Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHUAN

ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut)


A. Konsep Dasar
1. Pengertian
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah infeksi akut yang
melibatkan organ saluran pernafasan bagian atas dan saluran pernafasan
bagian bawah. Infeksi ini disebabkan oleh virus, jamur, dan bakteri.
ISPA akan menyerang host, apabila ketahanan tubuh (immunologi)
menurun. Penyakit ISPA ini paling banyak di temukan pada anak di
bawah lima tahun karena pada kelompok usia ini adalah kelompok yang
memiliki sistem kekebalan tubuh yang masih rentan terhadap berbagai
penyakit. (Karundeng Y.M, et al. 2016).

2. Etiologi
Etiologi ISPA lebih dari 300 jenis bakteri, virus, dan jamur. Bakteri
penyebabnya antara lain dari genus streptokokus, stafilokokus,
pnemokokus, hemofilus, bordetella, dan korinebacterium. Virus
penyebabnya antara lain golongan mikovirus, adenovirus, koronavirus,
pikornavirus, mikoplasma, herpesvirus.
Bakteri dan virus yang paling sering menjadi penyebab ISPA
diantaranya bakteri stafilokokus dan streptokokus serta virus influenza
yang di udara bebas akan masuk dan menempel pada saluran pernafasan
bagian atas yaitu tenggorokan dan hidung.
Biasanya bakteri dan virus tersebut menyerang anak-anak usia
dibawah 2 tahun yang kekebalan tubuhnya lemah atau belum sempurna.
Peralihan musim kemarau ke musim hujan juga menimbulkan risiko
serangan ISPA.
Beberapa faktor lain yang diperkirakan berkontribusi terhadap
kejadian ISPA pada anak adalah rendahnya asupan antioksidan, status
gizi kurang, dan buruknya sanitasi lingkungan.
3. Klasifikasi
ISPA dibagi menjadi infeksi saluran pernafasan bagian atas dan
infeksi saluran pernafasan bagian bawah. Infeksi saluran pernapasan atas
adalah infeksi yang disebabkan oleh virus dan bakteri termasuk
nasofaringitis atau common cold, faringitis akut, uvulitis akut, rhinitis,
nasofaringitis kronis, sinusitis. Sedangkan, infeksi saluran pernapasan
akut bawah merupakan infeksi yang telah didahului oleh infeksi saluran
atas yang disebabkan oleh infeksi bakteri sekunder, yang termasuk dalam
penggolongan ini adalah bronkhitis akut, bronkhitis kronis, bronkiolitis
dan pneumonia (Morris, 2009; Dahlan, 2009).
Menurut Depkes RI tahun 2012, klasifikasi ISPA dapat dibedakan
berdasarkan berat ringannya gejala yang ditimbulkan, yaitu tanda dan
gejala ringan (bukan pneumonia), sedang (pneumonia
sedang/pneumonia), dan berat (pneumonia berat). Penyakit batuk-pilek
seperti rinitis, faringitis, tonsilitis dan penyakit jalan napas bagian atas
lainnya digolongkan sebagai bukan pneumonia.
a. Ringan (bukan pneumonia)
Tidak ada tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam (TDDK),
batuk tanpa pernafasan cepat atau kurang dari 40 kali/menit,hidung
tersumbat atau berair, tenggorokan merah, dan telinga berair.Tanda
emergency untuk golongan umur 2 bulan-5 tahun yaitu : tidak bisa
minum, kejang, kesadaran menurun, stridor, dan gizi buruk
b. Sedang (pneumonia sedang/pneumonia)
Tidak ada TDDK, batuk dan nafas cepat tanpa stridor, gendang
telinga merah, dari telinga keluar cairan kurang dari 2 minggu.
Faringitis purulen dengan pembesaran kelenjar limfe yang nyeri
tekan (adentis servikal)
c. Berat (pneumonia berat)
Terdapat TDDK pada waktu anak menarik nafas (pada saat diperiksa
anak harus dalam keadaan tenang, tidak menangis atau meronta),
batuk dengan nafas berat, cepat dan stridor, membran keabuan di
taring, kejang, apnea, dehidrasi berat / tidur terus, sianosis dan
adanya penarikan yang kuat pada dinding dada sebelah bawah ke
dalam.
4. Manifestasi klinis
Gambaran klinis secara umum yang sering didapat adalah rinitis,
nyeri tenggorokan, batuk dengan dahak kuning/ putih kental, nyeri
retrosternal dan konjungtivitis. Suhu badan meningkat antara 4-7 hari
disertai malaise, mialgia nyeri kepala, anoreksia, mual, muntah dan
insomnia. Bila peningkatan suhu berlangsung lama biasanya
menunjukkan adanya penyulit.

Gejala Klinis ISPA Berdasarkan Klasifikasinya


Klasifikasi Gejala Klinis
Rinitis infeksi akut • hidung tersumbat, bersin, rhinorea
• demam, malaise (tidak enak
badan), nyeri otot pada infeksi
yang berat
• kadang-kadang batuk mungkin
timbul yang mengindikasikan
adanyan inflamasi pada laring,
trakea, dan bronkus

Faringitis dan tonsilitis • prevalensi tersiring terjadi pada


usia empat sampai sepuluh tahun
• sakit tenggorokan
• batuk
• demam, malaise, hidung tersumbat
• kemerahan pada faring, bengkak
atau kemerahan pada tonsil dan
mengeluarkan exudat
• cervical lymphadenopathy

Otitis media • sakit telinga


• demam
• membran timpani yang bengkak
dan kemerahan
• adanya cairan di telinga bagian
tengah,
• telinga gatal dan keluar discharge

Sinusitis akut • purulent nasal discharge


• nyeri pada wajah dan tenderness
• bengkak periorbital
• sakit kepala atau sakit gigi
• demam

Laryngotracheobronchitis • adanya gejala infeksi saluran


pernafasan atas
• stridor
• suara parau/serak
• batuk keras
• mungkin ada distress pernafasan
tapi biasanya tidak terlalu parah

Epiglotitis • sering terjadi pada usia tiga sampai


empat tahun
• demam, tidak enak badan, lesu
• menolak makan dan minum
• keluar saliva terus menerus
• mungkin ada stridor inspirasi
• batuk biasanya bukan gejala yang
menonjol

Bronkitis akut • Batuk berdahak


• ronchi
• demam
• takipnea/nafas cepat

Bronkiolitis akut • menyerang anak <24 bulan,


terutama umur satu samapi enam
bulan
• biasanya didahului oleh gejala
infeksi saluran pernafasan atas
• demam
• batuk
• distress pernafasan
• wheezing
• sulit makan

Pneumonia • demam
• batuk
• takipnea/nafas cepat
• adanya konsolidasi pada x-ray
parenkim paru
5. Phatway

Virus, bakteri, jamur


(penyebab)

Infeksi saluran nafas akut

Kuman berlebih infeksi saluran


Di bronkus napas bawah

Proses peradangan
Dilatasi pembuluh peradangan
Akumulasi secret di darah
bronkus peningkatan
eksudat masuk suhu tubuh
alveoli
Bersihan jalan
hipertermi
nafas tidak efektif
gangguan difusi
gas

Gangguan
pertukaran gas
6. Patofisiologi
Menurut (Amalia Nurin, dkk, 2014) Perjalanan alamiah penyakit
ISPA dibagi 4 tahap yaitu :
a. Tahap prepatogenesis : penyuebab telah ada tetapi belum
menunjukkan reaksi apa-apa.
b. Tahap inkubasi : virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa.
Tubuh menjadi lemah apalagi bila keadaan gizi dan daya tahan
sebelumnya rendah.
c. Tahap dini penyakit : dimulai dari munculnya gejala penyakit,timbul
gejala demam dan batuk.
d. Tahap lanjut penyaklit,dibagi menjadi empat yaitu dapat sembuh
sempurna, sembuh dengan atelektasis,menjadi kronos dan meninggal
akibat pneumonia.
Saluran pernafasan selama hidup selalu terpapar dengan dunia luar
sehingga untuk mengatasinya dibutuhkan suatu sistem pertahanan yang
efektif dan efisien. Ketahanan saluran pernafasan tehadap infeksi maupun
partikel dan gas yang ada di udara amat tergantung pada tiga unsur alami
yang selalu terdapat pada orang sehat yaitu keutuhan epitel mukosa dan
gerak mukosilia, makrofag alveoli, dan antibodi. Infeksi bakteri mudah
terjadi pada saluran nafas yang sel-sel epitel mukosanya telah rusak
akibat infeksi yang terdahulu. Selain hal itu, hal-hal yang dapat
mengganggu keutuhan lapisan mukosa dan gerak silia adalah asap rokok
dan gas SO2 (polutan utama dalam pencemaran udara), sindroma imotil,
pengobatan dengan O2 konsentrasi tinggi (25 % atau lebih). Makrofag
banyak terdapat di alveoli dan akan dimobilisasi ke tempat lain bila
terjadi infeksi. Asap rokok dapat menurunkan kemampuan makrofag
membunuh bakteri, sedangkan alkohol akan menurunkan mobilitas sel-
sel ini. Antibodi setempat yang ada di saluran nafas ialah Ig A. Antibodi
ini banyak ditemukan di mukosa. Kekurangan antibodi ini akan
memudahkan terjadinya infeksi saluran nafas, seperti yang terjadi pada
anak. Penderita yang rentan (imunokompkromis) mudah terkena infeksi
ini seperti pada pasien keganasan yang mendapat terapi sitostatika atau
radiasi.Penyebaran infeksi pada ISPA dapat melalui jalan hematogen,
limfogen, perkontinuitatum dan udara nafas.

7. Pemeriksaan Penunjang
Menurut (Wuandari.D & Purnamasari. L, 2015), Pemeriksaan
penunjang yang dapat dilakukan:
a. Pemeriksaan Darah Rutin
b. Analisa Gas darah (AGD)
c. Foto rontgen toraks
d. Kultur virus dilakukan untuk menemukan RSV

8. Penatalaksanaan
a. Keperawatan
Penatalaksanaan meliputi pencegahan, penatalaksanaan keperawatan
meliputi:
1) Istrirahat Total
2) Peningkatan intake cairan
3) Memberikan penyuluhan sesuai penyakit
4) Memberikan kompres hangat bila demam
5) Pencegahan infeksi lebih lanjut
b. Medis
Penatalaksanaan medis meliputi :
1) Sistomatik
2) Obat kumur
3) Antihistamin
4) Vitamin C
5) Espektoran
6) Vaksinasi
(Wuandari.D & Purnamasari. L, 2015)

B. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Identitas Klien
Meliputi nama, umur (Kebanyakan infeksi saluran pernafasan
yang sering mengenai anak usia dibawah 3 tahun, terutama bayi
kurang dari 1 tahun. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa anak
pada usia muda akan lebih sering menderita ISPA daripada usia yang
lebih lanjut), jenis kelamin (angka kesakitan ISPA sering terjadi pada
usia kurang dari 2 tahun, dimana angka kesakitan ISPA anak
perempuan lebih tinggi daripada laki-laki di negara Denmark), suku
bangsa, agama dan diagnosa medis.
b. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat penyakit sekarang
Biasanya klien mengalami demam mendadak, sakit kepala, badan
lemah, nyeri otot dan sendi, nafsu makan menurun, batuk,pilek
dan sakit tenggorokan.
2) Riwayat penyakit dahulu
Biasanya klien sebelumnya sudah pernah mengalami penyakit ini.
3) Riwayat penyakit keluarga
Menurut anggota keluarga ada juga yang pernah mengalami sakit
seperti penyakit klien tersebut.
(Nursing Student, 2015).

c. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum : Bagaimana keadaan klien, apakah letih, lemah
atau sakit berat.
2) Tanda vital : Bagaimana suhu, nadi, pernafasan dan tekanan darah
klien.
3) Kepala : Bagaimana kebersihan kulit kepala, rambut serta bentuk
kepala, apakah ada kelainan atau lesi pada kepala
4) Wajah : Bagaimana bentuk wajah, kulit wajah pucat/tidak.
5) Mata : Bagaimana bentuk mata, keadaan konjungtiva
anemis/tidak, sclera ikterik/tidak, keadaan pupil, palpebra dan
apakah ada gangguan dalam penglihatan.
6) Hidung : Bentuk hidung, keadaan bersih/tidak, ada/tidak sekret
pada hidung serta cairan yang keluar, ada sinus/ tidak dan apakah
ada gangguan dalam penciuman.
7) Mulut : Bentuk mulut, membran membran mukosa kering/
lembab, lidah kotor/tidak, apakah ada kemerahan/ tidak pada
lidah, apakah ada gangguan dalam menelan, apakah ada kesulitan
dalam berbicara.
8) Leher : Apakah terjadi pembengkakan kelenjar tyroid, apakah
ditemukan distensi vena jugularis.
9) Thoraks : Bagaimana bentuk dada, simetris/tidak, kaji pola
pernafasan, apakah ada wheezing, apakah ada gangguan dalam
pernafasan.
Pemeriksaan Fisik Difokuskan Pada Pengkajian Sistem Pernafasan
a) Inspeksi
1. Membran mukosa- faring tamppak kemerahan
2. Tonsil tampak kemerahan dan edema
3. Tampak batuk tidak produktif
4. Tidak ada jaringan parut dan leher
5. Tidak tampak penggunaan otot-otot pernafasan tambahan,
pernafasan
6. cuping hidung
b) Palpasi
1. Adanya demam
2. Teraba adanya pembesaran kelenjar limfe pada daerah
leher/nyeri tekan pada nodus limfe servikalis.
3. Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tyroid
c) Perkusi
Suara paru normal (resonance)
d) Auskultasi
Suara nafas vesikuler/tidak terdengar ronchi pada kedua sisi
paru.
10) Abdomen : Bagaimana bentuk abdomen, turgor kulit kering/ tidak,
apakah terdapat nyeri tekan pada abdomen, apakah perut terasa
kembung, lakukan pemeriksaan bising usus, apakah terjadi
peningkatan bising usus/tidak.
11) Genitalia : Bagaimana bentuk alat kelamin, distribusi rambut
kelamin ,warna rambut kelamin. Pada laki-laki lihat keadaan
penis, apakah ada kelainan/tidak. Pada wanita lihat keadaan labia
minora, biasanya labia minora tertutup oleh labia mayora.
12) Integumen : Kaji warna kulit, integritas kulit utuh/tidak, turgor
kulit kering/ tidak, apakah ada nyeri tekan pada kulit, apakah kulit
teraba panas.
13) Ekstremitas atas
Adakah terjadi tremor atau tidak, kelemahan fisik, nyeri otot serta
kelainan bentuk.
(Nursing Student, 2015).

2. Diagnosa Keperawatan
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan spasme jalan
nafas dibuktikan dengan batuk tidak efektif, mengi, wheezing atau
ronkhi kering.
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan
ventilasi-perfusi dibuktikan dengan bunyi nafas tambahan.
c. Hipertermia berhubungan dengan infeksi virus dan bakteri

3. Intervensi Keperawatan
No.Dx Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1 Setelah dilakukan 1. Observasi
tindakan keperawatan a. Identifikasi kemampuan batuk.
melalui kunjungan rumah b. Monitor adanya retensi sputum.
selama 1x15 menit di c. Monitor tanda dan gejala
harapkan bersihan jalan infeksi saluran nafas.
nafas klien meningkat, d. Monitor input dan output cairan
dengan criteria hasil : (jumlah dan karakteristik).
a. Batuk efektif cukup 2. Terapeutik
membaik. a. Atur posisi semi fowler.
b.Produksi sputum b. Pasang perlak dan bengkok di
sedang. pangkuan pasien.
c. Mengi cukup membaik. c. Buang secret pada tempat
d.Wheezing cukup sputum.
membaik. 3. Edukasi
e. Mekonium sedang. a. Jelaskan tujuan dan prosedur
f. Dispnea cukup batuk efektif.
membaik. b. Anjurkan tarik nafas dalam
g.Ortopnea cukup melalui hidung selama 4 detik,
membaik. ditahan selama 2 detik,
h.Sulit bicara sedang. kemudian keluarkan melalui
i. Sianosis cukup mulut dengan bibir mencucu
membaik. (dibulatkan selama 8 detik.
j. Gelisah sedang. c. Anjurkan mengulangi tarik
k.Frekuensi nafas cukup nafas dalam hingga 3 kali.
membaik. 4. Kolaboasi
l. Pola nafas cukup a. Kolaborasi pemberian
membaik. mukolitik atau ekspektoran,
jika perlu.
2 Setelah dilakukan 1. Observasi
tindakan keperawatan a. Monitor frekuensi, irama,
melalui kunjungan rumah kedalaman dan upaya nafas.
selama 1x15 menit di b. Monitor pola nafas (bradipnea,
harapkan pertukaran gas takipnea, hiperventilasi,
klien meningkat, dengan kussmaul, Cheyne-Stokes, biot,
criteria hasil : ataksik).
a. Tingkat kesadaran c. Monitor kemampuan batuk
sedang. efektif.
b.Dispnea cukup d. Monitor adanya produksi
menurun. sputum.
c. Bunyi nafas tambahan e. Monitor adanya sumbatan jalan
cukup menurun. nafas.
d.Nafas cuping hidunng f. Palpasi kesimetrisan ekspansi
sedang. paru.
e. Takikardia cukup g. Auskultasi bunyi nafas.
membaik. h. Monitor saturasi oksigen.
f. Pola nafas cukup i. Monitor nilai AGD.
membaik. j. Monitor hasil x-ray thoraks.
g.Warna kulit sedang. 2. Terapeutik
a. Atur interval pemantauan
respirasi sesuai kondisi pasien.
b. Dokumentasi hasil pemantauan.
3. Edukasi
a. Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan.
b. Informasikan hasil pemantauan,
jika perlu.

3 Setelah dilakukan Observasi :


tindakan keperawatan 1. Identifikasi penyebab
melalui kunjungan rumah hipertermia
selama 1x15 menit di 2. Monitor suhu tubuh
harapkan pengaturan
3. Monitor kadar elektrolit
suhu tubuh agar tetap
4. Monitor luaran urine
berada pada rentang 5. Monitor komplikasi akibat
normal, dengan criteria hipertermia
hasil : Terapeutik :
a. Kulit merah menurun 1. Sediakan lingkungan yang
b. Kejang menurun
dingin
c. Akrosianosis
menurun
2. Longgarkan atau lepaskan
d. Konsumsi oksigen pakaian
meningkat 3. Basahi dan kipasi permukaan
e. Pucat menurun tubuh
f. Takikardi menurun 4. Berikan cairanoral
g. Takipneu Menurun 5. Hindari pemberian antipiretik
h. Suhu tubuh Membaik 6. Berikan oksigen, jika perlu
i. Suhu kulit membaik Edukasi :
1. Anjurkan tirah baring
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian cairan,
jika perlu
2.

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah perawat mengimplementasikan intervensi-
intervensi yang terdapat dalam rencana perawatan. Komponen dalam tahap
implementasi meliputi tindakan keperawatann mandiri, kolaboratif,
dokumentasi, dan respon pasien terhadap asuhan keperawatan.
Implementasi merupakan tahap proses keperawatan dimana
perawat memberikan intervensi keperawatan langsung dan tidak langsung
terhadap klien. (Potter & Perry, 2015 : Fundamental Of Nursing).

5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan langkah proses keperawatan yang
memungkinkan perawat untuk menentukan apakah intervensi
keperawatan telah berhasil meningkatkan kondisi klien. (Potter & Perry,
2015 Fundamental Of Nursing).
DAFTAR PUSTAKA

Amalia Nurin,dkk. 2014. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan ISPA.


Poltekes Kemenkes Riau : DIIIKeperawatan.
Friedman, Marilyn M dkk. 2010. Buku Ajar : Keperawatan Keluarga Riset, Teori
& Praktik. Jakarta : EGC.
Kemenkes RI, 2012. Pedoman Pengendalian Infeksi Saluran Pernapasan Akut.
Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.
Wulandari D & Purnamasari L. 2015. Kajian Asuhan Keperawatan Pada Anak
Dengan Infeksi Saluran Pernafasan Akut. Indonesian Journal On
Medican Science. Vol: 2 No: 2.
Wong Donna L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Ed 6. Jakarta :EGC.
Susanti. 2017. Analisis Program Penaggulangan ISPA Pada Balita di Puskesmas
Sungai Lansek Tahun 2017. FKM : Universitas Andalas.
LAPORAN PENDAHULUAN
ISPA

NADIA NUR SETIAHATI


062STYJ20

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI NERS JENJANG PROFESI
MATARAM
2020-2021

Anda mungkin juga menyukai