Anda di halaman 1dari 17

Persoalan Dasar Dalam

Epistemology,Axiology
dan Ontology

NURUL MISNA LESTARI


PO714241202017
Persoalan Dasa Dalam Epistemology,Axiology dan Ontology

Epistemology
Epistemologi adalah nama lain dari logika material atau logika mayor yang membahas dari isi pikiran manusia, yaitu pengetahuan.
Epistemologi merupakan studi tentang pengetahuan, bagaimana mengetahui benda-benda. Pengetahuan ini berusaha menjawab
pertanyaan-pertanyaan seperti: cara manusia memperoleh dan menangkap pengetahuan dan jenis-jenis pengetahuan.
A.Soal Pengetahuan : Kekaguman sebagai awal munculnya Epistemologi
Aristoteles mengawali metafisikanya dengan pertanyaaan “setiap manusia dari kodratnya ingin tahu”. Ia begitu yakin
mengenai hal itu, sehingga dorongan untuk tahu itu tidak dapat disadari tetapi benar-benar diwujudkan dalam karyanya sendiri.
Bukannya tanpa alasan bahwa dia disebut “master” dari mereka yang tahu.
Akan tetapi generasi sebelumnya, Socrates telah meniti karir filosofisnya sendiri berdasarkan pada suatu dasar yang agak
berbeda, yaitu keyakinan bahwa tak seorang manusia pun yang mempunyai pengetahuan. Pernyataan membuat Delphi bahwa :
Tidak ada manusia hidup yang lebih bijaksana dari pada Socrates”. Diinterprestasikan sebagai berikut : Tidak ada manusia
yang mempunyai pengetahuan, tetapi sementara orang-orang lain mengira bahwa mereka mempunyai pengetahuan, Socrates
sendiri yang tahu bahwa dia tidak tahu.
Sepintas terlihat dua pandangan yang saling bertentangan mengenai keadaan manusia, disatu pihak, suatu afirmasi atau
penegasan atas keinginan umum untuk tahu dan keinginan itu dapat diwujudkan. Dilain pihak, suatu pernyataan menengaskan
mengenai ketidaktahuan umum sebagai kenyataan kodrati manusia. Namun kita bisa menemukan titik temuu antara keduanya
B.Soal Common Sense ( Anggapan Umum / Akal Sehat )
Secara Historis gerakan pemikiran reflektif yang memuncak di dalam munculnya masalah
pengetahuan secara terpisah dapat di telusuri secara analitis.pada tahap awal dari proses
historis dan analitis merupakan keadaan dimana anggapan umum (comomon sense)
menemukan dirinya. Orang pada umumnya menyadari diri memiliki sejumlah
pengetahuan, yang dianggapnya pasti dan tidak boleh di anggap remeh. Maritain tentu
saja benar ketika dia menyatakan bahwa perbendaharaan anggapan umum (common
sense) ini merupakan campuran, yang terdiri pada tingkatan tertentu dari”insight-insight”
utama sebagai prinsip non-kontradiksi, melalui banyak keyakinan yang lebih meragukan,
sampai kepada suatu kumpulan pengetahuanmengenai hal-hal yang remeh.
Secara umum pengetahuan dari macam-macam tingkat
tersebut mempunyai pokok-pokok pengetahuah yang di
anggap sebagai tujuan akhir dari pikiran pemiliknya.
Anggapan umum benar-benar sadar bahwa seoran sering
tertipu, bahwa kesalahan mungkin terjadi. Ilusi optis, kesalahan
dalam menentukan jarak atau warna , halusinasi, dst.,
merupakan hal yang umum terjadi, tetepi anggapan umum
tidak menggunakan keyakinan-kenyakinan salah ini dengan
menyelidikinya untuk mempertanyakan kedudukandari
keyakinan-kenyakinannya yang benar
C.Skeptisme
Keberatan yang biasanya diajukan pada tahap ini adalah bahwa di dalam pelaksanaannya
epistemologi dianggap mengusulkan suatu tujuan khayal bagi dirinya sendiri. Sebab, bila
kita harus mendemonstrasikan validitas pengetahun kita, berarti kita telah menggunakan
pengetahuan kita dan akibatnya telah mengandaikan validitasnya. Maka, beberapa
pemikiran seperti Etienne Gilson beranggapan bahwa tidak ada masalah mengenai
pengetahuan, sebab pertanyaan kritis tidak dapat diajukan secara konsisten: bagi mereka
realisme adalah suatu pengandaian pemikiran yang bersifat absolut, dan setiap usaha
untuk membenarkan realisme telah memberikan konsesi atau menyerah. Bagi mereka,
pengertian menempatkan kita pada posisi yang bersentuha dengan kenyataan , dan hal
ini merupakan akhir semua jawaban.
D.Aspek Eksistensial
Menurut pendapat Maritain tujuan epistimologi bukanlah terutama untuk menjawab pertanyaan apakah
saya dapat tahu, tetapi untuk menemukan syarat-syarat yang memungkinkan saya dapat tahu, jangkauan
dan batas-batas pengetahuan saya. Pernyataan ini merupakan definisi memadai dari tujuan dan
jangkauan filsafat pengetahuan dan tidak melibatkan kita pada ketidak konsistenan. Dalam hal ini
epistimologi tidak menyatakan hak saya untuk menyaatakan sesuatu, tetapi membuat peta dan melukiskan
jangkauan hak itu. Namun Epistemologi tidak boleh dibatasi untuk berhenti disini, seperti yang
dikehendaki Martin itu. Memang ada benarnya pernyataan bahwa realisme merupakan pengandaian
pikiran dan tidak dapat dipertanyakan terus menerus. Tetapi juga ada sesuatu yang lebih berarti di dalam
kenyataan bahwa manusia telah memikirkan kemungkinan untuk menanyakan “yang tak tertanyakan” ini.
Kemungkinan positif yang bisa dipetik dari skiptissisme ialah menjawab pertanyaan bagaimana manusia
bisa mengetahui.
E.Analogi Pengetahuan
Kita bicara mengenai apa arti mengetahui? Yang jelas tidak ada
pertanyaan mengenai definisi pengetahuan, sebab mendefinisikan
sesuatu berarti meletakkan sesuatu di dalam istilah-istilah lain yang
lebih dimengerti. Hal ini tidak mungkin karena “pengetahuan” adalah
“sui generis” artinya berhubungan dengan apa yang paling sederhana
dan paling mendasar. Sebab mengetahui merupakan peristiwa yang
paling dasar dan tidak dapat direduksikan, tidak dapat dijelaskan
dengan istilah yang lebih dasar dari padanya. Sinonim seperti
“kesadaran” berguna untuk maksud penjelasan tetapi tidak dapat
menghantarkan kita cukup jauh. Apa yang diperlukan adalah
menunjukkan jangkauan yang mungkin dimiliki kata ini, sebab hal ini
akan menghindarkan kita dari usaha mengidentikkan pengetahuan
dengan suatu bentuk pengetahuan khusus.
F.Methode di dalam Epistemologi
Menurut filusuf Skolatif untuk melihat pengkajian pengetahuan hanya di dalam penafsiran pernyataan bisa
salah arah. Kesesusian terletak di dalam kenyataan bahwa anggapan mengenai “pengetahuan” dihubungkan
secara erat dengan kenyataan dari pernyataan atau penyangkalan.kita mungkin merasa bahwa kita hanya
benar-benar tahu mengenai apa yang dapat kita nyatakan; dan persoalan mengenai kebenaaran hanya
muncul dalam kaitannya dengan pertimbangan yang kita pakai untuk menyatakan bahwa situasi peristiwa
tertentu ternyata baik didalam kenyataan. Perlu diingat bahwa apa yang dikatakan disini masih bersifat
sementara. Pada tahap ini barulah merupakan antisipasi yang masih perlu ditelaah dengan kritis lebih
lanjut. Tentu saja beralasan untuk menganggap bahwa pertimbangan mempunyai kedudukan khusus di
dalam pengetahuan manusia. Dan memang selayaknyalah kalau epistemologi memberi perhatian khusus
kepadanya.
AKSIOLOGI

Pengertian Aksiologi
Aksiologi berasal dari kata Yunani axios(nilai) dan logos(teori), yang berarti teori tentang nilai.
Nilai yang dimaksud adalah suatu yang dimiliki manusia untuk melakukan berbagai
pertimbangan tentang apa yang dinilai. Aksiologi merupakan cabang ilmu filsafat yang
mempertanyakan bagaimana manusia menggunakan ilmunya. Jadi yang ingin dicapai aksiologi
adalah hakikat dan manfaat yang terdapat dalam suatu pengetahuan.
Pengertian aksiologi menurut para ahli :
1. Jujun S.Suriasumantri
Dalam bukunya, aksiologi diartikan sebagai teori nilai yang berhubungan dengan kegunaan dari pengetahuan yang
diperoleh.

2. Bramel
Menurut Bramel, aksiologi terbagi menjadi 3 bagian:
Moral conduct(tindakan moral), melahirkan disiplin khusus yaitu etika
Esthetic expression(ekspresi keindahan), melahirkan suatu keindahan
Sosio-political life(kehidupan sosial politik), melahirkan atau memunculkan filsafat sosio-politik.

3. Kattsoff (2004:319)
Mendefinisikan bahwa aksiologi adalah sebagai ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakikat nilai yang umumnya ditinjau
dari sudut pandang kefilsafatan
B. Aspek Aksiologi
1. Etika
Etika adalah salah satu cabang ilmu fisafat yang membahas moralitas nilai baik serta juga
buruk, etika tersebut bisa di definisikan sebagai nilai-nilai atau norma-norma yang menjadi
pegangan manusia juga masyarakat yang mengatur tingkah lakunya. Etika berasal dari dua
kata yakni ethos(sifat, watak, kebiasaan) dan ethikos(susila, keadaban atau kelakuan dan
perbuatan yang baik).
2.Estetika
Estetika adalah salah satu cabang ilmu fisafat yang mempersoalkan seni serta keindahan.
Istilah estetika berasal dari kata Yunani aesthesis yang berarti pemahaman intelektual atau
pengamatan spiritual. Estetika memberikan perhatian pada sifat keindahan, seni, rasa,
selera, kreasi serta apresiasi mengenai suatu keindahan.
Ontologi

Kata ontologi berasal dari perkataan yunani, yaitu Ontos: being,dan


Logos:logic.Jadi, ontologi adalah the theory of being qua being(teori
tentang keberadaan sebagai keberadaan) atau ilmu tentang yang
ada. Ontologi diartikan sebagai suatu cabang metafisika yang
berhubungan dengan kajian mengenai eksistensi itu sendiri.
Ontologi mengkaji sesuai yang ada, sepanjang sesuatu itu
ada.3Clauberg menyebut ontologi sebagai “ilmu pertama,”yaitu studi
tentang yang ada sejauh ada. Studi ini dianggap berlaku untuk
semua entitas, termasuk Allah dan semua ciptaan, dan mendasari
teologi serta fisika.
Hakikat kenyataan atau realitas memang bisa didekati ontologi dengan dua macam
sudut pandang :

kuantitatif, yaitu dengan mempertanyakan apakah kenyataan itu tunggal atau


jamak?
Kualitatif, yaitu dengan mempertanyakan apakah kenyataan (realitas) tersebut
memiliki kualitas tertentu, seperti misalnya daun yang memiliki warna kehijauan,
bunga mawar yang berbau harum.

Secara sederhana ontologi bisa dirumuskan sebagai ilmu yang mempelajari realitas
atau kenyataan konkret secara kritis.

Beberapa aliran dalam bidang ontologi, yakni Monisme, Dualisme, Materialisme,


Idealisme, Agnostisisme
Monisme:
aliran yang mempercayai bahwa hakikat dari segala sesuatu yang ada
adalah satu saja, baik yang asa itu berupa materi maupun rohani yang
menjadi sumber dominan dari yang lainnya. Para filosof pra-Socrates
seperti Thales, Demokritos, dan Anaximander termasuk dalam
kelompok Monisme, selain juga Plato dan Aristoteles. Sementara filosof
Modern seperti I. Kant dan Hegel adalah penerus kelompok Monisme,
terutama pada pandangan Idealisme mereka.
Dualisme
kelompok ini meyakini sumber asal segala sesuatu terdiri dari dua hakikat, yaitu
materi(jasad) dan jasmani(spiritual). Kedua macam hakikat itu masing-masing
bebas dan berdiri sendiri, sama-sama abadi dam azali. Perhubungan antara
keduanya itulah yang menciptakan kehidupan dalam alam ini. Contoh yang
paling jelas tentang adanya kerja sama kedua hakikat ini ialah dalam diri
manusia.
Materialisme

aliran ini menganggap bahwa yang ada hanyalah materi dan bahwa
segala sesuatu yang lainnya yang kita sebut jiwa atau roh tidaklah
merupakan suatu kenyataan yang berdiri sendiri. Menurut pahan
materialisme bahwa jiwa atau roh itu hanyalah merupakan proses
gerakan kebendaan dengan salah satu cara tertentu.
Terimakasih 

Anda mungkin juga menyukai