Anda di halaman 1dari 145

A T

MANAJEMEN
KEPERAWATAN
Teori dan Aplikasinya

Dr. H. Agus Supinganto, Ns., M.Kes.


Irwan Hadi, Ns., M.Kep.
Harlina Putri Rusiana, Ns., M.Kep.
Zuliardi, Ns., M.Kep.
Heni Istianah, S.Kep.
Rizka Aulia Utami, S.Kep.
Muhammad Reza Rahmana, S.Kep.
PRAKTIK
MANAJEMEN KEPERAWATAN
Teori dan Aplikasinya

Penulis:
Dr. H. Agus Supinganto, Ns., M.Kes.
Irwan Hadi, Ns., M.Kep.
Harlina Putri Rusiana, Ns., M.Kep.
Zuliardi, Ns., M.Kep.
Heni Istianah, S.Kep.
Rizka Aulia Utami, S.Kep.
Muhammad Reza Rahmana, S.Kep.

ISBN: 978-623-94389-0-6

Editor:
Irwan Hadi, Ns., M.Kep.

Penata Letak:
Irwan Hadi, Ns., M.Kep.

Penerbit:
PT. Panca Terra Firma
Jl. Imam Bonjol No. 40 Bandung

Juli, 2020

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang


Katalog Dalam Terbitan (KDT)
Kata Pengantar

A
lhamdulillah. Segala puji bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala,

Tuhan yang Maha Esa, atas rahmat dan hidayahnya

penulis dapat menyelesaikan buku “Praktik Manajemen

Keperawatan: Teori dan Aplikasinya” ini dengan sebaik-baiknya.

Buku ini merupakan buku yang disusun berdasarkan hasil

pengalaman pembelajaran mahasiswa praktik yang telah dilakukan

sebagai akademisi dalam penerapan tridharma perguruan tinggi.

Buku ini menjelaskan tentang konsep pengelolaan keperawatan dan

langkah-langkah konkret dalam pelaksanaannya di ruangan. Buku

ini menjadi salah satu output dan hak kekayaan intelektual yang

dilakukan sebagai luaran capaian dari setiap kegiatan tridharma

perguruan tinggi yang telah dilakukan.

Setelah mempelajari buku ini diharapkan para pembaca dapat

memahami konsep pengelolaan keperawatan dan langkah-langkah

konkret dalam pelaksanaannya di ruangan. Penulis menyadari

bahwa penulisan buku ini sangat jauh dari sempurna. Oleh karena

itu, penulis mengaharapakan kritik dan saran yang membangun

demi perbaikan buku ini. Tak lupa kami ucapkan terima kasih

sebesar-besarnya atas bantuan dan motivasi sehingga buku ini bisa

digunakan oleh para pembaca buku ini.

Mataram, 10 Juli 2020

Irwan Hadi, S.Kep., Ners., M.Kep.

ii
Sambutan

P
uji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah Subhanu wa Ta’ala

Tuhan Yang Maha Esa atas terbitnya buku “Praktik Manajemen

Keperawatan: Teori dan Aplikasinya”. Buku ini merupakan buku

yang sangat baik karena didasarkan pada hasil pengalaman pembelajaran

mahasiswa praktik dan kemudian dikembangkan sesuai dengan keahlian

dan kepakarannya. Diharapkan dengan buku tersebut mampu

memberikan pemikiran dan ide dalam berinovasi dan dapat dimanfaatkan

oleh masyarakat. Semoga buku ini menjadi amal ibadah yang tidak ternilai

dan menjadi amal jariayah kita semua.

Mataram, 2 Januari 2020

Ketua STIKES YARSI Mataram

(H. Zulkahfi, S.Kep., Ners., M.Kes.)

iii
Daftar Isi

Cover – i

Kata Pengantar – ii

Sambutan – iii

Daftar Isi – iv

Daftar Tabel – vi

Daftar Gambar – viii

Bagian 1 Pengantar Manajemen Keperawatan – 1

Pengantar Manajemen Keperawatan – 2

A. Definisi Manajemen Keperawatan – 2

B. Prinsip-prinsip yang Mendasari Manajemen Keperawatan – 3

C. Prinsip-prinsip Manajemen Keperawatan – 5

D. Tujuan Manajemen Keperawatan – 7

Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) – 7

A. Definisi Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) – 7

B. Tujuan Definisi Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) - 8


C. Pilar Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) – 9

Pendekatan Manajemen (Management Approach) dalam

Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) - 9

A. Perencanaan (Planning) – 9

B. Pengorganisasian (Organizing) – 10

C. Pengarahan (Directing) – 12

D. Pengawasan (Supervisi) – 13

E. Pengendalian (Controlling) – 14

iv
Gaya Kepemimpinan – 15

Bagian 2 Pengkajian Manajemen Keperawatan – 25

Pengkajian Manajemen Keperawatan – 26

B. M1 (Man) – 26

2. M2 (Materials) – 44

3. M3 (Method) – 52

4. Keuangan (M4-Money) – 57

5. M5 (Mutu) – 60

Bagian 3 Analisa Data, Identifikasi Masalah, dan Prioritas Masalah – 74

A. Analisa SWOT – 75

B. Diagram Layang - 82

C. Identifikasi Masalah - 83

D. Prioritas Masalah

Bagian 4 Perencanaan Praktik Manajemen Keperawatan – 88

Bagian 5 Pelaksanaan Praktik Manajemen Keperawatan – 95

A. M1 (Man) - 96

B. M2 (Matherials) - 97

C. M3 (Method) - 99

D. M4 (Money) - 123

Bagian 6 Monitoring dan Evaluasi Praktik Keperawatan - 126

A. Hakikat Monitoring dan Evaluasi (Monev) – 127

B. Controlling (Pengendalian/Evaluasi) - 128

C. Model Sistem Manajemen Keperawatan - 132

Daftar Pustaka - 134

Glosarium
v
Daftar Tabel

Tabel 1 Contoh Komposisi Ketenaga Keperawatan di Ruang A Rumah


Sakit X Tahun 2020 ............................................................................................. 21
Tabel 2 Komposisi tenaga Non-Keperawatan di Ruang X Rumah Sakit Y 27
Tabel 3 Contoh Komposisi kebutuhan tenaga di Ruang A RS X ................ 25
Tabel 4. Pelaksanaan tindakan keperawatan langsung ................................ 26
Tabel 5. Pelaksanaan tindakan keperawatan tidak langsung...................... 26
Tabel 6. Pelaksanaan Kegiatan Produktif ....................................................... 27
Tabel 7. Pelaksanaan Kegiatan Non Produktif .............................................. 27
Tabel 8. Rekapitulasi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan ........................ 27
Tabel 9. Beban Kerja ........................................................................................... 27
Tabel 10. Bed Occupacy Rate ............................................................................ 28
Tabel 11. Perbandingan Jumlah Tempat Tidur, Toilet dan Kamar Mandi
Kepmenkes No 1204/Menkes/SK/X/2004 Tentang Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Di Rumah Sakit. ........................................................................... 30
Tabel 12. Indeks Perbandingan Jumlah Karyawan dengan Jumlah Toilet
dan Jumlah Kamar Mandi (Kepmenkes 2004). .............................................. 30
Tabel 13. Peralatan Medis di Ruang M (Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Nomor 340/MENKES/III/2010)........................................................ 32
Tabel 14. Sarana dan Prasarana di Ruang M (Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Nomor 340/MENKES/III/2010)........................................................ 33
Tabel 15. Angket Sarana dan Prasana , Nursalam 2014 ............................... 35
Tabel 16. Angket penerapan model asuhan keperawatan ........................... 37
Tabel 17. Angket Timbang Terima .................................................................. 38
Tabel 18. Angket Timbang Terima .................................................................. 39
Tabel 19. Angket Supervisi ............................................................................... 42
Tabel 20. Angket Penerimaan Pasien Baru ..................................................... 43
Tabel 21. Angket discharge planning .............................................................. 44
Tabel 22. Angket Dokumentasi ........................................................................ 44
Tabel 23. Tarif Ruangan .................................................................................... 45
Tabel 24. Tarif Tindakan di Ruang M ............................................................. 46
Tabel 25. Tarif Laboratorium ............................................................................ 46
Tabel 26. Tarif Pemeriksaan Radiologi ........................................................... 47
vi
Tabel 27. Angket Indeks KATZ ........................................................................ 48
Tabel 28. Contoh Analisa SWOT ...................................................................... 59
Tabel 29. Prioritas Masalah Berdasarkan Metode CARL ............................. 63
Tabel 30. Perencanaan Praktik Manajemen Keperawatan ........................... 67

vii
Daftar Gambar
Gambar 1. Contoh Struktur Organisasi di Ruang A RS X............................ 26
Gambar 2. Contoh Denah Ruang M di RS X . .................................................44
Gambar 3. Diagram Layang Analisa SWOT ..................................................82
Gambar 4. Sistem Model Input-Output ........................................................ 133

viii
Bagian 1

Pengantar Manajemen Keperawatan

1
Pengantar Manajemen Keperawatan

A. Definisi Manajemen Keperawatan

Manajemen berasal dari kata to manage yang artinya mengatur

atau mengelola atau mengurus. Beberapa ahli manajemen

mengemukan pengertian manajemen dari sudut pandang yang

berbeda, antara lain Mary Parker Follet misalnya, mendefinisikan

manajemen sebagai seni menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain.

Definisi ini berarti bahwa seorang manajer bertugas mengatur dan

mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan organisasi.

Ricky W. Griffin mendefinisikan manajemen sebagai sebuah

proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan

pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran (goals) secara

efektif dan efesien. Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai

dengan perencanaan, sementara efisien berarti bahwa tugas yang ada

dilaksanakan secara benar, terorganisir, dan sesuai dengan jadwal.

Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan

proaktif dalam menjalankan suatu kegiatan di organisasi. Manajemen

tersebut mencakup kegiatan planning, organizing, actuating, controlling

(POAC) terhadap staf, sarana, dan prasarana dalam mencapai tujuan

organisasi (Nursalam, 2014).

Manajemen keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui

anggota staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan

secara profesional. Proses manajemen keperawatan sejalan dengan

proses keperawatan sebagai suatu metode pelaksanaan asuhan

keperawatan secara profesional, sehingga diharapkan keduanya dapat

saling mendukung. Proses keperawatan sebagaiman manajemen

2
keperawatan terdiri atas pengumpulan data, identifikasi masalah,

perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi hasil (Nursalam, 2014).

Manajemen keperawatan merupakan suatu bentuk koordinasi

dan integrasi sumber-sumber keperawatan dengan menerapkan proses

manajemen untuk mencapai tujuan dan obyektifitas asuhan

keperawatan (Huber, 2000). Kelly dan Heidental (2004) menyatakan

bahwa manajemen keperawatan dapat didefinisikan sebagai suatu

proses dari perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan

pengawasan untuk mencapai tujuan. Proses manajemen dibagi menjadi

5 (lima) tahap, yaitu: perencanaan, pengorganisasian, kepersonaliaan,

pengarahan, dan pengendalian (Marquis dan Huston, 2010).

Manajemen keperawatan adalah proses kerja setiap perawat

untuk memberikan pengobatan dan kenyamanan terhadap pasien.

Tugas manajer keperawatan adalah merencanakan, mengatur,

mengarahkan dan mengawasi keuangan yang ada, peralatan dan

sumber daya manusia untuk memberikan pengobatan yang efektif dan

ekonomis pada pasien (Gillies, 2000).

B. Prinsip-prinsip yang Mendasari Manajemen Keperawatan

Prinsip-prinsip yang mendasari manajemen keperawatan

adalah:

1. Manajemen keperawatan seyogianya berlandaskan perencanaan

karena melalui fungsi perencanaan, pimpinan dapat menurunkan

risiko pengambilan keputusan, pemecahan masalah yang afektif

dan terencana.

2. Manajemen keperawatan dilaksanakan melalui penggunaan waktu

yang efektif. Manajer keperawatan menghargai waktu akan

menyusun perencanaan yang terprogram dengan baik dan

3
melaksanakan kegiatan sesuai dengan waktu yang telah

ditentukan sebelumnya.

3. Manajemen keperawatan akan melibatkan pengambilan keputusan

berbagai situasi maupun permasalahan yang terjadi dalam

pengelolaan kegiatan keperawatan memerlukan pengambilan

keputusan di berbagai tingkat manajerial.

4. Memenuhi kebutuhan asuhan keperawatan pasien merupakan

fokus perhatian manajer keperawatan dengan mempertimbangkan

apa yang pasien lihat, fikir, yakini, dan ingini. Kepuasan pasien

merupakan poin utama dari seluruh tujuan keperawatan.

5. Manajemen keperawatan harus terorganisir. Pengorganisasian

dilakukan sesuai dengan kebutuhan organisasi untuk mencapai

tujuan.

6. Pengarahan merupakan elemen kegiatan manajemen keperawatan

yang meliputi proses pendelegasian, supervisi, koordinasi, dan

pengendalian pelaksanaan rencana yang telah diorganisasikan.

7. Manajer keperawatan yang baik adalah manajer yang dapat

memotivasi staf untuk memperlihatkan penampilan kerja yang

baik.

8. Manajemen keperawatan menggunakan komunikasi yang efektif.

Komunikasi yang efektif akan mengurangi kesalahpahaman dan

memberikan persamaan pandangan arah dan pengertian di antara

bawahan.

9. Pengembangan staf penting untuk dilaksanakan sebagai upaya

mempersiapkan perawat pelaksana untuk menduduki posisi yang

lebih tinggi ataupun upaya manajer untuk meningkatkan

pengetahuan karyawan.

4
10. Pengendalian merupakan elemen manajemen keperawatan yang

meliputi penilaian tentang pelaksanaan rencana yang telah dibuat,

pemberian instruksi, dan menetapkan prinsip-prinsip melalui

penetapan standar, membandingkan penampilan dengan standar

dan memperbaiki kekurangan.

C. Prinsip-prinsip Manajemen Keperawatan

Agar manajemen dapat berjalan sesuai dengan harapan dan

mencapai tujuan organisasi, maka pemahaman tentang prinsip-prinsip

manajemen sangatlah dibutuhkan. Ada 7 (tujuh) prinsip manajemen

yang harus diketahui, yaitu: perencanaan, penggunaan waktu yang

efektif, pengambilan keputusan, pengelola/pemimpin, tujuan sosial,

pengorganisasian, dan perubahan. Berikut ini akan dijelaskan maksud

dari prinsip-prinsip manajemen tersebut.

1. Perencanaan (Planning)

Perencanaan adalah fungsi dasar dan pertama dalam

manajemen (the first function of management). Semua fungsi

manajemen tergantung dari perencanaan. Perencanaan adalah

suatu proses berpikir atau proses mental untuk membuat

keputusan dan peramalan (forecasting). Perencanaan harus

berorientasi ke masa depan dan memastikan kemungkinan hasil

yang diharapkan (Swansburg dan Swansburg, 1999). Dalam

perencanaan, salah satu hal penting yang menjadi pusat perhatian

adalah rencana pengaturan sumber daya manusia (SDM) dan

sumber daya lain yang relevan. Perencanaan yang baik akan

meningkatkan capaian tujuan dan pembiayaan yang efektif.

2. Penggunaan Waktu Efektif (Effective Utilization of Time)

5
Penggunaan waktu efektif berhubungan dengan pola

pengaturan dan pemanfaatan waktu yang tepat dan

memungkinkan berjalannya roda organisasi dan tercapainya

tujuan organisasi. Waktu pelayanan dihitung dan kegiatan perawat

dikendalikan.

3. Pengambilan Keputusan (Decision Making)

Pengambilan keputusan adalah suatu hasil atau keluaran

dari proses mental atau kognitif yang membawa pada pemilihan di

antara beberapa alternatif yang tersedia yang dilakukan oleh

seorang pembuat keputusan. Keputusan dibuat untuk mencapai

tujuan melalui pelaksanaan/implementasi dari pilihan keputusan

yang diambil.

4. Pengelola/Pemimpin (Manager/Leader)

Manajer yang bertugas mengatur manajemen memerlukan

keahlian dan tindakan nyata agar para anggota menjalankan tugas

dan wewenang dengan baik. Adanya manajer yang mampu

memberikan semangat, mengontrol dan mengajak mencapai tujuan

merupakan sumber daya yang sangat menentukan.

5. Tujuan Sosial (Social Goal)

Manajemen yang baik harus memiliki tujuan yang jelas dan

ditetapkan dalam bentuk visi, misi, dan tujuan organisasi.

6. Pengorganisasian (Organizing)

Pengorganisasian adalah pengelompokan sejumlah aktivitas

untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Penugasan pada masing-

masing kelompok dilakukan berdasarkan supervisi, ada koordinasi

dengan unit lain baik secara horizontal maupun secara vertikal

(Swansburg dan Swansburg, 1999).

6
7. Perubahan (Change)

Perubahan adalah proses penggantian dari suatu hal dengan

yang lainnya yang berbeda dari sebelumnya (Douglas, 1988). Di

dalam manajemen keperawatan perubahan dijadikan prinsip

karena sifat layanan yang dinamis mengikuti karakteristik pasien

yang akan dilayani.

D. Tujuan Manajemen Keperawatan

Adapun tujuan manajemen keperawatan adalah:

1. Mengarahkan seluruh kegiatan yang direncanakan.

2. Mencegah/mengatasi permasalahan manajerial.

3. Pencapaian tujuan organisasi secara efektif dan efisien dengan

melibatkan seluruh komponen yang ada.

4. Meningkatkan metode kerja keperawatan sehingga staf perawatan

bekerja lebih efektif dan efisien, mengurangi waktu kerja yang sia-

sia, serta mengurangi duplikasi tenaga dan upaya.

Hasil akhir (outcome) yang diharapkan dari manajemen

keperawatan adalah:

1. Terselenggaranya pelayanan.

2. Asuhan keperawatan yang berkualitas.

3. Pengembangan staf.

4. Budaya riset bidang keperawatan.

Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP)

A. Definisi Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP)

Di masa yang akan datang, pelayanan keperawatan di Indonesia

dituntut untuk terus melakukan perbaikan yang lebih baik dalam

memberikan asuhan keperawatan dengan mengedepankan praktik

keperawatan yang profesional yang memiliki karakteristik utama yaitu

7
mempunyai komitmen yang tinggi untuk melayani dalam pemberian

asuhan keperawatan. Menurut Undang-Undang No. 23 Tahun 1992

tentang Kesehatan bahwa ilmu keperawatan adalah salah satu ilmu

yang digunakan dalam upaya penyembuhan dan pemulihan kesehatan

pasien karena pada prinsipnya perawat mampu mengaplikasikan

pelayanan yang profesional (Adhitama, 2009).

Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) merupakan

suatu metode pelayanan keperawatan yang sistematis, terstruktur, dan

memiliki proses serta nilai-nilai profesionalisme yang memungkinkan

perawat profesional memberikan asuhan keperawatan secara

profesional (Sitorus, 2006). Model Praktik Keperawatan Profesional

(MPKP) adalah bentuk dari pemberian asuhan keperawatan yang

berdasarkan nilai-nilai profesionalisme atau pelayanan prima

keperawatan yang dapat meningkatkan mutu asuhan keperawatan di

rumah sakit. Untuk mengimplementasikan manajemen keperawatan

yang optimal, diperlukan suatu metode pelaksanaan yang tepat

sasaran, dapat diaplikasikan dan memberikan hasil yang dapat

dipertanggungjawabkan. Saat ini metode manajemen keperawatan

mengarah kepada metode Model Praktik Keperawatan Profesional

(MPKP).

B. Tujuan Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP)

Menurut Keliat (2010), ada beberapa tujuan Model Praktik

Keperawatan Profesional (MPKP), yaitu:

1. Menjaga konsistensi asuhan keperawatan.

2. Mengurangi konflik, tumpang tindih dan kekosongan pelaksanaan

asuhan keperawatan oleh tim keperawatan.

8
3. Menciptakan kemandirian dalam memberikan asuhan

keperawatan.

4. Memberikan pedoman dalam menentukan kebijakan dan

keputusan.

5. Menjelaskan dengan tegas ruang lingkup dan tujuan asuhan

keperawatan bagi setiap tim keperawatan.

C. Pilar Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP)

Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) menurut

Sitorus (2006) adalah bentuk dari pemberian asuhan keperawatan yang

berdasarkan nilai-nilai profesionalisme dan memiliki 4 (empat) pilar,

yaitu:

1. Pendekatan manajemen (management approach).

2. Kompensasi dan penghargaan (compensatory reward).

3. Hubungan profesional (professional relationship).

4. Manajemen asuhan keperawatan (patient care delivery).

Pada buku ini pilar yang akan diteliti adalah pilar yang pertama

yaitu pendekatan manajemen (management approach).

Pendekatan Manajemen (Management Approach) dalam Model Praktik

Keperawatan Profesional (MPKP)

Pada penerapannya di dalam pelayanan kesehatan pendekatan

manajemen (management approach) diterapkan dalam bentuk fungsi

manajemen yang meliputi: perencanaan (planning), pengorganisasian

(organizing), pengarahan (directing), pengawasan (supervisi), dan

pengendalian (controlling) (Siagian, 2012).

A. Perencanaan (Planning)

9
Kegiatan perencanaan dalam praktik keperawatan profesional

merupakan upaya untuk meningkatkan profesionalisme dalam

pelayanan keperawatan sehingga mutu pelayanan bukan saja dapat

dipertahankan tetapi juga dapat terus meningkat sampai tercapai

derajat tertinggi bagi penerima jasa pelayanan itu sendiri.

Perencanaan adalah suatu rincian kegiatan tentang apa yang

harus dilakukan, bagaimana kegiatan dilaksanakan dan dimana

kegiatan itu dilaksanakan. Perencanaan kegiatan keperawatan di ruang

rawat inap akan mempermudah serta memberi petunjuk terhadap

pelaksanaan suatu kegiatan untuk mencapai tujuan pelayanan dan

asuhan keperawatan kepada pasien. Perencanaan di ruang rawat inap

melibatkan seluruh personil mulai dari perawat pelaksana, ketua tim,

dan kepala ruangan (Siagian, 2012).

Perencanaan yang dilakukan oleh kepala ruangan meliputi

perencanaan tahunan, bulanan, mingguan, dan harian. Kegiatan yang

dilakukan dalam menyusun perencanaan di ruang rawat inap meliputi

perencanaan kebutuhan tenaga, kebutuhan logistik ruangan, program

kendali mutu yang akan disusun untuk mencapai tujuan jangka

pendek, jangka menengah dan jangka panjang. Selain itu, kepala

ruangan juga merencanakan kegiatan di ruangan seperti pertemuan

dengan staf dengan tujuan untuk menilai atau mengevaluasi kegiatan

yang telah dilakukan sesuai dengan standar atau belum, sehingga

dapat dilakukan perubahan-perubahan serta pengembangan dari hasil

evaluasi tersebut (Siagian, 2012).

B. Pengorganisasian (Organizing)

10
Pengorganisasian didefinisikan sebagai pengelompokan orang,

alat, tugas, kewenangan dan tanggung jawab sehingga tercipta suatu

organisasi yang dapat digerakkan sebagai satu kesatuan dalam rangka

mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Ada 3 (tiga) aspek penting

dalam pengorganisasian, yaitu: pola struktur organisasi, penataan

kegiatan, dan struktur kerja organisasi (Siagian, 2012).

Prinsip-prinsip pengorganisasian yaitu: pembagian kerja,

kesatuan komando, rentang kendali, pendelegasian, dan koordinasi.

Pengorganisasian bermanfaat untuk penjabaran terinci semua

pekerjaan yang harus dilakukan dalam mencapai tujuan, pembagian

beban kerja sesuai dengan kemampuan, dan mengatur mekanisme

kerja antar masing-masing anggota kelompok untuk hubungan dan

koordinasi (Sarwoto, 2010).

Menurut Sarwoto (2010), kepala ruangan bertanggung jawab

untuk mengorganisasi kegiatan pelayanan dan asuhan keperawatan di

ruang rawat inap yang meliputi:

1. Struktur Organisasi

Struktur organisasi di ruang rawat inap meliputi: struktur,

bentuk, dan bagan. Berdasarkan keputusan direktur rumah sakit

dapat ditetapkan struktur organisasi ruang rawat inap untuk

menggambarkan pola hubungan antar bagian atau staf atasan baik

vertikal maupun horizontal. Dan juga dapat dilihat posisi tiap

bagian, wewenang dan tanggung jawab serta jalur tanggung gugat.

Bentuk organisasi disesuaikan dengan pengelompokan kegiatan

atau sistem penugasan.

2. Pengelompokan Kegiatan

11
Setiap organisasi memiliki serangkaian tugas atau kegiatan

yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan. Kegiatan perlu

dikelompokkan sesuai dengan spesifikasi tertentu.

Pengelompokan kegiatan dilakukan untuk mempermudah

pembagian tugas pada perawat sesuai dengan pengetahuan dan

keterampilan yang mereka miliki serta disesuaikan dengan

kebutuhan pasien.

3. Koordinasi Kegiatan

Kepala ruangan sebagai koordinator kegiatan harus

menciptakan kerjasama yang selaras satu sama lain dan saling

mendukung untuk menciptakan suasana kerja yang kondusif.

Selain itu, perlu adanya pendelegasian tugas kepada ketua tim atau

perawat pelaksana dalam asuhan keperawatan di ruang rawat

inap.

4. Evaluasi Kegiatan

Kegiatan yang telah dikerjakan perlu dievaluasi untuk

menilai apakah pelaksanaan kegiatan sesuai dengan rencana yang

telah ditetapkan. Kepala ruangan berkewajiban dalam memberi

pengarahan yang jelas tentang kegiatan yang akan dilakukan. Oleh

karena itu diperlukan uraian tugas yang jelas dari masing-masing

staf dan standar penampilan kerja.

C. Pengarahan (Directing)

Pengarahan adalah suatu usaha untuk penerapan perencanaan

dalam bentuk tindakan untuk mencapai tujuan organisasi yang telah

ditetapkan sebelumnya. Fungsi pengarahan bertujuan agar perawat

atau staf mampu melaksanakan tugas sesuai dengan yang diharapkan.

Dalam melakukan pengarahan, kegiatan yang dilakukan kepala

12
ruangan diantaranya adalah saling memberi motivasi, membantu

pemecahan masalah, melakukan pendelegasian, melakukan

komunikasi yang efektif, melakukan kolaborasi dan koordinasi

(Siagian, 2012).

Memberi motivasi merupakan unsur-unsur yang penting dalam

pelaksanaan tugas pelayanan dan asuhan keperawatan di ruang rawat

inap. Hal-hal yang perlu dilakukan dalam membangun iklim motivasi

diantaranya adalah:

1. Pemberian reinforcement positif yaitu menguatkan perilaku positif

dengan memberikan reward. Reward yang dimaksud adalah

membudayakan dalam tim untuk membudayakan pemberian

pujian yang tulus antar karyawan.

2. Membantu mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah setiap

personil dengan cara kepala ruangan mampu untuk berkomunikasi

intensif dengan semua staf baik ketua tim maupun perawat

pelaksana untuk mempererat hubungan.

3. Melakukan pengembangan jenjang karier dan kompetensi para

staf.

4. Melakukan sistem reward yang adil sesuai dengan kinerja yang

telah dilakukan staf.

D. Pengawasan (Supervisi)

Pengawasan dalam keperawatan adalah proses pemberian

sumber-sumber yang dibutuhkan perawat untuk menyelesaikan tugas

dalam rangka pencapaian tujuan. Tujuan dalam dari supervisi adalah

pemenuhan dan peningkatan kepuasan pelayanan pada pasien dan

keluarga yang difokuskan pada kebutuhan, keterampilan, dan

kemampuan perawat dalam melakukan tugasnya.

13
Supervisi adalah kegiatan pokok yang harus dilakukan oleh

manajer. Sedangkan orang yang melakukan fungsi supervisi disebut

supevisior yang biasanya dilakukan oleh kepala ruangan, pengawas

keperawatan, atau kepala bidang wakil direktur keperawatan.

Tanggung jawab supervisior dalam manajemen pelayanan

keperawatan yaitu: menetapkan dan mempertahankan standar praktik

keperawatan, menilai kualitas pelayanan asuhan keperawatan,

mengembangkan peraturan dan prosedur yang mengatur pelayanan

keperawatan, memantapkan kemampuan perawat, dan memastikan

praktik keperawatan profesional dilakukan dengan benar.

Supervisi dilakukan dengan cara langsung dan tidak langsung.

Supervisi secara langsung yaitu dimana supervisior terlibat langsung

dalam kegiatan yang sedang berlangsung sehingga dapat memberikan

pengarahan secara langsung. Sedangkan supervisi tidak langsung

dilakukan melalui laporan dengan lisan maupun tulisan dan

supervisior tidak terlibat dalam kegiatan yang berlangsung.

E. Pengendalian (Controlling)

Pengendalian adalah penilaian tentang pelaksanaan rencana

yang telah dibuat dengan mengukur dan mengkaji struktur, proses,

dan hasil pelayanan asuhan keperawatan sesuai standar dan keadaan

institusi untuk mencapai dan mempertahankan kualitas. Pengendalian

sebagai pemeriksaan mengenai apakah segala sesuatunya berjalan

sesuai dengan rencana yang telah disepakati, instruksi yang

dikeluarkan, dan prinsip yang telah ditentukan yang bertujuan

menunjukkan kekurangan dan kesalahan agar dapat diperbaiki dan

tidak terjadi lagi.

14
Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengendalian meliputi:

penetapan standar dan metode pengukuran prestasi kerja, melakukan

pengukuran prestasi kerja, menetapkan apakah prestasi kerja sesuai

dengan standar, dan mengambil tindakan korektif. Indikator kualitas

asuhan keperawatan yaitu: nilai dokumentasi keperawatan, tingkat

kepuasan pasien, dan tingkat kepuasan perawat. Untuk kegiatan mutu

yang perlu dilakukan oleh kepala ruangan yaitu: audit dokumentasi

proses keperawatan setiap dua bulan sekali, survei kepuasan pasien,

survei kepuasan perawat setiap enam bulan sekali, perhitungan lama

hari rawat, dan melakukan langkah-langkah perbaikan dengan

memperhitungkan standar yang telah ditetapkan.

Gaya Kepemimpinan

A. Definisi Gaya Kepemimpinan

Gaya diartikan sebagai suatu cara penampilan karakteristik atau

tersendiri. Gaya didefinisikan sebagai hak istimewa tersendiri dari si

ahli dengan hasil akhir yang dicapai tanpa menimbulkan isu

sampingan. Gaya kepemimpinan merupakan cara seseorang

memanfaatkan kekuatan yang tersedia untuk memimpin orang lain.

Setiap pemimpin memiliki gaya kepemimpinan yang berbeda. Ada 3

(tiga) faktor yang menjadi kunci gaya kepemimpinan seseorang yang

merupakan faktor yang saling melengkapi dan mempengaruhi satu

sama lainnya, yaitu: pemimpin itu sendiri, orang yang dipimpin, dan

situasi.

Gillies (1996) menyatakan bahwa gaya kepemimpinan dapat

diidentifikasikan berdasarkan perilaku pemimpin itu sendiri. Perilaku

seseorang dipengaruhi oleh adanya pengalaman bertahun-tahun

dalam kehidupannya.

15
B. Jenis-jenis Gaya Kepemimpinan

Kepribadian seseorang akan memengaruhi gaya kepemimpinan

yang digunakan. Gaya kepemimpinan seseorang cenderung sangat

bervariasi dan berbeda-beda. Menurut para ahli, terdapat beberapa

gaya kepemimpinan yang dapat diterapkan dalam suatu organisasi

antara lain sebagai berikut.

1. Gaya Kepemimpinan Menurut Tannenbau dan Warrant H.

Schmidt

Menurut kedua ahli tersebut, gaya kepemimpinan dapat

dijelaskan melalui dua titik ekstrem yaitu kepemimpinan berfokus

pada atasan dan kepemimpinan berfokus pada bawahan. Gaya

tersebut dipengaruhi oleh faktor manajer, faktor karyawan, dan

faktor situasi. Jika pemimpin memandang bahwa kepentingan

organisasi harus didahulukan jika dibanding dengan kepentingan

individu, maka pemimpin akan lebih otoriter, akan tetapi jika

bawahan mempunyai pengalaman yang lebih baik dan

menginginkan partisipasi, maka pemimpin dapat menerapkan

gaya partisipasinya.

2. Gaya Kepemimpinan Menurut Likert

Likert dalam Nursalam (2002) mengelompokkan gaya

kepemimpinan dalam 4 (empat) sistem, yaitu:

a. Sistem Otoriter–Eksploitatif

Pemimpin tipe ini sangat otoriter, mempunyai

kepercayaan yang rendah terhadap bawahannya, memotivasi

bawahan melalui ancaman atau hukuman. Komunikasi yang

dilakukan bersifat satu arah ke bawah (top-down).

b. Sistem Benevolent–Otoritatif (Authoritative)

16
Pemimpin mempercayai bawahan sampai pada tingkat

tertentu, memotivasi bawahan dengan ancaman atau hukuman

tetapi tidak selalu, dan membolehkan komunikasi ke atas.

Pemimpin memperhatikan ide bawahan dan mendelegasikan

wewenang, meskipun dalam pengambilan keputusan masih

melakukan pengawasan yang ketat.

c. Sistem Konsultatif

Pemimpin mempunyai kepercayaan yang cukup besar

terhadap bawahan. Pemimpin menggunakan balasan (insentif)

untuk memotivasi bawahan dan kadang-kadang

menggunakan ancaman atau hukuman. Komunikasi dua arah

dan menerima keputusan spesifik yang dibuat oleh bawahan.

d. Sistem Partisipatif

Pemimpin mempunyai kepercayaan sepenuhnya

terhadap bawahan, selalu memanfaatkan ide bawahan, serta

menggunakan insentif ekonomi untuk memotivasi bawahan.

Komunikasi bersifat dua arah dan menjadikan bawahan

sebagai kelompok kerja.

3. Gaya Kepemimpinan Menurut Teori X dan Teori Y

Teori ini dikemukakan oleh Douglas McGregor dalam

bukunya The Human Side Enterprise (1960). Dia menyebutkan

bahwa perilaku seseorang dalam suatu organisasi dapat

dikelompokkan menjadi dua kutub utama, yaitu sebagai Teori X

dan Teori Y. Teori X mengasumsikan bahwa bawahan itu tidak

menyukai pekerjaan, kurang ambisi, tidak mempunyai tanggung

jawab, cenderung menolak perubahan, dan lebih suka dipimpin

daripada memimpin. Sebaliknya Teori Y mengasumsikan bahwa

17
bawahan itu senang bekerja, bisa menerima tanggung jawab,

mampu mandiri, mampu mengawasi diri, mampu berimajinasi,

dan kreatif. Berdasarkan teori ini, gaya kepemimpinan dibedakan

menjadi 4 (empat) macam, yaitu:

a. Gaya Kepemimpinan Diktator

Gaya kepemimpinan yang dilakukan dengan

menimbulkan ketakutan serta menggunakan ancaman dan

hukuman merupakan bentuk dari pelaksanaan Teori X.

b. Gaya Kepemimpinan Otokratis

Pada dasarnya gaya kepemimpinan ini hampir sama

dengan gaya kepemimpinan diktator namun bobotnya agak

kurang. Segala keputusan berada di tangan pemimpin,

pendapat dari bawahan tidak pernah dibenarkan. Gaya ini juga

merupakan pelaksanaan dari Teori X.

c. Gaya Kepemimpinan Demokratis

Ditemukan adanya peran serta dari bawahan dalam

pengambilan sebuah keputusan yang dilakukan dengan cara

musyawarah. Gaya kepemimpinan ini pada dasarnya sesuai

dengan Teori Y.

d. Gaya Kepemimpinan Santai

Peranan dari pemimpin hampir tidak terlihat karena

segala keputusan diserahkan pada bawahan. Gaya

kepemimpinan ini sesuai dengan Teori Y (Azwar, 1996).

4. Gaya Kepemimpinan Menurut Robert House

Berdasarkan teori motivasi pengharapan, Robert House

mengemukakan 4 (empat) gaya kepemimpinan, yaitu:

a. Direktif

18
Pemimpin menyatakan kepada bawahan tentang

bagaimana melaksanakan suatu tugas. Gaya ini mengandung

arti bahwa pemimpin selalu berorientasi pada hasil yang

dicapai oleh bawahannya.

b. Suportif

Pemimpin berusaha mendekatkan diri kepada bawahan

dan bersikap ramah terhadap bawahan.

c. Partisipatif

Pemimpin berkonsultasi dengan bawahan untuk

mendapatkan masukan dan saran dalam rangka pengambilan

sebuah keputusan.

d. Berorientasi Tujuan

Pemimpin menetapkan tujuan yang menantang dan

mengharapkan bawahan berusaha untuk mencapai tujuan

tersebut dengan seoptimal mungkin.

5. Gaya Kepemimpinan Menurut Hersey dan Blanchard

Berikut adalah beberapa gaya kepemimpinan menurut

Hersey dan Blanchard (1997) dan ciri-ciri pada tiap gaya

kepemimpinan tersebut.

a. Instruksi:

1) tinggi tugas dan rendah hubungan;

2) komunikasi sejarah;

3) pengambilan keputusan berada pada pimpinan dan peran

bawahan sangat minimal;

4) pemimpin banyak memberikan pengarahan atau instruksi

yang spesifik serta mengawasi dengan ketat.

b. Konsultasi:

19
1) tinggi tugas dan tinggi hubungan;

2) komunikasi dua arah;

3) peran pemimpin dalam pemecahan masalah dan

pengambilan keputusan cukup besar, bawahan diberi

kesempatan untuk memberi masukan, dan menampung

keluhan.

c. Partisipasi:

1) tinggi hubungan tapi rendah tugas;

2) pemimpin dan bawahan bersama-sama memberi gagasan

dalam pengambilan keputusan.

d. Delegasi:

1) rendah hubungan dan rendah tugas;

2) komunikasi dua arah, terjadi diskusi dan pendelegasian

antara pemimpin dan bawahan dalam pengambilan

keputusan pemecahan masalah.

6. Gaya Kepemimpinan Menurut Lippits dan K. White

Menurut Lippits dan White, terdapat 3 (tiga) gaya

kepemimpinan yaitu: otoriter, demokrasi, dan liberal yang mulai

dikembangkan di Universitas Iowa.

a. Otoriter

Gaya kepemimpinan ini memiliki ciri-ciri antara lain:

1) wewenang mutlak berada pada pimpinan;

2) keputusan selalu dibuat oleh pimpinan;

3) kebijaksanaan selalu dibuat oleh pimpinan;

4) komunikasi berlangsung satu arah dari pimpinan kepada

bawahan;

20
5) pengawasan terhadap sikap, tingkah laku, perbuatan atau

kegiatan para bawahan dilakukan secara ketat;

6) prakarsa harus selalu berasal dari pimpinan;

7) tidak ada kesempatan bagi bawahan untuk memberikan

saran, pertimbangan atau pendapat;

8) tugas-tugas bawahan diberikan secara instruktif;

9) lebih banyak kritik daripada pujian;

10) pimpinan menuntut prestasi sempurna dari bawahan

tanpa syarat;

11) pimpinan menuntut kesetiaan tanpa syarat;

12) cenderung adanya paksaan, ancaman, dan hukuman;

13) kasar dalam bersikap;

14) tanggung jawab keberhasilan organisasi hanya dipikul

oleh pimpinan.

b. Demokratis

Kepemimpinan gaya demokratis adalah kemampuan

dalam memengaruhi orang lain agar bersedia bekerjasama

untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Berbagai

kegiatan yang akan dilakukan ditentukan bersama antara

pimpinan dan bawahan.

Gaya kepemimpinan ini memiliki ciri-ciri antara lain:

1) wewenang pimpinan tidak mutlak;

2) pimpinan bersedia melimpahkan sebagian wewenang

kepada bawahan;

3) keputusan dibuat bersama antara pimpinan dan bawahan;

4) komunikasi berlangsung timbal balik;

5) pengawasan dilakukan secara wajar;

21
6) prakarsa dapat datang dari bawahan;

7) banyak kesempatan dari bawahan untuk menyampaikan

saran dan pertimbangan;

8) tugas-tugas yang kepada bawahan lebih bersifat

permintaan daripada instruktif;

9) pujian dan kritik seimbang;

10) pimpinan mendorong prestasi sempurna para bawahan

dalam batas masing-masing;

11) pimpinan meminta kesetiaan bawahan secara wajar;

12) pimpinan memperhatikan perasaan dalam bersikap dan

bertindak;

13) terdapat suasana saling percaya, saling menghormati, dan

saling menghargai;

14) tanggung jawab keberhasilan organisasi ditanggung

bersama-sama.

c. Liberal atau Laissez Faire

Kepemimpinan gaya liberal atau Laissez Faire adalah

kemampuan memengaruhi orang lain agar bersedia

bekerjasama untuk mencapai tujuan dengan cara lebih banyak

menyerahkan pelaksanaan berbagai kegiatan kepada bawahan.

Gaya kepemimpinan ini memiliki ciri-ciri antara lain:

1) pemimpin melimpahkan wewenang sepenuhnya kepada

bawahan; keputusan lebih banyak dibuat oleh bawahan;

2) kebijaksanaan lebih banyak dibuat oleh bawahan;

3) pimpinan hanya berkomunikasi apabila diperlukan oleh

bawahan;

22
4) hampir tidak ada pengawasan terhadap tingkah laku

bawahan;

5) prakarsa selalu berasal dari bawahan;

6) hampir tidak ada pengarahan dari pimpinan;

7) peranan pimpinan sangat sedikit dalam kegiatan

kelompok;

8) kepentingan pribadi lebih penting dari kepentingan

kelompok;

9) tanggung jawab keberhasilan organisasi dipikul oleh

perorangan.

7. Gaya Kepemimpinan Berdasarkan Kekuasaan dan Wewenang

Menurut Gillies (1996), gaya kepemimpinan berdasarkan

wewenang dan kekuasaan dibedakan menjadi 4 (empat), yaitu:

a. Otoriter

Gaya kepemimpinan ini merupakan kepemimpinan

yang berorientasi pada tugas atau pekerjaan, menggunakan

kekuasaan posisi dan kekuatan dalam memimpin. Pemimpin

menentukan semua tujuan yang akan dicapai dalam

pengambilan keputusan. Informasi diberikan hanya pada

kepentingan tugas. Motivasi dilakukan dengan imbalan dan

hukuman.

b. Demokratis

Gaya kepemimpinan ini merupakan kepemimpinan

yang menghargai sifat dan kemampuan setiap staf,

menggunakan kekuasaan posisi dan pribadinya untuk

mendorong ide dari staf, memotivasi kelompok untuk

menentukan tujuan sendiri, membuat rencana dan

23
pengontrolan dalam penerapannya, dan informasi diberikan

seluas-luasnya dan terbuka.

c. Partisipatif

Gaya kepemimpinan ini merupakan gabungan antara

otoriter dan demokratis, yaitu pemimpin yang menyampaikan

hasil analisis masalah dan kemudian mengusulkan tindakan

tersebut pada bawahannya. Pemimpin meminta saran dan

kritik staf serta mempertimbangkan respons staf terhadap

usulannya. Keputusan akhir yang diambil bergantung pada

kelompok.

d. Bebas Tindak

Gaya kepemimpinan ini merupakan pimpinan ofisial,

karyawan menentukan sendiri kegiatan tanpa pengarahan,

supervisi, dan koordinasi. Staf atau bawahan mengevaluasi

pekerjaan sesuai dengan caranya sendiri. Pimpinan hanya

sebagai sumber informasi dan pengendalian secara minimal.

24
Bagian 2

Pengkajian Manajemen Keperawatan

25
Pengkajian Manajemen Keperawatan

Bagian ini menjelaskan tentang tahapan proses pengkajian yang

meliputi pengumpulan data M1-M5 (Man, Matherials, Method, Money,

Mutu), analisis SWOT, identifikasi, dan prioritas masalah.

A. Pengkajian

1. M1 (Man)

a. Ketenagaan

1) Struktur Organisasi Ruangan

Setiap ruangan yang ada di rumah sakit dipimpin

oleh kepala ruangan, sebagai contohnya di Ruang X Rumah

Sakit Y mempunyai kepala ruangan yang dibawahi oleh 3

ketua tim, 5 perawat pelaksana, serta dilengkapi dengan 3

cleaning service (CS). Adapun struktur organisasinya, yaitu:

Kepala Ruangan

Ketua Tim 1 Ketua Tim 2 Ketua Tim 2

Perawat Perawat Perawat


Pelaksana 1 Pelaksana 2 Pelaksana 3

Klien Klien Klien

Gambar 1 Contoh Struktur Organisasi di Ruang X Rumah Sakit Y

2) Jumlah Tenaga di Ruangan

26
a) Tenaga Keperawatan
Tabel 2 Contoh Komposisi Tenaga Keperawatan di Ruang X
Rumah Sakit Y Tahun 2020

Pendidikan Jenjang
No. Nama Masa Kerja Pelatihan
Terakhir Karir
T, S.Kep., BTCLS,
1. Ners 9 tahun PK III
Ners. BHD
S1
2. N, S.Kep. 9 tahun BHD PK II
Keperawatan
S1
3. P, S.Kep. 9 tahun BHD PK II
Keperawatan
D3
4. L, S.Kep. 9 tahun BHD PK II
Keperawatan
D3
5. J, AMd.Kep. 9 tahun BHD PK II
Keperawatan
D3
6. H, AMd.Kep. 9 tahun BHD PK II
Keperawatan
D3
7. E, AMd.Kep. 8 tahun BHD PK II
Keperawatan
D3
8. H, AMd.Kep. 7 tahun BHD PK II
Keperawatan
D3
9. A, AMd.Kep. 9 tahun BHD PK II
Keperawatan

b) Tenaga Non-Keperawatan
Tabel 3 Contoh Komposisi Tenaga Non-Keperawatan di Ruang
X Rumah Sakit Y Tahun 2020

No. Kualifikasi Jumlah Jenis


1. Admnistrasi 0 –
2. Asisten Perawat 0 –
3. Cleaning Service 3 Swasta

c) Pengaturan Ketenagaan

Penghitungan kebutuhan tenaga keperawatan

dapat diterapkan dengan menggunakan beberapa

metode (formula) di ruang rawat inap, yaitu:

i. Metode Rasio
Tabel 3 Rasio Jumlah Tempat Tidur dan Kebutuhan
Perawat (SK Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No. 262 Tahun 1979)

27
Rumah Sakit Perbandingan
Kelas A dan B Tt: Tenaga Medis = (4-7) : 1
Tt: Tenaga Keperawatan = 1 : 1
Tt: Non-Keperawatan = 3 : 1
Tt: Tenaga Non-Medis = 1 : 1
Kelas C Tt: Tenaga Medis = 9 : 1
Tt: Tenaga Keperawatan = (3-4) : 2
Tt: Non-Keperawatan = 5 : 1
Tt: Tenaga Non-Medis = 3 : 4
Kelas D Tt: Tenaga Medis = 15 : 1
Tt: Tenaga Keperawatan = 2 : 1
Tt: Tenaga Non-Medis = 6 : 1
Khusus Disesuaikan

Contoh:

i) Rumah sakit Y tipe B dengan jumlah tempat

tidur 200 buah, maka seorang pimpinan tenaga

keperawatan akan memperhitungkan jumlah

tenaga keperawatan adalah:

1/1 × 200 = 200, maka jumlah tenaga perawat

yang dibutuhkan untuk rumah sakit tersebut

adalah 200 orang.

ii) Bila rumah sakit tipe C dengan jumlah tempat

tidur 100 buah, maka jumlah tenaga perawat

yang dibutuhkan adalah:

2/3-4 × 100 = 67-50, maka jumlah tenaga

perawat yang dibutuhkan untuk rumah sakit

tersebut adalah 50-67 orang tenaga

keperawatan.

iii) Bila rumah sakit tipe D dengan jumlah tempat

tidur 75 buah, maka jumlah tenaga perawat

yang dibutuhkan adalah:

1/2 × 75 = 150, maka jumlah tenaga perawat

yang dibutuhkan adalah 40 orang.

28
ii. Metode Gillies

i) Perawatan Langsung

Perawatan langsung adalah perawatan

yang berhubungan dengan pemenuhan

kebutuhan pasien baik fisik, psikologis, sosial,

dan spiritual. Berdasarkan tingkat

ketergantungan pasien pada perawat dapat

diklasifikasikan dalam 4 (empat) kelompok,

yaitu: self care, partial care, total care, dan

intensive care. Rata-rata kebutuhan perawatan

langsung setiap pasien adalah empat jam

perhari. Adapun waktu perawatan

berdasarkan tingkat ketergantungan pasien

adalah:

- Self care dibutuhkan ½ × 4 jam: 2 jam

- Partial care dibutuhkan ¾ × 4 jam: 3 jam

- Total care dibutuhkan 1-1½ × 4 jam: 4-6 jam

- Intensive care dibutuhkan 2 × 4 jam: 8 jam

ii) Perawatan Tidak Langsung

Perawatan tidak langsung, meliputi

kegiatan-kegiatan membuat rencana

perawatan, memasang/menyiapkan alat,

konsultasi dengan anggota tim, menulis dan

membaca catatan kesehatan, melaporkan

kondisi pasien. Setiap pasien membutuhkan

waktu 30 menit/ hari.

iii) Pendidikan Kesehatan

29
Pendidikan kesehatan yang diberikan

kepada pasien meliputi: aktivitas, pengobatan

serta tindak lanjut pengobatan. Menurut Mayer

dalam Gillies (1996), waktu yang dibutuhkan

untuk pendidikan kesehatan ialah 15 menit/

pasien/ hari.

Rumus kebutuhan tenaga keperawatan

di satu unit perawatan adalah:


A×B×C F
= =H
(C−D) × E G

Keterangan:

A: rata-rata jumlah perawatan/pasien/hari

B: rata-rata jumlah pasien/hari

C: jumlah hari/tahun

D: jumlah hari libur masing-masing perawat

E: jumlah jam kerja masing-masing perawat

F: jumlah jam perawatan yang diberikan

perawat per tahun

G: jumlah jam perawatan yang diberikan

perawat per tahun

H: jumlah perawat yang dibutuhkan untuk

unit tersebut

Contoh:

Ruang X RS Y berkapasitas tempat tidur 20 tempat

tidur, jumlah rata-rata pasien yang dirawat 30

orang per hari. Kriteria pasien yang dirawat

tersebut adalah 15 orang dapat melakukan self care,

10 orang perlu diberikan partial care, dan 5 orang

30
harus diberikan total care. Tingkat pendidikan

perawat yaitu S1 dan D3 Keperawatan. Hari kerja

efektif adalah 6 hari perminggu. Berdasarkan

situasi tersebut maka dapat dihitung jumlah

kebutuhan tenaga perawat di ruang tersebut

adalah sebagai berikut.

i) Menentukan terlebih dahulu jam keperawatan

yang dibutuhkan pasien per hari, yaitu:

- keperawatan langsung:

self care: 15 orang pasien

15 × 2 jam = 30 jam

partial care: 10 orang pasien

10 × 3 jam = 30 jam

total care: 5 orang pasien

5 × 6 jam = 30 jam

Jumlah 90 jam

- keperawatan tidak langsung: 30 orang

pasien × 1 jam = 30 jam

- penyuluhan kesehatan = 30 orang pasien ×

0,25 jam = 7,5 jam

Total jam secara keseluruhan adalah 127,5 jam.

ii) Menentukan jumlah total jam keperawatan

yang dibutuhkan per pasien per hari adalah

127,5 jam ÷ 30 pasien = 4 jam.

iii) Menentukan jumlah kebutuhan tenaga

keperawatan pada ruangan tersebut adalah

langsung dengan menggunakan rumus Gillies

31
di atas, sehingga didapatkan hasil sebagai

berikut.

4 jam/pasien/hari × 30 pasien/hari × 265 hari

(365 hari – 76) × 7 jam

= 43800

2023

= 22 orang

(Jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan

di satu unit harus ditambah 20% (untuk

antisipasi kekurangan/cadangan).

20% × 20 = 4 orang

Jadi, jumlah tenaga yang dibutuhkan secara

keseluruhan 22 + 4 = 26 orang/ hari.

iv) Menentukan jumlah kebutuhan tenaga

keperawatan yang dibutuhkan per hari, yaitu:

30 orang × 4 jam

7 jam

= 17 orang

v) Menentukan jumlah tenaga keperawatan yang

dibutuhkan per sif, yaitu dengan ketentuan

menurut Eastler (Swansburg, 1990).

- Sif pagi 47% = 7,9 orang (8 orang).

- Sif sore 36% = 6,1 orang (6 orang).

- Sif malam 17% = 2,9 orang (3 orang).

vi) Kombinasi menurut Abdellah dan Levinne

adalah:

- 55% = 14,3 (14 orang) tenaga profesional.

32
- 45% = 11,7 (12 orang) tenaga non-

profesional.

iii. Metode Douglas

Klasifikasi pasien berdasarkan tingkat

ketergantungan menurut Douglas (1984) dalam

Nursalam (2014) membagi klasifikasi klien

berdasarkan tingkat ketergantungan klien dengan

menggunakan standar sebagai berikut.

i) Kategori I: Self Care/Perawatan Mandiri

Perawatan ini memerlukan waktu 1-2

jam/hari, meliputi:

- Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian

dilakukan sendiri.

- Makan dan minum dilakukan sendiri.

- Ambulasi dengan pengawasan.

- Observasi tanda-tanda vital setiap

pergantian sif.

- Minimal dengan status psikologi stabil.

- Perawatan luka sederhana.

ii) Kategori II: Intermediate Care/Perawatan Partial

Perawatan ini memerlukan waktu 3-4

jam/hari, meliputi:

- Kebersihan diri dibantu, makan minum

dibantu.

- Ambulasi dibantu.

- Pengobatan dengan injeksi.

33
- Pasien dengan kateter urine, pemasukan

dan pengeluaran dicatat.

- Pasien dengan infus dan klien dengan

pleura pungsi.

iii) Kategori III: Total Care/Intensif Care

Perawatan ini memerlukan waktu 5-6

jam/hari, meliputi:

- Semua kebutuhan pasien dibantu.

- Perubahan posisi setiap 2 jam dengan

bantuan.

- Observasi tanda-tanda vital setiap 2 jam.

- Makan dan minum melalui selang

lambung.

- Pengobatan intravena per drip.

- Dilakukan suction.

- Gelisah/disorientasi.

- Perawatan luka kompleks.


Contoh:

Di ruang X RS Y dirawat 40 orang pasien dengan

kategori sebagai berikut: 30 pasien dengan

perawatan minimal, 7 pasien dengan perawatan

parsial dan 3 pasien dengan perawatan total. Maka

kebutuhan tenaga perawatan adalah sebagai

berikut.
Tabel 4 Kebutuhan Tenaga Perawat Tiap Sif Berdasarkan
Tingkat Ketergantungan Pasien di Ruang X Rumah
Sakit Y pada Tanggal 1 Januari

Kualifikasi Pasien Jumlah Kebutuhan Tenaga

34
Tingkat
Jumlah
Ketergantu- Pagi Sore Malam
Pasien
ngan
Minimal 30 30 × 0,17 = 5,1 30 × 0,14 = 4,2 30 × 0,07 = 2,1
Parsial 7 7 × 0,27 = 1,9 7 × 0,15 = 1,05 7 × 0,10 = 0,7
Total 3 3 × 0,36 = 1,1 3 × 0,30 = 0,9 3 × 0,20 = 0,6
Jumlah 40 8,1 6,15 3,4
8 6 3

Total tenaga perawat:

Pagi : 8 orang

Sore : 6 orang

Malam : 3 orang

17 orang

Jumlah tenaga lepas dinas per hari:

86 × 17 / 279 = 5,24 (dibulatkan menjadi 5 orang)


Keterangan: angka 86 merupakan jumlah hari libur atau
lepas dinas dalam 1 tahun, sedangkan 297 adalah jumlah
hari kerja efektif dalam 1 tahun.

Jadi, jumlah perawat yang dibutuhkan untuk

bertugas per hari di ruang X adalah 17 orang + 5

orang lepas dinas + 2 orang tenaga; kepala ruangan

dan wakil = 24 orang.

3) Analisa Beban Kerja Perawat

a) Work Sampling

Teknik ini dikembangkan pada dunia industri

untuk melihat beban kerja yang dipangku oleh

personel pada suatu unit, bidang maupun jenis tenaga

tertentu. Pada metode work sampling dapat diamati hal-

hal spesifik tentang pekerjaan antara lain:

i. aktivitas apa yang sedang dilakukan personel pada

waktu jam kerja;

35
ii. apakah aktivitas personel berkaitan dengan fungsi

dan tugasnya pada waktu jam kerja;

iii. proporsi waktu kerja yang digunakan untuk

kegiatan produktif atau tidak produktif;

iv. pola beban kerja personel dikaitkan dengan waktu

dan jadwal jam kerja.

Untuk mengetahui hal-hal tersebut perlu

dilakukan survei tentang kerja personel dengan

langkah-langkah sebagai berikut.

i. menentukan jenis personel yang akan disurvei;

ii. bila jumlah personel banyak perlu dilakukan

pemilihan sampel sebagai subjek personel yang

akan diamati dengan mengunakan metode simple

random sampling untuk mendapatkan sampel yang

representatif;

iii. membuat formulir kegiatan perawat yang dapat

diklasifikasikan sebagai kegiatan produktif dan

tidak produktif dapat juga dikategorikan sebagai

kegiatan langsung dan tidak langsung;

iv. melatih pelaksana peneliti tentang cara

pengamatan kerja dengan menggunakan work

sampling:

v. pengamatan kegiatan personel dilakukan dengan

interval 2–15 menit tergantung karakteristik

pekerjaan yang dilakukan.

Pada teknik work sampling kita akan

mendapatkan ribuan pengamatan kegiatan dari

36
sejumlah personel yang kita amati. Oleh karena

besarnya jumlah pengamatan kegiatan penelitian akan

didapatkan sebaran normal sampel pengamatan

kegiatan penelitian. Artinya data cukup besar dengan

sebaran sehingga dapat dianalisis dengan baik. Jumlah

pengamatan dapat dihitung.

b) Time and Motion Study

Pada teknik ini kita mengamati dan mengikuti

dengan cermat tentang kegiatan yang dilakukan oleh

personel yang sedang kita amati. Melalui teknik ini

akan didapatkan beban kerja personel dan kualitas

kerjanya. Langkah-langkah untuk melakukan teknik

ini, yaitu:

i. menentukan personel yang akan diamati untuk

menjadi sampel dengan metode purposive sampling;

ii. membuat formulir daftar kegiatan yang dilakukan

oleh setiap personel;

iii. daftar kegiatan tersebut kemudian diklasifikasikan

seberapa banyak personel yang melakukan

kegiatan tersebut secara baik dan rutin selama

dilakukan pengamatan;

iv. membuat klasifikasi atas kegiatan yang telah

dilakukan tersebut menjadi kegiatan medis,

kegiatan keperawatan, dan kegiatan administrasi;

v. menghitung waktu objektif yang diperlukan oleh

personel dalam melakukan kegiatan-kegiatan yang

dilakukan.

37
Penelitian dengan menggunakan teknik ini

dapat digunakan untuk melakukan evaluasi tingkat

kualitas suatu pelatihan atau pendidikan yang

bersertifikat atau bisa juga digunakan untuk

mengevaluasi pelaksanaan suatu metode yang

ditetapkan secara baku oleh suatu instansi seperti

rumah sakit.

c) Daily Log

Daily log atau pencatatan kegiatan sendiri

merupakan bentuk sederhana work sampling yaitu

pencatatan dilakukan sendiri oleh personel yang

diamati. Pencatatan meliputi kegiatan yang dilakukan

dan waktu yang diperlukan untuk melakukan kegiatan

tersebut. Penggunaan ini tergantung kerja sama dan

kejujuran dari personel yang diamati. Pendekatan ini

relatif lebih sederhana dan biaya yang murah. Peneliti

biasa membuat pedoman dan formulir isian yang

dapat dipelajari sendiri oleh informan. Sebelum

dilakukan pencatatan kegiatan peneliti menjelaskan

tujuan dan cara pengisian formulir kepada subjek

personal yang diteliti, tekankan pada personel yang

diteliti yang terpenting adalah jenis kegiatan, waktu

dan lama kegiatan, sedangkan informasi personel tetap

menjadi rahasia dan tidak akan dicantumkan pada

laporan penelitian. Menuliskan secara rinci kegiatan

dan waktu yang diperlukan merupakan kunci

keberhasilan dari pengamatan dengan daily log.

38
Contoh:

Penghitungan beban kerja (Time and Motion Study).

Pengukuran beban kerja objektif dilakukan untuk

mengetahui penggunaan waktu tenaga keperawatan

dalam melaksanakan aktivitas baik untuk tugas pokok,

tugas penunjang, kepentingan pribadi, dan lain-lain.

Adapun pembagian kerja secara normatif pada setiap sif

kerja yaitu sif pagi, sore, dan malam. Adapun pembagian

jam kerja secara normatif pada setiap sif pada ruang rawat

inap X, yaitu:

a) sif pagi dimulai pukul 08.00 – 14.00 (6 jam);

b) sif sore dimulai pukul 14.00 – 20.00 (6 jam);

c) sif malam dimulai pukul 20.00–08.00 (12 jam).


Tabel 5 Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Langsung di Ruang X
Rumah Sakit Y pada Tanggal 1 Januari

Tindakan Rata-rata
Waktu
No. Keperawatan Frekuensi Waktu
(Menit)
Langsung (Menit)
Memberikan obat
1. 2 1 2
kepada pasien
Memenuhi
kebutuhan cairan
2. 20 1 20
dan elektrolit
(pemasangan infus)
Memenuhi
3. kebutuhan integritas 29 2 14.5
jaringan (rawat luka)
Mengganti selang
4. 6 1 6
infus (blood set)
5. Melepas kateter 2 1 2
6. Mengecek GDS 3 1 3
Melakukan injeksi
7. 32 6 5,3
intravena
Mengambil darah
8. (pemeriksaan 5 1 5
laboratorium)

39
Mendampingi visite
9. 22 1 22
dokter
Mengukur tanda-
10. 29 11 2.6
tanda vital
Total 150

Tabel 6 Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Langsung di Ruang X


Rumah Sakit Y pada Tanggal 1 Januari

Tindakan Jumlah
Waktu
No. Keperawatan Tidak Frekuensi Waktu
(Menit)
Langsung (Menit)
1. Timbang terima 2 11 22
2. Pendokomentasian
9 11 99
catatan medik
3. Menyerahkan status
10 1 10
pasien ke pen-rek
4. Menyerahkan
sampel ke 10 5 50
laboratorium
Total 181

Tabel 6 Pelaksanaan Kegiatan Produktif di Ruang X Rumah Sakit Y


pada Tanggal 1 Januari

Jumlah
Waktu
No. Kegiatan Produktif Frekuensi Waktu
(Menit)
(Menit)
1. Timbang terima 2 11 22
Pendokomentasian
2. 9 11 99
catatan medik
Menyerahkan status
3. 10 1 10
pasien ke pen-rek
Menyerahkan
4. sampel ke 10 5 50
laboratorium
Memenuhi
kebutuhan cairan
5. 20 1 20
dan elektrolit
(pemasangan infus)
Memenuhi
6. kebutuhan integritas 14,5 2 29
jaringan (rawat luka)
Mengganti selang
7. 6 1 6
infus (blood set)

40
8. Melepas kateter 2 1 2
9. Mengecek GDS 3 1 3
Melakukan injeksi
10. 5,3 6 32
intravena
Mengambil darah
11. (pemeriksaan 5 1 5
laboratorium)
Mendampingi visite
12. 22 1 22
dokter
Mengukur tanda-
13. 2,6 11 29
tanda vital
Total 329

Tabel 7 Rekapitulasi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan di Ruang X


Rumah Sakit Y pada Tanggal 1 Januari

Pagi Sore Malam


No. Jenis Kegiatan
(Menit) (jam) (jam)
Produktif
a) Langsung 2,50 17,21 20,847
b) Tidak Langsung 3,02 18,498 18,741
2. Non-Produktif 2,42 48,245 86,4
Total 7,94 84 126

Tabel 8 Beban Kerja Objektif

Beban Kerja Objektif


Sif
Persentase Kategori
Pagi 69,52 % Sedang
Sore 42,50 % Rendah
Malam 31,42 % Rendah

Rumus:
∑ Jenis kegitan produktif
× 100%
Total jam

Keterangan:

Tinggi > 80 %

Sedang 60 – 80 %

41
Rendah < 60 %

Penghitungan Time Motion Study dilakukan dengan

cara menghitung persentasi dari jumlah waktu yang

dilakukan untuk melakukan kegiatan profesional dan non-

profesional dibandingkan dengan jumlah jam kerja

keseluruhan. Tabel di atas menunjukkan bahwa beban

kerja di ruang X termasuk kategori beban kerja tinggi (lebih

dari 80%).

4) BOR (Bed Occupacy Rate)

BOR (Bed Occupacy Rate) dapat diterapkan dengan

menggunakan beberapa rumus (formula), yaitu:

Contoh:

Jumlah kapasitas tempat tidur Ruang X Kelas I, Kelas II,

dan Kelas III masing-masing berjumlah 10 tempat tidur,

dengan rincian sebagai berikut.

a) BOR Pasien Kelolaan di Ruang X


Tabel 9 BOR Ruang X Rumah Sakit Y Tanggal 1 Januari

No. Sif Kelas I Kelas II Kelas III BOR


1. Pagi 10 bed 10 bed 10 bed 28/30 x 100%
(2 kosong) (0 kosong) (0 kosong) = 93,3%
2. Siang 10 bed 10 bed 10 bed 28/30 x 100%
(2 kosong) (0 kosong) (0 kosong) = 93,3%
3. Malam 10 bed 10 bed 10 bed 28/30 x 100%
(2 kosong) (0 kosong) (0 kosong) = 93,3%

Tabel 10 BOR Ruang X Rumah Sakit Y Tanggal 2 Januari

No. Sif Kelas I Kelas II Kelas III BOR


1. Pagi 10 bed 10 bed 10 bed 26/30 x 100%
(2 kosong) (2 kosong) (0 kosong) = 86,6%
2. Siang 10 bed 10 bed 10 bed 26/30 x 100%
(2 kosong) (2 kosong) (0 kosong) = 86,6%
3. Malam 10 bed 10 bed 10 bed 26/30 x 100%
(2 kosong) (2 kosong) (0 kosong) = 86,6%

42
b) BOR Pasien Kelolaan di Ruang Y
Tabel 11 BOR Ruang X Rumah Sakit Y Tanggal 1 Januari

No. Sif Kelas I Kelas II Kelas III BOR


1. Pagi 5 bed 5 bed 5 bed 15/15 x 100%
(0 kosong) (0 kosong) (0 kosong) = 100%
2. Siang 5 bed 5 bed 5 bed 15/15 x 100%
(0 kosong) (0 kosong) (0 kosong) = 100%
3. Malam 5 bed 5 bed 5 bed 15/15 x 100%
(0 kosong) (0 kosong) (0 kosong) = 100%

Tabel 12 BOR Ruang X Rumah Sakit Y Tanggal 2 Januari

No. Sif Kelas I Kelas II Kelas III BOR


1. Pagi 5 bed 5 bed 5 bed 15/15 x 100%
(0 kosong) (0 kosong) (0 kosong) = 100%
2. Siang 5 bed 5 bed 5 bed 15/15 x 100%
(0 kosong) (0 kosong) (0 kosong) = 100%
3. Malam 5 bed 5 bed 5 bed 15/15 x 100%
(0 kosong) (0 kosong) (0 kosong) = 100%

43
2. M2 (Materials)

a. Penataan Gedung/Lokasi dan Denah Ruangan

Contoh:

Ruang rawat inap X RS Y terdiri dari 2 ruang kelas III, 2 ruang

kelas II, 2 ruang kelas I, mushola, dapur, ruang cleaning service,

jalur evakuasi, toilet pegawai, toilet pasien, dan toilet umum.

F
B
I
F
B

F
A C
F
U
F F
A C

F F
D

G
E

Keterangan:
A: Ruang Kelas I
B: Ruang Kelas II
C: Ruang Kelas III
D: Nurse Station
E: Mushola
F: Toilet
G: Ruang Sterilisasi Alat
I: Dapur

Gambar 2 Denah Ruang Rawat Inap X Rumah Sakit Y

44
b. Peralatan dan Fasilitas

1) Kapasitas Tempat Tidur Pasien


Tabel 13 Indeks Perbandingan Jumlah Tempat Tidur, Toilet dan
Kamar Mandi Kepmenkes No. 1204/Menkes/SK/X/2004
tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan di Rumah Sakit
(Kepmenkes, 2004)

Jumlah Tempat Jumlah Kamar


No. Jumlah Toilet
Tidur Mandi
1. 1 s/d 10 1 1
2. 11 s/d 20 2 2
3. 21 s/d 30 3 3
4. 31 s/d 40 4 4

Keterangan: Setiap penambahan 10 tempat tidur harus ditambah 1


toilet dan 1 kamar mandi.

Sesuai dengan tabel indeks perbandingan jumlah

tempat tidur, toilet, dan jumlah kamar mandi berdasarkan

standar Keputusan Menteri Kesehatan No.

1204/Menkes/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan

Lingkungan di Rumah Sakit yang menyatakan bahwa

setiap penambahan 10 tempat tidur harus ditambah 1 toliet

dan 1 kamar mandi. Di ruang rawat inap X sudah memiliki

7 toilet dan kamar mandi.


Tabel 14 Indeks Perbandingan Jumlah Karyawan dengan Jumlah
Toilet dan Jumlah Kamar Mandi (Kepmenkes, 2004)

Jumlah Tempat Jumlah Kamar


No. Jumlah Toilet
Tidur Mandi
1. 1 s/d 20 1 1
2. 21 s/d 40 2 2
3. 41 s/d 60 3 3
4. 61 s/d 80 4 4
5. 81 s/d 100 5 5

Keterangan: Setiap penambahan 20 karyawan harus ditambah 1


toilet dan 1 kamar mandi.

45
Sesuai dengan tabel indeks perbandingan jumlah

karyawan dengan jumlah toilet dan jumlah kamar mandi

berdasarkan standar Keputusan Menteri Kesehatan No.

1204/Menkes/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan

Lingkungan di Rumah Sakit menunjukkan bahwa ruang

rawat inap X sudah memenuhi standar tentang jumlah

karyawan, toilet, dan kamar mandi yaitu sejumlah 1.

1) Peralatan Medis

Contoh:
Tabel 15 Peralatan Medis di Ruang Rawat Inap X (Peraturan Menteri
Kesehatan Republik No. 340/Menkes/III/2010)

Jumlah
No. Jenis Alat Jumlah Kondisi Usulan
Ideal
1. ECG 1 1/ruangan Baik -
2. Suction 1 2/ruangan Cukup Ditambah 1
3. Nebulizer 1 2/ruangan Cukup Ditambah 1
4. Ambubag 2 1/ruangan Baik Ditambah 1
5. Standar infus 17 1:1 Baik -
6. Gunting verban 2 2/ruangan Baik -
7. Termometer 1 4/ruangan Kurang Ditambah 2
8. Tensimeter 3 2/ruangan Baik -
9. Stetoskop 3 2/ruangan Baik -
10. Bengkok stenlis 2 2/ruangan Baik
11. Infus pump - 7/ruangan - Diadakan
12. Kursi roda 1 2/ruangan Baik Ditambah 1
13. Kereta injeksi 2 1/ruangan Baik -
14. Oksigen kecil - 2/ruangan Baik Diadakan
Bak injeksi
15. - 2/ruangan - Diadakan
stenlis
16. Bak instrumen 2 2/ruangan Baik -
17. Gliserin spuit - 2/ruangan Baik Diadakan
18. Cuching 2 3/ruangan Baik Ditambah 1
19. Gerusan obat 1 2/ruangan Baik Ditambah 1
20. Gunting AJ 2 2/ruangan Baik -
21. Boks darah 1 1/ruangan Baik -
22. Timbangan 1 1/ruangan Baik -

46
23. Rak obat 1 1/ruangan Baik -
24. Kereta obat 1 1/ruangan Baik -
25. Emergency trolly 1 1/ruangan Baik -
26. SpO2 2 2/ruangan Baik -
27. Refleks patela 2 2/ruangan Baik -

2) Sarana dan Prasarana

Contoh:
Tabel 16 Fasilitas Pasien di Ruang Rawat Inap X (Peraturan Menteri
Kesehatan Republik No. 340/Menkes/III/2010)

No Jumlah
Jenis Alat Jumlah Kondisi Usulan
. Ideal
1. Korden 15 Secukupnya Baik -
2. Jam dinding 6 2/ruangan Baik -
Kereta cucian
3. - 1-2 ruangan - Diadakan
kotor/bersih
Kereta makan
4. - 1/ruangan - Diadakan
pasien
5. Kursi pasien 16 1/bed Baik -
6. Meja pasien - 1:1 Baik Diadakan
7. Sarung bantal 20 Secukupnya Baik -
8. Baju pasien - 1:1 - Diadakan
9. Perlak 6 1:1 Baik -
10. Bantal dewasa 16 1:1 Baik -
11. Selimut tebal - 1:1 - Diadakan
12. Tempat tidur 16 1:1 Baik -
Alat pemadam
13. 1 1/ruangan Baik -
kebakaran
14. Waslap - 1:1 - Diadakan
15. Stik laken - 1:1 - Diadakan
16. Kursi lipat - 1:1 - Diadakan
Papan
17. 2 1/ruangan Baik -
tulis/white board
18. Lemari besi 8 1/ruangan Baik -
19. Lemari kayu 6 1/ruangan Baik -
20. Dapur 1 1/ruangan Baik -
Wastafel cuci
21. 1 1/ruangan Baik Ditambah 5
tangan
22. Kursi 4 5/ruangan Baik Ditambah 1
23. Komputer 1 1/ruangan Baik -
24. Printer - 1/ruangan - Diadakan
25. Telepon 1 1/ruangan Baik -
26. Scanner - 1/ruangan Baik Diadakan
27. Kotak saran 1 1/ruangan Baik -

47
Tabel 17 Fasilitas Perawat di Ruang Rawat Inap X (Peraturan
Menteri Kesehatan Republik No. 340/Menkes/III/2010)

No. Nama Barang Jumlah Barang Kondisi


1. Nurse station 1 Baik
2. Toilet 1 Baik
3. Komputer 1 Baik
4. Telepon 1 Baik
5. Kasur 2 Baik
6. Kulkas 1 Baik
7. Meja operan 1 Baik
Meja kepala - Baik
8.
ruangan
9. Loker 1 Baik
10. Ruang jaga perawat 1 Baik

Berdasarkan Departemen Kesehatan Republik

Indonesia tahun 2006, ruangan pada bangunan rawat inap

terdiri dari ruang rawat inap (kelas I, kelas II dan kelas III),

nurse station, ruang konsultasi, ruang tindakan, ruang

administrasi, ruang dokter, ruang perawat, ruang

ganti/loker, ruang linen bersih, ruang linen kotor,

spoelhoek/cuci alat, kamar mandi/toilet, pantri/dapur, ruang

janitor/service, gudang bersih, gudang kotor. Di ruang

rawat inap X, peralatan dan fasilitas cukup baik, namun

belum ada ruang untuk dokter, ruang ganti/loker, dan

gudang.

3) Comsumable (Obat dan Bahan Habis Pakai)

Contoh:
Tabel 18 Stok Obat Emergency di Ruang Rawat Inap X

Jumlah
No. Jenis Alat Jumlah Kondisi Usulan
Ideal
1. Amidiaron Inj. 2 Baik 2 -
2. Ca Gluconas Inj. 2 Baik 2 -
Diphenhidramine
3. 5 Baik 2 -
Inj.
4. Dopamine Inj. 2 Baik 2 -

48
5. Dobutamin Inj. 2 Baik 2 -
6. Epineprin Inj. 10 Baik 2 -
Meylon/Na.
7. 2 Baik 2 -
Bicarbonate Inf.
Vascon/Noreprine
8. 2 Baik 2 -
prin
9. MgSO4 40% 2 Baik 2 -
10. Aminophylin Inj. 2 Baik 2 -
Asam Tranexamat/
11. 2 Baik 2 -
Plasminex Inj.
12. Atropin Sulfat 10 Baik 2 -
Dexamethasone
13. 15 Baik 2 -
Inj.
Tensilo/
14. 2 Baik 2 -
Nicardipine Inj.
NTG/Nitroglycerin
15. 2 Baik 2 -
Inj.
Kutoin/Na Fenitoin
16. 5 Baik 2 -
Inj.
17. Farbivent 10 Baik 2 -
18. KCl Infuse 3 Baik 2 -
19. Dextrose 40% 3 Baik 2 -
20. Ringer Laktat 3 Baik 2 -
21. NaCl 0,9% 500 ml 3 Baik 2 -
22. Dextrose 10% 2 Baik 2 -
23. Dextrose 5% 3 Baik 2 -
24. Spuit 5 cc 3 Baik 5 -
25. Spuit 3 cc 3 Baik 5 -
26. Spuit 10 cc 3 Baik 5 -
27. Spuit 20 cc 1 Baik 5 -
28. Spuit 50 cc 1 Baik 5 -
29. Suction Catheter 10
2 Baik 2 -
cm
30. Suction Catheter 12
2 Baik 2 -
cm
31. Suction Catheter 14
2 Baik 2 -
cm
32. Suction Catheter 16
1 Baik 2 -
cm
33. ETT King King 5,5 1 Baik 2 -
34. ETT King King 6 1 Baik 2 -
35. ETT King King 6,5 1 Baik 2 -
36. ETT King King 7 1 Baik 2 -
37. ETT King King 7,5 1 Baik 2 -
38. Triway 1 Baik 2 -
39. Perfusor 1 Baik 2 -
40. Masker oksigen
1 Baik 2 -
anak

49
41. Masker oksigen
1 Baik 2 -
dewasa
42. Abocath 18 1 Baik 2 -
43. Abocath 20 1 Baik 2 -
44. Abocath 22 1 Baik 2 -
45. Infuset mikro 1 Baik 2 -
46. Infuset makro 1 Baik 2 -
47. Selang oksigen
1 Baik 2 -
anak
48. Selang oksigen
1 Baik 2 -
dewasa

4) Administrasi Penunjang

a) Lembar medication chart.

b) Lembar standard emergency trolly.

c) Buku hand over.

d) SOP.

e) SAK.

f) Leaflet.

g) Rekam medis.

h) Buku injeksi.

i) Buku observasi.

j) Buku dalin.

5) Pencahayaan dan Ventilasi

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan

1204/Menkes/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan

Lingkungan Rumah Sakit, kondisi pencahayaan dan

ventilasi di ruang rawat inap X sudah memenuhi standar.

Di ruang rawat inap X penghawaan yakni pada ketinggian

minimal 2 meter beberapa ruangan menggunakan AC dan

sebagian tidak.

6) Alur Pengadaan Alat Kesehatan

50
Pengadaan alat kesehatan dilakukan pada tim

pengadaan yang kemudian dilaporkan pada bagian

keuangan.

7) Kalibrasi dan Maintenance Alat Kesehatan

Sistem kalibrasi masuk bagian sarana dan prasana

dilakukan sesuai jadwal. Untuk masing-masing alat rata-

rata 1 tahun sekali. Bagian sarana akan mengontrak vendor

dan kemudian vendor akan melakukan kalibrasi alat

kesehatan. Untuk pembersihan alat kesehatan secara

berkala belum dilakukan, hanya dilakukan pada saat pasca

kontak dengan infeksius disease. Warming up alat-alat hanya

dilakukan untuk alat besar saja, misalnya syring pump, infus

pump, dan lain-lain.

8) Pengelolaan Sampah

Tempat sampah telah dibedakan antara limbah

medis dan non-medis. Terdapat pula tempat sampah

dengan label sampah medis dan label sampah botol kaca

benda tajam.
Tabel 15 Angket Sarana dan Prasana (Nursalam, 2014)

No Pertanyaan Ya Tidak
.
1. Apakah tata letak gedung ruagan sudah
sesuai dengan standar pelayanan?
2. Apakah fasilitas di ruangan Anda sudah
lengkap untuk perawatan pasien sesuai
dengan standar yang berlaku?
3. Apakah peralatan kesehatan di ruangan anda
sudah lengkap untuk perawatan?
4. Apakah jumlah alat yang tersedia sesuai
dengan rasio pasien? Apakah Anda berencana
untuk menambah peralatan?
5. Apakah semua perawat mengerti cara
menggunakan semua alat-alat perawatan?

51
6. Apakah persediaan consumable (alat habis
pakai) selalu tersedia sesuai yang dibutuhkan
pasien?
7. Apakah administrasi penunjang yang dimiliki
sudah memadai?

3. M3 (Method)

a. Penerapan Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP)


Tabel 16 Angket Penerapan Model Asuhan Keperawatan Profesional
(MAKP)

No. Pertanyaan Ya Tidak


Model asuhan keperawatan yang digunakan
a) Apakah model asuhan keperawatan yang
digunakan perawat di ruangan saat ini?
1) Fungsional
2) Kasus
3) Tim
4) Primer
5) Moduler
b) Apakah perawat mengerti/memahami
dengan model asuhan keperawatan yang
digunakan saat ini?
c) Menurut Anda, Apakah model tersebut
cocok digunakan di ruangan Anda?
d) Apakah model yang digunakan sesuai
dengan visi dan misi ruangan?
Efektivitas dan efisiensi model asuhan
keperawatan
a) Apakah dengan menggunakan model saat
ini menjadikan semakin pendek lama rawat
inap bagi pasien?
b) Apakah terjadi peningkatan kepercayaan
pasien terhadap ruangan?
c) Apakah model yang digunakan saat ini
tidak menyulitkan dan memberikan beban
berat kerja bagi Anda?
d) Apakah model saat ini tidak memberatkan
dalam pembiayaan?
e) Apakah model yang digunakan mendapat
banyak kritikan dari pasien pada ruangan?
3. Pelaksanaan model asuhan keperawatan
a) Apakah telah terlaksana komunikasi yang
adekuat antara perawat dan tim kesehatan
lain?
b) Apakah kontinuitas rencana keperawatan
terlaksana?

52
c) Apakah Anda menjalankan kegiatan sesuai
standar?
4. Tanggung jawab dan pembagian tugas
a) Apakah Job Description untuk Anda selama
ini sudah jelas?
b) Apakah tugas Anda sesuai model asuhan
keperawatan yang saat ini digunakan
ruangan?
c) Apakah Anda mengenal atau mengetahui
kondisi pasien dan dapat menilai tingkat
kebutuhan?

b. Timbang Terima
Tabel 17 Angket Timbang Terima

No Pertanyaan Ya Tidak
.
1. Berapa kali timbang terima dilakukan di
ruangan Anda?
2. Apakah timbang terima telah dilaksanakan
tepat waktu?
3. Apakah timbang terima dihadiri oleh semua
perawat yang berkepentingan?
4. Siapa yang memimpin kegiatan timbang
terima?
a) Kepala ruangan
b) Ketua tim/perawat primer
c) Perawat pelaksana/perawat associate
5. Adakah yang harus dipersiapkan dalam
pelaksanaan timbang terima?
6. Tahukah Anda, apa saja yang harus
disampaikan dalam pelaporan timbang
terima?
7. Adakah buku khusus untuk mencatat hasil
laporan timbang terima?
8. Adakah kesulitan dalam mendokumentasikan
laporan timbang terima?
9. Apakah ada interaksi dengan pasien saat
timbang terima berlangsung?
10. Tahukan Anda, bagaimana teknik pelaporan
timbang terima ketika berada di depan
pasien?
11. Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk
mengunjungi masing-masing pasien?
a) 5 menit
b) 10 menit
c) 30 menit

53
12. Tahukah Anda, bagaimana persetujuan atas
penerimaan timbang terima?
13. Apakah Anda (sif pengganti) di evaluasi
kesiapannya oleh kepala ruangan?
14. Tahukah Anda, bagaimana persetujuan
timbang terima?

c. Ronde Keperawatan
Tabel 18 Angket Ronde Keperawatan

No Pertanyaan Ya Tidak
.
1. Apakah ruangan ini mendukung adanya
ronde keperawatan?
2. Apakah sebagian besar perawat di ruang
rawat inap mengerti adanya ronde
keperawatan?
3. Apakah pelaksanaan ronde keperawatan di
ruangan ini telah optimal?
4. Berapa kali ronde keperawatan dilakukan
dalam 1 bulan ? 1 kali
5. Apakah keluarga pasien mengerti tentang
adanya ronde keperawatan?
6. Apakah tim dalam pelaksanaan kegiatan
ronde keperawatan sudah dibentuk ?
7. Apakah tim yang telah dibentuk
melaksanakan kegiatan ronde dengan
optimal?

d. Sentralisasi Obat
Tabel 19 Angket Sentralisasi Obat

No. Pertanyaan Ya Tidak


Pengadaan sentralisasi obat
a) Apakah Anda mengetahui tentang
sentralisasi obat?
b) Apakah di ruangan Anda terdapat
sentralisasi obat?
c) Jika Ya, apakah sentralisasi obat yang ada
sudah dilaksanakan secara optimal?
d) Apakah selama ini Anda pernah diberi
wewenang dalam sentralisasi obat?
e) Jika Tidak, menurut Anda apakah di
ruangan perlu diadakan sentralisasi obat?
f) Apakah ada format daftar pengadaan tiap-
tiap macam obat? (oral, injeksi, supositoria,
infus, insulin, obat gawat darurat)

54
2. Cara penyimpanan obat
a) Apakah di ruangan ini terdapat ruangan
khusus untuk sentralisasi obat?
b) Apakah kelengkapan sarana dan prasarana
pendukung sentralisasi obat?
c) Apakah selama ini Anda memisahkan
kepemilikan antar obat-obat pasien?
d) Apakah selama ini Anda memberi etiket
dan alamat pada obat-obat pasien?
3. Cara penyiapan obat
a) Apakah selama ini sebelum memberikan
obat kepada pasien Anda selalu
menginformasikan jumlah kepemilikan
obat yang telah digunakan?
b) Apakah ada format tiap jenis obat sebelum
Anda memberikan obat ke pasien?

e. Supervisi Keperawatan
Tabel 20 Angket Supervisi Keperawatan

No Pertanyaan Ya Tidak
.
1. Apakah Anda mengerti tentang supervisi?
2. Apakah supervisi telah dilakukan di ruangan?
3. Berapa kali supervisi dilakukan?
4. Siapakah yang melakukan supervisi?
5. Bagaimanakah alur supervisi yang
digunakan?
6. Apakah sudah ada format baku supervisi?
7. Apakah format untuk supervisi sudah sesuai
standar keperawatan?
8. Apakah alat (instrumen) untuk supervisi
tersedia secara lengkap?
9. Apakah hasil dari supervisi disampaikan
kepada perawat pelaksana?
10. Apakah selalu ada feed back dari supervisor
untuk setiap tindakan?
11. Apakah Anda puas dengan hasil dari feed back
tersebut?
12. Apakah ada follow up untuk setiap hasil dari
supervisi?
13. Apakah Anda menginginkan perubahan
untuk setiap tindakan sesuai dengan hasil
perbaikan dari supervisi?
14. Apakah Anda pernah mendapatkan pelatihan
dan sosialisasi tentang supervisi?

f. Penerimaan Pasien Baru


55
Tabel 21 Angket Penerimaan Pasien Baru

No Pertanyaan Ya Tidak
.
1. Apakah yang Anda berikan saat melakukan
penerimaan pasien baru?
2. Apakah sudah ada pembagian tugas tentang
penerimaan pasien baru
3. Apakah setiap selesai melakukan penerimaan
pasien baru Anda melakukan
pendokumentasian?
4. Bagaimana teknik yang digunakan saat
pemberian penerimaan pasien baru pada
pasien?
a) Lisan
b) Tertulis
c) Lisan dan tertulis
5. Apakah sudah ada pemberian brosur/leaflet
saat melakukan penerimaan pasien baru?

g. Discharge Planning
Tabel 22 Angket Discharge Planning

No Pertanyaan Ya Tidak
.
1. Apakah Anda mengerti tentang discharge
planning?
2. Apakah yang Anda berikan saat melakukan
discharge planning?
3. Apakah Anda bersedia melakukan discharge
planning?
4. Kapan Anda melakukan discharge planning?
a) Pasien baru masuk sampai pulang
b) Pasien pulang
5. Apakah sudah ada pembagian tugas tentang
discharge planning?
6. Bagaimana operasional pemberian tugas
discharge planning oleh kepala ruangan?
7. Apakah sudah ada pemberian brosur/leaflet
saat melakukan discharge planning?
8. Bagaimana teknik yang digunakan saat
pemberian discharge planning?
a) Lisan
b) Tertulis
c) Lisan dan tertulis
9. Bahasa apa yang digunakan saat melakukan
discharge planning?
a) Bahasa Indonesia

56
b) Bahasa daerah
10. Apakah bahasa yang Anda gunakan dalam
melakukan discharge planning mengalami
kesulitan untuk dipahami oleh pasien?
11. Apakah setiap selesai melakukan discharge
planning Anda melakukan
pendokumentasian?

h. Dokumentasi Keperawatan
Tabel 23 Angket Penerimaan Pasien Baru

No Pertanyaan Ya Tidak
.
1. Model dokumentasi keperawatan apa yang
digunakan di ruangan Anda?
2. Apakah sudah ada format pendokumentasian
yang baku di ruang interna ini?
3. Apakah Anda sudah mengerti cara pengisian
format dokumentasi tersebut dengan benar
dan tepat?
4. Apakah menurut Anda format yang
digunakan ini bisa membantu (memudahkan)
dalam melakukan pengkajian pada pasien?
5. Apakah Anda sudah melaksanakan
pendokumentasian dengan tepat waktu
(segera setelah melakukan tindakan)?
6. Apakah menurut Anda model dokumentasi
yang digunakan ini menambah beban kerja?
7. Apakah menurut Anda model dokumentasi
yang digunakan ini menyita banyak waktu?

4. Keuangan (M4-Money)

Contoh:
Tabel 23 Tarif Ruangan, Tarif Makan, dan Fasilitas di Ruang Rawat Inap X

Kelas Tarif Ruangan Fasilitas


I Rp. 275.000,- 1 kamar 2 pasien, 1 bed, 2 meja, 1
(kamar + makan) AC bersama
II Rp. 250.000,- 1 kamar 2 pasien, 2 bed, 2 meja, 1
(kamar + makan) AC bersama
III Rp.150.000,- 1 kamar 4 pasien, 4 bed, 4 meja, 4
(kamar + makan) kipas angin

Tabel 23 Tarif Tindakan di Ruang Rawat Inap X

57
Tarif
No. Tindakan BPJS Umum
(Rp) (Rp)
1. EKG 100.000 100.000
2. Fisioterapi 150.000 150.000
3. Ganti vakum drain 10.000 10.000
4. Fungsi cairan sendi 350.000 350.000
5. GDS stik 35.000 35.000
6. Injeksi intrakutan 20.000 20.000
7. Injeksi intramuskular 20.000 20.000
8. Injeksi intravena 15.000 15.000
9. Injeksi subkutan 20.000 20.000
10. Klisma/huknah 20.000 20.000
11. Rawat luka besar 200.000 200.000
12. Rawat luka sedang 75.000 75.000
13. Rawat luka kecil 50.000 50.000
14. Rawat luka khusus 150.000 150.000
15. Skin test 25.000 25.000
16. Skin trasi 150.000 150.000
17. Suction 25.000 25.000
18. Nebulizer 25.000 25.000
19. Transfusi darah 450.000 450.000
20. Transfusi trombosit 450.000 450.000
21. Aff WSD 30.000 30.000
22. Aff kateter 50.000 50.000
23. Aff drain 30.000 30.000
24. Aff heating 270.000 270.000
25. Aff heacting (>20 jahitan) 30.000 30.000
Aff heacting besar (10-20
26. 25.000 25.000
jahitan)
27. Aff heacting kecil (<5 jahitan) 20.000 20.000
Aff heacting khusus (<20
28. 33.000 33.000
jahitan)
Aff heacting sedang (5-10
29. 20.000 20.000
Jahitan)
30. Aff infus/ NGT/kateter urin 20.000 20.000
31. Aff tampon 30.000 30.000
32. Pasang NGT anak 100.000 100.000
33. Pasang NGT dewasa 100.000 100.000
34. Pasang NGT oleh dokter 300.000 300.000
35. Pasang O2 per tabung 25.000 25.000
36. Pasang tampon 27.500 27.500
37. Pasang transfusi 35.000 35.000
38. Penanganan pre operasi 50.000 50.000
Konsultasi biasa dokter 115.000 115.000
39.
spesialis
40. Konsultasi gizi 35.000 35.000

58
Tabel 23 Tarif Pemeriksaan Laboratorium di Ruang Rawat Inap X

Tarif
No. Jenis Pemeriksaan
(Rp)
1. Bilirubin direk 80.000
2. Bilirubin indirek 50.000
3. Albumin serum 50.000
4. GDS 44.000
5. GDP dan GD 2 jam PP 40.00
6. Darah lengkap 95.000
7. Laju Endap Darah (LED) 35.000
8. PVT 145.000
9. Cairan asites 415.000
10. Pleura 350.000
11. Anti TBC 180.000
12. Asam urat 61.000
13. BTA 50.000
14. Kolesterol 41.000
15. Kreatinin 45.000
16. Feses lengkap 55.000
17. Urin lengkap 45.000
18. HDP 140.000
19. HBsAG 45.000
20. Thyphoid 180.000
21. Malaria 90.000
22. UT 30.000
23. BT 30.000
24. Na, Ka, Cl 275.000

Tabel 23 Tarif Pemeriksaan Radiologi di Ruang Rawat Inap X

Tarif
No. Jenis Pemeriksaan
(Rp)
1. BOF 105.000
2. BNO 3 posisi 130.000
3. Klavikula 120.000
4. CT scan abdomen 1.250.000
5. CT scan abdomen kontras 3.500.000
6. CT scan kepala 735.000
7. CT scan kepala kontras 1.600.000
8. Geno 360.000
9. Humerus 110.000
10. USG 2D 50.000
11. USG 4D 350.000

59
Alur pembayaran pasien dengan BPJS, yaitu setelah pasien

disetujui dokter untuk keluar rumah sakit (KRS). Keluarga

mengurus kepulangan pasien ke bagian administrasi ruangan

untuk memenuhi persyaratan pulang.

a. BPJS Mandiri

Formulir SJP, fotokopi kartu BPJS.

b. BPJS Askes

Formulir SJP, fotokopi kartu BPJS, Askes.

c. Jamkesmas

Formulir SJP, fotokopi kartu Jamkesmas, fotokopi kartu

keluarga.

Setelah selesai keluarga kembali lagi ke bagian

administrasi ruangan. Pembayaran pasien umum yaitu setelah

pasien disetujui dokter untuk keluar rumah sakit (KRS), keluarga

mengurus kepulangan di bagian kasir IRNA Medik dengan

membawa surat persetujuan dokter dan ID Rumah Sakit.

Kemudian keluarga kembali ke bagian administrasi ruangan.

5. M5 (Mutu)

a. Standar Keselamatan Pasien (Patient Safety)

Keselamatan pasien adalah bebas dari cedera fisik dan

psikologis yang menjamin keselamatan pasien, melalui

penetapan sistem operasional, meminimalisasi terjadinya

kesalahan, mengurangi rasa tidak aman pasien dalam sistem

perawatan kesehatan dan meningkatkan pelayanan yang

optimal (Canadian Nursing Association, 2004).

International Council Nurse (2002) mengatakan bahwa

keselamatan pasien merupakan hal mendasar dalam mutu

60
pelayanan kesehatan dan pelayanan keperawatan.

Peningkatan keselamatan pasien meliputi tindakan nyata

dalam rekrutmen, pelatihan dan retensi tenaga profesional,

pengembangan kinerja, manajemen risiko dan lingkungan

yang aman, pengendalian infeksi, penggunaan obat-obatan

yang aman, peralatan dan lingkungan perawatan yang aman

serta akumulasi pengetahuan ilmiah yang terintegrasi serta

berfokus pada keselamatan pasien yang disertai dengan

dukungan infrastruktur terhadap pengembangan yang ada.

Menurut International of Medicine (IOM) keselamatan

pasien (Patient Safety) didefinisikan sebagai freedom from

accidental injury. Accidental injury disebabkan karena error yang

meliputi kegagalan suatu perencanaan atau memakai rencana

yang salah dalam mencapai tujuan. Accidental injury juga akibat

dari melaksanakan tindakan yang salah (commission) atau tidak

mengambil tindakan yang seharusnya diambil (omission).

Accidental injury dalam praktiknya akan berupa kejadian tidak

diinginkan (near miss). Menurut Sir Liam Donaldson (Ketua

WHO World Alliance for Patient Safety, Forward Programme, 2006-

2007) mengungkapkan bahwa, “Safe care is not an option. It is the

right of every patient who entrusts their care to our health care

system”, yaitu pelayanan kesehatan yang aman bagi pasien

bukan sebuah pilihan akan tetapi merupakan hak pasien untuk

percaya pada pelayanan yang diberikan oleh suatu sistem

pelayanan kesehatan.

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan (2011)

keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu sistem dimana

61
rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem

tersebut meliputi: asesmen risiko, identifikasi dan pengobatan

hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan

analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan

tindaklanjutnya serta implementasi solusi untuk

meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah terjadinya

cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan

suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang

seharusnya diambil. Sistem tersebut diharapkan dapat

mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan

akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak melakukan

tindakan yang seharusnya dilakukan.

1) Risiko Jatuh
Tabel 16 Penilaian Risiko Jatuh Pasien Dewasa Skala Morse Fall Scale

Skor Hari Perawatan


ke-
No. Risiko Skor 1 2 3 4
Tgl Tgl Tgl Tgl
..... ..... ..... .....
1. Mempunyai riwayat jatuh, baru
atau dalam 3 bulan terakhir
Tidak 0
Ya 25
2. Diagnosa sekunder >1
Tidak 0
Ya 25
3. Mobilisasi jalan
Bedrest/dibantu perawat 0
Kruk/tongkat/walker/ three- 15
pot/kursi roda
Berpegangan pada benda- 30
benda di sekitar (kursi,
lemari, meja)

62
4. Terpasang IV line/pemberian
antikoagulan (heparin)/obat lain
yang digunakan mempunyai side
effects jatuh
Tidak 0
Ya 20
5. Cara berjalan/berpindah
Normal/bedrest 0
Kelelahan dan lemah 10
Keterbatasan/terganggu 20
6. Status mental
Normal/sesuai kemampuan 0
diri
Lupa keterbatasan diri/ 15
penurunan kesadaran

Keterangan:
Tingkat risiko:
a) skor >51 risiko tinggi, lakukan intervensi jatuh risiko tinggi;
b) skor 25–50 risiko tinggi, lakukan intervensi jatuh risiko tinggi;
c) skor 0–24 tidak berisiko, lakukan intervensi jatuh risiko tinggi.

Tabel 16 Penilaian Risiko Jatuh Pasien Anak Skala Humpty Dumpty

Skor Hari Perawatan


ke-
No. Parameter Skor 1 2 3 4
Tgl Tgl Tgl Tgl
..... ..... ..... .....
Umur
< 3 tahun 4
3-7 tahun 3
7-13 tahun 2
13-18 tahun 1
Jenis kelamin
Laki-laki 2
Perempuan 1
Diagnosis
Kelainan neurologi 4
Gangguan oksigenasi 3
(gangguan pernapasan,
dehidrasi, anemia,
anoreksia, sinkop, sakit
kepala, dan lain-lain)
Kelemahan fisik/kelainan 2
psikis
Ada diagnosis tambahan 1

63
Terpasang IV line/pemberian
antikoagulan (heparin)/obat lain
yang digunakan mempunyai side
effects jatuh
Tidak
Ya
Cara berjalan/berpindah
Normal/bedrest
Kelelahan dan lemah
Keterbatasan/terganggu
Status mental
Normal/sesuai kemampuan
diri
Lupa keterbatasan diri/
penurunan kesadaran

Keterangan:
Tingkat risiko:
a) skor 7–11: risiko rendah untuk jatuh;
b) skor >12: risiko tinggi untuk jatuh;
c) skor minimal: 7;
d) skor maksimal: 23.

Tabel 16 Penilaian Risiko Jatuh Pasien pada Pasien Geriatri

Skor Hari Perawatan ke-


1 2 3 3
No. Risiko
Skor Tgl Tgl Tgl Tgl
..... ..... ..... .....
1. Gangguan gaya berjalan (diseret,
4
menghentak, berayun)
2. Pusing/pingsan pada posisi tegak 3
3. Kebingungan setiap saat 3
4. Nokturia/inkontinesia 3
5. Kebinggungan intermitten 2
6. Kelemahan umum 2
7. Obat-obatan berisiko tinggi
(diuretik, narkotik, sedatif,
antipsikotik, laksatif, vasodilator,
2
antiaritmia, antihipertensi, obat
hipoglikemik, antidepresan,
neuroleptik, NSAID)
8. Riwayat jatuh dalam waktu 12
2
bulan sebelumnya
9. Osteoporosis 1
10. Gangguan pendengaran dan/atau
1
penglihatan

64
11. Usia > 70 tahun 1
Total

Keterangan:
Tingkat risiko:
a) skor rendah bila skor 1–3, lakukan intervensi risiko rendah;
b) skor tinggi bila skor >4, lakukan intervensi risiko tinggi.

Rumus:
angka kejadian pasien jatuh x 100%
jumlah pasien yang berisiko jatuh

2) Kenyamanan (Nyeri)
Tabel 16 Pengkajian Nyeri pada Pasien Neonatus Menggunakan
Neonatal-Infant Pain Scale (NIPS)

Skor Hari Perawatan


ke-
No. Parameter Skor 1 2 3 4
Tgl Tgl Tgl Tgl
..... ..... ..... .....
1. Ekspresi wajah
Wajah tenang, ekspresi 0
netral
Otot wajah tegang, alis 1
berkerut, dagu dan rahang
tegang (ekspresi wajah
negatif–hidung, mulut, dan
alis)
2. Menangis
Tenang, tidak menangis 0
Merengek ringan, kadang- 1
kadang
Berteriak kencang, menarik, 2
melengking terus-terusan
(catatan: menangis lirih
mungkin dinilai jika bayi
diintubasi yang dibuktikan
melalui gerakan mulut dan
wajah yang jelas)
3. Pola pernapasan
Pola pernapasan bayi 0
normal
Tidak teratur, lebih cepat dari 1
biasanya, tersedak, napas
tertahan

65
4. Lengan
Tidak ada kekakuan otot, 0
gerakan tangan acak sekali-
sekali
Tegang, lengan lurus, kaku, 1
dan/atau ekstensi, cepat
ekstensi, fleksi
5. Kaki
Tidak ada kekakuan otot, 0
gerakan kaki acak sekali-
sekali
Tegang, kaki lurus, kaku, 1
dan/atau ekstensi, cepat
ekstensi, fleksi
6. Kesadaran
Tenang, tidur damai atau 0
gerakan kaki acak yang
terjaga 1
Terjaga, gelisah, dan
meronta-ronta

Keterangan:
Skala nyeri: Intervensi:
a) 0–2: nyeri ringan–tidak a) tidak ada;
nyeri; b) intervensi tanpa obat,
b) 3–4: nyeri sedang–nyeri dievaluasi selama 30 menit;
ringan; c) intervensi tanpa obat, bila
c) >4: nyeri hebat. masih nyeri bisa diberikan
analgesik dan dievaluasi
selama 30 menit.

Tabel 16 Pengkajian Nyeri pada Pasien Anak Menggunakan FLACC


Pain Scale

Skor Hari Perawatan


ke-
No. Parameter Skor 1 2 3 3
Tgl Tgl Tgl Tgl
..... ..... ..... .....
1. Face (Wajah)
Tidak ada ekspresi khusus, 0
senyum, kontak mata
Kadang meringis atau 1
menarik diri
Sering menggertakan dagu 2
dan mengatupkan rahang

66
2. Leg (Kaki)
Posisi normal, rileks 0
Gelisah, tegang 1
Menendang, kaki tertekuk, 2
melengkungkan punggung
3. Activity (Aktivitas)
Berbaring tenang, posisi 0
normal, mudah bergerak
Menggeliat, tidak bisa diam, 1
mengerang
Melengkung, kaku atau 2
menghentak
4. Cry (Menangis)
Tidak menangis 0
Merintih, merengek, kadang- 1
kadang mengeluh
Terus-terusan menangis, 2
berteriak, sering mengeluh
5. Consolability
Rileks, tidak perlu dihibur 0
Dapat ditenangkan dengan 1
sentuhan, pelukan, bujukan,
perhatian dapat dialihkan
Sulit untuk dibujuk atau 2
dibuat nyaman

Keterangan:
a) 0: rileks dan nyaman (relaxed and comfortable);
b) 1–3: sedikit tidak nyaman (mild discomfort);
c) 4–6: nyeri sedang (moderate pain);
d) 7–10: nyeri/tidak nyaman yang parah (severe discomfort/pain)

Tabel 16 Pengkajian Nyeri pada Pasien Menggunakan Visual Aid


Scale (VAS)

Penyebab
Pencetus Kualitas Lokasi Skala Waktu nyeri
(P) (Q) (R) (S) (T) hilang/
berkurang

67
Skor Hari Perawatan
ke-
No. Skala Nyeri Skor 1 2 3 3
Tgl Tgl Tgl Tgl
..... ..... ..... .....
1. Tidak nyeri 0
2. Minor
Nyeri sangat ringan 1
Nyeri tidak nyaman 2
Nyeri dapat ditoleransi 3
3. Moderate
Menyusahkan 4
Sangat menyusahkan 5
Nyeri hebat 6
4. Severe
Sangat hebat 7
Sangat menyiksa 8
Tidak tertahankan 9
Tidak dapat diungkapkan 10
Total

Keterangan:
a) 0: rileks dan nyaman;
b) 1–3: sedikit tidak nyaman;
c) 4–6: nyeri sedang;
d) 7–10: nyeri/tidak nyaman yang parah.

Tabel 16 Pengkajian Nyeri pada Pasien Menggunakan Behavioural


Pain Scale (BPS)

Skor Hari Perawatan


ke-
No. Skala Nyeri Skor 1 2 3 3
Tgl Tgl Tgl Tgl
..... ..... ..... .....
1. Face (wajah)
Tenang/rileks 1
Mengerutkan alis 2
Kelopak mata tertutup 3
Meringis 4
2. Anggota badan sebelah atas
Tidak ada pergerakan 1
Sebagian ditekuk 2
Sepenuhnya ditekuk dengan 3
fleksi jari-jari
Retraksi permanen 4

68
3. Ventilasi
Pergerakan dapat ditoleransi 7
Batuk dengan pergerakan 8
Melawan ventilator 9
Tidak dapat mengontrol 10
ventilasi
Total

Keterangan:
a) 0: tidak ada nyeri (no pain);
b) 1–3: nyeri ringan (mild pain);
c) 4–6: nyeri sedang (moderate pain);
d) >6: nyeri tidak tertahankan (uncontrolled pain).

Rumus:
Persentase pasien nyeri yang terdokumentasi dalam asuhan
keperawatan:
jumlah pasien nyeri yang terdokumentasi x 100%
jumlah total pasien pada priode tertentu
Persentase tatalaksana pasien nyeri:
jumlah total tindakan perawat sebagai respon nyeri x 100%
jumlah yang terdokumentasi nyeri skala ≥ 4 per priode waktu tertentu
Anka kenyamanan nyeri:
jumlah pasien dengan nyeri terkontrol x 100%
jumlah yang terdokumentasi nyeri per priode waktu tertentu

3) Kejadian Dekubitus
Tabel 16 Penilaian Risiko Dekubitus Menggunakan Norton Scale

Skor Hari Perawatan


ke-
No. Indikator Skor 1 2 3 3
Tgl Tgl Tgl Tgl
..... ..... ..... .....
1. Kondisi fisik
Baik 4
Cukup baik 3
Buruk 2
Sangat buruk 1
2. Kondisi mental
Waspada 4
Apatis 3
Bingung 2
Pingsan/tidak sadar 1

69
3. Kegiatan
Dapat berpindah 4
Berjalan dengan bantuan 3
Terbatas di kursi 2
Terbatas di tempat tidur 1
4. Mobilitas
Penuh 4
Agak terbatas 3
Sangat terbatas 2
Sulit bergerak 1
5. Inkontinensia
Tidak mengompol 4
Kadang-kadang 3
Biasanya yang keluar urin 2
Biasanya yang keluar urin 1

Keterangan:
e) nilai maksimum 20;
f) nilai minimum 5;
g) pasien berisiko decubitus jika nilai <14.

Rumus:
angka kejadian dekubitus x 100%
jumlah pasien yang berisiko dekubitus

4) Kejadian Flebitis
Tabel 16 Penilaian Risiko Flebitis Menggunakan VIP Score (Visual
Infusion Flebitis Score)

Skor Hari Perawatan


ke-
No. Indikator Skor 1 2 3 3
Tgl Tgl Tgl Tgl
..... ..... ..... .....
1. Jalur IV tampak sehat 0
2. Kondisi fisik
Sedikit nyeri dekat jalur IV
atau 1
Sedikit kemerahan pada jalur
IV
3. Dua dari tanda berikut
Nyeri pada jalur IV
2
Kemerahan
Pembengkakan

70
4. Semua tanda-tanda berikut jelas
Nyeri sepanjang kanul
3
Kemerahan
Vena teraba keras
5. Semua tanda-tanda berikut jelas
Nyeri sepanjang kanul
Kemerahan 4
Pembengkakan
Vena teraba keras
6. Semua tanda-tanda berikut jelas
Nyeri sepanjang kanul
Kemerahan
5
Pembengkakan
Vena teraba keras
Pireksia

Keterangan:
Skala nyeri: Intervensi:
a) 0: tidak ada tanda flebitis; a) observasi kanul;
b) 1–2: tahap awal flebitis; b) resite kanul;
c) 3–4: awal tromboflebitis; c) resite kanul dan
d) 5: stadium lanjut. pertimbangkan perawatan;
d) memulai perawatan.

Rumus:
angka kejadian flebitis x 100%
jumlah pasien yang berisiko flebitis

5) Perawatan Diri
Tabel 16 Kategori Tingkat Kemandirian Pasien Indeks KATZ

Indeks
Deskripsi
KATZ
Mandiri dalam hal mandi, berpakaian, pergi ke toilet,
A
berpindah, BAK/BAB, dan makan.
B Mandiri, kecuali salah satu dari fungsi di atas.
C Mandiri, kecuali mandi dan salah satu dari fungsi di atas.
Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, dan salah satu dari
D
fungsi di atas.
Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, pergi ke toilet, dan salah
E
satu dari fungsi di atas.
Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, ke toilet, berpindah, dan
F
salah satu dari fungsi di atas
G Ketergantungan untuk semua fungsi di atas.

71
Rumus:
Jumlah pasien yang tidak terpenuhi perawatan diri/minggu x 100%
Jumlah pasien yang dirawat dengan ketergantungan total dan parsial

6) Kecemasan
Tabel 16 Skala Peringkat Kecemasan Diri Zung Self-Rating Anxiety
Scale (ZSAS/ZSRAS)

Hampir
Tidak Kadang- Sebagian
No. Pernyataan setiap
pernah kadang waktu
waktu
1. Saya merasa lebih gugup
1 2 3 4
dan cemas dari biasanya.
2. Saya merasa takut tanpa
1 2 3 4
alas an sama sekali.
3. Saya mudah marah atau
1 2 3 4
merasa panik.
4. Saya merasa seperti jatuh
terpisah dan akan
1 2 3 4
hancur berkeping-
keping.
5. Saya merasa bahwa
semuanya baik-baik saja
4 3 2 1
dan tidak ada hal buruk
akan terjadi.
6. Lengan dan kaki saya
1 2 3 4
gemetar.
7. Saya terganggu oleh
nyeri kepala leher dan 1 2 3 4
nyeri punggung.
8. Saya merasa lemah dan
1 2 3 4
mudah lelah.
9. Saya merasa tenang dan
dapat duduk diam 4 3 2 1
dengan mudah.
10. Saya merasakan jantung
1 2 3 4
saya berdebar-debar.
11. Saya merasa pusing
1 2 3 4
tujuh keliling.
12. Saya telah pingsan atau
1 2 3 4
merasa seperti itu.
13. Saya dapat bernapas
4 3 2 1
dengan mudah.
14. Saya merasa jari-jari
tangan dan kaki mati 1 2 3 4
rasa dan kesemutan.

72
15. Saya terganggu oleh
nyeri lambung atau 1 2 3 4
gangguan pencernaan.
16. Saya sering buang air
1 2 3 4
kecil.
17. Tangan saya biasanya
4 3 2 1
kering dan hangat.
18. Wajah saya terasa panas
1 2 3 4
dan merah merona.
19. Saya mudah tertidur dan
dapat istirahat malam 4 3 2 1
dengan baik.
20. Saya mimpi buruk. 1 2 3 4

Ketarangan:
Rentang penilaian 20–80, dengan pengelompokan antara lain:
a) skor 20–44: normal/tidak cemas;
b) skor 45–59: kecemasan ringan;
c) skor 60–74: kecemasan sedang;
d) skor 75–80: kecemasan berat.

Rumus:
Angka kejadian cemas di ruang rawat umum:
jumlah pasien cemas x 100%
jumlah pasien yang dirawat

73
Bagian 3

Analisa Data, Identifikasi Masalah,


dan Prioritas Masalah

74
Analisa Data, Identifikasi Masalah, dan Prioritas Masalah

A. Analisa SWOT

Untuk analisa data akan menggunakan analisa SWOT.

Contoh:
Tabel 9 Analisa SWOT

No. Analisa SWOT Bobot Rating Bobot × Rating


1. M1 (Man)
a. Internal Factor (IFAS)
Strength S-W=
1) Masa kerja perawat di ruang 1 4 4 4-2=
rawat inap X rata-rata 9 2
tahun dengan jenjang karir
sebagian besar PK II dan PK
III 1 4
Total
Weakness 1 2 2
1) Jumlah perawat Ners
sebanyak 1 orang dan
perawat S1 sebanyak 2 orang
dan mayoritas perawat di
ruangan pendidikan
terakhirnya D3 yang 1 2
berjumlah 7 orang
Total O-T=
b. External Factor (EFAS) 1 3 3 3-2=
Oppurtunity 1
1) Adanya kesempatan dan
minat untuk mengikuti 1 3
pelatihan
Total 1 2 2
Threathened
1) Terdapat pasien yang tidak
puas terhadap pelayanan 1 2
sebanyak 18%
Total
2 M2 (Materials)
a. Internal Factor (IFAS)
Strength S-W=
1) Letak nurse station yang 1 4 4 4-3=
strategis 1
Total 1 4
Weakness
1) Bed pasien ada dalam 1 3 3
keadaan tidak baik
Total 1 3

75
b. External Factor (EFAS)
Opportunity O-T=
1) Adanya renovasi dan 1 4 4 4-2=
perbaikan sarana di ruangan 2
Total 1 4
Threathened
1) Kurangnya kontrol secara 1 2 2
berkala tentang fungsi sarana
dan prasarana di ruangan
Total 1 2
3 M3 (Method)
Penerapan MAKP
a. Internal Factor (IFAS)
Strength S-W=
1) RS memiliki visi dan misi 1 4 4 4-2=
sebagai acuan melaksanakan 2
kegiatan pelayanan
Total 1 4
Weakness
1) 25% perawat tidak mengerti 1 2 2
tentang MAKP
Total 1 2
b. External Factor (EFAS)
Opportunity O-T=
1) Kepercayaan dari pasien dan 1 3 3 3-4=
masyarakat yang cukup -1
Total 1 3
Threatened
1) Makin tingginya kesadaran 1 4 4
masyarakat akan pentingnya
kesehatan, makin tinggi
tuntutan masyarakat
terhadap pelayanan
keperawatan
Total 1 4

Timbang Terima
a. Internal Factor (IFAS)
Strength S-W=
1) Timbang terima rutin 1 4 4 4-3=
dilaksanakan 3 kali sehari 1
Total 1 4
Weakness
1) Kegiatan timbang terima 1 3 3
terkadang tidak dilakukan
tepat waktu
Total 1 3
b. External Factor (EFAS)
Opportunity O-T=

76
1) Adanya praktik mahasiswa 1 4 4 4-4=
di ruangan 0
Total 1 4
Threatened
1) Adanya tuntutan yang lebih 1 4 4
tinggi dari masyarakat untuk
mendapatkan pelayanan
keperawatan profesional
Total
1 4
Ronde Keperawatan
a. Internal Factor (IFAS)
Strength
1) Bidang perawatan dan S-W=
ruangan mendukung adanya 1 4 4 4-2=
kegiatan ronde keperawatan 2
Total
Weakness 1 4
1) Ronde keperawatan belum
dilakukan secara optimal 1 2 2
Total
b. External Factor (EFAS) 1 2
Opportunity
1) Adanya kesempatan dari O-T=
kepala ruangan untuk 1 3 3 3-3=
mengadakan ronde 0
keperawatan pada perawat
dan mahasiswa praktik
Total
Threathened 1 3
1) Adanya tuntutan yang lebih
tinggi dari masyarakat untuk 1 3 3
mendapatkan pelayanan
profesional
Total
1 3
Sentralisasi Obat
a. Internal Factor (IFAS)
Strength
1) Tersedianya sarana dan S-W=
prasarana untuk pengelolaan 1 4 4 4-2=
sentralisasi obat 2
Total
Weakness 1 4
1) Sudah ada format serah
terima, namun pada 1 2 2
pelaksanaan tidak selalu
digunakan
Total

77
b. External Factor (EFAS) 1 2
Opportunity
1) Adanya akreditasi RS O-T=
Total 1 4 4 4-3=
Treathened 1 4 1
1) Adanya tuntutan pasien
untuk mendapatkan 1 3 3
pelayanan yang profesional
Total
1 3
Supervisi Keperawatan
a. Internal Factor (IFAS)
Strength
1) Adanya hubungan S-W=
kerjasama yang baik antara 1 4 4 4-2=
kepala ruangan dengan staf 2
Total
Weakness 1 4
1) Belum ada pelatihan dan
sosialisasi tentang supervisi 1 2 2
Total
b. External Factor (EFAS) 1 2
Opportunity
1) Adanya akreditasi RS O-T=
Total 1 4 4 4-4=
Threathened 1 4 0
1) Tuntutan pasien sebagai
konsumen untuk 1 4 4
mendapatkan pelayanan
yang profesional
Total
1 4
Penerimaan Pasien Baru
a. Internal Factor (IFAS)
Strength
1) Adanya komunikasi awal S-W=
yang efektif untuk membina 1 3 3 3-3=
hubungan saling percaya 0
Total
Weakness 1 3
1) Tidak ada pembagian tugas
untuk penerimaan pasien 1 3 3
baru
Total
1 3
b. External Factor (EFAS)
Opportunity
1) Adanya tim akreditasi yang O-T=
dapat meningkatkan 1 4 4 4-3=

78
kedisiplinan dalam 1
penerimaan pasien baru
sesuai dengan SOP
Total
Threathened 1 4
1) Tinggginya ekspektasi dari
pasien/keluarga terhadap 1 3 3
pelayanan kesehatan yang
ditawarkan dan diajukan
oleh petugas kesehatan yang
menerima pasien baru
Total
Discharge Planning 1 3
a. Internal Factor (IFAS)
Strength
1) Perawat memberikan S-W=
pendidikan kesehatan secara 1 4 4 4-2=
informal kepada klien selama 2
dirawat atau pulang
Total
Weakness 1 4
1) Discharge planning belum
terlaksana secara optimal 1 2 2
yaitu pemberian pendidikan
kesehatan dilakukan secara
lisan kepada pasien/keluarga
dan tidak memakai media
(leaflet) dan kartu
Total
1 2
b. External Factor (EFAS)
Opportunity
1) Adanya kerja sama yang baik O-T=
antara mahasiswa Ners dan 1 3 3 3-4=
perawat klinik dalam -1
pengelolaan pasien pulang
Total
Threathened 1 3
1) Adanya tuntutan masyarakat
dalam memperoleh 1 4 4
pelayanan keperawatan yang
profesional
Total

Dokumentasi Keperawatan 1 4
a. Internal Factor (IFAS)
Strength

S-W=

79
1) Tersedianya sarana dan 1 3 3 3-2=
prasarana atau administrasi 1
penunjang
Total 1 3
Weakness
1) Perawat masih bimbang 1 2 2
dalam penggunaan SBAR
Total 1 2
b. External Factor (EFAS)
Opportunity O-T=
1) Adanya perawat dengan 1 2 2 2-3=
kualifikasi pendidikan S1 -1
sebanyak 2 orang dan Ners
sebanyak 1 orang yang dapat
mendukung kesesuaian
dokumentasi
Total 1 2
Threathened
1) Adanya kesadaran pasien 1 3 3
dan keluarga akan tanggung
jawab dan tanggung gugat
Total 1 3
M4 (Money)
a. Internal Factor (IFAS)
Strength S-W=
1) Tiap perawat memperoleh 1 3 3 3-3=
pendapatan dari jasa 0
pelayanan rumah sakit
Total 1 3
Weakness
1) Pembiayaan berasal dari 1 3 3
yayasan rumah sakit
Total 1 3
b. External Factor (EFAS)
Opportunity O-T=
1) Adanya kebijakan untuk 1 3 3 3-3=
pasien umum dan BPJS 0
Total 1 3
Threathened
1) Persaingan dengan rumah 1 3 3
sakit lainnya dalam bentuk
pelayanan
Total 1 3
M5 (Mutu)
a. Internal Factor (IFAS)
Strength S-W=
1) Mayoritas pasien (46%) 1 2 2 2-2=
menyatakan puas dengan 0
kinerja perawat

80
Total 1 2
Weakness
1) Kurangnya pemberian 1 2 2
penyuluhan atau promosi
kesehatan mengenai
pengendalian infeksi (cuci
tangan dan five moments) oleh
ruangan serta kurangnya
penerapan cuci tangan
keluarga pasien
Total 1 2
b. External Factor (EFAS)
Opportunity O-T=
1) Kerja sama yang baik antara 1 4 4 4-4=
perawat dan mahasiswa 0
Total 1 4
Threathened
1) Tuntutan pasien sebagai 1 4 4
konsumen untuk
mendapatkan pelayanan
yang profesional
Total 1 4

81
B. Diagram Layang

Gambar 2 Diagram Layang Analisis SWOT

Keterangan:
M1 : Man (Ketenagaan)
M2 : Materials (Sarana dan Prasarana)
M4 : Money (Keuangan)
M5 : Mutu
MAKP : Metode (Penerapan MAKP)
DK : Metode (Dokumentasi Keperawatan)
RK : Metode (Ronde Keperawatan)
SO : Metode (Sentralisasi Obat)
SV : Metode (Supervisi Keperawatan)
TT : Metode (Timbang Terima)
DP : Metode (Discharge Planning)
PPB : Metode (Penerimaan Pasien Baru)

82
C. Identifikasi Masalah

Setelah dilakukan analisis situasi dengan menggunakan

pendekatan SWOT, maka kelompok dapat merumuskan masalah yang

ditemukan.

Contoh:

1. M1 (Man)

Masalah : Tidak ada masalah.

Penyebab : -

Keterangan : Perbandingan jumlah perawat dan jumlah pasien

sesuai dengan teori, dan penyediaan tenaga kerja

sesuai dengan kebutuhan rumah sakit.

2. M2 (Materials)

Masalah : Tidak ada masalah.

Penyebab : -

Keterangan : Peralatan yang tersedia sesuai dengan kebutuhan

ruangan, dan koordinasi ruangan dengan

pengadaan peralatan baik.

3. M3 (Method)

a. Penerapan MAKP (Model Asuhan Keperawatan Profesional)

Masalah : Belum adanya struktur organisasi yang

terpajang di ruangan, dan beberapa perawat

tidak mengerti tentang MAKP.

Penyebab : Kurangnya sosialisasi tentang MAKP secara

menyeluruh.

Keterangan : Sesuai dengan kebijakan rumah sakit, maka

model asuhan keperawatan yang digunakan di

ruangan adalah metode tim, namun beberapa

83
perawat belum mengerti tentang MAKP yang

digunakan.

b. Timbang Terima

Masalah : Belum adanya pelimpahan wewenang dari tiap

sif dalam bentuk dokumentasi tertulis (tanda

tangan), dan kegiatan timbang terima

terkadang tidak dilakukan tepat waktu.

Penyebab : Beberapa perawat datang terlambat saat proses

timbang terima.

Keterangan : -

c. Ronde Keperawatan

Masalah : Ronde keperawatan belum dilakukan secara

optimal.

Penyebab : Masa rawat inap pasien 3-4 hari dan belum

ditemukan kasus langka atau kasus yang sudah

dilakukan tindakan namun belum memiliki

solusi, dan beberapa perawat belum mengerti

tentang ronde keperawatan, serta tim ronde

keperawatan belum terbentuk.

Keterangan : -

d. Sentralisasi Obat

Masalah : Tidak ada masalah.

Penyebab : -

Keterangan : Sentralisasi obat di ruangan sudah mempunyai

alur yang jelas.

e. Supervisi Keperawatan

84
Masalah : Supervisi keperawatan belum berjalan secara

optimal.

Penyebab : Belum adanya format supervisi, belum adanya

pelatihan dan sosialisasi tentang supervisi, dan

tidak ada supervisor.

Keterangan : -

f. Penerimaan Pasien Baru

Masalah : Kurang optimalnya penjelasan mengenai

orientasi lingkungan dan fasilitas ruangan.

Penyebab : Teknis penerimaan pasien baru belum sesuai

dengan standar, sehingga siapa saja perawat

yang berada di ruangan (tidak harus ketua

tim/perawat primer) untuk menerima operan

pasien tersebut.

Keterangan : -

g. Discharge Planning

Masalah : Discharge planning belum terlaksana secara

optimal, yaitu pemberian pendidikan

kesehatan hanya dilakukan secara lisan kepada

pasien/keluarga yang akan pulang.

Penyebab : Pelaksanaan yang kurang optimal karena

belum tersedianya media untuk pasien dan

hanya dilakukan pada pasien yang akan

pulang.

Keterangan : -

h. Dokumentasi Keperawatan

85
Masalah : Pengisian format dokumentasi keperawatan

belum lengkap, dan perawat masih bimbang

antara menggunakan SBAR atau SOAP.

Penyebab : Dokumentasi lembar rekam medik terkadang

mengalami beberapa perubahan dan

penyampaian cara pengisiannya hanya

disampaikan secara lisan.

Keterangan : -

4. M4 (Money)

Masalah : Tidak ada masalah.

Penyebab : -

Keterangan : Sudah terdapat sistem pembayaran yang terpusat.

5. M5 (Mutu)

Masalah : Beberapa pasien belum puas dengan pelayanan

yang ada, dan kurangnya penyuluhan atau

promosi kesehatan mengenai pengendalian infeksi

(cuci tangan dan five moments) oleh ruangan.

Penyebab : -

Keterangan : Kurang optimalnya fungsi tim penyuluhan di

ruangan dengan baik dan terjadwal, dan tidak ada

media yang bisa dilihat atau dibaca secara

langsung oleh keluarga maupun pasien.

D. Prioritas Masalah

Contoh:
Tabel 9 Prioritas Masalah Berdasarkan Metode CARL

No. Masalah C A R L Nilai Rank

1. Penerapan MAKP 3 3 3 2 54 1
2. Timbang Terima 2 3 3 2 36 4

86
3. Ronde Keperawatan 3 3 3 2 54 2
4. Supervisi 3 3 3 2 54 3
5. Penerimaan Pasien Baru 3 2 3 1 18 7
6. Discharge Planning 4 1 2 1 8 8
7. Dokumentasi Keperawatan 3 2 3 2 36 5
8. Mutu 3 2 3 2 36 6

87
Bagian 4

Perencanaan Praktik Manajemen


Keperawatan

88
Perencanaan Praktik Manajemen Keperawatan
Tabel 9 POA (Plan of Action)
Indikator
No. Problem Tujuan Kegiatan Waktu Penanggungjawab
Keberhasilan
1. M3 (Method)
a. Penerapan Model MAKP Mencoba 1) Menyusun struktur Perawat Minggu
(Model Asuhan menerapkan model organisasi. menggunakan II-IV
Keperawatan Profesional) MAKP tim sesuai 2) Membentuk rincian dan MAKP tim di
Masalah: dengan tugas, pokok, pembagian tugas kerja ruangan dengan
1) Belum adanya struktur dan fungsi. yang jelas antara masing- benar.
organisasi yang masing perawat.
terpajang di ruangan. 3) Membuat rencana
2) Beberapa perawat tidak kegiatan harian perawat.
mengerti tentang MAKP. 4) Mendiskusikan setiap
hambatan yang ada
dalam penerapan model
MAKP tim.
b. Timbang Terima Melaksanakan 1) Timbang terima Isi timbang terima Minggu
Masalah: timbang terima dilakukan secara lisan tentang masalah II-IV
1) Belum adanya setiap pergantian sif dan tertulis dalam buku keperawatan yang
pelimpahan wewenang sesuai dengan format operan. sudah dan belum
dari tiap sif dalam timbang terima yang 2) Melaksanakan timbang teratasi,
bentuk dokumentasi telah ada dan tepat terima bersama dengan terdokumenstasi
tertulis (tanda tangan). waktu. kepala ruangan dan staf dengan baik dan
keperawatan, benar pada buku
dilaksanakan pada setiap laporan timbang
pergantian sif.
89
2) Kegiatan timbang terima 3) Mendokumentasikan terima yang telah
terkadang tidak hasil timbang terima disediakan.
dilakukan tepat waktu. pasien pada buku operan.
c. Ronde Keperawatan Menerapkan ronde 1) Menyusun proposal Ronde keperawatan Minggu
Masalah: keperawatan agar kegiatan ronde dilakukan sesuai III-IV
Ronde keperawatan belum terlaksana secara keperawatan (strategi dan jadwal setiap ada
dilakukan secara optimal. rutin, terjadwal, materi). masalah
sesuai dengan 2) Menyusun materi sesuai keperawatan yang
adanya kasus yang dengan kasus yang membutuhkan
tidak dapat ditemukan dua hari dilakukannya
terselesaikan, serta sebelum kegiatan ronde ronde keperawatan.
dilakukan di keperawatan.
samping pasien. 3) Melaksanakan ronde
keperawatan.
4) Membuat jadwal ronde
keperawatan dengan
masalah yang terjadi di
ruangan agar dapat
dengan cepat teratasi,
misalnya 1 kali dalam
sebulan, dilaksanakan
minimal 30 menit,
dihadiri oleh
multidisiplin dan
dipimpin oleh kepala
ruangan.
90
d. Sentralisasi Obat Mengoptimalkan 1) Membuat lembar Sentralisasi obat Minggu
Masalah: sistem sentralisasi persetujuan dilakukan sesuai III-IV
- obat. pasien/keluarga pasien dengan alur yang
terhadap rencana benar.
dilakukannya sentralisasi
obat.
2) Membuat kartu salinan
obat yang diterima oleh
pasien.
e. Supervisi Keperawatan Mengoptimalkan 1) Memasukkan kegiatan Supervisi Minggu
Masalah: sistem supervisi supervisi (membuat dilakukan sesuai III-IV
Supervisi belum berjalan keperawatan. jadwal) dalam rencana dengan jadwal,
secara optimal. kegiatan bulanan di minimal 1 kali
ruangan, yaitu: dalam satu bulan.
a) melaksanakan
supervisi sesuai
dengan format yang
telah ada dari
ruangan;
b) menentukan materi
supervisi
keperawatan;
c) menyiapkan petunjuk
teknis pelaksanaan
supervisi
keperawatan;
d) melaksanakan
supervisi keperawatan
91
bersama perawat
ruangan;
e) melakukan evaluasi
dari kegiatan supervisi
yang telah dilakukan.
3) Mendokumentasikan
hasil pelaksanaan
supervisi keperawatan.
f. Penerimaan Pasien Baru Mengaplikasikan Merencanakan penerimaan Perawat Minggu
Masalah: peran perawat dalam pasien baru dengan perawat mengaplikasikan III-IV
Kurang optimalnya penerimaan pasien ruangan dan membuat peran dalam
penjelasan mengenai baru. welcome book yang berisi tata penerimaan pasien
orientasi lingkungan dan tertib penunggu pasien, hak baru sesuai standar
fasilitas ruangan. pasien dan keluarga, denah di ruangan.
ruangan, tarif perawatan, dan
lain-lain.
g. Discharge Planning Melaksanakan 1) Menyusun perencanaan Adanya brosur/ Minggu
Masalah: discharge planning tentang pelaksanaan leaflet tentang di III-IV
Discharge planning belum sesuai dengan discharge planning. ruangan.
terlaksana secara optimal, standar. 2) Membuat brosur/leaflet
yaitu pemberian tentang pengertian
pendidikan kesehatan penyakit, pencegahan,
hanya dilakukan secara perawatan di rumah,
lisan kepada nutrisi, aktivitas dan
pasien/keluarga yang akan istirahat sesuai dengan
pulang. kebutuhan pasien.
92
h. Dokumentasi Keperawatan Mampu menerapkan 1) Mendiskusikan format Mahasiswa mampu Minggu
Masalah: pendokumentasian pengkajian dan menerapkan III-IV
1) Pengisian format keperawatan secara pendokumentasian pendokumentasian
dokumentasi ringkas, baik dan asuhan keperawatan secara ringkas, baik
keperawatan belum benar. sesuai dengan kasus. dan benar.
lengkap. 2) Membuat format
2) Perawat masih bimbang pengkajian, diagnosis,
dalam menggunakan perencanaan,
SBAR/SOP. pelaksanaan, dan evaluasi
asuhan keperawatan.
3) Membuat format
pendokumentasian
asuhan keperawatan.
4) Melaksanakan
pendokumentasian
asuhan keperawatan
bersama dengan perawat
ruangan.
5) Mengevaluasi
pelaksanaan sistem
dokumentasi asuhan
keperawatan yang telah
dilakukan.
2. M5 (Mutu) Mengembangkan 1) Memberikan penyuluhan 80% pasien dan Minggu
Masalah: mutu pelayanan tentang pentingnya cuci keluarga mampu II-IV
1) Beberapa pasien belum keperawatan dalam tangan untuk melakukan cuci
puas dengan pelayanan hal patient safety. mengendalikan infeksi tangan.
yang ada. pada pasien dan keluarga.
93
2) Kurangnya penyuluhan 2) Mengajak pasien dan
atau promosi kesehatan keluarga untuk
mengenai pengendalian melakukan cuci tangan
infeksi (cuci tangan dan five bersama setelah validasi
moments) oleh ruangan. pasien setiap hari.
94
Bagian 5

Pelaksanaan Praktik Manajemen


Keperawatan

95
Pelaksanaan Praktik Manajemen Keperawatan

Pelaksanaan M1-M5 (Man, Matherials, Method, Money, Mutu)

meliputi 5 (lima) aspek, yaitu: persiapan, pelaksanaan, hambatan,

dukungan, dan intervensi.

A. M1 (Man)

1. Persiapan

Dalam tahap ini dilakukan penilaian dan pengawasan M1

(Man) pada perawat ruangan dengan menghitung kebutuhan

tenaga perawat. Penghitungan kebutuhan tenaga keperawatan

dapat diterapkan dengan menggunakan beberapa metode

(formula).

2. Pelaksanaan

Dalam tahap ini dilakukan suatu tindakan atau pelaksanaan

dari perencanaan yang telah disusun secara matang dan terperinci.

Selain itu, dilakukan penghitungan kebutuhan tenaga

keperawatan, menghitung BOR (Bed Occupacy Rate), serta

menganalisa beban kerja perawat.

3. Hambatan

Hambatan biasanya ditemukan dalam proses kegiatan M1

(Man) selama praktik manajemen, yaitu:

a. Kurangnya dukungan dari kepala ruangan, tenaga

keperawatan ruangan, serta pegawai rumah sakit lain terhadap

pelaksanaan praktik manajemen.

b. Jumlah ketenagaan antara jumlah pasien kelolaan dan

mahasiswa praktik profesi manajemen tidak seimbang.

4. Dukungan

96
Dukungan biasanya didapatkan dalam proses kegiatan M1

(Man) selama praktik manajemen, yaitu:

a. Adanya dukungan terhadap pelaksanaan praktik manajemen

dari kepala ruangan, tenaga keperawatan ruangan, serta

pegawai rumah sakit lain.

b. Seluruh staf di ruangan secara aktif memberikan saran,

mengingatkan, dan bantuan ketenagaan dalam memberikan

pelayanan asuhan keperawatan yang terbaik pada pasien

kelolaan.

5. Intervensi

Intervensi yang dapat dilakukan dalam proses kegiatan M1

(Man) selama praktik manajemen, yaitu:

a. Menghitung kebutuhan tenaga keperawatan menggunakan

metode rasio, metode Douglas, dan metode Gillies.

b. Menghitung BOR (Bed Occupacy Rate).

c. Menganalisa beban kerja perawat menggunakan work sampling,

time motion study, dan daily log.

B. M2 (Matherials)

1. Persiapan

Dalam tahap ini dilakukan penilaian dan pengawasan M2

(Matherials) atau sarana dan prasarana secara berkala setiap hari

dengan cara mengobservasi untuk menilai kelayakan sarana dan

prasarana tersebut.

2. Pelaksanaan

Proses pelaksanaan pengamatan dan penilaian sarana dan

prasarana dilakukan dengan cara mengobservasi, wawancara

dengan kepala ruangan, melihat kondisi alat dan melakukan

97
pengecekan pada alat tersebut terkait fungsinya. Selain itu, dapat

dilakukan pencocokan antara jumlah sarana dan prasana yang ada

di ruangan dengan buku tabulasi data sarana dan prasarana

ruangan.

Tabulasi data jumlah dan kelayakan alat dikelola oleh

penanggung jawab yang dibentuk oleh kepala ruangan.

Penanggung jawab tersebut bertugas untuk mencatat ketersediaan

sarana dan prasarana dan mentabulasi data di akhir tahun.

Tabulasi data dilakukan setiap akhir tahun, sehingga validasi data

dapat dilakukan di buku sarana prasarana berdasarkan

penghitungan sarana dan prasarana tiap tahunnya.

Dalam proses praktik manajemen, alat habis pakai seperti

alcohol swab, alkohol gliserin, dan spuit berbagai ukuran

merupakan alat yang tersedia di ruangan. Sedangkan tensimeter,

stetoskop, handscoon, dan masker adalah alat pribadi yang biasanya

dibawa dan digunakan oleh mahasiswa praktik manajemen.

3. Hambatan

Hambatan biasanya ditemukan dalam proses kegiatan M2

(Matherials) selama praktik manajemen, yaitu:

a. Tabulasi data dan pembukuan ruangan biasanya dilakukan

setiap akhir tahun sehingga mempersulit untuk dilakukan

validasi jumlah dan kelayakan sarana dan prasarana pada saat

dilakukan observasi langsung selama periode praktik

manajemen, mengakibatkan hasil observasi jumlah dan

kelayakan sarana prasarana ruangan dalam periode tersebut

harus divalidasi dengan data tabulasi ruangan pada tahun

sebelumnya.

98
b. Proses tabulasi data dilakukan sekali dalam satu tahun

menyebabkan kurang optimalnya penilaian dan validasi alat

sarana dan prasarana di ruangan tersebut.

4. Dukungan

Dukungan biasanya didapatkan dalam proses kegiatan M2

(Matherials) selama praktik manajemen, yaitu:

a. Kepala Ruangan beserta penanggung jawab sarana dan

prasarana kooperatif ketika diajak berkoordinasi perihal

pendokumentasian sarana dan prasarana ruangan.

b. Dukungan dari pihak ruangan akan mempermudah

mahasiswa praktik manajemen untuk melakukan validasi

ketersediaan dan kelayakan sarana prasarana ruangan.

5. Intervensi

Intervensi yang dapat dilakukan dalam proses kegiatan M2

(Matherials) selama praktik manajemen, yaitu:

a. Pendokumentasian alat-alat kesehatan.

b. Pendokumentasian alat-alat consumable (obat-obatan dan

bahan habis pakai).

c. Pendokumentasian administrasi penunjang, antara lain: buku

injeksi, buku observasi, lembar dokumentasi, buku observasi

suhu dan nadi, buku timbang terima, SOP, SAK, buku visite,

buku dalin, leaflet, dan lain-lain.

C. M3 (Method)

1. Metode Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP)

a. Persiapan

99
Persiapan dalam pelaksanaan kegiatan role play

penerapan Metode Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP)

dalam proses praktik manajemen, yaitu:

1) Membagi peran selama proses role play berlangsung.

2) Membentuk struktur organisasi kelompok, Gann Chart

kegiatan, jadwal dinas dan daftar pasien, daftar uraian

tugas Kepala Ruangan (NUM), Primary Ners (PN), Ners in

Charge (NIC) dan Associate Ners (AN), serta

mekanisme/alur kegiatan MAKP harian.

3) Menentukan penanggung jawab yang bertanggung jawab

dalam pelaksanaan kegiatan, mulai dari tahap persiapan

hingga melakukan evaluasi dari setiap kegiatan tersebut.

b. Pengorganisasian

Untuk efektivitas pelaksanaan kegiatan role play

penerapan Metode Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP),

kelompok menyusun struktur organisasi sebagai berikut.

Kepala Ruangan :

Ketua Tim :

Perawat Pelaksana :

c. Pelaksanaan

Dalam proses praktik manajemen, pelaksanaan kegiatan

role play penerapan Metode Asuhan Keperawatan Profesional

(MAKP) dilaksanakan sesuai dengan model yang sudah

ditentukan. Ada 5 (lima) Metode Asuhan Keperawatan

Profesional (MAKP) yang sudah ada dan akan terus

dikembangkan di masa depan dalam menghadapi tren

100
pelayanan keperawatan. Berikut ini merupakan deskripsi

tentang Metode Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP).


Tabel 4.6 Jenis Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP)
Menurut Grant dan Massey (1997) dan Marquis dan Huston
(1998)

Model Deskripsi
Fungsional  Berdasarkan orientasi tugas dan Perawat
(bukan filosofi keperawatan. yang
model  Perawat melaksanakan tugas bertugas
MAKP) (tindakan) tertentu berdasarkan jadwal pada
kegiatan yang ada. tindakan
 Metode fungsional dilaksanakan oleh tertentu
perawat dalam pengelolaan asuhan
keperawatan sebagai pilihan utama
pada saat perang dunia kedua. Pada
saat itu, karena masih terbatasnya
jumlah dan kemampuan perawat,
maka setiap perawat hanya melakukan
1–2 jenis intervensi keperawatan
kepada semua pasien di bangsal.
Kasus  Berdasarkan pendekatan holistis dari Manajer
filosofi keperawatan. Keperawatan
 Perawat bertanggung jawab terhadap
asuhan dan observasi pada pasien
tertentu.
 Rasio: 1 : 1 (pasien : perawat). Setiap
pasien dilimpahkan kepada semua
perawat yang melayani seluruh
kebutuhannya pada saat mereka dinas.
Pasien akan dirawat oleh perawat yang
berbeda untuk setiap sif dan tidak ada
jaminan bahwa pasien akan dirawat
oleh orang yang sama pada hari
berikutnya. Metode penugasan kasus
biasanya diterapkan satu pasien satu
perawat, umumnya dilaksanakan
untuk perawat privat atau untuk
khusus seperti isolasi, perawatan
insentif.
Tim  Berdasarkan pada kelompok filosofi Ketua Tim
keperawatan.
 Enam sampai tujuh perawat
profesional dan perawat pelaksana
bekerja sebagai satu tim, disupervisi
oleh ketua tim.
 Metode ini menggunakan tim yang
terdiri atas anggota yang berbeda-beda

101
dalam memberikan asuhan
keperawatan terhadap sekelompok
pasien. Perawat ruangan dibagi
menjadi 2–3 tim/grup yang terdiri atas
tenaga profesional, teknikal, dan
pembantu dalam satu kelompok kecil
yang saling membantu.
Primer  Berdasarkan pada tindakan yang Perawat
komperehensif dari filosofi Primer (PP)
keperawatan.
 Perawat bertanggung jawab terhadap
semua aspek asuhan keperawatan.
 Metode penugasan dimana satu orang
perawat bertanggung jawab penuh
selama 24 jam terhadap asuhan
keperawatan pasien mulai dari pasien
masuk sampai keluar rumah sakit.
Mendorong praktik kemandirian
perawat, ada kejelasan antara pembuat
rencana asuhan dan pelaksana.
Metode primer ini ditandai dengan
adanya keterkaitan kuat dan terus-
menerus antara pasien dan perawat
yang ditugaskan untuk merencanakan,
melakukan, dan koordinasi asuhan
keperawatan selama pasien dirawat.

Pembagian peran dalam pelaksanaan kegiatan role play

penerapan Metode Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP)

apabila menggunakan model tim maka akan terdiri dari Kepala

Ruangan, Ketua Tim, dan Perawat Pelaksana yang terbagi

dalam 3 sif yaitu pagi, siang dan malam.

Pembagian peran tersebut telah diikuti dengan

pembagian jadwal dinas pagi, sore, dan malam. Kepala

Ruangan menjalankan tugasnya berupa mengevaluasi Ketua

Tim dan Perawat Pelaksana atas tugas yang dijalankan,

menghitung jumlah tenaga perawat, dan menentukan tingkat

ketergantungan pasien. Sedangkan Kepala Ruangan

menjalankan tugasnya diantaranya melakukan penerimaan

102
pasien baru, memberikan edukasi dan monitoring sentralisasi

obat, mengkaji kebutuhan klien secara komprehensif,

melaksanakan discharge planning, mengkomunikasikan dan

mengkoordinasikan pelayanan yang diberikan kepada tim

medis lain, membuat laporan timbang terima dengan sistem

SBAR. Untuk Perawat pelaksana, menjalankan tugasnya

diantaranya melaksanakan asuhan keperawatan, memberikan

kebutuhan dasar pasien, dan mendokumentasikan tindakan

yang telah dilakukan dalam rekam medis.

d. Hambatan

Hambatan dalam pelaksanaan kegiatan role play

penerapan Metode Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP)

selama proses praktik manajemen dapat dibuat dengan

sistematika sebagai berikut.


Tabel 4.6 Contoh Hambatan Proses Role Play Penerapan Metode Asuhan
Keperawatan Profesional (MAKP)

Masalah Penyebab Rekomendasi


Mekanisme
Kelompok
Isi
Komponen-
komponen dari
MAKP yang belum
terlaksana optimal di
ruangan.
Peran
Kelompok kurang Kelompok kurang Briefing dan review
maksimal dalam menguasai peran dan tentang tugas yang
melakukan peran tugas yang harus harus dilakukan oleh
dalam Metode dilakukan. Kepala Ruangan,
Asuhan Ketua Tim, dan
Keperawatan Perawat Pelaksana.
Profesional (MAKP)
saat uji coba peran.

e. Dukungan

103
Dukungan dalam pelaksanaan kegiatan role play

penerapan Metode Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP)

selama proses praktik manajemen, yaitu:

1) Kepala Ruangan dan staf mendukung pelaksanaan Metode

Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) yang

diterapkan oleh kelompok di ruangan.

2) Adanya kepercayaan dari Kepala Ruangan, staf, dan pasien

terhadap kelompok dalam menerapkan Metode Asuhan

Keperawatan Profesional (MAKP).

f. Intervensi

Intervensi yang dapat dilakukan dalam pelaksanaan

kegiatan role play penerapan Metode Asuhan Keperawatan

Profesional (MAKP) selama proses praktik manajemen, yaitu:

1) Melaksanakan role play penerapan Metode Asuhan

Keperawatan Profesional (MAKP) sesuai dengan model

yang telah ditentukan, yaitu: metode kasus, tim, primer,

atau moduler (modifikasi tim-primer).

2) Melaksanakan role play penerapan Metode Asuhan

Keperawatan Profesional (MAKP) sesuai dengan waktu

yang telah ditentukan, misalnya: minggu pertama sampai

minggu keempat selama proses praktik manajemen.

2. Timbang Terima

a. Persiapan

Persiapan dalam pelaksanaan kegiatan role play timbang

terima dalam proses praktik manajemen, yaitu:

1) Membagi peran selama proses role play berlangsung.

2) Menunjuk penanggung jawab kegiatan timbang terima.

104
3) Menyusun proposal kegiatan dan konsultasi proposal

kegiatan pada pembimbing akademik dan pembimbing

klinik.

4) Menyusun format timbang terima.

5) Menyusun pengorganisasian pelaksanaan timbang terima.

6) Menetapkan waktu untuk pelaksanaan timbang terima.

7) Mengadakan kontrak dengan pasien dan keluarga akan

diadakan kegiatan role play timbang terima.

8) Menyampaikan kepada pembimbing klinik dan perawat

ruangan tentang pelaksanaan timbang terima serta bekerja

sama dengan petugas role play.

b. Pengorganisasian

Pengorganisasian kegiatan role play timbang terima

dapat dibuat dengan format sebagai berikut.

Kepala Ruangan :

Ketua Tim :

Perawat Pelaksana (Pagi) :

Perawat Pelaksana (Sore) :

Perawat Pelaksana (Malam) :

Perlengkapan :

Dokumentasi :

Narator :

Supervisor :

c. Pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan role play timbang terima

perinciannya dapat dibuat dengan format sebagai berikut.

Hari :

105
Waktu :

Topik : Timbang terima

Sasaran :

Tempat :

Acara dihadiri oleh :

d. Hambatan

Hambatan dalam pelaksanaan kegiatan role play

timbang terima selama proses praktik manajemen dapat dibuat

dengan sistematika sebagai berikut.


Tabel 4.7 Contoh Hambatan Proses Role Play Pelaksanaan Timbang
Terima

Masalah Penyebab Rekomendasi


Mekanisme
Pada saat timbang Adanya perubahan Pada saat
terima, rekam medis teknik timbang terima. penyampaian timbang
ada namun tidak terima langsung
dibaca hanya berpedoman pada
dicrosscheck. rekam medis klien,
tidak perlu
menggunakan buku
ringkasan
dokumentasi
keperawatan.
Isi
Pendokumentasian Kurangnya Penulisan SBAR yang
pada penulisan SBAR pemahaman kelompok efektif seharusnya ada
tiap masing-masing untuk menuliskan perbedaan yang
sif tidak ada SBAR yang lebih meliputi tindakan
perbedaannya. efektif. lanjutan dari masalah
keperawatan yang ada
dan muncul masalah
keperawatan yang
baru serta
rekomendasi
intervensi yang perlu
dilanjutkan atau
dimodifikasi.
Peran
Kelompok kurang Pemeran kurang rileks Pemeran sebaiknya
maksimal dalam sehingga terlihat lebih rileks dan
melakukan peran berlatih lebih matang

106
dalam timbang tegang selama proses sehingga pada saat role
terima karena role play berlangsung. play tidak terlihat
beberapa masih tegang.
terlihat tegang
sehingga suasana
timbang terima
kurang luwes.

e. Dukungan

Dukungan dalam pelaksanaan kegiatan role play

timbang terima selama proses praktik profesi manajemen,

yaitu:

1) Timbang terima dilaksanakan berdasarkan dukungan dari

pembimbing akademik dan pembimbing klinik.

2) Pembimbing akademik maupun pembimbing klinik

memberi pengarahan dalam pelaksanaan timbang terima

serta memotivasi agar mahasiswa memberikan

penampilan yang terbaik.

f. Intervensi

Intervensi yang dapat dilakukan dalam pelaksanaan

kegiatan role play timbang terima selama proses praktik

manajemen, yaitu:

1) Melaksanakan role play timbang terima sesuai dengan

peran yang telah ditentukan.

2) Melaksanakan role play timbang terima sesuai dengan

waktu yang telah ditentukan, misalnya: minggu pertama

sampai minggu keempat selama proses praktik

manajemen.

3. Ronde Keperawatan

a. Persiapan

107
Persiapan dalam pelaksanaan kegiatan role play ronde

keperawatan dalam proses praktik manajemen, yaitu:

1) Membagi peran selama proses role play berlangsung.

2) Menunjuk penanggung jawab kegiatan ronde

keperawatan.

3) Memilih kasus yang yang tepat dan masalah keperawatan

yang belum teratasi untuk dilakukan ronde keperawatan.

4) Menyusun proposal kegiatan dan konsultasi proposal

kegiatan pada pembimbing akademik dan pembimbing

klinik.

5) Menyusun pengorganisasian pelaksanaan ronde

keperawatan.

6) Menetapkan waktu untuk pelaksanaan ronde

keperawatan.

7) Mengadakan kontrak dengan pasien dan keluarga, dokter,

dan ahli gizi akan diadakan kegiatan role play ronde

keperawatan.

8) Menyampaikan kepada pembimbing klinik dan

pembimbing akademik tentang pelaksanaan role play ronde

keperawatan serta bekerja sama dengan petugas role play.

b. Pengorganisasian

Pengorganisasian kegiatan role play ronde keperawatan

dapat dibuat dengan format sebagai berikut.

Kepala Ruangan :

Ketua Tim :

Perawat Pelaksana :

Dokter :

108
Farmasi Klinis :

Ahli Gizi :

Perawat Konselor :

Perlengkapan :

Dokumentasi :

Narator :

Supervisor :

c. Pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan role play ronde keperawatan

perinciannya dapat dibuat dengan format sebagai berikut.

Hari :

Waktu :

Topik : Ronde keperawatan

Sasaran :

Tempat :

Acara dihadiri oleh :

d. Hambatan

Hambatan dalam pelaksanaan kegiatan role play ronde

keperawatan selama proses praktik manajemen dapat dibuat

dengan sistematika sebagai berikut.


Tabel 4.8 Contoh Hambatan Proses Role Play Pelaksanaan Ronde
Keperawatan

Masalah Penyebab Rekomendasi


Mekanisme
Role play Adanya pertemuan Role play tetap
tidak dihadiri oleh atau rapat. dilaksanakan dengan
salah satu atau peran diganti oleh
beberapa tenaga anggota kelompok.
kesehatan yang
terlibat di dalam
peran.
Isi

109
Penyampaian Kelompok kurang Memperbaiki asuhan
masalah pasien mengetahui tentang keperawatan sesuai
masih kurang tepat aturan penulisan revisi pembimbing.
dan lengkap. asuhan keperawatan
yang baik dan benar.
Peran
Kelompok kurang Kelompok kurang Briefing dan review
maksimal dalam menguasai peran dan tentang alur
melakukan peran tugas yang harus pelaksanaan ronde
dalam ronde dilakukan. keperawatan serta
keperawatan. tugas yang harus
dilakukan.

e. Dukungan

Dukungan dalam pelaksanaan kegiatan role play ronde

keperawatan selama proses praktik manajemen, yaitu:

1) Ronde keperawatan dilaksanakan dengan dukungan dari

pembimbing akademik, pembimbing klinik, perawat

ruangan, dokter penanggung jawab pasien.

2) Staf di ruangan aktif dalam memberikan masukan dan

saran, baik untuk proses ronde keperawatan maupun

kondisi pasien yang dirondekan.

3) Adanya kerjasama antara tim kesehatan dan perawat

sehingga dapat terlaksana ronde keperawatan.

f. Intervensi

Intervensi yang dapat dilakukan dalam pelaksanaan

kegiatan role play ronde keperawatan selama proses praktik

manajemen, yaitu:

1) Melaksanakan role play ronde keperawatan sesuai dengan

peran yang telah ditentukan.

2) Melaksanakan role play ronde keperawatan sesuai dengan

waktu yang telah ditentukan, misalnya: satu kali setiap

minggu selama proses praktik manajemen.

110
4. Sentralisasi Obat

a. Persiapan

Persiapan dalam pelaksanaan kegiatan role play

sentralisasi obat dalam proses praktik manajemen, yaitu:

1) Menunjuk penanggung jawab kegiatan sentralisasi obat.

2) Menyusun proposal kegiatan dan konsultasi proposal

kegiatan pada pembimbing akademik dan pembimbing

klinik.

3) Menyusun format informed consent sentralisasi obat dan

lembar serah terima obat.

4) Menyusun pengorganisasian pelaksanaan sentralisasi obat.

5) Menetapkan waktu untuk pelaksanaan sentralisasi obat.

6) Mengadakan kontrak dengan Kepala Ruangan untuk

melaksanakan kegiatan role play, sehingga dapat

dipersiapkan kedatangan pasien baru sesuai jadwal yang

telah dikoordinasikan dengan pihak ruangan.

7) Menyampaikan kepada petugas depo farmasi tentang

pelaksanaan sentralisasi obat, agar dapat bekerja sama

dengan mahasiswa yang melaksanakan role play.

b. Pengorganisasian

Pengorganisasian kegiatan role play sentralisasi obat

dapat dibuat dengan format sebagai berikut.

Kepala Ruangan :

Ketua Tim :

Perawat Pelaksana :

Dokter :

Perawat IGD :

111
Perlengkapan :

Dokumentasi :

Narator :

Supervisor :

c. Pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan role play sentralisasi obat

perinciannya dapat dibuat dengan format sebagai berikut.

Hari :

Waktu :

Topik : Sentralisasi obat

Sasaran :

Tempat :

d. Hambatan

Hambatan dalam pelaksanaan kegiatan role play

sentralisasi obat selama proses praktik manajemen dapat

dibuat dengan sistematika sebagai berikut.


Tabel 4.8 Contoh Hambatan Proses Role Play Pelaksanaan Sentralisasi
Obat

Masalah Penyebab Rekomendasi


Mekanisme
Role play Adanya pertemuan Role play tetap
tidak dihadiri oleh atau rapat. dilaksanakan dengan
salah satu atau peran diganti oleh
beberapa tenaga anggota kelompok.
kesehatan yang
terlibat di dalam
peran.
Isi
Pemeran perawat Skenario belum Pemeran perawat
belum menjelaskan disusun sampai seharusnya selain
terkait dengan efek dengan efek samping menjelaskan manfaat
samping obat kepada obat yang diberikan ke
obat juga perlu
pasien dan keluarga pasien.
menjelaskan tentang
saat memberikan
obat. efek samping obat

112
kepada pasien dan
keluarga.
Peran
Kelompok kurang Kelompok kurang Briefing dan review
maksimal dalam menguasai peran dan tentang alur
melakukan peran tugas yang harus pelaksanaan
dalam sentralisasi dilakukan. sentralisasi obat serta
obat. tugas yang harus
dilakukan.

e. Dukungan

Dukungan dalam pelaksanaan kegiatan role play

sentralisasi obat selama proses praktik manajemen, yaitu:

1) Proses bimbingan pelaksanaan role play sentralisasi obat

oleh pembimbing akademik dan ruangan.

2) Adanya kerjasama yang baik antara pihak perawat

ruangan serta farmasi dengan mahasiswa sebagai

pelaksana.

3) Hubungan saling percaya yang terjalin antara keluarga

pasien dengan mahasiswa pada saat pelaksanaan role play

sentralisasi obat.

4) Kelompok mendapat dukungan dari pembimbing

akademik dan pembimbing klinik selama melakukan role

play sentralisasi obat secara mandiri serta memberikan

beberapa masukan.

f. Intervensi

Intervensi yang dapat dilakukan dalam pelaksanaan

kegiatan role play sentralisasi obat selama proses praktik

manajemen, yaitu:

1) Melaksanakan role play sentralisasi obat sesuai dengan

peran yang telah ditentukan.

113
2) Melaksanakan role play sentralisasi obat sesuai dengan

waktu yang telah ditentukan, misalnya: satu kali selama

proses praktik manajemen.

5. Supervisi Keperawatan

a. Persiapan

Persiapan dalam pelaksanaan kegiatan role play

sentralisasi obat dalam proses praktik manajemen, yaitu:

1) Menunjuk penanggung jawab kegiatan supervisi

keperawatan.

2) Memilih tindakan asuhan keperawatan yang perlu

dilakukan supervisi keperawatan.

3) Menyusun proposal kegiatan dan konsultasi proposal

kegiatan pada pembimbing akademik dan pembimbing

klinik.

4) Menyusun pengorganisasian pelaksanaan supervisi

keperawatan.

5) Menetapkan waktu untuk pelaksanaan supervisi

keperawatan.

6) Mengadakan kontrak dengan pasien dan keluarga akan

diadakan kegiatan role play supervisi keperawatan.

7) Menyampaikan kepada pembimbing klinik dan perawat

ruangan tentang pelaksanaan supervisi keperawatan serta

bekerjasama dengan petugas role play.

b. Pengorganisasian

Pengorganisasian kegiatan role play supervisi keperawatan

dapat dibuat dengan format sebagai berikut.

Kepala Ruangan :

114
Ketua Tim :

Perawat Pelaksana :

Perlengkapan :

Dokumentasi :

Narator :

Supervisor :

c. Pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan role play supervisi keperawatan

perinciannya dapat dibuat dengan format sebagai berikut.

Hari :

Waktu :

Topik : Supervisi keperawatan

Sasaran :

Tempat :

d. Hambatan

Hambatan dalam pelaksanaan kegiatan role play

supervisi keperawatan selama proses praktik manajemen dapat

dibuat dengan sistematika sebagai berikut.


Tabel 4.8 Contoh Hambatan Proses Role Play Pelaksanaan Supervisi
Keperawatan

Masalah Penyebab Rekomendasi


Mekanisme
Pemeran Kepala Pemeran Kepala Kepala Ruangan
Ruangan telah Ruangan tidak mempelajari alur
melakukan mengamati supervisi supervisi keperawatan
pendelegasian yang dilakukan oleh secara maksimal.
kepada pemeran Ketua Tim terhadap
Ketua Tim untuk Perawat Pelaksana.
dilakukan supervisi
kepada pemeran
Perawat Pelaksana,
namun Kepala
Ruangan tidak
memberikan feedback

115
kepada Perawat
Pelaksana.
Isi
Pemeran perawat Kelompok kurang Persiapan alat harus
Pelaksana tidak mengetahui tentang dilakukan secara
mencuci tangan standar prosedur maksimal.
sebelum dan setelah tindakan yang baik
melakukan tindakan, dan benar.
serta tidak
menggunakan
sarung tangan.
Peran
Kelompok kurang Kelompok kurang Briefing dan review
maksimal dalam menguasai peran dan tentang alur
melakukan peran tugas yang harus pelaksanaan supervisi
dalam supervisi dilakukan. keperawatan serta
keperawatan. tugas yang harus
dilakukan.

e. Dukungan

Dukungan dalam pelaksanaan kegiatan role play

supervisi keperawatan selama proses praktik manajemen,

yaitu:

1) Pembimbing akademik dan pembimbing klinik selalu

memberikan saran selama persiapan kegiatan supervisi

keperawatan dengan memberikan simulasi feedback

mengenai supervisi keperawatan.

2) Kelompok mendapat dukungan dari staf ruangan selama

pelaksanaan role play supervisi keperawatan yaitu dalam

bentuk fasilitas ruangan yang memadai sehingga

pelaksanaan supervisi keperawatan dapat berjalan dengan

lancar.

f. Intervensi

Intervensi yang dapat dilakukan dalam pelaksanaan

kegiatan role play supervisi keperawatan selama proses praktik

manajemen, yaitu:

116
1) Melaksanakan role play supervisi keperawatan sesuai

dengan peran yang telah ditentukan.

2) Melaksanakan role play supervisi keperawatan sesuai

dengan waktu yang telah ditentukan, misalnya: satu kali

selama proses praktik manajemen.

6. Penerimaan Pasien Baru

a. Persiapan

Persiapan dalam pelaksanaan kegiatan role play

penerimaan pasien baru dalam proses praktik manajemen,

yaitu:

1) Menunjuk penanggung jawab kegiatan penerimaan pasien

baru.

2) Menyusun proposal kegiatan dan konsultasi proposal

kegiatan pada pembimbing akademik dan pembimbing

klinik.

3) Menyusun format informed consent, penerimaan pasien

baru serta menyiapkan lembar balik yang berisi denah

ruangan, hak dan kewajiban pasien, tata tertib, dan 6

langkah cuci tangan yang baik dan benar.

4) Menyusun pengorganisasian pelaksanaan penerimaan

pasien baru.

5) Menetapkan waktu untuk pelaksanaan penerimaan pasien

baru.

6) Mengadakan kontrak dengan Kepala Ruangan untuk

melaksanakan kegiatan role play, sehingga dapat

dipersiapkan kedatangan pasien baru sesuai jadwal yang

telah dikoordinasikan dengan pihak ruangan.

117
b. Pengorganisasian

Pengorganisasian kegiatan role play penerimaan pasien

baru dapat dibuat dengan format sebagai berikut.

Kepala Ruangan :

Ketua Tim :

Perawat Pelaksana :

Perawat IGD :

Perlengkapan :

Dokumentasi :

Narator :

Supervisor :

c. Pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan role play penerimaan pasien baru

perinciannya dapat dibuat dengan format sebagai berikut.

Hari :

Waktu :

Topik : Penerimaan pasien baru

Sasaran :

Tempat :

d. Hambatan

Hambatan dalam pelaksanaan kegiatan role play

penerimaan pasien baru selama proses praktik manajemen

dapat dibuat dengan sistematika sebagai berikut.


Tabel 4.8 Contoh Hambatan Proses Role Play Pelaksanaan Penerimaan
Pasien Baru

Masalah Penyebab Rekomendasi


Mekanisme
Penetapan pasien Pasien hadir satu jam Kegiatan role play tetap
pada saat role play sebelum acara role play dilaksanakan dengan
dimulai.

118
penerimaan pasien menggunakan pasien
baru. yang baru datang.
Isi
Pada saat Kondisi lingkungan di Para pemeran
penyampaian terkait dalam ruangan tidak sebaiknya
cara mencuci tangan memadai. meningkatkan volume
yang baik dan benar
suaranya agar
terhadap pasien dan
penyampaian
keluarga, keluarga
tidak memperhatikan terdengar lebih jelas
dengan seksama. oleh keluarga pasien.
Peran
Kelompok kurang Kelompok kurang Briefing dan review
maksimal dalam menguasai peran dan tentang alur
melakukan peran tugas yang harus pelaksanaan
dalam penerimaan dilakukan. penerimaan pasien
pasien baru. baru serta tugas yang
harus dilakukan.

e. Dukungan

Dukungan dalam pelaksanaan kegiatan role play

penerimaan pasien baru selama proses praktik manajemen,

yaitu:

1) Proses bimbingan pelaksanaan role play sentralisasi obat

oleh pembimbing akademik dan ruangan.

2) Hubungan saling percaya yang terjalin antara keluarga

pasien dengan kelompok pada saat pelaksanaan role play

penerimaan pasien baru.

3) Kelompok mendapat dukungan dari pembimbing

akademik dan pembimbing klinik selama melakukan role

play penerimaan pasien baru secara mandiri serta

memberikan beberapa masukan.

f. Intervensi

Intervensi yang dapat dilakukan dalam pelaksanaan

kegiatan role play penerimaan pasien baru selama proses

praktik manajemen, yaitu:

119
1) Melaksanakan role play penerimaan pasien baru sesuai

dengan peran yang telah ditentukan.

2) Melaksanakan role play penerimaan pasien baru sesuai

dengan waktu yang telah ditentukan, misalnya: satu kali

selama proses praktik manajemen.

3) Membuat daftar nama pasien yang sudah dilakukan

penerimaan pasien baru.

7. Discharge Planning

a. Persiapan

Persiapan dalam pelaksanaan kegiatan role play discharge

planning dalam proses praktik manajemen, yaitu:

1) Menunjuk penanggung jawab kegiatan discharge planning.

2) Menyusun proposal kegiatan dan konsultasi proposal

kegiatan pada pembimbing akademik dan pembimbing

klinik.

3) Menyusun format informed consent discharge planning.

4) Menyusun pengorganisasian pelaksanaan discharge

planning.

5) Menetapkan waktu untuk pelaksanaan discharge planning.

6) Mengadakan kontrak dengan Kepala Ruangan untuk

melaksanakan kegiatan role play, sehingga dapat

dipersiapkan pasien yang akan keluar rumah sakit sesuai

jadwal yang telah dikoordinasikan dengan pihak ruangan.

b. Pengorganisasian

Pengorganisasian kegiatan role play discharge planning

dapat dibuat dengan format sebagai berikut.

Kepala Ruangan :

120
Ketua Tim :

Perawat Pelaksana :

Perlengkapan :

Dokumentasi :

Narator :

Supervisor :

c. Pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan role play discharge planning

perinciannya dapat dibuat dengan format sebagai berikut.

Hari :

Waktu :

Topik : Discharge planning

Sasaran :

Tempat :

d. Hambatan

Hambatan dalam pelaksanaan kegiatan role play discharge

planning selama proses praktik manajemen dapat dibuat dengan

sistematika sebagai berikut.


Tabel 4.8 Contoh Hambatan Proses Role Play Pelaksanaan Discharge
Planning

Masalah Penyebab Rekomendasi


Mekanisme
Pasien yang awalnya Pasien mendapatkan Kelompok
digunakan untuk jadwal pemeriksaan menggunakan pasien
discharge planning bertepatan dengan role lain yang
sedang menjalani play discharge planning. memungkinkan
pemeriksaan. digunakan untuk
dijadikan model dalam
role play discharge
planning.
Isi
Kelompok kurang Pasien yang digunakan Pasien lebih dijelaskan
menjabarkan tentang mendadak kurang lagi tentang detail
progres dan penyakit sekarang dan

121
prognosis penyakit kooperatif dari proses dalam rawat
klien. informed consent awal. jalan.
Peran
Kelompok kurang Kelompok kurang Briefing dan review
maksimal dalam menguasai peran dan tentang alur
melakukan peran tugas yang harus pelaksanaan discharge
dalam discharge dilakukan. planning serta tugas
planning. yang harus dilakukan.

e. Dukungan

Dukungan dalam pelaksanaan kegiatan role play discharge

planning selama proses praktik manajemen, yaitu:

1) Proses bimbingan pelaksanaan role play discharge planning

oleh pembimbing akademik dan ruangan.

2) Hubungan saling percaya yang terjalin antara pasien

dengan kelompok pada saat pelaksanaan role play discharge

planning.

3) Kelompok mendapat dukungan dari pembimbing

akademik dan pembimbing klinik selama melakukan role

play discharge planning secara mandiri serta memberikan

beberapa masukan.

f. Intervensi

Intervensi yang dapat dilakukan dalam pelaksanaan

kegiatan role play discharge planning selama proses praktik

manajemen, yaitu:

1) Melaksanakan role play discharge planning sesuai dengan

peran yang telah ditentukan.

2) Melaksanakan role play discharge planning sesuai dengan

waktu yang telah ditentukan, misalnya: satu kali selama

proses praktik manajemen.

122
3) Membuat daftar nama pasien yang sudah dilakukan

discharge planning.

D. M4 (Money)

1. Persiapan

Dalam tahap ini dilakukan penilaian dan pengawasan M4

(Money) atau keuangan dengan mengamati operasional,

maintenance, dan planning pendapatan serta pengeluaran keuangan

ruangan.

2. Pelaksanaan

Proses pelaksanaan kegiatan dilakukan dalam pengamatan

kepuasan kerja perawat dalam hal pemenuhan kebutuhan dasar

manusia menurut Abraham Maslow, diantaranya adalah tentang

pemenuhan kesejahteraan karyawan. Biaya operasional pengadaan

sarana dan prasarana, serta gaji karyawan honorer diperoleh dari

anggaran rumah sakit. Pembagian jasa insentif jumlahnya hampir

merata pada semua perawat yang dibagi berdasarkan jabatan,

pendidikan, lamanya bekerja, dan lain-lain.

3. Hambatan

Kelompok tidak melakukan intervensi apapun sehingga

tidak terdapat hambatan.

4. Dukungan

Kelompok tidak melakukan intervensi apapun sehingga

tidak terdapat dukungan.

5. Intervensi

Kelompok menyerahkan kebijakan keuangan pada pihak

rumah sakit, karena sudah terpusat dengan rapi pada bagian

administrasi rumah sakit.

123
E. M5 (Mutu)

1. Persiapan

Dalam tahap ini dilakukan penilaian dan pengawasan M5

(Mutu) dengan menyiapkan format untuk mendokumentasikan

penilaian mutu berupa kejadian dekubitus, kejadian kesalahan

pemberian obat, kejadian flebitis, kejadian jatuh, tingkat

kecemasan, nyeri, tingkat kepuasan pasien dan keluarga.

2. Pelaksanaan

Pendokumentasian indikator jaminan mutu dilaksanakan

dengan melakukan penilaian mutu berupa kejadian dekubitus,

kejadian kesalahan pemberian obat, kejadian flebitis, kejadian

jatuh, tingkat kecemasan, nyeri, tingkat kepuasan pasien dan

keluarga. Kelompok melaksanakan pendokumentasian secara

bergantian sesuai dengan jadwal dinasnya.

3. Hambatan

Hambatan biasanya ditemukan dalam proses kegiatan M5

(Mutu) selama praktik manajemen, yaitu:

a. Proses pengisian kuesioner indikator jaminan mutu

keperawatan di ruangan belum dibagikan secara merata

kepada perawat maupun pasien.

b. Tingkat kepatuhan pengisian pendokumentasian oleh anggota

kelompok masih kurang.

4. Dukungan

Dukungan biasanya didapatkan dalam proses kegiatan M5

(Mutu) selama praktik manajemen, yaitu:

124
a. Seluruh pasien di ruangan kooperatif ketika diminta mengisi

kuesioner perihal indikator jaminan mutu keperawatan di

ruangan.

b. Tenaga keperawatan ruangan memberikan kesempatan dan

dukungan kepada kelompok dalam melakukan

pendokumentasian indikator jaminan mutu keperawatan di

ruangan.

5. Intervensi

Intervensi yang dapat dilakukan dalam proses kegiatan M5

(Mutu) selama praktik manajemen, yaitu kelompok membuat

format dan mutu yang berupa kejadian dekubitus menggunakan

menggunakan Norton Scale, kejadian kesalahan pemberian obat,

kejadian flebitis menggunakan VIP Score (Visual Infusion Phlebitis

Score), penilaian risiko jatuh pasien dengan menggunakan Morse

Fall Scale (MFS), tingkat kecemasan menggunakan Zung Self-Rating

Anxiety Scale (ZSAS/ZSRAS), nyeri dengan menggunakan Visual

Aid Scale (VAS), serta tingkat kepuasan pasien dan keluarga.

125
Bagian 6

Monitoring dan Evaluasi Praktik


Keperawatan

126
Monitoring dan Evaluasi Praktik Keperawatan

A. Hakikat Monitoring dan Evaluasi (Monev)

Monitoring dan evaluasi (Monev) adalah kegiatan monitoring

dan evaluasi yang ditujukan pada suatu program yang sedang atau

sudah berlangsung. Monitoring sendiri merupakan aktivitas yang

dilakukan pimpinan untuk melihat, memantau jalannya organisasi

selama kegiatan berlangsung, dan menilai ketercapaian tujuan, melihat

faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan program. Dalam

monitoring (pemantauan) dikumpulkan data dan dianalisis, hasil

analisis diinterpretasikan dan dimaknakan sebagai masukan bagi

pimpinan untuk mengadakan perbaikan.

Evaluasi adalah proses untuk mengidentifikasi masalah,

mengumpulkan data dan menganalisis data, menyimpulkan hasil yang

telah dicapai, menginterpretasikan hasil menjadi rumusan kebijakan,

dan menyajikan informasi (rekomendasi) untuk pembuatan keputusan

berdasarkan pada aspek kebenaran hasil evaluasi. Terkait dengan

evaluasi, Scriven (1967) menyatakan, “evaluation as the assessment of

worth and merit”. Sementara itu, Stuflebeam (1971) mengatakan,

“evaluation is the process of delineating, obtaining, and providing usefull

information for decision making”. Sedangkan Cronbach mengatakan

bahwa “evaluation as methods for quality improvement in education”.

Program adalah sekumpulan kegiatan yang terencana dan

tersistem. Program terdiri dari komponen-komponen meliputi: tujuan,

sasaran, kriteria keberhasilan, jenis kegiatan, prosedur untuk

melaksanakan kegiatan, waktu untuk melakukan kegiatan, komponen

pendukung seperti fasilitas, alat dan bahan, serta pengorganisasian.

127
Dari beberapa definisi di atas, evaluasi program merupakan satu

metode untuk mengetahui dan menilai efektivitas suatu program

dengan membandingkan kriteria yang telah ditentukan atau tujuan

yang ingin dicapai dengan hasil yang dicapai. Hasil yang dicapai dalam

bentuk informasi digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk

pembuatan keputusan dan penentuan kebijakan. Jenis evaluasi yang

akan digunakan sangat tergantung dari tujuan yang ingin dicapai

lembaga, tahapan program yang akan dievaluasi dan jenis keputusan

yang akan diambil. Dengan demikian evaluasi program adalah proses

untuk mengidentifikasi, mengumpulkan fakta, menganalisis data dan

menginterpretasikan, serta menyajikan informasi untuk pembuatan

keputusan bagi pimpinan. Evaluasi program dilaksanakan secara

sistematik seiring dengan tahapan (waktu pelaksanaan) program untuk

mengetahui ketercapaian tujuan, dan memberikan umpan balik untuk

memperbaiki program.

Perbedaan antara monitoring dan evaluasi adalah monitoring

dilakukan pada saat program masih berjalan sedangkan evaluasi dapat

dilakukan baik sewaktu program itu masih berjalan ataupun program

itu sudah selesai. Atau dapat juga bila dilihat dari pelakunya,

monitoring biasanya dilakukan oleh pihak internal sedangkan evaluasi

dilakukan oleh pihak internal maupun eksternal. Evaluasi

dilaksanakan untuk memperoleh fakta atau kebenaran dari suatu

program beserta dampaknya, sedangkan monitoring hanya melihat

keterlaksanaan program, faktor pendukung, penghambatnya. Bila

dilihat secara keseluruhan, kegiatan monitoring dan evaluasi ditujukan

untuk pembinaan suatu program.

B. Controlling (Pengendalian/Evaluasi)

128
1. Definisi Controlling

Dalam praktik keperawatan monitoring dan evaluasi

praktik keperawatan dapat dilakukan pada salah satu fungsi

manajemen yaitu pada tahap controlling (pengendalian/evaluasi).

Pengawasan merupakan pemeriksaan apakah segala

sesuatunya terjadi sesuai dengan rencana yang telah disepakati,

instruksi yang dikeluarkan, serta prinsip-prinsip yang ditentukan

yang bertujuan untuk menunjukkan kekurangan dan kesalahan

agar dapat diperbaiki dan tidak terjadi lagi. Pengawasan juga

diartikan sebagai suatu usaha sistematik untuk menetapkan

standar pelaksanaan dengan tujuan perencanaan, merancang

sistem informasi timbal balik, membandingkan kegiatan nyata

dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya, menentukan

dan mengukur penyimpangan-penyimpangan, serta mengambil

tindakan yang digunakan dengan cara paling efektif dan efisien

dalam pencapaian tujuan perusahaan (Mockler, 2002).

Pengontrolan atau pengevaluasian adalah melihat bahwa

segala sesuatu dilaksanakan sesuai dengan rencana yang

disepakati, instruksi yang telah diberikan, serta prinsip-prinsip

yang telah diberlakukan (Urwick, 1998).

10 (sepuluh) karakteristik suatu sistem kontrol yang baik

yaitu: harus menunjukkan sifat dari aktivitas, harus melaporkan

kesalahan-kesalahan dengan segera, harus memandang ke depan,

harus menunjukkan penerimaan pada titik kritis, harus objektif,

harus fleksibel, harus menunjukkan pola organisasi, harus

ekonomis, harus mudah dimengerti, serta harus menunjukkan

tindakan perbaikan.

129
Untuk fungsi-fungsi kontrol dapat dibedakan pada setiap

tingkat manajer. Sebagai contoh, manajer perawat kepala dari satu

unit bertanggung jawab mengenai kegiatan operasional jangka

pendek termasuk jadwal harian dan mingguan, penugasan, serta

penggunaan sumber-sumber secara efektif. Kegiatan-kegiatan

kontrol ditujukan untuk perubahan yang cepat.

Ada 2 (dua) metode pengukuran yang digunakan untuk

mengkaji pencapaian tujuan-tujuan keperawatan, yaitu:

a. Analisa Tugas

Kepala perawat melihat gerakan, tindakan dan prosedur

yang tersusun dalam pedoman tertulis, jadwal, aturan, catatan,

dan anggaran, serta hanya mengukur dukungan fisik saja, dan

secara relatif beberapa alat digunakan untuk analisa tugas

dalam keperawatan.

b. Kontrol Kualitas

Kepala perawat dihadapkan pada pengukuran kualitas

dan akibat-akibat dari pelayanan keperawatan.

2. Prinsip Controlling

Beberapa prinsip controlling, yaitu:

a. Principle of uniformity: dibentuk di awal sampai dengan akhir.

b. Principle of comparison: membandingkan yang direncanakan

dengan yang dicapai.

c. The principle of exception: tidak yang sempurna dari

perencanaan, yang penting ada umpan balik untuk perbaikan.

3. Pelaksanaan Controlling

Pelaksanaan controlling, meliputi:

a. Mengevaluasi pelaksanaan perencanaan.

130
b. Pre-conference, operan, post-conference.

c. Ronde keperawatan.

d. Mengetahui produktivitas berdasarkan Gann Chart yang telah

dibuat.

e. Program evaluasi dan Peer Review.

4. Tipe Controlling

Tipe controlling, meliputi:

a. Input control.

b. Proses control.

c. Output control.

5. Langkah-langkah Kegiatan Controlling

Langkah-langkah kegiatan controlling, meliputi:

a. Menetapkan standar untuk mengukur tujuan.

b. Mengumpulkan data dengan membandingkan standar yang

telah ditetapkan.

c. Melakukan umpan balik.

d. Mempertahankan kelangsungan proses untuk semua bagian.

6. Manfaat Pengawasan

Manfaat yang diperoleh dari fungsi pengawasan dan

pengendalian bila dilaksanakan dengan tepat, yaitu:

a. Dapat diketahui apakah suatu kegiatan atau program telah

dilaksanakan sesuai dengan standar atau rencana kerja.

b. Dapat diketahui adanya penyimpangan pada pengetahuan dan

pengertian staf dalam melaksanakan tugas-tugasnya.

c. Dapat diketahui apakah waktu dan sumber daya lainnya telah

mencukupi kebutuhan dan telah digunakan secara benar.

131
d. Dapat diketahui staf yang perlu diberikan penghargaan atau

bentuk promosi dan latihan lanjutan.

C. Model Sistem Manajemen Keperawatan

Manajemen keperawatan merupakan suatu proses yang

dilaksanakan dengan pendekatan sistem terbuka, yang terdiri atas

beberapa komponen saling berintraksi. Sistem terbuka tersebut

dicirikan oleh 5 (lima) elemen, yaitu: input, proses, output, kontrol, dan

mekanisme umpan balik (Gillies, 2000).

Input adalah proses manajemen keperawatan berupa informasi

personil, peralatan, dan fasilitas. Proses pada umumnya merupakan

kelompok manajemen dari tingkat pengelola tertinggi sampai pada

perawat pelaksana yang mempunyai tugas dan wewenang untuk

melakukan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan

pengawasan dalam pelayanan keperawatan. Output atau keluaran

yang umumnya dilihat dari hasil atau kualitas pemberi asuhan

keperawatan dan pengembangan staf, serta kegiatan penelitian untuk

menindaklanjuti hasil/keluaran. Elemen kontrol dalam manajemen

keperawatan sebagai upaya meningkatkan kualitas hasil, kontrol dapat

dilakukan melalui penyusunan anggaran yang proporsional, evaluasi

penampilan kerja perawat, pembuatan prosedur yang sesuai dengan

standar dan akreditasi. Selain itu mekanisme umpan balik diperlukan

untuk menyelaraskan hasil dan memperbaiki kegiatan yang akan

datang. Mekanisme umpan balik dapat dilakuakan melalui laporan

keuangan, audit keperawatan, dan survei kendali mutu, serta

penampilan kerja perawat (Vati, 2013).

Manajaemen keperawatan digambarkan sebagai rangkaian

kegiatan yang saling terkait. Transformasi sistematis seperti input

132
menjadi produk yang direncanakan sebelumnya, pelayanan pasien dan

pemantauan sistem input dan throughput atau transformasi proses

untuk tujuan memperbaiki kerusakan sistem, di jelaskan pada gambar

berikut.

Reenergizing sistem

Man Kualitas
Money Proses pelayanan

OUTPUT
INPUT

Material Transformasi pasien


Methods Fungsi manajemen
Machines
Fasilitas Komunikasi Kepuasan
perawat

Gambar 1. Sistem Model Input-Output


Lingkungan Eksternal

133
Daftar Pustaka

Moerdiyanto. 2010. “Teknik Monitoring dan Evaluasi (Monev) dalam


Rangka Memperoleh Informasi Untuk Pengambilan
Keputusan Manajemen” dalam Artikel Monev. Yogyakarta :
Staff UNY
Nursalam. 2012. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitan Ilmu Keperawatan
Panduan Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan.
Jilid 1. Jakarta : Salemba Medika.
Nursalam. .2014. Manajemen Keperawatan : Aplikasi dan Praktik Keperawatan
Profesional, Edisi Kedua. Salemba Medika, Jakarta.
Siagian, Sondang. 2012. Teori Motivasi dan Aplikasinya. Jakarta. Rineka Cipta
Sitorus Ratna, Yulia. (2006). Model Praktik Keperawatan Profesional di Rumah
Sakit. Jakarta. EGC.
Canadian Nursing Association, 2004
International Council Nurse (2002)
International Of Medicine (IOM)
Peraturan Menteri Kesehatan (2011
Zung, W.K. 1971. “Sebuah Instrumen Penilaian Gangguan Kecemasan”.
Psychosomatics. www. Scrib.com.

134
Glosarium

135

Anda mungkin juga menyukai