Anda di halaman 1dari 33

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA

TENTANG LATIHAN RANGE OF MOTION (ROM)

DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN KONTRAKTUR PADA PASIEN CVA

DI POLI RS PANTI WALUYA SAWAHAN MALANG

Untuk Memenuhi Persyaratan

Memeperoleh Gelar Sarjana Keperawatan

Oleh :

MELINDA MAHARDIANI

202243036
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN STIKES PANTI RAPIH
YOGYAKARTA

2023
TIM PENYUSUN

Pelindung

Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Panti Rapih Yogyakarta

Ketua Tim Penyusun

Wakil Ketua I Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Panti Rapih Yogyakarta

Anggota Tim Penyusun

Kontributor

Dosen Prodi Sarjana Keperawatan dan Profesi Ners STIKes Panti Rapih
KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terima kasih pada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmat-
Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan Laporan Ilmiah Akhir keperawatan
yang berjudul “HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA
TENTANG ROM DALAM UPAYA PENCEGAHA KONTRAKTUR PADA
PASIEN CVA DI RS PANTI WALUYA SAWAHAN MALANG ‘’sesuai
harapan dan tepat pada waktunya.

Dalam penyusunan Laporan Ilmiah Akhir ini telah banyak mendapat


bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis
mengucapkan terima kasih kepada:

1. Yulia Wardani, MAN, selaku Direktur Stikes Panti Rapih Yogyakarta

2. Fransisca Anjar Rina Setyani, M.Kep., Ns.Sp.Kep.MB. selaku


pembimbing I yang telah banyak memberikan bimbingan dan
pengarahan dalam penyusunan Laporan Ilmiah Akhir ini.

3. Emmelia Ratnawati, M.Kep., Ns.Sp.Kep.Kom. selaku pembimbing II


yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengarahan dalam
penyusunan Laporan Ilmiah Akhir ini.

4. Suami dan anak tercinta ku, yang selalu memberikan dukungan,


semangat dan motivasi

5. Kedua orang tua, kakak, serta adik saya yang telah memberikan
dukungan moral, material serta semangat agar saya dapat
menyelesaikan tugas ini.

Teman-teman angkatan yang selalu memberikan dukungan dan mengingatkan


akan tanggung-jawab serta semua pihak yang telah membantu dan mendukung
hingga terselesaikannya penyusunan Laporan Ilmiah Akhir ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Laporan Ilmiah Akhir ini masih jauh
dari sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang
bersifat membangun demi kesempurnaan penelitian ini. Semoga Laporan Ilmiah
Akhir ini dapat bermanfaat khususnya bagi peneliti, insitusi, lahan penelitian dan
para pembaca pada umumnya.
Malang, Maret 2023

Penulis

DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Stroke merupakan suatu kondisi kehilangan fungsi otak yang terjadi


ketika pasokan darah ke otak terganggu karena sumbatan atau pecahnya pembuluh
darah di otak dengan gejala yang sering muncul antara lain hemiparesis, bicara
pelo, kesulitan berjalan, kehilangan keseimbangan dan kekuatan otot yang
menurun. Menurut Mansjoer,2000 dalam Ariani, 2012 hal 41 Stroke merupakan
sindrom klinis yang timbul secara mendadak, progresif cepat, serta deficit
neurologis local dan atau global yang berlangsung 24 jam atau lebih, selain itu
juga, bisa langsung menimbulkan kematian yang disebabkan oleh gangguan
peredaran darah otak non-traumatik. Pasien dengan penyakit CVA mengalami
gangguan mobilisasi atau gangguan pergerakan, gangguan penglihatan, gangguan
bicara, perubahan emosi, dan gejala lain sesuai lokasi otak yang mengalami
infark. Untuk mencegah adanya komplikasi akibat stroke, maka perlu dilakukan
proses rehabilitasi dengan Range of Motion (ROM).
Latihan Range of Motion (ROM) merupakan bagian dari proses rehabilitasi untuk
mencapai tujuan yaitu meningkatkan kekuatan otot. Latihan beberapa kali dalam
sehari dan dilakukan pengulangan setiap gerakan agar latihan tersebut dapat
optimal di lakukan sehingga dapat mencegah terjadinya komplikasi yang akan
menghambat pasien untuk dapat mencapai kemandirian dalam melakukan
fungsinya sebagai manusia.(Eka et al., 2019)

Jika penurunan otot di biarkan saja maka dapat mengakibatkan kontraktur,


menurut Anggriani,2018 kontraktur artinya hilangnya atau berkurangnya rentang
gerak sendi baik secara pasif atau aktif sebab keterbatasan sendi, fibrosis jaringan
pendukung,otot dan kulit kontraktur dapat mengakibatkan terjadinya gangguan
fungsional, keterbatasan gerak range of motion dan gangguan aktifitas kegiatan
sehari-hari. Lokasi kontraktur pada umumnya sering terjadi pada salah satu
persendian, seperti sendi lutut dan sendi siku.(Cesarifa et al.,2020).

Di Indonesia, diperkirakan setiap tahun terjadi 500.000 terkena serangan stroke,


dan sekitar 25% atau 125.000 orang meninggal dan sisanya mengalami cacat
ringan atau berat, prevalensi stroke di Indonesia naik dari 7% menjadi 10,9%.
Pada tahun 2018 prevalensi stroke tertinggi terdapat di Kalimantan Timur
(14,7%). Saat ini stroke menempati urutan ketiga sebagai penyakit mematikan
setelah penyakit jantung dan kanker. Prevalensi stroke di Indonesia tahun 2018
berdasarkan diagnosis dokter pada penduduk umur ≥ 15 tahun sebesar (10,9%)
atau diperkirakan sebanyak 2.120.362 orang. (Kemenkes RI, 2018)

Dari prevalensi kasus cva di RS. Panti Waluya Sawahan Malang di dapatkan data
pada tahun 2022 sebanyak 49474 orang datang ke poli klinik dengan diagnose cva
infark sebanyak 7,5%, cva hemoregik sebanyak 1,83%, cva ICH 28,7% dan cva
Thrombosis 36,6% .

 Aliena 3: Kronologi Masalah

Bila terkit dengan kontraktur :

Jelaskan bagaimana kontratur ini bisa terjadi, lalu jelaskan apa dampaknya bila
seseorang mengalami kontraktur – selanjutnya jelaskan untuk penganan
kontraktur itu apa saja (secara teori). Lalu untuk penaganan kontraktur pada
pasien stroke , diperlukan keterlibatan keluarga untuk melakukan ROM –hal ini
dipengaruhi oleh factor pengetahuan.

Jelaskan Alinea selanjutnya—bagaimana pengetahuan bisa membentuk perilaku yang


baik. Lalu tuliskan hasil-hasil penelitian terkait dengan hubungan tk pengetahuan klg
dengan pencegahan kontraktur pada pasien stroke.
Pada Alinea 4:

Paparkan hasil stupen anda terkait dengan kontraktur pada pasien stroke di unit
rawat jalan bagaiman, hasil wawancara pada keluarga seperti apa? Lalu
sampaikan baghwa pada penelitian oleh peneliti sebelumnya menunjukkan
bahwa ada hubungan antara tk pengetahuan klg dengan pencegahan
kontraktur, namun hal ini belum pernah dilakukan di Poli…….maka peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul…………………

Peneliti menemukan fenomena pada tanggal 2 januari 2023, Ketika berdinas


disalah satu ruangan rawat inap dewasa Rs. Panti Waluya Sawahan Malang
Ketika ada pasien usia CVA ny.N usia 55 tahun di temukan kontraktur pada
kaki yang sulit untuk di luruskan. Dan di temukan kasus lagi di hari berikutnya
pada tanggal 10 januari 2023 ada pasien baru Ny.B usia 74 tahun terdapat
kontraktur pada tangan kanan kaku dan sulit untuk di tekuk. Dari fenomena
tersebut peneliti menggali aktivitas dari pasien di rumah dan tinggal dengan
anggota keluarga siapa yang tinggal satu rumah dengan pasien, dan di dapatkan
bahwa pasien tersebut hanya berbaring di kamar dan untuk aktivitas dibantu
oleh keluarga, keluarga tidak mengerti apa itu latihan ROM dan manfaat nya .

Latihan Range Of Motion (ROM) sangat bermanfaat bagi pasien CVA, kegiatan
tersebut meningkatkan keseimbangan, fleksibilitas, koordinasi, daya tahan
kesehatan dan mental, fungsi kognitif serta tonus otot yang dapat meningkatkan
kemandirian fungsional lansia. Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian “Hubungan Pengetahuan Keluarga Tentang Latihan
Range Of Motion (ROM ) Dalam Pencegahan Kontraktur pada Pasien CVA Di
RS Panti Waluya Sawahan Malang .

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka yang menjadi permasalahan dalam


penelitian ini adalah : Adakah hubungan tingkat pengetahuan keluarga tentang
Range Of Motion (ROM) aktif pasif dengan pencegahan kontraktur pada pasien
CVA sebelum di lakukan edukasi dan sesudah dilakukan edukasi

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan keluarga


tentang ROM aktif pasif dengan pencegahan kontraktur pada pasien cva

1.3.2 Tujuan Khusus


1. Mengidentifikasi penyakit CVA dan tanda gejala CVA
2. Mengidentifikasi Range Of Motion (ROM)
3. Mengidentifikasi kontraktur dan akibat dari kontraktur bagi pasien
4. Menganalisa hubungan pengetahuan keluarga tentang pentingnya latihan
Range Of Motion (ROM) aktif pasif untuk pencegahan kontraktur
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi secara lengkap dari


segi pengetahuan keluarga lansia tentang pentingnya latihan Range Of Motion
(ROM) aktif pasif untuk pencegahan kontraktur. Sehingga peran serta keluarga
sangat diharapkan untuk mengurangi kecemasan selama sakit. Keluarga akan
lebih sadar untuk memberi dukungan pencegahan kontraktur kepada anggota
keluarga yang memiliki keluarga dengan CVA.

1.4.2 Manfaat Praktis


1. Bagi Responden

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan informasi secara lengkap


kepada keluarga pasien lansia mengenai hubungan pengetahuan Keluarga
tentang latihan Range Of Motion (ROM) aktif pasif untuk pencegahan
kontraktur pada pasien CVA.

1.4.2 Bagi Keluarga

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan informasi kepada keluarga


pasien bahwa pentingnya pemberian latihan Range Of Motion (ROM) aktif pasif
pada pasien CVA untuk pencegahan kontraktur.

1.4.3 Bagi Masyarakat

Penelitian ini dapat memberikan manfaat kepada masyarakat untuk peduli


terhadap pasien cva untuk meningkatkan dukungan sosial masyarakat guna
meningkatkan kualitas hidup para pasien CVA.
1.4.4 Petugas Kesehatan

Penelitian ini dapat memberikan manfaat kepada petugas kesehatan untuk turut
andil memberikan pengetahuan serta edukasi kepada keluarga pasien CVA
tentang latihan Range Of Motion (ROM)
1.4.5 Bagi Penelitian Selanjutnya

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan atau


dikembangkan lebih lanjut, serta referensi terhadap penelitian sejenisnya.
Merekomendasikan kepada perawat dan institusi kesehatan lainnya.
1.4.6 Bagi Institusi

Memberikan masukan kepada institusi pendidikan dalam memberikan


pelayanan untuk masyarakat ketika mahasiswa praktek di rumah sakit dan
masyarakat.
2.2 Konsep CVA (Cerebrovascular Accident)

2.2.1 Pengertian CVA

Menurut Mansjoer,2000 di dalam buku Ariani 2012 hal 41 dikatakan bahwa


stroke merupakan syndrome klinis yang timbul secara mendadak, progresif cepat,
serta berupa deficit neurologis local dan atau global yang berlangsung 24 jam atau
lebih. Selain itu juga bisa langsung menimbulkan kematian yang disebabkan oleh
gangguan peredaran darah otak n0n-traumatik.

2.2.2 Klasifikasi CVA

Stroke terdiri dari beberapa jenis , yaitu:

1. Stroke iskemik

Stroke jenis ini terjadi jika aliran darah ke otak terhenti karena aterosklerosis
(penumpukan kolestrol pada dinding pembuluh darah) atau bekuan darah yang
menyumbat suatu pembuluh darah ke otak sehingga pasokan darah ke otak
terganggu. Hampir Sebagian besar pasien atau sebesar 83% mengalami stroke
ini.

Pada dasarnya , stroke iskemik disebab kan oleh beberapa hal antara lain :

a. Atheroma (endapan lemak ) yaitu penyumbatan yang bisa terjadi


disepanjang arteri menuju ke otak. Yaitu pada dua arteria karotis interna
dan dua arteri vertebralis. Arteri-arteri ini merupakan cabang dari
lengkung aorta jantung.

b. Peradangan atau infeksi yang dapat menyebabkan menyempitnya


pembuluh darah yang menuju ke otak

c. Obat-obatan, seperti kokain dan amfetamin, juga bisa mempersempit


pembuluh darah ke otak
d. Penurunan tekanan darah yang tiba-tiba sehingga menghambat aliran
darah ke otak. Hal ini sering terjadi pada beberapa kasus pasien kehilangan
darah yang banayk karena cedera atau pembedahan.

e. Emboli , yaitu endapan lemak yang terlepas dari dinding arteri dan
terbawa oleh aliran darah lalu menyumbat arteri yang lebih kecil.

Ada dua jenis stroke iskemik yang paling banyak terjadi yaitu :

a. Thrombotic Stroke, yaitu gumpalan darah (thrombus) terbentuk dalam


salah satu arteri yang menyuplai darah ke otak

b. Embolic Stroke, terjadi Ketika gumpalan darah paertikel lain yang


terbentuk di luar otak, biasanya di dalam jantung, terbawa aliran darah
dan mempersempit pembuluh darah. Stroke jenis ini biasanya terjadi
mendadak dan penderita berusia muda.

2. Stroke hemorragik

Jenis stroke ini terjadi jika pembuluh darah pecah sehingga menghambat
aliran darah yang normal dan darah merembes ke dalam suatu daerah d otak
dan merusaknya. Hamper 70% kasus stroke hemorragik terjadi pada
penderita hipertensi

3. Stroke Ringan ( Transiet Ischemic Attack/TIA)

TIA termasuk dalam jenis stroke iskemik, gejala-gejala TIA cepat datang,
hanya selama beberapa menit sampai beberapa hari. Stroke jenis ini disebut
juga mini stroke karena masih dalam kategori warning. Karena sifatnya
ringan dan terjadi secara tiba-tiba dan cepat hilang , TIA sering
diabaikan ,meskipun ringan bila diabaikan maka TIA dapat berubah jadi
parah dan berat.

2.2.3 Faktor Risiko Stroke

Menurut harsono (1996) di dalam buku Arini,2012 semua factor yang


menentukan timnulnya manifestasi stroke dikenal sebagai factor risiko stroke,
Adapun faktor-faktor tersebut antara lain:

1. Hipertensi

Hipertensi merupakan factor resiko stroke yang potensial , karena hipertensi


dapat mengakibatkan pecahnya maupun menyempitnya pembuluh darah di
otak

2. Diabetes melitus

Dm mampu menebalkan dinding pembuluh darah di otak yang berukuran


besar. Menebalnya dinding pembuluh darah otak akan menyempitkan
diameter pembuluh darah tadi dan menyempit sehingga mengganggu
kelancaran aliran darah ke otak.

3. Penyakit Jantung

Berbagai penyakit jantung berpotensi untuk menimbulkan stroke. Factor


risiko ini akan menimbulkan hambatan atau sumbatan aliran darah ke otak,
karena jantung melepas gumpalan darah atau sel-sel kedalam aliran darah.
4. Gangguan aliran darah otak sepintas

Pada umumnya bentuk-bentuk gejala nya adalah hemiparesis, disatria,


kelumpuhan otot-otot mulut atau pipi, kebutaan mendadak, hemiparestesi,
dan afasia

5. Hiperkolesterolemi

Meningkatnya angka kolestrol dalam darah, terutama low density


lipoprotein (LDL), merupakan factor resiko penting untuk terjadinya
arteriosclerosis (menebalnya dinding pembuluh darah yang kemudian
diikuti penurunan elastisitas pembuluh darah). Peningkatan kadar LDL dan
penurunan (HDL) High Density Lipoprotein merupakan factor resiko untuk
terjadinya penyakit jantung coroner.

6. Infeksi

Penyakit infeksi yang mampu berperan sebagai factor risiko stroke adalah
tuberculosis, malaria, lues (sifilis), leptospirosis dan infeksi cacing.

7. Obesitas

Obesitas merupakan factor resiko terjadinya penyakit jantung

8. Merokok

Merokok merupakan factor resiko terjadinya penyakit infark jantung

9. Kelainan pembuluh darah otak

Pembuluh darah otak yang tidak normal dimana suatu saat akan pecah dan
menimbulkan perdarahan.

10. Lain-lain
Lanjut usia,penyakit paru-paru menahun, penyakit darah, asam urat yang
berlebihan.

2.3 . Konsep ROM

2.3.1 Pengertian ROM

Range of motion merupakan istilah baku untuk menyatakan batas atau besarnya

Gerakan sendi baik dan normal. ROM juga digunakan sebagai dasar untuk

menetapkan adanya kelainan atau untuk menyatakan batas gerakan sendi yang

abnormal. Sebagaimana telah disinggung sebelumnya, dikenal gerakan sendi

aktif dan pasif sehingga penelian ROM juga terbagi dua yaitu ROM pada

gerakan sendi aktif dan ROM pada gerakan sendi pasif.

Latihan ROM meliputi latihan pasif dan latihan aktif. Latihan ROM pasif
diberikan oleh petugas ahli fisioterapi, perawat, dan tidak menutup
kemungkinan dilakukan oleh keluarga .(Noorkhayati et al, 2021

2.3.2 Tujuan Latihan Rom

Menurut Suratun dalam penelitian putri Ananda tahun 2017 berikut Tujuan

Latihan ROM antara lain :

1. mempertahankan atau memelihara kekuatan otot

2. memelihara mobilitas persendian

3. mencegah kelainan bentuk atau menurunkan pembentukan kontraktur

4. membantu sirkulasi dan nutrisi synovial

5.memaksimalkan Fungsi ADL


6. mengurangi gejala depresi dan kecemasan

7. meningkatkan harga diri

(Ananda. 2017)

2.3.3 Manfaat Latihan ROM

Latihan ringan seperti Latihan ROM memiliki beberapa keuntungan antara lain:

1. Lebih muda dipelajari dan diingat oleh pasien, mudah diterapkan dan

merupakan intervensi keperawatan dengan biaya yang murah yang bisa

diterapkan oleh penderita stroke di rumah

2. Dapat meningkatkan kekuatan otot dan kemampuan fungsional meningkat

secara signifikan setelah diberikan Latihan ROM

2.3.4 klasifikasi Latihan ROM

Menurut Suratun,et al 2006 dalam penelitian (Ananda, 2017)menyatakan

bahwa ada beberapa klasifikasi latihan Rom yaitu :

a. Latihan ROM pasif , yaitu Latihan Rom yang dilakukan pasien dengan

bantuan orang lain, perawat, ataupun alat bantu, setiap kali melakukan

Gerakan . Indikasi pasien usia lanjut dengan mobilitas terbatas, pasien tirah

baring total , kekuatan otot 50%


b. Latihan ROM aktif , yaitu Latihan ROM yang dilakukan mandiri oleh

pasien tanpa bantuan. Indikasi : mampu melakukan ROM sendiri dan

kooperatif, kekuatan otot 75%.

b. ROM Aktif-Asistif yaitu kontraksi otot secara aktif dengan bantuan gaya
dari luar seperti terapis, alat mekanis atau ekstremitas yang sedang tidak
dilatih.

(Aini et al., 2020)

2.3.5 Prinsip Dasar Latihan ROM

Secara teori tidak disebutkan secara spesifik mengenai dosis dan intensitas

Latihan ROM. Menurut perry dan potter 2006 di dalam buku Hutagalung,

2021 latihan ROM dilakukan 2 kali dalam sehari, sedangkan menurut

Smeltzer dan Bare 2008 Latihan ROM dilakukan 4-5 kali/hari dengan waktu

10 menit setiap kali Latihan. selain dari kedua referensi tadi beberapa

penelitian menunjukan frekuensi yang bervariasi dalam melakukan Latihan

ROM.

2.3.6 Prosedur Latihan ROM

Menurut Kozier, et al. (2008) pada buku Hutagalung, 2021

menjelaskan beberapa hal yang harus diperhatikan oleh perawat

pada saat melakukan Latihan ROM, Untuk Latihan ROM aktif ,pasif

klien dianjurkan untuk melakukan Gerakan sesuai yang sudah

diajarkan
a. Yakinkan bahwa klien mengetahui alasan Latihan ROM

b. Hindari rasa tidak nyaman,

c. Gerakan dilakukan secara sistematis dengan urutan yang

sama dalam setiap sesi,

d. Setiap gerakan dilakukan tiga kali dengan frekuensi 2 kali

setiap hari.

e. Sendi tidak boleh digerakan melebihi rentang gerak

bebasnya, Sendi digerakan ke titik tahanan dan di hentikan

pada titik nyeri

f. Pilih waktu saat pasien nyaman dan bebas dari nyeri.

g. Posisikan pasien dalam posisi tubuh lurus yang normal

h. Gerakan Latihan hams dilakukan secara lembut, perlahan dan

berirama

i. Latihan diterapkan pada sendi secara proporsional untuk

menghindari peserta Latihan mengalami ketegangan dan

injuri otot serta kelelahan

j. Tekankan pada peserta Latihan bahwa Gerakan sendi yang

adekuat adalah Gerakan sampai dengan mengalami tahanan

bukan nyeri

k. Amati respon nyeri non verbal peserta Latihan

l. Latihan harus segera dihentikan dan berikan kesempatan pada

peserta untuk beristirahat, apabila terjadi spasme otot yang

dimanifestasikan dengan kontraksi otot yang tiba-tiba dan

terus menerus
2.3.7 Posedur Latihan ROM

Melatih pergerakan otot dan persendian dimulai dari kelapa dan leher .

a) Fleksi dan ekstensi. Letakkan salah


satu telapak di bawah kepala klien
dan telapak tangan lainnya di bawah
dagu. Tekuk kepala ke depan hingga
dagu menempel di dada, kemudian
kembali ke posisi tegak

b) Fleksi lateral. Letakkan kedua


tangan pada pipi kanan dan kiri klien.
Tekuk kepala ke arah samping (ke
arah bahu) kanan dan kiri bergantian

(Anggraeni et al., n.d.)

Adapun prosedur Latihan ROM pasif pada ekstermitas atas yang

mengalami parese adalah sebagai berikut menurut Kozier,et.al.,2004

dalam buku Hutagalung, 2021. Latihan pasif ekstermitas atas sebagai

berikut:

1. Latihan bahu
Satu tangan perawat menopang dan memegang siku, tangan

yang lainnya memegang pergelangan tangan. Luruskan siku

pasien, angkat siku dari posisi disamping tubuh pasien kearah

depan sampai ke posisi di atas kepala, turunkan dan kembalikan

ke semula dengan siku tetap lurus

2. Latihan Siku

Perawat memegang pergelangan tangan pasien dengan satu tangan

lainnya , menahan lengan bagian atas, kemudian melakukan

menekuk dan meluruskan siku

3. Latihan Lengan
Perawat memegang area siku pasien dengan satu tangan , tangan

lainnya menggenggam tangan pasien kearah luar (telentang) dan

arah dalam (telungkup)

4. Latihan pergelangan Tangan

Perawat memegang lengan bawah pasien dengan satu tangan ,

tangan satunya memegangi pergelangan tangan pasien, serta

menekuk pergelangan tangan ke atas dan kebawah

5. Latihan jari-jari

a. Perawat memegangi pergelangan tangan pasien , tangan

lainnya membantu pasien membuat Gerakan

mengepal/menekuk jari-jari tangan dan kemudian

meluruskan jari-jari tangan pasien


b. Perawat memegang telapak tangan pasien dan keempat jari

pasien dengan satu tangan , tangan satunya memutar ibu jari

tangan pasien

Latihan Pasif Anggota Gerak Bawah

1) Gerakan menekuk dan meluruskan pangkal paha.


2) Gerakan menekuk dan meluruskan lutut.

3). Gerakan untuk pangkal paha.

4) Gerakan memutar pergelangan kaki

(Anggraeni n.d., p. 2019)

2. LATIHAN AKTIF
a. Latihan Aktif Anggota Gerak Atas dan Bawah (mandiri)

1. Latihan I

2. Latihan II

3. Latihan III
4. Latihan IV

5. Latihan V

6. Latihan VI
7. Latihan VII

8. Latihan VIII
2.4 Konsep Keluarga

2.4.1 Pengertian Keluarga

Dalam Undang-undang no 52 tahun 2009 tentang perkembangan kependudukan


dan pembangunan keluarga, keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat
yang terdiri dari suami istri, atau suami, istri dan anak-anaknya, atau ayah dan
anak-anaknya, atau ibu dan anak-anakny. Dengan demikian demikian sebuah
keluarga dapat digambarakna sebagai anggota dari kelompok masyarakat yang
paling dasar, tinggal Bersama dan berinteraksi untuk memenuhi kebutuhan antar
individu.

2.4.2 Ciri-ciri Keluarga

Keluarga merupakan suatu system interaksi emosional yang diatur secara


kompleks dalam posisi, peran, dan aturan atau nilai-nilai yang menjadi dasar
struktur atau organisasi keluarga. Struktur keluarga tersebut memiliki ciri-ciri
antara lain:

a. Terororganisasi

Keluarga merupakan cerminan organisasi dimana setiap anggota keluarga


memiliki peran dan fungsinya masing-masing untuk mencapai tujuan keluarga.
Dalam menjalankan peran dan fungsinya, anggota keluarga saling berhubungan
dan saling bergantung antara satu dengan lainnya

b. Keterbatasan

Setiap anggota keluarga memiliki kebebasan, namun juga memiliki


keterbatasan dalam menjalankan peran dan fungsinya

c. Perbedaan dan kekhususan

Setiap anggota keluarga memiliki peran dan fungsinya masing-


masing. Peran dan fungsi tersebut cenderung berbeda-beda dan
khas yang menunjukan adanya ciri perbedaan dan kekhususan.
Misalnya saja ayah sebagai pencari nafkah utama dan ibu bertugas
merawat anak-anak.

(Widyanto, 2014)

2.3.2 Fungsi Keluarga

Fungsi keluarga secara umum diartikan sebagai hasil akhir atau


akibat dari struktur keluarga , keluarga mempunyai fungsi sebagai
berikut:

a. Fungsi afektif ( The Affective Function)

Fungsi ini berkaitan dengan fungsi internal keluarga yang


merupakan basis kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna
untuk memenuhi kebutuhan psikososial keluarga. Keluarga
harus memenuhi kebutuhan kasih saying anggota keluarganya
karena respon kasih saying satu anggota keluarga ke anggota
keluarga lainnya memberikan dasar penghargaan terhadap
kehidupan keluarga. Keberhasilan melaksanakan fungsi afektif
terlihat pada kebahagiaan dan kegembiraan dari seluruh anggota
keluarga .

b. Fungsi Sosialisasi dan tempat bersosialisasi (Socialization and


social placement Function)

Sosialisasi merupakan proses perkembangan dan perubahan


yang dilalui individu yang menghasilakan interaksi social.
Sosialisasi merujuk pada banyaknya pengalaman belajar yang
diberikan dalam keluarga. Fungsi sosialisasi dapat ditunjukan
dengan membina sosialisasi pada anak, membentuk norma-
norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan anak,
serta meneruskan nilai-nilai budaya keluarga

c. Fungsi Reproduksi

Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan menambah


sumber daya manusia dengan memelihara dan membesarkan anak.

d. Fungsi Ekonomi

Fungsi ekonomi keluarga dengan mencari sumber-sumber


penghasilan untuk memenuhi kebutuhan semua anggota keluarga,
seperti kebutuhan makan, tempat tinggal, pakaian dan lain
sebagainya.

e. Fungsi Perawatan Kesehatan

Fungsi keluarga dalam perawatan Kesehatan dengan melaksanakan


praktek asuhan Kesehatan yaitu keluarga mempunyai tugas untuk
memelihara Kesehatan anggota keluarganya agar tetap memiliki
produktivitas dalam menjalankan perannya masing-masing.

(Widyanto, 2014)
Factor-faktor yang mempengaruhi
upaya:
Adanya niat
5.1 KERANGKA KONSEP
Factor internal Adanya dukungan dari masyarakat
Variabel confounding
Umur
pengalaman Terjangkaunya informasi
Intelegensi
Adanya otonomi
Alat indera
Adanya kondisi dan situasi yang
memungkinkan

Factor Eksternal Variabel independent


Pendidikan Pengetahuan keluarga
informasi CVA tentang latihan Variabel dependen
ROM Upaya pencegahan kontraktur

Baik Cukup Kurang Perilaku (-)


76-100% 56-75% Perilaku (+) Tidak ada
<56 %
Ada upaya upaya

: Diteliti :berhubungan

: Tidak diteliti :Tidak berhubungan


Aini, N., Siti Hajar Jl Letjen Jamin Ginting No, Stik., Bulan, P., Utara, S., & Author, C. (2020). EFEKTIVITAS LATIHAN RANGE OF
MOTION PADA PASIEN STROKE DI RUMAH SAKIT SITI HAJAR EFFECTIVENESS OF RANGE OF MOTION
EXERCISES IN STROKE PATIENTS AT THE SITI HAJAR HOSPITAL. In Journal of Healthcare Technology and Medicine
(Vol. 6, Issue 2).

Cesarifa, P., Putri, F., & Fadhilah, C. (n.d.). Penatalaksanaan fisioterapi pada pencegahan kontraktur akibat tirah baring lama dengan
metode terapi latihan.

Eka, W., Syahrim, P., Ulfah Azhar, M., Negeri, U. I., Makassar, A., & Penulis, K. (2019). The Indonesian Journal of Health Promotion
Open Access Efektifitas Latihan ROM Terhadap Peningkatan Kekuatan Otot Pada Pasien Stroke: Study Systematic Review
Effectiveness of ROM Exercise Against Increased Muscle Strength in Stroke Patients: Study Systematic Review. MPPKI, 2(3).
https://doi.org/10.31934/mppki.v2i3

Gelar, M. U., Keperawatan, S., Program, D., Ners, S., Tinggi, S., Kesehatan, I., & Elisabeth, S. (n.d.). SKRIPSI PENGARUH RANGE
OF MOTION AKTIF-ASSISTIF LATIHAN FUNGSIONAL TANGAN TERHADAP RENTANG GERAK SENDI PADA PASIEN
STROKE NON HEMORAGIC DI RSUP HAJI ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2019.

Noorkhayati, F., & Rahayuningsih Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Klaten, S. (2021). Pengaruh edukasi Range of
Motion (ROM) pasif terhadap pengetahuan sikap dan keterampilan keluarga dalam merawat pasien stroke The effect of passive
range of motion education on families’ knowledge, attitudes and skills in caring for stroke patients. Health Sciences and Pharmacy
Journal, ISSN(1), 9–16. https://doi.org/10.32504/hspj.v%vi%i.455

Selatan, J. (n.d.). PENGARUH RANGE OF MOTION (ROM) TERHADAP KEKUATAN OTOT PADA LANSIA BEDREST DI PSTW
BUDHI MULIA 3 MARGAGUNA.

Anda mungkin juga menyukai