Anda di halaman 1dari 26

Asuhan keperawatan stroke

DISUSUN OLEH:

Herza Dwi Cahyani : C1914201026


Hilman Djailani : C1914201027
Indah Winaria Rakay : C1914201028
Laura A Randanan : C1914201029
Lidia Kasuruan : C1914201030
Novayunda Pratika Latana : C1914201040
Vian Deanita : C1914201051
Taufik Qurahman Ayuba : C1914201101

Dosen Pengampu:

Wirmando, Ns., M.Kep

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN STIK STELA MARIS MAKASSAR


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN SEMESTER 7
TAHUN AKADEMIK 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas Rahmat dan
Pertolongannya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas Keperawatan Kritis
dengan sebaik-baiknya.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu
kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua ini, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga tugas Keperawatan Kritis dapat


memberikan manfaat dan inspirasi bagi para pembaca.

Makassar, 02 November 2022

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Stroke merupakan penyakit atau gangguan fungsional otak berupa
kelumpuhan saraf (deficit neurologic) akibat terhambatnya aliran darah ke otak.
Stroke adalah sindrom yang terdiri dari tanda dan/atau gejala hilangnya fungsi sistem
saraf pusat fokal (atau global) yang berkembang cepat (dalam detik atau menit).
Gejala-gejala ini berlangsung lebih dari 24 jam atau menyebabkan kematian, selain
menyebabkan kematian stroke juga akan mengakibatkan dampak untuk kehidupan.
Dampak stroke diantaranya, ingatan jadi terganggu dan terjadi penurunan daya ingat,
menurunkan kualitas hidup penderita juga kehidupan keluarga dan orang-orang di
sekelilingnya, mengalami penurunan kualitas hidup yang lebih drastis, kecacatan
fisik maupun mental pada usia produktif dan usia lanjut dan kematian dalam waktu
singkat.
. Stroke masih menjadi masalah kesehatan yang utama karena merupakan
penyebab kematian kedua di dunia. Sementara itu, di Amerika Serikat stroke sebagai
penyebab kematian ketiga terbanyak setelah penyakit kardiovaskuler dan kanker.
Sekitar 795.000 orang di Amerika Serikat mengalami stroke setiap tahunnya, sekitar
610.000 mengalami serangan stroke yang pertama. Stroke juga merupakan penyebab
134.000 kematian pertahun (Goldstein dkk., 2011). Dalam 2 terbitan Journal of the
American Heart (JAHA) 2016 menyatakan terjadi peningkatan pada individu yang
berusia 25 sampai 44 tahun menjadi (43,8%) (JAHA, 2016). Meningkatnya jumlah
penderita stroke diseluruh dunia dan juga meningkatkan penderita stroke yang
berusia dibawah 45 tahun. Pada konferensi ahli saraf international di Inggris
dilaporkan bahwa terdapat lebih dari 1000 penderita stroke yang berusia kurang dari
30 tahun (American Heart Association, 2010).
Penyakit stroke juga menjadi penyebab kematian utama hampir seluruh
Rumah Sakit di Indonesia dengan angka kematian sekitar 15,4%. Tahun 2007
prevalensinya berkisar pada angka 8,3% sementara pada tahun 2013 meningkat
menjadi 12,1%. Jadi, sebanyak 57,9% penyakit stroke telah terdiagnosis oleh tenaga
kesehatan (nakes). Prevalensi penyakit stroke meningkat seiring bertambahnya umur,
terlihat dari kasus stroke tertinggi yang terdiagnosis tenaga kesehatan adalah usia 75
tahun keatas (43,1%) dan terendah pada kelompok usia 15-24 tahun yaitu sebesar
0,2%
B. Rumusan masalah
1. Apa saja konsep dasar medis dari penyakit stroke?
2. Apa saja konsep dasar keperawatan dari penyakit stroke?
C. Tujuan penulisan
1. Untuk Mengetahui Konsep Dasar medis dari stroke?
2. Untuk Mengetahui Konsep dasar keperawatan stroke?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Medis Stroke


1. Defenisi
Stroke adalah kondisi yang terjadi ketika sebagaian sel – sel otak mengalami
kematian akibat gangguan aliran darah karena sumbatan atau pecahnya
pembuluh darah di otak. Aliran darah yang berhenti membuat suplai oksigen
dan zat makanan ke otak juga berhenti, sehingga sebagaian otak tidak dapat
berfungsi sebagaimana (S. Kamran, N. 2017 ). Penyakit stroke termasuk
penyakit pembuluh darah otak (cerebrovaskuler) yang ditandai dengan
kematian jaringan otak (infark serebral) yang disebabkan berkurangnya aliran
darah dan oksigen di otak. Berkurangnya aliran darah dan oksigen ini bisa
disebabkan adanya sumbatan, penyempitan, atau pecahnya pembuluh darah
sehingga mengakibatkan serangkaian reaksi biokimia yang dapat merusak
atau mematikan sel – sel otak (S. Kamran, N. 2017). Matinya jaringan otak
dapat menyebabkan hilangnya fungsi yang dikendalikan oleh jaringan otak
tersebut. Apabila tidak ditangani secara tepat, penyakit ini dapat berakibat
fatal dan berujung pada kematian. Meskipun dapat diselamatkan, kadang –
kadang si penderita mengalami kelumpuhan pada anggota badannya,
menghilangnya sebagaian ingatan, atau menghilangnya kemampuan
berbicara. Bentuknya dapat berupa lumpuh sebelah (hemiplegia),
berkurangnya kekuatan sebelah anggota tubuh (hemiparesis), gangguan
bicara, serta gangguan rasa di kulit wajah, lengan, atau tungkai (S. Kamran,
N. 2017).
2. Anatomi Fisiologi
Otak manusia kira-kira 2% dari berat badan orang dewasa (3Ibs). Otak
menerima 20% dari curah jantung dan memerlukan sekitar 20% pemakaian
oksigen tubuh, dan sekitar 400 kilo kalori energi setiap harinya. Secara
anatomis sistem saraf tepi dibagi menjadi 31 pasang saraf spinal dan 12 pasang
saraf cranial. Saraf perifer terdiri dari neuron- neuron yang menerima pesan-
pesan neural sensorik (aferen) yang menuju ke system saraf pusat, dan atau
menerima pesan-pesan neural motorik ( eferen) dari system saraf pusat. Saraf
spinal menghantarkan pesan-pesan tersebut maka saraf spinal dinamakan saraf
campuran. Sistem saraf somatic terdiri dari saraf campuran. Bagian aferen
membawa baik informasi sensorik yang disadari maupun informasi sensorik
yang tidak disadari. Sistem saraf otonom merupakan sistem saraf campuran.
Serabut-serabut aferen membawa masukan dari organ- organ visceral. Saraf
parasimpatis adalah menurunkan kecepatan denyut jantung dan pernafasan, dan
meningkatkan pergerakan saluran cerna sesuai dengan kebutuhan pencernaan
dan pembuangan Fisiologis Otak adalah alat tubuh yang sangat penting karena
merupakan pusat computer dari semua alat tubuh. Bagia dari saraf sentral yang
yang terletak didalam rongga tengkorak (cranium) dibungkus oleh selaput otak
yang kuat. Otak terletak dalam rongga cranium berkembang dari sebuah tabung
yang mulanya memperlihatkan tiga gejala pembesaran otak awal.
1. .Otak depan menjadi hemifer serebri, korpus striatum, thalamus, serta
hipotalamus.
2. Otak tengah, trigeminus, korpus callosum, korpuskuadrigeminus.
3. Otak belakang, menjadi pons varoli, medullaoblongata, dan
serebellum.
Fisura dan sulkus membagi hemifer otak menjadi beberapa daerah. Korteks
serebri terlibat secara tidur teratur. Lekukan diantara gulungan serebri disebut
sulkus. Sulkus yang paling dalam membentuk fisura longitudinal dan lateralis.
Daerah atau lobus letaknya sesuai dengan tulang yang berada di atasnya
(lobusfrontalis, temporalis,oarientali sdan oksipitalis). Fisura longitudinalis
merupakan celah dalam pada bidang media laterali memisahkan lobus
temparalis dari lobus frontalis sebelah anterior dan lobus parientalis sebelah
posterior. Sulkus sentralis juga memisahkan lobus frontalis juga memisahkan
lobus frontalis dan lobus parientalis. Adapun
bagian-bagian otak meluputi :
a. Cerebrum
Cerebrum (otak besar) merupakan bagian terbesar dan terluas dari
otak, berbentuk telur, mengisi penuh bagian depan atas rongga tengkorak.
Masing-masing disebut fosakranialis anterior atas dan media. Kedua
permukaan ini dilapisi oleh lapisan kelabu (zat kelabu) yaitu pada bagian
korteks serebral dan zat putig terdapat pada bagian dalam yang
mengndung serabut syaraf. Pada otak besar ditemukan beberapa lobus
yaitu :
1) Lobus frontalis adalah bagian dari serebrum yang terletak dibagian
sulkussentralis.
2) Lobus parientalis terdapat didepan sulkus sentralis dan dibelakang
oleh korakooksipitalis.
3) Lobus temporalis terdapat dibawah lateral dan fisura serebralis dan
didepan lobusoksipitalis.
4) Oksipitalis yang mengisi bagian belakang dariserebrum. Korteks
serebri terdiri dari atas banyak lapisan sel saraf yang merupakan.ubstansi
kelabu serebrum. Korteks serebri ini tersusun dalam banyak gulungan-
gulungan dan lipatan yang tidak teratur, dan dengan demikian menambah
daerah permukaan korteks serebri, persis sama seperti melipat sebuah
benda yang justru memperpanjang jarak sampai titik ujung yang
sebenarnya. Korteks serebri selain dibagi dalam lobus juga dibagi menurut
fungsi dan banyaknya area. Cambel membagi bentuk korteks serebri
menjadi 20 area. Secara umum korteks dibagi menjadi empat bagian:
1) Korteks sensori, pusat sensasi umum primer suatu hemisfer serebri
yang mengurus bagian badan, luas daerah korteks yang menangani suatu
alat atau bagian tubuh tergantung ada fungsi alat yang bersangkutan.
Korteks sensori bagian fisura lateralis menangani bagian tubuh bilateral
lebih dominan.
2) Korteks asosiasi. Tiap indra manusia, korteks asosiasi sendiri
merupakan kemampuan otak manusia dalam bidang intelektual, ingatan,
berpikir, rangsangan yang diterima diolah dan disimpan serta
dihubungkan dengan data yang lain. Bagian anterior lobus temporalis
mmpunyai hubungan dengan fungsi luhur dan disebutpsikokortek.
3) Kortek motorik menerima impuls dari korteks sensoris, fungsi
utamanya adalah kontribusi pada taktus piramidalis yang mengatur bagian
tubuhkontralateral.
4) Korteks pre-frontal terletak pada lobus frontalis berhubungan
dengan sikap mental dan kepribadian.

b. Batang otak
Batang otak terdiri :
1) Diensephalon, diensephalon merupakan bagian atas batang otak.
Yang terdapat diantara serebelum dengan mesensefalon. Kumpulan dari
sel saraf yang terdapat di bagian depan lobus temporalis terdapat kapsul
interna dengan sudut menghadap kesamping. Fungsinya dari diensephalon
yaitu:
a) Vasokonstriktor, mengecilkan pembuluh darah.
b) Respirator, membantu prosespernafasan.
c) Mengontrol kegiatan refleks.
d) Membantu kerja jantung, Mesensefalon, atap dari mesensefalon
terdiri dari empat bagian yang menonjol keatas. Dua disebelah atas disebut
korpus kuadrigeminus superior dan dua sebelah bawah selaput korpus
kuadrigeminus inferior. Serat nervus toklearis berjalan ke arah dorsal
menyilang garis tengah ke sisi lain. Fungsinya:
I. Membantu pergerakan mata dan mengangkat kelopak mata.
II. Memutar mata dan pusat pergerakan mata.

2) Ponsvaroli barikum pantis yang menghubungkan mesensefalon


dengan pons varoli dan dengan serebelum, terletak didepan serebelum
diantara otak tengah dan medulla oblongata. Disini terdapat premoktosid
yang mengatur gerakan pernafasan dan refleks. Fungsinya adalah:
a) Penghubung antara kedua bagian serebelum dan juga antara medulla
oblongata dengan serebellum.
b) Pusat saraf nervustrigeminus.
3) Medulla oblongata merupakan bagian dari batang otak yang paling
bawah yang menghubungkan pons varoli dengan medula spinalis.
Bagian bawah medulla oblongata merupakan persambungan medulla
spinalis ke atas, bagian atas medulla oblongata yang melebar disebut
kanalis sentralis di daerag tengah bagian ventral medulla oblongata.
Medulla oblongata mengandung nukleus atau badan sel dari berbagai
saraftak yang penting. Selain itu medulla mengandung “pusat-pusat vital”
yang berfungsi mengendalikan pernafasan dan sistem kardiovaskuler.
Karena itu, suatu cedera yang terjadi pada bagian ini dalam batang otak
dapat membawa akibat yang sangat serius.
c. Cerebellum
Otak kecil di bagian bawah dan belakang tengkorak dipisahkan
dengan cerebrum oleh fisura transversalis dibelakangi oleh pons varoli
dan diatas medulla oblongata. Organ ini banyak menerima serabut
aferen sensoris, merupakan pusat koordinasi dan integrasi. Bentuknya
oval, bagian yang kecil pada sentral disebut vermis dan bagian yang
melebar pada lateral disebut hemisfer. Serebelum berhubungan dengan
batang otak melalui pundunkulus serebri inferior. Permukaan luar
serebelum berlipat-lipat menyerupai serebellum tetapi lipatannya lebih
kecil dan lebih teratur. Permukaan serebellum ini mengandung zat
kelabu. Korteks serebellum dibentuk oleh substansia grisia, terdiri dari
tiga lapisan yaitu granular luar, lapisan purkinye dan lapisan granular
dalam.Serabut saraf yang masuk dan yang keluar dari serebrum harus
melewati serebellum.

d. Saraf otak
I Nervus olfaktorius Sensorik Hidung, sebagai alat penciuman
II Nervus optikus Sensorik Bola mata, untuk penglihatan
III Nervus okulomotoris Motorik Penggerak bola mata dan
mengangkat kelopak mata
IV Nervus troklearis Motorik Mata, memutar mata dan penggerak
bola mata
V Nervus trigeminus N. Oftalmikus N. Maksilaris N. Mandibularis
Motorik dan sensorik Motorik dan sensorik Sensorik Motorik dan
sensorik Kulit kepala dan kelopak mata atas Rahang atas, palatum
dan hidung Rahang bawah dan lidah
VI Nervus abdusen Motorik Mata, penggoyang sisi mata
VII Nervus fasialis Motorik dan Sensorik Otot lidah,
menggerakkan lidah dan selaput lendir rongga mulut
VIII Nervus auditorius Sensorik Telinga, rangsangan pendengaran
IX Nervus vagus Sensorik dan motorik Faring, tonsil, dan lidah,
rangsangan citarasa
X Nervus vagus Sensorik dan motorik Faring, laring, paru-paru
dan esophagus
XI Nervus asesorius Motorik Leher, otot leher
XII Nervus hipoglosus Motorik Lidah, citarasa, dan otot lidah

3. Klasifikasi
Menurut Junaidi dalam HARTATI, (2020) klasifikasi stroke sebagai berikut :
1. Perdarahan Intra Serebral (PIS)
Perdarahan Intra Serebral diakibatkan oleh pecahnya pembuluh darah
intraserebral sehingga darah keluar dari pembuluh darah dan kemudian
masuk ke dalam jaringan otak (Junaidi, 2011). Penyebab PIS biasanya
karena hipertensi yang berlangsung lama lalu terjadi kerusakan dinding
pembuluh darah dan salah satunya adalah terjadinya mikroaneurisma.
Faktor pencetus lain adalah stress fisik, emosi, peningkatan tekanan darah
mendadak yang mengakibatkan pecahnya pembuluh darah. Sekitar 60- 70%
PIS disebabkan oleh hipertensi. Penyebab lainnya adalah deformitas
pembuluh darah bawaan, kelainan koagulasi. Bahkan, 70% kasus berakibat
fatal, terutama apabila perdarahannya luas (masif).
2. Perdarahan ekstra serebral / perdarahan sub arachnoid (PSA)
Perdarahan sub arachnoid adalah masuknya darah ke ruang
subarachnoid baik dari tempat lain (perdarahan subarachnoid sekunder) dan
sumber perdarahan berasal dari rongga subarachnoid itu sendiri (perdarahan
subarachnoid primer) Penyebab yang paling sering dari PSA primer adalah
robeknya aneurisma (51-75%) dan sekitar 90% aneurisma penyebab PSA
berupa aneurisma sakuler congenital, angioma (6-20%), gangguan
koagulasi (iatronik/obat anti koagulan), kelainan hematologic (misalnya
trombositopenia, leukemia, anemia aplastik), tumor, infeksi (missal
vaskulitis, sifilis, ensefalitis, herpes simpleks, mikosis, TBC), idiopatik atau
tidak diketahui (25%), serta trauma kepala

4. Etiologi
Penyebab stroke non hemoragik yaitu:
a) Trombosis (bekuan darah di dalam pembuluh darah otak)
b) Embolisme cerebral (bekuan darah atau material lain yang dibawah ke
otakdari bagian tubuh yang lain)
c) Iskemia (suplai darah ke jaringan berkurang).
Stroke non hemoragik terjadi karena tersumbatnya pembuluh darah
yang menyebabkan aliran darah ke otak sebagian atau keseluruhan terhenti.
akibat penutupan aliran darah ke sebagian otak maka terjadi proses patologik
pada daerah iskemik. Perubahan ini dimulai dari tingkat seluler berupa
perubahan fungsi dan bentuk sel yang di ikuti dengan kerusakan fungsi dan
integritas susunan sel yang selanjutnya terjadi kematian neuron.
Penyebab Stroke non hemoragik di bagi lagi berdasarkan lokasi
penggumpalan, yaitu:
a) Stroke Non Hemoragik Embolik
Pada tipe ini embolik tidak terjadi pada pembuluh darah otak,
melainkan di tempat lain seperti di jantung dan sistem vaskuler sistemik.
Embolisasi kardiogenik dapat terjadi pada penyakit jantung dengan
shuntyang menghubungkan bagian kanan dengan bagian kiri atrium atau
ventrikel. Penyakit jantung rheumatoid akut atau menahun yang
meninggalkan gangguan pada katup mitralis, fibrilasi atrium,infark kordis
akut dan embolus yang berasal dari vena pulmonalis. Kelainan pada jantung
ini menyebabkan curah jantung berkurang dan serangan biasanya muncul di
saat penderita tengah beraktivitas fisik seperti berolahraga.

b) StrokeNon Hemoragik Trombus


Terjadi karena adanya penggumpalan pembuluh darah ke otak. 14
Dapat dibagi menjadi stroke pembuluh darah besar (termasuk sistem arteri
karotis) merupakan70% kasus stroke non hemoragik trombus dan stroke
pembuluh darah kecil (termasuk sirkulus Willisi dan sirkulus posterior).
Trombosis pembuluh darah kecil terjadi ketika aliran darah terhalang,
biasanya ini terkait dengan hipertensi dan merupakan indikator penyakit
atherosklerosis.
5. Patofisiologi
Infark serbral adalah berkurangnya suplai darah ke area tertentu di otak.
Luasnya infark bergantung pada faktor-faktor seperti lokasi dan besarnya
pembuluh darah dan adekuatnya sirkulasi kolateral terhadap area yang disuplai
oleh pembuluh darah yang tersumbat. Suplai darah ke otak dapat berubah
(makin lambat atau cepat) pada gangguan lokal (thrombus, emboli, perdarahan
dan spasme vaskuler) atau oleh karena gangguan umum (hipoksia karena
gangguan paru dan jantung).
Atherosklerotik sering/cenderung sebagai faktor penting terhadap otak,
thrombus dapat berasal dari flak arterosklerotik , atau darah dapat beku pada
area yang stenosis, dimana aliran darah akan lambat atau terjadi turbulensi.
Thrombus dapat pecah dari dinding pembuluh darah terbawa sebagai emboli
dalam aliran darah. Thrombus mengakibatkan iskemia jaringan otak yang
disuplai oleh 15 pembuluh darah yang bersangkutan, edema dan kongesti
disekitar area.
Area edema ini menyebabkan disfungsi yang lebih besar daripada area
infark itu sendiri. Edema dapat berkurang dalam beberapa jam atau kadang-
kadang sesudah beberapa hari. Dengan berkurangnya edema pasien mulai
menunjukan perbaikan, CVA. Karena thrombosis biasanya tidak fatal, jika tidak
terjadi perdarahan masif. Oklusi pada pembuluh darah serebral oleh embolus
menyebabkan edema dan nekrosis diikuti thrombosis. Jika terjadi septik infeksi
akan meluas pada dinding pembuluh darah maka akan terjadi abses atau
ensefalitis, atau jika sisa infeksi berada pada pembuluh darah yang tersumbat
menyebabkan dilatasi aneurisma pembuluh darah.
Hal ini akan menyebabkan perdarahan cerebral, jika aneurisma pecah
atau ruptur. Perdarahan pada otak lebih di sebabkan oleh ruptur arteri osklerotik
dan hipertensi pembuluh darah. Perdarahan intraserebral yang sangat luas akan
menyebabkan kematian dibandingkan dari keseluruhan penyakit cerebro
vaskuler. Jika sirkulasi serebral terhambat, dapat berkembang anoksia cerebral.
Perubahan disebabkan oleh anoksia serebral dapat reversibel untuk jangka
waktu 4-6 menit. Perubahan irreversibel bila anoksia lebih dari 10 menit.
Anoksia serebral dapat terjadi oleh 16 karena gangguan yang bervariasi salah
satunya cardiac arrest.
6. Manifestasi Klinis
Klinis Stroke Menurut(HARTATI, 2020) manifestasi klinis :
a) Kelumpuhan wajah atau anggota badan sebelah (hemiparise) atau
hemiplegia (paralisis) yang timbul secara mendadak. Kelumpuhan terjadi
akibat adanya kerusakan pada area motorik di korteks bagian frontal,
kerusakan ini bersifat kontralateral artinya jika terjadi kerusakan pada
hemisfer kanan maka kelumpuhan otot pada sebelah kiri. Pasien juga akan
kehilangan kontrol otot vulenter dan sensorik sehingga pasien tidak dapat
melakukan ekstensi maupun fleksi.
b) Gangguan sensibilitas pada satu atau lebih anggota badan Gangguan
sensibilitas terjadi karena kerusakan system saraf otonom dan gangguan
saraf sensorik.
c) Penurunan kesadaran (konfusi, delirium, letargi, stupor, atau koma), terjadi
akibat perdarahan, kerusakan otak kemudian menekan batang otak atau
terjadinya gangguan metabolik otak akibat hipoksia
d) Afasia (kesulitan dalam bicara) Afasia adalah defisit kemampuan
komunikasi bicara, termasuk dalam membaca, menulis dan memahami
bahasa. Afasia terjadi jika terdapat kerusakan pada area pusat bicara primer
yang berada pada hemisfer kiri middle sebelah kiri. Afasia dibagi menjadi 3
yaitu afasia motorik,sensorik dan afasia global. Afasia motorik atau ekspresif
terjadi jika area pada 27 area Broca, yang terletak pada lobus frontal otak.
Pada afasia jenis ini pasien dapat memahami lawan bicara tetapi pasien tidak
dapat mengungkapkan dan kesulitan dalam mengungkapkan bicara. Afasia
sensorik terjadi karena kerusakan pada area Wernicke, yang terletak pada
lobus temporal. Pada afasia sensori pasien tidak dapat menerima stimulasi
pendengaran tetapi pasien mampu mengungkapkan pembicaraan. Sehingga
respon pembicaraan pasien tidak nyambung atau koheren. Pada afasia global
pasien dapat merespon pembicaraan baik menerima maupun
mengungkapkan pembicaraan.
e) Disatria (bicara cedel atau pelo) Merupakan kesulitan bicara terutama dalam
artikulasi sehingga ucapannya menjadi tidak jelas. Namun demikian, pasien
dapatmemahami pembicaraan, menulis, mendengarkan maupun membaca.
Disartria terjadi karena kerusakan nervus cranial sehingga terjadi kelemahan
dari otot bibir, lidah dan laring. Pasien juga terdapat kesulitan dalam
mengunyah dan menelan.
f) Gangguan penglihatan, diplopia Pasien dapat kehilangan penglihatan atau
juga pandangan menjadi ganda, gangguan lapang pandang pada salah satu
sisi. Hal ini terjadi karena kerusakan pada lobus temporal atau parietal yang
dapat menghambat serat saraf optik pada korteks oksipital. Gangguan
penglihatan juga dapat disebabkan karena kerusakan pada saraf cranial III,
IV dan VI. 28
g) Disfagia Disfagia atau kesulitan menelan terjadi karena kerusakan nervus
cranial IX. Selama menelan bolus didorong oleh lidah dan glottis menutup
kemudian makanan masuk ke esophagus
h) Inkontinensia Inkontinensia baik bowel maupun badder sering terjadi karena
terganggunya saraf yang mensarafi bladder dan bowel.
i) Vertigo, mual, muntah, nyeri kepala, terjadi karena peningkatan tekanan
intrakranial, edema serebri.
7. Komplikasi
Komplikasi yang sering terjadi pada masa lanjut atau pemulihan
biasanya terjadi akibat immobilisasi seperti pneumonia, dekubitus, kontraktur,
thrombosis vena dalam, atropi, inkontinensia urine dan bowl. 30
a) Kejang, terjadi akibat kerusakan atau gangguan pada aktifitas listrik otak
b) Nyeri kepala kronis seperti migraine, nyeri kepala tension, nyeri kepala
clauster
c) Malnutrisi, karena intake yang tidak adekuat
8. Pemeriksaan Penunjang
Menurut HARTATI,(2020),Untuk menentukan perawatan yang paling
tepat untuk stoke, tim medis perlu mengevaluasi jenis stroke yang dialami
pasien dan area otak mana yang tekena stroke. Ada beberapa test yang perlu
dilakukan untuk menunjukkan bahwa seserang terkena stroke, antara lain

Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan dilakukan untuk mengetahui gejala apa yang dialami,
kapan gejala mulai dirasakan, dan reaksi pasien terhadap gejala tersebut.
Selain itu riwayat kesehatan, riwayat konsumsi obatobatan, dan cidera juga
perlu dikaji. Riwayat penyakit terkait jantung, serangan iskemik transien,
dan stroke juga perlu mendapatkan perhatian khusus. Pemeriksaan fisik
meliputi tekanan darah dan denyut jantung, serta pemeriksaan bruit diatas
arteri leher (karotid) untuk memeriksa adanya arterosklerosis. Pemeriksaan
juga dapat melibatkan oftalmoskop untuk memeriksa tanda-tanda Kristal
kolesterol kecil atau gumpalan dipembuluh darah dibagian belakang mata.
a) Tes Darah
Pasien harus menjalani serangkaian tes darah agar tim perawatan
mengetahui seberapa cepat gumpalan darah 20 berkembang, apakah gula
darah tinggi atau rendah secara abnormal, apakah zat kimia darah tidak
seimbang, atau apakah pasien mengalami infeksi. Mengelola waktu
pembekuan darah dan kadar gula serta bahan kimia utama lainnya akan
menjadi bagian dari perawatan stroke.
b) Pemeriksaan CT Scan
CT scan menggunakan serangkaian sinar x untuk membuat gambar
detail dari otak. CT scan dapat menunjukkan perdarahan, tumor, stroke dan
kondisi lain. Dokter mungkin menyuntikkan pewarna ke pembuluh darah
pasien untuk melihat pembuluh darah di leher dan otak secara lebih detail.
c) Pencitraan Resonansi
Magnetik (MRI) MRI menggunakan gelombang radio dan magnet
yang kuat untuk menciptakan tampilan rinci otak. MRI dapat mendeteksi
jaringan otak yang rusak oleh perdarahan otak. Dokter akan menyuntikkan
pewarna ke pembuluh darah untuk melihat arteri dan vena dan menyoroti
aliran darah.
d) USG Karotis
Dalam tes ini gelombang suara menciptakan gambar terperinci dari
bagian dalam arteri karotid di leher. Tes ini menunjukkan penumpukan
deposit lemak (plak) dan aliran darah di arteri karotid.
e) Angiogram Serebral
Dalam tes angiogram serebral, dokter memasukkan tabung tipis
(kateter) melalui sayatan kecil (biasanya di pangkal paha), melalui arteri
utama dank e arteri karotidatau vertebral. Selanjutnya, dokter akan
menyuntikkan pewarna ke pembuluh darah untuk membuatnya terlihat
dibawah X-ray, prosedur ini memberikan gambaran rinci tentang arteri
diotak dan leher.
f) Ekokardiogram
Ekokardiogram menggunakan gelombang suara untuk membuat
gambar detail dari jantung. Ekokardiogram dapat menemukan sumber
gumpalan dijantung yang mungkin telah berpondah dari jantung ke otak dan
menyebabkan stroke.
9. Penatalaksanaan
a) Penatalaksanaan Keperawatan
1) Mempertahankan kepatenan jalan nafas dengan melakukan pengisapan
lendir.
2) Pemberian oksigen
3) Mengendalikan tekanan darah klien dalam batas normal
4) Memperbaiki aritmia jantung
5) Perawatan kandung kemih
6) Memberikan kenyamanan pada klien dengan pemberian posisi yang
tepat dan lakukan perubahan posisi tiap 2 jam
7) Lakukan latihan gerak aktif maupun pasif
8) Kurangi asupan kolesterol dan lemak jenuh
9) Kontrol diabetes dan berat badan.
10) Koreksi adanya adanya kelainan gas darah
11) Perhatikan pemenuhan nutrisi (kalori) dan keseimbangan cairan
elektrolit
12) Posisikan kepala dengan ditinggikan 30°
b) Penatalaksanaan Medis
1) Pemenuhan cairan dan elektrolit
2) Mencegah peningkatan Tekanan Intra Cranial (TIK):
3) Pemberian antihipertensi
4) Pemberian diuretika untuk menurunkan edema
5) Pemberian vasodilator perifer untuk meningkatkan aliran darah serebral
(ADS)
6) Pemberian antikoagulan untuk mencegah terjadinya atau memberatnya
thrombus
7) Pemberian diazepam untuk kejang
8) Pemberian anti tukak
9) Pemberian manitol untuk mengurangi udema otak
10) Kortikosteroid untuk mengurangi pembengkakan dan peningkatan
tekanan dalam otak
B. Konsep Dasar Keperawatan Stroke
1. Pengkajian (Padila, 2012, p. 62)
a) Biodata
Pengkajian pada biodata difokuskan pada:
Umur : Karena pada usia di atas 55 tahun, karena sangat berisiko
tinggi terjadinya serangan stroke.
Jenis kelamin : Laki-laki lebih tinggi 30% dibanding wanita
Ras : Kulit hitam lebih tinggi angka kejadiannya
b) Keluhan utama
Sering kali pasien yang datang ke rumah sakit dengan kondisi :
penurunan kesadaran atau koma yang disertai dengan kelumpuhan dan
keluhan sakit kepala hebat bila masih sadar.
c) Upaya yang telah dilakukan
Jenis CVA Bleeding memberikan gejala yang cepat memburuk,
sehingga klien biasanya langsung dibawa ke rumah sakit
d) Riwayat penyakit dahulu
Penyakit yang berhubungan dengan kualitas pembuluh darah otak
menjadi menurun adalah riwayat DM, hipertensi, kelainan jantung, dan
policitemia.
e) Riwayat penyakit sekarang
Kronologis peristiwa CVA Bleeding sering setelah melakukan
aktivitas tiba-tiba terjadi keluhan neurologis, seperti sakit kepala hebat,
penurunan kesadaran sampai koma.

f) Riwayat penyakit keluarga


Harus dikaji apakah ada anggota keluarga sedarah yang pernah
mengalami stroke.
g) Pemenuhan kebutuhan sehari-hari (Padila, 2012)
Ketika seseorang mengalami kelumpuhan sampai terjadinya koma
maka perlu klien membutuhkan bantuan dalam memenuhi kebutuhan sehari-
harinya meliputi :
1) Mandi
2) Makan/minum
3) Bab/bak
4) Berpakaian
5) Berhias
6) Aktivitas mobilisasi
h) Pemeriksaan fisik dan observasi (Padila, 2012)
1) B1 (Bright/Pernapasan)
Yang harus dikaji :
a. Sumbatan jalan napas karena penumpukan sputum dan kehilangan
refleks batuk
b. Adakah tanda-tanda lidah jatuh ke belakang
c. Auskultasi suara nafas mungkin ada tanda stridor
d. Catat jumlah dan lama nafas
2) B2 (Blood/Sirkulasi)
Untuk mendeteksi adanya tanda-tanda peningkatan TIK yaitu
peningkatan tekanan darah yang disertai dengan pelebaran nadi dan
penurunan jumlah nadi
3) B3 (Brain/persyarafan, otak)
Mengkaji keluhan sakit kepala hebat, memeriksa adanya pupil
unilateral, observasi tingkat kesadaran.

4) B4 (Bladder/Perkemihan)
Tanda-tanda inkontinensia uri
5) B5 (Bowel : Pencernaan)
Tanda-tanda inkontinensia alfi
6) B6 (Bone : Tulang dan Integumen)
Kaji adanya kelumpuhan ataupun kelemahan. Tanda-tanda
dekubitus karena tirah baring lama, kekuatan otot. Diagnosa
keperawatan
1. Resiko perfusi serebral tidak efektif b/d hipertensi (D.0017)
2. Pola nafas tidak efektif b/d hambatan upaya napas (D.0005)
3. Deficit nutrisi b/d ketidakmampuan menelan makan (D.0019)
4. Gangguan mobilitas fisik b/d penurunan kekuatan otot (D.0054)
5. Deficit perawatan diri b/d gangguan neuromuskuler (D.0109)

Intervensi

N SDKI SLKI SIKI


O
1. Resiko perfusi Setelah dilakukan Manajemen peningkatan tekanan
serebral tidak Tindakan keperawatan intracranial (1. 06194)
efektif b/d diharapkan Perfusi
hipertensi Serebral (L.02014) Observasi
(D.0017) meningkat, dengan - Identifikasi penyebab peningkatan TIK
kriteria hasil: (mis. Lesi, gangguan metabolisme,
1. Tingkat edema serebral)
kesadaran cukup - monitor tanda/gejala peningkatan TIK
meningkat (mis. Tekanan darah meningkat, tekanan
2. Nilai rata-rata nadi melebar, bradikardia, pola napas
tekanan darah ireguler, kesadaran menurun)
cukup membaik - monitor MAP (Mean Arterial
3. Refleks saraf Pressure)
cukup membaik - monitor gelombang ICP
Terapeutik
- minimalkan stimulus dengan
menyediakan lingkungan yang tenang
- berikan posisi semi fowler
- Hindari manuver valsava
- Cegah terjadinya kejang
- pertahankan suhu tubuh normal
Kolaborasi
- kolaborasi pemberian sedasi dan anti
konvulsan, jika perlu
- kolaborasi pemberian diuretic osmosis,
jika perlu
- kolaborasi pemberian pelunak tinja,
jika perlu
2. Pola nafas tidak Setelah dilakukan Manajemen jalan napas (1.01012)
efektif b/d Tindakan keperawatan
hambatan upaya diharapkan Pola Napas Observasi
napas (D.0005) (L.01004) membaik, - Monitor pola napas
dengan kriteria hasil: (frekuensi,kedalaman,usaha napas)
1. Dispnea cukup - monitor bunyi napas tambahan
menurun (mis.Gurgling,mengi,wheezing,ronkhi
2. Penggunaan otot kering)
bantu napas - monitor sputum (jumlah,warna,aroma)
cukup menurun Terapeutik
3. Frekuensi napas - Pertahankan kepatenan jalan napas
cukup membaik dengan head-tilt dan chin-lift (jaw-thrust
4. Kedalaman jika curiga trauma servikal)
napas cukup - posisikan semi fowler atau fowler
membaik - berikan minum hangat
-berikan oksigen, jika perlu
Kolaborasi
- kolaborasi pemberian bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik, jika perlu
3. Deficit nutrisi Setelah dilakuka Manajemen nutrisi (1.03119)
b/d Tindakan keperawatan
ketidakmampuan diharapkan Status Observasi
menelan makan Nutrisi (L.03030) - Identifikasi status nutrisi
(D.0019) membaik, dengan - identifikasi kebutuhan kalori dan jenis
kriteria hasil: nutrient
1. Porsi makanan - identifikasi perlunya penggunaan
yang dihabiskan selang nasogastric
cukup - monitor asupan makanan
meningkat - monitor berat badan
2. Berat badan - monitor hasil pemeriksaan lab
cukup membaik Terapeutik
3. Indeks masa - Lakukan oral hygine, jika perlu
tubuh (IMT) - berikan suplemen makanan, jika perlu
cukup membaik Kolaborasi
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrient yang dibutuhkan , jika perlu

4. Gangguan Setelah dilakukan Dukungan mobilisasi (1.05173)


mobilitas fisik Tindakan keperawatan
b/d penurunan diharapkan Mobilitas Observasi
kekuatan otot Fisik (L.05042) - Identifikasi adanya nyeri atau keluhan
(D.0054) meningkat, dengan fisik lainnya
kriteria hasil: - identifikasi toleransi fisik melakukan
1. Pergerakan pergerakan
ekstermitas - monitor kondisi umum selama
cukup melakukan mobilisasi
meningkat Terapeutik
2. Kekuatan otot - Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan
cukup alat bantu (mis. Pagar tempat tidur)
meningkat - fasilitasi melakukan pergerakan, jika
3. Rentang gerak perlu
(ROM) cukup - libatkan keluarga untuk membantu
meningkat pasien dalam meningkatkan pergerakan

Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur
mobilisasi
- anjurkan melakukan mobilisasi dini
- ajarkan mobilisasi sederhana yang
dilakukan
5. Deficit Setelah dilakukan Pencegahan jatuh (1.14540)
perawatan diri Tindakan keperawatan
b/d gangguan diharapkan Status Observasi
neuromuskuler Neurologis (L.06053), - Identifikasi factor risiko jatuh
(D.0109) dengan kriteria hasil: (mis.usia >65 tahun, penurunan tingkat
1. Tingkat kesadaran, deficit kognitif, hipotensi
kesadaran cukup ortostastik, gangguan keseimbangan,
meningkat gangguan penglihatan, angiopati)
2. Reaksi pupil Terapeutik
cukup - orientasikan ruangan pada pasien dan
meningkat keluarga
3. Tekanan darah - pastiakan roda tempat tidur terkunci
sistolik cukup - pasang hendrall tempat tidur
membaik - atur tempat tidur mekanis pada posisi
4. Frekuensi nadi rendah
cukup membaik - tempatkan pasien beresiko tinggi jatuh
dekat denagan pantauan perawat dari
nurse station
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Stroke merupakan penyakit atau gangguan fungsional otak berupa kelumpuhan saraf
(deficit neurologic) akibat terhambatnya aliran darah ke otak. Stroke adalah sindrom
yang terdiri dari tanda dan/atau gejala hilangnya fungsi sistem saraf pusat fokal (atau
global) yang berkembang cepat (dalam detik atau menit).
DAFTAR PUSTAKA
HARTATI, J. (2020). ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.Y DENGAN STROKE
HEMORAGIK DALAM PEMBERIAN INOVASI INTERVENSI POSISI ELEVASI
KEPALA 30 DERAJAT DI RUANGAN NEUROLOGI RSUD Dr.ACHMAD
MOCHTAR BUKITTINGGI TAHUN 2020.
Padila. (2012). BUKU AJAR : KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH. Nuha Medika.
LeMone, P. (2016). Buku ajar keperawatan medikal bedah. EGC.
Purwanto, H. (2016). Keperawatan medikal bedah II. Kementerian Kesehatan RI.

Anda mungkin juga menyukai