Komunikasi telah dilakukan manusia, sejak bayi berada dalam kandungan sampai
dengan kematian, sehingga bisa dikatakan komunikasi mempunyai umur yang sama tuanya dengan
umur kehidupan manusia.
Semua tingkah laku merupakan komunikasi (verbal maupun non verbal) dan semua
komunikasi akan mempengaruhi tingkah laku, sehingga komunikasi pada dasarnya dapat
menjadi suatu alat untuk memfasilitasi hubungan terapeutik atau malahan dapat berfungsi
sebagai penghalang terhadap tumbuhnya hubungan yang terapeutik. Fasilitas komunikasi bertujuan
untuk memulai, membangun dan membina keterlibatan dan hubungan saling percaya (Wilson &
Kneist,
1983).
A. Hakekat komunikasi
B. Pengertian Komunikasi
Komkep.pj/KH/201 1
0
C. Komponen Komunikasi
Media
Encoding Decoding
Feedback
Proses komunikasi dipengaruhi oleh beberapa faktor (Potter & Perry, 1993):
1. Perkembangan
Agar dapat berkomunikasi efektif dengan perawat harus mengerti pengaruh
perkembangan usia baik dari sisi bahasa, maupun proses berpikir dari orang tersebut.
Cara berkomunikasi pada usia remaja dengan usia balita tentunya berbeda, pada usia
remaja Anda barangkali perlu belajar bahasa “gaul” mereka sehingga remaja yang
kita ajak bicara akan merasa kita mengerti mereka dan komunikasi diharapkan akan
lancar.
2. Persepsi
Persepsi adalah pandangan pribadi seseorang terhadap suatu kejadian atau peristiwa.
Persepsi ini. dibentuk oleh harapan atau pengalaman. Perbedaan persepsi dapat
mengakibatkan terhambatnya komunikasi.
3. Nilai
“Nilai adalah bandar yang mempengaruhi perilaku sehingga penting bagi perawat
untuk menyadari nilai seseorang. Perawat perlu berusaha untuk mengetahui dan
mengklarifikasi nilai sehingga dapat membuat keputusan dan interaksi yang
tepat
Komkep.pj/KH/201 2
0
dengan klien. Dalam hubungan profesionalnya diharapkan perawat tidak terpengaruh
oleh nilai pribadinya.
5. Emosi
Emosi merupakan perasaan subyektif terhadap suatu kejadian, seperti marah,
sedih, seriang akan dapat mempengaruhi perawat dalam berkomunikasi dengan
orang lain. Perawat perlu mengkaji emosi klien dan keluarganya sehingga perawat
mampu memberikan asuhan keperawatan dengan tepat. Selain itu perawat juga perlu
mengevaluasi emosi pada dirinya agar dalam memberikan asuhan keperawatan
tidak terpengaruh oleh emosi dibawah sadarnya.
6. Jenis Kelamin
Setiap jenis kelamin mempunyai gaya komunikasi yang berbeda-beda. Tanned
(1990) menyebutkan bahwa wanita dan laki-laki mempunyai perbedaan gaya
komunikasi. Dari usia 3 tahun wanita ketika bermain dalam kelompoknya
menggunakan bahasa untuk mencari kejelasan, meminimalkan perbedaan, serta
membangun dan mendukung keintiman, sedangkan laki-laki menggunakan bahasa
untuk mendapat kemandirian diri aktivitas bermainnya, di mana jika mereka ingin
berteman maka mereka melakukannya dengan bermain.
7. Pengetahuan
Tingkat pengetahuan akan mempengaruhi komunikasi yang dilakukan. Seseorang yang
tingkat pengetahuannya rendah akan sulit merespon pertanyaan yang mengandung
bahasa verbal dibanding dengan tingkat pengetahuan tinggi. Perawat perlu mengetahui
tingkat pengetahuan klien sehingga perawat dapat berinteraksi dengan baik dari
akhirnya dapat memberikan asuhan keperawatan yang tepat pada klien.
9. Lingkungan
Lingkungan interaksi akan mempengaruhi komunikasi yang efektif. Suasana bising,
tidak ada privacy yang tepat akan menimbulkan kerancuan, ketegangan dan
ketidaknyamanan.
10. Jarak
Jarak dapat mempengaruhi komunikasi. Jarak tertentu menyediakan rasa aman
dan kontrol. Dapat dimisalkan dengan individu yang merasa terancam ketika
seseorang tidak dikenal tiba-tiba berada pada jarak yang sangat dekat dengan dirinya.
Hal itu juga yang dialami oleh klien pada saat pertama kali berinteraksi dengan
perawat. Untuk itu perawat perlu memperhitungkan jarak yang tepat pada saat
melakukan hubungan dengan klien.
E. Jenis Komunikasi
1. Komunikasi Verbal
Hal yang perlu diperhatikan dalam komunikasi Verbal (Leddy, 1998)
:
a. Masalah tehnik
seberapa akurat komunikasi tersebut dapat mengirimkan symbol dari
komunikasi. b. Masalah semantic
seberapa tepat symbol dalam mengirimkan pesan yang dimaksud
c. Masalah pengaruh
seberapa efektif arti yang diterima mempengaruhi tingkah laku
Menurut Ellis dan Nowlis (1994) hal yang diperhatikan dalam komunikasi verbal
:
a. Penggunaan bahasa : kejelasan, keringkasan, dan
sederhana. b. Kecepatan
c. Voice tone : menunjukkan gaya dari ekspresi yang digunakan dalam bicara
dan dapat merubah arti dari kata.
b. Paralanguage
Kualitas suara : irama, volume, kejernihan.
Vokal tanpa bahasa : suara tanpa adanya struktur linguistik, misalnya
sedu sedan, tertawa, mendengkur, mengerang, merintih, hembusan nafas,
nafas panjang.
c. Proxemics
Jarak intim (sampai dengan 18 inchi)
Jarak personal (18 inchi – 4 kaki) untuk interaksi dengan seseorang
yang dikenal.
Jarak social (4 kaki – 12 kaki) untuk interaksi mengenai suatu urusan
tetapi bukan orang khusus/tertentu.
Jarak publik (lebih dari 12 kaki) untuk pembicaraan formal.
d. Sentuhan
Sentuhan penting dilakukan pada situasi emosional. Sentuhan dapat menunjukkan
arti “saya peduli”. Bentuk – bentuk sentuhan :
Fungsional – professional
Social – sopan
Sahabat – hangat
Cinta – keintiman
Sexual arousal
e. Cultural artifact
Hal-hal yang ada dalam interaksi seseorang dengan orang lain yang mungkin
bertindak sebagai rangsang non verbal misalnya :baju, kosmetik,
parfum/bau badan, perhiasan, kacamata, dll.
f. Gaya berjalan
Beberapa gaya berjalan menunjukkan pesan tertentu, antara lain cara berjalan
yang bersemangat dan gembira akan menunjukkan seseorang tersebut dalam
keadaan sehat.
1. Komunikasi intrapersonal
Komunikasi intrapersonal ini terjadi dalam diri individu sendiri. Komunikasi ini
dapat membantu seseorang tetap sadar akan kejadian sekitarnya. Kalau Anda melamun
maka Anda sedang melakukan komunikasi intrapersonal.
2. Komunikasi interpersonal
Komunikasi interpersonal adalah interaksi antara dua orang atau kelompok kecil.
Komunikasi interpersonal ini merupakan inti dari praktek keperawatan karena
dapat terjadi antara perawat dan klien serta keluarga, perawat dengan perawat,
perawat dengan tim kesehatan lain.
3. Komunikasi Massa
Komunikasi massa adalah interaksi yang terjadi dalam kelompok besar, seperti ceramah
yang diberikan pada mahasiswa, kampanye.
Kuadran 1 Kuadran 2
Kuadran 3 Kuadran 4
A B
1 2
1 2
3 4
3 4
2. Eksplorasi perasaan,
Eksplorasi perasaan dilakukan thd hubungan seseorang dengan lingkungan
luar/interaksinya dengan org lain. Dengan menyadari perasaan kita sebelum
bertemu dengan org lain kita akan menyadari bahwa kita mungkin merasa cemas,
bahwa nanti kecemasan itu akan membuat kita berkeringat sangat banyak, sehingga
kita perlu mengantisipasinya dengan membawa sapu tangan misalnya.
Bagi perawat, eksplorasi perasaan merupakan hal yang perlu dilakukan agar
perawat
terbuka dan sadar terhadap perasaannya sehingga dia dapat mengontrol
perasaanya agar ia dapat menggunakan dirinya secara terapeutik
3. Klarifikasi nilai.
Nilai adalah konsep dimana seseorang memiliki standar mengenai hal-hal yg
pantas dilakukan (Stuart&Sundeen, 1995). Klarifikasi nilai perlu dilakukan karena nilai
itu bermacam-macam, dan dari sinilah seorang yang proaktif mendasarkan pemilihan
responnya. Pemilihan respon perlu didasarkan pada nilai, nilai/standar perilaku yg
pantas tersebut bila ditetapkan sebagai prinsip maka nilai akan menjadi
pusat kehidupan.
2. Mendengar pasif
Adalah kegiatan mendengar dengan kegiatan non verbal untuk
klien.
Misalnya dengan kontak mata, menganggukkan kepala dan juga keikutsertaan secara
verbal, misalnya “uh huuh”, ‘mmhumm”, “yeah”.
3. Penerimaan
Adalah mendukung dan menerima informasi dengan tingkah laku yang
menunjukkan ketertarikan dan tidak menilai. Penerimaan bukan berarti persetujuan.
Menunjukkan penerimaan berarti kesediaan mendengar tanpa menunjukkan keraguan
atu ketidaksetujuan.
Dikarenakan hal tersebut, perawat harus sadar terhadap ekspresi non verbal.
Bagi
perawat perlu menghindari : memutar mata keatas, menggelengkan
kepala, menurut/memandang dengan muka masam pada saat berinteraksi dengan
klien.
5. Focusing
adalah kegiatan komunikasi yang dilakukan untuk membatasi area diskusi
sehingga percakapan menjadi lebih spesifik dan dimengerti (Stuart & Sundeen, 1995).
6. Observasi
Observasi merupakan kegiatan mengamati klien, kegiatan ini dilakukan
sedemikian rupa sehingga klien tidak menjadi malu atau marah.
7. Menawarkan informasi
Menyediakan tambahan informasi dengan tujuan untuk mendapatkan respon lebih
lanjut. Keuntungan dari tehnik ini adalah akan memfasilitasi komunikasi, mendorong
pendidikan kesehatan dan memfasilitasi klien untuk mengambil keputusan.
Perawat sebaiknya menghindari pemberian nasehat pada saat pemberian informasi.
9. Assertive
Kemampuan dengan secara meyakinkan dan nyaman mengekspresikan pikiran
dan perasaan diri dengan tetap menghargai hak orang lain.
Komunikasi assertive (Smith, 1992) :
a. Mampu menggunakan berbagai strategi komunikasi untuk mengekspresikan pikiran
dan perasaan diri dengan tertentu yang secara terus menerus melindungi hak
diri dan orang lain.
b. Memiliki perilaku yang positif mengenai komunikasi dengan jujur/terus terang
dan
adil.
c. Merasa nyaman dalam mengontrol perasaan negatif misalnya cemas, tegang, malu
atau takut.
d. Merasa yakin bahwa anda dapat melakukan sendiri dengan jalan
tetap menghormati diri dan orang lain.
e. Menjaga hak diri dan orang lain sama
pentingnya.
Tahap – tahap menjadi lebih assertive :
• Menggunakan kata “tidak” sesuai
kebutuhan
• Mengkomunikasikan maksud dengan
jelas
• Mengembangkan kemampuan mendengar
• Pengungkapan komunikasi disertai bahasa tubuh yang
tepat
• Meningkatkan kepercayaan diri dan gambaran diri
• Menerima kritik dengan ramah
• Belajar terus menerus
10. Menyimpulkan
a. Membawa poin – poin penting dari diskusi untuk meningkatkann
pemahaman
b. Memberi kesempatan untuk mengklarifikasi komunikasi agar sama dengan
ide dalam pikiran (Varcarolis,1990)
Komkep.pj/KH/201 11
0 11
17. Encourage comparison (mendukung perbandingan)
Menanyakan pada klien mengenai kesamaan atau perbedaan (Schult &
Videbeck,
1998). Misalnya: “Apakah hai ini pernah terjadi sebelumnya? Apakah hal ini
mengingatkanmu pada sesuatu hal?”
Komkep.pj/KH/201 12
0 12
Aplikasi Komunikasi dalam Praktik Keperawatan
Prinsip yang harus diterapkan oleh perawat pada komunikasi ini adalah:
a. Hindari komunikasi yang terlalu formal atau tidak tepat. Ciptakan suasana
yang hangat, kekeluargaan
b. Hindari interupsi, atau gangguan yang timbul akibat dari lingkungan yang gaduh
c. Hindari respon dengan kata hanya “ya atau tidak”. Respon tersebut akan
mengakibatkan tidak berjalannya komunikasi dengan baik, karena
perawat kelihatan kurang tertarik dengan topik yang dibicarakan dan enggan untuk
berkomunikasi.
d. Jangan memonopoli pembicaraan
e. Hindari hambatan personal. Jika perawat sebelum komunikasi menunjukkan
rasa tidak senang kepada klien, maka keadaan ini akan berdampak terhadap hasil
yang didapat selama proses komunikasi.
Komkep.pj/KH/201 13
0 13
DINAMIKA KELOMPOK DALAM KEPERAWATAN
A. Pengertian
Kelompok merupakan kumpulan individu yang saling berinteraksi dan mempunyai tujuan
bersama. Dinamika memiliki arti tingkah laku sesorang yang dapat mempengaruhi
tingkah laku orang lainnya sehingga terjadi hubungan timbale balik. Jadi dinamika
kelompok merupakan interaksi satu kelompok dengan kelompok lainnya yang memiliki
hubungan psikologis antara anggota satu dengan anggota kelompok lainnya yang dapat
berlangsung dalam situasi yang dialami secara bersama.
PERASAAN
PEMBENTUK
MOTIVASI
AN
KELOMPOK
TUJUAN
INTERAK
SI
PEMBENTUKA
N
Perubahan Perpecahan
Penyesuaian
A. Pengertian
Tim adalah kelompok yang mempunyai definisi tujuan umum, tujuan khusus
dan hubungannya berfokus dalam penyelesaian tugas.
James A.F. Stoner (1996) mendefinisikan sebuah tim sebagai dua orang atau lebih
yang berinteraksi dan saling mempengaruhi kearah tujuan bersama.
T o g e th e r
E veryone
A chieves
M o re
Artinya adalah : setiap orang bila bekerjasama dapat mencapai lebih, jadi
dengan bekerjasama dalam suatu tim kerja, hasil yang akan dicapai akan lebih
besar dari penjumlahan hasil-hasil perseorangan, hal inilah yang dikenal dengan konsep
Sinergi.
dikemukakan oleh Stephen P. Robins (1996) yang mendefinisikan kelompok kerja sebagai
kelompok yang terutama berinteraksi untuk membagi informasi dan mengambil keputusan
untuk membantu tiap anggota dalam bidang tanggung jawabnya.
D. Model Tim
Terdapat dua dimensi dasar dari fungsi suatu tim :pertama yang berkaitan dengan faktor-
faktor social yang mempengaruhi bagaimana para anggotanya merasakan tim sebagai
suatu unit social dan kedua yang berkaitan dengan faktor tugas dan tujuan
organisasi secara keseluruhan yang merupakan dasar utama dibentuknya tim.
Model Tim
E
C:Tim yang mengalami B: Tim yang
disfungsi ; efektvitas tugas menyenangkan-efektivitas
rendah, perkembangan tugas rendah+perkembangan
anggota jelek/rata-rata, anggota baik/rata-rata,
keberlangsungan pendek keberlangsungan pendek
Efektivitas tim mencakup tiga hal yaitu :
1. efektivitas tugas, yaitu suatu tingkat dimana suatu tim dapat berhasil mencapai hal-
hal yang berhubungan dengan tugas yang diemban serta tujuan organisasi.
2. pertumbuhan dan perkembangan anggota tim.
3. keberlangsungan tim, yaitu suatu kondisi yang memungkinkan tim untuk terus
menerus bekerja sama dan berfungsi efektif.
E. Karakteristik Tim
Gregory Shea dan Richrd Guzzo mengemukakan bahwa efektivitas suatu kelompok (tim)
merupakan fungsi dari tiga variable : interdependensi tugas, ra sa poten si, dan
interdependensi ha sil.
1. Interdependensi tugas adalah sejauh mana pekerjaan tim menuntut para
anggotanya
untuk saling berinteraksi, interdependensi tugas tingkat tinggi meningkatkan
rasa potensi.
2. Rasa potensi adalah keyakinan bersama dari tim bahwa tim dapat menjadi lebih
efektif.
3. Interdependensi hasil adalah suatu tingkat dimana konsekuensi kerja tim
dirasakan oleh semua anggota tim.
Pada masa lalu, konflik diterima sebagai hal yang buruk, dan semua manajemen konflik
diarahkan pada pencegahan atau penghilangan konflik antara individu dan kelompok. Saat ini
konflik dikenal sebagai suatu fenomena alami yang memperkuat organisasi dengan mendamaikan
pendapat-pendapat yang berbeda dan menyelesaikan paham golongan (Sexton, 1982).Konflik
diartikan sebagai suatu perselisihan antara sikap bermusuhan atau kelompok penentang ide-
ide. Marquis & Huston (1998) mendefinisikan konflik sebagai masalah internal dan eksternal
yang terjadi sebagai akibat dari perbedaan pendapat, nilai-nilai atau keyakinan dari dua orang atau
lebih.
Menurut Littlefield (1995), konflik dapat dikategorikan sebagai suatu kejadian atau proses.
Sebagai suatu kejadian, konflik terjadi dari suatu ketidaksetujuan antara dua orang atau
organisasi dimana seseorang tersebut menerima sesuatu yang akan mengancam
kepentingannya.
(1) Konflik adalah sesuatu yang tidak dapat dihindari dalam suatu organisasi,
(2) Jika konflik dapat dikelola dengan baik, konflik dapat menghasilkan suatu kualitas
produksi, penyelesaian yang kreatif dan berdampak terhadap peningkatan dan pengembangan
Penyebab substantif
Penyebab substantif adalah hal-hal atau keraguan yang muncul terlepas dari
kelompok lawan, seperti perselisihan pandangan mengenai kebijaksanaan atau prosedur,
persaingan mencapai sumber daya yang langka, atau tekanan institusional karena
penahanan biaya.
Emosional.
Penyebab emosional meliputi rasa tidak percaya, takut, penolakan, amarah dan
ketidakcocokan karena mudah tersinggung antar anggota (Booth, 1982).
Jenis Konflik :
2. Kompetisi;
Strategi ini dapat diartikan sebagai “win – lose” penyelesaian konflik. Penyelesaian
ini menekankan bahwa hanya ada satu orang atau kelompok yang menang tanpa
mempertimbangkan yang kalah. Akibat negative dari strategi ini adalah kemarahan, putus
asa dan keinginan untuk perbaikan dimasa mendatang.
3. Akomodasi;
Istilah lain yang sering digunakan adalah “cooperative”. Konflik ini berlawanan dengan
kompetisi. Pada strategi ini seseorang berusaha mengakomodasi permasalahan-permasalahan
dan memberi kesempatan orang lain untuk menang. Masalah utama pada strategi sebenarnya
tidak terselesaikan. Strategi ini biasanya sering digunakan dalam suatu politik untuk merebut
sesuatu kekuasaan dengan berbagai konsekuensinya.
4. Smoothing;
Penyelesaian konflik dengan mengurangi komponen emosional dalam konflik. Pada
strategi ini individu yang terlibat dalam konflik berupaya mencapai kebersamaan daripada
perbedaan dengan penuh kesadaran dan introspeksi diri. Strategi ini bisa diterapkan pada
konflik yang ringan, tetapi untuk konflik yang besar misalnya persaingan pelayanan/hasil
produksi tidak dapat dipergunakan.
5. Menghindar;
Semua yang terlibat dalam konflik, pada strategi ini menyadari tentang masalah yang
dihadapi tetapi memilih untuk menghindar atau tidak menyelesaikan masalahnya. Strategi ini
biasanya dipilih bila ketidaksepakatan membahayakan kedua pihak, biaya penyelesaian
lebih
besar daripada menghindar, atau masalah perlu orang ketiga dalam menyelasaikannya atau
jika masalah dapat terselesaikan dengan sendirinya.
6. Kolaborasi;
Strategi ini merupakan strategi “win-win solution”. Pada kolaborasi, kedua unsure
yang terlibat menentukan tujuan bersama dan bekerja sama dalam mencapai suatu tujuan.
Karena keduanya meyakini akan tercapainya suatu tujuan yang telah ditetapkan, masing-masing
meyakininya. Strategi kolaborasi tidak akan berjalan bila kompetisi insentif sebagai bagian dari
situasi tersebut, kelompok yang terlibat tidak mempunyai kemampuan dalam
menyelesaikan masalah dan tidak adanya kepercayaan dari dua kelompok/seseorang
(Bowditch Buono, 1994).
Komkep.pj/KH/201 20
0 20
PENGORGANISASIAN MASYARAKAT
A. PENGERTIAN
Menurut “Ross Murray” Pengorganisasian Masyarakat adalah : Suatu proses dimana
masyarakat dapat mengidentifikasi kebutuhan – kebutuhan dan menentukan prioritas dari
kebutuhan – kebutuhan tersebut, dan mengembangkan keyakinan untuk berusaha
memenuhi kebutuhan – kebutuhan sesuai dengan skala prioritas berdasarkan atas
sumber
– sumber yang ada dalam masyarakat sendiri maupun yang berasal dari luar dengan
usaha
secara gotong royong.
1. PROSES
a. Merupakan proses yang terjadi secara sadar, tetapi mungkin juga tidak
disadari, Jika proses disadari, berarti masyarakat menyadari akan adanya
kebutuhan,
b. Dalam prosesnya ditemukan unsur – unsur kesukarelaan. Kesukarelaan timbul
karena adanya keinginan untuk memenuhi kebutuhan sehingga mengambil inisiatif
atau prakarsa untuk mengatasinya,
c. Kesukarelaan juga terjadi karena dorongan untuk memenuhi kebutuhan –
kebutuhan kelompok atau masyarakat,
d. Kesadaran terhadap kebutuhan dan masalah yang dihadapi biasanya
ditemukan pada segelintir orang saja yang kemudian melakukan upaya
menyadarkan masyarakat untuk mengatasinya.
e. Selanjutnya mengintruksikan kepada masyarakat untuk bersama – sama
mengatasinya.
2. MASYARAKAT
Masyarakat biasanya diartikan sebagai :
a. Kelompok besar yang mempunyai Batas – batas Geografis : Desa, Kecamatan,
Kabupaten dsb.
b. Suatu kelompok dari mereka yang mempunyai kebutuhan bersama dari kelompok
yang lebih besar,
c. Kelompok kecil yang menyadari suatu masalah harus dapat menyadarkan
kelompok yang lebih besar,
d. Kelompok yang secara bersama – sama mencoba mengatasi masalah dan
memenuhi kebutuhannya.
Komkep.pj/KH/201 21
0 21
3. BERFUNGSINYA MASYARAKAT
C. PERSYARATAN PETUGAS
Komkep.pj/KH/201 22
0 22
D. PENDEKATAN DALAM PENGORGANISASIAN MASYARAKAT
3. Process Objective
Approach
Adalah : Pendekatan yang lebih menekankan kepada proses yang dilaksanakan
oleh masyarakat sebagai pengambil prakarsa, mulai dari mengidentifikasi masalah,
analisa, menyusun perencanaan penaggulangan masalah, pelaksanaan kegiatan,
sampai dengan penilaian dan pengembangan kegiatan ; dimana masyarakat sendiri
yang mengembangkan kemampuannya sesuai dengan kapasitas yang mereka
miliki. Yang dipentingkan dalam pendekatan ini adalah Partisipasi masyarakat /
Peran Serta Masyarakat dalam Pengembangan Kegiatan.
Menurut “Adi Sasongko ( 1978 )”, langkah – langkah yang harus ditempuh
dalam
Pengorganisasian Masyarakat adalah
:
1. Persiapan sosial :
a). Pengenalan Masyarakat
b). Pengenalan Masalah
c). Penyadaran Masyarakat
Komkep.pj/KH/201 23
0 23
2. Pelaksanaan
3. Evaluasi
4. Perluasan
Komkep.pj/KH/201 24
0 24
1. PERSIAPAN SOSIAL
Tujuan persiapan sosial adalah mengajak pasrtisipasi atau peran serta masyarakat sejak
awal kegiatan, selanjutnya sampai dengan perencanaan program, pelaksanaan hingga
pengembangan program kesehatan masyarakat.
Kegiatan – kegiatan dalam persiapan sosial ini lebih ditekankan kepada persiapan
– persiapan yang harus dilakukan baik aspek teknis, administratif dan program –
program kesehatan yang akan dilakukan.
a. Tahap Pengenalan Masyarakat
Dalam tahap awal ini kita harus datang ke tengah – tengah masyarakat dengan hati
yang terbuka dan kemauan untuk mengenal masyarakat sebagaimana adanya,
tanpa disertai prasangka sambil menyampaikan maksud dan tujuan kegiatan
yang akan dilaksanakan. Tahap ini dapat dilakukan baik melalui Jalur Formal
yaitu dengan melalui sistem pemerintahan setempat seperti Pamong Desa atau
Camat, dan dapat juga dilakukan melalui Jalur Informal misalnya wawancara
dengan To- Ma, seperti Guru, Pemuka Agama, tokoh Pemuda,dll.
Komkep.pj/KH/201 26
0 26
c. Tahap Penyadaran Masyarakat
Agar masyarakat dapat menyadari masalah dan kebutuhan mereka akan pelayanan
kesehatan, diperlukan suatu mekanisme yang terencana dan terorganisasi dengan
baik, untuk itu beberapa kegiatan yang dapat dilakukan dalam rangka
Menyadarkan Masyarakat adalah :
1).Lokakarya Mini
Kesehatan,
2).Musyawarah Masyarakat Desa ( MMD
)
3).Rembuk Desa
2. PELAKSANAAN
Setelah rencana penanggulangan masalah disusun dalam Lokakarya Mini atau
MMD, maka langkah selanjutnya adalah Melaksanakan kegiatan tersebut sesuai dengan
perencanaan yang telah disusun. Beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam
pelaksanaan kegiatan penanggulangan masalah kesehatan masyarakat adalah :
a. Pilihlah kegiatan yang dapat dirasakan manfaatnya oleh
masyarakat,
b. Libatkan peran serta masyarakat secara aktif dalam upaya
penanggulangan masalah,
Kegiatan disesuaikan dengan kemampuan, waktu, dan sumber daya
yang tersedia di masyarakat,
c. Tumbuhkan rasa percaya diri masyarakat bahwa mereka
mempunyai
kemampuan dalam penanggulangan masalah.
3. EVALUASI
Penilaian dapat dilakukan setelah pelaksanaan dijalankan dalam jangka waktu tertentu.
Dalam melakukan penilaian ada 2 cara, yaitu :
Komkep.pj/KH/201 28
0 28
2). Penilaian Setelah Program Selesai
Dilaksanakan
• Disebut juga Penilaian Sumatif = Penilaian Akhir Program
• Dilakukan setelah melalui jangka waktu tertentu dari kegiatan yang dilakukan.
• Dapat diketahui apakah tujuan / target dalam pelayanan kesehatan
telah tercapai atau belum.
4. PERLUASAN
b. Perluasan Kualitatif
Yaitu : perluasan dengan dengan meningkatkan mutu atau kualitas kegiatan
yang telah
dilaksanakan sehingga dapat meningkatkan kepuasan dari masyarakat
yang dilayani.
Komkep.pj/KH/201 29
0 29
pendekatan melalui organisasi – organisasi masyarakat yang ada, dengan
menggunakan
Langkah – langkah sebagai berikut :
a. Membuat daftar organisasi yang ada
b. Mengetahui kegiatan utama dan mengenal
tokohnya
c. Menganalisa kemungkinan yang mendukung ataupun yang menghambat
program
d. Membuat perkiraan kemungkinan hal – hal yang dapat membantu program dari
setiap organisasi
e. Mengatur strategi agar organisasi – organisasi yang netral dapat segera diajak
masuk dalam program dan menetralisir organisasi – organisasi lain yang
menentang.
Komkep.pj/KH/201 31
0 31
5. OPTIMALISASI POTENSI KADER DESA
Beberapa cara / langkah – langkah untuk mengoptimalkan potensi kader desa
antara lain :
a. Jangan terlalu ketat membuat pembatasan – pembatasan
b. Pembinaan kader desa harus dilakukan secara positif dan berkesinambungan,
c. Menumbuhkan dan mengembangkan sistem yang dapat menunjang peran
kader desa.
Komkep.pj/KH/201 32
0 32