Anda di halaman 1dari 74

KARYA ILMIAH

PENGUKURAN AKTIVITAS PENYAKIT OSTEOARTHRITIS DENGAN


KUESIONER RAPID ASSESSMENT OF DISEASE ACTIVITY IN
RHEUMATOLOGY (RADAR) PADA PENDERITA OSTEOARTHRITIS LUTUT
DI POLI PENYAKIT DALAM RSUD DR. SOETOMO

Penulis
Alan Christy Soewargo
011011136

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA

2014KARYA TULIS ILMIAH


PENGUKURAN AKTIVITAS PENYAKIT OSTEOARTHRITIS DENGAN KUESIONER
RAPID ASSESSMENT OF DISEASE ACTIVITY IN RHEUMATOLOGY (RADAR) PADA
PENDERITA OSTEOARTHRITIS LUTUT DI POLI PENYAKIT DALAM RSUD DR.
SOETOMO

Penulis
Alan Christy Soewargo
011011136

Pembimbing : 1. Dr. H. Joewono Soeroso, dr., M.Sc., Sp.PD-KR


2. Budiono, dr., M.Kes

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA

3
2014

4
PENGUKURAN AKTIVITAS PENYAKIT OSTEOARTHRITIS DENGAN KUESIONER
RAPID ASSESSMENT OF DISEASE ACTIVITY IN RHEUMATOLOGY (RADAR) PADA
PENDERITA OSTEOARTHRITIS LUTUT DI POLI PENYAKIT DALAM RSUD DR.
SOETOMO

Karya Tulis Ilmiah


Untuk memenuhi persyaratan modul penelitian dalam Program Studi Pendidikan Dokter
Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga

Penulis
Alan Christy Soewargo
011011136

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
Februari 2014

5
LEMBAR PENGESAHAN

PENGUKURAN AKTIVITAS PENYAKIT OSTEOARTHRITIS DENGAN KUESIONER


RAPID ASSESSMENT OF DISEASE ACTIVITY IN RHEUMATOLOGY (RADAR) PADA
PENDERITA OSTEOARTHRITIS LUTUT DI POLI PENYAKIT DALAM RSUD DR.
SOETOMO

Telah setuju untuk diujikan

Pembimbing I

Dr. H. Joewono Soeroso, dr., M.Sc., Sp.PD-KR


NIP 19500701 197703 1 001

Pembimbing II

Budiono, dr., M.Kes


NIP 19640403 199412 1 001

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas limpahan rahmat,
berkat, dan hikmat-Nya, karya tulis berjudul PENGUKURAN AKTIVITAS
PENYAKIT OSTEOARTHRITIS DENGAN KUESIONER RAPID ASSESSMENT
OF DISEASE ACTIVITY IN RHEUMATOLOGY (RADAR) PADA PENDERITA
OSTEOARTHRITIS LUTUT DI POLI PENYAKIT DALAM RSUD DR.
SOETOMO ini dapat terselesaikan dengan baik.
Karya tulis ini disusun guna memenuhi tugas Modul Penelitian 2 untuk mahasiswa
semester 7 Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga.
Penyusunan karya tulis ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu,
penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Tuhan Yang Maha Esa, Allah Tritunggal yang telah menyertai, memimpin dan
mengarahkan, serta memberikan berkat dan hikmat-Nya kepada penulis agar
dapat diselesaikannya karya tulis yang jauh dari sempurna ini.
2. Prof. Dr. Agung Pranoto, dr., M.Kes, Sp. PD, K-EMD, FINASIM selaku
Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga atas kesempatan yang
diberikan kepada penulis untuk mengikuti program studi pendidikan dokter.

3. Prof. Dr. N. Margaritta R, dr., Sp.An-KIC selaku Koordinator Modul Integrasi


KBK Penelitian atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk
mengikuti penulisan karya tulis ilmiah ini.
4. Dr. Florentina Sustini, dr., MS selaku Penanggung Jawab Modul Penelitian
atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti penulisan
karya tulis ilmiah ini.
5. Dr. H. Joewono Soeroso, dr., M.Sc., Sp.PD-KR selaku Dosen Pembimbing
Pertama yang telah meluangkan waktu, pikiran, dan perhatian di tengah
kesibukan untuk penulisan karya tulis ilmiah ini.
6. Budiono, dr., M.Kes selaku Dosen Pembimbing Kedua yang telah
meluangkan waktu, pikiran, dan perhatian di tengah kesibukan untuk
penulisan karya tulis ilmiah ini.
7. Kepala Poliklinik RSUD Dr. Soetomo Surabaya dan staf di Poliklinik
Penyakit Dalam RSUD Dr. Soetomo Surabaya yang mendukung kelancaran
dan berlangsungnya dalam memperoleh data.
8. Ayahanda, atas nama Soeroso Soewargo, Ibunda, atas nama Liong Fie Joen,
dan kakak, atas nama Klemens atas segala dukungan baik moral maupun
materi, bimbingan, doa dan kasih sayang yang selalu diberikan sehingga
penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
9. Linawati Sutrisno, sesosok yang sangat dekat dengan penulis dan yang telah
banyak sekali memberikan dukungan baik moral maupun materi sehingga
penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
10. Semua pihak yang telah membantu kelancaran penyusunan laporan penelitian
ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Peneliti menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam karya tulis ini. Untuk itu, peneliti
senantiasa mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari para pembaca. Penulis
juga memohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam karya tulis ini. Semoga karya tulis ilmiah
ini dapat memberikan manfaat bagi kesejahteraan dan kemakmuran pasien, para peneliti
khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Februari 2014

Peneliti

10
RINGKASAN

Penelitian ini berisi tentang pengamatan terhadap aktivitas penyakit Osteoarthritis pada
penderita Osteoarthritis lutut dengan menggunakan kuesioner RADAR (Rapid Assessment of
Disease Activity in Rheumatology). Penelitian ini dilakukan di Poli Rheumatologi RSUD Dr.
Soetomo Surabaya bulan Januari 2014 Februari 2014.
Penelitian deskriptif ini mengamati hasil pengukuran aktivitas penyakit dengan
menggunakan kuesioner RADAR. Kuesioner RADAR pada umumnya digunakan untuk
Rheumatoid Arthritis namun terbuka kemungkinan untuk penilaian dalam Osteoarthritis dilihat
dari gejala penyakitnya.
Pada penderita Osteoarthritis lutut gejala-gejala yang biasa ditimbulkan adalah nyeri,
kekakuan, pembengkakan, dan penurunan fungsi sendi. Nyeri pada kuesioner RADAR diukur
dengan Visual Analog Scale (VAS) yang kemudian dikategorikan sesuai skor dengan rentang 10.
Kekakuan dan pembengkakan pada kuesioner RADAR dijadikan menjadi satu parameter dan
juga diukur dengan VAS yang kemudian dikategorikan sesuai skor dengan rentang 10. Penurunan
fungsi sendi didasarkan pada kriteria Steinbrocker yang mengklasifikasikan kelas fungsional
sendi menjadi 4 macam kelas sesuai dengan kemampuan mengerjakan aktivitas sehari-hari atau
merawat diri.
Dari observasi yang didapatkan dari data 32 pasien Osteoarthritis terbanyak pasien pada
kelompok umur 55-59 tahun, yaitu 34,78%, dan ada kecenderungan jumlah pasien meningkat
dengan bertambahnya umur. Osteoarthritis lebih banyak diderita oleh wanita. Sebanyak 71,88%
pasien OA adalah wanita, sisanya sebanyak 28,13% adalah pria. Pasien terbanyak mengaku

11
secara umum aktivitas penyakitnya luar biasa yaitu pada kelompok skor 90-100, sebanyak 28%
pasien. Sehubungan dengan kekakuan dan pembengkakan kelompok, skor terbanyak adalah 0-9
dan 50-59 yaitu masing-masing sebanyak 21,88%. Sehubungan dengan status nyeri, pasien
mengaku merasakan nyeri luar biasa yaitu pada skor 90-100 yaitu sebanyak 25%. Sehubungan
dengan lama kaku pagi hari 62,50% pasien mengaku kaku pagi hari kurang dari 30 menit.
Sehubungan dengan kelas fungsional, sebagian besar pasien berada pada kelas fungsional 2 yaitu
sebanyak 62,50%.

12

13
OSTEOARTHRITIS ACTIVITY ASSESSMENT WITH RAPID ASSESSMENT OF
DISEASE ACTIVITY IN RHEUMATOLOGY (RADAR) ON PATIENTS WITH KNEE
OSTEOARTHRITIS
Alan Christy Soewargo

ABSTRACT

BACKGROUND: Osteoarthritis (OA) is the most common arthritis and degenerative joint
disease occurred in patients. This disease is one of the 10 leading disease that causes handicap in
patients and commonly found in developing country. The most known OA is the knee OA. RADAR
is an instrument in Rheumatology commonly used to assess Rheumatoid Arthritis (RA).
Considering OA is also a joint disease with similar manifestation to RA, RADAR was used to
assess OA in this study.
OBJECTIVES: In this research we wanted to know the disease activity of patients knee OA in Out
Patient Department of Dr. Soetomo Hospital Surabaya.
METHODS: Patients were asked to join in the research and fill the questionnaire which consists
of 6 questions. The answered questionnaires was then counted to get the distribution of disease
activity from all patients.
RESULT : 32 patients were included in this study. There are 23 female and 9 male. For the
general activity of OA in the last 6 months, most patients(9 patients or 28,13%) answered
between 90-100. For stiffness and swelling, 2 score groups, 0-9 and 50-59, have the same number
of patients, which are 7 patients or 21,88%. For pain status, most patients (8 or 25,00%)
answered between 90-100. For the length of morning stiffness, most patients (20 patients or
62,50%) answered less than 30 minutes. For joint functional class, most patients (20 patients or
62,50%) answered second functional class.
CONCLUSION : Most of Knee OA Patients are female. Most of the patients considered their
disease to be extremely active in general. most patients in accordance to their joint swelling and
stiffness considered their disease to be not active at all and moderately active, in accordance to
joint pain considered their disease to cause very severe pain. Most patients felt their joints to be
stiff for less than 30 minutes. Most patients considered their ability in functional class 2 which
means they are able to conduct normal activities despite handicap of discomfort or limited
mobility of one or more joints. Overall, the questionnaires were suitable to be used in OA, but
further study on patient-clinician concordance and in-depth study for RADAR in OA is suggested.

14
Keywords: Osteoarthritis, RADAR, Knee.

15

DAFTAR ISI

Halaman
Halaman Sampul Depan...............................................................................................i
Halaman Sampul Dalam...............................................................................................ii
Prasyarat Gelar.............................................................................................................iii
Lembar Pengesahan......................................................................................................iv
Kata Pengantar..............................................................................................................v
Ringkasan.....................................................................................................................viii
Abstract.........................................................................................................................x
Daftar Isi.......................................................................................................................xi
Daftar Gambar..............................................................................................................xiv
Daftar Tabel..................................................................................................................xv
Daftar Lampiran...........................................................................................................xvi
BAB 1: PENDAHULUAN...........................................................................................1
1.1. Latar Belakang........................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah...................................................................................4
1.3. Tujuan Penelitian.....................................................................................4
1.3.1. Tujuan Umum................................................................................4
1.3.2. Tujuan Khusus...............................................................................4

16

1.4. Manfaat Penelitian...................................................................................4


.................................................................................................................1.4.1.
Manfaat Teoritis............................................................................................................4
1.4.2. Manfaat Praktis.............................................................................5
BAB 2: TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................6
2.1. Osteoarthritis...........................................................................................6
2.2. Persendian lutut.......................................................................................15
2.3.Tinjauan Mengenai RADAR (Rapid Assessment of Disease Activity in
Rheumatology).........................................................................................18
BAB 3: KERANGKA KONSEPTUAL.......................................................................20
3.1. Kerangka Konseptual..............................................................................20
3.2. Penjelasan Kerangka Konseptual............................................................21
BAB 4: METODE PENELITIAN................................................................................22
4.1. Jenis dan Rancangan Penelitian..............................................................22
4.1.1. Jenis Penelitian..............................................................................22
4.1.2. Rancangan Penelitian....................................................................22
4.2. Populasi, Sampel, Besar Sampel, dan Teknik
Pengambilan Sampel..............................................................................22
4.2.1. Populasi Penelitian........................................................................22
4.2.2. Sampel Penelitian..........................................................................22
4.2.3. Besar Sampel.................................................................................23
4.2.4. Teknik Pengambilan Sampel.........................................................23

17

4.3. Variabel Penelitian...................................................................................23


4.3.1. Klasifikasi Variabel.......................................................................23
4.3.2. Definisi Operasional Variabel.......................................................23
4.4. Data Penelitian........................................................................................24
4.5. Tempat dan Alokasi Waktu Penelitian.....................................................24
4.5.1. Tempat Penelitian..........................................................................24
4.5.2. Waktu Penelitian............................................................................24
4.6. Prosedur Pengambilan atau Pengumpulan Data......................................24
4.7. Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data.............................................24
4.8. Alur Penelitian.........................................................................................25
BAB 5: HASIL DAN ANALISIS.................................................................................26
5.1. Hasil Penelitian........................................................................................26
5.2. Analisis Penelitian...................................................................................33
BAB 6: PEMBAHASAN.............................................................................................41
BAB 7: KESIMPULAN DAN SARAN.......................................................................47
7.1. Kesimpulan..............................................................................................47
7.2. Saran .......................................................................................................48
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................49
LAMPIRAN.................................................................................................................54

18

DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2.1. Persendian lutut normal...........................................................................16
Gambar 2.2. Potongan melintang sendi lutut...............................................................17
Gambar 3.1. Kerangka Konseptual...............................................................................20
Gambar 4.1. Alur penelitian.........................................................................................25
Gambar 5.1. Diagram Lingkaran Persentase Laki-laki dan Perempuan.......................26
Gambar 5.2. Diagram Batang Jumlah Pasien berdasarkan Umur Dibedakan Sesuai
Jenis Kelamin ..............................................................................................................27
Gambar 5.3. Diagram Batang Jumlah Pasien berdasarkan Status Aktivitas OA Secara
Umum dalam 6 Bulan Terakhir Dibedakan Sesuai Jenis Kelamin...............................28
Gambar 5.4. Diagram Batang Jumlah PAsien berdasarkan Status Kekakuan dan
Pembengkakan Dibedakan Sesuai Jenis Kelamin........................................................29
Gambar 5.5. Diagram Batang Jumlah Pasien berdasarkan Status Nyeri Dibedakan
Sesuai Jenis Kelamin....................................................................................................30
Gambar 5.6. Diagram Batang Jumlah Pasien Berdasarkan Lama Kaku Sendi di Pagi
Hari Dibedakan Sesuai Jenis Kelamin..........................................................................31
Gambar 5.7. Diagram Batang Jumlah Pasien berdasarkan Kelas Fungsional Sendi
Dibedakan Sesuai Jenis Kelamin

32

19

DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 2.1 Klasifikasi Osteoarthritis...............................................................................7
Tabel 2.2 Klasifikasi Osteoarthritis Berdasarkan Anatomi...........................................8
Tabel 2.3. Kriteria untuk klasfikasi OA idiopatik pada lutut........................................12
Tabel 5.1. Klasifikasi Koresponden berdasarkan Jenis Kelamin..................................26
Tabel 5.2. Klasifikasi Koresponden berdasarkan Umur...............................................27
Tabel 5.3. Klasifikasi Koresponden berdasarkan Aktivitas OA secara Umum dalam
6 Bulan Terakhir............................................................................................................28
Tabel 5.4. Klasifikasi Koresponden berdasarkan Status Kekakuan dan
Pembengkakan..............................................................................................................29
Tabel 5.5. Klasifikasi Koresponden berdasarkan Status Nyeri.....................................30
Tabel 5.6. Klasifikasi Koresponden berdasarkan Lama Kaku Pagi Hari......................31
Tabel 5.7. Klasifikasi Koresponden berdasarkan Kelas Fungsional Sendi...................32
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
Lampiran 1 : Daftar Anggaran Dana.............................................................................54
Lampiran 2 : Lembar data pasien..................................................................................55

20

Lampiran 3 : Permohonan Menjadi Responden............................................................56


Lampiran 4 : Lembar Persetujuan Menjadi Responden................................................57
Lampiran 5 : Rapid Assessment of Disease Activity in Rheumatology.........................58
Lampiran 6 : Hasil Penelitian.......................................................................................60

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang
Osteoarthritis (OA) adalah penyakit atau gangguan muskuloskeletal pada sendi

dan merupakan tepi arthritis yang paling umum diderita, terutama pada orang yang telah
lanjut usia, dan juga menjadi salah satu penyebab utama kelumpuhan atau kecacatan pada
orang yang telah lanjut usia. Osteoarthritis dapat mengenai sendi-sendi tertentu saja yang
umumnya adalah sendi-sendi yang berfungsi sebagai penopang berat badan (weight
bearing joints) tanpa mengenai sendi yang lain, seperti sendi lutut, paha, apofiseal tulang
belakang, dan metatarsophalangeal I (Fauci et al, 2008). Sebuah studi di Amerika Serikat
mengenai OA pada hampir 27 juta individu dengan OA simptomatis, menunjukkan lutut
merupakan sendi yang paling sering terkena OA. (Lawrence et al, 2008).
Menurut data dari organisasi kesehatan dunia, yaitu World Health Organization
(WHO), Osteoarthritis menjadi salah satu dari 10 penyebab utama kelumpuhan. Angka
prevalensi OA di dunia pada tahun 2004 mencapai 151,4 per 1 juta penduduk. Pada
negara dengan penghasilan rendah dan menengah seperti negara berkembang, prevalensi
kejadian OA lebih tinggi dibanding pada negara dengan penghasilan tinggi seperti negara
maju. Selain itu, seperti yang telah disebutkan sebelumnya, prevalensi pada orang yang
lanjut usia lebih tinggi dibandingkan pada orang yang lebih muda. Pada negara dengan
penghasilan menengah ke bawah, prevalensinya adalah 14,1 per 1 juta penduduk pada
orang berumur 0-59 tahun dan 19,4 per 1 juta penduduk pada orang berumur 60 tahun ke

atas, sementara pada negara maju hanya 1,9 per 1 juta penduduk pada orang berumur 059 tahun dan 8,1 per 1 juta penduduk pada orang berumur 60 tahun (WHO, 2004).
Menurut sebuah penelitian di pedesaan di Jawa Tengah, prevalensi untuk OA lutut
radiologis adalah 15,5% pada pria dan 12,7% pada wanita (Soeroso J., 2009).
Studi yang dilakukan oleh Soeroso et al di Rumah Sakit Umum Daerah Dr.
Soetomo Surabaya dengan menggunakan metode case control menyimpulkan beberapa
faktor resiko untuk OA lutut, meliputi umur, gender, BMI, dan genu valgus (2005). Studi
yang mirip juga dilakukan oleh Zeng et al dan menghasilkan kesimpulan yang mirip,
yaitu geografi, umur, gender, dan BMI dapat menjadi faktor resiko dari OA. Namun
waist circumference (WC), tingkat edukasi, merokok, menaiki tangga, lama pekerjaan,
dan agama bukan merupakan faktor resiko dari OA lutut (2006).
Penanganan untuk Osteoarthritis hingga sekarang dilakukan dalam bentuk
penanganan farmakologis dan juga non-farmakologis, dimana penanganan farmakologis
mencakup Obat-obat DMARDs (Disease modifying anti rheumatic drugs) seperti
chloroquine,

hydroxychlorouqine,

methotrexate,

sulfasalazine,

leflunomide,

dan

sebagainya. Penanganan non-farmakologis yang dilakukan termasuk pengendalian faktorfaktor resiko terjadinya OA yang dapat memperburuk kondisi penyakit seperti yang telah
disebutkan di atas, yaitu melalui program diet yang teratur untuk menjaga nilai BMI
(Body-Mass Index) dan juga mengurangi berat yang akan mengurangi beban terhadap
lutut.
Pengawasan terhadap hasil dari terapi perlu untuk meningkatkan kondisi
kesehatan dari pasien yang juga mencakup kualitas hidup dari pasien. Di Indonesia,
pengawasan terhadap perjalanan penyakit lebih sesuai dengan instrumen yang praktis,
sederhana, dan jelas. Pengawasan terhadap perjalanan penyakit melalui penilaian pada

gejala penyakit OA seperti nyeri, kekakuan, perasaan lembut (tenderness) dapat


menghabiskan waktu dan dana yang cukup banyak. Terutama untuk pemeriksaanpemeriksaan laboratorium yang tentu akan menghabiskan lebih banyak dana. Kuesioner
disini menjadi pilihan yang tepat karena lebih menghemat waktu dan juga menghemat
biaya untuk pasien. Salah satu kuesioner dalam menilai perjalanan penyakit rematik
adalah RADAR yang merupakan singkatan dari Rapid Assessment of Disease Activity in
Rheumatology yang telah divalidasi untuk digunakan dalam penilaian perjalanan penyakit
RA (Rheumatoid Arthritis) pada pasien di Universitas Boston, AS. Studi yang dilakukan
oleh Soeroso juga menunjukkan bahwa RADAR yang telah diterjemahkan ke dalam
Bahasa Indonesia cukup praktis dan sederhana untuk digunakan pada pasien yang
menderita RA.
Penelitian ini dipilih oleh penulis karena RADAR adalah instrumen yang
digunakan untuk penilaian aktivitas penyakit pada penyakit reumatologi yang berarti juga
dapat digunakan untuk Osteoarthritis yang juga merupakan penyakit di bidang
reumatologi. Penelitian ini diharapkan dapat membantu mahasiswa kedokteran, tenaga
kesehatan, dan juga para peneliti di bidang kesehatan. Penulis memilih Rumah Sakit
Umum Daerah Dr. Soetomo (RSUD Dr. Soetomo) Surabaya, Indonesia karena rumah
sakit ini adalah rumah sakit rujukan untuk wilayah Indonesia bagian timur.
1.2.

Rumusan Masalah
Bagaimana hasil pengukuran aktivitas penyakit dengan menggunakan kuesioner

RADAR (Rapid Assessment of Disease Activity in Rheumatology) pada pasien


osteoarthritis lutut di Instalasi Reumatologi RSUD Dr. Soetomo?
1.3.
Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hasil pengukuran aktivitas penyakit dengan menggunakan


kuesioner RADAR (Rapid Assessment of Disease Activity in Rheumatology) pada pasien
Osteoarthritis lutut di Instalasi Reumatologi RSUD Dr. Soetomo.
1.3.2. Tujuan Khusus
1.3.2.1.
Mengetahui data pasien Osteoarthritis lutut di Instalasi Reumatologi
Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soetomo.
Mengetahui data pengukuran aktivitas penyakit dengan menggunakan

1.3.2.2.

kuesioner RADAR (Rapid Assessment of Disease Activity in Rheumatology) di


Instalasi Reumatologi Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soetomo.
1.4.
Manfaat Penelitian
1.4.1. Manfaat Teoritis
Penelitian terhadap penilaian perjalanan penyakit dari pasien Osteoarthritis
dengan menggunakan RADAR mungkin belum banyak atau sama sekali belum pernah
dikerjakakan di Indonesia, dengan data yang baru ini diharapkan dapat memberikan
informasi yang mendukung penelitian yang akan datang dan juga menjadi bahan
kepustakaan di perpustakaan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga.
1.4.2. Manfaat Praktis
Kuesioner RADAR (Rapid Assessment of Disease Activity in Rheumatology)
mungkin dapat digunakan oleh pasien untuk menilai aktivitas penyakit oleh pasien
sendiri yang dapat digunakan oleh petugas kesehatan untuk penilaian aktivitas penyakit.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Osteoarthritis
2.1.1. Definisi osteoarthritis (OA)
OA merupakan kelainan sendi non-inflamasi pada sendi yang dapat digerakkan,
terutama sendi penumpu berat badan (weight bearing) seperti sendi lutut dan sendi paha,

dengan gambaran patologis yang karakteristik berupa memburuknya rawan sendi serta
terbentuknya tulang-tulang baru pada subkondreal dan tepi-tepi tulang yang membentuk
sendi. Hal ini merupakan hasil akhir terjadinya perubahan biokimiawi, metabolisme,
fisiologis, dan patologis secara serentak pada jaringan hialin rawan, jaringan subkondreal
dan jaringan tulang yang membentuk persendian. (Isbagio, H. dan Effendi, A.Z.. 1987).
Walaupun memiliki nama arthritis, osteoarthritis sebenarnya, seperti telah disebutkan di
atas, lebih mengarah ke proses non-inflamatif, namun tidak menutup kemungkinan
keberadaan dari inflamasi pada kartilago. Pemahaman mekanisme yang sudah cukup
berkkembang hingga sekarang masih belum menutup perdebatan apakah kerusakan ini
proses degeneratif yang terkait penuaan atau murni proses inflamatif pada kartilago sendi
(Soeroso, J. 2011).
2.1.2. Klasifikasi Osteoarthritis
Berdasarkan patogenesisnya, OA dibedakan menjadi 2 yaitu primer dan
sekunder. OA yang primer disebut juga OA idiopatik karena etiologinya tidak
diketahui dan tidak ada hubungannya dengan penyakit sistemik maupun proses
perubahan lokal pada sendi. OA sekunder adalah OA yang didasari oleh adanya
kelainan endokrin, inflamasi, metabolik, pertumbuhan, herediter, jejas mikro dan
makro, serta imobilisasi yang terlalu lama. OA primer lebih sering ditemukan
dibandingkan OA sekunder (Soeroso J., 2009)
Sehingga klasifikasi yang sering dipakai untuk Osteoarthritis adalah sebagai
berikut :
Klasifikasi Osteoarthritis

Primer atau idiopatik


Terlokalisasi

Tangan : e.g. OA sendi carpometacarpal I,


OA nodul, OA erosif
Kaki : e.g. hallux valgus, hallux rigidus,
OA talonavicular
Lutut : e.g. sindrom patello-femoral, OA
kompartemen medial/lateral
Pinggul : e.g. diffuse, superior, konsentrik
Tulang belakang : e.g. DISH, spondylosis,
sendi interveterbra, sendi apofiseal
Lain-lain : pergelangan, glenohumoral,

Menyeluruh

acromioclavicular, temporomandibular
Mencakup tiga atau lebih tempat yang telah
disebutkan di atas

Sekunder
Post-traumatik
Kelainan kongenital

e.g. fraktur, infeksi, pembedahan sendi


e.g.
dislokasi
pinggul
kongenital
(congenital

hip

dislocation),

chondral

dysplasia
Deposisi kristal kalsium
Haemochromatosis
Acromegaly
Penyakit Paget (Pagets disease)
Ochronosis
Inflamasi
Arthritis inflamasi, e.g. rheumatoid arhtritis
Arhtritis sepsis
Kelainan tulang dan sendi lainnya
Nekrosis avaskular
Neuropathic charcot joints
Tabel 2.1. Klasifikasi osteoarthritis (sumber: McGonagle D., 2010)
Berdasarkan studi oleh Dennis McGonagle yang tertulis dalam jurnalnya, ia
Metabolik

mengusulkan klasifikasi baru yang didasarkan pada anatomi yaitu sebagai berikut :
Tipe OA
OA kondrogenik

Penyebab yang dikenali


Cedera traumatik kartilago
Kelainan genetik herediter
Kondrodisplasia

OA ligamentogenik (dan entesogenik)

Trauma e.g., Ruptur ligamentum cruciatum


anterior (ACL Rupture)
OA nodul (mlibatkan tangan)
Spondylosis servikal
Spondylosis lumbal
DISH
Degenerasi primer meniskus

OA meniskogenik

Ekstrusi meniskal
Root horn tears
Inflamasi e.g., crytal-, CPPD-, urate-, dan

OA sinoviogenik

BCPArthritis sekunder hingga inflamasi


Kelainan sendi neuropatik

OA osteogenik

Nekrosis avaskular
Displasia tulang
Fraktur sendi
Kelainan

dengan

pola

tercampur

multifokal

Penyakit Paget
/ Proporsi dari penyakit yang berhubungan
dengan umur dengan efek bersambung

pada struktur sendi yang berlainan.


Tabel 2.2. Klasifikasi osteoarthritis yang didasarkan pada anatomi (sumber:
McGonagle D., 2010)
2.1.3. Patogenesis Osteoarthritis
Selama ini, OA sering dipandang sebagai akibat dari suatu proses penuaan
(degeneratif) yang tidak dapat dihindari saja. Para pakar yang meneliti penyakit
ini sekarang berpendapat bahwa OA ternyata merupakan penyakit gangguan
homeostasis dari metabolisme kartilago dengan kerusakan struktur proteoglikan
kartilago yang penyebabnya belum jelas diketahui. Jejas mekanis dan kimiawi

pada sinovial sendi yang terjadi multifaktorial antara lain karena faktor umur,
stres mekanik atau penggunaan sendi yang berlebihan, defek anatomik, obesitas,
genetik, humoral, dan faktor kebudayaan. Jejas mekanis dan kimiawi pada sinovia
sendi inilah yang diduga sebagai faktor penting yang dapat mengakibatkan
terjadinya inflamasi sendi, kerusakan kondrosit, dan nyeri melalui perangsangan
pembentukan molekul abnormal dan produk degradasi kartilago di dalam cairan
sinovial sendi. Osteoarthritis terjadi sebagai kombinasi degradasi rawan sendi,
inflamasi cairan sendi, dan remodelling tulang. Kompensasi perbaikan dalam
osteoarthritis menimbulkan suatu fase hipertrofi kartilago yang berhubungan
dengan suatu peningkatan terbatas dari sintesis matriks makromolekul oleh
kondrosit (Soeroso et al, 2009)
Proses terjadinya OA diawali dengan penginduksian Interleukin-1-Beta
(IL-1). IL-1 selanjutnya akan mempengaruhi Tumor Necroting Factor alpha
(TNF-) dan Interleukin-6 (IL-6) Selanjutnya aktifnya TNF- serta IL-6 akan
menyebabkan iNOS yang memegang peran sentral pada degradasi kartilago sendi
pada OA ini aktif. Pengaktifan iNOS menyebabkan meningkatnya MMP yang
langsung menyebabkan peradangan pada sendi. Di sisi lain, pengaktifan TNF-
dan IL-6 juga menyebabkan aktifnya enzim Cyclo Oxygenase (COX) yang
meningkatkan produksi prostaglandin (PG). Dimana nantinya PG ini akan
memicu terjadinya peradangan sendi secara langsung maupun secara tidak
langsung

melalui

peningkatan

MMP.

Peradangan

sendi

yang

saling

mempengaruhi dengan degradasi matriks rawan sendi ini akan menyebabkan


timbulnya OA (Soeroso et al, 2009).

2.1.4. Faktor resiko osteoarthritis


Perlu diingat bahwa tiap-tiap sendi yang dapat terserang OA memiliki
biomekanik, struktur, cedera, dan persentase gangguan yang berbeda, sehingga faktorfaktor resiko untuk masing-masing OA tentu berbeda. Faktor resiko yang terkuat adalah
umur, hal ini berhubungan erat dengan OA sebagai penyakit sendi degeneratif, namun
perlu diingat bahwa perubahan tulang rawan sendi pada ketuaan berbeda dengan
perubahan pada OA. Faktor resiko lainnya adalah jenis kelamin dimana perempuan lebih
sering terkena OA dibanding pria, hal ini menunjukkan adanya peranan hormonal pada
patogenesis OA. Selain itu, kegemukan dan penyakit metabolik juga berpengaruh,
dimana kegemukan dapat menambah beban mekanis yang perlu ditanggung, namun
bukan hanya dari faktor mekanis, karena kegemukan juga dapat menyebabkan
peningkatan prevalensi dari OA pada sendi yang kurang dipenagaruhi faktor mekanis
kegemukan sehingga diduga adanya faktor metabolik yang juga berpegaruh akibat
kegemukan. Genetik juga menjadi faktor resiko OA dimana genetik dapat mempengaruhi
struktur tubuh dan sendi pada beberapa kelainan dan juga dapat mempengaruhi unsurunsur tulang rawan sendi seperti gen prokolagen II. Faktor lain adalah suku bangsa
dimana prevalensi antar suku bangsa menujukkan adanya perbedaan yang cukup
bermakna. Selain itu, cedera sendi, berat ringannya pekerjaan, olahraga, kelainan
pertumbuhan, dan kepadatan (densitas) tulang juga dipercaya sebagai faktor resiko dari
OA (Soeroso et al, 2009). Ada juga yang menyatakan trauma dan dysplasia sendi (joint
dysplasia) juga merupakan faktor resiko munculnya OA dimana trauma mengakibatkan

10

OA sekunder dan dysplasia sendi mengakibatkan OA idiopatik atau primer (Solomon, L.,
2001).
Menurut studi yang dilakukan oleh Soeroso et al pada sebuah rumah sakit di
Indonesia, faktor resiko untuk gangguan osteoarthritis pada lutut meliputi umur lebih dari
50 tahun, perempuan, BMI lebih besar dari 25, dan genu valgus (2005). Studi lain yang
dilakukan oleh Zeng et al juga menghasilkan kesimpulan yang mirip yaitu faktor resiko
untuk osteoarthritis pada lutut meliputi geografi, umur, gender, dan BMI. Sementara
waist circumference (WC), tingkat edukasi, merokok, menaiki tangga, lama pekerjaan,
dan agama bukan merupakan faktor resiko dari OA lutut (2006).
2.1.5. Diagnosis Osteoarthritis
Ada berbagai macam cara yang diajukan untuk menegakkan diagnosis
osteoarthritis dan untuk melihat seberapa jauh perkembangan penyakit. Diagnosis OA
biasanya didasarkan pada gambaran klinis dan radiografis. Salah satu kriteria adalah yang
diajukan oleh Altman melalui studinya pada tahun 1986 dan masih digunakan oleh
American College of Rheumatology yaitu sebagai berikut :
Klinis dan laboratoris

Klinis dan radiografi

Klinis (Clinical)

(Clinical and laboratory)


Nyeri lutut (Knee Pain)
+ paling tidak 5 dari 9 (+ at

(Clinical and radiography)


Nyeri lutut (Knee Pain)
+ paling tidak 1 dari 3 (+ at

Nyeri lutut (Knee Pain)


+ paling tidak 3 dari 6 (+ at

least 5 of 9):
least 1 of 3):
least 3 of 6):
- Umur > 50 tahun
- Umur > 50 tahun
- Umur > 50 tahun
-

(Age > 50 years)


Kekakuan < 30

menit
menit
Krepitasi (Crepitus)
- Krepitasi (Crepitus)
Perasaan
lembut +
Adanya
gambaran
pada tulang (Bony

(Age > 50 years)


Kekakuan < 30

Osteofit (Osteophytes)

(Age > 50 years)


Kekakuan < 30

menit
Krepitasi (Crepitus)
Perasaan
lembut
pada tulang (Bony

11

tenderness)
Pembesaran

tulang

tenderness)
Pembesaran

(Bony enlargement)
Tidak hangat pada

(Bony enlargement)
Pembesaran tulang

perabaan
-

(No

tulang

(Bony enlargement)

palpable warmnth)
LED (Westergren) <
40 mm/jam (ESR <

40 mm/hour)
Faktor rematik

1:40 (RF < 1:40)


Cairan
synovial
menunjukkan

<

ada

tanda OA jernih,
viskus,

leukosit

<2000/mm3
(Synovial

Fluid

Signs of OA)
92% sensitif
91% sensitif
95% sensitif
75% spesifik
86% spesifik
69% spesifik
Tabel 2.3. Kriteria untuk klasfikasi OA idiopatik pada lutut (sumber : Amercan
College of Rheumatology, 2012)
Gambaran klinis meliputi nyeri sendi, hambatan gerakan sendi, kaku pagi,
krepitasi, pembesaran sendi (deformitas sendi), dan perubahan gaya berjalan (Soeroso et
al, 2009). Gambaran klinis akan dibahas lebih lanjut di bagian berikutnya.
Pada sebagian besar kasus osteoarthritis, radiografi pada sendi memberikan
gambaran diagnosis yang cukup baik. Gambaran radiografi sendi yang menyokong
diagnosis OA antara lain, penyempitan celah sendi yang seringkali asimetris (lebih berat
pada bagian yang menanggung beban), peningkatan densitas (sclerosis) tulang
subkondral, kista tulang, osteofit pada pinggir sendi, perubahan struktur anatomi sendi.

12

Berdasarkan perubahan radiografi di atas, secara radiografi OA dapat digradasi menjadi


ringan hingga berat sesuai kriteria Kellgren-Lawrence.
Penggunaan marker molekular pada osteoarthritis juga dapat digunakan
sebagai uji diagnostik ataupun uji prognostik dan uji evaluatif. Terdapat berbagai
jenis marker molekuler yang dapat ditemukan dalam cairan sinovia atau dalam
serum pasien OA yang berasal dari berbagai komponen ekstraselular matriks
(Soeroso et al, 2009).
2.1.6. Manifestasi klinis
Pada umumnya keluhan yang disampaikan oleh pasien dikatakan sudah
berlangsung lama dan bersifat progresif atau berkembang secara perlahan. Keluhan yang
paling sering adalah nyeri. Nyeri dapat terlokalisir pada sendi atau dapat terasa pada
bagian tubuh selain sendi. Jarang terasa berat dan kualitasnya berubah, semakin parah
pada gerakan dan beban tertentu dan dapat hilang dengan istirahat. Penyebab dari nyeri
ini bervariasi tergantung dari seberapa parah penyakit ini. Beberapa pasien memiliki
synovitis, namun yang lebih sering adalah adanya peningkatan tekanan intraosseus. Nyeri
juga dapat karena adanya penurunan pH jaringan, pengumpulan cairan dalam ruang sendi
yang mengakibatkan peningkatan tekanan.
Kekakuan juga merupakan gejala yang umum dimana kekakuan ini dapat terasa
setelah istirahat atau setelah tidak digerakkannya sendi yang bersangkutan. Seiring
berjalannya waktu, kekakuan ini dapat menjadi permanen. Kekakuan ini juga mungkin
disebabkan oleh adanya synovitis.
Pembengkakan sendi dan deformitas dapat mengganggu terutama pada sendi
superfisial seperti pada lutut dan tangan. Pembesaran sendi ini hanya pada sendi yang

13

terkena OA sehingga seringkali asimetris. Pembengkakan sendi merupakan reaksi


peradangan yang disebabkan adanya pengumpulan cairan dalam ruang sendi, biasanya juga
didapatkan rasa panas jika diraba tanpa adanya kemerahan. (Isbagio, H. dan Effendi, A.Z.

1987).
Kehilangan atau penurunan fungsi bersifat spesifik pada daerah yang terkena,
seperti kesusahan menggenggam pada OA di tangan dan perubahan gaya berjalan hingga
pincang pada OA di panggul dan lutut (Solomon L., 2001). Penurunan fungsi fisik
tersbeut diakibatkan oleh adanya abnormalitas anatomis dan juga adanya nyeri yang
menghalangi pasien untuk melakukan fungsi sendi secara maksimal. (Fauci, Braunwald,
et al, 2008).
Krepitasi yaitu rasa gemeretak pada sendi yang sakit juga sering muncul hingga
kadan dapat terdengar suara gemeretak.
Tanda-tanda peradangan pada sendi juga kadang ditemukan pada pasien OA
mungkin disebabkan karena synovitis. Biasanya tanda-tanda ini tidak menonjol dan
timbul belakangan, sering dijumpai di lutut, pergelangan kaki, dan sendi kecil tangan dan
kaki. Tanda-tanda peradangan ini berupa nyeri tekan, gangguan gerak, rasa hangat yang
merata dan warna kemerahan (Soeroso et al, 2009).
2.2.

Persendian Lutut
Lutut adalah sendi yang terdiri dari artikulasi antara femur dan kondilus tibia dan

berada di antara patella dan permukaan patellar dari femur. Struktur dari persendian pada
lutut meliputi kapsul, sendi di bagian luar kapsul yaitu ligamentum patellae, ligamentum
kolateral medial dan lateral, dan ligamentum poplitea obliquus, serta sendi di bagian
dalam kapsul yang meliputi ligamentum cruciatum anterior dan posterior, kartilago
semilunar (meniskus) medial dan lateral, patellar retinacula medial dan lateral yang

14

merupakan kepanjangan dari vastus medialis dan lateralis, dan bantalan lemak (Ellis, H.,
2006).

Gambar 2.1. Persendian lutut normal (sumber: Clinical Anatomy 11th ed., Ellis H.,
2006)
Tipe persendian di lutut ini adalah persendian sinovial yang ginglymus dan
arthordial (plane-gliding) (Subagjo, 2011). Kekuatan persendian lutut bergantung pada
kekuatan dari sendi yang mengikat femur pada tibia dan tonus otot yang bekerja pada
persendian. Grup otot terpenting pada persendian ini adalah quadriceps femoris yang
mampu menstabilkan lutut bila ada sendi yang sobek. (Snell RS., 2006).
Membrana synovialis melekat/menutup interior dalam sendi, yaitu permukaan
dalam caput fibrosa, capt articulare yang tidak tertutup cartilago articulare dan struktur
intra articular. Membrana synovialis terdiri dari jaringan ikat kendor yang mengandung

15

banyak pembuluh darah dan permukaan dalamnya tertutup oleh mesothelium, mampu
menghasilkan cairan serous yang disebut sebagai synovia ke dalam cavum articulare.
Synovia berperan sebagai pelumas, pemberi nutrisi pada cartilago articulare serta
merubah tekanan kompresif yang membahayakan bagi sendi menjadi tekanan hydrostatik
yang tidak/sedikit merusak (Subagjo, 2011). Membran synovial pada sendi lutut dibagi
menjadi 2 bagian yaitu plica alares dan plica infrapatellais yang membentuk suatu
kesatuan yang berlekuk didepan ligamentum cruciatum anterior sehingga seluruh
ligamentum cruciatum tidak berada dalam membran synovial (Snell, 2012).

Gambar 2.2. Potongan melintang sendi lutut (sumber : Clinical Anatomy by Regions
9th ed., Snell, 2012)
2.3. Tinjauan Mengenai RADAR (Rapid Assessment of Disease Activity in
Rheumatology)

16

Rapid Assessment of Disease Activity in Rheumatology (RADAR) merupakan


salah satu metode untuk melihat aktivitas penyakit reumatologi yang selama ini
digunakan dalam melihat aktivitas penyakit Rheumatoid Arthritis (RA).
RADAR mengandung 6 hal utama, aktivitas penyakit secara global selama 6
bulan, aktivitas penyakit sekarang berhubungan dengan kekakuan sendi dan
pembengkakan, nyeri arthritis, lamanya kaku pagi (morning stiffness), kelas fungsional,
dan daftar otot sendi. Pertanyaan mengenai kekakuan sendi, pembengkakan dan nyeri
dinilai dengan Visual Analog Scale. Pada Visual Analog Scale digunakan penggaris untuk
mengukur jarak (dalam mm). Pertanyaan mengenai lama kaku pagi, kelas fungsional dan
daftar kekakuan sendi dinilai dengan indeks angka yang bervariasi, dimana angka yang
semakin besar menunjukkan makin beratnya aktivitas penyakit pada kategori yang
dimaksud. Pertanyaan mengenai kelas fungsional dari sendi didasarkan pada klasifikasi
Steinbrocker yang terdiri dari 4 kelas fungsional (Hochberg et al, 1992).
Validitas dari kuesioner RADAR telah diteliti sebelumnya, dimana penelitian
tersebut mencakup validitas isi dan sensitivitas terhadap perubahan terhadap pasien
dengan RA. Hasil penelitian ini menunjukkan nilai ICC (intraclass correlation
coefficients) untuk pengisian pertama kuesioner berkisar antara 0,52 0,87 (P = 0,0001)
dengan sebagian besar (83%) 0,65. Konsistensi pasien-dokter bernilai 0,83 (P =
0,0001) yang menunjukkan secara statistik signifikan (Mason JH et al, 1992). Studi lain
juga dilakukan oleh Soeroso di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soetomo mengenai
konsistensi pasien-pasien dan kesetujuan antara dokter-pasien dan menunjukkan hasil
yang cukup baik dalam hal konsistensi pasien-pasien dan kesetujuan antara dokter-pasien
terhadap pasien yang menderita RA. Hasil studi tersebut menunjukkan nilai ICC untuk

17

kesetujuan pasien-dokter > 0,65 dan lebih dari 90% nilai ICC dari realibilitas pasienpasien adalah > 0,65.
BAB 3
KERANGKA KONSEPTUAL
3.1.

Kerangka Konseptual Penelitian


Faktor resiko Osteoarthritis :
Genetik
Umur
Jenis Kelamin
Cedera sendi, olahraga
Abnormalitas anatomik (genu valgus dan genu varus)
Kegemukan
IL-1

TNF-

iNOS

COX

MMP

PG

Keterangan :
= variabel yang diteliti
= variabel yang tidak diteliti

Degradasi matriks rawan sendi


Peradangan sendi
Osteoarthritis
Manifestasi klinis :
Kekakuan sendi
Pembengkakan sendi
Nyeri sendi
Gambar 3.1. Kerangka
Konseptual
Penurunan fungsi sendi

Nilai dengan

3.2 Penjelasan Kerangka Konseptual


Jejas mekanis dan kimiawi pada sinovial sendi yang terjadi multifaktorial antara
lain karena faktor genetik, umur, jenis kelamin, kegemukan, penyakit metabolic, cedera
sendi, pekerjaan dengan beban fisik yang berat, olahraga yang bertumpu pada lutut

18

sebagai weight bearing, serta bentuk anatomi ekstremitas yang abnormal seperti genu
valrus dan genu vagus.
Faktor-faktor diatas memicu proses terjadinya OA dengan melalui penginduksian
Interleukin-1 dan Tumor Necroting Factor alpha (TNF-). Selanjutnya aktifnya TNF-
serta IL-1 akan menyebabkan iNOS yang memegang peran sentral pada degradasi
kartilago sendi pada OA ini aktif. Pengaktifan iNOS menyebabkan meningkatnya MMP
yang langsung menyebabkan peradangan pada sendi. Di sisi lain, pengaktifan TNF- dan
IL-1 juga menyebabkan aktifnya enzim Cyclo Oxygenase (COX) yang meningkatkan
produksi prostaglandin (PG). Dimana nantinya PG ini akan memicu terjadinya
peradangan sendi secara langsung maupun secara tidak langsung melalui peningkatan
MMP. Peradangan sendi yang saling mempengaruhi dengan degradasi matriks rawan
sendi ini akan menyebabkan timbulnya OA. OA memiliki berbaga manifestasi klinis dan
diantaranya meliputi kekakuan sendi, pembengkakan sendi, nyeri sendi, dan penurunan
fungsi sendi. Kuesioner RADAR dapat menilai manifestasi klinis dari OA untuk melihat
aktivitas OA pada pasien.
BAB 4
MATERI DAN METODE PENELITIAN
4.1.
Jenis dan Rancangan Penelitian
4.1.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif
observasional yaitu dengan pengumpulan data aktivitas penyakit pada pasien
osteoarthritis lutut di Instalasi Reumatologi RSUD Dr. Soetomo dengan menggunakan
kuesioner RADAR.
4.1.2. Rancangan Penelitian

19

Penelitian ini menggunakan desain studi crosssectional. Ciriciri dari


studi ini adalah melakukan observasi atau pengukuran variabel pada satu saat,
yakni tiap subjek hanya diobservasi satu kali saja dan pengukuran variabel subjek
dilakukan pada saat pemeriksaan tersebut.
4.2.
Populasi, Sampel, Besar Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel
4.2.1. Populasi Penelitian
Populasi penelitian adalah pasien Osteoarthritis lutut di Instalasi
Reumatologi RSUD Dr. Soetomo Surabaya dalam periode November 2013.
4.2.2. Sampel Penelitian
Sampel penelitian diambil dari populasi penelitian yang memenuhi :
Kriteria inklusi :
1. Pasien osteoarthritis lutut di Instalasi Reumatologi RSUD Dr. Soetomo Surabaya
dalam periode November 2013.
2. Pasien bersedia untuk menjadi sampel penelitian (dengan mengisi lembar
Informed Consent).
Kriteria eksklusi :
Tidak ada
4.2.3. Besar Sampel
Besar sampel dihitung berdasarkan waktu yang telah ditetapkan yaitu
periode November 2013.
4.2.4. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan cara
consecutive.
4.3.
Variabel Penelitian
4.3.1. Klasifikasi Variabel

20

1. Variabel Bebas
: Kuesioner RADAR
2. Variabel Tergantung : Pasien osteoarthritis lutut
4.3.2. Definisi Operasional Variabel
1.

Osteoarthritis adalah gangguan degeneratif pada persendian yang menunjukkan


adanya defek integritas dari kartilago persendian dan perubahan pada daerah

2.

persendian. Osteoarthritis lutut adalah osteoarthritis yang mengenai sendi lutut.


RADAR (Rapid Assessment of Disease Activity in Rheumatology) adalah adalah
kuesioner yang digunakan untuk menilai keaktifan dari suatu penyakit arthritis.

4.4.

Data Penelitian
Data yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari pasien
Osteoarthritis lutut di Instalasi Reumatologi RSUD Dr. Soetomo Surabaya dalam
periode November 2013 yang bersedia menjadi sampel penelitian.

4.5.
Tempat dan Alokasi Waktu Penelitian
4.5.1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di instalasi Reumatologi RSUD dr. Soetomo Surabaya.
4.5.2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dimulai sejak bulan Mei 2013 sampai Desember 2013.
4.6.

Prosedur Pengambilan atau Pengumpulan Data


Data berupa data primer, yaitu data yang diambil langsung dari pasien
yang bersedia menjadi sampel penelitian berupa status kuesioner RADAR.

4.7.

Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data


Data yang terkumpul diolah sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan,

kemudian dideskripsikan dalam bentuk tabel dan diagram.


4.8.

Alur Penelitian
Pasien osteoarthritis lutut di Instalasi Reumatologi RSUD Dr. Soetomo
Surabaya dalam periode November 2013

21

Ukur Aktivitas Penyakit dengan RADAR

Didapat data mentah tentang nilai kuesioner


RADAR setiap pasien yang diteliti
Pengolahan dan analisis data

Kesimpulan

Gambar 4.1. Alur penelitian


BAB 5
HASIL DAN ANALISIS
5.1

Hasil Penelitian
Pada bab ini disajikan hasil dari data kuesioner RADAR tentang Pengukuran

Aktivitas Penyakit Osteoarthritis dengan Rapid Assessment of Disease Activity in


Rheumatologyi (RADAR) pada Pasien Osteoarthritis Lutut. Sampel yang menjadi
subyek dari penelitian ini adalah 32 pasien OA lutut yang berobat ke IRJ Reumatologi
RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Wawancara terhadap sample dilakukan pada bulan
Januari 2014 hingga Februari 2014.
Data-data yang telah diperoleh disajikan dalam bentuk tabel, diagram batang dan
diagram lingkaran.
Tabel 5.1. Klasifikasi Koresponden berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin
Laki-Laki
Perempuan

Frekuensi
9
23

Persentase
28,125%
71,875%

22

Jenis Kelamin
Laki-laki

28%

Perempuan

72%

Gambar 5.1 Diagram Lingkaran Persentase Laki-laki dan Perempuan


Tabel 5.2. Klasifikasi Koresponden berdasarkan Umur
Umur (tahun)
40-44
45-49
50-54
55-59
60-64
65-69
70-74
Jumlah
Persentase
Pasien OA Genu

Lakilaki
1
0
1
0
1
3
3
9
28.13%

Jenis Kelamin
%LakiPerempua
laki
n
11.11%
1
0.00%
4
11.11%
3
0.00%
8
11.11%
3
33.33%
3
33.33%
1
100.00%
23
71.88%

%Perempua
n
4.35%
17.39%
13.04%
34.78%
13.04%
13.04%
4.35%
100.00%

Total Pasien
sesuai Umur

% Pasien
sesuai Umur

2
4
4
8
4
6
4
32

6.25%
12.50%
12.50%
25.00%
12.50%
18.75%
12.50%
100.00%

23

Jumlah Pasien berdasarkan Umur


9
8
7

40-44 tahun
45-49 tahun
50-54 tahun
55-59 tahun
60-64 tahun
65-69 tahun
70-74 tahun

6
5
Jumlah

4
3
2
1
0
Laki-laki

Perempuan

Gambar 5.2 Diagram Batang Jumlah Pasien berdasarkan Umur Dibedakan Sesuai
Jenis Kelamin
Tabel 5.3. Klasifikasi Koresponden berdasarkan Aktivitas OA secara Umum dalam
6 Bulan Terakhir
Status OA secara
umum dalam 6
bulan terakhir
0-9
10-19
20-29
30-39
40-49
50-59
60-69
70-79
80-89
90-100

Jenis Kelamin
Laki-laki

%Laki-laki

1
1
0
1
0
3
0
1
0
2

11.11%
11.11%
0.00%
11.11%
0.00%
33.33%
0.00%
11.11%
0.00%
22.22%

Perempua
n
0
1
1
0
2
3
2
2
5
7

%Perempua
n
0.00%
4.35%
4.35%
0.00%
8.70%
13.04%
8.70%
8.70%
21.74%
30.43%

Total Pasien
berdasarkan
Status Umum

% Pasien
berdasarkan
Status Umum

1
2
1
1
2
6
2
3
5
9

3.13%
6.25%
3.13%
3.13%
6.25%
18.75%
6.25%
9.38%
15.63%
28.13%

24

Jumlah
Persentase Pasien
OA Genu

100.00%

23

28.13%

100.00%

32

100.00%

71.88%

Status Aktivitas OA Secara Umum


8
7
6
0-9
Jumlah

5
10-19
4

20-29

30-39

40-49

50-59

60-69

70-79

80-89

90-100

3
2
1
0
Laki-laki

Perempuan

Gambar 5.3 Diagram Batang Jumlah Pasien berdasarkan Status Aktivitas OA


Secara Umum dalam 6 Bulan Terakhir Dibedakan Sesuai Jenis Kelamin
Tabel 5.4. Klasifikasi Koresponden berdasarkan Status Kekakuan dan
Pembengkakan
Jenis Kelamin

Status Kekakuan
dan Bengkak

Laki-laki

%Laki-laki

Perempua
n

%Perempua
n

0-9
10-19
20-29
30-39
40-49
50-59
60-69
70-79
80-89
90-100

2
1
1
1
0
3
0
1
0
0

22.22%
11.11%
11.11%
11.11%
0.00%
33.33%
0.00%
11.11%
0.00%
0.00%

5
0
5
1
1
4
1
2
0
4

21.74%
0.00%
21.74%
4.35%
4.35%
17.39%
4.35%
8.70%
0.00%
17.39%

Total Pasien
berdasarkan
Status Kekakuan
dan Bengkak
7
1
6
2
1
7
1
3
0
4

% Pasien
berdasarkan
Status Kekakuan
dan Bengkak
21.88%
3.13%
18.75%
6.25%
3.13%
21.88%
3.13%
9.38%
0.00%
12.50%

25

Jumlah
Persentase
Pasien OA Genu

100.00%

23

28.13%

100.00%

32

100.00%

71.88%

Status Kekakuan dan Pembengkakan


6
5

0-9
Jumlah

4
10-19
3

20-29

30-39

40-49

50-59

60-69

70-79

80-89

90-100

2
1
0
Laki-laki

Perempuan

Gambar 5.4 Diagram Batang Jumlah Pasien berdasarkan Status Kekakuan dan
Pembengkakan Dibedakan Sesuai Jenis Kelamin
Tabel 5.5. Klasifikasi Koresponden berdasarkan Status Nyeri
Jenis Kelamin
Status Nyeri
0-9
10-19
20-29
30-39
40-49
50-59
60-69
70-79
80-89
90-100
Jumlah
Persentase

Laki-laki

%Laki-laki

0
0
0
1
0
2
0
3
2
1
9
28.13%

0.00%
0.00%
0.00%
11.11%
0.00%
22.22%
0.00%
33.33%
22.22%
11.11%
100.00%

Perempua
n
1
1
3
0
0
5
1
3
2
7
23
71.88%

%Perempua
n
4.35%
4.35%
13.04%
0.00%
0.00%
21.74%
4.35%
13.04%
8.70%
30.43%
100.00%

Total Pasien
berdasarkan
Status Nyeri

% Pasien
berdasarkan
Status Nyeri

1
1
3
1
0
7
1
6
4
8
32

3.13%
3.13%
9.38%
3.13%
0.00%
21.88%
3.13%
18.75%
12.50%
25.00%
100.00%

26

Pasien OA Genu

Status Nyeri Sendi


8
7
6
0-9
Jumlah

5
10-19
4

20-29

30-39

40-49

50-59

60-69

70-79

80-89

90-100

3
2
1
0
Laki-laki

Perempuan

Gambar 5.5 Diagram Batang Jumlah Pasien berdasarkan Status Nyeri Dibedakan
Sesuai Jenis Kelamin
Tabel 5.6. Klasifikasi Koresponden berdasarkan Lama Kaku Pagi Hari
% Pasien
sesuai Lama
Kaku Pagi
Hari

26.09%

21.88%

Jenis Kelamin

Lama Kaku Pagi


Hari
Tidak ada
Kurang dari 30
menit
30 menit - 1 jam
1 - 2 jam
2 - 4 jam
Lebih dari 4 jam
Sepanjang hari
Jumlah
Persentase Pasien
OA Genu

Total Pasien
sesuai Lama
Kaku Pagi
Hari

Laki-laki

%Laki-laki

11.11%

Perempua
n
6

88.89%

12

52.17%

20

62.50%

0
0
0
0
0
9

0.00%
0.00%
0.00%
0.00%
0.00%
100.00%

3
1
1
0
0
23

13.04%
4.35%
4.35%
0.00%
0.00%
100.00%

3
1
1
0
0
32

9.38%
3.13%
3.13%
0.00%
0.00%
100.00%

28.13%

71.88%

%Perempuan

27

Lama Kaku Sendi di Pagi Hari


14
12
Tidak ada kaku pagi Kurang dari 30 menit

30 menit - 1 jzm 1 jam - 2 jam 2 jam - 4 jam Lebih dari 4 jam

10
8
Jumlah

Sepanjang hari
4
2
0
Laki-laki

Perempuan

Gambar 5.6 Diagram Batang Jumlah Pasien Berdasarkan Lama Kaku Sendi di Pagi
Hari Dibedakan Sesuai Jenis Kelamin
Tabel 5.7. Klasifikasi Koresponden berdasarkan Kelas Fungsional Sendi
Total Pasien
berdasarkan
Kelas
Fungsional

% Pasien
berdasarkan
Kelas
Fungsional

30.43%

28.13%

Jenis Kelamin
Kelas Fungsional

1 Tanpa Keterbatasan
2 Ada Tidak Nyaman
atau Sedikit Terbatas
3 - Mampu Sedikit atau
Tidak Mampu Beraktivitas
4- Sebagian Besar Terbatas
di Kasur atau Kursi
Jumlah
Persentase Pasien OA
Genu

Laki-laki

%Laki-laki

22.22%

Perempua
n
7

66.67%

14

60.87%

20

62.50%

11.11%

8.70%

9.38%

0.00%

0.00%

0.00%

100.00%

23

100.00%

32

100.00%

28.13%

71.88%

%Perempuan

28

Kelas Fungsional
16

Kelas 1 Tanpa Keterbatasan

14
12
Kelas 2 Ada Tidak Nyaman atau Sedikit Terbatas
10
Jumlah

8
6

Kelas 3 - Mampu Sedikit atau Tidak Mampu Beraktivitas

4
2

Kelas 4- Sebagian Besar Terbatas di Kasur atau Kursi

0
Laki-laki

Perempuan

Gambar 5.7 Diagram Batang Jumlah Pasien berdasarkan Kelas Fungsional Sendi
Dibedakan Sesuai Jenis Kelamin
5.2.

Analisis Penelitian
Dari data di atas, dapat digambarkan karakteristik koresponden yang menjadi

subyek dari penelitian ini adalah :


5.2.1 Jenis Kelamin Pasien OA Lutut (Tabel 5.1.)
Sebanyak 9 pasien koresponden (28,13%) adalah laki-laki dan sisanya 23 pasien
koresponden adalah perempuan (71.88%). Menunjukkan

jumlah pasien

perempuan lebih banyak dibanding dengan laki-laki.


5.2.2

Umur Pasien OA Lutut (Tabel 5.2.)


Jumlah koresponden laki-laki 9 pasien dan dari jumlah tersebut yang berumur 4044 tahun sebanyak 1 pasien (11,11%), yang berumur 50-54 tahun sebanyak 1
pasien (11,11%), yang berumur 60-64 tahun sebanyak 1 pasien (11,11%), yang
berumur 65-69 tahun sebanyak 3 pasien (33,33%), dan yang berumu 70-74 tahun

29

sebanyak 3 pasien (33,33%). Data tersebut menunjukkan pasien laki-laki


terbanyak pada kelompok umur 65-69 tahun dan 70-74 tahun yaitu masingmasing 3 orang. Jumlah pasien perempuan 23 orang dan dari jumlah tersebut yang
berumur 40-44 tahun sebanyak 1 pasien (4,35%), yang berumur 45-49 tahun
sebanyak 4 pasien (17,39%), yang berumur 50-54 tahun sebanyak 3 pasien
(13,04%), yang berumur 55-59 tahun sebanyak 8 pasien (34,78%), yang berumur
60-64 tahun sebanyak 3 pasien (13,04%), yang berumur 65-69 tahun sebanyak 3
pasien (13,04%), dan yang berumur 70-74 tahun sebanyak 1 pasien (4,35%). Data
tersebut menunjukkan pasien perempuan terbanyak pada kelompok umur 55-59
tahun yaitu 8 orang.
Pada persentase total pasien berdasarkan umur (laki-laki dan perempuan)
didapatkan yang berumur 40-44 tahun sebanyak 2 pasien (6,25%), yang berumur
45-49 tahun sebanyak 4 pasien (12,50%), yang berumur 50-54 tahun sebanyak 4
pasien (12,50%), yang berumur 55-59 tahun sebanyak 8 pasien (25,00%), yang
berumur 60-64 tahun sebanyak 4 pasien (12,50%), yang berumur 65-69 tahun
sebanyak 6 pasien (18,75%), dan yang berumur 70-74 tahun sebanyak 4 pasien
(12,50%). Data tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar sampel pasien
berumur 55-59 tahun dan pada rentang umur tersebut semuanya adalah
perempuan.
5.2.3 Status OA Secara Umum dalam 6 Bulan Terakhir (Tabel 5.3.)
Jumlah koresponden laki-laki 9 pasien dan dari jumlah tersebut yang memberi
nilai 0-9 sebanyak 1 pasien (11,11%), yang memberi nilai 10-19 sebanyak 1
pasien (11,11%), yang memberi nilai 30-39 sebanyak 1 pasien (11,11%), yang
memberi nilai 50-59 sebanyak 3 pasien (33,33%), yang memberi nilai 70-79

30

sebanyak 1 pasien (11,11%), dan yang memberi nilai 90-100 sebanyak 2 pasien
(22,22%). Data tersebut menunjukkan untuk pasien laki-laki penilaian OA secara
umum dominan pada rentang nilai 50 hingga 59 yaitu 3 pasien (33,33%). Jumlah
pasien perempuan 23 dan dari jumlah tersebut yang memberi nilai 10-19 sebanyak
1 pasien (4,35%), yang memberi nilai 20-29 sebanyak 1 pasien (4,35%), yang
memberi nilai 40-49 sebanyak 2 pasien (8,70%), yang memberi nilai 50-59
sebanyak 3 pasien (13,04%), yang memberi nilai 60-69 sebanyak 2 pasien
(8,70%), yang memberi nilai 70-79 sebanyak 2 pasien (8,70%), yang memberi
nilai 80-89 sebanyak 5 pasien (21,74%), dan yang memberi nilai 90-100 sebanyak
7 pasien (30,43%). Data tersebut menunjukkan untuk pasien perempuan penilaian
OA secara umum dominan pada rentang nilai 90 hingga 100 yaitu 7 pasien
(30,43%).
Pada persentase total pasien berdasarkan status umum dalam 6 bulan
terakhir (laki-laki dan perempuan) didapatkan yang memberi nilai 0-9 sebanyak 1
pasien (3,13%), yang memberi nilai 10-19 sebanyak 2 pasien (6,25%), yang
memberi nilai 20-29 sebanyak 1 pasien (3,13%), yang memberi nilai 30-39
sebanyak 1 pasien (3,13%), yang memberi nilai 40-49 sebanyak 2 pasien (6,25%),
yang memberi nilai 50-59 sebanyak 6 pasien (18,75%), yang memberi nilai 60-69
sebanyak 2 pasien (6,25%), yang memberi nilai 70-79 sebanyak 3 pasien (9,38%),
yang memberi nilai 80-89 sebanyak 5 pasien (15,63%), dan yang memberi nilai
90-100 sebanyak 9 pasien (28,13%). Data tersebut menunjukkan sebagian besar
sampel pasien memberikan nilai 90-100 untuk status OA secara umum yang
berarti secara umum penyakit dirasakan sangat aktif oleh pasien.

31

5.2.4

Status Kekakuan dan Pembengkakan (Tabel 5.4.)


Jumlah koresponden laki-laki 9 pasien dan dari jumlah tersebut yang memberi
nilai 0-9 sebanyak 2 pasien (22,22%), yang memberi nilai 10-19 sebanyak 1
pasien (11,11%), yang memberi nilai 20-29 sebanyak 1 pasien (11,11%), yang
memberi nilai 30-39 sebanyak 1 pasien (11,11%), yang memberi nilai 50-59
sebanyak 3 pasien (33,33%), dan yang memberi nilai 70-79 sebanyak 1 pasien
(11,11%). Data tersebut menunjukkan untuk pasien laki-laki penilaian status
kekakuan dan pembengkakan dominan pada rentang nilai 50-59 yaitu sebanyak 3
pasien (33,33%). Jumlah pasien perempuan adalah 23 dan dari jumlah tersebut
yang memberi nilai 0-9 sebanyak 5 pasien (21,74%), yang memberi nilai 20-29
sebanyak 5 pasien (21,74%), yang memberi nilai 30-39 sebanyak 1 pasien
(4,35%), yang memberi nilai 40-49 sebanyak 1 pasien (4,35%), yang memberi
nilai 50-59 sebanyak 4 pasien (17,39%), yang memberi nilai 60-69 sebanyak 1
pasien (4,35%), yang memberi nilai 70-79 sebanyak 2 pasien (8,70%), dan yang
memberi nilai 90-100 sebanyak 4 pasien (17,39%). Data tersebut menunjukkan
untuk pasien perempuan penilaian terhadap status kekakuan dan pembengkakan
dominan pada rentang nilai 0-9 dan 20-29 yaitu masing-masing sebanyak 5 pasien
(21,74%).
Pada persentase total pasien berdasarkan status kekakuan dan bengkak
(laki-laki dan perempuan) didapatkan yang memberi nilai 0-9 sebanyak 7 pasien
(21,88%), yang memberi nilai 10-19 sebanyak 1 pasien (3,13%), yang memberi
nilai 20-29 sebanyak 6 pasien (18,75%), yang memberi nilai 30-39 sebanyak 2
pasien (6,25%), yang memberi nilai 40-49 sebanyak 1 pasien (3,13%), yang

32

memberi nilai 50-59 sebanyak 7 pasien (21,88%), yang memberi nilai 60-69
sebanyak 1 pasien (3,13%), yang memberi nilai 70-79 sebanyak 3 pasien (9,38%),
dan yang memberi nilai 90-100 sebanyak 4 pasien (12,50%). Data tersebut
menunjukkan sebagian besar sampel pasien memberikan penilaian 0-9 dan 50-59
untuk status kekakuan dan pembengkakan yang berarti secara umum penyakit
dirasakan tidak kaku dan bengkak atau terdapat kekakuan dan pembengkakan
sedang oleh pasien.
5.2.5 Status Nyeri (Tabel 5.5.)
Jumlah koresponden laki-laki 9 pasien dan dari jumlah tersebut yang memberi
nilai 30-39 sebanyak 1 pasien (11,11%), yang memberi nilai 50-59 sebanyak 2
pasien (22,22%), yang memberi nilai 70-79 sebanyak 3 pasien (33,33%), yang
memberi nilai 80-89 sebanyak 2 pasien (22,22%), dan yang memberi nilai 90-100
sebanyak 1 pasien (11,11%). Data tersebut menunjukkan untuk pasien laki-laki
penilaian status nyeri dominan pada rentang nilai 70-79 yaitu sebanyak 3 pasien
(33,33%). Jumlah pasien perempuan adalah 23 dan dari jumlah tersebut yang
memberi nilai 0-9 sebanyak 1 pasien (4,35%), yang memberi nilai 10-19 sebanyak
1 pasien (4,35%), yang memberi nilai 20-29 sebanyak 3 pasien (13,04%), yang
memberi nilai 50-59 sebanyak 5 pasien (21,74%), yang memberi nilai 60-69
sebanyak 1 pasien (4,35%), yang memberi nilai 70-79 sebanyak 3 pasien
(13,04%), yang memberi nilai 80-89 sebanyak 2 pasien (8,70%), dan yang
memberi nilai 90-100 sebanyak 7 pasien (30,43%). Data tersebut menunjukkan
untuk pasien perempuan penilaian terhadap status nyeri dominan pada rentang
nilai 90-100 yaitu sebanyak 7 pasien (30,43%).

33

Pada persentase total pasien berdasarkan status nyeri (laki-laki dan


perempuan) didapatkan yang memberi nilai 0-9 sebanyak 1 pasien (3,13%), yang
memberi nilai 10-19 sebanyak 1 pasien (3,13%), yang memberi nilai 20-29
sebanyak 3 pasien (9,38%), yang memberi nilai 30-39 sebanyak 1 pasien (3,13%),
yang memberi nilai 50-59 sebanyak 7 pasien (21,88%), yang memberi nilai 60-69
sebanyak 1 pasien (3,13%), yang memberi nilai 70-79 sebanyak 6 pasien
(18,75%), yang memberi nilai 80-89 sebanyak 4 pasien (12,50%), dan yang
memberi nilai 90-100 sebanyak 8 pasien (25,00%). Data tersebut menunjukkan
sebagian besar sampel pasien memberikan nilai 90-100 untuk status nyeri yang
5.2.6

berarti secara umum penyakit dirasakan sangat nyeri oleh pasien.


Lama Kaku Pagi Hari (Tabel 5.6.)
Jumlah koresponden laki-laki 9 pasien dan dari jumlah tersebut yang tidak
memiliki keluhan kaku sendi di pagi hari sebanyak 1 pasien (11,11%), dan yang
memiliki keluhan kaku sendi di pagi hari kurang dari 30 menit sebanyak 8 pasien
(88,89%). Data tersebut menunjukkan untuk pasien laki-laki lama kaku sendi di
pagi hari sebagian besar kurang dari 30 menit yaitu sebanyak 8 pasien (88,89%).
Jumlah koresponden perempuan 23 pasien dan dari jumlah tersebut yang tidak
memiliki keluhan kaku sendi di pagi hari sebanyak 6 pasien (26,09%), yang
memiliki keluhan kaku sendi di pagi hari kurang dari 30 menit sebanyak 12 pasien
(52,17%), yang memiliki keluhan kaku sendi di pagi hari antara 30 menit hingga 1
jam sebanyak 3 pasien (13,04%), yang memiliki keluhan kaku sendi di pagi hari
antara 1 jam hingga 2 jam sebanyak 1 pasien (4,35%), dan yang memiliki keluhan
kaku sendi di pagi hari antara 2 jam hingga 4 jam sebanyak 1 pasien (4,35%).

34

Data tersebut menunjukkan untuk pasien perempuan lama kaku sendi di pagi hari
sebagian besar kurang dari 30 menit yaitu sebanyak 12 pasien (52,17%).
Pada persentase total pasien berdasarkan lama kaku pagi hari (laki-laki
dan perempuan) didapatkan yang tidak memiliki keluhan kaku sendi di pagi hari
sebanyak 7 pasien (21,88%), yang memiliki keluhan kaku sendi di pagi hari
kurang dari 30 menit sebanyak 20 pasien (62,50%), yang memiliki keluhan kaku
sendi di pagi hari antara 30 menit hingga 1 jam sebanyak 3 pasien (9,38%), yang
memiliki keluhan kaku sendi di pagi hari antara 1 jam hingga 2 jam sebanyak 1
pasien (3,13%), dan yang memiliki keluhan kaku sendi di pagi hari antara 2 jam
hingga 4 jam sebanyak 1 pasien (3,13%). Data tersebut menunjukkan sebagian
besar sampel pasien memiliki keluhan kaku sendi di pagi hari dan berlangsung
selama kurang dari 30 menit.
5.2.7 Kelas Fungsional Sendi (Tabel 5.7.)
Jumlah koresponden laki-laki 9 pasien dan dari jumlah tersebut yang mengaku
mampu melakukan aktivitas sehari-hari tanpa keterbatasan sebanyak 2 pasien
(22,22%), yang mengaku mampu melakukan aktivitas sehari-hari namun ada
gangguan ketidaknyamanan atau sedikit terbatas sebanyak 6 pasien (66,67%), dan
yang mengaku tidak mampu atau sedikit mampu melakukan aktivitas sehari-hari
sebanyak 1 pasien (11,11%). Data tersebut menunjukkan untuk pasien laki-laki
sebagian besar mengaku mampu melakukan aktivitas sehari-hari dengan sedikit
gangguan ketidaknyamanan atau sedikit terbatas yaitu sebanyak 6 pasien
(66,67%). Jumlah koresponden perempuan 23 pasien dan dari jumlah tersebut
yang mengaku mampu melakukan aktivitas sehari-hari tanpa keterbatasan
sebanyak 7 pasien (30,43%), yang mengaku mampu melakukan aktivitas sehari-

35

hari namun ada gangguan ketidaknyamanan atau sedikit terbatas sebanyak 14


pasien (60,87%), dan yang mengaku tidak mampu atau sedikit mampu melakukan
aktivitas sehari-hari sebanyak 2 pasien (8,70%). Data tersebut menunjukkan untuk
pasien perempuan sebagian besar mengaku mampu melakukan aktivitas seharihari dengan sedikit gangguan ketidaknyamanan atau sedikit terbatas yaitu
sebanyak 14 pasien (60,87%).
Pada persentase total pasien sesuai kemampuan melakukan aktivitas
sehari-hari (laki-laki dan perempuan) yang mengaku mampu melakukan aktivitas
sehari-hari tanpa keterbatasan sebanyak 9 pasien (28,13%), yang mengaku
mampu melakukan aktivitas sehari-hari namun ada gangguan ketidaknyamanan
atau sedikit terbatas sebanyak 20 pasien (62,50%), dan yang mengaku tidak
mampu atau sedikit mampu melakukan aktivitas sehari-hari sebanyak 3 pasien
(9,38%). Data tersebut menunjukkan sebagian besar sampel pasien mengaku
mampu

melakukan

aktivitas

sehari-hari

namun

terdapat

ketidaknyamanan atau sedikit terbatas dalam mengerjakannya.

gangguan

36

BAB 6
PEMBAHASAN

Penelitian mengenai aktivitas penyakit Osteoartritis (OA) lutut dengan


menggunakan indeks Rapid Assesment of Disease Activity in Rheumatology (RADAR)
ini dilakukan di IRJ Reumatologi RSUD Dr. Soetomo Surabaya pada bulan Januari
2014 hingga Februari 2014. Penelitian dilakukan secara deskriptif dengan menggunakan
metode wawancara mengenai pertanyaan Indeks RADAR. Pada wawancara ini, setiap
pasien yang bersedia menjadi responden diajukan sebuah kuesioner dan diminta untuk
mengisi sesuai dengan kondisi pasien. Kuesioner ini memiliki 6 pertanyaan, dimana
pertanyaan pertama untuk mengukur aktivitas penyakit secara global selama 6 bulan
dengan menggunakan Visual Analog Scale yang berskala 0-100 (dalam mm), pertanyaan
kedua untuk mengukur aktivitas penyakit sekarang sehubungan dengan kekakuan dan
pembengkakan sendi dengan menggunakan Visual Analog Scale yang berskala 0-100
(dalam mm), pertanyaan ketiga untuk mengukur nyeri arthritis sekarang dengan
menggunakan Visual Analog Scale yang berskala 0-100 (dalam mm), pertanyaan ke-4
mengenai lamanya kaku pagi (morning stiffness) yang terdiri dari 7 kategori, pertanyaan
ke-5 mengenai kelas fungsional sendi yang dibagi menjadi 4 kategori, dan pertanyaan
terakhir mengenai daftar sendi yang nyeri dan/atau kaku. Waktu yang diperlukan untuk
setiap wawancara adalah 5-15 menit.
Belum ada studi melihat validitas ataupun penggunaan kuesioner RADAR pada
penderita OA. Pada penelitian di IRJ Reumatologi RSUD Dr. Soetomo yang peneliti

37

lakukan, didapatkan sampel pasien OA lutut sebanyak 32 orang, 9 orang diantaranya


adalah laki-laki (28.13% dari total sampel) dan 23 sisanya adalah perempuan (71,88%
dari total sampel). Rasio jenis kelamin ini menunjukkan adanya kemiripan dengan sebuah
studi tentang indeks lain, yaitu kuesioner Western Ontario MacMaster, pada OA yang
dilakukan oleh Wolfe dimana hasilnya menunjukkan dari 655 sampel, 161 pasien berjenis
kelamin laki-laki (23,5% dari total sampel) dan 494 pasien berjenis kelamin perempuan
(76,5% dari total sampel). Perbedaan rasio dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti
lokasi penelitian, waktu penelitian, obyek yang digunakan untuk meneliti, dan juga
sampel yang digunakan.
Pada pengklasifikasian status OA lutut menurut umur, didapatkan bahwa jumlah
terkecil ada pada kelompok umur termuda, yaitu 40 44 tahun, sebanyak 2 pasien
(6,25% dari total sampel). Sementara untuk 2 kelompok umur di atasnya, yaitu 45 49
tahun dan 50 54 tahun terdapat peningkatan menjadi masing-masing 4 pasien (masingmasing 12,50% dari total sampel). Kelompok umur berikutnya, yaitu 55 59 tahun juga
mengalami peningkatan dan menjadi kelompok umur dengan jumlah terbanyak yaitu 8
orang (25% dari total sampel). Selanjutnya untuk kelompok umur 60 64 tahun kembali
terjadi penurunan menjadi sebanyak 4 pasien (12,50% dari total sampel), dan kelompok
umur 65 69 tahun mengalami peningkatan kembali menjadi 6 pasien (18,75% dari total
sampel). Kelompok umur yang terakhir berjumlah 4 pasien (12,50% dari total sampel)
seperti kebanyakan kelomopok umur yang lain. Dapat dilihat dari data ini bahwa masih
ada kesesuaian dengan teori bahwa usia termasuk sebagai faktor resiko dalam OA,
ditunjukkan dengan adanya peningkatan jumlah pasien pada kelompok umur yang lebih

38

tua dan jumlah pasien lebih condong ke kelompok umur yang lebih tua. Namun, jumlah
pasien terbanyak bukan berada kelompok umur yang paling tua, melainkan pada
kelompok umur 55 59 tahun, hal ini dimungkinkan dikarenakan oleh beberapa faktor
seperti jumlah sampel, angka harapan hidup yang rendah sehingga tidak banyak pasien
berumur 70 ke atas, atau juga karena tingkat pendidikan dan sosioekonomi yang rendah
pada pasien yang tua sehingga memilih untuk tidak menjalani pengobatan. Hal lain yang
perlu diperhatikan adalah pada pasien laki-laki sampel terbanyak ada pada kelompok
umur 65 69 tahun dan 70 74 tahun dimana masing-masing terdiri dari 3 pasien
(masing 33,33% dari total sampel), sementara pada pasien perempuan sampel terbanyak
ada pada kelompok umur 55 59 tahun yaitu 8 pasien (34,78% dari total sampel) dan
kelompok umur ini sama dengan kelompok umur dengan sampel terbanyak pada total
sampel pasien OA (laki-laki dan perempuan). Pada pasien perempuan juga dapat dilihat
pola penurunan jumlah pasien setelah kelompok umur 55-59 tahun Hal ini mungkin
disebabkan oleh budaya dimana laki-laki memiliki kecenderungan untuk menahan sakit
daripada mengobatinya sehingga hanya yang tua dan cenderung berat yang pergi berobat.
Kemungkinan faktor lain adalah angka harapan hidup laki-laki dan perempuan yang
berbeda serta tingkat pendidikan yang berbeda pada kelompok umur lebih tua sehingga
kebanyakan perempuan cenderung tidak pergi berobat.
Hasil penelitian untuk status OA secara umum dalam 6 bulan terakhir pada
penelitian yang menggunakan kuesioner RADAR ini menunjukkan bahwa sebagian besar
sampel (9 pasien atau 28,13% dari total sampel) mengaku penyakit terasa sangat aktif
atau aktif luar biasa, yaitu skor 90-100, selama 6 bulan terakhir atau sejak pertama kali

39

merasakan gangguan jika penyakit yang dirasakan belum sampai 6 bulan. Aktivitas
penyakit secara umum dilihat dari gangguan kekakuan, pembengkakan, nyeri, dan
keterbatasan fungsional yang dirasakan pasien. Selanjutnya untuk status kekakuan dan
pembengkakan sekarang ada 2 kelompok nilai yang dominan, yaitu kelompok nilai 0 9
yang berarti pasien tidak atau sedikit merasakan kekakuan dan pembengkakan pada saat
itu, dan kelompok nilai 50-59 yang berarti pasien meraskan kekakuan dan pembengkakan
pada tingkat yang sedang. Masing-masing kelompok nilai terdiri dari 7 pasien (21,88%
dari total sampel). Selanjutnya untuk status nyeri sekarang sebagian besar pasien
memberikan penilaian 90 100 yang berarti nyeri pada saat itu dirasakan sangat nyeri
atau nyeri luar biasa, yaitu sebanyak 8 pasien (25,00% dari total sampel).
Pembagian dalam kuesioner RADAR sehubungan dengan lama kaku sendi di pagi
hari ada dalam 7 kategori, yaitu tidak mengalami kaku sendi pagi hari, mengalami kaku
sendi selama kurang dari 30 menit, mengalami kaku sendi selama 30 menit hingga 1 jam,
mengalami kaku sendi selama 1 jam hingga 2 jam, mengalami kaku sendi selama 2 jam
hingga 4 jam, mengalami kaku sendi lebih dari 4 jam, dan mengalami sendi sepanjang
hari. Hasil dari penelitian ini adalah sebagian besar pasien, yaitu 20 pasien (62,50% dari
total sampel), mengalami kaku sendi di pagi hari selama kurang dari 30 menit. Lama
kaku pagi hari yang dinilai pada pertanyaan ini adalah pada hari dimana pasien diajukan
pertanyaan, sehingga kemungkinan besar bagi pasien yang sudah menjalani pengobatan
teratur tidak mengalami inflamasi yang terlalu berat. Hal ini membuat kaku sendi pada
pagi hari tidak begitu lama namun tetap ada pada sebagian besar pasien.

40

Pada kuesioner RADAR kemampuan fungsional sendi dibagi menjadi 4 kelas


fungsional yang didasarkan pada kemampuan sendi untuk digunakan dalam kegiatan
sehari-hari pada hari dimana pasien diminta mengisi kuesioner sesuai dengan kriteria
Steinbrocker. Pertama, sendi dapat digunakan dengan kapasitas fungsional lengkap untuk
dapat melakukan kegiatan sehari-hari tanpa adanya gangguan. Kedua, sendi dapat
digunakan untuk aktivitas sehari-hari namun pasien dapat merasakan sedikit tidak
nyaman atau ada keterbatasan pada gerakan-gerakan sendi, baik satu sendi maupun lebih.
Ketiga, sendi dapat digunakan dengan kemampuan fungsional cukup untuk mengerjakan
sedikit atau sama sekali tidak mampu mengerjakan aktivitas sehari-hari dan perawatan
diri. Ke-4, sendi hampir tidak dapat digunakan atau sama sekali tidak dapat digunakan
sehingga pasien sebagian besar berbaring pada kasur atau duduk di kursi. Hasil pada
penelitian ini menunjukkan sebagian besar pasien, yaitu 20 pasien (62,50% dari total
sampel), berada pada kelas fungsional yang kedua yaitu sendi masih dapat digunakan
untuk melakukan aktivitas sehari-hari namun dirasakan ketidaknyamanan atau sedikit
terganggu oleh penyakitnya ketika melakukan aktivitas sehari-hari. Penilaian kemampuan
fungsional sendi sebagian besar pasien cukup baik karena kemungkinan sebagian besar
pasien sudah menjalani pengobatan secara teratur. Tidak ada pasien pada kelas fungsional
yang terakhir atau yang terparah dimungkinkan karena keterbatasan penelitian ini dimana
sampel diambil dari Instalasi Rawat Jalan, dimana sebagian besar pasien yang berada di
kelas fungsional terakhir kemungkinan berada di Instalasi Rawat Inap untuk
mendapatkan penanganan.

41

Meninjau pertanyaan-pertanyaan pada kuesioner RADAR, pertama dari jumlah


pertanyaan yang hanya ada 6 pertanyaan membuat waktu pengisian kuesioner relatif
singkat dan menjadi sebuah kelebihan bagi kuesioner yang ditujukan sebagai suatu sarana
untuk meninjau secara independen aktivitas penyakit dan diharapkan dapat memberi
gambaran umum seberapa aktif penyakit tersebut. Pertanyaan pertama hingga ketiga
menggunakan Visual Analog Scale yang mudah dimengerti oleh sebagian besar pasien
dan adanya penanda tiap kelipatan 10 membantu pasien lebih cepat dalam melakukan
penilaian. Kekurangan dari kuesioner RADAR ini terletak pada pertanyaan yang terlalu
panjang sehingga pasien membutuhkan waktu yang lebih lama untuk mengisi kuesioner.
Selain itu, pada pertanyaan ke-4 mengenai kelas fungsional sendi, pilihan jawaban yang
diajukan cukup panjang sehingga pasien terkadang perlu untuk membaca beberapa kali
pilihan-pilihan yang ada sebelum memutuskan pilihan mana yang paling menunjukkan
kondisi pasien. Secara umum, tidak ada halangan untuk kuesioner RADAR digunakan
pada pasien yang terkena OA. Kuesioner ini dapat membantu pasien untuk
mengkomunikasikan bagaimana aktivitas penyakit ketika pasien datang dan juga aktivitas
secara umum selama 6 bulan, kuesioner ini praktis karena hanya terdiri dari 6 pertanyaan
dan dapat dikerjakan dalam waktu 5-15 menit ketika pasien masih menunggu dokter atau
juga dapat digunakan sebagai sarana untuk melihat perkembangan dari penyakit ketika
pasien menjalani pengobatan di rawat inap.

42

BAB 7
KESIMPULAN DAN SARAN

7.1

Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian Pengukuran Aktivitas Penyakit Osteoarthritis
lutut dengan kuesioner Rapid Assessment of Disease Acivity in Rheumatology di
Instalasi Rawat Jalan RSUD Dr. Soetomo didapatkan kesimpulan bahwa :
1. Perempuan memiliki resiko lebih tinggi terkena OA dibanding dengan lakilaki
2. Sebagian besar pasien berada pada kelompok umur 55 59 tahun (sebanyak
25,00%), dan semakin tua semakin tinggi resiko terkena OA
3. Sebagian besar pasien mengaku aktivitas OA mereka secara umum sangat
aktif yaitu pada nilai 90 - 100 (sebanyak 28,13%)
4. Persentase pasien yang dikur untuk status kekakuan dan pembengkakan sendi
terbanyak terdapat pada kelompok nilai 0 9 dan 50 59, yaitu masingmasing sama sebesar 21,88%
5. Sebagian besar pasien mengaku merasakan nyeri yang sangat hebat yaitu pada
kelompok nilai 90 100 (sebanyak 25%)
6. Sebagian besar pasien mengalami kaku sendi di pagi hari selama kurang dari
30 menit (sebanyak 62,50%)
7. Sebagian besar pasien berada pada kelas fungsional sendi kedua yaitu mampu
melakukan aktivitas sehari-hari dengan adanya ketidaknyamanan atau sedikit
terganggu (sebanyak 62,50%).

7.2

Saran

43

1. Beberapa pertanyaan pada kuesioner RADAR dapat dipersingkat tanpa


mengurangi artinya sehingga lebih nyaman bagi pasien untuk mengisinya.
2. Dapat dilakukan studi validitas dan kecocokan antara dokter dengan pasien
untuk kuesioner RADAR terhadap pasien OA.
3. Penelitian dapat dilakukan dengan sampel yang lebih banyak dan lokasi yang
lebih luas mencakup instalasi rawat inap agar hasil yang didapatkan lebih
akurat dan valid.

DAFTAR PUSTAKA
Abramson, SB. dan Attur M., 2009 . Developments in the scientific understanding of
osteoarthritis Arthritis Research & Therapy. [online] Retrieved: May 23, 2012, from:
http://www.biomedcentral.com/content/pdf/ar2655.pdf
American College of Rheumatology. 2012. [1986] Criteria for Classification of
Idiopathic Osteoarthritis (OA) of the Knee. Retrieved: May 27, 2012, from :
http://www.rheumatology.org/practice/clinical/classification/oaknee.asp
Altman R., Asch E., Bloch D., Bole G., Borenstein D., Brandt K., et al. 1986. The
American College of Rheumatology criteria for the classification and reporting of
osteoarthritis of the knee. Arthritis Rheum; vol. 29 pp. 1039--1049.

Ellis, H. 2006. Clinical Anatomy A Revision and applied anatomy for clinical students.
11th ed. Massachusetts: Blackwell Publishing.
Fauci, Braunwald, et al. 2008. Harisson's Principle of Internal Medicine. 17th ed. New
York: McGraw-Hill.

44

Fransen, J., Stucki, G. and Van Riel, P. 2003. Rheumatoid arthritis measures: Disease
Activity Score (DAS), Disease Activity Score-28 (DAS28), Rapid Assessment of
Disease Activity in Rheumatology (RADAR), and Rheumatoid Arthritis Disease
Activity Index (RADAI). Arthritis Care & Research, 49 (S5), pp. 214--224.
Retrieved:

May

30,

2012,

from:

http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1002/art.11407/abstract
Hochberg, M. C., Chang, R. W., Dwosh, I., Lindsey, S., Pincus, T. and Wolfe, F. 1992.
Revised Criteria for the Classification of Global Functional Status in Rheumatoid
Arthritis. Arthritis & Rheumatism, 35 (5), pp. 498-502.
Isbagio, H. dan Effendi, A.Z. 1987, Osteoarthritis, dalam: Soeparman(ed). Buku Ilmu
penyakit dalam jilid 1. 2nd ed. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. pp. 680-688
Lawrence, RC., Felson DT., Helmick CG., et al. 2008. Estimates of the prevalence of
arthritis and other rheumatic conditions in the United States. Arthritis Rheum, vol 58,
pp. 2635.
Lopez, AD., Mathers CD., Ezzati M., Jamison DT., Murray CJL, eds. 2006. Global
Burden of Disease and Risk Factors. [e-book] New York: Oxford University Press.
Retrieved: May 25, 2012, from: http://www.dcp2.org/pubs/GBD
Mason, J., Anderson, J., Meenan, R., Haralson, K., Lewis-Stevens, D. and Kaine, J. 1992.
The rapid assessment of disease activity in rheumatology (RADAR) questionnaire.
Arthritis & Rheumatism, 35 (2), pp. 156--162.

45

McGonagle, D., Ai LT., Carey J., Benjamin M. 2010. The anatomical basis for a novel
classification of osteoarthritis and allied disorders. Wiley Online Library [serial on
the

internet].

Retrieved:

May

25,

2012,

from:

http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/j.1469-7580.2009.01186.x/full
Niu, J., Zhang YQ., Torner J., Nevitt M., Lewis CE., Aliabadi P., et al. 2009. Is obesity a
risk factor for progressive radiographic knee osteoarthritis. PubMed [serial on the
internet].

Retrieved:

May

19,

2012,

from:

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/19248122

SarziPuttini, P., Cimmino M.A., Scarpa R., et al. 2005. Osteoarthritis: An overview of
the disease and its treatment strategies. Semin Arthritis Rheum 2005 vol. 35(1 Suppl
1), pp. 110.
Snell, RS. 2006. Clinical Anatomy by Systems. 11th ed. [e-book] Philadelphia: Lippincott
Williams & Wilkins.
Snell, RS. 2012. Clinical Anatomy by Regions. 9th ed. [e-book] Philadelphia: Lippincott
Williams & Wilkins.
Solomon, L., Clinical Feature of Osteoarthritis in Ruddy S., Harris ED., Sledge CB.,
Budd RC., Sergent JS. (eds). 2001. Kelleys Textbook of Rheumatology. 6th ed.
Philadelphia: W.B. Saunders Company.
Soeroso, J. 2006. Validity and Reliability of Radar Questionnaire for Patients with
Rheumatoid Arthritis. Folia Medica Indonesiana, 42 (3), pp. 176--180.

46

Soeroso, J. 2011. Patogenesis Osteoarthritis: Proses Degeneratif atau Inflamatif. [ejournal], Abstract only. Diperoleh melalui: Pusat Penelitian dan Pengbadian Kepada
Masyarakat Universitas Airlangga [23 Mei 2012].
Soeroso, J., Isbagio H, Kalim H, Broto R, Pramudiyo R. 2009. Osteoartritis. Dalam:
Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, editors. Buku ajar ilmu
penyakit dalam. 5th ed. Jakarta: InternaPublishing. p. 2538-48
Soeroso, J., Dans LF., Amarillo ML., Santoso GH., Kalim H. 2005. Risk factors of
symptomatic osteoarthritis of the knee at a hospital in Indonesia. APLAR Journal of
Rheumatology. 8 : pp. 106-113.

Sugondo, S. 2009. Obesitas. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M,


Setiati S, editors. 2009. Buku ajar ilmu penyakit dalam. 5th ed. Jakarta:
InternaPublishing. pp. 1973-82
Subagjo. 2011. Arthrologi in Alimsardjono, H., Santoso MWA., Subagjo. Anatomi 1.
2011. 8th ed. Surabaya: Departemen Anatomi dan Histologi Fakultas Kedokteran. pp.
97-116
WHO. 2006. Global Burden of Disease : 2004 Update. [pdf]. WHO Library Cataloguingin-Publication

Data.

Retrieved:

May

25,

2012,

from:

http://www.who.int/entity/healthinfo/global_burden_disease/2004_report_update/en/i
ndex.html

47

Wolfe F, Kong SX. 1999. Rasch analysis of the Western Ontario MacMaster
questionnaire (WOMAC) in 2205 patients with osteoarthritis, rheumatoid arthritis,
and fibromyalgia. Ann Rheum Dis. Vol 58(9):563-568.

Zeng, QY., Zang CH., Li XF., Dong HY., Zhang AL., Lin L. 2006. Associated risk
factors of knee osteoarthritis: a population survey in Taiyuan, China. Chin Med J. vol
119

(18),

pp.

1522-1527.

Retrieved

May

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/16996005
LAMPIRAN
Lampiran 1. Daftar Anggaran Dana
N
o

Kegiatan

1
2
3
4

Perijinan
Pengumpulan Data
Pengolahan Data
Pembuatan Laporan

Dana yang dibutuhkan

Total

Rp. 475.000,Rp. 50.000,Rp. 50.000,Rp. 150.000,Rp. 725.000,-

19,

2012,

from:

48

Lampiran 2: Lembar data pasien


I. Identitas Pasien
Nama Lengkap Pasien
Jenis kelamin
Tanggal lahir
Alamat
Pekerjaan

: ..
:L/P
:
Umur :
tahun
:
:

II. Data OA Lutut :


1. Lokasi
: Kanan / Kiri / Bilateral
2. Berapa lama / sejak kapan :
3. OA sendi lain
: Ada / Tidak
Bila ada, sebutkan lokasinya :
4. Informasi Lain :
III. Pemeriksaan Radiologis
1. Ada / tidak
2. Jenis Pemeriksaan : Plain Foto / USG / MRI / lainnya

49

Lampiran 3
PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
Yang Terhormat..(responden)
Saya (Peneliti) yang berdata-diri dibawah ini:
Nama : Alan Christy Soewargo
NIM : 011011136
Institusi : Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga
Memberitahukan bahwa saya akan melakukan
PENGUKURAN

AKTIVITAS

PENYAKIT

penelitian mengenai

OSTEOARTHRITIS

DENGAN

RADAR PADA PASIEN OSTEOARTHRITIS LUTUT DI POLI PENYAKIT


DALAM RSUD DR SOETOMO.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas penyakit OA yang diukur
menggunakan kuesioner RADAR pada pasien OA lutut di Instalasi Rawat Jalan
Reumatologi - RSUD Dr.Soetomo. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah
wawancara kepada subjek penelitian (pasien) dan tidak ada tindakan yang diambil
pada subyek penelitian. Hasil penelitian ini nantinya dapat digunakan sebagai data
dalam penelitian mengenai kuesioner RADAR selanjutnya. Untuk keperluan seperti
yang telah disebutkan diatas, saya mohon kesediaan saudara untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan saat wawancara dengan jujur. Saya menjamin
kerahasiaan jawaban dan identitas saudara. Informasi yang saudara berikan
digunakan sebagai wahana untuk mengembangkan mutu pelayanan kesehatan, tidak
akan dipergunakan untuk maksud lain. Partisipasi saudara dalam wawancara ini akan
sangat saya hargai dan atas perhatian saudara, saya ucapkan terima kasih.
Surabaya,

November 2013
Hormat saya,

Alan Christy Soewargo

50

NIM 011011136
Lampiran 4
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:


No. Responden

: (diisi peneliti)

Nama

Umur

Setelah mendapat penjelasan mengenai penelitian tentang PENGUKURAN


AKTIVITAS PENYAKIT OSTEOARTHRITIS DENGAN RADAR PADA PASIEN
OSTEOARTHRITIS LUTUT DI POLI PENYAKIT DALAM RSUD DR
SOETOMO, bersama ini saya menyatakan BERSEDIA untuk menjadi responden
penelitian oleh peneliti yang bersangkutan (Alan Christy Soewargo)

Surabaya,

November 2013
Responden

__________ __________

51

Lampiran 5

Rapid Assessment of Disease Activity in Rheumatology


Nama

Tanggal hari ini


tgl

bln

thn

Mohon jawab pertanyaan-pertanyaan mengenai penyakit sendi anda di bawah ini


1. Secara umum, seberapa aktif penyakit sendi anda selama 6 bulan terakhir? Tandai
X pada skala di bawah ini di titik yang menurut anda paling menunjukkan tingkat
aktivitas penyakit sendi anda.
Tidak aktif
Sama sekali

Aktif
luar biasa

2. Seberapa aktif penyakit sendi anda pada hari ini sehubungan dengan kekakuan
dan pembengkakan? Tandai X pada skala di bawah ini di titik yang sesuai

Tidak aktif
sama sekali

Aktif
luar biasa

3. Seberapa banyak nyeri yang anda rasakan hari ini? Tandai X pada skala di bawah
ini di titik yang sesuai

Tidak nyeri
sama sekali

Nyeri
luar biasa

4. Apakah sendi-sendi anda kaku ketika anda bangun hari ini?


Ya

Tidak

Jika ya, seberapa lama kekakuan tambahan berlangsung?


Kurang dari 30 menit
30 menit 1 jam

1
2

1-2 jam
2-4 jam

3
4

Lebih dari 4 jam


Sepanjang hari

5
6

52

5. Mohon centang pernyataan yang paling mendeskripsikan kemampuan anda hari


ini
I.

Mampu menjalankan semua pekerjaan biasanya tanpa keterbatasan

II.

Mampu mengerjakan aktivitas normal sekalipun ada ketidaknyamanan

atau keterbatasan pergerakan pada satu atau lebih sendi


III.

Mampu mengerjakan sedikit atau sama sekali tidak mampu mengerjakan


tugas-tugas dari pekerjaan anda biasanya

IV.

Sebagian besar terbatas di atas kasur atau kursi dengan sedikit atau tidak
ada perawatan diri sendiri

6. Mohon tunjukkan di bawah seberapa banyak nyeri dan/atau kekakuan yang anda
rasakan hari ini pada setiap area sendi yang tercantum di bawah ini.
Tandai dengan melingkari angka yang tepat. Pilihannya adalah :
0 = tidak ada nyeri/kekakuan
1 = Nyeri/kekakuan ringan

2 = Nyeri/kekakuan sedang
3 = Nyeri/kekakuan berat

Pada area yang ditandai dengan *, pikirkan satu sendi pada kelompok itu yang
paling mengganggu anda hari ini dan beri nilai untuk sendi tersebut. Pastikan
untuk menandai kedua bagian kanan dan kiri secara terpisah.
Sendi

Pundak
Sikut
Pergelangan
Telapak
tangan*
Jari-jari
tangan*
Paha
Lutut
Tumit*
Jari-jari
kaki*

Tidak
ada
0
0
0
0
0
0
0
0
0

Sisi Kanan
Ringa Sedan
n
g
1
2
1
2
1
2
1
2

Bera
t
3
3
3
3

Tidak
ada
0
0
0
0

Sendi
Kanan
1

1
1
1
1

2
2
2
2

3
3
3
3

0
0
0
0

Sisi Kiri
Ringa Sedan
n
g
1
2
1
2
1
2
1
2

Sendi
Kiri

Bera
t
3
3
3
3

1
1
1
1

2
2
2
2

3
3
3
3

53

Lampiran 6. Hasil Penelitian


No

Nama

Umu
r

Jenis
Kelamin

Tn. S

65

Laki-laki

Tn. D

72

Laki-laki

Ny. S

56

Ny. S

48

Tn. A

52

Ny. R

49

Ny. S

61

Ny. SB

60

Ny. J

56

10

Ny. W

48

11

Tn. S

69

12

Ny. TU

57

13

Tn. AZ

44

14

Ny. S

50

15

Ny. S

57

16

Ny. M

66

17

Ny. M

64

18

Ny. SK

59

19

Ny. W

72

20

Tn. MB

66

21

Ny. K

59

22

Ny. M

68

23

Ny. B

66

24

Ny. M

57

25

Tn. S

71

Perempua
n
Perempua
n
Laki-laki
Perempua
n
Perempua
n
Perempua
n
Perempua
n
Perempua
n
Laki-laki
Perempua
n
Laki-laki
Perempua
n
Perempua
n
Perempua
n
Perempua
n
Perempua
n
Perempua
n
Laki-laki
Perempua
n
Perempua
n
Perempua
n
Perempua
n
Laki-laki

Lokasi
OA
Lutut
Kanan
Bilatera
l

Lama
Penyakit
(tahun)
10

Aktivitas
umum OA 6
bulan terakhir
33

Statu
s
Kaku
30

Statu
s
Nyeri
30

Status
Kaku Pagi
Hari
1

Kelas
fungsiona
l sendi
2

3.00

72

72

73

Kanan

0.50

50

25

0.06

100

22

28

0.04

52

10

50

1.00

17

68

100

0.42

65

59

10.00

23

23

23

0.25

61

28

51

2.00

100

50

50

0.04

100

50

50

0.33

100

72

90

2.00

50

90

3.00

80

90

90

0.25

100

20

100

6.00

80

70

80

10.00

100

50

50

3.00

80

50

100

5.00

70

40

70

2.00

90

50

75

2.00

85

90

90

Kiri

0.17

50

15

Kanan

0.08

40

70

Kanan

0.50

80

50

50

Kanan

0.25

50

50

80

Bilatera
l
Kanan
Bilatera
l
Bilatera
l
Bilatera
l
Bilatera
l
Bilatera
l
Kiri
Bilatera
l
Kiri
Bilatera
l
Bilatera
l
Bilatera
l
Kanan
Bilatera
l
Bilatera
l
Bilatera
l
Bilatera
l

54

26

Ny. S

48

27

Ny. W

51

28

Tn. D

72

29

Ny. S

58

30

Tn. S

63

31

Ny. A

40

32

Ny. K

50

Perempua
n
Perempua
n
Laki-laki
Perempua
n
Laki-laki
Perempua
n
Perempua
n

Bilatera
l
Bilatera
l
Bilatera
l

2.00

100

100

70

4.00

49

38

81

5.00

70

Kanan

0.25

56

Kiri

0.50

16

25

85

Kanan

0.50

72

26

64

Kanan

0.08

100

100

100

Keterangan :
Status Kaku Pagi Hari : 0 = Tidak ada kaku
1 = Kaku kurang dari 30 menit
2 = Kaku 30 menit hingga 1 jam
3 = Kaku 1 jam hingga 2 jam

4 = Kaku 2 jam hingga 4 jam


5 = Kaku lebih dari 4 jam
6 = Kaku sepanjang hari

Anda mungkin juga menyukai