Anda di halaman 1dari 20

ANALISIS JURNAL PICOT

STROKE

OLEH : NIA S. C. SANGKOY

NIM : 2114202133

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN INDONESIA

2022
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan kasih karunia dan

penyertaan sehingga pada kesempatan kali ini kami dapat membuat makalah untuk mengukir

ilmu pengetahuan yang sangat di butuhkan dan semoga dapat bermanfaat bagi penulis serta

bermanfaat bagi pembaca.

Tidak lupa kami sampaikan terima kasih kepada Bapak Ns. Suwandi Luneto.

S,Kep.,M.Kes selaku dosen pengampu mata kuliah Keperawatan Gawat Darurat. Ilmu dan

ajaran dari beliau sangat kami harapkan menuju jalan ilmu yang bermanfaat. Terimah kasih

juga atas semua pihak yang telah membantu menyelesaikan penulisan makalah ini.

Mengingat makalah ini jauh dari sempurna, kami sangat mengharapkan kritik dan saran

dari pembaca sehingga ilmu dalam makalah ini dapat sempurna dan bermanfaat bagi penulis,

terlebih lagi bermanfaat bagi pembaca.


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sistem saraf merupakan suatu sistem dalam tubuh yang vital. Sistem saraf terdiri atas

tiga bagian, yaitu susunan saraf pusat, susunan saraf tepi, dan susunan saraf otonom.

Susunan saraf pusat meliputi otak dan sumsum tulang belakang. Susunan saraf tepi terdiri

atas urat saraf yang berasal dari otak dan sumsum tulang belakang. Susunan saraf otonom

terdiri dari saraf simpatik dan saraf parasimpatik.

Fungsi utama sistem saraf adalah untuk mendeteksi, menganalisis, dan mentransfer

informasi. Informasi digabungkan oleh sistem sensori dan diintegrasikan oleh otak

kemudian digunakan untuk ditransmisikan ke sistem motorik untuk kontrol pergerakan,

fungsi viseral, dan endokrin. Aksi ini dikendalikan oleh neuron yang merupakan

penghubung antara sistem sensori dan motorik.

Susunan saraf pusat manusia mengandung sekitar 100 miliar neuron. Terdapat juga sel-

sel glia sebanyak 10-50 kali jumlah tersebut. Neuron pada sistem saraf pusat terdapat dalam

berbagai bentuk dan ukuran. Meskipun demikian, sebagian besar mempunyai bagian-bagian

yang sama dengan neuron motorik spinal yang khas. Sel ini mempunyai lima sampai tujuh

tonjolan yang disebut dendrite. Khususnya di korteks serebri dan serebeli, dendrite

mempunyai tonjolan-tonjolan bulat kecil yang disebut tonjolan dendrite. Dendrite menerima

informasi dari neuron lain menuju badan sel. Badan sel mengandung nukleus. Komponen

sel saraf lainnya yaitu axon yang dapat mencapai panjang hingga satu meter yang berfungsi

menyalurkan ke otot, kelenjar, dan neuron lain (Ganong 2002).

Terhambatnya aliran darah menuju sel neuron dapat mengakibatkan gangguan

neurologis. Pemahaman tentang penyebab gangguan neurologi memerlukan pengetahuan

mekanisme molekular dan biokimia. Terdapat beberapa gangguan neurologi antara lain
Parkinson, myasthenia gravis, epilepsi, Alzheimer, dementia, hidrosefalus, cedera medula

spinalis, Hernia nukleus pulposus dan stroke.

Stroke merupakan masalah kesehatan yang sudah lama sekali dikenal di dunia

kedokteran. Namun demikian, hingga kini, stroke masih menjadi masalah kesehatan yang

serius dan belum dapat diturunkan angka kejadiannya secara signifikan. Stoke adalah

terminologi klinis untuk gangguan sirkulasi darah nontraumatik yang terjadi secara akut

pada suatu fokal area di otak, yang berakibat terjadinya keadaan iskemia dan gangguan

fungsi neurologis fokal maupun global, yang berlangsung lebih dari 24 jam, atau langsung

menimbulkan kematian (Wajoepramono 2005). Secara tipikal, stroke bermanisfestasi

sebagai munculnya defisit neurologis secar tiba-tiba, seperti kelemahan gerakan ataupun

kelumpuhan, defisit sensorik atau bisa juga gangguan berbahasa.

Stroke secara garis besar terbagi menjadi dua jenis, yaitu stroke iskemik dan stroke

hemoragik. Stroke iskemik terjadi karena aterosklerosis yang menyumbat suatu pembuluh

darah ke otak. Sedangkan stroke hemoragik terjadi karena pecahnya pembuluh darah

sehingga menghambat aliran darah normal dan darah merembes ke suatu daerah di otak dan

merusaknya.
BAB II

PEMBAHASAN

ANALISIS JURNAL PICO

“EFEKTIVITAS ACTIVE ASSISTIVE RANGE OF MOTION (AAROM) TERHADAP

KEKUATAN OTOT EKTREMITAS ATAS PADA PASIEN STROKE NON

HEMORAGIK”

Muhammad Arman Azizi*, Magdalena Christy Yolanda Manik, Natania Filiska Hulu,

Okviyanti Telaumbanua, Sunarti

P : Population/Problem

Populasi dalam penelitian ini adalah pasien penderita stroke non hemoragik yang

berjumlah 23 pasien. Peneliti melihat penerapan intervensi latihan rom aktif di Rumah Sakit

Royal Prima Medan masih belum terprogram. Tidak ada waktu yang terencana secara lanjut

bagi sang perawat buat melakukan latihan ROM aktif. Perawat yang menganjurkan pasien

miring kiri serta kanan secara bergantian setiap 2 jam agar mencegah bahaya imobilisasi yang

ditimbulkan oleh kelemahan atau tirah baring yang lama.

I : Intervention

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan bentuk desain

penelitian pre eksperimental dan menggunakan one group pretest-posttest pada desain yang

dimana kelompok subjek atau responden diobservasi terlebih dahulu sebelum dilakukan

intervensi. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampling jenuh.

Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder yang diperoleh secara langsung maupun

dari instansi setempat sehingga teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini

yaitu lembaran observasi. Didalam penelitian ini peneliti menggunakan observasi terstruktur.

Data yang disajikan selanjutnya dianalisis secara analisis univariat dan analisis bivariat, dimana
yang dimaksud dengan analisis univariat adalah analisis yang digunakan untuk mendapatkan

data mengenai karakteristik responden, meliputi usia, jenis kelamin, serta distribusi akibat

pengukuran derajat kekuatan otot sebelum dan setelah dilakukannya latihan AAROM di

kelompok eksperimen. Sedangkan analisis bivariat digunakan untuk melihat perbedaan

perubahan derajat kekuatan otot responden pada kelompok eksperimen serta melihat efektivitas

AAROM terhadap peningkatan kekuatan otot ekstremitas atas pada pasien stroke non

hemoragik. Hasil penelitian dikatakan efektif apabila value < 0.05. penelitian ini menggunakan

analisis bivariat dengan uji statistik wilcoxon.

C : Comparison

Pasien dengan stroke non hemoragic sebelum dilakukan intervensi

O : Outcome

Hasil yang didapat peneliti berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan tentang

“Efektivitas Active Assistive Range of Motion (AAROM) Terhadap Kekuatan Otot

Ekstremitas Atas Pada Pasien Stroke Non Hemoragik di RSU Royal Prima Medan” dapat

diperoleh kesimpulan pada saat pre-test atau sebelum dilakukannya latihan AAROM mayoritas

responden memiliki kekuatan otot skala 3 berjumlah 15(65.2%). Pada saat post-test atau

sesudah dilakukannya latihan AAROM mayoritas responden memiliki kekuatan skala 3 dan

skala 4 berjumlah 9(39.1%) responden, pengaruh efektivitas latihan AAROM dapat dilihat dari

hasil uji wilcoxon yang dimana diperoleh nilai -value = 0.002 kecil dari 0.05 yang dimana

berarti Ho ditolak dan Ha diterima, hal ini menunjukkan bahwa adanya efektivitas AAROM

terhadap peningkatan kekuatan otot ektremitas atas pada pasien stroke non hemoragik di RSU

Royal Prima Medan.

T : Time

Penelitian dilakukan pada tanggal 19 April 2022 sampai 24 April 2022


DAFTAR PUSTAKA

Anita, F., Pongantung, H., Ada, putri veni, & Hingkam, V. (2018). Pengaruh 6atihan range of

motion terhadap rentang gerak sendi ekstremitas atas pada pasien pasca stroke di

makasar. Journal of Islamic Nursing, 3(1).

Chau, J. P. C., Lo, S. H. S., Zhao, J., Choi, K. C., Lam, S. K. Y., Butt, L., & Thompson, D. R.

(2021). Factors Associated with Post-Stroke Depression in Chinese Stroke Survivors.

Journal of Stroke and Cerebrovascular Diseases, 30(11), 1–9.

Handayani, F. (2019). Pengetahuan tentang Stroke, Faktor Risiko, Tanda Peringatan Stroke,

dan Respon Mencari Bantuan pada Pasien Stroke Iskemik. Jurnal Ilmu Keperawatan

Medikal Bedah, 2(2), 12.

Indrawati, ., Sudiana, I. K., & Sajidin, M. (2019). Active, Passive, and Active-Assistive Range

of Motion (ROM) Exercise to Improve Muscle Strength in Post Stroke Clients: A

Systematic Review. 329–337.

Listiyana Basuki. (2018). PENERAPAN ROM (RANGE OF MOTION) PADA ASUHAN

KEPERAWATAN PASIEN STROKE DENGAN GANGGUAN MOBILITAS FISIK DI

RSUD WATES KULON PROGO.

Mensen, A., Pigorini, A., Facchin, L., Schöne, C., D’Ambrosio, S., Jendoubi, J., Jaramillo, V.,

Chiffi, K., Eberhard-Moscicka, A. K., Sarasso, S., Adamantidis, A., Müri, R. M., Huber, R.,

Massimini, M., & Bassetti, C. (2019). Sleep as a model to understand neuroplasticity and

recovery after stroke: Observational, perturbational and interventional approaches. Journal of

Neuroscience Methods, 313, 37–43.

Potter, P. A., & Perry, A. G. (2018). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses,

dan Praktik (4th ed., Vol. 10). EGC.


Rusdiana, R., Maria, I., & Al Azhar, H. (2019). Hubungan Kualitas Tidur dengan Peningkatan

Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Guntung Payung.

Jurnal Keperawatan Suaka Insan (JKSI), 4(2), 78–84.

Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif R&D: Vol. Sta-26 (Sugiyono (ed.);

20th ed.). ALFABETA, CV.


ANALISIS JURNAL PICO

FAKTOR RISIKO STROKE PADA USIA MUDA: LITERATUR REVIEW

Risk Factors for Stroke at Young Age: Literature Review

Much. Asdi Adi, Rosyidah Arafat, Masyita Irwan

Fakultas Keperawatan, Universitas Hasanuddin

P : Problem

Stroke termasuk dalam penyakit peradaban yang paling merusak dengan dampak tinggi

pada kesehatan dan kualitas hidup dengan prevalensi lebih dari 15 juta kasus baru setiap tahun

di seluruh dunia. Tingginya angka stroke tersebut berpotensi meningkatkan prevalensi di

semua kelompok usia, terdapat sejumlah besar orang yang menderita stroke di bawah usia 50

tahun, yang disebut stroke "muda". Salah satu penyebab tertinggi stroke pada usia muda adalah

masalah pembuluh darah seperti stenosis, rupture, oklusi, aneurisma dan malformasi

arterivena. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi factor resiko yang dapat

menyebabkan stroke di usia muda.

I : Intervention

Penelitian menggunakan literature review dengan menelusuri hasil publikasi antara

tahun 2017 – 2020, dengan database dalam pencarian artikel yaitu Cohrane, Pubmed, Proquest,

Science Direct. Hasil tinjauan literatur mengidentifikasi enam studi sesuai kriteria inklusi dan

melibatkan pasien di bawah usia 50 tahun dengan stroke.


C : Comparison

Nama, Tahun Metode Hasil

(Rashid, 2019) Observasional deskriptif - 100 pasien stroke berturut-turut

cross-sectional antara umur 15-45 tahun selama

periode April hingga Oktober

2016.

- penelitian ini 62% pasien

adalah laki-laki dan 38% adalah

perempuan, kejadian laki-laki

adalah 24% lebih tinggi dari

perempuan dan rasio adalah 1.

38. Infark ditemukan pada 65%

kasus. Perdarahan terjadi pada

35% kasus. Dislipidemia

sebagian besar terkait faktor

risiko pada kedua infark

(76,91%) dan perdarahan (85,

71%). Prevalensi dislipidaemia

yang tinggi sebagai faktor risiko

yang terkait dapat menunjukkan

aterosklerosis prematur.

- Stroke usia muda

membutuhkan pendekatan yang

berbeda untuk investigasi dan

manajemen dibandingkan stroke


pada orang tua karena perbedaan

frekuensi relatif dari

kemungkinan penyebab yang

mendasarinya. Akan tetapi,

aterosklerosis berkontribusi

terhadap sebagian besar stroke

pada pasien muda, sehingga

faktor risiko konvensional harus

ditargetkan secara agresif.

(Lasek-Bal, 2018) Studi retrospektif - Seratus delapan puluh empat

pasien memenuhi syarat untuk

penelitian; usia rata-rata - 39

tahun (perempuan 45%). Jenis

kelamin perempuan secara

signifikan lebih sering dikaitkan

dengan diabetes, stenosis arteri

karotis / serebral, infark

miokard, kardiomiopati dan

faktor risiko yang terkait dengan

gaya hidup.

- Lebih dari separuh pasien

menunjukkan setidaknya dua

faktor risiko stroke. Kategori

faktor risiko yang paling sering

dikaitkan dengan arteri dan


penyakit metabolik. Faktor

risiko vaskular termasuk yang

paling sering dalam kategori usia

individu. Beban stroke herediter

bermakna pada pasien sebelum

usia 20,15% pasien belum

mengetahui faktor risiko stroke.

(Alebeek et al., Prospektif studi kohort - Mengidentifikasi beberapa

2017) faktor risiko yang terkait dengan

mekanisme lain dari stroke pada

orang muda dibandingkan orang

tua . 656 pasien stroke muda

(usia 18-50), faktor menurut

pendekatan pediatrik, yang dapat

mengarah pada identifikasi

faktor risiko yang lebih baik.

- untuk memahami mekanisme

penyakit, terutama pada pasien

yang saat ini diklasifikasikan

sebagai tidak diketahui etiologi.

Faktor risiko 656 pasien stroke

muda (usia 18-50) dari studi

FUTURE dikategorikan menurut

The '' International Pediatric

Stroke Study '' (IPSS), dengan


stratifikasi jenis kelamin, usia

dan stroke '' etiologi tidak

diketahui ''.

- Kategorisasi faktor risiko ke

dalam 1 kategori IPSS

dimungkinkan pada 94% pasien

stroke muda. Sistemik kronis

kondisi ada pada pasien berusia

<35 dibandingkan dengan pasien

35 (32,6% vs 15,6%, p <0,05).

Di antara 226 pasien

diklasifikasikan sebagai '' stroke

etiologi yang tidak diketahui ''

menggunakan TOAST, kami

menemukan faktor risiko pada

199 pasien (88%) dengan IPSS

pendekatan. Kami

mengidentifikasi beberapa faktor

risiko yang terkait dengan

mekanisme lain dari stroke pada

orang muda dibandingkan orang

tua. Ini bisa menjadi titik awal

yang berharga untuk

mengembangkan sistem

klasifikasi etiologi yang


dirancang khusus untuk pasien

stroke muda.

(Schellekens, Studi kohort prospektif - pasien dengan serangan

2018) iskemik transien pertama atau

stroke iskemik, berusia 18-50

tahun, dirawat di rumah sakit

kami antara 1995 dan 2010

- Prevalensi faktor protrombotik

dan infeksi sebelumnya tidak

berbeda secara signifikan antara

pasien stroke dengan kriptogenik

versus penyebab stroke yang

diidentifikasi dan tidak ada yang

secara signifikan terkait dengan

peningkatan risiko kejadian

iskemik berulang setelah stroke

kriptogenik.

(Budi, 2019) Deskriptif observasional - 77 pasien stroke yang dirawat

dengan desain cross sectional di ruangan saraf pada April

sampai Oktober 2015

- 58,4% pasien stroke berjenis

kelamin laki-laki; 97,4%

berumur dewasa tua (36-59


tahun), 28,6% pekerjaan ibu

rumah tangga; 68,8% stroke

iskemik, 13,2% diantaranya

berusia 21-45 tahun; 39,6%

berusia 56-59 tahun; 31,2%

stroke hemoragik, 29,2%

diantaranya berusia 21-45 tahun,

37,5% berusia 51-55 tahun.

Faktor risiko yang berhubungan

dengan stroke iskemik yaitu

hipertensi (p value=0,012),

kurang olah raga (p

value=0,008), dan pola makan

banyak lemak (p value=0,029).

Faktor yang paling berpengaruh

adalah hipertensi (p

value=0,052).

- Faktor risiko yang

berhubungan dengan stroke

hemoragik yaitu hipertensi (p

value=0,016).

(Mahendrakrisna, Penelitian deskriptif - pada rentang waktu Januari

2019) observatif 2017-Juni 2018, didapatkan 28

penderita stroke usia muda


- rerata usia 39,6 tahun dengan

rentang usia 29 sampai 45 tahun,

dengan 53,6% laki-laki, 78,6%

menderita stroke non-

hemoragik, dan 39,3%

menderita kelemahan sisi kanan.

Didapatkan riwayat hipertensi

sebanyak 85,7%, diabetes

melitus 14,3%,

hiperkolesterolemia 17,9%,

hiperurisemia 21,4%, gagal

jantung 7,1%, epilepsi 7,1%, dan

riwayat stroke 3,6%. Tidak ada

yang mempunyai riwayat

penyakit jantung koroner dan

aritmia jantung. simpulan.

Stroke usia muda jarang terjadi,

dan sebagian besar merupakan

stroke non-hemoragik.

Hipertensi dan dislipidemia

merupakan faktor risiko utama

stroke di usia muda

O : Outcome

Ditemukan kejadian stroke usia mudah lebih banyak pada jenis kelamin laki-laki (62%)

dengan kisaran usia 18-59 tahun. Factor resiko terjadinya strok antara lain hipertensi, kurang
olah raga, dan pola makan banyak lemak, riwayat diabetes melitus, dyslipidemia,

hiperkolesterolemia, hiperurisemia, gagal jantung, epilepsi, stenosis arteri karotis/serebral,

infark miokard, stroke pada keluarga dan kardiomiopati. Terdapat 3 faktor risiko yang sangat

berpengaruh terhadap kejadian stroke pada usia muda yaitu riwayat hipertensi, dislipidemia

dan riwayat diabetes. Oleh karena itu, untuk mencegah stroke pada usia muda diharapkan

mengubah gaya hidup dengan mengkonsumsi makanan yang sehat, hindari merokok, alkohol,

manajemen stress dan rutinkan berolahraga.

DAFTAR PUSTAKA

AHA (2017) ‘No Title’.

Alebeek, M. E. van, Arntz, R. M. and Ekker, M. S. (2017) ‘Risk factors and mechanisms of

stroke in young adults: The FUTURE study’. doi: DOI: 10.1177/0271678X17707138.

Alloubani, A., Saleh, A. and Abdelhafiz, I. (2018) ‘Hypertension and diabetes mellitus as a

predictive risk factors for stroke’, Diabetes and Metabolic Syndrome: Clinical Research

and Reviews, 12(4), pp. 577–584. doi: 10.1016/j.dsx.2018.03.009.


American Heart Association Statistics Committee and Stroke Statistics Subcommitte Heart

Disease and Stroke Statistic. (2016) ‘Update: a report from the America Heart

Association. Circulation’.

Budi, H. (2019) ‘Faktor Risiko Stroke pada Usia Produktif di Rumah Sakit Stroke Nasional

(RSSN) Bukit Tinggi’. doi: DOI: http://dx.doi.org/10.32419/jppni.v3i3.163.

Depkes, R. (2009) ‘Departemen Kesehatan RI. 2009. Kategori Usia.’

Diji Kuriakose (2020) ‘Pathophysiology and Treatment of Stroke: Present Status and Future

Perspectives’. doi: doi:10.3390/ijms21207609.

Gainey, J. et al. (2018) ‘Stroke and dyslipidemia: Clinical risk factors in the telestroke versus

non-telestroke’, Lipids in Health and Disease. Lipids in Health and Disease, 17(1), pp.

1–10. doi: 10.1186/s12944-018-0870-x.

Gollion, C. et al. (2020) ‘Atrial fibrillation and migraine with aura in young adults with

ischemic stroke’. doi: https://doi.org/10.1177/033310242097088 0.

Heo, J. hoe et al. (2020) ‘Pathophysiologic and Therapeutic Perspectives Based on Thrombus

Histology in Stroke’. doi: doi: 10.5853/jos.2019.03440. Epub 2020 Jan 31.

Jaakkola, J. et al. (2016) ‘Stroke as the first manifestation of Atrial Fibrillation’, PLoS ONE,

11(12), pp. 1–9. doi:10.1371/journal.pone.0168010.

Jansen IGH (2016) ‘Comparison of CTA- and DSA-Based Collateral Flow Assessment in

Patients with Anterior Circulation Stroke’. doi: 10.3174/ajnr.A4878.

Jiri Polivka (2019) ‘Risks associated with the stroke predisposition at young age: facts and

hypotheses in light of individualized predictive and preventive approach’. doi:

doi.org/10.1007/s13167-019-00162-5.

Lasek-Bal, A. (2018) ‘Risk factor profile in patients with stroke at a young age’. doi:

https://doi.org/10.1080/01616412.2018.14 55367.

Mahendrakrisna, D. (2019) ‘Karakteristik Pasien Stroke Usia Muda di RSUD Kota Surakarta’.
Rashid, H. U. (2019) ‘Risk Factors in Young Stroke’.

doi:https://doi.org/10.3329/jom.v21i1.44097.

Schellekens, M. M. I. (2018) ‘Prothrombotic factors do not increase the risk of recurrent

ischemic events after cryptogenic stroke at young age: the FUTURE study’. doi:

https://doi.org/10.1007/s11239-018-1631- 4.

Simonetti, B. G. (2015) ‘Risk factors, aetiology and outcome of ischaemic stroke in young

adults: the Swiss Young Stroke Study (SYSS)’. doi: DOI 10.1007/s00415-015- 7805-5.

Sinaga, J. and Sembiring, E. (2019) ‘Pencegahan Stroke Berulang Melalui Pemberdayaan

Keluarga Dan Modifikasi Gaya Hidup’, Jurnal Abdimas, 22(2), pp. 143–150.

Smajlović D (2015) ‘Strokes in young adults: Epidemiology and prevention. Vasc Health Risk

Manag’. doi: https://dx.doi.org/10.2147%2FVHRM.S53 203.

Soto-Cámara, R. et al. (2020) ‘Age-Related Risk Factors at the First Stroke Event’, Journal of

Clinical Medicine, 9(7), p. 2233. doi: 10.3390/jcm9072233.

Tun, N. N. et al. (2017) ‘Diabetes mellitus and stroke: A clinical update’, World Journal of

Diabetes, 8(6), p. 235. doi: 10.4239/wjd.v8.i6.235.

World Health Organization (2018) Stroke, Cerebrovascular Accident.

BAB III

KESIMPULAN

Stroke merupakan penyakit yang menyerang sistem saraf manusia, yang dapat berakibat

pada kelumpuhan sistem-sistem lainnya. Secara umum patologi stroke berlangsung secara

progresif dan bertahap, mulai dari gejala stroke ringan hingga dapat menyebabkan kematian.

Secara garis besar, stroke dibagi menjadi stroke iskemik (karena penyumbatan pembuluh

darah) dan stroke hemoragik (karena pecahnya pembuluh darah) yang memiliki gejala

bervariasi sesuai daerah yang terserang.


Stroke memiliki beberapa faktor resiko yang dapat mendukung perkembangan stroke

yang terdiri dari dua jenis faktor, yaitu faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi (usia, jenis

kelamin, herediter, dan ras) dan yang dapat dimodifikasi (berbagai penyakit degeneratif dan

gaya hidup). Pencegahan penyakit stroke dapat dilakukan dengan meminimalisir faktor resiko

yang dapat dimodifikasi tersebut, seperti mengatur pola hidup dan mengkonsumsi makanan

yang disesuaikan dengan faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi.

Anda mungkin juga menyukai