Pada tahun 2028 menghasilkan perawat yang unggul dalam penerapan keterampilan
keperawatan lansia berbasis IPTEK keperawatan.
Disusun oleh :
1
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta Hidayah-Nya terutama
nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
“ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN STROKE” dengan tepat waktu.
Kemudian shalawat beserta salam penulis sampaikan kepada Nabi besar kita Muhammad
SAW yang telah memberikan sunnah untuk keselamatan umat di dunia. Makalah ini
merupakan salah satu tugas mata kuliah KMB II di program studi D-III Keperawatan
Poltekkes Kemenkes Jakarta III.
Tidak lupa penulis juga mengucapkan terimakasih kepada segenap pihak yang telah
memberikan bantuan selama penulisan makalah ini. Akhirnya penulis menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari kata sempurna, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan
saran yang konstruktif dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Kelompok II.
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
BAB I : PENDAHULUAN 4
A. LATAR BELAKANG 4
B. TUJUAN MAKALAH 4
C. SISTEMATIKA PENULISAN 5
B. Saran 29
DAFTAR PUSTAKA 30
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Stroke adalah gangguan neurologik mendadak yang terjadi akibat pembatasan atau
terhentinya aliran darah melalui sistem suplai arteri otak (Price & Wilson, 2006). Stroke
juga didefinisikan sebagai kelainan fungsi otak yang timbul mendadak, disebabkan karena
terjadi gangguan peredaran darah otak dan bisa terjadi pada siapa saja dan kapan saja
(Musttaqin, 2008). Stroke merupakan penyebab utama kecacatan dan menjadi penyebab
ketiga kematian di dunia setelah jantung dan kanker. Di dunia 15 juta orang menderita
stroke setiap tahunnya, di Amerika Serikat terjadi sekitar 780.000 stroke baru atau 3,4 per
100 ribu penduduk, sedangkan di Singapura 55 per 100 ribu penduduk dan di Thailand 11
per 100 ribu penduduk (Elkind, 2010) dalam Syah (2011).
B. TUJUAN MAKALAH
4
Tujuan Umum :
Tujuan Khusus :
C. SISTEMATIKA PENULISAN
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit stroke.
BAB IV : PENUTUP
Bab ini berisi simpulan dari makalah secara keseluruhan dari pembahasan makalah.
5
BAB II
A. Anatomi Fisiologi
Otak manusia kira-kira mencapai 2% dari berat badan dewasa. Otak menerima 15%
dari curah jantung memerlukan sekitar 20% pemakaian oksigen tubuh, dan sekitar 400
kilokalori energi setiap harinya. Otak bertanggung jawab terhadap bermacam-macam
sensasi atau rangsangan terhadap kemampuan manusia untuk melakukan gerakan-gerakan
yang disadari, dan kemampuan untuk melaksanakan berbagai macam proses mental,
seperti ingatan atau memori, perasaan emosional, intelegensi, berkomuniasi, sifat atau
kepribadian, dan pertimbangan. Berdasarkan gambar dibawah, otak dibagi menjadi lima
bagian, yaitu otak besar (serebrum), otak kecil (serebelum), otak tengah (mesensefalon),
otak depan (diensefalon), dan jembatan varol (pons varoli) (Russell J. Greene and Norman
D.Harris, 2008 ).
6
Lobus Oksipitalis sebagai pusat pendengaran, dan Lobus frontalis yang berfungsi
sebagai pusat kepribadian dan pusat komunikasi.
2. Otak Kecil (Serebelum)
Mempunyai fungsi utama dalam koordinasi terhadap otot dan tonus otot, keseimbangan
dan posisi tubuh. Bila ada rangsangan yang merugikan atau berbahaya maka gerakan
sadar yang normal tidak mungkin dilaksanakan. Otak kecil juga berfungsi
mengkoordinasikan gerakan yang halus dan cepat.
3. Otak Tengah (Mesensefalon)
Terletak di depan otak kecil dan jembatan varol. Otak tengah berfungsi penting pada
refleks mata, tonus otot serta fungsi posisi atau kedudukan tubuh.
1. Otak Depan (Diensefalon)
Terdiri atas dua bagian, yaitu thalamus yang berfungsi menerima semua rangsang dari
reseptor kecuali bau, dan hipotalamus yang berfungsi dalam pengaturan suhu,
pengaturan nutrien, penjagaan agar tetap bangun, dan penumbuhan sikap agresif.
2. Jembatan Varol (Pons Varoli)
Merupakan serabut saraf yang menghubungkan otak kecil bagian kiri dan kanan. Selain
itu, menghubungkan otak besar dan sumsum tulang belakang.
B. Pengertian Stroke
Stroke merupakan sindrom yang dapat berkembang pesat dengan timbulnya gejala
klinis dan tanda-tanda lokal seperti hilangnya fungsi otak yang berlangsung lebih dari 24
jam dan dapat menyebabkan kematian tanpa akibat yang jelas selain pembuluh darah
(Craig J. Smith, 2008). Stroke dapat terjadi dalam waktu kapan saja dimana penyebabnya
berasal dari pembuluh darah yang dapat muncul secara mendadak, progresif, dan cepat
(RISKESDAS, 2013).
7
C. Penyebab Stroke
8
Kolesterol yang kadarnya terlalu tinggi akan membentuk lapisan pada dinding-dinding
pembuluh darah. Akibatnya, pembuluh darah menjadi sempit, sehingga sel-sel darah
pun menjadi sulit mengalir ke seluruh tubuh. Jika aliran darah terhambat, risiko
penyakit berbahaya seperti stroke pun meningkat.
7. Mengidap Diabetes
Diabetes bisa dibilang penyebab tidak langsung terjadinya stroke. Hal ini karena orang
yang mengidap penyakit ini biasanya lebih rentan mengalami tekanan darah tinggi dan
cenderung obesitas. Kedua kondisi itu dapat meningkatkan risiko stroke. Terlebih,
diabetes dapat membuat pembuluh darah menjadi rusak, sehingga stroke jadi lebih
mungkin terjadi.
8. Usia
Meski bukan faktor penentu utama (karena siapapun bisa mengalami stroke), usia
nyatanya dapat meningkatkan risiko. Secara umum, peluang seseorang untuk terserang
stroke akan meningkat seiring bertambahnya usia, terutama setelah berusia lebih dari
55 tahun.
9. Gender
Pada usia yang sama, jika dibandingkan, wanita memiliki risiko yang lebih kecil
ketimbang pria, untuk mengalami stroke. Namun, bukan berarti wanita terbebas dari
risiko stroke, lho. Mengingat penyakit ini dapat menyerang siapa saja, tanpa pandang
bulu. Hanya saja, kemungkinan stroke pada wanita baru meningkat ketika telah
menginjak usia lanjut.
D. Patofisiologi Stroke
Suplai darah ke otak dapat berubah pada gangguan fokal (thrombus, emboli, perdarahan
dan spasme vaskuler) atau oleh karena gangguan umum (Hypoksia karena gangguan paru
dan jantung). Arterosklerosis sering/cenderung sebagai faktor penting terhadap otak.
Thrombus dapat berasal dari flak arterosklerotik atau darah dapat beku pada area yang
stenosis, dimana aliran darah akan lambat atau terjadi turbulensi. Oklusi pada pembuluh
darah serebral oleh embolus menyebabkan oedema dan nekrosis diikuti thrombosis dan
hypertensi pembuluh darah. Perdarahan intraserebral yang sangat luas akan menyebabkan
kematian dibandingkan dari keseluruhan penyakit 9 cerebrovaskuler. Jika sirkulasi
serebral terhambat, dapat berkembang cerebral. Perubahan disebabkan oleh anoksia
serebral dapat revensibel untuk jangka waktu 4-6 menit. Perubahan irreversible dapat
9
anoksia lebih dari 10 menit. Anoksia serebtal dapat terjadi oleh karena gangguan yang
bervariasi, salah satunya cardiac arrest.
E. Manifestasi Klinik
Manifestasi stroke beragam berdasarkan pada arteri serebral yang terkena dan area otak
yang terkena. Wanita yang mengalami stroke lebih cenderung melaporkan manifestasi
nontradisional (khususnya disorientasi, konfusi, atau kehilangan kesadaran) dari pada pria
(LeMone Dll, 2012). Manifestasi selalu tiba-tiba dalam hal awitan, fokal, dan biasanya
satu sisi.
a. Stroke trombosis
a) Buta mendadak
b) Ketidakmampuan untuk berbicara atau mengerti bahasa lisan (disfasia) bila
gangguan terletak pada sisi dominan
c) Kelumpuhan pada sisi tubuh yang berlawanan (hemiparesis kontralateral) dan
dapat disertai sindrom Horner pada sisi sumbatan
10
a) Koma
b) Hemiparesis kontra lateral
c) Ketidakmampuan membaca (aleksia)
d) Kelumpuhan saraf kranialis ketiga
5) Sistem Vertebrobasiler
b. Stroke emboli
c) Darah (hiperkoagulasi)
11
Kelemahan atau kelumpuhan setengah badan, kesemutan, hilang sensasi atau mati rasa
setengah badan. Selain itu, setengah orang juga mengalami sulit berbicara atau bicara
pelo, merasa bingung, masalah penglihatan, mual, muntah, kejang, dan kehilangan
kesadaran secara umum
d. Stroke subaraknoid
3) Hemiparise,
4) Penurunan kesadaran.
F. Pemeriksaan Diagnostik
Memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi hematoma, adanya jaringan otak
yang infark atau iskemia dan posisinya secara pasti.
c. Electrocardiograph (ECG)
Menunjukkan grafik detak jantung untuk mendeteksi penyakit jantung yang mungkin
mendasari serangan stroke serta tekanan darah tinggi.
d. Electroencephalogram (EEG)
Melihat masalah yang timbul dan dampak dari jaringan yang infark sehingga
menurunnya impuls listrik dalam jaringan otak.
e. Angiografi Serebri
12
f. Sinar X Tengkorak
Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal daerah yang berlawanan dari masa
yang meluas, klasifikasi karotis interna terdapat pada trombosis serebral, klasifikasi
parsial dinding aneurisma pada perdarahan subaraknoid.
g. Lumbal Puncture / Pungsi Lumbal (LP)
Pada pasien stroke hemoragik, saat pemeriksaan cairan lumbal maka terdapat tekanan
yang meningkat disertai bercak darah. Hal itu akan menunjukkkan adanya hemoragik
pada subarachnoid atau pada intrakranial
G. Penatalaksanaan Medik
a. Farmakologis
(b) Tiklopidin
(c) Clopidogrel
(d) Pentoksifilin
3) Antikoagulan
4) Fosfenitoin (antikonvulsan)
5) Anti serotonin
(a) Naftidrofuril
6) Inhibitor trombosit
(a) Tiklopidini
(b) Cilostazol
(c) Indobufen
(d) Dipiridamol
13
7) Nootropik (neuropeptide)
(a) Pirasetam
(b) Nisergolin
(c) Hydergin
8) Vitamin E
9) Vitamin C (Junaidi,2011)
b. Non farmakologis
1) Semua penyakit stroke dapat diberikan terapi dengan tindakan alih baring yang
bertujuan untuk mengurangi tekanan dan gaya gesek pada kulit,
2) Terapi dampak psikologis,
3) Terapi fisik,
4) Terapi kognitif,
5) Terapi komunikasi,
6) Akupunktur,
7) Aromaterapi atau pijat,
8) Hidroterapi,
9) Yoga. (Arum, 2015)
H. Komplikasi
1) Hemianopia: kehilangan separuh lapang penglihatan pada satu atau kedua mata
2) Agnosia: ketidakmampuan untuk mengenali satu benda atau lebih yang sebelumnya
familiar, agnosia dapat berupa visual, taktil, atau auditori
3) Apraksia: ketidakmampuan untuk melakukan beberapa pola motorik (misal.
Menggambar, berpakaian)
14
b. Perubahan kognitif dan perilaku
Perubahan pada kesadaran, rentang dari konfusi ringan hingga koma, merupakan
manifestasi stroke yang lazim. Perubahan perilaku mencakup kelabilan emosi (pasien
dapat tertawa atau menangis pada kondisi yang tidak sesuai), kehilangan kontrol diri
(dimanifestasikan dengan menolak menggunakan pakaian), dan penurunan toleransi
terhadap stres (menyebabkan rasa marah atau depresi).
c. Gangguan komunikasi
d. Defisit motorik
Bergantung pada area otak yang terlibat, stroke dapat menyebabkan kelemahan,
paralisis, dan spastisitas. Defisit mencakup hal berikut :
15
perubahan fungsi pernapasan, osteoporosis, pembentukan batu ginjal, kontraktur, dan
pembentukan luka dekubitus.
e. Gangguan eliminasi
Pengendalian urinasi dapat berubah sebagai akibat defisit kognitif. Perubahan dalam
eliminasi usus lazim terjadi, akibat dari imobilitas dan dehidrasi.
16
BAB III
A. Pengkajian Keperawatan
a. Identitas pasien
Meliputi: nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin, pendidikan,
alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor register, diagnose
medis.
b. Keluhan utama
Keluhan yang didapatkan gangguan motorik kelemahan anggota gerak sebelah badan,
bicara pelo, dan tidak dapat berkomunikasi, nyeri kepala, gangguan sensorik, kejang,
penurunan kesadaran.
Serangan stroke infark didahului dengan serangan awal yang tidak disadari oleh pasien,
biasanya ditemukan gejala awal sering kesemutan, rasa lemah pada salah satu anggota
gerak. Pada serangan stroke hemoragik seringkali berlangsung sangat mendadak, pada
saat pasien melakukan aktifitas. Terjadi nyeri kepala, mual, muntah bahkan kejang
sampai tidak sadar, disamping gejala kelumpuhan separuh badan atau gangguan fungsi
otak yang lain.
Adanya riwayat hipertensi, diabetes mellitus, penyakit jantung, anemia, riwayat trauma
kepala, kontrasepsi oral yang lama, penggunaan obat-obat anti koagulan, aspirin,
vasodilator, obat-obat adiktif, kegemukan.
17
f. Riwayat psikososial
Stroke memang suatu penyakit yang sangat mahal. Biaya untuk pemeriksaan,
pengobatan dan perawatan dapat mengacaukan keuangan keluarga sehingga faktor
biaya ini dapat mempengaruhi stabilitas emosi dan pikiran pasien dan keluarga
g. Pemeriksaan fisik
1) Kesadaran
Pada pasien stroke mengalami tingkat kesadaran somnolen, apatis, sopor, soporo
coma, hingga coma dengan GCS < 12 pada awal terserang stroke. Sedangkan pada
saat pemulihan memiliki tingkat kesadaran letargi dan composmetis dengan GCS
13-15
2) Tanda-tanda Vital
a) Tekanan darah
Pasien dengan stroke hemoragik memiliki riwayat tekanan darah tinggi dengan
tekanan systole > 140 dan diastole > 80
b) Nadi
c) Pernafasan
d) Suhu
Tidak sering ditemukan masalah pada suhu pasien dengan stroke hemoragik
3) Rambut
4) Wajah
Tidak simetris, wajah pucat. Pada pemeriksaan Nervus V (Trigeminal) : pasien bisa
menyebutkan lokasi usapan dan pada pasien koma, ketika diusap kornea mata
18
dengan kapas halus, klien akan menutup kelopak mata. Sedangkan pada Nervus VII
(facialis) : alis mata simetris, dapat mengangkat alis, mengernyitkan dahi,
mengernyitkan hidung, menggembungkan pipi, saat pasien menggembungkan pipi
tidak simetris kiri dan kanan tergantung lokasi lemah dan saat diminta mengunyah
pasien kesulitan untuk mengunyah.
5) Mata
Konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik, pupil isokor, kelopak mata tidak
edema. Pada pemeriksaan nervus II (optikus) : biasanya luas pandang baik 90°, visus
6/6. Pada nervus III (okulomotoris) : diameter pupil 2mm/2mm, pupil kadang isokor
dan anisokor, palpebra dan reflek kedip dapat dinilai jika pasien bisa membuka mata
. Nervus IV (troklearis) : pasien dapat mengikuti arah tangan perawat ke atas dan
bawah. Nervus VI (abdusen) : pasien dapat mengikuti arah tangan perawat ke kiri
dan kanan
6) Hidung
Simetris kiri dan kanan, terpasang oksigen, tidak ada pernapasan cuping hidung.
Pada pemeriksan nervus I (olfaktorius) : kadang ada yang bisa menyebutkan bau
yang diberikan perawat namun ada juga yang tidak, dan biasanya ketajaman
penciuman antara kiri dan kanan berbeda dan pada nervus VIII (akustikus) : pada
pasien yang tidak lemah anggota gerak atas, dapat melakukan keseimbangan gerak
tangan- hidung
Pada pasien apatis, sopor, soporos coma hingga coma akan mengalami masalah bau
mulut, gigi kotor, mukosa bibir kering. Pada pemeriksaan nervus VII (facialis) :
lidah dapat mendorong pipi kiri dan kanan, bibir simetris, dan dapat menyebutkan
rasa manis dan asin. Pada nervus IX (glossofaringeal) : ovule yang terangkat tidak
simetris, mencong kearah bagian tubuh yang lemah dan pasien dapat merasakan rasa
asam dan pahit. Pada nervus XII (hipoglasus) : pasien dapat menjulurkan lidah dan
dapat dipencongkan ke kiri dan kanan namun artikulasi kurang jelas saat bicara
8) Telinga
19
Daun telinga kiri dan kanan sejajar. Pada pemeriksaan nervus VIII (akustikus) :
pasien kurang bisa mendengarkan gesekan jari dari perawat tergantung dimana
lokasi kelemahan dan pasien hanya dapat mendengar jika suara keras dan dengan
artikulasi yang jelas.
9) Leher
10) Thorak
a) Paru-paru
Palpasi : fremitus sama antara kiri dan kanan Perkusi : bunyi normal (sonor)
b) Jantung
Inspeksi : iktus cordis tidak terlihat Palpasi : iktus cordis teraba Perkusi : batas
jantung normal Auskultasi:suara vesikuler
11) Abdomen
Inspeksi : simetris, tidak ada asites Palpasi : tidak ada pembesaran hepar Perkusi :
terdapat suara tympani
Auskultasi: biasanya bising usus pasien tidak terdengar. Pada pemeriksaan reflek
dinding perut, pada saat perut pasien digores pasien tidak merasakan apa-apa.
12) Ekstremitas
a) Atas
Biasanya terpasang infuse bagian dextra / sinistra. CRT biasanya normal yaitu < 2
detik. Pada pemeriksaan nervus XI (aksesorius) : pasien stroke hemoragik tidak
dapat melawan tahanan pada bahu yang diberikan perawat. Pada pemeriksaan
reflek, saat siku diketuk tidak ada respon apa- apa dari siku, tidak fleksi maupun
20
ekstensi. Sedangkan pada pemeriksaan reflek hoffman jari tidak mengembang
ketika diberi reflek (reflek Hoffman tromer (+)).
b) Bawah
Pada pemeriksaan reflek, Pada saat dilakukan reflek patella biasanya femur tidak
bereaksi saat di ketukkan (reflek patella (+).
Tabel 2.1
h. Pemeriksaan Laboratorium
Seperti Hb, Leukosit, Trombosit, Eritrosit. Hal ini berguna untuk mengetahui apakah
pasien menderita anemia. Sedangkan leukosit untuk melihat sistem imun pasien.
Bila kadar leukosit diatas normal, berarti ada penyakit infeksi yang sedang
menyerang pasien.
21
Test darah ini terdiri dari 4 pemeriksaan, yaitu: prothrombin time, partial
thromboplastin (PTT), International Normalized Ratio (INR) dan agregasi trombosit.
Keempat test ini gunanya mengukur seberapa cepat darah pasien menggumpal.
Gangguan penggumpalan bisa menyebabkan perdarahan atau pembekuan darah. Jika
pasien sebelumnya sudah menerima obat pengencer darah seperti warfarin, INR
digunakan untuk mengecek apakah obat itu diberikan dalam dosis yang benar.
Begitu pun bila sebelumnya sudah diobati heparin, PTT bermanfaat untuk melihat
dosis yang diberikan benar atau tidak.
Cek darah ini untuk melihat kandungan gula darah, kolesterol, asam urat, dll.
Apabila kadar gula darah atau kolesterol berlebih, bisa menjadi pertanda pasien
sudah menderita diabetes dan jantung. Kedua penyakit ini termasuk ke dalam salah
satu pemicu stroke. (Robinson, 2014)
1) Pola kebiasaan
Pada pasien pria, adanya kebiasaan merokok dan penggunaan minuman beralkhohol
2) Pola makan
Terjadi gangguan nutrisi karena adanya gangguan menelan pada pasien stroke
hemoragik sehingga menyebabkan penurunan berat badan.
3) Pola tidur dan istirahat
Pasien mengalami kesukaran untuk istirahat karena adanya kejang otot/ nyeri otot
4) Pola aktivitas dan latihan
Pasien tidak dapat beraktifitas karena mengalami kelemahan, kehilangan sensori ,
hemiplegi atau kelumpuhan
5) Pola eliminasi
Terjadi inkontinensia urin dan pada pola defekasi biasanya terjadi konstipasi akibat
penurunan peristaltik usus
6) Pola hubungan dan peran
Adanya perubahan hubungan dan peran karena pasien mengalami kesukaran untuk
berkomunikasi akibat gangguan bicara
7) Pola persepsi dan konsep diri
Pasien merasa tidak berdaya, tidak ada harapan, mudah marah, dan tidak kooperatif
22
B. Diagnosa Keperawatan
C. Perencanaan Keperawatan
23
tidur 30-45° dengan posisi
leher tidak menekuk/fleksi
10. Anjurkan pasien agar tidak
menekuk lutut/fleksi, batuk,
bersin, feses yang keras atau
mengedan
11. Pertahankan suhu normal
12. Pertahankan kepatenan jalan
napas,
24
lunak
6. Lakukan massage pada daerah
tertekan
7. Konsultasikan dengan ahli
fisioterapi
8. Kolaborasi stimulasi elektrik
9. Kolaborasi dalam
penggunaan tempat tidur
anti dekubitus
Hambatan komunikasi Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji tipe dan derajat disfungsi
verbal keperawatan diharapkan
hambatan komunikasi 2. Beri catatan di ruang jaga
Definisi : verbal teratasi dengan perawat dan kamar klien
kriteria hasil : tentang gangguan bicara
Penurunan atau
ketidakmampuan untuk 1. Mengindikasikan 3. Beri metode komunikasi
menerima, memproses, pemahaman tentang alternatif
mengirim, atau masalah komunikasi
menggunakan sistem 4. Bicara secara langsung
simbol 2. Menetapkan metode dengan klien dengan
komunikasi yang dapat perlahan dan jelas
mengekspresikan
5. Bicara dengan volume
kebutuhan
normal dan hindari berbicara
terlalu cepat.
25
faring atau esofagus. yang tepat bagi situasi tidur, terutama saat upaya
individual, dengan pertama makan
mencegah aspirasi.
3. Jadwalkan aktivitas dan
medikasi untuk memberikan
waktu minimal
26
D. Implementasi Keperawatan
E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah penilaian terakhir keperawatan yang didasarkan pada tujuan
keperawatan yang ditetapkan. Penetapan keberhasilan suatu asuhan keperawatan
didasarkan pada perubahan perilaku dan kriteria hasil yang telah ditetapkan, yaitu
terjadinya adaptasi ada individu. Evaluasi keperawatan dilakukan dalam bentuk
pendekatan SOAP. Evaluasi keperawatan terdiri dari beberapa komponen yaitu:
27
BAB IV
PENUTUP
28
DAFTAR PUSTAKA
29