PENDAHULUAN
2
BAB II
PEMBAHASAN
4
c. Mengintegrasikan anak yang baru dan memnuhi kebutuhan anak yang
lain
d. Mempertahankan hubungan yang sehat (hubungan perkawinan dan
ubungan orang tua-anak) serta hubungan di luar keluarga (keluarga
besar dan komunitas)
e. Pembagian waktu, individu, pasangan dan anak
f. Pembagian tanggung jawab
g. Merencanakan kegiatan dan waktu stimulasi tumbuh dan kembang anak
4. Tahap keluarga dengan anak usia sekolah
Keluarga dengan anak pertama berusia 6-13 tahun. Tugas perkembangan
keluarga pada tahap ini adalah:
1) Mensosialisasikan anak-anak termasuk meningkatkan prestasi sekolah
dan mengembangkan hubungan dengan teman sebaya
2) Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan
3) Memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga
4) Mendorong anak untuk mencapai pengembangan daya intelektual
5) Menyediakan aktivitas untuk anak
5. Tahap keluarga dengan anak remaja
Keluarga dengan anak pertama berusia 13-20 tahun. Tugas perkembangan
pada tahap ini adalah:
a. Memberikan keseimbangan antara kebebasan dan tanggung jawab
ketika remaja menjadi dewasa dan semakin mandiri
b. Memfokuskan kembali hubungan intim perkawinan
c. Berkomunikasi secara terbuka antara orang tua dan anak-anak
d. Mempersiapkan perubahan untuk memenuhi kebutuhan tumbuh
kembang anggota keluarga.
6. Tahap keluarga dengan anak dewasa
Keluarga dengan anak pertama meninggalkan rumah. Tugas perkembangan
keluarga pada tahap ini adalah:
a. Memperluas siklus keluarga dengan memasukkan anggota keluarga baru
dari perkawinan anak-anaknya
5
b. Melanjutkan dan menyesuaikan kembali hubungan perkawinan
c. Membantu orang tua lanjut usia dan sakit-sakitan dari suami atau istri
d. Membantu anak untuk mandiri sebagai keluarga baru di masyarakat
e. Mempersiapkan anak untuk hidup mandiri dan menerima kepergian
anaknya
f. Menciptakan lingkungan rumah yang dapat menjadi contoh bagi anak-
anaknya.
7. Tahap keluarga usia pertengahan (middle age family)
Tugas perkembangan keluarga:
1) Menyediakan lingkungan yang dapat meningkatkan kesehatan
2) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dan penuh arti dengan
para orang tua (lansia) dan anak-anak
3) Memperkokoh hubungan perkawinan
4) Persiapan masa tua/ pensiun.
8. Tahap keluarga lanjut usia
Tugas perkembangan keluarga:
a. Penyesuaian tahap masa pensiun dengan cara merubah cara hidup
b. Mempertahankan pengetahuan hidup yang memuaskan
c. Menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun
d. Mempertahankan hubungan perkawinan
e. Menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan
f. Mempertahankan ikatan keluarga antar genarasi
g. Melakukan life review masal lalu.
8
2.2.3 Tugas Perkembangan Keluarga
Pada saat anak bungsu meninggalkan rumah, banyak wanita yang
menyalurkan kembali tenaga dan hidup mereka dalam persiapan untuk
mengisi rumah yang telah ditinggalkan anak-anak. Bagi sejumlah wanita,
krisis usia pertengahan (telah dibicarakan dalam tahap sebelumnya) dialami
selama masa awal siklus kehidupan ini. Wanita berupaya mendorong anak
mereka yang sedang sedang tumbuh agar mandiri dengan menegaskan
kembali hubungan mereka dengan anak-anak tersebut (tidak mengusik
kehidupan pribadi dan kehidupan keluarga mereka). Dalam upaya untuk
mempertahankan perasaan yang sehat dan sejahtera, lebih banyak wanita
memulai gaya hidup yang lebih sehat yaitu pengontrolan peran badan, diet
seimbang, program olahraga yang teratur, dan istirahat yang cukup, dan juga
memperoleh dan menikmati karier, pekerjaan, kecakapan yang kreatif.
Dalam hal kerja, pria mungkin mengalami frustasi dan kekecewaan yang
sama yang terdapat dapat tahap sebelumnya. Di satu pihak, pria mungkin
berada pada puncak kariernya dan tidak perlu bekerja sekeras sebelumnya,
atau dilain pihak mereka mungkin merasa pekerjaan mereka bersifat monoton
setelah 20 – 30 tahun menekuni pekerjaan yang sama. Banyak sekali pekerja
kelas menengah menderita karena “fenomena lateau” – dimana tidak ada lagi
kenaikan gaji dan promosi – menyebabkan mereka merasa bosan. Dalam
kondisi ini, ketidakpuasan terhadap karier catatan mencapai proporsi lampu
kuning, membuat banyak orang pada kerja pertengahan ini tidak kerja karena
ketidakpuasan, bosan, dan stagnasi. Karena secara tradisional bekerja
merupakan peran sentral bagi pria dalam hidup, pengalaman ketidakpuasan
terhadap pekerjaan ini amat mempengaruhi tingkat stress dan status kesehatan
umum.
Pengupayaan aktifitas dan hobbi di waktu luang sangat berarti selama
berlangsungnya tahap ini, karena lebih banyak waktu yang tersedia dan
persiapan kecil harus berlangsung secara lebih terencana.
Tugas perkembangan yang penting pada tahap ini adalah penentuan
lingkungan yang sehat (Tabel 10). Dalam masa inilah upaya untuk
9
melaksanakan gaya hidup sehat menjadi lebih menonjol bagi pasangan,
meskipun kenyataannya bahwa mungkin mereka telah melakukan kebiasaan-
kebiasaan yang sifatnya merusak diri selama 45 – 65 tahun. Meskipun dapat
dianjurkan sekarang, mereka “lebih baik sekarang dari pada tidak pernah”
adalah selalu benar, agaknya terlalu terlambat untuk mengembalikan
perubahan-perubahan fisiologis yang telah terjadi serti aertritis akibat in
aktivitas, tekanan darah tinggi karena kurangnya olahraga, stress yang
berkepanjangan, menurunnya kapasitas vital akibat merokok.
Usia pertengahan yang merupakan usia rata-rata dimana para orang tua
melepaskan anak mereka yang terakhir ditandai sebagai masa kehidupan yang
“terperangkap” yaitu terperangkap antara tuntutan kaum kaum muda dan
terperangkap antara dunia kerja dan tuntutan yang bersaing dan keterlibatan
keluarga, dimana seringkali tampaknya tidak mungkin memenuhi tuntutan-
tuntutan dari kedua bidang tersebut.
11
Dalam masa ini upaya untuk melaksanakan gaya hidup sehat menjadi
lebih menonjol bagi pasangan, meskipun kenyataanya bahwa mungkin
mereka telah melakukan kebiasaan-kebiasaan yang sifatnya merusak diri
selama 45-64 tahun. Meskipun dapat dianjurkan sekarang, karena “lebih
baik sekarang dari pada tidak pernah” adalah selalu benar, agaknya terlalu
terlambat untuk mengembalikan begitu banyak perubahan-perubahan
fisiologis yang telah terjadi, seperti tekanan darah tinggi akibat kurangnya
olahraga, stress yang berkepanjangan, menurunnya kapasitas vital akibat
merokok.
Motivasi utama orang usia pertengahan untuk memperbaiki gaya hidup
mereka adalah karena adanya perasaan rentan terhadap penyakit yang
dibangkitkan bila seorang teman atau anggota keluarga mengalami
serangan jantung, stroke, atau kanker. Selain takut, keyakinan bahwa
pemeriksaan yang teratur dan kebiasaan hidup yang sehat merupakan cara-
cara yang efektif untuk mengurangi kerentanan terhadap berbagai penyakit
juga merupakan kekuatan pendorong yang ampuh. Penyakit hati, kanker
dan stroke merupakan dua pertiga dari semua penyebab kematian antara
usia 46 hingga 64 tahun dan sebagai penyebab kamatian urutan ke empat.
b. Hubungan Serasi Dan Memuaskan Dengan Anak- Anaknya Dan
Sebayanya
Dengan menerima dan menyambut cucu-cucu mereka kedalam
keluarga dan meningkatkan hubungan antar generasi, tugas perkembangan
ini mendatangkan penghargaan yang tinggi (Duvall, 1977 dalam friedman ,
1988, hal 131). Tugas perkembangan ini memungkinkan pasangan usia
pertengahan terus merasa seperti sebuah keluarga dan mendatangkan
kebahagiaan yang berasal dari posisi sebagai kakek-nenek tanpa tanggung
jawab sebagai orang tua selama 24 jam. Karena umur harapan hidup
meningkat, menjadi seorang kakek-nenek secara khusus terjadi pada tahap
siklus kehidupan ini (Sprey dan Matthews, 1982, dalam Friedman, 1988,
hal 132). Kakek nenek memberikan dukungan besar kepada anak dan cucu
mereka pada saat-saat krisis dan membantu anak-anak mereka melalui
12
pemberian dorongan dan dukungan(Bengston dan Robertson, 1985, dalam
Friendman, 1988, hal 132).
Peran yang lebih probelamatik adalah yang berhubungan dengan dan
membantu orang tua lansia dan kadang-kadang anggota keluarga besar lain
yang lebih tua. Delapan puluh enam persen pasangan usia pertengahan
minimal memiliki satu orang tua masih hidup(hagestad, 1988, dalam
Friedman, 1988, hal 132). Jadi, tanggung jawab memberi perawatan bagi
orang tua lansia yang lemah dan sakit-sakitan merupakan pengalaman yang
tidak asing. Banyak wanita yang merasa berada dalam “himpitan generasi”
dalam upaya mereka mengimbangi kebutuhan-kebutuhan orang tua mereka
yang berusia lanju, anak-anak, dan cucu-cucu mereka. Berbagai peran antar
generasi kelihatannya lebih bersifat ekslusif dikalangan minoritas seperti
keluarga-keluarga Asia dan Amerika Latin.
c. Meningkatkan Keakraban Pasangan Atau Hubungan Perkawinan
Sekarang perkembangan tersebut benar-benar sendirian setelah
bertahun-bertahun dikelilingi oleh anggota keluarga dan hubungan-
hubungan. Meskipun muncul sebagai sambutan kelegahan, bagi kebanyak
pasangan merupakan pengalaman yang menyulitkan untuk berhubungan
satu sama lain sebagai pasangan menikah dari pada sebagai orang tua.
Wright dan Leahey (1984, dalam Friedman, 1988, hal 132) melukiskan
tugas perkembangan ini sebagai “reinvestasi identitas pasangan dengan
perkembangan keinginan independen yang terjadi secara bersamaan.
Keseimbangan dependensi-indepedensi antara pasangan perlu diuji
kembali, seperti keinginan independen lebih besar dan juga perhatian satu
sama lain yang penuh arti.
Bagi pasangan yang mengalami masalah, tekanan hidup yang menurun
dalam tahun-tahun postparental tidak mendatangkan kebahagiaan
perkawinan, melainkan menimbulkan “kebohongan”. Menurut Kerckhoff
(1976, dalam Friedman, 1988, hal 132), para konselor perkawinan telah
lama mengamati bahwa ketika timbul perselisihan dalam perkawinan
selama tahun-tahun pertengahan, seringkali berkaitan dengan jemunya
13
ikatan, bukan karena kualitas traumatiknya. Karakteristik umum dari masa
ini, berkaitan dengan kepuasan diri sendiri dan berada dalam kebahagiaan
yang membosankan.
Tugas – tugas perkembagan itu tadi pada dasarnya merupakan tuntutan
atau harapan sosio – kultural dimana manusia itu hidup dalam masyarakat
kita sejak dulu hingga kini tetap memiliki harapan sesuai diatas bagian
penentu sebagai orang dewasa pertengahan. Khusus mengenai hidup
berkeluarga dalam masa usia pertengahan terdapat dua hal pokok yang
mendorong terciptanya hubungan hidup berkeluarga. kebutuhan individu
pada suatu pihak dan tugas perkembangan pada lain pihak. Pemanduan
antara keduanya menimbulkan energi yang membangkitkan gerak bagi
individu orang dewasa untuk bersatu dalam satu jalinan hubungan
berkeluarga.
14
2.3.2 Klasifikasi
Adapun klasifikasi tekanan darah pada dewasa yaitu :
a. Normal
Tekanan darah sistolik 120 mmhg - 130 mmhg dan tekanan darah diastolik
85 mmhg (untuk para lansia tekanan diastolic 140 mmhg masih dianggap
normal).
b. Normal Tinggi
Tekanan darah sistolik 130-139 mmhg dan tekanan darah diastolik 85-89
mmhg.
c. Stadium I (Hipertensi ringan)
Tekanan darah sistolik 140-159 mmhg dan tekanan darah diastolik 90-99
mmhg.
d. Stadium II (Hipertensi sedang)
Tekanan darah sistolik 160-179 mmhg dan tekanan darah diastolik 100-109
mmhg.
e. Stadium III (Hipertensi berat)
Tekanan darah sistolik 180-209 mmhg dan tekanan darah diastolik 110-119
mmhg.
f. Stadium IV (Hipertensi Maligna)
Tekanan darah sistolik 210 mmhg atau dan tekanan darah diastolik mmhg
atau lebih.(Wikipedia Indonesia.com, 2007).
2.3.3 Etiologi
Berdasarkan penyebabnya, hepertensi dibatasi menjadi 2 golongan yaitu :
a. Hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui
penyebabnya, dijumpai lebih kurang 90% banyak faktor yang
mempengaruhinya seperti genetik, lingkungan, hiperaktivitas susunan saraf
simpatis, sistem rennin-angiotensi.
b. Hipertensis sekunder, penyebabnya diketahui, yaitu 10% dari seluruh
hipertensis. Pada hipertensis sekunder penyebab dan patofisiologi
15
diketahui, sehingga dapat dikendalikan dengan obat-obatan atau
pembedahan. Adapun penyebab hipertensi sekunder yaitu :
1) Kelainan ginjal yaitu glomerulonefritis, pielonefritis, nefritis
tubulointerstisial, nekrosis tubulan akut, kistal ginjal, nefrokalsinosis,
tumor, radiasi, diabetes, SLE dan penyumbatan.
2) Kelainan renvaskuler seperti Aterosklerosis, Hyperplasia, Trombosis,
aneurisma, emboli kolesterol, Vaskulitis, rejeksi akut sesudah
transplantasi.
3) Kelainan adrena seperti Feoromositoma, Aldosteronisme primer,
Sinrom Cushing
4) Gangguan aorta seperti koarktasio aorta, arteritis takayasu
5) Neoplasma seperti tumor Wilm, tumor yang mengsekresi rennin
6) Kelainan endokrin lain seperti obesitas, resestensi insulin,
hiperkalsemia, akromegali, sindroin karsinoma.
7) Gangguan saraf seperti stres berat, psikosis, tekanan intracranial
meninggi, stroke dan ensefalitis.
8) Toksemia pada kehamilan
9) Obat-obatan seperti konstrasepi oral, kartikosteroid (Slamet Suyono,
2001).
2.3.4 Paofisiologi
Tubuh mempunyai mekanisme keseimbangan yang berpengaruh terhadap
pengaturan tekanan arteri sistemik dan mencegah kegagalan sirkulasi secara
keseluruhan.Ada empat kontrol sistem yang berperan dalam pengaturan
tekanan darah yaitu sistem arteri baroreseptor, pengaturan volume cairan
tubuh, sistem renin angiotensin dan autoregulasi vaskuler.
Baroreceptor berperan dalam memonitor tingkat tekanan arteri. Sisten
barorespetor menormalkan peningkatan tekanan arteri melalui vasodilatasi
dengan penurunan tonus simpatik dan memperlambat kerja jantung.
Perubahan volume cairan berdampak pada peningkatan arteri sistemik. Jika
tubuh mempunyai kelebihangaram dan air, tekanan darah akan meningkat
16
melalui mekanisme fisiologis yang komplek yang merubah aliran darah balik
ke jantung, dan menghasilkan peningkatan cardiac output. Jika fungsi ginjal
adekuat, peningkatan tekanan arteri sistemik akan meningkatkan diuresis dan
tekanan akan menurun. Renin dan angiotensin berperan dalam pengaturan
tekanan darah. Ginjal memproduksi renin, suatu enzym yang berperan dalam
protein plasma untuk membentuk Angiotensin I, yang kemudian diaktifkan
oleh enzim converting dalam paru-paru untuk membentuk Angiotensin I, lalu
Angiotensin III. Angiotensin II dan III mempunyai efek vasokonstriksi kuat
dalam pembuluh darah dan mengontrol mekanisme pengeluaran aldosteron.
Dengan peningkatan aktivitas sistem saraf simpatik, Angiostensin II dan III
juga berperan dalam menghambat eksresi sodium yang mengakibatkan
peningkatan tekanan darah.
Sekresi renin menyebabkan resistensi vaskularisasi perifer dalam
hipertensi esensial. Dalam tekanan darah tinggi, peningkatan tekanan arteri
ginjal dapat menghambat sekresi renin.
Autoregulasi vaskuler merupakan mekanisme lain yang berperan dalam
hipertensi. Autoregulasi vaskuler adalah proses yang menjaga perfusi jaringan
tubuh tetap stabil. Jika aliran darah berubah, proses autoregulasi seharusnya
menurunkan resistensi vaskuler sebagai hasil dari penurunan aliran darah, dan
seharusnya resistensi vaskuler meningkat sebagai akibat dari peningkatan
aliran darah. Autoregulasi vaskuler menjadi mekanisme penting yang
menyebabkan hipertensi disertai dengan peningkatan garam dan cairan
(Ignativicius, 1991).
20
2. Kemungkinan Masalah
Skala:
- Mudah 2
- Sebagian 1 2
- Tidak dapat 0
3. Potensial Masalah untuk Dicegah
Skala:
- Tinggi 3
- Cukup 2 1
- Rendah 1
4. Menonjolnya Masalah
Skala:
- Masalah berat harus segera ditangani 2
- Ada masalah, tapi tidak perlu ditangani 1 1
- Masalah tidak dirasakan 0
Skoring:
Tentukan skor untuk setiap kriteria. Skore dibagi dengan angkat tertinggi
dan kalikanlah dengan bobot.
Catatan : skor dihitung bersama-sama dengan keluarga.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi penentuan prioritas:
1) Kriteria 1:
Sifat masalah, bobot yang lebih berat diberikan pada tidak/kurang
sehat karena yang pertama memerlukan tindakan segera dan biasanya
disadari dan dirasakan oleh keluarga.
2) Kriteria 2:
Kemungkinan masalah dapat diubah, perawat perlu memperhatikan
terjangkaunya faktor2 sebagai berikut:
a) Pengetahuan yang ada sekarang, teknologi dan tindakan untuk
menangani masalah.
b) Sumber daya keluarga dalam bentuk fisik, keuangan dan tenaga.
21
c) Sumber daya perawat dalam bentuk pengetahuan, ketrampilan dan
waktu
d) Sumber daya masyarakat dalam bentuk fasilitas, organisasi dalam
masyarakat: dalam bentuk fasilitas, organisasi dalam masyarakat
dan sokongan masyarakat.
3) Kriteria 3:
Potensial masalah dapat dicegah, faktor-faktor yang perlu diperhatikan
adalah:
a) Kepelikan dari masalah, yang berhubungan dengan penyakit atau
masalah .
b) Lamanya masalah, yang berhubungan dengan jangka waktu
masalah itu ada
c) Tindakan yang sedang di jalankan adalah tindakan2 yang tepat
dalam memperbaiki masalah.
d) Adanya kelompok “high risk” atau kelompok yang sangat peka
menambah potensi untuk mencegah masalah.
4) Kriteria 4:
Menonjolnya masalah, perawat perlu menilai persepsi atau bagaimana
keluarga melihat masalah kesehatan tersebut. Nilai Skor yang tertinggi
yang terlebih dahulu dilakukan intervensi keperawatan keluarga.
22
Tindakan yang dilakukan oleh perawat kepada keluarga berdasarkan
perencanaan mengenai diagnosa yang telah dibuat sebelumnya. Tindakan
keperawatan terhadap keluarga mencakup hal-hal dibawah ini:
Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah dan
kebutuhan kesehatan dengan cara:
a. Memberikan informasi
b. Mengidentifikasi kebutuhan dan harapan tentang kesehatan
c. Mendorong sikap emosi yang sehat terhadap masalah
d. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat,
dengan cara:
1) Mengidentifikasi konsekwensi tidak melakukan tindakan
2) Mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga
3) Mendiskusikan tentang konsekuensi tipa tindakan
e. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang sakit,
dengan cara:
1) Mendemonstrasikan cara perawatan
2) Menggunakan alat dan fasilitas yang ada di rumah
3) Mengawasi keluarga melakukan perawatan
4) Membantu keluarga untuk menemukan cara bagaimana membuat
lingkungan menjadi sehat, dengan cara:
a) Menemukan sumber2 yang dapat digunakan keluarga
b) Melakukan perubahan lingkungan keluarga seoptimal mungkin
f. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada,
dengan cara:
1) Mengenakan fasilitas kesehatan yang ada
2) Membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada.
2.4.5 Evaluasi
Sesuai dengan rencana tindakan yang telah di berikan, dilakukan
penilaian untuk melihat keberhasilannya. Bila tidak/belum berhasil perlu
disusun rencana baru yang sesuai. Semua tindakan keperawatan mungkin
23
tidak dapat dilaksanakan dalam satu kali kunjungan ke keluarga. Untuk dapat
dilaksanakan secara bertahap sesuai dengan waktu dan kesediaan keluarga.
Evaluasi disusun dengan menggunakan SOAP secara operasional:
a. S adalah hal-hal yang dikemukakan oleh keluarga secara subjektif setelah
dilakukan intervensi keperawatan, misalnya : keluarga mengatakan
nyerinya berkurang.
b. O adalah hal-hal yang ditemui oleh perawat secara objektif setelah
dilakukan intervensi keperawatan, misalnya : BB naik 1 kg dalam 1 bulan.
c. A adalah analisa dari hasil yang telah dicapai dengan mengacu pada tujuan
yang terkait dengan diagnosis.
d. P adalah perencanaan yang akan datang setelah melihat respon dari
keluarga pada tahapan evaluasi .
e. Tahapan Evaluasi dapat dilakukan secara formatif dan sumatif. Evaluasi
formatif adalah evaluasi yang di lakukan selama proses asuhan
keperawatan, sedangkan evaluasi sumatif adalah evaluasi akhir.
24
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA USIA PERTENGAHAN
DENGAN PENYAKIT HIPERTENSI
3.1 Pengkajian
1. Data umum
a. Nama kepala keluarga : Tn. A
b. TTL :
c. Usia : Tahun
d. Alamat :
e. Pekerjaan KK : Buruh
f. Pendidikan KK :
g. Komposisi keluarga : Ayah, ibu dan empat orang anak.
No. Nama JK TTL Hubungan Pekerjaan Pendidikan
1.
2.
3.
Genogram :
25
h. Tipe keluargaTipe keluarga adalah keluarga inti dengan orang tua dan empat
anak kandung.
i. Latar belakang budaya
Keluarga ini adalah keluarga dengan latar belakang budaya Sasak baik Tn. A
maupun Ny. M. Keluarga ini memegang adat budaya sasak dalam praktik
kehidupan sehari-hari.
j. Agama
Keluarga memeluk agama islam dan aktif dalam kegiatan keagamaan di
lingkungan sekitar. Ny. E sering mengikuti pengajian ibu-ibu setiap satu
minggu sekali. Menurut Ny. E, keluarganya melaksanakan shalat dan puasa.
k. Status sosial ekonomi keluarga
Tn. A merupakan pencari nafkah di keluarga, ia bekerja sebagai guru SMP.
Status ekonomi tergolong sederhana dengan penghasilan Rp. 3.000.000 per
bulan. Menurut Ny. E, penghasilan Tn. A sudah mencukupi kebutuhan sehari-
hari. Keluarga Tn. A tidak memiliki tabungan yang dikhususkan untuk
kesehatan.
l. Aktivitas rekreasi atau waktu luang
Pada hari libur, biasanya keluarga Tn. A berkumpul di rumah untuk
membersihkan kebun kecil dibelakang rumah mereka dan menonton televisi
bersama. Waktu luang juga biasa digunakan Ny. E untuk berbincang dengan
tetangga.
3. Data lingkungan
a. Karakteristik rumah
Rumah yang ditempati oleh keluarga merupakan rumah sendiri, ukuran
9x6 meter. Menurut Ny. E, keluarganya belum mampu merenovasi rumah
karena keterbatasan biaya. Rumah terlihat berantakan. Jarak antara rumah Ny.
27
E dengan yang lainnya sangat dekat, hanya kurang dari satu meter. Kondisi
ventilasi kurang karena sehingga cahaya yang masuk sedikit dan pertukaran
udara sangat kurang. Tn. A sering merasa pengap dan sesak dengan kondisi
rumah. Tetapi ia tidak mengatakan dengan istrinya. Istrinya mengatakan
bahwa ia tidak bisa melakukan apa-apa karena ventilasi rumah sudah seperti
itu saat mereka pertama kali tinggal. Untuk mengubahnya tentu membutuhkan
biaya. Ny. E mengatakan bahwa rumah yang bersih adalah rumah yang di
sapu setiap hari. Ny. E mengatakan rumahnya sudah cukup bersih. Menurut
Ny. E ini tidak menjadi masalah karena semua rumah di sini juga mengalami
hal yang sama.
b. Karakteristik tetangga dan lingkungan RW
Lingkungan di mana keluarga Tn. A tinggal merupakan tempat hunian
yang padat. Jarak antara satu rumah dengan rumah yang lainnya hanya kurang
dari 1 meter. Terdapat banyak rumah petak atau rumah kontrakan disekitar
rumah Ny. E. Antar tetangga sangat rukun, mereka terkadang menghabiskan
waktu untuk mengobrol di teras salah satu rumah. Jarak masjid hanya sekitar
50 meter dari rumah Ny. E. Menurut Ny. E, sebelumnya terdapat klinik dokter
akan tetapi sekarang sudah tidak ada. Sehingga apabila ada anggota keluarga
yang sakit, mereka pergi ke puskesmas yang berjarak 500 meter. Kegiatan
posyandu biasa diadakan di rumah RT.
c. Mobilitas geografis keluarga
Sejak menikah, mereka sudah tinggal di lingkungan yang saat ini mereka
tempati dan tidak pernah pindah rumah.
d. Hubungan keluarga dengan masyarakat
Hubungan keluarga dengan masyarakat sangat baik, Ny. E selalu
mengikuti pengajian tiap minggu.
e. Sistem pendukung sosial keluarga
Dukungan dari keluarga besar sangat membantu keluarga Tn. A dan Ny.
E. Apabila ada anggota keluarga yang sakit, maka orang tua dari Ny. E akan
membantu pekerjaan rumah.
28
4. Struktur lingkungan
a. Pola komunikasi
Komunikasi antara Tn. A dan Ny. E tidak mengalami kesulitan, apabila
terdapat hal yang penting dibicarakan biasanya mereka langsung
membicarakannya.
b. Struktur kekuatan keluarga
Di keluarga Tn. A, kekuasaan dibagi menurut peran masing-masing.
Untuk masalah-masalah yang berhubungan dengan kepentingan rumah
tangga, Tn. A menyerahkan sepenuhnya pada Ny. E namun apabila tidak bisa
diatasi, Ny. E selalu meminta bantuan dan pertimbangan Tn. A. Tn. A selalu
memberikan tanggung jawab keuangan kepada Ny. E. Apabila terdapat
keputusan penting dan mendesak, Tn. A lah yang bertanggungjwab
mengambil keputusan dan semua keluarga akan mematuhi.
c. Struktur peran (formal dan informal)
Tn. A: Ayah dan suami, ia merupakan pencari nafkah satu-satunya dan
merupakan pemimpin keluarga. Perannya di keluarga dilakukan sebaik-
baiknya, menurut Tn. A ia selalu berusaha menjadi suami dan ayah yang
baik.ia selalu berusaha memenuhi keinginan istri dan anaknya. Tn. A tidak
pernah mengambil keputusan sepihak, ia selalu melibatkan Ny. E untuk
memberikan masukan. Tn. A selalu memanfaatkan waktu sebaik-baiknya
dengan keluarga.
Ny. E: Ibu dan istri, merupakan ibu rumah tangga. Ia selalu berusaha
memberikan yang terbaik dan mengasuh anak-anaknya dengan sebaik-
baiknya. Ia pun merasa sangat dihargai oleh suaminya sehingga tidak mau
mengecawakan Tn. A.
Tn. S: Merupakan anak pertama. Menurut Ny. E, Tn. S merupakan
tumpuan harapan keluarga. Tn. S setiap bulan sering mengirimkan uang untuk
kedua orang tuanya. Begitupun dengan Nn. T.
d. Nilai atau norma dalam keluarga
Nilai yang mereka anut adalah nilai-nilai sasak karena mereka berasal
dari suku yang sama. Namun menurut Ny. E ia tidak tahu seperti apa nilai
29
Sasak sehingga mereka menjalani kehidupan sehari-hari seperti biasa. Norma
yang dianut adalah norma agama. Apabila menurut agama tidak baik, maka
mereka tidak akan melakukan hal tersebut.
5. Fungsi keluarga
a. Fungsi afektif
Tn. A dan Ny. E selalu berusaha saling memperlihatkan kasih sayang baik
antara mereka berdua untuk anak-anaknya. Tidak ada perbendaan antara anak
pertama dan kedua. Mereka selalu berusaha menerapkan komunikasi terbuka
dalam segala hal sehingga jarang jarang terjadi perselisihan antara Tn. A dan
Ny. E.
b. Fungsi sosialisasi
Dalam hal pengasuhan anak, Tn. A menyerahkan sepenuhnya pada Ny. E
namun apabila ada masalah yang mendesak biasanya mereka membicarakan
bersama. Menurut keluarga, anak adalah amanah yang harus dijaga sebaik-
baiknya. Keluarga mencoba menerapkan kedisiplinan kepada semua anak
mereka, sosialisasi keluarga dengan lingkungan sekitar berjalan dengan baik.
Begitu juga dengan anak-anak mereka.
c. Fungsi perawatan keluarga
Dalam keluarga, Ny. E yang berperan melakukan perawatan pada anak-anak
mereka saat masih kecil dan Tn. A. Ny. E mengatakan bahwa ia selalu
berusaha menyiapkan sarapan untuk mereka keluarga, dengan membeli bahan
di pasar. Untuk semua anaknya, saat masa kehamilan ibu menjaga kehamilan
dengan kemampuan dan biaya seadanya, dan setelah lahir Ny. E membawa
anak-anaknya ke posyandu untuk imunisasi. Apabila ada anggota keluarga
yang sakit, jika tidak terlalu mengganggu maka tidak diberi obat. Apabila
sudah merasa tidak enak badan, salah satu keluarga membelikan obat di
warung.
6. Koping keluarga
a. Stressor jangka pendek dan panjang serta kesehatan keluarga
30
Keluarga tidak merasakan adanya stressor saat ini.
b. Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi stessor
Keluarga memiliki sumber daya untuk berespon terhadap stressor yaitu:
1) Sistem dukungan sosial keluarga kuat. Keluarga besar selalu memberikan
bantuan kepada keluarga Tn. A
2) Tempat tinggal yang memadai dengan sarana kesehatan yang tersedia
3) Pola komunikasi yang baik dalam keluarga
c. Strategi koping yang digunakan
Strategi koping yang digunakan adalah berdasarkan pengalaman masa lalu
dan berpusat pada Ny. E untuk menangani masalah kesehatan pada keluarga.
Keluarga juga menggunakan sistem dukungan sosialnya yaitu dari keluarga
besar dalam membantu mereka saat membutuhkan pertolongan.
d. Strategi adaptasi disfungsional
Keluarga terutama Ny. E secara sadar telah melakukan adaptasi disfungsional
yaitu apabila tidak memiliki biaya untuk membeli sayuran, Ny. E masih dapat
memtik sayur di kebun belakang rumah mereka.
7. Pemeriksaan fisik
Dari pemeriksaan fisik yang dilakukan, pada keluarga secara umum kondisi
kesehatan secara fisik, Ny. E tidak memiliki gangguan. Sedangkan Tn. A merasa
pusing dan berat pada tengkuk. An. S dan An. T belum terkaji karena mereka
tidak ada dirumah saat dilakukan pengkajian. Dibawah ini akan dijabarkan hasil
pemeriksaan fisik Tn. A.
No. Prosedur Hasil Pemeriksaan
1. Pemeriksaan umum
a. Penampilan umum Saat ini Tn. A berusia 59 tahun. Tubuh Tn. A
proporsional dengan TB 168 cm dan BB 62 kg,
cara berpakaian rapi, tubuh dan pakaian terlihat
bersih.
31
b. Status mental Status emosi Tn. A normal, tingkat kecerdasan
rata-rata, orientasi baik, cara bicara normal dan
dapat dimengerti.
2. Pemeriksaan kulit, kuku dan rambut
Kulit Kulit terlihat bersih, pigmentasi kulit merata,
turgor kulit elastis, permukaan kulit tidak kering,
tekstrur kulit lembut, tidak terdapat lesi,
sensitivitas baik.
Rambut dan kulit kepala Rambut dan kulit kepala terlihat bersih, warna
rambut hitam, tebal, tekstur halus, jumlah dan
distribusi normal, tidak terdapat lesi pada kulit
kepala.
Kuku Kuku bersih, rata dan tidak terdapat kelainan.
3. Pemeriksaan kepala dan leher
Kepala Kepala terlihat simetris, bentuk oval, tidak ada lesi
dan tenderness. Rambut berwarna hitam dan
distribusi merata, testur halus, tebal, tidak ada kutu
dan ketombe. Tn. A mengatakan kepala terasa
pusing.
Muka Wajah terlihat simetris, warna kulit sawo matang,
distribusi warna merata sesuai dengan warna kulit
tubuh.
Telinga Teling tidak ada kelainan, tidak ada les, bengkak
maupun nyeri tekan.
Mata Mata simetris, konjungtiva berwarna merah muda,
sklera berwarna putih.
Hidung dan sinus Hidung terlihat simetris, tidak ada lesi maupun
cairan.
Mulut dan tenggorokan Warna bibir merah muda, lembab, tidak terdapat
caries gigi, tidak ada gigi berlubang dan tidak ada
32
bau mulut.
Leher Leher terlihat simetris, tidak ada gangguang fungsi
dan kelainan anatomis. Akan tetapi Tn. A
mengatakan terasa berat pada tengkuk.
4. Pemeriksaan dada
Pernapasan Pernapasana normal, 18 kali per menit, Tn. A tidak
mengalami gangguan pernapasan. Terdengar suara
bronchial pada trakea, bronkhovesikuler pada
bronkus, vesikuler pada paru-paru. Tidak terdengar
suara atau bunyi napas tambahan.
Kardiovaskuler . TD 140/90 mmHg, nadi 88 kali per menit.
5. Pemeriksaan abdomen
Bising usus terdengar jelas pada kuadran kanan atas, frekuensi 10 kali per
menit, turgor elastis.
6. Pemeriksaan ekstremitas
Ekstremitas tidak ada kelainan, tidak ada gangguan fungsi maupun kelainan
anatomis.
8. Harapan keluarga
Keluarga sangat mengharapkan bantuan dari perawat untuk membantu mengatasi
masalah Tn. A dan ingin sekali Tn. A tidak memiliki keluhan lagi.
33
lalu
d. Tn. A tidak pernah
berobat, bila keluhan
datang Tn. A hanya
istirahat atau membeli
obat warung
e. Saat ditanya mengenai
hipertensi, Tn. A dan Ny.
E dapat menjelaskan
secara sederhana bahwa
hipertensi adalah tekanan
darah tinggi
f. Tn. A dan Ny. E tidak
mengetahui penyebab
hipertensi
g. Tn. A dan Ny. E tidak
mengetahui tanda dan
gejala hipertensi selain
pusing dan berat pada
tengkuk
h. Menurut Ny. E dan Tn. A
tidak terlalu
mengkhawatirkan karena
keluhan akan hilang
dengan sendirinya
Data Objektif:
a. TD 140/90 mmHg
b. Nadi 88 kali per menit
c. Tidak memiliki obat
34
hipertensi
2. Data Subjektif:
35
berjarak 200 meter
d. Ny. E tidak bekerja di
luar rumah sehingga
memiliki banyak waktu
untuk merawat Tn. A
3. Potensial untuk 2/3 x 1 = 2/3 Masalah sudah berlangsung
dicegah: cukup cukup lama, yaitu 5 tahun
1
lalu. Jarak rumah dengan
pelayanan kesehatan dekat.
4. Menonjolnya 1/1 x 1 = 1 Saat Tn. A mengeluh pusing
masalah: dan berat pada tengkuk,
masalah ada keluarga tidak langsung
tetapi tidak membawa ke palayanan
perlu segera kesehatan. Tn. A hanya
1
ditangani istirahat dan meminum obat
warung. Ny. E mengatakan
keluhan akan hilang dengan
sendirinya.
Total 4 2/3
36
dicegah: cukup
4. Menonjolnya
masalah:
masalah tidak
dirasakan
Total
37
d. Menjelaskan tidak kan lembar
kembali sehat, balik dan
dampak rokok, poster
yang dapat alhokol c. Jelaskan
terjadi bila , tanda
seseorang obesita gejala
menderita s, hipertensi
hipertensi keturun d. Jelaskan
an, dll kepada
c. Tanda keluarga
gejala mengenai
hiperte dampak
nsi bila
adalah seseorang
sakit terkena
kepala, hipertensi
suing, e. Beri
telinga kesemppat
berden an kepada
gung, keluarga
mata untuk
berkun bertanya
ang. f. Bantu
d. Dampa keluarga
k untuk
hiperte mengulang
nsi i apa yang
lebih telah
lanjut didiskusika
adalah n
38
gagal g. Beri pujian
ginjal atas
kronik perilaku
dan yang benar
stroke.
39
yang diambil
untuk
mengatasi
masalah
hipertensi
40
perubaha rendah
n posisi lemak dan
secara kolesterol
mendadak d. Ajurkan
dan keluarga
pengobata untuk
n secara mengkons
teratur umsi
makanan
sesuai
dengan diit
hipertensi
e. Anjurkan
keluarga
untuk
memeriksa
an Tn. A
secara
teratur ke
pelayanan
kesehatan
4. Keluarga Pada Keluarga a. Jelaskan
mampu kunjungan memperli pentingnya
menciptakan yang hatkan lingkungan
lingkungan direncanak kondisi dalam
yang an ruangan mempengaru
kondusif yang rapi hi kondisi
bagi dan penderita
penderita tenang hipertensi
hipertensi b. Diskusikan
41
dengan
keluarga
cara-cara
menata
lingkungan
c. Motivasi
keluarga
untuk
menata
ruangan
d. Beri pujian
atas tindakan
yang
dilakukan
5. Keluarga Psikomoto Keluarga a. Jelaskan
mampu r membawa pentingnya
memanfaatk Tn. A ke memonitor
an pelayanan puskesma tekanan
kesehatan s darah secara
untuk rutin
memonitor b. Diskusikan
tekanan dengan
darah keluarga
manfaat
membawa
anggota
keluarga ke
puskesmas
c. Berikan
pujian atas
42
tindakan
positif yang
telah
dilakukan
Diagnosa Tujuan KH
No Intervensi
Kep J. Panjang J. Pendek Kriteria Standar
2. Resiko Setelah Setelah Respon a. a. Gali
terjadinya dilakukan dilakukan verbal pengetahuan
konflik pada intervensi intervensi selama keluarga
keluarga keperawatan 2x45 menit, tentang
berhubungan selama 2x45 keluarga mampu: komunikas
dengan menit, Mengenal - Diskusikan
ketidakmamp keluarga masalah tentang
uan keluarga mampu a. manfaat
mengenal memahami dan
masalah tentang pentingnya
komunikasi komunikasi
pada
keluarga.
- Motivasi
keluarga
melakukan
komunikasi
dengan
anggota
keluarga.
Beri
kesempatan
43
pada
keluaraga
untuk
mengulangi
apa yang
sudah
dijelaskan
oleh
perawat.
b. Jelaskan
akibat
konflik yang
terjadi di
keluarga.
- Jelaskan
alternatif-
alternatif
untuk
mengatasi
konflik.
- Motivasi
keluarga
untuk
mengambil
keputusan
dalam
mengatasi
konflik.
- Evaluasi
sejauh
44
mana
keluarga
sudah
mengambil
keputusan.
45
untuk mengisi masa
pensiunnya.
O:
a. Ny. E menjelaskan
kembali tugas
perkembangan
keluarga dengan usia
pertengahan
b. Ny. E sebelumnya
terlihat kurang
antusias saat
dijelskan mengenai
hipertensi, namuan
setelah terlibat
diskusi Ny. E banyak
melontarkan
pertanyaan
A:
Keluarga sudah
mengetahui tentang
tugas perkembangan
keluarga dengan usia
pertengahan dan
sudah mengambil
keputusan untuk
melakukan kegiatan
untuk mengisi masa
pensiun seperti
46
berkebun.
P:
a. Lakukan pemantauan
terhadap kegiatan Tn.
A melalui keluarga
47