Disusun Oleh:
Mengetahui
Ketua program studi,
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................ i
DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan......................................................................................... 2
1.3.1 Tujuan Umum ............................................................................................. 2
1.3.2 Tujuan Khusus ............................................................................................ 2
1.4 Manfaat ....................................................................................................... 2
1.4.1 Untuk Mahasiswa ........................................................................................ 2
1.4.2 Untuk Klien dan Keluarga .......................................................................... 2
1.4.3 Untuk Institusi (Pendidikan dan Rumah Sakit) ........................................... 2
1.4.4 Untuk IPTEK .............................................................................................. 2
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHLUAN
a. Melindungi tubuh
b. Pengaturan suhu tubuh
c. Indera peraba
d. Sebagai alat ekresi
e. Pengatur keseimbangan
Masalah-masalah pada kulit
a. Kulit Kering
b. Acne
c. Hirsutism (Pertumbuhan rambut yang abnormal)
d. Luka lecet
e. Skin rushes
2. Mata
Mata adalah organ penglihatan yang mendeteksi cahaya. Yang dilakukan mata
yang paling sederhana tak lain hanya mengetahui apakah lingkungan sekitarnya terang
atau gelap. Mata yang lebih komplek dipergunakan untuk memberikan pengertian
visual. Mata memiliki berbagai organ seperti:
a. Superior rectusmuscle adalah otot mata bagian atas yang berfungsi menggerakan
mata kita keatas.
b. Sclera adalah bagian pelindung mata yang berwarna putih di bagian luar bola
mata.
c. Iris adalah pigmen yang kita bisa melihat warna cokelat atau hitam atau warna
biru jika orang Eropa.
d. Lens adalah media refraksi untuk bisa kita melihat.
e. Kornea adalah bagian paling depan dari fungsi melihat kita. Kornea tidak ada
pembuluh darah dan mempunyai kekuatan yang besar untuk membiaskan sinar
yang masuk ke mata.
f. Arterior Chambers adalah bilik mata depan.
g. Posterior Chambers adalah bilik mata belakang.
h. Conjunctiva adalah lapisan tipis bening yang menghubungkan sklea dan kornea.
i. Inferior rectusmuscle adalah otot mata bagian bawah.
j. Vitreous Chambers adalah aquos humor yang beruap seperti gel yang mengisi
bola mata kita.
k. Retina adalah lapisan yang akan menerima sinar yang di terima oleh mata kita.
l. Foveacentralis adalah daerah di retina yang paling tinggi resolusinya untuk
mendapatkan sinar yang masuk ke mata.
m. Opticnerve adalah saraf mata yang menghantarkan sinar ke otak untuk di
terjemahkan sebagai penglihatan yang kita lihat saat ini.
3. Telinga
Telinga merupakan sebuah organ yang mampu mendeteksi aau mengenal suara
dan juga banyak berperan dalam keseimbangan dan posisi tubuh. Telinga terdiri atas 3
bagian, yaitu
a Telinga Luar
1) Daun telinga (pinna), dan
2) Liang telinga (meatusauditoriuseksternus).
b. Telinga Tengah
1) Tulang landasan (incus),
2) Gendang telinga (membran timpani),
3) Malleus (tulang martil),
4) Tulang sanggurdi (stapes), dan
5) Saluran eustachius.
c. Telinga Dalam
1) Skala timpani,
2) Tingkap oval,
3) Tingkap bulat,
4) Rumah siput (koklea), dan
5) Labirin osea.
4. Hidung
Hidung merupakan salah satu dari panca indra yang berfungsi sebagai indra
pembau. Indra pembau berupa komoreseptor yang terdapat di permukaan dalam hidung,
yaitu pada lapisan lendir bagian atas.
1. Fungsi Hidung:
a. Menghangatkan udara
b. Sebagai penyaring udara yang masuk
c. Sebagai saluran udara pernapasan
d. Membunuh kuman-kuman oleh leukosit yang terdapat pada selaput lendir
5. Mulut dan gigi
Mulut merupakan organ pencernaan yang pertama bertugas dalam proses
perncernaan makanan. Fungsi utama mulut adalah untuk menghancurkan makanan
sehingga ukurannya cukup kecil untuk dapat ditelan ke dalam perut. Mulut dapat
menghaluskan makanan karena di dalam mulut terdapat gigi dan lidah. Tanpa adanya
gigi, manusia akan sulit memakan makanan yang dimakannya. Gigi tumbuh di dalam
lesung pada rahang memiliki jari ngan seperti pada tulang, tapi gigi bukanlah bagian
dari kerangka. Bagian-bagian gigi yaitu:
a. Mahkota gigi adalah bagian gigi yang tampak dari luar rahang,
b. Akar gigi adalah bagian gigi yang tertanam di dalam procesusal veolaris,
c. Leher gigi adalah bagian gigi antara puncak gigi dan akar gigi yang
ditutupi olehgusi,
d. Email : merupakan zat terkeras di dalam tubuh untuk melapisi
mahkota,
e. Dentin : lekukan utama pada ujung gigi, menyerupai tulang,
f. Sementum : lapisan yang keras di sekelilingi akar, dan
g. Pulp : jaringan lembut berisi saraf dan pembuluh darah.
Fungsi gigi yaitu:
a. Mengunyah : Biasany agigi molar dan geraham
b. Memotong : Gigi Insisivus(seri)
c. Merobek : Gigi taring ( Caninus 1 premolar)
6. Genetalia
Genetalia merupakan proses menghasilkan individu barudari organisme
sebelumnya. Organisme bereproduksi melalui 2 cara, yaitu dengan reproduksi aseksual
atau vegetatif yang individunya terbentuk tanpa melakukan peleburan sel kelamin dan
dengan reproduksi seksual atau generatif yang individunya terbentuk karena melibatkan
persatuan sel kelamin atau gamet dari 2 individu yang berbeda jenis kelaminnya.
1. Pria
Alat reproduksi pada pria terdiri atas sepasang testis, saluran kelamin, kelenjar
tambahan dan penis. Testis : kelenjar kelamin yang berfungsi sebagai penghasil sperma
dan hormon testosteron.
a. Saluran kelamin
1) Vasae ferentia merupakan bagian yang berfungsi menampung sperma untuk
disalurkan ke epidermis berjumlah antara 10 – 20 buah.
2) Epididimis merupakan saluran berkelok kelok dengan panjang antara 5-6 meter.
Saluran ini berfungsi menyimpan sperma untuk sementara (minimal selama 3
minggu).
3) Vas diferens merupakan saluran lurus dengan panjang sekitar 40 cm. Saluran ini
berfungsi menghubungan epididimis dengan uretra pada penis dan bagian
ujungnya terdapat saluran ejakulasi.
b. Kelenjar tambahan
1) Vesika seminaris merupakan kantong semen (mani) yang dindingnya
menyekresi cairan lendir yang banyak mengandung fruktosa, sedikit asam
askorbat dan asam amino.
2) Kelenjar prostat merupakan bagian berbentuk bulat yang mengelilingi bagian
pangkal saluran uretra.
3) Kelenjar cowperi (bulboeretralis) merupakan kelenjar berukuran sebesar butir
kacang yang terletak di bagian proksimal atau pangkal uretra.
2. Wanita
Alat reproduksi pada wanita terdiri atas sepasang ovarium (indung telur) yang
terletak pada rongga perut, saluran telur (oviduk / tuba falopi), uterus atau rahim, vagina
dan organ kelamin bagian luar.
a. Organ kelamin luar
1) Kelentit ( klitoris ) struktur yang homolog dengan penis,
2) Moonpubis merupakan bagian yang ditumbuhi rambut,
3) Vulva yang terdiri dari labiamayora (bibir besar) dan labia minor (bibir kecil),
4) Uretra merupakan saluran kemih,
5) Lubang vagina merupakan ujung keluar vagina, dan
6) Fundus merupakan bagian lipatan paha.
2.1.3 Etiologi
1. Faktor Predisposisia.
a. Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga perkembangan
inisiatif terganggu.
b. Biologis
penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan perawatan
diri.
c. Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya
Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri.
2. Faktor presipitasi ada beberapa faktor persipitasi yang dapat menyebabkan
seseorang kurang perawatan diri. antaralain:
a. Body image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri
misalnya karena adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli
terhadap kebersihannya.
b. Praktik sosial
Pada anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan akan
terjadi perubahan pola personal hygiene.
c. Status sosial-ekonomi.
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti
sabun, pasta gigi, sikat gigi, shampoo, alat mandi yang semuanya
memerlukan uang untuk menyediakannya.
d. Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting,
karena pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya
pada pasien penderita Diabetes Millitus ia harus selalu menjaga kebersihan
kakinya.
2.1.4 Klasifikasi
Higiene personal (Nanda Internasional, 2013) merupakan salah satu tindakan
keperawatan dasar yang rutin dilakukan oleh perawat setiap hari di rumah sakit Tindak
tersebut meliputi sebagai berikut.
1. Perawatan kulit kepala dan rambut serta seluruh tubuh.
2. Perawatan mata.
3. Perawatan hidung.
4. Perawatan telinga
5. Perawatan gigi dan mulut.
6. Perawatan kuku tangan dan kaki.
7. Perawatan genitalia.
8. Perawatan tubuh (memandikan).
9. Perawatan pakaian
2.1.5 Patofisiologi (patway)
2.1.6 Manifestasi klinis (Tanda dan Gejala)
1. Fisik
a. Kulit kepala kotor dan rambut kusam, acak-acakan
b. Hidung kotor telinga juga kotor
c. Gigi kotor disertai mulut bau
d. Kuku panjang dan tidak terawatt
e. Badan kotor dan pakaian kotor
f. Penampilan tidak rapi
2. Psikologis
a. Malas, tidak ada inisiatif
b. Menarik diri, isolasi
c. Merasa tidak berdaya, rendah diri dan hina
3. Social
a. Interaksi kurang
b. Kegiatan kurang
c. Tidak mampu berperilaku sesuai norma, missal : cara makan berantakan,
buang air besar/kecil sembarangan, tidak dapat mandi/sikat gigi, tidak dapat
berpakaian sendiri.
2.1.7 Komplikasi
a. fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpeliharanya
kebersihan perorangan dengan baik. Gangguan yang sering timbul adalah
gangguan integritas kulit,gangguan membran mukosa mulut,infeksi pada mata
dan telinga dan gangguan fisik pada luka.
b. Gangguan psikososial
Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah gangguan
kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan harga diri,aktualisasi diri dan gangguan
kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan harga,aktualisasi diri dan gangguan interaksi
sosial.
2.1.8 Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan Fisik
a. Rambut
1) Amati kondisi rambut.
2) Keadaan rambut yang mudah rontok.
3) Keadaan rambut yang kusam.
4) Tekstur rambut.
b. Kepala
1) Amati dengan benar kebersihan kulit kepala
2) Normosepal
3) Ketombe
4) Berkutu
5) Kebersihan
6) Apakah ada nyeri tekan
c. Mata
1) Apakah mata kanan dan kiri simetris
2) Konjungtiva ananemis
3) Seklera aninterik
4) Seklera pada kelopak mata.
d. Hidung
1) Apakah pilek
2) Apakah ada perubahan penciuman
3) Kebersihan hidung
4) Keadaan membrana mukosa apakah ada septum deviasi
e. Mulut
1) Keadaan mukosa mulut
2) Kelembapan
3) Adanya lesi
4) Kebersihan
f. Gigi
1) Amati kondisi mukosa mulut dan kelembaban mulut
2) Apakah ada karang gigi
3) Apakah ada carries
4) Kebersihan.
g. Telinga
1) Amati telinga kanan kiri apa simetris
2) Apakah ada lesi
3) Perhatikan adanya serumen atau kotoran pada telinga.
h. Kulit
1) Amati kondisi kulit (tekstur, turgon, kelembaban)
2) Apakah ada lesi
3) Apakah ada luka
i. Kuku, Tangan, dan Kaki
1) Amati kebersihan kuku
2) Perhatikan adanya luka
j. Tubuh secara umum
1) Amati kondisi dan kebersihan badan secara umum.
2) Perhatikan adanya klainan pada kulit pasien
2.1.3 Etiologi
Stroke iskemik biasanya disebabkan adanya gumpalan Yang menyumbat
pembuluh darah dan menimbulkan hilangnya suplai darah keotak.Gumpalan dapat
berkembang dari akumulasi lemak atau plak aterosklerotik di dalam pembuluh darah.
Faktor resikonya antara lain hipertensi, obesitas, merokok, peningkatan kadar lipid
darah,diabetes dan riwayat penyakit jantung dan vaskular dalam keluarga. Stroke
hemoragik enam hingga tujuh persen terjadi akibat adanya perdarahan subaraknoid
(subarachnoid hemorrhage), yang mana perdarahan masuk ke ruang subaraknoid yang
biasanya berasal dari pecarnya aneurisma otak atau AVM (malformasi
arteriovenosa).Hipertensi, merokok, alkohol, dan stimulan adalah faktor resiko dari
penyakit ini.Perdarahan subaraknoid bisa berakibat pada koma atau kematian.Pada
aneurisma otak, dinding pembuluh darah melemah yang bisa terjadi kongenital atau
akibat cedera otak yang meregangkan dan merobek lapisan tengah dinding arteri(Terry
& Weaver, 2013).
2.2.4 Klasifikasi
Berdasarkan penyebabnya, stroke dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu :
1. Stroke Iskemik
Hampir 85% stroke di sebabkan oleh, sumbatan bekuan darah, penyempitan
sebuah arteri atau beberapa arteri yang mengarah ke otak, atau embolus (kotoran)
yang terlepas dari jantung atau arteri ekstrakranial (arteri yang berada di luar
tengkorak). Ini di sebut sebagai infark otak atau stroke iskemik.Pada orang
berusia lanjut lebih dari 65 tahun, penyumbatan atau penyempitan dapat
disebabkan oleh aterosklerosis (mengerasnya arteri).
Hal inilah yang terjadi pada hampir dua pertiga insan stroke iskemik. Emboli
cenderung terjadi pada orang yangmengidap penyakit jantung (misalnya denyut
jantung yang cepat tidak teratur, penyakit katub jantung dan sebagainya) secara
rata-rata seperempat dari stroke iskemik di sebabkan oleh emboli, biasanya dari
jantung (stroke kardioembolik) bekuan darah dari jantung umumnya terbentuk
akibat denyut jantung yang tidak teratur (misalnya fibrilasi atrium), kelainan
katup jantung (termasuk katub buatan dan kerusakan katub akibat penyakit
rematik jantung), infeksi di dalam jantung (di kenal sebagai endocarditis) dan
pembedahan jantung. Penyebab lain seperti gangguan darah, peradangan dan
infeksi merupakan penyebab sekitar 5-10% kasus stroke iskemik, dan menjadi
penyebab tersering pada orang berusia muda.namun, penyebab pasti dari
sebagian stroke iskemik tetap tidak di ketahui meskipun telah dilakukan
pemeriksaan yang mendalam.
Sebagian stroke iskemik terjadi di hemisfer otak, meskipun sebagian terjadi di
serebelum (otak kecil) atau batang otak. Beberapa stroke iskemik di hemisfer
tampaknya bersifat ringan (Sekitar 20% dari semua stroke iskemik) stroke ini
asimptomatik (tidak bergejala, hal ini terjadi ada sekitar sepertiga pasien usia
lanjut) atau hanya menimbulkan kecanggungan, kelemahan ringan atau masalah
daya ingat. Namun stroke ringan ganda dan berulang dapat menimbulkan cacat
berat, penurunan kognitif dan dimensia (Irfan, 2012). Biasanya terjadi saat
setelah lama beristirahat, baru bangun tidur atau dipagi hari ( Wijaya & Putri,
2013).
2. Stroke Hemoragik
Stroke hemoragik di sebabkan oleh perdarahan ke dalam jaringan otak
(disebut hemoragia intraserebrum atau hematom intraserebrum) atau ke dalam
ruang subaraknoid yaitu ruang sempit antara permukaan otak dan lapisan
jaringan yang menutupi otak (disebut hemoragia subaraknoid). Ini adalah jenis
stroke yang paling mematikan, tetapi relative hanya menyusun sebgian kecil
dari stroke total, 10-15% untuk perdarahan intraserebrum dan 5% untuk
perdarahan subaraknoid(Irfan,2012). Biasanya kejadianya saat melakukan
aktivitas atau saat aktif, namun bisa juga terjadi saat istirahat ( Wijaya & Putri,
2013).
2.2.5 Patofisiologi
Otak sangat tergantung pada oksigen dan tidak mempunyai cadangan oksigen.
Jika aliran darah kesetiap bagian otak terhambat karena trombus dan embolus, maka
mulai terjadi kekurangan oksigen ke jaringan otak. Kekurangan selama 1 menit dapat
mengarah pada gejalan yang dapat menyebabkan nekrosisi mikroskopik neuron-neuron.
Area nekrotik kemudian disebur infark. Kekurangan oksigen pada awalnya mungkin
akibat iskemia mum (karena henti jantung atau hipotensi) atau hipoksia karena akibat
proses anemia dan kesukaran untuk bernafas. Stroke karena embolus dapat
mengakibatkan akibat dari bekuan darah, udara, palque, ateroma fragmen lemak. Jika
etiologi stroke adalah hemorrhagi maka faktor pencetus adalah hipertensi. Abnormalitas
vaskuler, aneurisma serabut dapat terjadi ruptur dan dapat menyebabkan hemorrhagi
(Wijaya & Putri, 2013)
Pada stroke trombosis atau metabolik maka otak mengalami iskemia dan infark
sulit ditentukan. Ada peluang dominan stroke akan meluas setelah serangan pertama
sehingga dapat terjadi edema serebral dan peningkatan tekanan intrakranial (TIK) dan
kematian pada area yang luas.Prognosisnya tergantung pada daerah otak yang terkena
dan luasnya saat terkena (Wijaya & Putri, 2013).
WOC
spesifik. Salah satu penelitian melaporkan CPB terjadi pada kurang lebih 53%
pasien penderita stroke.
2. Pneumonia
Pneumonia dalam arti umum adalah peradangan parenkim paru yang disebabkan
oleh mikroorganisme bakteri, virus, jamur, parasit. Namun pneumonia juga
dapat disebabkan oleh bahan kimia ataupun karena paparan fisik seperti suhu
atau radiasi. Peradangan parenkim paru yang disebabkan oleh penyebab
lain selain mikroorganisme (fisik, kimiawi, alergi) sering disebut sebagai
pneumonitis.
Peradangan paru pada pneumonia atipik terjadi pada jaringan interstitial
sehingga tidak menimbulkan eksudat. Menurut lingkungan kejadiannya,
pneumonia dibedakan menjadi community acquired pneumonia, hospital
acquired, serta pneumonia pada pasien immunocompromised. Pembagian ini
dibuat untuk memudahkan dalam menentukan jenis mikroorganisme
penyebabnya.
Bakteri penyebab pneumonia adalah Streptococcus pneumoniae,
Streptococcus pyogenes, Staphylococcus aureus, Klebsiella pneumoniae,
Pseudomonas aeruginosa, Escherichia coli, Yersinia pestis.
3. Infeksi Saluran Kemih
Infeksi saluran kemih adalah infeksi yang terjadi di sepanjang saluran
kemih, termasuk ginjal itu sendiri, akibat poliferasi suatu mikroorganisme.
Sebagian besar infeksi saluran kemih disebabkan oleh bakteri, tetapi jamur dan
virus juga dapat menjadi penyebabnya. Infeksi bakteri tersering disebabkan oleh
Escherichia coli, suatu kontaminan tinja yang sering ditemukan di daerah
anus. Dikatakan terinfeksi apabila terdapat kuman pada kultur urin >100.000/ml
urin.
Infeksi saluran kemih sering terjadi pada anak perempuan dan wanita.
Salah satu penyebabya adalah uretra. Uretra wanita yang lebih pendek sehingga
bakteri kontaminan lebih mudah memperoleh akses ke kandung kemih.
Faktor lain yang berperan meningkatkan infeksi saluran kemih adalah
kecenderungan untuh menahan urin. Pada laki laki juga dapat terjadi
infeksi saluran kemih walupun lebih jarang daripada wanita.
4. Konstipasi
Konstipasi adalah perubahan dalam frekuensi dan konsistensi dibandingkan
dengan pola defekasi individu yang bersangkutan, yaitu frekuensi defekasi
kurang dari tiga kali per minggu dan konsistensi tinja lebih keras dari
biasanya.Konstipasi fungsional didasarkan atas tidak dijumpainya
kelainan organik ataupun patologis yang mendasarinya walau telah dilakukan
pemeriksaan objektif yang menyeluruh.Pasien yang mengalami konstipasi
memiliki persepsi gejala yang berbeda- beda. Menurut World
Gastroenterology Organization (WGO) beberapa pasien (52%) mendefinisikan
konstipasi sebagai defekasi keras, tinja seperti pil atau butir obat (44%),
ketidakmampuan defekasi saat diinginkan (34%),atau defekasi yang jarang
(33%) Menurut North American Society of Gastroenterology and Nutrition,
konstipasi didefinisikan dengan kesulitan atau lamanya defekasi, timbul selama
2 minggu atau lebih, dan menyebabkan ketidaknyamanan pada pasien.
5. Depresi
Pedoman Penggolongan dan Diagnostik Gangguan Jiwa di Indonesia edisi III
(PPDGJ- III, 1993) mendefinisikan depresi sebagai gangguan afektif (alam
perasaan) yang pada umumnya ditandai oleh gejala- gejala:
a) Kurang nafsu makan atau penurunan berat badan yang cukup berarti,
atau penambahan nafsu makan dan penambahan berat badan yang cukup
berarti.
b) Gangguan tidur (insomnia atau hipersomnia)
c) Agitasi atau sebaliknya melambatkan psikomotor (gerak).
d) Hilang minat atau rasa senang dalam semua kegiatan (yang biasa
dikerjakannya) dan waktu senggang (hobi).
e) Berkurangnya energi, mudah lelah yang nyata oleh kerja sedikit saja.
f) Hilangnya semangat dan kegairahan hidup. Berkurangnya aktifitas, mudah
lelah oleh kerja sedikit saja.
g) Perasaan tak berguna, menyalahkan diri sendiri, atau perasaan bersalah
berlebihan dan tidak tepat.
h) Harga diri dan kepercayaan diri berkurang, rasa rendah diri.
i) Pandangan masa depan suram dan pesimistis.
tekan atau dekubitus. Bagian tubuh yang sering mengalami dekubitus adalah
siku, tumit, punggung, pinggul, pergelangan kaki dan tulang belakang.
Dekubitus merupakan masalah yang serius karena dapat mengakibatkan
meningkatkan biaya, lama perawatan di rumah sakit serta memperlambat
program rehabilitasi bagi penderita. Selain itu dekubitus juga dapat
menyebabkan nyeri yang berkepanjangan, rasa tidak nyaman, meningkatkan
biaya dalam perawatan dan penanganannya serta menyebabkan komplikasi
berat yang mengarah ke sepsis, infeksi kronis, sellulitis, osteomyelitis,
dan meningkatkan prevalensi mortalitas pada klien lanjut usia.
5. B5 (Bowel)
Rongga mulut Penilaian pada mulut adalah ada tidaknya lesi pada mulut atau
perubahan pada lidah dapat menunjukan adanya dehidarsi.
a. Bising usus
Ada atau tidaknya dan kualitas bising usus harus dikaji sebelum melakukan
palpasi abdomen. Bising usus dapat terjadi pada paralitik ileus dan peritonitis.
Lakukan observasi bising usus selama ± 2 menit. Penurunan motilitas usus dapat
terjadi akibat tertelannya udara yang berasal dari sekitar selang endotrakeal dan
nasotrakeal.
b. Distensi abdomen
Dapat disebabkan oleh penumpukan cairan. Asites dapat diketahui dengan
memeriksa adanya gelombang air pada abdomen. Distensi abdomen dapat juga
terjadi akibat perdarahan yang disebabkan karena penggunaan IPPV. Penyebab
lain perdarahan saluran cerna pada pasien dengan respirator adalah stres,
hipersekresi gaster, penggunaan steroid yang berlebihan, kurangnya terapi
antasid, dan kurangnya pemasukan makanan.
c. Nyeri
d. Dapat menunjukan adanya perdarahan gastriintestinal
e. Pengeluaran dari NGT : jumlah dan warnanya
f. Mual dan muntah
6. B6 (Bone)
Warna kulit, suhu, kelembaban, dan turgor kulit.
Adanya perubahan warna kulit; warna kebiruan menunjukan adanya sianosis
(ujung kuku, ekstremitas, telinga, hidung, bibir dan membran mukosa). Pucat pada
wajah dan membran mukosa dapat berhubungan dengan rendahnya kadar haemoglobin
atau shok. Pucat, sianosis pada pasien yang menggunakan ventilator dapat terjadi akibat
adanya hipoksemia. Jaundice (warna kuning) pada pasien yang menggunakan respirator
dapat terjadi akibatpenurunan aliran darah portal akibat dari penggunaan FRC dalam
jangka waktu lama.
Pada pasien dengan kulit gelap, perubahan warna tersebut tidak begitu jelas
terlihat. Warna kemerahan pada kulit dapat menunjukan adanya demam, infeksi. Pada
pasien yang menggunkan ventilator, infeksi dapat terjadi akibat gangguan pembersihan
jalan napas dan suktion yang tidak steril.
a. Integritas kulit
b. Perlu dikaji adanya lesi, dan decubitus
3.1 Pengkajian
Berdasarkan pengkajian yang dilakukan pada hari senin 06 april 2020 pukul 09:30
WIB didapatkan data sebagai berikut
3.1.1 Identitas Pasien
Klien bernama Tn. H berusia 65 tahun. Klien berasal dari suku dayak dan beragama
muslim. Pekerjaan Tn. H adalah sebagai pensiunan TNI dan pendiidkan tekakhirnya
adalah STM. Klien sudah menikah dan alamat Tn. H di Jl.Adonis samad Gg.
Maulana Klien masuk rumah sakit pada tanggal 30 maret 2020 dengan diagnose
medis stroke non hemoragik
3.1.2 Riwayat Kesehatan /Perawatan
1. Keluhan Utama :
Klien mengatakan “kaki dan tangan kanan saya terasa lemah untuk bergerak secara bebas.,
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
Klien Pada tanggal 30 maret 2020 jam 18:39 pada saat dirumah klien mengatakan tiba-tiba
kurang enak badan kepada keluarga dan klien mengatakan kepada keluarga klien merasa
kakinya dan tangan kananya serasa lemah dan susah untuk digerekan setelah itu klien lalu
dibawa keluarga menuju RSUD Dr.Doris Slyvanus Palangka raya. Saat masuk IGD klien
langusng diberika tindakan berupa pemasangan infus RL dengan 20 tpm , TTV =
TD=200/100 ,S=36,8 ° ,RR = 24 x/menit N= 60 x/menit dengan kesadaran compos mentis
dan pasien dianjurkan untuk rawat inap
3. Riwayat Penyakit Sebelumnya (riwayat penyakit dan riwayat operasi)
Klien mengatakan bahwa klien sebelumnya pernah dirawat dirumah sakit dengan riwayat
penyakit hipertensi kurang lebih 3 bulan yang lalu klien mengatakan belum pernah pernah
melakukan operasi.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Klien mengatakan “dari anggota keluarga saya orang tua saya memiliki riwayat hipertensi
sama seperti saya tetapi untuk penyakit menular seperti hepatitis,HIV, maupun penyakit
keturunan seperti,DM dan lain-lain tidak ada
GENOGRAM KELUARGA :
Keterangan :
: Laki-Laki : Meninggal
4. Norages 3x1 Oral meredakan nyeri akut & kronik berat s,sakit
kepala,peny reumatik, sakit gigi,nyeri karena
kangker,nyeri setelah operai/trauma,nyeri otot,
dan nyeri kolik.
Mahasiswa,
(………………………………..)
ANALISIS DATA
DATA SUBYEKTIF DAN KEMUNGKINAN
MASALAH
DATA OBYEKTIF PENYEBAB
DS : Pasien mengatakan Hipertensi stroke non hemoragik Perpusi perifer tidak
mengeluh tensi selalu tinggi Substansi aliran darah dan O2 efektif
Pasien mengatakan kepala terasa serebral
pusing Infark jaringan serebral
DO :
Klien tampak lemah Perpusi perifer tidak efektif
Tekanan darah diatas normal
TD: 200/100 mmHg
Bicara pelo
TTV :
TD : 200/100 mmHG
N : 60 x/menit
S : 36,8 ° C
RR : 24 x/menit
PRIORITAS MASALAH
1. Perpusi perifer tidak efektif berhubungan dengan peningkatan tekanan darah ditandai
dengan klien tampa lemah, TD 200/100 mmHg, Nadi = 60 x/menit, Suhu = 36,8oC , RR
= 20 x/menit, Bicara pelo
2. Ganguan moilitas fisik berhubungan dengan penurunana masa otot ditandai dengan
aktifitas seperti makan,minum dan berganti pakaian dibantu orang lain
3. Resiko infeksi berhubungan dengan Tahanan primemer tidak adekurat ditandai dengan
tangan yang terpasang infuse tampak bengkak
4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan stroke ditandai dengan Klien tampak lemah
Aktivitas klien seperti makan dan lain- lain dibantu ,klien bergerak dengan terbatas
tingkat aktivitas 3
RENCANA KEPERAWATAN
Nama Pasien : Tn. H
Ruang Rawat : Nusa indah
erawatan Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi Rasion
r tidak efektif Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. identifikasi fakto resiko ganguan sirkulasi 1. Melihat resiko gangg
dengan selama 2x24 jam diharapkan 2. Hindari pengukuran tekanan darah pada 2. Untuk menjauhi keter
3. Agar tekanan darah m
ekanan darah keadekuatan aliran pembulu darah distal ekstremitas dengan keterbatasan perpusi
4. Laporan digunakan u
an klien tampa untuk menunjang jaringan meningkat 3. anjurkan minum obat pengontrol tekanan gejala yang harus dita
0/100 mmHg, dengan darah secara teratur
menit, Suhu = Kriteria hasil: 4. informasikan tanda dan gejala darurat
= 20 x/menit, 1. Tekanan darah sistolik membaik yang harus dilaporkan
dengan nilai 5
2. Tekanan darah diastolic membaik
dengan nilai 5
1. mengidentifikasi fakto resiko ganguan S : Klien mengatakan “samya masih merasa pusing dan tekanan saya masih
sirkulasi(mis. Diabetes,perokok,orang lumayan tinggi”.
tua,hipertensi dan kadar kolestrol tinggi) O:
2. menghindari pengukuran tekanan darah Tekanan darah masih tinggi
pada ekstremitas dengan keterbatasan Obat sudah diberikan sesuai indikasi
perpusi tekanan darah masih diatas normal
3. menganjurkan minum obat pengontrol TTV
tekanan darah (amplodipin) secara teratur TD : 180/100 mmHG
4. menginformasikan tanda dan gejala darurat N : 60 x/menit
yang harus dilaporkan S :36,6 ° C
RR : 22 x/menit
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi 3dan 4
1. menganjurkan minum obat pengontrol tekanan darah secara teratur
2. menginformasikan tanda dan gejala darurat yang harus dilaporkan
1. mengidentifikasi toleransi fisik melakukan S : klien mengatakan “ kaki dan tangan bagian kanan masih terasa lemah
ambulansi O:
2. Monitor kondisi umum selama melakukan kondisi umum klien semama ambulansi compos menthis
ambulansi aktifitas seperti makan,minum dan berganti pakaian masih dibantu
3. Libatkan keluarga untuk membantu pasoem keluarga terlibat dalam membantu klien ambulansi
dalam meningkatkan ambulansi klien dapat melakukan ambulansi sederhana
4. Ajarkan ambulansi sederhana yang harus TTV
dilakukan (mis. Berjalan dari tempat tidur ke TD : 180/100 mmHG
kursi rodaberjalan dari tempat tidur kekamar N : 60 x/menit
mandi,dan berjalan sesuai toleransi) S :36,6° C
RR : 22 x/menit
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi 1,2,3 dan 4
1.mengidentifikasi toleransi fisik melakukan ambulansi
2. Monitor kondisi umum selama melakukan ambulansi
3. Libatkan keluarga untuk membantu pasoem dalam meningkatkan
ambulansi
4. Ajarkan ambulansi sederhana yang harus dilakukan
1. Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan
sistemik S :-
2. Berikan perwatan kulit pada area adema O:
3. Jelaskan tanda dan gejala infeksi Gejala infeksi local sudah berkurang
bengkak berkurang pada area adema
klien tampak paham dengan tanda gejala infeksi pada lokasi infeksinya
TTV
TD : 180/100 mmHG
N : 60 x/menit
S : 36,6 ° C
RR : 22 x/ menit
Black, J.M. dan Hawks, J.H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah Manajemen Klinis
untuk Hasil yang Diharapkan (Edisi 8) (Nampira R, Penerjemah).
Jakarta: Salemba Emban Patria
Ambarawati & Sunarsih, 2011.Dampak yang sering timbul pada masalah personal
hygiene menurut: Jakarta
Tarwoto, Wartona. 2010. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan
.Jakarta: Salemba Medika