OLEH :
NAMA
NIM
: WAHDANIATI RAHMAH
: 08041181320037
DOSEN PENGAMPU
Dr. Marieska Verawaty, M.Si
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Karena atas
rahmat dan karunia-Nya lah penulis akhirnya dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul Bioremediasi Limbah Merkuri Dengan Mekanisme Bioleaching
Menggunakan Bakteri Bacillus megaterium .
Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan sebagai
pengganti Ujian Tengah Semester Genap. Dalam penulisan makalah ini penulis
merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi,
mengingat akan kurangnya kemampuan dan pengetahuan yang penulis miliki.
Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi
penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Dan penulis juga berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca dalam kehidupannya. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih.
Penulis
DAFTAR ISI
COVER
Kata Pengantar
Daftar Isi
Bab 1 PENDAHULUAN................................................................................... 2
1.1. Latar Belakang......................................................................................
1.2. Rumusan Masalah.................................................................................
1.3. Tujuan....................................................................................................
1.4. Manfaat.................................................................................................
2
4
4
4
Bab 2 PEMBAHASAN.................................................................................... 5
2.1. Pengertian Logam Merkuri..................................................................... 5
2.1.1 Karakteristik Dari Merkuri........................................................... 6
2.1.2 Siklus Merkuri Di Dalam Lingkungan......................................... 7
2.1.3 Nilai Ambang Batas (NAB) Di Dalam Lingkungan Perairan....... 9
2.1.4 Dampak Merkuri Bagi Kesehatan................................................. 9
2.2. Pengertian Bakteri Leaching................................................................... 10
2.3. Karakteristik Bakteri Bacillus Megaterium ............................................ 10
2.4. Resistensi Bakteri Terhadap Logam Merkuri.......................................... 11
2.5. Resistensi Bacillus Megaterium Terhadap Logam Merkuri....................12
2.6. Proses Bioremediasi Logam Merkuri......................................................14
2.6.1 Mekanisme Bioleaching...............................................................18
2.7. Faktor Yang Mempengaruhi Proses Bioleaching....................................19
Bab 3 KESIMPULAN......................................................................................21
Daftar Pustaka...................................................................................................22
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
2.
Untuk
mengetahui
proses
bioremediasi
merkuri
oleh
bakteri
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1.Merkuri
Raksa (nama lama: air raksa) atau merkuri atau hydrargyrum (Latin:
Hydrargyrum, air/cairan perak) adalah unsur kimia pada tabel periodik dengan
simbol merkuri dan nomor atom 80 dengan berat atom 200,59 g/mol, titik beku
390C dan
fransium,
galium, dan brom) yang berbentuk cair dalam suhu kamar, serta mudah menguap.
Merkuri akan memadat pada tekanan 7.640 Atm. Merkuri akan larut dalam asam
sulfat atau asam nitrit tetapi tahan terhadap basa.
Logam merkuri (Hg) adalah salah satu trace element yang mempunyai sifat
cair pada temperatur ruang dengan spesifik gravity dan daya hantar listrik yang
tinggi. Karena sifat-sifat tersebut, merkuri banyak digunakan baik dalam kegiatan
perindustrian maupun laboratorium. Merkuri (Hg) merupakan senyawa pencemar
terbesar dalam lingkungan. Emisi merkuri ditetapkan sebagai pencemar berbahaya
yang dapat mengakibatkan dampak serius terhadap kesehatan manusia dan
lingkungan sekitar. Merkuri tetap ada dalam lingkungan karena sifatnya sangat
persisten baik dari bentuk merkuri organik maupun merkuri anorganik.
Merkuri anorganik, termasuk logam merkuri (Hg++) dan garam-garamnya
seperti merkuri khlorida (HgCl2) yang bersifat sangat toksik, HgCl2 digunakan
dalam bidang kesehatan, Hg(ONC)2 digunakan sebagai bahan detonator, dan
HgS digunakan untuk pigmen cat berwarna merah terang dan bahan antiseptik.
Merkuri anorganik, termasuk logam merkuri (Hg++) dan garam-garamnya seperti
merkuri khlorida (HgCl2) yang bersifat sangat toksik, HgCl2 digunakan dalam
bidang
digunakan untuk pigmen cat berwarna merah terang dan bahan antiseptik.
Komponen merkuri organik terdiri dari (i) Aril merkuri,
mengandung
hidrokarbon aromatik seperti fenil merkuri asetat, (ii) Alkil merkuri, mengandung
hidrokarbon alifatik dan merupakan merkuri yang paling beracun, misalnya metil
merkuri, etil merkuri dsb, (iii) Alkoksialkil merkuri (R-O-Hg). Merkuri umumnya
terdiri dari tiga bentuk yaitu elemen merkuri (Hg 0), ion merkuri (Hg2+), dan
merkuri organik kompleks.
2.1.1 Karakteristik Merkuri
Kebanyakan merkuri di alam merupakan gabungan antar elemen alam dan
elemen yang bersumber kepada kegiatan manusia, jarang dalam bentuk terpisah.
Di alam merkuri tersebar di karang-karang, tanah, udara, air dan organisma hidup
melalui proses fisik, kimia, biologi yang kompleks. Penggunaan merkuri sangat
luas dalam berbagai bidang baik industri, pertanian, pendidikan, dan sebagainya
5
ini
secara
lambat
berdegredasi
menjadi
merkuri
anorganik
(Subanri, 2008).
Logam merkuri (Hg), mempunyai nama kimia hydragyrum yang berarti cair.
Logam merkuri dilambangkan dengan Hg. Pada periodika unsur kimia Hg
menempati urutan (NA) 80 dan mempunyai massa atom (Ar 200,59). Merkuri
telah dikenal manusia sejak manusia mengenal peradaban. Logam ini dihasilkan
dari bijih sinabar, HgS, yang mengandung unsur merkuri antara 0,1% - 4%.
HgS + O2 Hg + SO2
Merkuri yang telah dilepaskan kemudian dikondensasi, sehingga diperoleh logam
cair murni. Logam cair inilah yang kemudian digunakan oleh manusia untuk
bermacam-macam keperluan (Subanri, 2008).
2.1.2. Siklus Merkuri di Dalam Lingkungan
Secara alamiah merkuri berasal dari kerak bumi,
konsentrasi merkuri di kerak bumi sebesar 0,08
Widowati (2008)
sebagian besar berasal dari limbah industri yang melepaskan gas/uap merkuri ke
atmosfir, kemudian terdeposisi kembali ke permukaan bumi bersamaan dengan
proses presipitasi (hujan). Pelindian merkuri yang ada di kerak bumi juga terjadi
bersamaan dengan aliran air hujan di permukaan bumi (runoff) dan juga akibat
aliran air permukaan maupun air tanah yang melewati endapan sinnabar (HgS).
Begitu merkuri mencapai permukaan tanah, merkuri akan diikat menjadi merkuri
organik dan anorganik di dalam tanah, misalnya HgCl. Sehingga di alam merkuri
ditemukan dalam bentuk logam merkuri (Hg0 ), anorganik garam merkuri (HgCl)
dan metil merkuri (MeHg). Pencemaran limbah merkuri dapat berasal dari sisa
limbah industri yang sengaja dibuang didaerah perairan.
bacteria (SRB) dalam sedimen perairan mengubah (Hg+2) menjadi metil Hg (HgCH3) atau disebut juga MeHg. Proses perubahan ini lebih efektif dalam kondisi
sedikit oksigen di
diperlukan kedalaman air yang cukup dalam yaitu lebih dari 5 meter, selain itu
konsentrasi sulfida dalam perairan juga mempengaruhi
kecepatan perubahan
Perubahan ini dalam terjadi dalam hitungan beberapa hari sampai beberapa
minggu, dan merkuri akan mengalami siklus perubahan dalam kedua bentuk ini
cukup lama sebelum akhirnya akan mengalami bioakumulasi dalam ikan atau
hilang dari sistem sebagai (Hg+2), elemen (Hg0 ) dan MeHg, atau melalui proses
yang lain. MeHg yang larut dalam air akan terserap oleh mikroorganisme yang
kemudian mikroorganisme dimakan oleh ikan kecil dan ikan kecil termakan oleh
ikan besar sehingga akan terjadi bioakumulasi dan biomagnifikasi MeHg pada
jaringan daging ikan karnivora, yang pada akhirnya ikan dimakan oleh manusia.
Terjadinya akumulasi MeHg dalam hewan air
merkuri oleh hewan air lebih cepat daripada proses ekskresinya. Konsentrasi
merkuri dalam tubuh
senyawa
kimia,
dalam
hal
ini
merkuri
dianggap
belum
merkuri
alamiah,
kadarnya
dapat
mencapai
136
ppb.
Setelah
penyakit
Minamata adalah pencemaran MeHg yang dramatis di dunia pada tahun 1950an.
Tragedi ini membuktikan pencemaran MeHg pada ikan yang dikonsumsi oleh
masyarakat
sebesar $ 342 juta untuk membersihkan Teluk Minamata dari limbah pabrik kimia
Chisso Corp. Hasil penelitian oleh National Institute Minamata Disease,
keracunan kronik MeHg akan terakumulasi dalam jaringan otak karena bentuk
10
marcescens,
Klebsiella
Sp., Thiobaccilus
11
pertumbuhan sel lambat atau sel mati. Kedua, menginduksi sistem operon resisten
merkuri (Hg) untuk bekerja sehingga sel tetap hidup dalam kondisi stress. Ketiga,
adanya plasmid yang mengandung gen resisten merkuri (Hg) yang masuk ke
dalam sel.
Bakteri yang resisten terhadap merkuri (Hg) terjadi karena bakteri resisten
merkuri memiliki gen resisten merkuri (mer operon), (Silver dan Phung, 1996;
De, 2004). Struktur mer operon berbeda untuk tiap jenis bakteri. Umumnya
struktur mer operon terdiri dari gen metaloregulator (merR), gen transport merkuri
(merT, merP, merC), gen merkuri reduktase (merA) dan organomerkuri liase
(merB) (De, 2004).
De (2004) menyatakan bahwa model mekanisme resisten merkuri bakteri
Gram negatif adalah sebagai berikut : Hg2+ yang masuk periplasma terikat ke
pasangan residu sistem merP. Selanjutnya merP mentransfer Hg2+ ke residu sistein
merT atau merC. Akhirnya ion Hg menyeberang membran sitoplasma melalui
proses reaksi pertukaran ligan menuju sisi aktif flavin disulfida oksidoreduktase,
merkuri reduktase (merA) mengkatalisis reduksi Hg2+ menjadi Hg0 volatil dan
sedikit reaktif. Akhirnya Hg0 berdifusi di lingkungan sel untuk selanjutnya
dikeluarkan dari sel.
Bakteri yang hanya memiliki protein merkuri reduktase (merA) disebut
dengan bakteri resisten merkuri spektrum sempit. Beberapa bakteri selain
memiliki protein merkuri reduktase (merA) juga memiliki protein organomerkuri
liase (merB) yang berfungsi dalam mengkatalisis pemutusan ikatan merkuri
karbon sehingga dihasilkan senyawa organik dan ion Hg yang berupa garam tiol
Smith et al., 1998). Bakteri yang memiliki kedua protein merkuri reduktase
(merA) dan protein organomerkuri liase (merB) disebut dengan bakteri resisten
merkuri spektrum luas (Silver dan Phung, 1996; Smith et al., 1998; De, 2004).
Dalam penggunaan mikroorganisme ada beberapa jenis bakteri yang dapat
dimanfaatkan sebagai bahan untuk menyerap logam berat, di antaranya dari genus
Pseudomonas, Leptotrix, Klebsiella, Citrobacter dan Bacillus (Zeroual et al., 2001
dalam De, 2004; Satchanska et al., 2005). Di antara genus bakteri tersebut hanya
genus Pseudomonas dan Bacillus yang diakui paling resisten terhadap logam berat
di lingkungan (Satchanska et al., 2005).
13
Namun
demikian,
sejumlah
logam
berat
dan
metaloid
pengkontaminan penting bersifat kurang larut dan lebih volatil dalam bentuk
tereduksi apabila dibandingkan dalam bentuk teroksidasi. Reaksi reduksi merkuri
merupakan salah satu contoh reaksi reduksi logam larut menjadi bentuk volatil
dengan persamaan reaksi sebagai berikut:
Hg(II) + [H2] Hg(0) + 2 H
Merkuri yang terdapat dalam limbah atau waste di perairan umum diubah
oleh aktifitas mikroorganisme menjadi komponen methyl merkuri (CH3-Hg) yang
memiliki sifat racun dan daya ikat yang kuat disamping kelarutannya yang tinggi
terutama dalam tubuh hewan air. Hal tersebut mengakibatkan merkuri
terakumulasi melalui proses bioakumulasi dan biomagnifikasi dalam jaringan
tubuh hewan-hewan air, sehingga kadar merkuri dapat mencapai level yang
berbahaya baik bagi kehidupan hewan air maupun kesehatan manusia, yang
makan hasil tangkap hewan-hewan air tersebut. Sanusi (1980) mengemukakan
bahwa terjadinya proses akumulasi merkuri di dalam tubuh hewan air, karena
14
kecepatan pengambilan merkuri (up take rate) oleh organisme air lebih cepat
dibandingkan dengan proses ekskresi.
Kadar merkuri di dalam tanah sangat bervariasi dan tergantung tingkat
kedalaman khususnya pada tanah-tanah alami. Hal ini berarti bahwa kedalaman
pengambilan contoh tanah merupakan suatu pedoman yang penting untuk
memperoleh akurasi data. Pada tanah yang diolah, kadar merkuri dalam lapisan
olah dengan kedalaman 0 20 cm cukup homogen karena adanya pengelolaan
tanah (Alloway, 1995).
Berdasarkan Essa et al. (2002), ada 3 mekanisme bioremediasi terhadap
merkuri yaitu metilasi, reduksi secara enzimatis, pengendapan dari ion Hg 2+
sebagai HgS yang tidak larut sebagai hasil dari pembentukan gas H2S, atau
biomineralisasi dari ion Hg2+ sebagai komplek merkuri-fosfat yang tidak larut
selain
HgS.
Menurut
Nazaret
et
al.
(1994)
dalam
Kiefer
(2000),
15
selular untuk ion Hg2+ (Pan-Hou et al., 1981 dalam Nascimento and Edmar,
2003 ), demethylation dari methylmercury oleh Clostridium cochlearium T - 2P,
yang
melibatkan dekomposisi dan inaktivasi dari merkuri anorganik dengan hidrogen
sulfida (H2S) (Pan-Hou dan Imura, 1981 dalam Nascimento and Edmar, 2003),
metilasi merkuri oleh bakteri tertentu yang menggunakan metilasi sebagai
resistensi atau detoksifikasi mekanisme (Trevor, 1986 dalam Nascimento and
Edmar, 2003 ) dan penyitaan dari methylmercury (Silver dan Misra, 1984 dalam
Nascimento and Edmar, 2003).
Jenis bakteri yang resisten terhadap logam berat mungkin berada di dalam
tanah dan di lokasi tambang. Apabila bakteri tersebut dapat beradaptasi pada
lingkungan dengan tingkat kontaminasi logam berat yang tinggi, maka
diasumsikan
bahwa
penggunaan
bakteri
tersebut
sangat
efektif
dalam
16
protein
organomerkuri
liase
(MerB).
MerB
berfungsi
dalam
17
Hg0
2. Demitilasi CH3Hg+
CH3Hg+
Organomerkuri liase
Hg2+ + CH4
Hg0
Merkuri reduktase
18
19
BAB 3
KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan dari makalah ini didapatkan beberapa kesimpulan
sebagai berikut :
1. Pencemaran limbah merkuri dapat berasal dari sisa limbah industri yang
sengaja dibuang didaerah perairan.
20
DAFTAR PUSTAKA
Ahalya, N., T.V., Ramachandra. and R.D., Kanamadi. 2004. Biosorption of Heavy
Metals. Centre for Ecological Sciences. Indian Institute of Science.
Bangalore, India.
Asmara, W. 1996. Bioakumulasi Metal Berat pada Mikroorganisme. In
Symposium and Workshop Heavy Metal Bioaccumulation. IUC
Biotechnology, Gadjah Mada University, Yogyakarta.
21
22
23
24