoid yang maka pemeriksaan harus dikonfirmasi ulang.
terkandung di dalam daun salam merupakan Dalam tatalaksana DM, terapi
salah satu golongan senyawa yang dapat farmakologi yang diberikan harus didampingi
menurunkan kadar glukosa darah.7 juga dengan latihan fisik. Terapi farmakologi
Konsensus Perkumpulan Endokrinologi terdapat dalam bentuk injeksi dan oral. Untuk
Indonesia (Perkeni) tahun 2011 mendefinisikan injeksi biasa digunakan Insulin sedang Obat
DM menurut American Diabetes Association Hipoglikemik Oral sejauh ini ada 8 kelas
(ADA) tahun 2010 adalah suatu kelompok (Gambar 1.1), pembagian menurut cara kerja
penyakit metabolik dengan karakteristik terdiri dari yaitu: 9,13,14
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan 1. Pemicu sekresi insulin, misal golongan
sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya sulfonilurea dan glinid
(secara klinis dikenal sebagai resistensi 2. Memacu sensitivitas terhadap insulin,
insulin).9,10 misal Metformin dan Tiazolidinedion
Menurut ADA tahun 2015, ada 4 kategori 3. Menghambat absorpsi glukosa, misal alfa
klinik klasifikasi diabetes antara lain sebagai glukosidase inhibitor (akarbose)
berikut.11 4. DPP IV inhibitor, misal Saxagliptin,
1. Diabetes Mellitus tipe 1 Vildagliptin, Sitagliptin
Kerusakan dari sel β pancreas yang 5. Penghambat SGLT-2 (Sodium Glucose Co
menyebabkan ketidakmampuan produksi transporter -2 ), misal Canagliflozin,
insulin. Empagliflozin, Dapagliflozin.

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 |402


Nita Parisa | Efek Ekstrak Daun Salam pada Kadar Glukosa Darah

Gambar 1.1 Tempat Kerja OHO


ISI
Daun salam (Syzygium polyanthum) (p<0,05). Namun tidak terdapat perbedaan
merupakan tanaman yang secara luas yang signifikan antara dosis perlakuan 1
digunakan sebagai salah satu bumbu masakan dibandingkan dengan dosis perlakuan 2
dan secara tradisional digunakan dalam dikarenakan kadar flavonoid yang diantara
tatalaksana diabetes di Indonesia.6 Tanaman ini kedua dosis belum mampu menghasilkan beda
tumbuh di wilayah iklim tropis dan subtropis, yang bermakna.15
termasuk di Asia Tenggara dan Cina. Tanaman Pada tahun 2011, Aljamal melakukan
ini dapat tumbuh di dataran rendah atau pun penelitian terhadap 65 pasien Diabetes
pegunungan, di Indonesia pohon ini kebanyakan Mellitus tipe 2. Pasien tetap mengkonsumsi
tumbuh di pegunungan, tetapi ada juga yang diet rutin dan obat anti DM secara rutin
ditanam orang untuk pelengkap bumbu masak. dengan suplementasi 2 gr bubuk daun salam
Daun Salam memiliki banyak manfaat selama 4 minggu. Hasil yang didapatkan adalah
yaitu mengobati kencing manis, kolesterol tarjadi penurunan kadar gula darah, kolesterol
tinggi, hipertensi, diare, dan gastritis.15 Analisis total, LDL dan Trigeliserida disertai Peningkatan
fitokimia menunjukkan kandungan minyak HDL. Didalam daun salam terdapat senyawa
esensial, tanin, flavonoid dan terpenoid dari polifenol yang memiliki efek pada sensitifitas
daun salam. Flavonoid merupakan salah satu insulin, uptake glukosa dan antioksidan
golongan senyawa fenol yang diduga dapat sehingga diduga dapat menurunkan kadar
menurunkan kadar glukosa darah.7 glukosa dalam darah. Senyawa ini banyak
Penelitian tentang potensi Daun Salam ditemukan pada buah-buahan, sayuran dan
(Eugenia polyantha) ini telah lama dan banyak kebanyakan herbal.16
dilakukan, baik pada hewan bahkan juga pada Lenolo dan Tachibana pada tahun 2013
manusia. Seperti penelitian yang dilakukan juga melakukan preeliminari studi dengan
oleh Limawan pada tahun 1998 yang melakukan menggunakan ekstrak infusa daun salam pada
uji aktivitas infusa daun salam pada kadar tikus jantan wistar. Hasil yang didapatkan
glukosa kelinci, dimana didapatkan hasil bahwa terdapat penurunan kadar glukosa darah
infus daun salam dengan dosis 175 mg/kg BB antara kelompok kontrol dengan kelompok
kelinci dapat menurunkan kadar glukosa darah perlakuan. Dari penelitian ini juga didapatkan
kelinci. Kemudian, Studiawan dan Santosa pada bahwa daun salam memiliki potensi anti
tahun 2005, mereka melakukan uji aktivitas diabetik melalui jalur alfa glukosidase
ekstrak etanol daun salam terhadap kadar inhibitor.17
glukosa darah mencit yang diinduksi dengan Pada tahun 2015 Widyawati et al
aloksan. Dari perlakuan tersebut didapatkan melakukan penelitian uji efektivitas ekstrak
bahwa ekstrak etanol daun salam dengan dosis methanol daun salam pada kadar gula darah
2,62mg/20 g BB dan 5,24 mg/20 g BB dapat tikus yang diinduksi menjadi hiperglikemia.
menurunkan kadar glukosa darah mencit jantan Hasil yang didapatkan ternyata ekstrak
yang diinduksi dengan aloksan secara bermakna methanol daun salam mampu menurunkan

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 |403


Nita Parisa | Efek Ekstrak Daun Salam pada Kadar Glukosa Darah

kadar gula darah pada tikus yang diinduksi A1c targets. A guidance statement from
hiperglikemia dengan menghambat aktivitas the American College of Physicians. Annals
absorpsi glukosa di usus serta dengan of Internal Medicine. 2007; 147: 417–422.
meningkatkan ambilan glukosa pada jaringan 3. Wild, S., Roglic, G., Green, A., Sicree, R.,
otot.7 and King, H. Global Prevalence of Diabetes
Estimates for the year 2000 and
Ringkasan projections for 2030. Diabetes Care. 2004;
Penyakit Diabetes mellitus merupakan 27(5).
penyebab kematian terbanyak di Indonesia. 4. Riset Kesehatan Dasar 2013. Badan
Penyakit ini prevalensinya dari tahun ke tahun Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
cenderung meningkat. Obat-obatan yang ada Kementerian Kesehatan RI. 2013. Diambil
saat ini sudah banyak tapi komplikasi yang tanggal 28 Juli 2015.
ditimbulkan dari penyakit ini masih banyak yang 5. Onoja, O. S and Asuzu, I. U. In vitro
sulit dikendalikan. Oleh karena itu, diperlukan antioxidant and in vivo antidiabetic
modalitas terapi baru yang dapat menyamai potential of the methanol extract of Ficus
anti diabetes fisiologis, aman dan ekonomis. glumosa Del (Moraceae) stem bark in
Salah satu tanaman herbal Indonesia yang telah alloxan - induced diabetik mice. Comp. Clin
digunakan secara tradisional untuk mengobati Pathol. 2012; 21: 389-394.
Diabetes mellitus adalah Daun Salam. Di dalam 6. Agoes, A. Tanaman Obat Indonesia. Buku 2.
Daun Salam terdapa kandungan minyak Jakarta: Salemba Medika. 2010; 25-26.
esensial, tanin, fenol - flavonoid dan terpenoid. 7. Widyawati, P.S., T.D.W. Budianta, and F.A.
Senyawa Fenol-Flavonoid merupakan senyawa Kusuma. Difference of Solvent Polarity to
yang dapat menurunkan kadar gula darah Phytochemical Content and Antioxidant
sehingga Daun Salam diduga memiliki efek anti Activity of Pluchea indica Less Leaves
diabetes. Hal ini telah dibuktikan dalam Extracts, International Journal of Pharma
beberapa penelitian baik yang dilakukan secara cognosy and Phytochemical Research.
in vivo, yaitu dengan menggunakan hewan 2014; 6(4): 850-855.
percobaan, maupun penelitian langsung kepada 8. Nublah. Identifikasi Golongan Senyawa
manusia, dimana setelah diberikan ekstrak Daun Penurun Kadar Glukosa Darah Tikus Putih
Salam terjadi penurunan pada kadar gula darah (Rattus norvegicus Berkenhout, 1769)
secara signifikan. Hiperglikemia pada Daun Sukun (Artocar
pus altilis (park.) fosberg). Tesis. Universi
Simpulan tas Gajah Mada.
Ekstrak daun salam berefek secara 9. Perkeni. Konsensus DM Perkeni 2011.
signifikan dalam menurunkan kadar glukosa 2011.
dalam darah. Oleh karena itu, mengingat 10. American Diabetes Association. Diagnosis
tanaman ini banyak terdapat di Indonesia, maka and Classification of Diabetes Mellitus.
tanaman ini sangat berpotensi untuk Diabetes Care. 2010; 33, Supplement 1.
dikembangkan sebagai modalitas terapi obat 11. American Diabetes Association. Standard
herbal dalam pencegahan dan pengobatan of Medical Care in Diabetes 2015. Diabetes
diabetes melitus. Care. 2015; 38, Supplement 1.
12. Bilous, R and Donelly, R. Buku Pegangan
Daftar Pustaka Diabetes, Ed.4. Jakarta: Bumi Medika;
1. Anonim, World Health Statistic 2012: Cause- 2015.
specific mortality and morbidity, WHO 13. Evans, J.L, et al. Oral Agents, Incretins and
Library Cataloguing in Publication Data. other “Non-Insulin” Pharmacologic Inter
2012. ventions for Diabetes. 2013. Cited 15 Sep
2. Qaseem A, Vijan S, Snow V, Cross JT, Weiss tember 2015, Available in http://www.
KB, Owens DK. Clinical efficacy assessment ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK279141/
subcommittee of the american college of 14. Jenssen, T and Hartman, A. Emerging Treat
physicians. Glycemic control and type 2 ments for Post-Transplantation Dia betes
diabetes mellitus: the optimal hemoglobin Mellitus. Nature Reviews Nephrology.
2015; 11: 465-477.

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 |404


Nita Parisa | Efek Ekstrak Daun Salam pada Kadar Glukosa Darah

15. Studiawan H, Santosa MH. Uji aktivitas 16. Aljamal A. Effect bay leaves on the patients
penurun kadar glukosa darah ekstrak daun with diabetes mellitus. Res J Med Plants.
eugenia polyantha pada mencit yang 2011; 5(4): 471-6.
diinduksi aloksan. Media Kedokteran He 17. Lelono RAA,Tachibana S. Preliminary stu
wan. 2005; 21(2): 62-5. dies of indonesian eugenia polyantha leaf
extracts as inhibitors of key enzymes for
type 2 diabetes. J.Med.Sci. 2013; 13(2):
103-10.

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 |405


Oktafany | Bimbingan dan Dukungan Mahasiswa, Sebuah Ilustrasi Kasus Mahasiswa Fakultas Kedokteran

Bimbingan dan Dukungan Mahasiswa, Sebuah Ilustrasi Kasus Mahasiswa


Fakultas Kedokteran yang Terancam Putus Studi Beserta Solusi dan Hasil
Bimbingan
Oktafany
Bagian Pendidikan Kedokteran, Fakultas Kedokteran, Unversitas Lampung

Abstrak
Mahasiswa kedokteran menghadapi berbagai macam tekanan seperti terjadi pada mahasiswa jurusan lain pada umumnya.
Seperti stress menghadapi ujian, beban akademik yang menumpuk, kompetisi, manajemen waktu, kesulitan keuangan, dan
penyesuaian dengan teman atau dosen. Bimbingan dan konseling adalah proses pemberian bantuan secara sistematis dan
intensif yang dilakukan oleh konselor kepada mahasiswa dalam rangka mencari cara pemecahan masalah demi
kelangsungan pendidikannya. Mahasiswa M merupakan mahasiswa FK Unila semester lima yang saat ini terancam putus
studi. Sesuai dengan peraturan akademik, mahasiswa semester enam dengan IPK kurang dari dua akan dikeluarkan. Bila IP
mahasiswa M semester lima dan enam kurang dari tiga, maka IPK mahasiswa M akan kurang dari dua. Masalah selanjutnya
yang dialami mahasiswa M adalah masalah penyesuaian, baik itu penyesuaian terhadap lingkungan baru, interaksi dengan
teman, interaksi dengan dosen. Berkaitan dengan masalah yang dihadapi mahasiswa M ini diatasi dengan melakukan
pendekatan dengan teori motivasi. Menurut teori dari Vroom (1964) tentang cognitive theory of motivation menjelaskan
mengapa seseorang tidak akan melakukan sesuatu yang ia yakini tidak dapat melakukannya, sekalipun hasil dari pekerjaan
itu sangat ia inginkan. Motivasi menjadi motif bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat mendesak dan merupakan
perubahan energi dalam diri manusia yang dilatarbelakangi oleh perkembangan. Oleh karena itu dalam menghadapi
permasalahannya tersebut kadangkala mahasiswa membutuhkan suatu proses bimbingan dan konseling.

Kata kunci: bimbingan,konseling, teori motivasi

Guidance And Students Support, The Solutions And Guidance Ofone Medical
Student Who Endangered By Drop Out
Abstract
Medical students face a variety of pressures such as occurs in most other majors. As stress exams, academic
load piling up, competition, time management, financial difficulties, and adjustments to a friend or professor.
Guidance and counseling is the process of assistance in a systematic and intensive conducted by counselors to
students in order to find ways of solving the problem for the continuation of their education. Students M is the
fifth semester students of FK Unila which is currently in danger of dropping study. In accordance with the
academic regulations, students of sixth semester with a GPA of less than two will be issued. When the student's
IP M semesters five and six less than three, then the student GPA M will be less than two. A further problem
experienced by students of M is a matter of adjustment, either the adjustment to the new environment,
interaction with friends, interaction with faculty. In connection with the problems faced by students M is
overcome by approaching the theory of motivation. According to the theory of Vroom (1964) on the cognitive
theory of motivation explaining why someone will not do something which he believes can not do so, even if
the result of the work was he wanted. Motivation becomes a motive when it needs to achieve a very urgent
and energy changes in human beings, motivated by the development. Therefore, in the face of such problems
sometimes students need a process of guidance and counseling.
Keywords: counseling, guidance, theories of motivation

Korespondensi: dr. Oktafany, M.Pd.Ked | Bumi Puspa Kencana Blok E No.7, Gd Meneng, Bandar Lampung | HP.
081369733500 | e-mail: dr_oktafany_unila@yahoo.co.id

Pendahuluan
Mahasiswa kedokteran menghadapi kesulitan keuangan, dan penyesuaian dengan
berbagai macam tekanan seperti terjadi pada teman atau dosen. Disamping hal-hal tersebut
mahasiswa jurusan lain pada umumnya. Seperti ada tantangan tersendiri yang khusus dialami
stres menghadapi ujian, beban akademik yang oleh mahasiswa kedokteran, seperti tuntutan
menumpuk, kompetisi, manajemen waktu, tampil profesional, masalah pasien yang
berkaitan dengan hidup atau mati, kurangnya
waktu untuk rekreasi,dan lain sebagainya.1

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 |406


Oktafany | Bimbingan dan Dukungan Mahasiswa, Sebuah Ilustrasi Kasus Mahasiswa Fakultas Kedokteran

Oleh karena itu dalam menghadapi Teori Motivasi Abraham Maslow (1943-1970)
permasalahannya tersebut kadangkala Abraham Maslow mengemukakan
mahasiswa membutuhkan suatu proses bahwa pada dasarnya semua manusia
bimbingan dan konseling. Bimbingan dan memiliki kebutuhan pokok. Maslow
konseling adalah proses pemberian bantuan menunjukkannya ada lima tingkatan yang
secara sistematis dan intensif yang dilakukan berbentuk piramid. Dimulai dorongan dari
oleh konselor kepada mahasiswa dalam rangka tingkatan terbawah. Lima tingkat kebutuhan
mencari cara pemecahan masalah demi itu dikenal dengan sebutan Hirarki Kebutuhan
kelangsungan pendidikannya.2 Maslow, dimulai dari kebutuhan biologis dasar
Seorang konselor dapat merupakan sampai motif psikologis yang lebih komplek
Pembimbing Akademik (PA) yaitu seorang dosen setelah kebutuhan dasar terpenuhi.
memiliki motivasi dalam memberikan bantuan Kebutuhan pada suatu tingkat paling tidak
berupa nasehat akademik kepada mahasiswa, harus terpenuhi sebagian sebelum kebutuhan
sesuai dengan program studinya, untuk pada tingkat berikutnya menjadi hal yang
meningkatkan kemampuan akademik penting.4
mahasiswa, sehingga studinya selesai dengan
memuaskan.3 Teori Motivasi Herzberg (1966)
Menurut Herzberg (1966), ada dua jenis
Isi faktor yang mendorong seseorang untuk
Kasus: Mahasiswa M merupakan berusaha mencapai kepuasan dan
mahasiswa FK Unila semester lima yang saat ini menjauhkan diri dari ketidakpuasan. Dua
terancam putus studi. Sesuai dengan peraturan faktor itu disebutnya factor higiene (faktor
akademik, mahasiswa semester 6 dengan IPK ekstrinsik) dan faktor motivator (faktor
kurang dari dua akan dikeluarkan. Bila IP intrinsik). Faktor higiene memotivasi
mahasiswa M semester lima dan enam kurang seseorang untuk keluar dari ketidakpuasan,
dari tiga, maka IPK mahasiswa M akan kurang termasuk didalamnya adalah hubungan antar
dari dua. Asal daerah desa sidodadi, kota Metro, manusia, imbalan, kondisi lingkungan, dan
Lampung. Motivasi menjadi seorang dokter sebagainya (faktor ekstrinsik), sedangkan
berasal dari dorongan orang tua dan kakak yang faktor motivator memotivasi seseorang untuk
berprofesi sebagai perawat di Bandar Lampung. berusaha mencapai kepuasan, yang termasuk
Masuk FK Unila lewat jalur undangan sebagai didalamnya adalah achievement, pengakuan,
siswa berprestasi Kota Metro. Mahasiswa M kemajuan tingkat kehidupan(faktor intrinsik). 5
mengaku kurang bisa beradaptasi dengan sistem
KBK sejak awal perkuliahan. Mahasiswa M juga Teori Motivasi Vroom (1964)
kurang bisa berinteraksi dengan teman. Teori dari Vroom (1964) tentang
Mahasiswa M juga mengatakan ingin belajar cognitive theory of motivation menjelaskan
dalam suasana tenang dan belajar dengan mengapa seseorang tidak akan melakukan
efektif. sesuatu yang ia yakini tidak dapat
Penatalaksanaan yang dilakukan pada melakukannya, sekalipun hasil dari pekerjaan
mahasiswa M adalah dengan melakukan itu sangat ia inginkan.6 Menurut Vroom, tinggi
pendekatan melalui berberapa kali pertemuan. rendahnya motivasi seseorang ditentukan
Hasil pertemuan pertama, bisa disimpulkan oleh tiga komponen, yaitu:7
masalah yang dihadap mahasiswa M adalah : 1. Ekspektasi (harapan) keberhasilan pada
1. Masalah motivasi diri suatu tugas
2. Masalah penyesuaian 2. Instrumentalis, yaitu penilaian tentang
3. Masalah akademik apa yang akan terjadi jika berhasil
Dari teori motivasi beberapa hal dapat dalam melakukan suatu tugas
dilakukan seorang dosen untuk memotivasi (keberhasilan tugas untuk mendapatkan
mahasiswa, diantaranya : outcome tertentu).
3. Valensi, yaitu respon terhadap outcome
seperti perasaan posistif, netral, atau
negatif.

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 |407


Oktafany | Bimbingan dan Dukungan Mahasiswa, Sebuah Ilustrasi Kasus Mahasiswa Fakultas Kedokteran

Motivasi menjadi motif bila kebutuhan lingkungan dianggap dapat menciptakan


untuk mencapai tujuan sangat mendesak dan penyesuaian diri yang cukup sehat bagi pelajar
merupakan perubahan energi dalam diri bila individu dibesarkan dalam keluarga
manusia yang dilatarbelakangi oleh dimana terdapat keamanan, cinta, respek,
perkembangan. toleransi, dan kehangatan. Lebih lanjut
Masalah selanjutnya yang dialami dijelaskan bahwa lingkungan tempat belajar
mahasiswa M adalah masalah penyesuaian, baik merupakan lingkungan kedua setelah
itu penyesuaian terhadap lingkungan baru, lingkungan keluarga yang membentuk
interaksi dengan teman, interaksi dengan individu, jadi M harus belajar berinteraksi
dosen. Selain itu ketika sedang menghadapi lebih baik dengan teman-temannya.7
berbagai masalah akademik, orangtua (ayah) M Kuantitas dan kualitas kemampuan,
sakit dan kemudian meninggal dunia. M lalu keterampilan, keahlian dan mental yang terus
tinggal bersama kakaknya yang seorang menerus terbina dan didukung oleh orangtua
perawat. yang memiliki ketertarikan pada kegiatan
Teori penyesuaian diri yang sering mahasiswa merupakan modal utama yang
digunakan adalah teori milik Schneiders, yang mendukung penyesuaian diri, yaitu
menyebutkan bahwa penyesuaian diri kemampuan untuk mengarahkan dan
merupakan suatu proses yang mencakup meregulasi impuls, pemikiran, kebiasaan,
respon-respon mental dan tingkah laku yang emosi, sikap, dan tingkah laku untuk
merupakan usaha individu agar berhasil mengatasi ketegangan dan masalah yang
mengatasi kebutuhan, ketegangan, konflik, dan dihadapinya serta pengembangan
frustasi yang dialami di dalam dirinya.7 kepribadiannya pada tujuan yang matang (self
Pengertian Penyesuaian Diri Penyesuaian diri control-self development). Kemampuan
dalam bahasa aslinya dikenal dengan istilah menyesuaikan diri dalam aspek tersebut
personal adjustment. Schneiders berpendapat berkaitan dengan proses pembentukan
bahwa penyesuaian diri dapat ditinjau dari tiga keyakinan dan kesanggupan diri mahasiswa
sudut pandang, yaitu: penyesuaian diri sebagai untuk menjalani proses belajar, setelah
adaptasi (adaptation), penyesuaian diri sebagai mahasiswa memahami diri dan mengenal
bentuk konformitas (conformity), dan kelebihan dan kekurangannya secara objektif
penyesuaian diri sebagai usaha penguasaan dan mampu memandang realita yang dihadapi
(mastery).7 secara objektif.9
Mahasiswa M mengalami perubahan Menurut Darab meningkatkan
sistem belajar mengajar, serta tuntutan tugas kesejahteraan psikologis seseorang karena
yang lebih sulit, semenjak masuk masa adanya perhatian, rasa pengertian yang
perkuliahan dibandingkan dengan masa SMU. memenuhi aspek emotional support,
Kejadian di lapangan ini, menunjukkan bahwa penerimaan feed back terhadap hasil kerja
mahasiswa M benar-benar mengalami subjek yang memenuhi aspek appraisal
perubahan yang jauh berbeda saat menjalani support, pemberian nasehat, dan informasi
perkuliahan di perguruan tinggi, dan dibutuhkan yang memenuhi aspek instrumental support
kesiapan untuk menyesuaikan diri agar tidak akan menimbulkan perasaan memilih,
ketinggalan pelajaran. Langkah penyesuaian diri meningkatkan harga diri subjek, serta
yang dilakukan adalah menerima kekurangan menimbulkan perasaan positif subyek
dan meningkatkan potensi diri untuk mengatasi mengenai diri sendiri.10 Selain itu, Friedlander
kekurangan, serta berusaha memandang (2007) menjelaskan bahwa dukungan sosial
realitas secara objektif, karena subjek merasa yang tinggi dari orangtua atau keluarga
dituntut untuk dapat menyelesaikan tugas-tugas dengan mantap dapat meningkatkan
belajar serta harapan dari keluarga akan masa penyesuaian diri secara keseluruhan. Kondisi
depan yang lebih baik.8 tersebut ditunjukkan dengan adanya
Kondisi yang mengharuskan mahasiswa kepercayaan dan dukungan orangtua,
menyesuaikan diri dengan lingkungan belajar sehingga mahasiswa dapat menghadapi
dan teknik pengajaran yang baru setiap individu kesulitan atau permasalahan diperguruan
adalah berbeda. Schneider menjelaskan bahwa tinggi.11

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 |408


Oktafany | Bimbingan dan Dukungan Mahasiswa, Sebuah Ilustrasi Kasus Mahasiswa Fakultas Kedokteran

Aspek-aspek Penyesuaian Diri pada konselor kepada mahasiswa dalam rangka


Perkuliahan mencari cara pemecahan masalah demi
Self Knowledge-Insight, yakni kemampuan kelangsungan pendidikannya.
untuk mengetahui diri sendiri. Kemampuan
untuk mengetahui diri sendiri memerlukan Simpulan
perincian yang baik mengenai kelebihan dan Masalah akademik yang dihadapinya
keterbatasan diri sendiri. sampai terancam untuk putus studi
Self Objectivity dan Self Acceptance, yakni merupakan masalah yang berasal dari
kemampuan untuk berperilaku dan berpikir lemahnya motivasi dan gangguan penyesuaian
yang didasarkan atas pengetahuan obyektif diri terhadap lingkungan kampus dan
serta dapat menerima diri secara positif serta kurikulum berbasis kompetensi.
dapat menghargai diri sendiri secara lebih
positif. Daftar Pustaka
Self Control dan Self Development, bahwa
self control merupakan kemampuan untuk 1. Dent JA, Rennie S. Student support.
mengarahkan dan meregulasi impuls, Dalam: Dent JA, Harden RM.Practical
pemikiran, kebiasaan, emosi, sikap, dan tingkah Guide for Medical teacher. Edisi ke-2.
laku untuk mengatasi ketegangan dan masalah Philadelphia: Livingstone; 2005. 381
yang dihadapinya serta pengembangan 2. Kartadinata S.Teori bimbingan dan
kepribadiannya pada tujuan yang matang. konseling: Seri landasan dan teori
Good Interpersonal Relationship, bahwa bimbingan dan konseling. Bandung: UPI;
seseorang yang memiliki kemampuan 2007. hlm 1-2
penyesuaian diri yang baik dapat menunjukan 3. Universitas Lampung. Buku panduan
hubungan interpersonal yang baik dengan kasih akademik Universitas Lampung. Bandar
sayang, altruisme dan perasaan baru terhadap Lampung: Universitas Lampung; 2013.
orang lain, bergaul dengan baik terhadap orang 4. Maslow AH. A theory of human
lain berarti menjalin relasi yang ramah, motivation. Psycological review. 1964;
menghargai hak, pendapat dan kepribadian 50(4):370-96.
orang lain yang pada dasarnya berbeda dengan 5. Hezberg F, Mausner B, Snyderman B. The
dirinya. motivation do Work. Edisi ke-2. New
Satisfaction In Work, yakni kriteria lain York: John Wiley & Sons cop; 1959.
untuk melihat adanya penyesuaian diri yang 6. Vroom VH. Work and motivation. New
baik adalah rasa puas yang diperoleh dari segala York: John Wiley & Sons cop; 1964.
aktivitas yang dilakukan individu. Penyesuaian 7. Schneiders AA. Personal adjustment and
diri pada perkuliahan disini adalah kepuasan mental Health. New York: Holt, Richard
akan harapan dan prestasi yang di capai. Jenis and Winston; 1991.
aktivitas yang dilakukan, kondisi dimana 8. Warsito, H. Hubunganantara self-efficacy
aktivitas itu dilakukan, manfaat yang diperoleh, denganpenyesuaianakademikdanprestasi
prestasi yang dicapai dan adanya sumber konflik akademik(StudipadamahasiswaFIPUniver
dan aktivitas tersebut merupakan faktor-faktor sitasNegeri Surabaya). Pedagogi. 2009; 9:
yang sangat berpengaruh pada kepuasan yang 29-47.
dirasakan mahasiswa.12 9. Zimmerman,BJ. Becoming a self-
regulated learner: An overview.Theory
Ringkasan into practice. 2002. 41(2): 64-70.
Mahasiswa kedokteran menghadapi 10. DarabS, et al. Time and study: Open
berbagai macam tekanan seperti terjadi pada foundation female students' integration
mahasiswa jurusan lain pada umumnya. Seperti of study with family, work and social
stres menghadapi ujian, beban akademik yang obligations.[Paper delivered at Building
menumpuk, kompetisi, manajemen waktu, Foundations, National Conference of
kesulitan keuangan, dan penyesuaian dengan Enabling Educators, School of
teman atau dosen. Bimbingan dan konseling Humanities, Ourimbah Campus,
adalah proses pemberian bantuan secara University of Newcastle, 2004.]. Aust J of
sistematis dan intensif yang dilakukan oleh adult learning. 2004; 44(3): 327.

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 |409


Oktafany | Bimbingan dan Dukungan Mahasiswa, Sebuah Ilustrasi Kasus Mahasiswa Fakultas Kedokteran

11. Friedlander LJ, Reid GJ, Shupak N, Cribbie R. 12. HendryGD, Heinrich P, Lyon PM, Barrat AL,
Social support, self-esteem, and stress as Simpson JM, Hyde SJ, et al. Helping
predictors of adjustment to university students understand their learning styles:
among first-year undergraduates.Journal of Effects on study self‐efficacy, preference
College Student Development. 2007; for group work, and group
48(3):259-74. climate.Educational Psychology. 2005;
25(4):395-407.n.

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 |410


Sulistiawati | Umpan Balik pada Mini-CEX

Umpan Balik pada Mini-CEX

Sulistiawati
Unit Pendidikan Kedokteran, Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman

Abstrak
Umpan balik merupakan dasar dari pengajaran klinik yang efektif. Tanpa umpan balik, performa yang baik tidak akan diberi
penguatan, performa yang buruk tidak akan dikoreksi dan area yang bisa ditingkatkan tidak dapat diidentifikasi. Umpan
balik dapat diberikan bersamaan dengan proses penilaian. Salah satu metode penilaian yang dapat digunakan untuk
memberikan umpan balik di pendidikan klinik adalah Mini-CEX(mini clinical evaluation exercise). Mini-CEX menggunakan
pasien nyata dan peserta langsung dinilai oleh penilai. Dalam waktu yang ditentukan, mahasiswa dinilai beberapa kali oleh
penilai yang berbeda di berbagai keadaan klinik. Mahasiswa melakukan anamnesa, pemeriksaan fisik, dan setelahnya
melakukan diagnosa dan terapi. Dosen pendidik klinis memberi nilai terhadap performa mahasiswa dengan menggunakan
format tersetruktur. Mini-CEX memberi kesempatan mahasiswa untuk langsung menerima umpan balik segera setelah
observasi. Mini-CEX dapat digunakan untuk meningkatkan pengalaman belajar siswa dan memacu mahasiswa menggunakan
pembelajaran deep learning. Walaupun masih ada konflik mengenai fungsi mini-CEX sebagai alat penilaian dan alat
pembelajaran. Namun penggunaan mini-CEX memungkinkan pemberian umpan balik secara tepat waktu dan objektif.
Penggunaan mini-CEX memungkinkan pemberian umpan balik secara tepat waktu dan objektif. Hal ini tentunya akan
memperkuat pengalaman mahasiswa yang bertujuan untuk untuk meningkatkan kemampuan klinik. Umpan balik yang yang
diberikan oleh dosen pendidik klinis pada saat mini-CEX akan mempengaruhi internal mahasiswa. Proses internal ini
memacu mahasiswa untuk melakukan tindakan. Selain faktor internal tindakan terhadap umpan balik juga dipengaruhi oleh
faktor ekternal yaitu konsekuensi. Tindakan yang dilakukan oleh mahasiswa akan memberikan efek pembelajaran . Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa pemberian umpan balik pada mini-CEX penting untuk dilakukan untukmeningkatkan
keterampilan klinik mahasiswa.

Kata Kunci: Mini-CEX, umpan balik

Feedback in Mini-CEX

Abstract
Feedback is the foundation of effective clinical teaching. It is particularly significant to reinforce good performance, correct
the poor performance, as well as to identify the area that needs to be improved. Feedback can be given simultaneously with
the assessment process. One method of assessment that can be used to provide feedback in clinical education is the Mini-
CEX (mini clinical evaluation exercise). Students perform anamnesis, physical examination, and after that perform
diagnostics and therapy. Clinical educators to give value to the performance of students using a structured form. Mini-CEX
give students the opportunity to instantly receive feedback immediately after observation. Mini-CEX can be used to
enhance the learning experience of students and stimulate student learning using deep learning. Although there was a
conflict regarding mini-CEX function as an assessment tool and learning tool. However, use of the mini-CEX allows providing
feedback in a timely and objective. This feedback will strengthen students' experience aimed to improve the clinical skills.
Feedback given by clinical educator at the time of the mini-CEX will affect the internal students. This internal process
enhance students to take action. In addition to internal factors action on feedback is also influenced by external factors,
namely the consequences. Actions taken by the students will provide the learning effect. It can be concluded that the
provision of feedback on the mini-CEX is important in order to improve the clinical skills of students.

Keywords: Feedback, Mini-CEX

Korespondensi: dr. Sulistiawati, MMedEd | Jl. Krayan No 1 Kampus Gunung Kelua Samarinda | HP. 08125892652
e-mail: sulis_fkunmul@yahoo.com

Pendahuluan belajar di pendidikan klinik berfokus pada


Pendidikan klinik merupakan jantung masalah nyata dalam konteks praktek
dari pendidikan kedokteran. pendidikan klinik profesional sebagai seorang dokter. Pendidikan
adalah suatu tempat dimana pasien, klinik merupakan satu-satunya tempat dimana
mahasiswa dan praktisi bergabung bersama- keterampilan anamnesa, pemeriksaan fisik,
sama untuk melaksanakan pelayanan medis penalaran klinis, pengambilan keputusan,
dan proses pembelajaran.1 Pendidikan klinik empati, dan profesionalisme dapat dipelajari
dapat memberikan pengalaman bagi sebagai kesatuan yang terintegrasi.2
mahasiswa dalam merawat pasien. Proses

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 |411


Sulistiawati | Umpan Balik pada Mini-CEX

Berbagai faktor mempengaruhi di observasi dengan standar untuk


pencapaian kompetensi mahasiswa di meningkatkan performa mahasiswa.
pendidikan klinik. Daelmans et al., (2004)3 Pemberian umpan balikharus
menekankan pentingnya peran supervisi, memberikan kesempatan kepada mahasiswa
umpan balikdan assessment dalam pencapaian untuk merefleksikan performanya dan
kompetensi. Umpan balik dapat memberikan kemungkinan konsekuensinya. Hal ini dapat
informasi kepada mahasiswa mengenai membimbing mahasiswa untuk proses belajar
kesenjangan antara performa yang aktual dan selanjutnya dengan mengidentifikasi kekuatan
yang seharusnya. Apabila mahaiswa tidak diberi dan kelemahannya. Hal pertama yang
umpan balik atau pemberiannya minimal, maka diperlukan pada umpan balikadalah mahasiswa
performa yang baik tidak diberi penguatan dan memiliki konsep yang jelas mengenai objektif
performa yang kurang baik tidak dikoreksi. yang harus mereka capai. Umpan balikdapat
Akibatnya mahasiswa akan mengira bahwa apa memberi informasi kepada mahasiswa tentang
yang dilakukan telah benar dan mahasiswa seberapa dekat mahasiswa dengan target.
belajar berdasarkan trial and error.4 Idealnya mahasiswa juga diberi tahu apa yang
Ciliers et al., (2010)5 menjelaskan harus dilakukan untuk mencapai target.7
pengaruh assessment terhadap proses belajar. Adanya umpan balik akan mengoreksi
Assessment mempengaruhi belajar mahasiswa kesalahan mahasiswa dan memperkuat
melalui motivasi ekstrinsik, konsekuensi, performa yang baik.4 Umpan balik yang
mencapai hasil yang diinginkan, goal, norm, dilakukan secara sistematik dapat mengubah
agency, dan emosi. Assessment menjadi performa klinis seorang dokter.8
motivasi eksternal mahasiswa dan menentukan Beberapa metode penilaian dapat
seberapa besar usaha mereka untuk belajar. digunakan untuk memberikan umpan balik
Konsekuensi yaitu mahasiswa belajar dengan berdasarkan observasi langsung terhadap
menyesuaikan dengan apa yang akan dinilai performa mahasiswa di pendidikan klinik. Salah
daripada memahami materi yang akan satu metode penilaian yang dapat digunakan
dipelajari. Mahasiswa akan memilih bahan yang adalah dengan mini-CEX. Mini-CEX memberi
akan dipelajari untuk mendapat nilai yang kesempatan mahasiswa untuk langsung
diinginkan. Nilai yang diinginkan mempengaruhi menerima umpan balik segera setelah
besarnya usaha belajar mahasiswa. Pengaruh observasi.9
sosial dan teman mempengaruhi respon Pada tahun 1972 ABIM (American Board
seseorang terhadap assessment. Faktor yang of Internal Medicine) mengadopsi Clinical
terakhir yaitu emosi. Emosi memediasi respon Evaluation Exercise (CEX). CEX terdiri dari
belajar terhadap assessment. Rasa khawatir bedside oral examination dan banyak
akan penilaian mempengaruhi besarnya usaha digunakan pada pelatihan residen untuk ujian
seseorang untuk belajar. akhir. CEX pada format tradisional dilakukan
Umpan balik dapat diberikan bersamaan oleh supervisor klinik yang mengobservasi
dengan proses penilaian. Salah satu metode residen selama anamnesa pasien, pemeriksaan
penilaian yang dapat digunakan untuk fisik dan diagnosis serta penatalaksanaan
memberikan umpan balik adalah mini-CEX. pasien. Pada akhir sesi, supervisor akan
Pada kajian literatur ini penulis akan memberikan umpan balik terhadap performa
memaparkan penggunaan umpan balik pada residen. Semua kegiatan ini memerlukan waktu
mini-CEX. selama dua jam. Ada tiga masalah berkenaan
penggunaan CEX yaitu pertama residen hanya
ISI diuji oleh satu orang supervisor, kedua
Van de Ridder et al., (2008)6 penilaian hanya berdasarkan pada satu kasus
mendefinisikan umpan balik di pendidikan klinik pasien saja, dan ketiga waktu yang diperlukan
sebagai informasi spesifik tentang cukup lama.10
perbandingan antara performa mahasiswa saat Mini-CEX adalah metode untuk menilai
keterampilan klinik mahasiswa dan

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 |412


Sulistiawati | Umpan Balik pada Mini-CEX

memberikan umpan balik pada performanya. CEX mempengaruhi proses belajar. Penelitian
Mini-CEX merupakan modifikasi sederhana dari yang membahas mengenai dampak Mini-CEX
tradisional bedside oral examination. Mini-CEX terhadap proses belajar dilakukan oleh de Lima
menggunakan pasien nyata dan peserta et al., (2005)15 Penelitian ini dirancang untuk
langsung dinilai oleh penilai. Dalam waktu yang menggambarkan bagaimana residen
ditentukan, mahasiswa dinilai beberapa kali mempersepsikan mini-CEX sebagai alat
oleh penilai yang berbeda di berbagai keadaan penilaian dan mempengaruhi pendekatan
klinik. Mini-CEX dikembangkan oleh ABIM belajar. Dari tiga kategori yang dihasilkan pada
sebagai respon atas keterbatasan penilaian penelitian ini yaitu strategi persiapan, strategi
tradisional yang berdasarkan pada one-off regulasi, dan strategi pembelajaran yang efektif
trainee-patient encounter. Penilaian performa menunjukkan bahwa residen melakukan
peserta dengan satu pasien tidak dapat pendekatan belajar deep learning.
memprediksi performa mereka terhadap Malhotra et al., (2008)16 melakukan
pasien lain. Selain itu adanya isu yang penelitian untuk mengetahui persepsi residen
berhubungan dengan inter rater reliability dan mengenai mini-CEX. Hasilnya masih ada konflik
adanya pengakuan bahwa satu pasien saja diantara peserta mengenai fungsi mini-CEX
tidak dapat merefleksikan time pressure dan sebagai alat penilaian dan alat pembelajaran.
tantangan selama berinteraksi dengan Penggunaan mini-CEX memungkinkan
pasien.10 pemberian umpan balik secara tepat waktu
Mini-CEX dapat digunakan untuk dan objektif. Proses mini-CEX dilengkapi
memenuhi tujuan penilaian di klinik yaitu fokus dengan umpan balik kepada mahasiswa
pada pengalaman peserta dengan berbagai dengan tujuan untuk meningkatkan
variasi masalah pasien. Mini-CEX dapat kemampuan klinik. Hal ini akan memperkuat
dilakukan pada saat kegiatan rutin di klinik.9,11 pengalaman mahasiswa. Ketika selesai
Pada pelaksanaan mini-CEX seorang melaksanakan satu sesi mini-CEX dan
supervisor mengobservasi mahasiswa ketika mendapatkan umpan balik, mahasiswa akan
berinteraksi dengan pasien di berbagai tempat mengidentifikasi area mana yang masih kurang
termasuk di rumah sakit, unit rawat jalan, dan dan perlu ditingkatkan, sehingga memberi
unit gawat darurat. Mahasiswa melakukan kesempatan kepada mahasiswa untuk melihat
anamnesa, pemeriksaan fisik, dan setelahnya kembali area tersebut. Hasil ini serupa dengan
melakukan diagnosa dan terapi. Dosen hasil penelitian yang dilakukan oleh Weller et
pendidik klinis memberi nilai terhadap al., (2009)17bahwa dengan pemberian umpan
performa mahasiswa dengan menggunakan balik pada mini-CEX, peserta mengetahui
format tersetruktur dan kemudian memberikan seberapa kompeten mereka dibandingkan
umpan balik. Umpan balik diberikan segera dengan standar yang diharapkan.
setelah observasi mengenai hal-hal yang sudah Al-Kadri et al., (2013)18 melakukan
baik dan area mana yang pelu dikembangkan. penelitian kualitatif mengenai efek workplace-
Pelaksanaan mini-CEX dan DOPS relatif singkat base assessment (mini-CEX, DOPS, dan CBD)
yaitu sekitar 15-20 menit. Kegiatan ini terhadap pendekatan belajar siswa. Hasilnya
dilaksanakan sebagai bagian integral dari menunjukkan bahwa workplace-base
kegiatan rutin sehari-hari pada praktek klinik.9,- assessment (WBA) akan membantu proses
13
belajar mahasiswa di pendidikan klinik dan
Mini-CEX dapat digunakan untuk
meningkatkan keterampilan. Pengaruh WBA
meningkatkan pengalaman belajar siswa. Mini-
terhadap proses belajar didasarkan pada
CEX dapat menyebabkan perubahan penting
beberapa faktor yaitu: supervisor klinik, umpan
dalam cara mahasiswa belajar. Mahasiswa
balik dosen, dan fungsi assessment.
akan menghabiskan lebih banyak waktu untuk
berlatih dan meningkatkan waktu belajar Pemanfaatan umpan balik dan assessment
sebagai akibat pengulangan miniCEX.14 formatif menghasilkan pendekatan belajar
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa mini- yang lebih dalam dibanding assessment
sumatif.

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 |413


Sulistiawati | Umpan Balik pada Mini-CEX

Proses internal lain yang juga dipengaruhi oleh


Al-Kadri et al., (2013)18 menjelaskan umpan balik mini-CEX adalah motivasi.
umpan balik pada WBA di tema umpan balik Peningkatan motivasi tersebut diantaranya
dosen. Dengan umpan balik, mahasiswa dengan memacu rasa keingintahuan
mengetahui kelemahannya dan memiliki isyarat mahasiswa, memacu semangat serta memacu
untuk memperbaikinya. Di sisi lain umpan balik mahasiswa untuk belajar. Proses internal ini,
negatif yang diberikan oleh supervisor sulit baik self-reflection, emosi dan motivasi akan
diterima oleh mahasiswa. Umpan balik negatif mempengaruhi tindakan mahasiswa dalam
akan memiliki efek negatif pula pada performa melaksanakan umpan balik mini-CEX.19
mahasiswa. Mahasiswa akan ragu berinteraksi Penelitian Sulistiawati (2015)19
dengan dosen untuk menghindari komentar menemukan bahwa selain proses internal,
negatif, sehingga cenderung melakukan proses eksternal juga mempengaruhi tindak
pendekatan belajar yang superfisial. lanjut mahasiswa terhadap umpan balik pada
Penelitian mengenai respon belajar saat mini-CEX. Proses eksternal yang dimaksud
mahasiswa setelah diberikan umpan balik pada adalah konsekuensi. Tidak semua umpan balik
saat mini-CEX dilakukan oleh Sulistiawati yang diterima mahasiswa pada saat mini-CEX
(2015).19 Sulistiawati (2015)19 mengeksplorasi ditindaklanjuti oleh mahasiswa. Umpan balik
respon belajar mahasiswa setelah diberikan yang memberi konsekuensi terhadap
umpan balik pada saat mini-CEX. Hasil mahasiswa pasti akan dilakukan oleh
penelitian tersebut menunjukkan bahwa mahasiswa. Umpan balik yang akan di-follow-
umpan balik yang yang diberikan oleh dosen up oleh supervisor dan berdampak pada
pendidik klinis pada saat mini-CEX akan penentuan kelulusan akan dikerjakan oleh
mempengaruhi internal mahasiswa. Proses mahasiswa. Peran mini-CEX sebagai asesmen
internal ini memacu mahasiswa untuk sumatif akan memberi konsekuensi kepada
melakukan tindakan. Selain faktor internal mahasiswa. Umpan balik yang tidak
tindakan terhadap umpan balik juga dilaksanakan akan memberi konsekuensi
dipengaruhi oleh faktor ekternal yaitu misalnya tidak mendapat nilai dan tidak dapat
konsekuensi. Tindakan yang dilakukan oleh menempuh ujian akhir stase, sehingga harus
mahasiswa akan memberikan efek 31-33 mengulang
pembelajaran. stase di bagian
Adanya umpan balik mendorong proses tersebut. Akibatnya masa studi kepaniteraan
internal mahasiswa. Mahasiswa akan klinik bertambah. Tindakan yang dilakukan
melakukan self-reflection terhadap umpan balik mahasiswa dalam menjalankan umpan balik
yang diberikan oleh supervisor. Self-reflection akan memberikan efek diantaranya
pada penelitian ini adalah pemikiran peningkatan self-efficacy, attitude, knowledge,
mahasiswa terhadap dirinya setelah menerima dan clinical skill.
umpan balik dari supervisor. Adanya umpan
balik pada saat mini-CEX membuat mahasiswa Ringkasan
mengetahui hal yang benar dan salah, Umpan balik merupakan komponen
menyadari kekurangan, dan memunculkan penting dalam pendidikan klinik. Umpan balik
kesadaran mahasiswa bahwa kurang persiapan dapat diberikan bersamaan dengan penilaian
sebelum mengikuti mini-CEX. Dengan self- sumatif. Salah satu metode penilaian yang
reflection mahasiswa akan menyadari dapat digunakan adalah mini-CEX. Umpan balik
kekurangannya dan akan berusaha yang diterima mahasiswa pada saat mini-CEX
19
memperbaikinya. akan memberikan efek pembelajaran.
Faktor internal yang juga dipengaruhi
oleh umpan balik mini-CEX adalah respon Simpulan
emosi. Umpan balik yang diberikan oleh Umpan balik yang diberikan pada saat
supervisor pada saat mini-CEX akan mini-CEX dapat memberikan manfaat bagi
menimbulkan perasaan senang, merasa peningkatan kemampuan mahasiswa.
dihargai dan diperhatikan oleh supervisor.

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 |414


Sulistiawati | Umpan Balik pada Mini-CEX

Daftar Pustaka
1. Teunissen PW, Wilkinson TJ. Learning and 11. Norcini J. & Burch V. Workplace-based
teaching in workplace. Dalam: Dornan T., assessment as an educational tool: AMEE
Mann K, Scherpbier A., Spencer J., Editors. Guide No. 31. Med Teach. 2007; 29(9):
Medical Education Theory and Practice. 855–71.
London: Elsevier; 2011. p.193-209. 12. Amin Z, dan Eng KH. Basics in medical
2. Spencer J. Learning and teaching in the education. Singapore: World Scientific
clinical environment. BMJ. 2003; 326 Publishing Company; 2003.
(7389):591-4. 13. Allery L. Assess trainees in the clinical
3. Daelmans HEM, Hoogenboom, RJI, Donker workplace using the Mini-CEX (mini clinical
AJM, Scherpbier AJJA, Stehouwer CDA. & evaluation exercise). Educ Prim Care.
Van Der Vleuten CPM. Effectiveness of 2006; 17: 270–4.
clinical rotations as a learning 14. Hill, F. & Kendall, K. Adopting and adapting
environment for achieving competences. the mini-CEX as an undergraduate
Med Teach. 2004; 26(4): 305–12. assessment and learning tool. Clin Teach.
4. Cantillon P. & Sargeant J. Giving feedback 2007; 4(4):.244–8.
in clinical settings. BMJ(Clinical research 15. de Lima, A.A., Henquin, R., Thierer, J.,
ed.). 2008; 337(7681): 1292–4. Paulin, J., Lamari, S., Belcastro, F., & van
5. Cilliers FJ, Schuwith LWT, Adendorff HJ, der Vleuten, C.P.M. A qualitative study of
Herman N, & van der Vleuten CPM. The the impact on learning of the mini clinical
mechanism of Impact of Summative evaluation exercise in postgraduate
Assessment on Medical Students‟ training. Med Teach. 2005; 27(1); 46–52.
Learning. Adv Health Sci Educ Theory Prac. 16. Malhotra S, Hatala R & Courneya C.-A.
2010. 15:695-715 Internal medicine residents‟ perceptions
6. Van de Ridder JMM, Stokking KM, of the Mini-Clinical Evaluation Exercise.
McGaghie WC, & Ten Cate OThJ. What is Med Teach. 2008; 30(4):414–9.
feedback in clinical education? Med Educ. 17. Weller JM, Jones A, Merry AF, Jolly B, &
2008; 42(2):189–97. Saunders D. Investigation of trainee and
7. Ramani S. & Leinster S. AMEE Guide no. specialist reactions to the mini-Clinical
34: Teaching in the clinical environment. Evaluation Exercise in anaesthesia:
Med Teach. 2008; 30(4): 347–64. implications for implementation. Brit J
8. Veloski J, Boex JR, Grasberger MJ, Evans A, Anaesth. 2009; 103(4):524–30.
& Wolson DB. (2006). Systematic review of 18. Al-Kadri HM, Al-Kadi MT, & van der
the literature on assessment, feedback Vleuten CPM. Work place based
and physicians‟ clinical performance: assessment and students‟ approaches to
BEME Guide No. 7. Med Teach. 2006; learning: a qualitative inquiry.Med Teach.
28(2):117–28. 2013; 35 (Suppl 1): S31 –8.
9. Norcini JJ. The Mini Clinical Evaluation 19. Sulistiawati. Eksplorasi Respon Belajar
Exercise (Mini CEX). Med Teach. 2005; Mahasiswa Terhadap Umpan Balik yang
2(1): 25–30. Diberikan Dalam Mini-Cex di Bagian Ilmu
10. Norcini JJ, Blank LL, Duffy FD, & Fortna GS. Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
The Mini-CEX : A Method for Assessing Universitas Mulawarman.[Tesis].
Clinical Skills. Ann Intern Med. 2003; Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada;
138(6): 476–483. 2015.

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 |415


Eka Febri Z dan Puji Rizki S | Degenerasi Kognitif pada Stress Kronik

Degenerasi Kognitif pada Stres Kronik


Eka Febri Zulissetiana1, Puji Rizki Suryani2
1
Departemen Rehabilitasi Medik, Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya
2
Departemen Ilmu Kedokteran Jiwa, FK Universitas Sriwijaya

Abstrak
Alzheimer dan Parkinson adalah penyakit neurodegeneratif yang paling sering dijumpai di seluruh dunia dan merupakan
penyebab utama penurunan fungsi kognitif pada usia lanjut. Insidensi Alzheimer dan Parkinson semakin meningkat setiap
tahunnya sehingga menjadi salah satu masalah serius di sistem pelayanan kesehatan.Penurunan fungsi kognitif ini akan
berdampak pada tingginya risiko disabilitas fisik, penurunan kualitas hidup dan kematian. Perawatan jangka panjang dan
seringnya hospitalisasi pada penderita ini menyebabkan tingginya biaya dan beban ekonomi pada keluarga maupun negara.
Hingga saat ini penyebab pasti dari penurunan fungsi kognitif belum diketahui tetapi diduga diperantarai oleh interaksi yang
kompleks antara faktor usia, genetik dan lingkungan seperti stres. Tinjauan pustaka ini bertujuan untuk mengetahui efek
stres kronik pada penurunan fungsi kognitif.Beberapa hasil penelitian memperlihatkan paparan stress kronik akan
menyebabkan peningkatan kadar kortisol jangka panjang yang akan menimbulkan efek yang merugikan di berbagai regio
otak khususnya hipokampus yang memegang peranan penting dalam proses belajar dan penyimpanan memori. Peningkatan
kadar kortisol akan memperantarai proses apoptosis neuron dan menurunkan ekspresi berbagai neurothropin. Kortisol juga
dapat menyebabkan perubahan dalam homeostasis kalsium, transmisi glutamat, meningkatkan proses long term depression
(LTD) dan gangguan pada proses induksi Long Term Potentiation (LTP) sehingga akan menurunkan eksitabilitas hipokampus.
Dengan demikian, Stres diyakini sebagai penyebab berbagai gangguan neuropsikiatri dan mempengaruhi perkembangan dan
onset timbulnya penyakit neurodegeneratif.

Kata kunci: hipokampus, neurodegeneratif, kognitif, kortisol, stress

Cognitive Degeneration in Chronic Stress


Abstract
Alzheimer's and Parkinson's is the most common neurodegenerative disease and the leading cause of cognitive
degeneration in the elderly. The incidence of Alzheimer's and Parkinson disease is increasing globally and become one of
the serious problems in the health care system. The decline in cognitive function is likely to impact on the high risk of
physical disability, reduced quality of life and death. Long-term care and hospitalization in patients often led to high costs
and economic burden on the family and the state. Until now, the exact cause of the decline in cognitive function is unknown
but is thought to be mediated by a complex interaction between many factors such as age, genetic and environmental
stress. This literature review aimed to determine the effects of chronic stress on cognitive decline. Some research shows
chronic stress exposure will lead to increased levels of cortisol will cause long-term adverse effects in the various regions of
the brain, especially the hippocampus which plays an important role in learning and memory storage. Increased levels of
cortisol mediates neuronal apoptosis and decreased the expression of various neurothropin. Cortisol also can lead to
changes in calcium homeostasis, glutamate transmission, improve the process of long-term depression (LTD) and
interference on the induction of Long Term potentiation (LTP) thereby decreasing hippocampal excitability. Thus, stress is
believed to cause a variety of neuropsychiatric disorders and affect the development and onset of neurodegenerative
disease.

Keywords: cognitive, cortisol, hippocampus, neurodegenerative

Korespondensi: dr. Eka Febri Zulissetiana | Departemen Rehabilitasi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya | HP.
081367656106 | e-mail: dr.eka_1902@yahoo.com

Pendahuluan
Penyakit Alzheimer dan Parkinson adalah
penyakit neurodegeneratif yang paling sering Pasifik, jumlah penderita penyakit Alzheimer
dijumpai di seluruh dunia dan merupakan mencapai hampir 23 juta orang pada tahun
penyebab utama demensia pada usia lanjut1. 2015 dan diperkirakan mengalami peningkatan
Prevalensi demensia semakin meningkat setiap menjadi 71 juta orang pada tahun 20503.
tahunnya seiring dengan semakin Demensia dapat secara signifikan
meningkatnya populasi orang tua dan tingginya memperpendek angka harapan hidup dan
angka harapan hidup di seluruh dunia2. Di Asia merupakan penyebab utama disabilitas

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 |416


Eka Febri Z dan Puji Rizki S | Degenerasi Kognitif pada Stress Kronik

Demensia dapat secara signifikan neuronnoradrenergikdarilocus coeruleus


memperpendek angka harapan hidup dan (LC)batang otak melepaskan norepinefrin
merupakan penyebab utama disabilitas fisik, (NE)12. Respon terhadap stres terutama ditandai
hospitalisasi dan penurunan kualitas hidup dengan adanya aktivasi dari sistem simpato-
pada usia lanjut. Perawatan jangka panjang adreno-medullariyang menghasilkan epinefrin
pada penderita demensia ini menyebabkan dan norepinefrin dan sistem hipotalamus-
tingginya biaya dan beban ekonomi pada pituitari-adrenal (HPA) yang menghasilkan
keluarga maupun negara. Pada tahun 2005 di hormon kortikosteroid13. Sebagai permulaan
seluruh dunia, jumlah biaya yang harus dihasilkan katekolamin yang kemudian diikuti
dikeluarkan akibat penyakit Alzheimer dengan peningkatan kadar hormon
mencapai lebih dari US$ 315 juta dan kortikosteroid. Katekolamin disekresi dan
diperkirakan akan semakin meningkat seiring kemudian menyebabkan aktivasi second
dengan pertambahan prevalensi penyakit ini.4 messenger di neuron pascasinaps dalam waktu
Hingga saat ini penyebab pasti dari beberapa detik, sedangkan hormon
demensia ini belum diketahui tetapi diduga kortikosteroid disekresi dalam waktu beberapa
diperantarai oleh interaksi yang kompleks menit dan menimbulkan efek hingga berjam-
antara faktor usia, genetik dan lingkungan jam hingga kemudian terlibat dalam proses
seperti stres5,6. Paparan stres jangka panjang transkripsi gen13,14.
pada manusia berhubungan dengan penurunan Aktivasi dari sistem stres ini akan
volume hipokampus dan regio orbito-frontal menyebabkan perubahan pada sistem fisiologis
otak serta meningkatnya apoptosis neuron tubuh yang memperantarai kemampuan
yang akan berdampak pada penurunan fungsi organisme untuk mempertahankan
kognitif dan emosi6. Stres diyakini sebagai homeostasis dan meningkatkan kesempatan
penyebab berbagai gangguan neuropsikiatri untuk bertahan hidup12.
dan mempengaruhi perkembangan dan onset
timbulnya penyakit neurodegeneratif7.

Stres
Stres merupakan reaksi tubuh terhadap
berbagai situasi mengancam yang dapat
menyebabkan perubahan baik secara fisik
maupun fisiologis yang akan mengganggu
homeostasis8,9. Otak merupakan organ utama
yang menginterpretasi,merespon sekaligus
merupakan target darihormon stres karena
otak menentukan stimulus mana yang
mengancam dan otak juga berperan dalam
mengatur fungsi fisiologis dan tingkah laku
sebagai respon terhadap stresor10,11.
Sebagai pusat kontrol dari sistem stres,
sel-sel parvoselulardan nucleus paraventricular
hipotalamus menghasilkan corticotropin-
releasing hormone (CRH) dan hormon arginine- Gambar 1. Skema sistem yang terlibat pada
vasopressin (AVP), sedangkan stress

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 |417


Eka Febri Z dan Puji Rizki S | Degenerasi Kognitif pada Stress Kronik

Kortisol
Kortisol merupakan efektor dari sistem kortisol terhadap sekresi ACTH ini bertujuan
HPA dan berperan dalam kontrol homeostasis dalam membatasi durasi masa kerja kortisol
tubuh dan respon organisme terhadap terhadap jaringan sehingga meminimalkan efek
stres.Kortisol dapat dengan mudah masuk ke katabolisme, antireproduktif dan imunosupresif
jaringan otak karena sifatnya yang lipopilik dan akibat pengaktifan kortisol12. Pada stres kronik
kemudian akan terikat dengan 2 reseptor terjadi peningkatan kadar kortisol dalam jangka
glukortikoid yaitu mineralocorticoid receptor waktu yang lama yang disebabkan karena
(MR) atau reseptor tipe 1 dan glucocorticoid hiperaktivitas sistem HPA dan terganggunya
receptor (GR) atau reseptor tipe 213,14,15. MR fungsi glucorticoid receptor (GR) yang berperan
ditemukan terbatas pada regio sistem limbik dalam mekanisme umpan balik negatif sistem
seperti hipokampus, nuklei amigdala dan HPA 12,20.
motor nuklei batang otak, sedangkan GR Peningkatan kadar kortisol dalam jangka
tersebar luas dan dapat ditemukan baik pada panjang akibat paparan stress berulang dapat
neuron maupun sel glia 16. MR memiliki afinitas menimbulkan efek yang merugikan otak18. Efek
yang tinggi, 10 kali lipat lebih tinggi stress kronik ini bersifat progresif, dimulai
dibandingkan dengan GR, sehingga berperan dengan efek yang sementara (reversibel) hingga
pada kadar kortisol basal, sedangkan apabila efek yang bersifat permanen seperti kerusakan
terjadi peningkatan kadar kortisol maka peran neuron14. Pengaruh stres kronik dapat dilihat di
MR akan digantikan oleh GR. Ikatan antara berbagai regio di otak, khususnya hipokampus
kortisol dengan GR akan menimbulkan efek yang memegang peranan penting dalam proses
yang berbeda bahkan berlawanan dengan efek belajar dan penyimpanan memori. Hipokampus
kortisol pada kondisi basal14,17. Dengan adanya merupakan suatu regio di otak yang paling kaya
perbedaan jenis reseptor, maka secara umum akan reseptor kortikosteroid dan memiliki
efek kortisol pada hipokampus dapat sensitivitas yang tinggi terhadap kortikosteroid1
17,18
digambarkan dengan bentuk kurva U terbalik . Oleh karena itu, stres diyakini berhubungan
(Inverted U-shaped dose dependency). Kadar dengan penurunan kemampuan kognitif dan
kortisol pada stressor ringan diperlukan sebagai munculnya penyakit-penyakit
mekanisme untuk mempertahankan neuropsikiatrik14,21.
homeostasis, sedangkan kadar kortisol yang
sangat rendah maupun sangat tinggi akan Stres Kronik dan Fungsi Kognitif
berdampak buruk pada jaringan otak15,18. Peningkatan kortisol akibat stres kronik
dapat menurunkan uptake dan utilisasiglukosa
oleh sel saraf dan sel glia18,22. Kortisol memicu
translokasi glucose transporter3 (GLUT-3) masuk
kembali ke dalam sel, sekaligus menurunkan
ekspresi mRNA GLUT-3 14. Hal ini menyebabkan
penurunan kadar ATP selama kondisi stress dan
diyakini juga akan berdampak dengan
terganggunya efikasi long term potentiation
(LTP) yang merupakan mekanisme dasar
pembangunan memori dan proses belajar.
Inhibisi GLUT-3 oleh kortisol ini juga
menyebabkan kerentanan terhadap energi
sehingga hipokampus kesulitan dalam
Gambar 2. Bentuk kurva yang melakukan berbagai fungsi vital seperti reuptake
menggambarkan aksi kortisol19 glutamat, efluks Ca2+ dan memperbaiki
14
kerusakan oksidatif yang terjadi .
Kortisol juga penting dalam mengatur
aktivitas basal dari sistem HPA dan untuk
terminasi respon stres. Umpan balik negatif

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 |418


Eka Febri Z dan Puji Rizki S | Degenerasi Kognitif pada Stress Kronik

Kortisol diketahui mempengaruhi


elekrofisiologi dan menurunkan eksitabilitas
neuron di hipokampus yang disebabkan adanya
peningkatan ion Ca2+ di sitoplasma14. Kortisol
dapat meningkatkan konduktansi pompa ion
Ca2+ sehingga akan terjadi influks Ca2+ diikuti
dengan ekstrusi Ca2+ dalam jumlah besar ke
dalam sitoplasma. Kondisi ini juga diperparah
dengan adanya supresi pompa Ca2+- ATPase
akibat aktivasi reseptor GR oleh kortisol15.
Peningkatan ion Ca2+ ini akan meningkatkan
after-hyperpolarization yang akan
memperpanjang periode refraktori neuron di
hipokampus18.
Stres kronik dapat meningkatkan kadar
glutamat di ekstraseluler jaringan otak23.
Kortisol melalui aktivasi GR dapat
meningkatkan jumlah vesikel sinaptik glutamat Gambar 3. Stres kronik mempengaruhi
di permukaan membran sinaps sehingga makin metabolisme glutamat 21.
banyak jumlah glutamat yang siap
dilepaskan.Di level presinaptik, kortisol memicu Adanya perubahan pada plastisitas
peningkatan jumlah kompleks SNARE yang sinaps ini akan menyebabkan perubahan
merupakan kompleks protein yang struktur pada sinaps glutamatergik seperti
memperantarai pelepasan neurotransmitter atropi, retraksi dendrit bahkan kerusakan duri
termasuk glutamat oleh neuron dendrit 21.
presinaps.Sebagai tambahan, stres kronik juga Paparan stres kronik menunjukkan efek
mempengaruhi fungsi sel glia. Stres kronik kortisol terhadap stress oksidatif baik secara
diyakini dapat menurunkan jumlah sel glia, langsung maupun tidak langsung. Kortisol
ditandai dengan menurunnya ekspresi glial jangka panjang memperantarai proses
fibrillary acid protein (GFAP), dengan cara gliogenesis dan peningkatan metabolisme yang
menghambat proliferasi progenitor sel glia. menyebabkan akumulasi stress oksidatif di
Streskronik juga dapat menghambat mitokondria. Sel glia mempunyai peran penting
mekanisme “pembersihan “ glutamat dari dalam modulasi status redoks sel neuron
celah sinaps oleh excitatory amino acid melalui potensiasi aktivitas reseptor NMDA
transporters (EAATs) sel glia22. Eksotoksisitas oleh L-lactate astrosit26. Stresmenurunkan
glutamat akan berdampak pada gangguan stabilitas membran sel dan aktivitas pompa
regulasi ion Ca2+ 24. Glutamat dapat natrium- Na+/K+ATP ase, sertameningkatkan
menginduksi peningkatan konsentrasi ion Ca2+ kadar dan metabolisme monoamin di otak27.
di sitoplasma dengan cara mengaktifkan Stres kronik menyebabkan pelepasan sejumlah
reseptor AMPA, NMDA dan voltage-dependent besar excitatory amino acid seperti glutamat
Ca2+ channels (VDCC). Selain itu, aktivasi dan aspartate28. Toksisitas glutamat,
reseptor glutamat pada GTP-binding protein peningkatan ion Ca2+ dan disfungsi
dapat menstimulasi pelepasan inositol mitokondria, mendasari mekanisme apoptosis
triphosphate (IP3) yang akan mengaktifkan sel saraf14,29.Ca2+overload memicu kerusakan
pintu Ca2+ pada retikulum endoplasma25. sitoskletal, produksi ROS dan meningkatkan
Stres kronik juga mempengaruhi oksidasi lipid, protein dan DNA. Hal tersebut
transmisi glutamat yang ditandai dengan merusak ubiquitin-proteosome sisytem (UPS),
berkurangnya jumlah reseptor AMPA dan mengaktifkan sinyal apoptosis melalui p53 dan
NMDA di neuron pascasinaps21. Stress kronik MAPK, serta menginduksi protein proapotosis,
akan meningkatkan proses long term seperti Bcl-2-associat ed X protein (Bax), p53-
depression (LTD) yang memiliki efek yang upregulated modulator of apoptosis (PUMA)
berlawanan dengan LTP yang akan dan sitokrom C. Selain itu, mitokondria juga
mengganggu proses belajar, memori dan
plastisitas sinaps 17,18.

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 |419


Eka Febri Z dan Puji Rizki S | Degenerasi Kognitif pada Stress Kronik

menghasilkan apoptosis-inducing factor (AIF) hippocampus tikus menurun secara signifikan


yang menginduksi apoptosis melalui caspase- pada menit ke-60, ke-120 dan ke-720
9/caspase-329. pascastres kronik ringan berulang33. Kortisol
Stres kronik menyebabkan pelepasan menurunkan aktivitas activator protein-1 (AP-
sitokin terutama tumor necrosis factor-α (TNF- 1) dan CREB yang diperlukan dalam transkripsi
α) melalui aktivasi TNF-α convertase (TACE) di gen BDNF. Kortisol mengganggu stabilitas
sel endotel dan sel epitel pleksus khoroidalis sekaligus memicu degradasi mRNA BDNF34.
dan ventrikel. TNF-α diketahui merupakan Stres immobilisasi kronik juga terbukti
regulator utama dalam berlangsungnya menurunkan aktivitas Akt dan mTOR yang
perubahan oksidatif selama stress. Kortisol juga merupakan komponen penting dalam jalur
menyebabkan aktivasi NFkB yang merupakan PI3K/Akt yang diaktifasi oleh BDNF.
faktor transkripsi gen yang menginduksi nitric Menurunnya aktivitas mTOR diduga
oxide synthase (iNOS, NOS-2) dan merupakan faktor penting dalam penurunan
cyclooxygenase-2 (COX-2). NOS memperantarai protein-protein sinaps seperti SYP, PSD 95,
sitotoksisitas di banyak sel tubuh, terutama neurexin dan neuroligin35. Hasil akhir dari
karena akumulasi produksi ROS seperti penurunannya fungsi BDNF menyebabkan
peroxynitrite akibat paparan NOS yang lama. peran BDNF dalam menjaga dan
COX-2 merupakan komponen terpenting dalam mempertahankan morfologi dendrit dan duri
respon inflamasi dan produk akhir dari reaksi ini dendrit menjadi terganggu. Streskronik
bertanggung jawab atas proses sitotoksisitas terbukti menyebabkan perubahan struktural di
pada sel yang mengalami inflamasi. COX-2 beberapa regio otak seperti retraksi dendrit,
menyebabkan kerusakan sel melalui biosintesis berkurangnya kompleksitas dendrit dan
prostaglandin yang juga akan menghasilkan berkurangnya densitas total duri dendrit
ROS. Selain itu prostaglandin sendiri juga terutama duri dendrit bentuk thin dan
bertanggung jawab akan kerusakan sel dengan mushroom36.
cara menginduksi pelepasan glutamat dari
astrosit28. Ringkasan
Stres kronik juga menurunkan aktivitas Penyakit Alzheimer dan Parkinson
antioksidan enzimatis, seperti superoksida merupakan penyebab utama demensia pada
dismutase (SOD), katalase (CAT), glutathione usia lanjut yang insidensinya semakin
peroxidase (GPx) dan glutation S- meningkat setiap tahunnya. Salah satu
transferase(GST), dimana hal tersebut memicu penyebab dari penyakit neurodegeneratif ini
produksi anion superoksida (O2-), radikal adalah stres. Stres merupakan reaksi tubuh
hidroksil (.OH) dan hidrogen terhadap berbagai situasi mengancam yang
peroksida(H2O2)14,30,31. Gluthathione memiliki dapat menyebabkan perubahan baik secara
peranan penting dalam mendetoksifikasi ROS di fisik maupun fisiologis yang akan mengganggu
otak terutama H2O2 yang merupakan molekul homeostasis. Stres kronik akan menyebabkan
yang paling toksik di otak. Penurunan peningkatan kortisol jangka panjang yang
konsentrasi antioksidan akan menyebabkan dapat menimbulkan efek yang merugikan otak.
modifikasi protein-protein penting di otak
melalui peningkatan oksidasi, denaturasi dan Simpulan
presipitasi protein30. Sebagai tambahan, terjadi Peningkatan kadar kortisol akibat stres kronik
juga peroksidasi lipid yang menyebabkan dapat memperantarai kerusakan neuron di
eksotoksisitas sel neuron melalui beberapa hipokampus sehingga akan menyebabkan
mekanisme seperti kerusakan membran sel, berbagai gangguan neuropsikiatri dan
berkurangnya jumlah ATP, penurunan aktivitas mempengaruhi perkembangan dan onset
Na-K-ATP ase dan kerusakan dalam transport timbulnya penyakit neurodegeneratif.
glutamate 30,32.
Stres kronik dapat menurunkan ekspresi Daftar Pustaka
faktor pertumbuhan seperti neurotrophin, 1. Tiwari SC, & Soni RM. Alzheimer’s Disease
khususnya brain derived neurotrophic factor Pathology and Oxidative Stress: Possible
(BDNF)7. Ekspresi mRNA dan protein BDNF di Therapeutic Options .J Alzheimers Dis
Parkinsonism. 2014. 4(5):162-72.

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 |420


Eka Febri Z dan Puji Rizki S | Degenerasi Kognitif pada Stress Kronik

2. Lista I & Sorentino G. Biological Mechanism microglia and damage in the rat
of Physical Activity in Preventing Cognitive hippocampus. Neurobiology of Aging.
Declining. Cell Mol Neurobiol. 2010. 2011. 32 : 85–102.
30(4):493-503. 14. McEwen B & Sapolsky RM. Stress and
3. Alzheimer’s Disease International Cognitive Function. Current Opinion.
[internet]. 2014. World Alzheimer Report 1995.5:205-16.
2014 : Dementia and Risk Reduction. 15. Joels M. 2001. Corticosteroid Action in
[Online].[disitasi pada 25 Maret Hippocampus. Journal of
2016].Tersedia dari Neuroendocrinology. 13 : 657-69.
:https://www.alz.co.uk/research/WorldAlz 16. De Quarvain D, Roozendaal B &McGaugh,
heimerReport2014.pdf J. Stress and glucocorticoids impair
4. Qiu C, Kivipelto M & Straus E. Epidemiology retrieval of long-term spatial memory.
of Alzheimer’s disease: occurance, Nature Neuroscience. 1998. 394. 780-90.
determinants and strategies toward 17. Kim JJ & Diamond DM. The Stressed
intervention. Dialogues Clin Neurosci. Hippocampus, Synaptic Plasticity and Lost
2009. 11(2): 111–28. Memories. Nature Review
5. Madeo J & Elsayad C. The Role of Oxidative Neuroscience.2002. 3:453-62.
Stress in Alzheimer’s Disease. J Alzheimers 18. Sapolsky RM. Glucocorticoids, Stress, and
Dis Parkinsonism. 2013. 3(2):116-21. Their Adverse Neurological Effects:
6. Nieoullon A. Neurodegenerative diseases Relevance to Aging. Exp. Geront. 1999.
and neuroprotection: current views and 34(6):721-32.
prospects .J Appl Biomed. 2011.9: 173–83. 19. Hill EE, Zack E, Battaglini M,Viru M, Viru A
7. Bath KG, Schilit A, Lee FS. Stress Effect on & Hackney AC. Exercise and circulating
BDNF Expression :Effect of Age, Sex, and cortisol levels : The Intensity threshold
Form of Stress. Neuroscience. 2013. effect. J.Endocrinol.Invest.2008. 31: 587-
239:149-56. 91
8. McEwen BS. The Neurobiology of Stress: 20. Zhu LJ, Liu MY, Li H, Liu X, Chen C, Han Z.,
from Serendipity to Clinical Relevance. et al. The Different Roles of
Brain Res. 2000. 886(1-2):172-89. Glucocorticoids in the Hippocampus and
9. Sahin E & Gumuslu S. Immobilization stress Hypothalamus in Chronic Stress-Induced
in rat tissues: Alterations in protein HPA Axis Hyperactivity. PLoS ONE. 2014.
oxidation, lipid peroxidation and 9(5): 1-10.
antioxidant defense system. Comparative 21. Popoli M, Yan Z, McEwen, B. & Sanacora,
Biochemistry and Physiology. 2007. 144: G. 2013. The Stressed Synapse: the Impact
342-7. of Stress and Glucocorticoids on
10. McEwen BS. Central Effects of Stress Glutamate Transmission. Nat. Rev.
Hormones in Health and Disease: Neurosci. 13(1):22-37.
Understanding the Protective and 22. Pérez-Nievas, B.G., García-Bueno, B., Caso,
Damaging Effects of Stress and Stress J.R., Menchén, L. & Leza, J.C., 2007.
Mediators. Eur. J. Pharmacol. 2008. 583(2- Corticosterone as a Marker of
3):174-85. Susceptibility to Oxidative/ Nitrosative
11. McEwen B & Gianaros P. Central role of the Cerebral Damage after Stress Exposure in
brain in stress and adaptation: links to Rats. Psychoneuroendocrinology
socioeconomic status, health, and disease. 32(6):703-11.
Ann N Y Acad Sci. 2010. 1186:190-222. 23. Musazzi, L., Treccani, G & Popoli, M. 2015.
12. Tsigos C & Chrousos GP. Hypothalamic- Functional and Structural Remodeling of
Pituitary-Adrenal Axis, Neuroendocrine Glutamate Synapses in Prefrontal and
Factors and Stress. J. Psychosom. Res. Frontal Cortex Induced by Behavioral
2002. 53(4):865-71. Stress. Front Psychiatry. 6: 60.
13. Espinosa-Oliva AM, Pablos RM, Villaran RF, 24. Castilho, R.F., Ward, M & Nicholls, D.
Arguelles S, Venero J & Cano J. Stress is 1999. Oxidative Stress, Mitochondrial
critical for LPS-induced activation of Function, and Acute Glutamate

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 |421


Eka Febri Z dan Puji Rizki S | Degenerasi Kognitif pada Stress Kronik

Excitotoxicity in Cultured Cerebellar Journal of Biochemistry & Biophysics.46:


Granule Cells. J. Neurochem. 72 :1394–401. 53-8.
25. Mattson, M.P. 2007. Calcium and 32. Madrigal, J.L.M.,Olivenza, R.,Moro, M.
Neurodegeneration. Aging Cell. 6: 337-50. A.,Lizasoain, I., Lorenzo,P.,Rodrigo,J., et al.
26. Spiers, J.G.,Chen, H-J.C., Sernia, C & Lavidis, 2001. Glutathione Depletion, Lipid
N.A. 2015. Activation of the hypothalamic- Peroxidation and Mitochondrial
pituitary-adrenal stress axis induces Dysfunction Are Induced by Chronic Stress
cellular oxidative stress. Front. Neurosci. in Rat Brain. Neuropsychopharmacology.
8:456 24: 420-9
27. Cui, H., Kong, Y. & Zhang, H. 2012. 33. Shi, S.-S., Shao, S.-H., Yuan, B.-P., Pan, F. &
Oxidative Stress, Mitochondrial Li, Z.-L. 2010. Acute Stress and Chronic
Dysfunction, and Aging.J. Sig. Transd. Stress Change Brain-Derived Neurotrophic
2012:646354. Factor (BDNF) and Tyrosine Kinase-
28. Munhoz, C.D., Garcia-Bueno, B., Madrigal, Coupled Receptor (TrkB) Expression in
J.L.M., Lepsch,L.B., & Leza,J.C. 2008.Stress- Both Young and Aged Rat Hippocampus.
Induced Neuroinflammation: Mechanism Yonsei Med. J. 51(5):661-71.
and New Pharmacological Target. Braz J 34. Suri, D. & Vaidya, V. 2013. Glucocorticoid
Med Biol Res. 41(12):1037-46. Regulation of Brain-Derived Neurotrophic
29. Numakawa, T., Matsumoto, T., Numakawa, Factor: Relevance to Hippocampal
Y., Richards, M., Yamawaki, S. & Kunugi, H. Structural and Functional Plasticity.
2011. Protective Action of Neurotrophic Neuroscience 239:196-213.
Factors and Estrogen Against Oxidative 35. Fang, Z.H., Lee, C.H., Seo, M.K.,Cho,
Stress-Mediated Neurodegeneration. J. H.,Lee,J.G.,Lee, B.J. et al. 2013. Effect of
Toxicol. 2011:405194. treadmill exercise on the BDNF-mediated
30. Sahin, E & Gumuslu, S. 2004. Alterations in pathway in the hippocampus of stressed
brain antioxidant status, protein oxidation rats. Neuroscience Research. 76: 187-94.
and lipid peroxidation in response to 36. Magarinos, A.M., Li, C.J.,Toth, J.G., Bath,
different stress models .Behavioural Brain K.G., Jing, D.,Lee, F.S. et al. 2011. Effect of
Research. 155: 241-8. Brain-Derived Neurotrophic Factor
31. Zafir, A &Bahu, N.2009.Induction of Haploinsufficiency on Stress-Induced
Oxidative Stress by Restraint Stress and Remodeling of Hippocampal
Corticosterone treatment in Rats.Indian Neurons.Hippocampus.21 (3) : 253-64.

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 |422


TA Larasati dkk. | Aktivitas Musa paradisiaca dalam Terapi Diare Akut pada Anak

Aktivitas Musa paradisiaca dalam Terapi Diare Akut pada Anak

TA Larasati, WA Hardita, IK Dewi


Unit Kajian Agromedicine, Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

Abstrak
Tanaman obat telah digunakan sebagai bentuk alternatif dari perawatan kesehatan. Pisang (Musa paradisiaca) merupakan
salah satu tanaman obat yang paling sering digunakan. Pisang (Musa paradisiaca) memiliki efek potensial terhadap
penyembuhan pada banyak penyakit, terutama penyakit gastrointestinal. Diare merupakan salah satu contoh penyakit
yang bisa disembuhkan dengan Musa paradisiaca. Diare merupakan salah satu penyebab kematian paling sering di dunia
pada anak-anak di bawah usia 5 tahun. Penyakit ini disebabkan oleh berbagai etiologi, seperti patogen, perubahan
metabolik, subtansi dan intoksikasi. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa waktu pemulihan pasien diare yang
mengonsumsi diet dengan pisang lebih cepat dibanding pasien yang tidak mengonsumsi diet dengan pisang. Musa
paradisiaca bisa menyembuhkan diare dengan aktivitas dari kandungan karbohidratnya. Kandungan karbohidrat yang
resisten terhadap kadar amilase yang tinggi akan berperan dalam resistensi terhadap hidrolisis di usus. Ketika tiba di kolon,
kandungan karbohidrat tersebut difermentasi oleh mikroflora kolon menjadi short chain fatty acids (SCFAs) yang
menstimulasi absorpsi garam dan air. Di sisi lain, Musa paradisiaca bisa mengurangi diare dengan menormalisasi fungsi
usus. Kandungan pektin dalam Musa paradisiaca akan mengabsorpsi air dalam jumlah besar untuk menormalisasi
pergerakan usus. Simpulan: Pisang (Musa paradisiaca) dapat menjadi alternatif terapi diare pada anak di bawah usia lima
tahun karena mempunyai kandungan fitokemikal alami, aktivitas farmakologis, dan aktivitas antibakteri.

Kata kunci: diare, musa paradisiaca, pektin

Activity of Musa paradisiaca in the Treatment of Acute Diarrhea in Children


Abstract
Medicinal plants have been used as an alternative form of health care. Banana (Musa paradisiaca) is one of the most
frequently used medicinal plants. Banana (Musa paradisiaca) have a potential effect for treatment in many disease,
especially gastrointestinal disease. Diarrhea is one of the example that can be treated by Musa paradisiaca. Diarrhea is one
of the most common cause of death in the world of children under 5 years old. This disease can be caused by various
etiologies, such as pathogen, metabolic changes, substances and intoxication. Some studies shows that recovery time of
patients with diarrhea who consumed a diet with banana is faster that patients with diarrhea who didn’t consumed a diet
with banana. Musa paradisiaca can treat diarrhea by the activity of its carbohydrate contents. Its carbohydrate contents
which resistant to high amylase will play a role in resistance to hydrolysis in the intestine. When it reaches colon, it is
fermented by colonic microflora into short chain fatty acids (SCFAs) which stimulate absorption of salt and water. In other
hand, Musa paradisiaca can reduces diarrhea by normalizing bowel function. Pectin’s content of Musa paradisiaca will
absorb a large numbers of water to normalize bowel movement. Conclusion: Bananas (Musa paradisiaca) can be an
alternative therapy of diarrhea in children under five years of age because it has a content of natural phyitochemical,
pharmacological activity and antibacterial activity.

Keywords: diarrhea, musa paradisiaca, pectin

Korespondensi: dr. TA Larasati, S.Ked, M.Kes | Fakultas Kedokteran, Unila, Jl. Sumantri Brojonegoro no 1, Bandar Lampung|
HP. 081279736697 | e-mail: t_a_larasati@yahoo.co.id

Pendahuluan
Diare adalah salah satu masalah kesehatan dunia terhadap anak usia dibawah 5 tahun.
yang sering menyerang masyarakat berbagai Prevalensi infeksi di Nigeria sebesar 18,8%,
usia di negara berkembang. Diare dapat diatas rata-rata yaitu sebesar 16%. Penyakit ini
menyebabkan kehilangan elektrolit, dehidrasi, dapat disebabkan oleh mikroorganisme
shock dan bahkan kematian. Diare enteropatogenik (Shigella flexnerri,
menyebabkan kematian pada 1 dari 9 sembilan Sthapylococcus aureus, Escherichia
anak penderita diare, menyebabkan diare coli,Salmonella typhi, dan Candida albicans),
menjadi penyebab kematian nomor dua di alkohol, irritable bowel syndrome, garam

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 |423


TA Larasati dkk. | Aktivitas Musa paradisiaca dalam Terapi Diare Akut pada Anak

empedu dan hormon, tumor sekretorik, dan Isi


intoksikasi.1 Diare adalah perubahan pergerakan usus
Tanaman obat sering digunakan sebagai yang abnormal, ditandai dengan peningkatan
obat tradisional dalam mengobati berbagai frekuensi pergerakan dan bising usus, feses
penyakit di berbagai belahan dunia. encer dan nyeri perut. Diare dapat terjadi
Pengetahuan tentang tanaman obat secara akut atau kronik. Diare akut kebanyakan
diwariskan dari generasi ke generasi. Penelitian disebabkan oleh agen infeksius atau reaksi
tentang aktivitas dari produk natural telah inflamasi akut. Rotavirus merupakan penyebab
berkontribusi dalam menemukan bentuk utama diare akut, kebanyakan pada anak,
bahan kimia baru, sebagai contoh antara tahun bagaimanapun, virus lainnya (adenovirus,
1981 sampai 2002, 28% dari bentuk bahan enterovirus dan norovirus), bakteri (Escherichia
kimia baru adalah produk alami atau coli, Salmonella sp. Shigella sp. Camphylobacter
turunannya. Salah satu tanaman obat yang dan Vibrio cholerae) dan parasit
sering digunakan adalah pisang ambon (Musa (Cryptosporidum dan Giardia) merupakan agen
paradisiaca).2 patogen yang penting.7 Oral rehydration
Pisang merupakan tumbuhan yang hidup therapy merupakan kunci utama dalam
di iklim tropis. Pisang telah menyebar ke India menurunkan mortalitas pada anak akibat diare,
dari Pasifik bagian barat daya pada tahun 600 tetapi ORT tidak menurunkan volume atau
sebelum masehi dan selanjutnya menyebar ke durasi diare. Sedangkan antibiotik dan agen
seluruh dunia. Persebaran dari pisang bahkan penekan motilitas usus menyediakan alternatif
mencapai Pulau-pulau di pasifik dan pantai lain, selain mencegah dehidrasi, juga berguna
barat Afrika pada awal tahun 200-300 sebelum untuk mempersingkat durasi penyakit dan
masehi.2 Tiga ratus varietas pisang yang mengurangi periode infeksi dari individu.7
berbeda tumbuh di beberapa negara antara Investigasi farmakologis menemukan
lain India, Filipina, China, Ekuador, Brazil, bahwa buah pisang, jus batang, bunga
Indonesia, Mexico, Costa Rica, Colombia dan mempunyai aktivitas antidiare, aktivitas
Thailand.2 antiulkus, aktivitas antimikroba, aktivitas
Musa paradisiaca merupakan tanaman hipoglikemik, aktivitas hipokolesterolemik,
obat dengan batang semu menyerupai pohon. aktivitas antioxidant, aktivitas diuretik, aktivitas
Tanaman ini termasuk ke dalam famili penyembuhan luka, aktivitas anti-alergi,
Musaceae dan genus Musa. Buah dari Musa aktivitas antimalaria.8
paradisiaca digunakan secara tradisional untuk Penelitian menyatakan bahwa Musa
mengobati diare (buah mentah), disentri, lesi paradisiaca memiliki kandungan nutrisi yang
intestinal pada kolitis ulseratif, diabetes (buah bermanfaat untuk sumber vitamin dan
mentah), uremia, nefritis, gout, hipertensi, mineral, dan untuk keperluan dunia
penyakit jantung.3,4 kesehatan. Musa paradisiaca merupakan
Beberapa makanan pokok (beras, sumber makanan yang kaya akan potassium.
gandum, semolina, pisang) dan makanan Potassium berperan dalam menjaga kerja otot
berbahan dasar diet telah ditemukan berguna dalam keadaan normal, mencegah spasme
secara klinis dalam tatalaksana diare pada otot, dan menurunkan tekanan darah. Musa
anak.5 Aktivitas antidiare dari Musa paradisiaca juga mengandung vitamin A
paradisiaca kemungkinan disebabkan oleh (berperan dalam kesehatan gigi, tulang dan
kandungan akan karbohidrat resisten terhadap jaringan lunak), vitamin B6 (berperan dalam
amilase yang tinggi sehingga ketika mencapai sistem imun), vitamin C ( perkembangan
kolon akan difermentasi menjadi asam lemak
jaringan), vitamin D (menyerap kalsium). Peran
rantai pendek untuk merangsang absorpsi air
Musa paradisiaca dalam kesehatan antara lain
dan garam.6 Dalam telaah jurnal ini, penulis
sebagai agen laxative bila dikonsumsi di pagi
mencoba menelaah beberapa artikel tentang
hari dan sebagai antidiare dan antidisentri.
aktivitas Musa paradisiaca dalam tatalaksana
Kandungan pectin dalam Musa paradisiaca
diare akut pada anak.
membantu pergerakan usus kembali normal

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 |424


TA Larasati dkk. | Aktivitas Musa paradisiaca dalam Terapi Diare Akut pada Anak

dan mengurangi konstipasi. Ethanol dari Aktivitas Farmakologikal


ekstrak bunga Musa paradisiaca berperan Buah pisang (Musa paradisiaca)
dalam menghambat perkembangan bakteri mengandung berbagai macam nutrien, yaitu
pathogen (B.subtilis, B.cereus, E.coli).9 karbohidrat, protein, lemak, pektin, kandungan
Penelitian di Bangladesh terhadap 2968 fenol dan pigmen, serta vitamin dan mineral.11
anak dengan diare akut (< 7 hari) diberikan diet Selain itu kandungan Musa paradisiaca yang
dengan pisang ambo (Musa oaradisiaca) dan kaya akan serat tidak tercerna (selulosa,
diobservasi selama seminggu penuh, hemiselulosa, alfaglucan) membantu dalam
diantaranya terdapat 198 anak yang tidak mengembalikan aktivitas usus normal sehingga
diberikan diet dengan pisang ambon dan diare berperan dalam manajemen konstipasi dan
berlangsung lebih dari 7 hari (10,7%), dimana diare.2
memasuki fase diare kronik. Hasil penelitian ini Kandungan pectin yang terdapat dalam
melengkapi penelitian sebelumnya yang pisang berjumlah sekitar 0,7-1,2%.11 Pada
menyatakan bahwa Musa paradisiaca tidak penelitian yang dilakukan oleh Kirat et.al
hanya berguna dalam tatalaksana pasien diare (2009)12, pektin dapat meningkatkan secara
yang dirawat di rumah sakit, tapi efektif untuk signifikan ekpresi monocarboxylate transporter
tatalaksana terhadap pasien diare akut dan 1 (MCT1) dan protein pengantarnya CD147.
kronik yang dirawat jalan.10 Pada penelitian ini, Monocarboxylate transporter 1 (MCT1)
efek dari Musa paradisiaca telah terlihat dalam memiliki peran dalam proses penyerapan di
hari ketiga pemberian Musa paradisiaca. Pada usus. Semakin banyak kandungan MCT1 dalam
pengamatan hari ketiga hampir 80% anak yang usus, semakin tinggi proses penyerapan dalam
mengonsumsi Musa paradisiaca mengalami usus tersebut.12 Imam dan Akter (2011)2
perbaikan dari diare akut.10 menunjukkan bahwa Musa paradisiaca
Efek dari Musa paradisiaca tidak spesifik menormalkan kembali fungsi usus dengan
terhadap etiologi diare, hal ini ditunjukkan mengabsorbsi air dalam jumlah yang banyak
dengan pemberian Musa paradisiaca selama 5 untuk menormalkan pergerakan usus. Aktivitas
hari mengurangi gejala klinis dan durasi gejala tersebut dipengaruhi oleh banyaknya
pada anak dengan infeksi Shigella dysentry kandungan pektin, yang bersifat menyerap air.
berat. Mekanisme antidiare Musa paradisiaca Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal
belum dipahami secara baik. Kandungan Digestive Diseases and Science
karbohidrat pada buah pisang matang menggarisbawahi berapa banyak jumlah pisang
berperan dalam resistensi terhadap proses yang dapat mempengaruhi absorpsi nutrien.
hidrolisis di usus dan difermentasi oleh Pada penelitian ini, 57 bayi dengan rentang usia
mikroflora kolon menjadi asam lemak rantai 5-12 bulan dengan diare persisten minimal
pendek yang menstimulasi absorpsi garam dan berdurasi 14 hari diberikan diet rice-based
air. Kandungan fitokemikal natural (flavonoid, selama seminggu. Rice-based diet mengandung
phytosterol, tanin) juga beperan dalam pisang ambon (Musa paradisiaca), pektin apel
aktivitas antidiare.10 atau hanya beras. Tatalaksana dengan pisang
ambon (Musa paradisiaca) dan pektin apel
Fitochemical menghasilkan 50% penurunan berat feses yang
Isolasi dari buah Musa paradisiaca mengindikasikan usus menyerap lebih banyak
menunjukkan beberapa kandungan antara lain nutrien.9
acyl steryl glycosides dan steryl glycoside
seperti sitosterol gentibioside dan sitosterol Aktivitas Antibakteri
myo-inosytyl-β-D-glucosides. Hasil isolasi dari Artikel penelitian dalam jurnal Asian
bubur dan kulit Musa paradisiaca Journal of Pharmaceutical and Clinical Research
menunjukkan kandungan beberapa zat antara menunjukkan bahwa ekstrak ethanol Musa
lain selulosa, hemiselulosa, arginin, asam paradisiaca memiliki aktivitas antibakteri.
aspartat, asam glutamat, leukin, valin, Kemampuan ekstrak ethanol Musa paradisiaca
phenylalanin dan threonin.2 dalam menginhibisi bakteri terbagi dalam

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 |425


TA Larasati dkk. | Aktivitas Musa paradisiaca dalam Terapi Diare Akut pada Anak

kategori kuat, sedang dan lemah berdasarkan Daftar Pustaka


jenis bakteri yang diinhibisi. Ekstrak Musa 1. Toyin YM, Khadijat OF, Saoban SS,
paradisiaca menunjukkan aktivitas inhibisi Olakunle AT, Abraham BF, Luqman QA.
yang kuat terhadap Proteus vulgaris, Antidiarrheal activity of aqueous leaf
Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus extract of Ceratotheca sesamoides in rats.
aureus, aktivitas inhibisi sedang terhadap Bangladesh J Pharmacol. 2012;7:14-20.
bakteri Salmonella typhii, Salmonella 2. Imam MZ, Akter S. Musa paradisiaca L.
parathypii, Kliebsella pneumonia, Bacillus and Musa sapientum L. : a phytochemical
subtilis, dan aktivitas inhibisi lemah terhadap and pharmacological review. JAPS.
Eschericia coli.8 2011;1(5):14-20.
Penelitian di Bangladesh menyarankan 3. Ghani A. Medicinal plants of bangladesh:
pemberian pisang sebanyak setengah sampai chemical constituents and uses (2nd Ed).
satu cangkir pisang (44±9 g dan 93 ± 15 g Bangladesh: The Asiatic Society of
pisang yang telah dimasak). Sebelumnya Bangladesh; 2003.
seluruh bagian buah pisang dengan berat ± 100 4. Khare CP. Indian medicinal plants. New
g telah direbus dalam air mendidih selama 10 York: Springer Science + Business Media;
menit, kemudian didinginkan dan dikupas.9 2007.
Anak berusia 6-12 bulan dianjurkan 5. Loganayaki N, Rajendrakumaran D,
untuk mengonsumsi setengah sampai satu Manian S. Antioxidant capacity and
buah perhari, usia 12-24 bulan sebanyak 1-2 phenolic content of different solvent
buah perhari, dan usia 24-36 bulan sebanyak extract from banana (Musa paradisiaca)
tiga buah perhari. Pisang diberikan dalam and mustai (Rivea hypocrateriformis).
bentuk seperti pasta, digoreng dalam Food and Science Biotechnology.
potongan kecil, atau direbus kemudian 2010;19(5):1251-8.
dihancurkan sebanyak tiga sampai empat kali 6. Binder HJ. Role of colonic short-chain
sehari. Pemberian pisang bersamaan dengan fatty acid transport in diarrhea. ANNU
nasi atau makanan lainnya.9 REV PHYSIOL 2010;72:297-313.
7. Rashid SMZ, Sajid I, Karmaker BK, Islam
Ringkasan MM, Haque E. Antidiarrheal potentiality
Diare adalah perubahan pergerakan usus of methanolic extract of different parts of
yang normal, ditandai dengan peningkatan Musa sapientum fruits. EJAS
frekuensi pergerakan dan bising usus, feses 2013;5(4):131-41.
encer dan nyeri perut. Diare dapat terjadi 8. Krishna V, Venkantesh, Girish Kumar K,
secara akut atau kronik. Diare dapat Pradeepa K, Santosh Kumar SR.
disebabkan oleh agen infeksius (virus, bakteri, Antibacterial activity of ethanol extract of
parasit), alkohol, irritable bowel syndrome, Musa paradisiaca cv. puttable and Musa
intoksikasi atau tumor sekretorik. acuminate cv. grand naine. Asian J Pharm
Musa paradisiaca telah banyak Clin Res. 2013;6(2):169-72.
digunakan sebagai antidiare termasuk untuk 9. Kumar KPS, Bhowmik D, Duraivel S,
tatalaksana diare akut pada anak. Mekanisme Umadevi S. Traditional and medicinal uses
antidiare dari Musa paradisiaca belum of banana. J Pharmacogn Phytochem.
dipahami secara baik, namun berkaitan erat 2012;1(3):51-63.
dengan kandungan fitokemikal Musa 10. Rabbani GH, Larson CP, Islam R, Saha UR,
paradisiaca, aktivitas farmakologisnya, dan Kabir A. Green banana supplemented diet
aktivitas antibakteri dari Musa paradisiaca. in the home mangament of acute and
prolonged diarrhoea in children: a
Kesimpulan community-based trial in rural
Penggunaan Musa paradisiaca sebagai Bangladesh. Tropical Medicine and
antidiare telah dibuktikan secara ilmiah International Health. 2010;15(10):1132-9.
memiliki efek yang signifikan. Aktivitas 11. Mohapatra D, Mishra S, Sutar N. Banana
antidiare Musa paradisiaca berkaitan dengan and its by-product utilisation: an
kandungan fitokemikal natural, aktivitas overview. J Sci Ind Res. 2010;69:323-32.
farmakologiknya dan aktivitas antibakteri.

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 |426


TA Larasati dkk. | Aktivitas Musa paradisiaca dalam Terapi Diare Akut pada Anak

12. Kirat D, Kondo K, Shimada R, Kato S. Dietary in the rat gastrointestinal tract. Exp Physiol.
pectin up-regulates monocarboxylate 2009; 94(4): 422-433..
transporter 1

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 |427


Rizki Hanriko | Glanuloma Piogenik pada Ginggiva

Granuloma Piogenik Pada Ginggiva

Rizki Hanriko
Bagian Anatomi-Histologi-Patologi Anatomi, Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

Abstrak
Granuloma piogenik merupakan lesi jinak vaskuler pada mukosa yang relatif sering terjadi. Iritasi menjadi penyebab
tersering kejadian pada ginggiva. Tidak ada data pasti angka kejadian granuloma piogenik pada ginggiva di Indonesia.
Granuloma piogenik dapat timbul pada segala umur, namun terbanyak pada usia dewasa muda. Angka kejadian granuloma
piogenik lebih banyak terjadi pada wanita akibat perubahan hormonal selama pubertas, kehamilan dan menopause.
Gambaran klinis granuloma piogenik pada gingiva berupa benjolan berwarna merah kebiruan, kenyal dan tidak nyeri.
Secara mikroskopis berupa lesi eksofitik dikelilingi jaringan yang normal dilapisi epitel gepeng berlapis yang rata, atrofi atau
ulserasi dengan lesi terdiri dari proliferasi pembuluh darah disertai jaringan granulasi. Etiopatogenesis dari granuloma
piogenik masih menjadi perdebatan. Beberapa peneliti memasukkan granuloma piogenik kedalam entitas infeksi yang
diakibatkan adanya infeksi oleh Stafilokokus dan botryomycosis. Faktor pertumbuhan yang berperan penting dalam
angiogenesis dan perkembangan granuloma piogenik adalah VEGF dan bFGF. Pemeriksaan imunohistokimia pada
granuloma piogenik akan memberikan ekspresi faktor VIII pada endotel dan negatif pada area seluler. Granuloma piogenik
didiagnosa banding dengan peripheral giant cell granuloma dan Peripheral ossifying fibroma karena secara makroskopis
identik. Granuloma piogenik juga memberikan ekspresi pada bFGF, anti-CD34, dan VEGF. Granuloma piogenik memiliki
prognosis yang sangat baik dengan terapi eksisi namun memiliki tendensi berulang bila eksisi inkomplit. Simpulan:
Granuloma piogenik pada ginggiva merupakan lesi vaskuler jinak yang sering terjadi pada usia muda akibat iritasi dan
memiliki prognosis sangat baik dengan terapi eksisi.

Kata kunci: ginggiva, granuloma piogenik

Gingival Pyogenic Granuloma


Abstract
Pyogenic granuloma is a benign vascular lesions in the mucosa which occur frequently. Irritation is the most commont cause
of occurrence of the gingiva.There is no exact data on the incidence of gingival pyogenic granuloma in Indonesia. Pyogenic
granuloma may occur at any age, but mostly in young adulthood. The incidence of pyogenic granuloma is more common in
women due to hormonal changes during puberty, pregnancy and clinical menopause.Morphology of ginggival pyogenic
granuloma was bluish red, chewy and not painful bumps. Microscopically was exophytic lesions surround of normal tissue
lining by flat, atrophy or ulcerated squamous epithelium. Lesions consist of proliferation of granulation tissue with blood
vessels. An etiopathogenesis of pyogenic granuloma is still being debated. Some researchers put pyogenic granuloma into
infections entities caused by staphylococcus infection and botryomycosis. A growth factor that plays an important role in
angiogenesis and the development of pyogenic granuloma is VEGF and bFGF. Immunohistochemical examination on
pyogenic granuloma will give the expression of factor VIII in endothelial and negative in the mobile area. Pyogenic
granuloma appeal diagnosed with peripheral giant cell granuloma and peripheral ossifying fibroma as macroscopically
identical. Pyogenic granuloma also gave expression to bFGF, anti-CD34, and VEGF. Pyogenic granuloma has an excellent
prognosis with excision therapy but has a tendency to recur if incomplete excision. Conclusion: Gingival pyogenic granuloma
is benign vascular lesion wich occur frequently in young adulthood cause of irritation and have excellent prognosis with
excision therapy.

Keywords: gingiva, pyogenic granuloma

Korespondensi: dr. Rizki Hanriko, Sp.PA. | Jln. Sebiay Dusun II Hajimena Natar Lampung Selatan | HP. 081383665558 |
e-mail: rizki.hanriko@gmail.com

Pendahuluan biasanya di ginggiva fasialis dari pada gingiva


Di dunia, angka kejadian granuloma lingualis dan sering terjadi di daerah maksila
piogenik diperkirakan mencapai 5% pada dari pada mandibula.2,3
kehamilan.1-6 Tidak ada data pasti angka Granuloma piogenik merupakan lesi
kejadian granuloma piogenik pada ginggiva di jinak vaskuler pada mukosa yang relatif sering
Indonesia. terjadi. Etiopatogenesis granuloma piogenik
Granuloma piogenik dapat terjadi pada masih kontroversial. Granuloma piogenik
semua umur namun, umumnya pada dewasa paling sering terjadi di ginggiva merupakan
muda dan lebih sering pada wanita. Lesi gingival reactive hyperplasia sebagai akibat

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 |428


Rizki Hanriko | Glanuloma Piogenik pada Ginggiva

respon dari iritasi. Hal ini diperkirakan oleh


karena higiene oral perorangan yang jelek dan
iritan kronik seperti kalkulus atau benda asing
yang terdapat di dalam gingival crevice.
Perubahan hormonal selama pubertas dan
kehamilan turut mempengaruhi respon
perbaikan gingiva terhadap trauma sehingga
pada wanita hamil disebut sebagai pregnancy
tumor (granuloma gravidarum).1-8

Isi
Secara makroskopis granuloma piogenik
berupa massa polipoid berwarna merah
kebiruan, kenyal, bias pedunculated atau sessile,
ukuran beberapa millimeter sampai beberapa
sentimeter. Kadang-kadang ditemukan ulserasi
akibat trauma sekunder dimana lesi ulserasi
ditutupi membran fibrin berwarna kuning.1-7

Gambar 2. Mikroskopis Granuloma piogenik


yang eksofitik dan pertumbuhan pembuluh
darah lobular (Dikutip dari Enzinger, 2014)

Secara klinis granuloma piogenik


didiagnosa banding dengan Peripheral giant
cell granuloma dan Peripheral ossifying
fibroma.1-5
Terapi pada kasus granuloma piogenik
adalah dilakukan operasi eksisilesinya dan
menghilangkan sumber pencetusnya seperti
kalkulus dan lainnya termasuk perbaikan
higiene oral. Granuloma piogenik pada
kehamilan biasanya akan reduksi sendiri
setelah melahirkan.1-5
Gambar 1. Makroskopis Granuloma piogenik di Prognosis pasien dengan granuloma
ginggiva (Dikutip dari Regezi, 2003) piogenik sangat baik. Granuloma piogenik
memiliki tendensi berulang sebagai akibat
Secara mikroskopis granuloma piogenik eksisi yang inkomplit. Granuloma piogenik
memiliki pola pertumbuhan eksofitik dikelilingi tidak memiliki potensi kearah keganasan.1-5
jaringan yang normal dilapisi epitel gepeng Penamaan granuloma piogenik
berlapis yang rata, atrofi atau ulserasi dengan sebenarnya tidak tepat, sebab lesi yang terjadi
lesi terdiri dari proliferasi pembuluh darah tidak berhubungan dengan produksi pus dan
disertai jaringan granulasi. Terdapat sebukan sel secara histopatologi tidak memberikan
radang limfosit dan sel plasma. Netrofil terdapat gambaran inflamasi granulomatosa.1-3
di superficial dari daerah ulserasi.1-5 Etiopatogenesis dari granuloma piogenik
Diagnosis ditegakkan melalui anamnesis masih menjadi perdebatan. Beberapa peneliti
disertai pemeriksaan fisik dan penunjang memasukkan granuloma piogenik kedalam
radiologis. Biasanya granuloma piogenik entitas infeksi dimana terdapat infeksi oleh
asimptomatik, benjolan yang timbul tidak nyeri Stafilokokus dan botryomycosis.1-,3
sampai benjolan tersebut membesar dan terasa Regezi et al (2003)2 memasukkan
mengganjal di gingiva atau terjadi ulserasi.2-6 granuloma piogenik sebagai reactive
Diagnosa pasti dengan pemeriksaan hyperplasia sebagai respon dari stimulus
histopatologis.

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 |429


Rizki Hanriko | Glanuloma Piogenik pada Ginggiva

atau kerusakan jaringan akibat kalkulus atau ossifying fibromadan 5% peripheral giant cell
benda asing dalam gingival crevice. Beberapa granuloma.2,6
etiologi seperti trauma, kerusakan pada gigi, Granuloma piogenik didiagnosa banding
iritasi kronis, hormon, obat-obatan, gingivitis, dengan peripheral giant cell granuloma karena
overhang restoration, impaksi makanan, sama-sama merupakan lesi gingival reactive
periodontitis totalis diketahui dapat hyperplasia.2 Perbedaannya dapat dilihat pada
menyebabkan timbulnya lesi.2,3 tabel 1:
Enzinger dkk mengelompokkan
granuloma piogenik sebagai Benign, acquired, Tabel 1. Perbedaan Granuloma Piogenik
vascular, neoplasm. Adanya proliferasi vaskuler dengan Peripheral Giant Cell
memberikan kesan granuloma piogenik sebagai Granuloma Peripheral giant
neoplasma. Granuloma piogenik cell
Terdapat dua faktor yang berperan Kemungkinan
Iritasi oleh
penting dalam angiogenesis pada granuloma trauma atau
trauma atau
piogenik yaitu VEGF dan bFGF. Setelah iritasi. Tidak
Etiologi iritasi
mengalami trauma maka terjadi pemulihan berhubungan
dipengaruhi
dengan hormon/
jaringan dengan membentuk jaringan granulasi hormone, obat
obat
dengan diawali migrasi sel radang, Eksklusif di
angiogenesis, proliferasi fibroblast dan sintesis ginggiva,
matriks ekstraseluler. Proses ini diatur oleh Predominan
Lokasi biasanya di
sitokin VEGF dan bFGF. bFGF merupakan factor ginggiva
anterior molar
pertumbuhan (a heparin binding angiogenic satu
protein) yang mitogenik tinggi untuk sel endotel Hyperplasia
vaskuler dan menstimulasi angiogenesis. Hiperplasia fibroblast
Beberapa peneliti menemukan bFGF yang tinggi jaringan dengan
pada granuloma piogenik yang diyakini Histopatologi granulasi, tidak multinucleated
ada pus maupun giant cell. Bukan
disintesa dan dilepaskan dari makrofag dan sel
granuloma inflamasi
mast kedalam matriks ekstraseluler selama granulomatosa
neovaskularisasi jaringan granulasi.2,3,5 Eksisi Eksisi
Granuloma piogenik pada gingiva dapat periosteum/ periosteum/
terjadi selama kehamilan yang dikenal dengan Terapi
membran membran
nama Granuloma gravidarum. Angka kejadian periodontal periodontal
granuloma gravidarum sekitar 1-5% dari seluruh Beberapa Beberapa
wanita hamil. Granuloma gravidarum biasanya rekurensi, rekurensi,
muncul pada trimester I dan tumbuh pada area Rekurensi Tidak ada Tidak ada
interdental gusi. Granuloma gravidarum potensi potensi
keganasan keganasan
biasanya mengalami regresi setelah melahirkan
dan dapat rekuren pada kehamilan
1,5,7 Peripheral giant cell granuloma secara
berikutnya.
makroskopis berupa massa pedunculated atau
Pemeriksaan imunohistokimia pada
sessile atau nodul cerah, kenyal dan berbatas
granuloma piogenik akan memberikan ekspresi
tegas. Pertumbuhan lesi relative lebih cepat
faktor VIII pada endotel dan negative pada area
dibanding granuloma piogenik. Lesi biasanya
seluler. Granuloma piogenik juga memberikan
terletak antara gigi permanen molar I dan
ekspresi pada bFGF, anti-CD34, dan VEGF.5
insisivus. Secara mikroskopis elemen dasar lesi
Granuloma piogenik didiagnosa banding
adalah hiperplasi fibroblas disertai
dengan peripheral giant cell granuloma dan
multinucleated giant cell dan sel radang kronis.
Peripheral ossifying fibroma karena secara
Netrofil lebih sering ditemukan pada lesi yang
makroskopis identik. Pada satu penelitian, dari
mengalami ulserasi.2,4,9,10
100 pasien yang didiagnosa awal dengan
granuloma piogenik ternyata 10% peripheral

JK Unila | Volume x | Nomor x | 2016 |

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 |430


Rizki Hanriko | Glanuloma Piogenik pada Ginggiva

Granuloma piogenik didiagnosa banding 3. Robinson RA, Vinvent SD. Benign and Non
dengan peripheral ossifying fibroma karena Neoplastic Disease. Dalam: Barnes L,
secara makroskopis memberikan gambaran Editor. Surgical Pathology of The Head and
yang sama walau massanya berwarna lebih Neck. USA: Informa Healthcare; 2009. hlm
terang dan biasanya terjadi pada area gigi 227-8.
molar permanen. Secara mikroskopis 4. Eversole LR. Clinical Outline of Oral
peripheral ossifying fibroma berupa lesi Pathology. USA: PMPH-USA; 2011. hlm
lobuler terdiri dari hyperplasia fibroblast 175-6.
dengan tulangi matur dan osteoid.2 5. Kamal R, Dahiya P, Puri A. Oral pyogenic
granuloma: Various concepts of
Ringkasan etiopathogenesis. J Oral Maxillofac Pathol.
Granuloma piogenik merupakan lesi 2012; 16:79-82.
vaskuler sehingga sebenarnya tidak tepat 6. Svirsky JA, Wells MJ, Eisen D, James WD,
secara penamaan. Granuloma piogenik paling ordoro KM. Oral Pyogenic Granuloma
sering terjadi di ginggiva sebagai akibat respon [internet]. New York: Medscape: 2012
dari iritasi oleh karena higiene oral [disitasi tanggal 4 Juli 2016].Tersedia dari
perorangan yang jelek dan iritan kronik. Pada http://emedicine.medscape.com/article/1
wanita hamil dikenal sebagai granuloma 077040-overview#showall
gravidarum. Secara makroskopis berupa 7. Rachappa MM, triveni MN. Capillary
massa polipoid berwarna merah kebiruan, dan hemangioma or pyogenic granuloma: A
mikroskopis berupa lesi eksofitik dikelilingi diagnostic dilemma. Contemp Clin Dent.
jaringan yang normal dilapisi epitel gepeng 2010. 1(2):119-22.
berlapis yang rata, atrofi atau ulserasi dengan 8. Pierson JC, Tam CC, Butler DF, Chan EF,
lesi terdiri dari proliferasi pembuluh darah James WD, Belsito D. Dermatologic
disertai jaringan granulasi. VEGF dan bFGF manifestations of pyogenic granuloma
merupakan faktor pertumbuhan yang (Lobular Capillary Hemangioma)
berperan penting dalam angiogenesis. [internet]. New York: Medscape. 2012
Granuloma piogenik memiliki tendensi [Disitasi pada tanggal 4 Juli 2016]. tersedia
berulang sebagai akibat eksisi yang inkomplit. dari
www.emedicine.medscape.com/article/10
Simpulan 84701-overview#showall
Granuloma piogenik pada gingiva 9. Allen CM, Butler DF, Eisen D, James WD.
merupakan lesi jinak vaskuler pada mukosa Peripheral Giant Cell Granuloma
akibat iritasi dan higiene oral perorangan yang [internet]. Ney York: Medscape. 2012
buruk. Lesi ini berupa benjolan merah [disitasi pada tanggal 4 Juli 2016]. tersedia
kebiruan yang kenyal dan tidak nyeri. Lesi ini dari
memiliki prognosis yang sangat baik dengan www.emedicine.medscape.com/article/10
terapi eksisi. 79711-clinical#showal
10. Adlakha VK, Chandna P, Rehani U, Rana V,
Daftar Pustaka Malik P. Peripheral giant cell granuloma.
1. Weiss SW, Goldblum JR. Enzinger & Journal of Indian Society of Pedodontics
Weiss’s Soft Tissue Tumors. Edisi ke-6. and Preventive Dentistry. 2010; 4(28):293-
USA: Mosby Elsevier; 2014. hlm 644-8. 6.
2. Regezi JA, Sciubba JJ, Jordan RCK. Oral
pathology: Clinical patologic correlation.
Edisi ke-4. USA: Saunders Elsevier; 2003.
hlm 111-28.

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 |431


Tri Umiana Soleha | Pitiriasis Versicolor Ditinjau dari Aspek Klinis dan Mikrobiologis

Pitiriasis Versicolor Ditinjau Dari Aspek Klinis Dan Mikrobiologis

Tri Umiana Soleha


Bagian Mikrobiologi dan Parasitologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung

Abstrak
Pitiriasis versikolor adalah infeksi jamur superfisial pada lapisan tanduk kulit yang disebabkan oleh Malassezia furfur. Infeksi
ini bersifat menahun, ringan, dan biasanya tanpa peradangan. Pitiriasis versikolor sering mengenai muka, leher, badan,
lengan atas, ketiak, paha, dan lipat paha. Kelainan kulit pada pitiriasis versikolor sangat superfisial dan ditemukan terutama
di badan berupa bercak warna warni. Jamur Malassezia furfur sebagai penyebab infeksi Pitiriasis versikolor ini merupakan
merupakan jamur dimorfik lipofilik yang tergolong flora normal dan dapat diisolasi dari kerokan kulit yang berasal dari
hampir seluruh area tubuh terutama di area yang kaya kelenjar sebasea seperti dada, punggung dan area kepala. Bila dilihat
dari kerokan kulit, Malassezia furfur tampak sebagai sel-sel berupa ragi yang berbentuk bulat atau oval dengan diameter 3
sampai 8 µm berdinding tebal dan berkelompok. Selain sel-sel ragi tampak pula pseudohifa pendek dengan ujung tumpul.
Malassezia furfur tumbuh sebagai koloni berupa ragi berwarna krem sampai coklat muda. Faktor predesposisi yang
mempengaruhi perkembangan Pitiriasis versikolor bervariasi, yang perlu diperhatikan adalah faktor lingkungan dan faktor
host tersebut. Pada lingkungan beriklim hangat ditemukan hifa yang berhubungan dengan jamur malassezia pada kulit
normal. Jenis kelamin adalah faktor yang tidak berpengaruh tetapi terdapat perbedaan pada usia yang berbeda.Simpulan :
Aspek Mikrobioliogis dari Pitiriasis versicolor adalah dari etiologinya yaitu Malassezia furfur yang merupakan salah satu flora
normal kulit yang bersifat lipofilik sehingga mudah tumbuh pada permukaan tubuh manusia.

Kata kunci: Malassezia furfur, Pitiriasis versikolor

Pityriasis Versicolor, The Clinical And Microbiological Aspect


Abstract
Pityriasis versicolor is a superficial fungal infection of the stratum corneum caused by Malassezia furfur. This infection is
chronic, mild and usually without inflammation. The location of Pityriasis versicolor is on the face, neck, trunk, upper arms,
underarms, thighs and groin. Pityriasis versicolor skin disorders are very superficial and is found mainly in the form of spots
colorful body. Malassezia furfur fungus as the cause of infection Pityriasis versicolor is a dimorphic fungus that is classified
as normal flora lipophilic and can be isolated from skin scrapings from nearly all areas of the body especially in areas with
sebaceous glands such as the chest, back and head area. When viewed from skin scrapings, Malassezia furfur appear as a
form of yeast cells are round or oval with a diameter of 3 to 8 μm thick-walled and groups. In addition to yeast cells seem
too short pseudohyphae with blunt ends. Malassezia furfur grows as yeast colonies in the form of a cream-colored to light
brown. The predisposition factor of development Pityriasis versicolor was varied, which need to be considered are
environmental factors and host factors. In temperate environments hiphae found associated with the fungus Malassezia in
normal skin. Gender is a factor that should not affect but there is a difference in age berbeda. Conclusion: Mikrobioliogis
aspect of Pityriasis versicolor is the etiology that Malassezia furfur which is one of the normal flora of the skin that are
lipophilic so easy to grow on the surface of the human body.

Keywords: Malassezia furfur, Pityriasis versicolor

Korespondensi: dr. Tri Umiana Soleha, M.Kes | Jl. Soemantri Brodjonegoro No. 1 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
| HP. 085269043993| e-mail: dr.triumiana.unila@gmail.com

Pendahuluan
Insiden Pitiriasis versikolor (PV) di menempati urutan ke-2 sampai ke-4
Indonesia belum dapat diketahui dengan pasti terbanyak dibandingkan golongan penyakit
karena banyak penderita yang tidak berobat ke lainnya.1
petugas medis namun di perkirakan 40-50% dari Kelainan kulit PV sangat superfisial dan
populasi di negara tropis terkena penyakit ini. Di ditemukan terutama di badan. Kelainan ini
Jakarta golongan penyakit ini sepanjang masa terlihat sebagai bercak-bercak berwarna-
selalu menempati urutan kedua setelah warni bentuk tidak teratur sampai teratur,
dermaititis. Di daerah lain, seperti Padang, batas jelas sampai difus. Kelainan biasanya
Bandung, Semarang, Surabaya dan Manado asimptomatik sehingga adakalanya penderita
keadaannya kurang lebih sama, yakni tidak mengetahui bahwa ia berpenyakit
tersebut.2

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 |432


Tri Umiana Soleha | Pitiriasis Versicolor Ditinjau dari Aspek Klinis dan Mikrobiologis

tropis terkena penyakit ini. Di Jakarta golongan yang disebabkan oleh jamur malassezia
penyakit ini sepanjang masa selalu menempati dengan ciri klinis discrete atau Confluent.
urutan kedua setelah dermaititis. Di daerah lain, Memiliki ciri-ciri bersisik, tidak berwarna atau
seperti Padang, Bandung, Semarang, Surabaya tidak berpigmen,6,7,8 dan tanpa peradangan.
dan Manado keadaannya kurang lebih sama, Pitiriasis versikolor paling dominan mengenai
yakni menempati urutan ke-2 sampai ke-4 badan bagian atas, tetapi sering juga
terbanyak dibandingkan golongan penyakit ditemukan di ketiak, sela paha, tungkai atas,
lainnya.1 leher, muka dan kulit kepala.9,10 Gambaran
Kelainan kulit PV sangat superfisial dan klinis dari pitiriasis versikolor sering ditemukan
ditemukan terutama di badan. Kelainan ini di bagian atas dada dan meluas ke lengan
terlihat sebagai bercak-bercak berwarna-warni atas, leher, punggung, dan tungkai atas atau
bentuk tidak teratur sampai teratur, batas jelas bawah. Penderita pada umumnya. Keluhan
sampai difus. Kelainan biasanya asimptomatik yang dirasakan penderita umumnya gatal
sehingga adakalanya penderita tidak ringan saat berkeringat. Makula
mengetahui bahwa ia berpenyakit tersebut.2 hipopigmentasi atau hiperpigmentasi,
Kadang-kadang penderita dapat berbentuk teratur sampai tidak teratur,
merasakan gatal ringan, yang merupakan alasan berbatas tegas maupun difus.11,12
berobat. Pseudoakromia, akibat tidak terkena Beberapa bentuk yang tersering yaitu:
sinar matahari atau kemungkinan pengaruh a. Berupa bercak-bercak yang melebar dengan
toksik jamur terhadap pembentukan pigmen, skuama halus diatasnya dengan tepi tidak
sering dikeluhkan penderita. Penyakit ini sering meninggi, ini merupakan jenis makuler. b.
dilihat pada remaja, walaupun anak-anak dan Berupa bercak seperti tetesan air yang sering
orang dewasa tidak luput dari infeksi. Oleh timbul disekitar folikel rambut, ini merupakan
karena itu agar mencegah terjadinya pitiriasis jenis folikuler.11
versikolor maka penting untuk dilakukan Pitiriasis versikolor pada umumya tidak
edukasi bagi penderita.2 memberikan keluhan pada penderita atau
Meskipun PV telah diuraikan sejak awal sering disebut asimtomatis. Penderita lebih
abad ke sembilan belas, namun hingga saat ini sering merasakan gatal-gatal ringan tetapi
klasifikasi agen etiologinya masih merupakan biasanya penderita berobat karena alasan
persoalan yang meragukan. Hal kontroversi ini kosmetik yang disebabkan oleh bercak
kemungkinan disebabkan oleh berbagai ciri-ciri hipopigmentasi.10 Hipopigmentasi pada lesi
morfologi dan adanya persyaratan untuk tersebut terjadi karena asam dekarboksilat
pertumbuhan ragi Malassezia secara invivo.3 yang diproduksi oleh malassezia yang bersifat
Malassezia merupakan jamur dimorfik sebagai inhibitor kompetitif terhadap enzim
lipofilik yang tergolong flora normal dan dapat tirosinase dan mempunyai efek sitotoksik
diisolasi dari kerokan kulit yang berasal dari terhadap melanosit, sedangkan pada lesi
hampir seluruh area tubuh terutama di area hiperpigmentasi belum bisa dijelaskan.10
yangkaya kelenjar sebasea seperti dada, Aspek Mikrobioliogis dari Pitiriasis
punggung dan area kepala.4 versicolor adalah dari etiologinya yaitu
Malassezia furfur yang merupakan salah Malassezia furfur yang merupakan salah satu
satu spesies dari genus Malassezia sampai saat flora normal kulit. Flora normal pada kulit ada
ini masih dibutuhkan waktu yang lama untuk beberapa termasuk jamur lipopilik. Bisa
lebih memahami sifat ketergantungannya berupa jamur polimorfik single spesies seperti
terhadap lipid sertapertumbuhannya pada Pityrosporum ovale atau Pityrosporum
medium kultur.5 oblicular, namun sekarang diakui bahwa nama
genus tersebut tidak valid, dan jamur ini sudah
ISI di klasifikasikan ulang dalam genus malassezia
Aspek klinis dari Pitiriasis versikolor sebagai spesies tunggal, Malassezia furfur.5
adalah infeksi jamur superfisial kronik ringan

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 |433


Tri Umiana Soleha | Pitiriasis Versicolor Ditinjau dari Aspek Klinis dan Mikrobiologis

Bila dilihat dari kerokan kulit, Malassezia yang perlu diperhatikan adalah faktor
furfur tampak sebagai sel-sel berupa ragi yang lingkungan dan faktor host tersebut. Pada
berbentuk bulat atau oval dengan diameter 3 lingkungan beriklim hangat ditemukan hifa
sampai 8 µm berdinding tebal dan yang berhubugan dengan jamur malassezia
berkelompok. Selain sel-sel ragi tampak pula pada kulit normal. Jenis kelamin adalah faktor
pseudohifa pendek dengan ujung tumpul. yang tidak berpengaruh tetapi terdapat
Malassezia furfur tumbuh sebagai koloni berupa perbedaan pada usia yang berbeda. Di zona
ragi berwarna krem sampai coklat muda.5 dengan temperatur hangat sangat jarang pada
Koloni dari M. furfur sendiri biasanya anak-anak, tetapi paling sering pada remaja
ditemukan di kulit kepala, tungkai atas, dan dan dewasa muda. Pitiriasis versikolor diklaim
daerah lipatan, area yang kaya akan kelenjar sebagai penyakit yang serius, sangat rentan
sebasea dan sekresinya dalam kondisi tertentu, terjadi pada orang yang malnutrisi. Kehamilan
malassezia akan berkembang dari bentuk jamur dan kontrasepsi oral juga salah satu faktor dari
sporofit menjadi bentuk miselial dan bersifat timbulnya Pitiriasis versikolor.12
patogen. Keadaan yang mempengaruhi
keseimbangan antara hospes dan jamur Ringkasan
tersebut adalah faktor endogen dan eksogen. Aspek klinis dari Pitiriasis versikolor
Faktor endogen antara lain produksi kelenjar adalah infeksi jamur superfisial kronik ringan
sebasea dan keringat, genetik, malnutrisi, faktor yang disebabkan oleh jamur malassezia
immunologi dan pemakaian obat-obatan, dengan ciri klinis discrete atau Confluent.
sedangankan faktor eksogen yang terpenting Memiliki ciri-ciri bersisik, tidak berwarna atau
adalah suhu dan kelembapan kulit.6 tidak berpigmen, dan tanpa peradangan.
Dari pemeriksaan mikroskopis sisik jamur Pitiriasis versikolor paling dominan mengenai
Pitiriasis versikolor hampir selalu berdinding badan bagian atas, tetapi sering juga
tebal, bentuk bulat dan tunas dari dasarnya ditemukan di ketiak, sela paha, tungkai atas,
berbentuk sempit sesuai gambaran M. globosa leher, muka dan kulit kepala. Aspek
dan mycelium bersepta dan tersusun atas Mikrobioliogis dari Pitiriasis versicolor adalah
filamentfilamen tipis. Di daerah tropis mycelium dari etiologinya yaitu Malassezia furfur yang
muncul bersama jamur berbentuk oval yang merupakan salah satu flora normal kulit yang
bertunas dari dasarnya secara morfologi mirip bersifat lipofilik sehingga mudah tumbuh pada
dengan M. furfur atau M. obtusa. Pada awalnya permukaan tubuh manusia.
sangat tidak mungkin untuk menggambarkan
fase mycelial dari spesies malassezia di dalam Simpulan
makhluk hidup. Tetapi pada tahun 1977 tiga Pitiriasis versikolor adalah infeksi jamur
kelompok peneliti sukses menunjukkan jamur superfisial pada lapisan tanduk kulit yang
dan bentuk mycelial dengan beberapa media disebabkan oleh Malassezia furfur. Kelainan
Pitiriasis versikolor dalam beberapa kasus kulit pada pitiriasis versikolor sangat
terjadi karena tidak seimbangnya antara host superfisial dan ditemukan terutama di badan
dan flora jamur tersebut. Ada beberapa faktor berupa bercak warna warni. Jamur Malassezia
yang berkontribusi menganggu keseimbangan furfur sebagai penyebab infeksi Pitiriasis
tersebut. Diketahui beberapa spesies malassezia versikolor ini merupakan merupakan jamur
berubah menjadi mycelial dan memiliki tingkat dimorfik lipofilik yang tergolong flora normal
yang lebih besar. Beberapa keluarga dengan dan dapat diisolasi dari kerokan kulit yang
riwayat positif terkena pitiriasis versikolor lebih berasal dari hampir seluruh area tubuh
sering terkena penyakit tersebut, hal ini belum terutama di area yang kaya kelenjar sebasea
diketahui karena genetik atau disebabkan faktor seperti dada, punggung dan area kepala.
resiko paparan yang semakin besar dari M.
furfur.7 Daftar Pustaka
Faktor predesposisi yang mempengaruhi 1. Fattah M,. Infeksi jamur kulit. Edisi ke-1.
perkembangan Pitiriasis versikolor bervariasi, Penerbit Hipokrates, Harahap Marwali.
Jakarta. 2000.

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 |434


Tri Umiana Soleha | Pitiriasis Versicolor Ditinjau dari Aspek Klinis dan Mikrobiologis

2. Bramono S,. Suyoso S., Radiono S.. 8. Goldsmith L., Kats Z., Gilchrest., Paller
Pitiriasis versikolor. Dalam: A., Leffel D., Wolf K., Fitzpatrick’s
Dermatomikosis superfisialis. 2nd ed. Dermatology in General Medicine. 8th
FKUI ; 2013. edition. United States: The McGraw-
3. Rai M., Wankhade S.,Tinea versicolor: Hill Companies.2012.
an epidemiology. J Microbial 9. Faergemann J., Management of
BiochemTechnol. 2009. (1), p.51-6. Seborrheic Dermatitis and Pityriasis
4. Pfaller M., Diekem D., Merz W., Versicolor. departement of
Infection caused by non-Candida, non- Dermatology Sahlgrenska University
Cryptococcus yeasts. In Anaissie, E., Hospital publishing. Sweden. 2000.
Mcginnis, M. & Pfaller, M. Clinical 10. Banerjee, Sabyasachi. Article Clinical
mycology. 2nd ed. Churchill Livingstone, profile of Pityriasis versicolor in
Elsevier.2009. Bengal. Department of Dermatology
5. Guého E., Batra R., Boekhout, T. The North Bengal Medical College
genus Malassezia Baillon. In Kurtzman publishing. India. 2011.
C.,Fell J., Boekhout T. The yeasts, a 11. Ravi SK.,Gupta, Ryder JE., Nicol K.,
taxonomic study. 5th ed. Cooper EA., Superficial fungal
Amsterdam,Elsevier.2010. infection: an update on pityriasis
6. Burns DA., Stephen B., Cox Neil G., versicolor, seborrheic dermatitis, tinea
Rook’s Textbook of Dermatology. 8th capitis, and onychomycosis. Clin
edition. United Kingdom: Wiley- dermatol. 2003;21(5):417-25.
Blackwell Publishing, 2010. 12. Ali, Mikaeili. Epidemiological
7. Havlickova BA.,Viktor C., Friedrich M., characther of Pityriasis versicolor in
Epidemiological trends in skin mycoses referral patient of medical mycology
worldwide. Blackwell publishing Ltd lab in Kermanshah University of
Mycoses.2008. Medical Sciences. 2010.0.

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 |435


Syifa Alkaf | Terapi Paliatif bagi Penderita Kanker Ginekologi

Terapi Paliatif bagi Penderita Kanker Ginekologi


Syifa Alkaf
Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

Abstrak
Terapi paliatif merupakan bentuk perawatan yang bertujuan mengurangi gejala penyakit dan memperbaiki kualitas hidup
pasien, tanpa dipengaruhi stadium dan keparahan penyakit. Terapi paliatif terdiri dari tiga fase yaitu fase pertama yang
terfokus pada peningkatan kualitas hidup, fase kedua yang berorientasi menghilangkan gejala, dan fase terminal yang
bertujuan mengurangi penderitaan pasien menjelang kematian. Pendekatan terapi paliatif pada pasien keganasan ginekologi
terutama bertujuan mengurangi gejala yang umum antara lain kelelahan, nyeri, mual dan muntah, diare, sesak nafas, dan
konstipasi. Keganasan ginekologi juga dapat mencetuskan gangguan fungsi seksual dan gangguan tidur yang dapat diatasi
dengan terapi sulih hormon dan anti depresan. Pembedahan paliatif dapat dilakukan pada kasus obstruksi usus maligna,
sedangkan radioterapi dan kemoterapi paliatif biasa digunakan baik sebagai terapi definitif maupun ajuvan. Radioterapi
mengurangi edema limfe dan mengatasi pendarahan ginekologik, sedangkan kemoterapi dikatakan dapat memperpanjang
overall survival dan progression free survival. Perawatan paliatif juga dapat dilakukan dengan perawatan rumah.Perawatan
rumah terutama dilakukan pada pasien stadium dengan usia harapan hidup kurang dari enam bulan. Komunikasi adalah
penting bagi dokter untuk menyampaikan berita buruk (breaking bad news) dengan cara yang tepat dan waktu yang tepat.
Pada pasien menjelang ajal, penting untuk membuat pasien merasa nyaman. Bila perlu, segala bentuk pengobatan yang
berlebihan dan sia-sia sebaiknya dihentikan. Simpulan, terapi paliatif pada penderita keganasan ginekologi dapat diberi
bersamaan ataupun setelah terapi definitif. Terapi paliatif ditujukan untuk mengurangi gejala penyakit dan memperbaiki
kualitas hidup pasien.

Kata kunci: keganasan ginekologi, perawatan rumah, terapi paliatif

Paliative Therapy for Gynecological Cancer Patient


Abstract
Paliative therapy is a kind of therapy directed to reduce disease symptoms and promote patient’s quality of living, despite
severity of illness. Paliative therapy consists of three phase, first phase focuses on improving life’s quality, second is oriented
to lessen symptomps, and the last phase is terminal phase which aim is to ease patients suffering before death. Paliative
approach in gynecologic cancer patients mainly intends to common signs and symptomps such as fatique, pain, nausea and
vomitus, gastroenteritis, dispnoe, and constipation. Gynecologic cancer can also trigger sleep and sexual disturbance which
could be managed by hormonal therapy and antidepressants. Paliative surgery could be performed in the case of malignant
colon obstruction, while paliative radiotherapy and chemotherapy may be used both as definitive and adjuvant
therapy.Radiotherapy decrease lymph engorgement and cope the gynecologic bleeding, while chemotherapy is belived to
lenghten overall survival and progression free survival. Paliative care can also be conducted at home (hospice care). Hospice
care is held in terminal stage patient with life expectancy less than six month. Communication is another important thing to
breaking bad news in proper time and manner. For dying patients, it is crucial to provide comfort, unnecessary medications
should not be continued. In conclusion, paliative therapy in gynecologic cancer patients could be given along or after
definitive treatment. Paliative therapy is addressed to reduce disease symptomps and improve quality of life.

Keywords: gynecology cancer, hospice care, paliative therapy

Korespondensi: dr. Syifa Alkaf, SpOG | Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya, Jl. Dr. M. Ali Km 3,5 Palembang | HP
082176482220 | e-mail: dear.syifa@gmail.com

Pendahuluan
Semakin tingginya jumlah penderita ganda yang pada akhirnya terakumulasi dan
kanker pada tahun-tahun belakangan, menyebabkan berbagai gangguan dan
terutama mereka yang didiagnosis pada disabilitas pada penderita kanker sendiri. Pada
stadium lanjut, membuat semakin rumit dan sebagian besar stadium yang tidak dapat
kompleks terapi yang harus diberikan. Berbagai disembuhkan tersebut, pendekatan yang
modalitas pengobatan kanker juga membuat diberikan adalah paliatif, yang terutama
efek samping dan toksisitas menjadi berlipat bertujuan meningkatkan kualitas hidup
penderita dan mengurangi gejala penyakit.1,2

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 |436


Syifa Alkaf | Terapi Paliatif bagi Penderita Kanker Ginekologi

Terapi paliatif atau perawatan paliatif


merupakan perawatan yang terutama mengurangi penggunaan obat-obatan yang
bertujuan untuk mencegah, mengurangi, atau tidak berguna, mengatasi gangguan tidur,
menghilangkan gejala ataupun gangguan akibat memperbaiki anemia dan abnormalitas
penyakit tanpa bertujuan menyembuhkan metabolik lainnya, memperbaiki hidrasi dan
penyakitnya sendiri.Tujuan terapi paliatif status nutrisi pasien. Pasien dengan kelelahan
adalah untuk mengantisipasi, mencegah, dan terkait depresi dapat diberikan antidepresan,
mengurangi penderitaan pasien dan sedapat misalnya dengan selective serotonin reuptake
mungkin meningkatkan kualitas hidup pasien inhibitors (SSRI) ataupun antidepresan
dan keluarganya, tanpa dipengaruhi stadium trisiklik.1,6,7
penyakit ataupun kebutuhan terhadap terapi Berbagai penelitian acak terkontrol
lainnya.1,3,5 menunjukkan perbaikan tingkat kelelahan
Perawatan paliatif memiliki tiga fase dengan mengkoreksi anemia dengan epoetin
yang berbeda. Fase pertama adalah fase alfa. Dari penelitian terhadap 375 pasien
terfokus pada penyakit dengan tujuan keganasan non myeloid, pemberian epoetin
memperpanjang usia penderita dan alfa tiga kali seminggu dapat meningkatkan
mempertahankan kualitas hidup dengan level energi penderita, kemampuan melakukan
mencoba mengobati keganasan yang aktifitas, dan kualitas hidup secara umum.7
mendasari. Fase kedua adalah pendekatan Pemberian kortikosteroid dosis rendah
berorientasi gejala. Fase ini dimulai ketika dikatakan dapat mengurangi kelelahan pada
terapi antitumor dihentikan karena kurang penderita penyakit lanjut. Pendekatan lain
efektif atau menimbulkan efek samping yang yang paling penting adalah non farmakologi,
berat. Fokus fase ini adalah meningkatkan misalnya pengaturan tempat dan waktu tidur
kualitas hidup dan stabilisasi penyakit serta yang lebih berkualitas, latihan fisik secara
pencegahan gejala. Sedangkan fase terakhir teratur setidaknya 6 jam sebelum waktu tidur
atau fase terminal adalah ketika penyakit dikatakan dapat mengurangi gejala kelelahan
menjadi semakin progresif dan kematian telah pada pasien.1
menjelang. Dalam fase ini, tujuannya terutama Pasien kanker seringkali menderita nyeri
untuk membiarkan pasien menuju kematian akibat berbagai modalitas pengobatan dan
dengan nyaman dengan mengatasi gejala dan pembedahan. Nyeri dapat mempengaruhi
mengurangi penderitaan dengan penerimaan mood, aktifitas, kegembiraan, serta
terhadap hilangnya fungsi kognitif, emosional, berhubungan dengan fungsi fisik dan sosial.
ataupun fungsi sosial.6 Karena itu penting bagi klinisi untuk dapat
Pendekatan terapi paliatif adalah menilai nyeri, yaitu dengan menentukan lokasi,
berorientasi gejala, antara lain kelelahan, nyeri, intensitas, dan etiologi. Terapi dengan obat
mual dan muntah, diare, anoreksia, gangguan adalah yang utama dalam manajemen nyeri.
tidur, dan gangguan fungsi seksual. Kelelahan Pemberian secara oral biasanya lebih digemari
adalah salah satu gejala yang paling sering karena mudah, nyaman, dan lebih murah. Jika
dijumpai pada pasien kanker, dengan prevalesi tidak dapat secara oral, maka pemberian yang
mencapai 78%. Kelelahan tidak hanya dijumpai lebih tidak invasif biasanya dipilih, misalnya
pada pasien yang menjalani pengobatan pemberian perrektal ataupun transdermal.1,2,7
antineoplasia, tetapi juga pada pasien kanker Ada tiga tahapan pemberian analgetik
stadium lanjut yang tidak sedang menjalani untuk nyeri menurut world Health Organization
pengobatan anti kanker. Seperti anemia, (WHO). Filosofinya adalah dengan
kelelahan juga dapat mengurangi kualitas hidup meningkatkan kekuatan terapi dari analgesik
penderita. Gejala ikutan yang dapat menambah non opioid ke analgesik jenis opioid sesuai
kelelahan adalah dehidrasi, malnutrisi, infeksi, persistensi nyeri. tahap pertama adalah
gangguan tidur, depresi, dan ansietas.Anemia analgetik yang paling ringan, yaitu
mungkin merupakan penyebab terbesar asetaminofen dengan dosis maksimal 3g/hari.
kelelahan terkait kanker.1,7 Selain itu beberapa NSAID yang non selektif
Pendekatan terbaik mengatasi kelelahan maupun COX-2 selektif inhibitordapat menjadi
terkait kanker adalah etiologi, termasuk pilihan. 2,7

Tahap dua adalah analgesik yang


mengandung opioid yang dikombinasi dengan
JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 |437
Syifa Alkaf | Terapi Paliatif bagi Penderita Kanker Ginekologi

analgetik non opioid seperti asetaminofen, ini bekerja dengan memblok reseptorserotonin
misalnya kodein, hidrokodon, dan oksikodon. chemoreceptor trigger zone (CTZ) untuk
Kombinasi dengan analgesik non opioid dapat mencegah muntah. Sedangkan
mengurangi atau meminimalisir dosis opioid metoklopramide dan ondansetron berperan
yang diperlukan. Tahap ketiga apabila nyeri untuk memperbaiki motilitas usus akibat stasis
masih persisten adalah menggunakan analgetik gastrik. Beberapa agen neuroleptik (misalnya
dengan opioid kuat. Misalnya morfin, haloperidol dan klorpromazin) ataupun
hidromorfin, oksikodon, dan fentanil. Pada antihistamin (misalnya dimenindrate atau
nyeri kronik, tujuan utama terapi adalah siklizine) juga dapat digunakan. Agen terapi
menjaga pasien dalam status bebas nyeri baru, yaitu antagonis reseptor neurokinin-1,
dengan dosis analgetik seminimal mungkin.2,7 dapat mencegah mual akibat obat kemoterapi
Pada nyeri neuropatik akut, penggunaan yang sangat emetogenik.1,2,6,7
kortikosteroid dosis tinggi ataupun Diare merupakan komplikasi yang umum
antidepresan trisiklik seperti amitriptilin dapat terjadi pada pasien yang mendapatkan radiasi
menjadi pilihan. Beberapa agen non pelvis. Manajemen umum adalah pemberian
farmakologis juga dapat digunakan untuk antisekretori yang sama yang digunakan untuk
meredakan nyeri pada pasien kanker, misalnya mencegah muntah, misalnya ocreotide.
masase, kompres hangat/ dingin, serta mentol Ocreotide mencegah pelepasan berbagai
topikal. 7 hormon gastrointestinal sehingga dapat
Mual dan muntah adalah efek samping mencegah sekresi gastrointestinal,
yang paling ditakuti oleh pasien yang menjalani memperlambat motilitas usus, dan
kemoterapi ataupun radioterapi. Mual dan meningkatkan absorpsi air dan elektrolit, serta
muntah juga menyebabkan banyak pasien tidak mencegah proses inflamasi di usus.
melanjutkan pengobatan. Nausea terkait Penting juga untuk mencari adanya bukti
kemoterapi dikategorikan menjadi onset akut infeksi misalnya oleh Salmonella, Shigella, atau
(terjadi kurang dari 24 jam setelah pemberian Eschericia coli, ataupun Clostridium difficile,
kemoterapi dan berlangsung beberapa jam) terutama pada pasien immunocompromised
serta onset lambat (jika terjadi lebih dari 24 jam ataupun yang pernah mendapat terapi
setelah kemoterapi dan berakhir sampai 6-7 antibiotik sebelumnya.
hari setelah pengobatan) dan onset awal Pada pasien yang mendapat terapi
(terjadi sebelum dimulai kemoterapi, diduga opioid, laksansia harus disandingkan karena
merupakan efek kemoterapi sebelumnya serta 90% opioid akan menyebabkan konstipasi.
akumulasi). Sedangkan penyebab lain mual- Laksansia dapat berupa pelunak tinja (seperti
muntah antara lain stasis gatrik, obstruksi usus sodium dokusanoat), stimulan usus (misalnya
parsial ataupun komplit, serta gangguan senna) dua tablet pada malam hari, dan
motilitas usus pada penyakit terminal.1,7 pembentuk massa tinja (misalnya laktulosa).
Pendekatan pertama untuk mual-muntah Jika masih berlanjut, sodium dokusanoat
pada pasien kanker adalah mengurangi sekresi enema dapat digunakan.2,5
gastrointestinal menggunakan obat-obatan Cacheksia pada pasien keganasan dapat
antikolinergik ataupun analog somatostatin, terjadi secara independen melalui sitokin
misalnya ocreotide. Yang kedua adalah proinflamasi dan faktor penanda tumor lainnya
menggunakan obat-obatan antiemetik. yang menyebabkan proteolisis. Cacheksia
Penggunaan kombinasi obat-obatan dengan akhirnya mengakibatkan kelemahan,
mekanisme aksi yang berbeda dapat hipoalbuminemia, gangguan sistim imun,
meningkatkan efektifitas pengobatan. disfungsi metabolik, dan gangguan otonom.
Antagonis 5-HT3 (misalnya ondansetron, Pasien dengan cacheksia dinilai derajat
granisetron, dolasetron) adalah obat pilihan beratnya kehilangan berat badan, lalu atasi
untuk mual-muntah pada pasien kanker. Obat beberapa penyakit penyerta, misalnya
stomatitis, mukositis, mual-muntah, konstipasi,
dispnea, nyeri, ataupun gangguan pola makan.

Perlu juga menilai adanya gangguan sistem abnormalitas metabolik (misalnya


endokrin (misalnya adanya hipotiroid), dan hiperkalsemia). Pemberian perangsang nafsu
JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 |438
Syifa Alkaf | Terapi Paliatif bagi Penderita Kanker Ginekologi

makan dapat digunakan, misalnya megesterol karena hilangnya fungsi reproduktif, alasan
asetat 400-800 mg perhari, ataupun prednison kosmetik, serta akibat efek samping kemoterapi
10-20 mg dua kali sehari. Beberapa nutrisi seperti alopesia. Hal ini dapat menyebabkan
tambahan, baik enteral maupun parenteral berkurang sampai hilangnya libido,
harus dipertimbangkan dengan baik, karena mengakibatkan dispareuni, ansietas, sampai
sebagian kanker stadium terminal mengalami depresi.1,7
kesulitan dalam metabolism, dan adanya cairan Pengobatan pada pasien dengan
serta infeksi yang dapat mempercepat gangguan fungsi ovarium dapat berupa terapi
kematian. Pemberian nutrisi parenteral total sulih hormon. Kekeringan vagina dapat dibantu
hanya dipertimbangkan pada pasien dengan dengan gel lubricasi, minyak vitamin E, maupun
harapan hidup beberapa bulan hingga tahun.5 preparat estrogen krim. Stenosis vagina dapat
Banyak diantara penderita kanker diatasi dengan pemakaian dilator vagina
menderita gangguan tidur, sebagian karena ataupun pasien dapat disarankan melakukan
depresi yang tidak teratasi, sebagian lagi hubungan seksual teratur dengan pasangan.
karena efek samping dan gejala putus Yang paling penting adalah melakukan edukasi
pengobatan, serta akibat gangguan lain yang dan konseling pada pasien dan pasangan,
mendasari. Intervensi yang diberikan meningkatkan kepercayaan diri pasien terhadap
tergantung juga dengan usia harapan hidup pasangan, dan mencegah depresi dan
pasien, pada pasien dengan harapan hidup frustasi.1,2,7
bulan sampai tahun, intervensinya adalah Pasien keganasan dengan gejala dispnea,
dengan pemberin antidepresan, pengobatan harus dinilai intensitas gejalanya, Selanjutnya,
insomnia dengan zolpidem 5-10 mg, lorazepam komorbiditas yang mendasari harus dicari dan
0,5-1 mg, atau trazodone 25-100 mg peroral diatasi, baik dengan kemoterapi, terapi radiasi,
menjelang tidur. Atasi juga penyebab primer bronkoskopi, ataupun prosedur invasif pada
misalnya obstructive sleep apnea (OSA), atau toraks, pleura, kardiak, cairan ascites, dll. Terapi
periodic limb movement disorder (PLMD). farmakologis yang dapat dipilih antara lain
Untuk restless leg syndrome dapat diberikan dengan bronkodilator, antisekresi
Ropinirole 0,25-4 mg peroral menjelang tidur. (antikolinergik), diuresis, steroid, dan antibiotik
Pada pasien menjelang kematian, dengan sesuai etiologi yang mendasari.5Untuk dispnea
keluhan insomnia, dapat dipilih sedasi kuat yang diinduksi nyeri, dapat diberikan opioid
misalnya chlorpromazine 25-100 mg peroral misalnya morfin 2,5-10 mg peroral tiap 4 jam
atau per rectal, atau quetiapine 25-50 mg atau intravena 1-3 mg jika perlu. Sedangkan
peroral sebelum tidur.5 obat-obatan penenang dapat diberikan
Gangguan fungsi seksual dapat terjadi golongan benzodiazepin misalnya lorazepam
pada pasien kanker ginekologi karena tiga 0,5-1 mg tiap 4 jam.5
alasan, yaitu fisiologis, anatomis, dan Pembedahan palitif pada kanker
psikologis, ataupun kombinasi ketiganya. ginekologis dilakukan pada kasus obstruksi usus
Wanita yang menjalani ooforektomi mengalami maligna yang disebabkan penekanan oleh
berkurangnya produksi hormon estrogen dan massa tumor diluar usus, ataupun karena
testosteron sehingga dapat terjadi kekeringan hipoperistalsis akibat adanya implantasi sel-sel
vagina, hot flushes, menurunnya libido, kanker ke usus ataupun mesenterium.
kurangnya tenaga, serta menurunnya Gejalanya antara lain kolik usus, nyeri perut
kemampuan sensasi genital dan orgasme.1,7 kontinyu, mual dan muntah.1,8
Secara anatomis, 4-100% wanita yang Jenis pembedahan yang dilakukan antara
menjalani histerektomi radikal melaporkan lain Percutaneous endoscopic gastrotomy (PEG),
vagina yang memendek dan 17-58% sten endoskopik, maupun enterokolostomi.
melaporkan berkurangnya lubrikasi. Selain itu Studi yang dilakukan oleh Tamar L dkk.10
membedakan etiologi maligna dan jinak pada

wanita yang menjalani radioterapi pelvis juga pasien kanker ginekologi yang mengalami
rentan menderita stenosis vagina dan obstruksi usus.8,
gangguan fungsi ovarium. Kepercayaan diri
pasien kanker ginekologi juga banyak menurun
JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 |439
Syifa Alkaf | Terapi Paliatif bagi Penderita Kanker Ginekologi

Pasien yang mengalami asites maksimum dosis yang dapat ditolerir. Hasilnya,
malignaakibat penyebaran kanker ke rongga pemberian radioterapi rentang pendek dengan
peritoneum dapat dilakukandekompresi cairan dosis 18 Gy dibagi 4 fraksi jangka pemberian
asites melalui parasintesis. Pasien tersebut selama dua hari dengan jarak minimal 8 jam
harus diawasi terhadap kemungkinan imbalans menunjukkan remisi gejala (komplit maupun
cairan dan elektrolit.1Fistula traktus urinarius parsial) sebesar 88,9% dengan tingkat toksisitas
dan kolon merupakan komplikasi dari yang masih bisa ditolerir (level 1-2 dari skala
keganasanginekologi progresif. Karena fistula toksisitas RTOG).
dapat mengakibatkan dampak yang signifikan Penggunaan radioterapi sebagai terapi
pada kualitas hidup, terapi pembedahan paliatif untuk menghilangkan gejala pada pasien
berupa diversi urin ataupun fekal dapat stadium terminal, dapat menjadi pilihan, karena
menjadi pilihan untuk mengurangi gejala baiknya respon terapi dan minimalnya toksisitas
inkontinensia. Ligasi ureter bersamaan dengan jika dibandingkan dengan kemoterapi, selain itu
nefrostomi merupakan pilihan lain. apabila disandingkan dengan kemoterapi,
Untuk fistula kolovaginal/ rektovagina radioterapi hiperfraksi dosis rendah (80 cGy
dapat dipaliasi dengan kolostomi melalui mini perkali sebanyak dua kali sehari dengan total
laparotomi. Sedangkan pada fistula 2600-3040 cGy) dapat bermanfaat pada kanker
enterokutan, dapat dilakukan pendekatan ovarium rekuren dan persisten.16
konservatif dengan obat antisekretori, Sebuah tinjauan sistematik dilakukan
penggunaan kantung stoma, ataupun krim Chow dkk.17mengenai radioterapi paliatif untuk
penahan untuk melindungi kulit disekitar menghilangkan gejala nyeri pada kanker
fistula tersebut.1,2 ginekologi yang metastase ke tulang. Hasilnya,
Efusi pleura banyak juga banyak dari 16 studi yang didapat, tidak terdapat
ditemukan pada penderita kanker ovarium, perbedaan bermakna terhadap rerata respons
menyebabkan gejala sesak nafas disertai nyeri. terhadap nyeri antara pemberian radioterapi
Manajemennya terutama mengatasi penyakit fraksi tunggal dibanding multi fraksi, begitu juga
yang mendasari, apabila disebabkan edema dengan tingkat toksisitas akut yang terjadi.
pulmonum dan gagal jantung, biasanya akan Efek samping radioterapi, terutama
membaik dengan retriksi cairan. Akan tetapi apabila diberikan sinambung dengan
untuk efusi pleura maligna, ada beberapa kemoterapi perlu difikirkan. Efek samping juga
pilihan terapi yang tersedia, yaitu sklerosis bertambah signifikan dengan penggunaan
langsung dengan obat kemoterapi melalui whole abdominal irradiation sehingga sekarang
chest tube. Pilihan lain adalah dengan video- jarang digunakan. Meskipun pada umumnya
assisted thoracoscopic surgery (VATS) dan ditemukan pada derajat rendah (grade I dan II
pleurodesis untuk memasukkan agen sklerosis RTOG radiotherapy related toxicity), radioterapi
seperti talk ke rongga pleura, 90% efektif juga dapat menimbulkan netropeni, gangguan
dalam mengatasi gejala efusi pleura.2,11 gastrointestinal, dan neuropati perifer.3,12
Selain untuk pengobatan definitif dan Pada kasus kanker stadium
ajuvan, radioterapi juga bisa digunakan sebagai terminal,kemoterapi salah satunya ditujukan
terapi paliatif pada pasien keganasan untuk mengurangi gejala akibat kanker, selain
ginekologi stadium lanjut. Tujuannya terutama untuk memperpanjang overall survival (OS) dan
untuk mengurangi ataupun memperbaiki progression free survival (PFS). Akan tetapi
gejala. Dua gejala yang paling banyak pertimbangan manfaat dan risiko toksisitas dan
terkontrol pada radioterapi adalah nyeri dan penurunan kualitas hidup harus menjadi
pendarahan pervaginam. Gejala lain akibat pertimbangan mendasar terhadap pemilihan
penekanan aliran limfe, edema, obstruksi usus, kemoterapi paliatif.18 Studi oleh David Moore,
serta metastase pada tulang dan otak juga dkk.19 menilai efektifitas cisplatin disbanding
menunjukkan perbaikan paska kombinasi cisplatin- paclitaksel untuk
radioterapi.12,13,14 pengobatan karsinoma serviks stadium IVB yang

Studi fase I oleh Luciana C dkk.15 menilai


efektifitas pemberian radioterapi dan
JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 |440
Syifa Alkaf | Terapi Paliatif bagi Penderita Kanker Ginekologi

rekuren atau persisten, hasilnya ada perbedaan Penting untuk mengetahui dan
bermakna pada progression free survival (PFS), mempraktekkan ketrampilan menyampaikan
namun tidak pada overall survival (OS). Tidak berita buruk, baik pada pasien maupun
terdapat bukti peningkatan neuropati perifer keluarganya. Isunya adalah bagaimana
pada penambahan paclitaxel terhadap cisplatin menyampaikan kondisi pasien secara jujur dan
untuk pengobatan kanker servik, dengan terbuka dengan tetap menjaga optimisme dan
meningkatnya respon terapi dan PFS dibanding harapan pasien.1,10
kemoterapi kombinasi lainnya.20 Pemilihan waktu kapan saat yang tepat
Berdasarkan studi oleh kelompok menyampaikan informasi menentukan
Ginekologi Onkologi (2008), efek myelosupesi keberhasilan, terutama jika kematian sudah
akibat kemoterapi berbasis cisplatin dikatakan menjelang. Dengan melibatkan pihak dan
lebih dapat ditolerir oleh wanita kulit hitam professional lain, dokter dapat menghindari dari
dengan PFS yang ditemukan lebih beban menjadi satu-satunya tumpuan pasien
baik.Beberapa studi juga menunjukkan dan keluarganya terhadap penyakit yang sudah
manfaat kemoterapi sebagai radiosensitisizer progresif dan terminal.1,10,17Ketika penyakit
pada radioterapi paliatif. Dari studi kohort semakin progresif dan kematian sudah
terhadap 43 pasien karsinoma endometrium menjelang, tujuan utama perawatan paliatif
yang mendapat paclitaksel-carboplatin adalah membuat pasien merasa nyaman
sebelum radiasi pelvis mendapatkan hasil menemui kematiannya, dan keluarga yang
disease-free survival rata-rata sebesar 50 ditinggalkan juga dapat melalui proses
bulan, dengan PFS dan OS tiga tahunnya kehilangan tersebut dengan baik. Pengobatan
sebesar masing-masing 53% dan 68%.21,22 yang sudah tidak memiliki manfaat dan
Pada pasien kanker stadium terminal, mengurangi rasa nyaman pasien sebaiknya
fokus terapiadalah membuat pasien merasa dihentikan. Beberapa intervensi dan tindakan
nyaman dan tenang, oleh karena itu perawatan yang tidak diinginkan tidak perlu dilakukan,
rumah adalah pilihan yang lebih baik untuk meskipun batasan dari ‘kesia-siaan’ pengobatan
pasien dan keluarganya.Di tersebut belum ada kesepakatan yang jelas dari
Indonesia,perawatan paliatif di rumah biasanya para ahli.17,23
memerlukan kunjungan tim kesehatan secara
teratur di rumah. Tim dapat terdiri dari dokter, Ringkasan
perawat, atau bidan yang melakukan Terapi paliatif bukan bertujuan
pemeriksaan dan penilaian kesehatan menyembuhkan, tapi lebih pada mengatasi
penderita. Selain itu, diperlukan relawan gejala dan meningkatkan kualitas
ataupun pekerja sosial baik dari lembaga hidup.Pendekatannya adalah mengatasi gejala
swadaya masyarakat, lingkungan tempat simptomatik akibat penyakit kanker sendiri
tinggal, atau keluarga pasien sendiri yang dapat ataupun efek samping dari pengobatan
membantu menjaga dan merawat penderita di antikanker yang diterima pasien, misalnya
rumah.23,24 kelelahan, nyeri, mual-muntah, diare dan
Di Amerika, program perawatan rumah konstipasi, gangguan tidur, dsb.
untuk pasien kanker terminal disebut hospice Beberapa intervensi pembedahan,
care. Hospice care adalah program perawatan radioterapi, dan kemoterapi dapat diberikan
berkualitas untuk orang-orang yang menderita baik untuk mengatasi gejala yang menganggu
penyakit yang tak dapat disembuhkan, dengan maupun untuk memperpanjang usia harapan
memberikan pelayanan berupa terapi hidup pada kanker stadium lanjut yang tidak
kedokteran professional, penanggulangan dapat disembuhkan. Ketika sudah mendekati
nyeri, dan dukungan emosional dan spiritual akhir, adalah penting untuk membantu pasien
sesuai keinginan dan kebutuhan pasien dan menemui kematiannya dengan nyaman dan
keluarganya.Program ini diregulasi pemerintah tenang, bila perlu dengan menghentikan segala
melalui NPHCO (National hospice and palliative bentuk tindakan dan intervensi medis yang
care organization) dan ditujukan untuk pasien tidak bermanfaat.
dengan ketentuanusia harapan hidup kurang
dari enam bulan, adanya keinginan pasien
sendiri untuk dirawat di rumah.23,24

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 |441


Syifa Alkaf | Terapi Paliatif bagi Penderita Kanker Ginekologi

Kesimpulan previous gynecologic malignancies. Am J


Terapi paliatif pada penderita keganasan Surgery. 2012: 203; p.472-9
ginekologi dapat diberi bersamaan ataupun 11. Whitworth JM, Schneider KE, Fauci JM,
setelah terapi definitif. Terapi paliatif ditujukan Bryant AS, Cerfolio RJ, Straughn M.
untuk mengurangi gejala penyakit dan Outcomes of patients with gynecologic
memperbaiki kualitas hidup pasien. Pada malignancies undergoing video-assisted
pasien stadium terminal, intervensi medis yang thoracoscopic surgery (VATS) and
berlebihan dan sia-sia sebaiknya dihindari pleurodesis for malignant pleural effusion.
untuk kenyamanan pasien. Gynecologic Oncology. 2012: 125; p.646-8.
12. Smith SC. Pallative radiation therapy for
Daftar Pustaka gynaecological malignancies. Best practice
1. Monk BJ, Wenzel L. Palliative Care and & Research Clinical Obstet Gynaecol. 2001:
Quality of Life. In DiSaia PJ, Creasman WT, 15(2); p.265-78.
editors. Clinical Gynecologic Oncology. 7th 13. Tinger A, Waldron T, Peluso N, Katin MJ,
ed. Elsevier. 2007; p.668-96. Dosorotez DE, Blitzer PH, et al. Effective
2. Cappucini F, Petty W, Cain J. Palliative palliative radiation therapy in advanced
care: A critical component of care. Current and recurrent ovarian carcinoma. Int J
Obstet Gynaecol. 2003: 13; p.166-72. Radiation Oncology. 2001: 51(5); p.1256-
3. Penson RT, Wenzel LB, Vergote I, Cella D. 63.
Quality of life consideration in gynecologic 14. Choan E, Quon M, Gallant V, Samant R.
cancer. Int Fed of Gynecol and Obstet. Effective palliative radiotheraphy for
2006; p.S247-57. symptomatic recurrent or residual ovarian
4. Bakitas M, Lyons KD, Hegel MT, Balan S, cancer. Gynecol Oncology. 2006: 102;
Brokaw FC, Seville J, et al. Effects of a p.204-9.
palliative care intervention on clinical 15. Caravatta L, Padula G, Macchia G,
outcomes in patients with advanced Ferrandina G, Bonomo P, Deodato F, et al.
cancer. J Am Medical Association. 2009: Short-course accelerated radiotherapy in
302 (7); p.741-9. palliative treatment of advanced pelvic
5. Levy MH, Adolph MD, Back A, Block S, malignancies: A phase I study. Int J
Codada SN, Dalal S. Paliative care; NCCN Radiation Oncology. 2012: 83(5); p.e627-
Clinical Guidelines in Oncology. 2012: 2. 31.
6. Trajkovic M, Vidakovic M, Graeff AD, Voest 16. Lonkhuijzen LV, Thomas G. Palliative
E, Teunissen S. Symptoms tell it all: A radiotherapy for cervical carcinoma, a
systematic review of the value of systematic review. Radiotheraphy and
symptom assessment to predict survival in Oncology. 2011: 98; p.287-91.
advanced cancer patients. Oncology 17. Chow E, Harris K, Fan G, Tsao M, Sze WM.
Hematology. 2012: 84; p.130-48. Palliative radiotherapy for bone
7. Wenzel L, Vergote I, Cella D. Quality of life metastases: A systematic review. J Clin
in patients receiving treatment for Oncology. 2007: 25(11); p.1423-36.
gynecologic malignancies: Special 18. Dodwell DJ, Rathmell AJ, Ash DV.
considerations for patient care. Assesment of palliative chemotherapy: A
International Fed of Gynecol and Obstet. step beyond response. Clin Oncology.
2006; p.211-29. 1993: 5; p.114-7.
8. Pothuri B, Hoskins WJ. Role of palliative 19. Moore DH, Blessing JA, McQuellon RP,
surgery in ovarian cancer. Gynaecol Thaler HT, Cella D, Benda j. Phase III study
Practice. 2002: 2; p.23-8. of cisplatin with or without paclitaxel in
9. Ripamonti CI, Easson AM, Gerdes H. stage IVB, recurrent, or persistent
Management of malignant bowel squamous cell carcinoma of the cervix: A
obstruction. Europ J Cancer. 2008: 44; gynecologic oncology group study. J Clin
p.1105-15. Oncology. 2004: 22(15); p.3113-9.
10. Mirensky TL, Schuter KM, Ali UA, Reddy V, 20. Cella D, Huang HQ, Monk BJ, Wenzel L,
Schwartz PE, Longo WE. Outcomes of Benda J, McKeekin DS. Health-related
small bowel obstruction in patients with

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 |442


Syifa Alkaf | Terapi Paliatif bagi Penderita Kanker Ginekologi

quality of life outcomes associated with


four cisplatin-based doublet 22. LupeK, D'Souza DP, Kwon JS, Radwan JS,
chemotherapy regimens for stage IVB Harle IA, Hammond JA, et al. Adjuvant
recurrent or persistent cervical cancer: A carboplatin and paclitaxel chemotherapy
gynecologic oncology group study. J interposed with involved field radiation for
Gynecol Oncology. 2010: 119; p.531-7. advanced endometrial cancer. Gynecol
21. Plaxe SC, Brooks SE, Tian C, Bloss JD, Oncology. 2009:114; p.94-8.
Moore DH, Long HJ. Influence of race on 23. National Hospice and Palliative Care
tolerance of platinum-based Organization. Hospice care in America.
chemotherapy and clinical outcomes in 2012; p.1-18.
women with advanced and recurrent 24. Suhatno. Perawatan Paliatif. Dalam Aziz
cervical cancer; A pooled analysis of 3 MF, Andrijono, Saifuddin AB, editor. Buku
gynecologic oncology group studies. Am J Acuan Nasional Onkologi Ginekologi.
Obstet gynecol. 2008:199; p.539.e1-6. Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawiroharjo. Edisi pertama. Jakarta. 2006;
p.687-718..

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 |443


Yulia Cahya Khasanah dkk. | Potensi Vaksin Hemagglutinin Stem Berbasis HA-Ferritin Nanopartikel sebagai Inovasi Vaksin

Potensi Vaksin Hemagglutinin Stem berbasis HA-Ferritin Nanopartikel sebagai


Inovasi Vaksin Influenza Universal
Yulia Cahya Khasanah1, Dara Marissa Widya Purnama1, Fadel Muhammad1
1
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

Abstrak
Influenza merupakan penyakit pernapasan dengan morbiditas dan mortalitas yang tinggi di seluruh dunia. Setiap tahun
terdapat 3-5 juta kasus influenza berat dan 250.000 sampai 500.000 diantaranya mengalami kematian. Penanganan kasus
influenza menekankan pada upaya preventif yaitu vaksin. Namun, kelemahan vaksin konvensional adalah pembuatannya
harus disesuaikan dengan strain influenza yang berkembang pada musim berikutnya. Karakteristik utama dari virus
influenza terdapat pada hemagglutinin (HA) dan neuraminidase (NA). Target vaksin influenza universal adalah HA stem
region yang memiliki sifat tidak mengalami perubahan genetik. HA stem influenza memiliki epitop konservatif penginduksi
broad neutralizing antibodies (bnAbs). Namun, aktivitas induksinya sering terganggu karena adanya HA head region. Oleh
karena itu, perlu dilakukan pemotongan HA head region melalui teknik Polymerase Chain Reaction (PCR) untuk mendapat
HA stem region murni. Antibodi yang diinduksi oleh HA termodifikasi ini adalah broad neutralizing antibodies (bnAbs).
Broadly neutralizing antibodies dapat bereaksi silang dengan influenza varian lainnya. Keunggulan bnAbs tersebut
berpotensi untuk menetralisir semua strain influenza baik yang sudah ada ataupun yang baru muncul. Untuk meningkatkan
efektivitas vaksin, digunakan nanopartikel ferritin sebagai pelindung vaksin yang potensial. HA stem digabungkan dengan
ferritin melalui teknik rekayasa genetika dengan cara bio-active sehingga terbentuk HA stem yang memanjang pada
permukaan ferritin. Berdasar uraian tersebut, vaksin hemagglutinin stem berbasis HA-ferritin nanopartikel berpotensi
sebagai vaksin universal protektif jangka panjang.

Kata kunci: ferritin nanopartikel, HA stem region, vaksin influenza

The Potency of Hemagglutinin Stem Vaccine Based on HA-Ferritin


Nanoparticle as Universal Influenza Vaccine
Abstract
Influenza is a respiratory illness with high mortality and morbidity all around the world. Annually, influenza reaches 3-5
billion in number of severe cases while 250.000-500.000 people among the cases died. Influenza cases management
emphasizes vaccination as an important tool by preventive means. However, conventional vaccine has weakness. The
production of conventional vaccine needs to be adjusted with influenza strain prediction that will attack on the next season.
The main characteristics of influenza virus are hemagglutinin (HA) and neuraminidase (NA). Universal influenza vaccine
targets HA stem region which is stable through genetic mutation. Influenza HA-stem has conservative epitope which enable
induction of broad neutralizing antibodies (bnAbs). Meanwhile, the induction activity often disturbed by HA head region.
With this aim in mind, the dissection of HA head region using Polymerase Chain Reaction (PCR) to gain purified HA stem is
necessary. Antibody induced by this modified HA is broad neutralizing antibodies (bnAbs). Broad neutralizing antibodies can
cross-react all variants type of influenza. That bnAbs capability creates possible neutralizing activity against existing and
newly emerged influenza virus. To increase vaccine effectiveness, ferritin nanoparticle is used as potential vaccine
protector. HA stem is combined with ferritin through genetic engineering that stabilize ferritin nanoparticle in bio-active
mechanism so that HA stem will be self-assembled in ferritin surface. Therefore, HA stem vaccine based on HA-ferritin
nanoparticle is effective as long term protective universal influenza vaccine.

Keyword: ferritin nanoparticle, HA stem region, influenza vaccine

Korespondensi: Yulia Cahya Khasanah, alamat Jl. Gatot Subroto No. 55 C, HP 08984939054, e-mail yuliack18@gmail.com

Pendahuluan
Influenza merupakan penyakit yang pada dewasa dan 20-30% pada anak-anak. Di
mengancam kesehatan di seluruh dunia. Virus dunia setiap tahunnya terdapat tiga sampai
influenza merupakan determinan utama lima juta kasus penyakit influenza berat dan
morbiditas dan mortalitas akibat penyakit 250.000 sampai 500.000 mengalami
pernapasan.1,2 Influenza terjadi secara global kematian.3 Penyakit influenza memilki
dengan tingkat serangan pertahunnya 5-10% komplikasi yang jauh lebih berat pada anak
dibandingkan dengan usia dewasa,

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 | 444


Yulia Cahya Khasanah dkk. | Potensi Vaksin Hemagglutinin Stem Berbasis HA-Ferritin Nanopartikel sebagai Inovasi Vaksin

diantaranya adalah rinitis, otitis media, Virus influenza A, B dan C merupakan


manifestasi gastrointestinal, kejang demam, famili Orthomyxovirus yang beramplop
bronkiolitis, miositis, pneumonia, otitis media, dengan RNA genom rantai tunggal, sense
dan ensefalopati.4 negatif dan bersegmen. Virus ini
Pengobatan influenza saat ini adalah diklasifikasikan berdasarkan perbedaan
dengan menggunakan obat golongan antigen nukleoprotein (NP) dan matriks
retroviral. Akan tetapi, penanganan yang lebih protein (M1) sebagai komponen struktural
efektif adalah dengan menggunakan vaksinasi mayor. Sedangkan karakteristik utama yang
sebagai pencegahannya. Pada beberapa dimiliki semua virus influenza adalah
negara, telah dianjurkan memberikan vaksin hemagglutinin (HA) dan neuraminidase (NA).6
influenza pada anak sehat berumur 6–23 Hemagglutinin memiliki dua bagian yaitu head
bulan, baik untuk mengurangi risiko terkena dan stem region. Respon antibodi terhadap
infeksi, mengurangi risiko penularan dari influenza terfokus primer pada HA head
orang lain, dan mengurangi penularan kepada region yang dapat mengalami perubahan
orang dewasa. Rekomendasi pemberian genetik setiap musim. Sementara itu, HA stem
vaksin influenza pada anak sehat berguna region jauh lebih stabil dan mudah dikenali
untuk menghadapi pandemik influenza dan sehingga antibodi yang bertarget stem region
menurunkan penyebaran kasus. WHO tahun dapat berikatan dengan semua variasi subtipe
2004 telah membuat panduan regional HA. Oleh karena itu, dengan menggunakan HA
maupun nasional di seluruh negara di dunia. specific stem region dapat menjadi titik fokus
Persiapan ini perlu dilakukan sebagai dalam pengembangan vaksin virus influenza
pelayanan esensial dan mengurangi beban yang universal dan protektif jangka panjang.7
sosial ekonomi pada pandemi. Pandemi
influenza akan terjadi apabila virus influenza ISI
baru timbul. Tidak satu manusiapun yang Vaksin HA menggunakan prinsip induksi
kebal terhadap virus baru tersebut, sehingga antibodi penetralisir rantai dan struktur
akan menyebabkan epidemi di seluruh dunia spesifik virus. Hampir seluruh antibodi
dan diramalkan dapat membunuh banyak penetralisir memiliki spesifisitas tinggi
orang.4 terhadap epitop immunodominan yang sangat
Pendekatan vaksin konvensional variatif pada kepala HA. Antibodi akan
mengutamakan kecocokan antara strain virus memberi respon awal dengan mencegah
dan isolat yang terdapat dalam vaksin. Tetapi perlekatan HA virus pada reseptor asam sialat
upaya tersebut tidak mudah dikarenakan inang dan menghambat pelepasan replikasi
beberapa faktor. Pertama, virus influenza virus. Selain itu, vaksin yang menggunakan HA
dapat berubah secara konstan setiap tiga sebagai antigen target dari antibodi
sampai lima tahun. Bagian strain utamanya memberikan respon imunogenik optimal
digantikan dengan varian yang telah dalam mencegah keparahan dan kematian.
mengalami perubahan antigen agar terhindar Kelemahan dari vaksin HA adalah spesifisitas
dari respon antibodi. Selain itu, persiapan tinggi antibodi hanya terhadap head region HA
isolat vaksin harus diseleksi setiap tahun karena strukturnya yang tebal menutupi
berdasarkan survei intensif dari World Health struktur stem HA dibawahnya. Reaksi tidak
Organization (WHO). Kedua, proses terjadi pada bagian stem HA yang berakibat
pembuatan vaksin harus disesuaikan dengan antibodi hanya mengenali satu jenis strain
prediksi strain influenza yang berkembang virus Influenza spesifik head region.8 Oleh
pada musim berikutnya. Ketidakpastian sebab itu, perlu adanya modifikasi dengan
prediksi tersebut dapat mengurangi efektifitas menghilangkan head region dari virus
vaksin dalam mempengaruhi respon imun.4,5 influenza dan menyisakan stem HA sehingga
Oleh karena itu, perlu inovasi preventif vaksin dapat memberi perlindungan pada
dengan menggunakan vaksin universal dan semua heterosubtipe influenza. Modifikasi HA
protektif jangka panjang yang dapat menekan dapat dilakukan dengan teknik rekayasa
frekuensi administrasi vaksin secara terus genetika pada RNA segmen 4 sebagai
menerus dan mencegah infeksi dari semua pengkode HA semua virus influenza.8
varian virus influenza serta aman digunakan
anak-anak.
JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 | 445
Yulia Cahya Khasanah dkk. | Potensi Vaksin Hemagglutinin Stem Berbasis HA-Ferritin Nanopartikel sebagai Inovasi Vaksin

Hemagglutinin bagian head dan stem peptida penghubung pendek diharap tidak
dihubungkan oleh ikatan fusi peptida, dimana mengganggu putaran dan lipatan molekul HA
bagian yang selalu ditemukan adalah ikatan yang tersisa. Berdasarkan prinsip ini,
disulfida sistein 52 dan 277 pada bagian head. pembuatan headless HA terdiri dari beberapa
Putaran HA yang dhubungkan oleh ikatan proses. Pertama, pemotongan head region
disulfida tersebut terdiri dari domain kepala virus influenza menggunakan teknik
globular sementara N-terminal 51 dan C- Polymerase Chain Reaction (PCR). Peptida
terminal 52 asam amino memanjang kebawah penghubung yang mengkode sekuens dari dua
untuk membentuk jembatan sistein dan glisin (2G), empat glisin (4G) atau sebuah
berkontribusi terhadap regio stem virus. prolin dan glisin (PG) disisipkan pada bingkai
Karena strukturnya yang berupa putaran dan terbuka hemagglutinin virus influenza sekuens
letak proksimal sistein 52 dan 277, Cys 53 dan Cys 276. Dalam hal ini virus yang
penggantian dari putaran tersebut dengan dipakai adalah H1N1 (PR8) dan H3N2 (HK68).

Gambar 1. (A) Struktur linear HA influenza secara utuh (atas) dan headless HA secara umum
(bawah). (B) Skema struktur berlipat HA secara utuh dan headless dari PR8 virus (kiri) dan HK68
virus (kanan).5

Selanjutnya hasil modifikasi menjalani tes adalah steady-state tertinggi dihasilkan oleh
untuk meninjau integritas dan stabilitas sekuens Cys 52 dan Cys 277 yang dihubungkan
protein dengan western blotting. Hasilnya peptida 4G.

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 | 446


Yulia Cahya Khasanah dkk. | Potensi Vaksin Hemagglutinin Stem Berbasis HA-Ferritin Nanopartikel sebagai Inovasi Vaksin

Gambar 2. (A) Konstruksi berbasis PR8; (B) Konstruksi berbasis HK68. Berat molekular dari protein
HK68 HA0 secara utuh ditunjukkan panah.5

Langkah terakhir untuk menguji apakah terdeteksi, hal ini mengindikasikan transport
headless HA juga ditransportasikan ke sel konstruksi dari kompleks golgi ke sel membran
membrane, maka dilakukan uji Fluorescence- tidak terganggu dengan dilepaskannya domain
Activated Cell Sorter (FACS). Hasilnya globular kepala virus.5
konstruksi headless PR8 dan HK68 dapat

Gambar 3. (A) Sel transfeksi dengan serum imun 3951 (abu-abu) dibandingkan dengan sel
transfeksi pDZ PR8 HA (merah) atau sel transfeksi dengan pCAGGS PR8 2G, 4G, PG headless HA
(biru). (B) Sel transfeksi dengan MAb 12D1 (abu-abu) dibandingkan dengan sel transfeksi pCAGGS
HK68 HA (oranye) atau sel transfeksi pCAGGS HK68 2G, 4G, PG headless HA (hijau).5

Pada penelitian yang telah dilakukan sehingga berpotensi untuk menetralisir semua
Tharakaraman, ditemukan bahwa bagian strain influenza baik yang sudah ada ataupun
batang atau stem region dari HA memiliki yang baru muncul.10
berbagai epitop. Epitop tersebut diantaranya Ferritin nanopartikel dapat ditemukan
adalah CR8020, CR 9114, CR6261, C179, dan hampir disetiap organisme sebagai iron
epitope lainnya. Keunikan epitope pada HA pengikat protein yang berasal dari
stem adalah fungsi pemicuan broad Helicobacter pylori. Bentuk partikelnya
neutralizing antibodies (bnAbs) yaitu antibodi spherical dengan oktahedral simetri yang
yang bertarget regio konservatif dari segala terdiri dari 24 subunit dan merupakan
jenis virus.9 BnAbs juga diteliti dapat bereaksi nanopartikel yang umum. Ferritin memiliki
silang dengan influenza varians lainnya peranan sebagai biomedical imaging agent,

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 | 447


Yulia Cahya Khasanah dkk. | Potensi Vaksin Hemagglutinin Stem Berbasis HA-Ferritin Nanopartikel sebagai Inovasi Vaksin

semiconductor dan pelindung vaksin yang menghasilkan respon imun terhadap virus.
potensial. Campuran antigen HA stem Hemagglutinin stem digabungkan dengan
berepitop dengan ferritin nanopartikel dapat ferritin melalui teknik genetika yaitu
menjadi vaksin yang universal dan protektif menstabilisasikan ferritin nanopartikel dengan
jangka panjang.11,12 cara bio-active sehingga terbentuk HA stem
Hemagglutinin stem adalah protein yang memanjang pada permukaan ferritin,
yang jelas tampak terlihat pada permukaan seperti terlihat pada gambar 5.12,13
virus influenza dan diketahui bisa

Gambar 5. Struktur dan morfologi ferritin dan Hemagglutinin14


Hemagglutinin stem-ferritin jika diekspresikan viral. Trimerik viral tersusun secara simetris
pada sel mamalia akan mengalami perakitan pada permukaan ferritin, hal tersebut terlihat
komponen sendiri di dalam nanopartikel pada gambar 6.15,16
tersebut dan menghasilkan delapan trimerik

Gambar 6. Gambaran HA stem-ferritin di dalam sel mamalia.16

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 | 448


Yulia Cahya Khasanah dkk. | Potensi Vaksin Hemagglutinin Stem Berbasis HA-Ferritin Nanopartikel sebagai Inovasi Vaksin

Ringkasan

Konjugasikan

Inovasi vaksin HA Stem spesifik Like Illness) di Laboratorium Regional


memberi peluang baru untuk mencegah Avian Influenza Semarang. 2011; 3(2):157-
infeksi dari semua varian virus influenza. 61.
Frekuensi musiman pemberian vaksin pun 3. World Health Organization. Influenza.
secara otomatis dapat dikurangi. Modifikasi [internet] 2014 [diakses tanggal 23
pada HA virus mengakibatkan terbentuknya September 2015]. Tersedia dari:
headless HA vaccine, yang secara langsung www.who.int/mediacentre/factsheets/fs2
memaparkan segmen konservatif pada stem 11/en
region sebagai target serangan antibodi 4. Hadinegoro SRS dan Soedjatmiko.
spektrum luas. Nanopartikel yang digunakan Rekomendasi satgas imunisasi. Sari
sebagai pelindung dan pembawa vaksin pediatri IDAI. 2006; 8(1):84-92.
universal HA stem region adalah ferritin 5. Steel J, Lowen AC, Wang TT, Yondola M,
nanopartikel. Vaksin HA stem spesifik Gao Q, Haye K, et al. Influenza Virus Based
difusikan bergabung dengan nanopartikel. on the Conserved Hemagglutinin Stalk
Kompleks tersebut akan merakit komponen Domain. mBio. 2010; 1(1):1-9.
HA stem sendiri di dalam nanopartikel 6. Takeshi Noda. Native Morphology of
sehingga menyebabkan HA stem region Influenza Virions. Frontiers in
memanjang keluar dari permukaan Microbiology. 2012; 2(269):1-9.
nanopartikel. Oleh karena itu, modalitas 7. Yassine HM, Boyington JC, McTamney PM,
terbentuknya vaksin HA stem dengan Wei CJ, Kanekiyo M, Kong EP, et al.
enkapsulasi nanopartikel ferritin yang dapat Hemagglutinin-stem nanoparticles
menginduksi bnAbs menjadi pilihan yang generate heterosubtypic influenza
sangat potensial dalam meningkatkan protection. Nature Medicine. 2015;
efektivitas vaksin influenza universal protektif 21(1):1065-70.
jangka panjang. 8. Hashem AM. Prospects of HA-Based
Universal Influenza Vaccine. BioMed
Simpulan Research International. 2015; 1(1):1-12.
Vaksin hemagglutinin stem berbasis 9. Tharakaraman K, Subramanian V, Cain D,
HA-ferritin nanopartikel memiliki potensi Sasisekharan V, Sasisekharan R. Broadly
sebagai vaksin influenza universal protektif neutralizing Influenza hemagglutinin stem
jangka panjang. specific antibody CR8020 targets residues
that are prone to escape due to host
Daftar pustaka selection pressure. J Chom. 2014;
1. Jawets, Melnick dan Adelberg. 15(5):644–51.
Mikrobiologi Kedokteran. Edisi Ke-25. 10. Jing Sun, Ulrich J. Kudahl, Christian Simon,
Jakarta: EGC. 2012. Zhiwei Cao, Ellis L. Reinherz, et al. Large-
2. Wahyutomo R, Ciptaningtyas V R dan Hadi Scale Analysis of B-Cell Epitopes on
P. Prevalensi Virus Influenza (Influenza Influenza Virus Hemagglutinin –
JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 | 449
Yulia Cahya Khasanah dkk. | Potensi Vaksin Hemagglutinin Stem Berbasis HA-Ferritin Nanopartikel sebagai Inovasi Vaksin

Implications for Cross-Reactivity of 14. Graham BS. Novel Approaches to Elicit


Neutralizing Antibodies. Frontiers in Broadly Neutralizing Antibodies to
Immunology. 2014; 5(38):1-12. Influenza. Vaccine Research Center
11. Wei CJ. A Self-AssemblingInfluenza [internet]. 2014 [diakses pada tanggal 24
Nanoparticle Vaccine Eicit Broad and September 2015]; Tersedia dari :
Potent Neutralizing Antibodies. Nature http://www.hhs.gov/nvpo/nvac/meetings
Medicine. 2013; 499(1):102-6. /pastmeetings/2014/novel_approches_gr
12. Bamezai AK dan Lal D. Self-assembling aham_nvacjune.pdf
Nanoparticle: A Strategy for Designing 15. Richard T. Ellison III, MD. Reviewing
Universal Flu Vaccine. J Nanomedine Kinekiyo M et al. A New Approach for Flu
Biotherapeutic Discov. 2014; 4(2):1-2. Vaccine. J Watch [internet]. 2013 [diakses
13. Raz Jelinek. Nanoparticles.[diakses pada pada tanggal 24 September 2015];
tangga 23 September 2015]. Tersedia Tersedia dari:
dari: www.jwatch.org/na31233/2013/05/29/ne
https://books.google.co.id/books?id=upul w-approach-flu-vaccine
CQAAQBAJ&pg=PA194&lpg=PA194&dq=n 16. Kanekiyo M, Wei CJ, Yassine HM,
anoparticle++ferritin+HA&source=bl&ots= McTamney PM, Boyington JC, Whittle JRR,
Airjmuq0Ia&sig=MoakQEPwLTBCfIP5y5iP6 et al. Self-assembling influenza
uvM4O0&hl=id&sa=X&redir_esc=y#v=one nanoparticle vaccines elicit broadly
page&q=nanoparticle%20%20ferritin%20 neutralizing H1N1 antibodies. Nature.
HA&f=false 2013; 499(1):102-6.

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 | 450


Rodiani dan Stefhani Giska L. | Wanita, G2p0a1 Hamil 36 Minggu Belum Inpartu dengan PEB + Partial HELLP

Wanita, G2p0a1 Hamil 36 Minggu Belum Inpartu Dengan PEB + Partial HELLP
Syndrome Dan Solutio Plasenta, Janin Tunggal Mati, Presentasi Kepala

Rodiani1, Stefhani Gista Luvika2


1
Departemen Ilmu Kebidanan dan Kandungan, Fakultas Kedokteran Universitas Lampung,
2
Mahasiswa Profesi Dokter, Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
Abstrak
Solusio plasenta adalah terlepasnya sebagian atau keseluruhan plasenta dari implantasi normalnya setelah kehamilan 20
minggu dan sebelum janin lahir. Solusio plasenta sering berulang pada kehamilan berikutnya. Kejadiannya tercatat sebesar
2
1 diantara 8 kehamilan. Ny. MS, G2P0A1, 21 tahun, hamil 36 minggu datang ke RSAM dengan keluhan utama hamil
kurang bulan dengan nyeri perut, darah tinggi dan anak tidak bergerak lagi. Pada pemeriksaan fisik didapatkan abdomen
cembung dengan striae gravidarum, teraba keras dan nyeri, dan terdapat edema pretibial. Pada status obstetrikus
didapatkan kesan yaitu tinggi fundus uteri (TFU) 29 cm, 4 jari di bawah processus xyphoideus, letak memanjanag,
presentasi kepala, pu-ka, DJJ (-), janin intrauterine dengan TBJ 2480 gram, tunggal, mati. Pada pemeriksaan urinalisis
didapatkan bilirubin 2 mg/dL dan protein 500. Pada pemeriksaan kimia darah didapatkan LDH 938. Pada pemeriksaan
hematologi didapatkan hemoglobin: 11,8 gr/dL, hematokrit: 34%, leukosit 20.300/uL, trombosit 226.000/uL, CT: 8', BT: 2'.
Pada pemeriksaan USG, tampak janin tunggal mati, presentasi kepala; biometri janin: BPD, HC, AC, FL ~ 36 minggu, ketuban
cukup, tampak hematoma retroplasenta dengan ukuran 9x10 cm. Diagnosis G 2P0A1 hamil 36 minggu belum inpartu dengan
PEB+partial hellp syndrom edan solutio plasenta,JTM presentasi kepala. Pasien diberikan terapi stabilisasi 1 jam, rencana
partus pervaginam, observasi TVI, tanda akut abdomen, tanda inpartu, IVFD RL gtt XX/m, insersi kateter menetap, inj.
MgSO4 sesuai protokol, inj. Dexamethasone 2x 10 mg IV, ceftriaxone 2 x 1 gr IV, rencana pematangan serviks dengan drip
oksitosin dan nifedipine 3 x 10 mg PO.

Kata Kunci: preeklampsia berat, solusio plasenta

G2P0A1 36 weeks gestasional age not in labor with severe preeclampsia


+partial hellp syndrome +placental abruption, single death fetus, cephalic
presentation
Abstract
Placental abruption is the partial or total detachment of the placenta from the normal implantation after 20 weeks and
before the fetus is born. Placental abruption is often repeated in subsequent pregnancies . Incidence was recorded at 1 in 8
pregnancies .Mrs.MS , G2P0A1, 21 years old , gravid 36 weeks came to RSAM with a chief complaint of preterm pregnant
with abdominal pain, high blood pressure , and the child does not move anymore . On physical examination was found the
convex abdominal with striae gravidarum , palpable hard and painful , and there was edema pretibial . On the status of
obstetrician obtained the impression that the uterine fundus ( TFU ) 29 cm , four fingers below the processus xyphoideus ,
elongated layout, cephalic presentation , right back , DJJ ( - ) , intrauterine fetus with TBJ 2480 gram , single, dead. On
urinalysis examination obtained bilirubin 2 mg / dL and 500 protein on blood chemistry obtained LDH 938 .On hematologic
examination obtained hemoglobin : 11.8 g / Dl , hematocrit : 34 % , leukocytes 20,300 / uL , platelets 226,000 / uL , CT : 8 ' ,
BT : 2. On ultrasound examination Looks single fetus died , cephalic presentation ; fetal biometry : BPD , HC , AC , FL ~ 36
weeks , the amniotic enough , seemed hematoma retroplasenta with 9x the size of 10 cm. Diagnostic is G2P0A1 yet inpartu
36 weeks pregnant with PEB + partial hellp syndrome and Placental Abruption, Fetal Death, Cephalic Presentation . Patients
were given 1 hour stabilization therapy , vaginal birth plan , observation TVI , signs of acute abdomen , signs of inpartu ,
IVFD RL XX gtt/m, catheter insertion settled , inj . MgSO4 appropriate protocol , inj. Dexamethasone 2x 10 mg IV ,
ceftriaxone 2 x 1 g IV , plans cervical ripening with oxytocin drip and nifedipine 3 x 10 mg PO.

Keyword : High Severe Preeclampsia, Solutio Placenta

Korespondensi: dr. Rodiani, M.Sc, Sp.OG, alamat Jl. Soemantri Brodjonegoro No. 1, HP 081222949925, e-mail
rodianimoekroni@gmail.com.

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 | 451


Rodiani dan Stefhani Giska L. | Wanita, G2p0a1 Hamil 36 Minggu Belum Inpartu dengan PEB + Partial HELLP

Pendahuan pernah dilakukan USG. Pasien juga tidak


Cunningham dalam bukunya pernah mendapatkan suntikan imunisasi
mendefinisikan solusio plasenta sebagai selama kehamilan.
separasi prematur plasenta dengan Riwayat minum alkohol dan merokok
implantasi normalnya korpus uteri sebelum juga disangkal pasien, riwayat memelihara
janin lahir.1 Solusio plasenta adalah binatang peliharaan disangkal, riwayat makan
terlepasnya sebagian atau keseluruhan makanan setengah matang / panggang
plasenta dari implantasi normalnya (korpus disangkal, riwayat keputihan disangkal,
uteri) setelah kehamilan 20 minggu dan riwayat minum obat-obatan lama juga
sebelum janin lahir.2 Kejadian solusio plasenta disangkal.
sangat bervariasi dari 1 diantara 75 sampai Pasien mengalami haid pertama haid
830 persalinan dan merupakan penyebab dari terakhir (HPHT) pada tanggal 25 September
20-35 % dari kematian perinatal. Walaupun 2015 dengan taksiran persalinan pada tanggal
angka kejadianya cenderung menurun akhir- 2 Juli 2016. Pasien menikah satu kali dengan
akhir ini, namun morbiditas perinatal masih usia perkawinan 20 tahun. Kehamilan
cukup tinggi, termasuk gangguan neurologis sekarang merupakan kehamilan ke 2, dimana
pada tahun pertama kehidupan. Solusio kehamilan pertama mengalami abortus pada
plasenta sering berulang pada kehamilan usia kehamilan 12 minggu dan dikuret.
berikutnya. Kejadiannya tercatat sebesar 1 Pada pemeriksaan fisik didapatkan
diantara 8 kehamilan.2 kesadaran compos mentis, keadaan umum
tampak sakit sedang, tekanan darah 180/130
Kasus mmHg, nadi 96x/m, pernapasan 20x/m, dan
Pada tanggal 6 Juni 2016, Ny. MS, suhu 37oC. Kepala tampak normocephali,
G2P0A1, 21 tahun, gravid 36 minggu datang kedua konjungtiva mata tidak anemis dan
ke RSAM dengan keluhan utama hamil kurang tidak ikterik, KGB pada leher tidak membesar,
bulan dengan nyeri perut, dan darah tinggi mammae tampak simetris, membesar dan
dan anak tidak bergerak lagi. Os sudah tidak areola hiperpigmentasi, paru-paru dan
lagi merasakan gerakan janin sejak 1 hari jantung dalam batas normal, abdomen
SMRS, ± 9 jam SMRS os mengeluh nyeri perut. cembung dengan striae gravidarum , teraba
Pasien tidak mengalami riwayat perut mules keras dan nyeri, dan terdapat edema pretibial.
menjalar ke pinggang yang makin lama makin Pada status obstetrikus didapatkan kesan
sering dan kuat, riwayat keluar darah lendir yaitu tinggi fundus uteri (TFU) 29 cm, 4 jari di
dan keluar air-air . Pasien mengaku bahwa bawah processus xyphoideus, letak
terdapat riwayat pijit perut 1 hari SMRS. memanjang, presentasi kepala, pu-ka, DJJ (-),
Perut terasa keras namun tidak terdapat janin intrauterine dengan TBJ 2480 gram,
riwayat perdarahan sebelumnya. Pasien ini tunggal, mati. Pada pemeriksaan vaginal
tidak memiliki riwayat datrah tinggi sebelum toucher didapatkan portio lunak, posterior,
hamil. Pada keluarga, ibu pasien memiliki pendataran 0%, Ø kuncup, ketuban belum
darah tinggi. Riwayat darah tinggi pada hamil dapat dinilai, terbawah kepala, penunjuk
ini dialami sejak usia kehamilan 7 bulan, belum dapat dinilai. Pada pemeriksaan
namun tidak terdapat riwayat pandangan inspekulo didapatkan vulva dan vagina tidak
kabur, nyeri ulu hati, mual, dan muntah. Os ada kelainan, portio livide, OUE tertutup, dan
lalu ke RS Immanuel,lalu os dirujuk ke RSAM tidak ditemukan fluor, fluksus darah, erosi,
dengan diagnose G2P0A1 hamil 36 minggu polip dan laserasi.
belum inpartu dengan PEB + solutio plasenta, Pada pemeriksaan urinalisis didapatkan
JTM presentasi kepala. bilirubin 2 mg/dL dan protein 500. Pada
Pasien melakukan antenatal care (ANC) pemeriksaan kimia darah didapatkan LDH 938.
di bidan 2x selama kehamilan,tidak teratur Pada pemeriksaan hematologi didapatkan
tiap bulannya , terakhir pada 1 Januari 2016 hemoglobin: 11,8 gr/Dl, hematokrit: 34 %,
dan denyut jantung janin (+), selama ANC leukosit 20.300/uL, trombosit 226.000/uL, CT:
dikatakan tidak ada kelainan. Pasien tidak 8', BT : 2'. Pada pemeriksaan USG Tampak

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 | 452


Rodiani dan Stefhani Giska L. | Wanita, G2p0a1 Hamil 36 Minggu Belum Inpartu dengan PEB + Partial HELLP

janin tunggal mati, presentasi kepala; biometri sistolik dan diastolik ≥ 140/90 mmHg.
janin: BPD, HC, AC, FL~36 minggu, ketuban Pengukuran tekanan darah sekurang-
cukup, tampak hematoma retroplasenta kurangnya dilakukan 2 kali selang 4 jam.
dengan ukuran 9x 10 cm. Kesan didapatkan Hipertensi ini terjadi pada usia kehamilan ˃ 20
hamil 36 minggu janin tunggal mati presentasi minggu pada wanita yang tidak memiliki
kepala dengan solusio plasenta. riwayat hipertensi sebelumnya. Tanda kedua
Berdasarkan anamnesa, pemeriksaan adalah adanya proteinuria, yakni 300 mg
fisik, dan pemeriksaan penunjang maka pada protein dalam urin selama 24 jam atau sama
pasien ini dapat ditegakkan diagnosa G2P0A1 dengan ≥1 + dipstick3.
hamil 36 minggu belum inpartu dengan PEB + Diagnosis preeklampsia berat
partial HELLP syndrome dan solutio plasenta, ditegakkan bila ditemukan keadaan hipertensi
JTM presentasi kepala. berat/hipertensi urgensi (TD≥160/110)
Penatalaksanaan pada pasien ini, yaitu dengan proteinuria berat (≥ 5 g/hr atau tes
stabilisasi 1 jam, rencana partus pervaginam, urin dipstik ≥ positif 2), atau disertai dengan
observasi TVI, tanda akut abdomen, tanda keterlibatan organ lain.Kriteria lain
inpartu, IVFD RL gtt XX/m, insersi kateter preeklampsia berat yaitu bila ditemukan
menetap, inj. MgSO4 sesuai protokol, inj. gejala dan tanda disfungsi organ, seperti
Dexamethasone 2x 10 mg IV, ceftriaxone 2 x 1 kejang, edema paru, oliguria, trombositopeni,
gr IV, rencana pematangan serviks dengan peningkatan enzim hati, nyeri perut epigastrik
drip oksitosin, nifedipine 3 x 10 mg PO. atau kuadran kanan atas dengan mual dan
Prognosis quo ad vitam dan functionam muntah, serta gejala serebral menetap (sakit
ibu adalah dubia ad bonam. Sedangkan kepala, pandangan kabur, penurunan visus
prognosis quo ad vitam dan functionam anak atau kebutaan kortikal dan penurunan
adalah ad malam. kesadaran).4 Pada pasien ini, tekanan darah
saat pertama masuk adalah 180/130 mmHg
Pembahasan dan protein 500.Diagnosis partial HELLP
Pada kasus ini, wanita berusia 21 tahun syndrome ditegakkan berdasarkan nilai LDH
dengan diagnosa G2P0A1 hamil 36 minggu 938. Dikatakan parsial karena hanya nilai LDH
belum inpartu dengan PEB + partial HELLP yang ≥ 600; nilai trombosit pasien ini sebesar
syndrome dan solutio plasenta, JTM 226.000, biliirubin 2 mg/dL; SGOT dan SGPT
presentasi kepala. Dalam kasus ini, diagnosis tidak dilakukan pemeriksaan.
ditegakkan berdasarkan anamnesis, Keluhan dan gejala pada solusio
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang plasenta dapat bervariasi cukup luas. Sebagai
yang disesuaikan dengan literatur. contoh, perdarahan eksternal dapat banyak
Diagnosa G2P0A1 hamil 36 minggu sekali meskipun pelepasan plasenta belum
belum inpartu didapatkan dari hasil begitu luas sehingga menimbulkan efek
anamnesis bahwa kehamilan ini merupakan langsung pada janin, atau dapat juga terjadi
kehamilan kedua dan sebelumnya pernah perdarahan eksternal tidak ada, tetapi
mengalami abortus saat usia kehamilan 12 plasenta sudah terlepas seluruhnya dan
minggu (dikuret), sehinga menjadi G2P0A1. janin meninggal sebagai akibat langsung
HPHT adalah 25 September 2015, sehingga dari keadaan ini. Solusio plasenta dengan
usia kehamilan adalah 36 minggu . Selain itu, perdarahan tersembunyi mengandung
pada pemeriksaan USG didapatkan biometri ancaman bahaya yang jauh lebih besar bagi
janin 36 minggu. Pada pasien ini, belum ibu, hal ini bukan saja terjadi akibat
ditemukan tanda-tanda inpartu. Tanda tanda kemungkinan koagulopati yang lebih tinggi,
inpartu adalah terdapat his yang teratur namun juga akibat intensitas perdarahan
dengan frekuensi yang makin sering makin yang tidak diketahui sehingga pemberian
kuat, bloody shows, dan pembukaan serta transfusi sering tidak memadai atau
pendataran serviks. terlambat.2,5
Diagnosis preeklampsia ditegakkan dari Berdasarkan gejala dan tanda yang
adanya hipertensi , dimana tekanan darah terdapat pada solusio plasenta klasik

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 | 453


Rodiani dan Stefhani Giska L. | Wanita, G2p0a1 Hamil 36 Minggu Belum Inpartu dengan PEB + Partial HELLP

umumnya tidak sulit menegakkan diagnosis,


tapi tidak demikian halnya pada bentuk
solusio plasenta sedang dan ringan. Solusio
plasenta klasik mempunyai ciri-ciri nyeri yang
hebat pada perut yang datangnya cepat
disertai uterus yang tegang terus menerus
seperti papan, penderita menjadi anemia dan
syok, denyut jantung janin tidak terdengar dan
pada pemeriksaan palpasi perut ditemui
kesulitan dalam meraba bagian-bagian Gambar 1 . Hasil USG 6 April 2016
janin.6,7 Pada pemeriksaan dalam dapat
ditemukan serviks dapat telah terbuka atau Untuk mendiagnosis IUFD pada
masih tertutup; kalau sudah terbuka maka anamnesis biasanya didapatkan berupa pasien
plasenta dapat teraba menonjol dan tegang, mengaku tidak lagi merasakan gerakan
baik sewaktu his maupun di luar his. Apabila janinnya, perut tidak bertambah besar,
plasenta sudah pecah dan sudah terlepas bahkan mungkin mengecil (kehamilan tidak
seluruhnya, plasenta ini akan turun ke bawah seperti biasanya), perut sering menjadi keras
dan teraba pada pemeriksaan, disebut dan merasakan sakit seperti ingin melahirkan,
prolapsus placenta, ini sering meragukan penurunan berat badan. Pada pemeriksaan
dengan plasenta previa. Pada pemeriksaan fisik pada pasien IUFD biasanya
laboratorium urin didapatkan albumin (+), didapatkanpada inspeksi: tinggi fundus uteri
pada pemeriksaan sedimen dapat ditemukan berkurang atau lebih rendah dari usia
silinder dan leukosit dan Hb menurun pada kehamilannya dan tidak terlihat gerakan-
pemeriksaan hematologi. Hasil pemeriksaan gerakan janin yang biasanya dapat terlihat
Ultrasonografi (USG) menunjukkan terlihat pada ibu yang kurus, pada palpasi: tonus
daerah terlepasnya plasenta, janin dan uterus menurun, uterus teraba flaksid. Tidak
kandung kemih ibu, darah, dan tepian teraba gerakan-gerakan janin, pada
plasenta. Plasenta dapat diperiksa setelah auskultasi:tidak terdengarnya denyut jantung
dilahirkan. Biasanya tampak tipis dan cekung janin setelah usia kehamilan 10-12 minggu
di bagian plasenta yang terlepas dan terdapat pada pemeriksaan ultrasonic Doppler
koagulum atau darah beku yang biasanya merupakan bukti kematian janin yang
1,5,8
menempel di belakang plasenta, yang disebut kuat.
hematoma retroplacenter.4 Pada pasien ini, berdasarkan anamnesis
Diagnosis Solusio plasenta ditegakkan ibu didapatkan bahwa gerakan anak tidak lagi
dari anamnesis dan pemeriksaan fisik yang dirasakan sejak 1 hari SMRS dan tidak
dialami oleh pasien, yakni nyeri perut terus diperoleh nilai denyut jantung janin pada
menerus diluar his, rahim keras seperti papan pemeriksaan Doppler. Pemeriksaan USG
dan nyeri. Selain itu, didapatkan riwayat memperlihatkan jantung janin sudah tidak
trauma (pijit perut) dan hipertensi. Dari bergerak. Oleh karena itu, berdasarkan data-
pemeriksaan USG yang telah dilakukan data ini dapat disimpulkan diagnosis G2P0A1
didapatkan gambaran hematoma hamil 36 minggu belum inpartu dengan PEB +
retroplasenta berukuran 9 x 10 cm. partial HELLP syndromedan solutio plasenta,
JTM presentasi kepala.

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 | 454


Rodiani dan Stefhani Giska L. | Wanita, G2p0a1 Hamil 36 Minggu Belum Inpartu dengan PEB + Partial HELLP

Berdasarkan anamnesis yang telah mengakibatkan kematian janin pada kasus


dilakukan, faktor resiko terjadinya solusio ini.9
plasenta pada kasus ini adalah terdapat Penatalaksanaan awal yang diberikan
riwayat pijit perut yang dilakukan 1 hari pada pasien ini adalah :
SMRS. Satu hari kemudian, perut pasien a. Stabilisasi 1 jam
terasa kencang dan nyeri perut yang hebat. b. Observasi DJJ, TVI, dan tanda akut
Saat itu, pasien sudah tidak merasakan abdomen
gerakan anaknya lagi. Dalam hal ini, terjadi c. IVFD RL gtt XX/m
robekan pembuluh darah di desidua plasenta d. Cek laboratorium urinalisis, kimia darah
sehingga terjadi pemisahan vili-vili korialis dan darah lengkap
plasenta dari tempat implantasinya pada e. Insersi kateter menetap
desidua basalis dan terjadi perdarahan.9 f. Inj. MgSO4 sesuai protokol
Selain itu, hipertensi yang dialami oleh pasien g. Inj. dexamethasone 2x10mg IV
ini juga dapat menimbulkan solusio h. Ceftriaxone 2 x 1 gr IV
plasenta.1,2,5 Pada kasus ini, perdarahan tidak i. Oksitosin 1 amp drip IV
keluar tetapi berkumpul di belakang plasenta j. Nifedipine 3 x 10 mg
membentuk hematoma retroplacentair. k. R/ partus pervaginam
Hematoma retroplasenta disebabkan oleh
putusnya arteri spiralis dalam desidua. Penatalaksanaan pasien dengan
Hematoma ini mempengaruhi penyampaian diagnosa PEB + partial HELLP syndrome pada
nutrisi dan oksigen dari sirkulasi maternal/ pasien ini adalah:
plasenta ke sirkulasi janin. Hematoma yang a. Injeksi MgSO4 sesuai protokol
terbentuk dengan cepat meluas dan b. Nifedipine 3 x 10 mg
melepaskan plasenta lebih banyak/luas c. Inj. Dexamethasone 2x 10 mg IV
sampai ke pinggirnya sehingga darah yang
keluar merembes antara selaput ketuban dan Pada pasien PEB, MgSO4 diberikan
miometrium untuk selanjutnya keluar melalui sebagai obat antikejang dan Nifedipine
serviks ke vagina (revealed hemorrhage). sebagai obat antihipertensi. Magnesium sulfat
Perdarahan tidak bisa berhenti karena uterus diberikan dalam loading dose dan
yang lagi mengandung tidak mampu menjepit maintenance dose. Loading dose diberikan 4
pembuluh arteria spiralis yang terputus. gram IV ( 40% dalam 10 cc) selama 15 menit.
Walaupun jarang, terdapat perdarahan tinggal Maintenance dose diberikan infus 6 gram
terperangkap di dalam uterus (concealed dalam larutan Ringer Laktat per 6 jam dan
hemorrhage).9 Pada kasus ini, terjadi selanjutnya diberikan 4 gram i.m tiap 6 jam.
concealed hemorrhage menyebabkan tidak Magnesium sulfat menghambat atau
terjadi perdarahan keluar. menurunkan kadar asetilkolin pada
Keadaan hematoma retroplasenta ini rangsangan serat saraf dengan menghambat
menyebabkan darah dari arteriola spiralis transmisi neuromuskular. Transmisi
tidak lagi bisa mengalir ke dalam ruang neuromuskular membutuhkan kalsium pada
intervillus. Kedua keadaan tersebut sinaps. Pada pemberian magnesium sulfat,
menyebabkan penerimaan oksigen oleh darah magnesium akan menggeser kalsium sehingga
janin yang berada dalam kapiler vili berkurang aliran rangsangan tidak terjadi (terjadi
yang pada akhirnya menyebabkan hipoksia kompetitif inhibition antara ion kalsium dan
janin. Sirkulasi darah ke plasenta juga ion magnesium).9 Nifedipine diberikan 10 mg
menurun disertai penurunan tekanan perfusi setiap 8 jam (3 x 10 mg), dapat diulangi
pada penderita hipertensi kronik atau pre- setelah 30 menit, maksimum 120 mg dalam
eklampsia. Semua perubahan tersebut sangat 24 jam.11 Selain itu, diberikan inj
menurunkan permeabilitas plasenta yang Dexamethasone 2x 10 mg IV untuk mengatasi
punya kontribusi besar dalam proses partial HELLP syndrome pada pasien tersebut.
terjadinya sindroma insufisiensi plasenta yang Insersi kateter menetap dilakukan untuk
memantau diuresis cairan. Pada penderita

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 | 455


Rodiani dan Stefhani Giska L. | Wanita, G2p0a1 Hamil 36 Minggu Belum Inpartu dengan PEB + Partial HELLP

preeklampsia, pengelolaan cairan menjadi hal meliputi transfusi darah, amniotomi, infus
yang penting karena terdapat resiko tinggi oksitosin dan jika perlu seksio sesaria .8
untuk terjadinya edema paru dan oliguria.9
Penatalaksanaan pasien pada pasien Persalinan mungkin pervaginam atau
dengan diagnosa solusio plasenta pada pasien perabdominam bergantung pada banyaknya
ini adalah: Induksi persalinan pervaginam perdarahan, telah ada tanda-tanda persalinan
dengan drip Oksitosin yang kemudian diakhiri spontan atau belum, dan tanda-tanda gawat
dengan Seksio Sesaria Tranperitonealis janin. Umumnya kehamilan diakhiri dengan
Profunda (SSTP). Pada pasien ini, kasus induksi atau stimulasi partus pada kasus yang
termasuk dalam solusio plasenta berat ringan atau janin telah mati, atau langsung
melihat gejala klinis yang terjadi yakni nyeri dengan bedah sesar pada kasus yang berat
perut hebat dan kematian janin. Pasien belum atau telah terjadi gawat janin. Apabila janin
mengalami syok hipovolemik dalam kasus ini telah mati dilakukan persalinan pervaginam
sehingga keadaan umum ibu masih cukup kecuali ada perdarahan berat yang tidak
baik. teratasi dengan transfusi darah yang banyak
Terapi solusio plasenta akan berbeda- atau terdapat indikasi obstetrik lain yang
beda tergantung pada usia kehamilan serta menghendaki persalinan dilakukan
status ibu dan janin. Pada janin yang hidup perabdominan.9
dan matur, dan apabila persalinan Pada kasus ini, telah terjadi solusio
pervaginam tidak terjadi dalam waktu dekat, plasenta berat dimana janin telah mati
sebagian besar akan memilih seksio saesaria sehingga diputuskan untuk dilakukan
darurat. persalinan pervaginam. Induksi persalinan
a. Solusio Plasenta Ringan dilakukan dengan memberikan 1 amp
Kurang lebih 30% penderita solusio oxytosin drip dalam 500 cc RL xx gtt/m. Selain
plasenta ringan tidak atau sedikit sekali itu, dilakukan amniotomi dan pemasangan
melahirkan gejala. Pada keadaan yang bandul 80 cc dengan traksi 1 L. Amniotomi
sangat ringan tidak ada gejala kecuali akan merangsang persalinan dan mengurangi
hematom yang berukuran beberapa tekanan intrauterin. Keluarnya cairan amnion
sentimeter terdapat pada permukaan juga dapat mengurangi perdarahan dari
maternal plasenta. Tanda-tanda vital dan tempat implantasi dan mengurangi masuknya
keadaan umum ibu ataupun janin masih tromboplastin ke dalam sirkulasi ibu yang
baik. Walaupun belum memerlukan mungkin akan mengaktifkan faktor-faktor
intervensi segera, keadaan yang ringan ini pembekuan dari hematom subkhorionik dan
perlu dimonitor terus sebagai upaya terjadinya pembekuan intravaskuler dimana-
mendeteksi keadaan bertambah berat.9 mana. Persalinan juga dapat dipercepat
Bila ada perburukan (perdarahan dengan memberikan infus oksitosin yang
berlangsung terus, gejala solusio bertujuan untuk memperbaiki kontraksi uterus
plasenta makin jelas, pada pemantauan yang mungkin saja telah mengalami gangguan.
dengan USG daerah solusio plasenta Induksi persalinan telah dilakukan
bertambah luas), maka kehamilan harus selama 3 hari namun tidak ada respon
segera diakhiri. Bila janin hidup, lakukan sehingga diputuskan untuk dilakukan SSTP.
seksio sesaria, bila janin mati lakukan Induksi yang tidak respon ini dapat
amniotomi disusul infus oksitosin untuk disebabkan karena telah terjadi uterus
mempercepat persalinan.4 couvelaire, dimana uterus berubah menjadi
b. Solusio Plasenta Sedang dan Berat biru atau ungu karena terjadi perdarahan
Gejala-gejala dan tanda-tanda solusio dalam otot-otot rahim, di bawah perineum ,
plasenta sudah jelas dan mungkin dan kadang pada ligamentum latum.
kelainan pembekuan darah dan gangguan Perdarahan ini menyebabkan gangguan
fungsi ginjal sudah ada.9 Apabila tanda dan kontraktilitas uterus dan perubahan warna
gejala klinis solusio plasenta jelas uterus tersebut.10 Oleh karena itu, dapat
ditemukan, penanganan di rumah sakit

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 | 456


Rodiani dan Stefhani Giska L. | Wanita, G2p0a1 Hamil 36 Minggu Belum Inpartu dengan PEB + Partial HELLP

dilihat bahwa penatalaksanaan pada kasus ini hemorrhage. Int J Gynaecol


sudah tepat berdasarkan literatur. Obstet.2001;75:193.
5. Prawiroharjo, Sarwono: Ilmu Kebidanan.
Simpulan Jakarta, Yayasan Bina Pustaka, 2009: 677-
Berdasarkan pembahasan kasus 681: 448-58.
tersebut dapat disimpulkan bahwa 6. Furushashi M, Kuraochi O, Suganuma N.
anamnesis, pemeriksaan fisik, dan penunjang Pregnancy following placental abruption.
yang telah dilakukan pada pasien ini sudah Arch Gynecol Obstet. 2002; 267:11.
tepat sehingga mengarahkan diagnosis 7. Oyelese Y, Ananth CV. Placental
dengan penatalaksanaan yang telah sesuai abruption. Obstet Gynecol.
berdasarkan kasus yang terjadi. Faktor resiko 2006;108(4):1005-16.
penyebab terjadinya solusio plasenta pada 8. Clark SL. Placentae previa and abruptio
kasus ini adalah trauma pijit perut dan placentae. Dalam: Creasy RK, Resnik R,
preeklampsia yang diderita oleh pasien. editor. Maternal Fetal Medicine. Edisi
Penatalaksaan yang telah dilakukan telah Kelima. Philadelphia, Pa: WB Saunders.
sesuai berdasarkan diagnosis solusio plasenta, 2004:715.
PEB dan partial HELLP syndrome tersebut. 9. Abdul BS, Trijatmo R, Gulardi HW.editor.
Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo .
Daftar Pustaka Edisi Keempat. Jakarta: PT Bina Pustaka.
1. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, 2010.
Hauth JC, Gilstrap L & Wenstrom KD. 10. DeCherney AH. Nathan L. Third Trimester
Williams Obstetrics 22th edn. New York: Bleeding. Dalam: Current Obstetrics and
McGraw Hill; 2005. Gynecologic Diagnosis and Treatment.
2. Sastrawinata S, Martaadisoebrata D, New York: McGraw Hill Companies. 2003.
Wirakusumah F. Obstetri Patologi Ilmu 11. Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi
Kesehatan Reproduksi. Edisi 2. Jakarta. Indonesia. Panduan Nasional Pelayanan
Fakultas Kedokteran Universitas Kedokteran (PNPK) tentang Preeklampsia.
Padjadjaran. 2005. 91-8. [internet]. Jakarta: Perkumpulan Obstetri
3. American College of Obstetricians and dan Ginekologi Indonesia. 2015.
Gynecologist. Hypertension in Pregnancy. [diperbarui tanggal 4 Agustus 2016;
Washington DC: American College of disitasi tanggal 18 Oktober 2016].
Obstetricians and Gynecologist. Tersedia dari
2013;122:1122-31. http://pogi.or.id/publish/download/pnpk-
4. Chang YL, Chang SD, Cheng PJ. Perinatal dan-ppk/.
outcome in patiets with abruption plcenta
with and without antepartum

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 | 457


MITRA BESTARI

Dr. dr. Muhartono, S.Ked., M.Kes., dr. Tri Umiana Soleha, S.Ked., dr. Rika Lisiswanti, S.Ked.,
Sp.PA M.Kes M.Med.Ed
Patologi Anatomi, Universitas Mikrobiologi, Universitas Lampung, Ilmu Pendidikan Kedokteran,
Lampung, Indonesia Indonesia Universitas Lampung, Indonesia

dr. Indri Windarti, S.Ked., Sp.PA dr. M. Ricky Ramadhian, S.Ked., dr. Oktadoni Saputra, S.Ked.,
Patologi Anatomi, Universitas M.Sc M.Med.Ed
Lampung, Indonesia Mikrobiologi, Universitas Lampung, Ilmu Pendidikan Kedokteran,
Indonesia Universitas Lampung, Indonesia
Dr. dr. Asep Sukohar, S.Ked.,
M.Kes dr. Agustyas Tjiptaningrum, dr. Anggraini Janar Wulan, S.Ked.,
Farmakologi, Universitas Lampung, S.Ked., Sp.PK M.Sc
Indonesia Patologi Klinik, Universitas Lampung, Anatomi, Universitas Lampung,
Indonesia Indonesia
dr. Novita Carolia, S.Ked., M.Sc
Farmakologi, Universitas Lampung, dr. Putu Ristyaning Ayu, S.Ked., dr. Susianti, S.Ked., M.Sc
Indonesia M.Kes., Sp.PK Histologi, Universitas Lampung,
Patologi Klinik, Universitas Lampung, Indonesia
dr. Liana Sidharti, S.Ked., M.K.M Indonesia
Farmasi, Universitas Lampung, dr. Hendra Tarigan Sibero, S.Ked.,
Indonesia dr. Reni Zuraida, S.Ked., M.Si M.Kes., Sp.KK
Ilmu Gizi , Universitas Lampung, Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin,
Dr. dr. Jhons Fatriyadi S, S.Ked., Indonesia Universitas Lampung, Indonesia
M.Kes
Parasitologi, Universitas Lampung, dr. Dian Isti Angraini, S.Ked., MPH dr. Ade Yonata, S.Ked.,
Indonesia Ilmu Gizi ,Universitas Lampung, M.Mol.Biol., Sp.PD
Indonesia Ilmu Penyakit Dalam, Universitas
dr. Betta Kurniawan, S.Ked., Lampung, Indonesia
M.Kes. Sofyan M. Wijaya, S.Gz., M.Gz
Parasitologi, Universitas Lampung, Ilmu Gizi, Universitas Lampung, dr. M. Yusran, S.Ked., M.Sc., Sp.M
Indonesia Indonesia Ilmu Penyakit Mata, Universitas
Lampung, Indonesia
dr. Hanna Mutiara, S.Ked., M.Kes dr. T.A. Larasati, S.Ked., M.Kes.
Parasitologi, Universitas Lampung, Ilmu Kedokteran Komunitas, dr. Ahmad Fauzi, S.Ked., M.Epid.,
Indonesia Universitas Lampung, Indonesia Sp.OT
Epidemiologi, Orthopaedi,
dr. Fitria Saftarina, S.Ked., M.Sc dr. Khairunnisa Berawi, S.Ked., Universitas Lampung, Indonesia
Agromedicine, Universitas Lampung, M.Kes., AIFO
Indonesia Fisiologi, Universitas Lampung, dr. Mukhlis Imanto, S.Ked.,
Indonesia Sp.THT-KL.
Dr. Dyah Wulan Sumekar, S.K.M., THT-KL, Universitas Lampung,
M.Kes dr. Evi Kurniawaty, S.Ked., M.Sc Indonesia
Ilmu Kesehatan Masyarakat, Biokimia, Universitas Lampung,
Universitas Lampung, Indonesia Indonesia dr. Ratna Dewi Puspitasari,
S.Ked., Sp.OG
Prof. Dr. dr. Efrida Warganegara, dr. Tiwuk Susantiningsih, S.Ked., Obstetri dan Ginekologi, Universitas
S.Ked., M.Kes., Sp.MK M.Biomed Lampung, Indonesia
Mikrobiologi, Universitas Lampung, Biokimia, Universitas Lampung,
Indonesia Indonesia

dr. Ety Apriliana, S.Ked., Soraya Rahmanisa, S.Si., M.Sc


M.Biomed Biokimia , Universitas Lampung,
Mikrobiologi, Universitas Lampung, Indonesia
Indonesia

Anda mungkin juga menyukai