Anda di halaman 1dari 34

C.

PENALARAN, LOGIKA, DEDUKTIF,


INDUKTIF dan METODE ILMIAH
MAKALAH FILSAPAT ILMU
PENALARAN, LOGIKA, DEDUKTIF, INDUKTIF dan METODE ILMIAH

PENDAHULUAN

Filsafat adalah suatu cara berpikir yang radial dan menyeluruh, dengan cara mengupas
pengetahuan sedalam-dalamnya Yuyun (1999) sedangkan ilmu dalam pembelajaran
filsapat dapat di katakan kumpulan pengetahuan yang mempunyai ciri-ciri tertentu.
Filsafat ilmu adalah suatu kemampuan yang harus dimiliki oleh manusia dalam rangka
menetapkan dasar-dasar yang dapat diandalkan oleh dirinya.
Filsafat dapat juga di katakan upaya manusia mnegumpulkan pengetahuan sebanyak
mungkin dalam proses pengaturan kehidupan dalam bentuk sistematik. Filsafat
diharapkan dapat membawa manusia kepada pemahaman dan pemahamanan itu
tentunnya dapat membawa manusia ke tindakan yang lebih layak.
Secara umum Ilmu adalah pengetahuan yang kita dapatkan dari pendidikan dasar,
menengah sampai pendidikan tinggi. Dari ilmu dapat dilahirkan pengetahuan sehingga
pengetahuan dapat menegakan kebenaran. Dalam mempelajari filsafat ilmu diharapkan
manusia dapat mengunakan penalarannya untuk dapat menemukan kebenaran, bersifat
logika, deduksi dan induksi sebagai landasan dalam bertindak dan akhirnya dapat
mengunakan meteode ilmiah dalam mendapatkan pengetahuan. Secara umum, berpikir
filsafat dapat dilakukan melalui:
1.

Pemikiran menyeluruh yaitu antara ilmu satu dengan ilmu lainnya dapat
disatukan sehingga ditemukan nilai moral, nilai agama, dan nilai kebenaran
sehingga membawa dalam kebahagiaan diri.

2.

Mendasar ilmu didasarkan pada suatu kebenaran dia dikatakn benar karena
melalui proses yang benar

3.

Spekulasi adalah suatu proses berpikir memilih pikiran sebagai titik awal bagi
penjelajahan pengatuhan.

Hasil pemikiran yang dimiliki manusia harus dinilai menjadi suatu titik kebenaran.
Kebenaran yang tertanam dalam dirinya melalui diawali dari penalaran, logika, deduksi,
induksi dan metode ilmiah.

PEMBAHASAN
1.

PENALARAN

2.

Pengertian penalaran

Penalaran adalah kemampuan manusia untuk melihat dan memberikan tanggapan


tentang apa yang dia lihat. Karena manusia adalah makhluk yang mengembangkan
pengetahuan dengan cara bersungguh-sungguh, dengan pengetahuan ini dia mampu
membedakan mana yang baik dan mana yang buruk.
Penalaran juga merupakan kemampuan berfikir cepat, tepat dan mantap. Selain itu
penalaran merupakan proses berfikir dan menarik kesimpulan berupa pengetahuan.
Manusia adalah satu-satunya makhluk yang mengembangkan pengetahuan secara
bersungguh-sungguh. Namun bukan hanya manusia yang mempunyai pengetahuan
binatang juga mempunyai pengetahuan. Perbedaan pengetahuan manusia dan hewan
adalah hewan hanya diajarkan hal-hal yang menyangkut kelangsungan hidupnya
(survival) contohnya apabila ada bencana mereka akan cepat bersembunyi atau mencari
tempat yang aman sedangkan manusia dengan cara mengembangkan pengetahuannya
dia akan berusaha menghindari dan mencari penyebab terjadinya bencana sampai
bagaimana mengatasinya.
Manusia dalam kehidupannya dia akan selalu berusaha memenuhi kebutuhan
kelangsungan hidupnya, contohnya manusia akan selalu memikirkan hal yang baru,
mengembangkan budaya dan memberikan makna dalam kehidupan.

1.

Contoh Penalaran

Penalaran dalam contoh yang nyata dapat kita temukan pada perbedaan Contoh lainnya
yang membedakan manusia dengan hewan adalah yaitu apabila terjadi kabut burung
akan terbang untuk mengindari polusi udara yang memungkinkan dia tidak bisa
bertahan hidup. Sedangkan manusia akan mencari tau mengapa sampai terjadinya
kabut? Bagaimana cara menghindari kabut? Apa saja komponen-komponen yang
terkadung di dalam kabut? Apa saja penyakit yang diakibatkan oleh kabut?

Penalaran manusia bisa terjadi karena dua hal yaitu manusia mempunyai bahasa dan
manusia mampu mengembangkan pengetahuan. Dua hal inilah yang membedakan
manusia dengan hewan dan di harapkan manusia mampu memposisikan dirinya di
tempat yang benar.
Penalaran biasanya di awali dengan berfikir kerena berpikir merupakan suatu kegiatan
untuk menemukan pengetahuan yang benar. Apa yang disebut benar bagi tiap orang
adalah tidak sama maka oleh sebab itu kegiatan proses berfikir untuk mengasilkan

pengetahuan yang benar itu pun juga berbeda-beda. Dapat dikatakan bahwa tiap jalan
pikiran mempunyai apa yang disebut sebagai kriteria kebenaran, dan kriteria kebenaran
ini merupakan landasan bagi proses penemuan kebenaran tersebut. penalaran
merupakan suatu proses penemuan kebenaran di mana tiap-tiap jenis penalaran
mempunyai kriterianya masing-masing.
1.

Ciri-ciri Penalaran

Sebagai suatu kegiatan berfikir maka penalaran mempunyai ciri-ciri:


1.

Adanya suatu pola pikir yang secara luas dapat disebut logika. Dalam hal ini maka
dapat dikatakan bahwa tiap bentuk penalaran mempunyai logikanya sendiri. Atau
dapat juga disimpulkan bahwa kegiatan penalaran merupakan suatu proses berfikir
logis, di mana berfikir logis disini harus diartikan sebagai kegiatan berfikir menurut
suatu pola tertentu.

2.

Bersifat analitik[1] dari proses berfikirnya. Penalaran merupakan suatu kegiatan


berfikir yang menyandarkan diri kepada suatu analisis dan kerangka berpikir yang
dipergunakan untuk analisis tersebut adalah logika penalaran yang bersangkutan.
Artinya penalaran ilmiah merupakan suatu kegiatan analisis yang mempergunakan
logika ilmiah, dan demikian juga penalaran lainnya yang mempergunakan logikanya
tersendiri pula. Sifat analitik ini merupakan konsekuensi dari adanya suatu pola
berpikir tertentu. Tanpa adanya pola berpikir tersebut maka tidak akan ada kegiatan
analisis.

Berdasarkan kriteria penalaran dikatakan bahwa tidak semua kegiatan berfikir bersifat
logis dan analitis. Jadi cara berpikir yang tidak termasuk ke dalam penalaran bersifat
tidak logis dan analitik. Dengan demikian maka dapat dibedakan secara garis besar ciriciri berpikir menurut penalaran dan berpikir yang bukan berdasarkan penalaran.
Perasaan merupakan penarikan kesimpulan yang tidak berdasarkan penalaran. Kegiatan
berpikir juga ada yang tidak berdasarkan penalaran umpamanya adalah intuisi[2].
Berpikir intuisi memegang peranan yang penting dalam masyarakat yang berpikir
nonanalitik, yang kemudian sering bergalau dengan perasaan. Jadi secara luas dapat
dikatakan bahwa cara berpikir masyarakat dapat dikategorikan kepada cara berpikir
analitik yang berupa panalaran dan cara berpikir yang nonanalitik yang berupa intuisi
dan perasaan.

1.

Prinsip-prinsip penalaran adalah:

Prinsip dasar pernyataan hanya ada tiga prinsip, yang mengemukakan pertama kali
adalah Aristoteles, yaitu sebagai berikut:
1.

Prinsip identitas

Prinsip ini dalam istilah latin ialah principium indentitas. prinsip identitas berbunyi:
sesuatu hal adalah sama dengan halnya sendiri. Dengan kata lain, sesuatu yang
disebut p maka sama dengan p yang dinyatakan itu sendiri bukan yang lain.
1.

Prinsip kontradiksi (principium contradictionis)

Prinsip kontradiksi berbunyi: sesuatu tidak dapat sekaligus merupakan hal itu dan bukan
hal hal itu pada waktu yang bersamaan, atau sesuatu pernyataan tidak mungkin
mempunyai nilai benar dan tidak benar pada saat yang sama. Dengan kata lain,
sesuatu tidaklah mungkin secara bersamaan merupakan p dan non p.
1.

Prinsip eksklusi (principium exclusi tertii)

Prinsip eksklusi tertii, yakni prinsip penyisihan jalan tengah atau prinsip tidak adanya
kemungkinan ketiga.
Prinsip ekslusi tertii berbunyi sesuatu jika dinyatakan sebagai hal tertentu atau bukan
hal tertentu maka tidak ada kemungkinan ketiga yang merupakan jalan tengah. Dengan
kata lain, sesuatu x mestilah p atau non p tidak ada kemungkinan ketiga. Arti dari
prinsip ini ialah bahwa dua sifat yang berlawanan penuh (secara mutlak) tidak mungkin
kedua-duanya dimiliki oleh suatu benda, mestilah hanya salah satu yang dapat
dimilikinya.
Disamping ketiga prinsip yang dikemukakan Aristoteles diatas, seorang filusuf Jerman
Leibniz menambah satu prinsip yang merupakan pelengkap atau tambahan bagi prinsip
identitas, yaitu prinsip cukup alasan (principium rationis sufficientis), yang berbunyi.
suatu perubahan yang terjadi pada sesuatu hal tertentu haruslah berdasarkan alasan
yang cukup, tidak mungkin tiba-tiba berubah tanpa sebab-sebab yang mencukupi.
Dengan kata lain, adanya sesuatu itu mestilah mempunyai alasan yang cukup, demikian
pula jika ada perubahan pada keadaan sesuatu. [3]
Penalaran merupakan cara berpikir tertentu oleh karena itu untuk melakukan kegiatan
analisis maka kegiatan penalaran tersebut harus diisi dengan materi pengetahuan yang
berasal dari suatu sumber kebenaran. Pengetahuan yang dipergunakan dalam penalaran
pada dasarnya bersumber pada rasio atau fakta. Mereka yang berpendapat bahwa rasio
adalah sumber kebenaran mengembangkan paham yang kemudian disebut sebagai
rasionalisme. Sedangkan mereka yang menyatakan bahwa fakta yang tertangkap lewat
pengalaman manusia merupakan sumber kebenaran mengembangkan
paham empirisme[4].

2.
3.

Pengertian logika

Nama logika untuk pertama kali muncul pada filusuf Cicero (abad ke -1 sebelum Masehi),
tetapi dalam arti seni berdebat. Alexander Aphrodisias (sekitar permulaan abad ke-3
sesudah Masehi) adalah orang pertama yang mempergunakan kata logika dalam arti
ilmu yang menyelidiki lurus tidaknya pemikiran kita[5].
Selain itu kata logika diturunkan dari kata logike (bahasa yunani), yang berhubungan
dengan kata benda logos, suatu yang menunjukkan kepada kita adanya hubungan yang
erat dengan pikiran dan kata yang merupakan pernyataan dalam bahasa. Jadi, secara
etimologi, logika adalah ilmu yang mempelajari pikiran melalui bahasa. Logika juga bisa
dikatakan penarikan kesimpulan dari apa yang dianggap benar dari suatu proses
penalaran.
logika adalah asas-asas yang menentukan pemikiran yang lurus, tepat, dan sehat. Agar
dapat berpikir lurus, tepat, dan teratur, logika menyelidiki, merumuskan serta
menerapkan hukum-hukum yang harus ditepati. Logika itu adalah cara berpikir manusia
yang disusun berdasarkan pola tertentu. Berpikir adalah objek material logika. Berpikir
disini adalah kegiatan pikiran, akal budi manusia. Dengan berpikir, manusia mengolah,
mengerjakan pengetahuan yang telah diperolehnya. Dengan mengolah dan
mengerjakannya ini terjadi dengan mempertimbangkan, menguraikan,
membandingkan, serta menghubungkan pengertian yang satu dengan penegertian yang
lainnya.
Dalam logika berfikir dipandang dari sudut kelurusan dan ketepatannya. Karena berfikir
lurus dan tepat, merupakan objek formal logika. Di samping dua filusuf di atas (Cicero
dan Alexander Aphrodisias) Aristoteles pun telah berjasa besar dalam menemukan
logika. Namun, Aristoteles belum memakai nama logika. Aristoteles memakai istilah
analika dan dialektika. Analika untuk penyelidikan mengenai argumentasi yang bertitik
tolak dari putusan-putusan yang benar sedangkan dialektika untuk penyelidikan
mengenai argumentasi yang bertitik tolak hipotsesis atau putusan yang tidak pasti
kebenarannya[6].
Aristoteles membagi ilmu pengetahuan atas tiga golongan, yaitu ilmu pengetahuan
praktis, produktif, dan teoritis. Ilmu pengetahuan produktif menyangkut pengtahuan
yang sanggup menghasilkan suatu karya (teknik dan kesenian). Ilmu pengetahuan
praktis meliputi etika dan politika. Akhirnya ilmu pengetahuan teoritis mencakup tiga
bidang yaitu fisika, matematika, dan filsafat pertama. Logika tidak termasuk ilmu
pengetahuan sendiri, tetapi mendahului ilmu pengetahuan sebagai persiapan untuk
berfikir dengan cara ilmiah[7].
Setelah Aristoteles meninggal, naskah-naskah ajarannya mengenai penalasaran, olah
para pengikutnya telah dihimpun menjadi satu. Himpunan tersebut mengenai ajaran
Aristoteles mengenai penalaran termuat dalam eman naskah, yaitu sebagai berikut:
1.

Ini membahas mengenai cara menguraikan sesuatu objek dalam jenis pengertian
umum.

2.

On Interpretation (tentang penafsiran). Membahas mengenai komposisi dan


hubungan dari keterangan sebagai satuan pikiran. Dalam hal ini Aristoteles
membahas suatu yang dikenal sebagai penyimpulan langsung dan bujur sangkar
pertentangan.

3.

Prior Analyties (analika yang lebih dahulu). Memuat mengenai teori silogisme
dalam ragam dan pola-polanya.

4.

Posterior Analyties (analika yang lebih dahulu). Membicarakan tentang


pelaksanaan dan penerapan, penalaran silogistik dalam pembuktian ilmiah sebagai
materi dari silogisme.

5.

Topics (mengupas dialektika). Dibahas mengenai persoalan tentang perbincangan


berdasarkan permis-permis yang boleh jadi benar

6.

Sohistical Refutations (cara perbincangan kaum sofis). Membahas mengenai sifat


dasar dan penggolongan sesat piker[8].

Terdapat bermacam-macam cara penarikan kesimpulan namun untuk sesuai dengan


tujuan studi yang memusatkan diri kepada penalaran ilmiah, maka dilakukan penelaahan
yang seksama hanya terhadap dua jenis penarikan kesimpulan yakni logika induktif dan
logika deduktif.

1.

Contoh Logika

Contohnya penerapan ilmu logika dalam kehidupan misalnya pada manusia yang
mengalami penyakit serak pada tenggorokan maka pengobatannya dapat dilakukan
dengan minum air putih logikanya air putih adalah cairan yang diperlukan manusia untuk
menjaga keseimbangan tubuh, memberi kekuatan kepada leukosit untuk menjalankan
tugasnya menghasilkan makrofag untuk membunuh patogen yang masuk, menjadikan
kekebalan tubuh meningkat sehingga luka yang dihinggapi bakteri akan sembuh dan
akhirnya tenggorokan menjadi lapang dan dikatakan sembuh.
3.

DEDUKSI

4.

Pengertian Deduksi

Deduksi adalah cara berpikir dimana dari pernyataan yang bersifat umum ditarik
kesimpulan yang bersifat khusus, selain itu metode deduksi ialah cara penanganan
terhadap sesuatu objek tertentu dengan jalan menarik kesimpulan mengenai hal-hal
yang bersifat umum.
Logika deduktif adalah suatu ragam logika yang mempelajari asas-asas penalaran yang
bersifat deduktif, yakni suatu penalaran yang menurunkan suatu kesimpulan sebagai
kemestian dari pangkal pikirnya sehingga bersifat betul menurut bentuk saja.
Penarikan kesimpulan secara deduktif biasanya mempergunakan pola pikir yang
dinamakan silogismus[9]. Pernyataan yang mendukung silogismus ini disebut premis
yang kemudian dapat dibedakan sebagai permis mayor dan permis minor. Kesimpulan
merupakan pengetahuan yang didapat dari penalaran deduktif berdasarkan kedua
permis tersebut. Logika deduktif membicarakan cara-cara untuk mencapai kesimpulan-

kesimpulan bila lebih dahulu telah diajukan pertanyaan-pertanyaan mengenai semua


atau sejumlah ini di antara suatu kelompok barang sesuatu. Kesimpulan yang sah pada
suatu penalaran deduktif selalu merupakan akibat yang bersifat keharusan dari
pertnyaan-pertanyaan yang lebih dahulu diajukan. Pembahasan mengenai logika
deduktif itu sangat luas dan meliputi salah satu di antara persoalan-persoalan yang
menarik.
Guna memenuhi dan membatasi maksud logika deduktif bagian terkenal sebagai logika
Aristoteles. Cabang loka ini membicarakan pernyataan-pernyataan yang dapat dijadikan
bentuk S adalah P, misalnya, manusia (adalah) mengenal mati. Tampaklah pada kita
bahwa S merupakan huruf pertama perkataan Subjek dan P merupakan huruf
pertama perkataan Predikat. Dari pernyataan-pernyataan semacam itu, kita dapat
memilah empat cara pokok untuk mengatakan sesuatu dari setiap atau sementara
subjek yang dapat diterapi simbol S.
Setiap

S adalah P

Setiap

S bukan/tidaklah P

Sementara

S adalah P

Sementara

S bukan/tidaklah P.

1.

Contoh Deduksi

Contoh membuat silogismus sebagai berikut:


Semua makhluk hidup memerlukan udara
Dewi adalah makhluk hidup
Jadi Dewi memerlukan udara

(Premis mayor)
(Premis minor)
(Kesimpulan)

Kesimpulan yang diambil bahwa si Dewi memerlukan udara adalah sah menurut
penalaran deduktif, sebab kesimpulan ini ditasrik secara logis dari dua permis yang
mendukungnnya. Pertanyaan apakah kesimpulan itu benar maka dapat dipastikan bahwa
kesimpulan yang ditariknya juga adalah benar. Mungkin saja kesimpulan itu salah,
meskipun kedua premisnya benar, sekiranya cara penarikan kesimpulannya adalah tidak
sah.
Dengan demikian maka ketepatan penarikan kesimpulan tergantung dari tiga hal yakni
kebenaran premis mayor, kebenaran premis minor dan keabsahan pengambilan
kesimpulan.

4.

INDUKSI

5.

Pengertian induksi

Induksi merupakan cara berpikir di mana ditarik kesimpulan umum dari berbagai kasus
yang bersifat individual, selain itu metode induksi ialah cara penanganan terhadap suatu
objek tertentu dengn jalan menarik kesimpulan yang bersifat umum atau bersifat lebih
umum berdasarkan atas pemahaman atau pengamatan terhadap sejumlah hal yang
bersifat khusus. Logika induktif merupakan suatu ragam logika yang mempelajari asasasas penalaran yang betul dari sejumlah hal khusus sampai pada suatu kesimpulan
umum yang bersifat boleh jadi. Kesimpulan yang bersifat umum ini penting artinya
sebab mempunyai dua keuntungan. Keuntungan yang pertama ialah bahwa pernyataan
yang bersifat umum ini bersifat ekonomis.
Kehidupan yang beranekaragam dengan berbagai corak dan segi dapat direduksikan
menjadi beberapa pernyataan. Pengetahuan yang dikumpulkan manusia bukanlah
merupakan koleksi dari berbagai fakta melainkan esensi dan fakta-fakta tersebut.
Demikian juga dalam pernyataan mengenai fakta yang dipaparkan, pengetahuan tidak
bermaksud membuat reproduksi dari obyek tertentu, melainkan menekankan kepada
struktur dasar yang menyangga wujud fakta tersebut. pernyataan bagaimanapun
lengkap dan cermatnya tidak bisa mereproduksikan betapa manisnya semangkuk kopi
atau pahitnya sebutir pil kina. Pengetahuan cukup puas dengan pernyataan elementer
yang bersifat kategoris bahwa kopi itu manis dan pil kina itu pahit. Pernyataan seperti ini
sudah cukup bagi manusia untuk bersifat fungsional dalam kehidupan praktis dan
berpikir teoritis.
Keuntungan yang kedua dari pernyataan yang bersifat umum adalah dimungkinkan
proses penalaran selanjutnya baik secara induktif maupun deduktif. Secara induktif maka
dari berbagai pernyataan yang bersifat umum dapat disimpulkan pernyataan yang
bersifat lebih umum lagi. Melihat dari contoh bahwa semua binatang mempunyai mata
dan semua manusia mata, dapat ditarik kesimpulan bahwa semua makhluk mempunyai
mata. Penalaran ini memungkinkan disusunnya pengetahuan secara sistematis yang
mengarah kepada pernyataan-pernyataan yang makin lama makin bersifat fudamental.

1.

Jenis-jenis induksi:

2.

Penyimpulan secara kausal

Jenis induksi lainnya adalah yang berusaha unutk menemukan sebab-sebab dari hal-hal
yang terjadi. Bila telah diajukan suatu perangkat kejadian, maka haruslah diajukan

pernyataan: Apakah yang menyebabkan kejadian-kejadian itu? Misalnya, terjadi suatu


wabah penyakit tipus: Apakah yang menyebabkan timbulnya wabah tipus? Ada suatu
perangkat apa yang dinamakan canons (aturan, hukum), yang dikenal sebagai metodemetode Mill, yang mengajukan suatu pernagkat kemungkinan unutk melakukan
penyimpulan secara kausal. Metode-metode ini kadang kala berguna. Metode-metode
tersebut ialah:

Metode kesesuain

Metode kelainan

Metode gabungan kesesuaian dan kelahiran

Metode sisa

Metode keragaman beriringan


1.

Penalaran berdasarkan probabilitas dan penalaran secara statistik. Digambarkan


dengan cara probabilitas dan secara statistik. Misalnya kita mengetahui bahwa John
Smith adalah seorang guru dan kita ingin bertaruh bahwa usianya akan mencapai
65 tahun. Berapakah taksiran kita mengenai usianya? Untuk menjawabnya kita
perlu mempunyai statistik mengenai panjangnya usia seorang guru. Dari hal-hal ini,
yang diringkas dalam bangun matematis yang tepat, dengan mempergunakan teori
matematik tetang probabilitas, maka akan dapat dilakukan penaksiran.

2.

Analogi dan komparasi

Dua bentuk penyimpulan yang sangat lazim dipakai dalam perenungan kefilsafatan ialah
analogi dan komparasi. Penalaran secara analogi adalah berusaha mencapai kesimpulan
dengan secara analogi adalah berusaha mencapai kesimpulan dengan menggantikan
apa yang dicoba buktikan dengan sesuatu yang serupa dengan hal tersebut, namun
yang lebih dikenal, dan kemudian menyimpulkan kembali apa yang mengawali penalaran
tersebut. Misalnya kita ingin membuktikan adanya Tuhan berdasarkan susunan dunia
tempat kita hidup. Dalam hal ini dapat mengatakan sebagai berikut. Perhatikanlah
sebuah jam. Seperti halnya dunia, jam tersebut juga merupakan mekanisme yang terdiri
dari bagian-bagian yang sangat erat hubungannya yang satu dengan yang lain. Kiranya
tidak seorang pun beranggapan bahwa sebuah jam dapat membuat dorongnya sendiri
atau terjadi secara kebetulan. Susunanya sangat rumit menunjukan bahwa ada yang
membuatnya. Dengan demikian secara analogi adanya dunia juga menunjukan ada
pembuatnya; karena dunia kita ini juga sangat rumit susunannya dan bagian-bagiannya
berhubungan sangat erat yang satu dengan yang lain secara baik.
1.

Metode verifikasi

Agar suatu penalaran dapat diterima maka perlu kiranya untuk mencapai kesimpulan
yang dapat diterima, maka perlu kiranya unutk menetapkan tidak hanya lurusnya atau
sahnya penalaran seseorang, melainkan juga kebenaran bahan yang mengawali
penalaran tadi. Penalaran yang sah yang didasarkan atas fakta-fakta yang diperkirakan
benar dapat membwa kita kepada kesimpulan yang sesat atau benar, namun mungkin
kita tidak mengetahui yang manakah yang salah dan manakah yang benar. Penalaran
yang sah yang didasarkan atas fakta-fakta akan membawa kita kepada kebenaran. Pada
dasarnya hanya ada dua metode unutk melakukan verifikasi terhadap pernyataan-

pernyataan yang satu adalah melalui observasi , dan yang lain, dengan mempergunakan
hukum kontradiksi.
1.

Observasi (pengamatan)

Suatu pernyataan yang maknanya dapat diuji dengan pengalaman yang dapat diulangi,
baik oleh orang yang mempergunakan pernyataam tersebut maupun oleh orang lain,
pada prinsipnya dapat dilakukan verifikasi terhadapnya. Jika pernyataan itu lulus dalam
ujian pengalaman, maka pengalaman itu dikukuhkan, meskipun tidak sepenuhnya
terbukti benar. Jika saya berkata, Di luar hujan turun, dan saya pergi ke luar serta
melihat dan merasakan turunnya hujan, maka pernyataan saya tersebut menurut ukuran
tadi telah diverifikasi.
1.

Penalaran berdasarkan kontradiksi

Metode verifikasi yang kedua, yakni dengan menunjukan kesesatan pernyataan yang
dipersoalkan karena bertentangan degan dirinya, atau mengakibatkan pertentangan
dengan pernyataan-pernyataan lain yang telah ditetapkan dengan baik. Misalnya, untuk
membuktikan bahwa garis-garis yang sejajar tidak pernah bertemu, orang mengambil
cara dengan mengandalkan bahwa hal yang demikian ini akan membawa kita
kepada kontradiksi. Demikian pula, mengandaikan bahwa suatu sudut didalam segitiga
ada yang besarnya nil derajat dan ada yang lebih dari nol derajat.
1.

Contoh Induksi

Dalam deduksi kesimpulannya hanya bersifat probabilitas berdasarkan atas pernyataanpertanyaan yang telah diajukan. Penalaran secara induktif dimulai dengan
mengemukakan pernyataan-pernyataan yang mempunyai ruang lingkup yang khas dan
terbatas dalam menyusun argumentasi yang diakhiri dengan pernyataan yang bersifat
umum. Umpamanya kita mempunyai fakta bahwa kambing mempunyai mata, gajah
mempunyai mata, demikian juga dengan singa, kucing, dan berbagai binatang lainnya.
Dari kenyataan kenyataan ini kita dapat menarik kesimpulan yang bersifat umum yakni
semua binatang mempunyai mata.

5.

METODE ILMIAH

6.

Pengertian Metode Ilmiah

Metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut


ilmu.
Menurut Soejono Soemargono (1983) metode ilmiah secara garis besar ada dua macam,
yaitu sebagai berikut:
1.

Metode ilmiah yang bersifat umum

Metode ilmiah yang bersifat umum dibagi menjadi dua, yaitu metode analitiko-sintesa
dan metode nondeduksi. Metode analitioko-sintesa merupakan gabungan dari metode
analisis dan metode sintesa. Metode nondeduksi merupakan gabungan dari metode
deduksi dan metode induksi.

Apabila kita menggunakan metode analisis, dalam babak terakhir kita memperoleh
pengetahuan analitis. Pengetahuan analitis itu ada dua macam, yaitu pengetahuan
analitik apriori dan pengetahuan analitik aposteriori.
Metode ilmiah di bagi 2 jenis:
1.

Metode analisis ialah cara penanganan terhadap sesuatu objek ilmiah tertentu
dengan jalan memilah-milahkan pengertian yang satu dengan penegrtian yang
lainnya. Pengetahuan analisis apriori misalnya, definisi segitiga mengatakan bahwa
segitika itu merupakan sautu bidang yang dibatasi oleh tiga garis lurus saling
beririsan yang membentuk sudut berjumlah 180 derajat.

Pengetahuan analitis aposteriori berarti bahwa kita dengan menerapkan metode analisis
terhadap sesuatu bahan yang terdapat di alam empiris atau dalam pengalaman seharihari memperoleh sesuatu pengetahuan tertentu. Misalnya, setelah kita mengamati
sejumlah kursi yang ada, kemudian kita berusaha unutk menetukan apakah yang
dinamakan kursi itu? Definisnya misalnya, kursi adalah perabot kantor atau rumah
tangga yang khusus disediakan untuk tempat duduk.
Pengetahuan yang diperoleh dengan menerapkan metode sintesis dapat berupa
pengetahuan sintesis apriori dan pengetahuan sintesisi aposteriori.
1.

Metode sintesa ialah cara penanganan terhadap sesuatu objek tertentu dengan
cara menggabungkan pengertian yang satu dengan pengertian yang lainnya
sehingga menghasilkan sesuatu pengetahuan yang baru. Pengetahuan sinstesis
apriori misalnya, pengetahuan bahwa satu ditambah empat sama dengan lima.

Aposteriori menunjuk kepada hal-hal yang adanya berdasarkan atau terdapat melalui
pangalaman atau dapat dibuktikan dengan melakukan sesuatu tangkapan indrawi.
Pengetahuan sintetis aposterior itu merupakan pengetahuan yang diperoleh dengan
cara menggabung-gabungkan pengertian yang satu dengan yang lain menyangkut halhal yang terdapat alam tangkapan indrawi atau yang adanya dalam pengalaman empiris.
2.

Metode penyelidikan ilmiah

Metode penyelidikan ilmiah dapat dibagi menjadi dua, yaitu metode penyelidikan yang
berbentuk daur/metode siklus empiris dan metode vertikal atau yang yang berbentuk
garis lempang/metode linier. Yang dinamakan siklus-empiris ialah suatu cara penanganan
terhadap sesuatu objek ilmiah tertentu yang biasanya bersifat empiris-kealaman dan
penerapannya terjadi di tempat yang tertutup. Metode penyelidikan ilmiah yang
berbentuk daur/metode siklus-empiris, maka pengetahuan yang dapat dihasilkannya
akan berupa hipotesa, teori, dan hukum-hukum alam (Soejono Soemargo, 1983)
Perkembangan ilmu-ilmu alam merupakan hasil penggunaan secara sengaja suatu
metode untuk memperoleh pengetahuan yang menggabungkan pengalaman dan akal
sebagai pendekatan bersama, dan menambahkan suatu cara baru untuk menilai
penyelesaian-penyelesaian yang disarankan. Dari banyak di antara uraian kita sampai
sejauh ini, kita mungkin telah merasakan bahwa kesulitan yang dihadapi oleh filsafat

ialah, filsafat tidak bersifat ilmu. Jika orang pernah bekerja di laboratorium ilmu,ia
mungkin akan mengeluh, di dalam ilmu kita membicarakan kenyataan empirirs, di
dalam filsafat nampaknya tidak ada suatu cara untuk memperoleh jawaban. Ini
menimbulkan masalah tentang metode ilmiah sebagai sarana untuk memperoleh
pengetahuan. Tidak semua pengetahuan dapat disebut ilmu sebab ilmu merupakan
pengetahuan yang cara mendapatkannya harus memenuhi syarat-syarat tertentu.
Syarat-syarat yang harus dipenuhi agar suatu pengetahuan dapat disebut ilmu
tercantum dalam apa yang dinamakan dengan metode ilmiah jadi metode ilmiah
mengikuti prosedur-prosedur tertentu yang sudah pasti yang dipergunakan dalam usaha
memberi jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang dihadapi oleh seorang ilmuan.
Metode menurut Senn, merupakan suatu prosedur atau cara mengetahui sesuatu, yang
mempunyai langkah-langkah yang sistematis[10]. Metodologi merupakan suatu
pengkajian dalam mempelajari peraturan-peraturan dalam metode tersebut[11]. jadi
metodologi ilmiah merupakan pengkajian dari peraturan-peraturan yang terdapat dalam
metode ilmiah. Metodologi ini secara flsafati termasuk dalam apa yang dinamakan
epistemologi. Epistomologi merupakan pembahasan mengenai bagaimana kita
mendapatkan pengetahuan.
Seperti diketahui berpikir adalah kegiatan mental yang menghasilkan pengetahuan.
Metode ilmiah merupakan ekspresi mengenai cara bekerja pikiran[12]. Dengan cara
bekerja ini maka pengetahuan yang dihasilkan diharapkan mempunyai karakteristikkarakteristik tertentu yang diminta oleh pengetahuan ilmiah, yaitu sifat rasional dan
teruji yang memungkinkan tubuh pengetahuan yang disusunnya merupakan
pengetahuan yang dapat diandalkan. Dalam hal ini maka metode ilmiah mencoba
menggabungkan cara berpikir deduktif dan cara berpikir induktif dalam membangun
tubuh pengetahuannya.
Berpikir deduktif memberikan sifat yang rasional kepada pengetahuan ilmiah dan
bersifat konsisten dengan pengetahuan yang telah dikumpulkan sebelumnya. Secara
sistematik dan kumulatif pengetahuan ilmiah disusun setahap demi setahap dengan
menyusun argumentasi mengenai sesuatu yang baru berdasarkan pengetahuan yang
telah ada. Dengan demikian maka ilmu merupakan tubuh pengetahuan yang tersusun
dan terorganisasikan dengan baik sebab penemuan yang tidak teratur dapat diibaratkan
sebagai rumah atau batu bata yang cerai berai[13]. Secara konsisten dan koheren
maka ilmu mencoba memberikan penjelasan yang rasional kepada obyek yang berada
dalam fokus penelaahan.
Proses kegiatan ilmiah, menurut Ritchie Calder, dimulai ketika menusia mengamai
sesuatu[14]. Tentu saja hal ini membawa kita kepada pertanyaan laim: mengapa
manusia mulai mengamati sesuatu? Kalau kita telah lebih lanjut ternyata bahwa kita
mulai mengamati obyek tertentu kalau kita mempunyai perhatian tertentu terhadap
obyek tersebut. Persukaran yang dirasakan bila kita menemukan sesuatu dalam
pengalaman kita yang menimbulkan pertanyaan[15]. Dan pertanyaan ini timbul
disebabkan oleh adanya kontak manusia dengan dunia empiris yang menimbulkan
berbagai ragam permasalahan. dapat disimpulkan bahwa karena ada masalah ini berasal

dari dunia empiris, maka proses berpikir tersebut diarahkan pada pengamatan obyek
yang bersangkutan, yang bereksistensi dalam dunia empiris pulan.
Manusia menghadapi atau menyadari adanya masalah dan bermaksud untuk
memecahkan dalam usaha unutk memcahkan masalah tersebut maka ilmu tidak
berpaling kepada perasaan melainkan kepada pikiran yang berdasarkan penalaran.
Dalam hal ini maka pertama-tama ilmu menyadari bahwa masalah yang dihadapinya
adalah masalah konkret yang terdapat dalam dunia fisik yang nyata. Karena masalah
yang dihadapinya adalah nyata maka ilmu mencari jawaban pada dunia yang nyata pula.
Disinilah pendekatan rasional digabungkan dengan pendekatan empiris dalam langkahlangkah yang disebut metode ilmiah. Langkah-langkah metode ilmiah:
1.

Harus menanamkan rasa ingin tahu dalam suatu hal sehingga memunculkan
pertanyaan pada diri dan menjadi dasar untuk melakukan penelitian sehingga dapat
merumuskan masalahnya.

2.

Mengumpulkan informasi sehingga dapat menyusun kerangka berpikir dalam


pengajuan hipotesis. Kerangka berpikir ini disusun secara rasional berdasarkan
permis-permis ilmiah yang telah tealh teruji kebenarannya dengan memperhatikan
faktor-faktor empiris yang relevan dengan permasalahan.

3.

Perumusan hipotesis yang merupakan jawaban sementara atau dugaan terhadap


pertanyaan yang diajukan yang materinya merupakan kesimpulan dari kerangka
berpikir yang dikembangkan. Hipotesis ini pada dasarnya disusun secara deduktif
dengan mengambil permis-permis dari pengetahuan ilmiah yang sudah diketahui
sebelumnya.

4.

Pengujian hioptesis yang merupakan pengumpulan fakta-fakta yang relevan


dengan hipotesis yang diajukan untuk memperlihatkan apakah terdapat fakta-fakta
yangmendukung hipotesis tersebut atau tidak.

5.

Penarikan kesimpulan yang merupakan penilaina apakah sebuah hipotesis yang


diajukan itu ditolak atau diterima. Sekiranya dalam proses pengujian terdapat fakta
yang cukup yang mendukung hipotesis maka hipotesis itu diterima. Sebaliknya
sekiranya dalam proses pengujian tidak terdapat fakta yang cukup mendukung
hipoteisi maka hipoteisi itu ditolak. Hipoteisi yang diterima kemudian dianggap
menjadi bagian dari pengetahuan ilmiah sebab telah memenuhi persyaratan
keilmuan yakni mempunyai kerangka penjelasan yang konsisten dengan
pengetahuan ilmiah sebelumnya serta telah teruji kebenarannya. Pengertian
kebenaran di sini harus ditafsirkan secara pragmatis artinya bahwa sampai saat ini
beluam terdapat fakta yang menyatakan sebaliknya.

Keseluruhan langkah ini harus ditempuh agar suatu penelaahan dapat disebut ilmiah.
Dengan metode ilmiah sebagai paradigma maka ilmu dibandingkan denganberbagai
pengetahuan lainnya dapat dikatakan berkembang cepat.
Salah satu faktor yang mendorong perkembangan ini adalah faktor sosial dari komunikasi
ilmiah dimana oenemuan individual segera dapat diketahui dan dikaji oleh anggota
masyarakat atau pun ilmuan lainnya. Tersedia laat komukasi tertulis dalam bentuk
majalah, buletin, jurnal, mikro film, dan berbagai media masa lainnya sangat menunjang

intensitas dan efektivitas komunikasi ini. Suatu penemuan baru di negera yang baru
segera dapat diketahui oleh ilmuan di negara-negara lainnya. Penemuan ini segera dapat
diteliti kebenarannya oleh kalangan ilmiah di mana saja sebeb prosedur unutk menilai
kesahihan penyataan yang dikandung pengetahuan tersebut sama-sama telah diketahui
oleh seluruh masyarakat.

1.

Contoh metode Ilmiah

Contoh kunyit digunakan untuk pengobatan.


Kunyit dapat dikatakan mampu penyembuhan luka, dapat dibuktikan dilakukan dengan
metode ilmiah.
Sinkronisasi metode ilmiah ini dapat disimpulkan dari pengalaman dan kebiasaan
masyarakat dalam memanfaatkan kunyit sebagai obat tradisional untuk penyembuhan
luka pada organ tubuh bagian dalam. Jadi dengan dilakukan metode ilmiah yang diawali
dari asumsi dan kebiasaan masayarakat mengani suatu hal. Misalnya dalam
memanfaatkan kunyit sebagai pengobatan tradisional. Diawali dari munculnya
pertanyaan. Apakah benar kunyit mampu mengobati luka kemudian mengumpulkan
informasi, melakukan hipotesis, melakukan pengamatan dan menyimpulkan. Ditemukan
didalam kunyit mengandung zat antibiotik yang mampu menyembuhkan luka yang
dialami organ bagian dalam.

KESIMPULAN
Dalam mempelajarai suatu nilai kebenaran manusia dituntut unutk bosa memanfaatkan
wahana berpikir yang dimilikinya, manusia juga harus mampu memposisikan dirinya
diposisi kebenaran. Hal yang harus dilakukan manusia adalah menempatkan penalaran,
penalaran sebagai salah satu langkah menemukan titk kebenaran. Kemampuan
penalaran yang dimiliki manusia tentuny akan melahirkan logika yang dpat dimanfaatkan
oleh manusai utuk menemukan pengethuan. Pengatahuan ini lah yang sebut dengan
ilmu dan ilmu inilah yang membuat manusia bisa berpikir.
Didalam penalaran ditemukan logika. Logika melahirkan deduksi dan induksi, secara
umum induksi dan induksi suatu proses pemikiran untuk menghasilkan suatu kesimpulan
yang benar didasarkan pada pengetahuan yang dimiliki. Deduksi dihasilkan dari
pernyataan-pernyataan yang bersifat umum ke pernyataan bersifat khusus, sementara
induksi merupakan cara berpikir di mana ditarik kesimpulan umum dari berbagai kasus
yang bersifat individual.
Metode ilmiah berkaitan dengan gabungan dari metode deduksi dan metode induksi. Jadi
suetu proses pemikiran dapat dituangkan dalam pembuatan metode ilmiah tersebut, dan
metode ilmiah juga membuktikan tentang penalaran yang melahirkan logika dibantu

dengan metode deduksi dan induksi maka akan menghasilkan pengetahuan yang baru.
Dengan metode ilmiah pengetahuan akan dianggap sah adanya.

[1] suatu kegiatan berfikir berdasarkan langkah-langkah tertentu.


[2] Intuisi merupakan suatu kegiatan berpikir yang nonanalitik yang tidak mendasarkan
diri kepada suatu pola pikir tertentu.
[3] noor Ms Bakry, 1983 dalam buku Surajiyo
[4] Pengetahuan yang didasarkan pada pengalaman.
[5] K.Bertens, 1975 dalam buku Surajiyo, 2005.
[6] K.Berens,1975 dalam buku Surajiyo, 2005
[7] Bertens, 1975 dalam buku Surajiyo, 2005.
[8] The Liang Gie dan Suhartoyo Hardjosatoto, dan Endang asdi, 1980
[9] Silogismus disusun dari dua buah pernyataan dan sebuah kesimpulan.
[10] Peter R. Senn, Sosial Science and Its Methods (boston:Holbrook, 1971)
[11] Ibid, hlm 6
[12] T. H. Huxly, The Method of Scientific Investigation, Science: Method and Meaning,
ed. Samuel Rapport dan helen Wright (new York: Washington Square Press, 1964), hlm, 2.
[13] Morris Kline, The Meaning of Mathematics, Adventures of the Mind (New York:
Vintage, 1961), hlm 83.
[14] Ritchie Calder, science in Our Life (New York :New American Library, 1955), hlm. 37
[15] John Dewey, How We Think (Chicago: Henry regnery, 1933) hlm. 107

Penalaran
Penalaran adalah proses berfikir yang bertolak belakang dari pengamatan indera yang
menghasilkan beberapa pengertian dan proposisi sekaligus. Proposisi adalah arti dari kalimat itu
dan bukan kalimat itu sendiri, tetapi hal yang dihasilkan oleh kalimat itu sendiri. Berdasarkan
pengamatan indera yang sejenis, maka akan menghasilkan proposisi yang sejenis pula.

Pengertian
Apa kamu pernah berpikir, apa sih pengertian dari pengertian? Pasti bingung tujuh keliling.
Pengertian, ya pengertian, pasti selalu itu jawabannya. Pengertian berasal dari bahasa latin yaitu
konseptus yang artinya tangkapan. Pengertian atau konsep adalah hasil tangkapan manusia
terhadap objek yang dikenalnya.

Logika
Kamu tahu gak apa arti logika itu sesungguhnya? Dalam percakapan sehari-hari, logika bisa
diartikan sebagai akal sehat. Namun, logika merupakan kata yang berasal dari yunani yaitu logos
yang artinya pemikiran atau penalaran. Berarti logika adalah pemikiran yang menggunakan
prinsip-prinsip, bentuk-bentuk, hukum-hukum, kaidah,kaidah, serta penyimpulan yang sah.

SIMPULAN : Mengenai Teori Korespondensi tentang kebenaran dapat disimpulkan sebagai berikut :
Kita mengenal dua hal, yaitu : pertama pernyataan dan kedua keyataan. Menurut teori ini kebenartan
iaah kesesuaian antara pernyataan tentang sesuatu dengan kenyataan sesuatu sendiri. Sebagai
contoh dapat dikemukakan : " Surabaya adalah Ibu Kota Provinsi Jawa Timur sekarang" ini adalah
sebuah pernyataan; dan apabila kenyataannya memang Surabaya adalah Ibu Kota Provinsi Jawa
Timur ", pernyataan itu benar, maka pernyataan itu adalah suatu kebenaran.

Menurut teori pragmatis, kebenaran suatu pernyataan diukur dengan kriteria apakah pernyataan
tersebut bersifat fungsional dalam kehidupan praktis. Artinya, suatu pernyataan adalah benar,
jika pernyataan itu atau konsekuensi dari pernyataan itu mempunyai kegunaan praktis bagi
kehidupan manusia .
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/boedis2/teori-teori-kebenaran-korespondensikoherensi-pragmatik-struktural-paradigmatik-dan-performatik_550f14b2a33311bb2dba84c7
Teori pragmatis meninggalkan semua fakta, realitas maupun putusan/hukum yang telah ada.
Satu-satunya yang dijadikan acuan bagi kaum pragmatis ini untuk menyebut sesuatu sebagai
kebenaran ialah jika sesuatu itu bermanfaat atau memuaskan. Apa yang diartikan dengan benar
adalah yang berguna (useful) dan yang diartikan salah adalah yang tidak berguna (useless).
Karena istilah berguna atau fungsional itu sendiri masih samar-samar, teori ini tidak mengakui
adanya kebenaran yang tetap atau mutlak. Pragmatisme memang benar untuk menegaskan
karakter praktis dari kebenaran, pengetahuan, dan kapasitas kognitif manusia. Tapi bukan berarti
teori ini merupakan teori yang terbaik dari keseluruhan teori. Kriteria pragmatisme juga
diergunakan oleh ilmuan dalam menentukan kebenaran ilmiah dalam prespektif waktu.
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/boedis2/teori-teori-kebenaran-korespondensikoherensi-pragmatik-struktural-paradigmatik-dan-performatik_550f14b2a33311bb2dba84c7
1. Teori Kebenaran Koherensi

Yaitu adanya kesesuaian atau keharmonisan antara sesuatu yang lain dengan sesuatu
yang memiliki hirarki yang lebih tinggi dari sesuatu unsure tersebut, baik berupa skema,
system, ataupun nilai. Koherensi bias pada tatanan sensual rasional maupun pada dataran
transcendental.
Teori koherensi dapat juga disebut dengan teori konsistensi, yaitu teori yang
mengatakan, suatu pernyataan dianggap benar apabila pernyataan bersifat koheren atau
konsisten dengan pernyataan-pernyataan sebelumnya yang telah dianggap benar secara logis.

Contoh :
Pernyataan Seluruh mahasiswa UNS harus mengenakan almamater saat perkuliahan
berlangsung. Sulis adalah mahasiswa UNS, Sulis harus mengenakan almamater saat
perkuliahan berlangsung. Pernyataan tersebut adalah benar sebab pernyataan kedua konsisten
dengan pernyataan pertama.
2. Teori Kebenaran Korespondensi

Teori korespondensi berpandangan bahwa suatu pernyataan dikatakan benar apabila


materi pengetahuan yang dikandung pernyataan itu berkorespondensi (berhubungan) dengan
pernyataan yang ada di alam atau obyek yang dituju pernyataan tersebut.
Berfikir korespondensial adalah berfikir tentang terbuktinya sesuatu itu relevan
dengan sesuatu yang lain. Korespondensi relevan dibuktikan dengan adanya kejadian yang
sejalan atau berlawanan arah antara kenyataan dengan fakta yang diharapkan.
Contoh :
Pernyataan Ibu adalah orang yang melahirkan kita, pernyataan tersebut benar
karena faktanya memang ibulah yang telah melahirkan kita. Sedangkan pernyataan lain
Bapak adalah orang yang melahirkan kita, pernyataan tersebut tidak benar sebab tidak ada
obyek yang berhubungan dengan pernyataan tersebut. Jadi secara faktual Orang yang
melahirkan kita bukan bapak, melainkan ibu
3. Teori Kebenaran Performatif

Adalah kebenaran yang diputuskan atau dikemukakan oleh pemegang otoritas


tertentu. Masyarakat dapat menganggap suatu hal itu benar, meski terkadang bertentangan
dengan bukti-bukti empiris.
Dalam kehidupan sehari-hari, manusian terkadang harus mengikuti kebenaran
performatif. Pemegang otoritas yakni pemerintah, pemimpin agama, pemimpin adat,
pemimpin masyarakat, dan sebagainya.
Kebenaran performatif cenderung menjadikan manusia kurang inisiatif dan inovatif,
karena mereka hanya mengikuti kebenaran dari pemegang otoritas, sehingga tidak terbiasa
berfikir secara kritis dan rasional.
Contoh :
Ketua RT memutuskan bahwa hari minggu pada minggu pertama tiap bulan akan
menjadi agenda rutin untuk para warga melaksanakan kerja bakti, sebagian masyarakat
menyetujuinya, namun juga sebagian masyarakat ada yang tidak setuju dengan keputusan
tersebut.
4. Teori Kebenaran Pragmatis

Teori pragmatis mengatakan bahwa pernyataan diukur dengan kriteria apakah


pernyataan tersebut bersifat fungsional dalam kehidupan praktis. Maksudnya, suatu
pernyataan adalah benar apabila pernyataan atau konsekuensi dari pernyataan itu mempunyai
kegunaan praktis dalam kehidupan manusia.

Contoh :
Seseorang yang mencetuskan ide untuk menciptakan suatu alat perontok padi,
kemudian ide tersebut direalisasikan hingga tercipta alat perontok padi yang dapat digunakan
oleh manusia untuk mempermudah pekerjaannya dalam proses merontokkan padi. Maka alat
perontok padi dianggap benar, karena alat tersebut adalah fungsional dan mempunyai
kegunaan.
5. Teori Kebenaran Proposisi

Menurut Aristoteles, proposisi (pernyataan) dikatakan benar apabila sesuai dengan


persyaratan formal suatu proposisi. Kemudian pendapat lain dari Euclides, proposisi bernilai
benar tidak dilihat dari benar formalnya, tetapi dilihat dari benar menurut materialnya.
6. Teori Kebenaran Paradigmatik

Yakni suatu teori yang menyatakan benar apabila teori itu berdasarkan pada
paradigma atau perspektif tertentu dan ada komunitas ilmuan yang mengakui paradigma
tersebut. Kebenaran paradigmatik sebenarnya pengembangan dari kebenaran korespondensi.
Paradigma berfungsi sebagai keputusan yuridiktif yang diterima dalam hukum tak tertulis

Penelitian Ilmiah
Rancangan penelitian adalah pokok-pokok perencanaan seluruh penelitian yang tertuang
dalam suatu kesatuan naskah
secara ringkas, jelas, dan utuh. Rancangan penelitian dibuat dengan tujuan agar
pelaksanaan penelitian dapat berjalan secara benar, baik, dan lancar. Rancangan penelitian
memuat judul penelitian, latar belakang masalah penelitian, rumusan
masalah penelitian, tujuan dan fungsi penelitian, tinjauan kepustakaan, hipotesis
(kalau diperlukan), batasan konsep, metodologi penelitian dan daftar kepustakaan.

Syarat-syarat rancangan penelitian seperti berikut ini.

1. Sistematis, artinya unsur-unsur yang ada dalam rancangan penelitian harus


tersusun dalam urutan yang logis. Setiap rancangan harus menentukan judul
penelitian, menjelaskan latar belakang, dan tujuan penelitian.

2. Konsisten, artinya terdapat kesesuaian di antara unsurunsurnya, misalnya antara


judul dengan tujuan, antara rumusan masalah dengan tujuan, antara rumusan
masalah dengan metodologi, dan sebagainya.
3. Operasional, artinya dapat menjelaskan bagaimana penelitian itu dilakukan,
misalnya data yang diinginkan, cara pengamatan terhadap objek penelitian, alat
yang digunakan, dan penentuan objek penelitian.
Selain ketiga syarat di atas, penelitian harus bermanfaat bagi masyarakat maupun
perkembangan ilmu pengetahuan, mempunyai daya tarik, dan secara operasional
memungkinkan untuk diteliti kembali.

1. Judul penelitian
Judul penelitian sebagai nama, sekaligus identitas penelitian yang dicantumkan dalam
berbagai dokumen. Judul penelitian harus ringkas, spesifik, dan jelas untuk
memberi gambaran mengenai masalah yang diteliti.

Judul penelitian contohnya:


Pengaruh pemberian pakan pelet BR terhadap pertambahan berat ayam kampung
umur 10 hingga 40 hari
2. Latar belakang masalah
Dalam membahas latar belakang masalah, peneliti harus menunjukkan alasan memilih
masalah topik atau judul. Dengan
demikian fungsi uraian tentang latar belakang masalah memberi alasan mengapa masalah
atau topik dipilih oleh peneliti. Banyak masalah yang menjadi topik tapi hanya satu masalah
saja yang dipilih, mengapa masalah itu diusulkan untuk diteliti.

Misalnya:
Penelitian pengaruh pemberian pakan pelet BR terhadap pertambahan berat ayam
kampung umur 10 sampai 40 hari,
berlatar belakang sebagai berikut:

Pentingnya produksi ayam kampung dikaitkan dengan kebutuhan bahan pangan protein
hewani.
Pertambahan berat ayam pada umur tertentu sangat berpengaruh terhadap produksi ayam
kampung.
Belum ada penelitian tentang pengaruh pakan pelet BR terhadap pertambahan berat ayam
kampung pada umur tertentu.

3. Rumusan masalah
Rumusan masalah penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan yang memudahkan untuk
merancang penelitian. Rumusan masalah harus dijabarkan secara operasional dan spesifik
dari judul penelitian. Hal-hal yang perlu diperhatikan
dalam rumusan masalah, yaitu:
masalah dirumuskan dengan kalimat sederhana dan dalam bentuk pertanyaan;
singkat, jelas, dan padat serta tidak menimbulkan kerancuan pengertian.

Perumusan masalah, misalnya:


Adakah pengaruh jumlah pakan pelet BR terhadap pertambahan berat ayam kampung
umur 10 sampai 40 hari?

4. Tujuan penelitian
Tujuan penelitian dimaksudkan sebagai jawaban atas keingintahuan suatu masalah dalam
penelitian. Perumusan tujuan penelitian harus sejalan dengan rumusan masalah penelitian.
Tujuan penelitian dirumuskan dalam kalimat pernyataan. Jadi tujuan penelitian merupakan
rumusan kalimat yang menunjukkan keinginan peneliti untuk mencapai sesuatu melalui
penelitian.
Contoh tujuan penelitian:
Mengetahui pengaruh pemberian pakan pelet BR terhadap pertambahan berat ayam
kampung umur 10 sampai 40 hari.

5. Manfaat penelitian
Manfaat penelitian perlu dikemukakan agar diketahui hasil yang hendak dicapai dari

penelitian dan untuk siapa penelitian itu digunakan. Manfaat penelitian bisa bersifat praktis,
misalnya mempermudah pengambilan kebijaksanaan, dan dapat juga bersifatteoritis,
misalnya memperkaya dan mengembangkan khasanah ilmu pengetahuan.

Manfaat penelitian misalnya:


sebagai masukan bagi para peternak dalam meningkatkanproduksi ayam kampung
sebagai masukan dalam pengembangan teknologi peternakan

6. Proposal penelitian
Proposal penelitian meliputi: identifikasi variabel, latar belakang masalah, manfaat
penelitian, tinjauan pustaka,
hipotesis (jika ada), dan metode penelitian.

Contoh identifikasi variabel penelitian:


Identifikasi variabel pada penelitian tentang pengaruh pakan pelet BR terhadap
pertambahan berat tubuh ayam kampungumur 10 40 hari.
Variabel manipulasi (bebas): Jumlah pakan pelet BR yang diberikan
Variabel respon (terikat): pertambahan berat tubuh ayam kampung.
Variabel kontrol: jenis ayam kampung, suhu udara, kelembapan, intensitas cahaya, luas
kandang.

7. Tinjauan pustaka
Tinjauan pustaka ini meliputi:

Mempelajari hasil yang diperoleh dari setiap sumber yang relevan dengan penelitian
yang akan dilakukan.

Mempelajari metode penelitian yang telah digunakan, termasuk metode pengambilan


sampel, pengumpulan data, sumber data, dan satuan ukuran data.

Mengumpulkan data dari sumber lain yang berhubungan dengan bidang penelitian
yang akan dilakukan.

Mempelajari analisis deduktif dan problema yang diteliti. Analisis deduktif yang
dimaksudkan adalah berpikir dari hal yang abstrak ke hal yang konkret.

Di dalam tinjauan pustaka, uraian diharapkan dapat menjelaskan (walaupun baru teoritik)
masalah yang diteliti serta hubungan antara variabel yang terkait. Contoh: Penelitian tentang
pengaruh pakan pelet BR terhadap pertambahan berat ayam kampung umur 10 40 hari,
tinjauan pustakanya, sebagai berikut:
Teori tentang pertumbuhan ayam kampung dan faktor-faktor yang memengaruhinya.
Pengetahuan kandungan zat gizi yang terdapat dalam pelet BR.
Hubungan zat gizi yang dikandung oleh pelet BR terhadap pertambahan berat badan
ayam kampung.

8. Hipotesis
Hipotesis merupakan suatu kemungkinan jawaban dari masalah yang diajukan. Hipotesis
dapat dikatakan sebagai pendapat yang masih sederhana (sementara) karena belum diuji
kebenarannya.

Hipotesis berfungsi sebagai jawaban sementara untuk masalah penelitian. Hipotesis


dinyatakan dalam bentuk kalimat pernyataan yang menghubungkan dua variabel atau
lebih. Berdasarkan isi dan rumusannya, hipotesis dibedakan menjadi dua, berikut ini.
Hipotesis alternatif atau Kerja atau Asli (Ha) adalah dugaan yang menyatakan ada
pengaruh.
Hipotesis nol (Ho) adalah dugaan yang menyatakan tidak ada pengaruh.

Perlu diketahui bahwa tidak semua penelitian harus mempunyai hipotesis. Hipotesis
diperlukan jika penelitian mempersoalkan hubungan antarvariabel. Penelitian
eksploratif (penelitian yang bersifat menjelajah) dan penelitian deskriptif (penelitian yang

bersifat menggambarkan) tidak memerlukan hipotesis karena tujuannya tidak menguji


hipotesis akan tetapi menjawab masalah penelitian.

Penelitian yang memerlukan hipotesis adalah penelitian eksplanatif (penelitian yang bersifat
mencari hubungan antar variable).
Misalnya:
Terdapat pengaruh positif pemberian pakan pelet BR terhadap pertambahan berat tubuh
ayam kampung umur 10 sampai 40 hari.

9. Metode penelitian
Metode penelitian menguraikan bagaimana cara melakukan penelitian tersebut, mulai dari
menentukan populasi dan sampel, operasional variabel, prosedur pengumpulan data, dan
analisis data.

a. Operasional variabel
Variabel adalah faktor yang berpengaruh, memiliki nilai (ukuran) tertentu dan dapat berubah
atau diubah. Oleh karena itu variabel merupakan faktor peubah. Misalnya:
variabel manipulasi/bebas, faktor ubah yang sengaja dibuat berbeda-beda oleh pelaku
peneliti.
Misalnya: jumlah pakan pelet BR yang diberikan.
variabel respon/terikat faktor ubah yang terjadi sebagai akibat proses yang sedang
berjalan.
Misalnya: pertambahan berat ayam kampung

Definisi operasional:
Kecepatan pertambahan berat tubuh ayam kampung dalam
satuan gram.

b. Merancang penelitian,
yaitu membuat rancangan yang menggambarkan hubungan antara variabel bebas

dengan variabel terikat yang akan diteliti.


Rancangan penelitian dapat dibuat seperti tabel berikut.
Tabel 1.

c. Menentukan populasi dan sampel


Populasi, merupakan sekelompok objek penelitian yang kesimpulannya akan
digeneralisasikan.
Misalnya: populasi yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah jenis ayam kampung.
Sampel adalah sebagian anggota yang mewakili populasi.
Misalnya: diambil sampel 50 ekor ayam kampung

d. Menentukan instrumen/alat dan bahan yang diperlukan dalam melakukan penelitian


(eksperimen).
Instrumen yang diperlukan antara lain:
Tempat untuk memelihara 50 ekor ayam kampung dibagi 5 kelompok masing-masing
kelompok 10 ekor, pakan peletBR, tempat air untuk minum, tempat
pakan, timbangan,kertas, alat tulis.

e. Menyiapkan langkah-langkah penelitian atau cara kerja dalam memperoleh data


Tempatkan ayam kampung pada tempat yang disediakan
Kelompokkan sesuai dengan perlakuan pada rancangan percobaan.
Lakukan penimbangan berat masing-masing ayam kampung setiap 5 hari.
Catat hasilnya dan masukkan ke dalam tabel sampai ayam berumur 40 hari.
Lakukan analisis data.

f. Merancang analisis data


Analisis data merupakan cara mengolah data penelitian untuk membuktikan berlaku
tidaknya hipotesis yang diajukan.
Contoh:
Mencari nilai rata-rata berat ayam kampung pada tiap perlakuan.
Membandingkan antara hasil perlakuan yang satu dengan perlakuan yang lain.

g. Menyusun jadwal penelitian. Memperkirakan lama waktu


dalam penelitian sampai dengan penulisan laporan.

h. Mengumpulkan data dari hasil percobaan


Setelah alat dan bahan telah siap, dimulailah eksperimen/percobaan seperti yang telah
direncanakan. Pertumbuhan berat tubuh ayam diukur/ditimbang setiap 5 atau 10
hari. Kemudian buatlah tabel data pengamatan untuk setiap kelompok percobaan, data yang
diperoleh dicatat dalam tabel, dengan demikian diperlukan 5 tabel
pengamatan pertumbuhan. Misalnya:
Tabel 2.

Tabel 3.

i. Mendeskripsikan data, menginterpretasi data, dan menguji hipotesis.


Maksud dari mendeskripsikan data adalah menyajikan data dalam bentuk yang mudah
dipahami oleh orang lain. Dalam
penyajian data, angka-angka yang ditampilkan sudah merupakan hasil rata-rata hasil
perlakuan, contoh tabel 1. Jika pada data yang disajikan terjadi kenaikan berat tubuh ayam
kampung sesuai dengan jumlah pertambahan pakan pelet BR yang diberikan, (berdasarkan

tabel 2), dapat diinterpretasikan bahwa peningkatan pakan pelet BR dapat meningkatkan
pertambahan berat ayam kampung.

j. Menguji hipotesis
Hipotesis yang telah dirumuskan adalah Terdapat pengaruh positif pemberian pakan pelet
BR terhadap pertambahan berat tubuh ayam kampung . Jika data-data yang diperoleh
mendukung hipotesis, hipotesis yang diungkap di atas terbukti benar.

k. Menyusun pembahasan hasil penelitian


Pembahasan hasil penelitian ialah membandingkan hasil penelitian, teori, fakta, dan
konsep-konsep yang ditulis dalam tinjauan pustaka. Kemudian memberikan alasanalasan (argumentasi) untuk memperkuat hasil penelitian.

l. Kesimpulan dan saran


Kesimpulan dan saran ini didasarkan pada analisis data dan pembahasan. Kesimpulan
harus mengacu pada tujuan
penelitian, misal kesimpulan penelitian di atas adalah; Jumlah pemberian pakan pelet BR
berpengaruh terhadap pertambahan berat tubuh ayam kampung umur 10 sampai 40 hari.

Dari kesimpulan dapat dirumuskan saran-saran, misalnya:

Perlu adanya penelitian lanjutan untuk mengetahui faktor-faktor lain yang memengaruhi
penambahan berat tubuh ayam kampung.

Perlu dikaji ulang berapa jumlah penambahan pakan pelet BR yang efektif untuk
mempercepat pertambahan berat tubuh ayam kampung.

m. Menyusun daftar pustaka


Daftar pustaka disusun secara berurutan berdasarkan abjad. Contoh:
Biologi, Campbell Reece Mitchell, Edisi kelima

Jilid 3, Penerbit Erlangga, tahun 2004.


Prosedur Penelitian, DR. Suharsini Arikunto, Penerbit
Rineka Cipta, tahun 1996.
Zoologi, Prof. Drs. Radioputro, Penerbit Erlangga,
1983.

n. Menulis laporan penelitian


Sistematika penulisan laporan penelitian sebagai berikut.
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
B. Kajian Hasil-Hasil Penelitian
C. Rumusan Hipotesis (apabila ada)

BAB III

METODE PENELITIAN
A. Variabel dan Definisi Operasional Variabel
B. Rancangan Penelitian
C. Sasaran Penelitian (Populasi dan Sampel)
D. Instrumen Alat dan Bahan
E. Prosedur Pelaksanaan Penelitian
F. Rencana Analisis Data
G. Jadwal Penelitian

BAB IV

DATA DAN PEMBAHASAN


A. Deskripsi Data
B. Interpretasi Data
C. Uji Hipotesis
D. Pembahasan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
UJI KOMPETENSI
Coba kerjakan di buku kerja kalian.
A. Pilihlah salah satu jawaban soal berikut dengan tepat.
1. Sains memiliki objek kajian berupa ....
a. alam sekitar kita
b. alam sekitar baik yang bersifat nyata maupun abstrak
c. benda konkret yang dapat direspons oleh pancaindra kita
d. benda konkret yang hanya dapat diobservasi dengan penglihatan
e. benda konkret yang dapat diketahui dengan bantuan instrumen/alat bantu
2. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat pesat. Pesatnya
perkembangan ini didasarkan
atas pengalaman ....
a. laboratorik
b. subjektif
c. psikologis
d. empiris
e. sistematik
3. Alasan bahwa sains dikembangkan menurut langkah yang sistematis adalah ....
a. agar hasilnya selalu benar
b. agar hasilnya selalu bermanfaat
c. agar mendapatkan hasil yang subjektif
d. agar tidak terjadi kesalahan
e. agar setiap orang yang melakukan langkah tersebut menghasilkan produk yang sama
4. Hasil penelitian sains selalu memihak kepada ....
a. kebenaran ilmiah
b. kebenaran absolut
c. kebenaran sementara

d. keyakinan
e. penguasa
5. Di bawah ini merupakan kegiatan observasi dalam melakukan penelitian ilmiah,
kecuali ....
a. melihat
b. mendengar
c. memikir
d. membau
e. mengecap
6. Langkah pertama yang dilakukan oleh peneliti dalam melakukan penelitian ilmiah
adalah ....
a. melakukan percobaan
b. mengobservasi hasil pengamatan
c. mengidentifikasi permasalahan
d. menganalisis data
e. merancang eksperimen
7. Deskripsi hasil pengamatan terhadap objek biologi dengan indra penglihatan adalah ....
a. bau dan rasa
b. warna dan rasa
c. suara dan ukuran
d. bau dan warna
e. bentuk dan ukuran
8. Amir membaca skala termometer menunjukkan 37 derajat Celcius waktu mengukur suhu
tubuh temannya.
Keterampilan yang dimiliki oleh Amir adalah ....
a. keterampilan mengukur
b. keterampilan melihat
c. keterampilan menarik kesimpulan
d. keterampilan mengamati
e. keterampilan mempredeksi
9. Seorang siswa mengamati tanaman mangga yang bunganya sangat banyak. Ia

mengatakan sebentar lagi pohon


mangga itu akan berbuah banyak pula. Pernyataan tersebut termasuk ....
a. observasi
b. rumusan masalah
c. kesimpulan
d. penjelasan
e. rumusan hipotesis
10. Dalam sistematika penulisan ilmiah, latar belakang masalah ditempatkan pada ....
a. Pendahuluan
b. Data dan pembahasan
c. Kesimpulan dan saran
d. Metode penelitian
e. Tinjauan pustaka
11. Seorang siswa kelas X ingin mengetahui pengaruh pemberian pupuk kandang terhadap
pertumbuhan tanaman

bawang merah. Rumusan masalah dari rencana penelitian

tersebut adalah ....


a. Apakah pupuk kandang lebih mudah diperoleh?
b. Bagaimanakah mekanisme penyerapan pupuk kandang oleh tanaman bawang
merah?
c. Apakah tanaman bawang merah cocok dipupuk dengan pupuk kandang?
d. Bagaimana pengaruh pupuk kandang terhadap pertumbuhan tanaman bawang
merah?
e. Apakah pertumbuhan tanaman bawang merah yang baik menyebabkan hasil produksi
juga meningkat?
12. Variabel bebas dari pernyataan soal nomor 11 di atas adalah ....
a. variasi bibit bawang merah
b. variasi banyak sedikitnya pupuk kandang
c. variasi pertumbuhan tanaman bawang merah
d. variasi cara pengolahan tanah
e. variasi banyak sedikitnya daun
13. Hipotesis yang dirumuskan dari pernyataan soal nomor 11di atas adalah ....

a. pupuk kandang berpengaruh pada pertumbuhan tanaman bawang merah


b. produksi tanaman bawang merah dipengaruhi oleh teknik pengolahan tanah
c. tingkat pertumbuhan tanaman yang masih muda menentukan tingkat produksi
bawang merah
d. apakah pupuk kandang memengaruhi pertumbuhan tanaman bawang merah
e. pertumbuhan tanaman bawang merah dipengaruhi oleh pupuk kandang
14. Seorang siswa bertanya kepada guru. Bu, mengapa penyakit demam berdarah sering
mewabah?
Pertanyaan tersebut merupakan suatu sikap ilmiah dalam hal ....
a. mengembangkan rasa ingin tahu
b. peduli terhadap lingkungan
c. berpendapat secara ilmiah dan kritis
d. mampu membedakan antara fakta dan opini
e. berani dan santun dalam mengajukan pertanyaan dan argumentasi
15. Beberapa syarat yang perlu diperhatikan dalam penulisan ilmiah adalah berikut ini,
kecuali ....
a. kalimat padat, singkat dan jelas
b. kalimat dicetak tebal
c. kalimat lugas
d. bermakna sebenarnya
e. bersifat meyakinkan

B. Jawablah soal berikut dengan jawaban yang tepat.

1. Penelitian apakah yang tidak memerlukan hipotesis?


2. Para ilmuwan mendapatkan ilmu melalui pendekatan keterampilan proses, sebutkan aktivitas
yang dapat digolongkan pada keterampilan proses.

3. Sebutkan sistematika objek yang dipelajari oleh biologi dari tingkatan yang paling sederhana
hingga tingkatan yang paling kompleks.

4. Ciri apakah yang dimiliki kingdom fungi?


5. Bagaimanakah biologi berperan dalam meningkatkan kesejahteraan manusia? Jelaskan.

6. a. Penelitian Eksploratif (Explorative Research)


7. Penelitian eksploratif (explorative research) adalah jenis penelitian yang bertujuan untuk
menemukan suatu pengetahuan baru yang sebelumnya belum ada. Misalnya, penelitian
tentang etos kerja masyarakat suku Dayak di pedalaman Kalimantan.

8.
d. Penelitian Verifikatif (Verificative Research)
9. Penelitian verifikatif (verificative research) adalah jenis penelitian yang bertujuan untuk
menguji suatu teori atau hasil penelitian sebelumnya, sehingga diperoleh hasil yang
memperkuat atau menggugurkan teori atau hasil penelitian sebelumnya. Misalnya, penelitian
untuk menguji teori konflik milik Ralp Dahrendorf.

10.
e. Penelitian Pengembangan (Development Research)
11. Penelitian pengembangan (development research) adalah jenis penelitian yang bertujuan
untuk mengembangkan, memperluas, dan menggali lebih dalam sebuah teori yang dimiliki
oleh ilmu tertentu. Melalui penelitian-penelitian ini tercipta teknologiteknologi baru yang
akhirnya dikenal dengan R dan D(Research and Development).

1.

Eksploratif research (penelitian eksploratif)

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya dan


seluas-luasnya pada objek yang belum begitu banyak diketahui. Penelitian ini
berguna memberikan informasi secara garis besar, atau juga sebagai langkah awal
untuk penelitian yang lebih mendalam. Sebagai contoh penelitian eksploratif yang
berkaitan dengan disiplin ilmu humaniora, ekonomi dan biologi adalah

Kehidupan masyarakat suku terasing didaerah X


Distribusi jenis barang Y di Jakarta
Vegetasi penyusun lereng selatanbGunung Merapi

1.

Developmental research (penelitian developmental)

Penelitiaan ini bertujuan untuk mendapatkan pengetahuan lanjutan yang lebih detail
dari pengetahuan yang sudah ada sebelumnya. Penelitian ini dapat berupa
penelitian kelanjutan dari penelitian eksplorasi. Dan pada penelitian ini dilakukan
percobaan dan selanjutnya dilakukan penyempurnaan.
1.

Verificative research (penelitian verifikatif)

Penelitian yang bertujuan untuk menguji manifestasi yang ada. Manifestasi atu
pendapat umum ini bersifat ilmiah atau yang belum bersifat ilmiah. Manifestasi yang
sudah bersifat ilmiah dapat dilakukan penelitian verifikatif karena adanya
perkembangan multidisipliner sehingga konsep lama yang bersifat ilmiah pun perlu
diverifikasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengecek kebenaran hasil penelitian yang
sudah dilakukan.

Jenis Penelitian Menurut Tujuan


Jenis penelitian menurut tujuan terdiri dari:
a.

Penelitian Eksploratif

Jenis penelitian eksploratif, adalah jenis penelitian yang bertujuan untuk


menemukan sesuatuyang baru. Sesuatu yang baru itu dapat saja berupa
pengelompokkan suatu gejala, fakta, dan penyakittertentu. Penelitian ini banyak
memakan waktu dan biaya.
b.

Penelitian Pengembangan

Jenis penelitian pengembangan bertujuan untuk mengembangkan aspek ilmu


pengetahuan.Misalnya: penelitian yang meneliti tentang pemanfaatan terapi gen
untuk penyakit-penyakit menurun.
c.

Penelitian Verifikatif

Jenis penelitian ini bertujuan untuk menguji kebenaran suatu fenomena.


Misalnya saja,masyarakat mempercayai bahwa air sumur Pak Daryan mampu
mengobati penyakit mata dan kulit.Fenomena ini harus dibuktikan secara klinik
dan farmakologik, apakah memang air tersebut mengandungzat kimia yang
dapat menyembuhkan penyakit mata.

Anda mungkin juga menyukai