Anda di halaman 1dari 12

1.

Teori Pembentukan Tata Surya


Banyak hipotesa yang disusun oleh para ahli untuk menjelaskan bagaimana asal mula
terjadinya Sistem Tata Surya. Cabang ilmu astronomi yang khusus mempelajari asal-muasal
terbentuknya Tata Surya adalah kosmogoni (cosmogony). Sejak abad ke-18 sudah diusulkan
teori-teori mengenai asal-muasal Tata Surya ini. Tidak ada yang benar dalam sebuah teori.
Namun, pengujian teori-teori tersebut dilakukan dengan membandingkannya dengan fakta-
fakta di lapangan dan temuan-temuan baru akibat perkembangan teknologi. Di antara fakta-
fakta tersebut adalah:
• Orbit-orbit planet yang paralel terhadap ekuator matahari;
• Orbit-orbit anggota Tata Surya yang sirkular;
• Semua planet bergerak dalam arah berlawanan arah jarum jam sesuai dengan gerakan
rotasi Matahari;
• Planet yang juga berotasi dalam arah berlawanan arah jarum jam (kecuali Venus dan
Uranus);
• Planet terestrial dan planet jovian yang memiliki karakteristik fisik dan kimia yang
berbeda;
• Struktur satelit-satelit yang mengorbit planet mirip miniatur sistem Tata Surya.
Para ahli komogoni selalu memperhatikan hal-hal tersebut di atas untuk menguji dan
menyempurnakan teori asal-muasal pembentukkan Tata Surya.
a. Teori Hipotesa Nebula Kant dan Laplace
Salah satu teori asal-muasal Tata Surya adalah hipotesa nebula (nebular hypothesys)
yang diusulkan oleh Immanuel Kant yang pada tahun 1755 (Kartunnen, 2006: 197). Menurut
teori ini Tata Surya terbentuk dari nebula yang berotasi. Pada tahun 1796, Simon de Laplace
mengusulkan bahwa planet-planet terbentuk dari cincin gas yang disemburkan dari ekuator
Matahari

Gambar 1. Model Nebula Laplace. (a) Nebula yang berotasi. (b) Nebula mengalami pemipihan sepanjang sumbu
rotasinya. (c) Pembentukan bentuk lentikular. (d) serangkaian cincin terbentuk akibat terjadinya pengerutan inti. (e)
terbentuk planet di masing-masing cincin.
(Sumber: Woolfson, 2007)
b. Teori Pasang Surut
Teori ini dipelopori oleh Jeans dan Jefreey. Teori ini mengatakan bahwa pada saat
sebelum terbentuk Sistem Tata Surya, kedekat suatu protobintang (bakal Matahari) melintas
bintang lain yang lebih besar (masif). Akibatnya ada sebagian materi dari protobintang
tersebut yang tertarik karena pengaruh gaya tarik bintang yang besar tersebut. Materi
protobintang yang tertarik tersebut kemudian menjadi planet-planet, sedangkan protobintang
menjadi Matahari.
Perhatikan gambar 2 di bawah ini !

Gambar 2. Representasi teori Pasang-Surut Jeans.


(Sumber: Woolfson, 2007)

c. Teori Planetesimal
Teori pembentukan tata surya planetesimal ini dikemukakan oleh seorang ahli di
bidang astronomi pada awal abad ke-20 asal amerika yang bernama Forest Ray Moulton
dengan temannya yang bernama Thomas C. Chamberlain seorang ahli geologi dari
universitas Chicago. Pada teori pembentukan tata surya yang dikemukakan oleh kedua orang
sarjana ini mengemukakan teori bahwa matahari terbentuk oleh massa gas yang sangat besar,
kemudian pada suatu saat ada bintang lain yang melintas dan hampir bertabrakan dengan
matahari. Pada saat posisi matahari dan bintang lain itu berdekatan terjadi tarik menarik
antara matahari dan bintang tersebut karena kedua benda ini memiliki gaya gravitasi yang
besar. Dampak dari adanya tarik menarik tersebut berakibat pada tertariknya material-
material gas yang ada pada tepian kedua bintang ini. Material-material yang terpental baik
dari bintang maupun dari matahari tersebut kemudian menyusut dan menjadi gumpalan-
gumpalan dan menjadi padat yang ada akhirnya gumpalan-gumpalan tersebut menjadi planet.
Planet-planet yang telah terbentuk akan bergerak mengelilingi matahari karena gravitasi yang
dimiliki oleh matahari, sehingga planet-planet tersebut memiliki lintasan tersendirri dalam
mengelilingi matahari yang disebut dengan orbit. Diantara planet-planet yang mengitari
matahari pada orbitnya tersebut salah satunya adalah planet yang kita tempati yaitu planet
bumi.

.
Proses yang terjadi pada teori pembentukan tata surya planetesimal ini terjadi sekitar
3,8 miliar tahun yang lalu. Beberapa gumpalan-gumpalan yang terbentuk ada yang berukuran
besar yang menjadi plalnet seperti planet bumi yang manusia tempati bisa pula berukuran
kecil menjadi satelit seperti satelit bumi yang bernama bulan. Istilah planetesimal sendiri
berasal dari konsep matematika yang berarti fraksi kecil dari planet, bagi beberapa ilmuwan
istilah planetisimal mengacu pada benda-benda kecil dalam tata surya baik itu planet, satelit,
asteroid, mapun komet.
d. Teori Penangkapan
Teori ini menjelaskan terbentuknya Tata Surya berawal dari adanya interaksi antara Matahari
dengan protobintang (calon bintang). Gambar 3 menunjukkan proses tersebut dimana suatu
massa protobintang melintasi Matahari dan sebagian materi dari protobintang tersebut
tertarik oleh gravitasi Matahari kemudian membntuk planet.

Gambar 3. Representasi teori penangkapan. (Sumber: Woolfson, 2007)

e. Teori Bintang Kembar


Teori pembentukan tata surya bintang kembar dikemukakan oleh seorang ahli
astronomi R.A Lyttleton yang berasal dari negara Inggris pada sekitar tahun 1930-an. Pada
teori pembentukan tata surya ini dikemukakan bahwa terdapat sepasang matahari kembar,
dimana dua bintang ini saling mengelilingi satu sama lainnya. Kemudian melintaslah bintang
lain yang menabrak salah satu bintang kembar tersebut, dari hasil tabrakan yang telah terjadi
menimbulkan salah satu dari bintang kembar tersebut menjadi pecah berkeping-keping.
Pecahan yang dihasilkan oleh salah satu dari bintang kembar tersebut akhirnya menjadi
planet-planet yang mengelilingi matahari karena gaya gravitasi yang dimiliki matahari
sebagai bintang kembar yang tersisa karena tidak bertabrakan dengan bintang lainya. Planet-
planet yang terbentuk dikarenakan pecahan salah satu bintang kembar ini mendingin dan
kemudian menjadi planet.

f. Teori Big Bang


Teori pembentukan tata surya lainnya yaitu teori big bang, teori ini berbeda dengan
teori-teori lain tentang terbentuknya tata surya. Pada teori ini dijelaskan bagaimana

.
terbentuknya alam semesta ini, dan perkiraan bagaimana pula akhir dari alam semesta ini.
Teori big bang pertama kali dikemukakan oleh kosmolog asal Belgia yang bernama Abbe
Georges Lemaitre pada tahun 1920-an. Pada teori ini dikatakatan bahwa awal dari alam
semesta adalah sebuah bola api kecil yang memiliki ukuran sangat kecil yang dianggap
sebagai titik nol volume. Gumpalan kecil ini bertambah ukurannya menjadi berdiameter
mencapai 1,75 cm. Ukuran dari gumpalan kecil tersebut semakin menjadi besar dengan
sangat cepat dan tepat pada waktu 0 detik (dimulainya waktu) peristiwa ledakan ini terjadi
sekitar 15 miliyar tahun yang lalu. Pada teori pembentukan sistem tata surya yang satu ini
dijelaskan tentang awal alam semesta terjadi. Setelah terjadi ledakan yang berasal dari
gumpalan tersebut hasilnya berupa anergi yang membentuk alam semesta. Atom hidrogen
terbentuk pada saat energi dari big bang keluar.
Atom hidrogen yang telah terbentuk meluas makin lama makin padat dengan suhu
termperatur yang mencapai jutaan derajat celsius. Berawal dari atom hidrogen inilah asal
muasal pembentuk bintang yang ada di galaksi hingga tata surya yang kita tinggali sekarang
ini. Kekuatan dari big bang ini masih terasa hingga saat ini dan akan terus meluas hingga
sampai mencapai batas tertentu dan jika sudah mencapai batas tersebut maka akan kembali ke
titik semula awal dari big bang dimulai.

2. Konfigurasi Tata Surya


Tata Surya merupakan sebuah sebuah sistem yang terdiri dari Matahari, delapan planet,
planet-kerdil, komet, asteroid dan benda-benda angkasa kecil lainnya. Matahari merupakan
pusat dari Tata Surya di mana anggota Tata Surya yang lain beredar mengelilingi Matahari.

Benda-benda langit tersebut beredar mengelilingi Matahari secara konsentris pada

lintasannya masing-masing. Anggota-anggota dalam sistem Tata Surya ditunjukkan seperti


gambar .
Gambar 4. Matahari, planet, dan planet kerdil (dwarf planet) yang menjadi anggota Tata Surya.
Besar diameter dihitung relatif terhadap diamater Matahari sedangkan jarak tidak diskalakan. (Sumber:
Kartunnen, 2007: 132).

IAU secara umum mengelompokkan benda angkasa yang mengeliligi Matahari menjadi tiga
(Kartunnen, 2007) yaitu:
a) Planet
Sebuah benda langit dikatakan planet jika memenuhi kriteria sebagai berikut:

.
1. mengorbit Matahari
2. bentuk fisiknyanya cenderung bulat
3. orbitnya bersih dari keberadaan benda angkasa lain

b) Planet-Kerdil
Sebuah benda langit dikatakan sebagai planet-kerdil jika: i. mengorbit Matahari ii. bentuk
fisiknya cenderung bulat iii. orbitnya belum bersih dari keberadaan benda angkasa lain iv.
bukan merupakan satelit

c) Benda-benda Tata Surya Kecil (Small Solar System Bodies)


Seluruh benda angkasa lain yang mengelilingi Matahari selain planet atau planet-kerdil.
Benda-benda Tata Surya Kecil tersebut di antaranya adalah komet, asteroid, objek-objek
trans-neptunian, serta benda-benda kecil lainnya.

3. Karakteristik Anggota Tata Surya


Jenis benda langit yang termasuk ke dalam anggota Sistem Tata Surya adalah sebagai
berikut.
a. Matahari
Matahari merupakan sebuah bintang yang jaraknya paling dekat ke Bumi. Jarak rata-
rata Bumi ke Matahari adalah 150 juta Km atau 1 Satuan Astronomi. Matahari berbentuk
bola gas pijar yang tersusu atas gas Hidrohen dan gas Helium.
Matahari mempunyai diameter 1,4 × 106 Km, suhu permukaannya mencapai 6000 °K.
Matahari merupakan sumber energi utama bagi planet Bumi yang menyebabkan berbagai
proses fisis dan biologi dapat berlangsung.
Energi yang dipancarkan oleh Matahari dibentuk di bagian dalam matahari melalaui reaksi
inti. Energi dipancarkan oleh Matahari ke Bumi dalam bentuk radiasi gelombang
elektromagnetik.

b. Planet
Planet-planet yang berada dalam sistem Tata Surya adalah : Merkurius, Venus,
Bumi, Mars, Yupiter, Saturnus, Uranus, dan Neptunus.
1. Merkurius
Merupakan planet yang paling dekat ke Matahari dengan jarak 0,39 SA, diameternya
mencapai 4.879 km. Karena planet Merkurius jaraknya paling dekat ke Matahari, maka suhu
pada siang hari di Merkurius mencapai 4270 °C, sedangkan pada malam hari suhunya
menjadi sangat rendah yaitu mencapai –1700 °C. Merkurius mempunyai eksentrisitas yang
besar yaitu 0,206 akibatnya jarak antara Merkurius dan Matahari bervariasi dengan cukup
besar pula. Perbedaan jarak terjauh ke Matahari (aphelium) dengan jarak terdekat ke
Matahari (perihelium) adalah sebesar 22 juta Km. Jarak aphelium planet Merkurius adalah
57,9 juta km. Merkurius tidak memiliki atmosfir oleh karena hal tersebut langit Merkurius

.
berwarna hitam. Kerapatan atau densitasnya 5,43 gr/cm3. Kala rotasi Merkurius adalah
58,65 hari sedangkan kala revolusinya 88 hari. Merkurius merupakan planet yang tidak
memiliki cincin.

2. Venus
Planet Venus lebih dikenal sebagai Bintang Kejora atau Bintang Senja. Eksentrisitas
planet Venus adalah 0,007, sehingga orbit planet Venus mendekati bentuk lingkaran dengan
diameter 12.104 km. Jarak Venus ke Matahari 0,72 SA, atau 108.2 juta km sehingga di
Venus suhunya sangat panas dapat mencapai 4800 °C. Tingginya suhu di planet Venus
diakibatkan adanya efek rumah kaca. Kerapatan atau densitas Venus adalah 5,24 gr/cm3.
Kala rotasi venus adalah 243 hari sedangkan kala revolusinya 224,7 hari. Venus juga
merupakan planet yang tidak memiliki cincin dan tidak memiliki satelit.

3. Bumi
Sampai saat ini Bumi merupakan satu-satunya planet yang mempunyai kehidupan.
Hal tersebut dimungkinkan karena Bumi diselubungi oleh atmosfirnya sehingga perbedaan
suhu pada siang dan malam tidak terlalu besar. Bumi mengorbit Matahari sebagai bintang
pusatnya dengan eksentrisitas 0,017, sehingga orbitnya hampir membentuk lingkaran.
Diameter bumi mencapai 12.756,3 km. Jarak rata-rata Bumi ke Matahari adalah 1 Satuan
Astronomi atau 150 juta kilometer. Kala revolusi Bumi adalah 365,3 hari, sedangkan kala
rotasinya adalah 23 jam 56 menit dan kala revolusinya 365,242 hari. Kerapatan atau densitas
Bumi adalah 5,52 gram/cm3, Bumi merupakan benda terpadat dalam sistem Tata Surya.
Bumi mempunyai sebuah satelit yaitu Bulan dan tidak memiliki cincin.

4. Mars
Jarak rata-rata planet Mars ke Matahari adalah 1,52 SA atau 228 juta kilometer
dengan eksentrisitas 0,093. Mars berputar mengelilingi Matahari dengan kala revolusi 687
hari. Mars mempunyai dua buah satelit yaitu Phobos dan Deimos. Diameter mars mencapai
6.794 km dengan kala revolusi 11 tahun 10 bulan 3 hari sedangkan kala rotasi 9jam 56 menit.
Mars tersusun atas karbondioksida yang sangat tipis, memiliki 2 satelit dan tidak memiliki
cincin.

5. Yupiter
Jarak rata-rata planet Yupiter ke Matahari adalah 5,2 SA atau 778,3 juta km. Yupiter
mempunyai eksentrisitas 0,048 dengan kala revolusi 11,86 tahun. Yupiter diperkirakan
mempunyai 17 satelit (data sampai tahun 1992) dan tidak memiliki cincin. Empat buah
satelitnya yang berukuran besar bernama IO, Europa, Ganymede, dan Callisto. Yupiter
merupakan planet terbesar dalam sistem tata surya; mempunyai kala rotasi 9 jam 50 menit;
artinya Yupiter berotasi dengan sangat cepat.

.
6. Saturnus
Jarak rata-rata Saturnus ke Matahari adalah 9,5 SA atau sekitar 1433,5 juta km.
Saturnus mempunyai eksentrisitas 0,056 dengan kala revolusi 29,5 tahun dan kala rotasi 10
jam 40 menit. Diameter saturnus mencapai 120.536 km dengan suhu rata-raya 140 derajat
celcius. Saturnus dihiasi oleh gelang dan cincin yang indah, mempunyai 9 buah satelit yaitu
Mimas, Enceladus, Tethys, Dione, Rhea, Titan, Hyperion, Lapetus, dan Phoebe.

7. Uranus
Jarak rata-rata planet Uranus ke Matahari adalah 19,2 SA atau 2.872 juta km. Uranus
mempunyai eksentrisitas 0,047 dengan kala revolusi 84 tahun dan kala rotasi 17 jam 14
menit. Diameter Uranus mencapai 50.724 km. Uranus mempunyai cincin dan mempunyai 5
buah satelit yaitu Miranda, Ariel, Umbriel, Titania, dan Oberion.

8. Neptunus
Jarak rata-rata planet Neptunus ke Matahari adalah 30,07 SA atau 4.500 juta km.
Neptunus mempunyai eksentrisitas 0,009 dengan kala revolusi 164,8 tahun dan kala rotasi
16 jam 7 menit. Diameter neptunus mencapai 50.500 km. Neptunus mempunyai dua buah
satelit yaitu Triton dan Nereid, dan memiliki cincin

Sejak tahun 2006, Pluto tidak dikategorikan lagi sebagai planet karena kriteria ke-3
dari tiga kriteria di atas tidak dipenuhi oleh Pluto. Pluto memiliki orbit yang memotong orbit
Neptunus sehingga dianggap orbit Pluto belum bersih dari benda angkasa lain. Ukuran Pluto
tidak lebih besar dari Bulan dan jika dilihat dengan teleskop maka akan tampak benda
angkasa lain yang ukurannya hampir sama dengan Pluto yaitu yang diberi nama Charon.

c. Planet-Kerdil
Planet-kerdil (Dwarf Planet) merupakan kategori baru dalam keanggotaan Tata Surya
berdasarkan resolusi IAU tahun 2006. Sebuah benda angkasa dikatakan planet kerdil jika:
i. mengorbit Matahari
ii. bentuk fisiknya cenderung bulat
iii. orbitnya belum bersih dari keberadaan benda angkasa lain.
iv. bukan merupakan satelit
Contoh dari planet kerdil ini adalah Pluto seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.
Contoh lain dari planet kerdil ini adalah Ceres yang orbitnya berada di lingkungan asteroid.
Ceres tadinya dikategorikan sebagai salah satu asteroid terbesar yang berada di sabuk
asteroid. Sejak tahun 2006, Ceres dikategorikan sebagai planet kerdil karena memenuhi
kriteria di atas.
d. Satelit
Satelit adalah benda langit pengiring planet. Satelit senantiasa mengiringi dan
berputar terhadap planet pusatnya.
Berdasarkan cara terbentuknya satelit dapat dibedakan menjadi 2 bagian, yaitu :

.
 Satelit Alam, adalah satelit yang terbentuk karena adanya peristiwa alam bersamaan
dengan terbentuknya planet.
 Contoh: Bulan, sebagai satelit alam Bumi; Titan, sebagai satelit alam Saturnus.
 Satelit Buatan, adalah satelit yang dibuat oleh manusia yang digunakan untuk tujuan
tertentu.
Contoh: Satelit cuaca, satelit komunikasi, satelit mata-mata, dan sebagainya.
Pada umumnya planet-planet dalam sistem tata surya mempunyai beberapa satelit yang
senantiasa mengiringinya. Hanya planet Merkurius dan planet Venus yang tidak memiliki
satelit. Jumlah masing-masing satelit untuk setiap planet ditunjukkan pada tabel 1 di bawah
ini.
Tabel 1. Jumlah satelit alam dalam planet.
No. Nama Planet Jumlah satelit alam
1. Merkurius 0
2. Venus 0
3. Bumi 1
4. Mars 2
5. Jupiter 17
6. Saturnus 18
7. Uranus 15
8. Neptunus 8

e. Asteroid
Asteroid dinamakan juga planet minor atau planetoid. Asteroid mengisi ruangan yang
berada diantara Mars dan Yupiter. Di dalam sistem Tata Surya ditaksir terdapat 100.000
buah planetoid yang ukurannya antara 2–750 Km2. Asteroid-asteroid tersebut senantiasa
berputar diantara planet Mars dan planet Jupiter membentuk sabuk asteroid.
Adapun sabuk Asteroid ditunjukkan seperti gambar di bawah ini.

Gambar 6. Sabuk Asteroid


Sumber: http://www.daviddarling.info/encyclopedia/A/asteroidbelt.html

.
f. Komet
Dinamakan juga “Bintang berekor“, adalah benda langit yang garis edarnya/orbitnya
sangat lonjong; sehingga jaraknya ke Matahari kadang-kadang jauh sekali tetapi suatu saat
dapat dekat sekali. Ekor komet selalu menjauhi Matahari sebab mendapat tekanan dari
Matahari. Wujud komet tersusun dari kristal-kristal es yang rapuh sehingga mudah terlepas
dari badannya. Bagian yang terlepas inilah yang membentuk semburan cahaya ketika sebuah
komet melintas di dekat Matahari. Karena orbit komit tidak seperti orbit planet maka komet
akan terlihat di bumi jika komet tersebut sedang berada dekat dengan Matahari. Oleh karena
itu ada komet yang mendekati Bumi setiap 3 atau 4 tahun sekali; tetapi ada juga yang sampai
76 tahun sekali yaitu Komet Halley.

Ekor
komet

Matahari

Orbit komet

Gambar 7. Bentuk lintasan komet


Sumber: http://spaceplace.nasa.gov/comet-wordfind/

g. Distribusi Massa
Di dalam Sistem Tata surya yang menjadi pusat massanya adalah Matahari. Sekitar
99,85 % dari keseluruhan massa dalam sistem Tata Surya terdistribusi sebagai massa
Matahari. Adapun massa sisanya terdistribusi sebagai massa dari benda-benda langit lainnya
dalam planet-planet, satelit alam, komet, asteroid, dan meteorid yang ada dalam Sistem Tata
Surya. Untuk lebih jelasnya perhatikan tabel 2 di bawah ini.

Tabel 2. Distribusi Massa dalam Sistem Tata Surya


No. Nama Benda Langit Prosentase Massa (%)
1. Matahari 99,85
2. Planet-planet 0,135
3. Satelit Alam 0,00005
4. Komet 0,01
5. Asteroid 0,0000002
6. Meteorid 0,0000001

Oleh karena Matahari memiliki massa yang paling besar diantara anggota Tata Surya
lainnya maka Matahari menjadi pusat dari Tata Surya di mana semua anggota Tata Surya

.
lainnya itu mengelilingi Matahari. Hal ini dijelaskan dengan baik oleh Newon dalam hukum
gravitasi universal.

4. Mengapa Venus disebut sebagai bintang Kejora


Bintang kejora yang selama ini dijuluki sebagai bintang yang bersinar paling terang
ternyata adalah sebuah Planet. Planet ini merupakan salah satu planet dalam susunan tata
surya, yang bergerak mengelilingi matahari sebagai pusat tata surya. Tahu planet apa yang
dimaksud tersebut? Planet tersebut adalah planet “Venus”. Anda mungkin sudah tidak asing
lagi dengan nama planet ini. Di dalam susunan tata surya, Venus adalah planet kedua yang
paling dekat dengan matahari setelah Merkurius. Sinar atau cahaya Venus yang tampak dari
Bumi, bukan berasal dari planet itu sendiri, karena planet bukanlah penghasil cahaya. Cahaya
atau Sinar Venus tersebut merupakan pantulan cahaya dari matahari.
Venus adalah planet terdekat kedua dari matahari setelah Merkurius. Planet ini
memiliki radius 6.052 km dan mengelilingi matahari dalam waktu 225 hari. Atmosfer Venus
mengandung 97% karbondioksida (CO2) dan 3% nitrogen, sehingga hampir tidak mungkin
terdapat kehidupan. Arah rotasi Venus berlawanan dengan arah rotasi planet-planet lain.
Selain itu, jangka waktu rotasi Venus lebih lama daripada jangka waktu revolusinya dalam
mengelilingi matahari. VENUS = BINTANG KEJORA : Karena atmosfir Venus sangat kaya
dengan CO2 dan juga karena ketebalannya, maka tak ayal lagi planet ini layak dinobatkan
sebagai ratunya planet pemanasan global di tata surya kita. Suhu permukaan planet ini adalah
>460°C ( >860°F) padahal planet yang paling dekat dengan Matahari yaitu Merkurius yang
mendapat energi/panas matahari 4 kali dari planet Venus, suhunya pada siang hari (sisi yang
menghadap matahari) panasnya hanya kira-kira 420°C (790°F). Hal ini berarti bahwa Venus
merupakan planet yang terpanas permukaannya di antara planet-planet lain di tata surya kita
dan karena itulah Venus adalah Planet paling Terang di sistem tata surya kita dan bisa terlihat
dari Bumi dengan Mata telanjang ketika selepas Matahari terbenam dan menjelang Matahri
terbit yang biasa disebut Bintang Kejora /Bintang Barat/ bintang Timur.
Alasan mengapa masyarakat menganggap bahwa Venus sebagai bintang adalah
karena planet ini terlihat bersinar, tapi tidak berkelap-kelip seperti layaknya sebuah Bintang.
Cahayanya yang terlihat sangat terang disebabkan karena Venus memiliki jarak yang sangat
dekat dengan matahari dan Bumi. Berbeda dengan bintang yang sesungguhnya, Jarak bintang
dengan bumi rata-rata adalah diatas satu tahun cahaya. Inilah yang menyebabkan cahaya
yang sampai di bumi terganggu oleh redudansi di atmosfir. Atmosfir bumi tersebut tidaklah
diam. Atmosfir bergerak seperti air di samudra, sehingga cahaya dari luar terlihat tidak stabil.
dan an jika jaraknya sangat jauh akan terlihat berkedip. Jarak venus yang dekat dengan bumi
membuatnya terlihat lebih stabil dibandingkan dengan bintang. Yang terlihat dari bumi
adalah bentuk venus secara keseluruhan, berbeda halnya dengan bintang. Seandainya bintang
tidak bercahaya dan hanya mendapat pantulan dari cahaya yang ada di sekitanya, maka ia
tidak akan terlihat dari bumi. Cahaya bintang dapat terlihat dari bumi karena cahaya bintang
sangatlah terang. Dan yang terlihat dari bumi adalah bias dari pelebaran cahaya tersebut.

.
5. Mengapa Mars disebut sebagai Planet Merah
Mars memiliki daya tarik yang tinggi karena warnanya yang kemerahan. Selain itu,
planet yang kerap disebut planet merah ini juga diklaim memiliki potensi untuk ditinggali.
Mars adalah planet terdekat keempat dari Matahari. Namanya diambil
dari dewa perang Romawi, Mars. Planet ini sering dijuluki sebagai "planet merah" karena
tampak dari jauh berwarna kemerah-kemerahan. Ini disebabkan oleh keberadaan besi(III)
oksida di permukaan planet Mars. Mars adalah planet bebatuan dengan atmosfer yang tipis.
Di permukaan Mars terdapat kawah, gunung berapi, lembah, gurun, dan tudung es. Periode
rotasi dan siklus musim Mars mirip dengan Bumi. Di Mars berdiri Olympus Mons, gunung
tertinggi di Tata Surya, dan Valles Marineris, lembah terbesar di Tata Surya. Selain itu, di
belahan utara terdapat cekungan Borealis yang meliputi 40% permukaan Mars.

.
KLIPING
“Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa”

Disusun Oleh

Nama : Afifah Rahman


NIM : H01417014
Kelas : FISIKA B / Ang. 2017

Program Studi Pendidikan Fisika


Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sulawesi Barat
2018

Anda mungkin juga menyukai