STROKE
NIM : 2114202133
FAKULTAS KEPERAWATAN
2022
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan kasih karunia dan
penyertaan sehingga pada kesempatan kali ini kami dapat membuat makalah untuk mengukir
ilmu pengetahuan yang sangat di butuhkan dan semoga dapat bermanfaat bagi penulis serta
Tidak lupa kami sampaikan terima kasih kepada Bapak Ns. Suwandi Luneto.
S,Kep.,M.Kes selaku dosen pengampu mata kuliah Keperawatan Gawat Darurat. Ilmu dan
ajaran dari beliau sangat kami harapkan menuju jalan ilmu yang bermanfaat. Terimah kasih
juga atas semua pihak yang telah membantu menyelesaikan penulisan makalah ini.
Mengingat makalah ini jauh dari sempurna, kami sangat mengharapkan kritik dan saran
dari pembaca sehingga ilmu dalam makalah ini dapat sempurna dan bermanfaat bagi penulis,
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem saraf merupakan suatu sistem dalam tubuh yang vital. Sistem saraf terdiri atas
tiga bagian, yaitu susunan saraf pusat, susunan saraf tepi, dan susunan saraf otonom.
Susunan saraf pusat meliputi otak dan sumsum tulang belakang. Susunan saraf tepi terdiri
atas urat saraf yang berasal dari otak dan sumsum tulang belakang. Susunan saraf otonom
Fungsi utama sistem saraf adalah untuk mendeteksi, menganalisis, dan mentransfer
informasi. Informasi digabungkan oleh sistem sensori dan diintegrasikan oleh otak
fungsi viseral, dan endokrin. Aksi ini dikendalikan oleh neuron yang merupakan
Susunan saraf pusat manusia mengandung sekitar 100 miliar neuron. Terdapat juga sel-
sel glia sebanyak 10-50 kali jumlah tersebut. Neuron pada sistem saraf pusat terdapat dalam
berbagai bentuk dan ukuran. Meskipun demikian, sebagian besar mempunyai bagian-bagian
yang sama dengan neuron motorik spinal yang khas. Sel ini mempunyai lima sampai tujuh
tonjolan yang disebut dendrite. Khususnya di korteks serebri dan serebeli, dendrite
mempunyai tonjolan-tonjolan bulat kecil yang disebut tonjolan dendrite. Dendrite menerima
informasi dari neuron lain menuju badan sel. Badan sel mengandung nukleus. Komponen
sel saraf lainnya yaitu axon yang dapat mencapai panjang hingga satu meter yang berfungsi
mekanisme molekular dan biokimia. Terdapat beberapa gangguan neurologi antara lain
Parkinson, myasthenia gravis, epilepsi, Alzheimer, dementia, hidrosefalus, cedera medula
Stroke merupakan masalah kesehatan yang sudah lama sekali dikenal di dunia
kedokteran. Namun demikian, hingga kini, stroke masih menjadi masalah kesehatan yang
serius dan belum dapat diturunkan angka kejadiannya secara signifikan. Stoke adalah
terminologi klinis untuk gangguan sirkulasi darah nontraumatik yang terjadi secara akut
pada suatu fokal area di otak, yang berakibat terjadinya keadaan iskemia dan gangguan
fungsi neurologis fokal maupun global, yang berlangsung lebih dari 24 jam, atau langsung
sebagai munculnya defisit neurologis secar tiba-tiba, seperti kelemahan gerakan ataupun
Stroke secara garis besar terbagi menjadi dua jenis, yaitu stroke iskemik dan stroke
hemoragik. Stroke iskemik terjadi karena aterosklerosis yang menyumbat suatu pembuluh
darah ke otak. Sedangkan stroke hemoragik terjadi karena pecahnya pembuluh darah
sehingga menghambat aliran darah normal dan darah merembes ke suatu daerah di otak dan
merusaknya.
BAB II
PEMBAHASAN
HEMORAGIK”
Muhammad Arman Azizi*, Magdalena Christy Yolanda Manik, Natania Filiska Hulu,
P : Population/Problem
Populasi dalam penelitian ini adalah pasien penderita stroke non hemoragik yang
berjumlah 23 pasien. Peneliti melihat penerapan intervensi latihan rom aktif di Rumah Sakit
Royal Prima Medan masih belum terprogram. Tidak ada waktu yang terencana secara lanjut
bagi sang perawat buat melakukan latihan ROM aktif. Perawat yang menganjurkan pasien
miring kiri serta kanan secara bergantian setiap 2 jam agar mencegah bahaya imobilisasi yang
I : Intervention
penelitian pre eksperimental dan menggunakan one group pretest-posttest pada desain yang
dimana kelompok subjek atau responden diobservasi terlebih dahulu sebelum dilakukan
intervensi. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampling jenuh.
Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder yang diperoleh secara langsung maupun
dari instansi setempat sehingga teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini
yaitu lembaran observasi. Didalam penelitian ini peneliti menggunakan observasi terstruktur.
Data yang disajikan selanjutnya dianalisis secara analisis univariat dan analisis bivariat, dimana
yang dimaksud dengan analisis univariat adalah analisis yang digunakan untuk mendapatkan
data mengenai karakteristik responden, meliputi usia, jenis kelamin, serta distribusi akibat
pengukuran derajat kekuatan otot sebelum dan setelah dilakukannya latihan AAROM di
perubahan derajat kekuatan otot responden pada kelompok eksperimen serta melihat efektivitas
AAROM terhadap peningkatan kekuatan otot ekstremitas atas pada pasien stroke non
hemoragik. Hasil penelitian dikatakan efektif apabila value < 0.05. penelitian ini menggunakan
C : Comparison
O : Outcome
Hasil yang didapat peneliti berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan tentang
Ekstremitas Atas Pada Pasien Stroke Non Hemoragik di RSU Royal Prima Medan” dapat
diperoleh kesimpulan pada saat pre-test atau sebelum dilakukannya latihan AAROM mayoritas
responden memiliki kekuatan otot skala 3 berjumlah 15(65.2%). Pada saat post-test atau
sesudah dilakukannya latihan AAROM mayoritas responden memiliki kekuatan skala 3 dan
skala 4 berjumlah 9(39.1%) responden, pengaruh efektivitas latihan AAROM dapat dilihat dari
hasil uji wilcoxon yang dimana diperoleh nilai -value = 0.002 kecil dari 0.05 yang dimana
berarti Ho ditolak dan Ha diterima, hal ini menunjukkan bahwa adanya efektivitas AAROM
terhadap peningkatan kekuatan otot ektremitas atas pada pasien stroke non hemoragik di RSU
T : Time
Anita, F., Pongantung, H., Ada, putri veni, & Hingkam, V. (2018). Pengaruh 6atihan range of
motion terhadap rentang gerak sendi ekstremitas atas pada pasien pasca stroke di
Chau, J. P. C., Lo, S. H. S., Zhao, J., Choi, K. C., Lam, S. K. Y., Butt, L., & Thompson, D. R.
Handayani, F. (2019). Pengetahuan tentang Stroke, Faktor Risiko, Tanda Peringatan Stroke,
dan Respon Mencari Bantuan pada Pasien Stroke Iskemik. Jurnal Ilmu Keperawatan
Indrawati, ., Sudiana, I. K., & Sajidin, M. (2019). Active, Passive, and Active-Assistive Range
Mensen, A., Pigorini, A., Facchin, L., Schöne, C., D’Ambrosio, S., Jendoubi, J., Jaramillo, V.,
Chiffi, K., Eberhard-Moscicka, A. K., Sarasso, S., Adamantidis, A., Müri, R. M., Huber, R.,
Massimini, M., & Bassetti, C. (2019). Sleep as a model to understand neuroplasticity and
Potter, P. A., & Perry, A. G. (2018). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses,
Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Guntung Payung.
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif R&D: Vol. Sta-26 (Sugiyono (ed.);
P : Problem
Stroke termasuk dalam penyakit peradaban yang paling merusak dengan dampak tinggi
pada kesehatan dan kualitas hidup dengan prevalensi lebih dari 15 juta kasus baru setiap tahun
semua kelompok usia, terdapat sejumlah besar orang yang menderita stroke di bawah usia 50
tahun, yang disebut stroke "muda". Salah satu penyebab tertinggi stroke pada usia muda adalah
masalah pembuluh darah seperti stenosis, rupture, oklusi, aneurisma dan malformasi
arterivena. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi factor resiko yang dapat
I : Intervention
tahun 2017 – 2020, dengan database dalam pencarian artikel yaitu Cohrane, Pubmed, Proquest,
Science Direct. Hasil tinjauan literatur mengidentifikasi enam studi sesuai kriteria inklusi dan
2016.
aterosklerosis prematur.
aterosklerosis berkontribusi
gaya hidup.
diketahui ''.
pendekatan. Kami
mengembangkan sistem
stroke muda.
kriptogenik.
hipertensi (p value=0,012),
adalah hipertensi (p
value=0,052).
value=0,016).
melitus 14,3%,
hiperkolesterolemia 17,9%,
stroke non-hemoragik.
O : Outcome
Ditemukan kejadian stroke usia mudah lebih banyak pada jenis kelamin laki-laki (62%)
dengan kisaran usia 18-59 tahun. Factor resiko terjadinya strok antara lain hipertensi, kurang
olah raga, dan pola makan banyak lemak, riwayat diabetes melitus, dyslipidemia,
infark miokard, stroke pada keluarga dan kardiomiopati. Terdapat 3 faktor risiko yang sangat
berpengaruh terhadap kejadian stroke pada usia muda yaitu riwayat hipertensi, dislipidemia
dan riwayat diabetes. Oleh karena itu, untuk mencegah stroke pada usia muda diharapkan
mengubah gaya hidup dengan mengkonsumsi makanan yang sehat, hindari merokok, alkohol,
DAFTAR PUSTAKA
Alebeek, M. E. van, Arntz, R. M. and Ekker, M. S. (2017) ‘Risk factors and mechanisms of
Alloubani, A., Saleh, A. and Abdelhafiz, I. (2018) ‘Hypertension and diabetes mellitus as a
predictive risk factors for stroke’, Diabetes and Metabolic Syndrome: Clinical Research
Disease and Stroke Statistic. (2016) ‘Update: a report from the America Heart
Association. Circulation’.
Budi, H. (2019) ‘Faktor Risiko Stroke pada Usia Produktif di Rumah Sakit Stroke Nasional
Diji Kuriakose (2020) ‘Pathophysiology and Treatment of Stroke: Present Status and Future
Gainey, J. et al. (2018) ‘Stroke and dyslipidemia: Clinical risk factors in the telestroke versus
non-telestroke’, Lipids in Health and Disease. Lipids in Health and Disease, 17(1), pp.
Gollion, C. et al. (2020) ‘Atrial fibrillation and migraine with aura in young adults with
Heo, J. hoe et al. (2020) ‘Pathophysiologic and Therapeutic Perspectives Based on Thrombus
Jaakkola, J. et al. (2016) ‘Stroke as the first manifestation of Atrial Fibrillation’, PLoS ONE,
Jansen IGH (2016) ‘Comparison of CTA- and DSA-Based Collateral Flow Assessment in
Jiri Polivka (2019) ‘Risks associated with the stroke predisposition at young age: facts and
doi.org/10.1007/s13167-019-00162-5.
Lasek-Bal, A. (2018) ‘Risk factor profile in patients with stroke at a young age’. doi:
https://doi.org/10.1080/01616412.2018.14 55367.
Mahendrakrisna, D. (2019) ‘Karakteristik Pasien Stroke Usia Muda di RSUD Kota Surakarta’.
Rashid, H. U. (2019) ‘Risk Factors in Young Stroke’.
doi:https://doi.org/10.3329/jom.v21i1.44097.
ischemic events after cryptogenic stroke at young age: the FUTURE study’. doi:
https://doi.org/10.1007/s11239-018-1631- 4.
Simonetti, B. G. (2015) ‘Risk factors, aetiology and outcome of ischaemic stroke in young
adults: the Swiss Young Stroke Study (SYSS)’. doi: DOI 10.1007/s00415-015- 7805-5.
Keluarga Dan Modifikasi Gaya Hidup’, Jurnal Abdimas, 22(2), pp. 143–150.
Smajlović D (2015) ‘Strokes in young adults: Epidemiology and prevention. Vasc Health Risk
Soto-Cámara, R. et al. (2020) ‘Age-Related Risk Factors at the First Stroke Event’, Journal of
Tun, N. N. et al. (2017) ‘Diabetes mellitus and stroke: A clinical update’, World Journal of
BAB III
KESIMPULAN
Stroke merupakan penyakit yang menyerang sistem saraf manusia, yang dapat berakibat
pada kelumpuhan sistem-sistem lainnya. Secara umum patologi stroke berlangsung secara
progresif dan bertahap, mulai dari gejala stroke ringan hingga dapat menyebabkan kematian.
Secara garis besar, stroke dibagi menjadi stroke iskemik (karena penyumbatan pembuluh
darah) dan stroke hemoragik (karena pecahnya pembuluh darah) yang memiliki gejala
yang terdiri dari dua jenis faktor, yaitu faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi (usia, jenis
kelamin, herediter, dan ras) dan yang dapat dimodifikasi (berbagai penyakit degeneratif dan
gaya hidup). Pencegahan penyakit stroke dapat dilakukan dengan meminimalisir faktor resiko
yang dapat dimodifikasi tersebut, seperti mengatur pola hidup dan mengkonsumsi makanan