ISSN: 2301-6736
VOL.2, NO.1, Juni 2013
PENGANTAR REDAKSI
JURNAL MEDIKA MOEWARDI
PELINDUNG
Direktur RSUD Dr. Moewardi Tuntutan akan pelayanan yang berkualitas
Dekan FK UNS Surakarta
dan paripurna tanpa mengesampingkan aspek-
PENASEHAT
Wakil Direktur Pelayanan RSUD Dr. Moewardi aspek keselamatan pasien (Patient Safety) adalah
Wakil Direktur Umum RSUD Dr. Moewardi
Wakil Direktur Keuangan RSUD Dr. Moewardi substansi dari akreditasi internasional
PENANGGUNG JAWAB Menjawab tantangan tersebut beberapa
Ka. Bag Pendidikan & Penelitian
bagian di RSUD Dr. Moewardi mengadakan
WAKIL PENANGGUNG JAWAB
Ka. Sub Bag. Penelitian & Perpustakaan penelitian guna meningkatkan kesempurnaan
DEWAN REDAKSI
Ketua :
dari pelayanan, khususnya tentang pelayanan
Prof. Dr. YB Suparyatmo, dr. SpPK(K) kesehatan kepada pasien yang menyertakan
Anggota:
Prof. Dr. Y Priyambodo, dr. SpMK(K) aspek keselamatan pasien di RSUD Dr.
Dr. Sugiarto, dr.,SpPD-FINASIM
Dr. Adi Prayitno, drg. M.Kes Moewardi, Berikut kami muat artikel-artikel
Dr. Sri Sulistyowati, dr.SpOG(K)
Dr. Suharto Widjanarko, dr. SpU tentang hasil penelitian yang dilakukan oleh
Endang Dewi Lestari, dr. SpA(K).MPH
Prasetyadi Mawardi, dr.,SpKK Civitas Hospitalia RSUD Dr. Moewardi.
PENYUNTING Demikian sekilas pengantar redaksi semoga
Prof.Dr.HM.Guntur Hermawan, dr.SpPD-KPTI
FINASIM. bermanfaat.
Prof.Dr.Suradi, dr.SpP(K).MARS
Prof.Dr. Dalono, dr.SpOG(K)
Prof.Dr. Haryono Karyosentono, dr.SpKK(K)
HUMAS
Ellysa, dr
Gini Ratmanti, SKM. M.Kes
Dra. Anggita Pratami Langsa, MM
SEKRETARIAT
Moch Ari Sutejo
Leo Haryo Satyani, S.Sos
Wahyu Dwi Astuti
Alamat Redaksi
Bagian Pendidikan & Penelitian
RSUD Dr. Moewardi
Jl. Kol. Soetarto 132
Telp. (0271) 634634 Ext 153 Fax (0271) 666954
Surakarta
Web
E-mail medikamoewardi@yahoo.co.id
DAFTAR ISI
Abstrak
Latar Belakang: Paparan gas anestesi pada personel pengelola anestesi dapat menimbulkan efek genotoksik berupa
kerusakan genetik. Pemantauan terhadap kadar gas anestesi di ruang operasi dan ruang pemulihan di RSUD Dr.
Moewardi Surakarta belum dilaksanakan sampai sekarang. Tujuan: Meneliti kemungkinan terjadinya kerusakan
genetik akibat paparan gas anestesi pada personel pengelola anestesi. Metode: Penelitian korelasional menggunakan
pendekatan Cross Sectional dengan Simple Random Sampling dilakukan pada personel pengelola anestesi. Populasi
dibagi menjadi 2 grup sampel. Sampel Paparan (n=50) dan sampel Kontrol (n=50), masing-masing sampel diambil
apusan buccal dan diperiksa tes Micronucleus. Hasil: Didapatkan T hitung dengan p=0.000 / <0.05 yang berarti
ada perbedaan yang bermakna jumlah pembentukan Micronucleus antara kelompok paparan dibandingkan dengan
kelompok kontrol. Kesimpulan: Terjadi kerusakan genetik akibat paparan gas anestesi pada personel pengelola
anestesi.
Abstract
Introduction: Exposure to anesthetic gases in the personnel management of anesthesia can cause genotoxic effects
in the form of genetic damage . Monitoring the levels of anesthetic gases in the operating room and recovery room in
hospitals Dr.Moewardi Surakarta yet implemented until now. Objective: Researching the possibility of genetic
damage caused by exposure to anesthetic gases in anesthesia management personnel . Methods: Cross -sectional
correlational approach with Simple Random Sampling is done on the personnel manager of anesthesia . Population
sample was divided into 2 groups . Exposure of the sample ( n = 50 ) and control samples ( n = 50 ) , respectively
buccal swab samples were taken and examined the micronucleus test . Result: T count with p = 0.000 > 0.05 ( )
which means no significant difference between the number of micronucleus formation exposure group compared
with the control group. Conclusion: There was genetic damage caused by exposure to anesthetic gases in anesthesia
management personnel .
1
Kusuma Dewi Sugiharto, Sugeng Budi Santoso,Ari Natalia Probandari
Bagian Anestesiologi & Terapi Intensif FK-UNS/RSUD Dr. Moewardi ISSN: 2301-6736
Prodi Magister Kedokteran Keluarga Paska Sarjana UNS Surakarta
2
Kusuma Dewi Sugiharto, Sugeng Budi Santoso,Ari Natalia Probandari
Bagian Anestesiologi & Terapi Intensif FK-UNS/RSUD Dr. Moewardi ISSN: 2301-6736
Prodi Magister Kedokteran Keluarga Paska Sarjana UNS Surakarta
20 x 9 kaki menghasilkan konsentrasi uap sekitar 2 Oleh karena itu penelitian ini diselenggarakan untuk
ppm. Konsentrasi maksimal halothane yang mencoba mendeteksi adanya kerusakan genetik
direcomendasikan oleh NIOSH beberapa kali lebih akibat paparan gas anestesi pada personel pengelola
rendah daripada konsentrasi terendah yang dapat anestesi di RSUD Dr. Moewardi Surakarta.
dikenali manusia. Hanya 50% sukarelawan yang bias
mendeteksi halothane pada konsentrasi 33 ppm. METODE
Jangkauan ambang batas persepsi < 3 sampai >100
ppm. Jika gas anestesi dapat dikenali baunya, maka Penelitian ini merupakan penelitian
konsentrasinya diatas level rekomendasi. Buangan korelasional menggunakan pendekatan Comparative
nitrous oxide dan halogenated gas anestesi dengan Cross Sectional (Arief, 2008, Murti, 2006).
absensi scavenging system dapat mencapai Kerusakan bahan genetik akibat paparan gas
konsentrasi setinggi 50-3000 ppm (Morgan, 2006). anestesi pada personel pengelola anestesi diteliti
Sekedar mentransfer pasien ruang operasi ke menggunakan metode berbasis deteksi tes
PACU tidak mengeliminasi resiko paparan buangan Micronucleus. Peserta penelitian juga diberikan
gas anestesi, sebagaimana pasien terus kuesioner mengenai gejala simptomatis akibat kerja
menghembuskan sejumlah kecil N2O selama 5 - 8 yang dialami, riwayat penyakit dahulu, kebiasaan
jam sejak di PACU. Sebuah studi mengukur merokok, diet, lama paparan gas anestesi, dan masa
konsentrasi gas di bahu dan dari perawat ruang kerja di RSUD Dr. Moewardi Surakarta.
pemulihan yang merawat pasien yang menjalani Populasi penelitian ini adalah personel
anestesia inhalasi selama jam pertama di PACU, pengelola anestesi yang meliputi dokter anestesi dan
konsentrasi anestesi zona respirasi melampaui perawat anestesi yang bekerja di Ruang Operasi IBS
rekomendasi NIOSH pada 37% pasien yang dan Ruang Operasi IGD RSUD Dr. Moewardi
mendapat isoflurane, 87% pasien yang mendapat Surakarta saat penelitian berlangsung. Sampel
desflurane dan 53% pasien yang mendapat N2O. penelitian ini adalah personel pengelola anestesi yang
Sebuah studi serupa melaporkan konsentrasi rata-rata meliputi dokter anestesi dan perawat anestesi yang
yang lebih rendah (3.1 ppm) N2O dalam zona bekerja di Ruang Operasi IBS dan Ruang Operasi
respirasi pasien PACU Kanada (Morgan, 2006). IGD RSUD Dr. Moewardi Surakarta yang memenuhi
RSUD Dr. Moewardi sekarang memiliki kriteria inklusi (consecutive sample). Besar sampel
kapasitas pelayanan 12 Ruang Operasi, 1 Ruang dihitung menggunakan software Open Source
Pemulihan di Instalasi Bedah Sentral (IBS), serta 3 Epidemiologic Statistics for Public Health, Version
Ruang Operasi dan 1 Ruang Pemulihan di Instalasi 2.3.1, dengan = , perbedaan proporsi = 17,5 %, d =
Gawat Darurat (IGD). Masing masing ruang (Dean, 2011, Genetic Alliance, 2012, Health Care
operasi terdapat 1 mesin anestesi dan 1 exhaust Inc., 2011, Natarajan, 1990). Total besar sampel
system tapi belum anti bocor (leak proof system), penelitian : 100 orang, dibagi menjadi 2 grup yang
serta tidak memiliki scavenging system dan alat terdiri dari Grup Paparan (n = 50) dan Grup Kontrol
pengukur kadar gas anestesi. Ruang operasi tersebut (n = 50).
bersifat semi terbuka sehingga buangan gas anestesi Kriteria Inklusi : 1. Personel pengelola
menjadi bocor ke ruang sekitarnya. anestesi yang meliputi dokter anestesi dan perawat
Personel pengelola anestesi terdiri dari anestesi yang bekerja di Ruang Operasi IBS dan
dokter anestesi dan perawat anestesi. Kegiatan Ruang Operasi IGD RSUD Dr.Moewardi Surakarta
pengelolaan anestesi dimulai dari persiapan pasien yang dinas aktif dan berada di tempat saat penelitian
pra operasi, pemeliharaan anestesi selama berlangsung; 2. Bersedia menjadi peserta penelitian
berlangsungnya prosedur diagnostik dan atau dan menandatangani pernyataan persetujuan
pembedahan, kemudian manajemen anestesi pasca partisipasi dalam penelitian.
operasi sampai dengan pulih sadar pasien. Personel Kriteria Eksklusi. Personel pengelola
pengelola anestesi bekerja rata rata selama 6 jam anestesi yang meliputi dokter anestesi dan perawat
per hari dalam 6 hari per minggu, dan masing anestesi yang bekerja di Ruang Operasi IBS dan
masing personel masa kerja dinasnya bervariasi. Ruang Operasi IGD RSUD Dr.Moewardi Surakarta
Sejauh ini publikasi penelitian di Indonesia :1. Tidak dinas aktif dan atau sedang dinas luar dan
mengenai kerusakan genetik akibat paparan gas atau tidak berada di tempat saat penelitian
anestesi serta penyakit yang menyertainya masih berlangsung; 2. Memiliki riwayat paparan dan atau
sangat terbatas. Pemantauan terhadap kadar gas menjalani pengobatan sitostatik / sitotoksik (misalnya
anestesi di ruang operasi dan ruang pemulihan di kemoterapi, radiasi); 3. Memiliki riwayat penyakit
RSUD Dr.Moewardi Surakarta juga belum keganasan sejak sebelum bekerja di Ruang Operasi
dilaksanakan sampai sekarang. Padahal paparan gas IBS dan Ruang Operasi IGD RSUD Dr.Moewardi
anestesi terhadap personel pengelola anestesi di ruang Surakarta; 4 Menolak menjadi peserta penelitian dan
operasi maupun ruang pemulihan dapat berpotensi tidak menandatangani pernyataan persetujuan
menimbulkan resiko gangguan kesehatan yang serius. partisipasi dalam penelitian.
3
Kusuma Dewi Sugiharto, Sugeng Budi Santoso,Ari Natalia Probandari
Bagian Anestesiologi & Terapi Intensif FK-UNS/RSUD Dr. Moewardi ISSN: 2301-6736
Prodi Magister Kedokteran Keluarga Paska Sarjana UNS Surakarta
3. Kebiasaan merokok
4
Kusuma Dewi Sugiharto, Sugeng Budi Santoso,Ari Natalia Probandari
Bagian Anestesiologi & Terapi Intensif FK-UNS/RSUD Dr. Moewardi ISSN: 2301-6736
Prodi Magister Kedokteran Keluarga Paska Sarjana UNS Surakarta
5
Kusuma Dewi Sugiharto, Sugeng Budi Santoso,Ari Natalia Probandari
Bagian Anestesiologi & Terapi Intensif FK-UNS/RSUD Dr. Moewardi ISSN: 2301-6736
Prodi Magister Kedokteran Keluarga Paska Sarjana UNS Surakarta
Tabel 3. Standar Paparan Okupasional dalam ppm di Berbagai Negara dan Tahun Publikasi : (NIOSH, 2001)
6
Kusuma Dewi Sugiharto, Sugeng Budi Santoso,Ari Natalia Probandari
Bagian Anestesiologi & Terapi Intensif FK-UNS/RSUD Dr. Moewardi ISSN: 2301-6736
Prodi Magister Kedokteran Keluarga Paska Sarjana UNS Surakarta
Effects Due To Occupacional Exposure To Morgan, GE., Mikhail, MS., Murray, MJ.,2006.
Anesthetic Gases Among Operating Room Clinical Anestesiology. 4th Edition. New
Personnel. Menoufiya Medical Journal, York : McGraw Hill Companies.
Vol.21 No.1, pp.317-327 Murti, B. 2006. Desain dan Ukuran Sampel Untuk
Fenech, M. 2000. The in vitro micronucleus Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif di
technique. Mutation Research 455, PP. 81 Bidang Kesehatan. Yogyakarta : Gadjah
95 Mada University Press.
Genetic Alliance. 2012. Incidence of Genetic Natarajan,D., Santhiya,S.T. 1990. Cytogenetic
Disorders. UK : Genetic Alliance. Available damage in operation theatre personnel.
at : www.geneticalliance.org.uk Anaesthesia, 45, pp. 574577.
Hartono et al. 2006. Genetika Kedokteran. National Institute of Occupational Safety and Health
Yogyakarta : Rasmedia Medika. (NIOSH), 2001. Waste Anesthetic Gases -
Health Care Inc. 2011. Statistics By Country for Occupational Hazards in Hospitals. NIOSH
Genetic Disease. USA : Health Care Inc. Publication; No. 2007-151. Washington, DC
Available at : www.rightdiagnosis.com : Directorate for Technical support. Office
Holland, N., et al. 2008. The micronucleus assay in of Science and Technical Assessment.
human buccal cells as a tool for Government Printing Office.
biomonitoring DNA damage: The HUMN Organisation for Economic Co-operation and
project perspective on current status and Development ( OECD). 2012. OECD
knowledge gaps. Mutation Research, 659(1 Guideline For The Testing of Chemicals.
2), pp. 93108 Paris : OECD. Available at :
Igcar. 2012. Binucleated cells blocked at cytokinetic http://www.oecd.org/document
stage with and without Micronucleus. [File Raffaella, C. et al. 2008. ECVAM retrospective
image]. Available at : www.igcar.ernet.in validation of in vitro micronucleus test
Jaloszynski, P., et al. 1999. Genotoxicity of (MNT). Mutagenesis, 23 (4), pp. 271283,
inhalation anesthetics halothane and 2008
isoflurane in human lymphocytes studied in Reitz,M., Coen,R., Lanz,E. 1994. DNA single-strand
vitro using the comet assay. Mutation breaks in peripheral lymphocytes of clinical
Research/Genetic Toxicology and personnel with occupational exposure to
Environmental Mutagenesis, 439(2), pp. volatile inhalational anesthetics. Environ.
199206 Res., 65, pp. 1221.
Karpinski, TM., et al. 2005. Toxicity and other side Robbiano, L., Mereto, E., Migliazzi, MA., Pastore,
effects of volatile anesthetics, a review. E., Brambilla, G. 1998. Increased Frequency
Nowiny Lekarskie, 74( 3), pp.342349 of micronucleated kidney cells in rats
Karelova,J. et al. 1992. Chromosome and sister- exposed to halogenated anesthetics. Mutat.
chromatid exchange analysis in peripheral Res, 413, pp.1-6
lymphocytes and mutagenicity of urine in Rowland A.S. et al. 1995. Nitrous oxide and
anestesiology pesonnel. Int. Arch. Occup. spontaneous abortion in female dental
Environ. Health, 64, pp303306. assistants. Am. J. Epidemiol., 141, pp. 531
Kassie, F., Parzefall, W., Knasmuller, S. 2000. Single 538.
cell electrophoresis assay new technique for Rozgaj,R. Kauba,V., Brozovi,G., Jazbec,A. 2007.
human monitoring studies. Mutat. Res, 463, Genotoxic effects of anesthetics in operating
pp. 13-31 theatre personnel evaluated by the comet
assay and micronucleus test. Int J Hyg
Kashyap, B., Reddy, PS. 2012. Micronucleus assay Environ Health, 16.
of exfoliated oral buccal cells means to asses Ruzica,R., Vilena,K., Anamarija,J. 2001. Preliminary
the nuclear abnormalities in different study of cytogenetic damage in personnel
diseases. Journal of Cancer Research and exposed to anesthetic gases. Mutagenesis,
Therapeutics, 8(2), pp.184-191 16(2), pp. 139-143.
Lister Hill National Institute. 2012. Photomicrograph Sardas, S,. Izdes, S., Ozcagli, E., Kanbak, O.,
Micronucleus detected with Fast Green Kadioglu, E. 2006. The role of antioxidant
Staining. [File Image] Available at : supplementation in occupational exposure to
http://openi.nlm.ni.gov waste anesthetic gases. Int Arch Occup
Matsuoka H et al., 2001. Inhalation anesthetics Environ Health, 80(2), pp. 154-9.
induce apoptosis in normal peripheral Stoelting, RK., Hillier, SC., 2006. Pharmacology and
lymphocytes in vitro. Anestesiology, Dec Physiology in Anesthetic Practice.
95(6), pp.1467-72. Philadelphia : Lippincott Williams &
Wilkins.
7
Kusuma Dewi Sugiharto, Sugeng Budi Santoso,Ari Natalia Probandari
Bagian Anestesiologi & Terapi Intensif FK-UNS/RSUD Dr. Moewardi ISSN: 2301-6736
Prodi Magister Kedokteran Keluarga Paska Sarjana UNS Surakarta
8
Maria Vianney Samsan,Bimo Aryo Tejo,Nurrachmat M,Nugrohoaji, Prasetyadi M,
Indah Julianto ISSN: 2301-6736
Bagian /SMF Ilmu Kulit & Kelamin FK-UNS/RSUD Dr. Moewardi
Abstrak
Pendahuluan: Infeksi adalah invasi mikroorganisme patogenik ke dalam tubuh yang bereproduksi dan
bermultiplikasi, menyebabkan penyakit melalui kerusakan sellular lokal, sekresi toksin, atau reaksi antigen
antibodi pada pejamu. Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah mempelajari karakteristik infeksi kulit di Poliklinik
Kulit dan Kelamin RSUD Dr.Moewardi, Surakarta. Metode: Penelitian retrospektif berdasarkan catatan medis
pasien di Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Moewardi Surakarta periode Oktober 2010 September 2011.
Diagnosis berdasarkan anamnesis, pemeriksaan klinis, pemeriksaan penunjang: pewarnaan Gram, Ziehl-Nielsen,
kultur bakteri, KOH, lampu Wood, kultur jamur, Tzanck test, pemeriksaan mikroskopis untuk parasit dan
histopatologi. Evaluasi meliputi usia, jenis kelamin, jumlah kunjungan serta wilayah tempat tinggal. Hasil: Kasus
infeksi jamur 533 (55%), bakteri 177 (18%), virus 139 (14%), dan parasit 131 (13%). Distribusi kasus terbanyak di
Solo, diikuti Karanganyar dan Sukoharjo. Infeksi jamur, bakteri, virus didominasi wanita, sedangkan parasit
didominasi pria. Insidensi tertinggi infeksi jamur pada usia >60 tahun 67 orang (12.57%), bakteri usia 21-25 tahun
dan 26-30 tahun sejumlah 19 orang (10.73%), virus usia 16-20 tahun 24 orang (17.27%) dan parasit usia 11-15
tahun 24 orang (18.32%). Penyakit jamur terbanyak: tinea kruris 116 (21.76%), diikuti pitiriasis versikolor 115
(21.57%) dan tinea korporis 84 (15.76%). Penyakit bakteri terbanyak: MH multibasilar 45 (25.42%), diikuti
impetigo 33 (18.64%) dan furunkel/karbunkel 27 (15.25%). Penyakit virus terbanyak: veruka 69 (49,64%) diikuti
herpes zoster 30 (21,58%) dan moluskum kontagiosum 21 (15,11%). Penyakit parasit terbanyak: skabies 121
(92,37%) diikuti creeping eruption 6 (4,58%) dan demodiciasis 3 (2,29%). Kesimpulan: Kasus infeksi kulit
terbanyak adalah infeksi jamur dengan insidensi tertinggi tinea kruris.
Abstract
Introduction: Infection is invasion of pathogenic microorganisms that reproduce and multiply, causing disease by
local cellular injury, secretion of toxins, or antigen-antibody reaction in the host. Objective: To learn the
characteristic of skin infection at Dermato-Venereology Clinic, Dr.Moewardi General Hospital, Surakarta. Method:
Retrospective study based on patient`s medical records at Dermato-Venereology Clinic, Dr.Moewardi General
Hospital, Surakarta from October 2010 - September 2011. The diagnosis based on anamnesis, clinical findings,
laboratory examinations: Gram staining, Ziehl Nielsen, bacterial culture, potassium hydroxide, Wood lamp, fungal
culture, Tzanck test, microscopic examinations for parasite and histopathology. Evaluation including age, sex, visits
and the living area. Result: Fungal infection cases 533 (55%), bacterial 177 (18%), viral 139 (14%), dan parasite
131 (13%). The largest distribution found in Solo, then Karanganyar and Sukoharjo. Fungal, bacterial and viral
infection are female predominant otherwise parasite`s male dominant. The highest incidence of fungal infection in
>60 years group 67 persons (12.57%), bacterial 21 25 years and 26 30 years group each 19 persons (10.73%),
viral 16 20 years 24 persons (17.27%) and parasite 11 15 years 24 persons (18.32%). The most frequent fungal
diseases: tinea cruris 116 (21.76%), pityriasis versicolor 115 (21.57%) and tinea corporis 84 (15.76%). The most
frequent bacterial diseases: multibasillary MH 45 (25.42%), impetigo 33 (18.64%) and furuncle/carbuncle 27
(15.25%). The most frequent viral diseases: verucca 69 (49.64%), herpes zoster 30 (21.58%) and moluscum
contagiosum 21 (15.11%). The most frequent parasite infections: scabies 121 (92.37%), creeping eruption 6 (4.58%)
and demodiciasis 3 (2.29%). Conclusion: The most frequent skin infection`s fungal infection and the highest
incidence`s tinea cruris.
9
Maria Vianney Samsan,Bimo Aryo Tejo,Nurrachmat M,Nugrohoaji, Prasetyadi M,
Indah Julianto ISSN: 2301-6736
Bagian /SMF Ilmu Kulit & Kelamin FK-UNS/RSUD Dr. Moewardi
1 Jamur 55
2 Bakteri 18
3 Virus 14
4 Parasit 13
Total 100
Infeksi jamur merupakan insidensi kasus paling banyak terdistribusi di wilayah Solo, diikuti
infeksi tertinggi di seluruh wilayah Surakarta dan Karanganyar dan Sukoharjo (Table 2).
sekitarnya. Pada ke-empat jenis kasus infeksi tersebut
10
Maria Vianney Samsan,Bimo Aryo Tejo,Nurrachmat M,Nugrohoaji, Prasetyadi M,
Indah Julianto ISSN: 2301-6736
Bagian /SMF Ilmu Kulit & Kelamin FK-UNS/RSUD Dr. Moewardi
1 Infeksi Jamur 55
2 Infeksi Bakteri 18
3 Infeksi Virus 14
4 Infeksi Parasit 13
Jumlah 100
Distribusi berdasarkan jenis kelamin, didapatkan pada (51.98%), pada kasus infeksi virus jumlah penderita
kasus infeksi jamur jumlah penderita laki-laki 259 laki-laki 64 orang (46.04%) dan perempuan 75 orang
orang (48.59%) dan perempuan 274 orang (51.41%), (53.96%), pada kasus infeksi parasit jumlah penderita
pada kasus infeksi bakteri jumlah penderita laki-laki laki-laki 80 orang (61.07%) dan perempuan 51 orang
85 orang (48.02%) dan perempuan 92 orang (38.93%) (Tabel 3).
Distribusi penderita baru infeksi kulit pada kelompok usia 6-10 tahun dan 11-15 tahun
berdasarkan usia, didapatkan insidensi tertinggi kasus masing masing 5 orang (2.82 %), insidensi tertinggi
infeksi jamur yaitu pada kelompok usia diatas 60 kasus infeksi virus terdapat pada kelompok usia 16-
tahun 67 orang (12.57 %) dan insidensi terendah pada 20 tahun 24 orang (17.27 %) dan terendah pada usia
kelompok usia 6-10 tahun 10 orang (1.87 %), dibawah 1 tahun 2 orang (1.44 %), insidensi tertinggi
insidensi tertinggi kasus infeksi bakteri yaitu kasus infeksi parasit terdapat pada kelompok usia 11-
kelompok usia 21-25 tahun dan 26-30 tahun masing 15 tahun 24 orang (18.32 %) dan terendah pada usia
masing 19 orang (10.73 %) dan insidensi terendah dibawah 1 tahun 1orang (0.76 %) (Tabel 4).
1 <1 18 12 2 1 33
2 1 5 12 15 8 17 52
3 6 10 10 5 17 15 47
4 11 15 30 5 13 24 72
5 16 20 54 12 24 22 112
6 21 25 42 19 17 10 88
7 26 30 30 19 7 4 60
8 31 35 27 16 12 2 57
9 36 40 44 10 7 7 68
10 41 45 41 11 4 9 65
11 46 50 46 15 8 5 74
12 51 55 57 9 4 2 72
13 55 60 55 11 5 2 73
14 >60 67 18 11 11 107
Jumlah 533 177 139 131 980
Pada kasus infeksi jamur, didapatkan bahwa 80 orang (30.89 %), sedangkan perempuan paling
laki-laki paling banyak menderita pitiriasis versikolor banyak menderita kandidosis kutis 55 orang (20.07
11
Maria Vianney Samsan,Bimo Aryo Tejo,Nurrachmat M,Nugrohoaji, Prasetyadi M,
Indah Julianto ISSN: 2301-6736
Bagian /SMF Ilmu Kulit & Kelamin FK-UNS/RSUD Dr. Moewardi
%). Penderita laki-laki lebih banyak mengalami tinea diikuti oleh pitiriasis versikolor 115 orang (21.57 %),
kruris dan pitiriasis versikolor dibandingkan tinea korporis 84 orang (15.76 %), kandidosis kutis
perempuan. Sedangkan penderita perempuan lebih 83 orang (15.57 %), tinea kruris et korporis 60 orang
banyak mengalami tinea korporis, kandidosis kutis, (11.26 %), tinea pedis et manuum 35 orang (6.57 %),
tinea kruris et korporis, tinea pedis et manuum, tinea tinea facialis 30 orang (5.63 %), tinea incognito 5
facialis, tinea incognito, tinea kapitis dan orang (0.94 %), tinea kapitis 3 orang (0.56 %) dan
kromoblastomikosis dibandingkan laki-laki (Tabel 4). yang terendah kromoblastomikosis 2 orang (0.37 %)
Insidensi terbanyak kasus infeksi jamur (Tabel 5).
adalah tinea kruris berjumlah 116 orang (21.76 %)
Pada diagram 4 tampak bahwa distribusi Pada kasus infeksi bakteri, didapatkan bahwa
penderita baru kandidosis kutis paling banyak pada laki-laki lebih banyak menderita MH multibasilar dan
kelompok usia 51-55 tahun sejumlah 16 orang (19.28 pausibasilar, selulitis, tuberkulosis kutis serta
%) diikuti kelompok usia diatas 60 tahun dan usia Staphylococcal Scalded Skin Syndrome (S4)
dibawah 1 tahun masing masing sejumlah 14 orang dibandingkan perempuan, sedangkan perempuan
(16.87 %). lebih banyak menderita impetigo, furunkel/karbunkel,
folikulitis, erisipelas dan ektima daripada laki-laki
(Tabel 6). Insidensi terbanyak kasus infeksi bakteri
adalah MH multibasilar 45 orang (25.42 %), diikuti
impetigo 33 orang (18.64 %), furunkel/karbunkel 27
orang (15.25 %), folikulitis 22 orang (12.43 %), MH
pausibasilar 15 orang (8.47 %), erisipelas 9 orang
(5.08 %), selulitis 9 orang (5.08 %), ektima 7 orang
(3.95 %), TB kutis 6 orang (3.39 %), hidradenitis
supurativa 2 orang (1.13 %), ulkus piogenikum 1
orang (0.56 %) dan Staphylococcal Scalded Skin
Syndrome (S4) 1 orang (0.56 %) (Tabel 4).
Berdasarkan tabel 6, insidensi MH multibasilar dan
pausibasilar secara keseluruhan adalah 60 orang
(33.90 %), dimana distribusinya pada laki-laki lebih
banyak dibandingkan perempuan.
12
Maria Vianney Samsan,Bimo Aryo Tejo,Nurrachmat M,Nugrohoaji, Prasetyadi M,
Indah Julianto ISSN: 2301-6736
Bagian /SMF Ilmu Kulit & Kelamin FK-UNS/RSUD Dr. Moewardi
Jenis Kelamin
Diagnosis Laki-laki Perempuan Jumlah Persentase (%)
MH Multibasilar 24 21 45 25.42
Impetigo 14 19 33 18.64
Furunkel/Karbunkel 11 16 27 15.25
Folikulitis 9 13 22 12.43
MH Pausibasilar 9 6 15 8.47
Erisipelas 3 6 9 5.08
Selulitis 5 4 9 5.08
Ektima 2 5 7 3.95
Tuberkulosis kutis 5 1 6 3.39
Hidradenitis supurativa 1 1 2 1.13
Ulkus piogenikum 1 0 1 0.56
Staphylococcal Scalded Skin Syndrome (S4) 1 0 1 0.56
Jumlah 85 92 177 100%
Ket: Insiden tertinggi adalah MH multibasilar, diikuti impetigo, furunkel/karbunkel, folikulitis, MH pausibasilar, erisipelas, selulitis, ektima, TB
kutis, hidradenitis supurativa, ulkus piogenikum dan terendah Staphylococcal Scalded Skin Syndrome (S4).
Jenis Kelamin
Diagnosis Laki-laki Perempuan Jumlah Persentase (%)
Veruka 31 38 69 49.64
Herpes zoster 15 15 30 21.58
Moluskum kontagiosum 10 11 21 15.11
Varicella 7 9 16 11.51
Variola 1 2 3 2.16
Jumlah 64 75 139 100%
Ket: Insidensi tertinggi adalah veruka, diikuti oleh herpes zoster, moluskum kontagiosum, varicella, dan terendah variola.
13
Maria Vianney Samsan,Bimo Aryo Tejo,Nurrachmat M,Nugrohoaji, Prasetyadi M,
Indah Julianto ISSN: 2301-6736
Bagian /SMF Ilmu Kulit & Kelamin FK-UNS/RSUD Dr. Moewardi
Jenis Kelamin
Diagnosis Laki-laki Perempuan Jumlah Persentase (%)
Skabies 74 47 121 92.37
Cutaneous Larva Migran 5 1 6 4.58
Demodiciasis 1 2 3 2.29
Pedikulosis kapitis 0 1 1 0.76
Jumlah 80 51 131 100%
Ket: Insiden tertinggi adalah skabies, diikuti oleh cutaneous larva migran, demodiciasis dan terendah pedikulosis kapitis.
14
Maria Vianney Samsan,Bimo Aryo Tejo,Nurrachmat M,Nugrohoaji, Prasetyadi M,
Indah Julianto ISSN: 2301-6736
Bagian /SMF Ilmu Kulit & Kelamin FK-UNS/RSUD Dr. Moewardi
yang hangat dan lembab. Oleh sebab inilah, infeksi biasanya timbul akibat penyebaran dari bagian tubuh
jamur superfisial relatif sering terjadi di negara lain yang terinfeksi, seperti kaki, pada individu yang
negara tropis dan makin berkembang lagi dengan sama.9,11 Penularannya juga dapat melalui kontak
penggunaan pakaian tertutup. Sebagai tambahan, langsung dari satu orang ke orang lain atau melalui
frekuensi dermatomikosis lebih banyak terjadi pada kontak tidak langsung lewat benda yang
komunitas dengan status sosial ekonomi rendah: terkontaminasi seperti handuk, pakaian, dan sprei
kondisi tempat tinggal yang padat memberikan tempat tidur.11 Tinea kruris merupakan kondisi yang
kesempatan untuk kontak kulit dengan kulit dan lebih sangat menular dan kejadian luar biasa infeksi ini
dekat dengan hewan, dimana kebersihan menjadi kadang kala terjadi di sekolah dan kelompok /
kurang optimal. Terlebih lagi dengan tidak adanya perkumpulan lainnya seperti tim olahraga.11
atau kurangnya perawatan medis selanjutnya akan Kandidosis kutis merupakan kasus infeksi
meningkatkan penyebaran epidemik mikosis kulit.8 jamur dengan insidensi tertinggi ke-empat yang
terdapat pada instalasi rawat jalan poliklinik kulit dan
Tabel 9. Spesies Dermatofita yang Dominan Menurut kelamin RSUD Dr.Moewardi Surakarta periode
Lokalisasi Klinis8 Oktober 2010 September 2011. Candida adalah
patogen oportunistik yang hanya menjadi patogen
terhadap manusia pada kondisi lokal dan sistemik
tertentu.8 Pada kebanyakan kasus, kandidiasis
merupakan infeksi endogen yang berasal dari flora
pasien sendiri dan secara umum mengikuti perubahan
hubungan host/yeast yang telah ada.8 Insidensi infeksi
jamur superfisialis dan sistemik telah meningkat
karena terjadi peningkatan insidensi penyakit
penyakit yang berat (contohnya keganasan atau
infeksi HIV) atau terapi immunosupresi (steroid
sistemik atau kemoterapi).8 Infeksi Candida juga
diaktivasi dengan terapi steroid atau antibiotik.8
Obesitas dan diabetes mellitus merupakan faktor
predisposisi utama kandidiasis kutis.8,12
Hasil penelitian menunjukkan distribusi
penderita kandidosis kutis di instalasi rawat jalan
poliklinik kulit dan kelamin RSUD.Dr.Moewardi
Surakarta periode Oktober 2010 September 2011
terbanyak pada populasi usia 51-55 tahun sejumlah
16 orang (19.28 %) diikuti kelompok usia diatas 60
Insidensi kasus infeksi jamur tertinggi ke- tahun dan usia dibawah 1 tahun masing masing
dua adalah pitiriasis versikolor sejumlah 115 orang sejumlah 14 orang (16.87 %) (Diagram 4), sesuai
(21.57 %). Malassezia sp. merupakan bagian dari dengan teori yang ada bahwa kandidiasis secara
flora normal kulit manusia.10 Prevalensi kolonisasinya predominan merupakan penyakit dari the very old,
pada kulit tergantung dari usia, anatomi tubuh, dan the very young and the very sick.8
sedikit pengaruh ras.10 Insidensi kolonisasi pada kulit Insiden terbanyak kasus infeksi bakteri
meningkat sekitar 25% pada anak anak hingga adalah MH multibasilar 45 orang (25.42 %),
hampir 100% pada remaja dan dewasa.10 Kepadatan sementara MH pausibasilar memiliki insidensi yang
kolonisasi pada individu setelah pubertas lebih cukup tinggi 15 orang (8.47 %), sehingga insidensi
banyak pada bagian tubuh yang mengandung kelenjar kasus MH secara keseluruhan adalah 60 orang (33.90
pilosebasea; Malassezia sp. terisolasi dari 100% %). Tentunya data ini menunjukkan bahwa MH
sampel yang diambil pada punggung orang dewasa, merupakan masalah utama kasus infeksi bakteri di
namun hanya 75% yang dapat ditemukan pada wajah RSUD Dr.Moewardi Surakarta. Berdasarkan data
dan kepala.10 Diperkirakan bahwa kolonisasi epidemiologi kusta di Indonesia, sejak tahun 2000
Malassezia sp. terutama terjadi pada saat pubertas hingga 2005 tidak terdapat penurunan insidensi yang
dimana kelenjar sebasea menjadi aktif dan bermakna.13 Jumlah penderita baru kusta di Indonesia
konsentrasi lipid pada kulit meningkat.10 pada tahun 2000 adalah 21.964 orang, tahun 2001
Dalam makalah ini didapatkan bahwa sejumlah 14.722 orang, tahun 2002 sejumlah 16.253
penderita laki-laki lebih banyak mengalami tinea orang, tahun 2003 sejumlah 15.913 orang, tahun 2004
kruris dan pitiriasis versikolor dibandingkan sejumlah 16.572 orang dan tahun 2005 sejumlah
perempuan. Hal ini sesuai dengan beberapa 19.695 orang.13
kepustakaan yang menyatakan bahwa tinea kruris Berdasarkan tabel 4, distribusi MH pada
paling sering muncul pada pria.9,11 Tinea kruris laki-laki lebih banyak dibandingkan perempuan. Hal
15
Maria Vianney Samsan,Bimo Aryo Tejo,Nurrachmat M,Nugrohoaji, Prasetyadi M,
Indah Julianto ISSN: 2301-6736
Bagian /SMF Ilmu Kulit & Kelamin FK-UNS/RSUD Dr. Moewardi
ini dimungkinkan oleh faktor lingkungan dan faktor berkelanjutan pada kontak penderita.4 Pengobatan
biologi.13 Seperti kebanyakan penyakit menular ditujukan langsung untuk mencegah penularan
lainnya laki-laki lebih banyak terpapar dengan faktor skabies karena seseorang dapat menularkan kutu
resiko sebagai akibat gaya hidupnya.13 Berdasarkan skabies pada saat masa inkubasi dimana tidak
distribusi usia, penderita baru MH paling banyak terdapat gejala (asimptomatik).18 Individu yang
berada pada kelompok usia 25-30 tahun dan 21-25 merupakan kontak erat dengan penderita skabies
tahun yaitu 20 orang (33.33 %). Hal ini sesuai dengan harus diobati dengan scabicide topikal.18 Sebagai
distribusi kusta menurut umur yang terjadi di tambahan, untuk mencegah re-infeksi dengan kutu
Indonesia yaitu yang terbanyak adalah usia muda dan skabies, sprei tempat tidur, sarung bantal, handuk,
produktif.13 dan pakaian yang digunakan lima hari terakhir harus
Dari diagram 6, insidensi MH terbanyak di dicuci dan dikeringkan pada suhu panas, atau dry-
wilayah Karanganyar yaitu 20 orang (33.33 %), cleaned.18 Karena kutu ini dapat meninggalkan kulit
diikuti wilayah Sragen 16 orang (26.67 %) dan dalam waktu 3 hari, maka sebaiknya karpet dan kain
Sukoharjo di peringkat ke-tiga sejumlah 11 orang pelapis/pembungkus dibersihkan dengan vacuum.18
(18.33 %), Solo 8 orang (13.33 %), Boyolali 3 orang Jika penderita dan kontak sekitarnya telah mendapat
(5.00 %), Klaten dan wilayah luar Surakarta masing edukasi yang baik dan penatalaksanaan yang tepat,
masing 1 orang (1.67 %). Data kasus MH yang maka diharapkan angka insidensi skabies dapat
diambil dari bankdata Depkes untuk wilayah Jawa menurun.
Tengah tahun 2008, terdapat jumlah penderita MH
pausibasilar sebanyak 247 orang dan MH multibasilar KESIMPULAN
sebanyak 1486 orang, sehingga total penderita MH
berjumlah 1733 orang.13 Jumlah penderita MH Didapatkan kasus infeksi jamur tinea kruris
tertinggi terdapat di wilayah Brebes yaitu 285 orang sebagai yang tertinggi dengan perempuan lebih
(16.44 %), diikuti wilayah Tegal sejumlah 243 orang beresiko dari pada laki-laki, tersering pada umur 16-
(14.02 %), Pekalongan 151 orang (8.71 %), Pemalang 20th dan distribusi terbanyak ada di wilayah Solo.
120 orang (6.92 %) dan Kudus 102 orang (5.88 %).14
Insidensi terbanyak kasus infeksi virus DAFTAR PUSTAKA
adalah veruka dengan jumlah 69 orang (49,64%)
diikuti dengan herpes zoster 30 orang (21,58%), 1. Mosby. Medical Dictionary, 8th ed. USA:
moluskum kontagiosum 21 orang (15,11%), varicella Elsevier, 2009.
16 orang (11,51%) dan variola 3 orang (2,16%) 2. English, John SC. An Atlas of Dermatology
(Tabel 5). Kutil pada kulit terjadi pada semua usia, and Management General Dermatology.
namun jarang muncul ketika bayi dan masa awal Clinical Publishing Oxford. UK; 2007: 113.
balita.15 Veruka terjadi paling sering pada anak-anak 3. Tyring SK. Syndromal tropical dermatology.
dan dewasa muda dimana insidensinya dapat melebihi Tropical dermatology. USA: Elsevier,
10%.16 Insidensinya meningkat saat usia sekolah Churchill Livingstone, 2006.
hingga puncaknya pada usia remaja dan dewasa 4. Naafs B, Padovese V. Rural dermatology in the
muda, kemudian menurun dengan cepat di usia lebih tropics. Clinics in Dermatology 2009; 27 : 252-
dari 20 tahun dan menurun secara bertahap 70.
setelahnya.15 Pada beberapa penelitian, diperkirakan 5. Adiguna MS. Epidemiologi dermatomikosis di
anak-anak usia sekolah 2 20% mengalami veruka.15 Indonesia. Dalam: Budimulja U, dkk.
Insidensi terbanyak kasus infeksi parasit Dermatomikosis Superfisialis. 2003: 1-4.
adalah skabies sejumlah 121 orang (92,37%). Skabies 6. Irawanto ME, dkk. Tinjauan Retrospektif
cukup endemik pada wilayah tropis, insidensinya Dermatofitosis di RSUP Dr. Kariadi Semarang
sering terjadi pada masyarakat miskin dimana selama 6 tahun (1 Juli 1998 - 30 Juni 2004).
wilayahnya padat penduduk.4 Prevalensi skabies di 7. Ameen M. Epidemiology of superficial fungal
dunia diperkirakan lebih dari 300 juta kasus.4 Skabies infections. Clinics in Dermatology 2010; 28:
dan pedikulosis cukup sering terjadi di kalangan 197-201.
lembaga institusional atau mereka yang tinggal dalam 8. Havlickova B, Czaika VA, Friedrich M.
kondisi yang padat penduduk.4 Hal ini sesuai dengan Epidemiological trends in skin mycoses
hasil penelitian yang ditunjukkan pada diagram 8 worldwide 2008: 51: 2-15.
bahwa distribusi penderita baru skabies paling banyak 9. Goedadi M, Suwito PS. Tinea korporis dan
terdapat pada usia sekolah. Skabies disebabkan oleh tinea kruris. Dalam: Dermatomikosis
kutu Sarcoptes scabiei var hominis dan didapatkan Superfisialis. 2003: 33.
melalui kontak langsung dengan orang yang terinfeksi 10. Richardson MD, Warnock DW. Other
dan kadangkala melalui benda yang digunakan.4,17 cutaneous fungal infection. Fungal Infection
Penatalaksanaan skabies yang paling penting adalah Diagnosis and Management, 3rd ed. USA:
edukasi penderita dan pengobatan secara Blackwell Publishing, 2003.
16
Maria Vianney Samsan,Bimo Aryo Tejo,Nurrachmat M,Nugrohoaji, Prasetyadi M,
Indah Julianto ISSN: 2301-6736
Bagian /SMF Ilmu Kulit & Kelamin FK-UNS/RSUD Dr. Moewardi
17
Suci Murti Karini & Agustina Wulandari
Staf Pengajar/Psikolog Bag. Ilmu Kesehatan Anak FK-UNS/RSUD Dr. Moewardi ISSN: 2301-6736
PPDS Ilmu Kesehatan Anak FK- UNS / RSUD Dr. Moewardi
Abstrak
Pendahuluan: Perkembangan psikologis atau kejiwaan merupakan salah satu aspek tumbuh kembang anak yang
sangat penting. Gangguan psikologis pada anak berbeda dengan dewasa, sehingga perlu mendapatkan perhatian
yang lebih besar. Tujuan: Penelitian di klinik tumbuh kembang anak RSUD Dr. Moewardi terhadap kasus-kasus
gangguan psikologis bertujuan untuk mengetahui prevalensi dan jenis gangguan-gangguan tersebut. Metode: Desain
penelitian ini adalah deskriptif retrospektif. Data diambil dari catatan medik kasus-kasus psikologi anak di poliklinik
tumbuh kembang anak RSUD Dr. Moewardi dari bulan Januari 2007 sampai dengan Desember 2011. Hasil: Subyek
dalam penelitian ini sebanyak 334 anak, dengan jenis kelamin laki-laki (62.0%) dan perempuan (38.0%). Jumlah ini
meningkat dibandingkan penelitian sebelumnya. Pasien kebanyakan datang sendiri (diperiksakan oleh orangtua)
yaitu sebesar 70.4% dan sebagian besar berasal dari dalam kota Surakarta (61.8%). Jenis gangguan psikologis yang
terbanyak adalah gangguan intelektual (44.9%), diikuti oleh gangguan perkembangan (35.1%), dan selanjutnya
berturut-turut diikuti oleh gangguan perilaku 14.4%, gangguan tingkah laku dan emosi 9.3%, serta gangguan emosi
6.0%. Faktor risiko seperti cara persalinan, usia kehamilan, riwayat kejang, dan riwayat trauma kepala pada anak
tidak berhubungan dengan terjadinya gangguan kejiwaan (p < 0.05). Kesimpulan: Dapat disimpulkan bahwa jumlah
pasien dengan gangguan psikologis pada anak yang datang di klinik Tumbuh Kembang RSUD Dr. Moewardi
semakin meningkat dari tahun ke tahun. Jenis gangguan psikologis yang dialami anak juga semakin beragam.
Abstract
Introduction: The development of psychological or psychiatric is one aspect of child development is very important
. Psychological disorders in children are different from adults , and should receive greater attention . Objective:
Research on child development clinic Hospital Dr . Moewardi to cases of psychological disorders aims to determine
the prevalence and types of these disorders . Methods: The study design was a retrospective descriptive . Data
retrieved from the medical records of cases of child psychology child development clinic Hospital Dr . Moewardi
from January 2007 to December 2011 . Results: The subjects in this study were 334 children , with male gender
(62.0%) and women (38.0%). This amount is higher than previous studies. Patients were mostly alone (checked by
parents) that is equal to 70.4 % and the majority come from the town of Surakarta (61.8 %). Kind of psychological
disorder which is most intellectual impairment (44.9%) , followed by developmental disorders (35.1%), and
subsequently in a row followed by 14.4% behavioral disorders , behavioral and emotional disorders 9.3% , 6.0% ,
and emotional distress. Risk factors such as mode of delivery, gestational age, history of seizures , and a history of
head trauma in children is not associated with the occurrence of psychiatric disorders (P <0.05) . Conclusion: It is
concluded that the number of patients with psychological disorders in children who come in Developmental Clinic
Hospital Dr . Moewardi increasing from year to year. Types of psychological disorders experienced by children is
also increasingly diverse.
18
Suci Murti Karini & Agustina Wulandari
Staf Pengajar/Psikolog Bag. Ilmu Kesehatan Anak FK-UNS/RSUD Dr. Moewardi ISSN: 2301-6736
PPDS Ilmu Kesehatan Anak FK- UNS / RSUD Dr. Moewardi
19
Suci Murti Karini & Agustina Wulandari
Staf Pengajar/Psikolog Bag. Ilmu Kesehatan Anak FK-UNS/RSUD Dr. Moewardi ISSN: 2301-6736
PPDS Ilmu Kesehatan Anak FK- UNS / RSUD Dr. Moewardi
20
Suci Murti Karini & Agustina Wulandari
Staf Pengajar/Psikolog Bag. Ilmu Kesehatan Anak FK-UNS/RSUD Dr. Moewardi ISSN: 2301-6736
PPDS Ilmu Kesehatan Anak FK- UNS / RSUD Dr. Moewardi
perkembangan sehingga berpengaruh pada tingkat enkopresis, konstipasi, gangguan makan, dan TIC.2,3
inteligensia yaitu kemampuan kognitif, bahasa, Kelainan perilaku terbanyak yang diamati dalam
motorik, dan sosial. Retardasi mental dapat terjadi penelitian ini adalah hiperkinetik yang diderita oleh
bersamaan atau menjadi bagian dari kelainan lainnya, 33 anak (9.9%). Gangguan hiperkinetik disebut juga
sebagai contoh dalam penelitian ini didapatkan 8 gangguan pemusatan perhatian dengan
anak (2.4%) yang menderita sindrom Down (secara hiperaktivitas/ADHD (Attention deficit hyperactivity
klinis) dan semuanya mengalami retardasi mental. disorder). Anak dengan ADHD selalu bergerak dan
Hasil ini sesuai dengan penelitan Brown, dkk yang usil sehingga sering dikeluhkan karena
menyatakan bahwa anak dengan sindrom Down mengganggu lingkungan dan anak lain disekitarnya.
semuanya memiliki IQ dibawah rata-rata dan ADHD didefinisikan sebagai gangguan yang ditandai
keterampilan sosial/adaptif yang kurang adanya pola yang persisten dari ketidakmampuan
dibandingkan anak normal.8 untuk memperhatikan dan/atau adanya hiperaktivitas-
Gangguan perkembangan anak dibagi impulsivitas.5
menjadi gangguan motorik, gangguan bicara, Di Amerika Serikat diperkirakan ADHD
gangguan belajar khas, dan gangguan terjadi 3-5% dari seluruh anak usia sekolah.
pervasif/autistik.2,3,4 Gangguan bicara meliputi speech Sedangkan di Indonesia belum didapatkan data yang
delayed (lambat bicara) dan speech disorder akurat. ADHD sering terjadi pada anak laki-laki
(gangguan bicara). Menurut Direktorat Jendral dibandingkan anak perempuan dengan rasio 4-9 : 1.3,5
Pelayanan Medik Depkes RI (2006) gangguan ini Data ini mendukung hasil penelitian bahwa gangguan
meliputi gangguan bicara dan berbahasa, namun kejiwaan tertentu lebih banyak terjadi pada anak laki-
bukan karena retardasi mental, autisme, laki daripada perempuan.
keterlambatan bicara akibat tuli, atau afasia yang Gangguan makan pada bayi dan masa
didapat akibat epilepsi. Dalam penelitian ini kanak-kanak biasanya meliputi penolakan makanan
didapatkan 54 anak (16.2%) mengalami gangguan dan rewel padahal makanannya memadai dan
bicara. Sedangkan, gangguan motorik hanya diberikan oleh pengasuh yang baik, serta anak tidak
didapatkan pada 38 anak (11.4%).5 menderita penyakit organik.5 Dalam penelitian ini
Prevalensi keterlambatan berbicara dan hanya didapatkan 3 anak (0.9%) yang didiagnosis
berbahasa di Indonesia belum pernah diteliti secara menderita gangguan makan. Jumlahnya yang sedikit
luas. Data di Departemen Rehabilitasi Medik RSCM menunjukkan bahwa sebagian orangtua kemungkinan
tahun 2006, dari 1125 pasien anak didapatkan menganggap bahwa masalah makan merupakan
10.13% didiagnosis sebagai keterlambatan bicara dan masalah yang biasa dan sering dialami anak-anak,
bahasa.9 Tingginya prevalensi gangguan ini sehingga jarang yang memeriksakan ke dokter
menjadikan prioritas bagi dokter untuk dapat apalagi ke poliklinik tumbuh kembang anak.
mendeteksi secara dini, sehingga penyebabnya dapat Enuresis atau mengompol, gangguan berupa
segera dicari dan dilakukan penatalaksanaan segera tidak mampu menahan buang air besar atau disebut
agar tidak mempengaruhi perkembangan anak di juga enkopresis, atau sebaliknya konstipasi yaitu
masa selanjutnya. kesulitan buang air besar pada penelitian ini
Salah satu gangguan perkembangan lain ditegakkan apabila perilaku tersebut bukan
yang mulai banyak mendapat sorotan adalah merupakan kondisi medis dan tidak ada faktor
ganggaun pervasif atau autistik karena jumlahnya organik yang menyebabkan terjadinya kelainan itu.5
yang semakin meningkat tajam. Sebelumnya di Seperti halnya gangguan makan, gangguan-gangguan
Amerika Serikat dilaporkan prevalensi gangguan ini ini kurang mendapatkan perhatian dari orangtua
sebesar 0.05%, namun laporan terakhir menyebutkan sehingga masih sedikit yang datang untuk
gangguan ini terjadi pada 1 diantara 150 kelahiran.3 memeriksakan dan berkonsultasi ke dokter atau
Pada penelitian ini didapatkan 11 anak terdiagnosis psikolog anak.
menderita gangguan pervasif atau dengan kata lain Gangguan tingkah laku dan emosi meliputi
sebesar 3.3% dari seluruh pasien yang datang dengan gangguan tingkah laku depresif. Gangguan depresi
kasus gangguan kejiwaan di poliklinik tumbuh adalah suatu keadaan yang secara khas ditandai oleh
kembang anak RSUD Dr. Moewardi menderita rasa sedih, murung, hilangnya semangat dan minat
gangguan autistik. Gangguan autistik 5 kali lipat dalam semua atau hampir seluruh aktivitas yang biasa
lebih banyak terjadi pada anak laki-laki daripada dilakukan. Gangguan depresi biasanya disertai
perempuan. Penyebab kelainan ini belum diketahui dengan pikiran-pikiran tentang kematian,
secara pasti namun diduga terdapat faktor risiko ketidakgunaan diri, pesimis, tiada harapan, dan
untuk terjadinya gangguan ini, yaitu faktor biologik, keputusasaan.5 Gangguan depresi pada anak-anak
genetik, komplikasi dan infeksi perinatal dan faktor kadang-kadang sulit diidentifikasi karena anak sukar
lingkungan.5 mengutarakan perasaannya. Pernyataan perasaan
Berdasarkan PPDGJ-III dan DSM-IV, sering berupa penyimpangan tingkah laku dalam
gangguan perilaku meliputi hiperkinetik, eneuresis, bentuk cepat marah, temper tantrum, menolak makan
21
Suci Murti Karini & Agustina Wulandari
Staf Pengajar/Psikolog Bag. Ilmu Kesehatan Anak FK-UNS/RSUD Dr. Moewardi ISSN: 2301-6736
PPDS Ilmu Kesehatan Anak FK- UNS / RSUD Dr. Moewardi
dan keluhan fisik seperti keluhan sakit perut, muntah- DAFTAR PUSTAKA
muntah, sakit kepala, dan lain sebagainya. Pada anak 1. Tanuwidjaya S. Konsep umum tumbuh
yang berusia kurang dari 5 tahun memperlihatkan kembang. Dalam: Narendra MB, Sularyo TS,
gejala depresi yang terselubung seperti agresif, Soetjiningsih, Suyitno, Ranuh I Gde, Wiradisuria
hiperatif, dan lain-lain.5 S. Buku ajar tumbuh kembang anak dan remaja.
Pada penelitian ini didapatkan 31 anak Edisi I. Jakarta. Ikatan Dokter Indonesia. 2002.
(9.3%) yang mengalami gangguan tingkah laku 2. Muslim RR. Diagnosis gangguan jiwa. PPDGJ-
depresi. Jumlah ini dua kali lebih banyak dari jumlah III. Jakarta. Fakultas Kedokteran UI. 2002.
pasien yang menderita gangguan tingkah laku depresi 3. American Psychiatric Association. Diagnosis and
pada tahun 2002-2006, yaitu 13 anak (6.1%).7 statistical manual of mental disorders. Edisi ke-4.
Biasanya depresi pada anak didasari oleh suatu Washington DC. American Psychiatric
kehilangan obyek cinta yang bermakna bagi anak. Association. 2000. Hal 39-134.
Pada bayi atau anak paling banyak disebabkan oleh 4. Soetjiningsih. Perkembangan anak dan
perpisahan dengan ibu atau pengasuh utamanya. permasalahannya. Dalam: Narendra MB, Sularyo
Seperti halnya pada pasien-pasien dalam penelitian TS, Soetjiningsih, Suyitno, Ranuh I Gde,
ini, rata-rata menderita depresi karena ditinggal atau Wiradisuria S. Buku ajar tumbuh kembang anak
berpisah dengan salah satu orangtuanya. dan remaja. Edisi I. Jakarta. Ikatan Dokter
Gangguan emosi atau cemas pada anak adalah Indonesia. 2002.
suatu keadaan yang ditandai oleh adanya kecemasan 5. Direktorat Jendral Pelayanan Medik Depkes RI.
yang berlebihan, tidak realistik (tidak ada alasan yang Pedoman diagnosis dan penatalaksanaan
jelas), dan menetap untuk jangka waktu yang cukup gangguan mental emosional anak usia dibawah 6
lama, sehingga mengganggu/menghambat fungsi tahun kebawah. Jakarta. Depkes RI. 2006.
anak sehari-hari. Gangguan emosi pada anak antara 6. Budhiman Melly. Anak dengan Kesulitan
lain terdiri dari gangguan cemas perpisahan, Psikiatrik. Cermin Dunia Kedokteran.1982: 27.
gangguan kecemasan fobik, gangguan kecemasan 7. Karini Suci M, Herlinawati SW, Moelyo GM.
sosial, dan gangguan kecemasan persaingan antar Gambaran kasus psikologi anak di klinik tumbuh
saudara.5 kembang anak RSUD Dr. Moewardi Surakarta.
Dua puluh anak (6.0%) dari keseluruhan pasien Majalah Psikologi. 2007.
anak dengan kasus gangguan psikologis yang datang 8. Brown Frank R, Greer Margaret K, Aylward
ke polikilinik tumbuh kembang anak RSUD Dr. Elizabeth H, Hunt Hurshell. Intellectual and
Moewardi mengalami gangguan emosi berupa adaptive functioning in individuals with Down
kecemasan. Namun, dalam penelitian ini tidak Syndrome in relation to age and environmental
dilakukan klasifikasi penyebab dari gangguan cemas placement. Pediatrics. 1990: 85; 450.
yang terjadi. 9. Departemen Rehabilitasi Medik RSCM. Data
primer. Jakarta. 2006.
KESIMPULAN
22
Sri Lilijanti Widjaja & Galuh Kamenyangan Sari
Devisi Pediatri Kardiologi, Ilmu Kesehatan Anak, FK-UNS/RSUD Dr. Moewardi ISSN: 2301-6736
Abstrak
Pendahuluan: sepsis neonatal dengan disfungsi hati mengenai prosedur dianggap sebagai utama patologi sepsis.
Angka kematian dua kali lipat pada sepsis neonatal disfungsi kardiovaskular disertai. Disfungsi miokard
didefinisikan sebagai kriteria diagnostik untuk sepsis berat pada orang dewasa. Terjadinya sphlancnic dan
mesenterika hipo - perfusi dampak gangguan sistem pencernaan yang bermanifestasi sebagai residu lambung .
Tujuan: untuk menganalisis hubungan antara residu lambung dan disfungsi jantung di antara neonatus beresiko
sepsis. Metode: Penelitian cross - sectional ini dilakukan pada Januari 2011 - Oktober 2011 hingga neonatus yang
dicurigai sepsis yang dirawat di Neonatal - HCU Moewardi Surakarta Rumah Sakit Umum . Sampel dipilih oleh
quota sampling . Sepsis dinilai dengan kriteria mayor-minor klinis. Residu lambung didefinisikan ketika volume
aspirasi lambung 4 jam setelah pemberian pakan mencapai 20 % selama 2 hari. Disfungsi jantung diukur dengan
menggunakan dua dimensi Doppler echocardiography . Uji chi square dilakukan untuk menganalisis data ini
menggunakan SPSS 17.0. Hasil: Diantara 48 neonatus risiko septik , kami menemukan 27 (56,3%) dinyatakan
sebagai residu lambung , 25 (64,1%) mengalami disfungsi jantung yang 17 (70,8%) adalah gangguan fungsi sistolik
. Gangguan fungsi jantung , terutama gangguan fungsi sistolik , beresiko mengalami residu lambung signifikan
(OR=6,25; IK.95%: 1,14-34,29 dan OR=3,40 ; IK.95% : 1,03-11,26, masing-masing) . Neonatus yang lambung
residu susu beresiko disfungsi jantung dibandingkan dengan tidak ada residu lambung tidak signifikan (OR = 8,00;
IK95 % : 0,87-73,27) . Kesimpulan : Ada hubungan antara residu lambung dan disfungsi jantung di antara neonatus
beresiko sepsis . Kehadiran residu lambung bisa menjadi penanda disfungsi jantung di antara neonatus risiko septik .
Abstract
Introduction: Neonatal sepsis with heart dysfunction lacking regarded as main pathology of sepsis. The death rate
doubly in sepsis neonatal accompanied cardiovascular dysfunction. The myocardial dysfunction defined as
diagnostic criteria for severe sepsis in adult. The occurrence of sphlancnic and mesenteric hypo-perfusion impact
disorder of digestive system which manifest as gastric residue. Objective: to analyze the relationship between
gastric residue and heart dysfunction among neonates at risk of sepsis. Method: This cross-sectional study was
conducted in January 2011 October 2011 to neonates suspected sepsis who were hospitalized at Neonatal-HCU
Moewardi General Hospital Surakarta. Sample was selected by quota sampling. Sepsis was assessed by clinical
major-minor criteria. Gastric residue was defined when the volume of gastric aspiration 4 hours after feeding
reached 20% for 2 days. Heart dysfunction was measured using two-dimensional Doppler echocardiography. Chi
square test was performed to analyze this data using SPSS 17.0. Results: Among 48 septic risk neonates, we found
27(56.3%) manifested as gastric residue, 25(64.1%) having heart dysfunction which 17 (70.8%) is the systolic
function disorders. Impaired heart function, especially disorders of systolic function, are at risk of undergoing
gastric residue significantly (OR=6.25; CI95%:1.14 to 34.29 and OR=3.40; CI95%: 1.03 to 11.26, respectively).
Neonates whose gastric residue as milk are at risk of heart dysfunction compared with no gastric residue
insignificantly (OR=8.00; CI95%:0.87 to 73.27). Conclusion: There was a relationship between gastric residue and
heart dysfunction among neonates at risk of sepsis. The presence of gastric residue can become a marker of heart
dysfunction among septic risk neonates.
23
Sri Lilijanti Widjaja & Galuh Kamenyangan Sari
Devisi Pediatri Kardiologi, Ilmu Kesehatan Anak, FK-UNS/RSUD Dr. Moewardi ISSN: 2301-6736
Gambar 1. Mekanisme peningkatan cardiac troponin (cTn) dan B-type natriuretic peptide (BNP) pada pasien dengan sepsis berat dan syok
septic. ALI = acute lung injury; IL = interleukin; LV = left ventricular; RV = right ventricular; RVEDP = right ventricular end-diastolic
pressure; RVSWI = right ventricular stroke work index; TNF = tumor necrosis factor (Maeder, 2006).
Penurunan curah jantung (cardiac output) hubungan antara residu lambung dengan adanya
merupakan asumsi umum dalam gangguan fungsi gangguan fungsi jantung pada neonatus berisiko
otot jantung ventrikel kiri. Kardiomiopati septik sepsis. Pengambilan sampel dilakukan secara
ditandai dengan gangguan kontraktilitas otot jantung pencuplikan kuota di ruang perawatan neonats
intrinsik biventrikuler, dengan pengurangan fraksi berisiko tinggi (high care unit/HCU-neonatus) RSUD
ejeksi dan indeks kerja ventrikel kiri (Timothy, 2008; Dr. Moewardi antara bulan Januari 2011 -Oktober
Hunter, 2010). Sepsis berkaitan dengan hipodinamik 2011. Kriteria inklusi meliputi semua neonatus
serta vasokonstriktor, sehingga lebih responsif berisiko sepsis, sesuai kriteria sepsis mayor-minor,
terhadap terapi vasodilator dan inotropik (Rosentiel, mendapatkan nutrisi enteral dan bermanifestasi klinis
2001; Rivers, 2001). residu lambung pada selang nasogastrik, sedangkan
subjek dengan kelainan kongenital saluran
METODE pencernaan, tidak bermanifestasi residu sama sekali,
serta menolak mengikuti penelitian akan dieksklusi.
Penelitian ini merupakan penelitian potong- Interpretasi residu lambung pada neonatus
lintang (cross-sectional study) untuk menelaah dianggap tidak normal apabila volume residu
24
Sri Lilijanti Widjaja & Galuh Kamenyangan Sari
Devisi Pediatri Kardiologi, Ilmu Kesehatan Anak, FK-UNS/RSUD Dr. Moewardi ISSN: 2301-6736
lambung mencapai lebih dari 30 % dari total formula ventrikel kiri dapat dinilai dengan persentase
yang diberikan 3 sampai 4 jam sebelum dilakukan pemendekan diameter ventrikel kiri selama sistolik
aspirasi lambung (Dollberg, 2000). Aspirasi lambung (FS) dan fraksi ejeksi (EF). Nilai normal FS berkisar
yang normal pada neonatus adalah jika didapatkan antara 28% - 44% dengan rata-rata 36%. Sedangkan
kurang dari 20% dari volume formula yang diberikan nilai normal EF yakni antara 56% - 78% dengan
3-4 jam sebelum pengukuran, berupa formula tak rata-rata 66%. Fungsi sistolik dinyatakan terganggu
tercerna berwarna susu, terutama banyak didapatkan bila diperoleh FS sebesar 30% dan peningkatan EF
pada neonatus kurang bulan (Gomella, 2004). Cara sebesar 80%. Fungsi diastolik ventrikel dinyatakan
untuk mengevaluasi pemberian minum setiap 4 jam terganggu apabila didapatkan hasil rasio E/A 1
adalah dengan aspirasi lambung melalui selang (Myung, 2008). Sedangkan gangguan fungsi jantung
orogastrik atau nasogastrik menggunakan spuit. dinyatakan positif, apabila didapatkan salah satu atau
Dilakukan oleh perawat dan dokter serta dicatat kedua fungsi, baik diastolik maupun sistolik
dalam formulir pemantauan mengenai jenis dan terganggu. Pengukuran menggunakan alat
volumenya dan diambil rata-ratanya selama ekokardiografi Doppler dua dimensi yang dilakukan
pengamatan 2 x 24 jam. Jika jumlah volume lebih oleh dokter spesialis anak konsultan kardiologi di
dari 20% dari total formula yang diberikan maka RSUD Dr. Moewardi Surakarta.
dinyatakan positif. Neonatus dengan risiko sepsis awitan dini
Gangguan fungsi jantung yang dinilai adalah ataupun lambat dinilai berdasarkan adanya 2 faktor
fungsi sistolik dan diastolik ventrikel kiri yang risiko minor dan 1 faktor risiko mayor berdasarkan
mencerminkan aliran darah sistemik. Fungsi sistolik tabel dibawah ini :
25
Sri Lilijanti Widjaja & Galuh Kamenyangan Sari
Devisi Pediatri Kardiologi, Ilmu Kesehatan Anak, FK-UNS/RSUD Dr. Moewardi ISSN: 2301-6736
subyek (33.3%) mengalami gangguan fungsi untuk terjadinya gangguan fungsi jantung pada
keduanya, baik sistolik maupun diastolik. Sedangkan neonatus berisiko sepsis secara signifikan
dari semua subyek, didapatkan 15 subyek (31.3%) (OR=6.25;CI95%:1.14 sd 34.29), demikian juga
menderita penyakit jantung bawaan (PJB). kemungkinan terhadap gangguan fungsi sistolik
Adanya kejadian residu lambung pada sebesar 3.4 kali (OR=3.40; CI95%:1.03 sd 11.26).
subyek penelitian berdasarkan usia gestasi, jenis Sedangkan untuk prematuritas, BBLR dan penyakit
kelamin, berat badan lahir, ada tidaknya gangguan jantung bawaan merupakan faktor risiko untuk
fungsi jantung serta PJB ditunjukkan pada tabel 2. terjadinya residu lambung, namun tidak signifikan
Dari tabel tersebut, dinyatakan bahwa adanya residu secara statistik.
lambung memiliki kemungkinan sebesar 6.25 kali
Tabel 2. Kejadian residu lambung menurut berbagai kategori variabel pada neonatus berisiko sepsis
Residu lambung
N (%) Total (48)
Variabel CI 95%
positif negatif n (%) OR p
20% < 20%
Usia gestasi
< 37 minggu 12 (66.7) 6 (33.3) 18 (100.0) 2.00 0.260 0.59 sd 6.73
37 minggu 15 (50) 15 (50) 30 (100.0)
Jenis kelamin
laki-laki 17 (65.4) 9 (34.6) 26 (100.0) 2.27 0.165 0.71 sd 7.27
perempuan 10 (45.5) 12 (54.5) 22 (100.0)
Berat badan lahir (BBL)
< 2500 gram 11 (68.8) 5 (31.3) 16 (100.0) 2.20 0.217 0.62 sd 7.79
2500 gram 16 (50) 16 (50) 32 (100.0)
Gangguan fungsi jantung
Ada 25 (64.1) 14 (35.9) 39 (100.0) 6.25 0.022 1.14 sd 34.29
Tidak 2 (22.2) 7 (77.8) 9 (100.0)
Gangguan fungsi sistolik
Ada 17 (70.8) 7 (29.2) 24 (100.0) 3.40 0.042 1.03 sd 11.26
Tidak 10 (41.7) 14 (58.3) 24 (100.0)
Gangguan fungsi
diastolik
Ada 20 (64.5) 11 (35.5) 31 (100.0) 2.60 0.119 0.77 sd 8.75
Tidak 7 (41.2) 10 (58.8) 17 (100.0)
Penyakit jantung bawaan
(PJB)
Ada 10 (66.7) 5 (33.3) 15 (100.0) 1.88 0.327 0.53 sd 6.72
Tidak 17 (51.5) 16 (48.5) 33 (100.0)
Tabel 3. Hubungan antara jenis residu lambung terhadap risiko terjadinyagangguan fungsi jantung pada neonatus berisiko sepsis
Residu lambung
Positif ( 20%) Negatif
Variabel Jenis residu lambung N (%) (< 20%)
Susu billous bloody
Gangguan fungsi jantung
Ada 16 (94.12) 3 (75.0) 6 (100.0) 14 (66.67)
Tidak 1 (5.88) 1 (25.0) 0 (0.00) 7 (33.33)
Total 17 (100.0) 4 (100.0) 6 (100.0) 21 (100.0)
OR 8.00 1.50 6.72
p 0.066 0.744 0.165
CI 95% 0.87 sd 73.27 0.13 sd 17.18 0.33 sd 136.20
26
Sri Lilijanti Widjaja & Galuh Kamenyangan Sari
Devisi Pediatri Kardiologi, Ilmu Kesehatan Anak, FK-UNS/RSUD Dr. Moewardi ISSN: 2301-6736
27
Sri Lilijanti Widjaja & Galuh Kamenyangan Sari
Devisi Pediatri Kardiologi, Ilmu Kesehatan Anak, FK-UNS/RSUD Dr. Moewardi ISSN: 2301-6736
permeabilitas membran miosit yang mengakibatkan serta keterlambatan waktu pengosongan lambung
gangguan kinerja ventrikel kiri (Rudiger, 2007). yang bermanifestasi sebagai adanya peningkatan
Prematuritas merupakan salah satu faktor residu lambung (Corpeleijn, 2008). Traktus
risiko sepsis pada neonatus, selain itu imaturitas dari gastrointestinal merupakan organ yang rentan terkena
organ saluran cerna termasuk lambung serta sistem efek sistemik. Pemenuhan aliran darah dan tekanan
kardiovaskuler juga dapat menyebabkan timbulnya perfusi yang adekuat merupakan langkah penting
manifestasi residu lambung. Maka pada penelitian ini untuk memperbaiki kekurangan ini. Obat-obatan
prematuritas, berdasarkan usia gestasi < 37 minggu, inotropik dengan efek dilatasi telah diketahui dapat
diperhitungkan sebagai faktor perancu terhadap meningkatkan perfusi splanknik dan oksigenasi.
kejadian residu lambung dan dianalisis tersendiri. (Setiati, 2009).
Dari tabel 3 dapat diketahui jumlah subyek prematur Selain itu, pada studi yang dilakukan oleh
yang mengalami residu lambung positif sebanyak 12 Shimada dkk menyatakan bahwa pada Patent Ductus
subyek (66.7%) dan hasil analisis uji chi square Arteriosus (PDA) meskipun terjadi peningkatan
menunjukkkan prematuritas memiliki risiko 2 kali output dari ventrikel kiri namun berdampak
untuk terjadinya residu lambung namun tidak penurunan aliran darah yang menuju ke aorta
signifikan (OR=2.00; p=0.260). abdominalis, arteri coeliaca, mesenterika dan renalis
Adanya berat badan lahir yang rendah (< (Shimada, 1994; Myung, 2008).
2500 gram) merupakan salah satu faktor risiko Analisis terhadap prematuritas dan berat
terjadinya residu lambung, maka BBLR juga badan lahir rendah sebagai perancu terjadinya
diperhitungkan sebagai faktor perancu. Subyek yang manifestasi residu lambung pada neonatus berisiko
mengalami residu lambung positif dan memiliki berat sepsis menunjukkan bahwa keduanya memiliki
badan lahir kurang dari 2500 gram relatif cukup hubungan sebagai faktor risiko dengan terjadinya
banyak yakni sebesar 11 subyek (68.8%), dan residu lambung, meskipun tidak bermakna secara
memiliki kemungkinan 2.2 kali untuk terjadinya statistik, namun tetap sangat penting untuk dijadikan
residu lambung meskipun tidak terdapat kemaknaan pertimbangan. Pada sebagian besar subyek yang
secara statistik (OR=2.20; p=0.217). mengalami residu lambung didapatkan PJB, yang
Residu lambung dalam definisi operasional diketahui juga dapat menyebabkan manifestasi residu
telah disebutkan hanya mencakup sisa volume minum lambung, namun hubungan keduanya tidak bermakna
neonatus yang diberikan sebelumnya, tanpa secara statistik.
memperhatikan bagaimanakan jenis residu tersebut. Penelitian ini memiliki beberapa
Namun, dalam penelitian ini, sebagai outcome keterbatasan, antara lain jumlah sampel yang sedikit
sekunder kami mencoba menganalisis mengenai menyebabkan cakupan interval kepercayaan
hubungan jenis residu terhadap kemungkinan adanya (confidence interval) terlalu lebar sehingga
gangguan fungsi jantung. Dari tabel 4, analisis menurunkan presisi. Adanya penyakit jantung
dengan uji chi square menunjukkan bahwa seorang bawaan (PJB) pada subyek penelitian pada awalnya
neonatus berisiko sepsis yang mengalami jenis residu hendak kami eksklusikan untuk memperoleh sampel
susu memiliki kemungkinan untuk mengalami yang representatif untuk sepsis, namun karena
gangguan fungsi jantung secara umum sebesar 8 kali sulitnya perolehan sampel, maka PJB tetap kami
lebih besar, dibandingkan dengan neonatus tanpa sertakan sebagai subyek penelitian, namun dianalisis
residu lambung (OR:8,00 ;CI95% 0,87 sd 73.27). tersendiri, tanpa memandang apakah jenis PJB
Sedangkan untuk jenis bilious dan bloody memiliki tersebut, sianotik ataukah asianotik.
kemungkinan lebih kecil, hal ini dimungkinkan oleh Hasil yang diperoleh pada penelitian ini
karena residu berwarna billious lebih mencerminkan tidak bisa memastikan hubungan sebab akibat / causal
adanya kelainan saluran cerna lokal pada saluran antara kejadian residu lambung dengan gangguan
empedu dan duodenum, dapat berupa malformasi, fungsi jantung oleh karena penelitian ini dilakukan
malfungsi ataupun proses inflamasi. secara potong lintang/crosss sectional. Maka dari
Gejala klinis sepsis, seperti adanya demam, penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat
akan menyebabkan takikardi dan hipertrofi otot hubungan antara kejadian residu lanbung dengan
ventrikel kiri yang berakibat gangguan fungsi sistolik. gangguan fungsi jantung pada neonatus berisiko
Kesemuanya berdampak menjadi sindroma sepsis. Residu lambung dapat digunakan sebagai
penurunan curah jantung yang akan menyebabkan penanda awal untuk kemungkinan adanya gangguan
terganggunya aliran darah ke sistemik, termasuk aorta fungsi jantung pada neonatus berisiko sepsis, maka
abdominalis beserta percabangannya, secara khusus disarankan untuk melakukan pemeriksaan residu
terjadi penurunan aliran darah pada sistem lambung pada neonatus berisiko sepsis yang dirawat
splanknikus dan mesenterika yang berakibat iskemia di ruang intensif khusus untuk menilai toleransi
organ saluran pencernaan dan berdampak terjadinya minum dan kapasitas lambung neonatus dalam
gangguan motilitas usus, penurunan fungsi keadaan sepsis serta pelacakan gangguan fungsi
peristaltik, gangguan metabolisme enzim pencernaan jantung dengan pemeriksaan ekokardiografi dalam
28
Sri Lilijanti Widjaja & Galuh Kamenyangan Sari
Devisi Pediatri Kardiologi, Ilmu Kesehatan Anak, FK-UNS/RSUD Dr. Moewardi ISSN: 2301-6736
upaya diagnosis dan penatalaksanaan dini sepsis Hickson-Bick DL, Jones C, Buja LM, dkk. (2006).
neonatus secara cermat dan tepat. The response of neonatal rat ventricular
myocytes to lipopolysaccharide-induced
KESIMPULAN stress. Shock, 25: 546-52.
Ada hubungan antara residu lambung dan Lancel S, Petillot P, Favory R, dkk. (2005).
disfungsi jantung di antara neonatus beresiko sepsis . Expression of apoptosis regulatory factors
Kehadiran residu lambung bisa menjadi penanda during myocardial dysfunction in
disfungsi jantung di antara neonatus risiko septik . endotoxemic rats. Crit Care Med, 33: 492-6.
Levy MM, Fink MP, Marshall JC, dkk. (2003).
DAFTAR PUSTAKA International Sepsis Definitions Conference.
Aminullah A (2009). Sepsis pada bayi baru lahir. Crit Care Med, 31: 12506.
Dalam: Kosim S, Yunanto A, Dewi R, Luce WA, Hoffman TM, Bauer JA (2007). Bench-to-
Sarosa GI, Usman A, penyunting. Buku Ajar bedside review: Developmental influences
Neonatologi. Edisi ke-1. Jakarta : IDAI. h: on the mechanisms, treatment and outcomes
178-87. of cardiovascular dysfunction in neonatal
Annane D, Bellissant E, Cavaillon JM (2005). Septic versus adult sepsis.
shock. Lancet, 365: 6378 Maeder M, Fehr T, Rickli H, dkk. (2006). Sepsis-
Burns A, Roberts R, Bornstein J, dkk.( 2009). Associated MyocardialDysfunction :
Development of the enteric nervous system Diagnostic and Prognostic Impact of Cardiac
and its role in intestinal motility during fetal Troponins and Natriuretic Peptides. Chest,
and early postnatal stages. Seminars in 129: 1349-66.
Pediatric Surgery, 18 (4): 196-205. Myung K (2008). Noninvasive techniques. Dalam:
Corpeleijn WE, van Vliet I, de Gast-Bakker DA, van Myung K, penyunting. Pediatric
der Schoor SR, Alles MS, Cardiology for Practitioner. Edisi ke-5.
Hoijer M, Tibboel D, dkk. (2008). Effect of Texas: Mosby Elsevier. h. 81-107.
enteral IGF-1 supplementation on feeding Neu J (2007). Gastrointestinal development and
tolerance, growth, and gut permeability in meeting the nutritional needs of premature
enterally fed premature neonates. J Pediatr infants. Am J Clin Nutr, 85 (2): 629-34.
Gastroenterol Nutr, 46 (2): 184-90. Rivers E, Nguyen B, Havstad S, dkk. (2001). Early
CV, Xu X, Parrillo JE (2005). Human serum from goal-directed therapy in the treatment of
patients with septic shock activates severe sepsis and septic shock. N Engl J
transcription factors STAT1, IRF1, and Med, 345: 1368-77.
NFkappaB and induces apoptosis in human Rosenstiel N, von Rosenstiel I, Adam D (2001).
cardiac myocytes. J Biol Chem, 280: 42619- Management of sepsis and septic shock in
26. infants and children. Paediatr Drugs, 3: 9-
Dollberg S, Kuint J, Mazkereth R, dkk. (2000). 27.
Feeding tolerance in preterm infants: Rudiger A, Singer M (2007). Mechanisms of sepsis-
randomized trial of bolus and continuous induced cardiac dysfunction. Crit Care Med,
feeding. J Am Coll Nutr, 19: 797800. 35 (6): 1599-1608.
Gomella TL (2004). Gastric aspirate (residuals). Setiati TE, Soemantri A (2009). Sepsis dan disfungsi
Dalam Cunningham MD, Eyal FG, Zenk organ multiple pada anak. Patofisiologi dan
KE, editor. Neonatology; management, Pentalaksanaan. h. 103-19, 185-7.
procedures, on call problem, diseases, and Shimada S, Kasai T, Konishi M, dkk. (1994). Effect
progres. Edisi 15. Lange medical books.h. of patent ductus arteriosus on left ventricular
237-40. output and organ blood flows in preterm
Haque K (2006). Management of bacterial infection infants with respiratory distress syndrome
in newborn. J Arab Neonatal Forum, 3: 41- treated surfactant. J Pediatr, 125: 270-7.
5. Timothy M, Hoffman, Welty SE (2008). Physiology
Hunter JD, Doddi M (2010). Sepsis and the heart. of the preterm and term infant. h. 440-44.
British Journal of Anaesthesia; 104: 311.
29
Osi, dr, Prof. Bhisma Murti, dr.,MPH,MSc,PhD., MH Sudjito, dr, SpAn, KNA
Bagian Anestesiologi & Terapi Intensif FK-UNS/RSUD Dr. Moewardi ISSN: 2301-6736
Prodi Magister Kedokteran Keluarga Paska Sarjana UNS Surakarta
PPDS Anestesiologi & Terapi Intensif FK-UNS/RSUD Dr.Moewardi
Osi, dr.1,2, Prof. Bhisma Murti, dr., MPH, MSc, PhD.3, MH Sudjito, dr, SpAn, KNA.4
1
PPDS Anestesiologi dan Terapi Intensif FK. UNS/RSUD Dr. Moewardi,
2
Mahasiswa Magister Kedokteran Keluarga Paska Sarjana UNS Surakarta
3
Staff Magister Kedokteran Keluarga Paska Sarjana UNS Surakarta
4
Staff Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif FK. UNS/RSUD Dr. Moewardi
Abstrak
Pendahuluan: Dexmedetomidine merupakan agonis reseptor 2 adrenergik yang dapat bekerja di perifer
menghasilkan analgetik dengan mengurangi sekresi norepinefrin dan menyebabkan hambatan efek reseptor 2
pada potensial aksi serabut saraf. Metode: Penelitian ini merupakan ujiklinis tahap III, double blind randomized
controlled trial. Sejumlah 22 pasien dewasa ASA I dan II yang akan menjalani bedah lengan bawah dengan
anestesi blok aksilaris. Pasien dibagi secara acak kedalam dua kelompok. Pasien kelompok B (n = 11) diberikan
30 mL bupivakain 0,25 % dan normal salin. Kelompok D (n = 11) diberikan 30 mL bupivakain 0,25 % dan
dexmedetomidine 25 g. Hasil: Mula kerja blok sensorik (p=0,765) dan motorik (p=0,748) tidak berbeda
signifikan. Namun durasi blok sensorik (p<0,001) dan motorik (p<0,001) secara signifikan berbeda antara kedua
kelompok, lebih memanjang pada kelompok D dibandingkan grup B. Efek samping dari penggunaan
dexmedetomidine adalah bradikardia. Kesimpulan: Penambahan dexmedetomidine 25 g pada 30 mL
bupivakain 0,25 % tidak mempercepat mula kerja blok motorik dan sensorik, namun memperpanjang durasi
blok motorik dan sensorik pada anestesi blok aksilaris.
Kata Kunci: Dexmedetomidine, Bupivakain, Anestesi blok aksilaris, Mula kerja blok sensorik dan motorik,
Lama kerja blok sensorik dan motorik.
Abstract
Introduction: Dexmedetomidine is alpha 2 adrenergic receptor agonist that occupied in peripher, producing
analgesia by suppresing norepinephrin secretion and blocking nerve action potensial in alpha 2 receptor.
Method: This research is phase III clinical study, double blind randomized controlled trial. 22 adult patients of
ASA I and II were scheduled for lower arm surgery with axillary block. Patients were randomized into 2 groups.
Patients in group B ( n = 11) were given 30 mL bupivacaine 0.25% and normal saline. Patients in group D (n =
11) were given 30 mL bupivacaine 0.25% and dexmedetomidine 25 g. Result: The onset of sensory (p=0.765)
and motor (p=0.748) blockade was not significantly different. But, the duration of sensory (p<0.001) and motor
(p< 0.001) blockade was significantly different between groups. The duration was longer in group D than in
group B. The side effect of dexmedetomidine administration is bradycardia. Conclusion: The addition of 25 g
dexmedetomidine into 30 mL bupivacaine 0.25% does not shorten the onset of sensory and motor blockade, but
it prolongs the duration of sensory and motor blockade in axillary block.
Keywords: Dexmedetomidine, bupivacaine, axillary block, onset of sensory and motor blockade, duration of
sensory and motor blockade.
30
Osi, dr, Prof. Bhisma Murti, dr.,MPH,MSc,PhD., MH Sudjito, dr, SpAn, KNA
Bagian Anestesiologi & Terapi Intensif FK-UNS/RSUD Dr. Moewardi ISSN: 2301-6736
Prodi Magister Kedokteran Keluarga Paska Sarjana UNS Surakarta
PPDS Anestesiologi & Terapi Intensif FK-UNS/RSUD Dr.Moewardi
31
Osi, dr, Prof. Bhisma Murti, dr.,MPH,MSc,PhD., MH Sudjito, dr, SpAn, KNA
Bagian Anestesiologi & Terapi Intensif FK-UNS/RSUD Dr. Moewardi ISSN: 2301-6736
Prodi Magister Kedokteran Keluarga Paska Sarjana UNS Surakarta
PPDS Anestesiologi & Terapi Intensif FK-UNS/RSUD Dr.Moewardi
32
Osi, dr, Prof. Bhisma Murti, dr.,MPH,MSc,PhD., MH Sudjito, dr, SpAn, KNA
Bagian Anestesiologi & Terapi Intensif FK-UNS/RSUD Dr. Moewardi ISSN: 2301-6736
Prodi Magister Kedokteran Keluarga Paska Sarjana UNS Surakarta
PPDS Anestesiologi & Terapi Intensif FK-UNS/RSUD Dr.Moewardi
kapas alkohol dan dibandingkan dengan tangan yang kelompok perlakuan 732,4 48,9 (Gandhi et al
tidak mengalami perlakuan. Mula kerja blok motorik 2012), dengan confidence interval 95% dan power
dimulai bila modified bromege skor 3. Blok sensoris 80% didapatkan jumlah masing masing pasien
dan motorik dicatat mula kerja dan lama kerjanya. dalam kedua kelompok adalah 11 pasien. Analisa
Besar sampel didapatkan dengan rumus statistik dilakukan dengan komputer, data berskala
penghitungan besar sampel untuk membandingkan numerik dianalisa normalitas distribusinya dengan
beda mean antara dua kelompok yang tidak analisa Shapiro-Wilk, untuk data parametrik
berhubungan menurut Lemeshow (Murti 2010), yang dilakukan uji independent -samples t test, data
dikonfirmasi dengan penentuan besar sampel beda nonparametrik diuji dengan uji Mann-Whitney.
mean dengan kalkulator OpenEpi. Lama kerja blok Sedangkan data berskala nominal diuji dengan Chi-
sensorik kelompok kontrol 146 36,4 dibandingkan square (Dahlan 2009).
HASIL
Tabel 1. Karakteristik sampel (data numerik)
Bupivakain Dexmedetomidine p
Variabel
(n = 11) (n = 11)
Umur (tahun)* 35,64 12,60 36,09 14,05 0,937
Berat Badan (kg)* 48,82 6,11 50,91 7,97 0,498
Lama operasi (menit)* 81,36 7,45 95,00 5,00 <0,001
Bupivakain Dexmedetomidine p
Variabel
(n = 11) (n = 11)
Jenis Kelamin (L/P) 7/4 8/3 0,088
33
Osi, dr, Prof. Bhisma Murti, dr.,MPH,MSc,PhD., MH Sudjito, dr, SpAn, KNA
Bagian Anestesiologi & Terapi Intensif FK-UNS/RSUD Dr. Moewardi ISSN: 2301-6736
Prodi Magister Kedokteran Keluarga Paska Sarjana UNS Surakarta
PPDS Anestesiologi & Terapi Intensif FK-UNS/RSUD Dr.Moewardi
Kelompok Median p
Dexmedetomidine 15,00
0,655
Bupivakain 15,00
PEMBAHASAN
34
Osi, dr, Prof. Bhisma Murti, dr.,MPH,MSc,PhD., MH Sudjito, dr, SpAn, KNA
Bagian Anestesiologi & Terapi Intensif FK-UNS/RSUD Dr. Moewardi ISSN: 2301-6736
Prodi Magister Kedokteran Keluarga Paska Sarjana UNS Surakarta
PPDS Anestesiologi & Terapi Intensif FK-UNS/RSUD Dr.Moewardi
Penelitian Esmaoglu (2010) yang meneliti Chirstopher M, Bernards, 2008. Lokal Anesthesia, A
efek penambahan 100 g dexmedetomidine terhadap practical Approach to Regional Anesthesia,
levobupivakain 0,5% pada blok pleksus brakialis Lippincott Williams & Willking, Philadelphia.
terdapat perbedaan yang secara statistik signifikan 2(4):1-23.
rata-rata mula kerja serta lama kerja blok sensorik Covino BG, Scott DB, 1997. Hand Book of Epidural
dan motorik antara kelompok levobupivakain dan Anesthesia and Analgesia. Grune & Stratton,
kelompok dexmedetomidine. Inc. New York, 58-76.
Penelitian lain mengenai efek penambahan Culebras X, 2001. Clonidine combined with a long
dexmedetomidine 1 g/kg terhadap 20 ml ropivakain acting lokal anesthetic does not prolong
0,7% untuk memblok pleksus brakialis, pendekatan postoperative analgeia after brachial plexus
supraklavikula didapatkan lama kerja blok sensorik block but does induce haemodinamic changes.
dan motorik yang memanjang (p<0,01) namun tidak Anesth Analg.Turkey 92:199 204.
mempercepat mula kerja blok sensorik dan blok deJong RH, 2008. Axillary block of the brachial
motorik (Yoo,2012). plexus. Anatomy & Physiologi. Churchill
Terdapat penelitian mengenai penambahan Livingstone, Inc. USA. 22:215-18.
dexmedetomidine 30 g terhadap bupivakain 0,25% Eriksson E, 1965. Axillary brachial plexus
untukmemblok pleksus brakialis terdapat perbedaan anaesthesia in children with Cita-nest. Acta
yang secara statistik signifikan rata-rata mula kerja Anaesthesiol Scand Suppl, philadelphia. 16:291-
serta lama kerja blok sensorik dan motorik antara 306.
kelompok dexmedetomidine dan kelompok Esmaoglu A, Yegenoglu F MD, Akin A, Turk CY,
bupivakain tetapi tidak mempercepat mula kerja blok 2010. Dexmedetomidine Added to
sensorik dan motorik (Gandhi et al, 2010). Levobupivacaine Prolongs Axillary Brachial
Pada penelitian ini tidak terdapat perbedaan Plexus Block. Int Anest Res Soc. Turkey.
yang secara statistik signifikan pada mula kerja blok 111(6):1548-51.
sensorik dan motorik antara kelompok bupivakain Gandhi R, Shah A, Patel I, 2012. Use of
dan kelompok dexmedetomidine. Tetapi terdapat Dexmedetomidine Along with Bupivacaine for
perbedaan yang secara statistik signifikan pada pada Brachial Plexus Block. Nat. J. Med.
lama kerja blok sensorik dan motorik antara India.1(2):67-9.
kelompok dexmedetomidine dan kelompok Hodgson PS, dan Liu S, 2001. Local Anesthetics. In:
bupivakain. Clinical Anesthesia. Philadelphia: Lippincott
Williams and Wilkins Co, 3(4):449-65.
KESIMPULAN Katzung BG, 2002. Local Anesthesia. Basic &
Clinical Pharmacology. Terjemahan: Sjabana D,
Penambahan dexmedetomidine pada Isbandiati E, Basori A. Jakarta: Penerbit
bupivakain dapat menjadi pilihan untuk operasi Salemba Medika, 6(8):170-8.
operasi lengan bawah karena memperpanjang lama Kaymak C, Basar H, Doganci N, Sert O, Apan A,
kerja blok motorik dan sensorik. 2008. The effects of perioperative lowmoderate
doses of dexmedetomidine infusion on
DAFTAR PUSTAKA hemodynamics and neuroendocrine parameters.
Turk. J. Med. Sci.Turkey 38(1): 6571.
Bazin JE, 1997. The addition of opioids to local Keller JF, 1992. Effect of addition of hyaluronidase
anaesthetic in brachial plexus block: the to bupivacain during axilary brachial plexus
comparative effects of morphine,buprenorphhine block. Br J Anesth. 8:68-71.
and sufentanil. Anesthesia Analg,Austria 52: Mansjoer A, Suprohaita, Wardahani WI, Setiowulan
858-62. W, 2000. Anestesi spinal. Kapita selekta
Bedder MD, 1988. Comparison of bupivacain and kedokteran. Jakarta: Penerbit Media Aesculapius
alkalinized bupivacain in brachial plexus Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
anesthesia. Anesth Analg, California 67:48-52. 6(3):261.
Bogra J, Arora N, Srivastava P, 2005. Synergistic McDonald JS, Mandalfino DA, 1995. Subarachnoid
effect of intrathecal fentanyl and bupivacain in block. In: Bonica JJ, McDonald JS. Principles
spinal anesthesia for cesarean section. BMC and Practice Analgesia and Anaesthesia.
Anesthesiology,Belgium 5:5. Baltimore: Williams & Wilkins. Philadelphia
Bone H, 1999. Enhancement of axillary brachial (2)471.
plexsus block anesthesia by coadministration of Menda F, Koner O, Sayin M, Ture H, Imer P,
neostigmine. Reg Anesth Pain Med, USA. Aykac B, 2010. Dexmedetomidine as an adjunct
24:405-10. to anesthetic induction to attenuate
Charles B, Berde, Gary R, 2010. Lokal anesthetic. hemodynamic response to endotracheal
Millers Anesthesia. Churchill Livingstone, Inc. intubation in patients undergoing fasttrack
USA. 7:913-39.
35
Osi, dr, Prof. Bhisma Murti, dr.,MPH,MSc,PhD., MH Sudjito, dr, SpAn, KNA
Bagian Anestesiologi & Terapi Intensif FK-UNS/RSUD Dr. Moewardi ISSN: 2301-6736
Prodi Magister Kedokteran Keluarga Paska Sarjana UNS Surakarta
PPDS Anestesiologi & Terapi Intensif FK-UNS/RSUD Dr.Moewardi
CABG. Annals of Cardiac Anaesthesia, Turkey Stanley F, 1997. Lokal anesthetic. Handbook Lokal
13(1): 1621. Aneathesia, Mosby. Churchill Livingstone, Inc,
Morgan GE, Mikhail MS, Murray MJ, 2006. Patient USA. 4;2-23.
monitors. Clinical Anesthesiology. Lange Stoelting RK, 2006. Local Anesthetics,
Medical Books-McGraw-Hill. USA. 4;117-54. Pharmacologi and Physiologi Anestetic
Murti B, 2010. Ukuran sampel untuk proporsi. Practice, Lippincott Raven, Philadelphia. 4;179-
Desain dan Ukuran Sampel untuk Penelitian 207 .
Kuantitatif dan Kualitatif di Bidang Kesehatan. Taufiqurohman MA, 2008. Rancangan eksperimental
Gajah Mada University Press. Yogyakarta. 2;96 klinik (uji klinik) : tahapan uji klinik, model
103. model rancangan uji klinik, keuntungan dan
Ozkose Z, Demir FS, Pampal K, Yardim S, 2006. kerugian uji klinik. Pengantar Metodologi
Hemodynamic and anesthetic advantages of Penelitian untuk Ilmu Kesehatan. LPP UNS dan
dexmedetomidine, an 2 agonists for surgery in UNS Press. Surakarta. 111-22.
prone position. Tohoku J. Exp. Med. USA 210: Veering B, 1996. Local Anesthetics, Regional
15360. Anesthesia and Analgesia. WB Saunders
Schroeder LE, Horlocker TT, Schroeder DR, 1996. Company, Philadelphia. 188-97.
The efficacy of axillary block for surgical YazbekKaram VG, Aouad MM, 2006. Perioperative
procedures about the elbow. Anesth Analg, USA uses of dexmedetomidine. MEJ. Anaesth.
83:747. Lebanon 18(6);104355.
Serlo W, Haapanemi L, 1985. Regional anesthesia in Yoo JY, Lee AR, Shin TH, Choi SJ and Choi DH,
paediatric surgery. Acta Anaesthesiology Scand, 2012. Dexmedetomidine Added to Ropivacaine
USA 29:283. Prolongs the Durations of Supraclavicular
Brachial Plexus Block.
Seoul.BJA.Abstr.125:405.
36
Fifiana Dewi Permatasari, Supriyadi Hari Respati, Makmuroch
Bagian /SMF Obgin FK-UNS/RSUD Dr. Moewardi ISSN: 2301-6736
Bagian /SMF Kedokteran Jiwa FK-UNS/RSUD Dr. Moewardi
Abstrak
Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah untuk menemukan kejadian postpartum blues yang perbedaan antara sectio
caesar dan spontan . Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross -
sectional dan lakukan di Moewardi dan RS Banjarsari Surakarta. Sampel menggunakan metode purposive sampling
dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi adalah usia 20-35 tahun prymipara yang telah melakukan
pengiriman caesar sectio atau spontan, punya bayi hidup dengan skor Apgar 7 , dan tidak memiliki pengalaman
depresi sebelumnya. Kriteria eksklusi memiliki L - MMPI skor > 10 , Obstetri komplikasi , dan bayi kembar
anomali atau congenytal. Subyek diisi -out CC pendek dan lembar concent informasi, kuesioner L - MMPI
kejujuran, depresi qustionnaire divalidasi, Kuesioner Blues derajat depresi , masing-masing. 66 primipara sampel
dan data dianalisis menggunakan (1) Chi - Square (2) SPSS 17.0 for Windows. Hasil: Dari hasil analisis data
menggunakan teknik chi square , diperoleh nilai statistik X2 6203 , p - value 0,01 , sedangkan df 1 tabel 3,8 .
Dan kemudian , H0 ditolak dan H1 diakses. Kesimpulan: Penelitian ini menemukan perbedaan yang signifikan dari
post partum blues yang kejadian antara primipara dengan pengiriman caesar spontan dan sectio. Disarankan untuk
memberikan intervensi tertentu bagi perempuan post partum, pertama, untuk primipara dengan sectio caesar.
ABSTRACT
Objectives: This research aim is to find the difference incidence of postpartum blues between sectio caesarean and
spontaneous delivery. Methods: This research was an analytical observational study using cross-sectional approach
and had done in Moewardi Hospital and Banjarsari Hospital Surakarta. Sampled using purposive sampling method
with inclusion and exclusion criteria. The inclusion criteria were 20-35 years old prymipara who has done a
spontaneous or sectio caesarean delivery, had a live baby with Apgar score 7, and had no depression experience
before. The exclusion criteria were had L-MMPI score > 10, obstetry complication, and a congenytal anomali or
twin baby. Subject filled-out a short CC and informed concent sheet, the L-MMPI questionnaire to honesty, a
validated depression qustionnaire, the Blues Questionnaire to degree of depression, respectively. 66 primipara
sampled and data were analyzed using the (1) Chi-Square (2) SPSS 17.0 for Windows. Results: From the result of
data analysis using chi square technique, it is obtained the value of X2 statistic of 6,203, p-value 0,01, while df 1
table of 3,8. And then, H0 denied and H1 accessed. Conclusion: This study found a significant difference of post
partum blues incident between primipara with spontaneous and sectio caesarean delivery. It is recommended to give
a certain intervention for post partum women, firstly, for primipara with sectio caesarean delivery.
36
Fifiana Dewi Permatasari, Supriyadi Hari Respati, Makmuroch
Bagian /SMF Obgin FK-UNS/RSUD Dr. Moewardi ISSN: 2301-6736
Bagian /SMF Kedokteran Jiwa FK-UNS/RSUD Dr. Moewardi
37
Fifiana Dewi Permatasari, Supriyadi Hari Respati, Makmuroch
Bagian /SMF Obgin FK-UNS/RSUD Dr. Moewardi ISSN: 2301-6736
Bagian /SMF Kedokteran Jiwa FK-UNS/RSUD Dr. Moewardi
Dari tabel 2 diketahui jumlah responden yang %. Responden yang mempunyai penghasilan Rp
mempunyai penghasilan < Rp 1.000.000 pada 1.000.000 pada persalinan seksio sesaria sebanyak
persalinan seksio sesaria sebanyak 27,27 % 72,73 % sedangkan pada persalinan spontan
sedangkan pada persalinan spontan sebanyak 78,79 sebanyak 21,21
Dari tabel 3 diketahui jumlah responden dengan Untuk mengetahui perbedaan kejadian
persalinan spontan sebanyak 33 orang (50,00 %) dan postpartum blues pada persalinan seksio sesario dan
responden dengan persalinan seksio sesaria sebanyak persalinan spontan uji statistik Chi Kuadrat.
33 orang (50,00 %). Dari penelitian diperoleh hasil pada tabulasi
silang responden dengan persalinan seksio sesaria
Tabel 3 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Persalinan. yang tidak mengalami postpartum blues sebanyak
14 orang (21,2%) dan ada (mengalami) postpartum
Persalinan Jumlah Prosentase
blues sebanyak 19 orang (28,8%). Sedangkan
Spontan 33 50,00 % responden dengan persalinan spontan yang tidak
Seksio sesario 33 50,00 %
mengalami postpartum blues sebanyak 24 orang
Jumlah 66 100,00 % (36,40%) dan ada (mengalami) postpartum blues
sebanyak 9 orang (13,6%). Dari hasil perhitungan
Dari tabel 4 diketahui jumlah responden yang dengan SPSS diperoleh nilai hitung sebesar
ada (mengalami) postpartum blues sebanyak 28 6,203 dengan p-value sebesar 0,01, dengan df 1
orang (42,40 %) dan responden tidak postpartum tabel sebesar 3,8. Oleh karena hitung (6,203) >
blues sebanyak 38 orang (57,60 %). tabel (3,8) atau p value (0.01) < 0,05 () maka Ho
ditolak, sehingga dapat dinyatakan ada perbedaan
Tabel 4 Distribusi Responden Berdasarkan Postpartum Blues.
yang bermakna kejadian postpartum blues pada
Postpartum Blues Jumlah Prosentase persalinan seksio sesaria dan persalinan spontan.
Ada 28 42,40 % Risiko prevalensi pada persalinan seksio sesaria
Tidak 38 57,60 % sebesar 2,11 yang berarti risiko postpartum blues dua
kali lebih besar pada persalinan seksio sesaria.
Jumlah 66 100,00 %
ketidaknyamanan, tidak percaya diri, tidak merasa
tenang). Dimana masing-masing kelas jumlah dan
gejalanya tidak sama.
Tabel 5. Tabulasi Silang Hasil Penelitian Seorang perempuan dikatakan mengalami
Tidak Postpartum Total postpartum blues jika terdapat 12 gejala dari 28
Postpartum Blues gejala yang ada. Dari table IV. 5 tabulasi silang hasil
Blues penelitian sebagian besar kejadian postpartum blues
Persalinan Count 14 (21.2 %) 19(28.8 %) 33(50.0 dialami perempuan pasca persalinan seksio sesaria
SC (% of %)
Total)
sebesar 28,80% sedangka persalinan spontan sebesar
Persalinan Count 24 (36.4 %) 9(13.6 %) 33(50.0 13,60%. Perempuan yang menjalani persalinan secara
Spontan (% of %) seksio sesaria lebih berisiko mengalami postpartum
Total) blues setelah melahirkan di awal masa postpartum
Total Count 38 (57.6 %) 28(41.4 %) 66(100
dibandingkan perempuan yang menjalani persalinan
(% of %)
Total) spontan (Iles,1989). Hal tersebut dimungkinkan
karena stress akibat pembedahan yang dilakukan,
PEMBAHASAN yang mengakibatkan perubahan fisik, system
endokrin, dan psikologis sehingga berakibat
Postpartum blues terdiri dari 28 gejala yang berkembangnya postpartum blues yang lebih nyata
dibagi menjadi 7 kelas antara lain Primary blue ( terlihat (Stig, 2001).
meneteskan air mata, semangat yang berkurang, Dukungan sosial sangat diperlukan pada
mudah lupa, cemas, emosi yang berlebihan semangat perempuan pasca melahirkan untuk mengurangi
yang berubah-ubah, kelelahan), Reservasi ( kesulitan stress dan memberikan keamanan, kontak social,
menunjukkan perasaan, ingin sendiri, hampa), penerimaan, rasa memiliki serta kasih sayang.
Hipersensitifitas ( mudah gugup, terlalu sensitive, (Rutgers, 2003). Dukungan dari suami, orang tua,
emosi naik turun, gelisah), Depresi (membayangkan saudara, keluarga besar, serta teman sangat penting
sesuatu, menyesal pada diri sendiri, merasa sangat dalam masa penyesuaian diri seorang perempuan
sedih, cepat marah, menangis terus-menerus), menjadi seorang ibu. Dukungan sosial yang diberikan
Kemurungan ( tidak merasa bahagia, tidak tenaga kesehatan dan seorang yang ,membantu proses
mempunyai harapan, tidak merasa gembira), persalinan akan sangan berpengaruh terhadap
Retardasi ( penurunan konsentrasi, penurunan keadaan psikologis perempuan pasca melahirkan
keceriaan, waspada), dan Kepercayaan diri ( (Hopkins,2008).
38
Fifiana Dewi Permatasari, Supriyadi Hari Respati, Makmuroch
Bagian /SMF Obgin FK-UNS/RSUD Dr. Moewardi ISSN: 2301-6736
Bagian /SMF Kedokteran Jiwa FK-UNS/RSUD Dr. Moewardi
KESIMPULAN
39
Fifiana Dewi Permatasari, Supriyadi Hari Respati, Makmuroch
Bagian /SMF Obgin FK-UNS/RSUD Dr. Moewardi ISSN: 2301-6736
Bagian /SMF Kedokteran Jiwa FK-UNS/RSUD Dr. Moewardi
40
Soetrisno
Department of Obstetrics and Gynecology Dr. Moewardi General Hospital ISSN: 2301-6736
Medical Faculty Sebelas Maret University Surakarta
ABORTUS PRANIKAH
PREMARITAL ABORTION
Soetrisno
Department of Obstetrics and Gynecology , Dr. Moewardi General Hospital / Medical Faculty Sebelas Maret University Surakarta.
E-mail : soetrisno_spogk@yahoo.com
RINGKASAN
Pendahuluan: Setiap tahun di dunia, berjuta-juta wanita mengalami kehamilan yang tidak direncanakan, khususnya
wanita yang hamil premarital, dan sebagian besar dari wanita tersebut memilih untuk mengakhiri kehamilannya
(aborsi) sebelum beranjak menjadi kehamilan cukup bulan. Pembahasan: Di banyak negara secara umum aborsi
tidak dapat diterima. Di negara-negara terutama negara berkembang khususnya Indonesia, terdapat stigma dan
pembatasan yang ketat terhadap aborsi, sehingga wanita sering kali memilih mencari bantuan untuk aborsi melalui
tenaga-tenaga non-profesional, menggunakan cara-cara tidak aman antara lain meminum ramuan-ramuan yang
berbahaya, melakukan pemijatan kandungan, memakai peralatan yang tidak steril dan lain sebagainya. Hal ini sangat
membahayakan karena akan berdampak timbulnya komplikasi yang dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas.
Diperkirakan bahwa setengah dari kematian maternal di Indonesia berhubungan dengan hasil komplikasi dari aborsi
yang tidak aman. Ringkasan: Studi terbaru memperkirakan sekitar dua juta kasus aborsi per tahun di Indonesia,
sekitar tiga puluh persennya adalah oleh remaja dengan cara tidak aman.
Kata Kunci: Kehamilan premarital, Aborsi, Tenaga tidak profesional, Komplikasi, morbiditas dan Mortalitas
SUMMARY
Introduction: Every year in the world, millions of women experiencing an unplanned pregnancy, especially
premarital pregnant women, and most of these women chose to terminate her pregnancy (abortion) before moving to
pregnancies. Discussion: In many countries abortion is generally not acceptable. In these countries, especially
developing countries, especially Indonesia, there is a stigma and strict restrictions on abortion, so women often
choose to seek help for an abortion by coming to non-professional, using methods such as unsafe drinking harmful
ingredients, to massage the content, use of unsterilized equipment and so forth. This is very dangerous because it
will affect the onset of complications that can increase morbidity and mortality. It is estimated that half of maternal
deaths in Indonesia related to the complications of unsafe abortion. Summary: Recent studies have estimated that
about two million abortions per year in Indonesia, about thirty percent are by young people is unsafe manner.
Keyword: Premarital pregnancy, Abortion, Power unprofessional, Complications, Morbidity and mortality
40
Soetrisno
Department of Obstetrics and Gynecology Dr. Moewardi General Hospital ISSN: 2301-6736
Medical Faculty Sebelas Maret University Surakarta
40
Soetrisno
Department of Obstetrics and Gynecology Dr. Moewardi General Hospital ISSN: 2301-6736
Medical Faculty Sebelas Maret University Surakarta
penguguran kandungan (uterotonika); 13% (PAS) atau sering juga disebut Post Traumatic Stress
memasukan benda asing ke dalam vagina atau rahim Syndrome. Gejala yang sering muncul adalah depresi,
dan sisanya melakukan aborsi dengan cara lainnya. kehilangan kepercayaan diri, merusak diri sendiri,
Di Indonesia estimasi terbaru untuk kematian yang mengalami gangguan fungsi seksual, bermasalah
berkaitan dengan aborsi tidak tersedia. Badan dalam berhubungan dengan kawan, perubahan
Kesehatan Dunia (WHO) mengestimasikan bahwa kepribadian yang mencolok, serangan kecemasan,
aborsi yang tidak aman bertanggung jawab terhadap perasaan bersalah dan penyesalan yang teramat
14% dari kematian ibu, tetapi untuk negara-negara di dalam. Mereka juga sering menangis berkepanjangan,
Asia Tenggara dengan hukum aborsi yang sangat sulit tidur, sering bermimpi buruk, sulit konsentrasi,
ketat, maka angka kematian ibu karena aborsi selalu teringat masa lalu, kehilangan ketertarikan
meningkat menjadi 16% (termasuk Indonesia) untuk beraktivitas, dan sulit merasa dekat dengan
(WHO, 2007). Diduga bahwa terjadinya komplikasi- anak-anak yang lahir kemudian.
komplikasi dari aborsi yang tidak aman adalah Para pengambil kebijakan harus mengambil
meningkatkan kemungkinan terjadinya kematian. langkah untuk mengakhiri aborsi yang tidak aman.
Dalam hal ini jumlah untuk Indonesia tidak tersedia, Hal ini bertujuan untuk membantu Pemerintah
tetapi untuk Asia Tenggara diestimasikan bahwa 3 Indonesia memenuhi tujuan Millenium Development
(tiga) dari setiap 1.000 wanita yang berusia 15-44 Goal (MDG) untuk dapat menurunkan rasio kematian
tahun dirawat di rumah sakit karena komplikasi yang maternal sampai tiga perempat antara tahun 1990 dan
berhubungan dengan aborsi khususnya aborsi yang 2015, yaitu : 1. Menghindari terjadinya kehamilan
tidak aman (Singh, 2006). Angka komplikasi yang yang tidak diinginkan terutama pada remaja
sebenarnya tidak diketahui karena wanita yang premarital adalah langkah pertama yang perlu diambil
mengalami komplikasi tetapi tidak berobat ke rumah untuk dapat menurunkan angka aborsi yang tidak
sakit, dipercaya lebih tinggi dari angka perawatan di aman. Hal ini dapat dicapai dengan meningkatkan
rumah sakit. Komplikasi aborsi yang paling sering konseling khususnya tentang risiko aborsi yang tidak
terjadi adalah pendarahan yang berat, infeksi dan aman; 2. Tersedianya sarana, prasarana, informasi dan
keracunan dari bahan yang digunakan untuk pendidikan kesehatan reproduksi dan seksualitas
penguguran kandungan, banyak wanita juga untuk para remaja, dapat membantu memberi
mengalami kerusakan pada alat kemaluannya, rahim, pengertian pada mereka tentang risiko yang berkaitan
dan perforasi rahim (Grimes, 2006). Karena dengan hubungan seksual yang tidak aman, dapat
kebanyakan aborsi di Indonesia dilakukan oleh mengurangi terjadinya aborsi. Diberikannya
tenaga yang tidak profesional, banyak juga (yang pendidikan seksual adalah sesuatu yang masih
jumlahnya tidak diketahui) yang mengupayakan kontroversial, tetapi perlu dicatat bahwa sudah ada
penguguran kandungan sendiri, sehingga banyak program-program pendidikan yang dilakukan melalui
timbul komplikasi dengan resiko meningkatnya bidan di daerah pedesaan dan juga melalui sekolah
morbiditas dan mortalitas. Di Indonesia, wanita lebih dan organisasi Islam; 3. Wanita yang memerlukan
memilih dilakukan oleh tenaga yang tidak terlatih aborsi karena kehamilannya membahayakan jiwanya
dengan biaya yang murah dan terjangkau serta bisa (abortus therapueaticus/atas indikasi medis) dan hal
dirahasiakan. Wanita yang berasal dari golongan ini sejalan dengan hukum yang berlaku di Indonesia
ekonomi rendah mempunyai kemungkinan yang lebih seharusnya dapat mendapatkan prosedur aborsi yang
besar untuk melaksanakan tindakan aborsi oleh aman. Badan Kesehatan Dunia merekomendasikan
tenaga tidak profesional sehingga lebih sering terjadi tersedianya aborsi yang aman yang terjamin
penderitaan yang cukup berat karena terjadinya ketersediannya dan diperbolehkan oleh hukum yang
komplikasi-komplikasi yang disebabkan oleh aborsi berlaku, dalam hal ini termasuk untuk melakukan
tidak aman. Menurut Edmosond (dalam training bagi pemberi layanan tentang praktek aborsi
http://eone87.wordpress.com), pasca aborsi sering yang aman dan aborsi yang dilakukan dalam keadaan
timbul kondisi psikologis yang tidak wajar, steril, menjamin tersedianya alat-alat dan bahan-
diantaranya adalah munculnya penyangkalan, wanita bahan yang dibutuhkan, dan mempromosikan
tak mau memikirkan atau membicarakan hal itu lagi, digunakannya metodemetode yang aman untuk aborsi
menjadikan rahasia pribadi, menjadi tertutup, takut pada trimester pertama (WHO, 2003); 4. Perawatan
didekati, munculnya perasan tertekan. Hal ini akan pasca aborsi terutama yang dilakukan oleh tenaga
menambah resiko negatif wanita yang mengalami yang tidak profesional seharusnya dapat dengan
aborsi tidak aman. Menurut Harja (2005, dalam mudah tersedia, sehingga wanita yang mengalami
http://eone87.wordpress.com) wanita yang komplikasi karena aborsi yang tidak aman dapat
melakukan aborsi diam-diam, setelah proses aborsi mendapatkan perawatan yang adekuat. Jenis
biasanya akan mengalami Post Abortion Syndrome perawatan tersebut seharusnya komprehensif dan
41
Soetrisno
Department of Obstetrics and Gynecology Dr. Moewardi General Hospital ISSN: 2301-6736
Medical Faculty Sebelas Maret University Surakarta
termasuk konseling. Untuk menjamin agar setiap bahwa hukuman bagi orang-orang yang membunuh
tempat pelayanan kesehatan yang melayani perawatan sesama manusia adalah sangat mengerikan, yaitu : 1.
pasca aborsi memakai teknik yang aman, maka Manusia, berapapun kecilnya adalah ciptaan Allah
disarankan bantuan teknis dan penambahan alat yang yang mulia. Agama Islam sangat menjunjung tinggi
dibutuhkan untuk dapat melakukan teknik merawat kesucian kehidupan. Allah berfirman: Dan
aborsi (Departement Kesehatan Masyarakat UI, sesungguhnya Kami telah memuliakan umat
2008). Berdasarkan suatu hasil penelitian (dalam manusia.(QS 17:70) Membunuh satu nyawa sama
http://eone87.wordpress.com), disarankan bahwa: 1. artinya dengan membunuh semua orang.
Untuk wanita premarital diharapkan agar dapat Menyelamatkan satu nyawa sama artinya dengan
berhati-hati dan waspada, lebih meningkatkan menyelamatkan semua orang; 2. Firman Allah dalam
keimanan dan ketaqwaan dengan cara sholat 5 waktu (QS 5:32) : Barang siapa yang membunuh seorang
dengan teratur, mengaji setelah sholat magrib dan manusia, bukan karena sebab-sebab yang mewajibkan
menghadiri pengajian secara rutin sehingga mampu hukum qishash, atau bukan karena kerusuhan di muka
mengendalikan diri untuk tidak berperilaku free seks bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh
yang akan mengakibatkan kehamilan dan aborsi manusia seluruhnya. Dan barang siapa yang
pranikah. Memperluas khasanah pengetahuan memelihara keselamatan nyawa seorang manusia,
mengenai seksualitas dan aborsi dari berbagai maka seolah-olah dia telah memelihara keselamatan
informasi yang jelas sumbernya serta memberanikan nyawa manusia semuanya; 3. Firman Allah dalam
diri untuk memulai komunikasi dengan orang tua (QS 17:31): Dan janganlah kamu membunuh anak-
secara terbuka; 2. Bagi Orang Tua wanita premarital anakmu karena takut miskin. Kami-lah yang memberi
diharapkan orang tua dapat menanamkan pendidikan rezeki kepada mereka dan kepadamu juga.
moral dan agama sejak dini serta memberikan kontrol Sesungguhnya membunuh mereka adalah dosa yang
pengawasan terhadap anaknya. Meningkatkan besar. ; 4. Al-Quran Surat 5:36 menyatakan bahwa:
komunikasi yang efektif dengan anak sehingga orang Adapun hukuman terhadap orang-orang yang
tua berkesempatan untuk membina dan berbuat keonaran terhadap Allah dan RasulNya dan
mengembangkan kepribadian dan akhlak anak. Lebih membuat bencana kerusuhan di muka bumi ialah:
aktif dan tidak perlu menunggu reaksi anak, bersikap dihukum mati, atau disalib, atau dipotong tangan dan
demokratis sehingga anak dapat bertukar pikiran dan kakinya secara bersilang, atau diasingkan dari
terbuka. Selalu meluangkan waktu guna menjalin masyarakatnya. Hukuman yang demikian itu sebagai
komunikasi yang sehat, memberikan pengawasan, suatu penghinaan untuk mereka di dunia dan di
pendidikan dan kasih sayang; 3. Bagi masyarakat di akhirat mereka mendapat siksaan yang pedih. Dalam
lingkungan wanita premarital diharapkan agar dapat hal ini yang melakukan aborsi artinya membunuh,
meningkatkan kontrol sosial yang tinggi terhadap yang berarti melawan kehendak Allah SWT; 5. Sejak
perilaku remaja dan mahasiswa yang rentan dengan kita masih berupa janin, Allah sudah mengenal kita.
pelanggaran norma sosial dan norma agama, Al-Quran QS: 53:32 menyatakan bahwa :Dia lebih
khususnya hamil/aborsi pranikah sehingga para mengetahui keadaanmu, sejak mulai diciptakaNya
remaja dan mahasiswa tidak terjerumus dalam unsur tanah dan sejak kamu masih dalam kandungan
tindakan aborsi yang melanggar norma hukum dan ibumu. Jadi, setiap janin telah dikenal Allah, dan
norma agama; 4. Bagi Pemerintah dan LSM janin yang dikenal Allah itulah yang dibunuh dalam
diharapkan agar memberikan kesempatan kepada proses aborsi; 6. Tidak ada kehamilan yang
mereka untuk melanjutkan pendidikan, pemulihan merupakan kecelakaan atau kebetulan. Setiap janin
rasa percaya diri dan pelayanan konseling bagi para yang terbentuk adalah merupakan rencana Allah. Al-
remaja dan mahasiswa. Quran QS 22:5: Selanjutnya Kami dudukan janin itu
Umat Islam percaya bahwa Al-Quran adalah dalam rahim menurut kehendak Kami selama umur
Undang-Undang paling utama bagi kehidupan kandungan. Kemudian kami keluarkan kamu dari
manusia. Allah berfirman: Kami menurunkan Al- rahim ibumu sebagai bayi. Dalam ayat ini malah
Quran kepadamu untuk menjelaskan segala sesuatu. ditekankan akan pentingnya janin dibiarkan hidup
(QS 16:89) Jadi, jelaslah bahwa ayat-ayat yang selama umur kandungan. Tidak ada ayat yang
terkandung didalam Al-Quran mengajarkan semua mengatakan untuk mengeluarkan janin sebelum umur
umat tentang hukum yang mengendalikan perbuatan kandungan apalagi membunuh janin secara paksa; 7.
manusia. Tidak ada satupun ayat didalam Al-Quran Nabi Muhammad SAW tidak pernah menganjurkan
yang menyatakan bahwa aborsi boleh dilakukan oleh aborsi. Bahkan dalam kasus hamil diluar nikah
umat Islam. Sebaliknya, banyak sekali ayat-ayat yang sekalipun, Nabi sangat menjunjung tinggi kehidupan.
menyatakan bahwa janin dalam kandungan sangat Hamil diluar nikah berarti hasil perbuatan zinah.
mulia. Banyak ayat-ayat Al-Quran yang menyatakan Hukum Islam sangat tegas terhadap para pelaku
42
Soetrisno
Department of Obstetrics and Gynecology Dr. Moewardi General Hospital ISSN: 2301-6736
Medical Faculty Sebelas Maret University Surakarta
zinah. Akan tetapi Nabi Muhammad SAW, seperti kejahatan, yang dikenal dengan istilah Aborsi
dikisahkan dalam Kitab Al-Hudud (Abu Dawud dan Provocatus Criminalis. Yang menerima hukuman
Imam At-Tarmizi), tidak memerintahkan seorang adalah : 1. Ibu yang melakukan aborsi; 2. Dokter,
wanita yang hamil diluar nikah untuk menggugurkan bidan, dukun atau tenaga lagin yang melakukan
kandungannya: Datanglah kepadanya (Nabi yang aborsi; 3. Orang-orang yang mendukung
suci) seorang wanita dari Ghamid dan terlaksananya aborsi. Beberapa pasal dalam KUHP
berkata,Utusan Allah, aku telah berzina, sucikanlah yang terkait adalah : 1. Pasal 229, a. Barang siapa
aku.. Dia (Nabi yang suci) menampiknya. Esok dengan sengaja mengobati seorang wanita atau
harinya dia berkata,Utusan Allah, mengapa engkau menyuruhnya supaya diobati, dengan diberitahukan
menampikku? Mungkin engkau menampikku seperti atau ditimbulkan harapan, bahwa karena pengobatan
engkau menampik Mais. Demi Allah, aku telah itu, hamilnya dapat digugurkan , diancam dengan
hamil. Nabi berkata,Baiklah jika kamu bersikeras, pidana penjara paling banyak 4 tahun atau denda
maka pergilah sampai anak itu lahir. Ketika wanita paling banyak tiga ribu rupiah; b. Jika yang bersalah
itu melahirkan datang bersama anaknya (terbungkus) membuat demikian untuk mencari keuntungan, atau
kain buruk dan berkata,Inilah anak yang kulahirkan. menjadikan perbuatan tersebut sebagai pencarian atau
Jadi, hadis ini menceritakan bahwa walaupun kebiasaan, atau jika dia seorang tabib, bidan, atau juru
kehamilan itu terjadi karena zina (diluar nikah) tetap obat, pidananya dapat ditambah sepertiga; 3. Jika
janin itu harus dipertahankan sampai waktunya tiba. yang bersalah melakukan hal tersebut, dalam
Bukan dibunuh secara keji. menjalani pencarian maka dapat dicabut haknya untuk
Mengenai aspek hokum dan medikolegal melakukan pencarian itu. 2. Pasal 341, Seorang ibu
abortus povocatus crimibalis akan kami bahas berikut karena takut akan ketahuan melahirkan anak, pada
ini. Aborsi telah dilakukan oleh manusia selama saat anak dilahirkan atau tidak lama kemudian,
berabad-abad, tetapi selama itu belum ada undang- dengan sengaja merampas nyawa anaknya, diancam,
undang yang mengatur mengenai tindakan aborsi. karena membunuh anak sendiri, dengan pidana paling
Peraturan mengenai hal ini pertama kali dikeluarkan lama 7 tahun. 3. Pasal 342, Seorang ibu, untuk
pada tahun 4 M di mana telah ada larangan untuk melaksanakan niat yang ditentukan karena takut akan
melakukan aborsi. Sejak itu maka undang-undang ketahuan bahwa melahirkan anak. pada saat anak
mengenai aborsi terus mengalami perbaikan, apalagi dilahirkan atau tidak lama kemudian, sengaja
dalam tahun-tahun terakhir ini di mana mulai timbul merampas nyawa anaknya, diancam, karena
suatu revolusi dalam sikap masyarakat dan melakukan pembunuhan anak sendiri dengan pidana
pemerintah di berbagai negara di dunia terhadap penjara paling lama sembilan tahun. 4. Pasal 343,
tindakan aborsi. Hukum aborsi di berbagai negara Kejahatan yang diterangkan dalam pasal 341 dan342
dapat digolongkan dalam beberapa kategori sebagai dipandang, bagi orang lain yang turut serta
berikut: 1. Hukum yang tanpa pengecualian melarang melakukan, sebagai pembunuhan atau pembunuhan
aborsi, seperti di Belanda; 2. Hukum yang dengan rencana. 5. Pasal 346, Seorang wanita yang
memperbolehkan aborsi demi keselamatan kehidupan dengan sengaja menggugurkan atau mematikan
penderita (ibu), seperti di Perancis dan Pakistan; 3. kandungannya atau menyuruh orang lain untuk itu,
Hukum yang memperbolehkan aborsi atas indikasi diancam dengan pidana penjara paling lama empat
medik, seperti di Kanada, Muangthai dan Swiss; 4. tahun. 6. Pasal 347, a. Barang siapa menggugurkan
Hukum yang memperbolehkan aborsi atas indikasi atau mematikan kandungan seorang wanita tanpa
sosio-medik, seperti di Eslandia, Swedia, Inggris, persetujuannya, diancam dengan pidana penjara
Scandinavia, dan India; 5. Hukum yang paling lama dua belas tahun. B. Jika perbuatan itu
memperbolehkan aborsi atas indikasi sosial, seperti di mengakibatkan matinya wanita tersebut, dikenakan
Jepang, Polandia, dan Yugoslavia; 6. Hukum yang pidana penjara paling lama lima belas tahun. 7. Pasal
memperbolehkan aborsi atas permintaan tanpa 348, a. Barang siapa menggugurkan atau mematikan
memperhatikan indikasi-indikasi lainnya (Abortion on kandungan seorang wanita dengan persetujuannya,
request atau Abortion on demand), seperti di diancam dengan pidana penjara paling lama lima
Bulgaria, Hongaria, USSR, Singapura; 7. Hukum tahun enam bulan; b. Jika perbuatan itu
yang memperbolehkan aborsi atas indikasi eugenistis mengakibatkan matinya wanita tersebut, dikenakan
(aborsi boleh dilakukan bila fetus yang akan lahir pidana penjara paling lama tujuh tahun. 8. Pasal 349,
menderita cacat yang serius/major) misalnya di India; Jika seorang tabib, bidan, atau juru obat membantu
8. Hukum yang memperbolehkan aborsi atas indikasi melakukan kejahatan yang tersebut pasal 346,
humanitarian (misalnya bila hamil akibat perkosaan) ataupun melakukan ataupun membantu melakukan
seperti di Jepang; 9. Menurut hukum yang berlaku di salah satu kejahatan yang diterangkan dalam pasal
Indonesia, aborsi atatu pengguguran janin termasuk 347 dan 348, maka pidana yang ditentukan dalam
43
Soetrisno
Department of Obstetrics and Gynecology Dr. Moewardi General Hospital ISSN: 2301-6736
Medical Faculty Sebelas Maret University Surakarta
pasal itu dapat ditambah dengan spertiga dan dapat Guttmacher Institute. (2008). Aborsi di Indonesia:
dicabut hak untuk menjalankan pencarian dalam mana Seri 2008, No 2.
kejahatan dilakukan. Rahayu NT (2010). Perilaku aborsi pada remaja
pranikah. Makalah. Universitas Sebelas
RINGKASAN Maret. Diambil dari
http://fisip.uns.ac.id/blog/rahayu/2011/01/0
Abortus Pranikah sebaiknya dicegah karena 7/perilaku-aborsi-pada-remaja-pranikah/
tidak sesuai dengan Budaya, Etika, Agama dan diakses tanggal 13 Agustus 2012.
Hukum di Indonesia. Sedgh G dkk. ( 2007). Aborsi induksi: estimasi rates
dan kecendurungannya untuk seluruh
DAFTAR PUSTAKA dunia (Induced abortion: estimated rates
and trends world wide), Lancet,
Badan Kesehatan Dunia (WHO) (2003). Aborsi yang 370(9595):1338-1345.
aman: Tutunan Teknis dan Kebijakan Singh S. (2006). Perawatan di rumah sakit karena
untuk Sistem Kesehatan (Safe Abortion: aborsi yang tidak aman: estimasi dari 13
Technical and Policy Guidance for Health negara berkembang (Hospital admissions
Systems), Geneva: WHO. resulting from unsafe abortion: estimate
Badan Pusat Statistik (BPS) dan ORC Macro. (2003). from 13 developing countries), Lancet,
Survei Demographi dan Kesehatan 368(9550):1887-1892.
Indonesia 2002-2003 (Indonesia Sucahya PK. (2005). Biaya pelayanan penghentian
Demographic and Health Survey 2002- kehamilan menurut perspektif klien dan
2003), Calverton, MD.USA: BPS dan institusi penyedia pelayanan penghentian
ORC Macro. kehamilan, dalam: Yayasan Mitra Inti,
Badan Kesehatan Dunia (WHO). (2004). Aborsi yang Temuan Terkini Upaya Penatalaksaan
Tidak Aman: Estimasi Global dan Kehamilan tak Direncanakan: Hasil dari
Regional Insiden dari Aborsi yang Tidak Seminar Sehari, Jakarta, Indonesia:
Aman dan Kematian yang Berhubungan Yayasan Mitra Inti, pp.65-84.
pada Tahun 2000 (Unsafe Abortion: United Nations Department of Economic and Social
Global and Regional Estimates of Affairs. (2007). Population Division,
Incidence of Unsafe Abortion and Prospek Kependudukan Dunia: Revisi
Associated Mortality in 2000), edisi 2006 (World Population Prospects: the
keempat, Geneva: WHO. 2006 Revision), New York: United
Badan Kesehatan Dunia (WHO). (2007). Aborsi Nations.
Tidak Aman: Estimasi Global dan Utomo B dkk. (2001). Insiden dan Aspek Sosial-
Regional dari Insiden Aborsi Tidak Aman Psikologis dari Aborsi di Indonesia: Survei
dan Kematian yang Berkaitan pada tahun Komunitas di 10 Kota dan 6 Kabupaten,
2003. (Unsafe Abortion: Global and Tahun 2000 (Insidence and Social-
Regional Estimates of the Incidence of Psychological Aspects of Abortion in
Unsafe Abortion and Associated Mortality Indonesia: A Community-Base Survey in
in 2003), edisi kelima, Geneva:WHO. 10 Major Cities and 6 Districts, Year
Departmen Kesehatan Masyarakat, Universitas 2000), Jakarta Indonesia: Pusat Penelitian
Indonesia. (2008). Laporan Hasil Kesehataan, Universitas Indonesia.
Penelitian: Assessmen Perawatan Pasca (http://www.jevuska.com/2010/07/09/aborsi-
Aborsi (Study Report: Post Abortion Care pengertian-jenis-dan-tinjauan-hukum).
Assessment), Jakarta, Indonesia: Diakses 13 Agustus 2012.
Universitas Indonesia. (http://eone87.wordpress.com/2010/04/05/dinamika-
Grimes DA dkk. (2006). Aborsi yang tidak aman: psikologis-perempuan-yang-melakukan-
pandemik yang dapat dihindari (Unsafe aborsi/). Diakses 13 Agustus 2012.
abortion: the preventable pandemic),
Lancet, 368(9550):1908-1919.
44
JURNAL MEDIKA MOEWARDI
VOL.2, NO.1, Juni 2013 ISSN: 2301-6736
Kriteria Naskah
1. Naskah Asli merupakan hasil penelitian original dalam ilmu kedokteran maupun ilmu
kesehatan lain pada umumnya. Format naskah meliputi : Pendahuluan yang berisi latar
belakang masalah dan tujuan penelitian. Bahan dan cara : berisis disan penelitisan, tempat
dan waktu, populasi dan sampel, pengukuran dan analisis data. Hasil : dapat dikemukakan
dalam bentuk tabel, grafik maupun tekstural. Diskusi berisi tentang pembahasan
mengenai hasil penelitian yang ditemukan. Kesimpulan : berisi pendapat penulis
berdasarkan hasil penelitian, ditulis secara lugas dan relevan dengan hasil penelitian.
2. Tinjauan Pustaka merupakan naskah review dari jurnal maupun buku teks mengenai
berbagai hal mutahir dalam ilmu kesehatan atau ilmu kedokteran.
3. Laporan Kasus: berisi paparan kasus yang ditemukan di klinik atau di lapangan yang
merupakan kasus yang jarang atau menarik. Format penulisan Laporan Kasus meliputi :
Pendahuluan, Laporan Kasus dan Diskusi.