NIM 22611251004
Dosen Pengampu : Prof. Dr. Wawan Sundawan Suherman, M.Ed Dr.
Drs. Sumarjo, M.Kes
Mata Kuliah : Ilmu Filsafat
Tugas : Suriasumantri, Jujun S. 2015. Filsafat Ilmu: Sebuah Apresiasi Terhadap
Ilmu, Agama dan Seni. Edisi ke-25. Jakarta : Pustaka
Sinar, Harapan, H. 2-34
Referensi : Resume Prolog Kearah Pemikiran Filsafat
1. Sumber Pengetahuan
1.2. Empirisme
Berasal dari Bahasa yunani “meta” yang berarti selain, sesudah, ataupun
sebaliknya. Dan “fisika” adalah alam nyata. Metafisika merupakan ilmu yang menyelidiki
hakikat dibalik alam nyata ini. Metafisika dapat dikatakan sebuah usaha sistematis, dalam
mencari hal yang ada dibelakang hal-hal fisik dan bersifat particular atau kebendaan.
Sehingga metafisika merupakan ilmu mengenai yang ada yang bersifat universal.
3. Metafisika Keilmuan
Asumsi adalah anggapan dasar tentang realitas objek yang menjadi pusat perhatian
penelaahan kita. Asumsi memegang peranan penting dalam pengembangan ilmu sebab
asumsi merupakan pikiran dasar keilmuan yang merupakan fondasi bagi penyusunan
pengetahuan ilmiah. Fisika teoritis merupakan oengetahuan ilmiah yang dibangun di atas
sistem penalaran deduktif yang meyakinkan serta pengujian induktif yang sangat
mengesankan.
3.1. Asumsi-asumsi Ilmu Sosial
3.2. Postulat
Postulat adalah Gabungan cara pandang (objek forma) dan objek yang
dipandang (objek materia). Postulat ini merupakan anggapan dasar yang tidak
memerlukan verifikasi empiris namun harus dapat dipertanggungjawabkan secara
analisis kritis.
Teori metafisika dan teori peluang sangat berdekatan dan dapat menghasilkan
simpulan yang beragam tergantung latar belakang kahlkian dalam memandang
realitas. Penafsiran metafisis yang bermacam-macam dalam kehidupan ini membuat
kita menyerahkan diri kepada kebesaran dan keadilan Tuhan tanpa terlalu banyak
bertanya dan mencoba mencari makna pada kehidupan diri kita sendiri dengan penuh
rendah hati. Tak ada ketentraman selain berserah diri dan tak ada kepastian selain
keyakina kedapa Zat yang Maha Mengerti.
Seratus orang jatuh dari pohon kelapa, berapa orang yang akan patah kakinya?
Jawaban atas pertanyaan tersebut akan mencerminkan hukum keilmuan dan hukum alam.
Awalnya memang merupakan hukum keilmuan, namun kemudian setelah diuji dalam
kenyataan, hukum keilmuan yang sifatnya probabilistik ini merupakan pencerminan hukum
alam .
5. Peluang
6. Penalaran
Manusia pada hakikatnya merupakan mahluk yang berpikir, merasa, bersikap, dan
bertindak. Penalaran merupakan suatu proses berpikir dalam menarik sesuatu kesimpulan
yang berupa pengetahuan. Penalaran menghasilkan pengetahuan yang dikaitkan dengan
kegiatan merasa atau berpikir. Berpikir merupakan suatu kegiatan untuk menemukan
pengetahuan yang benar. Penalaran merupakan suatu proses penemuan kebenaran di mana
tiap-tiap jenis penalaran mempunyai kriteria kebenaran masing-masing. Sebagai suatu
kegiatan berpikir maka penalaran mempunyai ciri-ciri tertentu. Ciri yang pertama ialah
adanya suatu pola berpikir yang secara luas dapat disebut logika, dan tiap penalaran
mempunyai logika tersendiri atau dapat juga disimpulkan bahwa kegiatan penalaran
merupakan suatu kegiatan berpikir logis, dimana berpikir logis di sini harus diartikan
sebagai kegiatan berpikir menurut suatu pola tertentu atau logika tertentu. Ciri yang kedua
dari penalaran adalah sifat analitik dari proses berpikirnya.
7. Logika
8. Kriteria Kebenaran
Ada sejumlah teori yang dicetuskan dalam melihat kriteria kebenaran. Yang pertama
adalah teori koherensi. Teori ini merupakan menyatakan bahwa pernyataan dan kesimpulan
yang ditarik harus konsinten dengan pernyataan dan kesimpulan terdahulu yang dianggap
benar. Secara sederhana dapat disimpulkan bahwa berdasarkan teori koherensi suatu
pernyatan dianggap benar bila pernyataan tersebut bersifat koheren atau konsisten dengan
pernyataan-pernyataan sebelumnya yang dianggap benar. Teori Pragmatis dicetuskan oleh
Charles S. Peirce (1839-1924) dalam sebuah makalah yang terbit tahun 1878 yang berjudul
“How to make Our Ideas Clear.” Bagi seorang pragmatis, kebenaran suatu pernyataan
diukur dengan kriteria apakah pernyataan tersebut bersifat fungsional dalam kehidupan
praktis. Artinya, suatu pernyataan adalah benar, jika pernyataan itu atau konsekuensi dari
pernyataan itu mempunyai kegunaan praktis dalam kehidupan umat manusia.