Oleh :
Afifah Rahman
Akriani
Arfadina
Hasniati
Nursiah
MAJENE
2018
0
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui yang dimaksud logika ilmu
2. Untuk mengetahui prinsip-prinsip dasar dari logika ilmu
3. Untuk mengetahui pengertian berfikir ilmiah
4. Untuk mengetahui macam-macam dari berfikir ilmiah
1
BAB II
PEMBAHASAN
Logika berasal dari kata Yunani kuno (logos) yang berarti hasil pertimbangan akal
pikiran yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam bahasa. Sebagai ilmu, logika
disebut dengan logike. Filsafat tanpa logika akan gagal menelaah fenomena. Logika akan
membangun kepercayaan seseorang. Orang yang berlogika, akan semakin mengangkat
harga dirinya, misalnya ketika logika itu diterapkan pada keputusan Tuhan, orang harus
sering beragumentasi. atau ilmu logika (ilmu penegtahuan) yang mempelajari kecakapan
unik berfikir secara lurus, tepat dan teratur.
Sedangkan menurut Sudarsono logika memiliki pandangan dalam arti sempit dan
luas. Logika dalam arti sempit adalah logika yang mempelajari asas-asas penalaran yang
bersifat deduktif yaitu penalaran yang menurunkan suatu keismpulan sebagai pangkal
pikiran. Sehingga bersifat benar hanya berdasarkan bentuknya. Logika dalam arti luas
adalah mencakup perbincangan yang sisitematis mengenai pencapaian kesimpulan-
kesimpulan dari berbagai bukti dan tentang bagaimana system-sistem penjelasan disusun
dalam ilmu alam termasuk didalamnya membahas tentang logika iu sendiri.
Menurut Hakim dan Saebani bahwa logika merupakan ilmu tentang pedoman
(peraturan) yang dapat menegakkan pikiran dan menunjukannya kebenaran dalam
lapangan yang tidak bisa dijamin kebenarannya. Yang bermaksud untuk digunakan agar
kita dapat membetulkan pemikiran orang lain atau agar orang lain dapat membenarkan
pemikiran kita, atau kita dapat membetulkan pemikiran kita sendiri.
Nama logika untuk pertama kali muncul pada filsuf Cicero (abad ke-1 sebelum
masehi), tetapi masih dalam arti seni berdebat. Alexander Aphrodisias (sekitar permulaan
abad ke-3 sesudah masehi) adalah orang yang pertama kali menggunakan kata logika
dalam arti ilmu yang menyelidiki lurus tidaknya pemikiran kita. Logika memang esensi
berpikir filsafatipian sehingga membuat permainan-permainan dunia.
Jadi logika ilmu merupakan sebuah ilmu pengetahuan dimana objek materialnya
adala berpikir (khususnya penalaran/proses penalaran) dan objek formal logika adalah
berpikir/penalaran yang ditinjau dari segi ketepatannya.
Setiap ilmu pengetahuan yang telah berdiri sendiri atau menjadi disiplin ilmiah
tersendiri, masing-masing memiliki prinsip-prinsip dasar tertentu. Dengan prinsip diartikan
sebagai suatu pernyataan yang mengandung unsur kebenaran umum (universal) dan unsur
kebenaran khusus.
Adapun yang disebut dengan prinsip dasar adalah suatu pernyataan kebenaran yang
universal yang kebenarannya sudah terbukti dngan sendirinya, tanpa membutuhkan lagi hal-
hal lain guna membuktikan kebenarannya itu. Prinsip dasar ini berfungsi sebagai dasar bagi
semua pembuktian.
2
Demikian logika itu memiliki pula prinsip-prinsip dasar tertentu, yaitu segala
kebenaran dalam logika dianggap benar, dimana semua pemikiran kita harus berdasarkan
kebenaran ini, agar pikiran kita valid/shahih/benar dan memperoleh pengetahuan yang
benar.
John Stuart Mill (1806-1873) dengan karyanya system of logic berharap dan
berkeyakinan bahwa jasa metodehnya bagi logika induktif sama besarnya dengan aris
toteles bagi logika deduktif. Rumusan metode induktif J.S. Mill dimaksudkan untuk
menemukan hubungan kausal antara fenomena (gejela]).1 Mill merumuskan sebab (kausal)
suatu kejadian sebagai seluruh jumlah kondisi positif dan negative Yang di perlukan.
Metodehnya adalah:
1. Method of agreement (metode mencocokkan)
Sebab di simpulkan dari adanya kelainan dalam peristiwa yang terjadi. Misalnya:
seorang A yang sakit perut mengatakan telah makan sop buntut, nasi, rendang, dan buah
dari kaleng. Sedankan B yang tidak sakit perut mengatakan telah makan sop buntut,
nasi, dan rendang. Maka di simpulkan bahwa buah dari kaleng yang menyebabkan sakit
perut.
Metode ini merupakan pembaruan dari ketiga metode diawal dan dalam
penggunaannya luas. Apabila ketiga metode diatas bersifat kualitatif, sedangkan
metode perubahan selang seling yang seiring dapat disebut sebagai metode
kuantitatif pertama dari penyimpulan induktif.
3
Metode ini dicirakan / dapat dikatakan deduktif karena bertumpu kuat pada
hukum-hukum kausal yang sudah terbukti sebelumnya. Namun demikian kendati
terdapat premis-premis yang berupa hukum-hukum kausal. Kesimpulannya metode
ini sifatnya probable dan tidak dapat di deduksikan secara sah dari premis-
premisnya.2
Hendry Newman juga memberikan jasa pada pemikiran tentang logika dalam
karyanya Essay In Aid Of Grammar Of Assent (1870) dalam bukunya tersebut terdapat tiga
macam bentuk pemikiran:
4
buah sifat yang saling bertentangan/kontradiksi. Misal : Si Eulis lulus dan tidak
lulus dalam ujian SNMPTN tahun ini. 4
Dari ketiga Prinsip atau hukum diatas, kemudian filsuf modern Wilhelm leibnitz
menambahkan sebuah hukum lagi terhadap ketiga hukum tersebut yakni :
1. Hukum cukup alasan (Principium rationis sufficientis)
Menurut principium ini, eksistensi sesuatu itu harus mempunyai alasan yang cukup,
demikian juga jika terjadi perubahan pada eksistensi sesuatu itu. Misalnya, jika sesuatu
benda itu atau apel jatuh kebawah dan tidak keatas, oleh karena beberapa alasan yang cukup
antara lain :
Contoh yang paling jelas dari prinsip/hukum ini adalah dalam penalaran deduktif
yang disebut syllogisme. Misal :
Berfikir ilmiah adalah berfikir yang logis dan empiris. Logis: masuk akal, empiris:
Dibahas secara mendalam berdasarkan fakta yang dapat dipertanggung jawabkan. Menurut
Salam (1997:139), berfikir. Berpikir merupakan kegiatan (akal) untuk memperoleh
pengetahuan yang benar. Berpikir ilmiah yaitu berpikir dalam hubungan yang luas dengan
pengertian yang lebih komplek disertai pembuktian-pembuktian. Eman Sulaeman
mendefinisikan berfikir ilmiah yang merupakan proses pengembangan pikiran yang
tersusun secara sistematis yang berdasarkan pengetahuan-pengetahuan ilmiah,yang sudah
ada.
Menurut Soejono Soemargono (1983) metode ilmiah secara garis besar ada dua macam,
yaitu Metode analitiko sintesa dan metode non deduksi.
1. Metode analitioko sintesa merupakan gabungan dari metode analisis dan metode
sintesis.
5
a. Metode analisis yaitu cara penanganan terhadap sesuatu objek ilmiah tertentu
dengan jalan memilah-milahkan pengertian yang satu dengan pengertian yang
lainnya. Misalnya, seorang filusuf memahami kata atau istilah “keberanian”.
Dari segi ekstensi, dia mengungkapkan makna kata ini berdasarkan bagaimana
kata ini digunakan, dan mengetahui sejauh mana kata “keberanian”
menggambarkan realitas tertentu. Apabila kita menggunakan metode analisis,
dalam babak terakhir kita memperoleh pengetahuan analitis.
b. Metode sintesis yaitu cara penanganan terhadap sesuatu objek tertentu dengan
cara menggabungkan pengertian yang satu dengan pengertian yang lainnya
sehingga menghasilkan sesuatu pengetahuan yang baru. Contohnya, (1) Ilmu
adalah aktifitas, (2) Ilmu adalah metode, (3) Ilmu adalah produk. Jadi, hasil
sintetisnya yaitu Ilmu adalah aktifitas, metode, dan produk.
Metode non deduksi merupakan gabungan dari metode induksi dan metode deduksi.
a. Metode induksi, yaitu suatu cara yang dipakai untuk mendapati ilmu
pengetahuan ilmiah dengan bertitik tolak dari pengamatan atas hal-hal atau
masalah yang bersifat khusus, kemudian menarik kesimpulan yang bersifat
umum. Contohnya: Umpamanya kita mempunyai fakta bahwa kambing
mempunyai mata, gajah mempunyai mata, demikian juga dengan singa, kucing,
dan berbagai binatang lainnya. Dari kenyataan-kenyataan ini kita dapat menarik
kesimpulan yang bersifat umum yakni semua binatang mempunyai mata.
b. Metode deduksi, yaitu suatu cara yang dipakai untuk mendapatkan pengetahuan
ilmiah dengan bertitik tolak dari pengamatan atas hal-hal atau masalah yang
bersifat umum, kemudian menarik kesimpulan yang bersifat khusus. Contohnya:
setiap manusia yang ada didunia pasti suatu ketika pasti akan mati, si Ahmad
adalah manusia; atas dasar ketentuan yang bersifat umum tadi karena Ahmad
adalah manusia maka suatu ketika ia akan mati juga.
6
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
logika merupakan ilmu tentang pedoman (peraturan) yang dapat menegakkan
pikiran dan menunjukannya kebenaran dalam lapangan yang tidak bisa dijamin
kebenarannya. Yang bermaksud untuk digunakan agar kita dapat membetulkan pemikiran
orang lain atau agar orang lain dapat membenarkan pemikiran kita, atau kita dapat
membetulkan pemikiran kita sendiri Logika sendiri dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
Logika Alamiah dan Logika
Demikian logika itu memiliki pula prinsip-prinsip dasar tertentu, yaitu segala
kebenaran dalam logika dianggap benar, dimana semua pemikiran kita harus berdasarkan
kebenaran ini, agar pikiran kita valid/shahih/benar dan memperoleh pengetahuan yang
benar.
Metode ilmiah secara garis besar ada dua macam, yaitu Metode analitiko sintesa dan
metode non deduksi. Metode analitioko sintesa merupakan gabungan dari metode analisis
dan metode sintesis sedangkan metode non deduksi merupakan gabungan dari metode
induksi dan metode deduksi.
B. Saran
Dengan mempelajari logika ilmu dan berfikiri ilmiah dharapkan mahasiswa
dapat berpikir dengan benar dan tidak salah dalam mengamibil sebuah keputusan. Selain itu
berpikir secara logika mampu melatih kita untuk berpikir secara lurus, efisien, dan tepat
demi mendapatkan kebenaran dan menghindari kekeliruan dalam pemecahan suatu masalah.
7
Daftar Pustaka