OLEH :
RATNA RIANTI
PO715241231062
RATNA RIANTI
PO715241231062
Dengan Judul :
Tanggal 04 Maret – 24 Maret 2024 di Keanna Center Jakarta telah disetujui oleh
Preceptor dan Clinical Educator
Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT, atas berkat rahmat dan
Tidak lupa pula penulis mengucapkan terima kasih kepada Pembimbing Klinik,
dukungan selama menyusun laporan ini. Laporan klinik ini jauh dari kata sempurna,
oleh itu kami membutuhkan kritik dan saran yang membangun, sehingga dapat
laporan ini dapat bermanfaat bagi Mahasiswa Fisioterapi khususnya dan seluruh
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Cerebral Palsy (CP) merupakan kelainan atau kerusakan pada otak bersifat
non-progresif yang terjadi pada proses tumbuh kembang. Cerebral Palsy dapat
palsy. Sebaliknya, dengan penurunan angka kematian bayi sebenarnya telah terjadi
peningkatan insiden dan keparahan dari cerebral palsy. Insiden pada bayi
perkembangan saraf dan kerusakan neurologis. 50% kasus termasuk ringan yaitu
penderita dapat mengurus dirinya sendiri, dan 10% tergolong berat yaitu penderita
membutuhkan pelayanan khusus. Berdasarkan letak kelainan otak dan fungsi gerak
memelihara, dan memulihkan gerak serta fungsi tubuh manusia sepanjang daur
cerebral palsy spastik quadriplegia antara lain : terdapat peningkatan tonus otot
pada keempat ekstremitas atas dan bawah, gangguan kontrol postural, gangguan
(rolling, merangkak, duduk stabil, transfer dari duduk ke berdiri, berdiri dan
kedua tungkai mengalami spastisitas, pada saat seseorang berjalan, kedua tungkai
tampak bergerak kaku dan lurus. Gambaran klinis ini membentuk karakterisitik berupa
ritme berjalan yang dikenal dengan gait gunting (scissor gait). CP spastik dibagi
5) Hemiplegia → Mengenai salah satu sisi dari tubuh dan lengan terkena lebih
berat.
b. CP Atetoid / diskinetik
Gerakan abnormal ini mengenai tangan, kaki, lengan atau tungkai dan pada
sebagian besar kasus, otot muka dan lidah, menyebabkan anak tampak selalu
selama periode peningkatan stress dan hilang pada saat tidur. Penderita juga
d. CP Ataksid
buruk, berjalan tidak stabil dengan gaya berjalan kaki terbuka lebar,
meletakkan kedua kaki dengan posisi yang saling berjauhan, kesulitan dalam
baju. Mereka juga sering mengalami tremor, dimulai dengan gerakan volunter
bagian tubuh yang baru akan digunakan dan tampak memburuk sama dengan
saat pendertia akan menuju obyek yang dikehendaki. Bentuk ataksid ini
e. CP Tremor
f. CP Atonik/hipotonik
akibat dari gangguan motor delay. Hypotonus yang terjadi pada kasus CP
signifikan dan memiliki refleks primitif yang menetap dan hiperrefleks, hal ini
yang membedakan hipotonus akibat CP dan hipotonus yang dikarenakan
g. CP Campuran
dijumpai adalah spastic dan gerakan atetoid tetapi kombinasi lain juga
pendidikan.
orang lain.
2. Etiologi
Etiologi CP sangat beragam dan multifaktorial. Penyebabnya bisa terjadi
karena bawaan, genetik, inflamasi, infeksi, anoxic, trauma dan metabolisme.
Cedera otak bisa terjadi saat prenatal, natal atau setelah melahirkan. Sebanyak
75% - 80% dari kasus CP disebabkan oleh cedera prenatal dan kurang dari 10%
terjadi akibat trauma lahir atau asfiksia. (Sankar & Mundkur, 2005).
a. Faktor ibu
dengan retradasi mental, ibu dengan penyakit tiroid, kejang pada ibu,
riwayat melahirkan anak dengan BB kurang dari 2000 gram dan riwayat
sensorik.
b. Faktor pranatal
adalah virus yang paling sering terlibat dalam kerusakan otak selama
c. Faktor perinatal
30 minggu), berat badan lahir kurang dari 1500 g, asfiksi perinatal berat,
a. Patoanatomi
bulan) (Christos, 2018). Mielinisasi pada saraf dimulai pada trimester kedua
dalam kandungan dan berlanjut setelah lahir hingga dewasa. Perkembangan
otak pada janin mencapai maksimal pada bulan kedua dan keempat
(Christos, 2018).
leukomalacia
karena rendahnya kadar oksigen atau akibat darah mengalir ke otak sebelum,
ganglia basal juga berpengaruh dalam menentukan tonus otot pada CP.
b. Patofisiologi
faktor saat terjadinya cedera, antara lain distribusi vaskular ke otak, efisiensi
aliran darah ke otak dan sistem peredaran darah, serta respon biokimia
ringannya asfiksia yang terjadi pada otak. Pada keadaan yang berat tampak
paraventrikular substansia alba dan dapat terjadi atrofi yang difus pada
tergantung tempat yang terkena. Tekanan secara fisik yang dialami oleh bayi
sudut eksternal ventrikel lateral. Hal ini dapat membuat terjadinya rongga
kistik, sementara pada kasus yang lebih ringan, mielin dapat berkurang dan
korteks ke ekstremitas bawah adalah yang paling dekat dengan ventrikel, lesi
ketidakstabilan sendi.
berkaitan dengan buruknya perfusi pada zona batas anterial dan zona akhir
yang sama tetapi mengenai daerah sirkulasi lemah yang lebih terlokalisasi
4. Gambaran Klinis
misalnya lengan dalam aduksi, fleksi pada sendi siku dan pergelangan tangan
pronasi, serta jari–jari dalam fleksi sehingga posisi ibu jari melintang di telapak
tangan. Tungkaidalam sikap aduksi, fleksi pada sendi paha dan lutut, kaki dalam
fleksi plantar dantelapak kaki berputar ke dalam. Tonic neck reflex dan refleks
yangterjadi saat otot merespon berupa kontraksi secara berlebihan. Postur yang
anti gravitasi pada fleksor tangan, dan ekstensor kaki. Serta gangguan gerakan
yang selektif. (Levitt, 2010). Menurut (Egan & Diaz-Granados, 2016) tanda dan
d. Gangguan respirasi.
e. Gangguan menelan.
f. Epilepsi.
a. Definisi
dan kontrol postural karena lesi dari sistem saraf pusat (SSP), dan dapat
diterapkan untuk individu dari segala usia serta semua derajat kecacatan
fisik dan fungsional. Tujuan dari teknik ini adalah meningkatkan kualitas
ke
oleh pola patologis dan postur yang abnormal sertatonus otot yang
a) Patterns of Movement
kelainan system saraf pusat, pola gerak yang terjadi sangat terbatas,
yang mana dapat berupa dominasi refleks primitif, berkembangnya
b) Use of Handling
anggotagerak.
3) Teknik NDT
a) Inhibisi
Inhibisi adalah penghambatan atau penurunan pola-pola sikap
RIP yang benar dan arah yang benar maka sekuensis dari
pada lengan dan tungkai. Pola spastisitas pada lengan dngan pola
adduksi dan internal rotasi hip, fleksi knee, plantar fleksi dan
inverse ankle serta fleksi jari-jari. Maka diperlukan inhibisi kea rah
dan fasilitasi.
c) Fasilitasi
j) Fasilitasi berjalan
d) Stimulasi
secara otomatis.
Jenis stimulasi :
(4)
Gambar 2.2.
Fasilitasi Reflek Tegak pada Kepala&Supporting
ReactionkeDepan.
Gambar 2.3.
Fasilitasi Ekstensor Vertebrae &Supporting Reactionpada Lengan ke Depan
Gambar 2.4.
Fasilitasi Reaksi Keseimbangan Badan ke Depan Belakang
a. Defenisi
tubuh) sebagai pintu utama semua rangsangan atau stimulus yang masuk.
Neuro senso bertujuan melatih proses persepsi, integrasi dan asosiasi sensoris
dan sensory feedback sehingga anak dapat menjalankan fungsi dan tugas
a. Konsep
psikologi, neuro, sosio dan kognitif pasien. Pada konsep ini stimulasi
berdasarkan pada konsep dan teori reflek integrasi, hal ini sangat penting
emosi dan kepribadian serta mempengaruhi cara belajar (learning style) dan
struktur, postur dan, gerak tubuh yang terkoordinasi dan mengaktifkan kerja
metode neuro senso yaitu metode ini tidak bisa diberikan kepada anak
dengan kondisi umum yang kurang baik, misalnya pada anak yang masih
demam.
support pada sendi lutut atau sendi siku dengan cara melimitasi gerakan. Ankle
foot orthosis (AFO) adalah alat bantu orthopaedi berbentuk splint (menutupi
sebagian area lesi/kecacatan) yang dipasangkan pada ankle foot. AFO berbentuk
seperti kaki, fungsi utama dari Ankle foot orthosis (AFO) , Adalah satu jenis alat
penguat anggota gerak yang berfungsi untuk kondisi Flatt Foot, Genu Varus
(pergelangan kaki “O”), genu Valgus (pergelangan kaki “X”), Drop Foot,
Congenital Talipes Equino Varus (CTEV), koreksi kaki pada anak Cerebral
palsy serta untuk membantu mobilitas pasien Drop foot pasca stroke, Genu
Varus, Genu Valgus. AFO ini dibuat dari bahan polyetilene dan polypropilen.
Alat bantu ini di desain dengan memperhatikan aspek patologis, biomekanis dan
postur dan kontraktur otot, untuk mendukung posisi sendi normal, dan
Selain itu fungsi dari Ankle foot orthosis (AFO) yaitu : mengontrol pergerakan,
dan menyediakan tekanan pada circumferensial. Jenis Ankle foot orthosis ada :
Rigid AFO, Fleksible AFO dan Jointed AFO. Jenis jointed AFO memiliki
trimline yang sama seperti AFO rigid namun terdapat penambahan joint pada
jointed AFO untuk membantu pergerakan pada 1 arah dan mencegah pergerakan
posisi 90o . Jointed afo diberikan ketika memungkinkan gerakan passive dorsi
stabilitas subtalar tapi tidak membutuhkan kontrol dorsi fleksi dan plantar fleksi
seperti pasien dengan spastisitas ringan atau pasien dengan hyperektensi
PROSES FISIOTERAPI
A. Data Medis
Usia : 16 Tahun
C. History Taking
mandiri
D. Inspeksi/Observasi
matras.
1. Statis
7) ankel eversi
8) flat foot
2. Dinamis
1. General Impression
: Emosi Terkontrol
(komunikasi nonverbal).
2. Palpasi
Skala Asworth
Dextra Sinistra
elbow 1 1+
wrist 3 3
hip 3 1
ankel 3 3
F. Diagnosa Fisioterapi
“Belum mampu mika miki secara mandiri akibat kelemahan pada ekstensor
G. Problematik Fisioterapi
NO Problematik Fisioterapi
a. Hypertonus
b. hand support
3. Activity Limitation
dalam komunikasi
BAB IV
tanpa hambatan.
d. Meningkatkan keseimbangan
1. Stimulasi Taktil
b. Fasilitasi Rolling
pasien fleksi hip dan fleksi knee diatas tungkai lainnya untuk
Pasien :
Prone lying
d. Dosis Latihan
F : 1 kali seminggu.
I : 8 x hitungan/repetisi.
T : 45 menit.
1. Edukasi
pasien.
2. Home program
Berker, N., & Yalçin, S. (2010). The Help Guide To Cerebral Palsy
(2014): 29-72.
Kemenkes Makassar.
control and sitting in children with cerebral palsy: Kinesio taping vs.
Kim MR, Lee BH, Park DS. Effects of combined Adeli suit and
PMC6385137.
52891-9.00016-6
doi:10.1589/jpts.29.966
2021.Availablefrom:http://areliamedica.blogspot.co.id/2012/05/ankle
-foot-orthosisafo
on BrainDevelopment.