Anda di halaman 1dari 10

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS CEREBRAL

PALSY SPASTIK QUADRIPLEGIDENGAN


MODALITASHYDROTHERAPY

Oleh:

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Cerebral palsy spastik quadriplegi adalah suatu disabilitas yang paling
umum terjadipada anak-anak karena adanya permasalahan selama kehamilan,
persalinan maupun pasca kelahiran. Cerebral palsy spastik quadriplegi
termasuk suatu kelainan yang disebabkan oleh perkembangan otak yang tidak
normal atau adanya kerusakan pada bagian otak yang mengontrol otot dan
gerakan (Reddihough & Collins, 2003). Kelainan Cerebral palsy spastik
quadriplegi termasuk kelainan yang menjadi perhatian khusus karena jumlah
prevalensi stabil setiap tahun sejak tahun 1985 hingga tahun 2000 yaitu
terdapat 2-4 kasus dalam setiap 1000 kelahiran di dunia pertahunnya yang
tercatat menderita cerebral palsy (Braun, et al, 2016).
Tingkat keparahan Cerebral palsy spastik quadriplegi ditentukan oleh
kebutuhan penderita untuk mendapatkan bantuan dari orang lain. Berdasarkan
GMFCS (Gross Motor Function Classification System) (Rosenbaum, et al.,
2002) terdapat lima level klasifikasi derajat keparahan penderita cerebral
palsy. Level pertama menunjukkan gejala yaitu penderita masih dapat
berjalan, naik tangga, lompat namun secara pelan. Pada level ini penderita
membutuhkan bantuan minimal dari keluarga karena penderita dapat berjalan
tanpa keterbatasan. Gejala pada level kedua penderita memiliki keterbatasan
dalam berjalan namun masih dapat berjalan tanpa bantuan orang lain. Level
ketiga, penderita memerlukan pegangan untuk berjalan. Level keempat,
penderita memiliki keterbatasan dalam bergerak sehingga harus menggunakan
kursi roda namun masih dapat menggerakan kursi roda sendiri. Pada level
kelima adalah level yang membutuhkan bantuan orang lain terutama orang tua
untuk mendorong kursi roda karena tidak dapat menggerakkan anggota
badannya.
Di Negara Indonesia, Cerebral palsy spastik quadriplegi termasuk
jenis kelainan yang mendapat perhatian khusus karena termasuk dari delapan
jenis kecacatan yang di data oleh pemerintah. Sejak tahun 2007 data
penyandang disabilitas di Indonesia dikumpulkan melalui Riskesdas (Riset
Kesehatan Dasar). Berdasarkan hasil survei Riskesdas (Riset Kesehatan
Dasar) yang diselenggarakan oleh kementrian kesehatan, prevalensi anak
dengan Cerebral palsy spastik quadriplegi di Indonesia adalah 0,09% dari
jumlah anak berusia 24-59bulan pada tahun 2013 (Buletin jendela data dan
informasi, 2014).
Keterbatasan yang dialami penderita Cerebral palsy spastik
quadriplegi membuat anak tidak dapat memenuhi kebutuhannya sendiri dan
harus mendapatkan bantuan dari orang lain (Graham, et al., 2016). Keluarga
merupakan kelompok sosial yang memiliki hubungan paling dekat dan
memiliki fungsi perawatan, sosialisasi pada anak, dukungan emosi dan materi,
sehingga memiliki kewajiban serta tanggung jawab untuk membantu dan
menyediakan kebutuhan antara anggotanya (Lestari, 2012). Keluarga akan
mencurahkan waktu dan tenaganya untuk mengatur gizi, kesehatan,
pengobatan, rehabilitasi dan terapi untuk anak Cerebral palsy spastik
quadriplegi (Borzoo, Nickbakht, & Jalalian, 2014).

Terkait untuk mengurangi beberapa hambatan pada anak Cerebral


Palsy ini, ada beberapa solusi pemecahan, salah satunya yaitu dengan
melakukan fisioterapi. Fisioterapi ini memiliki tujuan utama untuk
mengurangi hambatan yang dimiliki anak Cerebral palsy spastik quadriplegi
dalam hal kemampuan alat geraknya (tulang,otot dan sendi), untuk
meningkatkan kemampuan motorik yang sangat berfungsi dalam kehidupan
sehari-hari terutama untuk menunjang pendidikannya. Sehingga Fisioterapi
sangat diperlukan untuk anak Cerebral Palsy, agar hambatan dalam fisik yang
dimiliki oleh anak dapat diminimalisir. Layanan fisioterapi berperan penting
untuk mengatasi permasalahan fisik yang timbul pada anak cerebral Palsy,
sesuai dengan peran fisioterapi menurut Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia nomor 80 tahun 2013 bab 1 pasal 1 ayat 2 tentang
penyelenggaraan dan praktik fisioterapi. “Fisioterapi adalah bentuk pelayanan
kesehatan yang ditujukan kepada individu dan atau kelompok untuk
mengembangkan, memelihara dan memulihkan gerak dan fungsi tubuh
sepanjang daur kehidupan dengan menggunakan penanganan secara manual,
peningkatan gerak, peralatan (fisik, elektroterapeutik, mekanik) pelatihan
fungsi komunikasi”. Berdasarkan definisi tersebut, maka layanan fisioterapi
ini memang sangat perlu diberikan kepada anak Cerebral Palsy, karena anak
Cerebral palsy spastik quadriplegi memiliki hambatan dalam fungsi gerak
nya sehingga perlu di ditingkatkan.
Menurut Novita Intan A. (2010: 1) Fisioterapi merupakan bagian dari
ilmu kedokteran yang berupa intervensi fisik non-farmakologis dengan tujuan
utama kuratif dan rehabilitatif gangguan kesehatan. Fisioterapi atau terapi
fisik, secara bahasa merupakan teknik pengobatan dengan modalitas fisik
(fisika). Aplikasi fisioterapi dewasa ini terus menerus mengalami
perkembangan baik dari sisi prosedur pelaksanaan maupun alat-alat
pendukung. Sebagai contoh (hydrotherapy). Hidroterapi atau terapi dengan
air, merupakan sebuah langkah penanganan untuk mengurangi tingkat
kekakuan pada anak Cerebral palsy spastik quadriplegi (CP). Anak CP
biasanya mengalami kesulitan bergerak karena kekakuan pada otot-ototnya.
Ketika di air, umumnya otot-otot yang kaku akan lebih mudah digerakkan.
Pada anak yang mengalami kesulitan bergerak karena kekakuan, ketika di air,
umumnya dia akan lebih mudah bergerak. Dengan demikian diharapkan
spastisitas anak akan berkurang mengingat adanya bantuan berupa dorongan
air yang sifatnya bisa melenturkan gerak tubuh. Meskipun tidak semua anak
dengan gangguan tersebut dapat diberikan terapi air, tapi terapi ini bisa
dijadikan sebagai salah satu alternatif.

B. Rumusan Masalah
Permasalahan yang terjadi pada anak Cerebral palsy spastik
quadriplegi sangatlah kompleks. Maka penulis dalam karya tulis ini
merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apakah ada manfaat dilakukan pemberian hydrotherapy
terhadap penurunan tingkat spastisitas?
2. Apakah ada manfaat pemberian latihan hydrotherapy
terhadap peningkatan kemampuan fungsional berdiri dan
berjalan pada penderita Cerebral palsy spastik
quadriplegidengan gangguan fungsional berdiri dan
berjalan?
3. Bagaimana penatalaksanaan fisioterapi pada kasus Cerebral
palsy spastik quadriplegidengan modalitas hydrotherapy
untuk menurunkan spastisitas otot anak/pasien?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan karya tulis ilmiah ini adalah :
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui manfaat Hydrotherapy terhadap penurunan tingkat
spastisitas pada penderita cerebral palsy, dan untuk mengetahui
manfaat hydrotherapydalam membantu meningkatkan kemampuan
fungsional berdiri dan berjalan pada penderita cerebral dengan
gangguan fungsional berdiri dan berjalan.
2. Tujuan Khusus
Untuk mengetahui penatalaksanaan fisioterapi pada kasus Cerebral
palsy spastik quadriplegidengan modalitas hydrotherapy untuk
menurunkan spastisitas otot pada anak.

D. Manfaat penelitian
a. Bagi institusi
Sebagai referensi tentang mengetahui penatalaksanaan fisioterapi pada
kasus Cerebral palsy spastik quadriplegi dengan modalitas
hydrotherapy.
b. Bagi pendidikan
Memberikan informasi ilmiah tentang penanganan Cerebral palsy
spastik quadriplegi bagi peneliti selanjutnya
c. Memberikan informasi serta gambaran tentang Cerebral palsy spastik
quadriplegi pada masyarakat yang meliputi penyebab serta gejala,dan
bagaimana cara menangani Cerebral palsy spastik quadriplegi
d. Bagi penulis
Mendalami pengetahuan tentang penggunaan hydrotherapy pada
penyandang cerebral palsy
E. Batasan masalah
Dengan banyaknya metode fisioterapi yang dapat digunakan pada
kasus Cerebral palsy spastik quadriplegi telah terbukti bahwa
hydrotherapy memiliki manfaat besar bagi paien cerebral palsy. Maka
pasien memilih hydrotherapy sebagai penatalaksanaan fisioterapi pada
kasus Cerebral palsy spastik quadriplegi ini.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Defenisi
Cerebral palsy (CP) merupakan suatu keadaan dimana terjadi
kelumpuhan otak yang menghambat tumbuh kembang anak. Brunner dan
Suddarth mengartikan kata cerebral itu sendiri adalah otak, sedangkan
palsy adalah kelumpuhan, kelemahan, atau kurangnya pengendalian otot
dalam setiap pergerakan atau bahkan tidak terkontrol. Kerusakan otak
tersebut mempengaruhi sistem dan penyebab anak mempunyai koordinasi
yang buruk, keseimbangan yang buruk, pola-pola gerakan yang abnormal
atau kombinasi dari karakter karakter tersebut (Hidayat, 2010).
B. Etiologi
Di dalam tahapan terjadinya kerusakan yang menyebabkan cerebral
palsy secara umum dapat terjadi dalam 3 tahapan, yaitu:
1) Prenatal yaitu kerusakan yang terjadi ketika bayi/anak masih dalam
kandungan (pre natal). Factor-faktor yang menyebabkan terjadinya
kerusakan otak, antara lain: faktor herediter atau genetic, anoksia
(anemia,shock pada kehamilan, gangguan plasenta, inkompatibilitas Rh),
infeksi pada ibu (infeksi virus rubella, bakteri dan parasit toksoplasmosis,
cytomegalovirus, virus herpes, syphilis), trauma, faktor metabolic
malformasi otak.Pada tahapan inilah paling banyak terjadi kerusakan otak
karena otak belum matur (indriastuti, 2004).
2) Perinatal / Natal yaitu kerusakan yang terjadi saat proses
melahirkan biasanya meliputi: anoksia (obstruksi pernafasan, atelektasis,
separasi prematur plasenta, over dosis sedasi, kelahiran sungsang), trauma
(disporposi kepala panggul), prematuritas, sectio caesaria.
3) Post natal yaitu kerusakan yang terjadi setelah melahirkan yaitu saat
kehidupan awal bayi, pada tahap ini disebabkan oleh: trauma (fraktur
tulang tengkorak, kontusio serebri), infeksi (meningitis, encefalitis),
kecelakaan serebrovaskular, anoksia (syok, keracunan, nyaris
tenggelam), tumor otak.

C. Patologi
Pada Cerebral palsy spastik quadriplegi terjadi kerusakan pada pusat
motorik dan menyebabkan terganggunya fungsi gerak yang normal. Pada
kerusakan korteks serebri terjadi kontraksi otot yang terus menerus
dimana disebabkan oleh karena tidak terdapatnya inhibisi langsung pada
lengkung refleks. Cerebral palsy spastik quadriplegitipe quadriplegi
disebabkan adanya lesi cortex cerebri padalobus frontalis area 6 tepatnya
medial dan lateral. Bila derajat lesi pada sisi medial lebih besar,maka
akan terjadi spastik yang lebih kuat pada kedua tungkai. Gyrus
precentralis berfungsi sebagai area motorik, berurutan dari medial ke
lateral merupakan proyeksi pola gerak pada tungkai, punggung, lengan,
dan wajah. Dan serabut-serabut asosiasi pada white matter di otak yang
mana secara normal berfungsi sebagai penghalusan suatu aktivitas
(Chusid, 2003).
D. Tanda dan gejala klinis
Tanda dan gejala yang spesifik dari penderita cerebral palsyspastik
quadriplegi adalah terjadi spastisitas pada otot-otot keempat anggota
gerak ekstremitas atas dan bawah, meningkatnya reflek tendon, stretch
reflek yang berlebihan, hiperkontraktilitas otot dan klonus yang terjadi
pada anggota gerak baik atas maupun bawah sehingga penderita
mengalami kesulitan untuk mempertahankan keseimbangannya. Pada
kasus diatas memiliki beberapa pola spastisitas. Pola spastisitas pada
anggota gerak atas adalah adduksi dan internal rotasi bahu, fleksi siku,
pronasi lengan bawah, fleksi dan ulnar deviasi wrist dan fleksi jari-jari.
Sedangkan pada anggota gerak bawah adalah adduksi dan internal rotasi
hip, fleksi knee, plantar fleksi dan inversi ankle serta fleksi jari-jari
(Stephen, 1972).
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Kerangka konsep

Etiologi

1. Prenatal
2. Perinatal
3. postnatal
4.

Cerebral/ palsy
Perinatal Natalquadriplegi

Post natal

Problematika Fisioterapi

1. Spastisitas otot
Modalitas terpilih
2. Penurunan kekuatan otot
Hydrotherapy (Halliwick concept)
3. Ganguan keseimbangan

4. Kesulitan melakukan
aktivitas sehari-hari

Hasil

1. Penurunan spastisitas

2.peningkatan kekuatan otot

3.keseimbangan membaik

4.peningkatan aktifitas sehari-


hari

Anda mungkin juga menyukai