Anda di halaman 1dari 58

LAPORAN PENDAHULUAN

KEBUTUHAN DASAR MANUSIA TENTANG OKSIGENASI


DENGAN DIAGNOSA ENDOKARDITIS DI RUANG
SAKURA RSUD dr. DORIS SYLVANUS
PALANGKA RAYA

Oleh :
Nama : Yoga Pratama
NIM : 2018.C.10a.0992

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PRODI S-1 KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN
2020
LEMBAR PENGESAHAN

Asuhan Keperawatan Ini Disusun Oleh:


Nama : Yoga Pratama
NIM : 2018.C.10a.0992
Program Studi : S1 Keperawatan
Judul : Asuhan Keperawatan pada pasien Ny. K dengan Diagnosa
Endokarditis di Ruang Sakura RSUD dr. Doris Sylvanus
Palangka Raya.

Telah melaksanakan asuhan keperawatan sebagai persyaratan untuk


menempuh Praktik Praklinik Keperawatan I (PPK I) Pada Program Studi S-1
Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangka Raya.

PEMBIMBING PRAKTIK

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

Isna Wiranti, S.Kep., Ners Yosepa .I. Wulandari, S.Kep

Mengetahui,
Ketua Program Studi Ners,

Meilitha Carolina, Ners, M.Kep


KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan anugerah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan
Pendahuluan yang berjudul “Laporan Pendahuluan Kebutuhan Dasar Manusia
tentang Oksigenasi Pada Ny. K dengan Diagnosa Endokarditis di Ruang Sakura
RSUD dr. Doris Sylvanus Kota Palangka Raya”. Laporan pendahuluan ini disusun
guna melengkapi tugas (PPK1).
Laporan Pendahuluan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, saya ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes selaku Ketua STIKes Eka Harap
Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners., M.Kep selaku Ketua Program Studi Ners
STIKes Eka Harap Palangka Raya.
3. Ibu Isna Wiranti, S.Kep., Ners selaku pembimbing akademik yang telah
banyak memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam penyelesaian
asuhan keperawatan ini
4. Ibu Yosepa .I. Wulandari, S.Kep selaku kepala ruang Sakura RSUD Dr.
Doris Sylvanus Palangka Raya dan pembimbing Klinik yang telah
memberikan izin, informasi dan membantu dalam pelaksanaan praktik
manajemen keperawatan di ruang Sakura.
5. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam pelaksaan kegiatan
pengabdian kepada masyarakat ini.
Saya menyadari bahwa laporan pendahuluan ini mungkin terdapat kesalahan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penyusun mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca dan mudah-mudahan laporan pendahuluan
ini dapat mencapai sasaran yang diharapkan sehingga dapat bermanfaat bagi kita
semua.

Palangka Raya, 31 Mei 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

SAMPUL ..................................................................................................................
LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................
KATA PENGANTAR .............................................................................................
DAFTAR ISI ............................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang....................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................
1.3 Tujuan Penulisan.................................................................................................
1.4 Manfaat Penulisan...............................................................................................
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Penyakit Endokarditis ...........................................................................
2.1.1 Definisi Endokarditis ................................................................................
2.1.2 Anatomi Fisologi.......................................................................................
2.1.3 Etiologi......................................................................................................
2.1.4 Klasifikasi..................................................................................................
2.1.5 Fatosiologi (Pathway) ...............................................................................
2.1.6 Manifestasi Klinis .....................................................................................
2.1.7 Komplikasi ...............................................................................................
2.1.8 Pemerikasaan Penunjang ..........................................................................
2.1.9 Penatalaksanaan Medis .............................................................................
2.2 Konsep Kebutuhan Dasar Manusia (Oksigenasi) ..............................................
2.2.1 Konsep Oksigenasi ......................................................................................
2.3 Manajemen Asuhan Keperawatan ......................................................................
2.3.1 Pengkajian Keperawatan ............................................................................
2.3.2 Diagnosa Keperawatan ...............................................................................
2.3.3 Intervensi Keperawatan ..............................................................................
2.3.4 Implementasi Keperawatan ........................................................................
2.3.5 Evaluasi Keperawatan ................................................................................
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian .......................................................................................................
3.2 Diagnosa ..........................................................................................................
3.3 Intervensi .........................................................................................................
3.4 Implementasi ...................................................................................................
3.5 Evaluasi ...........................................................................................................
BAB 4 PENUTUP
4.1 Kesimpulan .....................................................................................................
4.2 Saran ................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
STANDARD OPERATING PROCEDURE (SOP)
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Endokarditis infektif (EI) adalah infeksi permukaan endokardium jantung,
dapat mengenai satu atau lebih katup jantung, mural endokardium, atau defek
septum. Efeknya terhadap jantung dapat berupa insufi siensi katup, gagal jantung
dan abses miokardium (Michael, 2015). Endokarditis disebabkan oleh
mikroorganisme pada endokard atau katup jantung, nama lain endokarditis
infektif adalah endokarditis bakterialis. Lesi yang khas pada endokarditis infektif
adalah vegetasi pada katub tetapi lesi juga ditemukan pada endokard dan
pembuluh darah besar endokarditis infektif biasanya terjadi pada jantung yang
mengalami kerusakan.

Jantung yang telah mengalami kerusakan biasanya mudah terserang


endokarditis infekstif. Penyakit jantung yang mendahului endokarditis, bisa
berupa penyakit jantung bawaan, maupun penyakit jantung baru. Dahulu diduga
infeksi yang terjadi pada endokard hanya disebabkan oleh bakteri, sehingga
mendapat nama endokarditis bakterial. Namun kini diketahui infeksi ini bukan
saja disebabkan oleh bakteri tetapi bisa juga disebabkan oleh mikro-organisme
lain, seperti jamur, virus dan lain-lain.

Pertama kali endokarditis infektif dideskripsikan oleh Lazaire Riviere pada


tahun 1674 dari pemeriksaan otopsi. Pada tahun 1885, presentasi pertama dalam
bahasa Inggris dilakukan oleh William Osler menggunakan deskripsi
komprehensif. Insidens terjadinya endokarditis infektif diperkirakan 3-9 kasus per
100.000 penduduk di Negara maju. Perbandingan angka kejadian pria dan wanita
sekitar 2 : 1. Pada penelitian Osler, insidens gangguan neurologis pada
endokarditis infektif terjadi pada 12,5% kasus; 3% kasus gejala primer yang
dijumpai hanya gangguan neurologis. Ditemukan 15-30% penderita endokarditis
infektif mengalami gangguan neurologis pada penelitian lainnya.
Endokarditis tidak hanya terjadi pada endokard dan katup yang telah
mengalami kerusakan, akan tetapi juga pada endokard dan katup sehat, misalnya
endokarditis yang terjadi pada penyalahgunaan narkotik intervena atau penyakit
kronik. Perjalanan penyakit ini bisa hiperakut, akut, subakut atau kronik,
bergantung pada virulensi mikro-organisme dan daya tahan penderita. Sebelum
era antibiotik, endokarsitis infektif subakut hampir selalu fatal dalam beberapa
bulan sampai dua tahun, sedangkan endokarditis hiperakut atau akut secara klinis
hampir tidak dikenal, karena penderita telah meninggal lebih dahulu disebabkan
oleh sepsis, sebelum gejala klinis jantung yang terkena infeksi timbul, walaupun
pada autopsi jelas terlihat vegetasi infektif pada endokard atau katup jantung.

Banyaknya penyakit yang terjadi dimasyarakat saat ini, terutama pada


system kardiovaskuler membuat penyusun merasa perlu ketepatan penegakan
diagnosis hingga pemberian terapi yang adekuat sehingga dapat dilakukan
pencegahan dari komplikasi yang dapat ditimbulkan dan sebagai mahasiswa
program S-1 keperawatan dirasa perlu mempelajari asuhan keperawatan terhadap
pasien dengan penyakit system kardiovaskuler khususnya endokarditis

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka rumusan masalah studi
kasus ini adalah penulis membatasi penelitian bagaimana pemberian Asuhan
Keperawatan pada pasien dengan diagnosa medis Endokarditis di ruang Sakura
RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka raya.

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan penulisan ini adalah untuk mendapatkan gambaran dan pengalaman
langsung tentang bagaimana menerapkan Asuhan Keperawatan pada pasien
dengan diagnosa medis Endokarditis di ruang Sakura RSUD dr. Doris Sylvanus
Palangka raya.

1.3.2 Tujuan Khusus


1.3.2.1 Mampu melakukan pengkajian, menganalisa, menentukan diagnosa
keperawatan, membuat intervensi keperawatan, mampu melakukan
perawatan dan mengevaluasi tindakan keperawatan yang sudah diberikan.
1.3.2.2 Mampu memberikan tindakan keperawatan yang diharapkan dapat
mengatasi masalah keperawatan pada kasus tersebut.
1.3.2.3 Mampu mengungkapkan faktor-faktor yang menghambat dan mendukung
serta permasalahan yang muncul dari asuhan keperawatan yang diberikan.

1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Mahasiswa
Diharapkan agar mahasiswa dapat menambah wawasan dan ilmu
pengetahuan dengan menerapkan proses keperawatan dan memanfaatkan ilmu
pengetahuan yang diperoleh selama menempuh pendidikan di Program Studi S1
Keperawatan Stikes Eka Harap Palangka Raya.
1.4.2 Bagi Klien dan Keluarga
Klien dan keluarga mengerti cara perawatan pada penyakit dengan dianosa
medis Endokarditis secara benar dan bisa melakukan keperawatan di rumah
dengan mandiri.
1.4.3 Bagi Institusi
3.4.3.1 Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai sumber bacaan tentang Endokarditis dan Asuhan Keperawatannya.
3.4.3.1 Bagi Institusi Rumah Sakit
Memberikan gambaran pelaksanaan Asuhan Keperawatan dan
Meningkatkan mutu pelayanan perawatan di Rumah Sakit kepada pasien dengan
diagnosa medis Endokarditis melalui Asuhan Keperawatan yang dilaksanakan
secara komprehensif.

1.4.4 Bagi IPTEK


Sebagai sumber ilmu pengetahuan teknologi, apa saja alat-alat yang dapat
membantu serta menunjang pelayanan perawatan yang berguna bagi status
kesembuhan klien.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Dasar Endokarditis


2.1.1 Definisi
Endokarditis adalah radang pada katup jantung dan endokardium yang
disebabkan olehkuman dan jamur (Murwani, A, 2009).
Endokarditis adalah suatu infeksi yang melibatkan endokardium yang utuh
atau rusak atau katup jantung protesa (Edward K. Chung, 1995).
Endokarditis adalah infeksi yang serius dari salah satu dari empat klep-
klep (katup-katup) jantung (Anonim, 2011).
Endokarditis merupakan penyakit yang disebabkan infeksi mikroba pada
lapisan endotel jantung, ditandai oleh vegetasi yang biasanya terdapat pada katup
jantung, namun dapat terjadi pada endokardium di tempat lain (Mansjoer, 2000).
Endokarditis merupakan peradangan pada katub dan permukaan endotel
jantung. Endokarditis bisa bersifat endokarditis rematik dan endokarditis infeksi.
Terjadinya endokarditis rematik karena di sebabkan langsung oleh demam rematik
yang merupakan penyakit sistemik karena infeksi streptokokus. Endokarditis
infeksi (endokarditis bakterial) adalah infeksi yang di sebabkan oleh invasi
langsung bakteri atau organisme lain, sehingga menyebabkan deformitas bilah
katub. (arif muttaqin2009).
Endokarditis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh
mikroorganisme pada endokard atau katub jantung. Infeksi endokarditid biasanya
terjadi pada jantung yang telah mengalami kerusakan. Penyakit ini didahului
dengan endokarditis, biasanya berupa penyakit jantung bawaan, maupun penyakit
jantung yang didapat. Dahulu Infeksi pada endokard banyak disebabkan oleh
bakteri sehingga disebut endokariditis bakterial. Sekarang infeksi bukan
disebabkan oleh bakteri saja, tetapi bisa disebabkan oleh mikroorganisme lain,
seperti jamur, virus, dan lain-lain. (wajan juni udjianti 2010).
2.1.2 Anatomi Fisiologi

Gambar 2.1.2

Jantung terletak dirongga toraks sekitar garis tengah antara sternum


disebelah anterior dan vertebra disebelah posterior. Jantung memiliki pangkal
lebar disebelah atas dan meruncing membentuk ujung yang disebut apeks didasar.
Sewaktu jantung berdenyut (kontraksi) secara kuat, apeks membentur bagian
dalam dinding dada disisi kiri. Kenyataan bahwa jantung terletak antara dua
struktur tulang, sternum dan vertebra digunakan sebagai bagian dari resusitasi
jantung paru pada tindakan penyelamatan.Jantung dibagi menjadi separuh kanan
dan kiri, yaitu atria (atrium, tunggal) menerima darah yang kembali ke jantung
dan memindahkannya ke ventrikel yang memompa darah dari jantung keseluruh
tubuh. Pembuluh yang mengembalikan darah dari jaringan ke atria adalah vena
(V.kava), dan pembuluh yang mengangkut dari menjauhi ventrikel menuju
jaringan adalah arteri (Aorta abdominalis). Kedua belah jantung dipisahkan oleh
septum, otot kontinyu yang mencegah pencampuran darah dari kedua sisi
jantung.Adanya empat katup jantung memastikan darah mengalir satu arah. Empat
katup jantung terdiri dari katup atrioventrikuler (AV) kanan dan kiri. Katup AV
kanan disebut juga katup trikuspid karena terdiri dari tiga buah katup dan katup
AV kiri terdiri dari dua buah katup disebut juga katup bikuspid atau katup mitral.
Dua katup lainnya, katup aorta dan katup pulmonalis, keduanya dikenal dengan
katup semilunaris karena terdiri dari tiga daun katup yang masing-masing mirip
separuh bulan. Tepi-tepi daun katup AV diikat oleh tali fibrosa yang disebut korda
tendinae. Tali-tali ini melekat ke otot papilaris . Letak katup trikuspid letaknya
setinggi ICS IV parasternal kiri, katup bikuspid/ mitral letaknya setinggi ICS V
medioklavikularis kiri, katup aorta letaknya setinggi ICS II parasternal kanan dan
katup pulmonal letaknya ICS II parasternal kiri.

B. Ukuran dan bentuk

Jantung adalah organ berongga berbentuk kerucut tumpul yang memiliki


empat ruang yang terletak antara kedua paru-paru di bagian tengah rongga toraks.
Dua pertiga jantung terletak di sebelah kiri garis midsternal. Jantung dilindungi
mediastinum. Jantung berukuran kurang lebih sebesar kepalan tangan pemiliknya

C. Pelapis

Perikardium adalah kantong berdinding ganda yang dapat membesar dan


mengecil, membungkus jantung dan pembuluh darah besar. Kantong ini melekat
pada diafragma, sternum dan pleura yang membungkus paru-paru. Di dalam
perikardium terdapat dua lapisan yakni lapisan fibrosa luar dan lapisan serosa
dalam.

Rongga perikardial adalah ruang potensial antara membran viseral dan parietal
(Ethel, 2003: 228-229).

D. Dinding Jantung

Terdiri dari tiga lapisan, yaitu:

1. Epikardium luar tersusun dari lapisan sel-sel mesotelial yang berada di


atas jaringan ikat.
2. Miokardium tengah terdiri dari jaringan otot jantung yang berkontraksi
utnuk memompa darah. Kontraksi miokardium menekan darah keluar
ruang menuju arteri besar.
3. Endokardium dalam tersusun dari lapisan endotellial yang melapisi
pembuluh darah yang memasuki dan meninggalkan jantung (Ethel, 2003:
229).

2.1.3 Etiologi
Endokarditis paling banyak disebabkan oleh streptokokus viridans yaitu
mikroorganisme yang hidup dalam saluran pernapasan bagian atas. Sebelum
ditemuklan antibiotik, maka 90-95% endokarditis infeksi disebabkan oleh
streptokokus viridans, tetapi sejak adanya antibiotik streptokokus viridans 50%
penyebab infeksi endokarditis yang merupakan 1/3 dari sumber infeksi. Penyebab
lain dari infeksi endokarditis yang lebih patogen yaitu stapilokokus aureus yang
menyebabkan infeksi endokarditis subakut. Penyebab lainnya adalah stertokokus
fekalis, stapilokokus, bakteri gram negative aerob/anaerob, jamur, virus, ragi, dan
kandida. Faktor-faktor predisposisi dan faktor pencetus.

Faktor Predisposisi diawali dengan penyakit-penyakit kelainan jantung


dapat berupa penyakit jantung rematik, penyakit jantung bawaan, katub jantung
prostetik, penyakit jantung sklerotik, prolaps katub mitral, post operasi jantung,
miokardiopati hipertrof obstruksi. Endokarditis infeksi sering timbul pada
penyakit jantung rematik dengan fibrilasi dan gagal jantung. Infeksi sering pada
katub mitral dan katub aorta. Penyakit jantung bawaan yang terkena endokarditis
adalah penyakit jantung bawaan tanpa ciyanosis, dengan deformitas katub dan
tetralogi fallop. Bila ada kelainan organic pada jantung, maka sebagai faktor
predisposisi endokarditis infeksi adalah akibat pemakaian obat imuno supresif
atau sitostatik, hemodialisis atau peritonial dialisis, serosis hepatis, diabetis
militus, penyakit paru obstruktif menahun, penyakit ginjal, lupus eritematosus,
penyakit gout, dan penyalahan narkotik intravena.

Faktor pencetus endokarditis infeksi adalah ekstrasi gigi atau tindakan lain
pada gigi dan mulut, kateterisasi saluran kemih, tindakan obstretrik ginekologik
dan radang saluran pernapasan.

2.1.4 Klasifikasi
Endokarditis diklasifikasikan secara klinis menjadi akut dan subakut.
Dalam pembagian ini dapat diketahui rentang keparahan penyakit dan temponya,
dan untuk mengetahui penyebab dari endokarditis penderita akibat virulensi
mikroorganisme penginfeksi atau akibat adanya penyakit jantung yang mendasari.
Endokarditis akut adalah infeksi berat destruktif, biasa terjadi pada katup yang
normal, disebabkan oleh organisme virulen dan dapat mengakibatkan kematian
dalam hitungan hari sampai minggu pada lebih dari 50% pasien meskipun telah
mendapatkan terapi antibiotik maupun tindakan pembedahan.
Sedangkan organisme dengan virulensi yang rendah dapat menyebabkan
infeksi pada jantung yang sebelumnya abnormal terutama pada katup yang
mengalami deformitas. Pada kasus seperti ini, penyakit endokarditis ini muncul
secara perlahan dan bahkan tanpa terapi pengobatan yang berlangsung hingga
berminggu-minggu atau beberapa bulan. Kasus seperti ini disebut dengan
endokarditis subakut dan sebagian besar akan pulih setelah mendapatkan terapi
antibotik yang sesuai (Robbins, 2009).

2.1.5 Patofisiologi
Endokarditis adalah infeksi permukaan endokardium jantung, termasuk
katup. Endokarditis infeksi adalah penyakit serius dengan angka mortalitas 20%
sampai 30%. Angka ini lebih tinggi pada individu yang berusia lebih dari 60
tahun. Diagnosis yang cepat mulainya terapi yang tepat dan identifikasi dini
komplikasi adalah kunci untuk pasien yang baik. Pada masa lalu penyakit jantung
reumatik menjadi penyebab dari sebaian besar kasus endokarditis. Saat ini
endokarditis lebih ditemukan pada pasien yang memiliki katup prostetik, mereka
yang menyalahgunakan obat-obatan intravena (IV) atau pasien yang mengalami
prolaps katup mitral atau abnormalitas nonreumatik lain. Organisme infeksius
umum adalah streptokokus, enterokokus dan staphylococcus aureus.

Perkembangan endokarditis infektif adalah proses kompleks yang


memerlukan terjadinya beberapa elemen kritis. Pertama, harus ada kerusakan
endotel yang memajankan dasar membran katup ke aliran darah turbulen.
Endokard yang memiliki permukaan tidak rata akan mudah terinfeksi oleh bakteri.
Sehingga akan mudah terjadi vegetasi atau penempelan bakteri yang terdiri dari
trombosis dan fibrin. Kedua bekuan ini atau vegetasi harus terpajan dengan
bakteri melalui transport aliran darah, seperti yang telah terjadi pada manipulasi
gigi atau prosedur urologi.

Vaskularisasi jaringan tersebut biasanya tidak baik, sehingga memudahkan


mikroorganisme berkembang biak dan akibatnya akan menambah kerusakan
katub dan endokard, kuman yang sangat patogen dapat menyebabkan robeknya
katub hingga terjadi kebocoran. Infeksi dengan mudah meluas ke jaringan
sekitarnya, menimbulkan abses miokard atau aneurisme nekrotik. Bila infeksi
mengenai korda tendinae maka dapat terjadi raptup yang mengakibatkan jantung
bocor. Bakteri berpoliferasi pada vegetasi ini untuk dua alasan yakni aliran darah
turbulen yang melintasi katup membantu mengonsentrasikan sejumlah bakteri
dekat dengan vegetasi dan vegetasi itu sendiri menutup bakteri dengan lapisan
trombosit dan fibrin yang melindungi koloni bakteri dari mekanisme pertahanan
alami tubuh. Katup yang tidak berfungsi ini pada akhirnya menyebabkan gagal
jantung berat. Partikel dari vegetasi yang terinfeksi atau katup yang rusak berat
dapat terlepas dan dapat menyebabkan emboli perifer (Nodus Osler). (Morton,
2011).

Pembentukan trombus yang mengandung kuman dan kemudian lepas dari


endokard merupakan gambaran yang khas pada endokarditis infeksi. Besarnya
emboli bermacam-macam. Emboli yang disebabkan jamur biasanya lebih besar,
umumnya menyumbat pembuluh darah yang besar pula. Tromboemboli yang
terinfeksi dapat terangkut sampai di otak, limpa, ginjal, saluran cerna, jantung,
anggota gerak, kulit, dan paru. Bila emboli menyangkut di ginjal, akan
meyebabkan infark ginjal, glomerulonepritis. Bila emboli pada kulit akan
menimbulkan rasa sakit dan nyeri tekan.

Faktor resiko endokarditis :

Endokarditis katup asli

o Prolpas katup mitral


o Lesi degeneratif katup mitral dan katup aortic
o Penyakit jantung kongenital
o Penyakit jantung reumatik
o Penyalahgunaan obat intravena (IV)
o Usia lebih dari 60 tahun (terutama pada individu yang memiliki katup
prostetik atau lesi degeneratif)
o Diabetes (karena aterosklerosis yang dipercepat dan predisposisi infeksi)
o Kehamilan (jarang), yang berkaitan dengan penyakit jantung yang
mendasarinya, prosedur gigi, kelahiran prematur, pecah ketuban yang lama, kala
tiga persalinan yang memanjang, dan pelepasan plasenta manual.
Endokarditis katup prostetik
Dini (dalam 60 hari pembedahan)
o Infeksi nosokomial
o Kateter IV sentral
o Kateter arteri
o Kabel pacu jantung
o Slang endotrakeal
Lambat (setelah 60 hari)
o Manipulasi gigi, geniourinari atau gastrointestinal.
Pathway / WOC (Endokarditis)

Faktor utama

Saluran nafas, saluran pencernaan, alat


genital, pembuluh darah, kulit
Faktor predisposisi

Streptococcus Aureus, streptococcus Facealis, Streptokok dan


Stafilokok, bakteri gran negatif aerob dan anaerob, jamur, virus,
candida, streptococcus hemolitikus grub A

Pecandu narkoba Tindakan bedah gigi dan


Kelainan katup jantung Katup Buatan
intravena orofaring

Bakteri dan jamur masuk Penyakit jantung Penyakit jantung Pada bekas luka post
Pembersihan karang gigi Ektraksi gigi Prolaps Katup Mitral Jantung Reumatik
dari tubuh degeneratif kongenital operasi

Stenosis aorta Tahap awal Tahap akhir


Jumlah katup jantung Daun katup menonjol ke Infeksi Streptococcus
Menimbulkan luka
Menempel di jarum tidak normal dalam atrium kiri Hemoliticus pada Grub A

Paparan Corynebacterium
Apparan Sthapylococcus
nonenterococoal
Aureus dan Epidemis
Streptococci, fungi
Bakteri Streptococcus Tenggorokan/ Faring
Masuk ke pembuluh Katup bikuspid Syndroma Marfan Penyakit Sifilitik Ventrikel bereaksi
Viridans masuk ke
darah pembuluh darah

Abses lokal
Menjalar ke jantung
Penyempitan katup Kelainan gen Virus Sifilis
Menyerang endokard
rusak

Pembentukan fistula
Menyerang katup
Jantung menekan kuat Menyerang jantung
Permukaan endokard
tidak rata
Luka operasi membuka
Menyerang lapisan kembali
endothel
Katup aorta diserang
Mudah terinfeksi

Leukosit darah tertimbun


jaringan
Dinding aorta lemah

Membentuk nodul
Katup jantung tidak
menutup sempurna

Penebalan dan
pemendekan katup
jantung

Katup jantung bocor


(regurgitasi)

Tekanan ventrikel kiri


dan atrium kiri lebih
rendah

Kerusakan katup
endokardium

Timbulnya vegetasi

peradangan

Endokarditis : infeksi pada katup jantung atau membran


bagian dalam jantung (endokardium)

Bakteri terus hidup

MK : Resiko Syok sepsis Infeksi tersebar

fagositosis Sistem tubuh melawan

Terbentuk trombus
Pirogen endogen (gumpalan trombosit &
fibrin)

Merangsang sel-sel
hipotalamus

Stenosis aorta (katup Katup jantung tidak


emboli
Pengeluaran asam tidak membuka sempurna) menutup sempurna
arakhidonat

Darah dari dalam ventrikel Semakin membesar Regurgitasi Endokardium


Memicu keluar kiri
prostaglandin
MK : Ansietas

Aorta mengalami Jantung tidak efektif


Emboli pecah Gagal jantung
hambatan memompa
Mempengaruhi thermostat
hipotalamus kematian
Kelelahan Otot Jantung

Aliran darah ke otot Bradicardia


Resistensi meningkat seluruh tubuh berkurang
Menyebar ke pembuluh Menyebar ke pembuluh
MK : Hipetermia Suhu tubuh meningkat darah sisi kanan jantung darah sisi kiri jantung

Tekanan ventrikel kiri Kelelahan otot seluruh


Diafragma Lemah Sesak nafas MK : Ketidakefektifan
meningkat (300 mmHg) tubuh
Kecepatan metabolisme Pola Nafas
Menyebar ke seluruh
nodus sinus meningkat Katup trikuspid
tubuh

keletihan
Tekanan aorta normal
Peningkatan derajat
ekstabilitas Terhubung ke paru-paru Ke jaringan perifer MK : Resiko
Sakit pada persendian
dan Otot Kerusakan
Integritas Jaringan
Turbulensi aliran darah MK : Intoleransi
Kecepatan irama hebat Aktivitas
Penyumbatan pembuluh
meningkat Terbentuk eksudat darah

Getaran pada dinding


aorta Hingga pembuluh darah
takikardia Memenuhi rongga paru
kecil

Murmur jantung
MK : Nyeri Akut
MK : Ketidakefektifan batuk iskemia
Bersihan Jalan Nafas

MK : Penurunan
Curah Jantung

Terbentuk lesi Reaksi dengan Sel darah merah lewat


antibodi kompleks sebagian

limfa Pasokan oksigen kurang


Perdarahan ekstremitas mata otak ginjal
kulit

Penekanan Permintaan sel akan


Perdarahan
Abses otak meningitis glomeronefritis pada limfa kebutuhan oksigen
petechiae retina
meningkat
kuku jari

Roth spot Mual muntah


Takipnea
Splinter Clubbing
hemorraghies Osler nodes Jane lesson
Finger
Kebutaan Nafsu makan
menurun

MK : Ketidakseimbangan
MK : Kerusakan MK : Ketidakefektifan MK : Gangguan Nutrisi Kurang dari
Integritas Kulit perfusi jaringan Citra Tubuh Kebutuhan Tubuh
2.1.6 Manifestasi Klinis (tanda dan gejala)

Endokardritis lebih sering terjadi pada jantung yang memiliki kecacatan,


penyakit timbul mendadak. Tanda-tanda infeksi lebih menonjol, seperti demam
yang tinggi dan menggigil, sering ditemukan jari tabuh atau clubbing finger dan
bercak kemerahan pada telapak tangan dan kaki atau yang biasa disebut janeway
lession. Terdapat tanda-tanda pada mata berupa petechiae pada mukosa dan
perdarahan retina atau biasa disebut roth spot. Kemudian diikuti kebutaan, tanda-
tanda endoftalmitis, dan panoftalmitis. Emboli biasanya lebih sering terjadi dan
umumnya menyangkut pada arteri yang lebih besar sehingga menimbulkan infark
atau abses paru dan sebagainya. Bising jantung baru atau perubahan murmur
jantung dapat terjadi.

Gejala timbulnya dapat lebih kurang dari 2 minggu sesudah masa inkubasi.
Keluhan umum yang sering dirasa pada penderita endokarditis adalah demam
tidak terlalu tinggi, letih, lesu, banyak keringat malam, nafsu makan berkurang,
berat badan menurun, sakit kepala dan sakit sendi. Bila terjadi emboli akan timbul
keluhan seperti paralisis, sakit dada, hematuria, sakit perut, buta mendadak, sakit
pada jari tangan, dan sakit pada kulit.

Demam dapat terjadi terus-menerus, remiten, intermiten atau sama sekali


0
tidak teratur, disertai menggigil dengan puncak panas 38 – 40 C dan terjadi
ketika sore atau malam hari. Sering disertai juga menggigil pada suhu badan yang
tinggi, kemudian muncul keringat banyak. anemia, pembesaran hati dan limpa
dapat terjadi. Gejala emboli dan vaskular dapat terjadi berupa petechiae pada
mukosa, tenggorokan, mata dan juga pada semua bagian kulit terutama di dada.

Gejala-Gejala Dari Endokarditis :

 demam,
 kelelahan,
 petechiae (bintik-bintik merah)
 osler nodes
 janeway lesion
 clubbing finger
 takikardia
 bradikardia
 murmur jantung
 splinter hemorarghies
 sesak nafas
 takipnea
 batuk
 nafsu makan menurun

Pada endokarditis, pembiakan-pembiakan darah dapat seringkali mendeteksi


bakteri-bakteri yang menyebabkan endokarditis. Gejala-gejala juga dapat
berkembang menjadi anemia, darah dalam urin, jumlah sel darah putih yang
meningkat, dan bunyi desiran jantung yang tidak normal yang baru.

2.1.7 Komplikasi

Diantara berbagai manifestasi klinik dari endokarditis komplikasi neurologi


merupakan hal yang penting karena sering terjadi, merupakan komplikasi
neurologik. Dapat melalui 3 cara:
a. Penyumbatan dari pembuluh darah oleh emboli yang berasal dari vegetasi
endokardial.
b. Infeksi meningen, jaringan otak, dinding pembuluh darah karena septik
emboli atau bakterimia.
c. Reaksi immunologis.
Melalui mekanisme tersebut dapat menyebabkan:
 Infark atau infark berdarah.
 Pendarahan intra serebral, sab, perdarahan subdural.
 Proses desak ruang, seperti abses atau mycotic aneurysma.
 Perubahan fungsi otak karena berbagai faktor.
Bila terjadi emboli akan mengakibatkan :
 Gejala neurologik fokal bila mengenal hanya satu
pembuluh darah.
 Lebih dari satu pembuluh darah tergantung dari istemianya
apakah dapat membaik sebelum terjadi kerusakan yang permanen maka gejalanya
mirip TIA, atau bila berlanjut menyebabkan kerusakan jaringan otak dan terjadi
proses supurasi.
Hal tersebut mengakibatkan:
 Septik atau septic meningitis.
 Abses, mikro abses otak.
 Meningoencephalitis.
Bila dinding arteri atau vasa vaserum terkena maka akan terjadi aneurisma,
yang akan mengakibatkan pecahnya pembuluh darah yang bersangkutan. Berbagai
faktor yang dapat menimbulkan kelainan neurologis yaitu: Hipoksia, ganguan
metabolisme, pengaruh obat-obatan, pengaruh toksis dari infeksi sistemik, reaksi
imunitas terhadap pembuluh darah, proliferatif endarteritis.

Komplikasi dapat terjadi disemua organ bila terjadi emboli infektif :


a. Gagal jantung
Komplikasi yang paling sering ditemukan adalah gagal jantung sedang
sampai berat dan kematian terjadi 85% dari 95 kasus.
b. Emboli
Emboli terjadi pada 13-35% endokarditis infektif subakut dan 50-60% pada
penderita endokarditis akut. Emboli arteri sering terjadi pada otak, paru, arteri
koronaria, limpa, ginjal ekstrimitas, usus, mata dll.
c. Aneurisma nekrotik
Terjadi pada 3-5% endokarditis infektif dan akan mengalami perdarahan.
d. Gangguan neurologik
Ditemukan pada 40-50% endokarditis infektif.Gangguan bisa berupa,
gangguan kesadaran, gangguan jiwa (psikotik) meningo ensepalitis
seteril.Kelainan pada pembuluh darah otak 80% disebabkan infark dan 20%
karena perdarahan otak.
2.1.8. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
Sangatlah penting mengisolasi penyebab organisme dari aliran darah. Hal
ini tidak hanya untuk menegakkan diagnosis tetapi juga memberi petunjuk jenis
antibiotik atau kombinasi obat yang akan diperlukan untuk menghancurkan
mikroorganisme penyebab infeksi. Sewaktu melakukan kultur darah, sangatlah
penting mencegah kontaminasi bakteri kulit dari sekelilingnya terhadap sampel
darah. Melakukan sterilisasi kulit di atas vena yang akan diambil darahnya
penting dilakukan, biasanya menggunakan antiseptik kuat seperti klorherksidin
dalam 70% etanol. Sekitar seperempat kultur darah menunjukkan pertumbuhan
bakteri kulit, sehingga terjadi kesalahan diagnosis dan pengobatan yang tidak
tepat. Pembebasan bakteri dari vegetasi mungkin dilakukan secara bertahap dalam
jumlah yang sedikit. Karenanya kultur darah yang multiple sebaiknya dilakukan
setiap hari, sampai dua atau tiga hari. Pada prakteknya pada penderita dalam
keadaan sangat sakit atau menderita, secara klinis pengobatan harus segera
mungkin dilakukan begitu dicurigai. Walaupun hasil kultur darah belum selesai
diperiksa. Pada sebagian besar penderita dengan bukti jelas adanya endokarditis,
kultur darah menunjukkan hasil negatif. Penyebab kegagalan dapat menentukan
organisme karena :
 Adanya dinding pembatas bakteri di dalam massa fibrinosa vegetasi
 Pemberian antibiotik sebelum kultur darah dilaksanakan, dimana terjadi
kondisi klinis yang tertutupi karenanya perlu penghentian pengobatan untuk
sementara waktu dan kemudian baru diambil darahnya untuk kultur.
 Kadang-kadang organisme yang tidak biasa , seperti riketsia penyebab
demam “Q” yang tidak tumbuh pada media kultur biasa pada kasus ini diagnosis
ditegakkan berdasarkan pola tes serial antibodi.
b. Elektrokardiografi
Ekokardiografi pada saat ini merupakan alat penting yang digunakan untuk :
 Melihat vegetasi pada katub aorta terutama vegetasi yang besar ( > 5 mm)
 Melihat dilatasi atau hipertrofi atrium atau ventrikel yang progresif
 Mencari penyakit yang menjadi predisposisi endokarditis (prolap mitral,
fibrosis, dan calcifikasi katub mitral)
 Penutupan katub mitral yang lebih dini menunjukkan adanya destrruktif
katub aorta dan merupakan indikasi untuk melakukan penggantian katub.

c. Pemeriksaan lain
Foto toraks dilakukan untuk mencari tanda-tanda gagal jantung kongestif
sebagai komplikasi yang sering, adanya bercak infiltrat kecil multipel pada
penyalahguna narkotika intravena, dan kalsifikasi katup.
Dapat ditemukan anemia yang bersifat hemolitik. Leukositosis tidak selalu
ditemukan, pada tipe yang akut leukositosis lebih nyata daripada yang subakut.
Pada penderita dengan glomerulonefritis dapat ditemukan hematuria dan
proteinuria. Pada penderita EI juga terjadi peningkatan CRP dan
hipergamaglobulin. Pemeriksaan radiologi berupa foto torak untuk memastikan
kardiomegali pada penderita Endokarditis Infektif dengan gagal jantung.

2.1.9 Penatalaksanaan Medis


1. Medis
a) Tirah baring
b) Farmakoterapi : antibiotic (penicillin, streptomycin vancomycyn,
gentamicyn)
c) Penderita dirawat di rumah sakit dan mendapatkan antibiotic intravena
dosis tinggi selama minimal 2 minggu. Pemberian antibiotik saja tidak
cukup pada infeksi katub buatan. Mungkin perlu dilakukan pembedahan
jantung untuk memperbaiki atau mengganti katub yang rusak dan
membuang vegetasi. Sebagai tindakan pencegahan, kepada penderita
kelainan katub jantung, setiap akan menjalani tindakan gigi maupun
pembedahan sebaiknya diberikan antibiotik.
Pengobatan akan berhasil baik bila dimulai sedini mungkin, obat
tepat(terutama sesuai dengan uji resistensi) valid, dan waktu yang cukup.
Pengobatan empiris untuk endokarditis akut adalah dengan nafisilin 2g/ 4
jam, ampisilin 2g/ 4 jam dan gntamisin 1,5 mg/kg BB 8/ jam. Sedangkan
untuk endokarditis sub akut cukup dengan ampisilin dan gematisin. Pada
orang dewasa atau anak- anak dengan endokarditis disertai kelainan
jantung reumatik dan bawaan dapat diberi pinisilin G 2,4- 6 juta unit/hari
diteruskan selama 4 minggu. Penisilin diberi secara parenteral selama 2
minggu dan selanjutya diberi parenteral atau oral (penisislin V). dap[at
ditambahkan streptomicyn 0,5 mg tiap 12 jam selama 2 minggu. Pada
orang tua atau wanita setelah tindakan stentri dan ginekologis dapat diberi
penisilin G 1,2- 2,4 juta unit/ hari parenteral ditambah gentamicyn 3-5 mg/
kg BB yang dibagi dalam 2 -3 dosis. Ampisilin dapat dipakai dengan dosis
6-12 g sehari. Lama pengobatan minimal 4-6 minggu. Bila kuman resisten
terhadap penisilin, dapat dipakai sefalotin 1,5 g tiap 3 jam iv atau nafsin
1,5 g tiap 4 jam, oksasilin 12g/ hari atau vankomisin tiap 6 jam atau
eritromisin 0,5 g tiap 8 jam. Endokarditis yang disebabkan oleh jamur
biasanya fatal, doberikan amfotetisin B 0,5-1,2 mg/ hari iv dan flurositosin
150 mg/ kg BB per oral.
Resiko mortalitas dan morbiditas tinggi pada tindakan bedah yang terlalu
awal, Tapi apabila pembedahan terlambat dilakukan, pasien dapat
meninggal karena hemidinamik yang buruk atau komplikasi berat. Indikasi
bedah adalah gagal jantung yang tidak dapat diatasi dengan obat- obatan,
septikimia yang tidak berespon dengan pengobatan antibiotik, perluasan
infeksi intrakardiak, endokarditis pada lesi jantung bawaan, dan
endokarditis karena jamur.
Profilaksis antibiotik diperlukan pada tindakan yang memungkinkan
terjadinya bakterimia, misalnya operasi atau pencabutan gigi, American
heart association merekomendasikan pemberian amoksisilin 3g secara oral
pada 1 ajm sebelum prosedur, diikuti 1,5g pada 6 jam setelah dosis inisial.
Bila pasien alergi terhadap penisilin, dapat diberiakan 800mg klindamisin
oral 1 ajm sebelum prosedur, diikuti pemberian berikutnya 6 jam setelah
dosis inisial.
2. Keperawatan
Tindakan keperawatan diberikan berdasarkan kewenangan dan tanggung jawab
perawat secara profesional sebagaimana terdapat dalam standar praktek
keperawatan yaitu sebagai berikut:
a) Independent
b) Dependent
c) Interdependent

2.2 Konsep Kebutuhan Dasar Manusia (Oksigenasi)


2.2.1 Definisi Oksigenasi
Oksigenisasi adalah pemenuhan akan kebutuhan oksigen (O 2). Kebutuhan
fisiologis oksigenisasi merupakan kebutuha dasar manusia yang digunakan untuk
kelangsungan metabolisme sel tubuh, untuk mempertahankan hidupny, dan untuk
aktivitas berbagai organ atau sel. Apabila lebih dari 4 menit orang tidak
mendapatkan oksigen maka akan berakibat pada kerusakan otak yang tidak dapat
diperbaiki dan biasanya pasien akan meninggal. Kebutuhan oksigenasi adalah
kebutuhan dasar manusia yang di gunakan untuk kelangsungan metabolisme sel
tubuh mempertahankan hidup dan aktivitas berbagai berbagai orgn atau sel.
Dalam keadaan biasa manusia membutuhkan sekitar 300 cc oksigen setiap hari
(24 jam) atau sekitar 0.5 cc tiap menit. Respirasi berperan dalam mempertahankan
kelangsungan metabolisme sel. Sehingga diperlukan fungsi respirasi yang
adekuat. Respirasi juga berarti gabungan aktivitas mekanisme yang berperan
dalam proses suplai O2 ke seluruh tubuh dan pembuangan CO2 (hasil pembakaran
sel). Terapi oksigen merupakan salah satu terapi pernapasan dalam
mempertahankan oksigenasi. Tujuan dari terapi oksigen adalah untuk memberikan
transpor oksigen yang adekuat ke dalam darah sambil menurunkan upaya
bernapas dan mengurangi stress pada miokardium (Brunner & Suddarth 2014).

2.2.2 Anatomi Fisiologi


Strukur sistem pernapasan
2.2.2.1 Sistem pernafasan atas
Sistem pernafasan atas terdiri atas mulut, hidung, faring, dan laring.
1) hidung udara yang masuk akan mengalami penyaringan, himudifikasi
dan pengahangantan.
2) faring merupsksn seluran yang terbagi dua untuk udara dan makanan.
3) faring terdiri atasa nosafaring dan orafaring yang kaya akan jaringan
lifoid yang berfungsi menangkap dan menghancurkan kuman
photogen yang masuk bersama udara. Laring merupakan struktur yang
merupai tulang rawan yang bisa disebut jakun.selain berperan sebagai
penghasil suara laring juga berfungsi untuk menjaga kepatenan dan
melindungi jalan nafas bawah dari air dan makanan yang masuk.
2.2.2.2 Sistem pernfasan bawah
Sistem pernfasan bawah terdiri atas trakea dan paru-paru yang dilengkapi
dengan bronkus, brenkiolus, alvealus, jaringan kapiler paru dan pleura.
1) Trakea merupakan pipa mambran yang dikosongkan oleh
cincinkartilago yang mehubungkan laring dan bronkus utama kanan
kiri
2) Paru-paru ada daua buah terletak disebelah kanan kiri.masing-masing
paru terdiri atas beberapa(paru kanan 3 lobus dan paru kiri 2
lobus)dan dipasok oleh satu bronkus.jaringan-jaringan paru sendiri
terdiri serangakaiam jalam nafas yang bercabang cabang, yaitu
alveoulus, pembuluh darah paru, dan jaringan ikat elastic. Permukaan
luar paru-paru dilapisi oleh dua lapis pelindung yang disebut pleura.
pleura prental membatasi torlak dan permukaan diagfragm, sedangkan
pleura visceral membatasi permukaan luar paru. Diantara kedua
lapisan tersebut terdapat cairan pleura yang berfungsi sebagai pelumas
guna mencegah gerakan friksi selama bernafas.
Berdasarkan tempatnya proses pernafasan dibagi dua yaitu:

1) Pernapasan eksternal
Pernafasan ekternal (pernapasan plumoner) mengacu kepada keseluruhan
pertukaran O2 dan CO2 antara lingkungan eksternal dan sel tubuh. Secara umum
peroses ini berlangsung dalam tiga langkah yakni:
1 Ventilasi pulmoner
Saat bernafas,udara bergatian masuk keluar melalui proses
ventilasi sehingga terjadi pertukaran gas anatar lingkungan ekternal
dan alvelous.proses ventilasi ini dipanaruhi oleh beberapa factor yaitu
jalan nafas yang bersih, system syraf pusat dan system penapasan
yang utuh, rongga torax yang mampu mengembang dan berkontraksi
dengan baik,serta komplins paru yang adekuat.
2 Pertukaran gas alveoral
Setelah oksigen masuk alveoral,proses-proses pernapasan
berikutnya adalah disfungsi oksigen dari alvelous ke pembuluh darah
pulmoner.
3 Transfor oksigen dan karbon dioksida
Tahap ketiga proses pernapasan adalah tranfor gas-gas
pernapasan. Pada proses ini oksigen diangkut dari paru menuju
jaringan dan karbon dioksida diangkutdari jaringan kembali menuju
paru.
4 Pernapasan internal
Pernapasan internal (pernpasan jaringan)mengaju pada proses
metabolisme intara sel yang berlangsung dalam mitokindria, yang
menggunakan oksigendan menghasilkan CO2 selama proses
penyerapan energi melekul nutrient. Pada proses ini darah banyak
mengandung oksigen dibawa keseluruh tubuh sehingga mencapai
kapiler sistemetik. Selanjutnya terjadi pertukaran O2 dan CO2 antara
kapiler sistemetik dan sel jaringan.

2.2.3 Etiologi
Adapun faktor-faktor yang menbabkan klien mengalami gangguan
oksigenasi meenurut NANDA (2013), yaitu hiperventelasi, hipoventilasi,
deformitas tulang dan dinding dada, nyeri ,cemas, penurunan energy/kelelahan,
kerusakan neurumoscular, kerusakan muskoloskeletal, kerusakan kognitif/
persepsi, obesitas, posisi tubuh, imaturitas neurologis keselahan otot pernafasan
dan adanya perubahan mambrane kapiler-alveoli.
1) faktor fisiologi
1. menurunnya kemampuan mengikat O2 seperti pada anemia
2. menurunnya kosentrasi O2 yang diispiransi seperti pada obstruksi
saluran pernapasan bagian atas.
3. hipovolemia sehingga tekanan darah menurun yang mengakibatkan
terganggunya oksigen.
4. meningkatnya metabolisme seperti adanya infeksi, demam luka dan
lain lain.
5. kondisi yang mempengaruhi pegerakan dinding dada seperti pada
kehamilan, obesitas,muskulur sekeletal yang abnorma.
2) Faktor prilaku
1. Nutrisi, misalnya kurang gizi yang buruk menjadi anemia sehinnga
daya ikat oksigen berkurang.
2. Execise, akan meningkatkan kebutuhan oksigen.
3. Merokok ,menyebabkan vesokontriksi pembuluh darah perifer dan
koroner
4. Alkohol dan obat obatan akan menyebabkan intake nutrisi/Fe
mengakibatkan penurunan hemaglobin,alkohol dapat menyebabkan
depresi pusat pernapasan
5. Kecemsan dapat mengakibatkan metabolisme meningkat

2.2.4 Klasifikasi
Pemenuhan kebutuhan oksigen di dalam tubuh terdiri dari atas tiga tahapan,
yaitu ventilasi, difusi dan transportasi.
2.2.4.1 Ventilasi
Proses ini merupakan proses keluar dan masuknya oksigen dan atmosfer ke
dalam alveoli atau dari alveoli ke atmosfer.
2.2.4.2 Difusi Gas
Merupakan pertukaran antara oksigen di alveoli dengan kapiler dan paru
CO2, dikapiler dengan alveoli.
2.2.4.3 Tranportasi Gas
Tranportasi gas merupakan proses pendistribusian antara O2 kapiler ke
jaringan tubuh dan CO2 jaringan tubuh ke kapiler.

2.2.5 Patofisiologi
Proses pertukaran gas dipengaruhi oleh ventilasi, difusi dan transportasi.
Proses ventilasi (proses penghantaran jumlah oksigen yang masuk dan keluar dari
dan ke paru-paru), apabila pada proses ini terdapat obstruksi maka oksigen tidak
dapat tersulur dengan baik dan sumbatan tersebut akan direspon jalan napas
sebagai benda asing yang menimbulkan pengeluaran mukus. Proses difusi
(penyaluran oksigen dari aveoli ke jaringan) yang ventilasi, difusi, maka
kerusakan pada transportasi seperti perubahn volume sekuncup, afterload,
preload, dan kontaktilitis miokard juga dapat mempengaruhi pertukaran gas
( Brunner & Suddarth 2014)

2.2.6 Manifestasi Klinis


2.2.6.1 Suara nafas tidak normal.
2.2.6.2 Perubahan jumlah pernafasan.
2.2.6.3 Batuk disertai dahak.
2.2.6.4 Penggunaan otot tambahan pernafasan.
2.2.6.5 Dipsnea.
2.2.6.6 Penurunan haluran urin.
2.2.6.7 Penurunan ekspansi paru

2.2.7 Komplikasi
2.2.7.1 Penurunan kesadaran.
2.2.7.2 Hipoksia.
2.2.7.3 Cemas dan gelisah.

2.2.8 Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan untuk mengetahui adanya
ganguan oksigenasi yaitu :
2.2.8.1 Pemeriksaan fungsi paru
Untuk mengetahui kemampuan paru dalam melakukan pertukaran gas
secara efisien.
2.2.8.2 Pemeriksaan gas darah arteri
Untuk memberikan informasi tentang difusi gas melalui membrane kapiler
alveolar dan keadekuatan oksigen.
2.2.8.3 Oksimetri
Untuk mengatur saturasi oksigen kapiler.
2.2.8.4 Pemeriksaan sinar X dada
Untuk pemeriksaan adanya cairan, massa, fraktur, dan proses-proses
abnormal.
2.2.8.5 Bronkoskopi
Untuk memperoleh sampel biopsy dan cairan atau sampel suputum/benda
asing yang menghambat jalan napas.
2.2.8.6 Endoskopi
Untuk melihat lokasi kerusakan dan adanya lesi.
2.2.8.7 Fluoroskopi
Untuk mengetahui metabolisme radiopulmonal, misal : kerja jantung dan
kontraksi paru.
2.2.8.8 CT-Scan Untuk meninfikasi adanya massa abnormal

2.2.9 Penatalaksanaan Medis


2.2.9.1 Bersihan Jalan Napas Tidk Efektif
2.2.9.1.1 Pembersihan jalan naapas
2.2.9.1.2 Latihan batuk efektif
2.2.9.1.3 Suctioning
2.2.9.1.4 Jalan napas buatan
2.2.9.2 Pola Napas Tidak Efektif
2.2.9.2.1 Atur posisi pasien (semi fowler)
2.2.9.2.2 Pemberian oksigen
2.2.9.3 Gangguan pertuaran gas
2.2.9.3.1 Atur posisi pasien (semi fowler)
2.2.9.3.2 Pemberian oksigen
2.2.9.3.3 Suctioning

2.3 Manajemen Asuhan Keperawatan


2.3.1 Pengkajian Keperawatan
2.3.1.1. Pengkajian
1) Biodata
Meliputi nama, jenis kelamin, umurr, alamat, agama, bahasa yang dipakai,
status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan darah, no.
register, tanggal MRS, diagnosa medis.
2) Keluhan utama
Pada fase awal keluhan utama biasanya terasa sesak nafas dan nyeri
tenggorokan. Sesuai perkembangan penyakit endokarditis yang
mengganggu katup jantung, keluhan sesak nafas dan kelemahan menjadi
alasan klien untuk meminta pertolongan
3) Riwayat Kesehatan
Pengkajian riwayat kesehatan sekarang, meliputi :
- Apakah terdapat adanya penurunan respons imunologis terhadap infeksi
seperti pada klien HIV atau AIDS.
- Apakah klin mengalami perubahan metabolisme akibat penuaan.
- Apakah klien pernah mendapat prosedur diagnostik invasif secara intravena.
- Apakah klien mendapat pengobatan antibiotik jangka panjang.
b. Riwayat penyakit dahulu
Pengkajian riwayat dahulu (RPD) yang mendukung adalah dengan mengkaji
apakah sebelumnya klien pernah menderita infeksi tenggorokan, infeksi sinus
akut, riwayat minum obat, dan adanya efek samping yang terjadi di masa lalu.
Juga harus menanyakan adanya alergi obat dan tanyakan reaksi alergi apa yang
timbul. Sering kali klien tidak dapat membedakan suatu alergi dengan efek
samping obat.
c. Riwayat keluarga
Perawat menanyakan tentang penyakit yang pernah di alami oleh keluarga, serta
bila ada anggota keluarga yang meninggal, maka penyebab kematiannya juga di
tanyakan.
4) Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan terdiri atas pengkajian B1-B6.
B1 (Breathing)
Apabila gangguan sudah mengenai katup jantung, biasanya klien terlihat sesak
dan frekuensi nafas melebihi normal.sesak nafas ini terjadi akibat pengerahan
tenaga dan kenaikan tekanan akhir diastolik pada ventrikel kiri yang
meningkatkan tekanan vena pulmonalis. Hal ini terjadi karena terdapat ke gagalan
eningkatan curah darah ventrikel kiri pada waktu melakukan kegiatan fisik. Bila
sudah parah, dispnea kardiak dapat timbul pada waktu beristirahat. Klien biasanya
di dapat kan batuk.
B2 (Bleeding)
Inspeksi
Inspeksi adanya parut. Keluhan lokasi nyeri di daerah substernal atau nyeri di atas
perikardium. Penyebaran dapat meluas di dada, terjadi nyeri, serta
ketidakmampuan bahu dan tangan.
Palpasi
Denyut nadi perifer melemah, panas tinggi (38,9o - 40oC), dan menggigil.
Auskultasi
Tekanan darah biasanya menurun akibat penurunan volume sekuncup. Gejala
sistemik yang terjadi sesuai dengan virulensi organisme yang menyerang. Bila di
temukan mur-mur pada seseorang yang menderita infeksi sistemik maka harus di
curigai adanya infeksi endokarditis. Perkembangan murmur yang progresif sesuai
perkembangan waktu dapat terjadi dan menunjukan adanya kerusakan katup
akibat vegetasi atau perforasi katup atau chordae tendineae. Pembesaran jantung
atau adanya bukti gagal jantung kongestif juga bisa terjadi.
Perkusi
Pada batas jantung terjadi pergeseran untuk kasus lanjut pembesaran jantung.
B3 (Brain)
Kesadaran biasanya CM, sakit tenggorokan, dan kemerahan pada tenggorokan di
sertai eksudat (awitannya mendadak) serta nyeri sendi dan punggung. Sinusitis
akut dan otitis media akut terjadi mungkin karena streptokokus. Manifestasi
sistem saraf pusat mencakup sakit kepala, iskemia serebral transien atau
sementara, dan stroke yang mungkin di akibatkan oleh emboli pada arteri serebral.
B4 (Bladder)
Pengukuran volume keluaran urine yang berhubungan dengan adanya penurunan
suplai darah ke ginjal yang merupakan manifestasi dari penurunan perfusi perifer.
B5 (Bowel)
Klien biasanya di dapatkan mual dan muntah, tidak nafsu makan dan berat badan
turun. Pembesaran dan nyeri tekan pada kelenjar limfe, nyeri abdomen (lebih
sering pada anak).
B6 (Bone)
Aktivitas. Gejala : kelemahan, kelelahan, tidak dapat tidur, pola hidup menetap,
dan jadwal olahraga tidak teratur. Tanda : takikardia, dispnea, pada istirahat /
aktivitas. Higiene : kesulitan melakukan tugas perawatan diri.

5) Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
b. Pemeriksaan Elektrokardiografi

6) Analisa Data
Proses analisa data adalah menghubungkan data yang diperoleh dengan
konsep, teori, prinsip asuhan keperawatan yang relevan dengan kondisi klien.

2.3.2 Diagnosa Keperawatan


1. Risiko penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan frekuensi
jantung.
2. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen.
3. Defisit Nutrsi berhubungan dengan ketidakmampuan makan.
2.3.3 Intervensi Keperawatan
Tujuan rencana keperawatan adalah membantu klien dalam mengatasi
masalah kebutuhan dasarnya, meningkatkan kesehatan klien secara optimal,
dan mengurangi dampak kekambuhan pada endokarditis rematik. Sehingga
komplikasi yang paling parah dari kerusakan katup dapat di kurangi. Untuk
rencana keperawan fase akut yang di lakukan perawat, meliputi :
Intervensi Keperawatan
NO DIAGNOSA TUJUAN (KRITERIA INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWATAN HASIL)
1 Risiko Penurunan Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji frekuesnsi/ irama jantung. 1. Untuk mendeteksi dini dan
Curah jantung. keperawatan selama 1x7 2. Observasi TTV. memprioritaskan intervensi
jam, maka diharapkan 3. Monitor temperature dan 2. Untuk mengetahui keadaan
kriteria hasil : irama dan pengaturan suhu lingkungan. umum pasien.
frekuensi jantung stabil 4. Pertahan kan tirah baring semi 3. Panas merupakan reflek dari
fowler. hipotalamus peningkatan
5. Kolaborai dengan dokter untuk kebutuhan oksigen akan
pemberian terapi. menunjang TIK.
4. menurunkan beban kerja
jantung, memaksimalkan curah
jantung.
5. Pemberian terapi diuretik untuk
mengikat cairan yang
mengakibatkan peningkatan
aliran darah.
2 Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji Extremitas atas dan bawah 1. Mengetahui daerah nyeri,
berhubungan dengan keperawatan selama 1x7 pasien kualitas, kapan nyeri
ketidakseimbangan jam, maka diharapkan 2. Ajarkan tekhnik relaksasi dan dirasakan, faktor pencetus,
antara suplai dan Klien dapat memiliki distraksi kepada pasien, berat ringannya nyeri yang
kebutuhan oksigen cukup energi untuk 3. Observasi TTV dirasakan.
beraktivitas dengan 2. untuk mengetahui aktivitas
Kriteria Hasil : pasien yang dapat dilakukan
1. Koordinasi otot, sendiri.
tulang dan anggota 3. Untuk mengetahui keadaan
gerak lainya baik umum pasien
2. Pasien dapat
beraktivitas dengan
normal dan tidak
ada sesak nafas
3. TTV dalam batas
Normal

3 Defisit Nutrisi Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor BB setiap hari 1. Untuk mengetahui
berhubungan dengan keperawatan selama 1x7 2. Monitor status nutrisi. perkembangan BB pasien
ketidakmampuan jam, maka diharapkan 3. Pertahankan kebersihan 2. Memberikan rasa nyaman
jika mulut bersih
makan nafsu makan klien mulut sebelum dan sesudah
3. Untuk mengetahui keadaan
meningkat dengan Kriteria makan umum pasien.
Hasil : 4. Colaborasi dengan ahli gizi.
4. Mengetahui jumlah
1. Peningkatan berat
makanan yang masuk.
badan .
5. Untuk mengonsultasikan
2. Peningkatan
status gizi
masukan oral
3. Ttv dalam batas
normal
2.3.4 Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah tahap pelaksanaan terhadap rencana
tindakan keperawatan yang telah ditetapkan untuk perawat bersama pasien.
Implemmentasi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi,
dismaping itu juga dibutuhkan keterampilan interpersonal,intelekutual, teknikal
yang dilakukan dengan cermat dan efisien pada situasi yang tepat dengan selalu
memperhatikan keamanan fisik dan psikologis. Setelah selesai implementasi,
dilakukan dokumentasi yang meliputi intervensi yang sudah dilakukan dan
bagaimana respon pasien.

2.3.5 Evaluasi Keperawatan


Fase akhir dari proses keperawatan adalah evaluasi terhadap asuhan
keperawatan yang diberikan. Hal yang dievaluasi berupa keakuratan,
kelengkapan dan kualitas data teratasi atau tidaknya masalah klien serta
pencapaian tujuan dan ketepatan intervensi keperawatan.
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN

Nama Mahasiswa : Yoga Pratama


NIM : 2018.C.10a.0992
Ruang Praktek : Sakura
Tanggal Praktek : 25 – 30 Mei 2020
Tanggal & Jam Pengkajian : 25 Mei 2020, pukul 11:00 WIB

I. Pengkajian
A. Identitas Pasien
Nama : Ny. K
Umur : 51 Tahun
Jenis Kelamin : Wanita
Suku/Bangsa : Dayak , Indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan : PNS
Pendidikan : Sarjana
Status Perkawinan : Menikah
Alamat : Jl. PT Permai
Tgl MRS : 19 Mei 2020
Diagnosa Medis : Endokarditis
B. Riwayat Kesehatan /Perawatan
1. Keluhan Utama :
Klien mengatakan sesak napas saat beraktivitas
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pada tanggal 19 Mei 2020 pukul 14:05 WIB, Ny. K mengatakan sesak
napas saat beraktivitas, lalu keluarga Ny. K memutuskan untuk langsung
mebawa Ny. K ke IGD RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya. Di IGD
Ny. K diberikan nebulizer combivent serta mendapatkan pemasangan O2
masker 3 Lpm, serta terpasang infus NaCL 0,9% 10 tpm 1 tetes/ 6 detik
ditangan sebelah kiri klien. Dan di berikan posisi berbaring semi fowler
Setelah mendapatkan terapi, klien dianjurkan Dokter untuk di rawat inap.

3. Riwayat Penyakit Sebelumnya (riwayat penyakit dan riwayat operasi)


Klien mengatakan sebelumnya pernah ke dokter gigi untuk perawatan gigi

4. Riwayat Penyakit Keluarga


Keluarga Klien memiliki riwayat penyakit jantung dan penyakit diabetes.

Genogram Keluarga

Keterangan :
1. Meninggal dunia
2. Klien
3. Perempuan
4. Laki-laki
5. Tinggal Serumah
C. Pemerikasaan Fisik
1. Keadaan Umum :
Klien tampak sakit sedang, kesadaran compos menthis, ekpresi wajah klien
meringis, posisi berbaring semi fowler, terpasang O2 masker 2 Lpm, serta
terpasang infus NaCL 0,9% 10 tpm 1 tetes/ 6 detik ditangan sebelah kiri
klien.

2. Status Mental :
Tingkat kesadaran klien compos mentis, ekpresi wajah klien tampak
meringis, bentuk badan klien simetris, posisi berbaring semi fowler, klien
berbicara kurang jelas, suasana hati klien sedih, penampilan klien cukup
rapi, klien mengetahui waktu pagi, siang dan malam dapat membedakan
antara perawat dan keluarga serta mengetahui dirinya sedang dirawat di
rumah sakit, insigt klien baik, dan mekanisme pertahanan diri klien adaptif.

3. Tanda-tanda Vital :
Saat pengkajian TTV klien tanggal 25 Mei 2020 pukul 11:00 WIB, suhu
tubuh pasien/S = 36,7 °C tempat pemeriksaan axilla, nadi/HR =78 x/menit,
pernapasan/RR = 22 x/menit dan tekanan darah/TD = 140/90 mmHg.

4. Pernapasan (Breathing)
Bentuk dada klien teraba simetris, klien mengatakan sesak nafas saat
respirasi dan saat aktivitas, type pernapasanan kusmaul, irama pernapasan
tidak teratur, dan suara nafas klien vesikuler serta suara nafas tambahan
wheezing.
Masalah Keperawatan :
Intoleransi Aktivitas

5. Cardiovasculer (Bleeding)
Klien mengatakan Nyeri bagian dada, klien tampak lemah capillary refill
klien saat ditekan dan dilepaskan kembali <2 detik, vena jugulasir tidak
mengalami peningkatan, dan suara jantung klien terdengar murmur
Masalah Keperawatan :
Risiko penurunan curah jantung
6. Persyarafan (Brain)
Nilai GCS : E = 4 (membuka mata spontan), V = 5 (komunikasi verbal
baik), M = 6 (mengikuti perintah), total nilai GCS = 15 (normal), kesadaran
klien tampak normal, pupil isokor, reflex cahaya kanan positif dan kiri
positif.
Uji Syaraf Kranial :
Nervus Kranial I (Olvaktori) :
Klien dapat membedakan bau-bauan seperti : minyak kayu putih atau
alkohol.
Nervus Kranial II (Optik) :
Klien dapat melihat dengan jelas orang yang ada disekitarnya.
Nervus Kranial III (Okulomotor) :
Pupil klien dapat berkontraksi saat melihat cahaya.
Nervus Kranial IV (Trokeal) :
Klien dapat menggerakan bola matanya ke atas dan ke bawah.
Nervus Kranial V (Trigeminal) :
Klien dapat mengunyah makanan seperti : nasi, kue, buah.
Nervus Kranial VI (Abdusen) :
Klien dapat melihat kesamping kiri ataupun kanan.
Nervus Kranial VII (Fasial) :
Klien dapat tersenyum.
Nervus Kranial VIII (Auditor) :
Pasien dapat perkataaan dokter, perawat dan keluarganya.
Nervus Kranial IX (Glosofaringeal) :
Klien dapat membedakan rasa pahit dan manis.
Nervus Kranial X (Vagus) :
Klien dapat berbicara dengan jelas.
Nervus Kranial XI (Asesori) :
klien dapat mengangkat bahunya.
Nervus Kranial XII (Hipoglosol) :
Klien dapat menjulurkan lidahnya.

Uji Koordinasi :
Ekstermitas atas klien dapat menggerakan jari kejari dan jari kehidung.
Ekstermitas bawah klien dapat menggerakan tumit ke jempol kaki,
kestabilan tubuh klien tampak baik, refleks bisep kanan dan kiri klien baik
skala 1, trisep kanan dan kiri klien baik skla 1, brakioradialis kanan dan kiri
klien baik skla 1, patella kanan kiri klien baik skla 1, dan akhiles kanan dan
kiri klien baik skla 1, serta reflek babinski kanan dan kiri klien baik skla 1.

7. Eliminasi Uri (Bladder)


Tidak ada masalah dalam eliminas urin, klien memproduksi urin 1200 ml x/
24j, dengan warna kuning khas bau urine.

8. Eliminasi Alvi (Bowel)


Bibir klien tampak lembab tidak ada perlukaan di sekitar bibir, jumlah gigi
klien lengkap tidak ada karies, gusi klien normal tampak kemerahan, lidah
klien tidak ada lesi, mokosa klien tidak ada pembengkakan, tonsil klien
tidak ada peradangan, klien BAB 1x/hari warna kekuningan dengan
konsistensi lemah, bising usus klien terdengar normal 15 x/hari, dan tidak
ada terdapat nyeri tekan ataupun benjolan.

9. Tulang – Otot – Integumen (Bone)


Kemampuan pergerakan sendi klien tampak bebas, klien berbaring dengan
posisi semi fowler, ukuran otot klien teraba simetris. Uji kekuatan otot
ekstermitas atas : klien bisa melawan tahanan perawat tetapi kekuatannya
berkurang dan ektermitas bawah : klien bisa melawan tahanan perawat
tetapi kekuatannya berkurang. Tidak ada rerdapat peradangan, dan tidak ada
perlukaan , serta tulang belakang klien tampak teraba normal.

10. Kulit-Kulit Rambut


Klien tidak memiliki riwayat alergi baik dari obat, makanan kosametik dan
lainnya. Suhu kulit klien teraba dingin, warna kulit pucat, turgor cukup,
tekstur halus, tidak ada tampak terdapat lesi, tidak terdapat jaringan parut,
tekstur rambut halus, tidak terdapat distribusi rambut dan bentuk kuku
simetris.

11. Sistem Penginderaan


a. Mata/Penglihatan
Gerakan bola mata klien tampak bergerak normal dengan visus : mata kanan
(VOD) = 6/6 dan mata kiri (VOS) = 6/6, sclera klien normal/ putih, warna
konjungtiva anemis, kornea bening, tidak terdapat alat bantu penglihatan
pada klien dan tidak terdapat adanya nyeri.
b. Telinga / Pendengaran
Pendengaran klien normal dan tidak ada masalah lain.
c. Hidung / Penciuman
Bentuk hidung klien teraba simetris, dan tidak ada keluhan lainnya.

12. LEHER DAN KELENJAR LIMFE


Leher klien tampak tidak ada massa, tidak ada jaringan parut, tidak ada
teraba kelenjar limfe, tidak ada teraba kelenjar tyroid, dan mobilitas leher
klien bergerak bebas.

13. SISTEM REPRODUKSI


b. Reproduksi Wamita
Bagian reproduksi klien tidak tampak adanya kemerahan, tidak ada gatal-
gatal, tidak ada perdarahan, tidak ada flour albus, klitoris tidak menonjol,
labia normal, uretra normal, kebersihan baik, payudara teraba simetris,
putting menonjol, warna areola gelap, dan ASI tidak keluar.
D. POLA FUNGSI KESEHATAN
1. Persepsi Terhadap Kesehatan dan Penyakit :
Klien mengatakan ”saya ingin cepat sembuh dan ingin segera pulang
kerumah serta ingin kembali bekerja lagi“
2. Nutrisida Metabolisme
TB : 153 Cm
BB sekarang : 55 Kg
BB Sebelum sakit : 60 Kg
IMT = BB
(TB)²
= 55
(153)²
= 23,5 (normal)
Keluhan lainnya
Klien mengeluh rasa mual dan ingin muntah, dan juga hilangnya nafsu
makan
Pola Makan Sehari-hari Sesudah Sakit Sebelum Sakit
Frekuensi/hari 3x/hari ( tidak habis) 3x1/sehari
Porsi 1 1 porsi
porsi (tidak habis)
2
Nafsu makan Menurun Baik
Jenis makanan Bubur Nasi, sayur, lauk, buah
Jenis minuman Air putih Air putih dan teh
Jumlah minuman/cc/24 jam 1650 cc 1750 cc
Kebiasaan makan Pagi, saing, malam Pagi, siang, malam
Keluhan/masalah Mual dan Muntah Tidak Ada
Masalah Keperawatan Defisit Nutrisi
3. Pola istirahat dan tidur
Klien mengatakan tidak ada masalah dengan pola istirahat dan tidur.
Sebelum sakit tidur malam klien sekitar 7-8 jam dan tidur siang sekitar 1-2
jam, sesudah sakit tidur malam klien sekitar 8-9 jam dan tidur siang 1-2 jam.

4. Kognitif
Klien tampak dapat menerima keadaan yang dialaminya dan klien
mengatakan “ Saya ingin cepat sembuh dari penyakit yang saya alami dan
saya ingin cepat kembali bekerja seperti biasa”

5. Konsep diri (Gambaran diri, ideal diri, identitas diri, harga diri, peran)
Klien mengatakan “ saya tidak senang dengan keadaan yang saya alami saat
ini, saya ingin cepat sembuh dari penyakit ini, saya adalah seorang Ibu, saya
tidak malu dengan keadaan saya sekarang, saya adalah Ibu rumah tangga ”.

6. Aktivitas Sehari-hari
Sebelum sakit klien dapat beraktivitas secara mandiri namun sesudah sakit
aktivitas di batasi keluarga.
Masalah Keperawatan
Gangguan mobilitas fisik

7. Koping –Toleransi terhadap Stress


Klien mengatakan “bila ada masalah saya biasanya meminta bantuan orang
terdekat saya seperti keluarga dan saya ceritakan semuanya. Bila ada
keluhan yang saya rasakan dirumah sakit, saya ceritakan kepada perawat
dan dokter”.
Masalah Keperawatan
Kesiapan peningkatan koping keluarga

8. Nilai-Pola Keyakinan
Klien meyakini dirinya akan sembuh. Klien dan keluarganya “mengatakan
bahwa tidak ada tindakan medis yang bertentangan dengan keyakinan yang
dianut”.

E. SOSIAL - SPIRITUAL
1. Kemampuan berkomunikasi
Klien dapat berkomunikasi dengan baik, dan klien dapat menceritakan
keluhan yang dirasakan kepada perawat dan dokter.
2. Bahasa sehari-hari
Bahasa yang digunakan sehari-hari yaitu bahasa Dayak dan bahasa
Indonesia
3. Hubungan dengan keluarga
Hubungan klien dengan keluarga baik, dibuktikan dengan kelurga setiap
saat selalu memperhatikan dan mendampingi Ny. K selama diarawat di
rumah sakit.
4. Hubungan dengan teman/petugas kesehatan/orang lain :
Klien sangat kooperatif saat pengobatan, klien juga dapat bekerja sama
dengan petugas kesehatan serta dapat berkomunikasi juga dengan anggota
keluarga.
5. Orang berarti/terdekat :
Menurut klien orang yang terdekat dengannya adalah keluarga, terutama
bapak dan anak klien.
6. Kebiasaan menggunakan waktu luang :
Sebelum sakit biasanya digunakan klien untuk bekerja dan meluangkan
waktu untuk keluarga, sesudah sakit aktivitas klien dibatasi.
7. Kegiatan beribadah :
Sebelum sakit klien selalu menjalankan ibadah di Masjid.

F. Data Penunjang (Radiologis, Laborato Rium, Penunjang Lainnya)


Data penunjang : 24 Mei 2020
Tabel pemeriksaan laboratorium dan radiologi

No Pemeriksaan Hematologi Hasil


1 WBC 11.18 x 10^3/UL
2 Glukosa sewaktu 124 mg/dL
3 Ureum 218 mg/dl
4 Creatinin 3.27 mg/Dl
5 Hbs Ag Negatif
6 Natrium 120 mmol/L
7 Kalium 4.2 mmol/L
8 Calsium 1.04 mmol/L
G. Petalaksanaan Medis
NO Nama Obat Dosis Rute Indikasi
1 Infus 400 mg IV Untuk mencegah berbagai
moxifloxacin macam bakteri
2 NaCL 0.9% 16 tpm IV Untuk mengatasi dehidrasi
3 Nebulizer 1 Untuk mencegah penyakit
Combivent saluran pernapasan
4 Furosemide 40 mg IV Untuk mengurangi cairan
berlebih pada tubuh
5 Omeprazole 400 mg IV Untuk mengatasi
gangguang lambung
6 Vancomycin 3 x 1 gr IV Antibiotik untuk
mengobati infeksi bakteri
berat yang tidak dapat
diatasi oleh antibiotik lain
7 NaCL 0,9 + drip IV Mengobati berbagai
aminoFilin gangguan pernapasan,
seperti asma, bronkitis,
emfisemadan penyakit
PPOK
1. Insulin IV Untuk memenuhi pasokan
insulin yang di butuhkan
oleh penderita diabetes

Palangka Raya, Senin 25 Mei 2020

Mahasiswa

( Yoga Pratama )
ANALISIS DATA
DATA SUBYEKTIF DAN DATA KEMUNGKINAN MASALAH
OBYEKTIF PENYEBAB

DS : Klien mengatakan sesak nafas Trombus


saat respirasi dan aktivitas Intoleransi Aktivitas
DO : - klien bebaring lemas ditempat Katup jantung tidak menutup
tidur sempurna
- kesadaran klien kompos menthis
- terpasang nasal kanul O² 3Lpm Regurgitasi katup jantung
- Ekspresi Klien tampak meringis
- tepasang NaCL 0,9% 10 tpm Jantung tidak efektif memompa
- Posisi semi fowler
- Posisi berbaring semi fowler Aliran darah berkurang ke otot
seluruh tubuh

Kelelahan otot seluruh tubuh

Keletihan

Intoleransi aktivitas

Risiko Penurunan
DS : pasien mengatakan dalam
Stenosis aorta Curah Jantung
aktivitasnya pemenuhan kebutuhan
tidak bisa dilakukan sendiri dan nyeri
di bagian dada Darah dari dalam ventrikel kiri
DO :
- Badan pasien tampak lemas Aorta mengalami hambatan
- Pasien tampak cemas dengan
penyakit yang di deritanya Resistensi meningkat
- Suara nafas tambahan murmur
TTV Tekanan ventrikel kiri
TD : 140/90 mmhg meningkat
RR : 22x/menit
N : 78x/menit Tekanan aorta normal
Suhu : 36,7°C
Turbulensi aliran darah hebat

Getaran pada dinding aorta

Murmur jantung

Penurunan curah jantung

Ds: Klien mengeluh rasa mual dan


Emboli pecah
ingin muntah, dan juga Defisit Nutrisi
hilangnya nafsu makan
Do : Menyebar ke seluruh tubuh
- klien tidak ada nafsu makan di
sertai mual dan muntah
Penyumbatan pembuluh darah
- tubuh klien tampak kurus
- Ekpresi wajah pasien tampak
pucat Iskemia
- BB sebelum sakit 60 kg
- BB sesudah sakit 55 kg
Limfa

Terjadi penekanan pada limfa

Mual muntah

Nafsu makan menurun

Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh
PRIORITAS MASALAH

Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan


kebutuhan oksigen ditandai Ny. K mengatakan sesak napas saat inspirasi dan
saat beraktivitas, klien tampak sakit, kesadaran kompos menthis, ekspresi wajah
meringis, posisi berbaring semi fowler, irama pernafasan tidak teratur, type
pernapasan kusmaul, suara nafas tambahan wheezing, terpasang O² masker 2
Lpm, dan terpasang infus NaCL 0,9%, 10 tpm, 1 tetes/ 6 detik ditangan kiri
klien, serta hasil pemeriksaan TTV : TD = 140/90 mmHg, S = 36,7 °C, N = 78
x/menit, RR = 22 x/menit.

Risiko penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan frekuensi


jantung ditandai dengan Ny. K mengeluh nyeri bagian dada, klien tampak
lemah, ,suara jantung terdengar murmur, ekpresi wajah meringis, berbicar
kurang jelas, sering memegang dadanya, hasil pemeriksaan TTV : TD : 140/90,
N : 78 x/menit, S : 36,7 C°, RR : 22 x/menit.

Defisit nutrisi berhubungan dengan Ketidakmampuan makan, tidak nafsu


makan, mual muntah ditandai dengan Pasien mengatakan nafsu makan yang
menurun Pasien tampak mual,muntah saat di berikan makanan BB sebelum
sakit 60 kg BB sesudah sakit 55 kg
RENCANA KEPERAWATAN

Nama Pasien : Ny. K


Ruang Rawat : Sakura
Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi Rasional
1. Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan tindakan 1 Kaji pola napas klien dan 1. Peningkatan pola menganilisi
berhubungan dengan keperawatan 1 x 7 jam. Pola TTV klien data TTV klien untuk
ketidakseimbangan Intoleransi Akitivitas teratasi 2 Atur posisi semi-fowler atau mengetahui dan mencegah
antara suplai dan dengan kriteria hasil : fowler komplikasi
kebutuhan oksigen. 1. Tidak sesak nafas 3 Ajarkan tehnik relaksasi 2. Mengatur posisi tidur semi
2. Warna kulit normal 4 Kolaborasi pemberian O2 fowler untuk mencegah
3. Type pernafasan perut sesuai indikasi terjadinya sesak napas
4. Irama pernafasan teratur 3. Jika klien merasa sesak nafas,
5. Tidak ada suara nafas klien bisa melakukan terapi
tambahan relaksasi secara mandiri.
6. Tidak terpasang O² masker 4. Memberikan hidrasi
2 Lpm maksimal untuk membantu
7. TTV dalam batas normal. peningkatanpola napas pada
klien
2. Risiko Penurunan curah Setelah dilakukan tindakan 1x 7
jantung berhubungan jam Risiko penurunan curah 1 Kaji TTV klien. 1. Kesehatan klien dapat di
dengan perubahan jantung dapat teratasi, dengan 2 Kaji irama dan frekuensi lihat dari TTV
frekuensi jantung kriteria napas 2. Untuk mengetahui irama dan
Hasil : 3 Berikan posisi senyaman frekuensi napas normal
1. Irama dan frekuensi nafas mungkin 3. Untuk melancarkan nafas
normal 4 Colaborasi dengan dokter ahli klien
2. Tidak ada nyeri dada dalam 4. untuk mengetahui dan
3. Ekspresi wajah menjadi mencegah komplikasi.
rileks
4. Klien berbicara menjadi jelas
5. TTV dalam batas normal.
3. Defisit Nutrisi Setelah dilakukan tindakan
berhubungan dengan keperawatan 1x7 jam 1. Monitor BB setiap hari 1. Untuk mengetahui
ketidakmampuan diharapkan dapat menunjukkan 2. Pertahankan kebersihan mulut perkembangan BB pasien
makan peningkatan pemenuhan sebelum dan sesudah makan 2. Agar pasien mengerti
pentingnya nutrisi
kebutuhan nutrisi dengan 3. Jelaskan pentingnya nutrisi
3. Memberikan rasa nyaman
kriteria hasil : yang adekuat jika mulut bersih
1. Nafsu makan meningkat 4. Colaborasi dengan ahli gizi 4. Untuk mengonsultasikan
status gizi
2. Peningkatan berat badan
3. Peningkatan masukan
oral
4. Peningkatan aktivitas
5. Ttv dalam batas normal
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Tanda tangan dan


Hari/Tanggal, Jam Implementasi Evaluasi (SOAP)
Nama Perawat
1. 25 Mei 2020 1 Mengkaji pola napas klien dan TTV S = klien mengatakan sesak nafas berkurang
klien O= Yoga Pratama
2 Mengatur posisi semi-fowler atau - Klien terbaring lemas
fowler - Posisi berbaring semi-fowler
3 Mengajarkan tehnik relaksasi - Type pernafasan perut dan dada
4 Berkolaborasi pemberian O2 sesuai - Irama pernafasan tidak teratur
indikasi - Terpasang masker O² 2 Lpm
- TTV
TD : 140/80mmHg
N : 88 x/menit
S : 36,00C
RR : 22 x/menit
A = Masalah belum teratasi
P = lanjutkan intervensi selanjutnya.
2. 26 Mei 2020 1. Mengkaji TTV klien
2. Mengkaji Nyeri klien S = klien mengatakan masih nyeri bagian dada Yoga Pratama
3. Mengkaji irama dan frekuensi nafas O =
klien - Kliem tampak meringis
4. Memberikan posisi senyaman mungkin - Klien sering memegang dada
(semi fowler) - TTV
5. Mengobservasi keadaan fisik klien TD : 130/70 mmHg
N : 80 x/menit
S : 36 0C
RR : 22 x/menit
A = masalah belum teratasi
P = lanjutkan intervensi selanjutnya.
3. 27 Mei 2020 1. Menimbang BB pasien S = Klien mengatakan masih tidak nafsu Yoga Pratama
2. Memberikan kondisi yang rileks pada makan
saat makan
O = Klien hanya makan ½ porsi
3. Menjelaskan pentingnya nutrisi
Mengkaji TTV 1. Klien masih tampak lemas
2. BB = 54 kg
3. TTV
TD : 130/90 mmhg S : 36,5°C
N : 80x/mt R : 28x/mt

A = Masalah belum teratasi

P = Lanjutkan Intervensi
BAB 4
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Endokarditis merupakan peradangan pada katub dan permukaan jantung.
Endokarditis bisa bersifat endokarditis infeksi dan endokarditis rematik. Penyebab
terjadinya endokarditis rematik disakibatkan langsung oleh demam rematik yang
merupakan penyakit sistemik karena infeksi streptokokus. Sedangkan endokarditis
infeksi (endokarditis bakterial) adalah infeksi yang disebabkan oleh invasi
langsung bakteri atau jenis organisme lain, sehingga menyebabkan deformitas
bilah katup.
Endokarditis tidak dapat dideteksi secara dini, penyakit ini sering terdeteksi
pada level yang lebih parah. Intervensi yang dapat dilakukan dengan pengobatan
Daptomycin untuk mencegah perkembangan bakteri streptococcus untuk
menghindari vegetasi yang lebih parah.

4.2 Saran

Perlu adanya identifikasi khusus dalam mendeteksi penyakit endokarditis,


dikarenakan gejala yang muncul pada endokarditis hampir sama dengan penyakit
yang lain. Dan apabila tidak ditangani dengan baik akan menimbulkan hal yang
fatal.

Perawat hendaknya selalu menjalin hubungan kerjasama yang baik atau


kolaborasi terhadapa pengobatan pasien endokarditis agar tujuan yang diharapkan
dapat tercapai.
DAFTAR PUSTAKA

Arif, Muttaqin. 2009. Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan


Sistem Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika.

Baradero, Mary. 2008. Klien Gangguan Kardiovaskuler: Seri Asuhan


Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Mandal, B.K. 2006. Penyakit Infeksi. Jakarta: Erlangga.

Underwood, J.C.E. 2000. Patologi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Doengoes marilynn E.1999. Rencana asuhan keperawatan edisi 3. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai