Anda di halaman 1dari 48

LAPORAN STUDI KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.R DENGAN STROKE ISKEMIK DI RUANG


DAHLIA RSUD Dr ADNAAN WD PAYAKUMBUH

Disusun Oleh:

Ismail Hamdi : 1914201284

Kevindo Putra Jaya : 1914201286

Khaira Nikmah : 1914201287

Rani Ramadhani : 1914201294

Tri Selsa : 1914201303

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FALKUTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PERINTIS INDONESIA
2021

LAPORAN STUDI KASUS


ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.R DENGAN STROKE ISKEMIK DI RUANG
DAHLIA RSUD Dr ADNAAN WD PAYAKUMBUH

Disusun Oleh:

Ismail Hamdi : 1914201284

Kevindo Putra Jaya : 1914201286

Khaira Nikmah : 1914201287

Rani Ramadhani : 1914201294

Tri Selsa : 1914201303

Pembimbing Klinik Pembimbing Akademik

( Ns. Yulia Fatmawati S.kep) ( Ns. Lisa Mustika Sari M.Kep)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FALKUTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PERINTIS INDONESIA
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan
hidayah-Nya, penulis bisa menyelesaikan makalah seminar yang berjudul ." Asuhan
Keperawatan Pada Tn.R Dengan Stroke Iskemik Di Ruang Inap Dahlia Rsud Dr Adnaan
Wd Payakumbuh ” Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ns. Lisa
Mustika Sari M.Kep selaku dosen pendamping Akademik dan ibu Ns. Yulia Fatmawati
S.Kep selaku pendamping klinik dalam siklus dinas Keperawatan Medikal Bedah.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang telah berkontribusi
dalam pembuatan makalah seminar ini. Penulis menyadari ada kekurangan pada makalah
ini. Oleh sebab itu, saran dan kritik senantiasa diharapkan demi perbaikan karya penulis.
Penulis juga berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan tentang stroke
iskemik.

Payakumbuh, 22 Desember 2021

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

I.I Latar Belakang


Definisi menurut WHO, Stroke adalah suatu keadaan dimana ditemukan tanda-
tanda klinis yang berkembang cepat berupa defisit neurologik fokal dan global, yang
dapat memberat dan berlangsung selama 24 jam atau lebih dan atau dapat menyebabkan
kematian, tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vascular Data World Health
Organization (WHO, 2017) menyatakan bahwa stroke merupakan penyebab kedua
kematian setelah penyakit jantung iskemik serta penyebab ketiga kecacatan setelah
penyakit menular dan kanker. Sekitar 15 juta orang menderita stroke yang pertama kali
setiap tahun, dengan sepertiga dari kasus ini atau sekitar 6,6 juta mengakibatkan
kematian.
Menurut WHO stroke menjadi penyebab utama morbiditas dan sebab kematian
nomor dua dengan angka kematian sekitar 5,54 juta. Stroke merupakan penyebab
kematian nomor tiga setelah penyakit jantung dan kanker (Nastiti,2012).
Kejadian penyakit ini menjadi masalah kesehatan yang banyak menyita perhatian
di banyak negara baik di negara maju maupun sedang berkembang.Perubahan perilaku
hidup tradisional ke perilaku hidup modern yang cenderung merupakan pola hidup tidak
sehat mengakibatkan peningkatan angka kejadian penyakit yang berkaitan dengan gaya
hidup, salah satunya adalah risiko penyakit stroke.Stroke menjadi penyebab kematian
terbanyak ketiga di dunia. Di rumah sakit, penyakit stroke merupakan penyebab
kematian kedua di dunia setelah penyakit jantung koroner. Kasus stroke di seluruhdunia
diperkirakan mencapai 50 juta jiwa dan 9 juta diantaranya mengalami kecacatan yang
berat.6,7 Stroke juga menjadi penyebab utama terjadinya kecacatan dalam jangka
panjang dan berisiko mengalami gangguan kognitif yang lebih tinggi dibandingkan orang
yang tidak terkena stroke.
Di Amerika kasus stroke mencapai 700.000 kasus per tahunnya, dengan
perbandingan kejadian stroke infark dan stroke perdarahan 6:1 (Margono, 2011).
Berdasarkan data South East Asia Medical Information Center (SEAMIC)
disebutkan bahwa Indonesia merupakan negara dengan angka kematian akibat
stroke tertinggi yang kemudian diikuti oleh negara- negara lain seperti Filipina,
Singapura, Brunei, Malaysia, dan Thailand (Dinata et al, 2013).
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar yang telah dilakukan oleh Kemeterian Kesehatan
Indonesia menunjukkan bahwa pada tahun 2018 prevalensi meningkat dibandingkan
tahun 2013. Prevalensi stroke meningkat dari 7% menjadi 10,9 %. Secara nasional
,prevalensi stroke di indonesia tahun 2018 berdasarkan diagnosis dokter pada penduduk
umur≥15 tahun sebesar 10,9 % atau diperkirakan sebanyak 2 juta jiwa.. dimana Provinsi
Sumatera Barat sendiri menempati urutan 15 teratas di seluruh Indonesia. Dalam kurun
waktu 5 tahun terakhir di Sumatera Barat, angka penderita stroke meningkat 4 kali lipat
(Kemenkes RI, 2018).

1.2 Tujuan
1) Tujuan umum
Mahasiswa mampu mengenali dalam garis besar khususnya dalam Asuhan
Keperawatan Pada Pasien dengan diagnosa stroke iskemik pada Tn.R di ruangan Dahlia
RSUD. Dr Adnaan WD Payakumbuh.

2) Tujuan khusus
Mahasiswa mampu melakukan Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan diagnosa
stroke iskemik pada Tn.R di ruangan Dahlia RSUD. Dr Adnaan WD Payakumbuh.

1.3 Manfaat
1) Mahasiswa mampu memahami konsep dasar stroke (pengertian, etiologi, anatomi
fisiologi, manisfestasi klinis, patofisiologi, dan penatalaksanaan) Stroke Iskemik di
ruangan Dahlia di RSUD.Dr Adnaan WD Payakumbuh.
2) Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada pasien Tn. R Stroke Iskemik
diruangan Neurologi ruangan Dahlia di RSUD. Dr Adnan WD Payakumbuh.
3) Mahasiswa mampu menentukan diagnosa keperawatan atau masalah keperawatan
yang berhubungan dengan Stroke Iskemik diruangan ruangan Dahlia di RSUD.Dr
Adnaan WD Payakumbuh.
4) Mahasiswa mampu menentukan intervensi yang berhubungan dengan Stroke Iskemik
di ruangan ruangan Dahlia di RSUD.Dr Adnaan WD Payakumbuh..
5) Mahasiswa mampu melakukan implementasi yang berhubungan dengan Stroke
Iskemik di ruangan ruangan Dahlia di RSUD Adnan WD Payakumbuh
6) Mahasiswa mampu melakukan pendokumentasian yang berhubungan dengan Stroke
Iskemik di ruangan ruangan Dahlia di RSUD Adnan WD Payakumbuh.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1 Konsep Penyakit


A. Pengertian
Stroke iskemik merupakan akibat yang ditimbulkan secara umum oleh aterotrombosis
pembuluh darah cerebral , baik besar maupun kecil. Pada stroke iskemia, penyumbatan
bisa terjadi di sepanjang jalur pembuluh darah arteri yang menuju ke otak.Pada stroke
arteri karotis interna dan dua arteri vertebralis. Arteri-arteri ini merupakan cabang dari
lengkung aorta jantung. Suatu ateroma (endapan lemak) bisa terbentuk di dalam
pembuluh darah arteri karotis sehingga menyebabkan berkurangnya aliran darah.
Keadaan ini sangat serius karena setiap pembuluh darah arteri karotis dalam keadaan
normal memberikan darah ke sebagian besar otak. Endapan lemak juga bisa terlepas dari
dinding arteri dan mengalir di dalam darah kemudian menyumbat arteri yang lebih kecil
(Furie K.L. et al., 2011, Mischach and Kalim, 2011).
B. Anatomi dan Fisiologi
a. Pembagian Sistem Saraf
1. Sistem Saraf Pusat
a) Otak
b) Medulla Spinalis
2. Sistem SarafPerifer
a) Afferent(sensorik)

b) Efferent(motorik)
1). Sistem saraf somatik.
2). Sistem saraf otomatik.
1). Sistem saraf somatik.
2). Sistem saraf otomatik.
1. Sistem Saraf Pusat
a. Otak
Otak merupakan jaringan yang paling banyak memakai energi dalam seluruh
tubuh manusiadan terutama berasal dari proses metabolisme oksidasi
glukosa.Otak berada pada ruang cranial dan dilindungi oleh tulang-tulang
tengkorak yang disebut cranium.
b. Tulang – tulangcranium
Otak terletak dalam ruang tertutup oleh cranium, tulang tulang penyusun cranium
disebut tengkorak yang berfungsi melindungi organ-organ vital. Ada Sembilan
tulang yang membentuk cranium yaitu tulang frontal oksipital, sphenoid, etmoid,
temporal dua buah, parental dua buah. Tulang- tulang tengkorak dihubungkan
olehsutura.
a. Meningen
Meningen adalah jaringan membrane penghubung yang melampisi otak dan
medulla spinalis. Ada tiga lapisan meningen yaitu : duramater, arachnoid, dan
piamater. Duramater adalah lapisan luar meninges, merupakan lapisan yang liat,
kasar dan mempunyai dua lapisan membrane. Arachnoid adalah membrane bagian
tengah, tipis dan terbentuk lapisan laba-laba. Sedangkan piamater merupakan
lapisan paling dalam, tipis, merupakan membrane vaskuler yang membungkus
seluruh lapisan otak antara lapisan satu dengan lainya terdapat suatu meningeal
yaitu : ruang epidural merupakan ruang antara tengkorak dan lapisan luar
duramater, ruang supdural yaitu ruang antara lapisan dalam duramater dengan
membrane arachnoid, ruang subarachnoid yaitu ruang antara aracnoid dengan
piamater. Pada ruang subarachnoid ini terdapat cairan cerebrospinal(CSF)
b. KorteksSerebri.
Merupakan lapisan bagian atas dari cerebrum yang tebalnya 2-5mm dan tersusun
sebagian besar oleh gray matter dan hampir 75% sel bodi saraf dan denrit berada
pada korteks serebri. Semua aktivitas tubuh dikendalikan oleh korteks serebri
sesuai dengan areanya. Pada korteks serebri terdapat area-area tertentu yang
dipetakan menggunakan angka oleh Brodmann (1909). Menurut Brodmann
permukaan korteks dapat dibagi menjadi sebagian besar daerah-daerah artitektural
sel-sel. Masing-masing area mempunyai arti fungsional yang jelas dan spesifik.
c. Cerebrum.
Cerebrum adalah bagian otak yang paling besar, kira-kira 80% dari berat otak.
Cerebrum mempunyai dua hemisfer yang dihubungkan oleh korpus kallosum
yaitu hemisfer kanan dan hemisfer kiri. Baik hemisfer kanan dan kiri,
menginterprestasi data sensori yang masuk, menyimpan memori belajar. Namun
demikian masing-masing hemisfer mempunyai dominasi tertentu, seperti pada
hemisfer kanan lebih dominan dalam mengasimilasi pengalaman sensori visual,
informasi, aktivitas music, seni, menari. Pada hemisfer kiri lebih dominan pada
kemampuan analisis, bahasa, bicara, matematik dan berfikir abstrack. Setiap
hemisfer terbagi atas empat lobus yaitu:
i. Lobusfrontal Area ini mengandung daerah-daerah motori dan mpramotorik,
berfungsi sebagai aktivitas motorik, fungsi intektual, emosi dan fungsi fisik.
Pada frontal bagian kiri terdapat area broca yang berfungsi sebagai pusat
motorik bahasa. Kerusakan area broca dapat mengakibatkan aphasia motorik
(ekpresif) yang ditandai ketidakmampuan pasien untuk mengungkapkan pikiran-
pikiran yang dapat dimengerti dalam bentukbicara.
ii. Lobusparietal
Adalah daerah korteks yang terletak di belakang sulkus sentralis.Lobus ini
merupakan daerah sensorik primer otak untuk sensori peraba danpendengaran.

iii. Lobustempora Adalah area asosiasi primer untuk informasi auditorik dan
mencakup area Wernicke tempat interpretasi bahasa.Lobus ini juga terlibat dalam
interpretasi baud an penyimpanan ingatan.
iv. Lobusoksipital
Adalah lobus posterior korteks serebrum terletak di sebelah .Lobus ini terlibat
dalam interprestasi bau dan penyimpanan ingatan.
d. Diencephalon
yang merupakan area korteks asosiasi pendengaran. Kerusakan pada area ini dapat
mengakibtkan gangguan bicara atau menulis karena ketidakmampuan menangkap
suara dari luar. Pada lobus temporal bagian medial terdapat hypocampus yang
berperan dalam proses memori.
1. Lobus oksipital mengandung area fisual otak, berfungsi sebagai penerima
informasi dan menafsirkan warna, reflek visual. Pada lobus ini terdapat korteks
area penglihatan primer (area brodmann 17). Inpuls penglihatan akan dihantarkan
ke area 17 kemudian akan dihantarkan area brodmann 18 dan 19 yang merupakan
korteks area assosiasi penglihatan untuk diasosiasikan.
e. Diencephalon
Dienchepalon terletak diatas batang otak dan terdiri atas tiga

bagian yaitu :
1) Thalamus
Adalah masa sel saraf besar yang berbentuk telor, terletak pada subtansi alba.
Thalamus berfungsi sebagai stasiun relay dan integrasi dari medulla spinalis ke
korteks cerebri dan bagian lain dari otak.
2) Hypothalamus
Terletak dibawah thalamus, berfungsi dalam mempertahankan hoemostasis seperti
pengaturan suhu tubuh, rasa haus, lapar, respon system saraf otonom dan control
terhadap seksresi hormone dalam kelenjar pituitary.
3) Epitalamus
Dipercaya berperan dalam pertumbuhan fisik dan perkembangan seksual.
4) BatangOtak
Terdiri atas otak tengah (mensecephalon), pons dan medulla oblongata. Batang otak
berfungsi pengaturan reflek untuk fungsi vital tubuh. Otak tengah mempunyai fungsi
utama sebagai stimulus penggerakan otot dari dan keotak. Misalnya control reflex
pergerakan mata akibat adanya stimulus pada nervous cranial IIIdan

IV. Pon

menghubungkan otak tengah dengan medulla oblongata, berfungsi sebagai pusat-


pusat reflex pernafasan dan mempengaruhi tingkat karbon dioksida, aktivitas fasomotor.
Medulla oblongata didalamnya terdapat pusat reflek pernafasan, bersin, menelan, batuk,
muntah, sekresi salifa dan vasokonstruksi. Saraf cranial IX, X, XI, dan XII keluar dari
medulla oblongata. Pada batang otak terdapat juga system retikularis yaitu system sel
saraf dan serat penghubungnya dalam otak yang menghubungkan semua traktus
ascendens dan decendes dengan semua bagian lain dari system saraf pusat. System ini
berfungsi sebagai integrator seluruh system saraf seperti dalam tidur, kesadaran,
regulasi suhu, respirasi danmetabolism.
5) Reticular Formation
Merupakan tempat kumpulan jaringan kompleks dari graimater yang meliputi jalur
assending reticular yang mehubungkan jalur medulla spinalis ke diencephalon basal
ganglia serebrum dan serebellum. Reticular formation berperan dalam membantu
pengaturan pergerakan otot rangka dan reflex spinal. Salah satu komponen reticular
formation adalah reticular actitiviting system yang berperan dalam pengaturan tidur dan
tingkat kesadaran.

C. Etiologi
Stroke biasanya diakibatkan dari salah satu dari empat kejadian :
1. Aterosklerosis pada pembuluh darah besar( akroangiopati), merupakan suatu kelainan
dinding arteri berupa pembentukan plak yang didahului oleh ppeningkatan ketebalan
intima media arteri karotis(Furie K.L. et al .,2011)
2. Kardiomegali dan penyakit pada pembulu darah kecil otak (ikroangiopati)
3. Vaskulitis otak ( merupakan peradangan pada pembuluh darah di otak )
4. Penyakit hematologi ( Hipertensi ,fibrilasi atrium , masalah pembekuan darah.)

D. Faktor resiko
1. Faktor yang tidak dapat dirubah (Non Reversible)
a. Usia
b. Jenis kelamin.
c. Faktor genetik atau keturunan
d. Ras atau etnik.
e. Umur
f. Pola hidup tidak sehat
2. Faktor yang dapat dirubah (Reversible)
a. Hipertensi
Meningkatnya risisko stroke dan penyakit kardiovaskuler lain berawal pada
tekanan 115/75 mmHg dan meningkat dua kali lipat setiap peningkatan 20/10
mmHg. Orang yang jelas menderita hipertensi (tekanan darah sistolik sama atau
lebih besar dari 140mmHg atau tekanan darah diastolik sama atau lebih besar dari
90 mmHg) memiliki resiko stroke tujuh kali lebih besar dibandingkan dengan
mereka yang tekanan darahnya normal atau rendah. Untuk orang yang berusia di
atas 50 tahun, tekanan darah sistolik yang tinggi (140 mmHg atau lebih) dianggap
sebagai faktor risiko untuk stroke atau penyakit kardiovaskuler lain yang lebih
besar dibandingkan dengan tekanan darah diastolik yang tinggi. Namun, tekanan
darah meningkat seiring usia dan orang yang memiliki tekanan darah normal pada
usia 55 tahun mempunyai risiko stroke hampir dua kali lipat dibandingkan orang
berusia muda.
b. Penyakit jantung
Orang yang mengidap masalah jantung, misalnya angina, fibrilasi atrium, gagal
jantung, kelainan katup, katup buatan, dan cacat jantung bawaan, berisiko besar
mengalami stroke. Bekuan darah yang dikenal sebagai embolus, kadang-kadang
terbentuk di jantung akibat adanya kelainan di katup jantung, irama jantung yang
tidak teratur, atau setelah serangan jantung. Embolus ini terlepas dan mengalir ke
otak atau bagian tubuh lain. Setelah berada di otak, bekuan darah tersebut dapat
menyumbat arteri dan menimbulkan stroke iskemik.
c. Kolesterol tinggi
Meskipun zat lemak (lipid) merupakan komponen integral dari tubuh kita, kadar
lemak darah (terutama kolesterol dan trigleserida) yang tinggi meningkatkan risiko
aterosklerosis dan penyakit jantung koroner. Keadaan ini juga dikaitkan dengan
peningkatan 20% risiko stroke iskemik atau TIA.
d. Obesitas
Untuk mempertahankan berat badan, seorang dewasa yang sehat ratarata
memerlukan asupan makanan harian sekitar 30-35 kkal untuk setiap kilogram
beratnya. Bagi orang yang lebih tua kebutuhan ini mungkin lebih sedikit, terutama
jika mereka tidak banyak beraktivitas fisik. Makanan yang tidak sehat dan tidak
seimbang (misalnya, makanan yang kaya lemak jenuh, kolesterol, atau garam dan
kurang buah serta sayuran) adalah salah satu faktor risiko stroke yang paling
signifikan.
e. Diabete mellitus
Mengidap penyakit ini akan menggandakan kemungkinan terkena stroke, karena
diabetes menimbulkan perubahan pada sistem vascular (pembuluh darah dan
jantung) serta mendorong terjadinya aterosklerosis.
f. Strees emosional
Kadang-kadang pekerjaan, hubungan pribadi, keuangan, dan faktor-faktor lain
menimbulkan stres psikologis, dan penyebebnya tidak selalu dapat dihilangkan.
Meskipun sebagian besar pakar stroke menganggap bahwa serangan stres yang
timbul sekali-sekali bukan merupakan faktor risiko stroke, namun stres jangka
panjang dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah dan kadar kolesterol.

E. Manifestasi Klinik
Menurut Tarwoto (2013), manifestasi klinis stroke tergantung dari sisi atau bagian mana
yang terkena, rata-rata serangan, ukuran lesi dan adanya sirkulasi kolateral. Pada stroke
Iskemik,
 gejala klinis meliputi:
1. Kelumpuhan wajah atau anggota badan sebelah (hemiparise) atau hemiplegia
(paralisis) yang timbul secara mendadak. Kelumpuhan terjadi akibat adanya
kerusakan pada area motorik di korteks bagian frontal, kerusakan ini bersifat
kontralateral artinya jika terjadi kerusakan pada hemisfer kanan maka
kelumpuhan otot pada sebelah kiri. Pasien juga akan kehilangan kontrol otot
vulenter dan sensorik sehingga pasien tidak dapat melakukan ekstensi maupun
fleksi.
2. Gangguan sensibilitas pada satu atau lebih anggota badan. Gangguan
sensibilitas terjadi karena kerusakan system saraf otonom dan gangguan saraf
sensorik.
3. Penurunan kesadaran (konfusi, delirium, letargi, stupor, atau koma), terjadi
akibat perdarahan, kerusakan otak kemudian menekan batang otak atau
terjadinya gangguan metabolik otak akibat hipoksia.
4. Afasia (kesulitan dalam bicara)Afasia adalah defisit kemampuan komunikasi
bicara, termasuk dalam membaca, menulis dan memahami bahasa. Afasia
terjadi jika terdapat kerusakan pada area pusat bicara primer yang berada pada
hemisfer kiri dan biasanya terjadi pada stroke dengan gangguan pada arteri
middle sebelah kiri. Afasia dibagi menjadi 3 yaitu:
1) fasia motorik Afasia motorik atau ekspresif terjadi jika area pada area Broca,
yang terletak pada lobus frontal otak. Pada afasia jenis ini pasien dapat
memahami lawan bicara tetapi pasien tidak dapat mengungkapkan dan
kesulitan dalam mengungkapkan bicara.
2) Sensorik Afasia sensorik terjadi karena kerusakan pada area Wernicke, yang
terletak pada lobus temporal. Pada afasia sensori pasien tidak dapat
menerima stimulasi pendengaran tetapi pasien mampu mengungkapkan
pembicaraan. Sehingga respon pembicaraan pasien tidak nyambung atau
koheren.
3) Afasia global Pada afasia global pasien dapat merespon pembicaraan baik
menerima maupun mengungkapkan pembicaraan.
5. Disatria (bicara cedel atau pelo) Merupakan kesulitan bicara terutama dalam
artikulasi sehingga ucapannya menjadi tidak jelas. Namun demikian, pasien dapat
memahami pembicaraan, menulis, mendengarkan maupun membaca. Disartria
terjadi karena kerusakan nervus cranial sehingga terjadi kelemahan dari otot bibir,
lidah dan laring. Pasien juga terdapat kesulitan dalam mengunyah dan menelan.
6. Gangguan penglihatan, diplopia. Pasien dapat kehilangan penglihatan atau juga
pandangan menjadi ganda, gangguan lapang pandang pada salah satu sisi. Hal ini
terjadi karena kerusakan pada lobus temporal atau parietal yang dapat
menghambat serat saraf optik pada korteks oksipital. Gangguan penglihatan juga
dapat disebabkan karena kerusakan pada saraf cranial III, IV dan VI.
7. Disfagia Disfagia atau kesulitan menelan terjadi karena kerusakan nervus cranial
IX. Selama menelan bolus didorong oleh lidah dan glottis menutup kemudian
makanan masuk ke esophagus.
8. Inkontinensia. Inkontinensia baik bowel maupun badder sering terjadi karena
terganggunya saraf yang mensarafi bladder dan bowel.
 Manisfestasi stroke iskemik :
1. Transient Ischemic Attack (TIA) atau serangan stroke sementara Pada TIA,
kelainan neurologis yang timbul berlangsung hanya dalam hitungan menit sampai
sehari penuh. TIA biasanya disebabkan oleh sumbatan karena thrombus atau
emboli. Gejala dan tanda-tandanya sesuai dengan bagian yang terserang, apakah
pada sistem karotis atau vertebrobasilaris. Gejala TIA yang disebabkan
terserangnya sistem karotis adalah gangguan penglihatan pada satu mata tanpa
disertai rasa nyeri (amaurosis fugax), terutama bila disertai dengan:
a. Kelumpuhan lengan, tungkai, atau keduanya pada sisi yang sama.
b. Deficit motorik dan sensorik pada wajah. Wajah dan lengan atau tungkai
saja secara unilateral.
c. Kesulitan untuk berbahasa, sulit mengerti atau berbicara, pemakaian
katakata yang salah atau diubah.
Gejala TIA yang disebabkan terserangnya sistem vertebrobasilaris sebagai
berikut:
a. Vertigo dengan atau tanpa nausea dan atau munta, terutama bila disertai
dengan diplopia, disfagi, atau disartri.
b. Mendadak tidak stabil.
c. Gangguan visual, motorik, sensorik, unilateral, atau bilateral.
d. Hemianopsia homonym.
Serangan drop atau drop attack (Iskandar 2011) Menurut (Anurogo, 2014)
gambaran klinis stroke iskemik meliputi: penurunan kesadaran, kelemahan dan
atau kesemutan satu sisi tubuh, bicara pelo, wajah mencong, sulit menelan,
tibatiba tidak bisa melihat, dan dapat menyebabkan kematian.

F. Fatofisiologi
Infark serebral adalah berkurangnya suplai darah ke area tertentu di otak. Luasnya
infark bergantung pada faktor-faktor seperti lokasi dan besarnya pembuluh darah dan
adekuatnya sirkulasi kolateral terhadap area yang disuplai oleh pembuluh darah yang
tersumbat. Suplai darah ke otak dapat berubah (makin lambat atau cepat) pada
gangguan lokal (trombus, emboli, perdarahan, dan spasme vaskuler) atau karena
gangguan umum (hipoksia karena gangguan paru dan jantung).
Arterosklerosis sering sebagai factor penyebab infark pada otak. Trombus dapat
berasal dari plak arterosklerotik, atau darah dapat beku pada area yang stenosis, tem pat
aliran darah mengalami pelambatan atau terjadi turbulensi. Trombus dapat pecah dari
dinding pembuluh darah terbawa sebagai emboli dalam aliran darah. Trombus
mengakibatkan iskemia jaringan yang disuplai oleh pembuluh darah yang bersangkutan
dan edema dan kongesti di sekitar area. Area edema ini menyebabkan disfungsi yang
lebih besar daripada area infark itu sendiri. Edema dapat berkurang dalam beberapa jam
atau kadang-kadang sesudah beberapa hari. Dengan berkurangnya edema klien mulai
menunjukan perbaikan. Oleh karena itu thrombosis biasanya tidak fatal, jika tidak
terjadi perdarahan masif. Oklusi pada pembuluh darah serebral oleh embolus
menyebabkan edema dan nekrosis diikuti trombosis. Jika terjadi septik infeksi akan
meluas pada dinding pembuluh darah maka akan terjadi abses atau ensefalitis, atau jika
sisa infeksi berada pada pembuluh darah yang tersumbat menyebabkan dilatasi
aneurisma pembuluh darah. Hal ini akan menyebabkan perdarahan serebral, jika
aneurisma pecah atau rupture Perdarahan pada otak disebabkan oleh ruptur
arteriosklerotik dan hipertensi pembuluh darah.
Perdarahan intraserebral yang sangat luas akan lebih sering menyebabkan kematian
dibandingkan keseluruhan penyakit serebro vaskuler, karena perdarahan yang luas
terjadi destruksi massa otak, peningkatan tekanan intrakranial dan yang lebih berat
dapat menyebabkan herniasi otak pada falk serebei atau lewat foramen magnum.
Kematian dapat disebabkan oleh kompresi batang otak, hemisfer otak, dan perdarahan
batang otak sekunder atau ekstensi perdarahan ke batang otak. Perembesan darah ke
ventrikel otak terjadi pada sepertiga kasus peradarahan otak di nekleus kaudatus,
talamus, dan pons. Jika sirkulasi serebral terhambat, dapat berkembang anoksia
serebral. Perubahan yang disebabkan oleh anoksia serebral dapat reversibel untuk
waktu 4-6 menit. Perubahan inversibel jika anoksia lebih dari 10 menit. Anoksia
serebral dapat terjadi oleh karena gangguan yang bervariasi salah satunya henti jantung.
Selain kerusakan perenkim otak, akibat volume perdarahan yang relatif banyak akan
mengakibatkan peningkatan tekanan intrakranial dan penurunan tekanan perfusi otak
serta gangguan drainase otak. Elemen-elemen vasoaktif darah yang keluar dan kaskade
iskemik akibat menurunya tekanan perfusi, menyebabkan saraf di area yang terkena
dan sekitarnya tertekan lagi. (Arif Mutaqin, 2013) lipat dibandingkan orang berusia
muda.
G. Pathway
H. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan Darah Lengkap Darah yang diperiksa antara lain jumlah sel darah
merah, sel darah putih, leukosit, trombosit, dan lain-lain.
2) Tes darah Koagulasi Tes ini terdiri dari tiga pemeriksaan, yaitu prothombin time,
partial thromboplastin time (PTT), international normalized ratio (INR), dan
agregasi trombosit. Keempat tes ini gunanya untuk mengukur seberapa cepat darah
si pasien menggumpal. Gangguan penggumpalan bisa menyebabkan perdarahan
atau pembekuan darah.
3) Tes Kimia Darah Cek darah ini untuk melihat kandungan gula darah, kolesterol,
asam urat, dan lain-lain. Andai kata kadar gula darah atau kolesterol berlebih, bisa
menjadi pertanda pasien sudah menderita diabetes atau jantung. Kedua penyakit ini
termasuk kedalam salah satu pemicu
4) Angiografi serebri Adalah proses dengan menggunakan sinar –X terhadap sirkulasi
serebri setelah zat,kontras disuntikan kedalam arteri yang di pilih.Juga di gunakan
untuk menyelidiki penyakit vascular,aneurisma,dan malformasi arteriovena
dilakukan sebelum klien menjalani kraniotomi sehingga arteri dan vena
serebriterlihat dan untuk menentukan letak,ukuran,dan proses patologis.Angiografi
serebri merupakan pilihan terakhir bila dengan pemeriksaan CT scan dan MRI
diagnosis masih belum bisa di tegakkan(W.Hacke dan H. Kramer,1991).

I. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan stroke dilakukan berdasarkan jenis stroke. Penatalaksanaan stroke


biasanya dimulai dengan penanganan akut dalam kondisi emergensi dan dilanjutkan
dengan rehabilitasi pasien jangka panjang. Selain itu, pemilihan jenis terapi juga dilihat
dari waktu masuk layanan kesehatan dan onset dari stroke. Stroke memiliki jendela
terapi tiga sampai enam jam. Beberapa hal yang harus dilakukan pada kegawatdaruratan
stroke adalah sebagai berikut:

 Lakukan intubasi bila pasien tidak sadar (Glasgow Coma Scale <8). Pastikan jalan
napas pasien aman jika intubasi tidak dapat dilakukan
 Jika pasien mengalami hipoksia (saturasi oksigen di bawah 94%), berikan oksigen.
Mulai dari pemberian 2 liter per menit menggunakan nasal kanul dan tingkatkan
hingga 4 liter per menit sesuai kondisi pasien
 Elevasi kepala 30˚ tetapi penelitian terbaru mempertanyakan posisi kepala mana
yang lebih baik, apakah elevasi kepala atau tidak
 Intubasi bila stupor atau koma atau terjadi gagal nafas.

2.2 Asuhan Keperawatan Teoritis

1 Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah pertama dalam proses keperawatan. Hasil dari
pengkajian adalah terkumpulnya data, sehingga proses ini sangat penting dalam
terkumpulnya data, sehingga proses ini sangat penting dalam akurasi data yang
dikumpulkan. Data yang terkumpulkan meliputi : Riwayat kesehatan, pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan penunjang (test diagnostik, laboratorium)
a. Riwayat kesehatan Beberapa hal yang harus dikaji dalam riwayat kesehatan pada
gangguan sistem persarafan diantaranya adalah data umum pasien,
b. Data umum pasien
Data umum pasien yang perlu dikaji diantaranya :
1) Data demografi meliputi : Nama, umur, jenis kelamin, agama, alamat rumah.
2) Pekerjaan : jelaskan aktivitas sehari-hari pasien, jenis pekerjaan.
3) Lingkungan : apakah terekpos pencemaran lingkungan seperti bahan kimia,
listrik, polusi udara, dll.
4) Tingkat intelektual : riwayat pendidikan, pola komunikasi
5) Status emosi : ekspresi wajah, perasaan tentang dirinya, keluarga pemberi
pelayanan kesehatan, penrimaan stres dan koping mekanisme.
6) Riwayat pengobatan : obat-obatan yang pernah diberikan (nama, penggunaan,
dosis, berapa lama), keadaan setelah pengobatan, alergi obat dan makanan.
Kebiasaan minum alkohol, obat-obatan, rokok.
7) Pelayanan kesehatan : puskesmas, klinik, dokter praktek.

c. Keluhan utama
1) Trauma : urutan kejadian, waktu kejadian, siapa yang menangani, pengobatan
yang diberikan, keadaan trauma.
2) Infeksi akut : kejadian, tanda dan gejala kejang, tempat infeksi, sumber infeksi,
penanganan yang sudah diberikan dan responya.
3) Kejang : urutan kejadian, karakter dari gejala kejang, kemungkinan faktor
pencetus, riwayat kejang, penggunaan obat kejang.
4) Nyeri : lokasi, kualitas, intensitas, lamanya, menetap atau tidak penanganan
sebelumnya.
5) Gaya berjalan : seimbang, kaki diseret, gangguan aktivitas.
6) Vertigo : kejadian, faktor pencetus, mual dan muntah, tinitus, perubahan
kognitif, perubahan penglihatan, nyeri dada.
7) Kelemahan : kejadian, lamanya, reflek menelan, adakah batuk, bagaimana jika
menelan air atau lebihnpadat.

d. Riwayat kesehatan yang lalu


1) Apakah ada trauma : kepala, tulang belakang, spinal cord, trauma lahir, trauma
saraf.
2) Apakah ada kelainan kongenital, deformitas/kecacatan.
3) Adakah penyakit stroke.
4) Adakah enchephalitis dan meningitis.
5) Adakah gangguan kardiovaskuler : hipertensi, aneurisma, disritmia,
pembedahan jantung, tromboenboli.
e. Riwayat keluarga
Epilepsi dan kejang, Nyeri kepala, Retardasi mental, Stroke, Gangguan psikiatri,
Penggunaan alkohol, rokok, dan obat-obatan terlarang, Penyakit keturunan : DM,
muskular distropi.
f. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mengetahui kelainan dari fungsi neurologi.
Pemeriksaan fisik yang lengkap meliputi : tanda vital, status mental, pemeriksaan
kepala, leher dan punggung, saraf kranial, saraf sensorik, saraf motorik, refleks dan
sistem saraf otonom.
g. Tanda vital
Sebelum melakukan tindakan yang lain, yang harus diperhatikan adalah tanda vital,
karena sangat berhubungan dengan fungsi kehidupan dan tanda-tanda lain yang
berkaitan dengan masalah yang terjadi. Misalnya, pada pasien dengan spinal cord
injury akan ditemukan masalah klasik hipotensi, bradikardia, dan hiportemia karena
hilangnya fungsi saraf simpatis. Tidak adekuatnya perfusi organ vital dapat
diakibatkan oleh tekanan darah yang tidak adekuat. Perubahan tanda vital dapat pula
terjadi pada peningkatan tekanan intrakranial. Tubuh akan berusaha untuk
mencukupi kebutuhan oksigen dan glukosa di otak dengan meningkatkan aliran
darah ke otak sebagai akibat meningkatnya tekananan intrakranial. Demikian juga
dengan respirasi rate juga terganggujika terjadipeningkatantekananintrakranial

i. Pemeriksaan Fungsi Refleks


1. Refleks Bisep
 Pasien duduk dilantai
 Lengan rileks, posisi antara fleksi dan ekstensi dansedikit pronasi, lengan
diletakkan diatas lengan pemeriksa
 Stimulus: ketokan pada jari pemeriksa pada tendon m. biceps brachii, posisi
lengan setengah ditekuk padasendi siku.
 Respon: fleksi lengan pada sendi siku.
2. Refleks Trisep
 Pasien duduk dengan rileks
 Lengan pasien diletakan diatas lengan pemeriksa
 Pukul tendon trisep melalui fosa olekrani
 Stimulus: ketukan pada tendon otot triceps brachii,posisi lengan fleksi pada
sendi siku dan sedikit pronasi.
3. Refleks Patella
 Pasien duduk santai dengan tungkai menjuntai
 Raba daerah kanan-kiri tendon untuk menentukan
 daerah yang tepat.
 Tangan pemeriksa memegang paha pasien
 Ketuk tendon patella dengan palu refleksmenggunakan tangan yang lain.
 Respon: pemeriksa akan merasakan kontraksi otot kuadrisep, ekstensi tungkai
bawah
 Stimulus: ketukan pada tendon patella
 Respon: ekstensi tungkai bawah karena kontraksi m.quadrisep femoris.

4. Refleks Babinski
Lakukan goresan pada telapak kaki dari arah tumit ke arahjari melalui sisi lateral.
Orang normal akan memberikan respon fleksi jari-jari dan penarikan tungkai. Pada
lesi UMN maka akan timbul respon jempol kaki akan dorsofleksi,sedangkan jari-jari
lain akan menyebar atau membuka. Normal pada bayi masih ada.
5. Refleks Achilles
Ketukan pada tendon Achilles. Respon: plantar fleksilonglegs karena kontraksi
m.gastroenemius.
6. Refleks Kornea
Dengan cara menyentuhkan kapas pada limbus, hasil positif bila mengedip N IV &
X).
7. Refleks Faring
Faring digores dengan spatel, reaksi positif bila ada reaksimuntahanm (N IX &
BAB III
TINJAUAN KASUS

INFORMASI UMUM

I. IDENTITAS KLIEN
Nama : Tn. R
Tempat/Tgl Lahir : Padang tiakar/ 27-11-1983
Umur : 38 tahun
Jenis Kelamin : laki-laki
Status Perkawinan : kawin
Agama : islam
Suku : Minang
Pendidikan : SMK
Pekerjaan : Sopir
Lama Bekerja : 5 tahun
Alamat : Padang Tiakar, kec. Payakumbuh
Tanggal Masuk : 12-12-2021
Sumber Informasi : Istri

Keluarga terdekat yang dapat dihubungi ( orang-tua/Wali, lain-lain ) : istri


Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Alamat : Padang Tiakar, kec. Payakumbuh

II. STATUS KESEHATAN SAAT INI


1. Alasan Kunjungan/Keluhan Utama
Pasien datang ke IGD pada tanggal 12 Desember 2021 dengan keluhan kepala sakit,
tangan kanan dan kaki kanan terasa berat digerakkan keluhan ini dirasakan sejak 3
hari yang lalu sebelum masuk IGD. Pasien tidak ada riwayat jatuh.
2. Keluhan Yang Dirasakan saat ini
Pasien mengeluh tangan dan kaki kanan terasa berat sejak ½ jam sebelum masuk
rumah sakit, lidah terasa berat dan bicara pelo sejak malam ini, sebelumnya pasien
sudah merasakan lidah berat akan tetapi terasa hilang timbul.Pasien juga
mengeluhkan nyeri keala ,dan kepala terasa berat,tidak ada keluhan kesulitan
menelan. Dan pasien mengeluh kuduk terasa berat.
3. Factor Pencetus
Pasien mengatakan dulu dia perokok berat bisa menghabiskan 2 bungkus rokok
perhari. Dan gaya hidup yang tidak sehat yaitu mengonsumsi minuman beralkohol
dan jarang olahraga dan mengonsumsi sayur. Dan tidak ada riwayar penyakit
keturunan.
4. Faktor Yang Memperberat
Keluhan kuduk terasa kaku dan bagian tubuh sebelah kanan akan terasa meningkat
ketika akan melakukan aktifitas di tempat tidur seperti mengerakan salah satu
anggota tubuh atau bergeser.
5. Upaya Yang Dilakukan Untuk Mengatasinya
Pasien mengatakan ADL dibantu oleh keluarga dan perawat mengajarkan keluarga
dan pasien teknik rom exersice.
6. Diagnosa Medik
a. Stroke iskemik Tanggal : 12-12-2021

III. RIWAYAT KESEHATAN DAHULU


1. Penyakit Yang Pernah Dialami
Pasien mengatakan tidak ada penyakit yang menyebabkan dibawa ke pelayanan
kesehatan.
2. Kebiasaan
Pasien mengatakan dia merupakan perokok aktif, pasien merokok 2 bungkus
perhari, pasien sering minum kopi, pasien riwayat konsumsi alkohol akan tetapi 5
tahun terakhir tidak mengkonsumsinya lagi.

IV. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA


1. Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit keturunan dan tidak ada
yang menderita penyakit serupa.
2. Genogram (3 Generasi) :
Tn.I Ny.
Tn.S Ny.
E
A

Ny. Tn.E
Ny.Ye Tn.Ys Tn.M
F

Tn.R Tn.Ri

Belum Memiliki Anak


Keterangan

laki –laki

Perempuan

Tinggal Serumah

Hubungan Anak

Tali Pernikahan
V. DATA AKTIVITAS SEHARI-HARI

N AKTIVITAS DIRUMAH DI RUMAH SAKIT


O
1 POLA NUTRISI  Frekuensi makan : 2-3x sehari  Frekuensi makan : 3 x sehari
DAN CAIRAN  Intake cairan : 1200 ml  Intake cairan : 2700 ml
 Diet Khusus: tidak ada  Diet : MLRG
 Makanan dan minuman yang  Makanan dan minuman yang
disukai disukai : bubur kacang hijau
: kopi dan daging  Makanan dan minuman yang
 Makanan dan minuman yang tidak tidak disukai : tidak ada
disukai : tidak ada  Napsu makan : baik
 Makanan pantangan : tidak ada  Perubahan BB 3 Bln terakhir
 Napsu makan : baik : tidak ada
 Perubahan BB 3 Bln terakhir :  Keluhan
tidak ada penurunan BB yangdirasakan/kelainan :tidak
 Keluhan yang ada
dirasakan/kelainan : tidak ada
2 POLA a. BAB c. BAB
ELIMINASI  Frekuensi : 2x sehari  Frekuensi : 1 x sehari
 Penggunaan pencahar : tidak  Penggunaan pencahar : tidak
ada ada
 Waktu : pagi dan malam  Waktu : malam
 Warna : kuning kecoklatan  Warna : kecoklatan
 Konsistensi : sedikit padat  Konsistensi :padat
b. BAK  Penggunaan laxan : tidak ada
 Frekuensi : 2x sehari d. BAK
 Warna : kunimg pucat  Frekuensi : 1x sehari
 Bau : khas  Warna : kuning pekat
 Output : 1500 ml  Bau : kekhasan
 Urine Output : 1000 ml
3 POLA TIDUR  Waktu tidur : 6 jam  Waktu tidur ( jam ): 8 jam
DAN  Kebiasaan pengantar tidur :  Kebiasaan pengantar tidur : tidak
ISTIRAHAT
tidak ada ada
 Kesulitan dalam hal tidur :  Kesulitan dalam hal tidur : pasien
tidak ada mengatakan sering terbangun dan
merasa tidak puas setelah bangun
tidur.

 Pola Aktivitas Dan Latihan


a. Kegiatan Dalam Pekerjaan
pasien mengatakan kegiatan dalam pekerjaan yaitu sopir membawa mobil pick
up.
b. Olah Raga
Biasanya Tn. R melakukan olahraga volly tiap sore setiap hari dan 8 bulan
terakhir tidak ada olahraga lagi
c. Kegiatan Diwaktu Luang
Biasanya Tn.R menggunakan waktu luang untuk beristirahat dirumah saja.
d. Kesulitan/Keluhan Dalam Hal
Pasien mengatakan pergerakan tubuh terganggu terutama bagian tubuh sebelah
kanan terasa berat ,dalam hal melakukan aktivitas seperti mandi, mengenakan
pakaian dan berhajat pasien dibantu istrinya, ketika melakukan aktifitas pasien
merasa sesak dan lelah.
 Pola Bekerja
Pasien mengatakan bekerja sebagai sopir membawa mobil pickup selama lima
tahun terakhir, dalam berkera jadwal dan jumlah jam kerja tidak menntu

VI. DATA LINGKUNGAN


Pasien mengatakan merekan tinggal berdua dilingkungan yang bersih, dan tidak telalu
dekat dengan jalan raya

VII. DATA PSIKOSOSIAL


1. Pola Pikir Dan Persepsi
a. Alat bantu yang digunakan
Pasien tidak menggunakan alat bantu mendengar dan melihat
b. Kesulitan yang dialami
Seminggu yang lalu pasien mengatakan sering pusing. Sensitifitas terhadap
sakit tidak menurun, sensitifitas terhadap panas dan dingin tidak ada. Pasien
tidak kesulitan dalam membaca.

2. Persepsi Diri
pasien memikirkan penyakit yang dialaminya,dan pasien merasa cemas jika
tubuh sebelah kanannya tidak bisa disembuhkan.klien berharap agar dapat sembuh
total dan bagian tubuh sebelah kanan dapat digerakkan. Selama sakit seluruh
anggota aktivitas. Pasien memiliki kesan yang baik terhadap perawat.

3. Suasana Hati
pasien merasa sedih dengan keadaannya saat ini,keluarga pasien memperhatikan
kondisi yang dialami pasien.

4. Hubungan/Komunikasi
a. Bicara
Dalam berkomunikasi sehari- hari pasien menggunakan Bahasa minang dan m
udah dimegerti. Namun, saat ini di rawat di rumah sakit pasien berkomunikasi
kurang jelas terdengar pelo dan kurang mampu mengekspresikan apa yang di
sampaikan orang lain.

b. Kehidupan keluarga
pasien menganut adat-istiadat minang ,pasien mengambil keputusan secara
berdua suami dan istri dan dilakukan secara bermusyawarah. pasien
menggunakan pola komunikasi dengan baik, hubungan rumah tangga pasien
dan istri dalam keadaan baik.sebagai kepala keluarga pasien lah yang mencari
nafkah namun, sejak sakit tidak bisa untuk mencari nafkah atau bekerja.

c. Kesulitan dalam keluarga


Klien mengatakan tidak ada kesulitan dalam hubungan orang tua,sanak keluarga
dan dalam hubungan perkawin.
5. Kebiasaan Seksual
a. Gangguan hubungan seksual
Tidak ada keluhan pada klien terhadap fungsi seksual.
6. Pertahanan Koping
Pengambilan keputusan dalam keluarga ini dilakukan dengan komunikasi antar
anggota keluarga. Klien mengatakan menyukai dirinya yang bekerja keras.untuk
kehidupan selanjutnya pasien ingin lebih terbuka terhadap keluargnya . ketika
pasien merasa stres biasanya dia menyelesaikan masalah nya. Selama di rawat
perawat memberikan asuhan keperawatan dengan ramah .

7. Sistem Nilai Kepercayaan


Pasien percaya akan kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa dan selalu menjalankan
sholat 5 waktu dan mengaji dan kadang- kadang mengikuti kegiatan keagamaan
seperti mendengarkan ceramah. Namun setelah sakit pasien jarang sholat.

VIII. PENGKAJIAN FISIK


Pengkajian Fisik Umum
a. Tingkat Kesadaran : E4 V5 M6 15 (Composmentis)
b. Keadaan umum : sedang
c. Tanda-tanda vital : N : 90 x/ menit, R : 24 x/ menit, TD : 121/73 mmHg,
S : 36,2ºC
d. BB/TB dan LILA : 75kg /169 cm dan 38cm
e. Kekuatan otot :2

Pemeriksaan Head to toe


 Kepala
Kepala pasien tanpak simetris ,bersih tidak ada lesi rambut sedikit rontok dan
penyebaran tidak merata.tidak ada benjolan dan nyeri tekan dahi dan tidak ada
edema ,pipi & rahang pasien mengatakan merasa sakit pada kepala dan sedikit
pusing.
 Mata
Mata tampak simetris kanan dan kiri ,konjungtiva an anemis sklera tidak
ikterik,raksi terhadap cahaya baik , fungsi penglihatan baik, pasien tidak ada
operasi pada mata ,pasien tidak menggunakan alat bantu penglihatan

 Hidung
Hidung tampak simetris kanan & kiri ,warna sama dengan warna kulit bagian
tubuh yang lain,tidak ada sumbatan pada hidung ,tidak ada sumbatan dan
pendarahan dan tanda-tanda infeksi tidak ada rasa alergi, pasien terpasang
oksigen nasal kanul 2 / menit.

 Mulut dan tenggorokan


Warna mukosa mulut dan bibit baik dan kelembapan baik ,tidak terdapat lesi di
sekitar bibir dan tidak ada stomatitis ,gigi gerahan sebelah kiri sudah tidk ada ,
tidak ada perdarahan pada gusi, lidah simetris , kekuatan otot lidah mnurun,tonsil
simetris, pasien kesulitan berbicara karena lidah terasa pelo

 Leher
Warna kulit leher pasien tanpak sama dengan warna kult tubuh yang lain,tidak ada
tanpak pembesaran kelenjar gondok, tidak ada nyeri ,arteri carotis teraba.

 Dada / Penapasan
Inspeksi
Bentuk dada simetris antara kiri dan kanan, frekuensi nafas 24x/ menit, pola nafas
teratur, tidak ada kelainan yang ditemukan, fremitus normal,
Auskultasi
Bunyi nafas vesikuler

 Kardiovaskuler
Inspeksi
- Arteri carotis tidak ada , Vena jugolaris teraba pada intercostal kiri ,Ictus
cordis teraba pada intercostal kiri, Perubahan Warna ( kulit, kuku, bibir, dll )
sedikit pucat, Clubbing ada di ujung jari kaki dan tangan, Edema tidak ada
Palpasi
- Ictus cordis : normal, teraba
- Nadi perifer : normal
- Capilary refilling : saat ujung jari ditekan akan dengan cepat kembali seperti
semula
Perkusi
- Batas jantung : -
- Ukuran jantung : normal
Auskultasi
- Suara jantung : tersebgar lup- dup
- Suara jantung tambahan : tidak terdapat suara jantung tambahan
- Irama jantung :

 Abdomen
Inspeksi
- Bentuk : simetris kanan kiri, tidak ada edema
- Kesimterisan : simetris
- Kelainan yang ditemui : tidak ada kelainan
- Colostomy : tidak ada
- Kondisi luka operasi : tidak ada
- Drain pasca bedah : tidak ada
Auskutasi
- Bising usus : tympani
- Bunyi vaskuler:
Perkusi
- Kuadran : kuadrat 1 kanan atas

- Hepar, limpa : +
- Kelainan yang ditemui : tidak ada kelainan

Palpasi
- Kuadran :
- Hepar, liimpa :
- Kelainan yang ditemui : tidak ada

 Genitourinaria
Penggunaan catheter :psien tidak menggunakan kateter
Kelainan yang ditemui :tidak ada kelainan
 Ekstremitas
Tidak ters4dapat edema pada ektremitas, pasien mengalami keterbatasan gerak
pada bagian ektr4emitas kanan, dan keterbatasan rentang gerak sendi. Klien tidak
menggunakan alat bantu, dan tidak terdapat kelainan pada alat gerak

 Kulit
Warna kulit pasien sawo matang, turgor sedang, kelembabapan lembab, icterus
tidak ada, ada rasa jejas, temperatur normal, tidak tampak syanosis.

 Neurologis
GCS : E4 V4 M5 (Composmentis )
Disorientasi : tidak ada

Tingkah laku :-
Pemeriksaan N. Kranial :
1. Nerfus olfaktorius : berfungsi dengan baik simetris kanan dan kiri
2. Nerfus optikus :
3. Ner4fus occulomatorius : diameter pupil normal, isokor, pupil ketika ada
cahaya miosis
4. Nerfus traklearis : normal
5. Nervus trigeminus : dagu simetris
6. Nervus abdusen :
7. Nervus facialis :
8. Nervus audiotorius :
9. Nervus glossofar4ingeal :
10. Nervus vagus
Pemeriksaan N. Sensorik : -
Pemeriksaan N. Motorik : -
IX. HASIL PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Data Laboratorium :
- Ureum darah : 14
- Kreatine darah : 10
- HB : 15
- Leukosit : 14. 800
- L ABS : 7.700
- Trombosit : 341.000
2. Hasil Pemeriksaan Diagnostik lain :
- CT Scan : bradicardi
- Swab antigen (-)
X. PENGOBATAN
- IV citicolin : 1000 mg
- IV paracetam : 1 gr
- Paracetamol : 3x1000
- Inj Nacl : 0,3 % 16 Tpm
- GPG : 1x75 mg
- Inj diazepam : 3x
DATA FOKUS

Nama Klien : Tn. R


Tempat praktek : Dahlia

Data Subjektif :
1. Pasien megatakan nyeri kepala 1 minggu lalu.
2. Pasien mengatakan tangan dan kaki kanan terasa berat dan sulit untuk digerakkan
3. pasien mengatakan dada terasa tidak nyaman

Data Obyektif :
1. - Pasien tampak meringis
- Skala nyeri 5-6
- Analgetik pct 500
- TD : 140/90 mmHg, N : 95x/i, S : 36,50 c
2. - kekuatan otot 2
- ADL dibantu
- TD : 140/90 mmHg, Nadi : 95x/i, S : 36,50 c
3. - O2 terpasang 2dl/i by nasal canul
- Gambar scan bradicardi
- Pasien tampak gelisah
- Pasien sulit tidur
- TD : 140/90 mmHg, N : 95x/i, S : 36,50 c, RR : 23x/i
ANALISA DATA

NO DATA ETIOLOGI MASALAH KEPERAWATAN


1  Data Subyektif : Nyeri akut Agen pencedera fisik
Pasien megatakan
nyeri kepala 1 minggu
lalu.
 Data Obyektif :
- Pasien tampak
meringis
- Skala nyeri 5-
6
- Analgetik pct
500
- TD : 140/90
mmHg, N :
95x/i, S : 36,50
c
2.  Data Subjektif Gangguan mobilitas Penurunan kekuatan otot
Pasien mengatakan fisik
tangan dan kaki kanan
terasa berat dan sulit
untuk digerakkan

 Data objektif
- kekuatan otot
2
- ADL dibantu
- TD : 140/90
mmHg, Nadi :
95x/i, S : 36,50
c
3. Data subjektif : Resiko perfusi Stroke
pasien mengatakan dada serebral tidak efektif
terasa tidak nyaman
Data Objektif :
- O2 terpasang
2dl/i by nasal
canul
- Gambar scan
bradicardi
- Pasien tampak
gelisah
- Pasien sulit
tidur
- TD : 140/90
mmHg, N :
95x/i, S : 36,50
c, RR : 23x/i
FORMAT
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Nama Pasien : Tn.R


Ruang : Dahlia
No. MR :

NO sdki SLKI SIKI

1. Nyeri akut b.d agen Menajemen nyeri


pencedera d.d meningkatnya 1. Tindakan
nadi pasien dan pasien  Identifikasi lokasi,karakteristik, durasi, freuensi,kualitas,
tampak meringis intensitas nyeri
 Identifikasi skala nyeri
 Identifikasi respons nyeri non verbal
 identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan
nyeri
 identifikasi pngetahuan dan keyakinan tentang nyeri
 identifikasi pengaruhbudaya trhadap respon nyeri
 identifikasipengaruh nyeri terhadap kualitas hidup
2. Terapeutik
 Berikan teknik non farmakologis untuk mengatasi
nyeri(hipnosis, akupresur,terapi
musik,aromaterapi,kompres hangat /dingin)
 Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
 Fasilitasi istirahat dan tidur
 Pertimbangkan enis dan sumber nyeri dalam pemilihan
strategi meredakan nyeri
3. edukasi
 Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri
 Jelaskan strategi meredakan nyeri
 Anjurkan memonitas nyeri secara mandiridurasi
 Anjurkan menggunakan analgtik, secara tepat
 Ajarkan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri
4. Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian analgetik,jika perlu

2. Gangguan mobilitas fisik Dukungan Ambulasi


Definisi
Memfasilitasi pasien untuk meningkatkan aktivitas berpindah.
Tindakan
Observasi
 Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
 Identifikasi toleransi fisik melakukan ambulasi
 Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum
memulai ambulasi
 Monitor kondisi umum selama melakukan ambulasi

Terapeutik

 Fasilitasi aktivitas ambulasi dengan alat bantu (mis tongkal,


kruk)
 Fasilitasi melakukan mobilisasi fisik, jika perlu
 Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam
meningkatkan ambulasi

Edukasi

 Jelaskan tujuan dan prosedur ambulasi


 Anjurkan melakukan ambulasi dini
 Ajarkan ambulasi sederhana yang harus dilakukan (mis.
berjalan dari tempat tidur ke kamar mandi, berjalan sesuai
toleransi)
3.

CATATAN PERKEMBANGAN
Nama klien : Ny. P
Diagnosis medis : Luka Bakar
Ruang Rawat : Ruang Bedah

TANGGA DIAGNOSIS JAM SOAP PARAF


L
1 2 3 4 5
1-11-2021 Nyeri akut b.d kerusakan 08.00 S : Pasien mengeluhkan nyeri pada area luka bakar
kulit/jaringan WIB O:
- Pasien tampak lemas,
- Pasien meringis
- Memegang area nyeri
- Skala nyeri 2
- Td: 100/80 Mmhg
- N : 50x menit
- RR : 18 x menit
- Suhu : 36˚c
A : masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
S : Pasien mengeluhkan panas pada area luka dan terasa
nyeri
O:
Gangguan integritas kulit - Kulit tampak melepuh dan brair
1-11-2021 b.d trauma d.d kulit 08.00 - Hematoma
melepuh dan berair WIB - Kemerahan
A : masalah belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan
BAB IV
PEMBAHASAN

4. Perbandingan antara teori dan kasus mulai dari


1. Pengkajian
2. Diagnosa
3. Intervensi
4. Implementasi
5. Evaluasi

\
BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Stroke adalah suatu kondisi yang terjadi ketika pasokan darah ke suatu jaringan
bagian otak tiba-tiba terganggu, karena sebagian sel-sel otak mengalami kematian
akibat gangguan aliran darah karena sumbatan atau pecahnya pembuluh darah otak.
Kematian sel otak mengakibatkan kelumpuhan saraf sehingga berdampak pada
kehilangan fungsi motorik.
Diagnosa yang sering muncul :
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan infark
jaringan otak.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakmampuan untuk mencerna makanan, penurunan fungsi nerfus
hipoglosus dan vagus
3. Hambatan mobilitas tempat di tidur berhubungan dengan neuromuskuler
4. Defisit perawatan diri: makan, mandi, berpakaian, toileting berhubungan
kelemahan neuromuskuler.
5. Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan
fungsiGangguan menelan berhubungan dengan gangguan sarcranial.
6. Kurangnya pengetahuan

B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA

Khariri, & Ratih Dian Saraswat (2021). Transisi Epidemiologi Stroke Sbagai Penyeban
kematian pada semua kelompok usia di indonesia. Seminar Nasional Riset
Kedokteran (SENSORIK II) 2021
Annita, Sri Wahyuni, H., & Fransisca, D.(2019). Correlation Between PlateletCounts and
MPV Values withMortality Rates in Acute IschemicStroke Patients. Malaysian
Journal ofApplied Sciences, 4(2), 51–56.

Anda mungkin juga menyukai